View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
RENCANA STRATEGIS
2015-2019
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.KONDISI UMUM ............................................................................... 1
1.2.POTENSI DAN PERMASALAHAN ................................................... 6
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KINERJA
2.1. VISI .................................................................................................. 12
2.2. MISI ................................................................................................. 13
2.3. TUJUAN ....................................................................................... 14
2.4. SASARAN STRATEGIS .................................................................. 15
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN ................... 16
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPUTI ................................. 19
3.3 KERANGKA REGULASI .............................................................. 21
3.5. KERANGKA KELEMBAGAAN ..................................................... 25
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. TARGET KINERJA ......................................................................... 31
4.2. KERANGKA PENDANAAN ..................................................... 33
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 36
LAMPIRAN I. MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN ................................ 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 telah
mencanangkan 9 (sembilan) agenda prioritas nasional atau NAWA CITA dimana tiga
diantaranya terkait dengan pembangunan di bidang ekonomi yaitu: (1) Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka Negara Kesatuan; (2) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional; serta (3) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Ekonomi kreatif,
kewirausahaan, serta Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM)
merupakan tiga bidang yang memiliki peran fundamental untuk mewujudkan ketiga
agenda prioritas nasional tersebut.
Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional melalui pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan KUMKM.
Pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah, termasuk pelaku usaha di
bidang ekonomi kreatif, menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi
rakyat Indonesia. Indonesia juga akan mengalami bonus demografi hingga tahun
2035, dimana hingga tahun 2030 jumlah penduduk usia produktif diperkirakan diatas
60% dan 27% di antaranya adalah penduduk muda dengan rentang usia 16-30 tahun.
Penduduk muda Indonesia tersebut berpotensi menjadi wirausaha dan tenaga kerja
yang memiliki talenta kreatif dan mampu menggerakkan dinamika ekonomi, sosial dan
budaya baik di perkotaan maupun perdesaan. Peluang tersebut ditunjang pula
dengan masih banyaknya wilayah dan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya
yang besar namun belum dikembangkan secara optimal.
Peluang ini perlu dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan pembangunan
yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Disamping menghadapai era persaingan
bebas yang semakin ketat di level regional dan global, perekonomian nasional juga
dihadapkan pada persoalan melemahnya pertumbuhan dan melebarnya kesenjangan
pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama ini ternyata juga memberikan
dampak pelebaran kesenjangan rakyat, sehingga diperlukan kebijakan dan upaya
2
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta manfaatnya dapat dinikmati
rakyat secara lebih merata, adil dan inklusif (equitable, just and inclusive growth),
sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan, serta
meningkatkan kesempatan berusaha bagi rakyat. Langkah strategis yang perlu
dilakukan adalah mengintegrasikan dan memperkuat pengembangan
kewirausahaan serta KUMKM dalam arus utama pembangunan.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional dewasa ini yang disebabkan
salah satunya oleh menurunnya harga komoditas andalan ekspor Indonesia di pasar
internasional seperti batu bara, minyak kelapa sawit, karet, dan mineral, memerlukan
langkah strategis berupa diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi melalui
pengembangan sektor unggulan baru. Pengembangan UKM berbasis teknologi dan
ekonomi kreatif yang bertumpu kepada sumber daya yang terbarukan yaitu ide,
kreativitas, dan inovasi dari sumberdaya manusia, dan berbasis kepada pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta warisan budaya berpotensi besar
dikembangkan bangsa Indonesia untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi.
Pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, serta koperasi dan UKM
memerlukan iklim dan ekosistem yang komprehensif, kondusif, partisipatif, dan inklusif
sehingga diperlukan ruang atau kawasan yang menjadi pusat aktivitas dan interaksi
bagi lintas pelaku (pemerintah, pelaku usaha/industri, akademisi, dan
komunitas/forum kreatif) sehingga mampu lebih mengefisienkan proses penciptaan
nilai tambah produk. Oleh karena itu pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan,
serta KUMKM juga terkait erat dengan upaya pengembangan kawasan berbasis
Kreativitas, Inovasi, dan Teknologi (KIT), diantaranya melalui pengembangan kota
kreatif dan Science Technology Park (STP). Pengembangan ekonomi kreatif,
kewirausahaan, serta KUMKM juga memiliki memerlukan dukungan yang kuat dari
sektor ketenagakerjaan, terutama dalam penciptaan tenaga kerja yang kreatif dan
terampil.
Dibawah ini akan diuraikan sejumlah capaian yang telah dihasilkan Pemerintah
pada periode 2010-2014 dalam pengembangan ekonomi kreatif, kawasan berbasis
KIT, kewirausahaan, KUMKM, serta ketenagakerjaan.
3
1.1.1 Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
Sejak mulai dikembangkan secara sistematis pada tahun 2009, ekonomi kreatif
saat ini mulai tumbuh dan berkembang menjadi sektor yang memiliki peranan penting
bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2014, ekonomi kreatif telah mampu
berkontribusi sebesar 7,1% terhadap PDB nasional, menyerap tenaga kerja sekitar 12
juta orang, dan memberikan kontribusi perolehan devisa negara sebesar 5,8%.
Sejumlah langkah dan capaian yang telah dilakukan antara lain: (1) Penerbitan
Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif
yang menugaskan kepada 26 menteri/kepala LPNK dan seluruh gubernur, bupati, dan
walikota untuk mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam periode
2009 – 2015; (2) Pembentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Parekraf) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 yang menandai
komitmen pemerintah untuk mengembangkan ekonomi kreatif secara lebih sistematis
dan fokus; (3) Penyusunan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
“Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia menuju 2025”. Cetak biru tersebut
dilengkapi dengan Rencana Aksi Jangka Menengah (RAJM) Periode 2015 - 2019
yang disertai dengan 15 rencana pengembangan untuk tiap-tiap sub sektor ekonomi
kreatif; (4) Pembentukan Badan Ekonomi Kreatif berdasarkan Perpres Nomor 6 Tahun
2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif, yang dalam perkembangannya diperbaharui
dengan Perpres Nomor 72 Tahun 2015; (5) Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan
Pengembangan dan Pengendalian Kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional berdasarkan
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 185 Tahun 2015; dan
(6) Pembentukan Tim Teknis Penyusunan Skema Pembiayaan Bagi Industri Kreatif
berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 200 Tahun
2015
1.1.2 Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Berbasis Kreativitas,
Inovasi, dan Teknologi (KIT)
Dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi kawasan berbasis KIT,
dilakukan pengembangan kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi. Dua
model pendekatan strategi pengembangan kawasan tersebut adalah (1)
4
Pengembangan Kota Kreatif berbasis potensi lokal; dan (2) Pengembangan Science
andf Techno Park (STP).
Dalam rangka pengembangan Kota Kreatif, telah terbentuk beberapa forum
jejaring Kota Kreatif pada beberapa daerah yang secara partisipatif diinisiasi oleh
komunitas dan penggiat kreatif perkotaan, antara lain: Bandung Creative City Forum
(BCCF) dan Solo Creative City Network (SCCN). Saat ini juga telah terbentuk Jaringan
Kota Kabupaten Kreatif Indonesia (JK3I) yang merupakan jejaring antara komunitas,
pemerintah kota/kabupaten, pelaku usaha, dan akademisi dalam mengembangkan
kota/kabupaten kreatif di Indonesia. Selain itu, dua kota di Indonesia juga telah
tergabung dalam jejaring kota kreatif dunia yang ditetapkan oleh UNESCO. Terkait
hal ini, Pemerintah terus mengawal dan mensinergikan kegiatan pengembangan Kota
Kreatif dan sedang berupaya menyusun Kriteria dan Indikator Kota Kreatif sebagai
bagian untuk mendorong penetapan Kota Kreatif yang berdaya saing dan
berkelanjutan.
Pengembangan STP telah tercantum dalam RPJMN 2015-2019 yang
mengamanatkan pembangunan 100 STP di setiap provinsi. Saat ini regulasi terkait
pengembangan STP masih dalam proses, di antaranya adalah penetapan Perpres
Pengembangan STP dan grand design pengembangan STP yang sedang disusun
oleh Kemenristekdikti. Sedangkan pengembangan STP yang telah dilakukan antara
lain: (1) PUSPITEK Serpong, yang dikelola oleh Kementerian Riset dan Teknologi; (2)
Cibinong Science Center yang dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
(3) Solo Technopark yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Surakarta dan Akademi
Teknik Mesin (ATMI) Solo; (4) Bandung Technopark yang diinisiasi oleh Yayasan
Pendidikan Telkom; (5) Sragen Technopark yang diinisiasi oleh Pemerintah
Kabupaten Sragen; (6) Cikarang Technopark yang diinisiasi oleh PT. Trimitra Group
dan ATMI Cikarang; (7) Batam Technopark yang diinisiasi oleh Politeknik Negeri
Batam, BP Batam dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau; (8) Teknopolitan
Pelalawan yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan.
5
1.1.3 Bidang Kewirausahaan
Dalam mendukung pengembangan wirausaha telah dilakukan 3 (tiga) tahapan
terintegrasi dalam pengembangan kewirausahaan, yaitu: (1) pembibitan wirausaha
(perubahan pola pikir dan change management), (2) penempaan wirausaha melalui
kompetisi bussines plan dan pelatihan kewirausahaan, (3) pengembangan wirausaha
melalui kemitraan, kolaborasi, pendampingan, penguatan kelembagaan inkubator
bisnis baik di Kementerian/Lembaga, perguruan tinggi dan industri dalam rangka
peningkatan jumlah wirausaha muda berdaya saing dan inovatif, Selain itu, telah
dilakukan juga beberapa hal lainnya seperti: (1) Koordinasi roadmap pengembangan
inkubator wirausaha, (2) Koordinasi dan sinkronisasi antar Kementerian/Lembaga
untuk program pengembangan wirausaha nasional, dan (3) Koordinasi penciptaan
wirausaha baru.
1.1.4 Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
Capaian dalam rangka mendorong pengembangan UMKM diantaranya melalui
penerbitan Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Dalam rangka mengembangkan dan memberdayakan UMKM khususnya bagi
pelaku usaha mikro dan kecil, Pemerintah juga telah melakukan upaya terobosan
melalui Perpres No.98 Tahun 2014 tentang Perijinan untuk Usaha Mikro dan Kecil.
Ijin Usaha Mikro dan Kecil atau biasa disebut IUMK merupakan izin dalam bentuk
naskah satu lembar yang diperuntukkan bagi pelaku usaha mikro dan kecil (UMK)
yang dapat diperoleh dengan cepat, mudah dan tanpa dipungut biaya. Disamping itu,
dengan memilki IUMK para pelaku UMK dapat memperoleh: (1) Kepastian dan
perlindungan dalam berusaha di lokasi yang telah ditetapkan; (2) Kemudahan dalam
akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank dan non bank; (3) Pendampingan
untuk pengembangan usaha; dan (4) Kemudahan dalam pemberdayaan dari
pemerintah pusat dan daerah atau lembaga lainnya.
6
1.1.5 Bidang Ketenagakerjaan
Untuk menghadapi persaingan tenaga kerja pada saat pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) telah dilaksanakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan optimalisasi BLK dan UPT bersinergi dengan pusat-pusat
pelatihan swasta untuk mewujudkan skilled labor dan langkah-langkah penyiapan
roadmap tenaga kerja nasional dan grand strategy ketenagakerjaan nasional dalam
mendukung pelaksanaan MEA 2015.
1.2 Potensi dan Permasalahan
1.2.1. Ekonomi Kreatif
Sektor ekonomi kreatif berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan
Ekonomi Kreatif terdiri atas 16 sub-sektor, yaitu : (1) Arsitektur; (2) Desain interior; (3)
Desain Komunikasi Visual; (4) Desain Produk; (5) Film, animasi dan video; (6)
Fotografi; (7) Kriya; (8) Kuliner; (9) Musik; (10) Fashion; (11) Aplikasi dan game
developer; (12) Penerbitan; (13) Periklanan; (14) Televisi dan radio; (15) Seni
pertunjukan; dan (16) Seni rupa.
Ekonomi kreatif memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu
sektor yang dapat mendukung perekonomian nasional. Pada tahun 2013, kontribusi
ekonomi kreatif terhadap PDB nasional sebesar 7.05 % (Rp. 641,81 triliun), atau
peringkat ke 7 dari 10 sektor kontributor PDB nasional. Lima (5) kelompok industri
kreatif yang menjadi penyumbang PDB terbesar yaitu : (1) Kuliner (32,51 persen); (2)
Mode (28,29 persen); (3) Kerajinan (14,44 persen); (4) Penerbitan dan percetakan
(8,11 persen); dan Desain (3,90 persen). Terdapat 5,4 juta usaha kreatif yang
menyerap 11,8 juta tenaga kerja. Ekonomi kreatif juga mampu menyumbangkan
devisa negara melalui ekspor sebesar US$ 3,2 miliar.
Namun demikian terdapat sejumlah permasalahan yang masih dihadapi dalam
pengembangan ekonomi kreatif ke depan, yaitu : (1) Terbatasnya ketersediaan
sumber daya kreatif (orang kreatif) yang profesional dan kompetitif; (2) Terbatasnya
sumber daya pendukung yang berkualitas, beragam dan kompetitif; (3) Belum
berkembangnya struktur industri yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam; (4)
7
Belum tersedianya pembiayaan yang sesuai dan kompetitif; (5) Keterbatasan akses
pasar bagi karya kreatif; (6) Terbatasnya ketersediaan infrastruktur teknologi yang
sesuai dan kompetitif; dan (7) Belum optimalnya dukungan kelembagaan yang
mampu memfasilitasi kolabrorasi antara pemerintah, komunitas, dunia usaha, dan
akademisi dalam pengembangan ekonomi kreatif.
1.2.2. Daya Saing Kawasan Berbasis Kreativitas, Inovasi, dan Teknologi (KIT)
Dalam rangka pengembangan kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan
teknologi, Indonesia setidaknya memiliki tiga potensi yaitu: (1) bonus demografi
hingga tahun 2035. Penduduk muda Indonesia berpotensi menjadi Orang Kreatif
(Creative Class) yaitu lapisan masyarakat yang memiliki talenta kreatif dan mampu
menggerakkan dinamika ekonomi, sosial dan budaya khususnya di daerah perkotaan;
(2) prosentase penduduk muda Indonesia (10-24 tahun) sebagai pengadopsi
teknologi mencapai 20% dari total populasi; dan (3) akses teknologi informasi dan
komunikasi sebagai pendorong kreativitas sudah menjangkau lebih dari 90% populasi
Indonesia.
Salah satu strategi yang dilakukan untuk mendukung pengembangan ekonomi
kreatif adalah melalui penciptaan ruang kreatif sebagai lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan kegiatan ekonomi kreatif. Di sisi hulu, ruang kreatif harus mampu
mengakomodasi dan menginspirasi bagi munculnya sense of creativity. Di sisi hilir,
ruang tersebut harus dapat mengintegrasikan proses kreasi-produksi-distribusi dan
pemasaran potensi ekonomi kreatif yang ada. Dengan demikian, ruang kreatif harus
dirancang untuk membentuk iklim dan ekosistem ekonomi kreatif yang komprehensif,
kondusif, partisipatif dan inklusif, yang salah satunya dapat dikembangkan melalui
pendekatan Kota Kreatif.
Saat ini sebaran potensi ekonomi kreatif di setiap daerah belum dipetakan
secara rinci sehingga pengembangan ekonomi kreatif belum optimal mendukung
pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Selain itu, pengembangan
kota kreatif yang berjalan hingga saat ini dilakukan secara parsial dan tidak
terintegrasi. Dengan memperhatikan luasnya ruang lingkup ekonomi kreatif yaitu
meliputi pengembangan 16 sub sektor di 514 kota/kabupaten, pembangunan
kota/kabupaten kreatif harus dilakukan secara sistematis. Untuk itu diperlukan peta
jalan pengembangan kota kreatif yang berkelanjutan.
8
Adapun strategi untuk meningkatkan kapasitas inovasi adalah pembangunan
Science and Techno Park (STP). Permasalahan dalam pengembangan STP adalah
(1) belum adanya kesepahaman tentang kriteria STP dan belum adanya referensi STP
nasional yang ideal sehingga STP di beberapa Kementerian/Lembaga memiliki ruang
lingkup dan rantai nilai yang berbeda; (2) pembangunan dan pengelolaan STP
sebagian besar bersifat government-driven. Peran serta dunia usaha (industri besar)
dalam pengelolaan STP dan pengembangan produk STP belum optimal sehingga
penyerapan produk STP oleh industri besar masih terbatas; dan (3) STP eksisting
yang dibangun/dikelola oleh K/L masih sangat tergantung kepada APBN dan belum
dapat mandiri. Untuk itu diperlukan penataan ulang dan optimalisasi pengembangan
STP.
1.2.3. Kewirausahaan
Indonesia memiliki potensi pengembangan wirausaha yang besar berdasarkan
persepsi masyarakat untuk berwirausaha. Namun, minat masyarakat untuk
berwirausaha masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat berkaitan dengan ketersediaan
informasi mengenai peluang usaha dan cara mendirikan usaha. (sumber : Global
Entrepreneurship Monitor 2014). Menurut survei BBC World Service, Indonesia
merupakan tempat yang paling baik untuk memulai usaha diantara 24 negara yang
disurvei. Penilaian ini didasarkan pada evaluasi terhadap tingkat kreativitas/ inovasi di
masing-masing negara, tingkat kesulitan untuk memulai usaha, evaluasi terhadap
orang yang memulai usaha, dan kemudahan untuk menerapkan ide menjadi bisnis.
Selain itu, dilihat dari potensi usia produktif Indonesia yang cukup tinggi (60%
penduduk memiliki usia di bawah 39 tahun) seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
mendorong pertumbuhan wirausaha baru melalui peningkatan pendidikan dan
keterampilan.
Kewirausahaan menjadi salah satu aspek penting dalam menentukan
kemakmuran suatu bangsa.Untuk menjadikan sebuah negara menjadi makmur,
minimal sejumlah 2% dari prosentase keseluruhan penduduk di negara tersebut
menjadi wirausahawan (Sosiolog David Mc Cleland), atau minimal sekitar 4,8 juta
wirausaha dari populasi penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia pada Tahun 2015
yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,19%. Hal tersebut sangat tertinggal jauh dari
negara tetangga seperti Singapura yang memiliki presentase wirausaha sebesar 7%,
9
Malaysia 5%, China 10%, dan Amerika Serikat yang hampir 13% penduduknya
menjadi wirausahawan..
Hal ini terjadi karena permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
wirausaha diantaranya: (1) Kurang sinerginya program pemerintah, perguruan tinggi,
swasta serta semua stakeholders dalam mengembangkan wirausaha yaitu tidak
saling mendukung dan tidak berkelanjutan; (2) Belum adanya peta sebaran potensi
lokal dan pengembangan wirausaha berdasarkan sektor dan wilayah; (3) Kurang
pemahaman tentang ruang lingkup inkubator wirausaha dan kapabilitas serta
kapasitas pengelola inkubator wirausaha yang masih rendah; (4) Belum adanya
database kewirausahaan nasional dan inkubator wirausaha yang saling terintegrasi;
(5) Kurangnya sosialisasi dan promosi terkait pengembangan kewirausahaan; (6)
Belum adanya landasan hukum tentang pengembangan kewirausahaan.
1.2.4. Daya Saing Koperasi dan UMKM
Terdapat potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya saing
koperasi dan UMKM, yaitu (i) pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah
dan koperasi menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat
Indonesia mulai dari petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan
penyedia berbagai jasa bagi rakyat yang meliputi sektor-sektor primer, sekunder dan
tersier (ii) jumlah UMKM sebanyak 57,90 juta, atau 99,99 % terhadap jumlah total
usaha yang ada di Indonesia (iii) tenaga kerja yang diserap UMKM mencapai 114,14
juta (97 %) (iv) kontribusi UMKM terhadap PDB dan ekspor cukup siknifikan , yaitu
sekitar 59 % terhadap PDB dan 14,06 % terhadap total ekspor nonmigas.
Di sisi lain, perkembangan UMKM dan koperasi saat ini belum menunjukkan
kapasitas mereka sebagai pelaku usaha yang kuat dan berdaya saing. Populasi
UMKM masih didominasi oleh usaha mikro (98,8 persen) yang informal, dan memiliki
aset dan produktivitas yang rendah.
Sementara itu, populasi usaha kecil dan menengah, yang memiliki kapasitas
dan aset yang lebih besar, masih sangat rendah. Nilai PDB UMKM juga menurun
terutama di sektor-sektor dimana jumlah unit dan tenaga kerja yang paling dominan
yaitu sektor pertanian dan perdagangan. Nilai PDB terbesar yang diciptakan UMKM
terdapat di sektor tersier, sedangkan PDB UMKM di industri pengolahan masih
rendah. Partisipasi UMKM dalam ekspor juga masih rendah (kurang dari 19,0 persen)
dan kontribusinya dalam ekspor terus mengalami penurunan. Koperasi juga masih
10
menghadapi tantangan untuk mengoptimalkan partisipasi dan keswadayaan
anggotanya, yang seharusnya menjadi kekuatan inti koperasi, dalam menciptakan
manfaat sosial ekonomi bagi perbaikan kesejahteraan rakyat.
Kondisi tersebut berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi koperasi dan
UMKM diantaranya keterbatasan: (1) kapasitas kewirausahaan, manajemen dan
teknis; (2) akses ke pembiayaan; dan (3) kapasitas inovasi, adopsi teknologi dan
penerapan standar. Aturan dan kebijakan yang ada saat ini juga belum cukup efektif
untuk memberikan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha bagi UMKM dan
koperasi. Koperasi juga masih menghadapi kendala terkait kapasitas pengurus dan
anggota koperasi dalam mengelola dan mengembangkan koperasi sesuai jatidiri, dan
kebutuhan untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
1.2.5. Ketenagakerjaan/Buruh
Investasi PMDN dan PMA semakin meningkat di Indonesia sejak tahun 2013
sampai dengan saat ini. Oleh sebab itu, ketenagakerjaan Indonesia (terampil, middle
skill, dan high skill) berpotensi cukup besar dan menjanjikan untuk berperan serta dan
terlibat di dalam proses industri. Ketenagakerjaan Indonesia dari sisi upah berdaya
saing dibandingkan dengan tenaga kerja asing (khususnya ASEAN) yang tingkat
upahnya tinggi.
Sebagai negara dengan penduduk terbesar di ASEAN, Mutual Recognition
Arrangement (MRA) merupakan suatu peluang yang baik. Penduduk yang banyak
tentu saja berarti potensi jumlah tenaga kerja terbesar datang dari Indonesia. Melalui
MRA ASEAN, tenaga-tenaga kerja dari Indonesia dapat mencari pekerjaan tidak
hanya di dalam negeri, namun juga dapat mengisi pasar tenaga kerja yang dibutuhkan
oleh negara anggota ASEAN lainnya. Beban penyediaan pekerjaan oleh pemerintah
dapat berkurang akibat terbukanya pasar tenaga kerja yang lebih luas. Luasnya pasar
tenaga kerja dan penyetaraan kualifikasi di ASEAN juga dapat menjadi pemicu bagi
investor untuk menanamkan investasinya di ASEAN. Sebagai negara dengan sumber
daya alam yang kaya dan juga luasnya lahan yang tersedia merupakan keunggulan
tersendiri bagi Indonesia.
Namun demikian, posisi penyerapan ketenagakerjaan pada tahun 2013-2014
mengalami penurunan diakibatkan oleh melemahnya tingkat pertumbuhan ekonomi
11
dari 6,3% (semester I dan semester II tahun 2013) menjadi 6% pada semester III dan
semester IV tahun 2013. Penurunan pertumbuhan ekonomi masih berlanjut sampai
dengan akhir tahun 2014 menjadi 5,2% sampai 5,3% (diatas ekspektasi). Penurunan
tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut secara otomatis menyebabkan terjadinya
penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013-2014 yaitu dari 1 juta
netto tenaga kerja baru menjadi + 400 ribu tenaga kerja netto.
Permasalahan tersebut disamping diakibatkan oleh penurunan pertumbuhan
ekonomi juga disebabkan : (1) Tidak optimalnya pusat-pusat pelatihan pemerintah
(BBLK, BLK, dan UPT) yang tidak bersinergitas dengan pusat-pusat pelatihan
swasta/industri padat karya, dan industri lainnya, termasuk tidak terlaksananya
dengan baik pelatihan/vocational training terhadap tenaga kerja informal oleh industri
padat karya; (2) Tingkat pendidikan tenaga kerja indonesia (informal) mayoritas
berpendidikan SD dan SMP kelas 2, sehingga begitu sulitnya dunia industri menyerap
tenaga kerja/buruh disamping bergejolaknya kenaikan upah (UMP dan UMK) baik di
provinsi, kabupaten/kota; (3) Terjadi perubahan penyerapan tenaga kerja dari industri
padat karya menjadi industri padat modal sehingga tenaga kerja semakin berkurang
oleh karena pemakaian mesin-mesin, baik di industri padat karya maupun industri
padat modal (tahun 2014); (4) Pelaksanaan sertifikasi uji kompetensi terhadap tenaga
kerja terampil mengalami hambatan akibat persyaratan yang ditetapkan oleh WTO
dipersyaratkan tenaga kerja yang profesional dan MEA 2015 dipersyaratkan dengan
jenjang pendidikan terendah adalah Diploma III setara dengan politeknik.
12
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KINERJA
2.1. VISI
Visi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM yaitu:
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan
pembangunan di bidang ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas,
inovasi, dan teknologi; kewirausahaan; koperasi dan UMKM; serta
ketenagakerjaan yang efektif dan berkelanjutan”
Visi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM dirumuskan selaras dengan visi Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian sebagaimana tertuang dalam Renstra
2015-2019. Pernyataan visi tersebut mengandung beberapa pengertian yaitu:
Pertama, “koordinasi dan sinkronisasi kebijakan” merupakan proses untuk
mengupayakan terjadinya keselarasan persepsi, pemikiran, dan tindakan
diantara seluruh stakeholder terkait dalam perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan,
koperasi dan UMKM, serta Ketenagakerjaan.
Kedua, “pengendalian kebijakan” merupakan proses untuk memastikan bahwa
implementasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT,
kewirausahaan, koperasi dan UMKM, serta ketenagakerjaan sesuai dengan
tujuan awal yang direncanakan. Pengendalian berupaya meminimalisir deviasi
antara hasil dari imlepementasi kebijakan dengan tujuan awal dari perumusan
kebijakan.
13
Ketiga, “efektif” memberikan arti bahwa kinerja hasil koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan memberikan manfaat dan dampak yang signifikan bagi
upaya pencapaian sasaran pembangunan di bidang ekonomi reatif, Kawasan
Berbasis KIT, Kewirausahaan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, serta
Ketenagakerjaan.
Keempat, “berkelanjutan” mempunyai makna bahwa koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian kebijakan harus dilakukan secara terus menerus dan proaktif
agar pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang Ekonomi Kreatif,
Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, serta Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh seluruh sektor dapat
berjalan sinergi dan berkesinambungan.
2.2. MISI
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, misi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
UKM adalah :
“ Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi
penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di
bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan,
Koperasi dan UMKM, dan Ketenagakerjaan”
Misi tersebut merupakan perwujudan peran Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dalam
melaksanakan Misi Kemenko Perekonomian untuk “menjaga dan memperbaiki
koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan perekonomian”.
14
2.3. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM pada periode
2016-2019 yaitu:
“Terwujudnya peningkatan daya saing nasional menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN melalui peningkatan kontribusi ekonomi
kreatif, kewirausahaan, serta KUMKM, yang didukung oleh upaya
penciptaan tenaga kerja terampil dan kreatif serta pengembangan
kawasan berbasis kreativitas, inovasi dan teknologi”.
Adapun sasaran peningkatan daya saing diukur dari kontribusi ekonomi
kreatif, kewirausahaan, Koperasi dan UMKM, Kawasan Berbasis KIT, serta
Ketenagakerjaan yang diharapkan lima tahun ke depan sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam RPJM Nasional 2015-2019, yang diperlihatkan pada
tabel berikut:
Tabel 2.2. Sasaran Peningkatan Daya Saing
Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUMKM,
serta Ketenagakerjaan 2015-2019
URAIAN
SASARAN 2015-2019
1 EKONOMI KREATIF
a. Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Meningkat dari 7,1% (2014) menjadi 12% (2019)
b. Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif (juta orang) Meningkat dari 12 juta orang (2014) menjadi 13 juta orang
(2019)
c. Kontribusi Ekspor/Devisa Bruto Meningkat dari 5,8% (2014) menjadi 10,0% (2019)
2 KEWIRAUSAHAAN Pertambahan jumlah wirausaha baru 1 juta unit (tahun 2019) 3 KOPERASI DAN UMKM a. Rata-rata pertumbuhan nilai PDB UMKM
dan Koperasi 6, 5-7,5% per tahun
b. Rata-rata pertumbuhan produktivitas UMKM 5,0-7,0 % per tahun c. Peningkatan partisipasi anggota koperasi
dalam permodalan 55,0% (tahun 2019)
d. Rata-rata pertumbuhan volume usaha koperasi
15,5-18,0% per tahun
15
URAIAN
SASARAN 2015-2019
4 KAWASAN BERBASIS KIT Science and Techno Park Terbangunnya 100 Techno
Park di kabupaten/kota dan Science Park di setiap provinsi
(2019) 5 KETENAGAKERJAAN a. Proporsi jumlah tenaga kerja berkeahlian
tinggi bersertifikat Meningkat dari 8,4% (2014)
menjadi 14% (2019) b. Proporsi jumlah tenaga kerja berkeahlian
menengah bersertifikat Meningkat dari 30% (2014)
menjadi 42% (2019)
c. Peningkatan kinerja lembaga pelatihan milik pemerintah menjadi lembaga pelatihan berbasis kompetensi
Meningkat dari 5% (2014) menjadi 25% (2019)
d. Meningkatnya jumlah pekerja formal di sektor manufaktur
Meningkat dari 40,5% (2014) menjadi 51,0 persen (2019).
Sumber: RPJMN 2015-2019
2.4. SASARAN KINERjA
Terdapat 4 (empat) Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai Deputi
Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang, yaitu:
1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi
kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, daya saing koperasi dan
UMKM, dan ketenagakerjaan.
2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan ekonomi kreatif,
kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, daya saing koperasi dan UMKM,
dan Ketenagakerjaan.
3. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi
Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan
ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015.
4. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai
dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services,
architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015.
16
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA
REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
Dalam RPJMN 2015-2019, kebijakan pembangunan nasional diarahkan
pada 9 (sembilan) agenda prioritas atau NAWA CITA. Sesuai dengan fungsi
yang diamanatkan pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
maka Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian diamanatkan untuk
dapat melaksanaan 3 agenda prioritas di bidang ekonomi, dimana
Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, Inovasi, dan
Teknologi, Kewirausahaan, Koperasi dan UKM, dan ketenagakerjaan sangat
berkait erat dengan ketiga agenda prioritas tersebut.
Tabel 2.1. Agenda Prioritas Nasional di Bidang Ekonomi
NAWACITA – 3 Agenda Prioritas di Bidang Ekonomi
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
1. Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama Kawasan Timur Indonesia.
1. Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan,
2. Membangun transportasi umum masal perkotaan,
3. Membangun perumahan dan kawasan permukiman,
4. Peningkatan efektivitas, dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur,
5. Penguatan investasi, 6. Mendorong BUMN
menjadi agen pembangunan,
7. Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi,
8. Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional,
1. Peningkatan kedaulatan pangan,
2. Ketahanan air, 3. Kedaulatan energi, 4. Pelestarian sumber daya
alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana,
5. Pengembangan ekonomi maritim dan kelautan,
6. Penguatan sektor keuangan,
7. Penguatan kapasitas fiskal bangsa
17
NAWACITA – 3 Agenda Prioritas di Bidang Ekonomi
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
9. Pengembangan kapasitas perdagangan nasional,
10. Peningkatan daya saing tenaga kerja
Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
2015-2019 telah menetapkan sejumlah kebijakan prioritas sebagai berikut:
1. Meningkatkan Koordinasi kebijakan Kredit Usaha Rakyat;
2. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengendalian Inflasi;
3. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Kedaulatan Pangan dan Pertanian;
4. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Ketahanan Energi dan Pemanfaatan
Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan;
5. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Sistem Logistik Nasional (Sislognas);
6. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Fasilitasi Perdagangan;
7. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan UMKM berbasis Teknologi;
8. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Investasi;
9. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengembangan Industri;
10. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Ekspor;
11. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Percepatan Pembangunan
Infrastruktur Prioritas;
12. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan ASEAN Economic Community
(AEC);
13. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengembangan KEK.
18
Adapun strategi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk
mewujudkan pembangunan di bidang perekonomian, adalah sebagai berikut:
1. Mendahulukan penanganan terhadap prioritas kegiatan yang tercantum
dalam Nawacita;
2. Mengedepankan kepentingan yang berdampak pada masyarakat luas
dalam pengambilan keberpihakan dalam koordinasi dan sinkronisasi;
3. Mengantisipasi potensi deviasi atas realisasi kegiatan yang targetnya telah
disepakati antar Kementerian/Lembaga.
Sebagai upaya mempercepat terwujudnya sasaran strategis dan arah
kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maka ditetapkan
berbagai program lintas sektor. Program lintas sektor untuk pengembangan
ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, KUMKM, dan
ketenagakerjaan yaitu : Program Peningkatan Daya Saing Nasional
Melalui Penguatan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT,
Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan UKM serta Ketenagakerjaan”,
yang meliputi program kerja sebagai berikut:
1. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni budaya, dan iptek;
2. Pengembangan kawasan berbasis kreativitas, inovasi dan teknologi,
antara lain meliputi pengembangan kota kreatif berbasis potensi lokal serta
penataan dan penguatan Taman Sains dan Taman Teknologi menjadi
kantong inovasi;
3. Penciptaan wirausaha baru berbasis teknologi ;
4. Peningkatan daya saing Koperasi dan UKM;
5. Penciptaan tenaga kerja dengan keahlian tertentu, pemberdayaan buruh,
dan perlindungan tenaga kerja dalam menghadapi AEC 2015.
19
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Arah kebijakan dan strategi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dijabarkan dari visi, misi,
tujuan, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan pada Bab I, serta dengan
mempertimbangkan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian yang tertuang dalam Rencana Strategis 2015-2019,
sebagaimana diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Sasaran Strategis dan Arah Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UKM Sasaran Srategis Arah Kebijakan
SS 1. Terwujudnya koordinasi
dan sinkronisasi perumusan
kebijakan ekonomi kreatif,
kawasan berbasis KIT,
kewirausahaan, daya saing
KUMKM, dan Ketenagakerjaan.
1. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan pengembangan ekonomi
kreatif berbasis seni, budaya, media, desain, dan
IPTEK melalui pengembangan, perlindungan, dan
pemasaran produk industri kreatif
2. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan pengembangan kawasan
berbasis KIT melalui pengembangan ruang kreatif,
Kota/Desa Kreatif, Pusat Kreatif, Science Techno
Park
3. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan penciptaaan wirausaha baru
berbasis teknologi melalui pembentukan inkubator
wirausaha dan penciptaan ekosistem wirausaha
yang baik
4. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan peningkatan daya saing
Koperasi dan UMKM, melalui kebijakan usaha
mikro untuk naik kelas, dan usaha kecil dan
menengah dapat mendorong program industri
nasional dan meningkatkan ekspor nasional
SS 2. Terwujudnya pengendalian
pelaksanaan kebijakan ekonomi
kreatif, kawasan berbasis KIT,
1. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan
kebijakan pengembangan ekonomi kreatif berbasis
seni, budaya, media, desain, dan IPTEK melalui
20
Sasaran Srategis Arah Kebijakan
kewirausahaan, daya saing
KUMKM, dan ketenagakerjaan
pengembangan, perlindungan, dan pemasaran
produk industri kreatif.
2. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan
kebijakan pengembangan kawasan berbasis
kreativitas, inovasi dan teknologi melalui
pengembangan ruang kreatif, Kota/Desa Kreatif,
Pusat Kreatif, dan Science Techno Park.
3. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan
kebijakan penciptaaan wirausaha baru berbasis
teknologi melalui pembentukan inkubator
wirausaha dan penciptaan ekosistem wirausaha
yang baik
4. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan
kebijakan peningkatan daya saing Koperasi dan
UMKM, melalui kebijakan usaha mikro untuk naik
kelas, dan usaha kecil dan menengah dapat
mendorong program industri nasional dan
meningkatkan ekspor nasional
SS 3. Terwujudnya koordinasi
dan sinkronisasi perumusan
kebijakan ekonomi kreatif
nasional, kawasan berbasis KIT,
KUMKM, SDM, dan
ketenagakerjaan/buruh dalam
pelaksanaan MEA 2015.
Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
kebijakan ketenagakerjaan, terkait isu peningkatan
peran pusat pelatihan, sertifikasi uji kompetensi,
penetapan upah minimum, outsourcing tenaga kerja,
tata cara penggunaan Tenaga Kerja Asing, serta
jaminan sosial untuk pekerja (Jaminan Pensiun,
Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, dan
Jaminan Kematian Tenaga Kerja)
SS 4. Terwujudnya pengendalian
pelaksanaan kebijakan 8 MRA
yang sesuai dengan
pengembangan Ekonomi Kreatif
Nasional (engineering services,
architectural, accountancy
services) dalam pelaksanaan
MEA 2015.
Melaksanakan pengendalian kebijakan sertifikasi uji
kompetensi mengacu kepada Mutual Recognizition
Agreement ASEAN
Keterangan: Mulai periode 2017-2019, SS3 diintegrasikan dengan SS1 dan SS4 diintegrasikan
dengan SS2
21
Strategi yang dilaksanakan untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut yaitu:
1. Mendahulukan kebijakan yang diprioritaskan dalam Rencana Strategis
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan arahan khusus dari
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
2. Memprioritaskan kebijakan yang berdampak luas bagi masyarakat dan
berpihak pada upaya pemerataan pembangunan antar wilayah;
3. Mendorong deregulasi terhadap kebijakan yang kontraproduktif terhadap
iklim berusaha dan daya saing ekonomi nasional;
4. Melibatkan seluruh pemangku kepentingan antara lain
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dunia usaha, Perguruan
Tinggi/akademisi, dan masyarakat dalam pelaksanaan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan
5. Mengantisipasi dan meminimalisir deviasi dalam pelaksanaan kebijakan
dan program yang telah disepakati antar Eselon I Kementerian/Lembaga
3.3. Kerangka Regulasi
Percepatan pengembangan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT,
kewirausahaan, KUMKM, serta ketenagakerjaan memerlukan terobosan
regulasi atau evaluasi terhadap seluruh kerangka regulasi yang ada untuk
mendorong partisipasi optimal dari seluruh stakeholder terkait. Terobosan
regulasi diperlukan untuk mengurai hambatan-hambatan (bottleneck) yang
terjadi seperti menghindari tumpang tindih regulasi yang ditetapkan oleh sektor.
Sedangkan evaluasi akan menghasilkan rekomendasi langkah-langkah
strategis untuk menyempurnakan atau mengubah regulasi yang ada. Deputi
Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM
dalam hal ini berperan sebagai koordinator dalam penyusunan regulasi baru
atau evaluasi suatu regulasi.
Kerangka regulasi yang akan dikoordinasikan perumusan dan
penetapannya, dimonitor, atau dievaluasi pelaksanaannya dalam rangka
mendorong percepatan pengembangan ekonomi kreatif, kawasan berbasis
KIT, kewirausahaan, KUMKM, serta ketenagakerjaan diuaraikan pada Tabel
3.2.
22
Tabel 3.2. Regulasi yang dikoordinasikan perumusannya dan
dikendalikan pelaksanaannya
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggung
Jawab
1. a. Penetapan kebijakan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif yang mengatur koordinasi dan sinergi antar instansi di tingkat nasional dan daerah
b. Penetapan kebijakan mengenai skema pembiayaan dan pemasaran produk kreatif
a. Perlunya keterlibatan seluruh K/L untuk mendukung kinerja Badan Ekonomi Kreatif dalam mewujudkan sasaran pengembangan ekonomi kreatif dalam RPJMN 2015-2019
b. Perlunya skema pembiayaan khusus bagi sub sektor ekonomi kreatif
c. Perlunya prioritas kebijakan bagi upaya promosi, branding, dan pemasaran produk kreatif yang siap bersaing di pasar internasional
Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif
2. a. Penyusunan dan penetapan kebijakan/ landasan hukum Pengembangan Kota dan Kawasan Kreatif yang bersinergi dengan tujuan pembangunan perkotaan berkelanjutan (Sustainable City Development);
b. Penyusunan dan Penetapan kebijakan/ landasan hukum mengenai Percepatan penumbuhkembangan Taman Tekno (Techno Park) dan Taman Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science Technology Park)
a. Target dari Sasaran Kebijakan yang tersirat dalam RPJMN 2015-2019 bahwa o Dalam rangka mendorong
pengembangan ekonomi kreatif diperlukan pengembangan ekosistem kreatif yang terpadu dengan penciptaan ruang kreatif yang bertujuan untuk memfasilitasi orang kreatif di sepanjang rantai nilai kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi;
o Pengembangan kota kreatif merupakan salah satu bentuk pengembangan perkotaan melalui penciptaan ekosistem yang kondusif dan terintegrasi, sehingga kota sebagai pusat aktivitas dan interaksi lintas pelaku dapat mengembangkan kreativitas sebagai solusi permasalahan perkotaan, meningkatkan produktivitas ekonomi, serta mampu meningkatkan daya saing daerah dan nasional.
b. Target dari sasaran kebijakan yang termaktub dalam RPJMN 2015-2019 yaitu meningkatkan daya
Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
23
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggung
Jawab
saing perekonomian nasional melalui peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi, termasuk pembangunan 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi
3. a. Landasan hukum terkait pengembangan kewirausahaan nasional yang mencakup: o Penguatan
kelembagaan o Peningkatan akses
pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan
o Peningkatan kualitas SDM
o Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran
o Peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan hukum
b. Penyusunan blueprint dan roadmap pengembangan kewirausahaan nasional
c. Penyusunan Regulasi/Kebijakan Kewirausahaan
a. Target dari Sasaran Kebijakan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 bahwa pertambahan jumlah wirausaha baru melalui program pusat dan daerah adalah sejumlah 1 juta unit wirausaha baru
b. Untuk mendukung Perpres No.27 tahun 2013 tentang pengembangan inkubator wirausaha dimana pelaksanaan pengembangan inkubator wirausaha dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Asisten Deputi Kewirausahaan
3. a. Penetapan UU tentang Perkoperasian yang menggantikan UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, serta penyusunan aturan pelaksanaannya
b. Penetapan peraturan/landasan hukum bagi pembentukan Lembaga Pembiayaan Pertanian, UMKM dan koperasi, dan skema penjaminan bagi UMKM dan Koperasi
c. Penetapan Peraturan Presiden yang mengatur koordinasi dan sinergi antar instansi di tingkat nasional dan daerah yang
a. Amanat Putusan MK No. 28/PUU-XI/2013 tentang No.UU No.17 Tahun 2012
b. Target dari Sasaran Kebijakan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 bahwa peningkatan kontribusi UMKM dan koperasi dalam perekonomian yang ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai PDB UMKM dan koperasi, yang didukung peningkatan kontribusi UMKM dan koperasi dalam penciptaan lapangan kerja, penciptaan devisa (ekspor), dan investasi.
c. Target dari Sasaran Kebijakan yang tertuang
Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
24
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggung
Jawab
diwadahi dalam Program Nasional Peningkatan Daya Saing UMKM dan koperasi, dan didukung sistem pemantauan dan evaluasi dan basis data terpadu. Evaluasi pengaturan dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM dan aturan pelaksanaannya yang berkaitan dengan kebutuhan untuk (i) mengintegrasikan pendekatan sektor dan wilayah dalam pengembangan UMKM. (ii) mengembangkan dukungan kebijakan yang sesuai dengan skala usaha dan kebutuhan UMKM mulai didirikan (wirausaha baru) sampai tumbuh menjadi usaha yang mapan dan/atau dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”). dan (iii) mengembangkan skema restrukturisasi UMKM dan koperasi untuk meningkatkan keberlanjutan dan daya saing usaha.
dalam RPJMN 2015-2019 bahwa diperlukan sinkronisasi dan sinergisitas program seluruh K/L yang menangani UMKM dan koperasi.
d. Target dari Sasaran Kebijakan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 bahwa peraturan pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun 2008 UMKM perlu ditindaklanjuti dengan peraturan yang lebih teknis agar tujuan dari UU tersebut dapat direalisasikan di lapangan.
5. a. Evaluasi UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b. Monitoring pelaksanaan PP 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan
c. Monitoring PERMENAKER 35 Tahun 2014
d. Peninjauan kembali biaya komponen cost structure penempatan TKI
e. Penguatan Uji Kompetensi tenaga kerja Indonesia dalam rangka
a. Terciptanya perubahan struktur tenaga kerja secara bertahap dari sektor/sub-sektor lapangan usaha yang produktivitasnya rendah ke sektor/sub-sektor yang produktivitasnya tinggi,
b. Tersedianya program perlindungan sosial bagi pekerja dan meningkatkan jumlah tenaga profesional dan berkeahlian
c. Tersedianya program perlindungan sosial bagi pekerja
Asisten Deputi Ketenagakerjaan
25
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggung
Jawab
menghadapi MRA ASEAN
f. Penguatan kebijakan pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja
d. Terjalinnya Hubungan Industrial yang kondusif khususnya mengenai pengupahan.
e. Mencegah terjadinya pengunaan tenaga kerja asing yang merugikan tenaga kerja lokal.
f. Tidak adanya kesamaan komponen biaya penempatan kenegara tujuan penempatan TKI (Hongkong, Singapura, Malaysia dan Taiwan).
g. Penguatan BLK dan percepatan Uji Kompetensi (sertifikasi)
3.4. Kerangka Kelembagaan
Disamping pendanaan dan regulasi, keberhasilan percepatan
pengembangan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan,
KUMKM, serta ketenagakerjaan juga memerlukan kerangka kelembagaan
pemerintah yang efektif dan akuntabel sebagai pelaksana dari program
pembangunan yang telah ditetapkan. Kelembagaan merujuk kepada
organisasi, pengaturan hubungan inter dan antar organisasi, serta sumber
daya manusia aparatur. Organisasi mencakup rumusan tugas, fungsi,
kewenangan, peran, dan struktur. Pengaturan hubungan inter dan antar-
organisasi mencakup aturan main dan/atau tata hubungan kerja inter dan
antar-organisasi/lembaga pemerintah, sedangkan sumber daya manusia
aparatur negara mencakup para pejabat negara dan aparatur sipil negara yang
menjalankan organisasi tersebut.
Dalam rangka mengantisipasi perubahan dan dinamika perkembangan
ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, dan daya saing
Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah
melakukan penataan organisasi dan tata kerja berdasarkan Peraturan
Presiden RI Nomor 8 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 21 Januari
2015, dan yang dijabarkan lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
26
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang diterbitkan pada tanggal
19 Mei 2015. Penataan tersebut membawa perubahan mendasar pada strukur
organisasi, serta tugas dan fungsi seluruh unit kerja termasuk di lingkungan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM. Gambar 3.2. memperlihatkan struktur organisasi Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi
dan UKM pasca restukturisasi.
Sesuai Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5
Tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, fungsi-fungsi yang diselenggarakan
antara lain:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan
wirausaha baru berbasis teknologi;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan
industri kreatif;
e koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan
tenaga kerja dengan keahlian tertentu dan pemberdayaan buruh;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang industri
pengolahan dan sarana pendukung Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu;
27
g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.
28
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM
29
Dalam pelaksanaan pengembangan ekonomi kreatif, kawasan berbasis
KIT, kewirausahaan, koperasi dan UMKM, serta ketenagakerjaan, terdapat
keterkaitan tugas dan fungsi yang erat antara Asisten Deputi di lingkungan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM, yang menuntut dilakukannya kolaborasi dan kerjasama
antar Asisten Deputi. Ilustrasi keterkaitan antar Asisten Deputi diperlihatkan
pada gambar 3.3. Pengembangan ruang kreatif misalnya, memerlukan
kolaborasi yang erat antara Asdep Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan
Asdep Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan. Penguatan UKM berbasis
Teknologi memerlukan kerjasama antara Asdep Pengembangan Ekonomi
Kreatif dengan Asdep Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM.
Gambar 3.3. Ilustrasi Keterkaitan Tugas dan Fungsi Antar Asisten Deputi
Selain kolaborasi dan kerjasama secara internal, Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
UKM juga dituntut untuk melakukan koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi
yang kuat dengan berbagai Kementerian/Lembaga terkait. Sekurang-
kurangnya terdapat 10 K/L yang terkait langsung dengan isu yang
30
dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM yaitu: Kementerian
Perindustrian, Kemristek Dikti, Kementerian Pertanian, KKP, Kementerian
Koperasi dan UKM, Kemnaker, Badan Ekonomi Kreatif, LIPI, dan BPPT.
Namun selain berkoordinasi dengan K/L yang memiliki keterkaitan langsung,
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM juga berkoordinasi dengan K/L lain yang memiliki ketekaitan
tidak langsung yaitu dalam konteks pengembangan ekosistem ekonomi kreatif,
kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, KUMKM, serta ketenagakerjaan,
misalnya Kementerian PU dan Kementerian Perhubungan dalam rangka
peningkatan konektivitas.
31
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM diukur dari pencapaian sasaran strategis atau
outcome program yang ditunjukkan dengan meningkatnya pengelolaan
program kerja sektor/lintas sektor di bidang ekonomi kreatif, Kawasan Berbasis
KIT, kewirausahaan, koperasi dan UKM, seta ketenagekerjaan secara optimal.
Meningkatnya pengelolaan program kerja tersebut merupakan indikasi dari
berfungsinya keluaran-keluaran (outputs) yang disampaikan oleh unit eselon II
di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM.
Target kinerja yang ditetapkan unit eselon I merupakan identifikasi dan
analisis kebutuhan pelanggan (customers) baik dari segi jumlah maupun jenis
keluaran hasilnya (outcome). Untuk mewujudkan hasil (outcome) dimaksud,
unit eselon I menugaskan unit eselon II sebagai penanggung jawab pelaksana
pembuatan keluaran (output). Unit eselon II mengupayakan pembuatan
keluaran tersebut dengan menentukan tahapan proses kegiatan
pelaksanaannya sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Target kinerja dibawah ini menunjukkan tingkat sasaran kinerja hasil
(outcome) yang akan dicapai oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi UKM selama periode 2015-2019
berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi yang telah diuraikan pada Bab II.
Matriks target kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM untuk pencapaian tujuan
dan sasaran strategis selama lima tahun ke depan adalah sebagai berikut :
32
Tabel 4.1. Target Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM 2015-2019
*) SS3 pada periode 2017-2019 digabung ke dalam SS1. **) SS4 pada periode 2017-2019 digabung ke dalam SS2
Sedangkan untuk target kinerja di tingkat eselon II (kinerja output) dapat dilihat
pada lampiran 1.
NO Sasaran Program/ Indikator kinerja
Target
2015 2016 2017 2018 2019
SS1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan Berbasis KIT, kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan Indikator 2017-2019 1. % rekomendasi/rancangan kebijakan/paket
deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUMKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
2. % koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan yang diusulkan K/L mitra
85 - -
85 - -
-
90
90
-
90
95
-
100
100
SS2 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 205-2016: Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan Indikator 2017-2019 % hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUMKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti
85 -
85 -
-
90
-
90
-
100
SS3 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015.
Indikator: Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015.
85
85
-*)
-*)
-*)
SS4 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015.
Indikator: Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/ internasional terhadap SDM, ketenagakerja-an/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN
85
85
-**)
-**)
-**)
33
4.2. Kerangka Pendanaan
Kerangka Pendanaan adalah rencana alokasi anggaran yang
dibutuhkan selama lima tahun dalam pelaksanaan program dan kegiatan guna
mewujudkan tujuan dan sasaran srategis serta target kinerja yang telah
ditetapkan. Untuk Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM, program teknis dinamakan “Program
Koordinasi Kebijakan Perekonomian”. Sedangkan untuk nomenklatur
kegiatan disesuaikan dengan unit Eselon II terkait. Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM terdiri
dari 5 unit Eselon II sehingga kegiatan dibagi dalam 5 nomenklatur, ditambah
1 kegiatan prioritas Kemenko Perekonomian yaitu Koordinasi Penataan
Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi. Kerangka
pengeluaran jangka menengah Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM 2015-2019 untuk tiap
kegiatan sesuai dengan Rencana Strategis Kemenko Perekonomian adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.2. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM sesuai Renstra Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian 2015-2019
No Program/Kegiatan Rencana Alokasi (Juta Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
PROGRAM TEKNIS: KOORDINASI KEBIJAKAN PEREKONOMIAN
1 Koordinasi kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif
2.000 2.300 2.420 2.530 2.660
2 Koordinasi kebijakan bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan
2.000 2.000 2.100 2.200 2.320
3 Koordinasi kebijakan bidang kewirausahaan
2.000 2.000 2.100 2.200 2.320
4 Koordinasi kebijakan bidang peningkatan daya saing koperasi dan UKM
2.000 2.000 2.100 2.200 2.320
34
No Program/Kegiatan Rencana Alokasi (Juta Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
5 Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
2.000 1500 1.580 1.650 1.740
6 Koordinasi kebijakan bidang ketenagakerjaan
2.000 2.000 2.100 2.200 2.320
JUMLAH 11.500 11.800 12.400 12.980 13.680
Namun demikian perhitungan prediksi kebutuhan pendanaan jangka
menengah diatas belum memperhitungkan kebutuhan organisasi pasca
restrukturisasi struktur Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM yang baru tuntas pada
pertengahan tahun 2015. Untuk itu, diusulkan kenaikan kerangka pengeluaran
jangka menengah pada periode 2016-2019 dari baseline yang sudah ditetapkan
dalam Renstra Kemenko Perekonomian. Beberapa pertimbangan yang
mendasari usulan kenaikan kerangka pengeluaran jangka menengah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Rencana awal yang disusun pada Renstra Kemenko Perekonomian
menggunakan nomenklatur struktur organisasi yang lama dengan adanya
pejabat fungsional sebagai pengganti pejabat eselon III dan IV. Namun dalam
perkembangannya terjadi perubahan struktur organisasi berdasarkan
Permenko Nomor 5 tahun 2015 di mana nomenklatur jabatan untuk eselon III
dan IV tetap diadakan.
2. Adanya peningkatan kapasitas koordinasi sinkronisasi dan pengawasan
implementasi program-program yang cukup signifikan, antara lain:
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif
b. Penyusunan Kebijakan Skema Pembiayaan dan Pemasaran Industri
Kreatif
c. Pengembangan Kota Kreatif Berkelanjutan dan Desa Kreatif di
berbagai wilayah di Indonesia
d. Percepatan pengembangan/pembangunan Science Techno Park yang
ditargetkan sebanyak 100 STP pada tahun 2019.
e. Pengendalian Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
35
Mikro Kecil dan Menengah, serta Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun
2014 tentang Perijinan untuk Usaha Mikro dan Kecil.
f. Pengendalian Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang
Pengupahan dalam Paket Kebijakan Ekonomi tahap IV.
g. Penyusunan blueprint dan roadmap pengembangan kewirausahaan
nasional
h. Penguatan Kelembagaan pengembangan wirausaha;
i. Penyediaan Database dan Website Kewirausahaan Nasional; dan
j. Promosi produk hasil wirausaha untuk meningkatkan ekspor.
3. Dalam menjalankan program diatas diperlukan intensitas koordinasi dan
harmonisasi dengan seluruh K/L terkait, dimana satu program dapat
melibatkan lebih dari 10 Kementerian/Lembaga.
Usulan penyesuaian Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah pada periode
2016-2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Usulan Penyesuaian Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM 2016-2019
No Program/Kegiatan Rencana Alokasi (Juta Rupiah)
2016* 2017 2018 2019
PROGRAM TEKNIS: KOORDINASI KEBIJAKAN PEREKONOMIAN
1 Koordinasi kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif
5.000 5.500 6.050 6.655
2 Koordinasi kebijakan bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan
2.500 3.500 4.200 5.000
3 Koordinasi kebijakan bidang kewirausahaan
6.753 7.429 8.170 9.000
4 Koordinasi kebijakan bidang peningkatan daya saing koperasi dan UKM
2.500 3.500 4.200 5.000
5 Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
2.500 3.500 4.200 5.000
6 Koordinasi kebijakan bidang ketenagakerjaan
3.000 3.500 4.200 5.000
JUMLAH 22.253 26.929 31.020 35.655
Keterangan: Penyesuaian alokasi 2016 diharapkan pada saat APBN-P 2016
36
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Tahun 2015-2019 merupakan
dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, yang disusun selaras dengan
RPJMN Tahun 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang
perekonomian 2015-2019, dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal
yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas
pokok, fungsi, dan kewenangan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
Dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing KUKM tahun 2015-2019 telah memuat visi, misi, tujuan, sasaran
strategis dan target kinerja yang diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun, beserta arah kebijakan dan strategi yang dijabarkan ke dalam program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai rencana yang telah ditetapkan.
Rencana program dan kegiatan tahun 2015-2019 tersebut disusun dengan
memperhatikan kondisi kelembagaan dan sumber daya yang dimiliki setiap unit
organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dengan harapan dapat mendukung secara
optimal terhadap upaya pencapaian rencana yang telah ditetapkan. Keberhasilan
pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan
kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmen
semua pimpinan dan staf Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM. Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan Renstra periode 2015-2019, akan dilakukan evaluasi secara periodik
setiap akhir tahun anggaran dan apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan.
Dengan tersusunnya Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Tahun 2015-2019, diharapkan
menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pada setiap unit kerja di lingkungan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi
dan UKM, sehingga dapat memaksimalkan perannya dalam upaya koordinasi,
sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan
Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan UKM, dan Ketenagakerjaan.
37
LAMPIRAN I. MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
035.01.06
PROGRAM KOORDINASI KEBIJAKAN PEREKONOMIAN
11.500 22.253 26.929 31.020 35.655
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
SS1: Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan
Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan yang diselesaikan
85%
85%
-
-
-
% rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti
- - 90% 90% 100%
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan yang diusulkan K/L mitra
-
-
90%
95%
100%
SS2: Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT,
38
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan
% kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan yang terimplementasikan
85% 85% - - -
% hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti
- - 90 90 100
SS3: Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015.
Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015.
85% 85% - *) - *) - *)
SS3 pada 2017-2019 digabung
dengan SS1
SS4: Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional
39
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015.
Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/ internasional terhadap SDM, ketenagakerja-an/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN
85% 85% - *) - *) - *)
SS4 pada 2017-2019 digabung
dengan SS2
5226 KOORDINASI KEBIJAKAN BIDANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
2.000 5.000 5.500 6.050 6.655
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
Persentase rekomendasi kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif yang ditindaklanjuti (%)
85% 85% - - -
4 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi - - -
Jumlah rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif
- - 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan di bidang pengembangan ekonomi kreatif yang diusulkan K/L mitra
- -
90%
95%
100%
Persentase pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif
90% - - - -
40
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan ekonomi kreatif
85% 85% - - -
4 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi - - -
Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif yang ditindaklanjuti
- - 2
paket rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
Jumlah pelayanan dan tata kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM (bulan)
6 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan
2 laporan 2 laporan 2 laporan 2 laporan Laporan
5228 KOORDINASI KEBIJAKAN BIDANG PENINGKATAN DAYA SAING EKONOMI KAWASAN
2.000 2.500 3.500 4.200 5.000
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
Persentase rekomendasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti
85% 85% - - -
4 paket rekomendasi
2 paket rekomendasi
- - -
Jumlah rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan
- - 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan yang diusulkan K/L mitra
- -
90%
95%
100%
41
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan
90% - - - -
2 paket
rekomendasi - - - -
Persentase laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan
85% 85% - - -
4 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi - - -
Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti
- - 2
paket rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
5227 KOORDINASI KEBIJAKAN BIDANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
2.000 6.753 7.429 8.170 9.000
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
Persentase rekomendasi kebijakan di bidang pengembangan kewirausahaan yang ditindaklanjuti
85% 85% - - -
4 paket rekomendasi
2 paket rekomendasi
- - -
Jumlah rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang pengembangan kewirausahaan
- - 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan di bidang pengembangan
- -
90%
95%
100%
42
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
kewirausahaan yang diusulkan K/L mitra
Persentase pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang pengembangan kewirausahaan
85% - - - -
Persentase laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kewirausahaan
85% 85% - - -
4 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kewirausahaan yang ditindaklanjuti
- - 2
paket rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2505 KOORDINASI KEBIJAKAN BIDANG PENINGKATAN DAYA SAING KOPERASI DAN UMKM
2.000 2.500 3.500 4.200 5.000
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
Persentase rekomendasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing koperasi dan UMKM yang ditindaklanjuti
85% 85% - - -
4 paket rekomendasi
2 paket rekomendasi
- - -
Jumlah rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di peningkatan daya saing koperasi dan UMKM
- - 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan di bidang peningkatan daya saing koperasi dan UMKM yang diusulkan K/L mitra
- -
90%
95%
100%
43
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing koperasi dan UMKM
90% - - - -
Persentase laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing koperasi dan UMKM
75% 85% - - -
4 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi - - -
Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing koperasi dan UMKM yang ditindaklanjuti
- - 2
paket rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2496 KOORDINASI PENATAAN KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN UKM BERBASIS TEKNOLOGI
2.000 2.500 3.500 4.200 5.000
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
Persentase rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi yang ditindaklanjuti
80% 85% - - -
5 laporan 2 laporan - - -
Jumlah rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
- - 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan di bidang Penataan Kelembagaan
- -
90%
95%
100%
44
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Pengembangan UKM Berbasis Teknologi yang diusulkan K/L mitra
Persentase laporan hasil pengendalian kebijakan Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi yang ditindaklanjuti
80% 85% - - -
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi - - -
Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi yang ditindaklanjuti
- - 2
paket rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
5229 KOORDINASI KEBIJAKAN BIDANG KETENAGAKERJAAN
2.000 3.000 3.500 4.200 5.000
Usulan penambahan
anggaran 2016-2019
Persentase rekomendasi kebijakan di bidang ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti
85% 85% - - -
4 paket rekomendasi
2 paket rekomendasi
- - -
Jumlah rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang ketenagakerjaan
- - 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi 2 paket
rekomendasi
% koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan di ketenagakerjaan yang diusulkan K/L mitra
- -
90%
95%
100%
Persentase pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi kebijakan di bidang ketenagakerjaan
85% - - - -
45
Kode Program/Kegiatan, Sasaran Strategis, dan indikator
kinerja
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase rekomendasi kebijakan ekonomi kreatif nasional, KUKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015
85% - - - -
1 rek - - - -
Persentase laporan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ketenagakerjaan
85% 85% - - -
4 paket
laporan
2 paket
laporan
Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti
- - 2
paket rekomendasi
2 paket
rekomendasi
2 paket
rekomendasi
Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan ekonomi kreatif nasional (engineering srvices, architectural, acoountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015 (%)
85% - - - -
1 rek - - - -
Recommended