View
249
Download
11
Category
Preview:
DESCRIPTION
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Klungkung 2005-2025
Citation preview
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN
KLUNGKUNG TAHUN 2005-2025
K L U N G K U N G
2005
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
PERATURAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG
NOMOR 6 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN KLUNGKUNG
TAHUN 2005 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KLUNGKUNG,
Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 (dua puluh) tahunan yang memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah yang mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi maupun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);
b. bahwa terwujudnya pemerintahan yang bersih, berwibawa dan
bertanggung jawab, merupakan tuntutan bagi terselenggaranya
manajemen pemerintah dan pembangunan yang berdaya-guna,
berhasil-guna dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme);
c. bahwa untuk menciptakan integrasi, sinkronisasi dan
mensinergikan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan pembangunan dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Klungkung Tahun 2009 2025.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud hurup
a, huruf b dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Klungkung Tahun 2005 - 2025;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat
I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 );
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4287);
4.
5.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukkan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700)
9.
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 165);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
12.
13.
14.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Bali Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 6);
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung (Lembaran Daerah
Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Nomor 3);
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Klungkung (Lembaran
Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Nomor 8).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG
dan
BUPATI KLUNGKUNG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN
KLUNGKUNG TAHUN 2005 2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM:
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Klungkung.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Klungkung.
3. Bupati adalah Bupati Klungkung.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Klungkung.
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Klungkung
Tahun 2005 - 2025 yang selanjutnya disebut dengan RPJPD Kabupaten
Klungkung adalah Perwujudan kehendak rakyat yang ditetapkan sebagai
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Klungkung untuk
Periode 20 (dua puluh) Tahun terhitung sejak Tahun 2009 sampai dengan
2025.
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun
7. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah organisasi
perangkat daerah pada Pemerintah Kabupaten Klungkung.
BAB II
HUBUNGAN ANTARA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH LAINNYA
Pasal 2
(1) RPJPD Kabupaten Klungkung Tahun 2005 2025 dijabarkan melalui RPJMD.
(2) RPJMD dijabarkan lebih lanjut dalam RKPD, RKPD merupakan Perencanaan
Pembangunan dalam kurun waktu satu tahun,sebagai hasil Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah setiap Tahunnya.
(3) Perencanaan Strategis SKPD adalah Perencanaan Strategis dalam periode 5 (lima)
Tahunan sebagai penjabaran RPJMD Kabupaten Klungkung.
(4) RPJPD Kabupaten Klungkung Tahun 2005 2025 dimaksud pada ayat (1) menjadi :
a. pedoman untuk menuntun Arah dan Kebijakan Pembangunan Kabupaten
Klungkung Tahun 2005 - 2025;
b. pedoman bagi Bupati Terpilih dalam setiap 5 (lima) tahun dalam
merumuskan dan menyusun Visi, Misi dan Program Pembangunan yang
disusun dalam RPJMD;
c. pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Arah Kebijakan
Umum/Kebijakan Umum APBD Kabupaten Klungkung pada setiap tahunnya; dan
d. pedoman bagi SKPD dalam menyusun Arah Kebijakan Pembangunan sebagaimana
tugas pokok dan fungsinya.
BAB III
SISTEMATIKA
Pasal 3
Sistematika RPJPD Kabupaten Klungkung Tahun 2005 - 2025 terdiri atas:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI UMUM DAERAH
BAB III : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV : ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
BAB V : PENUTUP
Pasal 4
RPJPD Kabupaten Klungkung Tahun 2005 - 2025 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peratuan Daerah ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung yang
bertentangan dengan peratuan ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 6
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung.
Ditetapkan di Semarapura
pada tanggal . Oktober 2010
BUPATI KLUNGKUNG
I WAYAN CANDRA
Diundangkan di Semarapura
pada tanggal . Oktober 2010
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG,
KETUT JANAPRIA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN .. NOMOR 2010
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG
NOMOR TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN KLUNGKUNG
TAHUN 2005 2025
I. UMUM
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan besar dalam
perencanaan dan penyelenggaraan Negara. Seiring dengan Amandemen UUD 1945, maka
Garis-Garis Besar Haluan Negara tidak ada lagi, sebagai gantinya maka platform Presiden
terpilih menjadi acuan dalam program pembangunan. Berkaitan dengan hal itu, maka
Presiden Republik Indonesia telah menyusun RUU tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025. Dalam jangka menengah Presiden menyusun Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2004 2009.
Perubahan payung hukum penyelenggaraan pemerintah di tingkat Nasional,
diikuti pula oleh perubahan peraturan perundang-undangan. Munculnya
Undang-Undang Nomor 17 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2005 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
maka perlu disusun Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Klungkung Tahun 2008 - 2025 sebagai perwujudan kehendak
masyarakat Klungkung yang dituangkan dalam Dokumen Perencanaan
Pembangunan dalam kurun waktu 20 tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Klungkung
2005-2025 sebagai payung hukum perencanaan pembangunan Kabupaten
Klungkung selanjutnya akan dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) sebagai platform Bupati terpilih setiap lima
tahunnya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
selanjutnya akan dijabarkan menjadi Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah
sebagai perencanaan strategis SKPD dalam lima tahunan. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) juga dijabarkan berdasarkan
hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) menjadi Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR .
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Pengertian ..................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ......................................................... 2
1.4 Landasan ........................................................................ 2
1.5 Tata Urut ........................................................................ 3
BAB II KONDISI UMUM DAERAH .................................................. 5
2.1 Kondisi Pada Saat Ini ..................................................... 5
A. Sosial Dasar dan Sosial Budaya ................................... 5
B. Ekonomi .................................................................... 10
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ................................ 17
D. Sarana dan Prasarana ................................................ 18
E. Politik, Hukum dan Pemerintahan ................................ 20
F. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban ...................... 23
G. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup 23
2.2 Tantangan ...................................................................... 28
A. Sosial Dasar dan Sosial Budaya ................................... 28
B. Ekonomi .................................................................... 32
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ................................ 36
D. Sarana dan Prasarana ................................................ 36
E. Politik, Hukum dan Pemerintahan ................................ 40
F. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban ...................... 42
G. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup 42
2.3 Modal Dasar .................................................................... 45
A. Sosial Dasar dan Sosial Budaya ................................... 45
B. Ekonomi .................................................................... 46
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ................................ 49
ii
D. Sarana dan Prasarana ................................................ 50
E. Politik, Hukum dan Pemerintahan ................................ 51
F. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban ...................... 53
G. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup 53
BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH ............................ 55
3.1 Visi Daerah ..................................................................... 55
3.2 Misi Daerah ..................................................................... 55
BAB IV ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH 58
4.1 Arah Pembangunan Daerah .............................................. 58
4.2 Tahapan dan Prioritas ...................................................... 70
4.2.1. RPJMD I ( 2008-2013) ........................................... 70
4.2.2. RPJMD II (2013-2018) ........................................... 71
4.2.3. RPJMD III (2018-2023).......................................... 71
4.2.4 RPJMD IV (2023-2025) .......................................... 72
BAB V PENUTUP ............................................................................... 73
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, mengamanatkan
pemerintah pusat mengalihkan sebagian besar kewenangan penyelenggaraan urusan
pemerintahan ke daerah. Seiring berlakunya Undang-undang tersebut, maka setiap
Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dituntut untuk mampu mengidentifikasi keunggulan
komparatif (comparative adventages) wilayahnya. Keunggulan komparatif wilayah
tersebut untuk selanjutnya harus dapat diarahkan dan dipadukan, serta dikembangkan
secara terencana, sehingga tercapai pengembangan wilayah yang optimal, yang
tercermin dari luasnya kesempatan kerja dan berusaha, serta adanya insentif ekonomi
yangmenguntungkan bagi berbagai pelaku ekonomi.
Daerah memiliki kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Pendekatan yang digunakan dalam
merencanakan pembangunan adalah melalui perencanaan partisipatif dengan melibatkan
seluruh elemen masyarakat sebagai stakeholders. Dengan demikian, wujud perencanaan
pembangunan daerah merupakan perpaduan antara perencanaan
yang bersifat top-down dan bottom-up. Sebagai amanat UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Pemerintah Daerah
diharuskan menyusun rencana pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu dan
berkelanjutan dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif wilayah dan
kemampuan sumberdaya keuangan daerah. Berbagai dokumen perencanaan yang
diamanatkan Undang-undang tersebut untuk segera disusun adalah: Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau
disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Pembangunan Tahunan
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD). Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 33 ayat (1) Bahwa
Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas pembangunan Daerah di
daerahnya. RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun
yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah yang mengacu
kepada RPJP Nasional. Sementara, RPJM Daerah merupakan dokumen perencanaan
untuk periode lima tahun yang memuat penjabaran visi, misi dan program kerja Kepala
Daerah terpilih selama lima tahun masa jabatannya.
2
1.2. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Klungkung adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk Visi, Misi,
dan Arah Pembangunan Daerah untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakup kurun
waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud:
Maksud penyusunan RPJP Daerah adalah: (1) agar tersedia dokumenperencanaan yang
menjadi landasan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap jangka waktu lima tahunan; dan (2)
agar tersedia arah pembangunan jangka panjang daerah yang dapat menjadi pedoman
dan acuan bagi seluruh komponen daerah (Pemerintah, masyarakat, dunia usaha,
Perguruan Tinggi dan lain-lain) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah dengan
visi, misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang
dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi
satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Tujuan:
Tujuan penyusunan RPJP Daerah adalah: (1) mengidentifikasi, menganalisis dan
memprediksi kondisi umum daerah, baik berupa sumberdaya alam, ekonomi, SDM,
sarana-prasarana, maupun sosial budaya dan pemerintahan; (2) merumuskan visi, misi
dan arah pembangunan Kabupaten Klungkung dalam jangka panjang 20 tahun ke depan;
dan (3) untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis, toleran, transparan, partisipatif,
akuntabel, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi
hukum dalam tatanan masyarakat daerah yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas,
maju dan sejahtera dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
1.4. LANDASAN
Beberapa landasan yang menjadi pondasi ditetapkannya RPJP ini antara lain :
Landasan Ideal : Pancasila.
Landasan Konstitusional : UUD 1945 (sebagaimana telah empat kali diaman-
demen).
Landasan Operasional :
1. Ketetapan MPR-RI Nomor : VII/MPR/2001 Tentang : Visi Indonesia Masa Depan.
2. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 Tentang : Keuangan Negara.
3
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang : Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang : Pemeriksaan Pengelolaan
Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang : Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang : Pemerintahan Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang : Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
8. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 Tentang : Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
9. SE Menteri Dalam Negeri No. 050/2020/SJ tahun 2005 tentang Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah Kabupaten/ Kota.
10. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Propinsi Bali Tahun 2005-2025.
11. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah
Kabupaten Klungkung.
12. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Klungkung.
1.5. TATA URUT
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 Kabupaten
Klungkung disusun dalam tata urut (sequent) sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan; yang dipilah atas beberapa subpokok sajian yakni (1) Latar
Belakang, (2) Pengertian, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Landasan Hukum, dan
(5) Tata Urut yang dikemas dalam sub pokok Sistematika Penulisan.
Bab II Kondisi Umum Daerah; yang dipapar menjadi subpokok sajian : (1) Kondisi
Pada Saat Ini, (2) Tantangan, dan (3) Modal Dasar yang menitikberatkan pada
aspek pembangunan daerah.
Bab III Visi dan Misi Pembangunan Daerah dan Arah Pembangunan Daerah;
yang dijabarkan dalam subpokok sajian (1) Visi Daerah yaitu sebagai rumusan
umum keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, dan (2) Misi
Daerah, yaitu rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
4
Bab IV. Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Tahun 2005-2025; menguraikan subpokok sajian tentang (1) Arah, (2)
Tahapan, dan (3) Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-
2025.
Bab V. Penutup; menguraikan statement bahwa RPJPD ini merupakan pedoman bagi
seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, sebagai corridor dalam penyusunan visi, misi dan
program calon Kepala Daerah dan pedoman dalam penyusunan RPJMD
setelah 3 bulan kepala daerah Kabupaten Klungkung terpilih dilantik secara
resmi.
5
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH
2.1. KONDISI PADA SAAT INI
Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan
diberbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang Sosial Dasar dan Sosial
Budaya, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sarana dan Prasarana, Politik,
Hukum dan Pemerintahan, serta Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan
Hidup. Disamping banyaknya kemajuan yang telah dicapai, masih juga banyak tantangan
atau masalah yang belum sepenuhnya terselesaikan. Untuk itu masih diperlukan upaya
mengatasinya dalam pembangunan daerah 20 tahun kedepan.
A. Sosial Dasar dan Sosial Budaya
1. Pembangunan bidang sosial dasar dan sosial budaya terkait erat dengan kualitas
hidup masyarakat Klungkung pada khususnya dan Bali pada umumnya. Kondisi
kehidupan masyarakat dapat tercermin pada aspek kuantitas dan struktur umur
penduduk serta kualitas penduduk meliputi pendidikan, kesehatan, dan
lingkungan.
2. Di bidang kependudukan, upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk secara berkelanjutan hingga dari waktu ke waktu laju pertumbuhan
penduduk dapat diturunkan. Penduduk merupakan salah satu sumber daya yang
berperan penting dalam proses pembangunan. Berdasarkan hasil registrasi jumlah
penduduk Kabupaten Klungkung tahun 2008 berjumlah 176.822 jiwa dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 980 jiwa/ km2. Rata-rata laju pertumbuhan
penduduk yang dicapai tahun 2008 sebesar 0,822% pertahun.
Penyebaran penduduk di empat kecamatan, yaitu kecamatan Klungkung 54.111
jiwa, kecamatan Banjarangkan 39.037 jiwa, kecamatan Dawan 36.226 jiwa, dan
kecamatan Nusa Penida 47.448 jiwa. Jumlah Rumah Tangga Miskin di wilayah
Klungkung berdasarkan pendataan tahun 2006 sebanyak 8460 RTM.
3. Upaya pembangunan kualitas manusia tetap menjadi perhatian penting. Sumber
daya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan yang
mencakup seluruh siklus hidup manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Klungkung senantiasa menunjukan perkembangan yang lebih baik dengan ditandai
peningkatan angka IPM tahun 2007 sebesar 68,89 menjadi 69,66 pada tahun
2008, angka ini masih lebih kecil dari IPM Provinsi Bali sebesar 70,10 dan berada
pada urutan ke-7 dibanding kabupaten/kota lainnya di Bali. Secara rinci angka
6
tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup 69,00 angka melek
aksara penduduk usia 15 tahun keatas 80,89 persen, angka partisipasi kasar (APK)
rata-rata dari tahun 2004 sampai dengan 2008 untuk tingkat pendidikan dasar, SD
mencapai 107,91% dan SMP mencapai 94,58% sedangkan untuk tingkat
pendidikan lanjutan/SMA mencapai 55,71%, dan produk domestik reginal bruto
(PDRB) per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power
parity) sebesar US $3.361.
4. Pembangunan dibidang kesehatan menunjukkan masyarakat Klungkung dalam
status kesehatan yang relatif baik tercermin dari meningkatnya perilaku pola hidup
sehat masyarakat, turunnya angka kematian bayi berbanding kelahiran hidup, dan
angka kematian ibu melahirkan, yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2008
sebesar 7,03 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun
2008 sebesar140,59 per kelahiran hidup. Dari kegiatan upaya perbaikan gizi
masyarakat diperoleh gambaran sebanyak 2.310 balita yang ditimbang ditemukan
sebanyak 13 balita (0,56%) masuk kategori gizi buruk, 214 balita (9,26%)
kategori gizi kurang, 2.050 balita (88,75%) kategori gizi baik, dan yang termasuk
kategori gizi lebih sebanyak 33 balita (1,43%). Penyebab gizi buruk tersebut
antara lain karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kelainan bawaan atau
adanya penyakit penyerta, pola asuh yang kurang memenuhi syarat dan sebagian
dari keluarga miskin.
Pengamatan dan pencegahan penyakit menular dilakukan melalui kegiatan
imunisasi seperti Diptheri, Pertusis, Tetanus, TBC Paru, Polio. Cakupan Imunisasi
TT pada ibu hamil TT1 95,99%, TT2 96,05%. Demikian pula Universal Child
Immunisation (UCI) telah mencapai 100% seluruh desa. PIN tahun 2008 juga
telah dilaksanakan di seluruh Desa/Kelurahan.
Pemberantasan penyakit menular telah berhasil menekan angka kesakitan dan
kematian beberapa penyakit menular tertentu :
- Dalam penanggulangan beberapa penyakit yang bersumber binatang (P2B2)
seperti Penyakit malaria pada tahun 2008 ditemukan 14 kasus, dengan angka
kesakitan (API=annual parasite incidens) 0,004 permil mengalami peningkatan
dibandingkan API tahun 2004 sebesar 0,012 permil penduduk, namun masih
lebih kecil dari target SPM yaitu 0,1 permil, dan tidak ada yang meninggal
karena malaria (CFR nol).
- Penyakit demam berdarah tahun 2008 ditemukan 59 kasus mengalami
penurunan 9 kasus dibandingkan tahun 2007.
7
- Kegiatan penangulangan penyakit kusta tahun 2008 ditemukan sebanyak 20
kasus, angka ini merupakan angka terbesar selama 5 tahun terakhir. Dimana
pada tahun 2004 ditemukan 16 kasus, tahun 2005 ditemukan 11 kasus,tahun
2006 ditemukan 14 kasus dan tahun 2007 ditemukan 10 kasus. sedangkan
angka penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) mencapai 100% (telah
memenuhi standar pelayanan minimal ; > 90%).
- Kegiatan penanggulangan penyakit diare tahun 2008 ditemukan 6.817 kasus
hal tersebut menunjukkan kondisi kesehatan masyarakat yang semakin
munurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2004 ditemukan
3.810 kasus diare, pada tahun 2005 ditemukan 4.049 kasus diare, pada tahun
2006 ditemukan 2.764 kasus diare, pada tahun 2007 ditemukan 6.341 kasus
diare dengan tingkat penyebaran di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten
Klungkung, dan kematian karena penyakit diare tidak ada.
- Dalam pemberantasan penyakit TB Paru tahun 2008 melalui upaya penemuan
dan pengobatan penderita sebanyak 102 BTA dari 1.621 suspek yang
ditemukan, mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 yang mencapai 82
BTA. Pada tahun 2008 ditemukan 6 kasus kematian yang di sebabkan oleh
penyakit TB paru.
- Cakupan pemakaian air bersih baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Secara umum rumah tangga di Kabupaten Klungkung telah menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari, dimana sekitar 76,27% telah menggunakan
air bersih/sehat atau air yang bersumber dari air kemasan (4,14%), air leding
(56,54%), pompa (4,44%), sumur terlindung (7,57%) dan mata air terlindung
(1,14%). Namun demikian masih terdapat 23,73% rumah tangga yang sumber
airnya minimum tingkat kebersihan atau kesehatannya masih perlu
dipertanyakan karena berpengaruh besar terhadap kesehatan penduduk.
Sumber air yang tingkat kebersihan /kesehatannya dipertanyakan tersebut
terdiri atas mata tidak terlindung (0,97%), air sungai (0,16%), air hujan
(22,43%). Masih tingginya sumber air minum dari air hujan di Kabupaten
Klungkung merupakan kontribusi dari Kecamatan Nusa Penida yang memang
kondisi geografisnya masih sangat tergantung dari air hujan.
5. Taraf pendidikan masyarakat Klungkung mengalami perkembangan menjadi lebih
baik yang diukur antara lain dari meningkatnya angka melek aksara penduduk usia
15 tahun ke atas, meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang
telah dapat menamatkan jenjang pendidikan SMP/MTs ke atas, dan meningkatnya
angka partisipasi sekolah untuk semua kelompok usia. Capaian APK adalah
sebagai berikut:
8
APK: 2008 2007 2006 2005 2004
- SD/MI 108,41% 109,76% 107,39% 107,74% 106,23%
- SMP/MTs 99,48% 94,01% 93,31% 93,09% 93,00%
- SMA/MA 77,22% 69,08% 67,25% 65.15% 65,00%
IPM Sebagai indikator pencapaian pembangunan Manusia di Kabupaten Klungkung
merupakan titik sentral dari seluruh program pembangunan juga merupakan
serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup yang layak
dan sejahtera. Tujuan ini akan tercapai jika masyarakat diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan, memperoleh
pendapatan dan berusaha dalam bidang ekonomi, serta kesempatan dan akses
terhadap seluruh sektor pembangunan Perkembangan IPM.
Penambahan dan rehabilitasi sarana/prasarana yang rusak telah dilakukan secara
bertahap. Hingga tahun 2008 jumlah gedung sekolah SD berjumlah 141 unit,
gedung sekolah SMP berjumlah 23 unit, dan gedung sekolah SMA berjumlah 15
unit. Koleksi bahan pustaka berupa buku-buku paket sekolah maupun buku-buku
pengetahuan umum lainnya terus mengalami penambahan setiap tahunnya.
Disamping meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana pendidikan di
setiap jenjang, yang juga menjadi perhatian adalah peningkatan kualitas SDM
melalui berbagai pelatihan, pemberian bea siswa maupun tugas belajar bagi para
guru/ non guru. Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Mendiknas Nomor
123/U/2001, yang menetapkan kualifikasi tertentu bagi para guru di setiap jenjang
pendidikan. Jumlah guru yang memperoleh pelatihan kualifikasi pada tahun 2008
sebanyak 236 0rang. Persentase jumlah guru yang memperoleh pelatihan muatan
lokal sebesar 3% dan jumlah guru yang memperoleh pelatihan informasi
manajemen pendidikan sebanyak 240 orang. Instrumen uji profesi guru masih
sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sekali dalam dua tahun.
6. Pemberdayaan perempuan dan anak, telah menunjukkan peningkatan yang
tercermin dari peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak, tetapi belum di
semua bidang pembangunan, ditandai antara lain dengan keterlibatan dalam
banyak kegiatan P2WKSS, pemberdayaan perlindungan anak, pengawasan
trafficking. Disamping itu, partisipasi pemuda dalam pembangunan juga makin
membaik seiring dengan budaya olahraga yang meluas dikalangan masyarakat.
Taraf kesejahteraan sosial masyarakat cukup memadai sejalan dengan berbagai
upaya pemberdayaan, pembinaan, pelayanan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial
bagi masyarakat rentan termasuk bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) dan pecandu narkotik dan obat-obat terlarang.
9
7. Kebudayaan masyarakat Klungkung merupakan bagian dari kebudayaan Bali yang
memiliki keunikan dengan jati diri yang khas. Jati diri tersebut merupakan rajutan
fisik, kelembagaan dan gaya yang bersifat lokal, terpadu dengan sistem
kepercayaan, sistem komunitas dan sistem filosofi. Konsep spiritual dengan nilai-
nilai universal seperti keharmonisan religius, apresiasi estetika, solidaritas dan
keseimbangan merupakan ciri utama kebudayaan Klungkung pada khususnya dan
Bali pada umumnya yang didukung oleh sebagian besar penduduknya yang
menganut Agama Hindu.
Mengingat kebudayaan Bali seperti juga kebudayaan-kebudayaan daerah lainnya
mengalami transformasi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi, demografi,
ekonomi dan ekologi maka masyarakat Bali yang semula bersifat homogen, dan
mayoritas penduduk beragama Hindu kini mengalami perubahan, sehingga
cenderung bersifat heterogen yang terdiri dari multi-etnik, multi-agama dan sistem
kepercayaan, serta multi-kultur.
Komitmen Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam mempertahankan kebudayaan
tersebut dengan upaya penggalian, pembinaan, pengembangan, dan pelestarian
budaya yang dilakukan melalui revitalisasi dan peningkatan kualitas budaya antara
lain keikutsertaan dalam pelaksanaan kegiatan Pesta Kesenian Bali yang secara
konsisten dilaksanakan sejak tahun 1979. Hal ini merupakan salah satu komitmen
Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam rangka revitalisasi dan peningkatan
budaya. Disamping itu wawasan budaya Bali sangat banyak dan beragam serta
memiliki ciri khas yang unik sebagai warisan budaya etnik, nasional, dan dunia
yang sangat perlu dilestarikan dalam menghadapi tantangan global. Keberadaan
lembaga adat yang didasarkan pada budaya Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu
antara lain Desa Pekraman sebanyak 106 Desa Pekraman, 395 Banjar Adat 42
Subak Sawah/Subak Abian.
8. Dibidang kehidupan beragama, kesadaran masyarakat Klungkung untuk
melaksanakan upacara keagamaan berkembang dengan baik. Demikian pula, telah
tumbuh kesadaran yang kuat dikalangan pemeluk agama untuk membangun
hubungan sosial yang harmonis antar umat beragama untuk menumbuhkan rasa
aman, damai, dan saling menghargai. Meskipun demikian, peningkatan kesadaran
masyarakat Hindu di Klungkung terhadap tatwa (filsafat) dan susila (etika) dan
ritual (upakara) agama Hindu masih perlu ditingkatkan.
9. Ketersediaan lapangan pekerjaan telah menunjukkan peningkatan yang cukup baik
meskipun belum dapat mengimbangi peningkatan jumlah penduduk pencari kerja.
Data tahun 2008 pada Dinas Tenaga Kerja menunjukan rasio penduduk usia kerja
10
15 tahun ke atas yang bekerja terhadap angkatan kerja sebesar 80,89%.
Berdasarkan lapangan pekerjaan dari 103.567 orang yang bekerja, 52,04%
bekerja disektor pertanian, 18,39% bekerja disektor perdagangan, hotel dan
rumah makan dan disektor lainnya yang masing-masing tidak lebih dari 10%.
10. Pada penanggulangan dan pengentasan kemiskinan telah dilakukan berbagai program
dan kegiatan. Pada tahun 2007, di Kabupaten Klungkung persentase penduduk miskin
adalah sebesar 18,36%, kemudian pada tahun 2008 persentase penduduk miskin
telah dapat diturunkan menjadi 17,12%. Bila dilihat sebaran penduduk miskin per
Kecamatan, Kecamatan Dawan merupakan Kecamatan dengan persentase penduduk
miskin terkecil di Kabupaten Klungkung yaitu sebesar 11,38% kemudian diikuti oleh
Kecamatan Banjarangkan dengan posisi penduduk miskin terkecil kedua yaitu
11,98%. Kecamatan Klungkung sebagai pusat ibukota Kabupaten Klungkung memiliki
persentase penduduk miskin lebih banyak dibandingkan Kecamatan Dawan dan
Banjarangkan yaitu sebesar 13,14%. Namun demikian, persentase penduduk miskin
tertinggi adalah di Kecamatan Nusa Penida yaitu sebesar 31,98%, denagn kata lain
diantara tiga penduduk di Kecamatan Nusa Penida terdapat satu penduduk miskin.
Angka tersebut juga menunjukkan bahwa Kecamatan Nusa Penida merupakan
penyumbang hampir sebagian penduduk miskin di Kabupaten Klungkung. Hal ini
terkait dengan kondisi geografis Kecamatan Nusa Penida yang identik dengan
keseragaman dan daerah tandus, wilayah dengan kelerengan tinggi, curam dan
berbatu-batu, curah hujan yang rendah, keterbatasan tumbuhnya tanaman pangan
termasuk tidak adanya produksi beras, dan keberadaan Nusa Penida yang dipisah oleh
perairan/laut yang memberi dampak pada keterbatasan akses sibilitas dan
keterisolasian dibnding dengan Kecamatan-kecamatan lainnya. Semua hal tersebut
mempunyai pengaruh terhadap aspek sosial ekonomi dan budaya penduduk seperti
pendidikan, kesehatan ketahanan pangan dan sebagainya yang secara keseluruhan
merupakan satu resultante dari faktor-faktor penyebab kemiskinan
B. Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Klungkung dari sisi makro ekonomi pada lima tahun
terakhir sampai dengan tahun 2008 mengalami pasang surut dari angka
pertumbuhan 4,67% pada tahun 2004 dan pada tahun 2008 menjadi 5,07%. Pada
sisi lain struktur perekonomian Kabupaten Klungkung masih rentan terhadap
berbagai gejolak karena bertumpu pada sektor jasa yang memberi kontribusi sebesar
7,09% terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung, namun sektor tersebut
sangat peka terhadap berbagai isu.
Keterpurukan industri pariwisata Bali pada umumnya dan Kabupaten Klungkung pada
khususnya akhir-akhir ini juga berdampak langsung pada aktifitas industri kecil dan
11
rumah tangga menurun karena permintaan akan produk ekspor ini menurun,
demikian pula pada produk pertanian mengalami kelesuan dalam pemasaran
produknya karena kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya belum memadai.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung pada masa krisis ekonomi yang
berlangsung pada tahun 1998 mengalami kontraksi pertumbuhan negative yakni
minus 2,71%, hal ini masih lebih tinggi dibanding skala provinsi Bali yang mencapai
minus 4,04%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung dalam lima tahun
terakhir atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008 berturut-turut berjumlah 4,67%; 5,41%; 5,03%; 5,54%; 5,07%,
cenderung mengalami peningkatan dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
2007 yakni sebesar 5,54% dan terendah pada tahun 2004 sebesar 4,67.
Kewenangan (wajib dan pilihan), hak dan kewajiban daerah kabupaten terkait
dengan bidang ekonomi dan sumberdaya alam sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004,
antara lain; kewenangan pilihan urusan bidang peternakan, perikanan dan kelautan,
bidang pertanian dan perkebunan; kewenangan lain urusan pemerintahan bidang
eksploitasi, eksplorasi, pengelolaan kekayaan laut; kewenangan wajib bidang
perkoperasian dan UKM, bidang pelayanan administrasi penanaman modal dan
kewajiban pengembangan sumberdaya produktif, kewenangan pilihan urusan bidang
perindustrian dan perdagangan, bidang kepariwisataan, serta perusahaan daerah.
1. Bidang Peternakan dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2008 pada umumnya
mengalami perkembangan positif. Populasi ternak unggulan: sapi, babi, dan ayam
buras. Populasi sapi semula 41.822 ekor tahun 2004 meningkat menjadi 44.372
ekor pada tahun 2008; Populasi babi lokal semula 23.613 ekor pada tahun 2004
turun menjadi 19.362 ekor pada tahun 2008; Populasi ayam kampung mencapai
193.124 ekor tahun 2004 menurun dibandingkan tahun 2008 sebanyak 197.870
ekor. Populasi itik lokal semula 75.637 ekor tahun 2004 menjadi 82.370 ekor pada
tahun 2008.
Penyediaan benih ikan air tawar dari produksi Balai Benih Ikan setiap tahunnya
rata-rata mencapai 200.000 ekor. Peningkatan produktifitas usaha perikanan dan
volume perdagangan hasil perikanan di PPI belum mencapai hasil yang maksimal
disebabkan belum difungsikannya 6 unit PPI yang dimiliki. Perikanan tangkap
meliputi budidaya laut dan budidaya ikan air tawar Petani Nelayan Kecil (PNK) 216
kelompok. Jumlah rumah tangga perikanan laut tahun 2004 sebanyak 3.397 RT,
tahun 2005 sebanyak 3.795 RT, tahun 2006 sebanyak 3.803RT, tahun 2007
sebanyak 4.142 RTdan pada tahun 2008 sebanyak 4.125 RT. Produksi ikan laut
tahun 2004 sebesar 2.455 ton, tahun 2005 sebesar 2.455 ton, tahun 2006
12
mencapai 2.137 ton, tahun 2007 mencapai 2.393,8 ton dan tahun 2008 mencapai
2.168,2 ton.
2. Kondisi Ketahanan Pangan di Kabupaten Klungkung tahun 2008 dalam 3 aspek
pokok yaitu produksi, distribusi dan konsumsi cukup aman dan terkendali. Potensi
sumber daya pertanian dan perkebunan di Kabupaten Klungkung tahun 2008
antara lain : sawah seluas 3.932 ha (pengairan setengah teknis), pekarangan
1.306 ha, tegal kebun 7.313 ha.
Areal Luas Tanam tanaman pangan (padi dan palawija) yang dimiliki tahun
2008 seluas 15.992 ha terdiri dari: padi 5.655 ha, jagung 3.708 ha, kedelai
971 ha, kacang tanah 3.162 ha, ubi kayu 1.904 ha, ubi jalar 139 ha; Tingkat
Produksi yang dihasilkan tahun 2008 sebanyak 97.767 ton dengan rincian:
padi 36.295 ton, jagung 10.342 ton, kedelai 1.697 ton, kacang tanah 4.907
ton, ubi kayu 32.938 ton, dan ubi jalar 2.708 ton. Angka tersebut pada
umumnya menunjukkan penurunan areal luas tanam dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 2007 yang terdiri dari: padi 5.543 ha, jagung 3.664 ha,
kedelai 1.021 ha, kacang tanah 3.757 ha, ubi kayu 2.103 ha dan ubi jalar 204
ha. Demikian halnya dengan tingkat produksi pada umumnya mengalami
penurunan hasil dibandingkan tahun 2007 yang terinci sebagai berikut: padi
35.536 ton, jagung 11.364 ton, kedelai 1.774 ton, kacang tanah 5.786 ton,
ubi kayu 36.225 ton, dan ubi jalar 3.936 ton.
Realisasi tanam komoditas yang dominan ditanam di Kecamatan Nusa Penida
yaitu jagung 3.894 ha, kacang hijau 71 ha dan ubi kayu 1.737 ha. Luas tanam
palawija seluruhnya mengalami penurunan disebabkan adanya perubahan
iklim utamanya perubahan hari hujan dan curah hujan menyebabkan terjadi
tunda tanam.
Produksi padi terealisasi 37.613 ton gabah kering giling. Realisasi produksi
palawija masing-masing komoditas adalah jagung 11.197 ton pipilan kering,
kedelai 1.464 ton biji kering, kacang tanah 5.211 ton biji kering, kacang hijau
104 ton biji kering, ubi kayu 37.883 ton umbi basah, dan ubi jalar 4.295 ton
umbi basah. Tidak tercapainya rencana produksi jagung tidak terlepas dari
kondisi tahun 2005 dimana seluas 953 ha tanaman jagung di Nusa Penida
mengalami puso akibat distribusi hujan yang tidak merata.
Selain faktor cuaca dan iklim yang sangat besar mempengaruhi musim tanam
dan panen, demikian juga pemenuhan kabutuhan ketersediaan saprodi
(benih, pupuk dan obat-obatan) sesuai anjuran, dengan selalu melakukan
pemantauan secara rutin terhadap ketersediaan dan kemungkinan beredarnya
saprodi palsu di 18 unit KUD/kios yang ada serta pembinaan terhadap 42
13
kelompok tani/subak yang sudah terbentuk dalam penerapan teknologi
anjuran, perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), Jalan Usaha
Tani (JUT), penangkaran benih, bantuan subsidi benih dan kegiatan double
subsidi pupuk phonska, serta dukungan sarana/prasarana yang cukup
memadai.
Kondisi ketahanan pangan sangat dipengaruhi aspek ketersediaan yang
didukung oleh produksi lokal dan moving bahan pangan antar wilayah, aspek
distribusi, dan aspek konsumsi. Realisasi produksi tanaman pangan tahun
2008 secara signifikan telah memberikan kontribusi terhadap penyediaan
pangan karbohidrat yang bersumber dari padi, jagung dan umbi-umbian
sebanyak 82.283 ton, hal tersebut menunjukan kondisi ketahan pangan di
Kabupaten Klungkung cukup aman terkendali.
Produksi Sayuran Tahun 2008 mencapai 24.273 ton dengan rincian: cabe
7.259 ton, bawang merah 33 ton, sawi hijau 4.060 ton, tomat 3.888 ton,
kacang-kacangan 5.216 ton, terong 681 ton, ketimun 2.456 ton dan
kangkung 680 ton. Kondisi tersebut diatas pada umumnya menunjukkan
peningkatan produksi sayuran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Produksi buah-buahan pada tahun 2008 terdiri dari alpukat 77 ton, mangga
501 ton, rambutan 91 ton, duku 44 ton, jeruk besar 134 ton, jeruk keprok 28
ton, durian 408 ton, jambu biji 166 ton, jambu air 116 ton, sawo 1.049 ton,
pepaya 613 ton, pisang 6.751 ton, nenas 106 ton, salak 46 ton, nangka 303
ton, belimbing 230 ton, manggis 38 ton, sirsak 28 ton, sukun 13 ton dan
melinjo 20 ton
Luas Areal Tanaman Perkebunan tahun 2008 seluas 3.884 ha terdiri dari;
kelapa 3.048 ha, cengkeh 312 ha, jambu mete 378 ha, kopi 83 ha, kakao 63
ha, dan Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2008 mencapai 3.107 ton
dengan rincian: kelapa 2.904 ton, cengkeh 90 ton, jambu mete 27 ton, kopi
33 ton, dan kakao 53 ton, Pada umumnya mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2007 luas areal tanaman perkebunan masih seluas 3.952
ha dan produksi tanaman perkebunan sebesar 3.337 ton.
Kegiatan usaha tani masih terfokus pada aspek produksi (on farm),
sementara kegiatan usaha diluar produksi (off farm) belum banyak
berkembang dan tertangani. Hal ini antara lain karena kemampuan Sumber
Daya Manusia (petani, aparatur, stake holders) rata-rata belum memadai, jika
dibandingkan dengan perkembangan IPTEK yang sangat dinamis.
3. Memperkuat struktur industri yang berbasis pada produk-produk lokal serta
meningkatkan daya saing produk menunjukkan keberhasilan yang sangat
14
memadai, ditandai dengan peningkatan jumlah industri formal pada tahun 2004
berjumlah 341 unit usaha, pada tahun 2005 berjumlah 354 unit usaha, pada tahun
2006 berjumlah 363 unit usaha pada tahun 2007 berjumlah 381 unit usaha dan
pada tahun 2008 berjumlah 398 unit usaha. Sedangkan jumlah industi informal
pada tahun 2004 berjumlah 4.923 unit usaha, pada tahun 2005 berjumlah 4.959
unit usaha, pada tahun 2006 berjumlah 5.024 unit usaha, pada tahun 2007
berjumlah 5.172 unit usaha dan pada tahun 2008 berjumlah 5.201 unit usaha.
Upaya pengendalian kualitas/mutu produk, dilakukan melalui pembinaan Gugus
Kendali Mutu (GKM). GKM Sukma dari UD Kamasan Bali (uang kepeng) berhasil
menjadi Juara II Lomba GKM tingkat nasional tahun 2006 yang diselenggarakan di
Convention Centre Manado Sulawesi Utara.
Jumlah pengusaha industri kecil 4.564 unit usaha, industri menengah/sedang 12
unit usaha, sedangkan industri besar di Kabupaten Klungkung sampai dengan saat
ini belum ada. Promosi baru pada tingkat provinsi, regional, dan nasional.
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen belum
memasyarakat bagi produsen dan konsumen.
Perkembangan jumlah sentra perdagangan yang tersedia adalah pasar umum 4
lokasi, pasar desa 19 lokasi, pasar modern 6 lokasi, dan pasar grosir 1 lokasi. Di
sektor formal terjadi peningkatan unit usaha dari tahun 2004 ke 2008 sebesar
42,31% dan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 39,31%.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan minyak telah dapat terjaga dan terpenuhi
kestabilan harga maupun pasokannya, hal ini terlihat dari telah berhasilnya
pemantauan terhadap seluruh pangkalan minyak tanah di wilayah Kabupaten
Klungkung yang berjumlah 300 unit dan tidak adanya gejolak keresahan
masyarakat akibat kekurangan dan keterlambatan pasokan minyak tanah.
Pengawasan dan pengendalian kebutuhan komoditas pangan (termasuk sembako)
kondusif. Pengendalian dan pengawasan distribusi semen, pupuk, dan pestisida
cukup lancar. Pengawasan BBM (minyak tanah) belum mantap.
Adanya beberapa jumlah MIKOL dan minuman penyegar badan yang beredar di
pasar, dan pembuatan minuman tradisional (arak dan tuak) kandungan alkoholnya
rendah dibawah 5%.
Statistik pendapatan industri dan perdagangan belum kontiniu terlaksana (hanya
pada tahun 2004).
Tera ulang UTTP berjalan seara berkala, belum sepenuhnya pengusaha industri
dan perdagangan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku, saat ini terdaftar
SIUI 363 buah, SIUP 1.361 buah, TDP 1.602 buah, dan ijin gudang 5 buah.
15
4. Profesionalisme kelembagaan koperasi dan kualitas sumberdaya manusianya
melalui pembinaan dan pengembangan kewirausahaan dan peningkatan
kemampuan manajemen perkoperasian serta penciptaan iklim berusaha yang
kondusif guna mewujudkan koperasi yang mampu menggerakkan dan
memadukan serta mengembangkan potensi ekonomi masyarakat, pemberdayaan
koperasi diarahkan pada terbentuknya koperasi yang tangguh, mandiri, dan
profesional. Tangguh, mandiri, dan profesional dalam artian koperasi tersebut
mampu menjalankan fungsinya serta berkembang atas kemampuan sendiri.
Jumlah koperasi dengan klasifikasi A telah mencapai 97 unit usaha koperasi dan
volume usaha koperasi simpan pinjam/usaha simpan pinjam sebanyak 16 koperasi
mencapai diatas Rp.1 milyar, 14 koperasi antara Rp.500 juta sampai dengan Rp.1
milyar, dan 56 koperasi dengan volume usaha dibawah Rp.500 juta.
Jumlah koperasi termasuk KUD di Kabupaten Klungkung meningkat, tahun 2004
tercatat sebanyak 73 unit menjadi 80 unit ditahun 2005, dari jumlah tersebut 79
unit merupakan koperasi primer dengan 31.253 anggota, dan satu unit koperasi
sekunder dengan 21 anggota. Tahun 2006 jumlah koperasi mencapai 97 unit dan
mengalami penambahan di tahun 2007 sebanyak 5 unit menjadi 102 unit usaha
koperasi dengan 33.263 anggota. Pada tahun 2008 jumlah koperasi mengalami
penambahan sebanyak 5 unit menjadi 107 unit usah koperasi dengan 33.348
anggota.
Dalam membangun kemandirian usaha perkoperasian dan kelompok-kelompok
usaha perseorangan, kecil, dan menengah melalui pembinaan dan pengembangan
kewirausahaan dan peningkatan kemampuan manajemen perkoperasian serta
penciptaan iklim berusaha yang kondusif guna mewujudkan koperasi yang mampu
memberikan kemudahan akses kepada informasi pasar, permodalan dan
manajemen dalam menggerakkan dan memadukan serta mengembangkan potensi
ekonomi masyarakat, pemberdayaan koperasi diarahkan pada terbentuknya
koperasi yang tangguh, mandiri, dan profesional.
Dalam hal pengembangan aksesibilitas usaha perkoperasian, usaha perseorangan,
kecil, dan menengah kepada informasi pasar, teknologi produksi dan permodalan
melalui pembinaan dan pengembangan kewirausahaan dan peningkatan
kemampuan manajemen perkoperasian serta penciptaan iklim berusaha yang
kondusif, terus diupayakan guna mewujudkan koperasi yang mampu memberikan
kemudahan akses kepada informasi pasar, permodalan dan manajemen dalam
menggerakkan dan memadukan serta mengembangkan potensi ekonomi
masyarakat, pemberdayaan koperasi diarahkan pada terbentuknya koperasi yang
16
tangguh, mandiri, dan profesional. Jumlah anggota koperasi telah mencapai
33.348 orang menunjukan makin berkembangnya minat masyarakat kabupaten
Klungkung untuk bergabung dalam usaha perkoperasian. Berdirinya unit usaha
koperasi baru pada tahun 2008 sebanyak 5 koperasi menandai keberhasilan
menumbuh kembangkan minat masyarakat kabupaten klungkung dalam usaha
perkoperasian.
Koperasi bidang usaha simpan pinjam menunjukkan kenaikan jumlah nasabah dari
tahun 2004;29.937, 2005;31.253, 2006;32.694, 2007;32.263, 2008;33.348
orang.
Nilai kredit BBM yang disalurkan tahun 2004 Rp.2.341.403, tahun 2005
Rp.37.427.461, tahun 2006 Rp.70.342.357, tahun 2007 Rp.70.343.362, dan tahun
2008 mencapai Rp.88.094.390.
5. Mengembangkan potensi wisata daerah berbasis pada kelestarian alam, seni dan
budaya serta peninggalan tempat-tempat bersejarah dengan memberdayakan
masyarakat dalam pelestarian peninggalan-peninggalan sejarah dan nilai-nilai
budaya serta meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak negatif
masuknya budaya asing.
Berdasarkan Keputusan Bupati Klungkung Nomor 335 tahun 1998 tentang
Penetapan obyek-obyek pariwisata dan tempat-tempat obyek yang dikenakan
retribusi terdapat 17 obyek wisata di Kabupaten Klungkung, 8 diantaranya
ditetapkan sebagai obyek wisata yang dikenakan retribusi yaitu Kertha
Gosa/Taman Gili, Museum Semarajaya, Monumen Puputan Klungkung, Goa
Lawah, Kawasan Wisata Nusa Penida, Kawasan Wisata Tukad Melangit, Kawasan
Wisata Tukad Unda, dan Desa Wisata Kamasan/Gelgel. Penetapan sebagai ODTW
tersebut kemudian ditetapkan dengan Keputusan Bupati Nomor 233 tahun 2002.
Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan melalui pencarian obyek-obyek baru
yang potensial dikembangkan menjadi tempat wisata baru. Jumlah kunjungan
wisatawan di tahun 2008 mencapai 277.758 orang mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya hal ini dikarenakan semakin membaiknya
keadaan dan keamaan di Bali pasca terjadinya bom Bali II.
6. Bidang administrasi penanaman modal.
Minat investasi dari sejak tahun 2004 sampai tahun 2008 masih lemah tercermin
dari turunnya nilai persetujuan penanaman modal yang dikeluarkan BKPM tidak
ditindaklanjuti dengan permohonan ijin lokasi di Kabupaten Klungkung.
Kondisi daerah maupun nasional yang kurang kondusif serta faktor-faktor insentif,
infrastruktur belum mendukung terciptanya iklim investasi yang menarik di
17
Kabupaten Klungkung bagi para calon investor yang menanamkan modalnya.
Rendahnya kinerja investasi disebabkan masih adanya beberapa permasalahan
dan tantangan pokok yakni: (1) Prosedur perizinan masih terlalu panjang. Di
Indonesia membutuhkan waktu rata-rata 151 hari dari 12 prosedur perizinan,
sedangkan di RRC, Korea Selatan, Malasia, Philipina, Singapura, Thailand dan
Vietnam berturut-turut hanya membutuhkan waktu sekitar 40 hari, 20 hari, 30
hari, 50 hari, 8 hari, 33 hari, dan 56 hari. Demikian halnya dengan masih
rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari masih banyaknya perubahan
peraturan pemerintah dan tumpang tindih kebijakan antara pusat dengan daerah
dan antarsektor, serta kurangnya jaminan keamanan untuk melakukan kegiatan
investasi/penanaman modal.
7. Jumlah LPD di Kabupaten Klungkung tahun 2008 telah mencapai 99 unit terinci di
Kecamatan Nusa Penida 28 unit, Kecamatan Banjarangkan 29 unit, Kecamatan
Klungkung 22 unit, dan Kecamatan Dawan 20 unit.
8. Perusahaan Daerah Kabupaten Klungkung yang memiliki 2 Perusahaan Daerah
yakni PDAM dan PDNKK hingga kini belum menunjukkan kinerja yang optimal dan
memadai. Kedua perusahaan daerah ini belum memberikan kontribusi pada PAD
berupa bagian laba dan khusus PDNKK keberadaannya dalam ambang
kebangkrutan.
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kita menyadari bahwa di masa lalu sampai dengan hari ini, Bangsa Indonesia
umumnya masih lemah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dimiliki, bahkan teknologi proses yang dibangun sebagian besar diperoleh dari
lisensi. Kondisi ini menunjukkan bahwa kita hanya sebagai operator, bahkan disain
teknologi prosesnyapun seringkali mensyaratkan pengunaan bahan baku dari negara
lain, sehingga kita harus impor mulai dari bahan baku sampai dengan proses
akhirnya. Penguatan riset ilmu pengetahuan dasar merupakan kunci kemandirian
dalam membangun teknologi bangsa.
Belum terbangunnya budaya IPTEK pada masyarakat menyebabkan penguasaan,
pengembangan serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi belum optimal
dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan sehingga belum mampu menggerakkan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang telah berlaku di negara-negara maju
lainnya. Di Kabupaten Klungkung sendiri banyak potensi sumber daya alam yang
belum tergarap secara maksimal sebagai akibat lemahnya penguasaan dan
pemanfaatan IPTEK, hal tersebut ditandai antara lain oleh masih rendahnya
18
sumbangan IPTEK di berbagai sektor, belum efektifnya mekanisme intermediasi,
lemahnya sinergi kebijakan dan terbatasnya sumber daya IPTEK.
D. Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Klungkung saat ini masih menunjukkan
kurangnya aksesibilitas, kualitas, ataupun cakupan pelayanan. Sehingga belum dapat
mendukung kebutuhan bagi perkembangan sektor riil, pengembangan wilayah, dan
mendorong pengembangan sektor produksi, dan peningkatan kebijakan ketahanan
pangan.
1. Pencegahan meluasnya abrasi pantai telah terealisasi sepanjang 1.331,50m atau
mencapai 7,01% dari sepanjang 19 km kondisi pantai yang mengalami abrasi,
melalui kegiatan pembangunan tanggul pengaman pantai.
2. Target peningkatan keberadaan saluran irigasi yang permanen tahun 2008
sepanjang 7,33 Km.
3. Kelancaran arus lalu lintas dan angkutan barang telah dapat ditunjang dengan
terpeliharanya kondisi dan kemantapan jembatan kabupaten/desa. Target tahun
2008 melalui pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 110 Km
4. Pemeliharaan jalan yang sudah ada sehingga tidak sampai mengalami kerusakan
yang parah dan tetap dapat berfungsi dengan baik serta dapat memperpendek
waktu tempuh, sampai dengan tahun 2008 panjang jalan telah mencapai
796.950 Km. Dari panjang jalan yang ada, diketahui jalan yang dalam kondisi
rusak sepanjang 127.759 Km untuk jalan kabupaten sedangkan jalan yang dalam
kondisi rusak untuk jalur pedesaan sepanjang 226.970 Km.
5. Pemeliharaan alat-alat berat yang dimiliki dalam rangka mendukung kelancaran
kegiatan yang dilaksanakan telah dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
sehingga dapat memenuhi ketersediaan alat-alat berat yang siap dipergunakan.
7. Masyarakat yang dapat menikmati air bersih meningkat seiring peningkatan
pemenuhan fasilitas air bersih. Pada tahun 2008 jumlah pelanggan air minum
sebanyak 19.175 orang/usaha, hal ini menunjukan peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2007 dimana jumlah pelanggan air minum sebanyak 18.816
orang/usaha.
8. Pemenuhan sarana dan prasarana perumahan dan pemukiman. Hingga
tahun 2008 sarana rumah tinggal yang terdapat di Kabupaten Klungkung
sebanyak 35.764 unit yang tersebar di seluruh kecamatan dengan jumlah
terbanyak di Kecamatan Kungkung sebesar 34,76% sedangkan terkecil di
Kecamatan Nusa Penida sebesar 23,81%.
19
9. Optimalisasi sarana dan prasarana dalam menunjang kemanan dan kenyamanan
bagi pengguna fasilitas jalan umum (pedestrian, halte, zebra cross, rambu-rambu
lantas), perparkiran, kualitas pelayanan dan pengembangan angkutan umum
yang aman dan nyaman termasuk fasilitas penunjangnya, serta kemudahan
pengujian kendaraan bermotor, berikut penyediaan sarana transportasi darat
maupun laut antara Klungkung dengan Nusa Penida, sampai dengan saat ini
terus mengalami keberhasilan cukup baik, ditandai dengan pemasangan rambu-
rambu lalu lintas pada ruas-ruas jalan tertentu sebanyak 1.071 buah atau 71%
dari ruas jalan yang wajib dipasangi rambu sebanyak 1.499 buah. Terwujudnya
keberadaan terminal angkutan penumpang maupun barang yang layak di
Kabupaten Klungkung merupakan dambaan semua pihak, karena terminal
merupakan simpul jalan dan tempat naik turunnya penumpang serta sebagai
pergantian antar moda transportasi. Terhadap unit terminal yang ada, sampai
dengan tahun 2008 pemerintah terus mengupayakan pembenahan dan
penambahan fasilitas-fasilitas yang tersedia dan diperlukan untuk menjadikan
terminal angkutan penumpang dan barang yang layak guna bagi masyarakat,
dan telah berhasil meningkatkan kondisi kelayakannya hingga mencapai 75%.
10. Lokasi areal perparkiran yang tersedia di kabupaten Klungkung adalah sebanyak
18 lokasi tersebar di 4 wilayah kecamatan, dan seluruhnya telah dapat dilakukan
pengelolaan secara memadai. Untuk dapat lebih mengoptimalkan pemberian
pelayanan kepada masyarakat, maka fasilitas parkir yang ada saat ini masih
perlu terus ditingkatkan sehingga tercapai keseimbangan antara jasa yang
diberikan dengan retribusi yang dibebankan.
11. Tiga unit kebutuhan pelabuhan penyeberangan yang layak untuk pelayanan
penyeberangan penumpang maupun barang antara Klungkung Daratan dengan
Kepulauan Nusa Penida, tahun 2006 telah dapat terealisasi 1 unit pelabuhan
dengan telah diselesaikan pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida
dan beroperasinya kapal Ferry Ro-Ro Nusa Jaya Abadi bantuan Gubernur Bali
yang melayani lintas Padang Bai Nusa Penida. Namun masih terdapat 10
(sepuluh) unit Pelabuhan Rakyat yang pengelolaannya belum memadai yang
terdiri dari 3 unit bertempat di Klungkung Daratan dan 7 unit lainnya bertempat
di Kepulauan Nusa Penida dan telah mendapat perhatian serius dari pemerintah
melalui pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan secara bertahap.
12. Pengelolaan asset daerah dan terjadinya tertib administrasi asset telah
menunjukkan perkembangan positif melalui ketersediaan data asset milik daerah
dan pengelolaan fasilitas umum agar tetap berfungsi dengan baik.
20
13. Ketersediaan sarana pengelolaan limbah yang memadai yang selayaknya dimiliki
kabupaten Klungkung telah terpenuhi 3 unit pengelola limbah padat yang
berlokasi di Desa Pikat/Sente Kecamatan Dawan (1 unit TPA), Desa Lembongan
Kecamatan Nusa Penida (1 unit TPA), Desa Ped/Biaung Kecamatan Nusa Penida
(1 unit TPA), dan 1 unit pengelola limbah cair yang berlokasi di Desa
Lepang/Takmung Kecamatan Banjarangkan (1 unit IPLT).
14. Pelayanan langsung kebersihan desa/kelurahan dan jalan utama telah memenuhi
10 desa yang berada di Kota Semarapura dan di Kecamatan Nusa Penida.
E. Politik, Hukum dan Pemerintahan
1. Kesadaran politik masyarakat Klungkung telah mengalami peningkatan dari
sebelumnya, namun pemahaman masyarakat tentang berpolitik yang sehat dan
benar masih sangat kurang, karena belum optimalnya pendidikan politik kearah
tersebut. Wawasan gender dalam politik juga belum mendapat perhatian
sebagaimana mestinya, walaupun politik merupakan salah satu sector yang
dijadikan sasaran pengutamaan gender (Inpres nomor 9 tahun 2000).
Namun demikian masuknya berbagai kepentingan politik di daerah yang dapat
menimbulkan kerawanan di Kabupaten Klungkung terhadap konflik, baik horizontal
maupun vertical perlu diwaspadai oleh masyarakat dan semua pihak sehingga
kondisi yang telah kondusif tetap dapat terjaga dan dipertahankan.
2. Pembangunan Hukum dan HAM diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum
bagi masyarakat dan aparatur pemerintah serta adanya penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia. Kesadaran hukum yang makin meningkat yang dibarengi
dengan adanya sistem hukum dan produk hukum yang saling mendukung
diharapkan dapat meningkatkan kepastian dan ketertiban hukum. Produk hukum
daerah yang diterbitkan, baik dalam bentuk Perda maupun Keputusan Bupati,
diharapkan mampu memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan
aparatur pemerintah. Proses penetapan produk hukum tersebut dilakukan dengan
memperhatikan aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat.
Dalam bidang hukum, penegakan supremasi hukum dan HAM ternyata sampai
saat ini belum dapat diwujudkan sebagaimana diharapkan oleh masyarakat
Kabupaten Klungkung dan bangsa Indonesia. Gagalnya penegakan supremasi
hukum disebabkan oleh berbagai faktor substansial, kualitas SDM penegak hukum,
dan budaya hukum masyarakat serta sarana dan prasarana.
Dilihat dari segi produk dan substansi hukum baik tertulis maupun tidak tertulis
ternyata belum mapu mengantisipasi perkembangan pembangunan terutama
21
terkait dengan perkembangan teknologi dibidang informasi dan komunikasi yang
begitu cepat diera globalisasi. Keadaan ini dapat dilihat dari masih banyaknya hal-
hal penting dalam kehidupan masyarakat belum diatur oleh Peraturan Daerah,
sehingga terjadi tindakan-tindakan tertentu. Terkait dengan hal tersebut tidak
dapat diproses secara hukum, atau kurang mendapat perlindungan hukum.
Sosialisasi berbagai produk hukum yang ada tampaknya belum menjangkau
masyarakat luas sehingga banyak warga masyarakat belum memahami peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Lemahnya penegakan supremasi hukum erat juga kaitannya dengan
profesionalisme dan tanggung jawab yang rendah dari sebagian aparat penegak
hukum termasuk didalamnya Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Selama ini
sorotan miring banyak ditujukan pada lemahnya kinerja para penegak hukum
dalam mengayomi masyarakat.
Budaya hukum masyarakat merupakan faktor penghambat lainnya dalam
penegakan supremasi hukum. Hal tersebut dapat dilihat dari masih rendahnya
pengetahuan dan kesadaran hukum dari sebagian besar warga masyarakat yang
tercermin dari masih banyaknya pelanggaran hukum dalam berbagai aspek dan
bentuknya. Kurangnya pengetahuan sebagian besar warga masyarakat tentang
hukum dan prosedur hukum serta masih adanya kebiasaan menyelesaikan suatu
pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dengan Damai semakin
menyulitkan aparat dalam penegakan hukum.
3. Penyelenggaraan publikasi kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintah kepada masyarakat dengan mengembangkan media promosi melalui
radio daerah dan jenis promosi lainnya yang menjangkau area lokal maupun area
provinsi dan peningkatan fungsi humas dibidang promosi daerah agar
terinformasikan program-program yang telah, sedang dan akan dilakukan
pemerintah sehingga terbentuk image positif tentang lembaga pemerintahan.
Pembangunan jaringan informasi dengan media wireless, kabel, dan tower/menara
dilingkungan pemerintah daerah telah terealisasi sebanyak 19 unit, sedangkan
untuk tahap pengembangannya berupa koneksitas dengan lingkungan
unit/instansi vertikal, swasta dan pemerintah provinsi sebanyak 19 instansi vertikal
dan 6 institusi swasta belum dapat direalisasikan. Sampai dengan tahun 2008,,
kabupaten Klungkung belum memiliki sarana penyebaran informasi kepada
masyarakat berupa Radio Daerah. Publikasi kegiatan pemerintah daerah antara
lain berupa penerbitan laporan berita kegiatan Kepala Daerah, Wakil Kepala
Daerah, Sekretaris Daerah, dan Pejabat lainnya dalam kapasitas mewakili Kepala
Daerah, penerbitan berkala 2 bulanan kliping berita berkaitan daerah Klungkung,
22
penerbitan majalah bulanan Bhaskara, siaran keliling di seluruh wilayah
kecamatan, dan updating informasi di website www.klungkung.go.id.
4. Dalam bidang pemerintahan, perubahan sistem pemerintahan sebelumnya
menjadi sistem desentralisasi merupakan peristiwa penting bagi pemerintahan di
daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistem desentralisasi berdasarkan Undang-
undang nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang nomor
32 tahun 2004, otonomi pada tingkat Kabupaten/Kota dalam pelaksanaannya
ternyata telah terjadi pemahaman yang berbeda yang mengakibatkan lambatnya
laju pembangunan Bali sebagai satu kesatuan wilayah yang dipengaruhi antara
lain oleh tumbuhnya ego-sektoral, kurang mantapnya koordinasi (pembatasan
intervensi) antar pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota,
maupun dengan Desa Adat/Pekraman yang mengklaim dirinya sebagai pemegang
otonomi asli.
Demokratisasi sebagai landasan reformasi dan sistem desentralisasi pemerintahan
telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat atas hak-hak dan
tanggungjawabnya, namun terjadi inkonsistensi dalam penerapan demokratisasi
yang kerap menimbulkan kesan kebablasan dan tindakan anarkis dimasyarakat.
Pemerintah yang bersih dan berwibawa (good governance) yang diharapkan
masyarakat belum dapat diwujudkan sebagaimana mestinya, terlihat dari masih
adanya tindakan-tindakanpenyalahgunaan kekuasaan dan wewenang oleh oknum
birokrasi maupun oknum anggota legislatif.
Sistem administrasi pemerintahan di daerah belum berjalan secara efektif dan
efisien kurangnya/masih rendahnya disiplin etos kerja dan tanggungjawab serta
profesionalisme sebagian aparat pemerintah. Hal tersebut merupakan hambatan
dalam memberikan pelayanan publik, tetapi disisi lain dengan kemajuan teknologi
informasi sebagai dampak globalisasi hal tersebut dapat membantu aparat dalam
memberi pelayanan publik secara lebih cepat, baik, dan murah.
Fungsi kontrol terhadap jalannya pemerintahan di daerah belum sepenuhnya
berjalan secara baik dan benar (obyektif dan efektif).
Kinerja aparatur pemerintah yang lebih profesional, produktif dan inovatif,
transparan, serta jelas akuntabilitasnya dengan mengedepankan profesionalisme
aparatur pemerintahan yang bebas KKN, proaktif serta transparan dalam
manajemen pemerintah daerah dan dalam mengelola potensi daerah terus
menjadi prioritas perhatian dalam menjalankan aktifitas pemerintahan.
23
F. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban
1. Optimalisasi dalam ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat umum
dalam kehidupan sehari-hari dengan mengembangkan sistem keamanan
lingkungan dengan pelibatan partisipasi aktif masyarakat ditandai dengan
mengikutsertakan kader Kansip Desa/Kelurahan dalam Suskalak A dan B sehingga
menghasilkan kader Hansip Desa/Kelurahan yang berkualifikasi A sebanyak 36
orang dan berkualifikasi B sebanyak 325 orang dari Kader Hansip Desa/Kelurahan
di Kabupaten Klungkung yang seluruhnya berjumlah 1.705 orang.
2. Penataan keorganisasian, tugas, fungsi, dan kewenangan pecalang melalui
pembinaan peningkatan kualitas SDM, penataan busana, dan sesana pecalang
telah mencapai 520 pecalang.
3. Penyelenggaraan mekanisme kerja aparat deteksi dini dan penanganan bencana
belum dapat terpenuhi sesuai standar, pemerintah senantiasa terus menerus
melakukan kegiatan pembenahan dan penambahan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan. Monitoring daerah rawan bencana sebagai langkah preventif
kemungkinan terjadinya bencana telah mencakupi 16 desa di wilayah Kecamatan
Nusa Penida. Ketersediaan personil Pemadam Kebakaran sebanyak 15 orang
kurang dari standar yang diperlukan yaitu 45 personil, namun armada mobil
pemadam kebakaran yang siap pakai sudah tersedia sebanyak 3 unit dari 3 unit
yang dibutuhkan.
4. Penertiban pelanggaran Perda melalui operasi penegakan Perda yang dilaksanakan
2 kali setiap bulannya telah cukup efektif dalam mengurangi terjadinya
pelanggaran Perda yang dilakukan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan rasa
aman dan tertibnya masyarakat, pemerintah telah melakukan patroli rutin 3 kali
dalam 1 hari dalam wilayah Kota Semarapura, luasan wilayah patroli memang
masih dirasakan kurang karena belum mencakup seluruh wilayah kecamatan yang
ada.
5. Suasana hidup tertib dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Klungkung
beberapa tahun belakangan ini juga tampak berkurang. Hal ini dilihat dari adanya
berbagai pelanggaran, tindakan criminal, konflik, dan tindakan-tindakan lainnya
yang menimbulkan gangguan ketertiban. Kondisi ini perlu disikapi dan diantisipasi
oleh aparat keamanan.
G. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup
1. Kabupaten Klungkung memiliki wilayah administratif seluas 315 km2, terdiri atas 4
kecamatan yakni : Kecamatan Klungkung (6 Kelurahan + 12 Desa), Kecamatan
Banjarangkan (13 Desa), Kecamatan Dawan (12 Desa) dan Kecamatan Nusa
24
Penida (16 Desa). Yang disebut terakhir, merupakan Klungkung kepulauan dengan
luas 20.284 Ha; sedangkan 11.216 Ha merupakan luas Klungkung daratan, yang
terdiri atas 3 kecamatan yang disebut pertama.
Selain Desa Dinas, Klungkung juga terbagi atas 92 Desa Pekraman dengan 395
banjarnya. Eksisting guna lahan di wilayah ini dipilah menjadi: lahan sawah 3.873
Ha, permukiman 1.297 Ha, tegalan 7.738 Ha, hutan Negara 202 Ha, perkebunan
10.060 Ha, hutan rakyat 657 Ha, lahan kering lain-lain 7.668 Ha, dan lahan
lainnya 5 Ha. Panjang pantai di Klungkung daratan tercatat 20 km sedangkan di
Klungkung kepulauan tercatat 70 km.
Permukaan tanah sebagian besar bergelombang dan berbukit-bukit terjal yang
kering dan tandus. Ketinggian tanah didominasi antara 100-500 m di atas
permukaan laut, yakni sebesar 227,48 km2 atau 72,21 % dari total luas wilayah.
Hanya sebagian kecil darinya yang merupakan dataran rendah.
Kemiringan tanah didominasi pada 15-40 0 (miring), yakni seluas 144,27 km2.
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Klungkung ada empat, yakni : (1). Regosol
Coklat Kelabu, (2). Regosol Coklat Kekuningan (3). Regosol Coklat Kemerahan dan
litosol, (4) Tanah Mediteran Coklat. Yang disebut terakhir, terdiri atas bahan
induk batuan gamping dengan dominasi terluas yakni 20.284 Ha. Tekstur tanah
didominasi oleh tekstrur kategori sedang seluas 29.568 Ha (93,87 %), sisanya
dalam kategori tekstur kasar, sedangkan tekstur halus nihil. Kedalaman efektif
tanah didominasi dengan kisaran 30-60 cm seluas 18.862 (59,88 %).
Kabupaten Klungkung yang terdiri atas Klungkung daratan dan Klungkung
kepulauan, menempati formasi batuan gunung api Gunung Agung (Qva) yang
tersebar sepanjang Tukad Unda dan melebar di sebelah selatan Kota Semarapura
sampai pantai. Formasi Buyan, Beratan dan Batur (Qbb) tersebar di sebelah
timur dan barat dari formasi Gunung Agung. Formasi Ulakan (Mu) menempati
daerah bagian timur laut wilayah Klungkung daratan. Formasi selatan(Ms) tersebar
di Klungkung Kepulauan.
2. Pengembangan wilayah Kabupaten Klungkung yang terdiri dari dua wilayah yaitu
Klungkung yang berada di daratan Bali dengan kondisi dan potensi daerahnya
disesuaikan dengan penggunaan dan pemanfaatan RTRW Kabupaten Klungkung
(sesuai dengan revisi RTRW Kabupaten Klungkung tahun 2007 dan pembahasan
Perda dilanjutkan tahun 2008), demikian pula Kepulauan Nusa Penida (Kabupaten
Klungkung) Kepulauan.
3. Tata ruang Kabupaten Klungkung dewasa ini, ada kecenderungan terdapat adanya
berbagai pelanggaran pemanfaatan ruang. Pembangunan yang dilakukan di
beberapa wilayah atau kawasan banyak dilakukan tanpa mengikuti rencana tata
25
ruang yang telah ada yang sebelumnya ditetapkan dengan Perda Nomor 1 tahun
1993 tidak mempertimbangkan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan dan
tidak memperhatikan kerentanan wilayah terhadap terjadinya bencana alam dalam
jangka pendek untuk memperolah keuntungan ekonomi sesuai, sehingga dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta
memperbesar resiko timbulnya korban akibat bencana alam. Hal lain juga sering
terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor. Beberapa penyebab terjadinya
permasalahan tersebut adalah belum tepatnya kompetensi sumber daya manusia
dalam bidang pengelolaan penataan ruang, rendahnya kualitas dari rencana tata
ruang, belum diacunya perundangan penataan ruang sebagai payung kebijakan
pemanfaatan ruang dan lemahnya penerapan hukum terhadap pelanggaran
pemanfaatan ruang.
4. Terkendalinya kelestarian fungsi lingkungan hidup dengan terus meningkatkan
kualitas lingkungan hidup, pengendalian dampak lingkungan dan pencegahan
pencemaran lingkungan.
Standar kualitas komponen lingkungan hidup (mutu air dan mutu udara) sesuai
standar baku mutu lingkungan (SK Gubernur no. 515). Pengendalian mutu air di
enam titik pengujian di Sungai Unda dan Sungai Jinah serta pengendalian mutu
udara di lima titik pengujian yaitu: pusat kota, seputar terminal Galiran,
perempatan Desa Paksa Bali, depan SMU 1 Semarapura, dan sisi utara Desa Selat.
Hasil pengukuran kualitas air terungkap adanya beberapa parameter yang
melampaui standar baku mutu di Tukad Jinah dan Tukad Unda. Hal ini
mengindikasikan terjadi pencemaran di sungai tersebut.
5. Perindangan estetika meliputi taman telajakan di 27 lokasi dengan luas
19.644,55m2 , taman umum di 20 lokasi seluas 7.325 m2 , dan taman lainnya di 11
lokasi seluas 20.257,75 m2. Perindangan non estetika meliputi perindangan
pohon-pohon pembatas sepanjang bahu jalan di wilayah kabupaten Klungkung
telah tertanam di pembatas bahu jalan sepanjang 50 km, dan perindangan di
hutan kota seluas 14,5 are atau 48,30% dari 3 ha luas hutan kota. Perindangan
pesisir pantai yang diperlukan sepanjang 90 km, dan penanganan lahan kritis
mengalami peningkatan menjadi seluas 2.439 ha dari 10.311 ha lahan kritis yang
ada.
6. Kawasan eks. Galian C di Gunaksa dan Tangkas yang diperkirakan seluas 300-an
ha, meragakan citra buruk atas bentang lahan dan topografinya, sebagai akibat
tidak dilaksanakannya reklamasi selama proses penggalian. Hingga kini
diperkirakan masih ditambang secara liar oleh oknum tertentu sebagai akibat
26
lemahnya sistem pengawasan. Penambangan liar batu kapur juga terjadi di Nusa
Penida, yang jika tidak dikendalikan, dipastikan akan merusak lingkungan/
bentang lahan.
7. Isu lingkungan lainnya yang perlu mendapat perhatian di Kabupaten Klungkung
antara lain : (1) kelangkaan monyet ekor panjang di Pesinggahan, Besan, Tanglad,
Sekartaji, Batumadeg dan Batukandik; (2) kerusakan terumbu karang di Nusa
Penida; (3) Suaka margasatwa kakak tua jambul kuning di Dusun Karang dan
Desa Sekartaji, kelelawar dan ular phyton di Goa Lawah Desa Pesinggahan,
burung walet di Nusa Penida serta Penyu blimbing dan penyu lekang di pantai
Tegal Besar Negari, pantai Lepang (Takmung), dan Pantai Pamalihan Desa Suana.
8. Sumber daya alam dan lingkungan hidup mempunyai peranan penting dalam
kehidupan dan perekonomian Kabupaten Klungkung. Kondisi umum yang akan
diuraikan meliputi kondisi eksisting sumber daya hutan, Daerah Aliran Sungai
(DAS), air bawah tanah, ruang terbuka hijau, erosi dan longsor, sumber daya
pesisir dan lautan, intrusi air laut, sumber daya tak terbarukan dan pencemaran
air serta pencemaran lingkungan lainnya.
9. Sumber daya hutan, keberadaan kawasan hutan di kabupaten Klungkung
mencapai luas 1.048,50 ha atau 3,32% dari luas kabupaten Klungkung (31.500ha)
yang keberadaannya hanya di wilayah kepulauan Nusa Penida. Ini berarti
prosentase luas kawasan hutan di Kabupaten Klungkung dibawah standar yang
seharusnya 30%. Krisis kerusakan hutan ini umumnya disebabkan oleh
kebakaran dan alih fungsi lahan hutan dan kerusakan hutan berkepanjangan juga
mengakibatkan banjir/longsor, menurunnya flora-fauna hutan.
10. Kabupaten Klungkung dengan luas wilayahnya yang relatif kecil sekelas Kota
Denpasar, namun memiliki beraneka ragam jenis flora dan fauna yang dijumpai
dalam ekosistem hutan pada sebaran hutan lindung dan taman wisata laut dengan
terumbu karang dan ragam ikan hias. Selain itu hutan mangrove (hutan bakau),
dan hutan rakyat, serta kawasan bukit Abah memiliki keragaman tumbuhan langka
seperti Juwet Putih, Wani, Manggis, Pohon Jeleme dan lain-lain. Kawasan Bukit
Abah selanjutnya direncanakan akan dikembangkan sebagai bumi perkemahan,
sedangkan di kawasan pantai Lembongan dan Jungut Batu yang terdapat
bentangan tanaman bakau, saat ini kondisinya perlu mendapat perhatian lebih
dalam upaya pelestariannya, demikian halnya terhadap pembentukan hutan
lindung di kawasan Puncak Mundi Desa Sakti yang masih memerlukan komitmen
bersama yang kuat untuk mewujudkannya.
27
11. Ruang terbuka hijau di Kabupaten Klungkung luasannya mengalami penurunan
seiring dengan menurunnya luas lahan persawahan rata-rata 22,4 ha pertahun
dalam lima tahun terakhir akibat meningkatnya kebutuhan lahan untuk
permukiman. Dengan demikian perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian dan
penanggulangan melalui penataan ruang terbuka hijau dan konsistensi dalam
implementasinya.
12. Dibidang pesisir dan kelautan, secara umum kondisi pantai di Kabupaten
Klungkung berpasir hitam dan sebagian kecil lainnya berpasir putih. Sumber daya
alam yang menonjol dari kawasan pantai di Kabupaten Klungkung adalah rumput
laut dan mangrove (hutan bakau). Degradasi juga terjadi pada mangrove karena
adanya kegiatan pariwisata seperti wisata air di Nusa Lembongan yang
mengakibatkan terumbu karang kondisinya cukup tertekan. Pantai Kabupaten
Klungkung di wilayah Klungkung Daratan dan Kepulauan Nusa Penida mengalami
abrasi sepanjang 17,600 km dari total panjang pantai Kabupaten Klungkung
sepanjang 58,500 Km.
13. Dibidang sumber daya alam yang tak terbarukan pada wilayah areal Galian
Golongan C (Gunaksa, Jumpai, Tangkas) yang telah ditutup usaha penggaliannya
selanjutnya akan dimanfaatkan untuk pembangunan Dermaga Sandingan untuk
penyeberangan laut ke Mentigi (Nusa Penida), pembangunan Estuaridam
(SERBAGITAKU), dan pembangunan GOR. Pemanfaatan untuk kepentingan
lainnya masih memerlukan kajian lebih mendalam melalui penelitian agar
kebijakan Pemetaan Pemanfaatan Tata Ruang pada wilayah eks Galian C tersebut
senantiasa tepat berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Sedangkan diparuh
lain di Kepulauan Nusa Penida yang perlu mendapat perhatian serius adalah
terhadap aktifitas pengambilan batu kapur putih yang dibentuk menjadi batu
cadas dan aktifitas pengambilan pasir laut.
14. Sumber daya alam yang berasal dari air permukaan di Kabupaten Klungkung
diantaranya yang berasal dari Tukad Unda, Tukad Jinah, Tukad Melangit dan
lainnya perlu mendapat perhatian karena berpotensi sebagai sumber irigasi air
bersih terutama pada Tukad Unda untuk pembangunan Estuaridam. Demikian
halnya dengan sumber daya air bawah tanah masih diperlukan optimalisasi
pengawasan dan pengendalian agar tidak terjadi pengambilan yang berlebihan
yang dapat berakibat intrusi air laut ke permukaan tanah.
15. Pencemaran air menjadi permasalahan yang semakin penting pada saat ini.
Limpahan sampah dan limbah industri maupun rumah tangga acak menyumbat
aliran air dalam got dan kerap meluap menggenangi jalanan umum dan bahkan
28
rumah-rumah penduduk yang berada posisi dibawah permukaan jalan. Upaya
pencegahan dan penanganan rekondisi merupakan komitmen yang terus dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung.
2.2 TANTANGAN
A. Sosial Dasar dan Sosial Budaya
1. Dalam 20 tahun mendatang jumlah penduduk Kabupaten Klungkung semakin
besar. Kondisi saat ini dengan distribusi penduduk yang tidak merata antar
kecamatan merupakan tantangan tersendiri terlebih kecenderungan
perpindahan masyarakat dari Desa ke Kota untuk mengadu perbaikan nasib.
Oleh karenanya pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk
sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan penduduk yang seimbang
dalam rangka mendukung pembentukan jumlah penduduk usia produktif lebih
besar darpada jumlah penduduk usia non produktif dan pemertaan sumber
daya dan hasil pembangunan.
2. Permasalahan kependudukan yang akan muncul sebagaimana diprediksikan
adalah kepadatan penduduk dan masalah migrasi, baik migrasi dari desa ke
kota dan juga migrasi dari luar Bali ke Bali yang akhirnya akan merambah ke
Kabupaten/Kota di Bali termasuk Kabupaten Klungkung. Semakin
meningkatnya proporsi penduduk berusia tua juga merupakan tantangan
dimasa mendatang yang akan semakin meningkatkan kebutuhan layanan bagi
orang tua seiring perubahan pola makan dan jenis penyakit yang diderita.
Tantangan dalam hal kualitas penduduk adalah masih rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) bahkan masih lebih rendah dari Negara
tetangga di ASEAN. Hal tersebut disebabkan faktor kesehatan, pendidikan,
dan tingkat pendapatan perkapita yang masih rendah. Selain itu tantangan
lain dalam hal kependudukan adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya melaporkan dan mencatatkan diri pada administrasi
kependud
Recommended