View
22
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
no any description
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Global governance yang dahulunya didefinisikan sebagai
seperangkat hubungan otoritas, seiring globalisasi dan demokratisasi, telah
mengalami redefinisi. Sebelum 1914, global governance lebih merujuk
kepada pemerintah nasional, industrialisasi, dan integrasi ekonomi yang
mendorong pembangunan institusi internasional demi menanggapi
tuntutan lintas batas infrastruktur (Kahler, 2003). Setelah Perang Dunia 1,
terbentuklah Liga Bangsa-Bangsa yang bertugas mencegah agar perang
tidak terjadi lagi karena telah menimbulkan hilangnya banyak nyawa dan
harta. Governance pun kembali diklaim oleh pemerintah nasional yang
memiliki power kuat. Pasca 1945, redefinisi mengenai global governance
ini semakin terlihat dari banyaknya pendapat yang mengatakan bahwa
konsep ini lebih merujuk pada pemerintahan global dan arsitektur
kelembagaannya. Gelombang ketiga mengenai pembentukan institusi ini
adalah respon terhadap dunia yang disintegratif, dimana unit-unit
kedaulatan relatif sedikit (Kahler, 2003). Seiring dinamika internasional
kontemporer, lembaga-lembaga ekonomi internasional pun menggurita,
seperti International Monetary Found (IMF), Bank Dunia, dan General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Lembaga-lembaga ini membuat
peran pemerintah dalam melakukan kontrol terhadap sirkulasi barang,
modal, dan tenaga kerja yang melintasi batas-batas negara, menjadi
tereduksi.
Adanya global governance memiliki fungsi yang cukup banyak,
hal inilah yang membuatnya menjadi penting. Dengan adanya global
governance, fungsi yang diberikan antara lain sebagai penciptaan dan
pertukaran informasi; formulasi dan penyebaran prinsip dan promosi atas
pengetahuan konsensus yang mempengaruhi international order secara
umum, isu-isu khusus dalam agenda internasional, dan upaya untuk
1
mempengaruhi domestic rules dan perilaku negara; birokrasi yang baik,
konsiliasi, mediasi, dan kewajiban atas pembuatan resolusi konflik;
pembentukan rezim, pemeliharaan, dan eksekusi; pengadopsian peraturan,
kode, dan regulasi; alokasi sumber daya materi; syarat mengenai bantuan
secara teknis dan program pengembangan; bantuan, humanitarianisme,
kondisi darurat, dan aktivitas bencana; dan memelihara perdamaian dan
order.
Kemunculan global governance akan melahirkan masyarakat
global, baik secara langsung atau tidak. Komisi Global Governance
mengatakan bahwa kualitas global governance sangat dipengaruhi oleh
etika sipil global untuk membimbing tindakan dalam lingkungan global
dan kepemimpinan yang diresapi dengan etika tersebut (Dingwert and
Pattberg, 2006). Kendala terkait global governance masih ada, diantaranya
adalah ketidakseimbangan kekuasaan dan masalah nasional dan
internasional dengan demokrasi dan legitimasi, kurangnya konsensus
normatif etika (etos global). Hal inilah yang masih mengganggu
penciptaan sistem yang kuat dari global governance. Global governance
juga masih hanya berupa visi daripada deskripsi suatu negara dalam sistem
internasional (Dingwert and Pattberg, 2006). Pernyataan ini
mengindikasikan bahwa global governance memang belum
diimplementasikan dalam dunia nyata, karena masih berwujud visi semata,
sehingga masyarakat global juga belum bisa dikatakan telah hadir.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsepsi global
governance telah mengalami redefinisi seiring adanya globalisasi dan
demokratisasi yang melanda dunia. Dalam global governance, terdapat
aktivitas-aktivitas yang berupaya mengontrol atau mempengaruhi pihak
lain yang terjadi dalam suatu arena, yakni level negara hingga level
internasional. Banyak praktisi yang mengatakan bahwa kehadiran sebuah
global governance merupakan keniscayaan akibat dunia yang semakin
terintegrasi. Konsep masyarakat global pun secara langsung atau tidak bisa
lahir dari global governance, namun hingga kini konsep tersebut masih
2
berupa visi, sehingga tidak bisa dipastikan apakah masyarakat global ini
telah hadir atau belum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas makalah rumusan masalah dari makalah
ini adalah:
1. Apa definisi dari Governance, Government, Dan Global
Government?
2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya global
Governance?
3. Organisasi internasional apa saja yang berhubungan dengan
Global Governance?
C. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa definissi dari Governance, Government,
Dan Global Government.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor munculnya
Global Governance.
3. Untuk mengetahui organisasi internasional apa saja yang
berhuhubungan dengan Global Governance.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Governance, Government dan Global Governance
1. Governance
a. Definisi governance
Kata governance berasal dari kata to govern (yang berbeda maknanya dengan to command atau to order) yang artinya memerintah. Governance juga Dapat berarti cara penggunaan atau pelaksanaan. Governance memilki sifat hubungan yang hierarkis, dalam arti ada kesetaraan kedudukan dan hanya berbeda dalam fungsi. Ada komponen yang terlibat di dalam governance yaitu:
1. Sektor publik2. Sektor swasta3. Masyarakat.
Efek yang diharapkan dari sini adalah adanya partisipasi dari warga negara. Dalam governance tidak ada pemegang peran yang paling dominan karena semua memegang peran sesuai dengan fungsinya masing-masing.hasil yang di harapkan dari governanve ini yaitu tercapainya tujuan negara dan tujuan masyarakat melalui partisipasi sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat.
b. Good Governance
Istilah Good Governance telah diterjemahkan dalam berbagai istilah,
misalnya penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro
Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan yang baik, pengelolaan pemerintahan
yang baik dan bertanggung jawab. good governance merupakan seni atau
gaya moral pemerintahan yang baik, lebih memerlukan suatu butir-butir
moral-legal dalam pelaksanaannya. Good governance menunjuk pada suatu
penyelenggaraan negara yang bertanggung jawab serta efektif dan efisien
dengan menjaga kesinergisan interaksi konstruktif diantara institusi
negara/pemerintah (state), sektor swasta/dunia usaha (private sector) dan
masyarakat (society). Dengan demikian, paradigma good governance
4
menekankan arti penting kesejajaran hubungan antara domain negara, sektor
swasta/dunia usaha dan masyarakat. Ketiganya berada pada posisi yang
sederajat dan saling kontrol untuk menghindari penguasan atau eksploitasi
oleh satu domain terhadap domain lainnya. Sedangkan clean government
dapat diartikan sebagai pemerintahan yang bersih, yaitu bersih dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme serta permaslahan-permasalahan yang lain terkait
dengan pemerintahan.
2. Goverment
a. Definisi Goverment
Government (pemerintah) bisa di artikan sebagai pemerintah, yait
organisasi yang memiliki kewenamgan utk membuat dan menerapkan hukum
dan undang-undang. Pemerintah disini misalnya raja, presiden, walikota,
bupati, dan sebagainya. Pemerintah (government) adalah salah satu aktor
dalam pemerintahan. Aktor lain yang terlibat dalam pemerintahan bermacam-
macam, tergantung pada tingkat pemerintahan yang didiskusikan.
Government dapat berarti badan/lembaga atau fungsi yang dijalankan oleh
suatu organ tertinggi dalam suatu negara, sifat hubungannya hierarkis, dalam
arti yang memerintah berada di atas sedangkan warga negara yang diperintah
ada di bawah. Komponen yang terlibat sebagai subyek hanya ada 1 yaitu
institusi pemerintah. Sektor pemerintah memegang peran yang paling
dominan. Efek yang di harapkan adalah adanya kepatuhan warga negara dan
hasil akhir yang diharapkan adalah pencapain tujuan negara melalui
kepatuhan warga negara.
3. Global Governance
Secara keseluruhan bahwa global governance merupakan regulasi
social affairs meliputi regulasi masyarakat sipil serta aktor publik dan privat
yang otoritasnya melalui pemerintahan (Myntz, dalam Dingwerth and
Pattberg: 2006, 188). Global Governance tidaklah hanya meliputi organisasi
atau institusi internasional saja, melainkan juga seluruh sistem mulai dari
ruang lingkup terkecil hingga pada organisasi internasional dengan fokus
5
pada aktivitas kemanusiaan untuk pencarian hasil di lingkup transnasional
(Rosenau, dalam Dingwerth and Pattberg: 2006, 190).
Dari kesekian banyak isi mengenai gobal governance yang dijelaskan
oleh Rosenau, berupaya untuk menantang adanya pengertian lama global
governance yang cakupannya hanya bermuatan pada ilmu hubungan
internasional seperti hanya meliputi organisasi internasional, gerakan
masyarakat global, otoritas privat dan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsep Global Governance dapat meliputi keseluruhan sistem aktor,
baik aktor negara maupun aktor-aktor non-negara speerti NGO, TNCs,
organisasi regional serta rezim internasional dengan ruang lingkup dari lokal,
nasional hingga internasional dimana secara keseluruhan pula dapat
berimplikasi pada perspektif multi aktor dalam aspek politik dunia.
Disisi lain konsep Global Governance merupakan korelasi antara
aktor-aktor politik baik privat maupun publik yang mana otoritasnya melalui
pemerintahan yang kiberjanya juga tergantung dengan kuat atau tidaknya
tekanan yang diberikan oleh MSG. Inti dari Global governance juga meliputi
adanya interaksi diantara masyarakat sosial yang bergerak dalam ruang
lingkup lokal, sub-nasional, nasional, regional hingga transnasional serta
kepentingan yang bersifat publik melalui kesadaran dengan memberikan
program-program secara jelas dan aksi reaksi transnasional diantara para
aktor didalamnya tersebut. Gambaran dari Global Governance yaitu ketika
PBB akan membuat suatu kebijakan maka sebelaumnya akan secara bersama-
sama dengan NGO serta korporasi swasta lainnya yang kemudian juga
menawarkan nilai-nilai global dalam ranah pemerintahan beberapa negara
yang juga bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah. Maka Global
Governance memanglah manjadi bagian dari pluralitas yang dapat diandalkan
oleh negara-negara di dunia, karena meskipun terkadang terdapat kepentingan
diantara para aktor privat dan pasar kapital liberal, juga akan berimbas pada
masyarakat internasional lainnya dan berhasil atau tidaknya kebijakan yang
dibuat oleh beberapa aktor juga akan terjawab dari adanya suara masyarakat
global.
6
B. Faktor munculnya Global Governance
Global governance sebagai gagasan dalam ilmu hubungan internasional mulai marak dibicarakan setelah berakhirnya perang dingin di awal abad ke dua puluh. Pendefinisian konsep global governance memang masih diperdebatkan oleh para ahli. Namun perdebatan seputar terminologi global governance tersebut paling tidak akan menghantarkan kita untuk dapat lebih memahami dinamika penting yang terjadi dalam politik internasional pasca perang dingin.
Gagasan global governance muncul pertama kali sebagai sebuah konsekuensi dari fenomena globalisasi, khususnya dalam bidang ekonomi. Global governance menjawab tantangan-tantangan yang muncul akibat globalisasi terutama dengan adanya aktor-aktor baru non-negara yang memungkinkan berkembangnya pusat-pusat kekuasaan di luar kerangka negara-bangsa. Munculnya aktor-aktor baru dalam hubungan internasional sebagai dampak dari globalisasi pasca perang dingin tentu saja berdampak kepada berubahnya tatanan politik global. Hal ini mengakibatkan perlunya regulasi baru dalam hubugan internasional yang mengakomodasi aktor-aktor baru tersebut. Dalam konteks inilah global governance diasumsikan sebagai pengambil alih peran regulasi yang tidak bisa dimainkan oleh negara-negara teritorial.
Menurut Dirk Messner, global governance merupakan tatanan politik yang berkembang sebagai respon terhadap globalisasi dan merupakan mekanisme atau sarana institusional bagi kerjasama berbagai aktor baik negara maupun non-negara untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul sebagai konsekuensi dari globalisasi.
Sebagai sebuah mekanisme bagi kerjasama antara aktor-aktor dalam politik internasional sebagaimana digambarkan oleh Messner diatas, maka konsep global governance kemudian lebih diartikan sebagai ‘governance without government’. Dengan demikian konsep tersebut merujuk pada terbentuknya sebuah tatanan global tanpa adanya hierarki maupun sub-ordinasi sebagaimana yang terdapat dalam sebuah institusi formal.
Gagasan global governance seperti dimaksudkan diatas dapat dimengerti lebih mendalam lagi dengan cara membedakannya dari gagasan-gagasan pembentukan rezim. Dalam pembentukan rezim, hasil akhir dari kesepakatan-kesepakatan atau norma yang terjadi haruslah dilembagakan dalam bentuk institusi formal yang menuntut ketaatan (compliance) dari masing-masing pihak. Hal demikian menjadikan terjadinya struktur hierarkhis antara institusi rezim sebagai supra-ordinasi dan anggota-anggotanya sebagai sub-ordinasi atau dengan kata lain akan tercipta ‘governance with government’.
7
Sebaliknya, gagasan global governance menghendaki ketaatan seluruh aktor – baik negara maupun non-negara – terhadap aturan-aturan yang berlaku secara internasional tanpa disertai paksaan (non-coercion). Global governance tetap memiliki semangat untuk menciptakan aturan-aturan lintas negara namun aturan-aturan tersebut tidaklah harus ditegakkan dengan cara paksaan, melainkan dapat dicapai melalui konsensus bersama. Bentuk-bentuk konsensus demikianlah yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keterdugaan terhadap perilaku aktor dalam hubungan internasional. Beberapa aspek dalam global governance berikut ini menunjukkan keterkaitan konsep tersebut sebagai gagasan yang kosmopolitan, yakni:
1) Global governance mengakomodasi semua aktor dalam hubungan internasional, baik itu aktor negara maupun non-negara. Baik individu maupun negara semuanya didudukkan dalam posisi yang sama (equality).
2) Global governance mengangkat isu-isu kemanusiaan, bukan negara. Dengan demikian global governence adalah konsep yang moral driven.
3) Proses pembentukan aturan-aturan dilaksanakan secara konsensus dengan tidak menggunakan paksaaan (non-coercion).
4) Global governance lebih berorientasi pada pelembagaan isu dan solusi, bukan kepada penciptaan fisik lembaganya atau institusi formal.
5) Global governance mempunyai semangat untuk menciptakan keteraturan dan keterdugaan terhadap perilaku aktor dalam hubungan internasional.
C. WTO, IMF, Bank Dunia, Tata Kelola Perdagangan dan Pembangunan Global
1. WTO ( World Trade Organization)
World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan
Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus
mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral
WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar
perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah
ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan
kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya
dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh
pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang
dan jasa, eksportir dan importer dalam kegiatan perdagangan. Indonesia
8
merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan
Pembentukan WTO melalui UU NO. 7/1994.
Persetujuan-persetujuan WTO
Hasil dari Putaran Uruguay berupa the Legal Text terdiri dari sekitar
60 persetujuan, lampiran (annexes), keputusan dan kesepakatan. Persetujuan-
persetujuan dalam WTO mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual
yang mengandung prinsip-prinsip utama liberalisasi. Struktur dasar
persetujuan WTO, meliputi:
1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT)
2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GATS)
3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual
Properties/ TRIPs)
4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)
Prinsip-prinsip Sistem Perdagangan Multilateral
a. MFN (Most-Favoured Nation): Perlakuan yang sama terhadap semua mitra
dagang. Dengan berdasarkan prinsip MFN, negara-negara anggota tidak
dapat begitu saja mendiskriminasikan mitra-mitra dagangnya. Keinginan
tarif impor yang diberikan pada produk suatu negara harus diberikan pula
kepada produk impor dari mitra dagang negara anggota lainnya.
b. Perlakuan Nasional (National Treatment) Negara anggota diwajibkan
untuk memberikan perlakuan sama atas barang-barang impor dan lokal-
paling tidak setelah barang impor memasuki pasar domestik.
c. Transparansi (Transparency) Negara anggota diwajibkan untuk bersikap
terbuka/transparan terhadap berbagai kebijakan perdagangannya sehingga
memudahkan para pelaku usaha untuk melakukan kegiatan perdagangan.
9
2. IMF (International Monetary Fund)
International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang
bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan
pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah
keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah
membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan
sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan
tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara.
Dari negara-negara anggota PBB, yang tidak menjadi anggota IMF adalah
Korea Utara, Kuba, Liechtenstein, Andorra, Monako, Tuvalu dan Nauru.
Lembaga ini berawal ketika PBB mensponsori Konferensi Keuangan dan
Moneter di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat pada tanggal 22
Juli, 1944. Artikel tentang Perjanjian IMF berlaku mulai 27 Desember 1945, dan
organisasi IMF terbentuk pada bulan Mei 1946, sebagai bagian dari rencana
rekonstruksi pasca Perang Dunia II dan memulai operasi finansial pada 1 Maret
1947.
Lembaga ini, bersama Bank untuk Penyelesaian Internasional dan Bank
Dunia, sering pula disebut sebagai institusi Bretton Woods. Ketiga institusi ini
menentukan kebijakan moneter yang diikuti oleh hampir semua negara-negara
yang memiliki ekonomi pasar. Sebuah negara yang menginginkan pinjaman dari
IMF, keistimewaan BIS serta pinjaman pembangunan Bank Dunia, harus
menyetujui syarat-syarat yang ditentukan oleh ketiga institusi ini.
IMF adalah lembaga pemberi pinjaman terbesar kepada Indonesia.
Lembaga internasional ini beranggotakan 182 negara. Kantor pusatnya terletak di
Washington. Misi lembaga ini adalah mengupayakan stabilitas keuangan dan
ekonomi melalui pemberian pinjaman sebagai bantuan keuangan temporer, guna
meringankan penyesuaian neraca pembayaran. Sebuah negara akan meminta dana
kepada IMF ketika sedang dilanda kiris ekonomi. Pinjaman tersebut terkait erat
dengan berbagai persyaratan, yang disebut kondisionalitas. Mata uang IMF adalah
SDR — Special Drawing Rights. Mulai 20 Agustus 1998, 1 SDR = US$ 1,33.
10
IMF dijuluki ‘organisasi internasional paling berkuasa di abad 20, yang
sangat besar pengaruhnya bagi kesejahteraan sebagian besar penduduk bumi’.
Ada pula yang mengolok-olok IMF sebagai singkatan dari ‘institute of misery and
famine’ (lembaga kesengsaraan dan kelaparan). Sebagaimana halnya Bank Dunia,
lembaga ini dibentuk sebagai hasil kesepakatan Bretton Woods setelah Perang
Dunia II. Menurut pencetusnya, Keynes dan Dexter White, tujuannya adalah
‘menciptakan lembaga demokratis yang menggantikan kekuasaan para bankir dan
pemilik modal internasional’ yang bertanggung jawab terhadap resesi ekonomi
pada dekade 1930-an. Akan tetapi peran itu sekarang berbalik 180 derajat, setelah
IMF dan Bank Dunia menerapkan model ekonomi neo-liberal yang
menguntungkan para pemberi pinjaman, bankir swasta dan investor internasional.
Lembaga keuangan tersebut dikecam sebagai tak lebih dari perpanjangan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
IMF diserang kritik selama bertahun-tahun IMF dikecam karena
meningkatkan kemiskinan dan ketidakstabilan. Laporan-laporan terbaru dari
Kongres AS dan Parlemen Inggris juga memberikan kecaman pedas terhadap
tindakan-tindakan IMF. Kepala ahli Ekonomi Bank Dunia, Joseph Stiglitz, sangat
mengecam IMF atas perannya dalam krisis Asia. Di Indonesia, IMF dituding
sebagai biang keladi kepanikan yang berbuntut pada krisis keuangan, setelah ia
memaksa penutupan 16 bank dan membuat kesepakatan restrukturisasi besar-
besaran yang mengakibatkan investor panik. Kendati sejak musim gugur 1999
IMF menempuh langkah pengurangan kemiskinan sebagai sasaran utama, masih
perlu dicermati seberapa kuat daya penyembuhnya.
3. Bank Dunia
Bank dunia atau dikenal juga sebagai Worid Bank merupakan lembaga
keuangan Internasional yang memilki perwakilan di hampir setiap negara
khususnya negara-negara berkembang. Jadi pengertian Bank Dunia sendiri adalah
sebuah lembaga keuangan yang memilki peranan dalam menyediakan pinjaman
kepada negara berkembang sebagai progra pemberian modal dalam rangka
mewujudkan tujuan Bank Dunia yakni mengurangi kemiskinan. Mengurangi
kemiskinan tersebut merupakan tujuan resmi Bank Dunia. Oleh karenanya, Bank
11
Dunia memang harus melaksanakan seluruh keputsan berdasarkan komitmen yang
telah dibuat yakni promosi investasi luar negeri, perdagangan Internasional dan
memfasilitasi investasi modal negara-negara berkembang. Bank Dunia atau W
orld Bank berbeda dengan Grup Bank Dunia (World Bank Group). Bank Dunia
hanya terdiri dari 2 lembaga yakni International Bank for Reconstruction and
Development dan International Development Association. Sementara itu Grup
Bank Dunia terdiri dari 2 lembaga tersebut yang di tambah lagi dengan 3 lembaga
lainnya seperti International Finance Corporation, Multilateral Investment
Guarantee Agency dan International Centre for Settlement of Investment
Disputes.
Sejarah Bank Dunia berdiri adalah dimulai pada tanggal 27 Desember
1945 berdasarkan ratifikasi Internasional ata proses adopsi dari perjanjian
Internasional yang mana pada saat itu diadakan sebuah konferensi pada tanggal 1-
22 Juli 1994 di kota Bretton woods. Dari konferensi tersebt dihasilkan keputusan
yang akhirnya mendasari sejarah berdirinya Bank Dnia yang hingga saat ini
bermakas di Washington DC, Amerika Serikat. Secara teknis dan struktur
mamang Bank Dunia adalah bagian dari PBB, namun berdasarkan segi
operasionalnya, Bank Dunia sangat berbeda dengan badan-badan resmi PBB.
Konferensi Bretton Woods ini dihadiri dan didelegasikan oleh 44 negara , namun
yang paling berperan penting pada saat itu adalah Amerika Serikat dan Inggris.
Sejarah Bank Dunia awalnya bertujuan untk pengaturan keuangan dunia setelah
Perang Dunia II dan membantu negara-negara dengan korman perang agar
perekonomiannya plih kembali.
Fungsi Bank Dunia
Fungsi Bank Dunia adalah untuk mengetaskan kemiskinan khususnya di
negara-negara berkembang dan negara dunia ketiga. Fungsi Bank Dunia Adalah :
1. Berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui program
kesehatan dan pendidikan.
2. Mengembangkan bidang kehidupan sosial, pemerintahan dan membangun
institusi sebagai kunci elemen pengurangan kemiskinan.
12
3. Menguatkan kemampan pemerintah dalam pemberian pelayanan
berkualitas, efisien dan transparan.
4. Pelestarian lingkungan hidup.
5. Mendorong dan mendukung pengembangan bisnis sektor swasta
6. Turut ambil andil dalam pembentukan stabilitas lingkunagn ekonomi
makro sehingga tetap dalam kondisi kondusif untuk investasi dan
perencanaan jangka panjang.
4. Tata Kelola & Pembangunan Global
Konsep tata kelola global serupa dengan istilah governance. Governance berbeda dengangovernment atau pemerintah. Istilah governance lebih merujuk pada seperangkat struktur dan proses yang kompleks dan dalam perkembangannya, sering kali governance diartikan sebagai bentuk dari regulasi kolektif yang mencakup self-regulation dari masyarakat sipil baik yang berhubungan dengan pemerintah maupun publik (Dingwerth & Philipp, 2006 : 188). WTO merupakan forum bagi pemerintah untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan di samping itu WTO juga merupakan wadah bagi para anggotanya untuk menyelesaikan masalah – masalah perdagangan yang dihadapi. WTO merupakan reformasi dari General Agreement on Tariff and Trade atau GATT. WTO disini berusaha membuka pasar seluas – luasnya dan berusaha meninimalisir hambatan perdagangan agar perdagangan dapat berjalan dengan lancar. Dalam memberikan regulasi perdagangan, WTO tetap memperhatikan prinsip – prinsip dasar seperti non dikriminasi, terbuka, transparan, kompetitif, melindungi lingkungan dan bermanfaat bagi negara – negara kurang berkembang. Hingga pertengahan tahun 2012 ini WTO telah memiliki 155 anggota, meskipun WTO ini berada di belakang negara namun ia bertugas untuk memastikan bahwa negosiasi berjalan dengan baik dan memantau bahwa aturan – aturan perdagangan diterapkan dengan benar. Kemudian untuk prospek tata kelola global kedepannya adalah ketika suatu institusi yang berfungsi untuk mengelola dan memberikan regulasi – regulasi selama hal tersebut masih di perlukan oleh banyak pihak maka institusi tersebut masih akan mampu memberikan regulasi – regulasi jika dalam kasus ini maka WTO masih akan mampu memberikan regulasi – regulasi perdagangan terlepas regulasi tersebut menguntungkan negara A dan merugikan negara B karena jika tidak ada WTO maka perdagangan di dunia ini akan semakin kacau karena tidak ada satu negara yang mampu memberikan regulasi – regulasiny. Meskipun tidak sedikit yang memprotes keberadaannya namun WTO ini akan tetap bertahan selama masyarakat sipil global tersebut masih tidak mampu menghadirkan solusi alternatif lain jika WTO diruntuhkan.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
Governance memilki sifat hubungan yang hierarkis, dalam arti ada kesetaraan kedudukan dan hanya berbeda dalam fungsi. Ada komponen yang terlibat di dalam governance yaitu:
1. Sektor publik
2. Sektor swasta
3. Masyarakat.
Istilah Good Governance telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan yang baik, pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab. good governance merupakan seni atau gaya moral pemerintahan yang baik, lebih memerlukan suatu butir-butir moral-legal dalam pelaksanaannya
Government (pemerintah) bisa di artikan sebagai pemerintah, yait organisasi yang memiliki kewenamgan utk membuat dan menerapkan hukum dan undang-undang. Pemerintah disini misalnya raja, presiden, walikota, bupati, dan sebagainya. Pemerintah (government) adalah salah satu aktor dalam pemerintahan. Aktor lain yang terlibat dalam pemerintahan bermacam-macam, tergantung pada tingkat pemerintahan yang didiskusikan. Government dapat berarti badan/lembaga atau fungsi yang dijalankan oleh suatu organ tertinggi dalam suatu negara, sifat hubungannya hierarkis, dalam arti yang memerintah berada di atas sedangkan warga negara yang diperintah ada di bawah.
Secara keseluruhan bahwa global governance merupakan regulasi social
affairs meliputi regulasi masyarakat sipil serta aktor publik dan privat yang
otoritasnya melalui pemerintahan (Myntz, dalam Dingwerth and Pattberg:
2006, 188). Global Governance tidaklah hanya meliputi organisasi atau
institusi internasional saja, melainkan juga seluruh sistem mulai dari ruang
lingkup terkecil hingga pada organisasi internasional dengan fokus pada
aktivitas kemanusiaan untuk pencarian hasil di lingkup transnasional
(Rosenau, dalam Dingwerth and Pattberg: 2006, 190).
Gagasan global governance muncul pertama kali sebagai sebuah konsekuensi dari fenomena globalisasi, khususnya dalam bidang ekonomi. Global governance menjawab tantangan-tantangan yang muncul akibat globalisasi terutama dengan adanya aktor-aktor baru non-negara yang memungkinkan berkembangnya pusat-pusat kekuasaan di luar kerangka negara-bangsa. Munculnya aktor-aktor baru dalam hubungan internasional sebagai dampak
15
dari globalisasi pasca perang dingin tentu saja berdampak kepada berubahnya tatanan politik global. Hal ini mengakibatkan perlunya regulasi baru dalam hubugan internasional yang mengakomodasi aktor-aktor baru tersebut. Dalam konteks inilah global governance diasumsikan sebagai pengambil alih peran regulasi yang tidak bisa dimainkan oleh negara-negara teritorial.
World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya.
International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara
Bank dunia atau dikenal juga sebagai Worid Bank merupakan lembaga keuangan Internasional yang memilki perwakilan di hampir setiap negara khususnya negara-negara berkembang. Jadi pengertian Bank Dunia sendiri adalah sebuah lembaga keuangan yang memilki peranan dalam menyediakan pinjaman kepada negara berkembang sebagai progra pemberian modal dalam rangka mewujudkan tujuan Bank Dunia yakni mengurangi kemiskinan. Mengurangi kemiskinan tersebut merupakan tujuan resmi Bank Dunia.
Konsep tata kelola global serupa dengan istilah governance. Governance berbeda dengangovernment atau pemerintah. Istilah governance lebih merujuk pada seperangkat struktur dan proses yang kompleks dan dalam perkembangannya, sering kali governance diartikan sebagai bentuk dari regulasi kolektif yang mencakup self-regulation dari masyarakat sipil baik yang berhubungan dengan pemerintah maupun publik (Dingwerth & Philipp, 2006 : 188).
DAFTAR PUSTAKA
Jemadu, Aleksius, 2008, Politik Global; dalam Teori dan Paktik, Graha Ilmu.
16
http://ratna-d-p-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-47763 pembangunan%20dunia%20berkelanjutan.PEMERINTAHAN%20GLOBAL.html
http://adinda-p-a-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-48364-Umum-Masyarakat%20Sipil%20Global%20dan%20Prospek%20Tata%20Kelola%20Global%20:%20World%20Trade%20Organization.html
http://hukumislam-uii.blogspot.com/2009/05/pengertian-good-governance-dan-clean.html
http://artikel-pusrefil.blogspot.com/2012/04/pengertian-governance.html
http://ridhana-s-c-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-48156-Umum-global%20governance.html
17
Recommended