View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2016
TENTANG
MANAJEMEN KEPEGAWAIAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya peningkatan manajemen
kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
berkualitas, akurat, terintegrasi, dan tepat waktu, perlu
dilakukan pengelolaan manajemen kepegawaian berbasis
teknologi informasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Manajemen Kepegawaian
Berbasis Teknologi di Lingkungan Kementerian
Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4843);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
-2-
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
4. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4263);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN
KEPEGAWAIAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Manajemen kepegawaian adalah keseluruhan upaya
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan
kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan,
promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.
-3-
2. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan
informasi.
3. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut
Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
4. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
5. Data adalah keterangan yang benar dan nyata yang
dapat memberikan gambaran tentang keadaan tertentu.
6. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian yang
selanjutnya disebut SIMKA adalah suatu aplikasi
komputer untuk mengelola basis data ASN dalam rangka
menghasilkan data dan informasi kepegawaian secara
daring yang akurat, berkualitas, dan terkini.
7. Sistem Informasi Layanan Kepegawaian yang selanjutnya
disingkat SILK adalah suatu aplikasi komputer yang
memanfaatkan data/informasi SIMKA untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan terkait dengan manajemen
pengelolaan ASN dan menghasilkan produk-produk
urusan mutasi kepegawaian.
8. Mutasi Kepegawaian adalah keseluruhan perubahan
administrasi kepegawaian berupa Keputusan, Surat,
Perizinan, Penilaian, dan Persetujuan untuk Pegawai
Negeri Sipil.
-4-
9. Unit Utama adalah satuan organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang dipimpin oleh pejabat
struktural eselon I.
10. Satuan Kerja adalah satuan organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang dipimpin oleh pejabat
struktural Eselon II.
11. Unit Pelaksana Teknis adalah instansi vertikal pusat
pada Unit Utama.
12. Biro Kepegawaian adalah satuan kerja yang
menyelengarakan urusan kepegawaian di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman dan
acuan bagi seluruh Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian
Kesehatan dalam pengelolaan Manajemen Kepegawaian
berbasis Teknologi Informasi agar tepat waktu dan tepat
sasaran.
Pasal 3
Pengaturan Manajemen Kepegawaian berbasis Teknologi
Informasi bertujuan untuk:
a. mendukung Manajemen Kepegawaian berbasis sistem
merit;
b. mewujudkan proses kepegawaian yang bersih,
transparan, dan akuntabel;
c. mewujudkan data kepegawaian yang mutakhir dan
terintegrasi; dan
d. memberikan kemudahan dalam proses pengelolaan
Manajemen Kepegawaian.
Pasal 4
Setiap Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan
wajib mengelola urusan kepegawaian berbasis Teknologi
Informasi yang terdiri atas:
a. SIMKA; dan
b. SILK.
-5-
Pasal 5
(1) SIMKA dan SILK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
diselenggarakan secara terintegrasi dan digunakan dalam
proses pengelolaan Manajemen Kepegawaian.
(2) Dalam hal belum tersedianya aplikasi SILK untuk suatu
proses kepegawaian, pengelolaan dapat dilakukan secara
manual.
BAB II
PENGELOLA SIMKA dan SILK
Pasal 6
(1) Dalam rangka operasionalisasi SIMKA dan SILK
dilakukan pembinaan dan pengelolaan.
(2) Pembinaan SIMKA dan SILK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal
sebagai Pejabat Pembina.
(3) Pengelolaan SIMKA dan SILK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Biro Kepegawaian
sebagai Pejabat Pengelola.
Pasal 7
(1) Pengelolaan SIMKA dan SILK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (3) didasarkan pada data kepegawaian
yang dihimpun dari masing-masing Unit Utama dan
Satuan Kerja.
(2) Sekretaris Unit Utama, Kepala Satuan Kerja, dan kepala
UPT bertanggung jawab terhadap penghimpunan data
kepegawaian terkini di masing-masing Unit Utama,
Satuan Kerja, atau UPT yang dipimpinnya.
Pasal 8
(1) Dalam rangka pengelolaan SIMKA dan SILK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), Kepala Biro
Kepegawaian dibantu oleh administrator SIMKA/SILK.
-6-
(2) Administrator SIMKA/SILK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertugas dan bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pemeliharaan Teknologi Informasi
pendukung SIMKA dan SILK.
(3) Administrator SIMKA/SILK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pejabat Eselon III yang membidangi
sistem informasi kepegawaian.
(4) Dalam pelaksanaan tugasnya, administrator SIMKA/SILK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan
programmer untuk pelaksanaaan pengelolaan dan
pemeliharaan Teknologi Informasi pendukung
SIMKA/SILK.
Pasal 9
(1) Dalam rangka penghimpunan data kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Sekretaris
Unit Utama, Kepala Satuan Kerja, dan Kepala UPT
dibantu oleh operator SIMKA/SILK.
(2) Operator SIMKA/SILK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh :
a. Sektretaris Unit Utama untuk satuan kerja dan UPT
di lingkungannya; atau
b. Kepala Biro Kepegawaian untuk satuan kerja di
lingkungan kerja Sekretariat Jenderal.
(4) Operator SIMKA/SILK sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) bertugas dan bertanggung jawab dalam pengolahan
data kepegawaian dan/atau penyediaan informasi
kepegawaian terkini.
(5) Operator SIMKA/SILK sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) terdiri atas:
a. Operator SIMKA/SILK di Unit Utama;
b. Operator SIMKA/SILK di Satuan Kerja; dan
c. Operator SIMKA/SILK di UPT.
(6) Persyaratan pegawai untuk ditetapkan sebagai operator
SIMKA/SILK meliputi:
a. berstatus PNS;
b. pangkat paling rendah II/c;
-7-
c. pendidikan paling rendah D-III;
d. memahami urusan Manajemen Kepegawaian; dan
e. mampu mengoperasikan komputer.
BAB III
TUGAS, WEWENANG, DAN HAK
Pasal 10
(1) Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3) mempunyai tugas dan wewenang:
a. mengangkat dan memberhentikan administrator dan
operator SIMKA/SILK di lingkungan kerja
Sekretariat Jenderal;
b. menetapkan username dan password kepada
administrator dan operator SIMKA/SILK;
c. memberikan pertimbangan dalam pembangunan
dan pengembangan SIMKA dan SILK;
d. memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
pemeliharaan SIMKA dan SILK, penyempurnaan
tampilan (feature), masukan (input), dan luaran
(output) dalam pengelolaan data dan informasi
kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan;
e. menyusun, menyempurnakan, dan mengembangkan
prosedur dan standar SIMKA dan SILK;
f. mengelola data dan informasi kepegawaian
Kementerian Kesehatan;
g. melaporkan hasil pengelolaan SIMKA dan SILK
secara periodik kepada pejabat pembina SIMKA dan
SILK; dan
h. mengawasi pelaksanaan tugas administrator
SIMKA/SILK dan operator SIMKA/SILK.
(2) Sekretaris Unit Utama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) mempunyai tugas dan wewenang:
a. mengangkat dan memberhentikan operator
SIMKA/SILK di Unit Utama dan UPT
dilingkungannya;
-8-
b. mengelola data dan informasi kepegawaian di
lingkungan Unit Utama;
c. melaporkan hasil pengelolaan data dan informasi
kepegawaian secara periodik kepada pejabat
pengelola SIMKA dan SILK melalui operator
SIMKA/SILK di lingkungan Unit Utama; dan
d. mengawasi pelaksanaan tugas operator
SIMKA/SILK.
(3) Kepala Satuan Kerja dan Kepala UPT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) mempunyai tugas dan
wewenang:
a. mengelola data dan informasi kepegawaian di
lingkungan satuan kerjanya;
b. melaporkan hasil pengelolaan data dan informasi
kepegawaian secara periodik kepada Pimpinan Unit
Utama melalui Sekretaris Unit Utama atau melalui
Kepala Biro Kepegawaian untuk satuan kerja
dilingkungan Sekretariat Jenderal; dan
c. mengawasi pelaksanaan tugas operator
SIMKA/SILK.
Pasal 11
Administrator SIMKA/SILK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 mempunyai tugas dan wewenang:
a. membuat username dan password operator SIMKA/SILK
di lingkungan kantor pusat dan Unit Pelaksana Teknis;
b. melakukan pengelolaan data dan informasi meliputi
menambah, mengubah, menghapus, dan menyajikan
data dan informasi kepegawaian di lingkungan
Kementerian Kesehatan secara berkala; dan
c. melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap data dan
informasi kepegawaian di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
-9-
Pasal 12
(1) Operator SIMKA/SILK di Unit Utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a mempunyai
tugas dan wewenang:
a. melakukan pengelolaan data dan informasi yang
meliputi menambah, mengubah, dan menyajikan
data dan informasi di Unit Utama dan Satuan Kerja
dilingkungannya; dan
b. melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap data
kepegawaian kepada pejabat yang menangani
urusan kepegawaian di Unit Utama dan Satuan
Kerja di lingkungannya.
(2) Operator SIMKA/SILK di Satuan Kerja dan UPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf b
dan huruf c mempunyai tugas:
a. melakukan pengelolaan data dan informasi yang
meliputi menambah, mengubah, dan menyajikan
data/informasi di Satuan Kerja atau UPT masing-
masing; dan
b. melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap data
kepegawaian kepada PNS yang bersangkutan dan
melaporkan kepada pejabat yang menangani
urusan kepegawaian di lingkungan Satuan Kerja
atau UPT masing-masing.
Pasal 13
(1) Setiap pegawai berhak mengetahui dan meneliti data
kepegawaiannya melalui operator SIMKA/SILK.
(2) Setiap pegawai harus:
a. memberikan data kepegawaian paling mutakhir
kepada operator SIMKA/SILK di Satuan Kerja
masing-masing dengan melampirkan dokumen
pendukung; dan
b. memberikan klarifikasi secara lisan atau tertulis
atas permintaan pejabat pengelola kepegawaian di
Satuan Kerja masing-masing.
-10-
BAB IV
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN (SIMKA)
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 14
(1) Ruang lingkup SIMKA meliputi data kepegawaian sejak
Pegawai ASN diangkat sampai dengan pensiun,
diberhentikan, atau mengundurkan diri.
(2) Data kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. data utama;
b. data posisi; dan
c. data riwayat.
(3) Data utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
adalah data terkait identitas pribadi Pegawai ASN.
(4) Data posisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
adalah data terkait tempat kerja dan status kepegawaian
terkini.
(5) Data riwayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c adalah data yang meliputi perkembangan kepangkatan,
pendidikan, jabatan, pelatihan, keluarga, penghargaan,
hukuman, kinerja, dan kompetensi, cuti, dan
perkembangan lainnya.
(6) Data kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat rahasia.
Bagian Kedua
Mekanisme Pelaksanaan SIMKA
Pasal 15
Mekanisme pelaksanaan SIMKA dilakukan dengan tahapan:
a. pengumpulan/penghimpunan data kepegawaian;
b. penyimpanan dan pemutakhiran data; dan
c. pengolahan dan penyajian data.
-11-
Pasal 16
(1) Pengumpulan/penghimpunan data kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
dilakukan berdasarkan sumber data tentang status
pegawai sejak diangkat menjadi Pegawai ASN hingga
pensiun, diberhentikan, atau mengundurkan diri.
(2) Operator SIMKA melakukan pengumpulan/
penghimpunan data kepegawaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terhadap pegawai di satuan kerja masing-
masing dengan melampirkan dokumen pendukung.
(3) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi:
a. salinan kartu identitas dan kartu keluarga;
b. salinan ijazah pendidikan formal;
c. salinan buku nikah;
d. salinan sertifikat pendidikan dan pelatihan
penjenjangan/pendidikan dan pelatihan prajabatan;
e. salinan surat keputusan pengangkatan CPNS dan
PNS;
f. salinan surat keputusan pengangkatan dalam
jabatan;
g. salinan penilaian prestasi kerja PNS terakhir; dan
h. dokumen lain yang relevan.
(4) Dalam pelaksanaan pengumpulan/penghimpunan data
kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
operator SIMKA melakukan klarifikasi, verifikasi, dan
validasi kepada pegawai apabila diperlukan.
(5) Kepala satuan Kerja atau Kepala UPT menyampaikan
data kepegawaian di lingkungan kerjanya kepada
pimpinan Unit Utama melalui Sekretaris Unit Utama,
atau melalui Kepala Biro Kepegawaian untuk satuan
kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal.
Pasal 17
Penyimpanan dan pemutakhiran data kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b dilakukan
oleh operator SIMKA sesuai dengan kewenangannya.
-12-
Pasal 18
(1) Pengolahan dan penyajian data kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c
dilakukan oleh operator SIMKA.
(2) Hasil pengelolaan data melalui SIMKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan
informasi kepegawaian dalam SILK.
Pasal 19
(1) Informasi kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) disajikan pada halaman utama SIMKA
di ropeg.kemkes.go.id.
(2) Pegawai dan/atau pimpinan Satuan Kerja yang
membutuhkan informasi kepegawaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat mengetahui dan meneliti
informasi kepegawaian melalui operator SIMKA sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Dalam hal terdapat perbedaan informasi kepegawaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), operator SIMKA
harus melaporkan kepada Pejabat Pengelola
Kepegawaian.
Pasal 20
(1) Pengelolaan SIMKA dilakukan berdasarkan prosedur dan
standar yang meliputi:
a. prosedur sistem pengelolaan data dan informasi
kepegawaian Kementerian Kesehatan; dan
b. petunjuk operasional program aplikasi SIMKA.
(2) Prosedur sistem pengelolaan data dan informasi
kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi pengisian data, perekaman data, dan
pemutakhiran data.
(3) Petunjuk operasional program SIMKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b sekurang-kurangnya
memuat:
a. tata cara pengoperasian aplikasi SIMKA;
-13-
b. penyajian data dalam halaman utama SIMKA di
ropeg.kemkes.go.id; dan
c. data dan informasi kepegawaian.
(4) Prosedur dan standar SIMKA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengacu pada Buku Manual SIMKA yang
disusun oleh Pejabat Pengelola.
BAB V
SISTEM INFORMASI LAYANAN KEPEGAWAIAN (SILK)
Bagian Satu
Umum
Pasal 21
(1) Pengelolaan SILK dilakukan dalam jaringan (daring)
dengan didasarkan pada data yang diperoleh dari
database kepegawaian dalam SIMKA.
(2) Ruang lingkup Sistem Informasi Layanan Kepegawaian
secara daring meliputi:
a. Aplikasi Surat Usul Administrasi Kepegawaian;
b. Aplikasi Bezetting
c. Aplikasi Penetapan SK CPNS;
d. Aplikasi Peningkatan Status CPNS menjadi PNS;
e. Aplikasi Karpeg/Karis/Karsu;
f. Aplikasi Kenaikan Pangkat;
g. Aplikasi Peninjauan Masa Kerja;
h. Aplikasi Pemindahan Pegawai;
i. Aplikasi Pemberhentian Pegawai;
j. Aplikasi Kenaikan Gaji Berkala;
k. Aplikasi Penilaian Prestasi Kerja ASN;
l. Aplikasi Logbook Pegawai;
m. Aplikasi Arsip Elektronik Kepegawaian;
n. Aplikasi Jabatan Fungsional Tertentu;
o. Aplikasi Jabatan Fungsional Umum;
p. Aplikasi DUPAK dan PAK;
q. Aplikasi Standar Kompetensi Jabatan;
r. Aplikasi Tugas Belajar;
-14-
s. Aplikasi Izin Belajar;
t. Aplikasi Ujian Dinas;
u. Aplikasi Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian
Ijazah;
v. Aplikasi Penghargaan Pegawai; dan
w. Aplikasi lain yang mendukung pengelolaan ASN.
(3) Informasi yang dihasilkan oleh pengelolaan SILK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan terkait dengan manajemen pengelolaan
ASN; dan
b. Produk-produk urusan mutasi kepegawaian.
Pasal 22
(1) Informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(3) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. Kompetensi pegawai;
b. Hasil penilaian prestasi kerja;
c. Pemberian tunjangan kinerja;
d. Penilaian karier;
e. Penghargaan dan pengenaan sanksi; dan
f. Logbook pegawai.
(2) Produk-produk urusan mutasi kepegawaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) huruf b meliputi:
a. SK CPNS;
b. SK PNS;
c. SK pemberhentian CPNS;
d. Kartu Pegawai (Karpeg);
e. Kartu Istri/Kartu Suami (Karis/Karsu);
f. SK kenaikan pangkat;
g. Surat usul pencantuman gelar;
h. Surat usul peninjauan masa kerja;
i. SK penyesuaian masa kerja;
j. Surat usul perbaikan SK kenaikan pangkat;
k. SK perbaikan kenaikan pangkat;
l. Surat penawaran pindah;
-15-
m. Surat Pernyataan Persetujuan (SPP) pindah;
n. SK pemindahan;
o. Usul pemberhentian BUP;
p. SK pemberhentian/pensiun;
q. SK pengangkatan ke dalam jabatan struktuaral;
r. SK pengangkatan pertama fungsional;
s. SK alih jabatan fungsional;
t. SK pembebasan sementara jabatan fungsional;
u. SK pengangkatan kembali sebagai jabatan
fungsional;
v. SK kenaikan jabatan fungsional;
w. SK pemberhentian dalam jabatan fungsional;
x. Surat usul tugas belajar;
y. Surat izin belajar;
z. Surat tanda lulus ujian kenaikan pangkat
penyesuaian ijazah;
aa. Surat tanda lulus ujian dinas;
bb. Surat izin menjabat di pemerintahan;
cc. SK pemberhentian sementara sebagai PNS;
dd. SK pemberhentian sebagai PNS;
ee. SK pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri;
ff. SK pemberhentian tidak dengan hormat;
gg. SK penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 3 tahun;
hh. SK penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 tahun;
ii. SK penghargaan Satya Lencana Karya Satya;
jj. SK penghargaan Karya Bakti Husada;
Bagian Dua
Mekanisme
Pasal 23
Alur pelaksanaan SILK meliputi:
a. Pengusulan surat secara online;
-16-
b. Proses agenda di bagian disiplin dan kesejahteraan
pegawai Biro;
c. Proses agenda di masing-masing bagian terkait;
d. Validasi;
e. Penyelesaian; dan
f. Penayangan di Website melalui info proses.
Pasal 24
(1) Pengusulan surat secara online diajukan oleh kepala
Satuan Kerja kepada Kepala Biro Kepegawaian dengan
ditembuskan kepada unit utama.
(2) Terhadap pengusulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Unit Utama harus melakukan verifikasi selambat-
lambatnya dalam 2 (dua) hari kerja.
(3) Terhadap pengusulan surat secara online yang telah
diverifikasi oleh Unit Utama sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), harus diteruskan kepada Biro Kepegawaian.
(4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja) tidak
dilakukan verifikasi oleh Unit Utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), proses pengusulan dilanjutkan
oleh Biro Kepegawaian.
Pasal 25
(1) Terhadap pengusulan surat secara online sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan proses agenda di
bagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai Biro
Kepegawaian selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja.
(2) Proses agenda di Bagian Disiplin dan Kesejahteraan
Pegawai Biro Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk memeriksa:
a. keberadaan berkas sesuai dengan yang diusulkan
oleh Satuan Kerja; dan
b. kelengkapan masing-masing berkas sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
-17-
Pasal 26
(1) Hasil proses agenda sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 dilanjutkan untuk Proses agenda di masing-masing
bagian terkait di Biro Kepegawaian selambat-lambatnya 2
(dua) hari kerja.
(2) Proses agenda di masing-masing bagian terkait di Biro
Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukankan untuk memeriksa:
a. keberadaan berkas sesuai dengan yang diterima dari
bagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai; dan
b. kelengkapan masing-masing berkas sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
(3) Tindak lanjut dari hasil proses agenda sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. Pengembalian berkas kepada satuan kerja pengusul
disertai informasi di website Biro Kepegawaian,
dalam hal berkas tidak lengkap; atau
b. Proses validasi, dalam hal berkas sudah lengkap.
(4) Terhadap berkas yang dikembalikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, satuan kerja pengusul
harus melengkapi kelengkapan berkas yang diperlukan
dengan cara mengunggah salinan berkas tersebut ke
dalam SILK arsip kepegawaian elektronik selambat-
lambatnya dalam 14 (empat belas) hari kalender atau
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
(5) Selain berkas yang diunggah dalam SILK arsip
kepegawaian elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dalam hal proses pengusulan perlu dilengkapi
dengan dokumen asli, maka Satuan Kerja pengusul
harus melengkapi berkas secara manual.
Pasal 27
(1) Proses Validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (3) huruf b ditujukan untuk memeriksa keabsahan
dokumen sesuai dengan surat pengusulan online
didasarkan pada aturan yang berlaku.
-18-
(2) Proses validasi dilakukan oleh operator SILK selambat-
lambatnya dalam 2 (dua) hari kerja sejak diterima dari
agenda bagian.
(3) Tindak lanjut dari hasil proses validasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Pengembalian berkas kepada Satuan Kerja pengusul
disertai informasi di website Biro Kepegawaian,
dalam hal berkas tidak valid; atau
b. Proses penetapan disertai informasi di website Biro
Kepegawaian, dalam hal berkas sudah valid.
(4) Terhadap berkas yang dikembalikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, Satuan Kerja pengusul
harus melengkapi kelengkapan berkas yang diperlukan
dengan cara mengunggah salinan berkas tersebut ke
dalam SILK arsip kepegawaian elektronik selambat-
lambatnya dalam 14 (empat belas) hari kalender atau
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
(5) Selain berkas yang diunggah dalam SILK arsip
kepegawaian elektronik, dalam hal proses pengusulan
perlu dilengkapi dengan dokumen asli, maka Satuan
Kerja pengusul harus melengkapi berkas secara manual.
Pasal 28
(1) Pengelolaan SILK dilakukan berdasarkan prosedur dan
standar sesuai petunjuk operasional yang disusun oleh
Pejabat Pengelola SILK.
(2) Petunjuk operasional SILK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. tata cara pengoperasian aplikasi SILK; dan
b. penyajian data dan informasi hasil proses SILK
dalam halaman utama website Biro Kepegawaian.
Pasal 29
Satuan Kerja yang tidak menggunakan SILK dalam urusan
kepegawaian tidak mendapatkan pelayanan dalam proses
administrasi kepegawaian.
-19-
BAB VI
KEAMANAN DATA DAN INFORMASI
Pasal 30
(1) Keamanan data dan informasi meliputi:
a. Kerahasiaan;
b. Keutuhan; dan
c. Ketersediaan.
(2) Kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dimaksudkan untuk melindungi data dan informasi
dari pihak yang tidak berwenang.
(3) Keutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditujukan untuk memberikan data dan informasi yang
akurat dan tetap utuh sesaui aslinya.
(4) Ketersediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c ditujukan untuk menjaga ketersediaan data dan
informasi kepegawaian secara berkesinambungan.
Pasal 31
(1) Dalam rangka keamanan data dan informasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30:
a. administrator dan operator SIMKA dan SILK membuat
pernyataan untuk menjaga keamanan data dan
informasi; dan
b. Pejabat Pengelola SIMKA dan SILK melaksanakan
manajemen risiko.
(2) Pelaksanaan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf b meliputi:
c. Penanganan permintaan, penarikan, dan peninjauan
ulang akses pengguna;
d. Kepatuhan untuk menjaga clean desk and clear screen
policy;
e. pengelolaan aset teknologi informasi;
f. standarisasi area data center;
g. backup dan restore data secara berkala;
h. Keamanan pengembangan aplikasi;
-20-
i. Kerjasama dengan pihak ketiga sesuai standar yang
berlaku;
j. data dan informasi kepegawaian tidak boleh diberikan
kepada pihak lain baik di dalam maupun di luar
lingkungan Kementerian Kesehatan tanpa seizin atasan
atau yang bersangkutan; dan
k. operator SIMKA dan SILK tidak diperkenankan
memberikan kata sandi kepada pihak lain;
BAB VII
SARANA DAN PRASARANA
Pasal 32
(1) Dalam pelaksanaan SIMKA dan SILK diperlukan sarana
dan prasarana yang menunjang operasionalisasi SIMKA
dan SILK.
(2) Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
sistem jaringan komputer, jaringan internet, dan server.
(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
perangkat keras, SIMKA dan SILK, dan perangkat lunak
lainnya.
(4) Penyediaan dan pemeliharaan sarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan tanggung jawab dan
wewenang masing-masing pejabat sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya pada setiap Satuan Kerja.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 33
(1) Menteri melalui Sekretaris Jenderal melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pengelolaan data dan Sistem Informasi Kepegawaian
Kementerian Kesehatan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui :
a. Bimbingan dan penyuluhan;
-21-
b. Penyediaan jaringan informasi pengelolaan data dan
Sistem Informasi Kepegawaian Kementerian
Kesehatan; dan
c. Pemberian bantuan tenaga ahli atau bentuk lainnya.
Pasal 34
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pengelolaan SIMKA dan SILK dapat
diberikan sanksi administratif kepada Kepala Satuan
Kerja dan pengelola SIMKA dan/atau SILK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa hukuman disiplin pegawai.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Kementerian
Kesehatan sepanjang mengatur mengenai tata cara pengisian
dalam SIMKA dan SILK dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 36
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-22-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Maret 2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 April 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 617
Recommended