View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERENCANAAN REMEDIAL TEACHING PADA MUATAN
PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENUNTASKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD
DI KECAMATAN JATINOM
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata1 pada
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
IRFAN ARIFUDDIN
A510160200
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
ii
iii
iv
1
PERENCANAAN REMEDIAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KELAS IV SD DI KECAMATAN JATINOM
Abstrak
Keberhasilan Remedial Teaching tidak lepas dari perencanaan program yang dilakukan
oleh guru. Menurut Capuyan, dkk. (2019) dalam membantu siswa, guru harus
menentukan tahapan perkembangannya dan kesulitan belajar khusus mereka. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan program pembelajaran
remedial dalam pembelajaran matematika untuk kelas IV SD di Kecamatan Jatinom.
Penelitian..ini merupakan.penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi. Validitas data diuji dengan triangulasi teknik dan
triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru belum sepenuhnya
melaksanakan prosedur mendiagnosis kesulitan belajar matematika siswa. Guru belum
mencari tahu secara khusus mengenai faktor penyebab siswa mengalami kesulitan.
Penelaahan kembali kasus kesulitan matematika siswa dilakukan guru di dalam
pembelajaran matematika dengan menanyakan kesulitan siswa secara klasikal saja.
Guru jarang melakukan layanan konseling untuk siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika. Penyusun program pengajaran remedial dilakukan guru dengan
menentukan waktu pelaksanaan dan menyusun soal yang digunakan untuk pengajaran
remedial matematika.
Kata kunci: remedial, matematika.
Abstract
The success of Remedial Teaching cannot be separated from the program planning
carried out by the teacher. According to Cepuyan, et al. (2019) in helping students,
teachers must determine their stages of development and their specific learning
difficulties. The purpose of this study was to determine how the planning of remedial
learning programs in mathematics learning for grade IV SD in Jatinom Regency. This
research is a qualitative descriptive study. Data collection techniques by interview and
documentation. Data analysis techniques include data reduction, data presentation, and
verification. The validity of the data was tested by technique triangulation and source
triangulation. The results showed that the teacher had not fully implemented the
procedure for diagnosing students' mathematics learning difficulties. Teachers have not
determined the specific factors that cause student learning difficulties. The re-
examination of the case of students' math difficulties was carried out by the teacher in
learning mathematics by asking students only classical difficulties. Teachers rarely
provide counseling services for students who have difficulty learning mathematics. The
compilers of the remedial teaching program are carried out by the teacher by
determining the implementation time and compiling the questions used for teaching
remedial mathematics.
Keywords: remedial, mathematics.
2
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi sumber daya manusia Untuk dapat
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, setiap individu perlu
meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kreativitas hidup. Untuk mendapatka hasil
belajar yang baik, tentu saja diperlukan proses pembelajaran yang baik pula. Menurut
Masbur (2012) pada dasarnya belajar merupakan suatu usaha yang didalamnya
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia, sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk mendapatkan suatu perubahan dalam bentuk
pemahaman, pengetahuan dan tingkah laku.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum 2013
yang dinilai sangat penting. Peserta didik hendaknya menguasai pelajaran matematika
karena peranan matematika sangat penting dalam memecahkan masala kehidupan sehari
hari. Meskipun begitu tetapi pada pada kenyataanya, mata pelajaran matematika masih
dianggap sulit oleh banyak peserta didik (Weja:2013). Dengan anggapan seperti itu
tentunya dapat menimbulkan kesenjangan antara tujuan dari belajar matematika itu dan
kenyataan yang terjadi di lapangan.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa dan membantu siswa menuntaskan hasil belajarnya adalah
pembelajaran remedial. Menurut Yang (2014) penerapan pembelajaran remedial selama
proses belajar berhasil meningkatkan pengetahuaan siswa yang rendah pada kompetensi
matematika, menumbuhkan ketertarikan siswa dan rasa percaya diri pada matematika.
Remedial diberikan dengan cara mengelompokkan siswa yang mengalami kesuilitan
pada kelompok tertentu, kemudian siswa diberikan pembelajaran remedial sesuai
dengan kesulitannya. (Wijaya, 2010:48). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan
beberapa ahli dapat disimpulan bahwa remedial teaching dinilai efektif untuk mengatasi
kesulitan belajar yang dialami siswa sekaligus untuk membantu siswa meningkatkan
hasil belajarnya. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Karibasappa (2008)
keterampilan matematika siswa yang diberi remedial teaching mengalami peningkatan
yang signifikan. Sedangkan menurut Saputra (2015) pembelajaran remedial dapat
mengatasi kesulitan belajar 10 dari 12 siswa sehingga pembelajaran remedial efektif
mengatasi kesulitan belajar siswa. Penelitian Hafid, Kartono, & Suhito, (2016)
mengatakan bahwa dengan diterapkannya Remedial Teaching, kesulitan0belajar08 dari
3
9 siswa dapat teratasi, sehingga dapat disimpulan bahwa remedial teaching efektif
untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa.
Menurut Soleh (2014) remedial teaching adalah pembelajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan supaya menjadi lebih baik. Proses pembelajaran ini
bersifat khusus karena disesuaikan dengan jenis dan sifat kesulitan belajar yang
dihadapi peserta didik. Tahap tahap pelaksanaan remedial teaching menurut Makmun
(2012:343-357) adalah meneliti kasus, menentukan alternatif tindakan, memberikan
layanan konseling khusus, pemberian pengajaran ulang, mengukur hasil belajar setelah
remedial dan re-evaluasi dan re-diagnostik. Guru harus memahami menguasai dan
melaksanakan prosedur pelaksanaan remedial teaching tersebut untuk mencapai hasil
kegiatan remedial yang maksimal. Dalam remedial teaching, guru membantu peserta
didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi
kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat
mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Hasil penelitian Cheng, Ching Mei
(2014) menunjukkan bahwa pengajaran remedial sangat bermanfaat bagi peserta didik
secara akademik dan emosional yang bisa dirasakan keberhasilannya. Melalui
pengajaran individual, pengawasan langsung dari guru, dan sistem pendukung yang
tepat akan membuat akademik0menjadi lebih baik. Hal yang paling penting yaitu
mengenali perbedaan individu dan karakteristiknya dalam pembelajaran. Keberhasilan
Remedial Teaching tidak lepas dari perencanaan program yang dilakukan oleh guru.
Menurut Cepuyan, dkk.(2019) dalam membantu siswa, guru harus menentukan tahapan
perkembangan mereka dan kesulitan belajar khusus mereka. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk0mengetahui perencanaan program remedial teaching matematika
kelas IV yang dilaksanakan di Kecamatan jatinom.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan kejadian
dengan penjelasan yang menyeluruh dan apaadanya. Pendekatan kualitatif menurut
Bungin (2007:49) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kalimat tertulis maupun lisan dari narasumber dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif, yaitu pendekatan
penelitian dengan data-data yang dikumpulkan berupa. kata-kata, gambar-gambar, dan
4
bukan angka. Moleong (2013: 11) menyatakan bahwa data-data tersebut diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, hasil observasi, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini subjek dipilih dengan teknik purposive sampling, teknik
purposive sampling juga bisa diseut dengan judgement sampling yaitu teknik
pengambilan subjek dengan pertimbangan tertentu (Etikan, I.,dkk. 2016). Sesuai dengan
fokus penelitian, maka subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran
matematika kelas VI di 9 SD yang berbeda di Kecamatan Jatinom.
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk pengumpulan data (Minsih, Rusnilawati & I.Mujahid, 2019). Dalam
pengumpulan data informasi, peneliti menggunakan teknik-teknik wawancara, dan
dokumentasi. Peneliti tidak melakukan observasi dikarenakan pada saat penelitian
dilakukan pembelajaan tatap muka sedang ditiadakan karena pandemi covid-19.
Teknik triangulasi dipilih untuk uji kredibilitas dalam penelitian ini. Menurut
Sugiyono (2015: 372) triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Macam macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Peneliti menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas
dengan cara mengecek data mengenai perencanaan pengajaran remedial di kelas IV SD
Di Kecamatan Jatinom melalui beberapa sumber yaitu guru kelas IV dan siswa kelas IV.
Triangulasi teknik dilakukan untuk membandingkan data hasil wawancara dan
dokumentasi mengenai pelaksanaan pengajaran remedial pada mata pelajaran
matematika di kelas IV SD di Kecamatan Jatinom. Adapun teknik analisis data yang
digunakan meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Perencanaan pengajaran remedial terdapat beberapa tindakan yang harus dilaksanakan
guru diantaranya adalah mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami siswa, menelaah
kembali kasus, memilih alternatif tindakan yang akan diberikan, memberikan layanan
khusus, dan menyusun program pengajaran remedial. Dalam mendiagnosis kesulitan
siswa terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh guru. Menurut Sugihartono
dkk0(2012: 165), terdapat prosedur atau langkah-langkah dalam melaksanakan
5
diagnosis kesulitan belajar siswa, antara lain identifikasi peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, melokalisasi letak kesulitan belajar, menentukan faktor penyebab
kesulitan belajar, memperkirakan alternatif bantuan, menetapkan kemungkinan cara
mengatasinya, dan tindak lanjut. Berikut tabel keterlaksanaan perencanaan program
remedial teaching di Kecamatan Jatinom.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, prosedur diagnosis kesulitan belajar belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh. Analisis perilaku secara individual belum dilakukan oleh guru untuk
mengidentifikasi siswa yang berkesulitan, guru hanya melakukan analisis perilaku
dengan pengamatan yang dilakukan secara klasikal saja. Meskipun begitu, rata rata guru
sudah melakukan identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika
dengan analisis prestasi belajarnya yaitu dengan melihat hasil evaluasi belajar
matematika siswa, siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dianggap mengalami
kesulitan. Menurut Sugihartono dkk (2012: 167), siswayang hasil belajarnya kurang
dari ketentuan minimal yang sudah ditetapkan dapat diduga mengalami kesulitan
belajar.
Langkah selanjutnya dari diagnosis kesulitan belajar adalah melokalisasi letak
kesulitan belajar yang dialami siswa. Menurut Sugihartono dkk (2012: 167), untuk
menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan
dengan membandingkan skor prestasi yang diperoleh siswa dengan nilai rerata dari
masing-masing bidang studi dan dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dalam melokalisasi letak kesulitan
belajar matematika siswa dengan menganalisis hasil pekerjaan siswa yang nilainya tidak
tuntas atau dibawah KKM. Dari situ guru dapat melihat letak kesulitan yang dialami
terletak pada materi bagian apa.
Prosedur selanjutnya dalam mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa adalah
menentukan faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Menurut Kamulyan,
M.S. (2016) mata pelajaran matematika sering dianggap mata peljaran yang sulit. Hal
ini terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari dalam diri siswa bisa berupa motivasi, bakat, intelegen,
kesehatan, dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar0diri peserta didik. Faktor eksternal berupa fasilitas
6
belajar, sarana dan prasarana sekolah, guru, orang tua, media pembelajaran, metode,
lingkungan belajar dan strategi pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru
belum mencari tahu dan menentukan faktor penyebab kesulitan belajar siswa0secara
khusus dan mendalam. Guru hanya sekadar0mencari tahu0dengan menanyakan0kepada
siswa secara umum saja apa yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan matematika,
tanpa mencari tahu secara lebih lanjut mengenai faktor internal maupun faktor eksternal
penyebab kesulitan belajar siswa.
Guru belum memperkiraan alternatif tindakan yang akan diberikan kepada siswa
sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya. Menurut Irham dan Wiyani (2013: 284),
setelah mengetahui letak kesulitan belajar, bentuk kesulitan belajar, dan faktor
penyebabnya langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif bantuan yang diberikan.
Langkah dalam memperkirakan alternatif tindakan seharusnya disesuaikan dengan
kesulitan yang dihadapi dan faktor penyebabnya. Guru hanya menanyakan secara
klasikal saja mengenai kesulitan yang dialami siswa pada saat pembelajaran matematika
berlangsung.Alternatif bantuan yang diberikan guru yaitu langsung menjelaskan
kembali apabila ada siswa yang belum paham dan mengalami kesulitan.
Langkah selanjutnya yang harusnya dilakukan oleh guru adalah memperkirakan
alternatif bantuan yang akan diberikan kepada siswa berdasarkan tingkat kesulitan yang
dialami siswa. Menurut Sugihartono, dkk (2012: 170), alternatif bantuan yang bisa
diberikan kepada siswa antara lain adalah remedial teaching,bimbingan konseling Guru
atau program referral. Rata-rata guru matematika kelas IV di Kecamatan Jatinom tidak
memperkirakan alternatif bantuan yang akan diberikan kepada siswa. guru menganggap
remedial teaching mampu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa sekaligus
mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Langkah selanjutnya setelah diagnosis kesulitan belajar siswa ialah penelaahan
kembali kasus. Langkah ini hampir sama dengan langkah diagnosis kesulitan belajar
matematika siswa. Menurut Sugihartono, dkk (2012: 182), dalam langkah ini guru harus
memperoleh gambaran tentang siswa yang perlu mendapatkan layanan, tingkat kesulitan
yang dialami siswa, letak terjadinya kesulitan, bagian ranah yang mengalami kesulitan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa. Guru belum sepenuhnya
melakukan penelaahan kasus. Penelaahan kasus yang dilakukan oleh guru yaitu dengan
7
mencari tahu kembali letak kesulitan matematika siswa. Hal tersebut dilakukan hanya
dengan menanyakan kembali kepada siswa mengenai kesulitan yang dihadapinya.
Alternatif tindakan yang dipilih guru adalah dengan melakukan pengajaran
remedial untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika, khususnya siswa
yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM. Menurut Sugihartono
(2012:0171), pengajaran remedial merupakan pelaksanaan pengajaran khusus yang
bersifat individual yang diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar.
Langkah selanjutnya dalam perencanaan pengajaran remedial adalah pemberian
layanan khusus Menurut Sugihartono (2012: 183), layanan khusus yang dimaksud
adalah layanan konseling, yang bertujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau
permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat mengikuti
pembelajaran secara wajar Berdasarkan hasil penelitian, tidak semua guru
melaksanakan layanan konseling untuk membantu siswa. Sebagian guru melaksanakan
layanan konseling saat siswa sudah mengikuti remedial tetapi nilainya0tidak naik.
Kemudian yang dilakukan guru adalah memanggil siswa berserta orang tuanya untuk
diberikan masukan, motivasi, dan arahan arahan untuk siswa dalam belajar.
Langkah berikutnya dalam perencanaan pengajaran remedial adalah menyusun
program pengajaran remedial. Dalam menyusun program remedial guru hanya sekadar
menentukan waktu pelaksanaan pengeajaran remedial matematika. Selain menentukan
waktu pelaksanaan remedial guru juga memersiapkan soal remedial matematika yang
akan diberikan kepada siswa yang mengikuti pengajaran remedial matematika. Soal-
soal remedial dibuat lebih sederhana dari soal evaluasi pembelajaran. Tujuannya adalah
untuk memudahkan siswa mencapai nilai yang diharapkan.
4. PENUTUP
Perencanaan pengajaran remedial dilakukan guru dengan mendiagnosis kesulitan belajar
siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi berdasarkan hasil nilai
evaluasi matematika. Untuk melokalisasi letak kesulitan belajar yang dialami siswa,
guru melihat hasil pekerjaan siswa. Dalam menentukan faktor penyebab kesulitan
belajar siswa guru belum mengidentifikasi faktor penyebab kesulitan siswa secara
khusus. Penelaahan kembali kasus kesulitan matematika siswa dilakukan guru di dalam
pembelajaran matematika dengan menanyakan kesulitan siswa secara klasikal saja.
8
Tidak semua guru melakukan layanan konseling untuk siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika. Penyusun program pengajaran remedial dilakukan guru dengan
menentukan waktu pelaksanaan dan menyusun soal yang digunakan untuk pengajaran
remedial matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif : Komunikasi Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Perdana Media Grub.
Capuyan, D., Etcuban, J. O., Manguilimotan, R., Padillo, G., Raynera, W., &
Onrejas, E. (2019). Mathematics Remedial Program for Elementary
Learners in Cebu City, Philippines. American Research Journal of Humanities
Social Science,2(5), 16-23.
Cheng, Ching Mei. (2014). Individual Differences: How Remedial Teaching
Transforms Low Achievers When Learning English. Journal of Modern
Education Review ,4(11).
Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2016). Comparison of convenience
sampling and purposive sampling. American journal of theoretical and
applied statistics, 5(1), 1-4.
Hafid, H., Kartono, K., & Suhito, S. (2016). Remedial Teaching untuk Mengatas
Kesulitan Belajar Siswa pada Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
berdasarkan Prosedur Newman. Unnes Journal of Mathematics Education,
5(3), 257–265.
Irham, M. & Wiyani, N.A. (2013). Psikologi Pendidikan: Teori dan Implikasi
dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kamulyan, M. S., & Ermawati, S. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada
Soal cerita Melalui Strategi Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas V SD
Negeri 02 Gemantar. Profesi Pendidikan Dasar, 1(2), 162-174.
Karibasappa, C. N., Nishanimut, S. P., & Padakannaya, P. (2008). A remedial
teaching programme to help children with mathematical disability. Asia
Pacific Disability Rehabilitation Journal, 19(2), 76-90.
Makmun.(2012). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masbur. (2012).Remedial Teaching Seabagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis.
Jurnal Ilmiah Didaktika. 12, (2), 348-367.
Minsih, M., Rusnilawati, R., & Mujahid, I. (2019). Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam Membangun Sekolah Berkualitas Di Sekolah Dasar. Profesi
Pendidikan Dasar, 1(1), 29-40.
Moleong, Lexy J. (2013). Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
9
Saputra, A.D. & Suhito. (2015). Keefektifan Adaptive Remedial Teaching Strategy
berlatar Pembelajaran Aktif dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika
Jurusan IPS. Unnes Journal of Mathematics Education, 4 (1).
Soleh, Agus. (2014). Pengaruh Pembelajaran Remedial Berbantuan Tutor Sebaya
terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Mengalami Kesulitan
Belajar dengan Kovariabel Tingkat Kecemasan. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan. 4.
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2015).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Weja, I Wayan. (2013). Implementasi Pengajaran Remedial Bentuk Pengulangan untuk
Meningkatkan Ketuntasan Belajar Matematika .e-Journal Program
Pascasarja Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan. 3.
Wijaya, C. (2010). Pendidikan Remedial. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
Yang, D.C. et.al. (2014). Effects of Remedial Instruction on Low-SES & Low- Math
Students’ Mathematics Competence, Interenst, and Confidence. Journal of
Education and Learning,3 (1)
Recommended