View
221
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
i
PRAKTIK PERCALOAN JUAL BELI TIKET SEPAK BOLA
MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Study Kasus Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh :
Yona Rengga Arif Pratama
21414033
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
PRAKTIK PERCALOAN JUAL BELI TIKET SEPAK BOLA
MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Study Kasus Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh :
Yona Rengga Arif Pratama
21414033
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, maka maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Yona Rengga Arif Pratama
NIM : 214-14-033
Judul : PRAKTIK PERCALOAN JUAL BELI TIKET
SEPAK BOLA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM (STUDY KASUS STADION DR H MOCH
SOEBROTO MAGELANG).
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga ,13 Juli 2018
Pembimbing,
Sukron Ma‟mun, SHI.,M.Si.
NIP. 19790416 200912 1 001
v
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PRAKTIK PERCALOAN JUAL BELI TIKET SEPAK BOLA MENURUT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(STUDY KASUS STADION DR H MOCH SOEBROTO MAGELANG)
Oleh:
Yona Rengga Arif Pratama
NIM : 21414033
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 21
Agustus 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Dr. H. Muh Irfan Helmy, Lc, MA ttd......................
sekretaris Sidang : prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. ttd......................
Penguji I : Evi Ariyani, S.H., M.H. ttd......................
Penguji II : Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si ttd......................
Salatiga, 21 Agustus 2018
Dekan Fakultas Syari‟ah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP.19670115 199803 2 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
Website : http://syariah.iainsalatiga.ac.id/ E-mail : fakultassyariah.iainsala3@gmail.com
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandangan di bawah ini :
Nama : Yona Rengga Arif Pratama
Nim : 214-14-033
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : Praktik Percaloan Jual beli Tiket Sepak Bola Menurut Perspektf
Hukum Islam (Study Kasus Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 13 Juli 2018
Penulis
Yona Rengga Arif Pratama
214-14-033
vii
MOTTO
روا ما بأن فسهم ر ما بقوم حت ي غي إن اللو ال ي غي Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Qs Ar Rad Ayat 11)
“Kesabaran, Keyakinan, Kemauan, Usaha dan do‟a adalah kunci
keberhasilan ”
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Slamet dan Ibu Khusnul Djariyah yang tidak
pernah henti untuk mendoakan kesuksesan anaknya ini, segala materi dan
semua perjuangan dan impiannya
2. Adekku tersayang AS Zyara Dera Nanda Syafitra yang selalu membantu
doa, tenaga dan suportnya yang tak pernah henti
3. Keluarga Besarku Mbah Ngadiman dan Mbah Reban yang selalu menjadi
pelindung di dalam proses pertumbuhanku.
4. Bapak KH Muhammad Nasikhun, serta teman-teman Pondok Asy-Syafiiyah
NU untuk do‟a dan dukungan, bimbingan serta Ilmu yang bermanfaat bagiku
dan juga telah memberikan tempat untuk menempa diri proses menuntut
Ilmu.
5. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si. sebagai pembimbing skripsi, yang telah
sabar dan memberikan banyak masukan serta ilmu
6. Kawanku Widya Septyawan, Saidatun I‟in Maghfiroh, Huda , M Sam‟ani, M
T Yusuf Abdullah, Joko Supriyanto, Ani Faizati, teman-teman KKN desa
Lemah Ireng, yang telah memberikan saran dan selalu mendukung di setiap
saat.
ix
KATA PENGANTAR
بسم اللو الرحن الرحيم Alhamdullilahirobil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat kepada mahluknya yang ada di alam semesta ini.
Berkat qudrat, iradrat serta izinyalah penulis bisa menyelesaikan laporan
penelitian yag berjudul Praktik Percaloan Jual Beli Tiket Sepak Bola Menurut
Perspektif Hukum Islam
(Study Kasus Stadion Dr.H Moch Soebroto Magelang).
Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul
anbiya, nabi Muhamad SAW, yang telah menyelamatkan ummat manusia dari
gelap kejahiliyahan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang.
Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian karya
ini. Kami menghaturkan terima kasih yang tulus kepada mereka semua yang telah
berjasa untuk ini semua:
1. Bapak Dr. Rahmat hariyadi, M.Pd., Selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., M.H.selaku Ketua Program Stusi Fakultas Syari‟ah
Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah telah mengizinkan penulis untuk
membahas judul skripsi ini.
4. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si.. Selaku pembimbing yang selalu
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
5. Para staf administrasi yang begitu sabar mengurusi segala macam
kepentingan dalam skripsi ini.
6. Kepada Ayah Slamet dan ibu Khusnul Djariyah, adek As Zyara Dera
Nanda Syafitra yang telah mengorbankan segalanya dengan tulus dan
ikhlas dan kebesaran jiwanya.
x
7. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Harapan bagi penulis semoga apa yang sudah diinginkan dapat
bermanfaat bagi semua orang khusunya penulis. Walupun jauh dari kata
sempurna, semoga Allah SWT ridha dengan apa yang kita lakukan.
Aminyarobal alamin
Salatiga, 13 Juli 2018
Penulis
Yona Rengga Arif Pratama
214-14-033
xi
ABSTRAK
Rengga Arif Pratama, Yona . (2018): Praktik Percaloan Jual Beli Tiket Sepak
Bola Menurut Perspektif Hukum Islam (study kasus stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang) Tahun Pelajaran 2017-2018. Skripsi. Jurusan Hukum
Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah Institute Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, Pembimbing : Sukron Ma‟mun,SHI, M.Si.
Kata Kunci :Percaloan,Jual beli,Hukum Islam
Di zaman sekarang kita sering menemui penjual dimana dia menjual
barangnya dengan menggunakan pihak ketiga sebagai perantara maupun calo.
Pada dasarnya praktik percaloan sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah
SAW, praktik yang terjadi pada zaman Rasullullah SAW dikenal dengan sebutan
al-simsarah (simsar) perantara perdagangan. Berdasarkan uraian diatas peneliti
sangat tertarik untuk meneliti praktik percaloan jual beli tiket sepak bola yang
terjadi di Magelang. Apakah realita praktik percaloan tersebut sesuai hukum Islam
atau tidak. Maka diambil sebuah rumusan masalah dalam penelitian tersebut yaitu,
bagaimana praktik percaloan jual beli tiket sepak bola yang terjadi di stadion Dr H
Moch Soebroto Magelag dan bagaimana pandangan Hukum Islam tentang praktik
percaloan jual beli tiket sepak bola yang terjadi di Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yaitu
salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif yang berupa ucapan
atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Dalam penelitian kualitatif
metode yang bisa digunakan adalah wawancara, pengamatan secara langsung.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif. Pendekatan Yuridis
Normatif adalah pendekatan yang menemukan apakah perbuatan hukum itu sesuai
dengan hukum yang berlaku atau tidak (Moleong, 2007:8). Maka penulis akan
mendatangi secara langsung ke Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang untuk
mengamati, dan wawancara kepada calo guna mendapat data dan keterangan
Praktik percaloan yang terjadi di setadion Dr H Moch Soebroto Magelang
dilakukkan secara terang-terangan oleh para calo, kemudian didalam menawarkan
tiket terdapat unsur penipuan kepada pembeli berkaitan informasi dan harga tiket.
Praktek percaloan yang terjadi di sana mengandung unsur monopoli tiket sehingga
sangat merugikan para pembeli karena sebagian banyak tiket yang ada telah dibeli
oleh para calo tersebut untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
Setelah dilakukannya penelitian dengan menggunakan metode yang digunakan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Praktik Percaloan jual beli tiket sepak bola
yang terjadi di stadion Dr H Moch Soebroto Magelang berbeda dengan prinsip al-
simsarah karena dalam hasil penelitian berupa wawancara, pengamatan secara
langsung ditemukannya prinsip-prinsip yang bertentangan didalam Hukum Islam,
seperti adanya unsur penipuan, monopoli barang dan lain sebagainya.
xii
DAFTAR ISI
COVER. .............................................................................................................i
NOTA PEMBIMBING .....................................................................................iv
PENGESAHAN .................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................vi
MOTTO .............................................................................................................vii
PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
ABSTRAK .........................................................................................................xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................8
C. Tujuan .....................................................................................................8
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................9
E. Penegasan Istilah .....................................................................................10
F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................13
G. Metode Penelitian ....................................................................................15
H. Sistematika Penulisan ..............................................................................20
BAB II JUAL BELI DAN PERCALOAN DALAM HUKUM ISLAM
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli ...........................................................................22
2. Hukum Jual Beli ................................................................................28
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ...............................................................33
xiii
B. Pengertian Percaloan
1. Pengertian Percaloan .........................................................................43
2. Tradisi Percaloan ...............................................................................45
3. Hukum Percaloan ..............................................................................46
4. Syarat Percaloan ................................................................................50
BAB III GAMBARAN UMUM STADION DAN PRAKTIK PERCALOAN
DI STADION DR H MOCH SOEBROTO
A. Sejarah Stadion Dr H Moch Soebroto .....................................................53
B. Gambaran Umum Stadion Dr H Moch Soebroto ....................................57
C. Event di Stadion Dr H Moch Soebroto ...................................................60
D. Praktik Percaloan di Stadion Dr H Moch Soebroto ................................62
BAB IV PRAKTIK PERCALOAN JUAL BELI TIKET SEPAK BOLA
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Praktik Percaloan Jual beli Tiket Sepak Bola di Stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang .................................................................................75
B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktik Percaloan Tiket Sepak Bola ....78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................87
B. Saran ........................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................92
xiv
LAMPIRAN
A. DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................94
B. PERTANYAAN PENELITIAN ...........................................................95
C. PENUJUKAN PEMBIMBING SKRIPSI ...........................................97
D. PERMOHONAN IZIN PENELITIAN .............................................98
xv
DOKUMENTASI KEGIATAN
A. Gambar 1. Stadion Dr H Moch Soebroto ................................................99
B. Gambar 2. Bentuk benner pengawasan kecurangan ...............................99
C. Gambar 3. Jual Beli Tiket Box ................................................................100
D. Gambar 4.Wawancara Manager Penanggung jawab tiket ......................100
E. Gambar 5. Praktik Percaloan...................................................................101
F. Gambar 6.Praktik Percaloan....................................................................101
G. Gambar 7. Wawancara calo ....................................................................102
H. Gambar 8.Pembelian tiket melalui calo ..................................................102
I. Gambar 9. Praktik Percaloan...................................................................103
J. Gambar 10. Praktik Percaloan.................................................................103
K. Gambar 11. Praktik Percaloan.................................................................104
L. Gambar 12. Jual beli melalui Tiket Box .................................................104
M. Gambar 13. Bentuk Tiket ........................................................................105
N. Gambar 14. Wawancara Pembeli Tiket ..................................................105
O. Gambar 15. Wawancara Penontin ...........................................................106
P. Gambar 16. Fasilitas Stadion Jenset........................................................106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai orang muslim, dalam kehidupan sehari-hari kita hendaknya
menerapkan prinsip sesuai dengan syariat Islam yang diatur dalam ketentuan Al-
Qur‟an dan Hadist. Hukum Islam telah mengatur kehidupan manusia mencakup
segala bentuk aspek seperti hubungan manusia dengan Allah SWT ,hubungan
antara manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia mencakup hal yang
sangat luas seperti mu‟amalah yang di dalamnya terdapat munakahat
(perkawinan), jinayat (pidana) (Huda, 2011: 1). Mu‟amalah merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan muamalah ini manusia
dapat berhubungan satu sama lain yang menimbulkan hak dan kewajiban,
sehingga akan terciptanya segala sesuatu yang diinginkan dalam kebutuhan
hidupnya.
Kata mu‟amalah berasal dari bahasa arab yang secara etimologi sama dan
semakna dengan “al-mufa‟alah” yang artinya saling berbuat. Kata mu‟amalah
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang
atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Adapun yang
disebut dengan fiqih mu‟amalah secara terminologi didefinisakan sebagai hukum-
hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan
2
keduniaan. Misalnya, dalam persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama,
pertangungan, sewa-menyewa, dan pemesanan (Sa‟id, 1402H: 12).
Seperti Firman Allah SWT QS An-Nisa 29 :
نكم بالباطل إال أن تكون ت ارة يا أي ها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم ب ي إن اللو كان بكم رحيما وال ت قت لوا أن فسكم عن ت راض منكم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu (Qs: An-nisaa 29)”
Ayat ini menjelaskan mengenai hukum transaksi secara umum, lebih
khusus kepada transaksi perdagangan, bisnis Jual beli. Sebelumnya telah
diterangkan transaksi muamalah yang berhubungan dengan harta, seprti harta
anak yatim, mahar, dan sebagainya. Dalam ayat ini Allah SWT mengharamkan
orang yang beriman untuk memakan, memanfaatkan, menggunakan (segala
bentuk transaksi lainnya) harta orang lain dengan jalan yang bathil, yaitu yang
tidak dibenarkan oleh syari‟at. Kita boleh melakukan transaksi terhadap harta
orang lain dengan jalan perdagangan dengan asas saling Ridlo, saling iklas antara
orang yang melakukan akad.
Secara etimologis jual beli (al-buyu‟jama dari al-bai‟) maknanya ialah
mengambil sesuatu dan menerima sesuatu. Lafal al-bai‟ juga dapat diartikan
membeli, yang termasuk makna kebalikan. Menurut Prof. Dr. Wahbah Zuhaili,
jual beli secara etimologis adalah tukar-menukar sesuatu, yang terkandung
didalamnya penjual dan pembeli (Mardani, 2013: 83). Jual beli sendiri juga diatur
3
dalam KUHPer dalam buku ke Tiga bab ke V mengenai ketentuan-ketentuan Jual
beli. Jual beli adalah Suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli itu dianggap telah terjadi antara
kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang
kebendaan tersebut dan harga. Hak milik atas barang yang dijual tidaklah
berpindah kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut
pasal 612, 613, 616 (Subekti, 2004: 364). Hal yang mengenai perlindungan
konsumen juga termuat dalam undang-undang no 8 Tahun 1999 Pasal 2 yang
menjelaskan bahwa keselamatan konsumen sangatlah dilindungi oleh Negara dari
kasus-kasus penipuan yang bisa berdampak pada kesehatan atau keselamatan
konsumen dalam mengkonsumsi atau menggunakan jasa dari penjual atau
pengadaan jasa. Sehingga ketika ada sesuatu yang terjadi terhadap konsumen bisa
di proses secara Hukum (Chrsten, 2002 : 216).
Sayyid Syabiq mengungkapkan bahwa jual beli secara etimologi berarti
pertukaran mutlak. Kata al-bai „jual‟ dan asy-Syiraa „beli‟ penggunaannya
disamakan antara keduanya. Dalam syariat Islam, jual beli adalah penukaran harta
tertentu dengan harta lain berdasarkan keridloan antara keduanya, atau dalam
pengertian lain, memindahkan hak milik dengan hak milik lain persetujuan dan
hitungan materi (Sabiq, 2006 : 120). Karena pertukaran tersebut melibatkan dua
barang yang berbeda, maka dalam praktek penukaran tersebut haruslah diketahui
harga untuk barangnya sehingga dapat dilakukan secara adil. Seperti firman Allah
4
SWT yang membenarkan mengenai jual beli dengan firmannya :
Artinya : “Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.
(Qs: Al-Baqarah ayat 275)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwasanya Allah SWT telah menegaskan
dihalalkan jual beli dan diharamkannya riba. Orang-orang yang membolehkan
riba dapat ditafsirkan sebagai pembantahan hukum-hukum yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT. Riba yang dahulu telah dimakan sebelum turunnya firman Allah
SWT ini, apabila pelakunya bertaubat, tidak ada kewajiban untuk
mengembalikannya dan dimaafkan oleh Allah SWT. Sedangkan bagi siapa saja
yang kembali lagi kepada riba setelah menerima larangan dari Allah SWT, maka
mereka akan mendapatkan dosa.
Di dalam hadist riwayat shahih Muslim dijelaskan bahwa harus adanya
kejujuran dan juga kejelasan didalam melakukan suatu Jual beli Dengan Sabda
Nabi SAW:
عان باليار عن حكيم بن حزام عن النب صلى اللو عليو وسلم قال الب ي ف ب يعهما وإن كذبا وكتما مق ما ل ي ت فرقا فإن صدقا وب ي نا بورك لما
ب ركة ب يعهما
Dari Hakim bin Hizam, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Penjual dan
pembeli mempunyai hak untuk memilih (khiyar) selama keduanya belum
berpisah. Apabila mereka, penjual dan pembeli tersebut, berlaku jujur dan
mau menerangkan (barang yang diperjualbelikan), niscaya mereka akan
5
mendapat berkah dalam jual belinya. Sebaliknya, apabila mereka
berbohong dan menutup-nutupi (apa-apa yang seharusnya diterangkan
mengenai barang yang diperjual belikan), niscaya berkah dalam jual beli
itu akan dihapus (hilang)” (HR:Muslim :5/10)
Dari hadist di atas dapat diambil pengertian bahwasannya di dalam
melakukan transaksi jual beli hendaknya kita mengedepankan kejujuran mengenai
apa dan bagaimana kondisi barang yang diperjual belikan dan keterangan secara
jelas mengenai barang tersebut, apabila di dalam jual beli menerapkan prinsip
kejujuran dan juga kejelasan maka niscaya akan mendatangkan berkah dan
manfaat antara kedua belah pihak, namun sebaliknya jika di dalam jual beli
tersebut tidak adanya prinsip kejujuran dan kejelasan mengenai barang tersebut
dengan cara menutup-nutupi keburukannya maka niscaya keberkahan dari jual
beli tersebut akan hilang.
Dalam jual beli sendiri salah satu syarat utama yang harus di penuhi
adalah adanya ijab qabul menurut Wahbah zuhaili, adanya tiga syarat yang harus
dipenuhi agar suatu ijab qabul dipandang sah serta memiliki akibat hukum yakni
yang pertama, jala‟ul ma‟na yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu
jelas, sehingga dapat dipahami jenis kontrak yang dikehendaki, kedua, tawafuq,
yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan qabul, dan ketiga, jazmul iradatani, yaitu
antara ijab dan qabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ada
keraguan sedikitpun, tidak berada di bawah tekanan, dan tidak berada dalam
keadaan terpaksa (Zuhaili,1989: 104). Pada dasarnya Jual beli di dalam Islam di
perbolehkan asalkan di dalam jual beli tersebut tidak mengandung adanya unsur
riba, dalam bukunya Abdul Rahman Ghazaly dkk, Wahbah al- Zuhaily
mengatakan berkenaan dengan syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli terdiri
6
dari Sighat (pernyataan), aqid (yang membuat pernyataan), ma‟aqud „alaih
(barang yang diperjual belikan), dan ada nilai tukar pengganti barang (harga
barang) (Rahman, 2010: 71).
Di zaman sekarang kita sering menemui penjual dimana dia menjual
barangnya dengan menggunakan pihak ke tiga sebagai perantara atau yang sering
kita kenal dengan calo, praktik percaloan sering kita jumpai dalam kehidupan kita
sehari-hari namun secara tidak sadar kita tidak mengetahuinya. Pada dasarnya
praktik percaloan sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW, praktik itu
di sebut dengan samsirah (simsar) yaitu perantara perdagangan (orang yang
menjualkan barang atau mencarikan pembeli), atau perantara antara penjual dan
pembeli untuk memudahkan jual beli. Di dalam Hadist Ibnu Majah dijelaskan
bahwa :
ث نا أبو بكر بن عياش عن عاصم عن أب وائل عن ق يس ث نا ىناد حد حدنا رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ونن خرج علي بن أب غرزة قال
ث يضران الب يع يطان وال ار إن الش ماسرة ف قال يا معشر التج ى الس نسمدقة عكم بالص فشوبوا ب ي
Artinya: Hannad menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy
menceritakan kepada kami dari Ashim, dari Abu Wa'il, dari Qais bin Abi
Gharazah, dia berkata, "Suatu ketika, Rasulullah SAW menemui kami -
saat itu kami, para pedagang biasa dipanggil as-samasirah (para
makelar), lalu beliau berseru, 'Wahai tujjar (para pedagang),
sesungguhnya syetan dan dosa selalu menghadiri jual-beli, campurlah
sedekah dalam jual-beli kalian'. " Shahih: Ibnu Majah
7
Praktik percaloan yang terjadi pada masa Rasullah SAW dalam Hukum
Islam diperbolehkan karena dalam praktiknya tidak mengandung adanya unsur-
unsur yang dilarang oleh agama seperti halnya monopoli barang dan juga harga
barang yang tidak normal, karena praktik percaloan yang terjadi pada zaman
Rasulullah SAW mempermudah penjual dalam menjualkan barang yang di jual
dengan menggunakan perantara , dan juga terdapatnya akad antara penjual dan
simsar (perantara) guna menyempurnakan perjanjian jual beli tersebut, kemudian
di dalam pemberian upahnya sesuai dengan perjanjian antara simsar (perantara)
tersebut dengan penjual dan harus di sebutkan dalam bentuk nominalnya, menurut
sebagian besar ulama. Namun menurut pendapat Imam Hanafi upah tersebut dapat
di tentukan dengan menggunakan prosentase.
Namun di zaman sekarang ini praktik percaloan sendiri memiliki citra
negatif dalam pandangan mayoritas masyarakat seperti salah satu bentuk
percaloan yang terjadi pada pertandingan sepak bola, praktik percaloannya pun
banyak sekali, yang disebut dengan calo tiket dengan objek yang dijual belikan
berupa tiket pertandingan. Melihat bahwasannya suporter sepak bola yang begitu
fantastis jumlahnya, maka hal tersebut dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu
untuk menjadi sebuah ladang rizki nya
Berdasarkan uraian di atas Penulis disini sangat tertarik untuk meneliti hal
tersebut tentang bagaimana praktik percaloan Tiket sepak bola yang terjadi di
Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang, kemudian bagaimana pandangan
Hukum Islam mengenai praktik percaloan tiket sepak bola yang terjadi di Stadion
Dr H Moch Soebroto Magelang, apakah praktik percaloan tiket Sepak Bola yang
8
terjadi di Dr H Moch Soebroto Magelang masih sama prinsipnya pada masa
Rasulullah SAW yang dikenal dengan sebutan (simsarah) ataukah kian
berkembangnyan zaman pada saat ini menimbulkan adanya perbedaan yang
terjadi dalam prinsipnya atau tidak, dan apakah praktik percaloan pada zaman
sekarang ini mengandung hal-hal yang dilarang di dalam Hukum Islam atau tidak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana praktek percaloan jual beli tiket sepak bola di stadion Dr H
Moch Soebroto Magelang ?
2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktik percaloan jual
beli tiket sepak bola di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal-hal yang akan dicapai sebagai upaya
pemecahan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi rill tentang praktek percaloan jual beli tiket sepak
bola di stadion Dr H Moch Soebroto Magelang.
2. Mengetahui pandangan Hukum Islam mengenai praktik percaloan jual
beli tiket sepak bola di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang.
9
D. Kegunaan Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat secara baik
secara Teoritis dan praktis. Manfaat tersebut di jabarkan sebagai Berikut :
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah pengetahuan pada bidang Hukum Ekonomi
Syariah pada khususnya, yang berkaitan mengenai paraktik percaloan
tiket sepak bola yang terjadi di stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang menurut pandangan Hukum Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademik
Bagi Akademik sendiri semoga penelitian ini dapat menjadi
acuan bagi mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah dan teman-
teman lainnya guna menambah informasi maupun referensi
tentang bagaimana pandangan Hukum Islam mengenai Praktik
percaloan jual beli tiket sepak bola.
b. Bagi Masyarakat Umum
Semoga penelitian ini dapat sebagai acuan atau dapat
memberikan informasi , kepada orang lain tentang bagaimana
pandangan hukum islam mengenai praktik percaloan yang di
perbolehkan di dalam Hukum Islam dan yang tidak
diperbolehkan Hukum Islam
10
c. Bagi Penulis
Bagi Penulis sendiri penelitian ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan penulis guna pengembangan ilmu
Hukum Ekonomi Syariah yang salah satunya terkait tentang
praktik percaloan tiket sepak bola menurut Perspektif Hukum
Islam
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian
yang penulis teliti, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa
Istilah yang ada hubungannya dengan Judul penelitian.
1. Praktik
Praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam
teori (KBBI, 2006: 909). Maka didalam penelitian saya mengenai
praktik percaloan jual beli tiket sepak bola menurut perspektif Hukum
Islam, dapat diartikan bahwasannya kata praktik dalam judul penelitian
tersebut menyebutkan tentang pelaksanaan secara nyata mengenai teori
dari percaloan sendiri.
2. Percaloan
Perantara atau Calo yang dalam istilah Hukum Islam disebut
dengan simsar adalah orang yang menjadi penghubung atau perantara
yang memperjelas proses Jual Beli antara Penjual dan Pembeli
(Surahwardi, 2001: 30). Sedangkan menurut Kamus besar bahasa
11
Indonesia pengertian calo sendiri adalah orang yang menjadi perantara
dan memberikan jasanya berdasarkan upah (KBBI, 2006: 208)
3. Jual Beli
Sayyid Syabiq mengungkapkan bahwa Jual beli secara etimologi
berarti pertukaran mutlak. Kata al-bai „jual‟ dan asy-Syiraa „beli‟
penggunaannya disamakan antara keduanya. Dalam syariat Islam, Jual
beli adalah penukaran harta tertentu dengan harta lain berdasarkan
keridloan antara keduanya, atau dalam pengertian lain, memindahkan
hak milik dengan hak milik lain persetujuan dan hitungan materi
(Sabiq, 2006 : 120). Jual beli sendiri juga diatur dalam KUHPer dalam
buku ke Tiga bab ke V mengenai Ketentuan-ketentuan Jual beli. Jual
beli adalah Suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jualbeli itu
dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya
orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan
harga. Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si
pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut pasal
612,613,616 (Subekti, 2004: 364).
4. Tiket
Tiket adalah , sebuah kartu atau slip kertas yang digunakan supaya
dapat memasuki suatu lokasi atau event (KBBI, 2006: 1271). Maka dapat
diambil gambaran tentang tiket sendiri dari kamus besar bahasa Indonesia
12
tersebut bahwa tiket didalam pertandingan sepak bola adalah suatu bentuk
bukti tanda pembelian guna memasuki stadion untuk melihat pertandingan
sepak bola. Tiket sepak bola sendiri di buat oleh pihak penyelenggara guna
sebagai alat tukar untuk mempermudah jalannya event tersebut.
5. Sepak bola
Sepak bola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia,
lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia memainkan lebih dari 20 juta
pemain sepak bola setiap tahunnya. Menurut Bill Murray dalam
bukunya yang berjudul The World game A History of soccer
menyebutkan bahwa sepak bola sudah dikenal sejak masa Mesir kuno.
Saat itu, masyarakat Mesir kuno sudah memainkan sepak bola dengan
cara menendang bola yang terbuat dari buntalan kain. Sepak bola
adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang umumnya
terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-
masing tim beranggotakan 11 orang pemain inti dan beberapa pemain
cadangan tujuan sepak bola untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya
dengan menggunakan bola ke gawang lawan. Pertama kali ada
pertandingan sepak bola di Indonesia adalah di kota Medan pada 16
November 1887 (Luxbacher, 2011: 10).
6. Hukum Islam
Hukum Islam berasal dari gabungan kata Hukum dan Islam,
Hukum menurut para fukaha (juris) mengkonsepsi hukum sebagai efek
yang timbul dari adanya aksi Tuhan menyapa tingkah laku manusia.
Apabila pembuat hukum syarak memerintahkan memenuhi perjanjian,
13
maka efek dari perintah itu adalah bahwa pemenuhan perjanjian itu
menjadi wajib. Islam (syariah) adalah Ajaran-ajaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW. Disebut Syariah karena merupakan jalan
menuju Tuhan dan menuju keselamatan abadi, dalam arti luas syariah
agama dimaksudkan sebagai seluruh norma-norma yang dibawa Nabi
Muhammad SAW yang mengatur kehidupan manusia yang baik. Dari
gabungan kata Hukum dan Islam dapat dipahami memiliki pengertian
yaitu merupakan seperangkat norma atau peraturan yang bersumber
dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk mengatur tingkah
laku manusia yang baik (Anwar, 2010 : 10).
F. Tinjauan Pustaka
Dari Penelitian yang akan penulis lakukan, ada beberapa penelitian
terdahulu yang telah membahas hal-hal terkait dengan penelitian ini. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari asumsi plagiasi terhadap penelitian
penulis. Berikut penelitian yang telah penulis temukan:
Pertama, Tesis yang ditulis Erawanto Tri Wahyudho, 2010,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. tentang Praktek Percaloan dalam
pelayanan pajak kendaraan bermotor di Samsat Batam Provinsi Riau, tesis
yang ditulis Erawanto Tri Wahyudho berisikan tentang Adanya Praktik
percaloan disebabkan karena kurangnya pelayanan yang di berikan oleh
Samsat Batam Provinsi Riau karena hal tersebut masyarakat lebih memilih
menggunakan jasa calo dalam mengurusnya karena dia tidak mau berfikir
14
berbelit-belit namun juga ada yang berfikir lebih suka mengurus sendiri
daripada menggunakan jasa calo. Karena pada dasarnya standar yang di
gunakan Samsat Batam dalam pelayanan masyarakat masih kurang
dioptimalkan. Perbedaan tesis Erawanto Tri Wahyudho dengan penelitian
saya adalah tesis milik Erawanto lebih membahas tentang tanggapan
masyarakat terhadap adanya praktik percaloan di Samsat Batam tersebut
dan juga lebih mencari dampak penyebab mengapa masyarakat
menggunakan jasa calo dalam pengurusannya..
Kedua, Skripsi yang ditulis Iskandar Zulkamain, 2011, UIN
Antasari, Banjarmasin. Tentang praktik percaloan jual beli sepeda motor
bekas di kota Martapura, di dalam sekripsi yang ditulis oleh Iskandar
Zulkamain adalah dimana para pecalo tersebut telah menaikkan harga
secara tidak wajar ,dan juga adanya unsur penipuan , di dalam
pengambilan keuntungan pihak calo tersebut tidak memberitahu
penjualnya tentang berapa keuntungan yang dia ambil di situlah sehingga
pembeli merasa di zhalimi atau dirugikan, letak perbedaan Skripsi
Iskandar Zulkamain dengan Penelitian saya adalah pada Obyeknya dari
barang tersebut, dan juga model atau konsep percaloan nya, penulis
melakukan penelitian tentang Praktik Percaloan tiket sepak bola di Stadion
Dr H Moch Soebroto Magelang .
Ketiga, Skripsi yang ditulis Gazali Rahman, 2003, UIN Antasari,
Banjarmasin. tentang Praktik Percaloan Jual Beli Tiket di Terminal Induk
KM.6 kota Banjarmasin. Di dalam Skripsi yang ditulis oleh Gazali tentang
15
praktik pencaloan jual beli tiket di terminal induk, di dalam model
percaloannya sendiri dengan model dimana para calo tersebut mencari
para penumpang bis yang biasanya tipikal seperti orang yang lanjut usia
dan juga tipikal orang yang mudah dibohongi. Dalam melancarkan aksinya
para calo tersebut menghalang-halangi penumpang tersebut dalam
mendekati loket biasanya para calo tersebut menanyakan kepada calon
penumpang tersebut hendak ingin melakukan perjalanan kemana dengan
berbagai macam model bujuk rayu yang dilakukan calo tersebut agar calon
penumpang tersebut mau membeli tiketnya melalui calo itu, kemudian
barulah calo tersebut membeli tiket nya di loket dan kemudian baru di
serahkan kepada calon penumpang dan biasanya harga tiket yang di
berikan ke penumpang tersebut juga telah termasuk biaya jasa atau fee.
Dari Penelitian-penelitian yang sudah saya paparkan di atas, jelas
berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan, sehingga hal ini
membuktikan bahwa penelitian yang akan penulis lakukan bukan hasil
dari plagiasi.
G. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian memiliki peran yang sangat penting sebab
metode merupakan cara yang digunakan agar kegiatan penelitian bisa
terlaksana secara terarah dan rasional untuk mencapai hasil yang optimal
Untuk memperoleh data dan fakta dalam penelitian ini, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
16
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang di gunakan peneliti adalah penelitian
kualitatif yaitu salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati. Dalam penelitian kualitatif metode yang bisa di gunakan
adalah wawancara, pengamatan secara langsung.
Menurut Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati. Pendekatan Kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan,dan atau
perilaku yang dapat diamati dari suatu Individu, kelompok,
Masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks
tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperhensif, dan
holistik (Sujarweni, 2014: 19).
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif .
Pendekatan Yuridis Normatif adalah pendekatan yang menemukan
apakah perbuatan hukum itu sesuai dengan Hukum yang berlaku atau
tidak (Moleong, 2007: 8). Maka Penulis akan mendatangi langsung ke
Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang untuk mengamati, dan
wawancara kepada calo guna mendapat data dan keterangan.
17
2. Kehadiran Peneliti
Dalam Penelitian ini, Penulis bertindak sebagai Peneliti dengan
mengumpulkan data dilapangan dapat berupa wawancara, pengamatan,
ataupun dokumen-dokumen apabila ada yang terkait menganai
penelitian.
3. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang dengan Subjek penelitian Para calo yang melakukan Praktik
Percaloan Tiket Sepak Bola di Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang.
4. Sumber Data Penelitian
Sumber data merupakan subyek dimana data itu diperoleh,
dalam penelitian ini sumber data dibedakan menjadi dua:
a. Data Primer
Pertama sumber data primer, yaitu berupa Wawancara dan
pengamatan langsung kepada beberapa calo yang melakukan
praktik Percaloan di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang.
1. Informan
Informan adalah seorang yang dapat memberi informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian (moleong,2009:80).
18
Dalam penelitian ini informan ada dua informan yang pertama,
informan kunci, dan informan pangkal. Informan kunci peneliti
akan menggali informasi oleh salah seorang pemesan tiket guna
untuk mengetahui tentang keberadaan dan seluk beluk
informan pangkal. Sedangkan informan pangkal peneliti akan
menggali informasi dan data-data yang ada tentang praktik
percaloan tiket yang dia lakukannya dengan cara peneliti akan
mewawancarai beberapa calo tiket yang berada di stadion Dr H
Moch Soebroto Magelang.
b. Data Sekunder
Kedua sumber data sekunder diperoleh dari Skripsi, tesis,
Jurnal dan buku-buku lain yang masih berkaitan dengan pokok
permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai praktik
percaloan tiket sepak bola di Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang menurut pandangan Hukum Islam.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh penjelasan untuk
mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab
bisa sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui
media telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman . Pada
19
Hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang
diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat
teknik yang lain sebelumnya.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian,
untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan
umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Hasil Observasi berupa
aktivitas, kejadian, peristiwa, Objek, kondisi suasana tertentu.
(Sujarweni, 2014: 31).
6. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang terpenting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat berguna dalam
memecahkan masalah penelitian .Analisis data dalam penelitian ini akan
menggunakan analisis datakualitatif yang bersifat membangun
mengembangkan dan menemukan teori-teori sosial. Analisis data
bermaksud untuk mengorganisasikan data, gambaran, foto, dokumentasi
dan sebagainnya (Moleong, 2009: 85) Analisis data kualitatif yang
20
digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata bukan berupa angka-
angka yang disusun dalam tema yang luas. Dalam menganalisis data
setelah terkumpul penulis menggunakan Metode diskriptif. Metode
diskriptif digunakan untuk mendiskripsikan segala hal yang berkaitan
dengan pokok pembicaraan secara sistematis, vaktual dan akurat mengenai
faktor-faktor sifat-sifat serta hubungan dua fenomena yang diselidiki. Dari
sinilah akhirnya diambil sebuah kesimpulan umum yang semula berasal
dari data-data yang ada tentang obyek permasalahannya.
7. Tahap-Tahap Penelitian
a. Melakukan Observasi di Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang.
b. Membuat Proposal Penelitian.
c. Melakukan Penelitian di Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang.
d. Melakukan Wawancara kepada Para Calo/Makelar Tiket Sepak
Bola dan Penenton Pertandingan yang membeli tiket tersebut.
e. Menyusun Laporan tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan yaitu rangkaian pembahasan yang
tercakup dalam isi penelitian dimana yang satu dengan yang lain sling
berkaitan sebagaisatu kesatuan yang utuh, yang merupakan urutan-urutan
tiap bab.
21
BAB I Pendahuluan, yaitu gambaran umum mengenai seluruh isi
penelitian yang dijabarkan dalam berbagai sub bab yaitu; latar belakang
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II akan memuat tentang Teroi-teori yang berkaitan dengan
penelitian seperti: pengertian dari jual beli di dalam Islam, dalil jual beli,
tujuan jual beli , syarat-syarat jual beli, kemudian tentang pengertian
praktik percaloan, dasar hukum praktik percaloan, sejarah percaloan,
syarat praktik percaloan
BAB III akan memuat tentang gambaran umum stadion Dr H
Moch Soebroto Magelang, Sejarah demografis Stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang, Kegiatan yang digelar di Stadion tersebut, Praktik
Jual beli tiket di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang, Unsur-unsur
praktik percaloan yang terjadi, bagaimana Hukum Islam memandang
praktik percaloan tersebut.
BAB IV akan memuat tentang praktek percaloan jual beli tiket
sepak bola dan analisis praktek percaloan jual beli tiket sepak bola yang
terjadi menurut perspektif Hukum Islam.
BAB V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan seluruh
rangkaian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban atas
permasalahan yang ada. Pada bab ini juga berisi saran-saran yang
dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Bab ini
menunjukkan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan.
22
BAB II
JUAL BELI DAN PERCALOAN DALAM HUKUM ISLAM
A. JUAL BELI
1. Pengertian Jual Beli
Secara etimologis jual beli (al-buyu‟jama dari al-bai‟) merupakan
mashdar, padahal mashdar tidak dapat dijamakkan. Tapi kata ini tetap
dijamakkan karena jenisnya yang berbeda-beda. Makna secara etimologis
ialah mengambil sesuatu dan menerima sesuatu. Secara etimologis, al-bai‟
juga berarti satu depa, entah dimaksudkan untuk tepukan atau untuk ikatan
harga dan barang yang dihargai menurut persetujuannya. Lafal al-bai‟ juga
dapat diartikan membeli, yang termasuk makna kebalikan. Tapi jika
diucapkan kata al-bai‟, makna-makna yang langsung bisa ditangkap
darinya ialah orang yang mengeluarkan barang dagangan atau penjual.
Menurut Ibnu Qadamah, perdagangan adalah pertukaran harta
dengan harta untuk menjadikan miliknya. Nawawi menyatakan bahwa jual
beli pemilik harta benda dengan secara tukar menukar yang sesuai dengan
ketentuan syariah. Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Hasani, ia
mengemukakan pendapat Mazhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran
harta (mal) dengan harta melalui sistem yang menggunakan cara tertentu.
Sistem pertukaran harta dengan harta dalam konteks harta yang memiliki
manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya.
23
Yang dimaksud dengan cara tertentu adalah menggunakan ungkapan
(Shigat ijab qabul).
Pengertian jual beli menurut Sayyid Sabiq adalah Pertukaran
benda dengan benda lain dengan jalan saling meridhai atau memindahkan
hak milik disertai penggantinya dengan cara yang dibolehkan. Sedangkan
menurut Taqiyuddin jual beli adalah Saling menukar harta (barang) oleh
dua orang untuk dikelola (ditasharafkan) dengan cara ijab dan qabul sesuai
dengan syara. Dari definisi diatas dapat dipahami inti jual beli adalah
suatu perjanjian tukar-menukar benda (barang) yang mempunyai nilai, atas
dasar kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai dengan
perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh syara‟. Definisi tersebut
menyebutkan tentang ketentuan syara‟ dan benda yang dapat mencakup,
maka yang dimaksud dengan ketentuan syara‟ adalah jual beli tersebut
dilakukan sesuai dengan persyaratan-persyaratan rukun-rukun dan hal-hal
lain yang ada kaitannya dengan jual beli. Maka jika syarat dan rukunnya
tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟. Kemudian
yang dimaksud dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan
uang, sedangkan sifat benda tersebut harus dinilai yakni benda-benda yang
berharga dan dapat dibenarkan penggunaannya menurut syara‟ (Huda,
2011 : 52).
Dalam Syarh Al-Mumti (8/107) dalam Salim dikemukakan definisi
yang komperhensif bahwa perdagangan adalah tukar menukar barang
meskipun masih dalam jaminan atau manfaat jasa yang diperbolehkan,
24
seperti jalan melintas di rumah dengan salah satu yang sepadan dari
keduanya, dari yang bersifat permanen tanpa unsur riba maupun piutang
ataupun pinjaman. Definisi tersebut selanjutnya dijelaskan oleh Salim
sebagai berikut:
a. Barang dalam definisi ini adalah setiap barang material yang boleh
dimanfaatkan, bukan karena hajat atau kebutuhan mendesak
misalnya, emas, perak, gandum, dan lain-lain.
b. Kata meskipun dalam jaminan maksudnya adalah akad kadang kala
terjadi pada barang tertentu, atau pada barang yang masih dalam
tanggungan (dhaman) di tangan orang lain.
c. Dimaksud manfaat jasa yang diperbolehkan dengan menukar harta
benda dengan manfaat yang diperbolehkan, seperti menjual jalan di
rumah, oleh karena itu pengecualian barang-barang yang
diharamkan memanfaatkan, misalnya, seruling dan alat musik
lainnya.
d. Kata bukan hajat atau kebutuhan yang mendesak, mengecualikan
benda hewan yang boleh dimanfaatkan karena kebutuhan
mendesak atau darurat, seperti bangkai yang dimanfaatkan oleh
orang yang terpaksa atau memanfaatkan anjing pemburu karena
kebutuhan mendesak.
e. Kata sepadan dengan salah satu keduanya, maksudnya adalah tukar
menukar harta benda sekalipun masih dalam tanggungan atau
manfaat jasa dengan barang atau manfaat sepadan.
25
f. Kata sifat permanen mengecualikan sewa.
g. Kata riba, berarti riba tidak disebut jual beli kendatipun ada unsur
tukar menukar, karena Allah SWT telah menjadikan riba bagian
dari jual beli. Bagian sesuatu bukan berarti esensi bahwa pinjaman
tidak bisa disebut dengan jual beli.
h. Kata selain pinjaman mengasumsikan bahwa pinjaman tidak dapat
disebut jual beli, kendati ada unsur tukar menukar. Halini, baik
yang memberi pinjaman maupun peminjam, tidak bermaksud
melakukan negosiasi. Pemberi pinjaman hanya bermaksud
menggauli dengan baik, sementara peminjam bermaksud menutup
kebutuhannya. Dengan demikian, pinjaman bukan termasuk jual
beli. (Nawawi, 2012: 75)
Menurut Ahmad Warson al-Munawir, al-bai‟ berarti menjual,
lawan dari membeli. Menurut Syekh Abdurrahman as-Sa‟di et al, jual beli
merupakan isim mashdar yang mengandung dua makna memiliki dan
membeli. Makna tersebut seperti terkandung dalam QS. Yusuf (12) ayat
20:
وشروه بثمن بس دراىم معدودة وكانوا فيو من الزاىدين Artinya: “ Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya
kepada Yusuf”.
26
Terkandung juga dalam QS. Al- Baqarah (2): 102:
ولبئس ما شروا بو أن فسهم لو كانوا ي علمون
Artinya: “Dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui”.
Menurut Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, jual beli secara etimologis
adalah tukar-menukar sesuatu, yang terkandung di dalamnya penjual dan
pembeli. Adapun menurut terminologis, jual beli adalah tukar-menukar
harta yang dimaksudkan untuk suatu kepemilikan, yang ditunjukkan
dengan perkataan dan perbuatan. Menurut Syekh Abdurrahman as-Sa‟di,
jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta untuk memiliki dan
memberi kepemilikan. Menurut sebagian Ulama memberi pengertian
tukar-menukar harta meskipun masih ada dalam tanggungan atau
kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang semisal dengan keduanya,
untuk memberikan secara tetap. Menurut Syekh Al Quyubi dalam
Hasyiyah-nya, sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr Abdul Azis Muhammad
Azzam, jual beli yaitu “akad yang saling mengganti dengan harta yang
berakibat kepada kepemilikan terhadap suatu benda atau manfaat untuk
tempo waktu selamanya dan bukan untuk taqarrub kepada Allah SWT
(Mardani, 2018 : 82).
Maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya pengertian jual beli
adalah tukar-menukar harta yang tidak sejenis dengan adanya penjual dan
pembeli dan dilakukannya suatu kesepakatan antara kedua belah pihak
27
yang disebut dengan akad atau sighat antara keduanya dan Jual beli
tersebut hendaknya memiliki unsur kerelaan atau ridlo antara kedua belah
pihak yang dimana diaplikasian melalui akad atau sighat antara kedua
belah pihak, serta barang atau objek nya tidak boleh barang yang haram
maupun barang yang mengandung unsur ketidakjelasan. Jual beli yang
diperbolehkan adalah jual beli yang sesuai dengan Hukum Islam dan
memenuhi rukun dan syarat jual beli.
Menurut pandangan Fuqaha Malikiyah, jual beli dapat
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu jual beli yang bersifat khusus
dan jual beli yang bersifat umum. Jual beli dalam arti umum ialah suatu
perikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan.
Artinya sesuatu yang bukan manfaat ialah benda yang ditukarkan adalah
berupa dzat (bentuk) dan ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan
manfaatnya atau bukan hasilnya. Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan
tukar-menukar sesuatu yang mempunyai kriteria antara lain, bukan
kemanfaatan dan bukan pula kelezatan, yang mempunyai daya tarik,
penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat
direalisisr dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan hutang
baik barang tersebut ada di hadapan si pembeli maupun tidak dan barang
tersebut telah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu
(Suhendi, 2002:150).
28
2. Hukum Jual Beli
Hukum Jual beli pada dasarnya adalah jaiz atau mubah (boleh).
Namun tidak menutup kemungkinan menjadi wajib, Haram dan sunat.
Wajib umpamanya wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa, begitu
juga kadi menjual harta muftis (orang yang lebih banyak utangnya
daripada hartanya), kemudian menjadi haram, apabila mengandung unsur-
unsur jual beli yang dilarang yang tidak sesuai rukun dan syarat jual beli di
dalam Islam, dan juga dapat menjadi sunat misalnya jual beli kepada
sahabat atau keluarga yang dikasihi, dan kepada orang yang sangat
membutuhkan barang tersebut (Rasjid, 2017: 289).
Para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual beli. Ijma‟
ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan dengan
sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan sesuatu
itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun harus ada kompensasi
sebagai imbal baliknya. Sehingga dengan disyaratkannya jual beli tersebut
merupakan salah satu cara untuk merealisasikan keinginan dan kebutuhan
manusia, karena pada dasarnya manusia tidak akan dapat hidup sendiri
tanpa berhubungan dan bantuan orang lain (Djuwaini, 2008 : 277).
Adapun dalil-dalil maupun hadist yang membolehkan jual beli adalah
sebagai berikut:
29
a. Sumber Al-Qur‟an
Terdapat pada QS Al-Baqarah (2): 275 :
يطان من الذين يأكلون الربا ال ي قومون إال كم ا ي قوم الذي ي تخبطو الشا الب يع مثل الربا المس لك بأن هم قالوا إن وأحل اللو الب يع وحرم ذ
إل اللو فمن جاءه موعظة من ربو فان ت هى ف لو ما سلف وأمره الربا
ىم فيها خالدون ومن عاد فأولئك أصحاب النار Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.”
Maksud dari QS Al-Baqarah ayat 275 adalah bahwasannya
riba adalah suatu hal yang dilarang didalam jual beli Hukum Islam
dan orang-orang yang melakukan transaksi jual beli dengan adanya
unsur riba maka orang tersebut bagaikan orang yang tidak tentram
jiwanya karena telah melanggar apa yang telah ditentukan di dalam
Hukum Islam. Dan juga dalam ayat di atas juga menjelaskan
bahwasannya orang yang melakukan jual beli dengan adanya unsur
Riba sebelum turun ayat tersebut tidak berkewajiban untuk
30
mengembalikan, karena hal tersebut dimaafkan sebab waktu itu
belum turun ayat yang mengatur mengenai larangan riba namun
setelah turun ayat tersebut maka riba telah dilarang di dalam
Hukum Islam dan bagi siapa yang melanggarnya akan
mendapatkan dosa.
Terdapat pada QS Al-Baqarah (2) 198 :
فإذا أفضتم من عرفات ليس عليكم جناح أن ت بت غوا فضل من ربكم واذكروه كما ىداكم وإن كنتم من ق بلو فاذكروا اللو عند المشعر الرام
الي لمن الض
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah
bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah
sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
Terdapat pada QS Al-Baqarah (2):282 :
ى فاكتبوه وليكتب يا أي ها الذين آمنوا إذا تداي نتم بدين إل أجل مسمنكم كاتب بالعدل وال يأب كاتب أن يكتب كما علمو اللو ب ي
وليتق اللو ربو وال ي بخس منو شيئا ف ليكتب وليملل الذي عليو الق فإن كان الذي عليو الق سفيها أو ضعيفا أو ال يستطيع أن يل ىو
يكونا فإن ل واستشهدوا شهيدين من رجالكم ف ليملل وليو بالعدل ر هداء أن تضل إحداها ف تذك رجلي ف رجل وامرأتان من ت رضون من الش
31
هداء إذا ما دعوا إحداها الخرى وال تسأموا أن وال يأب الشهادة أجلو تكتبوه صغريا أو كبريا إل لكم أقسط عند اللو وأق وم للش ذ
نكم ف ليس وأدن أال ت رتابوا إال أن تكون تارة حاضرة تديرون ها ب ي يضار كاتب وال وال وأشهدوا إذا ت باي عتم عليكم جناح أال تكتبوىا
وي علمكم اللو وات قوا اللو وإن ت فعلوا فإنو فسوق بكم شهيد واللو بكل شيء علي
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika
kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah
suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
32
Terdapat pada QS An-Nisa (4) 29 :
نكم بالباطل إال أن تكون تارة يا أي ها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم ب ي إن اللو كان بكم رحيما ت لوا أن فسكم وال ت ق عن ت راض منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
b. Sumber Hadist
Adapun Dalil Sunnah :
عن رفاعة بن رافع رضي اهلل عنو أن النب صلى اهلل عليو وسلم سئل: رور ( رواه أي الكسب أطيب? قال: )عمل الرجل بيده, وكل ب يع مب
حو الاكم الب زار، وصحDari Rifa‟ah Ibnu Rafi‟ bahwa Nabi saw. Pernah ditanya: Pekerjaan
apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “ Pekerjaan seseorang
dengan tangannya tiap-tiap jual beli yang bersih”. (H.R. al-
Bazzar. Hadist shahih menurut Hakim)
Berdasarkan hadits diatas secara jelas Islam memberi lampu hijau
dan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan bentuk kegiatan
mu‟amalah (ekonomi) sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia
yang dinamis. Segala bentuk kegiatan muamalah adalah diperbolehkan
kecuali ada ketentuan lain yang menentukan sebaliknya. Prinsip ini
berkaitan dengan kehalalan sesuatu yang dijadikan obyek dalam kegiatan
ekonomi. Islam memiliki konsep yang jelas mengenai halal dan haram.
Dengan prinsip kebolehan ini bearti konsep halal dan haram tidak saja
33
pada barang yang dihasilkan dari sebuah hasil usaha, tetapi juga pada
proses mendapatkanya.
Hadits ini shahih dengan banyaknya jalur periwayatannya. Ibnu
Hajar al-„Asqalani rahimahullah berkata, “Diriwayatkan oleh al-Bazzar
dan dishahihkan oleh al-Hakim”, beliau berkata di dalam kitab beliau at-
Talkhish: ”Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ath-Thabrani, dan di dalam
bab ini ada hadits juga dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu „Umar g. Hal itu
disebutkan oleh Abi Hatim rahimahullah. Ath-Thabrani meriwayatkan di
dalam kitab al-Ausath hadits dari Ibnu „Umar radiyallahu „anhu, dan para
perawinya La Ba‟sa (tidak ada masalah), Selain itu disebutkan juga dalam
Disebutkan di dalam kitab Bulughul Amani, “Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad rahimahullah dan dikeluarkan oleh as-Suyuthi di dalam Jami‟us
Shaghir, dan diriwayatkan oleh al-Baihaqi secara Mursal, dan dia berkata,
“Inilah yang mahfuzh Wallahu A‟lam” (Hassan, 1985 :398).
3. Rukun dan syarat Jual Beli
Rukun jual beli menurut Prof.Dr.Hendi Suhendi, ada 3 yaitu akad
(ijab qobul), orang yang berakad (penjual dan pembeli) dan ma‟kud „alaih
(objek akad). Akad adalah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli
belum dikatakan sah sebelum ijab qobul menunjukkan kerelaan (keridaan).
Pada dasarnya, Ijab qobul dilakukan dengan lisan, tetapi tidak mungkin,
misalnya bisu atau lainnya, boleh ijab qobul dengan surat menyurat yang
mengandung ijab qobul. Dalil yang mendukung tentang jual beli harus
suka sama suka adalah firman Allah SWT surah An-nisa ayat 29:
34
نكم بالباطل إال أن تكون تارة يا أي ها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم ب ي إن اللو كان بكم رحيما وال ت قت لوا أن فسكم عن ت راض منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.
Orang yang berakad adalah orang yang boleh melakukan akad,
yaitu orang yang telah baliqh, berakal, dan mengerti, maka akad yang
dilakukan oleh anak yang dibawah umur, orang gila, atau idiot, tidak sah
kecuali seizin walinya. Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS An-Nisa
ayat 5-6
فهاء أموالكم الت جعل اللو لكم قياما وارزقوىم فيها وال ت ؤتوا الس إذا ب لغوا النكاح فإن واكسوىم وقولوا لم ق وال معروفا واب ت لوا اليتامى حت
هم رشدا فادف عوا وال تأكلوىا إسرافا وبدارا أن إليهم أموالم آنستم من ومن كان فقريا ف ليأكل ومن كان غنيا ف ليست عفف يكب روا
ى باللو وكف فإذا دف عتم إليهم أموالم فأشهدوا عليهم بالمعروف حسيبا
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik (5)
Dan ujilah anak
yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara
35
harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan
janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu)tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta
anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia
makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu
menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan
saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah
Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).
Anak kecil dikecualikan dari kaidah di atas, dia boleh
melangsungkan akad yang bernilai rendah, seperti membeli kembang gula.
Menurut jumhur ulama, jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual
beli sesuatu yang menjadi kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan
qobul. Menurut fatwa ulama Syafi‟iyah, jual beli barang-barang yang kecil
pun harus ijab qobul, tetapi menurut imam nawawi dan ulama
muta‟akhirin Syafi‟iyah, boleh jual beli barang-barang yang kecil seperti
membeli sebungkus rokok. (Mardani, 2013:87) Adapun Rukun jual dan
syarat beli:
a. Aqid (Penjual dan Pembeli)
Syarat-syarat Aqid (penjual dan pembeli). Penjual dan pembeli
bisa digolongkan sebagai orang yang berakad. Persyaratan yang harus
dipenuhi penjual sama dengan persyaratan yang harus dipenuhi
pembeli. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keduanya adalah:
1) Berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh
tidak sah jual belinya.
36
2) Dengan Kehendak sendiri (bukan paksaan). Keduanya
melakukan akad atas kehendak sendiri karena itu apabila akad
jual beli dilakukan karena terpaksa secara fisilk ataupun mental,
maka menurut Jumhur Ulama, jual beli tersebut tidak sah.
Adapun Abdurrahman al-Jaziri mengutip secara terperinci
tentang pandangan empat madzab dalam masalah pemaksaan
dalam jual beli ini.
Pertama, menurut ulama madzab Hambali menyatakan
bahwa kedua belah pihak yang melakukan akad tidak boleh
dipaksa baik secara lahir maupun batin. Apabila keduanya
hanya sepakat secara lahiriyah maka jual beli tersebut batal
demi hukum. Kedua, Madzab Hanafi bahwa akad yang
dipaksakan oleh seseorang kepada orang lain dianggap sah,
tetapi kedua belah pihak dapat memfasakh atau
membatalkannya karena terdapat cacat hukum. Menurut
mereka apabila seorang hakim memaksa orang lain menjual
barangnya guna melunasi hutangnya dengan perbedaan harga
yang mencolok antara harga pasaran, jual beli tersebut
dinyatakan fasid. Ketiga, Ulama madzab Maliki menyatakan
bahwa jual beli tidak mempunyai kekuatan Hukum apabila
terdapat unsur paksaan tanpa hak. Paksaan tanpa hak menurut
mereka ada dua macam, yaitu: Paksaan untuk menjual, dan
paksaan karena suatu alasan yang akhirnya memaksa seseorang
37
untuk menjual barangnya. Keempat, Ulama madzab Syafi‟i
berpendapat bahwa jual beli yang di dalamnya terdapat unsur
paksaan dianggap tidak sah. Namun menurut mereka, jenis
paksaan menjual barang dibagi menjadi dua, yaitu: Paksaan
tanpa suatu hak, dan paksaan karena suatu hak ( Djamil, 2002 :
137 ).
3) Tidak Mubazir (pemboros), sebab harta orang yang mubazir itu
di tangan walinya
4) Baliq berumur 15 tahun ke atas/ dewasa. Anak kecil tidak sah
jual belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi
belum sampai umur dewasa, menurut pandangan sebagian
ulama, mereka diperbolehkan berjual beli barang yang kecil-
kecil, karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi
kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama Islam sekali-kali
tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan
kepada pemeluknya.
b. Ma‟qud alaih (Objek akad)
Ma‟qud alaih adalah barang yang diperjualbelikan. Para Ulama
telah Menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus ada dalam
ma‟qud alaih ada empat macam. Perbedaan tersebut sebenarnya tidak
terlalu signifikan, karena pada dasarnya dua dari enam syarat ini telah
tercakup pada empat syarat.
38
1) Benda yang diperjualbelikan merupakan barang yang berharga.
Barang yang berharga yang dimaksud dalam konteks ini adalah
Suci dan mempunyai manfaat bagi manusia. Barang najis tidak
sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan,
seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak. Seduai
dengan hadist Nabi yang berbunyi :
“Sesungguhnya Allah SWT telah mengharamkan jual
beli khamr (minuman keras), bangkai, babi dan berhala.
Rasul ditanya; “Bagaimana dengan minyak bangkai
untuk kapal, melicinkan kulit dan untuk penerangan
bagi manusia? Rasul menjawab: Tidak halal, itu
perbuatan haram”.
Para Ulama telah berbeda pendapat terhadap pengertian
hadist di atas. Ibn Qayyim al-Jauziah, mengatakan bahwa
perkataan haram dari Rasulullah SAW mengandung dua unsur
penafsiran yaitu perbuatan tersebut haram sekalipun pembeli
membelinya untuk kepentingan tertentu selain dimakan.
Kalangan Jumhur Ulama berpendapat, barang tersebut
diharamkan karena dianggap najis. Sedangkan menurut
kalangan Hanafiyah dan Dhahiriyah, barang yang ada
manfaatnya dibolehkan menurut syara‟. Karena itu menurut
mereka dibolehkan memperjualbelikan kotoran najis yang
benar-benar diperlukan untuk pupuk tanaman, bukan untuk
dimakan atau diminum.
Adapun barang yang dijual harus ada manfaatnya,
dalam hal ini Abu Hanifah berpendapat, bahwa boleh
39
memperjualbelikan anjing untuk keperluan menjaga keamanan
dari kejahatan dan menjaga tanaman. Sementara itu Atha‟ dan
an-Nakha‟i membolehkan menjual anjing hanya untuk
kepentingan berburu saja, karena Rasulullah SAW
membolehkan memakan daging dari hasil anjing buruan saja.
2) Barang itu dapat diserahkan. Artinya benda yang dijual harus
konkret dan ada pada waktu akad. Karena itu tidak sah menjual
suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang
membeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang
masih berada di tangan yang merampasnya, barang yang sedang
dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya (kecohan).
Teknis penyerahan benda bergerak dengan beberapa macam,
yaitu :
a) Menyempurnakan takaran atau ukurannya baik dengan
takaran, timbangan dan sebagainya untuk menentukan
ukuran sesuatu.
b) Memindahkannya dari tempatnya jika termasuk benda yang
termasuk benda yang tidak diketahui kadarnya secara
terperinci kecuali oleh ahlinya.
c) Kembali kepada „Urf (adat) setempat yang tidak disebutkan
di atas.
d) Adapun penyerahan benda yang tidak dapat bergerak cukup
mengosongkannya atau menyerahkan surat atau
40
sertifikasinya. Demikianlah pendapat yang dikemukakan
Sayyid sabiq
3) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan
yang diwakilinya, atau yang mengusahakan. Maka jual beli
barang yang bukan milik penjual hukumnya tidak sah. Benda
tersebut dianggap milik penjualnya, apabila proses transaksi
jual belinya diizinkan oleh pemiliknya. Proses jual beli yang
tidak mendapat izin dari pemiliknya disebut jual beli fuhuli.
Akad dalam proses jual beli fudhuli tersebut menurut ulama
Maliki dianggap sah menurut hukum, tetapi kepastian
hukumnya masih ditangguhkan sampai dibolehkan atau
diizinkan oleh pemilik atau walinya. Apabila dia
membolehkannya, maka jual beli tersebut sah namun jika tidak,
jual beli tersebut menjadi batal.
4) Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli, zat,
bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya jelas sehingga antara
keduanya tidak akan terjadi kecoh-mengecoh. Keterangannya
adalah hadist dari Abu Hurairah yang wajib diketahui zatnya,
kalau barang itu tertentu ialah kadarnya, umpamanya sukatan
atau timbangannya. Kalau barang itu bercampur dengan yang
lain, umpamanya segantang beras atau sekilo gula, cukup
melihat sebagian barang, asal yang lainnya sama dengan contoh
yang dilihat itu, dan cukup melihat kulitnya kalau sekiranya
41
kulit itu dipecah bakal rusak, yang dimaksud adalah tempurung,
umpamanya. Begitupulah sesuatu yang telah dimaklumi
menurut kebiasaan seperti bawang yang masih dalam tanah
walaupun keadaan barang boleh jadi ada lebih kurangnya serta
bakal merugikan salah satu pembeli atau penjual, tetapi hanya
sedikit. Keadaan yang sedikit itu dimaafkan karena
kemaslahatan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan. Kata
Ibnu Qayim,” Sesungguhnya orang yang ahli dapat mengetahui
barang yang berada di dalam tanah dengan melihat yang di
atasnya, maka jika barang di dalam tanah tidak boleh dijual,
sudah tentu akan memperlambat pekerjaan yang tidak
semestinya (Huda, 2011: 62).
c. Lafaz ijab qobul
Ijab adalah perkataan penjual, umpamanya, “Saya jual
barang ini sekian”. Qobul adalah ucapan si pembeli, “Saya terima
(saya beli) dengan harga sekian”. Jual beli seharus nya didasari
dengan kerelaan atau ridlo dan suka sama suka, sedangkan suka
sama suka itu tidak dapat diketahui dengan jelas kecuali dengan
perkataan, karena perasaan suka itu bergantung pada hati masing-
masing. Ini pendapat kebanyakan ulama. Tetapi Nawawi,
Mutawali, Bagawi dan beberapa ulama yang lain berpendapat
bahwa lafaz itu tidak menjadi rukun, hanya menurut kebiasaan saja.
Apabila menurut adat telah berlaku bahwa hal yang semacam itu
42
sudah dipandang sebagai jual beli, itu saja sudah cukup karena
tidak ada suatu dalil yang jelas untuk mewajibkan lafaz.
Menurut ulama yang mewajibkan lafaz, lafaz itu diwajibkan
memenuhi beberapa syarat:
1) Keadaan ijab dan qobul berhubungan. Artinya, salah satu
dari keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain dan
belum berselang lama.
2) Makna keduanya hendaklah mufakat (sama) walaupun lafaz
keduanya berlainan.
3) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain,
seperti katannya,” Kalau saya jadi pergi, saya jual barang ini
sekian”
4) Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu-seperti sebulan
atau setahun tidak sah (Rasjid,2017:279).
Masalah ijab dan kabul ini para ulama fiqh berbeda
pendapat, di antaranya berikut ini :
1) Menurut Ulama Syafi‟iyah ijab dan kabul ialah: “Tidak sah
akad jual beli kecuali dengan Shighat (ijab kabul) yang
diucapkan”.
2) Menurut Ulama Malik berpendapat: “Bahwa jual beli itu
telah sah dan dapat dilakukan secara dipahami saja”.
43
3) Pendapat ketiga ialah penyampaian akad dengan perbuatan
atau disebut juga dengan aqad bi al-mu‟athah yaitu: “aqad
bi al-mu‟athah ialah mengambil dan memberikan dengan
tanpa perkataan (ijab kabul), sebagaimana seseorang
membeli sesuatu yang telah diketahui harganya, kemudian
ia mengambilnya dari penjual dan memberikan uang sebagai
pembayaran”. Bentuk ketiga ini lebih diartikan ijab dan
kabul dengan muhadalah karena yang diutamakannya
pertukarannya. (Suhendi,2002:70)
B. PENGERTIAN PERCALOAN
1. Pengertian Percaloan
Dalam sistem perdagangan atau jual beli dalam realitasnya sering
kali ada perantara (simsar), yaitu seseorang yang menjualkan barang orang
lain atas dasar upah dari yang punya barang tersebut dengan usaha yang
telah dilakukannya. Percaloan adalah bentuk perantara penjual barang
dengan calon pembelinya, yang dalam istilah bahasa Arab disebut al-
samsarah, lalu ditarik definisinya oleh Mahmud Shaltut dengan
mengatakan Percaloan adalah upaya mengantarai pihak penjual dengan
pihak pembeli, agar penjual mendapatkan kemudahan (mendapatkan calon
pembeli).
Menurut Sayyid Sabiq perantara (simsar) adalah orang yang
menjadi perantara antara pihak penjual dan pembeli guna melancarkan
44
transaksi jual beli. Dengan adanya perantara maka pihak penjual dan
pembeli akan lebih mudah dalam bertransaksi, baik transaksi berbentuk
jasa maupun barang Orang yang menjadi perantara dalam sistem
perdagangan makelar, pialang, agen, calo hal ini bergantung pada
ketentuan menurut hukum dagang yang berlaku. Walaupun namanya
simsar , namun matanya mereka bertugas sebagai badan perantara dalam
penjualan komoditas, baik mengatasnamakan dirinya sendiri maupun atas
nama orang per seorangan atau perusahaan pemilik barang atau komoditas.
(Sabiq, 1996: 15).
Perantara atau Calo yang dalam istilah Hukum Islam disebut
dengan simsar adalah orang yang menjadi penghubung atau perantara
yang memperjelas proses Jual Beli antara Penjual dan Pembeli
(Surahwardi, 2001: 30). Sedangkan menurut Kamus besar bahasa Indonesia
pengertian calo sendiri adalah orang yang menjadi perantara dan memberikan
jasanya berdasarkan upah (KBBI, 2006: 208) Kehadiran makelar di tengah-
tengah masyarakat, terutama masyarakat moderen sangat dibutuhkan
untuk memudahkan dunia bisnis (dalam perdagangan, pertanian,
perkebunan, industri, dan lain-lain). Sebab tidak sedikit orang yang tidak
pandai tawar menawar, tidak mengetahui cara menjual atau membeli
barang yang diperlukan, atau tidak ada waktu untuk mencari atau
berhubungan langsung dengan pembeli atau penjual.
Dalam istilah lain juga disebutkan bahwasannya prinsip praktek
percaloan hamper mirip dengan broker, makelar, pialang. Pengertian
45
Broker sendiri adalah pedagang perantara yang menghubungkan pedagang
satu dengan yang lain dalam hal jual beli atau antara penjual dan pembeli
(KBBI,2006:76). Sedangkan Pialang menurut Istilah adalah perantara
antara penjual dan pembeli atau dalam bahasa sehari-hari sering disebut
dengan makelar, karena dalam pasar modal dan perdagangan dan
perdagangan berjangka di Indonesia digunakan istilah pialang, maka
istilah itu yang digunakan.
Sehingga dapat diambil pengertian bahwasannya percaloan atau
calo adalah seorang perantara yang menghubungkan antara pihak penjual
dan pembeli, calo tersebut berhak mendapatkan upah berdasarkan
kesepakatan awal dan disetujui oleh pihak penjual dan pembeli. Dalam
praktik percaloan sendiri sesuai dengan Hadist nabi di atas menjelaskan
bahwasannya simsarah atau calo sebenarnya diperbolehkan asalkan tidak
adanya unsur penipuan, pemaksaan, dan unsur yang merugikan dan juga
tidak menyimpang dari aturan Hukum Islam. Adanya simsarah tersebut
sudah berlangsung di Madinah sebelum Nabi berhijrah, dan ketika Nabi
berhijrah, ia pun tidak pernah melarang tradisi tersebut, padahal sahabat
ketika itu sudah banyak yang sering terlibat melakukannya.
2. Tradisi Percaloan
Calo berfungsi untuk menghubungkan penjual barang dengan
pembelinya yang disebut al-ittisal bi al-bai in wa al-mushtariyin
(mengomunikasikan penjual barang dengan pembelinya). Hal ini dengan
46
tidak melanggar ketentuan Islam, karena dilakukan dengan cara terbuka
antara penjual barang, pembeli dan perantara (calonya). Ketika pihak-
pihak tersebut memperoleh kemudahan bersama dan manfaat yang telah
disepakati bersama-sama, lalu bersama-sama juga menghindari transaksi
yang dapat merusak kesepakatan jual-beli, maka hal tersebut menjadi
boleh. Inilah yang diungkapkan oleh Mahmud Shaltut dengan
komentarnya Dari sini (dapat dikatakkan): Bahwasannya percaloan adalah
suatu perbuatan yang bermanfaat bagi penjual (barang), pembeli dan calo
menurut ketentuan agama.
Tentang sumber percaloan imbalan calo, tergantung dengan tradisi
yang berlaku di tempat tersebut, misalnya calo hanya mendapatkan
imbalan dari pihak penjual tanah atau barang yang bukan tanah, hanya
dapat diperoleh dari pihak pembelinya saja atau dari keduanya, tergantung
kesepakatan bersama menurut tradisi yang berlangsung di daerah tersebut,
yang dalam Ilmu Fiqh disebut al-„urf. Bahkan menurut Ulama Malikiyyah
dengan mengatakan: sebenarnya sebelum Rasul berhijrah ke Madinah,
tradisi tersebut sudah berlaku secara turun-temurun, hingga datangnya
Rasulullah SAW, yang ketika itu sahabat sering juga melakukannya,
padahal ketika itu Nabi juga tidak pernah melarangnya. (Mahjuddin, 2012:
324)
3. Hukum Percaloan
47
Samsarah (percaloan) dibolehkan dalam Islam, asalkan dilakukan
dengan cara terbuka dan jujur, sedangkan komisi (imbalan jasa) yang
harus diberikan kepada calo harus disepakati bersama-sama. Hal ini
ditekankan oleh Mahmud Shaltut dengan mengatakan: Samsarah atau jual
beli yang melibatkan pihak calo, dibolehkan dalam islam, asalkan
diketahui dan disepakati bersama-sama diantara pihak yang terlibat
melakukan transaksi tersebut (ma‟lumatan wa ittifaqan baynahum),
termasuk juga jumlah imbalan (jasa) yang didapatkan oleh pihak calo,
harus diketahui bersama-sama (ujratan ma‟lumatan baynahum), yang
dikuatkan oleh transaksi bersama, sehingga di belakang hari tidak akan
bisa menimbulkan sengketa antara ketiganya (Mahjuddin, 2012: 323).
a. Sumber Al-Qur‟an
Dalilnya dengan firman-Nya QS. Yusuf: 72
Artinya: penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala
Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin
terhadapnya”.
b. Sumber Hadist
Kata samsarah terdapat dalam hadits, yaitu penafsiran Ibn
Abbas terhadap kata حاضر لباد
48
هما ن هى رسول اللو صلى الل و عليو وسلم عن ابن عباس رضي اللو عن ى الركبان وال يبيع حاضر لباد ق لت يا ابن عباس ما ق ولو ال أن ي ت لق
يبيع حاضر لباد قال ال يكون لو سساراArtinya : Dari Ibnu „Abbas radliallahu „anhuma; Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam melarang menyongsong (mencegat)
kafilah dagang (sebelum mereka tahu harga di pasar) dan
melarang pula orang kota menjual kepada orang desa. Aku
bertanya kepada Ibnu „Abbas radliallahu „anhuma: “Apa arti
sabda Beliau ” dan janganlah orang kota menjual kepada orang
desa “. Dia menjawab: “Janganlah seseorang jadi perantara bagi
orang kota (HR. Al-Bukhari)
ى ف عهد رسول اللو ماسرة -صلى اللو عليو وسلم -كنا نسم السانا باسم ىو -صلى اللو عليو وسلم -، فمر بنا رسول اللو فسم
ار ! إن ال ب يع يضره اللغو أحسن منو ، ف قال : " يا معشر التجدقة واللف فشوبوه بالص
“Kami pada masa Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam disebut
dengan “samasirah“ (calo/makelar), pada suatu ketika Rasulullah
shallallahu „alaihi wassalam menghampiri kami, dan menyebut
kami dengan nama yang lebih baik dari calo, beliau bersabda :
“Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli ini kadang
diselingi dengan kata-kata yang tidak bermanfaat dan sumpah
(palsu), maka perbaikilah dengan (memberikan) sedekah“ (Shahih,
HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Mayoritas ulama menyatakan bahwa upah calo harus jelas
nominalnya, seperti Rp. 500.000,- atau Rp. 1.000.000,- dan tidak boleh
dalam bentuk prosentasi, seperti dapat 10 % dari hasil penjualan. Alasan
mereka, bahwa upah calo masuk dalam katagori Ju‟alah, dan syarat
49
Ju‟alah harus jelas hadiah atau upahnya. Hal ini berdasarkan hadist Abu
Sa‟id al-Khudri yang menyatakan :
ن لو هى رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن استئجار الجري حت ي ب ي أجره
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam melarang
seseorang menyewa seorang pekerja sampai menjelaskan jumlah
upahnya“ (HR. Ahmad)
Madzhab Hanabilah membolehkan seseorang memberikan upah
kepada calo dalam bentuk prosentase. Berkata al-Bahuti di dalam Kasyaf
al-Qina‟ (11/ 382) :
“Kalau seseorang memberikan hamba sahayanya atau
kendaraannya kepada orang yang bisa mempekerjakannya dengan
imbalan upah dari sebagian hasilnya, maka dibolehkan. Begitu juga
dibolehkan jika dia memberikan baju kepada yang bisa
menjahitnya, atau kain kepada yang bisa menenunnya dengan
imbalan upah dari sebagian keuntungannya.”
Mereka berdalil dengan hadist Amru bin „Auf bahwa Rasulullah
shallallahu „alaihi wassalam bersabda :
المسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حلال أو أحل حراما"Seorang muslim itu terikat kepada syarat yang telah
disepakatinya, kecuali syarat yang mengharamkan sesuatu yang
halal atau menghalalkan sesuatu yang haram” (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi, dan berkata Tirmidzi : Hadist ini hasan shohih)
Hal ini dikuatkan dengan perkataan Ibnu Abbas : “Tidak mengapa
seseorang berkata kepada temannya,: “Jual-lah baju ini, bila kamu bisa
50
menjual dengan harga lebih dari sekian dan sekian, maka itu untukmu"
Begitu juga dikuatkan dengan perkataan Ibnu Sirrin : “Bila seseorang
berkata kepada temannya : "Jual-lah barang ini dengan harga sekian, jika
ada keuntungan, maka itu untukmu atau untuk kita berdua, maka hal itu
dibolehkan.
4. Syarat Percaloan
Dalam ketentuan jual beli pasti ada sebuah syarat maupun
ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut, salah satu bentuk jual beli
dengan menggunakan pihak ketiga atau dapat kita sebut sebagai perantara
juga memiliki syarat maupun ketentuan karena praktik jual beli melalui
perantara sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW maka sudah ada dalil-
dalil maupun hadist nabi yang mengaturnya. Maka untuk syarat sah nya
makelar/ calo yang zaman dulu disebut sengan simsar ini harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain sebagai berikut:
a. Harus mendapatkan persetujuan antara kedua belah pihak yaitu
Penjual dan Pembeli. Sesuai dengan (QS. Al-Nisa ayat 29).
b. Objek akad dapat diketahui Manfaatnya secaara nyata dan juga
dapat diserahkan.
c. Objek akad juga bukan termasuk barang yang haram ataupun
hal-hal yang dilarang oleh Hukum Islam.
d. Makelar harus bersikap jujur, terbuka, ikhlas, tidak melakukan
penipuan maupun paksaan kepada kedua belah pihak, dan tidak
51
melakukan bisnis yang haram dan juga syubhat (yang tidak
jelas halal dan haramnya).
Makelar/ calo/ simsar juga berhak menerima imbalan atas jasa yang
telah dilakukannya karena dia telah mempermudah jalannya transaksi jual
beli antara penjual dan pembeli tersebut, imbalan tersebut harus disepakati
dan disetujui atas asas ridlo dan kerelaan. Apabila jumlah imbalannya
tidak ditentukan dalam perjanjian, maka hal ini dikembalikan kepada adat-
istiadat yang berlaku di masyarakat. Misalnya di Indonesia menurut tradisi
makelar berhak menerima imbalan antara 2,5% sampai 5%, tergantung
kepada jumlah transaksi. Bila transaksi jual beli kurang dari 1.000.000,-
imbalannya 5%, sedangkan transaksi yang lebih dari 1.000.000.- maka
imbalannya cukup 2,5%. Karena mu‟amalah dengan menggunakan adat-
istiadat atau hukum adat dibenarkan oleh islam selagi adat- istiadat
tersebut tidak bertentangan dengan Hukum Islam. Adapun calo yang
dilarang dalam Islam adalah sebagai berikut :
a. Jika dia berbuat sewenang-wenang kepada konsumen dengan
cara menindas, mengancam, dan mengintimidasi. Sebagaimana
yang sering dilakukan oleh sebagian calo tanah yang akan
dibebaskan dan ticket bis pada musim lebaran.
b. Berbuat curang dan tidak jujur, umpamanya dengan tidak
memberikan informasi yang sesungguhnya baik kepada penjual
maupun pembeli yang menggunakan jasanya.
52
c. Calo yang memonopoli suatu barang yang sangat dibutuhkan
masyarakat banyak, dan menaikkan harga lebih tinggi dari
harga aslinya, seperti yang dilakukan oleh calo-calo ticket
kereta api pada musim liburan dan lebaran.
d. Uang grativikasi yang dilarang dalam Islam dan dalam hukum
positif di Indonesia.
e. Orang kota yang mendatangi pedagang dan petani di desa-desa
dan membeli barang mereka dengan harga murah dengan
memanfaatkan ketidaktahuan mereka terhadap harga-harga di
kota, dan kadang disertai dengan tekanan dan pemberian
informasi yang menyesatkan (Zuhdi,1997:127).
53
BAB III
GAMBARAN UMUM STADION DAN PRAKTIK PERCALOAN DI
STADION DR H MOCH SOEBROTO MAGELANG
A. Sejarah Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
Sebelum kita mengetahui sejarah stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang alangkah baiknya bila kita mengetahui tentang gambaran umum
kota Magelang, dimana didalam kota tersebut terdapat sebuah tata letak dan
gambaran umum mengenai stadion Dr H Moch Soebroto. Kota Magelang
adalah sebuah kota besar yang mempunyai luas kurang lebih 18,2 Km2 dan
Kecamatan Magelang Selatan 10,884 Km2, dengan batas-batas wilayah
Utara : Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
Timur : Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang
Selatan : Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang
Barat : Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang
Sumber prasasti hari jadi kota Magelang ada 3 (tiga) buah yaitu
Prasasti POH, Prasasti Gilikan, Prasasti Mantyasih, ketiga Prasasti tersebut
ditulis di atas lempengan lembaga dan disebut “PRASASTI TEMBAGA”.
Prasasti POH dan Prasasti Mantyasih ditulis pada jaman Mataram Hindu, saat
Pemerintahan Raja WATUKURA DYAH BALITUNG SRI
54
DHARUMODAYA MAHASAMBU yang memerintah mulai tahun 898 M
sampai 910 M. Sedangkan Prasasti Gilikan ditulis dalam jaman Pemerintahan
EMPU SENDOK sekitar Tahun 924 M. Pada Prasasti POH disebut adanya
nama desa Mantyasih, desa Gilangglang, dan desa Galang. Dalam Prasasti
berisi antara lain:
1. Menyebut nama Raja RAKE WATUKARA DYAH BALITUNG
2. Menyebut angka tahun 829 Saka Bulan Caitra tanggal 11 Paro
Gelap, Paringkaleng Tungle, Pascaran Umanis, Hari Sanais Scara
(Sabtu) dengan kata lain hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907 M.
3. Menyebut nama desa Mantyasih yang ditetapkan oleh SRI
RAHARJA RAKE WATUKARA BALITUNG menjadi desa
Pradikan (daerah bebas pajak) yang dipimpin oleh seorang patih.
4. Dalam Prasasti Mantyasih menyebut pula Gunung Susundara dan
Wukur Sumbing yang sekarang dikenal dengan nama Gunung
Sindoro dan Sumbing
5. Dalam Prasasti Mantyasih juga ditegaskan alasan desa Mantyasih
diresmikan dan diberi penghargaan untuk ditetapkan sebagai desa
Pradikan oleh raja Balitung.
Dengan disebutnya WUKUR SUSUNDORO san SUMBING yang
sekarang dikenal dengan nama Gunung Sndoro dan Sumbing yang terletak
disebelah Barat Meteseh, maka menambah keyakinan bahwa nama Mantyasih
dalam Prasasti POH dan Prasasti Mantyasih sekarang dikenal dengan
Meteseh, kampung dikelurahan Magelang. Akantetapi Mantyasih diresmikan
55
dan ditetapkan menjadi Daerah Perdikan oleh Raja BALITUNG baru pada
tanggal 11 April 907 M. Maka berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Magelang Nomor 6 Tahun 1989 tersebut, secara resmi
menjadi hari jadi kota Magelang adalah tanggal 11 April 907 M. Pada tanggal
11 April 1989 Kota Magelang untuk Pertama kalinya memperingati hari jadi
Kota Magelang yang ke 1083.
Secara administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang terbagi
menjadi 2 wilayah Kecamatan Magelang Utara dan Kecamatan Magelang
Selatan. Pembagian lebih lanjut terbagi menjadi 14 kelurahan, 170 Rukun
Warga dan 933 Rukun Tetangga. Kemudian Jumlah penduduk Kotamadya
Daerah Tingkat II Magelang menurut data statistik akhir adalah 116266.
Berdasarkan perbandingan antara luas wilayah dengan jumlah penduduk kota
Magelang merupakan kota yang padat penduduknya, sehingga terjadi
ketidakseimbangan kepadatan terutama di daerah tengah kota, sedangkan di
daerah pinggiran belum terlalu padat mengingat di daerah pinggir kota kurang
potensial karena sebagian besar merupakan lahan kritis. Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan kota Magelang terutama dibidang fisik kota,
Pemerintah Kotamadya Dati II Magelang telah mempunyai RIK atau Rencana
Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). RUTRK tersebut bertujuan untuk
mencapai suatu kehidupan warga kota yang sejahtera dan keadaan kota yang
aman, bersih, sehat, rapi, indah serta berwawasan jati diri dan lingkungan
melalui perwujudan pemanfaatan ruang kota yang serasi, seluas dan seimbang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lahan maupun
56
pertumbuhan dan perkembangan kota antara pertumbuhan fisik secara
horisontal dan vertikal, sektor ekonomi dan sosial budaya serta sektor
tradisional dan modern RUTRK. RUTRK Magelang membagi Kotamadya
dalam 3 bagian wilayah kegiatan (BWK) yang akan diisi dengan kegiatan dan
penataan ruang menurut kekhusussannya. Sedangkan pengembangan sektor-
sektor dan bidang-bidang pembangunan strategis pembentuk tata ruang kota
meliputi, kependudukan, perumahan, industri, perdagangan dan jasa,
transportasi, penghijauan kota, budaya dan pariwisata, olahraga, sistem
utilitas. (Selayang Pandang kota Magelang, 1997:4) Dalam pembangunan tata
ruang kota di bidang olahraga maka diwujudkanlah sebuah pembangunan
stadion olahraga sepak bola yang bertempat di Sanden, Kramat Selatan,
Magelang Utara, kota Magelang, stadion ini merupakan stadion baru yang
sebelumnya memiliki nama stadion Madya Magelang lalu kemudian
diresmikan kembali dengan nama stadion Dr H Moch Soebroto Magelang.
Stadion Dr H. Moch Soebroto merupakan Stadion yang berada di kota
Magelang. Stadion ini dibangun pada tahun 2008 dan masih dalam proses
tahapan pembangunan hingga saat ini. Pembangunan Stadion Dr H Moch
Soebroto dilakukkan secara bertahap dan sejak tahun 2011 ketika proses
pembangunan, stadion sudah mulai bisa digunakan untuk kegiatan olahraga
dan event-event kejuaraan sepak bola lainnya. Nama stadion Dr H Moch
Soebroto baru saja diresmikan pada 24 Febuari 2015 oleh walikota Magelang
Bapak Sigit Widyonindito. Pemilihan Nama Stadion dengan nama Dr H Moch
Soebroto merupakan sebagai wujud penghormatan bagi walikota Magelang
57
periode 1971-1981 yang dulunya stadion ini bernama Stadion Madya
Magelang. Stadion ini memiliki letak yang sangat berdekatan dengan Gor
Samapata Magelang, dan wilayah di sekitar daerah tersebut sangat ideal untuk
kawasan olahraga, selain karena hawanya cukup sejuk serta tidak bising,
meski berada di dalam kota. Hal ini dikarenakan posisinya yang berada di sisi
timur atas Sungai Progo, serta tiupan angin gunung yang berasal dari arah
Gunung Sumbing. Dari Kawasan Stadion dr Moch Soebroto, yaitu pada sisi
yang bersinggunan dengan Sungai Progo, nantinya dapat dikembangkan
sebagai starting point untuk olahraga arung jeram.
B. Gambaran Umum Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
1. Profil Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
Gambaran Umum Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang ,
stadion ini dulunya memiliki nama Stadion Madya Magelang
kemudian setelah perombakan dan pembanguna setadion kemudian
diresmikan kembali dengan nama Stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang dengan mengambil nama walikota Magelang yang dulu.
Nama stadion Dr H Moch Soebroto Magelang baru saja diresmikan
pada 24 Febuari 2015 oleh walikota Magelang Bapak Sigit
Widyonindito. Pemilihan Nama Stadion dengan nama Dr H Moch
Soebroto merupakan sebagai wujud penghormatan bagi walikota
Magelang periode 1971-1981. Stadion ini merupakan stadion milik
Pemerintahan Kota Magelang, lokasi stadion ini berada di Sanden,
Kramat Selatan, Magelang Utara, kota Magelang dengan koordinat
58
7o27‟05”LS 110
o12‟55”BT/ 7,451525
oLS 110,21517
oGT yang
lokasinya berdekatan dengan Gor Samapta.
2. Fasilitas di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
Stadion Dr H Moch Soebroto ini memiliki kapasitas 20.000
orang dengan permukaan lapangan berupa rumput, dan hingga
sekarang stadion ini masih dalam tahapan proses pembangunan,
dengan fasilitas yang sudah ada pada stadion yaitu Tribun Barat,
Tribun Timur, Tribun Selatan, lampu stadion, lintasan Atletik, area
parkir, Mushola, toilet, ruang perkantoran, ruang ganti pemain, ruang
ganti wasit, papan sekor elektrik. Stadion Dr H Moch Soebroto
memiliki 11 pintu masuk yaitu tribun barat 5 pintu, tribun timur 3 dan
selatan 3 pintu, stadion ini juga memiliki 17 kamar toilet, dan 20 ruang
yang dapat berguna sebagai ruang ganti pemain dan wasit, ruang
media, kemudian ruang parkir yang mampu menampung 1.000 sepeda
motor dan 100 roda empat.
Menurut keterangan dari penjaga stadion penulis pernah bertanya-
tanya perihal gambaran umum Stadion tersebut kemudian penulis
mendapatkan sedikit informasi bahwasannya memang benar stadion Dr H
Moch Soebroto tersebut memanglah sebuah stadion baru yang dimiliki
Pemerintah daerah kota Magelang Stadion ini meurut beliau dulunya
merupakan lahan kosong seperti persawahan biasa kemudian dibangunlah
sebuah Stadion yang berguna sebagai tempat olahraga dalam bidang sepak
59
bola kota Magelang. Stadion ini hingga sekarang masih terus mengalami
perombakan dan pembenahan dan saat ini masih sedang dalam pembuatan
tribun Utara Stadion Dr H Moch Soebroto kata beliau.
Nantinya di lokasi ini akan menjadi sebuah komplek olahraga, selain
stadion juga sedang dibangun kolam renang prestasi dan Gelanggang
Olahraga Samapta (GOR Samapta), kawasan GOR Samapta, mulai ditata dan
dibenahi karena pada kawasan ini akan dibangun beberapa sarana olahraga, di
antaranya adalah: Kolam Renang standar Internasional kapasitas 5.000
penonton, Wisma Atlet, Lapangan Tennis Indoor, serta beberapa sarana
olahraga dan rekreasi lainnya. Penataan dan pembenahan mulai dilakukan
dengan membuat akses jalan baru yang lebih lebar. Saat ini, akses menuju
GOR ini dapat ditempuh melalui 2 akses jalan, yaitu 1) Jl. Kapt. S. Parman
melewati Universitas Tidar selanjutnya ke Jl. Tentara Geni Pelajar (melewati
Griya Asri); dan akses ke-2) Jl. Jeruk-RSI-GOR. Pengembangan Kawasan
GOR Samapta juga ditujukan untuk menyebarkan keramaian kota agar tidak
terkonsentrasi di kawasan pusat kota.
Salah satu klub sepak bola kota Semarang yaitu PSIS Semarang akan
menggunakan Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang sebagai basecamp
mereka di ajang Liga 1 2018. Operator Liga 1, yakni PT Liga Indonesia Baru
(PT LIB) telah memberikan izin bagi PSIS Semarang atau skuat yang
berjulukan Laksar Mahesa Jenar itu untuk menggunakan Stadion Moch
Soebroto. Karena Stadion Moch Soebroto sudah lolos verifikasi dalam uji
lapangan. Dengan catatan PSIS Semarang akhirnya diperbolehkan
60
menggunakan Stadion Moch Soebroto sebagai kandang mereka di Liga
1.Setidaknya hal tersebut cukup melegakan bagi managemen PSIS Semarang
dan juga jarak antara Semarang dan Magelang tidak terlalu jauh. PSIS pun
dapat menggunakan stadion tersebut saat pertandingan melawan Bali United.
Terkait dengan keinginan Manajemen PSIS yang akan menambah fasilitas
selama memakai Stadion Moch Soebroto, Wisnu mengatakan bahwa hal itu
diperbolehkan sesuai petunjuk Wali Kota Magelang. Menurut Wisnu,
manajemen PSIS berencana akan menambah pendingin ruang kamar ganti
pemain, ruang transit, ruang wasit, pagar pembatas di tribun selatan hingga
loket elektronik. (wikipedia)
C. Event di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
Stadion sudah dipakai untuk berbagai macam event olahraga. PPSM
Magelang rutin menggunakan untuk menggelar pertandingan kandang sejak
2012 Dan juga Piala Indonesia Piala walikota Magelang dan pertandingan
ujicoba PPSM Magelang digelar di Stadion Dr H Moch Soebroto . Stadion
pernah digunakan untuk pembukaan pekan olahraga wilayah Kedu
Pekalongan Banyumas (Porwil Dulongmas). Pertandingan liga Gojek Divisi
Utama yang saat ini kompetisi tersebut masih berjalan, event ini merupakan
event yang sangatlah menarik dengan antusias dari masyarakat yang begitu
besar, karena sepak bola sendiri merupakan suatu olahraga yang banyak
peminatnya, selain itu dikarenakan liga Divisi Utama merupakan suatu
kejuaraan yang sangat menarik untuk ditonton sebab klub-klub yang bermain
merupakan klub sepak bola yang telah bersaing dan lolos dari Divisi dua
61
menuju Divisi Utama dan termasuk klub yang telah terpilih untuk lolos
menuju Divisi Utama.
Sehubungan dengan itu Pemerintah Kota Magelang sedang melakukan
kajian untuk menentukan besaran tarif sewa stadion Moch Soebroto.
Gambaran sementara, sesuai Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Usaha, biaya sewanya sebesar Rp 12 juta per
pertandingan."Untuk sekali tanding di stadion Moch Soebroto tarifnya Rp 12
juta, kalau pertandingan persahabatan masih dihitung lagi. Besaran tarif ini
masih kita kaji," kata Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(DPUPR) Kota Magelang.
Sementara itu Kasie Penataan Bangunan dan Lingkungan DPUPR
Wisnu Chrisna Hidayat menambahkan bahwa pihaknya telah mengajukan
tarif. "Namun karena komitmen dari Manajemen PSIS akan memakai selama
setahun atau semusim, maka kami tawarkan tarif secara global yang meliputi
pertandingan, latihan hingga pertandingan ujicoba. Sehingga tidak
memberatkan dan memudahkan perhitungan manajemen,". Tarif yang berlaku
secara Perda, lanjut Wisnu, juga masih bisa berubah tergantung dari jadwal
pertandingan. Jika pertandingan dilaksanakan malam hari, butuh pencahayaan
4 tiang lampu yang berimbas pada naiknya harga sewa stadion. "Dari empat
tiang lampu tersebut, terdapat 94 lampu dimana satu lampu saja membutuhkan
daya sebesar 2.000 watt. Sedangkan kapasitas listrik stadion tidak mencukupi
yaitu hanya 188 KVA. Genset yang kami miliki juga hanya satu unit dan
berdaya 5.000 watt saja," tuturnya.Terkait kesiapan dan kelayakan, Wisnu
62
menyebut bahwa Stadion Moch Soebroto sangat layak, baik karena dibangun
tipe A atau Madya, serta standar rumput yang sudah internasional. (detik.com
diakses tanggal 20018/04/07)
Dalam penggunaan Stadion Moch Soebroto tidak hanya dipergunakan
untuk laga sepak bola saja namun dibidang atletik juga pernah digunakan
salah satunya adalah lari, di stadion tersebut terdapat lintasan lari, namun
penggunaan dalam bidang atletik tersebut belum pernah ada suatu kejuaraan
atau lomba lari hanya digunakan para tentara ataupun orang-orang tertentu
yang telah mendapatkan ijin dari pihak lembaga pengurus stadion.
D. Praktik Percaloan di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
Percaloan yang terjadi di stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
memang benar adanya, praktik percaloan yang terjadi disana tidak hanya
dilakukan oleh satu atau dua calo namun ada banyak calo, sesuai dengan hasil
wawancara kepada salah satu narasumber yang membenarkan bahwasannya
adanya praktik percaloan yang terjadi di stadion Dr H Moch Soebroto
Magelang. Praktik percaloan tiket sepak bola merupakan sesuatu hal yang
umum terjadi di setiap ajang kompetisi pertandingan sepak bola, tidak hanya
di stadion Dr H Moch Soebroto Magelang saja namun praktik percaloan
hampir ada di seluruh daerah dimana daerah tersebut memiliki klub sepak
bola, apalagi klub sepak bola tersebut memiliki pendukung atau penggemar
yang banyak. Maka pada saat-saat itu dimanfaat kan oleh sekelompok atau
banyak orang untuk membuka ladang rizkinya. Salah satunya yaitu dengan
63
melakukan percaloan tiket karena dengan banyaknya pendukung atau
penggemar akan sangat menguntungkan para calo tersebut untuk melancarkan
aksinya. Karena tanpa adanya tiket , para penonton tidak boleh memasuki
tribun lapangan dan tidak bisa melihat ajang pertandingan tersebut, maka
sangatlah penting tiket tersebut guna dapat menyaksikan pertandingan sepak
bola.
1. Jenis calo menurut pengamatan penulis:
a. Calo individu
Calo individu/ perseorangan adalah calo yang
bekerja sendiri dalam mendapatkan dan menawarkan
tiketnya kepada pembeli. Calo individu ini lebih cenderung
menjual tiket dalam jumlah yang kecil.
b. Calo Kelompok
Calo kelompok adalah calo yang bekerja secara
berkelompok dan saling membantu dalam hal mendapatkan
dan menjual tiketnya dengan saling melengkapi, kemudian
dalam jenis calo kelompok biasanya dapat menjual tiket
dalam jumlah yang lebih banyak.
2. Karakter Calo
a. Karakter fisik (penampilan) calo
Segi karakter fisik yang ditampilkan oleh para calo
sangatlah beragam, ada yang memilik karakter seperti
preman, ada juga yang rapi menggunakan atribut lengkap,
64
dan juga ada yang berpenampilan seperti orang biasa, pada
dasarnya para pelaku percaloan umumnya adalah pria
dewasa yang lihai dan mahir dalam menawarkan.
b. Kemampuan dan keahlian calo
Kemampuan dan keahlian yang dimiliki para calo
yaitu keahlian dalam perihal merayu dan membujuk para
pembeli tiket dalam penjualan tiketnya, dengan karakter
dan kelihaian yang berbeda-beda dalam menawarkan tiket
kepada pembeli pada setiap individunya.
Gambaran umum praktek percaloan tiket sepak bola di
stadion Dr H Moch Soebroto Magelang memang benar ada,
dalam pengamatan dan hasil wawancara peneliti kepada para
pihak, serta kepada calo tiket secara langsung, kemudian peneliti
mendapatkan keterangan dan sebuah gambaran tenatang
bagaimana praktik percaloan tersebut terjadi. Peneliti melakukan
tiga kali penelitian, yang pertama dilakukan tanggal 10/5/2018
pada penelitian pertama ini peneliti mencoba bertanya dan
mewawancarai penjaga stadion yang dapat memberi informasi
tentang sedikit sejarah berdirinya Stadion tersebut. Kemudian
penelitian yang kedua dilakukan pada tanggal 17/05/2018 dari
penelitian yang kedua ini peneliti mengunjungi kembali stadion Dr
H Moch Soebroto tersebut guna melihat apakah memang benar
tentang keberadaan calo di saat adanya sebuah event pertandingan,
65
dan pada saat itu peneliti mencoba mewawancarai kepada seorang
pedagang sekaligus termasuk warga yang bertempat tinggal di
daerah sekitar stadion tersebut, dan dalam hasil wawancaranya
beliau memberi keterangan bahwasannya memang benar adanya
praktik percaloan di setiap event sepak bola yang diselenggarakan
di Stadion Dr H Moch Soebroto ini. Kemudian penelitian yang
ketiga dilakukan pada tanggal 28/5 2018 dari penelitian yang
ketiga ini peneliti mendapatkan sebuah hasil tentang bagaimana
praktik percaloan tersebut terjadi dan bagaimana calo tersebut
menjual dan mendapatkan tiketnya baik keterangan tersebut
diperoleh peneliti dari wawancara maupun pengamatan secara
langsung. Semua hasil penelitian yang dilakukan peneliti dikuatkan
dengan bukti dokumentasi dan wawancara.
Dalam salah satu laga, peneliti menemukan adanya praktik
percaloan tiket sepak bola dengan dikuatkan oleh salah satu bukti
wawancara kepada salah seorang warga yang bertempat tinggal di
lingkungan sekitar dan sekaligus menjadi pedagang kaki lima yang
berdagang setiap adanya pertandingan sepak bola maupun event-
event lain yang diselenggarakan di Stadion Dr H Moch Soebroto
dan juga Gor Samapta. Wawancara yang pertama saya lakukan
pada tanggal 17/5/2018 dengan seorang bapak Wagiman yang
bertempat tinggal dilingkungan sekitar stadion dan sekaligus
sebagai pedangang di setiap laga dan isi dari wawancara tersebut
66
berkenaan dengan praktik percaloan, beliau menjelaskan
bahwasannya memang benar di lingkungan sekitar stadion
memang adanya praktik percaloan dan biasanya apabila ada laga
dengan klub-klub besar harga tiketnya berkisar 80 rb untuk tribun
timur dan menurut beliau suporter fanatik tidak akan pernah
memkirkan harga dia hanya berfikir bagaimana cara nya
mendapatkan tiket untuk menonton laga, dan beliau juga berkata
bahwasannya praktik percaloan banyak dan tidaknya tergantung
banyak dan tidak nya penonton yang ingin menyaksikan laga, dan
untuk saat ini mungkin praktik percaloan tidak seramai seperti laga
sebelumnya karena mungkin terbentur dengan waktu puasa
sehingga para calo berfikir bahwasannya para penonton yang ingin
menonton laga akan lebih berkurang dibandingkan dengan hari-
hari biasanya.
Dalam pengamatan penulis pada tanggal 28/05/2018
mendapatkan sebuah keterangan mengenai praktik percaloan yang
ada, para calo tersebut adalah orang-orang yang berasal dari
lingkungan sekitar stadion dan ada sebagian yang bertempat
tinggal di luar daerah. Para calo tersebut memiliki latar belakang
orang-orang biasa dimana dia hanya memanfaatkan suatu event-
event yang ada untuk menjadikan ladang rizkinya. Dari segi
karakter fisik para calo memiliki karakter yang berbeda-beda ada
yang berkarakter seperti preman, ada juga yang berpenampilan
67
rapi, dan ada juga yang berpenampilan seperti orang-orang biasa,
kemudian dari segi kemampuan dan keahlian yang dimiliki para
calo yaitu memiliki keahlian dalam membujuk dan membuat daya
tarik pembeli yang sangat kuat dengan bujukan dan rayuan yang
dilakukannya. Tak sedikit pula para calo tersebut melakukan
kebohongan dalam penjualan tiketnya dia memberikan sebuah
informasi palsu atau keterangan palsu dan menutup-nutupi suatu
kebenaran yang merugikan pihak calo tersebut, misalnya para calo
tersebut menawarkan tiket dia selalu mengatakan bahwasannya
tiket yang ada di loket habis, padahal tiket tersebut masih ada.
Kemudian dia menwarkan harga tiket yang terlampau tinggi
berkisar 80.000 untuk tribun Timur padahal harga normalnya
berkisar 55.000 , dan para calo juga memberikan informasi palsu
bahwasannya dia berkata apabila harga tiket di loket sekitar 75.000
karena dengan alasan klub yang bertanding sama-sama kuat,
padahal di tiket tersebut tertulis harga tiket 55.000 namun para calo
tetap beralasan, dan membujuk dengan memberikan suatu
informasi kebohongan untuk menjual tiketnya.
3. Teknik calo dalam mendapatkan tiket
a. Mengantri
Salah satu bentuk calo tersebut dalam mendapatkan tiket
adalah dengan cara mengantri di loket guna mendapatkan
68
tiket terlebih dahulu, para calo tersebut mengantri jauh
sebelum jam pertandingan dimulai
b. Kerja sama
Salah satu bentuk calo tersebut dalam mendapatkan tiket
adalah dengan melakukan kerjasama atara para kelompok
calo untuk mendapatkan tiket dari loket.
Pengamatan penulis mendapatkan hasil tentang bagaimana
para calo tersebut mendapatkan tiket dan bagaimana cara
menawarkan tiket tersebut kepada para pembeli, dalam hasil
pengamatan yang pertama tentang bagaimana calo tersebut
mendapat tiket ternyata ada berbagai macam cara yang dilakukan
para calo untuk mendapatkan tiket dari loket tersebut, ada calo
yang membeli langsung tiket tersebut di loket dan menjualnya
kepada pembeli dengan cara menawarkan, dan ada juga calo yang
mendapatkan tiket melalui perkumpulan antar calo yang kemudian
ada pihak yang khusus membeli tiket di loket kemudian dilempar
kembali ke calo-calo yang lain untuk di perjualbelikan.
Kemudian wawancara pada tanggal 28/05/2018 berkenaan
dengan bagaimana cara calo tersebut mendapatkan tiket. Penulis
mencoba mewawancari seorang calo yang belum penulis ketahui
namanya namun penulis mendapatkan sedikit informasi tentang
bagaimana beliau mendapatkan tiket tersebut, calo tersebut berkata
yang pada intinya bahwa dia mendapatkan tiket tersebut dari loket
69
dengan cara mengantri melalui loket kemudian dia menjualnya
kembali kepada para pembeli yang belum mendapatkan tiket. Calo
tersebut menawarkan kepada saya berkenaan dengan tiket yang
dijualnya, dia menjual tiket hanya tribun timur karena peneliti
mencoba menanyaakan kepada beliau tentang harga tiket tribun
selatan dan vip dia menjawab tidak mengetahuinya, dan calo
tersebut beralasan bahwasannya tiket tribun selatan dan tribun
timur hanya terpaut sedikit dan beliau berkata lebih baik beli tiket
di tribun timut karena dalam menonton sepak bola dapat
melihatnya secara jelas, apabila melihat di tribun selatan dalam
menonton sepak bolanya pun tidak begitu nyaman karena berada
tepat di belakang gawang. Calo tersebut juga berkata karena harga
tiket tribun timur dan selatan terpaut hanya sedikit lebih baik
belilah tiket di tribun timur karena para penonton juga banyak yang
membeli tiket di tribun timur kalau tribun selatan khusus para
suporter panser biru dan apabila kamu melihat di tribun selatan
sana kamu tidak akan fokus melihat pertandingan karena tribun
tersebut biasanya dibuat menyanyi suporter dalam menyorakkan
dukungannya dengan bernyanyi terus menerus selama
pertandingan tersebut berlangsung.
Tidak sedikit pula para calo tersebut melakukan
kebohongan dalam penjualan tiketnya dia memberikan sebuah
informasi palsu atau keterangan palsu dan menutup-nutupi suatu
70
kebenaran yang merugikan pihak calo tersebut, misalnya para calo
tersebut menawarkan tiket dia selalu mengatakan bahwasannya
tiket yang ada di loket habis, padahal tiket tersebut masih ada.
Kemudian dia menwarkan harga tiket yang terlampau tinggi
berkisar 80.000 untuk tribun Timur padahal harga normalnya
berkisar 55.000, dan para calo juga memberikan informasi palsu
bahwasannya dia berkata apabila harga tiket di loket sekitar 75.000
padahal sebenarnya tidak. Memang dalam praktik percaloan
banyak pihak yang merasa dirugikan karena praktik percaloan
tersebut sangatlah banyak sehingga sebagian besar tiket-tiket yang
ada diloket kemudian dibeli terlebih dahulu oleh para calo-calo
sehingga hanya sebagian kecil tiket yang dapat dijual langsung
oleh penonton.
4. Respon pembeli tiket
Tanggapan dari salah satu pembeli tiket tentang praktik
percaloan yang ada di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang pada
tanggal 28/05/2018. Peneliti mencoba melakukan wawancara kepada
Rosyad yang termasuk salah seorang penonton yang membeli tiket
melalui calo, dia merasa sangat kecewa dengan habis nya tiket yang
berda di loket, karena sebagian tiket tersebut telah dibeli oleh para calo
sehingga penonton tersebut sulit mendapatkan tiket, penonton tersebut
berkata bahwasannya dia sangat kecewa membeli tiket melalui calo
dengan harga 80.000 kemudian dia berusaha menwar harga tiket
71
tersebut, sebab dia tidak hanya membeli satu tiket melainkan tiga buah
tiket sehingga penonton tersebut meminta potongan haraga namun calo
tersebut tidak memberikannya dan kata penonton tersebut yang
mendapatkan potongan harga apabila membeli lima buah tiket atau
lebih, begitu ujarnya. Walaupun dengan kekecewaan dia akhirnya tetap
membeli tiket tersebut karena dia merasakan sangat membutuhkan
tiket tersebut guna menonton pertandingan sepak bola tersebut. Sebab
perjalanan yang di lakukan Rosyad tersebut lumayan jauh dia berasal
dari Jogja apabila sampai magelang dia tidak bisa menonton secara
langsung dan menyorakkan semangatnya untuk klub tercinta maka dia
merasa sia-sia apa yang dilakukannya.
5. Pihak penyelenggara dalam penyediaan layanan tiket
a. Penyelenggara penyediaan layanan tiket
Penyelenggara penyediaan layanan tiket merupakan
suatu devisi bagian dalam mengatur dan melayani dalam
bidang tiket pertandingan. Penyedia layanan tiket
mendistribusikan tiket nya melalui loket dan pemesanan
secara online. Menurut pengakuan Bapak Anton selaku
penanggung Jawab tiket berkaitan dengan praktek
percaloan yang ada pihaknya memberikan pernyataan
bahwasannya dari pihak penyelenggara sendiri tidak
melakukan kerja sama dengan para calo jadi menurut beliau
bahwa praktek percaloan sendiri tidak dilegalkan. distribusi
72
tiket yang disediakan oleh penyelenggara untuk umum
hanya melalui loket, tiket tersebut didistribusikan kepada
tiket box yang berada di stadion dan kepada pengurus
suporter resmi kemudian didistribusikan kepada para
anggota tiap korwil daerah yang sudah resmi terdaftar
sebagai supporter,
b. Tanggapan pihak penyelenggara berkaitan tentang praktik
percaloan
Tanggapan dari beliau kedepannya tentang praktik
percaloan sebaiknya dihilangkan karena adanya praktik
percaloan yang terjadi dilapangan banyak komplain atau
timbul masalah di dalam praktik pembelian tiket di
lapangan dan sangat merugikan pihak penonton. Apabila
dilihat dari sudut pandang penyelenggara tentang adanya
calo tersebut bisa dikatakan membantu juga membantu
kepada pihak penyelenggara karena tidak harus melayani
antrean panjang pembeli, namun apabila dilihat dari sudut
pandang pembeli sangat dirugikan apabila melakukan
pembelian tiket melalui calo sebab pastilah harga tiket
tersebut menjadi naik sehingga sangat merugikan pembeli,
dan juga apabila dari pihak penyelenggara melihat kerugian
yang diderita para pembeli tiket yang melakukan pembelian
melalui calo pastilah dari pihak penyelenggara juga merasa
73
prihatin dan kasian maka dari itu pihak penyelenggara
menyarankan agar kedepannya tidak ada praktek percaloan.
c. Upaya Pihak penyelenggara dalam mengantisipasi praktik
percaloan yang ada
peraturan teknis yang dilakukan oleh pihak
penyelenggara melalui loket stadion memberikan sebuah
batasan dalam pembelian tiket pada setiap orang yang
berjumlah 5 buah tiket, hal tersebut merupakan cara dari
pihak penyelenggara untuk mengurangi adanya praktik
percaloan. Karena dari pihak penyelenggara tidak
memungkinkan untuk mengetahui atau menghafal beberapa
orang yang tegolong calo, karena memang dalam proses
pembelian tiket sangatlah ramai entah itu dari pihak
pembeli langsung atau bahkan pihak tersebut merupakan
seorang calo. Kemudian pihak penyelenggara juga
membuat sebuah cara lagi untuk membatasi gerak dari para
calo yaitu melalui tiket online, karena apabila dalam
pembelian tiket melalui online sangat sulit oleh para calo
untuk membeli banyak tiket sebab di dalam pembelian tiket
melalui online harus menyertakan identitas pembeli
sehingga orang yang telah membeli tiket tidak dapat lagi
membeli tiket melalui identitas yang sama. Beliau juga
berkata bahwasanya dari pihak penyelenggara memang
74
tidak melakukan kerja sama kepada calo, dengan bukti
bahwasanya dari pihak penyelenggara dalam penjualan
tiket kepada siapapun menggunakan harga yang sama tidak
membeda-bedakan, misal apabila itu calo diberi potongan
harga, tidak seperti itu kami menjualkan tiket dengan harga
yang sama kepada pihak manapun sesuai dengan harga
standardnya.
75
BAB IV
PRAKTIK PERCALOAN JUAL BELI TIKET SEPAK BOLA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Praktik Percaloan Jual Beli Tiket Sepak Bola di Stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang.
Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang merupakan stadion yang dapat
dikategorikan stadion baru yang mulai dibangun pada tahun 2008 dan mulai
diresmikan nama tersebut pada 24 Febuari 2015 oleh walikota Magelang.
Stadion ini merupakan kandang dari PPSM (Perserikatan Paguyuban Sepak
Bola Magelang) yang merupakan salah satu klub sepak bola yang berasal dari
Magelang. Stadion ini hingga sekarang masih dalam proses pembangunan dan
stadion ini merupakan stadion milik Pemerintah Kota Magelang. Setelah
diresmikannya stadion tersebut sekarang mulai banyak diselenggarakan event-
event maupun pertandingan yang di stadion tersebut, dan baru-baru ini stadion
tersebut digunakan PSIS (Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang) sebagai
kandang sementara dalam liga Indonesia divisi 1, dimana penggunan tempat
tersebut telah disetujui oleh Pengelola Stadion dan juga Pemerintah Kota
Magelang. Setelah dilakukan beberapa verifikasi stadion maka stadion
tersebut layak digunakan sementara oleh klub PSIS (Persatuan Sepak Bola
Induk Semarang) dalam liga Indonesia devisi 1, dan adanya liga tersebut
membuat antusias penonton baik dari pendukung asli PSIS Semarang ataupun
lingkungan sekitar Magelang untuk dapat menyaksikan pertandingan Sepak
76
bola tersebut dalam setiap laganya. liga divisi utama merupakan suatu
kejuaraan yang sangat menarik untuk ditonton sebab klub-klub yang bermain
merupakan klub sepak bola yang telah bersaing dan lolos dari divisi dua
menuju divisi utama dan termasuk klub yang telah terpilih untuk lolos menuju
divisi utama. Apalagi dalam pertandingan klub sepak bola tersebut lawannya
sangatlah kuat maka saat-saat itu dimanfaatkan oleh sekelompok atau banyak
orang untuk membuka ladang rizkinya. Salah satunya yaitu dengan melakukan
percaloan tiket.
Dalam laga pertandingan disetiap setadion pastilah ada praktik
percaloan tiket namun yang membedakan banyak atau tidaknya praktek
percaloan tergantung dari pertandingannya dan juga suporter setia dari tiap
klub sepak bola, jumlah suporter juga mempengaruhi tingkat praktik percaloan
yang ada karena apabila dalam suatu laga jumlah penonton sedikit maka
semakin sedikit juga praktik percaloan yang ada atau bahkan tidak ada.
Praktik jual beli tiket yang ada di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
dalam realitanya masih banyak jasa calo atau makelar dalam menjual tiketnya,
para calo tersebut memang rata-rata berasal dari orang-orang yang bertempat
tinggal di lingkungan sekitar stadion. Mereka memiliki latar belakang orang-
orang yang memiliki kelihaian dalam menawarkan maupun membujuk para
pembeli, keahlian tersebut digunakan para calo untuk menarik pembeli. Tidak
sedikit dari para calo tersebut merupakan orang-orang yang bisa dikategorikan
orang yang telah berkeluarga maupun pria dewasa. Praktik percaloan yang
terjadi di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang memanglah sangat banyak,
77
tidak hanya satu maupun dua orang melainkan puluhan orang bahkan lebih.
Para calo tersebut menjualkan tiketnya secara terang-terangan bahkan ada para
calo yang menghadang pembeli dari jalan menuju loket dan ada juga yang
menjualnya di area loket. Penjualan tiket ini sangat dilakukan secara terang-
terangan bahkan ada petugas keamanan para calo tersebut pun tetap menawar-
nawarkan tiketnya.
1. Jenis calo menurut pengamatan penulis:
a. Calo individu
Calo individu/ perseorangan adalah calo yang
bekerja sendiri dalam mendapatkan dan menawarkan
tiketnya kepada pembeli. Calo individu ini lebih cenderung
menjual tiket dalam jumlah yang kecil.
b. Calo Kelompok
Calo kelompok adalah calo yang bekerja secara
berkelompok dan saling membantu dalam hal mendapatkan
dan menjual tiketnya dengan saling melengkapi, kemudian
dalam jenis calo kelompok biasanya dapat menjual tiket
dalam jumlah yang lebih banyak.
Dalam praktik percaloan yang terjadi Stadion Dr H Moch Soebroto
ada berbagai macam cara calo untuk mendapatkan tiket dari loket tersebut, ada
calo yang membeli langsung tiket tersebut di loket dan menjualnya kepada
pembeli dengan cara menawarkannya, dan ada juga calo yang mendapatkan
tiket melalui perkumpulan antar calo yang kemudian ada pihak yang khusus
78
membeli tiket di loket kemudian dilempar kembali ke calo-calo yang lain
untuk di perjualbelikan.
Tak sedikit pula para calo tersebut melakukan kebohongan dalam
penjualan tiketnya dia memberikan sebuah informasi palsu atau keterangan
palsu dan menutup-nutupi suatu kebenaran yang merugikan pihak calo
tersebut, misalnya para calo tersebut menawarkan tiket dia selalu mengatakan
bahwasannya tiket yang ada di loket habis, padahal tiket tersebut masih ada.
Kemudian dia menwarkan harga tiket yang terlampau tinggi berkisar 80.000
untuk tribun Timur padahal harga normalnya berkisar 55.000 , dan para calo
juga memberikan informasi palsu bahwasannya dia berkata apabila harga tiket
di loket sekitar 75.000 padahal sebenarnya tidak. Memang dalam praktik
percaloan banyak pihak yang merasa dirugikan karena praktik percaloan
tersebut sangatlah banyak sehingga sebagian besar tiket-tiket yang ada diloket
kemudian dibeli terlebih dahulu oleh para calo-calo sehingga hanya sebagian
kecil tiket yang dapat dijual langsung oleh penonton. Memang pihak
managemen telah melakukan antisipasi atas keresahan para penonton yang
kesulitan mendapatkan tiket karena dia harus rela membeli dengan harga yang
tidak seharusnya.
B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktik Percaloan Tiket Sepak Bola
Hukum Islam telah mengatur kehidupan manusia mencakup segala
bentuk aspek seperti hubungan manusia dengan Allah SWT , hubungan antara
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Hal-hal yang
79
berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia mencakup hal yang
sangat luas seperti mu‟amalah, hukum islam dalam bidang mu‟amalah dibagi
dalam dua garis besar yaitu munakahat (perkawinan), jinayat (pidana) dan
mu‟amalah dalam arti khusus yang hanya berkaitan dengan bidang ekonomi
dan bisnis dalam Islam (Huda, 2011: 1). Mu‟amalah merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan muamalah ini
manusia dapat berhubungan satu sama lain yang menimbulkan hak dan
kewajiban, sehingga akan terciptanya segala sesuatu yang diinginkan dalam
kebutuhan hidupnya. Sekian berkembangnya zaman banyak berkembang
model jual beli yang dilakukan manusia, dengan banyaknya model jual beli
tersebut banyak manusia sering tidak memperhatikan tentang rukun dan syarat
yang harus dipenuhi dalam jual beli tersebut, jika melihat dari perkembangan
manusia juga banyak manusia zaman sekarang tidak mengutamakan dan
memperhatikan bagaimana sah dan tidak dalam jual beli yang dilakukannya.
Manusia pada zaman sekarang hanya berambisi dalam mendapatkan
keuntungan saja tidak memperhatikan bagaimana syarat sah dan tidaknya jual
beli dan apa saja yang diperbolehkan dan dilarang dalam jual beli. Salah satu
contoh bentuk jual beli pada zaman sekarang adalah Praktik Percaloan yang
terjadi di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang, bentuk Praktik percaloan
atau yang dapat kita sebut sebagai perantara sudah ada sejak zaman Rasulullah
SAW. Pada zaman dahulu model jual beli menggunakan perantara dapat
disebut dengan al-samsarah yang artinya Percaloan adalah upaya mengantarai
pihak penjual dengan pembeli, agar penjual mendapatkan kemudahan dalam
80
mendapatkan calon pembeli. Menurut Ulama Malikkiyah sebenarnya sebelum
Rosul berhijrah ke Madinah , tradisi tersebut sudah berlaku secara turun-
temurun, hingga datangnya Rasulullah SAW, yang ketika itu sahabat sering
juga melakukannya, padahal ketika Nabi juga tidak pernah melarangnya.
Pada dasarnya istilah percaloan, pialang, broker, makelar hampir sama
prinsipnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia calo adalah orang yang
menjadi perantara dalam memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu
berdasarkan upah. Makelar adalah perantara perdagangan (antara penjual dan
pembeli) orang yang menjualkan barangnya dan mencarikan pembeli. Pialang
adalah perantara dalam kegiatan jual beli.Sedangkan Broker adalah Pedagang
perantara yang menghubungkan pedagang satu dengan yang lain dalam hal
jual beli atau antara penjual dan pembeli. Berdasarkan pemaparan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwasannya pengertian calo,pialang, broker dan makelar
pada dasarnya sama yaitu pihak ketiga antara penjual dan pembeli yang
menghubungkan antara keduanya guna menjualkan suatu barang maupun jasa
nya.
Apabila kita analisis praktik jual beli tiket di Stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang selain dari loket pada dasarnya disebut dengan calo oleh
mayoritas masyarakat pada umumnya, dan pada dasarnya calo dalam
pandangan masyarakat umum bersifat negatif, apabila kita analisis praktik
percaloan yang terjadi di stadion Dr H Moch Soebroto Magelang dengan
pengertian dan prinsip calo yang sebenarnya maka timbul perbedaan prinsip
diantara keduanya. Pengertian dan prinsip calo yang sebenarnya adalah orang
81
yang menjadi perantara dalam memberikan jasanya untuk menguruskan
sesuatu berdasarkan upah. Sedangkan prinsipnya calo adalah orang yang
memberikan suatu jasanya dalam pengurusan suatu hal dan jasa tersebut
dibayar berdasarkan Upah sesuai kesepakatan awal antara pihak calo dengan
orang yang ingin menggunakan jasanya dalam mengurus sesuatu. Sedangkan
praktik jual beli tiket yang terjadi di stadion Dr H Moch Soebroto Magelang
pada prinsipnya para calo tersebut memborong sebagian tiket yang ada di loket
kemudian di jual kembali kepada pembeli dengan harga yang lebih tinggi
sesuai keinginan calo tersebut. Berdasarkan pemaparan diatas sebenarnya
praktik percaloan yang sering dikenal di masyarakat umum dalam hal
pembelian tiket sepak bola bukan tergolong prinsip dalam percaloan namun
hal tersebut dapat dikatakan dengan monopoli barang.
Sedangkan untuk syarat sah nya makelar/ calo yang zaman dulu
disebut sengan simsar ini harus memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai
berikut:
a. Harus mendapatkan persetujuan antara kedua belah pihak
yaitu Penjual dan Pembeli. Sesuai dengan (QS. Al-Nisa
ayat 29).
b. Objek akad dapat diketahui Manfaatnya secaara nyata dan
juga dapat diserahkan.
c. Objek akad juga bukan termasuk barang yang haram
ataupun hal-hal yang dilarang oleh Hukum Islam.
82
d. Makelar harus bersikap jujur, terbuka, ikhlas, tidak
melakukan penipuan maupun paksaan kepada kedua belah
pihak, dan tidak melakukan bisnis yang haram dan juga
syubhat (yang tidak jelas halal dan haramnya).
ketika kita analisis praktik percaloan yang terjadi di Stadion Dr H
Moch Soebroto Magelang dengan model al-Samsarah pada zaman
Rasulullah SAW maka dapat disimpulkan bahwa bila ditinjau dari Subjek
nya memang benar dalam praktik percaloan yang terjadi di Stadion Dr H
Moch Soebroto Magelang pelaku jualbeli tersebut memang sudah
memenuhi syaratnya yaitu berakal dan dan baliq namun dalam praktik jual
beli tiket tersebut tidak memenuhi syarat bahwasannya harus mendapatkan
persetujuan kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli, dalam praktek
percaloan yang terjadi pihak perantara tidak mendapatkan persetujuan dari
pihak penjual bahkan dalam pihak pengelola penjual tiket telah melarang
adanya praktik percaloan dalam penjualan tiket karena banyak koplain den
resahan yang dilakukan oleh para penonton tentang maraknya praktik
percaloan yang sangat merugikan para penonton yang ingin membeli tiket
karena apabila membeli tiket melalui calo harganya pun menjadi semakin
lebih tinggi.
Kemudian yang kedua apabila dilihat dari Objek nya memang
sudah sesuai dengan ketentuan dan syaratnya yaitu Obyek yang
diperjualbelikan memang termasuk objek yang memiliki manfaat dan
objek dapat diserakan secara langsung ,suatu tiket tersebut termasuk objek
83
yang memiliki manfaat yaitu bukti agar dapat memasuki stadion, apabila
tanpa adanya tiket tersebut maka orang tersebut tidak dapat memasuki
stadion. Kemudian apabila kita lihat dari zat nya Objek yang diperjual
belikan memang bukan barang yang haram dan dilarang dalam hukum
Islam karena tiket bukanlah termasuk zat yang dilarang dalam jual beli.
Kemudian syarat yang ketiga dari perantara atau calo yaitu harus
bersikap jujur, terbuka, ikhlas, tidak melakukan penipuan maupun paksaan
kepada kedua belah pihak, namun praktek percaloan yang terjadi di
stadion Dr H Moch Soebroto Magelang berbeda realitanya banyak para
calo tersebut melakukan kebohongan dalam penjualan tiketnya dia
memberikan sebuah informasi palsu atau keterangan palsu dan menutup-
nutupi suatu kebenaran yang merugikan pihak calo tersebut, misalnya para
calo tersebut menawarkan tiket dia selalu mengatakan bahwasannya tiket
yang ada di loket habis, padahal tiket tersebut masih ada. Kemudian dia
menwarkan harga tiket yang terlampau tinggi berkisar 80.000 untuk tribun
Timur padahal harga normalnya berkisar 55.000 , dan para calo juga
memberikan informasi palsu bahwasannya dia berkata apabila harga tiket
di loket sekitar 75.000 padahal sebenarnya tidak.
Praktik percaloan yang terjadi di Stadion Dr H Moch Soebroto
terdapat suatu kelangkaan dalam pembelian tiket yang berada dalam Tiket
box hal tersebut disebab kan karena adanya oknum calo dimana dia
berkerja secara kelompok maupun individu untuk membeli sebagian tiket
yang berada di tiket box setelah tiket yang berada di tiket box tersebut
84
habis maka terjadilah kesulitan dalam mendapat tiket kemudian oknum
calo tersebut menawarkan kembali dan menjual kembali tiket tersebut
kepada para pembeli dengan harga yang lebih tinggi. Apabila dilihat dari
gambaran umum praktek percaloan diatas terdapat adanya unsur monopoli
tiket yang dilakukan oleh pihak calo yang menyebabkan kelangkaan dalam
mendapatkan tiket. Apabila kita tinjau melalui Hukum Islam apakah
praktik monopoli yang dilakukan oleh pihak calo tersebut diperbolehkan
ataukah tidak maka kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang
pengertian monopoli dalam islam dan bagaimana Pandangan Hukum Islam
tentang monopoli barang.
Monopoli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
monopoli adalah situasi yang pengadaan barang dagangannya tertentu (di
pasar lokal atau nasional) sekurang-kurangnya sepertiga dikuasai oleh satu
orang atau sekelompok orang (kbbi, 2006: 1271). Sedangkan di dalam
bahasa Arabnya dikenal dengan istilah al-ihtikar yaitu secara bahasa
adalah menyimpan makanan, adapun secaara istilah adalah Seseorang
membeli makanan ketika harganya tinggi untuk diperjualbelikan, tapi dia
tidak menjualnya pada waktu itu, justru malah ditimbunnya agar
menjualnya dengan harga yang lebih tinggi (Nawawi,2012: 219).
Hukum monopoli sesuai dengan firman Allah Qs al-Hajj ayat 25
adalah haram. Bunyi dari firman tersebut adalah:
85
ون عن سبيل اللو والمسجد الرام الذي جعلناه إن الذين كفروا ويصدللناس سواء العاكف فيو والباد ومن يرد فيو بإلاد بظلم نذقو من
عذاب أليم Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi
manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami
jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun
di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya
melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan
kepadanya sebahagian siksa yang pedih.”
Dalil kedua: Hadist Abu Sa‟id al-khudri ra bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda:
ال ضرر وال ضرار ، من ضار ضاره اللو ، ومن شاق شاق اللو عليو Artinya: “Tidak boleh memberikan madharat kepada diri sendiri
dan kepada orang lain, barang siapa yang memberikan madharat
kepada orang lain, maka Allah akan memberikan madharat
kepadanya, dan barangsiapa yang memberikan beban kepada
orang lain, maka Allah akan memberikan beban kepadanya.“( HR.
Daruquthni (3/ 77 ) , lihat juga Bulughul Maram, hadits : 910 )
Dalil ketiga: Hadist Ma‟mar bin Abdullah ra bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
من احتكر ف هو خاطئ Artinya: “ Barangsiapa menimbun barang, maka ia berdosa.” (HR
Muslim (1605).
Berdasarkan pemaparan tentang pengertian monopoli dan dasar
Hukum Islam tentang monopoli maka dapat disimpulkan bahwasannya
praktik monopoli barang di dalam Hukum Islam sendiri telah dilarang
86
berdasarkan Al-qur‟an dan Hadist Nabi SAW , dan apabila kita tinjau
bahwa dalam praktik percaloan yang terjadi di Stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang mengandung unsur monopoli maka praktik tersebut
apabila kita analisis bisa dikatakan tidak diperbolehkan di dalam Hukum
Islam
Maka setelah kita analisis tentang praktek percaloan yang terjadi di
Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang dapat disimpulkan bahwasannya
ada syarat-syarat yang tidak diperbolehkan didalam Hukum Islam dan
dapat disimpulkan Praktek Percaloan yang terjadi di Stadion Dr H Moch
Soebroto Magelang tidak sesuai dengan ketentuan Hukum Islam.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisa dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian tersebut yang tertuang di dalam
bab I bab II bab III dan bab IV dengan kesimpulan yang didapat untuk
menjawab rumusan masalah yang ada yaitu sebagai berikut:
1. Praktik jual beli tiket yang ada di Stadion dr. Dr H Moch Soebroto
dalam realitanya masih banyak jasa calo dalam menjual tiketnya, yaitu
dengan sistem jual beli melalui perantara atau dapat kita sebut calo,
calo tersebut mendapatkan tiket melalui loket. Dalam praktik
percaloan yang terjadi Stadion Dr H Moch Soebroto ada berbagai
macam cara calo untuk mendapatkan tiket dari loket tersebut, ada calo
yang membeli langsung tiket tersebut di loket dan menjualnya kepada
pembeli dengan cara menawarkannya, dan ada juga calo yang
mendapatkan tiket melalui perkumpulan antar calo yang kemudian ada
pihak yang khusus membeli tiket di loket kemudian dilempar kembali
ke calo-calo yang lain untuk di perjualbelikan.
Para calo memiliki keahlian dalam membujuk dan membuat
daya tarik pembeli yang sangat kuat dengan bujukan dan rayuan yang
dilakukannya. Tak sedikit pula para calo tersebut melakukan
kebohongan dalam penjualan tiketnya dia memberikan sebuah
88
informasi palsu atau keterangan palsu dan menutup-nutupi suatu
kebenaran yang merugikan pihak calo tersebut, misalnya para calo
tersebut menawarkan tiket dia selalu mengatakan bahwasannya tiket
yang ada di loket habis, padahal tiket tersebut masih ada. Kemudian
dia menwarkan harga tiket yang terlampau tinggi berkisar 80.000
untuk tribun Timur padahal harga normalnya berkisar 55.000 , dan
para calo juga memberikan informasi palsu bahwasannya dia berkata
apabila harga tiket di loket sekitar 75.000 padahal sebenarnya tidak.
Memang dalam praktik percaloan banyak pihak yang merasa
dirugikan karena praktik percaloan tersebut sangatlah banyak sehingga
sebagian besar tiket-tiket yang ada diloket kemudian dibeli terlebih
dahulu oleh para calo-calo sehingga hanya sebagian kecil tiket yang
dapat dijual langsung oleh penonton. Memang pihak managemen telah
melakukan antisipasi atas keresahan para penonton yang kesulitan
mendapatkan tiket karena dia harus rela membeli dengan harga yang
tidak seharusnya. Kemudian pihak managemen melakukan beberapa
cara untuk mengantisipasi dan mempersempit gerak calo-calo tersebut
dengan cara menjualnya melalui tiket online selain untuk mencegah
sedikit praktik percaloan juga dapat mencegah beredarnya tiket-tiket
palsu karena sekarang sistem masuk melalui stadion tiket tersebut
harus discan terlebih dahulu untuk menentukan keasliannya.
2. Dilihat dari perpektif Hukum Islam Praktik percaloan yang terjadi di
stadion Dr H Moch Soebroto Magelang apabila dilihat atau ditinjau
89
dengan Hukum Islam sistemnya hampir mirip dengan kosep al-
samsarah namun praktik Percaloan atau istilah lainnya, broker,
makelar dan sebagainya realita yang terjadi masih banyak
penyelewengan yang tidak diperbolehkan di dalam konsep al-
samsarah seperti adanya unsur penipuan atau kebohongan dalam
bertransaksi kemudian juga ada bentuk penimbunan karena hampir
sebagian tiket tersebut didominasi oleh para calo kemudian dijual
dengan harga yang begitu lumayang tinggi. Dan seharus nya penjual
pertama atau pihak loket para perantara dan pembeli harus sama
mengerti harga jual dan keuntungan yang diberikan kepada perantara
tersebut namun hal tersebut bertolak belakang dengan Praktik
percaloan yang ada di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang.
Sedangkan syarat-syarat dalam al–simsarah yaitu Harus mendapatkan
persetujuan antara kedua belah pihak yaitu Penjual dan Pembeli.
Sesuai dengan (QS. Al-Nisa ayat 29), Objek akad dapat diketahui
Manfaatnya secaara nyata dan juga dapat diserahkan. Objek akad juga
bukan termasuk barang yang haram ataupun hal-hal yang dilarang oleh
Hukum Islam. Makelar harus bersikap jujur, terbuka, ikhlas, tidak
melakukan penipuan maupun paksaan kepada kedua belah pihak, dan
tidak melakukan bisnis yang haram dan juga syubhat (yang tidak jelas
halal dan haramnya). Maka dapat disimpulkan Praktek Percaloan yang
terjadi di Stadion Dr H Moch Soebroto Magelang tidak sesuai dengan
ketentuan Hukum Islam.
90
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
tentang Praktik Percaloan Tiket Sepak Bola yang berada di Stadion Dr H
Moch Soebroto Magelang, maka peneliti memberikan saran yang terkait
kepada para pihak agar kedepannya lebih baik dan menjadi petimbangan.
Saran tersebut diperuntukkan untuk :
1. Pembeli Tiket
a. Hendaknya lebih selektif dan lebih pintar dalam melakukan
transaksi pembelian tiket agar kedepannya tidak merasa
dirugikan.
b. Hendaknya pembeli lebih berperan aktif dalam upaya
mengawasi keberadaan calo yang merugikan bagi berbagai
pihak.
2. Panitia Penyelenggara
a. Hendaknya panitia lebih meningkatkan pengawasan terhadap
praktik percaloan yang ada sehingga tidak menimbulkan
kerugian bagi para pembeli tiket
b. Hendaknya panitia menerapkan sistem penjualan tiket yang
berbasis online agar menekan pergerakan praktik percaloan
yang ada.
c. Hendaknya panitia penyelenggara menindak tegas terhadap
praktik percaloan yang terjadi di Stadioon Dr H Moch Soebroto
Magelang.
91
3. Calo
a. Seyogyanya para calo dapat menjadi perantara yang tidak
merugikan kepada para penonton dan tidak mengambil
keuntungan yang berlebihan yang memberatkan pembeli.
b. Hendaknya para calo tidak mendominasi tiket yang ada
sehingga menyebabkan kesulitan bagi pembeli dalam
mendapatkan tiket.
92
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Anwar,Syamsul.2010.Hukum Perjanjian Syariah.Jakarta:Rajawali pers.
Departemen Agama RI,1965, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Percetakan
Dan Offset Yamunu
Djamil, Faturahman. 2002. Fiqh Mu‟amalah. Jakarta: Ichtiar Van Hoeve.
Djuwaini, Dimyauddin.2008. Pengantar Fiqh Mu‟amalah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hassan, A.1985. Terjemahan Bulughul Maram. Bangil: Pustaka Tamam.
Huda, Qamarul.2011. Fiqh Muamalah.Yogyakarta: Sukses Offset.
Ghazaly ,Abdul Rahman dkk. 2010. Fiqh Mua‟amalat. Jakarta: Kencana Perenada
Kansil Adan Chrsten, 2002, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
Luxbacher, A Joseph.2011. Sepak Bola.Jakarta: PT Raja Grafindo
Mahjuddin. 2012. Masail Al-Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia.
Media Group Soemanto,Wasty.1993.Pendidikan Wiraswasta.Jakarta : Bumi
Aksara Press
Moleong, Lexy.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Poerwadarminta.2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sabiq,sayyid. 1996. Fiqih Sunnah. Bandung: PT al-Ma‟arif.
Sa‟id ,Abdullah as-Sattar Fatullah. 1402 H. Al Mu‟amalat fi al Islam. Rabithal al
Islami. Idarah al Kitab al Islami. Mekkah: Saudi Arabia.
Subekti, 2004, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Pramita.
Sujarweni,Wiratna.2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Surahwardi.2001. Fiqih Muamalah. Jakarta: Bumi Aksara.
93
Rasjid, Sulaiman.2017. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Surahwardi.2001. Fiqih Muamalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Suhendi, Hendi.2002.Fiqih Mu‟amalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zuhdi, masjfuk.1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta:PT Midas Surya Grafindo.
Zuhaily,wahbah, Al-Fiqih Al-Islami wa Adillatuhu, 1989, Jilid 4
Sumber internet:
detik.com diakses tanggal 20018/04/07
94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yona Rengga Arif Pratama
T T L : Kab Semarang 07 Juli 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat :Pandean Rt 01 Rw 01, Kelurahan Lodoyong,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang
Domisili :Pandean Rt 01 Rw 01, Kelurahan Lodoyong,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang
Nama Ayah : Slamet
Nama Ibu : Khusnul Djariyah
Pendidikan
1. Sd N Sudirman Ambarawa
2. Smp N 1 Ambarawa
3. Smk N 1 Jambu
Organisasi
1. Amggota Hmj Hukum Ekonomi Syariah
2. Pengurus Pondok Pesantren As-Syafi‟iyah Nu
95
PERTANYAAN PENELITIAN
A. Calo
1. Identitas Penjual
2. Bagaimana cara mendapatkan tiket?
3. Bagaimana cara penjualan tiket?
4. Berapa jumlah tiket yang dibeli dan jumlah tiket yang laku?
5. Berapa harga satu tiket yang di beli dan tiket yang dijual?
6. Apakah ada perbedaan penjualan harga per tiket dalam setiap
pertandingan?
7. Apakah ada persatuan atau perkumpulan dalam praktik penjualan tiket
ini?
8. Kira kira berapa tiket yang dapat di jual belikan dalam satu
pertandingan?
9. Apakah dari pihak kemenpora ada larangan atau malah anjuran dalam
praktek penjualan tiket tersebut?
B. Loket Penjual Tiket
1. Identitas Penjaga loket
2. Apakah ada praktik percaloan dalam setiap pertandingan sepak bola?
3. Bila ada bagaimana cara calo tersebut mendapatkan tiket?
4. Apakah ada peraturan dan kebijakan dari pihak setadion tentang
praktik percaloan?
5. Bagaimana tanggapan mengenai adanya praktik percaloan di stadion?
96
6. Bagaimana tanggapan bapak untuk kedepannya mengenai praktek
percaloan tiket yang ada?
C. Pembeli (penonton)
1. Apa Tanggapan para Pembeli tiket mengenai Praktek Percaloan dalam
penjualan tiket sepak bola?
2. Apakah Praktek percaloan jual beli tiket sepak bola tersebut sangat
menguntungkan atau merugikan?
3. Apa kritik dan saran bagi Praktik percaloan yang ada?
4. Berapa harga satu tiket yang di beli?
5. Bagaimana saran anda kedepannya untuk praktik percaloan yang ada
dan untuk pihak pengurus stadion sendiri?
D. Penduduk Lingkungan Sekitar
1. Identitas penduduk lingkungan sekitar
2. Bagaimana Tanggapan ibu tentang adanya tontonan atau pertandingan
liga sepak bola di stadion tersebut?
3. Apakah ada dampak yang ditimbulkan dari adanya liga sepak bola di
stadion tersebut terhadap masyarakat di sekitar stadion sini?
4. Apakah ada pengaruh terhadap penduduk sekitar stadion berkenaan
dengan adanya liga sepak bola di stadion ini?
97
98
99
DOKUMENTASI KEGIATAN
100
101
102
103
104
105
106
Recommended