DESCRIPTION
Petunjuk Teknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan
Citation preview
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor
05/K/I-XIII.2/5/2008
No. 100.700 / 2008
2008
2008
E. Sistematika Penulisan
.............................................................................................................2
BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS
MATERIALITAS..................................................5
A.
Umum.....................................................................................................................................5
E. Penetapan Tingkat Kesalahan yang Dapat
Ditoleransi...........................................................7
F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini
........................................................................8
G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas
..............................................................................9
H.
Dokumentasi.........................................................................................................................10
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas
.......................................................11
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas
..........................................................11
Referensi ………………………………………………………………………………..............12
BAB I
pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh
transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan
kebutuhan bagi pemeriksa untuk mempertimbangkan “materialitas”
dalam
pemeriksaan.
memperoleh bukti kompeten yang cukup. Untuk melaksanakan SPKN
tersebut dan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan di
atas,
pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan konsep
materialitas.
Perencanaan & bukti terkait dengan
03 Konsep materialitas secara praktik telah banyak dilakukan dalam
pemeriksaan
keuangan. Hasil pemeriksaan keuangan mengungkapkan opini kewajaran
suatu
laporan keuangan terhadap standar akuntansi yang berlaku dalam
segala hal yang material. Hasil pemeriksaan berupa opini tersebut
diperoleh dari suatu
‘reasonable assurance’ (keyakinan yang memadai) bahwa laporan
keuangan
bebas dari salah saji yang material.
Konsep materialitas dalam pemeriksaan
04 Dengan demikian, materialitas merupakan salah satu konsep
penting dan mendasar di dalam pemeriksaan keuangan. Hal ini
disebabkan penetapan
materialitas mempengaruhi pemberian opini atas kewajaran suatu
laporan
keuangan.
(SPAP) mengatur perencanaan pemeriksaan dengan
mempertimbangkan
materialitas.
07 Berdasarkan hal-hal di atas, penetapan materialitas dalam
pemeriksaan perlu
diatur dalam suatu petunjuk teknis sebagai penjabaran dari SPKN,
SPAP, dan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis terkait
lainnya sehingga pemeriksa
memiliki dasar atau justifikasi serta keseragaman dan konsistensi
dalam menetapkan materialitas.
Perlunya pedoman penetapan materialitas
08 Tujuan petunjuk teknis penetapan batas materialitas adalah untuk
memberikan
pedoman secara teknis tentang cara penetapan batas
materialitas dalam
pemeriksaan.
09 Petunjuk teknis ini hanya mengatur penetapan batas materialitas
dalam
pemeriksaan keuangan dhi pemeriksaan laporan keuangan.
Lingkup juknis
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 2 dari 12
10 Petunjuk teknis ini merupakan penjabaran dari petunjuk
pelaksanaan pemeriksaan keuangan terutama langkah ke-7 tahap
perencanaan pemeriksaan
keuangan, yaitu penetapan materialitas awal (PM) dan kesalahan
tertoleransi
(TE). Selain itu, juknis ini terkait dengan juknis pemahaman dan
penilaian
risiko, juknis uji petik dalam pemeriksaan keuangan, juknis
pemeriksaan LKPP/LKKL, serta juknis pemeriksaan LKPD.
Keterkaitan dengan perangkat lunak lainnya
D. Dasar Hukum Penyusunan Juknis
11 Dasar hukum penyusunan juknis penetapan batas materialitas
adalah sebagai
berikut:
a. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung
Jawab Keuangan Negara
b. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
d. Keputusan BPK RI Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal 19
Februari 2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan
34/K/I-VIII.3/6/2007 Tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 39/K/I- VIII.3/7/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab III : Teknik Penetapan Batas Materialitas
Bab IV : Penutup
BAB II
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi
pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut1.
Pengertian materialitas
baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
03 Keadaan yang melingkupi yang harus dipertimbangkan pemeriksa
dalam
menetapkan materialitas di antaranya adalah sifat dan jumlah pos
dalam laporan keuangan yang diperiksa. Sebagai contoh, suatu jumlah
yang material
bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material
bagi laporan
keuangan entitas lain dengan ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu
juga,
jumlah yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu
kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang
lain.
Keadaan yang melingkupi
Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah
saji
yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan salah saji yang
material.
Jumlah salah saji di bawah angka tersebut tanpa dilakukannya
pengamatan lebih lanjut dapat dinyatakan tidak material.
Pertimbangan kuantitatif dalam
tanggapan pemeriksa terhadap salah saji yang terdeteksi.
Umumnya,
kekeliruan pada suatu akun yang tidak mempengaruhi akun-akun
lainnya
dalam laporan keuangan (kekeliruan yang terisolasi), yang tidak
material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip
akuntansi dianggap
tidak signifikan terhadap pemeriksaan. Sebaliknya, bila pemeriksa
mendeteksi adanya kecurangan, pemeriksa harus mempertimbangkan
pengaruh
(implikasi) integritas manajemen atau karyawan dan
kemungkinan
dampaknya terhadap aspek pemeriksaan. Misalnya, suatu pembayaran
yang
melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi
material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan
kewajiban bersyarat yang
material atau hilangnya pendapatan yang material.
Pertimbangan kualitatif dalam penetapan
bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar
tentang keandalan dan kepercayaan atas laporan keuangan yang
diperiksa.
Materialitas mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut
pandang,
waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun, penilaian
subjektivitas yang sama dari banyak pihak dapat mengarah pada
suatu
objektivitas.
1 Pernyataan Standar Auditing No. 25, “Risiko Audit dan
Materialitas dalam Pelaksanaan Audit”, Standar Audit
Seksi 312 paragraf 10.
07 Konsep materialitas dapat dikelompokkan menjadi :
a. Materialitas Kuantitatif; materialitas yang menggunakan
ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi
maupun jumlah unit.
b. Materialitas Kualitatif; materialitas yang
menggunakan ukuran kualitatif
yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan
profesional tersebut didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, dan
pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.
08 Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang
baku, tetapi ada
faktor yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menentukan
materialitas,
yaitu :
a. tingkat kepentingan para pihak terkait terhadap objek yang
diperiksa, misalnya pada objek laporan keuangan pemerintah,
pengguna laporan
keuangan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap masalah
legalitas
dan ketaatan pada ketentuan yang berlaku.
b. batasan materialitas untuk penugasan
pemeriksaan, misalnya batasan
materialitas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
cenderung
konservatif karena sektor publik lebih mementingkan pengujian
terhadap legalitas, ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku.
C. Materialitas dan TE
tingkat keseluruhan laporan keuangan.
materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan
10 Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan
salah saji
agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat
menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan
wajar.
11 Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum
pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap
mengandung
salah saji material.
BAB III
1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas;
2. Penentuan tingkat materialitas;
4. Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi;
5. Pertimbangan atas Penetapan Materialitas Awal
1. Penentuan Dasar
02 Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemeriksa adalah
menentukan
dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan materialitas yang
dapat digunakan oleh pemeriksa di antaranya adalah nilai laba
bersih sebelum pajak,
total aset, ekuitas, total penerimaan, atau total
belanja/biaya.
03 Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa
sebaiknya mempertimbangkan:
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan
lingkungan entitas yang diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih
diperhatikan oleh pengguna
laporan keuangan;
1. Penentuan Dasar
04 Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa
adalah sebagai berikut:
a. total penerimaan atau total belanja, untuk entitas
nirlaba;
b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas
yang bertujuan mencari laba; dan
c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang
berbasis aset.
05 Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu,
tahun
berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan
reliabilitas atau
keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan mengambil angka
tahun
lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran.
Cara lain adalah dengan mengambil angka aktual pada saat
perencanaan, kemudian
diiekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.
pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan dan
mendirikan fasilitas-
fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan
sebagainya
yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) Departemen tersebut cukup tinggi, dan
pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan
dana dari
pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar penetapan
materialitas yang paling sesuai untuk pemeriksaan laporan keuangan
departemen ini adalah total
belanja.
08 Tingkat materialitas dapat ditetapkan sebagai
berikut:
a. untuk entitas nirlaba: 0,5% sampai dengan 5% dari total
penerimaan atau total belanja;
b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: 5% sampai
dengan 10% dari
laba sebelum pajak atau 0,5% sampai dengan 1% dari total
penjualan/pendapatan; dan
c. untuk entitas yang berbasis aset: 1% dari ekuitas atau
0,5% sampai 1%
dari total aktiva.
1. Penentuan Dasar
5. Pertimbangan atas PM,
09 Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai
berikut:
a. 0,5% dari belanja atau pendapatan digunakan pada entitas
nirlaba pada
saat pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi
Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas yang belum memadai.
Pemeriksa
dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan
digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya sampai
dengan
tingkat meaterialitas 5% dari total belanja atau pendapatan.
b. 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat
materialitas 10% digunakan pada perusahaan nonpublik dan anak
perusahaannya dan 5%
digunakan pada perusahaan publik.
c. 0,5% sampai 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan
telah
beroperasi pada atau mendekati titik impas dan keuntungan
atau kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
d. 1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah
yang
menyebabkan likuiditas sebagai perhatian utama, atau pada saat
pengguna
laporan keuangan lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada
hasil dari operasi..
e. 0,5% sampai 1% dari total aktiva pada saat ekuitas
mengalami penurunan pada titik paling rendah.
10 Kepada pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat
materialitas yang
paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas
laporan keuangan
entitas yang baru kali pertama diperiksa. Selain itu, tingkat
materialitas yang
konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan
keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi
atau belum
mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.
Konservatisme dalam penerapan tingkat
D. Penetapan Nilai Materialitas Awal ( Planning
Materiality /PM)
11 Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal
untuk tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang
diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi
pertimbangan pengguna
Laporan Keuangan.
Dasar penetapan
1. Penentuan Dasar
5. Pertimbangan atas PM,
13 Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi
materialitas
awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas
pada setiap akun dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
akun/kelompok akun
dalam laporan keuangan yang memerlukan tambahan prosedur
pemeriksaan,
memastikan adanya kemungkinan salah saji yang material yang berasal
dari
penggabungan salah saji yang jumlahnya lebih kecil daripada
materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko deteksi.
14 TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai
setiap akun, atau pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan
profesionalnya untuk menilai
apakah ia perlu mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup
longgar untuk
akun tertentu berdasarkan pengalamannya terutama mengenai
kecenderungan terjadinya salah saji pada akun-akun tertentu
tersebut. Aturan umum yang
sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu akun tertentu tidak
lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari
dua kali nilai PM.
1. Penentuan Dasar
15 Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
- tentukan nilai PM
- hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang
akan
diperiksa, kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti
SILPA/SIKPA, ekuitas dana, dan sebagainya.
- alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan
rumus
T
PM = Materialitas awal
N = Nilai akun
- alokasikan kembali dengan menggunakan pertimbangan
pemeriksa, di
antaranya dengan mempertimbangkan risiko inheren, risiko
pengendalian masing-masing akun, jumlah salah saji yang dapat
mempengaruhi
pengguna laporan keuangan, serta biaya pemeriksaan yang
mungkin
diperlukan untuk memverifikasi akun tersebut.
F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini
16 Penetapan materialitas awal (PM) pada tahap perencanaan
pemeriksaan sangat
dipengaruhi oleh tingkat risiko pemeriksaan. Besarnya batas
materialitas berbanding terbalik dangan risiko pemeriksaan
yang ditetapkan oleh
pemeriksa. Pada entitas yang menurut pertimbangan pemeriksa
memiliki risiko
pemeriksaan lebih tinggi, pemeriksa dapat menetapkan batasan
materialitas
yang lebih rendah daripada batasan materialitas untuk entitas yang
menurut
pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan lebih rendah.
Langkah-langkah untuk melakukan analisis risiko pemeriksaan dapat
dilihat pada juknis tentang
analisis risiko.
17 Selain itu, PM dan TE pada tahap perencanaan pemeriksaan
sangat
berpengaruh terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus
diperoleh atau ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat materialitas
berhubungan terbalik
dengan banyak bukti/ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat
materialitas, semakin sedikit bahan bukti yang harus diperoleh
sehingga semakin sedikit
sampel yang harus diambil jika pemeriksa memutuskan untuk melakukan
uji
petik.
18 Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta
banyaknya bukti
yang harus diperoleh disajikan pada tabel berikut:
Materialitas
19 Sepanjang tahap pelaksanaan, pemeriksa perlu terus menilai
kesesuaian tingkat
materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tersebut
dan mengubah/memperbaharuinya jika memang diperlukan.
PM dapat disesuaikan dengan kondisi yang ditemui pada tahap
pelaksanaan
(1) perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
(2) informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama
berlangsungnya
pekerjaan lapangan.
dengan nilai di bawah materialitas awal. Misalnya, pada saat
perencanaan pemeriksaan, ditetapkan perencanaan awal
materialitas sebesar Rp 8 milyar.
Sejalan dengan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan adanya
kecurangan yang melibatkan manajemen entitas yang diperiksa sebesar
Rp 5 milyar, maka
dilakukan penambahan ruang lingkup pemeriksaan (ektensifikasi)
dengan
menurunkan batas materialitas menjadi Rp 5 milyar.
22 Pada tahap pelaporan, materialitas baik pada tingkat laporan
keuangan maupun
pada tingkat akun individual sangat berpengaruh pada opini
yang akan diberikan oleh pemeriksa.
Hubungan antara materialitas dan opini
23 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan
keuangan secara
keseluruhan lebih kecil daripada PM, salah saji pada tingkat akun
masing-
masing tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, dan pihak
terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya,
maka pemeriksa dapat memberikan
opini wajar tanpa pengecualian, kecuali ada pertimbangan kualitatif
yang mengharuskan pemeriksa memberi opini lain.
24 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak
terperiksa tidak bersedia
mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa harus
memberikan
pendapat tidak wajar.
25 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih
besar daripada TE
akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi
laporan keuangannya, pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk memberi
opini wajar
dengan pengecualian atas akun tersebut meskipun salah saji pada
tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM, atau jika
salah saji
pada akun tersebut menurut pertimbangan pemeriksa
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, pemeriksa dapat
memberikan opini tidak wajar.
G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas
26 Selain penetapan batas materialitas secara kuantitatif seperti
telah diilustrasikan sebelumnya, pemeriksa juga perlu
mempertimbangkan faktor-
faktor kualitatif baik dalam menetapkan materialitas pada tingkat
laporan
keuangan maupun pada pada tingkat akun.
27 Faktor kualitatif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
menentukan tingkat
materialitas pada tingkat laporan keuangan di antaranya adalah
pengendalian intern dan ketidakwajaran laporan keuangan. Adanya
salah saji baik disengaja
atau tidak merupakan dampak dari kelemahan pengendalian intern.
Pemeriksa
juga perlu menerapkan sikap skeptis yang profesional dalam
menentukan
apakah suatu salah saji yang tidak material sebenarnya merupakan
praktik- praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan.
Pemeriksa harus menetapkan
sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah manajemen
dengan
sengaja menyajikan secara salah beberapa akun tertentu (yang
mungkin
dilakukan pada angka di bawah batas materialitas) untuk
memanipulasi angka laba. Pemeriksa juga harus menaruh curiga
apabila praktik akuntansi yang
dilakukan oleh entitas yang diperiksa tampaknya bertentangan dengan
standar akuntansi yang berlaku umum.
Pertimbangan faktor kualitatif pada tingkat
akun
terhadap laporan keuangan (misalnya, kesalahan tersebut dapat
mempengaruhi penyajian banyak hal dalam laporan keuangan),
serta dampak dari kesalahan
tersebut terhadap laporan keuangan.
akun
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 10 dari 12
29 Dengan kata lain, pemeriksa perlu waspada terhadap suatu salah
saji yang secara kuantitatif mungkin tidak material, tetapi secara
kualitatif menjadi
material. Sebagai contoh, tingkat PM untuk pemeriksaan laporan
keuangan BUMD adalah Rp15 milyar. Pada saat pemeriksa melakukan
pekerjaan
lapangan ditemukan adanya pendapatan yang kurang dicatat sebesar
Rp14
milyar; secara kuantitatif hal ini tidak material. Hasil
pemeriksaan
menunjukkan bahwa kekurangcatatan tersebut disebabkan keinginan
manajemen menangguhkan pengakuan pendapatan sebesar Rp14 milyar
ke
periode mendatang karena telah tercapainya target pendapatan
yang telah
ditetapkan pada periode berjalan. Hal tersebut secara kualitatif
menjadi material karena manajemen dengan sengaja melakukan suatu
manipulasi
terhadap laporan keuangan untuk suatu tujuan tertentu.
H. Dokumentasi
pengendali teknis dan penanggung jawab pemeriksaan. Untuk
memudahkan
proses reviu, pemeriksa perlu mendokumentasikan setiap
pertimbangan profesional serta cara perhitungan yang
dilakukannya dalam rangka
menetapkan tingkat materialitas tersebut.
profesionalnya
31 Contoh dokumentasi atau kertas kerja untuk penetapan
materialitas awal
(Planning Materiality), perhitungan alokasi penetapan TE (Tolerable
Error ), perubahan atas materialitas awal serta
pertimbangan kualitatif atas PM dan TE
masing-masing dapat dilihat pada lampiran 3.1 sampai dengan
3.4.
BAB IV
01 Petunjuk teknis penetapan materialitas ini mulai berlaku untuk
setiap pemeriksaan atas Laporan Keuangan (pemeriksaan
keuangan) Tahun
2008.
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas
02 Pemutakhiran petunjuk teknis penetapan materialitas dapat
berupa
perubahan petunjuk teknis dimaksud atau penjelasan atas
substansi
petunjuk teknis tersebut. Perubahan atas petunjuk teknis ini
akan disampaikan secara resmi melalui surat keputusan tentang
perubahan
petunjuk teknis tersebut. Penjelasan atas substansi petunjuk
teknis ini
disampaikan secara tertulis dari tim pemantauan petunjuk
teknis
penetapan materialitas pada Subdirektorat Penelitian dan
Pengembangan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Direktorat
Penelitian dan
Pengembangan, Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan
Negara Badan Pemeriksa Keuangan.
Pemutakhiran dapat berupa perubahan
03 Petunjuk teknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah
sesuai
dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar
pemeriksaan,
dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas juknis ini akan
dilakukan oleh tim pemantauan juknis terkait. Selain itu, masukan
atau
pertanyaan terkait dengan petunjuk teknis ini dapat
disampaikan kepada:
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-5704395 pesawat 104, 730 Email:
litbang@bpk.go.id
Pemantauan dilakukan oleh tim
Referensi
Arens, A.A., Elder, R.J., dan M.S. Beasley (2006), Auditing
and Assurance Services: An
Integrated Approach 11 th
Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall
Boynton, W.C., dan R. N. Johnson (2006), Modern Auditing:
Assurance Services and the
Integrity of Financial Reporting 8 th
Edition, Hoboken: John Wiley & Sons Inc
Messier, W.F., Glover, S.M., Prawitt, D.F. (2006), Auditing
& Assurance Services: A Systematic
Approach 4 th
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan Kinerja, Konsep Petunjuk
Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan, Belum dipublikasikan
Wheeler, Stephen (1989), Auditing: of Various Materiality Rules of
Thumb, The CPA Journal,
Edisi Juni, 62-63
Zuber, G.R., Elliott, R.K., Kinney, W.R., dan J.J. Leisenring
(1983), Using Materiality in Audit
Planning, Journal of Accountancy, Edisi Maret, 42-54
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun [ tahun laporan keuangan]
Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM)
Nilai dalam Laporan
Tingkat : [ persentase yang digunakan dalam menghitung
PM ]
Materilaitas Perencanaan
1 Ketua Tim Pemeriksaan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan
Tahun 2006
kesehatan sering melakukan proyek penelitian dan
pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya yang
dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada LRA
Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui
penggunaan dana dari pemerintah tersebut)
Nilai dalam Laporan
KKP Indeks :
Worksheet penetapan Tolerable Error
Tingkat Materialitas: 1%
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
NERACA
ASET
Dalam Negeri
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Pembayaran Utang Jangka Panjang
Alo kasi TE Alok asi TE
(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
Nilai dalam Laporan
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Belanja Aset Tetap Lainnya
*) : Pertimbangan lain diisi sesuai dengan hasil penilaian
resiko, pemahaman pengendalian dan catatan lainnya
Kolom Resiko diisi dengan T untuk tinggi, M untuk menengah,
dan R untuk rendah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Worksheet penetapan Tolerable Error
Tingkat Materialitas: 1%
Planning Materiality : 7,090
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
NERACA
ASET
Investasi Jangka Pendek - - - -
Persediaan 25,000 25,000 42 M M 50
256,000 - -
179,000 - -
Peralatan dan Mesin 145,000 145,000 244
244
Gedung dan Bangunan 170,000 170,000 286
286
Jalan, Irigasi dan Jaringan 169,000 169,000 284
284
Aset Tetap Lainnya 45,000 45,000 76
76
Konstruksi dalam Pengerjaan 160,000 160,000 269
269
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (34,000) (34,000)
(57) (57)
TOTAL 785,000 - -
DANA CADANGAN - -
- -
Tuntutan Perbendaharaan 10,000 10,000 17
17
TOTAL 27,000 - -
Utang Bunga 5,000 5,000 8 8
Utang Pajak 12,000 12,000 20 20
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang
Dalam Negeri 13,000 13,000 22 22
Pendapatan Diterima di Muka 1,000 1,000 2
2
Utang Jangka Pendek Lainnya 4,000 4,000 7
7
TOTAL 50,000 - -
Utang Jangka Panjang Lainnya 200,000 200,000 337
337
TOTAL 350,000 - -
- -
EKUITAS DANA CADANGAN - -
TOTAL EKUITAS 913,000 - -
Alok asi TE Alo kasi TE
(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
Pertimbangan lain *)
Pendapatan Hasil Pengelolaan
PENDAPATAN TRANSFER - -
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 90,000 90,000
151 160
Dana Alokasi Umum 100,000 100,000 168
170
Dana Alokasi Khusus 60,000 60,000 101
100
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Pendapatan Dana Darurat - - - -
TOTAL PENDAPATAN 775,000 - -
Bunga 7,000 7,000 12 20
Subsidi 45,000 45,000 76 80
Hibah - - - -
Belanja Peralatan dan Mesin 70,000 70,000 118
150
Belanja Gedung dan Bangunan 90,000 90,000 151
170
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 150,000 150,000
252 250
Belanja Aset Tetap Lainnya 65,000 65,000 109
120
BELANJA TAK TERDUGA - -
TRANSFER - -
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 5,000 5,000 8
10
TOTAL BELANJA + TRANSFER 709,000 - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Penerimaan Pinjaman Daerah 30,000 30,000 50
50
Penerimaan Kembali Pemberian
Penerimaan Kembali Piutang Daerah 50,000 50,000
84 100
TOTAL 500,000 - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN - -
Penyertaan Modal (Investasi)
Pembayaran Pokok Utang 200,000 200,000 337
350
Pemberian Pinjaman Daerah 150,000 150,000 252
250
TOTAL 516,000
TOTAL 4,213,000 7,090 7,090
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada
salah saji sekecil apapun sehingga dialkukan pengujian secara
populasi
dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun [ tahun laporan keuangan]
Materilaitas Perencanaan
perencanaan]
Batas Materilaitas yang baru : [nilai materialitas baru yang
disesuaikan dengan
kondisi yang ditemukan pada tahap pelaksanaan
pemeriksaan]
pemeriksaan yang mengharuskan perubahan batas
materialitas]
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun xxxx
penetapan PM atau TE secara kuantitatif ]
Jumlah salah saji yang
Pertimbangan-pertimbangan
kualitatif
pertimbangan untuk mengubah batas materialitas pada
LK atau akun sehingga salah saji yang ditemukan
dapat dianggap material]
3 Penanggung Jawab