View
161
Download
29
Category
Preview:
DESCRIPTION
referat tentang trauma tumpul dalam kepaniteraan klinik forensik traumatologi luka memar, luka lecet, luka robek, kontusio, abrasio, laserasio, trauma tajam, vulnus laseratum, referat untuk kelulusan dari kepaniteraan klinik forensik dan medikolegal
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi
di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka
merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi
pada korban hidup maupun korban mati1.
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka merupakan
kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan
kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang1.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau karena yang
disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven
Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan
doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena
kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam
BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur
dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata,
“mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang
tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi ‘karena salahnya’ diartikan
sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian1.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban perlukaan. Dokter sebaiknya
dapat menyelesaikan permasalahan mengenai jenis luka apa yang ditemui, jenis
kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan bagaimana kualifikasi dari luka
itu. Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah
penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang
1
satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis,
tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum1.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,
dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,
keracunan, ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang
mendeskripsikan luka. Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi
persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di
sidang pengadilan1.
1.2 Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan traumatologi?
2. Apa saja benda-benda yang dapat menyebabkan trauma?
3. Apakah yang dimaksud dengan luka?
4. Bagaimana klasifikasi luka?
5. Bagaimana mekanisme penyembuhan luka?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya luka dan penyembuhan luka pada trauma
tumpul?
7. Bagaimana aspek medikolegal yang berhubungan dengan luka?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Mengetahui pengertian traumatologi.
2. Mengetahui benda-benda apa saja yang dapat menyebabkan trauma.
3. Mengetahui pengertian luka.
4. Mengetahui klasifikasi luka.
5. Mengetahui mekanisme penyembuhan luka.
6. Mengetahui mekanisme terjadinya luka dan penyembuhan luka pada trauma
tumpul.
2
7. Mengetahui aspek medikolegal yang berhubungan dengan luka.
1. 4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan referat ini adalah:
1. Menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca untuk dapat lebih memahami
hal-hal yang berhubungan dengan perlukaan akibat benda tumpul terutama pada
benda palu dan batu.
2. Membantu penegak hukum dalam mencari titik terang tindak pidana kekerasan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi traumatologi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan
tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentangtrauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena
adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas1.
2.2 Penyebab trauma1,2,3,4
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di
ketahui jenis penyebabnya, yaitu:
1. Benda-benda mekanik
2. Benda-benda fisik
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
4. Zat-zat kimia korosif
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
1.Benda-benda mekanik
a. Trauma benda tajam
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalh
sebagai berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan,tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari
sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat
4
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).
1) Luka sayat
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit.
Ciri luka sayat :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
c) Rambut ikut terpotong
d) Jembatan jaringan ( - )
e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
Gambar 1. luka iris
2) Luka tusuk
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam
atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh.
Contoh:
Belati, bayonet, keris
Clurit
Kikir
Tanduk kerbau
5
Gambar 2. luka tusuk
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
3) Luka bacok
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata
tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang
cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak,baling-baling kapal
Gambar 3. Luka Bacok
Ciri luka bacok :
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
6
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian
tubuh yang terkena bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi
b) Trauma benda tumpul
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka
padapermukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda
yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju,
jatuh dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma
tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:
1) Luka memar (contusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan
tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh
pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan di sekitarnya.
Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai
5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan darah,
kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di bandingkan
pada orangnormal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat di jadikan
ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau kekerasan tidaknya
pukulan. Pada wanita atau orang – orang yang gemuk juga akan mudah terjadi
memar.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam maya, tetapi jika di periksa
dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :
Tabel 1. Perbedaan Memar dan Lebam Mayat
Memar Lebam Mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah
Pembengkakan Positif Negatif
Bila ditekan Warna tetap Memucat/hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)
7
2) Luka lecet (abrasio)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :
Bentuk luka tak teratur
Batas luka tidak teratur
Tepi luka tidak rata
Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan
Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )
Warna coklat kemerahan
Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka
lecet juga dapat terjadi sesudahorang meninggal dunia, dengan tanda – tanda
sebagai berikut :
Warna kuning mengkilat
Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak di
temukan reaksi jaringan.
3) Luka robek (vulnus laceratum)
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya, yangciri–cirinya sebagai berikut :
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
Di sekitar garis batas luka di temukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas ).
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
8
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda
tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala
maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.
c). Trauma benda yang mudah pecah (kaca)
Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat
mengakibatkan luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan
luka lecet. Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen
dari benda yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca
mobil maka luka-lukacampuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka
iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau
peah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.
2. Benda-benda fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara
lain:
a. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan
luka bakar derajat I, II, III, atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka
bakar tingkat I, II, atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I,
II, III, atau IV.
b. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada
daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga
terlihat pucat. Selanjutnya akanterjadi paralise dari vasomotor kontrol yang
mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat
dapat terjadi gangren.
c. Sengatan listrik
9
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai
akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada
jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus
(amper), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak
serta luasnya daerah terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnyaterdapat daerah pucat,
dikelilingi daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat
keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang
bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan
tubuh juga ikut terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan
antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper) yang dapat
mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran
seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-
orang tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya
pengaruhnya lebih beratdibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari
berhubungan dengan listrik.
d. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat
mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat
listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka
akibat ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan
dengan benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan saraf
pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan ataun efek dari gas panas yangDitimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan
10
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari
logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
e. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut
disbarisme yang terdiri atas 2 macam yaitu:
1) Hiperbarik
Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau
turun gunung
Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving
(menyelam dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan
tube di mulut) penyelam dengan pakaiankhusus.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebutdapat
berupa:
Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atauemfisema
interstisial.
Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan,vertigo
atau dizzines.
Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeriatau
bahkan meletus.
Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2) Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antaralain:
Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau
saat pesawat meluncur keluar angkasa.
Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di
dalamdecompression chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan
pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringanlunak,
rongga-rongga atau organ-organ berongga.
11
Gejala tersebut antara lain:
Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yanghebat
Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letakemfisema
subkutan
Rongga perut terasa kembung
Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan lukayang
dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan bendafisik (panas), yaitu anak
peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit
mempunyai elastisitas yangkurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka jaringan
yanghancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk lukaembak masuk
terdiri atas lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yangdiameternya lebih besar. Diameter
cincin lecet tersebut lebih mendekatikaliber pelurunya.
Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiusebagai tenaga
pendorong anak pelurunya (senjata angin), padahakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat
tergantung dari jenissenjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta
posisinya(sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).
4. Zat-zat kimia korosif
Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabilamengenai tubuh
manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golonganzat kimia tersebut, yaitu:
a. golongan asam
Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:
Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3
Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asamasetat
Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida
Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga
12
mengakibatkan luka ialah:Mengekstraksi air dari jaringan
Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat
Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut diatas ialah:
Terlihat kering
Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan olehnitric acid berwarna
kuning kehijauan
Perabaan keras dan kasar
b. golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
KOH
NaOH
NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehinggamembentuk alkaline
albumin dan sabun
Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zatini adalah:
Terlihat basah dan edematus
Berwarna merah kecoklatan
Perabaan lunak dan licin
2.3 Pengertian Luka5
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patalogis
yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu. Luka adalah
kerusakan kontinuuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh yang lain.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi
bakteri, dan kematian sel.
13
2.4 Klasifikasi Luka6
a. Berdasarkan Kedalaman dan Luas Luka
1) Stadium I : Luka Superfisial “Non-Blanching Erithema” : yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
14
Gambar 7. Klasifikasi Luka Berdasarkan Kedalaman dan Luas5
Gambar 4. Klasifikasi luka
b. Berdasarkan Hubungan dengan Dunia Luar
1) Luka Tertutup
Luka yang berhubungan tidak dengan dunia luar.
Contoh : Luka memar dan Luka Lecet
2) Luka Terbuka
Luka yang berhubungan dengan dunia luar.
Contoh : Luka iris, luka tusuk, luka bacok, dan luka robek.
c. Berdasarkan Kekerasan Benda
1) Luka Akibat Benda Tajam
a) Luka iris (incised wound)
b) Luka tusuk (stab wound)
c) Luka bacok ( chop wound)
2) Luka Akibat Benda Tumpul
a) Luka lecet (abrasion)
b) Luka memar (kontusio)
c) Luka robek (laserasio)
2.5 Penyembuhan Luka 7,8
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :
a. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima.Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi
15
hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi.Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.
b. Fase proliferasi atau fibroplasia
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen.Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
c. Fase remodeling atau maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal
Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik faktor luar maupun dalam.
2.6 Mekanisme Terjadinya Luka dan Penyembuhan Luka pada Trauma Tumpul 7,9,10
Trauma tumpul adalah trauma oleh benda keras dan tumpul yang mengakibatkan
berbagai jenis luka. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka
seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat
berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka atau
robek (vulnus laseratum).
A. Luka Memar
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit atau kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.
Luka memar terkadang memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya,
misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal
16
haemorrhage).
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet,kayu,besi), kondisi dan
jenis jaringan ( jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit
kardiovaskular, diatesis hemoragik).
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi
ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan
berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam
14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan
waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian
biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan
sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara penyayatan kulit. Pada
lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh
darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak
bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna merah
kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi
darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.
Luka memar harus dibedakan dengan lebam mayat, adalah sebagai berikut
:
A. Lokasi luka memar di sembarang tempat, sedangkan lebam mayat pada bagian tubuh yang terendah.
B. Luka memar disertai dengan pembengkakan dan tanda-tanda intravital.
C. Bila ditekan atau diiris warna luka mema tidak menghilang, pada lebam mayat warna menghilang dan jika diiris keluar darah.
17
Gambar 5. Luka Memar
Mekanisme Terjadinya Luka Memar:
Suatu kekerasan tumpul yang relatif lunak dapat tidak menyebabkan cedera pada kulit
dan epidermis. Karena terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu
benturan/kekerasan dengan energi yang cukup untuk meyebabkan kerusakan pembuluh
darah kapiler dibawahnya. Dimana kerusakan pembuluh darah tersebut mengakibatkan
perdarahan dibawah epidermis, dermis ataupun di jaringan dan otot, serta dapat
mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar daerah tubuh yang terkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
Mekamisme Penyembuhan Luka Memar
Pada memar, yang terjadi adalah kerusakan pembuluh darah, sehingga hematom
yang terbentuk pecah oleh pengaruh enzim jaringan dan infiltrasi sel. Hal tersebut
menyebabkan sel darah merah ruoptur sehingga Hb diuraikan. Proses penguraian tersebut
menyebabkan perubahan warna memar. Maka proses penyembuhannya sesuai dengan
proses penyembuhan pembuluh darah.11
a. Terjadi respon pada system vascular dimana oembuluh darah akan mengalami
vasokontrisi sebagai respon rusaknya pembuluh darah
b. Setelah itu terjadi respin trombosit, dimana oembuluh darah yang
rusak/terpotong/robek trombosit akan melekat untuk memmbentuk sumbat trombosit
c. Selanjutnya terjadi proses koagulasi.
d. Proses yang terakhir adalah terjadu fibrinolysis sehingga darah dapat mengalir kembali
secara normal.
B. Luka Lecet
18
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar dari kulit (epidermis, karena kekerasan benda tumpul (yang memiliki
permukaan kasar, misalnya pda kecelakaan lalu-lintas tubuh terbentur aspal di
jalan).
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut
yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.
Luka lecet memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bentuk tak teratur
2. Batas tak tegas / tidak teratur
3. Tepi tak rata
4. Terdapat reaksi radang
5. Kadang ada pedarahan
6. Tertutup serum
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan
sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan
(impression impact abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion). Luka lecet
gores diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit)
yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya yang
menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah
kekerasan yang terjadi.
Gambar 6. Luka Lecet Gores
19
Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan
dengan melihat letak tumpukan epitel.
Gambar 7. Luka Lecet Serut
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit.
Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum
tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih
memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas
misalnya jejas gigitan.
Gambar 8. Luka Lecet Tekan
Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan
bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut.
Gambar 9. Luka Lecet Geser
20
Mekanisme terjadinya luka lecet
Ketika benda yang memiliki permukaan kasar bersentuhan dengan kulit, maka akan
terjadi gesekan antara benda tersebut dengan kulit. Gesekan ini akan mengakibatkan
terkelupasnya lapisan epidermis.
Mekanisme penyembuhan luka lecet
a. formasi keropeng
Serum, sel darah merah dan fibrin terdeposit diatas luka. Setelah 4 – 6 jam
terjadinya luka, terjadi infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN) di perivascular.
Setelah 8 jam terbentuk zona infiltrasi PMN yang mendasari epitel yang luka.
Setelah 12 jam terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan permukaan yang tersusun atas
fibrin dan sel darah merah pada lapisan yang lebih dalam terbentuk infiltasri
PMN, dan lapisan yang terakhir terdiri atas kolagen. Setelah 12 – 18 jam, lapisan
terakhir terinfiltrasi PMN secara progresif
b. Regenerasi epitel
c. Granulasi sub-epidernal dan hyperplasia epitel
Granulasi sub epidermal mulai terlihat selamna hari ke-5 sampai ke-8.Hal
tersebut terjadi setelah epitel melapisi luka.Infiltrasi perivascular dan sel radang
kronik saat ini mulai terlihat.Epitel mulai mengalami hyperplasia secara progresif,
dengan adanya kerarin. Proses tersbut mulai menonjol setelah hari ke 9-12 setelah
perlukaan.
d. Regresi epitel dan granulasi jaringan
Proses ini dimulai pada hari kw-12. Selama fasi ini terjadi remodeling epitel
dan epitel tersebut menjadi lebih tipis bahkan menglami atropi.Kolagen yang mulai
terlihat pada fase terakhir granulasi sub-epidermal, pada saatn ini mulai
menonjol.Disini terdapat membrane dasar yang jelas dan perdarahan dermis
meningkat.
Perbedaan luka lecet intravital dan postmortem.
21
Pada luka intravital, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti kertas berwarna
kecoklatan akibat keringnya permukaan yang terpapar. Pada abrasi yang terjadi sesudah
kematian berwarna kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.
Tabel 2. Perbedaan Luka Lecet Intravital dan Postmortem
Perbedaaan Intravital Postmortem
Warna Coklat kemerahan Kekuningan
Kondisi epidermis Terdapat sisa-sisa epitel Terpisah sempurna dari dermis
Lokasi Sembarang tempat Pada daerah yang ada
penonjolan tulang
Pemeriksaan PA Sisa epitelium Epidermis terpisah sempurna
dari dermis
C. Luka Robek
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit
terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk
luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan
jaringan antara kesua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak
luka lecet atau luka memar di sisi luka.
Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan juga jaringan bawah kulit.
Sehingga epidermis terkoyak, folikel rambut , kelenjar keringat dan sebacea juga
mengalami kerusakan. Pada umumnya kalus sembuh akan menimbulkan jaringan
parut (sikatrik). Luka robek mudah terjadi pada kulit dengan adanya tulang
dibawahnya.
Gambar 10. Luka Robek
Luka robek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
22
1. Garis batas luka tak teratur
2. Tepi luka tak teratur
3. Bila dirapatkan tak membentuk garis lurus
4. Terdapat jaringan yang hilang
5. Terdapat jembatan jaringan
6. Sekitar luka terdapat memar
Mekanisme terjadinya luka robek
Luka robek terjadi jika terdapat suatu benda tumpul yang dibenturkan dengan kekuatan
yang cukup untuk menyebabkan kerusakan pada seluruh lapisan kulit, bahkan jika
kekuatan tersebut sangat kuat dapat juga mengakibatkan patah tulang.Tabel 3. Perbedaan luka robek intravital dan Postmortem.
Perbedaan Intravital Postmortem
Jumlah darah Banyak Sedikit
Contoh Deskripsi Luka pada Trauma Tumpul
Gambar 11. Luka Akibat Benda Tumpul, Contoh : Palu12
23
Terdapat beberapa luka robek dikepala sisi kanan. Batas tidak tegas, tepi tidak rata,
terdapat jembatan jaringan, tebing luka terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot,
tulang, dengan dasar luka tulang. Disekitar luka terdapat memar. Ukuran luka akibat
bagian mata palu yang bulat yaitu masing-masing 30 mm. Luka akibat mata palu bentuk
segitiga masing-masing 35 mm, 30 mm, dan 4 mm.
Gambar 12. Luka Akibat Benda Tumpul , Contoh : Batu13
Terdapat sebuah luka robek pada kepala belakang. Bentuk tidak teratur, batas luka tidak
tegas, tepi tidak rata, terdapat jembatan jaringan, tebing tidak rata, dasar luka tulang.
Disekitar luka terdapat memar.
2.7 Luka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau
karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh atau
Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu
kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang
dilakukan karena kelalian atau kejahatan).14,15
Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal-pasal
24
351 s.d. 358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359,
360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebur dijumpai kata-kata, “mati, menjadi sakit
sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang tidak disebabkan
secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi ‘karena salahnya’ diartikan sebagai kurang
hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian. 14,15
Pasal 361 KUHP menambah hukumnya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan
dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan,
apoteker, supir, masinis, kereta api dan lain-lain. 14,15
Terdapat pada Bab XX Kitab Undang-Undang Hukum Pidana16
Pasal 351 (4) : Penganiayaan
Pasal 352 (1) : Penganiayaan Ringan
Pasal 353 : Penganiayaan berencana
Pasal 354 : Dengan sengaja melukai berat orang lain
Pasal 355 : Penganiayaan berat berencana
Pasal 356 (1) : Hukuman ditambah 1/3 bila dilakukan terhadap ibunya, bapaknya,
istrinya, anaknya
Pasal 356 (3) : memberikan minuman yang membahayakan
Pasal 358 : Turut dalam perkelahian/pengeroyokan
Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan
sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah
medis.
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP16
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
3. Kehilangan salah satu pancaindera;
4. Mendapat cacat berat;
5. Menderita sakit lumpuh;
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
25
Pasal 351
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
Bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak
menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam
kategori tersebut.
Didefinisikan sebagai : rasa nyeri atau satu buah memar di lokasi yang tidak berbahaya.
Pasal 353
1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
3) Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 354
1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sepuluh tahun.
Pasal 355
1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan
26
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lams lima belas tahun.
Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga:
1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya
atau anaknya;
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang herbahaya bagi nyawa
atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
Pasal 358
Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana terlibat
beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus
dilakukan olehnya, diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan
atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati.16
27
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Kasus Trauma Tumpul Karena Palu
Contoh kasus:
• Seorang korban dengan beberapa luka pada kepala, yang diduga karena dipukul
oleh palu.
Hasil Pemeriksaan Luar:12
• Terdapat dua buah luka terbuka berbentuk setengah lingkaran pada kepala sebelah
kanan. Luka pertama dengan panjang tiga sentimeter , batas tegas, tepi tidak rata,
kedua sudut lancip, disekitar luka terdapat memar. Luka kedua dengan panjang
tiga koma lima sentimeter, batas tegas, tepi tidak rata, kedua sudut lancip,
disekitar luka terdapat memar.
• Terdapat dua buah luka terbuka berbentuk lingkaran pada kepala. Luka pertama
dengan diameter satu koma delapan sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata,
disekitar luka terdapat memar. Luka kedua dengan diameter luka satu koma
sembilan sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, disekitar luka terdapat
memar.
• Terdapat sebuah luka robek di kepala sebelah kanan dengan ukuran panjang nol
koma empat sentimeter, batas tidak tegas, tepi tidak rata, warna merah kecoklatan.
28
Gambar 13. Luka terbuka pada kepala, korban penganiayaan dengan
menggunakan palu
Gambar 14. Luka terbuka pada kepala, korban penganiayaan dengan
menggunakan palu (dengan ukuran luka)
Pembahasan Kasus
Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa luka akibat terpukul paru merupakan luka
robek. Hal ini dikarenakan palu merupakan benda tumpul. Bentuk luka yang disebabkan
oleh palu juga berhubungan dengan bentuk mata palu yang ada dan sudut pukul. Ciri-ciri
luka robek yang disebabkan oleh palu:12
• Merobek kulit, dan jaringan dibawahnya
29
• Tepi tidak teratur, bentuk luka dapat lingkaran penuh dan setengah lingkaran, dan
segitiga, tergantung mata palu dan sudut pukul palu.
• Ada jembatan jaringan
• Sering diikuti luka lecet/memar disekitarnya
Terkadang luka pada pukulan palu dapat disertai dengan fraktur depresi.17
Fraktur depresi adalah keadaan dimana tabula eksterna dari tulang yang mengalami
fraktur berada dibawah batas anatomi normal dari tabula interna yang dikelilingi oleh
tulang yang intak. Fraktur depresi disebabkan oleh impact energy diatas area yang relatif
kecil. Benda-benda yang dapat menyebabkan fraktur depresi adalah palu, pipa, dan alat-
alat olahraga.18
3.2 Kasus Trauma Tumpul Karena Batu
Korban adalah seorang lansia berusia 70 tahun dengan riwayat penyakit jantung iskemik
beradu mulut dengan tetangga nya. Berdasarkan keterangan saksi, tetangga korban marah
dan melemparkan batu ke kepala korban. Tak lama kemudian korban jatuh dan tak
sadarkan diri. Kemudian korban dibawa ke rumah sakit. Korban dinyatakan meinggal
sesampainya di rumah sakit.
Hasil Pemeriksaan:13
1. Ditemukan luka robek pada daerah belakang kepala, tanpa adanya fraktur tulang
tengkorak, dan perdarahan di dalam kepala.
2. Beberapa luka lecet pada punggung.
3. Tidak ditemukan adanya sianosis pada organ tubuh bagian dalam maupun
konjungtiva.
4. Terdapat hipertrofi jantung dengan adanya jaringan iskemik pada jantung.
5. Dari pemeriksaan Patologi Anatomi, didapatkan gambaran otot jantung yang
mengalami infark.
Kesimpulan:13
Penyebab kematian disebabkan oleh penyakit jantung iskemik pada korban lansia dengan
luka robek pada jaringan pembungkus tengkorak.
Pembahasan
Penyebab kematian pada kasus ini adalah adanya infark pada otot jantung karena
gangguan pembuluh darah jantung yang menyebabkan henti jantung tiba-tiba. Namun,
30
adanya strees emosional saat korban beradu mulut dengan tetangga dan trauma pada
kepala dapat meningkatkan sekresi katekolamin, dan meningkatkan denyut jantung,
kemudian terjadi henti jantung. Mekanisme terjadinya henti jantung (arrhytmia)
berhubungan dengan stres emosional dan fisik, termasuk terjadinya perubahan sistem
autonom berupa penurunan fungsi nervus vagal, dan peningkatan saraf simpatis akan
menyebabkan fibrilasi ventrikel, terutama pada individu dengan penyakit jantung
sebelumnya “homicide by heart attack”.13
Luka yang disebabkan oleh batu dapat berupa luka lecet, memar, maupun robek.
Luka lecet mempunyai ciri-ciri bentuk luka teratur, batas luka tidak teratur, tepi luka tidak
rata, kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan, permukaannya tertutup oleh krusta,
warna coklat kemerahan, pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian
yang masih ditutupi epitel da reaksi jaringan. 19
Luka memar mempunyai ciri-ciri: bentuk garis batas luka tak teratur, tepi luka
tidak rata, disertai pembengkakan warna merah kebiruan.
Luka robek mempunyai ciri-ciri bentuk garis batas luka tak teratur dan tepi luka
tak rata, bila ditautkan tidak dapat rapat, tebing luka tak rata serta terdapat jembatan
jaringan, disekitar garis batas luka ditemukan memar, lokasi luka lebih mudah terjadi
pada daerah yang dekat tulang (misal daerah kepala, muka, ekstremitas).19
Gambar 15. Luka Terbuka pada kepala, korban penganiayaan dengan
menggunakan batu
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan:
1. Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma
atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas
jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
2. Jenis benda penyebab trauma, yaitu: Benda-benda mekanik, Benda-benda fisik,
Kombinasi benda mekanik dan fisik, zat-zat kimia korosif
3. Luka adalah kerusakan kontinuuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh yang lain
4. Klasifikasi luka
5. Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah
kolagen disamping sel epitel. Mekanisme penyembuhan luka dapat berupa
inflamasi, proliferasi, maturasi.
6. Mekanisme terjadinya luka tumpul dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
benda penyebab, daerah yang mengalami trauma serta kekuatatan trauma.
Penyembuhan luka trauma tumpul hampir sama dengan penyembuhan luka pada
umumnya yang terdiri dari proses: inflamasi, proliferasi, dan maturasi.
7. Aspek medikolegal yang berhubungan dengan luka dicantumkan dalam pasal 351,
352, dan 90 KUHP.
32
4.2 Saran:
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan selalu menambah pengetahuan tentang luka, klasifikasi luka,
mekanisme luka, sampai dengan proses penyembuhan luka akibat benda tumpul
sehingga mahasiswa mampu mendeskripsikan luka yang berguna dalam proses
pembuatan visum et repertum saat menjadi dokter di masa depan.
2. Bagi Dokter
Diharapkan dokter menambah pengetahuan dan ketrampilannya dalam
penatalakasanaan luka akibat benda tumpul sehingga mampu memberi
penatalaksanaan yang tepat bagi setiap luka. Selain itu dokter mampu membuat
deskripsi luka dalam visum et repertum yang berguna dalam sebuah proses
hukum.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. 67-91.
2. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 67-8.
3. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC. 35-84.
4. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC. 56-75.
5. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik.2000. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
6. James, Stuart H., Jon J. Nordby, and Suzanne Bell, eds. Forensic science: an introduction to scientific and investigative techniques. CRC press, 2002.
7. Indonesia 2014 Crime and Safety Report: Jakarta. U.S Department of State
Diplomatic Security. August 18, 2014.
8. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot wounds of
entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379–388
9. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (1997).
Traumatologi Forensik. In B. K. Indonesia, Ilmu Kedokteran Forensik (pp. 37-54).
Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Mock C, Lormand JD, Goosen J, Joshipura M, Peden M. Guidelines for essential
trauma care. Geneva, World Health Organization, 2004
34
11. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist bombings:
acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004 Feb; 43(2):
263-73[Medline]
12. Mollet C, Thomas M. Investigating an ornamental hammer as a possible murder
weapon in the Inge Lotz case : Mollet Reports. April, 2013.
13. LDG Kitulwatte. A case of sudden death following minor intentional trauma;
pathologist’s contribution in the decision on the manner of death : Sri Lanka
Journal of Forensic Medicine, Science & Law – May 2012-Vol.3 No.1.
Department of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, University of
Kelaniya,Ragama.
14. Kartanegara, Satochid. Kumpulan Kuliah Hukum Pidana Bagian Dua. Balai Lektur
Mahasiswa. Jakarta. 1976. H.504-609
15. Satyo, Alfred C. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dan Profesi Dokter
Edisi I (revisi). Cetaan kedua. UPT Penerbitan dan PercetakanUniversitas
Sumatera Utara. Medan. 2004. H.21-34
16. Soesilo R. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Politea. Bogor. 1983.
h.90
17. Pekka, Saukko dan Knight, Bernard. Knight’s Forensic Pathology Third edition.
Hal. 184, London: Macmillan Company.
18. Modul Depressed fracture. www.perspebsi.org. Diakses pada 1 Agustus 2015.
19. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Hal. 68-71. Semarang: Balai Penerbit
Univeritas Diponegoro.
35
Recommended