View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SAINS ARSITEKTUR II
BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN
MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS
Di susun oleh :
Di Susun Oleh :
DIAH SEKAR SARI (0951010032)
Dosen Pembimbing :
HERU SUBIYANTORO ST. MT.
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN SIPIL
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
TAHUN AJARAN 2011/2012
VERNACULAR HOUSE, HUNIAN DENGAN KONSEP
ARSITEKTUR TROPIS
PRINSIP ARSITEKTUR TROPIS
Bangunan yang memiliki prinsip arsitektur tropis perlu dikembangkan sebagai bentuk
bangunan yang ramah lingkungan. Bangunan dengan prinsip ini dapat memproteksi radiasi
matahari, mencegah peningkatan temperatur di dalam ruangan, dan memiliki ruang gerak
bagi udara luar.
Indonesia memiliki berbagai macam, jenis budaya yang melimpah. Bukan hanya kita
memiliki jumlah penduduk yang besar, namun keanekaragaman yang sangat unik dan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga bila kita melihat dari segi arsitektural,
begitu banyak jenis rumah yang dapat kita temukan, lengkap dengan detail-detail
arsitekturalnya yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita.
Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam
iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya.
Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi
pula. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat
ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan,
diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasi diubah
menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.
Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban / adaptasi bentuk
bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu
yang disebabkan oleh panas matahari, kelembaban yang cukup tinggi, curah hujan,
pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis pada suhu, kelembaban, kesehatan
udara yang harus diantisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain
itu pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter
material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor.
Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika,
namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/penanganan iklim tropis. Meskipun demikian
bentukan bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur yang
estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga
memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan tersebut.
Bentuk secara makro
Sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani hal
tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak
panas dan ketika hujan penghuni terlindungi, selain itu terdapat kualitas kenyamanan
berkaitan dengan suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat
teras untuk memberikan perlindungan serta menikmati iklim tropis yang bersahabat.
Bentuk secara mikro
Pada masing-masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk lebar,
berjalusi, berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya
merupakan bangunan panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar
dari banjir akibat hujan. Memang merupakan kualitas rancangan yang sudah berhasil
sejak dulu.
KONSEP PERANCANGAN
Sejarah, tradisi, kebutuhan masyarakat akan hunian serta teknologi yang berkembang
saat ini di negara kita merupakan pangkal tolak dalam bagaimana berpikir ke depan untuk
mengembangkan rumah bertema vernakular ini. Dengan kondisi site yang cukup terbatas,
kejelian berpikir, serta kreatifitas sangat dituntut dalam perancangan ini. Dengan mencoba
menganggap site yang ada berada pada kawasan padat permukiman yang disekitarnya penuh
sesak bangunan dengan berbagai gaya (style), berbagai jenis, serta berbagai tujuan dalam
pembangunananya. Dalam meresapi tiap bentuk dari bangunan-bangunan tradisional
beberapa budaya masyarakat kita, akhirnya terbentuk gagasan / ide bentukan lumbung padi
dari Lombok, sebagai inspirasi bagi desain rumah ini.
Vernacular House
Bentuk lumbung padi dari Lombok, diambil
selain karena memiliki bentuk yang sangat khas serta
memiliki bentukan rumah-rumah tradisional
Indonesia yang rata-rata berbentuk rumah panggung,
bentuk lumbung padi ini memiliki potensi untuk
dikembangkan memanjang ke belakang.
ANALISA SITE
Dengan kondisi site yang memiliki ukuran 5 x 12 m, dan memanjang ke arah utara-
selatan, orientasi bangunan di arahkan menuju ke arah jalan pada selatan site, tata masa pun
memanjang ke arah utara selatan. Hal ini ditujukan untuk mengurangi dampak radiasi panas
matahari yang berlebih pada sisi barat dan timur bangunan.
Jika kita amati bangunan -bangunan di negara kita memiliki karakteristik, bentuk dasar yang
terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala (atap), badan (lantai 1), khaki (lantai dasar) dpt berupa
tiang2 pada rumah panggung, atau sekedar pembedaan material dan detail.
Kehidupan harus ada keseimbangan. Di daerah tropis, intensitas cahaya matahari
termasuk tinggi dan angin yang kencang. Hal ini bisa dimanfaatkan, bukan dihalangi dalam
desain. Air juga merupakan komponen penting dalam hidup manusia yang memberikan
kesejukan dan sebagai reflektor yang baik bagi sinar. Ketiga hal inilah yang coba dimasukkan
dalam ide desain hunian yang tetap memperhatikan masalah iklim tropis.
Bentuk teras yang berfungsi sebagai ruang pertama sebelum masuk ke hunian.
didesain dengan memasukkan unsur air. Bentuk juga dianalogikan dengan bentuk batu kali
dan sungai.
Dalam bentuk formal, selain mengambil preseden bentuk lumbung masyarakat
Lombok, juga diambil dari filosofisnya. Angka tiga termasuk angka yang mendalam pada
kehidupan masyarakat Lombok. Mereka mengenal sistem kepercayaan waktu telu ( telu=tiga
), dimana mereka sholat sebanyak 3 kali dalam sehari, tidak seperti masyarakat Islam
kebanyakan. Selain itu, tiga mencerminkan kehidupan manusia. Tiga melambangkan
kelahiran, hidup / berkembang, dan kematian. Tiga melambangkan Ayah, Ibu, dan Anak.
Pada desain hunian vernacular house, konsep filosofis ini dimasukkan dan diterapkan pada
bagian depan. Ini menunjukkan sebagai ekspresi filosofi dan budaya harus tetap dijaga dan di
depan kan. Penggunaan material kaca untuk memaksimalkan view di ruang keluarga.
penggunaan shading dan ventilasi agar cahaya tetap masuk, mengurangi panas dalam ruang,
dan penghawaan alami.
SISTIM SIRKULASI DALAM BANGUNAN
Memaksimalkan jendela dengan sun-shading berupa kisi-kisi atau bagian dinding
yang menjorok ke luar, pada sisi utara dan selatan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar
mendapat cahaya alami secara maksimal, namun panas matahari tidak teralu banyak masuk
ke dalam, karena intensitas cahaya matahari pada sisi utara-selatan, tidak seterik barat-timur
bangunan. selain itu penggunaan kisi-kisi pada bukaan, dimaksudkan selain mengurangi
radiasi panas matahari ke dalam bangunan juga dimaksudkan untuk alasan keamanan.
Penggunaan ruang antara plafon dan atap pada lantai 2, merupakan solusi besarnya panas yang
diberi atap seng kepada ruang dibawahnya. Sehingga ruang tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
besarnya panas akibat radiasi tadi
KARAKTERISTIK INTERIOR
Indonesia memiliki berbagai macam jenis kain. hampir tiap daerah memiliki bentuk
dan jenis kain yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Kain-kain ini sering digunakan
baik pada kehidupan sehari-hari maupun pada acara-acara tertentu. Seperti contohnya
Lampung dengan kain tapisnya. Salah satu jenis kain yaitu selendang, biasanya digunakan
oleh para penari, atau sebagai pelengkap kebaya, begitu banyak motif serta warna-warna
yang dimiliki selendang-selendang ini.
Pada interior kami mencoba memasukan unsur kaca berwarna, yang kami ibaratkan seperti
selendang-selendang yang menghiasi sebuah tarian. Sehingga keindahan pun muncul dalam interior
rumah layaknya menonton tarian tradisional
KELOMPOK RUANG DAN FASAD BANGUNAN
zona ruang pada obyek vernacular house ini, yaitu :
• Zona Publik : teras depan rumah, ruang tamu
• Zona Privat : kamar tidur utama, kamar tidur pendukung lainnya, wc / kamar
mandi
• Zona Semi Privat : ruang keluarg, ruang makan, dapur bersih, teras balkon
• Zona Service : kamar tidur pembantu, tempt cuci, tempat jemuran, gudang
MATERIAL
Besi chrome, kaca, kayu, dan batu candi merupakan material yang dominan pada
desain ini, dipadukan unsur-unsur alami dengan unsur-unsur modern. Hal ini merupakan
wujud penggambaran masyarakat Indonesia saat ini yang mulai beralih dari kehidupan
tradisional menuju ke kehidupan yang modern dan global. Hal ini merupakan kritik terhadap
masyarakat kita agar tidak melupakan budaya kita, sebagai identitas kita, sebagai sebuah jati
diri yang tentu saja sangat berharga.
Dengan pertimbangan yang matang dalam
pengolahan material alami serta memanfaatkan
teknologi terapan pada desain ini, dengan memberi
arahan bahwa kehidupan modern dan tradisional
bukanlah sesuatu yang benar-benar bersebrangan.
Namun sepatutnya kita memadukan keduanya
secara tepat sehingga kedua-duanya dapat benar-
benar bermanfaat bagi kehidupan kita.
DETAIL
1. Penggunaan material kayu pada lantai teras, memberi kesan hangat dan lembut
bagi para tamu yang berkunjung, menciptakan kesan bersahabat. Pijakan menuju
teras yang melalui kolam mengingatkan kita pada nuansa pedesaan dimana kita
menyebrang sungai dari batu satu ke batu yang lain.
2. Selain untuk mengurangi radiasi panas matahari pada teras, penggunaan shading
yang menjorok ke depan menguatkan kesan teras sebaga entrance utama.
3. Desain pintu garasi mengingatkan kita pada kota Lombok, dimana kita sering
menemukan motif tokek pada bangunan-bangunan disana. Selain itu motif belah
ketupat juga menguatkan kesan budaya tradisional Indonesia yang sering
menggunakan motif ini baik pada bangunan, pada kain, bahkan hingga bentuk
makanan tradisional kita.
4. Keterbatasan lahan menjadikan penggunaan tangga memutar menjadi alternatif
terbaik sebagai jalur sirkulasi dari garasi menuju lantai 1. Material tangga yang
didominasi oleh metal chrome dan kayu semakin menguatkan konsep rumah ini
yaitu memadukan antara elemen modern dan tradisional, yang juga didukung oleh
penggunaan batu candi pada sekat garasi dan ruang cuci pakaian.
5. Penggunaan pagar pada bagian belakang bangunan dimaksudkan untuk menjaga
privasi pada ruang jemur pakaian, material bambu yang digunakan menciptakan
kesan alami yang telah diberi oleh batu candi serta vegetasi dan kolam pada teras
belakang.
6. Penggunaan sun shading sangat efektif dalam mengurangi radiasi panas matahari
menuju jendela belakang, selain itu banyaknya bukaan yang diberi kisi-kisi kayu
serta penggunaan jendela putar membuat perputaran udara pada ruang dalam
menjadi lebih segar, penciptaan cross ventilation pun dapat dilakukan dengan
lebih maksimal.
7. Pada lantai dua penggunaan jendela hidup serta bukaan pada atas dinding dengan
kisi-kisi membuat pertukaran udara di dalam ruang menjadi baik, selain itu
jendela ini dapat memeberi view bagi ruang kamar yang berada di bagian
belakang lantai dua ini.
8. Desain fasad yang unik membuat bangunan rumah ini dapat menjadi sebuah
landmark bagi kawasan perumahan di sekitar site, selain itu mampu memberi
nuansa yang baru bagi lingkungan sekitar, yang biasanya di dominasi dengan
bangunan beratap miring. Banyaknya bukaan dengan kisi-kisi serta jendela pada
bagian depan rumah merupakan bentuk pemanfaatan potensi site yang menghadap
utara, sehingga sirkulasi udara secara alami dapat berjalan dengan baik dan cahaya
alami pun dapat masuk dengan efektif karena tidak ada radiasi panas yang
diterima pada sisi utara tidak sebesar sisi barat- timur. Perpaduan antara elemen-
elemen modern dan alam diwujudkan dengan penggunaan material kayu, batu
candi yang di mix dengan material kaca, metal chrome, serta warna dinding yang
berwarna putih.
9. Bagian atap transparan berbahan policarbonat, menjadi sumber masuknya cahaya
alami ke dalam bangunan namun tidak terlalu banyak memberi panas ke dalam
bangunan, karena material policarbonat yang dapat memfilter radiasi panas
matahari.
10. Talang air diberi pada tepi atap menampung air dari bentuk atap lengkung
tersebut, lalu dialirkan menuju lantai bawah dan sumur peresapan sebagai
penampungannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan konsep perancangan vernacular house, dapat disimpulkan mengenai
arsitektur tropis dan arsitektur tradisional. Arsitektur tropis merupakan prinsip desain,
sedangkan arsitektur tradisional merupakan kebudayaan arsitektur yang turun-menurun
melalui kebudayaan. Arsitektur tropis tidak harus tradisional, tetapi dalam arsitektur
tradisional masyarakat memang sudah sangat memperhatikan prinsip-prinsip arsitektur tropis,
sudah terlihat melalui bangunannya.
Arsitektur tropis gaya baru bisa memakai material apa saja dan tidak harus terpaku
pada tradisi, tentu dengan memperhatikan bagaimana menangani iklim tanpa menggunakan
penanganan ‘modern’ terhadap iklim. Karena arsitektur tropis memperhatikan iklim, maka
penanganan arsitektur yang berkaitan dengan iklim yaitu seperti mempertahankan suhu
nyaman, kelembapan, dan sebagainya juga menggunakan potensi dari iklim tropis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Probo Hindarto (2010) : Tentang arsitektur tropis untuk bangunan, misalnya rumah
http://astudioarchitect.com/2011/02/tentang-arsitektur-tropis-untuk.html
Abu Raihan (2010) : Mendefinisikan kembali arsitektur tropis
http://griya-bayu.blogspot.com/2010/03/mendifiniskan-kembali-arsitektur-tropis.html
Mario Andreti ST (2006) : Vernacular House, Depok, Jawa Barat, Indonesia
http://www.marioormarjo.com/2010/02/vernakular-house.html
Recommended