View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA
(Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009)
SKRIPSI
Oleh:
RATMIATI
K 1305016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA
SISWA
(Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh :
RATMIATI
K 1305016
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada:
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
Pembimbing II
Ristu Saptono, S.Si NIP. 19790210 200212 1 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd (…………………..)
Sekretaris : Drs. Mardjuki, M.Si (…………………..)
Anggota I : Dr. Mardiyana, M.Si (…………………..)
Anggota II : Ristu Saptono, S.Si, M.T (…………………..)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
RATMIATI. K1305016. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN
LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN
KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA TAHUN AJARAN
2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Mei 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, (2) apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matemátika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matemátika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah, (3) apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (4) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (5) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (6) apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (7) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 2 Kebakkramat tahun ajaran 2008/2009. Sampel penelitian ini diambil secara cluster random sampling, diperoleh 2 kelas yaitu, kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 40 siswa dan kelas VIII E sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 40 siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran STAD untuk kelompok eksperimen dan metode konvensional untuk kelompok kontrol. Sebagai prasyarat penelitian, kedua kelompok harus dalam keadaan seimbang, maka dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t.
Data yang digunakan untuk melakukan uji keseimbangan adalah nilai rapot mata pelajaran matematika siswa kelas VII semester genap tahun ajaran
vi
2008/2009 pada kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data prestasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika menggunakan metode tes, sedangkan data motivasi belajar matematika siswa dikumpulkan dengan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh hasil: (1) pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada materi pokok SPLDV ( 0,05;1;74a F 3.981 0023,27 F =>= ), (2) prestasi belajar matematika siswa dengan
motivasi belajar matematika lebih tinggi tidak lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika lebih rendah pada materi pokok SPLDV ( 0,05;4;62b F 3,148 0,5244 F =<= ), (3) prestasi belajar matematika siswa dengan
kemampuan awal matematika lebih tinggi tidak lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal matematika lebih rendah pada materi pokok SPLDV ( 0,05;4;62c F 3.131 2638,1 F =<= ), (4) Tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62), (5) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fac = 0,4274 < 3,148 = F0,05;4;62), (6) Tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fbc = 1,6178 < 2,528 = F0,05;4;62), (7) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fabc = 0,4567 < 2,528= F0,05;2;62).
vii
ABSTRACT
RATMIATI. K1305016. AN EXPERIMENT OF MATHEMATICS TEACHING WITH STUDENT TEAMS ACHIECVEMENT DIVISION METHOD ON SUBJECT MATERIAL DOUBLE VARIABLE LENEAR EQUATION SYSTEM VIEWED FROM LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S INITIAL ABILITY OF MATHEMATICS IN EDUCATION YEAR OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, Juni 2010.
This research is to find out: (1) whether students, who were taught by using STAD type, can produce the mathematics learning achievement better than ekspository learning method in the subject matter of SPLDV, (2) whether students with high mathematics learning motivation had better achievement than those with middle and low learning motivation, and students with middle mathematics learning motivation had better achievement than those with low in the subject matter of SPLDV, (3) whether students with high initial ability make better mathematics learning achievement than students with low and middle initial ability, as for students with middle initial ability make better mathematics learning achievement than students with low initial ability in the subject matter of SPLDV, (4) whether there is an interaction between learning method and students’ learning motivationon on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (5) whether there is an interaction between learning method and students’ initial ability of mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (6) whether there is an interaction between students’ mathematics learning motivation and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (7) whether there is an interaction between learning method , students’ mathematics learning motivation on the mathematics and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV. The research employed a quasi experimental method. The population of research is all students of grade VIII of SMP Negeri 2 Kebakkramat in the school year of 2008/2009. The sample of the research was obtained by using cluster random sampling technique; obtained 2 classes namely class VIII C as the experiment group which is consisting of 40 students and class VIII E as the control group which is consisting of 40 students. The learning method employed was STAD for the experiment group and ekspository learning method for the control group. The balance test of the prior ability was carried out by using t-test. The data used in conducting the balance test was grades of event semester school report for mathematics lesson of grade VII in the school year of 2007/2008 in the classes belonging to both experiment and control groups. The variable data collection of mathematic learning achievement was done using test method, while the variable data of students’ mathematics learning interest using questionnaire method. Technique of analyzing data employed was a three-way variance analysis with different cells conducted following the normality test with Liliefors method and homogeneity test with Bartlett method.
viii
Based on the result of calculation in the three-way variance analysis with different cells, the following results was obtained: (1) the mathematics learning with STAD produced better mathematics learning achievement than ekspository method in the subject matter of SPLDV ( Fa=27.0023>3.981=F0,05;1;74), (2) students with higher mathematics learning motivation have mathematics learning achievement not as good as students with lower mathematics learning motivation in the subject matter of SPLDV(Fb=0,5244<3,148=F0.05;4;62), (3) student with higher initial ability have mathematics learning achievement not as good as students with lower initial ability in the subject matter of SPLDV (Fc=1,2638 < 3.131=F0,05;4;64), (4) there is no interaction between learning method and students’ learning motivation on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62), (5) there is no interaction between learning method and students’ initial ability to the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fac= 0.4274< 3,148= F0,05;4;62 (6) there is no interaction between student students’ mathematics learning motivation and students’ initial ability in mathematics to the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fbc=1.6178= F0.05;4;62), (7) there is no interaction between learning method , students’ mathematics learning motivation on the mathematics and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fabc=0,4567<2,528=F0.05;2;62).
ix
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Qs. Al Insyirah: 6-8)
“Tak ada kehidupan yang berdasarkan kebahagiaan semata, namun kehidupan
sebenarnya adalah hasrat dan kekuatan tekad”
(Kahlil Gibran)
“Jangan takut untuk melakukan sesuatu yang baik, karena meskipun ada
kesalahan kita dapat belajar darinya...”
x
PERSEMBAHAN
Tulisan Sederhana Ini Ku Persembahkan Kepada:
© Allah SWT
Alhamdulillah ucapkan syukur Pada-Mu Ya Allah yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya.
© Ibuku tercinta, atas kasih sayang, doa, semangat, dan
pelukan hangat yang selalu menenangkan
© Bapakku tersayang, untuk doa, dukungan, dan
pembicaraan hangat yang membuatku lebih mengerti akan
hidup
© Seseorang yang telah memberikan kebahagiaan dan solusi
serta mengajariku tentang banyak hal “R.A.P”
© Adit yang selalu bersedia menemaniku dan membantuku
serta memberiku semangat
© Picka ‘n Ning terimakasih telah menjadi teman dan
sahabat yang luar biasa
© Teman-teman Angkatan’05 P. Matematika
Thank’s for all…
© Almamater yang ku banggakan
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika
Dengan Metode STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Pada
Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Dan Kemampuan Awal Matematika Siawa Kelas VIII Semester Ganjil
SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009 sebagai persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Matematika
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
untuk menulis skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin untuk menulis skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini.
4. Dr. Mardiyana, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
xii
5. Ristu Saptono, S.Si, M.T, sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, kepercayaan, dukungan, saran, dan
kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Drs. Eko Widodo, Kepala SMP N 2 Kebakkramat yang telah memberikan izin
serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan penelitian
7. Drs. Sutarno, guru matematika SMP N 7 Surakarta yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk membantu
terlaksananya penelitian.
8. Siswa-siswi kelas VIII C dan kelas VIII E SMP N 2 Kebakkramat yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini.
9. My little family…Ibu,,Bapak….terimakasih banyak atas dukungan, doa,
fasilitas, dan kasih sayang yang tiada pernah habis….
10. Seseorang yang selalu menghiburku di saat aku jenuh, memberiku semangat
di saat aku malas, menemaniku di saat semua orang sibuk dengan aktivitas-
aktivitasnya…terimakasih telah menjadi cinta, teman, dan sahabat yang
menemaniku… “Thank’s For All”….
11. Keluarga kecilku di solo Picka, Ning, Nida…terimakasih untuk segala warna
dan kenangan indah yang tak kan terlupakan…
12. Para sahabat dan teman-teman terbaikku….,,adit,,nda ndutz,,lilih,,picky,, pipit
….terimakasih bersedia selalu disisi untuk mendengar keluh dan memberiku
semangat dengan segala canda tawa…aku tidak bisa membalas segala
kebaikan kalian dengan apapun juga….
13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. v
HALAMAN MOTTO...................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 9
1. Prestasi Belajar Matematika .................................................... 11
2. Metode Pembelajaran ............................................................. 12
3. Tinjauan Materi Pokok SPLDV ............................................... 18
4. Motivasi Belajar Matematika Siswa .………………………… 21
5. Kemampuan Awal Matematika Siswa ................................... 25
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 27
C. Perumusan Hipotesis .................................................................... 30
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 31
1. Tempat Penelitian .................................................................. 31
2. Waktu Penelitian .................................................................... 31
B. Metode Penelitian ........................................................................ 31
1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 31
2. Rancangan Penelitian ............................................................. 32
3. Pelaksanaan Eksperimen ........................................................ 34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 34
1. Populasi .................................................................................. 34
2. Sampel .................................................................................... 34
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 35
1. Variabel Penelitian ................................................................. 35
2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 37
3. Instrumen Penelitian .............................................................. 39
E. Teknik Analisis Data .................................................................... 45
1. Uji Keseimbangan .................................................................. 45
2. Uji Prasyarat Analisis .............................................................. 46
3. Uji Hipotesis .......................................................................... 49
4. Uji Komparasi Ganda ............................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................ 57
1. Tes Kemampuan Awal Matematika ......................................... 57
2. Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ........................ .. 59
3. Tes Prestasi Belajar ............................................................... .. 60
B. Deskripsi Data .............................................................................. 63
1. Data Kemampuan Awal Matematika ...................................... 63
2. Data Motivasi Belajar Matematika Siswa............................. .. 63
3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa .............................. .. 64
xv
C. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 65
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen....................................... .. 65
2. Persyaratan Analisis .............................................................. .. 67
a. Uji Normalitas ................................................................. .. 67
b. Uji Homogenitas ............................................................. .. 68
D. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 69
E. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................. 71
1. Hipotesis Pertama ................................................................. .. 71
2. Hipotesis Kedua .................................................................... .. 72
3. Hipotesis Ketiga.................................................................... .. 72
4. Hipotesis Keempat ................................................................ .. 73
5. Hipotesis Kelima................................................................... .. 74
6. Hipotesis Keenam ................................................................. .. 75
7. Hipotesis Ketujuh.................................................................. .. 76
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. .. 78
B. Implikasi...................................................................................... .. 79
C. Saran ........................................................................................... .. 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .. 82
LAMPIRAN..................................................................................................... .. 84
TABEL STATISTIK..................................................................................... ... 402
SURAT PERIJINAN ....................................................................................... .. 409
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prosedur Penyekoran untuk STAD...……………………............ 17
Tabel 2.2 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu…………….. 18
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian …….…………………………………….. 42
Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data……………………………………..
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan ……………………….62
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Awal……………... 66
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Coba Angket ......................………………. 68
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar...………………. 66
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi
Pokok SPLDV Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol……………….................................................................. 69
Tabel 4.5 Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa .…………….... 70
Tabel 4.6 Rataan dan Variansi Nilai Rapot Semester Genap ..................….71
Tabel 4.7 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas………….... 71
Tabel 4.8 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas………… 71
Tabel 4.9 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas…………... 72
Tabel 4.10 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas………… 73
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama..74
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………........... 39
Gambar 4.1 Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar
Matematika Siswa …………………………………………….. 432
Gambar 4.1 Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Kemampuan
Awal Matematika Siswa ……………………………………... 433
Gambar 4.1 Grafik Interaksi Antara Motivasi Belajar Matematika dan
Kemampuan Awal Matematika Siswa ……………………….. 434
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pembelajaran………………………………………...... 84
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa, Kuis..................... ……………………… 156
Lampiran 3 Lembar Validitas Isi Tes Kemampuan Awal Matematika ......... 210
Lampiran 4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematika……………….. .. 216
Lampiran 5 Soal Uji Coba Tes Kemampuan Awal Matematika…………... 218
Lampiran 6 Pembahasan Soal Uji Coba Tes Kemampuan Awal
Matematika.................................................................................. 228
Lampiran 7 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Uji Coba Tes Kemampuan
Awal Matematika ........................................................................239
Lampiran 8 Konsistensi Internal Tes Kemampuan awal Matematika……… 241
Lampiran 9 Reliabilitas Tes Kemampuan Awal Matematika……………… 243
Lampiran 10 Soal Tes Kemampuan Awal Matematika…………………….... 245
Lampiran 11 Pembahasan Soal Tes Kemampuan Awal Matematika……… 253
Lampiran 12 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar
Matematika ........................................................………………. 261
Lampiran 13 Lembar Validitas Isi Angket Motivasi Belajar Matematika ...... 263
Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika ..............…….. 269
Lampiran 15 Uji Coba Angket Motivasi Belajar Matematika................…….. 270
Lampiran 16 Konsistensi Internal Angket Motivasi Belajar Matematika ……274
Lampiran 17 Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika ..................... 276
Lampiran 18 Angket Motivasi Belajar Matematika .....................…………... 278
Lampiran 19 Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika .............. 282
Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika…………………….. 288
Lampiran 21 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika………………. 290
Lampiran 22 Pembahasan Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika… 300
Lampiran 23 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika ........................................................................……..321
Lampiran 24 Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika……….... 323
Lampiran 25 Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika………………….. 325
xix
Lampiran 26 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika…………………………. 327
Lampiran 27 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar Matematika…………… 333
Lampiran 28 Lembar Jawab dan Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar
Matematika ........................................................………………. 346
Lampiran 29 Pembagian Kelompok, Skor Perkembangan Individu dan
Penghargaan Kelompok …......................................................... 348
Lampiran 30 Kategori Motivasi Belajar Matematika dan Tendensi Sentral Tes..
…………………………………………………………………. 350
Lampiran 31 Nilai Rapot Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2008/2009 ..............………………………353
Lampiran 32 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas (Sebelum Penelitian) ...... 354
Lampiran 33 Uji Keseimbangan………………………................................... 361
Lampiran 34 Rangkuman Data Induk Penelitian .....................................….... 364
Lampiran 35 Uji Normalitas………………………………………................. 365
Lampiran 36 Uji Homogenitas…………………………………..................... 381
Lampiran 37 Uji Hipotesis Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama……. 390
Lampiran 38 Tabel Statistik ...........……………………………..................... 402
Lampiran 39 Surat Perijinan ...........……………………………..................... 409
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Dalam dunia pendidikan saat ini kita dihadapkan pada
masalah yang lebih kompleks dimana sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu menghadapi tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada
kenyataannya semua bidang keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu
dihadapkan kepada masalah-masalah yang memerlukan matematika sebagai
pemecahannya.
Hampir di semua sekolah menengah pertama, pelajaran matematika
mempunyai posisi yang penting. Hal ini dikarenakan matematika dapat diterapkan
dalam ilmu yang lain. Melalui matematika, siswa diharapkan dapat berpikir teliti,
logis, sistematis, kreatif, dan kritis. Dalam beberapa tahun terakhir ini, matematika
menjadi salah satu pelajaran yang diujikan dalam UAN, sehingga menjadi salah
satu pelajaran yang memberi kontribusi pada keberhasilan atau kegagalan siswa.
Di sisi lain, sifat pelajaran matematika yang abstrak dan hierarkis menyebabkan
tingkat kesulitan yang relatif tinggi pada siswa dalam mempelajarinya. Indikator
kesulitan ini tampak pada pencapaian hasil belajar yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan pelajaran lain.
Banyak siswa yang merasa terbebani jika harus berhadapan dengan
matematika di sekolah. Hal ini disebabkan mereka sudah menganggap bahwa
matematika ini rumit, membingungkan dan banyak siswa merasa pesimis dahulu
sebelum belajar matematika. Akibatnya siswa hanya menghafal materi pelajaran
2
matematika untuk memenuhi syarat lulus ujian saja. Oleh karena itu sering terjadi
kekeliruan dalam pemahaman konsep yang berdampak negatif terhadap prestasi
belajar matematika yang dicapai siswa.
Guru mempunyai peran yang penting dalam menyiapkan peserta didik.
Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Untuk dapat terus berkarya, kemampuan guru dalam berkreasi mengajar
sangat diperlukan. Kompetensi guru dalam hal penguasaan materi, pengelolaan
kelas, penciptaan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya, serta
kemampuan guru dalam menilai prestasi siswanya merupakan syarat mutlak untuk
mencapai keberhasilan proses belajar mengajar.
Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi
belajar adalah motivasi belajar. Motivasi pada diri seseorang merupakan daya
pendorong untuk melakukan suatu aktivitas. Aktivitas belajar seorang siswa akan
ditentukan oleh motivasi belajarnya dan motivasi belajar antara siswa yang satu
pasti berbeda dengan siswa lainnya. Ada kecenderungan siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi maka prestasinya akan baik pula, demikian pula siswa
yang motivasinya rendah prestasinya juga kurang menggembirakan.. Dalam hal
ini peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang dapat
memotivasi belajar siswa lebih tinggi.
Materi pelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam
proses belajar. Materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu
materi yang harus dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII semester I. Namun
kenyataanya sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
sistem persamaan linear dua variabel. Hal inu dikarenakan dalam pemecahan soal-
soalnya dibutuhkan ketelitian, sering terjadi kesalahan-kesalahan dalam
penggunaan simbol-simbol dalam aljabar, dan siswa kesulitan ketika mereka
harus mengubah soal cerita menjadi bentuk matematika. Selain itu dalam jurnal
internasional yang ditulis oleh Samo (2008) menyatakan bahwa ”this study has
revealed that the students have many misconceptions in the use of symbols in
Algebra wich have bearings on their learning of Algebra.” Hal ini menjelaskan
3
bahwa sering terjadi kesalahan dalam penggunaan symbol-simbol dalam aljabar
sehingga menghambat pemahaman siswa terhadap materi aljabar.
Berdasarkan observasi timbul masalah dalam kegiatan belajar mengajar di
SMP Negeri 2 Kebakkramat pada kelas VIII terutama pada sub pokok bahasan
sistem persamaan dua variabel (SPLDV). Hal tersebut dapat diketahui
berdasarkan hasil belajar ujian semester mata pelajaran tersebut, hasil yang
diperoleh siswa belum maksimal, dari 40 siswa yang mengikuti ujian, sebanyak
15 % atau sebanyak 35 siswa masih dibawah KKM yang diterapkan yaitu 6,5.
Menurut pendapat guru yang mengajar, siswa mengalami kesulitan dalam
pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Hal ini mungkin disebabkan metode
mengajar yang digunakan oleh guru atau mungkin terdapat masalah pada siswa itu
sendiri.
Suherman (2003:7) menyatakan, bahwa pembelajaran akan lebih
bermakna (meaningfull), jika siswa tidak hanya belajar untuk mengatasi sesuatu
(learning to know), tetapi siswa juga belajar melakukan (learning to do), belajar
menjiwai (learning to be), serta belajar bersosialisasi dengan sesama teman
(learning to live together). Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk
mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan temannya
sekelas, atau membuat sesuatu, akan jauh lebih menantang dan mengarahkan
perhatian siswa daripada apabila siswa hanya harus mencerna saja informasi yang
diberikan secara searah. Untuk itu, perlu diciptakan sistem lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang mementingkan
peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai indikator
tersebut, guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran dan mampu menyajikan metode pembelajaran yang lebih
menarik. “Metode pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan
guru dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas”.
Keberhasilan suatu belajar tidak hanya tergantung pada siswa saja, tetapi juga
peran guru. Siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Guru
4
dituntut untuk mengkondisikan kelas dan memilih metode pembelajaran dengan
tepat agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan
interaksi yang positif dengan sesama ketika mereka belajar dalam tim dalam
memecahkan suatu masalah, sedangkan tipe metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan mendekati pembelajaran kooperatif adalah tipe student
teams-achievement division (STAD).
Keberhasilan proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh kemampuan
awal siswa. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Untuk itu pada setiap awal kegiatan belajar
mengajar, seorang pengajar seharusnya mengetahui kemampuan awal siswanya.
Dengan demikian diharapkan seorang pengajar dapat menentukan bagaimana
proses belajar mengajar diatur dan metode apa yang tepat digunakan sehingga
belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian mengenai eksperimentasi pembelajaran matematika menggunakan
metode STAD pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel
ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan awal matematika pada siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran
akan membuat siswa benar-benar memahami materi dan menguasai konsep.
Tetapi masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran
konvensional pada setiap proses pembelajaran, padahal tidak semua pokok
bahasan cocok disampaikan dengan metode konvensional. Oleh karena itu
perlu dikaji lebih lanjut apakah metode mengajar yang diganti dapat
menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
2. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar
matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi belajar
5
sedang, dan rendah. Terkait dengan hal tersebut siswa yang mempunyai
motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik
dari pada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
3. Banyak siswa yang kurang memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,
dan aktif dalam memahami konsep sistem persamaan linier dua variabel. Hal
ini memungkinkan kemampuan awal yang dimiliki siswa berbeda-beda, yang
dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik
dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah,
sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan
prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat
terarah dan mendalam, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
1. Metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode
STAD pada kelompok eksperimen dan metode konvensional pada kelas
kontrol.
2. Motivasi belajar siswa dibatasi pada motivasi belajar matematika pada siswa
kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Kebakkramat pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel.
3. Kemampuan awal siswa dibatasi pada kemampuan awal matematika pada
siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Kebakkramat pada pokok bahasan
sistem persamaan linier dua variabel.
4. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada prestasi
belajar pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel yang
dilakukan pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Kebakkramat
2009/2010.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang
akan diteliti dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel ?
2. Apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang
dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi
belajar matematika rendah.?
3. Apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi menghasilkan
prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai kemampuan
awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada
siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?
4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
SPLDV?
5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
SPLDV?
6. Apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok
bahasan SPLDV?
7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar
matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi
belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan
sistem persamaan linier dua variabel.
2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan
prestasi belajar matemátika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi
belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matemátika
sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan
motivasi belajar matematika rendah.
3. Untuk mengetahui apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang
mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik
dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan
motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada
pokok bahasan SPLDV.
5. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan
kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada
pokok bahasan SPLDV.
6. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar
matematika dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan SPLDV.
7. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran,
motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa
terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan SPLDV.
8
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang
penggunaan metode STAD pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua
variabel.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis dengan
subyek dan tempat penelitian yang berbeda.
4. Memberikan informasi kepada guru akan pentingnya motivasi belajar siswa
dan kemampuan awal matematika siswa untuk mendorong siswa belajar
secara efektif dan efisien.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dilakukan / dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan
menurut Winkel (1996:391) prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai.
Selain itu menurut Zainal Arifin (1990:3) mengatakan bahwa prestasi adalah
hasil dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
adalah hasil kemampuan yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha
dengan kemampuan yang dimilikinya.
b. Pengertian Belajar
Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses
mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami
siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang
mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam
pikirannya. Secara psikologis, tugas dan wewenang guru adalah mengetahui
karakteristik siswa, memotivasi belajar, menyajikan bahan ajar, memilih
metode belajar, dan mengatur kelas.
(Ahmad Faqih,http://ahmadfaqih.multiply.com/journal/item/1/2 januari 2008)
Para penganut konstruktivisme berpendapat bahwa pengetahuan itu
adalah merupakan konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi
merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman,
maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada disana
dan orang tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus
menerus dari seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisasi karena
munculnya pemahaman yang baru.
9
10
Dalam belajar sistem, peran murid diutamakan dan keaktivan murid
untuk membentuk pengetahuan dinomorsatukan. Semua peralatan, bahan,
lingkungan, dan fasilitas disediakan untuk membantu pembentukan itu. Murid
diberi kesempatan mengungkapkan pemikirannya akan suatu masalah, tanpa
dihambat. Dengan dibiasakan berpikir sendiri dan mempertanggungjawabkan
pemikirannya, murid akan terlatih untuk menjadi pribadi yang sungguh
mengerti, yang kritis, kreatif, dan rational. Dalam pengertian konstruktivisme,
murid tidak dianggap sebagai suatu tabula rasa yang kosong, yang tidak
mengerti apa-apa sebelumnya. Murid dipahami sebagai subyek yang sudah
membawa "pengertian awal" akan sesuatu sebelum mereka mulai belajar
secara formal. Pengetahuan awal tersebut, meski kadang sangat naif atau tidak
cocok dengan pengertian para ahli, perlu diterima dan nanti dibimbing untuk
semakin sesuai dengan pemikiran para ahli. Pemikiran mereka itu meski naif,
bukanlah salah tetapi terbatas berlakunya.
(Paul Suparno, 1996)
c. Pengertian Matematika
Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur
yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.Di bawah
ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, antara lain:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat
(Soedjadi, 2000: 11)
11
Ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian
matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:
1) Memiliki objek kajian abstrak
2) Bertumpu pada kesepakatan
3) Berpola pikir deduktif
4) Memiliki simbol yang kosong dari arti
5) Memperhatikan semesta pembicaraan
6) Konsisten dalam sistemnya
(Soedjadi, 2000: 13)
d. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar
secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri.
Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai
dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu
dapat kita temukan satu titik persamaan.
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.
Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya
prestasi belajar siswa.
12
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar matematika akan menjadi baik apabila proses
pembelajaran matematika berjalan dengan baik. Hal ini dapat terjadi apabila
situasi belajar dapat dioptimalkan sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Menurut Slameto (1995: 54 - 72) faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu:
1) Faktor intern, yang terdiri dari tiga faktor berikut.
a) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.
2) Faktor ekstern
a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Metode Mengajar
Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun
bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula
pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad). Metode berasal dari Bahasa Yunani
“Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan
upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
13
Menurut Purwoto (2003: 70), “Metode mengajar adalah cara-cara yang
tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar pembelajaran mencapai tujuannya
atau sasarannya”. Sementara itu, Muhibbin Syah (1995: 202) mengatakan bahwa,
“Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada
siswa”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah
cara yang teratur dan terpikir oleh guru yang digunakan dalam menyampaikan
materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh
para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada
tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
1) Metode Ekspositori
Percival dan Elington dalam Yeni Indrastoeti S.P (1999 : 43) menamakan
model konvensional dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru (the
Teacher Centered Opproach). Dalam model pembelajaran yang berpusat pada
guru hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru.
Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga
pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar
yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam
bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti
pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori
merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri
fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung
berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi
14
pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode
ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya
sama-sama memberikan informasi.
Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada
saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi,
memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan,
membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal
latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal
latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di
papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru
memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara
individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum
sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.
Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998:6.7)
menyebutkan bahwa metode ekspositori merupakan cara mengajar yang
paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya
Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode ekspositori adalah
memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2)
memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing
siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan
informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar,
2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan
penilaian guru.
(Sunarto, 2009)
2) Metode STAD
Metode kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif
dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disampaikan
15
oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan
yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Metode kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan. Tujuan metode kooperatif adalah
hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri
diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat
menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru
berkeliling diantara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati
bagaimana kelompok bekerja.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan metode
lain, yaitu :
a) Meningkatkan kemampuan siswa.
b) Meningkatkan rasa percaya diri.
c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki.
d) Memperbaiki hubungan antar kelompok.
e) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif
(kerjasama).
Menurut Ballantine, J dan Larres, P bahwa, “ Student found the
cooperative learning approach beficial in developing their generic skills.” Ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan umum para siswa.
Apabila disimpulkan, menurut Slavin(1995:5), beberapa tipe pembelajaran
kooperatif antara lain:
a) Student Teams Achievement Division (STAD)
b) Teams Games Tournament (TGT)
c) Team Accelerated Instruction (TAI)
d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
16
e) Jigsaw
Dalam pelaksanaannya, metode pemlajaran kooperatif tipe STAD
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tahap Penyajian Materi Pelajaran
Pada tahap ini, bahan atau materi pelajaran matematika
diperkenalkan melalui pengajaran secara langsung. Dalam penyajian ini,
maka perlu ditekankan pada:
(1) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan
dipelajari peserta didik (siswa) dan mengapa itu penting. Hal ini
dilaksanakan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari konsep
yang telah diajarkan.
(2) Pengembangan
(a) Menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai.
(b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah
memahami makna dan bukan hafalan.
(c) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut
benar atau salah.
(d) Beralih pada konsep yang lain jika siswa menguasai pakok
masalahnya.
(3) Praktek Terkendali
(a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang
diberikan.
(b) Memanggil peserta didik secara random untuk menyelesaikan
soal.
(c) Pemberian tugas kelas.
b) Kegiatan Kelompok
Selama kegiatan kelompok masing-masing siswa bertugas
mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman
sekelompok untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Guru memberikan
lembar kegiatan dan kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri dan
17
selanjutnya saling mencocokkan jawabannya dengan teman
sekelompoknya. Apabila diantara teman sekelompok tersebut ada yang
kurang memahami, maka anggota kelompok yang lain membantunya.
Guru menekankan bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari bukan
untuk diisi atau diserahkan pada guru. Apabila peserta didik mempunyai
suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota
kelompoknya kemudian kalau tidak mampu baru ditanyakan pada
gurunya.
c) Kuis (individu)
Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diijinkan meminta
atau memberi bantuan kepada siswa lain dalam mengerjakan kuis. Siswa
diminta mengumpulkan pekerjaan tersebut untuk diperiksa sendiri oleh
guru pada kesempatan lain.
d) Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Guru membuat skor individual dan skor kelompok. Skor
perkembangan individu diperoleh dari penilaian setiap tugas yang
dikerjakan siswa dan kemudian dilihat perkembangannya skor masing-
masing individu. Dari skor perkembangan individu ini dapat dilihat tingkat
keberhasilan siswa dalam belajar. Sedangkan skor kelompok pada STAD
didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingkan dengan
skor mereka sendiri pada pertemuan sebelumnya. Guru harus segera
membuat skor kelompok dan mengumumkannya pada pertemuan pertana
setelah kuis tersebut. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya
dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Secara ringkasnya prosedur
penyekoran untuk STAD adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Prosedur Penyekoran untuk STAD
Langkah 1 Menetapkan skor dasar
Setiap siswa memberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu
Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini
Langkah 3 Menghitung skor perkembangan
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai
18
atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini
Cara menentukan nilai perkembangan individu untuk tiap-tiap kuis
individu adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Nilai Kuis Nilai Perkembangan
· Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal · 10 poin sampai 1 poin di bawah nilai awal · Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin di atas
nilai awal · Lebih dari 10 poin di atas nilai awal · Betul semua (nilai sempurna)
5 10 20
30 30
e) Pengakuan / Penghargaan Kelompok
Guru mengadakan pengakuan / penghargaan kepada prestasi
kelompok. Guru dapat memberikan sertifikat kepada anggota kelompok
atau mempersiapkan suatu penghargaan dalam papan pengumuman.
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata
yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan
kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan
pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
(1) Superteam (kelompok super), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25.
(2) Greatteam (kelompok hebat), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai 25.
(3) Goodteam (kelompok baik), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata antara 15 sampai 20.
(Slavin, 1995: 80)
3.Tinjauan Tentang Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
A. Persamaan Linear Dua Variabel
1. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dua variabel / peubah adalah persamaan linear yang
memuat dua variabel dan masing-masing variabel berpangkat satu.
19
Contoh :
i. 7=+ yx
ii. 2434 =- yx
iii. 82 -=+- yx
2. Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel
Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel adalah
himpunan pasangan bilangan (p,q) yang memenuhi persamaan cyx =+ ,
apabila nilai p dan q memenuhi cqp =+
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 82 =+ yx dengan
x ydan variabel pada bilangan cacah.
Penyelesaian
Pasangan nilai-nialai pengganti untuk x ydan yang menghasilkan
kalimat-kalimat yang benar adalah sebagai berikut :
2,4
3,2
4,0
======
yx
yx
yx
0,8
1,6
====
yx
yx
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah
( ) ( ) ( ) ( ) ( ){ }0,8,1,6,2,4,3,2,4,0
B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
1. Pengertian SPLDV
Sistem persaman linear dua variabel adalah dua atau lebih persamaan
linear dengan dua variabel, yang mana kedua variabel tiap persamaan
adalah sama, namun koefisien variabel dan konstanta untuk tiap
persamaan belum tentu sama.
Contoh :
îíì
=+=+72
1223
yx
yx
Pada ,1223 =+ yx maka 3 dan 2 disebut koefisien, sedangkan x dan y
disebut variabel, dan 12 adalah konstantan.
20
Pada ,72 =+ yx maka 2 dan 1 disebut koefisien, sedangkan x dan y
disebut variabel, dan 7 adalah konstantan.
2. Himpunan Penyelesaian SPLDV
Himpunan sistem persaman linear dua variabel adalah himpunan
pasangan bilangan terurut yang memenuhi semua persamaan dalam sistem
tersebut.
Ada beberapa cara untuk menentukan penyelesaian suatu sistem
persamaan, yaitu dengan metode grafik, metode eliminasi, dan metode
substitusi.
a. Metode Grafik
Langkah-langkah himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode grafik adalah sebagai berikut :
1) Carilah himpunan penyelesaian masing-masing persamaan
2) Gambarlah grafik himpunan penyelesaian masing-masing
persamaan pada satu bidang koordinat.
3) Tentukan titik potong kedua grafik tersebut (jika ada)
4) Titik potong kedua grafik tersebut merupakan himpunan
penyelesaian sistem persamaan tersebut.
b. Metode Substitusi
Metode eliminasi artinya menghilangkan salah satu variabel x atau y
untuk mendapatkan satu penyelesaian. Jika kamu akan mencari nilai x,
terlebih dahulu eliminasi ydari kedua persamaan itu. Usahakan supaya
koefisien y pada persamaan pertama sama dengan koefisien y pada
persamaan kedua (tanpa memperhatikan tandanya)
c. Metode Eliminasi
Metode substitusi adalah cara mengganti nilai x atau nilai y dari suatu
persamaan ke persamaan lainnya, jika salah satu dalam x atau y
mempunyai koefisien 1.
21
4.Motivasi Belajar Siswa
a. Pengertian Motivasi
Menurut Mc. Donald (Sardiman A.M, 2007 : 73 - 75), motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.dari
pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen
penting, yaitu :
1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem ”neurophysiological” yang ada pada
organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau ”feeling”, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan diransang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu tujuan.tujuan ini
menyangkut soal kebutuhan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin dia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-
lain. Keadaan demikian perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan
sebab-musababnya kemudian menderong seseorang siswa itu mau melakukan
pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa
perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau
singkatnya perlu diberi motivasi.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
22
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil
belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka
kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempermasalahkan pihak siswa,
sebab mungkin saja gfuru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang
mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Jadi tugas
guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.
b. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an
essential conditioning of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau
ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Motivasi berhubungan dengan suatu tujuan, sehubungan dengan hal
tersebut ada tiga fungsi motivasi :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tudak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Di samping itu ada fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
(Sardiman A.M, 2007 : 84 - 86)
23
c. Macam-Macam Motivasi
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a) Motif –motif bawaan
Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,
jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya : dorongan untuk
makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk
beristirahat, dorongan seksual.
b) Motif –motif yang dipelajari
Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang
diisyaratkan secara sosial. Misalnya : dorongan untuk belajar suatu
cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam
masyarakat.
2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodwort dan Marquis
a) Motif kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum,
makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.
b) Motif-motif darurat, yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain :
dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk
berusaha, untuk memburu. Motivasi ini timbul karena adanya
rangsangan dari luar.
c) Motif –motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
Motif ini munscul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar
secara efektif.
3) Motivasi jasmani dan rohani
Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya : refleks, insting
otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohani adalah
kemauan.
4) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a) Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perku ada rangsangan dari luar,
24
karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah
ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-
buku untuk dibacanya.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu
belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan
mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau
temannya.
(Sardiman A.M, 2007 : 86 - 91)
d. Motivasi dalam Belajar Matematika
Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar
tersebut ada intrinsik atau ekstrinsik. Penguatan motivasi belajar ada di tangan
guru atau pendidik dan anggota masyrakat lain. Di dalam kegiatan belajar
mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat
diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar.
Ada beberapa cara dan bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah :
1) Memberi angka
2) Hadiah
3) Saingan atau kompetisi
4) Ego-involvement
5) Memberi ulangan
6) Mengetahui hasil
7) Pujian
8) Hukuman
9) Hasrat untuk belajar
10) Minat
25
11) Tujuan yang diakui
(Sardiman A.M, 2007 : 92 - 95)
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
1) Cita-cita atau aspirasi siswa
2) Kemampuan siswa
3) Kondisi siswa
4) Kondisi lingkungan siswa
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa
(Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 97 - 100)
5. Kemampuan Awal Siswa
Begitu banyak karakteristik yang bisa diidentifikasikan dalam diri siwa
yang dapat membawa pengaruh pada pelaksanaan dan hasil pengajaran secara
keseluruhan. Salah satu dari karakteristik tersebut adalah kemampuan awal
yang telah dipelajari yang berguna sebagai pijakan dalam pemilihan strategi
pengajaran yang optimal. Kemampuan awal sangat penting peranannya dalam
meningkatkan kebermaknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak
dalam memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika
belajar.
Reigeluth, (1983b) mengidentifikasi tujuh jenis kemampuan awal yang
dapat dipakai untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian dan
pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis kemampuan awal ini
antara lain sebagai berikut :
a. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitrarily meaningful
knowledge), sebagai tempat mengaitkan hafalan (yang tak bermakna)
untuk memudahkan retensi.
b. Pengetahuan analogis (analogic knowledge), yang mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada
di luar isi yang sedang dibicarakan.
c. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge), yang
dapat berfungsi sebagai kerangka cantolan bagi pengetahuan baru.
26
d. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi
fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan atau komparatif.
e. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang
berfungsi untuk mengkonkretkan pengetahuan baru atau juga penyediaan
contoh.
f. Pengetahuan pengalaman (experiental knowledge), yang memiliki fungsi
sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk
mengkonkretkan dan menyediakan contoh bagi pengetahuan baru.
g. Strategi kognitif (cognitive stategy), yang menyediakan cara mengolah
pengetahuan baru, mulai dari penyandian, penyimpanan sampai pada
pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan.
Ketujuh jenis kemampuan awal ini dapat diklasifikasi menjadi tiga,
yaitu pertama kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan
diajarkan meliputi pengetahuan tingkat lebih tinggi, pengetahuan setingkat,
pengetahuan tingkat lebih rendah, dan pengetahuan pengalaman. Kedua
pengetahuan yang berada di luar pengetahuan meliputi pengetahuan bermakna
tak terorganisasi, dan pengetahuan anlogis, dan ketiga pengetahuan mengenai
keterampilan generik (generic skill) hanya meliputi strategi kognitif.
Apabila dilihat dari tingkat penguasaannya, kemampuan awal bisa
diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu
a. Kemampuan awal siap pakai
b. Kemampuan awal siap ulang
c. Kemampuan awal pengenalan
Bagaimanapun, kemampuan awal siap pakai paling penting
peranannya sebagai pertimbangan dalam pertimbangan rancangan
pembelajaran, khususnya pemilihan strategi pengajaran. Bagian paling penting
dari jenis kemampuan awal ini adalah konsep, prosedur, serta prinsip yang
mendasari disiplin ilmu yang akan dipelajari.
(Hamzah B. Uno, 2006 : 158-161)
27
Dalam penelitian ini pengelompokkan kemampuan siswa berdasarkan
pada nilai tes awal yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Dalam
penelitian ini kemampuan awal dikategorikan ke dalam 3 kategori, yaitu :
1) Tinggi : nilai lebih besar atau sama dengan (nilai rata-rata + 21
standar
deviasi)
2) Sedang : nilai lebih dari (nilai rata-rata - 21
standar deviasi) dan nilai
kurang dari (nilai rata-rata + 21
standar deviasi)
3) Rendah : nilai kurang dari atau sama dengan (nilai rata-rata - 21
standar
deviasi)
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dibuat suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Belajar merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan sengaja dalam
rangka memperoleh suatu pengalaman atau pengetahuan. Mengajar tidak hanya
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi harus dapat membawa siswa
belajar. Guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas dan
kemudahan bagi suatu kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan maksimal.
Sedangkan belajar sendiri tidak hanya usaha menguasai pengetahuan saja tetapi
juga suatu aktivitas baik fisik maupun mental untuk merubah diri siswa ke arah
yang lebih baik sebagai hasil pengalamannya sendiri.
Pada dasarnya keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi
belajar siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
belajar mengajar diantaranya metode pembelajaran, motivasi belajar siswa dan
kemampuan awal siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat akan
mengakibatkan terhambatnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk
mengatasinya, seorang guru harus mengetahui macam-macam metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Pada materi
28
pokok SPLDV penggunaan metode pembelajaran STAD dimungkinkan dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada menggunakan
metode ekspositori.
Dalam pembelajaran ekspositori masih menempatkan guru sebagai pusat
belajar dengan sistem pembelajaran yang bersifat kaku, linier, monoton dan siswa
diharapkan untuk duduk diam selama satu jam atau lebih dalam deretan bangku-
bangku yang mengahadap ke depan. Hal ini memerlukan suatu inovasi dalam
suatu proses belajar mengajar yaitu dengan siswa berusaha memperoleh
pengetahuan dan pemahamannya sendiri melalui pengalaman belajar yang
diberikan kepada mereka dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Metode pembelajaran STAD dapat dijadikan alternatif dalam menyajikan
materi sub pokok bahasan SPLDV. Metode pembelajaran STAD menuntut belajar
secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, diharapkan dapat mendorong
tumbuhnya motivasi siswa. Dengan ini mereka dengan aktif menggunakan otak,
baik untuk menentukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan
masalah, mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata. Sehngga dengan itu kebermaknaan siswa dalam
belajar akan tercapai.
Selain metode mengajar dalam proses belajar mengajar, motivasi
belajar siswa dan kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa juga
memegang peranan yang cukup penting terhadap pencapaian hasil belajar.
Prestasi belajar setiap siswa belum tentu sama. Perbedaan tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika yang
dimiliki siswa. Motivasi belajar sangat diperlukan dalam kegiatan belajar karena
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha dengan tekun
untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, seseorang yang memiliki
kecerdasan yang tinggi mungkin akan mengalami kegagalan di dalam proses
belajar dikarenakan dalam dirinya tidak tumbuh motivasi untuk belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa.
29
Sedangkan kemampauan awal yang dimiliki siswa menjadikan mereka
lebih siap dan sanggup untuk mengikuti pelajaran berikutnya karena kemampuan
awal yang dimiliki siswa merupakan pengetahuan dasar bagi kesiapan dan
kesanggupan mengikuti pelajaran selanjutnya. Siswa yang mempunyai
kemampuan dasar yang baik pada saat pre tes sebelum menerima materi SPLDV,
mungkin akan mempunyai prestasi yang lebih baik pada saat ulangan harian
materi SPLDV dari pada siswa yang mempunyai kemampuan dasar yang rendah
pada saat pre tes sebelum menerima materi SPLDV. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran STAD, motivasi belajar matematika dan
kemampuan awal matematika berperan dalam menentukan prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok SPLDV. Dari pemikiran di atas
digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Motivasi Belajar
Metode Mengajar Prestasi Belajar
Kemampuan Awal
30
C. PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1. Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode STAD lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode konvensional dalam pelajaran matematika pada pokok bahasan
SPLDV.
2. Siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang
dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi
belajar matematika rendah pada pokok bahasan SPLDV.
3. Siswa dengan kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal sedang
dan rendah, dan siswa dengan kemampuan awal matematika sedang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan
kemampuan awal matematika rendah pada pokok bahasan SPLDV.
4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
SPLDV.
5. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
SPLDV.
6. Terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika dan kemampuan awal
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
SPLDV.
7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika
siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan SPLDV.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebakkramat dengan subyek
penelitian siswa-siswa kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009. Untuk uji coba tes
dan angket dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebakkramat.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan
1) Bulan April-Juni 2009 : pengajuan judul dan proposal skripsi.
2) Bulan Juni-Juli 2009 : persiapan instrumen penelitian.
3) Bulan September 2009 : uji coba instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dengan melakukan eksperimentasi model pembelajaran
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 yaitu pada
bualan September sampai dengan bulan Oktober 2009.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
1) Bulan November 2009 -Januari 2010 : pengolahan data hasil penelitian.
2) Bulan Februari-Mei 2010 : penyusunan laporan.
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena peneliti
tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang
relevan kecuali beberapa dari variable variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
pendapat Budiyono (2003:82) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan.
31
32
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas
yaitu metode pembelajaran matematika STAD dan metode pembelajaran
konvensional. Untuk variabel bebas yang lain yaitu motivasi belajar matematika
siswa dan kemampuan awal matematika siswa dijadikan sebagai variabel yang
ikut mempengaruhi variabel terikat.
2. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan 3 variabel bebas yaitu metode
pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal
matematika siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
pembelajaran matematika STAD dan metode pembelajaran konvensional,
sedangkan motivasi belajar matematika siswa dibagi menjadi motivasi tinggi,
sedang, dan rendah begitu juga kemampuan awal dibagi menjadi kemampuan
awal tinggi, sedang, dan rendah. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan
rancangan faktorial sederhana 2 ´ 3 ´ 3, untuk mengetahui pengaruh tiga variable
bebas terhadap variable terikat.
33
Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian
Motivasi
Belajar
(b)
Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Model
Pembel
ajaran
(a) Kemam
puan
Awal
(c)
Tinggi
(c1)
Sedang
(c2)
Rendah
(c3)
Tinggi
(c1)
Sedang
(c2)
Rendah
(c3)
Tinggi
(c1)
Sedang
(c2)
Rendah
(c3)
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe
STAD
(a1)
111 cba 211 cba
311 cba 121 cba
221 cba 321 cba
131 cba 231 cba
331 cba
Model
Pembelajaran
Konvensional
(a2)
112 cba 212 cba 312 cba
122 cba
222 cba 322 cba
132 cba 232 cba
332 cba
33
34
3. Pelaksanaan Eksperimen
Sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu akan dilihat kemampuan awal
dari sampel penelitian yang akan dikenai perlakuan, baik dari kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui apakah
kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Data yang
digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai rapot siswa pada mata pelajaran
matematika kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Pada kelompok
eksperimen diberikan perlakuan khusus yaitu metode pembelajaran matematika
STAD, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode konvensional.
Pada akhir eksperimen kedua kelompok tersebut diukur dengan
menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal tes prestasi belajar matematika pada
materi pokok SPLDV.
Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan
tabel uji statistik yang digunakan.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,
1998: 115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan
keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang
hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Kebakkramat pada tahun pelajaran 2008/209 sebanyak 6 kelas dengan
banyaknya siswa adalah 240 siswa.
2. Sampel
Menurut Suhassimi Arikunto (2002: 109) bahwa, ”Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian terhadap sampel ini
akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu siswa kelas
VIII-C sebagai kelas eksperimen dan VIII-E sebagai kelas kontrol.
34
35
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster
random sampling. Dalam hal ini setiap kelas pada kelas VIII SMP Negeri 2
Kebakkramat merupakan sub populasi atau cluster. Dari enam kelas yang ada,
diambil dua kelas secara acak dengan kemampuan siswa yang seimbang. Untuk
mengetahui bahwa keadaan kelas seimbang dengan dilakukan uji keseimbangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan tiga variabel bebas,
yaitu :
a. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika :
1) Definisi Operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar
matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan
hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu.
2) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan logika
matematika
3) Skala Pengukuran : skala interval
b. Variabel Bebas
Budiyono (2003: 29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel
independen atau variabel penyebab. Ada tiga variabel bebas dalam penelitian
ini, yaitu:
1) Metode Mengajar
a) Definisi operasional
Metode mengajar adalah suatu cara yang dirancang oleh guru untuk
membantu siswa mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar,
36
yang meliputi metode STAD yang diterapkan pada kelas eksperimen dan
metode konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol.
b) Indikator : Pemberian perlakuan metode STAD pada kelas eksperimen
dan metode konvensional pada kelas kontrol.
c) Skala pengukuran : Skala nominal.
d) Simbol: a1 = Metode STAD
a2 = Metode Ekspositori
2) Motivasi Belajar Matematika
a) Definisi Operasional
Motivasi belajar siswa adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi belajar siswa
dikelompokkan menjadi motivasi belajar siswa tinggi, sedang dan
rendah.
b) Indikator : skor yang diperoleh dari angket motivasi belajar siswa
c) Skala Pengukuran : skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.
Untuk kategori tinggi : gabmgabmm sXX21
+³
Untuk kategori sedang : gabmgabmmgabmgabm sXXsX21
21
+<<-
Untuk kategori rendah : gabmgabmm sXX21
-£
Keterangan : gabms = standar deviasi gabungan motivasi
gabmX = rerata skor gabungan motivasi (seluruh siswa)
mX = skor total motivasi siswa
d) Simbol :
b1 : motivasi belajar tinggi
b2 : motivasi belajar sedang
b3 : motivasi belajar rendah
37
3) Kemampuan Awal Siswa
a) Definisi Operasional
Kemampuan awal sangat penting peranannya dalam meningkatkan
kebermaknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam
memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika
belajar.
b) Indikator : skor yang diperoleh dari angket motivasi belajar siswa
c) Skala Pengukuran : skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.
Untuk kategori tinggi : gabkgabkk sXX21
+³
Untuk kategori sedang : gabkgabkkgabkgabk sXXsX21
21
+<<-
Untuk kategori rendah : gabkgabkk sXX21
-£
Keterangan : gabks = standar deviasi gabungan kemampuan awal
gabkX = rerata skor gabungan kemampuan awal (seluruh
siswa)
kX = skor total kemampuan awal siswa
d) Simbol :
c1 : kemampuan awal tinggi
c2 : kemampuan awal sedang
c3 : kemampuan awal rendah
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 234) bahwa metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
38
sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan awal yaitu nilai rapot siswa pada mata pelajaran
matematika kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2007/2008. Data yang diperoleh
digunakan untuk menguji keseimbangan rataan kemampuan awal kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003: 47), “Metode angket adalah cara pengumpulan
data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden
atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis”. Metode angket
digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika siswa.
Angket dalam penelitian ini memuat pernyataan-pernyataan mengenai motivasi
belajar matematika siswa yang terdiri dari 30 soal dengan bentuk daftar cek
(check list) dengan prosedur pemberian skor berdasarkan motivasi belajar
matematika siswa, yaitu:
1) Untuk instrumen positif :
a) Kolom pertama, skor 4 menunjukkan motivasi belajar matematika sangat
tinggi.
b) Kolom kedua, skor 3 menunjukkan motivasi belajar matematika tinggi.
c) Kolom ketiga, skor 2 menunjukkan motivasi belajar matematika sedang.
d) Kolom keempat, skor 1 menunjukkan motivasi belajar matematika
rendah.
2) Untuk instrument negatif :
a) Kolom pertama, skor 1 menunjukkan motivasi belajar matematika
rendah.
b) Kolom kedua, skor 2 menunjukkan motivasi belajar matematika sedang.
c) Kolom ketiga, skor 3 menunjukkan motivasi belajar matematika tinggi.
d) Kolom keempat, skor 4 menunjukkan motivasi belajar matematika sangat
tinggi.
39
c. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (2002 :127) berpendapat bahwa tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok. Tes yang dibuat dalam penelitian ini berisi tentang materi
pokok Bangun Ruang Sisi Datar.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar
dan angket motivasi belajar.
Tes kemampuan awal matematika yang dibuat dalam penelitian ini berisi
tentang materi prasyarat SPLDV yaitu PLSV dan persamaan garis lurus,
sedangkan tes prestasi belajar yang dibuat dalam penelitian ini berisi tentang
materi pokok bahasan SPLDV.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk
memperoleh data tentang kemampuan awal matematika dan prestasi belajar
matematika dan angket motivasi belajar siswa. Adapun langkah-langkah dalam
menyusun tes kemampuan awal matematika dan prestasi belajar matematika serta
angket motivasi belajar terdiri dari:
1) membuat kisi-kisi tes.
2) menyusun soal-soal tes.
3) memvalidasi isi butir tes.
4) merevisi butir tes.
5) mengadakan uji coba tes.
6) menguji konsistensi internal dan reliabilitas tes.
7) menentukan butir tes yang dapat digunakan.
Instrumen penelitian disusun dalam bentuk soal obyektif berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat. Setelah instrumen penelitian selesai disusun, dilakukan uji
validitas isi dan selanjutnya diuji cobakan terlebih dahulu sebelum dikenakan
pada sampel penelitian. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah
instrumen yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu
40
konsistensi internal, taraf kesukaran dan uji reliabilitas. Cara untuk mengetahui
bahwa instrumen yang dibuat memenuhi syarat- syarat tersebut adalah:
a. Metode Tes
1) Uji Validitas Isi
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas
isi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi adalah:
membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir tes, kemudian menelaah
butir tes. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu
instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar).
Langkah berikutnya yaitu para penilai menilai apakah masing-masing butir tes
yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.
Lebih lanjut lagi tentang langkah-langkah memvalidasi isi butir soal
menurut Budiyono (2003: 59) adalah penilai menilai apakah kisi-kisi yang
dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi
telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Dalam penelitian ini validitas
isi dilakukan oleh para pakar yaitu beberapa guru matematika SMP Negeri 2
Kebakkramat dan beberapa dosen matematika di UNS.
Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi:
a). Segi materi
(1). Soal sesuai dengan indikator.
(2). Pengecoh sudah berfungsi.
(3). Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat.
b). Segi konstruksi
(1). Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas,dan tegas.
(2). Pokok soal bebas dari pernyataan yang dapat menimbulkan
penafsiran ganda.
(3). Panjang pilihan jawaban relatif sama.
(4). Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
(5). Pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya.
41
(6). Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c). Segi bahasa
(1). Soal menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia.
(2). Soal menggunakan bahasa yang komunikatif.
(3). Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
2) Uji Konsistensi Internal
Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrument.
Semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan
yang sama pula. Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi
internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir
tersebut dengan skor totalnya”.
Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan
rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
)Y)(Y)(nX)(X(n
Y)X)((XYnr
2222xy
ååååå å å
--
-=
Keterangan :
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : skor total (dari subyek uji coba)
Soal dikatakan konsisten jika 3,0 jikadan 3,0 <³ xyxy rr maka soal
dikatakan tidak konsisten dan harus di drop (dibuang).
(Budiyono, 2003: 65)
3) Taraf Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf
kesukaran soal. Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus
sebagai berikut:
42
JSB
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
- Soal dengan 0 £ P < 0,30 adalah soal sukar
- Soal dengan 0,30 £ P £ 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan 0,70 < P £ 1,00 adalah soal mudah
Dengan ketentuan bila jawaban benar skornya adalah 1 dan bila jawaban salah
skornya adalah 0.
Soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-
soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 £ P £ 0,70.
(Suharsimi Arikunto, 2005: 211-214)
4) Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang sama
jika digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu dan tempat yang
berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2003:65) yang
menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran
dengan alat tersebut adalah sama atau hampir sama jika sekiranya pengukuran
tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan dengan
kondisi yang sama pada waktu yang sama.
Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes
obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah
diberi skor 0. Untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini digunakan rumus
dari Kuder-Richardson (KR–20) sebagai berikut :
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-= å
2t
ii2
t11
s
qps
1nn
r
43
Keterangan:
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya instrumen
p i : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
q i : 1 - p i
2ts :variansi total
(Budiyono, 2003 : 70)
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,90 £ r11 £ 1,00 : Sangat Tinggi
0,70 £ r11 < 0,90 : Tinggi
0,40 £ r11 < 0,70 : Cukup
0,20 £ r11 < 0,40 : Rendah
0,00 £ r11 < 0,20 : Sangat Rendah
Masidjo (1995:243)
Dalam penelitian ini, instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai
indeks reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7 (tinggi atau sangat tinggi).
b. Metode Angket
1) Uji Validitas Isi
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas
isi, langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah :
membuat kisi-kisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian menelaah
angket, Budiyono (2003:59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu
instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar).
Penelaahan dilakukan oleh pakar atau validator yaitu beberapa guru
matematika SMP Negeri 2 Kebakkramat Dalam penelitian ini validitas isi
dilakukan oleh para pakar yaitu beberapa guru matematika SMP Negeri 2
Kebakkramat dan beberapa dosen matematika di UNS. Langkah berikutnya
yaitu para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun
cocok atau relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.
44
Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi:
(1) Kesesuaian kisi-kisi tes.
(2) Kesesuaian dengan unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
(3) Kesesuaian dengan tujuan penelitian.
(4) Butir soal telah mempresentasikan tentang motivasi belajar matematika
siswa
(5) Butir soal merupakan sampel yang representatif.
(6) Titik berat itam yang diujikan telah seimbang dengan titik berat tahap
perkembangan siswa SMP kelas VIII
(7) Soal menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia.
(8) Item soal tidak memerlukan pengetahuan yang lain dalam menjawabnya.
2) Uji Konsistensi Internal
Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrument.
Semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan
yang sama pula. Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi
internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir
tersebut dengan skor totalnya”.
Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan
rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson yang terdapat pada halaman
51.
3) Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus
Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suharsimi Arikunto (1998:192) yang menyatakan bahwa rumus Alpha
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0,
misalnya angket atau soal bentuk uraian. Adapun rumus Alpha yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
2t
2i
11s
s1
1nn
r
45
Keterangan:
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen 2
is : variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4,...,n
2ts : variansi skor skor yang diperoleh subyek uji coba
(Budiyono, 2003 : 70)
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,90 £ r11 £ 1,00 : Sangat Tinggi
0,70 £ r11 < 0,90 : Tinggi
0,40 £ r11 < 0,70 : Cukup
0,20 £ r11 < 0,40 : Rendah
0,00 £ r11 < 0,20 : Sangat Rendah
(Masidjo, 1995:243)
Dalam penelitian ini, instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai
indeks reliabilitas ³ 0,7 (tinggi atau sangat tinggi).
E. Teknik Analisa Data
1. Uji Keseimbangan
Sebelum peneliti melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus
menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal
ini bertujuan agar hasil dari eksperimen adalah benar akibat perlakuan yang telah
diberikan bukan karena adanya pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan
rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut digunakan
uji-t, dengan prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis
H0 : 21 mm = (kedua populasi seimbang)
H1 : 21 mm ¹ (kedua populasi tidak seimbang)
b. Tingkat signifikansi : 05,0=a
46
c. Statistik uji
( )
( ) ( )2nn
s1ns1ns
2nnt~
n1
n1
)XX(t
21
222
2112
p
21
21
21
-+-+-
=
-++
-=
ps
Dengan:
t = harga statistik yang diuji t ~ ( )221 -+ nnt
1X = rata-rata nilai raport kelas X semester 1 kelas eksperimen
2X = rata-rata nilai raport kelas X semester 1 kelas kontrol
21s = Variansi dari kelas eksperimen
22s = Variansi dari kelas kontrol
n1 = cacah anggota kelas eksperimen
n2 = cacah anggota kelas kontrol
ps 2 = variansi gabungan
ps = deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik: DK = {t | t < -ta/2; n, atau t > ta/2; n}
e. Keputusan uji: H0 ditolak jika t Î DK
f. Kesimpulan
1). Kedua populasi seimbang jika H0 diterima.
2). Kedua populasi tidak seimbang jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Prasyarat Analisis
Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
menentukan teknik analisis statistik yang digunakan, maka untuk memenuhi
prasyarat analisis dalam penelitian ini digunakan 2 macam pengujian yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas.
47
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, untuk uji
normalitas digunakan metode Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah
sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Taraf signifikansi : a = 0.05
3) Statistik uji
L = MaksïF(zi) - S(zi)ï
Dengan :
L = Koefisien Liliefors dari pengamatan
zi = skor standar, untuk zi = s
XXi -;
F(zi) = P(Z £ zi) ; Z ~ N (0,1)
S(zi) = proporsi cacah z £ zi terhadap seluruh cacah zi
s = standar deviasi sampel;
X = rataan sampel
4) Daerah kritik
DK = {LïL > La;n} dengan n adalah ukuran sampel
Untuk beberapa a dan n, nilai La;n dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji
Lilliefors.
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika L Î DK atau Ho diterima jika L Ï DK
(Budiyono, 2004: 170-171)
48
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama. Pada penelitian ini, untuk uji homogenitas
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat, sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : s12 = s2
2 = s32 =…..= sk
2 (populasi-populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)
2) Tingkat signifikansi : a = 0.05
3) Statistik uji
( )å-= 22 loglog203.2
jj sfRKGfc
c
Dengan : 2c ~ ( )1kχ 2 -
k : banyaknya populasi
f : derajat kebebasan untuk kNRKG -=
jf : derajat kebebasan untuk sj
2 = nj-1
j : 1, 2, 3, …k
N : banyaknya seluruh pengukuran
jn : banyaknya pengukuran pada sampel ke-j
c = 1 + )1k(3
1- ÷
÷ø
öççè
æ-å å jj f
1f1
RKG = åå
j
j
f
SS ; SSj =
( ) ( ) 2jj
j
2
j2
j s1nn
XX -=- åå ; Sj
2
j
j
f
SS=
4) Daerah kritik
DK = { c2 | c2 > c2a;k-1}
Untuk beberapa a dan (k-1), nilai c2a;k-1 dapat dilihat pada tabel nilai chi
kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika c2 Î DK atau Ho diterima jika c2 Ï DK.
(Budiyono, 2004: 175-178)
49
3. Uji Hipotesis
Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji
signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap
variabel terikat. Model dari analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama adalah
sebagai berikut :
( ) ( ) ( ) ( ) ijklijkjkikijkjiijklX eabgbgagabgbam ++++++++=
dengan :
Xijkl = Data amatan ke- l yang dikenai faktor A (metode mengajar) kategori ke i
faktor B (motivasi siswa) kategori ke j dan faktor C (kemampuan awal
siswa) kategori ke k
m = Rerata dari seluruh data amatan
ia = Efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat
jb = Efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat
kg = Efek faktor C kategori ke-k pada variabel terikat
( )ijab = Kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijke = Kesalahan experimental yang berdistribusi normal N (0, 2ijs )
i = 1, 2; 1 : pembelajaran dengan metode STAD
2 : pembelajaran konvensional
j = 1, 2,3; 1 : motivasi belajar tinggi
2 : motivasi belajar sedang
3 : motivasi belajar rendah
k = 1, 2, 3; 1 : kemampuan awal tinggi
2 : kemampuan awal sedang
3 : kemampuan awal rendah
L = 1, 2, 3, ....,n (n = cacah sampel masing-masing sel)
(Budiyono, 2004: 235)
50
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu :
a. Hipotesis
pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang hipotesis yang
perumusannya adalah sebagai berikut :
1) H0A : 0=ia untuk semua i, i= 1, 2
H1A : paling sedikit ada satu ia yang tidak nol
2) H0B : 0=jb untuk setiap j = 1, 2, 3
H1B : paling sedikit ada satu jb yang tidak nol
3) H0C : 0=kg untuk semua k, k =1, 2, 3
H1C : paling sedikit ada satu kg yang tidak nol
4) H0AB : 0)( =jiab untuk semua pasang (i,j)
H1AB : paling sedikit ada satu )( jiab yang tidak nol
5 ) H0AC : ( ) 0=ikag untuk semua pasang (i,k)
H1AC : paling sedikit ada satu ( )ikag yang tidak nol
6) H0BC : ( ) 0=jkbg untuk semua pasang (j,k)
H1BC : paling sedikit ada satu ( ) jkbg yang tidak nol
7) H0ABC : ( ) 0=ijkabg untuk setiap i =1,2; j = 1,2,3; k = 1,2,3
H1ABC : paling sedikit ada ( )ijkabg yang tidak nol
(Budiyono, 2004 : 237)
b. Komputasi
Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data
b b1 b2 b3 a
c c1 c2 c3 c1 c2 c3 c1 c2 c3
a1 111 cba 211 cba 311 cba 121 cba
221 cba
321 cba 131 cba
231 cba 331 cba
a2 112 cba 212 cba 312 cba
122 cba
222 cba 322 cba
132 cba 232 cba
332 cba
Sel abij memuat : Xij1 ; Xij2 ;…;Xijijn
51
dimana :
a1 = Metode STAD
a2 = Metode ekspositori
b1 = Motivasi belajar tinggi
b2 = Motivasi belajar sedang
b3 = Motivasi belajar rendah
c1 = Kemampuan awal tinggi
c2 = Kemampuan awal sedang
c3 = Kemampuan awal rendah
1) Notasi-notasi
nijk = Ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= Banyaknya data amatan pada sel ij
= Frekuensi sel ij
hn = Rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åkji jkin
pqr
,,
1
N = åkji
jkin,,
= banyaknya seluruh data amatan
SSijkl = ijk
lijkl
lijkl n
X
X
2
2÷ø
öçè
æ
-å
å
= Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijkABC = rataan pada sel ijk
ABij = åji
ijkABC,
= Jumlah rataan pada baris ke-i, kolom ke-j
ACik = åki
ijkABC,
= Jumlah rataan pada baris ke-i, kolom ke-k
BCjk = åkj
ijkABC,
= Jumlah rataan pada kolom ke-j, kolom ke-k
G = åkji
ijkABC,,
= Jumlah rataan semua sel
52
2) Besaran-besaran
(1) = pqrG 2
(2) = åkji
ijkSS,,
(3) = åi
i
qr
A2
(4) = åj
j
pr
B 2
(5) = åk
k
pq
C 2
(6) = åj
ij
r
AB 2
(7) = åj
ik
q
AC 2
(8) = åj
jk
p
BC 2
(9) = åji
ijkABC,
2
3) Jumlah Kuadrat
JKA = [ ])1()3( -hn JKAB = [ ])4()3()6()1( --+hn
JKB = [ ])1()4( -hn JKAC = [ ])5()3()7()1( --+hn
JKC = [ ])1()5( -hn JKBC = [ ])5()4()8()1( --+hn
JKABC = ( ) ( )[ ]87)6()1()9()5()4()3( ----+++hn
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKG
4) Derajat Kebebasan
dkA = p – 1 dkC = r-1
dkB = q – 1
dkAB = (p - 1)(q - 1) dkBC = (q-1)(r-1)
dkAC = (p-1)(r-1) dkABC = (p-1)(q-1)(r-1)
dkG = N – pqr
dkT = N – 1
5) Rataan Kuadrat
RKA = JKA / dkA RKAB = JKAB / dkAB
RKB = JKB / dkB RKAC = JKAB / dkAC
RKC = JKC / dkC RKBC = JKBC / dkBC
RKABC = JKABC/ dkABC RKG = JKG / dkG
c. Statistik Uji
1) Untuk H0A adalah Fa = RKA / RKG
2) Untuk H0B adalah Fb = RKB / RKG
53
3) Untuk H0C adalah Fc = RKC / RKG
4) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB / RKG
5) Untuk H0AC adalah Fac = RKAC / RKG
6) Untuk H0BC adalah Fbc = RKBC / RKG
7) Untuk H0ABC adalah Fabc = RKABC / RKG
d. Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { }pqrNpaa FFF --> ,1;a
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { }pqrNqbb FFF --> ,1;a
Daerah kritik untuk Fc adalah DK = { }pqrNrcc FFF --> ,1;a
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = ( )( ) ( ){ }pqrNqpabab FFF ---> ,11;a
Daerah kritik untuk Fac adalah DK = ( )( ) ( ){ }pqrNrpacac FFF ---> ,11;a
Daerah kritik untuk Fbc adalah DK = ( )( ) ( ){ }pqrNrqbcbc FFF ---> ,11;a
Daerah kritik untuk Fabc adalah DK = ( )( )( ) ( ){ }pqrNrqpabcabc FFF ----> ,111;a
e. Keputusan Uji
H0 ditolak apabila Fobs Î DK
(Budiyono, 2003: 237-239)
f. Rangkuman Analisis
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber
Variansi
JK dK RK Fobs
Efek Utama
A
B
C
Interaksi
AB
AC
BC
JKA
JKB
JKC
JKAB
JKAC
JKBC
p - 1
q - 1
r-1
(p - 1)(q - 1)
(p - 1)(r - 1)
(p q- 1)(r - 1)
RKA
RKB
RKC
RKAB
RKAC
RKBC
Fa
Fb
Fc
Fab
Fac
Fbc
54
ABC
Galat
JKABC
JKG
(p - 1)(q - 1)(r-1)
N - pqr
RKABC
RKG
Fabc
-
Total JKT N - 1 - -
4. Uji Komparasi Ganda
Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan
kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan
menggunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda
rerata dengan tingkat signifikansi yang kecil.
Uji komparasi ganda dilakukan apabila H0 ditolak dan variabel bebas dari
H0 yang ditolak tersebut terdiri atas tiga kategori. Jika H0 ditolak tetapi variabel
bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas dua kategori maka untuk melihat
perbedaan pengaruh antara kedua kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji
komparasi juga perlu dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel
bebas.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Scheffe adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi semua pasangan komparasi yang ada
b. Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi
c. Menentukan tingkat signifikansi
d. Mencari harga statistik uji F , antara lain:
1) Komparasi Rataan antar Kolom
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah
F.i-.j = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
××
××
ji
ji
nnRKG
XX
11
2
55
Keterangan :
F.i-.j : nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX× : rataan pada kolom ke-i
jX× : rataan pada kolom ke-j
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
i n × : ukuran sampel kolom ke-i
jn × : ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = { F.i-.j | F.i-.j > (q-1)Fa; q-1, N-pq }
2) Komparasi Rataan antar Sel Pada Kolom yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah :
Fij-kj = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
kjij
2kjij
n1
n1
RKG
XX
Keterangan :
Fij-kj : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan
pada sel-kj
ijX : rataan pada sel-ij
kjX : rataan pada sel-kj
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ijn : ukuran sel-ij
kjn : ukuran sel-kj
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F ij-kj | Fij-kj > (pq-1)Fa; pq-1, N-pq}
3) Komparasi Rataan antar Sel Pada Baris yang Sama
56
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah :
Fij-ik = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
2ikij
n1
n1
RKG
XX
Keterangan :
Fij-ik : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan
pada sel-ik
ijX : rataan pada sel-ij
ikX : rataan pada sel-ik
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ijn : ukuran sel-ij
ikn : ukuran sel-ik
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F ij-ik | Fij-ik >(pq-1)Fa; pq-1, N-pq}
e Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata
f. Menyusun rangkuman analisis.
( Budiyono, 2004 : 213-215 )
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam
yaitu berupa tes kemampuan awal matematika siswa pada materi prasyarat
SPLDV yaitu PLSV dan persamaan garis, tes prestasi belajar matematika siswa
pada materi pokok SPLDV dan angket motivasi belajar matematika. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu
sebelum dikenakan pada obyek penelitian, instrumen perlu diuji cobakan untuk
melihat validitas isi, konsistensi internal butir soal, tingkat kesukaran butir soal tes
prestasi dan reliabilitas instrumen. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh
data sebagai berikut :
1. Tes Kemampuan Awal
a. Validitas Isi Tes Kemampuan Awal
Tes kemampuan awal matematika pada materi pokok SPLDV terdiri
dari 40 butir soal. Validitas isi instrumen tes kemampuan awal matematika
dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator
pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator
pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2
Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS.
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pertama, ada revisi
pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban yang berbentuk
angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya, nomor butir soal yang
direvisi yaitu nomor 7, 8, 9, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34, 36,
37 dan 38. Sedangkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator kedua, ada
revisi pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa
sesuai kaidah bahasa Indonesia, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 2, 3, 4,
6, 7, 9 dan 10. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan
bahasa yang komunikatif, butir soal yang direvisi yaitu nomor 2, 6, 7, 9 dan
22. Setelah dilakukan revisi maka 40 butir soal tes kemampuan awal
58
matematika dinyatakan valid secara validitas isi, karena semua instrumen
sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang baik dan layak untuk
digunakan dalam penelitian. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Soal
Instrumen tes kemampuan awal belajar matematika pada materi pokok
SPLDV yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal, setelah dilakukan uji
konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment
diperoleh 26 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi
indeks konsistensi internal 3,0³xyr . Sedangkan 14 butir soal tidak layak
digunakan karena rhit dari 14 soal tersebut (rxy butir ke 3, 12, 13, 16, 18, 20,
23, 26, 28, 33, 34, 37, 38, 39) kurang dari rxy = 0,3. Butir-butir soal yang
tidak layak digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan
digunakan untuk penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal
tes kemampuan awal belajar matematika matematika. (Perhitungan
konsistensi internal tes prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
bangun ruang sisi datar disajikan pada Lampiran 8)
c. Taraf Kesukaran Butir Soal
Berdasarkan kategori tingkat kesukaran ÷øö
çèæ =
JSB
P yaitu sukar (0 £ P
<0,30); sedang (0,30 £ P £ 0,70); dan mudah (0,70<P £ 1,00), dari 40 butir soal
yang diuji cobakan diperoleh hasil bahwa jumlah tingkat kesukaran soal
kategori sukar sebanyak 9 butir soal, tingkat kesukaran soal kategori sedang
sebanyak 28 butir soal, dan tingkat kesukaran soal kategori mudah sebanyak
3 butir soal. Soal-soal yang dianggap baik adalah soal kategori sedang yaitu
sebanyak 28 butir soal (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8).
d. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen tes kemampuan
awal belajar matematika menggunakan rumus KR-20, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah =11r 0,799327295.
Karena 0,71 £ 11r < 0,90, maka soal tes prestasi belajar matematika siswa
59
tersebut termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena 11r =
0,799327295 ³ 0,7 maka soal tes kemampuan awal belajar matematika
dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika
siswa disajikan pada Lampiran 9)
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes kemampuan awal belajar matematika
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum
Uji Coba
(butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir soal yang
tidak digunakan Angka Kriteria
40 26 3,12,13,16,18,20,23,26,
28,33,34,37,38,39
0,799327295 tinggi
2. Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa
a. Validitas Isi Angket
Angket motivasi belajar siswa terdiri dari 30 butir. Validitas isi
instrumen tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh dua validator, yaitu
oleh Drs. Sutarno sebagai validator pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd
sebagai validator kedua. Validator pertama merupakan guru bidang studi
matematika di SMP Negeri 2 Kebakkramat, dan validator kedua merupakan
dosen matematika di UNS. Berdasarkan hasil validasi oleh validator pertama,
kedua dan ketiga diperoleh hasil bahwa tidak ada bagian yang perlu direvisi
atau ditinjau ulang karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria
penelaahan angket minat belajar yang baik dan layak untuk digunakan dalam
penelitian. (Hasil validasi dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Angket
Instrumen angket tingkat angket motivasi belajar matematika yang
diuji cobakan sebanyak 30 butir soal, setelah dilakukan uji konsistensi
internal butir soal dengan rumus korelasi product moment diperoleh 28 butir
soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi indeks
60
konsistensi internal 3,0³xyr . Sedangkan sebanyak 2 butir soal ( xyr butir ke
25 dan 26) tidak dapat digunakan karena xyr < 0,3. Butir-butir soal yang tidak
dapat digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan digunakan
dalam penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal tes angket
motivasi belajar matematika siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
dalam Lampiran 8).
c. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen angket motivasi
belajar matematika siswa menggunakan rumus Alpha. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah =11r 0,7693. Karena
0,71 £ 11r < 0,90, maka angket motivasi belajar matematika siswa tersebut
termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena karena 11r = 0,7693 ³
0,7 maka soal tes prestasi belajar dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas
angket minat belajar matematika siswa disajikan pada Lampiran 9)
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Coba Angket
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum Uji
Coba (butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir
soal yang tidak
digunakan
Angka Kriteria
30 28 25 dan 26 0,7736 tinggi
3. Tes Prestasi Belajar
a. Validitas Isi Tes Prestasi
Tes prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV terdiri dari
40 butir soal. Validitas isi instrumen tes prestasi belajar matematika
dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator
pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator
pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2
Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS.
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pertama, ada revisi
61
pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban yang berbentuk
angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya, nomer butir soal yang
direvisi yaitu nomor 7, 9, 10, 15,16, 22, 29, 30, 32, 33, dan 35. Sedangkan
hasil validasi yang dilakukan oleh validator kedua, ada revisi pada kriteria
penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban homogen dan logis, nomer
butir soal yang direvisi yaitu nomor 2 dan 14. Pada kriteria penelaahan butir
soal tentang pengecoh sudah berfungsi, butir soal yang direvisi yaitu nomer 2
dan 14. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa
sesuai kaidah bahasa Indonesia, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 8, 34,
dan 36. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa
yang komunikatif, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 7, 8, 10 dan 18.
Setelah dilakukan revisi maka 40 butir soal tes prestasi dinyatakan valid
secara validitas isi, karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria
penelaahan butir soal yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian.
(Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Soal
Instrumen tes tes prestasi belajar matematika pada materi pokok
SPLDV yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal, setelah dilakukan uji
konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment
diperoleh 25 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi
indeks konsistensi internal 3,0³xyr . Sedangkan 15 butir soal tidak layak
digunakan karena rhit dari 15 soal tersebut (rxy butik ke 4, 6, 7, 15, 23, 24, 26,
28, 29, 31, 32, 33, 38, 39, 40) kurang dari rxy = 0,3. Butir-butir soal yang
tidak layak digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan
digunakan untuk penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal
tes prestasi belajar matematika. (Perhitungan konsistensi internal tes prestasi
belajar matematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi datar disajikan
pada Lampiran 8)
62
c. Taraf Kesukaran Butir Soal
Berdasarkan kategori tingkat kesukaran JSB
P = yaitu sukar (0 £ P
<0,30); sedang (0,30 £ P £ 0,70); dan mudah (0,70<P £ 1,00), dari 40 butir soal
yang diuji cobakan diperoleh hasil bahwa jumlah tingkat kesukaran soal
kategori sukar sebanyak 10 butir soal, tingkat kesukaran soal kategori sedang
sebanyak 25 butir soal, dan tingkat kesukaran soal kategori mudah sebanyak
5 butir soal. Soal-soal yang dianggap baik adalah soal kategori sedang yaitu
sebanyak 25 butir soal (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8).
d. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen tes tes prestasi
belajar matematika menggunakan rumus KR-20, Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah =11r 0,81091932. Karena 0,71
£ r11 < 0,90, maka soal tes prestasi belajar matematika siswa tersebut
termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena karena r11 =
0,81091932 ³ 0,7 maka soal tes prestasi belajar dikatakan reliabel.
(Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika siswa disajikan pada
Lampiran 9)
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum Uji
Coba (butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir
soal yang tidak
digunakan
Angka Kriteria
40 25
4, 6, 7 , 15, 23,
24, 26, 28, 29,
31, 32, 33, 38,
39,40
0,81091932 tinggi
63
B. Deskripsi Data
1. Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Data kemampuan awal matematika siswa diperoleh melalui tes. Untuk
mengetahui kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa, data yang
diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata ( gabmX ) dan
standar deviasi ( gabks ). Untuk gabkgabkk sXX21
+³ kemampuan awal matematika
dikategorikan tinggi, untuk kategori sedang jika
gabkgabkkgabkgabk sXXsX21
21
+<<- , sedangkan gabkgabkk sXX21
-£
kemampuan awal matematika dikategorikan rendah.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
=gabkX 68,0625 dan gabks = 8,0573. Sehingga untuk kX > 72,0912 dikategorikan
kemampuan awal matematika tinggi, 0912,7203385,64 ££ kX dikategorikan
kemampuan awal matematika sedang dan untuk kX < 64,03385 dikategorikan
kemampuan awal matematika rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, untuk
kelompok eksperimen terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori kemampuan
awal tinggi, 21 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal sedang dan 9
siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal matematika rendah. Sedangkan
untuk kelompok kontrol terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori kemampuan
awal matematika tiggi, 20 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal
sedang dan 10 siswa termasuk dalam kemampuan awal matematika rendah.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30)
2. Data Motivasi Belajar Matematika Siswa
Data minat belajar matematika siswa diperoleh melalui angket. Untuk
mengetahui minat belajar yang dimiliki siswa, data yang diperoleh
dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata ( mX ) dan standar
deviasi ( gabms ). Untuk gabmgabmm sXX21
+³ motivasi belajar dikategorikan tinggi,
64
untuk kategori sedang jika gabmgabmmgabmgabm sXXsX21
21
+<<- , sedangkan
gabmgabmm sXX21
-£ motivasi belajar dikategorikan rendah.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa =gabmX
78,5 dan gabms = 8,859. Sehingga untuk mX > 82,9295 dikategorikan motivasi
belajar tinggi, 9295,820705,74 ££ mX dikategorikan motivasi belajar sedang dan
untuk mX < 74,0705 dikategorikan motivasi belajar rendah. Berdasarkan data
yang diperoleh, untuk kelompok eksperimen terdapat 11 siswa termasuk dalam
kategori motivasi belajar tinggi, 17 siswa termasuk dalam kategori motivasi
belajar sedang dan 12 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar rendah.
Sedangkan untuk kelompok kontrol terdapat 11 siswa termasuk dalam kategori
motivasi belajar tinggi, 19 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar sedang
dan 10 siswa termasuk kategori motivasi belajar rendah. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30)
3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Data prestasi belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai tes akhir materi pokok SPLDV setelah obyek peneliti diberi perlakuan
dengan metode pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD, sementara kelompok kontrol dengan metode
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan data prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
SPLDV kemudian ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rerata
( X ), median (Me), modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi
jangkauan (J) dan deviasi standar (s). Data hasil tes prestasi belajar siswa dan
deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 4.4
65
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok
SPLDV Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi Kelompok
X Mo Me Skor min Skor maks J s
Eksperimen 77,325 73 76,5 63 93 30 8,0587
Kontrol 67,25 70 68 53 78 25 6,4001
Keterangan : X : rataan J : jangkauan
Mo : modus s : standar deviasi
Me : median
C. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen
Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Uji
keseimbangan ini diambil dari nilai rapot matematika siswa kelas VIII semester
ganjil tahun pelajaran 2008/2009 kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.5 Rataan dan Variansi Nilai Rapot Semester Ganjil
Kelompok Jumlah (siswa) Rataan Variansi
Eksperimen 40 64,625 113,15641
Kontrol 40 64,325 165,4053
Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel terlebih dahulu
diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan awal
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji Kesimpulan
1. Eksperimen 0.0755 0,1400 H0 tidak ditolak Normal
2. Kontrol 0,1390 0,1400 H0 tidak ditolak Normal
66
Dari tabel tampak bahwa harga Lhit untuk masing-masing sampel tidak
melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak yang berarti masing-masing sampel
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32).
Selain itu, juga dilakukan uji homogenitas dengan tujuan untuk
mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Hasil uji homogenitas kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas
Sumber 2obsc 2
tabelc Keputusan Uji Kesimpulan
Kemampuan Awal 1,3197 3,841 H0 tidak ditolak Homogen
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
2obsc = 1,3197 sedangkan 2
tabelc untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 21;05,0c =
3,841. Karena 2obsc = 1,3197 < 2
1;05,0c = 3,841 maka H0 tidak ditolak. Hal ini
berarti kedua kelompok tersebut homogen.(Perhitungan selengkapnya pada
Lampiran 32)
Data yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah nilai rapot mata
pelajaran matematika siswa kelas VII semester genap dari sampel yang digunakan
sebagai obyek penelitian. Kelompok eksperimen menggunakan kelas VIII C
dengan jumlah siswa 40 siswa diperoleh rerata 64,625 dan variansi 113,15641.
Sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan kelas VIII E dengan jumlah
siswa 40 siswa diperoleh rerata 64,325 dan variansi 165,4053.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t diperoleh
tobs = 0,1137. Karena tobs = 1,4534 DKÏ = {t | t < – 1,960 atau t > 1,960}, maka
H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berasal dari dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat
ditarik kesimpulan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam
keadaan seimbang. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33).
67
2. Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk melakukan uji normalitas masing-masing sampel digunakan
metode Lilliefors. Dengan menggunakan metode Lilliefors diperoleh harga
statistik uji untuk taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai
berikut:
Tabel 4. 8 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sumber Lmaks Ltab Keputusan
Uji
Kesimpulan
1. Eksperimen 0,1103 0,1400 H0 tidak
ditolak Normal
2. Kontrol 0,1196 0,1400 H0 tidak
ditolak Normal
3. Motivasi Belajar Tinggi 0,1574 0,1832 H0 tidak
ditolak Normal
4. Motivasi Belajar Sedang 0,1301 0,1477 H0 tidak
ditolak Normal
5. Motivasi Belajar Rendah 0,1221 0,1832 H0 tidak
ditolak Normal
6. Kemampuan Awal
Matematika Tinggi
0,1402 0,19 H0 tidak
ditolak Normal
7. Kemampuan Awal
Matematika Sedang
0,1319 0,1384 H0 tidak
ditolak Normal
6. Kemampuan Awal
Matematika Rendah
0,0982 0,195 H0 tidak
ditolak Normal
Dari tabel tampak bahwa harga L = Maksimal {| F (zi) - S (zi) |} pada
kelompok eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi, motivasi belajar
sedang, motivasi belajar rendah, kemampuan awal matematika tinggi, kemampuan
awal matematika sedang, kemampuan awal matematika rendah tidak melebihi
harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti masing-masing sampel
68
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang
homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini
digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada
Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Homogenitas
Sumber 2obsc 2
tabelc Keputusan Uji Kesimpulan
Model Pembelajaran 1,94 3,841 H0 tidak ditolak Homogen
Motivasi Belajar Siswa 0,2837 5,991 H0 tidak ditolak Homogen
Kemampuan Awal
Matematika Siswa 4,7787 5,991 H0 tidak ditolak
Homogen
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
2obsc = 1,94 sedangkan 2
tabelc untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 21;05,0c = 3,841.
Karena 2obsc = 1,94 < 2
1;05,0c = 3,841 maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kedua
kelompok tersebut homogen.
Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi,
sedang, dan rendah adalah 2obsc = 0,2837 sedangkan 2
tabelc untuk tingkat
signifikansi 0,05 adalah 22;05,0c = 5,991. Karena 2
obsc = 0,2837 < 22;05,0c = 5,991
maka H0 tidak ditolak.
Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan kemampuan awal
matematika belajar tinggi, sedang, dan rendah adalah 2obsc = 4,7787 sedangkan
2tabelc untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 2
2;05,0c = 5,991. Karena 2obsc = 4,7787
< 22;05,0c = 5,991 maka H0 tidak ditolak.Hal ini berarti kedua kelompok tersebut
homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36).
69
D. Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama
disajikan pada Tabel 4. 10 berikut:
Tabel 4. 10 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK Dk RK obsF aF Keputusan
A 1487,852969 1 1487,853 27,0023
3,98 H0 ditolak
B 57,7853672 2 28,8927 0,5244
3,148 H0 tidak ditolak
C 139,2688 2 69,6344 1,2638
3,148 H0 tidak ditolak
AB 67,4169232 2 33,7085 0,6118
3,148 H0 tidak ditolak
AC 47,0999144 2 23,55 0,4274
3,148 H0 tidak ditolak
BC 356,5753928 4 89,1438 1,6178
2,528 H0 tidak ditolak
ABC 100,6592312 4 25,1648 0,4567
2,528 H0 tidak ditolak
Galat 3416,2556 62 55,101
Total 5672,914198 79
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa :
1. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak.
Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode
pembelajaran ekspositori pada materi pokok SPLDV.
2. Pada efek utama kolom (B), H0B tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai motivasi belajar matematika tinggi, motivasi belajar matematika
sedang, dan motivasi belajar matematika rendah pada materi pokok SPLDV.
Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
70
3. Pada efek utama kolom (C), H0C tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai kemampuan awal belajar matematika tinggi, kemampuan awal
belajar matematika sedang, dan kemampuan awal belajar matematika rendah
pada materi pokok SPLDV. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh
kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa pada pokok bahasan SPLDV.
4. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak.
Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika berbeda
(tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang
sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang
diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang
dan rendah tidak ada perbedaan prestasi pada materi pokok SPLDV, dan hal
yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar
yang lebih tinggi dan siswa dengan motivasi belajar lebih rendah baik
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori.
5. Pada efek utama interaksi (AC), H0AC tidak ditolak.
Hal ini berarti siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika berbeda
(tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang
sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang
diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai kemampuan awal
matematika tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi, pada
materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori.
Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa
dengan kemampuan awal matematika yang lebih tinggi dan siswa dengan
kemampuan awal matematika lebih rendah baik menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori.
71
6. Pada efek utama interaksi (BC), H0BC tidak ditolak.
Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda antara siswa yang
mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV
dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika sedang dan rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal
matematika tinggi mempunyai prestasi belajar yang tidak berbeda antara siswa
yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok
SPLDV dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai kemampuan
awal matematika sedang dan rendah.
7. Pada efek utama interaksi (ABC), H0ABC tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi
belajar matematika siswa dan kemampuan awal belajar matematika siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 37).
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Dari perhitungan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.10
diperoleh 0,05;1;74a F 3.981 0023,27 F =>= , sehingga H0A ditolak. Hal ini berarti ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran ekspositori pada materi pokok
SPLDV.
Berdasarkan rataan marginal (pada siswa-siswa yang diberi metode STAD
adalah 77,325 sedangkan pada siswa-siswa yang diberi metode ekspositori adalah
67,25) sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi
metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa-siswa yang
diberi metode ekspositori. Hal ini disebabkan karena metode STAD memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya adanya interaksi antara siswa melalui diskusi
untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan ketrampilan siswa dan
72
juga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan
metode STAD menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada
metode ekspositori pada subpokok bahasan SPLDV.
2. Hipotesis Kedua
Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.12
diperoleh 0,05;4;62b F 3,148 0,5244 F =<= , sehingga H0B tidak ditolak sehingga tidak
perlu dilakukan uji pasca anava. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi,
motivasi belajar matematika sedang, dan motivasi belajar matematika rendah pada
materi pokok SPLDV.
Keputusan BH 0 tidak ditolak dimungkinkan karena adanya faktor lain
yang tidak terkontrol selama penelitian yaitu pada saat pengisian angket turut
mempengaruhi hasil nilai angket misalnya pengisian jawaban tidak sesuai dengan
kondisi sebenarnya yang dialami oleh siswa dan siswa cenderung mengisi angket
dengan kondisi yang positif semua. Hal ini akan mempengaruhi skor angket yang
diperoleh siswa. Padahal pada saat pengisian angket telah diarahkan agar angket
tersebut diisi sesuai dengan kondisi siswa yang sebenarnya dan tidak akan
mempengaruhi nilai prestasi siswa tersebut.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.12 diperoleh 0,05;4;62c F 3.131 2638,1 F =<= , maka H0C tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Hal ini berarti tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika
tinggi, kemampuan awal matematika sedang, dan kemampuan awal matematika
rendah pada materi pokok SPLDV.
73
Keputusan H0C tidak ditolak dimungkinkan karena siswa yang mempunyai
kemampuan awal matematika lebih tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran
kurang sungguh-sungguh sehingga prestasi belajar yang diperoleh sama dengan
siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika lebih rendah. Akibatnya
siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah mempunyai
prestasi tidak berbeda (mengalami peningkatan yang sama).
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.10 diperoleh Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62, maka H0AB tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB
berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika berbeda (tinggi,
sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang sama dengan
metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang diberi metode
STAD, antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah tidak
ada perbedaan prestasi pada materi pokok SPLDV, dan hal yang sama berlaku
pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa
dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori.
Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran konvensional mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk
tiap kategori motivasi belajar siswa. Dan juga tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa
dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor materi, suasana pembelajaran di
kelas dan juga tingkat intelegensi siswa dimungkinkan lebih menentukan
74
kemampuan siswa untuk memahami suatu permasalahan sehingga siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi dengan tingkat intelegensi yang relatif rendah
hasil prestasi belajarnya juga rendah. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD di
kelas eksperimen, hampir semua siswa dengan berbagai motivasi belajar yaitu
tinggi, sedang, maupun rendah ikut tertarik dan termotivasi dalam memperhatikan
penjelasan guru di depan kelas. Akibatnya, setiap siswa dengan motivasi belajar
tinggi, sedang, maupun rendah mengalami peningkatan prestasi yang sama.
Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori
muncul keluhan siswa bahwa materi yang diberikan kurang menarik dan
membosankan. Faktor materi yang sulit dan pembelajaran yang kurang menarik,
mengakibatkan siswa dengan berbagai motivasi belajar yaitu tinggi, sedang,
maupun rendah berperilaku sama di dalam kelas sehingga apabila ada peningkatan
prestasi belajar dimungkinkan hanya terjadi pada beberapa siswa dengan motivasi
belajar tinggi. Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan dan
bagaimana pun motivasi belajar matematika siswa, tidak mempengaruhi prestasi
belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Grafik Interaksi Antara Metode
Pembelajaran dan Motivasi Belajar Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman
432.
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.10 diperoleh Fac = 0,4274 < 3,148 = F0,05;4;62, maka H0AC tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB
berarti Hal ini berarti siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika
berbeda (tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang
sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang
diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai kemampuan awal
matematika tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi, pada materi
pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata
lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan
kemampuan awal matematika yang lebih tinggi dan siswa dengan kemampuan
awal matematika lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif
75
tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
pembelajaran ekspositori.
Hal ini dikarenakan oleh kurang disiplinnya siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol,
yang mengakibatkan ada sebagian siswa yang kurang perhatian pada materi yang
disampaikan. Yang mengakibatkan siswa dengan berbagai kemampuan awal
matematika yaitu tinggi, sedang, maupun rendah mempunyai prestasi yang tidak
jauh berbeda sehingga apabila ada peningkatan prestasi belajar dimungkinkan
hanya terjadi pada beberapa siswa dengan kemampuan awal matematika tinggi.
Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan dan bagaimana
pun kemampuan awal matematika siswa, tidak mempengaruhi prestasi belajar
siswa pada materi pokok SPLDV. Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran
dan Kemampuan Awal Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman 433.
6. Hipotesis Keenam
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.12 diperoleh Fbc = 1,6178 < 2,528 = F0,05;4;62, maka H0BC tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0BC
berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi mempunyai
prestasi belajar matematika yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai
motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama
berlaku pada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan
rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi mempunyai
prestasi belajar yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi,
sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada
siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika sedang dan rendah..
Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas
eksperimen maupun pada pembelajaran konvensional di kelas kontrol, siswa yang
mempunyai kemampuan awal lebih tinggi lebih mempunyai motivasi yang lebih
tinggi. Hal ini terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang
76
mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi, mereka lebih aktif
(sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran dan aktif mengerjakan soal
maupun bertanya) mengikuti kegiatan pembelajaran dari pada siswa yang
mempunyai kemampuan awal matematika lebih rendah. Sehingga siswa yang
mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi mempunyai prestasi belajar
yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih
rendah.
Akibatnya siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi
mempunyai motivasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunayai kemampuan
awal matematika sedang mempunyai motivasi yang lebih tinggi dari pada siswa
yang mempunyai kemampuan awal matematika rendah. Grafik Interaksi Antara
Motivasi Belajar Matematika dan Kemampuan Awal Matematika Siswa dapat
dilihat pada halaman 434.
7. Hipotesis Ketujuh
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.10 diperoleh Fabc = 0,4567 < 2,528= F0,05;2;62, maka H0ABC tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0ABC
berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV.
Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap
kategori motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika siswa.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor materi, suasana pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan, bagaimana pun
motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Selain itu
adanya variabel bebas lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang
77
memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar matematika siswa
yang tidak terkontrol oleh peneliti.
78
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada metode pembelajaran ekspositori pada
materi pokok SPLDV.
2. Motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah tidak
memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada materi pokok
SPLDV.
3. Kemampuan awal matematika siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun
rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada
materi pokok SPLDV.
4. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda
untuk tiap kategori motivasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV.
5. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda
untuk tiap kategori kemampuan awal matematika siswa pada materi pokok
SPLDV.
6. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal
matematika tinggi mempunyai prestasi yang tidak berbeda dengan siswa
yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal
matematika rendah pada materi pokok SPLDV.
7. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
79
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda
untuk tiap kategori motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal
matematika siswa pada materi pokok SPLDV.
B. Implikasi
Berdasar atas kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, penulis
akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada
materi pokok SPLDV. Dengan kata lain, motode pembelajaran yang digunakan
akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
SPLDV. Hal tersebut berkenaan oleh beberapa hal yaitu
a. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan yaitu adanya
interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah akan
meningkatkan ketrampilan siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang
kurang pandai akan memperoleh manfaat malalui aktivitas tersebut, siswa
menjadi lebih kritis, siswa lebih aktif bertanya dan membangun pengetahuan
berdasar pengalaman mereka sendiri kemudian memberi makna pada
pengetahuan itu.
b. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki
motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan pada saat proses
belajar mengajar berlangsung banyak faktor yang mempengaruhi siswa
ataupun dari luar diri siswa seperti kondisi sosial ekonomi siswa, latar
belakang keluarga dan lingkungan.
c. Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada subpokok
80
bahasan SPLDV baik untuk siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika dan kemampuan awal matematika kategori tinggi, sedang
maupun rendah
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik
dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar
yang dicapai siswa pada subpokok bahasan SPLDV. Pengajaran dengan metode
pembelajaran STAD dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai
alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada
subpokok bahasan SPLDV. Selain itu, Usaha guru dalam membantu siswa
meningkatkan prestasi belajarnya tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain kemampuan awal siswa dan
motivasi belajar matematika yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain itu
guru perlu memperhatikan komponen lain yang mempengaruhi proses pencapaian
prestasi belajar siswa, antara lain tingkat intelegensi, aktivitas belajar siswa, minat
belajar siswa, kedisiplinan siswa, latar belakang dan lingkungan siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang
peneliti dapat sampaikan yaitu:
1. Bagi guru
Kepada guru matematika penulis memberikan saran agar pada subpokok
bahasan SPLDV, pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dapat
dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain
itu hendaknya guru memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar siswa, misalnya aktivitas belajar, motivasi
belajar siswa, kondisi sosial ekonomi, latar belakang dan lingkungan, sehingga
dapat dicari alternatif dalam membentuk pola pembelajaran dalam kelas yang
mengakibatkan prestasi siswa meningkat..
81
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya memperkaya sumber belajar. Guru bukan satu-satunya
sumber belajar, namun siswa harus menambah referensi tentang materi yang
dipelajari dari sumber yang lain, baik media cetak seperti buku-buku bacaan
maupun media elektronik seperti internet. Hal ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.
3. Bagi Peneliti Lain
Dalam penelitian ini metode pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar
matematika dan kemampuan awal matematika siswa. Bagi para calon peneliti
yang lain mungkin dapat melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi,
karakteristik cara berpikir, kreativitas, aktivitas, minat siswa, dan lain-lain. Untuk
peneliti lain yang akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
hendaknya lebih matang dalam persiapan, terutama kepastian alokasi waktu yang
akan dipakai untuk penelitian.
82
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Faqih. 2008. MengenalTeoriKontruktivisme. http: // ahmad faqih multiply. com/ journal/ item/. 3 Juni 2009
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press . 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press
Ballantine, J dan Larres, P. 2007. Cooperative Learning: A Pedagogy to Improve Students Generic Skill?. Journal Education & Training. v49, n2, p 126-137.
Dimyati, Dr dan Mudjiono, Drs. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Hamzah B. Uno. 2007. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta :
PT. Bumi Aksara Masijdo, I 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta : Kanisius Oemar Hamalik. 2001. Proes Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara Paul Saptono. 1996. Konstruktivisme dan Dampaknya terhadap Pendidikan. http:
// www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/11/18/0236.html. 3 Juni 2009 Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: UNS Press Ruseffendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi
Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. http :// ridwan 202. wordpress.
com / 2008 / 05 / 03/ ketercapaian prestasi belajar/. 2 Mei 2009 Samo. 2009. Student’s Perceptions About The Symbols, Letters And Sign And
Algebra And How Do These Affect Their Learning Of Algebra : A Case Study In A Government Girl Secondary School Karaci. International Journal Of Matematics Theaching and learning. http://www.Cimt.Plymouth.ac.uk/journal/Samo.pdf.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
83
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
. 1995. Matematika 2b untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Jakarta: Balai Pustaka Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice.
Boston: Asiman and Schuster Co. Soejadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jendral Penidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sudirman. 2007. Cerdas Aktif Matematika Pelajaran Matematika Untuk SMP.
Jakarta : Ganeca Exact Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta. . 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sunarto. 2009. Pengertian Metode Ekspositori. http :// sunartombs. wordpress.
com/ 2009/ 03/ 09 / pengertian-metode-ekspositori /. 2 mei 2009 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Winkel, W S. 1996 . Psikologi Pengajaran . Jakarta : Gramedisa Widiasarana Indonesia
. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Recommended