Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Preview:

DESCRIPTION

IMM, Muhammadiyah

Citation preview

Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Oleh: Daud Fajar Muttaqin

LATAR BELAKANG

Dua faktor pada saat itu yang memunculkan kelahiran IMM yang sedang

muncul gejolak – gejolak dari Muhammadiyah itu sendiri yang mengharapkan adanya

wadah perkumpulan mahasiswa Muhammadiyah dengan pembentukan pada awal

yang berbentuk study group. Arah perwujudan untuk mewujudkan cita – cita dari

persyarikatan Muhammadiyah yakni dengan memahami dan memantapkan ideologi

untuk para aktivis Muhammadiyah. Sebelum terbentuknya Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah pada saat itu Muhammadiyah/’Aisyiyah sudah terlebih dahulu

membentuk Pemuda Muhammadiyah pada tanggal 25 Dzulhijah tahun 1350

H/bertepan dengan tanggal 2 mei 1932 dan Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) pada tanggal

27 dzulhijjah 1349 H/16 Mei 1931 M.

Anggapan Muhammadiyah tersebut lahir pada saat muktamar Muhammadiyah

ke-25 (kongres seperempat abad kelahiran Muhammadiyah) tahun 1936 di jakarta,

yang pada saat ini dihembuskan pula cita-cita besar Muhammadiyah untuk

mendirikan universitas atau perguruan tinggi Muhammadiyah, yang pada saat itu PP

Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1933-1937). Dapat dikatakan,

bahwa anggapan dan pemikiran mengenai perlunya menghimpun mahasiswa yang

sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu sejak kongres Muhammadiyah ke 25 tahun

1936 di Jakarta.

Namun demikian, keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa

Muhammadiyah tersebut, akhirnya, para mahasiswa diberbagai Universitas/PT Negeri

yang secara ideologis beritiba pada Muhamamadiyah, senang atau tidak senang,

terpaksa bergabung dengan NA atau Pemuda Muhammadiyah. Dan untuk

perkembangan berikutnya, mereka yang di NA dan yang di Pemuda Muhammadiyah

atau Hizbul Wathan, merasa perlu adanya perkumpulan mahasiswa, yang secara

khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa Islam, dan alternatif yang mereka pilih,

yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berdiri pada tahun 1947. Di HMI

inilah para mahasiswa yang Muhammadiyah bergabung bahkan turut aktif merintis

dan mendirikan serta mengembangkannya. Bahkan sampai konon, ada tokoh

Muhammadiyah yang menyebutkan bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah, dalam

arti membawa ideologi Muhammadiyah. Prof. Dr. Afran Pane, seorang pencetus ide

berdirinya HMI adalah orang Muhammadiyah yang diberi tugas khusus untuk

menggiring HMI kepada pemahaman atau cita-cita dan ideologi keagamaan yang

dianut Muhammadiyah, yang pada akhirnya memang ternyata banyak tokoh

Muhammadiyah yang turut aktif mengelola dan membina HMI.

PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan amanat

mukatamar ke 1-nya di Palembang (1965) dibebani tugas untuk menampung para

mahasiswa yang seideologi dengan Muhammadiyah, segera membentuk “study

Group” yang khsusus untuk mahasiswa. Dan dari studi ini, kemudian setelah melihat

perkembangannya, dijadikanlah departemen yang khusus untuk mengembangkan

study group ini. Sementara itu, para mahasiswa Universitas Muhammadiyah dari

berbagai kota seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Medan, Ujung

Pandang, dan Jakarta, menjelang Mukatamar Muhammadiyah Setengah Abad tahun

1962 di Jakarta, mereka mengadakan kongres mahasiswa Muhammadiyah di

Yogyakarta. Dan kongres inilah semakin santer upaya para tokoh Pemuda

Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan supaya berdiri

sendiri. Pada anggal 15 Desember 1963 mulai diadakan penjajagan, didirikannya

lembaga Da’wah mahasiswa yang dikoordinir oleh Ir. Margono, dr. Soedibyo Markus

dan Drs. Rosyad Sholeh. Sedangkan ide pembentukannya yaitu dari Drs. Moh

Djasman yang saat itu duduk sebagai sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah.

Sementara itu, desakan untuk segera membentuk organisasi khusus mahasiswa

Muhammadiyah, datang pula dari para mahasiswa Muhammadiyah yang ada di

Jakarta seperti Nurwijoyo Sarjono, M.Z. Suherman,M. Yasin, Sutrisno Muhdam, dan

lain-lain yang saat itu temasuk pula Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan

semakin banyaknya desakan tersebut, maka PP Muhammadiyah segera memohon

restu kepada PP Muhammadiyah yang saat itu diketuai oleh H. A. Badawi, dengan

penuh bijaksana dan ke’arifan, akhirnya PP Muhammadiyah menerima usulan untuk

mendirikan organisasi yang khusus untuk mahasiswa Muhammadiyah. Drs. Moh

Djasman selaku saat itu mengusulkan nama yang tepat yaitu Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM), tepat pada tanggal 29 Syawal 1384 H/14 Maret 1964, PP

Muhammadiyah menunjuk Drs. Djasman sebagai formatur tunggal dengan anggota-

anggotanya A. Rosyad Sholeh, Soedibyo Markus, Moh. Arief Zukabir, Sutrisno

Mihdam, Syamsu Udaya Nurdin, Nurwijoyo Sarjono, Basri Tambun, Fatuhrahman,

Soemarwan, Ali Kiyai Demak, Sudar, M. Husni Thamrin, M. Susanto, Siti Ramlah,

Deddy Abu Bakar.

Sehubungan dengan hal tersebut, selama ini kita mengenal bahwa pendiri

IMM adalah Moh. Djasman Al-Kindi tetapi yang benar, Moh. Djasman, adalah hanya

seorang koordinator dan sekaligus ketua pertama. Sedangkan pendirinya, dalam

Pimpinan Pusat Muhammadiyah atas desakan atau usulan kongres Mahasiswa

Muhammadiyah yang dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

yang saat itu ketua umum M. Fachurazi dan sekretaris Umum Moh Djasman.

Kemudian Moh Djasman sebagai koordinator bersama anggota-anggotanya

sebagaimana tersebut di atas itulah yang menggiring Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) melaksankan Munas (mu’tamar) I tanggal 1-5 Mei 1965,

yang menelorkan Deklarasi Kota Barat (Solo) 1965 yang isi deklarasi tersebut yaitu :

1. IMM adalah gerakan mahasiswa Islam

2. Kepribadian Muhamdiyah, adalah landasan perjuangan Muhammadiyah

3. Fungsi IMM, adalah sebagai gerakan eksponen mahasiswa dalam

Muhammadiyah (stabilisator dan dinamisator)

4. Ilmu, adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiyah IMM

5. IMM adalah organisasi yang sah mengindakan segala hukum, undang-undang,

peraturan dan falsafah negara yang berlaku

6. Amal IMM, dilahirkan dan diabadikan untuk kepentingan agama, Nusa dan

bangsa.

Dampak yang jelas ada gara-gara budaya masyarakat Islam termasuk

mahasiswa yang seperti tersebut itu, adalah semakin menancapnya keterbelakangan

dan atau kebodohan. Sehingga, kendatipun negara saat itu sudah merdeka, tapi

kemerdekaanya masih dalam arti sempit. Asal mereka sudah sholat, zakat, puasa,

beres, tidak ada masalah. Ancaman ideologis komunis, yang sesungguhnya sangat

berbahaya bagi keutuhan beragama dan bernegara, masih diabaikan. Mereka,

lantaran pengaruh-pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan dan keterbelakangan

serta kebodohannya itu, banyak sekali yang tergelincir terjun sekaligus menjadi

pendukung setia ideologi komunis itu. Akibatnya, kemarajelalan komunis semakin

menampak dan mengikat, yang gilirannya Bung Karno sebagai presiden kelihatan

benar-benar tergoda oleh bujuk rayu kominis. Yang giliran berikutnya partai-partai

Islam di segel bahkan dibubarkan. Masyumi sendiri susah kena getahnya begitu pula

PSI (Partai Sosialis Islam) dibubarkan pada tahun 1960.

Di samping itu, pergolakan organisasi-organisasi mahasiswa di tahun 1950-an

sampai terjadinya G.30 S/PKI 1965, kelihatan menemui jalan buntu dalam

mempertahankan partisipatifnya dalam era kemerdekaan RI, terutama sejak kongres

mahasiswa Indonesia 8 Juni 1947 di Malang yang terdiri dari HMI, PMKRI, PMKI,

PMJ, PMD, MMM, PMKH, dan SMI (Himpunan Mahasiswa Islam, Persatuan

Mahasiswa Katholik Republik Indonesia, Persatuan Mahasiswa Kristen Indoenesia,

Persatuan Mahasiswa Jogja- Djakarta, Masyarakat Mahasiswa Malang, Persatuan

Mahasiswa Kedokteran Hewan, Serikat Mahasiswa Indonesia), yang kemudian

berfungsi menjadi PPMI (Perserikatan Perhimpunan - Perhimpunan Mahasiswa

Indoensia). Dan PPMI yang independen ini pada mulanya memang kompak sebagai

penggalang kekuatan anti imperealisme, tetapi setelah melaksanakan konferensi

mahasiswa Asia Afrika di Bandung 1957 yang merupakan prestasi puncak dari

PPMI, masing-masing organisasi memisahkan diri. Ini, gara-gara dalam tubuh PPMI

pada tahun 1958 telah menerima anggota baru yaitu : CGMI (Selundupan dari PKI).

Badan kongres Mahasiswa Indoensia (BKMI) yang terdiri dari selain PPMI yaitu :

PMID (Persatuan Mahasiswa Idonesia Djakarta) HMD (Himpunan Mahisiswa

Djakarta), MMB (Masayarakat Mahasiswa Bogor) PMB (Perhimpunan Mahsiswa

Bandung) GMS (Gerakan Mahasiswa Surabaya) dan GMM (Gerkan Mahasiswa

Makasar), gara-gara CGMI, maka banyak yang memisahkan diri dari PPMI tersebut,

akhirnya, masing-masing usur bercerai-berai mencari keselamatan sendiri-sendiri

bahkan konon akhirnya banyak pula yang membubarkan diri sebelum PKI

membubarkannya, atau jelasnya yaitu karena pengaruh-pengaruh yang lahir dari

CGMI dan atau PKI sejak tahun di masukinya yaitu 1958 maka akhirnya disekitar

bulan oktober 1965 setelah PKI dilumpuhkan PPMI secara resmi membubarkan diri.

Sesungguhnya sebelum PPMI membubarkan diri, antara tahun 1964-1965

masing-masing organisasi mahasiswa yang berfungsi ke dalam PPMI yaitu : PMID,

HMD, MMD, PMB, GMS, GMM, HMI, PMKRI, PMKI/GMKI, PMD, PMI,

PMKH, dan SMI) tersebut saling djorjoran atau sok revolusioner, terutama setelah

CGMI (PKI) masuk ke dalamnya. CGMI (PKI) kelihatan semakin besar pengaruh

dan kemampuanya untuk membujuk para penguasa termasuk Bung Karno. HMI

yang saat itu juga turut berlomba merevolusionerkan diri menjadi sasaran

CGMI/PKI yang akhirnya HMI hampir-hampir rampuh karena memang PKI dalam

hal ini para pendukungnya senantiasa mengeluarkan yel-yel untuk supaya HMI

dibubarkan. Dengan demikian, HMI pun semakin bringas untuk memperkokoh

sayangnya, semakin gesit bertindak membela diri dengan keluyuran ke sana kemari

mencari pembela untuk memperkuat supaya dirinya tidak mempan terhadap

serangan PKI yang berusaha membubarkannya.

Pada saat-saat HMI semakin terdesak itulah Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) lahir tepatnya yaitu pada tanggal 29 syawal 1384H/14 Maret

1964 M. Inilah sebabnya ada persepsi yang keluar bahwa IMM lahir untuk persiapan

sebagai penampung anggota-anggota HMI manakala terjadi dibubarkan. Persepsi

yang keliru ini menghubung-hubungkan HMI dengan Muhammadiyah sebagaimana

tersebut di atas, bahwa HMI pada mulanya didirikan oleh orang-orang

Muhammadiyah maka kalau HMI dibubarkan secara otomatis Muhammadiyah harus

menyediakan wadah lain selain HMI. Logikanya, menurut persepsi ini berarti IMM

tidak perlu lahir karena tenyata HMI berhasil mempertahankan diri dan tidak jadi

dibubabarkan oleh PKI.

Jelas, kalau diperhatikan, sejarah pergolakan organisasi-organisasi mahasiswa

yang secara singkat tersebut diatas, maka anggapan dan atau klaim yang mengatakan

bahwa IMM lahir karena HMI akan dibubarkan adalah anggapan yang keliru dan

anggapan yang lahir karena kurang cerdas dalam memberi interpretasi terhadap fakta

dan data sejarah. Sebliknya justru yang benar dan rasional, yang berlandaskan fakta

dan data sejarah, adalah bahwa kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhamdiyah salah satu

faktor historisnya yaitu, untuk membantu eksistensi HMI supaya tidak mempan

dengan usaha-usaha PKI yang akan membubarkannya. Sekali lagi, bahwa kelahiran

IMM salah satu maksudnya adalah untuk membantu dan atau turut serta

mempertahankan HMI dari usaha-usaha komunis yang berniat jahat mau

membubarkan HMI. Dan ini, sesui denga sifat IMM itu sendiri yang akan senantiasa

bekerjasama dengan organisasi mahasiswa Islam lainnya dalam upaya beramar

ma’ruf nahi mungkar yang jadi prinsip dasar perjuangannya.

Itulah sejarah kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhamdiyah (IMM) yang dapat

kita lacak dari segi intern maupun segi ekstern. Hasil lacakan ini jelas memberi ilmu

kepada segenap peminat sejarah IMM untuk meyakinkan diri bahwa IMM lahir

memang merupakan kebutuhan bangsa dan negara guna turut berpartisipasi aktif

dalam rangka mengisi dan memberi bobot kemerdekaan republik Indoensia di bawah

naungan Pancasila dan UUD 1945.

Sejak lahir —14 Maret 1964 (29 Syawwal 1384), IMM sudah mengambil 3

wilayah gerakan, yakni memfokuskan pada keagamaan, kemahasiswaan, dan

kemasyarakatan. Gagasan untuk mengambil peran kemasyarakatan itulah yang

membedakan IMM dengan organisasi mahasiswa lainnya. Ketika itu sebagian besar

gerakan mahasiswa hanya concern di bidang kemahasiswaan dan keagamaan saja.

Bahkan sebagian ada yang mengambil peran kebangsaan atau politik, yang itu

kemudian berujung pada kematian organisasi dan pembusukan gerakan dakwah.

Untuk lebih memahami apa dan bagaimana IMM, berikut penegasan identitas

IMM yang ditanda tangani oleh KH. Ahmad Badawi;

1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa (sosial) Islam;

2. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan

IMM.

3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahasiswa dalam

Muhammadiyah.

4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi yang sah yang mengindahkan

segala hukum dan undang undangan, peraturan serta dasar dan falsafah

negara.

5. Menegaskan bahwa kerangka fikir kader adalah ilmu adalah amaliah dan

amal adalah ilmiah;

6. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta’ala dan seenantiasa diabdikan

untuk kepentingan rakyat.

Dari penegasan identitas di atas dapat diketahui bahwa; pertama, IMM

merupakan gerakan mahasiswa Islam; kedua, IMM adalah eksponen mahasiswa

dalam Muhammadiyah (atau lebih dikenal sebagai Ortom). Sementara itu kita dapat

menemukan pula bahwa epistemologi berfikir IMM adalah ilmu adalah amaliah dan

amal adalah ilmiah. Dan poin terakhir kita dapat mengetahui landasan gerakan IMM,

yakni lillahi ta’ala dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat.

Secara umum IMM memiliki tiga bentuk pergerakan; 1) IMM sebagai gerakan

Mahasiswa; 2) IMM sebagai gerakan dakwah; dan 3) IMM sebagai organisasi kader.

IMM sebagai Gerakan Mahasiswa (GM) bergerak secara kritis, menjadi oposisi

penguasa, membela rakyat mustad’afîn. IMM sebagai Gerakan Dakwah (GD), lebih

dimaksudkan menjadi garda perjuangan umat Islam. Menghadirkan doktrin Tuhan

yang melangit ke bumi. Menjadikan Qur’an berbicara tentang kemanusiaan,

kemerdekaan dan pembebasan. IMM sebagai Organisasi Kader (OK), berperan

menciptakan akademisi Islam yang siap menjadi pemimpin, baik untuk Ikatan,

Persyarikatan Muhammadiyah, dan tanah air tercinta ini.

Dalam AD/ ART sudah ditegaskan bahwa tujuan IMM adalah mengusahakan

terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan

Muhammadiyah. Kalau Muhammadiyah dalam Muktamar di Malang yang lalu

mengusung visi Pencerahan Peradaban, maka tugas IMM adalah membentuk

akademisi Islam yang berahlak mulia untuk pencerahan peradaban. Yang diinginkan

dari Akademisi Islam yang berakhlak mulia adalah dekonstruksi sepirit egoisme

beragama. Kita hidup bukan untuk mencari surga, namun disuruh berbuat baik dan

mencegah kemungkaran. Tidak ada satupun ayat dalam Qur’an yang memerintahkan

kita hidup di dunia untuk mengejar surga. Yang ada tegakan sholat, keadilan,

berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Adapun surga dan neraka hanya

merupakan ganjaran, dan bukan tujuan.

IDENTITAS IMM

I. Pengalaman sejarah mengajarkan kepada kita bahwa suatu organisasi didalam

melintasi perjalanan hidupnya akan bergerak secara mantap apabila identitas atau

kepribadiannya atau syakhsyiahnya nampak jelas dan tegas.

Selama identitas itu masih kabur maka “raison de etre” dari organisasi itu akan tetap

dipersoalkan yakni apakah organisasi itu mampu menjawab tantangan jamannya

atau tidak. Selain itu masih juga dipersoalkan apakah organisasi itu dengan

identitasnya Assuoh benar-benar dikembangkan untuk merealisir idea kelahirannya.

Hal seperti ini berlaku pula dengan ikatan kita, yang bertujuan mebentuk akademisi

islam yang berkahlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan Muhammadiyah,

maka perlu identitas dirumuskan dalam suatu formulasi yang jelas, namun harus

diingat bahwa identitas ini harus inherent dalam tubuh Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah sejak ia lahir di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia.

Dalam pada itu harus diingat pula identitas dengan adanya identitas Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah yang telah dirumuskan di atas sama sekali tidak

tergantung makna bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memiliki kepribadian

berbeda dengan kepribadian Muhammadiyah, sehingga seolah-olah memiliki

kepribadian ganda. Kepribadian Muhammadiyah adalah secara concerent juga

kepribadian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, akan tetapi karena fungsi Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah sebagai exponen mahasiswa dalam tubuh

Muhammadiyah memiliki ciri-ciri khusus. Dan sebagai Ikatan dari Mahasiswa

Muhammadiyah ia juga memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari perkumpulan

mahasiswa lainnya. Ciri-ciri khusus yang membedakannya dari organisasi

mahasiswa lain itulah yang dirumuskan dalam identitas Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah.

II. Dalam gerak perjuangan didalam bidang keagamaan, kemasyrakatan dan

kemahasiswaan untuk mencapai tujuan Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah telah meletakkan beberapa dasar falsafah, bagi Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah dasar falsafah yang dipegang adalah :

- Semua amal geraknya harus diabdikan untuk Allah semata.

- Keikhlasan harus senantiasa menjadi landasan geraknya.

- Ridho Allah SWT, harus menjadi ghayah terakhirnya, karena tanpa ridho-Nya

tidak akan pernah ada sesuatu hasilnya yang bisa dicapai.

- Tenaga perbuatan (power of action) sangatlah menentukan karena nasib kita

akan banyak tergantung akan usaha dan perbuatan kita sendiri.

- Falsafah Al-Ghayatu yabarriru al-washilah atau apa yang disebut “the oad

justifies the means” haruslah disingkirkan jauh-jauh karena tidak sesuai

dengan ajaran Islam.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi yang berpegang teguh pada

ajaran nilai-nilai Islam penyakit kelesuan berorganisasi atau perebutan jabatan dalam

organisasi tidak bolah terjadi karena tujuan akhir perjuangan kita sekali lagi adalah

ridho Allah dan bukan selainnya. Keikhlasan berjuang memang sengaja ditekankan,

karena itu merupakan pokok bagi keberhasilan usaha kita, disamping itu selalu

menjadi benteng yang kuat terhadap penyakit-penyakit patah semangat dan lain-lain

kiranya sangat baik rangkaian kata-kata berikut selalu kita ingat :

- Semua orang pada hakekatnya mati kecuali yang berilmu.

- Semua yang berilmu akan bingung kecuali yang beriman.

- Semua yang beriman akan rugi, kecuali yang beramal shaleh.

- Semua yang beramal shaleh akan kecewa dan menyesal, kecuali yang ikhlas.

III. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader, jadi bukan organisasi

massa. Pengertian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi kader harus

ditafsirkan bahwa setiap Mahasiswa yang akan menjadi anggota Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan memehami dan menyetujui AD dan ART

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah saja, akan tetapi ia harus bersedia dan sanggup

mendukung secara aktif cita-cita dan program organisasi serta selalu berusaha untuk

melaksanakan tuntutan-tuntutannya.

IV. Konsekuensi logis dari watak organisasi kader yang demikian adalah mutlaknya

pelaksanaan konsolidasi, kaderisasi dan kristalisasi yang bagi IMM 3 K merupakan

organisasi “pourtujuors” atau kegiatan rutin bagi dirinya selain itu pengertian IMM

kader ialah Muhammadiyah yakni intelegensia atau ulama yang akan menjadi tulang

punggung dari pergerakan di lingkungan Muhammadiyah, IMM adalah pelopor,

pelangsung, dan pelaksana amal usaha Muhammadiyah.

V. Sikap daripada gerakan IMM adalah sama dengan Muhammadiyah, yakni gerakan

adkwah islamiyah (amar makruf nahi mungkar). Sudah barang tentu usaha serta

perjuangannya adalah sesuai dengan keadaan/kadar kemampuannya. Dalam uasaha-

usaha yang besar, ia harus menggabungkan kekuatannya dengan Muhammadiyah,

bahkan kadang-kadang harus sudah puas menjadi kekuatan suplementer bagi

Muhammadiyah, pola-pola gerakan IMM pada pokoknya juga sama dengan

perjuangan Muhammadiyah yakni :

- Pembinaan aqidah

- Penyebar luas ilmu ajaran-ajaran islam,

- Penyatalaksanaan amalan-amalan islam.

VI. Setiap anggota IMM harus sanggup memadukan kemampuan ilmiah dan aqidah

Islam penjelasan dari pengertian ialah bahwa selama studi setiap anggota IMM harus

berusaha mencapai kemapuan ilmiah dibidangnya masing-masing sebaik mungkin

sambil mengintegrasikan kemampuan ilmiah itu dengan aqidah guna persiapan

perjuangan diamas depan. Oleh karena perjuangan yang panjang yang sesungguhnya

(yakni lebih berat) akan kita hadapi di masa past studi atau setelah berakhirnya

mahasiswa/kuliah. Kemampuan yang dipadukan dengan aqidah yang kokoh kiranya

akan menentukan penyelamatan Islam dizaman modern ini. Kebanyakan ulama

berpendapat bahwa salah satu permasalahan sentral yang dihadapi dunia Islam dan

umatnya dari serbuan isme-isme, kultur dan perdaban non Islam terutama yang

datang dari barat. Biasanya masyarakat Islam dalam menghadapi serbuan itu

terpecah menjadi tiga golongan :

- Pertama : kaum konservatif, yang berpendirian umat islam bisa

menyelamatkan dirinya dari pengaruh-pengaruh non Islam asal mau tetap

berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional yang sudah ada. Demikian pula

gaya dan cara yang sudah estabished harus tetap diawetkan, karena dengan

(hanya) inilah kemurnian Islam dijaga.

- Kedua : kaum dinamis yang beranggapan bahwa karena umat Islam sudah

ketinggalan zaman dibandingkan dengan bangsa-bangsa barat maka, untuk

mengejar ketingglan itu jalan satu-satunya adalah bersumber cultur barat dari

semua segi-seginya. Mudah kita bayangkan kaum modernis ini kehilangan

identitasnya sebagai islam kendatipun masih mendewakan dirinya sebagai

seorang muslim tulen.

- Ketiga : kaum renaissance yang berkeyakinan bahwa islam pasti bisa

menjawab persoalan-persoalan zaman asalkan umat islam sendiri sanggup

menegakkan islam secara konsekuen. Kaum ini selalu berusaha

menterjemahkan ajaran-ajaran islam menjadi realistis ditengah-tengah

masyarakat modern, tidak isolatip dan tidak pula apriori terhadap kultur barat.

Jadi keharusan setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam tertib

ibadah dan tekun dalam studi, taqwa dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.

Ibadah adalah masalah pokok dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terutama

didalam kifayahnya yang benar senantiasa berjamaah. Kita harus sanggup

melenyapkan kenyataan yang begitu ironis dilingkungan kita. Tekun dalam studi

diharapkan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mampu menyelesaikan studi

dengan kapasitas yang baik dan tepat waktu.

Terakhir, pengalaman ilmu bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

merupakan kewajiban belajar (menuntut Ilmu), oleh karena trilogi kita adalah

belajar, beramal, berjuang.

Daftar Pustaka

Sejarahimm.blogspot.com, diambil tanggal 29 Oktober 2012 pukul 08.42

Fatoni, Farid. Kelahiran Yang Dipersoalkan. Surabaya: Bina Ilmu, 1990

Recommended