View
251
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
asa
Citation preview
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR SISTEM KOMUNIKASI
NAMA : I Putu Adi Wirajaya
NIM : 1404405058
KELOMPOK : 12
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUMSISTEM TELEKOMUNIKASI
TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA
PERCOBAAN IV
FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING DAN DEMULTIPLEXING
4.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui blok-blok yang menyusun Frequency Division
Multiplexing dan Frequency Division Demultiplexing .
2. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dalam teknik Frequency
Division Multiplexing dan Frequency Division Demultiplexing .
4.2 Peralatan
1. Perangkat keras Frequency Division Multiplexing dan Frequency Division
Demultiplexing
2. Oscilloscope
3. Frequency Counter
4. Kabel-kabel Penghubung
4.3 Dasar Teori
4.3.1 Multiplexing Multiplexing adalah rangkaian yang memiliki banyak input tetapi hanya 1
output dan dengan menggunakan sinyal-sinyal kendali, kita dapat mengatur
penyaluran input tertentu kepada outputnya, sehingga memungkinkan terjadinya
transmisi sinyal yang banyak melalui media tunggal. (penggabungan 2 sinyal atau
lebih untuk disalurkan ke dalam 1 saluran komunikasi).
Keuntungannya :
host hanya butuh satu port I/O untuk n terminal
hanya satu line transmisi yang dibutuhkan
menghemat biaya penggunaan saluran komunikasi
memanfaatkan sumberdaya seefisien mungkin
Menggunakan kapasitas saluran semaximum mungkin
Karakteristik permintaan komunikasi pada umum- nya memerlukan penyaluran
data dari beberapa terminal ke titik yang sama
Ada 3 teknik multiplexing, yaitu :
frequency-division multiplexing (FDM)
time-division multiplexing (TDM)
statistical time-division multiplexing (STDM)
Gambar 4.3.1 proses multipkexing
4.3.2 Frequency Division Multiplexing (FDM)
Frequency Division Demultiplexing adalah suatu teknik untuk memulihkan
sinyal yang telah ter-multiplexing melalui FDM, guna mendapatkan sinyal aslinya
(sinyal informasi). Gabungan banyak kanal input yang menjadi sebuah kanal output
yang berdasarkan frekuensi, dimana gabungan ini digunakan ketika bandwidth dari
medium melebihi bandwidth sinyal yang diperlukan untuk transmisi. Tiap sinyal
dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier yang berbeda dan frekuensi carrier tersebut
terpisah dimana bandwidth dari sinyal-sinyal tersebut tidak overlap. Contoh yang
paling dikenal dari FDM adalah siaran radio dan televisi kabel. Tiap sinyal modulasi
memerlukan bandwidth center tertentu disekitar frekuensi carriernya, dinyatakan
sebagai suatu channel. Sinyal input baik analog maupun digital akan ditransmisikan
melalui medium dengan sinyal analog.
Gambar 4.3.2 Frequency Division Multiplexing
4.3.3 Time Division Multiplexing (TDM)
Time Division Multiplexing merupakan sebuah proses pentransmisian
beberapa sinyal informasi yang hanya melalui satu kanal transmisi dengan masing-
masing sinyal di transmisikan pada periode waktu tertentu.
Proses Transmisi TDM :
Akan ada beberapa sinyal informasi yang akan masuk ke dalam Multiplexer
dari TDM, sinyal-sinyal tersebut memiliki bit rate yang rendah dengan sumber sinyal
yang berbeda-beda. Ketika sinyal tersebut memasuki Multiplexer, maka sinyal akan
melalui sebuah switch rotary yang menyebabkan sinyal informasi yang sebelumnya
telah disampling itu akan dibuat berubah-ubah tiap detiknya. Hasil Output dari switch
ini adalah merupakan gelombang PAM (Pulse Amplitude Modulation) yang
mengandung sample-sample dari sinyal informasi yang periodic terhadap waktu.
Setelah melalui multiplex, sinyal kemudian ditransmisi dengan membagi-bagi
sample inomasi berdasar (Hold Time/Jumlah Kanal). Kanal transmisi ini merupakan
sebuah kanal dengan rangkaian yang disinkronisasikan. Kanal sinkron ini dibutuhkan
untuk membangun tiap kelompok dari sample dan membagi sample-samle tepat ke
dalam frame nya.Ketika sinyal transmisi memasuki demultiplexer, gabungan sinyal
yang ber-bit-rate tinggi (sinyal transmisi) dibagi-bagi kembali menjadi sinyal
informasi seperti sinyal informasi awal yang ber-bit-rate rendah. Kemudian akan ada
rotary switch pula disana yang akan mengarahkan sinyal-sinyal ke tujuan masing-
masing dari sinyal itu. Pada Multiplexer terdapat filter yang berfungsi melewatkan
sinyal dengan frekuensi rendah, dan pada demultiplexer akan terdapat filter yang
bertujuan untuk mendapatkan sinyal keluaran yang akan sama dengan sinyal
informasi inputnya.
4.4. Langkah Percobaan
4.4.1. Frequency Division Multiflexing (FDM)
A. Persiapan
1. Hidupkan perangkat percobaa
2. Hidupkan saklar dan ukurlah besamya frekuensi sinyal informasi dan bentuk
gelornbangnya dengan mengukur pada terminal S1 seperti gambar berikut :
3. Ukurlah besar frekuensi dan bentuk. sinyal osilator seperti gambar berikut :
Gambar 4.13 Pengukuran Sinyal Keluaran Sub-Carrier pada Prangkat Multiplexer
4. Putar-putarlah timer di bagian belakang perangkat supaya diperoleh keluaran
14kHz untuk masing-masing kanal 1,2,3 secara berurut.
B. Pengukran Keluaran Penguat
1. Hubungkan kanal 1 osciloscope dengan terminal S1-1 dan hubungkan kanal
2 osciloscope dengan terminal SP-1 seperti gambar berikut :
Gambar 4.14 Pengukuran Penguatan Sinyal pada Prangkat Multiplexer
2. Lanjutkan pengukuran untuk kanal 2 dan 3.catat hasilnya.
3. Bandingkan bentuk sinyal informasi dengan bentuk sinyal keluaran penguat
masing-masing kanal.
C. Pengukuran Keluaran Modulator
4. Hubungkan kanal 1 oscilloscope dengan terminal SP-1 dan hubungkan
kanal 2 osciloscope dengan terminal SM-1 seperti gambar berikut :
Gambar 4.15 Pengukuran Sinyal Modulasi pada Prangkat Multiplexer
5. Lanjutkan pengukuran untuk kanal 2 dan 3, catat hasilnya.
6. Bandingkan bentuk sinyal keluaran penguat (sinyal masukan modulator)
dengan keluaran modulator
7. Hubungkan perangkat FDM dengan oscilloscope seperti pada gambar
berikut:
Gambar 4.16 Pengukuran Keluaran Multiplexer
8. Perhatikan bentuk sinyal keluaran Multiplexer dan berikan komentar
4.4.2. Frequency Division Demultiplexing (FDD)
A. Persiapan
1. Alat ukurnya (oscilloscope) terlebih dahulu dikalibrasi.
2. Hidupkan perangkat percobaan, terus tekan switch pada posisi on.
Gambar 4.17 Tampak Depan dan Belakang Demulultiflexer
3. Lakukan pengukuran oscillator dengan oscilloscope dan frequency
counter. Atur nilai frekuensi osilator (sesuai dengan yang ditunjukkan
frekuensi counter), dengan menge-trim (putar-putar trimer di bagian
belakang perangkat) sehingga diperoleh frekuensi yang sama dengan
pengirimnya. Catat hasil pengukurannya.
4. Hubungkan perangkat FDD dengan pengirimnya.
B. Percobaan
5. Amati dan catatlah sinyal yang diterima dari transmisi dengan
oscilloscope.
6. Amati dan catatlah keluaran dari masing-masing band-pass filter.
7. Hubungkan kanal oscilloscope dengan keluaran BPF 1 dan kanal-2
oscilloscope dengan keluaran modulator 1 pada penerimanya. Demikian
juga untuk BPF-2 dan BPF-3.
8. Amati dan catatlah masukan dan keluaran dari masing-masing
demodulator. Masukan demodulator adalah keluaran dari BPF. Gunakan
kedua kanal dari oscilloscope (mode dual) untuk mengamatinya.
9. Amati dan catatlah masukan dan keluaran dari masing-masing low-pass
filter. Masukan LPF adalah keluaran dari demodulator. Gunakan kedua
kanal dari oscilloscope (mode dual) untuk mengamatinya.
10. Amati dan catatlah masukan dan keluaran dari masing-masing penguat
dengan oscilloscope (mode dual).
11. Amati dan catatlah frekuensi akhir (penguat) dengan frequency counter.
Bandingkan dengan input pada bagian pengirimnya.
12. Hubungkan masing-masing osilator sub-pembawa pada pengirimnya
untuk digunakan pada penerimanya. Tekan saklar jumper osilator
pengirim pada posisi"ON". Lakukan lagi pengukuran seperti langkah (3)
sampai (10).
4.5. Gambar dan Data Hasil Percobaan
4.5.1 Frequency Division Multiplexing (FDM)
4.5.1.1 Pengukuran Sinyal Informasi (SI)
Gambar 4.18, 4.19 dan 4.20 adalah hasil sinyal informasi input pada
oscilloscope :
Gambar 4.18 Sinyal Informasi pada Kanal 1
Gambar 4.19 Sinyal Informasi pada Kanal 2
Gambar 4.20 Sinyal Informasi pada Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal informasi (SI)
pada input multiplexer :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran pada Sinyal Informasi
Besaran yang diukur SI1 SI2 SI3
Frekuensi (Hz) 809,7 Hz 1,504 kHz 2,085 kHz
Amplitudo (V) 5,16 V 3,26 V 4,58 V
Pk – Pk (V) 5.28 V 3,28 V 4,76 V
4.5.1.2 Pengukuran Sinyal Penguat (SP)
Gambar 4.21, 4.22 dan 4.23 sinyal penguat pada kanal prangkat multiplexer
yang tampak pada oscilloscope :
Gambar 4.21 Sinyal Penguat pada Kanal 1
Gambar 4.22 Sinyal Penguat pada Kanal 2
Gambar 4.23 Sinyal Penguat pada Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal penguat (SP) pada
prangkat multiplexer :
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pada Sinyal Penguat
Besaran yang diukur SP1 SP2 SP3
Frekuensi (Hz) 809,7 Hz 1,502 kHz 2,053 kHz
Amplitudo (V) 13,8 V 6,60 V 9,92 V
Pk – Pk (V) 13,9 V 6,72 V 9,92 V
4.5.1.3 Pengukuran Keluaran Osilator Sub-Carrier (SC)
Gambar 4.24, 4.25 dan 4.26 sinyal keluaran osilator sub-carrier pada prangkat
multiplexer yang tampak pada oscilloscope :
Gambar 4.24 Sinyal Sub-Carrier pada Kanal 1
Gambar 4.25 Sinyal Sub-Carrier pada Kanal 2
Gambar 4.26 Sinyal Sub-Carrier pada Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal sub-carrier (SC)
pada prangkat multiplexer :
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Sinyal Sub-Carrier
Besaran yang diukur SC1 SC2 SC3
Frekuensi (Hz) 14.01 kHz 23,64 kHZ 33,59 kHz
Amplitudo (V) 2,26 V 1,74 V 1,29 V
Pk – Pk (V) 2,32 V 1,78 1,32 V
4.5.1.5 Pengukuran Keluaran Sinyal Modulasi (SM)
Gambar 4.27, 4.28 dan 4.29 sinyal keluaran modulasi dari perangkat
multiplexer yang tampak pada oscilloscope :
Gambar 4.27 Sinyal Modulasi Kanal 1
Gambar 4.28 Sinyal Modulasi Kanal 2
Gambar 4.29 Sinyal Modulasi Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal mudulasi (SM)
pada prangkat multiplexer :
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Keluaran Sinyal Modulasi
Besaran yang diukur SM1 SM2 SM3
Frekuensi (Hz) 14,08 kHz 7,874 kHz 33,90 kHz
Amplitudo (V) 1,25 V 524 mV 816 mV
Pk – Pk (V) 1,51 V 788 mV 1,14 V
4.5.1.5 Pengukuran Keluaran Multiplexer
Gambar 4.30 sinyal keluaran dari prangkat multiplexer yang tampak pada
oscilloscope :
Gambar 4.30 Sinyal Keluaran Multiplexer
Diperoleh ;
Frekuensi = 10,00 kHz
Amplitudo = 660 mV
Pk – PK = 3,36 V
4.5.2 Frequency Division Demultiplexing (FDD)
4.5.2.1 Pengukuran Keluaran Band Pass Filter (BPF)
Gambar 4.31, 4.32 dan 4.33 sinyal keluaran band pass filter pada prangkat
demultifexer yang tampak pada oscilloscope :
Gambar 4.31 Sinyal Band Pass Filter pada Kanal 1
Gambar 4.32 Sinyal Band Pass Filter pada Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal band pass filter
(BPF) pada prangkat demultiplexer :
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Sinyal Band Pass Filter
Besaran yang diukur BPF1 BPF2 BPF3
Frekuensi (Hz) 13,79 kHz 19,05 kHz 33,90 kHz
Amplitudo (V) 36,0 mV 46,0 mV 52,0 mV
Pk – Pk (V) 224 mV 180 mV 160 mV
4.5.2.2 Pengukuran Sinyal Keluaran Sub-Carrier (SC)
Gambar 4.34, 4.35 dan 4.36 sinyal keluaran sub-carrier pada prangkat
demultiplexer yang tampak pada oscilloscope :
Gambar 4.33 Sinyal Keluaran Sub-Carrier pada Kanal 1
Gambar 4.34 Sinyal Keluaran Sub-Carrier pada Kanal 2
Gambar 4.35 Sinyal Keluaran Sub-Carrier pada Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal keluaran sub-
carrier (SC) pada prangkat demultiplexer :
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Keluaran Sinyal Sub-Carrier
Besaran yang diukur SC1 SC2 SC3
Frekuensi (Hz) 14,04 kHz 23,58 kHz 33,73 kHz
Amplitudo (V) 2,48 V 1,74 V 1,26 V
Pk – Pk (V) 2,54 V 1,76 V 1,28 V
4.5.2.3 Pengukuran Keluaran Sinyal Penguat (P)
Gambar 4.37, 4.38 dan 4.39 sinyal keluaran penguat pada prangkat
demultiplexer yang tampak pada oscilloscope :
Gambar 4.36 Sinyal Keluaran Penguat pada Kanal 1
Gambar 4.37 Sinyal Keluaran Penguat pada Kanal 2
Gambar 4.38 Sinyal KeluaranPenguat pada Kanal 3
Diperoleh tabel frekuensi, amplitudo dan pk-pk dari sinyal keluaran Penguat
(P) pada prangkat demultiplexer :
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Keluaran Penguat
Besaran yang diukur P1 P2 P3
Frekuensi (Hz) 808,1 Hz 1,520 kHz 2,053 kHz
Amplitudo (V) 872 mV 280 mV 400 mV
Pk – Pk (V) 952 mV 320 mV 432 mV
4.6. Analisis Hasil Percobaan
4.6.1 Analisis Amplitudo Hasil Percobaan Frequency Division Multiplexing
(FDM) dengan Amplitudo secara Teori
Amplitudo merupakan nilai mutlak dari besarnya jarak maksimum (puncak)
dan minimum (lembah) gelombang. Sinyal Informasi (SI).
Tabel 4.8 Perbandingan Amplitudo Pengukuran dengan Amplitudo Teori pada Sinyal Informasi
Besaran yan Diukur SI1 SI2 SI3
Frekuaesi (Hz) 809,7 Hz 1,504 kHz 2,085 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 5,16 V 3,26 V 4,58 V
Pk-Pk 5.28 V 3,28 V 4,76 V
Amplitudo Teori (V) 2, 64 V 1,64 V 2,38 V
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal informasi pada kanal 1 , 2 dan 3 dari
hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara teori. Pada
tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih kecil dari pada amplitudo
hasil praktik.
A. Sinyal Penguat (SP)
Tabel 4.9 Perbandingan Amplitudo Pengukuran dan Amplitudo Teori pada Sinyal Penguat
Besaran yan Diukur SP1 SP2 SP3
Frekuaesi (Hz) 809,7 Hz 1,502 kHz 2,053 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 13,8 V 6,60 V 9,92 V
Pk-Pk 13,9 V 6,72 V 9,92 V
Amplitudo Teori (V) 6,95 V 3,72 V 4,96 V
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal penguat pada kanal 1 , 2 dan 3 dari
hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara teori. Pada
tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih kecil dari pada amplitudo
hasil praktik.
B. Sinyal Sub-Carrier (SC)
Tabel 4.10 Perbandingan Amplitudo Percobaan dan Amplitudo Teori pada Sinya Sub-Carrier
Besaran yan Diukur SC1 SC2 SC3
Frekuaesi (Hz) 14.01 kHz 23,64 kHZ 33,59 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 2,26 V 1,74 V 1,29 V
Pk-Pk 2,32 V 1,78 1,32 V
Amplitudo Teori (V) 1,16 V 0,89 V 0,66 V
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal sub-carrier pada kanal 1 , 2 dan 3 dari
hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara teori. Pada
tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih kecil dari pada amplitudo
hasil praktik.
C. Sinyal Modulasi (SM)
Tabel 4.11 Perbandingan Amplitudo Percoabaan dengan Amplitudo Teori pada Sinyal
Modulasi
Besaran yan Diukur SM1 SM2 SM3
Frekuaesi (Hz) 14,08 kHz 7,874 kHz 33,90 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 1,25 V 524 mV 816 mV
Pk-Pk 1,51 V 788 mV 1,14 V
Amplitudo Teori (V) 0,755 V 394 mV 0,57 V
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal modulasi pada kanal 1 , 2 dan 3 dari
hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara teori. Pada
tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih kecil dari pada amplitudo
hasil praktik.
Dari hasil praktik pada multiplexing, amplitudo secara raktik memiliki nilai
yang lebih besar dibandingkan perhitungan amplitudo secara teori. Dengan
menggunakan dasar teori amplitudo yaitu ½ pk-pk, seharusnya hasil amplitudo teori
sama dengan hasil praktik.
4.6.2 Analisis Amplitudo Hasil Percobaan Frequency Division Demultiplexing
(FDD) dengan Amplitudo secara Teori
Amplitudo merupakan nilai mutlak dari besarnya jarak maksimum (puncak)
dan minimum (lembah) gelombang. pk-pk adalah jarak antara simpangan maksimum
dan simpangan minimum dalam gelombang.
A. Sinyal Band Pass Filter (BPF)
Tabel 4.12 Perbandingan Amplitudo Percobaan dengan Amplitudo Teori dari Sinyal Band Pass Filter
Besaran yan Diukur BPF1 BPF2 BPF3
Frekuaesi (Hz) 13,79 kHz 19,05 kHz 33,90 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 36,0 mV 46,0 mV 52,0 mV
Pk-Pk 224 mV 180 mV 160 mV
Amplitudo Teori (V) 112 mV 90mV 80 mV
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal band pass filter pada kanal 1 , 2 dan 3
dari hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara teori.
Pada tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan
amplitudo hasil praktik.
B. Sinyal Keluaran Carrier (SC)
Tabel 4.13 Perbandingan Amplitudo Percobaan dengan Amplitudo Teori Sinyal Carrier
Besaran yan Diukur SC1 SC2 SC3
Frekuaesi (Hz) 14,04 kHz 23,58 kHz 33,73 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 2,48 V 1,74 V 1,26 V
Pk-Pk 2,54 V 1,76 V 1,28 V
Amplitudo Teori (V) 1,27 V 0,88 V 0,64 V
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal keluaran carrier pada kanal 1 , 2 dan
3 dari hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara teori.
Pada tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan
amplitudo hasil praktik.
C. Sinyal Informasi Keluaran dengan Penguat (P)
Tabel 4.14 Perbandingan Amplitudo Percobaan dengan Amplitudo Teori Sinyal Informasi Penguatan
Besaran yan Diukur P1 P2 P3
Frekuaesi (Hz) 808,1 Hz 1,520 kHz 2,053 kHz
Amplitudo Pengukuran (V) 872 mV 280 mV 400 mV
Pk-Pk 952 mV 320 mV 432 mV
Amplitudo Teori (V) 476 mV 160 mV 216 mV
Pada tabel diatas, amplitudo dari sinyal keluaran dengan penguat pada kanal
1, 2 dan 3 dari hasil praktik memiliki perbedaan dengan perhitungan amplitudo secara
teori. Pada tabel diatas amplitudo secara teori memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan amplitudo hasil praktik.
Dari hasil percobaan pada multiplexer, amplitudo hasil praktik memiliki nilai
yang lebih kecil dibandingkan amplitudo secara perhitungan teori pada BPF.
Sedangkan pada sinyal keluaran carrier dan sinyal keluaran penguat nilai amplitudo
hasil praktik lebih besar dibandingkan amplitudo secara perhitungan teori.
4.6.3 Analisis Modulasi
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal sub-carier
atau sinyal pembawa dan menghasilkan sinyal modulasi yang dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut :
(a) (b) (c)
Gambar 4. 39 Sinyal Modulasi Kanal 1, (b) Sinyal Modulasi Kanal 2 dan (c) Sinyal Modulasi Kanal 3
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa sinyal informasi kanal 1, kanal 2
dan kanal 3 sudah mengalami proses modulasi dimana bentuk sinyalnya AM dengan
amplitude sinyal sub-carrier mengikuti sinyal informasi.
Tabel 4.15 Proses Modulasi pada Kanal 1,2 dan 3
Besaran yang diukur SM1 SM2 SM3
Frekuensi (Hz) 14,08 kHz 7,874 kHz 33,90 kHz
Amplitudo (V) 1,25 V 524 mV 816 mV
Pk – Pk (V) 1,51 V 788 mV 1,14 V
Sinyal modulasi pada channel 1 memiliki frekuensi 14,08 Khz dengan
frekuensi sinyal informasi 808,1 KHz dan frekuensi sinyal carrier sebesar 14,01
KHz. Sinyal modulasi pada channel 2 memiliki frekuensi 7,874 Khz dengan frekuensi
sinyal informasi 1,520 KHz dan frekuensi sinyal carrier sebesar 23,64 KHz. Dan
sinyal modulasi pada channel 3 memiliki frekuensi 33,90 Khz dengan frekuensi
sinyal informasi 2,053 KHz dan frekuensi sinyal carrier sebesar 33,59 KHz. Dilihat
pada tabel diatas, frekuensi sinyal informasi yang sudah dikuatkan akan
ditumpangkan pada frekuensi sinyal sub-carrier sehinga mendapatkan sinyal
termodulasi AM. Dengan memutar tunner pada modul, maka sinyal modulasi dapat
diperoleh dengan jelas dan presisi. Pada hasil sinyal dari modulasi ini, amplitude dari
sinyal sub-carrier akan mengikuti amplitudo sinyal informasi.
4.6.4 Analisis Multiplexing
Sinyal multiplexing dapat mengirimkan beberapa informasi secara bersamaan
melalui satu kanal transmisi. Sinyal informasi yang sudah termodulasi akan
digabungkan menjadi satu sinyal output. Dari sinyal informasi pada kanal 1,2 dan 3
akan diperoleh sinyal sebagai berikut :
Gambar 4. 40 Sinyal Multiplexing
Dengan parameter sinyal :
Frekuensi = 10,00 kHz
Amplitudo = 660 mV
Pk – Pk = 3,36 V
Pada gambar diatas, dapat diketahui gelombang carrier akan mengikuti ketiga
sinyal informasi pada kanal 1, kanal 2 maupun kanal 3. sinyal informasi yang telah
dimodulasi bergabung menjadi satu membentuk gelombang yang mengalami
perubahan voltage amplitudo dan pergeseran frekuensi secara linier.
4.6.5 Analisis Perbandingan Sinyal Informasi (SI) dengan Keluaran Sinyal
Informasi Demultiplexing (P)
Berikut merupakan gambar sinyal informasi kanal 1 dan keluaran sinyal
informasi demultiplexing kanal 1
(a) (b)
Gambar 4. 41 (a) Sinyal Informasi Kanal 1, (b) Sinyal Informasi Demultiplexing Kanal 1
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa sinyal informasi kanal 1 dengan
sinyal informasi demultiplexing kanal 1 memiliki karakteristik yang sama, tetapi
pada sinyal informasi demultiplexing kanal 1 terlihat sinyal tidak sesempurna sinyal
informasi kanal 1, yang bisa saja dikarenakan noise pada media transmisi.
Tabel 4.16 Perbandingan Sinyal Informasi kanal 1 dengan Keluaran Informasi Demultiplexing i
pada kanal 1
Besaran yang
Diukur
Kanal 1
SI1 SP1
Frekuensi (Hz) 809,7 Hz 808,1 Hz
Amplitudo (V) 5,16 V 872 mV
Pk-Pk (V) 5.28 V 952 mV
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi pada sinyal informasi kanal 1
dan sinyal demultiplexing kanal 1 terjadi perubahan yang tidak terlalu mencolok. Itu
berarti karakteristik sinyal informasi dan sinyal penguat sama, karena perbedaan
frekuensi yang sangat tipis, dan itu membuktikan bahwa pengiriman sinyal dengan
multiplexing tidak merubah karakteristik sinyal informasi awal.
4.6.6 Analisis Perbandingan Sinyal Informasi (SI) dengan Sinyal Modulator
(SM)
Berikut merupakan gambar sinyal informasi kanal 1 dan sinyal modulator kanal 1
(a) (b)
Gambar 4. 42 (a) Sinyal Informasi Kanal 1, (b) Sinyal Modulator Kanal 1
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa sinyal informasi kanal 1 dengan
sinyal modulator kanal 1 memiliki amplitudo yang sama tetapi pada sinyal modulator
kanal 1 sudah ditumpangi oleh sinyal carrier.
Tabel 4.17 Analisis Perbandingan Sinyal Informasi (SI) dengan Sinyal (SM) Modulator
pada Kanal 1,2 dan 3
Besaran yang
Diukur
Kanal 1
SI SM1
Frekuensi (Hz) 809,7 Hz 14,08 kHz
Amplitudo (V) 5,16 V 1,25 V
Pk-Pk (V) 5.28 V 1,51 V
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi pada kanal 1 sinyal informasi
dan sinyal yang sudah mengalami penguatan hingga tahap modulasi dengan
perubahan frekuensi yang besar. Itu berarti karakteristik sinyal informasi mengalami
peningkatan frekuensi karena proses modulasi tersebut.
4.6.7 Analisis Perbandingan Sinyal Informasi (SI) dengan Sinyal BPF
Berikut merupakan gambar sinyal informasi kanal 1 dan sinyal BPF kanal 1
(a) (b)
Gambar 4. 43 (a) Sinyal Informasi Kanal 1, (b) Sinyal BPF Kanal 1
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa sinyal BPF kanal 1 sudah
mengalami proses filter frekuensi, karena tujuan dari BPF adalah untuk melewatkan
frekuensi dalam batasan tertentu dan menolak frekuensi lain diluar frekuensi yang
dikehendaki karena BPF merupakan gabungan antara high pass dan low pass filter.
Tabel 4.18 Analisis Perbandingan Sinyal Informasi (SI) dengan Sinyal BPF pada Kanal 1,2
dan 3
Besaran yang
Diukur
Kanal 1
SI BPF1
Frekuensi (Hz) 809,7 Hz 13,79 kHz
Amplitudo (V) 5,16 V 36,0 mV
Pk-Pk (V) 5.28 V 224 mV
Dari tabel diatas karakteristik sinyal informasi mengalami peningkatan
frekuensi karena proses filter dari BPF. Dapat dilihat bahwa frekuensi pada kanal 1
dari sinyal informasi dan sinyal BPF kanal 1 yang sudah mengalami penguatan
hingga tahap filter dengan perubahan frekuensi yang besar.
4.7. Simpulan
1. Pada praktik sinyal informasi (SI), sinyal penguat (SP), sinyal sub-carrier
(SC) dan sinyal modulasi pada Frequency Division Multiflexing (FDM)
memiliki ampitudo pengukuran yang lebih besar dibandingkan amplitudo
secara teori. Pada sinyal band pass filter (BPF), sinyal carier (SC), sinyal
keluaran penguat (P) pada Frequency Division Demultiflexing (FDD)
memiliki ampitudo pengukuran yang lebih besar dari amplitudo secara teori
kecuali pada BPF.
2. Amplitudo hasil praktik memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan
amplitudo secara perhitungan teori pada BPF. Sedangkan pada sinyal keluaran
carrier dan sinyal keluaran penguat nilai amplitudo hasil praktik lebih besar
dibandingkan amplitudo secara perhitungan teori.
3. frekuensi sinyal informasi yang sudah dikuatkan akan ditumpangkan pada
frekuensi sinyal sub-carrier sehinga mendapatkan sinyal termodulasi AM.
Pada hasil sinyal dari modulasi ini, amplitude dari sinyal sub-carrier akan
mengikuti amplitudo sinyal informasi.
4. Sinyal multiplexing dapat mengirimkan beberapa informasi secara bersamaan
melalui satu kanal transmisi. Sinyal informasi yang telah dimodulasi
bergabung menjadi satu membentuk gelombang yang mengalami perubahan
voltage amplitudo dan pergeseran frekuensi secara linier.
5. Sinyal informasi kanal 1 dengan sinyal informasi demultiplexing kanal 1
memiliki karakteristik yang sama, tetapi pada sinyal informasi demultiplexing
kanal 1 terlihat sinyal tidak sesempurna sinyal informasi kanal 1, yang bisa
saja dikarenakan noise pada media transmisi.
6. Sinyal informasi kanal 1 dengan sinyal modulator kanal 1 memiliki amplitudo
yang sama tetapi pada sinyal modulator kanal 1 sudah ditumpangi oleh sinyal
carrier.
7. sinyal BPF kanal 1 sudah mengalami proses filter frekuensi, karena tujuan
dari BPF adalah untuk melewatkan frekuensi dalam batasan tertentu dan
menolak frekuensi lain diluar frekuensi yang dikehendaki karena BPF
merupakan gabungan antara high pass dan low pass filter.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/teknik-modulasi/
2. http://www.svengrahn.pp.se/sounds/spectrgr/FMFMPAM.html
3. http://yulianus-putra.blogspot.com/2011/11/multiplexing.html
4. http://www.almuhibbin.com/2011/10/pengertian-time-division-
multiplexing.html
Recommended