View
40
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
tugas clerkship
Citation preview
1
PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM KEHAMILAN DAN
DIAGNOSIS KEHAMILAN
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alami, yang
merupakan bagian dari fungsi tubuh manusia. Terdapat beberapa perubahan
fisiologis yang dialami wanita selama hamil. Perubahan-perubahan tersebut
adalah :
SISTEM PERUBAHAN
Kardiovaskuler Peningkatan volume plasma mulai dari
minggu ke 6-8, puncak pada UK 32-34
pseudoanemia pada ibu hamil. CO
meningkat tetapi TPR menurun TD
turun. Peningkatan leukosit, fibrinogen,
trombosit, dan faktor VII, X, dan XII.
Respiratorik Peningkatan konsumsi O2, iafragma
terdorong oleh uterus yang membesar
peningkatan respiratory rate.
Traktus gastrointestinal Peningkatn progesterone Penurunan
motilitas usus dan kecepatan gastric
emptying penurunan pH gaster,
peningkatan volume gaster mual-
muntah di awal kehamilan
Gusi epulis gravidarum
Traktus urinarius Pada awal kehamilan uterus membesar
2
di dalam pelvis mendorong vesika
urinaria frekuensi BAK meningkat
Aterm : kepala bayi mendorong Vesika
Urinaria frekuensi BAK meningkat
Hepatobilier Pemeriksaan fungsi hepar : AFP >>,
albumin <<, profil lipid >>.
Neurologis Perubahan konsentrasi, atensi, dan
memori
Muskkoloskeletal Lordosis
Endokrin T3 & T4 >>, TSH normal, TBG >>,
Growth Hormone >>.
Dermatologik Linea alba menjadi linea nigra.
Melasma gravidarum pada leher dan
wajah
Striae gravidarum pada perut.
Metabolik >> glikogenesis & penyimpanan
glikogen, << gluconeogenesis, fasting
glucose << dan fasting insulin << (pd
awal kehamilan, resistensi insulin >> &
glucose 2jpp >> (mulai trimester 2)
(CIliberto, et al 2002 dan Cunningham, 2010)
Diagnosis kehamilan dibuat dengan mengenali gejala dan tanda yang
tampak secara fisik yaitu berhentinya menstruasi, perubahan lender serviks,
3
payudara membesar, perubahan pada kulit, serta hasil positif pada plano yang
menunjukkan adanya hormon HCG pada urin (Cunningham, 2010)
ANTE NATAL CARE DAN DIAGNOSIS RISIKO PADA KEHAMILAN
Berdasarkan American College of Obstetrician (ACOG) and
Gynecologist dan American Academy of Pediatrics (APA), tujuan ANC meliputi
pencegahan kematian janin dan menghindari intervensi yang tidak perlu. Teknik-
teknik yang dilakukan dalam ANC saat ini terfokus pada kesejahteraan janin
meliputi aktivitas janin, denyut jantung janin, gerakan, pernapasan, dan produksi
cairan amnion. Di Indonesia, ibu hamil dianjurkan menjalani Ante Natal Care
minimal sebanyak 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester
kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. ACOG menganjurkan kecukupan
menghadiri ANC dengan kriteria indeks Kessner sebagai berikut (Cunningham,
2010)
Kriteria Kessner :
4
Ada risiko pada proses kehamilan, persalinan dan nifas, dengan derajat
risiko sebagai berikut :
▫ Risiko rendah
▫ Risiko tinggi
▫ Risiko sangat tinggi
Antenatal Care (ANC) penting untuk pengenalan dini tanda2 bahaya, masalah dan
faktor risiko pada ibu hamil. ANC merupakan suatu kegiatan deteksi pro aktif
pada semua ibu hamil untuk menemukan faktor risiko yang belum memberikan
gejala atau keluhan dengan menggunakan alat skrining. Ibu hamil yang memiliki
5
masalah / faktor risiko yang masih merasa atau kelihatan sehat disebut kelompok
ibu hamil risiko tinggi, sedangkan ibu hamil tanpa faktor risiko disebut ibu hamil
risiko rendah. Kelompok faktor risiko pada ibu hamil adalah :
• Kelompok I : Ada Potensi Gawat Obsterik
Ada masalah yang perlu di waspadai
Ada 10 Faktor risiko (7 terlalu + 3 pernah)
• Kelompok II : Ada Gawat Obsterik
Ada tanda bahaya awal
Ada 8 Faktor risiko
• Kelompok III : Ada Gawat Darurat Obstetrik
Ada kegawatan yang mengancam nyawa ibu dan bayi
Ada 2 Faktor risiko
Kelompok 1
6
Kelompok 2
Kelompok 3
(Djaja, 2008)
ABORTUS
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di
dunia luar. Anak baru memungkinkan untuk hidup di dunia luar jika beratnya
telah mencapai 1000 gram atau usia kehamilan 28 minggu. Sebagian ahli
7
mengambil batasan untuk abortus, yaitu jika berat janin kurang dari 500 gram.
Jika janin yang lahir beratnya antara 500 dan 999 gram, maka disebut partus
immaturus (Sastrawinata, 2003).
Secara etiologis, abortus dapat dibagi sebagai berikut:
a. Abortus spontan : terjadi dengan sendirinya, merupakan 20% dari semua
abortus. Pada usia kehamilan yang masih muda, abortus selalu didahului oleh
kematian janin. Kematian janin ini dapat disebabkan oleh kelainan kromosom
(trisomy, poliploidi) dan penyakit ibu (infeksi akut, kelainan endokrin,
trauma, kelainan organ reproduksi). Sementara pada usia kehamilan yang
sudah tua janin sering lahir dalam keadaan hidup. Penyebabnya juga dapat
berupa kelainan kromosom ( trisomy dan poliploidi ), kelainan pertumbuhan
embrio karena faktor eksogen (virus, radiasi, zat kimia). Penyakit ibu yang
dapat menimbulkan abortus antara lain: infeksi akut yang berat, seperti
pneumonia dan tifoid; kelainan endokri, seperti defisiensi progesteron dan
disfungsi tiroid; trauma misalnya laparotomi atau kecelakaan; kelainan organ
reproduksi seperti hypoplasia uteri, tumor uterus, serviks yang pendek,
retroflexio uteri incarcerata, dan kelainan endometrium.
b. Abortus provocatus : karena kesengajaan, merupakan 80% dari semua
abortus, terdiri dari abortus provocatus artificialis atau theurapeticus dan
abortus provocatus criminalis.
(Sastrawinata 2003)
Secara klinis, abortus dapat dibagi sebagai berikut:
8
a. Abortus imminens. Diagnosis abortus imminens ditegakkan pada wanita
hamil muda yang mengeluarkan darah sedikit per vaginam dengan rasa nyeri
memilin karena kontraksi, tanpa dilatasi, dan tanpa kelainan pada serviks.
Pada abortus imminens, masih ada harapan kehamilan dapat diteruskan.
b. Abortus insipiens. Gejalanya adalah, pendarahan yang banyak, kadang-
kadang berupa gumpalan darah, nyeri karena kontraksi uterus yang kuat,
adanya dilatasi. Abortus insipiens biasanya berakhir dengan kematian janin.
c. Abortus incompletes, yaitu apabila sebagian jaringan telah lahir tetapi ada
bagian yang tertinggal (biasanya plasenta). Gejalanya adalah, seteah terjadi
abortus dengan pengeluaran jaringan, biasanya pendarahan berlangsung terus,
serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam uterus yang direspon
sebagai corpus alienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
kontraksi.
d. Abortus completes, yaitu jika jaringan lahir lengkap. Pada abortus completes,
pendarahan segera berkurang setelah isi uterus keluar dan maksimal dalam 10
hari, pendarahan akan berhenti sama sekali karena dalam periode tersebut
perlukaan dalam uterus telah sembuh dan epitelialisasi juga telah selesai.
Serviks juga menutup kembali dengan segera. Jika dalam 10 hari pasca
abortus masih ada pendarahan, maka harus dipikirkan kemungkinan abortus
incompletus atau endometritis post abortum.
e. Abortus febrilis, yaitu abortus incompletus atau abortus insipiens yang
disertai infeksi, dengan gejala demam tinggi disertai menggigil dan lochia
yang berbau. Abortus ini dapat menimbulkan endotoxin shock.
9
f. Missed abortion, adalah janin muda yang telah mati tertahan di dalam uterus
selama 2 bulan atau lebih. Pada periode kematian janin kadang-kadang ada
sedikit pendarahan per vaginam, sehingga menimbulkan gambaran seperti
gejala abortus imminens. Gejala lainnya adalah uterus tidak membesar, justru
mengecil karena absorbsi amnion dan maserasi janin, payudara ibu mengecil
kembali, dan amenore yang terus berlangsung. Keadaan ini biasanya berakhir
dengan abortus spontan selambatnya 6 minggu setelah kematian janin.
g. Abortus habiatualis, adalah keadaan simana terjadi tiga kali abortus spontan
berturut-turut. Karena abortus ini berulang-ulang dan berturut-turut,
etiologinya bersifat tetap dan terapi ditujukan terhadap etiologi ini.
Etiologinya dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu kualitas sel gamet yang
kurang baik dan lingkungan janin yang tidak baik, seperti disfungsi tiroid,
defisiensi korpus luteum atau plasenta, defisiensi nutrisi, kelainan anatomis
uterus, serviks inkompeten, hipertensi esensial, inkompatibilitas golongan
darah, dan toksoplasmosis.
(Sastrawinata, 2003)
10
DAFTAR PUSTAKA
Cilberto, F. dan Marx, G. 2002. NDA Oxford. “Physiological Changes Associated with Pregnancy” pp 1-3
Djaja, B. 2008. Eka Hospital Artiticles. “Kenali Risiko pada Kehamilan Anda” pp 1-25
Sastrawinata, S. 2003. Obstetri Patologi, Universitas Padjadjaran Bandung. Jakarta: EGC.
Cunningham, G., Leveno, K., Bloom, S., Hauth, J., Rouse, D. 2010. Williams Obstetrics 23rd Edition. Philadelphia : McGraw-Hill Companies.
Recommended