View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN HAK SIAR
EKSKLUSIF PT.MNC SKY VISION BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Kharisma Putri Kumalasatki
NIM: 1112048000046
K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1437 H/2016 M
iv
ABSTRAK
KHARISMA PUTRI KUMALASATKI. NIM 1112048000046.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN HAK SIAR
EKSKLUSIF PT. MNC SKY VISION BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare. Program Studi Ilmu Hukum,
Konsenterasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437 H/ 2016 M. x + 71 halaman + 3 halaman
Daftar Pustaka + Lampiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perlindungan hukum terhadap pembajakan hak siar eksklusif studi kasus putusan
pengadilan negeri nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam penelitian ini, dibahas
mengenai sejarah hukum peraturan hak siar dan hak cipta di indonesia,
perlindungan hukum terhadap pembajakan hak siar eksklusif pada PT. MNC SKY
VISION menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan
penyelesaian sengketa dalam Hak Cipta dan hak terkait menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang meletakan hukum sebagai
bangunan sistem norma. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-
undangan dan pendekatan konseptual. Peraturan Undang-Undang dalam
penelitian ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan undang-
undang sebelumnya yaitu terhadap hak ekonomi para pencipta atau pemilik hak
terkait, yang salah satunya adalah lembaga penyiaran dan juga membatasi
pengalihan hak ekonomi. Penyelesaian sengketa dilakukan secara efektif melalui
proses mediasi, arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk
tuntutan pidana. Pemegang hak cipta dan pemilik hak terkait diberikan
pelindungan secara menyeluruh secara pidana maupun perdata.
Kata Kunci : Pelindungan Hak Terkait, Lembaga Penyiaran, Undang-
Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Pembimbing : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1979 sampai Tahun 2014
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa yang atas Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN HAK SIAR
EKSKLUSIF PT. MNC SKY VISION BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare” dengan baik. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpahkan pada Nabi Muhammad Saw, beserta
keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Penulisan skripsi ini dalam penyusunannya tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak karena keterbatasan yang dimiliki
penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi
Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan
arahan serta masukan atas penyusunan skripsi ini.
vi
3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan
skripsi ini dengan penuh kesabaran dan memberikan arahan, saran serta
kritik yang membangun demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
studi kepustakaan dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta khususnya Dosen Program Studi Ilmu Hukum yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan ikhlas, semoga dapat
bermanfaat dan kebaikan-kebaikannya dibalas oleh Allah Swt.
6. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, Mama Jumini, S.E., M.A. dan
Papa Hendrayanto, S.E. yang selalu memberikan cinta, kasih sayang,
nasihat dan tak pernah lelah untuk mendoakan penulis dunia dan akhirat.
Semoga selalu diberikan rahmat oleh Allah SWT. Aamiin.
7. Kakak dan adik-adik tersayang, Kharisma Annisa Kumalasatki, S.E.,
Anneke Lionie Kumalasatki, Yusuf Henanda Kumalasakti, Muhammad
Michael Al Bari Kumalasakti yang senantiasa memberikan doa, semangat
dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
8. Sigit Ganda Prabowo, kekasih yang selalu memberikan cinta, semangat,
doa dan dukungan serta yang selalu meluangkan waktunya untuk
vii
membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT
selalu meridhoi kebersamaan kita. Aamiin
9. Sahabat-sahabat tersayang, Novia Andriani, Herlina, Mawaddatul Ummah
dan Lidia Tri Handayani. atas kebersamaannya yang selalu memberikan
dukungan dan doa agar dapat menyelesaikan skripsi ini, serta Tiara
Agustavia, Juwita Daningtyas, Sahar Afra Fauziyyah dan Tiffany Ratna
Suri. Semoga silatuhrahmi kita tetap terjalin.
10. Teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum angkatan 2012 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, atas kekompakkan dan kebersamaannya,
semoga kelak kalian sukses.
11. Teman-teman seperjuangan yang tergabung dalam KKN KAYU, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas kerjasama dan
kebersamaannya. Semoga sukses dan silahturahmi tetap terjalin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi yang membaca. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 19 September 2016
Kharisma Putri Kumalasatki
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ iii
ABSTRAK........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................8
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu...............................................9
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual.................................................11
F. Asumsi............................................................................................14
G. Metode Penelitian...........................................................................16
H. Sistematika Penulisan.....................................................................19
BAB II SEJARAH HUKUM PENGATURAN HAK SIAR DAN HAK
CIPTA DI INDONESIA
A. Pengertian Hak Cipta.....................................................................21
B. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Siar dan Hak Cipta di Indonesia24
1. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Siar di Indonesia....................24
2. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Cipta di Indonesia..................26
C. Hak Ekonomi dan Hak Moral dalam Esensi Hak Cipta................30
D. Hak Terkait....................................................................................36
E. Hak Siar.........................................................................................39
1. Hak Siar.....................................................................................39
2. Lembaga Penyiaran...................................................................40
ix
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM HAK SIAR EKSKLUSIF PT. MNC
SKY VISION GROUP INDONESIA
A. Kategori Pembajakan Hak Siar Eksklusif dan Hak Cipta di
Indonesia......................................................................................44
B. Hak Siar Eksklusif Pada PT.MNC SKY VISION.......................47
C. Pola Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Siar
Eksklusif Pada PT.MNC SKY VISION......................................48
D. Pengaturan Perlindungan Hukum Atas Pembajakan Hak Siar
Eksklusif pada PT. MNC SKY VISION Berdasarkan Undang-
Undang Hak Cipta di Indonesia...................................................49
BAB IV PENYELESAIAN HUKUM SENGKETA HAK SIAR PADA
PERADILAN SEBAGAI HAK CIPTA DI INDONESIA
A. Penyelesaian Hukum Sengketa Hak Siar Pada Pengadilan
Sebagai Hak Cipta di Indonesia..................................................54
B. Kasus Putusan Hak Siar Pada Pengadilan Negeri
Nomor:130/Pid.B/2013/PN.Parepare..........................................61
1. Kasus Putusan Pada Pengadilan Negeri Parepare..................61
2. Penyelesaian Hak Siar Pada Putusan Pengadilan Negeri
Nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare....................................63
C. Peran Pemerintah Dalam Menanggulangi Perlindungan
Pembajakan Hak Eksklusif Secara Khusus dan Hak Kekayaan
Intelektual Secara Umum di Indonesia.......................................66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................69
B. Saran...........................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................72
LAMPIRAN.........................................................................................................75
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Salinan Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kreatifitas manusia dalam menciptakan suatu karya yang
dapat mempunyai nilai ekonomis membutuhkan perlindungan hukum.
Perlindungan ini sangat penting untuk mendorong minat inovasi orang-orang yang
kreatif. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan jawaban terhadap
perlindungan hukum tersebut. Perkembangan sistem HKI yang modern dan efektif
merupakan kebutuhan nyata karena kondisi domestik suatu negara seiring dengan
pembangunan ekonomi serta adaptasi terhadap dampak globalisasi. Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) menjadi sangat penting untuk meningkatkan laju perekonomian
negara yang pada akhirnya membawa kesejahteraan rakyat.
Secara normatif, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah “product of mind”
atau oleh Word Intellectual Property Organization atau (WIPO) disebut “creation
of the mind” yaitu yang berarti suatu karya manusia yang lahir dengan curahan
tenaga, karsa, cipta, waktu dan biaya. Segala jerih payah ini menjadi kontribusi
yang memiliki nilai ekonomi. Oleh karena itu setiap kekayaan intelektual patut
diakui, dihargai dan dilindungi baik secara moral dan etika maupun secara
hukum.1
Convention Estabilishing The World Intellectual Property Organization
menjelaskan bahwa HKI dibagi dalam dua kelompok subtansi yaitu Hak Cipta
1Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),h.2
2
dan Hak Atas Kekayaan Industri. Lingkup Hak Cipta mencakup di dalamnya Hak
Terkait atau Related Right yang lazim disebut Neighboring Right. Bidang yang
kedua meliputi Paten, Merk, Desain Industri dan Rahasia Dagang yang
kesemuanya lazim dikategorikan dalam Industrial Property.2 Hak Kekayaan
Intelektual tersebut mempunyai hukumnya sendiri dan masing-masing
mempunyai objek perlindungan hukumnya sendiri.
Hak Cipta merupakan bagian Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 bukanlah produk undang-undang pertama di Indonesia
tentang Hak Cipta. Indonesia tercatat memiliki 5 (lima) buah undang-undang di
bidang Hak Cipta yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982, Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
Hak Cipta terdiri atas Hak Ekonomi (economic rights) dan Hak Moral
(moral rights). Hak Ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi
atas ciptaan serta produk Hak Terkait seperti memproduksi karya dalam segala
bentuk, mengedarkan perbanyakan karya kepada publik, menyewakan
perbanyakan karya, membuat terjemahan atau adaptasi dan mengumumkan karya
kepada publik. Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapuskan tanpa alasan apapun, walaupun Hak
Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.
2Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),h.2
3
Secara umum Hak Moral berkaitan dengan hubungan spirit atau dengan
jiwa pencipta dengan karyanya. Secara historis, Hak Moral berasal dari tradisi
droit d’auteur (Perancis) yang melihat kreasi intelektual sebagai perwujudan
semangat atau jiwa pencipta.3 Menurut pasal 1 angka 5 Undang-Udang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan
Hak Cipta yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser
fonogram, atau lembaga penyiaran.
Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi penyiaran telah
melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui
dan hak untuk mendapatkan informasi melalui media penyiaran baik media cetak
maupun media elektronik. Saat ini informasi telah menjadi kebutuhan bagi
masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan masyarakat.
Semakin tinggi minat masyarakat dalam mencari informasi memberi peluang bagi
stasiun penyiaran untuk meningkatkan kinerja mereka dalam memberikan
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung.4
Saat ini lembaga penyiaran televisi sangat penting dalam memberikan
informasi yang berkaitan dalam segenap aspek kehidupan masyarakat. Televisi
dianggap sebagai media yang paling tepat dalam menyampaikan berita dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hiburan, olahraga, dan lainnya.
Lembaga penyiaran salah satu bagian dari media komunikasi, tidak begitu saja
3Tomi Sunaryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global,(Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010),h.89
4www.akademia.edu, Sejarah Dunia Penyiaran TV & Radio, diakses pada tanggal 19
Januari 2016 pukul 14.00 WIB
4
dapat menyiarkan program yang akan ditayangkan kepada masyarakat dalam
konteks penggunaan Hak Siar.
Pasal 43 Undang-Undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran mengatur
bahwa setiap mata acara yang disiarkan wajib memiliki Hak Siar. Dalam
penayangan acara siarannya, lembaga penyiaran wajib mencantumkan Hak Siar
tersebut. Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, lembaga
penyiaran merupakan salah satu kelompok pemegang hak-hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta yang dapat perlindungan oleh Hak Cipta. Lembaga-lembaga
Penyiaran (Broadcasting Organization) mempunyai hak untuk memberi izin atau
melarang dilakukan tindakan-tindakan tertentu, misalnya penyiaran ulang
siarannya, fiksasi siaran, reproduksi siaran, dan menyampaikan kepada publik
siaran televisi jika siaran ulang itu ditujukan kepada publik yang dipungut bayaran
untuk menyaksikannya.5
Dalam lembaga penyiaran, pemegang hak ingin memonopoli hak siaran dan
memperoleh manfaat ekonomi atau insentif semaksimal mungkin sebagai imbalan
atau kompensasi atas jerih payah dan biaya yang telah dikeluarkan. Disisi lain,
pengguna atau user ingin memaksimalkan manfaat hak ekonomis dari hak
kekayaan intelektual tersebut tanpa batasan-batasan yuridis. Misalnya, pengguna
bebas menggubah suatu lagu dan memperbanyaknya untuk dijual kembali tanpa
5Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights dan Collecting Society, (Bandung:Alumni, 2008),h.45
5
adanya rasa takut bahwa tindakan tersebut telah dianggap melanggar HKI, dalam
hal ini Hak Cipta.6
Menurut Gatot Soepramono, seorang yang menciptakan sesuatu yang
merupakan hasil karya ciptaannya, selain untuk digunakan sendiri, juga kemudian
diperbanyak untuk dapat dimanfaatkan kepada orang lain karena orang yang
menciptakan kemampuanya terbatas, sehingga tidak mampu dikerjakan sendiri
dalam jumlah yang banyak sesuai permintaan masyarakat.7 Orang lain diwajibkan
menghormati dan hal ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak boleh diabaikan.
Mereka sudah pasti mengetahui sebuah karya cipta pasti ada penciptanya,
sehingga mereka tidak dapat seenaknya mengatasnamakan ciptaan yang bukan
merupakan hasil karya ciptanya.
Orang yang menciptakan (pencipta) mempunyai hak yang timbul atas karya
cipta, untuk mengawasi karya ciptanya yang beredar di masyarakat. Apabila
seseorang dengan sengaja memperbanyak (mengkomersilkan) karya cipta
seseorang tanpa seizin si pencipta dengan maksud menguntungkan diri sendiri dan
orang lain secara moral maupun secara ekonomi, maka orang tersebut telah
melanggar hukum. Karena pihak pemegang Hak Cipta telah merasa dirugikan atas
perbuatan orang lain yang tidak bertanggung jawab.
Adapun latar belakangnya adalah menyangkut bidang ekonomi, karena
sesuatu ciptaan yang diperbanyak tanpa seizin pemegang hak ciptanya kemudian
6Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung: Citra Adya Bakti, 2012),h.9
7Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010),h.1
6
dijual kepada masyarakat maka akan menguntungkan orang lain yang
memperbanyak ciptaan tersebut, sehingga pemegang Hak Cipta akan merasa
dirugikan atas perbuatan tersebut karena secara moril nama pencipta yang dijual
dan secara materil pencipta tidak memperoleh keuntungan dari ciptaan yang
diperbanyak orang lain.8 Dengan kata lain disebut sebagai pembajakan.
Dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, pembajakan diartikan sebagai penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud
secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Dengan demikian Hak Cipta
memberikan hak milik eksklusif atas suatu karya si pencipta, setiap orang yang
ingin melakukan atau memperbanyak hasil ciptaan orang lain, wajib terlebih
dahulu meminta izin kepada pencipta yaitu pemegang hak cipta melalui perjanjian
lisensi.
Kasus pelanggaran Hak Cipta yaitu pembajakan Hak Siar Eksklusif dalam
Putusan Mahkamah Agung Nomor 130/Pid.B/2013/PN.Parepare di mana Hak Siar
Eksklusif yang dimiliki oleh lembaga penyiaran berbayar yaitu Indovision atau
PT. MNC SKY VISION di bajak oleh PT. Visual Vision. Pemenang tender
terbuka yang dilakukan oleh ESPN Star Sport yang mendapatkan lisensi atas
program BPL (Barclays Premier League) dengan kompensasi yang diberikan
maka PT MNC SKY VISION mendapatkan Hak Siar Eksklusif atas program BPL
tersebut. PT. Visual Vision menggunakan alat parabola yang dimiliki PT. MNC
8Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010),h.2
7
SKY VISION dengan cara menjadi pelanggan reguler untuk menangkap siaran
yang dimiliki PT. MNC SKY VISION dan siaran tersebut didistribusikan kepada
pelanggannya dengan cara berlangganan TV kabel, yang dipungut biaya.
Hak eksklusif atau lisensi BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star
Sport sebenarnya dapat diserahkan kepada pihak lain yaitu dengan memberikan
Hak Siar konten selama pihak tersebut mengadakan kontrak kerja sama dengan
PT. MNC SKY VISION. Alat yang dipakai untuk menyalurkan ke pelanggan PT.
Visual Vision yaitu dengan parabola yang disalurkan ke decoder yang terdapat
viewing card yang berfungsi untuk mengaktifkan siaran yang sudah ditangkap
parabola dan decoder tersebut. Dengan jalan tersebut PT. Visual Vision ingin
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa harus membayar royalti kepada
pemilik konten siaran, yang usahanya sudah berjalan 1 tahun tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mencoba melakukan
penelitian yang dituangkan dalam sebuah penulisan yang berbentuk skripsi,
dengan judul:
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN HAK
SIAR EKSKLUSIF PT. MNC SKY VISION BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA Studi Kasus
Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 130/Pid.B/2013/PN.Parepare”
8
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam hal permasalahan, Bambang Sunggono menyebutkan bahwa,
permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa
yang sebenarnya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara
harapan dengan capaian atau singkatnya das sollen dengan das sein.9
Berkenaan dengan definisi tersebut, dengan mengingat luasnya cakupan
masalah maka penelitian dibatasi pada bentuk perlindungan hukum Hak Siar
Eksklusif dari pembajakan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang dan
pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan, sebagai
berikut:
a. Bagaimana sejarah hukum pengaturan Hak Siar dam Hak Cipta di
Indonesia?
b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pembajakan Hak Siar Eksklusif
pada PT. MNC SKY VISION menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta?
c. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam Hak Cipta dan hak terkait pada
Putusan Pengadilan Negeri Nomor:130/Pid.B/2013/PN.Parepare?
9Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005)h. 103
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejarah penerapan Hak Siar dan Hak Cipta di Indonesia.
b. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap pembajakan
Hak Siar Eksklusif pada PT. MNC SKY VISION menurut Undang-Undang
No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
c. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa Hak Cipta dan hak terkait pada
Putusan Pengadilan Negeri Nomor:130/Pid.B/2013/PN.Parepare.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa lainnya
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang dikaji,
yaitu tentang perlindungan hukum Hak Siar Eksklusif dari pembajakan.
b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi proses dan hasil
pengetahuan perlindungan hukum Hak Siar Eksklusif yang berguna dan
menjadi aset pustaka untuk dilanjutkan pada penelitian yang sejenis
khususnya mahasiswa hukum.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Sub bab tinjauan atau review kajian terdahulu berfungsi untuk mengetahui
hal-hal apa yang telah diteliti dan yang belum diteliti sehingga tidak terjadi
duplikasi dalam penelitian. Rujukan yang menjadi beberapa pertimbangan yaitu :
1. Skripsi Salman Alfarisi mahasiswa Universitas Bengkulu pada tahun 2014
dengan judul “Hak Siar Ditinjau Dari Hukum Persaingan Usaha (Analisis
10
Putusan KPPU No.3.KPPU-L/2008 tentang Kepemilikan Hak Siar Eksklusif
Barclays Premier League (EPL) Musim 2007-2012 Oleh Astro Group” yang
mengambil titik fokus terhadap Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat dalam kepemilikan Hak Siar Eksklusif suatu penyelenggara TV
Berlangganan. Perbedaanya dengan judul yang saya ambil membahas tentang
Perlindungan Hukum Hak Siar Eksklusif dari Pembajakan yang ditinjau
menurut Undang-Undang Hak Cipta.
2. Skripsi Andri Tambun mahasiswa Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009
dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Industri Perekaman Suara dari
Ttindak Pidana Pembajakan Kaset (Studi Kasus Putusan No.
3683/Pid.B/2008/PN Medan)” yang membahas tentang perlindungan hukum
terhadap industri perekaman suara dari pembajakan. Dalam skripsi tersebut
membahas sedikit tentang pengertian Hak Cipta, dan objek yang dikaji oleh
skripi ini yaitu industri perekaman suara. Perbedaanya judul skripsi yang saya
ambil membahas perlindungan hukum terhadap Hak Siar Ekskulusif dari
pembajakan dimana dalam judul skripsi yang saya ambil ini objeknya adalah
lembaga penyiaran.
3. Buku berjudul Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual Pelindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia yang ditulis oleh Rachmadi Usman, S.H.
Dalam buku ini dijelaskan dan diuraikan secara komperhensif tentang hukum
HaKI di Indonesia, termasuk didalamnya perlindungan-perlindungan hukum
disetiap tujuh cabang hukum HaKI tersebut. Perbedaanya dengan judul skripsi
yang saya ambil yaitu, dalam buku ini tidak membahas mengenai perlindungan
11
hukum yang lebih mendalam tentang lembaga penyiaran, sedangkan skripsi
saya membahas lebih mengeniperlindungan Hak Siar Eksklusif lembaga
penyiaran dari pembajakan.
4. Jurnal Salam yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Salam. Jurnal yang
mengkhususkan diri dalam pengkajian ilmu-ilmu filsafat dan budaya sosial.
Dan salah satunya didalam jurnal ini membahas Hak Milik Intelektual dan
Putusan-putusan Pengadilan yang ditulis oleh Erman Rajagukguk.
Perbedaanya dengan judul skripsi yang saya ambil yaitu, jurnal ini tidak
membahas tentang perlindungan hukum terhadap Hak Siar Eksklusif lembaga
penyiaran.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Perlindungan Hukum
Hukum merupakan suatu instrumen untuk mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban subyek hukum. Di samping itu, hukum juga berfungsi
sebagai instrumen pelindung bagi subyek hukum. Menurut Sudikno
Mertokusumo hukum berfungsi sebagai pelindung kepentingan manusia. Agar
kepentinganya tersebut terlindungi, hukum wajib dilaksanakan.10
Sedangkan
Philipus M. Hadjon mendefinisikan perlindungan hukum adalah perlindungan
akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia
10
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1993),h.140
12
yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dan
kesewenangan. Satjipto Raharjo berpendapat bahwa perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan
orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikamti semua hak-hak yang diberikan hukum.
Untuk penegakan hukum dalam pelanggaran hak cipta yang mana
pelanggaran hak cipta tersebut termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam Hak Asasi Manusia tercantum dalam Pasal 28H ayat (4) yang berbunyi
setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Dari bunyi pasal
tersebut bahwa hak cipta dapat dimasukan dalam hak milik pribadi,
dikarenakan hak cipta merupakan hasil karya cipta seseorang yang mana dalam
penciptaan karya tersebut memiliki arti bagi seseorang yang telah
menciptakannya.
Apabila dalam pelanggaran hak cipta terjadi, maka pelanggaran tersebut
telah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang mana
pelanggaran tersebut harus diberantas karena pelanggaran hak cipta tersebut
telah mengambil hak seseorang yang telah dilindungi oleh undang-undang
tanpa seizin dari orang yang mempunyai hak atas suatu karya cipta. Oleh
karena itu pelanggaran terhadap hak cipta harus dilindungi dan ditegakkan.
Negara sangat berperan dalam melindungi pelanggaran terhadap hak-hak yang
dimiliki individu agar pemilik suatu karya cipta merasa aman dan bersemangat
menciptakan karya-karya yang lebih baik lagi agar dapat menopang kehidupan
13
masyarakat. Pemerintah yang berwenang dalam melindungi dan menegakkan
terhadap pelanggaran hak cipta adalah Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia bagian Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual.
2. Kerangka Konseptual
Dalam pembahasan kerangka konseptual, akan diuraikan beberapa konsep-
konsep terkait terhadap beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Hak Cipta
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, merumuskan bahwa pengertian dari Hak cipta adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Hak Eksklusif
Hak Eksklusif adalah hak yang hanya dimiliki pencipta, tidak
diberikan kepada orang lain diluar pencipta. Orang lain yang ingin
mempergunakan hak eksklusif tersebut wajib meminta izin kepada pencipta.
Izin ini dinamakan lisensi.11
11
Muhammad Djumhana, Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014),h.61
14
3) Hak Siar
Hak yang dimiliki lembaga penyiaran untuk menyiarkan program atau
acara tertentu yang diperoleh secara sah dari pemilik Hak Cipta atau
pencipta.12
Hak Siar merupakan hak yang berkaitan dengan Hak Cipta
yang selanjutnya dinamakan Hak Terkait.
4) Hak Terkait
Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak
eksklusif bagi pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukan;
bagi produser rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya
rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi lembaga penyiaran untuk
membuat, memperbanyak atau menyiarkan karya siarannya.13
5) Pembajakan
Dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, pembajakan diartikan sebagai penggandaan Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil
penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi
F. Asumsi
1. Sejarah awal mula Hak Cipta masuk ke Indonesia yaitu dengan diadopsinya
Konvensi Bern oleh Indonesia dalam pengaturan Hak Cipta di Indonesia.
Indonesia semenjak tahun 1912 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta
12
Judharikswana, Hukum Penyiaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),h.137
13
Budi Agus Riswadi, M Syamsyudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),h.13
15
(Auteureswet 1912) berdasarkan Undang-Undang Belanda tanggal 29 Juni
1911 (Staatblad Belanda Nomor 197). Namun, aturan tentang Hak Cipta ini
sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum
nasional. Pemerintah Indonesia akhirnya mencabut peraturan tentang Hak
Cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 dan
menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Hingga
kini mengalami perubahan yang terakhir yaitu dengan Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 28 Tahun 2014 yang kini akan berlaku.
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 memberikan perlindungan yang lebih
baik dibandingkan Undang-Undang Hak Cipta sebelumnya yaitu dengan
memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta
atau pemilik hak terkait yang diantaranya adalah pelaku pertunjukan, produser
fonogram dan lembaga penyiaran. Termasuk juga membatasi pengalihan hak
ekonomi.
3. Mekanisme penyelesaian sengketa dalam hak cipta dan hak terkait di indonesia
menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yaitu
dengan penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase,
atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
G. MetodePenelitian.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
16
1. Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis
normatif yaitu penelitian hukum yang meletakan hukum sebagai bangunan
sistem norma.14
Didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang ada,
serta berasal dari gejala hukum serta norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan dalam penelitian hukum ini menggunakan pendekatan
Perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan Konseptual
(Conseptual Approach). Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)
adalah menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan
perumusan masalah yang sedang ditangani. Adapun undang-undang yang
digunakan dalam penelitian yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran.
3. Bahan Hukum
Bahan hukum dari penelitian terdiri atas bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder dengan perincian sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer terdiri atas Putusan Pengadilan Negeri
Nomor.130/Pid.B/2013/PN.Parepare tentang pelanggaran Hak Cipta yaitu
Hak Siar Eksklusif, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Yang
14
Fahmi M Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010),h.31
17
bertujuan untuk melengkapi dan mendukung data-data penelitian ini, agar
penelitian menjadi lebih sempurna.
b. Bahan Hukum Sekunder diperoleh dengan menggunakan penelitian
kepustakaan (library research) yang diperoleh dari berbagai literatur yang
terdiri dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, dan hasil penelitan yang
mempunyai hubungan erat terhadap permasalahan yang diteliti.
c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
juga penjelasan terhadap data primer dan data skunder yang berupa kamus,
ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal, serta laporan-laporan
ilmiah yang akan dianalisis dengan tujuan untuk lebih memahami dalam
penelitian ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu dengan
studi pustaka yang akan dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami dan
mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur yaitu buku,
jurnal, koran, majalah dan karya tulis lainnya yang berkaitan dengan judul dari
penelitian skripsi ini.
5. Analisis Data
Teknis analisis data dalam penelitian ini diawali dengan menggabungkan
dari berbagai dokumen peraturan perundang-undangan serta bahan hukum
lainya yang berhubungan atau relevan dengan judul yang di ambil penulis.
Kemudian dari hasil penggabungan dokumen-dokumen tersebut, selanjutnya
dikaji isi (content), baik terkait kata-kata (word), makna (meaning), simbol,
18
ide, tema-tema dan berbagai pesan lainya yang dimaksudkan dalam isi undang-
undang tersebut.
Secara detail langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis
tersebut adalah: Pertama, semua bahan hukum yang diperoleh melalui normatif
disistematisir dan diklasifikasikan menurut objek bahasanya. Kedua setelah
disistematisir dan diklasifikasikan kemudian dilakukan eksplikasi, yakni
diuraikan dan dijelaskan objek yang diteliti berdasarkan teori. Ketiga bahan
yang telah ada kemudian dilakukan evaluasi, yakni dinilai dengan
menggunakan ukuran ketentuan hukum yang berlaku.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini yaitu disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyajikan 5 (lima) bab, dengan
harapan dengan adanya sistematika ini dapat membantu dan memudahkan untuk
memberikan penjelasan menyeluruh tentang isi skripsi. Adapun sistematika
penulisan skripsi sebagai berikut :
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
19
tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka konseptual, asumsi,
metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II Dalam bab ini dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang terdiri
dari sejarah hukum pengaturan hak siar dan hak cipta di indonesia,
pengertian hak cipta, hak ekonomi dan hak moral dalam esensi hak
cipta, hak terkait dalam pengaturan hak cipta, definisi hak siar dan
lembaga penyiaran.
BAB III Bab ini membahas mengenai perlindungan hukum hak siar
eksklusif PT. MNC SKY VISION di Indonesia. yang terdiri dari
kategori pembajakan hak siar eksklusif dalam hak cipta di
Indonesia, hak siar eksklusif pada PT. MNC SKY VISION, pola
perlindngan hukm terhadap pembajakan hak siar eksklusif pada PT.
MNC SKY VISION, pengaturan perlindungan hukum atas
pembajakan hak siar eksklusif pada PT. MNC SKY VISION
berdasarkan undang-undang hak cipta yang baru di Indonesia.
BAB IV Bab ini menjelaskan penyelesaian hukum sengketa hak cipta dan
hak terkait pada peradilan sebagi hak cipta di Indonesia, Kasus
putusan hak siar pada pengadilan dan penyelesaian hak siar pada
putusan pengadilan negeri No:130/Pid.B/2013/PN.Parepare, dan
peran pemerintah dalam menanggulangi perlindungan pembajakan
eksklusif secara khusus dan hak kekayaan intelektual secara umum
di Indonesia.
20
BAB V Bab ini merupakan penutup dalam penelitian skripsi ini. Yang
terdiri dari kesimpulan dan saran yang menjadi penutup dari skripsi
ini.
21
BAB II
SEJARAH HUKUM PENGATURAN HAK SIAR DAN HAK CIPTA DI
INDONESIA
A. Pengertian Hak Cipta
Istilah Hak Cipta mula-mula diusulkan oleh St. Moh. Syah pada tahun 1951
di Bandung15
dalam kongres kebudayaan (yang kemudian diterima oleh kongres
tersebut) sebagai penggati istilah Hak Pengarang yang dianggap kurang luas
lingkup pengertiannya. Istilah Hak Pengarang itu sendiri merupakan terjemahan
dari bahasa Belanda Auteursrecht.16
Dikatakan kurang luas karena istilah Hak
Pengarang memberikan kesan penyempitan arti, seolah-olah yang dicakup oleh
Hak Pengarang itu hanyalah berasal dari Hak Pengarang saja. Sedangkan istilah
Hak Cipta lebih luas dan ia mencakup juga tentang karang mengarang.
Keaslian suatu karya baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu
hal esensial dalam perlindungan hukum melalui Hak Cipta. Suatu karya tersebut
harus benar-benar hasil karya orang yang mengakui bahwa karya tersebut sebagai
ciptaanya. Demikian juga, harus ada relevansi antara hasil karya dengan yurisdiksi
apabila hasil karya tersebut ingin dilindungi di Indonesia. Perlindungan hukum
melalui Hak Cipta dewasa ini melindungi hasil karya atau kreasi dari pengarang,
pencipta, artis, musisi, programer, dramawan dan lainnya, yakni melindungi hak-
15
Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912
Dan Undang-Undang Hak Cipta 1997, (Yogyakarta: Liberty, 1997)
16Ajip Rosidi, Undang-Undang Hak Cipta 1982. Pandangan Seorang Awam, (Jakarta:
Djambatan, 1984),h.3
22
hak pencipta atau perbuatan pihak lain yang tanpa izin memproduksi atau meniru
hasil karyanya.17
Kesuliatan utama memahami Hak Cipta pada dasarnya lebih banyak
berpangkal pada penggunaan kata “cipta” dan “ciptaan” yang selama ini menjadi
ungkapan umum untuk meunjuk kegiatan manusia yang menghasilkan suatu
karya.18
Selama ini masyarakat menilai bahwa setiap kegiatan yang membuat
sesuatu dikatakan mencipta dan hasilnya disebut ciptaan apapun bentuk dan jenis
ciptaanya. Selama ini pula, kata “cipta” lazim digunakan untuk menunjuk
kegiatan kreatif yang menghasilkan ciptaan. Upaya memahami hak cipta dapat
diawali dengan mengenali objeknya yaitu segala bentuk ciptaan yang bernuansa
ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Hak Cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta,
kata “hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan
yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau
tidak. Sedangkan kata “cipta” atau ciptaan tertuju kepada hasil karya manusia
dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi, dan
pengalaman. Sehingga dapat dikatakan bahwa Hak Cipta berkaitan erat dengan
intelektual manusia.19
17
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005),h.1
18Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001),h.46
19Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dengan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia,h.210
23
Menurut Perjanjian Hak Cipta Sedunia (Universal Copyrights Convention)
Pasal V yaitu “Copyrights shall include the exclusive right of the author to make,
publish, and authorize the making and publication of translation of works
protected under this convention” atau “Hak Cipta meliputi hak tunggal si
pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat dan
menerbitkan terjemahan dari karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.”20
Menurut Undang-undang Hak Cipta Auteurswet tahun 1912 Staatsblad
Nomor 600 tahun 1912, Pasal 1 menyatakan bahwa : “Hak Cipta adalah hak
tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapatkan hak tersebut, atas hasil
ciptaanya dalam lapangan keasastraan, pengetahuan dan kesenian untuk
mengumukan dan memperbanyakan, dengan mengingat pembatasan yang
ditentukan dalam Undang-Undang.21
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
B. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Siar dan Hak Cipta di Indonesia
1. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Siar di Indonesia
20
Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912
Dan Undang-Undang Hak Cipta 1997, (Yogyakarta: Liberty, 1997),h.2
21Tomy Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010),h.91
24
Pengaturan tentang penyiaran di Indonesia bermula sejak sebelum
kemerdekaan, dengan dikeluarkannya Radiowet oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1934. Secara tidak langsung peraturan tersebut dijadikan
pijakan untuk pendirian Nederlands Indische Radio Omroep Maatschaapij
(NIROM) yang memperoleh hak-hak istimewa dari pemerintah Hindia
Belanda. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pengaturan radio siaran
swasta berkembang seiring dengan bermunculannya radio-radio siaran dan
radio komunikasi terutama pada masa peralihan orde lama ke orde baru.
Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Selama hampir 27 tahun,
radio siaran hanya diatur oleh aturan-aturan yang tersebar di berbagai peraturan
perundang-undangan. Namun memasuki tahun 1997, dengan proses yang
cukup alot, DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang
Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran pada tanggal 29 September 1997.
Pada masa berlakukannya, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997
tentang Penyiaran diwarnai dengan pro kontra terutama berkaitan dengan
lembaga pengawas (BP3N), selain itu dengan penghapusan Departemen
Penerangan oleh Presiden (saat itu Presiden Abdurahman Wahid), membuat
substansi dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran tidak
lagi sesuai. Oleh sebab itu, pada tahun 2002, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
1997 tentang Penyiaran dicabut dengan diundangkanya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
25
Berdasarkan substansi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, beberapa pasal mengharuskan pemerintah mengeluarkan beberapa
peraturan pemerintah diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2005 tentang Penyelenggara Penyiaran Publik; Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik
Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Lembaga
Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 49
Tahun 2005 tentang Pedoman Kegiatan Peliputan Lembaga Penyiaran Asing;
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta; Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas;
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan.
Meskipun hal-hal pokok penyiaran telah dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, namun peraturan
perundang-undangan lain juga banyak yang berkaitan dengan hal-hal
penyiaran. Peraturan perundang-undangan itu diantaranya adalah Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
Undang-Undang Telekomunikasi, Undang-Undang HAM, Undang-Undang
Pers, Undang-Undang Hak Cipta.22
22
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=104821 diakses pada tanggal 20 Mei 2016
pukul 16.00 WIB
26
2. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Cipta di Indonesia
Dalam Kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah
Hak Pengarang/ Hak Pencipta (author right), yaitu setelah diberlakukannya
Undang-Undang Hak Pengarang (Auteurswet 1912 Stbl. 1912 Nomor 600),
kemudian menyusul istilah Hak Cipta. Pengertian kedua istilah tersebut
menurut sejarah perkembangannya mempunyai perbedaan yang cukup besar.
Istilah hak cipta yang kemudian dipakai dalam peraturan perundang-undangan
selanjutya.
Istilah Hak Penggarang/Pencipta (author right) berkembang dari daratan
Eropa yang menganut sistem Hukum Sipil sehingga di negara-negara Eropa
undang-undang yang mengatur karya cipta tersebut diberi nama Undang-
Undang Hak Pencipta. Pada mulanya pengertian Hak Cipta menggambarkan
hak untuk menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta. Istilah
copyright (Hak Cipta) menurut Stanley Rubenstain, sekitar tahun 1740 tercatat
pertama kali orang menggunakan istilah tersebut.23
Di Inggris, pemakaian istilah Hak Cipta (copyright) pertama kali
berkembang untuk menggambarkan konsep guna melindungi penerbit dari
tindakan penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak untuk
menerbitkannya. Perlindungan bukan diberikan kepada si Pencipta (author),
melainkan diberikan kepada pihak penerbit. Perlindungan tersebut
dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas investasi penerbit dalam
membiayai percetakan suatu karya.
23
Muhammad Djumhana, Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014),h.47
27
Hanya saja perkembangan selanjutnya perlindungan dalam hukum hak
cipta bergeser lebih mengutamakan untuk si Penciptanya (author), tidak lagi
hanya untuk perlindungan si Penerbit. Pergeseran tersebut membuat perubahan
bahwa kemudian perlindungan tersebut tidak hanya menyangkut pada bidang
buku, tetapi juga perlindungan diperluas mencakup bidang drama, musik, dan
pekerjaan artistik (artistic work). Setelah perkembangan teknologi, maka karya
cipta sinematografi, fotografi, rekaman suara, dan penyiaran, juga dilindungi
dalam cakupan Hak Cipta.
Sekarang ini kita mengenal secara global ada tiga sistem hukum
mengenai Hak Cipta, yaitu sistem Common Law, sistem Hukum Sipil, dan
sistem Hukum Sosialis. Dari negara yang menganut sitem Common Law, maka
kita bisa melihat sejarah perlindungan Hak Cipta dari Inggris. Sedangkan
mengenai sistem Hukum Sipil, kita bisa mempelajari dari beberapa negara
Eropa daratan seperti Perancis, Belanda, Italia, dan Jerman. Adapun negara-
negara sosialis, kita bisa tengok sejarah perkembangan di Uni Soviet sebelum
bubar atau di negara Cina dan Korea Utara serta negara-negara sosialis lainnya
yang masih berdiri.24
Pada akhir abad ke-19, terus berkembang adanya kebutuhan
perlindungan hak cipta yang tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar
negeri. Guna memenuhi tuntutan tersebut, pada tahun 1886 dibentuklah sebuah
konvensi yang mencoba untuk membuat suatu sistem aturan hak cipta untuk
24
Muhammad Djumhana, Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014),h.48
28
seluruh dunia. Konvensi ini ditandatangani di Bern, Swiss, yang kemudian
dikenal dengan International Convention for the Protection of the Literary and
Artistic Works. Konvensi Bern yang tergolong sebagai Law Making Treaty,
terbuka bagi semua negara yang belum menjadi anggota. Keikutsertaan sebagai
negara anggota baru harus dilakukan dengan meratifikasi dan menyerahkan
ratifikasinya kepada WIPO.25
Awal mula Hak Cipta masuk ke Indonesia yaitu dengan diadopsinya
Konvensi Bern oleh Indonesia dalam pengaturan Hak Cipta di Indonesia.
Konvensi Bern semenjak ditandatangani sampai dengan 1 Januari 1996 telah
117 negara yang meratifikasinya. Belanda yang menjajah Indonesia pada 1
November 1912 juga memberlakukan keikutsertaannya pada Konvensi Bern
berdasarkan asas konkordansi bagi Indonesia dengan kata lain, Indonesia
semenjak tahun 1912 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta
(Auteureswet 1912) berdasarkan Undang-Undang Belanda tanggal 29 Juni
1911 (Staatblad Belanda Nomor 197) yang memberi wewenang kepada Ratu
Belanda untuk memberlakukannya bagi Negara Belanda sendiri dan negara-
negara jajahannya.26
Konvensi Bern 1886 berikut revisi yang dilakukan pada
tanggal 13 November 1908 di Berlin.
Namun demikian, semenjak 15 Maret 1958 Indonesia menyatakan
berhenti menjadi anggota Konvensi Bern berdasarkan surat NO.15.140 XXI
25
Muhammad Djumhana, Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014),h.50
26Rosen Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994),h.13
29
tanggal 15 Maret 1958. Menteri Luar Negeri Soebandrio pada waktu itu
menyatakan pada Direktur Biro Berne Convention menyatakan tidak menjadi
anggota The Bern Convention. Dalam kurun waktu hampir 100 (seratus) tahun
keberadaan konvensi Bern. Tercatat lima negara anggota yang menyatakan
berhenti menjadi anggota konvensi, yaitu: Haiti (1887-1943), Monenegro
(1893-1900), Liberia (1908-1930), Indonesia (1913-1960), Syiria (1924-1962).
Tiga puluh tujuh tahun kemudian, tepatnya 7 Mei 1997, Indonesia menyatakan
ikut serta kembali menjadi anggota konvensi Bern dengan melakukan ratifikasi
dengan Keppres RI No. 16 tahun 1997, hal ini sebagai konsekuensi
keikutsertaan Indonesia dalam forum WTO, yang diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1994.
Sejak jaman Belanda Hak Cipta diatur pada Auteurswet 1912 Staatsblad
Nomor 600 Tahun 1912 aturan tentang Hak Cipta ini nampaknya sudah tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum nasional. Sehingga
pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut peraturan tentang Hak Cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 dan
menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang
merupakan Undang-Undang Hak Cipta yang pertama di Indonesia. Undang-
Undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1987, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 dan pada akhirnya dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28
Tahun 2014 yang kini akan berlaku.
30
C. Hak Ekonomi dan Hak Moral dalam Esensi Hak Cipta
Di dalam Hak Cipta terkandung dua hal pokok, yaitu Hak Ekonomi dan Hak
Moral. Kedua hak tersebut terkandung pada si pencipta atau pemegang Hak Cipta
untuk mengeksploitasikan karya ciptanya.
Berbicara mengenai Hak Ekonomi, Hak Ekonomi adalah hak yang berkaitan
dengan pemanfaatan secara komersial suatu ciptaan dan berhubungan dengan
perlindungan kebutuhan ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan
bayaran royalti atas penggunaan (pengumuman perbanyakan) karya cipta yang
dilindungi. Suatu ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh
melalui pengorbanan waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi
pengorbanan tersebut merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara
komersial untuk mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh kentungan.
Semakin bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersilnya.27
Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa Hak Ekonomi secara
tidak langsung mempunyai arti hak keuntungan yang akan didapatkan si pencipta
atas karya ciptaanya. Ini merupakan suatu bentuk penghargaan dan keuntungan
atas karya ciptaan si pencipta agar si pencipta dapat termotivasi untuk membuat
satu ciptaan baru yang bernilai tinggi dan bermutu.
27
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998),h.4
31
Djumhana mengklasifikasikan Hak Ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi
dibawah ini:28
- Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk
menggandakan ciptaan
- Hak adaptasi (adaption right) hak untuk mengandakan adaptasi terhadap hak
cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain,
isi novel diubah menjadi skenario film.
- Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada
masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.
- Hak pertunjukan (public performance right) yaitu hak untuk mengungkapkan
karya seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemilik, dramawan,
seniman, peragawati.
- Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui transmisi dan transmisi ulang.
- Hak program kabel (cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat komersial. Hak
ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi
melainkan kabel.
- Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan.
- Hak pinjaman masyarakat (public leading right) yaitu hak pencipta atas
pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh
masyarakat.
28
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Intelektual, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2001),h.20
32
Perlindungan Hak Cipta khususnya terhadap Hak Ekonomi ini pada
dasarnya lebih diberikan kepada siapa pemilik Hak Cipta (Copyright Owner) dan
bukan kepada pencipta sesungguhnya (The Author).29
Namun terkadang pemilik
Hak Cipta adalah pemilik Hak Cipta yang sesungghnya juga. Contohnya adalah
seorang penulis yang mendistribusikan dan menerbitkan karyanya sendiri tanpa
bantuan penerbit. Dimana dalam hal ini penulis tersebut adalah pencipta yang
sesungguhnya dari karyanya tersebut dan juga sebagai pemilik Hak Cipta dari
karya tersebut.
Selain Hak Ekonomi terdapat satu hak pokok lagi yang terkandung dalam
suatu ciptaan, yaitu Hak Moral. Hak Moral adalah hak pencipta untuk mengklaim
sebagai pencipta suatu ciptaan dan hak pencipta untuk mengajukan keberatan
terhadap setiap perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau
menambah keaslian ciptaanya, yang dapat meragukan kehormatan dan reputasi
pencipta.30
Hak moral memberikan berbgai kontrol kepada pencipta terhadap
penggunaan karya-karya ciptanya dengan memberikan hak kepada seorang
pencipta untuk mengklaim hasil karyanya sebagai pencipta dari sebuah karya dan
29
Agus Sardjono, Pengetahuan Tradisional: Studi Mengenai Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual Atas Obat-Obatan, (Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2004),h.137
30Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2003),h.62
33
mencegah penggunaannya dengan cara yang oleh pencipta layak tolak atau yang
tidak disepakati.31
Menurut Muhammad Djumhana, Hak Moral mempunyai tiga dasar:
a. Hak untuk mengumumkan (the right of publication)
b. Hak Paterniti (the right paternity)
c. Hak Integritas (the right of integrity).32
Sedangkan Komen da Verkade sebagaimana yang disebut dalam buku
Simorangkir menyatakan bahwa Hak Moral yang dimiliki seorang pencipta itu
meliputi:
a. Hak untuk melarang mengadakan perubahan dalam ciptaan
b. Hak untuk menlarang mengubah judul
c. Hak untuk mengubah penentuan pencipta
d. Hak untuk mengadakan perubahan.33
Apabila dilihat dari kedua pendapat diatas, terdapat pandangan yang sama
terhadap Hak Moral, yaitu Hak Moral diartikan sebagai suatu hak yang dimiliki
oleh pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk diketahui oleh publik sebagai
pencipta dari ciptaanya tersebut dan hak untuk menjaga integritas atau reputasi
pencipta maupun ciptaanya. Hak Moral juga diatur dalam Konvensi Internasional
31
Hendra Tanu Atmaja, Perlindungan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang No.19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Analisis Kasus-Kasus Indonesia dan Luar Negeri), (Jakarta:
Pratiwi Jaya Abadi, 2013),h.38
32Muhammad Djumhana, Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014),h.74
33J.C.T. Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan II, (Jakarta: Djambatan, 1979),h.39
34
di bidang hak cipta yaitu Bern Convention, yang antara lain menyebutkan bahwa
pencipta memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas karyanya dan
mengajukan keberatan atas perubahan, pemotongan, pengurangan atau modifikasi
lain serta aksi pelanggaran lain yang berkaitan dengan karya tersebut, dimana hal
tersebut merugikan kehormatan atau reputasi si pencipta.34
Begitu eratnya hubungan pencipta dan Hak Moral, maka Hak Moral tersebut
tidak dapat dilepaskan atau dengan kata lain melekat pada si pencipta. Oleh
karena itu Hak Cipta yang dimiliki oleh pencipta, setelah penciptanya meninggal
dunia, Hak Cipta tersebut menjadi milik ahli warisnya atau penerima wasiat,
sehingga Hak Cipta tersebut tidak dapat di sita oleh siapapun, kecuali jika hak itu
diperoleh secara melawan hukum.
Terhadap Hak Moral ini, walaupun hak ciptanya (Hak Ekonominya) telah
diserahkan seluruhnya atau sebagian, pencipta tetap berwenang menjalankan suatu
tuntutan hukum untuk mendapatkan ganti rugi tehadap seseorang yang melanggar
Hak Moral pencipta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa tiap perbuatan melanggar
hukum yang membawa kerugian kepada seseorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa makna dari Hak
Moral adalah pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk :
34
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni,
2002),h.117
35
a. Dicantumkan nama atau nama samaran di dalam ciptaanya ataupun salinannya
dalam hubungan dengan penggunaan secara umum;
b. Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi, atau bentuk perubahan lainnya
yang meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang
berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi
dan reputasi pencipta. Disamping itu tidak satupun dari hak-hak tersebut dapat
dipindahkan selama penciptanya masih hidup, kecali atas wasiat pencipta
berdasarkan peraturan perundang-undangan.35
D. Hak Terkait (Neighboring Rights) dalam Pengaturan Hak Cipta
Hak terkait merupakan hak yang senantiasa timbul dari ciptaan yang berasal
dari pengalihwujudan suatu karya karena hak tersebut merupakan perwujudan dari
ciptaan yang telah ada. Oleh karena itu, yang dilindungi oleh Hak Terkait adalah
bentuk lain dari suatu ciptaan yang telah ada sebelumnya yang telah beralih wujud
menjadi suatu ciptaan yang baru.36
Bila dalam konsepsi Hak Cipta yang
dilindungi adalah karya ciptanya, yaitu ciptaan yang bersifat kebendaan,
sebaliknya dalam konsepsi Hak Terkait yang dilindungi adalah hak perorangan,
badan hukum, atau lembaga.
Perbedaan ini tampak jelas pada definisi Hak Terkait yang dirumuskan
dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
yaitu : “Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang
35
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni,
2002),h.118
36Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung: Citra Adya Bakti,
2012),h.72
36
merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau
lembaga penyiaran.”
Subjek hukum Hak Terkait jelas tertulis dalam Pasal 6,7 dan 8 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 bahwa:
- Pelaku Pertunjukan adalah seseorang atau beberapa orang yang secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukan suatu
Ciptaan.
- Produser Fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali
merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksankan perekaman suara
atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara
atau bunyi lain.
- Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran
publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun
lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan
tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang Hak Cipta, terdapat empat hak eksklusif dari Hak
Terkait yang meliputi:
1. Hak Moral Pelaku Pertunjukan, merupakan hak yang melekat pada Pelaku
Pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan
alasan apapun walaupun hak ekonominya telah dialihkan yang meliputi hak
untuk namanya dicantumkan sebagai Pelaku Pertunjukan dan tidak dilakukan
distorsi ciptaan, atau hal-hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasi pencipta kecuali disetujui sebaliknya.
37
2. Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan, yaitu Pelaku Pertunjukan memiliki Hak
Ekonomi yang meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau
melarang pihak lain melakukan penyiaran, fiksasi, penggandaan,
pendistribusian, penyewaan, penyediaan atas fiksasi pertujukan kepada publik.
3. Hak Ekonomi Pelaku Produser Fonogram, yaitu Pelaku Pertujukan memiliki
Hak Ekonomi yang meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau
melarang pihak lain untuk melakukan penggandaan, pendistribusian,
penyewaan, penyediaan atas Fonogram dengan atau tanpa kabel yang dapat
diakses publik
4. Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, yaitu Lembaga Penyiaran memiliki Hak
Ekonomi yang meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau
melarang pihak lain untuk melakukan Penyiaran ulang siaran, komunikasi
siaran, fiksasi siaran, dan penggandaan fiksasi siaran.
Perlindungan Hak Terkait (Neighboring rights) saat ini pengaturannya
terdapat juga dalam kaedah hukum Internasional yakni :
a. Konvensi untuk Perlindungan Pelaku Pertunjukan, Produser Rekaman dan
Lembaga Penyiaran Penyiaran. “Convention for the Protection of Performers,
Producers of Phonograms and Broadcasting Organization (Rome
Convention/Neighboring Convention 1961)”
b. Konvensi untuk Perlindungan Produser Rekaman terhadap resiko
penduplikasian rekaman yang tidak sah terhadap rekamannya. “Convention for
the Protection of Producers of Phonograms againts Unautorized Duplication
of Their Phonograms (Geneva Convention 1971)”
38
c. Persetujuan tentang Aspek Perdagangan Terkait Hak Kekayaan Intelektual
“Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Trips
1994)”.37
Rome Convention (1961) secara khusus mengatur tentang perlindungan
hukum neighboring rights, sedangkan konvensi Jenewa (Geneva Convention)
mengatur tentang hak produser rekaman.38
Maksud tujuan utama diadakannya
Konvensi Roma/Rome Convention adalah menetapkan pengaturan secara
internasional perlindungan hukum tiga kelompok pemegang hak cipta atas hak-
hak yang berkaitan yang sampai sekarang ini hanya terdiri dai tiga kelompok
(kemungkinan hari berkembang lebih yang masing-masing mempunyai hak
tersendiri yang dinamakan hak-hak yang berkaitan (Related
Rights/NeighboringRights).39
Menurut ketentuannya Pasal 3 Rome Convention, yang tercakup dalam
pengertian pelakon (performers) adalah para aktor, penyanyi, musisi, penari, dan
orang lain yang beraksi dalam sebuah tampilan lagu, penyampai berita, pembaca
deklamasi (sajak), pelakon dalam permainan sandiwara atau drama, atau orang
yang tampil dalam kegiatan seni dan sastra lainnya.40
E. Hak Siar
37
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2003),h.73
38OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),h.136
39Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2003),h.75
40OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),h.136
39
1. Hak Siar
Dalam penjelasan Pasal 43 ayat 2 Undang-Undang tentang Penyiaran,
dijelaskan bahwa Hak Siar adalah “Hak yang dimiliki lembaga penyiaran untuk
menyiarkan program atau acara tertentu yang diperoleh secara sah dari pemilik
hak cipta atau penciptanya.” Hak siar merupakan hak yang berkaitan dengan
hak cipta yang selanjutnya dinamakan hak terkait. Dalam Pasal 1 angka 5
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta hak terkait diartikan
sebagai hak yang berkaitan dengan hak cipta yang merupakan hak eksklusif
bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga penyiaran.
Persoalan hak siar mengemuka dalam industri penyiaran di Indonesia,
diantaranya penayangan siaran langsung kegiatan olahraga seperti Liga Inggris
atau perhelatan Piala Dunia (World Cup). Selain itu, salah satu kasus yang
menjadi perhatian masyarakat internasional adalah terhadap kegiatan
redistribusi siaran dengan memungut biaya yang dilakukan oleh operator-
operator televisi berlangganan (biasa disebut dengan “TV Kabel”) di beberapa
wilayah Indonesia.41
2. Lembaga Penyiaran
Dalam pasal 1 angka 8 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta dan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No.32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, Lembaga Penyiaran diartikan sebagai penyelenggara penyiaran,
baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
41
Judharikswana, Hukum Penyiaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),h.137
40
komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Lembaga penyiaran merupakan organanisasi berbadan hukum, maka
secara otomatis lembaga penyiaran mempunyai hak dan kewajiban. Menurut
Achmad Zen Umar Purba di dalam bukunya yang berjudul Hak Kekayaan
Intelektual Pasca Trips, menjelaskan hak bagi lembaga penyiaran yaitu berupa
perlindungan terhadap pelaku (performers), produser perekaman suara dan
lembaga penyiaran misalnya mengenai faxtion dan penampilan pada rekaman
suara, pelaku dapat mencegah pihak lain memanfaatkan hak terkait tersebut
tanpa otoritasi darinya.42
OK Saidin dalam bukunya Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
(Intellectual Property Rights), menjelaskan hak-hak yang dimiliki oleh
lembaga siaran yaitu :
1. Moral Rights yaitu hak dari seorang performer untuk disebutkan namanya
dalam kaitannya dengan pertunjukan mereka dan hak untuk menolak
kerugian yang ditimbulkan akibat dari pertunjukan mereka.
2. Exclusive Rights yaitu dalam hal reproduksi, distribusi, rental, dan rekaman
suara online terhadap pertunjukan mereka.
42
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, (Bandung: Alumni,
2005),h.66
41
3. Hak untuk memperoleh pembayaran yang wajar dari siaran dan komunikasi
kepada khalayak dari penayangan ulang siaran mereka.43
Lembaga penyiaran merupakan media komunikasi yang memberikan
siaran berupa suara atau gambar kepada publik. Lembaga penyiaran sesuai
dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yaitu terdiri
dari lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan. Lembaga penyiaran
publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan
oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi
memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Lembaga penyiaran
swasta adaah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan
hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa
penyiaran radio atau televisi.
Lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat
independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan
wilayah terbatas serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Lembaga
penyiaran berlangganan merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan
hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa
penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin
penyelenggaan penyiaran berlangganan.
43
OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),h.144
42
Lembaga penyiaran televisi menjadi satu instrumen penting dalam
segenap aspek kehidupan masyarakat. Televisi telah memberi andil besar
dalam percepatan demokrasi politik, ekonomi, pendidikan, hiburan, dan aspek
lainnya. Peran yang dilakukan televisi seperti saat ini, sudah tentu tidak
terlepas dari pilihan ideologis media yang ditransformsikan ke dalam realitas
sehari-hari masyarakat. Televisi dianggap sebagai media yang paling tepat
dalam mentransformasikan informasi. Diantara beberapa media yang tersedia,
televisi memiliki kelebihan-kelebihan yang disampaikan dengan gambar visual
yang bergerak, bukan gambar diam seperti di media cetak. Media penyiaran
televisi mampu menyiarkan pesan multimedia yang berupa teks gambar/video
dan audio sekaligus.44
Di sisi lain, media penyiaran televisi atau radio mempunyai karakteristik
sebagai media yang menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu. Artinya
siaran dari suatu media televisi atau radio dapat diterima dimana saja dalam
jangkauan pancarannya (menguasai ruang) tetapi siaranya tidak dapat dilihat
kembali (tidak menguasai waktu).45
Setiap lembaga penyiaran wajib terlebih
dahulu memiliki izin penyelenggaraan penyiaran sebelum melaksankaan
aktivitas penyiaran. Untuk itu, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
untuk memperoleh izin tersebut.
44
Mutia Ulfa, Perlindungan Hak Terkait Lembaga Televisi Menurut Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, (Sumatera Utara: Badan Penerbit Program Studi
Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2009),h.1. http://gobookee.net.
Diakses Tanggal 4 Mei 2016 pukul 17.00 WIB
45Haidajanto Djamal, Andi fachrudin, Dasar-Dasar Penyiaran (Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011),h.63
43
Namun sebelum melakukan proses perizinan, harus diperiksa terlebih
dahulu apakah dapat peluang untuk menyelenggarakan lembaga penyiaran.
Untuk mengetahui peluang tersebut, adalah kewajiban Menteri Komunikasi
dan Informatika untuk mengumumkan secara terbuka melalui media cetak
dan/atau elektronik peluang penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran
swasta dan penyiaran lembaga penyiaran berlangganan melalui teresterial
secara periodik setiap 5 tahun sekali untuk jasa penyiaran radio dan 10 tahun
sekali untuk jasa penyiaran televisi.46
Lembaga penyiaran mempunyai berbagai bentuk diantaranya adalah
radio, televisi, kabel transmisi dan berbagai sarana multimedia lainnya. Sejalan
dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, terdapat beberapa status badan
usaha yang dapat dipilih oleh organisasi penyiaran, baik yang dimiliki
pemerintah maupun swasta yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN/BUMD),
Badan Usaha Milik Swasta Murni dan Badan Usaha Gabungan Pemerintah
Swasta. Bagi badan usaha swasta murni dapat berorientasi pada profit sedang
bagi BUMN/BUMD orientasinya yaitu perolehan keuntungan materi,
pemerataan pelayanan, pengembangan kebijaksanaan pemerintah dan
industri.47
46
Judharikswana, Hukum Penyiaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),h.69
47OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),h.146
44
BAB III
PELINDUNGAN HUKUM HAK SIAR EKSKLUSIF PT. MNC SKY
VISION DI INDONESIA
A. Kategori Pembajakan Hak Siar Eksklusif dalam Hak Cipta di Indonesia
Pembajakan dapat dilakukan terhadap berbagai macam ciptaan. Salah satu
bentuk pembajakan yang marak saat ini adalah pembajakan dalam tayangan
televisi. Tindakan pembajakan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran Hak
Cipta. Hal ini dikarenakan ada salah satu materi Hak Cipta yang dilanggar oleh
tindakan pembajakan dalam tayangan televisi yaitu adalah hak siar.
Hak siar adalah hak yang dimiliki lembaga penyiaran untuk menyiarkan
program atau acara tertentu yang diperoleh secara sah dari pemilik Hak Cipta atau
penciptanya. Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa hak
siar adalah suatu hak untuk menyiarkan atau mengumumkan suatu karya ciptaan
apapun bentuknya sebagai hasil karya dari penciptanya.
Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah menjelaskan
yang dimaksud pembajakan yaitu penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dengan secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan
dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Penggandaan yaitu
proses, pembuatan, atau cara menggandakan suatu salinan Ciptaan dan/atau
fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau
sementara. Sedangkan yang dimaksud pendistribusian yaitu penjualan,
pengedaran, dan/atau penyebaran Ciptaan dan/ atau produk Hak Terkait.
45
Hak atas suatu acara lahir dari ciptaan, dimana suatu ciptaan menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, setiap hasil karya
cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang di
ekspresikan dalam bentuk nyata. Oleh sebab itu dalam penggunaan suatu ciptaan
khususnya mengenai ciptaan dari suatu bentuk acara yang pemanfaatannya dan
pendistribusiannya melalui mekanisme penyiaran, pengaturannya diatur dalam
dalam suatu hak yang disebut Hak Siar.
Hak siar sebagai Intangible Assets dapat dialihkan haknya kepada pihak
lain. Pengalihan hak siar dilakukan melalui mekanisme pemberian lisensi hak siar.
Pemegang Hak Cipta berhak memberikan izin atau lisensi tersebut kepada siapa
saja termasuk lembaga penyiaran berdasarkan kesepakatan yang dituangkan
dalam perjanjian lisensi. Dalam dunia penyiaran, praktik jual beli satuan acara
sebagai ciptaan sering dilakukan oleh pelaku usaha penyiaran. Dalam hal ini
pelaku usaha lembaga penyiaran membeli beberapa satuan acara dari pihak lain
(seperti rumah produksi film atau distributor film asing),48
yang berupa hak akan
ciptaan yang dihasilkan oleh rumah produksi atau ciptaan yang kepemilikannya
berada pada distributor.
Lembaga penyiaran apabila ingin memperoleh hak siar suatu satuan acara,
dapat melakukan pendekatan kepada pihak lain yang berkepentingan baik pihak
dalam negeri maupun luar negeri. Tindakan pembajakan dalam tayangan televisi
48
Anita Wulandari, “Manajemen Televisi Swasta di Indonesia: Studi Deskriptif Strategi
Trans TV dalam Meraih Peringkat”, (Thesisi FISIP Universitas Indonesia, 2004),h.28
46
dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak siar dalam lembaga penyiaran
melakukan penayangan program-program acara televisi tanpa miliki izin atau
lisensi dari pemegang Hak Cipta atas tayangan televisi tersebut untuk
menayangkannya. Padahal seharusnya dalam menayangkan suatu tayangan
televisi lembaga penyiaran harus memiliki izin atau lisensi dari pemegang Hak
Cipta, yang didalam hal ini berbentuk Hak Siar.
B. Hak Siar Eksklusif Pada PT. MNC SKY VISION
PT. MNC SKY VISION memiliki kontrak kerja sama dengan STAR untuk
mendapatkan Hak Siar dalam menayangkan siaran BPL (Barclays Peremier
League), Star Movie, Star Sport, dan ESPN serta MNC Sport. Konten siaran BPL,
melalui konten Star Movies, Star Sport serta MNC Sport, merupakan karya siaran
yang dilindungi sebagai Hak Cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 1 (5) Undang-
Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
PT. MNC SKY VISION adalah pemenang tender terbuka yang dilakukan
oleh ESPN Star Sport untuk mendapatkan lisensi atas program siaran BPL
(Barclays Premier League) dengan kompensasi yang diberikan tersebut maka PT.
MNC SKY VISION mendapatkan Hak Siar Eksklusif atas program BPL tersebut.
Siaran BPL (Barclays Premier League) adalah siaran milik PT. MNC SKY
VISION sesuai dengan perjanjian afiliasi penyiaran antara ESPN Star Sport
dengan PT. MNC SKY VISION tertanggal 02 September 2012, dimana pada
pokoknya menyatakan bahwa PT. MNC SKY VISION memiliki Hak Siar
Eksklusif untuk penayangan program BPL (Barclays Premier League) mulai 01
Agustus 2010 sampai dengan 31 Mei 2013 di wilayah teritorial Indonesia.
47
Dengan adanya kepemilikan Hak Siar Eksklusif yang dimiliki PT. MNC
SKY VISION, setiap lembaga penyiaran yang menyiarkan program BPL, Star
Movies, ESPN harus terlebih dahulu memiliki kerjasama dengan PT. MNC SKY
VISION serta membayar sejumlah biaya atau royalti yang telah diatur dalam
Perjanjian Kerjasama tersebut kepada PT. MNC SKY VISION. Hak Lisensi BPL
tidak dapat diserahkan lagi kepada pihak lain, namun sebagai pemegang Hak Siar
Eksklusif, PT. MNC SKY VISION dapat memberikan Hak Siar Konten tersebut
kepada pihak lain yang telah melakukan kontrak kerjasama dengan PT. MNC
SKY VISION.
Tidak hanya menyiarkan, segala bentuk Highlight pertandingan BPL baik
untuk kepentingan komersil atau pemberitaan di media pun haruslah
mencantumkan courtesy dari pemegang Hak Siar Eksklusif, tidak bisa beralasan
menggambil dari luar negeri, karena bagaimana pun PT. MNC SKY VISION
memegang Hak Siar Eksklusif untuk penayangan di wilayah Indonesia.
C. Pola Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Siar Eksklusif Pada
PT. MNC SKY VISION
Dalam perlindungan hukum terhadap pembajakan Hak Siar Eksklusif pada
PT. MNC SKY VISION, sejumlah tim pemantauan lapangan diterjunkan untuk
memantau penayangan BPL (Barclays Premier League) di berbagai lokasi dan
tempat hiburan, tidak hanya di Jakara tetapi di berbagai daerah. Indovision dalam
hal ini PT. MNC SKY VISION secara khusus juga mengirimkan tim untuk
memetakan kemungkinan terjadinya piracy (pembajakan) siaran BPL di beberapa
kota. Apabila ditemukan indikasi pembajakan siaran atau penayangan siaran tanpa
48
izin resmi dari PT. MNC SKY VISION, maka akan segera dilakukan proses
penegakan hukum atas tindakan ilegal tersebut.49
Indovision dalam hal ini PT. MNC SKY VISION merupakan anggota
APMI (Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia) yaitu yang merupakan
sebuah himpunan penyelenggara multimedia yang bertujuan untuk
mengembangkan industri multimedia melalui pengembangan Broadband dan
industri kreatif digital. APMI merupaka asosiasi multimedia yang aktif menindak
pembajakan siaran televisi berlangganan.50
Dalam pembajakan PT. MNC SKY VISION memberikan kuasanya
kepada APMI (Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia) untuk melakukan
segala tindakan hukum untuk menangani pembajakan/ pelanggaran hukum hak
siar terhadap penyelenggaraan TV berlangganan ilegal.
D. Pengaturan Perlindungan Hukum Atas Pembajakan Hak Siar Eksklusif
pada PT. MNC SKY VISION Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta Di
Indonesia
Hak Terkait (Neighboring Rights) merupakan bagian dari Hak Atas
Kekayaan Intelektual. Banyak karya cipta yang dilahirkan dari individu-individu
seperti seorang pengarang novel yang karyanya dibuat menjadi sekenario sebuah
drama atau sinetron, yang melibatkan para aktor untuk menunjang promosi dan
daya saing novel tersebut dan juga seperti dalam bidang musik yaitu dengan
49
http://techno.okezone.com/read/2010/10/19/54/384069/siaran-liga-inggris-kian-marak
dibajak diakses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 18.30 WIB
50https://id.wikipedia.org/wiki/Asosiasi_Penyelenggara_Multimedia_Indonesia diakses
pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 19.00 WIB
49
semakin berkembangnya dunia rekaman suara yang dalam hal ini melibatkan
seorang produser untuk merekam suatu karya suara atau bunyi lainnnya. Contoh
tersebut adalah gambaran keterkaitan antara Hak Cipta dengan Hak Terkait
(Neighboring Rights).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. “Hak Cipta merupaka
hak ekskulsif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Hak
eksklusif merupakan hak istimewa yang hanya dimiliki oleh pencipta atau
pemegang hak cipta. Secara otomatis seorang pencipta akan mempunyai hak
eksklusif setelah ia berhasil menciptakan karya berdasarkan kerja kerasnya dan
diwujudkan dalam bentuk nyata.
Berdasarkan pasal 1 angka 4 Undang-Undang Hak Cipta. “Pemegang hak
cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak
tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.” Jadi, setelah Hak Cipta
dialihkan dari pemilik hak cipta kepada orang lain, maka orang tersebut dapat
untuk mengalihkan kembali hak ciptanya kepada orang lain dengan cara menjual
belikannya.
Selanjutnya yang dimaksud ciptaan menurut Abdulkadir Muhammad
adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk yang khas menunjukan keaslian
50
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.51
Sedangkan yang dimasud
ciptaan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta “ciptaan
adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang
dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan,
atau keahlian yang diekspesikan dalam bentuk nyata.” Undang-Undang Hak Cipta
mengelompokan 3 (tiga) bidang ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang hak
cipta, yakni ciptaan yang termasuk dalam bidang ilmu penegetahuan, seni dan
sastra.
Hak Terkait berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta dijelaskan dalam Pasal 1 angka 5 yaitu: “Hak yang berkaitan dengan Hak
Cipta yang merpakan Hak ekslusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,
atau lembaga penyiaran. Yang dikategorikan sebagai pelaku pertunjukan menurut
undang-undang adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama menampilkan atau mempertujukan suatu ciptaan.
Produser Fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali
merekam dan memiiki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau
perekaman bunyi baik perekaman pertujukan maupun pererkaman suara atau
bunyi lain. Selanjutnya yang dimaksud dengan Lembaga Penyiaran adalah
penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran
swasta, lembaga penyiara komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan
51
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Intelektual, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2001),h.112
51
yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak Cipta terdapat
Lembaga Manajemen Kolektif yang menghimpun dan mengelola hak ekonomi
pencipta dan pemilik hak terkait. Dengan menjadi anggota, pencipta dan pemilik
hak terkait dapat menarik imbalan atau royalti. Pembayaran royalti adalah
merupakan salah satu bentuk implementasi ditegakkanya pengakuan atas Hak
Cipta secara umum dan secara khusus penegakan atas Hak Terkait dikalangan
lembaga penyiaran. Royalti adalah pembayaran berupa imbalan sejumlah uang
tertentu yang diterima oleh pemegang Hak Cipta atau pemegang Hak Terkait atas
digunakan/dimanfaatkan ciptaanya tersebut oleh pihak lain untuk kepentingan
yang sifatnya komersial.52
Subyek-subyek diatas adakalanya bukan pencipta, tetapi memiliki andil
besar dalam mendistribusiakan sarana hiburan yang dapat dinikmati dan
digunakan oleh masyarakat. Adanya andil dan keterlibatan untuk
mendistribusikan karya-karya yang berasal dari Hak Cipta, tentu saja memberikan
suatu manfaat tersendiri bagi penciptanya yaitu berupa nilai ekonomi dari
ciptaanya. Maka sudah selayaknya diberikan suatu penghargaan berupa
perlindungan hukum dan mendapatkan royalti dari penampilan tersebut mana kala
penampilan tersebut ditayang ulang.53
52
Pipin Syaripin dan Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,
(Bandung: Pustaka Banu Quraisy,2004),h.90
53OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),h.136
52
Dengan adanya undang-undang hak cipta maka undang-undang sebagai
peraturan yang fungsinya mengatur dan melindungi hak dan kewajiban dari
subyek hukum agar terciptanya ketertiban. Undang-Undang Hak Cipta melindungi
hak-hak dari pencipta dan pemegang hak cipta terhadap tindakan-tindakan
pelanggran yang dilakukan oleh pihak yang tanpa hak melakukan hak-hak yang
dimiliki oleh pencipta dan pemegang hak cipta. Perlindungan hukum terhadap hak
cipta seperti yang terdapat dalam undang-undnag hak cipta melindungi hak moral,
hak ekonomi dan hak terkait.
Lembaga Penyiaran merupakan satu dari tiga Hak Terkait yang
mempunyai hak eksklusif yang ada didalam Undang-Undang Hak Cipta. Hak
eksklusif yang dimiliki oleh lembaga penyiaran adalah hak ekonomi yang terdapat
pada Pasal 25 Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai
bentuk perlindungan terhadap hak yang berkaitan denga Hak Cipta. Salah satunya
perlindungan ini diberikan kepada Pemegang Hak Siar Eksklusif lembaga
penyiaran. Perlindungan tersebut diberikan terhadap mereka untuk memberikan
pemahaman terhadap masyarakat bahwa Lembaga Penyiaran juga termasuk
kedalam hak yang berkaitan dengan Hak Cipta. Sehingga orang lain tidak dapat
dengan semena-mena menggunakannya tanpa seizin pencipta atau pemegang hak
ciptanya.
Adapun hak ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta Pasal 20
merupakan hak eksklusif meliputi hak moral pelaku pertunjukan, hak ekonomi
pelaku pertunjukan, hak ekonomi produser fonogram, dan hak ekonomi lembaga
penyiaran. Dalam Pasal 25 ayat 2 hak ekonomi lembaga penyiaran meliputi hak
53
melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk
melakukan: penyiaran ulang siaran, komunikasi siaran, fiksasi siaran dan
penggandaan fiksasi siaran.
Namun meski telah ada peraturan yang secara jelas mengatur bahwa Hak
Terkait memiliki hak eksklusif yaitu hak ekonomi, masih ada saja sebagian
masyarakat yang menggunakanya tanpa hak. Adapun perlindungan yang secara
tegas diatur di dalam Undang-Undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta adalah pencipta, pemegang Hak Cipta dan/atau pemegang Hak Terkait atau
ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi berhak memperoleh ganti
rugi. Bagi mereka yang melanggar hak ekonomi lembaga penyiaran, dikenakan
sanksi sesuai Pasal 118 Undang-Undang No.28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
54
BAB IV
HAK SIAR PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
NOMOR:130/Pid.B/2013/PN.PAREPARE
A. Penyelesaian Hukum Sengketa Hak Siar Pada Peradilan Sebagai Hak Cipta
di Indonesia
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 1 ayat 1
Undang- Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan. Di dalam Hak Cipta terdapat Pencipta dan Ciptaan, dalam Undang-
Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan Pencipta adalah
seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama sama
menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi, sedangkan Ciptaan
adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan,
atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 merupakan perubahan
terhadap Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Perubahan terhadap
Undang-Undang Hak Cipta dimaksudkan untuk lebih memberikan perlindungan
kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak terkait. Undang-Undang
Hak Cipta yang baru terdapat perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan serta
memberikan perlindungan yang lebih baik lagi bagi pencipta, pemegang hak cipta
55
dan pemilik hak terkait terutama dalam perkembangan informasi dan tekhnologi
sekarang ini, dan hal ini sebagaimana tercantum didalam beberapa pasal pada
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014. Undang-Undang Hak Cipta No.
28 Tahun 2014 juga memberikan perlindungan hukum kepada Pencipta,
Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait secara menyeluruh, perlindungan
hukum dimaksudkan sebagai perlindungan hukum secara Pidana dan Perdata.
Bentuk perlindungan hukum baik itu secara pidana maupun perdata yang
diatur oleh Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 yaitu berdasarkan pada
Bab XIV tentang Penyelesaian Sengketa di dalam Pasal 95 ayat 1 disebutkan
bahwa: "Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif
penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan". Berdasarkan pada Pasal 95
ayat 1 tersebut, bahwa upaya penyelesaian sengketa Hak Cipta bisa dilakukan
melalui alternatif penyelesaian sengketa dan arbritase sebelum ke Pengadilan,
yang merupakan pasal baru yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Cipta No.
28 Tahun 2014. Selain itu juga bahwa untuk penyelesaian hak cipta yang salah
satu pihaknya berada di luar negeri, diakomodir ketentuan penyelesainnya di
dalam Pasal 95 ayat 4, yang berbunyi: "Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau
Hak Terkait dalam bentuk Pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa
diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui
mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana".
56
Selain itu, setiap Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait
bisa juga mengajukan gugatan ganti rugi melalui Pengadilan Niaga atas
pelanggaran hak cipta atau produk terkait. Ketentuan tentang Ganti Rugi ini
disebutkan di dalam Pasal 99 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun
2014. Bentuk Ganti Rugi yang bisa dilakukan oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta
dan Pemilik Hak Terkait menurut ketentuan Pasal 99 ayat 2 disebutkan bahwa:
"Gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa permintaan
untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari
penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya
yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait". Dan juga
Pencipta, Pemilik Hak Cipta dan Pemegang Hak Terkait juga bisa bisa
mengajukan putusan sela kepada Pengadilan Niaga. Yang bisa dimintakan
putusan sela oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait
tersebut menurut Pasal 99 ayat 3 Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
diterangkan bahwa putusan sela dimintakan ke Pengadilan Niaga untuk:
a. Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan Pengumuman atau Penggandaan,
dan/atau alat Penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan Ciptaan hasil
pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait; dan/atau
b. Menghentikan kegiatan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau
Penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan
produk Hak Terkait.
57
Selain disebutkan tentang Penyelesaian Sengketa melalui alternatif
penyelesaian sengketa dan arbritase, Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik
Hak Terkait yang merasa dirugikan juga bisa meminta Penetapan Sementara
Pengadilan, Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan penetapan sementara untuk:
a. Mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta atau
Hak Terkait ke jalur perdagangan;
b. Menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan sebagai alat bukti yang
berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut;
c. Mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya oleh pelanggar;
dan/atau
d. Menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih besar.
Proses Permohonan penetapan sementara pengadilan diajukan kepada
ketua Pengadilan Niaga di wilayah hukum tempat ditemukannya barang yang
diduga merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait. Dan sebagai
tambahan berdasarkan Pasal 105 Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
disebutkan bahwa: "Hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas pelanggaran
Hak Cipta dan/atau Hak Terkait tidak mengurangi Hak Pencipta dan/atau pemilik
Hak Terkait untuk menuntut secara pidana".
Disamping itu juga setiap pihak yang berkepentingan terhadap ciptaan
yang sudah dicatat, maka dapat juga mengajukan gugatan pembatalan pencatatan
ciptaan dalam daftar umum ciptaan melalui Pengadilan Niaga. Gugatan
58
sebagaimana dimaksud ditujukan kepada Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta
terdaftar.
Ketentuan Pidana merupakan ketentuan yang selalu dicantumkan di dalam
setiap Undang-undang yang ada di Indonesia, ketentuan Pidana ini dimaksudkan
untuk memberikan efek jera kepada para pelaku pelanggaran terhadap Undang-
undang tersebut. Di dalam hukum pidana Indonesia yang mengatakan bahwa
hukum pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum.
Hal ini memiliki makna apabila suatu perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain
(kekeluargaan, negosiasi, mediasi, perdata, ataupun hukum administrasi)
hendaklah jalur tersebut terlebih dahulu dilalui.
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 mengatur tentang
Ketentuan Pidana, berdasarkan pada Bab XVII Undang-Undang Hak Cipta, yaitu
terdapat sekitar 8 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan Pidana, sedangkan di
dalam Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, Pasal yang mengatur
tentang ketentuan Pidana terdapat 1 Pasal saja, yaitu Pasal 72. Ke 8 Pasal yang
mengatur tentang Pidana diatur didalam Pasal 112,113,114,115,116,117,118 dan
119. Didalam ke 8 Pasal tersebut diatur tentang Pidana Penjara dan Pidana Denda.
Pidana Penjara menurut Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
disebutkan; pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. Sedangkan di dalam
Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002) disebutkan bahwa pidana
penjaranya paling lama 7 (tujuh) tahun. Sedangkan untuk Pidana Denda menurut
Undang-Undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 ditentukan; paling banyak Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah), sedangkan di dalam Undang-Undang
59
Hak Cipta No.19 Tahun 2002 ketentuan pidana dendanya paling banyak
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Undang-Undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 juga secara tegas
menyebutkan di dalam Pasal 120 bahwa Tindak Pidana Hak Cipta merupakan
delik aduan. Istilah delik aduan (klacht delict), ditinjau dari arti kata klacht atau
pengaduan berarti tindak pidana yang hanya dapat dilakukan penuntutan setelah
adanya laporan dengan permintaan untuk dilakukan penuntutan terhadap orang
atau terhadap orang tertentu. Pada delik aduan, jaksa hanya akan melakukan
penuntutan apabila telah ada pengaduan dari orang yang menderita, dirugikan oleh
kejahatan tersebut. Sedangkan Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002
tidak menerangkan secara tegas pasal yang menyebutkan tentang delik aduan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
lebih secara rinci dan detail memberikan perlindungan hukum baik secara pidana
dan perdata terhadap Pencipta, Pemilik Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait. Dan
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 telah lebih baik, dengan
memberikan ruang untuk menyelesaikan sengketa dengan jalur Penyelesaian
sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase. Tentunya kemajuan-
kemajuan yang ada di dalam Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
membawa dampak positif bagi Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak
Terkait untuk selalu berkarya dan berkreasi serta produktif dalam menciptakan
karya ciptanya yang baru.
60
B. Kasus Putusan Hak Siar Pada PN Nomor:130/Pid.B/2013/PN.Parepare
1. Kasus Pada Pengadilan Negeri Parepare
Berawal dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh Asosisasi
Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI) yang merupakan Asosiasi yang
beberapa lembaga penyiaran berlangganan seperti Indovision, Telkomvision,
Skynindo, First Media, Fasindo, dan masih banyak lagi yang dimana APMI
(Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia) mendapatkan kuasa dari
Indovision yang dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 2009 untuk
melakukan upaya hukum terhadap penyelenggaraan TV Kabel ilegal.
Sekitar bulan November tahun 2012 bertempat di Jalan Gelantik tepatnya
di station TV Kabel Visual Vision Kabel Parepare Provinsi Sulawesi Selatan
Terdakwa selaku pemilik station TV Kabel Visual Vision telah
menyiarkan/menayangkan program BPL (Barclays Premier Leauge), Star
Movie, Star Sport, serta MNC Sport tanpa izin yang ditemukan oleh Asosiasi
Penyeleggara Multimedia Indonesia (APMI).
Bahwa siaran BPL (Barclays Premier League) adalah siaran milik PT.
MNC SKY VISION sesuai dengan perjanjian afiliasi penyiaran antara ESPN
Star Sport dengan PT. MNC SKY VISION tertanggal 2 September 2010,
dimana pada pokoknya menyatakan bahwa PT.MNC SKY VISION memiliki
hak siar eksklusif untuk penanyangan program BPL (Barclays Premier League)
mulai 1 Agustus 2012 sampai dengan 31 Mei 2013 di wilayah teritorial
Indonesia.
61
Bahwa terdakwa, pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat ditentukan
lagi, sejak bulan Juli tahun 2011 sampai dengan bulan November 2011,
awalnya karena tuntutan dari pelanggan terdakwa untuk meyiarkan siaran BPL,
terdakwa takut pelanggan terdakwa pindah ke TV Kabel lain. Maka terdakwa
ingin berlangganan siaran pada PT. MNC SKY VISION dengan cara
meminjam aplikasi berlangganan reguler atas nama Harun Suwondo. Agar
dapat menerima siaran yang dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION, yang salah
satunya adalah siaran BPL (Barclays Premier League).
Terdakwa memakai aplikasi milik Harun Sundowo karena pada saat itu
terdakwa menyampaikan bahwa terdakwa ingin berlangganan Indovision,
namun Harun Sundowo yang sudah terlebih dulu berlangganan Indovision
menyerahkan aplikasinya tersebut kepada terdakwa dan menyuruh terdakwa
untuk membayar iuran bulanannya ke Indovision, karena Harun Sundowo
sudah bisa dapat siaran Liga Inggris melalui Antena UHF di Makassar. Sejak
saat itu terdakwa berlangganan siaran PT. MNC SKY VISON dengan aplikasi
atas nama Harun Sundowo secara pribadi atau reguler dan untuk pelanggan
reguler digunakan hanya untuk pribadi saja tidak untuk didistribusikan ke
pihak lain.
Namun, setelah menerima siaran BPL (Barclays Premier League) melalui
alat yang dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION tersebut, tanpa seizin atau
sepengetahuan PT.MNC SKY VISION, sejak bulan Juli tahun 2011 sampai
dengan bulan November 2011 terdakwa telah mendistribusikan/
memperbanyak siaran BPL (Barclays Premier League) kepada para
62
pelanggannya dengan menggunakan sarana kabel yang tersambung kepada
para pelanggan terdakwa yang berjumlah sekitar 200 (dua ratus) orang, padahal
terdakwa mengetahui sebagai pelangan reguler terdakwa hanya berhak untuk
menikmati siaran yang diterima dari PT. MNC SKY VISION secara pribadi
dan tidak berhak untuk mendistribusikannya.
Terdakwa mengambil siaran atau program tersebut dari parabola setelah
itu disalurkan ke alat yang disebut Decoder/ Reciver yang mana dalam alat
decoder tersebut terdapat kartu yang disebut Viewing Card yang berfungsi
untuk mengaktifkan siaran yang sudah ditangkap oleh parabola dan juga
decoder tersebut. Terdakwa dalam menyiarkan karya siaran PT. MNC SKY
VISION pun tidak memiliki izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) yang
seharusnya sebelum menyelenggarakan kegiatan lembaga penyiaran wajib
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran.
Setiap pelanggan TV Kabel terdakwa mempunyai kewajiban untuk
membayar biaya berlangganan TV Kabel terhadap terdakwa sebesar
Rp.20.000,- (dua puluh ribu rupiah) setiap bulan dan terdakwa juga tidak
pernah membayar royalti kepada PT. MNC SKY VISION. Atas perbuatan
terdakwa tersebut PT.MNC SKY VISION mengalami kerugian sekitar
Rp.499.000.000,- (empat ratus sembilan puluh sembilan juta rupiah).
2. Penyelesaian Hak Siar Pada Putusan PN No.130/Pid.B/2013/PN.Parepare
Dalam Memberikan Putusan PN No.130/Pid.B/2013/PN.Parepare
pertimbangan hakim dalam kasus Hak Cipta dimulai dari tahap-tahap
pemeriksaan. Pertimbangan hakim dalam putusannya berdasarkan pada
63
pembuktian yaitu pembuktian berdasarkan keterangan-keterangan dari saksi
dan bukti lainnya.
Bahwa terdakwa telah diajukan kehadapan persidangan dengan Surat
Dakwaan berbentuk Alternatif, yaitu yang kesatu Pasal 72 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan yang kedua Pasal 58
huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Karena
terdakwa didakwa dengan surat dakwaan berbentuk alternatif, maka majelis
hakim akan mempertimbangkan dakwaan yang paling memenuhi unsur
dakwaan penuntut umum.
Setelah majelis hakim memperhatikan fakta persidangan maka perbuatan
terdakwa yang paling memenuhi unsur dari dakwaan yang kesatu penuntut
umum yaitu melanggar Pasal 72 ayat (5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tenang Hak Cipta. Karena dengan senggaja melanggar Pasal 49 (3) yaitu :
lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau
melarang pihak lain yang tanpa persetujuan membuat, memperbanyak dan atau
menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel
atau melalui sistem elektromagnetik lain.
Dengan unsur dari tindak pidana dalam dakwaan kesatu adalah barang
siapa; dengan sengaja; melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Bahwa selama
persidangan majelis hakim tidak menemukan alasan pemaaf maupun pembenar
yang dapat meniadakan kesalahan dan pertanggungan jawab pidana terdakwa
64
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana melanggar Hak Cipta.
Sebelum majelis hakim menjatuhkan pidana maka akan mpertimbangkan
hal-hal yang meringankan dan memberatkan dari perbuatan terdakwa. Hal-hal
yang memberatkan yaitu perbuatan terdakwa telah merugikan PT. MNC SKY
VISION. Hal-hal yang meringankan yaitu terdakwa bersikap sopan
dipersidangan, terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa
memiliki tanggugan keluarga.
Berdasarkan hal-hal yang memberatakan dan meringankan maka pidana
yang dijatuhkan telah dipandang tepat dan adil karena tujuan pemidanaan
terdakwa adalah pemasyarakatan dan pemanusiaan kembali dirinya maka harus
bersifat korektif, rehabilitatif, preventif dan edukatif agar terdakwa menyadari
dan menyesali perbuatanya dan tidak mengulangi perbuatannya di masa
mendatang.
Menimbang bahwa terdapat barang bukti berupa 1 (satu) buah kartu VC
(Viewing Card) dengan nomor 0112895637, 1 (satu) buah decoder Top TV
Merk Humax nd-10 yang karena barang tersebut milik terdakwa maka
dikembalikan kepada terdakwa. Dan barang bukti berupa 2 (dua) lembar
aplikasi berlangganan dengan nomor 20207423 yang karena merupakan satu
kesatuan dengan berkas perkara maka barang bukti tersebut tetap terlampir
dalam berkas perkara.
65
Maka terdakwa Ahmad Hidayat terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana “Melanggar Hak Cipta” dan dengan pidana penjara
selama 5 (lima) bulan berdasarkan hal-hal yang memberatkan dan yang
meringankan dan dengan menetapkan barang bukti diatas. Karena terdakwa
dijatuhi pidana, maka terdakwa juga harus dibebani untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).
C. Peran Pemerintah Dalam Menanggulangi Perlindungan Pembajakan Hak
Eksklusif Secara Khusus dan Hak Kekayaan Intelektual Secara Umum di
Indonesia.
Dengan banyaknya karya yang dihasilkan, tidak dipungkiri akan ada
banyak pelanggaran hak cipta yang dilakukan. Maka langkah-langkah pemerintah
hingga saat ini dalam menanggulanginya, antara lain:
1. Pelaksanaan pembahasan RPP sebagaimana disyaratkan dalam Undang-
Undang Hak Cipta dengan instansi terkait (interdep) secara intensif (Dewan
Hak Cipta, Foklor, Optical Disk, Hak Informasi Manajemen bagi Pencipta
2. Dibentuknya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HKI oleh pemerintah
yang bertugas merumuskan kebijakan nasional penanggulangan pelanggaran
HKI, menetapkan langkah-langkah nasional dalam menanggulangi pelanggaran
HKI, serta melakukan koordinasi sosialisasi dan pendidikan di bidang HKI
guna penanggulangan pelanggaran HKI. Dengan adanya Tim Nasional
Penanggulangan Pelanggaran HKI yang dibentuk oleh pemerintah diharapkan
mampu membantu kinerja pemerintah untuk melindungi hasil karya dari warga
negaranya. Meminimalisir pelanggaran Hak Cipta berupa pembajakan karya,
66
mengklaim karya orang lain, dan lain-lain. Melalui tim ini, pemerintah juga
mudah mengawasi warga negaranya untuk hasil karya yang ada.
3. Pelatihan PPNS HKI Seluruh Indonesia dan Aparat Penegak Hukum lainnya di
bidang Hak Cipta, Sosialisasi di Mall, Perusahaan dan bagi kalangan Pimpinan
Pemerintah.
4. Pelaksanaan sosialisasi UHC dalam benuk seminar dan direcly mailer kepada
Perusahaan-perusahaan pengguna jasa piranti lunak komputer.
5. Pemerintah memeberikan contoh produk Open Source jika belum mampu
membeli lisence berbayar. Berbagai institusi pemerintah sudah memakai Open
Source untuk sistem Operasinya yaitu bahwa “Indonesia, Go Open Source!”
(IGOS) adalah sebuah semangat gerakan untuk meingkatkan penggunaan dan
pengembangan perangkat lunak sumber terbuka di Indonesia. IGOS
dideklarasikan pada 30 Juni oleh 5 kementrian yaitu Kementrian Negara Riset
dan Teknologi Departemen Komunikasi dan Infrmatika, Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Kementrian Negara Pendayagunaan Apratur Negara,
Departemen Pendidikan Nasional. Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder
TI (akademisi, sektor bisnis, instansi pemerintah dan masyarakat) yang dimulai
dengan program untuk menggunakan perangkat lunak sumber terbuka di
lingkungan instansi pemerintah. Dengan langkah ini diharapkan dapat diikuti
oleh semua lapisan masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak legal.
6. Menggunakan program yang menggunakan lisensi Open Source, lisensi Open
Source adalah lisensi dimana setiap orang yang menggunakan perangkat lunak
diperbolehkan membuat salinan tak terbatas, menjuak atau bahkan memberikan
67
program komputer secara baebas tanpa ada kewajiban membayar kepada
siapapun. Denmenggunakan progam dan sistem oprasi yang memiiki lisence
Open Source maka dapat meminimalisir adanya pelanggaran hak cipta yanga
da. Ketersediaan Source Code dalam program degan lisence ini menjadi syarat
utama dilakukannya modifikasi dan perbaikan program.
7. Dibuatnya undang-undang oleh pemerintah tentang Hak Cipta. Undang-
Undang tentang Hak Cipta yang berisi pada Pasal 1-5 adalah:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama mengasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan
pribadi.
3. Ciptaan adalah hasil setiap karya cipta dibidang ilmu penegtahuan, seni, dan
satra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikira, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk
nyata.
4. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, pihak
yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara
sah.
68
5. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan
hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga
penyiaran.
Dengan adanya undang-undang tentang hak cipta yang baru diharap dapat
mengatasi pelanggaran hak cipta, karena peraturan yang mengatur tentang hak
cipta sudah ada pada isi undang-undang tentang hak cipta, apa bila ada yang
melanggar undang-undang hak cipta tersebut, maka akan ada sanksi yang akan
menjerat pelaku. Sehingga adanya efek jera yang didapat pelaku, karena denda
beserta hukum pidana akan menjeratnya. Pelanggaran Hak Cipta dapat
dikenakan hukuman sesuai dengan Pasal 112,113,114,115,116,117,118 dan
119 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dengan adanya
hukuman pidana yang sangat berat kepada pelaku maka diharapkan akan
mencegah terjadinya pelanggaran Hak Cipta di masa yang akan mendatang.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah dipaparkan oleh penulis maka kesimpulan yang dapat
diambil oleh penulis adalah :
1. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Siar di Indonesia yaitu bermula dengan
dikeluarkannya Radiowet oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1934. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Memasuki tahun 1997,
DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang
Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran. Kemudian yang
terakhir adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran. Meskipun hal-hal pokok penyiaran telah dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, namun
peraturan perundang-undangan lain juga banyak yang berkaitan dengan
hal-hal penyiaran salah satunya adalah Undang-Undang Hak Cipta
karena dalam hak cipta terdapat hak terkait yang salah satu didalamnya
terdapat lembaga penyiaran. Sejarah Hukum Pengaturan Hak Cipta di
Indonesia yaitu dengan diadopsinya Konvensi Bern oleh Indonesia
dalam pengaturan Hak Cipta di Indonesia. Indonesia semenjak tahun
1912 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta (Auteureswet 1912)
70
berdasarkan Undang-Undang Belanda tanggal 29 Juni 1911 (Staatblad
Belanda Nomor 197). Namun, aturan tentang Hak Cipta ini sudah tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum nasional.
Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Hingga kini mengalami perubahan yang
terakhir yaitu dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun
2014 yang kini berlaku.
2. Pengaturan perlindungan hukum Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan
Undang-Undang Hak Cipta sebelumnya yaitu dengan memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta atau
pemilik hak terkait yang diantaranya adalah pelaku pertunjukan,
produser fonogram dan lembaga penyiaran. Termasuk juga membatasi
pengalihan hak ekonomi.. Bagi mereka yang melanggar hak ekonomi
lembaga penyiaran, akan dikenakan sanksi yang terdapat dalam Pasal
118 Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
3. Penyelesaian sengketa dalam hak cipta dan hak terkait di indonesia
menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
pada Bab XIV tentang Penyelesaian Sengketa yaitu dengan
penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase,
atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 merupakan perubahan
terhadap Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Perubahan
71
terhadap Undang-Undang Hak Cipta dimaksudkan untuk lebih
memberikan perlindungan yang lebih baik kepada Pencipta, Pemegang
Hak Cipta dan Pemilik Hak terkait secara menyeluruh, secara Pidana
dan Perdata.
B. Saran
1. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran hak cipta yaitu dengan
membangun budaya masyarakat untuk menghargai hasil karya orang
lain. Ketika masyarakat yang merupakan pengguna terbesar suatu karya
sudah sadar akan sikapnya, maka pelanggara hak cipta seperti
mengkopi, membajak dan memperjual belikan hasil karya orang lain
dapat diatasi.
2. Setiap mata acara di televisi hendaknya mencantumkan kepemilikan
Hak Siarnya secara jelas dalam mata acara untuk meminimalisir
terjadinya pembajakan karya siaran oleh lembaga penyiaran lain yang
tidak memiliki hak siar.
3. Perlunya dilakukan sosialisasi tentang perlindungan hukum terhadap
Hak Terkait (Neighbouring right) agar masyarakat mengetahui lebih
jelas.
72
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Ahmadi, Fahmi M, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2010.
Bintang, Sanusi, Hukum Hak Cipta, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.
Damian, Eddy, Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumni, 2003.
Djaja, Ermansjah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Djamal, Haidajanto dkk, Dasar-Dasar Penyiaran (Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011.
Djumhana, Muhammad dkk, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan Praktiknya
di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014.
Ginting, Elyta Ras, Hukum Hak Cipta Indonesia, Bandung: Citra Adya Bakti,
2012.
Harjowidigdo, Rosen, Mengenal Hak Cipta Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994.
Hasibuan, Otto, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights dan Collecting Society, Bandung: Alumni, 2008.
Judharikswana, Hukum Penyiaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Mertokusumo, Sudikno, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1993.
Muhammad, Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi Intelektual, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
Nainggolan, Bernard, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga
Manajemen Kolektif, Bandung: Alumni, 2011.
Purwaningsih, Endang, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
73
Ramdlon, Naning, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht
1912 Dan Undang-Undang Hak Cipta 1997, Yogyakarta: Liberty, 1997.
Riswadi, Budi Agus dkk, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004.
Rosidi, Ajip, Undang-Undang Hak Cipta 1982. Pandangan Seorang Awam,
Jakarta: Djambatan, 1984.
Saidin, OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property
Rights), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Sardjono, Agus, Pengetahuan Tradisional: Studi Mengenai Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual Atas Obat-Obatan, Jakarta: Program Pasca Sarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004.
Simorangkir, J.T.C, Hak Cipta Lanjutan II, Jakarta: Djambatan, 1979.
Soelistyo, Henry, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005.
Supramono, Gatot, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Syaripin, Pipin, Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di
Indonesia, Bandung: Pustaka Banu Quraisy,2004.
Tanu Atmaja, Hendra, Perlindungan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang
No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Analisis Kasus-Kasus Indonesia dan
Luar Negeri), Jakarta: Pratiwi Jaya Abadi, 2013.
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung: Alumni,
2002.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dengan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Utomo, Tomi Sunaryo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
74
Wulandari, Anita, Manajemen Televisi Swasta di Indonesia: Studi Deskriptif
Strategi Trans TV dalam Meraih Peringkat , Thesisi FISIP Universitas
Indonesia, 2004.
Zen, Achmad, Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Bandung:
Alumni, 2005.
Jurnal
Rajagukguk, Erman, Hak Milik Intelektual dan Putusan-putusan Pengadilan,
Jurnal Salam, Vol.1 No.1 Juni 2014.
Internet
Mutia Ulfa, Perlindungan Hak Terkait Lembaga Televisi Menurut Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Sumatera Utara:
Badan Penerbit Program Studi Kenotariatan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, 2009) http://gobookee.net. Diakses Tanggal 4
Mei 2016 pukul 17.00 WIB.
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=104821 diakses pada tanggal 20 Mei
2016 pukul 16.00 WIB.
http://techno.okezone.com/read/2010/10/19/54/384069/siaran-liga-inggris-kian-
marak dibajak diakses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 18.30 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Asosiasi_Penyelenggara_Multimedia_Indonesia
diakses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 19.00 WIB.
www.akademia.edu, Sejarah Dunia Penyiaran TV & Radio, diakses pada tanggal
19 Januari 2016 pukul 14.00 WIB.
Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A NNomor:130 /Pid.B/2013/PN.Parepare.
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Pengadilan Negeri Parepare yang mengadili perkara perkara pidana pada peradilan tingkat pertama, menjatuhkan putusan dalam perkara atas nama Terdakwa:
Nama lengkap : AHMAD HIDAYAT, S.Pd Bin ABDUL RAHIMTempat lahir : Kab. ButonUmur / tanggal lahir : 49 Tahun / 27 November 1963Jenis Kelamin : Laki – lakiKebangsaan / Kewarganegaraan
: Indonesia
Tempat tinggal : Jalan M. Arsyad No.38 C, Kel. Ujung Baru, Kec. Soreang, Kota Parepare.
Agama : IslamPekerjaan : WiraswastaPendidikan : S -1 (Tamat)
Terdakwa dalam perkara ini tidak didampingi oleh Penasihat Hukum; Terhadap Terdakwa tidak dilakukan penahanan;Pengadilan Negeri tersebut; Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara yang bersangkutan beserta
seluruh lampirannya; Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa;Setelah memperhatikan barang bukti dalam perkara ini; Setelah mendengar Surat Tuntutan (Requisitor) Penuntut Umum pada
pokoknya agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Parepare yang mengadili perkara ini memutuskan sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa AHMAD HIDAYAT,S.Pd Bin ABDUL RAHIM terbukti bersalah melakukan tindak pidana Hak Cipta, sebagaimana dakwaan kami yaitu pasal 72 ayat (5) UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AHMAD HIDAYAT,S.Pd Bin ABDUL RAHIM dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan;
3. Menetapkan barang bukti berupa :• 1 (satu) buah kartu VC (Viewing Card) dengan nomor 0112895637;
• 1 (satu) buah decoder Top TV Merk Humax nd-10;
Dikembalikan kepada terdakwa;• 2 (dua) lembar Aplikasi Berlangganan dengan nomor 20207423;
Tetap terlampir dalam berkas perkara;4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,- (seribu
Rupiah);Setelah mendengar Pembelaan lisan terdakwa yang pada pokoknya agar
Majelis Hakim menjatuhkan hukuman yang seringan-ringannya dengan alasan
1
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga dan Terdakwa belum pernah dihukum;
Menimbang, bahwa setelah mendengar tanggapan lisan Penuntut Umum atas pembelaan lisan Terdakwa yang menyatakan tetap pada tuntutannya dan selanjutnya Terdakwa juga menyatakan tetap pada pembelaannya;
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan kemuka persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan Surat Dakwaan Alternatif sebagai berikut: Dakwaan,PERTAMABahwa terdakwa AHMAD HIDAYAT, S.Pd Bin ABDUL RAHIM, pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat ditentukan lagi, sejak bulan Juli Tahun 2011 sampai dengan bulan November 2011 atau setidak – tidaknya pada suatu waktu lain dalam tahun 2011 bertempat di station PT Visual Vision Kabel, Jalan Gelatik, Kota Parepare atau setidak – tidaknya disuatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Parepare, dengan sengaja melanggar pasal 49 (3) yaitu : lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak dan atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik lain, perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa antara lain dengan cara sebagai berikut :
• Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas, awalnya terdakwa
berlangganan siaran PT MNC SKY VISION dengan cara meminjam aplikasi berlangganan reguler atas nama Harun Suwondo agar dapat menerima siaran yang dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION, salah satunya adalah siaran BPL (Barclays Premier League);
• Bahwa siaran BPL (Barclays Premier League) adalah siaran milik PT MNC SKY
VISION sesuai dengan perjanjian afiliasi penyiaran antara ESPN Star Sport dengan PT MNC SKY VISION tertanggal 02 September 2010, dimana pada pokoknya menyatakan bahwa PT. MNC SKY VISION memiliki hak siar eksklusif untuk penayangan program BPL (Barclays Premier League) mulai 01 Agstus 2010 sampai dengan 31 Mei 2013 di wilayah teritorial Indonesia;
• Setelah menerima siaran BPL (Barclays Premier League) melalui alat yang
dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION tersebut, selanjutnya terdakwa tanpa seijin atau sepengatahuan dari PT MNC SKY VISION, sejak bulan Juli Tahun 2011 sampai dengan bulan November 2011, telah mendistribusikan / memperbanyak siaran BPL (Barclays Premier League) kepada para pelanggan TV kabel terdakwa dengan menggunakan sarana kabel yang tersambung kepada para pelanggan terdakwa yang berjumlah sekitar 200 (dua ratus) orang, salah satunya adalah kepada saksi M. Tahir Bin Umar, padahal terdakwa mengetahui sebagai pelanggan reguler dari PT MNC SKY VISION hanya berhak untuk menikmati siaran yang diterima dari PT MNC SKY VISION
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
untuk dinikmati pribadi, tidak berhak untuk mendistribusikan kepada pihak lain;
• Bahwa setiap pelanggan TV kabel terdakwa yang menerima siaran dari
terdakwa, mempunyai kewajiban untuk membayar biaya berlangganan TV kabel kepada terdakwa sebesar Rp.20.000,- (dua puluh ribu rupiah) setiap bulan dan terdakwa juga tidak pernah membayar royalty kepada PT. MNC SKY VISION;
• Atas perbuatan terdakwa tersebut PT MNC SKY VISION mengalami kerugian
sekitar Rp.499.000.000,- (empat ratus sembilan puluh sembilan juta rupiah);Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 72 ayat (5) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta;ATAU KEDUA :Bahwa terdakwa AHMAD HIDAYAT, S.Pd Bin ABDUL RAHIM, pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat ditentukan lagi, sejak bulan Juli Tahun 2011 sampai dengan bulan November 2011 atau setidak – tidaknya pada suatu waktu lain dalam tahun 2011 bertempat di station PT Visual Vision Kabel, Jalan Gelatik, Kota Parepare atau setidak – tidaknya disuatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Parepare, setiap orang yang melanggar ketentuan dimaksud dalam pasal 33 ayat (1) yaitu : sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran, perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa antara lain dengan cara sebagai berikut :
• Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas, awalnya terdakwa mendirikan PT.Visual Kabel Vision dan menyiarkan / mendistribusikan karya siaran PT MNC SKY VISION, antara lain siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport kepada para pelanggan TV kabel terdakwa yang berjumlah sekitar 200 (dua ratus) pelanggan, dengan sarana kabel yang tersambung kepada para pelanggan terdakwa, salah satunya adalah kepada saksi M. Tahir Bin Umar;
• Bahwa pada saat terdakwa menyiarkan / mendistribusikan karya siaran PT
MNC SKY VISION kepada para pelanggannya, sejak bulan Juli 2011 sampai dengan bulan November 2011 tersebut, terdakwa belum mempunyai Ijin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP);
Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 58 huruf b Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran;
Menimbang, bahwa atas dakwaan tersebut Terdakwa menyatakan telah mengerti isi dakwaan Penuntut Umum tersebut dan tidak mengajukan keberatan atau eksepsi;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya, Penuntut Umum telah mengajukan saksi yang memberikan keterangannya dibawah sumpah/janji pada pokoknya sebagai berikut:
3
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id1. Saksi SUROSO bin SUKIRMAN: • Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di Penyidik Kepolisian dan
keterangan yang saksi berikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di Penyidik kepolisian sudah benar dan saksi menandatangani Berita Acara Pemeriksaan penyidik tersebut;
• Bahwa saksi mengerti dihadirkan sebagai saksi pada persidangan ini
sehubungan dengan penyiaran / penayangan program siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC Sport tanpa izin yang ditemukan oleh Asosiasi Penyelenggara Multi Media Indonesia (APMI);
• Bahwa peristiwa tersebut terjadi sekitar bulan November 2011 bertempat di Jalan Gelatik tepatnya di Stasiun TV Kabel PT. Visual Vision Kabel Kota Parepare Propinsi Sulawesi Selatan;
• Bahwa APMI (Asosiasi Penyelenggara Multi Media Indonesia) merupakan Asosiasi yang beranggotakan beberapa lembaga penyiaran berlangganan seperti Indovision, Telkomvision, Skynindo, First Media, Fasindo dan masih banyak lagi yang mana APMI (Asosiasi Penyelenggara Multi Media Indonesia) mendapatkan kuasa dari Indovision yang dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 2009 untuk melakukan upaya hukum terhadap penyelenggara TV Kabel Ilegal;
• Bahwa Penyelenggara dari TV Kabel PT. Visual Vision adalah Terdakwa;
• Bahwa saksi mengetahui hal tersebut dari laporan pihak Idovision dalam hal ini adalah saksi SAMUEL AITIWISIMA PANDIANGAN yang selama ini telah melakukan kontak dengan TV Kabel PT. Visual Vision tersebut;
• Bahwa saksi tidak mengetahui Bagaimana cara atau prosedur PT. MNC SKY
VISION mendapatkan hak siar ekslusif atas program siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC Sport tersebut yang jelas PT. MNC SKY VISION memiliki perjanjian kerja sama dengan Content Provider;
• Bahwa PT. MNC SKY VISION memiliki perjanjian kerja sama dengan Content
Provider sehubungan dengan beberapa Content yang kami dapati disiarkan oleh PT. Visual Vision antara lain : (a) bukti untuk Program Siaran BPL (Barclays Premier League) yaitu Perjanjian Afiliasi Penyiaran antara ESPN Star Sport dengan PT. MNC SKY VISION tertanggal 01 Agustus 2010 kemudian berakhir pada tanggal 31 Mei 2013 yang menyatakan bahwa PT. MNC SKY VISION memiliki hak siar eksklusif untuk penayangan program BPL (Barclays Premier League) di wilayah Indonesia, (b) bukti untuk Star Movie, Star Sport dan MNC Sport belum dapat kami tunjukkan;
• Bahwa PT. MNC SKY VISION telah atau mendapatkan hak untuk menyiarkan di
wilayah Indonesia namun untuk sekarang ini saya belum dapat memperlihatkan perjanjian kontraknya;
• Bahwa PT. Visual Vision menggunakan alat yang dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION dan kemudian dengan alat tersebut digunakan untuk menangkap siaran
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
yang dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION dan selanjutnya siaran tersebut didistribusikan kepada pelanggan dengan cara berlangganan TV Kabel yang mana TV Kabel tersebut dipungut biaya;
• Bahwa hak eksklusif atau lisensi dari BPL (Barclays Premier League), Star Movie,
Star Sport dan MNC Sport yang dimiliki oleh PT. MNC SKY VISION dapat diserahkan lagi kepada pihak lain selama pihak tersebut terlebih dahulu melakukan kontrak kerjasama dengan PT. MNC SKY VISION;
• Bahwa PT. Visual Vision tidak memiliki kontrak kerjasama dengan PT. MNC SKY
VISION;• Bahwa PT. Visual Vision mendapatkan alat tersebut dengan cara menjadi
pelanggan regular dari PT. MNC SKY VISION;• Bahwa untuk Pelanggan regular digunakan hanya untuk pribadi saja tidak untuk
didistribusikan kepada pihak lain apalagi dengan cara berlangganan dan langganan tersebut dipungut biaya;
• Bahwa siaran atau program tersebut diambil dari parabola setelah itu disalurkan
ke alat yang disebut Dekoder / Reciver yang mana dalam alat decoder tersebut terdapat kartu yang disebut Viewing Card yang berfungsi untuk mengaktifkan siaran yang sudah ditangkap oleh parabola dan juga decoder tersebut;
• Bahwa saksi tidak mengetahui siapa saja dan berapa banyak pelanggan TV
Kabel dari PT. Visual Vision yang dikelola oleh Terdakwa tersebut tetapi yang pasti disalurkan kepada rumah-rumah;
• Bahwa saksi tidak mengetahui berapa besar biaya yang dipungut oleh PT. Visual Vision terhadap pelanggannya;
• Bahwa untuk besarnya kerugian yang dialami oleh PT. MNC SKY VISION atas kejadian tersebut saksi tidak mengetahui, yang bisa memberikan keterangan tentang hal itu adalah dari pihak PT. MNC SKY VISION sendiri;
• Bahwa saksi tidak mengetahui apa maksud Terdakwa menyelenggarakan penyiaran program siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC Sport tersebut tanpa ada izin dari PT. MNC SKY VISION;
• Bahwa menurut perkiraan saksi Terdakwa menyelenggarakan penyiaran
program siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC Sport tersebut tanpa ada izin dari PT. MNC SKY VISION sudah lebih dari 1 (satu) tahun;
• Bahwa setahu saksi Terdakwa masih menyelenggarakan penyiaran program
siaran dari PT. MNC SKY VISION dan Terdakwa belum mengganti besarnya kerugian kepada PT. MNC SKY VISION
Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;2. Saksi SAMUEL AITIWASIMA PANDIANGAN:• Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di Penyidik Kepolisian dan
keterangan yang saksi berikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di Penyidik
5
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kepolisian sudah benar dan saksi menandatangani Berita Acara Pemeriksaan penyidik tersebut;
• Bahwa saksi mengerti dihadirkan sebagai saksi pada persidangan ini
sehubungan dengan adanya PT. Visual Vision Kabel milik Terdakwa yang telah mendistribusikan siaran BPL (Barclays Premier League) ke orang lain tanpa izin dari PT. MNC SKY VISION sebagai Pemegang Hak Lisensi atas content program siaran tersebut;
• Bahwa saksi mengetahui kejadian tersebut yang terjadi pada bulan November
tahun 2011 bertempat di Jalan Gelatik Kecamatan Soreang Kota Parepare;• Bahwa Terdakwa mendistribusikan siaran BPL (Barclays Premier League) ke
orang lain dengan cara melalui satelit milik PT. MNC SKY VISION ke decoder lalu disambungkan ke orang lain dengan menggunakan kabel;
• Bahwa Terdakwa sebelumnya memiliki satelit dari PT. MNC SKY VISION sehingga
dia bisa menyambungkan satelit tersebut ke decoder lalu disambungkan ke orang lain / pelanggannya dengan menggunakan kabel tersebut;
• Bahwa saksi mengetahui Terdakwa memiliki satelit PT. MNC SKY VISION tersebut
dari kartu pelanggan TOP TV (Viewing Card) yang diambil pihak APMI (Asosiasi Penyelenggara Multi Media Indonesia) dalam hal ini saksi SUROSO Bin SUKIRMAN dari studio milik Terdakwa karena kartu pelanggan tersebut tidak dapat aktif apabila tidak menggunakan decoder dan satelit dari PT. MNC SKY VISION;
• Bahwa saksi tidak mengetahui bagaimana cara Terdakwa bisa memiliki satelit,
decoder dan kartu pelanggan TOP TV dari PT. MNC SKY VISION tersebut akan tetapi saksi dapat jelaskan bahwa setiap alat-alat terebut dapat dimiliki harus melalui permohonan paket pinjam pakai dari PT. MNC SKY VISION tersebut;
• Bahwa ada kontrak kerjasama yang dimiliki oleh Terdakwa dimana Terdakwa
sebagai pelanggan regular saja yang hanya dapat menikmati siaran program milik PT. MNC SKY VISION secara pribadi yang tidak bisa didistribusikan ke orang lain;
• Bahwa setahu saksi Terdakwa telah memiliki izin penyiaran dari KPI (Komisi
Penyiaran Indonesia) tingkat Daerah Sulawesi Selatan;• Bahwa Terdakwa mendistribusikan siaran BPL (Barclays Premier League) milik
PT. MNC SKY VISION tersebut kepada banyak pelanggannya;• Bahwa Terdakwa mengenakan biaya kepada setiap pelanggannya;
• Bahwa ada aturan yang mengikat Terdakwa sebagai pelanggan PT. MNC SKY VISION dengan PT. MNC SKY VISION sendiri untuk mendistribusikan siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut yaitu aturan yang tercantum dalam syarat-syarat dan ketentuan berlangganan produk PT. MNC SKY VISION;
• Bahwa ada kerugian yang dialami oleh PT. MNC SKY VISION sehubungan dengan
pendistribusian siaran yang dilakukan oleh Terdakwa, dimana pelanggan Terdakwa yang menikmati siaran milik PT. MNC SKY VISION tidak membayar
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kepada PT. MNC SKY VISION sebagai pemegang lisensi atas program siaran BPL (Barclays Premier League);
• Bahwa saksi mengenal kartu tersebut karena kartu berlangganan itulah yang
diambil oleh saksi SUROSO bin SUKIRMAN di studio Terdakwa;• Bahwa ada orang lain yang melihat atau setidaknya mengetahui kejadian
tersebut yaitu Saksi SUROSO bin SUKIRMAN; • Bahwa kalau kita berlangganan secara khusus dan secara tehnis maka bisa
mendistribusikan siaran kepada orang lain hanya dengan menggunakan kabel dimana kita harus bermohon atau mengajukan izin untuk berlangganan secara khusus terlebih dahulu kepada PT. MNC SKY VISION sebagai pemegang lisensi atas program siaran tersebut;
• Bahwa pada saat kejadian, saksi masih bertugas sebagai Marketing di wilayah Sulawesi Selatan;
• Bahwa atas perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa kepada PT. MNC SKY VISION, saksi secara pribadi telah saksi maafkan namun secara perusahaan hal ini bukan kewenangan saksi;
Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;3. Saksi Drs. H. MUH. YUNUS Bin NGAJI: • Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di Penyidik Kepolisian dan
keterangan yang saksi berikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di Penyidik kepolisian sudah benar dan saksi menandatangani Berita Acara Pemeriksaan penyidik tersebut;
• Bahwa saksi mengerti dihadirkan sebagai saksi pada persidangan ini sehubungan dengan adanya laporan dari pihak Indovision yang diwakili oleh APMI (Asosiasi Penyelenggara Multi Media Indonesia) mengenai penyiaran tanpa izin yang dilakukan oleh PT. Visual TV;
• Bahwa peristiwa tersebut terjadi sekitar bulan November 2011 bertempat di
Jalan Gelatik tepatnya di Stasiun TV Kabel PT. Visual Vision Kabel Kota Parepare Propinsi Sulawesi Selatan;
• Bahwa penyelenggara dari PT. Visual TV tersebut adalah Terdakwa;
• Bahwa siaran yang disiarkan oleh PT. Visual TV tanpa izin antara lain BPL
(Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC;• Bahwa pihak Indovision merasa dirugikan karena Indovision adalah pemegang
hak eksklusif dari penyiaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC tersebut sehingga bagi penyelenggara TV Kabel yang akan melakukan penyiaran tersebut harus mendapatkan izin dari pihak Indovision;
• Bahwa PT. Visual TV yang dikelola oleh Terdakwa tidak memiliki izin siar untuk
menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC;
• Bahwa PT. Visual TV menyiarkan secara luas siaran-siaran itu dan memungut biaya penyiaran dari para pelanggannya;
7
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa bisa saksi jelaskan karena saksi juga sebagai pengelola TV Kabel
sehingga saksi pernah konfirmasi ke pihak Indovision wilayah Makassar mengenai siapa saja penyelenggara TV Kabel di Kota Parepare yang memiliki kontrak kerja sama dengan pihak Indovision dan ternyata pihak Indovision menyatakan bahwa di Parepare hanya satu yaitu PT. Yusma Vision parepare yang dikelola oleh saksi sendiri yang mana saksi ikut atau berada di bawah naungan PT. M3 (Makassar Multi Media) yang memiliki kontrak kerja sama dengan pihak Indovision;
• Bahwa saksi mengetahuinya karena PT. Visual TV sudah memiliki banyak
langganan TV Kabel di Parepare dan PT. Visual TV juga memungut biaya sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) kepada pelanggannya setiap bulannya;
• Bahwa untuk dapat menyiarkan secara luas dan memungut biaya dari
langganan TV Kabel maka pihak atau pengelola TV Kabel terlebih dahulu harus mendapat izin siar untuk disebarluaskan dalam hal ini izin kerjasama setelah mendapatkan izin barulah pengelola dapat mengkomersialkan siaran-siaran tersebut kepada umum / pelanggan TV Kabel;
• Bahwa tidak semua siaran televisi harus mendapat izin siar dari pihak Indovision
namun untuk melakukan penyiaran harus juga mendapat izin dari pihak KPI (Komisi Penyiaran Indonesia);
• Bahwa saksi tidak mengetahui apakah PT. Visual TV yang dikelola oleh Terdakwa
memiliki izin siar dari KPI (Komisi Penyiran Indonesia); • Bahwa saksi tidak mengetahui berapa besar kerugian yang dialami oleh pihak
Indovision akibat perbuatan Terdakwa tersebut;• Bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat mengadakan kontrak
kerjasama dengan pihak Indovision adalah sebesar Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) setiap bulannya;
• Bahwa jika biaya tersebut tidak dibayarkan maka kontrak kerja sama langsung
dihentikan; • Bahwa bentuk kontrak kerjasama dengan pihak Indovision antara lain ada
kontrak pribadi dan ada juga kontrak berlangganan; • Bahwa yang dilakukan oleh Terdakwa adalah kontrak secara pribadi namun oleh
Terdakwa disalurkan / disiarkan ke rumah-rumah dengan cara melalui kabel dan memungut biaya kepada pelanggannya;
• Bahwa perbedaan antara kontrak pribadi dan kontrak berlangganan beda pada
cara pembayarannya; Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;
4. Saksi M.TAHIR bin UMAR: • Bahwa saksi pernah memberikan keterangan di Penyidik Kepolisian dan
keterangan yang saksi berikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di Penyidik
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kepolisian sudah benar dan saksi menandatangani Berita Acara Pemeriksaan penyidik tersebut;
• Bahwa saksi mengerti dihadirkan sebagai saksi pada persidangan ini
sehubungan dengan adanya TV Kabel yang dikelola oleh Terdakwa ada masalah dengan Indovision;
• Bahwa Terdakwa memiliki usaha TV Kabel yang mendistribusikan siaran Televisi
saat ini; • Bahwa saksi mengetahui hal tersebut karena saksi berlangganan TV Kabel
dengan Terdakwa di rumah saksi sendiri; • Bahwa TV kabel yang dikelola oleh Terdakwa pernah menyiarkan BPL (Barclays
Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC di rumah saksi;• Bahwa Terdakwa mengenakan biaya kepada saksi sebagai pelanggan TV Kabel
yang dikelolanya;• Bahwa saksi melakukan pembayaran kepada Terdakwa setiap bulannya sebesar
Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah); • Bahwa ada buku tanda pembayaran sebagai bukti pembayaran pelanggan TV
Kabel yang dikelola oleh Terdakwa; • Bahwa yang disiarkan melalui TV Kabel milik Terdakwa adalah salah satunya
siaran sepak bola Liga Inggris;
• Bahwa setahu saksi Terdakwa tidak memiliki izin untuk menyiarkan siaran sepak bola Liga Inggris tersebut;
• Bahwa saksi tidak mengetahui bagaimana cara Terdakwa menyiarkan BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC di rumah saksi yang saksi tahu hanya melalui TV Kabel;
Atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;Menimbang, bahwa terhadap saksi HANDHIANTO SURYO KENTJONO dan ahli,
AGUNG DAMAR SASONGKO, SH, MH dan RUSDIN TOMPO, SH menurut Penuntut Umum walaupun telah dipanggil berkali-kali secara sah dan patut untuk hadir dipersidangan namun tidak pernah hadir, selanjutnya Penuntut Umum atas izin Majelis Hakim dengan persetujuan Terdakwa keterangan saksi dan ahli tersebut yang telah diberikan di bawah sumpah dihadapan penyidik dibacakan dipersidangan;
Menimbang, bahwa dengan berpodaman pada Pasal 162 KUHAP Majelis Hakim mempersilahkan kepada Penuntut Umum membacakan keterangan saksi dan ahli tersebut di depan persidangan, yaitu sebagai berikut:
Keterangan saksi HANDHIANTO SURYOKENTJONO,
• Bahwa sekitar bulan November tahun 2012 bertempat di Jalan Gelatik tepatnya
di Station TV Kabel Visual Vision Kabel Parepare Provinsi Sulawesi Selatan Terdakwa selaku pemilik stasion TV Kabel Visual Vision telah menyiarkan/menayangkan program BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport
9
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
serta MNC Sport tanpa izin yang ditemukan oleh Asosiasi Penyelenggara Multi Media Indonesia (APMI);
• Bahwa PT. MNC SKY VISION merupakan anggoa dari Asosiasi Penyelenggara
Multi Media Indonesia (APMI) dan PT. MNC SKY VISION merasa dirugikan oleh PT. Visual Vision karena telah menyiarkan / menayangkan program siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport serta MNC Sport tanpa izin dari PT. MNC SKY VISION. Sehingga PT. MNC SKY VISION melaporkan hal tersebut kepada APMI untuk melakukan segala tindakan hukum untuk menangani pembajakan / pelanggaran hukum hak siar yang dilakukan oleh PT. Visual Vision tersebut.
• Bahwa PT. MNC SKY VISION memiliki kontrak kerja sama dengan STAR untuk mendapatkan Hak Siar dalam menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League), Star Movie, Star Sport, dan ESPN serta MNC Sport serta saksi juga dapat memperlihatkan fotocopi salinan Perjanjian Kerjasama antara PT. MNC SKY VISION dengan STAR.
• Bahwa saksi mengetahui bahwa TV Kabel PT. Visual Vision melakukan penyiaran tanpa izin adalah dari hasil pengamatan kami di lapangan.
• Bahwa PT. MNC SKY VISION adalah Pemenang Tender terbuka yang dilakukan
oleh ESPN Star Sport untuk mendapatkan lisensi atas program siaran BPL (Barclays Premier League) dengan kompensasi yang diberikan tersebut maka PT. MNC SKY VISION mendapatkan hak siar Eksklusif atas Program BPL tersebut.
• Bahwa setiap lembaga penyiaran yang menyiarkan program BPL, Star Movies,
ESPN harus memiliki kerjasama dengan PT. MNC SKY VISION serta membayar sejumlah biaya yang telah diatur dalam Perjanjian Kerjasama tersebut kepada PT. MNC SKY VISION.
• Bahwa Hak Lisensi BPL tidak dapat diserahkan lagi kepada pihak lain, namun PT.
MNC SKY VISION dapat memberikan Hak Siar Konten tersebut kepada pihak lain yang telah melakukan kontrak kerjasama dengan PT. MNC SKY VISION.
• Bahwa PT. Visual Vision tidak memiliki izin dari PT. MNC SKY VISION dalam hal
penyiaran program siaran Star Movies, Star Sport, MNC Sport, serta sepak bola BPL (Barclays Premier League) / Liga Inggris karena sejauh ini tidak ada kontrak kerjasama Hak Siar terkait konten tersebut.
• Bahwa PT. Visual Vision sampai saat ini tidak pernah membayar royalty kepada
PT. MNC SKY VISION atas program siaran BPL, Star Movies, Star Sport dan ESPN.
• Bahwa dengan menjadi pelanggan regular tidak dapat menyiarkan program siaran BPL, Star Movies, Star Sport dan ESPN karena berdasarkan perjanjian antara lembaga penyiaran dan pelanggan regular, pelanggan regular hanya dapat menggunakan program siaran tersebut untuk pribadi dan tidak dapat disiarkan kembali kepada orang lain. JIka pelanggan regular ingin menyiarkan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kembali program siaran tersebut, maka pelanggan tersebut wajib memiliki IPP dan melakukan perjanjian kerjasama dengan PT. MNC SKY VISION.
• Bahwa PT. Visual Vision harus memiliki izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP)
yang dikeluarkan oleh KEMENKOMINFO dan selanjutnya PT. Visual Vision harus melakukan perjanjian kerjasama dengan PT. MNC SKY VISION untuk menyiarkan program siaran tersebut dan mengenakan biaya kepada konsumennya.
• Bahwa PT. Visual Vision memiliki kurang lebih 1000 (seribu)orang pelanggan, namun saksi tidak mengetahui siapa saja pelanggan TV Kabel dari PT. Visual Vision.
• Bahwa PT. Visual Vision memungut biaya sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per pelanggan.
• Bahwa kerugian PT. MNC SKY VISION sebesar Rp. 499.000.000,- (empat ratus sembilan puluh sembilan juta rupiah).
• Bahwa maksud dari PT. Visual Vision menyelenggarakan penyiaran program
BPL, Star Movies, Star Sport serta MNC Sport tanpa adanya izin dari PT. MNC SKY VISION adalah untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa harus membayar royalty kepada pemilik konten siaran.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi yang dibacakan tersebut Terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;
Menimbang, bahwa setelah membacakan keterangan saksi tersebut, selanjutnya Majelis Hakim mempersilahkan kepada Penuntut Umum untuk membacakan keterangan ahli tersebut:
Keterangan AHLI AGUNG DAMAR SASONGKO, SH, MH
• Bahwa Ahli merupakan Kepala seksi pertimbangan hokum dan Litigasi, Direktorat Hak Cipta, Desain Industeri, DTLST dan Rahasia Dagang, Direktorat jenderal Hak dan kekayaan Intelektual, Dep. Hukum dan HAM RI;
• Bahwa Sesuai dengan pasal 49 ayat (3) UU No.19 Tahun 2002, PT.MNC SKY VISION, sebagai lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui system elektromagnetik lain;
• Bahwa kontens siaran BPL, melalui countent Star Movies, Star Sport serta MNC Sport, merupakan karya siaran yang dilindungi sebagai hak cipta sebagaimana diatur dalam pasal 1 (9) UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta;
• Bahwa PT. MNC SKY VISION adalah penerima lisensi dari pemilik karya siaran untuk menyiarkan konten siaran Star Movie, star Sport, serta MNC Sport di wilayah Indonesia;
11
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa atas keterangan ahli tersebut Terdakwa menyatakan tidak tahu;
Keterangan AHLI RUSDIN TOMPO, SH
• Bahwa PT Visual Kabel Vision Parepare belum mendapatkan ijin penyiaran tapi
sudah melalui tahapan proses FRB (Forum Rapat Bersama) dan PT Visual Kabel Vision tidak memiliki kontrak dengan pemilik konten provider sehingga tidak berhak menyiarkan program siaran Star Movie, Star Sport, MNC Sport dan Barclays Primere Legue (BPL) secara berlangganan;
• Bahwa karena PT Visual Kabel Vision Parepare belum mendapatkan ijin
penyiaran, maka perbuatan PT Visual Kabel Vision Parepare yang menyiarkan siaran tersebut melanggar UU RI Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran;Menimbang, bahwa atas keterangan ahli tersebut Terdakwa menyatakan tidak
tahu;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah memberitahukan dan menjelaskan kepada Terdakwa atas hak nya untuk mengajukan saksi yang meringankan baginya ad’ charge, akan tetapi Terdakwa menyatakan tidak mengajukan saksi ad’ charge;
Menimbang, bahwa Terdakwa AHMAD HIDAYAT, S.Pd Bin ABDUL RAHIM memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa Terdakwa pernah diperiksa di penyidik Kepolisian dan Keterangan yang Terdakwa berikan dalam Berita Acara Pemeriksaan di penyidik sudah benar dan Terdakwa telah menandatangani Berita Acara Pemeriksaan di Penyidik;
• Bahwa Terdakwa mengerti di hadirkan di persidangan ini sehubungan dengan
adanya Terdakwa telah menyiarkan beberapa content provider tanpa izin dari PT. MNC SKY VISION selaku penerima lisensi dari pemilik karya siaran;
• Bahwa usaha Terdakwa yaitu PT. Visual Kabel Vision berdiri atau dimulai sejak
tahun 2000 sampai dengan sekarang; • Bahwa pada saat itu Terdakwa hanya menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier
League) dan Terdakwa menyiarkan siaran tersebut sejak bulan Juli tahun 2011;• Bahwa Terdakwa tidak memiliki izin atau kontrak kerja sama baik dari pemilik
karya siaran maupun dari pemegang lisensi atas content provider BPL (Barclays Premier League);
• Bahwa pemegang lisensi siaran tersebut adalah PT. Indovision dalam hal ini PT.
MNC SKY VISION; • Bahwa siaran tersebut Terdakwa siarkan secara luas kepada pelanggan TV Kabel
secara berlangganan;• Bahwa Terdakwa memiliki IPP (Izin Penyelenggara Penyiaran) untuk melakukan
penyiaran;• Bahwa Terdakwa melakukan hal tersebut karena adanya tuntutan pelanggan
Terdakwa dan Terdakwa takut kalau pelanggan Terdakwa akan berpindah ke tempat lain;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa langganan TV Kabel wajib membayar iuran per bulan kepada Terdakwa
sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah);• Bahwa Terdakwa tidak memiliki aplikasi berlangganan dengan PT. MNC SKY
VISION; • Bahwa Terdakwa menggunakan aplikasi berlangganan atas nama HARUN
SUWONDO sejak bulan Juni tahun 2011;• Bahwa Terdakwa memakai aplikasi tersebut karena pada saat itu Terdakwa
menyampaikan kepada HARUN SUWONDO bahwa Terdakwa ingin berlangganan dengan Indovision namun SUWONDO mengatakan “kebetulan saya sudah berlangganan dengan Indovision dan kamu pakai saja aplikasi saya tapi kamu (Terdakwa) harus bayar iuran bulanannya ke Indovision”;
• Bahwa HARUN SUWONDO menyerahkan aplikasi tersebut kepada Terdakwa
karena alasannya di Makassar sudah bisa dapat siaran Liga Inggris melalui Antena UHF;
• Bahwa pelanggan PT. Visual kabel Vision yang Terdakwa kelola adalah sebanyak
220 (dua ratus dua puluh) pelanggan;• Bahwa tidak ada sama sekali kewajiban untuk membayar kepada HARUN
SUWONDO atas aplikasi berlangganan yang Terdakwa ambil tersebut;• Bahwa Terdakwa berlangganan siaran PT. MNC SKY VISION aplikasi atas nama
HARUN SUWONDO secara pribadi atau regular;• Bahwa untuk Pelanggan regular digunakan hanya untuk pribadi saja tidak untuk
didistribusikan kepada pihak lain apalagi dengan cara berlangganan dan langganan tersebut dipungut biaya;Menimbang, bahwa dalam persidangan telah diajukan pula barang bukti berupa:
1 (satu) buah kartu VC (Viewing Card) dengan nomor 0112895637, 1 (satu) buah decoder Top TV Merk Humax nd-10 dan 2 (dua) lembar Aplikasi Berlangganan dengan nomor 20207423, barang bukti tersebut telah diperlihatkan kepada saksi saksi dan Terdakwa dan atas barang bukti tersebut, saksi saksi dan Terdakwa membenarkannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa, serta dihubungkan pula dengan barang bukti yang diajukan Penuntut Umum dipersidangan yang saling berhubungan dan bersesuaian, maka terungkap fakta-fakta hukum sebagai berikut:
1. Bahwa Terdakwa selaku pemilik PT. Visual Kabel Vision pada bulan Juli tahun 2011 bertempat di Jalan Gelatik tepatnya di Stasiun TV Kabel PT. Visual Kabel Vision Kota Parepare Propinsi Sulawesi Selatan telah menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League);
2. Bahwa Terdakwa tidak memiliki izin atau kontrak kerja sama baik dari pemilik karya siaran maupun dari pemegang lisensi atas content provider BPL (Barclays Premier League), yaitu PT. Indovision dalam hal ini PT. MNC SKY VISION;
13
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Bahwa Terdakwa menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut kepada pelanggan Terdakwa melalui kabel yang disambungkan ke Televisi milik Pelanggang TV Kabel Terdakwa;
4. Bahwa Terdakwa melakukan hal tersebut karena adanya tuntutan pelanggan Terdakwa dan Terdakwa takut kalau pelanggan Terdakwa akan berpindah ke tempat lain;
5. Bahwa Terdakwa tidak memiliki aplikasi berlangganan dengan PT. MNC SKY VISION, namun Terdakwa menggunakan aplikasi berlangganan atas nama HARUN SUWONDO sejak bulan Juni tahun 2011;
6. Bahwa Terdakwa memakai aplikasi tersebut karena pada saat itu Terdakwa menyampaikan kepada HARUN SUWONDO bahwa Terdakwa ingin berlangganan dengan Indovision namun HARUN SUWONDO mengatakan “kebetulan saya sudah berlangganan dengan Indovision dan kamu (Terdakwa) pakai saja aplikasi saya tapi kamu (Terdakwa) harus bayar iuran bulanannya ke Indovision”;
7. Bahwa HARUN SUWONDO menyerahkan aplikasi tersebut kepada Terdakwa karena alasannya di Makassar sudah bisa dapat siaran Liga Inggris melalui Antena UHF;
8. Bahwa Terdakwa berlangganan siaran PT. MNC SKY VISION aplikasi atas nama HARUN SUWONDO secara pribadi atau regular dan untuk Pelanggan regular digunakan hanya untuk pribadi saja tidak untuk didistribusikan kepada pihak lain apalagi dengan cara berlangganan dan langganan tersebut dipungut biaya sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) per bulan;
Menimbang, bahwa mengingat pula segala sesuatu yang terjadi dihadapan persidangan dan sebagaimana tercantum dalam Berita Acara untuk mempersingkatnya dianggap sudah termasuk dalam putusan ini;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim mempertimbangkan Tuntutan Penuntut Umum dan Pembelaan lisan terdakwa yang diajukan dimuka persidangan;
-Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
-Menimbang, bahwa untuk menyatakan Terdakwa telah melakukan tindak pidana, maka perbuatan terdakwa tersebut haruslah memenuhi seluruh unsur dari dakwaan tindak pidana;
Menimbang, bahwa Terdakwa telah diajukan kehadapan persidangan dengan Surat Dakwaan berbentuk Alternatif, yaitu: Kesatu : Pasal 72 ayat (5) UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idAtau :
Kedua : Pasal 58 huruf b UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang PenyiaranMenimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa dengan surat dakwaan berbentuk
Alternatif, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan yang paling memenuhi dakwaan Penuntut Umum;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memperhatikan fakta persidangan maka perbuatan Terdakwa paling memenuhi unsur dari dakwaan Kesatu Penuntut Umum;
Menimbang, bahwa terlepas dari tuntutan Penuntut Umum, Majelis Hakim secara ex officio akan tetap mempertimbangkan dakwaan aqou sebagaimana fakta hukum yang terjadi dipersidangan;
Menimbang, bahwa unsur dari tindak pidana dalam dakwaan Kesatu adalah sebagai berikut:
1. Barangsiapa; 2. Dengan sengaja;3. Melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3);
Unsur ”Barangsiapa”Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur "Barangsiapa” adalah setiap
subjek hukum baik pribadi kodrati pengemban hak dan kewajiban yang dapat mempertanggung-jawabkan perbuatannya secara umum;
Menimbang bahwa berdasarkan definisi diatas, penuntut umum telah menghadapkan terdakwa kemuka persidangan yang berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa sendiri dapat disimpulkan bahwa orang yang dihadapkan di persidangan ini benar terdakwa bernama Terdakwa AHMAD HIDAYAT, S.Pd Bin ABDUL RAHIM, orang yang dimaksud oleh penuntut umum sesuai identitas yang tercantum dalam surat dakwaan (dan bukan orang lain selain terdakwa) sebagaimana dalam tempus dan locus delicti dalam perkara aquo;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, Majelis Hakim berpendapat tidak terjadi error in persona dan unsur ini telah terpenuhi; Unsur “Dengan Sengaja”
Menimbang, bahwa kata dengan sengaja ( opzet/dolus ) mengandung arti, bahwa perbuatan tersebut merupakan tujuan yang disadari dari kehendak untuk melakukan suatu kejahatan tertentu. Dalam Memorie Van Teolicthin ( MvT ), disebutkan kesengajaan adalah sebagai melakukan tindakan yang terlarang secara kehendaki dan diketahui ( Willens en Wetens );
Menimbang, bahwa unsur sengaja oleh karena itu dapat diartikan sebagai “menghendaki dan mengetahui” ; ‘Menghendaki’, berarti ada akibat yang diharapkan atau diinginkan dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan tersebut. ‘Mengetahui’ berarti si-pelaku sebelum melakukan suatu perbuatan tersebut telah menyadari bahwa perbuatannya itu apabila dilaksanakan akan membawa akibat sebagaimana yang diharapkan dan ia mengetahui pula bahwa perbuatan yang hendak dilakukannya adalah melawan hukum;
15
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa unsur kesengajaan menurut doktrin hukum dapat mengandung dapat dikelompokkkan menjadi tiga, yaitu:
1. Kesengajaan/maksud sebagai tujuan;
2. keinsyafan/kesadaran dengan kepastian;
3. Keinsyafan/kesadaran dengan kemungkinan;
Menimbang, bahwa unsur dengan sengaja ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diikutkan dengan unsur yang mengikut padanya, yaitu Melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3);
Menimbang, bahwa oleh karenanya sebelum lebih lanjut mempertimbangkan unsure dengan sengaja tersebut terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan unsure Melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) sebagai berikut:
Menimbang, bahwa unsur ini bersifat alternatif, maka apabila salah satu sub unsur dari unsur ini telah terpenuhi, maka unsur ini dianggap telah terpenuhi juga;
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan unsur tersebut, Majelis Hakim terlebih dahulu akan menguraikan Pasal-Pasal tersebut sebagai berikut:
Menimbang, bahwa Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 49 ayat (3) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyebutkan: Pasal 19(1) Untuk memperbanyak atau mengumumkan Ciptaannya, Pemegang Hak Cipta atas
Potret seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli warisnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah orang yang dipotret meninggal dunia;
(2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk Perbanyakan atau Pengumuman setiap orang yang dipotret, apabila Pengumuman atau Perbanyakan itu memuat juga orang lain dalam potret itu, Pemegang Hak Cipta harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari setiap orang dalam Potret itu, atau izin ahli waris masing-masing dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah yang dipotret meninggal dunia;
(3) Ketentuan dalam pasal ini hanya berlaku terhadap Potret yang dibuat:a. atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret;b. atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret; atauc. untuk kepentingan orang yang dipotret;
Pasal 20Pemegang Hak Cipta atas Potret tidak boleh mengumumkan potret yang dibuat:a. Tanpa persetujuan dari orang yang dipotret;b. Tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret; atauc. Tidak untuk kepentingan yang dipotret,apabila Pengumuman itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang dipotret, atau dari salah seorang ahli warisnya apabila orang yang dipotret sudah meninggal dunia;Pasal 49 ayat (3)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain;
Menimbang, bahwa lebih lanjut Majelis Hakim akan mempertimbangkan lebih lanjut pengertian dari unsur-Unsur tersebut:
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer (Vide: Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor:19 tahun 2002 tentang Hak Cipta);
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain (Vide: Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor:19 tahun 2002 tentang Hak Cipta);
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Vide: Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor:19 tahun 2002 tentang Hak Cipta);
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra (Vide: Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor:19 tahun 2002 tentang Hak Cipta);
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut (Vide: Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor:19 tahun 2002 tentang Hak Cipta);
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan dengan cara dan alat apa pun (Vide: Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor:19 tahun 2002 tentang Hak Cipta);
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik;
Menimbang, bahwa selain itu yang dimaksud dengan pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, adalah termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik,
17
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
menyiarkan, merekam, dan mengomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Hak Eksklusif berdasarkan penjelasan pasal 2 ayat 1 UU Nomor 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan defenisi tersebut dihubungkan dengan fakta hukum yang terungkap dipersidangan, Mejelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan Terdakwa selaku pemilik PT. Visual Kabel Vision pada bulan Juli tahun 2011 bertempat di Jalan Gelatik tepatnya di Stasiun TV Kabel PT. Visual Kabel Vision Kota Parepare Propinsi Sulawesi Selatan telah menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) dimana dalam menayangkan atau menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut Terdakwa tidak memiliki izin atau kontrak kerja sama baik dari pemilik karya siaran maupun dari pemegang lisensi atas content provider BPL (Barclays Premier League), yaitu PT. Indovision dalam hal ini PT. MNC SKY VISION;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta pula berawal ketika adanya tuntutan dari pelanggan Terdakwa kepada Terdakwa untuk menyiarkan siaran sepak bola BPL (Barclays Premier League), kemudian dengan adanya tuntutan tersebut kemudian Terdakwa menggunakan aplikasi berlangganan atas nama HARUN SUWONDO sejak bulan Juni tahun 2011 sedangkan Terdakwa sendiri tidak memiliki aplikasi berlanggangan tersebut;
Menimbang, bahwa Terdakwa memakai aplikasi tersebut karena pada saat itu Terdakwa menyampaikan kepada HARUN SUWONDO bahwa Terdakwa ingin berlangganan dengan Indovision namun HARUN SUWONDO mengatakan “kebetulan saya sudah berlangganan dengan Indovision dan kamu (Terdakwa) pakai saja aplikasi saya tapi kamu (Terdakwa) harus bayar iuran bulanannya ke Indovision”;
Menimbang, bahwa selanjutnya HARUN SUWONDO menyerahkan aplikasi tersebut kepada Terdakwa karena alasannya di Makassar sudah bisa dapat siaran Liga Inggris melalui Antena UHF;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta pula Terdakwa berlangganan siaran PT. MNC SKY VISION aplikasi atas nama HARUN SUWONDO secara pribadi atau regular dan untuk Pelanggan regular digunakan hanya untuk pribadi saja tidak untuk didistribusikan kepada pihak lain apalagi dengan cara berlangganan dan langganan tersebut dipungut biaya sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) per bulan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut telah nyata Terdakwa telah menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tanpa ada Izin dari PT. Indovision dalam hal ini PT. MNC SKY VISION sebagai pemegang Hak Siar dari siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut dan oleh karenanya Majelis Hakim berpendapat sub unsur melanggar Pasal 49 ayat (3) telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah Terdakwa menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut dengan sengaja ataukah tidak;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta persidangan Terdakwa menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut karena adanya tuntutan dari pelanggan Terdakwa dan Terdakwa takut apabila pelanggan Terdakwa tidak lagi berlangganan TV kabel dengan Terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta pula Terdakwa tahu bila Terdakwa berlangganan dengan PT. Indovisian dengan menggunakan aplikasi berlangganan Harun Suwando secara pribadi/ reguler, namun demikian Terdakwa tetap menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut secara luas kepada pelanggangnya melalui kabel dan menagih setiap pelanggannya Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) setiap bulannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta pula Terdakwa mengetahui apabila berlangganan secara pribadi/reguler siaran BPL (Barclays Premier League) tersebut tidak boleh disiarkan secara luas kepada pelanggan TV kabel Terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut telah nyata Terdakwa telah mengetahui akibat dari perbuatannya tersebut akan merugikan PT. Indovision dalam hal ini PT. MNC SKY VISION, namun Terdakwa secara sadar tetap menyiarkan siaran BPL (Barclays Premier League) tanpa izin dari PT. Indovision dalam hal ini PT. MNC SKY Vision;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut unsur ‘dengan sengaja’ telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa;
Menimbang, bahwa oleh karena unsur-unsur perbuatan terdakwa telah terpenuhi maka terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu;
Menimbang, bahwa oleh karena alat bukti di persidangan telah memenuhi batas minimal pembuktian menurut undang-undang dan berdasarkan hal tersebut timbulah keyakinan Majelis Hakim bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu Penuntut Umum;
Menimbang, pula bahwa selama persidangan Majelis Hakim tidak menemukan alasan pemaaf maupun pembenar yang dapat meniadakan kesalahan dan pertanggungan-jawab pidana maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “MELANGGAR HAK CIPTA”;
Menimbang, bahwa oleh karena Dakwaan Penuntut Umum tersebut diatas selain mengatur ancaman pidana penjara juga mengatur ancaman pidana denda secara komulatif alternatif maka menurut pendapat Majelis Hakim, selain dapat menjatuhkan pidana penjara Majelis Hakim juga dapat menjatuhkan pidana denda secara bersamaan ataupun hanya menjatuhkan salah satu dari pidana tersebut (penjara atau denda) dan berdasarkan hal tersebut Majelis Hakim berpendapat dalam perkara ini hanya akan menjatuhkan pidana penjara kepada Terdakwa;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa terbukti telah melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut diatas maka terhadap diri Terdakwa haruslah dijatuhi pidana setimpal dengan perbuatannya;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana maka akan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan dari perbuatan terdakwa:
19
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal-hal yang memberatkan: • Perbuatan Terdakwa telah merugikan PT. MNC SKY VISION;
Hal-hal yang meringankan: • Terdakwa bersikap sopan dipersidangan;• Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi
perbuatannya lagi;• Terdakwa belum pernah dihukum;• Terdakwa memiliki tanggungan keluarga;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan diatas, maka pidana yang akan dijatuhkan sebagaimana tersebut dalam amar putusan dibawah telah dipandang tepat dan adil;
Menimbang, bahwa sejatinya tujuan dari pemidanaan Terdakwa adalah pemasyarakatan dan pemanusiaan kembali dirinya maka hal tersebut haruslah bersifat korektif, rehabilitatif, preventif dan edukatif sehingga diharapkan terdakwa menyadari dan menyesali perbuatannya serta tidak akan mengulangi perbuatannya di masa mendatang;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa: 1 (satu) buah kartu VC (Viewing Card) dengan nomor 0112895637, 1 (satu) buah decoder Top TV Merk Humax nd-10 oleh karena barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan ternyata barang bukti tersebut adalah milik Terdakwa yang telah berlangganan secara pribadi/reguler dengan PT. MNC SKY VISION, maka barang bukti tersebut haruslah dikembalikan kepada Terdakwa
Menimbang, bahwa mengenai barang bukti 2 (dua) lembar Aplikasi Berlangganan dengan nomor 20207423 oleh karena barang tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan barang bukti tersebut merupakan satu kesatuan dengan berkas perkara, maka barang bukti tersebut tetaplah terlampir dalam berkas perkara;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka Terdakwa juga haruslah dibebani membayar biaya perkara yang akan diredaksikan dalam amar di bawah ini (Pasal 222 ayat (1) KUHAP);
Memperhatikan Musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Parepare;Mengingat Pasal Pasal 72 ayat (5) UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta dan undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP serta peraturan perundang-undangan lainnya yang bersangkutan;
M E N G A D I L I
1. Menyatakan bahwa Terdakwa AHMAD HIDAYAT, S.Pd Bin ABDUL RAHIM terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “MELANGGAR HAK CIPTA";
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan;
3. Menetapkan barang bukti berupa: • 1 (satu) buah kartu VC (Viewing Card) dengan nomor 0112895637;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• 1 (satu) buah decoder Top TV Merk Humax nd-10; Dikembalikan kepada Terdakwa;• 2 (dua) lembar Aplikasi Berlangganan dengan nomor 20207423;
Tetap terlampir dalam berkas perkara;4. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.000,-(seribu rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Parepare pada hari: SENIN tanggal 21-OKTOBER-2013, oleh, YUSWARDI,SH., sebagai Hakim Ketua Majelis, ANDI MUSYAFIR,SH., dan NUR KAUTSAR HASAN,SH.,MH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum pada hari: RABU tanggal 23-OKTOBER-2013 oleh Hakim Ketua Majelis tersebut dengan didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut di atas dan dihadiri oleh ARIFUDDIN,SH sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Parepare serta dihadiri oleh ARIEFULLOH,SH., Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Parepare serta Terdakwa.
Hakim Anggota, Ketua Majelis,
1. ANDI MUSYAFIR,SH.
2. NUR KAUTSAR HASAN,SH.,MH.
YUSWARDI, SH
Panitera Pengganti,
ARIFUDDIN,SH.
21
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Recommended