View
243
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
1/28
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan suatu manifestasi
klinis apabila timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan tersebut dapat disebabkan oleh
reaksi alergi terhadap suatu obat. Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption itu sendiri ialah
reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat
dengan cara sistemik.1,2
Pemberian dengan cara sistemik di sini berarti obat tersebut masuk melalui mulut, hidung,
rektum, vagina, dan dengan suntikan atau infus. Sedangkan reaksi alergi yang disebabkan oleh
penggunaan obat dengan cara topikal, yaitu obat yang digunakan pada permukaan tubuh
mempunyai istilah sendiri yang disebut dermatitis kontak alergi.2,
!idak semua obat dapat mengakibatkan reaksi alergi ini. "anya beberapa golongan obat
yang 1# hingga # dari seluruh pemakainya akan mengalami erupsi obat alergi atau erupsi
obat. $bat%obatan tersebut yaitu& obat anti inflamasi non steroid '$()*S+, antibiotik& misalnya
penisilin dan derivatnya, sulfonamid, dan obat%obatan antikonvulsan. 2,
-enurut "$, sekitar 2# dari seluruh jenis erupsi obat yang timbul tergolong /serius0
karena reaksi alergi obat yang timbul tersebut memerlukan peraatan di rumah sakit bahkan
mengakibatkan kematian. Sindrom Steven%ohnson 'SS+ dan *ekrolisis Epidermal !oksis'*E!+ adalah beberapa bentuk reaksi serius tersebut. ,3
Perlu ditegakkan diagnosa yang tepat dari gangguan ini memberikan manifestasi yang
serupa dengan gangguan kulit lain pada umumnya. )dentifikasi dan anamnesa yang tepat dari
penyebab timbulnya reaksi obat adalah salah satu hal penting untuk memberikan tatalaksana
yang cepat dan tepat bagi penderita dengan tujuan membantu meningkatkan prognosis serta
menurunkan angka morbiditas.1,,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
2/28
Erupsi Obat Alergik
2.1 Dei!isi
Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption itu sendiri ialah reaksi alergi pada kulit atau
daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik.1
2.2 Epi"e#i$l$gi
4elum didapatkan angka kejadian yang tepat terhadap kasus erupsi alergi obat, tetapi
berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, studi epidemiologi, uji klinis terapeutik obat dan
laporan dari dokter, diperkirakan kejadian alergi obat adalah 2# dari total pemakaian obat%
obatan atau sebesar 13%25# dari keseluruhan efek samping pemakaian obat%obatan.1,,6
"asil survei prospektif sistematik yang dilakukan olehBoston Collaborative Drug Surveillance
Program menunjukkan baha reaksi kulit yang timbul terhadap pemberian obat adalah sekitar
2,7# dari 8.555 pasien yang diraat pada bagian penyakit dalam dari tahun 197 sampai 199.
Sekitar # seluruh pasien yang diraat di rumah sakit ternyata mengalami erupsi kulit setelah
mengkonsumsi obat%obatan. Selain itu, data di (merika Serikat menunjukkan lebih dari 155.555
jia meninggal setiap tahunnya disebabkan erupsi obat yang serius. 4eberapa jenis erupsi obat
yang sering timbul adalah: 1,3
; eksantem makulopapuler sebanyak 91,2#,
; urtikaria sebanyak 3,9#, dan
; vaskulitis sebanyak 1,#
ol justru
meningkatkan risiko timbulnya erupsi eksantematosa 15 sampai 35 kali dibandingkan
dengan populasi normal.
. ?sia1,,6
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
3/28
(lergi obat dapat terjadi pada semua golongan umur terutama pada anak%anak dan orang
deasa. Pada anak%anak mungkin disebabkan karena perkembangan sistim immunologi
yang belum sempurna. Sebaliknya, pada orang deasa disebabkan karena lebih seringnya
orang deasa berkontak dengan bahan antigenik. ?mur yang lebih tua akan
memperlambat munculnya onset erupsi obat tetapi menimbulkan mortalitas yang lebih
tinggi bila terkena reaksi yang berat.
. =osis,6
Pemberian obat yang intermitten dengan dosis tinggi akan memudahkan timbulnya
sensitisasi. !etapi jika sudah melalui fase induksi, dosis yang sangat kecil sekalipun
sudah dapat menimbulkan reaksi alergi. Semakin sering obat digunakan, Semakin besar
pula kemungkinan timbulnya reaksi alergi pada penderita yang peka.
3. )nfeksi dan keganasan7
-ortalitas tinggi lainnya juga ditemukan pada penderita erupsi obat berat yang disertai
dengan keganasan. @eaktivasi dari infeksi virus laten dengan human herpes virus '""A+%
umumnya ditemukan pada mereka yang mengalami sindrom hipersensitifitas obat.
6. (topik1
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
4/28
@iedl -(, Basillas (-, Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. )n:
(merican
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
5/28
2.%.1. &eka!is#e I#u!$l$gis
Tipe I '(eaksi a!ailaksis)
-ekanisme ini paling banyak ditemukan. Dang berperan ialah )g E yang mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap mastosit dan basofil. Pajanan pertama dari obat tidak menimbulkan
reaksi. !etapi bila dilakukan pemberian kembali obat yang sama, maka obat tersebut akan
dianggap sebagai antigen yang akan merangsang pelepasan bermacam%macam mediator seperti
histamin, serotonin, bradikinin, heparin dan S@S(. -ediator yang dilepaskan ini akan
menimbulkan bermacam%macam efek, misalnya urtikaria. @eaksi anafilaksis yang paling
ditakutkan adalah timbulnya syok. 2,
Tipe II '(eaksi Sit$t$ksis)
(danya ikatan antara )g dan )g - dengan antigen yang melekat pada sel. (ktivasi sistem
komplemen ini akan memacu sejumlah reaksi yang berakhir dengan lisis. 2,
Tipe III '(eaksi K$#pleks I#u!)
(ntibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk kompleks antigen antibodi.
Kompleks antigen antibodi ini mengendap pada salah satu tempat dalam jaringan tubuh
mengakibatkan reaksi radang. (ktivasi sistem komplemen merangsang pelepasan berbagai
mediator oleh mastosit. Sebagai akibatnya, akan terjadi kerusakan jaringan. 2,
Tipe I* '(eaksi Alergi Seluler Tipe La#bat)
@eaksi ini melibatkan limfosit. Fimfosit ! yang tersensitasi mengadakan reaksi dengan
antigen. @eaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena baru timbul 12%8 jam setelah pajanan
terhadap antigen. 2,
2.%.2. &eka!is#e N$! I#u!$l$gis
@eaksi GPseudoallergicG menstimulasi reaksi alergi yang bersifat antibodydependent.
Salah satu obat yang dapat menimbulkannya adalah aspirin dan kontras media. !eori yang ada
menyatakan baha ada satu atau lebih mekanisme yang terlibat& pelepasan mediator sel mast
dengan cara langsung, aktivasi langsung dari sistem komplemen, atau pengaruh langsung pada
metabolisme en>im asam arachidonat sel.
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
6/28
Efek kedua, diakibatkan proses farmakologis obat terhadap tubuh yang dapat menimbulkan
gangguan seperti alopesia yang timbul karena penggunaan kemoterapi anti kanker. Penggunaan
obat%obatan tertentu secara progresif ditimbun di baah kulit, dalam jangka aktu yang lama
akan mengakibatkan gangguan lain seperti hiperpigmentasi generalisata difus.
2.%.%. U!k!$+! &e,-a!is#
Selain dua mekanisme diatas, masih terdapat mekanisme lain yang belum dapat dijelaskan.
2. &a!iestasi Kli!is
2..1. &$r$l$gi "a! Distribusi
Perlu diketahui baha erupsi alergi obat yang timbul akan mempunyai kemiripan dengan
gangguan kulit lain pada umumnya, gangguan itu diantaranya&
a. ?rtikaria
Kelainan kulit terdiri atas urtika yang tampak eritem disertai edema akibat tertimbunnya
serum dan disertai rasa gatal. 4ila dermis bagian dalam dan jaringan subkutan mengalami
edema, maka timbul reaksi yang disebut angioedema. (ngioedema ini biasanya unilateral dan
nonpruritus, dapat hilang dalam jangka aktu 1%2 jam. !etapi kadang dapat bertahan selama dua
sampai lima hari. Pelepasan mediator inflamasi dari suatu aktifasi yang bersifat non imunologis
juga dapat menimbulkan reaksi urtikaria. ?rtikaria dan angioedema sangat berhubungan dengan
)g%E sebagai suatu respon cepat terhadap penisilin maupun antibiotik lainnya. $bat lain misalnya
angiotensinconverting en!yme '(BE+ inhibitor dalam jangka aktu satu jam juga dapat
menimbulkan urtikaria. 2,7
ambar 1. ?rtikaria yang disebabkan oleh penggunaan penisilin
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
7/28
Sumber: @evus , (llanore (A. Drugs Reaction. )n: 4olognia =ermatology. Aolume
$ne. 2nd edition. Elserve limited, Philadelphia. ?nited States of (merica. 255. p: %
32
b. Eritema
Kemerahan pada kulit akibat melebarnya pembuluh darah. arna merah akan hilang pada
penekanan. ?kuran eritema dapat bermacam%macam. ika besarnya lentikuler maka disebut
eritema morbiliformis, dan bila besarnya numular disebut eritema skarlatiniformis. 2
c. =ermatitis medikamentosa
ambaran klinisnya memberikan gambaran serupa dermatitis akut, yaitu efloresensi yang
polimorf, membasah, berbatas tegas. Kelainan kulit menyeluruh dan simetris. 2
d. Purpura
Purpura ialah perdarahan di dalam kulit berupa kemerahan pada kulit yang tidak hilang
bila ditekan. Purpura dapat timbul bersama%sama dengan eritem dan biasanya disebabkan oleh
permeabilitas kapiler yang meningkat.. 2
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
8/28
e. Erupsi eksantematosa
Febih dari 95# erupsi obat yang ditemukan berbentuk erupsi eksantematosa. Erupsi yang
muncul dapat berbentuk morbiliformis atau makulopapuler. Pada mulanya akan terjadi
perubahan yang bersifat eksantematosa pada kulit tanpa didahului blister ataupun pustulasi.
Erupsi bermula pada daerah leher dan menyebar ke bagian perifer tubuh secara simetris dan
hampir selalu disertai pruritus. Erupsi baru muncul sekitar satu minggu setelah pemakaian obat
dan dapat sembuh sendiri dalam jangka aktu 7 sampai 1 hari. Pemulihan ini ditandai dengan
perubahan arna kullit dari merah terang ke arna coklat kemerahan, yang disertai dengan
adanya deskuamasi kulit. 2,7 Erupsi eksantematosa dapat disebabkan oleh banyak obat termasuk
penisilin, sulfonamid, dan obat antiepiletikum. =ari hasil data laboratorium diketahui baha !
sel juga ikut terlibat dalam reaksi ini karena sel ! dapat menangkap jenis obat tanpa perlu
memodifikasi protein dari hapten.7 ika kelainan ini timbul berkali%kali ditempat yang sama maka
disebut eksantema fikstum. 2
!abel 2. 4eberapa obat yang dapat menimbulkan erupsi eksantematosa
Sumber: Fee (, !homson . Druginduced s"in. )n: (dverse =rug @eactions, 2nd ed.
Pharmaceutical Press. 2556. (ccess on: -arch 2, 251. (vailable at:
http:CCdrugsafety.adisonline.comCptCreCdrsCpdf
!empat predileksi disekitar mulut, terutama di daerah bibir dan daerah penis pada laki%laki,
sehingga sering disangka penyakit kelamin. (pabila adanya residif di tempat yang sama maka
disebut dengan eksantema fikstum.2
ambar .. Sejumlah papul berarna pink pada daerah dada disebabkan oleh penggunaan
obat golongan sefalosporin.
http://drugsafety.adisonline.com/pt/re/drs/pdfhttp://drugsafety.adisonline.com/pt/re/drs/pdf7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
9/28
Sumber: @evus , (llanore (A. Drugs Reaction. )n: 4olognia =ermatology. Aolume
$ne. 2nd edition. Elserve limited, Philadelphia. ?nited States of (merica. 255. p: %32
f. Eritema nodosum
Kelainan kulit berupa eritema dan nodus%nodus yang nyeri disertai gejala umum berupa
demam, dan malaise. !empat perdileksi ialah di regio ekstensor tungkai baah. 2
g. Eritroderma
Eritroderma pada penderita alergi obat berbeda dengan eritroderma pada umumnya yang
biasanya disertai eritem dan skuama. Pada penderita alergi obat terlihat adanya eritema tanpa
skuama, skuama justru baru akan timbul pada stadium penyembuhan.2
h. Erupsi pustuler
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
10/28
(da jenis erupsi, pertama erupsi akneiformis dan kedua Pustulosis Eksantematosa
eneralisata (kut 'PE(+.
1. Erupsi (kneiformis dihubungkan dengan penggunaan obat seperti iodida, bromida,
(B!", glukokortikoid, isonia>id, androgen, litium dan actinomisin. Erupsi timbul
pada daerah%daerah yang atipikal seperti lengan dan kaki berbentuk monomorf
berbentuk akne tanpa disertai komedo.7
2. Penyakit Pustulosis Eksantema eneralisata (kut 'PE(+ memberikan gambaran
pustul miliar non folikular yang eritematosa disertai purpura dan lesi menyerupai lesi
target. Kelainan kulit timbul bila seseorang mengalami demam tinggi 'H85B+. Pustul
tersebut cepat menghilang dalam jangka aktu kurang dari 7 hari kemudian diikuti
oleh deskuamasi kulit. Pada pemeriksaan histopatologis didapat pustul intraepidermal
atau subcorneal yang dapat disertai edema dermis, vaskulitis, infiltrat
polimorfonuklear perivaskuler dengan eosinofil atau nekrosis fokal sel%sel keratinosit.
alaupun demikian, penyakit ini sangat jarang terjadi.2
i. Erupsi bulosa
Erupsi bulosa ini ditemukan pada& pemphigus #oliaceus, #i$ed drug eruption '
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
11/28
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
12/28
Sumber: -ansjoer (, Suprohaita, ardhani ), Setioulan .'rupsi Alergi Obat. )n:
Kapita Selekta Kedokteran. Aolume 2. rd edition.
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
13/28
terkelupas. Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena
tekanan, yakni punggung, aksila, dan bokong. Pada sebagian pasien kelainan
kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura tanpa disertai erosi, vesikel, dan
bula. Pada *E!, kuku dapat terlepas dan dapat terjadi bronkopneumonia.
Kadang%kadang dapat terjadi perdarahan di traktus gastrointestinal. ?mumnya
*E! terjadi pada orang deasa. *E! merupakan penyakit berat dan sering
menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairanCelektrolit atau
sepsis. 9
2..2. Per/ala!a! Pe!0akit
Penggolongan alergi obat dapat didasarkan pada selang aktu timbulnya gejala%gejala
alergik sesudah pemberian obat sebagai berikut:
!abel . Pengelompokan erupsi yang timbul berdasarkan aktu
Sumber: Puranto SF.Alergi Obat. )n: Bermin =unia Kedokteran. Aolume 6. 1976. (ccessed
on: -arch 2, 251. (vailable from: %portalkalbe%files%cdk%files%57(lergi$bat556Ipdf%
57(lergi$bat556.mht
@eaksi alergik yang segera 'immediate+, terjadi dalam beberapa menit dan ditandai dengan
urtikaria, hipotensi dan shok. 4ila reaksi itu membahayakan jia maka disebut syok anafilaksis.
@eaksi yang cepat 'accelerated+ timbul dari 1 sampai 72 jam sesudah pernberian obat dan
kebanyakan bermanifestasi sebagai urtikaria. Kadang%kadang berupa rash morbilliform atau
edema laring. @eaksi yang lambat 'late+ timbul lebih dari hari. =iperkirakan reaksi jenis cepat
dan lambat ini ditimbulkan oleh antibodi )g, tetapi beberapa reaksi hemolitik dan eJanthem
dihubungkan dengan antibodi )g-.,6
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
14/28
2..%. Pe#eriksaa! Pe!u!/a!g
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan untuk memastikan penyebab erupsi obat
alergi adalah: 9
1. Pemeriksaan in vivo
o ?ji tempel &patch test)
o ?ji tusuk &pric",scratch test)
o ?ji provokasi &e$posure test)
2. Pemeriksaan in vitro
a. Dang diperantarai antibodi:
o "emaglutinasi pasif
oRadio immunoassay
o =egranulasi basofil
o !es fiksasi komplemen
b. Dang diperantarai sel:
o !es transformasi limfosit
o-eucocyte migration inhibition test
Pemilihan pemeriksaan penunjang didasarkan atas mekanisme imunologis yang mendasari
erupsi obat.
?ji tempel 'patch test+ memberikan hasil yang masih belum dapat dipercaya. ?ji provokasi
'e$posure test+ dengan melakukan pemaparan kembali obat yang dicurigai adalah yang paling
membantu untuk saat ini. !etapi, risiko dari timbulnya reaksi yang lebih berat membuat cara ini
harus dilakukan dengan cara hati%hati dan harus sesuai dengan etika maupun alasan mediko
legalnya. 1,Sejumlah tes yang dilakukan dengan teknik invitro didesain untuk membantu
membedakan apakah reaksi kulit yang terjadi pada individu tersebut disebabkan karena obat atau
bukan. 4elum ditemukan uji fisik maupun laboratorium invitro yang cukup reliabel untuk
digunakan secara rutin. =erajat sensitifitas maupun spesifitasnya cara ini masih dalam tahap
penelitian. $leh sebab itu, pemeriksaan ini hanya sedikit sekali membantu dalam penegakkan
diagnosis klinis. 1,
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
15/28
4iopsi kulit boleh dilakukan pada penderita yang ditakutkan dapat mengalami reaksi obat
yang serius seperti pada penderita yang memiliki gejala aal seperti eritroderma, blister, purpura
dan pustulasi karena kasus SS baru akan timbul beberapa setelah penggunaan obat. Perlu
diketahui pula baha lebih dari 35# kasus SS dan hampir 95# penderita !E* terkait dengan
penggunaan obat.7,15
2. Diag!$sis
=asar diagnosis erupsi obat alergi adalah: 2
1. (namnesis yang teliti mengenai:
a. $bat%obatan yang dipakai
b. Kelainan kulit yang timbul akut atau dapat juga beberapa hari sesudah masuknya obat
c. @asa gatal yang dapat pula disertai demam yang biasanya subfebris.
2. Kelainan kulit yang ditemukan:
a. =istribusi : menyeluruh dan simetris
b. 4entuk kelainan yang timbul
Penegakkan diagnosis harus dimulai dari pendeskripsian yang akurat dari jenis lesi dan
distribusinya serta tanda ataupun gejala lain yang menyertainya. =ata mengenai semua jenis obat
yang pernah dimakan pasien, dosisnya, data kronologis mengenai cara pemberian obat serta
jangka aktu antara pemakaian obat dengan onset timbulnya erupsi harus ikut dikumpulkan.
!etapi ada kalanya hal ini sulit untuk dievaluasi, terutama pada penderita yang mengkonsumsi
obat yang mempunyai aktu paruh yang lama atau mengalami erupsi reaksi obat yang bersifat
persisten.1
2. Pe!atalaksa!aa!
Seperti pada penyakit immunologis lainnya, pengobatan alergi obat adalah dengan
menetralkan atau mengeluarkan obat tersebut dari dalam tubuh., epinephrine adalah drug o#
choice pada reaksi anafilaksis. ?ntuk alergi obat jenis lainnya, dapat digunakan pengobatan
simptomatik dengan antihistamin dan kortikosteroid. Penghentian obat yang dicurigai menjadi
penyebab harus dihentikan secepat mungkin. !etapi, pada beberapa kasus adakalanya pemeriksa
dihadapkan dua pilihan antara risiko erupsi obat dengan manfaat dari obat tersebut. 1,6
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
16/28
2..1. Pe!atalaksa!aa! U#u#
; -elindungi kulit. Pemberian obat yang diduga menjadi penyebab erupsi kulit harus
dihentikan segera.1,
; -enjaga kondisi pasien dengan selalu melakukan pengaasan untuk mendeteksi
kemungkinan timbulnya erupsi yang lebih parah atau relaps setelah berada pada fase
pemulihan. 1,
; -enjaga kondisi fisik pasien termasuk asupan nutrisi dan cairan tubuhnya. 4erikan
cairan via infus bila perlu. Pengaturan keseimbangan cairanCelektrolit dan nutrisi
penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi di mulut dan
tenggorok serta kesadaran dapat menurun. ?ntuk itu dapat diberikan infus, misalnya
berupa glukosa 3# dan larutan =arro.1,9
; !ransfusi darah bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2% hari& khususnya pada
kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin B 355 mg atau 1555 mg intravena sehari dan hemostatik. 9
2..2. Pe!atalaksa!aa! K-usus
1. Siste#ik
a. Kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik. $bat
kortikosteroid yang sering digunakan adalah prednison. Pada kelainan urtikaria, eritema,
dermatitis medikamentosa, purpura, eritema nodosum, eksantema fikstum, dan PE(
karena erupsi obat alergi. =osis standar untuk orang deasa adalah J 15 mg sampai J
15 mg sehari. Pengobatan eryhema multi#orme ma%or* SS dan !E* pertama kali adalah
menghentikan obat yang diduga penyebab dan pemberian terapi yang bersifat suportif
seperti peraatan luka dan peraatan gi>i penderita. Penggunaan glukortikoid untuk
pengobatan SS dan !E* masih kontroversial. Pertama kali dilakukan pemberian
intravenous immunoglobulin ')A)+ terbukti dapat menurunkan progresifitas penyakit ini
dalam jangka aktu 8 jam. ?ntuk selanjutnya )A) diberikan sebanyak 5.2%5.73 gCkg
selama hari pertama. 2,7
b. (ntihistamin. (ntihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat rasa
gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang jika dibandingkan dengan kortikosteroid. 2
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
17/28
2. T$pikal
; Pengobatan topikal tergantung pada keadaan kelainan kulit, apakah kering atau basah.
ika dalam keadaan kering dapat diberikan bedak salisilat 2# ditambah dengan obat
antipruritus seperti mentol %1# untuk mengurangi rasa gatal. ika dalam keadaan
basah perlu digunakan kompres, misalnya larutan asam salisilat 1#.2,9
; Pada bentuk purpura dan eritema nodosum tidak diperlukan pengobatan topikal. Pada
eksantema fikstum, jika kelainan membasah dapat diberikan krim kortikosteroid,
misalnya hidrokortison 1# sampai 2 #.2,9
; Pada eritroderma dengan kelainan berupa eritema yang menyeluruh dan mengalami
skuamasi dapat diberikan salep lanolin 15# yang dioleskan sebagian%sebagian. 2
; !erapi topikal untuk lesi di mulut dapat berupa "enalog in orabase. ?ntuk lesi di kulit
yang erosif dapat diberikanso#ratulle atau krim sulfadia>in perak. 9
2.3 Pr$g!$sis
Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat
diketahui dan segera disingkirkan. (kan tetapi pada beberapa bentuk, misalnya eritroderma dan
kelainan berupa sindrom Fyell dan sindrom Steven ohnson, prognosis sangat tergantung pada
luas kulit yang terkena. Prognosis buruk bila kelainan meliputi 35%75# permukaan kulit. 2,,9
!abel . (lgotritme dalam mendiagnosis dan menatalaksana erupsi alergi obat.
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
18/28
Sumber: @iedl -(, Basillas (-,Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. )n:
(merican
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
19/28
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar
adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik '(B!"+ yang dilepaskan oleh
kelenjar hipofisis.11
Sediaan kortikosteroid sistemik dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa
kerjanya, potensi glukokortikoid, dosis ekuivalen dan potensi mineralokortikoid. 11
Tabel . P$te!si relati gluk$k$rtik$i"
-acam KortikosteroidPotensi
glukokortikoid
=osis ekuivalen
'mg+
Potensi
mineralokortikoid
Kerja singkat
a. "idrokortison
b. Kortison
1
5,8
25,5
23,5
2L
2L
Kerja sedang
a. -eprednison
b. -etilprednisolon
c. Prednisolon
d. Prednison
e. !riamsinolon
%3
3
3
,5
,5
3,5
3,5
,5
5
5
1L
1L
5
Kerja lama
a. 4etametason
b. =eksametasonc. Parametason
25%5
25%5
15
5,65
5,73
2,5
5
5
5
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
20/28
Keterangan:
kerja singkat: 8%12 jam
kerja sedang: 12%6 jam
kerja lama: 6%72 jam
Sumber: =juanda (. Pengobatan Dengan orti"osteroid Sistemi" Dalam Bidang
Dermatovenereologi.)n: )lmu Penyakit Kulit dan Kelamin. th edition. 4agian )lmu Penyakit
Kulit dan Kelamin
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
21/28
Pada pengobatan berbagai dermatosis dengan kortikosteroid, bila telah mengalami
perbaikan dosisnya diturunkan berangsur%angsur agar penyakitnya tidak mengalami
eksaaserbasi, tidak terjadi supresi korteks kelenjar adrenal dan sindrom putus obat. ika
terjadi supresi korteks kelenjar adrenal, penderita tidak dapat melaan stress. Supresi terjadi
kalau dosis prednison melebihi 3 mg per hari dan kalau lebih dari sebulan. Pada sindrom
putus obat terdapat keluhan lemah, lelah, anoreksia dan demam ringan yang jaranng melebihi
9MB. 11
Penggunaan glukokortikoid jangka panjang yaitu lebih dari sampai minggu perlu
dilakukan penurunan dosis secara perlahan%lahan untuk mencari dosis pemeliharaan dan
menghindari terjadi supresi adrenal. Bara penurunan yang baik dengan menukar dari dosis
tunggal menjadi dosis selang sehari diikuti dengan penurunan jumlah dosis obat. ?ntuk
mencegah terjadinya supresi korteks kelenjar adrenal kortikosteroid dapat diberikan selang
sehari sebagai dosis tunggal pada pagi hari 'jam 8+, karena kadar kortisol tertinggi dalam
darah pada pagi hari. Keburukan pemberian dosis selang sehari ialah pada hari bebas obat
penyakit dapat kambuh. ?ntuk mencegahnya, pada hari yang seharusnya bebas obat masih
diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih rendah daripada dosis pada hari pemberian
obat. Kemudian perlahan%lahan dosisnya diturunkan. 4ila dosis telah mencapi 7,3 mg
prednison, selanjutnya pada hari yang seharusnya bebas obat tidak diberikan kortikosteroid
lagi. (lasannya ialah bila diturunkan berarti hanya 3 mg dan dosis ini merupakan dosis
fisiologik. Seterusnya dapat diberikan selang sehari.11
Tabel . D$sis i!isial pe!ggu!aa! k$rtik$ster$i" siste#ik se-ari u!tuk $ra!g "e+asa pa"a
berbagai "er#at$sis
Na#a pe!0akit &a,a# k$rtik$ster$i" "a! "$sis!0a se-ari
=ermatitisErupsi alergi obat ringan
SS berat dan *E!
Eritrodermia@eaksi lepra
=FE
Pemfigoid bulosaPemfigus vulgaris
Pemfigus foliaseus
Pemfigus eritematosa
Prednison J3 mg atau J15mgPrednison J15 mg atau J15 mg
=eksametason 6J3 mg
Prednison J15 mg atau J15 mgPrednison J15 mg
Prednison J15 mg
Prednison 5%85 mgPrednison 65%135 mg
Prednison J25 mg
Prednison J25 mg
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
22/28
Psoriasis pustulosa@eaksi arish%"erJheimer
Prednison J15 mgPrednison 25%5 mg
Sumber: =juanda (. Pengobatan Dengan orti"osteroid Sistemi" Dalam Bidang
Dermatovenereologi.)n: )lmu Penyakit Kulit dan Kelamin. th edition. 4agian )lmu Penyakit
Kulit dan Kelamin
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
23/28
5$l$!ga! III6 'p$te!si
ti!ggi)
5$l$!ga! I*6 'p$te!si
#e"iu#)
5$l$!ga! *6 'p$te!si
#e"iu#)
5$l$!ga! *I6 'p$te!si
#e"iu#)
-ide$ solution(a$i#lor ointment
(a$ivate ointment
(a$ivate creamTopicort ointment
Topicort creamTopicort gel
Aristocort A ointment
Cultivate ointment
Cyclocort creamCyclocort lotion
Diprosone cream
+lurone cream-ide$ ' cream
(a$i#lor cream
(a$ivate lotionTopicort -P cream
5alisone ointment
Aristocort ointmentCordran ointment
'locon cream
'locon lotionenalog ointment
enalog cream
Synalar ointment
6estcort ointment
Cordran creamCutivate cream
Dermatop cream
Diprosone lotion
enalog lotion-ocoid ointment
-ocoid cream
Synalar creamTridesilon ointment
5alisone cream
6estcort cream
Aclovate ointment
Aclovate cream
Aristocort creamDeso7en cream
enalog cream
1*123 di#lorasone diacetate
1*123 betamethasone dipropionate
1*823 deso$imetasone
1*123 deso$imetasone
1*43 triamcinolone acetonide
1*1123 #luticasone propionate
1*4 amcinonide
1*123 betamethasone dipropionate
1*123 di#lorosone diacetate1*123 #luocinonide
1*123 di#lorosone diacetate
1*123 betamethasone dipropionate1*123 deso$imetasone
1*143 betamethasone valerate
1*43 triamcinolone acetonide1*123 #lurandrenolide
1*43 mometasone #uroate
1*43 triamcinolone acetonide
1*1823 #luocinolone acetonide
1*83 hydrocortisone valerate
1*123 #lurandrenolide1*123 #luticasone propionate
1*43 prednicarbate
1*123 betamethasone dipropionate
1*43 triamcinolone acetonide1*43 hydrocortisone butyrate
1*1823 #luocinolone acetonide1*123 desonide
1*43 betamethasone valerate
1*83 hydrocortisone valerate
1*123 aclometasone
1*43 triamcinolone acetonide1*123 desonide
1*1823 triamcinolone acetonide
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
24/28
5$l$!ga! *II6 'p$te!si
le#a-)
enalog lotion-ocoid solution
Synalar cream
Synalar solutionTridesilon cream
5alisone lotion
Obat topical dengan
hidro"ortisone*
de"ametasone*
glumetalone*prednisolone* dan
metilprednisolone
1*43 hydrocortisone butyrate
1*143 #luocinolone acetonide
1*123 desonide
1*43 betamethasone valerate
Sumber: =juanda (. Pengobatan Dengan orti"osteroid Sistemi" Dalam Bidang
Dermatovenereologi.)n: )lmu Penyakit Kulit dan Kelamin. th edition. 4agian )lmu Penyakit
Kulit dan Kelamin
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
25/28
2. $tot
%. Susunan saraf pusat
. !ulang
. Kulit
. -ata
3. =arah
4. Pembuluh darah
7. Kelenjar adrenal bagian
korteks
18. -etabolisme protein,
K" dan lemak
11. Elektrolit
12. Sistem immunitas
"ipotrofi, fibrosis, miopati panggulCbahu.
Perubahan kepribadian 'euforia, insomnia, gelisah, mudah
tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecendrungan
bunuh diri+, nafsu makan bertambah.
$steoporosis,fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur tulang
panjang.
"irsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis akneiformis,purpura, telangiektasis.
laukoma dan katarak subkapsular posterior
Kenaikan "b, eritrosit, leukosit dan limfosit
Kenaikan tekanan darah
(trofi, tidak bisa melaan stres
Kehilangan protein 'efek katabolik+, hiperlipidemia, gula
meninggi, obesitas, bu##alo hump, perlemakan hati.
@etensi *aCair, kehilangan kalium 'astenia, paralisis, tetani,
aritmia cor+-enurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi !4B dan herpes
simplek, keganasan dapat timbul.Sumber: =juanda (. Pengobatan Dengan orti"osteroid Sistemi" Dalam Bidang
Dermatovenereologi.)n: )lmu Penyakit Kulit dan Kelamin. th edition. 4agian )lmu Penyakit
Kulit dan Kelamin
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
26/28
metabolisme en>im asam arachidonat sel. Penggunaan obat%obatan tertentu yang secara
progresif ditimbun di baah kulit, dalam jangka aktu yang lama akan mengakibatkan
hiperpigmentasi generalisata difus.
7. -orfologi erupsi obat mempunyai kemiripan dengan gangguan kulit lain pada umumnya,
gangguan itu diantaranya& urtikaria, eritema, dermatitis medikamentosa, purpura, erupsi
eksantematosa, eritroderma, erupsi pustuler, dan erupsi bulosa.
8. Pemeriksaan penunjang erupsi obat ini dapat dilakukan dengan teknik in vivo. 4elum
ditemukan uji fisik maupun laboratorium maupun teknik invitro yang cukup reliabel
untuk digunakan secara rutin.
9. Penatalaksanaan penyakit ini terdiri dari penatalaksanaan umum dan penatalaksanaan
khusus. Penatalaksanaan umum dilakukan pemberian terapi yang bersifat suportif
sedangkan penatalaksanaan khusus diberikan terapi sesuai gejala yang timbul terutama
pemberian obat golongan kortikosteroid dan antihistamin.
15. Prognosis erupsi alergi obat sangat tergantung pada luas kulit yang terkena.
DA9TA( PUSTAKA
1. @evus , (llanore (A. Drugs Reaction. )n: 4olognia =ermatology. Aolume $ne. 2nd
edition. Elserve limited, Philadelphia. ?nited States of (merica. 255. p: %32
2. "am>ah -. 'rupsi Obat Alergi". )n: )lmu Penyakit Kulit dan Kelamin. rd edition. 4agian
)lmu Penyakit Kulit dan Kelamin
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
27/28
. Fee (, !homson . Druginduced s"in. )n: (dverse =rug @eactions, 2nd ed. Pharmaceutical
Press. 2556. (ccess on: une , 2557. (vailable at:
http:CCdrugsafety.adisonline.comCptCreCdrsCpdf
3. @iedl -(, Basillas (-, Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. )n:
(merican
7/27/2019 Referat Eoa Finally Selesei
28/28
Kulit dan Kelamin
Recommended