View
183
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI
Pengukuran Debit Sungai
Disusun Oleh :
Kelompok : 1 ( Satu )
Nama dan NPM : 1. Safira Nurjanah (240110110060)
2. Rizqi Putri fathoni (240110110061)
3. Muhammad Rahmanda (240110110062)
4. Derry Prasetyo (240110110063)
5.Muhamad Chaesario (240110100046)
Hari ,Tanggal : Minggu, 9 Desember 2012
Jam : 09.00-11.00 wib
Dosen :
Asisten : 1. Febri Primandani
2. Rizky Ananda
3. Rezsa Radhian R
4. Eva Febrianty Anissa
5. Dwi Pretty Sugiarti
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMAN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan air saat ini tidak saja sebagai kebutuhan konsumsi semata
namun air juga memiliki berbagai kegunaan dalam aplikasinya bagi manusia. Air
jika tidak dikelola secara baik dan bijaksana juga akan memberikan dampak yang
buruk bagi mahkluk hidup di bumi, hal ini terjadi bilamana bumi kehilangan atau
semakin berkurangnya sumberdaya air, dan dampak buruk tersebut dapat pula
terjadi akibat dari adanya proses pencemaran sehingga rusaknya kualitas air
sehinga mahkluk hidup tidak dapat lagi mengambil manfaat air bersih dan sehat
sebagai kebutuhan hidup.
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya,
peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan
lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-mahluk hidup. Karena
perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi dasar dari
pengelolaan sumber daya-sumber daya air rumah tangga yang merupakan
pengembangan, agihan dan penggunaan sumber daya-sumber daya air secara
terencana.
Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan
air diperlukan suatu informasi yang menunjukkan jumlah air yang akan masuk ke
bangunan tersebut dalam suatu satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.
Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang
bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak (banjir) yang diperlukan
untuk perencangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit
minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau.
Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam
keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk
mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit
air pada saat musim kemarau panjang.
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan :
1. Praktikan mengetahui besarnya kecepatan air yang mengalir di suatu daerah
aliran sungai.
2. Praktikan mengukur luas penampang sungai di daerah aliran sungai.
3. Praktikan mengetahui pengaruh kecepatan air dan luas penampang terhadap
debit air.
4. Praktikan mengetahui cara mengukur kecepatan air dengan dua metode, yaitu
mengukur dengan alat ukur current meter dan metoda apung.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Debit Aliran
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi
permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai.
Pengukurannya dilakukan tiaphari, atau dengan pengertian yang lain debit
atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuanwaktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dt).Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis
proses yang t e r j ad i d i l ap ang an . Kemamp uan pengukuran deb i t
a l i r an s an ga t d ip e r l uka n un tuk mengetahui potensi sumberdaya air di
suatu wilayah DAS.
Debit aliran dapat dijadikan
s eb uah a l a t un t uk memon i to r dan mengev a lu a s i ne r aca a i r
sua tu kaw asan me l a lu i pendekatan potensi sumberdaya air permukaan yang
ada. Proses terbentuknya
debit berkaitan dengan terbentuknya sungai, dimana sungaiitu terbentuk
dengan adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air yang berada
diketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi, dimana
air hujansangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian
yang cekung, lamakelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya
mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus
air. Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang paling
rendah, mungkin mula mula merata, namun karena
ada bag i an - bag i an d ipe rmukaan t anah yg t i dak beg i t u
ke r a s ,maka mudah l ah t e rk ik i s , sehingga menjadi alur alur yang
tercipta makin hari makin panjang, seiring denganmakin deras dan
makin seringnya air mengalir di alur itu, maka semakin panjang
dansemakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air yang
mengalir disituterhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang banyak,
demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang
mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di
tembus ke bawah permukaan tanah dan mengalir ke arahdataran rendah
yg rendah.lama kelamaan sungai itu akan semakin lebar.
Adapun Teori yang mendasari dari pengukuran debit ini adalah percobaan
Darcy,yaitu hukum Darcy yang mengatakan bahwa banyaknya volume air yang
mengalir darisuatu tubuh sungai adalah hasil kali antara kecepatan aliran
dengan luas penampangmedia yang dialirinya atau luas penampang media
yang dialirinya atau luas penampang bangun alur yang dialirinya.Dapat ditulis :
Q = V . A
dimana
Q = debit aliran,
V = kecepatan aliran,
A = luas penampang.
Pengukuran debit aliran air sungai pada umumnya dilakukan
pada waktu-waktutertentu. Hal dimaksudkan untuk mencari
rating curve. Semakin banyak
dilakukan pengukuran deb i t maka s emak in banyak dan s emak in
t e l i t i ana l i s i s da t anya , guna pembua t an ku rva t e r s ebu t . Jumlah
pengukuran deb i t pada wak tu pe r i ode t e r t en tu , tergantung dari tujuan
pengukuran, kepekaan sungai, dan tingkat ketelitian yang ingindicapai.Pada
dasarnya pengukuran debit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Pengukuran debit secara langsung
Pengukuran debit secara langsung, dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu:
-Volumetric method
Pengukuran debit dengan cara ini dilakukan pada sungai kecil (debitnyakecil),
memakai bejana yang volumenya sudah diketahui/tertentu (misal = V),kemudian
mengukur waktu (dengan memakai stop watch) yang diperlukanuntuk
memenuhi persamaan :
t V Q
=
,dimana Q = debit aliran sungai/saluran,V = volume bejana,t =
waktu yang diperlukan untuk memenuhi bejana.
-Ambang/pintu-ukur
Bangunan ambang/pintu ukur ini dibuat menurut kontruksi
sedemikiansehingga ada hubungan langsung antara debit aliran (Q) dengan
tinggi mukaair (H).Contoh alat ukur debit yang menggunakan
ambang/pintu-ukur, yaitu :Pintu air Romyn, Pintu air Cipoletti. Masih
ada metode pengukuran debit
sunga i / s a lu r an s eca r a l angsung , m i sa lnya dengan menggunakan
ca i r an penurut/tracer.
Pengukuran debit secara tidak langsung.
Pengukuran deb i t sunga i dengan ca r a i n i d i l akukan dengan
mengh i t ungkecepa t an a i r sunga i (V) . Dengan menggunakan a l a t
t e r t en tu dan be rda sa rkan rumus-rumus tertentu (termasuk rumus-
rumus dalam hidrolika), kecepatan aliransungai dapat diketahui.
Dengan mengingat bahwa debit adalah perkalian antara kecepa t an
a l i r an dengan l ua s penampang . Bebe rapa j en i s a l a t uku r deb i t
a l i r an sungai secara tidak langsung :
-Velocity head rod
Ala t uku r deb i t j en i s i n i t e rd i r i da r i ba t ang /papan kayu
be r ska l a , d i l engkap i dengan pembe ra t yang dapa t d ipu t a r , d ima
na pe r samaan yang digunakan :
V = 2 . g . h
, dimana V = kecepatan rerata aliran sungai/saluran,g = percepatan gravitasi, h =
selisih tinggi air akibat pemutaran batang/ papanukur sebesar 900
-Trupp’s ripple meter
Ala t j en i s i n i t e rd i r i da r i r angka i an papan uku r dan
ba t ang kayu . Kecepatan aliran dapat ditentukan dengan persamaan :
V = C + X . L,
Dimana
V = kecepatan rerata aliran sungai/saluran,
C = konstanta, biasanya diambil 0,4,
X = nilai yang tergantung pada lebar papan ukur (w).
-Pitot meter
Alat ini dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan pengaliran
dida l am p ipa (p ipe f l ow) d i l abo ra to r i um. Te rd i r i da r i p ipa
bengkong yang dimasukkan ke dalam aliran. Dengan persamaan :
V = 2 . g . h ,
dimana V = kecepatan,
g = percepatan gravitasi,
h = selisihtinggi permukaan air di dalam tabung pitot, akibat adanya keepatan
aliran disungai.
-Pengapung (float)
Pengukuran kecepatan alira dengan cara ini hanya untuk
menaksir s eca r a ka sa r , ka r ena hanya me l ipu t i kecepa t an a l i r an
d i pe rmukaan s a j a . Padahal sesungguhnya kecepatan rerata aliran di
sungai tidak hanya terdiriatas kecepatan aliran bagian zat cair yang ada
di permukaan saja, tetapi jugakecepatan di setiap kedalaman sungai,
padahal besar kecepatan itu berbeda beda, dimana
V =t s
.
-V Nocth
Merupakan seperangkat alat yang terdiri dari papan yang salah
satusisinya membentuk huruf V dan disertai alat ukur berskala.
-Current Meter
P r i n s i p k e r j a d a r i a l a t c u r r e n t m e t e r a d a l a h m e n g u k u r
b e s a r n y a kecepatan arus berdasarkan jumlah putaran kipas dalam alat, setelah
dihitungdari persamaan :
V = a + b . N
, dimana
V = kecepatan aliran,
a = kecepatanawal yang digunkan untuk mengatasi gesekan mekanis,
b = konstanta yangdiperoleh dari kalibrasi alat,
N = jumlah putaran kipas perdetik.
S e l a i n i t u j u g a d i b u t u h k a n l u a s p e n a m p a n g s u n g a i
( A ) u n t u k menghitung debit, dimana
Q = V . A
Keunggulan current meter.
A l a t i n i d i l e n g k a p i d e n g a n c o u n t e r , y a n g m e n u n j u k k a n
j u m l a h putaran baling-baling. Alat ini banyak digunakan karena
muda dioperasikanuntuk pengukuran kecepatan aliran sungai untuk berbagai
kedalaman. Selainitu untuk berbagai kondisi lapangan,
dapat dioperasikan langsung denganmemegang stangnya atau untuk kondisi
yang tidak memungkinkan alat dapatditurunkan dengan kabel/batang, pada
dasarnya cara kerjanya sama hanyauntuk cara kalibrasinya berbeda (kalibrasi
stang dan kalibrasi bandul).
Diketahui kalibrasi untuk kincir nomor 1 – 8 - 61193 dengan diameter 125mm
jika N<0,95 maka V=( 0,2518.N) + 0,0121 m/dt
Jika N>0,95 maka V = ( 0,2588.N) + 0,0050 m/dt
Harga N = jumlah putaran
waktu
http://www.scribd.com/doc/77765707/Debit-Sungai-Friska
2.2 Faktor Penentu Debit Air
Faktor-faktor penentu debit air, diantaranya yaitu :
1. Intensitas hujan
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus
tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau
kemarau panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan bertambahnya
debit air.
2. Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai
penahantanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh
di daerahtersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan
menjadi airtanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber
air sungai.Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan
manfaat berupaketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya
hutan yang gundul akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di
hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan
menggerus tanah yang kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan
menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah
terjadi tanah longsor dan atau banjir bandang yang membawa kandungan
lumpur.
3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya
dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat
erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended
solid) dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh
meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air
sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian
mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor
konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
4. Intersepsi
Proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan
tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”) ke atmosfer
atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama
berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh
di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan
tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan faktor penting
dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air
intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis
vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat
mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
5.Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok
yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS,
mengapa dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua
proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari
permukaan air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga
membentuk uap air di udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi
hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga.
Sedikit demi sedikit.
2.3 Manfaat Perhitungan Debit
Pengukuran debit sungai sangat bermanfaat untuk:
1. Perusahaan air minum (PAM) yang selama ini menggunakan atau
memanfaatkan air sungai sebagai bahan utama untuk diolah menjadi air jernih,
yang kemudian akan dimanfaatkan oleh masyarakat. Disini debit sungai sangat
diperlukan agar ketersediaan air dapat diperkirakan dengan kebutuhan untuk
produksi air.
2. Berguna untuk mengetahui jumlah air yang akan memenuhi waduk dan
jumlah air yang harus dialirkan dari waduk agar waduk tidak meluap sehingga
kebutuhan air bagi masyarakat dapat terpenuhi.
3. Untuk mengetahui besar volume air yang mengalir di sungai sehingga dapat
segera diantisipasi kemampuan sungai untuk dapat menampung air atau tidak
dalam jangka waktu tertentu.
Mengetahui kemampuan sungai dalam mengairi sawah dan perkebunan lainnya.
BAB III
METODOLOGI
Untuk melakukan pengukuran debit dengan metode apung dapat dilakukan
dengan :
1. Memilih tempat pengukuran pada sungai yang relatif lurus dengan tidak
banyak arus beraturan.
2. Menentukan jarak antara dua titik pengamat yang diperlukan sepanjang 10
m.
3. Membagi jalur dalam 3 lintasan.
4. Mengukur dimensi tempat yang akan digunakan untuk pengukuran seperti
panjang permukaan sungai, panjang permukaan bawah sungai dan
kedalaman sungai dalamsatuan meter.
5. Meletakkan botol di permukaan sungai sembari mengukur kecepatan botol
mampu mengalir dalam lintasan yang ditentukan
6. Mencatat dimensi dan kecepatan dari tiap lintasan yang telah diukur
7. Menghitung debit aliran dengan Menggunakan persamaan Q = A.V
dengan A adalah luas rata-rata dan V adalah kecepatan rata-rata serta
dikalikan dengan koefisien kekasaran sebesar 0,75.
Untuk melakukan pengukuran debit dengan metode apung dapat dilakukan
dengan :
1. Memilih tempat pengukuran pada sungai yang relatif lurus dengan tidak
banyak arus beraturan.
2. Membagi tempat pengukuran dalam 3 titik pengukuran.
3. Mengukur luas penampang sungai sebanyak 1 segmen tiap 1 titik
pengukuran.
4. Mengukur kedalaman sungai di tiap titik.
5. Menghitung lus penampang sungai menggunakan persamaan luas bidang
trapesium
6. Mengukur kecepatan aliran air dengan menggunakan current meter
7. Pengukuran dilakukan pada kedalaman tertentu.
8. Membaca kecepatan rata-rata untuk waktu 3 menit dari current meter.
9. Menghitung debit dengan menggunakan persamaan Q = A.V
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada hari Minggu, 9
November 2012, maka didapatkan hasilnya sebagai berikut :
Hasil Data Pengukuran Debit Menggunakan Metode Apung
Tabel. Data untuk Luasan 1 (A1)
Permukaan Atas 4,3 m
Permukaan Bawah 3,88 m
D1 0,151 m
D2 0,170 m
D3 0,145 m
D rata-rata 0,155 m
V1 10 m/ 34,31 s = 0,2914 m/s
Tabel. Data untuk Luasan 1 (A2)
Permukaan Atas 4 m
Permukaan Bawah 3,96 m
D1 0,10 m
D2 0,115 m
D3 0,145 m
D rata-rata 0,120 m
V1 10 m/ 27,98 s = 0,3579 m/s
Tabel. Data untuk Luasan 1 (A3)
Permukaan Atas 4 m
Permukaan Bawah 3,8 m
D1 0,09 m
D2 0,10 m
D3 0,13 m
D rata-rata 0,1067 m
V1 10 m/ 22,49 s = 0,44464 m/s
Perhitungan Debit Menggunakan Hasil Pengukuran Menggunakan Current Meter
Q = A . V
A1 = 4,3+3,88
2 x 0,155 = 0,63395 m2 V1 = 10m/34,31s = 0,2914 m/s
A2 = 4+3,96
2 x 0,12 = 0,4776 m2 V2 = 10m/27,98s = 0,3579 m/s
A3 = 4+3,8
2 x 0,1067 = 0,41613 m2 V3 = 10m/22,49s = 0,44464 m/s
A rata-rata = 0,509226 m2
V rata-rata = 0,3646 m/s
Kekasaran = 0,75
Maka, Q = A. V
Q = 0,509226 m2 x 0,3646 m/s x 0,75
= 0,1391 m3/s
Hasil Data Pengukuran Debit Menggunakan Alat Ukur Arus (Current
Meter)
Permukaan atas 4,25 m
Permukaan bawah 4,11 m
Kedalaman 0,18 m
Maka, luas penampang sungai adalah :
A = 4,25+4,11
2 x 0,18 = 0,7524 m2
Titik Ke- Kecepatan Rata-Rata Suhu
1 0,1 23,3
2 0,2 23,5
3 0,2 23,4
Maka, Q = A. V
Q = 0,7524 m2 x 1,667 m/s
= 0,1254 m3/s
Selisih Q pada metode apung dan metode current meter sebesar : 0,0137 m3/s
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum mengukur debit sungai menggunakan metode apung dan
menggunakan metode alat ukur (Current Meter), didapatkan hasil berupa
kecepatan, ketinggian, dan jarak yang digunakan untuk menghitung debit.
Data pengukuran debit sungai di daerah aliran sungai Cikuda, pada tanggal
9 Desember 2012 dengan menggunakan metode alat ukur (Current Meter),
didapatkan hasil pengukuran berupa kecepatan pada tiga tempat yang berbeda
dalam waktu 60 detik di setiap pengukuran, selain itu didapatkan pula hasil
pengukuran berupa ketinggian permukaan air dari dasar sungai.
Data kecepatan yang didapat dari hasil pengukuran menggunakan alat ukur
memiliki nilai yang sama pada ketiga titik yang telah ditentukan. Seharusnya nilai
kecepatan yang didapat dari hasil pengukuran memiliki nilai yang berbeda-beda,
hal ini dikarenakan sesuai dengan persamaan umum Q = A V, kecepatan akan
berbanding terbalik dengan luas penampang, dan luas penampang akan
berbanding lurus dengan lebar atau ketinggiannya, sedangkan nilai debit sungai
akan berbanding lurus dengan luas penampang dan kecepatannya. Jadi, semakin
besar nilai ketinggian permukaan air dari dasarnya maka nilai kecepatannya akan
semakin kecil, begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai ketinggian permukaan
air dari dasarnya maka nilai kecepatannya akan semakin besar.
Pada mengukur debit sungai menggunakan metode apung, dihasilkan data
nilai pengukuran berupa jarak antara dua titik pengamatan yang didapat dari
pergerakkan benda yang tidak dapat tenggelam pada sungai yang relatif lurus
dalam waktu 20 detik. Nilai jarak tersebut digunakan untuk menghitung kecepatan
dengan menggunakan rumus V = L / t, selanjutnya nilai kecepatan tersebut
digunakan untuk menghitung debit sungai. Nilai jarak yang didapat seharusnya
berbanding lurus dengan nilai kecepatannya dan nilai kecepatan seharusnya
berbanding lurus dengan nilai debit sungai. Jadi, semakin besar nilai jarak yang
didapat dalam waktu yang konstan maka nilai kecepatan akan semakin besar.
Semakin besar nilai kecepatannya maka nilai debit sungainya juga akan semakin
besar.
Pada praktikum mengukur debit sungai menggunakan metode apung dan
menggunakan metode alat ukur (Current Meter), masih memiliki kesalahan dalam
pengambilan data di lapangan hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya :
1. Faktor kekurang telitian praktikan dalam melakukan pengukuran
menggunakan alat ukur.
2. Kurang tepatan praktikan dalam menekan tombol stopwatch, atau dapat juga
disebabkan karena ke
3. Kurang tepatan praktikan dalam menarik alat ukur pada saat waktu yang telah
ditentukan dalam pengukuran telah habis.
4. Kurang tepat dalam menentukan pengukuran antara tinggi alat ukur dengan
kedalaman dasar sungai.
Kesalahan data yang didapat ini dapat juga disebabkan karena alat yang
digunakan ketelitiannya telah berkurang. Hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi data yang dihasilkan sehingga data menjadi kurang akurat dan
menjadi tidak sesuai dengan persamaan umum debit sungai.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan akan berbanding terbalik dengan luas penampang, dan luas
penampang akan berbanding lurus dengan lebar atau ketinggiannya,
sedangkan nilai debit sungai akan berbanding lurus dengan luas penampang
dan kecepatannya.
2. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi
neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumberdaya air
permukaan yang ada, yang besarnya dinyatakan dalam m 3
detik
3. Semakin besar nilai jarak yang didapat dalam waktu yang konstan maka nilai
kecepatan akan semakin besar. Semakin besar nilai kecepatannya maka nilai
debit sungainya juga akan semakin besar.
4. Semakin besar nilai ketinggian permukaan air dari dasarnya maka nilai
kecepatannya akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai
ketinggian permukaan air dari dasarnya maka nilai kecepatannya akan
semakin besar
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Dwiratna NP, Sophia. 2011. Penuntun Praktikum Hidrologi. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian FTIP UNPAD : Jatinangor.
Sosrodarsono, S., dan Takeda. 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita : Jakarta.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-dantjekard-31257 . (Diunduh pada hari rabu tanggal 12 Desember 2012 pada pukul 10.10 wib)
http://sanggapramana.wordpress.com/category/pengukuran-debit-aliran/(Diunduh pada hari rabu tanggal 12 Desember 2012 pada pukul 10.10 wib)
http://www.scribd.com/doc/77765707/Debit-Sungai-Friska (Diunduh pada hari rabu tanggal 12 Desember 2012 pada pukul 10.10 wib)
Recommended