View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ii
SKRIPSI
KINERJA PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DI DESA
SEMANU KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Disusun Sebagai Salah satu Syarat Untuk Mencapai gelar sarjana Program Studi
Ilmu Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD”
Disusun Oleh:
RIKARDUS FABIANUS KAKA
15520001
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
v
MOTTO
Bertunaslah seperti bambu maka kamu akan dikenal sapa dirimu
*****
Berbuatlah apa yang kamu pikirkan berbagilah apa yang kamu miliki
*****
Belajarlah dari tempatmu kamu akan mengetahui siap diri anda
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
karunia cinta , kasih serta tutuntunan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
Penyelesain Skripsi ini tidak lepas dari bantuan , dukungan , dan doa dari berbagai
pihak . Oleh karena itu saya ingin mengucapkan rasa terimakasi sebagai tanda
kasih saya kepada semua orang yang berarti dalam hidu saya yaitu:
1. Untuk keluarga Tercinta Bapak Gerson Ghena Wonda dan Almarhum
Anastasia Kelen ,Kakak Fransiskus Homo Kelen, Ke-2 adik saya Alfridus
Yohanis Kaka dan Romaldus Jimi Kelen yang telah mendukung
pendidikan saya secara penuh dan nyata berupa Doa , cinta dan Kasih ,
2. Untuk keluaga besar Kampung POTTO yang telah mendukung Saya
secara moral dan cinta Ksih
3. Untuk Almamaterku STPMD”APMD” Yogyakarta
4. Untuk Bapak Ir.Muhammad Barori,M.Si yang telah membimbing saya
dengan sumbangan pikiran pengetahuan serta gagasan yang mendukung
dalam penyusunan skripsi
5. Untuk para sahabat organisasi ,kawan-kawan dari organisasi
GMNI,KESA, FPD, SUMBA APMD dan organisasi internal, KOMAP
dan BEM saya tidak bisa sebut satu persatu semuanya adalah kawan
seperjuanga selama beroganisasi.
vii
6. Terima kasih juga kepada teman-teman yang supor kepada saya Terutama
Pak yan ,Ibu relly, Icuk, ngobe , Pak kaor dan semua teman –teman
angkatan 2015
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kemudahan yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik.
Tentu saja skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Sutoro Eko Yunanto, M.Si, selaku ketua STPMD “APMD”
Yogyakarta.
2. Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE., M.Si. selaku ketua Prodi Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.
3. Ir.Muhammad Barori,M.Si yang telah bersedia menjadi dosen
pembimbing skripsi sekaligus yang selalu sabar membimbing dan
memberi motivasi kepada penulis dalam mendukung selesainya skripsi ini.
4. Semua dosen jurusan Ilmu Pemerintahan dan Keluarga Besar STPMD
“APMD” Yogyakarta yang telah membekali ilmu yang sangat berguna
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dan memeberikan pengetahuan
serta pengalaman yang dapat membantu mmeperlancar penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf STPMD “APMD” yang telah membantu melayani penulis
untuk proses perkuliahan.
6. Bapak Jumadi selaku Kepala Desa beserta aparat desa dan tokoh
masyarakat desa Dadapayu yang tidak saya sebut satu persatu yang telah
ix
memberikan izin penelitian dan dapat bekerja sama dalam penelitian ini,
serta memberikan dukungan kepada penulis.
7. Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Terima
kasih atas dukungan, masukan, ide-ide, dan saran yang diberikan kepada
penulis untuk proses penyelesaian skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis buat, penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam hal penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan
dan saran serta kritikan yang membangun dari pembaca, agar karya skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan almamater STPMD “APMD”
Yogyakarta. Terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ......................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
INTISARI ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
E. Kerangka Konseptual .............................................................. 7
1. Pengertian kinerja ............................................................... 7
2. Konsep pendamping desa .................................................... 13
3. Pengertian pembangunan desa ............................................ 18
4. Pendamping desa ................................................................ 20
F. Ruang Lingkup ....................................................................... 22
G. Metode Penelitian ................................................................... 22
1. Jenis Penelitian .................................................................. 24
2. Unit Analisis ..................................................................... 24
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 24
4. Teknik Analisis Data ......................................................... 26
BAB II FROFIL DESA SEMANU KECAMATAN SEMANU
KABUPATEN GUNUNGKIDUL ................................................ 30
A. Visi dan Misi........................................................................... 30
B. Keadaan Geografis .................................................................. 33
C. Keadaan Demografi ................................................................ 33
D. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Semanu........... 44
BAB III ANALISIS KINERJA PENDAMPING DESA DALAM
MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DESA ............................ 47
A. Kepemimpinan ........................................................................ 48
B. Keahlian .................................................................................. 51
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 61
A. Kesimpulan ............................................................................. 61
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
INTISARI
Judul dalam penelitian ini adalah Kinerja pendamping Desa dalam
Pembangunan Desa semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.
Dengan terbit Undang-Undang desa yang berkaitan erat dengan pembangunan
desa maka tentu saja membutuhkan pembangunan yang seknifikan untuk
kesejahteraan masyarakat, hala ini juga akan mengikuti peraturan yang sudah
ditetapkan yaitu Peraturan presiden No 12 tahun 2015 tentang kementrian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmingrasi memiliki tugas dan fungsi
menjalan urusan pemerintah di bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Upaya yang dilakukan untuk mendukung kelancaran
implementasi Undang- Undang No 6 tahun 2014 Tentang Desa yaitu pemerintah
melakukan pendampingan dengan dibantu oleh pendamping yang profesional
yang berpengelaman dibidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa,
Pendamping Desa di atur dalam Peraturan Mentri Desa Pembangunan daerah
tertinggal dan transmingrasi nomor 3 tahun 2015 tentang Pendamping desa.
Pendamping desa dilaksanakan agar pemerataan pembangunan dan percepatan
pembangunan di Desa dapat tercapai dengan cepat. fasilitasi penyelanggraan
pemerintah Desa, Pembangunan Desa, pembinaan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat desa perlu dilakukan untuk mendorong priotas penggunaan dana desa
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif, Informan
dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang kepala desa, sekretaris desa, kaur, kepala
dukuh atau kepala wilyah, BPD, dan Pendamping Desa lokal desa, Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi
Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa Kinerja Pendamping Desa
Semanu, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul belum maksimal dalam
menjalan Tugas dan Fungsi sebagai pendamping desa yaitu peran pendamping
desa selama ini hanya sebatas memberikan arahan –arahannya saja, Peningkatan
kapasitas perangkat desa hanya Sekretaris dan kaur saja dalam mengikuti pelatian
teknis, dan hal ini jug Kepemimpinan pendamping Desa belum mampu
mengkoordinasi antara kepala wilayah dan juga BPD dalam hal komunikasi hanya
berdominasi pada Kepala Desa dan Sekretaris desa, hal ini juga menunjukan
Pendamping desa tidak mampu untuk turun di setiap padukuhan alasnya
kurangnya pengetahuan dan materi dalam hal ini kurangnya uang operasional, hal
ini dilihat luasnya wilayah yang didampingi.
Kineja Pendamping Desa hal ini dilihat dari prestasi, keahlian,
kepemimpinan dan prilaku ini merupakn paremeter untuk mengukur Kinerja
Pendamping Desa ,dari empat hal ini semuanya belum maksimal dalam kenerja
Pendamping Desa.
Kata kunci : Kinerja ,pendamping Desa , pembangunan Desa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa Menerangkan bahwa
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk kesejahteraan masyarakat Desa.Pembangunan Desa bertujuan untuk
mewujudkan efektifitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa mempercepat
peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tatakelola
Pemerintahan Desa dan peningkatan daya saing Desa dalam implementasi
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Rencana kerja pemerintah
Desa tahun 2015 mengemantkan bahwa percepatan pembangunan Desa dalam
Peraturan Presiden No 12 Tahun 2015 tentang kementrian Desa,
Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmingrasi memiliki tugas dan fungsi
menjalankan urusan pemerintah di bidang Pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Upaya yang dilakukan untak mendukung kelancaran
implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yaitu
Pemerintah melakukan pendampingan dengan dibantu oleh Pendamping
profisional yang berpengelaman dibidang Pemberdayaan Masayarakat dan
pembangunan desa. Tenaga Pendamping tersebut ditempatkan di Kabupaten,
Kecamatan dan di desa.
Pendampingan Desa diatur dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmingrasi nomor 3 tahun 2015
2
Tentang Pendampingan Desa. Pendampingan Desa dilaksanakan agar
pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan di Desa dapat
tercapai dengan cepat. Fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, Pembinaan ke masyarakatan dan pemberdayaan Desa
perlu dilakukan untuk mendorong prioritas penggunaan dana Desa.
Adanya Pengembangan yang dilakukan Pemerintah dalam
pendampingan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa diharapkan dapat
menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Desa. Sebelum
adanya pendampingan Desa, Pemerintah Desa bekerja sendiri untuk
melakukan Pembangunan Desa. Kemudian pada Pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono mengeluarkan Prongram PNPM untuk Pembangunan
yang ada di Desa pada tahun 2007 dan berakhir pada 31 Desember 2014.
Guna mengatasi Permasalahan pembangunan di Desa, Pemerintah
yang diwakili oleh kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
transmigrasi (Kemendes PDTT) pada 1 juli 2015 Penyelenggaraan seleksi
pendamping Desa yang ditempatkan di Kabupaten, Kecamatan dan di setiap
Desa. Tim seleksi pendamping Lokal Desa di Propinsi berjumlah 7 orang yang
terdiri dari dua orang Pemerintah Pusat, dan dua orang Pemerintah Propinsi,
dan tiga orang dari perguruan tinggi negeri. Panitia dalam seleksi pendamping
profesional tersebut di koordinir oleh Perguruan Tinggi Negeri sekaligus
bertanggung jawab untuk mengelola pengaduan terkait rekrutmen pendamping
desa.
3
Pendampingan Desa bertujuan mempercepat Pembangunan Desa agar
kesejahteraan masyarakat Desa dapat terwujud. Peningkatan kesadaran dan
partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan yang partisipatif juga perlu
dibina agar kemajuan Desa dapat tercapai. Adanya Pendampingan Desa
diharapkan dapat tercipta pembangunan yang partisipatif dari Pemerintahan
Desa dan masyarakat. Pembangunan Desa merupakan bagian intengral dari
Pembangunan nasional, yang merupakan usaha peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang
dilakukan secara berkelanjutan yang berlandaskan potensi dan kemampuan
Desa.
Perbedaan yang mendasar modal pendampingan setelah ditetapkan
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah adanya tuntutan
terhadap para pendamping Desa untuk mampu melakukan transformasi sosial
dengan mengubah secara mendasar dengan pendekatan control dan mobilisasi
Pemerintah terhadap Desa menjadi pendekatan pemberdayaan masyarakat
desa Masyarakat desa dan pemerintah Desa sebagai satu kesatuan sellf
governace community diharapkan mamapu hadir sebagai komenitas mandiri.
Dengan demikian desa didorong menjadi subyek penggerak pembangunan
Indonesia dari pinggiran, sehingga mampu merealiasasikan salah satu agenda
starategi prioritas Pemerintahan yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.
Namun dalam pelaksanaannya terdapat permasalahan dalam
implementasi Pendamping Desa. Kendala-kendala yang terjadi karena belum
4
maksimalnya pendampingan lokal Desa yang dilakukan oleh pendamping
Lokal Desa Semanu. Fenomena yang berkaitan denga kinerja dari
Pendampingan Desa dapat dilihat dari Pendampingan pengelolaan dana Desa
tidak dilaksanakan dengan maksimal, pendamping lokal Desa serta
permasalah mengenai pembangunan infrastruktur desa, pendamping lokal
Desa hanya sibuk disaat penyusunan kenerjanya, Pendamping desa lokal desa
tidak memahami tugas dan fungsinya serta rendahnya kemampuan
pendamping lokal desa dalam membina Kepala desa dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran pendapatan belanja Desa (APBDes) sebagai salah satu
syrat andminitrasi pemanfaatan dana Desa.
Pendamping lokal desa Semanu tidak mengetahui tentang administrasi
dan tidak dikatahui cara pencairan dana desa. Pendamping lokal desa
disiapkan untuk mendampingi Kepala Desa mengurusi Dana Desa, mulai dari
persiapan perencanaan, pengelolaan, dan pelaporan Dana Desa.
Kinerja Pendamping Lokal Desa Semanu sangat selaras dengan mutu
Pembangunan desa dalam proses pelaksanaan kinerja yang kurang baik sangat
mempengaruhi pembangunan desa. Namun pendampingin desa yang menjadi
prongram ungulan kementrian Desa menimbulkan banyak kekecewaan di
daerah. Program pendampingan desa dengan 32.000 pendamping yang
menyerap hampir separuh dari anggaran kementrian dianggap tidak
memberikan dampak yang jelas bagi kemandirian desa. Pendampingan lokal
Desa Semanu tidak mampu mempertahankan semangat partisipasi masyarakat
dan keswadayaan desa yang pernah dibangun melalui PNPM.
5
Pemerintah pusat juga memantau kinerja pendamping desa dalam hal
ini derektur eksekutif komite pemantau pelaksana otonomi daerah Rubert Endi
Jawing mengatakan, selama ini banayak keluhan manyarakat mengenai
kualitas pendamping desa. Mereka dianggap tidak mampu melakukan
pemberdayaan masyarakat desa seabagaimana tugas mereka. “Banyak kepala
desa menyampaikan sesungguhnya pekerjaan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Hanya seperti tenaga survey, mengumpul data”, ujar Robert dalam diskusi
“polimik”di warung daun, .Sementara itu, pembuktian kinerjanya membangun
desa dianggap kurang. Jika tidak tidak ada pembenahan dari pemerintah atas
kualitas pendamping, kata Robert justru menghabat pembangunan di desa. hal
yang sama dilontarkan bendahara umum Asosiasi pemerintah Daerah seluruh
Indonesia, Abdul Hadi.
Menurut banyak aspirasi desa yang mendorong agar peran pendamping
diperkuat.dari instansi agar ada peningkatan kualitas pendamping desa,
pendamping desa tugasnya mendampingi masyarakat, bukan
justru”menempel” ke kepala desa. Untuk meningkatkan kualitas pendamping
Desa, maka dianggap perlu dievaluasi proses rekrutmen. Dirjen pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa kementrian Desa, pembangunan Daerah
tertinggal dan transmingrasi, Taufik Madjid mengatakan, pada 2016,
Kemendes PDTT yang sudah mulai berbenah.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini yaitu:
Bagaimana kinerja pendamping desa dalam meningkatkan pembangunan di
desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dikaji
dalam peneltian ini yaitu :
1. Mendeskripsikan Kinerja Pendamping Desa
2. Mendeskripsikan permasalahan yang terjadi dalam Pendamping Desa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat mencapai beberapa mamfaat di nataranya untuk:
1. Secara akademis, Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan terutama dalam pembahasan mengenai bagaimana Kinerja
Pendamping Desa dalam meningkatkan pembangunan Desa
2. Program pemerintah Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten dan
faktor yang mempengarahi kinerja dari Pendamping di Desa Semanu,
Kecamatan Semanu, Kabupaten GunungKidul, serta dapat digunakan
sebagai bahan informasi bagi peneliti dan pihak lain yang tertarik dengan
penelitian ini.
7
3. Secara praktis, peneltian ini dapat menjadi B ahanWawasan,dan
memberikan sumbangan pemikiran serta memberikan inspirasi terkait
Kinerja Pendamping Desa dalam medukung Program pemerintah Desa
E. Kerangka Konseptual
1. Pengertian kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Performance (pelaksanaan dari
sebuah tanggung jawab) yaitu suatu pekerjaan lebih ditekankan pada
proses, dimana selama pelaksanaan pekerjaan tersebut dilakukan
penyempurnaan sehingga pencapain hasil pekerjaan atau kinerja dapat
dioptimalkan penilaian dari suatu pekerjaan menentukan kedudukan rasio
pekerjaan–pekerjaan dalam suatu organisasi (Haynes dalam Sinambela
2012:5). Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral dan etika. Rumusan diatas menjelaskan bahwa kinerja
adalah tingkat keberhasilan seseoarang atau lembaga dalam melaksanakan
pekerjaannya (Prawisontono, 1999, 2).
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang atau
keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja
target dan sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
8
telah disepakati bersama. Terdapat dua aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam mencapai kinerja kelompok yaitu hubungan antara
keterpaduan dengan kinerja kelompok, dan perbedaan-pedaan antara
pemecahan masalah dengan pengambilan keputusan secara individu dan
kelompok(Rival dan Basri.2005:14)
Kinerja pegawai didefenisikan sebagai kemampuan pegawai dalam
melakukan sesuatu keahlian tertentu .kinerja pegawai sangat diperlukan,
sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan
pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan . Kinerja pengawai
harus dikelola, karena tanpa penetapan beban tugas arahan yang jelas
pegawai tidak akan maksimal dalam melaksanakan pekerjaan
(sinambela.2012:5)
Kinerja pegawai dapat dilihat dalam 3 kriteria menurut Robbins(1996:75
yaitu:
a. Hasil-hasil tugas individual.menilai hasil tugas pegawai dapat
dilakukan pada suatu badan usaha yang sudah menetapkan standar
kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan, yang dinilai berdasarkan standar
kinerja sesuai dengan standar pekerjaan, yang dinilai berdasarkan
periode waktu tertentu bila pegawai dapat tercapai standar yang
ditentukan berarti hasil tugasnya baik .
b. Perilaku perusahaan tentunya sendiri dari benak pegawai baik atasan
maupun bawahan dan dapat dikatakan sebagai suatu kelompok kerja
yang mempunyai perilaku masing-masing berbeda karena itu seorang
9
pegawai dituntut untuk memiliki perilaku yang baik dan benar sesuai
dengan pekerjaan masing-masing
c. Ciri atau sifat ini merupakan bagian terlemah dari kriteria kinerja yang
ada. Ciri atau sifat pegawai pada umum berlangsung lama dan tetap
sepanjang waktu tetapi adanya perubahan dan campuran tangan dari
pihak luar seperti diadakan pelatihan akan mempegaruhi kinerja dalam
beberapa hal.
Berdasarkan beberapa defenisi mengenai kinerja di atas dapat
dimakanai bahwa kinerja merupakan pelaksanaan suatu pekerjaan sesuai
dengan tanggungjawabnya sehingga mencapai hasil sesuai yang
diharapkan yang berorientasi pada standar hasil kinerja. selain dari pada
itu juga dapat dimaknai bahwa kinerja akan di prioritaskan agar tercapai
sesuai dengan target.
1) Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keberhasilan dari sebuah kerja merupakan suatu sasaran yang ingin
didapatkan oleh individu. Namun, proses untuk mendapatkan
keberhasilan dari sebuah pekerjaan terdapat faktor yang bisa
mempercepat atau memperlambat dalam mencapai hasil diharapkan.
faktor yang mempengaruhi kinerja sangat penting untuk diketahui agar
pencapain dari suatu pekerjaan bisa didapatkan. Kinerja dari individu
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya (Simanjutak.2005):
a. Kualiatas dan kemampuan individu yaitu merupakan hal yang
berhubungan dengan pendidikan/pelatihan, etos kerja, motivasi
10
kerja, kondisi fisik pegawai (individu). Kualitas dan kemampuan
pegawai yang baik bisa didapatkan dari proses rekrutmen yang
benar dan sesuai dengan standar penerimaan pegawai serta adanya
pelatihan.
b. Sarana pendukung yaitu hal yang berhubungan degan sarana kerja
dan lingkungan kerja. Denagan adanya sarana kerja dan
lingkungan kerja yang baik akan membuat kinerja dari pegawai
(individi) meningkat.
Dari pendapat ahli mengenai faktor yang mempengaruhi
kinerja individu diatas, peneliti memaknai bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja merupakan faktor yang dapat dijadikan tolak
ukur untuk melihat bagaimana kinerja pegawai (individu) dan sangat
penting untuk diketahui agar nantinya individu dalam bekerja dapat
mengidentifikasi hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
pencapaian suatu pekerjaan.
2) Penilaian kinerja
Teknik yang digunakan oleh seorang pimpinan untuk
meningkatkan kinerja adalah melalui penilaian(appraisal) motivasi
pegawai untuk bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi, dan
meningkatkan kemampuan dimasa mendatang yang dipengaruhi
umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangannya.
Penilaian mengenai kinerja digunakan untuk membandingkan berbagai
pekerjaan dengan menggunakan prosedur-prosedur formal dan
11
sistematis untuk menentukan suatu urutan tingkat pekerjaan tersebut
(Simamora dalam Sinabela, 2012:47).
Penilaian kerja (performance appraisal) adalah proses dimana
organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Dalam penilaian
kinerja dinilai konstribusi pegawai kepada organisasi selama periode
waktu tertentu. Umpan balik dari kinerja (performance feedback)
memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik mereka dalam
bekerja. Penilaian kinerja (performance appraisal) secara keseluruhan
merupkan proses berkenan dengan seberapa baik seseorang melakukan
pekerjaan yang diberikan. Evaluasi kerja menentukan seberapa tinggi
harga sebuah pekerjaan bagi organisasi (Sinabela, 2012:47).
Penilaian kinerja adalah sebuah mekanisme untuk memastikan
bahwa orang-orang pada setiap tingkatan mengerjakan tugas-tugas
menurut cara yang diinginkan oleh atasan mereka. Penilaian kinerja
menentukan kedudukan dalam suatu pekerjaan. Penilaian kinerja juga
menentukan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan
hasil yang adil berdasarkan tingkat pekerjaan dan tingkat prestasi( Rao
dalam Nabela, 1996:1).
Berdasarkan pendapat diatas dapat dimaknai bahwa penilaian
kinerja adalah suatu evaluasi dari proses kerja yang dilaksanakan yang
berkaitan dengan standar dari pekrjaan yang telah ditentukan. Suatu
pekerjaan harus dilakukan evaluasi agar dapat mengetahui seberapa
besar pencapaian dari pekerjaan tersebut yang telah dilakukan.
12
3) Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan
diukur untuk menetapkan indikator kinerja, harus dapat diidentifikasi
suatu bentuk pengukuran yang akan menilai hasil outcame yang
diperoleh dari aktivitas yang dilaksanakan. Indikator kinerja ini
digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja pegawai tersebut
membuat kemajuan menuju tujuan dan sasaran dalam rencana
strategis.
Instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai
dalam mengukur kinerja individu. Substansi mengenai indikator
pengukuran kinerja ini terdiri atas aspek-aspek yang mempengaruhi
terhadap kualitas pelaksanaan tugas dan yang dapat diukur
(Sedarmayanti, 2007)meliputi:
a. Perilaku (attitude), yaitu sikap dan tingkah laku individu yang
melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugasnya.
Pengertian perilaku disini juga mencakup kejujuran, tanggung
jawab, dan disiplin.
b. Kepemimipinan (leadership), ini menyangkut kemampuan
manejerial dan seni dalam memberi pengaruh kepada orang orang
lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat
termasuk pengambilan keputusan dan penentuan prioritas.
Berdasarkan penjelasan mengenai indikator kinerja
menurut sedarmayanti, dapat dimaknai bahwa kinirja individu
13
merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang yang sesuai
dengan keahliannya, perilaku dan kepemimpinan yang dimiliki
oleh individu tersebut. Kinerja harus memberikan pelayanan
public dengan tidak melanggar ketentuan yang ditetapkan yang
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat .Penulis memilih menggunakan indikator tentang
pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh sedermayanti karena
dipandang sesuai, dengan lebih tepat dan lebih mampu mengukur
kinerja dari pendamping lokal Desa dalam penigkatan
pembangunan desa.
2. Konsep Pendamping Desa
a. Peraturan Tentang Pendamping Desa
Peraturan pendamping desa tertuang dalam Udang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pendamping Desa . Berdasarkan Peraturan Mentri
Desa Nomor 3 tahun 2015, pendamping desa merupakan kegiatan yang
dilakukan tindakan pemberdayaan kepada masyarakat melalui
asistensi, pengordinasian, pengarahan dan fasilitasi desa. Pendamping
desa dilaksanakan oleh pendamping lokal desa . Pendamping lokal
desa bertugas mendampingi desa dalam penyelanggaraan
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Perbedaan mendasar model pendamping setelah
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
14
adalah ada tuntutan terhadap para pendamping desa untuk mampu
melakukan transformasi sosial dengan mengubah secara mendasar
pendekatan control dan mobilisasi pemerintah terhadap desa menjadi
pendekatan pemberdayaan masyarakat desa. Masayarakat desa dan
pemerintah desa sebagai satu kesatuan self governing community
diberdayakan untu mampu hadir sebagai komunitas mandiri. Dengan
demikian, desa didorang menjadi subyek penggerak pembangunan
Indonesia dari pinggiran, sehingga mampu merealisasikan salah satu
agenda strategis prioritas pemerintahan yaitu “Membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam
kerangka Negara Kesatuan”.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
memandatkan bahwa ,pemerintah provinsi, dan pemerintah Daerah
Kabupaten untuk memberdayakan masyarakat desa dengan:
a. Menerapakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi-teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan
ekonomi dan pertanian masyarakat Desa.
b. Meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat desa melalui
pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.
c. Mengakui dan memfungsikan intitusi asli atau yang sudah ada di
masyarakat Desa.
Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan antara lain
dengan mendampingi Desa. Pemberdayaan masyarakat desa
15
dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi, hal ini menunjukan bahwa harus ada
persiapan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan fungsi
pendampingan Desa. Pemerintah daerah menyelanggrakan
pemberdayaan masyarakat desa dengan pendampingan secara
berjenjang sesuai dengan kebutuhan. Pendampingan masyarakat desa
secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional,
kader pemberdayaan masyarakat desa atau pihak ketiga.
b. Tugas Pendamping Lokal Desa
Berdasarkan Peraturan Mentri Desa Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Pendamping Desa pada pasal 12, tugas dari pendampingan Lokal Desa
yaitu:
1. Mendampingi desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan terhadap pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa. Sebagai tenaga ahli, pendampingan dalam
meningkatkan penyelanggaraan pemerintah desa harus
dilaksanakan agar pembangunan desa serta kemajuan desa dapat
terwujud.
2. Mendampingi desa dalam melaksanakan pengelolaan pelayanan
sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan
sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan sarana
prasarana desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
16
3. Melakukan peningkatan kapasitas bagi pemerintah desa, lembaga
kemasyarakatan desa dalam hal pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
4. Melakukan pengorganisasian di dalam kelompok-kelompok
masyarakat desa. Pendampingan kelompok-kelompok yang
didalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang ada harus
diorganisir agar dapat berkembang dan dapat memajukan Desa.
5. Melakukan peningkatan kapasitas bagi kader pemberdayaan
masyarakat Desa dan mendorong terciptanya kader-kader
pembangunan desa yang baru.Peningkatan sumber daya manusia
merupakan hal yang penting untuk terwujunya pemabangunan
yang partisipatif, oleh karena itu pendamping Desa harus mampu
untuk meningkatkan kapasitas kader pemberdayaan masyrakat.
6. Mendampingi desa dalam pembangunan kawasan perdesaan secara
partisipatif. Tidak hanya mendampingi kepada aparatur desa,
pendampingan desa juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kawasan perdesaan yang
berwawasan lingkungan.Karena pembangunan desa dapat terwujud
jika dalam pelaksanaanya melibatkan seluruh aparatur desa dan
seluruh masyarakat.
7. Melakukan koordinasi pendampingan di tingkat kecamatan dan
memfasilitasi laporan pelaksanaan pendampingan oleh camat
kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
17
8. Meningkatkan sinergitas program pembangunan Desa antar sektor
agar pembangunan desa dapat terwujud dalam melaksanakan tidak
hanya melibatkan satu sektor namun harus ada beberapa sector
baik dari sector ekonomi maupun sektor keamanan nasional.
9. Mengoptimalkan aset lokal desa secara amasipatoris. Aset lokal
desa dalam menunjang pembangunan desa harus harus digunakan
secara optimal dan bijak.oleh karena itu optimalisasi aset lokal
Desa oleh pendampin desa diperlukan untuk penunjang
pembangunan Desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa Nomor 3 tahun 2015
tentang Tugas Pendamping Desa dapat dimknai bahwa pendampingan
terhadap Desa pada prinsipnya adalah upaya untuk menggerakan
potensi yang ada di Desa sehingga mampu mamanfaatkan potensi yang
dimiliki untuk perubahan-perubahan kearah lebih baik dari sisi
ekonomi, politik, sosial dan budaya sesuai dengan empat kewenagan
Desa. Karena itu pendamping Desa tidak bisa hanya dilihat dan
dimakanai sebagai aktivitas membantu Desa menjalankan aspek-aspek
teknoratis dan administratif saja. Lebih dari itu, pendamping desa
merupakan aktivitas mengubah nilai-nilai yang terkandung dalam
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa agar bisa
diterjemahkan dalam perilaku keseharian di Desa.
18
3. Pengertian Pembangunan Desa
Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, dan merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia
pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara
berkelanjutan berdasarkan potensi dan kemampuan Desa. Dalam
pelaksanaan pembangunan Desa seharusnya mengacu pada pencapaian
tujuan dari pembangunan yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat
pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan (Adisamati.
2006:3)
Filosofi pembangunan yang bertumpu pada paradigma klasik
(trickle down effect) merupakan mekanisme yang bersifat topdown.
Konsep tersebut dilandasi pula oleh sasaran pertumbuhan yang tinggi
lewat peningkatan produktivitas dan kompleksitas produksi (production
development centre) Adisasmita, 2013:3). Berdasarkan pengertian
mengenai pembangunan desa tersebut, dapat dimaknai bahwa pembagunan
desa merupakan sebuah konsep pembangunan yang berbasis pedesaan
dengan tetap memperhatikan ciri khas sosial budaya masyarakat yang
tinggal di kawasan pedesaan. Pembangunan desa diharapkan menjadi
solusi bagi perubahan sosial masyarakat desa dalam menjadikan desa
sebagai basis perubahan.
Dalam pembangunan tentu saja membangun masyarakat bukan
semata-mata mengimplementasikan proyek-proyek fisik akan tetapi juga
gerakan mengubah serta memobilasasi lingkungna sehingga, menjadi
19
kondusif bagi terciptanya masyarakat mandiri. Dalam konteks inilah
kegiatan membangun masyarakat kemudian terkait erat dengan
pemberdayaan masyarakat karena disamping memerangi kemiskinan dan
kesenjangan, tentu saja dalam meningkatkan pembangunan tentu saja
pendamping desa terus meningkatkan pemberdayaan masyarakat, hal ini
pemberdayaan merupakan proses pembangunan sumber daya
manusia/masyarakat itu sendiri dalam bentuk penggalian kemampuan
pribadi, kretivitas, kompetensi desa untuk mengembangkan, ini merupakan
salah satu untuk meningkatkan pembangunan, mendampingi desa dalam
melaksanakan pengelolaan pelayanan sosial dasar. Pengembangan usaha
ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tepat
guna, Pembangunan sarana prasarana desa dan pemberdayaan masyarakat
desa dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, hal
inilah yang menjadi ruang lingkup, untuk pembangunan Desa.
4. Pendamping Desa
Pendamping desa merupakan suatu implementasi program
pemerintah dan Menteri Desa. Daerah Tertinggal dan transmingrasi untuk
melaksnakan percepatan pembangunan di desa. Pendampingan desa
dilaksanakan agar pemetaan pembangunan dan percepatan pembangunan
di desa dapat tercapai dengan cepat. Fasilitasi penyelenggraan pemerintah
desa pembangunan desa, pembinaan kemasyrakatan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa perlu dilakukan untuk mendorong
prioritas penggunaan dana desa, dengan adanya pengembangan yang
20
dilakukan pemerintah dalam pendapingan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan Desa.
Undang-Undang Desa mengamanatkan Pemerintah. Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan dalam kerangka implemantasi Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. termasuk pemberdayaan masyarkat,
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui kegiatan pendampingan,
dalam perencanaan, pelaksanaan hingga pemantaun pembangunan desa
dan kawasan pedesaan. Pendampingan dalam koteks Undang-Undang
Desa lebih tekankan pada kerangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah
desa, intutusi asli dan atau yang sudah ada di desa dan melakukan
pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah, Daerah Provinsi dan
Kabupaten.
Menghadapi tantangan zaman akan kemajuan, maka kredibilitas
dari pendamping Lokal Desa diuji untuk dapat melaksanakan tanggung
jawab Pendampingan pemerintah desa secara baik. adaya fenomena citra
buruk pendamping lokal Desa di mata masyarakat dan masih masih
banyak agenda pembangunan desa yang harus dipenuhi membuat kinerja
21
pendamping lokal Desa kembali di pertanyakan.seperti apa kinerja
Pendamping Lokal Desa, apakah telah sesuai yang diharapkan.
Suatu kinerja diukur berdasarkan kriteria dan standar penilain
tertentu. Untuk mengetahui gambaran mengenai penelitian ini, maka
diperlukan sebuah kerangka pemikiran yang sistematis untuk memecahkan
masalah. Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Pendamping terhadap desa pada prinsipnya adalah upaya untuk
menggerakan potensi yang dimiliki untuk perubahan-perubahan kearah
yang lebih baik, dari sisi ekonomi, politk, sosial dan budaya. Karena itu
pendamping desa tidak bisa dilihat dan dimkanai sebagai aktivitas
membantu desa menjalan aspek-aspek teknokratis dan administrasi
semata. Lebih dari itu, pendamping desa merupakan aktivitas mengubah
nilai-nilai yang terkandung dalam Undang-Undang Desa agar bisa
dilaksanakan.
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk
memfokuskan penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus
didalam pelaksanaan penelitian ini agar data dan informasi yang di ambil
sesuai dengan yang menjadi kebutuhannya. Oleh karenanya yang menjadi
ruang lingkup dalam penelitian tentang Kinerja Pendamping Desa dalam
22
pembanguanan Desa semanu, Kecamatan semanu, Kabupaten Gunungkidul
sebagai berikut:
1. Keahlian pendamping dapat diukur sebagai berikut
a) Perencanaan, pelaksanaan dan pemantaun terhadap pembangunan desa
dan pemberdayaan masyarakat Desa.
b) peningkatan Kapasitas bagi aparat desa ,lembaga kemasyarakatan desa
dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
c) Peningkatan kapasitas bagi kader pemberdayaan masyarakat desa dan
mendorong terciptanya kader-kader pembangunan desa yang baru.
d) Meningkatkan senergitas program pembangunan desa
e) Mengoptimalkan aset lokal desa secara amansipatoris
2. Kepemimpinan Pedamping desa Semanu dapat diukur sebagai berikut
a) Pengorkanisasian di dalam kelompok masyarakat.harus diorganisir
agar dapat berkembang dan dapat memajukan Desa.
b) Peningkatan sumber manusia merupakan hal yang penting untuk
terwujudnya pembangunan yang partisipatif.
c) Dalam pembangunan kawasan perdesaan secara partisipatif dalam
membangun kawasan perdesaan yang berwawansanlingkungan.
d) Koordinasi pendampingan di tingkat kecamatan dan memfasilitasi
laporan pelaksanaan.
23
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dikarenakan beberapa pertimbanagan pertama, penyusuain metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan anatara peneliti dan
responden, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuankan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi ( Moleong, 2001:5)
Alasan peneliti menggunakan penelitian diskriftif kualitatif ini
karenakan data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angaka. Hal ini itu disebabkan oleh adanya penerpan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap
apa yang yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi
kutipan, kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Data tersebut mungkin bersal dari naska wawancara, cacatan lapangan,
dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Pada penulisan ini laporan- laporan peneliti menganalisis data yang
sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu
hendaknya seperti orang merajut sehingga setiap bagian telah satu demi satu,
pertayaan dengan kata Tanya mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya,
akan senetiasa dimamfaatkan oleh peneliti.dengan Demikian, peneliti tidak
akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memandang bahwa sesuatu itu
sudah memang demikian keadaannya.
24
Penelitian ini juga termasuk dalam jenis penelitian Deskriftif Kalitatif
dengan melakukan pendekatan studi kasus tetang Kinerja pendamping desa
dalam meningkatkan pembangunan di Desa Semanu, Kecamatan Semanu
Kabupaten Gunungkidul, penelitian yang dimaksud bukan untuk menguji tipe
penelitian tertentu, melainkan hanyalah mengambarkan apa adanya suatu
gejala, keadaan atau fenomena tertentu.Peneliti ini dimaksud untuk
mengumpulkan informasi suatu tema, gejala atau keadaan yang ada yaitu
keadaan/fenomena yang menurut apa adanya saat penelitian dilakukan.
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu suatu penelitian yang menjadikan manusia sebagai instrument, dan
disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan
mengumpulkan data yang pada umumnya bersifat kualitatif.
Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2003:3) merupakan
prosedur meneliti yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
2. Unit Analisis
Metode yang digunakan untuk menentukan informan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive. yang menjadi
informannya yaitu : pemerintah desa, pendamping desa, dan BPD
Dalam hal ini penulis berusaha menggambarkan hasil penelitian yang
berkaitan dengan kinerja pendamping desa dalam mengarahkan atau
memberikan masukan untuk pembangunan Desa.
25
1. Tabel indentitas
Informan berdasarkan indentitas perlu dijelaskan untuk mengetahui
tingkat pengelaman dan pola pikir infoman berkaitan dengan pertanyaan
yang diajukan dan dengan pengetahuannya mengenai kinerja Pendamping
desa dalam meningkatkan pembangunan desa.
Tabel 2.1
Tabel identitas infoman
NO Nama Usia Jenis kelamin Jabatan
1. Andang Yunanto 56 tahun Laki-laki Kepala Desa
2. Eli Anjarwati 43 tahun Laki-laki PJ SekDes
3. Kuwat 33 tahun Laki-laki Kaur Umum
4 Anjar Darmawati 34 tahun Perempuan Kaur Pemerintahan
5 Anik Astuti 32 tahun Perempuan Kaur Perencanaan
6 Muji Hartono 35 tahun Laki-laki Kabag Pemerintahan
7 Ir. Edi Hertanto 46 tahun Laki-laki Ketua BPD
8 Endang Purwantiningsih 34 tahun perempuan Anggota BPD
9 Supardi 36 tahun Laki-laki Kepala dukuh
10 Subur Riyanto 33 tahun Laki-laki Kepalah dukuh
11 Susti Wulansari 26 tahun Perempuan Kepala dukuh
12 Nur Asantoro 34 tahun Laki-laki Pendamping desa Semanu
Sumber:data primer RPJMDesa 2017
2. Deskripsi informan Berdasarkan jenis kelamin digunakan untuk
mengetahui keterwakilan informan dari gender
Tabel 2.2
Deskripsi infoman berdasrkan jenis kelamin.
NO Jenis kelamin Jumlah
1. Laki-laki 10
2. Perempuan 2
Jumlah 12
Sumber: Data primer RPJMdesa 2017
26
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah informan laki-
laki lebih banyak dari pada perempuan. Ini menunjukan bahwa tidak ada
diskriminasi dalam menentukan infoman yang dilakukan oleh peneliti
untuk mendapatkan informasi tentang kinerja pemerintah desa dalam
meningkatkan pembangunan Desa
3. Deskripsi infoman Berdasarkan pekerjaan
Keadaan infoman berdasrkan pekerjaan berguna untuk mengetahui
keseharian informan dan juga untuk perbandingan antara pekerjaan tetap
dan pekerjaan sampingan, Pendapat serta tanggapan dalam menyikapi
topik pembahasn ini pasti Berbeda- beda.perbedaan tersebut bisa terjadi
karena perbedaan posisi dan pekerjaan, untuk lebih jelasnya bisa kita lihat
tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
Deskripsi Infoman Berdasarkan Pekerjaan
NO Pekerjaan Jumlah (orang)
1. Pendamping desa 1
2. Kepala Desa 1
3. Sekretaris desa 1
4. Kaur Desa 3
5. Kepala dukuh 4
6. BPD 2
7. Jumlah 12
Sumber : data RPJMDesa 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa kebanyakan dari perangkat
desa yaitu kepala dukuh, ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berkaitan dengan dengan
Kinerja pendamping Desa dalam meningkatkan pembangunan desa,
karena dala hal ini banyak dari perangkat desa, maka di harapkna dari
27
informan dapat memberi pendapat dan tanggapan mengenai kinerja
Pendamping Desa dalam meningkatkan pemabangunan Desa.
4. Diskripsi informasi Berdasrkan pendidikan
Informasi berdasrkan tingat pendidikan sangat penting untuk
dijelaskan.dari tingkat pendidikan kita dapat mengetahui pola pikir inman
dalam menjawab pertanyaan-pertaan yang di ajukan oleh peneliti dalam
mendapatkan informasi dalam memberikan pendapat tanggapan tentang
kinerja Pendamping desa dalam meningkatkan pembangunan desa.
Tabel 2.5
Deskripsi informan Berdasarkan tingakta pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1. SMP 1
2. SMA 7
3. SI 4
4 JUMLAH 12
Sumber : data primer RPJMDesa 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan
infoman kebanyakan sudah lulus SMA dan SI, tingkat pendidikan
berpengaruh dengan informasi –informasi yang diberikan oleh informan
untuk itu diharapkan bahwa infoman dapat memberkan infomasi yang
jelas dan akurat, serta pendapat dan tanggapannya terhadappernyataan
yang diajukan oleh peneliti tentang Kenerja pendamping desa dalam
meningkat pembangunan desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunungkidul.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan lansung di
28
lapangan (Bungin, 2002:21). Dalam observasi ini peneliti mengamati
secara langsung bagaimana Peran Pendamping Desa dalam
Pelaksanaan Pembangunan Desa.
b. Teknik Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya
jawab secara lisan dengan informan guna memperoleh keterangan
secara langsung. (Widoyoko, 2012: 25). Dengan metode interview
penelitian harus memikirkan tentang pelaksanaannya untuk mendapat
jawaban narasumber dengan bertatap muka. (Arikunto, 1997: 231).
Pewawancara mengajukan pertanyaan kepada informan yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, hal ini dilakukan
dengan menggunakan panduan (interview guide) untuk melakukan
tanya jawab dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap
mengenai topik yang ingin diteliti. Bungin dalam (Sutaryo, 2005: 10)
Dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data
yang terkait kinerja Pendamping Desa dengan masalah yang akan
diteliti dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada penelitian ini
dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam melihat
Peran Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa di
Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan pengumpulan dan analisis dokumen-dokumen yang
ada yang mempunyai hubungan dengan obyek penelitian (Widoyoko,
2012: 28). Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah
29
metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen, rapat, agenda dan sebagainya. Selanjutnya data-data tersebut
didokumentasikan dalam bentuk foto (Sugiyanto dkk, 2010: 6).
Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya
memperoleh data. Mencari data terkait obyek penelitian bisa dari:
catatan, memo, buku pedoman, transkrip, notulen rapat, daftar hadir,
agenda dan sebagainya. Yang bisa menjadi sumber tertulis kejadian-
kejadian atau peristiwa tertentu yang dipakai untuk menjelaskan
kondisi terkait Kinerja Pendamping Desa Dalam Pelakanaan
Pembangunan Desa di Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunung Kidul, DIY
4. Teknis Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan
metode analisis kualitatif. Data yang diperoleh dari penelitian dilaporkan
apa adanya, selanjutnya di analisis dan dipaparkan secara deskriptif untuk
mendapatkan gambaran fakta yang ada dan untuk menjawab pertanyaan
pada rumusan masalah. (Sutaryo, 2005: 16)
Tahapan dari teknis analisis data ini menurut Moleong (Sutaryo,
2005: 17), menjelaskan bahwa proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dalam satuan uraian
dasar. Secara umum tahapan analisis data mencakup: reduksi data,
kategorisasi data, sintesisasi dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.
Analisis data dalam penelitian kualitatif didalamnya mencakup proses
identifikasi, klasifikasi, reduksi, komparasi, dan interprestasi, kesemuanya
30
ini dalam kerangka mendeskripsikan / dan menganalisis data dalam yang
diperoleh dalam penelitian, pengumpulan data menggunakan beragam
sumber data yang tersedia.
Data atau informasi yang terkumpul selanjutnya dituangkan dalam
bentuk laporan dan setelah itu dianalisis. Analisa data ini dilakukan
dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi data, yaitu memilih data pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian/ penulisan.
b. Penyajian data, yang bersifat naratif, agar mempermudah untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja berdasarkan apa yang
dipahami sebelumnya.
c. Pengambilan putusan dan verifikasi, yaitu penulis berusaha mencari
makna dari data yang diperolehnya.
Keabsahan data yang telah dianalisis dilakukan dengan cara
Triangulasi yaitu dengan teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Moleong, (1999) dalam (Sugiyanto
dkk, 2010: 6). Menggunakan triangulasi sumber berarti membandingkan
dan mengecek derajat informasi dengan cara: membandingkan data hasil
wawancara terbuka terstruktur dengan hasil data observasi.
31
BAB II
PFROFIL DESA SEMANU
A. Visi dan Misi
1. Visi Desa Semanu
Visi adalah suatu persyaratan yang merupakan ungkapan atau
artikulasi dari nilai, cita-cita, arah dan tujuan organisasi yang realistis,
memberikan kekuatan, semangat, dan komitmen, serta memiliki daya
tarik yang dapat dipercaya sebagai pemendu dalam pelaksanaan aktifitas
dan pencapaian tujuan organisasi. Adapun rumusan visi Desa Semanu
tahun 2014-2020 adalah sebagai berikut :
“Menjadikan Pemerintah Desa yang baik dan bersih, responsive
untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang mandiri dan
kompetitif”
Visi Desa Semanu mengandung makna dan di uraikan sebagai
berikut :
1) Pemerintahan Desa Semanu yang bersih mengandung makna :
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
bebas dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) sebagai pengayom dan
mampu memberikan layanan pada masyarakat.
2) Mandiri mengandung makna :
Menggambarkan perwujudan kondisi yang semakin
meningkatnya taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat dari waktu
ke waktu. Tercukupinya kebutuhan dasar hidup masyarakat baik lahir
32
maupun batin, yang ditandai oleh kecukupan pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, situasi keamanan yang kondusif, suasana
kehidupan yang rukun, saling menghormati dan menghargai dilandasi
oleh sikap religius, serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan
keadilan.
Visi tersebut diarahkan untuk menciptakan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance), sehingga terwujudnya kondisi yang
lebih baik dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian
menuju masyarakat yang sejahtera dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada.
2. Misi Desa Semanu
Misi merupakan sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh
Desa Semanu untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan agar tujuan dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai yang diharapkan.
Untuk memberikan arah bagi penyelenggara pemerintahan dan
pembangunan dalam mencapai visi yang telah ditetapkan, maka
dirumuskan Misi sebagai berikut :
1) Mewujudkan Reformasi Birokrasi
2) Mewujudkan Pembangunan Sumber Daya Alam Masyarakat
3) Mewujudkan Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Lingkungan dengan pendekatan kewilayahan
4) Mewujudkan Pembangunan dunia usaha dan koperasi
Recommended