View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumsi pada remaja konsmumen
barang-barang distro di kota Salatiga. Adapun penelitian ini merupakan studi kasus
yang menggambil sampel 3 orang remaja yang merupakan konsumen produk distro di
kota Salatiga. Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku konsumsi remaja terhadap
produk distro dipengaruhi oleh aspek motif, aspek mode dan aspek harga diri. Aspek
Motif konsumsi remaja terhadap produk distro merupakan pengaruh dari lingkungan
sosial (trend yang berlaku di masyarakat), menjadi sama dengan teman sebaya, dan
keinginan untuk memperoleh penerimaan diri (self acceptance). Aspek Mode terkait
dengan cocok atau tidaknya penampilannya. Selnajutnya, aspek harga diri mencakup
konsep diri (self concept), saat seseorang menganggap sebuah perilaku yang dapat
membantunya untuk mengekspresikan citra apa yang ingin dipancarkan.
Kata kunci: Perilaku Konsumsi , Aspek Motif, Aspek Mode, Aspek Harga diri
Abstract
The objective of study is to observe consumption behavior among adolescent toward
distro products in Salatiga. The research is case study whcih used 3 adolescent who
are distro consumer as the sample of the research. The result of the study indicates
that consumption behavior among adolescent are influenced by Motivation Aspect,
Model Aspect, Self-concept Aspect. Motivation aspect refers to drive from social
environment ( to adjust society trend), become similar to peers, and willing to reach
self acceptance). Model aspect related to willing to match the appearance.
Furthermore, self concept related to behavior in expressing someone image.
Keywords : Consumption Behavior, Motivation Aspect, Model Aspect, Self-concept
Aspect
1
Pendahuluan
Perkembangan mode dan gaya pergaulan sudah sangat cepat pada beberapa
dekade terakhir ini. Hal tersebut terbukti dengan maraknya distro yang bermunculan di
Indonesia. Kata ”Distro” merupakan singkatan dari Distribution Outlet atau Distribution
Store, yang berfungsi menerima titipan beberapa jenis barang dari berbagai macam merek
atau clothing company lokal yang memproduksi sendiri produknya dengan produk
terbatas dan harganya terjangkau oleh remaja (Granito, 2008).
Perkembangan distro ini bukan hanya di kota besar, tetapi di daerah-daerah juga.
Pada awalnya distro merupakan tempat pendistribusian barang-barang merchandise band
lokal. Barang tesebut biasanya adalah barang yang hanya dibuat dalam jumlah terbatas.
Pendistribusiannya pun masih terbatas pada daerah tertentu. Bandung adalah kota yang
bisa dibilang menjadi cikal bakal munculnya distro (Granito, 2008).
Sekarang ini, distro sudah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman.
Hasil produk dari distro tersebut berupa merek pakaian yang pada umumnya disebut
clothing dan sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini berbeda dengan awal
kemunculan distro yang barang-barangnya sangat sedikit jumlah dan jenisnya. Bukan hal
yang sulit untuk mencari distro, baik di kota besar maupun daerah-daerah yang terpencil.
Perubahan yang sangat pesat ini tidak lepas dari pengaruh pasar konsumen barang-barang
distro. Pasar utama konsumen barang-barang distro adalah remaja, namun seiring dengan
era perkembangan jaman orang tua dan anak kecil pun mengkonsumsi produk distro
tersebut. Banyak barang pilihan yang tersedia antara lain t-shirt, celana, topi, dompet dan
aksesoris lainnya seperti gelang, sabuk, dll. Perilaku membeli berlebihan biasanya
disebut perilaku konsumtif (The- Marketeers, 2013).
Berdasarkan pada hasil penelitian Demangeot, C. & Sankaran, K. (2012) terkait
dengan pola konsumsi masyarakat multi kultural diketahui bahwa produk yang sesuai
dengan kebudayaan yang berkembang (baik dalam strategi serta karakteristiknya) dapat
menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk. Sementara menurut Rijanta
(2008) terkait dengan perkembangan distribusi outlet di wilayah perkotaan Yogyakarta,
diketahui bahwa perkembangan distro terus mengalami peningkatan.Penempatan
lokasinya banyak dipengaruhi oleh karena pasarnya sudah terbentuk.
Agar dapat mengembangkan usaha secara maksimal maka pelaku usaha distro
berupaya memahami keinginan konsumen yang akan memungkinkan pemasar dapat
mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga secara otomatis akan membeli apa yang
ditawarkan oleh pemasar tersebut. Persaingan antar merk dan produk yang semakin ketat
2
menjadikan konsumen memiliki posisi yang sangat berpengaruh dalam tawar-menawar
(Sumarwan, 2003).
Menurut Simamora (2002), perilaku konsumsi merupakan tindakan yang langsung
terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa. Perilaku
ini mencakup proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan. Selanjutnya,
Kotler (2005) secara umum perilaku konsumsi di pengaruhi oleh empat faktor budaya,
yaitu: budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Dari berbagai faktor tersebut di atas akan
diteliti tentang sikap konsumen terhadap pembelian berbagai produk Distro.
Beranjak dari keempat faktor tersebut maka terbentuklah kecendrungan perilaku
konsumsi para remaja terhadap produk distro. Berdasarkan hasil pengamatan awal penulis
pada periode tahun 2013 akhir diketahui bahwa ada beberapa distro di kota Salatiga rata-
rata dalam sehari mereka bisa meraup omset tiga hingga tiga juta lima ratus ribu rupiah.
Adapun target mereka kebanyakan berasal dari kalangan remaja awal, remaja menengah,
dan remaja akhir. Mulai dari pelajar SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Dengan ini
tingkat konsumsi terhadap barang distro cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi
oleh faktor psikologis konsumen yang sedang mencari jadi diri (Hurlock, 2008). Melalui
produk distro yang konsumen gunakan maka, individu yang bersangkutan seolah
menemukan identitas mereka sebagai remaja yang muda dan dianggap keren karena
selalu mengikuti trend atau sering disebut gaul. Pada penelitian Hidayat (2010 ) terkait
dengan perilaku konsumen maka diketahui bahwa pada hakikatnya perilaku konsumsi
pada remaja terhadap produk distro lebih dipengaruhi oleh citra toko. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah pergerakan komunitas – komunitas tertentu yang
mendukung perkembangan distro dan produknya sejak awal kemunculannya. Anak muda
apabila ingin membangun suatu usaha maka citra yang melekat pada komunitas remaja
terasa turut mendukung perkembangan komunitasnya.
Identitas diri mulai muncul pada masa remaja, karena pada masa ini remaja akan
mendambakan suatu identitas diri dan tidak puas menjadi sama dengan teman-teman
sebaya mereka seperti sebelumnya (Hurlock, 2008). Beranjak dari fenomena yang telah
diuraikan di atas, maka penulis terdorong meneliti bagaimana perilaku konsumsi remaja
sebagai konsumen produk distro.
3
Tinjauan Pustaka
Perilaku Konsumsi
Menurut Simamora (2002) perilaku konsumsi adalah tindakan yang langsung
terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa. Perilaku
ini mencakup proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Selanjutnya Kotler (2005) mendefinisikan perilaku konsumsi sebagai suatu proses
teratur ketika individu-individu berintegrasi dengan lingkungannya untuk tujuan
mengambil keputusan di pasar berkaitan dengan pembelian barang atau jasa. Pada
kesempatan lain, Simamora (2002), mengemukakan bahwa perilaku konsumsi adalah
tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumsi juga memiliki pengertian sebagai perilaku seseorang konsumen
baik secara individu atau masyarakat luas untuk melakukan tindak konsumsi yang selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Menurut Peter dan Olson (1999) perilaku
Konsumsi adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di
sekitar kita, di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Sedangkan menurut Engel (1994), Perilaku Konsumsi adalah tindakan yang terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini.
Jadi kesimpulan perilaku konsumsi untuk penelitian ini merupakan tindakan untuk
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa sebagai suatu interaksi
dinamis antara pengaruh dan kognisi.
Aspek-aspek Dalam Perilaku Konsumsi
Menurut Assuari (1987) keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa dapat
terjadi karena pembeli ingin tampak berbeda dengan yang lain, kebanggaan karena
penampilannya, dan pencapaian status sosial.
Sementara, Rasimin (dalam Lidyawati, 1998) perilaku konsumsi memiliki
beberapa aspek yang di antaranya, yaitu:
1. Aspek Motif
Meliputi dorongan-dorongan yang bersifat irasional maupun emosional. Pada
awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindakan pemilihan di antara
jenis barang karena kualitas barang yang dipilihnya tersebut diaggap paling baik atau
mungkin paling murah harganya. Namun kenyataannya seringkali pertimbangan itu
4
bukan hanya pertimbangan kualitas atau harga saja, tetapi ada dorongan-dorongan
lain yang menimbulkan keputusan dalam pembelian. Keputusan konsumen untuk
membeli barang juga sering didasarkan atas pertimbangan yang irasional, dalam
pengertian karena barang tersebut akan dapat meningkatkan harga dirinya, dikagumi,
dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu.
2. Aspek Mode
Mencakup macam-macam barang yang sedang popular dan digemari banyak orang.
Misalnya jika saat ini lagi model barang yang bermotif garis-garis, maka para remaja
membeli barang yang bermotif garis-garis.
3. Masalah Harga Diri
Biasanya berhubungan dengan percaya diri yang kurang dan gengsi. Konsumen yang
tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia
akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Misalnya,
seseorang yang tidak percaya diri dengan dirinya dia akan membeli barang yang ber-
merk dengan tujuan untuk menambah kepercayaan dirinya, karena dia memakai
pakaian yang ber-merk.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Seseorang
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang (Setiadi,2003) yaitu:
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang
telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan
seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan
yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
2. Tingkat Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin
dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan
seseorang lulusan sekolah dasar.
3. Tingkat Kebutuhan
Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya
akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.
4. Kebiasaan Masyarakat
Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam
masyarakat.Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa
5
yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan
kesejahteraan hidup.
5. Harga Barang
Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika
harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai
dengan hukum permintaan.
6. Mode
Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras
di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi
konsumsi.Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi-
tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam
kebutuhannya.Usaha itu dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang
dibutuhkan. Tujuan konsumsi antara lain seperti; menciptakan tingkat permintaan
masyarakat, memenuhi kebutuhan nilai ganda pada seseorang, memenuhi kepuasan
seseorang.
Selanjutnya Asseal (1987) ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen yaitu:
1. Faktor individual konsumen yang meliputi pendidikan dan penghasilan konsumen
2. Pengaruh lingkungan
3. Strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol
oleh pemasar dalam usaha memberi informasi dan mempengaruhi konsumen.
Variabel ini adalah produk, harga, distribusi dan promosi.
Selanjutnya, Kotler (2005) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumsi yang di antaranya adalah:
1. Faktor Kebudayaan (kebudayaan memiliki peran yang penting dalam pembentukan
perilaku seseorang)
a. Sub-budaya. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota
mereka.” Subbudaya yang terdiri dari kelompok kebangsaan, keagamaan, ras, dan
wilayah geografis. Adanpun sub-budaya dari seorang individu turut membentuk
sikap dan perilaku konsumsi individu yang bersangkutan.
b. Budaya terkait dengan latar belakang individu secara umum yang merupakan
lingkungan dari individu yang bersangkutan yang membentuk sikap dan individu
tersebut. Budaya menjadi faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang
6
paling mendasar yang terdiri dari sekumpulan nilai, persepsi, preferensi dan
perilaku. Kebudayaan yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Budaya, bersama dengan unsur-unsur lain
dari lingkungan, memberi dampak pada semua tahap pengambilan keputusan
konsumen.
c. Kelas Sosial merupakan strata lapisan masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan,
ekonomi dan sosial yang memengaruhi gaya hidup individu yang bersangkutan.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi adalah kelompok yang menjadi acuan bagi seorang individu
dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa layanan.
b. Keluarga merupakan faktor lingkungan sosial terkecil yang menjadi sumber
refernsi dan membentuk habituasi serta pola konsumsi sorang individu.
c. Peran & Status seorang individu membentuk preferensi dan pola konsumsi
individu yang bersangkutan.
3. Faktor Pribadi
a. Usia dan tahap siklus hidup
b. Pekerjaan jenis pekerjaan serta segala hal yang terkait dengan pekerjaan
(pendukung) memengaruhi pola konsumsi seorang individu
c. Keadaan ekonomi
d. Gaya hidup merupakan pola hidup dari seorang individu
e. Konsep diri adalah gambaran serta penilaian akan diri sendiri yang dimiliki
seorang individu
4. Faktor Psikologis
a. Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong serta mengarahkan perilaku
konsumsi seorang individu.
b. Persepsi yang dimiliki seorang individu akan memotivasi indivudu yang
bersangkutan untuk membuat keputusan dalam membeli suatu produk atau
layanan jasa.
c. Pengetahuan
d. Kepercayaan dan sikap
Distro
Segmen dari distro yaitu kalangan remaja. Pengunjung distro mayoritas
merupakan remaja usia 12-25 tahun dengan tingkat pendidikan SMP,SMU sampai dengan
7
perguruan tinggi. Distro memiliki sifat eksklusif atau cenderung tidak menjual banyak
produk untuk setiap desainnya. Clothing company memang membatasi kuantitas
produknya, dan hanya sekali produksi untuk setiap desain. Distro juga kebanyakan
menjual produk dalam negeri. Keberanian distro yang menjual produk terbatas sehingga
menjadi eksklusif (Wahyuni, 2008)
Jenis barang yang dijual di distro pada dasarnya sama hanya berbeda dari segi
desain dan produsen, yaitu kaos, gelang dan sabuk spike, tas, jaket, topi, pin, newsletter
underground serta tidak ketinggalan kaset musisi underground local (Marketeers, 2013).
Biasanya harga barang distro jauh lebih mahal karena desain dan kuantitas yang terbatas
jumlahnya. Harga dari berbagai macam barang tersebut di seluruh distro berkisar antara
15 ribu sampai 50 ribu rupiah untuk aksesoris seperti gelang dan ikat pinggang,
sedangkan untuk kaos antara 50 ribu sampai 250 ribu rupiah. Salah satu yang terasa khas
di distro adalah suasana berbelanja untuk pengunjung yang lebih menyenangkan karena
suasana yang akrab.
Meski banyak nilai positif dalam perkembangan distro dewasa ini tetap saja ada
kekhawatiran yang berkembang yaitu para remaja aka menjadi sedikit konsumtif dalam
berbelanja sebuah produk yang mereka suka. Mungkin sebagian di antara mereka
akan terlalu fokus untuk mendandani fisik mereka semata dengan keinginan bisa tampil
beda dengan orang lain.
Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere (kata bendanya,
adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa dan
pertumbuhan tersebut mencakup mental, emosi, sosial, dan fisik.(Hurlock, 2002). Masa
remaja terbagi menjadi masa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun
sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun
sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock, 2002).
Selanjutnya, penelitian ini lebih memfokuskan pada ciri masa remaja, yaitu masa
mencari identitas yang juga merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja.
Sesuai dengan pendapat Erikson, jika seseorang gagal dalam menemukan identitas
dirinya pada masa ini, maka akan berdampak pada tahapan perkembangan yang
selanjutnya. Woolfolk (dalam Yusuf 2002), menjelaskan bahwa kegagalan dalam mencari
identitas diri akan mengakibatkan remaja mengalami kerancuan peran (role confusion).
8
Metode Penelitian
Subyek Penelitian
Subyek penelitian terdiri dari remaja usia 15-17 tahun yang merupakan pelajar
yang juga individu yang berada dalam masa transisi yang sedang mencari jati diri. Ketiga
subyek penelitian merupakan remaja yang suka mengkongusmi produk Distro guna
menunjang penampilannya. Sementara, meskipun ketiga partisipan merupakan konsumen
produk distro, namun masing-masing partisipan memiliki pola kebiasaan dan hidup di
lingkungan sosial yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adapun pada kalangan
remaja faktor lingkungan juga menjadi pertimbangan bagi individu yang bersangkutan
dalam bersikap dan berperilaku (termasuk dalam melakukan pembelian produk distro).
Jenis data yang digunakan adalah data primer, data yang bersumber dari wawancara dan
observasi yang terkait dengan perilaku konsusi produk distro.
Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskripsi analitik yang berupa
uraian naratif mengenai suatu proses tingkah laku subjek sesuai dengan masalah yang
diteliti. Data hasil observasi dan dokumen diperlukan sebagai data untuk memperoleh
gambaran umum tentang subjek penelitian dalam perilaku konsumsi produk distro.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
Pengambilan data dalam penelitian ini terjadi sekali saja pada subjek 1, dan dua
kali masing-masing pada subjek 2 dan 3. pada subjek pertama, wawancara dilakukan
tanggal 5 Februari 2015. pada subjek kedua dilakukan dua kali wawancara. Wawancara
pertama tanggal 5 Februari 2015 dan yang kedua tanggal 6 Februari 2015. Pada subjek
ketiga juga dilakukan 2 kali wawancara, yang pertama tanggal 5 Februari 2015 dan yang
kedua dilakukan pada tanggal 7 februari 2015. Penetapan jumlah wawancara sebanyak 2
kali pada subjek 2 dan 3 didasari pada pertimbangan keterbatasan sesi wawancara pada
pertemuan pertama untuk melengkapi pertanyaan karena data yang diperoleh belum
lengkap dan kurang mendalam, sedangkan untuk subjek 1 hanya dilakukan sekali
wawancara karena subjek 1 mendapat giliran wawancara pertama, maka penulis langsung
melakukan sekali wawancara saja langsung secara mendalam.
Jadi wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam dari ketiga
subjek. Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan wawancara dan pengamatan
9
terhadap masing-masing subjek. Dalam tiap sesi wawancara peneliti memerlukan waktu
kurang lebih 30 menit sampai 1 jam 30 menit, dikarenakan waktu yang dimiliki para
subjek tidak menentu.
Proses wawancara subjek 1 berlangsung di lokasi outlet distro, untuk subjek 2 dua
kali dilakukan di outlet distro dan untuk subjek 3 dilakukan di outlet distro dan Warung
Makan Ayam Geprak yang semuanya terletak di Jalan Kemiri Raya. Sedangkan untuk
pengamatan berlangsung ketika penulis berinteraksi langsung dengan subjek selama
proses wawancara berlangsung.
Analisa Perilaku Konsumsi
1. Subjek I
a. Aktivitas
Subjek OD merupakan siswa kelas 11 di SMU Kristen 1 Salatiga, subyek
merupakan seorang siswa dengan kemampuan akademis rata-rata. Subjek seorang anak
yang suka balap motor liar sejak duduk di kelas 2 SMP. Walaupun suka beraktivitas di
jalan yang berdebu dan penuh resiko namun subyek merupakan individu yang juga
memperhtaikan penampilannya. Hal ini terbukti dari kebiasaannya untuk merapikan
rambut di salon setiap satu bulan sekali. Subyek juga suka menggunakan produk
perawatan tubuh , subjek menggunakan krim Gatsby gel untuk penata rambut , sabun
muka agar muka terhindar dari jerawat. Untuk pemilihan pakaian subjek termasuk
individu yang selektif dalam memilih model serta mengutamakan penampilan fashion
yang dipergunakannya. Kebiasaan subyek dalam merawat diri dan memilih produk
fashion, mendapat dukungan finansial dari kedua orang tuanya. Hal tersebut terbukti
dengan kemudahan dalam mendapatkan dana untuk membeli produk fashion, perawatan.
Subyek memiliki kebiasaan mengunjungi dan membeli produk fashion 2 sampai 4 kali
dalam sebulan dengan anggaran mencapai Rp 1.000.000,00 perbulan. Yang diutamakan
oleh subjek dalam memilih produk distro adalah model dan rasa cocok atau tidaknya
subyek menggunakan produk tersebut. Subjek juga lebih mementingkan kualitas produk
dan harga tidak menjadi masalah Subjek mengaku lebih percaya pada produk dengan
harga yang mahal dibanding dengan produk dengan harga yang relatif murah.
1) Aspek Motif
Dorongan-dorongan terhadap subyek terkait dengan perilaku konsumsi selain
rasional, ada juga yang bersifat irasional maupun emosional. Berdasarkan hasil
10
wawancara maka diketahui bahwa Subjek I suka memadupadankan fashion misalnya
kemeja, celana, sepatu, dan berbagai macam aksesorinya, menyukai baju yang
bergaya sporty dan kasual tetapi lebih mementingkan kenyamanan baju saat dipakai.
Subjek mengaku brand minded dan jika merasa sudah cocok dengan merek tertentu,
keluaran suatu outlet Distro. Budget dalam sebulan untuk membeli pakaian subjek
sekitar Rp 1.000.000,00.
Subjek cukup sering mengunjungi bengkel, kafe steak dan restoran untuk kongkow
bersama teman-temanya dan kadang subjek juga berkunjung ke outlet Distro saat
memerlukan pakaian pada waktu senggang. Untuk selera makanan dan tempat hang
out, subjek tidak terlalu selektif dalam memilih. Sejak SMP subjek sudah senang
menjaga penampilan dan ingin tampil keren untuk mendapat pengakuan dan
perhatian dari teman- teman wanitanya.. Menurut subjek itu hal yang wajar saja bagi
para pria. Pada dasarnya sebagian besar pria suka dipuji dan senang bersaing untuk
menjadi ”yang paling”, paling tampan, keren, dan lain lain. Sehingga mau tidak mau
mereka harus bersolek dan merawat diri. Apalagi di bidang hiburan, subjek
menjelaskan memang sangat penting untuk menjaga penampilan sebagai individu
yang berbeda oleh kaum wanita. Subjek melakukan diet dan berpantang beberapa
jenis makanan hanya mengimbangi masuknya asupan makanan. Subjek menyebutkan
pria yang macho, berotot, proporsional, & mampu memilih pakaian yang
menunjuang penampilannya sebagai kriteria pria oke. Menurut subjek I, produk
fashion yang menampilkan bentuk tubuh dan membantu memberi nilai tambah pada
penampilan serta memberikan kenyamanan dan menimbulkan rasa percaya diri,
sehingga subyek memutuskan untukmengkonsumsi produk distro. Adapun pendapat
subyek terlihat pada pernyataanya berikut:
“Kalo menurut aku produk distro kuwi cocok buat anak muda kaya aku mas.....” “Harganya tidak terlalu mahal tapi bahane juga ora sembarangan......trus modelnya up to date...” “Selain itu produk distro pas di badan dan nyaman tidak kedombrongan.....kya pakaian jaman jadul mas....” “Model baju, celana ma sepatu yang di distro iku biasnya lagi in....klo gak in i ora payu menurutku.....daripada tuku nang mol larang.......tobat mas....”
Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindakan pemilihan di
antara jenis barang karena kualitas barang yang dipilihnya tersebut dianggap paling
11
baik atau mungkin paling murah harganya. Namun kenyataannya seringkali
pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan kualitas atau harga saja, tetapi ada
dorongan-dorongan lain yang menimbulkan keputusan dalam pembelian. Keputusan
konsumen untuk membeli barang juga sering didasarkan atas pertimbangan yang
irasional, dalam pengertian karena barang tersebut akan dapat meningkatkan harga
dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu.
“Kadang kalo di luar toko rasanya sayang beli baju, celana ato sepatu.....tapi
habis masuk rasane pengin tak tuku kabeh....., rasane apik kabeh mas....”
“Biasanya q beli produk distro sing pas karo aku....., kadang ono distro sing mbake ayu........lumayan karo kenalan....., tapi kalo produknya bagus kenapa tidak.....” ”Kalo aku tampil rapi, berarti aku merasa nyaman, kalo di luarnya nyaman berarti akan keluar energi positif dari dalam diriku...jadi good mood, bawaan percaya diri.cieee .”
2) Aspek Mode
Mencakup macam-macam barang yang sedang popular dan digemari banyak orang.
Menurut subjek, laki-laki yang modis adalah laki-laki yang sangat menjaga
penampilan supaya nyaman untuk dilihat.Pandangan masyarakat tentang adanya pria
modis ada yang pro dan ada yang kontra. Namun tidak menjadi masalah buat subjek
selama ia nyaman dengan apa yang dilakukan. Subjek tidak ambil pusing dengan
pendapat masyarakat. Menurutnya, sekarang hampir di setiap pekerjaan baik pria
maupun wanita dituntut untuk tampil rapi dan menarik. Subjek mengaku memiliki
banyak role model salah satunya Pasha Ungu, penyanyi yang tampil modis, karena
menurutnya Pasha memiliki bentuk badan yang proporsional , tinggi, berwajah mulus
dan sehat, tatanan rambutnya bagus dan memiliki gaya yang selalu asyik dilihat.
Selanjutnya ada beberapa pernyataan subyek terkait dengan mode fashion Distro
yang menimbulkan keputusan membeli produk distro, yaitu:
“Produk distro desainnya menyesuaikan tuntutan zaman dan pasar...jadi menurut ku gx akan ketinggalan zaman...., kalau ada yang gak sesuai modelnya biasnya ora laku mas....” “Distro di kota-kota di Indonesia setahu ku.....mulai nyebar.....njamur.....kaya pisang gorang mas.....” “Kalau menurut ku..produk distro tidak Cuma cocok buat anak remaja...tapi orang kuliah, kerja sampai bapak-bapak pun tetap modis pake produk distro....mungkin kalau buat orang tua jaket mungkin......ketok enom mas...”
12
“kalau aku sendiri udah sreg di hati..jadi rasanya pilihan pakaian yang pasti ya distro...” “kalo produk distro itu bisa menyesuaikan pasar...motifnya bisa garis.....kotak ato Cuma gambar ada semua...”
3) Masalah Harga Diri
Pada pola konsumsi produk distro biasanya berhubungan dengan percaya diri dan
gengsi. Konsumen yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri
yang rendah, maka ia akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol
status pribadi. Subjek menyatakan menjadi konsumen Distro untuk mendapat
pengakuan dari orang lain karena di dalam dunia remaha memang sangat penting
untuk menjaga penampilan agar laku.
“Ada juga, apalagi di dunia remaja mas, bener-bener harus jaga penampilan, kalo ora, ya nggak laku, kan biar dapet kecengan yang cakep, nahh kan diliat juga penampilan nya..trus kalo aku tampil jadul orang jadi bosan....m ya harus jaga penampilan untuk lawan jenis. Pastinya di depan cewe hahaha.Musti pinter ambil hati....”.
Subjek merasa tidak ada masalah jika ada pro dan kontra di masyarakat.
”Masyarakat jadi punya sebutan buat cowo yang dandan itu, dikatain sok modis anak distro .....lueh......soalnya mereka anggep tu yang dandan , perawatan, tampil maksimal tu cuma cewe.makanya yang cowo dikasi julukan, hahaha”
“No problem.hahahaha biasa aja lah ya, selama aku nyaman sama apa yang gue lakuin.Toh sekarang, cowo pun dituntut menjaga penampilan diri...” “Selain itu kalau aku pakai produk distro orang akan tahu kalo aku termasuk anak gaul...ora kuno” “Pastinya produk distro bikin puas..bangga...dan percaya diri...”
Selain ditinjau dari ketiga aspek tersebut, pola perilaku konsumsi subyek juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang di antaranya yaitu: Pendapatan. Namun pada
penelitian ini pendapatan mengacu pada uang yang diperoleh dari orang tua subyek yang
makin besar, yang memungkinkann subyek memiliki daya belinya dan semakin beraneka
ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
13
2. Subjek II
a. Aktivitas
SP merupakan Subjek 2 yang merupakan teman dari subyek 1. Subyek adalah
seorang pelajar kelas 10 di SMU 1Tengaran. Subyek suka menggunakan produk
perawatan rambut dan kulit untuk mendukung penampilannya. Subjek tidak terpaku pada
satu merk parfum namun subyek memilih memakai parfum yang aromanya sesuai dengan
seleranya guna mendukung penampilanya. Untuk perawatan wajah subjek menggunakan
produk Biore. Sekalipun subyek juga merupakan anak motor namun pada dasarnya
subyek merupakan anak dengan karakter yang lebih lembut dibandingkan dengan teman-
temannya. Subjek suka mengunjungi salon untuk merawat rambutnya. Dalam pemilihan
outlet distro subjek memiliki langganan tetap. Sedangkan untuk fashion tergantung oleh
event, karena masing-masing event punya gaya serta karakter sendiri-sendiri.
1) Aspek Motif
Subyek terkadang memiliki dorongan-dorongan yang bersifat irasional maupun
emosional. Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindakan
pemilihan di antara jenis barang karena kualitas barang yang dipilihnya tersebut
diaggap paling baik atau mungkin paling murah harganya. Namun kenyataannya
seringkali pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan kualitas atau harga saja,
tetapi ada dorongan-dorongan akan gambaran bahwa produk distro dapat
meningkatkan harga dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu.
Dalam urusan berpakaian subjek sangat senang memadupadankan sendiri kemeja,
celana dan asesoris yang ia kenakan, namun terkadang pada acara tertentu subjek
dibantu oleh orang tua untuk me-mix and match kan baju dan asesorisnya. Berikut
adalah pernyataan subyek terkait dengan motif pembelian produk Distro:
“Prouk distro adalah produk berkualitas yang hadir di tengah masyarakat dengan kualitas handal...” “Jika dicermati harga produk distro relatif kompetitif jika dilihat dari sisi moel yang ditawarkan serta pilihan jenis produk yang disajikan bagi konsumen” “Kalau saya lihat produk distro modelnya bagus, banyak digunakan anak muda...dan pastinya harganya pas...dan tidak terlalu mahal.”Apakah yang memotivasi anda untuk membeli barang distro? “Maksudnya mas.....dari teman gitu?....Kalau itu deikit banyak jelas pengaruh..khan kita kalau bergaul juga ndak mau dikatain kuno juga mas.....”
14
Siapakah yang memengaruhi anda untuk memutuskan membeli produk distro? Apakah harga produk distro relatif terjangkau? Hal-hal apakah yang menarik anda untuk mengunjungi distro? Apakah anda tertarik mengunjungi outlet distro karena tampilan toko yang menarik? Apakah program promosi yang diselenggarakan outlet distro memotivasi anda untuk membeli produk distro?
2) Aspek Mode
Mencakup macam-macam barang yang sedang popular dan digemari banyak orang.
Subjek senang bersolek dan tampil rapi karena menurutnya dengan tampil rapi ,
orang akan punya kesan pertama yang positif. Sejak SMP subjek memang sudah
senang menjaga penampilan termasuk dalam berpakaian. Subjek melakukan itu atas
dasar kemauannya sendiri dan mencontoh model-model yang ada di majalah. Alasan
lain dari tampil rapi dan merawat diri adalah karena subjek ingin mendapat
pengakuan dari orang lain. Subjek menganggap Kaka pemain sepak bola Brazil
sebagai model pria yang menurutnya ideal, karena menurutnya, Kaka memiliki gaya
berdandan yang cuek namun tetap rapi dan memiliki badan yang agak proporsional
tetapi berperut sixpack. merasa tidak ada masalah dan memang ada pro dan kontra di
masyarakat.
”Yaaa di kalangan teman-teman rasanya mereka menerima, tapi sejauh ini sih kayaknya masyarakat fine fine aja tuh..ngga ada yang sampe demo melarang cowo tampil modis..... ”
Selain itu dari beberapa pernyataan subyek, diketahui bahwa faktor mode berperan
penting bagi subyek untuk memutuskan membeli produk distro. Adapun pernyataan
tersebut adalah:
“Menurut saya sejak produk distro muncul sampai sekarang.....maka mereka dapat menguasai pasara fashion......menurut saya kuncinya adalah....menresponi permintaan dan keinginan pasar....” “Kalau untuk saat ini tidak terlampau populer...., namun sejak ada di Salatiga saya lebih cocok memakai produk distro” “Produk distro relatif banyak penggemarnya.....bahkan bisa melampaui batasan usia..” “saya kebetulan suka band Indonesia dan rasanya model yang ada semua mendukung tampilan jadi mirip anak band....”
15
“pemilihan model merupakan salah satu pertimbangan saya membeli produk distro....namun ada pertimbangan lain, seperti kenyamanan dan harga..”
3) Masalah Harga Diri
Biasanya berhubungan dengan percaya diri yang kurang dan gengsi. Konsumen yang
tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia
akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Misalnya,
seseorang yang tidak percaya diri dengan dirinya dia akan membeli barang yang ber-
merk dengan tujuan untuk menambah kepercayaan dirinya, karena dia memakai
pakaian yang ber-merk. Subjek tidak keberatan jika disebut sebagai metroseksual,
namun subjek lebih senang jika disebut fashionable karena konotasi metroseksual
lebih buruk. Menurut subjek, metroseksual adalah pria yang memperhatikan
penampilannya agar terlihat baik. Fenomena ini sudah terjadi sejak jaman dulu,
hanya saja sekarang lebih tersedia fasilitas yang lebih lengkapoleh karena itu guna
mendukung penampilannya, maka subyeksuka membeli baju di dsitro. Subjek
merasa wajib untuk tampil all out dimanapun mengingat dirinya adalah masih single ,
jadi harus menjaga image. Subjek memilih baju – baju distro dengan model-model
baju global yang update. Jadi tidak takut ketinggalan jaman atau salah mode. Subjek
menganggap memkai baju bermerk merupakan kabanggaan tersendiri. Selain itu,
baju-baju bermerk internasional memiliki ukuran yang relatif besar , dapat dipakai
untuk menyembunyikan timbunan lemak di perut subjek. Subjek juga senang
memakai baju produksi distro, karena meskipun bukan import dan bermerk, namun
baju distro nyaman dipakai dan memiliki design yang ekslusif dan tidak pasaran.
“Saya anak muda yang energik dan gaul makanya saya pilih produk fashion yang berkwalitas di Distro...” “Saya merasa puas dengan produk yang sering saya beli di outlet distro, selain tidak mhal, barnag berkualitas dan desainnyapun menarik” “Karena saya merasa nyaman dengan produk distro yang saya beli maka saya rasanya dapat tampil dengan lebih percaya diri...” “teman-teman saya banyak yang menggunakan produk distro , makanya kita jadi lebih kompak dengan identitas yang kita miliki...”
Selanjutnya menurut subyek penelitian faktor yang dominan mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen yaitu: Pengaruh lingkungan, serta strategi pemasaran yang dapat
16
memberi informasi dan mempengaruhi konsumen. Selanjutnya yang menjadi
pertimbangan lainnya dalam membeli produk distro adalah harga, distribusi dan promosi.
3. Subjek III
a. Aktivitas
Subjek III inisialnya adalah YS merupakan pelajar SMU Kristen Satya wacana
kelas 11. Subyek pada awalnya sekolah di wilayah Sulawesi Selatan, dan selanjutnya
pindah ke Salatiga bersama keluarganya. Subyek adalah seorang pelajar yang sealu
menjaga penampilannya. Hal tersebut terllihat pada kebiasaan subyek dalam melakukan
perawatan rambut berupa shampoo , kondisioner, hair spray, hair wax, dan gel. Untuk
produk perawatan tubuh subjek memakai parfum, deodoran, hal tersebut dilakukan agar
penampilannya tetap terlihat segar. Subyek merupakan individu yang suka berolah raga
(basket). Untuk perawatan rambut, subjek menggunakan shampoo Clear for men ,
conditioner . Alasan memilih produk tersebut karena menurut subjek keduanya cocok dan
bagus untuk mencegah ketombe dan mencegah kekeringan. Subjek tidak mementingkan
harga dalam memilih produk perawatan, yang penting cocok. Subjek memiliki banyak
minyak wangi bermerk terkenal dan digunakan sesuai mood nya yang diperoleh dari
orang tuanya yang sering berpergian ke luar kota dan luar negeri. Saat pergi ke tempat
ibadah, mall atau nongkrong, subjek tetap tampil maksimal. Namun subjek berpendapat
untuk menjaga penampilan subyek lebih suka menggunakan fashion produk dari outlet
distro yang dapat menyesuaikan selera konsumen.
1) Aspek Motif
Subyek dalam mengkonsumsi produk Distro memperoleh dorongan-dorongan yang
bersifat irasional maupun emosional. Pada awalnya dorongan seorang konsumen
untuk melakukan tindakan pemilihan di antara jenis barang karena kualitas barang
yang dipilihnya tersebut diaggap paling baik atau mungkin paling murah harganya.
Subjek menganggap memadupadankan fashion yang dipakainya merupakan hal yang
wajib. Jika ada acara, subjek biasanya melakukan persiapan selama 45 menit hingga
1 jam untuk berdandan tergantung dari resmi atau tidaknya acara tersebut. Subjek
sering nongkrong bersama teman-temannya di mall dan setelah bertemu baru
menentukan dimana akan nongkrong atau makan. Sebagai seorang remaja, subyek
17
pada kenyataannya seringkali bukan hanya mempertimbangkan kualitas atau harga
saja, tetapi ada dorongan-dorongan lain yang menimbulkan keputusan dalam
pembelian. Hal tersebut terlihat pada pernyatan berikut:
“Saya rasa senang dan nyaman saat memakai produk distro...”
“Produk distro lengkap dan sesuai sudah dengan keingnan saya....masalah harga ...murah....model yang pastinya up to date....trus variannya banyak juga...” “Karena kualitasnya terjamin biasnya produk distro yang saya beli awet...” “saya beli pakaian atau aksesoris di distro untuk mendapatkan barang yang berkualitas dengan harga yang pas di kantong....” “saya [ertamakali lihat produk distro dengan kawan sekelas...samapi akhirnya saya berani masuk, melihat dan membeli produk distro yang saya ingnkan..”
Keputusan konsumen untuk membeli barang juga sering didasarkan atas
pertimbangan yang irasional, dalam pengertian karena barang tersebut akan dapat
meningkatkan harga dirinya, dikagumi, dan dianggap sebagai kelas sosial tertentu.
Hal tersebut terlihat dari pernyataan subyek, sebagai berikut:
“Menurut saya kalau belanja di Distro lebih nyaman.....karna gak perlu berdesak-desakan memilih baju...” “Produk Distro biasanya tidak banyak yang sama jadi gak seperti anak panti asuhan juga...ha...ha....” “Kalau cari baju, celana dan sepatu ma aksesoris saya rasa udah lengkap di distro.....tidak perlu pergi ke luar kota seperti Semarang dan Solo....” “tampilan outlet produk Distro di Salatiga cukup menarik....dan bervariatif....mengerti yang dimau anak muda...” “Awalnya kawan-kawan sekolah ajak saya lhat pakaian trus saya suka dan saya coba cari yang paling cocok aja....” “Paling heboh kalau ada promo distro di GPD.....dekat Ramayana...saya biasanya gak pernah terlewat......macam-macam produk..harganya juga bersahabat...”
2) Aspek Mode
Menurut subjek III pria yang modis adalah pria yang memperhatikan penampilannya.
Metroseksual bukan berarti waria.
“Ya label masyarakat aja tentang gaya hidup cowok-cowok di kota-kota seneng dandan, bersolek gitu, yang Fashionable.” “Modis ngga berarti banci kalee.. kalo banci tuh cowo yang tampilan kaya cewe, merasa dirinya cewe.. Kalo gay, penyuka sesama cowok. Nah, ngga semua cowo
18
yang modis itu seneng jaga penampilan. Trus tentang modis bukan berarti glamor, menjaga penampilan kan ngga musti glamor yang mahal-mahal en buang duit banyak” “Mmm fashionable adalah pria yang concern sama penampilannya, dan hampir setiap pria akan melakukan apa saja untuk terlihat baik agar bisa mendapatkan pasangannya, dan ini sudah terjadi dari jaman bahulak kalee, cuman sekarang segala fasilitasnya lebih lengkap dan biasanya untuk cewek, jadi kadang aneh aja cowok ke salon atau ketempat tempat yang serupa..hehehe..makanya ada julukannya. ”
Selain itu, subyek juga memiliki pandangan bahwa produk distro memiliki Mode yang
up to date dan hal tersebut terlihat dari pernyataan subyek sebagai berikut:
“Berbicara masalah produk fashion maka tidak ada yang lebih tepat lagi selain di distro yang selalu memproduksi produk yang up to date” “meski masa kejayaan distro telah berlalu, namun produk distro tetap dicari di pasar...”
3) Masalah Harga Diri
Salah satu hal yang turut memengaruhi minat subyek membeli produk distro
adalah berhubungan dengan percaya diri yang kurang dan gengsi. Konsumen yang
tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah, maka ia
akan membeli produk dengan tujuan agar mendapat symbol status pribadi. Subjek
suka produk distro karena berasal dari dirinya sendiri karena alasannya produk distro
mendukung subyek untuk berpenampilan rapi, bersih, keren dan sehat.
”Murni dari aku sendiri. Ngga ada yang ngajakin sih. Ya itu tadi, karena aku suka ama yang rapi, bersih, keren,sehat, makanya saya coba produk fashion yang up todate yang menunjang penampilan saya ”.
Keanu Reeves dijadikan subjek sebagai role modelnya karena memiliki wajah yang
bersih.Selain itu, Brad Pitt juga merupakan pria yang dianggap subjek menjadi role
modelnya karena jago menjaga penampilan dari atas hingga bawah, dan suka ber
eksperimen gaya berpakaian dan model rambut. Subjek mengaku brand minded
karena menurutnya merk-merk terkenal enak dipakai dan modelnya bagus. Subjek
memiliki banyak koleksi baju distro, karena modelnya bagus , enak dipakai dan up to
date, namun tidak berarti subjek hanya membeli baju bermerk tersebut saja.
Sementara Harga Diri yang menjadi pertimbangan subyek dalam memilih produk
19
distro adalah:
“Produk Distro mampu mengekspresikan jiwa anak muda.....” “Pada dasarnya saya bangga pakai baju atau celana distro, karena momodelnya-pun biasanya terbatas....”
Selanjutnya, subyek memutuskan untuk membeli produk distro, karena pada zaman
yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam
masyarakat.Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa
yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan
kesejahteraan hidup.
Secara umum perilaku subyek digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1. Pola Perilaku Konsumsi
Subyek Perilaku konsumsi
Aspek Motif Aspek Mode Aspek harga diri
1. Perilaku konsumsi subyek
satu dipengaruhi oleh
motivasi dari dalam diri
sendiri dan eksternal
(seperti harga & kualitas
produk serta lingkungan
sosial)
Perilaku konsumsi
dipengaruhi oleh trend
model dari publik figur
serta kenyamanan dari
produk distro
Pola perilaku
konsumsi subyek
dipengaruhi oleh rasa
percaya diri, gengsi
dan pendapatan.
2. Perilaku konsumsi subyek
satu dipengaruhi oleh
motivasi dari dalam diri
sendiri dalam menjaga
penampilan dan eksternal
(seperti harga & kualitas)
Perilaku konsumsi
dipengaruhi oleh trend
dan kebiasaan subyek
dalam berbusana
Pola perilaku
konsumsi subyek
dipengaruhi oleh rasa
percaya diri & gengsi.
3. Perilaku konsumsi subyek
satu dipengaruhi oleh
motivasi dari dalam terkait
dengan penampilan dan
rasa percaya diri dan
eksternal (seperti kualitas
produk)
Perilaku konsumsi
dipengaruhi oleh motivasi
internal dalam menjaga
penampilan dan trend
Pola perilaku
konsumsi subyek
dipengaruhi oleh rasa
percaya diri & gengsi.
20
Pembahasan
Ditinjau dari aktivitasnya, subjek 1, 2, dan 3 lebih mempedulikan penampilan
dan bentuk tubuh serta merawat wajah yang menggunakan berbagai produk merek
terkenal. Ketiga subjek tersebut senang mempadupadankan fashion misalnya kemeja,
celana, sepatu, dan berbagai macam aksesori saat mereka bepergian dan mengutamakan
kenyamanan dalam berpakaian. Alasannya adalah bahwa dengan melakukan hal demikian
maka mereka merasa lebih percaya diri. Ketiganya juga merupakan tipe orang yang
peduli penampilan. Pola perilaku konsumsi subjek 1& 2 memang senang atau peduli
pada penampilan sejak kecil dan adanya pengaruh dari luar. Sedangkan subjek 3 senang
menjaga penampilan dari dalam dirinya sendiri dan bukan pengaruh temannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data penelitian pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk
distro, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Aspek Motif
Pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro merupakan gaya hidup urban
seorang remaja yang ditunjukkan dalam minat dan opini khususnya yang berkaitan
dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Ditinjau dari aspek motif ini
maka diketahui bahwa. Pola perilaku konsumsi muncul dipengaruhi oleh beberapa
hal seperti lingkungan sosial (trend yang berlaku di masyarakat). Perilaku konsumsi
distro juga dapat dipengaruhi dan diperkuat oleh keberadaan teman sebaya/ rekan
sebayakarena dengan adanya tekanan teman sebaya seringkali berperan sebagai
tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat yang mengharuskan seseorang
untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dirinya dapat diterima oleh
kelompok masyarakat tersebut. Secara umum diketahui bahwa seorang individu yang
berada dalam suatu lingkungan sosial (pergaulannya) maka perilakunya akan
terbentuk dan mudah terkena pengaruh (dalam hal ini adalah tekanan teman sebaya)
untuk memperoleh konformitas. Adapun konformitas ini bukan hanya dalam lingkup
komunitas dan pergaulannya saja, akan tetapi akan berkembang hingga pada
masyarakat yang lebih luas, sehingga akhirnya individu tersebut dapat merasakan
penerimaan diri (self acceptance).
21
Perilaku konsumsi juga bukan hanya dipengaruhi oleh tekanan dari teman sebaya,
akan tetapi juga melalui proses belajar sosial. Perilaku ini cendrung menguat karena
proses belajar tersebut dari informasi yang diperoleh oleh subyek mengenai cara
berpenampilan yang baik sebagai publik figur. Karena melalui proses belajar inilah
terjadi penguatan respon. Sebagai akibat konkritnya maka akan muncul serangkaian
respon yang merupakan reaksi yang dimunculkan berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Proses belajar sosial ini juga memberikan suatu penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
b. Aspek Mode
Adanya keinginan subjek untuk konsumsi produk Distro karena ingin mendapat
pengakuan (konformitas ) dari orang lain terkait dengan identitas dirinya. Hal
tersebut membuktikan bahwa subyek masih memerlukan penilaian dari orang terkait
dengan cocok atu tidaknya penampilannya.
c. Harga Diri
Selanjutnya faktor yang mendorong perilaku konsumsi adalah faktor psikologis
(perasaan nyaman dari menggunakan produk distro), dan faktor ekonomi (harga
produk yang ditawarkan relatif terjangkau). Selain itu, pola perilaku konsumsi
remaja terhadap produk distro terkait dengan konsep diri (self concept). Dengan
adanya konsep diri, maka seseorang menganggap sebuah perilaku yang dapat
membantunya untuk mengekspresikan citra apa yang ingin dipancarkan.
Pola perilaku konsumsi remaja terhadap produk distro merupakan gaya hidup urban
seorang remaja yang ditunjukkan dalam minat dan opini khususnya yang berkaitan
dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Ditinjau dari aspek motif ini
maka diketahui bahwa. Pola perilaku konsumsi muncul dipengaruhi oleh beberapa
hal seperti lingkungan sosial (trend yang berlaku di masyarakat). Perilaku konsumsi
distro juga dapat dipengaruhi dan diperkuat oleh keberadaan teman sebaya/ rekan
sebayakarena dengan adanya tekanan teman sebaya seringkali berperan sebagai
tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat yang mengharuskan seseorang
untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dirinya dapat diterima oleh
kelompok masyarakat tersebut. Secara umum diketahui bahwa seorang individu yang
berada dalam suatu lingkungan sosial (pergaulannya) maka perilakunya akan
terbentuk dan mudah terkena pengaruh (dalam hal ini adalah tekanan teman sebaya)
22
untuk memperoleh konformitas. Adapun konformitas ini bukan hanya dalam lingkup
komunitas dan pergaulannya saja, akan tetapi akan berkembang hingga pada
masyarakat yang lebih luas, sehingga akhirnya individu tersebut dapat merasakan
penerimaan diri (self acceptance).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa hendaknya memiliki kesadaran yang penuh mengenai sisi positif dari
penampilan kaum pria yang memperhatikan penampilannya sehingga mengetahui
dan mengenal perilaku konsumsi. Beranjak pada kesempatan tersebut, diharapkan
mahasiswa yang bersangkutan semakin memahami prinsip dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumsi seorang individu.
b. Para mahasiswa harus dapat membangun interaksi sosial yang mendukung
pemahaman yang terkait dengan pentingnya memperhatikan muncul dan
berkembangnya perilaku konsumsi seseorang terkait dengan keputusan untuk
memilih suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat hendaknya lebih dapat memahami dan menerima mengenai
perkembangan perilaku konsumsi di era globalisai yang marak terjadi. Salah satu
caranya adalah dengan mengikuti perkembangan perilaku konsumsi produk distro
dan kecendrungannya.
b. Memberikan bantuan, dukungan, dorongan, dan semangat kepada para remaja
sehingga memiliki penampilan yang mendukung kepercayaan dirinya. Seperti
halnya mendukung mereka dengan memberikan umpan balik atas penampilan
yang ada di lingkungan sekitarnya.
c. Memberikan perhatian dan penekanan mengenai seberapa penting aspek motif,
mode dan menghargai diri dalam menuntun serta membentuk perilaku konsumsi
seorang individu.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumsi secara umum pada era modern ini. Hal tersebut tentunya juga
23
mempertimbangkan variabel latar belakang subyek penelitian seperti kondisi sosial
ekonomi dan kondisi psikologis dari para pria yang menjadi subyek penelitian.
Selain itu pada tahap awal penelitian, perlu dipertanyakan juga apakah pria dewasa
yang bersangkutan memiliki latar belakang sosial ekonomi yang mendukung
keinginannya untuk memiliki perilaku konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (1987). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press.
Asseal, H. 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. 4th ed. Boston: PWS, Kent Publishing Company.
Demangeot, C. & Sankaran, K. (2012). Cultural pluralism: Uncovering consumption patterns in a multicultural environment. Journal of Marketing Management Vol. 28, Nos. 7–8, 760–783.
Engel, J.F., Roger D., Black Well. Paul.,& W. Miniard. (terj.). (1994). Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
Granito, Heru. (2008). Panduan Mendirakan dan Mengelola Distro Clothing Compani.
Yogyakarta : Media Pressindo. Hidayat, A. (2010). Pengaruh Citra Toko Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada
Konsumen Distribution Outlet Realizm Malang). Malang: Fakultas Ekonomi UM. Hurlock,E.B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentnag
kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran: Edisi Milenium, Jilid 1, Terjemahan :
Benjamin Molan, Jakarta: Prenhallindo. Lidyawati. (1998). Hubungan antara Intensitas Menonton Iklan di Televisi dengan
Perilaku Konsumtif. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Moleong, L.J. (2004). Metode Pendekatan Kualitatif. Jakarta: P.T. Remaja Rosda Karya. Patilima, H. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Peter, J.P. & Olson, J. C. (terj.). (1999). Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Jilid 1. 4th ed. Jakarta: Erlangga. Poerwandari,E .K.(2007). Pendekatan kualitatif dalam penelitian Psikologi. Jakarta :
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI. Rijanta. (2008). Livelihood Strategies, Responses to the Crisis and the Role of Non-farm
Activities in Yogyakarta Special Province. dalam Titus M.J. & P.Burgers
24
(Ed).2008. Rural Livelihoods, Resource Management and Coping with Crisis in Indonesia. Amsterdam: Amsterdam University Press.
Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.
Simamora, B. (2002). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumarwan, U. (2004). Perilaku Konsumen: Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran.
Bogor: Ghalia Indonesia. Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda karya.
Wahyuni, D. U. (2008). Pengaruh Motivasi, Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” Di Kawasan Surabaya Barat, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 10.( 1).
WWW. the -marketeers.com (diakses November 2013)
Recommended