View
11
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PERANCANGAN TATA LETAK
LABORATORIUM ANALISIS UDARA PADA
PT. EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK
CIKARANG
Oleh
Luqyana Assiddiqi
NIM. 004201105091
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik
Mencapai Gelar Strata Satu
pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
2015
DAFTAR ISTILAH
Area Allocation Diagram : Diagram penempatan area yang digunakan
sebagai dasar untuk membuat detail tata
letak dan rancangan bangunan.
Activity Realtionship Chart : Peta hubungan kegiatan yang disusun
berdasarkan penting tidaknya
keterdekatan antar bagian.
Activity Relationship Diagram : Diagram yang menggambarkan activity
relationship chart dengan symbol
kombinasi garis dan warna.
Atomic Absorption Spectrofotometer : Alat pengukur kandungan logam dari
suatu sampel cair yang berdasarkan pada
prinsip pengukuran serapan sinar oleh
atom.
Bill of Materials : Daftar jumlah komponen, campuran
bahan, dan bahan baku yang diperlukan
untuk membuat suatu produk.
From to chart : Peta dari-ke yang menggambarkan
total momen yang dipindahkan.
Flow Process Chart : Diagram yang menunjukkan urutan-urutan
dari operasi yang terjadi selama satu
proses atau prosedur berlangsung.
Layout Scoring : Metode evaluasi layout berdasarkan total
nilai proximity rating dengan kriteria
tertentu untuk bagian yang berdekatan
pada layout yang digeneralisasi.
Proximity Rating : Peringkat keterdekatan antara dua bagian
berdasarkan pada kriteria tertentu.
Sweep width : Jumlah sapuan blok pada algoritma
Automated Layout Design Program.
ABSTRAK
Melihat tingginya permintaan akan jasa laboratorium analisis udara di area
Cikarang, PT. East Jakarta Industrial Park (EJIP) sebagai pengelola kawasan
industri EJIP, Cikarang, Jawa Barat berencana untuk mengembangkan
laboratorium lingkungannya dengan menambah unit laboratorium analisis udara.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat rancangan
tata letak laboratorium analisis udara dengan dimensi dan luas area yang tersedia.
Data – data yang digunakan yaitu total kebutuhan analisis udara di kawasan
industri di daerah Cikarang, waktu proses, flow process uji dan bill of material
bahan kimia. Data – data tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan man
power, space requirement, dan ruang penyimpanan bahan kimia, serta digunakan
untuk membuat diagram keterdekatan antar fasilitas di dalam laboratorium dalam
bentuk Activity Relationship Chart (ARC) dan Activity Relationship Diagram
(ARD). Rancangan yang dipilih adalah rancangan dengan layout score terbesar
dari evaluasi tiga alternative layout yang dibuat dengan menggunakan algoritma
konstruksi Automated Layout Design Program (ALDEP). Layout yang dibuat
telah memenuhi standar teknis pola penggunaan lahan yang ditetapkan oleh
pemerintah dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010 dengan
persentase luas lahan terbuka hijau sebesar 17.36% dari total luas area
keseluruhan.
Kata Kunci : ALDEP, ARC, ARD, rancangan tata letak, laboratorium udara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan jasa analisis udara di area Cikarang sangat tinggi, mengingat
dalam PP No. 27 tahun 1999 Pasal 32 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL), setiap perusahaan berkewajiban untuk
menyampaikan laporan pengawasan dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan
perusahaan kepada Menteri Lingkungan Hidup secara berkala sekurang –
kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Didalamnya terdapat laporan
pengecekan kualitas parameter – parameter lingkungan, termasuk pengecekan
kualitas udara. Terdapat lebih dari 2000 perusahaan di kawasan industri area
Cikarang. Seluruh perusahaan di dalam kawasan industri tersebut membutuhkan
jasa laboratorium analisis udara untuk mengecek kualitas udara setiap minimal 6
bulan sekali. Di lain pihak, ketersediaan laboratorium yang menyediakan jasa
analisis untuk sampel udara sangat minim. Hanya tersedia 2 laboratorium analisis
udara di area Cikarang, yaitu Mitralab Buana, dan Sribangun Buminitya. Sehingga
bagi laboratorium pendatang baru, peluang untuk cepat mendapatkan konsumen
akan sangat tinggi.
Dari hasil studi kelayakan laboratorium analisis udara, bisnis laboratorium analisis
udara layak untuk dijalankan. Sehingga PT. East Jakarta Industrial Park yang
bergerak di bidang pengelolaan kawasan industri berencana untuk mendirikan
sebuah laboratorium analisis udara sebagai pengembangan dari laboratorium
analisis air industri dan air limbah. Berdasarkan studi kelayakan ini, konsumen
target dibagi menjadi dua, yaitu perusahaan di dalam kawasan industri EJIP, dan
perusahaan – perusahaan di luar kawasan industri EJIP, yang selanjutnya disebut
potential market. Perusahaan – perusahaan di dalam kawasan industri EJIP terikat
sepenuhnya kepada internal regulation. PT. EJIP sebagai pengelola kawasan
berkewajiban untuk memastikan bahwa seluruh perusahaan yang berada di dalam
kawasan industri EJIP mematuhi regulasi pemerintah terkait dengan aspek
lingkungan, yaitu air limbah dan udara. Di dalam internal regulation, kawasan
indutri EJIP mewajibkan kepada seluruh tenants untuk melakukan analisis air
limbah di laboratorium penguji PT. EJIP sehingga mempermudah pelaporan dan
penjaminan pematuhan regulasi pemerintah. Untuk aspek udara, PT. EJIP pun
dapat memberlakukan hal serupa. Sehingga, seluruh perusahaan di dalam kawasan
industri EJIP akan memakai jasa analisis udara laboratorium PT. EJIP. Untuk
potential market, PT. EJIP menargetkan 1% market share dari total pangsa pasar
pada tahun 2016 mendatang, dengan kenaikan sebesar 1 % setiap tahunnya.
Lokasi dan luas area ditentukan oleh perusahaan. Perusahaan menginginkan
dengan luas area yang tersedia, target perusahaan untuk memenuhi kebutuhan jasa
analisis udara dapat tercapai, namun tetap memenuhi persyaratan pola
penggunaan lahan dalam standar teknis yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai
Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010. Sehingga, tata letak dan
fasilitas laboratorium perlu didesain dengan baik. Pengaturan fasilitas-fasilitas
yang tepat juga diperlukan untuk memperlancar gerakan perpindahan material
agar diperoleh aliran proses kerja yang lancar, teratur dan aman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, peneliti merumuskan
masalah-masalah yang terjadi ke dalam pertanyaan - pertanyaan berikut:
Bagaimanakah rancangan tata letak untuk laboratorium analisis udara dengan
dimensi dan luas area tersedia agar target perusahaan dapat tercapai?
Apakah rancangan tata letak yang dibuat sesuai dengan persyaratan pola
penggunaan lahan dalam standar teknis yang ditetapkan oleh pemerintah
sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010?
1.3 Tujuan
Dari penjelasan diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
Membuat rancangan tata letak laboratorium analisis udara yang dapat
memenuhi target perusahaan akan pemenuhan kebutuhan jasa analisis udara
di area Cikarang dengan dimensi dan luas area yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
Membuat rancangan tata letak yang sesuai dengan persyaratan pola
penggunaan lahan dalam standar teknis yang ditetapkan oleh pemerintah
sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010.
1.4 Batasan Penelitian
Area penelitian ini hanya mencakup wilayah Cikarang meliputi kawasan
industri EJIP, Hyundai, Delta Silicon, dan Jababeka.
Pihak manajemen telah menentukan lokasi dan luas area lahan untuk
pembangunan laboratorium analisis udara.
Perhitungan dilakukan untuk parameter yang diuji di dalam laboratorium,
pengujian on site tidak diperhitungkan.
Penelitian ini terbatas pada pembahasan mengenai aspek teknis, tidak sampai
pada pembahasan mengenai estetika dan keselarasan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bagian pembahasan, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang pemilihan pokok penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian yang dilakukan, batasan – batasan
penelitian, serta sistematika penulisan skripsi secara keseluruhan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diberikan beberapa teori dan referensi yang berkaitan dengan skripsi
ini yaitu teori tentang perancangan tata letak, systematic layout planning, from to
chart, flow process chart, dan algoritma yang digunakan untuk merancang tata
letak yaitu Automated Layout Design Program (ALDEP).
BAB III METODOLOGI PENELITAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai langkah – langkah sistematis
yang akan dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh pemecahan masalah,
meliputi penelitian pendahuluan, identifikasi masalah, perumusan masalah, studi
pustaka, detail research framework, serta simpulan dan saran penelitian. Detail
research framework merupakan langkah perancangan tata letak yang terdiri dari
input data dan aktivitas, membuat layout alternatives, evaluasi layout dengan
layout scoring, serta memilih layout dan membuat template
BAB IV DATA DAN ANALISIS
Bagian ini memberikan data-data yang diperlukan berupa data total projected
demand, flow process uji, waktu proses uji, dan data kebutuhan bahan kimia yang
diperlukan, untuk diolah dan dibuat rancangan tata letak laboratorium dengan
algoritma ALDEP disertai dengan pertimbangan modifikasi dan evaluasi
menggunakan layout scoring hingga akhirnya, tata letak dengan layout score
paling tinggi dibuat template dengan bantuan Microsoft Visio 2007.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilaksanakan
dan saran – saran yang dapat diberikan kepada PT. East Jakarta Industrial Park
(EJIP) Cikarang untuk pembangunan laboratorium analisis udara.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan Fasilitas
Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang
akan didirikan atau dibangun. Di dunia industri, perencanaan fasilitas
dimaksudkan sebagai rencana dalam penanganan material (material handling)
dan untuk menentukan peralatan dalam proses produksi, juga digunakan dalam
perencanaan fasilitas secara keseluruhan. Ada dua hal pokok dalam perencanaan
fasilitas yaitu, berkaitan dengan perencanaan lokasi pabrik (plant location) dan
perancangan fasilitas produksi yang meliputi perancangan struktur pabrik,
perancangan tata letak fasilitas dan perancangan sistem penanganan material.
Secara skematis perencanaan fasilitas pabrik (Tompkins, 1996) dapat
digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan Fasilitas
(Facilities Planning)
Lokasi Fasilitas
(Facilities Location)
Perancangan Fasilitas
(Facilities Design)
Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi
(Layout Design)
Perancangan Sistem Fasilitas
(Facility Systems Design)
Perancangan Sistem Penanganan Material
(Material Handling System Design)
Gambar 2.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik
Tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk memenuhi kapasitas produksi dan
kebutuhan kualitas dengan cara yang paling ekonomis melalui pengaturan dan
koordinasi yang efektif dari fasilitas fisik.
2.2 Systematic Layout Planning (SLP)
Systematic Layout Planning (SLP) pertama dibuat oleh Richard Muther (1973).
Perancangan layout menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) dibuat
untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut berbagai macam masalah
antara lain produksi, transportasi, pergudangan,dan supporting. Systematic Layout
Planning (SLP) adalah adalah sarana yang digunakan untuk membuat tata letak
tempat kerja dengan menempatkan dua bagian yang mempunyai frekuensi dan
hubungan keterdekatan yang tinggi. Berikut adalah tahapan - tahapan di dalam
SLP :
1. Penentuan lokasi untuk mengaplikasikan layout.
2. Membuat layout keseluruhan secara umum.
3. Membuat layout plan secara detail.
4. Mengaplikasikan layout plan ke lokasi yang ditentukan.
Di dalam SLP Richard Muther, prosedur yang digunakan untuk membangun suatu
layout digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Gambar 2.2 Systematic Layout Planning
Untuk membuat relationship chart, dibutuhkan data – data aliran material dan
hubungan keterdekatan antar fasilitas yang tertuang dalam activity relationship
chart/diagram. Langkah selanjutnya yaitu membuat space relationship diagram
dengan menghubungkan kebutuhan luas ruangan dengan luas area yang tersedia.
Dengan memperhatikan pertimbangan dan batasan – batasan tertentu yang
melekat pada kondisi tempat instalasi dan luas area yang disediakan, dibuatlah
beberapa iterasi layout. Setelah dilakukan evaluasi terhadap beberapa layout yang
dibuat, dipilih layout dengan layout score terbesar untuk diaplikasikan ke area
yang ditentukan.
2.3 From to chart
From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan
untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses
produksi. From to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang umumnya
dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat
beban. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak item yang
mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-
lain (Wignjosoebroto, 2000).
Adapun data yang dimasukkan ke dalam matrik dapat berbagai bentuk antara
lain sebagai berikut:
1. Jumlah pergerakan antar bagian.
2. Jumlah yang dipindahkan per satuan waktu.
3. Berat bahan yang dipindahkan per periode.
4. Kombinasi dari jumlah, waktu dan berat per satuan waktu.
5. Persentase dari setiap kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan lainnya.
2.4 Flow Process Chart (Peta Aliran Proses)
Peta aliran proses adalah diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi,
pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama satu
proses atau prosedur berlangsung. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa peta
aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu:
1. Peta aliran proses tipe bahan, ialah suatu peta yang menggambarkan kejadian
yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi.
2. Peta aliran proses tipe orang, pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang
operator.
b. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja sekelompok
manusia, sering disebut Peta Proses Kelompok Kerja.
Secara lebih terperinci dapat diuraikan kegunaan umum dari suatu peta aliran
proses. Hal ini dilakukan agar dalam pembuatan peta aliran proses dengan baik
sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai
masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
proses atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.
5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja.
7. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh
suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini
merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk
mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi
ketidaksempurnaan pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat digunakan
untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi (Sutalaksana,1979).
2.5 Activity Relationship Chart (ARC)
Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif menggunakan tolak ukur derajat
keterdekatan hubungan antara satu fasilitas dengan fasilitas lainnya. Nilai-nilai
yang menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang
mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart)
yang telah dikembangkan oleh Richard Muther dalam bukunya “Systematic
Layout Planning” (Muther, 1973). Suatu peta hubungan aktivitas dapat
dikonstruksikan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang akan
diatur tata letaknya dan dituliskan daftar urutannya dalam peta.
2. Lakukan wawancara atau survei terhadap karyawan dari setiap departemen
yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan manajemen yang berwenang.
3. Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya
berdasarkan derajat keterdekatan hubungan serta alasan masing-masing dalam
peta. Selanjutnya terapkan nilai hubungan tersebut untuk setiap hubungan
aktivitas antar departemen yang ada dalam peta.
4. Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan tersebut
dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri kesempatan untuk
evaluasi atau perubahan yang lebih sesuai. Checking, rechecking, dan
tindakan koreksi perlu dilakukan agar ada konsistensi atau kesamaan persepsi
dari mereka yang terlibat dalam hubungan kerja.
5. Dalam suatu organisasi pabrik harus ada hubungan yang terikat antara suatu
kegiatan dengan kegiatan lainnya yang dianggap penting dan selalu
berdekatan demi kelancaran aktifitasnya. Oleh karena itu dibuatlah suatu peta
hubungan aktifitas, dimana akan dapat diketahui bagaimana hubungan yang
terjadi dan harus dipenuhi sesuai dengan tugas-tugas dan hubungan yang
mendukung.
ARC ini akan berhubungan dengan struktur organisasi dan tabel-tabel perhitungan
luas lantai. Tujuan utama ARC adalah agar dapat diketahui hubungan
keterdekatan dari setiap kelompok kegiatan dalam hal ini organisasi pabrik.
Fungsi ARC dan kegunaannya adalah :
1. Penulisan urutan dari pusat kerja atau departemen dalam suatu kantor.
2. Lokasi kegiatan dalam suatu usaha pelayanan.
3. Lokasi Pusat kerja dalam operasi perawatan atau dalam perbaikan
4. Menunjukan hubungan suatu kegiatan yang lainnya, serta alasannya.
5. Memperoleh suatu landasan bagi penulisan daerah selanjunya
Dalam Activity Relationship Chart, kode huruf seperti A, E, I dan seterusnya
menunjukkan bagaimana aktivitas dari masing-masing departemen tersebut akan
mempunyai hubungan secara langsung atau erat kaitannya satu sama lain. Kode-
kode huruf yang menjelaskan derajat hubungan antara masing-masing departemen
ini secara khusus telah distandarkan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Derajat Keterdekatan dan Kode dalam ARC
Derajat
Keterdekatan Deskripsi Kode Garis Kode Warna
A Mutlak Penting Merah
E Sangat Penting Oranye
I Penting Hijau
O Biasa Biru
U Tidak Penting Putih
X Tidak Dikehendaki Coklat
2.6 Activity Relationship Diagram (ARD)
Penentuan ARC tiada lain untuk merencanakan dan menganalisis keterkaitan antar
kegiatan. Namun, dengan ARC belum memperoleh gambaran tentang letak suatu
departemen relatif terhadap departemen lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan
Activity Relationship Diagram (ARD) untuk mendapatkan gambaran tentang tata
letak suatu departemen relatif terhadap departemen lainnya.
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membuat Activity Relationship
Diagram :
Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram (ATBD).
Dengan menggunakan kombinasi-kombinasi garis dan pemakaian kode-kode
warna yang telah distandarkan untuk setiap hubungan aktivitas yang ada.
Tujuan dari ARD yaitu :
1. Menentukan letak lokasi departemen yang satu dengan departemen yang lain.
2. Menggambarkan hubungan derajat kepentingan antar kegiatan, dan
membantu perencana untuk menghubungkan masing-masing kegiatan secara
tepat.
Keuntungan pembuatan ARD adalah :
1. Pembagian wilayah kegiatan menjadi sistematis.
2. Memudahkan proses tata letak.
3. Meminimumkan ruangan yang tidak terpakai.
4. Menterjemahkan perkiraan area ke dalam suatu peraturan pendahuluan dalam
bentuk yang dapat dilihat.
5. Memberikan perkiraan luas letak.
2.7 Jarak Lintasan (Aisle)
Jalan lintasan dipergunakan terutama untuk dua hal yaitu komunikasi dan
transportasi. Perencanaan yang baik daripada jalan lintasan ini akan menentukan
proses gerakan perpindahan dari personel, bahan, ataupun peralatan produksi dari
satu lokasi ke lokasi yang lain. Di dalam pabrik, jalan lintasan akan dipergunakan
antara lain untuk:
Material handling
Gerakan perpindahan personel
Finished goods products handling
Pembuangan sekrap dan limbah industri lainnya
Pemidahan peralatan produksi baik untuk pergantian baru maupun perawatan
Kondisi-kondisi darurat semacam kebakaran, dan lain-lain
Pada dasarnya ada dua macam jalan lintasan yang umum dijumpai dalam suatu
pabrik yaitu jalan lintasan utama (main aisle) dan jalan lintasan internal
departemen (departemental aisle). Jalan lintasan utama kadang-kadang disebut
pula dengan backbone aisle, terutama sekali dipakai untuk lalu lintas perpindahan
bahan dari suatu departemen ke departemen lainnya dan juga perpindahan bahan
dari luar menuju ke dalam pabrik dan baliknya. Sedangkan jalan lintasan inter
departemen terutama sekali dipergunakan untuk gerakan perpindahan bahan di
dalam departemen itu sendiri. (Wignjosoebroto, 2000)
2.8 Tata Letak Dengan Bantuan Komputer
Secara tradisional, pengembangan dan evaluasi tata letak pabrik diselesaikan oleh
para perancang dengan menggunakan teknik-teknik grafik dan manipulasi
template. Dewasa ini sering diaplikasikan teknik analitik dengan bantuan
komputer dalam pengembangan tata letak. Penggunaan komputer dalam
menyelesaikan masalah tata letak mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
dengan pendekatan manual tradisional.
1. Dengan komputer perhitungan dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan
prosedur manual.
2. Komputer mampu untuk menyelesaikan masalah yang kompleks.
3. Pada proses perancangan menggunakan komputer lebih ekonomis
dibandingkan dengan perancangan manual (manusia).
Program komputer bagaimanapun dapat merupakan alat yang sangat berguna,
walaupun penggunaan komputer belum mencakup seluruh prosedur dalam
perencanaan tata letak fasilitas. Komputerisasi algoritma tata letak dapat
dikategorikan berdasarkan cara menghasilkan alternatif-alternatif tata letak akhir.
Komputerisasi perencanaan tata letak fasilitas dapat diklasifikasikan menurut jenis
data aliran atau hubungan antar departemen yaitu dapat berbentuk kuantitatif.
Sedangkan metode pengembangan tata letak terdiri dari algoritma konstruksi dan
algoritma perbaikan.
2.8.1 Algoritma Konstruksi
Algoritma konstruksi terdiri dari penyeleksian dan penempatan fasilitas atau
departemen secara berturut-turut sehingga diperoleh suatu tata letak yang baik.
Algoritma ini digunakan untuk mengembangkan tata letak yang baru atau awal.
Maksud dari algoritma dengan metode ini bekerja dari keadaan belum adanya
susunan tata letak dan membentuk susunan tata letak dengan cara menempatkan
departemen-departemen yang disediakan sehingga terbentuk susunan yang baik.
2.8.1.1 CORELAP
Computerized Relationship Layout Technique (CORELAP) merupakan suatu
algoritma konstruksi yang menentukan penyusunan tata letak, prinsip kerjanya
menggunakan hasil perhitungan Total Closeness Rating (TCR) dari setiap
departemen. TCR merupakan jumlah dari nilai-nilai numerik yang menyatakan
hubungan keterdekatan antar departemen. Hubungan tersebut ditunjukkan melalui
huruf-huruf yang masing-masing telah diberi bobot.
2.8.1.2 ALDEP
Algoritma Automated Layout Design Program (ALDEP) termasuk dalam metode
konstruksi dengan data yang digunakan adalah data kualitatif. Algoritma ini
pertama kali dikembangkan oleh Seehof dan Evans pada tahun 1967.
Pengembangan berikutnya dilakukan oleh perusahaan di IBM. Prinsip kerja
ALDEP berdasarkan prefensif hubungan aktivitas seperti algoritma CORELAP.
Perbedaan dasar dengan CORELAP terletak pada jumlah Area Allocation
Diagram (AAD) yang dihasilkan. CORELAP menghasilkan satu AAD terbaik,
sedangkan ALDEP menghasilkan beberapa kemungkinan AAD yang evaluasinya
diserahkan kepada perancang. Untuk mengevaluasi AAD, digunakan nilai – nilai
yang menggambarkan hubungan keterdekatan untuk departemen – departemen
yang diletakkan berdekatan. Nilai untuk departemen departemen yang tidak
dikehendaki keterdekatannya bernilai negatif. Berikut adalah rincian nilai untuk
evaluasi AAD (Mukhopadhyay, 2007) :
A = 26= 64 (Mutlak harus didekatkan)
B = 24 = 16 (Sangat penting didekatkan)
I = 22 = 4 (Penting didekatkan)
O = 20 = 1 (Dapat didekatkan)
U = 0 (Tidak penting didekatkan)
X = -210
= -1024 (Dihindari untuk didekatkan)
Nilai untuk alternatif yang dihasilkan diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai
departemen yang saling berdampingan. ALDEP dapat melayani sampai 63
departemen atau aktivitas, dapat juga diterapkan dalam bangunan tiga lantai
dengan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang sudah diterapkan terlebih dahulu
seperti lorong, tangga dan lain sebagainya.
ALDEP merupakan variasi dari CORELAP. Tujuan dari ALDEP adalah untuk
menciptakan tata letak dengan departemen “high rank” berdekatan antara yang
satu dengan yang lain.
Langkah-langkah seleksi dari ALDEP :
Memilih departemen secara random.
Cari departemen yang memiliki hubungan penting “A” atau “E” dengan
depatemen sebelumnya. Apabila tidak ada maka pilih departemen secara
random.
Ulangi langkah-langkah diatas sampai semua departemen telah diletakkan.
Langkah-langkah penempatan dari ALDEP menggunakan vertical scanning
pattern dengan rincian sebagai berikut :
Departemen pertama diletakkan pada pojok kiri atas.
Semua departemen berbentuk persegi ataupun persegi panjang.
Menggunakan“sweep method” untuk menempatkan departemen selanjutnya.
2.8.2 Algoritma Perbaikan
Algoritma dengan metode perbaikan (Improvement Method) digunakan untuk
mengalokasikan kembali tata letak fasilitas dari suatu susunan yang sudah ada
dengan cara melakukan pertukaran lokasi departemen yang sudah ada. Selain
dapat digunakan untuk re-allocation, algoritma perbaikan juga dapat digunakan
untuk merencanakan tata letak. Perencanaan tata letak dengan algoritma perbaikan
dilakukan dengan cara membuat tata letak awal, kemudian dilakukan pertukaran
tata letak sampai diperoleh hasil akhir.
2.8.2.1 COFAD
Algoritma Computerized Facilities Design (COFAD) pada dasarnya merupakan
modifikasi dari CRAFT yang mempertimbangkan ongkos dari setiap alternatif
penggunaan berbagai peralatan penanganan material yang sesuai agar diperoleh
ongkos sekecil mungkin. Data masukan yang dibutuhkan COFAD adalah sebagai
berikut:
1. Alternatif-alternatif peralatan material handling.
2. Ongkos operasi masing-masing alternatif.
3. From to chart untuk masing-masing peralatan material handling.
4. Tata letak awal (sekarang).
2.8.2.2 CRAFT
Sejak tahun 1983 teknik Computerized Relative Allocation of Facilities
Techniques (CRAFT) bertujuan untuk meminimumkan biaya perpindahan
material, dimana biaya perpindahan material didefenisikan sebagai aliran produk,
jarak dan biaya unit pengangkutan. CRAFT awalnya dipresentasikan oleh Armour
dan Bufa. CRAFT merupakan contoh program tipe teknik Heuristic yang
berdasarkan pada interpretasi Quadratic Assignment dari program proses layout,
yaitu mempunyai kriteria dasar yang digunakan meminimumkan biaya
perpindahan material, dimana biaya ini digambarkan sebagai fungsi linier dari
jarak perpindahan. (Heragu, 2008)
CRAFT merupakan sebuah program perbaikan. Program ini mencari perancangan
optimum dengan melakukan perbaikan tata letak secara bertahap. CRAFT
mengevaluasi tata letak dengan cara mempertukarkan lokasi departemen.
2.9 Acuan Regulasi Perancangan Tata Letak
Dalam merancang tata letak, digunakan Regulasi sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, sebagai
dasar jumlah frekuensi minimal pengumpulan dokumen lingkungan.
2. SK Menperin No. 35/ M-IND/PER/2/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan
Industri untuk acuan luas minimum ruang terbuka hijau.
3. Satuan Ruang Parkir (SRP) Dirjen Perhubungan Darat untuk menentukan
dimensi parkir untuk kendaraan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan
permasalahan yang menjadi objek penelitian. Tahapan berfikir secara sistematik
dalam penelitian ini dijabarkan dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
Di dalam detail research framework, adalah alur penelitian detail perancangan
tata letak laboratorium dengan menggunakan data – data dan algoritma setelah
masalah dirumuskan dan pustaka dipelajari. Berikut adalah diagram uraian dari
detail research framework yang bersumber pada tahapan systematic layout
planning :
Penelitian Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Studi Pustaka
Detail Research Framework
Simpulan dan Saran
Input Data & Aktivitas
· Data fasilitas yang perlu
disediakan
· Tabel keterdekatan antar
fasilitas
· Kalkulasi kebutuhan luas
area dan fasilitas yang
diperlukan
Membuat layout alternatives ruang
pengujian dan tata letak gabungan dengan
algoritma ALDEP
Evaluasi layout dengan layout
scoring
Batasan Praktis
(posisi jalan)
Pertimbangan modifikasi layout
(Dimensi area tersedia)
· Perhitungan Luas Area Ruang Pengujian
· Perhitungan Luas chemicals room
Memilih layout dengan score tertinggi
untuk dianalisa dan dibuat template
dengan Microsoft Visio 2007
· Data projected sample
· Bill of Materials (Bahan Kimia)
· Waktu Proses Setiap Uji
· Flow Process pengujian
· Pembuatan From to Chart Ruang Pengujian
· Kalkulasi direct man power
· Kalkulasi kebutuhan bahan kimia
· ARC & ARD Ruang Pengujian
· ARC & ARD office dan
supporting facilities
Gambar 3.2 Detail Research Framework
1.1 Penelitian Pendahuluan
Tahapan ini diperlukan untuk mendapatkan informasi-informasi yang mendukung
penelitian. Setiap perusahaan wajib melakukan analisis udara setiap minimal 6
bulan sekali merujuk pada PP No. 27 tahun 1999. Setelah dilakukan pendataan
jumlah total perusahaan di dalam kawasan industri dan ketersediaan laboratorium
penyedia jasa analisis udara, didapatkan hasil penelitian pendahuluan bahwa
kebutuhan akan jasa analisis udara sangat tinggi sementara jumlah penyedia jasa
analisis udara sangat minim, sehingga sangat potensial untuk meraih pangsa pasar
yang cukup besar. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan PT. EJIP untuk
melakukan pengembangan laboratorium lingkungannya dengan menambah satu
unit laboratorium analisis udara di lokasi dan luas area yang telah ditentukan.
Untuk membangun laboratorium analisis udara, sangat diperlukan desain tata
letak yang baik, meliputi tata letak laboratorium dan fasilitas penunjangnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil penelitian pendahuluan, masalah yang teridentifikasi adalah pentingnya
tata letak yang baik untuk memaksimalkan target pemenuhan kebutuhan analisis
udara PT. EJIP dengan lokasi dan luas area yang tersedia. Tata letak akan sangat
mempengaruhi aliran proses analisis, fleksibilitas material, dan waktu proses
analisis.
1.3 Perumusan Masalah
Dengan adanya studi lanjut mengenai desaintata letak dan fasilitas laboratorium
analisis udara dengan lokasi dan luas area yang tersedia, diharapkan akan
diperoleh hasil desain tata letak dan fasilitas yang optimal, sehingga target PT.
EJIP akan pemenuhan kebutuhan analisis udara di daerah Cikarang dapat tercapai.
1.4 Studi Pustaka
Studi pustaka ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk menunjang
penelitian dengan melengkapi teori – teori yang digunakan sebagai landasan
penelitian dan berperan dalam pengumpulan informasi secara lengkap untuk
memcahkan suatu masalah. Landasan teori dapat berasal dari buku – buku atau
referensi – referensi lain yang berhubungan dengan penelitian.
1.5 Detail Research Framework
1.5.1 Input Data dan Aktivitas
Pada tahapan ini, dikumpulkan data – data yang diperlukan untuk membuat
rancangan tata letak dengan proses pengolahan data sebagai berikut :
1. Data projected demand, Bill of Materials (Bahan Kimia), flow process uji, dan
waktu proses setiap pengujian digunakan untuk membuat from to chart ruang
pengujian, kalkulasi kebutuhan direct man power, dan kalkulasi kebutuhan
bahan kimia. From to chart ruang pengujian digunakan untuk membuat ARC
dan ARD, sementara kalkulasi kebutuhan direct man power dan kebutuhan
bahan kimia digunakan untuk menghitung luas lantai ruang pengujian dan
chemicals room yang perlu dirancang.
2. Data fasilitas yang perlu disediakan dan tabel keterdekatan antar fasilitas
dibuat ARC dan ARDnya untuk selanjutnya dihitung luas kebutuhan masing –
masing fasilitas berdasarkan jumlah keseluruhan personel laboratorium yang
menggunakan fasilitas tersebut.
1.5.2 Membuat Layout Alternatives
Dengan pertimbangan modifikasi layout berupa dimensi dan luas area yang telah
ditentukan, dengan batasan praktis yaitu posisi jalan yang telah ditentukan, maka
dibuatlah tiga layout alternatives ruang pengujian dan tiga layout alternatives
gabungan dengan menggunakan algoritma konstruksi ALDEP berdasarkan ARD
dan hasil perhitungan luas lantai ruang pengujian dan luas gabungan.
1.5.3 Evaluasi Layout dengan Layout Scoring
Layout Alternatives yang dibuat selanjutnya dievaluasi dengan layout scoring.
Layout scoring menjumlahkan proximity rating untuk dua bagian yang adjacent /
berdekatan di dalam masing – masing layout yang digeneralisasi. Semakin tinggi
hasil penjumlahan layout score, maka semakin baik keterdekatan antar bagian di
dalam layout tersebut. Sehingga, layout alternative dengan layout score tertinggi
adalah layout yang dipilih untuk dibuat template.
1.5.4 Memilih Layout dan Membuat Template
Hasil layout dengan layout score tertinggi kemudian dianalisa dari segi space
available dengan space requirement, alur proses pengujian, dan kelengkapan
fasilitasnya serta dilihat apakah layout tersebut telah memnuhi persyaratan pola
penggunaan lahan yang ditetapkan oleh pemerintah, hingga akhirnya dibuat
template dengan menggunakan Microsoft Visio 2007.
1.6 Simpulan dan Saran
Setelah melalui proses pengolahan dan analisis data, akan diuraikan kesimpulan
akhir dari penelitian yang dilaksanakan dan saran – saran yang dapat diberikan
kepada PT. East Jakarta Industrial Park (EJIP), Cikarang untuk pembangunan
laboratorium analisis udara.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 Total Projected Demand Jasa Analisis Udara di Cikarang
Berdasarkan data yang didapatkan dari developer 4 kawasan industri di Cikarang,
total perusahaan yang terdapat di daerah Cikarang yaitu sebanyak 2639
perusahaan membutuhkan jasa analisis udara, dengan 74 perusahaan di kawasan
industri EJIP sebagai fixed customer dan 2565 perusahaan di 3 kawasan industri
lainnya sebagai potential market. Dalam SNI 7230-2009 tentang teknik penentuan
titik pengambilan sampel udara di tempat kerja, jumlah titik minimal pengambilan
sampel udara pada ruang pengujian terkecil yaitu 5 titik, dan pengujian sampel
udara dilakukan minimal 6 bulan sekali sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Sehingga total titik sampling minimal
yang harus diuji setiap bulan adalah 10 titik.
Berdasarkan target perusahaan untuk mendapatkan market share sebanyak
minimal 1% dari total pangsa pasar potential market dan 100% fixed customer di
dalam kawasan industri EJIP, serta dengan peningkatan target 1% untuk potential
market setiap tahunnya, maka didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Target Projected Sample
2016 2017 2018 2019 2020
1 Jababeka 1650 10 165 330 495 660 825
2 Delta Silicon 820 10 82 164 246 328 410
3 BIIE Hyundai 95 10 10 19 29 38 48
4 EJIP 74 10 740 740 740 740 740
997 1253 1510 1766 2023
Total projected sample
Total projected sample
No.Kawasan
Industri
Jumlah
Perusahaan
Titik
Sampling
Minimal
per Tahun
Dengan melihat pada tabel diatas, yang akan digunakan untuk dasar perhitungan
selanjutnya yaitu total projected sample terbesar pada tahun 2020 dengan jumlah
sampel sebanyak 2023 sampel.
4.2 Flow Chart Administrasi Sampel
Proses administrasi sampel dijabarkan dalam bagan sebagai berikut :
Berdasarkan typology of servicescapes, jenis pelayanan di laboratorium termausk
ke dalam kategori remoteservice. Interaksi dengan konsumen hanya dilakukan di
lobby, konsumen tidak diperkenankan masuk ke dalam laboratorium sehingga
tidak dapat melihat jalannya proses analisis yang dilakukan di dalam laboratorium
secara langsung. Sampel diberikan oleh konsumen di area lobby atau dilakukan
sampling langsung ke lokasi oleh petugas sampling. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan menyiapkan sampler kertas hasil treatment atau larutan
penjerap terlebih dahulu di laboratorium. Sampel kemudian dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis sesuai dengan prosedur pengujian. Data hasil
pengujian diolah dengan rumus tertentu dan dibandingkan dengan standar yang
berlaku. LHU merupakan produk fisik dari jasa analisis udara dari laboratorium.
Gambar 4.1 Flow Chart Administrasi Sampel
4.3 Flow Process Uji
Terdapat 8 parameter analisis udara yang pengujiannya dilakukan di laboratorium, aliran proses setiap uji dari suatu sampel dapat dilihat
pada process flow diagram. Dari process flow diagram, dapat diketahui sub bagian laboratorium yang dilalui oleh suatu sampel hingga
sampel selesai diuji. Berikut diagram alir prosesnya :
1
2
3
4 Drying
5 Cooling
6 Weighing
7
NH3 Oxidant
Co
nv
en
tio
na
l
An
aly
sis
Instrumental
Analysis
Uji
FlowTSP H2S
Chemicals Room
Preparation
Room
Sample
Acceptance
PM 5 PM 10 SOx NOxNo.
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Gambar 4.2 Flow Process Uji
4.4 Waktu Proses Uji
Setiap pengujian membutuhkan waktu yang berbeda – beda di sub bagian
laboratorium, sesuai dengan flow process diagram yang telah digambarkan. Flow
Process diagram dibuat berdasarkan prosedur kerja yang tercantum dalam SNI
(Standar Nasional Indonesia) dengan rincian acuan sebagai berikut untuk masing
– masing parameter uji:
Tabel 4.2 Acuan Prosedur Pengujian
No. Parameter
1 TSP SNI Nomor 19-7119.3-2005
2 PM 5 SNI Nomor 19-7119.3-2005
3 PM 10 SNI Nomor 19-7119.3-2005
4 SOx ASTM D2914-1995
5 NOx SNI Nomor 19-7119.2-2005
6 H2S SNI Nomor 19-7119.7-2005
7 NH3 SNI Nomor 19-7119.1-2005
8 Oxidant SNI Nomor 19-7119.8-2005
Acuan Prosedur
Sumber : Rencana Pembuatan IKM (Instruksi Kerja Metode) Lab. Udara PT. EJIP
Berdasarkan standar acuan tersebut, waktu proses yang terdata (dalam satuan
menit) untuk setiap pengujian sampel di masing – masing sub bagian yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Waktu Proses Uji
Sub
Uji Drying Cooling Weighing
1 TSP 5 5 15 15 15
2 PM 5 5 5 15 15 15
3 PM 10 5 5 15 15 15
4 SOx 5 35 20
5 NOx 5 20 15
6 H2S 5 20 15
7 NH3 5 35 15
8 Oxidant 5 20 20
No.Chemicals
Room
Preparation
Room
Convent. Analysis Instrumental
Analysis
Sumber : Rencana Pembuatan IKM (Instruksi Kerja Metode) Lab. Udara PT. EJIP
Perhitungan waktu proses uji untuk seluruh sampel selama satu tahun,
ditambahkan allowance sebanyak 14% untuk personal needs sebesar 5 % dan
basic fatigue sebesar 9 % . Hasil perhitungan total waktu proses uji sebelum dan
sesudah ditambahkan allowance terdapat pada lampiran 4.
4.5 Kalkulasi Kebutuhan Man power
Struktur organisasi laboratorium analisis udara dibuat seperti struktur organisasi
laboratorium air yang telah ada, dengan diagram sebagai berikut :
WATEC Dept. Manager
Kepala Seksi Laboratorium
Lab. Udara
- Analis
- Administrasi
- Lab. Assistant
Lab. Air
- Analis
- Administrasi
- Lab. Assistant
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Laboratorium
Dari diagram tersebut, yang termasuk ke dalam direct man power yaitu analis
laboratorium dan lab. Assistant, sedangkan indirect man power terdiri dari kepala
seksi dan bagian administrasi laboratorium.
Berikut adalah tabel jobdesk masing – masing personel :
Tabel 4.4 Uraian Jobdesk Laboratorium
No. Jabatan Jobdesk
1 Kepala Seksi Mengatur seluruh staf di bawahnya
Memastikan penjaminan mutu hasil uji
2 Administrasi Mengelola data hasil uji
Menerbitkan Laporan Hasil Uji
Mendata kebutuhan bahan dan peralatan
3 Analis Melakukan pengujian sampel
Melakukan penjaminan mutu pengujian
4 Lab Assistant Membantu analis dalam pengujian
Bertugas di Sample Acceptance
Melakukan pre-treatment sampel .
Sumber : Jobdesk Personel Laboratorium PT. EJIP
4.5.1 Kalkulasi Kebutuhan Direct Man power
Kalkulasi kebutuhan direct man power didasarkan pada projected demand/sample
tertinggi pada tahun 2020 sebanyak 2023 sampel. Untuk menghitung man power
yang dibutuhkan untuk sampel selama satu tahun, maka perlu dilakukan
perhitungan kebutuhan man power pada setiap sub bagian ruang pengujian untuk
setiap uji. Untuk kebutuhan man power laboratorium dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Dengan ketentuan jumlah jam kerja 8 jam/hari, dan 22 hari per bulan, waktu kerja
yang tersedia untuk setiap man power yaitu sebanyak :
Waktu Proses Uji didapatkan dari tabel waktu proses uji (dalam menit)
Projected Sample (1 tahun) didapatkan dari tabel Projected Sample.
Berikut adalah contoh perhitungan jumlah man power yang dibutuhkan untuk sub
bagian Chemicals Room dengan data waktu proses setiap uji pada tabel,
berdasarkan rumus kebutuhan man power dengan waktu kerja per orang per tahun
sebanyak 12760 menit/th:
Man Power Chem. Room = 2023 sampel x
12670 menit/tahun
Didapatkan hasil perhitungan dengan pembulatan rincian total man power yang
dibutuhkan untuk masing – masing flow yaitu sebagai berikut :
Sub
Uji
1 TSP 5
2 PM 5 5
3 PM 10 5
4 SOx 5
5 NOx 5
6 H2S 5
7 NH3 5
8 Oxidant 5
No.Chemicals
Room (min)
Tabel 4.5 Ringkasan man power chemicals room
1 TSP 0.09100
2 PM 5 0.09100
3 PM 10 0.09100
4 SOx 0.09100
5 NOx 0.09100
6 H2S 0.09100
7 NH3 0.09100
8 Oxidant 0.09100
0.72797
1
No. FlowChemicals Room
(Man Power)
Total
Roundup
Sumber : Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan jumlah direct man power untuk sub bagian lain terlampir pada
lampiran 9.
Sehingga, setelah dilakukan perhitungan jumlah man power untuk masing –
masing sub bagian, didapatkan hasil ringkasan jumlah direct man power yang
dibutuhkan untuk setiap sub bagian ruang pengujian yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6 Ringkasan Jumlah Direct Man power
No. Sub / RoomJumlah Kebutuhan
Direct Man Power
1 Chemicals Room 1
2 Preparation Room 3
3 Drying 1
4 Cooling 1
5 Weighing 1
6 Instrumental Analysis 2
7 Sample Acceptance 1
Total Direct Man Power 10
Sumber : Hasil Perhitungan
Total direct man power yang dibuthkan di dalam ruang pengujian untuk sampel
sebanyak 2023 sampel selama 1 tahun yaitu sebanyak 10 orang, dengan
penempatan yang berbeda – beda sesuai dengan jumlah man power yang
dibutuhkan pada masing – masing sub bagian.
4.5.2 Kalkulasi Kebutuhan Indirect Man power
Sementara untuk indirect man power yang bertempat di office selain analis /direct
man power, berdasarkan struktur organisasi pada bagian laboratorium udara,
berikut adalah rincian kebutuhan personelnya :
Tabel 4.7 Jumlah Indirect Man power
No. Sub / RoomJumlah Man
Power
1 Kepala Seksi 1
2Administrasi
Laboratorium 2
3Total Indirect Man Power
Sumber : Struktur Organisasi Laboratorium PT. EJIP
4.6 Perhitungan Dimensi dan Luas Area yang Diperlukan
4.6.1 Luas Lantai Ruang Pengujian
Luas lantai ruang pengujian dihitung dari luas lantai yang dibutuhkan per orang di
masing – masing sub bagian dikalikan dengan jumlah orang yang bekerja di sub
bagian tersebut ditambah dengan allowance yang diberikan sebesar 200%.
Terdapat 7 sub bagian di Ruang Pengujian, yaitu chemicals room, preparation
room, acceptance room, drying room, cooling room, weighing room, dan
instrumental room. Berikut adalah luas lantai masing – masing sub bagian:
4.6.1.1 Luas Lantai Chemicals Room
Luas chemicals room didasarkan pada kebutuhan bahan kimia yang dipakai untuk
pembuatan pereaksi selama 1 tahun untuk seluruh pengujian. Setiap pengujian
menggunakan pereaksi yang berbeda – beda. Pereaksi dibuat dari bahan - bahan
kimia yang dicampurkan atau di-treatment dengan perlakuan tertentu dengan
jumlah bahan kimia yang berbeda – beda.
Kebutuhan suatu bahan kimia dihitung per sampel, untuk seluruh pengujian yang
menggunakan bahan kimia tersebut. Berikut adalah contoh perhitungan kebutuhan
bahan kimia H2SO4 97% yang digunakan untuk membuat trapper solution pada
pengujian NH3:
A : V trapper solution yang digunakan/sampel : 10 mL
B : V trapper solution yang dibuat : 1000 mL
C : V H2SO4 97% untuk membuat 1000 mL trapper solution : 3 mL
Dengan jumlah projected demand target sebanyak 2023, dan ditambahkan
allowance sebanyak 5% untuk antisipasi kegagalan pembuatan pereaksi, maka
jumlah kebutuhan H2SO4 97% selama satu tahun yaitu sebagai berikut :
Hasil perhitungan bahan kimia lain ditampilkan pada lampiran 6, dengan
komposisi pereaksi tercantum pada bill of material pada lampiran 5.
Didalam pemilihan kemasan bahan kimia yang dibeli, terdapat beberapa kriteria
yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1. Harga bahan kimia per satuan unit.
Harga bahan kimia ini juga terkait dengan masa kadaluarsa bahan kimia.
Kemasan bahan kimia yang dipilih adalah kemasan bahan kimia dengan
harga termurah per satuan unitnya, tetapi dengan masa kadaluarsa yang
memadai untuk jumlah kebutuhan bahan kimia selama satu tahun.
2. Kemasan minimal dari supplier.
Setiap bahan kimia mempunyai kemasan minimal yang berbeda – beda,
sehingga meskipun dibutuhkan bahan kimia yang dibutuhkan jumlahnya
sedikit, kemasan minimal bahan kimia tersebut mungkin jauh lebih besar dari
jumlah yang dibutuhkan.
3. Tersedia atau tidaknya bahan kimia dengan kemasan yang dibutuhkan.
Kemasan bahan kimia dapat dipilih jika salah satu atau keseluruhan kriteria
tersebut terpenuhi. Berikut adalah tabel ringkasan kebutuhan bahan kimia yang
digunakan per tahun setelah dilakukan perhitungan kebutuhan bahan kimia untuk
seluruh pengujian sesuai dengan total projected demand.
Tabel 4.8 Ringkasan Kebutuhan Bahan Kimia per Tahun
No ChemicalsQ/
sampel
Q/th +
allowanceKemasan Unit
Kebutuhan
/th
Simbol
Bahaya
1 Acetone 0,500 1062,08 1000 ml 2 F
2 C19H17N3HCl 0,004 9,35 25 g 1 K,I,C
3 C6H5OH 0,500 1062,08 1000 g 2 T,D,K,C
4 CH3COOH 7,285 15474,43 2500 ml 7 C,F
5 Chloroform 0,004 8,50 1000 ml 1 T,K
6 EDTA 0,003 7,01 1000 g 1 I
7 FeCl3 1,250 2655,19 1000 g 3 I, C
8 H2S 1,000 2124,15 100 ml 22 F, D, T
9 H2SO4 97% 0,030 63,72 2500 ml 1 C
10 H3PO4 85% 10,924 23203,68 1000 ml 24 C
11 HCHO 36-38% 0,010 21,24 1000 ml 1 C, T, D
12 HCl 37% 31,417 66733,71 2500 ml 27 C, I
13 HgCl2 0,543 1153,41 1000 g 2 C, T, D, K
14 HgI2 0,001 2,12 50 g 1 D, T, K
15 I2 0,068 143,38 100 g 2 I, D, K
16 K2Cr2O7 0,245 520,42 500 g 2 C, T, D, K, O
17 KCl 0,298 633,00 500 g 2 I
18 KH2PO4 1,496 3177,73 1000 g 4 I
19 KI 3,516 7468,51 500 g 15 I, C
20 KIO3 0,031 65,05 500 g 1 I, O
21 Methanol 1,000 2124,15 2500 ml 1 F, T, K
22N,N-Dimethyl 1,4-
phenylen diam.cl0,008 15,93 25 g 1
T
23 Na2CO3 1,075 2283,46 1000 g 3 I
24 Na2HPO4.12H2O 3,940 8369,58 1000 g 9 I
25 Na2S 0,060 127,45 500 g 1 C,T,D
26 Na2S2O3.9H2O 3,874 8229,17 1000 g 9 I
27 Na2S2O5 0,001 1,27 500 g 1 I, C
28 Na3PO4.12H2O 0,100 212,42 1000 g 1 C
29 NaAcetate 0,500 1062,08 500 g 3 I
30 NaC2H5O2.3H2O 0,681 1445,48 1000 g 2 I
31 NaCl 0,003 5,31 500 g 1 I
32 Na-Nitroprusside 0,001 2,12 25 g 1 T
33 NaNO2 0,025 52,25 500 g 1 O, T, D
34 NaOCl 0,463 982,42 2500 ml 1 C, D
35 NaOH 0,352 748,68 1000 g 1 C
36 NEDA 0,001 2,12 5 g 1 I
37 NH2SO3H 0,006 12,74 100 g 1 I
38 NH4Cl 0,032 67,55 500 g 1 I
39 Starch Soluble 0,050 106,21 100 g 2 I
40 Sulfanilic Acid 0,250 531,04 250 g 3 I
41 ZnAcetate 2,500 5310,38 1000 g 6 I, D
Sumber : Hasil Perhitungan Kebutuhan Bahan Kimia
Keterangan simbol bahaya :
I : irritating
T : toxic
C : corrosive
D : dangerous for environment
K : carcinogenic
O : oxidizing
F : flammable
Bahan kimia padat dalam tabel yang bersimbol I, hanya menyebabkan iritasi jika
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, mata, atau mulut.
Bahan kimia dengan unit “g” merupakan bahan kimia padat, sedangkan unit “ml”
menunjukkan jenis bahan kimia cair.
Untuk penempatan bahan kimia di rak penyimpanan, mengikuti persyaratan di
bawah ini:
1. Bahan kimia yang lebih berat ditempatkan di bagian bawah.
2. Bahan kimia dengan simbol bahaya F tidak boleh ditempatkan dengan
bahan kimia bersimbol O. Bahan kimia dengan simbol sama lebih baik
ditempatkan dalam satu rak.
3. Penyimpanan bahan kimia tidak boleh ditumpuk.
4. Tinggi rak penyimpanan maksimum adalah selevel dengan mata, agar label
bahan kimia dapat terbaca dengan jelas, sehingga pengambilan bahan kimia
lebih aman.
5. Rak bahan kimia terbuat dari bahan yang tahan korosif, seperti stainless
steel atau keramik.
Berdasarkan pada persyaratan tersebut dan pertimbangan praktis, maka dibuatlah
dua rak penyimpanan bahan kimia, yaitu rak bahan kimia padat dan rak bahan
kimia cair. Rata – rata bahan kimia padat bersimbol I, sementara rata – rata bahan
kimia cair bersimbol C. Berikut adalah tabel dimensi kemasan bahan kimia dan
rak penyimpanannya mengikuti persyaratan di atas:
Tabel 4.9 Luas Lantai Chemicals Room
P (cm) L (cm) T (cm) P (cm) L (cm) T (cm) P (cm) L (cm) T (cm)
450 50 126
1 Liquid 1 L 17 15 15 25 18 18 30 Middle 450 50 45
2 Liquid 100 mL 13 5.5 5.5 9 6.6 6.6 10.8 Upper 450 50 16
3 Liquid 2.5 L 23 15 15 36 18 18 43.2 Lower 450 50 65
400 50 151
4 Solid 1 kg 26 11 11 18 13.2 13.2 21.6 Lower 400 50 32.4
5 Solid 100 g 3 5.5 5.5 9 6.6 6.6 10.8 Upper 400 50 16.2
6 Solid 25 g 3 4 4 11 4.8 4.8 13.2 Upper 400 50 19.8
7 Solid 250 g 2 6.5 6.5 12.5 7.8 7.8 15 Middle 400 50 22.5
8 Solid 5 g 1 4 4 6 4.8 4.8 7.2 Upper 400 50 10.8
9 Solid 50 g 1 4 4 12.5 4.8 4.8 15 Upper 400 50 22.5
10 Solid 500 g 19 8.5 8.5 15 10.2 10.2 18 Middle 400 50 27
11 Gas Tubes 2 30 30 150 36 36 180 Separated 108 108 270
5.5
12 Space Pengambilan 2 420 100 8.4
42
Dimensi Rak
Rak bahan kimia cair
Rak bahan kimia padat
TOTAL LUAS RAK BAHAN KIMIA (M2
)
TOTAL LUAS CHEMICALS ROOM (+ ALLOWANCE 200%)
No.Packaging
Category
Purchased
Q per year
Dimensi Botol Dimensi SpasiPosition
Sumber : Hasil Perhitungan Luas Chemicals Room
Total Luas Rak Bahan Kimia sebesar 5.5 m2 merupakan total dari penjumlahan luas area rak bahan kimia padat, cair, dan spasi untuk Gas
Tubes. Luas area masing – masing rak dihitung dengan mengalikan dimensi panjang dan lebar masing – masing rak. Tinggi rak tidak
dimasukkan pada perhitungan luas area.
Berdasarkan pembagian tempat penyimpanan pada chemicals room, terdapat spasi
untuk tempat penyimpanan tabung gas, dan dua rak bahan kimia, yaitu rak bahan
kimia padat, dan rak bahan kimia cair. Berikut adalah rincian masing – masing
beserta detail kapasitasnya :
A. Rak Bahan Kimia Padat
Dimensi luar : p x l x t : 400 x 50 x 151
Terdapat 7 level rak dengan masing – masing level mempunyai sekat, dengan siku
selebar 40 mm, diambil dari dimensi tinggi pada masing-masing level pada tabel
di atas. 7 level rak tersebut berurut dari level paling bawah yaitu ditempati oleh
kategori berikut :
1. Solid 1 kg
2. Solid 500 g
3. Solid 250 g
4. Solid 100 g
5. Solid 50 g
6. Solid 25 g
7. Solid 5 g
Panjang dan lebar tetap, hanya ketinggian masing- masing level berbeda.
Kapasitas masing – masing rak dihitung dengan membagi panjang rak dengan
panjang space dimension untuk masing – masing bottle category. Dimensi (dalam
satuan cm, tanpa siku) dan kapasitas setiap level (dengan pembulatan ke bawah)
yaitu sebagai berikut :
Level 1 : 400 x 50 x 28.5, kapasitas = 400/13.2 = 30 botol
Level 2 : 400 x 50 x 23, kapasitas = 400/10.2 = 39 botol
Level 3 : 400 x 50 x 18.5, kapasitas = 400/7.8 = 51 botol
Level 4 : 400 x 50 x 18.5, kapasitas = 400/6.6 = 60 botol
Level 5 : 400 x 50 x 15.8, kapasitas = 400/4.8 = 83 botol
Level 6 : 400 x 50 x 12.2, kapasitas = 400/4.8 = 83 botol
Level 7 : 400 x 50 x 10.6, kapasitas = 400/4.8 = 83 botol
B. Rak Bahan Kimia Cair :
Dimensi luar : p x l x t : 450 x 50 x 126
Terdapat 3 level rak dengan masing – masing level mempunyai sekat, dengan siku
selebar 40 mm, diambil dari dimensi tinggi pada masing-masing level pada tabel
di atas. 3 level rak tersebut berurut dari level paling bawah yaitu ditempati oleh
kategori berikut :
1. Liquid 2.5 L
2. Liquid 1 L
3. Liquid 100 mL
Panjang dan lebar tetap, hanya ketinggian masing- masing level berbeda.
Kapasitas masing – masing rak dihitung dengan membagi panjang rak dengan
panjang space dimension untuk masing – masing bottle category. Dimensi (dalam
satuan cm, tanpa siku) dan kapasitas setiap level (dengan pembulatan ke bawah)
yaitu sebagai berikut :
Level 1 : 450 x 50 x 61, kapasitas = 450/18 = 25 botol
Level 2 : 450 x 50 x 41, kapasitas = 450/18 = 25 botol
Level 3 : 450 x 50 x 12, kapasitas = 450/6.6 = 68 botol
C. Spasi Penyimpanan Gas
Tabung gas disimpan dalam posisi berdiri dengan luas area yang disediakan yaitu
108 x 108 cm. Spasi penyimpanan tabung gas ini disediakan untuk menyimpan 2
tabung gas. Spasi ini tidak mempunyai desain khusus, karena tabung gas hanya
diletakkan di lantai dengan posisi berdiri, namun penyimpanannya sedikit
dijauhkan dari rak bahan kimia cair untuk menghindari adanya bahan kimia yang
mudah meledak.
Detail rak bahan kimia padat terdapat pada lampiran 10
Detail rak bahan kimia cair terdapat pada lampiran 11
4.6.1.2 Luas Lantai Preparation Room
Preparation Room adalah ruangan yang digunakan untuk persiapan sampel
sebelum pengujian. Di ruangan ini terdapat meja – meja berbahan keramik dengan
peralatan preparasi uji diatasnya. Berdasarkan perhitungan man power yang
dibutuhkan, terdapat 3 orang yang bertugas di preparation room, sehingga perlu
disediakan 3 buah meja preparasi. Item dan luas masing – masing spasi yang
dibutuhkan yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.10 Luas Lantai Preparation Room
p (m) l (m)
1 Meja Preparasi 3 1 3 6 3 27
2 Rak Botol Standard Reagent 2 1.5 3 6 2 18
3 Rak Peralatan Gelas 2 1.5 3 6 2 18
4 Rak Peralatan Non Gelas 2 1.5 3 6 2 18
4 Space Pengujian 3 1 3 6 3 27
108
Total
Luas
(m2)
Total Luas Preparation Room (m2)
No. ItemDimensi Luas
Item
Allowance
(200 %)
Jumlah
Item
Sumber : Hasil pengamatan pada laboratorium analisis air PT. EJIP
4.6.1.3 Luas Lantai Drying Room
Drying Room adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat pengeringan pada
proses pengujian parameter TSP, PM 5 dan PM 10. Berikut adalah tabel luas
lantai Drying Room :
Tabel 4.11 Luas Lantai Drying Room
p (m) l (m)
1 Oven 0.75 0.75 0.5625 1.125 2 4
2 Space Pengujian 1 1 1 2 2 5
9
Total
Luas
(m2)
Total Luas Drying Room (m2)
No. ItemDimensi Luas
Item
Allowance
(200 %)
Jumlah
Item
Sumber : Hasil pengamatan pada laboratorium analisis air PT. EJIP
4.6.1.4 Luas Lantai Cooling Room
Seluruh bahan dan sampel dari drying room akan memasuki cooling room,
didalamnya terdapat peralatan untuk mendinginkan. Berikut adalah tabel luas
lantai cooling room :
Tabel 4.12 Luas Lantai Cooling Room
p (m) l (m)
1 Desiccator 0.5 0.5 0.25 0.5 2 1.5
2 Meja nampan 0.5 0.5 0.25 0.5 2 1.5
3 Space Pengujian 1 1 1 2 2 6
9
Total
Luas
(m2)
Total Luas Cooling Room (m2)
No. ItemDimensi Luas
Item
Allowance
(200 %)
Jumlah
Item
Sumber : Hasil pengamatan pada laboratorium analisis air PT. EJIP
4.6.1.5 Luas Lantai Weighing Room
Weighing Room berfungsi sebagai tempat penimbangan bahan – bahan yang telah
dikeringkan dan didinginkan. Berikut adalah detail luas lantai weighing room:
Tabel 4.13 Luas Lantai Weighing Room
p (m) l (m)
1 Neraca 0.5 0.5 0.25 0.5 2 1.5
2 Meja baki 0.5 0.5 0.25 0.5 2 1.5
3 Kursi 0.6 0.6 0.36 0.72 2 2.2
4 Space Pengujian 1.2 1 1.2 2.4 2 7.2
12
Total
Luas
(m2)
Total Luas Weighing Room (m2)
No. ItemDimensi Luas
Item
Allowance
(200 %)
Jumlah
Item
Sumber : Hasil pengamatan pada laboratorium analisis air PT. EJIP
4.6.1.6 Luas Lantai Acceptance Room
Acceptance Room adalah tempat penerimaan sampel dari petugas sampling
ataupun konsumen. Sampel pertama kali memasuki ruangan ini untuk selanjutnya
diuji di sub bagian lain di dalam ruang pengujian. Berikut detail luas area
acceptance room beserta item di dalamnya:
Tabel 4.14 Luas Lantai Acceptance Room
p (m) l (m)
1 Samples Refrigerator 4 1.2 4.8 9.6 2 28.8
2 Meja Penerimaan Sampel 1.2 1 1.2 2.4 2 7.2
3 Space Pergerakan 4 1.5 6 12 1 18
54
Total
Luas
(m2)
Total Luas Acceptance Room (m2)
No
.Item
Dimensi Luas
Item
Allowance
(200 %)
Jumlah
Item
Sumber : Hasil pengamatan pada laboratorium analisis air PT. EJIP
4.6.1.7 Luas Lantai Instrumental Room
Instrumental Room merupakan ruangan yang dipergunakan untuk pengujian
menggunakan instrumen. Berikut detail luas area Instrumental Room beserta item
– item di dalamnya:
Tabel 4.15 Luas Lantai Instrumental Room
p (m) l (m)
1
Atomic
Absorption
Spectrofotometer3 1.5 4.5 9 2 16
2 Spectrofotometer 1.2 1.2 1.44 2.88 2 6
3 Space Pengujian 3 1 3 6 4 13
36
Total
Luas
(m2)
Total Luas Instrumental Room (m2)
No. ItemDimensi Luas
Item
Allowance
(200 %)
Jumlah
Item
Sumber : Hasil pengamatan pada laboratorium analisis air PT. EJIP
Setelah dilakukan perhitungan luas lantai masing – masing sub bagian
laboratorium, berikut adalah tabel ringkasan luas lantai keseluruhan laboratorium :
Tabel 4.16 Ringkasan Luas Lantai Ruang Pengujian
No. Sub / Room Luas Lantai (m2)
1 Chemicals Room 42
2 Preparation Room 108
3 Drying 9
4 Cooling 9
5 Weighing 12
6 Instrumental Analysis 36
7 Sample Acceptance 54
270Total Luas Lantai Laboratorium (m2)
Sumber : Hasil Perhitungan Luas Lantai Ruang Pengujian
4.6.2 Luas Lantai Office dan Fasilitas Penunjang
4.6.2.1 Luas Lantai Office
Perhitungan luas kantor dihitung sesuai jumlah personel yang menempati
bangunan kantor. Dalam bangunan laboratorium ini, personel yang terdata yaitu
13 orang dengan rincian personel pada tabel. Untuk pergerakan personel dan aisle,
ditambahkan allowance sebesar 200%. Berikut adalah tabel luas kantor dan
fasilitas penunjang lainnya :
Tabel 4.17 Luas Lantai Office
1 Kepala Seksi 1 1 1.8 1.2 2.16 4.32 6
2 Analis 9 1 1.2 0.8 8.64 17.28 26
3 Administrasi 2 1 1.5 0.8 2.4 4.8 7
4 Archive Room - - 3 2 6 12 18
58
Luas
(m2)
Allowance
(200%)
Luas
Ruangan
LUAS OFFICE
No. BagianRincian
Personel
Jumlah
mejap (m) l (m)
Sumber : Hasil Perhitungan Luas Office Berdasarkan Jumlah Personel
4.6.2.2 Luas Lantai Loker
Loker dipergunakan untuk menaruh tas dan barang – barang lain yang tidak
diperkenankan dibawa kedalam ruang pengujian ataupun office. Berikut adalah
detail luas loker dan personel yang menggunakannya. Jumlah tumpukan pada
tabel adalah jumlah tumpukan vertikal.
Tabel 4.18 Luas Locker Room
1 Analis & Lab Assistant 10 3 0,4 0,5 0,8 1,6 2
2 Administrasi 2 2 0,4 0,5 0,2 0,4 1
3 Space Pergerakan 12 4,8 0,5 2,4 4,8 7
10LUAS LOKER
Luas
(m2)
Allowance
(200%)
Luas
RuanganNo Bagian
Rincian
Personel
Jumlah
tumpukanp (m) l (m)
Sumber : Hasil Perhitungan Luas Locker Room Berdasarkan Jumlah Personel
4.6.2.3 Luas Lantai Kantin
Kantin dipergunakan sebagai tempat makan bersama pada saat makan siang atau
jam coffee break. Luas lantai kantin dibuat untuk megakomodir analis, lab
assistant, serta administrasi dengan jumlah total yang menggunakan ruangan ini
yaitu 12 orang. Meja makan dibuat memanjang dengan kursi makan meghadap ke
arah yang sama/searah. Makanan tidak disediakan oleh perusahaan, sehingga
tidak diperlukan pengaturan trolley makanan. Makanan dibawa dari luar, sehingga
kantin tidak perlu dilengkapi dengan meja untuk mengambil makanan, tapi
diperlukan spasi untuk peralatan penghangat/pendingin makanan. Detail luas
lantai kantin dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.19 Luas Lantai Kantin
1 Meja makan 1 12 1.2 14.4 28.8 43
2 Microwave Table 1 1 0.8 0.8 1.6 2
3 Coffee Maker 1 1.5 1 1.5 3 5
4 Refrigerator 1 0.8 0.8 0.64 1.28 2
5 Washtafel 1 0.6 0.5 0.3 0.6 1
Allowance
(200%)
Luas +
Allowance
LUAS KANTIN 52
No. Item Jumlah p (m) l (m) Luas (m2)
Sumber : Hasil Perhitungan Luas Lantai Kantin
4.6.2.4 Luas Lantai Lobby
Lobby sangat diperlukan untuk menerima konsumen yang memberikan sampel
atau untuk menyambut tamu yang datang. Detail luas lantai lobby terdapat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.20 Luas Lantai Lobby
1 Meja Resepsionis 1 1.5 1 1.5 3 4.5
2 Sofa 2 1.5 1 3 6 9
3 Meja Tamu 1 1.5 1 1.5 3 4.5
Allowance
(200%)
Luas +
Allowance
LUAS LOBBY 18
No. Item Jumlah p (m) l (m) Luas (m2)
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6.2.5 Luas Lantai Health and Medications
Health and Medications adalah ruangan yang berfungsi sebagai unit kesehatan
laboratorium dan penanggulangan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan
kesehatan. Didalam ruangan ini juga terdapat shower yang difungsikan untuk
membersihkan tumpahan yang mengenai anggota badan ataupun cipratan bahan
kimia.
Tabel 4.21 Luas Lantai Health and Medications
1 Meja Dokter 1 1.2 0.8 0.96 1.92 2.88
2 Kasur 2 2 1.5 6 12 18
3 Shower 1 1.5 1 1.5 3 4.5
Allowance
(200% )
Luas +
Allowance
LUAS HEALTH AND MEDICATIONS SERVICE 25
No. Item Jumlah p (m) l (m) Luas (m2)
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6.2.6 Luas Lantai Toilet
Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, bahwa diperlukan
minimal 1 toilet untuk maksimal 15 orang pekerja, dan toilet laki- laki dipisah
dengan toilet perempuan, maka disediakan 3 toilet untuk seluruh staf yang
berjumlah total 13 orang, dan 2 toilet (1 toilet perempuan dan 1 toilet laki-laki)
untuk tamu dan konsumen. Berikut detail luas lantai toilet :
Tabel 4.22 Luas Lantai Toilet
1 Toilet 5 1.5 1 7.5 15 22.5
2 Washtafel 5 1.5 1 7.5 15 22.5
3 Towel rack 2 1.5 0.8 2.4 4.8 7
LUAS TOILET 52
Allowance
(200%)
Luas +
AllowanceNo. Item Jumlah p (m) l (m) Luas (m
2)
Sumber : Hasil Perhitungan Luas Toilet Berdasarkan Jumlah Pengguna
4.6.2.7 Luas Lantai Ruang Istirahat
Didalam ruang istirahat terdapat mushala dan sofa yang disediakan untuk para staf
yang beristirahat. Ruang istirahat diletakkan berdekatan dengan toilet dan kantin.
Tabel 4.23 Luas Ruang Istirahat
1 Mushala 1 3 2 6 12 18
2 Sofa 1 2 1.7 3.4 6.8 10
LUAS TOILET 28
Allowance
(200%)Luas + AllowanceNo. Item Jumlah p (m) l (m) Luas (m
2)
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6.2.8 Luas Lantai Ruang Meeting
Ruang Meeting disediakan untuk pertemuan – pertemuan dengan konsumen,
ataupun meeting rutin yang dilaksanakan oleh staf laboratorium. Berikut detail
luas lantai ruang meeting:
Tabel 4.24 Luas Ruang Meeting
1 Meja 1 3 2 6 12 18
2 Meja Telepon 1 0.5 0.5 0.25 0.5 1
Allowance
(200%)
Luas +
Allowance
LUAS RUANG MEETING 19
No. Item Jumlah p (m) l (m)Luas
(m2)
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6.2.9 Luas Lahan Parkir
Lahan parkir yang perlu disediakan yaitu lahan parkir untuk 14 motor (13 motor
untuk staf dan 1 motor tamu). Parkiran mobil tersedia di lahan lain departemen, di
luar lahan yang diperuntukkan untuk laboratorium analisis udara. Berdasarkan
Satuan Ruang Parkir (SRP) yang terdapat dalam Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir yang diterbitkan oleh Dirjen Perhubungan Darat
pada lampiran 7, dimensi parkir yang perlu disediakan untuk kebutuhan parkir
motor staf laboratorium yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.25 Luas Lahan Parkir
1 Motor 14 2 0.75 21 42 63
Allowance
(200%)
Luas +
Allowance
LUAS PARKIR 63
No. Item Jumlah p (m) l (m)Luas
(m2)
Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan SRP dan Jumlah Pengguna Kendaraan
4.7 Ringkasan Kebutuhan Luas Lantai Gabungan
Setelah dilakukan perhitungan luas lantai untuk ruang pengujian, offices, dan
supporting facilities, didapatkan ringkasan luas masing – masing yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.26 Ringkasan Kebutuhan Luas Lantai Gabungan
No. Ruang Luas Area (m2)
1 Office 58
2 Lobby 18
3 Meeting Room 19
4 Health and Medications 25
5 Tolet 52
6 Kantin 52
7 Ruang Istirahat 28
8 Loker 10
9 Parkir 63
10 Ruang Pengujian 270
595Total
Sumber : Ringkasan Hasil Perhitungan
4.8 Luas Area yang Dibutuhkan Disesuaikan dengan Luas Area Tersedia
Berdasarkan hasil perancangan layout yang telah dibuat, diketahui bahwa space
yang dibutuhkan untuk membangun laboratorium analisis udara PT. EJIP yaitu
sebesar 595 m2. Sementara space yang disediakan oleh perusahaan yaitu sebesar
720 m2. Artinya :
Space tersisa = space available – space requirement
Space tersisa = 720 m2 – 595 m
2 = 125 m
2
Persentase lahan tersisa = space tersisa x 100%
Space available
Persentase lahan tersisa = 125 m2 x 100% = 17.36 %
720
Persentase lahan tersisa ini, yaitu 17.36 % dari luas lahan total. Pada titik ini
diketahui bahwa layout yang dibuat sudah memenuhi persyaratan pola
penggunaan lahan dalam standar teknis yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai
Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010, dimana luas lahan terbuka
hijau minimal yaitu seluas 10% dari luas area total.
Untuk pengembangan di kemudian hari, jika sumberdaya yang tersedia tidak lagi
mencukupi kebutuhan akan jasa analisis, pihak manajemen berencana untuk
meningkatkan luas bangunan tersebut menjadi dua lantai. Selain itu, masih
terdapat spasi kosong di sekitar lokasi yang disediakan yang tidak disebutkan luas
areanya pada penelitian ini.
4.9 Analisa Kuantitatif Aliran Material dengan From to chart (FTC)
Untuk menganalisa aliran proses secara kuantitatif, digunakan alat bantu dengan
From to chart. Angka-angka yang terdapat dalam from to chart akan
menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan dari posisi satu, ke
posisi yang lainnya.
Analisa kuantitatif dengan From to chart pada aliran proses di ruang pengujian
tidak dihitung berdasarkan beban berat beban yang dipindahkan, akan tetapi
dihitung dari jumlah perpindahan personel antar sub-bagian ruang pengujian saat
melakukan proses pengujian. Dari flow process diagram yang telah digambarkan
sebelumnya, dibuat aggregate of flow movement untuk satu sampelsebagai
berikut :
Tabel 4.27 Aggregate of Flow Movement
No. From To Total Weight
1 Chemicals Preparation 8
2 Preparation Drying 3
3 Preparation Acceptance 6
5 Drying Cooling 3
6 Cooling Weighing 3
7 Weighing Drying 3
8 Weighing Acceptance 3
9 Acceptance Instrumental 6
Sumber : Ringkasan Hasil Perhitungan Total Weight
Dari aggregate of flow movement dituangkan ke dalam from to chart yang
ditunjukkan dengan tabel berikut :
Tabel 4.28 From to chart Ruang Pengujian
From \ To Chemicals Prep. Drying Cooling Weighing Instrument.Accept.
Chemicals 8
Preparation 3 6
Drying 3 3
Cooling 3
Weighing 3
Instrumental 6
Acceptance
4.10 Analisa Kualitatif Aliran Material dengan Activity Relationship Chart
(ARC) dan Activity Relationship Diagram
Untuk menganalisa aliran material secara kualitatif, digunakan ARC dan ARD.
Pengolahan metode ini menghasilkan tata letak baru yang berdasarkan hubungan
keterdekatan aktivitas sehingga didapat tata letak yang teratur dan aliran material
yang berurutan.
4.10.1 ARC dan ARD Ruang Pengujian
Untuk ARC pada area ruang pengujian, dibuat dari total momen antar sub bagian
pada from to chart. Asumsi range bobot tingkat kepentingan dibuat berdasarkan
sebaran total momen pada from to chart, sehingga dibuatlah range tingkat
kepentingan sebagai berikut:
Tabel 4.29 Range tingkat Kepentingan
Quantitative Qualitative
FTC ARC
≤ 1 U Unimportant
2 - 3 O Ordinary Important
4 - 5 I Important
6 - 7 E Especially Important
8 - 9 A Absolutely Important
Tingkat Kepentingan
Sumber : Hasil Perhitungan Sebaran Total Momen Dan Tingkat Kepentingannya
Tidak ada kode ARC “X” (Undesirable/tidak diinginkan) karena tidak ada sub
bagian/ bagian yang sangat perlu dijauhkan satu sama lain. Dengan berpatokan
pada range tingkat kepentingan tersebut, diplotlah momen pada from to chart
kedalam ARC sebagai berikut :
Chemicals
Preparation
Drying
Cooling
Weighing
Acceptance
Instrumental
U
UI
U U
U
A
I
I
I U
U
U
U U
E
U
U U
I
E
Gambar 4.4 ARC Ruang Pengujian
Keterdekatan juga digambarkan dalam ARD dengan menggunakan kombinasi
garis dengan warna yang telah distandarkan sesuai hubungan keterdekatan yang
digambarkan pada ARC. Terdapat 7 sub bagian pada ruang pengujian yang
ditunjukkan dengan nomor sesuai urutannya pada ARC sebelumnya. Berikut
adalah diagram ARD Ruang Pengujian :
Gambar 4.5 ARD Ruang Pengujian
4.10.2 ARC Gabungan Ruang Pengujian, Office, dan Fasilitas Penunjang
Semakin sering dan semakin penting akses satu bagian ke bagian lain, maka
penempatan dua bagian tersebut harus semakin dekat. Tingkat kepentingan dan
keterdekatan antar bagian dan fasilitas berdasarkan asumsi-asumsi standar sebagai
berikut:
Parking lot penting didekatkan dengan lobby, agar tamu tidak melewati
fasilitas lain saat melakukan kunjungan ataupun mengantarkan sampel ke
laboratorium.
Parking lot penting didekatkan dengan office karena finger print karyawan
dilakukan di office, sehingga tempat pertama yang dituju saat datang adalah
office. Karyawan dapat langsung melakukan finger print tanpa berputar
melewati supporting facilities yang lain.
Ruang Health and Medications ditempatkan di dekat ruang istirahat agar
pasien dapat langsung beristirahat setelah mendapatkan perawatan, ruangan
ini juga ditempatkan berdekatan dengan ruang pengujian agar pengobatan jika
terjadi kecelakaan kerja dapat segera dilakukan.
Ruang meeting berdekatan dengan lobby dan office agar tamu atau personel
dapat melakukan meeting tanpa harus melewati bagian lain dan mengganggu
aktivitas personel lain yang sedang bekerja.
Lobby perlu didekatkan dengan ruang pengujian agar sampel dapat langsung
diuji segera setelah diberikan oleh petugas sampling atau konsumen.
Ruang istirahat, toilet, dan kantin diletakkan berdekatan agar personel dapat
menggunakan allowance yang diberikan dengan efektif.
Berikut adalah ARC yang dibuat berdasarkan asumsi – asumsi tersebut :
Office
Lobby
Meeting Room
Health and
Medications
Toilet
RuangIstirahat
Kantin
A
IE
U I
E
I
U
I
E O
O
O
O O
U
O
I I
E
I
Locker
Parkir
U
I
O
A
U
O
U
U
U
U
U
U
U
A
I
Ruang Pengujian
O
I
U
I
U
A
A
E
U
Gambar 4.6 ARC Gabungan Ruang Pengujian, Office, dan Supporting Facilities
ARD gabungan meliputi 10 bagian dengan nomor berurutan sesuai dengan ARC
pada gambar diatas juga menggunakan kombinasi garis dengan warna yang telah
distandarkan. ARD gabungan meskipun dapat mempermudah penempatan bagian
kedalam layout, namun tidak menggambarkan perbandingan luas antar bagian.
ARD gabungan digambarkan sebagai berikut :
1 2 3
4
567
8
9 10
Gambar 4.7 ARD Gabungan Ruang Pengujian, Office, dan Ruang Pengujian
4.11 Pertimbangan Modifikasi dan Batasan Praktis Perancangan Layout
4.11.1 Batasan Praktis
Yang menjadi batasan dalam perancangan layout dalam penelitian ini adalah :
1. Batasan dimensi dan luas area yang telah ditentukan oleh perusahaan. Luas
area tempat layout akan diaplikasikan yaitu 720 m2 dengan dimensi yang
tertentu pula, yaitu 40 meter x 18 meter. Sehingga perancangan layout
selanjutnya dibatasi oleh angka tersebut.
2. Posisi jalan berada pada dua sisi, yaitu pada sisi panjang dan lebar, sehingga
dapat digunakan sistem jalur satu arah. Namun, letak lobby, parkir, dan office
perlu menghadap sisi jalan ini.
4.11.2 Pertimbangan Modifikasi
Untuk membuat rancangan layout alternatives, perlu dipertimbangan beberapa hal
berikut agar perancangan layout tetap sesuai prosedur perancangan namun sesuai
dengan kebutuhan. Pertimbangan modifikasi juga dibuat karena adanya batasan –
batasan praktis. Pertimbangan modifikasi yang perlu diketahui yaitu :
1. Letak lobby pada layout office dan supporting facilities perlu didekatkan
dengan sample acceptance, agar mempermudah perpindahan sampel dari luar
ke dalam ruang pengujian.
2. Dengan adanya batasan dimensi dan luas area, maka untuk merancang layout
ruang pengujian dan layout offices dan supporting facilities, dimensi layout
perlu dimodifikasi sebelum pembuatan AAD dengan algoritma ALDEP.
Dimensi lebar yang ditentukan yaitu 15 meter, dengan panjang disesuaikan
dengan luas kebutuhan dan lebar layout yang dimodifikasi untuk ruang
pengujian dan supporting facilities.
4.12 Perancangan Layout Alternatives Ruang Pengujian dan Supporting
Facilities dengan ALDEP Algorithm
Pada generalisasi layout dengan algoritma ALDEP, digunakan inputan sebagai
berikut :
1. Flow matrix.
2. Data luas area masing-masing bagian.
3. Ketentuan sweep width, panjang, dan width area, serta fixed department.
Pada layout laboratorium yang dirancang, data flow matrix didapatkan dari ARC
yang diubah kedalam bentuk angka. Sweep width yang digunakan yaitu 3, dengan
skala blok 1:1 (1 blok mewakili 1 m2 luas area), panjang dan lebar layout dibuat
agar sesuai dengan luas area yang tersedia dengan rincian sebagai berikut :
Luas area yang tersedia = 720 m2
Dimensi area :
Panjang = 40 meter
Lebar = 18 meter
Ruang terbuka hijau minimal = 10 % = 0.1 x 720 m2 = 72 m
2
Luas Maksimal Laboratorium+Supporting Facilities = 720 m2-72 m
2= 648 m
2
Dari pembahasan sebelumnya, didapatkan total luas ruang pengujian sebesar 270
m2dan total luas supporting facilities sebesar 325 m
2. Layout ruang pengujian dan
supporting facilities dibuat dan dievaluasi secara terpisah.
Dengan ditentukannya width untuk perancangan layout yaitu 15 meter, maka
dimensi untuk masing - masing layout yaitu sebagai berikut :
Panjang Ruang Pengujian = Luas Total/width ditentukan
= 270m2/15 meter = 18 meter
Maka, dimensi ruang pengujian yaitu = panjang x lebar : (18 x 15) meter
Panjang Office& supporting facilities = Luas Total/width ditentukan
= 325m2/15 meter = 22 meter
Maka, dimensi & supporting facilities = panjang x lebar : (22 x 15) meter
4.12.1 Layout Ruang Pengujian
Ruangan yang termasuk pada layout ruang pengujian berjumlah 7 bagian, yaitu
chemicals room, preparation room, acceptance room, drying room, cooling room,
weighing room, dan instrumental room. Ketentuan yang digunakan yaitu sebagai
berikut :
Skala yang digunakan yaitu 1 blok/square mewakili 1 m2 luas area, scale = 1:1
sehingga, didapatkan layout dengan ukuran blok 18 x 15 blok, dengan dimensi
sesungguhnya, panjang 18 meter dan lebar 15 meter.
Sweep width yang digunakan yaitu 3
Untuk evaluasi layout yang digeneralisasi, dilakukan dengan menjumlah score
layout dengan kriteria:
A = 26 = 64
E = 24 = 16
I = 22 = 4
O = 20 = 1
U = 0
X = -210
= -1024
Setelah dilakukan tiga kali iterasi, didapatkan hasil layout score sebagai berikut :
Tabel 4.30 Rekapitulasi Perhitungan Layout Score Ruang Pengujian
No. Iterasi Layout Score
1 Alternative Layout 1 216
2 Alternative Layout 2 224
3 Alternative Layout 3 232
Sumber : Rekapitulasi Hasil Perhitungan
Layout yang dipilih adalah layout yang mempunyai layout score tertinggi, yaitu
alternative layout 3 dengan layout score sebesar 232. Flow movement pada ruang
pengujian ditunjukkan oleh panah yang berbeda untuk 2 aliran proses umum
sebagai berikut:
Solid Line untuk pola aliran pengujian TSP, PM5, dan PM10.
Dashes Line untuk pola aliran pengujian SOx, Nox, H2S, NH3
dan Oxidant.
Gambar 4.8 Area Allocation Diagram Ruang Pengujian
Keterangan :
CH = Chemicals Room
PR = Preparation Room
AC = Acceptance Room
DR = Drying Room
CO = Cooling Room
WE = Cooling Room
IN = Instrumental Room
Dari hasil iterasi pada gambar 4.8 dapat terlihat bahwa layout yang dibuat telah
sesuai dengan aliran pergerakan personil untuk pengujian yang dilakukan. Hasil
iterasi dan evaluasi Alternatives Layout 1 dan 2 dalam bentuk AAD ditampilkan
dalam lampiran 12 dan 13. Sementara hasil rancangan tata letak ruang pengujian
yang telah disesuaikan dengan dimensi dan skala gambar ditampilkan dalam
lampiran 16.
4.12.2 Layout Gabungan Ruang Pengujian, Office, dan Supporting Facilities
Layout gabungan dibuat dengan menggunakan algoritma ALDEP. Ruangan
pengujian dibuat sebagai fixed point dengan luas area dan dimensi sesuai dengan
hasil iterasi layout ruang pengujian yang telah digambarkan diatas. Dengan
mengacu pada ARC gabungan, dibuat layout dengan ketentuan sebagai berikut :
Skala yang digunakan yaitu 1 blok/square mewakili 1 m2 luas area, scale = 1:1,
ukuran blok 22 x 15 blok, dengan dimensi sesungguhnya 22 x 15 meter.
Sweep width yang digunakan yaitu 3,
Setelah dilakukan evaluasi, dipilihlah hasil iterasi layout yang mempunyai
layout score tertinggi dibandingkan dengan 2 iterasi lainnya dengan
perbandingan layout score sebagai berikut :
Tabel 4.31 Rekapitulasi Perhitungan Layout Score Gabungan
No. Iterasi Layout Score
1 Alternative Layout 1 482
2 Alternative Layout 2 576
3 Alternative Layout 3 668
Sumber : Rekapitulasi Hasil Perhitungan
Layout gabungan dengan layout score tertinggi yaitu alternative layout 3 dengan
layout score sebesar 668.
Hasil iterasi dan evaluasi Alternatives Layout 1 dan 2 dalam bentuk AAD
ditampilkan dalam lampiran 14 dan 15. Sementara hasil rancangan tata letak
offices dan supporting facilities yang telah disesuaikan dengan dimensi dan skala
gambar ditampilkan dalam lampiran 17.
Hasil penggabungan layout ruang pengujian dan offices serta supporting facilities
dengan pertimbangan modifikasi dan batasan braktis yang telah disebutkan,
ditampilkan dlam lampiran 18.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut :
1. Rancangan tata letak laboratorium analisis udara yang dibuat mampu
memenuhi target perusahaan akan pemenuhan kebutuhan jasa analisis udara
dengan luas area tersedia lebih dari luas area yang dibutuhkan.
2. Rancangan tata letak laboratorium analisis udara ini memenuhi standar teknis
pola penggunaan lahan sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun
2010, dengan luas area terbuka hijau sebesar 17.36% dari total luas area
keseluruhan.
5.2 Saran
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diberikan yaitu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perancangan fasilitas
laboratorium untuk penerapan di lokasi yang disediakan dengan menggunakan
model matematis.
DAFTAR PUSTAKA
Heragu, Sunderesh S. 2008. Facilities Design, 3rd
Edition. Florida: Taylor &
Francis Group, LLC.
Mukhopadhyay, S.K. 2007. Production Planning and Control: Text and Cases,
3rd
Edition. India: PHI Learning Pvt. Ltd.
Muther, Richard. 1974. Systematic Layout Planning, 2nd
edition. Boston: Cahners
Books.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan. Jakarta.
Republik Indonesia. 2010. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 35/M-
IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. Jakarta.
Sutalaksana, Iftikar, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Departemen
Teknik Industri – ITB.
Tompkins, J.A. 1996. Facilities Planning, 4th
Edition. New York: John Willey and
Sons, Inc.
Sritomo, Wignjosoebroto. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi
Ketiga. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
Recommended