View
256
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
PERENCANAAN PENAMPANG SALURAN DRAINASE
BERBASIS ECO-TECHNOLOGY
DITINJAU DARI MIGRASI ULAR
(STUDI KASUS : SUAKA RHINO SUMATERA, TAMAN NASIONAL
WAY KAMBAS)
(Skripsi)
Oleh :
MUHAMMAD YUSRIZAL FAHRI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PERENCANAAN PENAMPANG SALURAN DRAINASE
BERBASIS ECO-TECHNOLOGY
DITINJAU DARI MIGRASI ULAR
(STUDI KASUS : SUAKA RHINO SUMATERA, TAMAN NASIONAL
WAY KAMBAS)
Oleh
Muhammad Yusrizal Fahri
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan satu diantara kawasan
konservasi yang berada di Provinsi Lampung. Taman Nasional berfungsi untuk
melindungi, melestarikan berbagai macam satwa dan konservasi. Desain
infrastruktur yang berbasis Eco-Technology merupakan pendukung untuk
keberlanjutan kawasan itu. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan drainase
berbasis Eco-Technology dari suatu pembangunan jalan di Suaka Rhino Sumatera
(SRS), Taman Nasional Way Kambas dengan objek ular. Pembangunan
infrastruktur seperti drainase ikut memperhatikan kehidupan satwa liar seperti
ular. Perencanaan dimulai dengan melakukan perhitungan analisis hidrologi untuk
dapat menghasilkan debit rencana dengan metode rasional. Analisis migrasi ular
dilakukan untuk mengetahui perilaku dan migrasi ular. Berdasarkan hasil
perhitungan tidak terdapat titik banjir dari perencanaan penampang D1-D8 dengan
ukuran lebar dasar saluran (b) = 20 cm, kedalaman air (h) = 14,47 cm, lebar
puncak (B) = 220 cm, kemiringan dasar saluran (i) = 0,001271, kemiringan
penampang = 100 dan bahan penampang yang digunakan adalah tanah. Dengan
adanya konsep drainase tersebut, migrasi ular dari bentang satu ke bentang
lainnya tidak terganggu sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem alam.
Kesimpulannya adalah desain drainase yang didapat makin landai, maka kondisi
drainase makin baik dan ramah terhadap ular.
Kata kunci : Drainase, Eco-Technology, Konservasi, Taman Nasional Way
Kambas
ABSTRACT
ECO-TECHNOLOGY BASED DRAINAGE PLANNING
IN TERMS OF SNAKE MIGRATION (CASE STUDY : SUMATRAN RHINO SANCTUARY, WAY KAMBAS
NATIONAL PARK)
By
Muhammad Yusrizal Fahri
Way Kambas National Park (TNWK) is one of the conservation park in Lampung
Province. The National Park functions to protect, preserve various kinds of
animals and conservation. Design of infrastructure based on eco-technology is an
absolute requirement to maintain sustainability of the region. This study aims to
plan eco-technology-based drainage channel from a road construction in the
Sumatra Rhino Sanctuary (SRS), Way Kambas National Park with snake objects.
Every infrastructure development such as drainage channel has to be suitable for
wild animals such as snakes. In this study hydrological analysis to produce design
discharge using rational method. Analysis of snake migration was performed to
determine the behavior and migration of snakes. Based on the calculation results
there is no inundation from the planning of cross section D1-D8 with the width of
the channel width (b) = 20 cm, water depth (h) = 14.47 cm, peak width (B) = 220
cm, channel base slope (i) = 0,001271, cross section = 100 and cross section
material used is soil. With the drainage concept, the migration of snakes from one
span to another is not disturbed so that it can maintain the balance of the natural
ecosystem. The conclusion is that the drainage design obtained is getting sloping,
so the drainage conditions are better and friendly to snakes.
Keywords : Drainage, Eco-Technology, Conservation, Way Kambas National
Park
PERENCANAAN PENAMPANG SALURAN DRAINASE
BERBASIS ECO-TECHNOLOGY
DITINJAU DARI MIGRASI ULAR
( STUDI KASUS ZONA : SUAKA RHINO SUMATERA, TAMAN
NASIONAL WAY KAMBAS)
Oleh
MUHAMMAD YUSRIZAL FAHRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 27 Januari 1995,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Muhammad Yusni Thamrin dan Ibu Sri Natin.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Islam Ibnurusyd Kotabumi
pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun
2010 di SMP Negeri 07 Kotabumi dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
diselesaikan di SMA Negeri 1 Kotabumi pada tahun 2013. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung
pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Undangan Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Penulis turut dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa
sebagai anggota Eksekutif Muda pada periode 2014/2015 dan organisasi
Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung pada tahun 2015/2016
sebagai Kepala Departemen Usaha dan Karya. Penulis telah melakukan Kerja
Praktek (KP) pada Proyek Pembangunan Hotel Radisson selama 3 bulan. Penulis
juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari pada periode
Januari-Februari 2017 di Desa Dono Arum, Kecamatan Seputih Agung,
Kabupaten Lampung Tengah.
MOTTO HIDUP
“Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah [2] : 153)
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. Al-Insyirah: 1-8)
Fa-biayyi alaa’I Rabbi kuma tukadziban;
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S Ar-Rahman: 55)
Yakinlah ! Tidak ada yang tidak bisa dicapai di dunia ini,
karena kita punya Tuhan yang selalu berada di dekat kita
(Muhammad Yusrizal Fahri)
2
LEMBAR PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang tiada henti kuucapkan pada Allah SWT,
Atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan.
Dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya ini
Kepada
Ibunda dan Ayahanda ku tersayang
yang senantiasa mencurahkan kasih dan saying di setiap langkah,
melantunkan harapan dalam setiap doa,
mendukung sepenuhnya baik moril maupun materil,
demi sebuah cita-cita di masa depan.
Juga untuk saudara, keluarga, serta teman-temanku
yang senantiasa mendukung keberhasilanku
dan
Almamater Tercinta.
SANWACANA
Segala puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Perencanaan Penampang Saluran Drainase Berbasis Eco-
Technology ditinjau dari Migrasi Ular (Studi kasus : Suaka Rhino Sumatera,
Taman Nasional Way Kambas).” merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung;
2. Gatot Eko S., S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
3. Dr. H. Ahmad Herison, S.T., M.T. selaku Pembimbing Kesatu atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ide-ide dan saran serta kritik
dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Dr. Endro Prasetyo W., S.T., M.Sc. selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi
ini;
5. Yuda Romdania, S.T., M.T. selaku Penguji Utama yang telah memberikan
kritik dan saran pemikiran dalam penyempurnaan skripsi;
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
7. Orang tua tercinta, Ibu Sri Natin dan Bapak Muhammad Yusni Thamrin
yang sangat sabar dalam doanya dan pengertian dalam memberikan
dukungan, nasehat dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
8. Saudara-saudaraku tercinta yang turut memberikan semangat dalam
menyelesaikan perkuliahan;
9. Teman seperjuangan Willy Briliant Yosua yang telah memberikan semangat
dalam menyelesaikan skripsi;
10. Teman YOGOS : Febrian Andrey Wirawan, Fazario Aditya, Tulus Aditya
Gunawan, Yogo Armanto, Rizqi Darmawan, Widi Tejakusuma, Jamaludin,
Doni Pramanda, Putri Restu Barokah, Clara Virena, Novia Eka Damayanti,
Sanitya yang telah berbagi cerita suka dan duka selama menjalani
perkuliahan;
11. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2013 yang
berjuang bersama serta berbagi kenangan, pengalaman dan membuat kesan
yang tak terlupakan, terimakasih atas kebersamaan kalian;
12. Sahabat STOMBEL : Benno saputra, Adiel Bangsawan Aldo, Rifqi, Ahmad
Rizki Pratama, Doni Pranata, M. Surya Hartami, Aditya Tri Wahyudi,
Ahmad Ridwan, Dian Firdaus, Andita, Ewin, Ilham, M. Asri Friantori, M.
Fatur, Agung, Dwi Santoso, Irwansyah Faturi, Redo, Bintang Prabowo yang
13. telah memberikan canda tawa, semangat dalam menyelesaikan masa studi
perkuliahan;
14. Semua pihak yang telah membantu tanpa pamrih yang tidak dapat
disebutkan secara keseluruhan satu per satu, semoga kita semua berhasil
menggapai impian.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Februari 2019
Penulis
Muhammad Yusrizal Fahri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... ix
DAFTAR NOTASI ..................................................................................... x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. . 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Batasan Masalah ........................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
E. Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu (State Of The Art) ......................................... . 8
B. Drainase ........................................................................................ . 11
C. Teknik Ekologi Drainase (Ecodrainage) ....................................... . 15
D. Peraturan di Wilayah Taman Nasional ........................................... . 18
E. Analisis Hidrologi ......................................................................... . 19
F. Data Hujan yang Hilang ................................................................ . 19
G. Metode Estimasi Data Hujan yang Hilang ..................................... . 20
H. Uji Konsistensi Data Hujan ........................................................... . 22
I.Analisis Hujan ................................................................................... . 26
J. Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata ..................................... . 27
K. Analisis Frekuensi ......................................................................... . 28
L. Waktu Konsentrasi ........................................................................ . 33
M. Intensitas Hujan ............................................................................ . 33
N. Analisis Debit Banjir Rencana ....................................................... . 35
O. Penampang Saluran Terbuka ......................................................... . 36
P. Penampang Saluran Drainase ........................................................ . 37
Q. Kecepatan Aliran Drainase ............................................................ . 38
R. Migrasi atau Gerak Ular .................................................................. . 39
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum ........................................................................................... 42
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 42
C. Data yang Digunakan .................................................................... 43
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 45
E. Tahapan Penelitian ........................................................................ 47
F. Peralatan ....................................................................................... 49
G. Metode Penyajian Data ................................................................. 50
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hidrologi .......................................................................... 54
B. Analisis Kapasitas Saluran dengan HEC-RAS ............................... 85
C. Analisa Kesesuain Migrasi Ular ..................................................... 109
D. Perbandingan Drainase Eco-Technology dan No Eco-Technology … 117
E. Perbandingan Biaya ....................................................................... 117
F. Analisa Hasil Perhitungan Desain Ecodrainase ................................ 118
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 120
B. Saran ............................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran A (Sketsa Lokasi & Topografi) ............................................ 122
Lampiran B (Administrasi) .................................................................. 147
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Schematic plan Suaka Rhino Sumatera lama .................................... 4
2. Kerangka berpikir penelitian ........................................................... 7
3. Bentuk segi empat penampang melintang saluran drainase .............. 14
4. Bentuk bulat dan oval penampang melintang saluran drainase ......... 14
5. Bentuk trapesium dan trapesium tersusun penampang
melintang saluran drainase .............................................................. 15
6. Sistem ekologi drainase terbuka di sepanjang jalan WoodLands ...... 18
7. Sistem ekologi drainase terbuka di kawasan permukiman ................ 18
8. Lengkung massa ganda ................................................................... 26
9. Peta lokasi penelitian ....................................................................... 43
10. Langkah-langkah pengumpulan data ............................................... 46
11. Bagan alir penelitian ........................................................................ 51
12. Alur perhitungan ............................................................................. 53
13. Alur perhitungan kurva massa ganda ............................................... 64
14. Peta DAS dan poligon thiessen ........................................................ 69
15. Peta arah aliran drainase Suaka Rhino Sumatera .............................. 86
16. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 10̊ ............ 89
17. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 10̊ ............ 89
18. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 20̊ ............ 90
19. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 20̊ ............ 91
2
20. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 30̊ ............ 92
21. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 30̊ ............ 92
22. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 40̊ ............ 93
23. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 40̊ ............ 94
24. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 50̊ ............ 94
25. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 50̊ ............ 95
26. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 60̊ ............ 96
27. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 60̊ ............ 96
28. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 70̊ ............ 97
29. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 70̊ ............ 98
30. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 80̊ ............ 98
31. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 80̊ ............ 99
32. Profil muka air pada penampang D2 dengan kemiringan 90̊ ............ 100
33. Profil muka air pada penampang D1 dengan kemiringan 90̊ ............ 100
34. Profil muka air pada penampang D2 ................................................ 101
35. Profil muka air pada penampang D1 ................................................ 101
36. Profil muka air pada penampang D3 ................................................ 102
37. Profil muka air pada penampang D2 ................................................ 102
38. Profil muka air pada penampang D3 ................................................ 103
39. Profil muka air pada penampang D4 ................................................ 103
40. Profil muka air pada penampang D5 ................................................ 104
41. Profil muka air pada penampang D4 ................................................ 104
42. Profil muka air pada penampang D6 ................................................ 105
43. Profil muka air pada penampang D5 ................................................ 105
3
44. Profil muka air pada penampang D7 ................................................ 106
45. Profil muka air pada penampang D6 ................................................ 106
46. Profil muka air pada penampang D8 ................................................ 107
47. Profil muka air pada penampang D7 ................................................ 107
48. Profil muka air pada penampang D8 ................................................ 108
49. Profil muka air pada penampang D1 ................................................ 108
50. Ular kobra (Ophiophagus Hannah) ................................................. 111
51. Ular sowo bajing (Bolga Drapiezii) ................................................. 111
52. Ular weling (Bungarus candidus) .................................................... 111
53. Bentuk penampang drainase dengan sudut 10̊ .................................. 113
54. Bentuk penampang drainase dengan sudut 20̊ .................................. 113
55. Bentuk penampang drainase dengan sudut 30̊ .................................. 113
56. Bentuk penampang drainase dengan sudut 40̊ .................................. 114
57. Bentuk penampang drainase dengan sudut 50̊ .................................. 114
58. Bentuk penampang drainase dengan sudut 60̊ .................................. 114
59. Bentuk penampang drainase dengan sudut 70̊ .................................. 115
60. Bentuk penampang drainase dengan sudut 80̊ .................................. 115
61. Bentuk penampang drainase dengan sudut 90̊ .................................. 116
62. Hasil desain penampang drainase .................................................... 117
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. State of the Art ....................................................................................... 9
2. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan pos hujannya ........... 27
3. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan luas DPS ................. 27
4. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan topografinya ............ 27
5. Nilai variabel reduksi Gauss ................................................................... 30
6. Reduced Mean, Yn ................................................................................. 32
7. Reduced Standard Deviation, Sn ............................................................ 32
8. Reduced Variate, 𝑌𝑇𝑟 sebagai fungsi periode ulang ................................ 33
9. Standar Metode Debit Rencana untuk Saluran Drainase ......................... 36
10. Fungsi Penampang Saluran Drainase ...................................................... 37
11. Batas Kecepatan Aliran berdasarkan Bahan Material ............................. 39
12. Data-data Primer .................................................................................... 44
13. Data-data Sekunder ................................................................................ 45
14. Peralatan ................................................................................................ 49
15. Metode Penyajian Data .......................................................................... 50
16. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Braja Selebah) ............................... 56
17. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Braja Sakti) ................................... 57
18. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Braja Sari) ..................................... 57
19. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Way Jepara) .................................. 57
2
20. Data Hujan Harian Maksimum Sta. Braja Selebah .................................. 58
21. Data Hujan Harian Maksimum Sta.Braja Sakti ....................................... 58
22. Data Hujan Harian Maksimum Sta. Braja Sari ........................................ 59
23. Data Hujan Harian Maksimum Sta. Way Jepara ..................................... 59
24. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Braja Selebah) ................................ 60
25. Data Hujan Harian Maksimum (Sta.Braja Sakti) .................................... 60
26. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Braja Sari) ..................................... 61
27. Data Hujan Harian Maksimum (Sta. Way Jepara) .................................. 61
28. Data Hujan yang Hilang Sta. Braja Sakti ................................................ 62
29. Data Hujan yang Hilang Sta. Braja Sari .................................................. 63
30. Hujan tahunan untuk analisis kurva masa ganda stasiun Braja
Selebah .................................................................................................. 65
31. Hujan tahunan untuk analisis kurva masa ganda stasiun Braja Sakti ....... 66
32. Hujan tahunan untuk analisis kurva masa ganda stasiun Braja Sari ......... 67
33. Hujan tahunan untuk analisis kurva masa ganda stasiun Way Jepara ...... 68
34. Luas DAS .............................................................................................. 70
35. Curah Hujan Maksimum Metode Poligon Thiessen dari 4 Stasiun
Pertahun ................................................................................................ 70
36. Analisis Frekuensi Curah Hujan ............................................................. 71
37. Persyaratan Jenis Distribusi Sesuai dengan Hasil Perhitungan dari
analisis Frekuensi CS dan CK ................................................................ 73
38. Perhitungan Chi Square Test .................................................................. 75
39. Nilai Delta Kritiis untuk Uji Smirnov – Kolmogorof .............................. 75
40. Perhitungan Uji Smirnov – Kolmogorov ................................................ 76
41. Perhitungan Metode Log Pearson III ...................................................... 77
42. Perhitungan Curah Hujan Rencana ......................................................... 79
3
43. Perhitungan Intensitas Hujan D1-D2 ...................................................... 80
44. Perhitungan Intensitas Hujan D2-D3 ...................................................... 80
45. Perhitungan Intensitas Hujan D4-D3 ...................................................... 81
46. Perhitungan Intensitas Hujan D4-D5 ...................................................... 81
47. Perhitungan Intensitas Hujan D5-D6 ...................................................... 82
48. Perhitungan Intensitas Hujan D6-D7 ...................................................... 82
49. Perhitungan Intensitas Hujan D7-D8 ...................................................... 83
50. Perhitungan Intensitas Hujan D1-D8 ...................................................... 83
51. Perhitungan Koefisien Pengaliran .......................................................... 84
52. Perhitungan Debit Rancangan Metode Rasional ..................................... 85
53. Koefisien Manning (c) ........................................................................... 87
54. Perbandingan bahan dan kemiringan drainase terhadap migrasi ular ....... 112
55. Perbandingan desain drainase Eco-Technology dan no Eco-
Technology ............................................................................................ 117
56. Rencana Anggaran Biaya ....................................................................... 118
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Hitungan Kurva Massa Ganda Sta. Braja Selebah .................................. 65
2. Hitungan Kurva Massa Ganda Sta. Braja Selebah .................................. 66
3. Hitungan Kurva Massa Ganda Sta. Braja Selebah .................................. 67
4. Hitungan Kurva Massa Ganda Sta. Way Jepara ...................................... 68
DAFTAR NOTASI
Rrt = Curah Hujan Rata–rata
S = Standar Deviasi
Cs = Koefisien Kemencengan
Ck = Koefisien Kurtosis
Cv = Koefisien Variasi
α = Derajat Kepercayaan
RT = Hujan Rancangan
I = Intensitas Hujan
m2 = Meter Persegi
C = Koefisien Aliran
A = Luas
SNI = Standar Nasional Indonesia
km2 = Kilometer Persegi
Q = Debit
cm = Centimeter
h = Tinggi Penampang
m3 = Meter kubik
mm = Milimeter
mm2 = Milimeter persegi
V = Kecepatan Aliran
R = Curah Hujan Maksimum
n = Jumlah stasiun
b = Lebar Dasar Saluran
D = Drainase
Sk* = Simpangan Awal
Sk* = Simpangan Mutlak
Dy = Simpangan Rata-rata
Sk** = Nilai Konsistensi Data
Sk** = Nilai Konsistensi Data Mutlak
𝑄
√𝑛 = Nilai Statistik Q
𝑅
√𝑛 = Nilai Statistik (Range)
Ei = Estimasi Frekuensi untuk Kelas i
β = Koefisien Pengurangan Luas Daerah Hujan
q = Intensitas Maksimum Jatuhnya Hujan Rata-rata
qn = Curah Hujan
DK = Derajat Kebebasan
Oi = Observed Frekuensi pada Kelas
IDF = Intensity-Duration-Frequency Curve
Do = Nilai Kritis
T = Lamanya Curah Hujan
DAS = Daerah Aliran Sungai
Dx = Data Tinggi Hujan Harian Maksimum di Stasiun x
di = Data Tinggi Hujan Harian Maksimum di stasiun i
Anx = Tinggi Hujan Rata-rata Tahunan di Stasiun x
Ani = Tinggi Hujan Rata-rata Tahunan di Stasiun Sekitar x
Hx = Curah Hujan yang Hilang
Hn = Curah Hujan Bulanan di Pos ke–n
Hi = Curah Hujan di Pos yang lain
Li = Jarak Pos Hujan yang lain Terhadap Pos Hujan yang Mempunyai Data
Hilang
Yz = Data Hujan yang Diperbaiki
n = Koefisien Kekasaran Manning
R = Jari-jari Hidrolik
S = Kemiringan Memanjang Saluran
K = Permeabilitas Tanah
T = Durasi Aliran
tc = Waktu Konsentrasi
to = Inlet Time
td = Conduit Time
Y = Data Hujan Hasil Pengamatan
Y = Reduced Variate
𝜎𝑛 = Simpangan Baku Reduced Variate
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebaran flora dan fauna di Indonesia termasuk dalam kategori yang luas.
Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesia (Bappenas, 1993), Indonesia
memiliki sekitar 10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12%
mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung serta 25% jenis ikan. Tingginya
keanekaragaman hayati tersebut sangat dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang
berada di wilayah tropis serta terletak di antara dua wilayah biogeografi yaitu
Indo Malaya dan Australian.
Keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang dimiliki merupakan
potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Lebih dari
6.000 jenis tumbuhan dan satwa yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia baik yang berasal dari alam maupun hasil budidaya (Bappenas,
1993). Sedangkan secara ekologis flora dan fauna sebagai komponen dalam
ekosistem memiliki peranan yang penting dalam kelangsungan proses-proses
ekologi untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Rusak atau hilangnya salah
satu komponen dalam ekosistem akan menyebabkan gangguan terhadap
ekosistem serta berkurangnya kualitas lingkungan.
2
Kekayaan biologis (sumberdaya hayati) di Indonesia antara lain dilindungi
dengan sistem kawasan konservasi yang meliputi areal 22.560.545,46 ha
(Pusat Informasi Konservasi Alam, 2001) (atau lebih kurang 15,67% dari luas
kawasan hutan Indonesia, 144 juta ha), terdiri atas taman nasional (TN), cagar
alam (CA), suaka margasatwa (SM), hutan wisata (HW), taman buru (TB),
dan tarnan hutan raya (Tahura). Keenam kawasan konservasi tersebut
eksistensinya diakui secara yuridis oleh Undang-undang Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan IUCN.
Di Provinsi Lampung, terdapat 2 wilayah Taman Nasional yaitu Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Way Kambas
(TNWK). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1990, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,
dan rekreasi. Kawasan Taman Nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola
dengan upaya pengawetan kenakeragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya serta dikelola berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,
ekonomis dan sosial budaya (Djoko Marsono, 2007).
Taman Nasional Way Kambas ditetapkan pada 1 April 1989 dengan
Keputusan Menteri Kehutanan No.444/Menhut-II/1989, memiliki luas areal
sekitar 130.000 hektar. Taman nasional ini secara administratif terletak di
3
Kecamatan Way Jepara, Labuhan Meringgai, Sukadana, Purbolinggo,
Rumbia, dan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung
Timur. Jika ditinjau secara astronomi, terletak antara 106°32’-106°52’ BT dan
04°37’-05°15’ LS (Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, 2017).
Kawasan Taman Nasional Way Kambas memiliki peran sebagai kawasan
pelestarian alam untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa
liar, diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris), badak Sumatera
(Diserohinus sumatranus) dan beruang madu (Helarctos malayanus)
(Departemen Kehutanan, 2002). Salah satu satwa yang dilindungi yaitu badak
sumatera. Satwa ini termasuk kedalam kategori terancam punah (critically
endangered) dalam daftar merah berdasarkan International Union For
Conversation of Nature and Natural Resource (IUCN, 2008). Adapun
menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora (CITES 2012), hewan ini termasuk ke dalam Ippendix I
yang artinya tidak boleh diperjualbelikan
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan habitat alami badak
sumatera dengan jumlah populasi badak sumatera yang berada di alam yaitu
sekitar 33 ekor (Novirin, 2015). Salah satu upaya untuk mempertahankan
populasi badak sumatera maka dibangun tempat konservasi insitu
penyelamatan badak sumatera, yaitu Suaka Rhino Sumatera (SRS). SRS
merupakan bagian dari TNWK yang memiliki tujuan khusus untuk
penangkaran dan pengembangbiakan badak sumatera. Areal penangkaran
4
SRS berupa kandang pemeliharaan seluas 100 ha yang berbentuk lingkaran
dengan ekosistem hutan alami (Gambar 1). Selain badak yang terdapat di
alam, saat ini terdapat pula 5 ekor badak sumatera yang hidup di SRS. Lokasi
SRS berada pada zona konservasi khusus Seksi Pengelolaan Taman Nasional
(SPTN) III Kuala Penet Taman Nasional Way Kambas (Novirin, 2015).
Gambar 1. Schematic Plan Suaka Rhino Sumatera Lama (TNWK, 2017)
SRS tergabung dalam Yayasan Badak Indonesia (YABI) pada tahun 2007
melalui Rapat Gabungan Penyantun dan Badan Pengurus masing-masing
yayasan. Sejak tahun 1999 pembiayaan kegiatan konservasi badak di Asia
Tenggara dilakukan oleh IRF dan WWF sebagai donatur. Suaka Rhino
Sumatera bergerak dalam bidang pelestarian populasi badak sumatera di
Taman Nasional Way Kambas, yang di dalamnya terdapat kegiatan
pemeliharaan (perawatan, pemeriksaan kesehatan, pemberian pakan, dan
lainnya) serta upaya reproduksi badak sumatera. Selain itu, SRS akan
5
mengembangkan ekowisata sebagai kontribusi finansial untuk keberlanjutan
SRS secara khusus dan program konservasi secara umum.
Menurut Subakir (kepala Balai Taman Nasional Way Kambas), kondisi
kandang badak untuk saat ini kurang memadai. Berdasarkan pengamatan, 1
ekor badak setidaknya membutuhkan sekitar 20 Ha. Oleh karena itu,
diperlukan perluasan area kandang badak yang semula 100 Ha menjadi 250
Ha yang ditetapkan oleh Direktur jenderal KSDAE melalui SK Dirjen
No.SK.307/KSDAE-KKH/2016. Akibat perluasan tersebut, diadakan
pekerjaan infrastuktur diantaranya jalan, drainase dan pagar pembatas
kandang badak.
Suripin (2004) memperkenalkan proses pengembangan infrastruktur
ekologi, beberapa konsep terkait, dan proses konstruksi infrastruktur
ekologi. Dalam proses perencanaan infrastruktur ekologi atau ramah
lingkungan harus didasarkan pada perencanaan prinsip multi disiplin, multi
level, integritas dan keberlanjutan (Suripin, 2004). Akan tetapi,
infrastrukstur yang ada sebelumnya tidak memperhatikan faktor-faktor
ekologi terutama dalam hal perencanaan drainase. Adapun kondisi
drainasenya yaitu memutus koloni satwa reptil dari bentang satu ke bentang
yang lainnya khusus nya satwa reptil jenis ular yang ada disekitarnya.
Dari kondisi yang sudah ada, maka diperlukan perencaanaan drainase
berbasis Eco-Technology yang memperhatikan faktor-faktor terputusnya
koloni satwa khususnya terhadap migrasi ular di kawasan konservasi, Suaka
Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas.
6
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah bagaimana
merencanakan drainase berbasis Eco-Technology, khususnya yang ramah
terhadap migrasi ular, pada kawasan Suaka Rhino Sumatera (SRS), Taman
Nasional Way Kambas.
C. Batasan Masalah
Penelitian yang akan dilakukan mengarah pada perencanaan drainase berbasis
Eco-Technology pada kawasan suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way
Kambas. Pada penelitian ini dilakukan pembatasan terhadap masalah-masalah
yang ada, yakni:
1. Lokasi penelitian atau wilayah pengambilan data hanya dilingkup kawasan
Suaka Rhino Sumatera (SRS), Taman Nasional Way Kambas.
2. Penelitian difokuskan terhadap satwa reptil jenis ular.
3. Data curah hujan hanya diambil di stasiun hujan Braja Indah, Jepara lama,
Braja Arjosari dan Labuhan Ratu.
4. Perhitungan hujan rata-rata kawasan menggunakan metode thiessen.
Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode rasional.
5. Perencanaan penampang saluran drainase dilakukan di lokasi perluasan
area SRS, tanpa mengubah kondisi drainase existing.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Menghitung besaran Q 5 tahun pada masing-masing segmen drainase.
7
2. Menentukan lokasi limpasan drainase.
3. Menentukan bahan dan kemiringan drainase berbasis Eco-Technology.
E. KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN
Penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalahan
tertuang dalam kerangka berpikir di bawah ini.
Perluasan Area SRS
Kebutuhan
Migrasi Ular
Kondisi Drainase
saat ini memotong
bentang alam
Segmentasi
habitat ular
Diperlukan
sistem Drainase
Luasan dan
Karakteristik
TNWK
Drainase Ramah
Lingkungan
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu (State Of The Art)
Eco-Technology dapat diartikan sebagai desain ekosistem yang berkelanjutan
untuk kepentingan manusia dan alam (Mitsch, 2012). Konsep drainase
berbasis Eco-Technology bisa disebut juga drainase yang ramah lingkungan.
Drainase ramah lingkungan pada umumnya bertujuan untuk mengurangi
permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya limpasan air hujan dipermukaan.
Drainase berwawasan lingkungan dimaksudkan juga sebagai upaya untuk
mengelola kelebihan air dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya ke
dalam tanah secara alamiah sehingga dapat mengurangi kekeringan air pada
saat musim kemarau (Kementerian PU, 2014).
Dalam penelitian drainase ramah lingkungan di daerah perkotaan memiliki
banyak peneliti terdahulu, namun dalam penelitian drainase ramah lingkungan
di wilayah Taman Nasional sangat minim peneliti terdahulu. Pembelajaran
untuk peneliti dari para peneliti terdahulu dalam hal ekologi drainase seperti
David J. Luscombe (2016), Qianqian Zhou (2014), Bo Yang & Ming-Han Li
(2010), Katherine L. Meierdiercks (2010), Yassir Arafat (2008), Z. Jia (2006),
Ayu Wahyuningtyas (2001), Laksni Sedyowati (2015). Berikut adalah
beberapa peneliti dalam jurnal terdahulu.
9
Tabel 1. State of the Art
No. Sumber/Tahun Penulis Judul Hasil
1. Elsevier B.V.
© Ecological
engineering,
22 Agustus
2016
David J.
Luscombe,
Karen
Anderson,
Emilie
Grand-
Clement,
Naomi Gatis,
Josie Ashe,
Pia Benaud,
David Smith,
Richard E.
Brazier
How does
drainage alter the
hydrology of
shallow degraded
petlands across
multiple spatial
scales ?
Drainase antropogenik
meningkatkan
kedalaman dan
variabilitas tabel air di
tanah gambut yang
berdekatan dan variasi
dikemiringan lokal dan
topografi menjelaskan
variasi penting dalam
kenaikan DWT dan
penurunan saluran
drainase. Pada skala
spasial yang baik (yaitu
saluran individu) tidak
ada ukuran fitur
drainasenya (kedalaman
dan lebar)
2. Water 2014, 6,
976-992;
doi:10.3390/w6
040976
Tahun 2014
Qianqian
Zhou
A Review of
Sustainable
Urban Drainage
Systems
Considering the
Climate Change
and
Urbanization
Impacts
Jurnal ini menyarankan
pendekatan terpadu dan
trans-disiplin untuk
desain drainase yang
berkelanjutan
3. Elsevier B.V.
© Ecological
engineering 36
(2010) 1639-
1650
Bo Yang,
Ming-Han Li
Ecological
engineering in a
new town
development :
Drainage design
in The
Woodlands,
Texas
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
drainase terbuka
menghasilkan limpasan
lebih sedikit draipada
drainase konvensional.
4. Journal of the
American
Water
Resource
Association
Katherine L.
Meierdiercks
, James A.
Smith, Mary
Lynn Baeck,
Analyses of
Urban Drainage
Network
Structure and Its
Impact on
Kepadatan drainase dan
adanya aliran
permukaan yang
mempengaruhi debit
puncak lebih banyak
10
No. Sumber/Tahun Penulis Judul Hasil
Tahun 2010
dan Andrew
J. Miller
Hydrologic
Response.
terjadi pada subbasenya
dibandingkan dengan
persentase ketahanan
atau penggunaan lahan
subbasins.
5. Jurnal
SMARTek,
Vol. 6, No.3,
Agustus 2008:
144-153
Tahun 2008
Yassir Arafat Reduksi Beban
Aliran Drainase
Permukaan
Menggunakan
Sumur Resapan
Drainase berwawasan
lingkungan dapat
menjaga keseimbangan
tata air dan kondisi
lingkungan
permukiman.
6. Journal Of
Irrigation And
Drainage
Engineering ©
ASCE /
March/April
2006
Tahun 2006
Z. Jia; R. O.
Evans,
M.ASCE;
J.T. Smith
Effect of
Controlled
Drainage and
Vegetative
Buffers on
Drainage Water
Quality from
Wastewater
Irrigated Fields
Pengamatan ini
menunjukkan bahwa
penjadwalan irigasi dan
pengelolaan yang tepat
lebih penting untuk
kualitas air daripada
tindakan perbaikan
seperti drainase
terkontrol atau buffer
vegetatif.
7. Universitas
Brawijaya
tahun 2001
Ayu
Wahyuningty
as, Septiana
Hariyani,
Fauzul Rizal
Sutikno
Strategi
Penerapan
sumur resapan
sebagai
teknologi
ekodrainase di
kota malang
Sumur resapan efektif
untuk digunakan karena
sebagai pengendali
banjir dan genangan,
sumur resapan mampu
meresapkan air hujan
yang melimpas dan
berguna pula untuk
konservasi air tanah
serta menekan laju erosi
8. Media Teknik
Sipil, ISSN
1693-3095
Universitas
Brawijaya
Laksni
Sedyowati,
Ery
Suhartanto
Kajian Pengaruh
system drainase
dan ruang
terbuka hijau
eksisting pada
kawasan ruas
jalan utama kota
Malang.
Ruang terbuka hijau
(RTH)
Tabel 1. State of the Art (Lanjutan)
11
B. Drainase
Secara umum sistem drainase adalah sebuah kontruksi air yang memiliki
manfaat untuk mengurangi dan mengeluarkan air yang berlebihan dari suatu
area lokasi sehingga area tersebut dapat digunakan secara maksimal. Sistem
kontruksinya terdiri dari kontruksi terjun, stasiun pompa, pelimpah,
terowongan/gorong-gorong, jembatan air (aquaduct), siphon dan pintu-pintu
air. Pada struktur yang sempurna, pengolahan terlebih dahulu dilakukan di
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) sebelum masuk ke dalam badan air
penerima. Syaratnya yang dapat dimasukkan ke badan air penerima adalah air
yang telah mencukupi mutu tertentu agar sehingga tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan (Suripin, 2004).
Menurut Sukarto (1999), selain Drainase berfungsi sebagai penghambat
terjadinya banjir, drainase juga dapat berguna untuk kesehatan, pertanian,
lanskap dan bangunan.
1. Pertanian
Untuk dapat difungsikan sebagai area pertanian, air yang terkandung di
tanah tidak bisa berlebihan, seperti rawa. Maka daripada itu, tanah yang
mengandung air yang berlebih harus dikeringkan terlebih dahulu.
2. Bangunan
Untuk dapat mendirikan suatu kontruksi di sekitar tanah yang memiliki air
berlebih seperti jalan, gedung ataupun lapangan terbang, diperlukan
drainase disekitarnya, sehingga tanah tersebut menjadi kering dan kuat
untuk menahan beban di atasnya.
12
3. Kesehatan
Drainase dimaksudkan sebagai fungsi kesehatan dimana pada saat tanah
yang tergenangi air dapat dikeringkan oleh darinase sehingga tempat
tersebut tidak menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk. Oleh karena
itu, telur atau larva dari nyamuk tidak bisa hidup.
a. Pola Aliran dalam Drainase
Aliran pada saluran drainase terdiri dari aliran saluran tertutup (pipe flow)
dan saluran terbuka (open chanel flow). Pada aliran saluran tertutup
permukaan airnya tidak dapat bebas dikarenakan seluruh saluran terisi
oleh air. Sedangkan saluran terbuka permukaan airnya dapat bebas di
udara dikarenakan dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung,
kecuali hanya oleh tekanan hidraulika yang ada dalam aliran saja. Pada
aliran saluran terbuka untuk penyederhanaan dianggap bahwa aliran
sejajar kecepatan beragam dan kemiringan kecil.
Dalam hal ini permukaan air merupakan garis derajat hidraulika dan air di
dalamnya sama dengan tinggi tekanan. Saluran terbuka lebih sulit dalam
hal penyelesaian masalah aliran dibandingkan dengan aliran pipa tekan.
Hal ini dapat terjadi karena permukaan air terbuka mengarah bebas sesuai
dengan ruang, waktu dan juga kemiringan, kedalaman dan kedudukan
saluran saling bergantung satu sama lainnya. Aliran pipa tidak selalu
merupakan aliran dalam suatu saluran tertutup.
13
Menurut (Sukarto,1999) aliran terbagi menjadi dua yaitu aliran tetap
(steady flow) dan tidak tetap (unsteady flow) berdasarkan perubahan
kedalaman aliran:
1. Aliran tetap (steady flow) merupakan aliran yang mempunyai
kedalaman konstan untuk selang waktu tertentu. Aliran tetap atau
tunak diklasifikasikan menjadi:
1) Aliran sejenis (uniform flow) dapat diartikan bahwa kedalaman air
sama pada setiap penampang saluran.
2) Aliran beralih (varied flow) dapat diartikan bahwa disepanjang
saluran terbuka berubah secara lambat apabila kedalaman air
berubah. Aliran beralih atau bisa disebut juga aliran berubah
terdiri dari dua macam yaitu aliran berubah secara lambat apabila
kedalaman aliran berubah secara lambat dan aliran berubah secara
cepat apabila kedalaman aliran berubah secara cepat.
2. Aliran tidak tetap (unsteady flow). Aliran tidak tetap didefinisikan
sebagai aliran yang mempunyai kedalaman tidak tetap atau tunak
untuk selang waktu tertentu. Aliran tidak tetap terdiri dari:
1) Aliran sejenis tidak tetap (unsteady uniform flow) diartikan bahwa
pada saat dimana alirannya mengalir sejajar dengan dasar saluran.
Aliran tersebut sukar untuk ditemukan di lokasi.
2) Aliran beralih tidak tetap (unsteady varied flow) adalah Aliran
saluran terbuka dimana kedalaman aliran berubah sepanjang waktu
dan ruang. Aliran ini terdiri dari dua macam yaitu aliran yang
berubah secara lambat dan aliran yang berubah secara cepat.
14
b. Macam-Macam Penampang Melintang Saluran Drainase
Adapun macam-macam penampang saluran drainase menurut Sukarto
(1999), dapat dilihat pada gambar 2, 3, 4
Gambar 3. Bentuk segi empat penampang melintang saluran drainase (Sumber.
Sukarto,1999)
Gambar 4. Bentuk lingkaran dan oval penampang melintang saluran drainase
(Sumber. Sukarto,1999)
15
Gambar 5. Bentuk trapesium dan trapesium tersusun penampang melintang
saluran drainase. (Sumber. Sukarto,1999)
Para ahli hidro sering menganggap remeh dalam hal merencanakan drainase
dibandingkan dengan pekerjaan kontruksi air lainnya. Pekerjaan drainase ini
adalah pekerjaan yang sulit dan menyeluruh karena memerlukan waktu, biaya
dan tenaga yang lebih dibandingkan dengan pekerjaan kontruksi air lainnya.
Rancangan utama dari sistem drainase berkelanjutan yaitu memperbaiki dan
pemeliharaan lingkungan serta meningkatkan kelangsungan air tanah. Maka
daripada itu diperlukan usaha yang ekstra demi mencapai tujuan yang
diinginkan. Hal yang paling diutamakan dalam merencanakan drainase
berkelanjutan atau bisa disebut juga dengan berwawasan ligkungan yaitu
mengolah aliran air di permukaan dengan cara membuat suatu prasarana dan
sarana untuk menampung air hujan (Suripin, 2004).
C. Teknik Ekologi Drainase (Ecodrainage)
Ekologi biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi:
segala jenis makhluk hidup (Tumbuhan, hewan, manusia) dan lingkungan.
Ernst Haeckel yang merupakan ahli ilmu hewan pada tahun 1869 adalah
16
ilmuwan yang pertama kali mengenalkan istilah ekologi yang diartikan
sebagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya.
Jadi, ekologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mendalami tentang interaksi
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Teknik ekologi atau rekayasa ekologi didefinisikan sebagai desain ekosistem
berkelanjutan untuk kepentingan manusia dan alam, yang telah dikembangkan
selama 30 tahun terakhir, dan telah berkembang pesat di kurun waktu 10 tahun
terakhir ini (Mitsch, 2012). Tujuannya meliputi pemulihan lingkungan yang
telah terganggu akibat ulah tangan manusia. Hal ini sangat diperlukan karena
sumber energi konvensional telah berkurang dan penguatan layanan ekosistem
alam lebih banyak dibutuhkan.
Tujuan dari teknik ekologi menurut Mitsch dan Jorgensen (1989, 2003, 2004)
dan Mitsch (1993, 1996) yaitu
1. Pemulihan ekosistem yang secara substansial terganggu oleh tangan
manusia contohya yaitu pencemaran lingkungan atau gangguan lahan; dan
2. Pengembangan ekosistem yang ramah lingkungan yang memiliki nilai
kemanusiaan maupun nilai ekologi.
Teknik ekologi pada dasarnya untuk merancang dan membatasi campur
tangan manusia dalam memberikan desain keberlanjutan dan solusi
pengelolaan ekosistem (Mitsch dan Jørgensen, 1989; Odum, 1994; Bergen et
al., 2001; Matlock dkk., 2001; Mitsch dan Jørgensen, 2003). Sebagai seorang
ahli ekologi harus mengandalkan kemampuannya dalam mendesain ekosistem
(Mitsch dan Jørgensen,.1989; Odum, 1994; Todd et al., 2003), perencana
17
ekologi mengikuti keunggulan alam dalam hal perencanaan (McHarg, 1969;
Steiner, 2008).
Ecodrainage disebut juga drainase ramah lingkungan merupakan drainase
yang mempunyai fungsi utama untuk meresapkan air ke dalam tanah sebanyak
mungkin secara alamiah (Kementerian PU, 2014). Berbeda halnya dengan
drainase pada umumnya, seluruh air hujan yang jatuh di suatu kawasan harus
sesegera mungkin dibuang ke sungai lalu menuju ke laut. Oleh karena itu,
apabila ini terjadi akan berdampak pada keutuhan air tanah (Endro Sutrisno,
2016).
Metode ekologi drainase dapat dilakukan dengan beberapa cara menurut
Kementerian PU (2014) yaitu:
1. Lubang Resapan Biopori
2. Sumur Resapan
3. Kolam Konservasi (detensi atau retensi)
4. Parit Infiltrasi
5. Rorak
6. Side River Polder
7. Penampung Air Hujan (PAH)
18
Gambar 6. Sistem Ekologi Drainase Terbuka di sepanjang Jalan WoodLands
(Sumber: Bo Yang dan Ming-Han Li, 2010)
Gambar 7. Sistem Ekologi Drainase Terbuka di Kawasan Permukiman
(Sumber: Bo Yang dan Ming-Han Li, 2010)
D. Peraturan di Wilayah Taman Nasional
Taman Nasional merupakan area pelestarian alam yang memiliki nilai
ekosistem asli, dan hanya boleh dilakukan untuk tujuan rekreasi, pendidikan,
19
pariwisata, ilmu pengetahuan dan penelitian Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia No.5 tahun 1990 pasal 33, ada hal-hal yang dilarang pada
kawasan Taman Nasional yaitu:
1) Tidak boleh merusak keutuhan asli Taman Nasional.
2) Kerusakan yang dimaksud dalam poin satu seperti menghilangkan atau
menanambahkan jenis flora dan fauna yang tidak asli.
3) Tidak boleh melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dari
Taman Nasional.
E. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi adalah kumpulan fakta tentang gejala-gejala alam seperti
curah hujan, kecepatan angin, temperatur, penguapan, debit sungai, dan
sebagainya (Suripin, 2004). Gejala alam seperti itu disebut juga dengan
Fenomena hidrologi
F. Data Hujan yang Hilang
Data yang ideal adalah data yang sesuai dengan apa yang diperlukan. Akan
tetapi sering dijumpai banyak data yang tidak lengkap (incomplete record)
dikarenakan yaitu kelalaian petugas, kerusakan atau pengrusakan alat dan lain
lain. Hal tersebut dapat mengakibatkan data-data yang hilang atau kosong
(missing record). Untuk menanggulanginya, harus diperhatikan pola
penyebaran hujan pada stasiun yang bersangkutan maupun stasiun-stasiun
sekitarnya (Dewi, 2012).
20
Data hujan yang hilang ini dapat mengganggu kepentingan tertentu.
Contohnya ketika hujan deras dan menyebabkan banjir dan data hujan dari
beberapa stasiun tidak ada atau hilang disebabkan oleh beberapa hal. Keadaan
demikian tidak terasa merugikan bila data tersebut tidak tercatat pada saat
yang dipandang tidak penting. (Dewi, 2012)
Menurut Soewarno (2000) dalam bukunya “Hidrologi Operasional Jilid
Kesatu”, analisis hidrologi memang tidak selalu dibutuhkan pengisian data
yang hilang. Contohnya apabila terdapat data yang hilang di musim kemarau
sedangkan yang mau dianalisis debit banjir pada saat musim hujan maka tidak
perlu melengkapi data tersebut dan sebaliknya. Adapun syarat untuk
menghitung data hujan yang hilang adalah minimal memiliki dua stasiun
hujan yang berada di sekitarnya dan adanya rata-rata hujan per tiap tahunnya
(Limantara, 2010)
G. Metode Estimasi Data Hujan yang Hilang
Beberapa metode yang dapat digunakan menurut buku “Mengenal Dasar–
dasar Hidrologi” halaman 190-191 oleh Ir. Joyce Martha dan Ir. Wanny
Adidarma,Dipl.HE. yaitu Normal Ratio Method, cara “Inversed Square
Distance” dan cara rata–rata aljabar. Sedangkan menurut Soewarno dalam
bukunya “Hidrologi Operasional Jilid Kesatu” halaman 202, ada 3 metode
yang digunakan untuk memperkirakan data hujan periode kosong diantaranya
rata–rata aritmatik (arithmatical average), perbandingan normal (normal
ratio), dan kantor Cuaca Nasional Amerika Serikat (US.National Weather
service).
21
Ada kesamaan metode perhitungan dari buku “Hidrologi Operasional Jilid
Kesatu” dengan buku “Mengenal Dasar–dasar Hidrologi”, yaitu Metode rata–
rata aritmatik dengan rata–rata aljabar, dan Normal Ratio Method dengan
perbandingan normal (normal ratio) yang terdapat di buku Soewarno. Yang
berbeda adalah metode Kantor Cuaca Amerika Serikat.
a. Normal Ratio Method
Linsley, Kohler dan Paulhus (1958) merekomendasikan satu metode yaitu
“Normal Ratio Method”, syaratnya adalah perbedaan curah hujan normal
tahunan dari pos X yang hilang datanya dengan pos sekelilingnya > 10%
sebagai berikut :
….. (1)
Dengan :
Dx = Data tinggi hujan harian maksimum di stasiun x
n = Jumlah stasiun di sekitar x untuk mencari data di x
di = Data tinggi hujan harian maksimumdi stasiun i
Anx = Tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun x
Ani = Tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun sekitar x
b. Cara “Inversed Square Distance”
Persamaan yang digunakan dalam cara “Inversed Square Distance”
(Simanton et al, 1980) adalah :
n
i i
x
iAn
And
nDx
1
1
22
Px =
1
(dXA)2 PA+ 1
(dXB)2 PB+ 1
(dXC)2 PC
1
(dXA)2 + 1
(dXB)2 + 1
(dXC)2 ….. (2)
Dengan :
Px = Tinggi hujan yang dipertanyakan
PA, PB, Pc = Tinggi hujan pada stasiun disekitarnya
dXA, dXB, dXC = Jarak stasiun X terhadap masing – masing stasiun
A,B,C
c. Rata–rata Aljabar
Syaratnya adalah perbedaan curah hujan normal tahunan dari pos X yang
hilang datanya dengan pos sekelilingnya > 10% sebagai berikut (Martha et
al, 1982) :
𝐻𝑥 = 1
𝑛 ( 𝐻𝑎 + 𝐻𝑏 + 𝐻𝑐 + ⋯ + 𝐻𝑛) …... (3)
Dimana :
Hx : Curah Hujan yang hilang
Ha, Hb, Hc : Curah hujan bulanan di pos A, B dan C
Hn : Curah hujan bulanan di pos ke–n
H. Uji Konsistensi Data Hujan
Menurut Soewarno dalam bukunya yang berjudul “Hidrologi Operasional Jilid
Kesatu”, menyarankan bahwa untuk perhitungan data hujan minimal 30 tahun
dan sebelumnya harus di cek terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dan
adanya data yang kosong. Maka daripada itu, perlu dilakukan pemerikasaan
kualitas data (data quality control). Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi
23
dapat disebabkan oleh faktor manusia, alat dan faktor lokasi. Bila terjadi
kesalahan maka data itu dapat disebut tidak konsisten (inconsistency). Uji
konsistensi (consistency test) berarti menguji kebenaran data. Data hujan
disebut konsisten (consistent) berarti data yang terukur dan dihitung adalah
teliti dan benar serata sesuai dengan fenomena saat hujan itu terjadi.
Dua cara untuk menguji konsistensi data hujan dengan menggunakan analisis
kurva masa ganda (double mass curve analysis) dan RAPS (Rescaled Adjusted
Partical Sums). Pengujian tersebut dapat diketahui apakah terjadi perubahan
lingkungan atau perubahan cara menakar. Jika tidak terjadi perubahan
bagaimana cara menghitung dan tidak terjadi perubahan lingkungan maka data
hujan tersebut dapat dikatakan konsisten. (Dewi, 2012)
Kecermatan sangat diperlukan dalam perhitungan hidrologi, yang tergantung
dari konsistensi data itu sendiri. Dalam suatu rangkaian data pengamatan
hujan, dapat timbul non-homogenitas dan ketidaksesuaian, yang dapat
mengakibatkan penyimpangan dalam perhitungan. (Dewi, 2012)
Non-homogenitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,antara lain (Dewi,
2012) :
a. Perubahan letak stasiun.
b. Perubahan system pendataan.
c. Perubahan iklim.
d. Perubahan dalam lingkungan sekitar.
24
a. Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
Perubahan sistematis kecil dalam catatan iklim seringkali kurang
divisualisasikan oleh plot seri waktu standar karena biasanya tersembunyi
oleh besarnya dan variabilitas data. nilai diri mereka sendiri. Visualisasi
Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS) menyoroti tren, pergeseran,
pengelompokkan data, fluktuasi yang tidak teratur, dan periodisitas dalam
catatan. Informasi tambahan tentang jumlah, besaran, bentuk, frekuensi,
dan waktu fluktuasi dan tren juga dapat disimpulkan. Pendekatan
visualisasi dapat digunakan untuk inspeksi visual pendahuluan dari deret
waktu, untuk mendapatkan nuansa data, dan / atau untuk memandu dan
memfokuskan tes statistik dan analisis selanjutnya. Hal ini tidak
dimaksudkan sebagai pengganti analisis statistik standar. Sebagai
alternatif, pendekatan visualisasi dapat digunakan untuk menampilkan
temuan analisis deret waktu. Kemampuan dan keterbatasan pendekatan
dibahas dan diilustrasikan untuk dua periode waktu dari nilai curah hujan
tahunan. (Garbecht dan Fernandez, 1994)
b. Metode Kurva Massa Ganda ( Double Curve Analysis )
Metode Kurva Massa Ganda ini dapat diselidiki dengan cara
membandingkan curah hujan tahunan kumulatif dari stasiun yang diteliti
dengan harga kumulatif curah hujan rata-rata dari suatu jaringan stasiun
dasar yang bersesuaian. Pada umumnya, metode ini disusun dengan
urutan kronologis mundur dan dimulai dari tahun yang terakhir atau data
yang terbaru hingga data terakhir. (Dewi, 2012)
25
Jika data hujan tidak konsisten karena perubahan atau gangguan
lingkungan di sekitar tempat penakar hujan dipasang, misalnya, penakar
hujan terlindung oleh pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi,
perubahan penakaran dan pencatatan, pemindahan letak penakar dan
sebagainya, memungkinkan terjadi penyimpangan terhadap trend semula.
Hal ini dapat diselidiki dengan menggunakan lengkung massa ganda.
(Dewi, 2012)
Kalau tidak ada perubahan terhadap lingkungan, maka akan diperoleh
garis ABC berupa garis lurus dan tidak terjadi patahan arah garis, maka
data hujan tersebut adalah konsisten. Tetapi apabila pada tahun tertentu
terjadi perubahan lingkungan, didapat garis patah ABC’. Penyimpangan
tiba-tiba dari garis semula menunjukkan adanya perubahan tersebut, yang
bukan disebabkan oleh perubahan iklim atau keadaan hidrologis yang
dapat menyebabkan adanya perubahan trend. Sehingga data hujan
tersebut dapat dikatakan tidak konsisten dan harus dilakukan koreksi.
Apabila data hujan tersebut tidak konsisten, maka dapat dilakukan koreksi
dengan menggunakan rumus (Dewi, 2012):
𝑌𝑧 = 𝐹𝑘 𝑥 𝑌 ….. (4)
𝐹𝑘 = 𝑇𝑎𝑛 𝛼
𝑇𝑎𝑛 𝛼𝑐 ….. (5)
Keterangan:
Yz : Data hujan yang diperbaiki, mm
Y : Data hujan hasil pengamatan, mm
Tg α : Kemiringan sebelum ada perubahan
26
Tg αc : Kemiringan setelah ada perubahan
Gambar 8. Lengkung Massa Ganda (Sumber: Florince, 2015)
Keterangan :
- Pola yang terjadi berupa garis lurus dan tidak terjadi patahan arah
garis itu, maka data hujan pos X adalah konsisten.
- Pola yang terjadi berupa garis lurus dan terjadi patahan arah garis
itu, maka data hujan pos X adalah tidak konsisten dan harus
dilakukan koreksi.
I. Analisis Hujan
Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisis hidrologi pada
perancangan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase. Mengingat
hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan sangat
27
luas tidak bisa diwakili satu titik pos pengukuran. Dalam hal ini diperlukan
hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa pos
pengukuran hujan yang ada disekitar kawasan tersebut. Ada 3 macam cara
yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan: (1) rata-rata
aljabar, (2) poligon thiessen dan (3) isohyet. (Haryoko, 2013)
Tabel 2. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan pos hujannya
Jumlah pos cukup Isohyet,Thiessen, Aritmatik
Jumlah pos hujan terbatas Thiessen, Aritmatik
Pos hujan tunggal Metode Hujan Titik
Sumber : Suripin, 2004
Tabel 3. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan luas DPS
DPS besar > 5000 Km2 Isohyet
DPS sedang ( 500 – 5000 Km2 ) Thiessen
DPS kecil < 500 Km2 Aritmatik, Thiessen
Sumber : Suripin, 2004
Tabel 4. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan topografinya
Berbukit, pegunungan dan tidak
beraturan
Isohyet
Dataran Thiessen, Aritmatik
Sumber : Suripin, 2004
J. Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata
Curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya intensitas yang
digunakan sebagai prediksi timbulnya aliran permukaan wilayah. Curah hujan
28
yang digunakan dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum rata-rata
dalam satu tahun yang telah dihitung. Perhitungan data hujan maksimum
harian rata-rata harus dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data
hujan. (Haryoko, 2013)
K. Analisis Frekuensi
Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang
ekstrim, seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim
berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya. Peristiwa yang ekstrim
kejadiannya sangat langka. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data
hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung, terdistribusi secara
acak, dan bersifat stokastik (Suripin, 2004).
Dalam analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakar hujan. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data
kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa
yang akan datang. Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan
dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi
dan koefisien skewness. (Florince, 2015).
1) Rata-rata
�̅� = 1
𝑛∑ 𝑥𝑖
𝑛𝑖=1 ….. (6)
2) Simpangan baku
29
𝑠 = √[∑ (𝑥𝑖−�̅�)2𝑛
𝑖=1 ]
𝑛−1 ….. (7)
3) Koefisien variasi
𝐶𝑉 = 𝑠
𝑥 ….. (8)
4) Koefisien skewness
𝐺 = 𝑛 ∑ (𝑥𝑖−�̅�)3𝑛
𝑖=1
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑠3 ….. (9)
Analisis frekuensi yang sering digunakan dalam bidang hidrologi adalah
sebagai berikut :
1) Distribusi Normal
Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss. Perhitungan curah hujan
rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai persamaan sebagai
berikut:
𝑋𝑇 = �̅� + 𝐾𝑇𝑆 …. (10)
Keterangan :
XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
�̅� : nilai rata-rata hitung variat
S : deviasi standar nilai variat
KT : faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe model matematik disrtibusi peluang yang digunakan
untuk analisis peluang
Untuk mempermudah perhitungan distribusi normal, sudah tersedia nilai
variabel reduksi Gauss seperti yang terdapat pada Tabel 5.
30
Tabel 5. Nilai variabel reduksi Gauss
N
o.
Periode
ulang
Peluang KT N
o.
Periode
ulang
Peluang KT
1 1,001 0,999 -3,05 11 2,500 0,400 0,25
2 1,005 0,995 -2,58 12 3,330 0,300 0,52
3 1,010 0,990 -2,33 13 4,000 0,250 0,67
4 1,050 0,950 -1,64 14 5,000 0,200 0,84
5 1,110 0,900 -1,28 15 10,000 0,100 1,28
6 1,250 0,800 -0,84 16 20,000 0,050 1,64
7 1,330 0,750 -0,67 17 50,000 0,020 2,05
8 1,430 0,700 -0,52 18 100,000 0,010 2,33
9 1,670 0,600 -0,25 19 200,000 0,005 2,58
10 2,000 0,500 0 20 500,000 0,002 2,88
21 1000,000 0,001 3,09
Sumber : Suripin, 2004
2) Distribusi Log Normal
Dalam distribusi log normal data X diubah ke dalam bentuk logaritmik Y
= log X. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X
dikatakan mengikuti distribusi log normal. Perhitungan curah hujan
rencana menggunakan persamaan berikut ini :
𝑌𝑇 = �̅� + 𝐾𝑇𝑆 …. (11)
Keterangan :
YT : Perkiraan nilai yang terjadi dengan periode ulang T-tahun
�̅� : Nilai rata-rata hitung variat
3) Distribusi Log Pearson III
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III,
mempunyai langkah-langkah perumusan sebagai berikut:
a) Mengubah data dalam bentuk logaritmis
𝑋 = log 𝑋 ….. (12)
b) Menghitung harga rata-rata (Pers. 6)
31
c) Menghitung harga simpangan baku (Pers. 7)
d) Menghitung koefisien skewness (Pers. 9)
e) Menghitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T
log 𝑋𝑇 = log �̅� + 𝐾. 𝑠 .…. (13)
Nilai K adalah variable standar untuk X yang besarnya tergantung
koefisien kemencengan G.
4) Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel digunakan
untuk analisis data maksimum, misal untuk analisis frekuensi banjir.
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai
perumusan sebagai berikut :
𝑋 = �̅� + 𝑆. 𝐾 ….. (14)
Keterangan :
�̅� : Harga rata-rata sampel
S : Standar deviasi (simpangan baku) sampel
Nilai K (faktor probabilitas) untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝐾 =𝑌𝑇𝑟−𝑌𝑛
𝑆𝑛 ….. (15)
Keterangan :
Yn : Reduced mean yang tergantung jumlah sample/data n (Tabel 2.5)
Sn : Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah
sample/data n (Tabel 5)
𝑌𝑇𝑟 : Reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan :
32
𝑌𝑇𝑟= − ln[− ln
𝑇𝑟−1
𝑇𝑟] ….. (16)
Hubungan antara reduced variate dan periode ulang dapat dilihat di Tabel 8
Tabel 6. Reduced Mean, Yn
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4
952
0,49
96
0,50
35
0,50
70
0,51
00
0,51
28
0,51
57
0,51
81
0,52
02
0,52
20 20 0,5
236
0,52
52
0,52
68
0,52
83
0,52
96
0,53
09
0,53
20
0,53
32
0,53
43
0,53
53 30 0,5
362
0,53
71
0,53
80
0,53
88
0,83
96
0,54
03
0,54
10
0,54
18
0,54
24
0,54
36 40 0,5
436
0,54
42
0,54
48
0,54
53
0,54
58
0,54
63
0,54
68
0,54
73
0,54
77
0,54
81 50 0,5
485
0,54
89
0,54
93
0,54
97
0,55
01
0,55
04
0,55
08
0,55
11
0,55
15
0,55
18 60 0,5
521
0,55
24
0,55
27
0,55
30
0,55
33
0,55
35
0,55
38
0,55
40
0,55
43
0,55
45 70 0,5
548
0,55
50
0,55
52
0,55
55
0,55
57
0,55
59
0,55
61
0,55
63
0,55
65
0,55
67 80 0,5
569
0,55
70
0,55
72
0,55
74
0,55
76
0,55
78
0,55
80
0,55
81
0,55
83
0,55
85 90 0,5
586
0,55
87
0,55
89
0,55
91
0,55
92
0,55
93
0,55
95
0,55
96
0,55
98
0,55
99 10
0
0,5
600
0,56
02
0,56
03
0,56
04
0,56
06
0,56
07
0,56
08
0,56
09
0,56
10
0,56
11 Sumber : Suripin, 2004
Tabel 7. Reduced Standard Deviation, Sn
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,94
96
0,96
76
0,98
33
0,99
71
1,00
95
1,02
06
1,03
16
1,04
11
1,04
93
1,05
65 20 1,06
28
1,06
96
1,07
54
1,08
11
1,08
64
1,09
15
1,09
61
1,10
04
1,10
47
1,10
80 30 1,11
24
1,11
59
1,11
93
1,12
26
1,12
55
1,12
85
1,13
13
1,13
39
1,13
63
1,13
88 40 1,14
13
1,14
36
1,14
58
1,14
80
1,14
99
1,15
19
1,15
38
1,15
57
1,15
74
1,15
90 50 1,16
07
1,16
23
1,16
38
1,16
58
1,16
67
1,16
81
1,16
96
1,17
08
1,17
21
1,17
34 60 1,17
47
1,17
59
1,17
70
1,17
82
1,17
93
1,18
03
1,18
14
1,18
24
1,18
34
1,18
44 70 1,18
54
1,18
63
1,18
73
1,18
81
1,18
90
1,18
98
1,19
06
1,19
15
1,19
23
1,19
30 80 1,19
38
1,19
45
1,19
53
1,19
59
1,19
67
1,19
73
1,19
80
1,19
87
1,19
94
1,20
01 90 1,20
07
1,20
13
1,20
20
1,20
26
1,20
32
1,20
38
1,20
44
1,20
49
1,20
55
1,20
60 10
0
1,20
65
1,20
69
1,20
73
1,20
77
1,20
81
1,20
84
1,20
87
1,20
90
1,20
93
1,20
96 Sumber : Suripin, 2004
33
Tabel 8. Reduced Variate, 𝑌𝑇𝑟 sebagai fungsi periode ulang
Periode ulang
Tr (tahun)
Reduced variate
YTr
Periode
ulang,
Reduced variate
YTr 2 0,3668 100 4,6012
5 1,5004 200 5,2969
10 2,2510 250 5,5206
20 2,9709 500 6,2149
25 3,1993 1000 6,9087
50 3,9028 5000 8,5188
75 4,3117 10000 9,2121
Sumber : Suripin, 2004
L. Waktu Konsentrasi
Menurut Edisono (1997), waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol
yang ditentukan pada sebuah aliran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi
dibagi menjadi :
a. Inlet time ( to ), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
permukaan tanah menuju saluran drainase
b. Conduit time ( td ), yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik yang ditentukan
Waktu konsentrasi ( tc ) ditentukan dengan rumus :
Tc = to + td ….. (17)
M. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi air hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan
adalah makin singkat hujan yang berlangsung, intensitasnya cenderung
semakin tinggi dan periode ulangnya makin besar intensitasnya. Hubungan
antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan dinyatakan dengan lengkung
34
Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF = Intensity, Duration, Frequency Curve).
(Florince, 2015)
Untuk menentukan debit banjir rencana (design flood) perlu didapatkan harga
suatu intensitas curah hujan terutama bila digunakan metode rasional.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah
hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa
lampau. Untuk menghitung intensitas curah hujan dapat digunakan beberapa
rumus empiris sebagai berikut (Florince, 2015).
1.Rumus Talbot
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-
tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang terukur.
𝑖 = 𝑎
𝑡+𝑏 …. (18)
Dimana :
I :Intensitas hujan ( mm/jam )
t : lamanya hujan ( jam )
a & b : konstanta yang tergantung lamanya hujan terjadi di DAS
2.Rumus Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya
lebih dari 2 jam
𝑖 = 𝑎
𝑡𝑛 ….. (19)
Dimana:
I : Intensitas curah hujan ( mm/jam )
35
T : Lamanya curah hujan ( jam )
a dan n : konstanta
3.Persamaan Ishiguro
𝑖 = 𝑎
𝑏+ √𝑡 ….. (20)
Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
a dan b = konstanta
4.Persamaan Mononobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data
hujan harian maka digunakan perhitungan mononobe :
𝑖 =𝑅₂₄
24(
24
𝑡)2/3 ….. (21)
Dimana :
I : intensitas hujan ( mm/jam )
T : lamanya hujan ( jam )
R24 : Curah hujan maksimum ( mm )
N. Analisis Debit Banjir Rencana
Debit banjir rancangan dihitung berdasarkan hubungan antara hujan dan
aliran. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan debit
banjir rancangan adalah Metode Rasional. Metode ini banyak digunakan
untuk analisis debit banjir rancangan dengan daerah pengaliran yang relatif
sempit. Rumus rasional ini berorientasi pada hitungan debit puncak. (Sriyono,
2012)
36
Tabel 9. Standar Metode Debit Rencana untuk Saluran Drainase
Luas DAS (Km2) Periode Ulang
(Tahun)
Metode perhitungan
Debit banjir < 10 2 Rasional
10 – 100 2 – 5 Rasional
101 – 500 5 – 20 Rasional
> 500 10 – 25 Hidrograf Satuan
Sumber : Suripin, 2004.
Bentuk umum rumus rasional adalah:
QT = 0,278 x C x Itc,T x A .…. (22)
Dimana :
QT = Debit puncak (m3/detik) untuk kala ulang T tahun
C = Koefisien aliran (run off), yang dipengaruhi kondisi tata guna
lahan pada daerah tangkapan aair (DAS)
Itc,T = Intensitas hujan rata-rata (mm/jam) untuk waktu konsentrasi (tc)
dan kala ulang T tahun
A = Luas daerah tangkapan air/DAS (km2)
O. Penampang Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran yang memungkinkan air mengalir dengan
muka air bebas sehingga permukaannya bersentuhan dengan udara. Tekanan
yang ada di permukaan air adalah tekanan atmosfer. Pengaliran pada suatu
pipa yang tidak penuh masih disebut aliran pada saluran terbuka. (Florince,
2015)
37
P. Penampang Saluran Drainase
Saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran air
lainnya pada umumnya. .Dalam perancangan dimensi saluran harus
diusahakan dapat memperoleh dimensi tampang yang ekonomis. Dimensi
saluran yang terlalu besar berarti tidak ekonomis, sebaliknya dimensi saluran
yang terlalu kecil tingkat kerugian akan besar. Efektifitas penggunaan dari
berbagai bentuk tampang saluran drainase yang dikaitkan dengan fungsi
saluran adalah sebagai berikut (Haryoko, 2013):
Tabel 10. Fungsi Penampang Saluran Drainase
Bentuk Saluran Fungsi Lokasi
Trapesium Untuk debit besar yang
sifat aliran menerus
dengan fluktuasi kecil
Pada daerah dengan
lahan yang cukup
Persegi panjang Untuk debit besar yang
sifat aliran
Pada daerah dengan
lahan yang tidak
tersedia dengan
cukup
½ lingkaran Untuk menyalurkan air
limbah dengan debit kecil
Segitiga Untuk debit kecil sampai
nol dari limbah air hujan
Bulat Lingkaran Untuk air hujan dan air
limbah
Pada daerah rumah
tangga dan
pertokoan
Sumber : Masduki, 1990
38
Q. Kecepatan Aliran Drainase
Kecepatan dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar saluran, dinding
saluran dan keberadaan permukaan bebas. Kecepatan aliran mempunyai tiga
komponen arah menurut koordinat kartesius. Namun komponen arah vertikal
dan lateral biasanya kecil dan dapat diabaikan. Sehingga, hanya kecepatan
aliran yang searah dengan arah aliran yang diperhitungkan. Komponen
kecepatan ini bervariasi terhadap kedalaman dari permukaan air. Kecepatan
minimum yang diijinkan adalah kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan
pengendapan dan tidak merangsang tumbuhnya tanaman aquatic dan lumut.
Pada umumnya, kecepatan sebesar 0,60 – 0,90 m/detik dapat digunakan
dengan amam apabila presentase lumpur yang ada di air cukup kecil.
Kecepatan 0,75 m/detik bisa mencegah tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang
dapat memperkecil daya angkut saluran. (Haryoko, 2013)
Penentuan kecepatan aliran air di dalam saluran yang direncanakan didasarkan
pada kecepatan minimum yang diperbolehkan agar kontruksi saluran tetap
aman. Persamaan Manning sebagai berikut: (Haryoko, 2013)
V = 1/n x R2/3 x S1/2 …. (23)
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolik
S = Kemiringan memanjang saluran
39
Harga n Manning tergantung pada kekasaran sisi dan dasar saluran.
Tabel 11. Batas Kecepatan Aliran berdasarkan Bahan Material
Jenis Bahan Kecepatan Aliran Air Diizinkan
(m/detik) Pasir Halus
Lempung kepasiran
Lanau Aluvial
Kerikil Halus
Lempung Kokoh
Lempung Padat
Kerikil Kasar
Batu-batu besar
Pasangan Batu
Beton
Beton Bertulang
0,45
0,50
0,60
0,75
0,75
1,10
1,20
1,50
1,50
1,50
1,50
Sumber : Hadihardjaja, 1997.
R. Migrasi atau Gerak Ular
Ular (Reptilia) adalah kelompok hewan melata yang dapat ditemukan hampir
diberbagai macam habitat. Hewan ini hidup terestrial, arboreal, semi aquatik
dan aquatik. Ular dapat ditemukan aktif pada siang hari (diurnal) dan
beberapa spesiesnya aktif pada malam hari (nokturnal). Permukaan tubuhnya
ditutupi oleh kulit yang bersisik, dan mengalami pergantian kulit (exdisis)
secara keseluruhan. Ular merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm),
umumnya bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar) dan beberapa spesies
bertelur-beranak (ovovivipar). Saluran ekskresi pada ular berakhir pada
kloaka (Zug, 1993).
40
Klasifikasi ular dalam taksonomi menurut O’Shea (2001) dengan contoh dari
beberapa genus dan spesiesnya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Typhlopidae, Pythonidae, Colubridae, Elapidae,
Viperidae
Genus : Ramphotyphlops, Python, Ptyas, Naja, Trimeresurus
Spesies : Ramphotyphlops braminus, Python reticulatus, Ptyas
korros, Naja sputatrix, Trimeresurus insularis
Ular merupakan kelompok hewan yang memiliki tingkat adaptasi tinggi. Ular
dapat ditemukan di seluruh benua dan pulau-pulau kecil di Bumi kecuali
Antartika dan New Zealand. Ular tersebar di daerah-daerah basah/lembab,
hutan tropis, hutan beriklim sedang, gurun pasir, padang rumput, persawahan,
laut, pegunungan, daerah pemukiman dan daerah pinggiran pemukiman
(O’shea and Halliday, 2001).
Seekor ular mencengkram tanah dengan kulitnya yang bersisik. Ular akan
mendorong tubuhnya sepanjang tanah dengan dengan otot-otot yang melekat
pada tulang rusuknya. Ada 4 macam cara ular bergerak menurut Arida,
raharjo dan Margareta (2005) yaitu
41
1. Cara Ular Bergerak Serpentin (Serpentine) ular bergerak maju dalam
kurva berbentuk huruf “S” dengan sisi-sisi tubuh mendorong permukaan
tanah yang tidak rata. Gerakan ini biasanya dilakukan di tanah maupun di
air. Di air gerakan ini mudah dilakukan karena kontraksi nya dapat
mendorong air terus menerus, sedangkan di tanah gerakan ini di bantu
oleh kontur tanah maupun bebatuan.
2. Konsertina (Concertina) ular memendekkan dan memanjangkan tubuhnya
dengan ekor menambatkan tubuh. Gerakan ini biasanya di lakukan di
permukaan yang datar, juga di gunakan oleh ular untuk memanjat.
3. Linier (Caterpillar) ini merupakan pergerakan ular yang lambat dengan
menggunakan gelombang kontraksi otot menggerakkan tubuh ular ke
depan dengan sisik-sisik perut mencengkram tanah.
4. Menyamping (Sidewinding) kepala ular bergerak ke samping dan maju,
diikuti bagian tubuh lainnya dengan jejak berbentuk batang yang jelas.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah untuk menghimpun data
yang dibutuhkan dalam penelitian (Arikunto, 2010). Data-data yang diperoleh
selanjutnya akan dianalisis sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini diperlukan 2 macam data, yaitu data primer dan data
sekunder.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di kawasan Suaka Rhino Sumatera (SRS), Taman
Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Suaka Rhino Sumatera merupakan bagian dari Taman Nasional Way Kambas
yang memiliki tujuan khusus untuk penangkaran dan pengembangbiakan
badak Sumatera. Lokasi SRS berada pada zona konservasi khusus Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) III Kuala Penet Taman Nasional Way
Kambas. Topografi kawasan SRS berada pada ketinggian 0-50 m di atas
permukaan laut dengan iklim tropis basah. Secara geografis kawasan SRS
terletak antara 4059’-5005’ LS dan 105042’-105048’ BT. Lokasi penelitian
disajikan pada Gambar 8.
43
Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Google Earth).
C. Data yang digunakan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran ataupun alat pengambilan data
sebagai informasi yang dicari. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan
dapat dilihat dalam tabel 12.
44
Tabel 12. Data-data Primer
No Teknik Pengambilan Data Kegunaan Data
1 Dokumentasi Model visual berupa foto yang
diperlukan untuk memperkuat
fakta yang ada di lapangan.
2 Data Topografi Untuk mengetahui elevasi kontur
dan panjang saluran drainase
3 GPS GPS digunakan untuk
menentukan titik lokasi drainase
4 Sketsa kawasan/peta Sketsa kawasan diperlukan
untuk menggambarkan daerah
penelitian
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang
ada pada instansi-instansi terpercaya dan studi pustaka dari data-data
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam
penelitian ini data sekunder dapat dilihat dalam tabel 13.
45
Tabel 13. Data-data Sekunder
No Judul Data Kegunaan
1 Data Curah Hujan Untuk mengetahui berapa jumlah
hujan yang turun di lokasi
2 Data Perilaku dan Migrasi
Ular
Untuk mengetahui bagaimana cara
bergerak atau berjalannya ular
3 Data Peraturan di Wilayah
Taman Nasional
Untuk mengetahui hal-hal yang
dilarang dalam kawasan konservasi
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk merencanakan drainase berbasis ekologi di kawasan Suaka Rhino
Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, diperlukan pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data berupa data primer diperoleh
dengan cara mengunjungi langsung lokasi penelitian dan melakukan sketsa
lokasi, pengukuran serta mendokumentasikan keadaan di lapangan.
Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui instansi terkait. Di bawah ini
adalah langkah-langkah pengumpulan data.
46
Persiapan
Data
Primer
Data
Sekunder
Survei
Lapangan
DokumentasiPengukuran
TopografiSketsa kawasan
Panjang
Saluran
Drainase
Elevasi Kontur
BBWS
LampungStudi Literatur
Data Curah
Hujan
Peraturan di
Kawasan
Taman
Nasional
Perilaku dan
Migrasi Ular
Terkumpulnya semua data
yang dibutuhkan
Gambar 10. Langkah-langkah Pengumpulan Data
47
E. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan data dan survei
Tahapan yang pertama adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian baik data primer maupun data sekunder sesuai pada
gambar 9.
b. Analisa Perilaku dan Migrasi Ular
Langkah selanjutnya adalah studi literature tentang bagaimana cara
bergerak/migrasi ular yang didapatkan dari peneliti-peneliti terdahulu.
Tujuannya yaitu sebagai acuan untuk mendesain drainase yang berbasis
teknik ekologi.
c. Perhitungan Debit Rencana
Perhitungan debit rencana didapatkan dari analisis hidrologi yang berupa
pengubahan data curah hujan menjadi debit kala ulang rencana diawali
dengan data curah hujan yang didapat dari data sekunder lalu bila ada data
hilang bisa dicari atau digantikan dengan metode data hujan yang hilang.
Kemudian menguji konsistensi data dengan metode kurva massa ganda
dikarenakan stasiun hujan yang digunakan > 3 buah.
Setelah itu peneliti mencari luas pengaruh stasiun hujan terhadap daerah
aliran sistem drainase dengan salah satu metode antara thiessen, isohyet,
ataupun
48
aritmatik aljabar dengan pertimbangan syarat yang dijabarkan pada bab II.
Selanjutnya peneliti akan mencari hujan maksimum rata-rata, dilanjutkan
ke analisis frekuensi untuk mencari tahu pemilihan metode apa yang tepat
dalam pemilihan jenis sebaran (distribusi) berdasarkan syarat koefisien
skewness dan kurtosisnya. lalu perhitungan waktu konsentrasi aliran air
selanjutnya peneliti akan menghitung hujan rencana berdasarkan beberapa
metode intensitas hujan yang sesuai dengan beberapa syarat dan kondisi
setelah itu perhitungan dilanjutkan debit rencana dengan metode rasional.
Debit rencana kala ulang yang digunakan adalah lima tahun untuk
perencanaan drainase yang biasa digunakan oleh peneliti-peneliti
terdahulu dari jurnal-jurnal terkait dan aturan kaidah yang berlaku.
Perhitungan debit rencana dilakukan secara manual dan menggunakan
program HEC-RAS.
d. Desain Sistem dan Dimensi Drainase
Langkah yang terakhir adalah mendesain sistem dan dimensi drainase
menggunakan program Sketchup.
49
F. Peralatan
Tabel 14. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
No Alat dan Bahan Fungsi
1. GPS GPS yang digunakan adalah seri
terbaru berfungsi sebagai tracking
lokasi
2. Kamera Sebagai alat dokumentasi
3. Laptop Sebagai alat untuk mengolah data
4. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur
panjang
5. Alat tulis Digunakan untuk mencatat hasil data
di lapangan
6. Waterpass Digunakan untuk mengukur atau
menentukan sebuah benda atau garis
dalam posisi rata baik pengukuran
secara vertikal maupun horizontal
7. Total Station Untuk mengukur jarak dan sudut
(vertikal dan horizontal)
50
G. Metode Penyajian Data
Beberapa konsep penyajian data dalam penelitian ini tersaji dalam beberapa
bentuk antara lain:
Tabel 15. Metode Penyajian Data
No. Bentuk Data Keterangan
1. Gambar Tampilan ini digunakan untuk
menunjukkan hasil desain dari
penampang drainase.
2. Tabel Tabel digunakan untuk
menunnjukkan data-data yang
sifatnya tabular seperti data statistic.
51
Data Primer
Koef. Pengaliran
(C)
Panjang Saluran
Elevasi Kontur
Luasan Area
Tangkapan
Data Sekunder
(Data Hidrologi)
Analisa
Hidrologi
Data Curah
Hujan Stasiun
Intensitas Hujan (I)
Debit Banjir
Rancangan (Qr)
Desain Sistem dan
Dimensi Penampang
Drainase
Mulai
Selesai
Sistem dan Dimensi
Penampang sesuai
dengan migrasi ular
Analisis Perilaku
dan Migrasi Ular
Gambar 11. Bagan Alir Penelitian
Kesimpulannya adalah desain drainase yang didapat makin landai, maka
kondisi drainase makin baik dan ramah terhadap ular. Beberapa hasil
perhitungan yang didapat sebagai berikut.
1. Dari analisa debit rencana kala ulang lima tahun dengan metode rasional
adalah sebagai berikut :
- D1-D2 sebesar 0,0947 m3/s.
- D2-D3 sebesar 0,0575 m3/s.
- D4-D3 sebesar 0,0857 m3/s.
- D4-D5 sebesar 0,0497 m3/s.
- D5-D6 sebesar 0,0180 m3/s.
- D6-D7 sebesar 0,0693 m3/s.
- D7-D8 sebesar 0,0496 m3/s.
- D1-D8 sebesar 0,0406 m3/s.
2. Pada analisa dengan menggunakan program HEC-RAS 4.1.0 didapatkan
bahwa tidak terdapat limpasan air atau titik banjir dari D1-D8 pada kala
ulang lima tahun.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
121
3. Lebar dasar saluran (b) = 20 cm, kedalaman air (h) = 14,47 cm, lebar
puncak (B) = 220 cm, tinggi jagaan = 3,16 cm, kemiringan dasar saluran
(i) = 0,001271, kemiringan penampang yang sesuai dengan
perilaku/migrasi ular adalah 100 dengan bahan penampang berupa tanah.
4. Konsep Eco-Technology potensial untuk diterapkan di kawasan konservasi
seperti Taman Nasional karena ramah terhadap satwa dan lingkungan
sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan kelangsungan hidup
manusia.
5. Kelemahan dari desain Eco-Technology adalah untuk pelaksanaanya di
lapangan yang cukup memerlukan pembebasan lahan.
Beberapa saran dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Dalam hal perencanaan drainase dikawasan konservasi harus mengikuti
hal-hal yang tidak boleh dilakukan dikawasan konservasi dengan
memperhatikan aspek lingkungan.
2. Drainase diperkotaan perlu dilakukan perencanaan drainase berbasis
Eco-Technology agar air tanah tetap terjaga, ramah terhadap
lingkungan, mengurangi penurunan permukaan tanah dan banjir.
3. Konsep pengembangan ekodrainase perlu ditingkatkan dan
dikembangkan di Indonesia.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arida, Evy Ayu., Raharjo, B., Margaretha, H. 2005. Ular dan Reptilia Lain.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, S. 2010. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Ayu, W., Septiana, H., Fauzul, R. 2001. Strategi Penerapan Sumur Resapan
sebagai Teknologi Ekodrainase di Kota Malang. Malang : Universitas
Brawijaya.
Badan Pusat Statistik. 2017. Sukadana Dalam Angka. BPS Kabupaten Sukadana.
Lampung Timur.
BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Final Draft.
Bergen, S.D., Bolton, S.M., Fridley, J.L. 2001. Design Principles for Ecological
Engineering. Ecol. Eng. 18, 201-210.
Bo Yang, Ming Han Li, 2010. Ecological Engineering in a new town
development : Drainage Design in the Woodlands Texas. Elsevier B.V.
36, 1639-1650.
[CITES] Conservation on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora. 2012. Appendices I, II, and III. http://www.cites.org [10
September 2017].
David J., Luscombe, et al. 2016. How Does Drainage alter the Hydrology of
Shallow Degraded Peatlands Across Multiple Spatial Scales. Journal of
Hydrology. 541, 1329-1339.
Departemen Kehutanan. 2002. Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Lampung.
Pusat Inventerisasi dan Statistik Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan,
Departemen Kehutanan. 13 hlm.
Dewi, V. 2012. Tugas Besar Hidrologi Dasar. Malang : Universitas Brawijaya.
Djoko, Marsono. 2007. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Jogjakarta : Universitas Gadjah Mada.
Edisono, et al. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta : Gunadarma.
Endro Sutrisno, Irawan Wisnu, Yose Rosma. 2016. Perencanaan Sistem Drainase
Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) di Kelurahan Sambirejo,
Tanjung, Kalijambe, Rembes, Kecamatan Beringin, Kabupaten
Semarang. Semaramg : Universitas Diponegoro.
Florince. 2015. Studi Kolam Retensi sebagai Upaya Pengendalian Banjir Sungai
Way Simpur Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat.
Lampung : Universitas Lampung.
Garbecht, J., Fernandez, G.P. 1994. Visualization of Trends and Fluctuations in
Climatic Records. Amerika : American Water Resources Association.
Hadihardjaja, J. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta : Gunadarma.
Haryoko, L. 2013. Evaluasi dan Rencana Pengembangan Sistem Drainase di
Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Lampung : Universitas Malahayati.
[IUCN]. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.
2008. IUCN Red List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org
[10 September 2017].
Katherine, M., et al. 2010. Analysis of Urban Drainage Network Structure and its
Impact on Hydrologic Respon. Journal of the Amaerican Water
Resource Association (JAWRA). 1-12.
Keputusan Menteri Kehutanan No.444/Menhut-II/1989 tentang Kawasan Taman
Nasional Way Kambas.
Laksni, S., Ery, S. 2015. Kajian Pengaruh Sistem Drainase dan Ruang Terbuka
Hijau Eksisting pada Kawasan Ruas Jalan Utama Kota Malang. Media
Teknik, ISSN 1693-3095.
Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung : Lubuk Agung.
Linsley, R.K., et al. 1958. Hydrology for Engineers. Ann Arbor : McGraw-Hill.
Martha, W.J dan Adidarma, W. 1982. Mengenal Dasar-dasar Hidrologi Bandung
: Nova
Masduki, H.S. 1990. Drainase Permukiman. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
McHarg, I.L., 1969. Design with Nature.Doubleday/Natural HistoryPress, New
York.
Mitsch, W.J., Jorgensen, S.E., 1989. Ecological Engineering: An Introduction to
Ecotechnology. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York, 472 pp.
Mitsch, W.J., 1993. Ecological engineering-a cooperative role with the planetary
life-support system. Environ. Sci. Technol. 27. 438-445.
Mitsch, W.J., Jorgensen, S.E., 2003. Ecological Engineering and Ecosystem
Restoration. Jhon Willey & Sons, Inc., New York, 411 pp.
Mitsch, W.J., 2012. What is Ecological Engineering ? . Ecol. Eng. 45, 5-12.
O’Shea M, Halliday T. 2001. Reptiles and Amphibians. London: Dorling
Kindersley.
Odum, H.T., 1994. System Ecology. John Willey & Sons, Inc., New York
(reprinted in 1994 by University Press of Colorado, Niwot, CO).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12/PRT/M/2014
tentang Penyelengaraan Sistem Drainase Perkotaan
Pusat Informasi Konservasi Alam. 2001. Sistem Kawasan Konservasi di
Indonesia.
Qianqian, Zhou. 2014. A Review of Sustainable Urban Drainage System
Considering the Climate Change and Urbanization Impacts. Water. 6(4),
976-992.
Razanah, Novirin, 2015. Alternatif Rencana Pengembangan Ekowisata di Suaka
Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
SK Dirjen No.SK.307/KSDAE-KKH/2016 tentang Penetapan Perluasan Area
Kandang Badak Taman Nasional Way Kambas.
Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional jilid kesatu. Bandung : Citra Aditya
Bakti.
Sriyono, E. 2012. Analisis Debit Banjir Rancangan Rehabilitasi Situ Sidomukti.
Yogyakarta : Jurnal Teknik.
Steiner, F., 2008. The Living Landscape: An Ecological Approach to Landscape
Planning. Island Press, Washington, DC.
Sukarto, 1999. Drainase Perkotaan. PT. Mediatama Saptakarya, Jakarta.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta :
Andi.
Todd, J., Brown, E.J.G., Wells, E. 2003. Ecological Design Applied. Eco. Eng.
20, 421-440.
Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Lampung. UPT Percetakan Universitas Lampung. Bandar Lampung.
WWF-Indonesia, 2008. Masyarakat dan Konservasi: 50 Kisah yang
Menginspirasi dari WWF untuk Indonesia. Jakarta: WWF-Indonesia.
Yassir, A. 2008. Reduksi Beban Aliran Drainase Permukaan menggunakan
Sumur Resapan. Jurnal SMARTek. Vol. 63, 144-153.
Yuniarti, F. 2013. Analisis Geospasial Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap
Debit DAS Way Kuala Garuntang Bandar Lampung. Lampung :
Universitas Lampung.
Z, Jia., Evans, R.O., Smith, J.T. 2006. Effect of Controlled Drainage and
Vegetative Buffers on Drainage Water Quality from Wastewater
Irrigated Fields. Journal of Irrigation and Drainage Engineering (ASCE).
Vol. 132, 1-14.
Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and
Reptiles. Academic Press. London, p : 357 – 358.
Recommended