View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI
(Declaration of Authorship)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Antoni Bayu Prathama
NPM : 2015420095
Alamat : Taman Modern Blok C7 no. 16, Cakung, Jakarta Timur
Judul Skripsi : Arsitektur Gedung Sate Ditinjau dari Relasinya dengan
Arsitektur Dinasti Mughal dan Candi Jawa dalam Tata Massa,
Sosok dan Ornamen
Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa :
1. Skripsi ini sepenuhnya adalah hasil karya saya pribadi dan di dalam proses
penyusunannya telah tunduk dan menjunjung Kode Etik Penelitian yang
berlaku secara umum maupun yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik
Parahyangan.
2. Jika dikemudian hari ditemukan dan terbukti bahwa isi di dalam skripsi ini,
baik sebagian maupun keseluruhan terdapat penyimpangan-penyimpangan
dari Kode Etik Penelitian antara lain seperti tindakan merekayasa atau
memalsukan data atau tindakan sejenisnya, tindakan plagiarisme atau
autoplagiarisme, maka saya bersedia menerima seluruh konsekuensi hukum
sesuai ketentuan yang berlaku.
Bandung, 12 Mei 2020
Antoni Bayu Prathama
i
Abstrak
ARSITEKTUR GEDUNG SATE DITINJAU DARI RELASINYA
DENGAN ARSITEKTUR DINASTI MUGHAL DAN CANDI
JAWA DALAM TATA MASSA, SOSOK DAN ORNAMEN
Oleh
Antoni Bayu Prathama
NPM: 2015420095
Gedung Sate menjadi sebuah objek arsitektur yang penting untuk diteliti, karena hingga
sekarang kondisi Gedung Sate masih kokoh berdiri, dan masih cukup terawat bila dibandingkan
dengan gedung-gedung kontemporer dengan fungsi publik di jaman yang sama.
Penelitian akan relasi antara Gedung Sate dengan arsitektur Mughal menjadi penting, karena
arsitektur Mughal menjadi arsitektur Muslim yang memiliki keunikannya sendiri, dapat terlihat
dengan jelas bahwa arsitektur Mughal ini menekankan simetri dan hierarki, terkenal dengan kubah
bulat, menara ramping dengan kubah di keempat sudutnya, ruang yang luas, gerbang berkubah besar
dan ornamen halus . Arsitektur ini memiliki kemiripan dalam prinsip tatanannya dengan Gedung
Sate. Arsitektur Candi Jawa menjadi faktor penting dalam penelitian ini, karena eksistensinya sudah
lama berada sebelum Belanda datang ke Indonesia, juga banyaknya peninggalan arsitektur Hindu
Jawa yang bertahan hingga sekarang (setelah melalui proses pemugaran, seperti candi).
Johan Gerber, sebagai seorang arsitek muda, di bawah pengaruh Berlage, juga dibawah
pengaruh aliran arsitektur Amsterdam School, mengikuti pendapat Schoemaker bahwa sebuah
produk arsitektur di Hindia Belanda harus melihat India sebagai contoh. Dengan demikian, juga
didukung kebutuhan monumentalisme Gedung Sate sebagai calon pusat pemerintahan baru ibukota,
maka menjadikan arsitektur Mughal sebagai referensi, didukung dengan elemen-elemen arsitektur
dari candi-candi di Jawa.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana percampuran arsitektur Mughal dan
Candi Jawa dalam arsitektur Gedung Sate. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, data
diperoleh dari studi literatur, pengamatan langung ke lapangan.
Diperoleh kesimpulan bahwa Gedung Sate merupakan bangunan dengan arsitektur Mughal
yang di-Jawa-kan. Tata massa dan sosok Gedung Sate condong ke arsitektur Dinasti Mughal, dan
ornamen Gedung Sate condong ke arsitektur candi-candi di Jawa.
Kata-kata kunci: Gedung Sate, Mughal, candi Jawa, Johan Gerber
ii
iii
Abstract
GEDUNG SATE ARCHITECTURE STUDY REVIEWED FROM
THE RELATIONSHIP WITH MUGHAL AND JAVA TEMPLE IN
MASS, SOSOK AND ORNAMENT PROCEDURES
by
Antoni Bayu Prathama
NPM: 2015420095
Gedung Sate is an important architectural object to be investigated, because until now the
condition of Gedung Sate is still strong standing, and it is still quite well maintained when compared
to contemporary buildings with public functions in the same era.
Research on the relationship between Gedung Sate and Mughal architecture is important,
because Mughal architecture is a Muslim architecture that has its own uniqueness, it can be clearly
seen that this Mughal architecture emphasizes symmetry and hierarchy, famous for its round domes,
slender towers with domes in all four corners, spaces spacious, large domed gate and delicate
ornamentation. This architecture bears a resemblance to the principle of its arrangement with
Gedung Sate. Javanese temple architecture is an important factor in this study, because its existence
was long before the Dutch came to Indonesia, also the many relics of Javanese Hindu architecture
that have survived until now (after going through a process of restoration, such as the temple).
Johan Gerber, as a young architect, under the influence of Berlage, also under the influence
of the Amsterdam School of architecture, followed Schoemaker's opinion that an architectural
product in the Dutch East Indies should look to India as an example. Thus, it is also supported by
the monumentalism needs of Gedung Sate as a candidate for the capital's new central government,
thus making Mughal architecture as a reference, supported by architectural elements from temples
in Java.
The purpose of this study is to find out how the mixing of Mughal architecture and Javanese
temple in Gedung Sate architecture.
The method used is descriptive qualitative, data obtained from literature studies, direct
observations to the field.
It was concluded that Gedung Sate is a building with Javanese Mughal architecture. The
mass arrangement and the figure of Gedung Sate leaned to Mughal Dynasty architecture, and the
ornaments of Gedung Sate leaned to the architecture of temples in Java.
Keywords: Gedung Sate, Mughal, Javanese Temple, Johan Gerber
iv
v
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi yang tidak dipublikasikan ini, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Universitas Katolik Parahyangan, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada penulis dengan mengikuti aturan HaKI dan tata cara yang berlaku di
lingkungan Universitas Katolik Parahyangan.
Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan
hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk
menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi haruslah seijin
Rektor Universitas Katolik Parahyangan.
vi
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Fakultas
Teknik Program Studi Arsitektur, Universitas Parahyangan. Selama proses penelitian
berlangsung, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran. Untuk itu rasa
terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
Dosen pembimbing, Bapak Dr. Rahadhian Prajudi Herwindo, S.T., M.T. atas
saran, pengarahan, dan masukan yang telah diberikan serta berbagai ilmu yang
berharga.
Dosen penguji, Bapak Dr. Yuswadi Saliya, Ir., M.Arch dan Ibu Indri Astrina, ST.,
MA. atas masukan dan bimbingan yang diberikan.
Orang tua yang telah menyemangati dan mendoakan selama proses pengerjaan
skripsi
Ibu Dr. Ing. Ir. Himasari Hanan MAE. atas saran dan pandangannya terhadap
Gedung Sate juga candi-candi di Jawa sehingga skripsi ini dapat lebih dalam
dibahas
Rekan-rekan kelompok sidang KBI STEFA 3 atas suasana kondusif dan dukungan
yang diberikan selama proses skripsi ini
Dan yang terakhir namun tidak kalah pentingnya, Clarissa atas semangat dan
dukungan yang telah diberikan dari awal hingga akhir proses pengerjaan tugas
akhir ini.
Bandung, 12 Mei 2020
Antoni Bayu Prathama
viii
ix
DAFTAR ISI
Abstrak..................................................................................................................................i
Abstract...............................................................................................................................iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.............................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................................ .vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 7
1.6. Metode Penelitian ........................................................................................ 7
1.6.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 7
1.6.2. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 7
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 8
1.6.4. Metode Analisis Data ...................................................................... 9
1.6.5. Metode Penyajian Data ................................................................... 9
1.7. Kerangka Penelitian ................................................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................................... 11
2.1. Hubungan Gedung Sate, Mughal, dan Candi-Candi Jawa ......................... 11
2.1.1. Aliran Arsitektur Amsterdam School dan Johan Gerber ............... 11
2.1.2. Hendrik Petrus Berlage dan Johan Gerber .................................... 13
2.1.3. Charler Prosper Wolff Schoemaker, Hendrik Petrus Berlage dan
Johan Gerber ................................................................................. 14
2.1.4. Perjalanan Gerber menuju Indonesia ............................................ 18
2.2. Karakteristik Arsitektur Mughal ................................................................ 20
2.2.1. Karakteristik Arsitektur Mughal secara Umum ............................ 22
x
2.2.2. Fase-Fase Arsitektur Mughal ........................................................ 28
2.2.3. Karakteristik Arsitektur Mughal Fase Batu Pasir Merah .............. 28
2.2.4. Karakteristik Arsitektur Mughal Fase Marmer Putih .................... 30
2.2.5. Objek Arsitektur Mughal dan Karakteristiknya ............................ 34
2.3. Karakteristik Arsitektur Candi Jawa .......................................................... 37
2.3.1. Karakteristik Tata Massa Candi Jawa ........................................... 37
2.3.2. Karakteristik Sosok Candi Jawa .................................................... 39
2.3.3. Karakteristik Ornamen Candi Jawa ............................................... 40
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................................. 46
3.1. Deskripsi Objek .......................................................................................... 46
3.2. Lokasi dan Lingkungan .............................................................................. 47
3.3. Sejarah ........................................................................................................ 48
3.3.1. Sebab ............................................................................................. 48
3.3.2. Pelaksanaan Rencana .................................................................... 49
3.3.3. Kesan tentang Gedung Sate ........................................................... 52
3.4. Data Arsitektur ........................................................................................... 55
3.4.1. Tata Massa .................................................................................... 55
3.4.2. Sosok Bangunan ............................................................................ 56
3.4.3. Ornamen Bangunan ....................................................................... 59
BAB 4 ANALISA ............................................................................................................ 69
4.1. Tata Massa, Sosok, dan Ornamen Gedung Sate menurut Mughal ............. 69
4.1.1. Tata Massa .................................................................................... 69
4.1.2. Sosok ............................................................................................. 75
4.1.3. Ornamen ........................................................................................ 80
4.2. Tata Massa, Sosok, dan Ornamen Gedung Sate Dikaji menurut Candi Jawa
87
4.2.1. Tata Massa .................................................................................... 87
4.2.2. Sosok ............................................................................................. 88
4.2.3. Ornamen ........................................................................................ 90
xi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 100
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 100
5.2. Pemikiran Akhir ....................................................................................... 103
5.3. Saran ........................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
LAMPIRAN.......................................................................................................................21
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 - Sebuah surat kabar di Belanda yang memuat berita tentang Johan
Gerber Sumber: google image ............................................................................................ 1
Gambar 1.9 - Gedung Sate Sumber: Wikipedia ....................................................... 2
Gambar 1.10 - Masjid Agung di Fatehpur Sikiri Sumber: Wikipedia ..................... 3
Gambar 1.11 - Simetri pada tampak dan denah Taj Mahal Sumber: Google Image)
............................................................................................................................................. 4
Gambar 1.12 - Candi Prambanan Sumber: Google Image ....................................... 4
Gambar 1.13 - Bagan Kerangka Penelitian ............................................................. 10
Gambar 1.2 - Desain AIA untuk Departement van Gouvernmentsbedrijven Sumber:
Haryoto Kunto ................................................................................................................... 13
Gambar 1.3 - Dr. Hendrik Petrus Berlage Sumber: google image ......................... 14
Gambar 1.4 - The Great Chaitya in the Buddhist Karla Caves, Maharashtra, India,
c. 120 CE. Sumber: Wikipedia ......................................................................................... 16
Gambar 1.5 - C. P. Wolff Schoemaker Sumber: google image ............................. 17
Gambar 1.6 - Peta jalur perjalanan Belanda - Hindia Belanda Sumber: google image
........................................................................................................................................... 18
Gambar 1.7 - peta letak Goa, India Sumber: windows map .................................. 18
Gambar 1.8 - Peta persebaran Kerajaan Mughal di Asia Selatan Sumber:
themaparchive ................................................................................................................... 19
Gambar 2.1 - arsitektur peninggalan kesultttanan Delhi Sumber: google image ... 20
Gambar 2.2 – keterangan peta yang menunjukkan keberadaaan ketiga raja pertama
Mughal .............................................................................................................................. 21
Gambar 2.3 - kuil citragupta, arsitektur asli India (sumber: google image) .......... 21
Gambar 2.4 - arsitektur Iran (sumber: google image) ............................................ 21
Gambar 2.5 - bagan dan ilustrasi tata ruang luar arsitektur Mughal Sumber: google
image ................................................................................................................................. 22
Gambar 2.6. penerapan konsep charbagh pada kompleks bangunan Mughal Sumber:
Google Image .................................................................................................................... 23
Gambar 2.7 - suasana ruang luar kompleks arsitektur Mughal Sumber: google image
........................................................................................................................................... 23
Gambar 2.8. Kubah pada Bangunan Mughal Sumber: Google Image ................... 24
xiii
Gambar 2.9. Minaret atau Menara Kecil di Keempat Sudut luar bangunan Mughal
Sumber: Google image ..................................................................................................... 24
Gambar 2.10. Gerbang besar pada kompleks bangunan Mughal Sumber: Google
Image ................................................................................................................................ 25
Gambar 2.11. Simetri pada bangunan Mughal Sumber: Google Image ................ 25
Gambar 2.12 - aula besar pada bangunan Mughal .................................................. 25
Gambar 2.13 - penggunaan batu semi-mulia sebagai bagian dari ornamen (sumber:
google image).................................................................................................................... 26
Gambar 2.14. ornamen halus pada dinding Mughal (sumber: slideshare) ............ 26
Gambar 2.15. Gaya Pietra Dura pada dinding bangunan Mughal Sumber: Google
Image ................................................................................................................................ 26
Gambar 2.16 - penggunaan pola segi-8, dan simetri (sumber: google image) ...... 27
Gambar 2.17. pengembangan Lengkung pada arsitektur Mughal Sumber: Google
Image ................................................................................................................................ 27
Gambar 2.18 - istana di Fatehpur Sikri Sumber: google image ............................. 29
Gambar 2.19 - ornamen bergambar pada kala burj Sumber: google image .......... 30
Gambar 2.20 - penempatan dhesna-i nur dan tapak di sekitarnya yang spektakuler
Sumber:google image ....................................................................................................... 31
Gambar 2.21 - Taj Mahal (sumber:https://pmdvod.nationalgeographic.com/) ..... 31
Gambar 2.22 - penggunaan marmer putih pada masjid (sumber: google image) .. 32
Gambar 2.23 - ilustrasi kemeriahan kota Shahjahanabad (sumber: google image)33
Gambar 2.24 - tiba bagian umum candi dalam sumber pustaka indonesia (sumber:
Aditya Bayu Perdana) ....................................................................................................... 40
Gambar 2.25 - tiga bagian candi yang umum dipaparkan dalam Dumarcay (1986)
Sumber: Clarissa, 2019 ..................................................................................................... 40
Gambar 2.26. Kemuncak berupa Kalasa - Ratna - Stupa - Kubus Sumber: Andre
Halim ................................................................................................................................ 41
Gambar 2.27. Antefix pada Candi Borobudur Sumber: Clarissa, 2019 ................. 42
Gambar 2.28. Motif sulur-suluran pada Candi Arjuna, Candi Kalasan, dan Candi
Jago Sumber: Andre Halim, 2017 .................................................................................... 42
Gambar 2.29. Motif bunga pada permukaan candi Sumber: google image ........... 42
Gambar 2.30. Relief Dewa Siwa pada Candi Prambanan Sumber: google image 43
Gambar 2.31. Kepala kala di atas pintu masuk candi Sumber: google image ....... 43
Gambar 2.32. Makara pada Candi Kalasan Jawa Sumber: wikipedia ................... 44
xiv
Gambar 2.33. Ornamen tangga sulur Candi Jago Sumber: google image ............. 44
Gambar 3.1 - Gedung Sate Sumber: Wikipedia ..................................................... 46
Gambar 3.2 Letak Gedung Sate dan Kondisi Sekitar Sumber: Google Maps ....... 47
Gambar 3.3 - Tampak Atas Kompleks Gedung Sate sekarang Sumber: Google Maps
........................................................................................................................................... 47
Gambar 3.4 Museum Geologi Bandung Sumber: Google Image .......................... 52
Gambar 3.5. Atap Susun Gedung Sate yang sering dijadikan ikon Jawa Barat
Sumber: Google Image...................................................................................................... 54
Gambar 3.6. Peta Situasi Rencana Kompleks Pusat Instansi Pemerintahan Bandung
Sumber: Museum Gedung Sate ......................................................................................... 55
Gambar 3.7. Denah Semi Basement Gedung Sate Sumber: Museum Gedung Sate
........................................................................................................................................... 56
Gambar 3.8. Denah Lantai Dasar Sumber: Google Image ..................................... 57
Gambar 3.9. Denah Lantai 3 Sumber: Google Image ............................................ 57
Gambar 3.10. Denah Lantai 3 dan Menara Sumber: google Image ....................... 57
Gambar 3.11. Rancangaan Tampak Bangunan Sumber: Museum Gedung Sate ... 58
Gambar 3.12. Potongan Gedung Sate menunjukkan konstruksi bangunan Sumber:
Museum Gedung Sate ....................................................................................................... 58
Gambar 3.13. Bagian Kaki Bangunan Gedung Sate ............................................... 59
Gambar 3.14. Lubang Angin pada Bagian Kaki Gedung Sate ............................... 59
Gambar 3.15. Tangga Masuk Utama Gedung Sate ................................................. 60
Gambar 3.16. ornamen menyerupai candi di atas pintu masuk Sumber: Museum
Gedung Sate ...................................................................................................................... 60
Gambar 3.17. Ornamen sekeliling pintu masuk ...................................................... 61
Gambar 3.18. ornamen kuncup di samping kedua sisi pintu masuk ....................... 61
Gambar 3.19. Bukaan Berbentuk Persegi Panjang dengan Ornamen Dua Tiang ... 62
Gambar 3.20. Bukaan Berbentuk Lengkung dengan Ragam Hias Geometris ........ 62
Gambar 3.21. Ornamen Kaca Patri besar pada Gedung Sate .................................. 63
Gambar 3.22. Ornamen Kaca Patri ......................................................................... 63
Gambar 3.23. jajaran kolom di depan bukaan kaca patri ........................................ 64
Gambar 3.24. ornamen berbentuk Kolom Oktagonal ............................................. 64
Gambar 3.25. Plafond berbentuk Persegi Empat Berundak-undak ......................... 64
Gambar 3.26. Balok Lintel ...................................................................................... 65
Gambar 3.27. Atap Susun Sumber: Museum Gedung Sate .................................... 65
xv
Gambar 3.28. Tusuk Sate Penangkal Petir Sumber: Museum Gedung Sate.......... 66
Gambar 3.29. Ornamen Ragam Hias pada Bagian Bawah Teritis Gedung Sate .... 67
Gambar 3.30. Ornamen Cincin Setengah Bulatan Sumber: Museum Gedung Sate
.......................................................................................................................................... 67
Gambar 3.31. Ornamen Islam dan kuncup pada Teras Menara Gedung Sate ........ 68
Gambar 3.32. Ornamen kuncup bunga teratai Sumber: Museum Gedung Sate .... 68
Gambar 4.1. Kotak merah menunjukkan rencana, sedangkan kotak biru
menunjukkan kolam yang ada sekarang ........................................................................... 69
Gambar 4.2. Penempatan kolam air di tengah lansekap Taj Mahal Sumber: Google
Image ................................................................................................................................ 70
Gambar 4.3. Terdapat berbagai tanaman berwarna-warni di halaman Gedung Sate
Sumber: Google Image ..................................................................................................... 70
Gambar 4.4. Bunga-bunga yang ada di taman Mughal Sumber: Google Image ... 71
Gambar 4.5. rumput sebagai material penutup tanahpada taman Mughal dan taman
Gedung Sate Sumber: Google Image ................................................................................ 71
Gambar 4.6. Isometri Shalimar bagh Kashmir Sumber: Google Image ................. 72
Gambar 4.7. Penempatan bangunan Gedung Sate di ujung sumbu taman ............. 73
Gambar 4.8. Penempatan bangunan Taj Mahal di ujung sumbu taman Sumber:
Google Image .................................................................................................................... 73
Gambar 4.9. Gedung Sate didominasi material plaster cat putih ............................ 75
Gambar 4.10. Penggunaaan marmer putih pada Taj Mahal Sumber: Google Image
.......................................................................................................................................... 75
Gambar 4.11. penggunaan bata merah pada Fatehpur Sikri Sumber: Google Image
.......................................................................................................................................... 76
Gambar 4.12. Simetri dan keseimbangan pada Gedung Sate Sumber: Google Image
.......................................................................................................................................... 76
Gambar 4.13. Simetri dan Keseimbangan pada arsitektur Mughal Sumber: Catherine
B. Asher ............................................................................................................................ 76
Gambar 4.14. tampak barat Gedung Sate Sumber: Museum Gedung Sate ............ 77
Gambar 4.15. Repetisi lengkungan pada Gedung Sate Sumber: Harjoto Kunto .... 77
Gambar 4.16. Repetisi lengkungan pada bangunan Mughal .................................. 78
Gambar 4.17. Hall besar dan tinggi pada Gedung Sate (kiri) dan pada bangunan
Mughal Sumber: Harfin Nataadiningrat, Google Image ................................................... 78
xvi
Gambar 4.18. penggunaan lengkung dan motif daun yang seupa antara Gedung Sate
(kanan) dan bangunan arsitektur Mughal (kiri) ................................................................. 80
Gambar 4.19. penggunaan oktagon pada minaret makam I'timad al_Daula (kiri) dan
Masjid Mu'tamad Khan Agra (kanan) ............................................................................... 81
Gambar 4.20. Penggunaan oktagon pada Gedung Sate terlihat dari tampak depan
Sumber: Google Image...................................................................................................... 81
Gambar 4.21. Penggunaan okatagon pada ujung sudut bangunan Gedung Sate .... 81
Gambar 4.22. penyelesaian sudut bangunan menyerupai menara Sumber:
Tribunnews Jabar .............................................................................................................. 82
Gambar 4.23. penggunaan minaret di keempat sudut Mesjid Jama di Lahore
Sumber: Google Image...................................................................................................... 82
Gambar 4.24. Penyelesaian sudut bangunan dengan oktagon menyerupai menara
Sumber: Museum Gedung Sate ......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.25. corbel pada teritis atap Gedung Sate ................................................ 83
Gambar 4.26. Contoh corbel pada arsitektur Mughal Sumber: Living Architecture
Islamic Indian .................................................................................................................... 83
Gambar 4.27. penggunaan kolom dan lengkung pada fasad Gedung Sate ............. 83
Gambar 4.28. Detail kolom pada makam Adham Khan, Delhi Sumber: The New
Cambridge of India, Catherine B. Asher ........................................................................... 84
Gambar 4.29. Penggunaan motif dedaunan pada pagar menara Gedung Sate (kiri)
dan pada makam Adham Khan di Delhi (kanan) .............................................................. 84
Gambar 4.30. Susunan tata massa Gedung Sate berdasar sumbu dan massa .......... 87
Gambar 4.31. tipe tata massa linear pada kompleks besar menurut Degroot, dan tipe
P7 menurut Herwindo ....................................................................................................... 87
Gambar 4.32. Tipe candi menara persegi panjang dengan penambahan Sumber:
Aditya Bayu ...................................................................................................................... 88
Gambar 4.33. bentuk denah Gedung Sate dengan penambahan ............................. 88
Gambar 4.34. Pembagian Kaki Badan Kepala pada Gedung Sate (kanan) dan Candi
(kiri)................................................................................................................................... 89
Gambar 4.35. Perbandingan tiprofil moulding Candi Pawon (kiri) dengan kaki
Gedung Sate (kanan) ......................................................................................................... 90
Gambar 4.36. Profil Moulding Gedung Sate masuk ke dalam tipe Candi Jawa Selatan
........................................................................................................................................... 90
Gambar 4.37. Candi Pawon Sumber: Candi Space and Landcscape, De Groot .... 91
xvii
Gambar 4.38. Candi Merak Sumber: Candi Space and Landscape, De Groot ...... 91
Gambar 4.39. Perbandingan kemuncak ratna pada Candi Jago (kanan) dan atap
menara Gedung Sate (kiri) ................................................................................................ 92
Gambar 4.40. Pembagian sikhara pada Candi Kelir di Prambanan dan sikhara pada
Candi Arjuna Sumber: Clarissa dan Google Image .......................................................... 93
Gambar 4.41. lidah tangga pada tangga di lobi Gedung Sate Sumber: museum
Gedung Sate ...................................................................................................................... 93
Gambar 4.42. Lidah tangga pada candi perwara di Plaosan Lor (kiri) dan candi
perwara di Candi Lumbung (kanan) Sumber: Clarissa ..................................................... 94
Gambar 4.43. Penggunaan lengkung pada Gedung Sate (kiri) dan relung pada Candi
Borobudur (kanan) beserta ornamen daun dan antefiks. ................................................... 94
Gambar 4.44. Relung pada candi utama di Candi Plaosan Lor .............................. 95
Gambar 4.45. Pilaster jendela Gedung Sate (kiri), pada relief candi utama Candi
Lumbung (kanan) .............................................................................................................. 95
Gambar 4.46. relief pilaster Candi Mendut (kiri), Candi Plaosan Lor, Candi
Borobudur (kanan) ............................................................................................................ 95
Gambar 4.47. kolom dan lengkung pada Gedung Sate (kiri) serupa dengan relung
dan pilaster pada Candi Mendut (kanan) .......................................................................... 96
Gambar 4.48. persegi susun mengerucut pada plafond Gedung Sate (kiri) dan bentuk
atap pada Candi Sojiwan (kanan)...................................................................................... 96
Gambar 4.49. Ornamen di sekeliling pintu masuk utama Gedung Sate (kiri) dan
gerbang Candi Ratu Boko (kanan) .................................................................................... 97
Gambar 5.1. Bagan hubungan arsitektur Dinasti Mughal, candi-candi Jawa, dan
Gedung Sate .................................................................................................................... 102
xviii
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tata Ruang Candi Tipe Menara, berdasarkan Degroot (2009) dan
Herwindo (2009) Sumber: Laporan Skripsi yang tidak dipublikasikan oleh Aditya Bayu,
2019 .................................................................................................................................. 38
Tabel 2.2 - tipe denah bangunan candi Jawa, Sumber: Laporan Skripsi yang tidak
dipublikasikan oleh Aditya Bayu (2019) .......................................................................... 39
Tabel 2.3 Tabel Tipe Moulding, Chihara (1996) Sumber: Aditya Bayu, 2019 ..... 41
Tabel 2.4. Daftar Ornamen yang Selalu Muncul pada Candi di Pulau Jawa Sumber:
Andre Halim, 2017 ............................................................................................................ 45
Tabel 4.1. Perbandingan hubungan tata massa arsitektur Dinasti Mughal dan Gedung
Sate .................................................................................................................................... 74
Tabel 4.2. Perbandingan hubungan sosok arsitektur Dinasti Mughal dan Gedung Sate
.......................................................................................................................................... 79
Tabel 4.3. Perbandingan hubungan ornamen arsitektur Dinasti Mughal dan Gedung
Sate .................................................................................................................................... 85
Tabel 4.4. Kesamaan tata massa dan sosok arsitektur Candi Jawa dan Gedung Sate
.......................................................................................................................................... 89
Tabel 4.5. Kesamaan ornamen arsitektur Candi Jawa dan Gedung Sate ................ 97
Tabel 5.1. Penggunaan unsur-unsur arsitektur Mughal pada Gedung Sate .......... 100
Tabel 5.2. Penggunaan unsur-unsur arsitektur candi-candi Jawa pada Gedung Sate
........................................................................................................................................ 101
Tabel 5.3. Pembagian gaya, pengaruh, dan contoh-contoh karya arsitektur Belanda
di Indonesia ..................................................................................................................... 104
xx
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Foto eksisting Sopo Nagari Sihotang .. Error! Bookmark not defined.
xxii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gedung Sate (Departement van Gouvernmentsbedrijven) adalah gedung dinas
Gubernur Jawa Barat. Gedung Sate selesai dibangun pada tahun 1920, didesain oleh Ir.
Johan Gerber, seorang arsitek Belanda. Nama ‘Gedung Sate’ sendiri diambil dari salah satu
atribut gedung yang menyerupai sate di bagian teratas gedung. Desain Johan Gerber
dianggap paling cocok untuk Gedung Sate karena desain Gerber dianggap memprioritaskan
sintesa arsitektur lokal dan non-lokal.
Pengaruh arsitektur lokal di dalam Gedung Sate yaitu arsitektur candi-candi Jawa.
Di sisi lain, ada kesenian Dinasti Mughal1 yang masuk sebagai sebuah faktor kebudayaan
ke Indonesia. Bagaimana Gerber menggunakan arsitektur Mughal untuk berdialog dengan
arsitektur Candi Jawa menjadi sebuah faktor penting dalam pemilihan penelitian ini.
Permasalahan yang ada dengan perancangan Gedung Sate ini adalah kurangnya data
sejarah, baik konsep maupun Johan Gerber. Johan Gerber, seorang arsitek muda lulusan
Universitas Delft di Belanda tahun 1917, merupakan seorang arsitek muda yang dinilai
brilian, dapat dilihat dari penunjukkannya sebagai arsitek anggota kelompok perancang
kompleks Departement van Gouvernmentsbedrijven.
Gambar 1.1. Sebuah surat kabar di Belanda yang memuat berita tentang Johan Gerber
Sumber: Google Image
1 Kesultanan Mughal, Mogul, atau bisa juga disebut Kerajaan Moghul. Banyak nama namun tetap satu kerajaan.
2
Seperti pada gambar surat kabar memuat berita duka di Belanda tersebut, pada kotak
merah ditulis: “Ir. Johan Gerber lahir 6 Desember 1885. Ia belajar arsitektur di
Universitas Teknologi Delft dan sebagai insinyur struktural ia berangkat pada 1917 ke
departemen perusahaan pemerintah di Bandoeng. Beberapa tahun kemudian dia kembali
dari Indie untuk menjadi direktur kotamadya…..”
Sebagai seorang arsitek muda, Gerber tidak memiliki portofolio karya-karya apa saja
yang telah dirancang olehnya. Pada kesempatan ini diketahui bahwa proyek Departement
van Gouvernmentsbedrijven merupakan proyek pertama Gerber, sedangkan arsitek
maupun biro lain yang mengikuti sayembara ini mayoritas sudah berada di Hindia Belanda
sejak lama dan sudah memiliki banyak proyek dan gayanya sendiri. Menjadi sebuah
kewajaran bahwa banyak pandangan dan komentar tak sependapat yang ditujukan kepada
Gerber karena hasil rancangannya tersebut.
Namun yang menjadi menarik dalam peristiwa ini adalah kondisi Belanda maupun
Hindia Belanda yang berada pada masa transisi menuju masyarakat Belanda yang lebih
menghargai kebudayaan lokal negara jajahannya, seperti Indonesia. Dengan adanya
perubahan di kalangan arsitek dan adanya dukungan pemerintah membuat berkembangnya
arsitektur yang mengimplementasikan adanya penghargaan terhadap elemen lokalitas
tempat berdirinya sebuah karya arsitektur.
Gedung Sate menjadi sebuah objek arsitektur yang penting untuk diteliti, karena
hingga sekarang kondisi Gedung Sate masih kokoh berdiri, dan masih cukup terawat bila
dibandingkan dengan gedung-gedung kontemporer dengan fungsi publik di jaman yang
sama.
Menurut Purnama Salura dan Bachtiar Fauzy, Gedung Sate memiliki tatanan
keseimbangan antara relasi antar bagian dan keseluruhan bangunan, tatanan itu antara lain:
axis, datum, repetisi, dan ritme. Sementara inti dari penerapan tatanan ini adalah
keseimbangan yang diterapkan pada hierarki bangunan.
Gambar 1.2. Gedung Sate
Sumber: Wikipedia
3
Fenomena yang ada bahwa sering ditemukannya kemiripan antara Gedung Sate
dengan gedung-gedung formal2 hasil peninggalan Dinasti Mughal.
Mughal, suku nomaden dari Asia Tengah, terkenal akan penjarahannya ke berbagai
daerah. Setelah mereka melepaskan gaya hidup nomaden mereka dan mulai mencari tempat
untuk menetap, mengganti kepercayaan mereka dari animisme menjadi Islam, bangsa
Mughal mengambil berbagai gaya arsitektur dari banyak daerah, paling terlihat yaitu Iran
dan Samarkand. Kebudayaan mereka mencapai puncaknya pada tahun 1628 hingga tahun
1707.
Peninggalan arsitektur utama dari bangsa Mughal yaitu makam, istana, masjid,
benteng, dan taman. Salah satu objek arsitektur yang menunjukkan gaya arsitektur klasik
Mughal yaitu Masjid Agung di Fatehpur Sikri3.
Gambar 1.3. Masjid Agung di Fatehpur Sikiri
Sumber: Wikipedia
Penelitian akan relasi antara Gedung Sate dengan arsitektur Mughal menjadi
penting, karena arsitektur Mughal menjadi arsitektur Muslim yang memiliki keunikannya
sendiri, dapat terlihat dengan jelas bahwa arsitektur Mughal ini menekankan simetri dan
hierarki, terkenal dengan kubah bulat, menara ramping dengan kubah di keempat sudutnya,
ruang yang luas, gerbang berkubah besar dan ornamen halus4. Arsitektur ini memiliki
kemiripan dalam prinsip tatanannya dengan Gedung Sate.
Salah satu faktor yang membuat arsitektur Mughal tidak terlalu signifikan dalam
penelitian – juga banyak arsitektur lokal dalam daerah-daerah di Asia lainnya, adalah
banyaknya penulis – yang berasal dari Eropa dan dunia barat – mengikuti kebiasaan orang
2 Gedung formal yang dimaksud yaitu dengan fungsi pemerintahan dan memiliki relasi dengan raja, seperti
istana, masjid (karena kerajaan islam), dan makam raja-raja. 3 Mughal Architecture and Gardens, Guha, Martin 4 https://www.indiapicks.com/annapurna/S_Mughal.htm, diakses tanggal 4 Februari 2020, pukul 20:00 WIB.
4
Eropa yang menganggap bahwa semua perkembangan arsitektur modern berasal dari
Eropa. Menurut Ebba Koch lewat bukunya ‘Mughal Architecture: An Outline of Its History
and Development’, banyaknya perkembangan arsitektur lokal di Asia dianggap berasal dari
Eropa, salah satunya yaitu arsitektur Mughal. Sebagai contoh, dijelaskan bahwa ‘kolom
berbentuk baluster’ dari jaman Shah Jahan berasal dari Eropa, dan dibawa ke Mughal oleh
para misionaris Jesuit. Padahal, pilar sejenis ini bisa memiliki referensi lain yaitu dari
ghata-pallava (pot dan dedaunan) yang sudah lama terkenal secara umum di India Utara.
Gambar 1.4. Simetri pada tampak dan denah Taj Mahal
Sumber: Google Image
Rancangan Gedung Sate, sebagai salah satu hasil sintesa arsitektur lokal dan non-
lokal, dipengaruhi oleh arsitektur candi-candi Jawa sebagai unsur lokalnya. Menurut
Tjahjono Prasodjo, arsitektur candi-candi Jawa mengandung sebuah prinsip fundamental
Hindu-Buddha, yaitu keseimbangan antara makrokosma – mikrokosma, sebuah konsep
yang diterapkan juga pada Gedung Sate.
Gambar 1.5. Candi Prambanan
Sumber: Google Image
Arsitektur candi-candi di Jawa menjadi faktor penting dalam penelitian ini, karena
eksistensinya sudah lama berada sebelum Belanda datang ke Indonesia, juga banyaknya
5
peninggalan arsitektur Hindu Jawa yang bertahan hingga sekarang (setelah melalui proses
pemugaran, seperti candi).
Pada jaman dirancangnya Gedung Sate, terjadi perdebatan sengit di Hindia Belanda
tentang desain arsitektur baru. Sepanjang periode di antara dua perang dunia, sebuah
pertempuran ideologis, terutama di bidang teoritis, berkecamuk di Belanda. Kubu pertama
terdiri dari para pendukung aliran Amsterdam, De Stijl, dan Fungsionalisme. Sementara
itu, gerakan reaksioner Aliran Delft berada pada kubu yang berseberangan. Menurut
kacamata Wolff Schoemaker, Gedung Sate di Bandung karya Johan Gerber merupakan
contoh yang baik dari puncak kekeliruan arsitektur, sebagaimana dikutip:
‘Hanya pemahaman yang tepat tentang bentuk-bentuk asing memungkinkannya
untuk mendapatkan sifat-sifat esensialnya tanpa ada risiko terbentuknya motif baru dan
menyusunnya dengan bijak dalam komposisi harmonis […….]. Sifat tidak masuk akal yang
menjadi hasil pengetahuan superfisial atas elemen-elemen oriental, ketika desakan untuk
menerapkannya telah muncul, ditunjukkan oleh Gedung Sate di Bandung.’
Kritik Wolff Schomaker tersebut terhadap arsitektur yang keliru (salah satunya
adalah Gedung Sate) didukung oleh Berlage. Wolff Schoemaker sendiri lebih tertarik
dengan arsitektur monumental. Schoemaker berupaya membuat perpaduan antara
arsitektur barat dan India Klasik yang dianggap memberikan adaptasi paling tepat untuk
sebuah kondisi lingkungan tropis. Dengan demikian, Wolff Schoemaker menghimbau para
arsitek Hinda Belanda untuk menerapkan metode Berlage dan hanya meminjam aspek-
aspek tertentu dari arsitektur India setelah dipelajari secara mendalam.
Menurut Schoemaker, arsitektur India adalah contoh yang bagus untuk Hindia
Belanda. Perlu diketahui, bahwa Berlage – yang mendukung pendapat Schoemaker atas
karya Johan Gerber, adalah arsitek terkenal yang juga mempengaruhi arsitek-arsitek muda
Hindia Belanda, salah satunya adalah Johan Gerber.
6
1.2. Pertanyaan Penelitian
Secara visual, karakter arsitektur Gedung Sate yang dirancang oleh Johan Gerber
menunjukkan adanya penggunaan elemen-elemen candi-candi di Jawa dan Dinasti Mughal.
Johan Gerber, sebagai seorang arsitek muda, di bawah pengaruh Berlage dan Amsterdam
School, terlihat mengikuti pendapat Schoemaker bahwa sebuah produk arsitektur di Hindia
Belanda harus melihat India sebagai referensi. Dengan demikian, Gedung Sate sebagai
gedung calon pusat pemerintahan baru ibukota, harus menampilkan sesuatu yang
monumental. Fenomena tersebut memungkinkan Gerber menjadikan arsitektur India
sebagai referensi penting pada saat itu khususnya arsitektur Mughal. Hal ini didukung pula
oleh penggunaan elemen-elemen arsitektur yang berasal dari candi-candi di Jawa sebagai
ungkapan representasi kelokalan. Pada masa lalu candi dianggap memiliki hubungan erat
dengan India.
Sehingga pertanyaan penelitian skripsi ini adalah:
1. Bagaimana wujud penggunaan percampuran unsur-unsur arsitektur Mughal
dan candi Jawa dalam arsitektur Gedung Sate?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penggunaan percampuran unsur-unsur
arsitektur Mughal dan candi Jawa dalam arsitektur Gedung Sate.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini pertama bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan umum
masyarakat mengenai Gedung Sate, bahwa bangunan pemerintah Gubernur Jawa Barat ini
memiliki kearifan arsitektur Asia.
Manfaat lain dari penelitian ini yaitu penambahan wawasan penulis juga pembaca
mengenai relasi arsitektur Mughal, arsitektur Hindu Jawa, dan Gedung Sate.
Sebuah manfaat yang bisa diambil oleh penulis dan pembaca, yaitu pengambilan dan
penerapan gaya arsitektur lokal dan non-lokal, seperti yang akan dijabarkan dari hasil
perancangan Ir. Johan Gerber ini.
Manfaat khusus bagi penulis dan para pembaca yang memiliki motivasi yang serupa
yaitu pembuktian eksistensi gaya arsitektur lokal Asia tidak melulu dipengaruhi oleh dunia
barat.
7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian meliputi elemen arsitektural Gedung Sate yang telah dibangun
dan tetap bertahan hingga waktu penelitian. Tata massa, sosok, dan ornamen diambil dari
hasil pengamatan penulis pada waktu penelitian, didukung dengan dokumen perancangan
untuk bagian-bagian yang tidak berhasil dipahami hanya lewat pengamatan di tempat.
Elemen pada Gedung Sate yang menjadi objek studi akan penulis bandingkan
dengan elemen-elemen tata massa, sosok, ornamen dari arsitektur Dinasti Mughal dan
candi-candi Jawa. Untuk Dinasti Mughal digunakan teori yang diunggah oleh ArchDuty
pada laman slideshare, didukung oleh keterangan yang didapat penulis melalui narasi
Catherine B. Asher melalui bukunya ‘The New Cambridge of India’. Teori yang digunakan
untuk candi-candi di Jawa adalah teori Degroot dan Herwindo untuk tata massa dan sosok,
dan teori Andre Halim untuk ornamen candi-candi Jawa.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Jenis Penelitian
Menurut jenis data dan analisisnya, penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan
deskriptif. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode komparatif
analisis, dengan langkah-langkah deskripsi (eksplanasi) lalu dianalisis.
1.6.2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu tempat tinggal penulis di Jakarta Pusat dan
di Universitas Katolik Parahyangan tempat penulis bertemu dengan pembimbing dan
penguji, juga rekan-rekan skripsi.
Dimulai dari pembagian sumber data, terdapat dua sumber yaitu adanya sumber dari
studi pustaka – juga ada sumber dari hasil observasi lapangan.
Sumber pustaka didapatkan dari koleksi pribadi penulis, internet, koleksi pribadi
pembimbing, dan koleksi perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB) – dikarenakan
adanya penelitian (dari sebuah thesis) mengenai Gedung Sate yang dilakukan oleh Dr.
Himasari selaku dosen yang berkarya di ITB dan hasil dari penelitian ini disimpan di
gedung perpustakaan ITB.
8
Sedangkan observasi lapangan dilakukan pada objek-objek yang menjadi topik
penelitian; Gedung Sate, candi-candi di Jawa yang menjadi pembanding (Candi
Prambanan, Borobudur, Ratu Boko, dan Candi lainnya).
Arsitektur Mughal tidak ditinjau dengan menggunakan observasi lapangan,
melainkan hanya dari studi pustaka, dikarenakan pada saat penelitian ini dilakukan, penulis
merasa bahwa data yang ada dari hasil studi pustaka masih mencukupi untuk dilakukannya
penelitian deskriptif-kuantitatif.
b. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian skripsi ini didasarkan pada jadwal pengumpulan bertahap skripsi.
Dari penelitian skripsi ini sendiri terdapat beberapa hal yang diperhatikan yaitu studi
pustaka dan observasi lapangan, analisis, dan penarikan kesimpulan.
Pada tahap pertama dilakukan observasi untuk landasan teori dan latar belakang. Di
antara pengumpulan tahap pertama dengan tahap kedua, dilakukan studi pustaka untuk latar
belakang, teori acuan penelitian, dan data objek. Sedangkan observasi lapangan ke Gedung
Sate dilakukan untuk pengambilan foto eksterior gedung.
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Lapangan
Teknik pengumpulan data observasi lapangan dilakukan untuk objek-objek yang
berada di Indonesia, yaitu Gedung Sate dan candi-candi Jawa.
Observasi lapangan dilakukan setelah studi pustaka terhadap objek telah dilakukan,
sehingga observasi lapangan pada penelitian ini berfungsi sebagai pelengkap data dan
sebagai pembanding terhadap teori yang sudah ada pada studi pustaka.
Elemen-elemen yang menjadi fokus dalam pengumpulan data observasi lapangan
adalah tata massa, sosok, dan ornamen Gedung Sate serta candi-candi Jawa.
b. Studi Literatur
Literatur utama mengenai arsitektur Gedung Sate meliputi:
1. Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada Masa Kolonial oleh Hadinoto
2. Balai Agung di Kota Bandung: Riwayat Gedong Sate dan Gedong Pakuan oleh
Haryoto Kunto
3. Arsitektur Tropis Modern oleh C.J. van Dullemen (2018)
9
Literatur utama mengenai arsitektur Mughal meliputi:
1. Forts and Palaces of India oleh Amita Baig (2010)
Literatur utama mengenai candi-candi Jawa meliputi:
1. Some Architectural Design Principles of Temples in Java oleh Parmono Atmadi
2. The Javanese Candi
Literatur lainnya yang penulis gunakan dapat dilihat pada daftar pustaka.
1.6.4. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan komparasi
dengan pendekatan tekstual dan historis yang langkah-langkah analisisnya dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data dan literatur mengenai arsitektur Gedung Sate secara umum
2. Mengumpulkan data dan literatur mengenai desain arsitektur Mughal terutama data
dan literatur dari bangunan peninggalan-peninggalan arsitektur Mughal
3. Mengumpulkan data dan literatur mengenai candi Jawa secara umum
4. Menganalisis data dan literatur yang sudah didapat untuk mengkaji elemen
arsitektural Gedung Sate
5. Mendeskripsikan elemen-elemen pada Gedung Sate, arsitektur Mughal, dan candi-
candi di Jawa
6. Membandingkan elemen arsitektural Gedung Sate, Mughal, dan candi-candi di
Jawa dalam sebuah tabel
7. Menarik kesimpulan dari tabel perbandingan yang telah dibuat
1.6.5. Metode Penyajian Data
Data pada penelitian ini didapatkan melalui analisis berdasarkan literatur dan sumber
dari objek studi. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk pemaparan deskriptif
serta gambar dan tabel untuk memudahkan pembaca dalam memahami analisis data yang
telah diolah secara visual.
10
1.7. Kerangka Penelitian
Gambar 1.6 - Bagan Kerangka Penelitian
Recommended