View
224
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SPIRITUALITAS KARMEL DAN SPIRITUALITAS KARISMATIK
SEBAGAI SUMBER UNTUK MENGEMBANGKAN VISI DAN MISI
BAGI ANGGOTA KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
DISTRIK YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
NOVINTA C. PRAHESTI
NIM: 111124024
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Secara istimewa skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah Tritunggal Mahakudus
Keluarga tercinta
Teman-teman
Prodi IPPAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“VIVIT DOMINUS IN CUIUS CONSPECTU STO”
TUHAN HIDUP DAN AKU BERDIRI DI HADIRATNYA
(Nabi Elia)
“HARAM MANYARAH, WAJA SAMPAI KA PUTING”
JANGAN MENYERAH, TERUS BERJUANG SAMPAI AKHIR
(Pangeran Antasari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi adalah SPIRITUALITAS KARMEL DAN
SPIRITUALITAS KARISMATIK SEBAGAI SUMBER UNTUK
MENGEMBANGKAN VISI DAN MISI BAGI ANGGOTA KOMUNITAS
TRITUNGGAL MAHAKUDUS DISTRIK YOGYAKARTA dipilih
berdasarkan pada fakta bahwa adanya anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus
(KTM) yang kurang memahami arti, makna dan jiwa dari Karmel dan Karismatik,
sehingga berimbas pada kurangnya penghayatan hidup rohani dan pelayanan yang
menjadikan visi dan misi Komunitas Tritunggal Mahakudus menjadi pudar,
sehingga banyak anggota yang suam-suam kuku dalam menghayati hidup
berkomunitas. Skripsi ini dimaksudkan untuk membantu anggota Komunitas
Tritunggal Mahakudus mengetahui arti dan peranan Spiritualitas Karmel dan
Spiritualitas Karismatik dalam mengembangkan visi dan misi Komunitas
Tritunggal Mahakudus.
Persoalan pokok skripsi ini adalah bagaimana membantu anggota
Komunitas Tritungal Mahakudus Distrik Yogyakarta untuk lebih memahami dan
menghayati spiritualitas yang menjiwai Komunitas Tritunggal Mahakudus dalam
mengembangkan visi dan misinya. Penulis menggunakan studi pustaka untuk
menggali informasi mengenai sumber-sumber yang mendasari Spiritualitas
Karmel dan Spiritualitas Karismatik yang diikuti refleksi kritis penulis atas
kehadiran KTM di Yogyakarta berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
anggota KTM dan refleksi kritis dari spiritualitas KTM di hadapan Spiritualitas
Karmel dan Spiritualitas Karismatik serta tujuan kehadiran KTM.
Penulis melihat dan merasakan bahwa proses pendalaman iman yang
selama ini terjadi setiap pertemuan sel kurang bervariasi, bahkan terkesan
monoton, maka dari hasil refleksi tersebut, penulis mengusulkan pendalaman
Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik melalui katekese model Shared
Christian Praxis (SCP) . Penulis mengusulkan katekese model Shared Christian
Praxis (SCP) karena model ini sungguh melibatkan peserta, bersifat dialogis
partisiptif. Model Shared Christian Praxis (SCP) juga memiliki lima langkah
yang dapat membantu peserta berdialog dengan pengalaman hidup dan
mengkonfrontasikannya dengan visi dan Tradisi Kristiani untuk semakin
merasakan kasih Allah yang sempurna dan menyelamatkan.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat menjadi pertimbangan lebih
lanjut dalam usaha mendalami Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik
sebagai sumber untuk mengembangkan visi dan misi KTM, khususnya melalui
katekese model Shared Christian Praxis (SCP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This title of my thesis is THE SPIRITUALITY OF CARMEL AND
THE SPIRITUALITY OF CHARISMATIC AS A SOURCE FOR
DEVELOPING A VISION AND MISION FOR HOLY TRINITY
COMMUNITY MEMBERS OF YOGYAKARTA DISTRICT was chosen
based on fact of Holy Trinity Community members (KTM) less understand the
mening, the meaning and spirit of Carmel and Charismatic, so imposes a lack of
spiritual life and ministry full comprehension less making the vision and mission
of KTM in to a faded, so the lots of members who are lukewarm in living up to
the community life. This thesis is intended to help members of KTM understand
the meaning and role the Spirituality of carmel and the Spirituality of Charismatic
in developing the vision and mission of KTM.
The main question of this thesis is how helpful the members of KTM
Yogyakarta District to better understand and appreciate the spirituality that
animates the KTM in developing its vision and misson. The writer uses literature
to collect information on the sources of the underlying spirituality of Carmel and
Spirituality Charismatic followed by critical reflection by the author under the
presence of KTM in Yogyakarta based on interviews with some members of the
KTM and critical reflection of spirituality KTM before Spirituality Carmel and
Spirituality Charismatic and objectives KTM's presence.
The authors noticed and feel that the process of deepening the faith that
has been happening every cell meeting less variable, even monotonous, then from
the results of these reflections, the author propose a deepening of the Spirituality
of Carmel and the Spirituality of Charismatic through Shared Christian Praxis
(SCP) catechesis model. The authors propose a Shared Christian Praxis (SCP)
catehesis model because this model really involve the participants with
partisipative dialogue. Shared Christian Praxis (SCP) model also has five steps
that are increasingly bringing participants to create dialogue with life experience
and confrort it with the vision of Christian Tradition and for to increasingly feel
the love of God is perfect and save.
The author hope that this paper can be further consideration in an attempt
to explore the Spirituality of Carmel and the Spirituality of Charismatic as a
source for developing the vision and mission of KTM, especially through Shared
Christian Praxis (SCP) catechesis model.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Tritunggal Mahakudus atas
kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul SPIRITUALITAS KARMEL DAN SPIRITUALITAS
KARISMATIK SEBAGAI SUMBER UNTUK MENGEMBANGKAN VISI
DAN MISI BAGI ANGGOTA KOMUNITAS TRITUNGGAL
MAHAKUDUS DISTRIK YOGYAKARTA.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. J. Darminta, S.J selaku dosen pembimbing utama yang bersedia
meluangkan waktu serta penuh perhatian dan kesabaran membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bpk. F. X. Dapiyanta, SFK., M. Pd selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji II yamg memberi dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen penguji III yang telah menyediakan waktu
dan perhatiannya kepada penulis.
4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah
mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi
ini.
5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan serta seluruh karyawan bagian lain
yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
6. Kedua orang tua: Bpk. Supriadi & Ibu Mantim yang telah membesarkan dan
mendokan penulis.
7. Adik-adik: Ignasius Suhendra & Hendriko Fernandes yang menghadirkan
warna-warni dalam hidup penulis.
8. Teman dekat Dosansianus Tasman Lewagan yang selalu memotivasi penulis
dalam proses penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 4
E. Metode Penulisan ................................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 5
BAB II: PENGALAMAN KARMEL AWALI DAN PENGALAMAN
PENTAKOSTA SEBAGAI ISPIRASI DASAR KOMUNITAS
TRITUNGGAL MAHAKUDUS .................................................... 6
A. KARMEL AWALI ............................................................................... 6
1. Lokasi Gunung Karmel ................................................................... 6
2. Gunung Karmel dan Nabi Elia ........................................................ 6
3. Karmelit Awali ................................................................................ 8
4. Semangat Hidup .............................................................................. 10
a. Ketaatan Kepada Pemimpin ........................................................ 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
b. Persaudaraan ............................................................................ 11
c. Keheningan .............................................................................. 11
d. Kitab Suci dan Ekaristi............................................................. 13
B. PENTAKOSTA ................................................................................... 14
1. Roh Kudus Dalam Pentakosta ........................................................ 14
2. Roh Kudus dan Jemaat Pertama ..................................................... 15
a. Ketekunan Dalam Pengajaran Para Rasul ................................ 17
b. Taat Pada Pemimpin ................................................................ 17
c. Berbagi Dalam Segala Sesuatu dan Hidup Sederhana ............. 18
d. Berdoa dan Makan Bersama Dalam Perjamuan....................... 18
C. KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS ................................ 19
1. Awal Berdiri ................................................................................... 19
2. Visi dan Misi Komunitas Tritunggal Mahakudus .......................... 21
a. Penjelasan ................................................................................. 21
b. Pergulatan Visi Komunitas Tritunggal Mahakudus ................. 25
c. Pilihan Fokus Misi Komunitas Tritunggal Mahakudus ........... 26
3. Komunitas Tritunggal Mahakudus Berispirasi Pada Karmel
dan Peristiwa Pentakosta ................................................................ 27
a. Kasih Persaudaraan .................................................................. 27
b. Cinta Keheningan ..................................................................... 28
c. Cinta Kitab Suci ....................................................................... 29
d. Cinta Ekaristi dan Sakramen .................................................... 29
e. Terbuka Akan Roh Kudus dan Karunia-karunia-Nya .............. 30
BAB III: KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DISTRIK
YOGYAKARTA ............................................................................. 32
A. Komunitas Tritunggal Mahakudus Hadir di Yogyakarta ..................... 32
B. Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus .................................. 34
1. Pengertian Spiritualitas .................................................................. 34
2. Spiritualitas Karmel ....................................................................... 36
3. Spiritualitas Karismatik .................................................................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Semangat Profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus ........................ 42
1. Pengertian Profetik ......................................................................... 42
2. Profetik Karmel Dalam Teladan Nabi Elia .................................... 43
3. Profetik Karismatik dalam Peristiwa Pentakosta ........................... 44
4. Profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus: Berjuang
Membawa Orang Lain Pada Cinta Ilahi ......................................... 45
a. Cara Karmel ............................................................................. 46
b. Cara Karismatik ....................................................................... 47
D. Refleksi Kritis Atas Kehadiran Komunitas Tritunggal Mahakudus
di Yogyakarta ...................................................................................... 47
E. Refleksi Kritis dari Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus
di Hadapan Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik Serta
Tujuan Kehadiran Komunitas Tritunggal Mahakudus ......................... 50
BAB IV: KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI UPAYA PENDALAMAN SPIRITUALITAS KARMEL DAN SPIRITUALITAS KARISMATIK SEBAGAI SUMBER PENGEMBANGAN VISI DAN MISI BAGI ANGGOTA KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DISTRIK YOGYAKARTA ............................................................ 52
A. Pengertian Katekese ............................................................................. 52
B. Tujuan Katekese ................................................................................... 53
C. Isi Katekese .......................................................................................... 55
D. Ciri-ciri katekese .................................................................................. 56
1. Bebas .............................................................................................. 56
2. Komunikasi Iman ........................................................................... 57
3. Situasional ...................................................................................... 57
4. Proses ............................................................................................. 58
E. Model-model Katekese ........................................................................ 58
1. Model Pengalaman Hidup .............................................................. 58
2. Model Biblis ................................................................................... 59
3. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup .......................... 59
4. Model Shared Christian Praxis (SCP) ........................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
F. Alasan Menggunakan Katekese Model SCP........................................ 61
G. Mendalami Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik
Sebagai Sumber Untuk Mengembangkan Visi dan Misi Bagi
Anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus Distrik Yogyakarta
Melalui Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) .................... 62
1. Praxis ............................................................................................. 63
a. Aktivitas ................................................................................... 63
b. Refleksi .................................................................................... 64
c. Kreativitas ................................................................................ 64
2. Kristiani .......................................................................................... 64
3. Sharing ........................................................................................... 65
H. Langkah-langkah Katekese SCP .......................................................... 66
1. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ................. 66
2. Langkah II: Refleksi Kritis Atas Pengalaman Hidup Faktual ........ 67
3. Langkah III: Mengusahakan Supaya Visi dan Tradisi Kristiani
Lebih Terjangkau ........................................................................... 68
4. Langkah IV: Interpretasi/ Tafsir Diakletis Antara Tradisi dan
Visi Kristiani Dengan Tradisi dan Visi Peserta ............................. 68
5. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya
Kerajaan Allah di Dunia................................................................. 69
I. Usulan Program dan Contoh Persiapan Katekese Model SCP ............ 70
BAB V: PENUTUP ......................................................................................... 93
A. Kesimpulan .......................................................................................... 93
B. Saran ..................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97
LAMPIRAN
Hasil Wawancara ...................................................................................... (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dalam terjemahan terbaru, yang
diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. 2007.
B. Singkatan Dokumen Gereja
CT : Catechesi Tradendae (Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
Tentang Katekese Masa Kini).
DV : Dei Verbum (Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II Tentang Wahyu
Ilahi)
EG : Evangelii Gaudium (Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil).
LF : Lumen Fidei (Ensiklik Paus Fransiskus Tentang Terang Iman)
NMI : Novo Millennio Ineunte: Pada Awal Milenium Baru (Surat Apostolik
Paus Yohanes Paulus II tentang seruan dan ajakan untuk mengenang
masa lampau dengan penuh syukur, menghayati masa sekarang
dengan penuh entusiasme dan menatap masa depan penuh
kepercayaan).
RC : Redemptionis Sacramentum (Sakramen Penebusan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
C. Singkatan Lain
Alm : Almarhum
Art : Artikel
Ay : Ayat
BINUS : Pembinaan Khusus
CSE : Carmelitae Sancti Eliae
Dll : Dan lain-lain
DPP : Dewan Pelayan Pusat
DPU : Dewan Pelayan Umum
KGK : Katekismus Gereja Katolik
KTM : Komunitas Tritunggal Mahakudus
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Lapas : Lembaga Pemasyarakatan
No. : Nomor
O. Carm : Ordo Karmel
P. Karm : Putri Karmel
PKKI : Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se Indonesia
PPAT : Program Pembinaan Anggota Tahap
Psl : Pasal
SCP : Shared Christian Praxis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ziarah dan perkembangan hidup rohani seseorang tidak dapat
dilepaskan dari yang namanya spiritualitas. Spiritualitas seseorang kapan pun dan
di mana pun dapat menjadi ciri khas penghayatan hidup rohani dan pelayanannya.
Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang
beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti
Tuhan menghendakinya (Heuken, 2002: 12). Oleh karenanya, pola hidup, cara
berdoa maupun pelayanannya dapat menjadi terang bagi kita dalam mengetahui
spiritualitas apa yang menjiwainya. Seseorang yang selalu bergelut dalam doa,
keheningan dan meditasi dapat dengan mudah kita ketahui bahwa orang tersebut
adalah seorang karmelit. Mereka yang berkobar-kobar dalam kuasa Roh Kudus
mewartakan kabar gembira dan kharisma-kharismaNya sepintas kita mengenalnya
sebagai orang yang ikut dalam pembaharuan karismatik. Demikian juga dengan
mereka yang pagi, siang, malam berkecimpung dalam pelayanan karitatif terhadap
sesama yang menderita sakit baik mental maupun fisik, lalu kita akan
mengatakan bahwa semangat St. Vincentius a Paulo atau Muder Teresa dari
Kalkuta mengalir dalam nadinya. Meskipun apa yang dilihat mata tersebut
bukanlah mutlak dan menjadi patokan bagi kita dalam mengenali spiritualitas
yang dihayati seseorang, namun hal itu dapat menjadi indikator bagi kita dalam
memahaminya. Hidup dan ajaran mereka sebaiknya kita gunakan sebagai inspirasi
dan teladan bagi hidup rohani kita (Heuken, 2002: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berbagai macam spiritualitas hidup rohani telah muncul dan bertumbuh
subur dalam sejarah perkembangan Gereja dari awal hingga dewasa ini.
Spiritualitas tersebut tidaklah berseberangan satu dengan yang lainnya, tetapi
saling berkaitan dan berkesinambungan, karena semuanya bersumber dari Allah
yang satu dan sama yang memberi inspirasi. Biasanya berkenalan dengan
berbagai peraturan hidup rohani membuat jiwa menemukan jalannya. Jalan ini
sesekali dijumpai, akan ada kebutuhan yang lebih lanjut untuk mengadakan studi
yang lebih menyeluruh tentang spiritualitas yang mewakilinya dan untuk
mengetahui para kudus yang menjadi gurunya (Eugene, 2011: 106).
Dalam tulisan ini penulis hanya memfokuskan diri membahas Spiritualitas
Karmel dan Spiritualitas Karismatik yang menjadi jiwa dari hidup dan pelayanan
Komunitas Tritunggal Mahakudus. Dalam hidup dan pelayanan anggota KTM,
semangat Karmel dan Karismatik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pada dasarnya, semangat Karmel dan Spiritulitas Karismatik merupakan suatu
kesatuan yang selama ini telah memperkaya kehidupan KTM (Indrakusuma,
2010: 101). Jadi tidak dapat dikatakan bahwa KTM hanya doa, meditasi dan
kontemplasi tanpa adanya keterbukaan akan kuasa Roh Kudus dengan segala
karunia dan karismanya.
Dalam perkembangannya, KTM sebagai sebuah komunitas dengan banyak
anggota, pemahaman akan arti, makna dan jiwa dari semangat Karmel dan
Karismatik menjadi kurang dimengerti dengan baik oleh anggota, sehingga
berimbas pada kurangnya penghayatan hidup rohani dan pelayanannya.
Penghayatan hidup rohani dan pelayanan yang kurang menjadikan visi dan misi
KTM menjadi pudar, sehingga banyak anggota yang suam-suam kuku dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menghayati hidup berkomunitas dan melayani sesama. Tidak dapat dipungkiri
bahwa memang fenomena ini muncul sebagian karena kurangnya pengetahuan
anggota tentang spiritualitas yang menjiwai dan visi misi yang dihayatinya. Oleh
karena itu, segenap anggota komunitas diharapkan untuk belajar bersama
menggali kekayaan, mendalami dan menghayati kedua spiritualitas yang
dimaksud secara teratur dan konsekuen. Dengan demikian maka visi dan misi
komunitas dapat terwujud dalam hidup dan pelayanan setiap anggota baik secara
komunitas maupun perorangan.
Dari apa yang diuraikan di atas, maka tulisan ini dimaksudkan untuk
memaparkan Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik agar segenap
anggota komunitas dapat mengerti dengan baik dan benar serta dapat menghayati,
mengembangkan visi dan misi sebagaimana dimaksud oleh pendirinya. Untuk itu,
penulis memberi judul skripsi ini: SPIRITUALITAS KARMEL DAN
SPIRITUALITAS KARISMATIK SEBAGAI SUMBER UNTUK
MENGEMBANGKAN VISI DAN MISI BAGI ANGGOTA KOMUNITAS
TRITUNGGAL MAHAKUDUS DI DISTRIK YOGYAKARTA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
masalah pokok dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa isi visi dan misi KTM?
2. Apa arti dan peranan spiritualitas Karmel dan spiritualitas Karismatik dalam
mengembangkan visi dan misi KTM?
3. Bagaimana program katekese untuk pendalaman Spiritualitas Karmel dan
Spiritualitas Karismatik di Distrik Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah:
1. Mengetahui visi dan misi KTM.
2. Mengetahui arti dan peranan Spiritualitas karmel dan Spiritualitas Karismatik
dalam mengembangkan visi dan misi KTM.
3. Membuat program katekese untuk pendalaman Spiritualitas Karmel dan
Spiritualitas Karismatik.
4. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dengan adanya skripsi ini
nantinya adalah :
1. Membantu anggota KTM semakin mengetahui visi dan misi KTM
2. Membantu anggota KTM semakin mengerti arti dan peranan Spiritualitas
Karmel dan Spiritualitas Karismatik.
3. Untuk membantu anggota KTM menemukan program katekese untuk
pendalaman Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode deskriptif analisis yakni berusaha memaparkan makna, arti Spiritualitas
Karmel, Spiritualitas Karismatik dan bagaimana kedua spiritualitas besar itu
berperan dalam penghayatan serta pengembangan visi dan misi KTM sesuai
dengan maksud dan tujuan KTM didirikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
F. Sistematika Penulisan
Pada bab I, penulis akan menguraikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang inspirasi dasar KTM yang berawal dari
pengalaman Karmel Awali dan peristiwa Pentakosta, sejarah awal berdirinya
KTM serta visi dan misi KTM. Hal ini bertujuan supaya pembaca dapat benar-
benar mengetahui dan memahami bagaimana sumber ispirasi tersebut
memberikan berbagai teladan bagi KTM.
Bab III memberikan gambaran tentang awal mula kehadiran KTM di
Yogyakarta, spiritualitas yang menjiwai KTM, pada bagian ini mula-mula penulis
memaparkan arti spiritualitas secara umum, lalu di ikuti dengan memaparkan
Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik yang merupakan spiritualitas
yang dihayati oleh KTM. Pada bagian akhir dalam bab ini, penulis juga
memaparkan semangat profetik yang berkobar dalam tubuh KTM.
Pada bab IV penulis mengupayakan pendalaman Spiritualitas Karmel dan
Spiritualitas Karismatik sebagai sumber pengembangan visi dan misi bagi anggota
KTM Ditrik Yogyakarta melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP).
Pertama-tama penulis memaparkan bebagai hal mengenai katekese, kemudian
dilanjutkan dengan beberapa usulan program katekese sebagai sarana pendalaman
Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik.
Bab V merupakan rangkaian penutup dari rangkaian penulisan skripsi ini,
penulis akan mengungkapkan lagi isi pokok dari seluruh pembahasan dalam
skripsi ini, yang berisi kesimpulan dan saran yang semakin meneguhkan pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENGALAMAN KARMEL AWALI DAN PENGALAMAN PENTAKOSTA
SEBAGAI INSPIRASI DASAR KOMUNITAS TRITUNGGAL
MAHAKUDUS
A. Karmel Awali
1. Lokasi Gunung Karmel
Karmel adalah sebuah gunung kecil, menjulang tinggi sekitar 550 meter
dan dari sisi lain menghadap ke Laut Tengah dengan pemandangan yang indah,
gabungan antara ketinggian gunung dan keluasan laut (Phang, 2012: 30). Selain
itu kata “Karmel” juga menunjukkan kepada sekelompok orang yang
menghanyutkan dirinya dalam doa dan keserhanaan.
Karmel, singkatan dari Karem El, yang artinya Kebun Anggur Allah,
merupakan lambang kesuburan; dan rupanya dahulu memang tempat yang amat
subur dan indah, yang mengingatkan kita akan keindahan ilahi yang dirindukan
oleh setiap orang yang mencari dan merindukan Allah (Team P. Karm dan CSE,
2000:1).
Sejak dahulu hingga kini, Gunung Karmel telah menjadi tempat suci, tidak
saja bagi para Karmelit, tetapi juga bagi semua orang Kristen, Yahudi dan Islam
(Slattery, 1993: 1).
2. Gunung Karmel dan Nabi Elia
Bagi para Karmelit nama Gunung Karmel khususnya dikaitkan dengan
tokoh besar Perjanjian Lama, yaitu Nabi Elia yang dalam kuasa Allah seorang diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
menghadapi para nabi palsu yang menyesatkan umat Allah (Team P. Karm dan
CSE, 2000: 2). Di gunung ini pulalah Elia merasakan kehadiran Allah dalam
keheningan dan kesunyian Gunung Karmel. Gunung Karmel menjadi tempat suci,
karena Nabi Elia, orang Tisbe, telah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar bagi
Allah di sana. Maka tidak mengherankan kalau pertapa-pertapa Latin yang tinggal
di Gunung Karmel, menetapkan Nabi Elia sebagai teladan untuk diikuti (Slattery,
1993: 27).
Kisah kenabian Elia dapat kita jumpai dalam Kitab Suci, mulai dari 1
Raja-raja 17 dimana Elia muncul secara tiba-tiba dan berakhir dalam 2 Raja-raja
2:13 Elia diangkat ke surga dengan kereta berapi. Elia hidup dan bergelut dengan
dalam jaman di mana ada pertentangan antara agama tentang Allah yang benar
dan pengaruh penyembahan berhala. Kebiasaan penyembahan berhala dari orang-
orang Kanaan telah begitu kuat merasuk diantara orang-orang Israel, sehingga ada
kemungkinan ketaatan kepada Allah yang membebaskan mereka dari Mesir
tergerus. Elia muncul ditengah krisis kepercayaan dan pertentangan ini (Slattery
1993: 29).
Dalam kitab 1 Raja-raja 18:19-40 dikisahkan tentang Elia yang menantang
450 nabi Baal untuk bertanding di sebuah mezbah pada Gunung Karmel untuk
menentukan sembahan siapa yang pantas untuk disembah oleh Bangsa Israel.
Cerita Kitab Suci tentang Nabi Elia menampilkan seorang Nabi sebagai juru
bicara Yahweh yang secara aktif terlibat dalam masalah-masalah jamannya
(Slattery, 1993: 30). Nabi-nabi Baal gagal melakukannya. Elia menyuruh
menyirami kurbannya dengan air untuk membasahi seluruh mezbah dan kemudian
ia berdoa. Datanglah api dari langit dan membakar habis kurban, mezbah, kayu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
batu, tanah dan air yang ada di sana. Segera umat Israel yang melihatnya
menyerukan "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" (1 Raj. 18:39).
Pada akhirnya, Elia mengumumkan berakhirnya masa kekeringan air; awan-awan
berkumpul, langit menjadi gelap dan hujan turun dengan lebat (1 Raj. 18:45).
Elia tidak hanya kontemplatif tetapi juga aktif menjawab panggilan Allah.
Ia adalah nabi yang sepenuhnya siap sedia melayani Allah, yang berdiri dihadapan
Allah laksana pelayan yang menanti perintah tuannya. Keterbukaan dan kesiapan
total menerima sabda Allah mendorong Elia hidup dengan cara khusus dalam
keheningan dan kesunyian (Slattery 1993: 31).
Yang menonjol dari Elia adalah imannya yang kokoh dan kreativitasnya
yang original. Tidak ada nabi yang berani mempertaruhkan nyawanya sedemikian
rupa seperti Elia. Hal ini terjadi karena Elia begitu yakin bahwa Allah adalah Dia
yang tidak mempermalukan setiap orang yang percaya dan berharap pada-Nya.
Elia sangat memegang teguh tradisi religius bangsa Israel dan menjadi tokoh
kesetiaan akan perjanjian di kala perjanjian itu hampir sirna. Baginya Allah
sendiri adalah Tuhan bangsa Israel dan dia tidak mau kalau lingkungan Allah
dicampuri oleh Baal.
3. Karmelit Awali
Lahirnya para Kermelit tidak dapat dilepaskan dari situasi pergerakan
besar yang terjadi dalam Gereja pada abad pertengahan. Waktu itu semangat
religius dalam biara-biara banyak yang merosot. Maka dari kalangan awam
timbullah suatu reaksi melawan gejala-gejala tersebut dan mereka ingin kembali
kepada kesederhanaan hidup dan kemiskinan Kristus sendiri, kepada pantang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
puasa, kepada doa dan kontemplasi dan kehidupan yang sungguh-sungguh
sederhana (Team P.Karm dan CSE, 2000: 4-5). Oleh karenanya mereka ingin
menjalani hidup yang miskin dan sederhana dengan cara berpuasa dan berdoa,
hidup di tempat-tempat yang sederhana, berpindah-pindah. Mereka memaknai
hidup sebagai peziarahan yang terus menerus (Slattery, 1993: 3).
Mereka meninggalkan rumah mereka dan tinggal di suatu daerah yang
sunyi dan terasing. Ada pula yang pergi ke suatu tempat suci untuk berdoa.
Tempat suci utama yang menjadi tujuan peziarahan mereka adalah tanah suci yng
dipandang sebagai tanah warisan Kristus. Ada juga peziarah yang pergi ke tanah
suci dan berkaul untuk tinggal di sana selamanya. Intensi mereka ke tanah suci
juga cukup beragam, ada yang melaksanakan penitensi yang dibebankan
kepadanya sebagai silih atas dosa, ada yang karena pilihannya sendiri. Ikut dalam
perang salib termasuk dalam bentuk lain dari peziarahan ini, mereka
mempertaruhkan hidup demi kasih kepada Kristus dan pengampunan dosa.
Selepas perang salib banyak diantara mereka yang menetap di tanah suci, dan
salah satu tempat yang dipilih adalah gunung Karmel di dekat wadi yang disebut
Wadi’aijn-es-Siah (Slattery 1993:4-6).
Dalam perkembangannya para pertapa sering dicurigai dalam kebenaran
imannya dan dianggap paling bawah dalam tingkat kebiaraan. Kelompok pertapa
lain beranggapan bahwa hidup mereka akan menjadi aneh bila tidak mempunyai
regula. Karenanya banyak kelompok pertapa yang menerima Regula St.
Agustinus dan yang lain menerima Regula St. Benedictus. Kekawatiran inilah
yang nampaknya mendorong pertapa-pertapa di gunung Karmel pergi ke Albertus,
Patriak Yerusalem untuk meminta regula (Slattery, 1993: 3-4). Albertus tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memberi mereka Regula yang telah ada (Regula St. Agustinus dan regula St.
Benediktus), tetapi memberikan mereka pedoman hidup berupa aturan dasar
disebut "Surat Kehidupan" (Letter of Life) yang sesuai dengan semangat dan
situasi mereka (Slattery, 2993: 6). Regula Albertus inilah yang menjadi sumber
identitas bagi sekelompok pertapa di Gunung Karmel.
4. Semangat Hidup
Dengan berpegang teguh pada tradisi dan semangat kenabian Elia, para
karmelit awali memaknai hidup mereka sebagai panggilan untuk persatuan
dengan Allah dan pelayanan bagi sesama baik secara individu maupun komunitas.
Maka dari itu ada beberapa pokok yang perlu mendapat sorotan khusus dari para
karmelit ini.
a. Ketaatan Kepada Pemimpin
Regula menekankan akan pentingnya ketaatan terhadap pemimpin, dan
memandang pemimpin sebagai perwakilan Kristus di dunia “dan kamu saudara-
saudara yang lainya, hormatilah Priormu dengan rendah hati dan lebih
memikirkan Kristus yang mengangkat dia menjadi atasanmu daripada orang itu
sendiri”. Pedoman mereka dalam hal ini adalah sabda Kristus sendiri “barangsiapa
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku dan barangsiapa menolak kamu, ia
menolak Aku” (Regula psl. 18). Ketaatan ini membantu mereka melepaskan diri
dari kecendrungan manusiawi akan kehendak pribadi mereka yang cendrung
egois. Dengan taat kepada pemimpin mereka terbebaskan dari kesombongan dan
dosa-dosa yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Persaudaraan
Sebagai suatu persekutuan hidup para kamelit menjalani hidup mereka
dalam suasana persaudaraan. Rasa persaudaraan mereka tunjukan dalam pola
hidup bersama dengan seorang pemimpin yang mereka harus hormati dan taati
sebagaimana mereka taat kepada Kristus yang memanggil mereka. Penghormatan
dan ketaatan terhadap pemimpin ini menjadi kewajiban bagi semua anggota
(Regula psl. 18). Selain itu dalam relasi kepada sesama mereka sungguh-sungguh
berpedoman pada kehendak Kristus yaitu hidup dalam kasih persaudaraan yang
tulus dan saling membangun sebagaimana tertuang dalam Regula yang
mengatakan “...hendaknya diperbaiki dengan penuh kasih sayang pelanggaran
dan kesalahan para saudara...” (psl 11). Lebih dari itu mereka juga memandang
bahwa segala sesuatu yang dipunyainya adalah milik bersama (Regula psl 1, 9).
Dengan adanya kesadaran bahwa tidak ada hak milik pribadi, mereka dihindarkan
dari kebanggaan jasmaniah berkaitan dengan barang-barang dan iri hati yang
merusak hidup komunitas mereka. Selain itu mereka juga senasib
sepenanggungan dalam kekurangan dan kelebihan. Mereka meneladani hidup
Kristus yang sederhana dan miskin, Kristus yang tidak mempunyai tempat untuk
meletakan kepalaNya, Kristus yang solider dengan orang-orang miskin dan
sederhana. Inilah persaudaraan yang ditunjukkan oleh komunitas pertapa di
Gunung Karmel.
c. Keheningan
Keheningan menjadi keharusan yang mutlak bagi para pertapa di gunung
karmel. Baik keheningan fisik dengan mengurangi kecenderungan bicara, maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
keheningan batin dengan melepaskan diri dari segala macam kekuatiran akan
perkara duniawi. Keheningan bagi mereka merupakan jalan menuju persatuan
dengan Allah. Dalam keheningan mereka dapat merasakan kehadiran Allah,
mendengarkan bisikan-Nya yang halus dan lembut sebagaimana yang dialami
oleh sang Nabi yang menjadi panutan mereka. Allah hadir dalam kelembutan dan
keheningan bukan dalam pengalaman yang menggetarkan, yang dasyat. Nabi Elia
mengalami kehadiran Allah dalam angin sepoi-sepoi basah, bukan dalam
pengalaman yang spektakuler seperti gempa bumi yang dasyat, guntur dan kilat
yang menyambar-nyambar, bukan pula dalam api yang menyalah-nyala ( 1 Raj
19:11-13). Untuk sampai pada pengalaman akan Allah yang hidup yang dialami
dalam keheningan maka aturan hidup sangat penting untuk dihayati. Dari selesai
ibadat sore sampai sesudah ibadat pagi keesokan harinya, mereka harus tinggal
dalam keheningan. Bukan hanya itu, pada waktu lain juga dianjurkan untuk tidak
banyak bicara (Regula psl. 16).
Para pertapa ini hidup “mengikuti teladan Elia”, sebagimana dikatakan
dalam aturan hidup mereka “hendaknya ia menjaga baik-baik jalannya
kebersamaan dengan sang nabi” (Regula psl. 16). Elia merupakan sosok orang
suci dan pencinta kesunyian (Phang, 2012: 31) yang harus mereka teladani.
Dalam suasana keheningan tersebut mereka berjuang dengan sekuat tenaga untuk
menaklukkan diri mereka sendiri dari berbagai keinginan hawa nafsu duniawi
yang dapat mengacaukan cita-cita luhur mereka yaitu persatuan dengan Allah.
Oleh karenanya mereka melewati keheningan tersebut dalam situasi batin
yang tetap terjaga dalam doa. Siang dan malam mereka tengelam dalam doa dan
kontemplasi serta merenungkan setiap firman Tuhan. Dalam hening tersebutlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mereka dapat merasakan kehadiran Allah yang sungguh indah. Dalam
keheningan, para karmel awali terbebas dari segala gangguan yang dapat
mengganggu doa dan kontemplasi mereka. Dalam keheningan dan kesunyian
itulah mereka boleh mengalami kehadiran yang mengatasi segala pengertian, yang
memenuhi hati mereka dengan damai dan sukacita serta kebahagiaan yang
mendalam. Dalam kehenigan itu pulalah mereka boleh mendengarkan bisikan-
bisikan Roh yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa manusia” (Team P.Karm
dan CSE, 2000: 7). Keheningan adalah guru yang mengajar untuk mendengarkan
Firman Allah karena dalam keheningan suara-suara yang bukan dari Allah
terhalau (Phang, 2012: 45). Keheningan menjadi kunci orang dapat mengalami
pengalaman akan Allah. Dalam keheningan Allah mengajarkan kepada orang-
orang yang dikasihi-Nya segala kebijaksanaan yang belum pernah terpikirkan
oleh manusia, membimbing umat-Nya mendalami misteri cinta-Nya yang
melampaui segala pengetahuan.
d. Kitab Suci dan Ekaristi
Kitab suci mejadi pedoman utama mereka. Setiap hari mereka lewati
dengan bertekun merenungkan firman Tuhan. Dalam kitab suci mereka
menemukan apa yang dikehendaki Allah bagi mereka, mengerti rencana-rencana
Allah bagi hidup manusia, dan menyelami misteri cinta Allah yang tidak
terhingga. Kita suci menjadi santapan rohani mereka setiap hari. Begitu
pentingnya Kitab Suci, sehingga pada saat makan pun sambil mendengarkan
bacaan Kitab suci (Regula psl. 4). Mereka melewati hari hari dengan tekun
mengusahakan persatuan dengan Allah sumber dan keselamatan mereka dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
cara merenungkan hukum-Nya dan berkanjang dalam doa siang dan malam.
Sebagaimana ditegaskan dalam pedoman hidup mereka “...hendaknya masing-
masing anggota tinggal di biliknya atau di dekatnya sambil merenungkan hukum
tuhan siang dan malam serta berjaga-jaga dalam doa...” (Regula psl. 7). Firman
Allah bagi mereka bukan hanya pedoman hidup yang utama, melainkan juga
merupakan senjata yang ampuh untuk melawan serangan dan godaan setan.
Penghayatan hidup yang berlandaskan sepenuhnya pada sabda Tuhan menjadi
tuntunan sekaligus tuntutan bagi mereka “hendaknya pedang Roh yaitu firman
Allah tinggal secara berlimpah dalam mulut dan hatimu serta segala sesuatu
yang harus dilakukan, lakukanlah itu dalam sabda Tuhan” (Regula psl. 14).
B. Pentakosta
1. Roh Kudus dalam Pentakosta
Peristiwa Pentakosta atau turunnya Roh Kudus atas para Rasul adalah
sebuah peristiwa yang sangat penting bagi kehidupan umat kristiani, karena
melalui peristiwa itu dan daya yang menjiwainya Gereja terbentuk. Pentakosta
menjadi momen penting bagi lahirnya saksi-saksi hidup Yesus yang tidak gentar
terhadap ancaman dan berbagai pencobaan yang mengganggu iman dan
kecintaanya kepada Kristus yang hidup. Lidah-lidah api yang dapat kita saksikan
pada hampir semua lukisan peristiwa Pentakosta, seakan-akan merupakan jari-jari
tangan yang menyuruh Gereja supaya masuk ke dunia (Helwig, 1974: 7). Karena
daya pentakosta inilah mereka berani mempertaruhkan nyawa dan mengorbankan
segalanya demi Dia yang mereka cintai. Dari orang-orang penakut mereka diubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menjadi pewarta-pewarta Injil dan saksi-saksi Kristus yang tidak gentar
(Indrakusuma, 2012; 26). Hal ini dapat kita jumpai dalam diri para murid dan
mereka semua yang percaya kepada pemberitaan para rasul itu. Kiranya peristiwa
Pentakosta tidak lain daripada pengalaman pertama akan karya Roh Kudus dalam
jemaat (Konferensi Waligereja Indonesia, 2000: 300-301).
Para murid yang adalah rasul dan saksi dari kehidupan Yesus berkobar-
kobar mewartakan tentang apa mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa
yang mereka alami tentang Yesus kepada siapa saja yang mereka jumpai. Dan
bahkan mereka berani mengarungi lautan dan masuk dalam situasi yang asing
bagi mereka untuk menyebarkan kabar sukacita injil, dengan harapan supaya
orang lain menjadi selamat dan juga mengalami apa yang mereka alami.
Keberanian itu tidaklah berasal dari mereka sendiri, melainkan dari Allah
yang mereka cintai di atas segalanya. Allah yang mereka cintai memberi mereka
kekuatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus, melengkapi mereka dengan
daya surgawi yang memampukan mereka mewartakan dengan penuh kuasa baik
dalam perkataan maupun perbuatan. Itulah karya Roh Kudus yang mereka terima
dalam peristiwa pentakosta (Kis 2:1-13). Roh inilah yang akan membangkitkan
tulang-tulang kering serta menjadikannya manusia-manusia yang hidup
(Indrakusuma, 2012: 17). Turunnya Roh Kudus ini merupakan pemenuhan janji
Yesus atas para murid-Nya (Mrk 1:8, Yoh 14:16-17; 16:12-13, Kis 1:4-5).
2. Roh Kudus dan Jemaat Perdana
Seluruh kehidupan jemaat perdana, sebagaimana dilukiskan oleh Lukas
dalam Kisah Para Rasul, ditandai oleh Karya Roh, bukan hanya pada awal atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kesempatan istimewa, tetapi selalu dan di mana-mana (Konferensi Waligereja
Indonesia, 2000: 301). Rm. Yohanes Indrakusuma (2012: 26) mengatakan bahwa
Roh Kudus adalah cinta sempurna, kebijaksanaan tertinggi, pengertian terdalam,
kuasa yang paling hebat kekuatan ilahi yang membeda-bedakan, menyelidiki,
mengubah serta memperbarui segalanya. Kehidupan jemaat perdana adalah
kehidupan yang sepenuhnya dibimbing, dijiwai dan digerakkan oleh Roh Kudus.
Keterbukaan hati mereka memungkinkan Roh Kudus dapat berkarya dengan
bebas dan membentuknya menjadi insan-insan Allah yang hidup. Tanpa adanya
sikap iman yang terbuka sepenuhnya, Roh Kudus tidak akan berkarya dengan
perantaraan mereka. Kehadiran Roh Kudus dengan segala kuasa-Nya
membangkitkan kembali harapan yang sudah mati karena keterbatasan
manusiawi. Roh Kudus menggairahkan kembali semangat iman para murid
Yesus.
Menilik fenomena turunnya Roh kudus atas para Rasul, menarik sekali apa
yang dikatakan oleh Desi Ramadhani (2008: 148-149), bahwa tanda pertama akan
hadirnya Roh Kudus adalah pujian untuk memuliakan kebesaran Allah dan yang
kedua adalah terciptanya sebuah komunitas. Sebagaimana juga dikatakan oleh
Guido Tisera (2002: 41) bahwa Roh Kudus dalam peristiwa pentakosta membuat
mujizat besar yaitu mujizat persatuan Roh Kudus mempersatukan orang-orang
yang percaya dan meraka yang terbuka akan karyaNya menjadi satu umat.
Keterbukaan akan bimbingan dan kuasa Roh Kudus menjadikan orang-orang yang
percaya kepada pemberitaan para rasul hidup dalam persatuan sebagai satu
komunitas orang beriman. Sebagai komunitas yang dibimbing dan lahir karena
karya Roh Kudus, mereka hidup dalam:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Ketekunan dalam Pengajaran Para Rasul
Yang dimaksud adalah pelayanan sabda yang mencakup pemakluman
pertama, pendalaman iman, dan kesaksian hidup. Jemaat bertumbuh dan menjadi
matang serta mempertahankan hidup dalam kesatuan antara mereka berkat sabda
yang dibacakan dan didengar di tengah mereka. Para Rasul adalah saksi yang
hidup dari setiap peristiwa hidup Yesus dan pewartaan-Nya. Para Rasul
menerangkan perjanjian Lama dalam terang perjanjian Baru yang terpenuh secara
sempura dalam diri Yesus (Tisera 2002: 43-44). Para rasul juga mengingat dan
menghidupkan kembali kata-kata Yesus yang mereka dengar di tengah pertemuan
jemaat dan mencari solusi dari persoalan jemaat dalam terang kata-kata, ajaran,
dan contoh hidup Yesus (Tisera 2002: 63-64). Pemahaman akan sabda ini terjadi
berkat bimbingan Roh Kudus yang hidup dan berkarya di tengah-tengah mereka.
b. Taat Kepada Pemimpin
Pemimpin dipandang sebagai perpanjangan tangan Kristus di dunia. Oleh
karenanya, setiap anggota menghormati pemimpin mereka sebagaimana mereka
menghormati dan taat kepada Kristus. Kristus telah mengangkat para Rasul
menjadi pemimpin Gereja yang harus didengarkan, ditaati dan dihormati
“barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku dan barangsiapa
menolak kamu, ia menolak Aku” (Luk 10:16). Artinya adalah, apabila
mendengarkan dan mentaati perintah dari para Rasul, sama dengan mentaati
Kristus sendiri. Dalam ketaatan kepada pemimpin, mereka merealisir ketaatan
kepada Kristus seperti yang telah di teladankan oleh ketujuh orang murid yang
dipilih oleh para rasul untuk diutus melayani orang miskin serta menyebarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
firman Allah (Kis. 6: 1-6). Mereka taat kepada rasul yang menjadi pemimpin
mereka, mereka menerima dan menjalan tugas tersebut dengan senang hati
sehingga firman Allah semakin tersebar dan jumlah orang yang percaya bahwa
Yesus adaah Tuhan semakin bertambah.
c. Berbagi dalam Segala Sesuatu dan Hidup Sederhana
Kis 2:44-45, segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.
Beberapa dari mereka menjual harta miliknya untuk kebutuhan sesamanya (Kis
4:32.35-37), memberi sumbangan kepada mereka yang membutuhkan (Kis 11:
29), pelayanan kepada janda-janda (kis 6:1-7). Dalam perjalanan pewartaan
Paulus, perhatian terhadap mereka yang miskin juga menjadi prioritasnya. Paulus
gencar meminta kepada jemaat yang didirikannya untuk memberikan sumbangan
demi membantu mereka yang berkekurangan.
Cita-cita mereka bukanlah kemiskinan, mainkan berbagi, solidaritas,
kepekaan terhadap sesama khususnya terhadap anggota yang berkekurangan
(Tisera 2002: 44). Hal ini mereka lakukan bukan karena keterpaksaan, melainkan
dengan sukarela dan digerakkan oleh Roh Kudus. Dasarnya adalah kesatuan iman
akan Kristus. Iman menghasilkan kasih yang nyata dalam kerelaan untuk saling
membantu dalam kesusahan sehingga tidak seorang pun yang berkekurangan di
antara mereka.
d. Berdoa dan Makan Bersama dalam Perjamuan
Jemaat perdana adalah jemaat yang berdoa. Doa menjadi bagain dari
kehidupan mereka alam segala situasi dan dilakukan secara terus menerus. Bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mereka doa bagaikan nafas yang menghidupi seluruh jemaaat. Selain secara
pribadi, mereka juga berkumpul bersama untuk berdoa sebelum mengambil
keputusan penting atau peristiwa besar dalam jemaat (Tisera 2002: 57-59).
Sebagai sebuah komunitas umat beriman selain tekun dalam doa, mereka juga
berkumpul memecahkan roti secara bersama-sama sambil mengenangkan kembali
karya penyelamatan Kristus (Kis 2:46; 4: 45-46; 20:6.7, 1Kor 10:16). Komunitas
ini adalah komunitas doa dan komunitas Ekaristi. Secara berkala mereka berdoa di
bait Allah dan di rumah-rumah secara bergilir. Suasana kekeluargaan,
persaudaraan, dan spontanitas mewarnai peritiwa itu Hidup dalam kesederhanaan
( Tisera 2002: 45). Dalam perkembangannya Roh kudus hidup dalam Gereja dan
menolongnya menemukan harta rohani dari kabar gembira Injil kristus. Roh
Kudus menemani Gereja sepanjang peziarahannya di dunia, menyatukan dan
menguduskannya dengan memberi Gereja semua anugerah yang diperlukan untuk
memenuhi semua tugasnya. Roh Kudus melimpahkan karisma dan karunia kepada
setiap orang, menciptakan persatuan di tengah perbedaan yang besar demi
pembangunan seluruh tubuh Kristus (Kiswara, 1988:19). Kehadiran Roh
mengubah kita menjadi anak Allah, maka Roh itu menjadi sumber rahmat dan
pantas disebut “rahmat dasar”. Allah serta Roh-Nya tetap merupakan misteri,
yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia (Konferensi Waligereja Indonesia,
2000: 304-308).
C. Komunitas Tritunggal Mahakudus
1. Awal Berdiri
KTM merupakan sebuah komunitas awam, namun sekarang juga ada para
imam ataupun para biarawan-biarawati yang bergabung menjadi anggota luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
biasa. Komunitas ini didirikan oleh Rm. Yohanes Indrakususma O.Carm
(sekarang CSE) di Pertapaan Karmel Ngadireso, Malang, Jawa Timur dalam
sebuah retret bersama umat pada 11-13 Januari 1987 (Indrakusuma, 2010: 95).
KTM sudah diterima sebagai salah satu anggota keluarga besar Ordo Karmel
bersama Putri Karmel dan Caemelitae Sancti Eliae (CSE), karena Pimpinan Pusat
Karmel melihat, bahwa semangat KTM juga sesuai dengan semangat dasar
Karmel (Indrakusuma, 2010: 101). Komunitas ini adalah suatu Persekutuan hidup,
sebuah Perserikatan Publik Kaum Beriman kristiani yang diatur menurut
ketentuan kan. 298-329 sebagai norma umum dan kan. 321-326 sebagai norma
khusus (Statuta KTM, 2014: 3).
Rm. Yohanes Indrakususma O.Carm mendirikan KTM dengan berinspirasi
pada komunitas jemaat awali (Kis. 2:41-47), yaitu suatu komunitas yang berusaha
menghayati hidup Kristen yang sejati, berdasarkan pada misteri agung cinta Bapa,
Putera dan Roh Kudus (PPAT: 12). Beliau mencoba menerapkan semangat
komunitas awali ini di tengah-tengah situasi zaman modern yang penuh
tantangan. KTM didirikan juga atas keprihatinan Rm. Yohanes terhadap semangat
Pembaharuan Karismatik, yang di satu pihak berpontensi cukup besar dalam
membangun hidup rohani Gereja Katolik, tetapi di lain pihak sangat berbahaya
sebab adanya kesombongan rohani, bahkan bisa tersesat kalau tidak dibimbing.
Oleh karena itu, dengan berdirinya KTM ini, anggota-anggota KTM diharapkan
menjadi kader-kader awam yang handal, yang sungguh-sungguh setia kepada
Gereja Katolik dan dapat menjadi garam dan terang dunia di tempat hidup mereka
masing-masing (Indrakusuma, 2010: 96).
Anggota KTM harus sungguh menyadari akan pentingnya memasuki
hubungan Cinta Kasih Ilahi ini sebagai yang pertama dan hakiki. Oleh karena itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mereka harus dengan sadar menyerahkan dirinya untuk dibimbing oleh Roh
Kudus serta menjadikan Yesus sebagai pusat hidup mereka. Karena itu
penghayatan Sakramen terutama Ekaristi dan Tobat, doa dan kontemplasi,
peresapan sabda Allah dan keterbukaan pada Roh kudus dengan segala
karunianya menduduki tempat yang sentral dalam hidup mereka. Mereka
menjadikan Ekaristi sebagai Pusat dalam kehidupan Kristianinya (statuta, 2014:
3).
Saat ini anggota KTM sudah tersebar hampir di seluruh keuskupan di
Indonesia, selain itu KTM juga hadir di luar negeri yaitu Malaysia, Cina, Amerika
Serikat, Australia dan Kanada. Anggota KTM mendapatkan berbagai pembinaan
baik dari para suster P. Karm maupun dari frater CSE. Untuk saat ini jumlah
seluruh anggota KTM diperkirakan mencapai kurang lebih 25.000 orang.
2. Visi dan Misi Komunitas Tritunggal Mahakudus
Sebagaimana tertuang dalam statuta Komunitas Tritunggal Mahakudus
pasal 7, visi dan misi KTM secara singkat dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Dalam kuasa Roh kudus mengalami dan menghayati sendiri kehadiran
Allah yang penuh kasih dan menyelamatkan, sampai pada persatuan cinta
kasih, serta membawa orang lain kepada pengalaman yang sama”
a. Penjelasan
Rm. Yohanes (2010: 89-90) menerangkan rumusan tersebut secara lebih
lanjut sebagai berikut:
1). Dalam kuasa Roh Kudus
Roh Kudus hadir dalam diri setiap manusia sehingga perjalanan hidup dan
pelayanannya pun berdasarkan bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus adalah cinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang sempurna, kebijaksanaan tertinggi, pengertian yang terdalam, kemahakuasan
Allah, kekuatan ilahi yang mengenal, yang mengubah dan memperbaharui segala-
galanya, kuasa yang membebaskan, yang menyembuhkan serta mengadakan
berbagai macam mujizat (Indrakusuma, 2011: 13). Roh Kudus merupakan dasar
dan sumber segala sesuatu, baik untuk mengalami dan menghayati kehadiran
dan cinta kasih Allah, maupun untuk membawa orang lain pada pengalaman
yang sama. Hal itu dilaksanakan lewat kuasa Roh Kudus yang disalurkan dan
dinyatakan lewat pelbagai macam kasih karunia, sakramen-sakramen dan
karismata. Oleh Roh yang menjiwainya mereka menjadi saksi-saksi Kristus yang
tiada gentar dan meyakinkan dan mulut mereka pun mewartakan sabda yang
penuh kuasa (Indrakusuma, 2011: 9-10).
Tanpa adanya Roh Kudus dalam diri setiap anggota KTM, tidak mungkin
kehidupan dan pelayanan mereka dapat berjalan dengan baik. Karena adanya
kuasa Roh Kudus inilah setiap anggota komunitas, mengalami berbagai perubahan
dalam kehidupan rohaninya. Hidup mereka bejalan sesuai dengan bimbingan Roh
sebagaimana yang telah diteladankan oleh jemaat Kristen perdana.
2). Mengalami dan menghayati sendiri
Sebelum kita membagikan sebuah pengalaman kepada orang, tentu saja
terlebih dahulu kita harus mengalami sebuah pengalaman yang sangat berarti dan
menyentuh bagi diri kita sendiri. Setelah itu barulah membagikannya kepada
orang lain.
Demikian juga dalam hal kehidupan rohani. Dalam hal ini bukan hanya
untuk mengetahui saja, melainkan harus sampai pada pengalaman. Di situ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
orang di bawa kesuatu kesadaran baru, bahwa Allah itu sungguh hidup, mengasihi
kita dan dapat kita alami kasih-Nya, walau pun tetap dalam iman, namun suatu
pengalaman yang nyata dan transformatif yang mengubah hidup seseorang secara
mendalam (Indrakusuma, 2010: 29). Meskipun hal itu tetap terjadi dalam iman,
namun harus sungguh-sungguh merupakan suatu pengalaman yang nyata,
yang menjadi sumber penghayatan. Kita harus lebih dahulu mengalami sendiri,
sebelum kita dapat memberi kesaksian tentang hal itu kepada orang lain.
Setiap anggota KTM, dalam hidup rohani dan pelayanannya selalu diajak
untuk mengalami kasih Allah dan menghayatinya secara mendalam agar
menemukan sebuah makna indah, sehingga pada akhirnya dapat membagikan
kepada sesama.
3). Kehadiran Allah
Dapat merasakan kehadiran Allah dalam hidup adalah dambaan setiap
pribadi manusia. Kehadiran Allah yang menyelamatkan itu perlahan-lahan tapi
pasti, asal tidak ada hambatan, akan mengubah dan memperbaharui kita, mulai
dari lubuk terdalam kita, sampai pada seluruh lapisan pada kita. kehadiran Allah
di dalam jiwa adalah realitas (Eugene, 2008: 17-26). Kehadiran ini dialami
sebagai suatu kehadiran yang penuh kasih, yang menolong, melindungi,
memelihara, yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Karena itu kita dapat
selalu mengharapkan dan mengandalkan pertolongan-Nya. Tetapi Allah dapat
juga hadir berkat Rahmat-Nya. Karena rahmatNya itu Allah bersemayam di dalam
jiwa yang berkenan kepadaNya dan yang menyenangkan hati-Nya ( Verbeek,
1973: 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Demikian pula dengan para anggota KTM, mereka sangat mendambakan
kehadiran Allah dalam perjalanan hidupnya, terutama dalam pelayanan. Mereka
sadar bahwa tanpa adanya kehadiran Allah, pelayanan yang dilakukan adalah sia-
sia belaka. Oleh karena itu, anggota KTM selalu memohon rahmat-Nya agar Dia
berkenan hadir dalam kehiduan rohani dan pelayanan anggota komunitas.
4). Persatuan cinta kasih
St. Yohanes Salib dengan jelas memberikan gambaran tentang tujuan
hidup kita, yaitu persatuan dengan Allah. Oleh sentuhan-sentuhan rahmatNya kita
diubah, diilahikan sedemikian rupa, sehingga benar-benar menyerupai Allah,
seperti kayu yang dimasukkan ke dalam api akhirnya menjadi api itu sendiri.
Dalam transformasi itu seluruh ada dan kegiatan kita diilahikan, sehingga
akhirnya segala faal iman dan perbuatan kita memperoleh nilai ilahi. Dalam
persatuan yang demikian, jiwa diangkat kepada suatu pengertian yang mengatasi
segala pengertian (Indrakususma, 2008: 34-35).
Satu orang yang sampai pada persatuan cinta kasih yang mengubah
(transforman) itu lebih berharga dan lebih berguna bagi dunia dan Gereja dari
pada ribuan, bahkan jutaan lainnya yang tidak sampai pada tahap tersebut. inilah
yang menjadi cita-cita Karmel sejak semula juga menjadi cita-cita KTM.
5). Membawa orang lain pada pengalaman yang sama
Setelah anggota KTM mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan
tersebut, walaupun belum sampai pada puncaknya, kita juga mau membewa orang
lain kepada pengalaman yang sama, supaya mereka boleh mengalami keselamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang melimpah yang datang dari Allah. Artinya, para Anggota KTM dalam kuasa
Roh Kudus Allah, mereka pertama-tama harus mengalami dan menghayati sendiri
rahmat kasih Allah, dan kemudian membawa orang lain kepada pengalaman yang
sama (Statuta KTM, 2014: 7-8). Pengalaman seperti itu sungguh melampaui
segala pengertian dan mereka yang mengalaminya tidak akan mampu
mengungkapkan dengan kata-kata. St. Theresia dari Avila melukiskan
pengalaman seperti itu dengan sebuah perbandingan, seperti seseorang yang
memasuki ruangan istana yang penuh dengan permata yang luar biasa banyak dan
indahnya, sampai dia tidak bisa mengingat satu persatu, demikian juga di dalam
Allah, orang tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata, hanya dengan
kekaguman saja (Eugene, 2008: 37-38).
Pengalaman pribadi akan kasih Allah dan kehadiran Allah akan menjadi
sorotan utama dalam KTM. Tanpa pengalaman itu, kehidupan rohani akan
menjadi hambar dan tidak bersemangat. Pengalaman itu begitu penting dan
mendasar, khususnya pada awal orang mulai melangkah dalam perjalanan hidup
rohani. Pengalaman akan Allah inilah merupakan daya tarik dan pengikat dalam
KTM.
b. Pergulatan Visi Komunitas Tritunggal Mahakudus
Visi merupakan penglihatan ke depan yang memberi arah pada sikap dan
tindakan. Visi sering kali merupakan suatu keadaan yang belum tercapai dan
sedang dituju dengan segala perjuangan dan pengorbanan (Banawiratma, 1990:
58).
Rm. Yohanes Indrakusuma CSE sebagai bapak pendiri Putri Karmel dan
Carmelitae Sancti Eliae (CSE) berpendapat bahwa dalam persekutuan doa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
berkembang di Indonesia mulai terkontaminasi dengan berbagai unsur dari
kelompok-kelompok non-Katolik, sehingga tanpa disadari mereka bukan lagi
orang Katolik murni. Bahkan diantara mereka sudah mulai ada yang meremehkan
Maria dan Sakramen Tobat, bahkan Sakramen Ekaristi (Indrakusuma, 2010: 96).
Berangkat dari keprihatinan inilah, maka Rm. Yohanes berinisiatif untuk
membentuk sebuah komunitas awam yang benar-benar sepenuhnya karismatik,
namun tidak sedikit pun kehilangan identitas kekatolikannya. Setiap anggota yang
ada dalam komunitas tersebut diharapkan menjadi kader awam yang handal, yang
walau memiliki semangat karismatik namun tetap setia kepada kemurnian iman
katolik. Mereka juga diharapkan mampu menjadi garam dan terang bagi sesama di
tengan arus zaman yang semakin kacau.
c. Pilihan Fokus Misi Komunitas Tritunggal Mahakudus
Tugas mewujudkan Kerajaan Allah di dunia merupakan misi Yesus
Kristus (Banawiratma, 1990: 59). Oleh karena, Yesus mengutus para murid untuk
pergi keseluruh penjuru dunia untuk mewartakan warta keselamatan Kerajaan
Allah. Tugas perutusan Yesus kepada para murid ini diungkapkan dalam Injil
Matius sebagai berikut:
Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan babtislah dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman (Mat. 28:19-20).
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Yesus menunjukkan
suatu tugas yang sangat mulia dan ingin agar semua bangsa mengenal dan hidup
dalam Dia. KTM diharapkan mampu memberi kesaksian dalam hidup bahwa
pengalaman cinta ilahi dapat dirasakan melalui pelayanan kepada sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dengan berlandaskan ayat di atas, KTM melaksanakan tugas
perutusannya. Pelayanan kepada sesama yang ingin merasakan indahnya
pengalaman Cinta Ilahi memerlukan penghayatan hidup sebagai seorang yang
tekun dalam hidup doa dan terbuka pada karya-karya Roh Kudus. Oleh karena itu,
KTM memilih cara Karmel dan Karismatik sebagai pedoman hidup dan
pelayanan.
3. Komunitas Tritunggal Mahakudus Berinspirasi pada Karmel Awali dan
Peristiwa Pentakosta
a. Kasih Persaudaraan
Sebagaimana dalam semangat karmel sejak awal yang menekankan
persaudaraan dan juga dalam jemaat perdana yang sehati sejiwa membangun
hidup bersama dalam iman, demikian juga segenap anggota KTM diharapkan
untuk hidup dengan cara demikian, “setelah diperbaharui dan dikuatkan oleh
pengalaman kasih Allah, mereka dipanggil untuk membentuk suatu persaudaraan
yang sehati sejiwa. Kasih persaudaraan haruslah mewarnai kehidupan komunitas,
sehingga mereka menjadi sehati sejiwa dan dengan demikian orang tahu bahwa
mereka itu benar-benar murid Kristus” (statuta no. 02). Persaudaraan ini menjadi
satu kekuatan yang ampuh untuk menghayati panggilan kristiani menjadi saksi
Kristus di tengah masyarakat dan panggilan menjadi kudus bagi setiap anggota.
Dalam persaudaraan orang akan saling membangun dalam kasih dan saling
melengkapi dalam kekuarangan dan kelebihan. Hidup dengan cara demikian
menjadikannya mudah dikenal sebagai murid Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Cinta Keheningan
Keheningan menjadi salah satu syarat seseorang dapat berjumpa dengan
Allah dan mendengarkan bisikan halus kehendak Allah bagi manusia. dengan
keheningan kita dibebaskan dari segala yang mengacaukan pikiran kita. dalam
keheningan dan ketelanjangan itulah manusia berhadapan dengan Allah, karena
dalam keheningan suara-suara lain yang bukan dari Allah terhalau (Phang, 2012:
39-45).
Keheningan baik keheningan lahiriah seperti bebas dari gangguan suara-
suara dan juga keheningan batin, namun yang lebih ditekankan adalah keheningan
batin. Keheningan batin membuat orang lepas dari segala kekuatiran, kecemasan,
kegelisaahan yang menjadikan orang kurang percaya akan kebaikan dan
penyelenggaraan Allah dalam hidupnya. Dalam keheningan batin anggota KTM
diharapkan untuk mempercayakan segala persoalannya pada Allah yang
dicintainya, percaya akan penyelenggaraan Allah yang melampaui akal dan
rancangan manusia. Selain itu penghayatan keheningan ini juga dihayati dalam
doa-doa KTM. Unsur keheningan harus mendapat tempat dalam doa-doanya, baik
doa bersama seperti dalam pertemuan sel, adorasi, maupun doa-doa pribadi.
Keheningan menjadi sarana yang baik bagi setiap anggota untuk lebih peka
terhadap suara Allah, mendengarkan kehendak Allah bagi dirinya, bagi
perkembangan komunitas dan juga perkembangan Gereja pada umumnya.
Demikianlah keheningan mengajarkan vacare Deo, yakni mengosongkan diri bagi
Allah (Phang, 2012: 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Cinta Kitab Suci
Kitab Suci sebagai sabda Allah menjadi santapan rohani yang
menyegarkan jiwa. Jemaat awali bertekun dalam pengajaran para rasul,
mendengarkan sabda Allah yang dibacakan dan direnungkan dalam kehidupan
sehari-hari umat beriman. Karmel awali bergelut dengan firman Tuhan dalam
seluruh hidupnya, siang dan malam merenungkan firman Tuhan dan berusaha
mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Dengan berpedoman pada semangat
karmel dan jemaat perdana ini, kehidupan anggota KTM haruslah dijiwai dan
perpegang teguh pada firman Tuhan. Sabda Allah merupakan sumber dan
kekuatan bagi iman, pedang Roh yang mampu melawan kuasa iblis. Oleh
karenanya, setiap hari harus meluangkan waktu untuk membaca dan merenungkan
firman Tuhan (statuta no. 34) sebagaimana yang diteladankan oleh para karmelit
awali.
d. Cinta Ekaristi dan Sakramen
Sebagai anggota Gereja Katolik yang taat anggota KTM dalam hidupnya
menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidupnya. Itulah kewajiban mendasar, yang
harus dijalankan justru tidak sekedar untuk menunaikan perintah tetapi sebagai
sesuatu yang dirasakan sebagai hakiki bagi hidup Kristiani (NMI, art. 36).
Perjumpaan dengan Tuhan dalam Ekaristi menjadi kerinduan hati setiap anggota.
“...para anggota hendaknya rajin ikut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi
harian, bila hal itu memungkinkan. Namun hendaknya diusahakan, agar sekurang-
kurangngnya satu kali dalam seminggu mengikuti perayaan Ekaristi harian...”
(Statuta no. 10) selain hari minggu (statuta no. 34) .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Selain Ekaristi, penghayatan akan sakramen-sakramen lain juga perlu
mendapat perhatian khusus, seperti sakramen tobat. Bila memungkinkan mereka
harus menerima sakramen tobat secara rutin dan teratur agar hubungannya dengan
Tuhan semakin mendalam (statuta no.11). Pertobatan harus dilakukan terus-
menerus.
e. Terbuka Akan Roh Kudus dan Karunia-karuniaNya
Keterbuakaan akan karya dan bimbingan Roh Kudus menjadi mutlak
dalam hidup anggota KTM. Selain itu seorang anggota KTM juga harus terbuka
terhadap karunia-karunia dan karisma-karima Roh Kudus dalam hidup dan
pelayanannya. Roh Kudus membagi-bagikan karunia-karunia-Nya kepada
masing-masing menurut kehendak-Nya dan kepada semua kalangan umat Ia
membagi-bagikan rahmat istimewa, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia
meneriman berbagai karya atau tugas yang berguna untuk membaharui Gereja
(LG 12). Oleh karena itu, menjadi anggota KTM harus siap sedia dipakai Tuhan
menjadi saluran berkat dan rahmat-Nya, ”khusunya dalam pelayanannya, KTM
mempergunakan karunia-karunia Roh Kudus yang dianugerahkan Allah
kepadanya. Tanpa karunia-karunia ini KTM tidak akan mampu menjalankan
pelayanannya” (statuta KTM no. 05). Betapa pentingnya karunia-karunia Roh
Kudus ini dalam pelayanan mereka. Karunia-karunia tersebut bukanlah ganjaran
untuk kesucian seseorang, melainkan pemberian yang cuma-Cuma. Karunia-
karuna ini bukan lain daripada pernyataan kuasa Allah serta kehadiran-Nya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
diberikan oleh Roh Kudus secara bebas untuk kemuliaan Allah serta keselamatan
orang lain (Indrakusuma, 1979: 20-21). Maka, karunia-karunia ini penting untuk
perkembangan dan pertumbuhan komunitas membuat, hidup komunitas menjadi
lebih hidup dan bersemangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DISTRIK YOGYAKARTA
A. KTM Hadir di Yogyakarta
Menurut catatan tangan ibu Heri Ngadiono yang ditulis kembali oleh Ibu
Katrin dalam buku kenangan 25 tahun KTM (2012: 60-61), perjalanan KTM
Yogyakarta diawali pada tahun 2003. Ibu Heri Ngadiono yang sudah menjadi
anggota KTM Sel Hati Kudus Yesus di Semarang, bersama teman-teman di
Yogyakarta mengadakan pertemuan sel sepulang dari kursus Kitab Suci di Gereja
Kumetiran. Pada waktu itu anggota sel ini adalah: ibu Heri Ngadiono, ibu Threes
Hendrati, ibu Kris Darmono, Bapak Sutikno dan Ibu Sutikno (alm). Kemudian sel
tersebut di beri nama sel Theresia Lisieux, dan pertemuan sel diadakan dirumah
ibu Threes, Jl. Wates, Gamping. Waktu itu sel didampingi juga oleh ibu Inge dari
wilayah Semarang, sehingga untuk pengajaran-pengajaran (PPAT I) ikut di
Semarang dan dibina oleh tim dari KTM Distrik Malang dengan pelayan-
pelayannyaseperti ibu Sisyanti, ibu Swandono dan Rm. Ari Parwanto O. Carm. Di
awal tahun pertama anggota bertambah dan sel Theresia Lisieux membelah.
Terbentuk sel Yohanes Salib, anggota sel pun mulai aktif mengikuti retret yang
diselenggarakan di Ngadireso, Tumpang Malang. Sel ini juga membina sel anak
muda yang basecampnya di AT Yolan, seiring berjalannya waktu dan anggota
pun mulai bertambah.
Tahun berikutnya sel Theresia Lisieux membelah lagi dan hadirlah sel
Theresia Lisieux II. Demikian juga sel Yohanes Salib membelah dan terbentuklah
sel Teresa Avila. Sehingga jumlah sel yang ada waktu adalah 4 sel, maka
disarankan untuk membentuk satu wilayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pada 2006 di Yogyakarta diadakan kegiatan retret awal, juga retret
penyembuhan luka batin bersama suster Putri Karmel dan frater CSE dari
Ngadireso, Tumpang Malang. Tuhan menambah jumlah orang yang tergerak
untuk melayani dan bergabung sehingga sel-sel baru tumbuh, terutama setelah
diadakan Kebangunan Rohani Katolik (KRK) bersama Rm. Yohanes
Indrakusuma O. Carm pada tahun 2007. Ada sel Benedictus, sel Yohanes Rasul,
sel Vincens de Paul, sel Maria Sedayu, sel Christoporus dan Elia. Kemudian dari
sel-sel tersebut dibentuk menjadi wilayah-wilayah, yaitu Yogya I, Yogya II dan
Yogya III. Saat ini sel semakin berkembang dengan adanya sel bagi kaum muda,
yaitu sel Antonius Padua Kotabaru, sel Bonaventua Atma Jaya, sel Avila dan sel
Ignasius Sanata Dharma Paingan, anggota sel muda-mudi ini kebanyakan
merupakan para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta,
mereka berasal dari beberapa daerah dan tidak sedikit dari mereka yang sudah
menjadi anggota KTM sejak dari daerah asalnya, selain itupertambahan anggota
juga berasal dari peserta Camping Rohani yang diadakan setiap tahun di
Pertapaan Karmel Ngadireso, Malang. Karena jumlah sel dan anggotanya sudah
mencukupi, maka DPP memutuskan untuk menjadikan muda-mudi sebagai
wilayah sendiri, sehingga dipilihlah Dewi sebagai pelayan wilayah muda-mudi
dan Cindy sebagai wakilnya. Selain itu, di paroki Mlati pun sudah terbentuk satu
sel untuk dewasa, yakni sel Aloysius Gonzaga, sesuai nama paroki Mlati.
Awal tahun 2009, bertambah sel St. Yosef Klaten, masuk dalam wilayah
Yogya II. Dan pada tahun yang sama pula Distrik Yogyakarta terbentuk, dihadiri
oleh bapak Giovany Karamoy dan bapak Budi Santoso dari tim Dewan Pelayan
Umum (DPU), terpilihlah pelayan distrik yaitu bapak Wijaya Susanto dan ibu
Heri Ngadiono sebagai wakilnya. Masa pelayanan Dewan Pelayanan Distrik I
berakhir sampai tahun 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pelayanan DPP dilanjutkan setelah pemilihan kembali DPP yang baru
periode 2011-2013, yang terpilih sebagai pelayan distrik adalah bapak Stefanus
Sugianto dan ibu Katrin sebagai wakilnya. Pada tahun 2013 diadakan lagi
pemilihan DPP yang baru, bapak Stefanus Sugianto kembali terpilih sebagai
pelayan distrik dan Edwin sebagai wakilnya.
Sepanjang perjalanan KTM di Yogyakarta, baik ketika masih satu sel dan
bertumbuh menjadi wilayah kemudian distrik, banyak hal yang telah dialami oleh
semua anggota KTM, ketika bersama-sama mengadakan Retret Dasar Hidup
Kristiani (retret awal) di Pakem, melayani tugas koor, berziarah bersama ke Gua
Maria, pelayanan di Lapas, bahkan ketika beberapa anggota sedah mengikuti
BINUS, semakin membawa komunitas ini untuk merasakan kehadiran Allah
ditengah kehidupan sehari-hari.
B. Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus
Spiritualitas KTM bersumber pada spiritualitas Karismatik Katolik dari
satu pihak dan dari pihak lain dari Spiritualitas Karmel. Keduanya telah menjadi
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup dan pelayanan KTM.
Karena itu KTM merupakan persekutuan hidup, dengan suatu komitmen, bukan
hanya sekedar persekutuan doa.
1. Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan „kerohanian‟ atau
hidup rohani (Heuken, 2002: 7). Jacobs (1989:1-2) menjelaskan bahwa kata
spiritualitas dari kata Perancis spirituale yang berarti cara atau gaya hidup. Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kata spiritualis berarti orang yang digerakkan oleh Roh kudus. Kata spiritualitas
merupakan suatu kata yang bersifat universal karena bisa digunakan oleh semua
agama karena spiritualitas itu sendiri merupakan saripati religius yang ada dibalik
ajaran atau aturan-aturan formal agama. Sebaliknya, dalam penghayatan
spiritualitas, ajaran atau dogma atau doktrin suatu agama hanyalah menjadi
pijakan semata sehingga dogma bukanlah merupakan hal terakhir, melainkan
selanjutnya bagaimana seseorang dapat mengalami perjumpaan dengan Yang
Ilahi.
Kata spiritualitas ada hubungannya dengan kata spirit atau Roh, yaitu daya
kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. Spirituaitas dapat diartikan
sebagai kekuatan Roh yang memberi daya tahan kepada seseorang atau kelompok
untuk mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupan
(Banawiratma, 1990: 57). Dari definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa
spiritualitas memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan setiap langkah-
laku setiap pribadi dalam kehipan sehari-hari.
Spiritualitas berkaitan erat dengan segi interioritas seseorang, kedalam
hidup atau inti hidup yang membentuk sikap, menentukan cara seseorang
mempertimbangkan dan mengambil keputusan serta bertindak dan menentukan
pilihan seseorang pada nilai-nilai yang dipegang, diwujudkan serta
diperkembangkan (Heryatno, 2008: 89). Spiritualitas merupakan segi hidup kita
yang sangat pribadi, yakni mengamalkan iman akan Yesus Kristus pada masa ini,
di tempat ini bersama dengan orang ini dan masyarakat ini sebagai mana adanya
(Heuken, 2002: 205).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa spiritualitas merupakan daya untuk mendorong, memotivasi,
menghidupkan dan menumbuhkan nilai-nilai rohani seseorang dalam relasinya
yang mesra dengan Allah.
2. Spiritualitas Karmel
Mendengar frase Spiritualitas Karmel, tentu kita tergiring pada seorang
tokoh Perjanjian Lama dalam Tradisi Kitab Suci yang terkenal akan kedekatannya
dengan Allah dalam kesunyian Gunung Karmel dan sungai kerit yaitu Nabi Elia.
Ia memakai peristiwa perjumpaan dengan Allah dalam kesunyian dan keheningan
untuk membawa Firman Allah dalam bentuk yang sesuai bagi zamannya (Slattery,
1993: 32-33). Demikian juga halnya yang diharapkan dari segenap anggota KTM.
Sebagaimana yang tertuang dalam Statuta KTM pasal 6 Spiritualitas
Karmel menjiwai hidup dan karya komunitas, khususnya membantu melihat
dengan jelas tujuan yang harus dicapai, serta membatu dalam perjalanan menuju
kepada Allah. Lewat bimbingan para tokohnya yang besar, seperti Santo Yohanes
Salib, Santa Teresa Avila, Santa Theresia Lisieux, dan sebagainya, KTM dibawa
kepada penghayatan lebih mendalam akan hidup kristiani dan rohaninya. Mereka
mengajarkan kepada kita lorong-lorong yang harus kita jalani dan bahaya-bahaya
yang harus dihindari dalam perjalanan menuju kepada Allah seperti para karmel
awali yang berjuang di padang gurun melawan kehendak pribadi agar pada
akhirnya dapat berjumpa dan bersatu dengan Allah.
Pengalaman padang gurun ini menyingkirkan segala rintangan yang
menghalangi mereka untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah. Pengalaman ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengenyahkan segala yang merintangi kasih setia mereka kepada Allah dan juga
kepada sesama (Phang, 2012: 37). Semangat Karmel mengundang Gereja dan
masyarakat untuk tak henti-hentinya mencari Kristus. Semangat itu juga
menantang kita untuk mendampingi yang tertindas dan lemah. Semangat ini
memanggil kita untuk melakukannya dalam keheningan doa seperti peziarah
dalam mendaki kegunung suci, yaitu Kristus sendiri (Slattery, 1993: 18).
KTM bernaung di bawah perlindungan Bunda Maria, Bunda Allah, serta
menyerahkan diri kepada kasih keibuannya. Dibentuk oleh Roh Kudus
sendiri, Maria merupakan teladan iman yang besar dan kerendahan hati yang
mendalam. Dalam roh dan jiwanya ia terarah seluruhnya kepada kehendak
Allah : “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.”
(Luk 1:38). Dengan segenap hatinya ia mengamini kehendak Allah, yang menjadi
pedoman hidupnya. Di atas salib, Yesus telah menyerahkan Maria untuk menjadi
ibu kita. Maria menjadi teladan dan cita-cita semua orang yang mencari Allah
terus menerus. Maria mampu melihat segala sesuatu dengan pandangan Allah
sendiri, seolah-olah melihat apa yang tidak kelihatan (Ibr 11:1), serta
mengetahui apa yang ada di balik semua peristiwa yang dialaminya.
Mottonya yang senantiasa menggema dalam hati setiap orang yang
terpesona oleh semangat nabi Elia adalah : “VIVIT DOMINUS IN CUIUS
CONSPECTU STO: ALLAH HIDUP DAN AKU BERDIRI DI
HADIRATNYA. ”Dari persatuannya yang mendalam dengan Allah mengalirlah
semangat yang besar untuk kemuliaan Allah, yaitu “ZELO ZELATUS SUM
PRO DOMINO DEO EXERCITUUM: AKU BEKERJA SEGIAT-GIATNYA
BAGI ALLAH SEMESTA ALAM.” Karena pergaulannya yang mesra dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Allah, tiada henti-hentinya ia mengalami penyelenggaraanNya yang
mengagumkan. Karena persatuannya yang mesra dengan Allah, segala
doanya dikabulkan Tuhan, sehingga ia membangkitkan anak janda yang
memberikan tumpangan kepadanya (1 Raj 17:22). Demikianlah ia telah
mendatangkan api dan menurunkan hujan (1 Raj 18:36-38, 41-45).
3. Spiritualitas Karismatik
Kata Karismatik sudah umum didengar oleh setiap orang dewasa ini.
Istilah ini dipakai untuk menunjukkan sebuah gerakan yang sangat populer terjadi
zaman ini. Uskup O‟Rourke (1984: 40-41) berpendapat bahwa kata karismatik
dalam Gereja biasanya digunakan untuk menyebut para anggota Gereja baik
Katolik maupun Protestan yang menerima dan mengalami karunia-karunia
khusus. Selain itu karismatik juga biasa dipakai untuk membedakan orang-orang
katolik yang menerima karunia khusus dari para fundamentalis protestan yang
disebut pentekosta. Sengaja dibedakan karena memang terdapat perbedaan yang
sangat nyata dimana sebagian besar orang katolik karismatik sangat terikat erat
dan setia pada magisterium gereja. Selain itu emosionalitas yang khas pada
orang-orang pentekosta jarang ditemukan di antara orang-orang Katolik
karismatik.
Masih mneyangkut polemik nama dari gerakan ini, beberapa ahli teologi
mengusulkan untuk menggunakan istilah “baptis dalam Roh” atau “baptis dengan
Roh” dengan alasan baptis secara harafiah berarti dibanjiri, dicurahi, dipenuhi.
Namun menurut O‟Rourke (1983: 41-42), pemakaian istilah “baptis dalam Roh”
ini kurang menguntungkan, karena dalam Gereja kata baptis ini merujuk pertama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tama pada sakramen yang diadakan oleh Kristus, sehingga berpotensi menjadi
polemik dengan sakramen inisiasi yang penting itu, meskipun kedua pengalaman
itu saling berhubungan.
Nama lain untuk gerakan ini yaitu “Pembaharuan Karismatik”. Dengan
nama ini seringkali dipahami bahwa unsur “karismatik” itulah yang panting dan
harus diperbaharui. Artinya nama itu membawa orang pada sebuah pemahaman
yang tidak tepat untuk memusatkan diri pada pengalaman-pengalaman akan
manifestasi-manifestasi luar biasa karunia-karunia Roh Kudus (Ramadhani, 2008:
35).
Di Indonesia, istilah “Karismatik” kerapkali diganti dengan istilah
“Pembaharuan Hidup dalam Roh”. Istilah “Pembaharuan Hidup dalam Roh”
memiliki arti yang lebih mendalam dan sesuai dengan tujuan dan semangat dari
pembaharuan. Karena pada dasarnya pembaharuan ini merupakan suatu
pembaharuan hidup Kristiani dalam kuasa Roh Kudus, yaitu suau kehadiran baru
Roh Kudus disertai kuasa-Nya dalam kehidupan Gereja dewasa ini (Indrakusuma,
2010: 15-16).
Menurut Rm. Yohanes Indrakusuma (2010: 42), pembaharuan ini pada
hakekatnya adalah pembaharuan cara berpikir, cara kerja dan cara hidup orang-
orang Kristen. Pembaharuan ini membawa kita kepada kesadaran akan
ketergantungan manusia akan Roh Kudus, baik untuk menghayati Injil maupun
untuk mewartakannya.
Terlepas dari persoalan istilah, kehadiran orang-orang karismatik di antara
anggota Gereja dapat menguntungkan bagi semua anggota Gereja. Mereka
mengingatkan kita bahwa doa haruslah dilakukan setiap saat dan dipenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kegembiraan. Mereka sangat bergairah dalam doa, sehingga menolong setiap
anggota Gereja memecah kebekuan penghayatan hidup keagamaan, mengurangi
sikap dingin yang menghinggapi orang Katolik. Mereka juga menyadarkan
banyak orang Katolik yang tidak menyadari betapa penting peranan Roh Kudus
dalam hidup dan karya pengudusan hidup setiap orang beriman (O‟Rourke, 1983:
43).
KTM dalam hidup dan karyanya berinspirasi, bahkan dijiwai oleh
Pembaharuan Hidup dalam Roh. KTM pun mengintegrasikan pembaharuan
karismatik kedalam hidup dan karyanya. Melalui pembaharuan ini, Tuhan
kembali menyadarkan Gereja-Nya, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah
karya Tuhan sendiri, bukan karya manusia dan kita ini hanyalah alat-alat di dalam
tangan-Nya untuk melaksanakan karya itu (Indrakusuma, 2010: 105).
Pembaharuan karismatik memiliki dua aspek pokok yang sangat berpengaruh
dalam memahami pembahruan ini, yaitu aspek teologis dan aspek sosiologis.
Dilihat dari segi teologisnya, Pembaharuan Hidup dalam Roh merupakan
suatu pembaharuan yang menjadikan Yesus Kristus Tuhan dan pusat hidup kita
dalam suatu keterbukaan terhadap karya Roh Kudus dalam segala kepenuhannya.
Melaui pencurahan Roh Kudus yang konkret, manusia diperbaharui dan boleh
mengalami bahwa Allah itu hidup dan sungguh mengasihi dia (Indrakusuma,
2010: 107).
Aspek sosiologis pembaharuan adalah ungkapan atau ekspresi dari orang-
orang yang merasakan luapan kuasa Roh Kudus yang tercurah dalam hidupnya.
Dapat dikatakan, bahwa aspek ini hanya merupakan bungkus luar dari
pembaharuan karismatik. Setiap pribadi memiliki cara ataupun gaya masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
masing untuk mengungkapkan kebahagiaan karena telah dipenuhi oleh Roh
Kudus.
KTM bersandar pada Pembaharuan Hidup dalam Roh pertama-tama dalam
arti teologisnya, bukan dalam arti sosiologisnya, (Statuta Psl. 5):
1. Dalam keyakinan dan hidupnya, KTM bergantung seluruhnya dari Roh Kudus
dan kuasa-Nya.
2. Kesadaran akan ketergantungannya pada Roh Kudus diperolehnya lewat suatu
pengalaman Roh Kudus yang dialaminya lewat Pencurahan Roh Kudus.
3. Dalam hidup dan karyanya secara nyata KTM mengandalkan kuasa dan
bimbingan Roh Kudus.
4. Khususnya di dalam pelayanannya KTM mempergunakan karunia-karunia Roh
Kudus yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia sadar, bahwa tanpa karunia-
karunia Roh Kudus KTM tidak akan dapat memberikan pelayanan yang
diharapkan daripadanya.
5. Dalam penghayatan hidup dan karyanya KTM ingin tetap menjadi orang
Katolik yang sejati, Katolik murni dalam persekutuan dengan seluruh Gereja di
bawah pimpinan Uskup.
Secara sosiologis KTM tidak identik dengan kelompok lainnya, tidak
identik dengan manifestasi-manifestasi kelompok lain yang memang dapat
berbeda-beda. Suatu persekutuan hidup mengandaikan adanya komitmen-
komitmen tertentu, dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, suatu
ikatan persaudaraan tertentu, sedangkan kelompok lain yang bukan merupakan
persekutuan hidup umumnya tidak memiliki semuanya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Dengan melihat aspek-aspek di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
tujuan akhir Spiritualitas Karismatik adalah keterbukaan kepada Roh Kudus, yang
diwujudkan oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Untuk mencapai hal ini, bukan
kesuksesan yang menjadi tolok ukurnya melainkan kesetiaan untuk bergantung
pada Kristus, sebab tanpa Dia kita tidak bisa berbuah (Yoh 15:15). Bentuk wujud
keterbukaan kepada Roh Kudus yang paling nyata adalah mau memakai karunia-
karunia Roh untuk membantu sesama mengalami kasih Ilahi. Oleh karena itu,
Spiritulitas Karismatik berpusat dan be rsumber pada Roh Kudus, yang adalah
Roh Allah sendiri. Seseorang yang hidup dalam Roh akan tahu dan mengalami
bahwa Roh Kudus ada dalam dirinya (Indrakusuma, 2011: 26). Melalui Roh
Kudus, orang akan mampu mencapai tujuan hidup kristiani yakni memasuki suatu
hubungan yang sungguh mesra dengan Yesus serta pengalaman akan cinta Allah
merupakan suatu kekuatan dari dalam diri seorang Kristiani yang dapat
menimbulkan berbagai perubahan mendalam di dalam hidupnya (Verbeek, 1973:
39).
C. Semangat profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus
1. Pengertian Profetik
Kata profetik berasal dari istilah Yunani prophetes, menunjuk pada orang
yang dipanggil oleh Allah atas nama-Nya. Profetik dapat diartikan sebagai
tindakan seseorang biasanya disebut nabi, yang berpihak pada Allah dan orang-
orang lemah dengan resiko dibenci para penguasa (Darminta, 1994: 59). Nabi
adalah orang yang secara khusus untuk menyampaikan pesan-pesan Allah melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mimpi atau ramalan mengenai apa yang harus dilaksanakan oleh umatNya. Nabi
juga biasa berperan dalam kehidupan beragama dan kemasyarakatan, oleh karena
itulah setiap kata-kata dan tindakan nabi diikuti oleh masyarakat.
Dalam sejarah keselamatan Bangsa Israel, banyak muncul nabi-nabi yang
oleh Allah dipilih dan diutus untuk mengatur kehidupan bangsa tertentu. Setiap
orang yang dipilih menjadi nabi Allah tidak memiliki kuasa untuk menolak
pilihan tersebut (Yer. 1:2-19). Dalam hal ini, terlihat seperti ada unsur pemaksaan
yang dilakukan oleh Allah terhadap oerang yang dipilihNya. Namun tugas
bebagai nabi bukan lah tugas yang sembarangan, tugas ini sangat berat karena
seorang nabi harus mampu mengayomi bangsa yang dipercayakan kepadanya.
Tidak jarang para nabi mendapat ancaman dari para penguasa bangsa (Ams. 7:10-
13; Yer. 26:8).
Seorang nabi akan muncul ditengah kehidupan suatu bangsa disaat bangsa
tersebut mengalami masa-masa suram dalam tatanan masyarakatnya dan dimana
perintah Allah tidak dipatuhi. Nabi sering mempunyai sikap kritis terhadap
lembaga-lembaga kekuasaan. nabi mengajak setiap orang untuk kembali kepada
kebenaran Allah dan meninggalkan segala tindakan-tindakan yang tidak berkenan
bagi Allah.
2. Profetik Karmel dalam Teladan Nabi Elia
Sosok Elia sebagai nabi Allah menampilkan dimensi kenabian yang sangat
nyata. Ia adalah seorang yang sepenuhnya siap sedia melayani Allah (Slaterry,
1993: 31). Kesiapan Elia terhadap pelayanan kepada Allah menunjukkan betapa
Elia benar-benar mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pernyataan diri Elia sebagai nabi Allah mau memperlihatkan betapa Elia
sepenuhnya sebagai pelayan Allah yang berpihak pada bangsa yang dipercayakan
kepadanya. Elia juga merupakan tokoh yang melindungi orang miskin dan
tersingkir (Slaterry: 1993: 28). Pelayanan Elia bukan untuk mendapat
penghargaan dan dipandang terhormat karena status kenabiannya, namun lebih
pada sikap Elia yang sepenuhnya dikuasai oleh sabda Allah. Elia menyadari
bahwa dalam setiap pelayanannya, ia memiliki berbagai keterbatasan. Elia
memerlukan Allah, oleh karena itu Elia senantiasa dalam keadaan berdoa untuk
mencari Allah. Elia menampakkan diri sebagai sosok yang penuh doa dan karya
kenabian. Oleh karena itu, Elia mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang
ada. Elia menjadi teladan bagi para pertapa yang ingin mengalami pengalaman
bersemuka dengan Allah.
Tradisi Elia memanggil para Karmelit untuk menjadi nabi pada nubuat.
Dimensi kenabian dari spiritualitas Karmel menantang pria dan wanita Karmel
untuk terjun ke dunia zaman mereka. Mereka mempunyai siakp terbuka akan
Sabda Allah, penuh perhatian akan tanda-tanda jaman, dan perlu menyuarakan
ketidakadilan yang mereka lihat. Mereka perlu mencari wajah Allah dalam
keheningan dan dalam mereka yang tersingkirkan. Mereka menjadi jantung dan
suara hati bagi bangsa, negara dan gereja (Slattery 1993: 38).
3. Profetik Karismatik dalam Peristiwa Pentakosta
Peristiwa Pentakosta menjadi awal pembaharuan dimensi kenabian. Pada
saat Pentakosta, Roh Kudus hadir dan memenuhi setiap orang dengan karunia-
karunia baru (Kis. 2: 1-13). Kehadiran Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
menjadi kekuatan baru bagi para rasul untuk melayani Allah melalui karya
kerasulan kepada bangsa-bangsa. Pada saat itu pula, Roh Kudus memulai sebuah
Gereja yang baru bagi zaman yang baru pula. Melalui kehadiran Roh Kudus, para
rasul mengalami cinta Allah yang besar dalam hidupnya, sehingga mereka
menjadi saksi yang meyakinkan dengan diperlengkapi dengan segala karunia yang
mereka butuhkan untuk karya pewartaan kepada seluruh bangsa (Indrakusuma,
2011: 5).
Kehadiran Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta menggambarkan bahwa
Allah begitu mencintai umatNya. Cinta Allah yang hadir dalam diri setiap orang
memiliki tujuan agar orang tersebut semakin mesra dengan Allah, semakin
begairah terhadap injil dan semakin bergairah pula mewartakan Kerajaan Allah
kepada orang lain. Cinta kasih Allah bagi manusia adalah sumber segala macam
karunia rohani dan jasmani (Indrakusuma, 2012: 16). Setiap orang yang telah
menerima Roh Kudus mengerti bahwa ia dapat melaksanakan tugas pewartaan
semata-mata karena karunia Allah melalui Roh Kudus. Oleh karena itu, setiap
orang yang telah mengalami peristiwa pentakosta mampu mengalami kehadiran
Allah dan membagikan pengalamannya pada sesama.
4. Profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus: Berjuang Membawa Orang
Lain Pada Pengalaman Cinta Ilahi
Hidup sebagai nabi berarti siap menjalankan kehendak Allah (Darminta,
1994: 22-23). Resiko manjadi nabi sangat besar, bahkan dalam sejarah bangsa
Israel tidak sedikit nabi yang ditolak (Yer. 11:19). Elia dalam perjalanan hidupnya
senantiasa berjuang mewujudkan peran kenabiannya. Walaupun sering kali harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
berhadapan dengan berbagai permasalahan politik kerajaan, namun Elia tetap setia
aktif menjawab panggilan sebagai nabi Allah (Slattery, 1993: 31). Elia sebagai
orang yang sepenuhnya siap sedia melayani Allah ditampakkan dalam setiap
perkataan dan tindakannya. Lewat teladan hidupnya, Elia telah menunjukkan
bahwa setiap tantangan tidak bisa membuat ia menjauh dari Allah, namun
sebaliknya Elia semakin masuk ke dalam kehidupan doa yang mendalam dan
semakin mengalami kemesraan Cinta Ilahi. Dalam kehidupan yang penuh doa dan
kontemplasi, Elia memberi teladan bagaimana mewujudkan peran kenabian
sebagai nabi Allah.
Sikap seperti Elia dan para rasul inilah yang diharapkan menjiwai KTM
dalam usaha mengembangkan visi dan misi KTM. Keterlibatan anggota KTM
dalam hidup menggereja dapat menjadi tolak ukur pelaksanaan kenabian KTM.
a. Cara Karmel
Semangat persaudaraan, cinta akan keheningan, doa dan kitab Suci yang
melekat dalam jiwa Karmel menjadikan mereka insan-insan Allah yang hidup.
KTM sebagai komunitas yang mengambil inspirasi dari semangat Karmel ini
diharapkan untuk mengembangkannya dalam kehidupan pribadi dan komunitas
mereka, serta menularkan semangat karmel itu kepada sesama melalui kesaksian
hidup mereka. Di tengah-tengah segala aktifitas dan kesibukan sehari-hari, maka
seorang anggota KTM juga dipanggil untuk selalu hidup dalam hadirat Allah
(Maria, 2004: 26). Selain itu juga mereka terlibat aktif dalam pelayanan dan
mengajarkan kepada orang lain bagaimana mencintai Allah dalam keheningan,
bertekun dalam doa dan peresapan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tujuan yang hendak dicapai bukan lain dari pada persatuan cinta kasih
dengan Allah yang mengubah segalanya. St. Teresa dari Avila melukiskan
pengalaman seperti itu dengan sebuah perbandingan, seperti seseorang yang
memasuki suatu ruangan istana yang penuh dengan permata yang luar biasa
banyak dan indahnya, sampai tidak bisa mengingat lagi satu persatu
(Indrakusuma, 2008: 33, 37-38). Keterlibatan aktif anggota KTM dalam
mengembangkan semangat Karmel menjadikan mereka nabi-nabi Allah pada
jamannya.
b. Cara Karismatik
Pencurahan Roh Kudus yang dibawakan oleh pembaharuan karismatik,
merupakan suatu anugerah besar Allah kepada Gereja-Nya dewasa ini
(Indrakusuma, 2004: 27). Pengalaman tersebut menjadikan mereka insan-insan
Allah yang bersemangat dalam hidup kerohanian. Pengalaman itu memunculkan
dalam diri mereka kerinduan akan pengalaman yang sama dirasakan juga oleh
orang lain sehingga mengajak orang untuk membuka diri bagi karya Roh Kudus,
supaya Roh Kudus berkarya lebih bebas lagi dalam diri mereka serta mejadikan
mereka orang-orang kristiani yang bersemangat, penuh kharisma dan karunia.
Dengan demikian kehidupan Gereja menjadi lebih hidup kerena dihidupi oleh
orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus dan juga wajah Gereja yang pasif
menjadi lebih aktif berkat Roh Kudus yang menggerakkannya.
D. Refleksi Kritis atas Kehadiran Komunitas Tritunggal Mahakudus di
Yogyakarta
Perkembangan jaman yang kian pesat menuntut orang untuk semakin
cerdas menata kehidupannya, sehingga ia tidak larut dan tergerus oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
perkembangan itu. Kecerdasan menata hidup tidak hanya dalam perkara jasmani,
melainkan juga dalam perkara rohani. Antara yang jasmani dan rohani haruslah
seimbang, sebab kalau tidak orang akan timpang dalam hidupnya. Fokus pada
perkara jasmani membuat orang akan muda jatuh dalam dosa, karena yang
dilihatnya hanyalah hal-hal duniawi yang menjadikannya lupa akan perkara
surgawi yang berkaitan dengan keselamatan jiwanya. Fokus pada perkara rohani
menjadikan orang lupa akan dunia tempat ia berpijak, sehingga mengabaikan
tanggungjawabnya sebagai orang beriman yang dipanggil untuk menguduskan
dunia.
KTM sebagai sebuah persekutuan hidup yang dipanggil untuk terlibat aktif
hadir di tengah masyarakat mengemban misi gereja mendekatkan jiwa-jiwa
dengan Tuhan, menguduskan dunia dan dengan caranya sendiri
mengaktualisasikannya, namun tetap dalam kesatuannya dengan gereja.
Sepanjang kehadirannya di Yogyakarta KTM cukup terlibat aktif dalam
pelayanan gereja dan kegiatan-kegiatan gerejawi lainya seperti pelayanan kepada
orang sakit, pelayanan ke penjara, pelayanan koor di Gereja, dan tugas-tugas
lainnya di Gereja. Selain itu KTM juga mengadakan beberapa retret untuk umum
sebagai upaya membawa orang lain kepada pengalaman kasih Allah. Sejauh ini
kehadiran KTM di Yogyakarta boleh dikata cukup positif dan mampu
mengakomodasi kebutuhan dan kehausan rohani mereka yang merindukan
kedekatan khusus dengan Tuhan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kegiatan rutin
yang mereka lakukan seperti pertemuan sel, penyembahan terhadap Sakramen
Mahakudus, yang dilakukan rutin tiap minggu.
Terlepas dari adanya sumbangan positif di atas, penulis melihat ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki yang dirasa menjadi penghalang bagi
pertumbuhan dan perkembangan KTM baik secara kuantitas maupun kualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
a. Kesatuan Hati Sebagai Komunitas
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang anggota KTM (lihat
lampiran 1 & 2), penulis melihat dalam tubuh KTM Yogyakarta aspek kesatuan
belum mendapat tempat dalam kesadaran para anggota. Hal ini terasa sekali dalam
kegiatan bersama, koordinasi dan komunikasi kurang berjalan dengan baik.
Dominasi beberapa orang masih terasa, baik dalam tahap perencanaan maupun
dalam pelaksanaan. Hal ini menjadikan anggota lain bergantung kepada beberapa
orang yang mendominasi, dan membuat yang lain lamban berkembang. Secara
organisasi, gejala seperti ini sangatlah tidak sehat dan mengarahkan komunitas
pada kemandekan, karena bila orang-orang yang berpengaruh tersebut tidak dapat
menjalankan perannya dengan baik, maka seluruh kegiatan komunitas akan macet.
Selain itu, kurangnya kesatuan dalam komunitas menjadi contoh yang kurang baik
bagi mereka yang di luar komunitas dan membuat komunitas menjadi kurang
menarik untuk diteladani.
b. Pengetahuan
Kurangnya kesatuan hati sebagaimana dikatakan di atas dapat kita pahami,
karena minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam berkomunitas para anggota
KTM. Secara pengetahuan memang harus diakui bahwa KTM Yogyakarta kurang
mendapat perhatian dari pusat. Pembinaan, pelatihan, pengkaderan masih kurang
dan boleh dikata sangat jarang. Sehingga roda kehidupan komunitas berjalan apa
adanya. Pengetahuan mereka andalkan dari buku pedoman, Kitab Suci dan itupun
masih banyak anggota yang tidak paham dan tidak memiliki buku pedoman.
Selain itu peran serta mereka yang telah mengikuti pembinaan, pelatihan khusus
(binus, volunteer) dan yang cukup dalam pengetahuan kurang dimaksimalkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Oleh karenanya sangatlah perlu untuk memperdalam pengetahuan mereka dengan
cara memperbanyak program pengajaran dan secara pribadi menimba
pengetahuan dari sumber-sumber yang ada, sehingga mereka tidak bingung ketika
mengahadapi pergumulan berkaitan dengan iman dan pelayanan mereka ataupun
dengan komunitas.
c. Eksplorasi
Kegiatan yang monoton dan kurang kreatif menjadikan orang jenuh,
bosan, malas dan memandang kegitan itu kurang menarik untuk diikuti. Apalagi
kalau dalam kegiatan itu orang tidak menemukan atau merasakan sebuah
pengalaman. Penulis melihat beberapa dari kegiatan KTM Yogyakarta berjalan
mekanis. Seperti halnya pertemuan sel dan adorasi yang rutin tiap minggu. Untuk
meningkatkan kualitas hidup kerohanian baik secara komunitas maupun secara
pribadi, maka sangatlah perlu kegiatan rutin tersebut besifat dinamis. Pendalaman
pengetahuan dan pengalaman menjadi mutlak perlu agar anggota mengakar secara
kuat dalam iman dan semangat untuk melayani orang lain. Semangat yang kendor
dapat dikobarkan lagi dengan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat rohani maupun
jasmani, seperti retret yang sesuai dengan kebutuhan komunitas atau kegiatan out
bond untuk memperkuat rasa kesatuan dan kekeluargaan antarpribadi dan dalam
komunitas.
E. Refleksi Kritis dari Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus di
Hadapan Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik Serta Tujuan
Kehadiran Komunitas Tritunggal Mahakudus
Sebagaimana telah dikatakan di atas spiritualitas KTM bersumber dari
spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik. Dua poin penting yang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
intisari dari dua spiritualitas besar ini adalah keheningan dan keterbukaan akan
karunia-karunia Roh Kudus. Dalam keheningan orang akan dibawa pada
pengalaman yang mendalam akan Allah, pegalaman yang melampaui segala
pengertian manusia. Oleh karenanya dalam doa-doa KTM penekanan akan unsur
keheningan harus diprioritaskan. Tanpa keheningan orang akan sulit
mendengarkan Allah, orang akan kurang pekah terhadap bisikan dan kehendak
Allah.
Selain keheningan spiritualitas KTM juga memberi tempat yang seluas-
luasnya bagi Roh Kudus untuk berkarya secara bebas dalam diri setiap anggota.
Itulah unsur karismatik dalam tubuh KTM. Setiap anggota haruslah membuka diri
untuk dipakai Roh Kudus, sehingga karya Roh Kudus dapat dirasakan dan dialami
oleh mereka yang dilayani. Pada prinsipnya yang menjadi pelaku utama dalam
setiap pelayanan KTM adalah Roh Kudus sendiri. Manusia hanyalah
perpanjangan tangan dari Roh Kudus, oleh karenanya ketergantungan sepenuhnya
akan Roh Kudus menjadi hal yang mutlak perlu. Tanpa Roh Kudus pelayanan
yang dilakukan akan menjadi hambar dan kehilangan daya. Roh Kudus
merupakan jiwa dari kehidupan dan pelayanan KTM.
Sesuai dengan visi dan misinya, KTM hadir di tengah dunia untuk
mengobarkan api doa, menularkan semangat cinta akan keheningan dan
keterbukaan sepenuhnya akan karya Roh Kudus dalam diri umat beriman dan
menjadikan Allah sebagai pusat hidupnya. Itulah cita-cita luhur yang menjadi
cikal bakal terbentuknya komunitas ini. Tentu saja sebelum mereka sampai pada
tahap ini, terlebih dahulu mereka sendiri harus mengalami sendiri kasih Allah dan
daya kuasa Roh KudusNya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI
UPAYA PENDALAMAN SPIRITUALITAS KARMEL DAN
SPIRITUALITAS KARISMATIK SEBAGAI SUMBER PENGEMBANGAN
VISI DAN MISI KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS
A. Pengertian Katekese
Kata “katekese” berasal dari kata kerja Yunani katechein, yang berarti
“menyuarakan dengan keras”, “menggemakan” atau “mengumumkan”. Dengan
demikian, etimologi kata ini mengandung arti pengajaran lisan (Groome, 2010:
39). Dalam konteks ini katekese dapat dipahami sebagai pengajaran, pendalaman,
dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman
(Telaumbanua, 1999: 4).
Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Trandendae
mengartikan katekese sebagai:
Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman,
yang khususnya mencakup penyampaian iman Kristen, yang pada
umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud
mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art.
18).
Berdasarkan pengertian diatas, tujuan paling utama dari katekese adalah
pembinaan iman seluruh umat, yaitu mulai dari anak-anak, kaum muda hingga
orang dewasa, dimana Gereja berperan sebagai pemelihara iman umat agar
semakin matang dan dewasa. Di dalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran,
pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan
(Telaumbanua, 1999: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pada tanggal 29 Juni hingga 5 Juli 1980 diadakan PKKI II yang
merumuskan arah katekese di Indonesia yaitu katekese umat yang berarti:
Komunikasi iman atau bertukar pengalaman iman antar anggota jemaat
atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu
sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati
secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama
diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan
dan mengandaikan perencanaan (Huber, 1980: 2).
Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman. Arah
Katekese sekarang menuntut agar para sementara peserta semakin mampu
mengungkapkan diri demi pembangunan jemaat (Huber, 1980: 7). Ini berarti
katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat, yang berdasarkan
situasi konkret setempat menurut pola Yesus Kristus (Telaumbanua, 1999: 11).
B. Tujuan Katekese
Tujuan katekese dapat dirumuskan berdasarkan cara pandang setiap orang.
Secara kasar dan hanya berdasarkan peristilahan, apabila dipahami dalam rangka
suatu pengajaran iman, maka katekese bertujuan agar isi iman dapat dimengerti
oleh peserta. Apabila dipahami dalam rangka komunikasi iman, maka katekese
bertujuan agar pengalaman iman dapat diungkapkan dengan baik. sedangkan
apabila dimengerti dalam rangka pendidikan iman, maka katekese bertujuan agar
manusia mencapai kedewasaan iman (Sumarno, 2014: 1).
Dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II
menyatakan bahwa tujuan katekese:
....berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta semakin memantapkan perihidup Kristen umat beriman,muda maupun tua. Kenyataan itu berarti: merangsang pada taraf pengetahuanmaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang dikaruniakan secara efektif melalui babtis (CT, art. 20).
CT art. 1 menguraikan bahwa penyelenggaraan katekese oleh Gereja
selalu dipandang sebagai salah satu tugasnya yang amat penting. Hal ini sangat
sesuai dengan perintah terakhir yang diberikan oleh Kristus sebelum Ia terangkat
naik ke surga, yaitu agar supaya para Rasul mewartakan Injil keseluruh dunia dan
menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19-20).
Melalui katekese setiap orang kristiani dibawa kepada pertobatan dan
pengalaman akan hadirnya Roh Kudus dalam setiap perjalanan hidup sehari-hari
seningga pada akhirnya dapat mencapai kematangan iman. Dalam Anjuran
Apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II mengemukakan bahwa:
Hanya Rohlah, yang menjadikan kita mampu berseru kepada Allah: “Abba, ya
Bapa” (Rm. 8:15). Tanpa Roh Kudus kita tidak dapat mengatakan: “Yesus itu
Tuhan” (1 Kor. 12:3). Oleh karena itu katekese, yang berarti perkembangan dalam
iman dan pendewasaan hidup Kristen menuju kepenuhannya, merupakan karya
Roh Kudus, karya yang hanya Rohlah yang dapat mengawali dan melestarikan
dalam Gereja (CT, art. 72). Katekese bukan saja menghubungkan umat dengan
Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup
yang mesra dengan-Nya (CT, art. 5).
Huber (1980: 17) merumuskan lima poin yang menjadi tujuan dari
komunikasi iman yaitu:
a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman
kita sehari-hari;
b. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-
Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan
cinta kasih dan makin di kukuhkan hidup Kristiani kita;
d. Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.
Kelima rumusan diatas menyorot katekese dari berbagai sudut yang
berbeda, ketiga sorotan pertama lebih-lebih memperhatikan peserta, kedua lainnya
menegaskan tugas Gereja dan semuanya berpuncak pada kehidupan masyarakat
(Huber, 1980: 17).
Dalam bidang pelayanan pastoral, katekese memiliki peranan yang penting
karena melalui katekeselah sabda Tuhan diwartakan melalui pengalaman hidup
umat sehari-hari. Melalui pewartaan sabda Tuhan pula kehidupan umat dapat
diteguhkan sehingga iman mereka semakin matang dan dewasa. Begitulah melalui
katekese kerygma Injil lambat laun diperdalam, dikembangkan konsekuensi-
konsekuensi implisitnya, dijelaskan melalui bahasa, yang mencakup sapaan
terhadap akalbudi, dan disalurkan kearah praktek hidup Kristen dalam Gereja dan
masyarakat (CT, art. 25). Pada intinya katekese sungguh perlu baik bagi
pendewasaan iman maupun bagi kesaksian umat Kristen di tengan masyarakat:
tujuannya ialah mendampingi umat Kristen, untuk meraih kesatuan iman serta
pengertian akan Putera Allah, kedewasaan pribadi manusia, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (CT, art 25).
C. Isi Katekese
Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus
(Sumarno, 2014: 9). Menurut Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Yohanes Paulus II menegaskan isi pokok dari katekese adalah pewartaan seluruh
peritiwa Kristus, dimana ketekese merupakan suatu momen atau aspek dalam
pewartaan Injil secara menyeluruh, dimana katekese selalu akan menggali isi dari
sumber hidup, yakni sabda Allah, yang disalurkan dalam Tradisi dan Kitab Suci
(CT, art. 26-27). Oleh karena itulah seluruh proses katekese bersifat Kristosentris
atau berpusat pada Kristus, namun selain itu proses katekese juga berpusat pada
kehidupan konkret umat. Maka harus dikatakan, bahwa dalam katekese Kristus
sendirilah, Sabda yang menjelma dan Putera Allah, yang diajarkan; segala sesuatu
lainnya diajarkan dengan mengacu kepada-Nya (CT, art 6).
Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup dalam Kitab Suci, khususnya
dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang
Tradisinya (Telaumbanua, 1999: 87), iman tersebut adalah pengakuan bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian (LF,
art. 15). Itulah sebabnya, mengapa bila orang pertama-tama menyadari nilai
mengenal Kristus Yesus yang melampaui segalanya, yang telah dijumpai dalam
iman dan ia terdorong oleh keinginan untuk secara lebih luas dan mendalam
mengenal-Ny, mendengar tentang dia dan menerima pengajaran dalam dia, karena
kebenaran ada dalam Yesus (CT, art 30).
D. Ciri-ciri Katekese
1. Bebas
Dalam proses katekese tidak ada unsur pemaksaan terhadap siapa pun,
sebagaimana telah dirumuskan dalam PKKI II (Telaumbanua, 1999: 87): yang
berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus
menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola hidup kelompok.
Dalam rumus ini terpantul pengalaman para penggerak katekese, bahwa
tukar penghayatan iman mengandaikan suasana bebas (Huber, 1980: 12). Artinya,
dalam proses atau langkah dalam katekese peserta tidak dapat dipaksa untuk
mensharingkan pengalaman imannya atau memberikan tanggapan terhadap
pengalaman orang lain atau pun pewartaan yang diberikan oleh pendamping
katekese. Setiap peserta katekese dapat dengan bebas berpartisipasi dalam proses
katekese, baik itu dalah hal bersharing maupun menyampaikan tanggapan atas isi
pewartaan yang sesuai dengan pengalaman iman pribadinya.
2. Komunikasi Iman
Para peserta katekese diharapkan mengkomunikasikan pengalaman iman
dan bukan semata-mata pengetahuan iman (Huber, 1980: 7). Ini berarti katekese
dari umat dan untuk umat, yang berdasarkan situasi konkret setempat menurut
pola Yesus Kristus (Telaumbanua, 1999: 11). Melalui kesaksian para peserta
saling membantu sedemikian rupa, sehingga masing-masing diteguhkan dan
dihayati secara makin sempurna (Sumarno, 2014: 9).
3. Situasional
Situasi sebuah proses katekese harus berasal dari peserta dan untuk
peserta. Melalui katekese, umat Kristiani dapat terbantu untuk memasuki
persekutuan hidup yang mesra dengan Kristus. Oleh karena itu, katekese harus
sesuai dengan situasi peserta baik di lihat dari usia, tingkat pendidikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
lingkungan sosial dan lain-lain (PKKI III, 1984: 74). Apabila situasi yang tercipta
selama proses katekese tidak sesuai dengan keadaan peserta, maka sangat sulit
bagi peserta untuk mencapai kedewasaan imannya.
4. Proses
Melalui katekese, peserta terbantu untuk semakin mengenal, mengalami
dan menghayati kasih Allah yang menyelamatkan. Pengenalan akan Allah dalam
arti pengetahuan belum memberikan jaminan seseorang sungguh mengenal Allah.
pengenalan akan Allah secara pribadi yang ilahi berlangsung secara berkelanjutan
dan berhubungan juga dengan pengalaman setiap pribadi melalui peristiwa yang
dialami. Oleh karena itu, katekese menjadi suatu proses yang berkesinambungan,
dinamik untuk mengatur peserta pada pengalaman secara pribadi dengan Allah
(Amalorpavadass, 1982: 24).
E. Model-model Katekese
1. Model pengalaman Hidup
Model katekese ini memberi penekanan pada pengalaman hidup dari suatu
peristiwa konkret yang sesuai dengan tema dan situasi peserta katekese.
Pengalaman hidup tersebut didalami supaya dapat diaktualisasikan dalam situasi
hidup nyata peserta. Setelah itu di sesuaikan dengan teks Kitab Suci ataupun
Tradisi Gereja sehingga peserta merasa sunggu-sungguh tersentuh dan diteguhkan
oleh firman Tuhan dan pada akhirnya peserta dapat menemukan kesimpulan
praktis yang sesuai dengan kehidupan nyata mereka dalam masyarakat, Gereja,
keluarga, dll (Sumarno, 2014: 11-12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2. Model Biblis
Penekanan yang paling utama dalam model katekese ini adalah unsur
Kitab Suci atau Tradisi Gereja disamping unsur pengalaman hidup konkrit
peserta. Pada model ini, pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja menjadi
awal proses katekese, barulah setelah itu ada pendalaman pengalaman hidup
peserta dimana pengalaman hidup tersebut dihubungkan dengan inti dari teks
Kitab Suci atau Tradisi Gereja. Barulah setelah itu peserta diajak untuk
merefleksikan serta memikirkan apa yang sebaiknya bisa dilaksanakan dalam
kehidupan konkrit sehari-hari dalam situasi dan kondisi setempat. Semangat, jiwa
serta kekuatan mana yang bisa dimbil dari pesan inti teks tersebut untuk dapat
diwujudkan dalam praktek hidup sehari-hari secara pribadi maupun dalam
berkeluarga, bermasyarakat dan menggereja (Sumarno, 2014: 12-13).
3. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup
Model ini merupakan gabungan dari model pengalaman hidup dan model
biblis. Langkah katekese model campuran ini diawali dengan pembacaan teks
Kitab Suci atau Tradisi Gereja baru setelah itu disajikan pengalaman hidup yang
disampaikan melalui sarana audio-visual maupun sarana-sarana lain yang dapat
mendukung langkah ini, lalu pengalaman hidup tersebut didalami dan disesuaikan
dengan teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang sesuai. Peserta diajak untuk
mengungkapkan kesan pribadi serta hal-hal yang mengesan dalam penyajian
pengalaman hidup dan secara objektif mencari apa yang sebetulnya terjadi dalam
penyajian pengalaman hidup tersebut. Setelah itu peserta diajak untuk
menemukan tema dan pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup tadi serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
merefleksikan dan menganalisa pesan tersebut untuk hidup sehari-hari dan
mengkonfrontasikannya dalam hubungannya dengan teks Kitab Suci atau Tradisi
yang dibacakan. Langkah terakhir dari model ini adalah peneratapan meditatif
yang diprakarsai oleh katekis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan reflektif
yang menghubungkan pengalaman hidup konkrit dan situasi peserta, refleksi,
pemikiran yang muncul selama pendalaman pengalaman hidup atau Tradisi
(Sumarno, 2014: 13-14).
4. Model Shared Christian Praxis (SCP)
Model SCP agak lain dari ketiga model katekese diatas. Yang
membedakannya adalah pada langkah 0 (nol) yaitu adanya pemusatan aktivitas.
Langkah nol ini bertujuan mendorong peserta katekese menemukan topik
pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi tema
dasar pertemuan (Sumarno, 2014: 18).
Pada langkah selanjutnya peserta mengungkapkan pengalaman hidup
faktual, lalu dilanjutkan dengan refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup
faktual. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah mengusahakan supaya tradisi dan
visi Kristiani terjangkau. Pada langkah ini pendamping dapat menggunakan salah
satu bentuk interpretasi entah yang bersifat menggarisbawahi, yang
mempertanyakan atau yang mengundang keterlibatan kreatif (Heryatno, 1997: 6).
Selanjutnya adalah interpretasi diakletis antara tradisi dan visi Kristiani dengan
tradisi dan visi peserta. Secara diakletis, peserta siap untuk menilai dan dinilai,
supaya sampai kepada kesadaran iman yang baru, lebih aktif, dewasa dan
misioner. Langkah terakhir dari ketekese model SCP adalah keputusan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
keterlibatan peserta dalam mewujudkan kerajaan Allah di dunia. Yang terpenting
dari langkah ini adalah membuat niat atau keputusan yang mampu dilaksanakan
serta mengajak peserta kepada kesadaran pengalaman dan praksis baru (Sumarno,
2014: 21-22).
Meskipun keempat model katekese di atas memiliki kekhasan masing-
masing, namun tetap memiliki unsur pokok yang sama, yaitu pengalaman konkrit
hidup peserta, Kitab Suci atau Tradisi serta penerapannya dalam hidup peserta.
Keempat model katekese diatas dapat dipergunakan sesuai dengan situasi dan
kondisi peserta.
F. Alasan Menggunakan Katekese Model SCP
Seperti yang telah dijelaskan diatas, ada 4 (empat) model katekese yang
dapat digunakan, namun dalam skripsi ini penulis memilih untuk menggunakan
katekese model SCP dalam pendalaman Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas
Karismatik sebagai sumber untuk mengembangkan visi dan misi bagi anggota
KTM Distrik Yogyakarta. Katekese model SCP dipilih karena penulis sendiri
melihat dan merasakan bahwa banyak diantara anggota komunitas yang belum
memahami bahkan belum mengetahui apa yang menjadi visi dan misi komunitas
dan dari manakah visi dan misi tersebut berasal. Selain itu, penulis juga melihat
dan mengalami pula bahwa proses pendalaman iman yang terjadi setiap
pertemuan sel kurang bervariasi, bahkan terkesan monoton. Anggota komunitas
yang mendapat tugas sebagai pemandu pun terlihat kurang persiapan, sehingga
bahan yang diberikan tidak diolah dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Katekese model SCP ini sangat cocok untuk diterapkan pada setiap
pertemuan sel karena dapat membantu setiap anggota komunitas untuk lebih
memahami dan mendalami Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik yang
menjadi sumber untuk mengembangkan visi dan misi KTM.
Selain alasan yang dikemukakan diatas, pemilihan katekese model SCP
dipilih karena penulis sudah pernah melaksanakan katekese model SCP di KTM
pada saat penulis melaksanakan PPL PAK Paroki semester VI, sehingga model
katekese ini tidak begitu asing bagi anggota KTM.
G. Mendalami Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik Sebagai
Sumber Untuk Mengembangkan Visi dan Misi Bagi Anggota Komunitas
Tritunggal Mahakudus Distrik Yogyakarta melalui Katekese Model
Shared Christian Praxis (SCP)
Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu model katekese yang
bermula dari pengalaman hidup umat. Model katekese ini menekankan proses
berkatekese yang bersifat diagonal dan partisipatif yang bermaksud mendorong
peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan
“tradisi” dan “visi” kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu
mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai
kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno,
2014:14).
Heryatno (1997: 1) menegaskan bahwa katekese model SCP bersifat
dialogal yang partisipatif untuk mendorong peserta untuk mengkomunikasikan
tradisi dan visi mereka dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga baik secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pribadi maupun secara bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan
keputusan demi makin tewujudnya nilai-nilai kerajaan Allah dalam kehidupan
manusia. Katekese model ini memiliki tiga hal pokok yang sangat penting dan
saling berkaitan, tanpa ketiga hal tersebut maka seluruh proses katekese model
SCP tidak dapat terlaksana. Ketiga hal pokok tersebut ialah:
1. Praxis
Praxis dalam pengertian model katekese ini bukanlah hanya suatu
“praktek” saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis mengacu
pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang
meliputi kesatuan antara praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran
historis (Sumarno, 2014: 15).
Heryatno (1997: 2) menjelaskan tiga komponen praxis yang saling
berkaitan dan berfungsi untuk membangkitkan perkembangan imajinasi,
meneguhkan kehendak dan mendorong praxis baru yang secara etis dan moral
dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga komponen tersebut ialah:
a. Aktivitas
Komponen ini meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan
personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang semuanya merupakan
medan untuk perwujudan diri manusia. karena bersifat historis, aktivitas hidup
manusia perlu ditempatkan di dalam konteks tempat dan waktu (Heryatno, 1997:
2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
b. Refleksi
Komponen ini menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis
personal dan sosial, terhadap praxis pribadi dan kehidupan masyarakat, serta
terhadap tradisi dan visi iman Kristiani sepanjang sejarah. Refleksi kritis
memungkinkan peserta untuk menganalisa dan memahami tempat dan peran
mereka, memahami keadaan masyarakat dan permasalahaannya, serta membuka
peluang selebar-lebarnya bagi mereka untuk berjumpa dengan kekayaan refleksi
iman Kristiani sepanjang sejarah bukan sebagai rumusan kaku dan beku tetapi
sebagai sabda yang hidup dan pantas dihidupi (Heryatno, 199: 2).
c. Kreativitas
Komponen ini merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang
menekankan sifat transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan
praksis baru (Heryatno, 1997: 2).
2. Kristiani
Katekese model Shared Christian Praxis mencoba mengusahakan supaya
kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat
dan relevan untuk kehidupan peserta pada zaman sekarang. Kekayaan iman yang
ditekankan dalam model ini meliputi dua unsur pokok yaitu pengalaman hidup
iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya. Tradisi Kristiani mengungkapkan
realitas iman jemaat Kistiani yang hidup. Inilah tanggapan manusia terhadap
pewahyuan diri Allah yang terlaksana di tengah kehidupan manusia. Dalam
konteks ini tradisi perlu dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kristus dan tanggapan manusia. Maka dari itu tradisi tidak hanya berupa tradisi
pengajaran Gereja tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis,
sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan jemaat,
dll. Sebagai realitas iman yang dihidupi dalam konteks historisnya, tradisi
Kristiani senantiasa mengundang keerlibatan praktis dan proses pendewasaan
iman. Disamping itu, tradisi sebagai sabda yang dihidupi menyediakan perangkat
nilai untuk pemupukan identitas Kristiani dan memberi inspirasi serta
menyediakan makna bagaimana hidup menurut nilai-nilai tersebut (Heryatno,
1997: 2-3).
Visi Kristiani menekankan tuntutan dan janji yang terkandung dalam
tradisi, tanggungjawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk
menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka. Visi Kristiani yang paling
hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah dalam kehidupan manusia.
Tradisi maupun visi Kristiani bagaikan dua sisi mata uang yang menyingkapkan
nilai-nilai kerajaan Allah yang benar-benar dihidupi dan terus diusahakan. Tradisi
dan visi Kristiani menumbuhkan rasa memiliki dan kesatuan sebagai jemaat
beriman sekaligus meneguhkan identitas sebagai orang Kristiani. Maka
demikianlah nilai dari tradisi dan visi Kristiani sepanjang sejarah menjadi milik
jemaat sekarang baik secara pribadi maupun secara komuniter (Heryatno, 1997:
3).
3. Sharing
Sharing bukanlah berarti bahwa peserta katekese harus berbicara terus
menerus dan bergantian dalam suatu pertemuan. Sharing berarti berbagi rasa,
pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(Sumarno, 2014: 16). Dalam sharing semua peserta diharapkan secara terbuka
siap mendengarkan dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Dalam
kata “sharing” juga terkandung hubungan diakletis antara pengalaman hidup
faktual peserta dngan tradisi dan visi Kristiani. Unsur kebersamaan
menggarisbawahi hubungan antar subyek yaitu antara pendamping dengan peserta
dan antar peserta sendiri. Pada model ini baik peserta maupun pendamping dapat
menjadi nara sumber. Hubungan antara pendamping dengan peserta dan antar
sesama peserta akan mendatangkan perjumpaan antar pribadi sehingga terciptalah
rasa solidaritas karena memiliki perjuangan dan visi yang sama. Oleh karena itu,
semua peserta menjadi partner yang aktif terlibat dan secara kritis mengolah
pengalaman mereka serta keadaan faktual masyarakat (Heryatno, 1997: 4).
Dalam proses ini, diandaikan ada kejujuran, keterbukaan, kepekaan dan
penghormatan, sehingga peserta katekese dituntut untuk mendengarkan sharing
dengan hati yang penuh rasa simpati. Hal tersebut dilakukan agar peserta dapat
melakukan interpretasi kritis terhadap pengalaman pribadi dan masyarakatnya,
berdasarkan hasil refleksinya peserta mengkonfrontasikannya dengan tradisi dan
visi hidup Kristiani menggunakanpemahaman kritis, pengenangan yang analitis
dan imajinasi yang kreatif sehingga peserta menemukan pokok-pokok nilai dasar
iman Kristiani dan pada akhirnya dapat menemukan nilai-nilai baru yang sesuai
dengan realita hidupnya sehari-hari (Heryatno, 1997: 3-4)
H. Langkah-langkah Katekese Model SCP
1. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
Pada langkah ini peserta diajak untuk mengungkapkan pengalamannya.
Pengalaman tersebut dapat diungkapkan dalam bentuk gambar, video singkat, dll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
serta dapat menggunakan perasaan, menjelaskan nilai, sikap kepercayaan, dan
keyakinan yang melatarbelakanginya. Dengan cara itu, diharapkan peserta
menjadi sadar dan bersikap kritis ada pengalaman hidupnya sendiri. Komunikasi
pengalaman konkret para peserta diharapkan dapat melahirkan tema-tema dasar
yang akan direfleksikan secara kritis pada langkah berikutnya (Heryatno, 1997:
5).
Pada langkah pertama ini merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi
anggota KTM untuk secara bebas mengungkapkan pengalaman atau sharing
mereka tentang visi dan misi komunitas yang bersumber dari Spiritualitas Karmel
dan Spiritualitas Karismatik.
2. Langkah II: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Pada langkah kedua ini, peserta diharapkan untuk aktif, kritis dan kreatif
dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka maupun masyarakat.
Tujuan langkah ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada
kesadaran kritis akan keterlibatan yang meliputi asumsi dan alasan, motivasi,
sumber historis, kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan hendak
diwujudkan (Heryatno, 1997: 5-6).
Pada langkah ini pembimbing memiliki tanggungjawab untuk menciptakan
suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan saran
peserta sehingga dapat berefleksi secara kritis, mendorong peserta supaya
mengadakan dialog dan penegasan bersama agar peserta dapat memperdalam
pemahaman dan imajinasi serta mengajak peserta untuk menyadari kondisi
peserta lainnya yang tidak bisa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman
hidupnya (Sumarno, 2014: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau
Tujuan yang paling utama dari langhak ketiga ini adalah
mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau
dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang
kebudayaan berlainan (Sumarno, 2014; 20). Maka tradisi Gereja tidak terbatas
pada pengajaran Gereja (dogma) tetapi juga merankum Kitab Suci, spiritualitas,
devosi, kebiasaan hidup beriman, aneka kesenian Gereja, liturgi dan
kepemimpinan. Visi merefleksikan harapan dan janji, mandat dan tanggungjawab
yang muncul dari tradisi suci yang bertujuan untuk mendorong dan meneguhkan
iman jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan kehadiran nilai-nilai
kerajaan Allah (Heryatno, 2997: 6).
Pada langkah ketiga ini, pendamping berperan untuk memberikan tafsir
ideal yang bersumber dari Kitab Suci atau ajaran Gereja sehingga dapat
membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani menjadi miliknya
(Sumarno, 2014: 21). Langkah ini sangat penting bagi pendamping iman anggota
KTM, karena seluruh anggota komunitas diajak untuk lebih mendalami iman
Kristiani mereka sehingga mereka medapatkan tafsir yang benar dan memahami
ajaran pokok dari Kitab Suci, ajaran Gereja ataupun konstitusi komunitas.
4. Langkah IV: Interpretasi/ Tafsir Diakletis Antara Tradisi dan Visi
Kristiani Dengan Tradisi dan Visi Peserta
Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan,
mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok
penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua. Untuk selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pokok-pokok penting itu dikonftontasikan dengan hasil interpretasi tradisi dan visi
Kristiani dari langkah ketiga. Dari proses konfrontasi itu diharapkan peserta dapat
secar aktif menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan.
Dengan kesadaran baru itu peserta akan lebih bersemangat dalam mewujudkan
imannya dan dengan itu diharapkan supaya nilai-nilai kerajaan Allah makin dapat
dirasakan di tengah-tengah kehidupan bersama (Heryatno, 1997: 7).
Pada langkah ini, pendamping harus menghormati kebebasan dan hasil
penegasan peserta serta meyakinkan peserta bahwa mereka mampu
mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi meteka dengan niai Tradisi dan
visi Kristiani. Disamping itu, pendamping juga mendorong peserta untuk merubah
sikap dari pasif menjadi atif serta mengajak peserta untuk menyadari bahwa
tafsiran pembimbing bukan kata mati. Dalam hal ini pendamping perlu
mendengarkan dengan hati seluruh tanggapan, pendapat dan pemikiran peserta
(Sumarno, 2014: 21-22). Pendamping perlu menerapkan semacam pengosongan
diri dan membiarkan peserta untuk berkembang menurut keyakinan yang mereka
temukan dan sadari (Heryatno, 1997: 33).
5. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah
di Dunia
Langkah ini bertujuan mendorong peserta supaya sampai pada keputusan
konkret bagaimana menghidupi iman Kristiani pada konteks hidup yang telah
dianalisa dan dipahami, direfleksi secara kritis, dinilai secara kreatif dan
bertanggungjawab. Keputusan konkret dari langkah ini dipahami sebagai puncak
dan buah dari metode SCP. Tanggapan peserta dipengaruhi oleh tema dasar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
direfleksikan, nilai-nilai Kristiani yang diinternalisasikan, dan konteks
kepentingan religius, politik dan ekonomis peserta (Heryatno, 1997: 7).
Dalam langkah ini, hakikat praktis, inovatif dan kreatif harus benar-benar
disadari oleh pendamping melalui pertanyaan-pertanyaan operasional yang dapat
membantu peserta untuk dapat sampai pada keputusan konkret bagi hidup
rohaninya sehingga peserta memiliki sikap optimis untuk mencapainya. Selain itu,
pendamping juga harus dapat merangkum keseluruhan langkah SCP sehingga
peserta menjadi terbantu dalam mengusahakan keputusan pribadi dan bersama
serta pada akhirnya mengajak peserta untuk merayakan liturgi sederhana untuk
mendoakan keputusan tersebut (Sumarno, 2014: 22).
I. Usulan Program dan Contoh Persiapan Katekese Model SCP
Berdasarkan latar belakang yang terdapat dalam bab I serta pemaparan
teori dalam II dan III, maka penulis mengusulkan sebuah program katekese
beserta contoh persiapannya. Usulan program dan contoh katekese ini diharapkan
dapat membantu anggota KTM untuk memahami spiritualitas yang menjadi
sumber untuk mengembangkan visi dan misi komunitas. Program dan contoh
katekese ini tidak bersifat baku, artinya dapat menggunakan tema ataupun model
lain yang dapat membawa anggota KTM untuk lebih memahami spiritualitas yang
menjadi sumber untuk mengembangkan visi dan misi komunitas.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengusulkan 12 program katekese.
Dari kelima program tersebut, penulis hanya akan menjabarkan salah satu contoh
katekese dengan model SCP yaitu: Ekaristi Pusat Hidupku. Adapun program dan
contoh katekese model SCP tersebut adalah sbb:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tema Umum Mengembangkan Visi dan Misi Bagi Anggota Komunitas
Tritunggal Mahakudus Distrik Yogyakarta
Tujuan Umum Hidup sebagai anggota KTM dengan menggali dasar-dasar
Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik untuk
dihayati dan dikembangkan dalam mencapai visi dan misi
KTM
Tema I Setia Dalam Hidup Berkomunitas
Sumber Bahan Statuta No. 14 & 34
Tisera, Guido, SVD. 2002. Bercermin Pada Jemaat
Perdana: Membaca dan Merenungkan Kisah Para Rasul.
Maumere: Penerbit Ledalero. Hal. 42-45.
Kis. 2: 41-47
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari
pentingnya untuk setia dalam hidup berkomunitas,
khususnya anggota KTM yang kurang setia menghadiri
pertemuan sel, sehingga semakin mampu mengembangkan
visi dan misi komunitas serta memenuhi komitmen no. 1-2
Tema II Ikut Melayani Bersama Komunitas (Kis. 6:1-7)
Sumber Bahan Statuta No. 34
Kis. 6:1-7
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari
pentingnya melayani bersama dengan anggota komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
lainnya, sehingga dapat bertumbuh dalam iman dan
membawa orang lain pada pengalaman iman yang sama.
Tema III Menjadikan doa dan Kitab Suci sebagai perlengkapan rohani
(Ef. 6: 10-20).
Sumber Bahan Statuta No. 34
DV 25
Indrakusuma, Yohanes, O. Carm. (2007). Dalam
Keheningan Dasar Samudera Ilahi: Menjelajah Puri
Batin Teresia Avila. Cipanas: Pertapaan Shanti Buana.
Hal. 5-8.
Ef. 6: 10-20
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati pentingnya menjadikan doa dan Kitab Suci
sebagai perlengkapan rohani yang sangat penting bagi
imannya, sehingga dapat merasakan kasih Allah yang
menyelamatkan dan membawa orang lain pada pengalaman
yang sama.
Tema IV Ekaristi Pusat Hidupku
Sumber Bahan Statuta No. 9 & 34
LG 11
Martasudjita, E, Pr. (2003). Sakramen-sakramen Gereja:
Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kanisius. Hal. 266-297.
Kustono, A. Hari, Pr. (2008). Ekaristi dan Tradisi
Paskah Yahudi (dalam buku “Ekaristi Dalam Hidup
Kita”, Y. B. Prasetyantha, MSF, Editor). Yogyakarta:
Kanisius. Hal. 34-35
Kis. 2: 42. 44-47
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati pentingnya menjadikan Ekaristi sebagai pusat
hidup, sehingga dapat sungguh-sungguh mengalami kasih
Kristus yang sangat indah bagi manusia dan membagikan
pengalaman tersebut pada sesama.
Tema V Ampunilah Aku Ya Tuhan
Sumber Bahan Statuta No. 10 & 34
KGK 1422, 1440-1446
LG 11
Jacobs, Tom, SJ, Dr. (1987). Rahmat Bagi Manusia
Lemah: Sakramen Tobat, Sakramen Pengurapan Orang
Sakit. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 13-38.
Luk. 15:11-32
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayatai pentingnya menerima sakramen Tobat secara
teratur, sehingga lebih layak dan pantas untuk hidup di
hadirat Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tema VI Memberikan persembahan kasih secara ikhlas untuk
komunitas
Sumber Bahan Statuta No. 34
Tisera, Guido, SVD. (2002). Bercermin Pada Jemaat
Perdana: Membaca dan Merenungkan Kisah Para Rasul.
Maumere: Penerbit Ledalero. Hal. 47-51.
Kis. 4: 32-37
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari
pentingnya memberikan persembahan kasih menurut
kemampuan dan kerelaan sebagai tanda komitmen kepada
komunitas, sehingga dapat membantu berfungsinya seluruh
Roda KTM
Tema VII Roh Kudus, Roh Pembaharu
Sumber Bahan Indrakusuma, Yohanes, O. Carm. (2012). Hidup Dalam
Roh. Malang: Karmelindo. Hal. 16 - 19.
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati kehadiran Roh Kudus sebagai Roh Pembaharu
yang sangat luar biasa, sehingga dapat merasakan kehadiran
Roh Kudus dalam hidupnya dan pada akhirnya dapat
membagikan pengalaman tersebut pada orang lain.
Tema VIII Karunia-karunia Roh Kudus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Sumber Bahan LG 12
Indrakusuma, Yohanes, O. Carm. (2011). Karunia Roh
Kudus Dalam Hidup Kristiani (Majalah Vacare Deo
edisi IV/ XIII/ 2011). Cipanas: Pertapaan Shanti Bhuana.
Hal. 2-5
1 Kor 12: 1-11
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati karunia-karunia Roh Kudus yang dianugerahkan
kepadanya, sehingga dapat membantu mengembangkan
kehidupan rohaninya dan menggunakan karunia tersebut
demi kemuliaan Allah.
Tema IX Karunia Berdoa Dalam Bahasa Roh (1 Kor. 14: 1-19)
Sumber Bahan Indrakusuma,Yohanes, O. Carm. (2014). Bahasa Roh.
Yogyakarta: Kanisius.
1 Kor: 14-1-19
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati karunia berdoa dalam bahasa Roh yang
dikaruniakan kepadanya, sehingga karunia tersebut menjadi
sarana untuk semakin dekat dengan Allah dan merasakan
pengalaman kasih yang sungguh bersamaNya indah serta
membagikan pengalaman tersebut pada sesama.
Tema X Menjadi Pewarta Kerajaan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Sumber Bahan EG 113
Maria, Valentinus, CSE. (2009). Dipanggil dan Diutus
(Majalah Vacare Deo edisi III/ XI/ 2009). Cipanas:
Pertapaan Shanti Bhuana. Hal. 32-39.
Mat. 28: 16-20
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin mampu menyadari
panggilannya sebagai pewarta kerajaan Allah, sehingga
mampu membawa orang lain untuk mengenal Tuhan dan
merasakan kasihnya yang sempurna dan menyelamatkan
sampai pada persatuan cinta kasih denganNya.
Tema XI Kontemplasi
Sumber Bahan Indrakusuma, Yohanes, O. Carm. (2007). Dalam
Keheningan Samudera Ilahi: Menjelajah Puri Batin
Teresa Avila. Cipanas: Pertapaan Shanti Buana, hal: 5-8.
Indrakusuma, Yohanes, O. Carm. (2010). Pengalaman
Kontemplasi Dalam Karmel (Beata Elisabeth dari
Trinitas), (Majalah Vacare Deo Edisi II/ XII/ 2010).
Cipanas: Pertapaan Shanti Buana, hal: 5-10.
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati pentingnya menciptakan suasana kontemplasi di
tengah segala aktivitas hidup sehari-hari, sehingga dapat
merasakan kehadiran Allah dimana pun dan kapan pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tema XII Elia, Abdi Allah Yang Setia
Sumber Bahan Eugene, Marie. P, OCD. (2008). Aku Ingin Melihat
Allah: Sebuah Sintese Praktis Spiritualitas Karmel ( seri
1: Perspektif), (Sr. Angelica Maria, P. Karm, Alih
Bahasa). Cipanas: Pertapaan Shanti Buana. Hal. 147-149.
Tujuan Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati sosok Elia sebagai inspirasi untuk selalu setia
pada kehendak Allah, sehingga mampu merasakan kehadiran
Allah dan membawa orang lain pada pengalaman yang
sama.
a. Contoh persiapan katekese model Shared Christian Praxis (SCP ).
Berikut adalah contoh katekese yang menggunakan model Shared
Christian Praxis (SCP).
KATEKESE
Model Shared Christian Praxis
Tema : Ekaristi Pusat Hidupku
Tujuan : Bersama pendamping, peserta semakin menyadari dan
menghayati pentingnya menjadikan Ekaristi sebagai pusat
hidup, sehingga dapat sungguh-sungguh mengalami kasih
Kristus yang sangat indah bagi manusia dan membagikan
pengalaman tersebut pada sesama.
Peserta : Anggota KTM
Waktu : 120 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Model : Shared Christian Praxis
Metode : tanya jawab, sharing, informasi, refleksi pribadi.
Sarana : LCD, laptop, gambar “The Last Supper” dan gambar
“Perayaan Ekaristi”, Kitab Suci
Sumber Bahan : LG 11 & Kis. 2: 42. 44-47.
PEMIKIRAN DASAR
Dalam kenyataan banyak orang Katolik yang kurang memahami dan
menghayati Sakramen Ekaristi sebagai pusat hidup bagi setiap anggota Gereja
sehingga apabila ada pengaruh dari pihak non-katolik masuk, mereka mudah
terkontaminasi dan tanpa disadari mereka bukan lagi orang katolik murni. Bahkan
diantara mereka sudah ada yang meremehkan ajaran-ajaran Gereja, terutama
meremehkan ajaran tentang Maria, sakramen-sakramen, terutama Ekaristi.
Seringkali mereka melalaikan kehidupan katoliknya, hanya menjadi “Katolik
KTP”, yang penting punya agama dan datang ke gereja tanpa adanya penghayatan
dengan sungguh-sungguh misteri penyelamatan Kristus yang terjadi dalam
perayaan Ekaristi. Sakramen Ekaristi adalah pusat hidup seorang Katolik dan
tanda cinta Kristus yang sungguh indah bagi manusia. Sakramen Ekaristi yang
kita terima bisa memberikan tenaga bagi kita untuk merasakan kehadiran Allah
secara nyata dan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan dengan
kekuatan sendiri. Demikian juga, cinta Kristus bisa membakar semangat untuk
selalu menjadikan Sakramen Ekaristi sebagai pusat hidup rohani sehingga Allah
mengalir dalam diri kita. dalam kenyataan, seringkali orang katolik tidak mampu
dan tidak berani mengungkapkan bahwa Sakramen Ekaristi adalah pusat hidupnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
karena takut dipandang sebagai “orang sok suci” atau “sok rajin misa”. Kunci dari
keterpusatan pada Sakremen Ekaristi tergantung pada diri sendiri. Melupakan diri
sendiri atau lepas bebas dari kelekatan dalam diri turut membantu pemusatan pada
Sakramen Ekaristi sebagai pusat hidup.
Dalam KGK LG 11 dan Kis. 2: 42. 44-47 menunjukkan hal yang mendasar
tentang Sakramen Ekaristi. Dalam Ekaristi, umat Kristiani meleburkan diri
bersama dengan korban Kristus kehadirat Allah. Semakin kita menyadari dengan
sungguh-sungguh bahwa kita tergantung seluruhnya pada Kristus, semakin kita
akan menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup dan semakin daya hidup Kristus
akan mengalir memberi semangat dan kekuatan dalam dirinya. Melalui kita, daya
hidup Kristus akan mengalir juga pada orang lain.
Pada pertemuan ini, kita berharap akan semakin mampu menyadari dan
menghayati pentingnya menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup, sehingga dapat
sungguh-sungguh mengalami kasih Kristus yang sangat indah bagi manusia dan
membagikan pengalaman tersebut pada sesama. Dengan kesadaran dan
penghayatan tersebut, kita akan semakin mampu dan mantap menjadikan
Sakramen Ekaristi sebagai pusat hidup. Oleh karena itu, penghayatan akan
Sakramen Ekaristi tidak hanya berhenti pada kata-kata dan doa saja, namun
terwujud dalam tindakan nyata pada sesama, misalnya mengajak sesama anggota
KTM yang jarang mengikuti dan kurang menghayati perayaan Ekaristi untuk
kembali rajin dan setia mengikuti dan sungguh menghayati perayaan Ekaristi
supaya kecintaan dan keterpusatan hidup pada Sakramen Ekaristi kembali
berkobar atau mengajak saudara sekomunitas untuk kembali setia hidup seturut
semangat dan komitmen komunitas yang telah ditetapkan dalam statuta KTM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Bapak/ ibu, saudara/ saudari yang terkasih dalam Kristus, pada hari ini kita
berkumpul di tempat ini karena kasih Allah melalui puteraNya Yesus Kristus,
Juru Selamat kita. Kita berkumpul sebagai satu komunitas untuk bersama-sama
saling berbagi pengalaman dan saling menguatkan satu sama lain. Dalam
pertemuan malam ini kita akan bersama-sama membicarakan tentang “Ekaristi
Pusat Hidupku”. Hal ini menjadi penting bagi kita, karena sebagai anggota
Komunitas Tritunggal Mahakudus, kita harus berani mengungkapkan bahwa kita
adalah pribadi yang selalu menjadikan Sakramen Ekaristi sebagai pusat hidup dan
juga rindu membawa orang lain pada pengalaman yang sama, khususnya saudara
sekomunitas yang jarang mengikuti dan kurang menghayati perayaan Ekaristi dan
tidak setia hidup seturut semangat dan komitmen komunitas yang telah ditetapkan
dalam statuta KTM. Dengan demikian, perjamuan yang diadakan oleh Yesus dan
para muridNya menjadi dasar teladan kita untuk semakin memusatkan hidup pada
Ekaristi. Melalui pertemuan malam ini, penginjil Lukas mengajak kita untuk
belajar dan meneladan Yesus Sang Juru Selamat. Ia menginginkan kita untuk
selalu merayakan dan menghayati Ekaristi sebgai kenangan akan sengsaraNya di
salib demi cintaNya yang begitu besar bagi manusia.
b. Lagu pembukaan:
Engkaulah Segalanya
Engkaulah kekuatanku Engkaulah kemuliaanku
Engkaulah s’galanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Engkau permata yang indah
Takkan pernah kulepaskan Engkaulah s’galanya
Reff: Yesus Domba Allah mulia namaMu (2x)
Kau hapus s’gala dosaku s’gala cela dan maluku
Engkaulah s’galanya
Saat jatuh Kau angkatku, saat haus Kau p’nuhiku
Engkaulah s’galanya
Reff.
c. Doa pembukaan
Bapa yang maha baik, kami bersyukur dan berterimakasih atas rahmat
yang Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Secara khusus, kami juga
mengucapkan banyak terimakasih karena pada kesempatan ini kami Kau
kumpulkan dalam satu ikatan persaudaraan dalam Kristus Sang Juru Selamat. Saat
ini kami akan bersama-sama menggali, merefleksikan sejauh mana kami sungguh
menyadari dan menghayati pentingnya Sakramen Ekaristi bagi hidup kami.
Bantulah kami agar perjamuan Yesus bersama para murid sungguh menjadi
teladan kami dalam mencintai Sakramen Ekaristi. Demi Kristus, Tuhan dan Juru
Selamat kami. Amin.
2. Langkah I : Mengungkapkan pengalaman peserta
Pendamping menayangkan gambar “The Last Supper” dan “Perayaan
Ekaristi” dan memberi kesempatan pada peserta untuk mendapatkan dan
mengembangkan ide dari gambar tersebut dengan tuntunan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
a. Gambar The Last Supper” dan “Perayaan Ekaristi” ini mengungkapkan apa?
b. Ceritakan pengalaman anda mengikuti perayaan Ekaristi dan menjadikan
Ekaristi sebagai pusat hidup!
c. Peserta diberikan kesempatan untuk mensharingkan tanggapan dan
pengalaman mereka sehubungan dengan pertanyaan di atas, bisa dalam
kelompok kecil (3-4 orang) atau dalam pleno bersama.
d. Rangkuman dari pendamping:
Perayaan Ekaristi dipakai untuk menyimbolkan bahwa Yesus adalah Juru
Selamat yang rela mati di kayu salib demu keselamatan manusia dari dosa.
Simbol itu dapat membahasakan bahwa ada kesatuan yang tidak dapat terpisahkan
antara Yesus dan kita. Yesus menjadi pokok kehidupan dan pusat dan segala
karya kita.
Seperti yang telah diungkapkan dalam sharing tadi, kita merasa bahagia
bila kita dapat merayaan dan menyambut Sakramen Ekaristi, namun sering kali
pula kita merasa bahwa sangat sulit untuk merasakan memusatkan diri pada
peristiwa ilahi tersebut. Untuk dapat menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup
membutuhkan pengorbanan dan kesabaran, dan kita mampu menjadikan Ekaristi
sebagai pusat hidup apabila kita pernah mengalami kesulitan untuk memusatkan
hidup. Banyak pengalaman yang menunjukkan betapa indahnya dapat
memusatkan hidup pada Ekaristi. Namun tidak sedikit dari kita yang merasa putus
asa bila merasa gagal, bahkan mulai menjauh dari Tuhan sehingga akhirnya
menjadi “Katolik KTP” atau “NAPAS”.
3. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta
a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman di atas dengan dibantu
pertanyaan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Mengapa bapak/ ibu, sadara/saudari menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup?
b. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta bersangkutan dengan
pertanyaan diatas, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat:
Bapak/ ibu, saudara/ saudari yang terkasih, setelah kita bersama-sama
berefleksi atas pengalaman hidup kita masing-masing, tampaknya begitu banyak
kesulitan yang kita alami dalam usaha menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup.
Ada yang mudah putus asa dikala merasa gagal, sehingga kita menjadi kecewa,
karena Ekaristi adalah sumber hidup dan keselamatan bagi manusia.
Manusia tidak dapat hidup jauh dari Kristus. Kalau kita tidak dapat
memusatkan hidup pada Ekaristi, maka sudah selayaknya kita merasa putus asa
bahkan mulai menjauhi Tuhan dan menganggap Dia tidak penting. Namun kita
bisa memasrahkan seluruh hidup kita pada kehendak Tuhan karena kita yakin
banwa Dia pasti memiliki rencana yang sungguh indah bagi masa depan kita.
kendati kita merasa kecewa kepada Tuhan, namun Ia tetap selalu ada dalam hati
kita dan menghendaki kita untuk selalu hidup seturut kehendakNya, sehingga
segala beban kita menjadi lebih ringan.
4. Langkah III : menggali pengalaman iman Kristiani
a. Pendamping meminta salah seorang peserta untuk membacakan sebuah teks
ajaran Gereja yang di kutip dari LG 11 & Kis. 2: 42. 44-47.
b. Pendamping memberikan waktu sebentar kepada peserta untuk hening sejenak
sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan teks ajaran
Gereja dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Kalimat dan ayat mana saja yang berkesan bagi bapak/ ibu, saudara/ i yang
berkaitan dengan Ekaristi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
2. Manakah pesan inti yang diajarkan dalam kedua LG 11 & Kis. 2: 42. 44-47
sehubungan dengan Ekaristi?
c. Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk mencari dan
menemukan secara pribadi pesan inti perikop sehubungan dengan pertanyaan
diatas.
d. Pendamping memberikan tafsir dari kutipan teks ajaran Gereja LG 11 & Kis. 2:
42. 44-47 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan
dengan tema dan tujuan:
Hidup bersama dengan Allah dan sesama merupakan kerinduan seluruh
umat manusia. Di dalam perayaan Ekaristi, seluruh misteri kehidupan bersama
dengan Allah dan manusia yang mengalami kepenuhan dalam Kristus dirayakan
dan dihadirkan bagi umat beriman. Tidak ada acara dalam kegiatan Gereja lainnya
yang mampu melebihi perayaan Ekaristi, saat mana Gereja secara resmi dan
meriah mengungkapkan dan melaksanakan dirinya sebagai sakramen
kebersamaan dengan Kristus. Itulah sebabnya perayaan Ekaristi dipandang
sebagai sumber dan puncak seluruh hidup umat kristiani (LG 11).
Sebutan Konsili Vatikan II mengenai “Ekaristi sebagai sumber dan puncak
seluruh hidup kristiani” menunjuk pemahaman Konsili Vatikan II yang tidak mau
memisahkan Ekaristi dengan kehidupan sehari-hari. Dari Ekaristilah mengalir
kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang kristiani dalam
mengarungi suka dan duka kehidupannya. Ekaristi juga menjadi puncak dari
keseluruhan kegiatan umat kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang
dijalani umat kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dalam hidup Gereja perdana, perayaan Ekaristi sudah menjadi pusat dan
puncak kehidupan umat beriman. Meskipun dalam teks cara hidup jemaat di
Yerusalem lebih merupakan cita-cita kehidupan kristiani, tetapi teks dari kis. 2:
42. 44-47 menunjuk suatu praktek kehidupan jemaat yang historis, yakni
mengadakan perayaan Ekaristi. Pada ay. 42 dikatakan: “Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa”. Berkat pengajaran para rasul, umat
semakin mengenal Kristus. Selain itu, mereka mengambil ritus pemecahan roti
dari perjamuan Paskah Yahudi sebagai ritus tiap kali mereka merayakan bersama.
Dengan kurban Kristus yang sekali dan satu-satunya itu, perjamuan Ekaristi tidak
lagi disertai dengan kurban anak domba yang disantap bersama. Yang menjadi
santapan adalah roti tak beragi dan anggur, untuk mengenang Kristus yang
menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya bagi keselamatan umat manusia.
Kutipan teks ajaran Gereja KGK LG 11 dan Kis. 2: 42. 44-47
mengemukakan pesan inti tentang Ekaristi. Kutipan teks ini juga merupakan dasar
bagi orang Katolik untuk menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidupnya. Hal ini
menunjukkan bagaimana pentingnya gagasan ini menyatakan kepada kita bahwa
keselamatan berasal dari Allah dan bukan dari manusia itu sendiri. Menurut
keyakinan iman Katolik, persatuan mesra antara Allah dan manusia dapat
terwujud apabila manusia tersebut memiliki kesatuan bersama Kristus dalam
Ekaristi yang sudah menjadi pusat hidupnya. Hanya melalui Ekaristilah orang
beriman dapat merasakan keindahan korban ilahi.
Ekaristi sebagai pusat hidup kristiani memiliki makna yang begitu besar
bagi seluruh orang Katolik agar teladan perjamuan para rasul menjadi dasar dan
teladan dalam mewujudkan keterpusatan hidup pada peristiwa Ekaristi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
membagikan pengalaman pada sesama, khususnya anggota KTM yang jarang
mengikuti dan kurang menghayati perayaan Ekaristi serta tidak setia hidup seturut
semangat dan komitmen komunitas yang telah ditetapkan dalam statuta KTM.
5. Langkah IV : menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit
a. Pengantar
Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menyadari pentingnya
menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup. Dengan kesadaran yang mendalam, kita
harus membuka diri terhadap kehadiran Allah. Pengalaman itu harus terus
diperdalam sampai pada persatuan dengan Allah dalam Kristus PuteraNya.
Sementara itu, sambil berjalan menuju persatuan dengan Allah, kita sebagai orang
Kristiani pun dipanggil untuk membawa orang lain kepada pengalaman yang
sama. Kita juga dipanggil untuk menjadi murud-murid Yesus yang sejati, yang
selalu meneladan sikap Yesus meski pun pada kenyataannya sangat sulit untuk
kita jalani.
Marilah dalam pertemuan ini kita bersama-sama semakin menyadari
bahwa dengan menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup akan membuat kita
sungguh-sungguh mengalami kasih Kristus yang sangat indah dan melalui
pengalaman tersebut Allah memakai kita untuk membawa banyak orang
kepadaNya, secara khusus saudara sekomunitas yang jarang mengikuti dan kurang
menghayati perayaan Ekaristi dan tidak setia hidup seturut semangat dan
komitmen komunitas yang telah ditetapkan dalam statuta KTM. Ekaristi harus
menjadi pokok dan pusat kehidupan kita dalam berkomunitas. Sebab dalam
Kristus kita telah memiliki segalanya dan telah mengalami prarasa surgawi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dunia. Bila kita sungguh memusatkan hidup pada Ekaristi, maka akan
menghasilkan buah iman yang sejati.
b. Sebagai bahan refleksi kita agar dapat semakin mengalami dan menyadarkan
diri pada Allah satu-satunya pedoman bagi langkah hidup kita. Marilah kita
melihat situasi konkrit sekarang ini dan mencoba merenungkan pertanyaan-
pertanyaan berikut:
Apakah arti Ekaristi sebagai pusat hidup bagi komitmen kita sebagai anggota
Komunitas Tritunggal Mahakudus Distrik Yogyakarta?
c. Pendamping memberikan waktu kepada peserta untuk hening sejenak, lalu
peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan renungan secara pribadi
akan pesan ajaran Gereja dan kitab suci dengan situasi konkrit peserta sebagai
orang kristiani.
d. Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta:
Bapak/ ibu, saudara/saudari terkasih,. Marilah kita kembali menyadari
tugas dan peranan kita sebagai orang Katolik, khususnya sebagai anggota KTM.
Hendaknya kita menjadi saksi Kristus ditengah-tengah saudara sekomunitas yang
jarang mengikuti dan kurang menghayati perayaan Ekaristi dan tidak setia hidup
seturut semangat dan komitmen komunitas yang telah ditetapkan dalam statuta
KTM. Kita harus berani menanggalkan segala kelekatan-kelekatan dalam diri kita
supaya Kristus yang diam dalam diri kita sungguh-sungguh hidup dan berkarya.
Memang tidaklah mudah untuk menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup, yang
selalu mampu memberikan yang terbaik untuk kehidupan kita. Namun, dengan
kekuatan sendiri pasti kita tidak akan mampu memusatkan hidup pada Ekaristi,
tetapi hanya dengan rahmatNya kita mampu meneladan Yesus. Maka hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dialah yang membuat kita mampu untuk memusatkan hidup pada Ekaristi dan
hanya dialah yang mampu memberikan kita kekuatan dan keberanian untuk
mengajak saudara sekomunitas yang jarang mengikuti dan kurang menghayati
perayaan Ekaristi dan tidak setia hidup seturut semangat dan komitmen komunitas
yang telah ditetapkan dalam statuta KTM.
6. Langkah V : mengusahakan suatu aksi konkret
a. Pengantar
Bapak/ ibu, saudara/ saudari yang terkasih, dalam pertemuan ini kita telah
bersama-sama menyadari dan mendalami pengalaman tentang “Ekaristi Pusat
Hidupku”. Lewat gambar “the last supper” dan “perayaan Ekaristi” kita bisa
menemukan pengalaman dan arti hidup berpusat pada Ekaristi. Dan dari sharing
pengalaman kesulitan, kita pernah mengalami kesulitan dan keberhasilan dalam
memusatkan hidup pada Ekaristi. Kesulitan memusatkan hidup pada Ekaristi
membuat terjatuh dalam kesedihan dan kekecewaan, sedangkan keberhasillan
memusatkan hidup pada Ekaristi membuat kita menjadi senang dan bahagia.
Kemudian kita mendapatkan pengalaman Ekaristi dalam kutipan teks ajaran
Gereja LG 11 dan Kis. 2: 42. 44-47. Kutipan teks ini mengungkapkan bahwa
Yesus menginginkan kita untuk memusatkan hidup pada Ekaristi sebagai
kenangan akan misteri penyelamatanNya. Perjamuan yang selalu dilakukan para
murid menjadi teladan nyata agar kita pun merayakan Ekaristi serta menjadi dasar
dan pola orang Kristiani untuk mengajak sesama untuk mengikuti dan menghayati
perayaan Ekaristi, khususnya saudara sekomunitas yang jarang mengikuti dan
kurang menghayati perayaan Ekaristi dan tidak setia hidup seturut semangat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
komitmen komunitas yang telah ditetapkan dalam statuta KTM. Dengan
demikian, orang Katolik telah menemukan semangat baru dalam Ekaristi dengan
meneladan perjamuan Yesus dan para murid.
Sekarang marilah kita merenungkan sejenak usaha menjadikan Ekaristi
sebagai pusat hidup macam apakah yang dapat kita wujudkan pada sesama,
khususnya bagi saudara sekomunitas yang khususnya saudara sekomunitas yang
jarang mengikuti dan kurang menghayati perayaan Ekaristi dan tidak setia hidup
seturut semangat dan komitmen komunitas yang telah ditetapkan dalam statuta
KTM?
b. Pendamping memberikan waktu hening sejenak pada peserta untuk
memikirkan niat-niat dan tindakan konkrit mana yang bisa di usahakan untuk
menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup dan membawa sesama pada
pengalaman yang sama, bisa berupa keinginan, niat atau keputusan
pribadi/bersama, dengan panduan beberapa pertanyaan berikut:
1. Niat-niat dan tindakan konkrit mana yang hendak kita lakukan untuk bisa
semakin menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup, khususnya saudara
sekomunitas yang jarang mengikuti dan kurang menghayati perayaan Ekaristi
dan tidak setia hidup seturut semangat dan komitmen komunitas yang telah
ditetapkan dalam statuta KTM?
2. Hal-hal apa yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat dan
tindakan konkrit tersebut?
c. Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan
sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
d. Niat-niat dapat diungapkan (entah berdua/bertiga dalam kelompok kecil entah
dalam pleno).
e. Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan
bersama guna menentukan niat konkrit bersama yang dapat segera diwujudkan,
agar mereka semakin memperbaharui sikap/kelompok orang beriman Kristiani.
7. Penutup
a. Setelah merumuskan niat pribadi dan bersama,
b. Kesempatan hening sejenak. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan di
hadapan peserta.
c. Kesempatan doa umat spontan yang diawali oleh pendampingdengan
menghubungkan kebutuhan dan situasi. Setelah itu doa umat disusul secara
spontan oleh peserta lain. Akhir doa umat dapat di tutup dengan doa penutup
dari pendamping yang merangkum keseluruhan lngkah SCP ini dalam lima
langkah, Doa Penyerahan KTM, Doa Bapa Kami dan salam Maria.
d. Doa penutup
Tuhan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, kami menghaturkan syukur
kepadaMu karena telah menyertai kami dalam proses pendalaman iman hari ini.
Kami semua telah belajar bersama bagaimana kami menjadikan Ekaristi sebagai
pusat hidup kami. Kami mohon kepadaMu berkatilah niat-niat kami agar dapat
kami jalankan dengan baik. Semoga persatuan denganMu menjadi sumber
kekuatan dan pengharapan kami untuk melaksanakan semua niat yang telah kami
buat secara pribadi maupun bersama. Demi Kristus, Tuhan dan Juru Selamat
Kami. Amin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
e. Doa Penyerahan KTM
Allah Tritunggal yang Mahakudus, Bapa, Putera, dan Roh Kudus, kami
bersyukur dan berterimakasih atas segala kasih dan rahmat yang telah kami
peroleh hingga saat ini.
Pada permulaan hari ini kami menyerahkan bapak Pendiri dan seluruh
anggota komunitas, para suster Putri Karmel, para Frater CSE dan saudara-saudari
dari Komunitas Tritunggal Mahakudus beserta segala rencana kerja kami ke
dalam penyelenggaraan-Mu. Kami serahkan diri kami seutuhnya kepadaMu.
Bentuklah, ubahlah, pakailah kami sesuai dengan kehendakMu.
Bimbinglah kami agar kami senantiasa sadar untuk hidup dihadiratMu, siang
malam berjaga-jaga dalam doa dan merenungkan hukumMu. Berkatilah agar kami
dapat menghayati semangat dan cara hidup yang telah kau nyatakan melalui
Bapak Pendiri kami, serta melaksanakan cinta persaudaraan yang tulus ikhlas
dalam kehidupan sehari-hari.
Pakailah kami sebagai saluran cinta kasihMu kepada sesama, serta alatMu
yang peka dan rela guna terlaksananya kehendak dan rencana keselamatanMu di
dunia ini. Penuhilah hati kami dengan cinta dan kuasaMu agar kami terbuka
terhadap karya dan bimbingan Roh Kudus.
Mohonkanlah bagi kami ya santa Maria Bunda Allah kesucian, kemurnian
dan karunia-karunia Roh kudus dalam hidup dan pelayanan kami. Lindungilah
kami dalam naungan skapulir suci dan mantol keibuan serta hatimu yang tersuci
agar saat godaan dunia datang dan begitu memikat, kami tetap teguh dan setia
dalam jalan PuteraMu.
Lindungilah dan tolonglah kami ya Malaikat Agung st. Mikhael dalam
pertempuran melawan kekejian dan tipu daya iblis. Usirlah kembali ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
neraka, iblis beserta dengan seluruh bala tentara roh jahatnya yang berkeliaran di
dunia untuk membinasakan jiwa-jiwa. Biarlah Tuhan mengambil semua
kekuasaanya yang merugikan kami sehingga hidup kami menjadi pujian bagi
kemuliaan Allah kini dan selama-lamanya. Amin.
(Dilanjutkan dengan Bapa Kami 1x dan Salam Maria 3x).
f. Lagu penutup
Syukur bagiMu Yesus
Syukur bagiMu Yesus
Puji namaMu yang kudus
Kami ini anakMu, kamilah umatMu
Reff: s’bab Yesus itu baik
Dan kasihNya kekal tuk selamanya
kemuliaanNya kekal dan abadi
puji Dia Halleluya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kelima ini, penulis menyimpulkan keseluruhan skripsi ini.
Disamping itu penulis juga memberikan satan yang sekiranya berguna serta
bermanfaat bagi pengembangan visi dan misi bagi anggota Komunitas Tritunggal
Mahakudus Distrik Yogyakarta.
A. Kesimpulan
Berangkat dari situasi anggota KTM Distrik Yogyakarta yang kurang
mengerti dan kurang memahami arti, makna dan jiwa dari Spiritualitas Karmel
dan Spiritualitas Karismatik, maka anggota KTM perlu memahami dan
menghayati kedua spiritualitas tersebut. Kedalaman hidup rohani sangat penting,
maka pendalaman terus-menerus pada Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas
Karismatik merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu
anggota KTM mengembangkan visi dan misi komunitas sehingga diharapkan
anggota KTM dapat mengalami dan menghayati kehadiran Allah yang penuh
kasih dan menyelamatkan sampai pada persatuan cinta kasih serta membawa
orang lain pada pengalaman yang sama.
KTM terbentuk berdasarkan inspirasi yang diperoleh dari teladan Karmel
Awali dan peristiwa Pentakosta. Dari para Karmel Awali, KTM mengambil
inspirasi kehidupan doa mereka yang penuh keheningan dan kontemplasi
sehingga dapat merasakan kehadiran Allah dalam setiap pelayanan dan hidup
sehari-hari. Sedangkan dari peristiwa Pentakosta, KTM mengambil inspirasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
keterbukaan jemaat perdana terhadap karunia-karunia Roh Kudus serta cara hidup
jemaat perdana yang penuh dengan kasih persaudaraan. Berdasarkan hal tersebut,
KTM hadir sebagai wujud dari keprihatianan Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
terhadap banyaknya umat Katolik yang mulai meragukan bahkan meninggalkan
iman Katoliknya, sehingga anggota KTM diharapkan menjadi rasul-rasul awam
yang 100% Karismatik namun tetap 100% Katolik. Oleh karena itulah, anggota
KTM menjadi orang-orang yang sungguh mencintai segala kekayaan yang
dimiliki oleh Gereja katolik
Anggota KTM juga diharapkan untuk peka terhadap kehidupan
masyarakat yang ada disekitarnya sebagaimana yang telah diteladankan oleh Nabi
Elia. Hidupnya tidak hanya berkutat dalam doa dan kontemplasi saja, namun ia
juga sepenuhnya hamba Allah yang berpihak pada bangsa yang dipercayakan
kepadanya, yang melindungi orang miskin dan tersingkir. Oleh karena itulah,
anggota KTM menaruh perhatian terhadap kehidupan masyarakat yang ada
disekitar mereka, terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan
difabel.
Berangkat dari situasi anggota KTM Distrik Yogyakarta yang masih
berupaya mendalami Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik sebagai
sumber untuk mengembangkan visi dan misi komunitas, maka anggota KTM
Distrik Yogyakarta perlu mendapatkan pendalaman spiritualitas yang menjiwai
KTM. Pendalaman ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membantu anggota KTM lebih mendalami Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas
Karismatik sebagai sumber untuk mengembangkan visi dan misi KTM. Namun
pendalaman yang dilakukan selama ini pada setiap pertemuan sel kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
maksimal dan kurang kreatif dalam mengolah bahan pendalaman sehingga
anggota komunitas kurang paham dan kurang mendalami bahan yang diberikan
serta pengintegrasian anggota akan visi dan misi komunitas dalam kehidupan
sehari-hari pun menjadi kurang pula.
Bertolak dari kenyataan di atas, penulis mengusulkan beberapa tema
katekese dengan menggunakan model Shared Christian Praxis. Penulis yakin
bahwa katekese model SCP merupakan salah satu model katekese yang dapat
digunakan sebagai sarana pendalaman Spiritualitas karmel dan Spiritualitas
Karismatik. Katekese model SCP memiliki sifat dialogis partisipatif yang
membantu anggota KTM memahami dan menghayati kedua spiritualitas tersebut
sehingga akhirnya mampu mengembangkan visi dan misi komunitas.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan pada tiap bab dan kesimpulan diatas, penulis
menyampaikan beberapa saran demi terwujudnya pengembangan visi dan misi
bagi anggota KTM Distrik Yogyakarta yang sesuai dengan situasi konkrit
anggota. Beberapa saran yang diusulkan oleh penulis antara lain:
1. Spiritualitas Karmel dan Spiritualitas Karismatik merupakan spiritualitas yang
menjiwai kehidupan KTM. Oleh karena itu, akan sangat bermanfaat apabila
anggota KTM memperdalam pemahaman dan penghayatan mengenai kedua
spiritualitas tersebut dengan membaca dan merenungkan buku-buku bacaan
yang mengarah atau bersangkutan mengenai Spiritualitas Karmel dan
Spiritualitas Karismatik serta dapat pula mengikuti berbagai retret-retret yang
dapat membantu memahami kedua spiritualitas tersebut. Dengan bertambahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pemahaman dan penghayatan tentang spiritualitas yang menjiwai KTM akan
terbantulah anggota KTM dalam mengembangkan visi dan misi, khususnya
anggota KTM Distrik Yogyakarta.
2. Nabi Elia merupakan hamba Allah yang sangat peka terhadap situasi
masyarakat sekitaranya, terutama mereka yang sangat menderita. Oleh karena
itu sudah sepantasnya anggota KTM Distrik Yogyakarta juga memperhatikan
masyarakatnya yang sangat membutuhkan pertolongan, khususnya mereka
yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Melalui sikap peka terhadap
sesama yang membutuhkan tersebut, anggota KTM secara tidak langsung
sudah melaksanakan tugas kenabiannya yaitu membawa sukacita kepada
sesama, khususnya mereka yang menderita.
3. Katekese model SCP merupakan salah satu model katekese yang dapat
digunakan dalam setiap pertemuan sel dengan tujuan untuk lebih mendalami
dan menghayati ajaran-ajaran dan tradisi Gereja yang menjadi dasar bagi
Spirtualitas karmel dan Spiritualitas Karismatik. Oleh karena itu, akan sangat
bermanfaat apabila anggota KTM juga memperdalam katekese model SCP
melalui buku-buku yang membahas mengenai SCP dan mempraktekan
katekese model SCP dengan cara dan media yang kreatif, sehingga pertemuan
sel menjadi lebih berwarna dan menarik.
4. Komunitas telah mengusahakan pembinaan bagi para anggota KTM dengan
berbagai cara, misalnya PPAT, BINUS, retret KTM, retret pelayan, dll. Maka
seluruh anggota KTM, khususnya yang ada di Distrik Yogyakarta
mempergunakan dengan sungguh berbagai pembinaan yang telah dan akan
dilaksanakan agar apa yang telah di cita-citakan dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
DAFTAR PUSTAKA
Amalorpavadass, D. S. (1982). Ketekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja (Seri
Puskat No. 77). Yogyakarta: Puskat.
Banawiratma, J. B, SJ. (1990). Spiritualitas Transformatif: Suatu Pergumulan
Ekumenis. Yogyakarta: Kanisius.
Buku Pegangan Program Pembinaan Anggota Tahap I.
Darminta, J, SJ. (1994). Nabi dan Martir Bersama Yesus. Yogyakarta: Kanisius.
.(1983). Hidup Bersama Allah (Seri Ikhrar 13). Yogyakarta:
Kanisius.
Etty, maria, dkk. 2008. Yohanes Indrakusuma, O. Carm: Sang Pertapa Sejati.
Jakarta: Fidei Press.
Eugene, P. Marie, OCD. (2008). Aku Ingin Melihat Allah: Sebuah Sintese Praktis
Spiritualitas Karmel (Seri I: Perspektif), (Sr. Angelica Maria, P. Karm, Alih
Bahasa). Cipanas: Pertapaan Shanti Buana.
. (2012). Aku Ingin Melihat Allah: Sintesa Praktis Spiritualitas
Karmel Bagian – III (Sr. Angelica Maria, P. Karm, Alih Bahasa). Cipanas:
Pertapaan Shanti Bhuana.
Fransiskus, Paus. (2013). Lumen Fidei (Terang Iman). Seri Dokumen Gereja No.
93 (T. Krispurwana Cahyadi, SJ, Penerjemah). Jakarta: DOKPEN KWI.
. (2013). Evangelii Gaudium (Sukacita Injil). Seri Dokumen Gereja
No. 94 (F. X. Adisusanto, SJ & Bernadeta Harini Triprasasti, Penterjemah).
Jakarta: KWI.
Fransiskus Maria, CSE. (2004). Hidup di Hadirat Allah dan Semangat KTM
(Majalah Hidup Dalam Roh, hal. 15-26). Cipanas: Pertapaan Shanti Bhuana.
Groome, Thomas. H. (2010). Christian Religious Education, Pendidikan Agama
Kristen ( Daniel Stefanus, Penerjemah). Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model
Berkatekese, Seri Puskat no. 356, Drs. FX. Heryatno W. W. SJ, M. Ed.,
Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.
Helwig, Drs. W. L. (1974). Sejarah Gereja Kristus. Yogyakarta: Kanisius.
Heuken, A. S.J. (2002). Spiritualitas Kristiani, Pemekaran Hidup Rohani selama
Dua puluh Abad. Jakarta: Cipta Loka Caraka.
Huber, TH, SJ. (1980). Beberapa Catatan Pada Rumusan Katekese Umat PKKI
II(Dalam buku”Katekese Umat: Hasil pertemuan Antar Keuskupan se
Indonesia di Klender 29 Juni-5 Juli 1980). Jakarta: Panitia Wali Gereja
Indonesia Bagian Kateketik.
Indrakusuma, Yohanes, O. Carm. (1979). Pengantar Pembaharuan Karismatik.
Malang: Ngroto.
. (2002). Kasih, Kepercayaan dan Pasrah: Jalan Kecil Kanak-kanal
Rohani Theresia Lisieux. Cipanas: Pertapaan Shanti Bhuana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
. (2007). Dalam Keheningan Dasar Samudera Ilahi: Menjelajah Puri
Batin Teresa Avila). Cipanas: Pertapaan Shanti Bhuana.
. (2008). Menuju Persatuan Cinta Kasih Dengan Allah. Cipanas:
Pertapaan Shanti Bhuana.
. (2011). Dibabtis Dalam Roh. Yogyakarta: Kanisius.
. (2012). Hidup Dalam Roh. Malang: Karmelindo.
.(2010). Pembaharuan Karismatik Katolik: Rahmat dan
Tantangan. Yogyakarta: Kanisius.
. (2014). Bahasa Roh. Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom, SJ. Dr. (1987). Rahmat Bagi Manusia Lemah: Sakramen Tobat,
Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Yogyakarta: Kanisius.
. (1988). Karya Roh Dalam Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Jungmann, J. A, SJ. (1980). Sejarah Katekese Sampai Konsili Trente. Yogyakarta:
Pusat Pastoral.
Katrin. (2012). Distrik Yogyakarta (Buku Kenangan 25 Tahun Komunitas
Tritunggal Mahakudus). Lembah Karmel: Sekretariat KTM.
Kiswara, C, SJ. (1988). Gereja Memasyarakat, Belajar dari Kisah Para Rasul.
Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Kateketik KWI. (1995). Katekese Umat Dan Evangelisasi Baru.
Yogyakarta: Kanisius
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta:
Obor.
. (1995). Katekismus Gereja Katolik. Ende: Percetakan Arnoldus.
. (2000). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi).
Yogyakarta: Kanisius.
Kongregasi Ibadat dan Tata-tertib Sakramen. (2004). Redemtionis Sacramentum
(di terjemahkan oleh R. P. Cornelis Bӧhm, MSC dari naskah bahasa Inggris
dalam L’ Osservatore Romano, weekly Edition No. 17, 28 April 2004).
Jakarta: KWI.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2007). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia.
Martasudjita, E, Pr. (1999). Komunitas Peziarah. Sebuah Spiritualitas Hidup
Bersama. Yogyakarta: Kanisius.
. (2003). Sakramen-sakramen Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis,
dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
O’rourke, MGR. (1983). Karya dan Karunia Roh Kudus (Terj. Soepomo S.
Wardoyo). Yogyakarta: Kanisius.
Phang, Benny, O. Carm. (2012). Berkobar-kobar Bagi Allah, Percikan
Permenungan Spiritualitas karmel. Malang: Karmelindo.
PKKI III. (1984). Usaha Pembinaan Pembina Katekese Umat (Dalam buku
“Arah Katekese di Indonesia”, dikumpulkan oleh J. S. Setyakarjana, SJ).
Yogyakarta: Pusat Kateketik Yogyakarta.
Prasetyantha, Y. B, MSF. (2008). Ekaristi Dalam Hidup Kita. Yogyakarta:
Kanisius
Ramadhani, Deshi, SJ. (2008). Mungkinkah Karismatik Sungguh Katolik?.
Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Shibley, David. (1993). Pembaharuan Karismatik dan Pekabaran Injil Sedunia.
Yogyakarta: Andi.
Slattery, Peter. (1993). Sumber-sumber Karmel, Pengantar Pada Spiritualitas
Karmel. Malang: Dioma.
Soenarja, A, SJ. (1971). Arti Hidup Komunitet Dalam Djaman Pembaharuan.
Yogyakarta: Kanisius.
Statuta Komunitas Tritunggal Mahakudus
Sugiono, P, SCJ. (1982). Penilaian Terhadap Pembaharuan Karismatik Katolik.
Yogyakarta: Kanisius.
Sumarno Ds. M, SJ. (2014). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK PAROKI). Diktat Mata Kuliah Mahasiswa
Semester VI IPPAK USD.
Team P. Karm & CSE. (1993). Pesona Karmel. Cikanyere: Pertapaan Shanti
Bhuana.
Telaumbanua, Dr. Martinus, OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode,
dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Tisera, Guido, SVD. (2002). Bercermin Pada Jemaat Perdana: Membaca dan
Merenungkan Kisah Para Rasul. Maumere: Penerbit Ledalero.
Verbeek, P. Cyprianus, O. Carm. (1973). Dalam Kuasa Cinta. Ende: Nusa Indah.
Yohanes Paulus II, Paus. (1979). Catechesi Trandendae (Penyelenggaraan
Katekese). Seri Dokumen Gerejawi No. 28 (terj. R. Hardawiryana, SJ).
Jakarta: DOKPEN KWI (dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
. (2008). Novo Millennio Ineunte: Pada Awal Milenium Baru
(Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang seruan dan ajakan untuk
mengenang masa lampau dengan penuh syukur, menghayati masa sekarang
dengan penuh entusiasme dan menatap masa depan penuh kepercayaan).
Seri Dokumen Gerejawi No. 28 (Terj. R. Hardawiryana, SJ). Jakarta: Dokpen
KWI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
HASIL WAWANCARA
PERTANYAAN I
Bagaimana menurut mu tentang kesatuan hati anggota komunitas dalam kegiatan
bersama, koordinasi dan komunikasi di KTM Distrik Yogyakarta?
JAWABAN DARI BEBERAPA ANGGOTA KTM
1. Lana Yulianti
Menurut saya masih kurang, karena kalau dilihat keseluruhnya,
komunikasi yang kurang itu menjadikan koordinasi yang kacau. Komunikasi
sekarang terlalu fokus dengan peralatan elektronik (BBM/WA & facebook), jadi
kurang fokus sosialisasi dengan anggota yang lain. Jika koordinasi, seharusnya
seluruh anggota komunitas dikumpulkan supaya informasi kegiatan atau rencana
kerja bisa disosialisasikan dengan baik. Hal itulah yang saya rasa masih kurang
dalam komunitas kita.
2. Manasye Cahya Nugroho
Dalam beberapa waktu terakhir ini, masih kurang adanya koordinasi dan
komunikasi yang cukup baik mengenai berbagai kegiatan bersama, sehingga ada
anggota komunitas yang tidak tahu menahu tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan, sehingga persiapan pun tidak seluruhnya matang.
3. Lestari Dewi
Kesatuan hati disini masih harus dipupuk lebih lagi. Kurangnya rasa
memiliki komunitas dan adanya kelekatan (sikap yang "menjagakan" teman
lainnya) juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Dan diatas semuanya itu,
kurangnya pembinaan di dalam intern komunitas juga menjadi faktor utamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
PERTANYAAN II
Bagaimana dengan adanya orang-orang yang terlihat mendominasi dalam
tahap perencanaan dan pelaksanaan di setiap kegiatan komunitas?
JAWABAN ANGGOTA KTM
1. Lana Yulianti
Biasanya yang mendominasi itu orang yang terlalu tidak percaya pada
orang lain, dan biasanya orang seperti itu tidak banyak memberi masukkan kepada
orang lain, tetapi yang mau belajar itu yang membantu orang lain.
2. Manasye Cahya Nugroho
Adanya orang-orang yang terlihat mendominasi membuat anggota
komunitas lain menjadi kurang berkembang, sehingga perlu adanya pembinaan
supaya setiap anggota bisa berkembang dan tidak menggantungkan diri pada
orang-orang yang dianggap lebih berpengalaman.
3. Lestari Dewi
Karena tidak adanya keterlibatan seluruh anggota menyebabkan adanya
satu atau dua orang yang terlihat mendominasi. Bahkan bisa terjadi, pihak yang
mendominasi merasa seakan bekerja sendiri tanpa ada teman lainnya yang
membantu. Sedangkan pihak lainnya merasa tidak dilibatkan dan melihat adanya
sikap keegoisan dari si pendominasi tersebut. Dan akhirnya terjadilah lingkaran
setan yang tidak ada titik temunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended