View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DAN
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PENSIUNAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
F. X. Lanang Waskito
NIM : 079114096
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
mOTTO
”Sukses itu bukan dinilai dari banyaknya pencapaian
yang bisa diraih, namun dari berapa kali kamu mampu
bangkit dari setiap kegagalan untuk mencapai sebuah
kesuksesan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Semua hasil kerja keras ini aku persembahkan untuk ;
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan
melindungiku
Kedua orang tuaku yang selalu mendukung
Saudara-saudaraku
Sahabat-sahabatku
Para pensiunan
Dan semua orang yang memberikan dukungan dan
bantuannya kepada aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DAN
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PENSIUNAN
F. X. Lanang Waskito
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara adversity intelligence dan
kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Peneliti menarik asumsi
bahwa semakin tinggi adversity intelligence pada pensiunan maka akan semakin tinggi kesejahteraan
psikologis, begitupula sebaliknya semakin rendah adversity intelligence maka akan semakin rendah
kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Subjek pada penelitian ini adalah pensiunan. Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala adversity
intelligence dan skala kesejahteraan psikologis. Skala adversity intelligence menggunakan 33 aitem
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,904. Skala kesejahteraan psikologis menggunakan 59 aitem
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,949. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,646 dengan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis. Selain itu, hasil tersebut juga
menunjukkan bahwa hipotesis awal penelitian ini diterima yaitu ada hubungan positif antara adversity
intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan.
Kata kunci : adversity intelligence, kesejahteraan psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN ADVERSITY INTELLIGENCE AND
PSYCHOLOGICAL WELLBEING ON RETIRED
F. X. Lanang Waskito
ABSTRACT
This study aims to examine whether there is a relationship between the adversity intelligence
and psychological wellbeing of retirees. The hypothesis is that there is a positive relationship between
the adversity intelligence and psychological wellbeing of retirees. Researcher draw the assumption
that the higher the adversity intelligence at retirees, the higher the psychological wellbeing, nor vice
versa the lower the adversity intelligence the lower the psychological wellbeing at retirees. Subjects in
this study is retiree. Data collection tool used in this study consisted of two measuring instruments, the
scale adversity intelligence and psychological wellbeing scale. Adversity intelligence scale uses 33
aitem with reliability coefficient is 0.904. Psychological wellbeing scale using 59 aitem with reliability
coefficient is 0.949. Based on the analysis of data obtained by the correlation coefficient is 0.646 with
a significance is 0.000. This indicates that there is a positive and significant relationship between the
adversity intelligence and psychological wellbeing. In addition, these results also indicate that the
initial hypothesis of this study accepted that there is a positive relationship between the adversity
intelligence and psychological wellbeing of retirees.
Keywords: adversity intelligence, psychological wellbeing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas bimbingan dan
penyertaanNya selama ini sehingga penulisan skripsi yang berjudul “hubungan
antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan” ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahaan hati peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak C. Siswa Widyatmoko M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah sabar membantu, mendukung,
dan mengarahkan selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar
membantu, membimbing, dan mengarahkan selama proses penyusunan skripsi
ini, hingga pada akhirnya skripsi ini dapat selesai.
4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah sabar membantu, mendukung, dan mengarahkan selama proses penyusunan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si. dan ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku dosen
penguji yang telah membantu memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
7. Seluruh karyawan Fakutas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Pak
Gie, Bu Nanik) yang telah membantu sehingga proses penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Kedua orang tuaku, Bapak P.V. Joko Nugroho dan Ibu E. Sri Budiarti yang selalu
memberikan doa, dukungan, masukkan, pengertian, serta kesabarannya, sehingga
skripsi ini dapat selesai.
9. Kakak-kakakku Antonia Widyasmara dan Monicho Aji Baio, serta adikku Alm.
Antonius Bayu Aji yang selalu membantu, memberikan semangat, dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman satu payung dalam penelitian ini (Sheela), serta teman-teman satu
bimbingan yang selalu membantu dan memberikan semangat sehingga skripsi ini
bisa terselesaikan.
11. Sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi (Clara, Ngatini, Nandra, Nana lombok,
Hellen, Petra, Cicil, Sheela, Yani, bang Novian, Riko, Arya, Adel, Dodi, Reno)
terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini dan untuk semua dukungan, serta
semangat yang kalian berikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Rekan-rekan P2TKP (Pak Toni, Mba Tia, Mba Diana, dll) terima kasih untuk
dukungannya.
13. Sahabat-sahabatku di MBC, AMT, dan MGT (Alex dan Baruna) terimakasih
untuk dukungan, doa, dan kebersamaannya.
14. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas
bantuan, doa, serta dukungannya selama ini.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xviii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11
1. Manfaat Teoritis ...................................................................................................11
2. Manfaat Praktis ............................................................................................ 11
BAB II : LANDASAN TEORI ............................................................................. 13
A. Pensiun .............................................................................................................. 13
1. Definisi Pensiun .......................................................................................... 13
2. Fase-fase Pensiun ........................................................................................ 16
3. Penyebab Pensiun ........................................................................................ 20
4. Perubahan-perubahan Akibat Pensiun ......................................................... 23
B. Lansia .............................................................................................................. 26
1. Definisi Lansia ............................................................................................ 26
2. Karakteristik Lanjut Usia ............................................................................ 27
3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Akhir ................................................. 28
C. Kesejahteraan Psikologis ................................................................................. 28
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ........................................................... 28
2. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis ....................................................... 31
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis .................... 35
4. Kesejahteraan Psikologis pada Pensiunan ................................................... 38
D. Adversity Intelligence ...................................................................................... 41
1. Pengertian Adversity Intelligence ................................................................ 41
2. Dimensi Adversity Intelligence ................................................................... 42
3. Adversity Intelligence pada Pensiunan ....................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
E. Dinamika Adversity Intelligence dan Kesejahteraan Psikologis ..................... 46
F. Hipotesis ........................................................................................................... 50
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 51
A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 51
B. Variabel Penelitian ............................................................................................ 51
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 51
1. Kesejahteraan Psikologis .............................................................................. 51
2. Adversity Intelligence ................................................................................... 54
D. Subjek Penelitian .............................................................................................. 55
E. Sampling ............................................................................................................... 55
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data................................................................ 56
G. Kredibilitas Alat Ukur....................................................................................... 62
1. Estimasi Validitas ...................................................................................... 62
2. Seleksi Aitem.............................................................................................. 63
3. Estimasi Reliabilitas ................................................................................... 64
4. Hasil Uji Coba Alat Penelitian ................................................................... 64
H. Metode Analisis Data ....................................................................................... 66
1. Uji Asumsi ................................................................................................. 66
2. Uji Hipotesis .............................................................................................. 67
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 68
A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 68
B. Data Demografis Subjek Penelitian ................................................................ 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
C. Uji Asumsi ....................................................................................................... 70
1. Uji Normalitas ............................................................................................. 70
2. Uji Linearitas ............................................................................................... 71
D. Hasil Penelitian ................................................................................................ 72
1. Uji Hipotesis ................................................................................................ 72
2. Uji Tambahan .............................................................................................. 73
E. Pembahasan ...................................................................................................... 74
BABV : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 79
B. Saran ................................................................................................................ 79
1. Bagi Peneliti ................................................................................................. 79
2. Bagi Pensiunan ............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81
LAMPIRAN ........................................................................................................ 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Spesifikasi Aitem-aitem Skala Kesejahteraan Psikologis ................................. 58
Tabel 2 Skor Jawaban Subjek pada Skala Kesejahteraan Psikologis ............................. 59
Tabel 3 Spesifikasi Aitem-aitem Skala Adversity Intelligence ....................................... 61
Tabel 4 Skor Jawaban Subjek pada Skala Adversity Intelligence ................................... 61
Tabel 5 Spesifikasi Aitem-aitem Skala Kesejahteraan Psikologis setelah Uji Coba ...... 65
Tabel 6 Spesifikasi Aitem-aitem Skala Adversity Intelligence setelah Uji Coba ........... 66
Tabel 7 Data Demografi Subjek Penelitian ..................................................................... 69
Table 8 Hasil Uji Normalitas .......................................................................................... 70
Table 9 Hasil Uji Linearitas ............................................................................................ 71
Table 10 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................................... 72
Table 11 Data Teoritis dan Empiris ................................................................................ 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala .............................................................................................. 84
Lampiran 2 : Hasil Analisis Aitem dan Reliabilitas ........................................... 91
Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 99
Lampiran 4 : Hasil Uji Hipotesis dan Tambahan ................................................ 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memiliki kebahagiaan dalam hidup merupakan dambaan setiap orang.
Menurut Aristoteles di dunia ini terdapat dua jenis kebahagiaan, yaitu
kebahagiaan hedonic dan kebahagiaan eudaimonic. Kebahagiaan hedonic ialah
kebahagiaan yang sekedar memberikan rasa senang, sedangkan kebahagiaan
eudaimonic ialah saat seseorang merasa potensi hidupnya telah berjalan secara
maksimal. Kebahagiaan eudaimonic menurut Aristoteles adalah kebahagiaan yang
tidak kosong atau yang hilang setelah sumber kebahagiaan itu sudah tak terlihat
mata atau tak terasa oleh indera perasa. Kebahagiaan eudaimonic lebih bersifat
kejiwaan, sehingga lebih membuat jiwa seseorang sejahtera. Tiga orang peneliti
dari Amerika Serikat, yaitu Michael Steger, Todd Kashdan, dan Shigehiro Oishi
membuktikan perkataan Aristoteles tersebut. Mereka menemukan bahwa dalam
hidup, orang akan menemukan kebahagiaan hedonic atau kebahagiaan
eudaimonic. Hanya kebahagiaan eudaimonic yang berhubungan dengan
kesejahteraan jiwa (psychological well-being). Mereka menemukan bahwa setelah
menjalani kebahagian eudaimonic, orang merasa hidupnya lebih memuaskan,
merasa bahwa hidupnya lebih memiliki arti, dan merasakan emosi yang lebih
positif (Ramadion, 2009).
Kesejahteraan psikologis sendiri merupakan suatu gambaran kualitas
kehidupan dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Snyder dan Lopez
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008) mengatakan bahwa kesejahteraan
psikologis bukan hanya merupakan ketiadaan penderitaan, namun kesejahteraan
psikologis meliputi keterikatan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan
dalam hidup, dan hubungan seseorang pada obyek ataupun orang lain.
Berdasarkan hal tersebut, kesejahteraan psikologis mengarahkan individu yang
sehat (secara psikologis) untuk mengontrol secara sadar kehidupannya,
bertanggung jawab terhadap keadaan diri, serta mengenali diri. Ryff dan Singer
(dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008) menyimpulkan bahwa gambaran
dari orang yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik adalah mampu
merealisasikan potensi dirinya secara berkesinambungan, mampu menerima diri
apa adanya, mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki
kemandirian, memiliki arti hidup, serta mampu mengontrol lingkungan.
Semua orang menginginkan agar hidupnya tidak saja sejahtera secara
ekonomi dan fisik, namun juga secara psikologis. Kesejahteraan psikologis dapat
menjadikan gambaran mengenai level tertinggi dari fungsi individu sebagai
manusia dan apa yang diidam-idamkannya sebagai makhluk yang memiliki tujuan
dan akan berjuang untuk tujuan hidupnya (Snyder and Lopez dalam Handayani,
2010). Individu yang merasa sejahtera akan mampu memperluas persepsinya di
masa mendatang dan mampu membentuk dirinya sendiri (Fredrickson dalam
Handayani, 2010). Adanya perasaan sejahtera dalam diri akan membuat individu
untuk mampu bertahan serta memaknai kesulitan yang dialami sebagai
pengalaman hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berbagai macam cara dilakukan seseorang untuk mencapai kesejahteraan
dalam hidupnya. Salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai kesejahteraan
hidup itu ialah dengan bekerja. Ada orang yang bekerja untuk mencari uang, ada
yang bekerja untuk mengisi waktu luang, ada juga yang bekerja untuk mencari
identitas, dan sebagainya. Bila ditelusuri lebih jauh lagi, sebuah pekerjaan lebih
berkaitan dengan kebutuhan psikologis seseorang dan bukan hanya berkaitan
dengan kebutuhan materi semata. Secara materi, seseorang dapat memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, dan papannya dengan bekerja. Secara psikologis,
bekerja bertujuan untuk memenuhi rasa identitas, status, atau pun fungsi sosialnya
(Steers and Porter dalam Eliana, 2003).
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi fisik manusia untuk bekerja ada
batasannya. Semakin tua, kondisi fisik seseorang semakin menurun. Beriringan
dengan hal itu, produktivitas kerjanya pun akan menurun. Selanjutnya seseorang
akan diminta untuk berhenti bekerja, yang awamnya dikenal dengan istilah
pensiun. Secara umum, arti kata pensiun adalah seseorang yang sudah tidak
bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan. Seseorang yang
pensiun biasa mendapat uang pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun,
maka ia tetap mendapatkan semacam gaji sampai meninggal dunia (Agustina
dalam Surbakti, 2008).
Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang
siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin
yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai
sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama (Warr dalam
Eliana, 2003). Tidak heran masa pensiun ini menimbulkan masalah psikologis
baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap
menghadapi masa ini.
Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena
adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.
Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri.
Atchley (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa proses penyesuaian diri yang
paling sulit adalah pada masa pensiun.
Pada umumnya usia pensiun di Indonesia berkisar antara usia 55 hingga
60 tahun, namun semua itu tergantung dari instansi yang menaunginya. Jika suatu
instansi masih tetap membutuhkan individu yang bersangkutan, maka pensiun
akan diperpanjang (Satria dan Fakhrurrozi, 2009). Sedangkan di negara Barat usia
pensiun adalah berkisar 65 tahun. Pada usia 65 tahun, secara psikologi
perkembangan seseorang memasuki usia manula atau dewasa akhir (late
adulthood). Keadaan ini cukup berlainan dengan situasi di Indonesia dimana
seseorang sudah termasuk pensiun pada tahapan dewasa menengah (middle
adulthood). Masa dewasa menengah ini masih dapat dikatakan cukup produktif.
Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental seseorang pada masa ini mulai
menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai prestasi puncak baik
itu karir, pendidikan dan hubungan interpersonal. Sebagai orang tua, pada
umumnya mereka harus bertanggung jawab dalam membesarkan anak-anak yang
mulai berangkat remaja, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Dapat dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bahwa pada masa ini sebetulnya masa yang penuh tantangan khususnya untuk
pensiunan di Indonesia. Terlebih jika pensiunan yang masih harus membiayai
kuliah anak-anak mereka, padahal dengan status pensiun keadaan keuangan mulai
menurun. Tidak heran jika hal ini bisa menimbulkan konsekuensi psikologis
tertentu; disatu pihak mereka masih mampu bekerja tapi dipihak lain harus
berhenti bekerja karena peraturan perusahaan.
Jika kita meninjau siklus dunia pekerjaan dari sudut psikologi
perkembangan maka kita harus peka dengan istilah turning points (titik balik)
ataupun crisis point (titik krisis). Masa ini ditandai dengan adanya suatu periode
dimana ada saat untuk melakukan proses penyesuaian diri kembali dan juga
melakukan proses sosialisasi kembali sejalan dengan tuntutan dari pekerjaan yang
baru. Pensiun dapat dikatakan masa titik balik karena masa ini adalah masa
peralihan dari seseorang memasuki dewasa akhir atau manula. Pensiun juga
merupakan titik krisis karena terjadi akibat ketidakmampuan seeorang untuk
mencari pekerjaan atau merupakan langkah akhir dalam perjalanan karir
seseorang.
Ditinjau dari sudut pandang psikologis, pensiun menyebabkan seseorang
akan mempertanyakan kembali “Siapa diriku?”. Hal ini dikenal dengan istilah
konsep diri, atau self concept. Menurut Sullivan dalam Wrightsman 1993 (dalam
Eliana, 2003) konsep diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sebagaimana
orang lain melihat kita. Prinsipnya adalah penilaian yang direfleksikan kembali
atau reflected appraisal. Konsep diri merupakan hal yang penting artinya dalam
kehidupan seseorang, karena konsep diri menentukan bagaimana seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bertindak dalam berbagai situasi. Jika kita memahami konsep diri seseorang kita
akan mampu memahami tindakan dan juga dapat meramalkan tingkah lakunya
dikemudian hari. Konsep diri berkatian dengan kesehatan mental seseorang
(Biren, 1980). Dengan kata lain jika konsep diri seseorang positif maka hal ini
akan mempengaruhi kesehatan mentalnya juga.
Hurlock (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa seseorang yang
mempunyai konsep diri positif adalah jika ia berhasil mengembangkan sifat-sifat
percaya diri, harga diri dan mampu melihat dirinya secara realistik. Dengan
adanya sifat–sifat seperti ini orang tersebut akan mampu berhubungan dengan
orang lain secara akurat dan hal ini akan mengarah pada penyesuaian diri yang
baik di lingkungan sosial. Orang yang mempunyai konsep diri negatif sebaliknya
akan merasa rendah diri, inadekuat, kurang percaya diri. Diprediksi bahwa orang
yang mempunyai konsep diri negatif akan mengalami hambatan dalam proses
penyesuaian dirinya dilingkungan baru.
Masa pensiun bisa mempengaruhi konsep diri, karena pensiun
menyebabkan seseorang kehilangan peran (role), identitas dalam masyarakat yang
dapat mempengaruhi harga diri mereka Turner (dalam Eliana, 2003). Pensiun
akan menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam masyarakat yang
selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada akhirnya bisa mempengaruhi
konsep diri menjadi negatif. Selain itu, mereka juga kehilangan prestise,
kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena kehilangan
peran Eyde (dalam Eliana, 2003). Akibat psikologis dari hal ini adalah nantinya
akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang, dan juga proses penyesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dirinya. Sedangkan akibat dari fisik adalah bisa menimbulkan gangguan penyakit
yang dikenal dengan istilah retirement syndrome.
Menurut Turner & Helms (dalam Handayani, 2008) hilangnya harga diri
karena hilangnya jabatan, membuat individu merasa kehilangan perasaan
memiliki dan atau dimiliki, artinya dengan jabatan pula individu merasa menjadi
bagian penting dari institusi. Dengan jabatan pula individu merasa lebih yakin
atas dirinya, karena mendapat pengakuan atas kemampuannya. Selain itu,
individu tersebut merasa puas akan kepemilikan kekuasaan yang terkait dengan
jabatan yang diemban. Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa individu yang
masih bekerja memiliki derajat self-esteem yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang sudah tidak bekerja lagi. Individu yang pensiun akan mengalami
penurunan harga diri yang meliputi kehilangan perasaan diterima, diakui dan
dihargai oleh keluarga, masyarakat, dan rekan sekerja. Selain itu juga muncul
perasaan tidak berdaya atau tidak mampu lagi melakukan segala sesuatu seperti
pekerjaanya yang membuat tampak tidak berguna dan dibutuhkan lagi.
Bengston (dalam Eliana, 2003) mengemukakan bahwa harga diri seorang
pria biasanya dipengaruhi oleh pensiunnya mereka dari pekerjaan. Untuk
mempertahankan harga dirinya, harus ada aktivitas pengganti untuk meraih
kembali keberadaan dirinya. Dalam hal ini berkurangnya harga diri dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti feeling of belonging (perasaan memiliki), feeling of
competence (perasaan mampu), dan feelling of worthwhile (perasaan berharga).
Ketiga hal yang disebutkan di atas sangat mempengaruhi harga diri seseorang
dalam lingkungan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Begitu pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang di
lingkungannya sehingga diharapkan seseorang dapat mempunyai penilaian yang
positif mengenai dirinya. Evaluasi terhadap diri berkaitan dengan harga diri, orang
yang mempunyai penilaian positif mengenai dirinya akan mempunyai harga diri
yang tinggi, sebaliknya orang yang mempunyai penilaian yang negatif mengenai
dirinya akan mempunyai harga diri yang negatif Deaux (dalam Eliana, 2003).
Konsep diri yang positif akan memungkinkan seseorang untuk bisa
bertahap menghadapi masalah yang mungkin saja muncul. Selain itu akan
membawa dampak positif pula pada orang lain disekitarnya. Sebaliknya konsep
diri yang negatif adalah merupakan penilaian yang negatif mengenai diri sendiri.
Efek dari konsep diri yang negatif ini akan mempengaruhi baik itu hubungan
interpersonal maupun fungsi mental lainnya. Benner (dalam Eliana, 2003).
Konsep diri yang sehat akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu.
Orang akan mampu coping terhadap perubahan dan peristiwa yang menekan jika
mempunyai konsep diri yang sehat (dalam Eliana, 2003).
Menurut Ryff dan Singer (dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008)
kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, kelas sosial,
dan latar belakang budaya. Ryff (dalam Putri dan Suryadi, 2007) juga mengatakan
bahwa individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah, dan
mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki kesejahteraan psikologis yang
lebih tinggi. Selain itu, Hoyer dan Roodin menambahkan bahwa kemampuan
mengontrol diri, otonomi, tingkat aktivitas dan istirahat dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis (dalam Putri dan Suryadi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Terkait dengan kemampuan mengontrol diri, ada wacana baru yang
mengungkap suatu kemampuan individu dalam menghadapi masalah sehingga
individu tersebut dapat menghadapi masalah tersebut dengan baik. Kemampuan
ini oleh Paul G. Stoltz (2000) dinyatakan dengan adversity intelligence. Menurut
Paul G. Stoltz adversity intelligence memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
mengadapi kegagalan, kondisi-kondisi sulit, dan tekanan. Dengan adversity
intelligence, seseorang tidak hanya dapat menghadapi kondisi sulit dan kegagalan
namun juga dapat mengubahnya menjadi peluang untuk meraih kesuksesan yang
lebih besar.
Adversity intelligence sendiri merupakan derajat kemampuan seseorang
dalam bertahan dan menanggulangi situasi yang dianggapnya sebagai masalah.
Satu proses yang dimulai dari persepsi seseorang terhadap sebuah situasi yang
menentukan tindakan orang itu dalam menghadapi situasi tersebut. Tindakan ini
akan menjadi pola reaksi dari individu yang mana pola ini dapat berubah dan
diubah. Selanjutnya adversity intelligence (AQ) akan berinteraksi dengan
kecerdasan umum (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) sehingga memungkinan
individu mampu menghadapi rintangan hidup. Surekha (dalam Wijaya, 2007)
menambahkan bahwa adversity adalah kemampuan berpikir, mengelola dan
mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola–pola tanggapan kognitif dan
perilaku atas stimulus peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang merupakan
tantangan atau kesulitan.
Mereka yang berada dalam masa pensiun tentunya ingin menikmati semua
hasil jerih payah mereka selama bekerja, dengan hidup bahagia dan sejahtera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pada kenyataannya tidak semua individu yang mengalami permasalahan dalam
masa pensiun mampu mengatasi masalahnya tersebut untuk mencapai
kesejahteraan secara psikologis. Beberapa dari mereka cenderung pesimis dengan
kemampuan diri mereka dimasa pensiun dan menganggap diri mereka tidak
mampu. Akan tetapi ada juga dari mereka yang optimis dan mampu untuk
mengatasi masalah yang mereka hadapi, sehingga dapat meraih kesejahteraan
secara psikologis. Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan perbedaan individu
yang pesimis dan optimis sebagai perbandingan seseorang yang memiliki
adversity intelligence yang tinggi atau rendah. Permasalahan yang terjadi pada
mereka yang menjalani masa pensiun tentunya dapat direduksi apabila mereka
memiliki adversity intelligence yang tinggi. Hal ini dikarenakan masalah-masalah
yang didapatkan dalam menjalani masa pensiunnya dapat dihadapi dengan baik,
sehingga segala macam tujuan yang mereka cita-citakan untuk dapat menikmati
masa pensiun dengan bahagia dan sejahtera secara psikologis pun dapat tercapai.
Dari berbagai uraian di atas dapat dilihat adanya hubungan yang erat
antara adversity intelligence seseorang dalam mencapai kesejahteraan secara
psikologis. Banyak penelitian sebelumnya tentang adversity intelligence pada
remaja. Ada beberapa penelitian juga yang meneliti tentang kesejahteraan
psikologis dalam bidang industri. Akan tetapi belum banyak penelitian yang
menyoroti kemampuan individu dalam mencapai kesejahteraan psikologis dari
segi internal pada para pensiunan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin meneliti
tentang hubungan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada
pensiunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan
signifikan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada
pensiunan?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah “Ingin mengetahui apakah ada hubungan
signifikan antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada
pensiunan”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu
psikologi khususnya psikologi perkembangan, terkait dengan studi
mengenai adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada
pensiunan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi individu yang berada pada masa pensiun, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai hubungan antara
adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan.
b. Bagi pihak terkait yaitu praktisi perkembangan dan orang-orang di sekitar
individu yang berada pada masa pensiun, penelitian ini dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
data deskriptif mengenai hubungan antara adversity intelligence dan
kesejahteraan psikologis pada pensiunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pensiun
1. Definisi Pensiun
Masa pensiun adalah masa dimana seseorang tidak lagi bekerja dan
menerima uang tunjangan bulanan, sedangkan pensiunan adalah orang yang
berada pada masa pensiun. Pensiun menghadirkan sebuah masa transisi di
kehidupan orang dewasa, yaitu perubahan dari bekerja menjadi tidak
bekerja. Usia pensiun yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 32 Tahun 1979 adalah 56 tahun untuk pegawai negeri sipil non edukatif
dan 65 tahun untuk karyawan yang memangku jabatan ahli peneliti, guru
besar, lektor kepala, serta jabatan-jabatan yang telah ditentukan oleh
presiden (Harita, 2006).
Phyllis Moem (dalam Harita, 2006) mengartikan pensiun sebagai
periode ketika seorang dewasa diberhentikan dari tanggung jawab
pekerjaan. Ini adalah masa-masa perbandingan dimana pensiunan menjadi
tidak memiliki peran sama sekali dan memiliki resiko pengalaman sebagai
individu yang terisolasi dari lingkungan sosial dan dengan kesehatan yang
tidak sempurna.
Pensiun dapat dipahami sebagai penghentian seseorang dari
tanggung jawab pekerjaan dengan menerima uang tunjangan. Peristiwa
pensiun tidak terjadi tanpa melibatkan perubahan-perubahan peran, kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kesehatan, status, serta usaha individu dalam menyesuaikan diri pada fase
perubahan dari bekerja menjadi tidak bekerja.
Parnes dan Nessel (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa pensiun
adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada
suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Batasan yang lebih jelas dan lengkap
oleh Corsini (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa pensiun adalah proses
pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan
perannya seseorang digaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi
aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan.
Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat
dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun
merupakan akhir pola hidup (Schawrz dalam Eliana, 2003). Transisi ini
meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai
dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Jadi seseorang
yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya dengan
mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas
tertentu lagi.
Menurut Eliana (2003), di Indonesia seseorang dapat dikatakan
memasuki masa pensiun bila :
a) Sekurang-kurangnya mencapai usia 50 tahun.
b) Telah diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri
c) Memiliki masa kerja untuk pensiun ± 20 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pada umumnya usia pensiun di Indonesia dimulai pada usia 55
tahun, sedangkan di negara Barat usia pensiun dimulai pada usia 65 tahun.
Menurut Eliana (2003) pada usia 65 tahun secara psikologi, perkembangan
seseorang memasuki usia manula atau dewasa akhir (late adulthood).
Keadaan ini cukup berlainan dengan situasi di Indonesia dimana seseorang
sudah termasuk pensiun pada tahapan dewasa menengah (middle
adulthood). Masa dewasa menengah ini masih dapat dikatakan cukup
produktif. Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental seseorang
pada masa ini mulai menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai
mencapai prestasi puncak baik itu karir, pendidikan dan hubungan
interpersonal. Sebagai orang tua, pada umumnya mereka harus bertanggung
jawab dalam membesarkan anak-anak yang mulai berangkat remaja, bahkan
ada yang sudah berkeluarga. Dapat dipahami bahwa pada masa ini
sebetulnya masa yang penuh tantangan khususnya untuk pensiunan di
Indonesia. Terlebih jika pensiunan yang masih harus membiayai kuliah
anak-anak mereka, padahal dengan status pensiun keadaan keuangan mulai
menurun.
Eliana (2003) menegaskan bahwa, jika kita meninjau siklus dunia
pekerjaan dari sudut psikologi perkembangan maka kita harus peka dengan
istilah turning points (titik balik) ataupun crisis point (titik krisis). Masa ini
ditandai dengan adanya suatu periode dimana ada saat untuk melakukan
proses penyesuaian diri kembali dan juga melakukan proses sosialisasi
kembali sejalan dengan tuntutan dari pekerjaan yang baru. Pensiun dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dikatakan masa titik balik karena masa ini adalah masa peralihan dari
seseorang memasuki dewasa akhir atau lansia. Pensiun juga merupakan titik
krisis karena terjadi akibat ketidakmampuan seseorang untuk mencari
pekerjaan atau merupakan langkah akhir dalam perjalanan karir seseorang.
Dari berbagai pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang yang berada pada masa
dewasa telah berhenti dari tanggung jawab pekerjaan yang biasa
dilakukannya dan menerima uang tunjangan bulanan.
2. Fase-fase Pensiun
Seorang ahli gerontologi, Robert Atchley (Santrock, 2002)
menggambarkan tujuh fase pensiun yang dilalui oleh orang-orang dewasa,
yaitu :
a. Fase jauh (the remote phase)
Pada fase jauh, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa
yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada saat seseorang pertama kali
mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang tersebut mulai
mendekati masa pensiun. Hanya sedikit sekali pekerja yang memikirkan
atau melakukan sesuatu untuk mempersiapkan fase pensiun. Seiring
dengan pertambahan usia mereka yang memungkinkan pensiun, mereka
mungkin menyangkal bahwa fase pensiun akan terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Fase mendekat (the near phase)
Pada fase mendekat, biasanya seseorang mulai sadar bahwa mereka
akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan
penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai
memberikan program persiapan masa pensiun. Para pekerja pun mulai
berpartisipasi didalam program pra-pensiun tersebut. Program ini
membantu pekerja memutuskan kapan dan bagaimana mereka
seharusnya pensiun, dengan mengakrabkan mereka dengan keuntungan-
keuntungan dan dana pensiun yang diharapkan akan dapat mereka
terima, atau melibatkan mereka dalam diskusi mengenai isu-isu yang
lebih komprehensif, seperti kesehatan fisik dan mental.
c. Fase bulan madu (the honeymoon phase)
Fase bulan madu merupakan fase terawal dari fase pensiun. Fase
ini biasanya terjadi tidak lama setelah seseorang memasuki masa
pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan
yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena
bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Mereka dapat melakukan aktivitas
yang tidak pernah dilakukan sebelumnya sewaktu masih bekerja dulu,
dan dapat menikmati aktivitas-aktivitas waktu luang mereka. Biasanya
mereka mulai mencari kegiatan pengganti, seperti mengembangkan hobi.
Kegiatan ini pun tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan
situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan
seseorang. Mereka yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu
menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan lain yang juga
menyenangkan. Akan tetapi, mereka yang di-PHK, atau pensiun karena
mereka marah terhadap pekerjaannya, atau karena sakit, mungkin tidak
mengalami aspek-aspek positif dari fase bulan madu ini.
d. Fase kekecewaan (the disenchantment phase)
Pada fase ini seseorang mulai menyadari bahwa bayangan mereka
saat pra-pensiun tentang fase pensiun ternyata tidak realistik. Setelah
melewati fase bulan madu, seseorang seringkali jatuh dalam rutinitas.
Jika rutinitas itu menyenangkan, penyesuaian terhadap fase pensiun
biasanya sukses. Mereka yang gaya hidupnya tidak berkutat diseputar
pekerjaannya sebelum pensiun, lebih mungkin menyesuaikan diri dengan
fase pensiun dan dapat mengembangkan rutinitas yang menyenangkan
daripada mereka yang tidak mengembangkan aktivitas-aktivitas di waktu
luangnya selama tahun-tahun kerjanya.
e. Fase re-orientasi (reorientation phase)
Para pensiunan mencatat apa yang masih dimiliki,
mengumpulkannya bersama-sama, dan mengembangkan alternatif-
alternatif kehidupan yang lebih realistik. Pada fase ini seseorang mulai
menjelajahi dan mengevaluasi jenis-jenis gaya hidup yang
memungkinkan mereka menikmati kepuasan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Fase stabil (the stability phase)
Pada fase ini, seseorang telah memutuskan berdasarkan suatu
kriteria tertentu untuk mengevaluasi pilihan-pilihan pada fase pensiun
dan bagaimana mereka akan menjalani salah satu pilihan yang telah
dibuat. Bagi beberapa orang, fase ini mengikuti fase bulan madu, tetapi
bagi lainnya, perubahannya lambat dan lebih sulit.
g. Fase akhir (the termination phase)
Pada fase ini, peranan fase pensiun digantikan oleh peran sebagai
pesakitan atau peran tergantung, karena seseorang tidak dapat berfungsi
secara mandiri lagi dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Biasanya pada
fase pensiun ini individu mengalami penurunan fungsi kesehatan.
Jadi fase-fase pensiun yang akan dialami oleh setiap orang meliputi
fase pra-pensiun (preretirement phase) yang terdiri dari fase jauh (the
remote phase) dan fase mendekat (the near phase). Selanjutnya adalah fase
pensiun (retirement phase) yang terdiri dari fase bulanmadu (the honeymoon
phase), fase kekecewaan (the disenchantment phase), fase re-orientasi
(reorientation phase), fase stabil (the stability phase). Fase pasca masa
pensiun (End of Retirement Role) adalah yang terakhir, yang terdiri atas fase
akhir (the termination phase).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Penyebab Pensiun
Menurut Tarigan (2009), ada beberapa hal yang menyebabkan
seseorang mengalami pensiun, antara lain:
a. Sudah mencapai usia pensiun
Tipe pensiun seperti ini dapat dijumpai pada pegawai pemerintah
(seperti PNS dan TNI), sesuai Undang-Undang No. 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian Republik Indonesia. Seorang
pegawai akan pensiun bila umurnya sudah mencapai usia 56 tahun.
Secara umum, semua pegawai pemerintah akan pensiun pada umur 56
tahun. Pensiun pegawai pemerintah yang menduduki jabatan esselon dua
dan esselon satu dapat diperpanjang sampai usia 60 tahun. Di
Departemen Pendidikan, serta Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia, masa pensiun pegawai juga bisa mencapai umur 60 tahun,
bahkan ada pula yang pensiun pada umur 70 tahun. Di perusahaan
swasta, para pegawainya umumnya pensiun pada usia 55 tahun dan ada
pula yang mencapai usia 60 tahun sesuai kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan.
b. Diberhentikan dengan tidak hormat
Seseorang juga dapat pensiun dari pekerjaannya karena dipecat
atau diberhentikan dengan tidak hormat. Pada umumnya, seseorang akan
diberhentikan dengan tidak hormat apabila ia melanggar sumpah jabatan
atau peraturan pada tempat ia bekerja, seperti korupsi, membocorkan
rahasia, dan tindakan kriminal. Seseorang juga dapat dipecat atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
diberhentikan dengan tidak hormat, apabila ia sudah dihukum penjara
atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan karena melakukan
suatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.
Orang-orang yang ikut terlibat dalam kegiatan penyelewengan ideologi
negara atau yang menentang negara dan pemerintah juga dapat dipecat
dari pekerjaannya. Orang-orang yang dipecat atau diberhentikan dengan
tidak hormat dari pekerjaannya tidak mendapat hak pensiunan. Tentu
saja, hal tersebut bisa terjadi pada setiap pegawai dan tidak tergantung
umur.
c. Pemutusan hubungan kerja (PHK)
Pemutusan hubungan kerja (PHK) biasanya terjadi dikarenakan
sebuah perusahaan sedang jatuh pailit. Hal ini menyebabkan perusahaan
harus mem-PHK pegawainya agar perusahaan tersebut dapat berjalan
kembali. Para pekerja yang mendapat PHK akan diberi kompensasi
sesuai aturan yang berlaku.
d. Pensiun dini
Beberapa perusahaan, seperti perusahaan swasta, BUMN, dan
BUMD kadang-kadang memberlakukan pensiun dini bagi karyawannya.
Mereka diberi pilihan untuk pensiun dini dan diberi kompensasi atau
bonus sejumlah uang. Mereka yang pensiun dini pada umumnya belum
mencapai usia pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
e. Sakit yang berkepanjangan
Pegawai atau pekerja yang menderita sakit dalam waktu yang
cukup lama tentu tidak dapat ditolerir oleh institusi tempatnya bekerja
karena sudah tidak produktif dan dapat merugikan institusi tersebut, atau
bahakan dapat memperburuk kondisi kesehatannya sendiri. Ia bisa
dipensiunkan kalau ada surat keterangan dokter yang secara resmi
menyatakan bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh seperti semula,
misalnya stroke yang disertai dengan kelumpuhan, gagal ginjal dan harus
cuci darah secara rutin, serta penyakit lain yang kronis.
f. Permintaan sendiri
Pegawai yang pensiun atas permintaan sendiri juga dapat terjadi,
walaupun sangat jarang terjadi, terlebih jika pegawai yang bersangkutan
mempunyai jabatan yang tinggi. Seorang pegawai dengan jabatan tinggi
pada umumnya tidak menginginkan pensiun atas permintaan sendiri.
Biasanya, orang tersebut akan mempertahankan jabatannya agar tetap
dapat menjabat sampai mencapai umur pensiun, bahkan jika
memungkinkan, jabatannya diperpanjang. Pegawai yang pensiun dengan
permintaan sendiri akan diberhentikan dengan hormat dan tetap
mendapatkan hak sebagaimana mestinya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
g. Penyederhanaan organisasi
Apabila terjadi penyederhanaan organisasi yang selanjutnya
berdampak pada kelebihan pegawai, maka kelebihan pegawai tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
akan dipensiunkan dan diberi haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pegawai yang bersangkutan juga
akan diberhentikan dengan hormat.
h. Tidak cakap secara jasmani atau rohani
Pegawai yang tidak cakap secara jasmani atau rohani berdasarkan
keterangan dari majelis penguji kesehatan atau dokter penguji tersendiri
akan dipensiunkan dengan hormat dan mendapat hak menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
i. Sesuai dengan masa jabatan yang diemban
Bagi pejabat negara, seperti presiden, wakil presiden, ketua MPR
dan anggota, ketua DPR dan anggota, menteri kabinet, gubernur, bupati,
walikota, atau ketua DPRD dan anggota akan pensiun berdasarkan masa
jabatan yang diembannya, biasanya setiap 5 tahun. Jika pada pemilihan
selanjutnya mereka tidak terpilih maka orang yang bersangkutan akan
pensiun dari jabatannya tersebut. Dalam hal ini, pejabat negara tidak ada
batas umur pensiun seperti PNS.
4. Perubahan-perubahan Akibat Pensiun
Menurut Turner dan Helms (dalam Eliana, 2003) ada beberapa hal
yang mengalami perubahan dan menuntut penyesuaian diri yang baik ketika
menghadapi masa pensiun:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a. Masalah Keuangan
Pendapat keluarga akan menurun drastis, hal ini akan
mempengaruhi kegiatan rumah tangga. Masa ini akan lebih sulit jika
masih ada anak-anak yang harus dibiayai. Hal ini menimbulkan stress
tersendiri bagi seorang suami karena merasa bahwa perannya sebagai
kepala keluarga tertantang (Walsh dalam Eliana, 2003).
b. Berkurangnya harga diri (Self Esteem)
Bengston (dalam Eliana, 2003) mengemukakan bahwa harga diri
seorang pria biasanya dipengaruhi oleh pensiunnya mereka dari
pekerjaan. Untuk mempertahankan harga dirinya, harus ada aktivitas
pengganti untuk meraih kembali keberadaan dirinya. Dalam hal ini
berkurangnya harga diri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti feeling
of belonging (perasaan memiliki), feeling of competence (perasaan
mampu), dan feelling of worthwhile (perasaan berharga). Ketiga hal yang
disebutkan di atas sangat mempengaruhi harga diri seseorang dalam
lingkungan pekerjaan.
c. Berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan.
Kontak dengan orang lain membuat pekerjaan semakin menarik.
Bahkan pekerjaan itu sendiri bisa menjadi reward sosial bagi beberapa
pekerja misalnya seorang sales, resepsionis, customer services yang
meraih kepuasan ketika berbicara dengan pelanggan. Selain dari kontak
sosial, orang juga membutuhkan dukungan dari orang lain berupa
perasaan ingin dinilai, dihargai, dan merasa penting. Sumber dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini dapat diperoleh dari teman sekerja, atasan, bawahan dan sebagainya.
Tentunya ketika memasuki masa pensiun, waktu untuk bertemu dengan
rekan seprofesi menjadi berkurang.
d. Hilangnya makna suatu tugas.
Pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin sangat berarti bagi
dirinya. Dan hal ini tidak bisa dikerjakan saat seeorang itu mulai
memasuki masa pensiun.
e. Hilangnya kelompok referensi yang bisa mempengaruhi self image.
Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok bisnis
tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun,
secara langsung keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini
akan mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.
f. Hilangnya rutinitas
Pada waktu bekerja, seseorang bekerja hampir 8 jam kerja. Tidak
semua orang menikmati jam kerja yang panjang seperti ini, tapi tanpa
disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose,
memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna.
Ketika menghadapi masa pensiun, waktu ini hilang, orang mulai
merasakan diri tidak produktif lagi. ( Longhurst dalam Eliana, 2003).
Eliana (2003) menegaskan bahwa individu yang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri, perubahan yang terjadi pada fase ini akan
menimbulkan gangguan psikologis dan juga gangguan fisiologis. Kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
gangguan fisiologis bisa menyebabkan kematian yang lebih cepat atau
premature death. Istilah lain dikemukakan para ahli adalah retirement shock
atau retirement syndrome. Sedangkan gangguan psikologis yang
diakibatkan oleh masa pensiun biasanya stress, frustasi, depresi.
B. Lansia
1. Definisi Lansia
Masa lanjut usia (aging) yang sering disebut dengan lansia adalah
masa perkembangan terakhir dalam masa hidup manusia. Dikatakan sebagai
perkembangan terakhir oleh karena ada sebagian anggapan bahwa
perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi dewasa. Namun
menurut Prawitasari (dalam Cyrillus, 2008) manusia itu tidak pernah
berhenti berkembang sampai ia mati. Boleh saja perkembangan fisik
berhenti sampai masa remaja, tetapi perkembangan psikologis, sosial, dan
spiritual tidak akan pernah berhenti. Manusia selalu belajar dari
pengalamannya sejak lahir sampai mendekati akhir hayatnya. Ia akan selalu
belajar dan berubah untuk menyesuaikan diri dengan segala hal yang
dihadapinya.
Menurut Hurlock (dalam Cyrillus, 2008) masa lanjut usia disebut
juga dengan periode penutup dalam rentang waktu kehidupan seseorang,
yaitu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu
yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Bila seseorang telah beranjak jauh dari periode kehidupannya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
terdahulu, biasanya ia sering melihat masa lalunya dengan penuh penyesalan
dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang dan mencoba mengabaikan
masa depan sedapat mungkin.
2. Karakteristik Lanjut Usia
a. Adanya periode penurunan atau kemunduran yang disebabkan oleh faktor
fisik dan psikologis.
b. Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode
ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang mengaggapnya
sebagai hukuman.
c. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut yang menggambarkan masa
tua tidaklah menyenangkan.
d. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap
orang berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah
melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang
yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar.
e. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif
tentang usia lanjut.
f. Adanya perubahan peran karena tidak dapat bersaing lagi dengan
kelompok yang lebih muda.
g. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang
negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
h. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali dengan mencari segala cara
untuk memperlambat penuaan.
3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan dewasa akhir adalah:
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
C. Kesejahteraan Psikologis
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis
Ryff (dalam Haryanto dan Suyasa, 2007) mendefinisikan
Kesejahteraan Psikologis sebagai fungsi positif dari individu. Fungsi positif
dari individu merupakan arah atau tujuan yang diusahakan untuk dicapai
oleh individu yang sehat. Fungsi positif dari individu didasarkan pada
pandangan humanistik mengenai self actualization, maturity, fully
functioning dan individuasi (Ryff dalam Haryanto dan Suyasa, 2007).
Snyder dan Lopez (dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008)
mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis bukan sekedar merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ketiadaan penderitaan. Namun kesejahteran psikologis meliputi keterikatan
aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup, dan hubungan
seseorang pada objek ataupun orang lain. Ryff dan Singer (dalam Tenggara,
Zamralita, & Suyasa, 2008) menyimpulkan bahwa gambaran dari orang
yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik adalah mampu
merealisasikan potensi dirinya secara berkesinambungan, mampu menerima
diri apa adanya, mampu menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain,
memiliki kemandirian, memiliki arti hidup, serta mampu mengontrol
lingkungan.
Ryff (dalam Matahari, Iriani, dan Lianawati, 2005) mengembangkan
konsep Kesejahteraan Psikologis berdasarkan tiga perspektif. Pertama
adalah perspektif teoretis dari psikologi perkembangan, terutama psikologi
perkembangan rentang kehidupan manusia. Perspektif ini meliputi tahapan
perkembangan psikososial dari Erikson, formulasi dari Buhler mengenai
kecenderungan dasar hidup yang mengarah pada pemenuhan hidup, dan
deskripsi dari Neugarten mengenai perubahan kepribadian masa dewasa dan
masa lanjut. Perspektif ini memberikan gambaran mengenai kesejahteraan
diri yang dipahami sebagai perkembangan diri yang berkelanjutan sepanjang
kehidupan.
Kedua adalah perspektif teoretis dari psikologi klinis yang
memberikan dasar pembentukan konsep kesejahteraan psikologis.
Perstpektif ini memberikan pemahaman tentang individu yang berfungsi
secara positif, seperti konsep individu yang dapat beraktualisasi diri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Maslow, konsep individu yang berfungsi sepenuhnya dari Roger, proses
individuasi dari Jung, dan konsep individu yang memiliki kedewasaan diri
dari Allport.
Ketiga adalah berbagai literatur mengenai kesehatan mental.
Berbagai literatur mengenai kesehatan mental diambil untuk kemudian
dikombinasikan dengan teori-teori dari kedua perspektif teoretis di atas.
Beberapa dari literatur tersebut adalah formulasi dari Jahoda mengenai
enam kriteria dari kesehatan mental yang positif, seperti sikap diri yang
positif, pertumbuhan dan aktualisasi diri, integrasi kepribadian, otonomi,
persepsi realitas, serta penguasaan lingkungan. Kemudian konsep dari
Birren mengenai keberfungsian positif pada masa akhir hidup.
Dari berbagai perspektif di atas yang menjelaskan kualitas positif
dari manusia terdapat beberapa kesamaan. Ryff merumuskan beberapa
kesamaan ini menjadi enam dimensi: yaitu penerimaan diri, hubungan
positif, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan
diri.
Dengan demikian kesejahteraan psikologis merupakan suatu keadaan
psikologis yang lebih dari sekedar bebas dari penyakit mental; tetapi
mengandung arti memiliki karakteristik positif pada penerimaan diri,
hubungan dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan
hidup, dan pertumbuhan diri (Ryff dalam Matahari, Iriani, dan Lianawati,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis
Aspek-aspek kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Ryff
(dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008), meliputi 6 dimensi, yaitu:
penerimaan diri (self acceptance), hubungan positif dengan orang lain
(positive relations with others), otonomi (autonomy), penguasaan
lingkungan (enviromental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan
pertumbuhan pribadi (personal growth).
a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Dimensi penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri
dan merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis. Sebuah
gambaran inti dari kondisi well-being yang dicirikan dengan aktualisasi
dan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan serta penerimaan diri
seseorang dan kehidupan yang sudah dilewatinya. Orang-orang yang
memiliki skor tinggi pada dimensi penerimaan diri menunjukkan bahwa
individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan
menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan
merasa positif tentang kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah
menunjukkan individu merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa
terhadap kehidupan yang dijalani, mengalami kesukaran karena sejumlah
kualitas pribadi dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinya saat
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others)
Dimensi hubungan positif dengan orang lain dapat
dioperasionalkan ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang
dalam membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang
lain; yang digambarkan sebagai orang yang mempunyai empati yang
kuat, mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat. Skor yang
tinggi dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain menunjukkan
individu mempunyai hubungan yang hangat, memuaskan dan saling
percaya dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain,
mampu melakukan empati yang kuat, afeksi dan hubungan yang bersifat
timbal balik. Skor rendah menunjukkan bahwa individu hanya
mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling percaya dengan
orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka dan
memperhatikan orang lain, merasa terasing, dan frustrasi dalam
hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri untuk
mempertahankan suatu hubungan yang penting dengan orang.
c. Otonomi (Autonomy)
Dimensi otonomi ini menekankan pada kemampuan untuk
mengarahkan diri sendiri, kemandirian dan kemampuan mengatur
tingkah laku. Orang yang berfungsi penuh digambarkan mampu menilai
diri sendiri dengan menggunakan standar pribadi. Dalam dimensi
otonomi, orang-orang dengan skor tinggi adalah individu yang mampu
mengarahkan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri dengan standar
pribadi. Sedangkan skor rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa
individu memperhatikan pengharapan dan evaluasi orang lain,
bergantung pada penilaian orang lain dalam membuat keputusan,
menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah
laku.
d. Penguasaan Lingkungan (Enviromental Mastery)
Dimensi penguasaan lingkungan adalah orang yang mampu
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh kedewasaan seseorang khususnya
kemampuan seseorang untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan
yang kompleks melalui aktivitas mental dan fisik. Dalam dimensi
penguasaan lingkungan, skor yang tinggi menunjukkan bahwa individu
mempunyai sense of mastery dan mampu mengatur lingkungan,
mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan
kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, mampu memilih atau
menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-
nilai pribadi. Sedangkan skor yang rendah menyatakan bahwa individu
mengalami kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-hari, merasa tidak
mampu untuk mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar, tidak
waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan, dan
kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Dimensi tujuan hidup dapat dioperasionalkan dalam tinggi
rendahnya pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor
yang tinggi menunjukkan bahwa individu mempunyai tujuan dan arah
hidup, merasakan adanya arti dalam hidup masa kini dan masa lampau.
Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu kurang mempunyai
arti hidup, tujuan, arah hidup dan cita-cita yang tidak jelas, serta tidak
melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lampau.
f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Dimensi pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalkan dalam tinggi
rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri
secara berkelanjutan dan lebih menekankan pada cara memandang diri
dan merealisasikan potensi dalam diri. Skor yang tinggi menunjukkan
bahwa individu merasakan adanya pengembangan potensi diri yang
berkelanjutan, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi diri,
dan dapat melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu. Sedangkan skor
yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak merasakan adanya
kemajuan dan pengembangan potensi dir dari waktu ke waktu, merasa
jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, serta merasa tidak mampu
untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis:
a. Usia
Berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan
oleh Ryff (dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008), penguasaan
lingkungan dan otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan
perbandingan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia 60-74). Tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi, secara jelas menunjukkan penurunan seiring
dengan bertambahnya usia. Skor dimensi penerimaan diri, hubungan
yang positif dengan orang lain secara signifikan bervariasi berdasarkan
usia.
Usia berpengaruh pada otonomi yang semakin meningkat dari
dewasa awal ke dewasa madya, kemudian mulai menurun ketika
memasuki masa dewasa akhir. Tujuan hidup pada masa dewasa madya
lebih tinggi dari pada masa dewasa awal dan dewasa akhir. Penguasaan
lingkungan semakin meningkat pada masa dewasa akhir, hal ini
berlawanan dengan pertumbuhan pribadi yang mencapai puncak pada
masa dewasa awal yang kemudian menurun pada masa dewasa madya
dan dewasa akhir.
b. Jenis Kelamin
Menurut Ryff (dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008)
faktor jenis kelamin menunjukkan perbedaan yang signifikan pada
dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pribadi. Dari keseluruhan perbandingan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia
60-74), wanita menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada pria.
Sementara keempat dimensi Kesejahteraan Psikologis lainnya tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Jenis kelamin memberi pengaruh pada aspek relasi positif dengan
orang lain dan pertumbuhan pribadi. Wanita memiliki kecenderungan
lebih tinggi untuk menjalin relasi positif dengan orang lain dibanding
pria, potensi pertumbuhan pribadi pun lebih tinggi dibanding kaum pria.
c. Kelas Sosial
Hasil penelitian Wisconsin Longitudinal Study (WLS) (dalam
Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008) menunjukkan bahwa, pada orang
dengan status pekerjaan yang tinggi ditemukan kecenderungan tingkat
Kesejahteraan Psikologis yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa tingkat Kesejahteraan Psikologis meningkat seiring
dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang (Ryff & Singer,
1996). Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat pendidikan
seseorang menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengaman
(misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi
masalah, tekanan dan tantangan.
d. Latar Belakang Budaya
Sugianto (dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008)
mengatakan bahwa perbedaan budaya Barat dan Timur juga memberikan
pengaruh yang berbeda. Dimensi yang lebih berorientasi pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(seperti dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi) lebih menonjol
dalam konteks budaya Barat, sedangkan dimensi yang berorientasi pada
orang lain (seperti hubungan positif dengan orang lain) lebih menonjol
dalam budaya Timur.
Budaya memberikan pengaruh pada kemampuan disintegrasi diri
seseorang serta relasi positif dengan orang lain. Pada budaya barat
dengan karakteristik masyarakatnya yang cenderung individualistik
menunjukkan tingkat otonomi yang tinggi pada masyarakat. Berbeda
dengan budaya timur di mana masyarakatnya bersifat kolektif, hal ini
meningkatkan kecenderungan untuk sedapat mungkin mampu menjalin
relasi yang positif dengan orang lain.
e. Sense of Control
Berk (dalam Cyrillus, 2008) mengungkapkan bahwa individu yang
memiliki sense of control yang tinggi pada berbagai macam aspek
kehidupan dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihadapinya,
memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Adanya sense of control
membuat individu memiliki pandangan yang positif terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan memiliki keyakinan
untuk dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4. Kesejahteraan Psikologis pada Pensiunan
Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua
orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari
aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan
memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang
paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat
begitu lama (Warr dalam Eliana, 2003). Tidak heran masa pensiun ini
menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena
banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini.
Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul
karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan
tertentu. Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan
penyesuaian diri. Atchley (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa proses
penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada masa pensiun. Bahkan
penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe (dalam Eliana, 2003),
mengungkapkan bahwa pensiun menempati rangking 10 besar untuk posisi
stress.
Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak
menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah
merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi
kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah
satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang,
jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karena itu, sering kali terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai,
sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius (kejiwan ataupun
fisik). Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang
bisa beradaptasi dengan baik, dibandingkan dengan mereka yang dapat
melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat menikmati
hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya.
Dengan memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran
sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga
diri akan berubah juga karena kehilangan peran Eyde (dalam Eliana, 2003).
Bahkan akibat yang paling buruk pada pensiunan adalah bisa
mengakibatkan depresi dan bunuh diri Zimbardo (dalam Eliana, 2003).
Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis oleh Liem & Liem (dalam
Eliana, 2003) dikatakan bisa menyebabkan masalah penyakit terutama
gastrointestinal (gangguan pencernaan), gangguan saraf, berkurangnya
kepekaan. Ia menyebut penyakit di atas, dengan istilah retirement syndrome.
Dampak pensiun bukan hanya bersifat negatif saja, namun juga
terdapat dampak positifnya, yakni seseorang bisa terbebas dari rutinitas
kerja. Ada perasaan puas karena sudah berhasil menyelesaikan tugas dan
kewajibannya. Bahkan Perlmutter (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa
sebagian besar kaum pensiun menunjukkan perasaan puas, tetap merasa
dirinya berguna dan dapat mempertahankan rasa identitasnya. Rasa depresi
dan kecemasan yang timbul biasanya berada pada tingkat ringan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sifatnya hanya sementara. Kalaupun depresi bertambah hal itu disebabkan
oleh gangguan fisik dan bukan karena masa pensiun itu sendiri.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lanjut usia untuk
menghadapi masalah adalah dengan berusaha mencapai kesejahteraan
psikologis (psychological well-being). Bradburn (dalam Tenggara,
Zamralita, dan Suyasa, 2008) mendefinisikan psychological well-being
sebagai kebahagiaan dan dapat diketahui melalui beberapa dimensi.
Dimensi-dimensi tersebut antara lain otonomi, penguasaan lingkungan,
pertumbuhan pribadi, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup,
serta penerimaan diri. Ryff juga menyebutkan bahwa psychological well-
being menggambarkan sejauh mana individu merasa nyaman, damai, dan
bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka
memandang pencapaian potensi-potensi mereka sendiri.
Ryff telah merancang skala pengukuran psychological well-being
untuk mengukur 6 kriteria Kesejahteraan Psikologis dan terbukti valid. Dari
penelitiannya, Well Being pada remaja cenderung bukan pada penguasaan
lingkungan tapi lebih ke pengembangan diri, sementara pada orang dewasa
cenderung pada kebebasan dan penguasaan lingkungan. Ryff juga
mengatakan bahwa cara tiap orang menemukan well being berbeda di tiap
situasi dalam hidupnya. Remaja biasanya mendapatkan well being dengan
melakukan kegiatan yang menyenangkan dan orang dewasa mendapatkan
well being dengan menjalin hubungan keluarga dan pertemanan, sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
orang-orang tua mengalami well being karena pengalaman kerja di masa
lalu serta pendidikan yang telah ia jalani.
D. Adversity Intelligence
1. Pengertian Adversity Intelligence
Surekha (dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa adversity adalah
kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang
membentuk suatu pola–pola tanggapan kognitif dan perilaku atas stimulus
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau
kesulitan. Di tambahkan pula bahwa kesulitan yang dihadapi itu mempunyai
beragam variasi bentuk dan kekuatan dari sebuah tragedi yang besar sampai
kelalaian kecil. Dalam kamus Inggris–Indonesia disebutkan bahwa adversity
mempunyai arti kesengsaraan atau kemalangan, istilah kesengsaraan atau
kemalangan dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia sebagai
penderitaan atau kesusahan.
Menurut Stoltz (dalam Pranandari, 2008) adversity intelligence adalah
suatu pengukuran tentang bagaimana seseorang berespon terhadap kesulitan.
Elkin (dalam Wijaya, 2007) menyebutkan bahwa adversity intelligence
merupakan suatu pengukuran kemampuan individu dalam menghadapi
permasalahan, musibah, atau bencana, sedangkan Shureka (dalam Wijaya,
2007) mendefinisikan adversity intelligence sebagai suatu pengukuran
kesuksesan yang dapat digunakan untuk mengetahui siapa yang akan
bertahan dalam situasi yang sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa adversity
intelligence adalah suatu pengukuran mengenai kemampuan individu dalam
mengatasi beragam masalah, kesulitan, ataupun musibah dalam berbagai
aspek kehidupannya (Stoltz, 2000).
2. Dimensi Adversity Intelligence
Menurut Stoltz (dalam Pranandari, 2008) dimensi-dimensi adversity
intelligence adalah sebagai berikut:
a. C = Control (Kendali)
Dimensi control (kendali) mempertanyakan seberapa banyak
kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan
kesulitan.
Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi control,
cenderung lebih mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan dan tetap
konsisten pada tujuan yang ingin dicapainya. Ia pun lebih lihai dalam
mencari pemecahan dari masalah yang dihadapinya serta akan
mengambil tindakan yang akan menghasilkan lebih banyak kendali lagi.
Sedangkan individu yang memiliki skor control rendah akan merasa
bahwa kesulitan atau peristiwa buruk yang dialaminya berada di luar
kontrolnya dan hanya sedikit yang dapat ia lakukan untuk mencegah
ataupun membatasi akibat yang ditimbulkannya (menyerah pada nasib).
Semakin rendah skor control yang dimiliki individu, maka semakin besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kemungkinannya ia merasa kelelahan akibat perubahan hidup sehari-hari,
padahal tidak seharusnya demikian.
b. O2 = Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan)
Origin dan Ownership mempertanyakan dua hal, yaitu apa atau
siapa yang menjadi penyebab kesulitan dan sejauh mana individu merasa
turut bertanggung jawab atas suatu kesulitan yang terjadi, apapun
penyebabnya. Kondisi ideal pada saat dihadapkan pada situasi sulit atau
kemalangan adalah individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri
sekaligus tetap merasa bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan
yang dialami.
Individu dengan skor O2 yang tinggi akan mencerminkan
kemampuan untuk menghindari perilaku menyalahkan diri sendiri yang
tidak perlu sambil menempatkan tanggung jawab pada tempatnya yang
tepat. Sedangkan individu dengan skor O2 yang rendah merespon
kesulitan sebagai sesuatu yang terutama merupakan kesalahannya dan
menganggap peristiwa yang baik sebagai keberuntungan yang berasal
dari luar. Menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari tanggung
jawab.
c. R = Reach (Jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan
menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan. Reach menentukan
seberapa besar individu mempersepsikan masalah yang ada akan
berkembang atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Individu dengan skor reach yang tinggi akan merespon kesulitan
sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas. Individu dengan skor reach
yang rendah akan memandang kesulitan sebagai sesuatu yang merasuki
wilayah-wilayah lain dalam kehidupannya.
d. E = Endurance (Daya Tahan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu seberapa lama suatu
kesulitan akan berlangsung dan seberapa lama pula penyebab kesulitan
itu akan terus ada. Semakin rendah skor endurance, semakin besar pula
individu mempersepsikan kesulitan dan/atau penyebabnya akan
berlangsung lama.
Individu dengan skor endurance yang tinggi akan memandang
kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan permanen,
sebaliknya kesulitan sekaligus penyebabnya akan dipandang sebagai
sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan sangat kecil
kemungkinannya untuk terulang lagi. Sedangkan individu dengan skor
endurance rendah cenderung mempersepsikan kesulitan dan
penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat permanen dan di sisi lain,
kesuksesan ataupun keberhasilan yang ia capai hanyalah sesuatu yang
sifatnya sementara waktu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3. Adversity Intelligence pada Pensiunan
Masa pensiun merupakan masa yang sering ditakuti oleh banyak
orang. Hal ini dikarenakan masa pensiun dapat menimbulkan masalah
karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan
seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun,
selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan
kerja, dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang
sudah melekat begitu lama (Warr dalam Eliana, 2003). Tidak heran masa
pensiun ini menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya,
karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini. Ketidak–
siapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya
kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan tertentu.
Werner (dalam Stoltz, 2000) menyatakan bahwa orang yang optimis
adalah para perencana yang mampu menyelesaikan masalah dan orang yang
dapat memanfaatkan masalah sebagai peluang. Hal ini didukung oleh
penelitian Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan perbedaan individu
yang pesimis dan optimis sebagai perbandingan seseorang yang memiliki
Adversity intelligence yang tinggi atau rendah. Individu pesimis akan
memandang kesulitan sebagai situasi yang menetap, pribadi dan berdampak
ke semua aspek hidup lain, sedangkan individu optimis akan memandang
kesulitan sebagai kondisi sementara, eksternal dan terbatas pada persoalan
saat itu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
E. Dinamika Adversity Intelligence dan Kesejahteraan Psikologis
Di dalam adversity intelligence terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi daya juang seseorang. Aspek yang pertama adalah control.
Apabila individu memiliki control yang tinggi, maka individu tersebut akan
dapat mengendalikan kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Kemampuan
individu dalam mengendalikan kesulitan akan membuat individu merasa lebih
optimis. Sikap tersebut membuat individu mampu melihat peluang dalam
mencari penyelesaian terhadap masalah yang dihadapinya. Keadaan tersebut
akan membuat kesejahteraan psikologis tinggi. Sebaliknya apabila control
yang dimiliki individu rendah, maka individu tersebut akan merasa tidak
berdaya dan menganggap kesulitan-kesulitan yang ada berada diluar dari
kendalinya. Perasaan tersebut membuat individu menjadi pesimis, mudah
menyerah, dan putus asa. Ketika individu pesimis, mudah menyerah, dan
putus asa maka ia akan pasrah pada situasi sulit yang ada. Hal ini pada
akhirnya akan membuat kesejahteraan psikologis individu rendah (Stoltz,
2000).
Aspek yang kedua adalah origin dan ownership. Apabila individu
memiliki origin dan ownership yang tinggi, maka individu akan dapat
menempatkan masalah tidak hanya pada diri sendiri. Individu juga mampu
melihat faktor dari luar sebagai asal usul masalah dan bersedia menanggung
akibat atas situasi sulit yang dihadapi secara objektif. Kemampuan individu
untuk melihat adanya faktor dari luar sebagi asal usul masalah membuat
individu tidak selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika suatu masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menimpanya. Individu tetap akan merasa menyesal, akan tetapi penyesalan
yang dialaminya adalah penyesalan yang sewajarnya. Rasa penyesalan yang
sewajarnya membuat individu mau belajar dari kesalahan yang ada. Kemauan
belajar dari kesalahan yang ada membuat kesejahteraan psikologis individu
tinggi. Sebaliknya apabila origin dan ownership yang dimiliki individu
rendah, maka individu akan menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang
merupakan kesalahan dari dirinya sendiri. Akibatnya individu akan
menyalahkan dirinya sendiri. Sikap individu yang selalu menyalahkan diri
sendiri membuat individu minder, tidak percaya diri dan ragu-ragu. Sikap
individu yang minder, tidak percaya diri, dan ragu-ragu akan membuat
kesejahteraan psikologis dari individu tersebut rendah (Stoltz, 2000).
Aspek yang ketiga adalah reach. Apabila individu memiliki reach yang
tinggi, maka individu akan dapat merespon kesulitan sebagai sesuatu yang
spesifik dan terbatas. Kemampuan individu untuk merespon kesulitan sebagai
sesuatu yang terbatas akan membuat individu lebih berdaya dan dapat
menentukan sikap. Hal ini membuat kesukaran dan tantangan yang dihadapi
individu lebih mudah ditangani. Kemampuan menangani kesukaran dan
tantangan membuat kesejahteraan psikologis individu akan tinggi. Apabila
reach yang dimiliki individu rendah, maka individu akan merespon kesulitan
sebagai sesuatu yang mempengaruhi hal-hal lain dalam kehidupannya.
Akibatnya individu kurang dapat menentukan sikap dan tidak berdaya untuk
mengambil suatu tindakan. Ketidak mampuan individu menentukan sikap dan
tindakan membuat kesejahteraan psikologis individu rendah (Stoltz, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Aspek yang keempat adalah endurance. Individu yang memiliki
endurance tinggi akan menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang sementara
dan kecil kemungkinannya terjadi lagi. Keyakinan individu bahwa masalah
yang ada hanya sementara membuat individu memiliki semangat, rasa
optimis, dan keyakinan untuk melalui situasi tersebut. Keadaan tersebut
membuat individu cepat bertindak dan bangkit dari keterpurukan.
Kemampuan individu untuk bangkit dari keterpurukan membuat
kesejahteraan psikologis individu tinggi. Sementara itu, individu yang
memiliki endurance yang rendah akan memandang kesulitan sebagai
peristiwa yang berlangsung lama. Keadaan tersebut membuat individu merasa
tidak berdaya, putus asa, dan kehilangan harapan. Rasa tidak berdaya dan
putus asa membuat individu kurang mampu untuk bertindak melawan
kesulitan dan pada akhirnya terpuruk pada keadaan. Individu yang terpuruk
pada keadaan akan memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah (Stoltz,
2000).
Kita dapat lihat dinamika antara adversity intelligence dan
kesejahteraan psikologis dalam bagan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
13
Bagan Hubungan Adversity Intelligence dan Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan
Psikologis
tinggi
Tidak selalu menyalah-
kan diri sendiri, menye-
sal sewajarnya.
Optimis Dapat meengendalikan kesulitan-
kesulitan yang di alami.
Menempatkan masalah tidak hanya
pada diri sendiri, namun juga melihat
faktor dari luar sebagai asal usul
masalah dan bersedia menanggung
akibat atas situasi sulit yang dihadapi
secara objektif.
Lebih berdaya dan dapat
menentukan sikap. Merespon kesulitan sebagai sesuatu
yang spesifik dan terbatas.
AI
Tinggi
Menganggap kesulitan sebagai
sesuatu yang sementara, dan kecil
kemungkinannya terjadi lagi.
Memiliki semangat, op-
timis, keyakinan dapat
melaluinya.
AI pada
pensiunan
Pesimis, mudah me-
nyerah, putus asa
Tidak berdaya. Merasa bahwa
kesulitan- kesulitan yang terjadi
berada di luar kendali.
Menyalahkan diri sen-
diri.
Menganggap kesulitan sebagai
sesuatu yang merupakan kesalahan
diri sendiri.
AI
Rendah
Kesejahteraan
Psikologis
rendah Kurang dapat menen-
tukan sikap.
Merespon kesulitan sebagai sesuatu
yang mempengaruhi hal-hal lain
dalam kehidupan.
Tidak berdaya, putus
asa, dan hilangnya ha-
rapan.
Memandang kesulitan sebagai
peristiwa yang berlangsung lama
Kesukaran, dan
tantangan lebih mu
dah ditangani.
Cepat bertindak,
bangkit dari keter-
purukan.
Pasrah pada situasi
yang ada
Minder, tidak per-
caya diri dan ragu-
ragu.
Tidak berdaya un-
tuk mengambil tin-
dakan.
Kurang bertindak
melawan kesulitan,
terpuruk pada ke-
adaan.
Mampu melihat
peluang
Belajar dari kesala-
han yang ada.
Kesejahteraan
Psikologis
pada
Pensiunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ha: Ada
hubungan positif antara adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis
pada pensiunan. Semakin tinggi adversity intelligence maka semakin tinggi
kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah adversity intelligence maka semakin rendah kesejahteraan psikologis
pada pensiunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif inferensial dengan
pendekatan korelasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
adanya hubungan antara adversity intelligence dan kesejahteraan
psikologis pada pensiunan.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel yang diidentifikasi sebagai berikut :
1. Variabel tergantung/dependen/terikat/criterion yaitu kesejahteraan
psikologis
2. Variabel bebas/independen/tidak terikat/predictor yaitu adversity
intelligence
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kesejahteraan Psikologis
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kesejahteraan
psikologis. Ryff (dalam Matahari, Iriani, dan Lianawati, 2005)
menjelaskan kesejahteraan psikologis merupakan suatu keadaan
psikologis yang lebih dari sekedar bebas dari penyakit mental; tetapi
mengandung arti memiliki karakteristik positif pada penerimaan diri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
hubungan dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan
hidup, dan pertumbuhan diri.
Kesejahteraan psikologis pada penelitian ini diukur menggunakan
skala kesejahteraan psikologis yang disusun berdasarkan aspek-aspek
yang mengacu pada teori Ryff (dalam Tenggara, Zamralita dan Suyasa,
2008) yaitu:
a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan
merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis. Sebuah
gambaran inti dari kondisi well-being yang dicirikan dengan
aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan serta
penerimaan diri seseorang dan kehidupan yang sudah dilewatinya.
b. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with
Others)
Hubungan positif dengan orang lain dapat dioperasionalkan
ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina
kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain; yang
digambarkan sebagai orang yang mempunyai empati yang kuat,
mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat.
c. Otonomi (Autonomy)
Otonomi menekankan pada kemampuan untuk mengarahkan
diri sendiri, kemandirian dan kemampuan mengatur tingkah laku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Orang yang berfungsi penuh digambarkan mampu menilai diri
sendiri dengan menggunakan standar pribadi.
d. Penguasaan Lingkungan (Enviromental Mastery)
Penguasaan lingkungan adalah orang yang mampu
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh kedewasaan seseorang khususnya
kemampuan seseorang untuk memanipulasi dan mengontrol
lingkungan yang kompleks melalui aktivitas mental dan fisik.
e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Tujuan hidup dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya
pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya.
f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalkan dalam tinggi
rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi
diri secara berkelanjutan dan lebih menekankan pada cara
memandang diri dan merealisasikan potensi dalam diri.
Skor tinggi pada skala ini menunjukkan pensiunan cenderung memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi, sedangkan skor rendah pada skala ini
menunjukkan pensiunan cenderung memiliki kesejahteraan psikologis
yang rendah dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Adversity Intelligence
Variabel bebas pada penelitian ini adalah adversity intelligence.
Menurut Stoltz (2000), adversity intelligence adalah suatu pengukuran
mengenai kemampuan individu dalam mengatasi beragam masalah,
kesulitan, ataupun musibah dalam berbagai aspek kehidupannya.
Adversity intelligence dalam penelitian ini akan diukur dengan
skala adversity intelligence yang disusun berdasarkan aspek-aspek
yang dipaparkan oleh Stoltz (dalam Pranandari, 2008), yaitu :
a. C = Control (Kendali)
Dimensi control (kendali) mempertanyakan seberapa
banyak kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang
menimbulkan kesulitan.
b. O2 = Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan)
Origin dan Ownership mempertanyakan dua hal, yaitu apa
atau siapa yang menjadi penyebab kesulitan dan sejauh mana
individu merasa turut bertanggung jawab atas suatu kesulitan yang
terjadi, apapun penyebabnya. Kondisi ideal pada saat dihadapkan
pada situasi sulit atau kemalangan adalah individu tidak terlalu
menyalahkan diri sendiri sekaligus tetap merasa bertanggung jawab
untuk mengatasi kesulitan yang dialami.
c. R = Reach (Jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan
menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan. Reach
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menentukan seberapa besar individu mempersepsikan masalah
yang ada akan berkembang atau tidak.
d. E = Endurance (Daya Tahan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu seberapa lama
suatu kesulitan akan berlangsung dan seberapa lama pula penyebab
kesulitan itu akan terus ada.
Skor tinggi pada skala ini menunjukkan pensiunan cenderung
memiliki adversity intelligence yang tinggi, sedangkan skor rendah pada
skala ini menunjukkan pensiunan cenderung memiliki adversity
intelligence yang rendah dalam hidupnya.
D. Subjek Penelitian
Karakter subjek penelitian ini adalah
a. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
b. Berada dalam masa dewasa tengah dan dewasa akhir
c. Menjalani masa pensiun
E. Sampling
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling. Hal ini berarti sample dalam penelitian ini
sudah ditentukan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai. Menurut Sutrisno
Hadi uji coba terpakai adalah uji coba yang hasilnya sekaligus digunakan
sebagai data penelitian yang dianalisis (dalam Hadi. S, 2005).
Penelitian ini mengukur hubungan antara adversity intelligence dan
Kesejahteraan Psikologis pada pensiunan. Maka untuk mengolah data
digunakan teknik korelasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Skala kesejahteraan psikologis
2. Skala adversity intelligence
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan skala
model Likert. Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan skala
terstruktur, yang mana jawaban sudah disediakan dan subjek hanya
memilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek.
Adapun skala yang digunakan dalam masing-masing variabel
penelitian ini adalah:
1. Skala Kesejahteraan Psikologis
Penyusunan skala kesejahteraan psikologis disusun berdasarkan
aspek-aspek kesejahteraan psikologis yang mengacu pada teori Ryff
(dalam Tenggara, Zamralita dan Suyasa , 2008) yaitu:
a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan
merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis. Sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
gambaran inti dari kondisi well-being yang dicirikan dengan
aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan serta
penerimaan diri seseorang dan kehidupan yang sudah dilewatinya.
b. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with
Others)
Hubungan positif dengan orang lain dapat dioperasionalkan
ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina
kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain; yang
digambarkan sebagai orang yang mempunyai empati yang kuat,
mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat.
c. Otonomi (Autonomy)
Otonomi menekankan pada kemampuan untuk mengarahkan
diri sendiri, kemandirian dan kemampuan mengatur tingkah laku.
Orang yang berfungsi penuh digambarkan mampu menilai diri
sendiri dengan menggunakan standar pribadi.
d. Penguasaan Lingkungan (Enviromental Mastery)
Penguasaan lingkungan adalah orang yang mampu
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh kedewasaan seseorang khususnya
kemampuan seseorang untuk memanipulasi dan mengontrol
lingkungan yang kompleks melalui aktivitas mental dan fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Tujuan hidup dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya
pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya.
f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalkan dalam tinggi
rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi
diri secara berkelanjutan dan lebih menekankan pada cara
memandang diri dan merealisasikan potensi dalam diri.
Berdasarkan enam aspek diatas, selanjutnya peneliti menyusun 90
butir pernyataan yang terdiri dri 48 pernyataan favorable dan 42 pernyataan
unfavorabel. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut:
Tabel 1
Spesifikasi Aitem-aitem Skala Kesejahteraan Psikologis
Aspek
Kesejahteraan
Psikologis
No Aitem
Bobot (%)
Jumlah
Aitem Favourable Unfavorable
Penerimaan Diri
1, 14, 27, 41,
52, 64, 73, 90
7, 18, 36, 47, 60,
67, 82
16,67% 15
Hubungan positif
dengan orang lain 2, 20, 35, 46,
59, 65, 74, 89
10, 13, 26, 39,
49, 68, 81 16,67%
15
Otonomi
9, 19, 28, 37,
50, 66, 80, 85
3, 15, 25, 42, 53,
72, 84
16,67% 15
Penguasaan
lingkungan
4, 16, 29, 38,
51, 61, 75, 86
8, 21, 34, 43, 54,
69, 83
16,67% 15
Tujuan hidup 5, 17, 30, 48,
55, 62, 76, 88
11, 22, 32, 44,
56, 70, 78
16,67% 15
Pertumbuhan
Pribadi
12, 23, 31, 40,
58, 63, 77, 87
6, 24, 33, 45, 57,
71, 79
16,67% 15
Total 48 42 100% 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Skor jawaban subjek pada skala kesejahteraan psikologis, yaitu :
Tabel 2
Skor Jawaban Subjek pada Skala Kesejahteraan Psikologis
Respon Favorabel Unfavorabel
Sangat Sering (SS) 4 1
Sering (S) 3 2
Jarang (TS) 2 3
Tidak Pernah (STS) 1 4
Semakin tinggi skor subjek yang diperoleh, maka semakin tinggi
pula tingkat Kesejahteraan Psikologis yang dialami. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah skor subjek yang diperoleh, maka semakin
rendah pula tingkat Kesejahteraan Psikologis yang dialami.
2. Skala Adversity Intelligence
Penyusunan skala adversity intelligence disusun berdasarkan 4
aspek yang di dikemukakan oleh Stoltz (dalam Pranandari, 2008),
yaitu :
a. C = Control (Kendali)
Dimensi control (kendali) mempertanyakan seberapa
banyak kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang
menimbulkan kesulitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. O2 = Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan)
Origin dan Ownership mempertanyakan dua hal, yaitu apa
atau siapa yang menjadi penyebab kesulitan dan sejauh mana
individu merasa turut bertanggung jawab atas suatu kesulitan yang
terjadi, apapun penyebabnya. Kondisi ideal pada saat dihadapkan
pada situasi sulit atau kemalangan adalah individu tidak terlalu
menyalahkan diri sendiri sekaligus tetap merasa bertanggung jawab
untuk mengatasi kesulitan yang dialami.
c. R = Reach (Jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan
menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan. Reach
menentukan seberapa besar individu mempersepsikan masalah
yang ada akan berkembang atau tidak.
d. E = Endurance (Daya Tahan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu seberapa lama
suatu kesulitan akan berlangsung dan seberapa lama pula penyebab
kesulitan itu akan terus ada.
Berdasarkan empat dimensi diatas, selanjutnya peneliti menyusun
60 butir pernyataan yang terdiri dri 31 pernyataan favorable dan 29
pernyataan unfavorabel. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat dari
tabel sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 3
Spesifikasi Aitem-aitem Skala Adversity Intelligence
Aspek
Adversity
Intelligence
No Aitem
Bobot (%)
Jumlah
Aitem Favourable Unfavorable
Control (C) 1, 7, 25, 34, 41,
48, 50
3, 16, 27, 31, 36,
40, 47, 54
25% 15
Origin
Dan
Ownership
(O2)
8, 18, 26, 35 2, 12, 21
25%
15
9, 20, 28, 37 6, 13, 24, 39
Reach (R) 5, 14, 22, 32, 43,
46, 51, 57
10, 19, 29, 33, 42,
45, 58
25% 15
Endurance (E) 4, 15, 23, 38, 49,
52, 55, 59
11, 17, 30, 44, 53,
56, 60
25% 15
Total 31 29 100% 60
Skor jawaban subjek pada skala adversity intelligence, yaitu :
Tabel 4
Skor Jawaban Subjek pada Skala Adversity Intelligence
Respon Favorabel Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai. (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Semakin tinggi skor subjek yang diperoleh, maka semakin tinggi
juga adversity intelligence yang dimiliki. Sebaliknya semakin rendah skor
total yang diperoleh, maka semakin rendah juga adversity intelligence yang
dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
G. Kredibilitas Alat Ukur
1. Estimasi Validitas
Validitas seringkali dikonsepkan sebagai sejauhmana tes mampu
mengukur atribut yang seharusnya diukur (Azwar, 1999). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan dapat
mengukur apa yang hendak diukur.
Pengukuran validitas pada penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment (Azwar, 1999). Isi tes tidak hanya menunjukkan bahwa tes
tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat isi
yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan alat ukur. Untuk
memenuhi validitas isi tersebut, professional judgment dilakukan
dengan meminta pendapat dosen pembimbing skripsi dalam proses
telaah soal (aitem review) pada skala penelitian yang telah dibuat oleh
peneliti.
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah
‘sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi
objek yang hendak diukur’ atau ’sejauhmana isi tes mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Seleksi Aitem
Tahap pertama yang dilakukan untuk seleksi aitem adalah analisis
dan seleksi aitem berdasarkan evaluasi kualitatif. Evaluasi ini melihat
apakah aitem yang ditulis sudah sesuai dengan blue print dan indikator
perilaku yang hendak diungkapkan, melihat apakah aitem telah ditulis
sesuai dengan kaidah penulisan yang benar dan melihat apakah aitem
yang ditulis masih mengandung social desirability yang tinggi.
Tahap kedua adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data
empiris (data hasil uji-coba aitem pada kelompok subjek yang
karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak dikenai skala itu
nantinya).
Data dianalisis secara kuantitatif untuk memilih aitem-aitem yang
benar yaitu aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi. Daya beda
aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu
atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang
diukur (Azwar,1999). Kualitas aitem yang diukur dengan analisis butir
yang menggunakan parameter daya beda aitem. Kriteria yang
digunakan batasan adalah 0,30 dengan taraf signifikansi 0,05. Aitem
yang memiliki koefisien korelasi sebesar 0,30 keatas (>0,30) dianggap
memenuhi kriteria item yang sahih sedangkan item yang memiliki
koefisien korelasi dibawah 0,30 (<0,30) digugurkan (Azwar,1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3. Estimasi Reliabilitas
Azwar (1999) menjelaskan bahwa reliabilitas mengacu pada
konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna
kecermatan pengukuran untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik dan dapat
digunakan dengan keseluruhan konsistensi pada waktu yang berbeda
untuk tujuan penelitian yang sama. Instrumen yang reliabel sudah
dapat dipercaya dan akan menghasilkan data yang sangat dipercaya
juga. Pengukuran reliabilitas dan uji analisis dalam penelitian ini
dilakukan perhitungan reliabilitas koefisien alpha dari cronbach.
Reliabilitas dianggap memuaskan apabila mendekati rxx = 0,900.
4. Hasil Uji Coba Alat Penelitian
a. Hasil Uji Coba Skala Kesejahteraan Psikologis
Skala kesejahteraan psikologis dihitung menggunakan SPSS
for Windows versi 17.0. Seleksi aitem menggunakan koefisien
korelasi aitem total. Kriterian aitem yang diterima jika korelasinya
positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 1999). Uji
reliabilitas skala kesejahteraan psikologis pada 90 aitem dengan α =
0,940 dan 31 aitem gugur. Setelah menghilangkan aitem gugur,
koefisien reliabilitas α = 0,949 dengan 59 aitem. Hasil uji coba skala
kesejahteraan psikologis dapat dilihat pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 5
Spesifikasi Aitem-aitem
Skala Kesejahteraan Psikologis setelah Uji Coba
Aspek
Kesejahteraan
Psikologis
No Aitem Baik No Aitem Tidak Baik
Favourable Unfavorable Favourable Unfavorable
Penerimaan
Diri
14 18, 36, 47, 67, 82 1, 27, 41, 52, 64,
73, 90
7, 60
Hubungan
positif dengan
orang lain
2, 20, 35, 46,
65
13, 26, 39, 49, 68 59, 74, 89
10, 81
Otonomi
19, 28, 80 15, 25, 84 9, 37, 50, 66, 85 3, 42, 53, 72
Penguasaan
lingkungan
4, 16, 29, 51,
61
8, 21, 34, 43 38, 75, 86 54, 69, 83
Tujuan hidup 5, 17, 30, 48,
55, 62, 76, 88
11, 22, 32, 44,
56, 70, 78
Pertumbuhan
Pribadi
12, 40, 58, 63,
77, 87
6, 24, 33, 45, 57,
71, 79
23, 31
Jumlah 28 31 20 11
Total 59 31
b. Hasil Uji Coba Skala Adversity Intelligence
Skala adversity intelligence dihitung menggunakan SPSS for
Windows versi 17.0. Seleksi aitem menggunakan koefisien korelasi
aitem total. Kriterian aitem yang diterima jika korelasinya positif
dan sama dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 1999). Uji
reliabilitas skala adversity intelligence pada 60 aitem dengan α =
0,888 dan 27 aitem gugur. Setelah menghilangkan aitem gugur,
koefisien reliabilitas α = 0,904 dengan 33 aitem. Hasil uji coba
skala adversity intelligence dapat dilihat pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 6
Spesifikasi Aitem-aitem
Skala Adversity Intelligence setelah Uji Coba
Aspek
Adversity
Intelligence
No Aitem Baik No Aitem Tidak Baik
Favourable Unfavorable Favourable Unfavorable
Control (C) 41, 48 3, 31, 36, 47,
54
1, 7, 25, 34,
50
16, 27, 40
Origin dan
Ownership
(O2)
35
20
21
6, 13, 24, 39
8, 18, 26
9, 28, 37
2, 12
Reach (R) 5, 14, 22, 46,
51
19, 42, 45, 58 32, 43, 57 10, 29, 33
Endurance
(E)
4, 15, 49, 52,
55, 59
11, 17, 30, 53 23, 38 44, 56, 60
Jumlah 15 18 16 11
Total 33 27
H. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik
korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data
yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan
antara distribusi sebaran variabel X dan variabel Y dalam
penelitian ini bersifat normal atau tidak. Data dinyatakan
berdistribusi normal apabila signifikansi lebih besar dari 5% atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
0.05. Sebaliknya, apabila signifikansi yang diperoleh lebih kecil
dari 5% atau 0.05 maka sebaran data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah
hubungan antara skor variabel X dan variabel Y merupakan
bergaris lurus atau tidak. Apabila hubungan antara dua variabel
tersebut menunjukkan garis lurus maka dapat dikatakan terdapat
korelasi linear antara kedua variabel. Data dinyatakan linear
apabila dua variabel mempunyai signifikansi kurang dari 0.05.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
positif antara adversity intelligence dan Kesejahteraan Psikologis pada
pensiunan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan
analisis korelasi Pearson Product Moment melalui SPSS for Windows
versi 17.0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini melibatkan 62 subjek. Penelitian dilaksanakan pada
tanggal 23 – 30 Desember 2010 dengan cara meminta subjek mengisi
kuesioner yang berisi dua skala, yaitu skala adversity intelligence dan skala
kesejahteraan psikologis. Peneliti menyebar kuesioner sebanyak 70
eksemplar. Kuesioner yang kembali sejumlah 62 sedangkan 8 kuesioner
lainnya gugur. Ada beberapa alasan hasil kuesioner tidak dapat dipakai,
antara lain adanya kuesioner yang datanya tidak diisi lengkap sebanyak 3
buah, kuesioner yang tidak ada identitas dan tanda tangan subjek sebanyak 1
buah sedangkan 4 kuesioner lainnnya tidak kembali kepada peneliti.
B. Data Demografi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 62 orang yang dikelompokkan
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, agama, dan
instansi tempat mereka bekerja. Pengelompokkan tersebut disajikan dalam
tabel-tabel berikt:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 7
Data Demografi Subjek Penelitian
No. Kategori Keterangan N %
1.
Usia
56 14 22,58%
57 13 20,97%
58 6 9,68%
59 11 17,74%
60 3 4,84%
61 2 3,23%
62 4 6,45%
63 3 4,84%
64 1 1,61%
65 5 8,06%
2. Jenis Kelamin Laki-laki 43 69,35%
Perempun 19 30,65%
3.
Pendidikan
Terakhir
S1 11 17,74%
D3 / Akademi 18 29,03%
SMA / STM 27 43,55%
SMP 5 8,07%
SD 1 1,61%
4.
Suku
Jawa 14 22,58%
Toraja 20 32,26%
Buton 5 8,06%
Bugis 16 25,81%
Mandar 1 1,61%
Tolaki 2 3,23%
Flores 1 1,61%
Batak 1 1,61%
Selayar 1 1,61%
Luwuk 1 1,61%
5. Agama Katolik 15 24,19%
Kristen 10 16,13%
Islam 37 59,68%
6. Instansi Swasta 49 79,03%
Negeri 13 20,97%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
C. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel
yang akan dianalisis tersebut berdistribusi normal atau tidak. Data
dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikasi lebih besar daripada
5% atau 0.05. Sebaliknya, apabila nilai signifikasi yang diperoleh lebih
kecil dari 5% atau 0.05, maka sebaran data tersebut tidak berdistribusi
normal. Penelitian uji normalitas diolah dengan menggunakan SPSS for
Windows versi 17.0.
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Signifikansi Keterangan
Adversity
Intelligence 0,970 0,303 Normal
Kesejahteraan
Psikologis 0,783 0,572 Normal
Hasil di atas diperoleh Kolmogorov-Smirnov untuk variabel
adversity intelligence sebesar 0,970 dengan signifikansi 0,303. Nilai
signifikansi tersebut lebih besar dari 5% pada variabel adversity
intelligence, dengan demikian sebaran data adalah normal.
Data variabel kesejahteraan psikologis Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,783 dengan signifikansi 0,572. Nilai signifikansi tersebut lebih
dari 5% pada variabel stres, dengan demikian sebaran data adalah normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian dari
sampel yang akan diuji tersebut memiliki hubungan yang erat. Jika
hubungan antara dua variabel tersebut menunjukan garis lurus maka dapat
dinyatakan terdapat korelasi linier antara kedua variabel. Kuatnya
hubungan antar variabel dinyatakan dengan signifikansi linearitas positif p
< 0,05. Uji linearitas pada data penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS for Windows versi 17.0. Berikut adalah hasil uji
linearitas yang dilakukan pada data penelitian ini.
Tabel 9
Hasil Uji Linearitas
Hubungan F Hitung Sig. (P)
Adversity Intelligence dan
Kesejahteraan Psikologis 44.615 0,000
Dari tabel hasil uji linearitas diatas, dapat dilihat bahwa hasil
uji linearitas hubungan antara adversity intelligence dan kesejahteraan
psikologis sebesar 44.615 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000.
Besar taraf signifikansi pada uji linearitas yang menunjukkan bahwa
(P<0,05) maka hubungan antara kedua variabel yaitu adversity
intelligence dan kesejahteraan psikologis tersebut adalah linier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
D. Hasil Penelitian
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment pada taraf signifikasi 5% (0,05). Uji
Hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0.
Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan pada penelitian ini karena
hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah, yaitu berarah positif.
Tabel 10
Hasil Uji Hipotesis
Hubungan R Sig. (P)
Adversity Intelligence dan
Kesejahteraan Psikologis 0,646 0,000
Dari hasil analisi data diketahui bahwa koefisien korelasi antara
variabel adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis sebesar 0,646
dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara variabel adversity intelligence dan
kesejahteraan psikologis. Jadi, semakin tinggi adversity intelligence
seseorang, maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis yang di rasakan
oleh orang tersebut. Begitu juga sebaliknya semakin rendah adversity
intelligence seseorang, maka semakin rendah kesejahteraan psikologis
yang di rasakan oleh orang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dari penelitian ini, diktahui bahwa r = 0,646 dan koefisien
determinan (r2) sebesar 41,73%. Hal ini berarti adversity intelligence
memiliki sumbangan efektif sebesar 41,73% terhadap kesejahteraan
psikologis pada para pensiunan, sedangkan 58,27% lainya dipengaruhi
oleh variabel lain.
2. Uji Tambahan
Uji tambahan dilakukan untuk menghasilkan mean teoritik dan
mean empiris, di mana mean teorik ini digunakan untuk mengetahui rata-
rata skor ideal pada data penelitian. Mean empiris digunakan untuk
mengetahui rata-rata skor pada data penelitian. Uji tambahan juga
dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan subjek memiliki
adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis yang tinggi. Pada tabel
berikut ini disajikan data teoritis dan empiris skala adversity intelligence
dan skala kesejahteraan psikologis pada para pensiunan:
Tabel 11
Data Teoritis dan Empiris
Variabel N T SD P
Mean
Teoritis Empiris
Adversity
Intelligence 62
59,737 4,881 0,00 82,5 119,532
Kesejahteraan
Psikologis 65,196 8,199 0,00 147,5 215,387
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Nilai P pada variabel adversity intelligence sebesar 0.00. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritis dan empiris pada skala adversity intelligence. Mean teoritis adalah
rata-rata skor pada alat ukur penelitian. Mean Teoritis diperoleh dari angka
titik tengah skor alat ukur penelitian. Mean empiris adalah rata-rata skor
dalam penelitian. Skala adversity intelligence menunjukkan mean empiris
119,532 lebih tinggi dibandingkan mean teoritis 82,5. Hal tersebut
menunjukkan subjek penelitian pada kenyataannya memiliki adversity
intelligence yang tinggi.
Nilai P pada variabel kesejahteraan psikologis sebesar 0.00. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritis dan empiris pada skala kesejahteraan psikologis. Skala
kesejahteraan psikologis menunjukkan mean empiris 215,387 lebih tinggi
dibandingkan mean teoritis 147,5. Hal tersebut menunjukkan subjek
penelitian pada kenyataannya memiliki kesejahteraan psikologis yang
tinggi.
E. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan positif antara
adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Dari
analisis data yang telah dilakukan, menunjukan nilai koefisien korelasi antara
adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan sebesar
0,646 dengan signifikansi 0,000. Nilai tersebut menunjukan bahwa terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
hubungan yang positif dan signifikan antara adversity intelligence dan
kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Hal ini menandakan bahwa hipotesis
awal penelitian, yaitu ada hubungan positif dan signifikan antara adversity
intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan dapat diterima.
Dalam penelitian ini adversity intelligence memiliki sumbangan efektif
sebesar 41,73% terhadap kesejahteraan psikologis pada para pensiunan,
sedangkan 58,27% lainya dipengaruhi oleh variabel lain.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
tentunya menuntut seseorang untuk dapat melakukan penyesuaian agar dapat
menjalani kehidupannya dengan lebih sejahtera dan terhindar dari masalah.
Akan tetapi hal tersebut sering menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan bagi
sebagian orang. Kesulitan-kesulitan yang dialami individu tersebut tentunya
menjadi masalah dan membuat individu berada dalam tekanan, sehingga
individu tersebut akan memberikan respon dalam menghadapi kesulitan atau
permasalahan dalam hidupnya. Stoltz (2000) membagi adversity intelligence
individu atas empat dimensi yang terdiri dari Control, Origin – Owner, Reach
dan Endurance (CO2RE). Empat dimensi yang menjadi indikator tinggi
rendahnya adversity intelligence ini mengacu kepada kesulitan yang dihadapi
individu dalam hidupnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-
indikator pada adversity intelligence memberikan dampak gejala pada diri
individu. Apabila individu tersebut dapat mengendalikan kesulitan-kesulitan
yang dialami, maka ia akan cenderung mampu menguasai dan mengolah
lingkungannya, serta dapat mengontrol kejadian diluar dirinya. Individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
memiliki Origin dan Ownership adalah individu yang mampu menempatkan
masalah tidak hanya pada diri sendiri namun juga melihat faktor dari luar
sebagai asal usul masalah dan bersedia menanggung akibat atas situasi sulit
yang dihadapi secara objektif. Individu tersebut cenderung akan bersikap
positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri,
termasuk kualitas baik dan buruk, serta merasa positif dengan kehidupan masa
lalu. Selain itu, individu tersebut juga akan cenderung memperhatikan
kesejahteraan orang lain, memiliki hubungan yang hangat, memuaskan, dan
saling percaya, serta hubungan yang bersfat timbal balik. Begitu juga dengan
individu yang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas,
ia akan cenderung mandiri dan mampu menghadapi tekanan sosial, serta
mampu mengatur tingkah lakunya sendiri. Sedangkan individu yang
menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang sementara, dan kecil
kemungkinannya terjadi lagi, ia cenderung memiliki tujuan dan arah hidup
yang jelas, merasa hidupnya bermakna di masa lalu dan sekarang, serta
berpegang pada keyakinan yang menjadi tujuan hidup. Individu tersebut juga
akan melihat dirinya terus bertumbuh dan berkembang, terbuka akan
pengalaman baru dan merealisasikan potensi yang dimiliki, serta memperbaiki
diri dan perilaku terus menerus.
Subjek penelitian merupakan pensiunan yang sedang menjalani masa
pensiun. Dari penelitian ini diketahui bahwa subjek tergolong memiliki
adversity intelligence yang tinggi. Para pensiunan memiliki adversity
intelligence yang tinggi mungkin disebabkan sikap optimis yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
miliki. Sikap tersebut ditunjukan dengan adanya keyakinan dalam diri mereka
untuk menjalani masa pensiun dengan sejahtera dan kemampuan untuk
mengatasi masalah yang akan mereka hadapi. Hal ini juga menunjukkan
adanya sifat tahan banting dan keuletan. Werner (dalam Stoltz, 2000)
menyatakan bahwa orang yang optimis adalah para perencana yang mampu
menyelesaikan masalah dan orang yang dapat memanfaatkan masalah sebagai
peluang. Hal ini didukung oleh penelitian Seligman (dalam Stoltz, 2000)
menyatakan perbedaan individu yang pesimis dan optimis sebagai
perbandingan seseorang yang memiliki adversity intelligence yang tinggi atau
rendah. Individu pesimis akan memandang kesulitan sebagai situasi yang
menetap, pribadi dan berdampak ke semua aspek hidup lain, sedangkan
individu optimis akan memandang kesulitan sebagai kondisi sementara,
eksternal dan terbatas pada persoalan saat itu saja.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa subjek tergolong memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena para
pensiunan memiliki penguasaan lingkungan dan otonomi yang baik. Menurut
Ryff dan Singer (1996) (dikutip oleh Henry, Zamralita, & Tommy, 2008)
kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
dipengaruhi oleh usia. Penguasaan lingkungan dan otonomi semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Mereka yang memiliki
penguasaan lingkungan yang baik adalah orang yang mampu menciptakan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Kemampuan ini dipengaruhi
oleh kedewasaan seseorang khususnya kemampuan seseorang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
memanipulasi dan mengontrol lingkungan yang kompleks melalui aktivitas
mental dan fisik. Dalam dimensi penguasaan lingkungan, skor yang tinggi
menunjukkan bahwa individu mempunyai sense of mastery dan mampu
mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks,
menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, mampu
memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
dan nilai-nilai pribadi. Sedangkan skor yang rendah menyatakan bahwa
individu mengalami kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-hari, merasa
tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar, tidak
waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang
mempunyai kontrol terhadap dunia luar (Ryff dalam Haryanto dan Suyasa,
2007). Selain itu, mereka yang memiliki otonomi yang baik adalah mereka
yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian dan
kemampuan mengatur tingkah laku. Orang yang berfungsi penuh digambarkan
mampu menilai diri sendiri dengan menggunakan standar pribadi. Dalam
dimensi otonomi, orang-orang dengan skor tinggi adalah individu yang
mampu mengarahkan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial,
mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi.
Sedangkan skor rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu
memperhatikan pengharapan dan evaluasi orang lain, bergantung pada
penilaian orang lain dalam membuat keputusan, menyesuaikan diri terhadap
tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah laku (Ryff dalam Haryanto dan
Suyasa, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara
adversity intelligence dan kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Koefisien
korelasi pada penelitian ini sebesar 0,646 dan signifikansi 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi adversity intelligence, maka semakin
tinggi pula kesejahteraan psikologis pada pensiunan. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah adversity intelligence, maka semakin rendah pula
kesejahteraan psikologis pada pensiunan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti ingin
mengajukan saran bagi beberapa orang antara lain :
1. Bagi Peneliti
Untuk dapat memperkaya hasil penelitian, peneliti selajutnya
diharapkan dapat melanjutkan penelitian mengenai variabel lain yang
mungkin dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada pensiunan.
Berdasarkan penelitian ini, ada 58,27% pada variabel lain yang
mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada pensiunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Bagi Pensiunan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendorong para pensiunan
untuk terus mengembangkan adversity intelligence yang dimiliki, karena
memiliki sumbangan yang cukup besar untuk mencapai kesejahteraan
psikologis. Dalam bukunya, Stoltz (2000) menyampaikan bahwa adversity
intelligence seseorang dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Hal tersebut
menunjukkan pada kita bahwa setiap individu dapat mengembangkan
adversity intelligence yang dimilikinya. Untuk itu, dalam menjalani masa
pensiun, mengembangkan adversity intelligence penting untuk dilakukan.
Dengan demikian, para pensiunan akan lebih sejahtera secara psikologis
dalam menjalani masa pensiunnya. Apabila para pensiunan mengalami
kesejahteraan psikologis, berarti akan sehat mentalnya dan diasumsikan
akan terhindar dari gangguan-gangguan mental yang biasanya muncul
pada masa lansia.
Sebaiknya para pensiunan mengisi waktu luang yang ada dengan
melakukan kesibukan atau aktivitas yang mereka senangi, seperti
mengembangkan hobi yang selama ini tidak dapat dilakukan karena
kesibukan pekerjaan. Selain itu, dalam kehidupan sosial sebaiknya para
pensiunan terus menekuni aktivitas yang selama ini telah dilakukan baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sesama pensiunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cyrillus, G. L. (2008). Hubungan Kepribadian Hardiness dan Kesejahteraan
Psikologis Pada Lansia. Skripsi. Universitas Sanata Dharma
Eliana, R. (2003). Konsep Diri Pensiunan. Jurnal Penelitian. Universitas
Sumatera Utara
Hadi, S. (2005). Aplikasi Ilmu Statistika di Fakultas Psikologi. Anima, Indonesian
Psychological Journal 2005, Vol. 20, No. 3, 203-229. Universitas Gajah
Mada
Handayani, Tri Puspa. (2010). Kesejahteraan Psikologis Narapidana Remaja di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Skripsi. Universitas
Diponegoro Semarang
Handayani, Yuli. (2008). Post Power Syndrome pada Pegawai Negeri Sipil yang
Mengalami Masa Pensiun. Jurnal Elektronik. Universitas Gunadarma.
Diunduh pada 10 Maret 2011 dari
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/A
rtikel_10503211.pdf
Harita, S. (2006). Kesejahteraan Psikologis Pria Pensiun Penderita Gejala Sisa
Dari Serangan Akut Jantung dan Stroke. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma
Haryanto, R dan Suyasa. (2007). Persepsi terhadap Job Characteristic Model,
Psychological Well-Being dan Performance. Phronesis Jurnal Ilmiah
Psikologi Industri dan Organisasi 2007, Vol. 9, No. 1, 67-92. Universitas
Tarumanagara
Hurlock, E. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Matahari, Iriani, dan Lianawati. (2005). Hubungan antara Kesejahteraan
Psikologis dan Prasangka Rasial. Jurnal Phronesis Juni 2005 Vol. 7, No. 1,
28-50. Universitas Tarumanagara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Pranandari, K. (2008). Perbedaan Adversity Quotient Ditinjau dari Problem-
Focused dan Emotion-Focused Coping pada Orang Tua Tunggal Wanita.
Jurnal Elektronik. Universitas Gunadarma. Diunduh pada 4 Maret 2011 dari
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/287/231
Putri, Ayu, G dan Suryadi, D. (2007). Gambaran Kesejahteraan Psikologis
Selebriti Menjelang Masa Lanjut Usia: Studi Pada Penyanyi Wanita Era
60-an. Jurnal Arkhe Th. 12/No.2/2007 (h. 101-112)
Ramadion. (2009). Eudaimonia: Kebahagiaan Sejati. Diunduh pada 14 Maret
2011 dari http://ruangpsikologi.com/eudaimonia-sejahtera-secara-
psikologis-dengan-menjadi-diri-sendiri.
Santrock. (2002). Life Span Development jilid 1. Jakarta: Erlangga
Santrock. (2002). Life Span Development jilid 2. Jakarta: Erlangga
Satria, Budi W dan Fakhrurrozi, M. (2009). Kecerdasan Spiritual pada Perwira
Tinggi TNI yang akan Menghadapi Masa Pensiun. Jurnal Psikologi
Volume 3, No. 1, Desember 2009. Universitas Gunadarma
Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi
Peluang. Jakarta: Grasindo
Surbakti, Erwinsyah P. (2008). Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun
Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Tarigan, N. (2009). Happy and Healthy Retiree; Cara Pensiun Sehat dan
Bahagia. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Tenggara, Zamralita, dan Suyasa. (2008). Kepuasan Kerja dan Kesejahteraan
Psikologis Karyawan. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan
Organisasi 2008, Vol. 10, No. 1, 96-115. Universitas Tarumanagara
Wijaya, T. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha
(Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol.9, no. 2, September 2007: 117-127. Universitas Kristen
Petra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN 1
Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Skala Adversity Intelligence
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Berikut ini terdapat 33 buah pernyataaan, bacalah dan pahami setiap pernyataan
tersebut dengan seksama. Berilah tanda centang atau cek list (√) di dalam kotak
yang telah tersedia yaitu :
SS : Bila pernyataan tersebut “Sangat Sesuai” dengan diri
anda.
S : Bila pernyataan tersebut “Sesuai” dengan diri anda.
TS : Bila pernyataan tersebut “Tidak Sesuai” dengan diri
anda.
STS : Bila pernyataan tersebut “Sangat Tidak Sesuai” dengan
diri anda.
Anda bebas untuk menentukan pilihan yang sesuai dengan diri anda sendiri, disini
tidak ada jawaban yang salah, karena jawaban yang benar adalah jawaban yang
sesuai diri anda sendiri.
Contoh cara pengisian :
Pernyataan SS S TS STS
Saya senang membantu orang lain √
Ketika anda keliru dalam memberi tanda centang (√), maka anda dapat mengganti
jawaban anda dengan memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban yang keliru
dan kembali memberi tanda centang (√) pada jawaban yang anda anggap lebih
sesuai dengan diri anda.
Contoh koreksi :
Pernyataan SS S TS STS
Saya senang membantu orang lain √ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
SKALA
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tidak dapat menentukan prioritas utama dalam hidup
saya
2. Saya menganggap masalah adalah tantangan yang harus
diselesaikan
3. Saya tidak pernah mencampuradukkan permasalahan
pribadi dengan pekerjaan saya
4. Saya seringkali mengabaikan apa yang menjadi tanggung
jawab saya
5. Saya merasa tidak mamapu menyelesaikan masalah saya
6. Saya takut apabila diminta bertanggung jawab atas suatu
kesalahan yang saya perbuat
7. Kewajiban saya tidak akan terganggu meskipun banyak
aktivitas yang saya lakukan
8. Situasi sulit selalu dapat saya lewati
9. Saya selalu menyerah saat menghadapi masalah
10. Saya tidak dapat mengendalikan suasana hati saya ketika
ada masalah
11. Apapun yang saya lakukan adalah tanggung jawab saya
12. Ketika muncul kesulitan dalam hidup, saya menyalahkan
diri sendiri
13. Hubungan saya dan sahabat tetap harmonis meskipun kami
berbeda pendapat
14. Saya kawatir kalau harus bertanggung jawab atas kesalahan
saya
15. Saya selalu menghindar dari masalah yang saya alami
16. Saya tidak bisa mengatur rencana kegiatan saya
17. Kemarahan orang disekitar saya tidak selalu dipicu oleh
kelakuan saya
18. Saya tidak dapat menyelesaikan masalah saya dengan
orang lain
19. Seringkali saya menghindar dari tanggung jawab saya
20. Meskipun sangat sibuk, saya tetap dapat menjalankan
kegiatan sesuai rencana
21. Masalah yang saya hadapi membuat saya tidak fokus
22. Ketika menghadapi masalah, saya melampiaskan kekesalan
saya kepada orang terdekat
23. Hubungan saya dengan orang lain tidak terganggu,
meskipun sedang menghadapi masalah
24. Saya tidak mampu memutuskan sesuatu
25. Ketika ada masalah dengan orang lain, saya akan langsung
menyelesaikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
26. Saya yakin kesulitan yang saya hadapi akan segera
berakhir
27. Masalah yang saya hadapi tidak membuat suasana hati saya
menjadi kacau
28. Kegagalan membuat saya makin bersemangat untuk tetap
berusaha
29. Perlu waktu lama bagi saya untuk bangkit dari
keterpurukan
30. Saya tidak mampu menghadapi masalah-masalah yang ada
dalam hidup saya
31. Hanya perlu waktu singkat bagi saya untuk bangkit dari
keterpurukan
32. Hubungan saya dan sahabat menjadi tidak harmonis hanya
karena perbedaan pendapat
33. Saya yakin setiap kesalahan pasti dapat diperbaiki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Skala Kesejahteraan Psikologis
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
Berikut ini terdapat 59 buah pernyataaan, bacalah dan pahami setiap pernyataan
tersebut dengan seksama. Berilah tanda centang atau cek list (√) di dalam kotak
yang telah tersedia yaitu :
SS : Bila pernyataan tersebut “Sangat Sesuai” dengan diri
anda.
S : Bila pernyataan tersebut “Sesuai” dengan diri anda.
TS : Bila pernyataan tersebut “Tidak Sesuai” dengan diri
anda.
STS : Bila pernyataan tersebut “Sangat Tidak Sesuai” dengan
diri anda.
Anda bebas untuk menentukan pilihan yang sesuai dengan diri anda sendiri, disini
tidak ada jawaban yang salah, karena jawaban yang benar adalah jawaban yang
sesuai diri anda sendiri.
Contoh cara pengisian :
Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah orang yang rajin √
Ketika anda keliru dalam memberi tanda centang (√), maka anda dapat mengganti
jawaban anda dengan memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban yang keliru
dan kembali memberi tanda centang (√) pada jawaban yang anda anggap lebih
sesuai dengan diri anda.
Contoh koreksi :
Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah orang yang rajin √ √
SKALA
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya senang bisa membagikan pengalaman saya kepada
orang lain.
2. Saya mampu melaksanakan semua rencana yang telah saya
susun sebelumnya.
3. Saya memiliki impian yang besar dalam hidup saya
4. Saya tidak tertarik pada kegiatan yang akan memperluas
cakrawala saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
5. Saya sulit mengatur hidup saya.
6. Saya tidak pernah memikirkan masa depan saya.
7. Saya suka mencoba hal-hal baru.
8. Menurut saya, orang lain ingin mengambil keuntungan dari
saya.
9. Saya banyak mendapatkan pengalaman berharga dari
kehidupan saya di masa lalu.
10. Saya tidak dapat mengontrol diri saya ketika sedang emosi
11. Saya bisa mengatur barang-barang yang saya miliki sesuai
dengan kehendak saya
12. Saya puas dengan apa yang saya capai dalam hidup.
13. Saya kecewa dengan diri saya.
14. Saya tidak menggantungkan hidup saya pada orang lain
15. Saya ingin menerima masukan dari orang lain.
16. Saya tidak cocok dengan orang-orang di sekitar saya.
17. Saya tidak memiliki keyakinan yang menjadi tujuan hidup
saya
18. Saya tidak ingin mencoba hal baru dalam hidup saya
19. Saya tidak bisa mempertahankan pendapat saya
20. Banyak orang menaruh curiga pada diri saya.
21. Saya dapat mengontrol perilaku saya, meskipun sedang
marah
22. Saya senang menata semua hal dengan rapi, sehingga saya
mudah untuk mengawasinya
23. Saya selalu berpegang teguh pada keyakinan yang menjadi
tujuan hidup saya.
24. Saya tidak memiliki mimpi yang harus diwujudkan
25. Saya tidak ingin mendapatkan kritik dari orang lain
26. Saya tidak bisa mengikuti kegiatan harian saya dengan
baik.
27. Saya adalah orang yang bisa dipercaya.
28. Masa lalu saya sangat mengecewakan
29. Saya tidak peduli dengan apa yang dirasakan oleh orang
lain.
30. Saya mau berubah untuk mengembangkan kemampuan
saya
31. Saya mudah terpengaruh oleh orang lain
32. Hidup saya tidak memiliki arah yang jelas
33. Kemampuan saya tidak berkembang
34. Saya bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh orang
lain.
35. Saya malu dengan kekurangan yang saya miliki.
36. Saya suka membuat rencana untuk masa depan dan
mewujudkannya menjadi kenyataan.
37. Saya sering bermusuhan dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
38. Saya mampu memanfaatkan waktu yang ada dengan baik
39. Tindakan saya didasarkan pada keyakinan yang saya miliki
40. Saya tidak peduli dengan kehidupan esok hari
41. Saya merasa tidak mampu untuk mengembangkan diri saya
42. Saya senang mempelajari hal-hal baru
43. Saya mengatur perlengkapan hidup saya dengan rapi, agar
tidak membahayakan diri saya
44. Saya memiliki mimpi yang harus saya wujudkan
45. Saya bersedia menerima kritik dari orang lain untuk
memperbaiki diri saya
46. Saya tidak ragu untuk menyapa orang lain lebih dulu.
47. Saya adalah orang yang lemah
48. Saya tidak suka bila mendapatkan kritik dari orang lain
49. Saya tidak memiliki cita-cita dalam hidup saya
50. Saya tidak ingin memperbaiki dan mengembangkan diri
saya
51. Bagi saya hari esok harus lebih baik lagi dari hari ini.
52. Saya terus berusaha mengembangkan diri saya
53. Kehidupan yang saya jalani saat ini tidak sesuai dengan
impian saya
54. Mempelajari hal baru sangat membosankan
55. Saya bukan tipe orang yang mudah menyerah saat
mendapatkan tekanan
56. Masa lalu saya sangat menyedihkan bagi saya
57. Saya tidak berani mengambil keputusan seorang diri
58. Saya mampu mengembangkan bakat yang saya miliki
59. Cita-cita saya menjadi salah satu tujuan hidup saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 2
Hasil Analisis Aitem dan Reabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Reabilitas Skala Adversity Intelligence
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Aitems
.888 60
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem
Deleted
aitem1 179.7903 191.545 .063 .889
aitem2 180.3710 187.942 .263 .887
aitem3 179.7742 183.489 .472 .884
aitem4 179.5161 187.565 .351 .886
aitem5 179.7581 184.842 .371 .885
aitem6 179.5323 186.122 .354 .886
aitem7 179.6452 191.905 .081 .888
aitem8 179.9839 190.606 .116 .889
aitem9 179.4194 189.461 .253 .887
aitem10 180.4839 188.713 .159 .889
aitem11 179.8226 183.525 .490 .884
aitem12 180.4516 189.104 .183 .888
aitem13 179.8548 183.011 .557 .883
aitem14 179.8710 185.327 .413 .885
aitem15 179.9677 187.114 .361 .886
aitem16 179.9677 191.442 .124 .888
aitem17 179.5484 183.924 .603 .883
aitem18 179.9032 192.843 .007 .889
aitem19 180.0806 186.305 .361 .886
aitem20 179.5000 187.598 .328 .886
aitem21 180.1935 184.519 .428 .885
aitem22 179.6935 186.609 .415 .885
aitem23 179.7097 187.095 .292 .887
aitem24 179.9194 186.403 .394 .885
aitem25 179.7258 188.596 .293 .886
aitem26 179.9194 189.682 .251 .887
aitem27 179.8548 188.159 .249 .887
aitem28 179.7903 188.890 .325 .886
aitem29 180.5000 188.582 .176 .889
aitem30 179.6774 183.402 .591 .883
aitem31 179.7419 183.932 .628 .883
aitem32 179.9355 191.143 .084 .889
aitem33 179.9839 189.655 .256 .887
aitem34 179.7419 189.998 .236 .887
aitem35 180.0323 186.589 .380 .885
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
aitem36 179.9194 181.157 .613 .882
aitem37 179.7903 191.218 .065 .890
aitem38 180.2419 189.859 .184 .888
aitem39 179.7903 184.103 .430 .885
aitem40 180.3387 190.031 .111 .889
aitem41 179.8226 185.525 .455 .885
aitem42 180.1452 186.224 .378 .885
aitem43 179.9516 186.178 .298 .887
aitem44 179.7581 189.793 .183 .888
aitem45 179.7581 184.055 .470 .884
aitem46 179.8226 185.361 .465 .884
aitem47 179.7097 187.127 .347 .886
aitem48 179.6935 185.036 .521 .884
aitem49 179.6452 183.413 .576 .883
aitem50 179.9032 193.138 -.018 .890
aitem51 179.9355 187.340 .365 .886
aitem52 179.4839 184.319 .486 .884
aitem53 180.1613 183.187 .432 .885
aitem54 179.6935 183.200 .534 .883
aitem55 180.0645 187.930 .319 .886
aitem56 179.9032 190.581 .151 .888
aitem57 180.0323 188.622 .243 .887
aitem58 179.8226 186.706 .362 .886
aitem59 179.4516 185.465 .459 .885
aitem60 179.7419 186.260 .309 .886
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Aitems
.904 33
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem
Deleted
aitem3 99.7903 100.693 .455 .901
aitem4 99.5323 103.105 .388 .902
aitem5 99.7742 101.161 .389 .902
aitem6 99.5484 102.121 .376 .902
aitem11 99.8387 101.219 .436 .901
aitem13 99.8710 99.426 .614 .898
aitem14 99.8871 102.561 .357 .902
aitem15 99.9839 102.705 .401 .902
aitem17 99.5645 100.709 .615 .899
aitem19 100.0968 103.138 .317 .903
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
aitem20 99.5161 102.746 .395 .902
aitem21 100.2097 102.136 .362 .902
aitem22 99.7097 102.734 .422 .901
aitem24 99.9355 103.176 .349 .902
aitem30 99.6935 99.626 .662 .898
aitem31 99.7581 101.104 .603 .899
aitem35 100.0484 102.539 .401 .902
aitem36 99.9355 98.094 .663 .897
aitem39 99.8065 99.929 .499 .900
aitem41 99.8387 101.449 .503 .900
aitem42 100.1613 103.351 .311 .903
aitem45 99.7742 100.669 .487 .900
aitem46 99.8387 101.416 .505 .900
aitem47 99.7258 103.678 .305 .903
aitem48 99.7097 101.259 .557 .899
aitem49 99.6613 100.588 .564 .899
aitem51 99.9516 103.391 .361 .902
aitem52 99.5000 101.533 .451 .901
aitem53 100.1774 100.247 .429 .902
aitem54 99.7097 99.160 .621 .898
aitem55 100.0806 103.584 .337 .903
aitem58 99.8387 103.580 .304 .903
aitem59 99.4677 102.286 .430 .901
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Reabilitas Skala Kesejahteraan Psikologis
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Aitems
.940 90
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem -Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem
Deleted
aitem1 277.7097 476.406 -.156 .942
aitem2 277.5968 464.605 .385 .940
aitem3 277.9194 468.370 .214 .940
aitem4 278.1129 463.053 .452 .940
aitem5 277.7742 454.866 .665 .939
aitem6 277.9194 456.043 .547 .939
aitem7 278.6613 465.113 .224 .941
aitem8 277.9355 458.947 .492 .939
aitem9 277.9032 467.925 .201 .940
aitem10 278.2742 465.973 .247 .940
aitem11 277.5968 456.999 .495 .939
aitem12 277.9194 461.059 .602 .939
aitem13 278.0968 466.384 .364 .940
aitem14 277.6452 464.593 .392 .940
aitem15 278.1613 453.613 .596 .939
aitem16 277.9355 461.832 .537 .939
aitem17 277.8548 464.323 .302 .940
aitem18 277.7742 460.702 .518 .939
aitem19 277.9194 460.010 .401 .940
aitem20 277.7581 462.908 .474 .940
aitem21 277.7742 460.243 .485 .939
aitem22 277.9355 452.225 .622 .939
aitem23 277.8387 466.137 .304 .940
aitem24 278.0000 456.295 .605 .939
aitem25 278.0806 462.698 .393 .940
aitem26 278.0161 461.098 .435 .940
aitem27 277.9194 465.485 .327 .940
aitem28 278.0161 459.557 .543 .939
aitem29 277.8548 465.143 .356 .940
aitem30 277.6129 457.126 .547 .939
aitem31 277.9839 469.524 .167 .941
aitem32 278.1290 455.655 .528 .939
aitem33 278.1129 460.495 .381 .940
aitem34 277.9839 462.901 .407 .940
aitem35 277.8387 457.613 .589 .939
aitem36 277.9516 462.998 .313 .940
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
aitem37 277.9032 466.253 .233 .940
aitem38 277.9194 466.534 .300 .940
aitem39 277.9032 460.056 .477 .939
aitem40 277.7742 458.440 .555 .939
aitem41 277.8226 469.525 .140 .941
aitem42 278.3548 471.675 .032 .941
aitem43 278.0000 462.787 .422 .940
aitem44 277.7742 458.801 .430 .940
aitem45 277.8710 457.754 .601 .939
aitem46 277.8548 463.274 .393 .940
aitem47 278.1613 461.482 .371 .940
aitem48 277.6452 463.347 .398 .940
aitem49 277.5645 465.430 .345 .940
aitem50 278.2903 467.750 .165 .941
aitem51 277.7581 466.022 .352 .940
aitem52 278.2258 465.620 .238 .940
aitem53 278.2419 470.022 .109 .941
aitem54 277.8548 465.470 .261 .940
aitem55 277.9516 462.604 .402 .940
aitem56 277.8710 455.688 .558 .939
aitem57 277.9516 453.358 .706 .938
aitem58 277.7742 458.538 .527 .939
aitem59 278.1290 467.754 .193 .941
aitem60 278.3387 470.883 .062 .941
aitem61 277.8226 465.001 .349 .940
aitem62 277.7903 458.332 .498 .939
aitem63 277.5484 463.268 .446 .940
aitem64 277.9355 470.422 .166 .940
aitem65 277.7258 461.317 .431 .940
aitem66 277.8548 467.929 .190 .941
aitem67 278.0161 463.459 .431 .940
aitem68 277.9839 459.754 .488 .939
aitem69 278.0484 466.440 .315 .940
aitem70 277.6774 457.927 .548 .939
aitem71 277.7258 458.596 .492 .939
aitem72 278.0484 466.145 .235 .940
aitem73 277.7097 464.111 .285 .940
aitem74 277.7581 466.219 .296 .940
aitem75 278.5484 476.678 -.143 .942
aitem76 277.4677 465.368 .353 .940
aitem77 277.6613 462.818 .480 .940
aitem78 278.0806 457.059 .588 .939
aitem79 277.8226 456.050 .642 .939
aitem80 277.8871 459.282 .478 .939
aitem81 278.1129 466.102 .238 .940
aitem82 277.9194 458.534 .448 .939
aitem83 277.9677 469.966 .153 .941
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
aitem84 278.3387 458.654 .432 .940
aitem85 278.6935 468.446 .146 .941
aitem86 277.9677 468.097 .249 .940
aitem87 277.8065 464.716 .380 .940
aitem88 277.6613 460.064 .512 .939
aitem89 277.6774 468.255 .195 .940
aitem90 277.5968 467.228 .263 .940
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Aitems
.949 59
Item-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem
Deleted
aitem2 184.3065 326.347 .344 .949
aitem4 184.8226 323.624 .490 .948
aitem5 184.4839 317.598 .659 .947
aitem6 184.6290 317.254 .594 .948
aitem8 184.6452 320.298 .516 .948
aitem11 184.3065 317.823 .549 .948
aitem12 184.6290 322.827 .592 .948
aitem13 184.8065 326.978 .373 .949
aitem14 184.3548 326.364 .349 .949
aitem15 184.8710 317.098 .569 .948
aitem16 184.6452 323.774 .509 .948
aitem17 184.5645 324.512 .338 .949
aitem18 184.4839 322.024 .534 .948
aitem19 184.6290 321.286 .418 .949
aitem20 184.4677 323.958 .488 .948
aitem21 184.4839 320.844 .537 .948
aitem22 184.6452 313.741 .678 .947
aitem24 184.7097 318.537 .610 .948
aitem25 184.7903 324.431 .373 .949
aitem26 184.7258 321.710 .478 .948
aitem28 184.7258 321.481 .538 .948
aitem29 184.5645 326.545 .330 .949
aitem30 184.3226 318.025 .603 .948
aitem32 184.8387 318.400 .516 .948
aitem33 184.8226 321.657 .399 .949
aitem34 184.6935 324.446 .394 .949
aitem35 184.5484 319.891 .582 .948
aitem36 184.6613 323.769 .331 .949
aitem39 184.6129 321.880 .473 .948
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
aitem40 184.4839 320.385 .558 .948
aitem43 184.7097 324.504 .401 .949
aitem44 184.4839 319.270 .485 .948
aitem45 184.5806 319.887 .600 .948
aitem46 184.5645 325.463 .344 .949
aitem47 184.8710 322.770 .379 .949
aitem48 184.3548 325.020 .374 .949
aitem49 184.2742 326.333 .344 .949
aitem51 184.4677 327.499 .310 .949
aitem55 184.6613 323.146 .439 .948
aitem56 184.5806 316.575 .621 .947
aitem57 184.6613 314.785 .770 .947
aitem58 184.4839 319.959 .552 .948
aitem61 184.5323 326.089 .341 .949
aitem62 184.5000 320.811 .478 .948
aitem63 184.2581 325.539 .388 .949
aitem65 184.4355 324.479 .356 .949
aitem67 184.7258 325.284 .396 .949
aitem68 184.6935 322.380 .450 .948
aitem70 184.3871 319.585 .568 .948
aitem71 184.4355 320.545 .492 .948
aitem76 184.1774 326.738 .326 .949
aitem77 184.3710 324.204 .475 .948
aitem78 184.7903 319.021 .600 .948
aitem79 184.5323 317.499 .686 .947
aitem80 184.5968 321.818 .449 .948
aitem82 184.6290 319.975 .469 .948
aitem84 185.0484 320.834 .423 .949
aitem87 184.5161 325.336 .401 .949
aitem88 184.3710 321.450 .529 .948
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Asumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AQ PWB
N 62 62
Normal Parametersa,,b
Mean 119.5323 215.3871
Std. Deviation 4.88127 8.19907
Most Extreme Differences Absolute .123 .099
Positive .123 .099
Negative -.089 -.080
Kolmogorov-Smirnov Z .970 .783
Asymp. Sig. (2-tailed) .303 .572
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square
PWB * AQ Between Groups (Combined) 2453.210 18 136.289
Linearity 1709.390 1 1709.390
Deviation from Linearity 743.820 17 43.754
Within Groups 1647.500 43 38.314
Total 4100.710 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ANOVA Table
F Sig.
PWB * AQ Between Groups (Combined) 3.557 .000
Linearity 44.615 .000
Deviation from Linearity 1.142 .350
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Hipotesis dan Tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Uji Hipotesis
Correlations
AQ PWB
AQ Pearson Correlation 1 .646**
Sig. (1-tailed) .000
N 62 62
PWB Pearson Correlation .646** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 62 62
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Data Deskriptif Statistik
Uji T One-Sample Test
Test Value = 82.5
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
AQ 59.737 61 .000 37.03226 35.7926 38.2719
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AQ 62 103.00 131.00 119.5323 4.88127
PWB 62 202.00 235.00 215.3871 8.19907
Valid N (listwise) 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
One-Sample Test
Test Value = 147.5
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
PWB 65.196 61 .000 67.88710 65.8049 69.9693
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended