View
82
Download
47
Category
Preview:
DESCRIPTION
muhamad iqbal w
Citation preview
SEMINAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN PEMETAAN GEOLOGI DAERAH PEDAGUNG DAN SEKITARNYA KECAMATAN BANTAR BOLANG KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH
SEMINAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PEMETAAN GEOLOGI DAERAH PEDAGUNG DAN SEKITARNYA KECAMATAN BANTAR BOLANG KABUPATEN PEMALANGJAWA TENGAH OLEH : MUHAMAD IQBAL WAHYUDIN (H1F011050)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGIPURWOKERTO2015
KERANGKA SEMINARPendahuluanGeologi RegionalMetode PenelitianGeologi Daerah PenelitianKesimpulan
PENDAHULUANLatar BelakangSaat ini bidang Ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting di kalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang berkembang di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional. Oleh sebab itu masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data geologi yang telah ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta aspek geologi teraplikasi lainnya.
Menentukan satuan geomorfologi, pola aliran sungai, serta tipe genetik sungai daerah penelitian. Mengetahui urutan satuan batuan yang digambarkan dalam kolom stratigrafi daerah penelitian. Mengetahui pola struktur geologi daerah penelitian. Menentukan sejarah geologi daerah penelitian berdasarkan dari data yang telah diketahui. Menentukan potensi sumberdaya geologi dan bencana geologi.Maksud dan Tujuan
Lokasi PenelitianLokasi penelitian masuk ke dalam peta geologi regional lembar Purwokerto-Tegal (M. Djuri, H. Samodra, T. C. Amin & S. Gafoer,1996). Lokasi penelitian berada didaerah Pedagung dan sekitarnya, Kecamatan Bantar Bolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah Daerah penelitian memiliki luas 12 km2 (4 X 3 km) meliputi : Desa Pedagung, Desa Suru, Desa Gunung Batu, dan Desa Pasir,kecamatan Bantar bolang,kabupaten Pemalang,Jawa tengah. Daerah penelitian dapat dicapai dengan alat transportasi darat (sepeda motor dan juga mobil) 2 jam dengan jarak tempuh 35,3 km.
Lokasi Kapling Daerah Penelitian (Berdasarkan Peta Jawa Tengah dan SRTM).
Peta geologi regional daerah penelitian (Peta Geologi Lembar Purwokerto-Tegal, Jawa. Oleh M. Djuri, H. Samodra, T. C. Amin & S. Gafoer).
Geologi RegionalZona ini menempati bagian utara Jawa tengah dan membentuk rantai penghubung antara zona Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di Jawa Timur. Di bagian Barat dibatasi oleh Gunung Slamet (3429 m) dan bagian Timur tertutup oleh hasil endapan vulkanik muda dari Gunung Regojembang (2177 m), Komplek Dieng (Gunung Prahu, 2566 m) dan Gunung Ungaran (2050 m). Garis batas dengan zona Bogor adalah Prupuk-Bumiayu-Ajibarang.
Lokasi penelitian
Fisiografi Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949) dengan modifikasi
Stratigrafi RegionalFormasi Rambatan Formasi Rambatan bagian bawah tersusun atas batupasir gampingan dan konglomerat berselang-seling dengan lapisan tipis napal dan serpih. Sedangkan bagian atas tersusun atas batupasir gampingan berwarna abu-abu muda sampai biru keabu-abuan. (menurut Kastowo dan Suwarna, 1996). Mengenai umur dari formasi ini masih terdapat perbedaan antara para peneliti terdahulu. Kandungan Foraminifera besar menunjukan umur Miosen Tengah, sedangkan foraminifera plankton menunjukkan umur Miosen Akhir-Pliosen Awal. Tebal dari Formasi Rambatan ini berbeda disetiap tempat dari 400-900 m. Formasi HalangFormasi Halang merupakan jenis endapan sedimen turbiditik pada zona Bathyal atas (menurut Kastowo dan Suwarna, 1996). Struktur sedimen yang terlihat jelas, antara lain berupa perlapisan bersusun, convolute lamination, flute cat, dan sebagainya. Litologinya tersusun atas batupasir tufaan, konglomerat, napal dan batulempung yang berselang-seling dan beerlapis baik. Batupasir pada umumnya bersifat wacke dengan fragmen batuan andesitic. Dibagian bawah dari satuan terdapat breksi dengan susunan fragmen andesit. Di beberapa tempat dibagian atas formasi terdapat batugamping terumbu (menurut Marks, 1957). Di Bantarkawung, kandungan foraminifera menujukan umur Miosen Atas, sedangkan di dekat Majenang, foraminifera menunjukkan umur Miosen Tengah (menurut Maks,1957). Ketebalan formasi ini beragam dari 390-2600 m.
Kolom Stratigrafi Regional daerah penelitian (Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa oleh Kastowo dan N. Suwarna,1996).Lokasi penelitian
Struktur Regional Pola Meratus(NE-SW)
Pola Sunda(N-S) Pola Jawa(E-W)
Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo & Pulunggono, 1994)
Metode PenelitianStudi LiteraturSurvei AwalPenyusunan Proposal Praktek Kerja LapanganTAHAP PERSIAPANMULAIObservasi GeomorfologiObservasi LitologiObservasi Struktur GeologiAnalisis PetrografiAnalisis MikropaleontologiAnalisis Struktur GeologiPebuatan Peta Lintasan dan ObservasiPembuatan Peta GeoorfologiPembuatan Peta Geologi dan PenampangPembuatan Kolom Stratigrafi Daerah PenelitianTAHAP PENGAMBILAN DATA LAPANGANTAHAP ANALISISTAHAP PENGOLAHAN DATASEMINARGeologi Daerah Pedagung dan Sekitarnya, Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang, Jawa TengahPengambilan Sampel Batuan dan Sampel FosilPeta Potensidan Bencana
Geologi Daerah Penelitian
Peta lintasan
Geologi Daerah PenelitianPeta Pola Aliran
Geologi Daerah Penelitian
Peta Citra SRTM dan Analisis Kelurusan, arah kelurusan dominan NW-SE.
Interpretasi pola kelurusan
Geologi Daerah PenelitianPeta Geomorfologi
Satuan Lembah Sinklin PasirSatuan ini menempati 15 % luas daerah penelitian, satuan ini diberi warna Biru Muda, berada pada elevasi antara 75-287 meter di atas permukaan laut (mdpl). Litologi daerah satuan ini adalah perselingan batulempung-batupasir dominan batupasir, Penamaan satuan ini didasarkan pada morfometri berupa Lembah, morfogenesa berupa sinklin , dan morfografi daerah pasir. Melihat ciri-ciri yang ada maka daerah ini diklasifikasikan menurut Bentuk Muka Bumi (BMB 2006) ke dalam satuan Lembah Sinklin Pasir.
WSatuan Lembah Sinklin Pasir pada daerah pasir (N 180 E).
Satuan Perbukitan Antiklin - Sinklin PedagungSatuan ini menempati 45 % luas daerah penelitian, satuan ini diberi warna kuning , berada pada elevasi antara 75 - 287 mdpl. Litologi daerah satuan ini adalah perselingan batupasir-batulempung, dominan batupasir. Penamaan satuan ini didasarkan pada morfometri berupa Perbukitan, morfogenesa berupa sinklin dan antiklin serta morfografi daerah Pedagung. Melihat ciri-ciri yang ada maka daerah ini diklasifikasikan menurut Bentuk Muka Bumi (BMB 2006) kedalam satuan Perbukitan Antiklin - Sinklin Pedagung.
SWSatuan Perbukitan Antiklin Sinklin Pedagung pada daerah pedagung (N 315 E).
16
Satuan Lembah Antiklin GumantiSatuan ini menempati 20 % luas daerah penelitian. berada pada elevasi antara 50 - 125 meter di atas permukaan laut (mdpl).Litologi daerah satuan ini adalah perselingan batulempung-batupasir, dominan batulempung. Penamaan satuan ini didasarkan pada morfometri berupa Lembah, morfogenesa berupa antiklin , morfografi yang berupa daerah Gumanti. Melihat ciri-ciri yang ada maka daerah ini diklasifikasikan menurut Bentuk Muka Bumi (BMB 2006) ke dalam satuan Lembah Antiklin Gumanti
NE
Satuan Lembah Antiklin Gumanti pada daerah Gumanti (N 135 E).
Satuan Lembah Sinklin BejiSatuan ini menempati 15 % luas daerah penelitian, satuan ini diberi warna orange, berada pada elevasi antara 100-137 mdpl. Litologi daerah satuan ini adalah perselingan batulempung-batupasir dominan batupasir. Penamaan satuan ini didasarkan pada morfometri yang berupa Lembah dengan morfogenesa sinklin dan morfografi daerah Beji. Melihat ciri-ciri yang ada maka daerah ini diklasifikasikan menurut Bentuk Muka Bumi (BMB 2006) ke dalam satuan Lembah Sinklin Beji.
SE
Satuan Lembah Sinklin Beji pada daerah Beji (N 231 E).
Satuan Bukit Sinklin BejiSatuan ini menempati 5 % luas daerah penelitian, satuan ini diberi warna hijau muda. Berada pada elevasi antara 137,5 - 225 meter di atas permukaan laut (mdpl). Litologi daerah satuan ini adalah perselingan batupasir-batulempung, dominan batupasir. Penamaan satuan ini didasarkan pada morfometri yang berupa bukit dengan morfogenesis sinklin serta morfografi daerah Beji. Melihat ciri-ciri yang ada maka daerah ini diklasifikasikan menurut Bentuk Muka Bumi (BMB 2006) ke dalam satuan bukit Sinklin Beji.
NW
Satuan Bukit Sinklin Beji pada daerah Beji (N 235 E)
Kolom Geomorfologi Daerah Penelitian
Stratigrafi Daerah Penelitian
Peta Geologi
Satuan Batulempung
batulempungbatupasirNKenampakan singkapan perselingan batulempung-batupasir pada stop site IQ.3.21(N 275E).
Struktur Sedimen
Parallel Laminasicross LaminasiGraded bedding
Sekuen Unit Bouma yang menunjukkan pembentukan system arus turbid. Struktur sedimen pada Satuan Batulempung (Ta) Graded bedding (Tb) Paralel Lamination (Tc) Cross Lamination
PETROGRAFI SATUAN BATULEMPUNG
Analisis fosil
Satuan Batupasir
W Singkapan Batupasir pada stop site IQ.4.43.(N 290E)batupasirbatulempung
Struktur Sedimen
TaTbTc
Sekuen Unit Bouma yang menunjukkan pembentukan system arus turbid. Struktur sedimen pada Satuan Batupasir (Ta) Graded bedding (Tb) Paralel Lamination (Tc) Cross Lamination
PETROGRAFI SATUAN BATUPASIR
Analisis fosil
Struktur Geologi Daerah PenelitianHasil penelitian di lapangan dan pengolahan data menunjukkan adanya pola struktur yang mempengaruhi kondisi geologi daerah penelitian. Struktur tersebut adalah lipatan berupa antiklin, sinklin dan sesar. Antiklin terdapat antiklin Pedagung. Sedangkan Sinklin terdiri dari Sinklin Pasir, dan Sinklin Beji serta Sesar Pedagung.
Antiklin Pedagung
Analisis stereonet Antiklin Pedagung.
Sinklin Beji
Analisis stereonet Sinklin Beji
Sinklin Pasir
Analisis stereonet Sinklin Pasir
Sesar Naik Pedagung
Analisis Sesar Naik Menganan pedagung pada Stereonet
Mekanisme Pembentukan Struktur GeologiDari hasil analisis stereonet diatas dimana bidang sumbu antiklin maupun sinklin dominan berarah barat timur dan gaya utama ( 1) dominan berasal dari Utara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua lipatan ini terbentuk dalam satu periode atau satu fase, dimana gaya utama atau kompresi berarah utara-selatan yang mengakibatkan satuan batulempung dan satuan batupasir menjadi terlipat, dan dapat ditentukan bahwa kegiatan tektonik yang terjadi pada pembentukkan struktur geologi ini yaitu pada Kala Pliosen Akhir-Plistosen Awal (Van Bemmelen, 1949 dalam Pulunggono dan Martodjojo, 1994).Di interpretsikan bahwa Antiklin Pedagung dengan Sinklin Pasir dan Sinklin Beji merupakan suatu kesatuan antiklin dan sinklin. Lipatan tersebut melampaui batas ductile nya sehingga mengalami patahan, terlihat dalam peta geologi lipatan tersebut sebagai off set, dengan demikian di interpretasikan bahwa terdapat sesar yang memotong lipatan tersebut yaitu Sesar Naik menganan
Sejarah Geologi Daerah PenelitianSejarah geologi daerah penelitian di mulai dari Kala Miosen Tengah (N9-N13) di endapkan satuan batulempung yang terdiri dari perselingan batulempung dan batupasir yang didominasi oleh batulempung, satuan ini di endapkan di lingkungan laut yaitu pada zona Bathyal Atas hingga Neritik Luar atau pada kedalaman sekitar 300-400 meter Parallel Laminasi. ,dan cross lamination . Pada kala Miosen Tengah hingga Miosen Atas, terendapkan secara selaras satuan Batupasir di atas satuan Batulempung terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan dominasi Batupasir yang relatif tebal. Satuan ini diendapkan di lingkungan Neritik Luar sampai Neritik Tepi atau pada kedalaman sekitar 80-180 meter. struktur-struktur sedimen seperti Graded bedding, cross lamination dan parallel lamination yang ditemukan pada satu singkapan., dimana akan berkembang menjadi arus turbit/turbidity current. Kemudian kegiatan tektonik semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada Kala Pliosen Akhir-Pleistosen Awal, yang menyebabkan terbentuknya lipatan-lipatan pada lokasi penelitian, dan ketika kekuatan batuan pada satuan batulempung dan batupasir telah melampaui batas ductil, maka diinterpretasikan bahwa terbentuk sesar yang terdapat di daerah penelitian
Berdasarkan konsep Bouma 1962, adanya kenampakan struktur sedimen yang mencirikan adanya pengaruh arus turbidit sesuai dengan Konsep Sikuen Bouma yaitu adanya perlapisan bersusun batupasir dengan struktur sedimen graded bedding (T-a) menunjukkan pada suatu rezim aliran tinggi, batupasir dengan struktur parallel lamination (T-b) yang menandakan terjadinya penurunan atau peralihan kekuatan arus dari rezim aliran tinggi menuju rezim aliran rendah yang ditandai dengan struktur parallel lamination, Batupasir dengan struktur Cross Lamination (T-c), dalam sikuen Bouma yang merupakan hasil dari akhir pengendapan arus turbidit yang bersifat pelagic dimana kekuatan arus sudah tidak ada.
Interpretasi Endapan Turbidit Pada Daerah Penelitian (Bouma 1962)
Potensi Geologi Daerah PenelitianPotensi yang ada pada Desa Pedagung dan sekitarnya secara umum dibagi menjadi 2, yaitu potensi positif dan potensi negative.Rekomendasi penanganan/mitigasi bencana daerah rawan bahaya longsor tanah di daerah penelitian secara teoritis atas dasar temuan lapangan pada penelitian ini adalah:1. Bangunan sebaiknya menjauhi/tidak di sepanjang daerah longsoran. 2. Tidak melakukan pemotongan lereng di daerah terjal. 3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala longsoran. 4. Meningkatkan kewaspadaan di musim penghujan.
KESIMPULAN Dari hasil Pemetaan Geologi yang dilakukann di Desa Pedagung dan sekitarnya dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain adalah : Satuan Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 5, yaitu Satuan Lembah Sinklin Pasir, Satuan Perbukitan Antiklin-Sinklin Pedagung, Satuan Lembah Antiklin Gumanti,Satuan Lembah Sinklin Beji,dan Satuan Bukit Sinklin Beji. Geologi daerah penelitian terdiri dari dua satuan batuan tidak resmi dengan urutan dari tua ke muda, adalah satuan batulempung dan satuan batupasir. Struktur Geologi daerah penitian adalah berupa lipatan dan Sesar yaitu, Antiklin terdiri dari Antiklin Pedagung. Sedangkan sinklin tedapat Sinklin Pasir dan Sinklin Beji. Untuk Sesar Adalah Sesar Naik Pedagung. Sejarah geologi daerah penelitian di mulai dari Kala Miosen Tengah (N9-N13) di endapkan satuan Batulempung,satuan ini di endapkan lingkungan laut yaitu pada Zona Bathyal Atas hingga Neritik Luar atau pada kedalaman sekitar 300-400 meter. Pada Kala Miosen Tengah hingga Miosen Atas, terendapkan secara selaras satuan batupasir di atas satuan batulempung, satuan ini memiliki ketebalan 660 meter yang terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan dominasi Batupasir yang relatif tebal. Satuan ini diendapkan di lingkungan Neritik Luar sampai Neritik Tepi atau pada kedalaman sekitar 80-180 meter. Satuan ini di endapkan dengan mekanisme turbidit yang ditunjukkan dengan ditemukannya struktur-struktur sedimen seperti, cross lamination dan parallel lamination yang ditemukan pada satu singkapan, dimana akan berkembang menjadi arus turbidit/turbidity current . Kemudian deformasi, pelapukan, erosi, dan sedimentasi terjadi sehingga menghasilkan morfologi seperti sekarang ini. Potensi sumberdaya geologi daerah penelitian berupa pemanfaatan endapan sungai berupa bongkah-bongkah batuan beku dan endapan pasir sungai. Sedangkan potensi bencana geologi berupa indikasi keberadaan kerentanan geraka tanah berupa tanah longsor.
TERIMAKASIHMOHON MAAF BILA ADA KEKURANGAN
Recommended