View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI “SEONGGOK JAGUNG”
KARYA W. S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Disusun oleh:
Magdalena Astini Deke
081224010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN
DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI “SEONGGOK JAGUNG”
KARYA W. S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Disusun oleh:
Magdalena Astini Deke
081224010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN
DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Motto
Aku percaya Dia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya.... (Pengkhotbah 3:11)
Teruslah maju, berbuatlah sebanyak mungkin. Anda akan
menemukan kesuksesan dipenghujung kegagalan.
(Thomas Watson)
Jika ingin sukses dan menjadi yang terbaik, harus siap
dikhianati. (Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Ayahku Paulus W. Deke dan Ibuku S. P. Malo,
“Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan rasa sayangku
kepada ayah ibuku yang telah memberi kasih sayang tanpa syarat
yang tidak pernah aku dapatkan dari orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Yang membuat pernyataan,
Magdalena Astini Deke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
nama : Magdalena Astini Deke,
NIM : 081224010,
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul
ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI SEONGGOK
JAGUNG KARYA WS RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Yang menyatakan,
Magdalena Astini Deke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Deke, Magdalena Astini. 2013. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi
“Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. PBSID. Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur fisik dan unsur batin
puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra serta implementasinya dalam
pembelajaran sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan struktural yaitu suatu cara pencarian terhadap suatu fakta yang
sasarannya tidak hanya satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar
kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan objek
penelitian berdasarkan fakta-fakta. Objek penelitian ini adalah puisi “Seonggok
Jagung”. Dari analisis unsur fisik ditemukan: (1) diksi, berupa pemilihan kata-
kata oleh penyair yang dipergunakan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh
pembaca, (2) pengimajian, barupa citraan penglihatan, citraan pendengaran,
citraan penciuman, dan citraan gerak, (3) bahasa figuratif, yaitu metafora dan
ironi, (4) kata konkret, dalam puisi tersebut penyair tidak hanya membeberkan
adanya ketidakrelevan pendidikan, namun ia memperkuatnya dengan data-data
yang menciptakan kata konkret, (5) versifikasi, yang berupa aliterasi, asonansi,
rima awal, tengah, dan rima akhir, (6) tipografi, yaitu tidak menyimpang dari
tipografi puisi pada umumnya.
Dari analisis unsur batin dalam puisi ini ditemukan: (1) tema, secara
umum puisi tersebut membicarakan dunia pendidikan yang isinya mengkritik
ketidakadilan dunia pendidikan, (2) nada, puisi ini bernada tegas, (3) perasaan,
rasa prihatin penyair terhadap situasi pendidikan yang terjadi, (4) amanat, yaitu
pemerintah diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk
mengurangi adanya pengangguran dan memperhatikan masyarakat yang kurang
mampu.
Hasil analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya
W. S. Rendra dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA kelas X semester 1 dan
2. Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi
yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar
mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2
yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan
Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Deke, Magdalena Astini. 2013. An Analysis on Physical and Internal Elements
in “Seonggok Jagung”, A Poem Written by W. S Rendra and The
Implementation in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis.
PBSID. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research was aimed to describe the physical and internal elements in
“Seonggok Jagung”, a poem written by W. S. Rendra and the implementation in
literature learning in Senior High Schools. The approach used in this research was
structural approach. Structural approach is the way to find facts with the target not
only one element as an individual person, but also the relationship among the
elements.
The method used in this research was descriptive analysis. It was a
procedure to solve problems by describing a research object based on the facts.
The research object was a poem “Seonggok Jagung”. There were some physical
elements found: (1) dictions, words choice by the poet used in daily life that
could be understood easily by readers, (2) imagination, in the form of seeing,
hearing, smelling, and movements, (3) figurative language, in the form of
metaphor and irony, (4) concrete words, in the poem the poet did not only use the
irrelevance in education but also emphasized it by the data that created concrete
words, (5) verification, in the form of alliteration, assonance, beginning, middle,
and final rhymes, (6) typography, that was in the common typography.
There were some internal elements found in the poem: (1) theme, in
general, the poem talked about education world that criticized the injustice in
education world, (2) intonation, this poem was firm, (3) feeling, the poet
concerned about the education, (4) message, the government was hoped to
provide appropriate job opportunities to decrease the unemployment and paid
attention to poor people.
The results analysis of the physical and internal elements in the poem
“Seonggok Jagung” written by W. S. Rendra could be used as learning materials
in Senior High Schools grade X semester 1 and 2. The Competency Standard for
grade X semester 1 was to comprehend the poem delivered directly and indirectly
with the Basic Competency to identify the elements in a poem delivered directly
or in recording. The Competency Standard for grade X semester 2 was to give
opinions on poems through discussions with the Basic Competency that discussed
the poem on the senses, feeling, thoughts, and imaginations.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang berlimpah yang penulis peroleh sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisi Unsur Fisik
dan Unsur batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran Sastra di SMA ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, kerja sama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. B. Rahmanto., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam membimbing dan mendamping
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam membimbing dan mendamping
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Prodi PBSID yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar cepat selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh Dosen PBSID, khususnya dosen penguji, yang telah membimbing
penulis selama menempuh perkuliahan di PBSID.
6. Karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah banyak
membantu penulis dalam peminjaman buku selama menempuh
perkuliahan dan pemyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Robertus Marsidiq, sekretaris program studi PBSID yang telah
membantu penulis dalam mengurus administrasi di program studi PBSID.
8. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memotivasi aku untuk
selalu kuat, terus belajar, dan bisa meraih masa depan dikemudian hari.
9. Kakak-kakakku, Seprianus Ama Deke, Sek, Frans Firanus Deke, Sek, dan
Agustina Ina Deke yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.
10. Teman-teman PBSID angkatan 2008, khususnya kelas A atas kebersamaan
dan kekompakan kita semua.
11. Sahabat-sahabatku terkasih: Ayu Wiranti, Ratih Ajeng, Nike Afrah, Rena,
Emil, dan Evi yang sudah menjadi teman berbagi suka dan duka selama di
Jogja. Terima kasih atas dukungan dan perteman kita.
12. Bapak dan Ibu kos serta teman-teman kos Narpache, Apu, Ani, Osi terima
kasih sudah menjadi keluarga dan teman selama di Jogja.
13. Keluarga Komunitas di Jogja: Kumpulan Anak Sumba Sadhar (KASS),
atas dukungan dan semangat komunitas yang terjalin.
14. Nadus Karedi, yang selalu memberi masukan kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi. Inno Mutti, yang selalu mendukung dengan memberi
semangat dan pengertian pada penulis. Terima kasih atas motivasinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
dukungan kalian sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Penulis,
Magdalena Astini Deke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
1.5 Batasan Istilah ................................................................................. 5
1.6 Sistematika Penyajian ..................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 8
2.2 Landasan Teori ............................................................................. 9
2.2.1 Pengertian Puisi ..................................................................... 9
2.2.2 Struktur Puisi .......................................................................... 11
2.2.2.1 Unsur Fisik Puisi .......................................................... 11
2.2.2.1.1 Diksi ............................................................. 11
2.2.2.1.2 Pengimajinasian ........................................... 12
2.2.2.1.3 Kata Konkret ................................................ 13
2.2.2.1.4 Bahasa Figuratif ........................................... 13
2.2.2.1.5 Versifikasi .................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.2.1.6 Tipografi ....................................................... 18
2.2.2.2 Unsur Batin Puisi ........................................................ 18
2.2.2.2.1 Tema ............................................................. 19
2.2.2.2.2 Perasaan ........................................................ 19
2.2.2.2.3 Nada dan Suasana ......................................... 20
2.2.2.2.4 Amanat ......................................................... 20
2.2.3 Pembelajaran Sastra di SMA ................................................. 21
2.2.3.1 KTSP ............................................................................ 22
2.2.3.2 Silabus dan RPP ........................................................... 23
2.2.3.3 SK dan KD Kurikulum Apresiasi Puisi ....................... 28
2.2.3.4 Pemilihan Bahan Ajar .................................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 33
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian .................................................... 34
3.3 Metode Penelitian............................................................................. 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 34
3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................... 35
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Puisi “Seonggok Jagung” .............................. 36
4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung” ........................... 38
4.2.1 Diksi (pemilihan kata) ............................................................. 38
4.2.2 Pengimajinasian ...................................................................... 41
4.2.3 Kata konkret ............................................................................ 45
4.2.4 Bahasa figurasi ........................................................................ 48
4.2.5 Versifikasi ............................................................................... 51
4.2.6 Tipografi ................................................................................. 63
4.3 Analisis Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” ......................... 64
4.3.1 Tema ........................................................................................ 64
4.3.2 Perasaan................................................................................... 65
4.3.3 Nada dan Suasana ................................................................... 66
4.3.4 Amanat .................................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.4 keterkaitan Antar Unsur .............................................................. 69
4.4.1 Keterkaitan Antar Unsur Fisik Puisi Seonggok Jagung ......... 69
4.4.2 Keterkaitan Antar Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung ......... 70
4.4.3 Keterkaitan Antar Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok
Jagung ...................................................................................... 70
4.5 Implementasi Hasil Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi
“Seonggok Jagung” dalam Pembelajaran Sastra di SMA ..... 71
4.4.1 Silabus ..................................................................................... 73
4.4.2 RPP .......................................................................................... 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 94
5.2 Implikasi ......................................................................................... 96
5.3 Saran ................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
BIODATA ......................................................................................................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karya sastra merupakan sebuah seni yang indah, yang bisa menyentuh
perasaan dan nurani manusia. Karya sastra yang baik mengajak pembaca melihat
karya sastra tersebut melihat sebagai cermin dirinya sendiri. Dalam karya sastra
diungkapkan berbagai pengalaman hidup manusia agar manusia lain dapat
memetik pelajaran yang baik darinya (Sumardjo, 1991:14).
Karya sastra mempunyai isi dan bentuk. Isinya adalah tentang pengalaman
hidup manusia, sedangkan bentuknya adalah cara sastrawan memanfaatkan bahasa
yang indah untuk mewadahi isinya (Semi, 1988:8). Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990:3). Sumardjo & Saini K. M.
(via Sarjidu, 2004:2), menyatakan bahwa karya sastra merupakan hasil ciptaan
manusia yang diekspresikan dalam bentuk tulisan dan menggunakan bahasa
sebagai medianya. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra berisi tentang
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Sastra lahir dilatarbelakangi
oleh adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.
Banyak karya sastra dihasilkan melalui tangan-tangan sastrawan yang berbakat,
yaitu puisi, novel, cerpen, dan drama.
Setiap orang bebas menulis yang ada dalam pikiran dan hatinya. Tulisan
itu bisa berupa puisi karena dalam menulis puisi dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan lewat bahasa. Meskipun demikian, orang tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya
sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 2000: 3).
Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif (Waluyo, 1987:25). Puisi mengandung sesuatu yang
sangat penting sebab puisi diciptakan atas dasar pengalaman. Karena itu, puisi
mengemukakan sesuatu yang bersangkut paut dengan semangat manusia. Puisi
merupakan kekuatan yang menyebabkan orang lebih sadar akan dirinya sendiri
dan dunianya, atau dengan singkat dapat dikatakan, menjadikan seseorang
menjadi lebih lengkap sebagai manusia (Situmorang, 1981:12).
Puisi terdiri atas dua unsur pokok, yakni unsur fisik dan unsur batin.
Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur.
Seluruh unsur merupakan kesatuan antara unsur yang satu dengan unsur yang
lainnya. Unsur-unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-
unsur itu berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya
(Waluyo, 1987:28). Oleh karena itu, menganalisis puisi bukanlah suatu hal yang
mudah karena dalam puisi menyimpan makna yang tersembunyi, yang harus
diungkapkan oleh pembaca.
Dalam penelitian ini karya sastra yang dipilih adalah puisi “Seonggok
Jagung” karya W.S. Rendra. Penulis mempunyai tiga alasan dalam pemilihan
puisi ini. Pertama, puisi ini menggambarkan manusia dengan berbagai
masalahnya. Kedua, gaya penggambarannya menarik dan mudah dipahami, dan
yang ketiga, puisi “Seonggok Jagung” mengangkat tema pendidikan., dan sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bermanfaat bagi siswa agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan yang
mereka miliki, karena tidak semua orang bisa bersekolah seperti mereka.
Hasil analisis puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra akan
diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.
Kelas yang dipilih peneliti adalah SMA kelas X semester 1 dan 2. Alasannya,
dalam KTSP 2006 SMA kelas X semester 1 dan 2 terdapat Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan unsur fisik dan unsur batin puisi.
Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi yang
disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar
mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2
yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan
Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” Karya
W.S. Rendra?
2. Bagaimanakah implementasi unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok
Jagung” Karya W.S. Rendra sebagai bahan pembelajaran sastra di
SMA?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pokok penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan unsur fisik (diksi, kata konkret, pencitraan, bahasa
figurasi, verifikasi, dan tipografi) unsur batin (tema, rasa, nada, dan
amanat) puisi “Seonggok Jagung” Karya W. S. Rendra.
2. Mendeskripsikan implementasinya tema, amanat, perasaa, dan pencitraan
puisi “Seonggok Jagung” Karya W. S. Rendra sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada apresiasi sastra khususnya
pada materi apresiasi puisi. Hal ini dikarenakan penerapan dan
pengembangan bahan ajar dengan mengunakan puisi, sangat dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar yang efektif. Manfaat lain yaitu
memperkuat teori bahwa penerapan dan pengembangan bahan ajar dapat
memicu kreatifitas siswa khususnya dalam menulis puisi.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penerapan dan bahan ajar yang menggunakan puisi, dapat
mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, produktif serta dapat
meningkatkan kreatifitas siswa dalam berprestasi khususnya pada apresiasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
siswa. Bagi mahasiswa jurusan pendidikan sastra Indonesia, penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk memotivasi
ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dalam kemajuan diri.
Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh pengajar
dan pendidik, khususnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia di berbagai
sekolah sebagai materi ajar yaitu materi sastra.
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan istilah yang dapat
memudahkan pembaca. Batasan-batasan tersebut adalah
1. Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo, 1987:25).
2. Unsur fisik
Unsur fisik puisi yaitu unsur estetik yang membangun luar puisi. Unsur
estetik dapat ditelaah satu per satu dan merupakan kesatuan yang utuh.
Unsur-unsur struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata
konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi (Waluyo, 1987: 71).
3. Struktur batin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Unsur batin adalah unsur dalam puisi yang mengungkapkan perasaan dan
suasana jiwanya penyair. Unsur batin puisi terdiri atas tema, perasaan,
nada, dan amanat (Waluyo, 1987:106).
4. Pembelajaran sastra
Pembelajaran sastra adalah proses pembelajaran yang meningkatkan
wawasan kehidupan, kemampuan berbahasa, dan pengetahuan siswa, serta
untuk mengembangkan kepribadian siswa dengan menikmati dan
memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006 via Sunarti, 2007: 30).
5. Implementasi
Implementasi adalah penerapan dari suatu kegiatan yang sudah
dilaksanakan sebelumnya (Depdikbud, 1991:377).
6. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan
(Mulyasa, 2007: 190).
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Mulyasa, 2007: 213).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian kualitatif ini terdiri atas lima bab. Bab pertama berisi
pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab
kedua berisi landasan teoritis yang memuat penelitian yang relevan dan tinjauan
pustaka. Bab ketiga berisi metodologi penelitian yang memuat jenis penelitian,
sumber data dan data penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan
analisis data. Bab keempat berisi pembahasan, yang terdiri dari analisi unsur fisik
dan unsur batin puisi, dan implementasi dalam pembelajaran. bab kelima berisi
penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Yustina Dwi (2006), Veronica Meliana (2006), dan Gaudensia
Fitryani (2007). Penelitian yang dilakukan Dwi (2006), berjudul “Perbedaan
Unsur Fisik dan Unsur Batin Karya Siswa Laki-laki dan Perempuan Kelas X
SMA Dominikus Wonosari, Gunung kidul Tahun Ajaran 2008/2009”. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan, unsur
batin puisi karya siswa laki-laki kebanyakan yang digunakan adalah perasaan atau
suasana. Unsur batin puisi yang digunakan oleh siswa perempuan adalah perasaan
atau suasana. Penelitian yang dilakukan oleh Meliana (2006), berjudul “Struktur
Puisi “Pacarkecilku” karya Joko Pinurbo, dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian
tersebut adalah, struktur batin dalam puisi “Pacarkecilku” penyair menggunakan
tema cinta kasih yang dipadu dengan budi pekerti, nada yang dapat dirasakan
bersifat lugas, suasana yang tampak adalah bahagia dan penuh rasa kekeluargaan,
dan amanat yang terdapat dalam puisi tersebut yaitu mengandung butir-butir
moral yang berguna untuk peningkatan budi pekerti manusia.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitryani (2007), berjudul “Struktur Puisi
“Miskin Desa, Miskin Kota” Karya Taufiq Ismail dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil penelitian tersebut adalah struktur batin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dalam puisi menggunakan tema kemiskinan, nada puisi tersebut adalah secara
lugas menyampaikan kepada pembaca, bahwa kemiskinan kini semakin lama
semakin berat. Amanat yang hendak diunggkapkan adalah jangan berpasrah pada
keadaan, tetapi teruslah berjuang.
Berdasarkan ketiga acuan tersebut, diharapkan dapat membantu penulis
dalam melakukan penelitian dengan judul “Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin
Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”.
1.1 Landasa Teori
1.1.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang
berarti, pembentuk dan pembuat. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata
tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun dengan
menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang,
1980:10). Menurut Waluyo (1987:25), puisi adalah karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun
dengan pengungkapan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan
struktur fisik dan struktur batin.
Menurut Reeves, puisi adalah sebuiah karya sastra. Semua karya
sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak
digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Menurut Slamet Muljana,
puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara
sebagai ciri khasnya. Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan
bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan
mempertimbangkan efek keindahan. Selanjutnya Thomas C menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Waluyo,
1987:22-23).
Berbeda lagi dengan Pradopo (2009:7) yang mengatakan bahwa puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan. Puisi itu merupakan
rekaman dan interprestasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam
wujud yang paling berkesan.
Dari pendapat para sastrawan di atas, jelas penyair adalah orang yang
menciptakan suatu karya, yang dituangkan dalam bentuk suatu bahasa
berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, puisi merupakan ekspresi dari
pengalaman imajinasi manusia, yang dirasakan begitu indah dan terungkap dari
dalam diri penyair.
Samuel Taylor Coleridge (via Pradopo 1990: 6), mengemukakan puisi
adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata
yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya. Menurut
Slametmuljana (via Waluyo, 1987: 23), puisi merupakan bentuk kesusasteraan
yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu
menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi
adalah hasil ekspresi pikiran penyair. Ekspresi pikiran tersebut dapat
membangkitkan perasaan yang bersifat emosional dalam susunan yang berirama
yang menghasilkan keindahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.1.2 Struktur Puisi
Secara umum, struktur puisi terbagi menjadi dua, yaitu struktur fisik dan
struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin terdiri dari unsur-unsur yang
saling mengikat dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh.
Unsur-unsur menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu
berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Waluyo,
1987: 27−29). Berikut ini akan dijelaskan struktur fisik dan struktur batin puisi,
beserta unsur-unsur yang membangun kedua unsur tersebut.
1.1.2.1 Unsur Fisik Puisi
Unsur fisik puisi yaitu unsur estetik yang membangun luar puisi. Unsur
estetik dapat ditelaah satu per satu dan merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-
unsur struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas,
versifikasi, dan tipografi puisi (Waluyo, 1987: 72−97).
(1) Diksi/Pemilihan Kata
Dalam KBBI (2007:264), diksi adalah pelihan kata yang tepat dan selaras
untuk mengungkapkan gagasan. Menurut Barfield (via Prodopo, 2009:54), bila
kata-kata dipilih dan disusun dengan cara sedemikian rupa hingga artinya
menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya disebut diksi. Waluyo (1987:84)
mengatakan bahwa diksi adalah pemilihan kata yang tepat, dan kaya akan nuansa
makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya
imajinasi pembaca.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah
pemilihan kata yang sangat berperan penting dalam penentuan makna pada sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
puisi. Pemilihan kata inilah yang membuat puisi berbeda dengan karya sastra
lainnya.
(2) Pengimajian/Pencitraan
Pengimajian atau pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris
penyair kedalam kata dan ungkapan, sehingga terjelma gambaran suasana yang
lebih konkret. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu,
mendengar sesuatu atau turut merasakan sesuatu (Waluyo, 1987:78). Menurut
Sudjiman (2006:17), citraan adalah cara membentuk cita mental, pribadi atau
gambaran sesuatu. Biasanya citraan menyarankan gambar yang tampak oleh mata
(batin) kita, tetapi dapat juga menyarankan hal-hal yang merangsang pancaindera
yang lain seperti penciuma dan pendengaran.
Situmorang (1981:20) membagi imaginasi sebagai berikut : (1) imaginasi
visual (penglihatan), (2) imaginasi auditory (pendengaran), (3) imaginasi
artriculatory (pengucapan), (4) imaginasi alfactory (penciuman), (5) imaginasi
gustatory (pencicipan), (6) imaginasi tactual (perasaan), (7) imaginasi kinaestetik
(gerak), dan (8) imaginasi organik (badan).
Dengan demikian, pengimajinasian atau pencitraan, mengingatkan
kembali kepada kita tentang pengalam yang pernah terjadi karena kemahiran
penyair dalam menggambarkan peristiwa. Jadi kita seolah-olah berada pada
kejadian yang terjadi dalam puisi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(3) Kata Konkret
Untuk memperkonkret imaji pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret.
Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyarankan kepada arti yang
menyeluruh. Kata konkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan
lambang (Waluyo, 1987:81). Menurut Pradopo (1991:55), kata konkret adalah
penggunaan kiasan dan lambang dalam sebuah puisi untuk menggambarkan
secara konkret apa yang dilukiskan penyair.
(4) Bahasa Figuratif/Majas
Waluyo (1987:83), mengatakan bahasa figuratif ialah bahasa yang
digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni
secara tidak langsung mengungkapkan makna. kata atau bahasanya bermakna kias
atau makna lambang. Menurut Perrine (via Waluyo, 1987:83), bahasa figuratif
dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair, karena:
(1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa
figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga
yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa
figuratif adalah cara menambahkan intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan
menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk
mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan
sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.
Menurut Waluyo (1987:84-86), bahasa figuratif terdiri atas pengiasan
yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
lambang. Kiasan yang dimaksud meliputi: metafora, perbandingan, personifikasi,
hiperbola, sinekdoce, dan ironi.
a) Metafora
Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat
sebagai pengganti kata atu ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau
kesejajaran makna diantaranya (Sudjiman, 2006:43). Menurut Waluyo (1987:84),
metafora adalah sebuah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan. Jadi ungkapan itu langsung berupa kiasan.
b) Perbandingan
Perbandingan adalah kiasan yang tidak disebut langsung. Benda yang
dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti,
laksana, bagaikan, dan sebagainya (Waluyo, 1987:84). Menurut Pradopo
(2009:62), perbandingan ialah bahasa kias yang menyamakan satu hal dengan hal
lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak,
seperti, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain.
c) Personifikasi
Personifikasi adalah benda mati dianggap sepserti manusia. Hal ini guna
memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu (Waluyo, 1987:85).
Pradopo
(2009:75) mengatakan personifikasi adalah jenis bahasa kias yang
mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,
berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d) Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu
melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang
lebih seksama dari pembaca (Waluyo, 1987:85). Menurut Pradopo (2009:98),
hiperbola yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan.
e) Sinekdoce
Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan,
atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian (Waluyo, 1987:85).
Menurut Altenbernd (via Pradopo, 2009:78), sinekdoce adalah bahasa kiasan yang
menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal
itu sendiri.
f) Ironi
Ironi adalah kata-katanya bersifat berlawanan untuk memberikan
sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan
kata-kata keras dan kasar untuk menyindir atau mengkritik (Waluyo, 1987:86).
(5) Versifikasi (Rima dan Ritma)
Menurut Wellek dan Warren (via Djojosuroto, 2005:22), peranan bunyi
mendapat perhatian penting dalam menentukan makna yang dihasilkan puisi (jika
puisi tersebut dibaca). Pembahasan bunyi di dalam puisi menyangkut masalah
rima dan ritma. Rima berarti persamaan atau pengulangan bunyi.
Waluyo (1987:94) mengatakan, bunyi dalam puisi menghasilkan rima
dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
musikalitas atau orkestrasi. Adanya pengulangan bunyi, puisi menjadi merdu jika
dibaca. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.
Marjorie boulton (via Waluyo, 1987:90) menyebut rima sebagai phonetic
form. Jika bentuk fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu
mempertegas makna puisi. Dalam rima terdapat onomatope, bentuk intern pola
bunyi, dan pengulangan kata/ungkapan.
a) Onomatope
Onomatope berarti tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Efek yang
dihasilkan akibat onomatope akan kuat terutama jika puisi tersebut dibacakan
secara keras (Waluyo, 1987:90). Wellek dan Warren (1995:200) menyimpulkan
bahwa onomatope yakni kelompok kata yang agak menyimpang dari sistem bunyi
bahasa pada umumnya. Onomatope disebut juga dengan peniruan bunyi. Peniru
bunyi dalam puisi kebanyakan hanya memberikan saran tentang suara sebenarnya.
Onomatope menimbulkan tanggapan yang jelas dari kata-kata yang tidak
menunjukkan adanya hubungan dengan hal yang ditunjuk, sebab dalam puisi
diperlukan kejelasan.
b) Bentuk intern pola bunyi
Menurut Boulton (via Waluyo, 1987:92), yang dimaksud bentuk internal
ini, adalah: aliterasi, asonansi, dan persamaan bunyi. Aleterasi merupakan
persamaan bunyi pada pada suku kata pertama (Waluyo, 1987:92). Cummings &
Simmons (1986:10) mengatakan, aliterasi adalah repetisi bunyi awal pada kata-
kata yang berbeda, biasanya berupa konsonan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal
pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya dipergunakan dalam puisi untuk
mendapatkan efek penekanan (Suroto, 1993:130). Sementara itu, Waluyo
(1991:92) menyatakan asonansi adalah ulangan bunyi vokal pada kata-kata tanpa
selingan persamaan bunyi-bunyi konsonan.
Zaidan (1989:41- 42) membedakan persamaan bunyi antara lain, a) rima
awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi, b)
rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi,
dan c) rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap
bait puisi. Menurut Waluyo (1989:93), pada rima akhir terdapat tiga pola, yaitu
persamaan bunyi dengan pola /aa, bb, cc, dd/ disebut juga saak berangkai,
persamaan bunyi dengan pola /ab, ab, cd, ef, ef/ disebut juga sajak bersilang, dan
persamaan bunyi dengan pola /abba, cddc, baab/ disebut juga sajak berpeluk.
c) Pengulangan kata/ungkapan
Boulton (via Waluyo, 1987:93) menyatakan, pengulangan bunyi, kata,
frasa memberi efek intelektual dan efek magis yang murni. Pengulangan tidak
hanya terbatas pada bunyi, namun mungkin kata-kata, atau ungkapan.
Rima memiliki nilai estetik. Rima menghasilkan efek-efek yang
menyejukkan dan efek-efek yang dapat menyenangkan (pleasurable) dalam
sebuah puisi (Reaske,1966:21). Walaupun demikian, tidak berarti rima terlepas
dari makna puisi secara keseluruhan karena pada hakikatnya karya sastra adalah
urutan bunyi yang menghasilkan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Sementara itu, ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti
gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir
terus). Slametmuljana menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi:
tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur
dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan (Waluyo, 1987:91).
Menurut Pradopo (2009:40), ritme adalah irama yang disebabkan pertentangan
atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah
suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang sukma penyairnya.
Dalam konteks karya sastra, ritma berarti gerakan yang teratur dari kata-kata atau
frasa-frasa dalam bait-bait puisi atau prosa (Cuddon, 1977:247).
(6) Tata Wajah/Tipografi
Menurut Waluyo (1987:97), tipografi merupakan pembeda yang penting
antara puisi dengan prosa dan drama. Perbedaan itu tampak pada susunan kalimat
atau kata-katanya yang biasanya membentuk bait. Larik-larik puisi tidak
membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait.
1.1.2.2 Unsur Batin Puisi
Sebagaimana telah disebut di atas, unsur batin puisi merupakan wujud
kesatuan makna puisi yang terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat yang
disampaikan penyair. Untuk memahami unsur batin puisi, pembaca harus
berusaha melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga perasaan dan nada
penyair yang diungkapkan melalui bahasanya dapat diberi makna oleh pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh
penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur batin puisi terdiri atas tema,
perasaan, nada, dan amanat (Waluyo, 1987: 102−106). Berikut ini akan dijelaskan
struktur batin puisi, beserta unsur-unsur yang membangun unsur tersebut.
(1) Tema (Sense)
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok
pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair,
sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi bersifat lugas,
objektif, dan khusus. Penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema
yang sama bagi seluruh puisi. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya
dan dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan (Waluyo, 1987: 106−107).
Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan maka
puisinya bertema ketuhanan.
Menurut Sudjiman (2006:79), tema adalah gagasan, ide, ataupun, pikiran
utama didalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Djojosuroto (2005:24)
mengatakan, gagasan pokok yang dikemukakn penyair dalam puisi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah
gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran begitu kuat dalam
diri penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
(2) Perasaan (Feeling)
Perasaan adalah rasa yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi
mengungkap perasaan yang beraneka ragam . Perasaan yang menjiwai puisi bisa
perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, dll (Waluyo, 1987: 134). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat
dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang
satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang
diciptakan berbeda pula (Waluyo, 1987: 121).
(3) Nada (Tone) dan Suasana
Effendi (via Djojosuroto, 2005:25) mengatakan, nada sering dikaitkan
dengan suasana. Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan dan sikap
penyair terhadap pembaca. Suasana berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan
oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang ditangkap oleh pancaindera. Dalam
menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia
ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, atau bersikap lugas hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut
nada puisi. Dari sikap itulah terciptalah suasana puisi (Waluyo, 2003: 37). Nada
dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana
terhadap pembacanya.
(4) Amanat (Intention)
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan, imbauan, pesan atau
tujuan yang hendak disampaikan penyair. Amanat yang hendak disampaikan
penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema
yang diungkapkan. Amanat yang disampaikan penyair mungkin secara sadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan
amanat yang diberikan (Waluyo, 1987: 134).
Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah
membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca puisi. Cara
menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca
terhadap suatu hal (Waluyo, 2003: 40). Walaupun ditentukan berdasarkan cara
pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang
dikemukakan penyair.
1.1.3 Pembelajaran Sastra (Puisi) di SMA
Pengajaran sastra merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan
sepatutnya tempat yang layak dalam dunia pendidikan. Pembelajaran sastra dapat
memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran
sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat
manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak
(Moody via Rahmanto, 1988: 16).
Tujuan pembelajaran sastra di SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah untuk meningkatkan wawasan kehidupan, kemampuan
berbahasa, dan pengetahuan siswa, serta untuk mengembangkan kepribadian
siswa dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006, via
Sunarti, 2007: 30). Menurut Gani (1988: 50), tujuan pembelajaran sastra menurut
adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Memfokuskan siswa pada pemilikan gagasan-gagasan dan perhatian yang lebih
besar terhadap masalah kemanusiaan dalam bentuk ekspresi yang
mencerminkan prilaku kemanusiaan.
b. Membawa siswa pada kesadaran dan peneguhan sikap yang lebih terbuka
terhadap moral, keyakinan, nilai-nilai, pemilikan perasaan bersalah, dan
ketaksaan dari masyarakat atau pribadi siswa.
c. Mengajak siswa mempertanyakan isyu yang sangat berkaitan denga prilaku
personal.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperjelas dan memperdalam
pengertian-pengertiannya tentang keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan,
dan prilaku kemanusiaan.
e. Membantu siswa lebih mengenal dirinya yang memungkinkannya bersikap
lebih arif terhadap dirinya dan orang lain secara lebih cerdas, penuh
pertimbangan, dan kehangatan yang penuh simpatik).
Dalam pembelajaran sastra ada empat hal yang diuraikan, yaitu (1)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (2) Silabus dan RPP, dan (3)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Apresiasi Puisi, dan (4)
Pemilihan Bahan Ajar.
2.2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Widharyanto:
2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15), dijelaskan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan.
Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Wina Sanjaya, 2008: 128).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para
pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan
kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Kurikulum ini
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Wina
Sanjaya, 2008: 127). Dengan KTSP, siswa dituntut untuk lebih aktif dan guru
sebagai fasilitator sehingga suasana belajar mengajar yang sesungguhnya
menuntut adanya perhatian dan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi di kelas. Situasi yang diharapkan di sini adalah siswa lebih
berperan aktif dalam belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah alat atau saran untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, baik jasmani
maupun rohani yang diterima secara formal serta berlangsung seumur hidup.
1.2.3.2 Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
(1) Silabus
Dalam mempelajari sastra diperlukan suatu rencana pembelajaran yaitu
silabus. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
di dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian (Depdiknas, 2006:7). Menurut Muslich (2007:23),
silabus adalah rencana pembelajaran pada kelompok mata pelajaran atau tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan bahan ajar.
Menurut Mulyasa (2007:190), silabus adalah rencana pembelajaran pada
suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Selain itu, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.
Suatu silabus minimal memuat enam komponen utama, yakni: 1) standar
kompetensi, 2) kompetensi dasar, 3) indikator, 4) materi standar, 5) standar proses
(kegiatan belajar mengajar), dan 6) standar nilai. Pengembangan komponen-
komponen tersebut merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk
pengembangan format silabus, dan penambahan komponen-komponen lain dalam
silabus di luar komponen minimal. Semakin rinci silabus, semakin memudahkan
guru dalam menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(Mulyasa, 2007: 191).
Muslich (2007:28-30) mengungkapkan langkah-langkah pengembangan
silabus sebagai berikut:
1) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2) Mengindentifikasi materi pokok
3) Mengembangkan pengalaman belajar
4) Merumuskan indikator keberhasilan belajar
5) Penentuan jenis penilaian
6) Menentukan alokasi waktu
7) Menentukan sumber belajar
Format silabus berbasis KTSP menurut Mulyasa (2007:208) minimal
mencakup: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi
pembelajaran, (5) standar proses (kegiatan belajar-mengajar), dan (6) standar
penilaian.
(2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam menyusun RPP, seorang guru hendaknya mencantumkan standar
kompetensi yang memayungi kompetensi dasar yang akan disusun dalam RPPnya.
RPP secara rinci harus memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian (Rehulina, 2008:53).
Mulyasa (2007:213) mengatakan RPP merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP
perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni:
kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian.
Muslich dalam bukunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(2007:46), mengungkapkan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
penyusuna RPP, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1) Ambillah satu unit pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran.
2) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
unit tersebut
3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar.
4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran
itu
6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan
7) Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan
tujuan pembelajaran
8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap rumusan
tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan penutup.
9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari
dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi
lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa
didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran/jenis materi pembelajaran.
10) Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran secara konkret dan untuk setiap unit pertemuan
11) Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian
yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar
atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Menurut Mulyasa (2007: 218), terdapat dua fungsi RPP dalam KTSP.
Kedua fungsi tersebut adalah fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan.
a. Fungsi perencanaan
Fungsi RPP dalam KTSP adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran
hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran
dengan perencanaa yang matang. Komponen-komponen yang harus dipahami
guru dalam pengembangan KTSP antara lain: kompetensi dasar, materi standar,
hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian, dan prosedur pembelajaran.
b. Fungsi pelaksanaan
Dalam pengembangan KTSP, rencana pelaksaan pembelajaran harus
disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa
kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan
demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan
proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini, materi
standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta didik harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya, mengandung nilai fungsional,
praktis, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan
daerah.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada dasarnya adalah pengembangan
dari silabus. Apa yang dirumuskan dalam silabus menjadi dasar dalam
penyusunan RPP (Sanjaya, 2008:173). Selanjutnya, Sanjaya mengatakan
pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen
yang satu sama lain saling berkaitan. Engan demikian, merencanakan pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan.
Dalam RPP minimal ada 5 komponen pokok, yaitu komponen tujuan, materi
pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran, serta komponen evaluasi.
1.2.3.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Apresiasi
Puisi
Menurut Syarif, dkk (2009: 24) kompetensi dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi suatu pelajaran.
Dalam silabus pelajaran bahasa Indonesia pada tingkat pendidikan SMA,
terdapat empat aspek yang diajarkan dan dipelajari oleh guru dan siswa, yaitu
membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Berikut ini standar kompetensi
dan kompetensi dasar pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari kelas X
semester 1 dan 2, kelas XI semester 1, dan kelas XII semester 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Sekolah Menengah Atas Kelas X Semester 1dan 2, Kelas XI semester 1,
dan Kelas XII semester 2
Kelas X
No Standar kompetensi Kompetensi Dasar
Semseter 1
1 5) Memahami puisi yang
disampaikan secara
langsung atau tidak
langsung
5.1 Mengindentifikasi unsur-unsur
bentuk suatu puisi yang disampaikan
secara langsung atau melalui
rekaman.
5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang
disampaikan secara langsung atau
melalui rekaman
2 7. Memahami wacana
sastra melalui kegiatan
membaca puisi dan
cerpen
7.1 Membacakan puisi dengan lafal,
nada, tekanan, dan intonasi yang
benar
3 8. Mengungkapkan pikiran
dan perasaan melalui
kegiatan menulis puisi
8.1 Menulis puisi lama dengan
memperhatikan bait, irama, dan rima
8.2 Menulis puisi baru dengan
memperhatikan bait, irama, dan rima
Semester 2
4 14. Mengungkapkan
pendapat terhadap puisi
melalui diskusi
14.1Membahas isi puisi berkenaan
dengan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi
melalui diskusi
14.2.Menghubungkan isi puisi dengan
realitas alam, sosial budaya, dan
masyarakat melalui diskusi
Kelas XI
No Standar kompetensi Kompetensi Dasar
1 4 Mengungkapkan
pengalaman dalam puisi,
cerita pendek, dan drama
4.1 Menulis puisi berdasarkan
pengalaman atau pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kelas XII
No Standar kompetensi Kompetensi Dasar
Semester 1
1 1. Memahami
pembacaan puisi
terjemahan
1.1 Menentukan tema serta amanat puisi
terjemahan yang dibacakan
1.2 Mengevaluasi puisi terjemahan yang
dibacakan
2 2. Mengapresiasi puisi
lama melalui
kegiatan melisankan
dan diskusi
2.2 Membandingkan puisi Indonesia
dengan puisi terjemahan dalam hal
penggunaan bahasa dan nilai-nilai
estetika yang dianut
3 3. Memahami cerpen
dan puisi melalui
kegiatan membaca
kritis
3.2 Menganalisis puisi yang dianggap
penting pada setiap periode untuk
menemukan standar budaya yang
dianut masyarakat
Semester 2
4 8 Memahami puisi
terjemahan yang
dilisankan
8.1 Menganalisis sikap penyair terhadap
sesuatu hal yang terdapat dalam
puisi terjemahan yang dilisankan
8.2 Menilai penghayatan penyair
terhadap puisi terjemahan yang
dilisankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1.2.3.4 Pemilihan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah segala bahan yang
dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu
mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra
yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguassaan bahasa siswanya. Menurut
Rahmanto (1988: 27-31), agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan
tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Aspek-aspek tersebut adalah:
Pertama bahasa, aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan
oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi faktor-faktor lain seperti: cara penulisan
yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu,
dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, agar
pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan
keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya
sesuai dengan tingkat penguassaan bahasa siswanya.
Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus
memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi, karena tahap-tahap ini
berpengaruh terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap
perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8
sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha-hal yang nyata tetapi masih
penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak
mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai
16 tahun), anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta-fakta untuk memahami
masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi
(16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada
hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak
dengan menganalisis suatu fenomena yang kadang-kadang mengarah ke
pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
Ketiga latar belakang budaya, biasanya siswa akan mudah tertarik pada
karya-karya dengan latar belakang kehidupan mereka. Guru hendaknya
memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya
sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan
pembayangan yang dimiliki oleh para siswa.
Bahan pengajaran sangat penting bagi siswa. Agar siswa dapat belajar
dengan baik maka bahan yang disajikan haruslah tepat. Menurut Imron (via
Rinastuty, 2006:18) kriteria pengajaran yang baik haruslah mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
a. Cukup menarik. Apabila bahan pengajaran menarik hal ini akan dapat
menggugah rasa ingin tahu siswa dan menimbulkan hasrat belajar.
b. Isinya relevan dengan tujuan belajar sehingga tujuan belajar dapat
tercapai.
c. Mempunyai sekuensi atau urutan penyajian dari yang sederhana hingga
yang kompleks.
d. Memuat informasi yang dibutuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin dalam
Puisi Seonggok Jagung Karya W. S. Rendra dan Implementasinya Dalam
Pembelajarn Sastra di SMA” termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif karena peneliti menguraikan data berupa kata-kata,
kalimat, dan paragraf, bukan berupa angka-angka.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural. Kata struktural mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas bagian-
bagian yang saling berkaitan dalam memberi makna (Waluyo, 1992: 93).
Pendekatan struktural dilakukan sebagai dasar pengkajian unsur dalam karya
sastra. Unsur yang dianalisis dalam puisi “Seonggok Jagung” adalah unsur batin
yang terkandung dalam puisi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.1 Data dan Sumber Data Penelitian
Data penelitian ini diambil dari kumpulan puisi Rendra yang berjudul
“Potret Pembangunan dalam Puisi”. Kumpulan puisi tersebut diterbitkan pada
Tahun 1980 oleh Penerbit Lembaga Studi Pembangunan.
Sumber data dalam penelitian ini berupa puisi karya W. S. Rendra yang
berjudul “Seonggok Jagung”.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Yudiono (1988: 14) metode dapat diartikan sebagai cara kerja
untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran penelitian. Metode dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya (Nawawi, 1990: 73). Dalam penelitian ini puisi “Seonggok Jagung”
merupakan sumber faktanya. Dengan metode ini peneliti ingin mengalisis data
yang berupa unsur fisik dan unsur batin yang terkandung dalam puisi tersebut,
yang diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Teks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
a. Membaca secara berulang-ulang dengan seksama bahan yang hendak
diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk dapat lebih memahami isi dan maksud
dari puisi tersebut.
b. Menelaah dan membahas seluruh data yang hendak diteliti, kemudian
menerapkannya dalam pembahasan masalah.
2. Menafsirkan Teks
Melaksanakan tafsiran terhadap unsur fisik dan unsur batin puisi yang
terdapat didalam puisi.
3. Studi Pustaka
Teknik ini digunakan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang
akan dikaji dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007: 248) analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menentukan yang penting.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Membaca Puisi “Seonggok Jagung” karya W.S. Rendra,
2. Mengidentifikasi unsur fisik dan unsur batin puisi,
3. Mengklasifikasikan unsur fisik dan unsur bati puisi,
4. Menampilkan contoh Rencana Program Pembelajaran berupa silabus dan
RPP, terhadap hasil analisis puisi Rendra tersebut, dan
5. Kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Puisi “Seonggok Jagung”
Pada bagian ini akan disajikan kutipan puisi yang berjudul “Seonggok
Jagung” yang merupakan karya W. S. Rendra. Beberapa kritikus sastra menyebut
W. S. Rendra sebagai penyair terbesar setelah Chairil Anwar. Rendra adalah
penyair penting sejak tahun 50-an hingga akhir hayatnya.
Berikut merupakan kutipan puisi “Seonggok Jagung” (Sumber : Potret
Pembangunan dalam Puisi, 1980, hlm. 42−44).
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.
Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolong.
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Sebagaimana telah dipaparkan di depan bahwa struktur puisi secara umum
terdiri atas dua bagian besar yakni struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik
puisi secara tradisional biasa disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin
puisi secara tradisional disebut makna puisi (Djojosuroto, 2004:15). Berikut
analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung”.
4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung”
4.2.1 Diksi (pemilihan kata)
Pada puisi “Seonggok Jagung”, diksi kata-katanya tidak lembut dan
romantis. Pemilihan kata-kata yang diciptakan Rendra adalah khas puisi protes.
Hal tersebut dapat dilihat pada bait kedelapan, “Aku bertanya:/Apakah gunanya
pendidikan/ bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing/di tengah
kenyataan persoalannya?....”. Kata-kata yang digunakan penyair tersebut
mengungkapkan rasa tidak puasnya kepada pemerintah atas kurangnya lapangan
pekerjaan.
Pada bait satu puisi Seonggok Jagung, penyair menggunakan kata “kurang
sekolah”. Kata yang digunakan penyair tersebut menggambarkan seseorang yang
tidak melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi. Bait ke dua pilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kata-kata yang digunakan penyair adalah /ia melihat petani/, /ia melihat panen/,
/suatu hari subuh/, /para wanita dengan gendongan pergi ke pasar/, /gadis-gadis
menumbuk jagung/. Kata-kata tersebut merupakan kata yang menggambarkan
kegiatan masyarakat di suatu desa pada pagi hari. Secara tak langsung penyair
ingin memberitahu bahwa pada pagi hari tidak ada masyarakat yang ke kantor,
gadis-gadis yang berangkat kesekolah.
Pilihan kata yang digunakan penyair pada bait ke tiga yaitu, /otak dan
tangan/, /siap bekerja/. Kata-kata yang digunakan penyair tersebut menjelaskan
bahwa seorang pemuda yang akan bekerja dengan menggunakan pikiran dan
tenaganya. Pada bait ke empat tidak terdapat diksi, karena penyair hanya menulis
dua kata pada bait tersebut, dan kata tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
Untuk menggambarkan cita-cita yang tidak dapat tercapai karena keadaan
terdapat pada bait ke lima, penyair mengambarkan dengan kata-kata “Tak ada
uang/ tak bisa menjadi mahasiswa”. Pemilihan kata-kata tersebut digunakan
penyair untuk melukiskan bahwa hanya orang-orang kaya yang bisa bersekolah.
Pada bait ke enam diksi yang gunakan penyair /ia melihat dirinya terlunta-lunta/.
Kata terlunta-lunta pada bait tersebut menggambarkan keadaan seorang pemuda
yang tidak bisa melanjutkan sekolah, tidak memiliki pekerjaan, dan hanya bisa
melihat keberhasilan teman-temannya.
Untuk melukiskan keprihatinan penyair dapat dilihat pada bait ke tujuh.
Penyair menggunakan kata-kata “Seonggok jagung di kamar/ tak akan menolong
seorang pemuda”. Pemilihan kata-kata tersebut menggambarkan keprihatinan
penyair terhadap pemuda tersebut. Secara tidak langsung, penyair mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
bahwa pemuda tersebut membutuhkan perhatian dan kepedulian. Kemudian untuk
mengungkapkan protesnya terhadap ketidakrelevan dunia pendidikan, penyair
menggunakan kata-kata seperti pada bait berikut.
Bait ke delapan:
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Rendra merasa bahwa pendidikan tidak ada artinya sama sekali. Apalah
artinya ilmu yang kita dapat, kalau hanya sebatas ilmu yang kita dapat pada saat
berada di bangku sekolah. Hal tersebut dipertegas oleh penyair dengan kata-kata
“apa gunanya pendidikan”.
Uraian di atas dapat kita lihat, penyair sengaja memilih kata-kata pada tiap
bait yang dapat memberikan daya sugesti untuk mengungkapkan maksudnya.
Dengan demikian, pembaca dapat membayangkan secara jelas apa yang terjadi
pada puisi tersebut. Ketika puisi tersebut dibaca, pembaca seakan-akan ikut
merasakan suasana seperti yang ada dalam puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4.2.2 Pengimajinasian/pencitraan
Setelah membaca puisi “Seonggok Jagung” dan dari 8 buah pengimajian yang
dikemukakan oleh Situmorang (1981:20), ditemukakan 4 buah pencitraan yang
terdapat pada puisi tersebut, yaitu sebagai berikut.
a) Imaginasi visual (penglihatan)
Pelukisan Imaginasi visual pada puisi “Seonggok Jagung” terdapat pada bait
pertama, bait kedua, bait ketiga, bait keempat, dan bait kelima.
Bait pertama:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Pada ketiga baris tersebut, penyair mengajak pembaca seakan-akan melihat
seonggok jagung dan seorang pemuda di sebuah kamar.
Bait kedua:
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Baris kedua berbunyi “sang pemuda melihat.... “ dengan membaca baris
tersebut, pembaca seakan-akan ikut melihat apa yang dilihat oleh pemuda
tersebut. Dalam hal ini, penyair ingin mengatakan perasaannya bahwa betapa
tidak adilnya dunia pendidikan bangsa kita. Melalui apa yang dilihat pemuda itu,
penyair menyampaikan bahwa dipagi hari, para wanita dengan gendongannya ke
pasar dan gadis-gadis menumbuk jagung. Secara tidak langsung penyair ingin
mengatakan, seharusnya di pagi hari para wanita berada di rumah mengurus
suami dan anak mereka. Begitu pula dengan gadis-gadis yang menumbuk jagung
seharusnya di pagi hari mereka pergi ke sekolah.
Bait ketiga:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.
Bait di atas menyebabkan pembaca seakan-akan melihat seonggok jagung dan
seorang pemuda di kamar yang siap menggarap jagung.
Bait kelima dan bait keenam:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal
tidak akan menolong.
Pada kedua bait di atas, penyair mengajak pembaca untuk melihat keadaan
seorang pemuda di kamar. Pembaca seakan-akan melihat seorang pemuda yang
sedang meratapi nasibnya yang tidak seberuntung temannya. Pemuda tersebut
hanya bisa memandang dirinya yang miskin dan gagal melanjutkan sekolah, dan
pemuda itu hanya memiliki seonggok jagung di kamar.
Pada bait ke empat, bait tujuh, dan bait ke delapan puisi Seonggok Jagung tidak
terdapat imajinasi penglihatan. Penyair menunjukkan imajinasi penglihatan pada
bait kesatu sampai bait keenam.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan puisinya, Rendra
menggunakan kata yang bervariasi untuk menimbulkan efek visual atau imaginasi
visual. Kata-kata yang dimaksud umumnya kata benda seperti jagung, kamar,
sumur, dapur, seorang pemuda, petani, gadis-gadis, dan para wanita. Pada
umumnya kata benda tersebut melakukan aktivitas yang dapat diamati atau
menunjukkan sifat tertentu.
b) Imaginasi auditory (pendengaran)
Imajinasi pendengaran merupakan citraan yang mengajak pembaca seolah-olah
mendengar apa yang dikatakan penyair. Pelukisan imaginasi auditory pada puisi
“Seonggok Jagung” hanya terdapat pada bait kedelapan, sedangkan pada bait
pertama hingga bait ketujuh tidak terdapat imajinasi pendengaran. Berikut
penjelasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Bait ke delapan:
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Baris ke 1 bait di atas, berbunyi “Aku bertanya”. Pada baris ke 13
berbunyi “ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:”. Kedua baris tersebut
membuat pembaca seolah-olah ikut mendengar pertanyaan penyair dan perkataan
seseorang. Pertanyaan dan perkataan yang dimaksud sangat jelas disebutkan pada
baris ke 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan baris ke 14.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menampilkan citra
pendengaran, penyair menggunakan tokoh yang dapat bersuara. Tokoh yang
terdapat dalam puisi tersebut yaitu, tokoh aku dan seseorang pemudah yang ingin
melanjutkan pendidikannya.
c) Imaginasi alfactory (penciuman)
Imaginasi alfactory adalah citraan yang menyebabkan pembaca seolah-olah dapat
mencium suatu bau. Pelukisan imajinasi alfactory pada puisi “Seonggok Jagung”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
hanya terdapat pada bait kedua, sedangkan pada bait 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tidak
terdapat imajinasi penciuman. Berikut penjelasanya.
Bait kedua baris 16 dan 17:
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung
Baris ke 17 bait di atas, “tercium kuwe jagung” membuat pembaca seakan-akan
ikut mencium bau kue jagung. Hal tersebut diperkuat dengan baris ke 16 bahwa
kue jagung aromanya tercium melalui udara murni.
d) Imaginasi kinaestetik (gerak)
Imaginasi kinaestetik adalah citraan gerak yang membuat pembaca
seakan-akan melakukan gerakan seperti yang dimaksudkan oleh penyair.
Pelukisan imajinasi tersebut pada puisi “Seonggok Jagung” hanya terdapat pada
bait kedua. Pada bait 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tidak terdapat imajinasi gerak. Berikut
penjelasanya.
Bait kedua baris ke 11, 12, dan 13:
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena
Baris puisi di atas, membuat pembaca seakan-akan ikut mengerakkan tangan
menumbuk jagung sambil bercanda.
4.2.3 Kata konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca, kata-kata harus diperkonkretkan.
Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menyeluruh. Seperti halnya pengimajinasian, kata yang diperkonkret juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1987:81). Dalam
puisi “Seonggok Jagung”, penyair sudah memberikan gambaran yang membuat
pembaca bisa memahami maksud penyair. Pengkonkretan kata oleh penyair
terdapat pada bait 2, 5, 6, 7, dan bait 8. Bait 1, 3, dan bait 4 tidak terdapat kota
konkret karena kata-kata yang digunakan penyair sederhana dan bisa dimengerti
oleh pembaca.
Untuk memperkonkret gambaran masyarakat yang tidak bekerja dan tidak
bersekolah oleh penyair, terdapat pada bait kedua
..........................
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
Ungkapan penyair pada bait tersebut cukup jelas menggambar bahwa
masyarakat di desa itu khususnya wanita pergi ke pasar, seharusnya yang mencari
nafkah adalah suami mereka. Selain itu juga para gadis-gadis menumbuk jagung,
seharusnya para gadis tersebut pergi ke sekolah. Pengkonkretan tersebut diperkuat
dengan kata-kata / suatu hari subuh/, /suatu pagi hari/.
Untuk memperkonkret gambaran seorang pemuda yang gagal melanjutkan
pendidikannya karena keterbatasan biaya, penyair menulis pada bait kelima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
/Seonggok jagung di kamar/, /dan seorang pemuda tammat S.L.A./, /Tak ada
uang, tak bisa menjadi mahasiswa./, /Hanya ada seonggok jagung di kamarnya/.
Ungkapan penyair tersebut cukup jelas melukiskan kehidupan seorang pemuda
yang kurang beruntung. Pemuda tersebut tidak bisa melanjutkan pendidikannya,
karena ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hal itu mengakibatkan
pemuda tersebut hanya bisa menggarap jagung di ladang.
Untuk melukiskan kemalangan nasib seorang pemuda, penyair menulis
pada bait keenam, /Ia melihat dirinya terlunta-lunta./, /Ia melihat dirinya
ditendang dari discotique./, /Ia melihat saingannya naik sepeda motor./, /Ia
melihat dirinya sendiri miskin dan gagal./. kata-kata tersebut merupakan kata
konkret yang diciptakan penyair untuk melukiskan nasib malang sang pemuda
yang kurang beruntung, dan pemuda tersebut hanya bisa meratapi dirinya sendiri.
Pada bait ketujuh, penyair menggambarkan bahwa sang pemuda membutuhkan
perhatian dari pemerintah dan bantuan dari orang kaya. Kata-kata yang digunakan
penyair yaitu, /Seonggok jagung di kamar/, /tak akan menolong seorang pemuda/,
/yang pandangan hidupnya berasal dari buku,/, /Yang tidak terlatih dalam
metode,/, /tetapi kurang latihan bebas berkarya./.
Untuk melihat protes penyair akan ketidakadilan tersebut, dapat dilihat
pada bait ke delapan.
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Pada bait di atas, “bila hanya” merupakan kata-kata konkret yang
diciptakan penyair untuk mempertegas kalimat sebelumnya yang berupa protes
dari penyair, yaitu “apa gunanya pendidikan”. Hal itu memperkuat argumentasi
penyair untuk membenarkan protes ketidakadilan.
Pengkonkretan kata oleh penyair tersebut dapat membantu pembaca
membayangkan secara jelas peristiwa atau kejadian yang dilukiskan oleh penyair.
Dalam puisi “Seonggok Jagung”, W. S. Rendra tidak hanya membeberkan adanya
ketidakrelevan pendidikan, namun ia memperkuatnya dengan data-data yang
menciptakan kata konkret.
4.2.4 Bahasa figurasi (majas)
Bahasa figurasi adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan
makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Dalam puisi
“Seonggok Jagung” terdapat penggunaan bahasa kias, penggunaan bahas kias
terdapat pada bait kedua, kelima, keenam, dan kedelapan. Pada bait pertama,
ketiga, keempat, ketujuh tidak terdapat bahasa kias. Berikut penjelasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
a) Metafora
Metafora adalah sebuah kiasan langsung tapi tidak menggunakan kata
pembanding, atau melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker via
Pradopo, 2009:66). Penggunaan metafora pada puisi “Seonggok Jagung” terdapat
pada bait kedua dan keenam,
Bait ke dua:
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
...................................
Bait ke enam:
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
...............................................................
Penggunaan majas metafora pada kedua bait di atas cukup jelas. Penyair
memberikan kiasan bahwa dengan memandang jagung pemuda itu seolah-alah
melihat petani, panen, dirinya yang terlunta-lunta, dirinya yang ditendang dari
discotique, saingannya naik motor, nomor-nomor lotre, dan melihat dirinya yang
miskin dan gagal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b) Ironi
Ironi adalah penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau
mengkritik (Waluyo, 1987:89). Penggunaan ironi pada puisi “Seonggok Jagung”
terdapat pada bait kelima dan kedelapan. Berikut penjelasannya.
Bait ke lima:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Pada bait di atas, penyair melukiskan potret kehidupan seorang pemuda
yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya, karena berasal dari keluarga yang kurang
mampu. Tujuan penyair melukiskan hal tersebut yaitu menyindir adanya
ketidakadilan dalam dunia pendidikan bangsa kita. Secara tak langsung penyair
ingin mengatakan, jika tidak memiliki uang, kita tidak dapat melanjutkan sekolah
dan tidak memiliki pekerjaan. Hal itu dipertegas oleh penyair pada baris ke 3 bait
di atas.
Bait ke delapan:
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Bait di atas menjelaskan bahwa penyair meggambarkan secara sinis
kemunduran dunia pendidikan. Selain itu, penyair secara tak langsung menyindir
pemerintah yang kurang menyediakan lapangan pekerjaan khususnya untuk
masyarakat miskin. Penggunaan kata-kata yang cukup keras oleh penyair dapat di
lihat pada baris yang dipertebal oleh penulis.
4.2.5 Versifikasi (Rima dan Ritma)
4.2.5.1 Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas
atau orkestrasi (Waluyo, 1987:90). Rima yang terdapat dalam puisi “Seonggok
Jagung” yaitu, sebagai berikut.
1) Aliterasi
Aliterasi merupakan persamaan bunyi yang terdapat pada awal kata (konsonan)
pada baris yang sama. Aliterasi pada puisi Seonggok Jagung terdapat pada bait ke
dua, ke lima, ke enam, ke tujuh, dan bait ke delapan, sedangkan pada bait
pertama, ke tiga, dan bait ke empat tidak terdapat aliterasi. Berikut penjelasannya.
Bait ke dua (baris 11-15):
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Pada baris 11 ada persamaan suku kata (konsonan) awal /ga/ pada kata
“gadis”. Pada baris ke tiga konsonan /m/ pada awal kata yang sama adalah
“menjadi” dan “maisena”. Pada baris ke empat konsonan /d/ pada kata “di”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
“dalam”, dan “dapur”. Baris ke lima persamaan suku kata (konsonan) awal /tung/
pada kata “tungku”.
Bait ke lima (baris ke 3 dan 4):
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Pada baris ke 3 terdapat persamaan bunyi konsonan /t/ dan /m/ pada kata “tak”,
“tak”, “menjadi”, dan “mahasiswa”.
Bait ke enam (baris ke 3-6):
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Baris ke 3 terdapat persamaan bunyi konsonan /d/ pada kata “dirinya”,
“ditendang”, “dari”, dan “discotique”. Pada baris ke 4 terdapat persamaan
konsonan pada suku kata /se/ pada kata “sepasang” dan “sepatu”.
Bait ke tujuh (baris ke 3-6):
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Pada baris ke 3 terdapat persamaan konsonan /b/ pada kata “berasal” dan
“buku”. Konsonan /d/ pada kata “dan” dan “dari” di baris ke 4. Pada baris ke 5
terdapat persamaan konsonan /h/ pada kata “hanya” dan “hafalan”.
Bait ke delapan (baris ke 3-7):
..........................................................................
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
Pada baris ke 3 terdapat persamaan bunyi konsonan /m/ pada kata “membuat”
dan “menjadi”. Baris ke 7 terdapat persamaan bunyi konsonan /l/ pada kata
“layang”
2) Asonansi
Asonansi adalah ulangan bunyi vokal pada kata-kata tanpa selingan persamaan
bunyi konsonan. Berikut analisis asonansi pada tiap-tiap bait puisi Seonggok
Jagung.
Bait pertama
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Bunyi-bunyi vokal /a/ sangat dominan dalam keseluruhan bait di atas dan
disusul dengan bunyi /o/ dan /e/. Pada bait di atas terdapat juga asonansi vokal di
tengah kata yaitu/eo/ pada kata “Seonggok” dan “seorang”.
Bait ke dua:
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung.
Secara keseluruhan bait di atas didominan oleh vokal /i/ dan diikuti vokal
/a/ dan /u/. Pada bait di atas terdapat juga asonansi vokal di tengah kata yaitu /ia/,
/ua/, /ai/, /iu/ pada kata ia baris 3 dan 4, kata suatu baris 5 dan 9, kata “maisena”
baris 13, dan kata “cium” baris terakhir.
Bait ke tiga:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.
Pada bait di atas terdapat asonansi vokal di tengah kata yaitu /eo/ dan /ia/ pada
kata “seonggok”, “seorang”, “Ia”, dan kata “siap”.
Bait ke empat:
Tetapi ini:
Pada bait ke empat di atas terjadi pengulangan bunyi vokal /i/ yang mendominan
bait tersebut.
Bait ke lima:
Seonggok jagung di kamar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya
Bait ke lima di atas didominan oleh bunyi vokal /a/ dan diikuti oleh vokal
/e/ dan /i/. Terdapat pula asonansi vokal yang berada di tengah kata pada bait
tersebut yaitu, /eo/ dan /ua/ pada kata “seonggok”, “seorang”, dan kata “uang”.
Bait ke enam:
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolong.
Secara keseluruhan pada bait di atas, penyair menggunakan asonansi /i/,
/e/, dan /a/ berturut-turut. Asonansi vokal yang berada di tengah kata pada bait
tersebut yaitu /ia/, /ai/, dan /eo/ pada kata “ia”, “saingannya”, “naik”, dan kata
“seonggok”.
Bait ke tujuh:
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Bunyi vokal yang dominan pada bait di atas adalah /a/ dan /i/. Asonansi
vokal yang berada di tengah kata pada bait tersebut yaitu /eo/ pada kata
“seonggok” dan “seorang”. Selain itu terdapat asonansi vokal yang berada diakhir
kata yaitu /ai/ pada kata “sebagai” dan “pemaka”i baris 7.
Bait ke delapan:
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Pada bait di atas terdapat asonansi /a/ yang berturut-turut dan terbuka yaitu
pada baris 11 dan 12 /atau apa saja/ bila pada akhirnya/. Asonansi vokal yang
berada di tengah kata pada bait tersebut yaitu /eo/, /ae/, dan /ia/ pada kata
“seseorang”, “daerahnya”, dan kata “ia”.
3) Persamaan bunyi
Zaidan (1989:41- 42) membedakan persamaan bunyi antara lain, a) rima
awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi, b)
rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dan c) rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap
bait puisi. Berikut analisis persamaan bunyi pada puisi Seonggok Jagung.
a. Rima awal
Pada puisi Seonggok Jagung terdapat rima awal pada bait ke dua, ke enam, dan
bait ke tujuh, sedangkan pada bait pertama, ke tiga, ke empat, ke lima, dan bait ke
delapan tidak terdapat rima awal. Berikut penjelasannya.
Bait ke dua (baris ke 1-4):
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen
Bait ke enam:
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolong.
Bait ke tujuh:
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Pada bait ke dua di atas, kata-kata yang berirama berada di awal baris 3
dan 4 yaitu kata “ia”. Pada bait ke enam, kata-kata yang berirama berada pada
baris 1, 3, 4, 5, 6, dan 7 yaitu kata “ia” serta baris 9 dan 10 yaitu kata “tidak”.
Pada bait ke tujuh, kata-kata yang berirama berada pada baris 3, 5, dan 7 yaitu
kata “yang”.
b. Rima tengah
Rima tengah pada puisi Seonggok Jagung terdapat pada bait ke dua, ke lima,
ke enam, ke tujuh, bait ke delapan, sedangkan pada bait pertama, ke tiga, dan ke
empat tidak terdapat rima tengah. Berikut penjelasannya.
Bait ke dua (baris ke 1-4):
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen
....................................
Bait ke enam (baris 1-3):
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Bait ke tujuh (baris ke 4-7):
....................................
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
Bait ke delapan (baris ke 2-7):
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
Pada bait ke dua di atas, rima tengah terdapat pada baris 3 dan 4 yaitu kata
“melihat”. Bait ke enam rima tengah berada pada baris 2 dan 3 yaitu “melihat
dirinya”. Rima tengah pada bait ke tujuh berada pada baris 4 dan 5 yaitu kata
“tidak” serta baris 6 dan 7 yaitu kata “hanya”. Pada bait ke delapan rima tenganya
berada pada baris ke 2 dan 5 yaitu kata “gunanya” serta baris 3 dan 6 yaitu kata
“hanya”.
c. Rima akhir
Rima akhir pada puisi Seonggok Jagung terdapat pada bait ke dua, ke tiga, ke
lima, ke enam, dan bait ke delapan, sedangkan pada bait pertama, ke empat, dan
bait ke tujuh tidak terdapat rima akhir. Berikut penjelasannya.
Bait ke dua( baris ke 10-13):
Di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Bait ke tiga (baris ke 3-6):
Ia siap menggarap jagung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja
Bait ke lima:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya
Bait ke enam (baris ke 1-4):
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Bait ke delapan (baris ke 1-8):
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya?
Pada bait ke dua dia atas, rima akhir terdapat pada baris 11 dan 13 yaitu
bunyi “a” dan berpola abcb. Bait ke tiga rima akhir terdapat pada baris 4 dan 5
yaitu bunyi “an” dan berpola abbc. Bait ke lima rima akhir terdapat pada baris 3
dan 4 yaitu bunyi “a” dan berpola abcc. Bait ke enam rima akhir terdapat pada
baris 3 dan 4 yaitu bunyi “e” dan berpola abcc. Pada bait ke delapan terdapat 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
rima, yang pertama pada baris 1-4 yaitu bunyi “nya” dan berpola abca, sedangkan
rima yang kedua pada baris 5-8 yaitu bunyi “a” dan berpola abcc.
4) Pengulangan kata/ungkapan
Pengulangan kata/ungkapan pada puisi Seonggok jagung terdapat pada
bait ke dua, ke tiga, ke lima, ke enam, ke tujuh, dan bait ke delapan, sedangkan
pada bait pertama dan bait ke empat tidak terdapat pengulangan kata/ungkapan.
Berikut penjelasannya.
Bait ke dua (baris ke 1-8):
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
..................................
Pada bait di atas terdapat pengulangan kata yaitu kata “ia” dan kata “melihat”.
Bait ke tiga:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.
Pengulangan kata pada bait di atas yaitu pada kata “jagung”, “ia”, dan kata “siap”.
Bait ke lima:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya
Pengulangan kata pada bait di atas yaitu pada kata “tak” dan kata “ada”. Selain itu
terdapat pula pengulangan ungkapan yaitu “seonggok jagung”.
Bait ke enam:
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolong.
Pada bait di atas, pengulangan kata oleh penyair yaitu kata “ia”, kata
“jagung”, kata “tidak”, dan kata “dan”. Selain itu terdapat pula pengulangan
ungkapan yaitu “ melihat dirinya”, dan “ia melihat”.
Bait ke tujuh:
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Pada bait di atas, penyair banyak melakukan pengulangan kata. Kata-kata
tersebut yaitu kata “yang”, “dari”, “tidak”, “terlatih”, dan kata “hanya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Bait ke delapan:
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Pengulangan kata oleh penyair pada bait di atas yaitu pada kata “asing”,
“seseorang”, dan kata “menjadi”. Selain itu terdapat pula pengulangan ungkapan
yaitu “apakah gunanya pendidikan”, “bila hanya”, dan “pulang ke daerahnya”.
Berdasarkan analisis rima dalam puisi Seonggok Jagung di atas, tiap bait
didominasi oleh vokal /a/ dan konsonan /g/. Pola rima pada puisi tersebut tidak
teratur. Selain itu, tidak terdapat onomatope atau tiruan bunyi. Pilihan kata yang
digunakan pada pengulangan bunyi merupakan kata-kata yang digunakan sehari-
hari sehingga memudahkan pembaca memaknai puisi tersebut.
4.2.6 Tipografi (tata wajah)
Dari tipografinya nampak jelas bahwa bentuk karangan Rendra tersebut
adalah puisi. Tema yang diungkapkan juga menunjukkan struktur tematik puisi,
karena tulisannya tidak menunjukkan uraian yang berkesinambungan seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
didalam prosa. Dalam hal ini, tipografi puisi tersebut tidak menyimpang dari
tipografi puisi pada umumnya.
4.3 Analisis Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung”
Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair
dengan perasaan dan suasana jiwanya. Ada empat struktur batin puisi, yakni tema,
perasaan, nada, dan amanat. Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian
bahasa penyair (Waluyo, 1987:106).
4.3.1 Tema (sense)
Puisi “Seonggok Jagung”, bila ditelaah secara umum, temanya mengenai
pendidikan. Puisi tersebut berbicara mengenai kegagalan dalam pendidikan dan
kurangnya lapangan pekerjaan. Jika dilihat pada bait pertama,
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Pembaca tentunya mudah menafsirkan bahwa puisi tersebut berbicara
tentang pendidikan. Bait tersebut menjelaskan bahwa ada seorang pemuda yang
tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini didukung pula
pada tiap bait, dari bait kedua hingga bait ketujuh. Pada tiap bait puisi tersebut
terdapat penggunaan kata-kata yang mengambarkan pendidikan. Kata-kata
tersebut antara lain; kurang sekolahan, tammat S.L.A, buku, pendidikan, dan
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Apabila mengikuti pengelompokan tema oleh Waluyo (1991:106-107),
puisi ini bertemakan kritik terhadap dunia pendidikan. W. S. Rendra menciptakan
puisi “Seonggok Jagung” tersebut pada tahun 1975. Jika menilik kenyataan
sejarah, pada tahun 1974 terjadi peristiwa malari (malapetaka 15 Januari). Saat itu
timbul kritik yang keras terhadap industrialisasi dan penanaman modal asing.
Rendra termasuk penyair yang mengkhawatirkan bahwa dengan adanya
industrialisasi akan mengakibatkan rakyat jelata semakin miskin. Ia bersikap
terlalu pesimistis terhadap industrialisasi dan penanaman modal asing, sehingga
kritik yang dikemukakan begitu keras (Waluyo, 1987:32). Oleh karena itu, dapat
ditafsirkan bahwa secara tidak lagsung penyair mau mengungkapkan
ketidakpuasannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini,
masalah pendidikan belum teratasi walaupun zaman telah berganti.
4.3.2 Perasaan (feeling)
Bila kita mencermati perasaan penyair dalam puisi “Seonggok Jagung”,
akan terlihat bahwa penyair sangat prihatin dengan kondisi pendidikan bangsa
kita. Keprihatinan penyair tidak disampaikan secara sabar, tetapi penyair
menyampaikan dengan perasaan geram. Perasaan geram itu ditunjukkan penyair
karena penyair merasa ketidakadilan sudah begitu merajalela, khususnya
ketidakadilan dalam dunia pendidikan. Penyair menunjukkan perasaannya
tersebut terhadap dunia pendidikan melalui puisi yang diciptakannya dan
mengharapkan masalah pendidikan itu dapat diatasi. Namun, melalui puisinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Rendra tidak memberikan jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mengatasi
masalah pendidikan.
Perasaan penyair yang menunjukkan rasa geramnya terhadap masalah
pendidikan, dapat dilihat dari penggunaan kata-kata yang terdapat pada bait
kelima dan bait kedelapan:
Bait ke lima
Seonggok jagung di kamar
dan seorang seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Bait ke delapan
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota.
Penggunaan kata-kata tersebut oleh penyair, menggambarkan kurang ada
relevansi pendidikan dengan pekerjaan dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat
bukan hanya membutuhkan orang yang pandai, tetapi manusia yang peduli dengan
keaadaan masyarakat. Penyair merasa ada yang kurang dalam dunia pendidikan
sehingga memperlihatkan bahwa penyair tidak suka dengan ketidakadilan dalam
dunia pendidikan.
4.3.3 Nada dan Suasana
Seorang penyair dalam menulis puisi mempunyai sikap tertentu terhadap
pembaca, apakah dia ingin menggurui, menasehati, mengejek, menyindir atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca (Waluyo, 1987:125).
Nada yang terdapat dalam puisi “Seonggok Jagung” adalah nada bercerita sambil
menyindir. Contoh nada bercerita sambil menyindir yang digunakan penyair
dapat dilihat pada bait pertama, kedua, dan bait kedelapan.
Bait pertama:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Bait kedua:
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung.
Bait kedelapan:
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kikuk pulang ke daerahnya ?
.............................................
Bait pertama dan kedua, penyair menceritakan seorang pemuda yang gagal
melanjutkan pendidikannnya, dan pemuda tersebut memiliki seonggok jagung di
kamarnya. Pada pagi hari sebelum menggarap jagung, pemuda tersebut melihat
ladang, para wanita dengan gendongan pergi ke pasar, dan gadis-gadis bercanda di
dekat sumur sambil menumbuk jagung. Pada bait kedelapan, secara tidak
langsung penyair menyindir pemerintah yang tidak menyediakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Penyair menilai pemerintah kurang memperhatikan
kebutuhan masyarakat, sehingga mengakibatkan pengangguran bagi yang
berpendidikan dan yang tidak mampu melanjutkan pendidikan.
Suasana yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah ketidakadilan dalam
dunia pendidikan. Penyair berharap pembaca dapat mendukung ketidakpuasannya
terhadap dunia pendidikan yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Oleh
karena itu, kita sebagai bangsa yang tetap bercita-cita mencapai masyarakat adil
dan makmur, maka ketidakadilan dalam dunia pendidikan harus diberantas.
4.3.4 Amanat (intention)
Setelah kita memahami tema, perasaan, nada dan suasana penyair yang
terdapat dalam puisi “Seonggok Jagung” maka, amanat yang terkandung dalam
puisi tersebut dapat diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan W. S.
Rendra dalam puisi tersebut: (1) ketidakadilan terhadap dunia pendidikan adalah
musuh terbesar yang harus diberantaskan, (2) pemerintah diharapkan,
menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pengangguran, (3) pemimpim harus memiliki ketulasan hati dalam melayani
masyarakat, (4) isi puisi ini juga secara tidak langsung mengingatkan pada pelajar
yang mampu, agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan mereka, karena tidak
semua orang bisa bersekolah seperti mereka, dan (5) penyair menyampaikan
pesan kepada pembaca, jangan hanya diam dan pasrah dengan keadaan. Ilmu
yang dimiliki harus disesuaikan dengan keterampilan sehingga, kita dapat
berkarya demi masa depan.
4.4 Keterkaitan Antar Unsur
4.4.1 Keterkaitan Antar Unsur Fisik Puisi Seonggok Jagung
Diksi yang dipilih W. S. Rendra dalam puisi Seonggok Jagung secara
keseluruhan menggambarkan tentang seorang pemuda yang tidak melanjutkan
pendidikannya karena keterbatasan biaya. Pemilihan kata-kata; kurang sekolahan,
tak ada uang, seonggok jagung di kamar, ia melihat dirinya sendiri miskin dan
gagal, digunakan untuk memberi gambaran pada pembaca dan memberi daya
sugesti yang diciptakan oleh ungkapan tersebut. Untuk memunculkan citraan
dalam benak pembaca, penyair menggunakan kata-kata konkret dan bahasa
figuratif yang muncul dalam puisi tersebut. Misalnya kata-kata konkret seorang
pemuda dan seonggok jagung di kamar memunculkan citra penglihatan,
sedangkan kata-kata tercium bau kuwe jagung memunculkan citra penglihatan dan
penciuman. Pembaca seolah-olah diajak ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
penyair.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.4.2 Keterkaitan Antar Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung
Suasana batin penyair pun turut mempengaruhi pembaca setelah membaca
puisi Seonggok Jagung. Secara umum tema puisi Seonggok Jagung adalah
pendidikan, dalam puisi tersebut penyair menyampaikan kritiknya terhadap
ketidakrelevan dunia pendidikan. Perasaan prihatin penyair terhadap
ketidakrelevan dunia pendidikan digambarkan melalui nada dan suasana. Penyair
mengungkapkan rasa prihatinnya dengan nada geram yang berbunyi ptotes
terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan pendidikan rakyat miskin.
Amanat yang terdapat dalam puisi Seonggok Jagung tersirat dalam pilihan kata-
kata yang diungkapkan dan melalui tema, perasaan, dan suasana yang ditemukan
setelah membaca puisi tersebut.
4.4.3 Keterkaitan Antar Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung
Rendra umumnya menggunakan kata-kata yang tidak sulit dicerna karena
menggunakan bahasa sehari-hari. Pemilihan kata-kata yang digunakan Rendra
pada dasarnya mendukung tema yang diungkapkannya. Misalnya kata-kata
sekolahan, belajar, dan ilmu jika membaca kata-kata tersebut, pembaca bisa
menebak bahwa puisi tersebut membicarakan tentang pendidikan. Melalui
pelukisan imaji yang terdapat dalam puisi Seonggok Jagung, penyair memilih
kata-kata yang pantas untuk memberi gambaran yang sesuai dengan perasaan
yang hendak diungkapkan penyair.
Berdasarkan analisis keterkaitan antar unsur fisik dan unsur batin puisi Seonggok
Jagung dapat diambil kesimpulan, adanya jalinan antara unsur fisik dan unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
batin puisi Seonggok Jagung yang begitu kuat. Unsur fisik digunakan penyair
untuk mengungkapkan tema dan amanat yang hendak disampaikannya dalam
puisi tersebut. Dengan kata lain, unsur fisik dan unsur batin dalam puisi Seonggok
Jagung tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
4.5 Implementasi Hasil Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi
“Seonggok Jagung” dalam Pembelajaran Sastra di SMA
Hasil analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya
WS Rendra yang menggunakan metode deskriptif, perlu ditindaklanjuti sebagai
bahan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SMA kelas X
Puisi karya WS Rendra tersebut, menggunakan bahasa yang digunakan
sehari-hari sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi puisi. Selain itu,
peristiwa dalam puisi tersebut merupakan realita hidup yang dapat dijadikan
pelajaran bagi siswa. Dengan demikian, puisi “Seonggok Jagung” disarankan
sebagai bahan mata pelajaran apresiasi sastra, khususnya puisi pada siswa SMA
kelas X semester 1 dan 2. Penawaran tersebut ditempuh dengan memberikan
silabus dan Rencana Pelaksaan Pembelajaran, yang didasarkan pada komponen
pembelajaran yaitu membantu siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
No. Kelas/
Semester
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
1 Kelas X,
Semester 1
5. Memahami puisi
yang disampaikan
secara langsung atau
tidak langsung.
5.1 Mengidentifikasi unsur-
unsur bentuk suatu puisi
yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui
rekaman.
2 Kelas X,
Semester 2
14. Mengungkapkan
pendapat terhadap
puisi melalui diskusi.
14.1 Membahas isi puisi
berkanaan dengan
gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imaji
melalui diskusi.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan model Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran sastra di SMA kelas X
semester 1 dan 2. Silabus dan RPP tersebut berdasarkan KD dan SK di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung.
Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun
melalui rekaman
Materi
Pembelajaran
Nilai
Pendidikan
Karakter
Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Naskah/
rekaman puisi
“Seongggok
Jagung” karya
WS Rendra
Unsur batin
puisi (tema
dan amanat)
kerja keras,
kreatif,
mandiri,
rasa ingin
tahu,
saling
menghargai
1. Guru menjelaskan materi unsur puisi:
a. tema
b. amanat
2. Guru meminta siswa mendengarkan
pembacaan puisi yang dibacakan oleh
guru/melalui rekaman.
3. Guru menugaskan para siswa untuk
mendengarkan dan menentukan tema
dan amanat yang terdapat dalam
puisi.
4. Setelah mendengar pembacaan puisi,
guru meminta tiap-tiap siswa
menyampaikan hasil analisisnya
secara bergantian.
5. Setelah menyampaikan hasil analisis,
siswa diberi tugas menulis hasil
kesimpulan dari siswa lainnya.
Kemudian tugas tersebut
dikumpulkan
1. Menentukan tema
dan amanat yang
terdapat dalam
puisi yang
dibacakan.
2. Menyampaikan
secara lisan hasil
analisis tema dan
amanat dalam puisi
dengan jelas.
3. Menyimpulkan
hasil analisis yang
disampaikan oleh
teman.
Jenis Tagihan:
tugas
individu
2 x 24
menit
- Contoh
naskah/
rekaman puisi
- Buku paket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompetensi : Berbicara
14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi.
Kompetensi Dasar : 14.1 Membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran,
dan imajinasi melalui diskusi.
Materi
Pembelajaran
Nilai
Pendidikan
Karakter
Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Naskah puisi
“Seonggok
Jagung” karya
WS Rendra.
Unsur Fisik dan
unsur Batin
puisi
(penginderaan,
pikiran,
perasaan, dan
imajinasi).
kerja keras,
kreatif,
mandiri,
rasa ingin
tahu,
saling
menghargai,
kerja sama,
bersahabat/ko
munikatif,
aktif
1. Guru menugaskan para siswa untuk
membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa
untuk setiap kelompok.
2. Guru membagi naskah puisi kepada
tiap-tiap kelompok.
3. Masing-masing kelompok membaca
puisi serta mendiskusikan isi puisi
(gambaran penginderaan, pikiran,
perasaan, dan imajinasi).
4. Tiap kelompok melaporkan hasil
diskusi, dan kelompok lain
menanggapi.
5. Guru memberikan umpan balik
positif terhadap hasil yang telah
dilakukan siswa.
1. Mendiskusi isi puisi
(gambaran
penginderaan,
pikiran, perasaan, dan
imajinasi).
2. Menyampaikan hasil
diskusi secara lisan.
3. Memberi tanggapan
terhadap hasil diskusi
kelompok lain.
Teknik : tes
untuk kerja
dan produk.
Bentuk
Instrumen :
tertulis dan
perbuatan.
2 x 24
menit
- naskah
puisi
- Buku paket
- Buku
referensi
yang
berkaitan
dengan unsur
fisik dan
batin puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS/ SEMESTER : X/1
A. STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan: 5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau
tidak langsung.
B. KOMPETENSI DASAR
5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Naskah/rekaman puisi “Seongggok Jagung” karya WS Rendra
2. Unsur batin puisi (tema dan amanat)
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menentukan tema dan amanat yang terdapat dalam puisi yang dibacakan.
2. Menyampaiakan secara lisan hasil analisi tema dan amanat dalam puisi
dengan jelas.
3. Menyimpulkan hasil analisis yang disampaikan oleh teman.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat :
1. Menentukan tema dan amanat yang terdapat dalam puisi yang dibacakan.
2. Menyampaiakan secara lisan hasil analisi tema dan amanat dalam puisi
dengan jelas. 3. Menyimpulkan hasil analisis yang disampaikan oleh teman.
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Diskusi
2. Penugasan
3. Tanya Jawab
4. Ceramah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Menentukan tema
dan amanat yang
terdapat dalam puisi
yang dibacakan
Guru menyiapkan
naskah puisi
“Seonggok Jagung”
Guru menjelaskan
materi yang
berkaitan dengan
unsur batin puisi
(tema dan amanat)
Siswa menyampaikan hasil
analisinya.
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
No Kegiatan Belajar Mengajar Nilai
Pendidikan
Karakter
Waktu
1. Kegiatan Awal :
a. Apersepsi
Guru bertanya kepada siswa mengenai
unsur-unsur puisi.
b. Motivasi
Guru menyampaikan manfaat
mengapa melakukan kegiatan
mengidentifikasi unsur puisi.
c. Penyampaian tujuan
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran hari ini.
Disipli
Peduli
lingkungan
Rasa ingin
tahu
10
menit
2 Kegiatan Inti :
Eksplorasi
a. Siswa dan guru bertanya jawab
mengenai cara melakukan
indentifikasi unsur puisi dan
menjelaskan keseluruhan materi
tentang unsur puisi yang akan
dipelajari.
b. Guru menyiapkan puisi “Seonggok
Jagung” karya WS Rendra.
c. Guru meminta siswa untuk
menyiapkan alat tulis.
Rasa ingin
tahu
Gemar
Kreatif
Komunikati
Jujur
Kerja keras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2.
3
Elaborasi
a. Sebelum mendengarkan pembacaan
pusi, guru meminta siswa untuk
menulis hal-hal penting yang
terkandung dalam puisi khususnya
unsur batin puisi.
b. Guru menugaskan para siswa untuk
mendengarkan dan menentukan tema
dan amanat yang terdapat dalam puisi.
c. Setelah mendengar pembacaan puisi,
guru meminta tiap-tiap siswa
menyampaikan hasil analisisnya
secara bergantian.
d. Setelah menyampaikan hasil analisis,
siswa diberi tugas menulis hasil
kesimpulan dari siswa lainnya.
Kemudian tugas tersebut
dikumpulkan.
Konfirmasi
Guru memberikan penegasan kembali
atas hasil analisis tema dan amanat
puisi siswa dan menanyakan kepada
siswa seberapa besar pemahaman
mereka terhadap materi yang sudah
diajarkan.
Kegiatan Akhir :
a. Kesimpulan
Guru sekali lagi menyimpulkan
pengetahuan yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan
mengindentifikasi unsur puisi
khususnya tema dan amanat.
b. Refleksi
Guru memberikan pertanyaan kepada
siswa, pengalaman apa yang telah
diperoleh siswa setelah mempelajari
materi ini.
c. Tindak lanjut
Guru meminta siswa untuk melakukan
mengindentifikasi tema dan amanat
puisi yang bebas diluar kelas.
Mandiri
65
menit
15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
I. ALOKASI WAKTU
2 x 45 menit
J. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN
1. Contoh naskah/rekaman puisi “Seonggok Jagung”
2. Buku paket
K. PENILAIAN
Jenis Tagihan:
tugas individu: tes lisan dan tertulis
Contoh instrumen:
Latihan!
1. Dengarlah dengan baik puisi yang akan dibacakan.
2. Tentukan tema dan amanat yang terkandung dalam puisi tersebut.
3. Hasil indentifikasi dilaporkan, dan siswa yang lain memberi
tanggapan.
4. Simpulkan hasil identifikasi semua siswa dan dikumpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
L. PEDOMAN PENILAIAN
RUBRIK PENILAIAN HASIL IDENTIFIKASI TEMA DAN ALUR
DARI MENDENGAR PEMBACAAN PUISI
NAMA SISWA :
KELAS/NO. ABS :
TANGGAL PENILAIAN :
KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui
rekaman
HAL YANG DINILAI
NILAI
KURANG
Skor :2
CUKUP
Skor : 5
BAIK
Skor : 7
AMAT BAIK
Skor : 10
Identifikasi
Tema
Ketepatan
identifikasi
tema
Bukti
pendukung
Identifikasi
Amanat
Ketepatan
identifikasi
amanat
Bukti
pendukung
JUMLAH NILAI
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN MATERI
1. Puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung.
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.
Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyagkut pada akal,
tidak akan menolong.
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Sumber : Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980, hlm. 42−44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
2. Unsur Batin Puisi (tema dan amanat)
Tema
Setiap wacana tentu memiliki tema atau hal pokok yang
menjadi topik pembicaraan, begitu pula pada wacana sastra
khususnya pada puisi juga memiliki tema di dalamnya. Tema puisi
adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisinya
(Djojosuroto, 2005:24). Tema puisi biasanya mengungkapkan
persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti: cinta kasih,
ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan,
kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes. Tema dapat
dijabarkan menjadi subtema atau dapat dikatakan pokok pikiran.
Amanat
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan,
imbauan, pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang
disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat
yang disampaikan penyair mungkin secara sadar berada dalam
pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan
amanat yang diberikan (Waluyo, 1987: 134).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS/SEMESTER : X/2
A. STANDAR KOMPETENSI
Berbicara : 14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi.
B. KOMPETENSI DASAR
14.1 Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Naskah puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra
2. Unsur Fisik dan unsur Batin puisi (penginderaan, pikiran, perasaan, dan
imajinasi).
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Mendiskusikan isi puisi (gambaran penginderaan, pikiran, perasaan, dan
imajinasi).
2. Menyampaikan hasil diskusi secara lisan.
3. Memberi tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat:
1. Mendiskusikan isi puisi (gambaran penginderaan, pikiran, perasaan, dan
imajinasi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
2. Menyampaikan hasil diskusi secara lisan.
3. Memberi tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain.
F. METODE PEMBELAJARAN
• Penugasan
• Diskusi
• Tanya Jawab
• Ceramah
• Berkelompok
• Pemecahan masalah
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Mendiskusikan isi
puisi (gambaran
penginderaan,
pikiran, perasaan,
dan imajinasi).
Guru menyiapkan
naskah puisi
“Seonggok Jagung”
Guru menyiapkan
materi mengenai
penginderaan, pikiran,
perasaan, dan
imajinasi yang
terdapat dalam puisi.
Siswa memberi
tanggapan terhapat
hasil diskusi teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
No Kegiatan Belajar Mengajar Nilai
Pendidikan
Karakter
Waktu
1. Kegiatan Awal :
a. Apersepsi
Guru bertanya kepada siswa yang
berkaitan isi puisi (gambaran
penginderaan, pikiran, perasaan, dan
imajinasi)
b. Motivasi
Guru menyampaikan manfaat
mengapa melakukan kegiatan diskusi
tentang isi .
c. Penyampaian tujuan
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran hari ini.
Disiplin
Peduli
lingkungan
Rasa ingin
tahu
10
menit
2. Kegiatan Inti :
Eksplorasi
a. Siswa dan guru bertanya jawab
mengenai kegiatan berdiskusi
mengenai isi puisi dan apa yang perlu
dipersiapkan sebelum melakukan
diskusi tersebut.
b. Guru membagikan sebuah teks puisi “
Seonggok Jagung” karya WS Rendra
kepada siswa.
c. Guru menugaskan para siswa untuk
membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa untuk
setiap kelompok dan menjelaskan
prosedur kerja kelompok yang akan
dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran hari ini.
Elaborasi
a. Masing-masing kelompok membaca
puisi serta mendiskusikan isi puisi
(gambaran penginderaan, pikiran,
perasaan, dan imajinasi
b. Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
bersama pasangannya di depan kelas.
Rasa ingin
tahu
Gemar
Kreatif
Komunikati
Jujur
Kerja keras
kerjasama
65
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Konfirmasi
Guru memberikan penegasan kembali
atas hasil diskusi kelompok yang sudah
dilakukan siswa dan menanyakan kepada
siswa seberapa besar pemahaman mereka
terhadap materi yang sudah diajarkan.
3. Kegiatan Akhir :
a. Kesimpulan
Guru sekali lagi menyimpulkan
pengetahuan yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan diskusi
mengenai isi puisi.
b. Refleksi
Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa, pengalaman apa yang
telah diperoleh siswa setelah
mempelajari materi ini.
c. Tindak lanjut
Guru menugaskan siswa yang
kurang pemahamannya terhadap
materi yang dibahas untuk
memperbaiki hasil yang telah dibuat.
Mandiri
15
menit
I. ALOKASI WAKTU
2 x 45 menit
J. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN
1. Naskah puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra.
2. Buku referensi yang berkaitan dengan unsur fisik dan unsur batin.
K. PENILAIAN
Teknik : tes unjuk kerja dan produk
Bentuk Instrumen : tertulis dan perbuatan
Soal/Instrumen :
Bacalah puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra, dan diskusikanlah
bersama kelompok hal-hal berikut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
1. Isi puisi yang berhubungan dengan gambaran penginderaan, pikiran,
perasaan, dan imajinasi.
2. Makna yang tergandung dalam puisi tersebut.
3. Setelah melakukan diskusi, tiap kelompok melaporkan hasil diskusi,
dan kelompok lain menanggapinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
L. PEDOMAN PENILAIAN
LEMBAR OBSERVASI KINERJA INDIVIDU
DALAM MENGIKUTI DISKIUSI KELOMPOK
NAMA : ....................................
KELAS/NO. Absen : ....................................
TANGGAL PENILAIAN : ....................................
No
.
Aspek Rincian Nilai
Kurang Cukup Baik Amat
baik D (10) C (15) B (20) A (25)
1 Sikap 1. Terlibat secara aktif
2. Menghargai dan
memperhatikan
pendapat yang lain.
2 Bahasa 1. Runtut dan terstruktur
dengan baik.
2. Komunikatif dan mudah
dipahami.
3. Efektif singkat dan
jelas.
4. Menggunakan bahasa
baku
3 Kualitas
gagasan 1. Pembicaraan tidak
menyimpang dari topik
pembicaraan.
2. Kreatif dan kritis dalam
mengungkapkan
gagasan.
3. Pendapat disertai
dengan alasan yang
logis.
4 Prensen
-tasi
1. Menyampaikan gagasan
dengan baik dan
sitematis.
2. Menanggapi pertanyaan
dengan cepat dan tepat.
Jumlah skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Skor Maksimal :
No. 1-4 = 100
Jumlah = 100
Penghitungan nilai akhir dengan skala 0-100 adalah sebagai berikut,
Perolehan Skor
Nilai akhir X skor ideal (100) = .....
Skor maksimum (100)
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN MATERI
1. Naskah puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar .........................
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung.
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.
Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyagkut pada akal,
tidak akan menolong.
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Sumber : Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980, hlm. 42−44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
2. Unsur Fisik dan unsur Batin puisi (penginderaan, pikiran, perasaan, dan
imajinasi).
a. Pikiran/Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang . Tema adalah
gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Semua karya
terkhusus karya sastra pasti memiliki tema yang merupakan pokok
permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra itu.
b. Perasaan
Sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama,
jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema
dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis
dan psikologisnya.
c. Imajinasi/Penginderaan
Citraan atau pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian berikut:
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dengan demikian, orang harus
mengerti arti kata-kata, yang dalam hubungan ini juga harus dapat mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
sebuah pengalaman inderaan objek-objek yang disebutkan atau diterangkan.
Secara imajinatif membangun semacam pengalaman di luar hal-hal yang
berhubungan, sehingga kata-kata akan secara sungguh-sungguh berarti kepada
pembaca atau pendengarnya. Jadi, dengan adanya citraan dapat lebih
mengingatkan kembali dari pada membuat baru kesan pikiran, sehingga
pembaca terlibat dalam kreasi puitis. Maka pembaca akan mudah menanggapi
hal-hal yang dalam pengalamannya telah tersedia simpanan imaji-imaji yang
kaya (Waluyo, 1987:78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik
kesimpulan tentang unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” dan
implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Unsur fisik yang dianalisis
meliputi diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figurasi, versifikasi,
tipografi. Unsur batin yang dianalisis meliputi tema, rasa, nada, dan amanat.
Hasil analisis terhadap unsur fisik puisi “Seonggok Jagung” adalah
sebagai berikut.
1) Diksi : Pemilihan kata-kata oleh penyair adalah yang dipergunakan sehari-
hari sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal ini penyair
menggunakan kata dan frasa yang saling mendukung dalam menentukan
makna puisi. Penyair sangat memperhatikan diksi/pilihan kata untuk
menimbulkan sugesti pada pembacanya.
2) Pengimajinasian : Berdasarkan hasil analisis, ada 4 jenis citraan yang
terdapat dalam puisi “Seonggok Jagung” yaitu citraan penglihatan, citraan
pendengaran, citraan penciuman, dan citraan gerak,. Penggunaan citraan
visual lebih mendominasi pada puisi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
penyair mengajak pembaca melihat kenyataan yang terjadi pada masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
pada umumnya. Citraan yang diciptakan penyair memperkuat argumentasi
untuk mengungkapkan makna yang terdapat dalam puisinya.
3) Bahasa figuratif: Dalam puisi “Seonggok Jagung” majas yang digunakan
oleh penyair adala majas metafora dan majas ironi.
4) Kata konkret : Dalam puisi “Seonggok Jagung”, penyair sudah memberikan
gambaran mengenai protesnya akan ketidakadilan dalam dunia pendidikan.
Pengkonkretan kata oleh penyair tersebut, dapat membantu pembaca
membayangkan secara jelas peristiwa atau kejadian yang dilukiskan oleh
penyair.
5) Versifikasi : Berdasarkan hasil analisis, rima dalam puisi Seonggok Jagung
terdapat aliterasi, asonansi, rima awal, tengah, dan rima akhir.
6) Tipografi: Tipografi yang digunakan penyair dalam puisi “Seonggok
Jagung” tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya. Dari
tipografinya nampak jelas bahwa bentuk karangan Rendra tersebut adalah
puisi.
Hasil analisis terhadap unsur batin puisi “Seonggok Jagung” adalah sebagai
berikut.
1) Tema : Berdasarkan hasil analisis tema umum puisi “Seonggok Jagung”
mengenai pendidikan. Puisi tersebut berbicara mengenai kegagalan dalam
pendidikan dan kurangnya lapangan pekerjaan. Hal itu mengakibatkan
penyair mengkritik ketidakadilan dunia pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
2) Nada dan Suasana : Nada dan suasana puisi “Seonggok Jagung” disesuaikan
dengan tema puisi tersebut. Tema puisi tersebut adalah pendidikan. Penyair
mengungkapkan kekesalan atau kritiknya terhadap ketidakadilan dunia
pendidikan bangsa kita. Hal ini menunjukkan bahwa penyair berharap, agar
pembaca menjiwai rasa kepedulian penyair terhadap situasi yang terjadi
pada negeri ini.
3) Perasaan : Pada puisi “Seonggok Jagung”, penyair memiliki rasa kepedulian
terhadap situasi pendidikan yang terjadi. Selain itu juga, penyair sangat
prihatin dengan kondisi pendidikan bangsa kita.
4) Amanat : Amanat yang hendak disampaikan W. S. Rendra dalam puisi
tersebut yaitu (1) ketidakadilan terhadap dunia pendidikan adalah musuh
terbesar yang harus diberantaskan, (2) pemerintah diharapkan menyediakan
lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya pengangguran,
(3) pemimpim harus memiliki ketulasan hati dalam melayani masyarakat,
(4) isi puisi ini juga secara tidak langsung mengingatkan pada pelajar yang
mampu, agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan mereka, karena tidak
semua orang bisa bersekolah seperti mereka.
5.2 Implikasi
Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya WS
Rendra dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu karya sastra. Hal ini
berimplikasi pada pembelajaran puisi di SMA kelas X semester 1 dan 2.
Penelitian ini merupakan salah satu perwujudan dari apresiasi sastra, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
hasil penelitian ini dapat menjadi contoh cara menganalisis karya sastra bagi
siswa SMA.
Langkah konkret pembelajaran puisi “Seonggok Jagung” sebagai materi
pembelajaran sastra disajikan dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP itu digunakan untuk kelas X semester 1 dan
2 karena disesuaikan dengan kemampuan siswa dan perkembangan materi yang
sudah dan harus dikuasai siswa.
5.3 Saran
Penelitian terhadap puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra,
diharapkan dapat bermanfaat terhadap ilmu sastra. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan alternatif untuk pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini baru menganalisis unsur fisik dan unsur batin, masih banyak hal
yang menarik dalam puisi Seonggok Jagung yang dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat mengangkat hal
yang berbeda dari sudut pandang lain sebagai obyek penelitian. Selain itu juga,
peneliti selanjutnya dapat meneliti kemampuan siswa menganalisis puisi
berdasarkan unsur fisik dan unsur batin puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 1993. Analisis Sajak: Teori, Metodelogi, dan Aplikasi. Bandung:
Angkasa.
Depdikbud. 1995. Kurikulum SMU dan GBBP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia SMU/SMK. Jakarta.
Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa). Edisi IV.
Jakarta: Balai Pustaka.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya.
Yogyakarta: Pustaka.
___________________. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung:
Nuansa.
Gaudensia Fitryani. 2007. Struktur Puisi “Miskin Desa, Miskin Kota” Karya
Taufiq Ismail dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Hendy, Zaidan. 1987. Kesusastraan Indonesia 1. Bandung: Angkasa.
Luxemburg, I. V. dkk. 1989. Penghantar Ilmu Sastra. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar
Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitati (Edisi Revisi). Cetakan
XXIV. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moody, H.L.B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Saduran Bebas Oleh B.
Rahmanto. Yogyakarta: Kanisius.
Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rendra, W. S. 1993. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sanjaya, H. Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Semi, Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Situmorang, B. P. 1981. Puisi Bentuk Apresiasi Teori dan Struktur. Flores: Nusa
Indah.
_____________. 1983. Puisi dan Metodelogi Sastra. Ende Flores: Nusa Indah.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa Pengantar Penelitian
Wahana Kebahasaan Secara Linguis. Yogyakarta: Duta Wacana Press
Sumarjo, Jacob, dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:Gramedia.
Veronica Meliana. 2006. Struktur Puisi “Pacarkecilku” karya Joko Pinurbo, dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Yogyakarta:
PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Yustina Dwi. 2006. Perbedaan Unsur Fisik dan Unsur Batin Karya Siswa Laki-
laki dan Perempuan Kelas X SMA Dominikus Wonosari, Kunungkidul
Tahun Ajaran 2008/2009. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
_________________________. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
BIODATA PENULIS
Magdalena Astini Deke lahir di Waimangura, pada
tanggal 31 Agustus 1990 dari pasangan Paulus W. Deke
dan S. P. Malo. Ia masuk Sekolah dasar tahun 1996 dan
lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 Ia terdaftar
sebagai siswa SMPN 1 Wewewa Barat dan lulus pada
tahun 2005. Pada tahun 2005 Ia melanjutkan studi ke
SMAK St. Thomas Aquinas Weetabula dan lulus pada tahun 2008. Sejak tahun
2008 hingga sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Daerah (PBSID), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia
memiliki minat terhadap sastra sejak duduk di bangku SMA, maka skripsi yang
dibuat pun berhubungan dengan sastra. Ia membuat skripsi dengan judul: Analisis
Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended