View
240
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG-LAYANG
JAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Disusun Oleh:
Warih Yunita Ratna .P
C9407004
PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Doa adalah pengingat akan sifat manusia yang luar biasa bahwa ada bagian diri
kita yang tidak di batasi oleh ruang dan waktu, keyakinan bahwa kita selalu
berada dalam lindungan-NYA.
(Larry Dossey)
Nasib bukan suatu kebetulan melainkan pilihan, bukan suatu yang kita tunggu
kedatangannya melainkan kita jemput pencapaiannya.
(Penulis)
Semua yang kita miliki merupakan hasil dari apa yang kita pikirkan.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT,
Tuhan seru sekalian alam. Berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan
tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan
mengesahkan tugas akhir ini.
2. Ibu Dra. Hj. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberi petunjuk,
dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga sehingga dapat
terselesainya Penulisan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Warto, M. Hum selaku pembimbing pertama atas kesediaan waktu,
ketelitian, semangat dan kesabaran membimbing penulis untuk memberikan
yang terbaik.
4. Bapak Sri Agus, M.Pd. selaku pembimbing kedua atas kesediaan waktu,
ketelitian, motivasi dan kesabaran membimbing penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini..
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen DIII Usaha Perjalanan Wisata UNS yang telah
memberikan ilmu, bekal pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Bapak Muh. Fadlol SE yang telah membantu penulis dalam kegiatan
observasi wisatawan.
7. Teman-teman D3 UPW khususnya angkatan 2007 yang telah memberikan
motivasi dan kebersamaan kepada penulis.
8. Sahabatku, Pipit dan Emo atas persahabatannya, motivasi, dan bantuannya
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
9. Para Brothers Black Gamers Motor Community terimakasih juga atas
persaudaraannya serta Kerabat Q-roxs terimakasih atas persaudaraan dan
kebersamaan dalam suka dukanya bersama penulis.
10. Seluruh Manajemen dan teman-teman Solo SPA terimakasih atas toleransi
dan kebersamaannya dalam membentuk sebuah keluarga.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan sehingga
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan pengetahuan pariwisata pada umumnya dan kepada pembaca pada
khususnya.
Surakarta, 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Warih Yunita Ratna Pratiwi , C9407004, 2011. Profil Wisatawan Museum
layang-layang Jakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Laporan tugas akhir ini mengkaji tentang Profil Wisatawan Museum layang-
layang Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daerah asal
wisatawan, jenis kelamin wisatawan,usia wisatawan,pekerjaan wisatawan,Tujuan
wisatawan, perencanaan perjalanan wisatawan,bentuk wisata yang banyak di
minat wisatawan,fasilitas penginapan yang diminati wisatawan, respon terhadap
fasilitas dan kebersihan wisatawan,kunjungan wisatawan,dan harapan wisatawan
terhadap obyek wisata museum layang-layang dalam pengelolaan dan
pengembangannya sebagai obyek wisata.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan melalui metode wawancara, metode observasi, serta studi pustaka.
Metode wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak museum layang-
layang, metode observasi dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke obyek
wisata dan mengamati,serta mencatat segala unsur-unsur yang tampak,
memberikan angket kepada responden, pengambilan gambar di obyek wisata.
Studi pustaka dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari
buku-buku di perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan Arsip Museum layang-layang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan variabel geografis
mayoritas wisatawan berasal dari Jakarta sebanyak 35% yang berkunjung ke
Museum Layang-layang, berasal dari Bogor 20%,Jogjakarta 20%,Surakarta 15%,
Lur negeri 10%.(2) Berdasarkan variabel sosio demografi wisatawan berjenis
kelamin pria 46% dan wanita sebanyak 54%, sedangkan usia wisatawan antara
15-30 tahun sebanyak 46%, usia < 15 tahun sebesar 34%, usia 30-50tahun
sebanyak 12% dan usia >50 tahun sebanyak 8%, pekerjaan atau profesi dari
sebagian besar wisatawan tersebut adalah dari kalangan pelajar(TK, SD, SMP,
SMA dan mahasiswa.) sebanyak 52%,pegawai pemerintahan sebanyak 10%, staf
pengajar sebanyak 28%, wiraswasta sebanyak 10%. (3) Berdasarkan variabel
psikografik, tujuan wisatawan wisata ini adalah untuk melakukan penelitian 17
responden dengan prosentase sebesar 34%,Selanjutnya untuk tujuan kebudayaan
sebesar 26%, rekreasi atau berlibur 12% dan hanya sekedar melihat hal-hal baru
sebanyak 2%.(4) Berdasarkan variabel behavioristik mayoritas 31 responden
merencanakan perjalanan sendiri dengan prosentase sebesar 62%,wisatawan
menggunakan jasa biro perjalanan yaitu sebanyak 19 responden dengan
prosentase 38%, wisatawan menyukai wisata alam sebanyak 24 dengan prosentase
sebesar 48%,wisata kuliner 28%, wisata budaya dan wisata belanja jumlah
prosentase masing-masing sebesar 16% dan 8%. Jenis penginapan dan fasilitas
standart menjadi favorit wisatawan responden sebanyak 41 responden dengan
prosentase 82%. Harapan yang diinginkan wisatawan sebanyak 20 responden
dengan prosentae 45% promosi ditingkatkan, 29% masalah fasilitas, dan
kebersihan lingkungan museum sebanyak 26%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
........................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
........................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
........................................................................................................... 4
E. Kajian Pustaka ...................................................................................
........................................................................................................... 5
1. Arti Museum………………………………………………..... 5
2. Fungsi Museum............................................................................ 6
3. Pengertian Pariwisata………………………………………… 8
4. Pengembangan Pariwisata………………………………... 10
5. Pengertian Obyek wisata……………………………………. 12
6. Syarat-syarat Obyek Wisata………………………………….. 12
7. Pengertian Wisatawan……………………………………….. 13
8. Jenis-jenis dan karakteristik Wisatawan……………………. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Profil Wisatawan……………………………………………. 14
a. Kelompok – kelompok nasional…………………………. 14
b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas
sosial................................................................................... 21
c. Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara
bebas................................................................................... 23
d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi...................24
10. Karakteristik Wisatawan……………………………………. 24
F. Metode Penelitian.............................................................................. 26
1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 27
2. Teknik Pengumpulan Data………………………………………...27
3. Teknik Analisis Data ..................................................................... 27
G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 29
BAB II PERKEMBANGAN PARIWISATA JAKARTA SELATAN
A. Gambaran Umum Jakarta Selatan ...................................................... 30
B. Keadaan Geografis Jakarta Selatan .................................................... 33
C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan ................ 34
D. Selayang Pandang Museum Layang-Layang Indonesia ..................... 39
1. Sejarah Berdirinya Museum Layang-Layang……… .................... 41
2. Seluk Beluk dan Koleksi Museum Layang-Layang……………... ..43
3. Jenis Layang-Layang Berdasarka Sejarah…………… ................. 46
4. Visi dan Misi Museum Layang-Layang………………………… . 47
5. Fasilitas Museum Layang-Layang…………………………….... . ..47
BAB III PROFIL DAN KARAKTERISTIK WISATAWAN DI MUSEUM
LAYANG-LAYANG.
A. Kunjungan Wisatawan di Museum Layang-Layang……. ................. 48
Data Kunjungan Wisatawan bulan Januari-April 2011 ..................... 49
B. Profil Wisatawan di Museum Layang-Layang berdasarkan Variabel
Geografis,Variabel Sosio demografi, Variabel Psikografik, Variabel
Behavioristik................................................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Variabel Geografis.................................................................... 50
a. Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan......... 51
2. Variabel Sosio demografi......................................................... 52
a. Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis kelamin wisatawan 52
b. Variabel Sosial geografis berdasarkan usia wisatawan.......... 53
c. Variabel Sosial geografis berdasarkan pekerjaan wisatawan..
54
3. Variabel Psikografik................................................................. 55
a. Variabel Psikografik berdasarkan Tujuan
Wisatawan di Museum layang-layang............................. 56
4. Variabel Behavioristik................................................................ 57
a. Variabel behavioristik bedasarkan Perencanaan Perjalanan
Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang............ 58
b. Variabel behavioristik bedasarkan bentuk wisata yang
paling banyak diminati Wisatawan di Museum layang-
layang.................................................................................. 58
c. Variabel behavioristik bedasarkan fasilitas penginapan
yang di minati Wisatawan di Museum layang-
layang................................................................................ 59
d. Variabel behavioristik berdasarkan respon terhadap
fasilitas dan kebersihan Wisatawan
Museum layang-layang………………………………….. 60
e. Variabel behavioristik bedasarkan kunjungan Wisatawan di
Museum layang-layang………………………………… 61
f. Variabel behavioristik bedasarkan harapan yang diinginkan
Wisatawan di Museum layang-layang…………………… 65
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 67
B. Saran .................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Data Kunjungan wisatawan
bulan Januari – April 2011
Museum Layang-Layang Indonesia………………........ 49
Tabel 2 Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan. 51
Tabel 3 Variabel Sosio demografi berdasarkan
jenis kelamin wisatawan.................................................. 52
Tabel. 4 Variabel Sosio demografi berdasarkan
Usia wisatawan................................................................ 53
Tabel. 5 Variabel Sosio demografi berdasarkan
Pekerjaan wisatawan....................................................... 54
Tabel. 6 Variabel Psikografik berdasarkan
Tujuan wisatawan.......................................................... 56
Tabel. 7 Variabel Behavioristik berdasarkan
Perencanaan perjalanan wisatawan................................ 58
Tabel. 8 Variabel Behavioristik berdasarkan
Bentuk wisata yang diminati wisatawan........................ 59
Tabel. 9 Variabel Behavioristik berdasarkan
Fasilitas penginapan yang diminati wisatawan.............. 60
Tabel. 10 Variabel Behavioristik berdasarkan
Respon dan fasilitas wisatawan...................................... 61
Tabel. 11 Variabel Behavioristik berdasarkan
Kunjungan wisatawan di museum................................... 63
Tabel. 12 Variabel Behavioristik berdasarkan
Harapan-harapan wisatawan............................................ 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Observasi Pengelola museum Layang-layang…………………71
2. Struktur organisasi museum layang-layang……………………………. 72
3. Daftar informan……………………………………………………........ 73
4. Izin pengambilan data………………………………………….… 74
5. Pertanyaan Kuisioner......................................................................... 75
6. Daftar identitas responden…………………………………………… 76
7. Pedoman wawancara………………………………………………… 79
8. Layout dan denah lokasi museum layang-layang……………………… 80
9. Peta Jakarta Selatan dan tiket masuk museum layang-layang………… 81
10. Brosur bagian depan museum layang-layang…………………........... 82
11. Brosur bagian belakang museum layang-layang………………………. 83
12. Dokumentasi museum layang-layang………………………................ 84
13. Contoh brosur acara workshop di museum layang-layang……………. 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni
adalah bagian dari kehidupan manusia, dan suatu karya seni dapat berfungsi baik
secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam
kehidupan sehari – hari. Mengingat perkembangan dan pertumbuhan Kota Jakarta
saat ini semakin menggeliat dalam bidang perekonomian. Selain itu, Jakarta sudah
menjadi kota tujuan wisata, baik untuk wisatawan lokal maupun domestik.
Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban
manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya,
melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu,
museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan
identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan
meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk
memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia
kepada komunitas dan publik. Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu:
1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) kepribadian bangsa; 3) ketahanan nasional
dan wawasan nusantara. Ketiga pilar ini merupakan landasan kegiatan operasional
museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai
kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat
mempengaruhi dan memberi inspirasi tentang hal-hal penting yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diketahui dari masa lalu untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu untuk
menempatkan museum pada posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan
bersama penguatan pemahaman, apresiasi dan kepedulian akan identitas dan
perkembangan budaya bangsa yang harus terbangun pada tataran semua
komponen masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala lokal, regional maupun
nasional. Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional Cinta Museum
(GNCM). (http:// indonesia-gerakancintamuseum.blogspot.com/) di akses pada 4
april 2011.
Di Kota Jakarta terdapat museum seni layang-layang yang menyediakan
wadah bagi para pengamat dan para pecinta seni untuk selain dapat menikmati
nlai-nilai intelektual estetika, dan ekspresi artistik karya-karya atau ruang bagi
masyarakat kota Jakarta terlebih untuk anak sekolah yang memiliki keinginan atau
kreatifitas-kreatifitas yang terus berkembang dan butuh tempat untuk dapat
mengekspresikan atau memberikan apresiasi tentang seni dan budaya. Dari semua
itu dengan adanya museum seni rupa di kota Jakarta, tidak hanya untuk konsumsi
wisatawan, tetapi juga untuk proses belajar dan mengajar seni rupa, yang bila
berhadapan dengan sejarah, fakta-faktanya bisa secara langsung diapresiasi oleh
para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat. (Uka Tjandrasasmita,2000,p. 20).
Museum layang layang ini menyajikan informasi yang cukup mendalam
tentang sejarah dan budaya permainan layang-layang. Beraneka ragam koleksi
layang-layang yang ditampilkan tidak saja berasal dari seluruh berbagai pelosok
di bumi Nusantara, tetapi juga dari Asia Tenggara, Jepang, bahkan dari zaman
purbakala seperti replika layang-layang yang terbuat dari dedaunan. Ada juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
miniatur layang-layang yang meskipun ukurannya kecil tetapi dapat
diterbangkan., Di museum masyarakat bisa mengamati dan belajar mengenai apa
yang terdapat di dalam museum tersebut. Perkembangan layang-layang di
Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan
berdampak kepada hilangnya ciri layang-layang tradisional Indonesia. Sementara
perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang
artistik serta mengarah kepada pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi.
Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung
dalam Merindo Kites & Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan
salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-
layang dengan mendirikan Museum Layang-layang Indonesia. (Dimyati,edi.2010,p.
32). Maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Profil Wisatawan Museum
Layang-Layang Jakarta”.
B. Rumusan Masalah
Dalam upaya menjelaskan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi
maka perumusan masalah dalam penelitian yang akan dibahas adalah:
1. Berasal dari daerah mana saja wisatawan yang datang ke Museum layang-
layang?
2. Bagaimana ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke
Museum Layang-layang?
3. Apa harapan-harapan yang diinginkan wisatawan yang datang ke Museum
Layang- layang?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Dengan fokus masalah yang telah dijabarkan maka dari itu tujuan
penelitian adalah.
1. Mengetahui daerah asal wisatawan yang datang dan berkunjung ke Museum
Layang-layang.
2. Mengetahui ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke
Museum Layang-layang.
3. Mengetahui harapan-harapan yang diinginkan oleh wisatawan yang datang dan
berkunjung ke Museum Layang-layang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademik
Sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kebulatan studi jenjang Ahli
Madya (D3) pada program studi Usaha Perjalana Wisata.
2. Secara Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi besar bagi
pemerintah, masyarakat, dan praktisi pariwisata untuk selalu memperhatikan,
mengembangkan pikiran dan ide untuk kemajuan industri pariwisata kedepan.
3. Manfaat Teoritis
a. Memperluas pengetahuan di bidang pariwisata.
b. Penulis dapat mempraktekkan dan mencoba langsung semua teoriteori yang telah
di dapat selama berada di bangku kuliah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Kajian Pustaka
1. Arti Museum
Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan,melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk
umum,yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk
Tujuan-tujuan studi,pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian
manusia dan lingkungannya. Museum merupakan suatu badan yang mempunyai
tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan
pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu
pengetahuan. (http:// Museum-indonesia.blogspot.com/).
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of
Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani
kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan
benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis,
dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai hari Hari Museum Internasional.
Museum berasal dari bahasa Yunani Museion. Museum merupakan
sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Suci dan Ilmu
Pengetahuan.Salah satu dari Sembilan Dewi tersebut ialah MOUSE, yang lahir
dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu
itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki
berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.((http://
artiMuseum-indonesia.blogspot.com/).
2. Fungsi museum
Dalam lingkup internasional, masalah yang menyangkut pendidikan,
pengetahuan dan kebudayaan ditangani oleh Unesco. Museum mempunyai
peranan yang cukup penting dalam rangka kegiatan kerjasama kebudayaan. Untuk
menangani berbagai hal mengenai Museum, maka didinikanlah ICOM
(International Council Of Museum) yang antara lain bertujuan :
a) Membantu museum-museum.
b) Menyelenggarakan kerjasama antar museum dan antar-anggota profesi
permuseuman.
Mendorong pentingnya peranan museum dan profesi permuseuman dalam
tiap paguyuban hidup dan memajukan pengetahuan dan saling pengertian antar
bangsa yang makin luas. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/)..
ICOM telah merumuskan definisi atau batasan museum sebagai suatu
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan -tujuan studi, pendidikan dan
kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. .((http://
indonesia.gerakancintamuseum.blogspot.com/)..
Dan definisi atau batasan tersebut, maka:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Museum merupakan badan tetap, tidak mencari keuntungan dan harus
terbuka untuk umum.
2. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untük
kepentingan
3. Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian
tentang manusia dan lingkungannya
4. Museum memelihara dan rnengawetkan koleksinya untuk digunakan
sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung.
Kegiatan-kegiatan museum di belakang layar dan kegiatan yang kelihatan
oleh umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan kesemuanya
itu adalah untuk studi, pendidikan dan kesenangan.((http://indonesia-
grakancintamuseum.blogspot.com/) .Di akses pada 4 april 2011
Museum mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah.
b. Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
c. Pusat penikmatan karya seni.
d. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.
e. Obyek wisata Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu
pengetahuan.
f. Suaka alam dan suaka budaya.
Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.Saran untuk bertaqwa dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. .((http://fungsiMuseum-
indonesia.blogspot.com/). Di akses pada 4 april2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Berdasarkan tema dan koleksinya museum dapat dikelompokkan menjadi:
a) Museum seni rupa.
b) Museum arkeologi dan sejarah.
c) Museum sejarah alam dan ilmu pengetahuan alam.
d) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi.
e) Museum etnografi dan antrapologi.
f) Museum khusus.
g) Museum Regional.
h) Museum Umurn.
i) Monumen dan Situs ejarah dan Arkeologi.
j) Kebun binatang, kebun raya, Aquaria dan Cagar alam.
Museum-museum lain. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/).
3. Pariwisata
Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak , berkali -
kali, berputar – putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Secara
garis besar, maka kita dapat menagartikan sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan dari suatu tempat ketempat yang lain. Undang – undang No. 9 tahun
1990 entang kepariwisataan, menyebutkan definisi dari wisata, wisatawan,
kepariwisataan dan pariwisata, yaitu:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara waktu, untuk menikmati
objek wisata dan daya tarik wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha –usaha yang terkait
didalamnya.
d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk semua penyelenggaraan kegiatan pariwisata (Oka A. Yoeti, 2002 :
7).
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan
memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan
faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan
domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh
transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan
prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat
ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Dalam
kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-
hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar
tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Oka A. Yoeti,
2001, h.3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4. Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut
diminati pengunjung, yaitu :
a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu
bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata
lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu
untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana
bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,
bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun
tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga
mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh. (Oka A.Yoeti, 1985, p.164).
Suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang
menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan
prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat
diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.(Oka
A.Yoeti,Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181) mengatakan :
“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.
Prasarana tersebut antara lain :
a) Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut,
terminal.
b) Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c) Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor
pos.
d) Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e) Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun
pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f) Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor
pemandu wisata.
g) Pom bensin, Dan lain-lain. (Oka A.Yoeti, 1984, p.183).
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1984,
p.184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
a) Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
b) Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-
bus yang melayani khusus pariwisata saja.
c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di
sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan
pengunjung dari obyek wisata tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang
notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang
cinderamata khas obyek tersebut. (Oka A.Yoeti, 1985, p.185-186).
Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut
harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat
membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana
maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk
peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut
maupun pemerintah daerah.
5. Obyek Wisata
Pengertian obyek wisata atau tourist attraction istilah yang sering
digunakan,yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu (pengantar ilmu pariwisata Drs,Oka
A.Yoeti,1985). Dalam dunia kepariwisataan,segala sesuatu yang menarik untuk
dikunjungi dan dilihat, disebut atraksi atau lazim pula dinamakan obyek wisata (Ilmu
pariwisata, Nyoman, S.pendit, 1994).
6. Syarat- syarat obyek wisata :
Sebuah obyek wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan
sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup
lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk
mencapai hal itu beberapa syarat harus dipenuhi yaitu :
a. Kegiatan(act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus
dalam keadaan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Karena atraksi wisata itu di sajikan wisatawan, maka cara penyajiannya harus
tepat.
c. Obyek / atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial dari suatu
perjalanan. Oleh karena itu harus memenuhi semua determinan mobilitas
spasial, yaitu akomodasi, promosi dan pemasaran.
d. Keadaan obyek wisata harus dapat menahan cukup lama.
7. Wisatawan
wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur,
berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-
tempat yang indah atau sebuah negara tertentu .
Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong
yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah
orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan
menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut.(Anton
Sutomo,1989:25)
8. Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan
1) Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan
wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
2) Wisatawan mancanegara (interntional tourist)yaitu,wisatawan yang
mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang bersal dari luar
negeri.
3) Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah
tujuan wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) Business tourist adalah wisatawan yang bpergian ke daerah tujuan wisata
dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.
5) Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah
tujuan wisata dengan tujuan khusus.seperti,studi ilmu pengetahuan,
mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.
6) Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata
secara sendiri-sendiri.
7) Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata
secara bersam-sama atau berkelompok.(Burney,Neilme,1998,p.21)
9. Profil Wisatawan
Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang
berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan
kebutuhannya. Beberapa kategori wisatawan telah disebutkan pada bagian
sebelumnya, dan dalam bagian ini akan mempetimbangkan ke dalam lima hal
penting mengenai kelompok wisatawan secara lebih mendetail.Yaitu :
a. Kelompok – kelompok nasional.
b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial.
c. Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas.
d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi.(Happy Marpaung,2000,39).
1). Kelompok kelompok Nasional
Semua bangsa ikut menyumbang kepada pasar wisatawan Indonesia.
Penjelasan tentang kebiasaan bepergian dan tingkah laku wisatawan diambil dari
penelitian pada agen perjalanan di Bali, dan dari hasil diskusi dengan agen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perjalanan di Bandung. Dan tampaknya sesuai dengan profil umum yang
dditerima yang digunakan di seluruh dunia.(majalah estate, Desember 2005)
Seperti negara-negara dibawah ini :
a). Perancis
a. Sangat tertarik pada kebudayaan meliputi gaya hidup tradisional, tari –
tarian, drama,musik, kesenian, upacara keagamaan, dan desa tradisional
yang belum terjamah.
b. Sangat tertarik menngunjungi dan mempelajari tentang atarksi wisata yang
khusus seperti tempat arkheologi, pura – pura tua, dan lebih menyenangi
tempat – tempat tepencil dan kurang komersiil.
c. Diantara barang – barang yang dibeli, khususnya menyenangi kerajinan
tangan dan barang antik.
d. Sangat aneh dan lambat memilih segala sesuatu yang akan dibeli, dan teliti
memilih restoran.
e. Ramah, disiplin, tahu tingkah laku yang baik, dan tunduk kepada aturan
lokal.
f. Suka berbicara dengan bahasanya sendiri dan lebuh suka pemandu wisata
berbahasa Prancis meskipun ia bisa berbahasa Inggris.
g. Cenderung berpakaian yang mencerminkan keindividuan, kadang – kadang
berpakaian yang agak aneh. Agak suka mencari kesalahan dan sukar untuk
ditangani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b). Jerman
a. Tertarik pada kebudayaan, upacara keagamaan, tari – tarian , tempat
bersejarah, pemandangan indah, dan suka membandingkan tradisi dari
tempat- tempat yang berbeda.
b. Sangat tertarik mendengarkan penjelasan guide dan ingin mengetahui
segala sesuatu secara detail.
c. Diantara barang - barang belanja, sangat menyukai ukiran kayu dan batu.
d. Dapat menerima berbagai fasilita dan jasa.
e. Memiliki tingkah laku yang sopan dan hati – hati, memberi komentar yang
jujur dan langsung terhadap pengalaman.
f. Pada umumnya suka tour dengan group yang berasal dari negaranya,
kadang – kadang menjadi masalah bila digabung dengan yang lain.
c). Inggris
a. Tertarik dengan kekhasan kebudayaan tradisional dan keindahan pantaai.
b. Bertingkah laku baik, sopan, dan cukup ramah namun tidak terbuka sperti
orang Eropa lainnya yang memiliki kebebasan yang tinggi.
c. Individualistis dan bebas, serta tidak suka tour bergroup, mereka lebih suka
travel sendiri.
d. Sangat berhati – hati dalam pengeluaran uang bisanya mereka tidak tinggal
di hotel – hotel mewah.
e. Pada umumnya orang Inggris adalah orang yang berdisiplin, tinggi hati,
terlalu individualistis, secara psikologis mereka angat peraya diri, dan
memiliki siifat pendiam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d). Itali
a. Menyukai pola – pola budaya tradisional dan tempat yang romantis, seperti
pantai dan lambaian pohon palmnya.
b. Terbuka, suka bicara, romantis, ekspresif, dan agak cerewet.
c. Tidak begitu disiplin, kadang-kadang susah diatur namun mereka cepat
menyesuaikan diri dengan situasi setempat.
d. Menyenangi hotel dan tempat – tempat mewah serta dangat hati – hati
dalam hal menggunakan uang.
e. Memerlukan pemandu wisata yang mengerti bahasa Italia.
f. Pada umumnya orang Itaalia sangat terbuka, romantis, ramah, namun
kurang disiplin dengan tradisi historis yang kuat dalam hal apresiasi
terhadap karya seni.
e). Belanda
a. Memiliki hubungan historis yang erat dengan Indonesia,senang
mengunjungi tempat dimana mereka bekerja dan tinggal, dan daerah yang
telah mereka dengar
b. dari teman/famili atau yang pernah dipelajari dari sekolah.
c. Sangat tertarik akan pola – pola kebudayaan dan keindahan pantai serta
pemandangan, termasuk gaya pengembangan masa kini.
d. Cenderung menginginkan informasi yang jelas dan tepat , sebaliknya
mereka akan kecewa bila informasinya tidak jelas.
e. Ramah dan suka humor, tetapi biasanya mereka tidak jujur dan terbuka
dalam komentar da menanggapi sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
f. Memperhatikan kesehatandan kebersihan, terutama dalam hal makanan dan
minuman.
g. Secara keseluruhan orang Belanda adalah orang yang berdisiplin, mudah
diatur dengan informasi mengenai tempat – tempat wisata yang khusus
mengingat hubungan historis Belanda dengan Indonesia.
f). Amerika utara (USA dan Canada)
a. Senang dengan aspek – aspek yang mendetail dari suatu kebudayaan
speerti tari –tarian, upacara – upacara, sebaliknya tidak begitu tertarik
kapada pola – pola kebudayaan. Suka akan pemandangan alam yang indah
juga kepada pola – pola perkembangan masa kini.
b. Senang dengan hotel mewah dan pelayanan yang baik serta transportasi
yang nyaman .
c. Sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan terutama makanan dan
minuman.
d. Tidak suka perjalanan yang lama, mereka lebih menyukai perjalanan yang
singkat, dan bergerak cepat dan tepat.
e. Terbuka, jujur, dan langsung dalam berkomentar serta tanggap terhadap
pelayanan, dan fasilitas yang diperoleh.
f. Sopan santun dan bertingkah laku baik dan formal, tapi pada umumnya
mereka ramah.
g. Mudah diatur jika mereka menerima pelayanan dan fasilitas yang
menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Secara keseluruhan orang Amerika kurang mendalami apresiasi budaya
dibandingka dengan orang Eropa. Mereka jujur, terbuka, ramah, namun sangat
menginginkan pelayanan dan fasilitas yang berkwalitas serta menyenangkan.
g). Australia
a. Suka dengan kebudayaan tradisional dan kegiatan di pedesaan, di pantai
(terutama anak muda), tetapi tidak tertarik mendalami kebudayaan karena
sudah tahu banyak tentang Indonesia.
b. Ramah, tidak bertele – tele, suka humor, dan mudah bergaul dengan
penduduk setempat.
c. Lebih suka melakukan perjalanan sendiri, tetapi jika tour mereka tanggap
akan semua informasi yang diberikan oleh pemanud wisata. Suka dengan
tour yang harganya murah.
d. Menerima dan suka dengan pelayanan serta fasilitas yang sederhana.
Secara keseluruhan mereka terbuka, ramah, tidak bertele-tele,dan
individualistis. Kadang – kadang mereka berbicara agak keras namun mudah
beradaptasi dan toleran terhadap berbagai situasi.
h). Jepang
a. Tidak begitu tertarik terhadap pola – pola kebudayaan dan pertunjukan
untuk wisatawan. Mereka ikut tour untuk melihat tempat sepintas saja, oleh
karena itu tour dan lama tinggal mereka sangat singkat.
b. Mereka senang tour bergroup, selalu mengikuti jadwal tour dan jarang
membatalkan perjanjian yang telah dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c. Mereka mudah diatur dan disiplin, tetapi ribut/cerewet dan kasar terhadap
orang lain selain groupnya.
d. Lebih suka makanan Jepang, tetapi juga senang dengan makanan Eropa.
e. Suka membeli dengan barang – barang prosuksi lokal dan tidak suka
menawar.
f. Suka hotel mewah dan pelayanan yang memuaskan, akan tetapi mereka
akan menerima hotel dan pelayanan yang murah jika mereka telah
diinformasikan sebelumnya.
g. Perlu pemandu wisata yang berbahasa Jepang, dan tidak perlu informasi
yang rinci.
h. Suka akan kehidupan malam dan perempuan
i. Suka fotografi dan perlu wakktu khusus untuk itu dalam tour.
j. Tidak menuntut secara langsung (selalu bilang “ya) elama perjalanan,
tetapi akan komplin setelah tiba di negaraanya.
Secara keseluruhan orang Jepang disiplin, suka tour bergroup,
berkepribadian tertutup, tidak suka basa – basi, tetapi mudah diatur dalam group
mereka sendiri. Disamping itu mereka menginginkan pelayanan dan fasilitas yang
bermutu tinggi.
i). Singapura
a. Tertarik terutama terhadap atraksi alam dan pola perkembangan masa kini,
da minatnya sedikit terhadap kebudayaan.
b. Beberapa orang Singapura suka dengan perjudian dan kehidupan malam.
c. Suka membeli bermacam – macam produk lokaltermsuk makanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Menerimaa pelayanan dan akomodasi yang sederhana, tidak begitu
memperhatikan maslah kesehatan dan kebersihan.
e. Sangat mudah diatur dalam perjalanan tour bergroup.
f. Mereka umumya sudah tahu tentang Indonesia.
Secara keseluruhan orang Singapura memiliki latar belakang etika China
juga pengaruh kuat dari Eropa, tidak terlalu menuntut masalah kwalitas
pelayanan, di samping itu wisatawan Singapura sangat suka berbelanja.
j). Malaysia
a. Amat tertarik dengan keindahan alam termasuk pantai – pantai dan pola
perkembangan masa kini. Tidak begitu berminat terhadap kebudayaan dan
kesenian.
b. Beberapa orang Malaysia memiliki hubungan keluarga dan suku dengan
orang Indonesia terutama Sumatra. Mereka datang untuk mengunjungi
teman, keluarga, serta tempat tinggal aslinya.
c. Kecuali yang mengunjungi tema dan keluarga, orang Malaysia senang
datang bergroup.
d. Menerima akomodasi yang sederhana dan makanan lokal.
e. Sangat mudah diatur tetapi tidak terlalu disiplin
f. Tidak begitu tertarik untuk berbelanja.
Secara umum ciri – ciri wisatawan Malaysia sama dengan Indonesia karena
ada ikatan suku.
2). Jenis kelamin, status perkawinan, tingkat sosial.
Dibedakan menjadi Orang Muda Yang Mengadakan Perjalanan Sendiri, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Perajalanan yang dilakukan anak muda dewasa ini sudah umum termasuk di
Indoensia.
b) Biasanya mereka mengadakan perjalanan sendiri – sendiri, tinggal lebih lama,
dan menggunakan agen perjalanan untuk mengatur kunjungannya.
c) Sangat luwes dalam hal pelayanan dan fasilitas, biasanya mereka tinggal di
hotel murah serta makan di restoran yang muraa pula.
d) Kesenangan mereka bermaam – macam : beberapa tertarik kepada
kebudayaan, lainnya suka rekreasi, atau pemandangan alam.
e) Sering terlalu individualistis daal hal pakaian dan tingkah laku.
f) Kadang – kadang masalah timbul pada anak muda, orang – orang Indonesia
yang suka menirukan kebiasaan – kebiasaan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh turis asing.
Kelompok Wisatawan Tua Dari kelas Menengah Yang Berpendidikan Baik:
a) Sangat tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan lingkungan, banyak
bertanya tetapi mereka agak angkuh dengan pengetahuannya dan sangat sulit
untuk diatur.
b) Lebih luwes terhdap perubahan rencana tour dan dapat menguasai masalah.
c) Cenderung untuk bersosialisasi dan berbaur denga orang setempat (mereka
memiliki keahlian dalam bermasyarakat)
d) Memerlukan pelayanan dan fasilitas yang lebih dan khusus daripada
wisatawan muda.
Tidak ada korelasi yang penting antara kelompok sosial ekonomi dengan
pola yang diterapkan; orang yang profesional dan berpenghasilan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
cenderung lebih hati – hati dalam mengeluarkan uang, sebaliknya orang yang
berpenghasilan rendah akan lebih bebas menggunakan uang dalam perjalanan.
Guru banyak menadakan perjalanan dan sering ingin mempelajari lebih rinnci
mengenai suatu daerah, yang kemudian dipakai suatu bahan pelajaran untuk murid
– muridnya. Hal ini memerlukan pemandu wisata yang baik, sebab mereka akan
kecewa jika informasinya salah. Rencana mengunjungi rumah penduduk sering
merupakan pendekatan yang baik bagi wisatawan yang serius ingin belajar
mengenai kebudayaandan daerah setempat.
(http://profil-wisatawan.blogspot.com/). Di akses pada 4 april 2011
3). Wisatawan kelompok dan wisatawan bebas
Dibedakan menjadi Wisatawan Kelompok, yaitu :
a) Wisatawan kelompok cenderung tidak menghusus, dan tidak berharap terlalu
banyak.
b) Hubungan agen perjalanan dengan group wisatawan lebih impersonal dan
setiap orang harus diperlakukan sama dalam hal pelayanan da fasilitas.Hal ini
kadang – kadang sulit untuk dilaksanakan.
Wisatawan Bebas, yaitu :
a) Menyediakan pola untuk hubungan personal dan ada kemungkinan agen
perjalanan menetapkan lebih khusu mengenai keinginan wisatawan.
b) Lebih mengkhusus kepaa keperluan wisatawan.
c) Mengharapkan kepentingan – kepantingan khususnya tersediaLebih mudah
membuat rencana sebab mereka hanya terdiri dari beberapa orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4). Wisatawan konfensi dan konfrensi
Wisatawan dalam kelompok ini dapat di bedakan :
a) Mebentuk perluasan komponen pasar travel secara pesat.
b) Biasanya memiliki keperluan khusus ang berhubungan dengan
konfrensi/konvensi
c) Sering menginginkan tour yang khusus yang disusun sebagai bagian dari
konfrensi/konvensi.
d) Memiliki keperluan umum yang sama seperti wisatawan lainnya.
(http://profil-wisatawan.blogspot.com)
12. Karakteristik Wisatawan
1) Trip Descriptor
Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis
perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi :
perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and
relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet,
1996). Smith (1995) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan
keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga
dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu
melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan
dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.
kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena
sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang
termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran
keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari
karakteristik tersebut.
Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara
tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan
tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga.
Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata
kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur
misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet,
1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada
waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya
berwisata.
Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa
digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis,
psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).
b. Karakteristik geografis
Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya,
biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya.
Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size)
kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan
penduduk di kota tersebut dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB II
Perkembangan Pariwisata Jakarta Selatan
A. Gambaran Umum Pariwisata Jakarta Selatan
Jakarta Selatan adalah nama sebuah kota administrasi di sebelah selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta Selatan adalah salah satu dari lima kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi DKI.Jakarta Selatan adalah kota
administrasi yang paling kaya dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan
banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat pusat bisnis
utama. Wilayah Jakarta Selatan secara administratif, wilayah ini terbagi menjadi
10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai, 145,73 Km2.
Bagian dari wilayah Jakarta Selatan ini pada masa awal kemerdekaan
direncanakan sebagai Kota Satelit (Kebayoran Baru), konsep dengan alusi oriental
yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke
empat penjuru dan mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah
kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil
di dalam, mengelilingi taman lingkungan itu kini mulai penuh sesak. Selain itu,
bagian wilayah ini juga menjadi penyangga air tanah ibukota yang nasibnya kini
mengenaskan karena banyaknya bangunan dan mulai menyurutnya ruang-ruang
terbuka hijau. Selain itu, kawasan selatan ini juga mulai tumbuh sebagai pusat
perbelanjaan, di samping perumahan yang banyak diminati warga
kota.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dengan lahirnya Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1b3/1/1/66
dimana penataan wilayah administratif Pemerintah Kotapraja Jakarta terbagi
menjadi 5 wilayah kota dan juga merupakan dasar terbentuknya Wilayah
Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, maka hal ini juga tentunya
membutuhkan lokasi perkantoran sendiri yang lebih memadai. Sebelum
Keputusan Gubernur itu diberlakukan, di Jakarta Selatan terdapat Kantor
Pemerintahan Kotabaru Kebayoran Baru yang beralamat di Jl. Hang Lekir I No.5,
yang dikepalai oleh seorang Kepala Kantor dan berada langsung di bawah Urusan
Pemerintahan Umum (UPU) Departemen Dalam Negeri dimana pejabatnya diberi
kedudukan setingkat Wedana. Kepala Kantor Pemerintahan Kotabaru Kebayoran
Baru tersebut dijabat oleh Almarhum Bapak H. Mochtar Zakaria, SH dengan
Almarhum Bapak H. M. A. Adiwidjaya sebagai Asisten Wedana. Pada masa
jabatan beliau, lokasi ke kantor baru di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela Kantor
di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela inilah yang menjadi cikal bakal Kantor
Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, sesuai dengaan Keputusan
Gubernur tersebut di atas. Bangunan kantor dibangun pada pertengahan tahun
1964 di atas tanah negara (eks. PCK) seluas 3000 m2. Namun karena keadaan
situasi politik dalam negeri saat itu tidak menentu akibat adanya peristiwa
G30S/PKI, maka penggunaan kantor tersebut baru dimulai tahun 1966. Pada saat
itu, Struktur Pemerintahannya terdiri dari empat Direktorat ditambah dengan
Kantor Sosial, BPN, Kantor Statistik dan kantor lainnya dengan jumlah perkiraan
pegawai sekitar 1.000 orang pada tahun 1971. Sudah pasti, DKI Jakarta pada
khusunya mempunyai konsekuensi positif akibat pembangunan dan pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
penduduk yang pesat. Guna menunjang peningkatan pelayanan kepada
masyarakat maka dibutuhkan bangunan kantor yang lebih representatif, sehingga
dapat menunjang kelancaran tugas-tugas di bidang Pemerintahan, Pembangunan,
Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. Pada tahun 1969 dimulailah pelaksanaan
pembangunan fisik Kantor Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan di Jl.
Trunojoyo yang berdekatan dengan bunderan CSW (Centrale Stiching
Wederopbouw) atau di bekas Kantor Jawatan Pekerjaan Umum Kotapraja Jakarta.
Arel dengaan luas tanah ± 2 Ha tersebut termasuk Gedung ASEAN dan Kantor
Cipta Karya sekarang yang saat itu digunakan untuk penampungan truk-truk,
mesin gilas, alat-alat berat, material, batu-batuan, aspal dan tempat tinggal
pegawai Golongan I (tenaga PLUGH/Juru Karya). Bangunan pertama gedung
Kantor Walikotamadya di Jl. Trunojoyo No. 1 dibangun semasa jabatan
Walikotamadya Almarhum Bapak H. Moch. Kahfi, yaitu Blok IV berlantai 5.
Bangunan tersebut mulai ditempati sejak tahun 1972 dengan jumlah pegawai saat
itu 1.161 orang. Sedangkan keseluruhan jumlah pegawai adalah 3.406 orang,
termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan.
.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011.
Tahun 1987, saat walikotamadya dijabat Bapak H. Muchtar Zakaria, SH,
berhasil dibangun Blok V yang berlantai 8. Jumlah unit organisasi yang ada saat
itu berjumlah 22 unit dengan jumlah pegawai 1.787 orang. Jumlah pegawai 4.420
orang, termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan. Pada tahap selanjutnya,
pembangunan blok-blok lainnya dilakukaan secara bertahap. Hingga kini, gedung
kantor tersebut masih terus dipergunakan walaupun nomenklatur Kantor Wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Administrasi berubaah di tahun 1991 menjadi Kantor Walikotamadya Jakarta
Selatan. .(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april
2011.
B. Keadaan Geografis Wilayah Jakarta Selatan
Secara Geografis Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada
koordinat 06 15’ 40,73” Lintang Selatan dan 106 45’ 0,00” Bujur Timur, berada
pada ketinggian 26,2 meter di atas permukaan laut, dengan luas Wilayah 145,73
Km2. Jakarta Selatan bercirikan daerah yang beriklim Khas Tropis dengan
temperatur udara sekitar 27,5o Celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 persen.
Curah hujan mencapai ketinggian 2.394,6 mm / tahun rata-rata sekitar 199,5 mm
per hari, yang terjadi selama 210 hari dalam setahun.
Letak wilayah
Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Jakarta Pusat dan Jakarta Barat
Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kotamadya Jakarta Timur)
Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang
Lambang Kota Jakarta berbentuk perisai lima. Di lima perisai terlukis
pintu gerbang dengan dasar biru ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional
warna putih yang dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut
lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang terkis
sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan Jakarta sebagai
Ibukota dan Kota perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia . SK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gubernur KDKI Jakarta No. 1422/1997 Lambang Kotamadya Jakarta Selatan
berbentuk perisai lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan
Rapiah (Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam
lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan, kekuatan dan
ketenangan serta kebersamaan.
(http://jakarta.co.cc/search/letak +geografis+jakartaselatan/). Diakses pada 10
april 2011.
C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan
Patung Selamat Datang merupakan hasil karya Edhi Soenarso dibangun di
jantung Kota Jakarta di depan Hotel Indonesia dan Patung Dirgantara di depan
Markas Besar Angkatan Udara di Jalan Gatot Subroto Jakarta, pemilihan lokasi
didepan MBAU ini karena letaknya yang strategis sebagai pintu gerbang Jakarta
Selatan, dari Bandara Halim Perdanakusuma dan kawasan Pasar Minggu. Ide
pembuatan patung ini dicetuskan oleh Bung Karno, patung ini menggambarkan
manusia angkasa, maksud dari pembangunan patung ini adalah untuk memberikan
gambaran semangat keberanian menjelajah angkasa. Filosofi Patung Dirgantara
adalah melambangkan keberanian, kesatriaan dalam hal kedirgantaraan, tinggi
patung 11 meter, kaki patung 27 meter dikerjakan PN Hutama Karya, Ir. Sutami
sebagai arsitektur pelaksana. Berat patung 1 ton dikerjakan oleh tim pematung
keluarga arca Yogyakarta pimpinan Edhi Soenarso, penyelasaian pemasangan
Patung Dirgantara mengalami keterlambatan disebabkan suasana politik antara
Kudeta GESTAPU/PKI. Bung Karno selekas mungkin ingin membuktikan
kebenaran isyu, Beliau menjual sebuah mobil Pribadinya agar mendapatkan biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pemasangan patung, pemasangan ditunggu sendiri oleh Bung Karno akhirnya
selesai dipasang pada akhir tahun 1966.
.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011.
Patung Selamat Datang dibuat Edhi Soenarso menjelang penyelenggaraan
Asia Games ke IV di Jakarta pada tahun1962, penggambaran sepasang muda-
mudi yang membawa bunga pra desainnya disiapkan Henk Ngantuk sebagai wakil
Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta pada masa itu dan dipasang di depan
Hotel Indonesai tempat menginapnya para Atlit (olah ragawan). Selain itu terdapat
Patung Pembebasan Irian Barat Patung ini mengingatkan sebuah legenda tentang
seorang Ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya yang berangkat ke medan
perang. Pemahat patung Metvei Manizer dan anak Otto Manizer dari Unisoviet
datang ke Indonesia melalui undangan Bung Karno, ketika itu Bung Karno ingin
membuat sebuah Patung Pembebasan Irian Barat. Patung tersebut dibuat di Uni
Soviet dari bahan perunggu, setelah selesai dikirim ke Jakarta dengan kapal laut,
patung pembebasan Irian Barat diresmikan pada tahun 1963 oleh Ir. Soekarno.
Selain itu Jakarta Selatan juga memiliki sejumlah obyek wisata yang berpotensial
untuk dikembangkan. .
(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011.
Adapun potensi obyek wisata tersebut adalah sebagai berikut :
a. Taman Anggrek Ragunan
Taman anggrek Ragunan (TAR) merupakan aset Pemda DKI Jakarta
dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta.
Keberadaan TAR menjadi salah satu objek Wisata Agro, yang berfungsi sebagai:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman anggrek baik
dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk
mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek TAR dibagi menjadi 42 kavling
yang dimanfaatkan untuk budidaya, pembibitan tanaman anggrek dan bunga
potong. Disamping itu, dilengkapi pula dengan kios sarana produksi dan kantor
pemasaran. Kavling-kavling anggrek tersebut dikelola oleh para petani anggrek
yang tergabung dalam koperasi. Jenis-jenis anggrek yang diusahakan oleh para
petani antara lain jenis Dendrobium, Orcidium, Arachnis, Phalaenopsis, serta
tanaman hias penunjang lainnya.
Layanan informasi: 021-7824061
b. Balai Benih Ikan Ciganjur
Balai Benih Ikan Ciganjur merupakan lahan milik Pemda DKI Jakarta
dengan luas lebih dari 10 ha. Balai ini dikelola oleh Dinas Perikanan yang
kegiatannya, antara lain: pembenihan ikan, pemeliharaan ikan dan secara berkala
diadakan atraksi lomba memancing. Selain itu, sebagian lahan ini juga
dimanfaatkan oleh para petani ikan yang mengusahakan ikan konsumsi dan ikan
hias. Produksi balai benih ikan tidak hanya melayani pembeli lokal, tetapi juga
melayani pembeli yang berasal dari luar kota Jakarta. Pengunjung yang datang
dapat membeli ikan konsumsi dan ikan hias.
Layanan informasi: 021-7864180
c. Taman Margasatwa Ragunan
Adalah Kebun Binatang milik Pemerintah DKI Jakarta yang berdiri di atas
tanah seluas lebih kurang 135 ha. Di dalamnya terdapat koleksi satwa sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
lebih kurang 3.200 ekor. Pada saat ini masih dalam tahap proses penataan dan
pembangunan untuk terwujudnya Kebun Binatang yang baik sebagai sarana
rekreasi, pendidikan, penelitian, dan konservasi fauna dan flora. Berikut sekilas
informasi tentang sejaran keberadaan Kebun Binatang di Jakarta, antara lain: (a)
Tahun 1864, Raden Saleh, seorang pelukis Indonesia ternama menghibahkan
sebidang tanah seluas 10 hektar di kawasan Cikini kepada pemerintah. Oleh
Pemerintah Belanda digunakan sebagai "Lembaga untuk Tanaman dan Satwa";
(b) Tahun 1949, Nama Lembaga untuk Tanaman dan Satwa diganti menjadi
"Kebun Binatang Cikini"; (c) Tahun 1964, Dengan makin berkembangnya kota
Jakarta, Pemerintah Daerah memindahkan Kebun Binatang Cikini ke kawasan
Ragunan Pasar Minggu, dengan nama "Taman Margasatwa Jakarta"; (d) Tahun
1974, Nama Taman Margasatwa Jakarta berubah menjadi "Kebun Binatang
Ragunan". Sejak saat itu secara bertahap dilakukan penataan dan perluasan,
sejalan dengan peran dan fungsi Kebun Binatang; (e) Tahun 1998, Berdasarkan
Perda No.13 Tahun 1998 nama "Kebun Binatang Ragunan" berubah namanya
menjadi "Taman Margasatwa Ragunan"
Layanan informasi: 021-7806164
d. Situ Babakan
Situ Babakan terletak sekitar 300 m dari Jalan Moh.Kahfi, dengan luas
areal lebih kurang 35 Ha. Untuk menuju ke Situ Babakan akan melewati
pemukiman dan Kebun Rakyat. Sampai saat ini Situ Babakan baru berfungsi
sebagai badan air irigasi, pemancingan, berenang dan tempat berperahu. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
waktu mendatang Situ Babakan direncanakan akan dikembangkan dan dikelola
sebagai obyek wisata.
e. Pergelaran Kesenian Betawi
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan, merupakan pusat kebudayaan Betawi juga didukung
keberadaan dua situ yakni Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Selain untuk
melestarikan Budaya Betawi dan sekaligus berupaya untuk menjadikan daya tarik
wisata budaya juga menampilkan berbagai atraksi seni budaya khas Betawi
sekaligus mempromosikan PBB Setu Babakan sebagai pusat aktivitas seniman
Betawi.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134
f. Atraksi Ekowisata Jakarta Selatan
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan
lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan
sosial budaya ekonomi.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134
g. Festival Makanan Nusantara
Festival Makanan Nusantara adalah acara yang paling dinantikan oleh
masyarakat Jakarta. Sebagai sarana promosi untuk lebih mengenal makanan
nusantara, juga promosi pariwisata Jakarta. Datang kemudian nikmati lezatnya
hidangan aneka makanan nusantara dalam acara festival makanan yang di
Selenggarakan oleh Suku Dinas Pariwisata Kota Administratif Jakarta Selatan.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
h. Jajanan Khas Jakarta Selatan
1. Kerak Telor
2. Roti Buaya
3. Kue Putu
4. Laksa Pesisir
5. Gado-gado
6. Soto Betawi
(Toenggoel P.Siagian.2007,Jakarta idaman kita,h.26)
D. Selayang Pandang Museum Layang-layang Indonesia
Layang layang yang acap mengindahkan langit, ternyata tak cuma sekedar
sebuah permainan. Lebih dari itu permainan yang sudah berumur ribuan tahun ini
juga dijadikan ritual adat hingga alat perang di berbagai daerah dan negara,
bahkan menjadi sumber mata pencaharian. Letaknya yang tersembunyi di sebuah
jalan di kawasan Pondok Labu , Jakarta Selatan Museum ini nyaris tak
terpublikasi seperti layaknya museum lainnya. Pada 2003 Endang menjadikan
rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai museum layang-layang
setelah memperluas lahannya menjadi 4.600 m2 dari semula 1.100 m2. Atap dan
tiang bangunannya bergaya Jawa terbuat dari kayu berumur 146 tahun,
didatangkan dari Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur).
(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com).Diakses pada 10 april 2011.
Pintu gerbang museum dibangun dengan gaya Bali. Megah dan besar.
Bangunan utama yaitu museum layang-layang itu berbentuk pendopo yang juga
menjadi logo museum. Di sisi kanan ada jendela. Bangunan cantik ini berdiri di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
lahan seluas 3000 m2, terdiri dua bangunan yaitu Ruang Pendopo dan ruang
pameran. Bangunan pendoponya sendiri diangkut langsung dari Mojokerto. Dari
kedua bangunan ini dipamerkan sekitar 150 layang-layang dari 500 koleksi dan
setiap bulannya diganti dengan koleksi yang lain. Museum ini memiliki beberapa
ruangan yang terdiri dari museum utama, ruang sinema, café, serta galeri. Saat
memasuki bangunan yang fondasi arsitekturnya didominasi batu bata merah ini,
akan disambut dengan suasana yang teduh dan asri berikut keramahan penjaga
museum. Ada beragam kegiatan yang bisa kita lakukan selama kunjungan selain
berkeliling atau observasi, yaitu belajar melukis, membuat keramik, membatik,
bahkan berenang di kolam yang disediakan untuk umum. Selain itu, dalam
program berdurasi kurang lebih 60 menit, disediakan juga kegiatan seperti
menonton film pendek mengenai sejarah dan keunikan permainan layang-layang,
tur keliling museum yang didampingi oleh pemandu, serta workshop tentang
bagaimana membuat dan melukis layang-layang.
Di dalam museum terdapat layang-layang dari berbagai daerah di
Indonesia dan dari mancanegara. Bentuk dan ukurannya pun beranekaragam. Ada
yang terbuat dari bulu-bulu, daun-daun, kain, anyaman dll. Disini juga terdapat
berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan
masih banyak lagi. Selain itu, ukurannya juga variatif, mulai dari yang berukuran
2×2 cm berasal dari China hingga berukuran 22×24 meter yang berasal dari
Jepang. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri,
Museum Layang-layang Indonesia juga memproduksi berbagai jenis Layang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang
lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.
(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com). Diakses pada 12 april 2011.
1. Sejarah berdirinya Museum Layang-layang Indonesia
Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada
bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri
layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di
dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada
pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut
sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites &
Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya
dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-layang dengan mendirikan
Museum Layang-layang Indonesia. Layang-layang sebuah benda klasik yang ada
hampir di seluruh pelosok dunia dan masih jaya hingga sekarang. Berbagai
festival internasional dilaksanakan setiap tahun dan selalu menjadi acara yang
menarik. Pada tahun 2010 festival layang-layang yang diikuti oleh 42 negara
dilaksanakan di kawasan Pantai Karnaval Ancol, sekaligus dalam rangka
merayakan HUT Jakarta yang ke-483. Museum layang-layang Indonesia
merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum
Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar
kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 istri mantan
Kabulog, Wijanarko Puspoyo yang diresmikan, 21 Maret 2003 oleh Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, I Gede Ardika. Lokasinya terletak di Jl. H.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. (Dimyati,Edi.Panduan sang
petualang(47 museum jakarta),2010,p.30)
Sejak hampir 2,800 tahun lalu, layang-layang telah digunakan oleh Cina.
Layang-layang telah menjadi simbol dalam upacara sakral di berbagai wilayah.
Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup kental dengan layang-layang,
keanekaragaman budayanya membuat layang-layang Indonesia beranekaragam
pula, sangat erat kaitannya dengan budaya daerah masing-masing, baik dalam hal
bentuk, penggunaan, maupun makna yang melekat. Demikianlah layang-layang
telah menjadi benda seni dan budaya yang khas bagi masing-masing negara.
Keinginan untuk melestarikan seni dan budaya inilah serta kecintaannya akan
layang-layang membuat Ibu Endang W. Puspoyo untuk mendirikan museum
layang-layang di area rumahnya.
Awal Mulanya ahli kecantikan dan dekorasi ini hanya melihat layang-
layang sebagai elemen dekorasi, la membeli sebuah di AS pada 1970-an dan
memajangnya di rumah. Tak disangka seorang Belanda menyukai dan
membayarnya. Sejak itu hobi layang-layang pun dimulai. Hobi itu berkembang
setelah ia mendirikan sebuah event organizer yang banyak menggarap kegiatan
luar ruang. Event itu adalah festival layang-layang. Ternyata efektif dan banyak
diminati. Melalui Merindo Kites & Gallery yang didirikannya pada 1988, tawaran
dari developer untuk menggelar festival layang-layang pun mengalir, baik
nasional maupun internasional. Festival layang-layang internasional pertama
beliau diadakan di BSD pada 1993. Beliau mempelajari secara otodidak seluk
beluk layang-layang membuat dan menerbangkannya sendiri saat festival. Salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
satu layang-layang kreasinya meraih kategori desain terbaik di festival layang-
layang internasional Wei Fang (Cina). la juga rajin berkeliling ke berbagai
sekolah lokal dan intemasional untuk mempopulerkan layang-layang. Ibu yang
juga berprofesi sebagai ahli kecantikan ini telah berkeliling ke 10 propinsi di
Indonesia selama 2 tahun terakhir untuk memberikan pelatihan tentang layang –
layang dengan sertifikasi 100 jam belajar. Selain ke berbagai daerah ia juga sering
dipanggil untuk mengajar ketrampilan membuat layang–layang bagi siswa - siswi
di berbagai sekolah internasional di Jakarta seperti Britis Internasional School,
Jakarta Internasional School, German, Korea, Gandhi dan masih banyak lagi.
(Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.33)
2. Seluk beluk dan koleksi museum Layang-layang
Ada banyak sebutan untuk layang-layang ini seperti “layangan” atau
“wau” (sebutan di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) . Dikenal luas di
seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki
fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian
ilmiah, serta media energi alternatif. Layang-layang dibuat dan dirancang untuk
yang pertama kalinya oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman kuno.
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen
dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau
Muna Sulawesi Tenggara. pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang
bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur
lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling
bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.
Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah
dari “Sejarah Melayu” (Sulalatus Salatin) abad ke-17 yang menceritakan suatu
festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.(Endang,W,
Layang-layang salah satu aspek budaya bangsa,1995,49).
Pada dasarnya, pengertian dari Layang-layang adalah paduan lembaran
bahan tipis yang diperkuat dengan kerangka yang kemudian diterbangkan ke
udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali.
Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat
pengangkatnya. Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin
ketika ia tengah mempelajari petir. Berbicara mengenai layang-layang, tidak dapat
terlepas dari unsur-unsur budaya, karena merupakan perpaduan antara teknik
kerajinan dan kesenian Di beberapa daerah masih dapat ditemukan jenis layang-
layang sederhana yang tidak banyak berubah dari bentuk awalnya. Seperti di
Sulawesi, terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat
dengan serat rotan Bahkan di Bali pun masih dapat ditemui layang-layang dengan
bentuk menyerupai daun.
Di Jawa Barat, Lampung dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan
layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini
terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan
mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi
jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar. Di belahan dunia yang lain lagi ,
layang-layang memiliki fungsi ritual yaitu diterbangkan pada saat-saat tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
seperti pada masa panen, atau masa tanam padi. Di Sumatera Barat, Masyarakat
masih percaya pada layang-layang bertuah yang bisa memikat anak gadis.
Namanya layang-layang hias dangung-dangung.
Di Pulau Jawa ada layang-layang yang digunakan untuk mengusir
serangga dan burung liar di ladang sawah. Di beberapa daerah, layang-layang
dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu. Biasanya terkait dengan proses
budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang
diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang
semacam ini masih dapat dijumpai Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat
di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu
memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek
tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat
lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar di
Sulawesi. Layang layang terbesar berukuran 32 x 8 meter, bernama Mega Ray.
Layang-layang ini berbentuk ikan pari, berasal dari Selandia Baru. Sedangkan
yang terkecil berukuran 22 milimeter (2,2 cm). Koleksi Nusantara antara lain
layang-layang berbentuk becak, atau rumah gadang dari Sumatra Barat. Dari
Sulawesi Tenggara ada layangan Kaghati yang dibuat dari daun gadung, memakai
serat daun nanas untuk menjahitnya. Dari Kalimantan Selatan juga ada, yakni
sepasang layanglayang bernama Dandang Laki dan Dandang Bini. Layang-layang
itu terbuat dari beberapa potong bambu berukuran panjang 1,5 meter dengan
diameter 20 cm. Diperkirakan, usianya sudah mencapai 43-53 tahun. Semua jenis
layang layang tersebut dapat dijumpai di musem layang layang. Disini juga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menemukan berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk
boneka dan masih banyak lagi.
Ukuran layang-layang sangat beragam. Ada yang mungil 2x2 cm berasal dari
Cina, ada pula yang besar 22 x 24 meter dari Jepang. MURI mencatat ekor
layang-layang terpanjang ada di Bali yaitu sepanjang 250 meter. Disamping
mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri, Museum Layang-layang
Indonesia juga memproduksi berbagai jenis Layang-layang dan menerima
pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang lebih 400 buah dan
dipajang diluar dan dalam Museum.(Endang,W, Layang-layang salah satu aspek
budaya bangsa,1995,53).
3. Jenis Layang-layang berdasarkan sejarah
1). Olahraga / Sport
Jenis permainan yang disebut sebagai stunt kite. Dimana permainan bukan
hanya membutuhkan angin dan benang melainkan ketrampilan dan kecekatan
serta fisik yang kuat.
2). Warfare
Layang layang juga berperan dalam masa peperangan,dimana pengintaian
kubu musuh dapat dilakukan dengan mengendarai layang-layang besar. Ternyata
layang-layang dapat memindahkan penduduk ke tempat yang lebih aman jauh dari
peperangan, terkadang juga untuk mengukur jarak ke tempat sasaran, bahkan
beberapa layang-layang dapat dapat dilengkapi dengan kamera lokasi suatu daerah
terpencil sekalipun.
3). Aerial artist
Di Peru terdapat hasil seni luar biasa,lukisan besar di suatu dataran yang
tidak dapat di nikmati oleh dataran itu sendiri. Garis serta gambar ini hanya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dinikmati dari udara.Hal ini menjadi tanda Tanya para ilmuwan mereka
beranggapan bahwa lukisan itu dibuat dengan cara pelukis menggantung di
layang-layang
4). Aerodinamika
Adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan gerakan
udara dan keadaan gaya gaya yang timbul pada benda matif(solid), yang bergerak
relative didalam udara.Daya angkat layang layang timbul dari pantulan angin yang
di sebabkan oleh benturannya pada permukaan layang layang dan juga dari
tekanan udara yang bergerak berkurang karena kecepatannya meningkat.
(Endang,W, Belajar membuat layang-layang,2007,20).
4. Visi dan Misi Museum layang-layang Indonesia
Museum memiliki visi untuk mengingatkan budaya layang layang kepada
masyarakat luar. Dan misi museum adalah melestarikan khasanah budaya
Indonesia.(www.museum-layang.com).
5. Fasilitas Museum Layang-layang Indonesia
Fasilitas pendukung museum meliputi kegiatan pelatihan pembuatan
layang-layang, pelatihan layang-layang kendali, pusat informasi kegiatan layang-
layang nasional dan internasional serta kegiatan lain yang berkaitan dengan dunia
layang-layang.
1) Entrance dan Welcoming Area
2) Pendopo dan Workshop Layang layang
3) Kantin, Souvenir Shop dan Musholla
(observasi,9 april 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
Profil Dan Karakteristik Wisatawan
Di Museum Layang-Layang
A. Kunjungan Wisatawan di Museum Layang-layang
Setiap tahun data kunjungan wisatawan selalu meningkat dikarenakan
para pengunjung dapat melakukan berbagai aktifitas di museum tersebut, tidak
hanya melihat benda-benda yang terdapat di museum seperti museum lain. Bentuk
apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah banyaknya kunjungan dari
masyarakat ke museum, banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat
berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam aktivitas masyarakat yang
terkait dengan sesuatu museum. Masyarakat merupakan organisme sosial yang
dinamis, wujudnya pun bermacam-macam serta banyak kategori yang dapat
dikenakan kepadanya. Dapat dinyatakan bahwa masyarakat pengunjung museum
adalah salah satu segmen khusus masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar
mau mendatangi museum. Kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kondisi ekonomi, keamanan, musim dan lain-lain. Dapat dilihat dari
tabel-tabel dibawah ini yang menjelaskan tentang perkembangan di museum
layang-layang berdasarkan data pengunjung tahun 2011. Berdasarkan data yang
diperoleh ternyata daerah asal wisatawan merupakan hal yang mempunyai
pengaruh cukup besar pada jumlah kunjungan wisatawan. Karena daerah asal
akan mencerminkan keadaan dari wisatawan itu sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berikut adalah data dari pengelola Museum Layang-layang tentang
jumlah kunjungan wisatawan pada kurun waktu bulan Januari-april 2011, jumlah
kunjungan wisatawan sudah termasuk wisatawan mancanegara.
Tabel 1
Data Kunjungan wisatawan bulan Januari – April 2011
Museum Layang-Layang Indonesia
No Bulan Wisatawan
Mancanegara
Wisatawan
Lokal
Jumlah
1. Januari 267 1005 1272 Orang
2. Februari 82 648 730 Orang
3. Maret 90 358 448 Orang
4. April 11 200 422 Orang
Sumber: Pengelola Museum layang layang 2011.
Dari informasi tabel 1 jumlah wisatawan bulan januari- april tahun 2011 di
atas dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan pada bulan januari adalah 1272
orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 267 orang dan wisatawan
domestic sebanyak 1005 orang. Jumlah wisatawan pada bulan februari adalah 730
orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 82 orang dan wisatawan
domestic sebanyak 648 orang. Jumlah wisatawan pada bulan Maret adalah 448
orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 90 orang dan wisatawan
domestic sebanyak 358 orang. Jumlah wisatawan pada bulan April adalah 422
orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 11 orang dan wisatawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
domestic sebanyak 200 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa museum layang-
layang mengalami penurunan jumlah wisatawan pada bulan Januari-april 2011.
B. Profil Wisatawan di Museum Layang-layang berdasarkan Variabel
Geografis,Variabel Sosio demografi, Variabel Psikografik, Variabel
Behavioristik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Museum laying-layang untuk
mengetahui tentang profil dan karakteristik wisatawan pada Museum layang-
layang dilakukan dengan cara melakukan survey dan penyebaran kuisioner
sebanyak 50 responden, dikarenakan penulis beranggapan dengan jumlah
responden tersebut sudah dapat mewakili karakteristik wisatawan lainnya.
Sedangkan karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencakup
daerah asal responden, usia, jenis kelamin, pekerjaan, perencanaan perjalanan
wisata yang diminati, jenis dan bentuk wisata yang diminati, tujuan utama
berkunjung ke Museum layang-layang, fasilitas penginapan yang paling banyak
diminati, perhatian wisatawan terhadap kebersihan dan sanitasi di tempat wisata
dan harapan-harapan yang ingin dikemukakan setelah berkunjung di Museum
layang-layang. (http://net-asia.net/karakteristik wisatawan.html) Diakses pada 21
April 2011). Berikut ini adalah jenis variable karakteristik profil wisatawan yaitu :
1. Variabel Geografis
Variabel geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat
tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara
asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan
penduduk di kota tersebut dan lain-lain.
Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket
kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan daerah asal wisatawan
adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan
Daerah Asal Jumlah Prosentase (%)
Jakarta 18 35
Bogor 10 20
Jogjakarta 10 20
Surakarta 7 15
Luar Negeri 5 10
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011..
Dari data diatas disimpulkan bahwa hasil wawancara yang dituangkan
dalam bentuk kuisioner diketahui bahwa kebanyakan asal responden adalah
berasal dari dalam kota atau dapat dikatakan peminat dari Museum layang-layang
itu sendiri mayoritas berasal dari daerah Jakarta. Jakarta mempunyai minat yang
paling besar pada tempat wisata ini yang terlihat dari jumlah kunjungan yang
cukup banyak yaitu sebesar 18 responden dengan prosentase 35%, disusul dengan
Bogor dengan 10 responden dan dengan prosentase 20%, Jogjakarta 20% dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
solo sebanyak 15%, sisanya 10% berasal dari kota lain termasuk wisatawan
mancanegara.
2. Variabel Sosio demografi
Variabel sosio-demografis juga berkaitan satu dengan
yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan
pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan
ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-
demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis
kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata
yang dilakukan (Seaton & Bennet, 1996). Berikut ini adalah hasil data yang di
peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang
berdasarkan jenis kelamin wisatawan adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis kelamin wisatawan
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki 23 46
Perempuan 27 54
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Minat dan kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wisatawan
wanita, begitu pula minat terhadap suatu tempat tujuan wisata. Berdasarkan dari
data yang diperoleh dari lembara kuisioner yang disebarkan kepada responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
didapat perbedaan yang tidak terlalu besar terhadap minat pada suatu tempat
wisata antara pria dan wanita, yaitu dalam data tercatat wisatawan wanita
sebanyak 27 responden dengan prosentase 54%, sedangakan wisatawan pria
sebanyak 23 responden dengan jumlah prosentase sebesar 46%. Jadi dapat
diambil kesimpulan kalau jenis wisata budaya khususnya Museum Layang-layang
tenyata diminati oleh pria maupun wanita. Selanjutnya adalah data yang di
peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang
berdasarkan usia wisatawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis usia wisatawan
Usia Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
<15 17 34
15-30 23 46
30-50 6 12
>50 4 8
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Berdasarkan dari data pada tabel 4 dapat dilihat bahwa mayoritas usia
responden yang berkunjung di Museum layang-layang antara usia 15-30 tahun,
yaitu sebanyak 23 orang dengan prosentase sebesar 46%. Sedangkan responden
dengan usia 30-50 tahun sebanyak 12%, responden usia lebih dari 50 tahun
sebanyak 8% dan jumlah responden dengan usia kurang dari 15 tahun sebanyak
34%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Museum layang-layang
lebih banyak diminati oleh para wisatawan dengan usia remaja atau bisa dikatakan
para kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan pola hidup dari
masyarakat Indonesia itu sendiri yang mulai berubah khususnya dikalangan
remaja. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket
kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan pekerjaan wisatawan,
penulis membaginya menjadi 4 golongan yaitu : pelajar (termasuk mahasiswa),
pegawai pemerintahan (termasuk TNI dan Polisi), staff pengajar (termasuk dosen,
guru dan staff pengajar lainnya) dan wiraswasta, adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Variabel Sosial geografis berdasarkan pekerjaan wisatawan
Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
Pelajar & Mahasiswa 26 52
Pegawai pemerintahan 5 10
Staff pengajar 14 28
Wiraswasta 5 10
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Berdasarkan tabel di atas tentang jenis pekerjaan responden, maka dapat di
ketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan Museum layang-layang berdasarkan
jenis pekerjaan mayoritas adalah dari kalangan pelajar sebanyak 26 orang dengan
prosentase sebesar 52%. Kemudian responden dengan jenis pekerjaan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
guru sebesar 28% dilanjutkan dengan profesi sebagai pegawai pemerintahan dan
wiraswasta yang sama-sama memiliki prosentase sebesar 10%.
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari
istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Menurut Aisyah, pengunjung
di hari kerja biasanya didominasi oleh rombongan anak-anak sekolah. Pengunjung
individu atau keluarganya biasanya banyak di hari Sabtu atau Minggu.
3. Variabel psikografik
Variabel psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam
kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang
sangat berbeda.
Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan
beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu produk wisata.
Pengelompokan-pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai
alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar
ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, “kesetiaannya”
terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan
harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan
produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan
dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi
kelompok pasar tersebut.
(http://jurnalpariwisata.com/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=293:karakteristik-wisatawan-asing-di-
indonesi&catid=64:vol05no22000).diakses pada 4 april 2011.
Motivasi dan tujuan orang untuk melakukan perjalanan wisata itu tidak
terbatas dan tidak dapat dibatasi, seseorang mengunjungi suatu objek wisata pasti
mempunyai tujuan yang diinginkan, terlepas dari rasa ingin tau dan ingin terlepas
dari rutinitas atau aktivitas sehari-hari. Berikut ini adalah hasil data yang di
peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang
berdasarkan Tujuan wisatawan berkunjung ke museum layang-layang adalah
sebagai berikut :
Tabel 6
Variabel Psikografik berdasarkan Tujuan Wisatawan Berkunjung di
Museum layang-layang
Tujuan Jumlah Prosentase (%)
Rekreasi 6 12
Penelitian/belajar 17 34
Melihat hal-hal baru 1 2
Kebudayaan 13 26
Bisnis - -
Sekedar mengisi waktu 13 26
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa sebagian besar mengunjungi objek
wisata ini adalah untuk melakukan penelitian atau belajar membuat layang layang
di museum ini, yaitu dengan jumlah responden sebanyak 17 responden dengan
prosentase sebesar 34%, ini dikarenakan jumlah kunjungan yang lebih banyak
didominasi oleh para pelajar dan mahasiswa, baik dari dalam maupun luar kota,
bahkan tidak sedikit pula pelajar dari luar negeri yang melakukan penelitian di
museum ini. Selanjutnya untuk tujuan kebudayaan sebesar 26%, rekreasi atau
berlibur 12% dan hanya sekedar melihat hal-hal baru sebanyak 2%.
4. Variabel Behavioristik
Variable Behavioristik membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan tingkah laku Wisatawan. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh
dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan
perencanaan perjalanan wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang.
Dalam interview yang dilakukan peneliti pada salah seorang wisatawan yang
tergabung dalam Touris Group dari sebuah Universitas di Kota Semarang didapat
hasil sebagai berikut: Mereka lebih merasa nyaman serta merasa bebas tidak
terpancang oleh jadwal perjalanan yang sudah diatur oleh sebuah biro perjalanan
jika menggunakan rencana perjalanan yang mereka atur sendiri. Disamping itu
mereka juga berfikiran agar lebih dapat menekan biaya pengeluaran yang cukup
besar jika menggunakan jasa biro perjalanan dibandingkan dengan melakukan
perjalanan sendiri, maka dari itu di peroleh data sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 7
Variabel behavioristik bedasarkan Perencanaan
Perjalanan Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang
Rencana Perjalanan Jumlah Prosentase (%)
Diatur sendiri 31 62
Diatur biro perjalanan 19 38
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Mayoritas atau sebanyak 31 responden menjawab lebih senang
merencanakan perjalanan sendiri atau menggunakan organisasi wisata lokal,
daripada menyerahkan sepenuhnya pada biro-biro perjalanan, dengan prosentase
sebesar 62%.Namun demikian tidak sedikit pula yang lebih memilih
menggunakan jasa biro perjalanan yaitu sebanyak 19 responden dengan
prosentase 38%. Ini dikarenakan mereka beranggapan lebih praktis serta sebagian
besar dari mereka juga belum mengenal betul tentang letak dan kondisi tempat-
tempat wisata yang akan mereka kunjungi, jadi mereka lebih merasa aman.
Ada beberapa wisatawan yang menggunakan jasa biro perjalanan akan
tetapi dalam menentukan objek wisata yang akan dituju mereka memilih dan
mengatur sendiri, sehingga tugas dari biro perjalanan hanya sekedar mengantar ke
tempat yang diinginkan oleh wisatawan. Berikut ini adalah hasil data yang di
peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang
berdasarkan bentuk wisata yang banyak di minati wisatawan yang berkunjung ke
museum layang-layang adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 8
Variabel Behavioristik berdasarkan Bentuk Wisata Yang Banyak
Diminati wisatawan
Bentuk Wisata Jumlah Prosentase (%)
Wisata budaya 8 16
Wisata alam 24 48
Wisata kuliner 14 28
Wisata belanja 4 8
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Mayoritas responden lebih menyukai wisata alam dengan jumlah
responden sebanyak 24 dengan prosentase sebesar 48%, lebih besar dibandingkan
bentuk wisata lainnya. Dilanjutkan dengan wisata kuliner dengan 28%, mereka
mengatakan sangat penasaran dengan makanan khas yang ada ditempat-tempat
wisata atau daerah yang mereka kunjungi, sehingga tidak sedikit pula yang
memilih bentuk wisata ini. Selanjutnya wisata budaya dan wisata belanja dengan
jumlah prosentase masing-masing sebesar 16% dan 8%. Dari fakta yang didapat
dari sebuah wawancara dengan Ade nuryadin salah seorang Guide di Museum
layang- layang, didapat kesimpulan bahwa kebanyakan wisatawan asal Eropa
sangat tertarik dalam mendengarkan pemandu wisata dan ingin mengetahui segala
sesuatu sampai detail tentang suatu objek wisata. Sedangkan wisatawan asal
Amerika lebih menyukai aspek wisata budaya seperti tari-tarian dan upacara adat-
istiadat akan tetapi tidak tertarik secara medalam pada bentuk kebudayaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sedangkan hanya sebagian kecil yang menyukai pemandangan alam. Wisatawan
Australia mengatakan sangat menyukai wisata alam terutama aktivitas pantai
tetapi tidak menaruh minat yang dalam pada kebudayaan yang telah dikenalnya
tentang ndonesia.
Jenis penginapan standart memang lebih banyak disukai oleh para
wisatawan karena dalam kunjungannya wisatawan lebih mengutamakan objek
yang dituju, bukan fasilitas dan pelayanan kamar. Selain itu mayoritas pengunjung
Museum layang layang juga berprofesi sebagai pelajar dan staff pengajar,
sehingga minat akan permintaan penginapan relative sederhana. Berikut ini adalah
hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum
layang-layang berdasarkan fasilitas penginapan yang banyak di minati wisatawan
yang berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 9
Variable Behavioristik berdasarkan Fasilitas Penginapan Yang Banyak
Diminati Wisatawan Yang Berkunjung ke Museum layang-layang
Fasilitas Penginapan Jumlah Prosentase (%)
Berbintang 9 18
Tidak Berbintang 41 82
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Jenis penginapan dengan fasilitas maupun pelayanan yang standart
menjadi favorit dikalangan wisatawan, hal ini dibuktikan dengan tingginya
responden yang memilih dengan jumlah 41 responden dengan prosentase 82%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hal ini sangatlah lebih dominan jika dibandingkan dengan jumlah responden yang
memilih jenis penginapan mewah yaitu sebanyak 9 responden dengan prosentase
sebesar 18%.
Kebersihan dan sanitasi sangat erat hubungannya dengan dunia pariwisata,
karena semakin bersih tempat wisata yang mereka kunjungi maka kesan dari para
wisatawan terhadap suatu objek wisata pun juga semakin tinggi, bahkan
kemungkinan besar mereka untuk kembali mengunjungi objek wisata tersebut
semakin terbuka lebar karena mereka merasa nyaman terhadap tempat wisata
yang mereka kunjungi. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari
pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan
respon terhadap fasilitas dan kebersihan wisatawan yang berkunjung ke museum
layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Variable behavioristik berdasarkan Respon Terhadap Fasilitas dan
Kebersihan di Museum layang- layang
Respon Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
Sangat diperhatikan 37 74
Kurang diperhatikan 13 26
Tidak diperhatikan - -
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Mayoritas atau sebanyak 37 responden dari 50 responden, tanggapan
wisatawan terhadap fasilitas dan kebersihan di tempat yang mereka kunjungi
cenderung sangat diperhatikan, dengan prosentase 74%. Sedangkan wisatawan
yang mengatakan kurang diperhatikan sebanyak 13 responden dengan prosentase
sebesar 26%.
Kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
ekonomi, keamanan, musim dan lain-lain. Dapat dilihat dari tabel-tabel dibawah
ini yang menjelaskan tentang perkembangan di museum layang-layang
berdasarkan data pengunjung dan kegiatan yang di lakukan pada tahun 2007-2011
di museum layang-layang Indonesia adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan tabel 11 kegiatan museum layang-layang di atas dapat di
ketahui bahwa perkembangan sangat pesat bermula dari workshop layangan pada
setiap tahun terdapat penambahan kegiatan di museum layang-layang seperti
pada tahun 2007 kegiatan yang dilakukan wisatawan adalah membuat layang-
layang paperfold sebanyak 7362 pengunjung ,diamond 2802 pengunjung, poly
514 pengunjung dan keramik sebanyak 5265 pengunjung, paling banyak di
kunjungi pada bulan april dengan jumlah 2672 wisatawan dan bulan paling sedikit
wisatawan berkunjung adalah bulan oktober sebanyak 379 pengunjung. Pada
tahun 2008 kegiatan yang di lakukan wisatawan adalah membuat layang-layang
paperfold sebanyak 6243 pengunjung, diamond sebanyak 2962 pengunjung ,poly
sebanyak 814 pengunjung, keramik sebanyak 5030 pengunjung dan di tambah
melukis batik sebanyak 551 pengunjung.Paling banyak dikunjungi adalah pada
bulan November yaitu sebanyak 2752 pengunjung,paling sedikit dikunjungi
adalah bulan September sebanyak 474 pengunjung. Pada tahun 2009-2011
kegiatan yang di lakukan wisatawan adalah membuat layang-layang paperfold
sebanyak 14049 pada tahun 2009, sebanyak 5984 pengunjung pada tahun 2010
dan 1066 pengunjung pada tahun 2011 yang di hitung sampai bulan april
2011,diamond sebanyak 7100 pengunjung pada tahun 2009, 2683 pengunjung
pada tahun 2010, 505 pengunjung di tahun 2011 yang dihitung sampai bulan april
2011,sedangkan poly sebanyak 1793 pengunjung pada tahun 2009, dan 480
pengunjung pada tahun 2010, 135 pengunjung tahun 2011 yang di data sampai
bulan april 2011, melukis keramik sebanyak 5482 pengunjung pada tahun 2009,
dan 4749 pengunjung pada tahun 2010, 253 pengunjung pada tahun 2011 yang di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ketahui jumlahnya sampai bulan april 2011, membatik sebanyak 522 pengunjung
di tahun 2009, 222 pengunjung pada tahun 2010, dan 371 pengunjung pada tahun
2011 sampai bulan april, melukis payung sebanyak 259 pengunjung pada tahun
2009, dan 125 pengunjung pada tahun 2010 serta 145 pengunjung pada tahun
2011 sampai bulan april, dan melukis T-shirt sebanyak 783 pengunjung pada
tahun 2009, pada tahun 2010 sebanyak 331 pengunjung dan sebanyak 397
pengunjung pada tahun 2011 sampai bulan april. Berikut ini adalah hasil data
yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-
layang berdasarkan harapan-harapan wisatawan yang berkunjung ke museum
layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 12
Variabel behavioristik berdasarkan Harapan-harapan Yang Diinginkan
Oleh Wisatawan di Museum Layang-layang.
Respon Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
Sanitasi kebersihan 13 26
Promosi 20 45
Fasilitas 17 29
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Harapan-harapan yang diinginkan wisatawan kepada Museum Layang-
layang antara lain, sebagian besar pengunjung atau sebanyak 20 responden
dengan prosentae sebesar 45% responden menginginkan agar lebih ditingkatkan
lagi pengelolaan dan usaha promosi terhadap Museum layang layang. 29%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pengunjung memperhatikan masalah fasilitas di museum, sisanya pengunjung
mengharapkan kebersihan lingkungan museum sebanyak 26%. Dengan
banyaknya pengunjung yang datang ke museum ini. Harapan masyarakat
Indonesia lebih mengenal layang-layang yang merupakan budaya Indonesia.
Berkaitan dengan status kepemilikan dan pengelolaan museum yang masih atas
nama pribadi pendirinya, masyarakat berharap agar status museum ini bisa
berubah menjadi sebuah Museum Nasional. Artinya, menjadi institusi atau
lembaga dibawah pengelolaan pemerintah, bila terjadi perubahan tersebut
tentunya akan membuat museum ini akan jauh lebih berkembang dan diakui
masyarakat luas, apalagi Indonesia adalah negara yang paling banyak jenis
layang-layang tradisional dari berbagai daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum Layang-layang Indonesia merupakan sebuah museum yang
dikelola swasta yang menyimpan koleksi layang-layang dari berbagai daerah di
tanah air, merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri
Museum Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar
kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985. Museum ini
didirikan pada tanggal 21 Maret 2003 dan peresminya adalah I Gede Ardika,
mantan menteri pariwisata periode sebelum sekarang. Lokasinya terletak di Jl. H.
Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan..
. Museum ini juga menawarkan berbagai program untuk para pengunjung,
diantaranya pemutaran film mengenai sejarah Layang-layang dan berbagai
kegiatan festival Layang-layang, tour Museum yaitu memperkenalkan Layang-
layang tradisional, kreasi dan sport dari Indonesia dan mancanegara serta
pelatihan-pelatihan seperti merakit, menghias hingga mewarnai Layang layang,
membentuk, mencetak dan menghias keramik, melukis payung dengan cat yang
khusus diperuntukan bagi Anak-anak, hingga membatik
Kondisi geografis yang teletak di Kota Jakarta selatan menjadikan
Museum Layang layang mudah dikunjungi oleh wisatawan. Dari data yang
dikumpulkan sebanyak 65% wisatawan yang berkunjung ke Museum Layang
layang berasal dari luar Kota Jakarta, Bogor dan Jogjakarta menjadi kota yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
paling banyak mengirimkan wisatawannya yaitu sebanyak masing masing 20%.
Sedangkan minat kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wanita yaitu
tercatat dalam data sebanyak 46% berjenis kelamin pria dan 54% berjenis kelamin
perempuan .
Dapat diambil kesimpulan pula bahwa wisatawan yang datang ke Museum
Layang layang berasal dari berbagai kota di pulau Jawa dan mayoritas berusia
antara 15-30 tahun. Dalam hal ini pekerjaan atau profesi dari sebagian besar
wisatawan tersebut adalah dari kalangan pelajar(TK, SD, SMP, SMA dan
mahasiswa.) sebanyak 52%,pegawai pemerintahan sebanyak 10%, staf pengajar
sebanyak 28%, wiraswasta sebanyak 10%. Sedangkan mayoritas wisatawan yang
datang ke Museum Layang-layang adalah untuk belajar atau penelitian sebanyak
34%, hal ini disebabkan karena museum ini merupakan satu-satunya museum
layang layang di Indonesia, maka dari itu banyak mahasiswa baik dari dalam
maupun luar negeri yang datang ke Museum Layang-layang untuk mengadakan
penelitian, belajar membuat layang layang sendiri serta kreasi-kreasi lain atau
sekedar melihat-lihat koleksi layang layang di museum. Perencanaan perjalanan
wisatawan mayoritas senang melakukan perjalan sendiri daripada diatur oleh biro
perjalanan wisata yaitu sebanyak 62% resonden. Sedangkan bentuk wisata yang
di minati wisatawan paling banyak adalah bentuk wisata alam yaitu sebanyak
48%. Selanjutnya adalah fasilitas penginapan yang banyak diminati wisatawan
adalah penginapan tidak berbintang sebanyak 82% dikarenakan wisatawan lebih
mengutamakan obyek yang dituju selain itu mayoritas pengunjung adalah
berprofesi sebagai pelajar jadi minat permintaan penginapan relatif sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sebanyak 74% wisatawan yang datang ke Museum Layang layang mengaku
sangat memperhatikan tentang kondisi kebersihan dan sanitasi terhadap tempat-
tempat wisata yang mereka kunjungi.
Harapan sebagian besar pengunjung di Museum layang-layang sebanyak
45% adalah menginginkan agar lebih ditingkatakan lagi promosi pengelolaan
terhadap Museum Layang layang agar lebih di kenal masyarakat luas.
B. Saran
Untuk lebih menjaga peninggalan-peninggalan sejarah dan pelestarian
budaya yang terdapat di Museum Layang-layang, maka penulis memberikan
sedikit saran kepada pengelola museum agar :
1. Strategi promosi terhadap Museum Layang-layang harus ditingkatkan lagi,
agar semakin dikenal oleh para wisatawan baik lokal maupun asing. Bisa
menggunakan internet, media elektronik, buku, workshop, festival, maupun
melalui brosur.
2. Penambahan jumlah koleksi museum dan pengadaan pemandu wisata yang
professional, agar wisatawan yang datang ke Museum Layang layang merasa
puas dengan benda-benda koleksi museum serta mendapat banyak ilmu
tentang berbagai cara membuat kreasi bikinan sendiri serta puas akan
pelayanan yang diberikan oleh museum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
DAFTAR PUSTAKA
Amir Sutarga Moh. 1983. Pedoman Penyelenggaraan dan pengelolaan Museum,
Jakarta : Direktorat Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendididkan .dan Kebudayaan.
Burney, Neilme. 1998. Tourism.Hertfordshire : Prentice Hall Europe.
Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi.1989. Jakarta Paduan Wisata
Indonesia.Jakarta: Intermasa.
Dimyati,Edi. 2010.Panduan sang petualang( 47 museum Jakarta),Jakarta:
Gramedia pustaka.
Endang Widjanarko Pusoyo.1995.Layang-layang salah satu aspek Budaya
Bangsa. Jakarta: Grasindo
.2007. Belajar membuat layang-layang. Jakarta
: Grasindo
Endar Sugiarto, Kusmayadi. 2000.Metodologi Penelitian Dalam Bidang
Kepariwisataan, Jakarta : Gramedia.
Happy Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung :
Alfabeta.Majalah estate desember 2005
Nyoman S. Pendit. 1986. Ilmu Pariwisata Sebagai Pengantar Perdana, Jakarta :
Pradya Paramita.
Oka A. Yoeti. 2001. Ilmu Pariwisata Sejarah, perkembangan dan prospeknya,
Jakarta : PT. Pertja.
Oka A. Yoeti. 2001. Pariwisata Budaya. Jakarta : Pradnya Paramita.
Uka Tjandrasasmita.2000.Sejarah Perkembangan Kota Jakarta.Jakarta : Dinas
Museum dan Pemugaran.
Wahanaboga Cakrawala Hotel.
www. Museum-layang.com di akses pada tanggal 3 april 2011 pukul 21.00.
www.jakarta.go.id di akses pada tanggal 3 april 2011 pukul 21.00.
www.rumahtata.blogspot.com di akses pada tanggal 12 april 2011 pukul 15.00.
www.wikipedia.com. di akses pada tanggal 3 april 2011 pukul 21.00.
Recommended