View
16
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PEDOMAN PRAKTIKUM PERADILAN AGAMA
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2019
ii
TIM PENYUSUN
Sesuai SK Dekan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Tim Penyusun Pedoman
Praktikum Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel
Surabaya Tahun 2019
Penanggung Jawab
Dr. H. Masruhan, M.Ag
Ketua
Dr. Nur Lailatul Musyafa‟ah, Lc., M.Ag
Sekretaris
Dr. Sanuri, M.Fil.I
Anggota
Moh. Faizur Rohman, M.HI
Dr. Holilur Rohman, M.HI
Agus Solikin, M.SI.
Novi Sopwan, M.Si
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah swt.Atas berkat
dan rahmatNya, buku Pedoman Praktikum Peradilan Agama bagi mahasiswa
Fakultas Syari‟ah dan Hukum ini dapat diterbitkan setelah mengalami beberapa
kali revisi.
Kuliah Praktik di Pengadilan Agama merupakan salah satu bagian dari
kurikulum perkuliahan yang berlaku bagi semua mahasiswa Program S1 Prodi
Hukum Ekonomi Syari‟ah, Hukum Keluarga Islam, Ilmu Falak, Hukum Pidana
Islam, Hukum Tata Negara, dan Perbandingan Mazhab Fakultas Syari'ah dan
Hukum UIN Sunan Ampel, karena itu dibutuhkan buku panduan sebagai
pedoman pelaksanaannya. Buku ini memuat petunjuk praktis bagi para
mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Praktik, juga bagi para Dosen
Pembimbing Tempat Praktik dan Koordinator Tempat Praktek.
Kami menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan dalam buku
ini, meskipun telah kami adakan perbaikan. Oleh karena itu, kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan buku panduan ini ke arah
yang lebih diharapkan.
Semoga buku ini bermanfaat dan dengan berbekal buku pedoman ini
diharapkan pelaksanaan Praktikum Peradilan Agama bisa berjalan dengan baik
dan lancar.
Surabaya, 27 Mei 2019
Dekan,
Dr. H. Masruhan, M.Ag
iv
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Dasar Pemikiran 1
B. Dasar Hukum 2
C. Tujuan 2
D. Dosen Pembimbing Tempat Praktik 3
E. Koordinator Tempat Praktik 3
F. Peserta 3
G. Bobot SKS 4
H. Waktu 4
I. Tempat 4
BAB II PEMBEKALAN 5
A. Waktu Pembekalan 5
B. Materi Pembekalan 5
C. Nara Sumber Pembekalan 5
D. Mekanisme Pembekalan 5
BAB III PELAKSANAAN 7
BAB IV PELAPORAN 9
BAB V PENILAIAN 10
BAB VI TATA TERTIB PESERTA 11
BAB VII PENUTUP 12
vi
LAMPIRAN
1. Contoh Sampul Depan 13
2. Contoh Sampul Dalam 14
3. Contoh Persetujuan Dosen Pembimbing dan
Koordinator Tempat Praktik 15
4. Contoh Pengesahan Laporan Praktik Peradilan Agama 16
5. Contoh Outline Laporan Praktik Peradilan Agama 17
6. Contoh Daftar Hadir Pembekalan Praktik Peradilan Agama 18
7. Contoh Daftar Hadir Praktik di Pengadilan Agama 19
8. Contoh Daftar Nilai Praktik Peradilan Agama 20
9. Biodata Peserta Praktik 21
10. Contoh Template Artikel Jurnal 22
11. Berkas yang harus Dibawa dan Dikembalikan 23
12. Daftar Pengadilan Agama Tempat Praktik 25
13. Materi 1 30
14. Materi 2 50
15. Materi 3 64
16. SK Dekan tentan Pedoman Praktikum 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Bagi semua mahasiswa program S-1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum
UIN Sunan Ampel terdapat suatu bagian dari kurikulum keahlian berkarya
yang harus diikuti. Kurikulum tersebut dibuat untuk mengembangkan
kemampuan mahasiswa secara praktis terhadap teori-teori yang diperoleh
pada waktu perkuliahan. Salah satu kurikulum keahlian berkarya tersebut
adalah Praktikum Peradilan Agama.
Praktikum Peradilan Agama merupakan implementasi yang
menjembatani antara teori dan praktik di dalam peradilan dan
mengkorelasikan antara hal tersebut yang nantinya bisa memperoleh
pengalaman dan wawasan yang sempurna berkat hasil penggabungan antara
teori dan praktik peradilan.
Secara teoretis, Praktikum Peradilan Agama adalah usaha pelaksanaan
teori tentang tata laksana dan proses beracara serta berperkara di Pengadilan
Agama secara langsung. Dengan bimbingan dan arahan Koordinator Tempat
Praktik, mahasiswa diharapkan memperoleh informasi mengenai penerapan
Administrasi Umum, Administrasi Perkara, dan Tata Laksana Persidangan
Perkara di Pengadilan Agama.
Dengan Praktikum Peradilan Agama ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengaktualisasikan disiplin ilmu yang masih dalam tataran teoretis terhadap
realisasi praktis, dan sebagai usaha pengembangan ilmu yang didapat
sebelumnya. Selain itu, Praktikum Peradilan Agama juga memiliki
keterampilan yang dapat mengasah kemampuan dalam menganalisis dan
mengumpulkan suatu keputusan hukum tentang masalah-masalah yang
terjadi di pengadilan.
2
B. Dasar Hukum
Pelaksanaan Praktikum Peradilan Agama ini didasarkan pada:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tainggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 52 tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama nomor 56 tahun 2015
tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja UIN Sunan Ampel;
6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44
Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
7. Keputusan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Nomor 380 Tahun 2018
tentang Pedoman Akademik Program Sarjana, Magister, dan Doktor.
C. Tujuan
Diadakannya Praktikum Peradilan Agama ini bertujuan antara lain:
1. Memperkaya wawasan praktis mahasiswa tentang penerapan
Administrasi Umum maupun Administrasi Perkara, tata persidangan
perkara dan segi-segi lain yang berkenaan dengan penerapan hukum
acara Peradilan Agama.
2. Mengembangkan kemampuan mahasiswa secara praktis terhadap teori-
teori Peradilan Agama yang diperolehnya waktu kuliah.
3
D. Dosen Pembimbing Tempat Praktik
Dosen Pembimbing Tempat Praktik (dulu disebut Dosen Pembimbing
Lapangan) adalah dosen Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel
yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Syari‟ah dan
Hukum.
Dosen Pembimbing Tempat Praktik bertugas mengobservasi tempat
praktik, mengantar dan menjemput di Pengadilan Agama, memberikan
pembekalan secara kelompok kepada mahasiswa, membimbing dan
memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan, memberikan penilaian,
dan melaporkan hasil tugasnya kepada pimpinan.
E. Koordinator Tempat Praktik
Koordinator Tempat Praktik (dulu disebut Dosen Pamong) ialah
hakim/panitera di Pengadilan Agama yang ditempati praktik yang diangkat
oleh Pimpinan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel atau
Pimpinan Pengadilan Agama yang bersangkutan, untuk menjadi Koordinator
Tempat Praktik.
Koordinator Tempat Praktik bertugas membimbing mahasiswa saat
praktik di Pengadilan, dan membimbing pembuatan laporan, dan
memberikan penilaian kepada mahasiswa.
F. Peserta
Peserta Praktikum Peradilan Agama adalah mahasiswa program strata
satu Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah, Prodi Hukum Keluarga, Prodi Ilmu
Falak, Prodi Hukum Pidana Islam, Prodi Hukum Tata Negara, dan Prodi
Perbandingan Mazhab Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel
yang telah menyelesaikan perkuliahan semester VI.
4
G. Bobot SKS
Praktikum Peradilan Agama merupakan salah satu prasyarat kelulusan
yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum.
Praktikum Peradilan Agama memiliki bobot 3 SKS sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
H. Waktu
Kegiatan Praktikum Peradilan Agama dilaksanakan pada semester
genap. Jadwal pelaksanaan mengikuti kalender akademik dan ditempuh
selama tiga minggu (15 hari kerja efektif).
I. Tempat
Praktik dilaksanakan di beberapa Pengadilan Agama di Jawa Timur
yang ditunjuk oleh Pengadilan Tinggi Agama Surabaya.
5
BAB II
PEMBEKALAN
A. Waktu Pembekalan
Sebelum Praktikum Peradilan Agama dilaksanakan, mahasiswa akan
diberi materi pembekalan di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya selama
satu hari dari jam 08.00-13.00 WIB.
B. Materi Pembekalan
Pembekalan dilaksanakan secara bertahap, yaitu pembekalan secara
umum dan pembekalan secara kelompok:
1. Materi pembekalan secara umum adalah pendalaman materi tentang
pengadilan agama yang meliputi:
a. Praktik Perkara Perdata pada Peradilan Agama.
b. Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan
Pengadilan Agama.
2. Materi pembekalan secara kelompok adalah penjelasan tentang
pembagian kelompok, tugas-tugas yang harus dilaksanakan, jadwal
kegiatan, sistem penilaian, dan tata cara membuat laporan hasil praktik.
C. Nara Sumber Pembekalan
Nara sumber pembekalan secara umum adalah Hakim dan atau
Panitera Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi Agama, atau ahli yang
berkompeten dalam bidang Peradilan Agama. Adapun Nara sumber
pembekalan secara kelompok adalah Dosen Pembimbing Tempat
Praktik.
6
D. Mekanisme Pembekalan
Pembekalan diawali dengan pertemuan secara serempak di tempat dan
tanggal yang ditentukan. Materi pembekalan disampaikan oleh narasumber
dari Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi Agama untuk memberikan
pengarahan melalui ceramah, dialog, atau praktik/simulasi. Setelah
pendalaman materi, mahasiswa berkumpul secara berkelompok dengan
Dosen Pembimbing Tempat Praktik masing-masing untuk memastikan
kesiapan kelompok sebelum berangkat praktik ke Pengadilan Agama.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pembekalan
Praktikum Peradilan Agama adalah:
1. Panitia mengundang seluruh Dosen Pembimbing Tempat Praktik dan
peserta praktik untuk mendapatkan pengarahan.
2. Narasumber yang ditunjuk panitia menyampaikan materi pembekalan.
3. Setelah narasumber menyampaikan materi, peserta diperkenankan aktif
bertanya kepada narasumber dipandu moderator, yang dilanjutkan dengan
jawaban atau tanggapan dari narasumber.
4. Setelah pembekalan, masing-masing kelompok diwajibkan melakukan
koordinasi dengan Dosen Pembimbing Tempat Praktik untuk persiapan
pemberangkatan yang telah ditetapkan panitia.
7
BAB III
PELAKSANAAN
Pelaksanaan Praktikum Peradilan Agama diatur sebagai berikut:
1. Jadwal kegiatan disusun dengan memberikan alokasi waktu yang cukup
untuk sub-sub kegiatan berikut:
a. Penerimaan peserta secara resmi oleh pimpinan Pengadilan Agama dan
pengarahan peserta oleh Koordinator Tempat Praktik;
b. Pelaksanaan materi pokok praktik;
c. Diskusi dan kerja kelompok;
d. Pelepasan peserta secara resmi oleh pimpinan Pengadilan Agama dan
advis dari Koordinator Tempat Praktik;
2. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, misalnya A dab B. Setiap kelompok
melaksanakan kegiatan praktik secara bergilir sebagaimana contoh tabel
berikut:
No Jenis kegiatan Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Penerimaan dan
pengarahan
peserta oleh
Koordinator
Tempat Praktik
A
B
2 Struktur
organisasi PA
dan peraturan
per-UU-an yang
mengaturnya.
A A B
3 a. Administrasi
umum
b. Urusan
kepegawaian
c. Urusan
keuangan
A B
8
4 Kepaniteraan
Perkara
A A B B A B B B A B B
5 Observasi
pelaksanaan tata
persidangan
perkara
B B A A B A A A B A A
6 Diskusi dan kerja
kelompok
A
B
7 Pelepasan dan
evaluasi peserta
oleh Koordinator
Tempat Praktik
dan Dosen
Pembimbing
Tempat Praktik
A
B
3. Supaya informasi yang diperoleh memadai, semua anggota kelompok diberi
beban yang tersebar merata dan proposional untuk mengikuti, mengamati,
dan memahami segi-segi penerapan dari materi pokok parktikum.
9
BAB IV
PELAPORAN
Laporan Pelaksanaan Praktik Peradilan Agama diatur sebagai berikut:
1. Setiap kelompok peserta membuat laporan tertulis tentang hasil Praktik di
Pengadilan Agama.
2. Secara umum, laporan Praktikum Peradilan Agama dibagi ke
dalam dua bagian, yaitu bagian awal dan bagian isi. Bagian
awal terdiri atas cover luar, cover dalam, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, kata pengantar, dan daftar
isi. Sedangkan bagian isi dibagi ke dalam empat bab yaitu:
Pendahuluan, Pelaksanaan Praktik, Analisis, Penutup
(Kesimpulan dan Saran), Daftar Pustaka dan lampiran-
lampiran.
3. Laporan ditulis dalam kertas ukuran A4, spasi 1.5, font
Times New Roman 12.
4. Selain membuat laporan praktik, mahasiswa diwajibkan
membuat artikel jurnal dari hasil temuan praktik di
Pengadilan Agama.
5. Artikel mencakup Judul, Abstrak, Kata kunci, Latar
Belakang, Isi/Hasil Praktik, Analisis, Simpulan, Saran, dan
Daftar Pustaka (artikel ditulis sekitar 5000-6000 kata).
6. Laporan dan artikel dibuat sebanyak 4 eksemplar dalam hard
copy dan soft copy (word dan pdf), masing-masing untuk
Dosen Pembimbing Tempat Praktik, Koordinator Tempat
Praktik, Pengadilan Agama, dan Fakultas/Laboratorium.
7. Batas akhir penyerahan laporan kepada Dosen Pembimbing
Tempat Praktik, Koordinator Tempat Praktik, Pengadilan
Agama, dan Fakultas/Laboratorium adalah tanggal satu
minggu setelah pelaksanaan praktik.
10
BAB V
PENILAIAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi dan penilaian, antara
lain:
1. Evaluasi diberikan oleh dua orang dosen, yaitu Koordinator Tempat Praktik
dari instansi peradilan tempat praktik dan Dosen Pembimbing Tempat
Praktik dari fakultas yang ditetapkan oleh pimpinan instansi masing-masing.
2. Hal-hal yang terkait langsung dengan penilaian/evaluasi hasil praktik
adalah:
a. Keaktifan mahasiswa dalam pembekalan.
b. Keaktifan mahasiswa selama melaksanakan praktik di Pengadilan Agama
c. Hasil laporan tertulis tentang praktik di Pengadilan Agama.
3. Sistem penilaian menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai = Nilai Koordinator (50%) + Nilai Dosen Pembimbing (pembekalan
20% + laporan 30%)
4. Angka penilaian, baik dari Dosen Pembimbing Tempat Praktik maupun
Koordinator Tempat Praktik, bergerak dengan interval antara angka 0 sampai
dengan 100.
Angka Huruf Keterangan
91-100 A+ Lulus
86-90 A Lulus
81-85 A- Lulus
76-80 B+ Lulus
71-75 B Lulus
66-70 B- Lulus
61-65 C+ Lulus
56-60 C Lulus
51-55 C- Lulus
40-50 D Tidak Lulus
<39 E Tidak Lulus
11
BAB VI
TATA TERTIB PESERTA
Semua peserta Praktikum Pengadilan Agama wajib melaksanakan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengikuti pembekalan dan bertanda tangan di daftar hadir.
2. Membentuk ketua kelompok dengan dipandu Dosen Pembimbing Tempat
Praktik setelah mengikuti agenda pembekalan.
3. Mengkoordinasikan keberangkatan dan informasi awal perihal biaya living
cost dari Dosen Pembimbing Tempat Praktik (bila diperlukan).
4. Memakai jaket almamater pada waktu pembekalan dan selama praktik di
Pengadilan Agama.
5. Mengisi daftar hadir setiap hari, dengan dikoordinasikan oleh ketua
kelompok kepada Koordinator Tempat Praktik setempat.
6. Menyusun laporan dari hasil praktik.
12
BAB VI
PENUTUP
Buku Pedoman Praktikum Peradilan Agama ini dibuat sebagai pegangan
dalam pelaksanaan Praktik Peradilan Agama. Segala sesuatu yang tidak termuat
dalam pedoman Praktikum Peradilan Agama ini akan ditentukan kemudian oleh
panitia.
13
* Lampiran-Lampiran
Lampiran 1: Contoh Sampul Depan
LAPORAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA
DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO
KOORDINATOR TEMPAT PRAKTIK: _________________________
DOSEN PEMBIMBING:______________________
NAMA KELOMPOK:
1. ............................. NIM ...............................
2. ............................. NIM ...............................
3. ............................. NIM ...............................
4. ............................. NIM ...............................
5. ............................. NIM ...............................
6. ............................. NIM ...............................
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
14
Lampiran 2: Contoh Sampul Dalam
LAPORAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA
DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik
Sebagai Prasyarat Kelulusan Mata Kuliah Praktik Peradilan Agama
KOORDINATOR TEMPAT PRAKTIK: _____________________
DOSEN PEMBIMBING:__________________
NAMA KELOMPOK:
1. ............................. NIM ...............................
2. ............................. NIM ...............................
3. ............................. NIM ...............................
4. ............................. NIM ...............................
5. ............................. NIM ...............................
6. ............................. NIM ...............................
7. ............................. NIM ...............................
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
15
Lampiran 3: Contoh Persetujuan Dosen Pembimbing Tempat Praktik dan
Koordinator Tempat Praktik
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN KOORDINATOR
TEMPAT PRAKTIK
Dengan ini kami menyatakan bahwa laporan Praktik Peradilan Agama
di Pengadilan Agama ____________ yang bertempat di _________________,
dan berlangsung sejak _____________ dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk diserahkan ke fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dosen Pembimbing Tempat Praktik Koordinator Tempat Praktik
Nama ________________ Nama ________________
NIP NIP
16
Lampiran 4: Contoh Pengesahan Laporan Praktik Peradilan Agama
PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA
Dengan ini Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Ampel
menyatakan bahwa laporan Praktik Peradilan Agama di Pengadilan Agama
____________ yang bertempat di _________________, sudah berlangsung
sejak _____________ telah dinyatakan sah dan dapat diterima sebagai prasyarat
kelulusan mata kuliah Praktik Peradilan Agama.
Surabaya, _________________
Dekan,
Dr. H. Masruhan, M.Ag
NIP. 195904041988031003
17
Lampiran 5: Contoh Outline Laporan Praktik Peradilan Agama
COVER
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN KOORDINATOR TEMPAT
PRAKTIK
PENGESAHAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi PA
B. Struktur Organisasi PA
C. Jumlah Hakim, Panitera, Juru Sita, Karyawan Administrasi
D. Fasilitas Pendukung
E. Dan lain-lain yang relevan
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK PERADILAN
A. Administrasi Umum
B. Kepaniteraan Perkara
C. Tata Persidangan Perkara
D. Temuan Studi
BAB III ANALISIS
A. Faktor Pendukung
B. Faktor Penghambat
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
18
Lampiran 6: Daftar Hadir Pembekalan Praktik Peradilan Agama
DAFTAR HADIR
PESERTA PEMBEKALAN PRAKTIK PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN ___________
Kelompok: PA ___________ Dosen Pembimbing: _____________
NO NIM NAMA TANDA TANGAN
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
Surabaya, __________
Ketua,
__________________
19
Lampiran 7: Daftar Hadir Praktik di Pengadilan Agama
DAFTAR HADIR MAHASISWA PRAKTIK PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN ___________
Kelompok: PA ___________ Dosen Pembimbing: _____________
NO NIM NAMA L/P JULI 2019 KET
T A N G G A L
1
2
3
4
5
6
Surabaya, __________
Koordinator Tempat Praktik, Dosen Pembimbing Tempat Praktik,
______________________ ______________________________
20
Lampiran 8: Daftar Nilai Praktik Peradilan Agama
DAFTAR NILAI PRAKTIK PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN ___________
Kelompok: PA ___________
NO NIM NAMA NILAI Total
Nilai
Koordinator
(50%)
Nilai Pembimbing
PEMBEKALAN
(20%)
LAPORAN
(30%)
1
2
3
4
5
6
Surabaya, __________
Koordinator Tempat Praktik, Dosen Pembimbing Tempat Praktik,
______________________ ______________________________
Angka Huruf Keterangan
91-100 A+ Lulus
86-90 A Lulus
81-85 A- Lulus
76-80 B+ Lulus
71-75 B Lulus
66-70 B- Lulus
61-65 C+ Lulus
56-60 C Lulus
51-55 C- Lulus
40-50 D Tidak Lulus
<39 E Tidak Lulus
21
Lampiran 9: Biodata Peserta Praktik
Nama :
NIM :
Jurusan :
Prodi :
Alamat :
Contact person:
Foto
22
Lampiran 10: Contoh Template Artikel Jurnal
JUDUL
(Tema dipilih dari hasil temuan praktik yang sekiranya menarik untuk dijadikan judul artikel)
Nama peserta praktik dan dosen pembimbing Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Jl. A. Yani 117 Surabaya Email 1 peserta dan dosen pembimbing
Abstract: abstrak memuat uraian singkat dan jelas, serta menjelaskan keseluruhan isi artikel. Tekanan penulisan abstrak terutama pada hasil praktik ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris (150-200 kata) Keywords: ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dalam 3-5 kata.
Abstrak: Kata Kunci
Pendahuluan Pendahuluan merupakan tulisan yang menjelaskan latar belakang secara
ringkas tentang alasan kenapa tema dalam artikel ini menarik untuk ditulis.
Pembahasan Isi pembahasan artikel mencakup temuan hasil praktik yang menarik
untuk dijadikan tulisan sesuai dengan tema artikel. Pembahasan mencakup profil PA, hasil temuan/praktik, dan analisis.
Simpulan Simpulan memuat ringkasan dari uraian mengenai hasil dari
pembahasan.
Saran
Saran disusun berdasarkan temuan penelitian yang telah dibahas.
Daftar Pustaka
Ditulis dengan mencantumkan nama penulis. Judul buku (ditulis miring). Tempat terbit: penerbit, tahun terbit.
Contoh penulisan daftar pustaka: Anonim. Simposium Hukum Perburuhan. Bandung: Bina Cipta, 1977.
23
Lampiran 11: Berkas yang harus di bawa ke PA dan Berkas yang harus
dikembalikan ke Laboratorium Fakultas Syari„ah dan Hukum UIN Sunan
Ampel oleh Dosen Pembimbing Tempat Praktik (Dosen Pembimbing
Lapangan)
A. Obervasi
1. Berkas yang harus dibawa ke PA
a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)
b. Surat permohonan izin praktikum dari fakultas ke PA yang
bersangkutan
c. Surat pengantar dari Pengadilan Tinggi Agama
d. Daftar mahasiswa peserta praktikum
2. Berkas yang harus dikembalikan ke Laboratorium
a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah
ditandatangani dan distempel (2 lembar) dari PA yang
bersangkutan
b. Biodata Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong) yang telah
terisi
c. Hasil perjalanan dinas
B. Mengantar
1. Berkas yang harus dibawa ke PA
a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)
b. Daftar Hadir Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong)
c. Daftar hadir mahasiswa selama praktik
d. Daftar Nilai praktik mahasiswa
2. Berkas yang harus dikembalikan ke Laboratorium
a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah
ditandatangani dan distempel (2 lembar) dari PA yang
bersangkutan
b. Daftar Hadir Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong)
c. Hasil perjalanan dinas
24
C. Menjemput
1. Berkas yang harus dibawa ke PA
a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)
b. Honor untuk Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong) dan
Kuwitansi Pembayaran dari keuangan Fakultas
2. Berkas yang harus dikembalikan ke Laboratorium
a. Surat Tugas dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah
ditandatangani dan distempel (2 lembar) dari PA yang
bersangkutan
b. Kuwitansi pembayaran dari keuangan Fakultas yang telah
ditandatangani oleh penerima (Koordinator Tempat Praktik)
c. Hasil perjalanan dinas
d. Daftar Hadir mahasiswa selama praktik
e. Daftar nilai praktik mahasiswa
25
Lampiran 12: Daftar Pengadilan Agama di Jawa Timur Tempat Praktik
Mahasiswa FSH UIN Sunan Ampel Surabaya
1 NAMA
SATKER
PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA
Alamat Jl. Mayjend Sungkono No. 7, Surabaya Kode Pos 60225 Telp
(031) 5681797 Fax 5680426
Website www.pta-surabaya.go.id
Email pta-surabaya@badilag.net
2 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA SURABAYA
Alamat Jl. Ketintang Madya VI/3, Surabaya Kode Pos 60232 Telp
('031) 8292146, Fax 8293341
Website www.pa-surabaya.go.id
Email pa_sby_jatim@yahoo.co.id
3 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO
Alamat Jl. Moh Husni Thamrin No. 88, Bojonegoro Kode Pos 62113
Telp ('0353) 881235 Fax 892229
Website http://pa-bojonegoro.go.id/
Email Email: pabojonegoro@gmail.com
4 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA TUBAN
Alamat Jl. Sunan Kalijogo No. 27, Tuban Kode Pos 62314 Telp (0356)
321326 Fax 324939
Website http://www.pa-tuban.net/
Email pa_tbn@yahoo.co.id
5 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA LAMONGAN
Alamat Jl. Panglima Sudirman No. 738 B, Lamongan Kode Pos 62212
Telp (0322) 321185 Fax 311017
Website http://www.palamongan.net/
Email pa_lamongan@yahoo.com
6 NAMA PENGADILAN AGAMA KODYA MALANG
26
SATKER
Alamat Jl. Raden Panji Suroso No. 1 Malang Kode Pos 65126 Telp
('0341) 491812 Fax 473563
Website www.pa-malangkota.go.id
pamalangkota@gmail.com
7 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA KEDIRI
Alamat Jl. Sekartaji No. 12, Kediri Kode Pos 64101 Telp (0354)
Telp.682175 Fax 682175
Website http://pa-kedirikab.go.id/1/
Email e-mail : pakotakediri@gmail.com
8 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO
Alamat Jl. RA Basuni No. 21, Mojokerto Kode Pos 61361Telp (
'0321) 323352 Fax 323352
Website http://www.pa-mojokerto.go.id/
Email pa_mojokerto@yahoo.com
9 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA JOMBANG
Alamat Jl.Yos Sudarso Denanyar Jombang Telp. / Fax. (0321)
861337
Website http://www.pa-jombang.go.id/
Email Email : pa_jombang@yahoo.co.id / admin@pa-jombang.go.id
10 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA GRESIK
Alamat Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 45, Gresik Kode Pos 61121
Telp (031) 3981685 Fax 3981685
Website http://www.pagresik.net/
Email pa_gresik@yahoo.co.id
11 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA NGANJUK
27
Alamat Jl. Gatot Subroto Nganjuk - 64411 Kode Pos 64411 Telp
(0358) 323744 Fax 323744
Website www.pa-nganjuk.com
Email panganjuk@gmail.com
12 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA SIDOARJO
Alamat Jl. Hasanuddin No. 90 Sidoarjo Kode Pos 61215 Telp Pos
('031) 8921012 Fax 8921012
Website http://www.pa-sidoarjo.net/
Email pa_sidoarjo@yahoo.com
13 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA TRENGGALEK
Alamat Jl. Dr. Sutomo No. 21, Trenggalek Kode Pos 66311 Telp
(0355) 791427 Fax 791427
Website www.patrenggalekkab.go.id
Email pa_trenggalek@yahoo.co.id
14 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA PASURUAN
Alamat Jl. Imam Bonjol No. 60 Pasuruan - 67122 Telp. (0343) 410284
Fax. 431155
Website www.pa-pasuruan.web.id
Email papasuruan@gmail.com
15 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA PROBOLINGGO
Alamat Jl. Raya Bromo KM. 07 Kota Probolinggo.Telp. 0335 –
421736 Fax. 0335 – 4430559
Website www.paprobolinggo.com
Email paprob@pa-probolinggo.go.id
16 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA KRAKSAAN
Alamat Jl. Mayjend Sutoyo No. 69, Kraksaan Kode Pos 67282 Telp
(0335) 841213 Fax 843400
Website www.pakraksan.pta-surabaya.go.id
28
Email pa_krs@yahoo.co.id
17 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA BANGKALAN
Alamat Jl. Soekarno - Hatta No. 19, Bangkalan Kode Pos 69116 Telp
('031) 3095582 Fax 061482
Website www.pabangkalan.pta-surabya.go.id
Email pabkl@plasa.com
18 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA SAMPANG
Alamat Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 86, Sampang Kode Pos 69213
Telp (0323) 321025 Fax 326396
Website www.pa-sampang.com
Email pasampang@gmail.com
19 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA BANGIL
Alamat Jl. Layur No. 51Bangil - 67153 Telp. (0343) 741552 Fax.
745202
Website www.pabangil.pta-surabaya.go.id
Email pa_bgl@yahoo.co.id
20 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA MADIUN
Alamat Jl. Raya Tiron Km. 6, Nglames, Madiun Kode Pos 63151 Telp
( 0351) 463301 Fax 463301
Website www.pakabmadiun.net
Email pakotamadiun@gmail.com
21 NAMA
SATKER
PENGADILAN AGAMA KAB MALANG
Alamat Jl. Panji Suroso No. 1 Kel. Panarukan, Kepanjen Malang -
65163, Telp. (0341) 397200 Fax. 395786
Website www.pa-malangkab.go.id
Email mail@pakabmalang.go.id
22 NAMA PENGADILAN AGAMA KODYA MADIUN
29
SATKER
Alamat Jl. Cokrobasonto No. 2 Madiun - 63135 Telp.(. 0351) 464854
Fax. 495878
Website www.pakotamadiun.com
Email pakotamadiun@yahoo.co.id
30
Lampiran 13: Materi 1
POLA BINDALMIN (POLA PENERIMAAN PERKARA & POLA
REGISTER PERKARA)
A. Prosedur Penyelenggaraan Administrasi Perkara
1. Prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar‟iyah, melalui beberapa Meja, yaitu Meja I (termasuk di dalamnya
kasir), Meja II dan Meja III.
2. Pengertian Meja tersebut adalah merupakan kelompok pelaksana teknis
yang harus dilalui oleh suatu perkara di Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar‟iyah, mulai dari penerimaan sampai perkara tersebut diselesaikan.
a. Meja I
1. Menerima Gugatan, Permohonan.
2. Menerima Perlawanan (Verzet), Pernyataan Banding, Kasasi, PK,
Eksekusi, penjelasan dan penaksiran biaya perkara dan biaya Eksekusi.
3. Menaksir biaya perkara sebagaimana ditetapkan dalam pasal 121
HIR/145 RBg
4. Membuat Surat Kuasa untuk membayar (SKUM)
5. Menyerahkan kembali 1 exemplar Surat Gugatan/Permohonan setelah
diberi Nomor Perkara kepada Penggugat/ Pemohon.
6. Penerimaan perkara Perlawanan (Verzet) hendaknya dibedakan antara
Perlawanan (Verzet) terhadap Putusan Verstek dengan Perlawanan pihak
ketiga (Darden Verzet).
7. Penerimaan Verzet terhadap Putusan Verstek tidak diberi nomor baru.
Sedang perlawanan pihak ketiga (Darden Verzet) dicatat sebagai perkara
baru dan mendapat nomor baru sebagai perkara gugatan.
8. Dengan demikian penerimaan perkara secara keseluruhan meliputi:
1) Perkara Permohonan
2) Perkara Gugatan
3) Perkara Banding
4) Perkara Kasasi
5) Perkara PK
6) Perkara Eksekusi
9. Pemegang Kas merupakan bagian dari Meja Pertama.
31
10. Pemegang Kas menerima Slip Bukti stor ke Bank sebagai pembayaran
uang panjar biaya perkara sebagaimana tersebut dalam SKUM.
11. Melakukan penerimaan uang panjar perkara/biaya eksekusi dan
membukukan dalam buku jurnal yang terdiri atas :
1) KI.PA 1/P – untuk perkara Permohonan.
2) KI.PA 1/G – untuk perkara Gugatan.
3) KI.PA 2 – untuk perkara Banding.
4) KI.PA 3 – untuk perkara Kasasi.
5) KI.PA 4 – untuk perkara Peninjauan Kembali.
6) KI.PA 5 – untuk Permohonan Eksekusi.
12. Seluruh kegiatan pengeluaran keuangan perkara harus melalui Kasir dan
dicatat secara tertib dalam Buku Jurnal dan Buku Induk yang
bersangkutan.
13. Dengan demikian pada pemegang Kas harus tersedia uang kontan dan
meterai Putusan.
14. Untuk pengeluaran biaya redaksi dan meterai dicatat dalam Buku
Jurnal sesuai dengan tanggal diputusnya perkara tersebut.
15. Pemegang Kas menandatangani SKUM, membubuhi nomor perkara dan
tanggal penerimaan perkara dalam SKUM dan dalam surat
Gugatan/Permohonan sebagaimana tersebut dalam buku jurnal yang
berkaitan dengan perkara yang diajukan.
16. Menyerahkan tindasan SKUM yang telah di cap LUNAS dan satu Surat
Gugatan yang telah diberi Nomor Perkara pada Penggugat/Pemohon.
17. Menyerahkan Berkas Perkara pada Meja II untuk diproses lebih lanjut.
18. Terhadap perkara prodeo, tetap dibuatkan SKUM NIHIL dan SKUM
tersebut didaftarkan pada pemegang Kas sebagai diutarakan di atas.
19. Yang penting diketahui bahwa setiap Pemegang Kas Pengadilan harus
menyiapkan 2 (dua) buah stempel penerimaan perkara:
a. Untuk Pengadilan Agama:
1) Perkara Gugatan:
Nomor : ....../Pdt.G/20..../PA....
Tanggal: ...........................
2) Perkara Permohonan :
Nomor : ............/Pdt.P/20..../PA....
32
Tanggal: .................................
b. Untuk Pengadilan Tinggi Agama :
Nomor : ....../Pdt.G/20..../PTA
Tanggal: ...........................
b. Meja II
1. Menerima Surat Gugatan/Permohonan yang telah distempel Nomor
Perkara dan tindasan pertama SKUM dari Meja I (Kasir)
2. Mendaftar/mencatat surat Gugatan/ Permohonan dalam register yang
bersangkutan serta memberi nomor register pada Map Berkas Perkara
tersebut.
3. Nomor register diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh kasir.
4. Asli surat Gugat/Permohonan dimasukan dalam sebuah map khusus
dengan melampirkan tindasan pertama SKUM dan surat-surat yang
berhubungan dengan Gugatan/Permohonan, disampaikan kepada Wakil
Panitera, untuk selanjutnya berkas Gugatan/ Permohonan tesebut
disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama melalui Panitera.
5. Menerima kembali berkas perkara yang telah diberi PMH dan Penugasan
Panitera Pengganti serta mencatatnya dalam Register Perkara
6. Menyerahkan Berkas Perkara pada Majelis Hakim.
7. Mencatat semua kegiatan penyelesaian perkara berdasarkan laporan
Panitera Pengganti.
8. Mendaftar/Mencatat Putusan Pengadilan Agama/ Pengadilan Tinggi
Agama/ Mahkamah Agung dalam semua buku register yang
bersangkutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Sub Kepaniteraan Permohonan/Gugatan mempelajari kelengkapan
persyaratan dan mencatat semua data-data perkara, yang baru diterimanya
dalam buku penerimaan tentang perkara, kemudian menyampaikannya
kepada Panitera dengan melampirkan semua formulir-formulir yang
berhubungan dengan pemeriksaan perkara.
b. Panitera sebelum meneruskan berkas-berkas yang baru diterimanya itu
kepada Ketua Pengadilan Agama, terlebih dahulu menyuruh petugas yang
bersangkutan untuk mencatatnya dalam buku register perkara yang
nomornya diambil dari SKUM.
33
c. Selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat-surat gugat
diterima dibagian kepaniteraan, Panitera harus sudah menyerahkan
kepada Ketua Pengadilan Agama yang selanjutnya Ketua Pengadilan
Agama mencatat dalam buku ekspedisi yang ada padanya dan
mempelajarinya, kemudian menyampaikan kembali berkas perkara
tersebut kepada Panitera dengan disertai penetapan penunjukan Majelis
Hakim (PMH) yang harus dilakukannya dalam waktu selambat-
lambatnya 10 (sepuluh hari) sejak Gugatan/Permohonan didaftarkan.
d. Panitera menyerahkan berkas perkara yang diterimanya dari Ketua/Wakil
Ketua Pengadilan Agama kepada Majelis/Hakim yang bersangkutan.
e. Setelah Majelis/Hakim menerima berkas perkara dari Ketua/Wakil Ketua,
maka Ketua Majelis/Hakim harus membuat Penetapan Hari Sidang
(PHS).
c. Meja III
1. Menyerahkan Salinan Putusan Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi
Agama/Mahkamah Agung kepada yang berkepentingan.
2. Menyerahkan Salinan Penetapan Pengadilan Agama/kepada pihak yang
berkepentingan.
3. Menerima Memori/Kontra Memori Banding, Memori/Kontra Memori
Kasasi, Jawaban/Tanggapan Peninjauan Kembali dan lain-lain.
4. Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas banding, kasasi, PK.
5. Menerima berkas perkara yang telah diminutasi dan mencatatnya dalam
buku kendali khusus untuk itu.
6. Mengisi instrumen penerimaan berkas yang telah diminutasi hari itu dan
diserahkan pada Meja II untuk dicatat dalam Register Induk Perkara.
7. Menyimpan Arsip Berkas Perkara Berjalan.
8. Menyiapkan dan memproses permohonan Eksekusi.
Pendaftaran Perkara Tingkat Banding
1. Permohonan banding didaftarkan kepada petugas Meja I pengadilan
agama/mahkamah syar‟iyah.
2. Tenggang waktu banding adalah sebagai berikut:
a. Permohonan banding dapat diajukan dalam waktu 14 (empat belas)
hari setelah putusan diucapkan atau setelah diberitahukan dalam hal
putusan tersebut diucapkan di luar hadir.
34
b. Penghitungan waktu 14 (empat belas) hari dimulai pada hari
berikutnya (besoknya) setelah putusan diucapkan atau setelah putusan
diberitahukan, dan apabila hari ke-14 (keempat belas) jatuh pada hari
libur, maka diperpanjang sampai hari kerja berikutnya.
c. Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang
waktu tersebut di atas tetap dapat diterima dan dicatat, kemudian
panitera membuat surat keterangan bahwa permohonan banding telah
lampau waktu.
3. Petugas Meja I menaksir besarnya panjar biaya banding berpedoman
pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama/Mahkmah Syar‟iyah
tentang Panjar Biaya Perkara kemudian dituangkan dalam SKUM, yang
terdiri dari:
a. Biaya pendaftaran.
b. Biaya banding yang dikirimkan ke pengadilan tinggi agama/mahkamah
syar‟iyah provinsi yang besarnya sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat
(2) PERMA Nomor 02 Tahun 2009.
c. Ongkos pengiriman biaya banding melalui bank/kantor pos.
d. Biaya fotokopi/penggandaan dan pemberkasan.
e. Ongkos pengiriman berkas perkara banding.
f. Ongkos jalan petugas pengiriman.
g. Biaya-biaya pemberitahuan, yang berupa:
1) biaya pemberitahuan akta banding.
2) biaya pemberitahuan memori banding.
3) biaya pemberitahuan kontra memori banding.
4) biaya pemberitahuan memeriksa berkas (inzage) bagi pembanding.
5) biaya pemberitahuan memeriksa berkas (inzage) bagi terbanding.
6) biaya pemberitahuan amar putusan bagi pembanding.
7) biaya pemberitahuan amar putusan bagi terbanding.
4. Berkas perkara banding yang telah lengkap dibuatkan SKUM dalam rangkap
empat:
a. Lembar pertama warna hijau untuk bank.
b. Lembar kedua warna putih untuk pembanding.
c. Lembar ketiga warna merah untuk kasir.
d. Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.
35
5. Petugas Meja I menyerahkan berkas permohonan banding yang dilengkapi
dengan SKUM kepada pihak yang bersangkutan untuk membayar uang
panjar yang tercantum dalam SKUM kepada bank.
6. Pemegang kas setelah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara
banding harus menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM.
7. Pemegang kas kemudian membukukan uang panjar biaya perkara banding
yang tercantum pada SKUM dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara Banding.
8. Apabila panjar biaya perkara banding telah dibayar lunas, panitera membuat
akta pernyataan banding dan mencatat permohonan banding tersebut dalam
Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Permohonan
Banding.
9. Permohonan banding dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja harus telah
diberitahukan kepada pihak lawan.
10. Tanggal penerimaan memori banding dan kontra memori banding harus
dicatat dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan
Banding, kemudian salinannya disampaikan kepada masing-masing
lawannya dengan membuat relaas pemberitahuan/penyerahannya.
11. Sebelum berkas perkara dikirim ke pengadilan tinggi agama/mahkamah
syar‟iyah provinsi, kedua belah pihak harus diberi kesempatan untuk
memeriksa berkas perkara (inzage) dan hal itu dituangkan dalam akta.
12. Dalam waktu satu bulan sejak permohonan banding diajukan, berkas perkara
banding berupa bundel A dan bundel B harus sudah dikirim ke pengadilan
tinggi agama/mahkamah syar‟iyah (Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1947). Khusus untuk permohonan banding yang
pemberitahuannya melalui pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah lain,
dapat lebih dari satu bulan.
13. Biaya perkara banding untuk pengadilan tinggi agama/ mahkamah syar‟iyah
provinsi harus dikirim melalui bank/ kantor pos dan tanda bukti pengiriman
uang harus dikirim dan menyatu dengan berkas yang bersangkutan.
14. Apabila para pihak masing-masing mengajukan upaya hukum banding,
maka:
a. Penyebutan pihak-pihak adalah: Pembanding I/ Terbanding II lawan
Terbanding I/Pembanding II;
36
b. Pembanding I adalah pihak yang lebih dahulu mengajukan permohonan
banding, atau kalau tanggal pengajuan permohonan bandingnya sama,
siapa yang paling berhak mengajukan upaya banding.
c. Biaya perkara banding yang dikirim ke pengadilan tinggi
agama/mahkamah syar‟iyah provinsi hanya dipungut dari pengaju
pertama.
d. Pengaju kedua hanya dibebani biaya:
1. Fotokopi penggandaan berkas.
2. Pemberitahuan akta banding.
3. Pemberitahuan memori banding.
4. Pemberitahuan kontra memori banding.
e. Berkas banding terdiri dari 1 (satu) bundel A dan 2 (dua) bundel B.
f. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah segera melaporkan
secara tertulis ke pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi
tentang adanya upaya hukum banding yang diajukan oleh kedua belah
pihak tersebut agar berkas perkaranya di pengadilan tinggi
agama/mahkamah syar‟iyah provinsi dijadikan satu.
1. Pencabutan permohonan banding dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pembanding mengajukan permohonan pencabutan kepada ketua
pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah.
b. Apabila permohonan pencabutan dilakukan oleh kuasanya, harus
disetujui oleh pihak prinsipal.
c. Panitera membuat akta pencabutan banding yang ditanda tangani oleh
panitera dan pembanding.
d. Pencabutan permohonan banding tersebut harus diberitahukan kepada
pihak terbanding.
e. Pencabutan permohonan banding disertai akta pencabutan dan
pemberitahuannya kepada pihak terbanding harus segera dikirim oleh
panitera ke pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah dibarengi
surat pengantar yang ditandatangani ketua atau panitera pengadilan
agama/mahkamah syar‟iyah.
37
f. Berkas perkara banding yang belum dikirim ke pengadilan tinggi
agama/mahkamah syar‟iyah provinsi, tidak dikirim ke pengadilan
tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi.
2. Pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi mengirimkan
salinan putusan beserta bundel A ke pengadilan agama/mahkamah
syar‟iyah.
3. Ketua pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah harus membaca putusan
banding dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para
pihak.
4. Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan banding dikirimkan
kepada pengadilan tinggi agama/mahkamah syar‟iyah provinsi.
Pendaftaran Perkara Kasasi
1. Permohonan kasasi didaftarkan kepada petugas Meja I pengadilan
agama/mahkamah syar‟iyah.
2. Permohonan kasasi dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari setelah putusan diucapkan atau setelah pemberitahuan amar putusan.
3. Dalam hal permohonan kasasi atas penetapan (voluntair) dapat diajukan
dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah diucapkan atau
diberitahukan kepada pemohon.
4. berikutnya (keesokan harinya) setelah amar putusan diberitahukan, dan
apabila hari ke-14 (keempat belas) jatuh pada hari libur, maka diperpanjang
sampai hari kerja berikutnya.
5. Petugas Meja I menaksir besarnya panjar biaya kasasi berpedoman pada
Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama/Mahkmah Syar‟iyah tentang
Panjar Biaya Perkara kemudian dituangkan dalam SKUM, yang terdiri dari:
a. Biaya pendaftaran.
b. Biaya perkara kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung RI yang
besarnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a
PERMA Nomor 02 Tahun 2009.
c. Ongkos pengiriman biaya perkara kasasi.
d. Biaya pemberitahuan akta kasasi.
e. Biaya pemberitahuan memori kasasi.
f. Biaya pemberitahuan kontra memori kasasi.
g. Biaya fotokopi/penggandaan dan pemberkasan.
38
h. Biaya pengiriman berkas perkara kasasi.
i. Biaya transportasi petugas pengiriman.
j. Biaya pemberitahuan amar putusan kasasi kepada pemohon kasasi.
k. Biaya pemberitahuan amar putusan kasasi kepada termohon kasasi.
6. Petugas Meja I membuat SKUM rangkap empat:
a. Lembar pertama warna hijau untuk bank.
b. Lembar kedua warna putih untuk pemohon kasasi.
c. Lembar ketiga warna merah untuk kasir.
d. Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.
7. Apabila para pihak masing-masing mengajukan upaya hukum kasasi, maka:
a. Biaya perkara kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung hanya dipungut
satu kali, yaitu dari pengaju pertama.
b. Pengaju kedua hanya dibebani biaya:
1) Fotokopi penggandaan berkas.
2) Pemberitahuan akta kasasi.
3) Pemberitahuan memori kasasi.
4) Pemberitahuan kontra memori kasasi.
c. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah melaporkan secara
tertulis ke Mahkamah Agung mengenai upaya hukum kasasi yang
diajukan oleh kedua belah pihak.
8. Petugas Meja I menyerahkan permohonan kasasi yang dilengkapi dengan
SKUM kepada pihak pengaju untuk membayar panjar biaya perkara kasasi
kepada Kasir melalui Bank.
9. Pemegang Kas setelah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara
kasasi harus menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM.
10. Permohonan kasasi dapat diterima apabila panjar biaya perkara kasasi yang
tercantum dalam SKUM telah dibayar lunas.
11. Pemegang Kas membukukan uang panjar biaya kasasi yang tercantum dalam
SKUM pada Buku Jurnal Keuangan Perkara kasasi.
12. Biaya permohonan kasasi untuk Mahkamah Agung dikirim oleh pemegang
kas melalui Bank BNI Syari‟ah Kantor Layanan BNI Syari‟ah Mahkamah
Agung Jl. Medan Merdeka Utara Nomor 9 – 13 Jakarta Pusat, Nomor
Rekening 179179175 atas nama Kepaniteraan Mahkamah Agung (Surat
Panitera Mahkamah Agung RI Nomor 464/PAN/XI/2008 tanggal 12
39
November 2008 yang ditujukan kepada para Ketua PN, PA dan PTUN), dan
bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan.
13. Apabila panjar biaya perkara kasasi telah dibayar lunas, maka Panitera pada
hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang dilampirkan pada berkas
perkara dan mencatat permohonan kasasi tersebut dalam Buku Register
Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Kasasi.
14. Permohonan kasasi yang telah terdaftar, dalam waktu 7 (tujuh) hari harus
telah diberitahukan kepada pihak lawan.
15. Memori kasasi, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sesudah
permohonan kasasi terdaftar, harus sudah diterima pada kepaniteraan
Pengadilan Agama. Apabila dalam waktu tersebut memori kasasi belum
diterima, pemohon kasasi dianggap tidak menyerahkan memori kasasi.
Penghitungan 14 (empat belas) hari tersebut sama dengan pada butir 3) di
atas.
16. Panitera memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan dalam
waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari salinan memori kasasi harus
diberitahukan kepada pihak lawan.
17. Setelah memori kasasi diberitahukan kepada pihak lawan, kontra memori
kasasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari harus sudah disampaikan
kepada kepaniteraan pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah untuk
diberitahukan kepada pihak lawan.
18. Dalam waktu 60 hari sejak permohonan kasasi diajukan, berkas permohonan
kasasi berupa bundel A dan bundel B harus dikirim ke Mahkamah Agung.
19. Apabila syarat formal permohonan kasasi tidak dipenuhi oleh pemohon
kasasi, maka berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung
(Pasal 45 A ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009).
20. Yang dimaksud dengan syarat formal permohonan kasasi adalah tenggang
waktu permohonan kasasi, pernyataan kasasi, panjar biaya perkara kasasi
dan memori kasasi, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46 dan 47 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009).
40
21. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar‟iyah membuat surat keterangan
bahwa permohonan kasasi tersebut tidak memenuhi syarat formal (Pasal 45
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009).
22. Berdasarkan surat keterangan panitera tersebut dan setelah ketua meneliti
kebenarannnya, ketua pengadilan agama/ mahkamah syar‟iyah membuat
penetapan yang menyatakan bahwa permohonan kasasi tersebut tidak dapat
diterima.
23. Salinan penetapan ketua pengadilan agama/ mahkamah syar‟iyah tersebut
pada butir 21 di atas diberitahukan/ disampaikan kepada para pihak sesuai
ketentuan yang berlaku.
24. Dengan dikeluarkannya penetapan ketua pengadilan agama/mahkamah
syar‟iyah tersebut, maka putusan yang dimohonkan kasasi menjadi
berkekuatan hukum tetap dan terhadap penetapan ini tidak dapat dilakukan
upaya hukum.
25. Petugas kepaniteraan mencatat kode “TMS” (tidak memenuhi syarat formal)
dalam kolom keterangan pada Buku Induk Register Perkara.
26. Ketua pengadilan agama/mahkamah syar'iyah melaporkan permohonan
kasasi yang tidak memenuhi syarat formal dengan dilampiri penetapan
tersebut ke Mahkamah Agung.
27. Tanggal penerimaan memori kasasi dan kontra memori kasasi harus dicatat
dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Kasasi.
28. Pencabutan permohonan perkara kasasi dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
a. Permohonan pencabutan diajukan oleh pemohon kasasi kepada Ketua
Mahkamah Agung melalui ketua pengadilan agama/mahkamah syar'iyah
yang memeriksa perkara dan disetujui oleh termohon kasasi.
b. Panitera pengadilan agama/mahkamah syar'iyah membuat Akta
Pencabutan Kasasi yang ditandatangani panitera, pemohon kasasi dan
termohon kasasi.
c. Pengadilan agama/mahkamah syar'iyah mengirim surat kepada Ketua
Mahkamah Agung RI cq Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan
Agama MARI dengan lampiran huruf a) dan b). (Surat Tuada ULDILAG
MA RI No. 08/TUADA-AG/VII/2001 tanggal 5 Juli 2001).
41
29. Ketua pengadilan agama/mahkamah syar'iyah harus membaca putusan
kasasi dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para pihak.
30. Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan kasasi dikirim ke Mahkamah
Agung.
Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali
1. Permohonan peninjauan kembali diajukan secara tertulis bersama-sama
dengan risalah peninjauan kembali yang menyebutkan alasan permohonan
peninjauan kembali yang jelas dan rinci.
2. Permohonan peninjauan kembali tersebut di atas didaftarkan kepada petugas
Meja I.
3. Panitera membuat akta permohonan peninjauan kembali.
4. Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut :
a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut.
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya.
e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama,
atas dasar yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya
telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain.
f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
5. Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang
didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam poin 2) adalah 180
(seratus delapan puluh) hari untuk:
42
a. yang disebut pada angka 4) huruf a) sejak diketahui kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan hakim pidana memperoleh kekuatan hukum
tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.
b. yang disebut pada angka 4) huruf b) sejak ditemukan surat-surat bukti,
yang hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah
dan disahkan oleh pejabat yang berwenang;
c. yang disebut pada angka 4) huruf c), d), dan f) sejak putusan memperoleh
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara;
d. yang tersebut pada angka 4) huruf e) sejak sejak putusan yang terakhir
dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak yang berperkara.
6. Novum adalah surat bukti yang sudah ada sebelum perkara diperiksa di
tingkat pertama akan tetapi tidak ditemukan sehingga tidak bisa diajukan
sebagai alat bukti dalam persidangan. Alat bukti yang dibuat setelah perkara
diputus bukan termasuk novum.
7. Tata cara penyumpahan novum adalah sebagai berikut:
a. Ketua Pengadilan atau hakim yang ditunjuk mempelajari surat bukti yang
diajukan oleh pemohon PK, apakah surat bukti tersebut memenuhi
persyaratan novum atau tidak.
b. Setelah novum tersebut dipelajari, Ketua Pengadilan Agama atau hakim
yang ditunjuk melakukan sidang untuk mengambil sumpah terhadap
pemohon PK yang mengajukan novum.
c. Lafal sumpahnya adalah “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya telah
menemukan surat bukti berupa ………… pada hari…, tanggal…,
bulan…, tahun… di …….. dan belum pernah diajukan di persidangan”.
d. Penyumpahan penemuan novum dibuat dalam berita acara sidang
penyumpahan novum dan ditandatangani oleh Ketua atau hakim yang
ditunjuk dan panitera sidang.
Register Perkara
1. Register perkara adalah merupakan daftar yang memuat secara lengkap dan
rinci mengenai suatu perkara, sehingga semua kegiatan perkara yang terjadi
harus dimuat dalam kolom-kolom register perkara, misalnya : harus
disebutkan alasan penundaan, tanggal penundaan, tanggal Minutasi, Amar
43
Putusan diisi bila perkara sudah putus sesuai instrumen Amar Putusan
(AMP) dan dibuat oleh Ketua Majelis Hakim.
2. Pendaftaran perkara dalam Buku Register harus dilakukan dengan tertib dan
cermat.
3. Buku Register perkara di Pengadilan Agama terdiri dari :
a. Register Induk Perkara Gugatan (R1-PA1G)
b. Register Induk Perkara Permohonan. (RI-PA1P)
c. Register Permohonan Banding (RI-PA2).
d. Register Permohonan Kasasi (RI-PA3).
e. Register Permohonan Peninjauan Kembali (RI-PA4).
f. Register Penyitaan Barang Bergerak (RI-PA5).
g. Register Penyitaan Barang Tidak Bergerak (RI-PA6).
h. Register Surat Kuasa Khusus (RI-PA7).
i. Register Eksekusi (RI-PA8).
j. Register Akta Cerai (RI-PA9).
k. Register Perkara Jinayah (RI-PA10)
l. Register P 3 HP (RI-PA11).
m. Register Ekonomi Syari‟ah (RI-PA12).
n. Register Itsbat Rukyat Hilal dan Pemberian Nasehat/Keterangan Tentang
Perbedaan Penentuan arah kiblat dan Penentuan awal waktu Sholat (RI-
PA13)
o. Regeister eksekusi Putusan Arbitrase Syariah (RI-PA14)
p. Register Mediasi (RI-PA15), yang kolomnya terdiri dari nomor urut,
Nomor Perkara, para pihak, nama mediator, hasil mediasi dan keterangan.
4. Buku Register diberi nomor halaman, halaman pertama dan terakhir
ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama dan halaman lainnya diparaf.
5. Banyaknya halaman pada setiap Buku Register dinyatakan pada halaman
awal dan keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama.
6. Apabila Buku Register Induk Pekara sudah penuh, maka penulisan Buku
Register Induk Perkara selanjutnya pada halaman awal ditulis “BUKU INI
MERUPAKAN LANJUTAN DARI BUKU SEBELUMNYA, TERDIRI
......... HALAMAN dan seterusnya”.
7. Buku Register Induk Perkara memuat seluruh data perkara dalam Tingkat
Pertama, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali, dan Eksekusi.
44
8. Buku Register harus diganti setiap tahun dan tidak boleh digabung dengan
tahun sebelumnya.
9. Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Induk Perkara
Permohonan ditutup setiap bulan. Nomor urut setiap bulan dimulai dari
nomor 1 (satu), sedangkan nomor perkara berlanjut untuk satu tahun.
10. Penutupan buku dibuat pada halaman tersendiri.
11. Penutupan Buku Register setiap akhir bulan, ditandatangani oleh petugas
register, dengan perincian sebagai berikut:
a. Sisa bulan lalu : .......................... perkara
b. Masuk bulan ini : .......................... perkara
c. Putus bulan ini : .......................... perkara
d. Sisa bulan ini : .......................... perkara
12. Penutupan Buku Register setiap akhir tahun, ditandatangani oleh Panitera
dan diketahui Ketua Pengadilan Agama, dengan perincian sebagai berikut :
a. Sisa tahun lalu : .......................... perkara
b. Masuk tahun ini : .......................... perkara
c. Putus tahun ini : .......................... perkara
d. Sisa tahun ini : .......................... perkara
13. Buku Register Permohonan Banding, Register Permohonan Kasasi, dan
Register Permohonan Peninjauan Kembali ditutup setiap akhir tahun, dengan
rekapitulasi sebagai berikut :
a. Sisa tahun lalu : .......................... perkara
b. Masuk tahun ini : .......................... perkara
c. Putus tahun ini : .......................... perkara
d. Sisa tahun ini : .......................... perkara
1) Sudah dikirim : .......................... perkara
2) Belum dikirim : .......................... perkara
Jurnal Kuangan Perkara
1. Awal Buku Jurnal Keuangan Perkara ditulis jumlah halaman, halaman
pertama dan terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan Agama, sedangkan
halaman lainnya diparaf Ketua Pengadilan Agama.
2. Apabila Buku Jurnal Keuangan Perkara sudah penuh, maka awal Buku
Jurnal Keuangan Perkara buku selanjutnya ditulis, “BUKU JURNAL INI
TERDIRI DARI ....... HALAMAN,yaitu halaman ......... s/d halaman .......
45
MERUPAKAN LANJUTAN DARI BUKU JURNAL SEBELUMNYA, dan
seterusnya”.
3. Kolom keterangan dalam jurnal keuangan perkara, hendaknya diisi apabila
ada Banding, Kasasi dan PK.
4. Setelah berlakunya PNBP tanggal 23 Juli 2008, belum ditarik biaya
pendaftaran dan redaksi, apabila perkara tersebut putus dan masih ada sisa
panjar maka harus dikeluarkan biaya pendaftaran dan redaksi. Apabila sudah
tidak ada sisa panjar, maka harus diberitahukan kepada Penggugat/Pemohon
melalui surat untuk memenuhi kewajibannya membayar biaya tersebut,
berdasarkan surat Wakil Ketua Mahkamah Agung bidang Non Yudisial
tanggal 04 November 2008, Nomor : 42/WKMA-N.Y/XII/2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan PP.RI Nomor 53 tahun 2008 tentang PNBP, point 12.
5. Buku Jurnal Keuangan Perkara Tingkat Pertama terdiri dari 2 (dua) halaman
muka, yaitu halaman kiri dan kanan, hanya muka halaman sebelah kiri yang
diisi, sedangkan muka sebelah kanan disiapkan bila ada Verzet, juga
disiapkan apabila banyak pihak/kegiatan, muka halaman kiri penuh, maka
pindah kehalaman muka sebelah kanan.
6. Nomor perkara ditulis pada halaman kiri dan nomor halaman ditulis pada
halaman kanan.
7. Nomor halaman sama dengan nomor perkara.
Keterangan:
1) Tanggal pengeluaran di K1.PA.1, harus berdasarkan tanggal instrumen di
PGL, walalupun Jurusita belum mengambil ongkos jalannya.
2) Tanggal pengeluaran di K1.PA.1 harus sesuai di Buku Induk Keuangan
Perkara (K1.PA.6).
3) Apabila akan dilakukan pemanggilan kepada pihak berperkara untuk
pengucapan Ikrar Talak, hendaknya Meja I dan Meja III, terlebih dahulu
meneliti apakah berkas sudah selesai diminutasi, sebelum menetapkan
Jurusita untuk memanggil.
Pelaporan Perkara
a. Laporan
1. Laporan Keadaan Perkara : LI-PA.1
2. Laporan Perkara yang Dimohonkan Banding : LI-PA.2
3. Laporan Perkara yang Dimohonkan Kasasi : LI-PA.3
46
4. Laporan Perkara yang Dimohonkan PK : LI-PA.4
5. Laporan Perkara yang Dimohonkan Eksekusi: LI-PA.5
6. Laporan Kegiatan Hakim : LI-PA.6
7. Laporan Keuangan Perkara : LI-PA.7
8. Laporan Jenis Perkara : LI-PA.8
9. Laporan Hasil Mediasi : LI-PA.9
10. Laporan Penggunaan Formulir Akta Cerai : LI-PA.10
11. Laporan Pertanggungjawaban Uang Iwadl : LI-PA.11
12. Laporan Sebab-sebab Terjadinya Perceraian : LI-PA.12
13. Laporan Tahunan : LI-PA.13
b. Asli laporan dikirim kepada Ketua Pengadilan Tinggi Agama, sedangkan
lembar kedua dikirimkan kepada Mahkamah Agung cq. Direktur Jendral
Badan Peradilan Agama.
c. Laporan Keadaan Perkara, Laporan Keuangan Perkara, dan Laporan Jenis
Perkara dibuat setiap akhir bulan dan harus diterima oleh Pengadilan
Tinggi Agama selambat-lambatnya tanggal 10 dan Mahkamah Agung
selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
d. Laporan Perkara yang Dimohonkan Banding, Laporan Perkara yang
Dimohonkan Kasasi, Laporan Perkara yang Dimohonkan Peninjauan
Kembali dan Laporan Perkara yang Dimohonkan Eksekusi, dibuat setiap
4 (empat) bulan, yaitu pada akhir bulan April, Agustus, dan Desember.
e. Laporan Kegiatan Hakim dibuat setiap 6 bulan yaitu pada akhir bulan
Juni dan Desember.
f. Laporan Keadaan Perkara berisi tentang keadaan perkara sejak diterima
sampai diputus dan diminutasi.
g. Laporan Perkara yang Dimohonkan Banding berisi tentang keadaan
perkara yang dimohonkan banding, mulai tanggal putusan, tanggal
permohonan banding, sampai tanggal pengiriman berkas perkara ke
pengadilan tinggi agama/mahkamah syar'iyah provinsi.
h. Laporan Perkara yang Dimohonkan Kasasi berisi tentang keadaan perkara
yang dimohonkan kasasi, mulai tanggal penerimaan berkas dari
pengadilan tinggi agama/mahkamah syar'iyah provinsi sampai dengan
tanggal pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung.
47
i. Laporan Perkara yang Dimohonkan Peninjauan Kembali berisi tentang
keadaan perkara yang dimohonkan peninjauan kembali, mulai tanggal
penerimaan berkas dari Mahkamah Agung atau pengadilan tinggi
agama/mahkamah syar'iyah provinsi sampai dengan tanggal pengiriman
berkas perkara ke Mahkamah Agung.
j. Laporan Perkara yang Dimohonkan Eksekusi berisi tentang keadaan
perkara yang dimohonkan eksekusi, mulai tanggal permohonan eksekusi
sampai dengan selesainya eksekusi.
k. Perkara yang lebih dari 6 (enam) bulan sejak diterima ternyata belum
diputus, harus disebutkan alasannya dalam kolom keterangan.
l. Perkara sebagaimana tersebut pada angka 1) huruf b) sampai dengan
huruf e) di atas, tetap dilaporkan dalam setiap laporan sampai perkara
diputus.
m. Laporan Kegiatan Hakim berisi tentang jumlah perkara yang diterima,
diputus, sisa perkara, serta jumlah perkara yang sudah maupun yang
belum diminutasi.
n. Laporan tentang keadaan keuangan perkara harus sesuai dengan Buku
Induk Keuangan Perkara.
o. Laporan LI-PA1 sampai dengan LI-PA7 adalah laporan yang bersifat
evaluasi, sehingga dari laporan-laporan tersebut dapat dipantau tentang
kegiatan para pejabat peradilan secara keseluruhan, baik Hakim maupun
pejabat kepaniteraan yang berhubungan dengan jalannya
penyelenggaraan peradilan.
p. Laporan LI-PA8 adalah laporan yang berisi tentang:
jumlah dan jenis perkara.
jumlah perkara yang diputus.
sisa perkara yang belum diputus pada setiap akhir bulan.
q. Laporan LI-PA9 sampai dengan LI-PA12 adalah laporan yang bersifat
khusus untuk menggambarkan pelaksanaan mediasi penggunaan akta
cerai. Pertanggungjawaban uang iwadl dan sebab-sebab terjadinya
perceraian;
r. Laporan LI-PA13 adalah laporan yang bersifat tahunan dan mencakup
semua jenis laporan.
Pengarsipan
48
a. Setelah berkas perkara diminutasi, maka petugas Meja III (tiga) menyimpan
berkas perkara untuk keperluan arsip.
b. Secara umum berkas perkara dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis :
1. Arsip aktif (masih berjalan) yaitu berkas perkara yang telah diputus dan
diminutasi, tetapi masih dalam proses banding, kasasi atau peninjauan
kembali, dan masih memerlukan penyelesaian akhir. termasuk perkara
yang memerlukan eksekusi tetapi belum ada permohonan eksekusi,
demikian pula perkara cerai talak yang belum dilakukan sidang
penyaksian ikrar talak.
2. Arsip tidak aktif (sudah final) yaitu berkas perkara yang putusannya telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dqn tidak memerlukan penyelesaian
akhir.
c. Berkas berjalan harus mempunyai box dan daftar isi box.
d. Berkas perkara yang masih berjalan dikelola oleh Panitera Muda
Gugatan/petugas yang bertanggung jawab untuk itu, sedangkan arsip b¥rkas
perkara yang sudah tidak aktif dipindahkan pengelolaannya pada Panitera
Muda Hukum.
e. Penataan berkas perkara dan arsip berkas perkara dilakukan dalam 3 (tiga)
tahap, yakni:
Tahap pertama
1. Pendataan dan pemisahan arsip aktif dan tidak aktif.
2. Arsip berkas perkara yang masih aktif disusun secara vertikal/horizontal
sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.
3. Penataan arsip berkas perkara dimasukkan dalam box dengan diberikan
catatan :
a. Nomor urut box.
b. Tahun perkara.
c. Jenis perkara.
d. Nomor urut perkara.
Tahap Kedua
1. Membuat daftar isi yang ditempel dalam box.
2. Arsip yang telah disusun menurut jenis perkara, dipisahkan menurut
klasifikasi perkaranya dan disimpan dalam box tersendiri.
49
3. Menghimpun salinan resmi putusan untuk dijilid sesuai klasifikasi
masing-masing dan menyimpannya di perpustakaan.
4. Memasukkan berkas perkara dalam box, dan menyimpannya dalam
rak/almari.
5. Membuat Daftar Isi Rak (DIR) atau Daftar Isi Almari (DIL)
Tahap ketiga
1. Memisahkan berkas perkara yang sudah mencapai masa untuk dihapus
(30 tahun).
2. Menyimpan arsip berkas perkara yang memiliki nilai sejarah untuk
dimasukkan dalam box untuk disimpan dalam rak/almari tersendiri.
3. Menghapus arsip berkas perkara yang telah memenuhi syarat
penghapusan dengan membuat berita acara yang ditandatangani oleh
Panitera dan Ketua Pengadilan Agama.
4. Melaporkan penghapusan arsip tersebut kepada Mahkamah Agung
dengan dilampiri berita acara penghapusan.
5. Penyimpanan dalam bentuk lain Pengadilan juga dapat menyimpan
berkas perkara dalam bentuk lain, seperti pada pita magnetik, disket, atau
media lainnya.
50
Lampiran 14: Materi 2
TEHNIK PEMERIKSAAN PERKARA
Oleh:
Drs. H. Achmad Hanifah, M.HES
I. GUGATAN:
1. Mediasi:
a. Seluruh perkara melalui mediasi
b. Hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak
c. Usaha mendamaikan bukan hanya pada sidang pertama, tetapi dapat
dilakukan setiap sidang (130 HIR/154 RBC).
d. Khusus perceraian Hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak dan
suami isteri harus hadir
2. Gugatan Gugur (124 dan 126 HIR)
a. Penggugat tidak hadir pada sidang pertama
b. Penggugat telah dipanggil secara patut
c. Penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah
d.Tidak Ne Bis In Idem (dapat memasukkan gugatan baru)
e. Sebelum diperiksa pokok perkara
3. Pencabutan Gugatan (271 - 272 RV/HIR dan RBG tidak mengatur)
51
a. Hak Penggugat
b. Sebelum pemeriksaan perkara
c. Persetujuan Tergugat apabila Pemeriksaan sudah berlangsung
d. Pencabutan dilakukan dengan surat
e. Kalau sudah dipanggil, Tergugat harus disampaikan pemberitahuan
pencabutan
f. Harus ada penetapan pencabutan
4. Perubahan Gugatan (127 RV/HIR dan RBG tidak mengatur)
a. Hak Penggugat
b. Sebelum pemeriksaan, tidak perlu persetujuan Tergugat
c. Setelah pemeriksaan harus persetujuan Tergugat dan Tergugat berhak
menanggapi
d. Tidak menambah atau menyimpang dari kejadian materil (tidak
merubah posita dan petitum)
5. Provisi (180 ayat 1) HIR
Permintaan menjatuhkan provisi sebelum memeriksa pokok perkara.
Contoh: a. Ijin suami isteri pisah tempat sementara pasal 77. UU No.7/89.
b. Penghentian sementara pembangunan.
6. Komulasi
Tujuan:
a. Mewujudkan peradilan sederhana cepat dan biaya ringan.
b. Menghindari putusan yang saling bertentangan.
Bentuk: a. Komulasi Subyektif.
b. Komulasi Obyektif.
Pengecualian:
a. Pemilik obyek gugatan berbeda, Putusan MA-RI No. 201K/SIP/1972
b. Tunduk pada Hukum Acara yang berbeda, Putusan MA-RI
No. 677/SIP/1972
c. Tunduk pada Kompetensi Absolut yang berbeda.
7. Asessoir
a. Murni: Sita jaminan.
b. Tidak Murni: Nafkah anak, nafkah isteri.
Syarat: - Satu kesatuan dengan gugatan pokok.
- Saling mendukung tidak boleh bertentangan.
52
II. JAWABAN
1. Eksepsi
a. Kompetensi Relatif.
- Berdasarkan Wilayah Hukum.
- Pengadilan Agama mana yang berwenang.
- Diajukan pada sidang pertama bersama jawaban pokok perkara.
- Gugatan nafkah anak, nafkah isteri, penguasaan anak dan harta
bersama, tunduk pada 118 HIR/142 Rbg atau pasal 73 UU 7/89.
b. Kompetensi Absolut.
- Pengadilan mana yang berwenang dari lingkungan pengadilan.
- Pasal 134 HIR, 132 RV:
1) Dapat diajukan tergugat setiap saat, sebelum putusan
dijatuhkan.
2) Secara ex. Oficio Hakim harus menyatakan diri tidak
berwenang.
3) Dapat diajukan pada tingkat Banding dan Kasasi
c. Prosesual:
1. Surat kuasa tidak sah.
2. Error In Persona.
3. Ne Bis In Idem.
4. Obscuur Libel.
5. Gugatan Prematur.
2. Jawaban Pokok Perkara
3. Rekonvesi
- Tujuan:
a. Menegakkan Asas Peradilan Sederhana
b. Menghemat biaya dan waktu
c. Menghindari putusan saling bertentangan
- Syarat-syarat :
a. Gugatan Rekonvensi diformulasi secara tegas
- Merumuskan dengan jelas posita
- menyebut dengan rinci petitum gugatan
b. Tergugat Rekonvensi, terbatas pada Penggugat Konvensi
c. Diajukan bersama-sama dengan jawaban
53
d. Diajukan sebelum pembuktian
- Pengecualian:
a. Dilarang gugatan Rekonvensi kepada diri orang yang bertindak
berdasarkan suatu Kualitas
b. Dilarang Gugatan Rekonversi di luar Yuridiksi Pengadilan yang
memeriksa perkara.
catatan: - Jual beli (kewenangan PN)
Rekonvensi
- Hibah (kewenangan PA)
c. Dilarang Gugatan Rekonvensi terhadap Verzet eksekusi
d. Dilarang gugatan Rekonvensi pada Tingkat Banding
III. VERZET
1. Verzet terhadap Putusan Verstek.
a. Syarat-syarat Putusan Verstek:
1) Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut
2) Tidak hadir tanpa alasan yang sah
3) Gugatan beralasan dan berdasarkan Hukum
4) Apabila Tergugat mengajukan eksepsi pada permohonan Verzet :
a) Wajib lebih dahulu memutus eksepsi
b) Eksepsi dikabulkan pemeriksaan berhenti
c) Eksepsi ditolak, dilanjutkan dengan acara pemeriksaan Putusan
Verstek
b. Penerapan acara Verstek tidak imperatif.
1) Ketidakhadiran Tergugat pada sidang pertama dapat diputus
Verstek
2) Mengundur sidang dan memanggil tergugat sekali lagi
c. acara Verstek, tergugat lebih dari satu:
1) Pada sidang pertama, semua tergugat tidak hadir (verstek)
2) Salah seorang tergugat tidak hadir, sidang wajib ditunda
3) Tetap tidak hadir pada sidang berikutnya pemeriksaan secara
Kontradiktor
2. Derden Verzet
Derden Verzet: Sita dan Eksekusi
IV. INTERVENSI (70 RV dan 279 RV)
54
1. Voeging
a. Pihak ketiga bergabung kepada Penggugat atau Tergugat
b. Penggugat dan Tergugat menanggapi
c. Putusan sela:
1) Tolak, lanjutkan pemeriksaan pokok perkara
2) Kabul, disebutkan kedudukan pihak ketiga tersebut
2. Tussenkomst
a. Pihak ketiga bergabung karena ada kepentingan
b. Tidak memihak kepada Penggugat atau Tergugat
c. Putusan sela:
1) Tolak, banding bersama pokok perkara danpemeriksaan perkara
pokok dilanjutkan
2) Kabul, disebutkan kedudukan pihak ketiga tersebut
3) Dua perkara diperiksa bersama-sama
3. Vrijwaring
a. Menarik pihak ketiga untuk bertanggung jawab
b. Membebaskan Tergugat dari tanggung jawab
c. Penggugat dan Tergugat menanggapi
d. Tolak : Putusan akhir, dapat dibanding bersama pokok perkara,
perkara pokok di lanjutkan
e. Kabul : Putusan sela, perkara dilanjutkan
V. PEMBUKTIAN
1. Pengertian:
Upaya para pihak yang berperkara untuk meyakinkan hakim akan
kebenaran peristiwa atau kejadian yang diajukan oleh para pihak yang
bersengketa dengan alat-alat bukti yang telah ditetapkan oleh UU.
163 HIR/283 RSG barang siapa yang mengatakan ia mempunyai hak atau ia
menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu atau untuk
membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak
itu atau adanya kejadian itu.
Contoh: waris - hibah.
2. Tujuan
55
a. Memberi keyakinan kepada hakim tentang adanya peristiwa-peristiwa
tertentu sehingga hakim dapat mengambil putusan berdasarkan
pembuktian tersebut.
b. Mencari Kebenaran Formil (Hakim Pasif)
3. Fakta yang tidak perlu dibuktikan:
1) Hukum Positif Doktrin Ius Curia Novit: Hakim dianggap mengetahui
semua Hukum
2) Fakta yang diketahui umum: Bendera Republik Indonesia Merah Putih
3) Fakta yang tidak dibantah: Sesuatu yang tidak dibantah dianggap telah
terbukti kebenarannya
4) Fakta yang ditemukan selama proses persidangan:
a) Tergugat tidak datang di persidangan, penggugat tidak perlu
membuktikan fakta tersebut.
b) Penggugat/Tergugat menolak/tidak mampu menunjukkan dokumen
asli/foto copy
4. Alat-alat bukti: 164 HIR/284 RBG/1866 KUH Perdata
a. Bukti surat:
1) Akta Otentik: 165 HIR/285 Rbg
- Syarat Formal:
a) Bersifat partai (kesepakatan Pihak).
b) Dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang.
c) Memuat hari, tanggal, tahun.
d) Ditandatangani Pejabat
- Syarat Materil:
a) Isinya berhubungan langsung yang di sengketakan.
b) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan
ketertiban umum.
c) Sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti.
- Nilainya sempurna dan mengikat:
a) Tidak memerlukan bantuan lain (untuk mencapai batas minimal)
b) Kalau diajukan bukti lawan, jatuh menjadi bukti, permulaan,
untuk mencapai batas minimal harus ditambah bukti lain.
2) Akta dibawah tangan
- Syarat Formal:
56
a) Bersifat partai (kesepakatan Pihak).
b) Tidak dihadapan pejabat.
c) Bermaterai.
d) Ditandatangani Kedua belah pihak.
e) Diberi tanggal
- Syarat Materil:
a) Isinya berhubungan langsung yang di sengketakan.
b) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan
ketertiban umum.
c) Sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti.
- Nilainya:
a) Bila diakui isi dan tanda tangan oleh tergugat, nilainya sama
dengan akta autentik sempurna dan mengikat.
b) Kalau tidak diakui isi dan tanda tangan, menjadi alat bukti
permulaan.
3) Akta Sepihak
- Syarat Formal:
a) Ditulis sendiri yang membuat
b) Sekurang-kurangnya sipenandatangan menulis sendiri dengan
huruf dengan jumlah yang akan diserahkan.
c) Diberi tanggal
- Syarat Materil:
a) Berkaitan langsung dengan pokok perkara.
b) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan
ketertiban umum.
c) Sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti.
- Nilainya:
a) Bila diakui isi dan tanda tangan oleh tergugat, nilainya sama
dengan akta autentik sempurna dan mengikat.
b) Kalau tidak diakui isi dan tulis tangan, menjadi alat bukti
permulaan.
4) Surat lain yang bukan akta
- Tidak sengaja dibuat sebagai alat bukti
57
- Contoh: surat biasa, catatan harian (294 ayat 2 RBG, 1881 ayat 2 KUH
Perdata)
- Nilainya:
a) Tergantung penilaian Hakim.
b) Kalau mengandung fakta, sebagai bukti permulaan.
b. Saksi
- Syarat Formil:
1) Memberi keterangan didepan sidang pengadilan
2) Tidak terlarang sebagai saksi (145 HIR/172 RBG)
3) Yang berhak mengundurkan diri, menyatakan bersedia jadi saksi
4) Mengucapkan sumpah
- Syarat Materil:
1) Memberi keterangan peristiwa yang dialami, didengar dan dilihat
sendiri
2) Keterangan yang diberikan, harus mempunyai sumber pengetahuan
yang jelas (171(1)HIR, 368(1)RBG)
- Pendapat, persangkaan saksi berdasarkan akal pikiran atau
perasaan,
tidak bernilai sebagai alat bukti yang sah
3) Keterangan saksi harus saling bersesuaian dengan yang lain
atau alat bukti yang sah
- Nilainya:
1) Apabila memenuhi syarat formil dan materil serta mencapai batas
minimal, maka nilainya bebas.
2) Hakim bebas menyatakan benar atau tidak dapat diterima atau
tidak.
c. Persangkaan
Persangkaan hakim: Persangkaan yang ditarik oleh hakim berdasarkan
kenyataan atau keadaan-keadaan yang timbul dalam persidangan.
1) Alibi: A mengatakan bahwa tanggal yang tercantum dalam akta dia
berada di Medan, untuk membuktikan alibi, A memperlihatkan tiket
2) Bukti perzinaan (subekti)
58
3) Tergugat yang telah dipanggil secara sah dan patut, tetap tidak hadir
dalam persidangan tanpa alasan yang sah, dianggap tergugat telah
melepaskan haknya
- Nilai pembuktian:
- Bebas:
1) Satu persangkaan saja tidak mencukupi batas minimal
2) Satu persankaan ditambah satu bukti lain
- Persangkaan menurut undang-undang: Persangkaan menurut Undang-
undang adalah persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus UU
berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan-perbuatan tertentu atau
peristiwa tertentu (1916 KUH/Perdata). Contoh:
1) Perbuatan yang oleh UU dinyatakan batal.
2) Kekuatan yang oleh UU diberikan kepada pengakuan atau sumpah
salah satu pihak
3) Perjanjian yang dibuat berdasarkan paksaan merupakan alasan
batalnya perjanjian
4) Semua yang dibuat oleh orang belum dewasa atau berada dibawah
pengampunan adalah batal demi hukum
5) 1337 KUHP: setiap perjanjian harus berdasarkan kausa yang halal,
tidak bertentangan dengan UU, kesusilaan, ketertiban umum.
- Nilai pembuktian:
1) Sempurna (volledig)
2) Mengikat (bindende)
3) Menentukan (beslissend)
d. Pengakuan
- Syarat Formil:
1) Disampaikan di muka sidang
2) Disampaikan oleh pihak yang berperkara atau kuasanya dalam
bentuk lisan atau tertulis
3) Pencabutan/penarikan pengakuan hanya dimungkinkan dalam hal
adanya kekeliruan terhadap suatu peristiwa dan dapat dicabut
kembali, asal pencabutan diganti dangan keterangan yang dapat
dibuktikan kebenarannya dengan dalil baru
- Syarat Materil:
59
1) Pengakuan yang diberikan berhubangan langsung pokok perkara
2) Tidak merupakan kebohongan atau kepalsuan yang nyata dan
terang
3) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan
ketertiban umum.
- Macam-macam pengakuan:
1. Pengakuan murni:
Contoh: Penggugat menuntut nafkah satu juta rupiah perbulan
selama satu tahun, tergugat mengakui bahwa ia tidak memberi
nafkah kepada penggugat selama satu tahun sebesar
satu juta perbulan.
Nilainya: a. sempurna, b. Mengikat, c. menentukan, d. memaksa,
dan e. berdiri sendiri
2. Pengakuan yang berkualifikasi:
Pengakuan yang disertai sangkalan terhadap sebagaian dari
tuntutan Penggugat. Contoh: Tergugat mengakui tidak memberi
nafkah kepada penggugat, tetapi bukan satu juta rupiah perbulan
melainkan lima ratus ribu rupiah perbulan sesuai
penghasilan/kemampuan tergugat.
Nilainya: a. Tidak sempurna, b. Tidak mengikat, c. Tidak
menantukan, d. Tidak dapat berdiri sendiri, harus dibantu alat
bukti lain, dan e. Bukti permulaan
3. Pengakuan berklausula:
Pengakuan yang disertai dengan keterangan tambahan yang
bersifat membebaskan. Contoh: Tergugat mengakui kewajiban
memberi nafkah kepada panggugat satu juta rupiah perbulan, tetapi
kewajiban itu telah dilunasi setiap bulan.
Nilainya: a. Tidak sempurna, b. Tidak mengikat, c. Tidak
menantukan, d. Tidak dapat berdiri sendiri, harus dibantu alat bukti
lain, e. Bukti permulaan.
e. Sumpah
1. Sumpah Penambahan: (Suppletoir)
- Syarat Formil:
60
1) Melengkapi/menguatkan pembuktian yang sudah ada, tatapi belum
mencapai batas minimal
2) Bukti yang ada, baru bernilai bukti permulaan
3) Para pihak tidak mampu lagi manambah alat bukti lain
4) Dibebankan atas perintah hakim
5) Diucapkan di depan sidang secara person atau surat kuasa dengan
surat kuasa istimewa
6) Dangan putusan sela
- Syarat Materil:
1) Isi sumpah harus mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri pihak
yang berperkara
2) Isi sumpah harus berkaitan langsung dengan pokok perkara
3) Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama dan
ketertiban umum.
2. Sumpah Pemutus:
- Syarat Formil:
1) Harus dalam proses berperkara
2) Sama sekali tidak ada bukti yang diajukan kedua belah pihak
3) Permintaan salah satu pihak yang berperkara
4) Diucapkan dipersidangan secara inpersonal
5) Atau oleh kuasa dengan surat kuasa istimewa
6) Dengan putusan sela
- Syarat Materil:
1) Isi sumpah harus mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri atau
2) yang dilakukan bersama-sama oleh kedua belah pihak
3) Isi sumpah harus mempunyai hubungan langsung dengan pokok
perkara
4) Harus Litis Decisoir (menentukan)
5) Dapat mengembalikan kepada pihak lawan
- Nilainya: Nilai pembuktian sumpah pemutus maupun sumpah
penambahan adalah sama:
- Mutlak
- Bersifat sempurna
- Mengikat
61
- Menentukan
- Memaksa
- Mencapai batas minimal pembuktian
- Hanya dapat dilumpuhkan dengan putusan pidana yang telah
berkekuatan hukum tetap, atas dasar sumpah palsu
- Menolak mengucapkan sumpah pemutus mengakibatkan kekalahan
pihak yang harus bersumpah (Delaat)
- Jika pihak yang harus mengucapkan sumpah mengembalikan pada
pihak yang meminta lawan bersumpah (Deferent) dan tidak bersedia
bersumpah, maka dia (Deferent) dikalahkan (156 HIR/182 RBG.193
KUH Perdata)
3. Sumpah Penaksir: (155(1) HIR, 1940 KUH Perdata
Sumpah untuk menetapkan jumlah ganti rugi atau harga barang yang
akan dikabulkan.
- Syarat formil:
a. Penggugat membuktikan haknya
b. Perbuatan melawan hukum
c. Akibat wanprestasi
- Syarat Materil:
a. Wewenang hakim secara exafield
b. Tidak diberikan kepada para pihak
c. Penerapannya tidak wajib (UU tidak mewajibkan hakim
menerapkan)
d. Tidak ada cara lain untuk menentukan jumlah ganti rugi atau harga
barang yang dituntutnya kecuali dengan sumpah penaksir
e. Hanya dapat diperiksa kepada penggugat
Nilainya: a. sempurna
b. mengikat
c. menantukan
d. senilai dengan sumpah penambahan
e. tidak mutlak: - hakim percaya benar dan layak dikabulkan
- tidak percaya, ditolak, hakim
mempertimbangkan sendiri atau menggunakan juru taksir yang resmi.
f. Pemeriksaan setempat
62
Pemeriksaan oleh hakim karena jabatannya
Dilakukan diluar kantor Penagdilan Agama
Untuk mengetahui dengan jelas dan pasti letak, luas, batas-batas
obyek sengketa tanah atau mengetahui kuantitas dan kualitas
barang sengketa
g. Keterangan ahli
Memberi kesaksian secara obyektif berdasarkan keahliannya
Membantu hakim menambah pengatahuan
Contoh : Dokter ahli, ahli forensik, ahli perbankan dll
VI. PUTUSAN
Pengertian: Kesimpulan akhir yang diambil oleh majelis hakim yang
diberi wewenang dalam menyelesaikan sengketa/perkara yang dituangkan
dalam bentuk putusan, diucapkan hakim dalam sidang terbuka untuk umum.
Kekuatan: Kekuatan mengikat, Kekuatan Pembuktian, Kekuatan
eksekutorial
Susunan visi
1. Kepala putusan:
a. Putusan
b. No.Perkara
c. Bismillahirrahmanirrahim
d. Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Identitas pihak:
a. Nama dan seterusnya
b. Tempat tinggal (kalau tidak jelas, ditulis “terakhir bertempat tinggal di
….. “ dan sekarang tidak diketahui tempat tinggalnya di wilayah
negeri Republik Indonesia.
c. Jika menggunakan kuasa hukum, nama kuasa hukum
ditempatkan setelah identitas pihak meteril
3. Konsideran:
a. Pengadilan agama tersebut
b. Telah membaca surat-surat yang bersangkutan
c. Telah mendengar para pihak, dan telah memeriksa bukti-bukti.
4. Duduk perkaranya:
63
a. Gugatan yang diajukan penggugat
b. Jawaban yang diajukan tergugat
c. Replik
d. Duplik
e. Kesimpulan
5. Tentang hukumnya:
a. Pokok masalah atau pokok sengketa
b. Analisis dan penilaian terhadap alat bukti yang diajukan
c. Fakta hukum yang telah dikonstatir
d. Penemuan dan penerapan hukum
e. Kesimpulan
6. Amar putusan:
- Dalam Konvensi
a. Provisi
b. Eksepsi
c. Pokok perkara
- Dalam Rekonvensi
- Dalam Intervensi
- Dalam Kompensi dan Rekonvensi
64
Lampiran 15: Materi 3
TEKNIK PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG
oleh
H. Syaifuddin Latief, SH, M.HES
A. Pendahuluan
Tugas Panitera/Panitera Pengganti adalah membantu hakim dengan
menghadiri dan mencatat jalannya sidang pengadilan. Catatan sidang itu
selanjutnya disusun menjadi berita acara persidangan. Untuk dapat
mengikuti dan mencatat jalannya persidangan dengan baik, seorang
panitera/panitera pengganti harus mempunyai pengetahuan tentang hukum
formil khususnya yang berkenaan dengan proses persidangan dan hukum
materiil yang menjadi kewenangan pengadilan agama, tampa mengerti
hukum formil dan hukum materiil mustahil dapat mengikuti dan mencatat
jalannya persidangan dengan baik, tak mungkin pula dapat menyusun berita
acara persidangan dengan tepat dan benar.
Disamping itu harus mengerti tata bahasa Indonesia dan bahasa
hukum serta dapat menggunakannya secara tepat. Tak kalah pentingnya
seorang panitera/panitera pengganti harus menguasai teknologi informasi
dan memiliki ketrampilan untuk mengoperasikannya sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan berita acara secara tepat waktu. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini sepintas kilas dipaparkan tahapan-tahapan proses
persidangan sesuai hukum acara dengan harapan agar panitera penggugati
paham tentang tahapan proses persidangan sehingga dapat mengikuti dan
mencatat jalannya persidangan, mampu mengidentifikasi mana yang relevan
dan harus dicatat dan mana yang tidak perlu dicatat. Pada akhirnya panitera
pengganti mampu menyusun berita acara persidangan dengan benar,tepat
sasaran, dan tepat waktu.
B. Persidangan
1. Pengajuan Gugatan
a. Agar gugatan dapat disidangkan, gugatan harus diajukan kepada
Pengadilan yang berwenang (Pasal 118 (1) HIR. pasal 66, 67 dan
pasal 73 UU. No. 7/1989 jis. UU. No.3/2006 dan UU. No.50/2009.
65
b. Dalam pengajuan gugatan, pihak penggugat harus mendaftarkannya.
Gugatan itu baru dapat didaftar apabila panjar biaya perkara sudah
dibayar (pasal 121 ayat (4) HIR., pasal 89 dan 90 UU.No.7/1989 jis.
UU.No.3/2006 dan UU.No.50/2009.
c. Setelah gugatan terdaftar, diberi nomor perkara, kemudian diajukan
kepada ketua pengadilan sesuai prosedur.
2. Persiapan Sidang
a. Ketua pengadilan menunjuk majelis hakim untuk menyidangkan
perkara tersebut dengan penetapan (PMH).
b. Hakim yang ditunjuk menentukan hari sidang dengan penetapan
(PHS) dan memerintahkan panitera/jurusita untuk memanggil para
pihak agar menghadap pada sidang Pengadilan Agama pada hari
sidang yang telah ditetapkan dengan membawa saksi-saksi serta bukti-
bukti yang diperlukan (pasal 121 ayat (1) HIR.).
c. Pemanggilan dilaksanakan oleh Jurusita. Surat panggilan tersebut
dinamakan exploit. Exploit beserta salinan surat gugat diserahkan
kepada tergugat pribadi di tempat tinggal/diamnya (pasal 121 ayat (2)
jo. 390 ayat (1) HIR.).
d. Jika tergugat tidak diketemukan, surat panggilan tersebut disampaikan
kepada Lurah/Kepala Desa yang bersangkutan untuk diteruskan
kepada tergugat (pasal 390 ayat (1) HIR.).
e. e.Kalau tergugat sudah meningal, maka surat panggilan disampaikan
kepada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak diketahui, maka
disampaikan kepada Kepala Desa di tempat tinggal terakhir (pasal 390
ayat (2) HIR.)
f. f.Apabila tempat tinggal/diam tergugat tidak diketahui, maka surat
panggilan disampaikan kepada Bupati dan untuk selanjutnya surat
panggilan tersebut ditempelkan pada papan pengumuman di
Pengadilan Agama yang bersangkutan (pasal 390 ayat (3) HIR., untuk
perkara perceraikan berlaku pasal 27 PP. No.9/1975), sebagai lex
specialis.
g. g.Pasal 126 HIR. memberi kemungkinan untuk memanggil tergugat
yang tidak hadir sekali lagi sebelum perkaranya diputus oleh hakim.
66
h. h.Setelah melakukan pemanggilan, jurusita harus menyerahkan relaas
(risalah) panggilan kepada hakim yang akan memeriksa perkara yang
bersangkutan.
i. Pada hari sidang yang telah ditentukan, sidang pemeriksaan
3. Proses persidangan
Susunan Persidangan
a. Susunan persidangan berbentuk Majelis yang terdiri dari seorang
ketua dan dua orang hakim anggota, dibantu seorang
panitera/panitera pengganti yang tugasnya mencatat jalannya
persidangan (pasal 11 UU. No. 48/2009, pasal 80 ayat (1) dan 97
UU.No.7/1989 jis. UU.No.3/2006 dan UU.50/2009.
b. Pihak penggugat dan tergugat duduk berhadapan dengan majelis
hakim, posisi tergugat di sebelah kanan dan penggugat di sebelah
kiri.
c. Apabila persidangan berjalan lancar, persidangan lebih kurang 8
kali, yaitu mulai sidang pertama (perdamaian) sampai putusan
hakim.
Sidang Pertama
a. Setelah hakim membuka sidang dengan menyatakan “Sidang
dinyatakan terbuka untuk umum” diikuti dengan ketukan palu,
hakim mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada penggugat
dan tergugat untuk mencocokkan identitas para pihak.
b. ika yang hadir adalah kuasa dari para pihak, maka hakim
mempersilahkan para pihak untuk meneliti surat kuasa khusus
pihak lawan. Apabila tidak ditemukan adanya kekuarangan atau
cacat pada surat kuasa, sidang dilanjutkan (pasal 123 ayat 1 HIR.).
c. Hakim berupaya mendamaikan kedua belah pihak (pasal 130 ayat
(1) HIR. jo. PERMA No.1/2008, pasal 82 UUPA). Meskipun para
pihak menjawab bahwa tidak mungkin damai karena uapaya
penyelesaikan secara kekeluargaan melalui musyawarah telah
ditempuh, akan tetapi tidak berhasil, mediasi tetap wajib ditempuh.
Sidang Kedua (Jawaban Tergugat)
67
a. Apabila para pihak dapat berdamai, ada dua kemungkinan: Khusus
perkara perceraian, gugatan dicabut (Buku II, hal. 116). Mereka
mengadakan perdamaian di luar atau di muka sidang.
b. Apabila perdamaian dilakukan di luar sidang, hakim tidak ikut
campur. Kedua belah pihak berdamai sendiri. Ciri dari perdamaian di
luar pengadilan ialah: Dilakukan para pihak sendiri tanpa ikut
campurnya hakim. Apabila salah satu pihak ingkar janji,
permasalahannya dapat diajukan lagi kepada pengadilan.
c. Apabila perdamaian dilakukan di muka hakim, dibuatkan akta
perdamaian (pasal 130 ayat (2) HIR.), ciri-cirinya ialah: Kekuatan akta
perdamaian sama dengan putusan pengadilan (pasal 130 ayat (2)
HIR.). Jika salah satu pihak ingkar janji, perkara tidak dapat diajukan
kembali.
d. Jika tidak tercapai perdamaian, sidang dimulai dengan mebacakan
surat gugat, kalau tergugat sudah siap dengan surat jawabannya,
dilanjutkan dengan penyerahan jawaban dari pihak tergugat. Jawaban
sekurang-kurangnya dibuat 3 lembar, untuk hakim (masuk dalam
berkas perkara), untuk penggugat, dan untuk tergugat sendiri (pasal
131 dan 132b ayat (1) HIR.).
e. Bersamaan dengan jawaban yang pertama itu pula tergugat dapat
mengajukan: Eksepsi mengenai kompetensi maupun eksepsi lainnya,
khusus kompetensi absolut dapat diajukan setiap waktu pemeriksaan
(pasal 133, 134, dan 136 HIR.).
f. Gugatan rekonpensi (pasal 132b ayat (1) HIR.).
g. Jika dalam persidangan tingkat pertama tidak diajukan gugatan
rekonpensi, maka pada tingkat banding tidak dapat diajukan.
Sidang Ketiga (Replik)
Penggugat menyerahkan replik (tanggapan penggugat terhadap
jawaban tergugat) sekurang-kurangnya rangkap 3 untuk hakim
(masuk dalam berkas), tergugat, dan penggugat sendiri.
Sidang Keempat (Duplik)
Tergugat menyerahkan duplik, yaitu tanggapan terhadap replik dari
penggugat.
Sidang Kelima (Pembuktian Dari Penggugat)
68
Sidang kelima dapat disebut sidang pembuktian oleh penggugat.
Penggugat mengajukan alat-alat bukti untuk memperkuat dalil-
dalilnya dan melemahkan dalil tergugat, berupa surat-surat dan saksi-
saksi. Bukti surat berupa foto copy harus dinazegelen lebih dahulu dan
dicocokkan dengan aslinya oleh hakim maupun tergugat. Hakim
memberi pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan oleh tergugat,
penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam sidang perdata justru dalam pembuktian ini ada tanya jawab
dan perdebatan-perdebatan di bawah pimpinan hakim. Apabila
pembuktian belum selesai, dilanjutkan pada sidang berikutnya, bisa
dua tiga kali atau lebih tergantung pada kelancaran pembuktian. Saksi-
saksi yang diajukan sebelum diperiksa harus disumpah terlebih dahulu
(pasal 147 HIR.).
Sidang Keenam (Pembuktian Dari Tergugat)
Dalam persidangan ini giliran tergugat untuk mengajukan alat-alat
bukti atau sidang pembuktian dari tergugat. Jalannya persidangan
sama dengan sidang kelima, tanya jawab kebalikan dari sidang kelima.
Sidang Ketujuh (Penyerahan Kesimpulan)
Sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan dari kedua belah
pihak. Kesimpulan dimaksud adalah kesimpulan dari sidang-sidang
tersebut.
Sidang Kedelapan (Pembacaan Putusan)
Sidang kedelapan ini dinamakan sidang putusan, hakim membacakan
putusan di hadapan para tihak. Setelah selesai membaca putusan
hakim mengetukkan palu dan para pihak yang tidak puas diberi
kesempatan untuk mengajukan banding dalam tenggang waktu 14 hari
terhitung dari hari berikutnya setelah dibacakan putusan. Bagi pihak
yang tidak hadir, salinan putusan/isi putusan itu harus diberitahukan
kepadanya (pasal 64 UUPA/ 179 ayat (2) HIR.).
C. Berita Acara Sidang
1. Pengertian
Berita acara sidangan adalah berita acara dikaitkan dengan
persidangan. Berita acara searti dengan “proces verbaal” (Bld.),
verslag (Bld.), official report/police warant (Ing.). Dalam Kamus
69
Hukum Yan Pramadya Puspa disebutkan “Segala kejahatan dan
pelanggaran yang didapatinya segera polisi atau pegawai khusus
yang ditunjuk untuk itu segera membuat acara atau proses verbal
yang memuat asal usul kejadian, meliputi: tempat kejadian, tanggal
dan jam, pelaku-pelaku dan saksi-saksi bila mungkin disertai
alamat, pekerjaan dsb., jalannya peristiwa, diberi tanggal
pembuatannya, dan tanda tangan si pembuat. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, berita acara berarti catatan laporan yang
dibuat (oleh polisi) mengenai waktu terjadi, tempat, keterangan,
dan petunjuk lain mengenai suatu perkara atau peristiwa.
Persidangan berasal dari kata sidang yang berarti pertemuan
untuk membicarakan sesuatu. Persidangan berarti cara, proses,
perbuatan bersidang. Pasal 97 UUPA menyatakan, “Panitera, Wakil
Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti bertugas
membantu hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang
pengadilan”, di dalam penjelasannya dikatakan bahwa berdasarkan
catatan panitera, disusun berita acara persidangan. Pasal 186 ayat
(1) HIR. menyatakan, “Panitera membuat berita acara dari tiap-tiap
satu perkara di dalam berita acara itu disebut juga selain dari yang
terjadi dalam persidangan, nasehat yang tersebut pada ayat ketiga
pasal 7 Reglemen tentang aturan Hakim dan Mahkamah serta
kebijaksanaan kehakiman di Indonesia”. Jadi berita acara
persidangan adalah tulisan yang berisi catatan tentang proses
persidangan yang dibuat dan disusun dalam bentuk tertentu oleh
pejabat yang berwenang untuk itu. 2. Bentuk Dan Pembuatan Berita Acara Persidangan
Ditinjau dari segi bentuk dan pembuatannya, berita acara
persidangan dapat digolongkan sebagai “akta otentik” karena
memenuhi dua unsur: Dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang
untuk itu. Pembuatannya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Berita acara persidangan sebagai suatu akta otentik
mempunyai kekuatan pembuktian: a. Kekuatan Pembuktian Lahir
Yang dimaksud kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan
pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahiriahnya atau yang
70
tampak pada lahirnya. Surat yang tampak seperti akta, dianggap
mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta sepanjang tidak
terbukti sebaliknya.
b. Kekuatan Pembuktian Formil
Artinya memberi kepastian tentang peristiwa bahwa
pejabat atau para pihak menyatakan dan melakukan seperti yang
dimuat dalam akta. Kekuatan pembuktian formil menyangkut
pertanyaan, “Benarkah ada pernyataan?”.
c. Kekuatan Pembuktian Materiil
Berarti memberi kepastian tentang peristiwa bahwa
pejabat atau para pihak menyatakan dan melakukan seperti yang
dimuat dalam akta. Kekuatan pembuktian materiil menyangkut
pertanyaan, “Benarkan isi pernyataan dalam naskah itu?”.
3. Fungsi Berita Acara Persidangan
a. Sumber Informasi
Berita acara persidangan sebagai akta otentik yang
mempunyai tiga kekuatan pembuktian sebagaimana diuraikan di
atas (lahir, formil, matriil) menjadi salah satu sumber informasi
bagi hakim dalam mebuat putusan. Menurut yurisprudensi, apa
yang diterangkan dalam berita acara itu dianggap benar, karena
dibuat secara resmi dan ditandatangani oleh hakim dan panitera
pengganti yang bersangkutan, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya (Putusan MA-RI No. 901 K/Sip/1974 tanggal 18
Pebruari 1976).
b. Pengganti Putusan Yang Hilang
Jika karena sesuatu hal putusan asli hilang, salinan
maupun foto copynya tidak dapat diketemukan, maka berita
acara persidangan yang antara lain memuat amar putusan yang
diucapkan oleh hakim di persidangan, dapat dijadikan sebagai
alat bukti pengganti putusan yang hilang.
4. Hal-Hal Yang Harus Dimuat Dalam Berita Acara
a. Waktu Dan Tempat
Berita acara pertama-tama harus memuat waktu dan
tempat terjadinya peristiwa yang meliputi: hari, tanggal, jam,
dan tempat terjadinya peristiwa. Mengenai jam terjadinya
peristiwa tidak lazim disebutkan dalam berita acara persidangan
71
meskipun dalam penundaan sidang sering disebutkan oleh
hakim yang memerintahkan kepada pihak-pihak untuk hadir
pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya dimualainya persidangan
tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan dalam penundaan
(pasal 186 ayat (1) HIR.). b. Nama Para Pihak Besrta Identitasnya
Pasal 55 UUPA menyatakan bahwa tiap pemeriksaan
perkara di pengadilan dimulai sesudah diajukan suatu
permohonan atau gugatan dari pihak-pihak yang berperkara dan
telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku. Karena itu
dalam kenyataannya apakah pihak-pihak yang namanya tersebut
dalam surat gugatan telah cocok dengan para penghadap. Jika
diwakili oleh kuasanya, maka sebutkan pula identitas mereka
serta dasar pemberian kuasa. c. Susunan Persidangan
Pasal 17 UU. No. 4/2004 dan pasal 80 UUPA menentukan
bahwa sidang dengan majelis hakim yang sekurang-kurangnya
terdiri dri tiga orang dan dibantu oleh seorang panitera atau
yangditugaskan untuk itu. d. Sidang Terbuka Untuk Umum
Pasal 13 ayat (1) UU. No. 48/2009 sidang terbuka untuk
umum merupakan suatu asas yang harus dipatuhi. Karena itu
harus diperhatikan jangan sampai lupa. Kelalaian tidak
menyebutkan hal itu akan berakibat tidak sahnya persidangan.
Dikecualikan dari hal itu persidangan yang menyangkut perkara
yang oleh undang-undang memang dikecualikan, misalnya
masalah perceraian (pasal 80 ayat (2) UUPA). e. Datang Tidaknya Pihak-Pihak
Pasal 122-125 dan 390 HIR. para pihak hadir sendiri atau
kuasa hukumnya, bisa jadi salah satu atau kedua belah pihak
maupun kuasa hukumnya tidak hadir. f. Upaya Perdamaian
72
Pasal 130 ayat (1) HIR. dan pasal 82 UUPA. Upaya
perdamaian imperatif bagi hakim, dilanjutkan dengan mediasi
sesuai PERMA No . 1/2008. g. Sidang Tertutup
Khusus perkara perceraian pemeriksaannya dalam sidang
tertutup untuk umum (Pasal 80 ayat (2) UUPA). h. Pembacaan Surat Gugatan
Pemeriksaan perkara dimulai dengan pembacaan surat
gugatan (Pasal 131 ayat (1) HIR.). Dalam praktek kalau yang
hadir dalam persidangan adalah kuasa hukumnya, biasanya
minta kepada Majelis untuk tidak usah dibacakan karena telah
membaca salinan surat gugat yang dilampirkan pada surat
panggilan. Meskipun demikian dalam berita aca persidangan
tetap ditulis dibacakan.
i. Jawab-Menjawab
Jawaban tergugat atas gugatan penggugat. Replik, jawaban
penggugat atas jawaban tergugat. Duplik, jawaban tergugat atas
replik penggugat. Biasanya sampai tiga kali (Pasal 131 ayat (2)
– 135, dan 136 HIR.)
j. Pembuktian
Dimulai dari bukti penggugat, tanggapan bukti penggugat
oleh tergugat, barulah bukti tergugat dan tanggapan bukti
tergugat oleh penggugat.
k. Pemeriksaan Alat-Alat Bukti
Pemeriksaan alat-alat bukti (pasal 164 HIR), alat-alat bukti
dalam perkara perdata ada 5 macam, yaitu: Surat Saksi
Persangkaan-persangkaan Pengakuan Sumpah
l. Pemeriksaan Saksi
Pasal 169 – 172 HIR Ketua menanya namanya,
pekerjaannya, umurnya dan tempat diam atau tinggalnya, ada
tidaknya hubungan darah atau hubungan persemendaan dengan
kedua belah pihak, apakah ia makan gaji atau jadi pembantu
pada salah satu pihak (pasal 144 ayat (2) HIR.). Tiap-tiap
kesaksian harus berisi segala sebab pengetahuan (pasal 171 ayat
(1) HIR.). Sebelum saksi memberikan keterangannya, lebih
dahulu disumpah menurut agamanya (pasal 147 HIR.). Hakim
73
dapat mengajukan segala pertanyaan kepada saksi dengan
maunya sendiri yang ditimbangnya berguna untuk mendapat
kebenaran (pasal 150 ayat (3) HIR.). Kedua belah pihak boleh
mengajukan pertanyaan kepada saksi melalui hakim, hakim
boleh tidak menanyakan apa yang hendak ditanyakan pihak-
pihak kepada saksi jika pertanyaan itu menyimpang dari perkara
itu (pasal 150 ayat (1 dan 2) HIR.).
m. Kesimpulan
Kesimpulan penggugat. Kesimpulan tergugat.
Dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
n. Rapat Musyawarah
Pasal 14 UU. No. 48/2009, permusyawaratan bersifat
rahasia, hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau
pendapatnya secara tertulis, jika tidak tercapai sepakat bulat,
pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan
(dissenting opinion).
o. Pembacaan Putusan
Pembacaan putusan dalam sidang terbuka untuk umum
(pasal 13 ayat (2) UU. 48/2009, pasal 60 dan 81 ayat (1) UUPA.
p. Penandatangan Berita Acara Dan Putusan
Berita acara ditandatangani oleh ketua majelis dan panitera
yang bersidang (pasal 51 UU.No. 48/2009 dan pasal 62 ayat (3)
UUPA. Putusan ditandatangani oleh ketua majelis, hakim-hakim
yang memutus perkara(hakim anggota), dan panitera yang
bersidang (pasal 52 ayat (2) UU. No. 48/2009 dan pasal 62 ayat
(2) UUPA)
Kehadiran Panitera/Panitera Pengganti Dalam Rapat Permusyawaratan
Pasal 51 UU. No. 48/2009 menyatakan, “Penetapan,
ikhtisar rapat permusyawaratan, dan berita acara pemeriksaan
sidang ditandatangani oleh ketua majelis hakim dan panitera
sidang.” Berdasarkan ketentuan tersebut panitera/panitera
pengganti ikut hadir dalam rapat permusyawaratan hakim.
Dalam Buku II Edisi Revisi dikatakan, “Apabila dipandang
perlu dan mendapat persetujuan majelis hakim, panitera sidang
dapat mengikuti rapat pemusyawaratan majelis hakim” (Buku II
Edisi Revisi, hal. 31). Meskipun demikian ikut tidaknya
74
panitera/panitera pengganti dalam rapat permusyawaratan hakim
terserah pada ketua majelis.
Pemberian Nomor Urut Pada Berita Acara Sidang
Nomor urut berita acara sidang harus dibuat secara
bersambung dari sidang pertama sampai sidang
terakhir.Jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan tertulis menjadi
kesatuan berita acara dan diberi nomor urut halaman (Buku II
Edisi Revisi 2010, hal. 31).
Pengetikan Tanya Jawab Dalam Berita Acara
Cara pengetikan tanya jawab tidak terdapat aturan yang
baku, selama ini yang dianjurkan menggunakan sistem iris talas
dan balok. Baik sistem iris talas maupun balok sebenarnya yang
dimaksud adalah agar ada pemisahan secara jelas antara
pertanyaan hakim dengan jawaban. Untuk selanjutnya terserah
mana yang paling mudah, rapi, dan efisien
75
76
Recommended