View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AMDAL RUMAH SAKIT :
STUDI KASUS RSUD LABUANG BAJI DI KOTA MAKASSAR
THE EFFECTIVENESS OF HOSPITAL EIA IMPLEMENTATION:
CASE STUDY OF LABUANG BAJI HOSPITAL
IN MAKASSAR CITY
SAFRI ARIF
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AMDAL RUMAH SAKIT :
STUDI KASUS RSUD LABUANG BAJI DI KOTA MAKASSAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Megister
Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Disusun dan Diajukan Oleh
SAFRI ARIF
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
TESIS
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AMDAL RUMAH SAKIT :
STUDI KASUS RSUD LABUANG BAJI DI KOTA MAKASSAR
Disusun dan diajukan oleh
SAFRI ARIF
Nomor Pokok P 0303212004
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 27 Januari 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Prof. Dr. Ir. HAZAIRIN ZUBAIR, MS
Ketua
Prof. Dr. Ir. BAHARUDDIN NURKIN, MS Anggota
Ketua Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Prof. Dr. Ir. NGAKAN PUTU OKA, M.Sc
Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. MUHAMMAD ALI, SE., MS
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Safri Arif
Nomor Mahasiswa : P0303212004
Program Studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Januari 2017
Penulis
iv
PRAKATA
Bismillahirahmanirohim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi Allah SWT, yang atas
kehendak-NYA hingga penulisan tesis dapat diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian adalah Efektivitas Pelaksanaan AMDAL Rumah Sakit :
Studi Kasus RSUD Labuang Baji Di Kota Makassar.
Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik, atas arahan
dan bimbingan yang tulus ikhlas dari Komisi Penasehat dan Penguji,
serta keterlibatan berbagai pihak yang telah ikut serta mendukung penulis.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menghanturkan
banyak terima kasih kepada:
a. Bapak Prof. Dr. Ir Hazairin Zubair, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir.
Baharuddin Nurkin, M.Sc masing-masing sebagai pembimbing 1 dan
pembimbing 2, yang telah banyak memberikan petunjuk pengarahan dan
bimbingan sejak dimulainya hingga pada akhir penelitian ini.
b. Bapak Prof. Dr. Ir. Kahar Mustari., M.Si, Prof. Dr. Didi Rukmana, M.Si,
dan Prof. Dr. Ngakan Putu Oka, M.Si. sebagai anggota komisi penasehat
studi yang telah banyak memberikan petunjuk dan nasehat-nasehat
sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing dalam penelitian ini.
c. Rekan-rekan PLH 2012 yang telah banyak memberikan bantuan,
dorongan moril dan kerjasama dalam penyelesaian studi ini.
v
d. Istri tercinta, anak-anakku dan seluruh keluarga yang telah banyak
memberikan dorongan moril dan materi dalam pelaksanaan dan
penyelesaiaan studi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini, memuliakan
orang yang berilmu dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu,
keselamatan bagi manusia dan khususnya menjadi berkah bagi penulis.
Makassar, Januari 2017
Safri Arif
vi
Abstrak
Safri Arif. Efektivitas Pelaksanaan AMDAL Rumah Sakit : Studi Kasus RSUD Labuang Baji di Kota Makassar. (Dibimbing oleh Hazairin Zubair dan Baharuddin Nurkin). Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengevaluasi pelaksanaan AMDAL di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji yang telah memiliki dokumen lingkungan. (2) Mengidentifikasi dan mengevalusi keterlibatan masyarakat dalam mendukung pengelolaan lingkungan di RSUD Labuang Baji. (3) Mengidentifikasi dan mengevaluasi pelaksanaan pengawasan oleh pemerintah daerah dalam evaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan di RSUD Labuang Baji. (4) Mengetahui efektivitas pelaksanaan AMDAL sebagai instrumen pengelolaan lingkungan. (5) Mengajukan usulan (rekomendasi) perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di RSUD Labuang Baji. Penelitian ini menggunakan metode survei dan studi pustaka. Penelitian ini dilakukan di RSUD Labuang Baji di Kota Makassar dengan melakukan survei berupa wawancara dan kuesioner serta studi pustaka terhadap dokumen AMDAL, pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Responden dari penelitian terdiri dari pihak pemrakarsa (RSUD Labuang Baji), instansi pengawas, dan masyarakat disekitar lokasi RSUD Labuang Baji. Hasil penelitian menunjukkan untuk parameter (1) Hasil pemantauan lingkungan terhadap kualitas air dengan beberapa parameter masih melampaui baku mutu dan pemantauan lingkungan belum rutin dilakukan setiap 6 bulan. (2) IPAL yang dimiliki belum berfungsi maksimal. (3) Insinerator yang beroperasi belum memiliki izin. (4) Kemacetan Arus Lalu lintas di Jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Implementasi AMDAL di RSUD Labuang Baji belum dilaksanakan sepenuhnya pada pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. (2) Keterlibatan masyarakat di sekitar RSUD Labuang Baji dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan relatif masih rendah, masyarakat belum memahami pentingnya pengelolaan dan pemantauan lingkungan bagi mereka yang tinggal disekitar lokasi kegiatan. (3) Lemahnya pengawasan dan penindakan (sanksi) instansi pengawas terhadap pelanggaran dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dan Lemahnya koordinasi antar instansi pengawas dalam hal pengawasan terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup RSUD Labuang Baji. (4) Dari hasil penelitian di RSUD Labuang Baji diketahui bahwa pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebesar 27% atau belum efektif.
Demi perbaikan kualitas lingkungan dalam pengoperasian RSUD Labuang baji, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya: (a) Penambahan areal parkir sesuai dengan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, 1996, (b) Perlu dilakukan sosialisasi, keterlibatan dan keterbukaan informasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan kepada masyarakat. (c) Perlu penegakan hukum dan sanksi yang tegas kepada pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan yang belum melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di Kota Makassar. (d) Pemberian penghargaan bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
vii
ABSTRACT
SAFRI ARIF. The Effectiveness of Hospital EIA Implementation: Case Study of Labuang Baji Hospital in Makassar City. (supervised by Hazairin Zubair and Baharuddin Nurkin).
This research aimed (1) to evaluate the implementation of EIA in Labuang Baji Hospital who already have environmental documents. (2) to identify and evaluate the involvement community in supporting environmental management in Labuang Baji Hospital. (3) to identify and evaluate the implementation of supervision by government in evaluating the implementation of environmental management in Labuang Baji Hospital. (4) to know the effectiveness of EIA implementation as an environmental management instrument. (5) to propose a recommendation for improvement of environmental management and monitoring in Labuang Baji Hospital. This research uses survey method and literature study.
This research was conducted in the Labuang Baji Hospital in Makassar City by conducting surveys in the form of interviews and questionnaires as well as literature study on EIA documents, implementation of environmental management and monitoring. Respondents from the research consisted of the initiators (Labuang Baji Hospital), supervisory agencies, and the community surrounding the location of Labuang Baji Hospital.
The research results indicated that (1) the result of environmental monitoring on the water quality with some parameters still exceed the quality standard and environmental monitoring has not been routinely done every 6 months. (2) WWTP owned has not functioned optimally. (3) non-authorized operating incinerators. (4) the traffic jams in Ratulangi Street in front of the hospital exit.
The conclusions of this research are (1) implementation of EIA in Labuang Baji Hospital has not been fully implemented on environmental management and monitoring. (2) community involvement around Labuang Baji Hospital in the implementation of environmental management and monitoring is still low, the community has not understood the importance of environmental management and monitoring for those living around the activity site. (3) weak supervision and enforcement of the supervisory agency against violations in the environmental management and monitoring and weak coordination among regulatory agencies in terms of supervision of environmental management and monitoring in Labuang Baji Hospital. (4) the research result in Labuang Baji Hospital it is known that the implementation of environmental management and monitoring is 27% or not yet effective.
For the purpose of improving the quality of the environment in the operation of Labuang Baji Hospital, the researcher proposes several recommendations including: (a) The addition of parking area in accordance with the Technical Guidance of Parking Facility Provision, 1996, (b) Need to be socialized, involvement and openness of environmental management and monitoring information to the community . (c) Require strict law enforcement and sanctions to the activities that have not yet undertaken environmental management and monitoring. (d) rewards for activities that have carried out environmental management and monitoring.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PENGAJUAN ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
PERNYATAAN ................................................................................. iv
PRAKATA ........................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiii
BAB I Pendahuluan ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ........................................................ 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 7
F. Definisi dan Istilah ............................................................ 9
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................ 10
A. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup ....................... 10
B. Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan ...................................................................... 12
C. Peraturan Perundangan yang Terkait Mengenai AMDAL 13
D. Peraturan tentang AMDAL Berdasarkan Jenis Usaha Kegiatan ......................................................................... 17
E. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) 20
F. Hasil Penelitian Studi Terkait ........................................... 27
G. Dampak Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit .................. 29
ix
H. Upaya-Upaya Penanggulangan Limbah .......................... 33
I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 34
J. Kerangka Pikir Penelitian ................................................. 40
BAB III Metodologi Penelitian ....................................................... 43
A. Rancangan Penelitian ...................................................... 43
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................ 43
C. Alat dan Bahan ................................................................ 46
D. Populasi dan Sampel ...................................................... 46
E. Jenis Data ...................................................................... 49
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 50
G. Sumber Data .................................................................... 51
H. Analisis Data .................................................................... 52
I. Diagram Alir Penelitian .................................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 56
A. Hasil Penelitian ................................................................ 56
B. Pembahasan .................................................................... 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 107
A. Kesimpulan ........................................................................... 107
B. Saran..................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 110
LAMPIRAN .................................................................................... 113
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1 Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kebijakan
AMDAL .............................................................................................. 27 2 Jenis, sumber data dan teknik pengambilan data ............................ 51 3 Pembobotan/skoring penentuan efektifitas ...................................... 53 4 Matriks rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)
operasional RSUD Labuang Baji Makassar....................................... 63 5 Matriks rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL)
operasional RSUD Labuang Baji Makassar ..................................... 66 6 Distribusi Kebutuhan Air RSUD Labuang Baji ................................... 72 7 Hasil pemeriksaan outlet air limbah RSUD Labuang Baji pada
3 (tiga) tahun terakhir ........................................................................ 73 8 Jumlah Limbah B3 yang Dihasilkan RSUD Labuang Baji
Makassar selama 3 Tahun Terakhir .................................................. 75 9 Kualitas Udara Ambien RSUD Labuang Baji ..................................... 78 10 Hasil uji emisi genset RSUD Labuang Baji ........................................ 78 11 Persepsi responden tentang latar belakang penyusunan
dokumen AMDAL RSUD Labuang Baji ............................................. 83 12 Pemahaman tentang dokumen AMDAL ............................................ 83 13 Pelaksanaan upaya pengelolaan dalam dokumen AMDAL ............... 84 14 Pelaksanaan upaya pemantauan dalam dokumen AMDAL .............. 85 15 Pelaksana pengelolaan dan pemantauan lingkungan di RSUD
Labuang Baji ...................................................................................... 85 16 Kendala dalam pelaksanaan dokumen AMDAL ................................ 85 17 Yang mendorong pelaksanaan pengelolaan lingkungan ................... 86 18 Manfaat pelaksanaan pengelolaan lingkungan.................................. 86 19 Format laporan pelaksanaan dan pemantauan lingkungan
yang ada ............................................................................................ 87 20 Pelaksanaan AMDAL di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji .................................................................................................... 87 21 Persepsi responden tentang latar belakang penyusunan
dokumen AMDAL .............................................................................. 88 22 Keikutsertaan dinas/instansi dalam pembahasan draft
dokumen pengelolaan lingkungan ..................................................... 89 23 Cara dinas/instansi melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan dan pemantauan lingkungan ......................................... 89 24 Kendala dinas/instansi dalam melakukan pengawasan .................... 90 25 Pengawasan secara bersama dengan dinas/instansi terkait ............. 90 26 Pengetahuan masyarakat tentang AMDAL........................................ 91 27 Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan ......................................................................... 91 28 Tujuan penyusunan studi pengelolaan lingkungan dibuat dan
dilaksanakan ...................................................................................... 92
xi
29 Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan dan pembahasan AMDAL RSUD Labuang Baji ............................................................. 93
30 Perlukah masyarakat mengetahui AMDAL RSUD Labuang Baji ...... 93 31 Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan .................................................................... 94 32 Hambatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan .................................................................... 94 33 Peranan instansi pemerintah dalam melakukan pengawasan ........... 95 34 Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar RSUD Labuang
Baji .................................................................................................... 95 35 Pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang dilakukan oleh RSUD Labuang Baji .......................................... 96 36 Evaluasi pelaksanaan AMDAL RSUD Labuang Baji ......................... 97 37 Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup RSUD Labuang
Baji .................................................................................................. 100 38 Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup RSUD Labuang
Baji .................................................................................................. 101 39 Pembobotan/skoring penentuan efektifitas ...................................... 102
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Aktivitas Pembangunan Menimbulkan Dampak ....................... 21
2. RSUD Labuang Baji Makassar .................................................. 35
3. Lokasi RSUD Labuang Baji Makassar ..................................... 36
4. Kerangka Pikir Penelitian........................................................... 42
5. Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 44
6. Peta Orientasi Lokasi Penelitian ................................................ 45
7. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 55
8. IPAL RSUD Labuang Baji Makassar ......................................... 74
9. TPS LB3 RSUD Labuang Baji ................................................... 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kelayakan Lingkungan RSUD Labuang Baji Makassar ........... 113
2. Hasil Analisis Laboratorium ...................................................... 116
3. Kesepakatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga LB3 .................. 122
4. Izin TPS LB3 RSUD Labuang Baji Makassar .......................... 133
5. SOP ........................................................................................... 138
6. Kuesioner ................................................................................. 174
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan suatu kota tidak terlepas dari aspek
pembentuknya. Aspek pembentuk tersebut meliputi sosial budaya,
ekonomi, pemukiman, kependudukan, sarana dan prasarana serta
transportasi. Adanya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan
terjadinya peningkatan kegiatan sosial-ekonomi, juga peningkatan
kebutuhan pelayanan, dan selaras dengan itu akan terjadi peningkatan
prasarana. Sebagai Sistem Kota, prasarana (infrastruktur) merupakan
kelengkapan dasar lingkungan, kawasan, kota, atau wilayah
(ruang/spatial).
Berkembangnya suatu kota pasti akan diikuti oleh pertambahan
jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk ini akan memicu
kepadatan pemukiman yang berpotensi menimbulkan persoalan-
persoalan sosial ekonomi, dan tidak terlepas juga dengan persoalan
infrastruktur diantaranya air bersih, drainase, sanitasi, persampahan,
transportasi, dan pelayanan kesehatan.
Rumah sakit dalam kegiatan pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, akan menimbulkan berbagai bahan buangan yang
bersifat infeksius ataupun non infeksius dalam bentuk gas, cair, dan
padat. Bahan buangan tersebut timbul dari kegiatan tiap unit seperti
2
ruang perawatan, ruang poliklinik, laboratorium, tempat cuci linen, dapur,
kamar mandi, dan kamar mayat (Said, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Rukmanasari (2009) di Rumah Sakit
Pertiwi dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah Makassar
menunjukkan kadar MPN (Most Probable Number = jumlah perkiraan
terdekat) Koliform di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar pada influent
adalah 2.400.000 koloni/100 ml dan pada effluent berkisar antara
1.300.000 – 1.800.000 koloni/100 ml atau mengalami penurunan antara
25,00 % – 45,83 % sedangkan di Rumah Sakit St. Khadija pada influent
terendah 31.000 koloni/100 ml dan tertinggi 2.400.000 koloni/100 ml;
pada effluent terendah 11.000 koloni/100 ml dan tertinggi 1.400.000
koloni/100 ml atau mengalami penurunan antara 41,67 % – 65,83 %.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengolahan air limbah ke dua
rumah sakit tersebut tidak efektif dalam menurunkan kadar MPN Koliform
dimana tingkat penurunannya kurang dari 95 %, karena pengolahan air
limbah pada kedua rumah sakit ini terdapat bak khlorinasi (pembubuhan
chlor) namun tidak difungsikan, sehingga air limbah yang dibuang ke
badan air tidak dikhlorinasi.
Sementara menurut Lestari (2010), pada effluent Rumah Sakit Dr.
Tadjuddin Chalid didapatkan kandungan rata-rata MPN Koliform
891.333,3 koloni /100 ml dan di effluent IPAL Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar menunjukkan kandungan rata-rata MPN Koliform
424.966,7 koloni/100 ml.
3
Untuk mengendalikan dampak negatif akibat pelaksanaan
pembangunan, maka AMDAL mensyaratkan pelaku usaha/kegiatan
(pemrakarsa) untuk memprediksi dampak negatif dan positif kegiatan
manusia terhadap lingkungan. Olehnya itu beberapa langkah harus
diambil sejak tahap awal untuk mengurangi dampak negatif dan
menghasilkan pilihan alternatif bagi para pengambil keputusan
(Horoepoetri, 2003).
AMDAL merupakan salah satu instrumen pencegah pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan saling berkaitan dengan
instrumen lingkungan hidup yang lain sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Pasal 14, yaitu terdapat 13
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup, instrumen yang telah dijelaskan dalam pasal tersebut diatas adalah
sudah cukup lengkap untuk melindungi lingkungan hidup dari pencemaran
dan kerusakan, namun dalam penerapannya justru beberapa instrument
tidak diperhatikan sama sekali, contohnya instrumen Amdal, banyak
perusahaan yang masih tidak memiliki dokumen amdal, sehingga
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh minimnya penanggulangan
akibat pun terjadi.
Pada pasal 22 ayat (1) UUPPLH dinyatakan bahwa setiap usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
4
Dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan harus ditegaskan
kewajiban yang berkenaan dengan penataan terhadap ketentuan
pengelolaan mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang harus
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam
melaksanakan usaha dan/atau kegiatannya.
Soemarwoto (2014) menyatakan bahwa AMDAL mempelajari
dampak pembangunan terhadap lingkungan dan dampak lingkungan
terhadap pembangunan juga didasarkan pada konsep ekologi yang
secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi
antara mahluk hidup dan lingkungannya. AMDAL merupakan bagian ilmu
ekologi pembangunan yang mempelajari hubungan timbal balik atau
interaksi antara pembangunan dan lingkungan.
Selanjutnya dinyatakan bahwa AMDAL telah banyak dilakukan di
Indonesia dan negara lain. Akan tetapi pengalaman menunjukkan,
AMDAL tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan sebagai alat
perencanaan. Bahkan sering terjadi, AMDAL hanya merupakan dokumen
formal yang sekedar memenuhi ketentuan undang-undang. Beberapa
sebab dokumen AMDAL tidak digunakan sebagai alat perencanaan
adalah :
1. AMDAL dilakukan terlambat sehingga tidak dapat lagi memberikan
masukan untuk pengambilan keputusan dalam proses perencanaan.
2. Tidak adanya pemantauan, baik pemantauan pada tahap pelaksanaan
proyek itu maupun pemantauan pada tahap operasional proyek.
5
3. Penyalahgunaan AMDAL untuk membenarkan diadakannya suatu
proyek.
Heroepoetri (2003) menyatakan bahwa dampak positif adanya
AMDAL di Indonesia terutama dirasakan dengan meningkatnya kesadaran
lingkungan di kalangan birokrat dan pengusaha. Tetapi setelah lebih dari
6 (enam) tahun diterapkannya AMDAL, banyak permasalahan timbul
antara lain:
1. Kurangnya pemahaman bahwa AMDAL harus digunakan sebagai alat
perencanaan (planning tool).
2. Kurang jelasnya hubungan AMDAL dengan perizinan.
3. Lemahnya kualitas dokumen AMDAL. Berdasarkan penelitian dari
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2003 bahwa dari 7.000
dokumen AMDAL sebanyak 80% berkualitas buruk.
4. Tidak adanya sistem monitoring atas penerapan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Karliansyah (Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan) mengakui
bahwa Kementerian Lingkungan Hidup RI merasa prihatin terhadap
pelaksanaan AMDAL di Indonesia, karena pada KTT Pembangunan
Berkelanjutan di Johannesburg, Afrika Selatan tahun 2002 yang diikuti
oleh 180 negara, mayoritas negara menyatakan AMDAL dapat mencegah
kerusakan lingkungan akibat pembangunan (Media Indonesia, 2003).
Hasil kajian yang dilakukan oleh Wahyono, dkk., (2012) tentang
efektifitas pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL pada perusahaan terpilih di
6
Kabupaten Pacitan tahun 2012 berada pada kelompok menengah dengan
nilai 34 – 66%. Yang berarti pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL masuk
katagori cukup efektif.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka untuk melihat bagaimana peran
instansi pemerintah dan pemrakarsa dalam pelaksanaan AMDAL di
Provinsi Sulawesi Selatan, perlu dilakukan penelitian yang akan
menggambarkan tentang “EFEKTIFITAS PELAKSANAAN AMDAL
RUMAH SAKIT : STUDI KASUS RSUD LABUANG BAJI DI KOTA
MAKASSAR”.
B. Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaan penelitian tersebut, telah dirumuskan masalah
pokok yaitu:
1. Bagaimanakah implementasi AMDAL di RSUD Labuang Baji ?
2. Bagaimanakah keterlibatan masyarakat di sekitar di RSUD Labuang
Baji dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan?
3. Bagaimanakah pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Makassar dalam pelaksanaan AMDAL di RSUD Labuang Baji?
4. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan AMDAL sebagai instrumen
lingkungan di RSUD Labuang Baji?
7
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan :
1. Mengevaluasi pelaksanaan AMDAL di RSUD Labuang Baji yang telah
memiliki dokumen lingkungan.
2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi keterlibatan masyarakat dalam
mendukung pengelolaan lingkungan di RSUD Labuang Baji.
3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi pelaksanaan pengawasan oleh
pemerintah daerah dalam evaluasi pelaksanaan pengelolaan
lingkungan RSUD Labuang Baji.
4. Mengetahui efektivitas pelaksanaan AMDAL sebagai instrumen
pengelolaan lingkungan di RSUD Labuang Baji.
5. Mengajukan usulan (rekomendasi) perbaikan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan di RSUD Labuang Baji.
D. Kegunaan Penelitian
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemerintah Kota
Makassar sehingga AMDAL dapat difungsikan dalam mengendalikan
pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat pelaksanaan
pembangunan.
2. Sebagai bahan/sumber informasi dan umpan balik bagi pihak-pihak
yang berkepentingan terutama pengambil keputusan atau pembuat
8
kebijakan di lembaga pengelola lingkungan hidup baik yang ada di
pusat, propinsi maupun yang ada di kabupaten/kota).
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian Efektivitas Pelaksanaan AMDAL sebagai Instrumen
Pengelolaan Lingkungan di Kota Makassar lebih menekankan pada
pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dalam dokumen AMDAL
di RSUD Labuang Baji yang telah memiliki dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), keterlibatan masyarakat sekitar
kegiatan dan/atau usaha dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup, pengawasan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar dalam
pelaksanaan AMDAL serta mengetahui efektivitas pelaksanaan AMDAL di
RSUD Labuang Baji.
Ruang lingkup penelitian efektivitas pelaksanaan AMDAL di Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji meliputi:
1. Pelaksanaan RKL dan RPL dalam dokumen AMDAL di Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji yang telah memiliki dokumen lingkungan.
2. Keterlibatan masyarakat sekitar Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
3. Pengawasan yang telah dilakukan oleh BLHD Kota Makassar dalam
pelaksanaan AMDAL di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.
9
F. Definisi dan Istilah
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah
kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.
Dampak Penting : perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Efektivitas Amdal : suatu keadaan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan Amdal
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
RKL-RPL.
MPN : singkatan dari Most Probable Number, diartikan
sebagai jumlah perkiraan terdekat.
Pemrakarsa : setiap orang atau instansi pemerintah yang
bertanggung jawab atas suatu usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan.
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
upaya penanganan dampak terhadap lingkungan
hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup adalah
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Usaha dan/atau Kegiatan : segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan
hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, telah
jelas memaparkan bahwa yang dimaksud dengan Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Permasalahan lingkungan hidup pada dasarnya timbul karena
dinamika penduduk, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang
kurang bijaksana serta kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu
pengetahuan dan teknologi maju. Dampak negatif yang sering timbul dari
kemajuan ekonomi yang seharusnya positif dan memberikan manfaat
yang besar terhadap manusia seringkali terjadi sebaliknya, manusia
menjadi korban akibat dampak yang ditimbulkan dari aktivitas ekonomi
yang dilakukan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup merupakan
dua permasalahan yang paling banyak timbul. Sebagai dampak dari
kegiatan ekonomi dan pembangunan (Yetti, 2008).
Hubungan timbal balik antara aspek ekonomi dan sumber daya
alam dan lingkungan kemudian menjadi sangat penting. Ekstraksi
terhadap sumberdaya alam yang dilakukan manusia dalam rangka
11
pemenuhan kebutuhan akan menghasilkan benefit dan limbah. Aktivitas
manusia secara langsung maupun tidak langsung telah dan akan
memberikan dampak terhadap resistensi sumberdaya alam dan
lingkungan.
Agar upaya pelestarian lingkungan berjalan secara efektif dan
efisien serta berkelanjutan, dibutuhkan kebijakan untuk mewujudkan hal
tersebut. Dalam skenario politik ekonomi yang rumit saat ini, amatlah
penting untuk menetapkan kebijakan lingkungan dan sosial yang kuat
disemua tingkatan. Demikian juga penegakan hukum harus berjalan
secara efektif agar pelestarian keanekaragaman hayati dapat berjalan
dengan baik.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional
mendefinisikan kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh
Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
Kebijakan dikatakan efektif apabila penerapan kebijakan dan
instrumennya dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Sedangkan dikatakan efisien jika kebijakan tersebut
membutuhkan biaya yang rendah. Tahapan kebijakan terdiri dari fase
formulasi kebijakan dan fase implementasi kebijakan, sedangkan analisis
kebijakan aktivitas menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan
kebijakan (Clay dan Shaffer (1984) dalam Sanim (2003), Yetti (2008)).
12
Salah satu tindakan pemerintah dalam analisis kebijakan
lingkungan adalah dengan menerapkan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup dalam setiap pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup.
B. Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pengkajian pengelolaan sumberdaya alam merupakan suatu hal
yang sangat penting dilakukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan
nasional kita. Dengan potensi sumberdaya alam yang berlimpah
sesungguhnya kita dapat melaksanakan proses pembangunan bangsa ini
secara berkelanjutan tanpa harus dibayangi rasa cemas dan takut akan
kekurangan modal bagi pelaksanaan pembangunan tersebut.
Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumberdaya alam ini mampu
membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa indonesia
(Yetti, 2008).
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Gagasan pembangunan berkelanjutan dikenal juga dengan
pembangunan berwawasan lingkungan, secara bertahap mulai
dimasukkkan dalam kebijakan perencanaan dan pembangunan nasional.
13
Hal tersebut mulai terdapat dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang selanjutnya direvisi hingga saat ini yaitu Undang – Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup, serta didukung dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Lebih lanjut Tias (2009), menyatakan pembangunan berwawasan
lingkungan mengandung pengertian bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu hidup rakyat dilakukan sekaligus dengan
melestarikan kemampuan lingkungan agar dapat tetap menunjang
pembangunan secara berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa
pelaksanaan suatu kegiatan wajib diikuti dengan upaya mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
Soemarwoto (2014), mendefinisikan pembangunan yang
berwawasan lingkungan pada hakekatnya merupakan permasalahan
ekologi, khususnya ekologi pembangunan, yaitu interaksi antara
pembangunan dan lingkungan.
C. Peraturan Perundangan yang Terkait Mengenai AMDAL
AMDAL di Indonesia diberlakukan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan sebagai realisasi pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2009.
AMDAL merupakan instrumen pengelolaan lingkungan yang diharapkan
dapat mencegah kerusakan lingkungan dan menjamin upaya-upaya
14
konservasi. Hasil studi AMDAL merupakan bagian penting dari
perencanaan pembangunan proyek itu sendiri. Sebagai instrumen
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, AMDAL harus dibuat pada
tahap paling dini dalam perencanaan kegiatan pembangunan, dengan
kata lain, proses penyusunan dan pengesahan AMDAL harus merupakan
bagian dari proses perijinan satu proyek. Dengan cara ini proyek-proyek
dapat disaring seberapa jauh dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain
studi AMDAL juga dapat memberi masukan bagi upaya-upaya untuk
meningkatkan dampak positif dari proyek tersebut.
Adapun peraturan perundangan yang berhubungan dengan
pengelolaan lingkungan hidup yang saat ini diberlakukan di Indonesia
antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berisi
Pasal 1 ayat 2 : Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
Pasal 1 ayat 11 : Analisis mengenai dampak lingkungan hidup,
yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
15
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Secara garis besar berisi tentang :
Pasal 1 ayat 1 : Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha
dan/atau Kegiatan.
Pasal 1 ayat 13 : Izin Usaha dan/atau Kegiatan adalah izin yang
diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan Usaha dan/atau
Kegiatan.
Pasal 2 ayat 1 : Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.
Pasal 42 ayat 1 : Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara
tertulis oleh penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku
Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, yang berisi tentang
penetapan baku mutu air pada sumber air berdasarkan peruntukannya
dan memperhatikan kondisi nyata kualitas airnya.
16
4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, berisi tentang pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan
inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik
dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk
sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang berisi tentang daftar
limbah B3 berdasarkan karakteristik dan toksisitasnya.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
AMDAL, antara lain berisi tentang :
Pasal 1 ayat 2 : Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk
aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan
hidup.
Pasal 2 ayat 1 dan 2 : (1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
Amdal. (2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
17
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 Tentang
Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup
serta Penerbitan Izin Lingkungan
Pasal 1 ayat 11 : Instansi Lingkungan Hidup Provinsi adalah instansi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup provinsi.
Pasal 14 ayat 1 : Berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf d sampai
dengan huruf g, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya menerbitkan: a. keputusan kelayakan lingkungan
hidup dan Izin Lingkungan, jika rencana usaha dan/atau kegiatan
dinyatakan layak lingkungan hidup; atau b. keputusan ketidaklayakan
lingkungan hidup, jika rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan
tidak layak lingkungan hidup.
8. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup. Secara garis
besar berisi tentang standar baku mutu yang ditetapkan berdasarkan
jenis kegiatan dan/atau Usaha.
D. Peraturan tentang AMDAL Berdasarkan Jenis Usaha Kegiatan
Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Ada berbagai
18
sektor usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL, bidang usaha dan/
atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL antara lain:
1. Bidang Multisektor, meliputi usaha dan/atau kegiatan reklamasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, pemotongan bukit dan
pengurugan, pengambilan air bersih dari danau, sungai, mata air, atau
sumber air permukaan lainnya, pengambilan air bawah tanah (sumur
tanah dangkal, sumur tanah dalam), dan pembangunan bangunan
gedung.
2. Bidang Pertahanan, jenis kegiatannya seperti pembangunan
pangkalan TNI AL, pangkalan TNI AU dan pembangunan pusat
latihan tempur
3. Bidang Pertanian, jenis kegiatannya seperti budidaya tanaman
pangan dan hortikultura serta budidaya tanaman perkebunan.
4. Bidang Perikanan dan Kelautan, jenis kegiatannya seperti usaha
budidaya perikanan yang mengarah pada perubahan ekosistem
perairan, pantai, hidrologi, bentang alam, perubahan kualitas perairan
dan menggangu alur pelayaran.
5. Bidang Kehutanan, jenis kegiatannya seperti usaha pemanfaatan hasil
hutan.
6. Bidang Perhubungan, jenis kegiatannya yang berkaitan dengan
sarana transportasi perhubungan darat, laut dan udara.
7. Bidang Teknologi Satelit, jenis kegiataannya seperti pembangunan
fasilitas peluncuran satelit.
19
8. Bidang Perindustrian, jenis kegiatannya mulai dari industri semen,
industri pulp, industri petrokimia hulu, kawasan industri yang
terintegrasi, industri galangan kapal, industri amunisi dan bahan
peledak, serta kegiatan industri yang penggunaan arealnya dalam
skala urban ( ≥ 5 ha - ≥ 20 ha) dan skala pedesaan ( ≥ 30 ha).
9. Bidang Pekerjaan Umum.
10. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
11. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, berkaitan dengan sumber
daya mineral bumi, listrik dan pemanfaatan energi.
12. Bidang Pariwisata.
13. Bidang Ketenaganukliran.
14. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Dalam penelitian ini, kegiatan dan/atau usaha yang akan dikaji adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar, sedangkan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012
tidak ada yang secara spesifik mempersyaratkan tentang rumah sakit
karena dampak yang ditimbulkan telah memiliki SOP sehingga kawajiban
penyusunan AMDAL bagi usaha dan/atau rumah sakit lebih ditekankan
pada bidang multisektor, yaitu bila luas lahan yang dimiliki ≥ 5 hektar atau
luas bangunan ≥ 10.000 m2.
20
E. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
1) Definisi AMDAL
Konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) lahir
dengan diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di
Amerika Serikat, National Environmental Policy Act (NEPA) pada Tahun
1969. Dalam undang-undang ini, semua rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment
(Analisis Dampak Lingkungan), hal ini dimaksudkan sebagai tindakan
preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh
suatu aktivitas pembangunan (Soemarwoto, 2014).
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya
disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009).
AMDAL adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau
AMDAL dirumuskan sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan
suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak
proyek dari pembangunannya (Suratmo, 2009).
21
Dampak dalam kaitannya dengan pembangunan memiliki dua
batasan yakni: 1) dampak pembangunan terhadap lingkungan yakni
perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan
setelah ada pembangunan, 2) Dampak pembangunan terhadap
lingkungan, yakni perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan
terjadi tanpa adanya pembangunan dan diperkirakan terjadi tanpa adanya
pembangunan dan diperkirakan terjadi dengan adanya pembangunan
tersebut (Mun, 1979 dalam Soemarwoto, 2014). Dampak dapat bersifat
biofisik dan atau sosial-ekonomi-budaya yang memiliki pengaruh terhadap
sasaran yang ingin dicapai. Dampak primer dapat menimbulkan dampak
sekunder dan tersier.
Gambar 1. Aktivitas pembangunan menimbulkan dampak (Clark, 1978 dalam Suratmo (2009), Soemarwoto (2014))
Dampak Kegiatan Dampak
Dampak Sosial-
Ekonomi-
Budaya
Dampak Biofisik
Kenaikan
Kesejahteraan
Pembangunan
Dampak Sosial-
Ekonomi-Budaya
Dampak Biofisik
TUJUAN
Dampak
Primer
Dampak
Sekunder
22
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 yang dimaksud dengan dampak lingkungan hidup adalah pengaruh
perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan.
Untuk mengukur dan menentukan dampak besar dan penting
tersebut, digunakan beberapa kriteria yakni (a) besarnya jumlah manusia
yang akan terkena dampak rencana usaha dan atau kegiatan, (b) luas
wilayah penyebaran dampak, (c) intensitas dan lamanya dampak
berlangsung, (d) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak, (e) sifat kumulatif dampak, dan (f) sifat berbalik
(reversible) dan tidak berbalik (reversible) dampak.
2) Tujuan Penyusunan dan manfaat penyusunan
Tujuan umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya
menjadi serendah mungkin. Sementara tujuan studi AMDAL adalah
mengidentifikasi rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan
dampak penting, mengidentifikasi komponen atau parameter lingkungan
yang akan terkena dampak penting, melakukan perkiraan dan evaliuasi
dampak penting sebagai dasar untuk menilai kelayakan lingkungan,
menyususn strategi pengelolaan dan pemantauan lingkungan (Yetti,
2009).
Menurut Mukono (2005) bahwa tujuan dan sasaran AMDAL adalah
untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat berjalan
23
secara berkesinambungan taanpa merusak lingkungan hidup. Dengan
Melalui studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan
dapat memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara efisien,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif
terhadap lingkungan hidup.
3) Kriteria Kegiatan Wajib Amdal
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) ditetapkan
berdasarkan:
a. Potensi dampak penting
Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha dan/atau kegiatan
tersebut ditetapkan berdasarkan (1) besarnya jumlah penduduk yang
akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan, (2) luas
wilayah penyebaran dampak, (3) intensitas dan lamanya dampak
berlangsung, (4) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang
akan terkena dampak (5) sifat kumulatif dampak, (6) berbalik atau
tidak berbaliknya dampak; dan (7) kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau (8) referensi
internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai landasan
kebijakan tentang Amdal.
b. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk
menanggulangi dampak penting negatif yang akan timbul.
24
4) Prosedur Penyusunan
Proses pelaksanaan AMDAL terdiri atas: (a) penapisan (screening)
atau penentuan rencana kegiatan wajib AMDAL atau tidak, (b)
pelingkupan (scoping) adalah proses pemusatan studi pada hal-hal
penting yang berkaitan dengan dampak penting. Pelingkupan dampak
penting yakni identifikasi dampak penting, evaluasi dampak potensial dan
pemusatan dampak penting. Pelingkupan wilayah studi dengan
memperhatikan batas proyek, batas ekologi, batas sosial, dan batas
administratif.
Beberapa prosedur penyusunan dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yaitu :
A. Kerangka Acuan
Kerangka Acuan merupakan ruang lingkup studi ANDAL yang
disepakati bersama antara semua pihak terkait yaitu pemrakarsa,
penyusun AMDAL, masyarakat maupun instansi pemerintah yang
bertanggung jawab mengenai kegiatan tersebut. Kerangka Acuan ini
menjadi pegangan bagi semua pihak, baik dalam penyusunan ANDAL
maupun evaluasi dokumen studi tersebut. Kerangka Acuan merupakan
hasil akhir dari proses pelingkupan yang memuat berbagai kegiatan
penting dari suatu rencana usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan, berbagai parameter yang
akan terkena dampak tersebut, lingkup wilayah studi maupun lingkup
waktu.
25
B. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Dalam proses penyusunan ANDAL langkah-langkah penting yang
harus dilaksanakan oleh penyusun AMDAL yaitu :
a) Pengumpulan data dan informasi tentang rencana kegiatan dan rona
lingkungan awal. Data ini harus sesuai dengan yang tercantum dalam
Kerangka Acuan.
b) Proyeksi perubahan rona lingkungan awal sebagai akibat adanya
rencana kegiatan. Seperti diketahui, bahwa kondisi atau kualitas
lingkungan tanpa adanya proyek akan mengalami perubahan menurut
waktu dan ruang. Demikian juga kondisi atau kualitas lingkungan
tersebut akan mengalami perubahan yang lebih besar dengan adanya
aktivitas suatu kegiatan menurut ruang dan waktu. Perbedaan
besarnya perubahan antara “dengan proyek” dan “tanpa proyek” inilah
yang disebut dampak lingkungan.
c) Penentuan dampak penting terhadap lingkungan akibat rencana
kegiatan. Berdasarkan hasil perkiraan dampak yang dilakukan dari
dampak ke dua tersebut diatas, dapat diketahui berbagai dampak
penting yang perlu dievaluasi
d) Evaluasi dampak penting terhadap ingkungan. Dampak pentin
dievaluasi dari segi sebab akibat dampak tersebut terjadi, ciri dan
karakteristik dampaknya, maupun pola dan luas persebaran dampak.
Hasil evaluasi ini yang menjadi dasar penentuan langkah-langkah
pengelolaan dan pemantauan lingkungan nantinya.
26
C. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Pengelolaan lingkungan meliputi upaya pencegahan, pengendalian,
penanggulangan dan pemulihan kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan.
D. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Pemantauan lingkungan merupakan upaya sistematis dan
terencana untuk memperoleh data kondisi lingkungan hidup secara
periodik diruang tertentu berikut perubahannya menurut waktu. Dokumen
ini memuat rencana pemantauan terhadap berbagai komponen
lingkungan hidup yang sumber dampaknya telah dikelola.
Menurut Soeryo Adiwibowo (2000), pemantauan lingkungan harus
didesain sedemikian rupa agar memberikan masukan atau informasi
periodik mengenai hal-hal berikut:
a. Efektivitas upaya pencegahan dampak penting negatif
b. Perubahan efeisiensi usaha
c. Antisipasi sejak dini resiko lingkungan yang akan timbul
d. Efektivitas sistem manajemen yang dibangun
e. Mutu lingkungan
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan yang diajukan
kepada instansi yang bertanggung jawab mengendalikan dampak
lingkungan untuk mendapat persetujuan, selanjutnya kerangka acuan ini
menjadi dasar penyusunan ANDAL dan RKL RPL yang kemudian
dipresentasikan di Komisi AMDAL.
27
F. Hasil Penelitian Studi Terkait
Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan
dengan kebijakan AMDAL dan evaluasi sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kebijakan AMDAL
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Faisal (2005) Tingkat Ketaatan Pemrakarsa dalam Pelaksanaan AMDAL di Kota Makassar
Tingkat ketaatan pemrakarsa di Kota Makassar masuk dalam kategori taat
Peran yang diemban oleh instansi pemerintah di Kota Makassar masuk dalam kategori kurang baik
RA. Kusuma-ningtyas Suci (2007)
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta
Pelaksanaan pengelolaan limbah di dilaksanakan oleh Instalasi Sanitasi, IPSRS, dan Sub bagian Rumah Tangga.
Kualitas air limbah RSDM melebihi baku mutu.
Adel Muftah Amro Atik (2011)
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di Rumah Sakit
Limbah rumah sakit dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan serta berbahaya terhadap kesehatan pasien apabila tidak dikelola dengan baik.
Masih banyak kekurangan dalam penerapan limbah padat, hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu kurangnya kesadaran petugas dan kedisiplinan serta kurangnya pengetahuan mengenai limbah padat rumah sakit dari seluruh petugas rumah sakit.
Diperlukan evaluasi yang dapat meningkatkan kinerja maupun kualitas kebersihan rumah sakit
28
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
melalui evaluasi pengelolaan limbah padat secara terpadu.
Tiwi (2003) Evaluasi AMDAL dalam Menunjang Pengelolaan Pantai Terpadu di Teluk Banten
Ketersedian informasi lingkungan di TK II dalam hal ini kawasan teluk Banten untuk menyusun dan menilai laporan AMDAL maupun dari hasil pemantauan lingkungan adalah sangat terbatas, terutama informasi tentang biota laut, informasi penting dalam pengelolaan pantai terpadu.
Pertukaran informasi lingkungan yang tersebar dibeberapa instansi juga belum terjadi, sementara Pemda sendiri belum dilengkapi dengan peraturan yang mendukung aksesibilitas mereka terhadap informasi lingkungan daerahnya.
Kapasitas Pemda Tk II pada kasus Teluk Banten masih membutuhkan perbaikan dalam penyediaan informasi lingkungan baik untuk proses AMDAL maupun untuk pengelolaan terpadu kawasan pantainya.
29
G. Dampak Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya
penunjang pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana
pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat
yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk itu telah
dilakukan berbagai upaya penanggulangan dampak lingkungan Rumah
Sakit yang dimulai dari analisa mengenai dampak lingkungan hidup
(AMDAL). Kenyataan, upaya tersebut tidak dapat dilaksanakan karena
berbagai kendala khususnya biaya.
Adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, merupakan suatu
terobosan baru yang menunjukkan bahwa setiap rumah sakit telah
memiliki SOP atau teknologi dalam pengelolaan dampak penting menjadi
tidak penting sehingga aturan yang mewajibkan rumah sakit memiliki
AMDAL saat ini hanya dibatasi pada luasan dan luas bangunan saja
(bidang multi sektor).
Dampak lingkungan rumah sakit sudah dapat ditangani dengan
memanfaatkan teknologi sehingga diharapkan pengelolaan rumah sakit
tidak akan menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitarnya. Masalah
umum yang dihadapi dalam pengoperasian rumah sakit adalah selalu
dihasilkan limbah dan memerlukan penanganan serius karena sarana
30
pelayanan kesehatan merupakan tempat berkumpulnya orang sakit
maupun sehat, sehingga limbah yang dihasilkannya cukup kompleks.
Secara garis besar ada 3 (tiga) macam limbah Rumah Sakit yaitu
limbah padat (sampah), limbah cair dan limbah klinis.
a) Sampah
Rumah sakit dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran
penyakit menular karena sampah menjadi tempat tertimbunnya mikro
organisme penyakit dan sarang serangga serta tikus. Di samping itu
kadang-kadang dapat mengandung bahan kimia beracun dan benda-
benda tajam yang dapat menimbulkan penyakit atau cidera. Sampah yang
dihasilkan di rumah sakit antara lain terdiri dari : sampah yang mudah
busuk yang berasal dari instalasi gizi, sampah yang tidak mudah busuk
dan tidak mudah terbakar atau yang mudah terbakar, sampah medis,
sampah patologis serta sampah yang berasal dari laboratorium.
b) Limbah Cair
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal
dari ruangan-ruangan atau unit di rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikro organisme, bahan kimia beracun dan radio aktif.
c) Limbah klinis
Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan gizi, "Veteranary", Farmasi atau sejenis serta limbah yang
dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan perawatan/pengobatan atau
penelitian. Bentuk limbah klinis antara lain berupa benda tajam, limbah
31
infeksius, jaringan tubuh, limbah cito toksik, limbah farmasi, limbah kimia,
limbah radio aktif dan limbah plastik.
Ketiga limbah di atas secara langsung maupun tidak langsung
menimbulkan gangguan kesehatan dan membahayakan bagi pengunjung
maupun petugas kesehatan. Ancaman ini timbul pada saat penanganan,
penampungan, pengangkutan dan pemusnahannya. Keadaan ini terjadi
karena :
a) Volume limbah yang dihasilkan melebihi kemampuan
pembuangannya.
b) Beberapa di antara limbah berpotensi menimbulkan bahaya apabila
tidak ditangani dengan baik.
c) Limbah ini juga akan menimbulkan pencemaran lingkungan bila
dibuang sembarangan dan akhirnya membahayakan serta
mengganggu kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah, maka rumah sakit mempunyai
kewajiban mengolah limbah yang dihasilkan. Limbah padat dapat dikelola
dengan penimbunan, pembakaran ataupun sanitary landfill sedangkan
limbah cair harus diproses terlebih dahulu dengan menggunakan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar kadar pencemarnya tidak merusak
lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan oleh IPAL akan dibuang ke
saluran pembuangan kota, sungai ataupun diresapkan ke tanah. Limbah
cair tersebut banyak mengandung berbagai bahan kimia seperti bahan
32
anorganik, organik serta bakteri. Sungai merupakan sumber air bagi
masyarakat baik digunakan untuk minum maupun keperluan mandi, cuci
dan kakus sehingga baku mutu limbah yang dibuang harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
Keberadaan limbah tersebut, apabila tidak dikelola dengan baik
akan menimbulkan tanggapan negatif dari masyarakat karena mereka
merasakan dampak buruknya berupa penurunan kualitas lingkungan.
Selain itu, hal yang paling membahayakan adalah apabila telah terjadi
kerusakan lingkungan serta penurunan kesehatan masyarakat ataupun
kehilangan nyawa.
Pengelolaan limbah rumah sakit memiliki banyak kendala. Kendala
yang umum ditemukan dalam pengelolaan limbah adalah biaya
pengelolaan yang mahal karena terkait dengan teknologi tinggi,
mekanisme operasional dan pemantauan serta pemeliharaan pengelolaan
limbah dan juga benturan yang berhubungan dengan kebijakan
pemerintah.
Pengelolaan limbah rumah sakit di Indonesia masih dalam kategori
belum cukup baik. Berdasarkan kriteria WHO, pengelolaan limbah rumah
sakit yang baik bila persentase limbah medis 15 persen, namun
kenyatannya di Indonesia mencapai 23,3 persen. Survei ini juga
menemukan rumah sakit yang memisahkan limbah sebesar 80,7 persen,
melakukan pewadahan 20,5 persen dan pengangkutan 72,7 persen.
Sedangkan pengelolaan limbah dengan insinerator untuk limbah infeksius
33
62 persen, limbah toksik 51,1 persen, limbah radioaktif di Batan 37 persen
(Sianturi, 2003).
Limbah rumah sakit tidak hanya berdampak negatif terhadap
kualitas lingkungan baik fisik, kimia, biologis serta ekosistem perairan
(sungai), tetapi juga berpotensi mengeluarkan penyakit. Sebanyak 648
rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, hanya 49 persen yang
memiliki insinerator dan 30 persen memiliki IPAL. Kualitas limbah cair
yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat jumlahnya
mencapai 52 persen. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena mahalnya
biaya pembuatan insinerator ataupun IPAL pada khususnya dan
keseluruhan pengelolaan limbah pada umumnya (Djaja dan Maniksulistya,
2006).
H. Upaya-Upaya Penanggulangan Limbah
Upaya-upaya penanggulangan dampak limbah rumah sakit di Kota
Makassar merupakan bagian dari upaya peningkatan rumah sakit, seperti
yang tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, yang meliputi penyehatan bangunan, makanan dan minuman,
kualitas air, tempat, pencucian linen, pengendalian sampah dan limbah,
tikus dan serangga, sterilisasi, perlindungan radiasi serta penyuluhan
kesehatan lingkungan.
34
Cara pengelolaan Limbah dapat dilakukan dengan cara:
a) Untuk limbah padat dipergunakan suatu incinerator yang sederhana,
tidak memakan lahan, dengan biaya tidak terlalu mahal dan sesuai
dengan kondisi serta situasi Rumah Sakit.
b) Salah satu proses pengolahan limbah cair adalah dengan cara
sedimentasi : air limbah yang ke luar dari Rumah Sakit ditampung
pada bak "intermediate" equilisasi yang kemudian diaduk cepat,
sehingga terbentuk partikel-partikel, lalu diaduk lambat/fluktuasi,
kemudian terjadi proses sedimentasi, filtrasi, netralisasi dan efluen
yang ke luar dapat digunakan untuk proses biologi atau dibuang tanpa
ada efek pencemaran. Sebagai contoh antara lain Waste Oxidation
Ditch Treatment System (Kolom oksidasi air limbah).
I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Dokumen Lingkungan RSUD Labuang Baji Makassar
RSUD Labuang Baji Makassar telah memiliki dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan telah disetujui
berdasarkan Keputusan Kepala Bapedalda Kota Makassar Nomor:
669/61/Kep/AMDAL/XII/2004 Tentang Kelayakan Lingkungan Hidup
Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar,
tertanggal 24 Desember 2004.
35
2. Deskripsi Fisik dan Bangunan RSUD Labuang Baji Makassar
RSUD Labuang Baji Makassar terletak di bagian selatan
Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. Ratulangi No.
81 Makassar. Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan RSUD Labuang
Baji Makassar adalah 14.404 m2 dan bangunan rumah sakit seluas
22.738,1 m2, sedangkan luas lahan parkir yang dimiliki seluas 1.980 m2.
Batas lokasi RSUD Labuang Baji Makassar adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Landak Lama.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Tupai.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Pendeta GKSS.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Dr. Ratulangi.
RSUD Labuang Baji Makassar saat ini dikelola oleh Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan, kondisi rumah sakit tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2. RSUD Labuang Baji Makassar
36
1
2
7
6
5
4
3
10
9
8
13
12 11
Keterangan: 1. Poliklinik & Klinik (1980 m2) 2. IRD (454 m2) 3. Poliklinik (864 m2) 4. Central Opname (808 m2) 5. R. ICU, Lab & VIP (3102 m2) 6. Gedung Operasi (1012 m2) 7. Masjid (253 m2) 8. Ins. Perawatan RS, R. Anak
(1400 m2) 9. Gizi (240 m2) 10. R. Perawatan Kls 1-3
(4752 m2) 11. Aula/ R. Pertemuan (157 m2) 12. R. Jenazah (120 m2) 13. Kebidanan (648 m2)
Gambar 3. Lokasi RSUD Labuang Baji Makassar
37
Berdasarkan Gambar 3, RSUD Labuang Baji berbatasan dengan
Jalan Dr. Ratulangi di sebelah Barat. Pada ruas jalan tersebut, fungsi
bangunan yang ada berupa perdagangan dan jasa dengan konstruksi
bangunan berupa rumah toko (ruko). Selain perdagangan dan jasa,
terdapat pula fungsi pendidikan dan tempat ibadah di sebelah Selatan
RSUD Labuang Baji. Jalan Landak yang berada disebelah Utara dan
Jalan Tupai yang berada di sebelah Timur dipenuhi bangunan dengan
fungsi perdagangan dan jasa seperti minimarket, apotek, rumah makan
dan warung/toko kelontong. Terdapat pula aktifitas pedagang kaki lima
(PKL) di bahu jalan yang berjualan buah – buahan di sepanjang Jalan
Landak.
J. Fasilitas Pelayanan RSUD Labuang Baji Makassar
a. Fasilitas dan Sarana Yang Dimiliki
Jumlah tempat tidur di RSUD Labuang Baji Makassar yang ada di
ruangan perawatan sebanyak 367 buah, dengan rincian sebagai berikut:
Kelas VVIP : 3 Tempat Tidur
Super Utama (VIP) : 4 Tempat Tidur
Kelas I : 44 Tempat Tidur
Kelas II : 51 Tempat Tidur
Kelas III : 222Tempat Tidur
ICU : 8 Tempat Tidur
Hemodialisa : 9 Tempat Tidur
CVCU : 8 Tempat Tidur
38
RPK : 6 Tempat Tidur
IRD : 13 Tempat Tidur
Jumlah : 367 Tempat Tidur
b. Instalasi Rawat Inap
Kapasitas Perawatan Rawat Inap di RSUD Labuang Baji terdiri dari:
16 ruang perawatan umum (Baji Kamase I dan II, Baji Pamai I dan
II, Baji Dakka I, II dan III, Baji Ada I dan II, Mamminasa Baji/VVIP,
VIP, Baji Areng, Baji Ati, Baji Gau I, II dan III).
6 ruang perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral, Bedah
Kebidanan/ Kandungan, Perawatan Khusus/RPK, Rawat Intensif,
Hemodialisa, Kamar Bersalin dan Perawatan CVCU).
c. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan di RSUD Labuang Baji Makassar meliputi
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan pelayanan non medik.
a) Pelayanan Medik
1) Instalasi rawat jalan terdiri dari 16 poliklinik
Poliklinik bedah : Umum, Urologi dan Orthopedic.
Poliklinik Penyakit Dalam : Endokrin, Paru dan TB Kardiologi,
Ginjal dan Hypertensi.
Poliklinik Anak
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
Poliklinik Penyakit Saraf
Poliklinik Jiwa
39
Poliklinik THT
Poliklinik Kulit dan Kelamin
Poliklinik Umum
Poliklinik Gigi dan Mulut
Poliklinik Fisioterapi
Poliklinik Konsultasi Gizi
Poliklinik KIA
Hemodialisa
2) Instalasi rawat darurat terdiri dari 12 ruangan.
3) Instalasi rawat inap, terdiri atas perawatan umum dan ruang
perawatan khusus.
4) Instalasi rawat inap intensif dengan kapasitas 7 tempat tidur.
5) Instalasi bedah sentral terdiri dari 7 kamar.
b) Pelayanan Penunjang Medik
1) Radiologi
2) Instalasi Patologi Klinik
3) Instalasi Patologi Anatomi
4) Instalasi Rawat Intensif
5) Instalasi Farmasi
c) Pelayanan Penunjang Non Medik
1) Instalasi Gizi
2) Instalasi Pemeliharaan Sarana
3) Instalasi RS
40
b. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang di RSUD Labuang Baji Makassar adalah sebagai
berikut:
a. Prasarana Air : PDAM, sumur bor dan sumur artesis.
b. Fasilitas air untuk kebutuhan RS : kurang
c. Tenaga Listrik PLN, daya terpasang : 230 KVA
d. Tenaga Listrik Genset : 500 KVA
e. Instalasi Pengolahan Limbah
Instalasi Pengolahan Limbah yang dimiliki RSUD Labuang Baji
Makassar terdiri dari:
Limbah Cair (Water Treatment)
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Limbah Padat Non Infeksius
Limbah jenis ini dibuang ke TPS dan selanjutnya diangkut ke TPA
Tamangapa.
Limbah Padat Infeksius
Limbah ini ditempatkan di TPS LB3 dan selanjutnya dimusnahkan
oleh Pihak ketiga yaitu PT. Multazam dan sebagian dimusnahkan
di insinerator milik RSUD Labuang Baji berkapasitas 1,5 m3.
J. Kerangka Pikir Penelitian
Kegiatan pembangunan berpotensi memberikan dampak ekologi
dan ekonomi. Dari sisi ekonomi memberikan dampak positif berupa
peningkatan pendapatan yang bertujuan untuk menaikkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyat. Sedangkan dari sisi ekologi, kegiatan pembangunan
41
dengan melakukan eksploitasi sumber daya alam (SDA) dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Sehingga untuk
meminimalkan dampak dari kegiatan tersebut perlu dilakukan pengelolaan
lingkungan hidup. Salah satu instrumen yang digunakan dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup yaitu dengan melakukan kajian Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemudian dipertegas pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
Dalam pelaksanaan dokumen AMDAL melibatkan peran serta 3
(tiga) unsur penting yaitu pemrakarsa, instansi/dinas terkait dan
masyarakat. Pemrakarsa sebagai pelaku usaha dan/atau kegiatan,
instansi/dinas terkait berperan sebagai pengawas serta masyarakat
sebagai penerima dampak dari kegiatan. Ketiganya bersama-sama
melakukan evaluasi terhadap implementasi kajian lingkungan hidup yang
telah dilakukan. Implementasi kajian lingkungan hidup terlaksana jika
keseluruhan komponen dampak lingkungan yang dikelola dapat
dilaksanakan oleh pemrakarsa, sehingga kajian lingkungan yang tertuang
dalam Dokumen AMDAL efektif atau tidak efektif pelaksanaannya. Jika
dalam pelaksanaannya tidak efektif, maka perlu dirumuskan rekomendasi
kebijakan guna terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan.
42
Kegiatan Pembangunan
Ekologi Ekonomi
Eksploitasi SDA Pendapatan
Menimbulkan Dampak
Pengelolaan Lingkungan
AMDAL
Pemrakarsa Pengawas
Efektif/Tidak Efektif
Rekomendasi Kebijakan
Evaluasi
Masyarakat
Gambar 4. Kerangka Pikir Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan
studi literatur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui
efektivitas pelaksanaan AMDAL di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji. Menurut Arikunto (2002), penelitian evaluasi adalah merupakan
suatu proses yang dilakukan dalam rangka menentukan kebijakan,
mempertimbangkan nilai-nilai positif keuntungan suatu program, serta
mempertimbangkan proses serta teknik yang telah digunakan untuk
melakukan penelitian. Sedangkan menurut Ridwan (2004) penelitian
evaluasi merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk
membandingkan suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standard dan
program yang telah ditetapkan.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Oktober – bulan
Desember 2016. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar.
44
Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian
45
Gambar 6. Peta Orientasi Lokasi Penelitian
46
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi GPS (Geography
position System), alat tulis, perangkat keras dan perangkat lunak
komputer, serta kamera. Sedangkan bahan yang digunakan pada
penelitian ini meliputi kuisioner, dokumen AMDAL dan hasil pelaksanaan
RKL-RPL, serta data-data yang relevan.
D. Populasi dan Sampel
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015 jumlah rumah sakit di Kota Makassar sebanyak 14 buah,
yang telah memiliki dokumen AMDAL sebanyak 5 buah dan 1 buah
memiliki dokumen UKL/UPL, sementara rumah sakit lainnya belum/tidak
memiliki dokumen lingkungan. Dalam penelitian ini, sampel penelitian
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah yang telah memiliki Dokumen
AMDAL yakni Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji telah memiliki dokumen AMDAL berdasarkan
Keputusan Kepala Bapedalda Kota Makassar Nomor 669/61/Kep/AMDAL/
XII/2004 tentang kelayakan lingkungan hidup operasional RSUD Labuang
Baji Makassar tanggal 24 Desember 2004.
Menurut Arikunto (2006), dalam menentukan jumlah sampel
apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan populasi. Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat
47
diambil antara 10-15% atau 15-25% atau lebih. Sehingga penentuan
jumlah sampel dilakukan dengan:
a) RSUD Labuang Baji: Tenaga Medis yang terdiri dari dokter dan
perawat berjumlah 302, sehingga 10% adalah 30 orang. Tenaga non
medis merupakan pengelola lingkungan RSUD Labuang Baji adalah 9
orang, sehingga total jumlah sampel 39 orang.
b) Instansi: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Dinas Kesehatan
Kota Makassar dan Dinas Perhubungan Kota Makassar. Jumlah
responden masing-masing 5 orang per instansi = 5 x 4 instansi
pengawas sebanyak 20 orang
c) Masyarakat: jumlah responden mengacu pada dokumen AMDAL
RSUD Labuang Baji sebanyak 50 orang
Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara
purposive sampling. Menurut Bambang Prasetyo (2005), purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria
khusus terhadap sampel.
Penelitian ini mengkaji dari tiga sisi yaitu :
1. Pemrakarsa yang mempunyai kewajiban menyusun dokumen AMDAL.
Jumlah responden dari unsur pemrakarsa sebanyak 39 responden,
baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan maupun yang tidak langsung yaitu pihak
manajemen.
48
Faktor-faktor yang dikaji dari sisi rumah sakit antara lain adalah:
a. Tingkat ketaatan rumah sakit untuk menyusun dokumen AMDAL
sebelum memulai pelayanannya;
b. Tingkat ketaatan rumah sakit untuk melaksanakan kewajibannya
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai
dengan dokumen AMDAL yang telah disusunnya;
c. Kendala yang dihadapi rumah sakit untuk melaksanakan
kewajibannya melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL yang telah
disusunnya;
2. Instansi terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
sebagai institusi yang membidangi masalah lingkungan hidup dan
instansi lain yang terkait dalam pengawasan pengelolaan maupun
pemantauan lingkungan seperti yang tercantum dalam dokumen
AMDAL.
Dari sisi pemerintah faktor-faktor yang dikaji antara lain :
a. Kesiapan Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar untuk
melakukan pengawasan terhadap ketaatan rumah sakit dalam
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai kajian
dokumen AMDAL baik dari segi peraturan perundangan, personil
maupun pendanaan.
b. Koordinasi instansi terkait dalam pelaksanaan pengawasan
terhadap ketaatan pihak RSUD Labuang Baji dalam melakukan
49
pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai kajian dokumen
AMDAL.
3. Lingkungan sekitar rumah sakit yang diperkirakan terkena dampak
dari kegiatan rumah sakit. Wawancara dilakukan terhadap responden
masyarakat yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi rumah sakit,
mengacu pada dokumen AMDAL yang dimiliki.
Dari sisi lingkungan faktor-faktor yang dikaji antara lain :
a. Dampak terhadap lingkungan, baik terhadap kualitas udara dan air;
b. Keterlibatan masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap
ketaatan rumah sakit dalam melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sesuai kajian dokumen AMDAL;
c. Manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar rumah sakit dari
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah
dilakukan oleh pihak rumah sakit.
E. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari
sumber data melalui observasi (pengamatan) dan wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner terhadap pihak RSUD Labuang Baji, masyarakat
dan dinas/instansi terkait. Data sekunder diperoleh dari dokumen AMDAL
dan laporan-laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan serta data –
data yang relevan.
50
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimulai dengan mengetahui jenis data
yang akan dibutuhkan selanjutnya bagaimana data tersebut diperoleh
serta sumber data teknik pengumpulan data dan darimana data tersebut
dapat diperoleh.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka,
kuesioner, wawancara dan observasi adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan teknik pencatatan atau
perekaman terhadap laporan AMDAL serta laporan – laporan lain
yang berkaitan dengan penelitian.
2. Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan menyampaikan daftar pertanyaan
yang telah disusun secara sistematis, daftar pertanyaan ini ditujukan
kepada pemrakarsa, masyarakat dan instansi terkait.
3. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan
melakukan tanya jawab terhadap kelompok responden yang telah
ditentukan. Identifikasi kuesioner berdasarkan 3 kelompok responden,
yaitu pemrakarsa, masyarakat dan instansi terkait. Materi kuesioner
meliputi identitas responden, persepsi tentang AMDAL, pelaksanaan
AMDAL, serta pengawasan pelaksanaan AMDAL.
51
4. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan langsung di lapangan. Observasi ini bisa di lakukan
bersamaan dengan waktu wawancara di lapangan atau dilakukan
sebelumnya. Observasi merupakan cara yang efektif dalam
pengumpulan data dikarenakan kita tahu kenyataan apa yang ada di
lapangan.
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber data primer diperoleh dari responden yang terdiri dari
pemrakarsa, masyarakat terkena dampak dan instansi teknis yang
terkait dengan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
b. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen AMDAL RSUD
Labuang Baji, laporan-laporan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, serta data-data relevan lainnya.
Tabel 2. Jenis, sumber data dan teknik pengambilan data
No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan
Data
1 Kondisi Lingkungan Kualitas air dan
udara Kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar
DLH Kota Makassar Lokasi
Penelusuran Literatur dan dokumen
Survei
2 Kebijakan Lingkungan Peraturan
Perundangan Peraturan daerah
DLH Kota Makassar Lokasi
Penelusuran Literatur dan dokumen
52
No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan
Data
3 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL & RPL)
DLH Kota Makassar Lokasi
Penelusuran Literatur dan dokumen
4 Ketaatan RSUD Labuang Baji dalam pengelolaan lingkungan
DLH Kota Makassar RSUD Labuang Baji
Dokumen AMDAL, survai dan kuesioner
5 Peran serta masyarakat
Masyarakat sekitar lokasi
Survei, kuesioner dan penelusuran dokumen
6 Pengawasan instansi terkait
DLH Kota Makassar Instansi Terkait
Wawancara dan penelusuran dokumen
H. Analisis Data
Data primer yang terkumpul melalui kuesioner dilakukan
pengolahan dengan tabulasi distribusi frekuensi. Sedangkan data berupa
diskripsi, interpretasi maupun nilai kualitatif akan dikelompokan tersendiri
sebagai data pendukung dalam penyusunan laporan.
Sedangkan untuk menguji efektivitas dukumen AMDAL dilakukan
dengan menggunakan kriteria efektivitas menggunakan persentase.
Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan
atau kegagalan kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Penentuan efektif/tidaknya pelaksanaan AMDAL di RSUD
Labuang Baji dilakukan dengan melakukan pembobotan/skoring terhadap
komponen dampak lingkungan hidup yang diajukan dalam dokumen
RKL/RPL dan komponen lingkungan yang dipantau dan dikelola dalam
Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan RSUD
53
Labuang Baji. Adapun rincian terhadap komponen lingkungan tersebut
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pembobotan/skoring penentuan efektifitas
No Komponen Lingkungan Di Pantau Di Kelola Bobot
(%) Ya Tidak Ya Tidak
1 Kualitas Air Limbah Medis 20
2 Kualitas Air Limbah Umum 20
3 IPAL 20
4 Limbah B3 20
5 Parkir 20
Jumlah 100
Keterangan: 1. Pemberian bobot berdasarkan banyaknya parameter yang dipantau dan dikelola
2. Pemberian Bobot dilakukan dengan Asumsi sebagai berikut:
a. I : Setiap parameter dari komponen lingkungan harus memenuhi baku mutu
karena telah dilakukan pengelolaan.
b. II : Setiap paramater dari komponan lingkungan yang dipantau/dikelola jika
melebihi baku mutu, maka bobot = 0
Berdasarkan Tabel 3 diatas, terdapat 5 (lima) komponen
lingkungan yang akan dianalisis/skoring sesuai dengan dokumen RKL-
RPL yang perlu dikelola dan dipantau serta arahan penilaian proper yang
mewajibkan penanganan limbah B3, sehingga pemberian bobot masing-
masing sama yaitu 20%. Setiap komponen lingkungan yang memiliki
beberapa parameter dilakukan pembobotan yang nilainya adalah 20%
dibagi jumlah parameter sehingga nilainya akan sama besar, sedangkan
masing-masing parameter akan memperoleh bobot apabila memenuhi
baku mutu yang berlaku karena telah melalui proses pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
54
Setelah dilakukan pembobotan/skoring, maka nilai yang diperoleh
dari pembobotan tersebut ditabulasi dan disesuaikan dengan nilai kriteria
efektivitas yang telah ditentukan. Penentuan efektif/tidak efektif
pelaksanaan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di RSUD
Labuang Baji di Kota Makassar, dengan kriteria ukuran efektivitas
pengelolaan lingkungan yaitu:
0 – 40 % : belum efektif
41 – 75% : cukup efektif
75 – 100 % : sudah efektif
I. Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan
studi literatur. Tahap awal yang harus dilakukan adalah persiapan
penelitian meliputi persiapan materi berupa kuesioner penelitian,
mengenali lokasi penelitian dan menentukan responden penelitian.
Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan penelitian yang meliputi observasi
secara menyeluruh dengan melakukan pengumpulan data sekunder
berupa dokumen lingkungan dan data-data lain yang mendukung
penelitian serta melakukan wawancara terhadap responden. Selanjutnya
melakukan review terhadap dokumen lingkungan dan dokumen lain yang
relevan. Selanjutnya menyeleksi dan mengelompokan data yang telah
terkumpul dan memasukannya dalam coding sheet. Selain itu, melakukan
review terhadap data sekunder, dilakukan pengolahan data terhadap hasil
kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan. Setelah menyeleksi dan
mengelompokkan data serta mengolah data hasil wawancara dilakukan
analisis data dan interpretasi hasil analisis. Tahap akhir yang perlu
dilakukan adalah merumuskan rekomendasi kebijakan terkait pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup RSUD Labuang Baji Makassar.
55
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian
Mengolah Data
Persiapan
Wawancara dan Kuesioner ke Pemrakarsa, instansi dan masyarakat terkena dampak
Pengumpulan Data Sekunder (Dokumen Lingkungan dan data lainnya
Review Dokumen
Menyeleksi dan Mengelompokkan data
Analisis Data
Interpretasi Hasil Analisis
Merumuskan Rekomendasi Kebijakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Telaah Terhadap Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) RSUD Labuang Baji Makassar
Telaah yang dilakukan terhadap dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL) Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar berdasarkan
dokumen AMDAL yang telah disetujui dan pada kajian ini hanya di
fokuskan pada komponen yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan
tidak membahas komponen yang berhubungan dengan management
rumah sakit. Sehingga dijabarkan sebagai berikut:
a. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Hasil Analisis Dampak Lingkungan Hidup tahap operasional Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar menunjukkan beberapa
komponen lingkungan yang terkena dampak penting, yaitu antara lain:
1) Pembebasan Air Limbah
a) Jenis dampak penting
Pencemaran badan air.
b) Sumber dampak
- Aktivitas pembebasan air limbah medis/klinis dengan volume
rata-rata 23 m3/hari.
57
- Air limbah ini dibebaskan ke drainase dari berbagai arah
depan, samping dan belakang rumah sakit tanpa melalui IPAL.
- Merupakan sumber utama terlampauinya baku mutu lingkungan
yang berlaku.
c) Parameter lingkungan yang terkena dampak
Parameter: Suhu, Total Suspended Solid (TSS), NH3, BOD, COD,
pH, Phosfat, MPN Coliform.
d) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
Mencegah penyebaran air limbah yang melampaui baku mutu
lingkungan ke badan air umum/selokan karena dapat terinfiltrasi/
perkolasi dan menyebar lebih luas ke badan air.
e) Metode pengelolaan lingkungan hidup
Metode pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan
adalah memperbaiki baku mutu air limbah tersebut sebelum
dibebaskan, dengan cara:
- Menggabungkan semua outlet limbah medis yang ada menjadi
satu.
- Membangun IPAL yang memenuhi syarat.
- Setelah melalui IPAL, hanya ada satu outlet ke drainase umum.
- Dengan satu outlet maka akan memudahkan bagi rumah sakit
maupun institusi yang berwenang mengontrol kualitas air
limbah sebelum dibebaskan ke drainase umum.
58
f) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
Di dalam areal rumah sakit pada sisi Utara RSUD Labuang Baji.
g) Periode pengelolaan lingkungan hidup
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
h) Institusi pengelolaan lingkungan hidup
- Badan Pengelola RSUD Labuang Baji.
- Dinas Kesehatan Kota Makassar
- Bapedalda Kota Makassar.
2) Layanan Perparkiran (Operasional Pendukung)
a) Jenis dampak penting
Kemacetan arus lalulintas di Jalan Dr. Ratulangi depan pintu
keluar rumah sakit.
b) Sumber dampak
- Layanan pendukung seperti penyediaan lahan parkir.
- Sirkulasi kendaraan keluar masuk RSUD Labuang Baji
Makassar.
c) Parameter lingkungan yang terkena dampak
- Terjadinya kemacetan.
- Adanya keluhan dari masyarakat/ pengunjung rumah sakit.
- Adanya keluhan pemakai jalan.
d) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
Menjaga kelancaran arus lalulintas di Jalan Dr. Ratulangi (depan
rumah sakit).
59
e) Metode pengelolaan lingkungan hidup
Metode pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan
adalah:
- Menambah satuan ruang parkir sesuai kebutuhan.
- Menertibkan pemakaian ruang parkir.
- Menambah petugas parkir.
f) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
Sekitar jalan keluar masuk RSUD Labuang Baji.
g) Periode pengelolaan lingkungan hidup
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
h) Institusi pengelolaan lingkungan hidup
- Badan Pengelola RSUD Labuang Baji.
- Dinas LLAJ Kota Makassar
b. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Hasil Analisis Dampak Lingkungan Hidup tahap operasional Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar menunjukkan beberapa
komponen lingkungan yang terkena dampak penting, baik positif maupun
negatif. Sehingga perlu dilaksanakan pengelolaan lingkungan yang efektif
dan pemantauan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pengelolaan
lingkungan. Kegiatan pemantauan yang ditelaah pada penelitian ini hanya
difokuskan pada komponen yang berhubungan langsung dengan
lingkungan hidup. Kegiatan pemantauan yang dilakukan yaitu antara lain:
60
1) Pembebasan Air Limbah
a) Jenis dampak penting
Potensi pencemaran badan air oleh kegiatan operasional rumah
sakit.
b) Sumber dampak
- Aktivitas pembebasan air limbah medis/klinis dengan volume
rata-rata 23 m3/hari.
- Air limbah ini dibebaskan ke drainase dari berbagai arah :
depan, samping dan belakang rumah sakit tanpa melalui IPAL.
- Merupakan sumber utama terlampauinya baku mutu lingkungan
yang berlaku.
c) Parameter lingkungan yang dipantau
Parameter: Suhu, Total Suspended Solid (TSS), NH3, BOD, COD,
pH, Phosfat, MPN Coliform.
d) Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
Mencegah penyebaran air limbah yang melampaui baku mutu
lingkungan ke badan air umum/selokan karena dapat terinfiltrasi/
perkolasi dan menyebar lebih luas ke badan air.
e) Metode pemantauan lingkungan hidup
Metode pemantauan lingkungan hidup yang akan dilakukan
adalah memperbaiki baku mutu air limbah tersebut sebelum
dibebaskan, dengan cara:
61
- Menggabungkan semua outlet limbah medis yang ada menjadi
satu.
- Membangun IPAL yang memenuhi syarat.
- Setelah melalui IPAL, hanya ada satu outlet ke drainase umum.
- Dengan satu outlet maka akan memudahkan bagi rumah sakit
maupun institusi yang berwenang mengontrol kualitas air
limbah sebelum dibebaskan ke drainase umum.
f) Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Di dalam areal rumah sakit pada sisi Utara RSUD Labuang Baji.
g) Periode pemantauan lingkungan hidup
Dilakukan secara periodik setiap 6 bulan selama RSUD Labuang
Baji beroperasi.
h) Pelaksana dan pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji.
i) Pengawas pemantauan
- Bapedalda Kota Makassar
- Dinas Kesehatan Kota Makassar
2) Layanan Perparkiran (Operasional Pendukung)
a) Jenis dampak penting
Kemacetan arus lalulintas di Jalan Dr. Ratulangi depan pintu
keluar rumah sakit.
b) Sumber dampak
- Layanan pendukung seperti penyediaan lahan parkir.
62
- Sirkulasi kendaraan keluar masuk RSUD Labuang Baji
Makassar.
c) Parameter lingkungan yang dipantau
- Terjadinya kemacetan.
- Keluhan dari masyarakat/pasien pengunjung rumah sakit.
- Adanya keluhan pemakai jalan.
d) Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
Menjaga kelancaran arus lalulintas di Jalan Dr. Ratulangi di depan
pintu keluar masuk kegiatan rumah sakit.
e) Metode pemantauan lingkungan hidup
Metode pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan
adalah satuan ruang parkir sesuai kebutuhan.
f) Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Sekitar jalan keluar masuk RSUD Labuang Baji.
g) Periode pemantauan lingkungan hidup
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
h) Pelaksana dan pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji.
i) Pengawas pemantauan
- Dinas LLAJ Kota Makassar
Matriks rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan hidup (RPL) operasional RSUD Labuang Baji
Makassar secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel .
Tabel 4. Matriks rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) operasional RSUD Labuang Baji Makassar
No
RKL
Dampak Penting
Sumber Dampak Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Lokasi Rencana
Pengelolaan Lingkungan
Periode Pengelolaan Lingkungan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
1 Kesehatan Masyarakat
Layanan Medik:
- Poliklinik
- Perawatan
- Kebidanan
Kualitas Pelayanan
Kuantitas Pelayanan
- BOR = 61,0%
- LOS = 7,2 hari
- BTO = 31,35 kali
- TOI = 4,16 hari
Mencegah menurunnya kualitas dan kuantitas pelayanan medik kepada masyarakat.
Mengupayakan meningkatnya pelayanan medik kepada masyarakat.
Di dalam maupun di luar areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
2 Kesehatan Masyarakat
Layanan Penunjang Medik:
- Laboratorium
- Radiologi
- Hemodialisis
Kualitas Pelayanan
Kuantitas Pelayanan
Mencegah menurunnya kualitas dan kuantitas pelayanan penunjang medik, agar diperoleh pelayanan medik yang akurat.
Mengupayakan meningkatnya pelayanan penunjang medik kepada masyarakat.
Di dalam areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
64
No
RKL
Dampak Penting
Sumber Dampak Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Lokasi Rencana
Pengelolaan Lingkungan
Periode Pengelolaan Lingkungan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
3 Kualitas SDM Layanan pendidikan dan penelitian: pelatihan, praktek, magang, dll.
Jumlah dan kualitas SDM (Mahasiswa, perawat, calon dokter) yang pelatihan, praktek, magang di RSUD Labuang Baji.
Meningkatkan kualitas SDM yang belajar, praktek, magang di RSUD Labuang Baji
Meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan/ kesehatan lainnya.
Di dalam maupun di luar areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Institusi pendidikan terkait
4 Kualitas Air Pembebasan Air Limbah
Terlampauinya baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit sesuai Kep. Gubernur SulSel No. 14 Tahun 2003 (lampiran 27)
Mencegah penyebaran air limbah yang melampaui baku mutu lingkungan ke badan air umum/selokan karena dapat terinfiltrasi/ perkolasi di dalam perjalanannya masuk ke kanal hingga pantai
Merekonstruksi sistem outlet menjadi:
- Air limbah Umum
- Air limbah medis
Membangun IPAL yang memenuhi persyaratan.
Air limbah medis dibebaskan setelah melalui IPAL.
Di dalam areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
BLH Kota Makassar
65
No
RKL
Dampak Penting
Sumber Dampak Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Lokasi Rencana
Pengelolaan Lingkungan
Periode Pengelolaan Lingkungan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
5 Kemacetan arus lalulintas
Layanan perparkiran (operasional pendukung)
Keluhan pemakai jalan
Keluhan pemakai parkir
Bisa terjadi kemacetan
Menjaga kelancaran arus lalulintas di Jalan Dr. Ratulangi (depan rumah sakit).
Menambah satuan ruang parkir.
Menertibkan pemakaian ruang parkir.
Menambah petugas parkir.
Di dalam areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Dinas LLAJ Kota Makassar
66
Tabel 5. Matriks rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) operasional RSUD Labuang Baji Makassar
No
RPL
Jenis Dampak
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan Hidup
yang dipantau
Metode Pemantauan
Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan
Waktu Pemantauan
Pelaksanaan dan
Pelaporan Hasil
Pemantauan
Pengawas Pemantauan
1 Kesehatan Masyarakat
Layanan Medik:
- Poliklinik
- Perawatan
- Kebidanan
Kualitas Pelayanan
Kuantitas Pelayanan
- BOR = 61,0%
- LOS = 7,2 hari
- BTO = 31,35 kali
- TOI = 4,16 hari
Melakukan pengamatan langsung kegiatan pelayanan penunjang medik
Mengumpulkan data sekunder melalui wawancara secara acak pasien pelayanan penunjang medik.
Di dalam maupun di luar areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Bapedalda Kota Makassar
Bapedalda Prov. Sulsel
2 Kesehatan Masyarakat
Layanan Penunjang Medik:
- Laboratorium
- Radiologi
- Hemodialisis
Kualitas Pelayanan
Kuantitas Pelayanan
Melakukan pengamatan langsung kegiatan pelayanan penunjang medik
Di dalam areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Bapedalda Kota Makassar
Bapedalda Prov. Sulsel
67
No
RPL
Jenis Dampak
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan Hidup
yang dipantau
Metode Pemantauan
Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan
Waktu Pemantauan
Pelaksanaan dan
Pelaporan Hasil
Pemantauan
Pengawas Pemantauan
Mengumpulkan data sekunder melalui wawancara secara acak pasien pelayanan penunjang medik
3 Kualitas SDM
Layanan pendidikan dan penelitian: pelatihan, praktek, magang, dll.
Jumlah dan kualitas SDM (Mahasiswa, perawat, calon dokter) yang pelatihan, praktek, magang di RSUD Labuang Baji.
Melakukan pengamatan langsung kegiatan pelayanan pendidikan dan penelitian.
Mengumpulkan data jumlah dan pemantauan kualitas SDM yang telah melakukan dan sedang pelatihan, praktek,
Di dalam maupun di luar areal RSUD Labuang Baji
Selama RSUD Labuang Baji beroperasi.
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Institusi pendidikan terkait
Dinas Kesehatan Kota Makassar
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar
68
No
RPL
Jenis Dampak
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan Hidup
yang dipantau
Metode Pemantauan
Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan
Waktu Pemantauan
Pelaksanaan dan
Pelaporan Hasil
Pemantauan
Pengawas Pemantauan
magang melalui kerjasama dengan intansi terkait
4 Kualitas Air Pembebasan Air Limbah
Terlampauinya baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit sesuai Kep. Gubernur SulSel No. 14 Tahun 2003 (lampiran 27)
Melakukan pengambilan serta menganalisis sampel kualitas air RSUD Labuang Baji dan membandingkan dengan baku mutu limbah cair bagi kegaiatan rumah sakit sesuai SK. Gubernur Sulsel No.14 Tahun 2003
Mengumpulkan data sekunder
Di dalam dan sekitar areal RSUD Labuang Baji
Dilakukan secara periodik setiap 6 bulan selama RSUD Labuang Baji beroperasi
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Bapedalda Kota Makassar
Dinas Kesehatan Kota Makassar
69
No
RPL
Jenis Dampak
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan Hidup
yang dipantau
Metode Pemantauan
Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan
Waktu Pemantauan
Pelaksanaan dan
Pelaporan Hasil
Pemantauan
Pengawas Pemantauan
melalui wawancara secara acak terhadap masyarakat sekitar RSUD Labuang Baji
5 Kemacetan arus lalulintas
Layanan perparkiran (operasional pendukung)
Keluhan pemakai jalan
Keluhan pemakai parkir
Bisa terjadi kemacetan
Melakukan pengamatan secara langsung pelayanan perparkiran
Mengumpulkan data sekunder melalui wawancara secara acak pengguna layanan perparkiran dan masyarakat sekitar RSUD Labuang Baji
Di dalam areal RSUD Labuang Baji
Dilakukan secara periodik setiap 6 bulan selama RSUD Labuang Baji beroperasi
Badan Pengelola RSUD Labuang Baji
Dinas LLAJ Kota Makassar
70
Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian terhadap pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada RSUD Labuang Baji.
1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji beroperasi sejak 1938, semua
pekerjaan konstruksi telah selesai dilaksanakan. Meski telah lama beroperasi,
Badan Pengelola Rumah Sakit memiliki kebijakan lingkungan ke masa depan.
Untuk itu, dalam kegiatan ini Badan Pengelola mengevaluasi dan menganalisis
kegiatan operasionalnya agar ke depan dapat membawa rumah sakit ini
beroperasi lebih baik. Kebijakan ini akan dilaksanakan dengan tindakan:
Pencegahan :
Meliputi upaya meniadakan timbulnya dampak negatif
Pengendalian/Penanggulangan :
Meliputi upaya pengendalian/penanggulangan terhadap dampak negatif
yang tidak dapat dicegah agar kerugiannya dapat dikurangi atau
diminimalkan.
Pengembangan :
Meliputi upaya mengoptimalkan dampak positif yang potensial agar
mendatangkan manfaat yang lebih besar, terutama bagi masyarakat luas.
Berdasarkan hasil evaluasi diketahui dampak penting dari operasional
RSUD Labuang Baji yang diuraikan sebagai berikut:
1) Uraian tentang kegunaan dilaksanakannya Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh dampak penting
dari tahap operasional RSUD Labuang Baji yang diuraikan sebagai berikut:
71
a. Penggunaan Air Bersih
Operasional RSUD Labuang Baji menggunakan tiga sumber air bersih
yaitu PDAM, air tanah dalam dan air tanah dangkal. Air bersih yang
bersumber dari PDAM digunakan pada ruangan Instalasi Gizi, HD,
Kantor, ICU, Poliklinik, Lap Cyto, UGD, CVCU, Laundry, Sterilisasi dan
Kebidanan. Sedangkan yang menggunakan air tanah/sumur bor yaitu
gedung perawatan yang ditampung menggunakan bak penampungan
(reservoir) dengan ukuran panjang = 10 meter, lebar = 3 meter dan
tinggi = 2 meter.
Tahapan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan untuk penyediaan air
bersih yaitu:
- Pemeliharaan mesin air berupa mesin air merk Shimizu, Sanyo dan
Gronfus.
- Pemeliharaan instalasi perpipaan air bersih.
- Pemeriksaan bak penampungan air (reservoir).
- Pemeriksaan kualitas air bersih.
Kebutuhan air bersih tahap operasional pelayanan RSUD Labuang Baji
diperhitungkan dalam distribusi rinci antar unit fungsi sebagaimana
terlihat pada Tabel 6 berikut ini.
72
Tabel 6. Distribusi kebutuhan air RSUD Labuang Baji
No Sub Unit Fungsi Spesialis Ruang Persentase Distribusi
1 Layanan Pelayanan Medis Ruang Rawat Inap 11%
UGD 7%
2 Layanan Penunjang Medis ICU 4%
Ruang Bedah Pusat 6%
Ruang Farmasi, Radiologi dan Laboratorium
4%
Ruang Jenazah 4%
3 Fasilitas Penunjang Operasional
Ruang Sterilisasi Alat 7%
Dapur 11%
Laundry 11%
Pemeliharaan Bangunan dan Lanskap
22%
Garasi/Bengkel 3%
4 Fasilitas Penunjang Umum KM/WC Umum 10%
Sumber: RSUD Labuang Baji, 2016.
Berdasarkan Tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa kebutuhan air dominan
digunakan untuk fasilitas penunjang operasional dan penggunaan air
yang paling minim digunakan pada fasilitas penunjang umum.
b. Pembebasan Air Limbah
Air limbah dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran
air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah
sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung
senyawa-senyawa kimia berbahaya serta mengandung mikroorganisme
pathogen yang dapat menyebabkan penyakit. Dalam operasionalnya,
RSUD Labuang Baji membebaskan rata-rata ± 200 m3/hari, hasil ini
diperoleh berdasarkan alat pengukur debit air limbah (Flow Meter) yang
telah terpasang sejak 24 Juni 2015. Tahapan pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan IPAL yaitu:
73
- Penggantian alat mesin blower
- Pembersihan bak sedimen dan bak pengumpul
- Pengurasan tangki aerob dan pemberian bakteri aerob
- Perbaikan bak kontrol dan instalasi perpipaan air limbah
- Pengurasan septic tank kamar mandi
- Pemeriksaan kualitas air limbah
Perbandingan hasil pemeriksaan Outlet Air Limbah pada IPAL RSUD
Labuang Baji pada 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7
berikut ini.
Tabel 7. Hasil pemeriksaan outlet air limbah RSUD Labuang Baji pada 3 (tiga) tahun terakhir
No Parameter Satuan Hasil Pengujian Baku
Mutu 2014 2015 2016
1 Suhu °C 26,8 28 25 38
2 TDS mg/l 750 2.000
3 pH - 8,9 7,43 6,16 6,0 - 9,0
4 BOD mg/l 37,10 7,60 0,74 50
5 COD mg/l 92,60 32,110 <1,825 80
6 DO mg/l 0,58 (-)
7 TSS mg/l 55 5,12 45,27 30
8 Amoniak Bebas mg/l 6,63 5,344 0,1
9 Amonia Nitrogen mg/l 14,100 10
10 Phosfat mg/l 3,19 5,800 2
11 Total Coliform Jml/100 ml 50 230 2400 5.000
Sumber: RSUD Labuang Baji, 2016
Berdasarkan Tabel 7 di atas, hasil pemeriksaan kualitas air limbah
pada Outlet yang telah dilakukan selama 3 (tiga) tahun terakhir
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan untuk tahun 2014 masih
melampaui baku mutu lingkungan yang berlaku, seperti pada Total
74
Suspended Solid (TSS), Amoniak (NH3), BOD, COD dan Phospat. Dari
tujuh parameter yang diperiksa hanya suhu, pH dan MPN Coliform
yang memenuhi batas maksimum yang diperbolehkan. Hal ini
dikarenakan IPAL masih dalam kondisi sedang pemeliharaan atau
bakteri belum dapat bekerja dengan baik. Secara hidrolis air dari
kawasan ini mengalir ke arah kanal Jongaya yang muaranya adalah
pantai di Kawasan Tanjung Bunga Makassar. Kondisi ini menimbulkan
dampak negatif penting terhadap lingkungan. Namun pada tahun 2015,
hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hampir keseluruhan parameter
telah memenuhi syarat, hanya parameter amoniak bebas dan phosfat
yang melampaui ambang batas. Sedangkan hasil pengukuran tahun
2016 menunjukkan bahwa TSS dan amonia nitrogen masih melampaui
baku mutu, maka hal ini menunjukkan perlu adanya penambahan
blower (pemberian O2 secara terus menerus) pada IPAL.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki RSUD
Labuang Baji Makassar dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini.
Gambar 8. IPAL RSUD Labuang Baji Makassar
75
c. Pemusnahan Limbah B3
Limbah medis yang dihasilkan oleh RSUD Labuang Baji berupa
botol ampul, jarum suntik, spoit, handscune bekas, masker bekas,
selang infus, selang cuci darah, keteter, pengalas darah, aki bekas, oli
bekas, catridge bekas dan lampu TL bekas. Limbah B3 yang dihasilkan
dari masing-masing ruangan dibawa dan dikumpulkan dengan
menggunakan kantong plastik berwarna kuning dan diikat, sedangkan
khusus limbah B3 yang berupa benda tajam dimasukkan ke dalam
safety box yang disediakan atau jerigen lalu dibawa ke TPS Limbah B3,
sedangkan oli bekas yang dihasilkan sebanyak 45 liter.
Limbah B3 yang telah terkumpul dari masing-masing ruangan
kemudian diambil dan dimusnahkan oleh pihak ketiga (PT. Multazam)
yang telah berizin dan melakukan ikatan kerjasama dengan RSUD
Labuang Baji Makassar (perjanjian kerjasama terlampir) dengan
periode pengambilan dilakukan satu sampai dua kali dalam sebulan.
Jumlah limbah B3 yang dihasilkan RSUD Labuang Baji Makassar
selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
76
Tabel 8. Jumlah Limbah B3 yang Dihasilkan RSUD Labuang Baji Makassar selama 3 Tahun Terakhir.
No Bulan Jumlah Limbah B3 (kg)
2014 2015 2016
1 Januari 120 632
2 Februari 125 508 1.100
3 Maret 96 575 950
4 April 173 533 900
5 Mei 119 770 905
6 Juni 364 900
7 Juli 341 859 930
8 Agustus 447 641
9 September 224 958
10 Oktober 496 824
11 Nopember 198
12 Desember 980
Total 3.683 6.300 5.685
Sumber: RSUD Labuang Baji, 2016
Keterangan: tidak normalnya pengangkutan sampah medis selama tahun 2015 sampai Februari 2016 disebabkan karena armada pengangkut PT. Multazam sering mengalami kerusakan, sehingga terjadi keterlambatan pengangkutan limbah medis.
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (TPS LB3) RSUD Labuang Baji Makassar seperti terlihat pada
Gambar 9, berada pada koordinat 5°10’40,3” LS dan 119°27’26,8” BT
dengan perincian sebagai berikut:
Bahan : Batu bata
Ukuran : P = 4,60 m; L = 2,60 m; T = 3,00 m
Lantai :
- Bahan kedap air
- Kemiringan lantai 1 derajat
Memiliki ventilasi udara
77
Izin : Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar
Nomor: 660.3/56/Kep./BLHD/III/2015
Gambar 9. TPS LB3 RSUD Labuang Baji
d. Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik
Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya, sedangkan baku
mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan
atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
78
Kualitas udara ambien merupakan salah satu elemen dalam lingkungan
yang wajib di monitor. Kualitas udara ambien harus diukur guna
mengetahui adanya perubahan atau tingkat pencemaran udara baik
oleh gas – gas tertentu serta total suspen particulate (TSP)/debu udara.
Dalam pemeriksaan udara ambien RSUD Labuang Baji melakukan
pemeriksaan di depan kantor rumah sakit (parkiran) dan emisi tidak
bergerak (genset). Hasil pengukuran kualitas udara ambien dan emisi
sumber tidak bergerak selama tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada
Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9. Kualitas Udara Ambien RSUD Labuang Baji
No Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku
Mutu 2014 2015
1 Suhu Udara °C 31,9 33,2 -
2 Kelembaban %RH 79,1 57,0 -
3 Kec. Angin m/s 0,9 – 2,5 0,12 – 1,34 -
4 Debu (TSP) µg/Nm3 110,22 -
5 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 143,64 20,31 900
6 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 94,67 20,83 400
7 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 427,53 478,67 30.000
8 Timbal (Pb) µg/Nm3 <0,01 0,134 -
9 Kebisingan dBA 51,2 – 63,5 67,2 -
Sumber: RSUD Labuang Baji
Tabel 10. Hasil uji emisi genset RSUD Labuang Baji
No Parameter Satuan Hasil
Pengujian Baku Mutu
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 221 750
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 64 900
3 Opasitas % 20 30
Sumber: RSUD Labuang Baji
79
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas udara ambien dan uji emisi
genset RSUD Labuang Baji diperoleh bahwa seluruh parameter masih
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
e. Layanan Perparkiran (Operasional Pendukung)
RSUD Labuang Baji telah memiliki 30 satuan ruang parkir pada
pelataran depan, tetapi jumlah ini masih sangat terbatas karena
ketersediaan lahan parkir yang dibutuhkan minimal 70 satuan ruang
parkir. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena saat tertentu terjadi
kemacetan di Jalan Dr. Ratulangi akibat semrawutnya perparkiran
hingga badan Jalan Dr. Ratulangi.
2) Pendekatan Pengelolaan Lingkungan
Pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak
pemrakarsa (Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji)
pada tahap operasional meliputi pendekatan teknologi, pendekatan sosial
ekonomi dan pendekatan institusional.
a) Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi
yang bertujuan untuk menghindari, mengurangi, membatasi dan
mengisolasi dampak negatif yang ditimbulkan. Pendekatan teknologi
yang dilakukan meliputi:
Pembangunan IPAL
Pengoperasian RSUD Labuang Baji membebaskan rata-rata 188
m3/hari air limbah, yang terdiri dari 68 m3 merupakan air limbah
80
umum dan 120 m3 merupakan air limbah klinis/medis. Air limbah
yang dibebaskan ini tentunya melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan sehingga diperlukan IPAL agar air limbah tersebut
dapat dikendalikan.
Proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD Labuang Baji
sebagai berikut:
- Air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit
dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul. Selanjutnya
dialirkan ke bak kontrol untuk mencegah sampah padat misalnya
plastik, kaleng atau kayu agar tidak masuk ke dalam unit
pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa
terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya untuk
masuk ke dalam unit pengolahan limbah.
- Dari bak kontrol, air limbah dialirkan menuju bak pengurai
anaerob. Bak pengurai anaerob ini terbagi menadi dua ruangan,
yaitu bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob
tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air limpasan
dari bak pengurai anaerob selanjutnya dialirkan ke unit
pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari
beberapa ruangan yang berisi media dari bahan PVC bentuk
sarang tawon untuk pembiakan mikroorganisme yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
81
- Setelah melalui unit pengolahan lanjut, maka air hasil olahan
dialirkan ke bak khlorinasi dan selanjutnya air limbah dibuang ke
badan air.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan proses
Biofilter Anaerob – Aerob sehingga RSUD Labuang Baji
menggunakannya adalah:
- Dapat digunakan pada lahan yang terbatas
- Pengolahannya sangat mudah
- Biaya operasionalnya murah
- Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit
- Dapat menghilangkan nitrogen dan amonia yang dapat
menyebabkan euthropikasi
- Suplai udara aerasi relatif kecil
- Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD, COD dan
TSS yang cukup besar
- Dapat dipakai untuk volume 20 – 30 m3/hari
Penambahan Ruang Parkir
RSUD Labuang Baji memiliki 30 satuan ruang parkir (pelataran
depan), hasil perhitungan menjunukkan bahwa kebutuhan minimum
ruang parkir RSUD Labuang Baji adalah 70 satuan ruang parkir.
Pada saat tertentu dapat menimbulkan kemacetan pada Jalan Dr.
Ratulangi akibat parkir hingga ke badan jalan.
82
Oleh karena itu dibutuhkan penambahan satuan ruang parkir, kondisi
yang paling memungkinkan adalah penambahan ruang parkir di
halaman belakang (Jalan Tupai), dengan perhitungan secara cermat
kebutuhan kapasitas parkir RSUD Labuang Baji.
b) Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan ini dilakukan dalam upaya menanggulangi dampak negatif
dan mengembangkan dampak positif yang ditimbulkan oleh aktivitas
RSUD Labuang Baji melalui tindakan – tindakan pendekatan sosial
ekonomi berupa memberdayakan kontraktor lokal, tenaga kerja lokal
dan menggunakan material lokal yang bermutu.
c) Pendekatan Institusi
Pendekatan ini bersifat mekanisme kerjasama dengan instansi yang
berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Pendekatan institusi yang dilakukan dengan melibatkan:
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar,
Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sulawesi Selatan,
Dinas Kesehatan Kota Makassar,
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, dan
Dinas Perhubungan Kota Makassar.
83
2. Persepsi Pemrakarsa, Instansi dan Masyarakat
1) Pemrakarsa
a). Persepsi Pemrakarsa tentang Dokumen AMDAL
Penelitian terhadap karyawan RSUD Labuang Baji terhadap 34
responden yang dianggap kompeten dan mewakili tenaga medis dan non-
medis. Mengenai latar belakang penyusunan dokumen AMDAL, dari hasil
penelitian sebanyak 64,10% untuk memenuhi administrasi perijinan dan
35,90% untuk melakukan pembangunan berwawasan lingkungan,
sebagaimana tersaji dalam Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11. Persepsi responden tentang latar belakang penyusunan dokumen AMDAL RSUD Labuang Baji
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1 Memenuhi adminitrasi perijinan 25 64,10
2 Melakukan pembangunan berwawasan lingkungan
14 35,90
Jumlah Responden 39 100
Sumber: Analisis Data, 2016
Mengenai keterlibatan pemrakarasa dalam menyusun dokumen AMDAL,
semua bagian terkait ikut terlibat dalam penyusunan dokumen AMDAL
tersebut. Mengenai dokumen AMDAL yang dimiliki, dari hasil penelitian
pemahamannya cukup mudah sebanyak 33,33% dan sisanya 64,67%
menjawab tidak tahu sebagaimana tersaji dalam Tabel 12.
Tabel 12. Pemahaman tentang dokumen AMDAL
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1 Sangat Mudah 0 0
2 Cukup Mudah 13 33,33
3 Tidak Tahu 26 66,67
39 100 Sumber: Analisis Data, 2016
84
b) Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Dalam kegiatan operasional rumah sakit akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan sekitar, sehingga memerlukan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Adapun pelaksanaan terhadap
upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan sebagaimana tertuang
dalam dokumen RKL dan RPL, untuk semua komponen kesehatan masyarakat,
kualitas sdm, kualitas air, kemacetan arus lalu lintas di jalan Ratulangi depan
pintu keluar rumah sakit. Dari hasil penelitian sebanyak 61,54% sudah
dilakukan pengelolaan lingkungan oleh pihak rumah, sisanya 38,46% belum
melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Untuk pemantauan lingkungan yang
telah dilakukan sebanyak 69,87% sudah dipantau oleh pihak rumah sakit ,
sisanya 30,13% belum dipantau oleh pihak rumah sakit, sebagaimana tertuang
dalam Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 13. Pelaksanaan upaya pengelolaan dalam dokumen AMDAL No Komponen yang
Dikelola Sudah Dikelola Belum Dikelola
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Kesehatan Masyarakat 27 69,23 12 30,77
2 Kualitas SDM 23 58,97 16 41,03
3 Kualitas Air 21 53,85 18 46,15
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
25 64,10 14 35,90
Jumlah 61,54 38,46
Sumber: Hasil Analisis, 2016
85
Tabel 14. Pelaksanaan upaya pemantauan dalam dokumen AMDAL No Komponen yang
Dikelola Sudah Dipantau Belum Dipantau
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Kesehatan Masyarakat 25 64,10 14 35,90
2 Kualitas SDM 28 71,79 11 28,21
3 Kualitas Air 26 66,67 13 33,33
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
30 76,92 9 23,08
Jumlah 69,87 30,13
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Hasil pelaksanaan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan
lingkungan, menunjukkan sebanyak 74,36% upaya pengelolaan dan upaya
pemantuan lingkungan dilakukan oleh RSUD Labuang Baji dengan pihak terkait
secara bersama-sama dan sisanya 25,64% bagian lingkungan saja yang
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti tersaji dalam
Tabel 15.
Tabel 15. Pelaksana pengelolaan dan pemantauan lingkungan di RSUD Labuang Baji
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Pihak rumah sakit dengan bagian terkait 29 74,36
2. Lainnya (bagian limbah) 10 25,64
Jumlah 39 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Mengenai kendala dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan sesuai
dengan dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dimiliki, dari
hasil penelitian sebanyak 69,23% kendalanya terbentur biaya yang terlalu
mahal dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dan 30,77% tidak ada
teknologi yang diterapkan, sebagaimana tersaji dalam Tabel 16.
86
Tabel 16. Kendala dalam pelaksanaan dokumen AMDAL
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Biaya terlalu mahal 27 69,23
2. Tidak ada teknologi yang diterapkan
12 30,77
Jumlah 39 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dalam pelaksanaan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan
lingkungan, dari hasil penelitian pelaksanaan upaya pengelolaan dan upaya
pemantauan lingkungan dikarenakan adanya keluhan dari masyarakat
sebanyak 41,03%, sisanya sebanyak 58,97 % tidak tahu, sebagaimana tersaji
dalam Tabel 17.
Tabel 17. Yang mendorong pelaksanaan pengelolaan lingkungan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Adanya keluhan masyarakat 16 41,03
2. Tidak tahu 23 58,97
Jumlah 39 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, manfaat
yang diperoleh sehubungan dengan pengelolaan lingkungan tersebut dari hasil
penelitian sebanyak 66,67% ada manfaatnya yaitu untuk mengetahui dampak
dan agar lingkungan tetap terjaga dan 33,33% tidak tahu, sebagaimana tersaji
dalam Tabel 18.
Tabel 18. Manfaat pelaksanaan pengelolaan lingkungan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Tidak tahu 13 33,33
2. Mengetahui dampak dan lingkungan tetap terjaga
26 66,67
Jumlah 39 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
87
Format laporan pelaksanaan RKL-RPL yang sudah ada, dari hasil
penelitian sebanyak 64,10% format yang sudah ada cukup memadai, kurang
memadai 10,26% dan sisanya sebanyak 25,64% tidak tahu, sebagaimana
tersaji dalam Tabel 19.
Tabel 19. Format laporan pelaksanaan dan pemantauan lingkungan yang ada No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Kurang memadai 4 10,26
2. Cukup memadai 25 64,10
3. Tidak tahu 10 25,64
Jumlah 39 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dari pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang sudah
dilakukan oleh pihak RSUD Labuang Baji, dari hasil penelitian sebanyak
64,10% pelaksanaan Amdal cukup memadai dan sisanya sebanyak 10,26%
pelaksanaanya kurang memadai dan sisanya 25,64 % yang menjawab tidak
tahu, sebagaimana tersaji dalam Tabel 20.
Tabel 20. Pelaksanaan AMDAL di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Kurang memadai 4 10,26
2. Cukup memadai 25 64,10
3. Tidak tahu 10 25,64
Jumlah 39 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
c) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
Dalam pengawasan pelaksanaan upaya pengelolaan dan upaya
pemantauan lingkungan di RSUD Labuang Baji dilakukan oleh BLHD Kota
88
Makassar. Sedangkan Dinas/Instansi terkait melakukan pengawasan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Dinas/Instansi, misal Dinas
Kesehatan Kota Makassar, BLHD Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas LLAJ Kota
Makassar.
2) Dinas/Instansi
Pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan AMDAL
dilaksanakan oleh Dinas/Instansi terkait antara lain BLHD Kota Makassar,
Dinas Kesehatan Kota Makassar, BLHD Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas
Perhubungan Kota Makassar. Jumlah responden sebanyak 20 orang dari
jumlah yang dianggap kompeten.
a) Persepsi Dinas/Instansi tentang dokumen AMDAL
Berdasarkan hasil penelitian mengenai latar belakang penyusunan
dokumen AMDAL, sebanyak 20% untuk memenuhi administrasi perijinan,
sebanyak 55% untuk melakukan pembangunan berwawasan lingkungan dan
sisanya sebanyak 25% untuk mengetahui dampak untuk melakukan
pengelolaan, sebagaimana tertuang dalam Tabel 21.
Tabel 21. Persepsi responden tentang latar belakang penyusunan dokumen AMDAL
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Memenuhi adminitrasi perijinan 4 20,00
2. Melakukan pembangunan
berwawasan lingkungan
11 55,00
3. Mengetahui dampak untuk
melakukan pengelolaan
5 25,00
Jumlah Responden 20 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
89
Mengenai keikutsertaan Dinas/Instansi dalam pembahasan draft
dokumen pengelolaan lingkungan baik berupa dokumen AMDAL, dari hasil
penelitian sebanyak 20% ikut membahas dan menyimpan dokumen tersebut
dan sisanya sebanyak 0% ikut membahas dan tidak menyimpan dokumen
tersebut, sebagaimana tertuang dalam Tabel 22.
Tabel 22. Keikutsertaan dinas/instansi dalam pembahasan draft Dokumen pengelolaan lingkungan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Ikut membahas dan menyimpan 20 100
2 Ikut membahas dan tidak menyimpan
0 0
Jumlah responden 20 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
b) Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Lingkungan
Mengenai cara Dinas/Instansi melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan dan pemantauan lingkungan, dari hasil penelitian sebanyak 40%
dengan cara kunjungan lapangan secara rutin dan terjadwal, 60% berdasar
laporan yang ada dan sisanya 0% tidak pernah melakukan sidak (inspeksi
mendadak), sebagaimana tersaji dalam Tabel 23.
Tabel 23. Cara dinas/instansi melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Kunjungan lapangan secara rutin dan terjadwal
8 40,00
2. Inspeksi mendadak 0 0,00
3. Berdasar laporan yang ada 12 60,00
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2016
90
Mengenai kendala Dinas/Instansi dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan, dari hasil penelitian
sebanyak 30% terbentur masalah biaya, tidak ada alokasi dana untuk
melakukan pengawasan, 10% tidak ada SDM untuk melakukan pengawasan
dan sisanya 60% karena koordinasi yang sulit atau rumit, sebagaimana tersaji
dalam Tabel 24.
Tabel 24. Kendala Dinas/Instansi dalam melakukan pengawasan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Kendala biaya, tidak ada dana 6 30
2. Tidak ada SDM untuk melakukan pengawasan
2 10
3. Kendala dalam koordinasi yang sulit 12 60
Jumlah 20 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dari hasil penelitian mengenai pengawasan secara bersama dengan
Dinas/Instansi terkait, sebanyak 75% pengawasan secara bersama dilakukan
kalau ada masalah, 0% pengawasan secara bersama dilakukan rutin secara
berkala dan sisanya 25% tidak pernah dilakukan pengawasan secara bersama
antara Dinas/Instansi terkait, sebagaimana tersaji dalam Tabel 25.
Tabel 25. Pengawasan secara bersama dengan dinas/Instansi terkait
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Kalau ada masalah 15 75
2. Rutin berkala 0 0
3. Tidak pernah 5 25
Jumlah 20 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
91
3) Masyarakat Sekitar
Penelitian tentang keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam AMDAL dilaksanakan di
Kelurahan Maricayya dan Maricayya Selatan. Jumlah responde sebanyak 50
orang mengacu pada dokumen AMDAL yang tersebar di Kelurahan Maricaya
dan Maricaya Selatan.
a) Pengetahuan masyarakat tentang AMDAL
Mengenai pengetahuan masyarakat tentang AMDAL, dari hasil penelitian
sebanyak 62% masyarakat tidak tahu, 16% masyarakat tahu sebagian dan
sisanya 22% masyarakat pernah mendengar seperti tersaji dalam Tabel 26.
Tabel 26. Pengetahuan masyarakat tentang AMDAL
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Tidak tahu 31 62,00
2. Tahu sebagian 8 16,00
3. Pernah dengar 11 22,00
Jumlah 50 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Mengenai pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalkan
dampak positif dan meminimalkan dampak negatif dari kegiatan rumah sakit,
yaitu sebanyak 30% masyarakat mengetahui tentang pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan oleh pihak RSUD. Labuang Baji, 38% masyarakat tidak
tahu dan sisanya 32% masyarakat pernah dengar, sebagaimana tersaji dalam
Tabel 27.
92
Tabel 27. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Ya, tahu 15 30,00
2. Tidak tahu 19 38,00
3. Pernah dengar 16 32,00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Tujuan penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan dibuat dan
dilaksanakan, dari hasil penelitian sebanyak 68 % studi Amdal tersebut dibuat
dan dilaksanakan untuk pihak pemrakarsa dalam hal ini pihak RSUD Labuang
Baji, 12% untuk semua pihak dan sisanya 20% tidak tahu, sebagaimana tersaji
dalam Tabel 28.
Tabel 28. Tujuan penyusunan studi pengelolaan lingkungan dibuat dan dilaksanakan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Pemrakarsa/pemilik pabrik 34 68,00
2. Semua pihak 6 12,00
3. Tidak tahu 10 20,00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
b) Keterlibatan masyarakat dalam AMDAL RSUD Labuang Baji
Berdasarkan hasil penelitian tentang keterlibatan masyarakat dalam
penyusunan dan pembahasan AMDAL RSU. Labuang Baji, sebanyak 56%
bahwa keterlibatan masyarakat tersebut ada pada tahap awal kegiatan, 20%
tidak ada keterlibatan masyarakat dan sisanya 24% tidak tahu, sebagaimana
tersaji dalam Tabel 29.
93
Tabel 29. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan dan pembahasan AMDAL RSUD Labuang Baji
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Ada, pada tahap penyusunan dan pembahasan dokumen
28 56,00
2. Tidak ada 10 20,00
3. Tidak tahu 12 24,00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Mengenai perlunya masyarakat mengetahui AMDAL RSUD Labuang
Baji, yaitu sebanyak 78% masyarakat perlu mengetahui AMDAL RSUD
Labuang Baji tersebut, 6% tidak perlu mengetahui AMDAL RSUD Labuang Baji
dan sisanya 16% tidak tahu, sebagaimana tersaji dalam Tabel 30.
Tabel 30. Perlukah masyarakat mengetahui AMDAL RSUD Labuang Baji
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Perlu 28 56,00
2. Tidak perlu 10 20,00
3. Tidak tahu 12 24,00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, sebanyak 18% ada
keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, 58% tidak ada keterlibatan dan sisanya 24% tidak tahu,
sebagaimana tersaji dalam Tabel 31 berikut.
94
Tabel 31. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Dilibatkan, dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan
9 18,00
2. Tidak dilibatkan 29 58,00
3. Tidak tahu 12 24,00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Mengenai hambatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, dari hasil penelitian sebanyak 12% tidak ada
hambatan, 64% ada hambatan dan sisanya 24% tidak tahu, sebagaimana
tersaji dalam Tabel 32 berikut.
Tabel 32. Hambatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Ada hambatan dlm pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
32 64.00
2. Tidak ada 6 12.00
3. Tidak tahu 12 24.00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Mengenai peranan Dinas/Instansi dalam melakukan pengawasan, dari
hasil penelitian sebanyak 30% cukup memadai, 52% kurang memadai dan
18% tidak tahu, sebagaimana tersaji dalam Tabel 33.
95
Tabel 33. Peranan instansi pemerintah dalam melakukan pengawasan
No Pendapat Responden Frekuensi Persentase
1. Cukup memadai 15 30,00
2. Kurang memadai 26 52,00
3. Tidak tahu 9 18,00
Jumlah 50 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016
c) Dampak Kegiatan Perusahaan Terhadap Masyarakat
Dari hasil penelitian, dengan adanya RSUD Labuang Baji di sekitar
lingkungan masyarakat akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat
sekitar. Di sekitar RSUD Labuang Baji, Kesehatan masyarakat, sebanyak 28%
ada dampak dan sisanya 72% tidak ada dampak. Kualitas SDM 70% ada
dampak dan 30% tidak ada dampak. Kualitas air 58% ada dampak dan 42%
tidak ada dampak. Sementara Kemacetan arus lalu lintas di jalan Ratulangi
depan pintu keluar rumah sakit 82% ada dampak dan 18% tidak ada dampak,
sebagaimana tersaji dalam Tabel 34 berikut.
Tabel 34. Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar RSUD Labuang Baji
No Komponen yang
Dikelola Bentuk
Gangguan Frekuensi Persentase
1 Kesehatan Masyarakat Ada Tidak ada
14 36
28,00 72,00
2 Kualitas SDM Ada Tidak
35 15
70,00 30,00
3 Kualitas Air Ada Tidak
29 21
58,00 42,00
4
Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
Ada Tidak
41 9
82,00 18,00
Sumber: Hasil Analisis, 2016
96
Tabel 35. Pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh RSUD Labuang Baji
No Komponen lingkungan yang Dikelola
Ya Tidak
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Kesehatan Masyarakat 31 62,00 19 38,00
2 Kualitas SDM 35 70,00 15 30,00
3 Kualitas Air 26 52,00 24 48,00
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
37 74,00 13 26,00
Rata-rata 64,5 35,5
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 35 di atas, persentase pelaksanaan upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh RSUD Labuang
Baji terhadap komponen lingkungan yang dikelola, sebanyak 64,5% yang
menyatakan telah dilaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, sedangkan sisanya 35,5% yang menyatakan tidak/belum
dilaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Sehingga dari
nilai persentase tersebut, dapat diperoleh nilai efektif atau tidak efektifnya
pelaksanaan Amdal RSUD Labuang Baji berdasarkan nilai kategori yang telah
ditetapkan yaitu 41% - 75% (cukup efektif), maka nilai persentase sebesar
64,5% termasuk dalam kategori cukup efektif. Artinya, komponen lingkungan
yang tercantum dalam dokumen RKL-RPL Amdal telah dilakukan pengelolaan
dan pemantauan secara berkala namun masih ada beberapa komponen
lingkungan yang belum maksimal dikelola dan dipantau.
97
B. Pembahasan
1. Evaluasi Pelaksanaan Amdal RSUD Labuang Baji
Berdasarkan hasil kajian pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan adalah sebagai berikut
Tabel 36. Evaluasi pelaksanaan AMDAL RSUD Labuang Baji
No Komponen yang Dikelola Pelaksanaan
Keterangan Ya Tidak
1. Kesehatan Masyarakat √ Sesuai
2. Kualitas SDM √ Sesuai
3. Kualitas Air √ Tidak Sesuai
4. Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
√ Tidak Sesuai
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dari tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pengelolaan Dampak Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan kajian pelaksanaan dokumen terhadap komponen kesehatan
mayarakat sebagai berikut:
Kualitas Pelayanan
- Puas
- Cukup Puas
- Kurang Puas
- Tidak Puas
Kuantitas Pelayanan:
- BOR : 61,07%
- LOS : 7,2 Hari
- BTO : 31,35 Kali
- TOI : 4,16 Hari
98
2) Kualitas SDM
Berdasarkan kajian pelaksanaan dokumen terhadap komponen Kualitas
SDM adalah: Jumlah Kualitas SDM (Mahasiswa, Perawat, Calon Dokter)
yang pelatihan praktek, magang di RSUD Labuang Baji.
3) Kualitas Air
Telah melakukan pengujian terhadap kualitas air dengan beberapa
parameter masih melalmpaui baku mutu berdasarkan Keputusan
Gubernur Sulsel Nomor 14 Tahun 2013 (Lampiran 27). Pemantauan
belum rutin dilakukan setiap 6 bulan.
4) Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah
sakit.
Pengelolaan yang dimaksud berupa:
- Keluhan pemakai jalan
- Keluhan pemakai jasa perparkiran
- Bila terjadi kemacetan
2. Telaah Terhadap Kajian Efektivitas Pelaksanaan AMDAL Di RSUD
Labuang Baji Kota Makassar
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
merupakan realisasi dari rumusan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang tercantum dalam dokumen RKL/RPL yang telah disepakati untuk
dilaksanakan oleh pemrakarsa.
Telaah terhadap kajian efektivitas pelaksanaan AMDAL di RSUD
Labuang Baji Kota Makassar di fokuskan pada parameter lingkungan yang
99
tertuang dalam dokumen AMDAL yang dimiliki oleh RSUD Labuang Baji.
Sedangkan parameter yang tidak relevan tidak dikaji. Selain dokumen AMDAL,
peneliti juga mengkaji beberapa dokumen lingkungan lainnya seperti Laporan
Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan per semester yang dimiliki oleh
RSUD Labuang Baji.
Berdasarkan hasil kajian literatur diketahui bahwa terdapat beberapa
parameter lingkungan yang seharusnya tertuang dalam RKL/RPL dokumen
Amdal ternyata parameter tersebut tidak dicantumkan. Parameter yang
dimaksud adalah pengelolaan limbah B3 berupa jarum suntik bekas, spoit, kain
majun, keteter dan beberapa parameter lainnya. Selain itu, juga terdapat
beberapa limbah B3 lainnya yang bersumber dari aktivitas perkantoran seperti
catridge serta limbah B3 operasional Genset berupa oli bekas. Selain itu, dalam
RKL/RPL dokumen AMDAL tidak dijabarkan pengelolaan limbah padat dari
kegiatan RSUD Labuang Baji baik dari kegiatan perkantoran maupun dari
kegiatan dapur.
Sedangkan telaah yang dilakukan terhadap dokumen pemantauan dan
pengelolaan lingkungan per semester yang dimiliki oleh RSUD Labuang Baji,
diketahui tidak terdapat kajian mengenai parameter ini, sementara parameter ini
merupakan salah satu rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
tertuang dalam matrik RKL/RPL dokumen AMDAL RSUD Labuang Baji Kota
Makassar. Menurut penilaian instansi terkait dalam hal pengelolaan dan
pemantauan lingkungan mempunyai kinerja yang belum maksimal. Namun
tidak demikian halnya pendapat masyarakat, menurut masyarakat pengelolaan
100
lingkungan yang telah dilakukan memberikan hasil yang kurang baik terutama
untuk komponen kemacetan lalu lintas dari kegiatan perparkiran. Rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan RSUD Labuang Baji yang telah
dilaksanakan seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 37. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup RSUD Labuang Baji
No Rencana Pengelolaan Pelaksanaan Pengelolaan Yang
Seharusnya Dilakukan Sesuai/Tidak Sesuai Ya Tidak
1 Kualitas Air (Pembebasan Air Limbah)
Merekonstruksi sistem outlet menjadi:
- Air limbah Umum
- Air limbah medis
√
Membangun IPAL yang memenuhi persyaratan.
√
Air limbah medis dibebaskan setelah melalui IPAL.
√
2 Kemacetan arus lalulintas
Menambah satuan ruang parkir √
Menertibkan pemakaian ruang parkir.
√
Menambah petugas parkir. √
101
Tabel 38. Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup RSUD Labuang Baji
No Rencana Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Yang
Seharusnya Dilakukan
Sesuai/Tidak Sesuai
Ya Tidak
1 Kualitas Air (Pembebasan Air Limbah)
Melakukan pengambilan serta menganalisis sampel kualitas air RSUD Labuang Baji dan membandingkan dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit sesuai SK. Gubernur Sulsel No.14 Tahun 2003
√
Mengumpulkan data sekunder melalui wawancara secara acak terhadap masyarakat sekitar RSUD Labuang Baji
√
2 Kemacetan arus lalulintas
Melakukan pengamatan secara langsung pelayanan perparkiran
√
Mengumpulkan data sekunder melalui wawancara secara acak pengguna layanan perparkiran dan masyarakat sekitar RSUD Labuang Baji
√
Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemrakarsa diketahui bahwa
pengawasan langsung terhadap kegiatan RSUD Labuang Baji pernah dilakukan
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar dan Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan pengawasan yang
102
dilakukan yakni melakukan kunjungan langsung ke RSUD Labuang Baji.
Namun, kunjungan ini hanya sebatas kunjungan tanpa adanya tindak lanjut dari
pengawasan langsung terhadap dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan
RSUD Labuang Baji berupa kemacetan, air limbah dan pengoperasian
insinerator yang belum memiliki ijin. Karena tidak adanya sanksi tegas dari
Pengawasan, maka pemrakarsa relatif tidak mengindahkan pengelolaan
lingkungan sebagai dampak sesuai ketentuan yang berlaku. Pembobotan/
skoring penentuan efektifitas RSUD Labuang Baji dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Pembobotan/skoring penentuan efektifitas
No Komponen Lingkungan
Skor (%)
Di Kelola Di Pantau Sesuai/ Tidak
Sesuai Baku Mutu
Ya Tidak Ya Tidak
1 Air Limbah Umum 9 √ √
2 Air Limbah Medis 9 √ √
3 IPAL 9 √ √
4 Limbah B3 0 √ √ Terdapat incinerator yang sudah beroperasi, tetapi tidak memiliki izin
5 Parkir 0 √ √
Jumlah 27
Hasil Analisis, 2016
Asumsi Bobot:
I : Setiap parameter dari komponen lingkungan harus memenuhi baku mutu karena telah
dilakukan pengelolaan secara periodik.
II : Setiap paramater dari komponan lingkungan yang dipantau/dikelola jika melebihi baku mutu,
maka bobot = 0
103
Tabel 39 diatas menunjukkan, komponen lingkungan diperoleh
berdasarkan dokumen lingkungan (AMDAL dan dokumen Pelaksanaan
Pemantauan dan Pengeloaan) RSUD Labuang Baji yang harus dikelola dan
dipantau per-semester yakni air limbah umum, air limbah medis, IPAL, limbah
B3 dan lahan parkir, selain itu terdapat beberapa komponen lingkungan yang
merupakan kegiatan baru yang tidak tercantum dalam dokumen AMDAL.
Dari hasil kegiatan pemantauan dan pengelolaan terhadap komponen
lingkungan yang dilakukan per semester diketahui data pemantauan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir yakni
2014, 2015 dan 2016 masih terdapat beberapa parameter yang melebihi baku
utamanya pada sampel air limbah. Hal ini menunjukkan bahwa IPAL yang
dimiliki oleh RSUD tidak berfungsi baik dalam mengolah air limbah sehingga air
limbah yang dibuang ke lingkungan berpotensi menimbulkan pencemaran air
dan tanah jika terakumulasi dalam waktu lama mengingat RSUD Labuang Baji
telah beroperasi sejak Tahun 1938.
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa air limbah umum, air limbah
medis dan IPAL masing-masing memperoleh hasil 9 karena dari 11 parameter
yang dianalisa, diperoleh hanya 5 parameter yang memenuhi baku mutu.
Sedangkan komponen lingkungan berupa pengelolaan limbah B3 dan
perparkiran memperoleh bobot 0, karena insinerator yang beroperasi pada
RSUD Labuang Baji belum memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan perparkiran belum dikelola berdasarkan RKL. Sehingga total hasil
pembobotan terhadap kriteria efektif/tidak efektifnya pelaksaan AMDAL di
104
RSUD Labuang Baji diperoleh hanya 27% efektif dalam pengelolaan lingkungan
hidup di RSUD Labuang Baji di Kota Makassar.
3. Rekomendasi Penyempurnaan Pelaksanaan AMDAL di RSUD Labuang
Baji
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang telah dilakukan ada beberapa hal yang harus disempurnakan
oleh pemrakarasa kegiatan.
Adapun usulan penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dan pemantauan lingkungan untuk kelima sampel terpilih adalah sebagai
berikut:
a) Meningkatkan kinerja IPAL yang telah dimiliki dengan cara memisahkan
sumber limbah cair yang berasal dari laboratorium. Air limbah yang
bersumber dari laboratorium perlu pengolahan awal secara fisika dan kimia
sebelum bercampur dengan sumber limbah cair dari sumber lainnya.
Pencampuran limbah yang bersumber dari laboratorium dengan sumber
lainnya menyebabkan kinerja IPAL (sistem biologi) menjadi tidak efektif.
b) Perlu dilakukan penambahan blower (pemberian O2 secara terus menerus)
pada tangki pengelolaan air limbah/IPAL.
c) Penambahan areal parkir sesuai dengan Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, 1996.
d) Melakukan kajian kembali terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan
RSUD Labuang Baji dengan memfokuskan kajian pada kajian llingkungan.
105
4. Usulan Penyempurnaan Pelaksanaan AMDAL di Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui masyarakat belum mengetahui
dokumen AMDAL yang dimiliki oleh pemrakarsa kegiatan. Kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang AMDAL mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap pelaksanaan AMDAL. Masyarakat dibekali pengetahuan mengenai
lingkungan sehingga masyarakat dapat mengetahui permasalahan pengelolaan
lingkungan. Pada pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan tidak
melibatkan masyarakat, begitu juga dalam rumusan dokumen AMDAL tidak
ada unsur masyarakat yang terlibat baik dalam pelaksanaan maupun dalam
pengawasan.
Biasanya masyarakat hanya sebagai obyek yang diteliti, misalnya
pemrakarsa telah merasa melibatkan masyarakat sekitar bila telah merekrut
tenaga kerja lokal atau melalui pemberian ganti rugi atau kompensasi bagi
masyarakat yang terkena dampak akibat usaha/kegiatan. Keterlibatan
masyarakat hendaknya dilakukan mulai dari awal yaitu saat penyusunan studi
kelayakan, sehingga akan mengefektifkan keterlibatan masyarakat untuk turut
mencegah dampak yang akan timbul. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
dan pemantauan lingkungan disekitar lokasi kegiatan, daerah tempat tinggalnya
sendiri, masyarakat diberi akses untuk melaporkan kondisi lingkungan
disekitarnya dan melaporkan bila ada pencemaran. Masyarakat sekitar lokasi
kegiatan hendaknya mempunyai dokumen AMDAL RSUD Labuang Baji yang,
sehingga mereka dapat ikut serta memantau pelaksanaan upaya pengelolaan
dan upaya pemantauan di lingkungan.
106
5. Usulan Penyempurnaan Pelaksanaan AMDAL di Dinas / Instansi
Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas/Instansi mutlak
diperlukan kalau ingin kualitas lingkungan tetap terjaga. Pengawasan yang ada
melalui kewajiban wajib lapor tiap enam bulan sekali untuk mengetahui
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh RSUD Labuang
Baji untuk selanjutnya dilakukan verifikasi ke lapangan.
Berdasarkan hasil kajian diketahui:
a) Lemahnya pengawasan dan penindakan (sanksi) instansi pengawas
terhadap pelanggaran dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup di Kota Makassar.
b) Lemahnya koordinasi antar instansi pengawas dalam hal pengawasan
terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup RSUD
Labuang Baji.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan efektifitas pelaksanaan AMDAL pada bab
IV di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi AMDAL di RSUD Labuang Baji belum dilaksanakan
sepenuhnya pada pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
2. Keterlibatan masyarakat di sekitar RSUD Labuang Baji dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan relatif masih
rendah, masyarakat belum memahami pentingnya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan bagi mereka yang tinggal disekitar lokasi
kegiatan.
3. Lemahnya pengawasan dan penindakan (sanksi) instansi pengawas
terhadap pelanggaran dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup serta lemahnya koordinasi antar instansi pengawas
dalam hal pengawasan terhadap pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup RSUD Labuang Baji.
4. Dari hasil penelitian di RSUD Labuang Baji diketahui bahwa
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebesar 27%
atau belum efektif.
108
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penyusunan dokumen adendum AMDAL karena
dokumen lingkungan yang ada belum mencakup beberapa kegiatan
yang seharusnya dikaji didalam dokumen AMDAL seperti pengolahan
limbah medis secara termal (Insinerator) dan pengelolaan limbah B3.
2. Perlu dilakukan sosialisasi, keterlibatan dan keterbukaan informasi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan kepada masyarakat sekitar
usaha dan/atau kegiatan sehingga masyarakat mengetahui dampak
yang dapat terjadi dan pengelolaan yang harus dilakukan.
3. Perlu penegakan hukum dan sanksi yang tegas kepada pemrakarsa
usaha dan/atau kegiatan yang belum melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan di Kota Makassar.
4. Pemberian penghargaan bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai
ketentuan yang ada yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan
kesadaran pelaku usaha dan/atau kegiatan dalam mengelola
lingkungan serta pemberian sanksi bagi usaha dan/atau kegiatan yang
belum melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Adel Muftah Amro Atik. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di Rumah Sakit. Jurnal Dian (Online). Volume 11 No.2 Mei 2011. (http://www.dinus.ac.id/wbsc/assets/dokumen/majalah/ Evaluasi_Pengelolaan_Limbah_Padat_Secara_Terpadu_Di_ Rumah_Sakit_1.PDF diakses 9 Nopember 2016).
Adiwibowo, Suryo. 2004. Gagasan : Penguatan AMDAL sebagai Instrumen Pengelolaan Lingkungan Hidup. Makalah disajikan dalam Pertemuan PPLH se Jawa, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah, Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Atik, A.M. Amro 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di Rumah Sakit. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Djaja I.M., dan Maniksulistya D. 2006. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit X Jakarta Februari 2006. Makara. Kesehatan. Vol.10. No.2. Desember 2006 : 60-63. (http://journal.ui.ac.id/ index.php/health/article/viewFile/178/174 diakses 9 Nopember 2016)
Djohan AJ., dan Halim D. 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Salemba Medika. Jakarta.
Faisal. 2005. Tingkat Ketaatan Pemrakarsa dalam Pelaksanaan AMDAL di Kota Makassar. Tesis. Makassar: Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Fandeli, Chafid. 2000. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan Pemapanannya Dalam Pembangunan. Liberty. Yogyakarta.
Fandeli C., Utami RN., dan Nurmansyah S. 2013. Audit Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
H.J. Mukono. 2005. Kedudukan AMDAL dalam Pembangunan Berawasan Lingkungan yang Berkelanjutan (Sustainable Development). Jurnal Kesehatan Lingkungan (Online). Volume 2 No.1, Juli 2005 : 19-28. (http://download.portalgaruda.org/article.php/ diakses 10 Nopember 2016).
Hadi, Sudharto P. 1995. Dimensi Sosial dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hadi, Sudharto P. 2002. Dimensi Hukum Pembangunan Berkelanjutan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
111
Hadi, Sudharto P. 2005. Aspek Sosial AMDAL. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hadi, Sudharto P dan Samekto Adji. 2007. Dimensi Lingkungan Dalam Bisnis. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Handoko. T. Hani. 2000. Organisasi Perusahaan, Teori, Struktur dan Perilaku. BPFE. Yogyakarta.
Hardjosoemantri. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarata.
Hidayat Arif dan Samekto Adji. 2007. Penegakan Hukum Lingkungan Diera Otonomi Daerah. Badan penerbit UNDIP. Semarang.
Horoepoetri. 2003. Peran Serta Masyarakat dalam Penegakan Hukum Lingkungan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Keraf, Sonny A. 2002. Etika Lingkungan Hidup. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Komaruddin. 2004. Ensiklopedia Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Bina Aksara. Jakarta.
Lestari, E. 2010. Studi Kualitas Limbah Cair Ditinjau dari Parameter BOD5, COD, TSS, dan MPN Koliform di RS Dr. Tadjuddin Chalid dan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. FKM Unhas. Makassar.
Manik, K.E.S. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.
Paramita, Nadia. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jurnal PRESIPITASI (Online), Volume 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X. (http://ejournal. undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/10947 diakses 7 Nopember 2016).
Parnoto, A. B., 2007. Hubungan antara permukiman dengan ketersediaan infrastruktur. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Poerwadarminta, W.J,S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Prasetyo, Bambang, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, PT Radja Grafindo Persada, Jakarta.
112
Prathika Andini Goesty, Adji Samekto, Dwi P Sasongko. 2012. Analisis Penaatan Pemrakarsa Kegiatan Bidang Kesehatan Di Kota Magelang Terhadap Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Lingkungan (Online). Volume 10 Issue 2: 89-94. ISSN 1829-8907. (http://download.portalgaruda.org/article.php/ diakses 10 Nopember 2016).
Ridwan, 2004. Statistika untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta. Alfabeta, Bandung.
Rukmanasari, 2009. Efektifitas Pengolahan Air Limbah Dalam Menurunkan Kadar MPN Koliform Di Rumah Sakit Bersalin. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.
Said, I, 2004, Kebijakan dan Tehnologi Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit, Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit, Makassar.
Sanim, B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor Air Bersih Bagi Kesejahteraan Publik. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor, 27 September 2003.
Sianturi, 2003. Limbah Rumah Sakit Belum dikelola dengan baik, diperoleh dari http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi? newsid10666703478,2145. Diakses pada 26 Desember 2016.
Sjahrul, M., 2013. Kimia Lingkungan. De la macca. Makassar.
Soemarwoto, Otto, 2014. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Cetakan keempatbelas). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suara Akar Rumput, Nopember 2008, Sebagian Besar Dokumen AMDAL Berkualitas Buruk, Edisi 03-09 halaman 8.
Suci, RA. Kusumaningtyas. 2007. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sugiharto, 2014. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah (cetakan 2014). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Sulistyowati, 2006. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam Pengelolaan Sampah Kota. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suratmo, F. Gunarwan, 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tim Penyusun, 2004. Dokumen ANDAL Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. PT. Ichsan Konsultan. Makassar.
113
Tim Penyusun, 2004. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. PT. Ichsan Konsultan. Makassar.
Tim Penyusun, 2004. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. PT. Ichsan Konsultan. Makassar.
Tim Penyusun, 2016. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan RSUD Labuang Baji. RSUD Labuang Baji, Makassar.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Wahyono, Suntoro dan Sutarno. 2012. Efektivitas Pelaksanaan Dokumen Lingkungan dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Pacitan Tahun 2012. Jurnal EKOSAINS (Online). Vol IV No.2 Juli 2012. (http://download.portalgaruda. org/article.php?article=106982/ diakses 10 Nopember 2016).
Wardhana, Wisnu Arya, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi offset Yogyakarta.
Yetti, Yusni, 2007. Pengembangan Kebijakan Amdal dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan pada Kegiatan Usaha Migas. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Kelayakan Lingkungan RSUD Labuang Baji
Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium
Lampiran 3. Kesepakatan Kerjasama RSUD Labuang Baji
Lampiran 4. Izin TPS LB3 RSUD Labuang Baji
Lampiran 5. SOP RSUD Labuang Baji
KUESIONER UNTUK RSUD LABUANG BAJI
I. Identitas Responden
Nama : …………………………………………………………..
Umur : …………………………………………………………..
Instansi : …………………………………………………………..
Jabatan : …………………………………………………………..
II. Pertanyaan Khusus
1 Apakah anda tahu “Dokumen AMDAL”..? a. Ya b. Tidak
2 Pernahkah anda terlibat dalam penyusunan dokumen AMDAL?
a. Ya b. Tidak
3 Pernahkah anda mengikuti konsultasi publik terkait penyusunan dokumen AMDAL?
a. Ya b. Tidak
III. Efektivitas AMDAL dalam pengelolaan lingkungan
1. Bagaimana persepsi Bapak/Ibu tentang latar belakang penyusunan dokumen AMDAL RSUD Labuang Baji ?
a. Memenuhi administrasi perijinan
b. Melakukan pembangunan berwawasan lingkungan
2. Pemahaman tentang Dokumen AMDAL
a. Sangat mudah
b. Cukup Mudah
c. Tidak Tahu
3. Pelaksanaan Upaya Pengelolaan dalam Dokumen AMDAL
Berilah tanda check list (√) pada tabel berikut :
No Komponen yang Dikelola Sudah
Dikelola Belum
Dikelola
1 Kesehatan Masyarakat
2 Kualitas SDM
3 Kualitas Air
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
4. Pelaksanaan Upaya Pemantauan dalam Dokumen AMDAL
Berilah tanda check list (√) pada tabel berikut :
No Komponen yang Dikelola Sudah
Dipantau Belum
Dipantau
1 Kesehatan Masyarakat
2 Kualitas SDM
3 Kualitas Air
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
Lampiran 6. Kuesioner
5. Siapa yang menjadi pelaksana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan di RSUD Labuang Baji
a. Pihak perusahaan dengan bagian terkait
b. Lainnya (bagian limbah)
6. Apa kendala dalam pelaksanaan Dokumen AMDAL ?
a. Biaya terlalu mahal
b. Tidak ada teknologi yang diterapkan
7. Apa yang mendorong pelaksanaan pengelolaan lingkungan ?
a. Adanya keluhan masyarakat
b. Tidak tahu
8. Apa manfaat pelaksanaan pengelolaan lingkungan
a. Tidak tahu
b. Mengetahui dampak dan lingkungan tetap terjaga
9. Menurut Bapak/Ibu bagaimana format laporan pelaksanaan dan pemantauan lingkungan yang ada
a. Kurang memadai b. Cukup Memadai c. Tidak Tahu
10. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pelaksanaan AMDAL di RSUD Labuang Baji
a. Kurang memadai b. Cukup Memadai c. Tidak Tahu
KUESIONER UNTUK DINAS/INSTANSI
I. Identitas Responden
Nama : …………………………………………………………..
Umur : …………………………………………………………..
Instansi : …………………………………………………………..
Jabatan : …………………………………………………………..
II. Pertanyaan Khusus
1 Apakah anda tahu “Dokumen AMDAL”..? a. Ya b. Tidak
2 Pernahkah anda terlibat dalam penyusunan dokumen AMDAL?
a. Ya b. Tidak
3 Pernahkah anda mengikuti konsultasi publik terkait penyusunan dokumen AMDAL?
a. Ya b. Tidak
III. Efektivitas AMDAL dalam pengelolaan lingkungan
1. Bagaimana persepsi Bapak/Ibu tentang latar belakang penyusunan dokumen AMDAL RSUD Labuang Baji ?
a. Memenuhi administrasi perijinan
b. Melakukan pembangunan berwawasan lingkungan
c. Mengetahui dampak untuk melakukan pengelolaan
2. Peran serta /keikutsertaan Bapak/Ibu dalam pembahasan draft Dokumen Pengelolaan Lingkungan
a. Ikut membahas dan menyimpan
b. Ikut membahas dan tidak menyimpan
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan
a. Kunjungan lapangan secara rutin dan terjadwal
b. Inspeksi mendadak
c. Berdasar laporan yang ada
4. Apa kendala yang ditemukan oleh Bapak/Ibu dalam melakukan pengawasan ?
a. Kendala biaya, tidak ada dana
b. Tidak ada SDM untuk melakukan pengawasan
c. Kendala dalam koordinasi yang sulit
5. Kapan pengawasan secara bersama-sama dengan Dinas/Instansi terkait dilakukan ?
a. Kalau ada masalah
b. Rutin Berkala
c. Tidak Pernah
KUESIONER UNTUK MASYARAKAT SEKITAR RSUD LABUANG BAJI
I. Identitas Responden
Nama : …………………………………………………………..
Umur : …………………………………………………………..
Instansi : …………………………………………………………..
Jabatan : …………………………………………………………..
II. Pertanyaan Khusus
1 Apakah anda tahu “Dokumen AMDAL”..? a. Ya b. Tidak
2 Pernahkah anda terlibat dalam penyusunan dokumen AMDAL?
a. Ya b. Tidak
3 Pernahkah anda mengikuti konsultasi publik terkait penyusunan dokumen AMDAL?
a. Ya b. Tidak
III. Efektivitas AMDAL dalam pengelolaan lingkungan
1. Apakah Bapak/Ibu paham Dokumen AMDAL
a. Tidak Tahu
b. Tahu Sebahagian
c. Pernah Dengar
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan
oleh RSUD Labuang Baji
a. Ya, tahu
b. Tidak Tahu
c. Pernah dengar
3. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dari penyusunan studi pengelolaan lingkungan dibuat
dan dilaksanakan oleh siapa ?
a. Pemrakarsa (pihak RSUD Labuang Baji)
b. Semua pihak
c. Tidak Tahu
4. Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam penyusunan dan pembahasan AMDAL
RSUD Labuang Baji ?
a. Ada, pada tahap penyusunan dan pembahasan dokumen
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
5. Menurut Bapak/Ibu apakah perlu masyarakat mengetahui AMDAL RSUD Labuang
Baji
a. Perlu
b. Tidak perlu
c. Tidak Tahu
6. Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan di RSUD Labuang Baji ?
a. Dilibatkan, dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan
b. Tidak dilibatkan
c. Tidak tahu
7. Apakah hambatan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan
a. Ada hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
b. Tidak ada
c. Tidak ada
8. Menurut Bapak/Ibu bagaimana peranan instansi pemerintah dalam melakukan
pengawasan
a. Cukup memadai
b. Kurang memadai
c. Tidak tahu
9. Menurut Bapak/Ibu dampak apa yang dirasakan dari operasionalisasi RSUD Labuang
Baji
Berilah tanda check list (√) pada tabel berikut :
No Komponen yang Dikelola Bentuk Gangguan
Ada Tidak Ada
1 Kesehatan Masyarakat
2 Kualitas SDM
3 Kualitas Air
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
10. Pelaksanaan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan oleh
RSUD Labuang Baji
Berilah tanda check list (√) pada tabel berikut :
No Komponen yang Dikelola Ya Tidak
1 Kesehatan Masyarakat
2 Kualitas SDM
3 Kualitas Air
4 Kemacetan Arus Lalu lintas di jalan Ratulangi depan pintu keluar rumah sakit
Recommended