View
231
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
i
PERBANDINGAN KUALITAS TIDUR MINGGU KE-1
DAN KE-5 DALAM MODUL EMERGENCY PADA
MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI
KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
NABILA PUTRI HAZIMA
NIM: 1113103000043
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas
rahmat dan karunia-Nya lah akhirnya penelitian ini dapat terwujud dan terselesaikan
dengan baik, walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi.
Shalawat dan salam tidak lupa penulis panjatkan kehadirat Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa manusia menuju jalan lurus dan di ridhoi oleh Allah
SWT.
Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul “Perbandingan Kualitas Tidur Minggu Ke-1 Dan Ke-5 Dalam Modul
Emergency Pada Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Kedokteran Dan
Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes selaku Dekan FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2014 yang telah membimbing
atas terlaksananya penelitian ini.
4. dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD dan dr. Erike Anggraini Suwarsono, MPd,
SpMK sebagai dosen pembimbing saya, yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan. bimbingan, dan nasihat
kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan ini.
vi
5. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Witri Ardini, MGizi,
SpGK yang telah bersedia menjadi penguji dalam sidang skripsi penelitian ini.
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih keapada keluarga besar penulis,
terutama orang tua penulis dr. Beno Putra, SpKFR dan Kelly Rimayanti, yang
telah memberikan motivasi, kasih sayang serta pengertian selama penulis
melakukan penelitian ini.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak penulis, bernama
Nandra Azhar dan juga kakak ipar penulis Kak Vina yang selalu memberikan
semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua nenek penulis, Oma
dan Granny yang selalu memberikan kasih sayang serta panjatan doa kepada
penulis.
9. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Grandy Nasdion dan Oma Nel
yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan panjatan doa kepada
penulis.
10. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada tante Uli dan kak Anis yang
telah banyak membantu dalam penelitian ini
11. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman kelompok riset
sebelumnya, yaitu: Siti Fauziah, Hafiz, DS, Reza atas dukungannya selama
penelitian ini dilakukan dan akhirnya dapat diwujudkan.
12. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman PSPD
2013 atas dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.
13. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman PSPD 2014
khususnya kepada: Gebry, Rafidah, Rina, Anik, Mufidah, Ayu dan juga
seluruh staf pengajar PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
14. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman SMA penulis: Ayu,
Faiqa, Iftina, Chica, Vina, Zhillan, Naya, Agni, dan Raissha yang selalu
memberikan semangat selama penulis melakukan penelitian.
15. Semua responden yang bersedia untuk menjalani penelitian ini.
vii
16. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis terima
demi laporan penelitian yang lebih baik. Penulis berharap penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Akhir kata, semoga segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan, rahmat, dan ridho dari
Allah SWT. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 19 Oktober 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Nabila Putri Hazima, Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Perbandingan
Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5 dalam Modul Emergency pada Mahasiswa
Angkatan 2014 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
Latar Belakang: Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis dasar manusia
agar memiliki fungsi tubuh yang optimal. Setiap individu membutuhkan jumlah yang
berbeda untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. Salah satu kelompok rentan
mengalami kualitas tidur buruk adalah mahasiswa kedokteran, terutama saat beban
belajar meningkat. Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan kualitas tidur pada
minggu ke-1 dan ke-5 dalam modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan
desain potong lintang. Sampel dalam penelitian ini sebesar 95 responden dengan total
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner PSQI. Hasil: Perbandingan
kualitas tidur pada minggu ke-1 berdasarkan jenis kelamin mendapatkan hasil yang
tidak signifikan (p-value= 0,654). Perbandingan kualitas tidur pada minggu ke-5
berdasarkan jenis kelamin mendapatkan hasil yang tidak signifikan (p-value= 0,239).
Terdapat penurunan kualitas tidur di minggu ke-1 dan ke-5 yang signifikan (p-value=
0,008). Kesimpulan: Kualitas tidur lebih buruk pada minggu ke-5 dari daripada
minggu ke-1 pada mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Kedokteran dan Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci: Kualitas Tidur, Mahasiswa Kedokteran, Modul Emergency, PSKPD
ix
ABSTRACT
Nabila Putri Hazima, Medical Study Program and Doctor Profession. Comparison of
Sleep Qualition the first and fifth weeks in Emergency Module in Student class of
2014 Medical Study Program and Doctor Profession Faculty of Medicine and Health
Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
Background: Sleep is one of the human basic physiological needs in order to have
optimal body function. Every individual needs a different amount of rest and sleep.
One of the most vulnerable group experiencing poor sleep quality are medical
students, especially as the burden of learning increases. Objective: To measure the
comparison of the quality of sleep on the first and fifth weeks of Emergency module
in student class of 2014 Medical Study Program and Doctor Profession Faculty of
Medicine and Health Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Method: This study
used cross sectional design. The sample in this research is 95 respondents with total
sampling. Data collection using PSQI questionnaire. Result: Comparison quality of
sleep at the first week based on sex got insignificant result (p-value = 0,654). The
comparison quality of sleep at fifth week by sex was not significant (p-value =
0.239). There was a significant decrease in sleep quality at the first week and fifth
week (p-value = 0.008). Conclusions: Sleep quality is worse at fifth week than the
first week of class of 2014 students of the Medical and Physicians Faculty of
Medicine and Medical Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: Sleep Quality, Medical Student, Emergency Module, PSKPD
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3. Hipotesis ........................................................................................................ 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4.1. Tujuan Umum .................................................................................... 3
1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.5.1. Bagi Peneliti ...................................................................................... 3
1.5.2. Bagi Institusi ..................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1. Landasan Teori ............................................................................................... 4
2.1.1. Definisi Tidur..................................................................................... 4
2.1.2. Fisiologi TIdur ................................................................................... 4
2.1.3. Siklus Tidur ....................................................................................... 6
2.1.3.1. Fase Non Rapid Eye Movement ......................................... 6
2.1.3.2. Fase Rapid Eye Movement ................................................. 8
xi
2.1.4. Irama Sirkadian .................................................................................. 9
2.1.5. Kualitas Tidur .................................................................................... 10
2.1.6. Pengukuran Kualitas Tidur ................................................................ 11
2.1.7. Faktor yang Mempengaruhi Tidur ..................................................... 12
2.1.7.1. Fisik .................................................................................... 12
2.1.7.2. Faktor Lingkungan .............................................................. 13
2.1.7.3. Jenis Kelamin ...................................................................... 13
2.1.7.4. Stres Psikologis ................................................................... 14
2.1.7.5. Usia ..................................................................................... 15
2.1.7.6. Gaya Hidup ......................................................................... 15
2.1.7.7. Motivasi .............................................................................. 15
2.1.7.8. Obat ..................................................................................... 16
2.1.7.9. Nutrisi ................................................................................. 16
2.1.7.10. Cahaya ................................................................................ 16
2.1.8. Kebutuhan Tidur Normal ................................................................... 16
2.1.9. Gangguan Tidur ................................................................................. 17
2.1.10. Modul Emergency ............................................................................. 23
2.2. Kerangka Teori............................................................................................... 24
2.3. Kerangka Konsep ........................................................................................... 25
2.4. Definisi Operasional....................................................................................... 25
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 27
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 27
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 27
3.2.1. Tempat Penelitian .............................................................................. 27
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................................................ 27
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 27
3.3.1. Populasi Penelitian............................................................................. 27
3.3.2. Sampel Penelitian .............................................................................. 27
xii
3.3.3. Metode Pengambilan Sampel ............................................................ 27
3.3.4. Besar Sampel yang Digunakan .......................................................... 28
3.4. Kriteria Sampel .............................................................................................. 28
3.4.1. Kriteria Inklusi ................................................................................... 28
3.4.2. Kriteria Ekslusi .................................................................................. 29
3.5. Cara Kerja Penelitian ..................................................................................... 29
3.5.1. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 29
3.5.2. Tahapan Penelitian............................................................................. 31
3.6. Alur Penelitian ............................................................................................... 32
3.7. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 34
4.1. Analisis Univariat........................................................................................... 34
4.1.1. Karakteristik Responden .................................................................... 34
4.2. Analisis Bivariat ............................................................................................. 35
4.2.1. Perbandingan Persentase Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................ 35
4.2.2. Perubahan Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5.............................. 36
4.2.3. Perbandingan Skor Kualitas Tidur minggu ke-1 dan ke-5 ................ 37
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 38
4.3.1. Analisis Univariat .............................................................................. 38
4.3.2. Kualitas Tidur pada Mahasiswa Angkatan 2014 PSKPD UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................................ 40
4.3.3. Perubahan Kualitas Tidur pada Minggu ke-1 dan ke-5
dalam Modul Emergency ................................................................... 40
4.3.4. Perbandingan Skor Kualitas Tidur minggu ke-1 dan ke-5 ................ 44
4.4. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 47
5.1. Simpulan ........................................................................................................ 47
xiii
5.2. Saran ............................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49
LAMPIRAN ........................................................................................................... 53
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia ...................................................... 17
Tabel 2.2. Definisi Operasional ............................................................................. 25
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ................ 34
Tabel 4.2. Perbandingan Persentase Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................... 35
Tabel 4.3. Perubahan Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5 ................................. 36
Tabel 4.4. Perbandingan Skor Kualitas Tidur minggu ke-1 dan ke-5 .................... 37
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Siklus Tidur ....................................................................................... 6
Gambar 2.2. Kerangka Teori .................................................................................. 24
Gambar 2.3. Kerangka Konsep .............................................................................. 25
Gambar 3.1. Alur Penelitian................................................................................... 32
Gambar 4.1. Perbandingan Skor Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5 ............... 37
xvi
DAFTAR SINGKATAN
PSKPD : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
FKIK : Fakulas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN : Universitas Islam Negeri
OSCE : Objective Structure Clinical Examination
PBL : Problem Based Learning
SCL : Student Centered Learning
RAS : Reticular Activating System
BSR : Bulbar Synchronizing Regional
ARAS : Ascending Reticulary Activity System
REM : Rapid Eye Movement
NREM : Non- Rapid Eye Movement
GABA : Gamma Amino Butiric Acid
EEG : Elektroensefalogram
CRF : Corticotropin Releasing Factor
ACTH : Adreno Cortico Trophic Hormone
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
CTS : Carpal Tunnel Sindroma
LBP : Low Back Pain
EMG : Elektromiografi
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
DSM IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth
Edition Text Revision
SPSS : Statistical Product and service solutions
FIK : Fakultas Ilmu Kesehatan
IPK : Indeks Prestasi Kumulatif
UKM : Unit Kegiatan Mahasiswa
KKD : Keterampilan Klinik Dasar
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden ........................................................ 53
Lampiran 2 Kuesioner PSQI Berbahasa Indonesia ............................................... 55
Lampiran 3 Penilaian Skor Kuesioner PSQI ......................................................... 58
Lampiran 4 Hasil Analisis Univariat..................................................................... 62
Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat ....................................................................... 63
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup ........................................................................ 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis dasar manusia agar
memiliki fungsi tubuh yang optimal. Setiap individu membutuhkan jumlah yang
berbeda untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. Pada kondisi istirahat dan
tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh
hingga berada dalam kondisi yang optimal.1 Perubahan pola tidur biasanya
disebabkan oleh tuntutan aktivitas sehari-hari sehingga mengakibatkan
berkurangnya kebutuhan untuk tidur, alhasil sering mengantuk yang berlebihan
di siang harinya.2
Pola tidur yang berkualitas dinilai dari seberapa dalam tidur seseorang,
sedangkan dari kuantitas dapat dinilai dari jumlah jam tidur seseorang.3 Kualitas
tidur meliputi aspek kuantitatif yaitu jumlah tidur seseorang dan kualitatif yaitu
waktu yang diperlukan untuk dapat tertidur, frekuensi terbangun, dan aspek
subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur. 4
Kualitas tidur yang dijalani seseorang untuk mendapatkan kesegaran dan
kebugaran saat terbangun dari tidurnya dikatakan baik apabila tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam
tidurnya.5 Sebaliknya, durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih
banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stresor fisik
dan psikologis.6,7
Kelompok yang rentan mengalami kualitas tidur buruk salah satunya adalah
mahasiswa kedokteran. Hal ini mungkin disebabkan oleh durasi dan intensitas
pendidikan yang tinggi, tugas, ujian serta tanggung jawab yang berat.8
Penelitian mengenai kualitas tidur pada mahasiswa sebelumnya sudah
pernah dilakukan oleh Hestiani Windari Br Ginting (2013) di Universitas
Indonesia dengan hasil proporsi mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk
sebanyak 83,75%.9
2
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (PSKPD FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan sistem
modul. Sistem modul ini dilaksanakan selama 3-4 minggu pada modul kecil dan
6 minggu pada modul besar. Pada minggu ke-1 hingga minggu ke-3, mahasiswa
mengikuti kelas, praktikum, diskusi kelompok dan juga Keterampilan Klinik
Dasar (KKD) sedangkan pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6 mahasiswa
memasuki minggu-minggu ujian, diantaranya adalah ujian sumatif 1, ujian
praktikum, ujian KKD, dan ujian sumatif 2.
Selain itu PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga menggunakan
sistem Problem Based Learning (PBL) dan Student Centered Learning (SCL)
dalam pembelajaran modul mengharuskan mahasiswa lebih aktif dalam
mempelajari materi pembelajaran dan dosen hanya memfasilitasi mahasiswa nya
belajar. Dalam modul Emergency, materi yang harus dikuasai cukup banyak dan
juga memiliki tugas yang banyak pula sehingga tidak memiliki waktu yang
cukup untuk beristirahat dan tidur dan berujung pada penurunan kualitas tidur.
Berbeda dari modul sebelumnya, dalam modul Emergency ini mahasiswa
dilatih untuk lebih aktif dan lebih memahami tatalaksana kegawatdaruratan pada
pasien Emergency yang memerlukan tindakan cepat karena berhubungan dengan
nyawa manusia. Pada sistem penilaian modul juga terdapat sedikit perbedaan
yaitu tidak ada ujian praktikum namun diganti dengan ujian Objective Structure
Clinical Examination (OSCE) mini, yaitu mahasiswa diberikan kasus Emergency
lalu melakukan KKD sesuai kasus selama 15 menit dan di nilai oleh 2 dosen
penguji. Hal ini menyebabkan mahasiswa sedikit lebih mendapatkan tekanan
atau beban belajar yang lebih sehingga akan mengganggu kualitas tidur.
Berdasarkan beberapa hal tersebut dan mengingat mahasiswa kedokteran
rentan mengalami kualitas tidur yang buruk, oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengangkat penelitian perbandingan kualitas tidur pada minggu ke-1 dan
ke-5 dalam modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan kualitas tidur pada minggu ke-1 dan ke-5 dalam
modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta?
1.3. Hipotesis
Terdapat perbedaan kualitas tidur pada minggu ke-1 dan ke-5 dalam modul
Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan kualitas tidur pada minggu ke-1 dan
ke-5 dalam modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perbandingan kualitas tidur berdasarkan jenis
kelamin pada minggu ke-1 mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengetahui perbandingan kualitas tidur berdasarkan jenis
kelamin pada minggu ke-5 pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
Memperoleh keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan
penelitian.
1.5.2. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa atau yang lebih mendalam.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi Tidur
Menurut kamus Dorland, tidur dideskripsikan sebagai status tingkah
laku yang ditandai dengan posisi tak bergerak yang khas dan sensitivitas
reversible yang menurun, tetapi siaga terhadap rangsangan dari luar.10
Menurut Sherwood, tidur merupakan suatu proses aktif yang memiliki
variasi siklus normal dalam kesadaran mengenai keadaan sekitar.11
Mardjono mengatakan tidur adalah suatu proses aktif dan bukannya soal
pengurangan impuls spesifik saja. Proses aktif tersebut merupakan aktivitas
sinkronisasi bagian ventral dari substansia retikularis medulla oblongata.12
Menurut Potter dan Perry (2006), tidur merupakan suatu kejadian yang
berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode
tertentu. Setiap manusia membutuhkan tidur sekitar 6-8 jam sehari.
Sehingga secara alami jika tubuh lelah maka kita akan terasa mengantuk
dan memaksa tubuh untuk istirahat secara fisik dan mental. Dan jika
seseorang memperoleh tidur yang cukup, maka mereka merasa tenaganya
menjadi pulih kembali. 13
2.1.2. Fisiologi Tidur
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional
(BSR) yang terletak di batang otak.13 Formasio retikulum membantu
dalam reflek dan gerakan volunter maupun aktifitas korteks yang berkaitan
dengan keadaan sadar penuh selama tidur, sistem retikulum mengalami
beberapa stimulasi dari korteks serebral dan dari sel dan organ sensori
tepi.13 Reticular Activating System merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk memberikan
rangsangan berupa visual, pendengaran, nyeri, perabaan dan dapat
5
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan
proses berpikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepinefrin demikian juga saat tidur, disebabkan
adanya pelepasan serum serotonin dari BSR.13 Sensasi nyeri, tekanan dan
suara menimbulkan keadaan terbangun melalui sel dan organ tepi, keadaan
terbangun diaktivasi oleh korteks serebral dan sensasi tubuh selama tidur
stimulasi dari korteks adalah minimal.13
Ascending Reticulary Activity System (ARAS) sangat mempengaruhi
individu dalam keadaan terjaga ataupun saat tidur. Sistem ini akan
meningkat saat individu terjaga dan akan menurun saat individu dalam
keadaan tidur. Aktivitas ARAS sangat dipengaruhi oleh sistem
serotononergik, noradrenergik dan kolinergik.14
1. Sistem Serotoninergik
Bila jumlah triptofan berlebih, maka jumlah serotonin yang
terbentuk juga akan meningkat sehingga individu akan mengantuk.
Sedangkan saat triptofan menghambat pembentukan serotonin maka
individu akan terjaga.14
2. Sistem Adrenergik
Pada obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron
noradrenergik akan menyebabkan penurunan pada fase Rapid Eye
Movement (REM) dan juga peningkatan keadaan terjaga. Kerusakan sel
neuron pada lokus cereleus juga sangat mempengaruhi penurunan atau
hilangnya fase REM tidur.14
3. Sistem kolinergik
Apabila terdapat gangguan aktivitas kolinergik sentral
menyebabkan pemendekan latensi tidur REM. Hal ini terlihat pada
orang depresi. Obat antikolinergik misalnya skopolamin, bekerja
menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus cereleus sehingga
tampak gangguan fase REM.14
6
2.1.3. Siklus Tidur
Siklus tidur didahului oleh fase Non-Rapid Eye Movement (NREM)
yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Tidur NREM atau
tidur gelombang lambat secara umum meliputi 80% dari seluruh waktu
tidur, sedangkan tidur REM 20%. Pada keadaan tidur normal, antara fase
NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
Bila individu mengalami fase NREM yang kurang, maka akan terlihat
kurang gesit. Sedangkan, jika fase REM yang kurang, maka esok harinya
cenderung terlihat menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah.12
Menurut Potter & Perry selama tidur, baik NREM maupun REM dapat
mengalami mimpi, tetapi mimpi yang terjadi saat fase REM akan lebih
nyata dan diyakini penting untuk konsolidasi memori jangka panjang.13
Gambar 2.1 Siklus tidur
Sumber: Potter PA, Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC; 2005.
2.1.3.1. Fase Non Rapid Eye Movement
Fase NREM disebut juga quiet sleep, merupakan tidur yang
nyaman dan dalam. Tidur NREM disebabkan menurunnya aktivitas
neuron monoaminergik (noradrenergik dan serotonergik) yang akan
aktif pada waktu bangun dan menekan aktivitas neuron kolinergik.
Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada
7
orang yang sadar. Tanda-tanda tidur NREM antara lain waktu mimpi
sedikit, tekanan darah menurun, dan gerakan bola mata melambat.
Fase NREM merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui osilasi
antara talamus dan korteks. Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan
tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal lambat. Kumparan tidur
merupakan sebuah ciri tahap tidur NREM yang dihasilkan dari
hiperpolarisasi neuron Gamma Amino Butiric Acid (GABA) nergik
dalam nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi ini menghambat
proyeksi neuron kortikotalamus. Sebagian penyebaran diferensiasi
proyeksi kortikotalamus akan kembali ke sinkronisasi talamus.
Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari retikulotalamus dan
sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal lambat dihasilkan
di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi.
Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70-100 menit,
dilanjutkan ke fase REM.15
Fase NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:15
1. Tidur stadium satu
Stadium ini merupakan waktu (3-5 menit) antara kondisi terjaga
dan fase awal tidur. Pada stadium ini didapatkan kelopak mata
tertutup, tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri, tonus otot
berkurang, mudah sekali terbangun dengan stimulus suara dan ketika
terbangun individu akan tampak seperti melamun. Gambaran
Elektroensefalogram (EEG) biasanya terdiri dari gelombang
campuran alfa, beta dan kadang teta dengan amplitudo yang rendah.
Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.16
2. Tidur stadium dua
Pada stadium ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus
otot masih terpelihara, tidur lebih dalam dari pada stadium pertama.
Gambaran EEG terdiri dari gelombang teta simetris. Terlihat adanya
gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K.
8
Biasanya merupakan periode tidur bersuara. Tahap ini berlangsung
selama 10-20 menit. 17
3. Tidur stadium tiga
Pada stadium ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya.
Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris,
tampak sesekali gelombang sleep spindle, dan peningkatan
amplitudo. Individu akan terlihat lemah lunglai karena tonus otot
sangat rendah, tanda-tanda vital menurun namun tetap dalam keadaan
stabil. Tahap ini akan berakhir selama 15-30 menit.15
4. Tidur stadium empat
Pada stadium ini merupakan tahap tidur yang paling dalam.
Aliran darah diarahkan menuju ke otot untuk memulihkan energi
fisik.15 Gelombang otak terjadi sangat lambat. Gambaran EEG
didominasi oleh gelombang delta tanpa gelombang sleep spindle.
Fase tidur stadium tiga dan empat merupakan fase tidur dalam atau
deep sleep.15
2.1.3.2. Fase Rapid Eye Movement
Fase REM terjadi lebih cepat, lebih intens dan lebih panjang pada
fase siklus REM berikutnya. Fase REM disebut juga active sleep.
Tidur REM disebabkan inaktivitas neuron monoaminergik sehingga
memicu aktivitas neuron kolinergik (neuron retikuler pons). Tidur
REM menghasilkan pola EEG menyerupai tidur NREM stadium satu.
Tidur fase REM disebut tidur paradoksal karena hal ini bersifat
paradoks, yaitu individu dapat tetap tertidur walaupun aktivitas
otaknya nyata.13
Pola fase REM memiliki karakterisktik:16,18
1. Adanya gerakan bola mata cepat
2. Tonus otot yang sangat rendah menunjukkan relaksasi
3. Denyut nadi bertambah
9
4. Pernafasan ireguler
5. Sekresi gaster meningkat
6. Metabolisme meningkat
7. Biasanya disertai mimpi aktif
8. Lebih sulit dibangunkan daripada tidur gelombang lambat
2.1.4. Irama Sirkadian
Makhluk hidup memiliki jam biologis yang berbeda. Bentuk bioritme
yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama
24 jam, siang-malam yang dikenal dengan diurnal atau sirkadian. Fluktuasi
denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme,
dan penampilan serta perasaan individu tergantung pada ritme
sirkadiannya.13 Irama biologis tidur sinkron dengan fungsi tubuh yang lain,
seperti perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan pola tidur yang
mana akan meningkat pada siang hari kemudian berangsur turun pada
malam hari dan akan menurun secara tajam saat seseorang tertidur. Jika
siklus tidur-bangun terganggu, maka fungsi fisiologis lain juga dapat
berubah. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika seseorang memiliki pola tidur-
bangun yang mengikuti jam biologisnya yaitu akan bangun saat ritme
fisiologis paling tinggi dan akan tidur saat ritme tersebut paling rendah.13
Irama sirkadian didahului oleh sekresi melatonin, episode ini adalah
hasil kerja susunan saraf pusat yang mengatur jumlah dan banyaknya
sekresi episodik dari Corticotropin Releasing Factor (CRF) dan Adreno
Cortico Trophic Hormone (ACTH). Sekresi kortisol pada siang hari rendah
dan terus turun selama beberapa jam pertama waktu tidur, dimana waktu
itu kadar kortisol plasma tidak terdeteksi. Setelah tidur 3-5 jam, terjadi
peningkatan sekresi kortisol, tetapi waktu sekresi maksimal dimulai pada
6-8 jam setelah tidur lalu akan menurun setelah bangun tidur.19,20
10
2.1.5. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seseorang menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun.21
Kualitas tidur merupakan gambaran subjektif dan seringkali ditentukan
oleh perasaan energik atau tidak setelah bangun tidur.22 Tanda kekurangan
tidur yaitu memperlihatkan perasaan lelah, kehitaman di sekitar mata,
kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala, sering
menguap atau mengantuk, mudah terangsang dan gelisah, perhatian
terpecah-pecah, dan apatis. Kualitas tidur yang baik adalah kepuasan
seseorang terhadap tidur sehingga tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.18
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi
tidur, latensi tidur serta aspek subjektif, seperti kedalaman tidur dan
istirahat.21 Menurut Asmadi (2008) kualitas tidur dapat dilihat melalui
tujuh komponen, yaitu: 23
1. Kualitas tidur subjektif: Penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas
tidur yang dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman.
2. Latensi tidur: Berapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang mulai
tertidur, ini berhubungan dengan gelombang tidur seseorang.
3. Efisiensi tidur: Didapatkan melalui persentase kebutuhan tidur manusia,
dengan menilai jam tidur dan durasi tidur seseorang sehingga dapat
disimpulkan apakah sudah tercukupi atau tidak.
4. Penggunaan obat tidur dapat menggambarkan seberapa berat gangguan
tidur yang dialami, karena penggunaan obat tidur diindikasikan apabila
orang tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur
dianggap perlu untuk membantu tidur.
5. Gangguan tidur seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan, sering
terbangun dan mimpi buruk dapat mempengaruhi proses tidur
seseorang.
11
6. Durasi tidur: Dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun.
Waktu tidur yang tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur yang
buruk.
7. Daytime disfunction adalah gangguan pada kegiatan sehari-hari yang
diakibatkan oleh perasaan mengantuk.
Ertekin & Dogan (1999) dalam Eser, dkk. (2007) menyatakan bahwa
kualitas tidur mencakup lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tertidur,
frekuensi terbangun dalam tidur malam, kedalaman tidur, dan restfulness.24
Kualitas tidur berbeda dengan kuantitas tidur. Lamanya waktu tidur
berdasarkan jumlah jam tidur disebut dengan kuantitas tidur. Menurut
Asmadi, kuantitas tidur seseorang yang buruk berbeda dengan kualitas
tidur yang buruk.23 Kuantitas tidur yang buruk mencakup durasi tidur
pendek sedangkan kualitas tidur buruk mencakup kesulitan untuk tidur dan
seringkali terbangun di malam atau dini hari.25
2.1.6. Pengukuran Kualitas Tidur
1. Electroencefalogram (EEG)
EEG merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari
permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya
aktivitas listrik yang terus-menerus timbul dalam otak. Hal ini
dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur,
keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang
EEG di klasifikasikan sebagai gelombang alfa, beta, teta, dan delta.1
2. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Tujuan dikembangkannya PSQI diantaranya untuk memberikan
ukuran yang valid, reliabel dan standarisasi kualitas tidur, untuk
membedakan antara tidur yang baik dan buruk, untuk memberikan indeks
yang mudah digunakan dan untuk memberikan penilaian singkat yang
12
berguna secara klinis dari berbagai gangguan tidur yang mempengaruhi
kualitas tidur.15
Penilaian PSQI terdiri dari 18 pertanyaan yang dinilai oleh individu
dan 5 pertanyaan yang dinilai oleh teman sekamarnya.15 Pertanyaan 1-4
merupakan pertanyaan terbuka mengenai kebiasaan individu tidur dan
bangun, total waktu tidur, dan latensi tidur. Pertanyaan 5-18
menggunakan skala likert, yaitu 0= tidak selama satu bulan terakhir, 1=
kurang dari sekali seminggu, 2= sekali atau dua kali seminggu, 3= tiga
kali atau lebih dalam seminggu. Pertanyaan yang dinilai oleh teman
sekamar digunakan hanya untuk informasi klinis dan tidak digunakan
dalam penilaian dari PSQI.24
Pertanyaan yang dinilai oleh individu ini merupakan pertanyaan
untuk menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan tidur yang
berkualitas dan dikelompokkan dalam tujuh komponen, yang masing-
masing memiliki skala 0-3, dimana 0= tidak ada masalah dan 3= masalah
berat. Ketujuh komponen skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk
menghasilkan skor global dari PSQI yang memiliki jumlah skor 0-21.
Skor global PSQI >5 mengindikasikan individu tersebut memiliki kualitas
tidur buruk dan skor global PSQI ≤5 mengindikasikan kualitas tidur baik.
Semakin tinggi skor global yang didapat semakin buruk pula kualitas
tidur individu tersebut.15 PSQI memiliki konsistensi internal dan koefisien
reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0,83 untuk ketujuh komponen tersebut.
2.1.7. Faktor yang mempengaruhi tidur
2.1.7.1. Fisik
Aktivitas dan olah raga mempengaruhi tidur dengan cara
meningkatkan kelelahan tingkat menengah, hal ini terlihat bahwa
aktivitas fisik meningkatkan baik tidur REM maupun NREM. Latihan
fisik yang melelahkan sebelum tidur, akan membuat tubuh mendingin
dan dapat meningkatkan relaksasi.13 Saat individu sedang terkena
penyakit, maka memerlukan waktu tidur lebih lama dari biasanya,
13
tetapi bila individu mengalami rasa sakit/nyeri, ketidaknyamanan fisik,
biasanya cenderung menjadi kurang tidur atau tidak dapat tidur sama
sekali.17
Pada individu yang mengalami sesak nafas dikarenakan terserang
asma, hipertensi, seringkali terbangun dari tidurnya di malam hari dan
akan mempengaruhi aktivitasnya di pagi hari.14 Individu yang sering
mengalami pusing dilaporkan sering terbangun pada malam hari
karena sakit kepala sehingga total jam tidur menjadi berkurang.
Menurut penelitian Lee, dkk. (2008) menyatakan rasa tidak nyaman
merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur sehingga
individu akan merasa gelisah dan sulit untuk tidur nyenyak.27 Bila
individu juga mengalami gejala kelelahan dapat mengakibatkan
gangguan tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam.26
2.1.7.2. Faktor Lingkungan
Keadan lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan individu
untuk mulai tidur dan tetap tertidur, diantaranya adalah
suara/kebisingan, suhu ruangan, dan pencahayaan.13 Keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dapat mempercepat terjadinya
proses tidur. Sebagian besar individu tidak mengeluhkan kurang tidur
karena kebisingan tapi mengeluh memiliki tidur yang non-restoratif,
mengalami kelelahan dan atau sakit kepala pada saat bangun pagi dan
rasa kantuk yang berlebihan pada siang harinya.17 Selain itu, setiap
individu memiliki tingkat kenyamanan tidur sendiri atau tidur bersama
dengan orang lain. Suara sangat berperan penting, yaitu suara
dengkuran dan kebisingan juga dapat mempengaruhikualitas tidur.
Bila pencahayaan saat tidur terlalu terang dapat menyebabkan
gangguan tidur. 17
2.1.7.3. Jenis Kelamin
National sleep foundation mengatakan bahwa wanita cenderung
lebih multitasking (mampu melakukan aktivitas dalam 1 waktu)
14
mengakibatkan otak sulit untuk relaks pada malam hari dan
mengganggu kualitas tidur.29
Kecepatan dan efisiensi otak wanita ternyata membuat mereka
lebih rentan terhadap kerusakan dibandingkan otak pria. Otak pria
ternyata dapat pulih lebih cepat dan lengkap jika mengalami kerusakan
dibanding otak wanita sehingga untuk mencegah kerusakan, maka
proses pemulihan dan perbaikan otak melalui tidur sangat dibutuhkan.
Salah satu fungsi utama tidur adalah untuk mengizinkan otak
melakukan upaya pemulihan dan perbaikan diri. Semakin otak
digunakan untuk bekerja keras pada siang hari, semakin banyak waktu
yang dibutuhkan otak untuk memulihkan dan memperbaiki diri,
sehingga semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk tidur di
malam harinya. Selama dalam keadaan tidur, korteks (bagian otak
yangg bertanggung jawab untuk memori, pikiran, bahasa) akan
terlepas dari segala aktivitas dan beralih ke modus pemulihan.29
2.1.7.4. Stres Psikologis
Rasa cemas, depresi, mengidap suatu penyakit dan mengalami
situasi dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menyebabkan stress
psikologis. Stres ini mempengaruhi frekuensi tidur dengan cara
meningkatkan norepinefrin darah yang dapat mengurangi tahapan tidur
baik NREM maupun REM.13
Kualitas tidur yang buruk dapat dikarenakan beban akademik yang
cukup besar. Pengaruh akademik dikaitkan erat dengan tingkat
kecemasan, waktu istirahat atau jadwal yang tidak teratur yang dapat
menyebabkan kelelahan, dan mengganggu kualitas tdur. Tidur yang
kurang berkualitas biasanya terjadi ketika menjelang ujian, hal ini
dikarenakan adanya kebiasaan membaca sampai larut malam sebelum
ujian sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur individu.25
15
2.1.7.5. Usia
Menurut Indarwati (2012), kebutuhan tidur anak, dewasa dan
lansia memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Semakin dewasa
individu maka semakin sedikit kebutuhan tidurnya.5
2.1.7.6. Gaya Hidup
Gaya hidup seperti mengkonsumsi kopi, alkohol, merokok, dan
juga jam kerja yang tidak teratur juga sangat berperan untuk terjadinya
gangguan tidur.13
Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat mempengaruhi kualitas
tidur karena kandungan kafein. Kafein dalam kopi merupakan zat
antagonis reseptor adenosin sentral yang dapat mempengaruhi fungsi
sistem saraf pusat dan mengakibatkan gangguan tidur. Efek lain dapat
meningkatkan denyut jantung dan beresiko terhadap penumpukan
kolesterol, menyebabkan insomnia, gelisah dan ulkus.18
Kebiasaan mengkonsumsi rokok dan alkohol adalah indikator
ketegangan. Ketegangan dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
salah satu gejala yang banyak muncul adalah insomnia sehingga dapat
mengganggu kualitas tidur.18
Kebiasaan masing-masing sebelum tidur seperti berdoa sebelum
tidur, sikat gigi, dan lain-lain dapat meningkatkan kenyamanan saat
tidur. Pola tidur berhubungan dengan waktu bangun dan tidur sehingga
dapat meningkatkan kualitas tidur dan mensinkronisasi irama
sirkadian.25
2.1.7.7. Motivasi
Motivasi sangat mempengaruhi untuk tetap terbangun atau
memilih untuk tidak tidur. Bila individu lebih memilih untuk tetap
tidak tidur maka lama-kelamaan akan mengakibatkan gangguan
tidur.13
16
2.1.7.8. Obat
Beberapa jenis obat-obatan dapat menimbulkan gangguan tidur,
seperti diuretik dan beta bloker yang menimbulkan insomsia. Obat-
obatan yang digunakan dalam jangka panjang seperti antihipertensi,
antikolinergik dapat menyebabkan terputus-putusnya fase tidur REM.
Penggunaan obat kokain, ekstasi, dan ganja juga berefek pada tidur
karena administrasi obat-obatan ini meningkatkan keadaan terjaga
sehingga menekan tidur REM yang membuat perubahan pola tidur
seingga dapat mengganggu kualitas tidur.13
2.1.7.9. Nutrisi
Menurut Potter dan Perry (2005), ada beberapa makanan yang
mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, ikan tuna dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.13
2.1.7.10. Cahaya
Keadaan terbangun berkaitan dengan cahaya matahari atau kondisi
yang terang. Cahaya, irama sirkadian, dan homeostasis memperngaruhi
regulasi tidur manusia. Hal ini disebabkan adanya hambatan sekresi
melatonin pada tubuh sehingga terjadi pergeseran irama sirkadian,
dimana jadwal tidur akan maju secara bertahap.28 Hormon ini berperan
besar dalam membantu kualitas tidur sehingga individu dapat tidur
lebih nyenyak, mengurangi jumlah bangun mendadak di malam hari
serta meningkatkan kualitas tidur.5
2.1.8. Kebutuhan Tidur Normal
Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangannya.
Ada individu yang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur,
namun individu yang lain membutuhkan waktu tidur lebih lama.
17
Tabel 2.1 Kebutuhan tidur berdasarkan usia.18
Usia Tingkat Perkembangan Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Bayi Baru Lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa Remaja 9 jam/hari
18-40 tahun Masa Dewasa 7-9 jam/hari
40-60 tahun Masa Muda Paruh Baya 7 jam/hari
> 60 tahun Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
Sumber: Hidayat A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.18
2.1.9. Gangguan Tidur
Berdasarkan International Classification of Sleep Disorders, gangguan
tidur terbagi atas:14
1. Dissomnia
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan untuk
falling as sleep (jatuh tertidur), difficulty in staying as sleep (gangguan
untuk tetap tidur) dan bangun terlalu dini atau juga kombinasi.
a. Gangguan tidur spesifik
Narkolepsi
Seseorang dikatakan narkolepsi bila memiliki tanda-tanda
mengantuk yang berlebihan pada pagi atau siang hari, biasanya hanya
berlangsung 10-20 menit atau kurang dari 1 jam, lalu menjadi segar
kembali dan akan mengantuk lagi 2-3 jam berikutnya. Gambaran
tidur pasien narkolepsi menunjukkan penurunan fase REM hingga
30-70%. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk narkolepsi:
18
1. Katapleksi yaitu kehilangan tonus otot/kelemahan otot sebagian
atau seluruhnya yang bersifat sementara, misalnya jaw drop dan
head drop.
2. Sleep paralysis yaitu terjadi paralisis pada otot volunter pada saat
masuk tidur sehingga pasien sadar tidak mampu menggerakkan
ototnya.
3. Halusinasi Hypnagogic (auditorik/visual) yaitu persepsi seperti
mimpi yang terjadi saat onset tidur, persepsi yang terjadi sering
menakutkan yang dideskripsikan sebagai sesuatu yang nyata,
dapat berupa halusinasi taktil, visual dan auditorik.
Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik/mioklonus
nokturnal
Kelainan ini ditandai adanya gerakan pada kaki baik salah satu
atau kedua kaki secara stereotipik dan berulang selama tidur.
Biasanya berupa ekstensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi
lutut dan tumit. Hal ini berlangsung <5 detik dan berulang dalam
waktu 20-60 detik atau terus menerus dalam beberapa menit atau
bahkan jam. Bentuk tonik lebih sering daripada mioklonus. Sering
timbul pada fase REM atau saat onset tidur sehingga menyebabkan
gangguan tidur kronik yang terputus.
Penyebab dari kelainan ini akibat lesi pada pusat kontrol
pacemaker batang otak. Hal ini didapatkan pada penderita penyakit
mielopati kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik, rheumatoid
artritis, sleep apnea, ketergantungan obat dan anemia.
Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)
Sleep apnea adalah gangguan nafas yang terjadi saat tidur yang
berlangsung selama lebih dari 10 detik. Sleep apnea akan dikatakan
patologis bila penderita mengalami episode apnea sekurang-
kurangnya 5 kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama
semalam. Gerakan dada dan dinding perut sangat dominan selama
19
periodik ini. Sleep apnea terbagi menjadi 3 jenis, yaitu central sleep
apnea, upper airway obstructive apnea dan bentuk campuran.
Pada apnea sentral terjadi kerusakan pada batang otak. Ditandai
dengan terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik
selama tidur, sehingga pergerakan dinding dada dan dinding perut
akan menghilang. Hal ini biasanya terjadi pada usia lanjut yang
ditandai dengan penurunan kemampuan respirasi secara intermiten
akibat penurunan saturasi oksigen.
Lain hal nya dengan upper airway obstructive pada saat tidur
yang ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea,
peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan
memaksa udara masuk melalui obstruksi. Tanda lainnya nafas
megap-megap atau mendengkur saat tidur yang berlangsung 3-6 kali
bersuara lalu menghilang dan berulang kembali tiap 20-50 detik.
Serangan apnea akan terjadi saat pasien tidak mendengkur.
Pada penderita apnea sentral dan upper airway obstructive apnea
sering mengeluh terbangun berulang kali pada malam hari dan sulit
kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini ditandai dengan nyeri kepala
atau tidak enak di pagi harinya.
b. Gangguan tidur irama sirkadian
Gangguan jadwal tidur atau sleep wake schedule disorders ialah
penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki
walaupun jumlah tidurnya tetap sama sehingga mengganggu irama
tidur sirkadian yang normal. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan menjadi sementara (misalnya acute work shift dan jet
lag) dan menetap (misalnya shift worker). Hal ini dapat mengganggu
irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu
onset tidur dan perubahan fase REM.
Terdapat berbagai macam gangguan tidur irama sirkadian ialah
sebagai berikut:
20
Tipe fase tidur lambat (delayed sleep phase type) ditandai oleh
waktu tidur dan terjaga lebih lambat dari yang diinginkan.
Penderita cenderung sering tertidur dan mengantuk di siang hari
(insomnia sekunder). Hal ini sering ditemukan pada dewasa muda,
anak sekolah dan pekerja sosial.
Tipe Jet Lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak
tepat menurut jam setempat misalnya yang terjadi pada orang
yang berpergian melewati lebih dari satu zona waktu. Biasanya
gambaran tidurnya menunjukkan lantensi tidur panjang dengan
tidur yang terputus-putus.
Tipe pergeseran kerja (shift work type) terjadi pada orang yang
teratur dan cepat dalam mengubah jadwal kerja sehingga dapat
mempengaruhi jadwal tidurnya.
Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).
Ditandai dengan onset tidur pada pukul 6-8 malam dan akan
terbangun pada pukul 1-3 pagi. Hal ini biasanya terjadi pada
pasien usia lanjut.
Tipe bangun-tidur beraturan
c. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)
Kelainan ini merupakan gangguan tidur organik, dimana lesi
batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau selama tidur.
Lesi ini sangat jarang terjadi.
d. Gangguan Kesehatan
Misalnya neuritis, Carpal Tunnel Sindroma (CTS), distesia,
miopati distrofi, Low Back Pain (LBP), gangguan ginjal akut/kronik,
asma, ulkus peptikum dan gangguan metabolik seperti hipotiroid dan
hipertiroid.
e. Obat-obatan
21
Obat antihipertensi, antidepresan, antihistamin, antikolinergik dan
obat stimulant yang kronik misalnya amphetamine, kafein, nikotin
dapat menyebabkan gangguan tidur.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan fenomena
motorik, verbal dan eksperimental yang tidak diinginkan yang terjadi
baik pada tahap tidur maupun pada tahap transisi antara tidur dan
terjaga. Parasomnia terdiri dari gangguan arousal (gangguan tidur
berjalan, gangguan tidur teror, nightmare disorders), gangguan tidur
berkaitan dengan fase REM dan parasomnia lainnya.
a. Gangguan Arousal
Gangguan tidur berjalan (sleep walking)/somnabulisme
Merupakan gangguan tingkah laku adanya automatis dan
semipurposeful aksi motorik, seperti membuka dan menutup pintu,
duduk di tempat tidur, berjalan kaki dan berbicara. Tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kemudian tidur kembali. Selama
serangan biasanya tidak memberikan respon terhadap usaha orang
lain untuk berkomunikasi dengannya dan sulit untuk dibangunkan.
Gangguan tidur teror/sleep terror
Pada gangguan ini memiliki ciri-ciri pasien mendadak berteriak,
suara tangisan dan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti
ketakutan dan bergerak-gerak, sering diikuti tidur berjalan. Terjadi
perubahan sistem otonom seperti takikardi, keringat dingin, pupil
dilatasi dan juga terjadi sesak nafas. Serangan ini terjadi pada
sepertiga malam saat fase NREM stadium 3 dan 4.
Nightmare disorder
Penderita terus-menerus atau sering mengalami mimpi buruk
selama tidur, sehingga membuat penderita takut untuk tidur atau
berkali-kali terbangun selama malam hari.
b. Gangguan antara bangun-tidur
22
Gerakan tiba-tiba, tidur berbicara, kram kaki, gangguan gerak
berirama.
c. Berhubungan dengan fase REM
Meliputi gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku,
gangguan sinus arrest. Gangguan ini kemungkinan terdapat lesi di
daerah pons yang memiliki ciri-ciri atonia selama tidur yang dilihat
dengan Elektromiografi (EMG) dan selanjutnya terjadi aktivitas
motorik yang keras. Gangguan ini sering terjadi pada pria lanjut usia
dan peminum alkohol.
d. Parasomnia lainnya
Bruxism (otot rahang menggeram), mengompol, sukar menelan,
dan distonia paroksismal.
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
a. Gangguan Mental
Psikosis, gangguan kecemasan, gangguan afektif, panik (nyeri
hebat), dan alcoholism.
b. Berhubungan dengan kondisi kesehatan
Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, osteoarthritis), nyeri
kepala, post traumatik kepala, ulkus peptikum, sindroma fibrositis,
refluks gastrointestinal, penyakit jantung, asma, PPOK, stroke,
epilepsi, dan status epilepsi.
4. Gangguan Tidur yang tidak terklasifikasi
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) III, gangguan tidur dibagi menjadi dua yaitu dissomnia dan
parasomnia. Golongan dissomnia antara lain insomnia, hipersomnia dan
gangguan jadwal tidur. Untuk insomnia sendiri merupakan kesulitan untuk
tidur atau mempertahankan tidur, bahkan individu yang terbangun dari
tidurnya tapi belum merasa cukup tidur juga dapat disebut mengalami
insomnia.14 Insomnia sementara dapat disebabkan oleh stress, perasaan
23
yang terlalu gembira, atau perubahan pola tidur selama melakukan
perjalanan. Insomnia kronik disebabkan karena medikasi, perilaku atau
masalah psikologi.31
Sedangkan golongan parasomnia antara lain somnabulisme, teror
tidur, dan mimpi buruk. Penggolongan tidur lain berdasarkan PPDGJ III
ialah gangguan tidur organik, gangguan nonpsikogenik termasuk
narkolepsi dan katapleksi, apnea waktu tidur, gangguan pergerakan
episodik termasuk mioklonus nokturnal dan enuresis.32
Sedangkan gangguan tidur menurut Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR) dibagi
menjadi insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur
yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian,
gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, gangguan tidur berjalan,
gangguan tidur terkait kondisi medis, dan gangguan tidur yang diinduksi
zat.33
2.1.10. Modul Emergency
Sistem pembelajaran PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menggunakan sistem modul. Sistem modul ini dilaksanakan selama 3-4
minggu pada modul kecil sedangkan 6 minggu pada modul besar, dan
modul Emergency merupakan salah satu dari modul besar. Pada minggu
ke-1 hingga minggu ke-3, mahasiswa mengikuti kelas, praktikum, diskusi
kelompok dan juga KKD sedangkan pada minggu ke-4 hingga minggu ke-
6 mahasiswa memasuki minggu-minggu ujian, diantaranya adalah ujian
sumatif 1, ujian praktikum, ujian KKD, dan ujian sumatif 2.
Berbeda dari modul sebelumnya, pada modul Emergency ini
mahasiswa dilatih untuk lebih aktif dan lebih memahami tatalaksana
kegawatdaruratan untuk pasien Emergency yang memerlukan tindakan
cepat karena berhubungan dengan nyawa manusia. Pada sistem penilaian
modul juga terdapat sedikit perbedaan yaitu tidak ada ujian praktikum
namun diganti dengan ujian OSCE mini, yaitu mahasiswa diberikan kasus
24
Emergency lalu melakukan KKD sesuai kasus selama 15 menit dan di nilai
oleh 2 dosen penguji. Setelah mengikuti beberapa ujian selanjutnya seluruh
nilai akan diakumulasi menjadi hasil nilai modul Emergency.
Pemilihan di minggu ke-1 dikarenakan diharapkan beban tugas masih
sedikit sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi tidur juga lebih sedikit.
Dan pada minggu ke-5 dikarenakan sudah memasuki minggu-minggu ujian
yaitu sudah menjalani beberapa ujian seperti ujian sumatif 1, ujian OSCE
mini, ujian KKD dan akan menjalani ujian sumatif 2, sehingga waktu tidur
semakin berkurang dan mengganggu irama sirkadian yang akhirnya
menyebabkan kualitas tidur menjadi menurun.
2.2. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi tidur:
1. Fisik
2. Stres psikologis
3. Jenis Kelamin
4. Lingkungan
5. Usia
6. Gaya hidup
7. Motivasi
8. Obat
9. Nutrisi
10. Cahaya
Gangguan
Homeostasis
Kualitas Tidur:
1. Kualitas Tidur Subjektif
2. Latensi Tidur
3. Efisiensi Tidur
4. Penggunaan Obat Tidur
5. Gangguan Tidur
6. Durasi Tidur
7. Daytime disfunction
Kualitas Tidur Baik
(Skor PSQI ≤ 5)
Kualitas Tidur Buruk
(Skor PSQI > 5)
25
2.3. Kerangka Konsep
Keterangan: : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
Dimana jenis kelamin merupakan variabel bebas dan kualitas tidur minggu
ke-1 dan ke-5 merupakan variabel terikat.
2.4. Definisi Operasional
Tabel 2.2. Definisi Operasional
No
.
Variabel Definisi
Operasional
Pengukur Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur
1. Kualitas
Tidur
keadaan
dimana tidur
yang dijalani
seseorang
menghasilkan
kesegaran
dan
kebugaran di
saat
terbangun.
Peneliti Kuesioner
PSQI
Pengisian
kuesioner
PSQI oleh
responden
yang
sesuai
kriteria
inklusi
lalu dinilai
mengguna
Ordinal Menilai
kualitas
tidur baik
atau buruk.
Bila PSQI ≤
5 maka
kualitas
tidur baik,
sedangkan
nilai PSQI
Jenis
Kelamin
Kualitas Tidur minggu
ke-1 dan ke-5
(Skor PSQI)
Fisik
Stres Psikologis
Lingkungan Usia Gaya Hidup Motivasi
Obat
Nutrisi
Cahaya
26
Kualitas tidur
meliputi:
kualitas tidur
subjektif,
latensi tidur,
efisiensi
tidur,
konsumsi
obat tidur,
gangguan
tidur, durasi
tidur dan
daytime
disfunction.
kan sistem
scoring.
> 5 maka
kualitas
tidur buruk.
Total nilai
PSQI
adalah 21.
2 Jenis
Kelamin
Perbedaan
antara
perempuan
dengan laki-
laki secara
biologis sejak
seseorang
lahir
Peneliti Kuesioner
identitas
responden
Pengisian
identitas
responden
Nominal Laki-laki
dan
Perempuan
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross
sectional.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti No.05,
Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan pada bulan November 2016-Oktober 2017
dan pengumpulan data penelitian berlangsung pada bulan April-Mei 2017
pada minggu ke-1 dan ke-5 modul Emergency.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2014
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2014
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memenuhi kriteria
inklusi.
3.3.3. Metode Pengambilan Sampel
Sampel didapat dengan teknik total sampling.
28
3.3.4. Besar Sampel yang Digunakan
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus analitik kategorik berpasangan, dengan rumus:
N = (𝑍𝛼+𝑍𝛽)2× 𝜋
(0,2)2
Keterangan:
N = Besar Sampel
Zα = Deviat baku alpha
Zβ = Deviat baku beta
π = Besar diskordan
P1-P2 = Perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna
Perhitungan sampel:
Kesalahan tipe 1 (alfa) =5%
Kesalahan tipe 2 (beta) = 20%
Deviat baku alfa = 1,96
Deviat baku beta = 0,84
Besar diskordan = 0,282
P1-P2 = 20% = 0,2
N = (0,96+0,84)2×0,282
(0,2)2
N = 7,84 ×0,282
0,04
N = 55,272 ≈ 56 orang
3.4. Kriteria Sampel
3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Seluruh mahasiswa yang aktif ikut serta dalam semua kegiatan kampus
dengan tingkat kehadiran > 80%
2. Mahasiswa yang tidak sedang mengambil cuti
29
3. Berusia > 18 tahun
4. Mahasiswa yang tidak sedang sakit
5. Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar informed consent
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Mengalami gangguan tidur dalam waktu 1 bulan sebelum pengambilan
data
2. Sedang mengkonsumsi obat anti depresi
3. Sedang mengkonsumsi obat tidur
4. Responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi
3.5. Cara Kerja Penelitian
3.5.1. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat penelitian berupa kuesioner yaitu Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI), yaitu kuesioner untuk mengetahui kualitas tidur seseorang
dalam jangka waktu satu bulan secara subjektif. Penggunaan kuesioner
PSQI memiliki sensitivitas diagnostik 89,6% dan spesifitas 86,5%
dalam membedakan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang
buruk.
Kuesioner PSQI ini memiliki 18 butir pertanyaan yang membentuk
7 komponen penilaian yang terdiri dari: kualitas tidur secara subjektif,
latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur,
penggunaan obat tidur, dan daytime dysfunction. Pertanyaan 1-4
merupakan pertanyaan terbuka mengenai kebiasaan individu tidur dan
bangun, total waktu tidur, dan latensi tidur. Pertanyaan 5-18
menggunakan skala likert, yaitu 0= tidak selama satu bulan terakhir, 1=
kurang dari sekali seminggu, 2= sekali atau dua kali seminggu, 3= tiga
kali atau lebih dalam seminggu. Pertanyaan yang dinilai oleh teman
sekamar digunakan hanya untuk informasi klinis dan tidak digunakan
dalam penilaian dari PSQI.24
30
Pertanyaan yang dinilai oleh individu ini merupakan pertanyaan
untuk menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan tidur yang
berkualitas dan dikelompokkan dalam tujuh komponen, yang masing-
masing memiliki skala 0-3, dimana 0= tidak ada masalah dan 3=
masalah berat. Penilaian komponen 1 mengenai kualitas tidur subjektif
didapat dari pertanyaan poin 9 kuesioner PSQI, skor 0= sangat baik, 1=
cukup baik, 2= cukup buruk, dan 3= sangat buruk. Penilaian komponen
2 mengenai latensi tidur didapat dari pertanyaan poin 2 dan 5a.
Pertanyaan poin 2 memiliki skor 0= ≤ 15 menit, 1= 16-30 menit, 2= 31-
60 menit, 3= >60 menit. Pertanyaan poin 5a memiliki skor 0= tidak
selama satu bulan terakhir, 1= kurang dari sekali seminggu, 2= sekali
atau dua kali seminggu, 3= tiga kali atau lebih dalam seminggu.
Kemudian poin 2 dan 5a dijumlahkan untuk mengetahui latensi tidur
responden, didapatkan jumlah skor 0= 0, 1= 1-2, 2= 3-4, 3= 5-6.
Komponen 3 mengenai durasi tidur didapat dari pertanyaan poin 4, bila
skor 0= > 7 jam, 1= 6-7 jam, 2= 5-6 jam, 3= <5 jam. Komponen 4
mengenai efisiensi tidur yang didapat dari pertanyaan poin 1, 3 dan 4.
Komponen penilaian ini didapat dengan rumus Efisiensi tidur = jumlah
jam tidur/jumlah jam saat berada di tempat tidur x 100%. Jumlah jam
tidur didapat dari poin 4 dan jumlah jam saat berada di tempat tidur
didapat dari poin 1 dan 3, didapatkan hasil skor 0= >85%, 1= 75-84%,
2= 65-74%, 3= <65%. Selanjutnya komponen 5 mengenai gangguan
tidur didapat dari pertanyaan poin 5b-5j dari kuesioner PSQI.
Pertanyaan 5b-5j harus dinilai menggunakan skala likert kemudian
dijumlahkan dan didapatkan skor 0= 0, 1= 1-9, 2=10-18, 3= 19-27.
Komponen 6 mengenai penggunaan obat tidur yang didapat dari
pertanyaan poin 6 juga dinilai menggunakan skala likert. Komponen 7
mengenai daytime dysfunction yang didapat dari pertanyaan poin 7 dan
8. Penilaian poin 7 menggunakan skala likert, sedangkan penilaian poin
8 didapat dengan skor 0= tidak ada masalah sama sekali, 1= hanya
31
masalah yang sangat ringan, 2= sedikit masalah, 3= masalah yang
sangat besar, kemudian poin 7 dan 8 dijumlahkan sehingga didapatkan
jumlah skor 0= 0, 1= 1-2, 2= 3-4, 3= 5-6. Setelah mendapatkan skor dari
masing-masing komponen, kemudian dijumlahkan total tujuh komponen
kualitas tidur sehingga didapatkan hasil skor global kuesioner PSQI.
Skor global PSQI >5 mengindikasikan individu tersebut memiliki
kualitas tidur buruk dan skor global PSQI ≤5 mengindikasikan kualitas
tidur baik. Semakin tinggi skor global yang didapat semakin buruk pula
kualitas tidur individu tersebut.15
2. Bahan Penelitian
Bahan penelitian berupa data primer yang diperoleh dari responden.
3.5.2. Tahapan Penelitian
Pertama-tama, responden yaitu mahasiswa angkatan 2014 PSKPD
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan mendapatkan penjelasan
mengenai tujuan, manfaat dan cara kerja penelitian ini. Bila responden
bersedia, maka akan menanda tangani lembar tersebut. Selanjutnya setelah
sesuai dengan kriteria inklusi, responden mengisi kuisioner mengenai
kualitas tidur selama satu bulan terakhir menggunakan Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Pengisian kuesioner PSQI yang dimodifikasi akan
dilaksanakan pada minggu ke-1 dan minggu ke-5 modul Emergency.
Setelah seluruh data pengukuran kualitas tidur terkumpul, peneliti
melakukan pengolahan data pada kuisioner kualitas tidur sehingga data
yang ada dapat dianalisis.
32
3.6. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
3.7. Pengolahan dan Analisa Data
Data dianalisis menggunakan SPSS versi 22.0. Pada data kualitas tidur
menggunakan data kategorik, kemudian akan di analisa bivariat menggunakan
metode statistik uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara kualitas tidur
pada minggu ke-1 dan ke-5 dengan jenis kelamin, sedangkan uji McNemar yang
merupakan uji hipotesis komparatif untuk melihat perbandingan kualitas tidur
Mahasiswa/i angkatan 2014 PSKPD FKIKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Informed Consent
Sampel sesuai kriteria inklusi
Pemeriksaan di minggu ke-1 dan ke-5 pada modul Emergency
Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI)
Mengukur kualitas tidur
Analisis hasil pemeriksaan
Kesimpulan hasil penelitian
33
pada minggu ke-1 dan ke-5. Jenis komparatif yang dipilih ialah komparatif
kategorik berpasangan yaitu kualitas tidur minggu ke-1 dan ke-5 dalam modul
Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Univariat
4.1.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari kuesioner PSQI
dengan responden mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan
usia yang dilaksanakan pada minggu ke-1 dan ke-5 dalam modul
Emergency yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan total
sampel sebanyak 95 orang.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Variabel N %
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
24 (25,3%)
71 (74,7%)
Usia
19
20
21
22
23
1 (1,1%)
18 (18,9%)
60 (63,2%)
14 (14,7%)
2 (2,1%)
Total 95 (100%)
Tabel 4.1 menjelaskan mengenai distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin dan usia pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari 95 responden, 24 orang (25,3%) berjenis
kelamin laki-laki dan terlihat jenis kelamin perempuan lebih mendominasi
yaitu sebanyak 71 orang (74,7%). Rentang usia responden pada penelitian
ini adalah usia 19-23 tahun. Dengan rata-rata usia mahasiswa angkatan
2014 PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 20,98 tahun, nilai
tengah adalah 21 tahun, dan modus 21 tahun.
35
4.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian menggunakan uji Chi-Square untuk melihat
masing-masing kualitas tidur pada minggu ke-1 dan ke-5, sedangkan uji
McNemar yang merupakan uji hipotesis komparatif untuk melihat perbandingan
kualitas tidur pada minggu ke-1 dan ke-5. Jenis komparatif yang dipilih ialah
komparatif kategorik berpasangan 2x2 untuk melihat hubungan variabel
kategorik-kategorik dari responden yang sama yaitu kualitas tidur minggu ke-1
dan ke-5 dalam modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.2.1. Perbandingan Persentase Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
berdasarkan Jenis Kelamin
Pengukuran kualitas tidur dengan cara pengisian kuesioner PSQI ini
bertujuan untuk melihat kualitas tidur selama satu bulan terakhir. Dan
kuesioner dibagikan kepada responden 3 minggu sebelum ujian sumatif 1
dan satu hari sebelum ujian sumatif 2, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.2. Perbandingan Persentase Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan
ke-5 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Kualitas Tidur IK 95%
Baik Buruk
Minggu
ke-1
Minggu
ke-5
Minggu
ke-1
Minggu
ke-5
Minimal Maksimal
Laki – laki
Perempuan
10
(41,7%)
24
(33,8%)
7
(29,2%)
12
(16,9%)
14
(58,3%)
47
(66,2%)
17
(70,8%)
59
(83,1%)
0,690 5,944
Total 34
(35,8%)
19
(20,0%)
61
(64,2%)
76
(80,0%)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan
kualitas tidur yang baik dan peningkatan kualitas tidur yang buruk, baik
pada responden jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pada responden
laki-laki terjadi penurunan kualitas tidur yang baik sebanyak 3 orang,
36
sedangkan pada responden perempuan terjadi penurunan kualitas tidur
yang baik hingga dua kali lipatnya yaitu sebanyak 12 orang serta kualitas
tidur yang buruk meningkat pada responden laki-laki menjadi 17 orang
(70,8%) dan pada responden perempuan juga terjadi peningkatan kualitas
tidur buruk menjadi 59 orang (83,1%). Perbedaan kualitas tidur pada
minggu ke-1 dan ke-5 antara responden laki-laki dan perempuan keduanya
tidak signifikan yaitu dengan masing-masing p-value sebesar 0,654 dan
0,239. Hal ini diduga karena sudah melewati beberapa ujian yaitu ujian
sumatif 1, ujian OSCE mini dan juga ujian sumatif 2 sehingga terjadi
peningkatan kualitas tidur buruk pada responden.
4.2.2. Perubahan Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Adanya perubahan kualitas tidur tiap responden di minggu ke-1 dan
ke-5 modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tertera dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3. Perubahan Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Kualitas Tidur Minggu ke-1 Kualitas Tidur Minggu ke-5 Total p-value
Baik Buruk
Baik
Buruk
12
7
22
54
34
61
0,008
Total 19 76 95
Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan kualitas
tidur yang cukup signifikan (p-value= 0,008), baik yang sebelumnya
memiliki kualitas tidur baik maupun pada kelompok kualitas tidur yang
memang sudah buruk. Terlihat kualitas tidur buruk pada minggu ke-1 dan
tetap menjadi buruk pada minggu ke-5 mengalami peningkatan hampir
delapan kali lipat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nova Indrawati (2012) yang membuktikan bahwa mayoritas
mahasiswa regular FIK UI memiliki kualitas tidur yang buruk.5
37
4.2.3. Perbandingan Skor Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Gambar 4.1. Perbandingan Skor Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa kualitas tidur minggu ke-5
memiliki skor lebih tinggi daripada kualitas tidur minggu ke-1.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik antara kualitas tidur minggu ke-1 dan ke-5, maka dilakukan uji
menggunakan SPSS. Data yang didapat merupakan data numerik-numerik
sehingga dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dan didapatkan hasil
tidak terdistribusi normal, maka menggunakan uji Wilcoxon. Hasil skor
perbandingan kualitas tidur minggu ke-1 dan ke-5 tertera pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.4. Perbandingan Skor Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Kategori N p-value
Skor KT minggu ke-5 lebih rendah dari KT minggu ke-1 20
0,000 Skor KT minggu ke-5 lebih tinggi dari KT minggu ke-1 64
Skor KT minggu ke-5 sama dengan KT minggu ke-1 11
Total 95
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 3 5 7 911131517192123252729313335373941434547495153555759616365676971737577798183858789919395
Sko
r P
SQI
Responden
KT minggu ke-1 KT minggu ke-5
38
Dari tabel diatas terlihat skor kualitas tidur minggu ke-5 lebih tinggi
dari kualitas tidur minggu ke-1 sebanyak 64 orang. Terdapat hubungan
yang signifikan (p-value= 0,000) antara skor kualitas tidur minggu ke-1
dan ke-5 dalam modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas tidur pada
minggu ke-1 dan ke-5 dalam modul Emergency pada mahasiswa angkatan 2014
PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel pada penelitian
berjumlah 95 orang responden dengan teknik total sampling. Dalam
pengumpulan data tidak terdapat data yang di drop-out.
4.3.1. Analisis Univariat
Dilihat dari data karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa
mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 71
orang (74,7%) sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang
(25,3%). Penelitian sebelumnya oleh Lund (2010) yang berjudul
“Perbedaan Jenis Kelamin dan Angkatan pada Pola dan Kualitas Tidur
Mahasiswa” mengatakan bahwa mayoritas mahasiswa perempuan memiliki
kualitas tidur buruk.39 Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan pada
mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menunjukkan mayoritas mahasiswa memiliki jenis kelamin perempuan dan
mayoritas memiliki kualitas tidur buruk. Penelitian lain oleh Nova
Indrawati (2012) mengenai perbandingan kualitas tidur mahasiswa yang
mengikuti UKM dan tidak mengikuti UKM pada mahasiswa regular FIK
UI dan penelitian oleh Inun Magfirah (2016) pada mahasiswa angkatan
2013 dan 2014 Program Studi Fisioterapi di Universitas Hasanuddin, juga
didapatkan kualitas tidur buruk lebih banyak terjadi pada jenis kelamin
perempuan.5,40 National sleep foundation mengatakan bahwa 57% wanita
dan 51% laki mengalami gangguan tidur. Wanita cenderung lebih
39
multitasking (mampu melakukan aktivitas dalam 1 waktu) mengakibatkan
otak sulit untuk relaks pada malam hari dan mengganggu kualitas tidur.29
Menurut Dr. Apostolos Georgopoulos, kecepatan dan efisiensi otak
wanita ternyata membuat mereka lebih rentan terhadap kerusakan
dibandingkan otak pria. Otak pria ternyata dapat pulih lebih cepat dan
lengkap jika mengalami kerusakan dibanding otak wanita sehingga untuk
mencegah kerusakan, maka proses pemulihan dan perbaikan otak melalui
tidur sangat dibutuhkan. Salah satu fungsi utama tidur adalah untuk
mengizinkan otak melakukan upaya pemulihan dan perbaikan diri.
Semakin otak digunakan untuk bekerja keras pada siang hari, semakin
banyak waktu yang dibutuhkan otak untuk memulihkan dan memperbaiki
diri, sehingga semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk tidur di
malam harinya. Selama dalam keadaan tidur, korteks (bagian otak yangg
bertanggung jawab untuk memori, pikiran, bahasa) akan terlepas dari
segala aktivitas dan beralih ke modus pemulihan.29
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Patten, dkk.
(2010), yang menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki cenderung
memiliki prevalensi gangguan tidur yang lebih besar daripada perempuan.
Hal ini disebabkan karena laki-laki cenderung lebih menunda waktu tidur
mereka untuk istirahat pada malam hari.41 Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Indriani Lumantow, dkk. (2016) bahwa laki-laki lebih
mendominasi daripada perempuan.42
Dilihat dari karakteristik usia, usia responden yang mendominasi
adalah usia 21 tahun yaitu sebanyak 60 orang (63,2%). Rentang usia
mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN tergolong dalam tahap
tumbuh kembang usia dewasa muda yaitu 19-22 tahun. Menurut Kozier
(2009), dewasa muda biasanya memiliki gaya hidup yang aktif sehingga
biasanya mereka sering menunda waktu untuk tidur dan kebanyakan orang
dewasa muda secara individu didapati sering mengalami jam-jam tidur tak
beraturan.22
40
4.3.2. Kualitas Tidur pada Mahasiswa Angkatan 2014 PSKPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kualitas tidur mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diukur menggunakan kuesioner PSQI yang dapat
menyatakan baik atau buruknya kualitas tidur. Dari dua kali pengambilan
data yang dilakukan pada awal minggu ke-1 modul Emergency didapatkan
nilai rata-rata kualitas tidur 6,46. Sedangkan pada minggu ke-5 nilai rata-
rata kualitas tidur meningkat menjadi 7,75. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan indeks kepercayaan 95%. Dari hasil analisis membuktikan
bahwa mayoritas mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki kualitas tidur yang buruk.
Pada tabel 4.2 mengenai perbandingan persentase kualitas tidur
minggu ke-1 dan ke-5 berdasarkan jenis kelamin, setelah dianalisis
menggunakan chi-square dengan melihat continuity correction karena
tidak terdapat cell (0%) dengan nilai expected <5, maka di dapat p-value
0,654 yang memiliki makna tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kualitas tidur pada minggu ke-1 modul Emergency berdasarkan jenis
kelamin. Dan pada minggu ke-5 didapatkan 1 cell (25%) dengan nilai
expected <5, sehingga p-value dapat dilihat dari nilai fisher exact test pada
Exact Sig. 2-sided sebesar 0,239 yang artinya tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas tidur minggu ke-5 dengan jenis kelamin. Pada
minggu ke-1 terlihat risiko laki-laki memiliki 1,399 kali lebih baik daripada
kualitas tidur perempuan dan pada minggu ke-5 modul Emergency terlihat
bahwa laki-laki memiliki risiko 2,025 kali lebih baik daripada kualitas tidur
perempuan.
4.3.3. Perubahan Kualitas Tidur pada Minggu ke-1 dan ke-5 dalam Modul
Emergency
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan
kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
41
mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Pola tidur yang baik meliputi
durasi tidur yang sesuai dengan kebutuhan menurut umur dan tidur
nyenyak tidak terbangun karena suatu hal disela-sela waktu tidur.
Sedangkan pola tidur yang buruk meliputi durasi tidur yang kurang dari
kebutuhan menurut umur, tidur terlalu larut malam dan bangun terlalu
cepat, tidur tidak nyenyak sering terbangun karena suatu hal.18
Menurut National Sleep Foundation, kebutuhan tidur seseorang
disesuaikan berdasarkan usia, dimana pada responden tergolong kelompok
usia dewasa muda yang membutuhkan durasi tidur 7-9 jam setiap
harinya.29 Durasi tidur yang pendek dapat mempengaruhi kualitas tidur
responden.40 Hal ini terlihat dari komponen penilaian durasi tidur dalam
kuesioner PSQI yang menunjukkan mayoritas responden pada minggu ke-1
tidur selama 6-7 jam dan hanya 32 orang yang tidur lebih dari 7 jam per
harinya sedangkan pada minggu ke-5, mayoritas responden memiliki durasi
tidur selama 5 jam dan hanya 8 orang yang tidur lebih dari 7 jam per
harinya.
Jika dilihat dari aktivitasnya, mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki jadwal kuliah dari hari senin
sampai jumat yang dimulai dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 16.00 sore.
Padatnya aktivitas akademik dan non akademik pada mahasiswa
mengakibatkan waktu yang digunakan untuk tidur berkurang sehingga
mahasiswa cenderung mengalami kelelahan dan berujung dengan
rendahnya kualitas tidur. Menurut Cheng, dkk. (2012) dalam penelitiannya
yang berjudul studi kualitas tidur pada mahasiswa menyatakan bahwa
mahasiswa tahun pertama memiliki banyak kebebasan waktu, sedangkan
mahasiswa tingkat akhir memiliki kesibukan dalam penyusunan skripsi.43
Hal ini sejalan dengan penelitian ini yaitu responden berada pada tingkat
ketiga pre-klinik dimana saat tersebut sudah banyak stressor yang terjadi
baik dalam menyelesaikan skripsi dan juga belajar untuk ujian sumatif 1,
ujian sumatif 2, ujian praktikum dan juga ujian KKD.
42
Berbeda dari modul sebelumnya, pada modul Emergency ini
mahasiswa dilatih untuk lebih aktif dan lebih memahami tatalaksana
kegawatdaruratan untuk pasien Emergency yang memerlukan tindakan
cepat karena berhubungan dengan nyawa manusia. Pada sistem penilaian
modul juga terdapat sedikit perbedaan dengan modul sebelumnya yaitu
tidak ada ujian praktikum namun diganti dengan ujian OSCE mini, yaitu
mahasiswa diberikan kasus Emergency lalu melakukan keterampilan klinik
dasar sesuai kasus selama 15 menit dan di nilai oleh 2 dosen penguji. Hal
ini menyebabkan mahasiswa sedikit lebih mendapatkan tekanan atau beban
belajar yang lebih sehingga akan mengganggu kualitas tidur.
Pada penelitian oleh Tsai, dkk. (2004) juga menyebutkan bahwa
mahasiswa cenderung untuk memiliki waktu tidur larut malam dan bangun
lebih pagi pada keesokan harinya.46 Stressor akademik yang dialami
mahasiswa dapat membuat mahasiswa mengurangi jam tidurnya untuk
mengerjakan tugas-tugas akademik ataupun belajar menjelang ujian.
Tidur yang tidak adekuat dalam hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan
tidur sesuai umur dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis. Dalam hal fisiologis
meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, mudah lelah, lemah, dan daya
tahan tubuh menjadi turun. Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi,
cemas, dan tidak konsentrasi.46 Insomnia yang disebabkan oleh gangguan
psikologis dan fisiologis karena berbagai konflik emosional dan stres.
Gangguan tidur yang dapat mempengaruhi kualitas tidur antara lain,
kebiasaan berjalan saat tidur, gerakan mendadak yang berulang, keluhan
berupa tungkai kaku waktu malam yang disebut mioklonus.22
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2010) mengenai
hubungan kualitas tidur mahasiswa dengan IPK di FIK UI mengatakan
bahwa rata-rata mahasiswa regular FIK UI mengalami gangguan tidur yang
signifikan.44 Menurut Dewald, dkk. (2010), kualitas tidur mahasiswa akan
mempengaruhi proses belajar, memori, dan performa akademis.48 Lund,
43
dkk. (2010) juga mengatakan bahwa kualitas tidur mahasiswa yang buruk
akan mempengaruhi mood (kemarahan, kebingungan, depresi, kelelahan,
dan tekanan darah).41
Tidur mempunyai peran penting dalam fungsi kekebalan tubuh,
metabolisme, memori, pembelajaran, dan fungsi-fungsi penting lainnya.
Tidur yang cukup dengan kualitas yang baik berpengaruh ketika seseorang
beraktivitas. Orang yang kurang tidur bisa menjadi tidak fokus ketika
melakuan aktivitas, merasa mudah lelah, dan mempunyai mood yang
buruk.49
Kualitas tidur yang buruk pada mahasiswa salah satunya dapat
dipengaruhi oleh gangguan tidur.49 Menurut Potter & Perry, gangguan tidur
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti lingkungan, aktivitas
fisik, stres, pola tidur siang, kebiasaan sebelum tidur, dan lingkungan
tempat tinggal. Faktor utama dalam pengaturan tidur adalah cahaya.
Keseimbangan impuls di otak yang mempengaruhi mekanisme tidur
bangun individu didukung oleh kondisi ruangan gelap dan tenang.17 Hal ini
dapat memicu produksi melatonin yaitu suatu hormon yang mempengaruhi
proses tidur. Bila kadar melatonin dalam darah meningkat maka
kewaspadaan menurun dan timbul rasa mengantuk. Melatonin membantu
orang tidur lebih nyenyak, mengurangi jumlah bangun mendadak di malam
hari, serta meningkatkan kualitas tidur.29 Lingkungan yang tidak nyaman
seperti lembab juga dapat mempengaruhi tidur.17
Kebiasaan tidur di siang hari juga mempengaruhi kualitas tidur
seseorang. Pola tidur yang berlebihan pada siang hari seringkali
menyebabkan gangguan pada fungsi terjaga.17 Namun pada penelitian ini
semua faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur tidak dapat
dikontrol.
Waktu paling optimal untuk mulai tidur di malam hari adalah jam 10
malam, selain untuk mengumpulkan energi dan tenaga juga sangat baik
untuk kesehatan kulit dan meningkatkan mood positif di pagi hari.18
44
Dengan demikian, mahasiswa PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dapat mendapat manfaat yang maksimal dan memiliki performa
yang baik apabila kebutuhan akan tidur yang berkualitas terpenuhi dengan
baik.
4.3.4. Perbandingan Skor Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Kegiatan pembelajaran mahasiswa PSKPD angkatan 2014 dalam
pelaksanaan modul Emergency memanglah sangat padat ditambah dengan
adanya ujian sumatif 1, ujian OSCE mini, ujian sumatif 2, ujian KKD dan
juga tugas-tugas lain dapat menyebabkan mahasiswa mengalami gangguan
kualitas tidur. Sesuai pada tabel 4.3 mengenai perbandingan skor kualitas
tidur minggu ke-1 dan ke-5 didapatkan hasil skor kualitas tidur minggu ke-
5 yang lebih tinggi dibanding skor minggu ke-1 yaitu sebanyak 64 orang.
Hal ini dikarenakan saat menjelang ujian, diasumsikan mahasiswa belajar
hingga larut malam dan juga mengerjakan tugas-tugas lainnya sehingga
aktifitas pada malam hari agak sedikit berlebih yang menyebabkan suhu
tubuh akan meningkat dan memerlukan waktu beberapa jam untuk kembali
ke dalam keadaan suhu yang normal. Hal ini mengakibatkan pikiran akan
merasa tegang yang menyebabkan mahasiswa tidak dapat tidur.49
Selain itu sebagian mahasiswa yang menunda waktu tidur mereka
tidak hanya untuk menyelesaikan tugas dan belajar ujian tetapi melakukan
kegiatan lain sehingga membuat waktu tidur berkurang. Dampak fisiologis
dan psikologis yang muncul akibat buruknya kualitas tidur meliputi
penurunan aktivitas sehari-hari, kelelahan, stres, dan kecemasan.49
Menurut Grandjean, kelelahan kronis adalah kelelahan akut yang
bertumpuk. Hal ini disebabkan oleh adanya tugas terus-menerus tanpa
pengaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Kelelahan kronis berlangsung
setiap hari, berkepanjangan dan kondisi ini terjadi secara berulang-ulang.
Kelelahan yang diperoleh dari tugas-tugas terdahulu belum hilang dan
disusul lagi dengan tugas berikutnya. Dengan beristirahat biasa belum bisa
menghilangkan kelelahan ini.50
45
Keinginan yang kuat untuk tetap terjaga sering kali dapat menutup rasa
lelah dan kadang dapat mengatasi kantuk dan kelelahan seseorang.
Sebaliknya, ketika seseorang mengalami rasa bosan dan tidak termotivasi
untuk tetap terjaga, tidur sering terjadi dengan cepat.22 Rasa lelah juga
dapat mempengaruhi pola tidur yang mana semakin lelah seseorang
semakin pendek periode tidur REM nya.22 Beban mahasiswa pada minggu
ke-5 meningkat dikarenakan sudah memasuki minggu-minggu ujian
sehingga kemungkinan mahasiswa angkatan 2014 mengalami kelelahan
dan terjadi peningkatan stres.
Dalam penelitian oleh Hardisman (2014) menyebutkan tingginya
tingkat stres mahasiswa kedokteran dibandingkan dengan non-kedokteran
dikarenakan beban akademis yang tinggi, ketegangan menghadapi ujian,
dan hasil ujian yang tidak sesuai harapan.51
Namun dari hasil penelitian, beberapa mahasiswa tidak terlihat adanya
masalah pada kualitas tidurnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.3 yang
menggambarkan skor kualitas tidur di minggu ke-1 lebih buruk daripada
skor minggu ke-5. Kemungkinan sebagian kecil mahasiswa sudah
melakukan adaptasi yaitu penyesuaian diri secara fisiologis dan psikologis
terhadap kondisi sistem pembelajaran dengan cara membuat jadwal tidur
yang cukup dan dapat membagi waktu dengan baik.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menemukan keterbatasan dalam melakukan penelitian tentang
kualitas tidur sehingga penelitian dirasakan masih belum sempurna. Beberapa
keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
1. Pengisian kuesioner PSQI pada mahasiswa angkatan 2014 PSKPD UIN Syarif
hidayatullah Jakarta diberikan beberapa hari sebelum ujian sumatif 1 dan
ujian sumatif 2 sehingga didapat hasil kualitas tidur yang kurang akurat.
46
2. Tidak dilakukan penilaian faktor-faktor diskriminan berupa stres, aktivitas
fisik, lingkungan, usia, pola tidur dan kondisi cahaya saat tidur sehingga dapat
mempengaruhi hasil pada penelitian.
3. Supervisi dalam pengisian kuesioner oleh responden sangat perlu diperhatikan
mengingat instrumen PSQI merupakan terjemahan sehingga terkadang
responden dapat salah mempersepsikan dan memiliki resiko keliru dalam
menjawab pertanyaan.
47
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Kualitas tidur mahasiswa angkatan 2014 PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta di modul Emergency menunjukkan hasil kualitas tidur
pada minggu ke-5 lebih buruk dibandingkan dengan minggu ke-1.
2. Persentase mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk di minggu ke-1
lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan.
3. Kualitas tidur di minggu ke-5 modul Emergency terlihat bahwa responden
dengan jenis kelamin perempuan lebih mendominasi yang memiliki kualitas
buruk meningkat hampir lima kali lipat dibanding responden laki-laki
memiliki kualitas tidur buruk meningkat sebanyak dua kali lipat.
5.2. Saran
1. Bagi mahasiswa angkatan 2014 PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mahasiswa perlu memperhatikan kebutuhan tubuh akan tidur mengingat
rata-rata kualitas tidur mahasiswa buruk. Mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui dampak kesehatan yang akan terjadi terkait dengan kualitas tidur
yang buruk. Perlu dilakukan penjadwalan tidur yang baik dan pengaturan
aktivitas agar mahasiswa memperoleh kualitas tidur yang baik karena kualitas
tidur dapat mempengaruhi mood dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Dapat dilakukan penelitian selanjutnya mengenai perbandingan kualitas
tidur dengan menambahkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
kualitas tidur seperti stres, aktivitas fisik, lingkungan, usia, pola tidur dan
kondisi cahaya saat tidur sehingga dapat mengetahui hubungan antar
masing-masing variabelnya.
Penambahan jumlah dan karakteristik responden dalam penelitian. Akan
lebih baik bila dilakukan dalam skala yang lebih besar yaitu lingkup semua
48
angkatan Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter (PSKPD) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta atau lingkup yang lebih besar lagi yaitu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sehingga dapat memperoleh gambaran serta perbedaan kualitas
tidur dari seluruh mahasiswa masing-masing program studi yang berada
dalam FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dilakukan validasi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner PSQI
terjemahan agar responden lebih mudah memahaminya.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology 11th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2007.
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran, Ed 22. Jakarta: EGC; 2008.
3. Lanywati E. Insomnia, gangguan sulit tidur. Jakarta: EGC; 2001.
4. Bussye DJ, Reynold CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ. The Pittsburgh sleep
quality index: a new instrument for psychiatric and research psychiatric
research.1998; 28: 193-213.
5. Indrawati N. Perbandingan kualitas tidur mahasiswa yang mengikuti UKM dan
tidak mengikuti UKM pada mahasiswa regular FIK UI 2012. Universitas
Indonesia. 2012.
6. Redline S, Isser AS, Rossen CL, Johnson NL, Kirchner HL, Emancipator J,
Kibler AM. Association between metabolic syndrome and sleep disordered
breathing in adolescents. Am J Respir Crit Care Med. 2007 Aug 15; 176: 401-8.
7. Kai Lu. Association between self-reported global sleep and prevalence of
hypertension in chinese adults kailuan community. Int J Environt Public Health.
2015; 12: 488-503.
8. Azad MC, Fraser K, Rumana N, Abdullah AF, Shahana N, Hanly PJ, et al. Sleep
Disturbance among medical students: a global perspective. J Clin Sleep Med.
2015; 11: 69-74.
9. Ginting HW, Gayatri D. Kualitas tidur pada mahasiswa. Universitas Indonesia.
2013.
10. Dorland WA. Kamus kedokteran dorland, Ed 28. Jakarta: EGC; 2012.
11. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.
12. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
13. Potter PA, Perry AG. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan
praktik. Jakarta: EGC; 2005.
14. Japardi I. Gangguan tidur. Universitas Sumatera Utara. 2002.
50
15. Smith M, Segal R. How much sleep do you need? sleep cycle & stages, lack of
sleep, and getting an hours you need [Internet]; 2010 [Dikutip 25 Mei 2017].
Tersedia pada: www.helpguide.org/life/sleeping.htm.
16. Patlak M. Your guide to healthy sleep. U.S. Departement of Health and Human
Services. National Heart Lung and Blood Institute [Internet]; 2011 [Dikutip 25
Mei 2017]. Tersedia pada:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/sleep/healthy_sleep.pdf.
17. Potter PA, Perry AG. Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik, Ed
7. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
18. Hidayat A. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.
19. JNC VII. The seventh report of the joint national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension. 2003;
42: 1206-52.
20. Ehrhart BM, Hinson JP, Bornsyein SR. Intraadrenal interactions in the regulation
of adrenocortical steroidogenesis. Endocrine reviews. 1998; 19: 101-43.
21. Khasanah K. Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi sosial mandiri semarang. J
Nursing Studies. 2012; 1: 45
22. Kozier B, Erb G. Buku ajar praktik keperawatan klinis, Ed 5. Jakarta: EGC; 2009.
23. Asmadi. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien, Ed 1. Jakarta: Salemba
Medika; 2008.
24. Eser I, Khorshid L, Gunes Y, Ulku D. The effect of different body positions on
blood pressure. J Clinical Nursing. 2007; 16: 137–40
25. Putra SR. Tips sehat dengan pola tidur tepat dan cerdas, Ed 1. Yogyakarta: Buku
Biru; 2011.
26. Martin J. Assesment and treatment of sleep disturbance in older adults: university
of california san diego and veteran affairs healthcare system 1th ed. Philadelphia:
Elseviers; 2000.
27. Lee CY. Older patients’ experinces of sleep in the hospital: disruptions and
remedies. The Chinese University of Hong Kong. 2008.
51
28. Sack RL. Circadian rhythm sleep disorders: basic principles, shift work and jet
lag disorders. An American Academy of Sleep Medicine Review [Internet]; 2007
[Dikutip 11 juni 2017]. Tersedia pada:
http://www.asmnet.org/resource/practiceparameters/review_circadianrhythm.pdf.
29. National Sleep Foundation. Melatonin and sleep [Internet]; 2014. [Dikutip 24 Juni
2017]. Tersedia pada: http://sleepfoundation.org/sleep-topics/melatonin-and-sleep
30. American Academy of Sleep Medicine. The international classification of sleep
disorders, revised: diagnostic and coding manual 3rd ed. Chicago: American
Academy of Sleep Medicine; 2001
31. Agustin D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift di
PT. krakatau tirta industri cilegon. Universitas Indonesia. 2012.
32. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya; 2013.
33. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders 4th rev.ed. Arlington: American Psychiatric Association; 2000.
34. McGrath. Sleep to lower elevated blood pressure: study protocol for a randomized
controlled trial. J Trials. 2012; 15: 393.
35. National Heart, Lung, and Blood Institut dari United States Departement of
Health and Human Services. Healthy sleep [Internet]; 2009. [Dikutip 24 Juni
2017]; Tersedia pada:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/sleep/healthy_sleep.pdf.
36. Javaheri S, Isser AS, Rossen CL, Redline S. Sleep quality and elevated blood
pressure in adolescent. 2008 Sept 2; 118: 1034-40.
37. Fitri AA. Hubungan kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.
38. Sarah R. Hubungan tekanan darah sistolik dengan kualitas tidur pasien hipertensi
di puskesmas bahu manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. 2014.
39. Lund HG. Sleep patterns and predictors of disturbed sleep in large population of
college students. J adolescent healt. 2010; 46: 124-32.
52
40. Magfirah I. Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswi
program studi S1 fisioterapi angkatan 2013 dan 2014 di universitas hasanuddin.
Universitas Hasanudin. 2016.
41. Patten. american heart assosiation: teenage attitudes and practices survey. Int. J
Circulation. 2010;12: 28-34.
42. Lumantow I, Rompas S, Onibala F. Hubungan kualitas tidur dengan tekanan
darah pada remaja di desa tombasian atas kecamatan kawangkoan barat.
Universitas Sam Ratulangi. 2016.
43. Cheng SH. A study on the sleep quality of incoming university students.
Psychiatry Research. 2012; 48: 11-7.
44. Hermawati, Triveria L. Hubungan antara kualitas tidur dengan indeks prestasi
mahasiswa regular FIK UI. Universitas Indonesia. 2010.
45. Tsai L. Sleep pattern in college student: gender and grade differences. J of
psychosomatic research. 2004; 56: 231-7
46. Bukit EK. Kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur klien lanjut usia yang
dirawat inap di ruang penyakit dalam rumah sakit medan 2003. J Keperawatan
Indonesia. 2005; 9: 41-7.
47. Dewald JF. The influence of sleep quality, sleep duration and sleepiness on
school performance in children and adolescent: a meta-analytic review. Sleep
Medicine Review. 2010; 14: 179-89.
48. Bansil P. Associations between sleep disorders, sleep duration, quality of sleep,
and hypertension: national health and nutrition examination survey 2005 to 2008,
Heart Disease and Stroke Prevention. 2011; 18: 4-8
49. Nursalam EF. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
50. Grandjean E, Kroemer KH. Fitting the task to the human: a textbook of
occupational ergonomics 5th ed. London: Taylor & Francis; 1997.
51. Hardisman, Pertiwi D. Gambaran distress pada mahasiswa preklinik tahun ketiga
fakultas kedokteran. Indonesian J of Med Edu. 2014 Nov; 3: 6.
53
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Responden
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Validasi
Kuesioner Berbahasa Indonesia “Perbandingan Kualitas Tidur
Minggu ke-1 dan ke-5 Dalam Modul Emergency pada Mahasiswa
Angkatan 2014 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”
Assalamualaikum wr.wb.
Saya, Nabila Putri Hazima (1113103000043) mahasiswi S1 Program Studi
Pendidikan Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai
“Perbandingan Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5 Dalam Modul Emergency pada
Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” di bawah
bimbingan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD sebagai pembimbing ke-1dan dr. Erike
A. Suwarsono sebagai pembimbing ke-2. Penelitian ini bertujuan untuk
menyelesaikan studi saya di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini yang akan menjadi responden
adalah Mahasiswa PSKPD angkatan 2014 yang termasuk dalam kriteria inklusi.Dan
dalam penelitian ini, responden akan diminta untuk mengisi kuesioner yang akan
dibagikan oleh peneliti. Selanjutnya responden akan diperiksa tekanan darahnya oleh
peneliti.
Kuesioner ini merupakan terjemahan dari Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kualitas tidur Anda selama satu bulan
terakhir. Penting mengenai kebenaran jawaban/tanggapan Anda dalam menjawab
semua pertanyaan. Semua informasi dari hasil kuesioner ini akan dijamin
kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya harap Anda dapat mengisi kuesioner ini dengan
lengkap dan sebenar-benarnya.
Jika Anda bersedia menjadi responden, silahkan mengisi identitas dan tanda
tangan dibawah ini. Terima kasih atas waktu yang telah Anda berikan untuk mengisi
kuesioner ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
Yang menyetujui,
Peneliti Responden
________________ _________________
Nabila Putri Hazima
54
(Lanjutan)
KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN
Nama : ……………………………………………………………
NIM : ……………………………………………………………
Fakultas : FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Angkatan : 2014
Jenis Kelamin : L/P
TTL : ……………………………………………………………
Nomor HP : …………………………………………………………....
Alamat : ……………………………………………………………
55
Lampiran 2
Kuesioner PSQI Berbahasa Indonesia
LEMBAR KUESIONER TERJEMAHAN
PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX (PSQI)
INSTRUKSI :
Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan tidur Anda selama
satu bulan terakhir. Jawaban yang Anda berikan adalah jawaban yang mayoritas
Anda alami dan lakukan selama satu bulan terakhir. Silahkan menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang ada di bawah ini.
Selama satu bulan terakhir,
1. Jam berapa Anda biasanya mulai tidur di malam hari?
Waktu Tidur ____________________________
2. Berapa menit waktu yang Anda habiskan sebelum akhirnya Anda tertidur?
Jumlah Menit ___________________________
3. Jam berapa Anda biasanya bangun setiap pagi?
Jam Bangun Pagi ________________________
4. Berapa jam Anda tidur pulas di malam hari? (Ini mungkin berbeda dengan
jumlah jam Anda berada di tempat tidur)
Jumlah Jam pada Tidur Malam _____________
5. Selama satu bulan terakhir,
seberapa sering Anda mengalami
kesulitan tidur karena Anda……
Tidak
terjadi
selama
sebulan
terakhir
Kurang
dari
sekali
dalam
satu
minggu
Satu atau
dua kali
seminggu
Tiga atau
lebih
dalam
seminggu
A. Tidak bisa tidur dalam waktu 30
menit
B. Bangun tidur di tengah malam atau
bangun pagi terlalu cepat
C. Pergi ke kamar mandi di malam
hari
D. Tidak dapat bernapas dengan
nyaman
E. Batuk
56
F. Merasa kedinginan
G. Merasa kepanasan
H. Mengalami mimpi buruk
I. Terdapat nyeri di badan
J. Adakah alasan lain yang
mengganggu tidur Anda?
Jawaban :
____________________________
dan seberapa sering hal tersebut
Anda rasakan?
6. Selama satu bulan terakhir,
seberapa sering Anda
mengkonsumsi obat- obatan untuk
membantu Anda tidur?
7. Selama sebulan terakhir, seberapa
sering Anda mengalami kesulitan
tetap terjaga saat mengemudi,
makan makanan, atau terlibat
dalam aktivitas sosial?
Tidak
ada
Hanya
masalah-
masalah
kecil
Semua
Masalah
Masalah
yang
sangat
besar
8. Selama satu bulan terakhir, berapa
banyak masalah yang cukup
membuat Anda tidak semangat
untuk menyelesaikannya?
Sangat
Baik
Baik Buruk Sangat
Buruk
9. Selama satu bulan terakhir,
Bagaimana rata – rata kualitas tidur
Anda?
Tidak
ada bed
partner
atau
teman
sekamar
Partner/
teman
sekamar
di kamar
yang
berbeda
Partner di
ruangan
yang sama
tapi berbeda
tempat tidur
Partner
dengan
tempat
tidur yang
sama
10. Apakah Anda mempunyai bed
partner / teman sekamar?
57
Tidak
terjadi
selama
sebulan
terakhir
Kurang
dari
sekali
dalam
satu
minggu
Satu atau
dua kali
semimnggu
Tiga atau
lebih
dalam
seminggu
Jika Anda mempunyai bed partner/
teman sekamar,tanyakan seberapa
sering dalam satu bulan terakhir
Anda memiliki……
A. Mendengkur yang keras
B. Jeda panjang antara napas saat
tidur
C. Kaki berkedut atau menyentak
saat Anda tidur
D. Episode disorientasi atau
kebingungan saat tidur
E. kegelisahan lain saat Anda
tidur, Bila ada tolong
jelaskan:__________________
Jumlah Skor :
Kesimpulan : Baik / Buruk
Tekanan Darah : ___________ mmHg
58
Lampiran 3
Penilaian skor Kuesioner PSQI
Scoring the PSQI
The order of the PSQI items has been modified from the original order in order to
fit the first 9 items (which are the only items that contribute to the total score) on a
single page. Item 10, which is the second page of the scale, does not contribute to the
PSQI score.
In scoring the PSQI, seven component scores are derived, each scored 0 (no
difficulty) to 3 (severe difficulty). The component scores are summed to produce a
global score (range 0 to 21). Higher scores indicate worse sleep quality.
Component 1: Subjective sleep quality—question 9
Response to Q9 Component 1 score
Very good 0
Fairly good 1
Fairly bad 2
Very bad 3
Component 1 score:_____
Component 2: Sleep latency—questions 2 and 5a
Response to Q2 Component 2/Q2 subscore
< 15 minutes 0
16-30 minutes 1
31-60 minutes 2
> 60 minutes 3
Response to Q5a Component 2/Q5a subscore
Not during past month 0
Less than once a week 1
Once or twice a week 2
Three or more times a week 3
59
Sum of Q2 and Q5a subscores Component 2 score
0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
Component 2 score:_____
Component 3: Sleep duration—question 4
Response to Q4 Component 3 score
> 7 hours 0
6-7 hours 1
5-6 hours 2
< 5 hours 3
Component 3 score:_____
Component 4: Sleep efficiency—questions 1, 3, and 4
Sleep efficiency = (# hours slept/# hours in bed) X 100%
# hours slept—question 4
# hours in bed—calculated from responses to questions 1 and 3
Sleep efficiency Component 4 score
> 85% 0
75-84% 1
65-74% 2
< 65% 3
Component 4 score:_____
Component 5: Sleep disturbance—questions 5b-5j
Questions 5b to 5j should be scored as follows:
Not during past month 0
Less than once a week 1
Once or twice a week 2
Three or more times a week 3
60
Sum of 5b to 5j scores Component 5 score
0 0
1-9 1
10-18 2
19-27 3
Component 5 score:_____
Component 6: Use of sleep medication—question 6
Response to Q6 Component 6 score
Not during past month 0
Less than once a week 1
Once or twice a week 2
Three or more times a week 3
Component 6 score:_____
Component 7: Daytime dysfunction—questions 7 and 8
Response to Q7 Component 7/Q7 subscore
Not during past month 0
Less than once a week 1
Once or twice a week 2
Three or more times a week 3
Response to Q8 Component 7/Q8 subscore
No problem at all 0
Only a very slight problem 1
Somewhat of a problem 2
A very big problem 3
Sum of Q7 and Q8 subscores Component 7 score
0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
Component 7 score:_____
61
Global PSQI Score: Sum of seven component scores:___________
Copyright notice: The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) is copyrighted by
Daniel J. Buysse, M.D. Permission has been granted to reproduce the scale on this
website for clinicians to use in their practice and for researchers to use in non-
industry studies. For other uses of the scale, the owner of the copyright should be
contacted.
Citation: Buysse, DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ: The
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new instrument for psychiatric research
and practice. Psychiatry Research 28:193-213, 1989
62
Lampiran 4
Hasil Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
JK
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki - laki 24 25.3 25.3 25.3
Perempuan 71 74.7 74.7 100.0
Total 95 100.0 100.0
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 19 1 1.1 1.1 1.1
20 18 18.9 18.9 20.0
21 60 63.2 63.2 83.2
22 14 14.7 14.7 97.9
23 2 2.1 2.1 100.0
Total 95 100.0 100.0
63
Lampiran 5
Hasil Analisis Bivariat
1. Perubahan Perbandingan Kualitas Tidur Minggu ke-1 Berdasarkan Jenis Kelamin
JK * KT11 Crosstabulation
KT11
Total baik Buruk
JK Laki - laki Count 10 14 24
% within JK 41.7% 58.3% 100.0%
Perempuan Count 24 47 71
% within JK 33.8% 66.2% 100.0%
Total Count 34 61 95
% within JK 35.8% 64.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .483a 1 .487
Continuity Correctionb .201 1 .654
Likelihood Ratio .476 1 .490
Fisher's Exact Test .623 .324
Linear-by-Linear
Association .478 1 .490
McNemar Test .143c
N of Valid Cases 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.59.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Binomial distribution used.
64
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for JK (Laki - laki /
Perempuan) 1.399 .542 3.613
For cohort KT11 = baik 1.233 .694 2.189
For cohort KT11 = buruk .881 .605 1.284
N of Valid Cases 95
2. Perbandingan Kualitas Tidur Minggu ke-5 berdasarkan Jenis Kelamin
JK * KT22 Crosstabulation
KT22
Total baik Buruk
JK Laki - laki Count 7 17 24
% within JK 29.2% 70.8% 100.0%
Perempuan Count 12 59 71
% within JK 16.9% 83.1% 100.0%
Total Count 19 76 95
% within JK 20.0% 80.0% 100.0%
65
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.686a 1 .194
Continuity
Correctionb 1.007 1 .316
Likelihood Ratio 1.589 1 .208
Fisher's Exact Test .239 .158
Linear-by-Linear
Association 1.669 1 .196
McNemar Test .458c
N of Valid Cases 95
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 4.80.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Binomial distribution used.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for JK (Laki - laki /
Perempuan) 2.025 .690 5.944
For cohort KT22 = baik 1.726 .768 3.876
For cohort KT22 = buruk .852 .646 1.125
N of Valid Cases 95
66
3. Perubahan Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
KT11 * KT22 Crosstabulation
KT22
Total baik Buruk
KT11 baik Count 12 22 34
% within KT11 35.3% 64.7% 100.0%
buruk Count 7 54 61
% within KT11 11.5% 88.5% 100.0%
Total Count 19 76 95
% within KT11 20.0% 80.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Exact Sig. (2-sided)
McNemar Test .008a
N of Valid Cases 95
a. Binomial distribution used.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KT11 (baik /
buruk) 4.208 1.464 12.094
For cohort KT22 = baik 3.076 1.338 7.071
For cohort KT22 = buruk .731 .561 .952
N of Valid Cases 95
67
4. Tes Uji Normalitas Kualitas Tidur Minggu ke-1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
KT1 .118 95 .002 .971 95 .035
a. Lilliefors Significance Correction
Tes Uji Normalitas Kualitas Tidur Minggu ke-5
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
KT2 .137 95 .000 .963 95 .008
a. Lilliefors Significance Correction
5. Perbandingn Skor Kualitas Tidur Minggu ke-1 dan ke-5
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
KT2 - KT1 Negative Ranks 20a 37.78 755.50
Positive Ranks 64b 43.98 2814.50
Ties 11c
Total 95
a. KT2 < KT1
b. KT2 > KT1
c. KT2 = KT1
Test Statisticsa
KT2 - KT1
Z -4.627b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
68
Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nabila Putri Hazima
Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 24 Februari 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kompleks Depok Mulya 3 blok AG no.14
Jl. Tanah Baru, Depok 16426.
Telepon : 082260105151
E-mail : nabilahazima08@gmail.com
Status : Mahasiswa
PENDIDIKAN FORMAL
1999-2001 : TK Al – Muhajirin
2001-2006 : SD Yaspen Tugu Ibu
2006-2007 : SDN 04 Pagi Pondok Labu
2007-2010 : SMPN 85 Jakarta
2010-2013 : SMAN 34 Jakarta
2013-Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Recommended