View
232
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Prospek Endapan Mineral Titanium Magnetit Pada Selat Bali,
Indonesia
Kevin Muster Regulus VICTOR1, Aton PATONAH1, Dicky MUSLIM1 dan Delyuzar
ILAHUDE2
1Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21, 45363, Sumedang, Jawa
Barat, Indonesia 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Jalan Dr. Djunjunan No.
236, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Email : kevinmuster.rv@gmail.com
Abstrak
Lokasi daerah penelitian terletak pada koordinat 8o03’–8o07’LS dan 114o25’–114o35’BT.
Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi data mineral khususnya endapan Titanium
Magnetit di perairan Selat Bali. Secara stratigrafi, daerah penelitian termasuk dalam Formasi
Batuan Gunungapi Buyan-Bratan dan Batur Purba. Metode penelitian yang digunakan adalah
pengambilan percontoh batuan di pantai Banyuwangi-Bali Barat dan pantai Pulau Menjangan-
Tabuan. Selanjutnya, pemilihan percontoh sebanyak 107 percontoh dengan rata–rata ukuran
butir 0,125 mm, untuk analisis mineral oles dan mineral berat. Hasil analisis mineral oles
menunjukkan keterdapatan tiga kelompok mineral, yaitu: biogenik, non-biogenik, dan
antigenik. Sementara, hasil analisis mineral berat memperlihatkan kandungan Titanuim
Magnetit (TiO2Fe2O4) sebanyak 87% dengan 15%-30% terdapat di dalam percontoh sedimen
permukaan . Mineral berat lainnya yang hadir adalah Hematit (Fe2O3), Rutil (TiO2), Zirkon
(ZrSiO4), Sphene (CaTi(SiO4)O), Hornblende (Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH)2), Augit
(CaNa(MgFeAlTi)(SiAl)2O6), Biotit (K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2). Berdasarkan himpunan
mineral di daerah ini, Titanium Magnetit berasal dari batuan vulkanik seperti basalt dan andesit.
Ditemukannya ukuran butir yang halus pada mineral berat dan mineral antigenik
mengindikasikan bahwa arus laut memiliki peranan besar dalam pengendapan Titanium
Magnetit. Kajian ini diharapkan menjadi data awal untuk eksplorasi prospek endapan Titanium
Magnetit yang ekonomis di Selat Bali.
Kata Kunci : Endapan Titanium Magnetit, mineral oles, mineral berat, prospek, Selat Bali
Pendahuluan
Indonesia merupakan suatu negara maritim
atau kepulauan yang berwawasan nusantara,
memiliki lebih dari 13.600 pulau dan panjang
garis pantai lebih dari 81.000 km. Secara
geografis wilayah negara kepulauan Indonesia
terletak diantara tiga lautan besar,
menyebabkan Indonesia tidak saja sangat
penting ditinjau dari kacamata ekonomi dan
politik, tapi juga menarik ditinjau dari aspek
laut (oseanologi), geologi pantai, dan lepas
pantai yang dipengaruhi oleh unsur-unsur yang
datang dari laut dan daratan. Sebagai
konsekuensi logis dari keadaan alam Indonesia
diatas, maka diperlukan suatu kajian khusus
dalam mengembangkan potensi yang ada di
Indonesia ini terutama dari sisi mineral-
mineral yang dapat bermanfaat sebagai sumber
energi dan ekonomi suatu daerah. Penelitian
yang dilakukan di Perairan Selat Bali melalui
pendekatan geologi dan geofisika
mendapatkan berbagai jenis mineral yang bisa
untuk dikembangkan sebagai pengembangan
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
daerah Bali ini terutama untuk kawasan Bali
Barat.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dari penelitian di perairan
Selat Bali ini adalah untuk menginventarisasi,
mengevaluasi, dan menafirkan data yang
diperoleh serta kompilasi dengan data
penunjang lainnya.
Tujuan dari penelitian ini terutama akan
mengkajikan kondisi geologi daerah penelitian
secara khusus dalam bidang mineral,
rekomendasi keteknikan baik yang berguna
untuk pengembangan wilayah, perekayasaan
potensial pertambangan, inventarisasi data
mineral ekonomis dari daerah penelitian ini.
Waktu dan Lokasi
Penelitian dimulai dengan studi pustaka dan
observasi daerah penelitian pada tanggal 18
Juli 2015 – 31 Agustus 2015. Lokasi penelitian
(Gambar 1) meliputi daerah daratan pantai
sebelah timur P. Jawa (Lembar
Banyuwangi/Blambangan) dan sebelah barat
P. Bali (Lembar Bali) serta daerah perairan
Selat Bali, dengan luas daerah sekitar 400 km,
terletak paa koordinat 8o-8o25’ LS dan
114o28’-114o35’ dan lembar peta 1707-
5,1708-2-1, kedalaman lauta berdasarkan peta
GEBCO skala 1 : 250.000, berkisar antara 0-
200 meter dengan ketinggian daratan pantai
berkisar antara 0 hingga kurang lebih 20 meter
diatas muka laut. Lokasi penelitian dapat
dicapai dengan melalui jalur darat yang
berjarak sekitar 300 km dari kota Surabaya ke
arah timur, sedangkan dengan sarana keretaapi
dapat ditempuh menuju pelabuhan Ketapang
yang berjarak kurang lebih 7 km dari kota
Banyuwangi.
Metode Penelitian
Jumlah percontoh yang dianalisis adalah 107
percontoh. Percontoh yang diambil untuk
dianalisis mineral berat, mempunyai besar
butir ± 0,125 mm. Percontoh ini kemudian
dipreparasi dengan cairan bromoform. Yang
mempunyai berat jenis 2,89. Jenis mineral
yang dianalisis mempunyai berat jenis lebih
besar dari 2,89, meskipun pada kenyataannya
sering dijumpai pengaturan mineral ringan
seperti kuarsa atau beberapa jenis fauna/fossil.
Geologi Regional
Berdasarkan klasifikasi morfologi dari Inman
dan Nordstrom (1971) dengan penekanan pada
kenampakan-kenampakan morfologi utama
dari tipe tektoniknya, pantai Bali termasuk
dalam tipe morfologi “Mountaineous Coast”
yaitu pantai yang terjadi akibat tumbukan
antara lempeng benua dan lempeng samudera.
Hal ini terlihat dari jajaran gunungapi masing-
masing dari barat ke timur adalah G. Seraja
(1058 mdpl), G. Agung (3142 mdpl), G. Batur
(1717 mdpl), G. Tjatur (2098 mdpl), G. Lesong
(1860) mdpl, G. Sengajang (2087 mdpl), G.
Batukaru (2276 mdpl), G. Kutul (842 mdpl),
G. Patas (1414 mdpl), G. Musi (1215 mdpl), G.
Merbuk (1586 mdpl)G. Sangiang (1004 mdpl),
dan G. Kelatakan (698 mpdl).
Beberapa ahli geologi yang pernah bekerja di
daerah ini diantaranya adalah M.M
Pubohadiwidjojo, N.R Sutarto, Darwin Kadar,
J.D Elifas, dan L. Padjianto serta M. Alzwar.
Hasilnya adalah peta Geologi Lembar Bali
dengan skala peta 1:250.000 yang disusun oleh
M.M Purbohadiwidjojo (1971). Menurut para
peneliti diatas, daerah penelitian tersusun oleh
masing-masing (lihat Tabel 1) :
a. Endapan aluvium yang tersebar di
sekitar pantai Seminyak, Pantai Kuta
hingga Teluk Jimbaran.
b. Tuffa dan endapan lahar Buyan-Brata
dan Batur. Batuan ini dijumapi di
sepanjang pantai antara Tg.
Bulungdaja hingga pantai Canggu.
c. Formasi Palasari yang berumur Kuarter
Bawah. Formasi ini terdiri dari
konglomerat, batupasir, dan
batugamping terumbu yang tersebar di
sepanjang pantai antara Pulukan
hingga sebelah timur Surabrantan.
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
d. Batuan gunungapi Jembrana yang
tersusun oleh lava, breksi, tufa dari G.
Kelatakan, G. Merbuk, G. Patas, dan
batuan lain yang tergabung. Batuan ini
berumur Kuarter Bawah dan tersingkap
sedikit di sekitar pantai Surabrantan.
e. Formasi Selatan yang berumur
Miosen-Pliosen, tersusun terutama
oleh batugamping. Batuan ini
tersingkap di sepanjang pantai antara
sebelah selatan Teluk Jimbaran hingga
Tg. Mebulu.
Hasil dan Analisis
Di perairan Selat Bali telah dilakuka seismik
pantul dangkal; saluran tunggal Sparker
Resolusi tinggi. Data seismik direkam dengan
menggunakan energi suara 600 Joule, sapuan
perekaman 0,5 detik dan picu ledakan diatur
setiap 1 detik. Dari seismik (lihat gambar 2)
diperoleh bahwa di perairan Selat Bali terdapat
sesar-sesar aktif di bagian barat dan bagian
timur daerah penelitian. Terdapat juga
morfologi tinggian di bagian timur yang
diduga sebagai daratan Pulau Bali dan
morofologi tinggian barat sebagai daratan
Pulau Jawa. Adanya onggokan dipermukaan
dasar laut di sekitar Tanjung Pasir Putih
ditafsirkan sebagai carbonate build-up.
Bentuk ini banyak ditemukan di sekitar Pulau
Menjangan yang merupakan kawasan wisata
bawah laut. Selama penelitian geologi di
lingkungan pantai dan lepas pantai di perairan
Selat Bali dan sekitarnya telah dilakukan
pengambilan sedimen dasar laut dengan
menggunakan pemercontohan 68 sampel. Dari
seluruh percontohan yang diambil ternyata 58
contoh berhasil dan sisanya gagal didalam
perolehan sedimen, walaupun telah dicoba dua
sampai tiga kali pengambilan dan membatasi
hanya pada kedalaman maksimum 50 meter.
Kegagalan ini memungkinkah oleh karena
kurang sesuainya peralatan untuk beberapa
lokasi daerah penelitian, khususnya bagi lokasi
yang mempunyai perairan yang mempunyai
kelerengan bawah laut besar dan kuatnya arus
bawah laut seperti sepanjang pantai Selogiri
dan Gilimanuk. Sedimen dasar laut diatas
memperlihatkan bahwa sebagian besar
sedimennya terdiri dari fraksi ukuran pasir dan
krikil disusun oleh bahan-bahan vulkanik-
klastik, gamping-klastik, dan organo-klastik.
Analisis Contoh Oles :
Untuk penelitian di daerah Selat Bali ini
dapat dianalisis melalui 107 percontoh
batuan yang diambil di pantai dan lepas
pantai. Mineral-mineral didalam analisa
dari daerah penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu : Biogenik, bukan biogenik, dan
Antigenik.
1. Biogenik
Dapat dikelompokkan lagi menjadi dua
yaitu : Gampingan dan silikatan. Dari
hasil analisa secara keseluruhan, di
daerah ini ternyata yang ditemukan
hanya mineral (dan fosil) fauna bersifat
gampingan. Mineral gampingan
(kalsit), umumnya ditemukan sebagai
fragmen, berukuran pasir halus sampai
halus menengah. Tidak ditemukan
mineral gampingan yang berbutir
sangat halus (Mikrit).
2. Bukan biogenik
Didominasi oleh mineral detrital
terutama mineral berat dengan besar
butir antara pasir halus-pasir
menengah. Mineral dalam jumlah yang
cukup besar butir antara pasir halus-
pasir menengah. Mineral berat dalam
jumlah yang cukup banyak (15-75 %),
ditemukan terutama di daerah sekitar
pantai Banyuwangi ( contoh no. D1-
D38, C1-C36). Sedangkan di pantai
barat Pulau Bali, yang banyak
mengandung mineral berat adalah dari
lokasi no. contoh B2-B21.
3. Antigenik
Mineral antigenik terdiri dari Zeolit,
Dolomit, Gipsum, dan Glaukonit.
Didaerah ini ditemukan hanya mineral
Zeolit dan Dolomit dalam jumlah yang
tidak sedikit dimana tidak pada semua
contoh ada.
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Analisis Mineral Berat
Jumlah percontoh yang dianalisa adalah
107 sampel. Contoh yang diambil untuk
dianalisa mineral berat, mempunyai besar
butir 0,125 mm. Contoh ini kemudian
dipreparasi dengan cairan bromoform.
Yang mempunyai berat jenis 2,89. Jadi
mineral berat yang dianalisa mempunyai
berat jenis yang lebih besar dari 2,89
meskipun pada kenyataannya sering
dijumpai pengaturan mineral ringan seperti
kuarsa, atau beberapa jenis fauna/fosil.
Dari analisa mineral berat ditemukan
banyak Titanomagnetit (Ti.Magnetit) pada
perairan Selat Bali. Dari analisa lainnya
ternyata selain Ti magnetit, juga ditemukan
beberapa jenis mineral berat lainnya yang
cukup penting. Dibawah ini, uraian secara
rinci masing-masing jenis mineral berat
yang ada di dalam daerah penelitian (lihat
gambar 3-5) :
1. Ti. Magnetit (TiO2Fe2O4) ditemukan di
sekitar pantai Banyuwangi, contoh No.
D1-D38, C1-C36, Gb.2-Gb.14 dan di
pantai Pulau Bali bagian barat yaitu
pada contoh No. B2-B21 dan Gb.40-
Gb.43.
2. Hematit (Fe2O3) terdapat di daerah-
daerah dimana ditemukannya Ti.
Magnetit hal ini dikarenakan bahwa
Hematit adalah hasil dari reaksi
perubahan Ti. Magnetit pada daerah
penelitian ini.
3. Rutil (TiO2) yang ditemukan pada
daerah ini hampir pada setiap contoh
terdapat rutil dalam jumlah sedikit,
sekitar 1-5% terutama berasosiasi
dengan Ti. Magnetit dan Horblende.
4. Zirkon (ZrSiO4) ditemukan pada
beberapa contoh saja dengan jumlah
kadar kurang lebih hanya 1% antara
lain contoh No. Gb. 12, Gb. 15, Gb. 29,
Gb. 34, Gb. 35, Gb. 40, B.9, B.15, dan
beberapa contoh lagi.
5. Sphene ((CaTi (SiO4) O) yang terdapat
pada beberapa contoh, dalam jumlah
sedikit, kurang lebih sekitar 1% antara
lain pada contoh nomor Gb.2, Gb.3,
Gb.7, Gb.12, Gb.13, Gb.15, Gb. 24,
Gb.26, B.9, B.15.
6. Horblende, merupakan mineral yang
hampir ditemukan pada banyak contoh
analisa, dengan jumlah cukup banyak
yaitu sekitar 5-50%.
7. Augit, merupakan mineral salah satu
jenis piroksen, di daerah ini ditemukan
pada beberapa contoh dengan jumlah
sekitar1-5%.
8. Biotit, dimana terdapat beberapa
contoh yang sering berasosiasi dengan
horblende, hanya terdapat dalam
jumlah sedikit sekitar 1-3% dari tiap
contoh yang ada.
Pada Tabel 2 menunjukkan interpretasi tentang
asal-usul mineral dan sumber batuan (source
rock), dari mineral-mineral yang ditemukan di
daerah Selat Bali.
Diskusi
Kestabilan mineral berat, dipengaruhi oleh
faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor
dari luar yanjg dimaksud adalah pengaruh dari
luar seperti pelapukan, transportasi, abrasi, dan
alterasi. Karena itu, tempat dimana contoh
tersebut diambil sangat dipengaruhi oleh faktor
luar. Karena contoh yang dianalisa disini
diambil dari sekitar pantai dan lepas pantai,
maka faktor pelapukan, transportasi, dan abrasi
sangat berperan.Sedangkan alterasi bisa terjadi
pada waktu mineral tersebut masih berada
dalam batuan di daratan. Faktor dari dalam
maksudnya adalah sifat-sifat mineral itu
sendiri, yaitu sifat fisik dan kimiawi. Dari sifat-
sifat mineral itu sendiri yang terpenting adalah
kekerasan, sistem kristal, dan unsur-unsur
kimia. Dari hal-hal tersebut maka sebenarnya
adalah sukar dalam menentukan atau membuat
daftar kestabilan mineral secara tetap dan
tepat. Meskipun demikian, berdasarkan faktor-
faktor diatas, disini akan dicoba
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
mengelompokkan mineral-mineral berat yang
ditemukan di daerah Selat Bali, dilihat dari
segi kestabilannya. Mineral yang termasuk
ultra stabil adalah Rutil, Zirkon, dan Sphene,
sedangkan mineral yang lainnya seperti Ti.
Magnetit, Hematit, Limonit, Horblende, Augit,
dan Biotit termasuk mineral yang meta stabil.
Dari hasil analisa mineral berat, ternyata
daerah Selat Bali khususnya disekita Pantai
Banyuwangi cukup menarik. Hal ini
disebabkan karena di daerah ini mengandung
besi dan terutama titanium. Meskipun
sekarang ini Titanium belum terkenal di
Indonesia, tetapi sebenarnya sejak tahun 1971,
PT Aneka Tambang telah memproduksi
konsentrat Ti Magnetit yang diambil di
Cilacap Jawa Tengah sebanyak 100.000
ton/tahun. Sebagian besar Titanium
dipergunakan sebagai bahan campuran untuk
industri besi baja, sehingga dapat dihasilkan
besi baja dengan kualitas mutu yang lebih
tinggi. Antara lain mempunyai sifat yang lebih
kuat, ringan, dan tahan karat. Para empu zaman
Kerajaan Majapahit di Jawa-Bali dahulu sering
melapisi bagian luar senjata yang dibuatnya
baik berupa keris atau tombak sebagai pamor
dengan logam yang diambil dari Selat Bali ini
dengan demikian senjata dapat dibuat dengan
kualitas baik.
Kesimpulan
Dari hasil analisis penelitian dan diskusi diatas,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Di daerah penelitian ditemukan sesar-
sesar aktif yang terus berkembang.
Sesar-sesar aktif tersebut diduga
tersebar di kawasan pantainya.
Onggokan dasar laut yang muncul ke
permukaan diperkirakan sebagai
carbonate build-up yang banyak
dijumpai di sekitar Tanjung Pasir Putih
di Pulau Bali sampai sekitar Pulau
Menjangan.
2. Dari hasil analisa mineral berat,
ternyata daerah Selat Bali khususnya
perairan sekitar Pantai Banyuwangi
mengandung cukup banyak besi
terutama Titanium. Sebagian besar
Titanium dipergunakan sebagai bahan
campuran untuk industri besi baja,
sehingga dihasilkan besi baja dengan
mutu tinggi
3. Banyaknya mineral berat dan tidak
dijumpai mineral yang berbutir halus
(lempung), serta terlalu sedikitnya
dijumpai mineral antigenik di daerah
penelitian menunjukkan bahwa arus
laut cukup kuat terjadi di daerah ini.
Saran dan Rekomendasi
1. Daerah ini merupakan kawasan wisata
bawah laut yang dapat dikembangkan
karena memiliki potensi pemandangan
bawah laut yang indah dan banyak
ditumbuhi oleh aneka ragam koral.
Pengembangan di wilayah ini
diharapkan tidak mengabaikan kondisi
geologi setempat.
2. Apabila ada pihak atau perusahaan
yang berminat tentang Titanium,
khususnya di daerah Selat Bali maka
disarankan agar melakukan penelitian
lebih lanjut terutama tentang jumlah
dan kadar Titanium dan besi secara
lebih teliti
Pustaka
Bambang, D., Lukman, A., Udaya, K.,
Delyuzar, I., Mimin, K., Hartono.,
1990, Penyelidikan Geologi dan
Geofisika Kelautan di Selat Bali dan
Sekitarnya, Pusat Pengembangan
Geologi Kelautan Bandung. Tidak
dipublikasi.
Purbo Hadiwidjojo, M.M., 1971, Peta Geologi
Lembar Bali, skala 1:250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung.
Sangree, J.B. and J.M. Weidmier, 1979,
Interpretation of Depositional Facies
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seismic Data. Geophysics, 44, No.2,
133p.
Sheriff, R.E., 1986, Seismic Stratigraphy.
International Human Resources
Development Corporation, Boston,
22p.
Lampiran
Tabel 1. Stratigrafi Bali
Tabel 2. Interpretasi asal-usul mineral dan sumber batuan (source rock), dari mineral-mineral yang
ditemukan di daerah Selat Bali.
Nama Mineral Asal-usul mineral
Ti. Magnetit Batuan vulkanik : Basalt, Andesit
Hematit Berasal dari ubahan Ti. Magnetit
Rutil Batuan vulkanik : Basalt
Zirkon Batuan vulkanik : Tufa
Sphene Berasal dari ubahan rutil atau biotit
Horblende Batuan vulkanik : Andesit, Basalt
Biotit Batuan vulkanik : Basalt, Andesit
Limonit Berasal dari ubahan biotit
Kalsit Biogenit dan detrital
Dolomit Antigenik
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Perairan Selat Bali.
Gambar 2. Hasil dan Interpretasi Seismik Daerah Penelitian Selat Bali
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Gambar 3. Kandungan Mineral Berat Dalam Sedimen Perairan Selat Bali (1)
Gambar 4. Kandungan Mineral Berat Dalam Sedimen Perairan Selat Bali (2)
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Gambar 5. Kandungan Mineral Berat Dalam Sedimen Perairan Selat Bali (3)
Recommended