View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERBANDINGAN KEMANGKUSAN
UNGGUL DAN SATU LINI
SUMBER
PERBANDINGAN KEMANGKUSAN SELEKSI LIMA LINI BETINA
UNGGUL DAN SATU LINI SINTETIK JAGUNG BERBASIS
SUMBER GENETIK LOKAL (SGL) SUMATERA
(Skripsi)
Oleh
ANITA YULIANA DEWI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
LIMA LINI BETINA
JAGUNG BERBASIS
SUMATERA
ABSTRAK
PERBANDINGAN KEMANGKUSAN SELEKSI LIMA LINI BETINA
UNGGUL DAN SATU LINI SINTETIK JAGUNG BERBASIS
SUMBER GENETIK LOKAL (SGL) SUMATERA
Oleh
ANITA YULIANA DEWI
Jagung merupakan komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Upaya
untuk meningkatkan produksi jagung harus didukung dengan komponen sarana
pertanian yang baik. Salah satunya yaitu menggunakan benih bersertifikat. Di
Indonesia, petani cenderung menggunakan benih jagung hibrida F1 sebagai bahan
tanamnya. Namun terdapat masalah yang dialami petani yaitu harga benih yang
tergolong mahal dan tidak selalu tersedia.
Penelitian bertujuan untuk (1) menyeleksi Jagung SGL melalui seleksi Sintetik
dan Betina Unggul; (2) mengetahui perbedaan antara jagung SGL dengan hibrida
F1; (3) mangetahui keragaman genetik dan heritabilitas lini Sintetik dan Betina
Unggul SGL; (4) mengetahui kemampuan jagung SGL dalam pembentukan tetua
baru.
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna
(RKTS) tiga ulangan. Penanaman dilaksanakan di Politeknik Negri Lampung pada
Maret - Juli 2019. Jagung SGL terdiri atas 5 lini betina unggul, dan 1 lini sintetik.
Anita Yuliana Dewi
Ragam data diuji Bartlett dan Levene untuk kehomogenan. Bila tidak homogen
maka dilanjutkan analisis ragam dengan memakai kriteria Bartlett dan Levene
yaitu KK ≤ 25 %. Besar ragam genetik dan heritabilitas broad-sense diduga
berdasarkan Kuadrat Nilai Tengah (KNT). Analisis metode lanjut dilakukan
dengan menggunakan analisis dendrogram.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) sifat unggul jagung SGL yang
berbeda dengan nilai P < 0,05 dan P < 0,01 dan dapat diwariskan yaitu peubah
tinggi tanaman, kadar gula, diameter tongkol, bobot biji.tongkol-1
, dan jumlah
biji.tongkol-1
; (2) berdasarkan analisis peringkat, sifat unggul seleksi sintetik dan
betina unggul memiliki perbedaan pada tinggi tanaman terhadap hibrida pioneer
36; (3) nilai ragam genetik dan heritabilitas broad-sense berbeda nyata dengan
KKg < 10 % pada peubah jumlah daun, bobot 100 biji, jumlah malai jantan,
diameter tongkol dan produksi.m2; (4) hasil dendrogram menunjukkan semua
lini SGL betina unggul dan sintetik memiliki kekerabatan yang dekat.
Kata kunci : heritabilitas broad-sense, pemuliaan tanaman, ragam genetik,
seleksi betina unggul, seleksi sintetik, sumber genetik lokal.
PERBANDINGAN KEMANGKUSAN SELEKSI LIMA LINI BETINA
UNGGUL DAN SATU LINI SINTETIK JAGUNG BERBASIS
SUMBER GENETIK LOKAL (SGL) SUMATERA
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PERBANDINGAN KEMANGKUSAN SELEKSI LIMA LINI BETINA
UNGGUL DAN SATU LINI SINTETIK JAGUNG BERBASIS
SUMBER GENETIK LOKAL (SGL) SUMATERA
Oleh
ANITA YULIANA DEWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
PERBANDINGAN KEMANGKUSAN SELEKSI LIMA LINI BETINA
UNGGUL DAN SATU LINI SINTETIK JAGUNG BERBASIS
SUMBER GENETIK LOKAL (SGL) SUMATERA
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Judul Skripsi : PERBANDINGAN KEMANGKUSAN SELEKSI
LIMA LINI BETINA UNGGUL DAN SATU
LINI SINTETIK JAGUNG BERBASIS SUMBER
GENETIK LOKAL (SGL) SUMATERA
Nama Mahasiswa : Anita Yuliana Dewi
Nomor Pokok Mahasiswa : 1514121040
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Ir. Saiful Hikam, M.Sc., Ph.D. Dr. Ir. Paul B Timotiwu, M.S.
NIP 195407231982111001 NIP 196209281987031001
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si.
NIP 196305081988112001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Saiful Hikam, M.Sc., Ph.D. ...............................
Sekretaris : Dr. Ir. Paul B Timotiwu, M.S. ...............................
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Denny Sudrajat, M.P. ...............................
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 196110201986031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 22 Januari 2020
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul “Perbandingan Kemangkusan Seleksi Lima Lini Betina Unggul dan
Satu Lini Sintetik Jagung Berbasis Sumber Genetik Lokal (SGL) Sumatera”
merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan hasil karya orang lain. Semua hasil
yang tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah
Universitas Lampung. Bila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan
hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis,
Anita Yuliana Dewi
NPM 1514121040
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 07 Juli 1997, sebagai anak
pertama dari pasangan Bapak Adam dan Ibu Ratmi.
Penulis menempuh pendidikan pada jenjang taman kanak-kanak di TK Handayani
Bandar Lampung (2003). Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 3
Segalamider pada tahun 2009. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMP Budaya Bandar Lampung pada tahun 2012. Sekolah Menengah Atas (SMA)
diselesaikan di SMA Perintis 2 Bandar Lampung pada tahun 2015.
Tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan strata (S1) di Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi asisten praktikum Biologi Pertanian (2018). Penulis pernah
mengikuti organisasi mahasiswa tingkat jurusan yaitu Persatuan Mahasiswa
Agroteknologi (PERMA AGT) sebagai anggota bidang Pengabdian Masyarakat
tahun 2015-2016.
Penulis juga aktif pada organisasi mahasiswa tingkat universitas yakni Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka sebagai anggota kelompok kerja Dana dan
Usaha (2017), koordinator Dewan Pendidikan dan Pelatihan Pramuka Universitas
Lampung (2018), anggota Forum Bela Negara (FBN) kota Bandar Lampung
(2018), Duta Konservasi (2018), Duta Generasi Milleial Kopi Lampung (2019),
Pemangku Adat Pramuka Universitas Lampung (2019). Januari 2018 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Universitas Lampung di desa
Negeri Kelumbayan, Kecamatan Negeri Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.
Pada semester selanjutnya penulis melaksanakan melaksanakan kegiatan Praktik
Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Kabupaten
Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat yang dilaksanakan selama 40 hari dimulai
pada tanggal 9 juli-17 Agustus 2018. Penulis menuliskan laporan dengan judul
“Persilangan Cabai Besar Dan Cabai Keriting (Capsicum annuum) Menghasilkan
Benih (F1) Hibrida Cabai Varietas Inata di Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat”
“ Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan”.
(Qs. Ar-Ra’du : 3)
“ Jangan hilang akalmu dalam kesulitan, kehormatan itu suci “
“ Kalau engkau tidak bisa menjadi batang nyiur yang tegar, jadilah segumpal
rumput tetapi mampu memperindah taman”.
(Sandi Racana Putera Saburai)
“Dream, believe, and make it happen”.
(Anita Yuliana Dewi)
Teruntuk Kedua Orangtuaku Tersayang
Bapak Adam Dan Ibu Ratmi
Serta Adik-adikku Nur Janah, Retno Wulan Dari, Dan Muhammad Zehan
Hamizan
Serta Seluruh Keluarga Besarku, Terima Kasih Atas Doa Yang Selalu Terucap
Untuk Kesuksesanku Dan Semua Pengorbanan Yang Telah Mereka Berikan
Kepadaku Selama Ini
Kupersembahkan Karya Kecilku Ini
Sebagai Tanda Terima Kasih dan Tanggungjawabku
Dan
Almamater Tercinta
Agroteknologi Universitas Lampung
Pramuka Universitas Lampung
Serta
Negeriku Tercinta
Indonesia
i
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, karena atas nikmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Perbandingan
Kemangkusan Seleksi Lima Lini Betina Unggul Dan Satu Lini Sintetik Jagung
Berbasis Sumber Genetik Lokal (SGL) Sumatera ” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
(2) Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
(3) Prof. Dr. Jamalam Lumban Raja, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dalam proses akademik selama masa perkuliahan.
(4) Ir. Saiful Hikam, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing I dalam memberikan
bimbingan penelitpian baik dalam praktik dilapangan maupun penulisan,
arahan, dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi.
(5) Dr. Ir. Paul B Timotiwu, M.S., selaku pembimbing II dalam memberikan
kritik dan saran serta motivasi dan bimbingan kepada penulis selama
penyelesaian skripsi.
ii
(6) Ir. Denny Sudrajat, M.P., selaku Pembahas yang telah banyak membantu
memberikan saran, fasilitas dan motivasi kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi.
(7) Orang tua yang telah memberikan motivasi, materi, serta peran banyak
selama proses awal penelitian higga akhir.
(8) Jamilah Hayati, S.Pd., Lilin Nurmasita, S.Pd., Eka Irawati, S.P., dan Mutiara
Ulfa yang telah membantu selama proses pengoleksian plasma nutfah jagung
Sumber Genetik Lokal (SGL).
(9) Sinta Alvianti, Ahmat Rosikin, S.P., Aulia Indah. P, S.P., Ayu Satya Haini,
S.P., Moro Twanta Siregar, Yogi Prakoso, S.P., Irpan Susanto, Amd., Indri
dan Fasihul yang telah membantu selama proses penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, akan tetapi semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis,
Anita Yuliana Dewi
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA .......................................................................................... i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah .............................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 3
1.4 Hipotesis ............................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung ................................................................ 6
2.2 Pemuliaan Tanaman Jagung ............................................................... 6
2.3 Sumber Genetik .................................................................................. 7
2.4 Perakitan Varietas ............................................................................... 7
2.5 Ragam Genetik ................................................................................... 8
2.6 Heritabilitas ........................................................................................ 9
2.7 Analisis Cluster Dendrogram ............................................................. 10
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 12
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................. 12
3.3 Metode Penelitian ............................................................................ 13
3.4 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 13
3.4.1 Uji daya hasil pendahuluan (UDHP) ..................................... 13
3.5 Variabel Pengamatan ....................................................................... 15
3.6 Analisis Statistika ............................................................................. 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Rerata Setiap Peubah ......................................................... 19
4.2 Analisis Kehomogenan Ragam Menurut
iv
Uji Bartlett dan Levene ..................................................................... 22
4.3 Analisi Ragam Sifat Vegetatif dan Generatif .................................. 23
4.4 Analisis Peringkat ......................................................................... 26
4.5 Evaluasi Ragam Genetik, Heritabitas,
Koefisien Keragaman Genetik ...................................................... 28
4.6 Analisis Dendrogram .................................................................... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ....................................................................................... 34
5.2 Saran ............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Metode penanaman ................................................................................. 13
2. Cara menghitung σ��, h��
� , dan KKg untuk setiap peubah ..................... 17
3. Analisis rerata setiap peubah .................................................................... 20
4. Uji Bartlett dan Levene ............................................................................ 23
5. Analisis kuadrat nilai tengah peubah ...................................................... 25
6. Analisis peringkat..................................................................................... 27
7. Nilai ragam genetik (σ�� ), heritabilitas broad-sense ( h��
� )
koefisien keragaman genetik (KKg %) .................................................... 29
8. Data rerata peubah per ulangan ................................................................ 40
9. Analisis ragam tinggi tanaman ................................................................ 42
10. Analisis ragam jumlah daun ................................................................... 42
11. Analisis ragam Tasseling ....................................................................... 42
12. Analisis ragam Silking ........................................................................... 42
13. Analisis ragam laju pengisian biji .......................................................... 42
14. Analisis ragam lama pengisian biji ........................................................ 43
15. Analisis ragam bobot 100 butir biji ........................................................ 43
16. Analisis ragam kadar gula ...................................................................... 43
17. Analisis ragam jumlah tongkol .............................................................. 43
18. Analisis ragam posisi tongkol ................................................................ 43
vi
19. Analisis ragam jumlah malai jantan ....................................................... 44
20. Analisis ragam jumlah baris biji ............................................................ 44
21. Analisis ragam diameter tongkol ........................................................... 44
22. Analisis ragam jumlah kelobot............................................................... 44
23. Analisis ragam bobot biji.tongkol-1 ..................................................................................
44
24. Analisis ragam jumlah biji.tongkol-1 ...............................................................................
45
25. Analisis ragam Prd.m2 ...............................................................................................................
45
26. Analisis ragam Prd.ha-1 .............................................................................................................
45
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak penanaman jagung ................................................................... 14
2. Dendrogram berdasarkan tingkat peubah................................................. 31
3. Dendrogram hasil analisis berdasarkan peringkat lini ............................. 33
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Jagung (Zea mays) merupakan komoditi yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Upaya untuk meningkatkan produksi jagung harus didukung
dengan komponen sarana pertanian yang baik. Salah satunya yaitu menggunakan
benih bersertifikat. Petani Indonesia cenderung menggunakan benih jagung
hibrida F1 sebagai bahan tanamnya. Namun terdapat masalah yang dialami petani
yaitu harga benih yang tergolong mahal dan tidak selalu tersedia.
Dalam mengatasi masalah tersebut, dilakukan penelitian program pemuliaan
tanaman menggunakan benih jagung berbasis sumber genetik lokal (SGL). SGL
merupakan jagung yang ditanam kembali dari hasil penanaman sebelumnya.
Penggunaan SGL dalam program pemuliaan tanaman diharapkan memiliki
keragaman genetik yang luas. Keunggulan SGL yaitu lebih murah dan mudah
dikoleksi, memiliki interaksi lokal yang tinggi, dapat dirakit sendiri oleh petani,
dan bersumber dari varietas lokal.
Jagung SGL dengan keragaman genetik yang luas bermanfaat untuk pemuliaan
dan perbaikan sifat tanaman (Navvaro et al., 2017). Sehingga perlu dikonservasi
untuk menghindari erosi genetik (Dyer, 2014). Salah satu langkah yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara seleksi sintetik dan seleksi betina unggul. SGL yang
2
menjadi plasma nutfah berasal dari 5 kabupaten berbeda, yaitu Bandar Lampung,
Lampung Selatan, Padang, Palembang dan Lampung Tengah. Menurut Ahmad et
al., (2010), self polinasi pada tanaman menyerbuk silang memberikan peluang
sifat tetua yang akan diwariskan pada keturunanya. Jagung merupakan tanaman
dengan tingkat heterozigositas yang tinggi (Ganal et al. 2011).
Pemilihan plasma nutfah sangat penting dalam program pemuliaan tanaman untuk
mendapatkan populasi yang baik. Menurut Rahmadhani dkk (2013), genotipe
lokal menjadi bahan yang baik untuk meningkatkan keunggulan melalui seleksi
fenotipe. Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat tergantung pada
keragaman genetik dan heritabilitas yang tersedia pada populasi dasar (Tiwari,
2015). Nilai heritabilitas merupakan petunjuk seberapa besar sifat tanaman
dipengaruhi oleh genetik atau lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi
menunjukkan faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat
dibandingkan faktor lingkungan (Peohlman dalam Hartati et al., 2012).
Penelitian dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut
(1) Apakah jagung SGL memiliki keunggulan sifat yang sama terhadap hibrida
F1 ?
(2) Apakah keunggulan SGL dapat direkombinasikan dibandingkan
kemangkusannya dengan hibrida F1 ?
(3) Apakah SGL memiliki nilai duga ragam genetik dan heritabilitas luas yang
dapat diwariskan?
(4) Apakah lini Sumber Genetik Lokal (SGL) dapat diteruskan sebagai tetua
untuk kros tanaman baru ?
3
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka disusun tujuan
penelitian sebagai berikut
(1) Menyeleksi Jagung SGL melalui seleksi Sintetik dan Betina Unggul.
(2) Mengetahui perbedaan antara jagung SGL dengan hibrida F1.
(3) Mangetahui keragaman genetik dan heritabilitas lini Sintetik dan Betina
Unggul SGL.
(4) Mengetahui kemampuan jagung SGL dalam pembentukan tetua baru.
1.3 Kerangka Pemikiran
Dasar pemuliaan tanaman adalah menyeleksi berbagai sumber tanaman untuk
dikembangkan sebagai benih unggul. Perbedaan diantara bahan pemulia
disebabkan oleh perbedaan genetik dan penyeleksian yang dilakukan sebelumnya.
Sehingga menghasilkan kumpulan gen yang baik dengan frekuensi yang lebih
tinggi. SGL diharapkan dapat menghasilkan benih sebagai sumber gen yang
memiliki sifat unggul tertentu secara lokal. Dengan demikian perlu dilakukan
pengujian kemangkusan seleksi untuk mengetahui karakter tanaman yang
diharapkan. Seleksi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Seleksi bertujuan untuk memilih dan memperoleh keturunan yang memiliki
karakter unggul untuk diwariskan. Keragaman genetik terjadi karena interaksi
gen yang berbeda pada suatu populasi. Jika sifat tanaman disebabkan oleh faktor
genetik artinya sifat tersebut dapat diwariskan. Dengan demikian seleksi dapat
digunakan untuk meningkatkan produksi dengan cara memilih tanaman yang
4
genetiknya heterozigot. Terdapat beberapa cara seleksi yang dilakukan yaitu
seleksi sintetik dan seleksi betina unggul.
Seleksi sintetik merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan terbuka
dilapangan dan hanya menghasilkan 1 lini sintetik. Seleksi dilakukan dengan
mengambil 100 benih dari setiap SGL, kemudian dicampur menjadi satu dan
ditanam pada populasi yang sama agar penyerbukan silang terjadi. Karena terdiri
dari kombinasi gen yang berasal dari beberapa tanaman, melalui kawin acak akan
terjadi banyak kombinasi baru yang terekspresikan.
Jagung SGL merupakan benih yang ditanam kembali oleh petani dari hasil
pertanaman sebelumnya. Secara alami SGL telah teruji terhadap berbagai
cekaman lingkungan lokal. Beberapa tanaman beradpatasi dengan cepat dan ada
yang membutuhkan waktu lama untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Setiap individu memiliki ketahanan yang berbeda dan potensi genetik yang
berbeda dalam beradaptasi. Lingkungan dapat mempengaruhi sifat yang muncul
pada suatu tanaman.
5
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut
(1) Terdapat sifat unggul jagung SGL tidak kalah dengan Hirida F1.
(2) Produksi jagung SGL tidak lebih rendah dari Hibrida F1 .
(3) Terdapat nilai ragam genetik dan heritabilitas yang luas untuk peubah
tanaman pada populasi SGL.
(4) Sifat unggul lini Sintetik dan Betina Unggul jagung SGL dapat diwariskan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung
Terdapat beberapa teori tentang asal-usul tanaman jagung, yaitu teori jagung yang
berasal dari Meksiko. Kemudian menyebar ke utara ke Kanada dan ke selatan
sampai Argentina (Brown et al., 1985). Hal ini didukung oleh penemuan fosil
tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai
keragaman genetik yang luas. Teori lain menyatakan bahwa tanaman jagung yang
ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai dengan
ditemukannya tanaman keturunan jali (Coix spp.).
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan Ekuador.
Didukung dalam hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika Selatan dan jagung
Andean mempunyai keragaman genetik yang luas, terutama di dataran tinggi Peru
(Bonavia, 2013). Negara penghasil jagung terbesar adalah Amerika Serikat, Cina,
Brasil, dan Meksiko dengan 70% dari produksi dunia. Jagung dalam bentuk
olahan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar (etanol) dan pati (Plessis, 2003).
2.2 Pemuliaan Tanaman Jagung
Secara alami jagung adalah tanaman menyerbuk silang dengan persentase 99,9 %.
Tanaman jagung bersifat monosius, dengan tipe bunga protandri (Fehr, 1987).
Pollen mengalami kematangan selama 4-10 hari sebelum munculnya rambut
7
tongkol. Menurut Allard (1960) untuk memperoleh genotipe baru, keragaman
menjadi modal utama untuk perbaikan galur tanaman. Hibridisasi merupakan
proses penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya untuk
menghasilkan rekombinasi gen. Penyeleksian dimulai sejak pemilihan tetua
sebagai plasma nutfah memiliki karakter unggul untuk dikembangkan.
2.3 Sumber Genetik
Perakitan hibrida dibutuhkan sedikitnya dua populasi yang memiliki latar
belakang plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas. Penampilan
persilangan menonjol, dan menunjukkan tingkat heterosis tinggi. Adanya
perbedaan frekuensi gen yang berbeda dari setiap tetua berperan untuk
memperoleh nilai heterosis yang tinggi. Dalam pembentukan hibrida diutamakan
persilangan perberbedaan antar sumber plasma nutfah.
2.4 Perakitan Varietas
Perbaikan populasi bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik sifat tertentu dan
memiliki hasil lebih tinggi dari populasi awal. Menurut Syukur et al. (2012)
karakter yang muncul dari suatu tanaman merupakan hasil interaksi antara sifat
genetik dan lingkungan (F = G x I). Semakin banyak koleksi plasma nutfah,
semakin besar peluang untuk mendapatkan gen pengatur sifat untuk pembentukan
varietas unggul. Salah satu langkah dalam proses pembentukan varietas unggul
adalah dilakukan seleksi.
Varietas sintetik yaitu varietas jagung bersari bebas yang berasal dari rekombinasi
galur elit. Galur yang dipilih adalah galur inbrida dengan daya gabung baik.
8
Keturunan varietas bersari bebas, komposit dan sintetik tidak mengalami
perubahan genetik jika tidak terjadi kontaminasi dan termutasi. Benih varietas
bersari bebas mudah diperbanyak dan disebarluaskan oleh petani.
2.5 Ragam Genetik
Nilai koefisien kergaman genetik (KKg) menunjukkan tingkat kepercayaan
terhadap ragam genetik. Semakin kecil nilai KKg maka semakin baik analisis
ragam genetik. Ragam genetik disebabkan oleh tanaman yang memiliki sifat
genetik berbeda dengan menanam beberapa galur pada satu lingkungan. Ragam
genetik merupakan ukuran tentang besarnya perbedaan genetik dari inbred yang
terbaik sampai terburuk (Gunawan, 2009). Keberhasilan program pemuliaan
tanaman bergantung pada keragaman genetik yang diturunkan (Poehlman, 1983).
Menurut Zen (2001), karakter yang memiliki nilai variabel genetik luas dapat
digunakan dalam perbaikan genotipe. Bila keragaman genetik sempit maka
individu dalam populasi tersebut hampir seragam dan tidak mungkin dilakukan
perbaikan melalui seleksi (Ruchjaningsih et al, 2002). Besarnya keragaman
genetik suatu sifat dalam populasi akan mempengaruhi besarnya heritabilitas.
Syukur et.al., (2012) menyatakan apabila seleksi telah dilakukan pada populasi
tanaman, diharapkan akan memberikan hasil terhadap kemajuan seleksi.
Berdasarkan jumlah gen yang mengatur karakter tanaman, yaitu karakter kualitatif
dan kuantitatif. Karakter kualitatif adalah karakter yang perkembangannya
dikondisikan olah gen mayor yaitu gen yang memiliki aksi yang kuat. Sedangkan
karakter kuantitatif merupakan karakter muncul seperti tinggi tanaman, jumlah
9
biji, kadar gula, dan lainnya. Karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen
yang berkontribusi terhadap penampilan tanaman (Baihaki, 2000).
2.6 Heritabilitas
Heritabilitas merupakan perbandingan antara besaran ragam genotipe dengan
besaran total ragam fenotipe. Ragam genetik (σ��) dan heritabilitas broad-sense
(h��� ) dihitung menggunakan model matematika berdasarkan Hallauer dan
Miranda (Hikam, 2010). Nilai heritabilitas tanaman yang dihitung dalam arti luas
yaitu perbandingan ragam genetik (Syukur et al. 2012). Menurut Sadras (2012),
bila nilai duga heritabilitas rendah maka faktor lingkungan lebih berperan dari
pada genetik. Namun demikian tidak semua komponen variabilitas genetik
berkontribusi nyata dalam pembentukan galur. Menurut (Azrai et al., 2014),
keberhasilan setiap tahapan seleksi ditentukan oleh ragam aditif karakter yang
akan diseleksi. Sehingga memberikan kemajuan genetik secara nyata terhadap
karakter yang diinginkan.
Tingginya nilai heritabiltas menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipe dan
ragam genetik karakter tanaman (Rosalina, 2011). Besarnya heritabilitas karakter
kuantitatif dapat diduga dengan rumus:
σ�� = σ�
� + σ��
Dimana σ�� merupakan ragam fenotipe, σ�
�ragam genotipe dan σ�� ragam
lingkungan (Makmur, 1992). Nilai heritabilitas dinyatakan dalam bentuk
bilangan pecahan (desimal) atau persentase (Puspudarsono, 1998). Mc.Whirter
(1797) membagi nilai heritabilitas menjadi tiga kelas, yaitu:
10
(1) Heritabilitas tinggi apabila nilai H > 0.5
(2) Heritabilitas sedang apabila nilai 0.2 ≤ H ≤ 0.5
(3) Heritabilitas rendah apabila nilai H < 0.2
2.7 Analisis Cluster Dendrogram
Analisis cluster adalah analisis statistika bertujuan mengelompokkan beberapa
karakter berdasarkan kesamaan karakteristik obyek. Obyek akan dikelompokkan
kedalam satu atau beberapa kelompok yang mempunyai kemiripan satu dengan
yang lain (Kuncoro, 2003). Terdapat dua metode umum dalam algoritma cluster,
yaitu hierarki dan non-hierarki.
Pada penelitian ini digunakan analisis cluster dengan metode hierarki metode
yaitu metode pautan tunggal (single linkage). Pengelompokan terbentuk dengan
sendirinya secara alami dan digambarkan dalam bentuk dendogram. Metode
hierarki dibagi berdasarkan teknik pengukuran jarak antar kelompok yang
digunakan untuk mengelompokan obyek. Pengukuran jarak dalam metode
hierarki yaitu single linkage. Proses pengelompokkan diawali dengan
menemukan dua obyek yang mempunyai jarak minimum.
Penggunaan metode hierarki dengan teknik pengukuran jarak berdasarkan ukuran
kemiripan pada teknik jarak yang digunakan. Sehingga ukuran akurasi dalam
pengelompokkan tidak dapat ditemukan dengan metode klasik ini. Menurut
Prasetyo (2012) analisis cluster digunakan untuk mengelompokkan data
berdasarkan informasi kemudian digambarkan melalui obyek. Tujuannya agar
obyek yang bergabung dalam sebuah kelompok merupakan obyek yang mirip satu
11
sama lain. Analisis membagi sejumlah data pada satu atau beberapa cluster
tertentu.
12
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bilabong Bandar Lampung, Laboratorium
Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, serta
Politeknik Negri Lampung. Penelitian dilaksanakan selama dua musim yaitu: (1)
perakitan 5 lini betina unggul dan sintetik yang dilakukan pada bulan Juli -
September 2018, (2) Uji daya hasil pendahuluan (UDHP) yang dilakukan pada
bulan Maret - Juli 2019.
3.2 Bahan dan Alat
Materi genetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sumber Genetik Lokal
(SGL) yang sudah dilakukan inbred. Pembentukan betina unggul ditanam sesuai
dengan daerah asal jagung yang ditanam sebanyak 10 populasi per lini.
Kemudian dilakukan seleksi sintetik yaitu menanam benih jagung dari lima lini
SGL yang dicampur menjadi satu. Benih diambil secara acak kemudian ditanam
sebanyak 20 populasi dan dipilih 5 tanaman sebagai sampel. Pemupukan dengan
pupuk TSP 100 kg.ha-1
, Urea 400 kg.ha-1
, KCl 100 kg.ha-1
.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Refraktometer, jangka sorong
dan timbangan analitik.
13
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS)
dengan 3 ulangan. Jagung dikoleksi dari lima wilayah berdasarkan perbedaan
kabupaten yang ada di Sumatera. Perbedaan spesifikasi wilayah akan
menimbuklan perbedaan karakteristik tersendiri sesuai dengan daerah asalnya,
yaitu Superior Female Bandar Lampung (SF AYD 1), Superior Female Lampung
Selatan (SF AYD 2), (Lampung Selatan), Superior Female Padang (SF AYD 3),
Superior Female Palembang (SF AYD 4), Superior Female Lampung Tengah (SF
AYD 5), satu lini sintetik ASC (Anita Synthetic Corn), dan varietas Pioneer 36
sebagai kontrol (Tabel 1).
Tabel 1. Metode penanaman
Peubah Perakitan sintetik
dan betina unggul
Uji daya hasil
pendahuluan (UDHP)
Jumlah ulangan
Jumlah baris
Jarak tanam
Jumlah tanaman/baris
Jumlah sampel
Jumlah populasi
1 ulangan
6 baris
70cm x 20cm
10 tanaman
5 tanaman
60 tanaman
3 ulangan
14 baris/lini
70cm x 20cm
10 +1 tanaman
5 tanaman
462 tanaman
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Uji daya hasil pendahuluan (UDHP)
3.4.1.1 Persiapan dan penanaman
Benih jagung yang digunakan pada UDHP adalah lima lini betina unggul SF AYD
1-5, ASC (Anita Synthetic Corn), dan varietas Pioneer 36. Luas lahan yang
digunakan yaitu 2 m2 x 9,1 m
2 per ulangan. Pengolahan tanah dilakukan dengan
cara dibajak menggunakan alat bajak.
secara acak supaya penyerbukan terbuka dapat terjadi dengan baik (Gambar 1).
Gambar 1. Tata letak penanaman jagung
3.4.1.2 Pemeliharaan dan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman menggunakan springkel, penyiangan
gulma, penyulaman dan pemupukan. Dilakukan pemupukan sebanyak 2 kali yaitu
pada 7 HST dan pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman sudah
munculnya bunga.
cara dibajak menggunakan alat bajak. Tiap lini ditanam dua baris per ulangan
secara acak supaya penyerbukan terbuka dapat terjadi dengan baik (Gambar 1).
Gambar 1. Tata letak penanaman jagung
3.4.1.2 Pemeliharaan dan pengamatan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman menggunakan springkel, penyiangan
gulma, penyulaman dan pemupukan. Dilakukan pemupukan sebanyak 2 kali yaitu
dan pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman sudah
14
lini ditanam dua baris per ulangan
secara acak supaya penyerbukan terbuka dapat terjadi dengan baik (Gambar 1).
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman menggunakan springkel, penyiangan
gulma, penyulaman dan pemupukan. Dilakukan pemupukan sebanyak 2 kali yaitu
dan pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman sudah
15
3.4.2.3 Panen dan Pasca panen
Panen dilakukan pada tanaman berumur 110 hst untuk mencapai masak fisiologi.
Ditandai dengan warna kelobot sudah kuning kecokelatan, jika dipipil bagian
pangkal biji berwarna hitam.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan pada penelitian ini adalah:
1. Tinggi tanaman (cm). Pengamatan dilakukan setelah stadia pembungaan
menggunakan meteran, diukur dari permukaan tanah sampai dasar bunga
jantan.
2. Jumlah daun (helai). Pengamatan dilakukan setelah fase pembungaan.
3. Tasseling (hari). Pengamatan dilakukan pada fase pembungaan pada saat
anthesis.
4. Silking (hari). Umur bunga betina dihitung saat rambut jagung muncul dengan
panjang minimal 1cm.
5. Laju pengisian biji.hari-1
. Dihitung dengan melihat selisih bobot 20
biji.tongkol-1
pada umur 10 dan 20 hari setelah penyerbukan, kemudian
dibagi jarak hari pengambilan. Dioven selama 3 hari dengan suhu 40 ℃.
6. Lama pengisian biji.hari-1
. Dihitung dengan melihat waktu yang dibutuhkan
untuk proses pengisian biji dengan cara membagi bobot akhir.butir-1
dengan
laju pengisian biji.hari-1
.
7. Bobot 100 biji (g). Dilakukan dengan mengambil 100 butir biji pada jagung
sampel yang telah dipipil dan kemudian ditimbang.
16
8. Kadar gula (° brix). Pengukuran dilakukan dengan mengambil 5 sampel bji
jagung pada lini berbeda yang diukur dengan menggunakan alat refragtometer
saat berumur 75 hst.
9. Jumlah tongkol. Dihitung pada tanaman yang sudah terserbuki saat
pemanenan.
10. Posisi tongkol (% tinggi tanaman). Diukur bersamaan dengan pengukuran
tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah hingga pangkal tongkol pertama
dari atas.
11. Jumlah malai jantan. Dihitung pada fase tasseling.
12. Baris biji.tongkol-1
. Dihitung pada sampel tanaman saat jagung sudah dipanen
dan dihitung jumlah kelobotnya.
13. Diameter tongkol (cm). Pengamatan dilakukan setelah jagung dipanen pada
bagian tengah jagung yang diukur dengan menggunakan alat jangka sorong.
14. Jumlah kelobot. Dihitung pada sampel jagung sudah dipanen.
15. Bobot biji.tongkol-1
(gram). Dilakukan dengan menimbang biji jagung yang
telah dipipil
16. Jumlah biji.tongkol-1
(butir). Dihitung dari biji jagung yang telah dipipil
secara keseluruhan.
17. Produksi.m2 (kg). Adalah jumlah produksi pipilan tiap satuan m
2 dihitung
dengan rumus sebagai berikut
Produksi.m2 = � 1
0.7 × bobot biji 6 tongkol�
18. Produksi.ha-1
(ton). Adalah jumlah produksi pipilan tiap satuan m2
dihitung
dengan rumus sebagai berikut
Produksi.ha-1
= ( Produksi (m2) x 10.000 ) – 20 %
17
3.6 Analisis Statistika
Penelitian ini disusun berdasarkan data pengamatan uji kehomogenan ragam
memakai uji Barlett dan Levene. Bila ragam tidak homogen maka dilanjutkan
analisis ragam dengan memakai kriteria Bartlett dan Levene yaitu KK ≤ 25 %. Berdasarkan analisis, dihitung nilai ragam genetik dan heritabilitas (Tabel 2).
Tabel 2. Cara menghitung ��, �� , dan KKg berdasarkan anara untuk setiap
peubah.
Nilai ragam genetik suatu karakter ditentukan berdasarkan ragam genetik (σ �) dan
galat baku ragam genetik (GB σ �) yaitu:
σ � = �σ����σ����σ�
� = ����–����
�
GB σ � = �� ���� × ( �����
����� + ����������)
Nilai dugaan heritabilitas broad-sense (h"#� ) dan galat baku heritabilitas broad-
sense (GBh"#� ) ditentukan berdasarkan rumus:
h"#� = σ��
&�σ��σ����σ�' = σ��
���������
GB h"#� = ("σ��
σ�/��σ�� x 100 %
Sumber Keragaman DK JK KNT KNT harapan
Ulangan u -1 JK3 KNT 3
Lini l -1 JK2 KNT 2 σ � + uσ �
Galat ( u -1) ( l -1) JK1 KNT 1 σ �
Total (ul) - 1
KK %
R�
18
σ �dan h"#� akan nyata apabila nilainya ≥ 1GB (Hallauer dan Miranda, 1986).
Dengan koefisien keragaman genetik (KKg) yaitu:
% KKg = �σ��
- x100%
Keterangan:
U
l
h"#�
GB h"#�
=
=
=
=
Ulangan
Lini
Heritabilitas Broad-sense
Galat baku heritabilitas
Broad-sense
σ �
GBσ �
KNT
KKg
=
=
=
=
Ragam genetik
Galat baku ragam genetik
Kuadrat nilai tengah
Koefisien keragaman genetik
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut
(1) Sifat unggul jagung SGL yang berbeda dengan nilai P < 0,05 dan P < 0,01 dan
dapat diwariskan yaitu peubah tinggi tanaman, kadar gula, diameter tongkol,
bobot biji.tongkol-1
, dan jumlah biji.tongkol-1
.
(2) Berdasarkan analisis peringkat, sifat unggul seleksi sintetik dan betina unggul
memiliki perbedaan pada tinggi tanaman terhadap hibrida pioneer 36.
(3) Nilai ragam genetik dan heritabilitas broad-sense berbeda nyata dengan KKg
< 10 % pada peubah jumlah daun, bobot 100 biji, jumlah malai jantan,
diameter
tongkol dan produksi.m2
(4) Hasil dendrogram menunjukkan semua lini SGL betina unggul dan sintetik
memiliki kekerabatan yang dekat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilihat adanya korelasi antar peubah yang
berpengaruh terhadap hasil produksi jagung SGL.
35
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad M, Khan S, Ahmad F, Shah NH, Akhtar N. 2010. Evaluation of 99 S1
lines of maize for inbreeding depression. J Agri Sci. 47(3):209–213.
Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. New York (US): John Willey
&Sons.
Azrai, M., J. Mejaya dan H. Aswidinnoor. 2014. Evaluasi daya gabung galur-
galur jagung berkualitas protein tinggi. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan 33 (3): 1-11
Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan.
Universitas Padjajaran. Bandung. 91 hlm.
Beiragi, M.A., Mohsen, E., Khodadad, M., Mohammad, G., and Saied, K.K. 2011.
A study of morphological basis of corn (Zea mays L.) yield under drought
stress condition using correlation and path coefficient analysis. Journal of
Cereals and Oilseeds, 2 (2) : 32–37.
Bray, E.A. 1997. Plant responses to water deficit. Trend. Plant Sci. 2: 48– 54
Crow JF, Kimura M. 1970. An Introduction to Population Genetics Theory. New
York (NY). Harper and Row Publ.
Crowder, L.V. dalam Yantama, E. 2012. Keragaman dan Heritabilitas Karakter
Agronomi Kedelai Generasi Hasil Persilangan Wilis dan Malang 2521.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Dyer, G.A., Alejandro, G., Antonio, Y., and Edward, T. 2014. Genetic erosion in
maize’s center of origin. PNAS Early Edition, 111 (39): 14094-14099,
DOI: 10.1073/pnas.1407033111.
Fehr WR. 1987. Principles of Cultivar Development. Volume 1: Theory and
Technique. New York (US): Macmillan Publishing Co.
36
Ganal MW, Durstewitz G, Polley A, Be´rard A, Buckler ES, Charcosset A, Clarke
JD, Graner EM, Hansen M, Joets J et al. 2011. A large maize (Zea mays
L.) SNP genotyping array: development and germplasm genotyping, and
genetic mapping to compare with the B73 reference genome. Plos One.
6(12):1–15.
Gunawan, A. 2009. Dalam Saputri YT, Hikam, S., P.B. Timotiwu. 2013 Budidaya
Tanaman Jagung Lokal (Zea mays L.). Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Bandar Lampung. Dalam J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993
Vol.1 No.1:25-31.
Gunawati L, Kriwiyanti E, Joni M. 2018. Karakteristik dan Analisis
Kekerabatan Ragam Kelapa (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Manggarai
Barat Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi. Universitas
Udayana. Bali. Jurnal Simbiosis VI (1): 20-24.
Guo T, Li H, Yan J, Tang J, Li J, Zhang Z, Zhang L, Wang J. 2013. Performance
prediction of F1 hybrids between recombinant inbred lines derived from
two elite Maize inbred lines. Crop Sci Jour. 126 (1):189–201.
Hartati, S., A. Setiawan, B. Heliyanto, Sudarsono. 2012. Keragaman Genetik,
Heritabilitas dan Korelasi antar Karakter 10 Genotipe Terpilih Jarak
Pagar (Jatropha curcas L). Jurnal Litri. 18(2):74-80
Hikam, S. 2004. Biometrika: Penggunaan Biometrika dalam Desain Penelitian,
AnalisisData, dan Penyimpulan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Bandar Lampung. Naskah lepas 19 hlm.
Hikam, S. 2010. Teknik Perancangan dan Analisis Pemuliaan Tanaman. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Dalam penerbitan 31
hlm.
Kasno A. A Winarto dan Sunardi dalam Sain .A. 2005. Kacang Tanah. Monograf
Balitan Malang. No 12: Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan,
Malang.
Khairiyah. 2017. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Organik Hayati Pada
Lahan Rawa Lebak. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai. Vol.42 hal.
236-237
Lopes, MS., El-Basyoni, I., Baenziger, P. S., Singh, S., Royo, C., Ozbek, K.,
Aktas, H., Ozer, E., Ozdemir, F., Manickavelu, A., Ban, T., and Vikram,
P. 2015. Exploiting genetic diversity from landraces in wheat breeding for
37
adaptation to climate change. Journal of Experimental Botany, 66 : 3477–
3486.
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.
Mangoendidjojo, W dalam Sain .A. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman.
Kanisius, Yogyakarta
Mc. Whirter, K.S. dalam Elida Yantama. 2012. Breeding of CrossPollinationed
Crops. In. R. Knight (cd) Plant Breeding, A.A.U.C.S., Brisbane.
Navvaro, J., Martha, W., Juan, B., Cinta, R., Kelly, S., Trachsel, S., Ernesto, P.,
Arturo, T., Humberto, V., Victor, V., Alejandro, O., Armando, E., Noel,
O., Gomez, M., Ivan, O., Felix, S., Armando, G., Gary, A., Peter, W.,
Sarah, H., and Edwards, B. 2017. A study of allelic diversity underlying
flowering-time adaptation in maize landrase. Nature Genetics, 49: 476-
480.
Ordas B, Caicedo M, Romay MC, Revilla P, Ordas A. 2012. Effect of visual
selection during the development of inbred lines of maize. Crop Sci.
52:2538–2545.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar
Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 169 hal.
Pabendon M. C. 2010. Jarak Genetik Inbrida Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros.
Paliwal, R.L. 2000. Hybrid maize breeding. In: Paliwal, R.L., G. Granados, H.R.
Lafitte, and A.D. Violic (Eds.). Tropical Maize: Improvement An
Production. FAO, Rome, Italy.
Poehlman. JM. 1983. Breeding Field Crops. Fourth Edition. New Delhi (IN):
Panima Publishing Corporation.
Poespodarsono. S. 1998. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. PAU Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 169 hlm.
Prasetyo, E. (2012). Data Mining Dan Aplikai Menggunakan Matlab. Yogyakarta:
Andi.
Ramadhani, R., Damanhuri., dan S.L., Purnamaningsih. 2013. Penampilan
sepuluh genotipe cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Produksi
Tanaman 1 (2): 33 – 41.
38
Ruchjaningsih A, M Imaraman, Thamrin, Kanro MZ. 2000. Penampilan fenotipik
dari beberapa parameter genetik delapan kultivar kacang tanah pada lahan
sawah. Zuriat. 11(1).
Ruchjaniningsih. 2002. Penampilan Fenotipik dab Beberapa Parameter Genetik
Delapan Kultivar Kacang Tanah Pada Lahan Sawah. Zuriat Vol. 11,
No.1, Hal 10.
Rosalina S. 2011. Keragaman Fenotipe Tanaman Jagung Hasil Persilangan :
Studi Heritabilitas Beberapa Sifat Tanaman Jagung. Skripsi. Universita
Jember
Satriyo, T. A. (2015). Pengaruh Posisi dan Waktu Pemangkasan Daun Pada
Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Benih Jagung (Zea mays L.). Skripsi.
Malang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Subandi, M. Syam, A. Widjono., 1998. Jagung. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. 300 hal.
Suprapto dan N. M. Kairudin dalam Priyanto B.S.2018. Analisis Ragam Genetik,
Heritabilitas, Dan Sidik Lintas Karakter Agronomik Jagung Hibrida
Silang Tunggal. 1Balai Penelitian Tanaman Serealia. Jakarta
Tiwari, G. C. 2015. Variability, heritability and genetic advance analysis for
Grain yield in rice. Int. Journal of Engineering Research and Applications
5(7): 46–49.
Welsh, J.R. 1991. Dasar-Dasar Genetika Tanaman dan Pemuliaan Tanaman.
Erlangga. Jakarta. 224 hlm.
Zen S, Bahar H. 2001. Variabilitas genetik, karakter tanaman, dan hasil padi
sawah dataran tinggi. Stigma. 9(1): 25–28.
Recommended