View
216
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
i
SIKAP DALAM MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME
(PMS) PADA REMAJA PUTRI KELAS VII DI SMP
MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Miftahul Khoyriyah
NIM B12140
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Sikap Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome (PMS)
Pada Remaja Putri Kelas VII Di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahn dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, S.ST, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Yunia Renny A, S.ST, selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Drs. H. Sugiyono, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data dan
penelitian.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Seluruh Staff dan Guru SMP Muhammadiyah 2 Surakarta yang telah
membantu dalam pengambilan data untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah.
iii
7. Seluruh Siswa SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dalam pengambilan data
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
8. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini baermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
Penulis
ii
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
Miftahul Khoyriyah
B12 140
SIKAP DALAM MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME
PADA REMAJA PUTRI KELAS VII
DI SMP MUHAMMADIYAH 2
SURAKARTA
XII + 42 halaman+ 17 lampiran+ 5 tabel+ 0 gambar
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : penelitian di Indonesia menunjukkan premenstrual
syndrome dialami 23% wanita Indonesia. Di indonesia prevalensi premenstrual
syndrome pada siswa SMA di Surabaya sebanyak 39,2% mengalami gejala berat
dan 60,8% mengalami gejala ringan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti
tentang bagaimana sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome agar angka
permasalahan mengenai premenstrual syndrome dapat berkurang. Berdasarkan
studi pendahuluan pada 10 siswi di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta didapatkan
6 siswi (60%) pada kategori positif dan 4 siswi (40%) pada kategori negatif.
TUJUAN : Menggambarkan sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome
pada remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta pada kategori
positif dan negatif.
METODE : Jenis penelitian adalah Deskriptif Kuantitatif. Lokasi penelitian
diambil di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta pada tanggal 13-20 April 2015 pada
kelas VII dengan jumlah populasi sebanyak 72 siswi, dan sampel sebanyak 34
remaja putri kelas VII, dengan menggunakan teknik pengambilan purposive
sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan untuk analisis
data dilakukan dengan analisis univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi.
HASIL : Sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri
kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta, pada kategori positif sebanyak 11
responden (32,4%), dan kategori negatif sebanyak 23 responden (67,6%).
KESIMPULAN : Sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada remaja
putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta sebagian besar dalam
kategori negatif yaitu sebanyak 23 responden (67,6%).
Kata Kunci : Sikap, Remaja Putri, Premenstrual Syndrome.
Kepustakaan : 21 literatur (tahun 2006-2014)
ii
MOTTO
1. Jangan dulu mengatakan tidak mungkin, padahal kita hanya belum
mengetahui caranya
2. Untuk melihat kupu-kupu, maka harus tahan terhadap ulat
3. Setiap pria dan wanita yang sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka
berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat baik dalam setiap hal, dan
bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka
(Brian Tracy)
4. Bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dari
suatu urusan tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain (QS. Al-Insyirah)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan cinta kasih serta hidayah-Nya
yang begitu murni dan agung.
2. Kedua malaikat yang menjelma menjadi Bapak Mamak sayang, terima
kasih atas segala doa dan dukungannya.
3. Adik-adik saya Muu serta Umi yang cantik dan baik, yang selalu menghibur
dan menemaniku.
4. Keluarga besar Green Kost senasib seperjuangan yang selalu memberikan
dukungan dan semangatnya. Terutama Ima Dan Kaka, terima kasih.
5. Warna pelangi STIKes Kusuma Husada Surakarta yang diwakili oleh para
mahasiswa Yayi, Kris, Nana, Mbak Ren, Bu Aji, Mbak Cint, Beb Dwi.
Terima kasih.
6. Good person Leg Nopa, Emak Ayub, Pitug, Cikenk. Kalian luar biasa.
7. Almamater tercinta
ii
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii
CURICULUM VITAE ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.Tujuan Umum ...................................................................... 4
2.Tujuan Khusus ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 7
1. Sikap ............................................................................... 7
2. Remaja ............................................................................ 12
3. Premenstrual Syndrome ................................................. 14
B. Kerangka Teori ...................................................................... 21
C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 23
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 24
iii
D. Variabel Penelitian ................................................................ 25
E. Definisi Operasional .............................................................. 25
F. Instrument Penelitian ............................................................. 26
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 30
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 31
I. Etika Penelitian ...................................................................... 34
J. Jadwal Penelitian ................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................ 36
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 36
C. Pembahasan ....................................................................................... 38
D. Keterbatasan ...................................................................................... 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 41
B. Saran ................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Kuesioner
Tabel 3. 3 Pemberian Skor Kuesioner
Tabel 4. 1 Mean dan Standar Deviasi
Tabel 4. 2 Sikap Dalam Menghadapi PMS
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan reliabilitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Informed Concent
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Pedoman Penskoran Kuesioner
Lampiran 12. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13. Data Hasil Uji Validitas
Lampiran 14 Data Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 15 Data Tabulasi Hasil Penelitian
Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 17 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Widyastuti (2009), masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja terjadi
antara usia 10-19 tahun, dimana suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja
merupakan periode peralihan masa anak ke masa dewasa.
Pada masa remaja, seorang perempuan akan mengalami pematangan
organ seksual seperti terjadinya menstruasi. Pada saat inilah terkadang akan
ditemui beberapa gangguan yang menyertai menstruasi, seperti premenstrual
syndrome (PMS). Menurut Proverawati (2009), gejala prementrual syndrome
(PMS) menjelang menstruasi ternyata bukan hal yang normal PMS adalah
berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional, yang terkait dengan
perubahan hormonal karena siklus menstruasi. Gejala PMS ini bisa lebih
parah, dan disebut disforia pra-menstruasi (PMDD), jika sudah menggangu
hubungan sosial dengan lingkungan pekerjaan maupun keluarga. Berbagai
gejala ini biasanya muncul tujuh atau sepuluh hari setelah perdarahan
menstruasi dimulai.
Berdasarkan penelitian di Indonesia bersama WHO pada tahun 1981
menunjukkan bahwa premenstrual syndrome dialami oleh 23% wanita
Indonesia. Menurut Essel (2007), dalam suatu penelitian terhadap 384 wanita
1
2
yang berusia 15 tahun melaporkan bahwa 14% dari wanita tersebut
mengalami PMS. Sedangkan menurut penelitian Cristianty dalam Monica
(2010), di Indonesia prevalensi premenstrual syndrome pada siswa SMA di
Surabaya sebanyak 39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami
gejala ringan. Berdasarkan Wikipedia (2013), sekitar 80-95% perempuan
melahirkan mengalami gejala-gejala sindrom premenstruasi yang dapat
mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut
diperkirakan dan biasa terjadi secara regular pada dua minggu periode
sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi
namun dapat juga berlanjut setelahnya.
Sedangkan menurut Saryono dan Sejati (2009), sindrom premenstruasi
terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia 20-40 tahun. Meskipun
kebanyakan para wanita mengalami gejala-gejala sebelum haid, banyak yang
tidak menyadari bahwa dia mengalami premenstrual syndrome. Sering para
wanita menangani pengaruh-pengaruh dari gejala ini, namun sebagian dari
wanita tersebut menerima gejala premenstrual syndrome ini sebagai hal yang
wajar dan biasa saja sehingga menganggap bahwa gangguan dari pengaruh
premenstrual syndrome tidak perlu penanganan khusus untuk
menghadapinya.
Pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome (PMS), akan
muncul gejala-gejala yang mungkin akan menngganggu aktifitas
kesehariannya, bahkan menganggu aspek psikologisnya. Maka dari itu perlu
3
diketahui sikap-sikap para wanita dalam menghadapi premenstrual syndrome
(PMS), karena semua wanita berpeluang untuk mengalami PMS.
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
pada bulan November 2014 diperoleh data jumlah siswa kelas VII sebanyak
189 siswa, dengan perbandingan remaja laki-laki sebanyak 117 orang, jumlah
remaja perempuan sebanyak 72 orang. Dari 72 siswi didapatkan 34 remaja
putri yang telah menstruasi dan pernah mengalami premenstrual syndrome
(PMS). Hasil dari wawancara pada 10 remaja perempuan yang ada di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta yang sudah mengalami menstruasi, didapatkan 6
remaja perempuan (60%) pada kategori yang bersikap positif, pada 4 orang
remaja putri (40%) pada kategori yang bersikap negatif.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Sikap Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome
(PMS) Pada Remaja Putri Usia 11-12 Tahun Di Kelurahan Kadipiro
Kecamatan Banjarsari Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana
Sikap Dalam Menghadapi Premenstual Syndrome (PMS) Pada Remaja Putri
kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta?”
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada
remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada
remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta pada
kategori sikap positif
b. Mengetahui sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada
remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta pada
kategori sikap negatif
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau acuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya khususnya
tentang premenstrual syndrome.
2. Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.
3. Bagi Institusi pendidikan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta.
Sebagai dokumen dan bahan bacaan serta menambah pengetahuan tentang
premenstrual syndrome.
5
4. Bagi Remaja
Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan
tentang premenstrual syndrome.
5. Bagi Institusi Pendidikan di STIKes Kusuma Husada Surakarta
Dapat dijadikan bahan bacaan dan wawasan bagi mahasiswa serata
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang,
khususnya tentang premenstrual syndrome.
E. Keaslian Penelitian
1. Siti Hajar Binti Ramli (2010), dari Universitas Sumatera Utara dengan
judul “Tingkat Pengetahuan siswi SMA Negeri 6 Medan Tentang
Sindroma Premenstruasi (PMS). Desain penelitian ini adalah deskriptif,
sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah bivariat, dengan
hasil penelitian menunjukkan sebagian siswi berpengetahuan tinggi yaitu
sebanyak 19 orang (18.1%), sebagian besar berpengetahuan sedang yaitu
sebanyak 68 orang (64.8%) dan sebagian lagi berpengetahun kurang yaitu
sebanyak 18 orang (17.1%).
2. Devi Ferryani Yuliana (2014), dari STIKes Kusuma Husada Surakarta
dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang
Premenstual Syndrome (PMS) Di MTs Negeri 1 Sumberlawang Sragen.
Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang premenstual syndrome di
MTs Negeri I Sumberlawang Sragen. Jenis penelitian yang di gunakan
6
adalah penelitian observasional. Sedangkan untuk teknik analisis data
menggunakan univariat, dengan hasil penelitian didapatkan tingkat
pengetahuan baik sebanyak 4 responden (11,1%), tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 26 responden (72,2%) dan tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 6 responden (16,7%).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Sikap
a. Pengertian
Menurut Purwanto dalam Wawan dan Dewi (2010), sikap adalah
pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak sesuai objek tadi. Sedangkan Menurut Wawan dan
Dewi (2010), menyatakan bahwa sikap adalah sikap pandangan atau
sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Jadi lebih tepat
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan terhadap sesuatu hal.
b. Komponen Sikap
Berdasarkan Azwar S. dalam Wawan dan Dewi (2011), sikap
mempunyai 3 komponen yaitu :
1) Komponen kognitif yang merupakan apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional.
3) Komponen konatif adalah aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.
7
8
c. Tingkatan Sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2011), sikap terdiri dari berbagai
tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima dapat diartikan bahwa orang yang mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila diberi pertanyaan, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang telah diberikan.
3) Komponen konatif merupakan komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap.
d. Ciri-Ciri Sikap
Menurut Purwanto dalam Wawan dan Dewi (2011), ciri-ciri sikap
dibagi menjadi 5 yaitu :
a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.
b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada
orang itu.
9
c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek tertentu dengan kata lain, sikap itu
terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap antara lain :
a) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
sikapakan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh Orang Lain
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan yang
dianggap penting tersebut.
10
c) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah
sikap individu terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlahyang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya.
d) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio ataupun media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
11
f. Sifat sikap
Menurut Purwanto dalam Wawan dan Dewi (2011), sifat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan menyenangi,
mendekati dan mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif didalamnya terdapat kecenderungan untuk ,
menjauhi, membenci, menghindari, bahkan tidak menyukai obyek
tertentu.
g. Cara Pengukuran Sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2011), pengukuran sikap dapat dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan responden pada suatu
obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden
melalui kuesioner.
Berdasarkan Hadi dalam Wawan dan Dewi (2011), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap, antara lain :
1) Keadaan obyek yang di ukur
2) Situasi pengukuran
3) Alat ukur yang digunakan
4) Penyelenggarakan pengukuran
5) Pembacaan dan penilaian pengukuran
12
2. Remaja
a. Pengertian
Menurut Widyastuti dkk (2009), remaja atau dalam bahasa Inggris
disebut adolescence berasal dari bahasa Latin disebut dengan
adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan
yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosial dan psikologis. Berdasarkan Sarwono (2006),
menyebutkan bahwa remaja sebagai periode transisi antara masa
anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau
seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah
diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya.
Menurut Surjadi dalam Kumalasari dan Andyantoro (2012),
batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO menetapkan batas usia
10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Berdasarkan BKKBN dalam
Kumalasari dan Andhyantoro (2012), definisi remaja yang digunakan
oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun
dan belum kawin. Berdasarkan Undang-undang Kesejahteraan Anak
No.4/1979 dalam Sarwono (2006), menganggap bahwa semua orang
yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah adalah remaja.
Dan menurut Diknas dalam Mansur dan Budiarti (2014), anak
dianggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat
lulus sekolah menengah.
13
b. Perubahan Fisik pada Remaja Putri
Menurut Widyastuti dkk (2009), rangakaian perubahan fisik yang
dialami remaja perempuan adalah sebagai berikut :
1) Berkembangnya pinggul dan payudara, kemudian diikuti dengan
tumbuhnya rambut pada kemaluan serta ketiak yang mulai tampak
setelah haid.
2) Pinggul membesar, berkembang dan membulat. Hal ini sebagai
akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
dibawah kulit.
3) Payudara membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi
secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin
besarnya kelenjar susu sehingga payudara payudara menjadi lebih
besar dan bulat.
4) Kulit berubah menjadi lebih kasar, lebih tebal dan pori-pori
membesar. Namun kulit perempuan lebih lembut daripada kulit
laki-laki.
5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar
keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama haid.
6) Menjelang akhir masa puber otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7) Suara berubah semakin merdu.
14
c. Perubahan Psikologis pada Remaja
Menurut Proverawati (2009), masa remaja sangat rawan denagn
stres emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas
yang terjadi sewaktu pubertas. Berdasarkan Marmi (2014), remaja
lebih peka atau sensitif sehingga mudah menangis, camas, frustasi,
bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Selain itu, bisa bereaksi bahkan
agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
mempengaruhinya. Pada masa ini ada kecenderungan tidak patuh pada
orang tua, lebih suka pergi bersama teman dan tidak betah tinggal
dirumah.
3. Premenstrual Syndrome (Sindrom Premenstruasi)
a. Pengertian
Menurut Saryono dan Sejati (2009), sindrom premenstruasi
merupakan suatu gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita
muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional
yang konsisten, terjadi selama siklus menstruasi.
b. Etiologi
Menurut Saryono dan Sejati (2009), ada banyak faktor yang
diduga sebagai penyebab munculnya PMS diantaranya kadar hormon
estrogen sangat berlebihan dan kadar progesteron menurun. Faktor
kimiawi juga sangat mempengaruhi timbulnya PMS. Bahan-bahan
kimia tertentu didalam otak sperti serotonin, berubah uubah selama
menstruasi. Serotonin adalah suatu neotransmiter yang merupakan
15
suatu bahan kimia yang terlihat dalam pengiriman pesan sepanjang
syaraf didalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh. Serotonin
juga sangan mempengaruhi suasana hati. Aktivitas serotonin
berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, ketertarikan,
kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, impulsif,
agresif dan peningkatan selera.
c. Gejala
Menurut Proverawati (2009), gejala psikologis yang sering
dialami adalah mudah tersinggung, mudah marah, nafsu makan
meningkat, mood tidak stabil, cemas, merasa sedih dan depresi,
merasa tertekan, merasa tidak beguna atau bersalah, sensitif, putus
asa, merasa memiliki konflik, keinginan untuk beraktifitas menurun,
sulit berkosentrasi, hingga muncul perasaan berlebihan atau tidak
terkendali.
d. Jenis-Jenis Premenstrual Syndrome
Menurut Saryono dan Sejati (2009), jenis- jenis premenstrual
syndrome (PMS) yaitu :
1) PMS tipe A (anxiety)
Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, rasa tegang
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan
sampai sedangsaat sebelum mendapat menstruasi. Gejala ini
timbul akibat hormon estrogen yang terlalu tinggi dibandingkan
dengan hormon progesteron. Pada penderita PMS bisa jadi
16
kekurangan vitamin B6 dan magnesium, dan sebaiknya banyak
mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi konsumsi
terhadap kopi.
2) PMS tipe H (hyperhydration)
Gejala yang muncul pada PMS ini adalah edema, perut
kembung, nyeri pada payudara, peningkatan berat badan sebelum
menstruasi. Pembengkakan terjadi akibat berkumpulnya air pada
jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau
gula. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan
mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta
membatasi minum sehari-hari.
3) PMS tipe C (craving)
Ditandai dengan rasa lapar dan ingin mengkonsumsi makanan
yang manis-manis misalnya coklat dan karbohidrat sederhana
misalnya gula. Pada umumnya sekitar 20 menit setelah
mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala
yang terkadang sampai pingsan.
4) PMS tipe D (depression)
Gejala yang sering muncul rasa depresi, ingin menangis,
lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan
kata-kata, bahkan kadang disertai rasa ingin bunuh diri atau
mencoba bunuh diri. PMS tipe ini murni disebabkan karena
17
ketidak seimbangan hormon progesteron dan estrogen, faktor lain
yang dapat mendominasi PMS jenis ini yaitu stres, kekurangan
asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di
tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya premenstrual
syndrome
Menurut Andriyani (2013), wanita-wanita yang berisiko tinggi
terkena atau mengalami sindrom premenstruasi antara lain :
1) Wanita yang pernah melahirkan
PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama
bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti
toksemia
2) Status perkawinan
Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS
dibandingkan yang belum.
3) Usia
PMS semakin sering dan mengganggu seiring dengan
bertambahnya usia, terutama antara usia 35-45 tahun.
4) Stres
Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang
dalam menyelesaikan masalah.
18
5) Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh,
coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan,
memperberat gejala PMS. Kekurangan zat gizi seperti vitamin B,
vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, serta
asam lemak linoleat.
6) Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat
gejala PMS.
7) Kegiatan fisik
Kurang berolahraga dan aktifitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS.
f. Diagnosis PMS
Menurut Saryono dan Sejati (2009), tidak ada pemeriksaan
laboratorium atau penemuan fisik yang khas untuk memastikan
diagnosis PMS. Perhatian khusus harus diberikan tentang riwayat
pengobatan yang dilakukan oleh pasien. PMS hanya dapat didiagnosis
setelah berbagai gangguan fisik dan psikiatri dikesampingkan. PMS
juga harus dibedakan dengan gejala premenstruasi sederhana seperti
pembegkakan, ketegangan pada payudara, yang tidak mempengaruhi
fungsi harian dan merupakan karakteristik siklus ovulasi normal. Tiga
kunci utama untuk mendiagnosis PMS adalah gejala sesuai/konsisten
dengan PMS, waktu kejadian konsisten hanya selama fase luteal dari
siklus menstruasi dan efek negatif gejala pada fungsi dan gaya hidup.
19
g. Penanganan
Menurut Proverawati (2009), jenis perawatan yang dapat dijalani
untuk mengatasi sindrom premenstruasi :
1. Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral yang mengandung progestin
dan di konsumsi sekali dalam sehari sebelum menstruasi.
2. Obat anticemas, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRIs), yang daapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari
sebelum menstruasi.
3. Obat penghilang nyeri seperti asam asetilsalisilat, asetaminofen,
dan obat antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan ini dapat
membantu menyembuhkan gejala fisik yang sifatnya sedang,
seperti nyeri otot atau sakit kepala.
4. Melakukan diet dengan cara mengkonsumsi kafein,dan dianjurkan
untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan
serat, menambah asupan protein dan lemak, konsumsi suplemen
vitamin dan mineral, serta mengurangi gula dan lemak.
5. Melakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit selama 4
hingga 6 kali seminggu.
6. Makan teratur dan lakukan relaksasi seperti pijat atau hal-hal yang
membuat nyaman.
h. Pencegahan
Menurut Saryono dan Sejati (2009), pencegahan PMS dapat
dilakukan dengan cara :
20
1) Modifikasi gaya hidup
Pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi terhadap
kafein, memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari
kelelahan dan mengurangi stres berperan juga dalam juga dalam
terapi PMS.
2) Pola diet
Kurangi asupan gula, garam, karbohidrat seperti nasi, kentang
dan roti pada tubuh untuk mencegah terjadinya pembengkakan,
penurunan asupan kafein, teh, alkohol, dan soda juga dapat
menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).
3) Olahraga
Olahraga seperti berenang, berjalan kaki, tarikan nafas dalam
dan relaksasi juga bisa meringankan rasa tidak nyaman.
21
B. Kerangka Teori
Sumber : Wawan dan Dewi (2011), Widyastuti (2009),
Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Andriyani (2013),
Proverawati (2009), (Modifikasi)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sikap Remaja Putri Menghadapi
Premenstrual Syndrome
Sikap Remaja
Putri
Sikap terdiri dari :
1. Pengertian
2. Komponen Sikap
3. Tingkatan Sikap
4. Ciri-ciri Sikap
5. Faktor-faktor
ynag
Mempengaruhi
Sikap
6. Sifat Sikap
7. Cara Pengukuran
Sikap
Premenstrual
syndrome
(PMS)
meliputi :
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Gejala
4. Jenis
5. Faktor
6. Diagnosa
7. Penanganan
8. Pencegahan
Remaja meliputi :
1. Pengertian
2. Perubahan Fisik
Pada Remaja Putri
3. Perubahan
Psikologis Pada
Remaja
22
C. Kerangka Konsep
Gambaran 2.2 Kerangka Konsep Sikap Remaja Putri Menghadapi
Premenstruasi Syndrome
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sikap remaja putri dalam
menghadapi premenstrual
syndrome
Positif
Negatif
Faktor yang mempengaruhi
sikap
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media Massa
5. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama
6. Emosional
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif. Menurut Emzir (2009), metode penelitian deskriptif
yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan
menggambarkan/melukiskan keaaan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Menurut
Trianto (2010), kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau dekripsi suatu
keadaan yang terjadi didalam masyarakat. Metode ini digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Penelitian ini menggambarkan tentang sikap remaja putri
dalam menghadapi premenstruasi syndrome.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Berdasarkan Hidayat (2010), lokasi penelitian merupakan rencana
tentang tempat yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
kegiatan penelitian. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta.
23
24
2. Waktu
Menurut Trianto (2011), waktu pelaksanaan mencakup waktu dari
setiap tahapan proses yang akan dilakukan dan kapan serta berapa lama
penelitian tersebut dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April 2015.
C. Populasi, sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Trianto (2011), populasi adalah semua individu atau unit
atau peristiwa yang ditetapkan sebagai objektif penelitian. Populasi yang
diteliti dari penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas VII di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta dengan jumlah 72 siswi.
2. Sampel
Menurut Hidayat (2014), sampel merupakan bagian populasi yang
akan diteliti atau sebagian jumlah dari yang karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja
putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dengan jumlah
sebanyak 34 orang siswi.
3. Teknik pengambilan sampel
Menurut Riyanto (2013), teknik pengambilan sampel merupakan
sampel dari populasi dalam penelitian. Yang digunakan pada penelitian
ini adalah purposive sampling. Berdasarkan Hidayat (2007), purposive
sampling merupakan cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.
25
Dengan menggunakan kriteria inklusi. Berdasarkan Nursalam dalam
Hidayat (2014), kriteria inklusi adalah subjek penelitian yang dapat
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu
remaja putri yang sudah menstruasi dan pernah mengalami premenstrual
syndrome (PMS)
D. Variabel Penelitian
Menurut Riwidikdo (2013), Variabel penelitian adalah atribut dari
subjek atau objek yang akan diteliti yang bervariasi antara satu
objek/subjek yang satu dengan yang lain. Variabel penelitian ini berupa
variabel tunggal yaitu sikap remaja putri dalam menghadapi premenstrual
syndrome pada remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2
Surakarta.
E. Definisi Oprasional
Menurut Hidayat (2007), Definisi operasional adalah mendefinisikan
variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
26
Tabel 3.1 Definisi Oprasional Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi
Premenstrual Syndrome (PMS).
Variabel Definisi
Oprasional
Kategori Alat ukur Skala
Sikap
menghadapi
premenstrual
syndrome
(PMS).
Respons yang
masih tertutup
terhadap stimulus
PMS meliputi :
a. Komponen
Kognitif
b. Komponen
Afektif
c. Komponan
Konatif
1. Positif : bila
skor T
responden >
nilai rata-rata
2. Negatif : bila
skor T < nilai
rata-rata.
(Azwar, 2013)
Kuesioner Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Menurut Trianto (2011), alat yang mampu mengukur apa yang diinginkan
oleh peneliti dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Instrumen yang peneliti gunakan adalah kuesioner. Berdasarkan
Hidayat (2007), kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner
dengan beberapa pertanyaan.
Kuesioner yang peneliti gunakan adalah kuesioner tertutup, menurut
Trianto (2011), yang disebut dengan kuesioner tertutup adalah dimana pilihan
jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda. Untuk
mempermudah dalam menyusun instrument, maka diperlukan kisi-kisi.
Berikut kisi-kisi dari instrument dalam penelitian ini tersaji dalam tabel 3.2
27
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner Sikap Remaja Putri dalam menghadapi
Premenstrual syndrome.
Variabel Indikator No. Soal
Jumlah Favourable Unfavourable
Sikap remaja
putri dalam
menghadapi
premenstrual
syndrome.
1. Komponen
Kognitif
(Kepercayaan)
1,5,15,19 17,20 6
2. Komponen
Afektif
(Emosional)
10,11,18,21,23,26,30,
33,35,37,40
31,34,38 14
3. Komponen
Konatif
(Perilaku)
4,8,13,22,24,28,29,36,
39
25,27,32 12
Total soal 32
Sumber : Data Primer
Menurut Wawan dan Dewi (2011), pernyataan berupa favourable dan
unfavourable. adapun pemberian skor untuk pernyataan favourable dan
unfavourable berdasar pada skala linkert tersaji dalam tabel 3.3
Tabel 3.3 Pemberian Skor Kuesioner Sikap Remaja Putri Dalam
Menghadapi Premenstrual Syndrome.
Pernyataan Favourable Unfavourable
Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak setuju (TS) 2 3
Sangat tidak setuju (STS) 1 4
Sumber : Wawan dan Dewi (2011)
Sebelum kuesioner dipakai untuk penelitian, sebelumnya akan dilakukan
uji validitas dan reliabilitas pada 30 siswi kelas VII di SMP Negeri 1
Kradenan Grobogan.
28
1. Uji Validitas
Menurut Riwidikdo (2013), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin
diukur. Uji validitas ini untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut
valid, valid artinya ketepatan mengukur, atau alat ukur tersebut tepat
untuk mengukur sebuah variabel yang akan diukur. Uji validitas dapat
menggunakan rumus pearson product moment yaitu :
Keterangan :
n : Banyaknya responden keseluruhan
rix : Koefisien korelasi product moment
X : Skor responden pada skala sikap
i : Skor responden pada pertanyaan tertentu
Pada penelitian ini menggunakan penghitungan komputer dengan
bantuan SPSS. Menurut Riwidikdo (2013), instrumen dikatakan valid
jika nilai r hitung > r tabel dengan taraf signifikan 5% (0,05). Uji
validitas telah dilakukan di SMP Negeri 1 Keradenan Grobogan pada 30
siswi. Dari 40 pertanyaan didapatkan hasil 8 soal tidak valid yaitu soal
nomor 2,3,6,7,9,12,14,16, karena rhitung < rtabel (0,361) dengan taraf
signifikan 5% (0,05). Dengan adanya soal yang tidak valid tersebut
29
peneliti menghilangkan 8 soal, karena sudah terdapat pernyataan yang
mewakili setiap indikator, sehingga soal yang digunakan peneliti
sejumlah 32 butir soal.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Riwidikdo (2013), uji reliabilitas adalah alat ukur yang
mempunyai prinsip keajegan, dimana dipakai pada waktu dan tempat
yang berbeda mempunyai kemampuan mengukur yang sama. Untuk
menguji reliabilitas menggunakan formula Alpha dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
: koefisien reliabilitas Alpha
K : Banyaknya pertanyaan
: Varian skor belahan
: Varians skor total
Menurut Riwidikdo (2013), dengan bantuan komputer SPSS for windows
16. Kuesioner atau angket dikatakan reliable jika memiliki nilai alpha
minimal 0,7.
30
Dari hasil uji reliabilitas yang telah peneliti lakukan didapatkan nilai
alpha 0,858 yang berarti 0,858 > 0,7. Jadi kuesioner ini dapat dikatakan
reliabel untuk dijadikan sebagai instrument penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2007), teknik pengumpulan data merupakan cara
peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian.
Menurut Arikunto (2010), data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang
berupa fakta maupun angka. Cara pengumpulan data dilakukan pada
penelitian ini yaitu dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan
dan membagikan kuesioner kepada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 2
Surakarta kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden
disuruh mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu
juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dariBerikut ini adalah metode
untuk memperoleh data berdasarkan Riwidikdo (2013) yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh
peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari
pernyataan yang disediakan melalui kuesioner. Data primer pada
penelitian ini di dapatkan dari kuesioner yang langsung diisi oleh
responden.
31
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek peneliti. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dapat
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara
komersial maupun non komersial. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari bantuan para guru BK SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
yang berupa jumlah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta,
dan dan data kepustakaan tentang sikap, remaja dan premenstrual
syndrome tahun 2003-2013.
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2007), dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
a. Editing (penyuntingan data)
Hasil angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
kuesioner tersebut. Pada penelitian ini peneliti melakukan editing
dilapangan, semua data kuesioner dari responden terisi dengan
lengkap.
32
b. Coding (membuat lembaran kode)
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan. Kode yang dipakai adalah angka yaitu 1, 2,
3, 4 untuk pernyataan positif (favorable) bila jawaban sangat tidak
setuju (STS) nilai 1, tidak setuju (TS) nilai 2, setuju (S) nilai 3 dan
sangat setuju (SS) nilai 4, sedangkan untuk pertanyaan negatif
(unfavorable) bila jawaban sangat setuju (SS) nilai 1, setuju (S) nilai
2, tidak setuju (TS) nilai 3 dan sangat tidak setuju (STS) nilai 4. Pada
penelitian ini peneliti melakukan coding dilapangan, semua data
kuesioner dari responden terisi dengan lengkap.
c. Data entry (memasukkan data)
Data entry yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode
atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pernyataan.
Setelah dilakukan penelitian, peneliti memasukkan jawaban dari
semua kuesioner yang telah diisi dengan lengkap oleh responden,
kemudian dihitung peneliti dengan bantuan computer SPSS.
d. Cleaning (pembersihan data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, kemudian dilakukan
pembetulan. Pada penelitian ini, peneliti langsung mengecek atau
meneliti kuesioner ditempat tersebut jika ada kesalahan kode atau
ketidak lengkapan dalam mengisi
33
2. Analisis data
Menurut Notoatmodjo (2012), ada 3 jenis analisis data yaitu
univariate, bevariate dan multivariate. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis univariate, yaitu pengolahan hasil data yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
univariate, yaitu distribusi sikap remaja putri kelas VII di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta dalam menghadapi premenstrual syndrome
dengan menggunakan bantuan SPSS for windows.
Menurut Azwar (2013), untuk membuat 2 kategori sikap positif dan
negatif maka menggunakan parameter :
1. Positif, bila skor T responden > nilai rata-rata
2. Negatif, bila skor T responden < nilai rata-rata
Menurut Azwar (2013), untuk mengetahui skor T dengan rumus
sebagai berikut :
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah
menjadi skor T
= mean skor kelompok
S = deviasi standar skor kelompok
34
Menurut Azwar (2013), untuk mengetahui nilai mean dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
X = nilai rata-rata
= jumlah nilai
f = banyaknya nilai
I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian merupakan hal yang
sangat penting dalam penelitian dalam penelitian, mengingat penelitian
berhubungan langsung dengan masalah manusia, maka segi etika penelitian
harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhtikan antara lain :
1. Inform consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian tersebut dilakukan. Tujuan informed
consent adalah subjek mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui
dampakya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
35
lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
J. Jadwal Penelitian
Menurut Hidayat (2007), jadwal penelitian merupakan jadwal yang
akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya.
Jadwal penelitian terlampir.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta yang
terletak di Jl. Kerinci Kadipiro Surakarta. SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
ini terbagi menjadi 3 tingkat yaitu kelas VII, VIII, IX. Jumlah siswa kelas VII
sebanyak 189 siswa yang terdiri dari 117 siswa dan 72 siswi, kelas VIII
sebanyak 176 siswa yang terdiri dari 111 siswa dan 65 siswi, kelas IX
sebanyak 192 siswa yang terdiri dari 121 siswa dan 71 siswi. Jadi jumlah
seluruh siswa SMP Muhammadiyah 2 Surakarta tahun ajaran 2014/2015
sebanyak 498 siswa.
B. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta sebanyak 72 siswi. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai mean dan standar deviasi sperti tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Satandar Deviasi
Sikap remaja putri kelas VII
dalam menghadapi
premenstrual syndrome di
SMP Muhammadiyah 2
Surakarta
76,1 1,2
36
37
Dari nilai mean dan standar deviasi tersebut kemudian dihitung kategori sikap
responden, yaitu :
1. Positif : bila skor T > 76,1
2. Negatif : bila skor T < 76,1
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
pada tanggal 20 April 2015 diperoleh distribusi frekuensi pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Sikap Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome Pada Remaja
Putri Kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta
No Sikap Jumlah Prosentase
1 Positif 11 32,4%
2 Negatif 23 67,6%
Jumlah 34 100%
Sumber : Data Primer
Tabel di atas menunjukkan sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome
pada remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta yaitu pada
kategori positif sebanyak 11 siswi (32,4%), dan negatif sebanyak 23 siswi
(67,6%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam menghadapi
premenstrual syndrome pada remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah
2 Surakarta mayoritas pada kategori negatif yaitu 23 siswi (67,6%).
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada
remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dapat
38
dikategorikan dalam kategori positif sebanyak 11 siswi (32,4%) dan negatif
sebanyak 23 siswi (67,6%)
Menurut Wawan dan Dewi (2011), sikap adalah merupakan reaksi atau
respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk
bertindak sesuai objek yang dihadapi. Sikap positif kecendrungan tindakan
adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif
terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, serta tidak
menyukai objek tertentu.
Berdasarkan Suparman (2011), sekitar 80-90% wanita pada usia
reproduksi mengalami gejala-gejala premenstrual syndrome dapat
mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat
diperkirakan dan biasa terjadi secara regular pada dua minggu sebelum
menstruasi . gejala ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi namun
dapat pula berlanjut setelahnya.
Menurut Agustina (2010), keluhan-keluhan premenstrual syndrome
terdiri dari gangguan perilaku seperti mudah lelah, insomnia (susah tidur),
makan yang berlebihan, dan perubahan gairah seksual. Gangguan psikologi
meliputi, mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih, cengeng,
cemas, susah konsentrasi dan merasa kesepian. Gangguan fisik berupa sakit
kepala, payudara bengkak, nyeri punggung, nyeri perut dan terasa penuh,
nyeri otot dan persendian. Berdasarkan Suparman (2011), ada banyak faktor
yang diduga menjadi penyebab timbulnya premenstrual syndrome antara lain
39
dikarenakan kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon
estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi. Sedangkan menurut Saryono
dkk (2009), premenstrual syndrome semakin berat setelah melahirkan anak,
terutama hamil dengan komplikasi, wanita yang sudah menikah,
bertambahnya usia, faktor stress, faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula
dan makanan olahan, kekurangan zat-zat gizi, kurang berolahraga dan
aktifitas fisik.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam
menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri kelas VII di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta terbanyak pada kategori negatif yaitu 23 siswi
(67,6%). Menurut Wawan dkk (2011), sikap dipengaruhi oleh kurangnya
pengalaman pribadi,pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, faktor emosional.
Dari faktor-faktor yang berperan mempengaruhi sikap seperti,
pengalaman pribadi dapat membentuk sikap seseorang bisa menjadi positif
atau negatif, dimana semakin banyak pengalaman pribadi mengenai
premenstrual syndrome cenderung akan membentuk sikap yang baik. Orang
yang dianggap penting juga sangat mempengaruhi pembentukan sikap seperti
keberadaan orang tua, kakak perempuan dan guru yang dapat memberikan
pengarahan, akan cenderung membentuk sikap yang baik. Kebudayaan yang
kurang baik di suatu daerah akan cenderung membentuk sikap yang kurang
baik juga. Media massa pun dapat mempengaruhi terbentuknya sikap,
semakin banyak seseorang memperoleh informasi dari internet, koran,
40
televisi, radio dan lain-lain akan cenderung membentuk sikap yang baik.
Lembaga pendidikan yang banyak memberikan pendidikan tentang
premenstrual syndrome akan mempengaruhi sikap yang baik. Serta faktor
emosi dapat mempengaruhi terbentuknya sikap, apabila seseorang dapat
mengendalikan emosinya mereka cenderung membentuk sikap yang baik.
Ada beberapa perbedaan pada hasil penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya dimana Devi Ferryani Yuliana (2014), menyebutkan dalam
penalitiannya yang berjudu “ Tingkat pengetahuan siswi kelas VII tentang
premenstrual syndrome (PMS) Di MTs Negeri 1 Sumberlawang Sragen”,
bahwa 11,1% pada kategori baik, 72,2% pada kategori cukup, dan 16,7%
pada kategori kurang.
Dari penelitian Siti Hajar Binti Ramli (2010), dengan judul ”Tingkat
pengetahuan siswi SMA Negeri 6 Medan Tentang sindroma premenstruasi
(PMS)”, dengan hasil kategori baik (18,1%), kategori cukup (64,8%), dan
kategori kurang (17,1%).
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
dengan mayoritas berpengetahuan cukup ataupun negatif disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu pengalaman, pengaruh orang lain, kebudayaan, media
massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosional. Sehingga
sangat diperlukan tenaga kesehatan untuk memberi pemahaman dan
informasi lebih baik tentang premenstrual syndrome
41
D. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :
1. Kendala
Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar
sehingga harus mencari waktu di luar kegiatan pembelajaran.
2. Kelemahan
a. Penelitian ini menggunakan satu variabel saja yaitu sikap, sehingga
hasil penelitian ini terbatas pada sikap saja.
b. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup sehingga
responden tidak dapat menjabarkan alasan dari jawabannya dan hanya
terpaku pada jawaban yang ada.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan, oleh peneliti di SMP Muhammadiyah 2
Surakarta didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri kelas
VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dalam kategori positif sebanyak
11 siswi (32,4%).
2. Sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri kelas
VII di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta dalam kategori negatif sebanyak
23 siswi (67,6%).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri kelas VII
di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta tertinggi adalah kategori negatif 23 siswi
(67,6%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap dalam menghadapi
premenstrual syndrome pada remaja putri kelas VII di SMP Muhammadiyah
2 Surakarta maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Bagi responden
Diharapkan siswi lebih memperluas pengetahuan tentang premenstrual
syndrome dengan cara mencari informasi yang lebih banyak melalui
media elektronik, media cetak maupun internet.
42
43
1. Bagi ininstitusi
a. Bagi smp muhammadiyah 2 surakarta
Diharapkan membentuk program pendidikan kesehatan tentang
premenstrual syndrome atau dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan untuk melakukan penyuluhan khususnya tentang
bagaimana menghadapi premenstrual syndrome.
b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta
Diharapkan menambah sumber bacaan dan referensi terbaru
terutama tentang premenstrual syndrome yang dapat dijadikan
referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga dapat meningkatkan
kualitas pendidikan.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih
mendalam dengan menamah variabel lain yang
mmempengaruhinya.
44
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, A. 2013. Panduan Kesehatan Wanita, Solo : Ass-Salam Group.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuratif Dan Kuantitatif. Jakarta
: Rajagrafindo Persada.
Essel, E. 2007. Premenstrual Syndrome Is Real?. http://www.gsu.edu/. Diakses
Pada 9 November 2014.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
_________. 2014. Metode Penelitian Kebidana Dan Teknik Analisis Data. Jakarta
: Salemba Medika.
Kumalasari, I Dan Iwan, A. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba
Medika.
Mansur, H Dan Temu, B. 2014. Psikologi Ibu Dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Marni. 2014. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Monica. 2010. Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Siswi Kelas X
SMA I Bae Kudus Tentang PMS Sebelum Penyuluhan. Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang. Karya Tulis Ilmiah.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Proverawati, A Dan Misaroh, S. 2009. Menarche. Yogyakarta : Nuha Medika.
45
Ramli, S. 2010. Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Negeri 6 Medan Tentang
Sindroma Premenstruasi (PMS). Medan. Universitas Sumatera Utara.
Karya Tulis Ilmiah.
Riyanto, A. 2013. Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Riwidikdo, H. 2013. Statitik Kesehatan Dengan Aplikasi Program SPSS Dalam
Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rohima Press.
Saryono Dan Waluyo, S. 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sarwono, S. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Wawan, A Dan Dewi, M. 2011. Teori Pengukuran Dan Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Widyastuti, Yani Dkk. 2009. Kesehatan Treproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Wikipedia. 2013. http//id.wikipedia.org/wiki/sindrom_prahaid/. Diakses 11
November 2013.
Yuliana, D. 2014. Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas VII Tentang Premenstrual
Syndrome (PMS) Di MTs Negeri 1 Sumberlawang Sragen. Surakarta.
Stikes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Recommended