View
266
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
1
RISALAH
RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI VII DPR RI DENGAN
DIREKTUR UTAMA PT. PERTAMINA
Tahun Sidang : 2014-2015
Masa Persidangan : II
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Direktur Utama
PT. Pertamina
Sifat Rapat : Terbuka
Hari/tanggal : Selasa, 20 Januari 2015
Waktu : Pukul 14.26 WIB – 18.53 WIB
Tempat : Ruang Rapat Komisi VII DPR RI
Ketua Rapat : Ir. H. Mulyadi
Acara : Evaluasi Kinerja Tahun 2014 dan Persiapan Pelaksanaan
Program Kerja Tahun 2015.
Sekretaris Rapat : Dra. Rini Koentarti, M.Si.
Hadir : 35 Orang Anggota Komisi VII DPR RI
... Orang Anggota Izin
A. Anggota DPR RI
1. Pimpinan Komisi VII DPR RI
a. Dr. Ir. H. Kardaya Warnika, DEA (Ketua/F.P.
Gerindra)
b. Ir. Satya Widya Yudha, ME, M.Sc. (Wakil
Ketua/F-PG)
c. Ir. H. Mulyadi (Wakil Ketua/F-PD)
d. Dr. H.M. Zairullah Azhar (Wakil Ketua/F-PKB)
2. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA
PERJUANGAN
a. Ir. H. Daryatmo Mardiyanto
b. H. N. Falah Amru, S.E.
c. Dony Maryadi Oekon
d. Mercy Chriesty Barends, S.T.
e. Tony Wardoyo
f. Awang Ferdian Hidayat
3. FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA
a. H. Dito Ganinduto, MBA
b. Eni Maulani Saragih
c. Dr. Hj. Neni Moerniaeni, SPOG
d. DR. Saiful Bahri Ruray, S.H., M.Si.
e. Bowo Sidik Pangarso, S.E.
2
4. FRAKSI PARTAI GERINDRA
a. Ir. H. Harry Poernomo
b. Aryo P.S. Djojohadikusumo
c. Supratman Andi Agtas, S.H., M.H.
d. Katherine A. Oendoen
e. Ramson Siagian
f. Bambang Haryadi, S.E.
5. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT
a. Eko Wijaya
b. Muhammad Nasir
c. H. Mat Nasir, S.Sos.
d. Norbaiti Isran Noor, A.Md.
6. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL
a. H. Totok Daryanto, S.E.
b. H. Jamaluddin Jafar, S.H., M.H.
c. Andriyanto Johan Syah
7. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
a. H. Agus Sulistyono, S.T., M.T.
b. H. Syaikhul Islam Ali, Lc., M.Sos.
8. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
a. H. Hadi Mulyadi, S.Si, M.Si.
b. H. Iskan Qolba Lubis, M.A.
9. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN
a. H. Mustofa Assegaf, M.Si.
b. H. Joko Purwanto
10. FRAKSI PARTAI NASDEM
a. H. Endre Saifoel
b. DR. Kurtubi, S.E., M.Sp., N.Sc.
c. DR. Achmad Amins, M.M.
11. FRAKSI PARTAI HANURA
a. H. Inas Nasrullah Zubir, BE, SE
b. Dewie Yasin Limpo, S.E.
B. Pemerintah
Direktur Utama PT. Pertamina
C. Undangan Lain
Wartawan
3
KETUA RAPAT (Ir. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc.) :
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua,
Yang saya hormati Bapak dan Ibu Anggota Komisi VII DPR RI,
Yang saya hormati Direktur Utama Pertamina beserta jajarannya,
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari
ini kita bisa bertemu guna melaksanakan tugas-tugas konstitiusional kita.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas perhatian serta
kehadiran dari Bapak dan Anggota, Bapak/Ibu Anggota Komisi VII DPR RI, serta
undangan yang hadir dalam rapat acara dengar pendapat umum atau RDPU Komisi
VII DPR RI sesuai undangan yang telah disampaikan berdasarkan jadwal Komisi VII
DPR RI pada Masa Persidangan II tahun 2014-2015.
Pada hari ini Komisi VII DPR RI akan melaksanakan RDPU dengan
Pertamina Persero dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dengan agenda
evaluasi kinerja tahun 2014 dan persiapan pelaksanaan program kerja tahun 2015.
Berdasarkan data dan Sekretariat Anggota Komisi VII DPR RI yang hadir
sudah memenuhi kuorum lebih dari separuh dari 47 anggota yang terdiri dari 10
fraksi maka sesuai ketentuan Pasal 25 ayat (1) Peraturan DPR RI No. 1 tahun 2014
tentang Tata Tertib yang menyatakan bahwa Ketua rapat membuka rapat apabila
pada waktu yang telah ditentukan untuk membuka rapat telah hadir lebih dari
separuh jumlah anggota rapat yang terdiri atas lebih separuh unsur fraksi.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kuorum telah terpenuhi dan rapat dapat
dibuka. Dan selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 246 ayat (1) yang
menyatakan setiap rapat DPR RI bersifat terbuka kecuali dinyatakan tertutup. Oleh
karena itu, kami mohon persetujuan kepada Bapak/Ibu sekalian bahwa rapat ini kita
agendakan sebagai rapat terbuka, bisa disepakati? Setuju ya?
(RAPAT : SETUJU)
Atas persetujuan Anggota, dengan ini rapat dengar pendapat Komisi VII DPR
RI kita nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 14.26 WIB)
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama Pertamina pada hari ini
merupakan rapat yang pertama kali bagi Komisi VII DPR RI dengan Dirut walaupun
kita sudah bertemu pada waktu kunjungan kerja, jadi RDPU juga itu Pak, tetapi
4
dilakukan di luar gedung parlemen, pada masa bakti tahun 2014-2019. Untuk itu,
kami berharap kita bersama-sama mengawali masa kerja bersama Komisi VII DPR
RI dengan baik dan semoga kemitraan dan kerjasama dapat terjalin dengan baik
sebagai bagian daripada upaya kita melaksanakan tugas konstitusional demi
kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia. Maka sesuai dengan undangan yang
telah kami sampaikan bahwa agenda rapat pada hari ini adalah evaluasi kinerja
tahun 2014 serta persiapan pelaksanaan program kerja tahun 2015, tidak menutup
kemungkinan ada stres pada hal-hal yang menyangkut mengenai persiapan kita
dalam menghadapi revisi daripada APBN Tahun 2015, maka Komisi VII DPR RI
ingin mendapat penjelasan secara detail dan komprehensif dari Direktur Utama
Pertamina tentang pokok-pokok permasalahan terkait pelaksanaan tugas Pertamina
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
KETUA RAPAT :
Silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Ini bahan belum dibagi mestinya harus sudah dibagi dari pagi, normatifnya 2
hari sebelumnya tapi paling tidak sebelum dimulai rapat sudah harus ada Pak.
KETUA RAPAT:
Saya rasa sudah mulai jalan, tolong dibagi Mas ya.
Oke, saya lanjutkan nanti sambil bahan dibagi ya, ada kekhususan, jadi
Bapak/Ibu sekalian, bahwasannya kita memulai dan kebetulan mengejar
pembahasan APBN maka banyak agenda yang kita percepat kita permaklumkan
apabila bahan tidak bisa disampaikan jauh hari sebelumnya karena kita juga baru
memberikan undangan, juga waktunya sangat mepet. Jadi pembahasannya kira-
kira.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, artinya sesingkat apapun tentunya harus dipersiapkan, cuman
Pak Ketua agak bela-bela betul ini.
Terima kasih Pak Ketua.
5
KETUA RAPAT:
Saya pikir kan tadi di depan sudah dikasih tahu, kita awali dengan baik
menjalin kerjasama dengan baik. Insyaallah Pak, nanti pasti ada perbaikan-
perbaikan kalau memang ada yang kurang di kemudian hari.
Jadi mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas diantaranya
realisasi distribusi daripada BBM tahun 2014, realisasi kinerja produksi di sektor
hulu. Jadi begitu kalau downstream-nya tadi BBM dan tidak menutup kemungkinan
atau bahkan menjadi perhatian khalayak ramai tentang perlu dibukanya secara
transparan tentang biaya pokok produksi supaya kita bisa dengan jelas karena itu
menjadi materi yang sudah di harapkan oleh para Anggota Dewan yang tidak hanya
di Komisi VII DPR RI, tetapi juga di Komisi-komisi yang lain. Lantas kesiapan
Pertamina dalam kebijakan Pemerintah terkait dengan naik turunnya mekanisme
penentuan harga BBM, langkah-langkah strategis, dan prioritas pelaksanaan kinerja
di sektor Migas dan pengembangan energi pada tahun 2015, isu-isu strategis terkait
pelaksanaan tugas Pertamina baik di sektor hulu dan hilir, serta hal-hal yang nanti
akan isu-isu yang berkembang saat ini, jadi mulai daripada kenaikan LPG
mekanisme walaupun kebijakan mungkin tidak ada di Pertamina tetapi di
Pemerintah, tapi selaku industri yang mengimplementasikan kebijakan tentunya
Pertamina nanti harus bisa memberikan pandangannya, masukannya kepada
Pemerintah di dalam kebijakan-kebijakan yang cukup menyita perhatian daripada
masyarakat.
Saya ingin menyampaikan sebelum kita serahkan untuk Pertamina
memberikan suatu tanggapan ataupun presentasinya, rapat ini kita mulai baru saja
dan kita harapkan berakhir kira-kira jam berapa? Kita sepakati jam 16.00 atau? Jam
16.00 dulu ya nanti bisa diperpanjang apabila diperlukan. Jam 16.00 WIB atau 4 pm
ya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (H. TOTOK DARYANTO, S.E.):
Ketua, interupsi sebentar Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Totok.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (H. TOTOK DARYANTO, S.E.):
Saya sudah menyimak bahan-bahan yang disajikan dari Pertamina secara
ringkas sebenarnya ada hal-hal yang bersifat urgent itu tidak, atau maksudnya
dipriotaskan dalam rapat kita tapi kok malah tidak terlalu menonjol atau susah saya
6
dapatkan, misalnya tadi Pak Ketua sudah menyampaikan isu tentang harga pokok
produksi BBM PSO misalnya, itu kan isu yang penting dan punya kaitan dengan
kebijakan menetapkan harga BBM, sekarang mengapa jadi 6.500 mengapa harus,
itu kan ada kaitannya. Nah saya sebenarnya mengusulkan kalau kita rapat itu
dimulai dari paling yang mendesak-mendesak dulu, yang umum ini belakangan saja.
Usul saya. Kalau tidak ya ada rapat lagi, nanti khusus pada hal yang menjadi isu
penting di masyarakat itu dibahas dulu di Komisi, supaya komisi ini cepat
menanggapi, tidak ketinggalan informasi dan memberikan pertimbangan juga tepat
karena sudah ada pembahasan-pembahasan sebelumnya dengan mitra kerja, usul
saya begitu Pak.
KETUA RAPAT :
Oke terima kasih Pak Totok.
Ini kita sepakati dulu ya jam 4 pm atau pukul 16.00 WIB.
(RAPAT SETUJU)
Mengingat ini adalah rapat yang pertama kali antara Komisi VII DPR RI
dengan jajaran Pertamina, saya ingin memperkenalkan dulu para anggota karena ini
akan kita bermitra Insyaallah cukup lama pada periode ini. Mungkin saya bisa mulai
dari yang pakai peci dulu yang menghormati pahlawan nasional kita Bung Karno.
Silakan dari mulai Pak Kurtubi, terus nanti langsung ke sayap kanan selesai itu baru
mulai Pak Habib.
Terima kasih, silakan Pak.
ANGGPTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. H. KURTUBI, SE.,
M.Sp., M.Sc) :
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera, dan
Selamat siang,
Terima kasih Pak Ketua.
Saya pakai peci ini dua tujuan, pertama biar tidak kena angin AC suka pusing
gitu, nomor dua biar rada nasionalis sedikitlah.
Nama saya Kurtubi, Nomor Anggota 26, Fraksi Partai Nasdem, daerah
pemilihan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Demikian, terima kasih.
7
KETUA RAPAT:
Silakan PakTotok.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (H. TOTOK DARYANTO, S.E.):
Terima kasih.
Nama saya Totok Daryanto,Pak Dirut beserta seluruh jajarannya. Dari Daerah
pemilihan Jatim V Malang Raya. sebelumnya saya mewakili Daerah pemilihan DIY,
Yogyakarta 2 periode dan periode yang sekarang mewakili Jatim V. Nomor 486,
sorry 489 nomornya baru.
Terima kasih.
Dari Fraksi PAN, kurang lagi.
KETUA RAPAT:
Silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (H. ENDRE SAIFOEL):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama saya Endre Saifoel, Nomor Anggota A-006, Fraksi Nasdem, daerah
pemilihan Sumatera Barat I dari Kota Padang sampai Damasaya, mungkin Bapak
Dwi sudah tahu yam sudah lama di Kota Padang, saya rasa Pak Dwi ngerti ya.
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT:
Oke terima kasih. Silakan Bu
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (ENI MAULANI SARAGIH):
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama Saya Eni Maulani Saragih, Nomor Anggota A 291, Fraksi Partai Golkar,
daerah pemilihan Jatim X, Lamongan-Gresik.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
8
KETUA RAPAT:
Lanjut.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (NORBAITI ISRAN NOOR, A.Md):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat Sore, dan
Salam sejahtera,
Perkenalkan saya Norbaiti, Anggota A-477, Fraksi Partai Demokrat. Dapil
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, 14 Kabupaten/kota.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Ibu Neni.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (Dr. Hj NENI MOERNIAENI,
Spog)
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak Dirut dan jajarannya,
Saya Neni, Nomor Anggota A-308, dari Fraksi Partai Golkar, daerah
pemilihan Kalimantan Timur, Kaltara.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (SUPRATMAN ANDI
AGTAS, SH, MH):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama saya Supratman Pak. Dari Dapil Sulawesi Tengah, Nomor Anggota A-
388, dari Fraksi Partai Gerindra.
Terima kasih.
9
ANGGOTA FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (ANDRIYANTO JOHAN
SYAH, ST, MM):
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Perkenankan saya memperkenalkan diri Nama saya Andriyanto Johan Syah,
dari Fraksi PAN, Dapil Jawa Tengah X.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (DR. SAIFUL BAHRI RURAY,
SH, MSi):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya Saiful Bahri Ruray dari Dapil Maluku Utara, Fraksi Partai Golkar, nomor
Anggota A-321.
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR BE, SE):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera buat kita semua,
Nama saya Inas Nasrullah Zubir, saya dari Dapil Banten III Pak. Baju saya
hitam, karena saya dari Banten Pak, jadi hitam-hitam ini. Dan saya Nomor Anggota
A-556, dari Fraksi Partai Hanura.
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO,
M.B.A.):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera,
10
Saya Dito Ganinduto Fraksi Partai Golkar, Nomor Anggota 278, daerah
pemilihan Jateng 8, ... Cilacap.
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (SYAIKHUL ISLAM,
M.Sosio):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama saya Syaikhul Islam, A-63 dari Fraksi PKB, Dapil Jatim 1, Surabaya-
Siduarjo.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Silakan yang sekarang dari sayap kiri.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGAUNAN (H. MUSTOFA
ASSEGAF, M.Si):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih Pimpinan.
Yang terhormat Pimpinan Komisi VII DPR RI, kawan-kawan Anggota Komisi VII
DPR RI, Bapak DR. Dwi Sucipto beserta seluruh jajarannya,
Nama saya Mustofa Assegaf, Nomor Anggota A-529, Dapilnya Jawa Timur II,
Pasuruan-Probolinggo, Fraksinya PPP.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (H. HADI MULYADI, S.Si,
M.Si) :
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Perkenalkan saya Hadi Mulyadi, Fraksi PKS, Nomor A-120, daerah pemilihan
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara.
Terima kasih.
11
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (H. MAT NASIR, S.Sos):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama saya H. Mat Nasir, dari Partai Demokrat, A-438, Jatim XI, Madura.
Terima kasih.
ANGGOTA FRASKI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semuanya,
Nama saya Ramson Siagian dari daerah pemilihan Jawa tengah X,
Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten
Batang. Dulu saya 10 tahun di sini 1999-2009, 2009 berhenti masuk lagi, saya dari
Fraksi Partai Gerindra. Tapi saya lihat ini Bapak-bapak baru semua. Jadi bukan
yang dulu saya kenal begitu, sekarang kenalan baru. Teman lama jangan dilupakan,
teman baru dihangatkan, kata pepatah.
Terima kasih banyak Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Mantap-mantap.
Silakan Pak.
ANGGOTA FRASKI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY
POERNOMO):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Izinkanlah saya memperkenalkan diri Hari Purnomo. Fraksinya Partai
Gerindra, Dapilnya dari Jawa Tengah VI, Magelang, Temanggung, Wonosobo,
Purworejo, Nomor Anggota 358.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
12
KETUA RAPAT:
Bisa disebutkan sebelumnya Pak.
ANGGOTA FRASKI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY
POERNOMO):
Sebelumnya 30 tahun di sana.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Alumni Pertamina.
Silakan Pak Aryo.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (ARYO P.S.
DJOJOHADIKUSUMO):
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Salom,
Om swastiastu, nama budha ya.
Izinkan saya memperkenalkan diri nama saya adalah Aryo Djojohadikusumo,
Nomor Anggota A-342, dari Fraksi Partai Gerindra, sama dengan Pak Harry dan Pak
Ramson. Saya mewakili daerah pemilihan DKI III, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan
Kepulauan Seribu.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
(H. NASYIRUL FALAH AMRU, SE):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
13
Yang saya hormati Pak Dwi Sucipto dan jajarannya, yang terlihat sangat
cerah. Nama saya Falah Amru, saya dari Dapil Jawa Timur X, Lamongan, Gresik.
Nomor Anggota 203, dari Partai PDI Perjuangan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (DONY
MARYADI OEKON, ST) :
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Perkenalkan nama saya Dony Maryadi Oekon, Nomor Anggota A-167, dari
Fraksi PDI Perjuangan, daerah pemilihan Jawa Barat XI, Tasikmalaya Kota,
Tasikmalaya Kabupaten dan Garut.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTIYONO,
S.E.):
Agus Sulistiyono, A-61, daerah pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta, Partai
PKB.
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Daryatmo Mardiyanto, A-170, Fraksi PDI Perjuangan, daerah pemilihan Jawa
Tengah II.
KETUA RAPAT:
Ada yang tertinggal sayap kanan, kiri? Semua sudah ya.
Oh betul oh ada satu. Silakan Bu.
14
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (KATHERINE A.
OENDOEN) :
Selamat sore,
Bapak-bapak dan Ketua,
Nama saya Katherina Anggela Oendoen. Saya dari Dapil Kalimantan Barat
dari Fraksi Partai Gerindra, A-382.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Kalau semua anggota sudah, sekarang dari meja Pimpinan mulai dari Pak
Zairullah, silakan Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. HM ZAIRULLAH AZHAR/F-PKB):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera,
Perkenalkan saya Zairullah Azhar, Nomor Anggota 81, dari Fraksi PKB.
daerah pemilihan Kalsel II, Banjarmasin, Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu,
Kotabaru.
Terima kasih.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/ F-
P.GERINDRA):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kardaya Warnika. saya hari ini sangat optimis dan senang melihat Direksi
Pertamina karena saya pernah melihat Direksi Pertamina dari zamannya Pak Ibnu
sampai sekarang, sekarang ini sangat cerah, paling tidak rambutnya paling
gondrong. Selama ada Dirut Pertamina jadi ada reformasilah minimal dari sisi
penampilan. Ini kan menandakan semangat Pak, biasanya kalau gondrong itu kan
metal begitulah.
Saya nomor anggotanya A-350, Dapil Jawa Barat VIII Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Saya dari Fraksi Partai Gerindra.
Terima kasih.
15
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Sebelum ke Pak Mul, ada Bu Dewie yang baru hadir ya, silakan perkenalkan
langsung sebelum duduk.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (Hj. DEWIE YASIN LIMPO,
SE) :
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Direktur Utama Pertamina Persero beserta rombongan yang saya hormati,
Bapak Pimpinan,
Perkenalkan saya Dewie Yasin Limpo dari Fraksi Hanura. Dapil Sulawesi
Selatan I, Nomor Anggota A-560.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Ibu Dewie.
Silakan Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/F-PD) :
Terima kasih.
Sebelum saya perkenalkan, Pak Dwi pernah jadi Dirut kalau di Semen
sebelumnya di mana ya Pak Dwi, pernah di Padang Pak?
Saya baru ingat Pak kita, karena saya Sumbar kok mirip, rupanya benar Pak
Dwi, beliau pernah jadi Dirut PT. Semen Padang. Dan saya Dapil saya di sana. Dan
sudah saya laporkan juga ke Pak Dwi waktu itu siapa tahu ada CSR-nya buat.
Waktu itu Pak. Waktu itu. Kalau sekarang beda lagi Pak. Jadi paling gampang
mengenal Pak Dwi ini dari rambutnya Pak, memang, jadi bagi saya tidak jadi
masalah gondrong dan putih Pak, yang penting kinerjanya Pak. Jadi saya yakin
dengan Pak Dwi beserta seluruh jajaran mudah-mudahan bisa lebih baik Pak. Kalau
Bapak berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara ini, kita, saya yakin semua
Komisi VII DPR RI siap mendukung Bapak.
Nama saya Mulyadi Pak, Nomor Anggota A-403, daerah pemilihan Sumatera
Barat II yaitu Bukit Tinggi, Agam, Payakumbuh, Limapuluhkota, Pasaman, Pasaman
16
Barat, Padang Pariaman, Kota Pariaman, 8 Pak. 8 Kabupaten Kota daerah
pemilihan. Dan fraksi saya adalah Fraksi Partai Demokrat yang dulu paling banyak
Pak di komisi sekarang mungkin tinggal setengahnya kurangnya, gantian Pak,
gantian banyaknya Pak, itu biasa Pak, bagi-bagi Pak. Saya rasa itu yang perlu saya
perkenalkan tentu terkait substansi nanti kita dalami pada saat kita rapat dengar
pendapat. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Selanjutnya saya sendiri, nama saya Satya Widya Yudha, dari Fraksi Partai
Golkar, kalau Nomor Anggotanya A-290, daerah pemilihannya di daerah Jawa Timur
IX itu meliputi Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Jadi kalau Semen Gresik mestinya
tahulah Tuban itu saya sudah menjadi Anggota DPR RI dari periode yang lalu dan
berlanjut pada periode yang sekarang.
Jadi itulah Pak Dwi beserta jajarannya, Pak Dirut, anggota Komisi VII DPR RI
periode sekarang yang ada di Komisi VII DPR RI. Walaupun tidak semuanya hadir
tapi nanti kalau ada yang hadir akan kita perkenalkan lagi dan mudah-mudahan
seperti yang saya sampaikan di depan, ini merupakan suatu awal yang baik untuk
saling mengenal satu sama lain karena kita awali dari perkenalan yang baik.
Selanjutnya waktu saya serahkan kepada Pak Dirut beserta jajarannya
silakan untuk memperkenalkan terlebih dahulu, terima kasih.
DIRUT PERTAMINA (DWI SOETJIPTO) :
Terima kasih Bapak Ketua.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota DPR Komisi VII,
Yang kami hormati dan kami banggakan,
Selamat Sore,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera semoga selalu dikaruniakan kepada kita semua. Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan
ucapan terima kasih kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu anggota Komisi VII DPR RI
atas perkenannya kami pada siang hari ini diundang untuk hadir dalam rapat dengar
pendapat ini.
17
Kami berharap kami bisa menyampaikan hal-hal informasi-informasi update
yang mungkin bisa bermanfaat bagi Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian dalam
mengemban tugas bagi bangsa dan negara ini.
Yang pertama-tama kami akan perkenalkan rekan-rekan anggota Direksi
Pertamina yang baru dari paling sebelah kiri adalah Pak Dwi Wahyu Daryoto beliau
adalah Direktur SDM dan Umum termasuk procurement ada di beliau. Kemudian
sebelah kanan beliau adalah Pak Rahmat Hardardi beliau adalah Direktur
Pengolahan yang membawahi pengoperasian dan pengembangan 7 kilang yang
ada di Indonesia sekarang. Kemudian sebelah kanan beliau adalah Pak Samsul
Alam beliau adalah Direktur Hulu yang melaksanakan proses pengoperasian,
pengembangan sumur-sumur gas dan minyak. Kemudian sebelah kanan beliau
adalah Pak Ahmad Bambang adalah Direktur Pemasaran beliau juga di samping
melaksanakan kegiatan operasional untuk penjualan distribusi dan transportasi
berada dalam pengelolaan beliau. Sebelah kanan saya adalah Bu Yeni Handayani
beliau adalah Direktur Energi Baru dan Terbarukan dan beliau termasuk
pengelolaan, pengoperasian dan produksi dari gas, salah satu produk Pertamina
adalah gas jadi beliau sebenarnya adalah Direktur Gas Energi Baru dan Terbarukan.
Dan saya sendiri adalah Dwi Soetjipto, saya dipilih sebagai Direktur Utama. Ada
satu anggota Direktur yang pada saat ini sedang mengikuti rapat di Badan Anggaran
yakni Bapak Arif Budiman, Direktur Keuangan dan Investasi. Kemudian di belakang
kami ada para Senior Vice President yang ada di Pertamina, sebagian dari yang ada
di Pertamina yang bisa hadir di sini yang terkait dengan beberapa hal yang dibahas
dalam rapat sore hari ini.
Saya kira perkenalan dari saya ini, Bapak Pimpinan. Kami kembalikan,
apakah kami langsung sampaikan presentasi. Dan kami memang terus terang pada
rapat ini adalah merupakan lebih banyak perkenalan karena memang dalam
undangan kami melihat agendanya adalah mengenai pencapaian kinerja tahun 2014
dan rencana tahun 2015 hal-hal dan isu-isu yang penting tentu saja kami tahu, kami
sadar banyak, dan untuk itu memang kami tidak siapkan secara spesifik. Oleh
karena itu, kapan saja kami akan selalu siap apabila Bapak-bapak dan Ibu-ibu
sekalian menginginkan kami untuk menyampaikan meng-update isu-isu yang pada
informasi-informasi yang memang dibutuhkan, tetapi kami akan berusaha
menyampaikan pada hari ini paling tidak sesuai dengan agenda dan kami akan
tambahkan hal-hal yang memang ingin disampaikan atau ingin diketahui oleh Bapak
dan Ibu sekalian. Kami akan berusaha untuk lebih terbuka ...(terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua. Pak Ketua, interupsi.
18
KETUA RAPAT:
Silakan, silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Saya pikir diperkenalkan juga Pak Dirut para Senior Vice President karena itu
kan otak-otak di belakang di Pertamina ini, kan jantungnya begitu Pak.
Terima kasih.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Bila diizinkan ...(terpotong interupsi).
KETUA RAPAT:
Ya mungkin perkenalkan sendiri-sendiri saja Pak, biar lebih cepat Pak.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Bila diizinkan kami akan minta kepada kawan-kawan mulai dari ujung sana
Mas Argo Coorporate Secretary dan langsung diikuti oleh kawan-kawan yang lain,
silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Ketua, sebelah kiri Ketua.
Dari Kesekjenan Sekretariat Komisi VII DPR RI juga menyampaikan daftar
nama lengkap dari fraksi masing-masing jadi sambil perkenalan kalau saya boleh
usul Ketua Pak Dirut bisa menyampaikan secara tertulis juga sesuai dengan
namanya dan Tupoksinya, posisinya. Saya pikir kita lebih kenal lebih jauh begitu
Pak. Jadi tidak hanya sekedar hari ini supaya dikemudian hari kita bisa lebih akrab
lagi. Saya usul itu Ketua, di samping menyampaikan.
Terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Agus, saya pikir usul yang bagus Pak, jadi nanti untuk k
disampaikan saja, bisa di print nama, jabatan.
19
DIRUT PT.PERTAMINA :
Ya siap Pak, nanti kami akan sampaikan termasuk nomor telpon yang
mungkin bisa dihubungi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, silakan lanjutkan Pak.
PT. PERTAMINA:
Mohon izin nama saya Argo selaku Corporate Secretary Pertamina, terima
kasih.
PT. PERTAMINA:
Saya Gatot Harsono Aset Management.
PT. PERTAMINA:
Saya Rio Sihombing sebagai Senior Vice President Refining Operation, Pak
PT. PERTAMINA:
Saya Fajar Haryanto sebagai Vice President Management Accounting,.
PT. PERTAMINA:
Iryawan Wiryanto, Senior Vice President Business Development Direktorat
Pengolahan.
PT. PERTAMINA:
Saya Yudi Wahyudi Senior Vice President Controller di Keuangan.
PT. PERTAMINA:
Saya Mulyono Senior Vice President Shipping.
20
PT. PERTAMINA:
Saya Suhartoko Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution
Direktorat Pemasaran.
PT. PERTAMINA:
Saya Gigih Prakoso Perencanaan Strategi dan juga investasi Direktorat
Keuangan.
KETUA RAPAT :
Itu macet mungkin ya.
Pak Juhardi.
Yang belakang sekalian Pak. Belakangnya persis, terus ke sana Mas-nya.
Tidak apa-apa sudah.
(PERKENALAN JAJARAN PT. PERTAMINA)
Sudah ada yang dengar belum tadi company relation. Kelihatannya kader
Golkar kelihatannya bajunya kuning.
Silakan Pak. Saya rasa cukup mungkin silakan Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA)
jadi Senior Vice Presidentnya masih belum Pak ya, besok mau dilantik ini.
Oke bisa dimengerti.
Selanjutnya saya serahkan ke Pak Dwi untuk pemaparan.
Silakan Pak. Sebentar-sebentar Pak
DIRUT PERTAMINA:
Bapak dan Ibu sekalian yang kami hormati,
Kami mohon maaf apabila materi yang disiapkan memang sangat bersifat
umum karena memang sesuai dengan agenda undangan tentu kami tentu akan
lengkapi dengan kawan-kawan yang ada di sini untuk bisa nanti menyampaikan hal-
hal yang lebih spesifik.
Bapak dan Ibu para anggota Komisi VII DPR RI yang kami hormati,
21
Untuk 2014 tambahan cadangan Migas yang ada yakni mencapai 94,38 juta
barel oil, dan di sini dibandingkan 2013 memang terjadi penurunan dibanding
sebelumnya adalah 102,04 juta barel oil. Tentu nanti kawan-kawan Pak Samsul
Alam bisa menjelaskan lebih jauh mengenai hal ini.
Kemudian dari sisi gas ... (terpotong interupsi).
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Pimpinan, boleh interupsi sedikit. Ini mohon nanti dikirimkan anunya ya
softcopy melalui email, karena yang diprint ini bukan kecil Pak bukan, sangat kecil.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Iya, mohon maaf Bapak, mohon maaf Pak Ketua.
Untuk gas cadangan di tahun 2014 diperoleh 973 milyar kubik feet yang mana
ini meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 783,73 milyar.
kemudian apabila kedua hal ini dikonversikan maka cadangan Migas yang dimiliki
oleh Pertamina mencapai 262 juta barel oil equivalen dan ini meningkat dibanding
dengan sebelumnya dimana peningkatannya terjadi pada aspek gas tahun 2013
adalah 237,31 juta barel oil equivalen.
Kemudian produksi minyak gas dan Migas di tahun 2014 untuk minyak
mentah mencapai 237 juta barel per hari. Dan ini meningkat dibandingkan tahun
2013 mencapai 201,51 juta barel oil per hari.
Peningkatan produksi minyak Pertamina di tahun 2014 sesungguhnya ini
merupakan sesuatu yang khusus di tengah-tengah hampir seluruh pemain dunia
mengalami penurunan di tahun 2014. Meskipun ini masih di bawah dari target yang
ingin dicapai manajemen pada saat itu.
Kemudian produksi gas nasional Pertamina di tahun 2014 mencapai 1610
milyar kubik feet per hari. Dan ini meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya
seperti yang tertera dalam angka dan lebih baik dari targetnya, sehingga warnanya
hijau yakni mencapai 102%. Sedangkan bila dikonversikan ke Migas maka produksi
tahun 2014 mencapai 505 juta barel minyak equivalen, dan ini apa namanya, lebih
tinggi dari tahun sebelumnya.
Kemudian tambahan cadangan Migas di tahun 2014 yang dicapai ini sebesar
188 juta barel oil equivalen, dan terlihat bahwa naik turun dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya sejak tahun 2011 terjadi di sana.
22
Kemudian produksi panas bumi setara dengan listrik mencapai 2.831 giga
watt hour atau juga kilo watt hour untuk tahun 2014. Dan ini sedikit lebih rendah
dibanding dengan tahun sebelumnya. Kendala-kendala di dalam apa namanya
produksi panas bumi selalu dihadapkan kepada kesiapan untuk, apa namanya,
penjualan listriknya. Pencapaian kinerja pengolahan Pertamina di tahun 2014 total
intake kilang mencapai 314 juta barel dimana kemudian ini menghasilkan total
output sebesar 290 juta barel atau mencapai 98,46%. Kemudian volume valueable
product mencapai 229 juta barel dan ini lebih tinggi daripada tahun sebelumnya
yang mencapai 227,59 juta barel. Yield mencapai untuk terhadap valuable product
yield kilang Pertamina mencapai 73,48%, sedangkan terhadap total output kilang
mencapai 94,58% di dalam, apa namanya, standar pengolahan kilang,,
pengoperasian kilang, angka yield ini cukup bagus.
Pencapaian penjualan, untuk penjualan realisasi BBM sampai dengan
Desember mencapai 65,2 juta kiloliter. Di sini baru sampai dengan november
mencapai 60,12 juta kiloliter. Kemudian realisasi non BBM sampai dengan
November mencapai 12 juta kiloliter, 12,62, dan ini meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya, sampai dengan Desember mencapai 13,42 juta kiloliter. Jadi angka
penjualan di tahun 2014 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pelumas mencapai 0,4 juta kilo liter memang terjadi penurunan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya 0,58. Ini diakibatkan karena adanya persaingan di
penjualan pelumas ini. Dan kalau kita lihat dengan munculnya pesaing yang cukup
agresif kita akan evaluasi ke depan agar penjualan pelumas ini bisa diperbaiki.
Kemudian penjualan ekspor yang dilakukan oleh integrated supply chain
mencapai 5,26 juta kiloliter. Dan ini lebih rendah dibanding dengan tahun
sebelumnya mencapai 6,54 juta kiloliter untuk angka satu tahunnya.
Kemudian kinerja Direktorat Energi Baru dan Terbarukan periode sampai
dengan Desember ini termasuk dalam hal ini adalah gas, kinerja operasi Perta Gas
untuk transportasi gas mencapai 508 milyar kubik feet. Dan ini slightly sedikit di
bawah tahun yang lalu mencapai 521 milyar. Kemudian Niaga Gas mencapai 40,98
ribu BTU, dan ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk
pemrosesan LPG mencapai 140,69 ribu ton dan meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Dan transportasi minyak mencapai 4,7 juta barel minyak, dan ini juga
meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemudian untuk kinerja operasi
Nusantara Gas, kami dapat laporkan bahwa kinerja-kinerja untuk Nusantara Gas
juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya di mana pembelian LNG mencapai
77,97 juta barel, dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 70,2.
Kemudian penjualan gas mencapai 73,72 juta, dan ini juga ... (terpotong interupsi).
23
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Mohon yang LNG Pak, yang LNG.
DIRUT PT. PERTAMINA :
LNG ya MMBTu, 77,97 juta MMBTu. Kemudian meningkatkan dari tahun
sebelumnya ...(terpotong interupsi)
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E., M.Sp., N.Sc.):
Itu British Thermal Unit.
DIRUT PT. PERTAMINA :
Ya Pak Kurtubi memang anu apa namanya, sudah termasuk guru Pak kalau
di perminyakan itu Pak, guru kita semua.
Kemudian untuk kinerja operasi gas atau apa namanya secara korporat yang
operasikan sendiri dan dijual, ekspor LNG ini mencapai 558 juta MMBTu dan ini
mencapai 95,41% dari target yang ditetapkan.
Kemudian untuk CNG mencapai 34,64 ribu kiloliter setara premium. Jadi ini di
perminyakan ini banyak sekali singkatannya Pak.
Dengan kinerja-kinerja operasional yang telah kami laporkan tadi, maka
pencapaian kinerja finansial perusahaan dari sisi pendapatan mencapai 70,7 milyar
USD dan ini slightly sedikit di bawah tahun yang lalu mencapai 71,1 milyar USD.
Dan ini karena ada tekanan di upstream. Kemudian beban pokok dan beban usaha
mencapai 66,06 milyar USD, dan ini sedikit turun dibanding dengan tahun
sebelumnya. Jadi kalau revenue turun 0,57%, beban pokok atau beban usaha
mencapai turun 0,31, jadi tidak terimbangi dengan penurunan beban pokok, beban
usaha sehingga berdampak kepada pencapaian laba usaha mencapai 4,64 milyar
USD, dan ini turun 4,14% dibanding dengan tahun sebelumnya.
kemudian EBITDA mencapai 5,8 milyar dolar dan turun 15,58% dari 6,88
milyar USD tahun sebelumnya. Tekanan-tekanan di cost, kemudian sudah barang
tentu menjadi tidak terimbangi dan ada beberapa beban-beban tambahan kaitannya
dengan pinjaman dan sebagainya, sehingga mengakibatkan laba bersih perseroan
di tahun 2014 mencapai 1,57 milyar USD, dan ini cukup besar penurunannya
mencapai 50% dari tahun sebelumnya yakni 3 milyar USD.
24
Ini adalah ha-hal yang menjadi sorotan kami juga di saat kami mengawali
periode penugasan kami di Pertamina ini, sehingga kami melaksanakan mapping,
Bapak dan Ibu sekalian, juga waktu itu sebagian sudah kami sampaikan pada saat
kunjungan Bapak dan Ibu sekalian di Surabaya, bahwa kami merencanakan untuk
fokus ke dalam 5 hal, yang pertama adalah peningkatan bisnis upstream dimana
kami akan berusaha untuk berjuang ke pemerintah agar bisa Pertamina
mendapatkan kepercayaan yang lebih baik untuk penguasaan ladang minyak
setelah baru beberapa waktu yang lalu kami mendapatkan keputusan untuk Blok
Kampar sudah diserahkan ke Pertamina, saat ini kita juga sedang berjuang untuk
Blok ONWJ dan Blok Kampar, sorry Blok Mahakam. Kemudian aktifitas eksplorasi
kami harapkan nanti tim-nya Pak Samsul Alam bisa lebih meningkatkan upaya-
upaya, sehingga bisa mengevaluasi kembali kepada sumber-sumber minyak yang
yang sudah atau yang ada, yang bisa dikembangkan ke depan baik dalam negeri
maupun di luar negeri. Tentu saja di luar negeri kami sadar bahwa kami harus
meningkatkan kehati-hatian dengan beberapa kejadian, apa namanya, MNE untuk
sumur-sumur di luar negeri yang telah dilakukan.
Kemudian yang kedua adalah efisiensi biaya, dalam upaya-upaya
peningkatan efisiensi biaya, kami yakin ada beberapa area yang kita bisa fokuskan
untuk meningkatkan efiesiensi ini pertama adalah di procurement. Di procurement
kami di awal tahun ini telah menetapkan untuk reposisi dari Petral di mana proses
pengadaan, proses ISC (Internal Supply Chain), kami akan tingkatkan perannya
sehingga ISC akan menjadi unit bisnis Pertamina untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan pengadaan maupun penjualan keluar negerinya. Dengan demikian, kami
berharap kami bisa akan melihat beberapa potensi untuk bisa menekan harga
pembelian baik crude maupun BBM dari luar negeri.
Kemudian yang kedua adalah pengolahan Pak Hardardi barangkali pada
kesempatan nanti akan lebih banyak bisa presentasi bagaimana kita bisa
meningkatkan efisiensi dalam proses pengolahan kita yang banyak disoroti oleh
banyak pihak mengenai mahalnya produksi atau tingginya biaya produksi kilang
yang kita miliki. Dengan keterbatasan yang ada mudah-mudahan kami bisa berjuang
untuk bisa memperbaikinya.
Kemudian area ketiga adalah logistik dan distribusi dan transportasi,
termasuk penyimpanan dan lain sebagainya dimana kami berharap bisa menekan
losses di sini, Pak Bambang nanti sangat akan banyak berjuang di sana dan telah
melihat potensi-potensi itu. kemudian Insyaallah ke depan paling lambat 2 tahun ke
depan kita bisa me-replace floating terminal, floating terminal yang sudah cukup
lama dipakai oleh perusahaan yang tentunya ini bisa diharapkan bisa menekan
biaya penyimpanan.
Dan yang area ke empat adalah di marketing sendiri, di retail dan marketing,
dan kami berharap sinergi berbagai produk yang ada di perusahaan ini termasuk
gas kami harapkan bisa meningkatkan produktifitas dan efisiensi di marketing.
25
Kemudian fokus kami yang ketiga adalah peningkatan kapasitas kilang. Ada
dua aspek dipeningkatan kapasitas kilang yang kami sedang pikirkan, yang pertama
adalah upgrading yang telah disusun melalui RDMP dan pembangunan kilang baru.
Kami berharap bisa meningkatkan peran dari center of engeneering yang dimiliki
oleh Pertamina agar kita bisa meningkatkan tingkat keekonomisan baik upgrading
maupun pembangunan kilang-kilang baru ke depan.
Fokus keempat adalah pembangunan infrastruktur retail khususnya adalah
retail di mana kami harus menyiapkan diri di 2015 ini manakala di akhir tahun 2015
nanti masyarakat ekonomi ASEAN akan diberlakukan, dan menghadapi 2015 yang
mungkin akan banyak persaingan di retail, maka Pertamina diharapkan bisa lebih
siap menghadapi persaingan tersebut.
Yang kelima adalah fokus kami dalam menghadapi masalah cash flow,
tekanan-tekanan pinjaman yang cukup besar di perusahaan yang akan jatuh tempo
di tahun sekitar 2020 dan beban-beban, apa namanya, bunga yang ada tentu saja
ini harus dicarikan jalan keluar untuk bisa kita menghadapi tantangan-tantangan ke
depan. Restrukturisasi anak perusahaan dan bisnis, kami rasa kami pandang perlu
untuk dilakukan review kembali. Perseoran memiliki 20 anak perusahaan dan cucu
perusahaan yang begitu banyak, kalau tidak salah sampai 127 kalau dihitung
semua. Ini akan juga menjadi fokus kami untuk bagaimana kita bisa
menyederhanakan struktur industri di Pertamina ini ke depan. Mudah-mudahan itu
juga menjadi alternatif untuk fokus kelima ini, termasuk optimalisasi cash
management. Jadi saat ini masing-masing anak perusahaan itu memiliki
keindependensi untuk pinjam dan sebagainya, maka ke depan ini kami akan
konsolidasikan sehingga kita bisa memanfaatkan manakala ada ekses cash di satu
perusahaan untuk bisa dimanfaatkan secara growth yang lebih baik.
Kemudian untuk tahun 2015 melihat hal tersebut Bapak Pimpinan dan Bapak
dan Ibu sekalian Anggota Komisi VII DPR RI yang kami hormati, sejujurnya kami
memang telah membuat RKAP tahun 2015 di bulan sekitar Oktober dan berakhir di
pertengahan November, tetapi kami sadar bahwa RKAP tersebut sudah harus
sangat di-review karena memang pada waktu itu basis pada ICP 105 USD dan
manakala sekarang sudah berada di bawah 50 dan 60 maka kami saat ini memang
sedang dalam proses untuk menyusun RKAP yang baru sesuai dengan ICP yang
baru. Dan tetapi beberapa data yang lama yang mungkin bisa kami laporkan bahwa
di sektor hulu produksi minyak mentah kami rencanakan 329,44 dan ini meningkat
126 % dibanding dengan tahun 2014.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Interupsi Pak pimpinan
26
KETUA RAPAT:
Ya silakan Pak Kardaya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Jadi itu yang disampaikan itu rencana dulu itu pada asumsi harga minyaknya
105?
DIRUT PT. PERTAMINA :
Ini masih produksi Pak. Jadi belum rupiahnya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Artinya begini, betul, Pak Dirut untuk memproduksikan minyak itu kan asumsi
awalnya dari harga minyak, harga minyak segini, lalu ada lapangan yang bisa
diproduksi, ada lapangan yang tidak bisa diproduksikan, walapun produksi minyak
juga, sehingga asumsi harga yang dipakai itu berapa untuk menghasilkan tadi 350,
kalau 105 ya segini, tetapi kalau 40 kira-kira, anunya, garis besarnya sajalah berapa
persen dari ini kalau harga minyaknya 40, karena itu tidak independen tapi sangat
ditentukan.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Baik Pak Kardaya, memang sejujurnya kami sedang dalam proses revisi
terhadap ini yang kami targetkan akhir Januari ini kami selesaikan, dan kami akan
bahas lebih lanjut ke RUPS dimaksud. Demikian, oleh karena itu barangkali mungkin
kami kembalikan dulu karena memang angka-angka ini kami susun di saat dengan
asumsi yang tadi harga dasar ICP-nya 105.
Jadi selanjutnya angka-angka seperti yang kami sampaikan di dalam rencana
tahun 2015 ini memang semuanya hampir ini adalah dalam posisi yang kami akan
review lebih lanjut.
Terima kasih.
Demikian Bapak Pimpinan, kami kembalikan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Sedikit interupsi Pak Pimpinan.
27
KETUA RAPAT:
Sebentar biar dilanjutkan dulu.
Jadi sudah selesai Pak Direktur Utama?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Ketua, interupsi Ketua.
Interupsi Ketua
Begini, seperti biasanya begitu agar Pak Dirut atau siapapun menyampaikan
selesai dulu, selesai dulu baru nanti ada sesi pendalaman, siapapun menurut saya
punya hak untuk memberikan pendalaman. Tapi saya minta Ketua agar pihak dari
Pak Dirut ini bisa menyampaikan tuntas dulu baru nanti kita dalami.
Terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT:
Ya, terima kasih Pak Agus.
Tadi memang waktu Pak Kardaya menyampaikan pendapatnya ini memang
sangat penting sekali karena kita berbicara data jadi begitu kita berbicara data
asumsinya sudah berbeda berarti ini kan tidak bisa kita ikuti sebetulnya angka-angka
ini, karena asumsinya pakai ICP 105, sementara tadi disampaikan sama Pak Dirut
kalau ICP yang realistis saat ini masih di dalam perhitungan mereka, sehingga ini
tidak bisa dijadikan referensi baku begitu, makanya nanti pada waktu pendalaman
jangan pakai ini, pada waktu pendalaman mungkin apakah Pak Direktur Hulu atau
apa menjelaskan kira-kira berapa persen sih deviasinya dari kalau kita
menggunakan ICP 105
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Jadi saya pikir dilanjutkan saja oleh Pak Dirut nanti pendalaman di-back up
oleh direktur-direktur gitu.
Terima kasih banyak Pak Ketua.
28
KETUA RAPAT:
Oke silakan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Saya sebentar interupsi Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Pak Mul silakan. PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Saya ingin menyampaikan supaya rapat kita tertib dan sesuai dengan Tatib,
jadi saya sampaikan interupsi itu hanya boleh, ini supaya kita semua mentaati ya
baik kita dari meja Pimpinan maupun anggota, interupsi itu hanya boleh terkait
dengan jadwal rapat, masalah rapat yang akan dibahas, jadi kita tidak masuk
subtansi Pak, karena kalau interupsi masuk substansi nanti rapat kita tidak efektif
dan akan terlalu lama. Jadi interupsi saya masalah apa yang akan kita bahas hari ini
adalah kalau bisa yang lebih bersifat strategis Pak, terutama yang selama ini
menjadi perdebatan di masyarakat misalnya masalah harga BBM bagaimana cara
perhitungan dan penentuannya. Ini salah satu masukan saya, saya tidak masuk
substansi ini yang akan disampaikan.
Terima kasih
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Silakan Pak Dito.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Lanjut saja, sama seperti Pak Mulyadi tadi dan lagian kan ini kita evaluasi
untuk tahun 2014 jadi makanya ini acuan 100 dolar saya kira tida apa-apa, nanti
baru kita membahas APBN baru memakai acuan tahun 2015 baru 40-50 dolar, lanjut
Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Dirut untuk dilanjutkan.
29
DIRUT PT. PERTAMINA:
Baik Pak, untuk rencana tahun 2015 kepada Bapak-Ibu sekalian, kami
laporkan mengenai target-target kami di dalam berproduksi sehingga kami memang
belum akan atau tidak berani menyampaikan mengenai aspek finansialnya. Untuk
produksi minyak mentah kami mentargetkan ini apa yang di samping kami adalah
anak muda, ini Pak Syamsul Alam ini sangat semangat, sehingga tahun 2014 yang
mencapai 259 mmbtu per hari diharapkan meningkat menjadi 329,44 dan itu
meningkat 26% jadi sangat optimis ini kawan saya ini.
Dari aspek produksi gas dari tahun yang lalu saat 1.554 mm3 feet per hari
menjadi 1.667 mm3 feet per hari, jadi meningkat 7%. Produksi panas bumi dan
diharapkan meningkat 6%. Kemudian lifting minyak, lifting minyak mentah
diharapkan mencapai 325 ... per hari mencapai 325 atau meningkat 28%. Jadi
kemampuan liftingnya juga kawan-kawan akan berjuang untuk bisa mencapai yang
lebih baik. Kemudian lifting gas mencapai 1440 mm3 feet per hari, dan meningkat
17% dibanding dengan tahun sebelumnya.
Kemudian aspek refineries, memang refineries kita kami akui masih banyak
kendala-kendala yang mungkin tahun 2015 kita belum bisa berbuat banyak sehingga
total intake dan kami targetkan 310,1 dan relatively sama dengan tahun
sebelumnya. Kemudian output kami targetkan 296,8 memang, apa namanya, bpl
mencapai 3% lebih tinggi dari tahun yang lalu. Kemudian total yield-nya mencapai
95.7% dan diharapkan yield ini juga lebih baik daripada tahun yang lalu, demikian
juga yield variable product yang mencapai 74,1 % dan diharapkan lebih baik
dibanding dengan tahun yang lalu yang mencapai 72,9%.
Kemudian untuk penjualan ini, Pak Ahmad Bambang menargetkan penjualan
BBM PSO, dan ini yang sudah sangat berbeda, tidak mungkin lagi ini, karena
sekarang PSO premium sudah masuk di sini, jadi ini sebelumnya memang
ditargetkan mencapai 4-5 juta tapi sekarang premium sudah masuk di sini jadi kami
tidak laporkan di sini. Kemudian untuk non PSO, nah ini juga tentu saja akan
terkorelasi ke atas karena berarti yang premium akan masuk di sini, sehingga
angka-angka ini tentu saja akan berubah.
Kemudian, saya kira kami beberapa hal yang utama kami sampaikan
demikian, tentu saja yang berkaitan dengan isu-isu terakhir ini kami mengundang
Pak Bambang karena memang ini banyak kaitan dengan perubahan harga 2 kali
dalam sebulan ini sudah turun. Mungkin Pak Bambang bisa menceritakan
bagaimana perhitungan-perhitungannya dan formula apa saja yang dipakai di dalam
penetapan itu, karena di dalam setiap penetapan Pemerintah juga membicarakan
lebih dahulu dengan Pertamina dan tim-tim yang lain dari Kementerian ESDM
maupun SKK maupun BPH Migas. Silakan Pak Bambang.
30
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Terima kasih Pak Dirut.
Bapak-bapak dan Ibu Anggota Dewan yang kami hormati,
Saya menindaklanjuti atau meneruskan dari Pak Dirut tadi yang pertama
adalah sesuai Perpres No. 191 Tahun 2014 bahwa premium, BBM dikelompokan
menjadi 3, kalau sebelumnya kan 2 BBM umum sama PSO atau JBT (Jenis BBM
Tertentu), Perpres yang baru mengelompokkan BBM menjadi 3, yakni BBM umum
yang tidak disubsidi harga pasar, kemudian BBM PSO atau jenis BBM tertentu yang
sekarang tinggal minyak tanah dan solar, dan yang ketiga adalah penugasan, BBM
penugasan.
Nah khusus premium ini dipecah menjadi 2 kelompok, yang pertama adalah
bbm premium dimasukan menjadi BBM umum, itu adalah untuk wilayah Jawa
Madura dan Bali. Jadi ini sudah keluar dari subsidi juga, dan harganya berarti adalah
harga pasar seharusnya. Oleh karena itu, kenapa kemarin harga premium di Jawa,
Madura dan Bali itu berbeda dengan di luar wilayah itu.
KETUA RAPAT:
Sebentar Pak, saya interupsi sebentar.
Ini kan yang akan dijelaskan sangat penting Pak, kebetulan datanya tidak
ada, iya kan Bapak tidak mempersiapkan di dalam apa di dalam materi presentasi
karena sebagai isu-isu aktual sehingga nanti kita minta supaya itu disusulkan, jadi
seperti Bapak tadi menyebutkan, Perpresnya, menyebutkan BBM itu dibagi 3
kategori dan lain sebagainya tolong disampaikan. Karena kalau tidak nanti seakan-
akan Bapak sudah merespon pertanyaan dari kami, padahal ini kan forumnya Bapak
memberikan, diberikan waktu untuk presentasi. Jadi mohon supaya ini bisa
dimaklumi bagi anggota Komisi VII DPR RI supaya, materinya belum ada, tetapi
akan disusulkan tetapi ini merupakan topik yang penting yang kita perlu dengarkan
jadi silakan Pak dilanjutkan.
DIRUT PERTAMINA:
Baik Pak. Jadi dengan demikian kami mengakhiri presentasi kami sebagai
tahap pengenalan ini dan kami kembali ke Bapak Pimpinan.
ANGGOTA F-PKB (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Interupsi Ketua.
Pak Dirut
31
Maksud Ketua itu tetap dilanjutkan, tetapi diminta agar Dirut Pertamina juga
menyampaikan secara tertulis, maksudnya begitu Pak Ketua ya?
Iya, jadi bukan diakhiri tetapi dilanjutkan karena ini menurut saya substansi
yang sangat penting Pak Dirut, jadi begitu Pak Ketua ya.
KETUA RAPAT:
Ya betul-betul.
ANGGOTA F-PKB (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Siap, silakan Pak Bambang.
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Baik, Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati, yang
terhormat, mohon maaf karena memang materinya belum kami siapkan karena tadi
evaluasi kinerja point-nya.
Jadi kami lanjutkan tadi bahwa premium dibagi dua satu wilayah Jawa,
Madura dan Bali itu dilepas menjadi BBM umum. Yang kedua adalah di luar wilayah
itu disebut penugasan, itu di Perpres Pak, jelas disebut di sana.
Bagaimana kami menentukan harga. Yang pertama adalah kami menghitung
yang disebut COGM (Cost Of Goods Manufacture), dan ini berdasarkan return
average, berapa komposisi, ini untuk setiap BBM Pak, baik solar maupun premium
maupun yang lain, kalau Pertamax juga kami menetapkan harga sama berapa yang
diproduksi dalam negeri berapa persen dan berapa persen yang diimpor. Nah ini
kemudian dikalikan harga sampai landed price di Indonesia, itu menjadi COGM
(Cost of Goods Manufacture). Rata-rata basisnya dengan MOPs-nya, MOPs-nya itu
menghitung adalah rata-rata sebulan sebelumnya sampai hari terakhir kita mau
menetapkan harga. Jadi waktu harga 1 Januari berlaku itu MOP-nya dihitung
berdasarkan tanggal 25 rata-rata MOPs, 25 November sampai dengan 24 Desember
sebulan Pak. Kenapa sebulan? Karena stok Pertamina itu adalah 22 hari Pak, stok
rata-rata, itu belum termasuk intransit yang pengadaan belum diterima Pertamina.
Jadi prinsipnya di sana Pak. Itu yang menjadikan kenapa kami berbeda dengan ICW
32
dan sebagainya kemarin, karena MOPs hari ini, kita beli hari ini, barang ini atau BBM
ini tidak langsung di SPBU Pak, jadi ini prinsip inventory.
Kemudian COGM ini ditambah ... (terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E., M.Sp., N.Sc.):
Interupsi sedikit Pak Ketua.
KETUA RAPAT :
Iya sebentar Pak, jangan substansi Pak ya, nanti di pendalaman. Kalau
interupsi-interupsi mengenai apa, jangan menanyakan, kalau menanyakan nanti jadi
masuk di pertanyaan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E., M.Sp., N.Sc.):
Tidak minta keterangan sedikit saja.
KETUA RAPAT :
Nanti saja Pak kalau keterangan Pak, biar dilanjutkan dulu saja Pak, karena
tidak semuanya bisa nangkep, saya saja cuman meraba-raba ini karena tidak ada
bahannya kan? kalau Pak Kurtubi mungkin bisa langsung plek begitu. Nanti Pak.
Silakan Pak dilanjutkan Pak.
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Baik Pak, prinsipnya adalah barang ini sampai di Indonesia baik dari produksi
kilang maupun dari impor berapa, dan ini dihitung berdasarkan MOPs rata-rata per
bulan dengan prosentase, prosentasenya waiting average.
Kemudian yang kedua barang sudah sampai di Indonesia, didistribusikan
seluruh Indonesia, ditambah biaya distribusi, overhead kantor pusat, biaya cost of
money sebagian karena inventory itu akan menjadi COGS (Cost of Goods Sold).
Dari Cost of Good Sold itu baru kemudian ditambah margin SPBU berapa per liter,
dan ini beda-beda setiap produk. Kalau Pertamax itu tinggi Pak, Rp.375 per liter, tapi
premium cuma Rp.270 kemarin, dolar juga sama.
Kemudian iuran BPH, iuran BPH diterapkan untuk yang tidak subsidi, itu
0,3%. Jadi kami bayar iuran ke BPH. Kemudian ditambah margin Pertamina. Nah di
sinilah margin Pertamina ini kalau sesuai Permen No. 36 Tahun 2014 juga yang
33
merupakan penjelasan dari Perpres No. 191 tadi, untuk BBM yang umum
kategorinya adalah kategori dilepas pasar margin itu diizinkan 5-10% Pak. 5-10%.
Nah yang sekarang berlaku 6.700 itu belum 5% masih kurang 5%-nya persis di
6.750 sebetulnya, karena kami disuruh sedikit kurang, baik.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Ketua, interupsi Ketua.
Maaf begini Pak Ketua, saya punya usul sejalan dengan Pak Bambang
menyampaikan presentasi ini, Pak Bambang bisa memerintahkan stafnya untuk
membuat apa ya, ya saya pikir ketika kita keluar dari sini ditanyain oleh wartawan
supaya clear begitu loh. Saya usulkan begitu Ketua, supaya lebih enak, ya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Oke saya pikir bagus usulannya bisa dianu ya Pak ya, dijalankan kan? Oke.
Silakan Bapak lanjut saja.
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Baik, ini prinsip umum dulu Pak, nanti bahannya lagi disiapkan di belakang,
Pak, mohon maaf.
Jadi tadi COGS, ditambah margin SPBU, ditambah iuran BPH, ditambah
margin Pertamina itu menjadi harga dasar Pak.
Belum Pak belum, belum. Karena ini masih ditambah PPN 10%, ditambah
PPBKB 5%. PPN 10% Pak, PBBKB (Pajak BBM untuk Kendaraan Bermotor) itu 5%.
Khusus Bali, khusus Bali, ini ada Perda-nya Pak ini 10%. Oleh karena itu kenapa
Bali harga Premiumnya Rp.7000 karena beda 5% PBBKB. Jadi kami juga tidak bisa
berkelit kalau Perda-nya masyarakat Bali protes ya silakan minta, mohon maaf
Perda-nya diubah menjadi 5% baru sama.
Jadi itu terakhirnya menjadi harga juga itu Pak. Kira-kira garis besarnya
begitu, sedang disiapkan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Ketua.
34
Struktur Cost of Goods Sold-nya dijelaskan saja terperinci apa saja begitu
supaya saya catat ini.
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Baik, Cost of Good Sold sebetulnya itu komponennya itu adalah biaya
distribusi, jadi yang di dalam negeri angkutan, kapal, baik yang Jayapura itu pakai
pesawat, kemudian yang Jawa itu ada pipa, kereta api, dan sebagainya, dirata-rata
dibagi per liter, ditambah biaya pernyimpanan dari biaya operasi kita di depo,
ditambah biaya mobil tangki ke SPBU. Itu yang disebut biaya distribusi semuanya.
Nah ini kemudian ditambah tadi biaya overhead kantor pusat, ditambah kemudian
biaya cost of money dari inventory. Ini yang masuk total biaya distribusi dan
overhead menjadi ditambah COGM menjadi COGS. Begitu Pak Ramson, nanti detail
... (terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
kalau Cost 0f Goods Manufacture itu MOPs plus apa saja Pak?
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Itu MOPs rata-rata sebulan dari impor maupun dari produksi kilang Pak, kami
bagi berdasarkan waiting average, berapa persen premium yang produksi kilang,
berapa persen yang impor. Nah itu ditambah, ditambah karena landed price Pak,
ditambah ongkos angkut sampai sini. Jadi istilahnya kalau CIF Pak. kalau FOB
berarti tambah ongkos angkut kalau, CIF ya Cost, Insurance, dan Freight sampai
Indonesia. Prinsipnya begitu saja Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (Dr. Hj. NENI MOERNIAENI, SPOG):
Izin Pak Ketua.
Jadi harga keekonomian itu berapa sebetulnya Pak. singkat saja.
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Oke, sebetulnya harga yang benar kalau mengikuti yang tadi Perpres maupun
Permen Rp.6.750 di mana kami punya margin 5% sebenarnya saat ini. Tapi ini terus
berubah karena MOPs-nya ini kan turun ini. Terus kemudian ini agak tinggi
kelihatannya kenapa? Karena kami terbebani yang sebulan sebelumnya itu MOPs-
nya agak tinggi, average rata-rata nilai inventory Bu. Kira-kira seperti itu.
35
Nah tetapi Pemerintah memutuskan supaya Jawa, Madura, Bali bedanya
jangan banyak-banyak, 10% saja, jadi kami sebetulnya belum memenuhi Permen
Permennya 5% minimum tapi itu 4 koma itu .
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Maaf Pimpinan interupsi.
Saya ada pertanyaan sedikit.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Untuk yang impor apa tidak ada bea masuk ya, yang import. Apa sudah built in di situ? Kalau ada berapa persen itu?
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Sudah built in Pak Harry Poernomo, nanti kalau di detailkan bisa, ini kan tadi
kami menjelaskan harga ...(terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Berapa besar sih impor BBM sekarang kena pajak?
Terima kasih.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA)
Setahu saya PPh PPn itu 12,5% impor masuk Pertamina, maaf saya yang
kasih tahu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Sebaiknya begini Pak, saya usul untuk teman-teman semuanya, ini kan
sudah dibuat matriknya segera dibagikan nanti masukan di dalam materi pertanyaan
36
Bapak dan Ibu sekalian, sehingga tidak saling cross begini. Jadi saya pikir Bapak
menjelaskan dari apa yang sudah ini kan tadi sudah dijelaskan, mulai daripada cost
of apa tadi good manufacture sampai ke cost of good sold ya, komponennya apa
saja, kan tadi sudah dijelaskan. Nah matrik ini kita minta segera di-print kepada
seluruh anggota nanti kalau ada pertanyaan lebih detail dimasukkan di dalam materi
pertanyaan. Jadi kita sepakat begitu ya supaya tidak ini ya, ya oke.
Sekarang mengingat waktu sudah jam 16.00, tadi kita sepakati jam 16.00, jadi
saya perpanjang lagi sampai jam 16.30 ya oke.
(RAPAT : SETUJU)
Sekarang kita langsung saja ke penanya, karena sudah ada di meja Pimpinan
daftar daripada penanya. Untuk kursus yang mau menanyakan mengenai mengenai
ya chart yang lagi dibuat ini nanti menunggu terdistribusi sampaikan di dalam
pertanyaan
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua
Itu kok belum dibawa ke sini.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Belum sampai di sini Ketua.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E., M.Sp., N.Sc.):
Daftar pertanyaan kok, saya belum dapat itu.
KETUA RAPAT:
Belum dapat ya?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Saya juga belum.
KETUA RAPAT:
Wah ini ada, kok lucu.
37
ANGGOTA FRASKI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Kalau begitu saya duluan Ketua.
KETUA RAPAT :
Sebentar, sebentar.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Saya nomor 3 Pak Ketua. Nomor 3. Nomor telu.
KETUA RAPAT:
Ini saya juga jadi bingung kalau sampai belum teredar. Di sebelah situ banyak
Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Kiri tidak ada Ketua.
Jangan-jangan hanya yang di sebelah kanan Ketua saja, yang di sebelah kiri
tidak diberi kesempatan ini.
KETUA RAPAT :
Ini di sebelah kiri saya ada nama Pak Harry Purnomo.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO, S.E.):
Kita juga belum ada Pak Ketua di sini.
KETUA RAPAT:
Ini betul Pak Harry yang nulis atau bukan? ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
itu daftar dua minggu yang lalu Ketua. Itu daftar 2 minggu yang lalu.
38
KETUA RAPAT:
Sebentar, sebentar.
Oke kalau begitu mulai saya daftar ulang. Dari sebelah kiri. Pak Mustofa dulu
ya yang dari bawah deh. Sebentar Pak kita tulis dulu ini. Nomor 2 kanan,
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Dito Ganinduto.
KETUA RAPAT:
Pak Kurtubi dulu. Pak Kurtubi. Nomor 3 Pak Andi, Pak Hadi ya, Nomor 4
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Dito, Dito.
KETUA RAPAT:
Pak Dito ya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Nampaknya semua Ketua, jadi lebih baik tidak usah dicatat, jadi kanan-kiri,
kanan-kiri saja Ketua.
KETUA RAPAT :
Jangan, nanti repot.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Harus ada urutannya.
KETUA RAPAT:
Nomor 6 yang sebelah kanan Pak Inas ya, Nomor 7 sebelah kiri Pak Harry
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO, S.E.):
Perempuan juga dong Pak Ketua.
39
KETUA RAPAT:
Nomor 8 Ibu Dewie. Ini sudah langsung ini, Nomor 9 Pak Falah, Nomor 10
Pak Endre Syaiful.
Luar biasa peminatnya banyak.
Nomor 11 Pak Aryo ya
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (Dr. Hj. NENI MOERNIAENI, SPOG):
12 Neni.
KETUA RAPAT:
Nomor 12 Ibu Neni.
Nomor 13?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
Wah kalau saya sudah nomor diatas 12 Ketua, Kalau sudah diatas No. 13
lebih baik tidak bertanya ini saya. Saya yakin sudah akan banyak ditanyakan persis
dengan pertanyaan saya begitu.
KETUA RAPAT:
Pak Agus tulis Pak Agus.
Nomor 15 ada lagi?
Jadi sudah 15 penanya ya kita mainkan dulu ya sesi pertama ini mulai
daripada Pak Habib ini, Pak Habis Mustofa. Silakan Pak Habib.
ANGGOTA FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN (H. MUSTOFA ASSEGAF,
M.Si.):
Terima kasih Pimpinan.
Yang terhormat Pimpinan Komisi VII DPR RI,
Yang saya hormati Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota Komisi VII DPR RI,
Pak Dr. Dwi Sucipto beserta seluruh jajarannya dari PT. Pertamina Persero,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
40
Pertama-tama Pak Dwi kita apresiasi yang sudah dipresentasikan juga
mungkin ada beberapa dari kawan-kawan ini yang barangkali kurang paham betul
atau kurang mengerti. Saya kebetulan mengerti betul Pak Dwi Sucipto, saya
berharap Pertamina ini di pegang oleh Pak Dwi Sucipto ini bisa menjadi BUMN yang
handal karena beliau ini punya track record yang luar biasa hebatnya, 10 tahun
mengelola Semen Gresik menjadi semen Indonesia menjadi pemain dunia. Ini
prestasi anak bangsa yang patut dibanggakan dan harus sangat diapresiasi, tidak
banyak Dirut-Dirut BUMN kita yang bisa membawa perusahaan negara ke kancah
dunia Internasional, bahkan di tangan beliau ini Semen Indonesia sekarang bisa
mengakuisisi semen asing di negara asing dan sekarang menjadi pemain yang
hebat di tingkat regional. Saya kira ini bukan prestasi yang biasa kawan-kawan
anggota Komisi VII DPR RI. Saya berharap banyak Pak Dwi namun saya yakin dan
saya berbesar hati bahwa Pertamina di tangan seorang DR. Dwi Sucipto akan
menjadi pemain dunia yang hebat. Pak Dwi, saya juga mengharap kepada jajaran di
bawah Bapak ini apabila memberikan presentasi kita semua tahu bahwa Pak Dwi
memang tidak mempunyai background minyak, saya harap jajaran di bawah Pak
Dwi betul-betul menteri-support beliau karena kita semua akan menteri-support Pak
Dwi selagi program Bapak itu benar-benar untuk kepentingan rakyat masyarakat,
bangsa dan negara. Dan itu sudah pernah Bapak buktikan selama Bapak
mengemban amanah sebagai Dirut Semen Indonesia.
Pak Dwi, terutama anggota jajaran Pak Dwi ini seperti yang disampaikan di
sini 5, Five Mind Strategic Bisnis For 2015 ini kita minta Pak tolong lain kali untuk
presentasi seperti ini kita diberikan breakdown-nya yang lebih jelas Pak, misalnya
mengambil blok yang sudah habis masa kontraknya itu mana-mana saja blok yang
sedang dinegosiasikan dengan Pertamina, mana yang sudah habis, mana yang
akan habis, itu perlu disampaikan Pak, supaya kita tahu. Kemudian juga alasan-
alasan atau reasoning kenapa harus mengambil alih blok ini, kenapa tidak blok itu,
itu juga mohon dapat disampaikan kepada kita.
Selanjutnya apa-apa seperti yang disampaikan di sini memperpendek rantai
bisnis itu upaya-upaya sudah yang dilakukan seperti apa efektifitasnya bagaimana
karena kita saat ini melakukan kajian atau evaluasi terhadap kinerja tahun 2014,
sehingga kalau kita tidak tahu apa yang sudah diupayakan, apa yang sudah
dilakukan dan hasilnya seperti apa, bagaimana kita melakukan evaluasi. Kemudian
juga sentralisasi procurement kita mungkin juga perlu di-upadate lagi apa dan
bagaimana, kenapa kita perlu semua ini dilakukan lebih detail lagi karena di dalam
Komisi VII DPR RI saat ini banyak ahli-ahli perminyakan, sehingga ketika Bapak-
bapak nanti menyampaikan detail rencana kerja tahun 2015 mungkin di sini ada
perbaikan-perbaikan yang penting untuk kemajuan Pertamina ke depan seperti Pak
Harry sudah menguasai betul masalah perminyakan, Pak Kardaya Pimpinan kita,
Pak Kurtubi, banyak sekali Pak, ini source atau aset-aset dari Komisi VII DPR RI
yang Bapak-bapak bisa manfaatkan untuk perbaikan kinerja Pertamina ke depan.
Kemudian yang juga tidak kalah pentingnya Pak Dwi, mohon Ibu Yeni tadi
saya tulis namanya untuk energi terbarukan kita barangkali sudah harus mulai fokus
41
ke sana Pak Dirut, ke depan ini kita harus mulai fokus untuk mengembangkan energi
terbarukan, karena kita tahu bahwa source kita untuk panas bumi itu luar biasa kita
ini masuk mungkin the big five ya untuk cadangan panas bumi dunia. Mohon itu itu
bisa direncanakan untuk dikembangkan ke depan Pak supaya kenapa, harga-harga
listrik, infrastruktur yang paling utama itu adalah listrik, ketika kita bisa menekan
biaya listrik, harga listrik bisa murah, ekonomi rakyat semuanya akan bergerak Pak,
akan berkembang ke atas dan investor pun akan dengan mudahnya masuk ke
semua lini, ketika semua infrastruktur kita siapkan dan kita sediakan dengan harga
yang murah. Jadi mohon juga nanti pada pertemuan berikutnya Pak Dwi kita mohon
rencana juga untuk pengembangan energi terbarukan seperti apa.
Saya kira sementara itu dulu Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Mustofa. Berikutnya Pak Kurtubi ini alumni Pertamina juga ini,
silakan Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E.,
M.Sp., N.Sc.):
Terima kasih.
Bapak Dirut Pertamina dan jajarannya,
Saya akan coba bertanya, saya bagi atas sesuai dengan struktur
presentasinya hulu sama hilir. Hulu dulu saya mulai. Sampai sejauhmana proyek-
proyek EOR Pertamina itu sekarang dapat berkontribusi meningkatkan produksi ya,
sebab untuk meningkatkan produksi kan dari lapangan tua ya optimalisasi lapangan
yang ada dan kita harus menemukan cadangan baru. Penemuan cadangannya
sudah lumayan. Dan bagaimana dengan usaha Pertamina mencari cadangan atau
apa berpartisipasi dalam sektor hulu di luar negeri, apakah perannya terhadap
produksi minyak Pertamina ini. Tolong nanti dikasih jawaban tertulis juga produksi
yang dari EOR, yang dari luar negeri, yang dari lapangan own, yang dari apa
kerjasama KSO dan seterusnya.
Lalu, apa namanya, langsung saja untuk bisa meningkatkan produksi
memang antara lain betul strateginya bagaimana mengambil alih blok-blok yang sesi
produksi, kami akan mendukung penuh agar blok-blok yang sesi kontrak 100%
harus balik ke Pertamina, balik ke negara, negara itu diwakili oleh perusahaan
negara. Blok Mahakam mestinya 100% ke negara cq Pertamina tidak 15%, 25%
masih total dan seterusnya. Saya termasuk yang mendorong 100% harus
Pertamina. Total di sana sudah 50 tahun, more than enough 50 tahun itu, remaining
reserve di blok itu luar biasa besar. Ini cara untuk meningkatkan produksi Pertamina
dan penerima negara sekaligus ya. Kami dukung itu.
42
Lalu sektor hilir Bapak Direktur Pengolahan banyak kemajuan, terima kasih.
Yield-nya sudah bagus. Pertanyaan saya, tentunya Pertamina sebagai national oil
company juga harus bercita-cita bagaimana swasembada BBM. Saya sepakat
mendukung penuh upgrading kilang Pertamina, sekaligus menambah capacity dari
existing refinery-nya sekarang, tapi itu tidak cukup sudah masuk dalam program ini
membangun kilang baru. Membangun kilang baru harus didesain 100% impor
mungkin atau paling tidak mayoritas inti crude-nya crude impor, kalau itu yang
menjadi pedoman maka penentuan lokasi tidak seperti dulu lagi lokasi kilang baru itu
harus dekat lapangan minyak kita. Sekarang karena intake-nya adalah impor, tidak
perlu itu lagi pedomannya, pedomannya bagaimana mengefisienkan biaya distribusi
dari BBM yang dihasilkan oleh kilang baru ini ke costomer. Kalau kita lihat peta
perminyakan nasional sekarang, kilang-kilang itu terkonsentrasi di Pulau Jawa,
Kalimantan, dan Sumatera dapat kami pahami karena di sana konsentrasi penduduk
kita dan ekonomi di situ, tetapi untuk sudah paling tidak 10 tahun terakhir dan ke
depan pasti juga Indonesia bagian timur itu akan tumbuh, terlalu boros kalau BBM
untuk Indonesia Timur harus diangkut dari Balikpapan atau dari Cilacap ya. Saatnya
Pertamina merencanakan secara serius untuk membangun kilang baru yang
didesain mengolah minyak mentah impor itu lokasinya tidak lagi di Balikpapan atau
di Bontang, itu yang ingin saya katakan ya di NTB. Karena apa? Karena dia
selatnya sangat dalam 4 kilo dalamnya selat Lombok itu, lebarnya 60 kilo ya. Nah
tolong dijelaskan apakah Pertamina sejauh mana sudah merencanakan
pembangunan kilang baru. Kami akan dukung penuh itu Pak untuk kepentingan
bangsa kita dan kepentingan bisnis Pertamina dalam rangka bersaing nanti dengan
pemain-pemain asing yang kelihatannya dibuka lebar-lebar ini oleh Pemerintah yang
belum tentu saya sendiri setuju, belum tentu saya setuju dengan dibuka lebar-lebar
ya, tetapi kalau itu merupakan petacomply yang tidak bisa dihindari, siap-siaplah
Pertamina membangun kilang timur agar ongkos distribusinya itu bisa dihemat.
Lalu bagaimana dengan kilang TPPI Tuban ya. Saya berpikir kenapa tidak di-
take over Pertamina agar bisa langsung segera menghasilkan BBM yang lebih
banyak, tentu kami hormati hitung-hitungan ekonomi dan resiko hukum dan
seterusnya akan banyak membantu. Yang ingin saya sampaikan adalah Pertamina
juga harus punya cita-cita untuk sekali lagi BBM itu harus swasembada, sekarang ini
impor kita luar biasa besar BBM itu. Malu ya sebagai penghasil minyak sejak zaman
Belanda ini kok harus seperti ini, kalau minyak mentah impor ya sudah nasib
penemuannya sedikit, yang saya bilang salah kelola ini biang keroknya orang-orang
Migas kenapa produksi itu anjlok. Nah dalam rangka ini kami sedang Komisi VII
DPR RI ini berencana sudah program ya untuk memperbaiki UU Migas itu. Saya
termasuk yang berpendapat SKK Migas harus bubar balik ke Pertamina ya, SKK
Migas itu lembaga melanggar konstitusi yah, merugikan negara, masa minyak milik
sendiri harus dijual lewat pihak ketiga control cost recovery tidak akan pernah bisa
efektif wong dia sendiri tidak pernah mengerti ngebor berapa ongkosnya.
43
KETUA RAPAT:
Sebentar Pak Kurtubi. Pak Kurtubi fokus saja ke Pertamina dulu Pak, ini nanti
ada sesi legislasi untuk menjelaskan, karena sudah ngomong SKK luar biasa,
deviasinya nanti lebih anu lebih tajam lagi.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E.,
M.Sp., N.Sc.):
Terima kasih Pak Ketua.
Saya lanjutkan lalu tentang ISC (Integrated Supply Chain) kalau niatnya untuk
mengurangi, apa namanya, proses diimpor beli yang panjang yang selama ini yang
melewati trader dan seterusnya kami dukung penuh ISC ini. Tapi banyak kritik di luar
jangan-jangan ISC ini nanti mengarah ke dibukanya mafia baru ya jangan. Kami
sepakat ISC ini silakan untuk efisiensi impor. Kami dari dulu berbenah Pak, mestinya
impor itu langsung Pertamina hubungi langsung produsen di luar negeri siapkan
tenaga SDM-nya Pak Direktur SDM, siapkan tenaga SDM profesional yang
Pertamina sendiri bisa kontak bisnis dengan produsen BBM, Pertamina sendiri kotak
bisnis dengan pemilik lapangan minyak ya. Kita potong kompas itu semua ya.
Organisasinya disiapkan. Bila perlu ex Petral itu ditarik kembali jadi karyawan
Pertamina ya jangan lagi berpikir, apa namanya, melewati pihak ketiga meskipun
pihak ketiga itu ditunjuk lewat sistem tender yang jujur transparan, tapi yang menang
pihak ketiga itu bukan produsen tetap itu rugi negara sama Pertamina wong dia
ditunjuk membeli apa yang dibutuhkan crude ataupun BBM dia sendiri akan beli
crude atau BBM dari produsen, kenapa tidak Pertamina sendiri yang beli dari
produsen dimanapun di seluruh dunia Pertamina bisa kontak bisnis dengan oil
company di Kazakhtan, di Rusia, di mana pun bisa. Nah kalau SKK Migas ini tidak
bisa, bukan perusahaan kalau Bapak-bapak bisa begitu.
Demikian kira-kira. Terlalu banyak yang ingin saya sampaikan tapi waktu
sempit.
KETUA RAPAT:
Ini bukan yang pertama dan yang terakhir.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO, S.T., M.T.):
5 tahun ya masih panjang ya. Terima kasih banyak mohon maaf. Saya ini
sampaikan untuk kepentingan rakyat Pak, tolong dipahami itu. Demikian, terima
kasih.
44
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Dilanjutkan Pak Hadi Mulyadi, silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (H. HADI MULYADI, S.Si,
M.Si.):
Terima kasih Pak Ketua.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pertama-tama perlu Bapak-bapak Dirut ketahui bahwa yang hadir di sini tidak
semua pakar perminyakan jadi mungkin dalam kesempatan ini tidak semua bisa
memahami dan menghapal istilah-istilah yang ini satu SKS ini Pak, 3 SKS kalau di
perkuliahan, 2 bulan tidak hafal-hafal. Tapi saya melihat ada hal yang penting yang
Bapak sampaikan yaitu tentang Five Mind Strategic ini untuk 2015. Dan saya
sependapat dengan yang disampaikan Pak Habib tadi ini perlu rincian, apa yang
perlu kami support, apa yang perlu kami ketahui dan sebagainya.
Yang pertama tentang penguasaan ladang minyak. Saya dari Dapil
Kalimantan Timur Pak, di Kaltim itu lagi heboh persoalan Blok Mahakam mereka
minta partisipasi interest ya minimal 10%, padahal Pertamina ternyata belum ada
pelimpahan Pak ya? Di sana kabar burungnya sudah dilimpahkan Pak begitu. Nah
saya kira ini perlu dan saya sependapat dengan Pak Kurtubi tadi kita 100%
mendukung Pak, ini sudah 48 tahun, tahun 2017 nanti Total 50 tahun, saya kalau
bertemu dengan rekan-rekan di Kalimantan Timur kalau bicara dengan rekan-rekan
Pertamina mereka mengatakan kita bisa mengelola itu, tapi kalau bertemu dengan
rekan-rekan Total mereka meragukan, saya perlu jawaban ini Pak. Kami, kami justru
perlu jawaban sejauh mana apa yang diragukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin
Pertamina mengelola itu, bisa dijawab secara detail oleh Pertamina bahwa
Pertamina bisa mengelola itu dengan segala macam rinciannya.
Yang kedua, terkait dengan peningkatan kapasitas kilang, di sini hanya
peningkatan, tidak ada pembangunan kilang baru, memang ini bermasalah. Saya,
kita kemarin kunker ke Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, kabarnya pengelolaan
kilang itu hanya ekonomis sampai 65% saja, crude yang kita kelola itu hanya sampai
65% artinya sisanya hanya sampah yang tidak berarti, dalam artian tidak ekonomis.
Nah ini tentu perlu ada peremajaan atau upgrading kilang. Tapi saya juga
sependapat dengan Pak Kurtubi juga mestinya dicantumkan juga tentang
pembangunan kilang-kilang baru, kalau perlu di setiap pulau itu ada kilang baru,
sehingga ya karena Kalimantan Timur sudah ada, kita prioritaskan NTB lah, NTB
dan NTT. Kemarin Pak Kurtubi ngomongnya NTT, hari ini NTB jadi maksudnya
semuanya saya rasa. Oh NTB duluan. Artinya ini perlu kita tahu rinciannya Pak dan
tentu kita nanti dalam RDP selanjutnya roadmap-nya kapan kita membangun kilang
45
ini dan sebagainya, sehingga saya kira kita dukung penuh Pak Pertamina dan saya
kira dengan ini nasionalisasi Migas ini harus kita pastikan ke depan bisa lebih baik.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Hadi.
Kemudian Pak Dito silakan.
ANGGOTA FRAKSI PRTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Terima kasih Pimpinan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yang saya hormati Dirut Pertamina, para Direktur dan seluruh jajaran,
Pimpinan dan Anggota Komisi VII DPR RI yang kami hormati,
Sebelum saya melakukan pertanyaan kalau di Seven Sister company di
seluruh dunia Cevron, Exxon Mobile, BP, Conoco Philips, Shell dan lain-lain
sebagainya CEO-nya itu orang dari perminyakan itu atau dari lain, kira-kira 20-30
tahun pengalaman Pak, nah Bapak ini terus terang saja bukan orang minyak, tapi
dipercaya oleh Presiden dan Meneg BUMN saya kira Bapak ini orang yang luar
biasa hebatnya, mudah-mudahan bisa mengemban bisa mengemban Pertamina ini
menjadi world class company, Pak ya. Kalau kerjanya benar kita dukung.
Sekedar ilustrasi Pak Pertamina masuk ke Fortune 500 2014 Nomor 102,
Petronas No. 69 Pertamina berdiri tahun 1957, Petronas tahun 1974 sekedar
informasi Bapak saja sehingga mudah-mudahan dengan Bapak masuk kita akan
lebih naik lagi.
Baik langsung pertanyaan saya hanya cuma dua yaitu di upstream dan di
downstream. Di upstream ini begini Pak, Pertamina ini mempunyai lahan yang
begitu banyak yang belum dikerjakan Pak dan ini tidak salah Pertamina memang
dari dulu kan wilayah kerja yang begitu luas. Dulu Pak jamannya Bu Karen itu sudah
ada program yang Pak Samsul, Pak Samsul Alam juga mungkin tahu yaitu EOR
Pak, Enhanced Oil Recovery itu memang satu-satunya yang bisa menaikan produksi
Pertamina yang melakukan kerjasama dengan perusahaan yang sudah punya
pengalaman. Tapi pada waktu itu payung hukumnya sedang disiapkan oleh SKK
Migas, tapi pada waktu itu sudah sampai ke Presiden kemudian katanya dua minggu
selesai ternyata tidak selesai. Kemudia Pertamina sangat bagus punya ide untuk
46
melakukan EOR dan KSO tapi kalau sistemnya seperti biasa tidak ada orang yang
mau Pak, prosedur harus mengikuti PPK 007, masuk bea masuk dan lain-lain
sebagainya, tidak ada yang mau. Akhirnya ada sampailah tanda tangan kemudian
tapi ternyata di situ ada masalah yang Bapak mungkin pernah baca di Tempo
sampai staf dari walking level dari Pertamina dipanggil ke Kejaksaan segala macam,
akhirnya tidak ada yang berani, paraf pun tidak berani, boro-boro jalan Pak, brigade
200 ... yang dibentuk oleh Pertamina akhirnya sampai sekarang nyaris bubar. Ini
informasi saja Pak, saya sudah sampaikan SKK Migas dan saya akan sampaikan ke
Menteri ESDM besok hari Kamis, saya minta Pemerintah membuatkan payung
hukum sehingga kalau ada payung hukumnya ini bisa jalan, ini sekedar informasi
untuk Bapak saja.
Yang kedua mengenai hilir Pak saya pernah membaca koran dari Pertamina
akan menyetop Ron 88, tolong dipikirkan Pak ini saya tahu ini adalah levelnya
Kementerian, Pemerintah, tapi akan kami berikan ilustrasi bahwa kalau menyetop
ron 88 kita akan membeli ron 92 sudah pasti kita akan mengeluarkan uang yang
jauh lebih banyak, karena apa Pak, ron 92 itu dibuat oleh seluruh negara dan semua
kilang yang membuat kilang ron 92 sudah punya kontrak pembelinya, jadi kita harus
nge-beat, nge-beatnya bisa plus 5, plus 6 dolar pasti lebih mahal daripada ron 88,
kecuali kalau Pertamina sudah siap dengan kilangnya ron 92 oke boleh dilakukan.
Mengenai ini Pak, masukan dari tim reformasi bahwa sekarang saya sudah
tahu temuannya dan kita sudah tahu, saya sudah tahu secara cukup detail bahwa
dulu itu ternyata SK Dirut No. 39 yang mewajibkan melakukan pembelian izin ekspor
maupun impor lewat Petral dan harus melakukan lelang lewat NOC itu sebenarnya
agak lucu Pak, NOC tidak memproduksi Ron 88 akhirnya NOC membeli dari
produsen, ya saya kira Bapak sudah tahu, dan sekarang sudah akan kembalikan
lagi ke ISC oke. Kalau memang mau dikembalikan ke ISC itu harus langsung
Pertamina membeli langsung kepada produsen, tidak ada lagi cerita sekarang yang
namanya, apa namanya, apa broker atau apalah itulah, apa namanya, trader dulu itu
Petral itu mengatakan bahwa trader, trade as produsen juga, ya tidak boleh dong
Pak, jangan disamakan. Nah kalau ISC nanti akan membeli vendor list-nya itu
jangan sama dengan vendor list yang ada di Petral. Itu saya nanti di Panja Migas
kita akan bongkar itu ya. Karena itu orang tidak bikin itu. Nah sekarang nanti orang
tahu bahwa akan membeli langsung, ngaku-ngaku ini produsen, jadi Pertamina
harus melakukan hal-hal seperti ini Pak, satu Pak ya membeli langsung pada
produsen, siapa itu produsen adalah yang benar-benar mempunyai storage ya,
produsen yang benar-benar mempunyai kilang, kenapa kilang ? karena ... stock-nya
kan dari kilang Pak, jadi kalau dia produsen tidak punya ... stock, belinya dari mana-
mana, ada shortage repot. Perusahaan yang financial capability, kemudian
mempunyai pengalaman pekerjaan, mempunyai storage tidak hanya di Indonesia
saja, di mana-mana, kira-kira seperti itulah Pak. Dan itu harus diinspeksi oleh
Pertamina, jangan semua orang mengaku-ngaku saja padahal itu cuman trader saja.
Paham Pak ya, jadi itu harus kita awasi Pak, jadi langsung membeli karena kita satu
hari 800 ribu barel oil kita beli, minyak mentah 325, BBM 500 sekian itu banyak itu
Pak ya.
47
Kemudian mengenai cadangan nasional Pak, cadangan nasional ini akan
saya angkat di Menteri, karena ini sebenarnya bukan kewajiban Pertamina, tapi
sekarang yang menanggung adalah Pertamina, Bapak sudah sampaikan 18 hari
saya juga baca di media dari Saudara Ahmad Bambang bahwa sedang mencari
cadangan untuk menaikan, sebab negeri kita harus naik Pak cadangannya Pak,
tidak mungkin kita dengan 240 juta penduduk itu cadangannya cuman 18 itu tidak
masuk akal Pak. Singapura itu penduduknya cuman seemprit itu cadangannya 90
hari Pak, Malaysia penduduknya 30 juta, cadangannya 30 hari, kita 18 hari tidak
mungkin, oke. Jadi saya minta, saya sepakat yang pernah saya baca di koran
Saudara Ahmad Bambang akan melakukan inventarisasi silakan go head bisa
Pertamina sendiri investasi, bisa Pertamina kerja sama dengan orang, tapi harganya
harus kompetitif, nanti Pak Inas akan membuka berapa harga yang benar untuk
storage tersebut.
Jadi saya kira itu Pak, jadi cadangan tolong Bapak sampaikan, ini memang
kewenangan Menteri, tapi dari Pertamina harus menyampaikan juga masukan ini
sangat berbahaya kalau cadangan kita cuman 18 hari Pak.
Kemudian saya bicara ini semua berdasarkan kita mengacu ke depan harga
minyak 50 dolar ke depan Pak, jadi ini adalah its about the time Pertamina untuk
melakukan yang tadi saya sampaikan juga di-upstream-nya KSO itu pun kalau ada
investor yang mau, belum tentu ada investor yang mau Pak dengan harga 50 dolar
cost-nya sekarang 20-30 dolar, marginnya sangat tipis, belum spread-nya resikonya
sangat besar, jadi Pertamina sekarang harus berubah paradigma jangan jadi un-
tenar ya Bapak ya, jadilah seperti perusahaan-perusahaan minyak yang lain, jadi
harus benar-benar berpikir sebagai swasta, karena kalau jadi un-tenar kita sudah
tidak cocok lagi, apalagi minyak lagi turun, jadi di bawah Pimpinan Bapak kita akan
lihat produksinya tadi sudah tahu berapa, nanti kita lihat satu tahun lagi jadi berapa,
kemudian kita lihat lagi profit-nya jadi berapa, marginnya jadi berapa, kemudian
nambah bloknya jadi berapa, gasnya segala macam dan lain-lain sebagainya.
Sekian, terima kasih Pimpinan.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
ANGGOTA FRASKI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO,
S.T., M.T.):
Ketua, interupsi Ketua.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Dito.
48
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO,
S.T., M.T.):
Interupsi Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Agus.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. AGUS SULISTYONO,
S.T., M.T.):
Tadi waktunya diperpanjang sampai jam 16.30 WIB, saya usul beri
kesempatan kepada Bapak-ibu dari Pertamina dan kita semuanya untuk break dulu
sholat setelah itu nanti kita masuk jam 17.00 WIB. Saya pikir usul yang bisa diterima
oleh semuanya, karena anggota bisa satu-satu, bisa keluar sholat, tetapi dari pihak
Pertamina yang ingin menjalankan ibadah tidak meninggalkan ruangan ini. Saya
usul Ketua.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke terima kasih usulannya Pak Agus.
Sebagaimana yang biasa kita lakukan dari pihak mitra juga boleh Pak, kalau
mau sholat silakan walaupun di sini dipimpin oleh Pak Dirut sampaikan saja kepada
kami karena harus ada sholat maka digantikan oleh direksi yang lain silakan, jadi
kita berjalan saja Pak, supaya waktunya kita bisa hemat. Tapi tadi saya diingatkan
mengenai waktu saya pikir itu bagus sekali, bagaimana kalau ini kita akhiri sampai
jam kita lebih bagus 17.30 lah yang lebih masuk akal ini supaya kita tidak lupa-lupa
perpanjang, 17.30 WIB Bapak-ibu sekalian ya. Terima kasih.
(RAPAT : SETUJU)
Oke sekarang gilirannya Pak Ramson, nanti siap-siap Pak Inas. Silakan Pak
Ramson.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Terima kasih Pak Ketua.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semuanya.
49
Pak Ketua, rekan-rekan Anggota Dewan yang terhormat,
Pak Dirut, Direksi Pertamina dan jajaran yang saya hormati,
Saya to the point saja Pak Dirut bahwa tadi pertama dari sisi yang aktual
mengenai harga premium ron 88 masih kalau tidak salah di sini bahwa harga MOPs-
nya sekitar Rp.4.417 berarti sekitar 56 USD per barel, harga di pulau Jawa 6.700.
Sebagai perbandingan di Amerika serikat 1,9 USD per barel, eh per galon, jadi
sekitar 6.280 per liter di Amerika Serikat di SPBU, memang isi sendiri Pak Dirut. Jadi
termasuk tinggi harga, itu ron 89 di Amerika Pak 1,9 USD per galon, 1 galon 3,785
liter, jadi mudah saja membaginya, jadi sekitar 6.280 per liter di Amerika yang
negaranya sangat kapitalistik, ini sebagai perbandingan saja buat Direksi Pertamina,
di kita 6.700 itu yang pertama.
Yang kedua, dari itu nanti tolong dijelaskan Pak Dirut, artinya bagaimana agar
paling tidak kita jangan di atas harga negara yang sangat kapitalistik yang
pendapatan per kapitanya belasan kali pendapatan perkapita rakyat Indonesia
karena saya tentunya Fraksi Partai Gerindra harus membela wong cilik rakyat kecil,
begitu Pak Ketua.
Terus yang kedua, bahwa di sini pendapatan dari Pertamina itu laba
bersihnya 3,21 milyar USD, sekitar 35 triliun rupiah, yang mau saya tanyakan untuk
kebijakan nanti tahun 2015 apakah Pertamina dibebankan oleh Pemerintah untuk
mengkontribusikan deviden untuk Pemerintah untuk pendapatan negara bukan
Pajak di APBN Perubahan 2015. Karena tentunya bahwa dari informasi yang
berkembang Pertamina mau melakukan refund terhadap 6 refinery yang
memerlukan investasi sekitar 10 milyar USD. Sayangnya Pak Kurtubi refund-nya itu
yang sudah existing saja, maunya tadi Pak Kurtubi tadi dibangun di NTB, saya
maunya dibangun di Pemalang atau Pekalongan sebagaimana perdebatan kami di
televisi gitu, saya maunya dibangun lagi yang baru di Pemalang atau di Pekalongan
karena daerah saya soalnya. Tetapi ini dari perencanaannya yang refund itu hanya
yang sudah ada saja Pak tidak jauh-jauh dari Balikpapan, Pelaju, Dumai, Cilacap,
Balongan sama satu lagi, di Cilacap. Nah itu tolong dijelaskan juga mengenai
perencanaan itu Pak Dirut kira-kira nanti sumber dananya dari mana dan
pengembangan peningkatan kapasitas produksi refinery kita jadi berapa juta barel
per hari, artinya BBM.
Tadi kembali lagi yang tadi sedikit lupa, soal yang pertama tadi itu harga
Rp.4.417 itu MOPS itu, itu BBM atau crude oil, itu tolong dijelaskan. Terus berapa
volume crude oil yang diimpor oleh Pertamina, berapa BBM volumenya yang diimpor
oleh Pertamina juga, sehingga terstruktur cost-nya seperti ini Pak Dirut. Seperti tadi
yang sudah ada digambarkan di sana supaya lebih singkat Pak Ketua.
Terus yang berikutnya saya juga apresiasi kalau ini benar bahwa sektor hulu
potensial 2015 akan lifting-nya 325.000 barel per hari jadi hampir setara dengan
Cevron, Cevron sekarang juga di kepala 3. Sekarang dari laporan atau prognosa
yang diajukan oleh Pertamina 252 ribu barel per hari. Mudah-mudahan ini apa yang
50
di kemukakan di sini benar, jadi jangan hanya iming-iming kalau ini terjadi ini Pak
Dirut ini, Pak Ketua, jadi kalau di dalam terminologi harga minyak dulu windfall profit,
artinya apa namanya, ketimbang untung pas dia masuk sudah ada perencanaan
tiba-tiba naik, padahal yang merencanakan bukan beliau tetapi langsung tahun
depan dari 252.000 barel per hari menjadi 325.000 barel ini luar biasa ini Pak Dirut,
karena saya dulu artinya bermitra dengan Pertamina mulai dari Pak Martiono, Pak
Baihaki, Pak Arifi sebagai Dirutnya sampai ke Pak Aris Sumarno, baru ini loncatan
yang luar biasa lifting minyak nanti dalam waktu satu tahun 100 ribu barel per hari.
Terus yang berikutnya Pak Dirut, di sini tadi dikemukaan pendapatannya itu
3,2 milyar USD sekitar 35 triliun. Tolong dijelaskan rasionya itu pendapatan dari
sektor hulu berapa puluh persen, dari sektor hilir berapa puluh persen, karena
bagaimanapun investasi di sektor hilir juga sangat besar apalagi akan mencapai 10
milyar USD, tetapi kalau Pak Direksi Pertamina atau Pak Dirut memaksakan rasio
keuntungan dari sektor hilir itu besar, yang korban adalah rakyat Pak Dirut. Jadi itu.
Terus yang satu lagi Pak Dirut, Pak Dirut ini kan ahli management strategic
biarpun tadi katanya belum ini di oil and gas kata Pak Dito, saya ingin tahu targetnya
direksi sekarang ini apa untuk Pertamina, secara normatif otomatis sudah ada
targetnya Pertamina tapi kalau ada pergantian direksi itu ada target. Yang saya mau
ingatkan Pak Dirut jangan sampai ada upaya financial enginering sehingga nanti
Pertamina go public jadi swasta, kalau itu saya akan habis-habisan Pak Ketua
memblok, memblok karena dulu juga pemikiran itu pernah ada di salah satu Dirut
Pertamina yang dari luar masuk ke dalam karena selama masa saya dulu ada satu
Dirut yang bukan dari dalam, jadi kalau itu akan kita blok Pak Ketua, karena
memang ada pemikiran yang kapitalistik bahwa harus go public padahal tidak Pak
Dirut, itu kan hanya soal kepemilikan, soal strategi management bagaimana
kapasitas Bapak-bapak saja, soal kepemilikan apakah itu milik negara, milik 240 juta
rakyat apakah itu jadi milik swasta pribadi-pribadi yang bisa memiliki mayoritas di
situ, itu hanya soal kepemilikan. Jadi saya sangat mengharapkan dengan
background Pak Dirut yang apa namanya S3-nya management strategic, tolong
arahnya jangan rekayasa keuangan, financial enginering sehingga untuk go public,
tetapi bagaimana me-manage sumber daya yang ada termasuk yang dimiliki
Pertamina dan juga yang dimiliki republik ini tetap itu milik 240 juta rakyat tetapi bisa
berkembang seperti nyaperusahaan Malaysia Petronas, yang dulu belajar dari
Pertamina tapi sekarang menjadi besar. Maksud saya Pak Dirut, di dalam menyusun
strategi kalau memerlukan perubahan peraturan perundang-undangan silakan kita
bicara ke Komisi VII DPR RI, jadi Undang-undangnya bisa diubah jangan seperti
maaf saja Menteri ESDM ini sebagai analogi bahwa di situ dilarang 2014 baru
dilarang ekspor raw material, 2011 sudah keluar peraturan Menteri melarang ekspor
material padahal 2014 keluar peraturan menteri memperbolehkan ekspor yang raw
material berarti itu melanggar undang-undang, jadi membuat kebijakan strategi itu
tolong di dalam rule, kalau rule-nya mau diubah laporkan ke Komisi VII DPR RI,
itulah fungsi kami di sini Pak Dirut, jadi bukan kami hanya bertanya seperti dulu kata
Ahok, Pak Ahok Gubernur ah kalau DPR RI itu hanya bertanya 3 menit, bukan. Di
DPR RI itu kita berpikir strategi Pak, berpikir strategis, di sinilah diatur semua ini di
51
republik ini antara lain kerjasama dengan Pemerintah, jadi bukan hanya soal
bertanya 3 menit karena nanti apa yang akan kita bahas di sini akan kami bahas di
rapat internal termasuk dalam pembahasan amandemen RUU Migas yang tadi
seperti Pak Kurtubi katakan akan berupaya memindahkan SKK Migas ke BUMN
atau ke Pertamina, itu juga salah satu rekayasa, alternatif rekayasa yang perlu
dipikirkan oleh Direksi Pertamina andaikata itu yang terjadi nanti, artinya itu perlu. Itu
saya bicara karena Bapak kan tadi itu soal management strategy jadi harus sudah
ada alternatif strategy-nya soal itu, karena bisa saja nanti di dalam proses
amandemen Undang-undang Migas itu terjadi, kalau itu terjadi itu sudah perintah,
semua warga negara terikat dalam perintah itu. Itulah kekuatan DPR RI.
Demikian Pak Ketua apa yang saya kemukakan adalah hal-hal yang strategis
Pak Ketua, demi untuk kepentingan bangsa khususnya rakyat kecil agar
pendistribusian pendapatan negara itu lebih merata atau kualitatif. Demikian terima
kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Ramson. Pak Inas.
Tapi mohon waktunya ya, karena ini waktunya sudah jam bergesernya cepat
sekali jadi kalau bisa dibatasi 3 menit akan lebih bagus, terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Terima kasih.
Selamat bertemu lagi Pak Dwi. jadi karena Pak Dwi ini baru di Pertamina
tentu saya harus memberikan informasi yang seluas-luasnya. Jadi jangan jangan
marah kalau saya cerewet Pak karena ini saya lakukan untuk kepentingan kita
sama-sama, dan memberikan masukan dan informasi yang benar kepada Pak Dwi
walaupun itu hanya sedikit tapi Pak Dwi bisa membuka seluruh informasi ini
sehingga Pertamina yang akan datang jauh lebih baik.
Seperti pertanyaan saya yang lalu mengenai kapal Smyrni(?) kenapa itu saya
tanyakan karena mengenai kapal yang dibajak pada tahun 2014 ini simpang siur
Pak, MT Smyrni dalam MT Smyrni yang dibajak di perairan Somalia itu terdapat
crude-nya Pertamina yaitu azeri crude sejumlah kurang lebih 1 juta barel. Nah
informasi yang waktu itu disampaikan oleh Muhammad Harun bahwa Pertamina
tidak melakukan apa-apa tidak men-carter kapal itu, tidak membayar asuransi itu
tetapi di belakang terungkap katanya Petra yang mencarter kapal itu tetapi begitu
dikonfirmasi kepada Petra, Petra tidak mengaku mencarter kapal itu, Petra
52
mengatakan bahwa itu dicarter oleh PT. Titaland, PT. Titaland kita kontak, kita
tanyakan mereka juga tidak mengaku mencarter kapal itu jadi si luman yang
mencarter. Nah inilah jadi kenapa saya meminta penjelasan komprehensif pada Pak
Dwi, saya ingin tahu ada apa sebenarnya di belakang pencarteran kapal ini, ada apa
dibalik pembelian cargo ini. Inti poinnya adalah itu bukan masalah pembajakannya,
kapal itu dibajak pada tahun pada bulan Mei 2012 dan baru dilepas 2013. Saya juga
mendapat informasi bisa saja salah, karena sebenarnya satu tahun kapal itu ada di
sana itu banyak crude yang sudah hilang, namanya juga pembajak. Kemudian
asuransi itu dibayar oleh Tugu Pratama, kita tahu mungkin di-cover lain, tapi yang
lucunya adalah kenapa Tugu Pratama dan siapa yang membayar asuransi pada
Tugu Pratama, itu pertanyaan saya pertama.
Pertanyaan kedua adalah mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh VP
LNG Pertamina yaitu melanggar Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 42/M-
DAT/PER-2009 tentang ketentuan ekspor dan impor minyak dan gas. VP LNG telah
menjual, telah mengekspor, LNG kepada ... kurang lebih pada bulan September
2014 tanpa ada izin dari Migas, Dirjen Migas, ini pelanggaran berat Pak, seharusnya
Pertamina itu izin ekspornya dibekukan, tapi kan tidak mungkin. Nah ini ada tindakan
tegas, sikap tegas dari Pak Dwi terhadap pelakunya. Kenapa bisa melakukan itu,
jangan karena mentang-mentang ini perusahaan negara, ahh gue tantang saja,
kalau gue mau ekspor loe mau ngomong apa, ini tidak boleh seperti ini Pak, karena
setahu saya memang ada background yang tidak baik antara Dirjen Migas yang
lama yaitu Pak Hermantoro dengan VP yang sekarang, ini masing-masing kita
terbuka saja Pak, ini punya jago pembeli, ini punya jago pembeli akibatnya juga
bukan hanya terjadi ekspor yang tanpa izin dari Dirjen Migas tetapi Pertamina gagal
menjual 10 cargo gas pada tahun 2014, kalau satu cargo itu 45 juta dolar berarti
negara karena yang dijual oleh Pertamina adalah bagian negara, negara kehilangan
penghasilan 450 juta dolar, 10 cargo tidak terjual akibat tarik-tarikan antara Dirjen
Migas dan VP LNG. Dan Menteri ESDM pada saat itu telah memberhentikan Dirjen
Migas saat itu Edi Bimantoro, dan diganti plt, dan kemudian diganti lagi plt. Nah
bagaimana sikap Pertamina dengan hal ini, itu yang kedua.
Saya quick saja Pak karena waktunya terbatas. Saya memahami bahwa
Pertamina nanti mungkin kalau ternyata belum ya saya minta maaf, tetapi yang saya
tahu bahwa Pertamina sudah menyewa oil tangki yang ada di Merak Pak. Saya
sudah mengecek kepada oil tangki di Singapura, oil tangki di Singapura mengaku
bahwa oil tangki Merak sudah dijual kepada orang Indonesia yang dekat dengan
Dirut Pertamina yang lama. Nah itu disewa dengan harga 1 dolar per barel, per
bulan, sedangkan saya cek kepada BMT Merak, mereka hanya menjual ada sekitar
60 sen per barel per bulan. Saya cek oil tangki di Singapura berapa, 7,5 dolar per
m3, itu m3 setara 7,2 kurang lebih jatuhnya itu di dalam USD 0,87 USD per barel.
Jadi Pertamina sudah menyewa tangki ini, kalau memang itu sudah disewa, itu
sangat mahal Pak karena fee seperti itu. Karena kalau kita terbuka, saya sedikit
mencari tahu siapa pemiliknya, saya tahu Pak, pemilik siapa oil tangki Merak itu
sekarang, ini harus diklarifikasi oleh Pak Dwi juga.
53
Kemudian yang berikut, yang berikut ini saya melihat di dalam Pertamina,
Pertamina berusaha mengatasi losses Pak, saya akan cerita tentang losses bahwa
losses ini terjadi bukan saja dimulai itu sejak pelabuhan muat Pak, kalau kita bicara
losses karena cargo impor terutama BBM bersubsidi, karena apa, karena Pertamina
pertama kapal-kapal yang disewa adalah kapal-kapal tua yang justru anehnya
losses itu angkanya diantara 0 koma, sekitar 0,3%. Kalau 0,3% dikali impor
Pertamina BBM bersubsidi, saya tahu impornya rata-rata 1 bulan 10 juta barel,
kadang 9,5, kadang 9, kadang 11, kadang 12, rata-rata 10 juta barel betul Pak ya,
10 juta barel, kalau 0.3 % berarti kehilangan pertama losses itu sekitar 30.000 barel
Pak, dikali harganya berapa itu per bulan, setahun berapa losses-nya. Yang saya
pikirkan kalau ini losses kalau Pertamina dalam pada saat yang lalu untuk
subsidinya kepada Pemerintah dengan angka BL maka Pemerintah harus
membayar lebih dari subsidi, losses juga dimasukan di sana, seharusnya tidak
masuk dalam perhitungan subsidi. Jadi selama ini saya menengarai bahwa kita BBM
kurang, kita jebol itu masalah losses, bisa jadi. Bisa jadi karena losses, karena
sampai 2 minggu yang lalu saya dengar masih ada rapat Pertamina tentang losses
juga, ini tidak pernah selesai. Persoalannya Pak Pertamina, selalu memaksakan
dengan FOB. Saya agak heran gitu, begitu FOB dan kapal yang dicarter tua-tua
Pak. Kapal yang dicarter tua-tua. Saya pernah 2-3 kali diajak oleh trader di
Singapura kita melihat bagaimana kapal Pertamina setelah loading di loading port di
Singapura dari ... atau dari oil tanking, atau dari universe itu selalu dia melakukan
banker Pak di tengah laut, di OPL pada saat dia banker di tengah laut itu ada barge
yang nempel, satu barge bunker, satu ada barge kecil yang tadi saya lihat draft-nya
tinggi. Begitu selesai bunker ini barge yang kecil ini draft-nya turun. Artinya apa Pak?
Ada minyak yang dipindahkan. Saya menyarankan kepada Pak Dwi, coba Pak Dwi
mengubah term ini menjadi kembali kepada CFR, apakah losses-nya bisa hilang apa
tidak, kalau dipaksakan rapat terus, rapat terus, kapal yang dipakai tua, orang yang
ditunjuk di sana yang mengerjakan di Singapura juga podowae itu-itu juga, saya
bilang losses ini tidak akan pernah hilang, losses akan terus terjadi dan besar
angkanya Pak.
Kemudian satu sedikit lagi Pak ya.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Mohon maaf tadi kembali ke apa Pak, CIF atau?
ANGGOTA FRAKSI PARTTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
CFR, setahu saya dulu pernah CFR Pak.
ANGGOTA KOMISI VII DPR RI:
Maksudnya CIF Pak.
54
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Iya CIF atau CFR, kalau CIF kalau Pertamina mau bayar insurance ya pakai
CFR juga boleh Pak, boleh CIF, boleh CFR lah.
Nah kemudian ada potensi Pertamina akan mengalami kerugian karena saya
dengar bahwa Pertamina akan mengimpor Shell gas pada tahun 2014, eh sorry
2019 maaf Pak, pada 2019. Shell Gas ini setahu saya Pak, setahu saya Pertamina
menggunakan perhitungan dengan menggunakan yang namanya Handlehub, bahwa
Handlehub ini tidak berbasis pada minyak, Handlehub berbasis pada distribusi pipa
yang ada di Amerika. Saya kalau kita baca di internet Handlehub ini termasuk yang
namanya pabrikasi harga gas radikal Pak, mau minyak turun, dia mau naik, naik
Pak. Setahu saya formulasinya adalah 1.15% Handlehub, dan Pak Mudakhir
mengatakan itu angkanya 4,5 dolar, kita murah kata Pak Mudakhir membeli Shell
Gas. Pak, kita rakyat tidak boleh, jangan dibohongi karena Shell Gas yang dibeli 4,5
dollar itu baru dalam bentuk Shell Gas, itu fix-nya belum dihitung karena ... nya
ternyata 3,5 dolar jadi total sudah 8 dolar, transportasinya 3 dollar, sudah 11 dollar.
Belum PPn. Itu kalau dihitung dengan harga Handyhub sekarang sekitar 4,2 dollar,
bagaimana pada 2019 prediksi para pakar mengatakan Handlehub ini sekitar 6
dollar. Kita akan, Dirut Pertamina akan menderita kerugian pada tahun 2019 saja
sekitar sudah 3 trilyun, kalau kontrak itu 20 tahun, berapa puluh trilyun Pertamina
akan merugi. Nah, ini tolong dipertimbangkan baik-baik mengenai Handlehub.
Yang berikut yang berikut yang menjadi permasalahan selalu kita dibilang
kekurangan, langka BBM, langka BBM, persoalannya cuma satu Pak, yaitu tadi
storage. Pertamina tidak pernah berupaya untuk membuat storage padahal hitung-
hitungan saya membangun storage dengan kapasitas 1 juta kubik meter itu kurang
lebih 250 juta dollar. 1 juta kubik meter. Daripada Pertamina akan membangun
menara Pertamina dengan angka 850 juta dolar kenapa tidak membangun 3 juta
kubik meter storage, itu lebih penting, sehingga ketahanan stok nasional ini kita bisa
ditingkatkan, yang tadinya 18, 18 hari Pak ya, karena saya tahu 18 hari itu sebagian
itu adanya dikapal Pak, bukan di head storage, di land storage, tapi di kapal, ada
dua, tiga kapal itu. Betul Pak ya?
Nah ini harus diperbaiki Pak, ngapain sih bangun menyaingi Petronas dengan
menara Petronasnya, tetapi lebih baik berpikirlah untuk membangun storage.
Membangun storage 2 tahun selesai Pak. 2 tahun selesai. Saya kasih informasi saja
kepada Bapak mungkin ini berguna bahwa Oiltangking itu membangun storage di
Karimun Jawa, itu mereka mengakui, sebenarnya bukan punya Oiltangking Pak,
punya perusahaan Rusia, mereka merasa dikibuli oleh Dirut yang lama sudah
bangun 2015 ini selesai, 2015 ini akan selesai storage yang Karimun, tetapi ternyata
perjanjian pada saat itu bahwa nanti perusahaan tersebut bisa menggunakan kapal-
kapal Rusia untuk operasional di Indonesia, saya katakan bullshit tidak bisa, kita tiap
negara tetap berasas pada cabotage. Tidak bisa. Mereka datang kepada ... ternyata
55
gagal. Saya bilang kalau anda mau jual datang ke Pertamina, saya kasih nomor
telepon Pak Dwi, silakan datang ke Dirut Pertamina tawarkan storage, menurut
mereka, mereka membangun itu diangka 200 juta dollar. Nah silakan nanti Pak Dwi
kontak, kalau memang perlu nomor contact-nya akan saya kasih, Pak Dwi silakan
contact langsung.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Ini kok terlalu vulgar ini.
KETUA RAPAT:
Jadi bagaimana sudah?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Saya kira masih cukup waktu, saya akan berikan secara tertulisnya Pak,
masih ada yang saya tulis di sini, nanti Pak Dirut tolong, saya berikan kepada
Sekretariat untuk ini. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Inas.
Ini sangat bagus dan saya mohon ini menjadi perhatian betul dari jajaran
Direksi Pertamina yang baru. Karena apapun itu diucapkan oleh Anggota Dewan
sehingga mempunyai tanggung jawab publik apa yang berkembang bukan sekedar
isu Pak, tetapi sesuatu yang harus bisa ditindaklanjuti sebagai wujud daripada
tanggung jawab kita bersama. Maka saya sependapat kalau apa yang disampaikan
oleh Pak Inas tadi secara tertulis sehingga terstruktur karena itu menyangkut data-
data teknis ya yang perlu mendapatkan tindaklanjut daripada menurut saya
managemen daripada Pertamina. Kalau memang bisa dipertanggungjawabkan
Bapak yakin bahwa tidak melakukan penyimpangan sebagaimana disampaikan
tolong dibuktikan. Karena ini merupakan bentuk dari pada fungsi pengawasan yang
kebetulan bisa dikemukakan oleh salah satu Anggota Dewan kita. Tadi saya sudah
waktunya sudah sangat panjang saya mau menstop kok sayang gitu karena apa
yang diucapkan saya melihat ada satu hal yang sangat esensial sekali gitu,
makanya tolong Pak Inas itu disampaikan ke Sekretariat nanti akan menjadi
pertanyaan resmi yang akan kita sampaikan kepada Direksi.
Jadi Bapak/Ibu sekalian, kalau memang ada pendalaman-pendalaman atau
yang dibekali dengan data-data yang cukup silakan, dan saya akan menyediakan
waktu yang cukup karena ini merupakan hal yang kita harapkan sebetulnya dari
Anggota Dewan untuk bisa berikan masukan seperti ini.
56
Berikutnya saya mohon Pak Harry Poernomo, nanti siap-siap Ibu Dewie Yasin
Limpo. Pak Harry dulu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN IONDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY
POERNOMO):
Terima kasih.
Rupanya makin sore makin panas, tapi saya mencoba untuk cooling down.
Terima kasih Pak Pimpinan.
Yang saya hormati Pak Dwi sebagai Pimpinan Direksi,
Ada dua hal yang ingin saya pertanyakan, yang pertama saya ingin
mengevaluasi paparan Pak Dwi tadi, pertama terkait dengan tambahan cadangan
Migas, walaupun ini sudah 5 tahun, 4 tahun berlalu, tapi saya tergelitik untuk
menanyakan di halaman 3 ya persisnya, halaman 3, pada tahun 2011 itu terjadi
penurunan cadangan minyak mentah yang sangat signifikan ini sebetulnya apa yang
terjadi pada waktu itu? Ini sangat mengundang pertanyaan, karena angkanya sangat
mengkagetkan.
Kemudian yang kedua akan saya bandingkan dengan prognosa 2015 dari
sektor hulu, menurut pandangan saya, sangat ambisius, tolong bisa di-elaborated
singkat saja apa yang kira-kira membuat kita optimis kenaikan seperti tadi Pak
Ramson sampaikan, kenaikan produksi sampai hampir 30 persen, karena terus
terang saja kenaikan produksi minyak mentah di atas 20 persen dalam kurun waktu
satu tahun ini saya itu belum pernah dengar sebetulnya. Apakah ini terkait dengan
program EOR yang tadi dipertanyaan, disinggung oleh Pak Dito. Kenapa ini saya
angkat? Karena di dalam prognosa 2015 jangan kita hanya bermimpi saja tapi kami
ingin angka-angka yang realistik, mengingat besaran proyeksi Pertamina ini nanti
akan menjadi dasar perhitungan di APBN. Karena SKK Migas kemarin juga pada
waktu RDP sangat mengandalkan Pertamina. Oleh karena itu, tolong ini diyakinkan
betul, kalau perlu dengan semacam apa fakta integritas ya, kalau ini memang
diyakini bisa, kalau tidak bisa konsekwensinya apa, supaya Direksi juga punya apa,
dorongan motivasi yang cukup. Tadi di dalam ulasan Pak Dwi, saya melihat Pak Dwi
juga komentarnya termasuk pesimistik terhadap kenaikan ini.
Yang kedua, saya mewakil pertanyaan rakyat banyak, sangat sederhana, Pak
Bambang sudah ada ya, terkait LPG 3 kilo saya sangat memahami tidaklah mudah
untuk Pertamina itu menjamin meratanya distribusi LPG 3 kilo dengan berbagai
alasan yang disalahgunakanlah, yang distribusinya terbukalah, tetapi apapun
57
alasannya kami tidak ingin Pertamina menikmati keuntungan sementara rakyatnya
susah untuk mencari LPG. Oleh karena itu saya mohon dengan segala hormat
kepada Direksi hal ini menjadikan perhatian. Jangan kita silau membangun korporasi
Pertamina dalam rangka meningkatkan kinerja, tetapi juga harus ingat penugasan
khususnya LPG 3 kilo, karena di Pulau Jawa, Sumatera seingat saya tidak ada lagi
minyak tanah subsidi.
Yang berikut, kami ingin mendapatkan gambaran yang lebih rinci, karena
Pertamina sendiri seolah-olah sudah membuka diri untuk bersaing di sektor retail,
sementara kami beranggapan banyak hal yang harus diperbaiki kalau memang
pasar retail ini nanti terbuka. Kami tidak ingin Pertamina belakang hari menyusut
seperti pengalaman kita amati di sektor penjualan minyak industri yang non subsidi
Pertamina ternyata kemampuan jualnya atau pemasarannya tergerus oleh pesaing-
pesaing. Kami tidak ingin ini terjadi di sektor retail.
Kemudian yang terakhir tolong Direksi yang baru khususnya Pak Dwi ini,
memang kalau kita mati saat statistik dari angka nominal pendapatan Pertamina baik
pendapatan bersih maupun pendapat kotor seolah-olah secara nominal naik, angka
yang dipaparkan tadi laba bersih mencapai 3 milyar dolar 2014 RKAP.
DIRUT PT. PERTAMINA:
RKAP Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY
POERNOMO):
RKAP ya.
Laba bersih.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Di RKAP rasanya belum ada anu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY
POERNOMO):
Sorry, sorry, tidak, unaudit realisasi ini?
DIRUT PT. PERTAMINA:
Kalau yang realisasi ini turun Pak jadi 2014 itu 1,57 dan turun dibanding
dengan 3,06 milyar US Dollar di tahun 2013.
58
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY
POERNOMO):
Berapapun besaran nominal pendapat dan laba ini tolong juga di kaji,
dibandingkan dengan kondisi tahun yang bersangkutan, karena tiap tahun ini kondisi
harga minyak berbeda kurs dolar terhadap rupiah juga berbeda. Oleh karena itu,
jangan kita mudah silau kalau pendapatan Pertamina itu akhir-akhir ini cukup
membanggakan. Ambil contoh kalau kita mengambil grafik di baris paling atas
halaman, maaf ini tidak ada halamannya ini, pendapatan 70 milyar dolar, tetapi pada
harga minyak saat ini 2014 katakan rata-rata 100 US ya, kalau kita bandingkan
dengan pendapatan Pertamina 5 tahun 6 tahun yang lalu manakala harga minyak
belum setinggi 100 dolar per barel, mungkin angka ini bukanlah angka yang
membuat kita cukup berbangga. Tadi disitir oleh Pak Dito, Pak Dito Ganindito, kita
masuk Fortune Five Hundred ya, oleh karena itu, di dalam mengukur kinerja
Pertamina, saya harapakan Pertamina juga membandingkan pendapatan riil ini
dibuat dalam skala harga minyak berapa kemudian kurs US Dollarnya berapa
dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang sama pada periode yang lalu. Parameter
yang sama pada periode yang lalu, sehingga kita melihat apakah kinerja Pertamina
dari tahun ke tahun itu betul meningkat atau hanya karena apa windfall profit saja,
karena perkembangan harga minyak. Supaya kita bisa mengukur secara realistis
kalau kinerja Pertamina itu memang membaik. Kalau kita pelajari dari tahun ke tahun
karena ini skalanya, grafiknya, mulai dari 2011 hampir tidak ada peningkatan yang
signifikan dari pendapatan maupun laba. Apalagi kalau dibandingkan harga minyak
pada saat grafik ini dibuat rata-rata sudah $ 100 kalau kita melihat sampai 10 tahun
yang lalu manakala waktu itu harga minyak baru 25 dollar, mungkin keuntungan ini
bukanlah cerminan dari kinerja Pertamina secara keseluruhan. Oleh karena itu, ke
depan saya harapkan kalau memang kita ingin bersaing atau menggunakan
benchmark Petronas, parameter-parameter ini juga menjadi tolak ukur, karena kalau
kita hanya silau terhadap besaran nominal US dollarnya saja mungkin kita tidak bisa
mendapatkan gambaran yang realistis.
Saya pikir itu saja Pak Dwi yang utamanya karena kami mewakili masyarakat
banyak mohon perhatian LPG 3 kilo karena beberapa hari yang lalu di media televisi
Metro banyak masyarakat yang protes sehingga tabung-tabung LPG itu dibuang, ini
cerminan kalau distribusi LPG kita masih jauh dari harapan. Ini yang sangat menjadi
pertanyaan masyarakat bilamana kami berkunjung ke daerah selalu masalah LPG
ini.
Ini yang terakhir saya ada kelupaan saya tadi bicara banyak kita mengenai
harga BBM apakah itu yang penugasan ataupun yang terbuka atau non PSO, rakyat
banyak hanya menanyakan terhadap harga ini pemerintah itu mengambil untung
atau tidak tolong ini diberikan penjelasan, karena masyarakat sekarang ini
pertanyaannya sangat sederhana, masak pemerintah ambil untung, harusnya kan
pemerintah mensubsidi kepada masyarakat terutama masyarakat yang kurang
mampu. Pertanyaan ini banyak berkembang di kalangan akar rumput. Kami belum
59
mendapat penjelaskan tadi hanya Pertamina yang ada margin keuntungan, tapi
kondisi pemerintah bagaimana terhadap minyak yang tidak disubsidi apakah hanya
mengenakan pajak saja atau juga memungut sesuatu secara tersembunyi mungkin
ya, dengan alasan untuk konsentrasi ke biaya-biaya pembangunan infrastruktur.
Itu saja Pak Dwi dan Direksi Pertamina yang saya hormati. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Harry.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Point of clarifiication. Saya tadi berasumsi keuntungannya 3,2 milyar, Tahu-
tahu riilnya 1,57 milyar, jadi ada penurunan 50 persen dari RKAP Pertamina. Nah itu
nanti tiolong dijelaskan kenapa itu terjadi Pak Dirut.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Ya, terima kasih. Banyak hal yang penting dan ini sekarang masih ada sekitar
8 lagi penanya kalau kita membikin rata-rata 3 menit itu sudah 24 menit sendiri.
Untuk yang penanya berikutnya jadi mohon waktunya dijaga betul supaya kita bisa
setengah 6 selesai. Selesai dari penanya, nanti ada jawaban singkat dari Direktur
Utama yang dilanjutkan dengan jawaban tertulis. Jadi mohon singkat, padat, jelas
gitu.
Silakan Bu Dewie.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO,
S.E.):
Baik, terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak Direktur Utama Pertamina Persero beserta seluruh jajarannya,
Kemarin ini kita ketemu dengan Hiswana Migas, direkturnya, ketuanya datang
dengan rambut yang sudah botak, katanya ini biasanya Hiswana Migas itu istrinya
60
bisa 7 sampai 10 Pak, tapi dengan kondisi keuntungan yang begitu minim terpaksa
istrinya tinggal satu. Hari ini kita ketemu Dirut Pertamina kita itu rambutnya cukup
lebat, cuma putih semua ya. Ini kita intermezo sedikit karena kita dari tadi kayak
sudah ini ya. Sehigga saya bisa berpikir mungkin tahun depan kita ketemu Bapak,
mudah-mudahan juga tidak botak, tapi mungkin sudah putih semua tidak ada lagi
yang hitam.
Singkat pertanyaan Pak, saya harus juga panjang lebar karena ini baru ada
perempuan dan kita tidak boleh ini kan, harus perempuan juga menjadi satu sumber
inspirasi. Pertama yang ingin saya tanyakan agak lain ke luar sedikit, terkait potensi
kerugian negara dan kerugian Pertamina dengan adanya istilah kencing di laut oleh
salah satu angkatan di tubuh TNI, yang sering melakukan transaksi minyak di laut
bagaimana Pertamina mengantisipasi hal tersebut, dan berapa juga jatah
penggunaan bahan bakar untuk TNI Angkatan Laut dari Pertamina. Itu satu.
Kemudian yang kedua untuk mendapatkan biaya yang murah Bapak Presiden
kita, Bapak Jokowi menyampaikan akan mengimpor minyak mentah dari Senagong,
Cina, yang jauh lebih murah. Pertanyaan saya sudah berapa cargokah yang sudah
diimpor dari Anggola. Karena yang kita tahu sampai-sampai Wapres dari Angola itu
kan datang. Tolong Bapak jelaskan.
Kemudian kalau tadi Pak Kurtubi mengatakan bahwa bagaimana kalau
pemerintah membangun kilang minyak di NTB maupun NTT, saya juga menawarkan
bahwa di Sulawesi Selatan Pak, Dapil saya, itu di Selayar, itu pulaunya bagus sekali
itu, dan itu memang sudah pernah di ini Saya menawarkan untuk investasi kilang
minyak Pertamina ini dilakukan juga di Selayar, jadi bukan Pak Kurtubi di NTB saja,
tapi di Sulawesi Selatan juga harus menjadi perhatian. Selayar lebih bagus iya Pak
Ketua.
Terima kasih Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (DR. KURTUBI, S.E., M.Sp., N.Sc.):
Relatif lebih dekat ke Balikpapan, Selayar itu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO,
S.E.):
Kemudian pertanyaan berikut adalah, oh ini terkait dengan rakyat kecil kita
mengenai distribusi pasca perubahan harga BBM dan gas bagaimana Pertamina
mengantisipasi masalah di masyarakat, lebih khusus terhadap pengawasan
penggunaan tabung 3 kilo yang banyak digunakan tidak sesuai peruntukannya.
Perlu aturan khusus dan regulasi untuk penyalurannya.
61
Kemudian yang terakhir Bapak ini banyak sekali yang datang kepada saya itu
apa dia minta dibantu atau minta masukkan tapi pada umumnya mereka mengeluh
soal perizinan pembangunan SPBU, SPBE dan agen LPG, katanya susah dan
angker-angker. Ini bagaimana ini terkait, apakah sudah sesuai dengan revolusi
mental tolong diubah dan yang datang sama saya, saya katakan jangan ke saya,
silakan datang ke sana, Pertamina. Saya tidak, bukan urusan mengurus-ngurus izin-
izin, saya bukan tempat mengurus izin, saya khusus bagaimana memperjuangkan
Saudara-saudara dan masyarakat sebagai warga negara yang baik dan bagaimana
negarai ini bisa bangun, bangkit, dan martabat sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh founding father kita.
Demikian Pak, terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya Dewie Yasin Limpo, Fraksi Partai Hanura, A560.
KETUA RAPAT:
Terima kasih. Mantap sekali wakil perempuan.
Selanjutnya Pak Falah Amru. Mohon disingkat, padat. jelas.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
(H. N. FALAH AMRU, S.E.):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih Pimpinan. Terima kasih juga kepada Dirut Pertamina yang
sudah mulai meninggalkan dunia hitam penuh dengan kesucian karena putih semua.
Ada beberapa pertanyaan dari saya Pak Dwi Sucipto, karena waktu juga sudah
semakin larut mungkin saya sederhana saja menyambung apa yang disampaikan
oleh Bapak Kurtubi, Ibu, terus juga Pak Ramson soal kilang ya yang kita punya
kilang itu di Indonesia itu kan baru 6 dan produksinya pun jiga baru separuh dari
kebutuhan kita makanya 50 persennya kita kan masih impor. Harus ada solusi
konkrit kalau kita investasi membangun kilang itu salah satu solusi konkrit yang
bagus, tapi tentunya juga membutuhkan banyak hal yang harus dipertimbangkan,
apakah Pertamina juga melirik yang di Tuban ya, untuk lebih dikembangkan kembali.
Itu satu.
Yang kedua premium yang kita hasilkan itu kan kualitasnya masih sangat
rendah ya Ron 70, pertanyaan saya sederhana saja Pertamina untuk mensiasatinya
kualitas minyak kita ini supaya lebih bagus apakah masih mencampur dengan
HOMC ya High Octan Mogas Component.
62
Yang ketiga Pak soal Blok Mahakam, sedikit saya juga ingin menanyakan,
memang untuk meningkatkan produksi migas, bahkan Pertamina ingin sekali
menyamai atau melebihi Petronas maka mencoba menguasai apa itu, kilang-kilang
minyak yang sudah ada yang kontraknya sebentar lagi habis termasuk Mahakam.
Ada pertanyaan besar untuk benar-benar menjaga kesiapan tersebut diperlukan
biaya yang besar Pak Dirut ya, kemudian juga diperlukan kemampuan teknologi
yang memadai, juga kemampuan mengelola risiko, kalau itu memang Pertamina
memang benar siap, katakan siap, jadi jangan sampai kita juga masih
mempernyatakan kesiapan dari Pertamina.
Itu saja Pak Dirut. Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
Berikutnya Pak Endre Saifoel.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASAIONAL DEMOKRAT (H. ENDRE SAIFOEL):
Terima kasih Pimpinan.
Kepada Bapak Direktur Utama Pertamina, saya hanya bertanya sedikit saja
ini Pak, mungkin tidak sampai 3 menit. Pertama saya mengapresiasikan sekarang ini
Pertamina sudah merambah ke luar negeri untuk mencari ladang minyak atau blok
minyak dari tahun 2011 sudah mulai ke Aljazair dan sampai ke Irak 2013, 2014
sudah nyampai lagi ke Malaysia. Yang kami pertanyakan sekarang Pak yang dari
sisi perusahaan di Aljazair dengan menghabiskan biaya yang sangat besar dan juga
di Blok West Kurma menghabiskan biaya juga besar, yang sekarang apa yang bisa
diuntungkan dari situ. Sedangkan, sementara ada informasi untuk Blok Irak Kurma
itu hanya tidak minyak yang didapatkan oleh Pertamina tapi hanya keuntungan fee
waktu minyak dunia $ 110, hanya mendapat 1,9 sen. 1,9 sen, kalau sekarang tentu
sudah mendapat 0,8 sen. Jadi saya minta tertulis ke Pertamina pertama berapa
keuntungan Pertamina dari 3 blok tersebut apakah memang betul-betul untung atau
impas atau bagaimananya, dan juga kapan break event point atau balik modal
sementara di blok-blok kita di Indonesia masih banyak. Yang ketiga berapa kontrak
yang tersisa dari 3 blok tersebut. Empat berapa nilai aset aset tersebut nilainya
sekarang. Yang kelima ini bagi rakyat Indonesia apa keuntungannya Pak yang dari
yang 3 blok itu, manfaatnya. Kami mohon itu dijawab tertulis melalui komisi Pak.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
63
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Endre.
Selanjutnya Pak Aryo.
ANGGOTA FRAKASI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (ARYO P.S.
DJOJOHADIKUSUMO):
Terima kasih Pimpinan.
Pertanyaan pertama saya kepada Bapak-bapak dari Pertamina, adalah
mengenai PSI, saya ingin tahu apa skema PSI yang sudah ideal dan kira-kira
mengakomodir perkembangan kebutuhan industri Migas. Yang saat ini apakah
sudah ideal atau kira-kira perlu modifikasi, kalaupun perlu diganti kira-kira apa lebih
baik, yang terbaik bagi negara tetapi juga untuk investor. Yang menurut saya dalam
hal ini kira-kira Pertamina bisa disebut mewakili kedua-duanya.
Petanyaan saya yang kedua melanjutkan apa yang tadi sudah disebut oleh
Profesor Kurtubi mengenai masa depan SKK Migas, bahwa Profesor Kurtubi merasa
balik lagi ke Pertamina, ke National Oil Company. Kalau saya ingin tahu saya ingin
ada jawaban dari Pertamina sendiri karena ini kan adalah rapat dengar pendapat
resmi dan ini akan saya kutip jawaban Bapak-bapak kira-kira apakah Pertamina siap
mengemban tugas itu menjadi regulator bisnis hulu atau kira-kira belum siap ya itu
sama seperti sekarang, atau mungkin dikelola oleh Kementerian ESDM. Saya ingin
tahu tolong mohon dijawab. Ini saya saya tanyakan ini juga kepada SKK Migas
kemarin, sekarang giliran Pertamina, nanti hari Kamis saya pasti akan tanya kepada
Menteri, nanti kalau jawabannya beda-beda, ini jadi menarik ini pasti. Pasti menarik
sekali.
Pertanyaan saya yang ketiga, dalam pengelolaan Migas baik untuk hulu
maupun hilir kira-kira kendala apa saja yang di hadapi oleh Pertamina ketika
berhubungan dengan Pemda, kan kebetulan kami di DPR berhubungan dengan
pemerintah pusat, saya yakin dengan, karena kebetulan saya juga di Badan
Legislasi dimana salah satu fungsi dan tugas utama saya adalah sinkronisasi dan
harmonisasi atau peraturan-peratuan, jadi kira-kira apa yang dialami oleh Pertamina
dalam kegiatannya.
Kemudian pertanyaan saya yang terakhir mengenai Domestic Market
Obligation (DMO), menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 sudah diatur yaitu
minimum 25 persen, jadi konsekwensinya tata kelola Migas ini berubah dari sebuah
komoditas yang merupakan pendapatan negara, government revenue menjadi
sebuah ... Yang dimana kebutuhan domestik dimanfaatkan secara optimum demi
pembangunan ekonomi. Jadi saya ingin tahu apakah ada kendala atau hambatan
64
dalam mengimplementasikan batasan DMO yang sudah ditetapkan saat ini. Dan
bagaimana kesiapan infrastruktur Pertamina.
Itu saja empat pertanyaan saya. Tapi satu hal lagi tadi apabila Profesor
Kurtubi, Ibu Dewie Yasin Limpo dan Pak Ramson rebutan kilang minyak di Dapil
mereka masing-masing, kalau saya di DKI III mohon jangan dibangun di Dapil saya
karena sudah tidak ada tempat lagi Pak, kita lagi butuh tanah untuk Rusun, jadi tidak
ada tempat lagi buat kilang minyak, jadi jangan dibangun di Dapil saya, Jadi saya
dengan senang hati memberikan kepada teman-teman yang lain. Tapi yang ingin
saya tambahkan yang kami perlukan di DKI III adalah SPBG, sekarang ini Trans
Jakarta busnya kekurangan gas, investor Bus Trans Jakarta menunggu SPBG-nya.
Ya Bapak-bapak tahulah mungkin banyak yang macet ke sini, sekarang jam macet
pasti pulangnya lebih macet lagi. Saya yakin demi kepentingan kita semua di ibu
kota tolong kira-kira Pertamina menjadi ujung tombak pembangunan SPBG yang
lebih banyak.
Sekian saja dari saya. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Aryo.
Selanjutnya Ibu Neni.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (Dr. Hj. NENI MOERNIAENI,
SPOG):
Baik, terima kasih Pak Ketua.
Menindaklanjuti pertanyaan Pak Aryo tadi, adindaku, kira-kira tahun 2015 ini
ada berapa SPBG yang akan dibangun oleh Pertamina. Karena ke depan tentu lebih
banyak yang kita menggunakan gas.
Yang kedua kita bicarakan dari tadi adalah energi yang sifatnya unrenewable
resources, sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui. Pertanyaan saya aksi
Pertamina di 2015 untuk energi baru terbaru, saya tidak melihat di sini kira-kira apa.
Kemudian yang untuk Blok Mahakam kebetulan saya dari pemilihan
Kalimantan Timur mewakili Bontang, 14 kabupaten/kota, kontraknya akan habis
2017, Pertamina katanya siap akan beroperasi di sana tetapi tidak lagi
menggandeng Total, menggandeng perusahaan lain yang saya baca. Informasi
yang saya terima, kira-kira siapa perusahaan yang lain itu ya. Mohon kejelasannya.
Kemudian mengenai TPPI yang mempunyai hutang kepada Pertamina 377
milyar dolar, sebesar 4 trilyun, ini mungkin salah satu sehingga penghasilan
Pertamina tahun ini berkurang begitu. Tadi Pak Kurtubi mengatakan mengapa tidak
65
di-take over saja TPPPI oleh Pertamina. Kalau saya tidak salah TPPPI yang
punyanya itu mengunakan dana Century, jadi perlu hati-hati ini. Jadi perlu hati-hati
untuk kita memikirkan take over, jangan sampai gegabah nanti temuan KPK ya,
tetapi bagaimana kita mengambil uang kita yang 4 trilyun tersebut. Kemudian Pertal,
kita tahu Petral adalah anak perusahaan Pertamina, yang katanya mafia-mafia gas
di situ atau mafia-mafia segala macam ada di situ, yang alhamdulillah tadi Bapak
Dirut mengatakan akan segera dihapus dan digantikan dengan ISC, kapan itu, dan
mudah-mudahan jauh lebih baik lagi. Mungkin itu saja pertanyan dari saya.
Terima kasih. Dan saya tambahkan lagi Pak, saya sama dengan Ibu Dewie,
banyak sekali konsituen datang kepada saya, Bu Neni tolong dong bantu saya bikin
SPBU susah sekali izinnya sudah 3 tahun. ada lagi depot minta saja agen LPG
bertahun-tahun kasian sudah habis uang banyak, tidak sedikit Pak, dari meja ke
meja katanya, harus ada ini, ini, tidak sesuai dengan revolusi mental. Orang ingin
berinvestasi kok dibikin susah. Tolong diubah paradigma ini kalau memang betul itu,
tolong diubah ini.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Bu Neni. Selanjutnya Ibu Katherine.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (KATHERINE A.
OENDOEN):
Selamat sore Pak Ketua,
Selamat sore Bapak-bapak dari Pertamina,
Saya Katherina Angela Oendoen, dari Fraksi Partai Gaerindra, A-382, Dapil
Kalimantan Barat.
Yang saya ingin tanya hanya data dari SKK Migas dikatakan bahwa lifting
minyak mentah kita tahun 2014 ini kurang lebiih 800.000 barel per day, pertanyaan
saya berapa besar kontribusi Pertamina terhadap total lifting secara nasional, dan
yang kedua berapa cost yang dikeluarkan oleh Pertamina. Itu saja, karena mungkin
teman-teman yang lain sudah banyak bertanya.
Bagi saya Dapil Kalimantan Barat juga perlu diperhatikan Pak, mungkin bisa
dipertimbangkan untuk dibuatkan SPBG dan juga kilang minyak, karena kita tahu
daerah Kalimantan adalah daerah selama ini tidak ada gempa.
Terima kasih. Selamat sore. Sekian.
66
KETUA RAPAT:
Ya terima kasih.
Dua penanya terakhir, saya tidak lihat ada di ruangan Pak Agus Sulistyiono
dan Pak Daryatmo, mungkin dari meja Pimpinan kalau ada yang mau ditanyakan
silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (MERCY
CHRIESTY BARENDS, S.T.):
Pak Ketua, mungkin sebelum ke meja Pimpinan. Pak Ketua, satu menit Pak
Ketua. Mungkin tidak masuk daftar list, tapi mungkin.
KETUA RAPAT:
Silakan, silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (MERCY
CHRIESTY BARENDS, S.T.):
Iya
Terima kasih Pak Ketua.
Saya Mercy Barends, Dapil Maluku, Fraksi PDI perjuangan, A-228.
Saya langsung saja, Pak Kepala Pertamina dan jajaran, mungkin banyak
teman-teman sudah bicara dari hulu ke hilir semuanya, saya karena mewakili
wilayah-wilayah yang sulit di wilayah kawasan kepulauan, Maluku dan sekitarnya,
kita punya persoalan dengan SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan), kemarin waktu
reses saya melakukan pertemuan resmi dengan kepala Pertamina dan jajaran
Hiswana Migas dengan seluruh agen-agennya, ada satu persoalan yang sangat
krusial per tahun lalu nomenklatur untuk pembangunan Solar Packed Dealer
Nelayan dihilangkan di Kementerian DKP. Yang kedua ketika pembangunan Solar
Packed Dealer Nelayan, ternyata ada persoalan cukup serius berkaitan dengan lay
out dan speck pembangunannya tidak sesuai dengan konstruksi yang disarankan
oleh Pertamina. Pada saat pertemuan hari itu dengan Kepala Pertamina kita
memikirkan bagaimana kalau Solar Packed Dealer Nelayan itu dibangun saja oleh
Pertamina sekalian, karena memang harus sesuai juga dengan spesfiikasi
tangkinya, perpipaan atau piveline dan seterusnya. Nanti kemudian baru dibicarakan
dengan Hiswana Migas atau dengan koperasi nelayan. Tetapi mungkin karena
persoalan marginnya yang sangat tipis baik koperasi maupun Hiswana Migas ogah-
ogahan untuk membangun ini SPDN karena ini untuk akses bagi BBM bagi nelayan-
nelayan kecil di wilayah pesisir di pulau-pulau yang sangat sulit. Jadi Bapak-bapak
kita tidak bicara yang besar-besar, yang sangat luas sekali, tetapi untuk kepentingan
masyarakat kita di wilayah-wilayah pesisir lihat minyak saja susahnya minta ampun.
Jadi kita minta juga sikap resmi dari Pertamina kalau memang betul mau
67
membangun SPDN ini maka ini saya akan umumkan resmi ketika saya pulang reses
Pak.
Sekian dan terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
Pak Daryatmo silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (Ir. H.
DARYATMO MARDIYANTO):
Terima kasih Ketua dan anggota yang terhormat, serta Direksi Pertamina. Ya
karena waktunya sudah mepet jadi singkat saja. Sebenarnya apa yang kami
sampaikan sejalan dengan yang disampaikan Bu Mercy dan beberapa teman lain,
yaitu soal posisi Pertamina sebagai BUMN yang ditugasi oleh negara atau
pemerintah untuk menyalurkan BBM subsidi. Saya kira itu standing yang ingin kami
sampaikan dan sangat berkepentingan berkaitan dengan besaran subsidinya. Maka
ketika paparan tentang harga ini yang sudah diumumkan di publik oleh Menteri
ESDM dan juga oleh Direksi Pertamina disampaikan di sini, ya maka sebenarnya
persoalan yang muncul adalah apakah sudah ada skenario dari Pertamina bersama
ESDM ketika premium dinyatakan sebagai harga pasar, saya kira ini sebuah soal,
karena pada saat ini dengan pengumuman ESDM di Indonesia ada 3 jenis harga
premium ya. Kategori Jawa, Bali, luar Jawa, Bali dan Bali. Dengan demikian ini
pertanyaan penting apakah secara sadar memang Pertamina sudah melepaskan diri
dari tugasnya yang disampaikan oleh pemerintah atau negara untuk menyalurkan
BBM subsidi maupun BBM lainnya. Saya kita itu satu hal, sehingga kami ingin
menanyakan itu.
Kemudian yang kedua adalah berkaitan dengan solar dari kategori 46 juta
kiloliter 2015 tentu ada solar, dan ini ada solar subsidi yang harganya 1.000, dan ini
tugas diberikan kepada Pertamina maka yang ingin kami tanyakan adalah soal yang
berhubungan dengan di sini ada margin, margin SPBU dan sebagainya, ada
perhitungan dan sebagainya. Lalu perhitungan Alpha yang selama ini ada, perlu kita
ketahui adalah Alpha adalah biaya distribusi yang ditanggung oleh negara ya.
Formula ini penting untuk kita ketahui. Jadi posisi Alpha ini sebenarnya
menempatkan Pertamina tidak akan rugi, tetapi Pertamina diberi rupiah oleh negara
untuk menyalurkan kepada keperluannya yaitu seluruh rakyat Indonesia. Maka
formula di sini apakah masih formula lama ataukah sudah ada konsolidasi baru
dengan Kementerian ESDM dengan penugasan-penugasan ini. Apa sebabnya
kemudian di dalamnya di sini ditulis bahwa beberapa keterangan misalnya tentang
solar adalah nol ke seluruh NKRI misalnya, kompensasi biaya distribusi ke seluruh
NKRI untuk solar nol, ya dipaparan anda. Kemudian kompensasi biaya distribusi
keluar Jawa Bali 2 persen harga dasar 114 sekian. Kemudian kompensasi biaya
68
distribusi ke luar Jawa Bali tidak ada keterangannya atau nol. Jadi ini yang penting
kami tanyakan sebagai BUMN yang selama ini secara sadar, secara terus menerus
untuk menyalurkan BBM subsidi.
Dengan demikianlah, berikutnya adalah soal yang berhubungan dengan
catatan keuangan, ketika kita menyusun APBN selalu ada keluhan yang namanya
carry over, utang pemerintah kepada Pertamina setiap tahun yang selalu di-carry
over pada setiap pembahasan APBN. Kalau ini menyangkut soal kinerja maka selain
kinerja-kinerja yang kita maksudkan tadi apakah soal kinerja yang menyangkut
keuangan ini sudah dapat dikatakan bahwa pemerintah tidak punya hutang sama
sekali, dan dengan demikian Pertamina memperoleh piutangnya itu, dimanakah
tempatnya piutang itu masuk di dalam neraca yang ada ini.
Kemudian yang terakhir adalah soal SPBU, di sini tidak diterangkan tetapi
dalam catatan kami selama 5 tahun distribusi seluruh BBM ini paling ujung hanya
SPBU, terserahlah masyarakat mau menerima harga berapapun yang penting I
sudah nurut Pertamina karena Alpha dan sebagainya. Titik terjauhnya hanya SPBU.
Dimanakah letak tanggung jawab yang namanya BUMN Pertamina ini, yang ketika
dilahirkan berada pada posisi yang mengambil alih seluruh aset-aset kolonial.
Dengan demikian sebagai sebuah contoh di sebuah kabupaten di Saumlaki,
kabupaten apa Mba Mercy namanya, ya Maluku Barat Daya, kalau kita lihat 5.000
SPBU di sana hanya ada satu SPBU seluruh Kabupaten Maluku Barat Daya, Kota
Saumlaki. Maka muncullah SPDN untuk nelayan, SPBB, APMS dan sebagainya.
Tetapi itu tidak masuk di dalam kerangka skenario bisnis maupun skenario
penugasan Pertamina. Pada posisi ini kami ingin memberikan penjelasan atau
memperoleh penjelasan kemudian dan kemudian kita sampaikan kepada ESDM
dimanakah letak posisi negara dalam melindungi masyarakatnya dalam memperoleh
hajat hidup orang banyak yang namanya BBM ini, khususnya BBM solar yang masih
memperoleh subsidi maupun BBM premium yang sudah ada skenario atau
keterangan seperti itu. Keputusan politik di manakah yang kemudian melepaskan ini
bahwa Pertamina sudah tidak mengurus BBM subsidi premium. Pertanyaan ini
kepada anda juga untuk Pertamina, tetapi akan kita sampaikan kepada ESDM.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Apabila selesai dari anggota saya persilakan dari meja Pimpinan, Pak Mul
dulu terus Pak Kardaya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Terima kasih.
69
Saya langsung saja Pak, Pak Dwi. Saya sudah melihat tadi hitungan pertama,
kami terima kasih Pak, karena ini adalah salah satu perdebatan ya, Pak Ramson,
sekarang pemerintah sudah membuat hitung-hitungannya yang selama ini kita tanya
walaupun ada beberapa hal memang masih menjadi pertanyaan Pak. Pertanyaan
saya adalah waktu 8.500 itu hitungannya bagaimana Pak? Waktu pemerintah
pertama kali menaikan 8.500, hitung-hitungannya seperti ini tidak? Konsisten tidak
seperti ini? Atau itu hanya berdasarkan perkiraan. Saya minta tolong dibikin hitungan
seperti ininya Pak. Waktu MOPs-nya satu bulan terakhirmya seperti apa, kalau tidak,
saya melihat Bapak sudah geleng kepala berarti tidak, berapa keuntungan
pemerintah yang belum pernah dilaporkan ke DPR akibat kenaikan yang 8.500 itu?
Karena saya yakin Pak waktu menaikan 8.500 waktu itu rata-ratanya sekitar 80 ya
Pak ya. 80 US Dollar ya harga ICP-nya ya maupun Brand dan WTI-nya kurang lebih
segitu. Begitu juga kalau kita hitung dari Mobs Singapur. Tolong itu kita diberi Pak,
dibantu, walaupun mungkin Pertamina tidak dilibatkan, kira-kira bagaimana
hitungannya. Itu nanti akan menjadi pertanyaan kita kepada menteri Pak. Begitu
juga kalau yang kemarin 7.000 berapa, penurunan pertama sudah Pak ya, sudah
seperti ini? Kalau sudah saya percaya saja Pak, tolong diberi saja hitungannya, itu
MOPs-nya menggunakan rata-rata satu bulan seperti yang ini Pak ya.
Pertanyaan saya yang berikutnya Pak, kalau memang seperti ini sepertinya
akan kita lepas ke harga pasar. Pertanyaan saya masyarakat jangan sampai di
dininabobokan atau dibohongi Pak, pada saat harga minyak mentah dunia turun ini
tidak ada masalah Pak. Tidak ada masalah. Sekarang harga minyak mentah turun
terus Pak, tapi Bapak coba bikin asumsi pada saat harga minyak mentah nanti naik
sampai di atas 100 US Dollar harga minyaknya akan dilepas sampai 150, misalnya
terjadi saya mau bertanya apa pemerintah juga akan menggunakan harga pasar?
Nah ini yang menjadi pertanyaan mendasar. Karena saya mendengar menterinya
mengatakan akan melepas ke harga pasar, itu bisa menjadi 15.000 Pak per liter. Ini
jelas melanggar konstitusi Pak. Karena pasal yang berkaitan dengan harga pasar itu
sudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi, jadi di sana harus diperlukan kehadiran
negara Pak, untuk melindungi rakyat. Kalau cuma dibiarkan berdasarkan harga
pasar tidak ada negara pun, semua juga bisa Pak, tidak pemerintah pun bisa Pak. Di
sinilah peran dari negara dan pemerintah melindungi rakyatnya. Nah ini
persoalannya adalah sekarang harga minyak mentahnya turun, tidak ada masalah,
kita mau bermain makin lama makin turun bisa turun terus. Tapi lihat pada suatu
saat konsistensi dari pemerintah saya mau lihat apakah akan menggunakan juga
harga pasar, itu pertanyaan mendasar saya. Kalau tidak, bilang tidak, kalau iya
bilang iya. Nah, karena ini akan menjadi persoalan yang menurut pendapat ahli
hukum termasuk Pak Yusril saya baca itu melanggar konstitusi Pak, kalau kita lepas,
tapi sekarang kan tidak ada masalah Pak, karena harga minyak lagi turun Pak. Tidak
masalah, tapi nanti masalahnya akan timbul pada saat harga minyak mentah itu naik
Pak. Mahal. Beberapa tahun kemudian saya tidak tahu Pak, saya tidak ahli analisis
perminyakan.
Kemudian ini yang menjadi pertanyaan yang sering ditanya oleh konsituen
saya Pak, itu menghitung LPG itu bagaimana caranya Pak, saya sendiri belum tahu
70
juga Pak. Kalau ini kan jelas ini Pak. Hitung-hitungnya jelas sehingga akhirnya
muncul 6.700 untuk di Jawa, Madura dan Bali, kalau yang di ini 6.600, yang LPG
tolong Pak, bagaimana hitung-hitungannya, karena sering ditanya juga Pak, cara
menghitung bagaimana. Kenapa itu sudah naik, dinaikan, diturunkan lagi,
bagaimana menghitungnya dan berapa penurunannya. Karena juga menyangkut
kepentingan masyarakat banyak, kenaikan LPG waktu itu yang sempat dinaikkan
hanya mengalihkan semakin banyak memakai yang 3 kilogram.
Terus juga pemerintah sering menyampaikan bahwa peningkatan pengolahan
di kilang kita ...(terpotong interupsi).
DIRUT PT. PERTAMINA:
Mohon izin, mau sholat sebentar, Pak. Nanti Pak Syamsul.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Silakan Pak. Boleh digantikan Pak. Silakan.
Menjadi 1,6 juta Pak. Ini saya pernah beberapa kali membaca di media cetak.
Pemerintahan sekarang akan meningkatkan menjadi 1,6 juta, saya tidak tahu
sekarang berapa Pak, saya gunakan interaktif sebentar, sekarang berapa kilang kita
yang mengolah Pak, pengolahan minyak keluar menjadi minyak yang sudah jadi
berapa Pak? Berapa? 850.000. Kalau kebutuhan satu, kan diperkirakan 1,6 juta ya
sekarang Pak. Tidak, kebutuhan ini, kebutuhan minyak minyak yang sudah jadi yang
dipakai masyarakat berapa Pak per hari?
PT. PERTAMINA:
Jadi crude yang diolah itu sekitar 850.000 barel per hari Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Per hari.
PT. PERTAMINA:
Crudenya Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Crudenya ya. Kemudian keluar dari kilang kita, 850 kan itu siap dikirim ke?
71
PT. PERTAMINA:
Jadi kira-kira sekitar 95 persen yield-nya Pak. Khusus untuk valuable product
seperti BBM dan sebagainya itu sekitar 74 persen dari 850.000 barel tadi Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Apapun itu yang paling penting pertanyaan mendasar saya bagaimana Pak,
perencanaan dari Pertamina terkait rencana pemerintah yang akan menaikan
menjadi 1,6 juta itu Pak, saya pernah baca pernyataan presiden atau menteri ya.
Kemudian juga menyangkut hutang Pertamina Pak, saya tidak tahu berapa
utang Pertamina sekarang Pak. Berapa Pak? Berapa ratus trilyun Pak? Itu
bagaimana mekanisme penyelesaiannya tolong tolong kita juga nanti diberikan Pak
ilustrasi Pak ya terkait dengan utang Pertamina ini Pak. Mohon jadi, iya Bapak, tidak
apa-apa Pak, nanti tolong diberikan informasi dan bagaimana pola penyelesaiannya
ke depan.
Terus kemudian ini Pak saya mendukung Pak sebetulnya dan memberikan
dukungan kepada Direksi yang baru untuk melakukan efisiensi dan efektivitas Pak
terhadap perusahaan Pertamina. Dan saya juga pernah mendengar ada
perusahaan, anak perusahaan Pertamina yang namanya PDSI Pak, ada tidak Pak?
Kerjanya waktu itu beli rig ya Pak. Pertamina Drilling Service. Ada keluhan-keluhan
katanya itu membeli, ada masukan membeli apa, membeli rig-nya terus menerus
dengan harga yang mahal dan menyewakan dengan harga yang murah, sehingga
orang berinvestasi di-rig itu tidak mampu bersaing katanya. Nah ini tolong kewajaran
harganya juga Pak, tolong dilihat. Jangan sampai modal Pertamina malah digunakan
untuk membeli-beli rig ya dengan harga yang tidak kompetitif Pak ya. Apalagi ada
titipan-titipan.
Jadi sebetulnya banyak persoalan yang mungkin kami menerima informasi
dari masyarakat. Pada prinsipnya kami mendukung Pak perbaikan Pak, itu saja.
Selama itu tujuannya untuk melakukan perbaikan kami sebagai wakil rakyat, sebagai
wakil rakyat tentu akan mendukung, karena ini Pertamina ini adalah perusahaan
yang sudah begitu lama dan kita harapkan memang harus mampu bersaing dengan
perusahaan minyak dunia di negara-negara lain, dan ini menjadi andalan kita. Jadi
ke depan mohon kiranya ini adalah merupakan rapat pertama kita, ke depan tentu
akan kita lakukan hal-hal yang lebih mendalam lagi Pak. Ini kan walaupun sifatnya
perkenalan, tapi juga sudah mulai agak mendalam ya, perkenalan tapi agak
mendalam Pak. Saya mau mengingatkan ke Pak Dirut Pak, saya hanya
mengingatkan hati-hati jadi Dirut Pertamina itu cuma enaknya 6 bulan katanya Pak,
sisa enak sekali Pak katanya. Nah ini yang saya beri tahu Pak, hati-hati Pak, enak
sekalinya itu Pak. Mohon kiranya ini menjadi perhatian, enak sekalinya mudah-
mudahan nanti ke depannya lebih bagus, lebih baik ya. Kita terjemahkan dalam
artian positif sajalah Pak. Jadi kepada Dirut dan Direksi yang baru beserta seluruh
jajarannya saya baik secara pribadi maupun sebagai Pimpinan Komisi VII berharap
72
ada sesuatu terobosan yang bisa dicatat oleh masyarakat, apa bedanya yang
sekarang dengan yang dulu, tentu gampang dilihat dari parameter- parameter
tertentu yang memang bisa kita ukur ini nanti Pak. Jadi zaman sekarang kan
semuanya sudah transparan ya. Ya Pak Ari ya? Pak Ari ini saya lihat karena 30
tahun manggut-manggut terus, 30 tahun di sana jadi beliau hafal betul Pak. Kalau
yang Pak Ari itu sudah kebagian yang enak sekalinya Pak. Apalagi dulu Pak.
Sekalinya 2 kali katanya. Enak sekali-sekali. Jadi mudah-mudahan ke depan berapa
hal yang menjadi isu-isu strategis Pak termasuk hal-hal yang menjadi sorotan Komisi
VII selama ini saya punya catatan-catatan Pak di rapat-rapat sebelumnya walaupun
saya dulu di Komisi V, tapi kan saya banyak, saya diberi oleh Sekretariat kesimpulan
rapat dengan Pertamina pada rapat-rapat 5 tahun menjadi mitra kerja Komisi VII.
Mohon kiranya itu juga menjadi perhatian Pak, apa persoalan-persoalan itu Pak.
Tolong Direksi yang baru beserta seluruh jajarannya menjawab tantangan itu. Dan
kita selalu akan mendorong Pak, men-support kalau ada persoalan-persoalan atau
handicap yang Bapak hadapi selama itu untuk kepentingan bangsa dan negara,
sudah kita akan sama-sama Pak.
Saya rasa demikian. Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Mul.
Ini jam sudah menunjukan pukul 17.50 WIB kalau kita genapkan pukul 18.00
WIB Dirutnya harus menjawab mungkin kurang , kita kebetulan pukul 19.00 WIB ada
rapat lagi dengan Dirjen Migas, jadi 18.15 WIB mungkin ya lebih afdolnya ya. Kita
sepakati ya 18.15 WIB?
(RAPAT : SETUJU)
Silakan Pak Kardaya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Terima kasih Pak Pimpinan.
Direksi Pertamina yang kami banggakan, Interaktif sedikit. Ini yang mengurusi
impor crude ini kira-kira dari di antara Direksi siapa ya yang lebih dekat?
Tidak, ngancung saja nanti saya lanjutkan oke.
73
Begini, beberapa bulan yang lalu kita diberikan statement yang sangat
menggembirakan dengan pemerintah, oleh pemerintah, oleh presiden kita Bapak
Joko Widodo bahwa akan ada impor langsung crude dari Sonangol. Sonangol ya?
Sonangol, dari Anggola, itu, dan itu disampaikan, ada harga yang sangat-sangat apa
namanya, ada diskonnya dan baik. Dan itu dalam upaya untuk menurunkan biaya
pengadaan BBM pertanyaan saya sederhana sudah berapa kargo Pak yang di
impor? Itu ya. Kalau bisa interaktif dijawab dulu, satu kargo, dua kargo atau tiga
kargo, kira-kira berapa kargo ya Pak? Titik-titik kargo aja.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak dijawab saja.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Begini, hanya tanya yang dari Sonangol yang sudah masuk berapa kargo, itu
saja. Karena ini kan penting Pak, anunya, diskonnya banyak, segala macam, jadi
kita anukan.
PT. PERTAMINA:
Belum ada Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Waduh, kalau belum ada, ini sesuatu yang murah tapi belum ada, nanti
sesuatu yang mahal bisa ada ini agak agak itu, karena statement-nya bagus loh,
harganya begini-begini-begini. Jadi tolong nanti disampaikan secara tertulisnya
kenapa Pertamina tidak jadi membeli minyak yang murah ya karena kan minyaknya
murah itu. Kenapa tidak jadi gitu. Ya tidak tahu ya murah.
Yang kedua.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. SYAIKHUL ISLAM ALI, Lc., M.Sos.):
Pimpinan interupsi.
Mungkin Sonangol ini saya sedikit tahu, boleh saya tambahnya?
74
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Nanti Pak, takut waktu saya habis nantinya. Waktu saya habis nantinya.
KETUA RAPAT:
Nanti offline saja, offline, offline.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Yang kedua mengenai harga BBM, harga BBM tadi dibagi menjadi 3 region.
Dulu atau sebelumnya, tidak dulu sekalilah, sebelumnya kira-kira berapa, minggu
yang lalu masih atau seminggu yang lalu yang masih sama harganya. Perlu kami
sampaikan kebetulan saya kerja lebih duluan dari Bapak-bapak di pemerintah jadi
saya mengikuti dasar pemikiran harga BBM di seluruh Indonesia uniform price
harganya sama, adalah semata-mata hanya demi NKRI. Pada waktu itu para senior-
senior mengatakan ini kita Negara NKRI senang bareng, bahagia bareng, sengsara
kita hindari bersama. Karena itu maka kebijakannya harga BBM itu disamakan, nanti
tidak ada complaint Pak Ketut menyatakan kenapa saya lebih mahal dari ini, atau
yang lain kenapa saya ini, itu. Nah pertanyaan saya apakah konsiderasi atau
pertimbangan itu sudah di dicabut. Itu harus clear. Karena masuk ke DPR saya baru
3 bulan Pak, jadi masih belajar ini di DPR ini, waktu di Lemhanas itu NKRI harga
mati, jadi saya ingat, jadi harga minyak, BBM ini harus harus satu. Pertanyaannya itu
apakah sekarang tidak dipertimbangkan lagi gitu atau bagaimana ada pertimbangan
lain yang lebih penting dari NKRI.
Yang ketiga adalah saya coba-coba menghitung harga bukan harga pokok
ya, harga pengadaan BBM itu, bukan menghitung sih, membandingkan yang lama,
pakai asumsi yang disampaikan oleh Pak Direksi, Pak Direktur apa, Pemasaran atau
apa namanya, itu tadinya harganya sekian lalu sampai ke MOPS itu kira-kira 4.000
sekian rupiah kalau pakai yang lama antara, kesepakatan antara DPR waktu
zamannya Pak Satya, lalu zamannya siapa lag, itu formulanya itu 103% kali MOPS
ditambah sekian jatuhnya itu 5.000 berapa gitu. Kalau sekarang pakai formula yang
disusun ini jatuhnya 6.000 sekian, jadi bedanya ini ribuan gitu. Ya 1.000-an, 1.000
sekianlah bedanya. Nah pertanyaannya apakah yang dulu disepakati dengan DPR
itu selalu lalu diubah tanpa, bukan persetujuanlahlah, tanpa konsultasi atau tanpa ya
pantes-pantasnya kan dulu disepakati bareng, begitu mau tidak bersepakat tidak
bersetuju lagi maka ya disampaikan. Nah itulah yang 3 hal itu yang kami inginkan
karena kalau bedanya cuma 100 atau 200 mungkin rakyat lupa gitu, tapi kalau
bedanya kira-kira kalau dengan harga sekarang bisa 20 persen maka susah lupanya
Pak. Itu yang tolong dijelaskan secara ini, tidak perlu inilah tertulis, karena sebagai
bahan untuk nanti kita akan rapat kerja dengan Menteri ESDM, biasanya, biasanya
yang saya saksikan di TV aja biasanya Dirut Pertamina ikut mendampinginya. Jadi
pertanyaan ini akan kami ulangai pada waktu rapat dengan Menteri ESDM dan
75
mudah-mudahan dari Pertamina sudah menyiapkan ininya, apa namanya, bahan-
bahan ininya jadi saya tidak perlu di dijawab sekarang Pak, tertulis saja , karena
dijawab sekarang juga nanti waktunya tidak cukup.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, silakan Pak, ada tambahan dari meja Pimpinan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. H.M. ZAIRULLAH AZHAR/F-PKB):
Ya, singkat saja Pak.
Terima kasih.
Bapak Direktur dan seluruh jajaran Pertamina yang kami hormati,
Pertama kami mengapresiasi Bapak Direktur bersama rekan-rekan, karena
memang Pertamina ini adalah satu national, company national yang punya peranan
yang sangat strategis, dia punya dampak bukan hanya konteks devisa APBN tapi
juga punya dampak sosial yang luas. Kami usul ini Pak, kalau kita melihat salah satu
ini dari tahun ke tahun kita selalu punya masalah oleh sebab itu, ini kebetulan Pak
Direktur katanya tadi S3-nya strategi, ada tidak rencana strategi jangka panjang
sehingga kemudian cadangan kita ini bisa mengimbangi atau meningkatkan baik
dengan pembukaan kilang-kilang baru seperti yang diusulkan tadi ataupun mungkin
ada penelitian, sehingga kemudian kita mendapatkan juga sumber-sumber baru di
Indonesia. Sehingga pada akhirnya kita bisa mengurangi impor itu. Nah saya kira ini
saja Pak singkat.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Ini kita hampir dipenghujung acara paling tidak dari sisi pertanyaan, sebelum
saya menyerahkan kepada Direktur Utama saya ingin sedikit saja meminta klarifikasi
karena ada beberapa hal yang selama ini agak mengganjal, tadi sudah disebutkan
banyak oleh teman-teman Anggota Komisi VII menyangkut nasib dari TPPPI, Pak.
Saya pada waktu di Badan Anggaran pernah bicara dengan Menlkeu Perekonomian
waktu itu dan juga dengan Menteri Keuangan, karena ini sebetulnya kuncinya di
Menteri Keuangan tetapi tidak terlepas dari keinginan Pertamina untuk mau
melangkah lebih jauh atau tidak, apakah mungkin untuk dipisahkan sementara
antara permasalahan hutang mereka dengan tersedianya fasilitas refinery yang bisa
76
mengkilang sekitar, mengkilangkan sekitar 40.000 barel. Bottom line-nya adalah
kalau Pertamina atau negara dalam hal ini ingin memanfaatkan fasilitas itu bisa
dengan mekanisme yang lainnya tanpa harus dikaitkan dengan proses penyelesaian
daripada masalah restrukturisasi ataupun apa saja yang menyangkut mengenai
hutang daripada pemilik lama dan lain sebagainya, karena kalau kita masuk di situ
ini idle terus Pak. Bagaimana kalau misalkan kita menyewa saja, Pertamina
menyewa, pemerintah menyewa, memanfaatkan fasilitas yang ada di situ secara
pararel mereka akan selesaikan, sehingga masuknya Pertamina di dalam TPPPI
bukan bukan menjadi keharusan pada saat ini gitu, tetapi kita bisa memanfaatkan
fasilitas yang ada. Karena sangat ironis saja gitu, kita menginginkan kilang ya
kilangnya susah untuk, diapa, proses pembangunannya susah, tetapi TPPPI bisa
kita switch fasilitasnya menjadi refinery yang bisa punya kapasitas sekitar 40.000.
Nah kalau Pertamina tidak memberikan satu langkah atau effort yang menunju
kepada pemikiran bagaimana memanfaatkan daripada fasilitas yang idle ini saya
yakin Departemen Keuangan juga tidak tidak maju juga gitu. Karena mereka selalu
mengatakan itu terpulang dari pada Pertamina. Jadi ini bolak balik saja itu dari
Pertamina ke Depkeu, Depkeu ke Pertamina ya. Saya mohon supaya ikut dipikirkan
bagaimana caranya supaya fasilitas itu bisa dan resources yang ada di sana
tentunya tidak akan kesulitan, karena SPSI-nya pernah beraudiensi dengan kita di
Komisi VII ini dan sangat memperhatikan sebetulnya, banyak sekali tenaga-tenaga
ahli yang bagus yang apabila ini tidak kita perhatikan mereka akan lari kemana-
mana dan akan menyulitkan sebetulnya kalau memang kita mempunyai niatan untuk
mendayagunakan fasilitas yang cukup bagus itu sebetulnya. Jadi itu yang menjadi
pertanyaan supaya, apa sebetulnya yang menjadi kendala utama kalau misalkan itu
kita bisa pisahkan untuk sementara waktu.
Lantas yang kedua itu menyangkut mengenai Pertamina atau kemajuan
Pertamina dari sisi hulu, dulu saya pernah mengatakan supaya bagaimana
memaksimalkan daripada sumur-sumur tua, saya sudah mengatakan waktu Direktur
Hulunya Pak Husein, segala macam burden yang ada akibat dari pada perizinan
yang menyangkut mengenai SKK Migas, itu kita minta untuk diselesaikan supaya ini
bisa kita optimalkan. Lantas tidak perlu Pertamina membatasi misalkan karena takut
kalau itu nanti merusak formasi dan lain sebagainya apabila dilakukan pengeboran
pada kedalaman tertentu. Kalau tidak nanti apa gunanya gitu loh, ini kan sumur tua
kita ingin maksimalkan, kalau dibatasi banyak ya tidak bisa apa-apa. Karena yang
terjadi sekarang ini sumur tua dikelola ya kayak orang apa menurut saya pengadaan
tenaga kerja saja gitu, tidak ada teknologinya ya, di sana bagaimana ada orang yang
mau mengerjakan, membawa latung itu, lantas dijual. Jadi sama sekali tidak
meningkatkan produksi secara signifikan kalau menurut saya. Nah dan kita sadari itu
kita banyak sekalii. Dulu terpaksa kita sampaikan, karena kita melihat menambah
5.000 barel overall dari produksi kita kan sangat, sehingga saya berpikir apakah itu
bisa menjadi satu solusi. Jadi saya mohon ada satu, apa, ada satu niatan paling
tidak, karena ... yang terbesar kan dimiliki Pertamina. Tidaklah yang punya lebih
gede daripada Pertamina untuk ... Di bidang minyak dan gas ini.
77
Tadi saya lihat di sini kan ada satu ambisi yang luar biasa meningkatkan
produksi ya menurut saya cukup signifikan karena di atas 300.000 barrel oil
equivalent-nya. Dan dulu kita melihat bahwa Pertamina itu withdrawl rate-nya itu
masih rata-rata rendah dibandingkan dengan para PSI yang lain. Mungkin Pak
Direktur hulu nanti juga bisa menyampaikan pada kita ya jangan sampai Pak, jangan
sampai Pertamina ini mempunyai area ada satu potensi diminta tidak boleh,
dikerjakan juga tidak. Nah, ini tolong betul-betul dari sisi hulu itu hambatan-
hambatan yang secara signifikan yang selama ini dirasakan oleh baik pemerintah
ataupun juga pada masyarakat benar-benar bisa ditiadakan gitu, karena kita betul-
betul menginginkan supaya mengoptimalkan dari lapangan yang ada Pak. Kita nanti
di dalam konsep Undang-Undang Migas kan jelas akan memberikan privilege
kepada Pertamina, sudah nuansanya sudah itu, itu tidak suatu yang tidak bisa lagi
kita bendung, tetapi di sisi yang lain kita menginginkan bahwa Pertamina juga betul-
betul menunjukkan ya jangan sampai nanti secara politiknya dibantu semua katakan
ini untuk blok-blok ya yang masih dikuasai oleh asing dalam tanda petik dikelola atau
dioperatoi mereka, diambil semua oleh Pertamina, lantas Pertamina tidak pernah
memikirkan portfolio management-nya di dalam sekian tahun, puluhan tahun ke
depan ya akhirnya semua numpuk di Pertamina tidak bisa ngapa-ngapain,
dikerjasamakan lagi. Jadi sebetulnya jadi secara tidak langsung Pertamina bisa
menjadi broker. Nah ini yang tidak kita hendaki, belum terjadi Pak, tetapi kalau nanti
privilege itu diberikan otomatis kan banyak beberapa blok yang sekarang ini
mungkin dikelola oleh asing bisa ditingkatkan prosentasenya baik itu swasta
nasional atau pun kepada Pertamina dengan ... (terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Kita mengharapkan Pertamina memberikan jawaban ke semua pertanyaan itu
kapan diberikan waktu, itu yang pertama.
Yang kedua sekaligus seperti harapan-harapan Pak Ketua itu dijabarkan oleh
Pertamina dalam roadmap berikutnya ini sebagai Direksi baru, jadi supaya kita tahu
apa yang mau dicapai gitu, karena bagaimana pun terjadi pergeseran style dari
kepemipinan Bu Karen dengan Pak Dwi ini, jadi itu saja Pak Ketua kita jadwalkan,
sekaligus jawaban dari yang tadi itu dijadwal kembali gitu, supaya kita tahu apa yang
mereka kemukakan soal pertanyaan-pertanyaan dari seluruh Anggota Dewan yang
hormat.
Terima kasih Pak Ketua.
78
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih. Begini, Pak Ramson dan mungkin pada Pertamina, saya
kembali ke Pertamina, apa yang disampaikan oleh teman-teman tadi kan sangat
cukup berbobot ya, menurut saya nanti di dalam jawabannya tentunya betul-betul
jawaban orang perorang ya siapa saja yang mempertanyakan, karena kita itu kan
direkam, sehingga bisa nanti akan dijawab dengan jelas. Lantas tadi seperti saran
daripada Pak Ramson otomatis itulah cara kita melihat atau menatap Pertamina ke
depan dan juga apa yang dilakukan oleh Pertamina di belakang. Karena memang
dari sisi presentasikan memang agak berbeda Pak Dwi, dengan yang diberikan oleh
Direksi sebelumnya, ini terlalu grafis yang sekarang, sehingga pemetaan untuk
masing-masing aktivitas tidak terelaborasi dengan pernyataan-pernyatan, karena
yang ada kita mesti membaca kira-kira term-nya bagaimana. Nah yang dulukan tidak
demikian. Jadi mungkin kita kombinasikan saja antara yang grafis ini dengan nanti
dengan ada satu statement-statement supaya nanti pembedaannya mudah.
Karena saya ada satu terakhir yang ingin saya juga tanyakan mumpung kita
nanti jawabannya bisa tertulis itu menyangkut subsidi BBM, begitu harga minyak
turun apalagi jual di bawah $ 50 itu sudah tidak attractive lagi gitu. Nah apakah
Pertamina nanti tidak bisa meng-absorb ya kebutuhan daripada bahan bakar nabati
sebagai bahan campuran daripada BBM mutu. Nanti kalau tidak memang industri,
apa, renewable energy ini kan selalu sensitif sekali terhadap harga minyak dunia,
karena begitu dia turun ini pasti tidak lagi bisa ekonomis pada harga tertentu. Nah,
bagaimana sikap kita sebab kalau tidak ya nanti tidak ada yang, ini saya anggap
soul of trigger-nya kan Pertamina. Jadi kalau kita sudah kasih subsidi untuk biodiesel
dan bioetanol sebesar 1.500 dan 2.000 rupiah per liter, itu apakah cukup? Tentunya
nanti tidak, dan itu menjadi mata rangkaian dari pada mata acara persetujuan dari
asumsi makro nanti di dalam pembahasan berikutnya. Saya rasa itu yang bisa saya
sampaikan.
Ya silakan Pak Mul, kalau ada tambahan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Saya ada tertinggal sedikit Pak, tadi kan saya menanyakan masalah hitungan
ini Pak, sebelum Pak Dwi datang, kan ini menggunakan bagaikan Mops Singapur,
yang kita beli dari beli dari Singapur ya acauannya, itu kan Ron-nya 92 kan, yang
dijual sekarang kan masih 88 kan Pak ya? Nah di mana koreksinya Pak. Nah ini kan
tidak fair Pak, kita mengacu kepada Mops Singapur dengan Ron 92 tapi dengan
hitung-hitungan yang tidak ada koreksi sama sekali ini supaya kita jadi yang 88. Nah
ini perlu penjelasan Pak.
Terus yang kedua apakah juga kalau hasil penghilangan pita juga kita
mengacu kepada Mops Singapur itu, yang keluar dari kilang Pertamina itu Pak? Apa
juga Bapak mengacu ke harga Mops Singapur yang disampaikan di sini. Ini
79
pertanyaan saya Pak. Karena itu Ron 92. Dan setahu saya menurut ahli yang
menyampaikan ke kita ... (terpotong interupsi).
DIRUT PT. PERTAMINA:
Mohon maaf itu sudah dikonversi.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Nah di sini tidak ada konversinya kan Pak ya dIhitUngan ini. Nah ini tolong,
karena di sini tidak ada Pak.
KETUA RAPAT:
Ke Ron 88 ya?
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Karena setahu saya kan banyak orang yang mengatakan Ron 88 itu bukan
keluar dari kilang, itu kan hanya blending antara HOMC dengan nafta. Jadi tolong,
kalau memang ada koreksi tolong Pak karena saya tidak melihat ada koreksi di sini.
Terus value of stock ini, apa maksudnya ini, biaya penyimpanan atau apa ini
Pak? Stok ini kenapa 350 ini? Jadi supaya waktu kita melihatkan yang detail ini
kepada orang lain kita juga mengerti Pak. Kita sebagai wakil rakyat juga mengerti,
jangan sampai kita ditanya kita juga tidak tahu Pak. Mohon ini dijelaskan Pak supaya
pengertian kita itu betul-betul detail dan kita punya persepsi yang sama di Komisi VII
ini pada saat menjelaskan kepada orang lain.
Nah itu saja tambahan, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Ya silakan Pak Dito.
80
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Pertama ini Pimpinan, ini jam kita ini terlalu cepat 10 menit ini. Sekarang itu
17.59, tolong Sekretariat diperbaiki, dibenarkan, jangan sampai kita menggunakan
jam yang salah pula.
Jadi begini Pimpinan, karena ini tidak ada jawaban dari Pertamina, kemudian
jawabannya tertulis, tapi saya pikir tadi ada jawaban secara lisan kemudian saya
akan ada pendalaman, tapi karena tidak ada .
Ada?
KETUA RAPAT:
Jawabannya over all saja Pak. Jadi tidak menjawab secara rinci.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Oke, oke, kalau ada overall, kalau tidak saya mau pendalaman dulu. Oke
silakan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Iya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Kita kan sampai 18.15 sudah 5 menit lagi, jadi pihak Pertamina menjawab
seluruhnya tertulis, nanti dijadwalkan memperdalam hanya jawaban itu, jangan
menyimpang lagi gitu. Kita dijadwalkan rapat lagi saja, jadi tuntas. Kalau begini
bagaimana mau dijawab tinggal 5 menit.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke siap.
Jadi begini Pak, ini kan agreement saja, persetujuan di antara kita semua, kita
tadi sepakati bahwa Pertamina akan menjawab satu persatu pertanyaan daripada
Anggota Dewan tertulis ya. Adapun jawaban yang overall, ini kan kalau Pertamina
kan menangkaplah suasana kebatinan teman-teman Komisi VII yang ditanya apa-
81
apa, itu bisa menjadi jawaban daripada Direktur Utama Pertamina sebelum acara ini
kita tutup. Jadi kita sepakat begitu kan, dengan begitu tidak akan memakan waktu
banyak.
Nah satu hal yang saya ingin tambahkan mumpung nanti akan menjadi
jawaban tertulis perhitungan LPG juga Pak, Kan kita sudah didengungkan berkali-
kali, tapi saya waktu itu minta ke Bu Karen juga berkali-kali, tapi tidak tidak
disampaikan itu yang LPG 12 kilo yang dikatakan dulu ya sebelum ada kenaikan
merugi, merugi, merugi, karena ini nanti menjadi bahan masukan kita waktu kita
berbicara tentang kebijakan dengan Menteri ESDM pada hari Kamis, jadi kalau bisa
mendapatkan jawaban itu lebih cepat itu akan membantu kita untuk menanyakan
dari sisi kebijakannya kepada pemerintah.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan dan saya kembalikan kepada Pak
Direktur Utama untuk memberikan jawaban secara global sebagaimana yang saya
sampaikan di depan tadi. Terima kasih.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Bapak-bapak dan Ibu sekalian yang kami hormati,
Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala, baik
pertanyaan maupun informasi maupun saran-saran yang telah kami catat semua
dan kami melihat begitu banyak masukan-masukan dan pendapat, maupun arahan
yang bisa menjadi acuan kami untuk masuk lebih dalam menyangkut dengan tadi
kami telah sebutkan adanya lima fokus strategi yang akan kami coba kembangkan
untuk membangun Pertamina ini ke depan.
Kami sebagaimana yang ditugaskan oleh Bapak dan Ibu sekalian yang tadi,
kami akan menyiapkan jawaban sebaik mungkin, sebenar mungkin, bahwa jelas
kami tidak akan berani untuk, apa namanya, memberikan informasi-informasi yang
tidak benar karena itu sesuatu yang tidak baik untuk semuanya baik bangsa dan
negara. Oleh karena itu, kami akan menyampaikan dengan sebaik-baiknya.
Bapak dan Ibu sekalian,
Kami jelas sekali menangkap nuansa, apa namanya, perhatian Ibu dan Bapak
sekalian bagaimana bisa membangun, apa namanya, ketahanan energi dan
kepentingan, bisa membela kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Kami
melihat memang sebagaimana yang diarahkan Bapak Presiden pada saat kami
ditugaskan diawal bahwa ada dua aspek yang menjadi misi Pertamina, yang
pertama adalah bagaimana Pertamina mengemban perusahaan selaku sebuah
badan usaha yang di sana ditekankan oleh Bapak Presiden tentang aspek efisiensi
tadi di dalam 5 fokus kami telah menyinggung sedikit mengenai efisiensi.
82
Kemudian yang kedua adalah mengenai kedaulatan energi yang juga tadi
telah, apa namanya, Bapak-bapak sampaikan telah ditanyakan bagaimana peran
Pertamina ke depan untuk bisa membangun ketahanan energi. Dan dari hal
ketahanan energi tadi telah disinggung oleh Bapak-bapak dan Ibu sekalian
mengenai bagaimana pentingnya kita memiliki cadangan nasional yang lebih tinggi,
dan menjadi, apa namaya, keinginan kami, mimpi kami untuk bisa membangun dari
18 hari sekarang, 18 hari pun masih minus dengan yang di pipa-pipa dan
sebagainya untuk menjadi minimum 30 hari ke depan. Nah di dalam membangun
cadangan ini ataupun nanti termasuk yang kedua tadi adalah bagaimana
mengurangi impor, tadi telah disinggung oleh Bapak-bapak sekalian, bagaimana
strateginya untuk supaya mengurangi impor, sudah barang tentu kita ingin coba
pilah-pilah, impor ini dari aspek crude, apa dari aspek BBM-nya. Crude barangkali
tadi sudah ditekankan oleh Bapak sekalian bagaimana kita kalau harus bisa lebih
aktif mengelola sumur tua, mengambil alih sumur-sumur yang akan habis masa
kontraknya, meningkatkan pengelolaan sumur-sumur tua yang supaya bisa, apa
namanya, dengan EOR dan sebagainya. Nah ini yang tentu saja ini menjadi road
map Pertamina untuk bisa ke depan. Atau kemudian yang kedua adalah impor
dalam hal BBM. Nah impor dalam hal BBM tadi juga kami sampaikan, kan ada dua
strategi ke depan adalah yang pertama upgrade dari kilang yang ada, upgarde-nya
ini upgrade kapasitas dan upgrade kompleksitas Bapak sekalian, karena apa
namanya, kompleksitas ini artinya bahwa kami mohon karena Bapak-bapak sudah
disinggung, jadi apa namanya, bagaimana kita punya kilang ke depan yang bisa
menerima berbagai macam crude itu kira-kira yang ada sekarang, kita sekarang
crude-nya impor, crude yang ada di dalam juga dieskpor, jadi ini kita harapkan
mungkin bisa dipikirkan ke depan. Yang keduanya adalah membangun kilang baru.
Ini yang dua-duanya akan kami coba jalankan.
Dan dengan kemampuan financial Pertamina tentu saja kami tidak mungkin
bisa menggarap semuanya sendirian, jadi oleh karena itu kami pasti akan mencoba
untuk berkolaborasi dengan swasta yang kompeten tentu saja untuk bisa
menggarap semua tadi. Dari pemasalahan kilang misalnya kami telah datang
beberapa orang yang berminat dan bukan hanya bangun kilang, bahkan
kemungkinan mereka bisa membawa stoknya di situ dan kita bisa melaksanakan
pembeliannya dengan konsinyasi. Dan dengan demikian kalau kami melihat ada
potensi, ini terus terang masih belum secara riil ini dijalankan, tapi pemindahan
impor BBM dari Petral atau pemindahan dari Petral ke Pertamina langsung ternyata
ini bukan hanya pemindahan siapa mengelolanya, tetapi kami melihat opportunity-
nya bahwa ke depan ini bisa dikaitkan dengan pembangunan storage, yang storage
itu meningkatkan cadangan nasional yang kemudian dari situ kita tidak menyiapkan
working capital untuk keberadaan tambahan stok nasional itu di Indonesia. Yang
ketiganya adalah bahwa ketika Petral membeli, Petral diwajibkan untuk membuka
LC. Dengan demikian Petral membutuhkan working capital yang besar. Nah, kami
melihat kalau Pertamina yang melaksanakan pengelolaan dengan perusahaan yang
sebesar ini maka tentunya, tidaklah wajar kalau Pertamina juga harus membuka LC.
83
Dan ini barangkali kita bisa menekan kebutuhan working capital di dalam proses
impor BBM maupun crude ke depan.
Bapak/Ibu sekalian,
Tadi kami melihat sekali informasi Pak Inas dan sebagainya yang juga sering
juga memberi info-info lewat SMS kepada kami, tentu saja kami tidak bisa jawab ini
di sini, kami akan sampaikan tertulis, tapi ini semua adalah masukan yang bagus
untuk khususnya kami melihat aspek yang harus diperangi tadi itu adalah aspek
losses tadi, kami juga menduga, apa namanya, mendapat informasi yang di tengah
laut dan sebagainya, minyak dipindah diganti dengan air dan sebagainya sehingga
sampai di tempat tujuannya di tempatnya Pak Hardadi, Pak Hardadi, apa namanya,
mengalami betul pengalaman-pengalaman turunnya kualitas crude ketika sampai di
Balikpapan misalnya. Hal-hal semacam itu sudah barang tentu ini nanti menjadi, apa
namanya, pekerjaan keras kami, pekerjaan berat kami untuk bisa bagaimana kita
bisa sama-sama mengawal mengajak seluruh karyawan untuk ikut mengawal ini
semua sehingga bisa didapatkan kinerja yang sebaik-baiknya.
Perkuatan retail tadi juga kami sampaikan nanti kami akan laporkan road
map-nya seperti apa. Kemudian kami juga nanti kami sampaikan detail mengenai
upaya-upaya peningkatan upstream, yang tentu saja ini tentu butuh support dari
Bapak-bapak dan Ibu sekalian di Komisi VII terhadap kemampuan Pertamina nanti
apabila memang kami telah mempresentasikan dan meyakinkan bagaimana
kesiapan Pertamina untuk mengambil alih blok-blok yang diharapkan bisa diambil
alih tadi.
Yang lain-lain kami akan laporkan secara detail Ibu dan Bapak sekalian,
seperti yang kami sampaikan di depan bahwa kalau pada tahun 2013 Pertamina
bisa memperolehi kira-kira 3 milyar US Dolar laba bersihnya, itu 90 persen itu
didapat dari upstream, sedangkan 10 persen didapat dari hilir, downstream. Jadi
oleh karena itu, ketika harga minyak dunia turun drastis seperti sekarang, sekarang
sudah tinggal 50 persen dari asumsi awal maka sudah barang tentu laba dari
upstream ini, dari hulu ini, pasti terpukul berat di kami. Oleh karena itu kami dengan
kawan-kawan sepakat bagaimana turunnya laba di upstream nantinya bisa kita
kompensasi dengan efisiensi-efisiensi yang dibangun sehingga meningkatkan di
downstream-nya. Oleh karena itu, kami melihat tadi apa-apa yang Bapak-bapak
sampaikan mengenai saran-saran dan sebagainya ini sangat sejalan dengan apa
yang ingin kami dapatkan dan kami perjuangkan ke depan.
Satu permasalahan yang seringkali masyarakat tidak melihat adalah
bagaimana peran Pertamina yang harus, wajib, fardhu ain hukumnya untuk menjaga
suplai, security of supply dan harga yang sama dari Sabang sampai Merauke.
Seperti tadi yang Bapak sampaikan yang harus masuk di pelosok-pelosok di pulau-
pulau terpencil tidak ada excuse Pertamina harus bertanggung jawab. Nah oleh
karena itu, tentu saja untuk tempat-tempat yang seperti sampai di Puncak Jayapura
yang harus dengan pesawat dan sebagainya sudah barang tentu harus ada hitung-
84
hitungannya untuk bisa kita mampu memikul itu, kalau tidak Pertamina tidak akan
mampu untuk memikul tanggung jawab itu.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Pak Direktur, mohon maaf, mohon maaf, untuk klarifikasi saja. Pernyataan
Pak Dirut itu sangat baik bahwa Pertamina bertanggung jawab untuk mensuplai ke
mana-mana dengan harga yang sama begitu ya. Clear gitu ya? Oke. Sekarang
kalau memang harga yang sama kenapa di Bali tidak sama dengan di Jawa?
DIRUT PT. PERTAMINA:
Baik Pak, tadi telah, sebenarnya tadi sudah disampaikan Pak bahwa khusus
Bali itu karena pajak bahan bakar kendaraan itu berbeda dengan daerah yang lain,
itu Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Itu yang Bali. Lalu yang non katakanlah non Bali, non Jawanya?
DIRUT PT. PERTAMINA:
Iya Pak, jadi mohon maaf Pak, karena, nanti kami akan jelaskan tentu secara
tertulis sesuai dengan yang ditanyakan Bapak tadi.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI
PARTAI GERINDRA):
Bukan, bukan, karena ini pernyataannya bahwa Pertamina akan berupaya
menyampaikan harga di konsumen atau di ini bahwa sama gitu. Itu kan artinya
regardless dengan pajak dan segala macam, Pertamina pokoknya di konsumen itu
sama. Itu. Tapi kalau alasannya karena ada pajak, karena ada segala macam,
artinya di konsumennya tidak sama. Artinya statement Bapak dengan yang terjadi itu
berbeda gitu, itu yang kami ingin.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Sebenarnyalah tadi maksud saya menyampaikan itu tidak-tidak-tidak dalam
kaitannya dengan ini, karena misalnya kita bicara sama ini kan ke Aceh, ke
Sumatera Selatan, ke Pontianak, ke mana ini harus sama, demikian juga termasuk
yang di Papua. Khusus untuk Bali ini memang ada catatan khususnya Pak yang itu
itu sudah ditetapkan, apa namanya, dan diketahui oleh pemerintah itu. Kami ingin
menyampaikan ini tadi kaitannya adalah bahwa kemudian lalu kalau kami ini
85
dihadapkan dengan pesaing kami yang kemudian datang dengan menjual hanya di
daerah Jakarta, daerah Surabaya, di Pulau Jawa saja, maka tentunya tidak fair,
selama ini seringkali Pertamina dibilang Pertamina kalah dengan AKR, Pertamina
kalah misalnya dengan Shell, sering kali orang tidak melihat bahwa Pertamina yang
mendapat tugas yang seperti itu, ini tentu saja tugasnya kan tentu berbeda, itu loh
dalam hal masalah beban. Jadi kami juga ke pemerintah juga sampaikan bahwa
kami berharap kita mendapat perlakuan yang fair agar kita sendiri juga berjuang di
dalam masalah efisiensi ini fair gitu. Jadi ini yang kami, kami menyampaikan ini kami
berharap kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu Komisi VII untuk juga membantu
Pertamina memperjuangkan pada saat nantinya harus diadu dengan pesaing-
pesaing mari aturannya di mana gitu loh, apakah pesaing juga harus menjual ke
Papua juga atau ketentuan-ketentuan yang lain. Demikian Bapak/Ibu sekalian.
Kemudian mengenai TPPPI kami tidak jawab langsung sekarang, karena ini
juga sesuatu case yang memang sudah dibahas sampai dengan Menko, jadi apa
namanya, permasalahannya agak kompleks. Oleh karena itu mungkin nanti kami
akan menjawab secara tertulis untuk hal-hal yang, apa namanya, kami bisa
menjawabnya Pak Ketua.
Saya kira demikian dari kami, dan sekali lagi kami terima kasih di awal ini
telah dibimbing oleh Bapak dan Ibu sekalian dengan masukan-masukan yang cukup
banyak dan ini menjadi acuan kami untuk melangkah lebih baik ke depan.
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Pimpinan, pendalaman sedikit Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Dito.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Terima kasih.
Pak, tadi Bapak menyampaikan bahwa sekarang akan diubah dari Petral ke
Pertamina ISC Pak ya, bahwa selama ini Petral dengan ISC, betul Petral punya land
yang begitu besar, Bapak bikin saja dengan TT pembayarannya, satu oke.
Yang kedua vendornya jangan sama dengan Petral, kan kita sudah ada
temuan Pak dari Tim Reformasi Kelola Migas, jangan, yang kedua jangan
membunuh Ron-nya, kita bunuh mafianya gitu loh Pak, nah jangan sama, harus
dicek benar, jadi benar-benar langsung pokoknya, langsung ke produser, jangan
lewat-lewat trader dan segala macam gitu saja Pak. Dan harus produser yang
86
benar-benar produser yang sudah diverifikasi oleh pihak ketiga, dia punya
infrasturktur, punya cadangan minimum 1 juta barel misalnya, dan punya kilang,
karena perlu kilang Pak untuk fit stock-nya dia, kalau tidak, kalau dia ngaku-ngaku
saja cuma punya storage satu, dua biji dan hanya satu tempat, itu juga bahaya Pak,
paling tidak dia ada storage beberapa tempat di seluruh dunia. Kira-kira itu Pak, kita
menghilangkan mafia supaya harganya murah.
Kemudian yang terakhir Pak kan sekarang sudah ada kontrak yang lama itu,
kontra lama itu sensity of contract diteruskan, tapi mulai ISC, setelah lewat ISC kita
lihat perbedaan harganya, yang kedua kita lihat nanti kita akan lihat nanti invoice-
nya dan bill of laddingnya sama atau tidak yang lama, yang sekarang kita juga akan
lihat.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua, seperempat menit saja interupsi.
ANGGOTA FRAKSI OPARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH ZUBIR, BE, SE):
Yang terakhir Pimpinan, Pimpinan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Ini kan BBM sama listrik hal yang sangat strategis untuk kepentingan rakyat,
jawaban tertulis Pak Pimpinan jadwalkan, kita dalami yang tertulis itu, kita buat
keputusan politik contoh misalnya perusahaan asing itu SPBU-nya kalau satu di
Jakarta atau di Jawa, satu di Papua gitu atau di Sulawesi, nanti kita buat keputusan
politik. Jadi perlu sekali lagi rapat termasuk PLN besok kita perlu dua kali, karena ini
masalah listrik juga agak berat untuk rakyat kecil. Khusus dua ini kita betul-betul
harus memberikan perhatian yang sepenuhnya Pak, ini untuk kepentingan rakyat.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Ya siap.
87
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH ZUBIR, BE, SE):
Pimpinan, Pimpinan, hanya mengajukan permintaan kepada Pertamina saja.
KETUA RAPAT:
Ya silakan. Cepat saja Pak ya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH ZUBIR, BE, SE):
Dari Pertamina tentu kita melaksanakan pengawasan ini harus kita tahu apa
yang diawasi, setahu saya tiap bulan itu Pertamina punya yang namanya lifting
schedule, baik buat import maupun eksport. Jadi harapan saya setiap bulan kita
minta lifting eksport dan import sehingga setiap Pak Ramson ingin tahu berapa
bulan, satu bulan berapa juta barrel yang diimport, apa, BBM bersubsidi, berapa
crudenya kita tahu, jadi nanti akan ada surat dari kesekretariatan untuk meminta
setiap lifting schedule namanya, karena saya tahu di Pertamina ada namanya lifting
schedule baik impor dan eksport by product maupun crude.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke saya pikir sudah kita tampung semuanya ya. Nah nanti begini Pak
Direktur Utama, karena ini menyangkut mengenai perhitungan harga jual BBM, ini
sangat sensitif ya, dan ini dokumen menjadi dokumen resmi, karena ini disampaikan
pada forum RDP, sehingga ini meng-endorse sebetulnya quote unquote adalah
kesalahan presiden pada waktu dia mengumumkan harga yang sejatinya harusnya
detail gitu ya bahwa harga itu berbeda walaupun selisihnya sedikit, karena presiden
menyampaikan kepada rakyat kan seakan-akan satu harga berlaku untuk
semuanya, yang kenyataannya tidak demikian, karena Pertamina menyatakan di sini
ada Jamali dan ada yang non Jamali, ada Bali sendiri khusus. Jadi kan sebetulnya
sudah menunjukkan ketidaksamaan harga ya dari apa yang disampaikan oleh
presiden. Nah saya tidak ingin berpolemik di situ tetapi mohon nanti di dalam
jawaban tertulis ini betul-betul perhitungan baik nanti untuk LPG, ini yang ditunggu
oleh rakyat Pak, ya kalau Bapak tadi mengatakan bahwa dasar daripada ICW
melakukan suatu penghitungan adalah begini, kalau Bapak punya datanya
dimatrikskan saja, sehingga kita tahu persis gitu. Jangan sampai perhitungan yang
dilakukan oleh Pertamina dianggap alpa maksudnya dianggap tidak benar begitu,
karena ada satu hal yang ditutup-tutupi misalkan. Nah ini menurut saya menjadi hal
yang sangat penting untuk supaya nanti akan menjadi dokumen, ya dokumen resmi
yang kita terima yang betul-betul kita awasi pelaksanaannya di lapangan. Saya rasa
itu yang bisa saya sampaikan.
88
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Saya interupsi Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Cepat saja Pak, ini waktunya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Jadi begini Pak, kita dalam fungsi pengawasan kita jangan sampai rapat itu
bersifat normatif dan seakan-akan kita tidak ada waktu Pak. Ini suatu yang tidak
pernah terjadi sebelumnya Pak. Saya tidak tahu ya, Ada berapa yang sangat,
menurut saya tidak perlu ditunda-tunda Pak, saya ingin hari hitungan itu, pertanyaan
saya dijawab, dan disampaikan. Tidak perlu menunggu-nunggu tertulis, Pak.
Hitungan masalah 6.700 kan sederhana saja, saya nanya tadi koreksinya,
koreksinya bagaimana Pak, di sini belum ada koreksi Pak. Saya setiap hari ditanya
oleh wartawan hitungan 6.600 dan 6.700 itu menurut Pak Mulyadi itu betul atau
salah. Jadi saya rasa tidak pelu kita menunda-nunda sampai satu minggu hanya
persoalan hitungan minyak ini, saya rasa hari ini juga bisa Pak Dwi, kalau, tidak
harus Bapak, Bapak bisa meminta salah satu Direktur Bapak untuk menyampaikan.
Jadi tolong Pak, saya bertanya tadi, karena ini Pak, kalau kita menggunakan
mekanisme hitungan yang lama, Mops plus Alpha itu kan murah itu plus pajak, tidak
sampai 6.000 itu Pak, Apa lagi kalau kita bikin koreksi. Di sini belum ada Pak,
Koreksi Pak. Bagaimana Bapak menggunakan formula koreksi, saya mau tanya
Pak, ini masih Mops, yang 4.400 kan masih Mops Pak. Belum ada koreksi.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Pimpinan, saya interupsi Pimpinan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Kalau memang ada yang salah, sampaikan saja Pak, jadi tidak perlu ditunda
Pak, jadi sampaikan hitungan itu. Ini sangat penting Pak ditunggu oleh rakyat, saya
itu sudah berkali-kali Pak, saya menunda terus jawaban ini kepada masyarakat
supaya saya mendengar langsung dari pemerintah. Jadi saya minta ini tolong
dijawab Pak, tidak perlu ditunda, kalau yang sifat-sifat detail dan dukungan data, dan
strategi dan sebagainya, bolehlah dilanjutkan Pak. Silakan Pak.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Mul.
Pak Habib ada?
89
ANGGOTA FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (H. MUSTOFA ASSEGAF, M.Si.):
Pimpinan, kita tadi sudah sepakat kesepakatan yang kita ambil bersama
bahwa kita akan menyelesaikan rapat 18.15 WIB, kesepakatan itu harus kita taati,
kita hormati Ketua, tidak seperti ini, dan kita sudah memberikan kesempatan untuk
menutup kepada beliau ini untuk kita jadwalkan kembali pendalaman-
pendalamannya. Saya kita kita tutup saja Ketua, sesuai dengan kesepakatan kita
bersama. Atau ambil kesepakatan baru kalau mau.
Terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Saya pikir ini masukan yang yang bagus. Sekarang begini saja, apa, untuk
mensingkat dari apa yang dimintakan oleh Pak Mul, jawaban ini kan tidak berubah
kan Pak? Tidak berubah kan, jadi perhitungan ini tidak berubah ya. Jadi clear ini
tidak berubah, jadi Pak Direksinya menyaksikan ya. Kalau ini tidak berubah ya
sudah berarti ini yang kita pegang. Tidak ada koreksi kan dari yang sudah
disampaikan di dalam perhitungan ini Pak.
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Tidak, mungkin masalahnya begini, tadi ditanyakan Bapak Pimpinan dari Pak
Mulyadi bahwa ini Mops-nya kan dari situ cuma Mops saja, rata-rata tidak ada
penjelasan, seolah-olah Mops 92, padahal dibalik itu kita menghitungnya Mops 92
kemudian ada faktor koreksi yang disepakati dengan ESDM itu 0,9842 kali Mops 82,
dan itu hasil akhirnya rata-rata di situ, dibaliknya memang penjelasan.
KETUA RAPAT:
Tapi ini tidak mengubah?
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Tidak, tidak, tidak.
KETUA RAPAT:
Ya sudah, paling tidak Bapak bisa bertanggung jawab terhadap perhitungan
ini.
90
PT. PERTAMINA (AHMAD BAMBANG):
Iya nanti di penjelasan tertulisnya saja ... (tidak jelas).
KETUA RAPAT:
Karena yang ditangkap sama Pak Mul itu seakan-akan ini masih belum up to
date Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Ir. H. MULYADI/FRAKSI PD):
Termasuk kilang kita sendiri Pak ya? Ini kan selain Mops Singapur termasuk
yang keluar kilang kita Pak.
KETUA RAPAT:
Oke, kalau begitu clear ya. Jadi saya akhiri dengan membaca dulu
kesimpulan rapat pada hari ini, sebelum nanti saya persilakan Direktur Utama
memberikan semacam closing remark gitu. Dan Y nanti di dalam minute of meeting
kita tanda tangan bersama Pak, jadi itu merupakan kesepakatan antara Pertamina
dengan Komisi VII.
Silakan ditayangkan untuk kesimpulannya.
Jadi saya bacakan di sini sebagai draft kesimpulan, saya akan mintakan
persetujuan anggota dulu sampai habis, baru nanti saya minta Pertamina untuk
menyetujui atau tidak menyetujui atau melakukan revisi.
Jadi yang pertama, Komisi VII DPR RI meminta Direktur Utama Pertamina
untuk menyampaikan road map dan rencana strategis di sektor hulu dan hilir dalam
jangka pendek, menengah, panjang termasuk pengembangan kilang yang
mencakup rencana peremajaan kilang yang ada dan rencana pembangunan kilang
baru serta ketersediaan bahan bakar minyak.
Jadi sepakat dari anggota?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Interupsi.
KETUA RAPAT:
Ya silakan.
91
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Saya pikir tidak hanya BBM ya, tapi juga LPG, gas, karena LPG justru unsur
PSO yang lumayan sekarang.
KETUA RAPAT:
Ya ditambahkan saja LPG ya. LPG tulisannya tidak begitu LPG. Yang besar.
Yang Kedua, Komisi VII DPR RI meminta Direktur Utama PT Pertamina
Persero menyampaikan penjelasan perhitungan biaya pengadaan BBM dan harga
jual BBM yang berbeda yang selama ini sudah disepakati oleh DPR.
Ada koreksi dari anggota?
Ini tadi barusan saya tanyakan perhitungannya adalah ini.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Ya ini hanya sedikit bahasa yang berbeda dengan yang selama ini.
KETUA RAPAT:
Coba kalimatnya Pak kalimatnya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Hanya yang berbeda itu kan ada yang berbeda dengan yang selama ini, ada
dengannya.
KETUA RAPAT:
Ada yang berbeda dengan. Yang berbeda dengan yang. Nah itu ada dengan.
Sudah yang-nya tidak apa-apa. Dengan yang selama ini.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Juga LPG-nya jangan lupa.
92
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Yang selama ini sudah disepakati.
KETUA RAPAT:
Harga jual BBM, LPG.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Itu sudah disepakati dengan DPR, bukan oleh, jadi kalau dengan DPR itu
merupakan kesepakatan bersama.
KETUA RAPAT:
Iya. Yang disepekati dengan DPR, bukan oleh, kalau oleh satu pihak
kelihatannya. Atau disepakati bersama, tetap saja dengan DPR ya, sudah.
Oke, yang ketiga, Komisi VII DPR RI meminta Direktur Utama PT Pertamina
Persero melakukan upaya dan langkah-langkah untuk mengurangi losses. Perlu
dijelaskan tidak losses apa?
Pak Inas tadi yang.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Begini ya ini bagus tetapi harus clear pengertiannya, karena losses ini bisa
macam-macam, losses dari sumur sampai ke tangki pengumpul juga losses,
termasuk yang dicuri di daerah Sumatera Selatan itu ya kita hitung losses.
KETUA RAPAT:
Tolong disempurnakan Pak Inas, karena Pak Inas tadi yang.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Jadi ini harus dipikirkan, jangan sampai pengertiannya hanya losses di kilang
atau losses di BBM.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO, S.E.):
Termasuk kencing di laut.
93
KETUA RAPAT:
Sebentar.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Itu losses dari import BBM itu dari mulai loading port
KETUA RAPAT:
Dari import BBM.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Dari mulai loading port, losses dari mulai loading port sampai dengan depo.
Itu kan nanti di situ ada terminal utama, dari loading port, terminal utama, terus
sampai ke depo.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Saya kira itu bagus, tapi ada tambahan, karena kita selalu mendapat berita
bahwa pengangkutan dari minyak mentah dari sumur menuju ini di Sumatera
Selatan itu masih terjadi, jadi tolong dimasukan itu juga karena itu sesuatu yang
pasti terjadi gitu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Losses dari mulai loading port.
L-O-A-D-I-N-G, load, L-O-A-D-I-N-G. Loading. P-O-R-T, port.
Dari mulai loading port, bukan import.
KETUA RAPAT:
Port, pelabuhan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Nah itu buang. Sampai dengan depo.
94
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Terkait dengan nomor 3 ini apakah tadi mana tahu saya kurang dengar pihak
Direksi Pertamina sudah menjelaskan berapa volume losses-nya, kan yang tahu
faktanya kan pihak Pertamina Pak, kalau sudah tahu baru kita buat keputusan itu,
sudah dijelaskan tidak tadi ada losses-nya berapa banyak? Belum. Jadi sesudah
rapat berikutnya saja dijawab nanti, mungkin losses-nya berapa.
KETUA RAPAT:
Jadi begini Pak Ramson, ini kan merupakan bentuk daripada kontrol kita
kepada Pertamina dalam bentuk pertanyaan ini. Nanti mereka akan menjawabnya
nanti. Jadi ini sebetulnya lebih banyak kepada pertanyaan kita kepada Pertamina
untuk rapat berikutnya supaya meraka melakukan langkah-langkah ini untuk
mengurangi losses. Nanti kan masuk di ... (tidak jelas).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Kita tanya berapa losses-nya mulai dari loading port sampai ke depo atau
sampai ke SPBU, itu dulu dong baru dijelaskan, baru kita lain lagi langkah
berikutnya. Itu menurut saya Pak Ketua. Tahu-tahu losses misalnya hanya seper
1000 pemil Pak, bukan sepermil Pak, seper 1000 permil, ya kita tentu tidak perlu
pakai itu, tapi kalau sepermil mungkin kita sudah perlu, kira-kira begitu Pak Ketua
saran saya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, silakan.
Tapi Pak Inas seperti ini cukup ya?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Ya cukup karena losses itu juga tercantum dari, tercamtum di dalam
bahannya Pertamina, karena itu saya bahas kebetulan di dalam bahan saya sama
dengan bahannya Pertamina ada losses.
KETUA RAPAT:
Oke, sekarang kita bergerak nomor.
95
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Sebentar, sebentar, itu kan dari sisi yang loading port ke ini ke kilang segala
macam, itu sisi downstream. Sisi upstream itu, itu masih terjadi pencurian minyak di
pipa-pipa itu di daerah, ya kita tidak usah sebutkan anunyalah, masih terjadi dan
selalu jadi berita. Nah kita minta Pertamina untuk melakukan upaya penanggulangan
itu , itu yang penting.
KETUA RAPAT:
Dimasukan saja Pak, langsung kalimatnya. Misalkan nomor 4 dimasukan,
Komisi VII DPR RI meminta Direktur Utama Pertamina melakukan upaya
penanggulangan
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Penanggulangan.
Sebentar, loh kok empat?
KETUA RAPAT:
Bukan, ini tambahan Pak.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Atau 3 saja, 3 saja supaya jangan, coba di 3, 3, 3. Blablablabla melakukan
upaya penanggulangan. penanggulangan. Halo pakai penanggulangan pencurian
minyak mentah di, apa namanya, pipa apa itu. Mana Samsul Alam. Samsul Alam?
Istilahnya apa di sana, tansmissionnya ininya itu, pipa penyalur ya? Pipa penyalur
minyak tanah, eh minyak mentah.
PT. PERTAMINA:
Jadi istilahnya illegal tapping biasanya Pak.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Bukan pipa jalur pipa distribusi Pak.
96
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Ya jelas, artinya kalau nyuri ya pasti illegallah.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Tolong pakai, itu bukan pipa penyalur, pipa distribusi Pak, tolong ini.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Pipa, bukan distribusi Pak, bukan distribusi itu, dari sumur ke pengumpul. Itu.
Bukan distribusi. Nah makanya Direktur Hulunya itu
KETUA RAPAT:
Ditulis saja dalam kurung dari sumur sampai ke pengumpul. Nanti kan Pak
Samsul Alam datang bisa disempurnakan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Dari Sumur minyak ke tangki pengumpul.
KETUA RAPAT:
Ke tangki pengumpul.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Itu jumlahnya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Kalau losses yang di sektor hulu kebetulan waktu kunjungan kerja ke Sumsel
kan sudah jelas bahwa pihak Pertamina menghadapi kesulitan, seharusnya kalau
kita memberikan solusi, ada kunjungan spesifik kita minta juga Polda hadir seperti
yang kita lakukan di Semarang. Kalau hanya Pertamina sih rada sulit ini kelihatan.
Itulah fungsi kita. Atau suatu saat di sini kita gabung dengan Bareskrim dengan
97
seizin Komisi III, harus melibatkan pihak keamanan itu kalau saya lihat masalahnya
Pak.
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT:
Oke ya.
FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (H. HADI MULYADI, S.Si, M.Si.):
Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan.
FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (H. HADI MULYADI, S.Si, M.Si.):
SedikiT koreksi, saya pikir, semoga benar, Komisi VII DPR RI meminta PT.
Pertamina, bukan Dirutnya, karena yang bekerja ini kan semuanya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Mohon maaf Pak, mohon maaf, kita undangannya rapat dengan Direktur
Utama Pertamina, dalam rapat-rapat yang saya lihat dalam kesimpulan-kesimpulan,
rapat dengan menteri juga minta menteri, jadi tidak meminta kementerian, kemarin
dengan SKK Migas juga minta Kepala SKK Migas, jadi itu.
KETUA RAPAT:
Ya tidak apa-apa, jadi itu sebagai Single Point Accountability Pak, SPA-nya di
institusi itu adalah direktur utama.
Oh iya, iya, bukan.
Oke, sekarang kita coba ya ke nomor 4, Komisi VII DPR RI meminta Direktur
Utama Pertamina Persero menyampaikan lifting schedule per bulan untuk ekspor
produk ... (terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Impor dan ekspor itu, produk, impor dan ekspor produk.
98
KETUA RAPAT:
Impor dan ekspor produk. Impor dan ekspor produk.
Crude atau apa?
Atau BBM.
Coba Pak Inas.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Itu produknya itu produknya BBM itu, bukan produk, impor BBM dan ekspor
produk gitu loh.
KETUA RAPAT:
Impor dan ekspor BBM.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Bukan, impor BBM dan ekspor produk. Impor BBM dan ekspor produk.
KETUA RAPAT:
Produknya apa Pak?
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
produknya banyak itu, ... banyak itu Pak. Pertamina banyak yang diekspor itu.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Pak Inas, kita pakai bahasa generiknya sajalah. Produk, produk itu bisa terdiri
dari BBM, dari apa, dari ALSPR, dan sebagainya.
KETUA RAPAT:
Makanya harus jelas.
99
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Itu ada standar itu. Saya dulu mengurus itu kebetulan waktu masih kerja itu,
lapor ke BI, lapor ke mana-mana, jadi kita menyebutnya itu impor dan ekspor boleh
saja, itu produk. Nanti BBM, ada lilin, apa saja.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Ya udah oke itu saja, impor dan ekspor produk sajalah, sudah.
KETUA RAPAT:
Jadi tidak kita pisahkan ya, BBM-nya dicoret, untuk impor dan ekspor produk.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Interupsi Pimpinan.
Sekali lagi saya mengingatkan kita bicara tidak hanya BBM tapi LPG, karena
saya melihat saat ini kita seolah-olah selesai dengan masalah subsidi BBM tapi kita
masih punya bom waktu subsidi LPG itu nanti akan meledak. Tolong ini
diperhatikan, apakah di dalam losses ini LPG termasuk atau tidak, mengingat,
menurut saya ini akan termasuk juga. Karena LPG impor kita juga cukup besar.
KETUA RAPAT:
Ya.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Ya masukan juga itu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Ya terima kasih.
KETUA RAPAT:
Begini Pak Harry, makanya dari tadi saya mengatakan term untuk impor dan
ekspor produk itu mencakup apa saja, tapi menurut yang biasa termasuk Pak
Kardaya, produk itu sudah masuk LPG, BBM dan lain sebagainya, tapi kalau itu mau
dijelaskan ya dikasih bracket saja, dalam kurung, apa BBM, LPG dan lain-lain. Atau
100
berhenti di produk, kalau memang itu sudah menjadi terms baku. Kan kalau saya
melihat mesti clear.
Nah itu dihilangkan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Yang dimaksud llifting schedule apanya sih?
KETUA RAPAT:
Coba Pak Inas dijelaskan, ini kan Pak Inas ini kan yang Pak Inas idenya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Lifting Schedule itu satu bulan itu Pertamina, tadi kan Pak Ramson
menanyakan berapa impor BBM-nya, dari lifting schedule itu kita tahu dalam satu
bulan berapa dia punya impor. Dan dari mana, kan ada dua itu. Setahu saya ada
yang dari Singpur dan ada dari Tanjung Pelepas, bukan begitu Pak ya. Dari situ bisa
kita lihat gitu. Dan dari situ juga kita tahu berapa, ke mana saja itu tujuan
bongkarnya, kan siapa tahu suatu saat kita ingin kunjungan mendadak, sidak
misalnya, oh kapalnya kita sidak, betul tidak di sana itu Ron 88, bisa juga kita sewa
surveyor untuk periksa itu gitu.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Jadi mungkin begini.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Sedikit Pak Ketua dan Pak Kardaya, lifting maksudnya yang produksi
minyaknya atau?
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Bukan, bukan. begini-begini yang dimaksud di sini oleh Pak Inas, tangkapan
saya bahwa Pertamina menyampaikan laporan barapa impor produk, impor BBM,
impor LPG, dan berapa ekspor. Laporan seperti ini sebetulnya di perintah itu ada,
artinya Pertamina menyampaikan ke pemerintah itu dalam 3 bulan itu, saya ingat
betul. Lalu disampaikan dari pemerintah itu, disampaikan ke BI dan itu merupakan
101
dokumen pemerintah yang terbuka malah di dalam bahasa Inggrisnya ada segala
macam. Saya kebetulan dulu 25 tahun yang lalu itu mengurusi laporan beginian
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Saya mau tanya Pak Kardaya, interupsi ini.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Iya.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Ini kan bekas Kepala BP Migas, ini lifting yang dimaksudkan produksi yang
ada di APBN tidak lifting-nya ini?
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Sebentar, sebentar.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Kalau tidak bahasanya kita ubah jangan seperti itu.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Pak, bukan, yang dimaksud Pak Inas itu bukan lifting yang seperti yang kita
sampaikan, lifting itu lifting crude, kalau ini lifting daripada pengambilan produk yang
anunya itu, bukan, itu yang dimaksud Pak Inas itu, produk, jadi ada laporannya itu.
mungkin kalau mau lebih netral jangan pakai lifting Pak Inas, karena ke campur
dengan lifting-nya yang itu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH
ZUBIR, BE, SE):
Bukan, maaf, saya menggunakan lifting schedule karena di Dapil itu ditulisnya
lifting schedule. Itu saja. Itu yang tiap bulan Pertamina mencetak namanya lifting
schedule. Itu yang kita minta juga.
Terima kasih.
102
KETUA RAPAT:
Nanti begini, saya pikir begini.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi sedikit lagi.
Jadi lifting produksi minyak beda dengan impor, jadi bahasanya kita ubah,
jangan jadi digabung. Jangan kita sebut impor BBM, lifting schedule menurut saya
Pak Kardaya yang bekas Kepala BP Migas. Jadi dibedakan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Saya yang waktu mengurusi itu sebagai Kepala Seksi Pak, bukan sebagai
Kepala BP Migas, beda kalau Kepala BP Migas tidak mengerti masalah ini.
KETUA RAPAT:
Pelecehan itu namanya. Pelecehan itu.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Cukup Kepala Seksi aja Pak.
KETUA RAPAT:
Oke jadi kita anu ya, kita sepakati ya? Karena kalau tidak nanti masalah
terms itu beda-beda background orang, beda-beda ini interpretasinya.
Coba sekarang nomor 5, itu sangat standar bahwa Komisi VII DPR RI
meminta Direktur Utama PT Pertamina memberikan jawaban tertulis secara detail
dan komprehensif atas semua pertanyaan dari Anggota Komisi VII DPR RI untuk
disampaikan kepada Komisi VII DPR RI paling lambat Rabu, 21 Januari 2015 ya.
Tidak begini, sebentar Pak, sebentar, ini kan yang disepakati oleh Anggota,
nah sekarang saya kembalikan kepada Pertamina dari nomor satu sampai 5.
ANGGOTA FRASI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH ZUBIR, BE, SE):
Interupsi Pak Ketua. Pimpinan, Pimpinan.
103
Itu produk dengan crude itu beda, jadi crude-nya tolong dimasukan impor
crude-nya. Itu karena produk crude itu bukan produk.
KETUA RAPAT:
Ini yang mantan Kepala Seksi itu tadi bilang bahwa produk itu masuk di
dalam, crude itu masuk di dalam produk.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Jadi begini, yang masuk produk itu tadi itu menjawab LPG, LPG itu termasuk
produk. Kalau crude tidak, tetapi yang diminta oleh Pak Inas itu, apakah termasuk
crude atau tidak, kalau crude nanti lifting ini, ini pengertiannya agak bias dengan
lifting yang selama ini 840 itu, itu yang harus clear, jadi kalau mau poinnya ganti
ANGGOTA FRASI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH ZUBIR, BE, SE):
Saya kira tanya ke Pertamina namanya apa, itu lebih clear gitu.
KETUA RAPAT:
Tapi yang jelas Pak, kalau kita sudah berbicara lifting, ada lifting, ada crude-
nya di situ itu sudah, tadi yang disampaikan Pak Ramson menjadi valid, karena itu
menjadi terminologi daripada APBN kita lifting gas, lifting crude, lifting minyak. Jadi
lebih bagus, karena ini yang dimaksudkan berbeda dengan yang ada dalam
terminologi APBN lebih bagus diubah saja kalimatnya.
ANGGOTA FRASI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (H. INAS NASRULLAH ZUBIR, BE, SE):
Jadi list-lah saya kira mungkin daripada kita berdebat. list sajalah gitu.
KETUA RAPAT:
List ya. list.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, itu soal logika gitu Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi list ya.
104
Saya kembalikan ke Pertamina dari nomor 1 sampai dengan nomor 5, mohon
dikomentari.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Mengenai ... (terpotong interupsi).
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO, S.E.):
Interupsi Pak Ketua. Tadi ada kesepakatan pertama bahwa yang terakhir
mungkin usul di nomor 6 seluruh jajaran Direksi memberikan, apa, kontak
personnya, nama.
KETUA RAPAT:
Saya pikir tidak perlu dimasukan ke kesimpulan Bu, nanti otomatis sudah
dikasihkan.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (DEWIE YASIN LIMPO, S.E.):
Oh iya, mengingatkan saja. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Silakan Pak.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Bapak Pimpinan, kami siap untuk melaksanakan apa yang menjadi catatan
atau kesimpulan rapat ini, kecuali mengenai waktu penyampaian laporan tertulis
karena memang kami saat ini sedang, apa namanya, menyelesaikan review
terhadap apa yang harus kami capai di 2015. Oleh karena itu, kami mohon paling
tidak diberi waktu satu minggu untuk bisa menyiapkan jawaban.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Saya tawakan kepada Anggota dulu, karena yang dimaksud sebetulnya Pak,
saya menyadari kalau kita berbicara rencana jangka panjang, menengah, dan
pendek itu kan mapping atau road map yang mungkin perlu waktu, tetapi kita kita
105
kebetulan mau ada raker dengan Menteri ESDM pada hari Kamis jam 10, kira-kira
yang relevan dengan apa kebutuhan kita ketemu dengan Menteri ESDM, kira-kira
poin nomor berapa yang bisa disusul, yang bisa di mintakan lebih awal. ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua interupsi.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Kardaya dulu.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Dari 1 sampai 5 itu penting, namun demikian kita juga realistislah. Saya yakin
kalau nomor satu itu diminta 4 hari juga tidak bakalan keluar itu, karena membikin
road map, strategi, segala macam, jadi ya kita jangan meminta sesuatu yang pasti
tidak bisa keluar gitu. Nah jadi yang 21-nya itu adalah 3 dan eh, 2, 3 ,dan 4 gitu.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Pimpinan, Pimpinan, kanan Pimpinan.
PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/FRAKSI PARTAI GERINDRA):
Yang satu itu soalnya road map jangka menengah, panjang segala macam,
itu mesti, mereka mesti mengumpulkan satu slagorde untuk menyampaikan itu. Jadi
kalau menurut saya realistislah, artinya kecuali satu, itu tanggal 21 kecuali satu ya.
Karena yang utamanya itu dengan Menteri kan nanti berapa BBM, harganya, berapa
hari ini, itu yang yang domain Pertamina itu.
ANGGOTA FRAKSI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Interupsi Pimpinan, kanan.
KETUA RAPAT:
Ya silakan Pak Dito.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (H. DITO GANINDUTO, MBA):
Pak, jadi begini Pak, karena kami hari Kamis akan rapat dengan Pertamina,
kira-kira pertanyaan kami, eh sorry dengan ESDM, Menteri ESDM, kira-kira
pertanyaan kami yang ada kaitannya dengan kebijakan pemerintah, saya ada
106
beberapa pertanyaan yang ada kaitannya, jadi begini Pak, kalau kami sudah terima
jawabannya, kami tidak akan tanyakan lagi atau kami akan perdalam dengan
Menteri ESDM, karena kita akan memberikan dukungan politik kepada Bapak kalau
memang diperlukan. Jadi kira-kira Bapak lihat saja yang ada kaitannya kalau
memang tidak dijawab kita juga, kalau memang ada kaitannya saya akan angkat lagi
di Kementerian ESDM.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi.
Saya pikir seminggu logis. Tadi kita sudah memperolehnya data-data, itu
sudah cukup kuat Ke Menteri ESDM, apa yang ada sekarang di kepala kita saja
tidak bisa dijawab Menteri ESDM lah, nanti kita lihat saja hari Kamis. Kurang waktu
betul deh. Jadi kita kasih waktu satu minggu habis itu kita dalami, ini soal
kepentingan strategis bukan hanya soal menghadapi Menteri ESDM. Kita tahulah
apa nanti yang mau dikemukakan Menteri ESDM soal Permen saja nanti dia
jawabnya saja sudah susah itu.
Begitu saja Pak Ketua. Terima kasih.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (H. MUSTOFA ASSEGAF, M.Si.):
Saya ketua, Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Mustofa.
ANGGOTA FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (H. MUSTOFA ASSEGAF, M.Si.):
Saya kira memang kita harus realistislah kita kasih waktu. Karena apa,
karena kita juga tidak ingin beliau-beliau ini menjawab tidak seesuai dengan harapan
kita makanya berikanlah waktu yang cukup supaya jawaban yang kita terima itu
sesuai dengan harapan kita dan memenuhi keingintahuan kita. Kalau masalah
dengan Menteri ESDM kita setiap saat kita bisa panggil Pak Menteri lagi kok.
Mungkin kita ini lupa bahwa kita ini lima tahun loh akan bermitra dengan mereka-
107
mereka ini. Jadi bukan nanti dua kali pertemuan, masih ada ratusan kali pertemuan.
Jadi apa yang kita risaukan.
Saya kira itu dulu Pimpinan. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Jadi Bapak/Ibu sekalian, saya mengambil jalan tengah, karena tadi saya bisa
menangkap yang dimaksud dengan Pak Ramson, karena kebutuhan kita sebetulnya
untuk APBN Pak , jadi kalau dengan Menteri itu lebih ke APBN, maka yang nomor 2
tadi itu penting, hanya kebetulan Bapak belum menyampaikan yang LPG, yang
sudah kita miliki hari ini adalah BBM, jadi kalau bisa disampaikan LPG-nya Pak,
perhitungan LPG, ya perbedaannya dengan yang lama atau yang selama ini bisa
dilengkap saja, yang perhitungan ini saja Pak. Yang nomor 2 itu bisa disampaikan
sebelum kita rapat dengan menteri pada hari Kamis jam 10 akan sangat membantu.
Tapi saya pikir kalau perhitungan kan tidak terlalu sulit ya. Nah tinggal yang nomor
1, 3 dan seterusnya bisa kita undur hingga tanggal 20 berapa? 27, tanggal 27 ya.
Jadi jawaban yang nomor 2 saja yang kita minta tanggal 21. Kira-kira bisa sepakati
Pak Dirut? Bisa Pak ya?
Oke dengan demikian, maka saya meminta Pak Direktur Utama untuk
memberikan closing statement sebelum saya tutup rapat RDP perdana ini. Terima
kasih.
DIRUT PT. PERTAMINA:
Yang kami hormati Bapak Pimpinan dan Ibu-ibu serta Bapak-bapak Anggota
Komisi VII DPR Republik Indonesia yang kami hormati,
Sekali lagi kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-
besarnya atas segala masukan pada hari ini yang sangat lengkap, komprehensif dan
ini sangat menjadi, apa namanya, masukan bagi kami untuk bisa melangkah dan
mengelola Pertamina ke depan untuk menjadi yang lebih baik. Sekali lagi terima
kasih dan kami mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan pada kami dan
jajaran kami.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
108
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Dengan demikian berakhir sudah rangkaian panjang dari RDP kita yang
pertama dengan Direktur Utama Pertamina kami ucapkan,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
(RAPAT DITUTUP PUKUL : 18.53 WIB)
a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT
Dra. Rini Koentarti, M.Si.
NIP. 19611009 199303 2 001
Recommended