View
237
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAH RAGA
DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN
JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN TEGAL BARAT
KOTA TEGAL TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dasuki Christanto
6101907030
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
ii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Pada Hari : Sabtu
Tanggal : 29 Agustus 2009
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris,
Drs. M. Nasution, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R, M. Pd
NIP. 19640423 199002 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002
Dewan Penguji
Drs. Margono, M. Kes. (Ketua) ............................
NIP. 19601210 198601 1 001
Sri Haryono, S.Pd ,M.Or (Anggota) ............................
NIP. 19691113 199802 1 001
Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd (Anggota) .............................
NIP. 19610903 198803 1 002
iii
SARI
Dasuki Christanto, 2009. Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan terhadap kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Sekolah Dasar di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal Tahun 2009 . Skripsi.
Jurusan PJKR. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini akan mengkaji tentang kinerja guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) dengan permasalahan : Bagaimana
persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap kinerja
guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar di Kecamatan
Tegal Barat Kota Tegal Tahun 2009 ?
Populasi penelitian dari 31 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tegal
Barat sebanyak 348 orang. Pengambilan sampel dengan tehnik Proportional
Random Sampling, yaitu mengambil 7 - 9 orang guru dari setiap SD (29%),
sehingga hanya 100 orang yang menjadi sampel penelitian . Variabel penelitian
meliputi Persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai
variabel bebas dan Kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
sebagai variabel terikat. Penelitian menggunakan metode Survei dan
pengumpulan data dengan Angket. Data dianalisis dengan menggunakan
Analisis Diskriptif Prosentase .
Hasil penelitian ditinjau dari masing masing indikator menunjukan bahwa:
1).Persepsi terhadap aspek Kepribadian; 88,00 % sangat baik, 7,00 % baik,
3,00% cukup baik dan 2,00 % kurang baik. 2).Persepsi terhadap aspek
Pedagogik; 77,00 % sangat baik, 18,00 % baik, 1,00 % cukup baik dan
4,00 % kurang baik . 3).Persepsi terhadap aspek Profesional; 51,00 % sangat
baik, 28,00 % baik, 13,00 % cukup baik dan 8,00 % kurang baik.
4).Persepsi terhadap aspek Sosial; 78,00 % baik, 7,00% sangat baik, 7,00 %
cukup baik, dan 8,00 % kurang baik. Secara umum persepsi guru non
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan sangat baik.
iv
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa persepsi guru non
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar di Kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan sangat baik , maka penulis dapat mengajukan saran antara lain :
1) Guru Penjasorkes hendaknya tetap mempertahankan kinerja yang baik
dalam mengajar agar persepsi guru terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan tetap baik dan mampu memotivasi guru lain untuk melakukan
hal yang sama.
2) Guru Penjasorkes hendaknya menyadari arti penting kinerjanya bagi
siswa maupun bagi sekolah karena dengan kinerjanya yang baik dapat
membantu kelancaran kegiatan pembelajaran disekolah sehingga membantu
siswa mencapai hasil belajar yang optimal.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis menjadi mahasiswa UNNES.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES
yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi
ini.
4. Sri Haryono,S.Pd. M.Or dan Drs. Mugiyo Hartono, Mpd selaku
Pembimbing yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk,
dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala Unit Pelayanan Tehnis Daerah Sekolah Dasar Kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal
yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis saat melakukan
penelitian.
7. Seluruh guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tegal Barat Kota
Tegal yang telah memberikan pendapat melalui angket kepada penulis saat
melakukan penelitian.
8. Istri dan Anak Anakku tercinta yang telah memberikan dorongan sehingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian untuk penulisan
skripsi ini.
vi
Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dan
penulis mendoakan semoga amal dan bantuan saudara mendapat berkah yang
melimpah dari Allah S.W.T.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca
semua.
Tegal , Agustus 2009
Penulis
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan
lain,dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al
Insyirah : 6-8).
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini kupersembahkann kepada:
1. Istriku yang tercinta Muryanah dan
Anakku Yumna Atikah L dan
Naufal Yaafii M,yang telah
memberikan spirit dan motivasi.
2. Rekan-rekan mahasiswa PKG Tegal
2008 ,dan mahasiswa PJKR FIK
UNNES .
3. Almamater FIK UNNES.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
SARI ................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 7
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................ 7
1.4 Pembatasan Masalah .............................................................. 7
1.5 Penegasan Istilah .................................................................... 8
1.6 Tujuan Penelitian ................................................................... 13
1.7 Manfaat Penelitian ................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 15
2.1 Persepsi ............................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Persepsi ................................................... 15
2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi ...................................... 16
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi .......... 20
2.2 Kinerja ................................................................................. 21
2.2.1 Pengertian Kinerja .................................................... 21
2.2.2 Kinerja Guru ............................................................. 23
2.2.3 Upaya Peningkatan Kinerja Guru ........................... 26
2.3 Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ....... 27
ix
2.4 Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehata ............................................................................... 28
2.5 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ................. 37
2.5.1 Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan ................................................................. 37
2.5.2 Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan ................................................................. 38
2.5.3 Fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan ................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 44
3.1 Penetuan Objek Penelitian ................................................... 45
3.1.1 Populasi ...................................................................... 45
3.1.2 Sampel ......................................................................... 45
3.1.3 Variabel ....................................................................... 46
3.2 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 47
3.2.1 Metode Dokumentasi ................................................ 47
3.2.2 Metode Angket .......................................................... 48
3.3 Instrumen Penelitian .............................................................. 48
3.3.1 Penyusunan Instrumen Penelitian .............................. 48
3.3.2 Analisis Instrumen ...................................................... 49
3.4 Metode Analisis Data ........................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 55
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 55
4.2 Pembahasan ........................................................................... 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................. 68
5.1 Simpulan .............................................................................. 68
5.2 Saran ..................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 71
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel.1. Tabel Penelitian Pendahuluan ...................................................... 5
Tabel.2. Hasil Penelitian Pendahuluan ....................................................... 6
Tabel.3. Obyek Penelitian Lanjutan ............................................................ 46
Tabel.4. Hasil Uji Validitas Angket Penelitian ......................................... 50
Tabel.5. Kriteria Analisis Deskriptif Prosentese ........................................ 54
Tabel.6. Distribusi Persepsi Guru non Penjasorkes Terhadap Kinerja
Guru Penjasorkes SD Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal
2009 ................................................................................................. 55
Tabel.7. Disribusi Persepsi Guru pada Aspek Kepribadian
Sebagai Pendidik Dari Kinerja Guru Penjasorkes ..................... 57
Tabel.8. Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Pedagogik Dari Kinerja
Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ........................ 59
Tabel.9. Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Profesional sebagai
Pendidik dari Kinerja guru Penjasorkes ...................................... 60
Tabel.10. Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Sosial sebagai
Pendidik Dari Kinerja Guru Penjasorkes ..................................... 62
Tabel.11. Analisa Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ................ 71
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar.1. Proses Terjadinya Persepsi ......................................................... 18
Gambar.2. Proses Terjadinya Persepsi ......................................................... 19
Gambar.3. Deskripsi Persepsi Guru SD Negeri Kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes ......... 56
Gambar.4. Persepsi Guru pada Aspek Kepribadian dari Kinerja
Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ................... 58
Gambar.5. Persepsi Guru pada Aspek Pedagogik dari Kinerja Guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ............................ 59
Gambar.6. Persepsi Guru pada Aspek Profesional dari Kinerja
Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ................... 61
Gambar.7. Persepsi Guru pada Aspek Sosial dari Kinerja Guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ............................ 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran. 1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ........... 73
Lampiran. 2. Kisi-kisi Instrument Penelitian Persepsi Guru ..................... 81
Lampiran. 3. Kuesioner Instrument Penelitian Persepsi Guru ................... 85
Lampiran. 4. Usulan Penetapan Dosen Pembimbing .................................. 88
Lampiran. 5. Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ............................ 89
Lampiran. 6. Persetujuan Dosen Pembimbing ............................................. 90
Lampiran. 7. Permohonan Ijin Penelitian Pendidikan ................................. 91
Lampiran. 8. Dispensasi / Ijin Penelitian dari UPTD SD Kecamatan
Tegal Barat Kota Tegal .......................................................... 92
Lampiran .9. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ................... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam kehidupannya.
Pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang bersifat kualitatif juga
merupakan hasil dari proses pendidikan, baik disadari maupun tidak disadari.
Pendidikan akan menghasilkan manusia yang menghargai harkat dan
martabatnya sendiri. Pendidikan bermaksud mengembangkan segala potensi
yang dimiliki oleh individu yang secara alami sudah dia miliki. Potensi yang
ada pada individu tersebut apabila tidak dikembangkan menjadi sumber daya
yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya, untuk itu individu
perlu diberi berbagai kemampuan dalam mengembangkan berbagai hal antara
lain : konsep , prinsip , kreatifitas , tanggung jawab , dan ketrampilan.
Individu juga makhluk yang ingin berinteraksi dengan lingkungannya. Obyek
sosial ini berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan
dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang serta perkembangan
aspek individual dan aspek sosial .
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan
berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral,
aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas
jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup, maka pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang
diajarkan di sekolah memiliki peran yang sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang
2
dipilih dan dilakukan secara sistimatis. Pembekalan pengalaman belajar itu
diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang
lebih baik, serta membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang
hayat.(Depdiknas,2003:Kurikulum SD/MI).
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan fisik, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran , penghayatan nilai-nilai ( sikap –mental –
emosional – sportivitas – spiritual – sosial ), serta kebiasaan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas
fisik yang seimbang.
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani sampai sekarang
ini, adalah belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah,
Kondisi kualitas pembelajaran pendidikan jasmani yang memprihatinkan
disekolah-sekolah,telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh
beberapa pengamat pendidikan jasmani dan olahraga. Kondisi ini disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru
pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
Kualitas guru Pendidikan Pasmani yang ada disekolah-sekolah
umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu dalam melaksanakan
profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil melaksanakan tanggung
jawabnya mendidik siswa secara sistematis melalui pendidikan jasmani.
Tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan siswa secara menyeluruh secara fisik, mental, dan intelektual.
Hal ini benar mengingat masih ada sebagian guru disekolah-sekolah
masih berasumsi bahwa dalam proses pembelajaran gurulah yang mengatur
segalanya.Hal ini juga didukung oleh realitas dilapangan bahwa sebagian guru
belum berkesempatan mengikuti seminar, work shop, penataran atau kegiatan
peningkatan kompetensi lainnya sebagaimana guru mata pelajaran lainnya.
Ada sebagian guru Pendidikan Jasmani di sekolah yang tidak berlatar
belakang pendidikan jasmani, sehingga tidak memiliki kompetensi sesuai
3
yang dipersyaratkan .Mereka adalah guru mata pelajaran lainnya yang diberi
tugas mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Di samping itu ada berbagai isu yang telah beredar mengenai
peran guru Pendidikan Jasmani di sekolah dasar ketersampingkan, dan ada
pandangan guru kelas atau guru mata pelajaran lain yang menganggap
pelajaran pendidikan jasmani di sekolah kurang begitu penting dan dianggap
mudah,hanya dianggap sebagai pelengkap mata pelajaran yang lain. Ada juga
isu tentang guru mata pelajaran non pendidikan jasmani yang ditatar untuk
menggantikan guru pendidikan jasmani. Apakah itu semua bisa berhasil
mencetak anak didik bangsa Indonesia yang sehat jasmani dan bisa
mengembangkan bakat di dunia olahraga dengan maksimal ? padahal itu
bukan bidang mereka dan apa jadinya kalau guru mata pelajaran lain
menganggap pelajaran pendidikan jasmani adalah pelajaran yang mudah dan
semua guru lain bisa melakukannya.
Maka dari itu, saya selaku mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan
sekaligus guru Pendidikan Jasmani ingin membuktikan dan mencari fakta dari
semua isu yang beredar di kalangan masyarakat. Dan sedikit demi sedikit
menghilangkan isu tersebut dan mengembalikan citra guru pendidikan jasmani
pada posisi yang baik dalam masyarakat. Oleh karena itu saya melakukan
penelitian dalam rangka mencari fakta dari isu-isu tersebut di atas di Sekolah
Dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
Untuk meyakinkan kebenaran dari isu itu, saya sebagai penulis ingin
mengetahui sejauh mana persepsi guru non Pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan (Penjasorkes) terhadap kinerja guru Pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan (Penjasorkes) Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tegal Barat
Kota Tegal. Sebagai langkah awal kami mengadakan penelitian pendahuluan /
studi awal dengan mencari data kepada beberapa responden, yang masing-
masing diambil dari perwakilan Daerah Binaan (Dabin) I ,II ,III , dan IV;
dengan mewakili satu sekolahan masing-masing Dabin dan enam orang
guru kelas atau guru non pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
masing-masing sekolah. Jadi jumlah keseluruhan responden ada 24 orang.
4
Untuk perwakilan Daerah Binaan I dari Sekolah Dasar Negeri Debong Lor
dengan responden 6 guru, Daerah Binaan II dari Sekolah Dasar Negeri
Tegal Sari 10 dengan responden 6 guru, Daerah Binaan III dari Sekolah
Dasar Negeri Pesurungan Kidul 01 dengan responden 6 guru, dan Daerah
Binaan IV dari Sekolah Dasar Negeri Kemandungan 03 dengan
responden 6 guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel . 1
Tabel penelitian pendahuluan .
NO DABIN ASAL
SEKOLAH
RESPONDEN KETERANGAN
1
2
3
4
I
II
III
IV
SDN Debong Lor
SDN Tegal Sari 10
SDN Pes Kidul 01
SDN
Kemandungan3
6 Orang
6 Orang
6 Orang
6 Orang
Responden Terdiri
dari Guru Kelas 1-6
JUMLAH 24 Orang
(Sumber : Penelitian 2009)
5
Adapun hasil jawaban dari responden adalah sebagai berikut:
Tabel . 2
Hasil penelitian pendahuluan.
NO PERTANYAAN HASIL
1 Bagaimana kinerja guru
penjas disekolah bapak
dan ibu
Baik sekali Baik Sedang Kurang
0 14 7 3
NO PERTANYAAN HASIL
2 Apakah pelajaran penjas
itu penting untuk di
ajarkan di sekolah
Penting
sekali
Penting Kurang
Penting
Tidak
Penting
7 17 0 0
NO PERTANYAAN HASIL
3 Apakah guru penjas di
sekolah sudah mengajar
dengan profesional
Sudah Belum Tidak sama
sekali
Tidak
tahu
2 19 0 3
(Sumber : Penelitian 2009 ).
Demikian hasil jawaban dari 24 responden yang dimintai keterangan
lewat angket, dengan kesimpulan bahwa Kinerja guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan sudahbaik(58%),Pelajaran
PendidikanJasmanOlahragdan Kesehatan penting (70%) dan guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan mengajar belum professional (79%).
6
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjabaran mengenai latar belakang masalah tersebut diatas,
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah
:“Bagaimanakah persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Sekolah Dasar di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal pada
tahun 2009 ? “
1.3 Identifikasi Masalah
Berpijak dari uraian dan latar belakang permasalah di atas, dapat di
identifikasikan masalah sebagai berikut :
Apakah benar pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah
dasar kurang diperhatikan dan Bagaimana kinerja guru Penjasorkes SD
Negeri di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal ? Sesuai data penelitian
pendahuluan / studi awal secara umum kinerja guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan belum profesional (79%).
1.4 Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi salah penafsiran dari judul , dan masalah dalam
penelitian ini menjadi lebih terarah ,maka perlu dilakukan pembatasan
terhadap masalah yang akan diteliti. Masalah yang dibahas dalam penelitian
ini terbatas pada Persepsi guru non pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sekolah dasar di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
1.5 Penegasan Istilah
Untuk menghindari agar tidak terjadi salah pengertian dalam
penafsiran judul skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memperjelas dan
mempertegas istilah yang dimaksud dalam penelitian sebagai berikut :
1. Persepsi
7
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1987 : 125): Persepsi
adalah pandangan,wawasan,wacana,dan pola pikir seseorang terhadap
permasalahan. Persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan seorang guru
non pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap kinerja,efektifitas
guru ,hubungan sosial antara personal ,dan tingkat kurikulum antara guru
bidang studi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes).
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang
terhadap obyek tertentu. Persepsi merupakan aktivitas mengindera,
mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun
obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan
stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan
akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
baik hal itu berupa harapan-harapan ,nilai-nilai ,sikap ,ingatan ,dan lain-lain.
Sedangkan menurut Bimo Walgito (1992 : 70 ), persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh proses indera , yaitu merupakan proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera . Irwanto (1989 : 71 ) “ proses
diterimanya rangsang ( obyek, kualitas , hubungan antara gejala ,maupun
peristiwa ) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti disebut Persepsi “.
Batasan persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses aktivitas kejiwaan seseorang
dalam upaya mengenali dan memahami suatu obyek tertentu berdasarkan
stimulus yang ditangkap panca indranya,seseorang turut menentukan bentuk,
sifat dan intensitas perannya dalam kehidupan sehari hari. Sehingga ada
kecenderungan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menanggapi
rangsangan banyak diwarnai oleh persepsinya atas rangsangan tersebut.
Dengan demikian berdasarkan uraian diatas timbulnya suatu persepsi
seseorang dengan yang lain akan berbeda beda tentang kinerja guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan .
2. Kinerja
Pengertian kinerja menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah
“Prestasi yang diperlihatkan kemampuan kerja, sesuatu yang diharapkan“.
8
Bernadin dan Russel dalam Gomes ( 1997 : 135 ) “ memberikan batasan
kinerja adalah sebagai hasil catatan hasil kerja yang menghasilkan dari fungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode tertentu “ .
Byars dan Rue dalam Akhmad Rhadhani ( 2002 : 10 ) mengatakan
bahwa kinerja menunjukkan kepada tingkat penyelesaian tugas - tugas
yang membentuk pekerjaan seseorang individu . Kinerja merefleksikan
seberapa baiknya seseorang individu memenuhi persyaratan - persyaratan
dari sebuah pekerjaan itu . Dalam hal ini kinerja yang mengacu pada tugas
tugas yang harus diselesaikan oleh seorang guru . Kinerja yang berkaitan
dengan tugas tugas guru itu menuju pada kompetensi guru yang harus
dilaksanakan oleh guru tersebut dalam rangka untuk mencapai tujuan
belajar yang dikehendaki .Tujuan belajar mengubah tingkah laku siswanya,
dari tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan , dari tidak mempunyai
keterampilan menjadi terampil (dalam hal memecahkan masalah ). Dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah merupakan hasil kerja tersebut memiliki
ukuran atau persyaratan tertentu dan mencakup dimensi yang cukup luas
dalam arti bahwa penilaian tetap mempertimbangkan berbagai situasi dan
kondisi yang mempengaruhi hasil kerja tersebut. Kinerja guru adalah
unjuk kerja . Unjuk kerja yang berkaitan dengan tugas tugas yang
diemban dan merupakan tanggung jawab profesionalnya .
3. Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan
Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa guru adalah tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran ,menilai pembelajaran atau mengevaluasi pembelajaran .
Sukintaka ( 2001 : 42 ) mengatakan agar mempunyai profil guru
pendidikan jasmani maka dituntut memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) sehat jasmani dan rohani,dan berprofil olahragawan , 2) berpenampilan
menarik, 3) tidak gagap, 4) tidak buta warna, 5) intelegen, 6) energik dan
berketerampilan motorik .
9
Seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus
mempunyai karakteristik untuk dikatakan mampu mengajar pendidikan
jasmani olahraga kesehatan yaitu : memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasikan karakteristik anak didik , mampu membangkitkan dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi dan aktif dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ,serta
mampu menumbuhkan potensi kemampuan dan keterampilan motorik
anak, mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani olahrga dan
kesehatan , mampu merencanakan , melaksanakan , mengendalikan , dan
menilai serta mengoreksi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan , memiliki pemahaman dan penguasaan
keterampilan gerak , memiliki pemahaman tentang unsur unsur kondisi
fisik ,memiliki kemampuan untuk menciptakan ,mengembangkan ,dan
memanfaatkan faktor faktor lingkungan yang ada dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasikan potensi peserta didik dalam dunia olahraga dan
memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam dunia olahraga
yang diminatinya.
Penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kerja guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu potensi untuk melakukan
sesuatu hal dalam pekerjaannya ,atau dengan kata lain adalah karakteristik
individu seperti intelegensi ,manual skill traits yang merupakan kekuatan
potensial seseorang untuk berbuat yang sifatnya stabil. Dalam penelitian ini
peneliti tegaskan bahwa kemampuan kerja guru pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan dapat diguguskan dalam 4 (empat) kemampuan dasar yaitu :
kemampuan menguasai materi, kemampuan merencanakan program belajar
mengajar , kemampuan melaksanakan atau mengelola proses mengajar ,
kemampuan menilai kemajuan proses belajar mengajar .
10
4. Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah mata pelajaran
yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses
pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat
menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani ,mental,sosial ,dan
emosional yang selaras,serasi , dan seimbang (Depdiknas,2002:1 GBPP ).
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan .(Depdiknas,2002 :3).
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran
jasmani,mengembangkan ketrampilan motorik,pengetahuan dan perilaku
hidup sehat dan aktif,sikap sportif,dan kecerdasan emosi.(Depdiknas, 2003 :
3). Jadi yang dimaksud dengan pendidikan jasmani dalam penelitian ini
adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani sebagai alat
untuk meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik .
1.6 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru non
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehat terhadap kinerja guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat
Kota Tegal tahun 2009.
1.7 Manfaat Penelitian
1) Bagi pihak sekolah, informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam mengambil langkah langkah melaksanakan kinerja
pembelajaran guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
2) Memberikan informasi kepada guru dalam peningkatan
pengetahuan dan profesionalisme untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3) Dari hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan untuk
program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi tentang kekurangan
dan kelebihan kinerja pembelajaran guru.
11
4) Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang
mempunyai relevansinya .
5) Berguna bagi pembaca yaitu dapat menjadi sumber ilmu
pengetahuan dan tehnologi dalam peningkatan kinerja guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan .
6) Berguna bagi penulis sebagai bahan masukan dalam menata diri untuk
mencapai tahapan guru yang professional.
7) Berguna bagi masyarakat,karena dapat memberikan informasi yang
lebih komunikatif tentang pentingnya pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan di sekolah,sehingga mereka dapat meningkatkan
partisipasinya dalam bidang pendidikan khususnya Penjasorkes.
8) Berguna bagi pemerintah atau lembaga yaitu sebagai bahan masukan
dalam pengambilan keputusan atau kebijakan kebijakan pemerintah yang
akan dilaksanakan terutama yang berkaitan dengan keberadaan guru
Penjasorkes.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai penafsiran atau menafsirkan stimulus yang telah
ada di dalam otak. Filsofi Immanuel Kant dalam M. Dimyati Mahmud (1989:43),
bahwa persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam
artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu. Menurut Bimo Walgito
(1992:70), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses indera,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.
Irwanto dkk (1989:71) ”proses diterimanya rangsang (obyek, kualitas, hubungan
antara gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti
disebut persepsi”
Persepsi menurut kamus besar bahasa adalah merupakan tanggapan atau
penerimaan langsung dari sesuatu. Mar’at 1981:22-23) “persepsi merupakan
proses pengamatan seseorang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini
dipengaruhi oleh factor-faktor pengalaman, cakrawala dan pengetahuannya.
Manusia mengamati suatu obyek psikologik dengan kacamatanya sendiri yang
diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik ini dapat
berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau
sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan
pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologik
tersebut. Melalui komponen kognitif ini akan menimbulkan ide, dan kemudian
akan timbul suatu konsep mengenai apa yang dilihat.”
Batasan persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa persepsi merupakan proses aktivitas kejiwaan seseorang dalam upaya
mengenali dan memahami suatu obyek tertentu berdasarkan stimulus yang
ditangkap panca inderanya, seseorang turut menentukan bentuk, sifat dan
intensitas perannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ada kecenderungan
perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menanggapi rangsangan banyak
13
diwarnai oleh persepsinya atas rangsangan tersebut. Dengan demikian
berdasarkan uraian diatas timbulnya suatu persepsi seseorang dengan yang lain
akan berbeda-beda tentang kinerja guru pendidikan jasmani.
2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja, tetapi
melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil
aksi dan reaksi (Mar’at, 1982:25).
Terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai
berikut:
1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus
tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan
berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman.
2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan
ke otak melalui saraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut
proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal.
3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek
yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis.
Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana
individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang
mengenai alat inderanya (Bimo Walgito, 1992:54).
Proses persepsi menurut Mar’at (1982:108) adanya dua komponen pokok yaitu
seleksi dan interpretasi. Seleksi yang dimaksud adalah proses penyaringan
terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera terbatas
jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang
mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih
teliti dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka.
Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi,
sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan interpretasi itu terdapat
pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini
dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu obyek yang
14
dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus
tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan demikian
sebaliknya, selain itu adanya pengalaman langsung antara individu dengan obyek
yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif. Keadaan
menunjukkan bahwa stimulus tidak hanya dikenai satu stimulus saja, tetapi
individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar,
tetapi tidak semua stimulus mendapatkan respon tersebut. Secara sistematis dapat
dikemukakan sebagai berikut:
St St St
Respon
Fi Fi Fi
Gambar 1.
Proses Terjadinya Persepsi
Sumber:Bimo Walgito (1992:72)
Keterangan:
St:Stimulus ( faktor luar )
Fi:Faktor internal
Sp:Struktur pribadi ( organisme )
Menurut Mar’at (1982:22) proses persepsi merupakan proses pengamatan
seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh
faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia
mengamati suatu obyek psikologis dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai
oleh nilai dari pribadinya. Sedangkan obyek psikologis ini dapat berupa kejadian,
ide, atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi
memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan
pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologik
15
tersebut. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide, kemudian konsep
mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi
seseorang akan terjadi keyakinan (belief) terhadap obyek tersebut. Selanjutnya
komponen afeksi memberikan evaluasi emosional (senang atau tidak senang)
terhadap obyek.
evaluasi
Bertindak
Gambar 2.
Proses Terjadinya Persepsi
Sumber:Mar’at (1982:23)
Kognitif
Afektif
Konatif
Sikap
Pengalaman Proses belaj Cakrawal Pengetahu
Perssepsi
Obyek Psikologika
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
E
V
A
L
Senang/tidak senang Kecenderungan
K E P R I B A D I A N
16
Pada tahap selanjutnya, berperan komponen konasi yang membutuhkan kesediaan
atau kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek. Atas dasar tindakan ini
maka situasi yang semula kurang atau tidak seimbang menjadi seimbang kembali.
Keseimbangan dalam situasi ini berarti bahwa antara obyek yang dilihat sesuai
dengan penghayatannya, di mana unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima
secara rasional dan emosional. Jika situasi ini tidak tercapai, maka individu
menolak dan reaksi yang timbul adalah sikap apatis, acuh tak acuh atau
menentang sampai ekstrim memberontak. Keseimbangan ini dapat kembali jika
persepsi dapat diubah melalui komponen kognisi. Terjadinya keseimbangan ini
akan melalui perubahan sikap di mana tiap komponen mengolah masalahnya
secara baik (Mar’at, 1982:23).
Proses perkembangan persepsi dipusatkan menjadi dua yaitu fase selektivitas dan
fase kode. Pada fase selektivitas, tahap awal individu akan memilih obyek yang
terdapat di lingkungan melalui informasi. Sebagian dari informasi tentang obyek
akan mendapat perhatian dan akan memberikan respon pada obyek tersebut jika
informasi tersebut tidak berguna bagi dirinya. Sedangka pada fase kode informasi
yang diterima akan disesuaikan dengan pengalaman individu, dengan begitu akan
memberikan makna terhadap informasi yang diterimanya.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi tidak hanya sekedar proses penginderaan tetapi terdapat proses
pengorganisasian dan penilaian yang bersifat psikologis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi sebagai berikut:
2.1.3.1 Objek
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang
dari luar individu.
2.1.3.2 Reseptor
Reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada
syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor
17
kepusatan susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. Dan alat indera merupakan syarat
fisiologi.
2.1.3.3 Perhatian
Untuk menyadari alat untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Dan perhatian merupakan syarat psikologi (Bimo Waligito, 1992:70).
2.2 Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan salah satu yang patut diperhatikan dalam rangka peningkatan
produktivitas kerja suatu organisasi atau perusahaan dalam upaya peningkatan
produknya agar mampu bertahan maupun dapat meningkatkan keunggulan
ditengah pasar pasar persaingan yang sangat kuat. Pengertian kinerja menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “prestasi yang diperlihatkan kemampuan
kerja, sesuatu yang diharapkan.” Bernandin dan Russel dalam Gomes (1997:135)
“memberikan batasan kinerja adalah sebagai hasil catatan hasil kerja yang
dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode tertentu.”
Byars dan Rue (dalam Akhmad Radhani, 2002:10) mengatakan bahwa kinerja
menunjuk kepada tingkat penyelesaian tugas-tugas yang membentuk pekerjaan
seorang individu. Kinerja merefleksikan seberapa baiknya seorang individu
memenuhi prasyarat-prasyarat dari sebuah pekerjaan itu. Dalam hal ini kinerja
yang mengacu pada tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh seorang guru.
Kinerja yang berkaitan dengan tugas-tugas guru itu menuju kepada kompetensi
guru yang harus dilaksanakan oleh guru tersebut dalam rangka untuk mencapai
tujuan belajar yang dikehendaki. Tujuan belajar mengubah tingkah laku siswanya,
dari tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan, dari tidak mempunyai
keterampilan menjadi terampil(dalam hal memecahkan masalah).
18
Kinerja menurut Milkovich dan Boudreu dalam Diah Zuhrianah, (2001:17)
mengatakan bahwa “kinerja pegawai adalah tingkatan dimana prestasi kerja
pegawai disyaratkan.”
Performance menurut Atkinson (1983:452) adalah “perilaku yang tampak, seperti
yang dibedakan dari pengetahuan atau informasi yang tidak diterjemahkan
kedalam tindakan”. Murphy (dalam Sukasdjo 2000:20) “kinerja berarti kualitas
perilaku yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan”.
T Hani Handoko (1987:135) mengatakan “penilaian prestasi kerja (performance
appraisal) adalah proses melalui mana organisasi mengevaluasi atau menilai
prestasi kerja karyawan”. Kinerja guru terlihat pada kegiatan perencanaan,
melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi
oleh etos kerja, dan disiplin profesional guru.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah merupakan
hasil kerja tersebut memiliki ukuran atau prasyarat tertentu dan mencakup dimensi
yang cukup luas dalam arti bahwa penilaian tetap mempertimbangkan berbagai
situasi dan kondisi yang mempengaruhi hasil kerja tersebut. Kinerja guru adalah
unjuk kerja. Unjuk kerja yang terkait dengan tugas yang diemban dan merupakan
tanggung jawab profesionalnya.
2.2.2 Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas
pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru
yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama
melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.
Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Guru sangat
berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu seorang
Guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar dalam proses belajar
mengajar.
Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru menurut
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang
Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari
penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru
artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar
kelas dengan sebaik-baiknya.
Pada umumnya unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian
kinerja guru menurut Siswanto (2003:234) adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksud adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati,
melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab.
2.2.2.2 Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.2.2.3 Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan
tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat
waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya.
Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk
melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya. (Westra, 1997:291)
Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:
1) Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja.
2) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
3) Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.
2.2.2.4 Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk menaati segala
ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah kedinasan yang diberikan
atasan yang berwenang.
20
2.2.2.5 Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang
telah diberikan kepadanya.
2.2.2.6 Kerja Sama
Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan
orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang yang terlibat
dalam organisasi tersebut. Untuk itu penting adanya kerjasama yang baik diantara
semua pihak dalam organisasi baik dengan teman sejawat, atasan maupun
bawahannya dalam organisasi sehingga semua kegiatan dapat berjalan dengan
baik dan tujuan organisasi dapat dicapai.
Kriteria adanya kerjasama dalam organisasi adalah:
1) Kesadaran karyawan untuk bekerja dengan teman sejawat, atasan maupun
bawahan.
2) Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas.
3) Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.
4) Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya.
2.2.2.7 Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan
langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan.
2.2.2.8 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain
sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
21
dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada tercapainya kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang
idealnya diselesaikan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.2.3 Upaya Peningkatan Kinerja Guru
Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan
sebagai berikut (Emulyasa, 2004:100):
1) Mengikut sertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk
menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2) Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar
peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara
terbuka, yang akan bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar
lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara
mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai
waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan
efisien untuk kepentingan pembelajaran.
2.3 Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Menurut UU No.20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 29 ayat 2
menyebutkan bahwa guru adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai pembelajaran.
Menurut Sukintaka (2001:84) profil guru pada umumnya merupakan dasar tugas
seorang pendidik. Profil guru pada umumnya setidak-tidaknya memenuhi
prasyarat minimal ialah merupakan seorang berjiwa pancasila, dan Undang-
Undang Dasar 1945, serta pendukung dan pengemban norma.
22
Tugas yang diemban seorang guru bukanlah hal yang ringan karena sebagian dari
masa depan generasi muda terletak ditangan guru. Bagaimana cara guru
pendidikan mengajar saat ini akan menentukan kualitas generasi.
Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan,
walaupun dalam kenyataannya masih ada orang diluar kependidikan yang
melakukannya, sehingga pengakuan terhadap profesi guru semakin berkurang
karena masih saja ada orang memaksa diri menjadi guru walaupun sebenarnya
yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu.
2.4 Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Profesi guru adalah sebuah pernyataan bahwa seseorang melakukan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu guru sebagai profesi punya
tanggung jawab yang multidimensional. Atas dasar tanggung jawab itu maka
tingkat komitmen dan kepedulian terhadap tugas pokok harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, tanggung jawab dalam mengajar, membimbing, dan
melatih serta mendidik mereka yang dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari disekolah, antara guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan dan guru bidang studi yang lain membutuhkan kompetensi
(kemampuan) dasar yang hampir sama. Seorang guru yang melaksanakan
tugasnya disekolah harus memiliki kemampuan dasar yang dikenai dengan istilah
sepuluh kompetensi dasar, dan oleh Sunaryo (1998) ”sepuluh kompetensi tersebut
adalah 1) menguasai bahan pelajaran sekolah, 2) menguasai proses belajar
mengajar, 3) menguasai pengelolaan kelas, 4) menguasai penggunaan media dan
sumber, 5) menguasai dasar-dasar kependidikan, 6) dapat mengelola interaksi
kelas, 7) dapat mengevaluasi hasil belajar siswa, 8) memahami fungsi bimbingan
dan penyuluhan, 9) memahami dan menguasai administrasi sekolah, 10)
memahami prinsip-prinsip dan dapat menafsirkan hasil penelitian kependidikan”.
Sedang menurut Rochman Bakti (1992:3) dalam dunia pendidikan dikenal
sepuluh kompetensi guru yang telah dikembangkan oleh proyek pengembangan
lembaga kependidikan adalah sebagai berikut:
23
1) Menguasai landasan-landasan kependidikan
Dengan menguasai landasan-landasan pendidikan diharapkan guru memiliki
wawasan teoritis dengan tugasnya, sehingga dapat menyelenggarakan
pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan siswa dalam membina dan
mengembangkan pribadi keterampilannya.
2) Menguasai bahan pelajaran
Menguasai bahan pelajaran, berarti kemungkinan guru dapat menyajikan
bahan pelajaran sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat menerima dan
mengelolanya secara menetap sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan.
3) Kemampuan mengelola kelas
Kemampuan mengelola kelas memungkinkan guru menumbuhkan dan
mengembangkan suasana kelas yang dapat mendorong siswa mengikuti proses
belajar mengajar dengan penuh minat.
4) Kemampuan mengelola program belajar mengajar
Kemampuan mengelola program belajar mengajar, memungkinkan guru
merencanakan dan menyelenggarakan pengajaran dengan baik, sehingga dapat
diikuti oleh siswa dengan mudah dan efektif.
5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, memungkinkan guru
mengatur kegiatan siswa dalam belajar, sehingga siswa mencapai hasil belajar
yang optimal.
6) Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, memungkinkan guru
memilih berbagai media dan sumber belajar yang tepat, sehingga siswa
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari media dan sumber belajar
tersebut demi pencapaian hasil belajar yang diharapkan.
7) Menilai hasil belajar (prestasi) siswa
Menilai hasil belajar (prestasi) siswa, memungkinkan guru menilai tepat
kemampuan belajar siswa sebagai bahan umpan balik bagi penunjang proses
perkembangan lebih lanjut.
24
8) Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian untuk keperluan
mengajar
Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian, memungkinkan guru
secara terus menerus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bidang
keahliannya, sehingga pendidikan yang diterima oleh siswa merupakan
sesuatu yang hidup dan selalu diperbaharui.
9) Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan
Mengenal fungsi bimbingan penyuluhan, memungkinkan guru mengetahui
arah perkembangan kepribadian siswa secara lebih mendalam, mengetahui
hal-hal yang mungkin menimbulkan masalah-masalah bagi siswa, dapat
dikenali atau dicegah secara dini.
10) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan, memungkinkan
berbagai catatan, informasi dan data tentang siswa (khususnya perkembangan,
kegiatan dan kemajuan siswa) terkumpul, terorganisasikan dengan baik,
sehingga semua informasi itu dipakai keputusan dalam langkah-langkah
pembinaan dan pengembangan siswa selanjutnya.
Menurut Cece Wijaya dan A. Tabrani Risyan (1994:24-25) kemampuan guru
dapat dibagi kedalam tiga bidang, yaitu:
1) Kemampuan dalam bidang kognitif artinya kemampuan intelektual, seperti
penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar,
pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang
bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan
tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan
serta kemampuan umum.
2) Kemampuan dalam bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya
sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki rasa senang terhadap
mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman
seprofesinya, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil
pekerjaannya.
25
3) Kemampuan perilaku (performance) artinya kemampuan guru dalam
berbagai keterampilan dan berperilaku, yaitu keterampilan mengajar,
membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pelajaran, bergaul atau
berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menyusun persiapan, perencanaan
mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.
Perbedaan dengan kemampuan kognitif berkenaan dengan aspek teori atau
pengetahuan, pada kemampuan perilaku (performance) diutamakan adalah
praktek keterampilan melaksanakannya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei Tahun
2007, mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mencakup
empat Kompetensi utama yakni Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan
Profesional:
1) Kompetensi Pedagogik
- Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
- Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
- Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
- Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
- Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
- Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
- Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
- Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
- Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
26
2) Kompetensi Kepribadian
- Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan Nasional Indonesia.
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa.
- Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
- Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3) Kompetensi Sosial
- Bersikap inklusif, bertindak objektif,serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
- Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
- Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
- Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4) Kompetensi Profesional
- Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukun mata pelajaran yang diampu.
- Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
- Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
- Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri
27
Sedangkan Kompetensi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan pada SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, SMA/MAK adalah:
- Menjelaskan dimensi filosofis pendidikan jasmani termasuk etika
sebagai aturan dan profesi.
- Menjelaskan perspektif sejarah pendidikan jasmani.
- Menjelaskan dimensi anatomi manusia, secara struktur dan
fungsinya.
- Menjelaskan aspek kinesiologi dan kinerja fisik manusia.
- Menjelaskan aspek fisiologis manusia dan efek dari kinerja latihan.
- Menjelaskan aspek psikologi pada kinerja manusia, termasuk
motivasi dan tujuan, kecemasan dan stress, serta persepsi diri.
- Menjelaskan aspek sosiologi dalam kinerja diri, termasuk dinamika
sosial; etika dan perilaku moral, dan budaya, suku, dan perbedaan jenis
kelamin.
- Menjelaskan perkembangan teori perkembangan gerak, termasuk
aspek-aspek yang mempengaruhinya.
- Menjelaskan teori belajar gerak, termasuk ketrampilan dasar dan
kompleks dan hubungan timbal balik diantara domain kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan efektif guru dalam mengajar
sangat diperlukan, karena jumlah jam sangat sedikit tiap minggunya, maka dari itu
pengelolaan kelas seorang guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus
efektif dan efisien dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Agus S. Suryobroto (2001:28) dalam pengelolaan kelas, guru pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan yang efektif dan efisien jika:
1) Guru tidak mudah marah
2) Guru memberikan pengahargaan dan pujian kepada siswa
3) Guru berperilaku yang mantap
4) Waktu untuk pengelolaan kelas tidak banyak
5) Kelas teratur dan tertib
6) Kegiatan bersifat akademis
28
7) Guru kreatif dan hemat tenaga
8) Guru aktif dan kreatif
Sukintaka (2001:42) mengatakan agar mempunyai profil guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan maka dituntut memenuhi persyaratan sebagai berikut:1)
sehat jasmani dan rohani, dan berprofil olahragawan, 2) berpenampilan menarik,
3) tidak gagap, 4) tidak buta warna, 5) intelegen, 6) energik dan berketerampilan
motorik.
Seorang guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus mempunyai
karakteristik untuk dikatakan mampu mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan yaitu:memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan karakteristik
anak didik, mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk berkreasi dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan, serta mampu menumbuhkan potensi kemampuan dan
keterampilan motorik anak, mampu memberikan bimbingan dan pengembangan
anak dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan, mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,
dan menilai serta mengkoreksi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak,
memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi fisik, memiliki kemampuan
untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan faktor-faktor
lingkungan yang ada dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani, memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasikan potensi peserta didik dalam dunia
olahraga dan memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga.
Penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kerja guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu hal
dalam pekerjaan, atau dengan kata lain adalah karakteristik individu seperti
intelegensi, manual skill, traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang
untuk berbuat yang sifatnya stabil. Dalam penelitian ini peneliti tegaskan bahwa
kemampuan kerja guru pendididikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat
diguguskan dalam empat kemampuan dasar yaitu; kemampuan menguasai materi,
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
29
atau mengelola proses mengajar, kemampuan menilai kemajuan proses belajar
mengajar.
2.5 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2.5.1 Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang
merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses
pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat
menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan
emosional yang selaras, serasi dan seimbang (GBPP, 2002:1).
Menurut kurikulum SD/MI 2003 (Depdiknas, 2003:2) adalah ”proses pendidikan
yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik
bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem
pendidikan nasional”.
Seperti kegiatan pendidikan lainnya, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan total dari peserta
didik yang mencakup bukan saja perkembangan fisik, intelegensi, emosi, dan
sosial, akan tetapi menyangkut juga aspek moral dan spiritual, karena didalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sangat memperhatikan landasan-
landasan kesehatan dan kematangan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan mengenai konsep-konsep
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat disimpulkan bahwa pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya memiliki tujuan dan
fungsi menumbuhkembangkan siswa dari aspek organik, neoromuskular, kognitif,
emosional, perseptual, fisik dan merupakan suatu proses gerak manusia yang
menuju pada pengembangan pola-pola perilaku manusia.
2.5.2 Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Menurut Depdiknas (2003:2) menyatakan tujuan pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan sebagai berikut:
30
5) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui nilai dalam pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
6) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap
sosial dan toleransi dalam kontek kemajemukan budaya etnis dan agama.
7) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas
pembelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
8) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja
sama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
9) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta
strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam,
aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas.
10) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat
melalui berbagai aktivitas jasmani.
11) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain.
12) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi
untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
13) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat
rekreatif.
2.5.3 Fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Fungsi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan menurut Depdiknas (2003:4-
6) meliputi berbagai aspek, yaitu:aspek organik, aspek neuromuskuler, aspek
perseptual, aspek kognitif, aspek sosial, dan aspek emosional.
2.5.1.1 Aspek organik meliputi:
1) Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individual
dapat memahami tuntutan lingkunganya secara memadai serta memiliki
landasan untuk pengembangan keterampilan.
2) Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk
menahan kerja dalam waktu yang lama.
31
3) Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimal yang dikeluarkan
oleh otot atau kelompok otot.
4) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individual untuk
melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama.
5) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang
diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
2.5.1.2 Aspek neuromuskuler meliputi:
1) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.
2) Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperi; berjalan, berlari,
meloncat, melompat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap, bergulir,
dan menarik.
3) Mengembangkan ketrampilan non-lokomotor, seperti; mengayun,
melengkung, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung,
membongkok.
4) Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak,
power, waktu reaksi, kelincahan.
5) Mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul,
menendang, menagkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan,
bergulir,memvoli.
6) Mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, softball, bola
voli, bola basket, baseball, atletik, tenis, beladiri, dan lain sebagainya.
7) Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti; menjelajah, mendaki,
berkemah, berenang.
2.5.1.3 Aspek perceptual meliputi:
1) Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.
2) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau
ruang, yaitu kemampuan mengenali obyek yang ada didepan, belakang,
bawah, sebelah kanan, sebelah kiri.
3) Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan
mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerakyang melibatkan
tangan, tubuh dan kaki.
32
4) Mengembangkan keseimbangan tubuh yaitu; kemampuan
memepertahankan keseimbangan statis dan dinamis.
5) Mengembangkan dominasi yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan
atau kaki kanan atau kaki kiri dalam melempar dan menendang.
6) Mengembangkan lateralis, yaitu; kemampuan membedakan antara sisi
kanan, atau sisi kiri tubuh diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya
sendiri.
7) Mengembankan image tubuh, yaitu; kesadaran bagian tubuhatau seluruh
tubuh dan hubunganya tempat atau ruang.
2.5.1.4 Aspek kognitif meliputi:
1) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami,
memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan.
2) Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan dan etika.
3) Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat
dalam aktivitas yang terorganisasi.
4) Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubunganya
dengan aktivitas jasmani.
5) Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan
dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan
dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya.
6) Meningkatkan pemahaman tentang memecahkan memecahkan problem-
problem perkembangan melalui gerak.
2.5.1.5 Aspek sosial meliputi:
1) Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada.
2) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan
dalam situasi kelompok.
3) Belajar komunikasi dengan orang lain.
4) Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide
dalam kelompok.
5) Mengembangkan kepribadian, sikap dan nilai agar dapat berfungsi sebagai
anggota masyarakat.
33
6) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima dimasyarakat.
7) Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif.
8) Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif.
9) Mengembangkan sikap yang mencerninkan karakter moral yang baik.
2.5.1.6 Aspek emosional meliputi:
1) Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani.
2) Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.
3) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.
4) Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas.
5) Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
2.5.1.7 Strategi Pembelajaran
Menurut Raka Joni dalam Sunaryo (1998:2) ”strategi pembelajaran adalah pola
umum perbuatan guru siswa untuk mewujudkan agar proses belajar mengajar itu
dapat terjadi secara efektif dan efisien”.
Strategi pembelajaran mencakup tatap muka dan pengetahuan belajar. ”Strategi
pembelajaran yang berupa tatap muka terkait dengan pemilihan pendekatan,
metode, teknik, dan media pembelajaran yang digunakan, sedangkan pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang digunakan siswa untuk menguasai materi
pembelajaran”
Bagian ini menjelaskan mengenai media dan alat yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang akan menunjang pencapaian standar kompetensi atau
kompetensi dasar yang ditentukan dan memuat jenis pendekatan atau metode yang
dipilih atau digunakan. Dan dalam penilaian proses pembelajaran meliputi:1)
membuka pelajaran, 2) penyampaian materi, 3) interaksi pembelajaran, 4)
penguasaan materi, 5) pengelolaan kelas, 6) penggunaan waktu, 7) mengevaluasi,
8) menutup pelajaran.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Dalam usaha
untuk menemukan dan menguji kebenaran tersebut dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam suatu penelitian ilmiah selalu berdasarkan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ilmiah juga merupakan
penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena-
fenomena alami dengan dipandu oleh teori-teori dan hipotesis-hipotesis tentang
hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu.
Nazir (1999:14) mengartikan bahwa penelitian merupakan sebuah metode critical
thinking. Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah,
memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan penyajian yang hati-hati atas semua kesimpulan
untuk menentukan apakah ia cocok dengan hipotesis. Metode penelitian juga
sering disebut sebagai cara-cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
dengan menggunakan prosedur yang reliabel dan terpercaya.
Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah ilmu
pengetahuan yang membicarakan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian
yang berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Penelitian
merupakan suatu penyelidikan yang terorganisir terhadap suatu pengetahuan baru.
Agar suatu penelitian memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian,
maka peneliti memandang perlu menjelaskan langkah-langkah operasional
penelitian dan uraian-uraian aspek-aspek yang berkaitan dengan pengukuran
variabel yang akan dibahas dalam metode penelitian ini. Adapun langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
3.1 Penentuan Objek Penelitian
3.1.1 Populasi
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, (1997:115) populasi merupakan
keseluruhan subjek penelitian.
35
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan
subjek penelitian, dimana populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
guru SD Negeri Se-Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal selain guru Penjasorkes
yang berjumlah 348 orang dari 31 Sekolah Negeri. Dari 31 SD Negeri, saya ambil
15 sekolah yang dijadikan obyek penelitian ; 3 SDN untuk penelitian Pendahuluan
dan 12 SDN untuk penelitian selanjutnya/lanjutan. Jadi ada 12 SD Negeri yang di
jadikan obyek penelitian lanjutan dari masing masing sekolah subyeknya
berjumlah 7 - 9 orang guru .
3.1.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sutrisno Hadi (1996:221) mengatakan bahwa ”sampel adalah sejumlah penduduk
yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi”. Selanjutnya menurut Suharsimi
Arikunto (1997:117), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Dan apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih, jadi sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling yaitu
dengan mengambil sebagian (29%) dari populasi, yang berjumlah sampelnya 100
orang , dengan cara pengambilan setiap sekolahan, yaitu saat jam istirahat dan
kemudian diambil secara acak dengan jumlah guru disetiap sekolahan 7 - 9 guru
non penjasorkes. Dan ini dilakukan di 12 SD Negeri Kecamatan Tegal Barat
Kota Tegal.
Tabel . 3
Obyek Penelitian Lanjutan
NO DABIN ASAL SEKOLAH RESPONDEN KETERANGAN
1 I SDN Pekauman 5
SDN Pekauman 7
SDN Pekauman 8
9 Orang
9 Orang
7 Orang
Responden terdiri
dari :
Guru Kelas 1-6
Guru Agama
Guru Bhs Inggris
Guru Komputer
2 II SDN Tegal Sari 2
SDN Tegal Sari 3
SDN Tegal Sari 11
9 Orang
7 Orang
9 Orang
36
3 III SDN Kraton 2
SDN Kraton 4
SDN Pes Kid 2
9 Orang
7 Orang
7 Orang
Atau Mapel lain
4 IV SDN Tegal Sari 4
SDN Tegal Sari 12
SDN Muarareja 2
9 Orang
9 Orang
9 Orang
Jumlah Responden 100 Orang
3.1.3 Variabel
Menurut Suharsimi Arikunto (1997:99) variabel adalah obyek penelitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan menurut Sutrisno Hadi
(1996:224) variabel sebagai gejala yang bervariasi baik dalam jenis maupun
dalam klasifikasi tingkatnya. Berdasarkan pendapat Saifudin Azwar (1998:59)
variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subyek
penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif ataupun secara kuantitatif.
Dengan berdasar pada definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa variabel
merupakan obyek yang bervariasi dan dapat dijadikan sebagai titik perhatian suatu
penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Persepsi
guru non penjasorkes sebagai variabel bebas dan Kinerja guru pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai variabel terikat.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Faktor penting dalam penelitian yang berhubungan dengan data adalah metode
pengumpulan data. Dan untuk dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan
tujuan penelitian terlebih dahulu memilih metode pengumpulan data yang tepat.
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan ini adalah:
3.2.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai suatu hal yang
dapat berupa catatan, transkrip, legger dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto,
37
1997:97). Dalam penelitian ini yang didokumentasi adalah daftar nama sekolah
dan jumlah guru di SD Negeri Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
3.2.2 Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1997:140). Angket sebagai alat pengukur data
penelitian dirumuskan dengan kriteria tertentu, kuesioner yang dirumuskan tanpa
kriteria yang jelas, tidak banyak manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian dan
hipotesis yang akan diuji (Sudarman Danim, (1997:163). Metode angket ini
digunakan sebagai alat pengumpulan data tentang persepsi guru non penjaskes
terhadap kinerja guru penjaskesorkes sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota
Tegal, yang berjumlah 33 soal.
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Penyusunan Instrumen Penelitian
Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah pembatasan
materi yang digunakan untuk penyusunan instrumen yang mengacu pada ruang
lingkup persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
Dalam tahap ini angket yang telah disusun akan diungkap aspek-aspek/
kompetensi antara lain: (1) Kompetensi Kepribadian sebagai pendidik. (2)
Kompetensi Pedagogik. (3) Kompetensi Profesional sebagai pendidik . (4)
Kompetensi Sosial sebagai pendidik.
3.3.2 Analisis Instrumen
Guna menjamin kualitas dari intrumen yang akan digunakan untuk penelitian
penelitian maka instrumen penelitian tersebut perlu diujicobakan, dengan tujuan
untuk diketahui apakah instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk
pengambilan data atau tidak. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat
terpenuhinya syarat validitas dan reliabilitas yang baik.
38
3.3.2.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kualitas atau kesahihan
suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1997:146). Untuk mengukur validitas
digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson
sebagai berikut:
{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222xyY)(YNX)(XN
Y)X)((XYNr
Keterangan:
xyr = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
X = nilai faktor tertentu
Y = nilai faktor total
N = jumlah peserta
(Suharsimi Arikunto, 1997:147)
Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga rxy >rtabel pada taraf
signifikansi 5%.
Hasil uji coba angket kepada 100 responden diperoleh hasil seperti disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Angket Penelitian
No. rxy rtabel Ket. No. rxy rtabel Ket.
1 0.626 0.361 Valid 21 0.365 0.361 Valid
2 0.733 0.361 Valid 22 0.557 0.361 Valid
3 0.479 0.361 Valid 23 0.365 0.361 Valid
4 0.492 0.361 Valid 24 0.365 0.361 Valid
5 0.497 0.361 Valid 25 0.389 0.361 Valid
6 0.413 0.361 Valid 26 0.762 0.361 Valid
7 0.669 0.361 Valid 27 0.442 0.361 Valid
8 0.644 0.361 Valid 28 0.733 0.361 Valid
9 0.492 0.361 Valid 29 0.733 0.361 Valid
39
10 0.365 0.361 Valid 30 0.652 0.361 Valid
11 0.575 0.361 Valid 31 0.365 0.361 Valid
12 0.497 0.361 Valid 32 0.365 0.361 Valid
13 0.535 0.361 Valid 33 0.563 0.361 Valid
14 0.580 0.361 Valid
15 0.746 0.361 Valid
16 0.733 0.361 Valid
17 0.746 0.361 Valid
18 1.058 0.361 Valid
19 1.952 0.361 Valid
20 0.365 0.361 Valid
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 33 butir angket yang diuji sudah
dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian.
3.3.2.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 1997:154). Dalam penelitian ini untuk
mencari reliabilitas alat ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus alpha:
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= 2
t
2b
11 σΣσ
11k
kr
∑�b2 = jumlah varians butir
k = jumlah butir angket
�t2 = Varians skor total
r11 = Koefisien reliabilitas (Suharsimi Arikunto, 1997:171)
Untuk mencari varians butir dengan rumus :
( ) ( )
NNΧΣΧΣ
σ
22
2−
=
keterangan:
σ = Varians tiap butir
40
X = Jumlah skor butir
N = Jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1997:171)
Suatu instrumen dikatan reliable jika memiliki harga r11 > rtabel pada taraf
signifikansi 5%.
Hasil uji reliabilitas angket diperoleh harga r11 = 0, > rtabel = 0, . Dengan demikian
menunjukkan bahwa angket yang diujicobakan reliable dan dapat digunakan
untuk pengumpulan data penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data atau pengolahan data merupakan satu langkah penting dalam
penelitian. Dalam pelaksanaanya terdapat dua bentuk analisis data berdasarkan
jenis data, bahwa apabila data telah terkumpul, maka dikualifikasikan menjadi dua
kelompok data, yaitu data kualitatif digunakan pada analisis non statistik dan data
kuantitatif digunakan pada analisis statistik (Suharsimi Arikunto, 1997: 245).
Data dari angket dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan
dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai responden dari masing-masing aspek atau sub variabel.
2. Merekap nilai.
3. Menghitung nilai rata-rata.
4. Menghitung persentase dengan rumus :
%100xNnDP =
Keterangan :
DP = Deskriptif Persentase (%)
n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N = Skor Ideal / Jumlah total nilai responden (Mohammad Ali, 1987:186).
Untuk menentukan kategori/jenis deskriptif persentase yang diperoleh
masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif
persentase kemudian ditafsirkan kedalam kalimat.
5. Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut :
a. Menentukan angka persentase tertinggi
41
%100xmaksimalSkormaksimalSkor
100%10044
=x %
b. Menentukan angka persentase terendah
%100xmaksimalskormienimalskor
25%10041
=x %
c. Rentang persentase:100% - 25% = 75%
d. Interval kelas persentase:75%:4 = 18,75%
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh
(dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel
kriteria.
Tabel 5
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
No Persentase Kriteria
1
2
3
4
81,25% - 100%
62,5% - 81,25%
43,75% - 62,5%
25% - 43,75%
Sangat Baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
(Mohamad Ali, 1987:184).
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.I. Hasil Penelitian
Gambaran persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar
di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal berdasarkan data penelitian di peroleh
jumlah skor sebesar 7710 dengan prosentase skor 52,00 % termasuk kategori
sangat baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru non Penjasorkes
diperoleh hasil seperti disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel . 6
Ditribusi persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
terhadap guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar di
KecamatanTegal Barat Kota Tegal.
NO Interval Prosentase Kategori Distribusi %
1. 81,26 -100,00 Sangat baik 52 52,00%
2. 62,51 - 81,25 Baik 37 37,00%
3. 43,76 - 62,50 Cukup Baik 7 7,00%
4. 25, 00 - 43,75 Kurang Baik 4 4,00%
jumlah 100 100,00%
(Sumber: Penelitian 2009)
Berdasarkan penelitian pada tabel 6 tersebut diatas di ketahui bahwa sebagian
besar guru non Penjasorkes 52,00% telah memiliki persepsi yang sangat
baik terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
sedangkan selebihnya yaitu 37,00% guru non Penjasorkes memiliki persepsi baik,
7,00% guru
non Penjasorkes memiliki persepsi cukup baik dan 4,00 % memiliki persepsi
kurang baik terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
43
Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi guru non Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal
terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan secara umum
sangat baik. Untuk lebih jelasnya distibrusi guru non Penjasorkes terhadap kinerja
guru Penjasorkes SD di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal tersebut dapat
disajikan secara grafis pada pada diagram balok sebagai berikut :
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat baik baik cukup baik kurang baik
distribusi(%)
Gambar .3
Diskripsi persepsi guru SD Negeri sekecamatan Tegal Barat Kota Tegal
terhadap kinerja Guru Penjasorkes.
Gambaran persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar
di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal dari masing masing aspek indikator
dapat disajikan sebagai berikut :
4.1.1 Memiliki Kepribadian sebagai pendidik .
Ditinjau dari aspek Kepribadian yang terdiri dari beberapa indikator
yaitu : memiliki kepribadian mantap dan stabil, kepribadian dewasa, kepribadian
arif, kepribadian yang berwibawa dan memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi
teladan, dengan jumlah skor 2214 dengan prosentase 88,00 % yang masuk
kategori sangat baik. Ditinjau dari pernyataan masing masing guru non
Penjasorkes dari aspek Kepribadian dapat diperoleh hasil seperti dalam tabel
berikut:
44
Tabel. 7
Distribusi persepsi guru pada aspek Kepribadian sebagai pendidik terhadap
kinerja guru Penjasorkes SD di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
NO Interval Prosentase Kategori Disribusi %
1
2
3
4
81,26 – 100
62,51 – 81,25
43,76 – 62,50
>25,00 – 43,75
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
88
7
3
2
88,00 %
7,00 %
3,00 %
2,00 %
J u m l a h 100 100,00 %
(Sumber Penelitian 2009)
Berdasar data penelitian pada tabel 7 tersebut diatas diketahui bahwa sebagian
besar guru non Penjasorkes 88,00 % telah memiliki perspsi sangat baik dari
kinerja guru guru Penjasorkes ,sedangkan selebihnya yaitu 7,00 % memiliki
perspsi baik , 3,00 % memiliki persepsi cukup baik dan hanya 2,00 % memiliki
persepsi kurang baik dari kinerja guru Penjasorkes .
Lebih jelasnya distribusi persepsi guru pada aspek Kepribadian dari kinerja
guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tersebut dapat disajikan
secara grafis pada diagram balok berikut ini :
45
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sangat Baik Baik CukupBaik Kurang Baik
distribusi
(%)
Gambar. 4
Persepsi guru pada aspek Kepribadian dari kinerja guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan
Pada gambar 4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar di Kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal memiliki persepsi sangat baik .
4.1.2 Memiliki kompetensi Pedagogik.
Ditinjau dari aspek Pedagogik yang memiliki indikator: memahami
peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi
hasil
belajar, dan mengembangkan peseta didik, berdasarkan data penelitian diperoleh
jumlah skor sebesar 1995 dengan prosentase 77,00 % masuk kategori sangat
baik dan dapat diperoleh hasil seperti disajikan dalam tabel berikut :
46
Tabel. 8
Distribusi persepsi guru pada aspek Pedagogik dari kinerja guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan
No Interval Prosentase Kategori Distribusi %
1
2
3
4
81,26 – 100
62,51 – 81,25
43,76 – 62,50
>25,00 – 43,75
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
77
18
1
4
77,00 %
18,00 %
1,00 %
4,00 %
J u m l a h 100 100,00 %
(Sumber Penelitian 2009)
Berdasarkan penelitian pada tabel 8 tersebut diatas diketahui bahwa
sebagian besar guru non Penjasorkes memiliki persepsi terhadap guru
Penjasorkes sangat baik yaitu 77,00 %, sedangkan selebihnya 18,00 % memiliki
persepsi baik , 1,00 % memiliki persepsi cukup baik dan 4,00 % memiliki
persepsi kurang baik . Lebih jelasnya distribusi persepsi guru pada aspek
Pedagogik dari kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tersebut
dapat disajikan secara grafis pada diagram balok berikut ini :
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Baik Baik Cukup baik Kurang Baik
distribusi
(%)
Gambar . 5
Persepsi guru pada aspek Pedagogik dari kinerja guru Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan
47
Pada gambar 5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non
Pendidikan Jasmani sekolah dasar di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal
memiliki persepsi sangat baik terhadap kinerja guru Penjasorkes.
4.1.3 Memiliki kompetensi Profesional sebagai pendidik.
Ditinjau dari aspek Profesional sebagai pendidik yang terdiri dari
beberapa indikator yaitu; menguasai bidang studi secara luas dan mendalam,
berdasarkan data penelitian diperoleh jumlah skor 2361 dengan prosentase 51,00
% termasuk kategori sangat baik, dapat diperoleh hasil seperti disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel. 9
Distribusi persepsi guru pada aspek Profesional sebagai pendidik dari kinerja guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
NO Interval Prosentase Kategori Distribusi %
1
2
3
4
81,26 – 100
62,51 – 81,25
43,76 – 62,50
>25,00 – 43,75
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
51
28
13
8
51,00 %
28,00 %
13,00 %
8,00 %
J u m l a h 100 100,00 %
Berdasarkan penelitian pada tabel 9 tersebut diatas diketahui bahwa sebagian
besar guru non Penjasorkes memiliki persepsi terhadap guru Penjasorkes
sangat baik yaitu 51,00 %, sedangkan selebihnya memiliki persepsi baik
dengan prosentase 28,00 % , 13,00 % memiliki persepsi cukup baik dan
hanya 8,00 % memiliki persepsi kurang baik .
Untuk lebih jelasnya distribusi persepsi guru pada aspek Profesional sebagai
pendidik dari kinerja guru Penjasorkes tersebut dapat disajikan secara grafis pada
diagram balok berikut ini :
48
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Distribusi (%)
Gambar. 6
Persepsi guru pada aspek Profesional sebagai pendidik dari kinerja guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pada gambar 6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Pendidikan
Jasmani Olahraga dan kesehatan di sekolah dasar Kecamatan Tagal Barat Kota
Tegal telah memiliki persepsi pada aspek Profesional sebagai pendidik terhadap
kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sangat baik.
4.1.4 Memiliki kompetensi Sosial sebagai pendidik.
Ditinjau dari aspek kompetensi sosial sebagai pendidik yang terdiri dari
beberapa indikator yaitu; berkomunikasi secara efektif, bergaul secara efektif,
menurut data penelitian mempunyai jumlah skor 1140 dengan prosentase 78,00
% masuk dalam kategori baik, dapat diperoleh seperti disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel. 10
Distribusi persepsi guru pada sapek Sosial sebagai pendidik dari kinerja guru
Pendidikan Jasmani Olahrga dan Kesehatan
No Interval Prosentase Kategori Distribusi %
1
2
81,26 – 100
62,51 – 81,25
Sangat Baik
Baik
7
78
7,00 %
78,00 %
49
3
4
43,76 – 62,50
>25,00 – 43,75
Cukup Baik
Kurang Baik
7
8
7,00 %
8,00 %
J u m l a h 100 100,00 %
(Sumber Penelitian 2009)
Berdasarkan penelitian pada tabel 10 tersebut diatas diketahui bahwa
sebagian besar guru non Penjasorkes memiliki persepsi baik yaitu 78,00 % ,
selebihnya yaiut 7,00 % memiliki persepsi sangat baik, 7,00 % memiliki
persepsi cukup baik dan 8,00 % memiliki persepsi kurang baik .
Untuk lebih jelasnya distribusi persepsi guru pada aspek Sosial sebagai
pendidik dari kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tersebut
dapat disajikan secara grafis pada diagram balok berikut ini :
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
distribusi
(%)
Gambar . 7
Persepsi guru pada aspek Sosial sebagai pendidik dari kinerja guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Pada gambar 7 diatas menunjukan bahwa sebagian besar guru non
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah dasar negeri di
Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yaitu 78,00 % telah memiliki persepsi Baik
50
4.2. Pembahasan
Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang
merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajaran -
nya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, mental, sosial dan emosional
yang selaras, serasi, dan seimbang. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan total dari peserta
didik yang mencakup bukan saja perkembangan fisik, intelegensi, emosi dan
sosial, akan tetapi mencakup juga aspek moral dan spiritual, karena didalamnya
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sangat memperhatikan landasan
landasan kesehatan dan kematangan.
Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes salah satunya
ditentukan oleh kinerja dari guru Pendidikan Jasmani Klahraga dan Kesehatan itu
sendiri dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru non Penjasorkes
pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal terhadap kinerja
guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan telah masuk dalam kategori
sangat baik, dengan prosentase 52,00% dari 100 responden, selebihnya masuk
dalam kategori baik 37,00% dan cukup baik 7,00% kemudian kurang baik
4,00%.
Secara umum sebagian besar guru non Pendidikan Jasmani memandang
bahwa guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan telah mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara baik . Hal ini ditunjukkan dari
kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan itu sendiri, dengan
berbagai kompetensi yang dimiliki . Kompetensi guru itu antara lain :
1. Memiliki kompetensi Kepribadian sebagai pendidik.
2. Memiliki Kompetensi Pedagogic.
3. Memiliki kompetensi Professional sebagai pendidik
4. Memiliki kompetensi Sosial sebagai pendidik.
51
Persepsi guru non Penjasorkes sekolah dasar negeri di kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal yang sangat baik tersebut menunjukan bahwa guru guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tersebut telah mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara sangat baik. Untuk lebih
jelasnya persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
terhadap kinerja guru guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
sekolah dasar di kecamatan Tegal Barat Kota Tegal dapat dilihat dari persepsi
guru pada tiap tiap aspek kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan yang terdiri dari :
4.2.1 Aspek Kepribadian sebagai pendidik.
Persepsi guru pada aspek Kepribadian sebagai pendidik menurut data
penelitian masuk dalam kategori sangat baik yaitu 88,00 % selebihnya 7,00 %
memiliki persepsi baik , 3,00 % memiliki persepsi cukup baik dan hanya 2,00
% memiliki persepsi yang kurang baik. Jadi persepsi guru non Penjasorkes
terhadap guru Penjasorkes pada aspek Kepribadian sangat baik .
4.2.2 Aspek Pedagogik .
Perspsi guru pada aspek Pedagogik menurut data penelitian masuk dalam
kategori sangat baik yaitu 77,00 % selebihnya 18,00 % memiliki perspsi baik :
1,00 % memiliki perspsi cukup baik dan 4,00 % memiliki persepsi kurang baik.
Jadi persepsi guru sekolah dasar dikecamatan Tegal Barat Kota Tegal terhadap
guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada aspek Pedagogik sangat baik.
4.2.3 Aspek Profesional sebagai pendidik.
Persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap
guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar pada aspek
Profesional menurut data penelitian termasuk dalam kategori sangat baik yaitu
51,00 %, selebihnya 28,00 % memiliki persepsi baik, 13,00 % memiliki
persepsi cukup baik dan 8,00 % memiliki persepsi yang kurang baik. Jadi
persepsi guru pada aspek Profesional sangat baik .
4.2.4 Aspek Sosial sebagai pendidik.
Persepsi guru pada aspek Sosial menurut data penelitian masuk dalam
kategori baik yaitu 78,00 %, 7,00 % memiliki persepsi sangat baik, 7,00 %
52
memiliki persepsi cukup baik dan 8,00 % memiliki persepsi kurang baik
terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah
dasar kecamatan Tegal Barat Kota Tegal . Demikian gambaran persepsi guru
ditinjau dari aspek dari beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang
guru.
Walau secara umum persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar di Kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal sangat baik, ada pula sebagian kecil guru yang memberikan
persepsi cukulp baik yaitu 7% dan kurang baik 4%. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan pembelajaran guru penjasorkes hendaknya lebih sungguh-sungguh
dalam melaksanakan tugasnya, agar kedepannya kinerja mereka dapat lebih baik
sehiungga mampu mencapai tujuan yang dikehendaki.
Dengan adanya persepsi guru non Penjasorkes tehadap kinerja guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar negeri di Kecamatan Tegal
Barat Kota Tegal dengan hasil sangat baik, tentunya akan berdampak terhadap
peningkatan kepercayaan guru guru non Penjasorkes di sekolah dasar
Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal, pada kemampuan guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan dalam melaksanakan tugas tugas disekolah,
sehingga hal tersebut perlu disadari oleh para guru Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan untuk lebih optimal lagi dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengampu mata pelajaran Penjasorkes maupun sebagai tenaga lain, untuk
membantu dalam melaksanakan kegiatan kegiatan di sekolah agar visi dan
misi sekolah dapat terwujud secara efektif .
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan yaitu :
1. Persepsi guru non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap
kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar di
Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal sangat baik, dengan prosentase
52,00%, selebihnya 37,00% memiliki persepsi baik, 7,00% memiliki
persepsi cuku baik dan 4,00% memiliki persepsi kurang baik .
2. Persepsi guru sekolah dasar negeri di kecamatan Tegal Barat Kota Tegal
terhadap kinerja kompetensi guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan sangat baik. Hal ini ditunjukan dari persepsi guru terhadap aspek
Kepribadian sebagai pendidik sangat baik, aspek Pedagogic memiliki
persepsi sangat baik, aspek Professional sebagai pendidik sangat baik dan
aspek Sosial sebagai pendidik memiliki persepsi baik .
3. Diharapkan persepsi yang kurang baik hendaknya guru Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan menyadari akan kekurangannya dan
diharapkan untuk lebih optimal lagi dalam melaksanakan tugas tugas pokok
dan fungsinya sebagai guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik .
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran saran yaitu :
1. Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan hendaknya tetap
mempertahankan kinerja yang baik dalam mengajar, agar persepsi
guru terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tetap baik
54
dan mampu memotivasi guru lain untuk dapat melakukan hal
sama.
2. Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan hendaknya
menyadari arti penting kinerjanya bagi siswa maupun bagi
sekolah, karena dengan kinerjanya yang baik dapat membantu
kelancaran kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga membantu siswa
mencapai hasil belajar yang optimal.
55
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Radhani, 2002. “Kinerja guru IPS Sejarah Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri di Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi
Kalimantan Selatan”. Tesis. Yogyakarta: UNY.
Atkinson Rita L, Atkinson Richard C, Hilgard Ernest R, 1983. Pengantar
Psikologi Alih Bahasa Taufik Nurjanah.
Agus Suryobroto S, 2001. Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Yogyakarta: FIK UNY.
Bimo Walgito, 1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi
Offset
-----------------------, 2002. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset.
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, 1994. Kemampuan Dasar Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Roedakarya Offset.
Depdiknas, 2002ª. Pedoman Khusus Model Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdiknas.
-----------------------, 2002b. Garis-garis Besar Program Pengajaran.
Jakarta: Depdiknas.
----------------------, 2003. Kurikulum Standar Kompetensi Mapel Penjas
SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
FIK UNNES, 2008. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program
Strata I Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Semarang : FIK UNNES.
56
Gomes, Foustio Cordoso, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Irwanto, 1989. Bukti Paduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.
M. Mahmud, Dimyati, 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Depdikbud.
Mar’at, 1981. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran. Bandung :
Ghalia Indonesia
---------------------, 1982. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran.
Bandung: Ghalia Indonesia.
Muhammad Ali, 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.
Bandung: Angkasa.
Nasir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia indonesia.
Saifuddin Azwar, 1998. Metode Penelitian. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.
Sukintaka, 1992. Teori Bermain Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: ESA
Grafika Solo.
---------------------, 2001. Teori Bermain Pendidikan Jasmani. Yogyakarta:
ESA Grafika Solo.
57
Sunaryo, 1998. Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran IPS. Jakarta:
Depdikbud.
Sutrisno Hadi, 1991. Analisis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi
Offset.
-------------------, 1996. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
T. Hani Handoko, 1987. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: UGM.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta. Diperbanyak oleh Bp. Dharma Bhakti.
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
dosen. 2006. Jakarta : Diperbanyak oleh Bp. Cipta Jaya.
Usman, Moh. Uzer, 1999. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
WJS Poerwadarminta.,1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Recommended