View
250
Download
12
Category
Preview:
Citation preview
Ringkasan Eksekutif Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera Selatan/SeHati Sumsel (2017-2021) South Sumatra Biodiversity Strategy and Action Plan/SSBSAP (2017-2021)
©2017 Provinsi Sumatera Selatan
Diterbitkan oleh: Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Dokumen Ringkasan Eksekutif Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera Selatan/SeHati Sumsel (2017-2021) disusun atas kerjasama Provinsi Sumatera Selatan dengan GIZ BIOCLIME Project. Provinsi Sumatera Selatan mengapresiasi semua pihak (lembaga maupun personil) yang telah berkontribusi data, pustaka, maupun pikiran dan gagasannya dalam penyusunan dokumen ini.
ISBN:
Penyelaras Akhir: Ellyn K. Damayanti, Lilik B. Prasetyo
Tim Penulis : Syafrul Yunardy, Adi Kunarso, Arif Wibowo, Asep Ayat, Dafid Pirnanda, Indra Yustian, Jun Harbi, Kiagus Abdul Kodir, Lulu Yuningsih, Octavia Susilowati, Samsul Bachri, Elva Gemita, Hilda Zulkifli, Zulfikhar, Muallimah Gustini, Lilik B. Prasetyo, Ellyn K. Damayanti, Hendi Sumantri, Rendra Bayu Prasetyo, Berthold Haasler.
Pendukung: Andi F. Yahya, Syahru Rhamdoni, Irene C. Fatmayanti
Kontributor: Kelompok Kerja : Dinas Kehutanan Sumatera Selatan; Bappeda Sumatera Selatan; Dinas Perkebunan Sumatera Selatan; Badan Lingkungan Hidup Sumatera Selatan; Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sumatera Selatan; Balitbangnovda Sumatera Selatan; BKSDA Sumatera Selatan; Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang; Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat; Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U); BP2LHK Palembang; BP DAS dan HL Musi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumsel; Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah I; KPHP Meranti; KPHP Lalan; KPHL Banyuasin; Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya; Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya; Prodi Kehutanan, Universitas Muhammadiyah Palembang; Burung Indonesia, PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI); ZSL Indonesia; LAMA-I; GAPKI Sumatera Selatan; APHI Sumatera Selatan; Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor; Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 1
Ringkasan Eksekutif
Keanekaragaman hayati (kehati) sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai sumber pangan,
sandang, papan, kosmetika, obat-obatan dan berperan dalam menjaga sistem penyangga kehidupan
di bumi. Akan tetapi keanekaragaman hayati tersebut mendapat tekanan berbagai faktor langsung
(pressure) dan tidak langsung (drivers), sehingga terancam punah. Pada tataran global, inisiatif
perlindungan kehati diwujudkan dalam wujud komitmen untuk mengkonservasi kehati dalam bentuk
penandatanganan Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity/CBD) pada
tahun 1992. Pemerintah Republik Indonesia meratifikasi CBD dengan menerbitkan UU No. 5 tahun
1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati). Sebagai tindak lanjut dari komitmen melindungi
kehati, pemerintah menerbitkan Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) pada tahun
2003 yang diperbaharui pada tahun 2016. Buku Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati
Provinsi Sumatera Selatan 2017 - 2020 (SeHati Sumsel) ini dimaksudkan untuk menerjemahkan
dokumen IBSAP tersebut agar dapat diimplementasikan pada tingkat Provinsi Sumatera Selatan.
Dokumen ini disusun secara partisipatif oleh berbagai pihak melalui proses Diskusi Kelompok
Terfokus (Focus Group Discussion) dan Proses Konsultasi Publik (Public Consultation).
KONDISI FISIK, SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai luas 87.421,17 km2, yang terbagi menjadi 13 kabupaten dan
empat kota, dengan 231 kecamatan, 2.859 desa dan 377 kelurahan, yang terletak pada rentang
ketinggian dari 0 hingga 3.144 m dpl. Provinsi ini beriklim tropika basah. Intensitas curah hujan
tahunan rata-rata sangat tinggi berkisar dari 2.000-4.000 mm. Daerah yang terletak pada elevasi
tinggi dan bergunung cenderung mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Beberapa sungai besar
bermata air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai
yang bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering,
Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sunga Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas merupakan anak
Sungai Musi (Gambar 1).
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 2
Gambar 1. Peta administrasi dan Jaringan sungai Provinsi Sumatera Selatan
Bentang alam Sumatera Selatan terbagi menjadi lima zonasi, yaitu zona pantai (marin), rawa,
dataran, transisi, dan pegunungan. Kawasan pantai timur Sumatera Selatan terdiri atas rawa-rawa
yang sebagian bergambut dan perairan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada
zona pantai ke arah barat merupakan dataran rendah yang luas yang berada pada ketinggian di
bawah 1.000 m. Pada zona ini didominasi jenis tanah latosol, sedangkan di daerah kanan kiri sungai
merupakan daerah endapan alluvial yang sangat subur, sehingga banyak dimanfaatkan untuk
pertanian. Pada zona transisi pada ketinggian 1.000 – 1.200 mdpl merupakan wilayah perbukitan
dengan kemiringan lereng yang curam. Pada zona pegunungan, puncak tertinggi pada Bukit Barisan
terdiri dari puncak Gunung Dempo (>3.000 m), Gunung Bungkuk (2.125 m), Gunung Seminung
(1.964 m), dan Gunung Patah (1.107 m dpl). Pada zona ini terutama pada daerah kerucut vulkan
dapat ditemukan tanah andosol yang subur. Selain itu Sumatera Selatan juga kaya akan minyak,
semenjak jaman penjajahan dahulu.
Dengan sumberdaya lahan, perairan yang melimpah dan iklim yang cocok, semenjak dahulu
Sumatera Selatan merupakan lumbung tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubi kayu) dan pusat
produksi berbagai komoditas diantaranya kayu, karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan lada yang
dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. Sektor peternakan dan perikanan juga memegang peran
penting. Produksi komoditas tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Peran ekonomi sektor
pertanian pada PDRB provinsi ini sangat besar (19,1%), menempati posisi kedua setelah
Pertambangan dan Penggalian (21,8%). Sedangkan industri pengolahan memberikan kontribusi di
bawah sektor pertanian (18,4%). Walaupun demikian, kelebihan sumberdaya tersebut belum mampu
dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat, karena masih dijumpai angka kemiskinan dan
pengangguran yang kurang lebih masing-masing mencapai 5,25% dan 5%. Sebagian masyarakat di
Sumatera Selatan dalam bertani/berkebun masih menggunakan cara tradisional, misalnya sonor dan
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 3
perladangan berpindah, yang dahulu diatur dengan menggunakan pranata hukum adat (Simbu
Cahaya). Namun saat ini telah mengalami pergeseran karena disebabkan oleh perubahan status
kepemilikan lahan, meningkatnya jumlah populasi, pola pendidikan, dan penegakan hukum adat.
Provinsi Sumatera Selatan memiliki sembilan kawasan konservasi yang secara spasial tidak saling
terhubung, yaitu Taman Nasional Sembilang (TNS), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Suaka
Margasatwa Bentayan (SM Bentayan), Suaka Margasatwa Dangku (SM Dangku), Suaka Margasatwa
Gumai Pasemah (SM Gumai Pasemah), Suaka Margasatwa Gunung Raya (SM Gunung Raya),
Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah (SM Isau-isau Pasemah), Suaka Margasatwa Padang
Sugihan (SM Padang Sugihan), dan Taman Wisata Alam Punti Kayu (TWA Punti Kayu).
STATUS DAN KECENDERUNGAN PERUBAHAN EKOSISTEM SERTA
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Provinsi Sumatera Selatan memiliki hampir seluruh tipe ekosistem yang terdaftar dalam IBSAP,
kecuali ekosistem padang lamun, ekosistem karst, hutan kerangas, savanna, hutan sub alpin, dan
nival. Ada tambahan dua tipe ekosistem buatan yang diidentifikasi selain yang telah terdaftar di dalam
IBSAP, yaitu ekosistem Hutan Tanaman Industri (HTI) dan ekosistem perkebunan. Namun demikian,
dalam proses penyusunan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi
Sumatera Selatan/SeHati Sumsel (2017-2020) ini, beberapa informasi terkait ekosistem tertentu
belum dapat dikumpulkan dan akan menjadi salah satu rencana aksi yang dilakukan untuk
melengkapi informasi ekosistem dan keanekaragaman hayatinya, yaitu: ekosistem marin (perairan
laut dan terumbu karang), ekosistem riparian, dan ekosistem danau rawa banjiran. Sedangkan
jumlah spesies keanekaragaman hayati tumbuhan yang telah berhasil didaftarkan berjumlah 877
spesies tumbuhan (Lampiran 10 dalam dokumen SeHati Sumsel), keanekaragaman hayati satwa
terdiri dari 65 spesies ampibi, 71 spesies reptilia, 81 spesies mamalia (11 spesies primata; 70 spesies
non-primata), 334 spesies burung/aves, dan 133 spesies arthropoda (Lampiran 11 dalam dokumen
SeHati Sumsel), dan biota perairan yang terdiri dari 270 spesies ikan, 75 spesies zooplankton, 66
spesies perifiton, 79 spesies zoobenthos (Lampiran 12 dalam dokumen SeHati Sumsel).
Ekosistem Alami
Ekosistem Hutan Dataran Rendah dan Pegunungan
Provinsi Sumatera Selatan memiliki berbagai tipe ekosistem alami dan buatan yang menyimpan
berbagai kehati yang sangat bermanfaat secara ekologis, sosial, budaya dan ekonomi bagi
masyarakat. Pada ekosistem alami terdapat ekosistem sungai/riparian, danau, dan hutan alam yang
terbentang dari dataran rendah (0-1.200 mdpl), hutan pegunungan bawah (1.200 - 2.500 mdpl),
hutan pegunungan atas (2.500-3.000 mdpl) dan Sub Alpin (>3.000 m dpl). Secara lebih detil,
ekosistem hutan dataran rendah dapat dibedakan menjadi hutan lahan kering, hutan rawa, dan hutan
mangrove. Pada ekosistem buatan terdapat ekosistem pertanian, perkebunan, agroforestri, dan hutan
tanaman.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 4
Menurut data yang dipublikasi oleh Badan Planologi Kehutanan, hutan dataran rendah pada tahun
2000 mencapai 11.25 % dari wilayah Provinsi Sumatera Selatan atau sebesar 0,99 juta Ha, namun
luasan ini terus menurun hingga mencapai 7,5% atau 0,65 juta hektar. Laju kehilangan hutan
dataran rendah berkisar 22,500 hektar per tahun. Selain luasannya menyusut, hutan dataran rendah
juga terfragmentasi menjadi beberapa kelompok hutan. Bila dicermati lebih dalam, hutan lahan kering
telah mengalami penurunan yang konsisten sejak 2000, hutan rawa sejak 2009 sedangkan hutan
mangrove relatif tetap, namun dengan kualitas yang lebih rendah (mangrove sekunder). Berbeda
dengan hutan alam, sejak tahun 2000, hutan tanaman terus mengalami kenaikan (Gambar 2).
Kehilangan hutan di dataran hutan sudah terjadi semenjak dahulu kala. Hal ini disebabkan
kesuburan dan akses yang mudah dicapai dengan menggunakan jalan yang dibangun oleh
perusahaan konsesi kehutanan dan pertambangan.
Berdasarkan hasil olahan data dijital SK No. 454/MENLHK/SETJEN/PLA.2/6/2016 dan Peta
Penutupan Lahan Indonesia 2015, ekosistem hutan dataran rendah tersebut berada dalam kawasan
hutan lindung/HL (13%) yang 32%-nya berhutan; hutan produksi tetap/HP (54%) yang hanya 4%-nya
berhutan, hutan produksi terbatas/HPT (7%) yang 31%-nya berhutan, hutan produksi yang dapat
dikonversi/HPK (5%) yang 100% tidak berhutan, dan hutan konservasi/HK/KSA-KPA (21%) yang
49%-nya masih berhutan. Data tersebut menunjukkan bahwa hanya 19% dari ekosistem hutan
dataran rendah di dalam kawasan hutan negara di Provinsi Sumatera Selatan yang masih berhutan.
Namun demikian, ekosistem hutan dataran rendah yang masih berpenutupan hutan alam sebagian
besar berada di kawasan hutan produksi S. Kapas-Meranti dan kawasan Suaka Margasatwa Dangku
dan berupa hutan alam yang tersisa (remnant forest).
Hutan pegunungan bawah hanya terdiri dari hutan lahan kering. Tekanan terhadap hutan ini relatif
kecil dibandingkan dengan hutan dataran rendah, selain karena akses yang terbatas juga karena
status hutan ini sebagian besar adalah hutan untuk fungsi konservasi, sehingga 82% luasannya
masih berupa hutan. Selama periode 2000 – 2015 terjadi deforestasi sebesar kurang lebih 6.900
hektar, atau kurang lebih 460 hektar per tahun. Ekosistem hutan pegunungan berada di bagian barat
Provinsi Sumatera Selatan, meliputi kawasan hutan lindung (63.99%), hutan konservasi (35.66%),
dan hutan produksi terbatas (0.02%). Puncak tertinggi adalah Gunung Dempo yang berada dalam
kawasan Hutan Lindung Gunung Dempo. Kawasan konservasi yang memilliki ekosistem hutan
pegunungan, yaitu SM Gunung Raya, SM Gumai Pasemah, SM Isau-isau Pasemah, dan TN Kerinci
Seblat.
Tipe hutan dominan setelah hutan lahan kering adalah hutan rawa. Tipe hutan ini
dikonversi/eksploitasi setelah terbatasnya ketersediaan hutan lahan kering. Pada periode 2000 –
2015, sebagian besar hutan rawa telah dirubah menjadi pertanian lahan kering, perkebunan sawit,
hutan tanaman industri (Acacia crasicarpa) dan lahan terlantar berupa lahan terbuka dan semak
belukar (Gambar 2).
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 5
Gambar 2. Kecenderungan perubahan luas hutan dataran rendah di Provinsi Sumatera Selatan
Ekosistem hutan dataran rendah dan pegunungan merupakan rumah bagi hampir seluruh spesies
fauna yang berhasil didaftarkan selama proses penyusunan dokumen SeHati Sumsel, dengan jumlah
total 1.174 spesies, baik yang hidup di darat, di air, maupun di dua alam. Di antara seluruh spesies
tersebut, beberapa spesies penting bagi Sumatera Selatan adalah: Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae Pocock, 1929), Gajah (Elephas maximus ssp. sumatranus Temminck, 1847), Tapir
(Tapirus indicus Desmarest, 1819), Pelanduk Jawa (Tragulus javanicus Osbeck, 1765), Beruang
Madu (Helarctos malayanus Raffles, 1821), Siamang (Symphalangus syndactylus Raffles, 1821),
Tarsius Bangka (Tarsius bancanus ssp. bancanus Hill, 1955), Buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelii
Müller, 1838), Burung Migran/Bangau Storm (Ciconia stormi Blasius, 1896), Burung Raja Udang
(Alcedo meninting Horsfield, 1821), Elang Bondol (Haliastur indus Boddaert, 1783), Elang Laut
(Haliaeetus leucogaster Gmelin, 1788), Elang Ular Bido (Spilornis cheela Latham, 1790), Enggang
Gading (Rhinoplax vigil Forster, 1781), Kuau Raja (Argusianus argus Linnaeus, 1766), Ikan Belida
(Chitala lopis Bleeker, 1851), Ikan Semah (Tor douronensis Valenciennes, 1842), Ikan Sembilang
(Plotosus canius Hamilton, 1822), dan Ikan Tapah (Wallagonia leeri Bleeker, 1851).
Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem mangrove di Sumatera Selatan yang terbentuk dari hamparan Rhizophora, Avicenia,
Nipah dan Nibung mempunyai peran sangat penting dalam menahan abrasi pantai, mitigasi
perubahan iklim global karena menyimpan karbon terestrial dan menjadi habitat bagi berbagai jenis
satwaliar penting diantaranya harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kucing bakau (Felis
bengalensis), macan dahan (Neofelis nebulosa), lutung kelabu (Presbytis cristata), ungko (Hylobates
agilis), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), musang air
(Cyanogale bennettii), berang-berang (Lutra lutra), buaya muara (Crocodylus porosus), dan buaya
sinyulong (Tomistoma schlegelii). Selain itu di ekosistem ini terdapat sekitar 112 spesies burung,
sebanyak 44 spesies di antaranya menggunakan kawasan mangrove sebagai habitat utama, 22
spesies yang terikat dengan kawasan mangrove, dan lebih dari 25 spesies burung air migran,
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 6
termasuk Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus), Trinil Nordmann (Tringa guttifer), Gajahan
Timur (Numenius madagascariensis), dan spesies dara laut (Sternidae).
Hutan mangrove di Provinsi Sumatera Selatan tersebar di sepanjang pantai timur Kabupaten Ogan
Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin, terutama di hutan lindung dan kawasan Taman Nasional
Sembilang yang diperkirakan seluas 83.447 hektar. Permasalahan yang dihadapai dalam
pengelolaan ekosistem ini adalah gangguan dari aktivitas masyarakat. Pada periode 2000-2015,
terjadi degradasi dan konversi hutan mangrove menjadi hutan tanaman, lahan pertanian dan tambak.
Konversi lahan untuk tambak udang secara ilegal juga diperkirakan telah memusnahkan 18% dari
sabuk mangrove di sekitar Semenanjung Banyuasin selama 1995-2000. Selain itu, pembangunan
pelabuhan internasional di Tanjung Api-Api menyebabkan perubahan dan dampak langsung pada
ekosistem hutan mangrove seluas 4.000 hektar yang memiliki nilai ekologis penting bagi perikanan
masyarakat setempat. Pada kurun 2000 – 2015, hutan ini tidak banyak berubah. Hanya sebagian
kecil yang dikonversi menjadi lahan pertanian dan tambak
Ekosistem Hutan Pantai
Ekosistem hutan pantai mendapat dapat dijumpai di TN Sembilang, namun rincian luasnya tidak
diketahui, karena mungkin dimasukkan sebagai ekosistem mangrove. Ekosistem ini mempunyai
fungsi sangat penting diantaranya sebagai pelindung ekosistem daratan dari tsunami, terpaan angin,
abrasi pantai dan sebagai habitat tumbuhan dan satwa liar. Berbeda dengan ekosistem mangrove,
ekosistem ini tumbuh pada pada daerah kering tepi pantai dengan kondisi tanah berpasir atau
berbatu dan berada pada garis pasang tertinggi. Ekosistem hutan pantai terdiri dari
formasi Pescaprae dan formasi Barringtonia. Tumbuhan yang dapat dijumpai pada ekosistem ini
diantaranya Barringtonia speciosa, Terminalia catappa, Calophyllum inophyllum, Hibiscus
tiliaceus, Thespesia populnea, Casunarina equisetifolia, Pisonia grandis dan Ipomea
pescaprae . Tumbuhan C. inophyllum berpotensi dapat dikembangkan menjadi penghasil bioenergi.
Ekosistem Sungai dan Danau
Ekosistem riparian adalah ekosistem yang terbentuk di kanan kiri sungai. Ekosistem ini sangat
penting karena mempunyai berbagai fungsi ekologis, diataranya : (a) sebagai habitat dan koridor flora
fauna, fungsinya akan sangat terlihat pada saat musim kemarau, (b) mencegah aliran permukaan
masuk kedalam sungai sehingga mengurangi total suspended solid (TTS) yang masuk ke perairan.
Dengan menggunakan buffer sungai sepanjang 100 m, total areal riparian di Sumatera Selatan
seluas 195.757.4 hektar. Pada saat ini kondisi riparian sangat buruk karena hanya 8.7% (17.089 Ha)
saja yang masih berhutan dan selebihnya adalah perkebunan, semak belukar, lahan terbuka,
pertambangan, pertanian lahan kering dan sawah, dan pemukiman. Dibandingkan dengan tahun
2000, luas hutan di riparian menurun sebanyak 1.6 %.
Sistem sungai yang terbesar dan terkompleks di Sumatera Selatan adalah Sungai Musi. Sungai Musi
bagian hulu bersumber air berasal dari pegunungan Bukit Barisan dan Danau Ranau kemudian
mengalir ke bagian tengah dan hilir ke arah timur melewati kota Palembang, dan selanjutnya
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 7
bermuara di Selat Bangka. Panjang sungai tersebut adalah sekitar 700 km. Memiliki beberapa
cabang sungai antara lain Batang Tembesi, Batang Tebo, Batang Tebir, Batang Sumai, Batang
Merangin, Batang Buyo dan Sungai Alai.
Sumatera Selatan adalah region dengan biodiversitas ikan yang tinggi, paling tidak terdapat 233
spesies ikan terkelompok dalam 38 familia hanya dari Sungai Musi beserta anak-anak sungainya
(Utomo, et al., 2007; Husnah, et al., 2008). Jenis ikan pada ekosistem rawa/rawa banjiran terdiri atau
dua kelompok, yaitu kelompok ikan hitam (black fish) dan kelompok ikan putih (white fish). Contoh
kelompok hitam, yaitu betook (Anabas testudineus), gabus (Channa striata), sepat siam (Trichogaster
pectoralis) dan tembakang (Helostoma temmenckii). Contoh kelompok ikan putih, yaitu lais
(Cryptopterus spp.), baung (Mystus nemurus), patin (Pangasius spp.), jelawat (Leprobarbus hoeveni)
dan lampam (Barbodes schwanefeldii). Ekosistem perairan tawar di Sumatera Selatan, tepatnya di
Sungai Musi dan Sungai Lematang, juga menjadi habitat bagi salah satu jenis ikan pari air tawar
raksasa (Urogymnus polylepis). Sebanyak delapan laporan tertangkapnya ikan pari air tawar ini di
perairan Sumatera Selatan antara 2011-2016, empat di Sungai Musi, tiga di Sungai Lematang dan
satu di Sungai Bungin.
Perairan Danau Ranau memiliki 17 jenis ikan. Jenis ikan tersebut merupakan jenis ikan yang sering
ditangkap oleh nelayan sekitar. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 80% didominasi oleh lima jenis
ikan saja, yaitu mujaer (Oreochromis mossambicus), arongan (Hampala macrolepidota), palau
(Osteochilus hasselti), kepor (Pristolepis fasciatus), dan nila (Oreochromis niloticus). Sementara
empat jenis ikan yang populasinya masih cukup banyak (12%) adalah baung (Hemibagrus nemurus),
putak (Notopterus notopterus), sepat rawa (Trichogaster trichopterus), dan kepiat (Barbonymus
schwanenfeldii). Hanya satu jenis (1%) yang terancam punah, yaitu ikan semah (Tor sp). Hal ini
menunjukkan jenis ikan introduksi merupakan jenis ikan yang populasinya dominan.
Fitoplankton yang ditemukan di Danau Ranau sebanyak 28 genus, diantaranya 15 genus dari
kelompok Bacillariophyceae, 7 genus dari Chlorophyceae, 2 genus dari Chrysophyceae dan 5 genus
dari Cyanophyceae. Jumlah plankton per liter berkisar antara 349 – 2.333 sel (individu)/liter dengan
nilai indeks keragaman (H’) berkisar antara 1,803 – 2,662. Jenis yang dominan adalah Ulothrix,
Synedra, Surirella, Pinnularia, Navicula, Ankistrodesmus, Fragillaria, Anabaena, Eunotia,
Aphanocapsa dan Cosmarium. Berdasarkan komposisi, kelimpahan dan nilai indeks keragamannya,
Danau Ranau memiliki tingkat kesuburan sedang dengan kualitas perairan tercemar ringan sampai
tidak tercemar.
Ekosistem Rawa Lebak
Ekosistem rawa merupakan lahan yang menempati posisi peralihan antara daratan dan perairan,
selalu tergenang sepanjang tahun atau selama kurun waktu tertentu, genangannya relatif dangkal,
dan terbentuk karena drainase yang terhambat. Tipologi atau klasifikasi lahan rawa dapat dilihat dari
berbagai dimensi, yaitu tipologi berdasarkan kekuatan pasang dan arus sungai, dan tipologi
berdasarkan jenis dan kondisi tanah. Jenis tipologi lahan terbesar di Sumatera Selatan, yaitu lahan
rawa yang meliputi rawa lebak dan rawa pasang surut.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 8
Pada saat ini jasa ekosistem rawa lebak telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti
perikanan, sumber air baku, peternakan, pertanian, transportasi. Kawasan ekosistem lahan rawa
lebak lebih banyak terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir (OI), seperti rawa
lebak Pampangan (OKI) dan Pemulutan (OI).
Ekosistem rawa lebak sangat kaya kehati padi lokal namun jumlahnya semakin menurun. Pada tahun
2001 ditemukan 19 varietas, namun pada tahun 2015 hanya ditemukan 10 varietas diantaranya
SiPutih, Kawo, Sania, Pelita, Rampak, Boneng, Sanapi, Sawah Kanyut, Siam dan Sawah Kemang.
Sumber Daya Genetik Tanaman Padi Lokal Spesifik dapat ditemukan di Desa Batu Ampar, Kijang
Ulu, Kayuagung, Pematang Beluran, Jejawi (Ogan Komering Ilir), Tanjung Alai, Tanjung Menang,
Muaro Baru, Lebak Laut, Sakatiga, Talang Balai Baru, Sukapindah, Muara Penimbung, Ulak kerbau
(Ogan Ilir). Faktor yang mempengaruhi ekosistem ini adalah kebakaran hutan dan lahan.
Ekosistem Rawa Pasang Surut
Ekosistem rawa pasang surut adalah ekosistem lahan basah yang utamanya dicirikan oleh rezim air
yang mengalami fluktuasi akibat pasang dan surutnya air dari laut/sungai sekitar. Lahan rawa pasang
surut dapat dibedakan menjadi tanah mineral dan tanah gambut. Tanah mineral adalah tanah yang
terbentuk oleh proses pedogenik, berupa endapan liat, debu, dan sebagian pasir yang berupa alluvial
sungai atau marin (laut). Sedangkan tanah gambut terbentuk oleh adanya proses geogenik berupa
akumulasi sisa tanaman baik yang sudah mati baik terdekomposisi (matang) maupun belum
terdekomposisi (mentah). Dua jenis tanah ini mempunyai sifat dan watak baik fisik, kimia, maupun
biologi yang berbeda sehingga mempunyai potensi yang berbeda. Sifat-sifat tanah yang berbeda
tersebut diantaranya adalah kadar bahan organik, kadar air, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa,
dan ketersediaan hara bagi tanaman. Keberagaman karakterstik lahan rawa pasang surut tersebut di
atas membawa konsekuensi terhadap biodiversitas dan kearifan lokal petani dalam menyiasati
kondisi alam rawa. Faktor yang mengancam ekosistem ini adalah kebakaran hutan dan lahan
terutama di musim kemarau.
Ekosistem ini tersebar di pantai timur wilayah provinsi Sumatera Selatan yang mencakup dua
kabupaten, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin. Vegetasi asli berupa tumbuhan
Palmae/sagu dan hutan kayu rawa, namun saat ini sebagian besar kawasan rawa pasang surut
tersebut sudah dibuka menjadi lokasi persawahan untuk pertanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang-kacangan, cabai rawit, tomat, terung, pare, timun, gambas, buncis, bayam serta tanaman
sayur-sayuran sagu oleh masyarakat.
Ekosistem Rawa Gambut
Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan
organik yang berlangsung dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju
dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik yang terdapat di lantai hutan
lahan basah. Secara alami, tanah gambut terdapat pada lapisan tanah paling atas, sedangkan di
lapisan bawah terdapat lapisan tanah aluvial pada kedalaman yang bervariasi. Disebut sebagai lahan
gambut apabila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Luas lahan rawa gambut di Sumatera Selatan
berdasarkan pemutakhiran peta sebaran lahan gambut terbitan Wetland International Program (2005)
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 9
tercatat 1.262.385 hektar yang tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (768.501 Ha), Musi
Banyuasin (593.311 Ha), Muara Enim (24.104 Ha) dan Musi Rawas (34.126 Ha). Lahan gambut
tersebut tersebar tidak hanya di kawasan lindung dan konservasi tetapi juga di hutan produksi,
misalnya HP Simpang Heran-Beyuku, HP Mesuji dan HP Pedamaran di Kabupaten OKI dengan luas
sekitar 617.350 ha, dan Kelompok Hutan Produksi Sungai Lalan dan Mangsang-Mendis di Kabupaten
Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin dengan luas ± 331.304 ha. Hutan rawa gambut
didominasi Meranti (Shorea sp), Jelutung (Dyera lowii), Terentang (Camnosperma coriaceum), Pulai
(Alstonia pneumatophora), Ramin (Gonystylus bancanus), dan Kempas (Koompasia sp).
Kawasan ekosistem gambut yang penting di provinsi ini adalah Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Merang – Kepayang, Air Sugihan dan kawasan Sembilang (Taman Nasional Berbak dan Sembilang).
Ekosistem Hutan Rawa Gambut Merang – Kepayang merupakan perwakilan dari hutan rawa gambut
alami yang masih tersisa di Sumatera dan penyimpan karbon yang sangat penting. Ekosistem ini juga
berperan sangat penting sebagai koridor satwa yang berlalu lalang diantara Taman Nasional
Sembilang dan Taman Nasional Berbak. Beberapa jenis satwa penting, antara lain jenis mamalia
besar, yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Tapir asia (Tapirus indicus) dan Beruang
madu (Helarctos malayanus), 27 jenis burung, dan 57 spesies ikan. Sedangkan flora ditemukan
sebanyak 178 spesies dari 42 suku.
Ekosistem Buatan
Hutan Tanaman Industri
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Sumatera Selatan (2013), luas konsesi HTI di Sumatera Selatan
mencapai 1.330.270 ha, yang dimiliki oleh 19 perusahaan IUPHHK-HTI. Pembangunan hutan
tanaman industry di Sumatera Selatan selama ini diarahkan untuk menyediakan kebutuhan industri
pulp and paper. Areal HTI di Sumatera Selatan tersebar di kabupaten antara lain Musi Banyuasin,
Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, Muara Enim, Penukal
Abab Lematang Ilir (PALI), Lahat, Musirawas dan Musirawas Utara. Beberapa perusahaan besar HTI
di Sumatera Selatan antara lain PT. Musi Hutani Persada (PT. MHP) dan perusahaan dari Grup Sinar
Mas yaitu PT. Rimba Hutani Mas, PT. Bumi Persada Permai, PT. Sumber Hijau Permai, PT. Tripupa
Jaya, PT. Bumi Andalas Permai, PT. Sebangun Bumi Andalas dan PT. Bumi Mekar Hijau. Pada
ekosistem hutan tanaman, spesies pohon yang dominan adalah Acacia mangium, diikuti Eucalyptus
pellita, Gmelina arborea dan Macaranga peltata. Sedangkan di bawah tegakan hutan tanaman dapat
ditemukan antara lain lengkenai (Selaginella opaca), rumput empritan (Cyrtococcum acrescens),
paku hata (Lygodium circinatum), katoman (Chromolaena odorata), paku harupat (Nephrolepis
biserata), meniran (Phyllanthus niruri) dan alang-alang (Imperata cylindrica). Sedangkan pada area
High Conservation dapat ditemukan ) ditemukan jenis Dipterocarpus elongatus, Hopea mengerawan,
Shorea platycarpa, dan Shorea balangeran. Shorea platycarpa merupakan jenis terancam punah
(Critically Endangered) menurut status IUCN Red List.
Perkebunan
Sejak pemerintahan kolonialisme Belanda, perkebunan sudah banyak dibangun di Sumatera Selatan.
Perkebunan tersebut diantaranya Karet, Sawit, Kopi, Kelapa, Tebu, Lada, Kakao, Teh, Cengkeh,
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 10
Tembakau, Kemiri, Pinang, Kayu manis, Aren, Gambir, Kapuk, dan Vanili. Perkebunan dikelola baik
oleh perusahaan ataupun masyarakat.
Perkebunan karet di Sumatera Selatan terdiri dari perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar negara
(PBN), dan perkebunan besar swasta (PBS). Produksi diperkirakan sebanyak 29,83 persen dari total
produksi karet nasional pada tahun 2016. Luas total areal perkebunan karet mencapai 812.586 hektar
pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 839.815 hektar pada tahun 2016. Perkebunan rakyat
(PR) tersebar di lima belas kabupaten, yaitu Lahat, Empat Lawang, Pagar Alam, Musi Banyuasin,
Banyuasin, Musi Rawas, Lubuk Linggau, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, OKI, Ogan Ilir, Muara Enim,
Prabumulih dan Palembang, dengan areal terluas di Kabupaten Muara Enim. Perkebunan besar
negara (PBN) tersebar di dua kabupaten, yaitu Lahat dan Banyuasin. Sementara, Perkebunan besar
swasta (PBS) tersebar di tujuh kabupaten, yaitu OKU, OKI, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi
Banyuasin dan Banyuasin, dengan areal terluas di Kabupaten Lahat.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Sumatera Selatan.
Areal perkebunan sawit di Sumatera Selatan pada tahun 2011 terdapat seluas 820.787 hektar
dengan komposisi pengusahaan tanaman, yaitu 49,51 persen dikelola oleh perusahaan swasta,
44,61 persen dikelola oleh rakyat, dan hanya 5,88 persen dikelola oleh rakyat. Pada tahun 2014 luas
areal perkebunan tersebut bertambah menjadi 923.002 hektar dan diperkirakan mencapai 1.064.373
hektar pada tahun 2016 . Perkebunan rakyat (PR) tersebar di tujuh belas kabupaten, yaitu Lahat,
Empat Lawang, Pagar Alam, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Muratara, Lubuk Linggau,
OKU, OKU Timur, OKU Selatan, OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, PALI, Prabumulih dan Palembang.
Perkebunan besar negara (PBN) tersebar di lima kabupaten, yaitu Lahat, Musi Banyuasin, Banyuasin,
Muara Enim dan OKU. Sementara, perkebunan besar swasta (PBS) tersebar di sepuluh kabupaten,
yaitu Lahat, Empat Lawang, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, OKU, OKU Timur, OKI, Ogan
Ilir dan Muara Enim.
Perkebunan kopi di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR) dengan jenis kopi yang ditanam adalah robusta. Perkebunan tersebut tersebar di tiga belas
kabupaten, yaitu Lahat, Empat Lawang, Pagar Alam, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas,
Lubuk Linggau, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, OKI, Muara Enim dan Prabumulih. Luas total areal
perkebunan kopi mencapai 249.293 hektar pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 250.172
hektar pada tahun 2016. Kabupaten OKU Selatan merupakan sentra penghasil kopi di Sumatera
Selatan dengan areal seluas 70.799 hektar dan produksi kopi berasan sebesar 33.491 ton pada
tahun 2014. Total produksi kopi berasan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 135.251 ton.
Perkebunan kelapa di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di tujuh belas kabupaten, yaitu Musi Banyuasin, Ogan Ilir, OKI,
OKU, OKU Timur, OKU Selatan, Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, Musi Rawas, Banyuasin, Pagar
Alam, Prabumulih, Lubuk Linggau, Palembang, Muratara dan PALI. Luas total areal perkebunan
kelapa mencapai 65.308 hektar pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 70.364 hektar pada
tahun 2016. Total produksi kopra pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 63.679 ton. Kabupaten
Banyuasin merupakan sentra penghasil kopra di Sumatera Selatan.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 11
Perkebunan tebu di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat, negara dan swasta. Perkebunan
tebu yang dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat (PR) tersebar di Kabupaten OKI,
Ogan Ilir dan OKU Timur. Sementara perkebunan besar negara (PBN) tersebar di Kabupaten Ogan
Ilir dan perkebunan besar swasta (PBS) di OKU Timur. Luas total areal perkebunan tebu mencapai
21.593 hektar pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 20.730 hektar pada tahun 2016.
Kabupaten Ogan Ilir dan OKU Timur merupakan sentra perkebunan tebu di Sumatera Selatan.
Perkebunan tebu di Sumatera Selatan memasok sekitar 100.384 ton atau 3,88 persen dari total
produksi gula hablur nasional sebesar 2.579.173 ton pada tahun 2014.
Perkebunan lada di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di sembilan kabupaten, yaitu OKU, OKI, OKU Selatan, OKU
Timur, Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, Musi Banyuasin dan Pagar Alam. Luas total areal
perkebunan lada mencapai 10.350 hektar pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 10.436 hektar
pada tahun 2016. Kabupaten OKU Selatan merupakan sentra penghasil lada di Sumatera Selatan
dengan areal seluas 3.778 hektar dan produksi lada kering sebesar 3.781 ton pada tahun 2014. Total
produksi lada kering pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 9.291 ton.
Perkebunan kakao di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di tiga belas kabupaten, yaitu Lahat, Empat Lawang, Pagar Alam,
Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Lubuk Linggau, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, OKI,
Muara Enim dan Musi Rawas Utara. Luas total areal perkebunan kopi mencapai 10.218 hektar pada
tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 11.093 hektar pada tahun 2016. Kabupaten Lahat merupakan
sentra penghasil kakao di Sumatera Selatan dengan areal seluas 4.145 hektar dan produksi biji
kakao kering sebesar 1.531 ton pada tahun 2014. Total produksi biji kakao kering pada tahun 2016
diperkirakan mencapai 3.485 ton.
Perkebunan teh di Sumatera Selatan dikelola oleh negara dalam bentuk perkebunan besar negara
(PBN). Perkebunan tersebut tersebar di Kabupaten Pagar Alam dengan total areal seluas 1.429
hektar pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai 1.437 hektar pada tahun 2016. Total produksi
daun teh kering pada tahun 2013 mencapai 1,390 ton dan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai
3.032 ton atau 1,96 persen dari total produksi daun teh kering nasional sebesar 154.688 ton .
Perkebunan cengkeh di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di empat kabupaten, yaitu Lahat, Pagar Alam, OKU Selatan dan
Muara Enim. Luas total areal perkebunan cengkeh mencapai 208 hektar pada tahun 2013 dan
diperkirakan mencapai 269 hektar pada tahun 2016. Total produksi bunga cengkeh kering pada tahun
2013 mencapai 51 ton dan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 55 ton.
Perkebunan tembakau di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan
rakyat (PR). Perkebunan tersebut tersebar di tiga kabupaten, yaitu OKU Timur, OKU Selatan dan
Lubuk Linggau. Luas total areal perkebunan tembakau mencapai 53 hektar pada tahun 2013 dan
diperkirakan mencapai 367 hektar pada tahun 2016. Total produksi daun tembakau kering pada
tahun 2013 mencapai 38 ton dan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 306 ton.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 12
Perkebunan kemiri di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di delapan kabupaten, yaitu Lahat, Empat Lawang, Pagar Alam,
Musi Rawas, Lubuk Linggau, Muara Enim, OKU Timur dan OKU Selatan. Luas total areal perkebunan
kemiri mencapai 2.957 hektar pada tahun 2012 dan menjadi 2.964 hektar pada tahun 2014. Total
produksi biji kemiri kering pada tahun 2012 mencapai 1.730 ton dan pada tahun 2014 sebesar 1.737
ton.
Perkebunan pinang di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di sembilan kabupaten, yaitu Lahat, Musi Rawas, OKI, OKU,
OKU Timur, OKU Selatan, Ogan Ilir, Prabumulih dan Palembang. Luas total areal perkebunan pinang
mencapai 1.638 hektar pada tahun 2012 dan menjadi 1.535 hektar pada tahun 2014. Total produksi
biji pinang kering pada tahun 2012 mencapai 909 ton dan pada tahun 2014 sebesar 792 ton.
Perkebunan kayu manis di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan
rakyat (PR). Perkebunan tersebut tersebar di tujuh kabupaten, yaitu OKU, Lahat, Empat Lawang,
Musi Rawas, OKU Selatan, Muara Enim dan Pagar Alam. Luas total areal perkebunan kayu manis
mencapai 1.308 hektar pada tahun 2012 dan menjadi 1.211 hektar pada tahun 2014. Total produksi
kulit kayu manis kering pada tahun 2012 mencapai 1.127 ton dan pada tahun 2014 sebesar 1.066 ton.
Perkebunan aren di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di delapan kabupaten, yaitu Lubuk Linggau, Musi Rawas, Ogan
Ilir, OKI, OKU, OKU Timur, OKU Selatan dan Muara Enim. Luas total areal perkebunan aren
mencapai 1.082 hektar pada tahun 2012 dan menjadi 961 hektar pada tahun 2014. Total produksi
gula merah pada tahun 2012 mencapai 319 ton dan pada tahun 2014 sebesar 314 ton.
Perkebunan gambir di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di Musi Banyuasin dengan luas total mencapai 566 hektar pada
tahun 2012 dan menjadi 610 hektar pada tahun 2014. Total produksi getah kering gambir pada tahun
2012 mencapai 197 ton dan pada tahun 2014 sebesar 389 ton
Perkebunan kapuk di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di enam kabupaten, yaitu Ogan Ilir, OKI, OKU Timur, OKU
Selatan, Muara Enim dan Prabumulih. Luas total areal perkebunan kapuk mencapai 473 hektar pada
tahun 2012 dan menjadi 447 hektar pada tahun 2014. Total produksi serat kapuk berbiji pada tahun
2012 mencapai 125 ton dan pada tahun 2014 sebesar 117 ton.
Perkebunan vanili di Sumatera Selatan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat
(PR). Perkebunan tersebut tersebar di Pagar Alam dan OKU Selatan dengan luas total mencapai 33
hektar pada tahun 2012 dan 2014. Total produksi polong kering vanili pada tahun 2012 mencapai 10
ton dan pada tahun 2014 sebesar 9 ton.
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan.
Sebagian besar penduduknya sangat bergantung pada sektor ini, terutama dalam hal penyediaan
hasil tanaman pangan, baik padi, palawija, maupun hortikultura. Sebanyak 88 jenis tanaman pangan
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 13
dibudidayakan dan tersebar di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Jenis padi yang dibudidayakan
terdiri atas padi sawah dan padi ladang, sementara jenis palawija berupa jagung, kedelai, kacang
hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan berupa
tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan obat-obatan. Pada tahun 2010 dan 2014, total luas panen
padi, palawija dan hortikultura berturut-turut mencapai 1.463.868 hektar dan 1.242.652 hektar,
sedangkan total jumlah produksi palawija mencapai 19.319.699 ton dan 10.520.395 ton.
Persawahan
Di Sumatera Selatan luas hamparan sawah dalam kurun waktu 2009 hingga 2013 mengalami
fluktuasi. Berdasarkan data sensus statistik menyebutkan pada Tahun 2009, luasnya mencapai
611.072 ha, tahun berikutnya bertambah mencapai 629.355 ha pada Tahun 2011, kemudian
menurun lagi hingga 612.424 ha pada Tahun 2013. Pada lima tahun terakhir ini diharapkan luas
persawahan akan meningkat lagi sejalan dengan upaya pemerintah melakukan program khusus
peningkatan produksi padi dengan cara intensifikasi dan pencetakan sawah baru.
Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan dalam satu dasawarsa (2003-2012) luasan panen
rata-rata padi sawah 658.676,7 Ha. Kedua jenis tipologi lahan memiliki potensi dalam
pengembangan tanaman pangan termasuk pengembangan varietas padi lokal. Varietas padi lokal
adalah varietas padi yang sudah lama beradaptasi di daerah tertentu dan di Sumatera Selatan
pemanfaatan padi lokal ini umumnya sebagai bahan pangan dalam bentuk beras. Varietas padi lokal
yang tumbuh pada tipologi lahan yang berbeda dengan karakteristik tanah yang berbeda tentu saja
akan memiliki perbedaan pada karakteristiknya. Perbedaan-perbedaan ini dapat menjadi sifat unggul
yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam pemanfaatan kedepannya.
Pertanian Lahan Kering
Pertanian lahan kering berpotensi bagi sumber daya genetik tanaman pertanian dan perkebunan di
Sumatera Selatan. Lahan ini tersebar di enam kabupaten yaitu Ogan Komering Ulu (OKU), OKU
Timur, OKU Selatan, Muara Enim, Lahat, dan Musi Rawas. Lahan kering di Sumatera Selatan
termasuk lahan kering masam dengan karakteristik tanah sebagai berikut; masam (pH< 5), BO
rendah, KB <50% (dystrik), Al tinggi, regim kelembaban tanah udik, CH >2.000 mm/th, tingkat
kesuburan dan produktivitas lahan rendah sehingga perlu input cukup tinggi. Kendala dalam
pemanfaatan lahan kering masam ini yaitu a) ketersediaan air, b) kemasaman tanah tinggi (pH
rendah), c) BO rendah dan solum dangkal, d) sangat miskin unsur hara, dan e) tanah berbatu. Selain
tanaman padi lokal, pada ekosistem terestrial ditemukan juga sumber daya genetik tanaman buah-
buahan antara lain, duku, durian, manggis, nangka, pisang, nanas spesifik unggulan Sumatera
Selatan.
DRIVER, PRESSURE, STATE, IMPACT DAN RESPONSE
Analisis Driver, Pressure, State, Impact dan Pressure banyak digunakan sebagai alat analisis
dinamika keanekaragmana hayati. Pada penyusunan Sehati, menentukan Driver (Pendorong),
Pressure (Tekanan), State (Status), Impact (Dampak) and Response (Respons) disingkat DPSIR
dikumpulkan melalui sebuah FGD. Rangkaian FGD tersebut telah mengidentifikasi pendorong dan
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 14
tekanan (D dan P) yang menyebabkan status dan dampak kegiatan manusia terhadap
keanekaragaman hayati. Tujuh macam pendorong (D) teridentifikasi telah menyebabkan terjadinya
empat macam tekanan sekunder/secondary pressures (SP) sekaligus bagian dari tujuh macam
tekanan primer/primary pressures (PP) terhadap status keanekaragaman hayati. Ketujuh macam
pendorong, yaitu karakter biologi, anomali iklim, kebijakan pemerintah, kelemahan penegakkan
hukum, keuntungan/nilai ekonomi, kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan kondisi riset dan
teknologi. Empat macam tekanan sekunder, yaitu pembalakan/perburuan liar, okupasi/konversi
lahan, konflik satwa-manusia, dan pencemaran lingkungan. Keempat tekanan sekunder tersebut
bersama-sama tiga tekanan primer, yaitu pemanfaatan berlebihan, perubahan/kerusakan biofisik,
dan kebakaran hutan dan lahan, merupakan tekanan primer terhadap status keanekaragaman
hayati di Provinsi Sumatera Selatan.
Keseluruhan pendorong dan tekanan tersebut secara bersama-sama telah menyebabkan penurunan
status keanekaragaman hayati di Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah Pusat melalui lembaga-
lembaga riset maupun unit-unit pelaksana teknisnya dan Pemerintah Daerah melalui Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) telah memiliki program-program pelaksanaan pembangunan yang masih
terbatas cakupannya dalam mengatasi penyebab penurunan status keanekaragaman hayati., namun
belum menunjukkan hasil yang maksimal. Faktor-faktor pendorong dan tekanan masih terus
berlangsung sehingga mengancam kelestarian kehari sumatera selatan (Gambar 3).
Gambar 3. Pendorong (Drivers), Tekanan (Pressures) dan Status (State) Keanekaragaman Hayati Provinsi
Sumatera Selatan (Sumber: FGD Fasilitasi Penyusunan SeHati Sumsel, 2016)
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 15
PROGRAM DAN RENCANA AKSI
Mengelola penyebab tidak langsung (pendorong) dan penyebab langsung (tekanan) kerusakan ekosistem dan kehilangan keanekaragaan hayati
Penanganan dan pencegahan Kebakaran Hutan dan lahan
Data empiris menunjukkan tingkat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan
mengalami kecenderungan peningkatan. Karhutla yang terjadi menyebar di seluruh kabupaten di
seluruh Provinsi Sumatera Selatan, namun bila diperhatikan pola distribusi kejadianya, kejadian
karhutla paling luas dan sering terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Daerah ini merupakan rawa
dan rawa gambut yang mudah terbakar pada musim kering. Selain itu di daerah ini terdapat budaya
yang dapat memicu kejadian kebakaran, yaitu sonor. Sonor adalah budaya yang turun temurun dan
merupakan kekhasan wilayah Ogan Komering ilir, sehingga program dan rencana aksi ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap karhutla, yaitu (a) Penyuluhan
tentang karhutla kepada petani yang masih melakukan sonor, (b) Introduksi Teknologi Pertanian
pasang surut (Demplot Budidaya Agrosilvofishery/ Wana Mina Tani), (c) Pembentukan masyarakat
peduli api (MPA) dan (d) Peningkatan patroli keamanan hutan. Program dan rencana aksi tersebut di
atas dilaksanakan pada daerah-daerah prioritas, yang disusun berdasarkan hasil program pemetaan
daerah rawan kebakaran. Pada kasus kasus karhutla yang disebabkan oleh perusahaan maka
penegakan hukum perlu semakin ditegakkan.
Beberapa program di atas sudah dilakukan baik oleh pemerinah daerah maupun oleh pemerintah
pusat melalui unit pelaksana teknisnya dan diharapkan akan terjalin koordinasi dan sinkronisasi
program diantara pihak terkait agar penanganan dan pencegahan karhutla memberikan dampak yang
lebih signifikan.
Penanganan pembalakan/ perburuan liar
Pembalakan liar terjadi baik di hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Di Sumatera
Selatan pembalakan dan okupasi lahan terjadi di Taman Nasional Sembilang (TNS), Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS), Suaka Margasatwa Bentayan (SM Bentayan), Suaka Margasatwa Dangku
(SM Dangku), Suaka Margasatwa Gumai Pasemah (SM Gumai Pasemah), Suaka Margasatwa
Gunung Raya (SM Gunung Raya), Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah (SM Isau-isau Pasemah),
Suaka Margasatwa Padang Sugihan (SM Padang Sugihan), PT. Reki dan PT. GAL. Berbagai usaha
telah dilakukan oleh BKSDA maupun pemerintah daerah untuk menangani permasalahan tersebut,
namun belum secara spesifik ditujukan untuk menangani pembalakan dan perburuan liar. Hal ini
menyebabkan program belum menampakkan hasil yang maksimal.
Pembalakan liar/perburuan liar disebabkan oleh dorongan keuntungan ekonomi, juga karena
penegakan hukum yang lemah, vonis yang ringan, kekurangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS
sehingga kasus tidak tertangani. Sebagai tindakan preventif, perlu dilakukan monitoring hutan
dengan lebih baik. Pada kasus perburuan liar, selain penyebab tersebut di atas, kesadaran
masyarakat akan nilai konservasi satwa liar juga masih sangat masih rendah. Respon yang diberikan
oleh pemerintah daerah masih sangat rendah.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 16
Mempertimbangkan hal di atas maka program dan rencana aksi untuk penganan pembalakan liar
dan perburuan liar adalah peningkatan patroli keamanan, penegakan hukum yang tegas, penyuluhan
kepada masyarakat tentang pentingnya kehati, peningkatan jumlah PPNS, dan pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas PPNS. Diharapkan program/rencana aksi ini akan mampu menurunkan
kasus pembalakan/perburuan liar di areal prioritas, yaitu di kawasan lindung dan konservasi.
Resolusi konflik satwa-manusia
Ekspansi perkebunan, pertanian dan pemukiman (transmigrasi) baik yang dilakukan secara
terencana oleh pemerintah atau secara sporadis oleh masyarakat menyebabkan perubahan habitat
alami yang berada dalam jalur wilayah jelajah satwaliar menjadi lahan perkebunan/pertanian. Hal ini
telah terbukti memicu konflik antara satwaliar dan masyarakat, ketika satwaliar berpindah melalui jalur
tersebut. Konflik ini sering menyebabkan kerusakan rumah, lahan pertanian, perkebunan, hingga
kematian satwa atau anggota masyarakat. Berbagai respon telah dilakukan oleh pemerintah/BKSDA
ataupun LSM, namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Kapasitas masyarakat dan
perusahaan dalam menangani konflik dan pentingnya kehati perlu ditingkatkan melalui
pembinaan/penyuluhan kepada perusahaan/desa yang dilalui jalur jelajah satwa (gajah, harimau).
Pada sisi pemerinatah, penambahan jumlah petugas dan frekuensi patroli, dan pembentukan
satgas/reaksi cepat penanganan konflik satwa-manusia juga diperlukan.
Penanganan pemanfaatan/eksploitasi berlebihan dan peredaran/perdagangan tumbuhan dan satwaliar
Keuntungan ekonomi yang besar mendorong sekelompok orang melakukan tindakan yang
bertentangan dengan prinsip konservasi walaupun tidak melanggar hukum, misalnya
pemanenan/pemanfaatan berlebihan spesies flora dan fauna di Sumatera Selatan. Untuk menangani
masalah ini aksi yang diperlukan adalah pengaturan pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar di alam
dan pelepasliaran (restocking) spesies satwaliar, baik untuk spesies dilindungi maupun yang tidak
dilindungi yang statusnya terancam/bernilai ekonomi. Selain itu perlu dilakukan penanaman kembali
spesies tumbuhan, baik untuk spesies dilindungi maupun yang tidak dilindungi yang statusnya
terancam/bernilai ekonomi. Rencana aksi dan program ini diharapkan akan mampu meningkatkan
populasi spesies di alam. Tentu saja hal ini perlu didukung degan program penelitian/upaya
penangkaran spesies dilindungi maupun tidak dilindungi tetapi statusnya terancam/bernilai ekonomi.
Pada kasus pemanfaatan dan peredarat tumbuhan dan satwaliar secara illegal, perlu peningkatan
patroli keamanan hutan dan penegakkan hukum.
Penanganan perambahan/ okupasi dan konversi lahan
Kerusakan habitat terjadi baik di kawasan hutan konservasi dan hutan produksi, misalnya Taman
Nasional Sembilang (TNS), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Suaka Margasatwa Bentayan
(SM Bentayan), Suaka Margasatwa Dangku (SM Dangku), Suaka Margasatwa Gumai Pasemah (SM
Gumai Pasemah), Suaka Margasatwa Gunung Raya (SM Gunung Raya), Suaka Margasatwa Isau-
isau Pasemah (SM Isau-isau Pasemah), Suaka Margasatwa Padang Sugihan (SM Padang Sugihan),
PT. Reki dan PT. GAL. Kerusakan habitat ini disebabkan oleh pembalakan liar,
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 17
perambahan/ekspansi lahan pertanian, dan kebakaran hutan. Kerusakan habitat tersebut memicu
kepunahan spesies sehingga perlu mendapat penanganan prioritas.
Untuk tindakan preventif, program perlu dilakukan patroli lebih intensif dengan melibatkan
perusahaan, pemerintah dan LSM. Untuk meningkatkan kinerja patroli, perlu dipertimbangkan
penambahan personil dan fasilitas untuk monitoring. Bila ditemukan kasus baru, perlu dilakukan
tindakan penegakan hukum yang tegas, sedangkan pada kasus okupasi lahan yang sudah bertahun-
tahun perlu mediasi sehingga dapat dicapai kesepakatan yang terbaik. Diharapkan program ini mapu
mengurangi jumlah kasus okupasi illegal/konflik tenurial.
Meningkatkan status keanekaragaman, menjaga ekosistem essential, dan keanekaragaman spesies
Rehabilitasi/Restorasi Ekosistem Penting
Sumatera selatan kaya akan tipe ekosistem essensial dan penting, yaitu ekosistem marin, pesisir
pantai, gambut, lebak lebung, mangrove, riparian, hutan lahan kering dataran rendah dan hutan
dataran tinggi. Pada berbagai ekosistem ini dapat dijumpai berbagai keanekaragaman hayati flora,
mamalia non primata, primata, reptilia, ampfibi, burung, dan biota perairan lainnya, yang mempunyai
status konservasi beragam dari yang tidak dilindungi hingga terancam (kritis/Critically
Endangered/CR, terancam/Endangered/EN, rentan/Vulnerable/VU).
Semua tipe ekosistem tersebut dalam dekade terakhir menghadapi berbagai tekanan sehingga luas
hutannya mengalami penurunan atau terdegradasi. Hal ini tentu akan membahayakan kelestarian
spesies yang berada pada habitat tersebut, sehingga perlu dilakukan program dan rencana aksi
penyelamatan. Pada hutan yang mengalami degradasi perlu direklamasi/rehabilitasi/direstorasi
sehingga kondisinya membaik dan daya dukungnya meningkat. Pada ekosistem rawa terdapat lebak
lebung, sebuah tempat berkumpulnya berbagai spesies ikan pada musim kemarau. Tempat ini secara
ekologis sangat penting, namun sampai dengan saat ini belum ada informasi mengenai jumlah/luas
dan distribusinya serta spesies ikan yang ada. Secara turun temurun, masyarakat memanen ikan-
ikan tersebut. Dikhawatirkan, akan terjadi kelangkaan spesies ikan bila terjadi pemanenan yang
berlebihan, tanpa diikuti dengan budidaya maupun pengaturan pemanenannya.
Konservasi spesies yang kritis, terancam, rentan, atau bernilai ekonomi tinggi
Dari proses FGD diketahui bahwa data dan informasi mengenai keberadaan spesies kritis, terancam,
rentan, atau bernilai ekonomi tinggi masih sangat terbatas, padahal informasi ini sangat berguna
sebagai dasar untuk pengelolaan habitat dan populasinya. Berdasarkan fakta tersebut, perlu
dilakukan program/rencana aksi untuk indentifikasi, inventarisasi dan pemetaan keberadaan spesies
secara spasial di berbagai tipe ekosistem tersebut. Berdasarkan data tersebut, upaya konservasi
insitu maupun eksitu dapat direncanakan dan dilakukan terhadap spesies-spesies prioritas yang telah
diidentifikasi dalam FGD, yaitu pada mamalia non primata (Gajah, Harimau, Tapir, Pelanduk,
Beruang madu, Trenggiling), burung (Enggang Gading, Elang, Raja Udang, Burung migran), dan
Herpetofauna (Buaya Sinyulong, Buaya Muara, Biyuku).
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 18
Selain dari spesies tersebut, spesies yang tidak dilindungi namun sangat bernilai ekonomi cenderung
mengalami eksploitasi yang berlebihan yang mengancam kelestariannya, sehingga spesies-spesies
ini pun perlu dikonservasi. Spesies satwa bernilai ekonomi tinggi yang perlu dikonservasi adalah
Rusa (Rusa unicolor), Kijang (Muntiacus muncak), Ikan Tapah, Ikan Belida, Ikan Sembilang,
Belangkas, dan Lobster. Sedangkan untuk tumbuhan, prioritas konservasi pada spesies-spesies padi
lokal (selebur rimbe, karat kaleng, dahat, beram, pulut, tambuna, henika, dayang rindu, gilas madu),
dan buah-buahan khas Sumatera Selatan, seperti duku dan manggis.
Mendorong dan mengembangkan upaya pemanfaatan dan peningkatan nilai ekonomi keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan peningkatan peran ilmu serta teknologi
Pengembangan Ekowisata
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai potensi keindahan lanskap yang beragam (hutan, danau,
pesisir, dan atraksi satwa) serta peninggalan historis Kerajaan Sriwijaya yang sangat penting.
Potensi belum sepenuhnya dioptimalkan pemanfaatannya. Belum ada program terintegrasi yang
mengaitkan antara keanekaragaman hayati dengan ekowisata, padahal potensinya sangat besar.
Program pengembangan ekowisata diharapkan akan mampu menambah pendapatan daerah dan
masyarakat, sehingga akan mengurangi tekanan ekpolitasi sumberdaya alam. Rencana aksi yang
dilakukan diantaranya adalah melakukan studi potensi ekowisata di Provinsi Sumatera Selatan,
melengkapi sarana dan prasarana serta pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat tentang
pengembangan ekowisata, dan promosi ekowisata.
Perlindungan dan pemuliaan kehati unggulan
Provinsi Sumatera Selatan juga sangat terkenal dengan duku dan manggisnya. Duku dan manggis
dipanen dari kebun yang pada umumnya sudah berusia tua yang diwariskan dari leluhurnya. Sampai
dengan saat ini belum ada tindakan untuk merehabilitasi dengan teknik budidaya yang benar. Untuk
mempertahankan produktivitas dan kualitas duku perlu dilakukan revitalisasi tanaman duku dan
manggis. Beberapa penelitian dasar mengenai budidaya secara vegetatif, supaya rasa duku tidak
berubah, perlu dilakukan.
Selain duku dan manggis, dapat dijumpai berbagai spesies padi lokal yang dibudidayakan secara
turun temurun. Data menunjukkan keragaman padi lokal ini secara konsisten terus menurun, namun
belum ada program yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Mengingat potensi
keanekaragaman hayati padi sangat penting dalam pemuliaan, maka perlu pembinaan petani dan
koleksi plasma nutfah tersebut.
Pembinaan kearifan tradisional
Provinsi Sumatera Selatan memiliki budaya dan kearifan tradisional yang sampai saat ini masih
dipraktikkan di beberapa daerah, seperti sonor, lebak lebung, dan budidaya duku dan manggis.
Walaupun demikian, kearifan tradistional ini memiliki risiko merusak habitat dan menyebabkan
kepunahan keanekaragaman hayati jika tidak dilaksanakan dengan benar, misalnya sonor dapat
menyebabkan kebakaran hutan dan lahan, sedangkan lebak lebung dan pemanenan duku dan
manggis dapat menyebabkan kelangkaan spesies ikan, duku dan manggis. Oleh karena itu,
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 19
diperlukan pembinaan terhadap masyarakat yang masih melakukan sonor untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan berkelanjutan, tanpa menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Revitalisasi
pohon-pohon duku dan manggis dan insentif untuk petani duku dan manggis juga diperlukan untuk
melestarikan keanekaragaman hayati duku dan manggis.
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan pranata kebijakan dan penegakan hukum keanekaragaman hayati
Permasalahan konservasi keeanekaragaman hayati selain disebabkan oleh tekanan masyarakat,
mungkin bisa terjadi dari adanya peraturan yang berlawanan dengan prinsip konservasi
keanekaragaman hayati. Selama ini belum ada dokumen/laporan yang mengulas terkait dengan isu
tersebut. Sehingga menjadi sangat perlu dilakukan analisis kebijakan terkait dengan peraturan yang
berlawanan dengan prinsip konservasi keanekaragaman hayati di Sumatera Selatan baik, peraturan
pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Seyogyanya peraturan yang berlawanan dengan prinsip
konservasi dapat diusulkan untuk dicabut. Sebaliknya, perlu disusun peraturan yang memberikan
insentif kepada masyarakat, perusahaan, dan lembaga yang mendukung konservasi.
Kurang maksimalnya pengelolaan keanekaragaman hayati dan ketidakpatuhan masyarakat/swasta
terhadap peraturan yang ada sering juga disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum, yang
dilatarbelakangi kurangnya pemahaman hakim/jaksa/PPNS terhadap permasalahan
lingkungan/konservasi keanekaragaman hayati. Belum ada program/kegiatan yang dibuat untuk
menanggulangi masalah ini. Program pelatihan pemahaman lingkungan/keanekaragaman hayati
kepada mereka diharapkan mampu meningkatkan kinerja lingkungan/konservasi kehati.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam implementasi program melalui upaya partisipatif dan kolaboratif
Luasnya cakupan wilayah pengelolaan dan terbatasnya petugas serta sarana/prasarana untuk patroli
keamanan hutan menyebabkan rendahnya efektivitas konservasi keanekaragaman hayati.
Penambahan jumlah personil dalam jumlah singkat juga tidak memungkinkan, karena keterbatasan
pendanaan, sehingga perlu dicari solusi yang tepat untuk mengatasinya. Salah satu solusi yang
dapat dilakukan adalah dengan mengajak masyarakat/swasta untuk menjaga lingkungan dan
keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan advokasi dan menyertakan
masyarakat/swasta dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Berlatar belakang hal ini maka
program dan rencana aksi peningkatan kesadaran serta partisipasi masyarakat dan swasta perlu
dilakukan secara terstruktur dan berkesinambungan.
Tab
el 1
Pro
gram
dan
Ren
cana
Aks
i unt
uk m
enca
pai T
ujua
n 1:
Men
gelo
la p
enye
bab
tidak
lang
sung
(pe
ndor
ong)
dan
pen
yeba
b la
ngsu
ng (
teka
nan)
ke
rusa
kan
ekos
iste
m d
an k
ehila
ngan
kea
neka
raga
an h
ayat
i
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
wak
tu(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
cap
aian
Pen
ang
gu
ng
Ja
wab
/Pih
ak
Pen
du
kun
g
12
34
51
Pen
anga
nan
dan
penc
egah
an
Keb
akar
an
Hut
an d
an
laha
n
Pem
etaa
n D
aera
h R
awan
ke
baka
ran
K
ab. O
gan
Kom
erin
g Ili
r,
Kab
. Ban
yuas
in
Kab
. Mus
i Ban
yuas
in
Ter
peta
kan
daer
ah r
awan
ke
baka
ran
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Din
as K
ehut
anan
, P
ihak
Pen
du
kun
g:
B
alai
PP
I & K
HL,
B
PB
D ,D
inas
P
erke
buna
n, B
KS
DA
, B
alai
Tam
an N
asio
nal,
TN
I Kep
olis
ian,
P
enga
dila
n N
eger
i, P
PN
S,
Per
usah
aan
swas
ta, L
SM
, M
asya
raka
t,
Pen
yulu
han
tent
ang
karh
utla
ke
pada
mas
yara
kat
Pen
urun
an ju
mla
h ke
baka
ran
Pem
bent
ukan
des
a pe
duli
api
dan
mod
el s
trat
egy
penc
egah
an
Ju
mla
h de
sa p
edul
i api
Pem
bent
ukan
Sis
tem
Koo
rdin
asi
pena
nggu
lang
an K
arhu
tla
T
erbe
ntuk
nya
sist
em
koor
dina
si d
an
impl
emen
tasi
nya
Intr
oduk
si T
ekno
logi
Per
tani
an
pasa
ng s
urut
(D
empl
ot B
udid
aya
Agr
osilv
ofis
hery
/ Wan
a M
ina
Tan
i)
P
enin
gkat
an ju
mla
h pe
tani
ya
ng m
enga
dops
i tek
nolo
gi
Pem
bent
ukan
kel
ompo
k m
asya
raka
t ped
uli a
pi (
KM
PA
) &
pe
ning
kata
n ka
pasi
tas
P
enin
gkat
an ju
mla
h K
MP
A
dan
pers
onil
resm
i yan
g m
engi
kuti
pela
tihan
K
arhu
tla
Pen
ingk
atan
pat
roli
keam
anan
hu
tan
P
enin
gkat
an ju
mla
h pe
tuga
s da
n fr
ekue
nsi
patr
oli k
arhu
tla
Pen
egak
an h
ukum
Pen
urun
an k
asus
pe
nyid
anga
n m
asal
ah
karh
utla
2
Pen
anga
nan
pem
bala
kan
liar
Pen
ingk
atan
pat
roli
keam
anan
hu
tan
terp
adu
(gab
unga
n)
T
aman
Nas
iona
l, S
uaka
Mar
gasa
twa,
H
utan
Lin
dung
, Hut
an
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
.
Pen
urun
an ju
mla
h ka
sus
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi
(Bal
ai T
aman
Nas
iona
l &
BK
SD
A)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
)
Mon
itorin
g pe
reda
ran
hasi
l hut
an
kayu
Ter
iden
tifik
asin
ya s
iste
m
pere
dara
n P
eneg
akan
huk
um
P
enur
unan
jum
lah
kasu
s pe
rsid
anga
n pe
mba
laka
n/
perb
urua
n lia
r
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
21
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
wak
tu(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
cap
aian
Pen
ang
gu
ng
Ja
wab
/Pih
ak
Pen
du
kun
g
12
34
5P
enyu
luha
n ke
pada
mas
yara
kat
tent
ang
pent
ingn
ya k
ehat
i
Pen
urun
an k
asus
pe
rbur
uan
satw
a P
ihak
Pen
du
kun
g:
KP
H, I
UP
HH
K,
Per
usah
aan
Per
kebu
nan,
LS
M &
Mas
yara
kat
Pen
ingk
atan
jum
lah
Pen
yidi
k P
egaw
ai N
eger
i Sip
il/P
PN
S
P
enin
gkat
an ju
mla
h pe
rson
il P
PN
S
Pel
atih
an P
enyi
dik
Peg
awai
N
eger
i Sip
il/P
PN
S
P
enin
gkat
an k
apas
itas
PP
NS
dal
am m
enan
gani
ka
sus
Ling
kung
an
Alte
rnat
ive
inco
me
pada
m
asyr
akat
di s
ekita
r ka
was
an
(inco
me
gene
ratin
g ac
tiviti
es)
T
erse
dian
ya a
ltern
ativ
e pe
ndap
atan
bag
i m
asya
raka
t sek
itar
huta
n
3 R
esol
usi
konf
lik s
atw
a-m
anus
ia
Pen
ingk
atan
pat
roli
keam
anan
hu
tan
K
ab. O
KU
Sel
atan
, K
ab. O
KI,
Ka
b. M
uba,
K
ab. P
ali,
Ba
nyua
sin,
M
usi R
awas
Uta
ra,
Pag
ar A
lam
, dan
M
uara
Eni
m
Ter
bent
ukny
a sa
tgas
/team
re
aksi
cep
at d
i set
iap
kabu
pate
n
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi
(Bal
ai T
aman
Nas
iona
l &
BK
SD
A)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
) P
ihak
Pen
du
kun
g:
BP
PH
LHK
Wil.
Sum
ater
a,
Kep
olis
ian
Dae
rah,
LS
M
& M
asya
raka
t, P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n,
Per
usah
aan
Per
tam
bang
an.
Pem
bent
ukan
sat
gas/
reak
si
cepa
t pen
anga
nan
konf
lik s
atw
a-m
anus
ia
P
enin
gkat
an ju
mla
h pe
tuga
s da
n fr
ekue
nsi
patr
oli k
arhu
tla
Pem
bina
an/p
enyu
luha
n ke
pada
pe
rusa
haan
dan
mas
yara
kat
yang
dila
lui j
alur
jela
jah
satw
a (g
ajah
, har
imau
)
Ju
mla
h pe
rusa
haan
dan
ke
lom
pok
mas
yara
kat y
ang
men
dapa
t pe
mbi
naan
/pen
yulu
han.
P
enyu
luha
n ke
pada
mas
yara
kat
tent
ang
pent
ingn
ya k
ehat
i dan
pe
nang
anan
kon
flik
deng
an
satw
alia
r
P
enin
gkat
an p
emah
aman
m
asya
raka
t ten
tang
keh
ati
dan
pena
ngan
an k
onfli
k sa
twal
iar.
4 P
enan
gana
n pe
man
faat
an/
eksp
loita
si
berle
biha
n da
n pe
reda
ran/
perd
agan
gan
tum
buha
n da
n sa
twal
iar
Mon
itorin
g pe
rdag
anga
n tu
mbu
han
dan
satw
a lia
r.
S
elur
uh k
abup
aten
di
Pro
vins
i Sum
ater
a S
elat
an
Ter
iden
tifik
asin
ya s
iste
m
pere
dara
n P
enan
gg
un
g J
awab
: K
awas
an K
onse
rvas
i (B
alai
Tam
an N
asio
nal &
B
KS
DA
) Lu
ar k
awas
an K
onse
rvas
i (D
inas
Keh
utan
an)
Pen
ingk
atan
pat
roli
keam
anan
hu
tan
P
enin
gkat
an ju
mla
h pe
tuga
s da
n fr
ekue
nsi
patr
oli
pere
dara
n/pe
rdag
anga
n tu
mbu
han
dan
satw
a lia
r P
eneg
akan
huk
um
P
enur
unan
jum
lah
kasu
s
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
22
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
wak
tu(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
cap
aian
Pen
ang
gu
ng
Ja
wab
/Pih
ak
Pen
du
kun
g
12
34
5pe
rsid
anga
n m
asal
ah
eksp
loita
si, p
ered
aran
, dan
pe
rdag
anga
n sa
twal
iar
Pih
ak P
end
uku
ng
: P
emer
inta
h D
erah
, B
PP
HLH
K W
il. S
umat
era,
D
inas
Kel
auta
n da
n P
erik
anan
, Din
as
Per
kebu
nan,
Din
as
Per
tani
an T
anam
an
Pan
gan
dan
Hor
tikul
tura
, B
ea C
ukai
, Bad
an
Kar
antin
a P
erta
nian
kel
as
1, D
inas
Per
daga
ngan
, K
epol
isia
n D
aera
h,
PP
NS
, BK
SD
A, L
SM
&
Mas
yara
kat
Pen
gatu
ran
pem
anfa
atan
tu
mbu
han
dan
satw
alia
r di
ala
m
term
asuk
did
alam
nya
sist
em
leba
k le
bung
Ter
bent
ukny
a/pe
nyem
purn
aan
atur
an/p
erda
men
gena
i pe
man
faat
an tu
mbu
han
dan
satw
alia
r di
ala
m, b
aik
di k
awas
an h
utan
/non
-ka
was
an
hut
an
Pen
eliti
an/u
paya
pen
angk
aran
sp
esie
s di
lindu
ngi m
aupu
n tid
ak
dilin
dung
i tet
api s
tatu
snya
te
ranc
am/b
erni
lai e
kono
mi
‐ Ju
mla
h pe
nang
kara
n sp
esie
s di
lindu
ngi d
an
tidak
dili
ndun
gi y
ang
stat
usny
a te
ranc
am//b
erni
lai
ekon
omi.
‐ Ju
mla
h sp
esie
s yg
be
rhas
il di
tang
kark
an
Pel
epas
liara
n (R
esto
ckin
g)
spes
ies
satw
alia
r, b
aik
untu
k sp
esie
s di
lindu
ngi m
aupu
n ya
ng
tidak
dili
ndun
gi y
ang
sta
tusn
ya
tera
ncam
/ber
nila
i eko
nom
i.
Jum
lah
spes
ies
yang
di
lepa
slia
rkan
ke
alam
, bai
k sp
esie
s di
lindu
ngi d
an ti
dak
dilin
dung
i yan
g st
atus
nya
tera
ncam
/ber
nila
i eko
nom
i. P
enan
aman
kem
bali
spes
ies
tum
buha
n, b
aik
untu
k sp
esie
s di
lindu
ngi m
aupu
n ya
ng ti
dak
dilin
dung
i yan
g s
tatu
snya
te
ranc
am/b
erni
lai e
kono
mi.
Jum
lah
spes
ies
tum
buha
n ya
ng d
itana
m d
i ala
m, b
aik
untu
k sp
esie
s di
lindu
ngi
mau
pun
yang
tida
k di
lindu
ngi y
ang
sta
tusn
ya
tera
ncam
/ber
nila
i eko
nom
i. P
enya
dart
ahua
n ke
pada
m
asya
raka
t ter
hada
p pe
ntin
gnya
K
ehat
i
Ju
mla
h m
asya
raka
t yan
g m
ener
ima
sosi
alis
asi/p
enyu
luha
n 5
Pen
anga
nan
pera
mba
han/
ok
upas
i dan
Med
iasi
mas
alah
kon
flik
tenu
rial
mel
alui
ske
ma
PIA
PS
dan
TO
RA
T
aman
Nas
iona
l, S
uaka
Mar
gasa
twa,
H
utan
Sua
ka A
lam
,
Jum
lah
konf
lik te
nuria
l yan
g te
lah
dise
lesa
ikan
/dim
edia
si
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi
(Bal
ai T
aman
Nas
iona
l &
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
23
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
wak
tu(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
cap
aian
Pen
ang
gu
ng
Ja
wab
/Pih
ak
Pen
du
kun
g
12
34
5ko
nver
si la
han
Tam
an W
isat
a A
lam
, H
utan
Lin
dung
, Hut
an
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
.
mel
alui
PIA
PS
dan
TO
RA
B
KS
DA
) Lu
ar k
awas
an K
onse
rvas
i (D
inas
Keh
utan
an)
Pih
ak P
end
uku
ng
: B
PP
HLH
K W
il. S
umat
era,
K
epol
isia
n D
aera
h,
Pen
gadi
lan
Neg
eri,
PP
NS
, LS
M,
IUP
HH
K.
Pem
etaa
n in
dika
tif k
awas
an
raw
an p
emba
laka
n lia
r da
n pe
ram
baha
n
T
erse
dian
ya p
eta
indi
katif
Pen
ingk
atan
pat
roli
keam
anan
hu
tan
P
enin
gkat
an ju
mla
h pe
tuga
s da
n fr
ekue
nsi
patr
oli i
lega
l log
ging
P
eneg
akan
huk
um
P
enur
unan
kas
us
peny
idan
gan
mas
alah
ko
nflik
tenu
rial
Tab
el 2
Pro
gram
dan
Ren
cana
Aks
i unt
uk m
enca
pai T
ujua
n 2:
Men
ingk
atka
n st
atus
kea
neka
raga
man
spe
sies
, men
jaga
eko
sist
em e
ssen
tial,
dan
sum
berd
aya
gene
tik
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
1 E
KO
SIS
TE
M
a K
onse
rvas
i ek
osis
tem
m
arin
Iden
tifik
asi
dan
inve
ntar
isas
i st
atus
bi
ota
pera
iran
dan
teru
mbu
kar
ang
K
ab.
Ban
yuas
in,
Kab
. O
gan
Kom
erin
g Ili
r T
erse
dian
ya
dafta
r sp
esie
s bi
ota
pera
iran
dan
teru
mbu
kar
ang
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi (
Bal
ai
Tam
an N
asio
nal &
BK
SD
A)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
, Din
as
Kel
auta
n da
n P
erik
anan
) P
ihak
Pen
du
kun
g:
LSM
, P
erus
ahaa
n pe
rkeb
unan
, P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
, IU
PH
HK
, pe
rgur
uan
tingg
i, F
orum
DA
S
Sum
sel,
BR
G/T
RG
,
b
Kon
serv
asi
Man
grov
e Id
entif
ikas
i sp
esie
s,
tin
gkat
de
grad
asi,
di
strib
usi/p
emet
aan
dan
luas
man
grov
e
K
ab.
Ban
yuas
in,
Kab
. O
gan
Kom
erin
g Ili
r T
aman
N
asio
nal
Ber
bak
& S
embi
lang
Ter
sedi
anya
da
ftar
spes
ies
man
grov
e
Ter
sedi
anya
dat
a da
n pe
ta
dist
ribus
i da
n lu
as
man
grov
e T
erse
dian
ya
data
de
grad
asi m
angr
ove
Reh
abili
tasi
/Res
tora
si m
angr
ove
T
aman
N
asio
nal
Ber
bak
&
Sem
bila
ng,
HL
Air
Tel
ang,
H
L S
unga
i Lum
pur
Men
ingk
atny
a ku
alita
s da
n ku
antit
as h
utan
man
grov
e
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
24
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
c H
utan
Pan
tai
Iden
tifik
asi
dan
inve
ntar
isas
i st
atus
Kab
. B
anyu
asin
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir
Tam
an
Nas
iona
l B
erba
k &
Sem
bila
ng
Ter
sedi
anya
da
ftar
spes
ies
dan
dist
ribus
i hu
tan
pant
ai
Reh
abili
tasi
hut
an p
anta
i
Kab
. B
anyu
asin
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir
Tam
an
Nas
iona
l B
erba
k &
Sem
bila
ng
Men
ingk
atny
a ku
alita
s da
n ku
antit
as h
utan
pan
tai
d
Kon
serv
asi
Rip
aria
n Id
entif
ikas
i da
n in
vent
aris
asi
stat
us r
ipar
ian
S
emua
Kab
upat
en
Ter
sedi
anya
dat
a di
strib
usi
dan
luas
rip
aria
n T
erse
dian
ya
data
da
ftar
spes
ies
ripar
ian
Ter
sedi
anya
da
ta
degr
adas
i rip
aria
n R
ehab
ilita
si d
aera
h rip
aria
n
Sem
ua K
abup
aten
M
enin
gkat
nya
tutu
pan
huta
n di
rip
aria
n se
suai
de
ngan
fu
ngsi
nya
(kan
an
kiri
sung
ai)
e R
esto
rasi
da
n re
habi
ltasi
G
ambu
t
Inve
ntar
isas
i da
n pe
met
aan
dist
ribus
i da
n ke
dala
man
la
han
gam
but
K
ab.
Mub
a,
Kab
. B
anyu
asin
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir,
K
ab.
Mua
ra E
nim
, K
ab.
Mus
i R
awas
Ter
sedi
anya
pet
a da
n da
ta
men
gena
i lu
as,
dist
ribus
i, ke
dala
man
, tin
gkat
ke
mat
anga
n da
n hi
drol
ogi
gam
but
Res
tora
si/R
ehab
ilita
si
K
ab.
Mub
a,
Kab
. B
anyu
asin
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir
Mem
baik
nya
ekos
iste
m
laha
n ga
mbu
t
f Le
bak
Lebu
ng
Inve
ntar
isas
i, di
strib
usi d
an lu
as
K
ab.B
anyu
asin
, Kab
. O
gan
Kom
erin
g Ili
r,
Kab
. Mub
a, K
ab. O
gan
Ilir,
Kab
. Mus
i Raw
as
Ter
sedi
anya
dat
a lu
as d
an
dist
ribus
i leb
ak le
bung
2 F
LO
RA
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
25
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
a P
enge
ndal
iaan
an
cam
an
spes
ies
flora
as
ing
inva
sif
Iden
tifik
asi
dan
dist
ribus
i sp
esie
s as
ing
inva
sif
(inv
asiv
e al
ien
spec
ies)
T
aman
N
asio
nal,
Sua
ka
Mar
gasa
twa,
H
utan
S
uaka
A
lam
, T
aman
W
isat
a A
lam
, H
utan
Li
ndun
g,
Hut
an
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
.
Ter
sedi
anya
da
ftar
spes
ies
asin
g in
vasi
f (i
nva
sive
alie
n sp
ecie
s)
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi (
Bal
ai
Tam
an N
asio
nal &
BK
SD
A)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
P
ihak
Pen
du
kun
g:
Per
usah
aan
Per
kebu
nan,
P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
, IU
PH
HK
.
Pem
etaa
n di
strib
usi
spas
ial
spes
ies
asin
g in
vasi
f (i
nvas
ive
al
ien
spec
ies)
T
erse
dian
ya
data
di
strib
usi
spas
ial
spes
ies
asin
g in
vasi
f (i
nva
sive
al
ien
spec
ies)
E
radi
kasi
dan
res
tora
si h
abita
t
T
idak
ada
spe
sies
inv
asif
di
dala
m
kaw
asan
ko
nser
vasi
b
Kon
serv
asi
spes
ies
yang
kr
itis,
te
ranc
am,
rent
an,
atau
be
rnila
i ek
onom
i tin
ggi
Inve
ntar
isas
i po
pula
si
spes
ies
yang
kr
itis,
te
ranc
am,
rent
an,
atau
ber
nila
i eko
nom
i tin
ggi
T
erse
dian
ya d
ata
popu
lasi
sp
esie
s ya
ng
mem
puny
ai
stat
us
IUC
N
kriti
s,
tera
ncam
, re
ntan
, at
au
bern
ilai e
kono
mi t
ingg
i
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi (
Bal
ai
Tam
an N
asio
nal &
BK
SD
A)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
P
ihak
Pen
du
kun
g:
Per
usah
aan
Per
kebu
nan,
P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
, IU
PH
HK
.
Pem
etaa
n ko
ndis
i da
n di
strib
usi
habi
tat
spes
ies
yang
kr
itis,
te
ranc
am,
rent
an,
atau
be
rnila
i ek
onom
i tin
ggi
T
erse
dian
ya
data
flo
ra
yang
mem
iliki
sta
tus
IUC
N
kriti
s,
tera
ncam
, re
ntan
, at
au
bern
ilai
ekon
omi
tingg
i
Pen
ingk
atan
ko
nser
vasi
ek
-situ
m
elal
ui
pem
bang
unan
Sel
uruh
kab
upat
en/k
ota
Pen
ingk
atan
lu
as/ju
mla
h ka
was
an k
onse
rvas
i eks
itu
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Bal
itban
gnov
da,
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
26
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
arbo
retu
m,
kebu
n ra
ya,
tam
an
keha
ti, h
utan
kot
a da
n ju
mla
h ko
leks
i jen
is
Pih
ak P
end
uku
ng
: LI
PI,
Dis
hut,
Din
as T
ata
Kot
a,
Din
as P
erta
man
an,
Din
as P
U,
Din
as
LH,
BP
TP
, P
ergu
ruan
tin
ggi
3 M
AM
AL
IA
NO
N
PR
IMA
TA
K
onse
rvas
i sp
esie
s ya
ng
kriti
s,
tera
ncam
, re
ntan
, at
au
bern
ilai
ekon
omi
tingg
i (t
erut
ama:
G
ajah
H
arim
au
Tap
ir P
elan
duk
Ber
uang
mad
u T
reng
gilin
g)
Pem
etaa
n da
n in
vent
aris
asi
kant
ong-
kant
ong
habi
tat
S
elur
uh
Kab
upat
en/K
ota,
T
aman
N
asio
nal,
Sua
ka
Mar
gasa
twa,
H
utan
S
uaka
A
lam
, T
aman
W
isat
a A
lam
, H
utan
P
rodu
ksi,
IUP
HH
K
RE
/HT
I, P
erke
buna
n
Ter
sedi
anya
da
ta
peta
di
strib
usi
kant
ong-
kant
ong
habi
tat
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi (
Bal
ai
Tam
an N
asio
nal &
BK
SD
A)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
P
ihak
Pen
du
kun
g:
Din
as
Per
kebu
nan,
IU
PH
HK
, P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n da
n P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
F
orum
K
onse
rvas
i G
ajah
In
done
sia,
F
orum
H
arim
au
Kita
.
Pem
etaa
n W
ilaya
h Je
laja
h (h
ome
rang
e)
T
erse
dian
ya
info
rmas
i w
ilaya
h2 y
ang
dila
lui
jalu
r je
laja
h
Sur
vey
popu
lasi
dan
dis
trib
usi
T
erse
dian
ya d
ata
popu
lasi
da
n di
strib
usin
ya
Reh
abili
tasi
/Res
tora
si h
abita
t
Pen
ingk
atan
ke
anek
arag
aman
da
n ke
rapa
tan
tega
kan
Pem
bang
unan
ko
ridor
ha
bita
t, ko
labo
rasi
de
ngan
st
ake
hold
er
kunc
i
T
erba
ngun
nya
korid
or
satw
a
Pen
ingk
atan
ko
nser
vasi
in
si
tu
dan
exsi
tu
M
enin
gkat
nya
jum
lah
area
un
tuk
kons
erva
si
insi
tu
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
27
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
dan
exsi
tu
4 B
UR
UN
G
K
onse
rvas
i sp
esie
s ya
ng
kriti
s,
tera
ncam
, re
ntan
, at
au
bern
ilai
ekon
omi
tingg
i (t
erut
ama:
en
ggan
g ga
ding
, E
lang
, R
aja
Uda
ng,
Bur
ung
mig
ran)
Pem
etaa
n D
istr
ibus
i Hab
itat
S
elur
uh
Kab
upat
en/K
ota,
T
aman
N
asio
nal,
Sua
ka
Mar
gasa
twa,
H
utan
S
uaka
A
lam
, T
aman
W
isat
a A
lam
, H
utan
Li
ndun
g,
Hut
an
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
., P
erke
buna
n
Ter
sedi
anya
pe
ta
dist
ribus
i hab
itat
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi (
Bal
ai
Tam
an N
asio
nal &
BK
SD
A
Sum
sel)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
P
ihak
Pen
du
kun
g:
Din
as
Per
kebu
nan,
IU
PH
HK
, P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n da
n P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
Sur
vey
popu
lasi
da
n di
strib
usi
spes
ies
T
erse
dian
ya d
ata
pupu
lasi
da
n di
strib
usi s
pesi
es
Reh
abili
tasi
/Res
tora
si h
abita
t
Pen
ingk
atan
ke
anek
arag
aman
da
n ke
rapa
tan
tega
kan
Pen
ingk
atan
ko
nser
vasi
in
si
tu
dan
exsi
tu
M
enin
gkat
nya
area
ko
nser
vasi
ex
situ
dan
in
situ
Sos
ialis
asi
dan
pena
taan
pe
nang
kara
n ile
gal
B
erku
rang
nya
pena
ngka
ran
illeg
al
5 P
RIM
AT
A
K
onse
rvas
i sp
esie
s ya
ng
kriti
s,
tera
ncam
, re
ntan
, at
au
bern
ilai
ekon
omi
tingg
i (S
iam
ang,
O
wa,
Ung
ko)
Sur
vey
popu
lasi
da
n di
strib
usi
spes
ies
T
aman
N
asio
nal,
Sua
ka
Mar
gasa
twa,
H
utan
S
uaka
A
lam
, T
aman
W
isat
a A
lam
, H
utan
Li
ndun
g,
Hut
an
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
.
Ter
sedi
anya
dat
a po
pula
si
dan
dist
ribus
i P
enan
gg
un
g J
awab
: K
awas
an K
onse
rvas
i (T
aman
N
asio
nal &
BK
SD
A S
umse
l) Lu
ar k
awas
an K
onse
rvas
i (D
inas
Keh
utan
an
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
P
erke
buna
n,
BP
DA
S
HL,
IU
PH
HK
, P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n da
n P
erus
ahaa
n
Pem
etaa
n D
istr
ibus
i Hab
itat
T
erse
dian
ya
peta
di
strib
usi h
abita
t In
vent
aris
asi v
eget
asi &
pak
an
T
erse
dian
ya d
ata
vege
tasi
da
n pa
kan
pada
ha
bita
t si
aman
g
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
28
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
Per
tam
bang
an.
Reh
abili
tasi
/Res
tora
si h
abita
t,
Pen
ingk
atan
ke
anek
arag
aman
da
n ke
rapa
tan
tega
kan
Pen
ingk
atan
ko
nser
vasi
in
si
tu
dan
exsi
tu
M
enin
gkat
nya
area
ko
nser
vasi
ex
situ
dan
in
situ
6 R
EP
TIL
IA
K
onse
rvas
i sp
esie
s ya
ng
kriti
s,
tera
ncam
, re
ntan
, at
au
bern
ilai
ekon
omi
tingg
i (t
erut
ama:
B
uaya
S
inyu
long
, bu
aya
mua
ra,
Biy
uku)
Sur
vey
popu
lasi
da
n di
strib
usi
spes
ies
T
aman
N
asio
nal,
Sua
ka
Mar
gasa
twa,
H
utan
S
uaka
A
lam
, T
aman
W
isat
a A
lam
, H
utan
Li
ndun
g,
Hut
an
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
.
Ter
sedi
anya
in
form
asi
popu
lasi
dan
dis
trib
usin
ya
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Kaw
asan
Kon
serv
asi (
Bal
ai
Tam
an N
asio
nal &
BK
SD
A
Sum
sel)
Luar
kaw
asan
Kon
serv
asi
(Din
as K
ehut
anan
P
ihak
Pen
du
kun
g:
Din
as
Kel
auta
n da
n P
erik
anan
, B
PD
AS
H
L,
IUP
HH
K.
Pem
etaa
n D
istr
ibus
i Hab
itat
T
erse
dian
ya
peta
di
strib
usi h
abita
t
Reh
abili
tasi
/Res
tora
si h
abita
t
Pen
ingk
atan
ke
anek
arag
aman
da
n ke
rapa
tan
tega
kan
Pen
ingk
atan
ko
nser
vasi
in
si
tu
dan
exsi
tu
M
enin
gkat
nya
jum
lah
area
7 K
on
serv
asi
dan
p
eman
faat
an
sum
ber
day
a
gen
etik
R
usa
(R.
unic
olor
) &
K
ijang
(M
. m
untja
k)
Kon
serv
asi
exsi
tu
mel
alui
pe
ngem
bang
an
usah
a
pena
ngka
ran
oleh
B
UM
D,
mas
yara
kat d
an s
was
ta
S
elur
uh
Kab
upat
en
di
Pro
vins
i S
umat
era
Sel
atan
Pen
ingk
atan
ju
mla
h pe
nang
kar
yang
lega
l P
enan
gg
un
g J
awab
: B
KS
DA
Sum
sel
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
Keh
utan
an,
LSM
, P
ihak
S
was
ta,
Mas
yara
kat,
Per
guru
an T
ingg
i.
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
29
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
Ik
an
tapa
h,
ikan
B
elid
a,
ikan
S
embi
lang
, Ik
an
Gab
us,
Bel
angk
as,
Lobs
ter
Pen
eliti
an d
istr
ibus
i dan
pop
ulas
i
Sel
uruh
K
abup
aten
di
P
rovi
nsi
Sum
ater
a S
elat
an
Ter
sedi
anya
dat
a po
pula
si
dan
dist
ribus
i P
enan
gg
un
g J
awab
: B
PP
PU
Sum
sel
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
K
elau
tan
dan
Per
ikan
an,
Bal
itban
gnov
da,
Per
guru
an T
ingg
i.
Pen
eliti
an ju
mla
h pe
man
enan
Ter
sedi
anya
da
ta
jum
lah
pe
man
enan
per
tahu
n P
enel
itian
do
mes
tikas
i/ pe
nang
kara
n ex
situ
da
n pe
mbu
atan
ko
lam
ko
leks
i (r
eser
vat)
T
erse
dian
ya
tekn
olog
i do
mes
tikas
i da
n ju
mla
h ko
lam
kol
eksi
(re
serv
at)
P
adi
(sel
ebur
rim
be,
kara
t ka
leng
, da
hat,
bera
m,
pulu
t, ta
mbu
na,
heni
ka,
daya
ng
rindu
, gi
las
mad
u dl
l.)
Pen
gem
bang
an
kons
erva
si
in
situ
dan
eks
itu
K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir
: B
atu
Am
par,
Kija
ng
Ulu
, K
ayua
gung
, P
emat
ang
Bel
uran
, Je
jaw
i K
ab. O
gan
Ilir
: T
anju
ng A
lai,
Tan
jung
Ber
tam
bah
area
l un
tuk
kons
erva
si
insi
tu
dan
eksi
tu
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
BP
TP
Sum
sel
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
P
erta
nian
T
anam
an
Pan
gan
dan
Hor
tikul
tura
, P
ergu
ruan
Tin
ggi.
Pem
bang
unan
ban
k ke
hati
(gen
ba
nk)
untu
k pa
di
T
ersi
mpa
nnya
ko
leks
i pl
asm
a nu
tfah
padi
S
umse
l P
rogr
am
pem
ulia
an
untu
k m
enca
ri pa
di p
asan
g su
rut
yang
pr
oduk
tivita
snya
ting
gi
Ju
mla
h va
rieta
s pa
di y
ang
dile
pas
ke m
asya
raka
t
B
uah
(duk
u,
man
ggis
) da
n ge
tah
(gam
bir)
Kon
serv
asi i
nsitu
dan
eks
itu
M
angg
is:
Kot
a P
alem
bang
, K
ec.
Inde
rala
ya
(Oga
n Ili
r),
Des
a Lu
kis
Rej
o (K
ec.
Lubu
k B
atan
g K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
T
imur
),
Kec
a-m
atan
K
ayu
Ara
(K
ab.
MU
BA
),
Kec
. S
emba
wa
(Kab
. B
anyu
asin
),
Des
a M
uara
D
ua
(Kec
. S
emen
do
Dar
at
Laut
K
ab.
Mua
ra
Eni
m),
D
esa
Ji
wa
B
aru
(K
ec.
Luba
i K
ab.
Mua
ra
Eni
m),
K
ec.
Tan
jung
Ber
tam
bah
area
l un
tuk
kons
erva
si
in
situ
da
n ek
situ
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Din
an
Per
tani
an
Tan
aman
P
anga
n &
H
ortik
ultu
ra
&
Din
as P
erke
buna
n.
Pih
ak P
end
uku
ng
: B
alitb
angn
ovda
, B
PT
P
Sum
sel,
BP
DA
S H
L S
umse
l, B
PT
H,
Din
as
Per
indu
stria
n P
rovi
nsi,
Din
as P
erda
gang
an
Pro
vins
i.
Pen
eliti
an
tekn
ik
budi
daya
/ pe
rban
yaka
n ta
nam
an,
peni
ngka
tan
prod
uksi
T
erse
dian
ya
tekn
ik
budi
daya
da
n pe
rban
yaka
n ta
nam
an
Pem
ulia
an ta
nam
an
D
ilepa
snya
var
ieta
s
Pro
mos
i un
tuk
pem
asar
an
ke
luar
neg
eri (
eksp
or)
T
erbu
kany
a pa
sar
expo
rt
kom
odita
s du
ku,
man
ggis
da
n ga
mbi
r.
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
30
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i
Tar
get
w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
12
34
5
Raj
a (K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir)
, D
esa
Law
ang
Agu
ng
(Kec
. K
ota
Agu
ng
Kab
. La
hat)
. D
uku:
K
ab.
Mua
ra
Eni
m,
Kab
. O
gan
Kom
erin
g Ili
r,
Kab
. O
gan
Kom
erin
g U
lu,
Kab
. O
gan
Kom
erin
g U
lu
Tim
ur,
Kab
. M
usi
Ban
yuas
in,
Kab
. M
usi
Raw
as,
Kab
. O
KU
S
elat
an,
Kab
. La
hat,
Kot
a P
alem
bang
G
ambi
r :
Kec
. B
abat
T
oman
, K
ab.
Mus
i B
anyu
asin
.
Tab
el 3
Pro
gram
dan
Ren
cana
Aks
i unt
uk m
enca
pai T
ujua
n ke
3,
4 da
n 5:
Men
doro
ng d
an m
enge
mba
ngka
n up
aya
pem
anfa
atan
dan
pen
ingk
atan
nila
i ek
onom
i kea
neka
raga
man
hay
ati s
ecar
a be
rkel
anj
utan
dan
pen
ingk
atan
per
an il
mu
sert
a te
knol
ogi
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
1
23
45
1 E
kow
isat
a S
tudi
pot
ensi
eko
wis
ata
S
elur
uh
Kab
upat
en
di
Sum
ater
a S
elat
an,
Tam
an
Nas
iona
l, S
uaka
M
arga
satw
a,
Hut
an
Sua
ka
Ala
m,
Tam
an
Da
ftar
loka
si
ekow
isat
a po
tens
ial
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Din
as
Keb
uday
aan
dan
Par
iwis
ata
Pro
vins
i. P
ihak
Pen
du
kun
g:
Pen
ingk
atan
sa
rana
da
n pr
asar
ana
M
enin
gkat
nya
jum
lah
wis
ataw
an
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
31
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
1
23
45
Pel
atih
an
dan
pend
ampi
ngan
pe
ngem
bang
an e
kow
isat
a
W
isat
a A
lam
, H
utan
Li
ndun
g, H
utan
Pro
duks
i, K
HD
TK
, IU
PH
HK
.
Ter
sedi
anya
su
mbe
rday
a m
anus
ia
yang
m
emah
ami
ekow
isat
a
Din
as
Keh
utan
an,
BK
SD
A,
Tam
an
Nas
iona
l, LS
M,
IUP
HH
K
dan
Per
usah
aan
Sw
asta
.
Pro
mos
i eko
wis
ata
T
erse
dian
ya
med
ia
untu
k pr
omos
i eko
wis
ata
2 P
emul
iaan
ke
hati
ungg
ulan
(p
adi,
duku
, man
ggis
)
Pro
gram
pe
mul
iaan
un
tuk
men
cari
padi
pa
sang
su
rut
yang
pro
dukt
ivita
snya
ting
gi
K
ab. O
gan
Kom
erin
g Ili
r :
Des
a B
atu
Am
par,
Kija
ng
Ulu
, K
ayua
gung
, P
emat
ang
Bel
uran
, Je
jaw
i K
ab. O
gan
Ilir
: T
anju
ng
Ala
i, T
anju
ng
Men
ang,
M
uaro
B
aru,
Le
bak
Laut
, S
akat
iga,
T
alan
g B
alai
B
aru,
S
ukap
inda
h,
Mua
ra
Pen
imbu
ng, U
lak
kerb
au
Jum
lah
varie
tas
padi
ya
ng
dile
pas
ke m
asya
raka
t
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
BP
TP
Sum
sel
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
P
erta
nian
T
anam
an
Pan
gan
dan
Hor
tikul
tura
, D
inas
P
erke
buna
n,
Bal
itban
gnov
da,
BP
TH
, D
inas
K
ehut
anan
, P
ergu
ruan
tin
ggi,
Din
as S
osia
l, LS
M, M
asya
raka
t.
Pro
gram
pem
ulia
an s
pesi
es
duku
da
n m
angg
is
yang
pr
oduk
tivita
s da
n be
rkua
litas
tin
ggi
M
angg
is:
Kot
a P
alem
bang
, K
ec.
Inde
rala
ya
(Oga
n Ili
r),
Des
a Lu
kis
Rej
o (K
ec.
Lubu
k B
atan
g K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
T
imur
),
Kec
a-m
atan
K
ayu
Ara
(K
ab.
MU
BA
),
Kec
. S
emba
wa
(Kab
. B
anyu
asin
),
Des
a M
uara
D
ua
(Kec
. S
emen
do
Dar
at
Laut
K
ab.
Mua
ra
Eni
m),
D
esa
Jiw
a B
aru
(Kec
. Lu
bai
Kab
. M
uara
E
nim
), K
ec.
Tan
jung
Raj
a
Jum
lah
spes
ies
duku
dan
man
ggis
ya
ng
prod
uktiv
itas
dan
kual
itasn
ya
tingg
i
Rev
italis
asi
poho
n-po
hon
duku
dan
man
ggis
Jum
lah
poho
n du
ku d
an m
angg
is
tua
yang
di
revi
talis
asi
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
32
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
1
23
45
(Kab
. O
gan
Kom
erin
g Ili
r),
Des
a La
wan
g A
gung
(K
ec.
Kot
a A
gung
K
ab.
Laha
t).
Duk
u: K
ab.
Mua
ra E
nim
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir,
K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
T
imur
, K
ab.
Mus
i B
anyu
asin
, K
ab.
Mus
i R
awas
, K
ab.
OK
U
Sel
atan
, K
ab.
Laha
t, K
ota
Pal
emba
ng
3 P
erlin
dung
an
terh
adap
sum
berd
aya
gene
tik
Pem
bent
ukan
ban
k ge
netik
Pro
vins
i S
umat
era
Sel
atan
T
erbe
ntuk
nya
bank
ko
leks
i ge
netik
sum
sel
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
BP
TP
(N
on-K
ehut
anan
) B
PT
H (
Keh
utan
an)
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
P
erta
nian
T
anam
an
Pan
gan
dan
Hor
tikul
tura
, D
inas
P
erke
buna
n, B
alitb
angn
ovda
, D
inas
Keh
utan
an.
4 P
embi
naan
ke
arifa
n tr
adis
iona
l (p
adi r
awa
trad
isio
nal,
leba
k le
bung
, pe
tani
du
ku d
an m
angg
is)
Pen
yulu
han
tekn
ik b
udid
aya
pa
di r
awa
ram
ah li
ngku
ngan
Kab
. Oga
n K
omer
ing
Ilir
Tek
nik
budi
daya
ya
ng
ram
ah
lingk
unga
n
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Din
as P
erta
nian
dan
Tan
aman
P
anga
n H
ortik
ultu
ra.
Pih
ak P
end
uku
ng
: B
PT
P,
BP
TH
, D
inas
P
erke
buna
n,
Bal
itang
novd
a,
BP
DA
S H
L, P
ergu
ruan
Tin
ggi.
Pem
bina
an
mas
yara
kat
yang
m
emili
ki
buda
ya
mem
anen
leb
ak l
ebun
g ag
ar
mem
petim
bang
kan
aspe
k ke
lest
aria
n sp
esie
s
K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir
: K
ec.
Pam
pang
an,
Kem
an
dan
Kay
u A
gung
K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
, O
gan
Ilir,
B
anyu
asin
, M
usi
Ban
yuas
in,
dan
Mua
ra E
nim
Ada
nya
kesa
dara
n m
asya
raka
t un
tuk
mem
anen
se
cara
le
star
i
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
33
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et w
aktu
(T
ahu
n k
e-…
) L
oka
si
Ind
ikat
or
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
1
23
45
Inse
ntif
untu
k pe
tani
du
ku
dan
man
ggis
Man
ggis
: K
ota
Pal
emba
ng,
Kec
. In
dera
laya
(O
gan
Ilir)
, D
esa
Luki
s R
ejo
(Kec
. Lu
buk
Bat
ang
Kab
. O
gan
Kom
erin
g U
lu
Tim
ur),
K
ec.
Kay
u A
ra
(Kab
. M
UB
A),
K
ec.
Sem
baw
a (K
ab.
Ban
yuas
in),
D
esa
Mua
ra
Dua
(K
ec.
Sem
endo
Dar
at L
aut
Kab
. M
uara
Eni
m),
Des
a Ji
wa
Bar
u (K
ec.
Luba
i K
ab.
Mua
ra
Eni
m),
K
ec.
Tan
jung
Raj
a (K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir)
, D
esa
Law
ang
Agu
ng
(Kec
. K
ota
Agu
ng K
ab. L
ahat
).
Duk
u: K
ab.
Mua
ra E
nim
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ilir,
K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
, K
ab.
Oga
n K
omer
ing
Ulu
T
imur
, K
ab.
Mus
i B
anyu
asin
, K
ab.
Mus
i R
awas
, K
ab.
OK
U
Sel
atan
, K
ab.
Laha
t, K
ota
Pal
emba
ng
Ter
sedi
anya
in
stru
men
ya
ng
mem
berik
an
inse
ntif
kepa
da
peta
ni
man
ggis
da
n du
ku
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
34
Tab
el 4
Pro
gram
dan
Ren
cana
Aks
i unt
uk m
enca
pai T
ujua
n 6:
Pen
ingk
atan
kap
asita
s ke
lem
baga
an d
an p
rana
ta k
ebija
kan
dan
pene
gaka
n h
ukum
ke
anek
arag
aman
hay
ati
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et
wak
tu
(Tah
un
ke-
..)
Lo
kasi
In
dik
ato
r P
enan
gg
un
g
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
1
23
45
1 A
nalis
is
Keb
ijaka
n P
enge
lola
an d
atab
ase
keha
ti
Sel
uruh
K
abup
aten
/Kot
a di
S
umat
era
Sel
atan
Ter
sedi
anya
da
taba
se
keha
ti di
pus
at d
ata
(SS
BIN
) P
enan
gg
un
g J
awab
: P
ergu
ruan
Tin
ggi
Pih
ak P
end
uku
ng
; B
AP
PE
DA
S
umse
l, S
elur
uh D
inas
di
baw
ah
Pro
pins
i S
umat
era,
B
KS
DA
, B
alai
T
aman
N
asio
nal,
IUP
HH
K,
Per
usah
aan
Per
kebu
nan,
Per
usha
an
Per
tam
bang
an &
LS
M.
Ana
lisis
ke
bija
kan
kons
erva
si
(men
duku
ng,
bert
enta
ngan
da
n ga
p)
T
erse
dian
ya i
nfor
mas
i te
ntan
g m
asal
ah
kons
erva
si
yang
be
lum
di
akom
odir
dala
m
regu
lasi
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Bap
peda
Pro
vins
i P
ihak
Pen
du
kun
g:
Sel
uruh
Din
as d
i ba
wah
P
ropi
nsi
Sum
ater
a,
BK
SD
A,
Bal
ai
Tam
an
Nas
iona
l, IU
PH
HK
, P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n, P
erus
haan
P
erta
mba
ngan
& L
SM
.
Pen
yusu
nan
regu
lasi
ya
ng
mem
berik
an
peng
harg
aan/
inse
ntif
bagi
pe
laku
ya
ng
pro
kons
erva
si
keha
ti
T
erbi
tnya
re
gula
si
seba
gai
dasa
r pe
mbe
rian
peng
harg
aan/
inse
ntif
bagi
pe
laku
ya
ng
pro
kons
erva
si
keha
ti
2 P
enin
gkat
an
kapa
sita
s S
DM
da
lam
pe
nega
kan
huku
m
Pel
atih
an
PP
NS
/Hak
im
dan
Jaks
a te
rhad
ap p
erm
asal
ahan
Li
ngku
ngan
S
elur
uh
Kab
upat
en/K
ota
di
Sum
ater
a S
elat
an
Pen
ingk
atan
pe
mah
aman
ha
kim
, ja
ksa
dan
PP
NS
te
rhad
ap
pent
ingn
ya
keha
ti m
enin
gkat
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Din
as K
ehut
anan
P
ihak
Pen
du
kun
g:
BP
PH
LHK
W
il.
Sum
ater
a,
Kej
aksa
an
Neg
eri,
Kep
olis
ian
Dae
rah,
Keh
akim
an.
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
35
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et
wak
tu
(Tah
un
ke-
..)
Lo
kasi
In
dik
ato
r P
enan
gg
un
g
Jaw
ab/P
ihak
P
end
uku
ng
1
23
45
Pen
ingk
atan
pe
ran
swas
ta
dala
m k
onse
rvas
i keh
ati
Ju
mla
h sw
asta
ya
ng
ikut
be
rper
an
dala
m
kons
erva
si
keha
ti
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
Din
as
Keh
utan
an
Pro
vins
i. P
ihak
Pen
du
kun
g:
IUP
HH
K,
Per
usah
aan
Per
kebu
nan,
P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
, T
aman
N
asio
nal,
BK
SD
A
Sum
sel.
3 P
enin
gkat
an
kapa
sita
s P
PN
S,
Per
usah
aan
dan
mas
yara
kat
dala
m
men
anga
ni
konf
lik s
atw
a
Pel
atih
an
satg
as
Har
imau
/Gaj
ah
S
elur
uh
Kab
upat
en/K
ota
di
Sum
ater
a S
elat
an
Jum
lah
pela
tihan
da
n P
PN
S
yang
dila
tih
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
BK
SD
A
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
K
ehut
anan
, B
PP
HLH
K
Wil.
S
umat
era,
Bal
ai T
aman
N
asio
nal,
IUP
HH
K,
Per
usah
aan
Per
kebu
nan,
P
erus
ahaa
n P
erta
mba
ngan
, LS
M,
Mas
yara
kat
Pen
yulu
han
akan
pe
ntin
gnya
ke
anek
arag
aman
hay
ati
Jum
lah
pela
tihan
da
n m
asya
raka
t yan
g di
latih
P
elat
ihan
pe
nang
anan
ko
nflik
sa
twa-
man
usia
bag
i PP
NS
Ju
mla
h P
PN
S
yang
te
rlatih
da
n da
pat
men
yele
saik
an
konf
lik s
atw
a-m
anus
ia
Pel
atih
an
pena
ngan
an
konf
lik
satw
a-m
anus
ia
bagi
pe
rusa
haan
Jum
lah
peru
saha
an
yang
te
rlatih
da
n da
pat
men
yele
saik
an
konf
lik
satw
a-m
anus
ia
Pel
atih
an
pena
nga
nan
konf
lik
satw
a-m
anu
sia
bag
i mas
yara
kat
Jum
lah
kelo
mpo
k m
asya
raka
t ya
ng t
erla
tih
dan
dapa
t m
enye
lesa
ikan
ko
nflik
sa
twa-
man
usia
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
36
Tab
el 5
Pro
gram
dan
Ren
cana
Aks
i unt
uk m
enca
pai T
ujua
n 7
: Men
ingk
atka
n pa
rtis
ipas
i mas
yara
kat (
prib
adi/p
erus
ahaa
n) d
alam
impl
emen
tasi
pro
gram
m
elal
ui u
paya
par
tisip
atif
dan
kola
bora
tif
No
. P
rog
ram
R
enca
na
Aks
i T
arg
et
wak
tu
(Tah
un
ke-
)
Lo
kasi
In
dik
ato
r P
enca
pai
an
Pen
ang
gu
ng
Ja
wab
/Pih
ak
Pen
du
kun
g
12
34
5
1 P
enin
gkat
an
kesa
dara
n m
asya
raka
t ak
an
pent
ingn
ya
kean
ekar
agam
an
haya
ti
Pen
yulu
han
akan
pe
ntin
gnya
ke
anek
arag
aman
hay
ati
S
elur
uh K
abup
aten
di
Sum
ater
a S
elat
an
Pen
ingk
atan
Ju
mla
h ke
lom
pok,
ka
der
kons
erva
si,
kelo
mpo
k pe
cint
a al
am
, si
swa/
sisw
i, m
ahas
isw
a/m
ahas
isw
i, da
n ke
lom
pok
swad
aya
mas
yara
kat/k
elom
pok
prof
esi.
Pen
ang
gu
ng
Jaw
ab:
BK
SD
A
Pih
ak P
end
uku
ng
: D
inas
K
ehut
anan
, B
alai
Tam
an N
asio
nal,
Din
as
Pen
didi
kan,
P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n,
Per
usah
aan
Per
tam
bang
an,
IUP
HH
K,
Per
guru
an
Tin
ggi,
LSM
.
2 P
enin
gkat
an
part
isip
asi
mas
yara
kat
terh
adap
ko
nser
vasi
keh
ati
Pem
bang
unan
pe
rang
kat
kom
unik
asi
(use
r in
terf
ace)
yan
g m
emun
gkin
kan
mas
yara
kat
dapa
t m
elap
orka
n ke
jadi
an y
ang
be
rkai
tan
deng
an
kons
erva
si
keha
ti
S
elur
uh K
abup
aten
di
Sum
ater
a S
elat
an
Ter
bang
unny
a us
er
inte
rfac
e be
rbas
is
andr
oid
untu
k m
elap
orka
n ke
jadi
an
yang
be
rkai
tan
deng
an
kasu
s ke
hati.
3
Pen
ingk
atka
n pa
rtis
ipas
i sw
asta
te
rhad
ap
kons
erva
si
keha
ti
Ser
tifik
asi
usah
a sw
asta
da
n m
asya
raka
t un
tuk
pem
enuh
an
stan
dar-
stan
dar
lingk
unga
n,
sepe
rti
SV
LK,
HC
V(F
),
ISP
O,
RS
PO
, Pro
per,
FS
C, d
ll.
S
elur
uh K
abup
aten
di
Sum
ater
a S
elat
an
Pen
ingk
atan
ju
mla
h pe
rusa
haan
ya
ng
men
giku
ti be
rbag
ai
inis
iatif
lin
gkun
gan
sepe
rti
SV
LK,
HC
V(F
),
ISP
O,
RS
PO
, P
rope
r,
FS
C, d
ll.
RINGKA
SAN EKSEKUTIF ST
RATEGI D
AN REN
CANA AKSI K
EANEKARAGAMAN HAYA
TI PROVINSI SUMATERA SELATA
N |
37
4.
Pen
yusu
nan
med
ia
peny
uluh
an k
ehat
i P
embu
atan
lea
flet,
book
let,
film
, ko
mik
, cer
ita b
erga
mba
r, d
ll.
S
elur
uh K
abup
aten
di
Sum
ater
a S
elat
an
Jum
lah
baha
n pe
nyul
uh
keha
ti ya
ng d
ihas
ilkan
P
enan
gg
un
g J
awab
: D
inas
Keh
utan
an (
Luar
ka
was
an
ko
nse
rvas
i) B
KS
DA
da
n T
aman
N
asio
nal
(Kaw
asan
K
onse
rvas
i) P
ihak
Pen
du
kun
g:
Din
as
Keh
utan
an,
Din
as
Pen
didi
kan,
P
erus
ahaa
n P
erke
buna
n,
Per
usah
aan
Per
tam
bang
an,
IUP
HH
K,
Per
guru
an
Tin
ggi,
LSM
.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 38
STRATEGI IMPLEMENTASI RENCANA AKSI KONSERVASI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Dengan banyaknya program dan rencana aksi keanekaragaman hayati sebagaimana dipaparkan
dalam urain di atas, diperlukan strategi untuk mengimplementasikannya. Strategi adalah suatu
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Lima strategi untuk
mengimplementasikan program dan rencana aksi konservasi keanekaragaman hayati Provinsi
Sumatera Selatan dijelaskan secara ringkas dalam sub-bab berikut ini.
Konsensus Bersama bahwa SeHati Sumsel sebagai Dokumen Acuan untuk Kebijakan Konservasi Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera Selatan
Pelaksanaan program/rencana aksi konservasi pada kondisi keterbatasan sumberdaya manusia dan
dana memerlukan upaya yang dapat menyelaraskan kegiatan serta menghindari tumpang tindih
program agar berjalan dengan efektif dan efisien. SeHati Sumsel (2017-2020) merupakan dokumen
yang merangkum status dan kecenderungan perubahan ekosistem serta spesies penting di
Sumatera Selatan yang disusun secara partisipatif. Diharapkan dokumen ini dapat menjadi acuan
semua SKPD ketika menyusun program/rencana aksi untuk lembaganya, sehingga implementasinya
pun diperlukan konsensus bersama. Implementasi dari upaya menyelaraskan program/rencana aksi
dapat diwujudkan dalam bentuk arahan/peraturan gubernur kepada semua SKPD. Hal in juga
menjadi indikator tingkat perhatian pemerintah provinsi terhadap kelestarian kelestarian
keanekaragaman hayati.
Pengarusutamaan Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Setiap Sendi Kehidupan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan
Pengarusutamaan konservasi keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai daya upaya yang
dilakukan agar sikap/tindakan selalu mempertimbangkan dampak kebijakan/program/proyek
terhadap keanekaragaman hayati. Target dari upaya ini tidak terbatas kepada perusahaan namun
pada masyarakat, baik berkelompok maupun secara individu, dan pemerintah. Sebagai contoh, pada
pembangunan infrastruktur, apabila keanekaragaman hayati dipertimbangkan, maka akan dapat
mengurangi risiko kerusakan habitat dan kepunahan spesies. Pada kasus ini, instrumen Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Analisis Mengenai Dampal Lingkungan (AMDAL) dapat
digunakan sebagai instrumen kontrolnya.
Pengarusutamaan konservasi keanekaragaman hayati kepada masyarakat diharapkan akan mampu
mengubah perilaku, agar perilaku berubah menjadi pro-lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Instrumen yang digunakan misalnya advokasi melalui media masa/ pelatihan atau muatan kurikulum
lokal di sekolah dasar dan menengah. Perubahan sikap kolektif masyarakat akan berdampak besar
terhadap upaya konservasi, karena ketidaktahuan terhadap pentingnya keanekaragaman hayati
menjadi akar masalah berbagai persoalan keanekaragaman hayati yang besar seperti perburuan liar,
ilegal logging, perambahan kawasan dan lain-lain.
Pengarusutamaan konservasi keanekaragaman hayati pada pemerintah pada dasarnya adalah
memasukkan unsur konservasi keanekaragaman hayati dalam setiap rencana pembangunan, untuk
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 39
jangka panjang, menengah, dan terutama jangka pendek. Pembangunan harus berwawasan
lingkungan dan konservasi, untuk mencegah terjadinya kerusakan dan hilangnya habitat maupun
kepunahan spesies yang terjadi tanpa disadari sebagai akibat dari program pembangunan.
Pengarusutamaan ini tidak hanya dilakukan pada dokumen perencanaannya (RPJMP, RPJMD, dll.)
tetapi juga kepada para pelaksana pembangunan tersebut, yaitu SKPD dan para pegawai
pemerintahan daerah. Selain itu, pengarusutamaan juga perlu tercermin dalam aspek pendanaannya
yang mendukung program pembangunan berwawasan konservasi keanekaragaman hayati. Misalnya,
untuk dalam melaksanakan tugas keseharian, pegawai memerlukan kertas. Namun, dengan
pembangunan berwawasan lingkungan/konservasi keanekaragaman hayati, pemakaian kertas
dikurangi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, misalnya surat-menyurat, formulir-formulir, dll.
terkait administrasi lainnya dilakukan melalui surat elektronik yang tidak memerlukan pencetakan
menggunakan kertas. Pendanaan untuk program ini adalah mengadakan perangkat teknologi, namun
mengurangi pembelian kertas, tinta, dan alat pencetak (printer). Dengan melakukan program ini,
pemerintah daerah dapat mengurangi pemakaian kertas, yang berarti mengurangi jumlah kertas yang
dibeli, mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang, dan seterusnya mengurangi deforestasi dan
degradasi hutan.
Prioritas Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Pada satu sisi, disadari bahwa masalah keanekaragaman hayati di Sumatera Selatan sangat
kompleks dengan cakupan wilayah yang luas dan jumlah keanekaragaman hayati yang belum
seluruhnya teridentifikasi. Pada sisi lain, terdapat keterbatasan sumberdaya manusia dan dana.
Mempertimbangkan hal ini, perlu ditetapkan prioritas masalah yang bisa diatasi. Masalah prioritas
dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria: (a) urgensi/tingkat kegentingan, (b) dampak, dan (c)
risiko yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Urgensi adalah tingkat keterdesakan
pemecahan masalah, dampak adalah masalah lingkungan yang ditanggung apabila masalah
keanekaragaman hayati /lingkungan tersebut tidak segera ditangani, sedangkan risiko adalah potensi
kerugian yang ditanggung pemerintah/masyarakat akibat permasalahan tersebut. Sub-bab 6.4 telah
merangkum keanekaragaman hayati prioritas konservasi untuk Provinsi Sumatera Selatan.
Kemitraan dan Kolaborasi
Implementasi program dan rencana aksi sebaiknya dibangun dalam semangat kemitraan dan
kolaborasi, karena tidak mungkin dilakukan hanya oleh pemerintah saja. Salah satu sebabnya adalah
distribusi satwa/tumbuhan penting tidak hanya berada pada kawasan hutan, tetapi juga berada di
wilayah pertambangan, perkebunan, atau di lahan masyrakat. Bahkan untuk satwa dengan wilayah
jelajah yang luas, pergerakannya melintas batas kabupaten/Provinsi.
Penghargaan dan Penegakan Hukum
Dalam menangani masalah berkaitan dengan keanekaragaman hayati, ketegasan penegakan hukum
adalah penting, namun adanya pemberian penghargaan/apresiasi akan mendorong masyarakat
berbuat hal-hal yang positif terhadap keanekaragaman hayati.
RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI DAN RENCANA AKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI PROVINSI SUMATERA SELATAN | 40
Recommended