View
214
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
RAK 2015 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan
oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2015-2019 telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden nomor 2
tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun
2015-2019 (RPJMN). Oleh Menteri Kesehatan RPJMN tersebut dijabarkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 (Renstra).
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan berisi upaya upaya
pembangunan bidang kesehatan yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk
program, kegiatan, target, indikator termasuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaanya. Untuk dapat mencapai target indikator yang telah ditetapkan dan
sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan maka disusun Rencana Aksi Program
oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Ditjen P2PL) tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Renstra
Kemenkes yang akan memberikan pedoman dan arah bagi seluruh pemangku
program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dari tingkat pusat
sampai daerah.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang adalah salah satu
satuan kerja Ditjen P2PL yang akan menjabarkan Rencana Aksi Program ini dalam
Rencana Aksi Kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan
Pelabuhan dan langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun
mendatang.
RAK 2015 2019
2
B. KONDISI UMUM
Pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014 sesuai
dengan tugas dan fungsi KKP Kelas III Pangkalpinang diantaranya yaitu, jumlah
pelabuhan dalam pengawasan KKP Kelas III Pangkalpinang sebanyak 27
pelabuhan, secara keseluruhan sarana gedung baik induk maupun wilayah kerja
dengan status sewa tanah, bangunan dengan milik sendiri adalah KKP Induk,
Wilayah Kerja Tg. Pandan, Manggar dan Muntok sedangkan Belinyu, Bandara
Depati Amir dan Sungai Selan Masih menumpang dengan instansi lain. Pagu
anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 12.014.787.000 (Dua belas milyard empat belas
juta tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah), jumlah Pegawai KKP Pangkalpinang
berjumlah 46 orang, laki-laki 25 orang, perempuan 21 orang, JFT sebanyak 3
orang dan JFU 39 orang, nilai Barang Milik Negara di KKP Kelas III Pangkalpinang
tahun 2014 sebesar Rp 3.389.583.662. Realisasi penyerapan anggaran tahun
2014 sebesar 45,48%. Pendapatan PNBP tahun 2013 sebesar Rp 1.075.936.650.
Total keberangkatan kapal dari Wilayah Kerja KKP Pangkalpinang
mengalami kenaikan sebesar 2,1%. Kedatangan ABK dari luar negeri dan
kedatangan ABK dari dalam negeri masing-masing mengalami penurunan sebesar
6,8%,dan 18,6%. Kedatangan dan keberangkatan penumpang mengalami
penurunan masing-masing sebesar 9,7%,dan 11,8%. Kedatangan dan
keberangkatan pesawat domestik masing-masing mengalami kenaikan sebesar
1,9%,dan 2%. Kedatangan dan keberangkatan penumpang pesawat mengalami
penurunan masing-masing sebesar 0,22% dan 1,5%. Penerbitan SSCEC
mengalami penurunan sebesar 5,6%, sedangkan penerbitan Buku Kesehatan naik
sebesar 19%. Kunjungan penyakit tidak menular dan penyakit tidak menular
masing-masing mengalami penurunan sebesar 32,8% dan 39,9%. Kunjungan
penyakit non poliklinik, untuk penyakit TBC (0), penyakit diare, ISPA dan penyakit
jantung masing-masing mengalami penurunan sebesar 44,5%, 23%, dan 21%.
Penerbitan ICV mengalami penurunan sebesar 45%. Jumlah Jemaah Haji
legalisasi ICV sebanyak 774 orang. Kegiatan Posko Kesehatan dalam rangka
lebaran, natal, dan tahun baru dalam keadaan terkendali.
Pemeriksaan jumlah bangunan didaerah perimeter tahun 2014 mengalami
kenaikan sebesar 1,4%, dan di buffer area sebesar 7%, sedangkan pemeriksaan
jumlah container diperiksa didaerah perimeter turun sebesar 11% dan di buffer
area juga turun sebesar 21%, seiring dengan kenaikan itu pemakaian larvasida
RAK 2015 2019
3
juga mengalami penurunan. Daerah bebas vektor (Aedes) di perimeter area yaitu
Wilayah Kerja Muntok dan Wilayah Kerja Manggar. Kegiatan pemasangan
perangkap tikus mengalami kenaikan sebesar 27%. Inspeksi sanitasi PAB
sebanyak 997, dengan tingkat cemaran rendah sebesar 99,80% dan tinggi
sebesar 0,2%. Inspkesi sanitasi gedung mengalami kenaikan sebesar 72%.
Pengukuran sampel lingkungan, tingkat suhu yang memenuhi syarat (MS) sebesar
11%, tingkat kelembaban MS sebesar 55,6%, pencahayaan MS sebesar 55,6%
dan kebisingan MS sebesar 94%. Hasil pengawasan sanitasi kapal yang tidak
memenuhi syarat sebesar 3,72%.
Kunjungan poliklinik KKP mengalami penurunan sebesar 31,5%.
Kunjungan poliklinik KKP penyakit menular dan penyakit tidak menular masing-
masing mengalami penurunan sebesar 67,7%, dan 88,6%. Kunjungan pasien
penyakit diare, ISPA, dan hipertensi masing-masing mengalami penurunan
sebesar 38%, 20%, dan 12,5%. Penerbitan Surat Keterangan Berbadan Sehat
mengalami penurunan sebesar 48%. Penerbitan Sertifikat Obat dan Peralatan
P3K alat angkut mengalami kenaikan sebesar 6%. Pemberian Izin Angkut Orang
Sakit mengalami kenaikan sebesar 46%. Pemberian Surat Izin Angkut Jenazah
mengalami penurunan sebesar 8%. Pelayanan vaksinasi mengalami penurunan
sebesar 32%. Kegiatan Posbindu yang terlaksana yaitu Wilker Belinyu, Sungai
Selan, Bandara Depati Amir, Manggar, Tanjung Pandan, dan KKP Induk,
sedangkan Wilker yang belum terlaksana yaitu Wilker Muntok.
Gambaran kondisi umum yang ada pada saat ini, dapat dilakukan
identifikasi dan telaah terhadap berbagai peluang serta ancaman yang
berpengaruh terhadap tujuan pembangunan kesehatan terutama tujuan
pembangun kesehatan dalam pelaksanaan tujuan tugas dan fungsi KKP kelas III
Pangkalpinang. Beberapa peluang antara lain meliputi era globalisasi ekonomi,
perdagangan internasional, hukum dan politik yang semakin kondusif, kemitraan
dengan stakeholder dan masyarakat, berlakunya Internasional Health Regulation
(IHR) revisi 2005 dan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. :
356/MENKES/PER/IV/2008 sebagaimana diubah dengan Permenkes Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011; tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan. Beberapa hal yang mendukung antara lain penerapan
penganggaran berbasis kinerja dan progres pembinaan dari Ditjen PP dan PL dan
Kementerian Kesehatan mulai meningkat. KKP merupakan Unit Pelaksana Teknis
RAK 2015 2019
4
(UPT) dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI sehingga tidak menjadi urusan
pemerintah daerah dan tidak berpengaruh terhadap gejolak politik di
daerah.Kedudukan dan perannya di daerah adalah sebagai institusi perwakilan
Kementerian Kesehatan yang melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan
prinsip-prinsip kesetaraan, koordinasi horizontal dan berpedoman pada ketentuan
yang berlaku.
Ancaman yang dihadapi adalah era globalisasi yang menyebabkan
semakin meningkatnya aktifitas di bandara, pelabuhan dan lintas batas darat
negara.Hal ini menyebabkan meningkatnya peluang transmisi penyakit potensial
wabah serta penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan kedaruratan
kesehatan yang meresahkan dunia. Tuntutan dari pengguna jasa akan percepatan
dan mutu pelayanan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan tidak optimalnya
proses pengawasan yang dikhawatirkan akan menyebabkan tidak terdeteksinya
penyakit karantina dan penyakit menular lainnya. Jejaring kerja dengan
pemerintah daerah juga belum optimal sehingga berpengaruh terhadap lemahnya
sistem deteksi, respon dan pelaporan terhadap masalah-masalah kedaruratan
kesehatan yang terjadi di wilayah kabupaten/kota yang secara epidemiologis
masalah tersebut berpotensi meresahkan dunia internasional.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka diperlukan rencana aksi
kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinaang sebagai penjabaran dari rencana aksi
program PP dan PL yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam
melaksanakan program dan pelayanan kesehatan pelabuhan di wilayah kerjanya.
Disamping itu juga, diharapkan penyusunan dan pelaksanaan kegiatan/anggaran
KKP Kelas III Pangkalpinang dapat dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan
perundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.Rencana yang telah disusun
diharapkan dapat terlaksana sesuai tujuan.
C. DASAR HUKUM
1. UU Nomor : 1 Tahun 1962tentang Karantina Laut;
2. UU Nomor : 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara;
3. UU Nomor : 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;
4. UU Nomor : 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;
5. UU Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
6. UU Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
RAK 2015 2019
5
7. PP Nomor:40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;
8. International Health Regulation (IHR) 2005.
9. PP No. : 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi;
10. Inpres Nomor : 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang
untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi;
11. Permenkes Nomor : 356/MENKES/PER/IV/2008 Jo Permenkes Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011; tentang Organisasi dan Tata Kerja
KantorKesehatan Pelabuhan;
12. Kepmenkes Nomor : 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
13. Keputusan Menkes No. : 1314/MENKES/SK/IX/2010 tentang Pedoman
Standarisasi SDM, Sarana dan Prasarana di Lingkungan KKP;
14. Keputusan Menkes No. : 612/MENKES/SK/V/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan pada Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia;
15. Kepmenkes Nomor : 949 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa;
16. Kepmenkes Nomor : 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman penyelenggaraan
Sistem Survailans Epidemiologi Kesehatan;
17. Kepmenkes Nomor : 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Survailans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu;
18. Kepmenkes Nomor : 340 Tahun 1985 tentang Pembantuan Taktis Operasional
Satuan Organisasi Ditjen PPM & PLP Dalam Lingkungan Kerja Pelabuhan Laut
Utama Keppel ADPEL;
19. Keputusan Dirjen PPM & PLP 351 Tahun 1995 tentang Pencatatan dan
Laporan Kantor Kesehatan Pelabuhan;
20. Keputusan Dirjen PPM & PL No. 451 Tahun 1991 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa;
21. Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan KKP di Pintu Masuk Negara;
22. International Health Regulation (IHR) 2005.
RAK 2015 2019
6
D. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Permenkes No.2348/Menkes/PER/XI/2011 tentang
perubahan atas Permenkes No.356/Menkes/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, maka Struktur Organisasi KKP Kelas III
Pangkalpinang sebagai berikut:
Gambar 1. STRUKTUR ORGANISASI KKP KELAS III PANGKALPINANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik
Indonesia Nomor: 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
KKP, sebagaimana telah diubah dengan Permenkes RI Nomor 2348 tahun
2011 tentang Perubahan atas permenkes Nomor 356 tahun 2008, maka Struktur
Organisasi KKP Kelas III Pangkalpinang adalah sebagai berikut: Kepala Kantor,
Kasub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi, Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan
Lintas Wilayah, Instalasi, Wilayah Kerja, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Menurut peta jabatan pegawai KKP Kelas III Pangkalpinang berjumlah 59 orang,
RAK 2015 2019
7
terdiri dari, Eselon III : 1 orang, Eselon IV : 3 orang, Jabatan fungsional tertentu: 3
orang, dan Jabatan fungsional umum : 51 orang.
Tabel 1.1 Jumlah Pegawai KKP Kelas III Pangkalpinang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15.
Magister Kesehatan Magister Hukum Sarjana Kesehatan Masyarakat D.IV Keperawatan Dokter Umum Sarjana Ekonomi Teknik Informatika Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Akademi Perawat (AKPER) Akademi Analis Kesehatan ( AAK ) Akademi Farmasi ( AMF ) Management Informatika Komputer Akuntansi Analis Kepegawaian SMA sederajat
1 Orang 1 Orang
11 Orang 1 Orang 4 Orang 2 Orang 1 Orang
10 Orang 13 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 8 Orang
JUMLAH 58 Orang
E. WILAYAH KERJA
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang terdiri 6 Wilayah
Kerja. Gedung Kantor Induk dan Wilayah Kerja, KKP Kelas III Pangkalpinang
sebagai berikut :
Gedung Kantor Induk Lokasi : Jl. Yos Udarso No 47 Pangkalpinang 33115, dibangun tahun 1981,luas tanah 720 M2 luas bangunan 217 M2, status tanah milik PT. Pelindo (persero), status bangunan milik Kementerian Kesehatan RI
RAK 2015 2019
8
Gedung pelabuhan Laut TG. Pandan, Lokasi : Pelabuhan Tg. pandan, dibangun tahun1997, luas tanah 116 m2, luas bangunan 112 m2, status tanah milik PT. Pelindo (Persero), status bangunan milik Kementerian Kesehatan RI
Gedung Pelabuhan laut Manggar, lokasi Pelabuhan Manggar, dibangun tahun 2006, luas tanah 154 m2,luas bangunan 68 m2,status bangunan Kementerian Kesehatan, status tanah milik Kementerian Perhubungan
Gedung Pelabuhan laut Muntok,
lokasi Pelabuan Muntok, dibangun
tahun 2006, luas tanah 112 m2,
luas bangunan 65 M2, status tanah
milik PT. Pelindo (Persero)
Gedung Pelabuhan laut Belinyu
(Status masih menumpang dengan
KSOP (Kesyahbandaran dan
Otoritas pelabuhan
Belinyu/Kementerian
perhubungan)
RAK 2015 2019
9
Pos Wilayah Kerja Bandara Depati
Amir, Luas Ruang 5 m2,
kepemilikan tanah dan bangunan
PT. Angkasa Pura (Persero)
Gedung Pelabuhan Sungai Selan,
lokasi Pelabuan Sungai Selan, luas
tanah 50 M2,luas bangunan 45
m2status tanah dan bangunan milik
PT. Pelindo (Persero)
F. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah Propinsi di Indonesia yang
terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-
pulau kecil seperti pulau Lepar, Pongo, Mendanaw, dan pulau selat Nasik. Total
pulau yang telah bernama berjumlah 472 buah dan yang berpenghuni hanya 50
pulau. Bangka Belitung terletak di bagian Timur Pulau Sumatera, dekat dengan
Propinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung di kenal sebagai daerah penghasil
timah.
Bangka Belitung terdiri 7 daerah kabupaten/kota yaitu, Kabupaten Bangka,
Belitung, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung Timur dan
Pangkalpinang. Batas wilayah sebelah utara dengan laut Natuna, sebelah timur
selat Karimata, sebelah selatan dengan laut Jawa, Sebelah barat dengan selat
Bangka. Jumlah penduduk Babel (2010/ sebanyak 1.223.296 jiwa, terdiri dari laki-
laki 935.635.094 jiwa dan perempuan 588.202 jiwa dan luas wilayah 18.725,14
km2
RAK 2015 2019
10
1. Potensi dan Permasalahan di bidang Sumber Daya Manusia
Kuantitas jumlah SDM di KP Kelas III Pangkalpinang berjumlah 46 orang
yang tersebar di KKP induk dan beberapa Wilayah Kerja. Apabila melihat kondisi
ini jumlah tenaga yang ada masih kurang dibandingkan dengan jumlah wilayah
kerja dan beban kerja KKP kelas III Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada uraian di bawah ini.
Tabel 1.2 Data Pegawai menurut Pangkat/Golongan ruang KKP Kelas III Pangkalpinang
Tahun 2014
No Jenis Tenaga
Wilayah
Ind
uk
Tg
.Pan
da
n
Ma
ng
ga
r
Mu
nto
k
Beli
ny
u
Dep
ati
Am
ir
Su
ng
ai
Sela
n
Ju
mla
h
1 Golongan III
a. Penata Tk. I. III/d 1 - - 1 - - - 2
b. Penata, III/c 5 - - 1 - - - 6
c. Penata Muda Tk. I, III/b 4 - - - 1 1 - 6
d. Penata Muda, III/a 7 1 1 - - 1 1 11
3. Golongan II
a. Pengatur Tk. I, II/d 4 1 - 2 - - 1 7
b. Pengatur, II/c 7 2 1 - 1 1 1 13
c. Pengatur Muda Tk. II/b 1 1
Total 29 4 2 4 2 3 2 46
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, kuantitas pegawai di KKP Induk
sebesar 63%, Wilayah Kerja Tg. Pandan 8,7%, Manggar, Belinyu dan Sungai
Selan sebesar 4,3%, Muntok sebesar 8,7% dan Bandara Depati Amir sebesar
6,5%. Berdasarkan kriteria jumlah SDM yang harus tersedia dimasing-masing
wilayah kerja dengan asumsi minimal 5 orang, maka kekurangan SDM dimasing-
masing Wilker adalah Tg. Pandan kekurangan 1 tenaga, Manggar 3 tenaga,
Belinyu 3 tenaga, Depati Amir 2 tenaga dan Sungai Selan 3 tenaga.
Tabel 1.3 Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenis Tenaga dan Jenis Kelamin KKP Kelas II Pangkalpinang Per 31 Desember 2014
No Jenis Tenaga Laki-laki Perempuan
Jumlah Jumlah % Jumlah %
1. Struktural 4
54
0
46
4
2. JFT 3 0 3
3 JFU 18 21 39
Total 25 21 46
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa, persentase pegawai laki-laki
(54%) lebih besar jika dibandingkan dengan komposisi pegawai perempuan
(46%), tetapi perbedaan ini tidak terlalu signifikan.
RAK 2015 2019
11
Tabel 1.4 Distribusi Pegawai menurut tingkat pendidikan KKP Kelas III Pangkalpinang
Tahun 2014
No Pendidikan
Wilayah
Ind
uk
Tg
.Pa
nd
an
Ma
ng
ga
r
Mu
nto
k
Be
lin
yu
De
pa
ti
Am
ir
Su
ng
ai
Se
lan
Ju
mla
h
1 S2 2 - - - - - - 2
2 S1/D-IV 8 1 - 1 1 2 1 14
3 D-III 15 2 2 2 1 1 1 24
4 SLTA 4 1 - 1 - - - 6
Total 29 4 2 4 2 3 2 46
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, kualifikasi pendidikan S2
sebesar 6,5%, sarjana/D-IV sebesar 28%, D-III sebesar 55% dan setingkat SLTA
sebanyak 13%. Sedangkan untuk usulan kenaikan pangkat pegawai dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.5 Daftar Diklat Yang Diikuti Pegawai
KKP Kelas III Pangkalpinang Tahun 2014
No
Jenis Diklat
Penyelenggara Durasi Jumlah
Pegawai Yang Ikut
Lokasi
1 Diklat Karantina Ditjen PP & PL & TNI-AU 30 hari 2 Jakarta
2 BTCLS AGD 118 Dinkes DKI Jakarta
5 hari 3 Jakarta
3 Diklat TRC Penilaian Pelayanan Kesehatan
PPK 4 hari 1 Bandung
4 Fumigasi Kapal KKP Kelas I Tg Priok 7 hari 2 Jakarta
5 GIS Bapelkes Cikarang & PAEI 7 hari 2
Bekasi & Jakarta
6 Epidemiologi Ahli BBPK 14 hari 1 Jakarta
7 Sanitarian Ahli Bapelkes Cikarang 14 hari 2 Bekasi
8 TOT-SE faktor risiko PTM
Direktorat PTM 5 hari 1 Babel
Data diatas menunjukan bahwa, pelatihan BCTLS paling banyak diikuti oleh
pegawai yaitu sebanyak 3 orang. Untuk periode yang akan datang bagi pegawai
yang belum pernah mengikuti diklat teknis akan diupayakan untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan dalam rangka menambah pengetahuan, keahlian dan demi
mewujudkan profesionalime SDM.
2. Potensi dan permasalahan di bidang pendanaan kegiatan
Untuk realisasi penyerapan anggaran tahun selama kurun waktu tahun 2013-
2014 terlihat pada tabel berikut :
RAK 2015 2019
12
Tabel 1.6 Perbandingan Realisasi Anggaran KKP Kelas III Pangkalpinang tahun 2013-2014
No Uraian Belanja
Pagu (Rp) dalam ribuan
Realisasi (Rp) dalam ribuan
2013 2014
2013 2014 Jumlah % Jumlah %
1 Pegawai 2.233.834.000 2.709.865.000 1.912.905.036 85,63 2.162.322.565 79.79
2 Barang 1.810.446.000 3.613.066.000 1.357.711.833 74,99 2.170.409.090 60.07
3 Modal 296.731.000 5.691.856.000 128.200.000 43,20 1.132.349.849 19.89
Total 4.083.043.000 12.014.787.000 3.398.816.869 83,24 5.465.081.504 45,48
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, terjadi kenaikan total pagu
anggaran dari tahun 2013 ke 2104 sebesar 66%. Realisasi belanja yang paling
besar yaitu belanja pegawai sebesar 79,79%, sedangkan realiasi belanja terkecil
yaitu belanja modal sebesar 19,89%. Rendahnya realisasi belanja modal
disebabkan oleh pembatalan realisasi pembangunan gedung KKP Kelas III
Pangkalpinang karena lokasi tanah yang hendak dibangun berada dalam kawasan
industri.
3. Potensi dan permasalahan di bidang sarana dan prasarana
Untuk dicapainya pelaksanaan kegiatan secara maksimal dibutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana yang ada di KKP Kelas III Pangkalpinang masih
minimal terutama, jumlah ambulan sebanyak 1 unit, belum adanya kualitas
pengukur udara baik di KKP induk maupun diwilayah kerja, sarana penunjang
laboratorium klinik, dan peralatan reaksi cepat dalam penanggulangan penyakit
menular. Untuk prasarana gedung juga belum maksimal baik luas maupun kondisi
gedung yang ada saat ini.
4. Potensi dan permasalahan di bidang pelaksanaan kegiatan
Potensi-potensi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu, ada sikap positif dari pengguna
jasa dalam mendukung pelaksanaan kegiatan yang menyangkut tugas dan fungsi
KKP Kelas III Pangkalpinang, sementara permasalahan yaitu, dalam pelaksanaan
kegiatan belum adanya Standar Operating Prosedure (SOP) yang baku. Hal ini
menjadi kendala dalam standarisasi pelaksanaan kegiatan.
5. Potensi dan permasalahan di bidang alat penunjang kegiatan
Untuk alat penunjang kegiatan dibidang pengendalian vektor dapat dikatakan
memadai, akan tetapi alat penunjang di bidang kesehatan lingkungan masih
RAK 2015 2019
13
minimal, seperti belum adanya alat untuk pengukuran kualitas udara, rapid test
untuk pemeriksaan kulitas air dan makanan.
G. Lingkungan Strategis
1. Lingkungan Strategis Nasional
Perkembangan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia ditandai dengan
adanya window opportunity di mana rasio ketergantungannya positif, yaitu jumlah
penduduk usia produktif lebih banyak dari pada yang usia non-produktif, yang
puncaknya terjadi sekitar tahun 2030. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2015 adalah 256.461.700 orang. Dengan laju pertumbuhan sebesar 1,19%
pertahun, maka jumlah penduduk pada tahun 2019 naik menjadi 268.074.600
orang.Jumlah wanita usia subur akan meningkat dari tahun 2015 yang
diperkirakan sebanyak 68,1 juta menjadi 71,2 juta pada tahun 2019. Dari jumlah
tersebut, diperkirakan ada 5 juta ibu hamil setiap tahun. Angka ini merupakan
estimasi jumlah persalinan dan jumlah bayi lahir, yang juga menjadi petunjuk
beban pelayanan ANC, persalinan, dan neonatus/bayi. Penduduk usia kerja yang
meningkat dari 120,3 juta pada tahun 2015 menjadi 127,3 juta pada tahun 2019.
Penduduk berusia di atas 60 tahun meningkat, yang pada tahun 2015 sebesar
21.6 juta naik menjadi 25,9 juta pada tahun 2019. Jumlah lansia di Indonesia saat
ini lebih besar dibanding penduduk benua Australia yakni sekitar 19 juta. Implikasi
kenaikan penduduk lansia ini terhadap sistem kesehatan adalah (1) meningkatnya
kebutuhan pelayanan sekunder dan tersier, (2) meningkatnya kebutuhan
pelayanan home care dan (3) meningkatnya biaya kesehatan.
Masalah penduduk miskin yang sulit berkurang akan masih menjadi masalah
penting. Secara kuantitas jumlah penduduk miskin bertambah, dan ini
menyebabkan permasalahan biaya yang harus ditanggung pemerintah bagi
mereka. Tahun 2014 pemerintah harus memberikan uang premium jaminan
kesehatan sebanyak 86,4 juta orang miskin dan mendekati miskin. Data BPS
menunjukkan bahwa ternyata selama tahun 2013 telah terjadi kenaikan indeks
kedalaman kemiskinan dari 1,75% menjadi 1,89% dan indeks keparahan
kemiskinan dari 0,43% menjadi 0,48%. Hal ini berarti tingkat kemiskinan penduduk
Indonesia semakin parah, sebab semakin menjauhi garis kemiskinan, dan
ketimpangan pengeluaran penduduk antara yang miskin dan yang tidak miskin pun
semakin melebar.
RAK 2015 2019
14
Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator yang
menentukan Indeks Pembangunan Manusia. Di samping kesehatan, pendidikan
memegang porsi yang besar bagi terwujudnya kualitas SDM Indonesia. Namun
demikian, walaupun rata-rata lama sekolah dari tahun ke tahun semakin
meningkat, tetapi angka ini belum memenuhi tujuan program wajib belajar 9 tahun.
Menurut perhitungan Susenas Triwulan I tahun 2013, rata-rata lama sekolah
penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun. Keadaan tersebut
erat kaitannya dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yakni persentase jumlah
murid sekolah di berbagai jenjang pendidikan terhadap penduduk kelompok usia
sekolah yang sesuai.
Disparitas Status Kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat
sosial ekonomi, antar kawasan, danantar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir
empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan
angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur
Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase
anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah pedesaan lebih tinggi
dibandingkan daerah perkotaan.
Disparitas Status Kesehatan Antar Wilayah. Beberapa data kesenjangan
bidang kesehatan dapat dilihat pada hasil Riskesdas 2013. Proporsi bayi lahir
pendek, terendah di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%) atau
tiga kali lipat dibandingkan yang terendah. Kesenjangan yang cukup
memprihatinkan terlihat pada bentuk partisipasi masyarakat di bidang kesehatan,
antara lain adalah keteraturan penimbangan balita (penimbangan balita >4 kali
ditimbang dalam 6 bulan terakhir). Keteraturan penimbangan balita terendah di
Provinsi Sumatera Utara (hanya 12,5%) dan tertinggi 6 kali lipat di Provinsi DI
Yogyakarta (79,0%). Ini menunjukkan kesenjangan aktivitas Posyandu antar
provinsi yang lebar. Dibandingkan tahun 2007, kesenjangan ini lebih lebar, ini
berarti selain aktivitas Posyandu makin menurun, variasi antar provinsi juga
semakin lebar.
Upaya imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang masih
terkendala oleh wilayah dan kondisi geografis. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013,
persentase imunisasi dasar lengkap di perkotaan lebih tinggi (64,5%) daripada di
perdesaan (53,7%).Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai
RAK 2015 2019
15
82,7% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Dari data rutin
cakupan imunisasi dasar lengkap, persentase lebih tinggi terdapat di wilayah
bagian barat dibanding wilayah timur.
Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurut peta jalan
menuju Jaminan Kesehatan Nasional ditargetkan pada tahun 2019 semua
penduduk Indonesia telah tercakup dalam JKN (Universal Health Coverage -
UHC). Diberlakukannya JKN ini jelas menuntut dilakukannya peningkatan akses
dan mutu pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
maupun fasilitaskesehatan tingkat lanjutan, serta perbaikan sistem rujukan
pelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban anggaran negara yang
diperlukan dalam JKN memerlukan dukungan dari upaya kesehatan masyarakat
yang bersifat promotif dan preventif agar masyarakat tetap sehat dan tidak mudah
jatuh sakit. Perkembangan kepesertaan JKN ternyata cukup baik. Sampai awal
September 2014, jumlah peserta telah mencapai 127.763.851 orang (105,1% dari
target). Penambahan peserta yang cepat ini tidak diimbangi dengan peningkatan
jumlah fasilitas kesehatan, sehingga terjadi antrian panjang yang bila tidak segera
diatasi, kualitas pelayanan bisa turun.
Kesetaraan Gender. Kualitas SDM perempuan harus tetap perlu ditingkatkan,
terutama dalam hal: (1) perempuan akan menjadi mitra kerja aktif bagi laki-laki
dalam mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; dan (2)
perempuan turut mempengaruhi kualitas generasi penerus karena fungsi
reproduksi perempuan berperan dalam mengembangkan SDM di masa
mendatang. Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Indonesia telah meningkat dari
63,94 pada tahun 2004 menjadi 68,52 pada tahun 2012. Peningkatan IPG tersebut
pada hakikatnya disebabkan oleh peningkatan dari beberapa indikator komponen
IPG, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kelayakan hidup.
Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa. Pada bulan Januari 2014 telah
disahkan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Sejak itu, maka setiap desa dari
77.548 desa yang ada, akan mendapat dana alokasi yang cukup besar setiap
tahun. Dengan simulasi APBN 2015 misalnya, ke desa akan mengalir rata-rata Rp
1 Miliar. Kucuran dana sebesar ini akan sangat besar artinya bagi pemberdayaan
masyarakat desa. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pengembangan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) akan lebih mungkin
diupayakan di tingkat rumah tangga di desa, karena cukup tersedianya
sarana¬sarana yang menjadi faktor pemungkinnya (enabling factors).
RAK 2015 2019
16
Menguatnya Peran Provinsi. Dengan diberlakukannya UU Nomor 23 tahun
2014 sebagai pengganti UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Provinsi selain berstatus sebagai daerah juga merupakan wilayah administratif
yang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan yang telah diatur oleh
Menteri Kesehatan, maka UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang baru ini telah memberikan peran yang cukup kuat bagi provinsi untuk
mengendalikan daerah-daerah kabupaten dan kota di wilayahnya. Pengawasan
pelaksanaan SPM bidang Kesehatan dapat diserahkan sepenuhnya kepada
provinsi oleh Kementerian Kesehatan, karena provinsi telah diberi kewenangan
untuk memberikan sanksi bagi Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelaksanaan
SPM.
Berlakunya Peraturan Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Pada tahun 2014
juga diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tentang Sistem Informasi
Kesehatan (SIK). PP ini mensyaratkan agar data kesehatan terbuka untuk diakses
oleh unit kerja instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola SIK
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
2. Lingkungan Strategis Regional
Saat mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif pada
tanggal 1 Januari 2016.Pemberlakukan ASEAN Community yang mencakup total
populasi lebih dari 560 juta jiwa, akan memberikan peluang (akses pasar)
sekaligus tantangan tersendiri bagi Indonesia. Implementasi ASEAN Economic
Community, yang mencakup liberalisasi perdagangan barang dan jasa serta
investasi sektor kesehatan. Perlu dilakukan upaya meningkatkan daya saing
(competitiveness) dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan dalam negeri.
Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari segi
sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun dari segi
manajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius,
terencana, dan dalam tempo yang tidak terlalu lama.
Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan bersama (Mutual Recognition
Agreement - MRA) tentang jenis-jenis profesi yang menjadi cakupan dari mobilitas.
Dalam MRA tersebut, selain insinyur, akuntan, dan lain-lain, juga tercakup tenaga
medis/dokter, dokter gigi, dan perawat. Tidak tertutup kemungkinan di masa
mendatang, akan dicakupi pula jenis-jenis tenaga kesehatan lain.Betapa pun,
RAK 2015 2019
17
daya saing tenaga kesehatan dalam negeri juga harus ditingkatkan. Institusi-
institusi pendidikan tenaga kesehatan harus ditingkatkan kualitasnya melalui
pembenahan dan akreditasi.
3. Lingkungan Strategis Global
Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs)
pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai
pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangikemiskinan dan meningkatkan
pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan
program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17
goals. Dalam bidang kesehatan fakta menunjukkan bahwa individu yang sehat
memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat
berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.
Pemberantasan malaria telah berhasil memenuhi indikator MDG’s yaitu API <
1 pada tahun 2015.Pada SDG’s pemberantasan malaria masuk dalam goals ke
3.3 yaitu Menghentikan epidemi AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan Penyakit
Terabaikan serta Hepatitis, Water Borne Diseases dan Penyakit menular lainnya.
Aksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau. Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) merupakan respon global yang paling
kuat terhadap tembakau dan produk tembakau (rokok), yang merupakan
penyebab berbagai penyakit fatal. Sampai saat ini telah ada sebanyak 179 negara
di dunia yang meratifikasi FCTC tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara
penggagas dan bahkan turut merumuskan FCTC. Akan tetapi sampai kini justru
Indonesia belum mengaksesinya. Sudah banyak desakan dari berbagai pihak
kepada Pemerintah untuk segera mengaksesi FCTC. Selain alasan manfaatnya
bagi kesehatan masyarakat, juga demi menjaga nama baik Indonesia di mata
dunia.
Liberalisasi perdagangan barang dan jasa dalam konteks WTO -
Khususnya General Agreement on Trade in Service, Trade Related Aspects on
Intelectual Property Rights serta Genetic Resources, Traditional Knowledge and
Folklores (GRTKF) merupakan bentuk-bentuk komitmen global yang juga perlu
disikapi dengan penuh kehati-hatian. Prioritas yang dilakukan adalah
mempercepat penyelesaian MoU ke arah perjanjian yang operasional sifatnya,
sehingga hasil kerjasama antar negara tersebut bisa dirasakan segera.
RAK 2015 2019
18
Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty Agenda/GHSA)
dicanangkan di Washington DC dan Gedung PBB Genewa secara bersamaan
pada tanggal 13 Februari 2014. PertemuanGHSA pertamadilaksanakan pada
tanggal 5-6 Mei 2014diHelsinki,Finlandia. Pada awalnya, inisiatif GHSA digagas
oleh Amerika Serikat dan negara-negara maju dengan melibatkan multi-
stakeholders dan multi-sektoral. Selain itu juga dukung badan-badan dunia
dibawah PBB diantaranya World Health Organisation (WHO), Food and
Agriculture Organisation (FAO), dan World Organisation for Animal Health(OIE).
Di Helsinki, GHSA membahas rancangan GHSA Action Packagesand
Commitments yang diharapkan dapat dijadikan rujukan bersama di tingkat global
dalam mengatasi ancaman penyebaran penyakit infeksi. Komitmen ini antara lain
juga dimaksudkan untuk memperkuat implementasi International Health
Regulation-IHR yang telah dicanangkan WHO sebelumnya
Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty
Agenda/GHSA)juga sebagai bentuk komitmen dunia yang telah mengalami dan
belajar banyak dalam menghadapi musibah wabah penyakit menular berbahaya
seperti wabah Ebola yang telah melanda beberapa negara Afrika, Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-Cov) di beberapa negara Timur Tengah, flu H7N9
khsusunya di Tiongkok, flu babi di Meksiko, flu burung yang melanda di berbagai
negara, dan wabah flu Spanyol tahun 1918. Rangkaian kejadian tersebut seakan
menegaskan bahwa wabah penyakit menular berbahaya tidak hanya mengancam
negara yang bersangkutan, namun juga mengancam kesehatan masyarakat
negara lainnya termasuk dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya.
Termasuk elemen penting dari GHSA adalah zoonosis.Sebagai bentuk dari
perwujudan atas elemen penting (komitmen) tersebut, Pemerintah Indonesia, yang
dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,
Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pertanian membahas lebih jauh
berbagai aspek dari penyakit zoonosis dalam kaitan pencegahan, pendeteksian
lebih dini, dan upaya merespon atas munculnya ancaman dari penyakit tersebut.
RAK 2015 2019
19
BAB II TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
A. TUJUAN
Rencana Aksi Kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang mendukung
pelaksanaan Rencana Aksi Program Ditjen PP dan PL yang melaksanakan visi
dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya
untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
RAK 2015 2019
20
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang mendukung Program PP dan PL yang
mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita
terutama terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui
upaya preventif dan promotif.
Tujuan kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang merujuk pada dua tujuan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status
kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome).
Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai
adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP
2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran
hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan,
maka ukuran yang akan dicapai adalah:
1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan
setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari
6,80 menjadi 8,00.
RAK 2015 2019
21
Dukungan KKP Kelas III Pangkalpinang dalam pencapaian tujuan Ditjen PP dan
PL yaitu terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui pelaksanaan kegiatan pada
program:
1. Pembinaan surveilans, imunisasi, karantina dan kesehatan matra.
2. Pengendalian penyakit menular langsung.
3. Pengendalian penyakit bersumber binatang
4. Pengendalian penyakit tidak menular.
5. Penyehatan lingkungan
6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
PP dan PL
B. SASARAN STRATEGIS
Sasaran Strategis Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkalpinang
dalam Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 merupakan sasaran strategis sesuai
dengan Rencana Aksi Program Ditjen P2PL yang disesuaikan dengan tugas pokok
dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan.
1. Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra
Sasaran dari kegiatan ini yaitu, menurunkan angka kesakitan akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan surveilans,
karantina kesehatan, dan kesehatan matra. Untuk mencapai sasaran
tersebut KKP Kelas III Pangkalpinang menguraikan pada beberapa indikator
capaian kegiatan:
a. Peningkatan sinyal kewaspadaan dalam sistem kewaspadaan dini yang
direspon, melalui:
1) Pengumpulan dan analisa data kunjungan penyakit potensial wabah dari
poliklinik KKP/non KKP.
2) Mengupdate secara rutin informasi terkini perkembangan penyakit dari
berbagai negara yang disebarluaskan ke wilayah kerja.
RAK 2015 2019
22
3) Mempublikasi secara rutin laporan penerbitan ICV calon jemaah umroh
ke Kab/Kota Provinsi Kep. Bangka Belitung
b. Peningkatan upaya pengendalian faktor risiko pada wilayah dengan kondisi
matra, melalui:
1) Pelaksanaan pelayanan posko kesehatan arus mudik/balik lebaran di
pintu masuk negara
2) Pengendalian aktor risiko pada situasi khusus SAIL Indonesia
3) Pengendalian faktor risiko pada keberangkatan dan kedatangan jemaah
haji di pintu masuk negara.
c. Pengawasan alat angkut sesuai standar kekarantinaan kesehatan, melalui
1) Penerbitan certificate of pratique sesuai standar kekarantinaan
2) Penerbitan PHQC sesuai standar kekarantinaan kesehatan
d. Pengendalian faktor risiko KKM pada lingkungan di pintu masuk
1) Pengawasan kedatangan dan keberangkatan penumpang di pintu masuk
2) Pengawasan kedatangan dan keberangkatan anak buah kapal di pintu
masuk
3) Mengidentifikasi faktor risiko KKL pada pintu masuk negara
e. Pengawasan lalu lintas alat angkut/orang/barang melalui penerbitan
dokumen karantina kesehatan sesuai dengan ketentuan melalui;
1) Penerbitan ICV pada pelaku perjalanan international
2) Penerbitan surat layak terbang pada pelaku perjalanan domestik
3) Penerbitan surat izin angkut jenazah
4) Penerbitan dokumen SSCEC/SSCC pada alat angkut
f. Peningkatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan KKM di pintu masuk
melalui:
1) Membangun jejaring kerja lintas program/lintas sektor dan stakeholder
penanggulangan KKM di pintu masuk negara
2) Meningkatkan kapasitas kemampuan petugas dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi di pintu masuk negara.
3) Pembuatan dokumen rencana kontijensi penanggulangan KKM di pintu
masuk negara
RAK 2015 2019
23
2. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Sasaran Program Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) adalah
meningkatnya pencegahahan dan penanggulangan penyakit bersumber
binatang. Untuk mencapai sasaran tersebut KKP Kelas III Pangkalpinang
menguraikan pada indikator capaian kegiatan yaitu Pencegahan dan
penanggulangan penyakit bersumber binatang, melalui:
a. Pengendalian vektor tikus dan pinjal di pelabuhan dan bandara
b. Pengendalian nyamuk aedes aeghypti di pelabuhan dan bandara
c. Pengendalian vektor dan binatang penggangu di wilayah induk dan wilayah
kerja
3. Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Sasaran Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) adalah
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
langsung. Untuk mencapai sasaran tersebut KKP Kelas III Pangkalpinang
menguraikan pada indikator capaian kegiatan yaitu menurunya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit menular langsung, melalui:
a. Melaksanakan survey penyakit menular langsung
b. Sosialisasi penyakit menular potensial wabah ke masyarakat
pelabuhan/bandara.
4. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Sasaran Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular adalah menurunnya
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular;
meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular,
melalui:
a. Sosialisasi kawasan (pelabuhan dan bandara) tanpa asap rokok
b. Deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di pelabuhan/bandara
5. Penyehatan Lingkungan
Sasaran Program Penyehatan Lingkungan adalah meningkatnya penyehatan
dan pengawasan kualitas lingkungan, melalui:
a. Pengawasan hygiene sanitasi TPM di lingkungan pelabuhan dan bandara
b. Pengawasan hygiene sanitasi TTU di lingkungan pelabuhan dan bandara
RAK 2015 2019
24
c. Pengawasan kualitas air di wilayah pelabuhan dan bandara
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Sasaran dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya adalah
meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya, melalui:
a. Penyusunan rencana aksi kegiatan
b. Penyusunan rencana anggaran
c. Penyusunan rencana target pagu PNBP
d. Penyusunan laporan tahunan
e. Penyusunan laporan keuangan
f. Pengelolaan aset negara (BMN)
g. Pelayanan administrasi kepegawaian
h. Pelayanan gaji dan tunjangan
i. Penyelenggaraan operasional kantor
j. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
RAK 2015 2019
25
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN A. ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019
merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tinggi di seluruh wilayah Indonesia.
Sasaraan pembangunan kesehatan yang akan dicapai tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukan oleh meningkatnya
Umur Harapan Hidup, menurunya angka kematian bayi, menurunnya angka
kematian ibu, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, strategi pembangunan kesehatan
2005-2025 yaitu; 1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan, 2)
pemberdayaan masyarakat dan daerah, 3) pengembangan upaya dan
pembiayaan kesehatan, 4) pengembangan dan pemberdayaan SDMK dan, 5)
penanggulangan keadaan darurat kesehatan.
Arah kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019, KKP Kelas III
Pangkalpinang, tidak terlepas dari arah kebijakan unit utama Ditjen PP dan PL
Kemenkes, yaitu :
1. Peningkatan SE faktor risiko penyakit
2. Peningkatan perlindungan keompok berisiko
3. Peningkatan kualitas kesling dan pengendalian faktor risiko lingkungan
4. Penatalaksanaan kasus dan pemutusan mata rantai penularan
5. Pencegahan dan penanggulangan KLB/wabah
6. Pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan masyarakat
RAK 2015 2019
26
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada pelayanan kesehatan
optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif dalam rangka
pengendalian penyakit
B. STARTEGI
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019, KKP Kelas III Pangkalpinang,
meliputi
1. Meningkatkan kegiatan Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra
2. Meningkatkan kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
3. Meningkatkan kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
4. Meningkatkan kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
5. Meningkatkan kegiatan Penyehatan Lingkungan
6. Meningkatkan kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
7. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu SDMK di Wilayah Kerja
8. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
9. Menguatkan Manajemen dan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi
10. Meningkatkan koordinasi, dan komunikasi baik lintas program maupun lintas
sektoral
11. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam kemandirian kesehatan
C. KERANGKA REGULASI
Pelaksanaan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) ini tidak terlepas dari regulasi-
regulasi baik bersifat nasional maupun global. Kerangka regulasi yang
dipergunakan dalam implementasi RAK ini yaitu, regulasi yang berlaku
disesuaikan dengan fungsi regulasi itu, yaitu : Undang-undang, Peraturan
pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Menteri dan
aturan Juklak dan Juknis dalam lingkup Ditjen PP dan PL Kemkes RI dan Reguasi
Internasional seperti IHR tahun 2015 dan lain-lain.
RAK 2015 2019
27
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Dalam melaksanakan RAK ini tidak terlepas dari Renstra 2015-2019, oleh
karena itu kerangka kelembagaan tidak terlepas dari kerangka kelembagaan
intitusi induk sebagai bagian integral dari Kemkes. Kerangka Kelembagaan Satker
KKP Kelas III Pangkalpinang yaitu, 1) penguatan pemantauan, pengendalian,
pengawasan, pembinaan dan evaluasi Tupoksi, 2) Pembenahan SDMK,
manajemen dan informasi kesehatan dan 3) penguatan cegah tangkal penyakit
menular dan peningkatan fungsi identifikasi faktor risiko.
RAK 2015 2019
28
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Memperhatikan Renstra Kementerian Kesehatan , ujuan, arah, kebijakan dan
Strategi Ditjen PP dan PL serta Renaca Aksi Program (RAP) ditjen PP dan PL,
maka target kinerja dan kerangka pendanaan KKP Kelas III Pangkalpinang tahun
2015-2019.
A. TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur
secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2019. Sasaran kinerja dihitung
secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2019.
Sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam
Rencana Aksi Kegiatan ditetapkan dengan merujuk pada sasaran yang ditetapkan
dalam Rencana Aksi Program Ditjen P2Pl serta memperhatikan tugas pokok dan
fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan, dengan indikator kinerja kegiatan.
1. Persentase sinyal kewaspadaan dalam sistem kewaspadaan dini yang
direspon sebesar 95%; Untuk mencapai target tersebut, maka laporan
kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Penumpulan data kunjungan penyakit potensial wabah dari poliklinik
KKP/non KKP yang dianalisa.
b. Penyebarluasan Informasi terkini perkembangan penyakit dari berbagai
negara ke wilayah kerja.
c. Mempublikasikan laporan penerbitan ICV yang ke kabupaten/kota.
2. Persentase upaya pengendalian faktor pada wilayah dengan kondisi matra
lapangan sebesar 100%; Untuk mencapai target tersebut, maka kegiatan
yang dilakukan adalah:
a. Upaya kesehatan untuk mengurangi potensi risiko pada lokasi SAIL.
b. Upaya kesehatan untuk mengurangi potensi resiko pada arus mudik di
pintu masuk negara.
c. Upaya kesehatan untuk mengurangi potensi resiko pada CJHI di
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
RAK 2015 2019
29
3. Persentase alat angkut/orang/barang di Pelabuhan/bandara yang
diberikan dokumen karantina kesehatan sesuai dengan ketentuan sebesar
100%. Untuk mencapai target tersebut, maka kegiatan yang dilakukan
adalah:
a. Penerbitan ICV pada pelaku perjalanan internasional sesuai dengan
ketentuan.
b. Penerbitan surak layak terbang pada pelaku perjalanan domestik sesuai
dengan ketentuan.
c. Penerbitan surat izin angkut jenazah sesuai dengan ketentuan.
d. Penerbitan dokumen SSCEC/SSCC pada alat angkut sesuai dengan
ketentuan.
e. Penerbitan dokumen P3K pada alat angkut sesuai dengan ketentuan.
4. Persentase lingkungan sehat, aman, dan terkendali dari faktor risiko KKM
di pintu masuk negara sebesar 90%. Untuk mencapai target tersebut, maka
kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Pengawasan kedatangan dan keberangkatan penumpang di pintu
masuk
b. Pengawasan kedatangan dan keberangkatan anak buah kapal di pintu
masuk
c. Identifikasi faktor risiko KKM di pintu masuk
5. Persentase rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat di pintu
masuk negara. Untuk mencapai target.
a. Peningkatan kapasitas petugas di pintu masuk negara
b. Penyusunan dokumen rencana kontijensi penanggulangan KKM di pintu
masuk negara.
6. Persentase pelabuhan dan bandara yang melakukan pengendalian vektor
terpadu sebesar 100%.
7. Persentase pelabuhan dan bandara yang melaksanakan kegiatan skrining
PTM sebesar 100%.
8. Persentase pelabuhan dan bandara sehat sebesar 57%.
9. Persentase program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya KKP Kelas III Pangkalpinang yang mendukung penilaian SAKIP
RAK 2015 2019
30
dengan hasil minimal AA sebsar 100%. Untuk mencapai target tersebut,
maka kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Perencanaan anggaran tanpa blokir.
b. Penyampaian laporan yang terverifikasi dengan tepat waktu.
c. Pelayanan administrasi kepegawaian.
d. Pelayanan kerumahtanggaan.
e. Pengelolaan BMN
f. Pengadaan barang dan jasa.
g. Penyusunan laporan keuangan tepat waktu dan sesuai dengan
ketentuan.
h. Penyusunan laporan realisasi penggunaan PNBP sesuai dengan aturan
yang berlaku.
i. Penyusunan dokumen perbendaharaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
10. Persenatse peningkatan sarana dan prasarana KKP Kelas III Pangkalpinang
untuk memenuhi standar sebesar 100%
B. KERANGKA PENDANAAN
Kerangka pendanaan Kementerian Kesehatan meliputi peningkatan
pendanaan dan efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan
dilakukan melalui peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara signifikan
sehingga mencapai 5% dari APBN pada tahun 2019. Peningkatan pendanaan
kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah Daerah, swasta dan
masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun cukai. Guna meningkatkan
efektifitas pendanaan pembangunan kesehatan maka perlu mengefektifkan peran
dan kewenangan Pusat-Daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan
Pusat-Daerah dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran.
Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan maka
pendanaan kesehatan diutamakan untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jaminan Kesehatan Nasional,
penguatan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil,
kepulauan dan perbatasan, penguatan sub-sub sistem dalam Sistem Kesehatan
Nasional untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita,
RAK 2015 2019
31
peningkatan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit dan serta penyehatan
lingkungan.
Untuk mendukung capaian target yang telah direncanakan sumber dana
berasal dari pendanaan Program PP dan PL. Sesuai dengan kebijakan
pemerintah, alokasi anggaran untuk kantor Kesehatan Pelabuhan melalui
mekanisme Dekon TP secara bertahap akan dilakukan melalui mekanisme Kantor
Daerah (KD) dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
dengan tetap memperhatikan target prioritas nasional bidang PP dan PL.
Sumber pendanaan kegiatan KKP Kelas III Pangkalpinang berasal dari dana
program PP dan PL dalam kurun waktu 5 tahun mendatang masih tertumpu pada
APBN (rupiah murni).
RAK 2015 2019
32
BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi yang akan diimplemenatsikan
dalam RAK tahun 2015-2019 yaitu dengan mekanisme periode pemantauan dan
evaluasi bulanan, triwulan, semester dan tahunan, hal ini dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan program dan melakukan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan efektif dan efisien.
Maka dalam melakukan pemantauan dan evaluasi peran Kepala Satker
dan perangkat-perangkat sebagai penanggung jawab masing-masing teknis dan
unsur manajemen keuangan dan SDMK sangat diperlukan, untuk itu agenda-
agenda pemantauan dan evaluasi harus disusun secara optimal.
Dokumen pemantauan dan evaluasi juga diperlukan untuk perencanaan
RAK periode berikutnya sehingga keberhasilan dan kelemahan pelaksanaan
kegiatan dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di masa yang
akan datang.
Recommended