View
237
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
SISTEM PERTANIAN
PADA BENTANG LAHAN
PTI4208 Pertanian Berlanjut
Bab 10. CONTOH PERTANIAN BERLANJUT
Oleh : Sri Karindah dan Medha Baskara
Tujuan Instruksional
Membahas contoh pertanian berlanjut yang
memanfaatkan biodiversitas tanaman pertanian
Membahas interaksi biodiversitas tanaman pertanian
dengan biodiversitas flora-fauna asal hutan
Outline
1. Biodiversitas tanaman pertanian
2. Biodiversitas flora-fauna hutan
3. Biodiversitas flora-fauna di lahan pertanian
4. Interaksi biodiversitas pertanian dan biodiversitas
hutan tropis
5. Contoh sistem pertanian berlanjut yang
memanfaatkan interaksi biodiversitas pertanian
dan hutan.
Karakteristik Hutan Tropis
Rata-rata temperatur di bulan (terdingin) >18ºC
Curah hujan >2000 mm, musim kering < 4 bulan
Tanaman Deciduous < 15%
Ketinggian kanopi pohon tertutup > 25m
Elevasi < 1000 m
Tipe Hutan berdasarkan Jumlah Curah Hujan
800-2000mm : Closed canopy forest forms
2000-4000mm : Semi-evergreen & Evergreen
4000-8000mm : Wet rainforest
>8000 : Pluvial Forest
Sebaran Hutan Tropis
NEOTROPICAL (4 juta km2)Trans Pegunungan Andes, Pesisir Venezuela, Amazon, dan
Atlantik
MELASIA (2.5 juta km2)Asia tenggara hingga Australia utara, Western Ghats &
Srilanka. Terdapat perbedaan Biogeografi antara Zona Asia
& Zona Papua-Australia
AFRIKA (1.8 juta km2)Cekungan Kongo, dan Area Barat ke Tengah Afrika,
Madagaskar
Biodiversitas di Hutan Tropis
Terdapat 1.4 juta organisme, 400.000 diantaranya kumbang,
meliputi 40% semua Arthropods
Keragaman Katak di Kalimantan ± 140 spesies
Keragaman burung di Indonesia berjumlah ± 1.599 dengan
± 353 jenis burung endemik (Indonesia nomor 4 di Dunia, )
Jumlah taxa (Famili) lebih tinggi dibanding hutan temperate
Jumlah spesies dalam famili juga lebih besar
Beberapa famili Lebah dan Parasitoid lebih rendah di tropis
Perbandingan wilayah :
Keragaman Fauna Neotropics>Afrika>Asia
Keragaman Flora Neotropics>Asia>Afrika
Mengapa Biodiversitas Hutan penting?
Ecosystem services
Re-newable resources
Potential cultivation (new crops) or
Improved cultivation (genetic diversity)
Bio-prospecting
Cultural importance :
How much species worth?
Mengapa Biodiversitas Hutan penting?
“ Biodiversitas merupakan harta karun
penting khususnya tidak hanya bagi
sumber adaptasi, tapi juga sumber
mitigasi terhadap perubahan
lingkungan global " Eduardo Rojas (Asisten Direktur Jenderal FAO)
Pengelolaan Biodiversitas Hutan
Sustainable Management
Reso
urce
Time
Timber production
Water
Community Values
Carbon
Biodiversity
Pengelolaan Biodiversitas Hutan
Uniform Management Specialised Management
Taman Nasional
Taman Hutan raya dll
Pengelolaan biodiversitas
hutan bambu di TN, dll
Biologi Reproduksi Pohon Hutan
Reproduksi sangat penting dalam
pemeliharaan populasi
Reproduksi seksual mendorong variasi
genetik kombinasi berbeda, saling
silang dan mutasi
Strategi dalam menghadapi variasi
kondisi lingkungan
Kunci evolusi oleh seleksi alam
ADULT PLANT
SEEDLING
SAPLING SEED
establishment
germination
dispersal
pollination
growth
survival
growth
survival
sexual
asexual
apomixis
self pollination
Harrison, 2010
Interaksi Biodiversitas Hutan-Pertanian
Penyediaan sumber air/hidrologi dan
siklus hara
Polinasi/penyerbukan tanaman pertanian
oleh fauna hutan
Penyebaran biji (secara biotik & abiotik)
Pengendalian hama dan penyakit
Penunjang kehidupan musuh alami dalam
Bagaimana Fauna hutan mencari
buah/bunga untuk dimakan/dihisap?
Deteksi lokasi dengan indra
Menggunakan inspeksi/pemeriksaan
wilayah serta pemilahan berdasar
pengalaman (mis. saat memilih buah untuk
dimakan)
Tanpa menggunakan memori (bersifat
simple) saat menelan dan mencerna buah
atau nectar bunga
Sumber: Corlett, 2010
(Yumoto. 2000).
Sumber: Corlett, 2010
Pollination (Penyerbukan)
Penyerbukan, merupakan jasa lingkunganyang sangat penting untuk produksi tanaman
Berhubungan langsung dengan habitat alamidianggap ‘selayaknya’ ada di alam (free service) dan tersedia setiap saat
free public good
Dapat terus dilakukan fauna hutan (burung, serangga, mamalia, dll) selama dalamjangkauan homerange habitat.
Penyerbukan Bunga Tumbuhan
POLLEN VECTOR ANGIOSPERMS POLLINATED
Wind 8.3 % .
Water 0.6 % .
Bees 16.6 % .
Hymenoptera 18.0 % .
Butterflies/Moths 8.0 % .
Flies 5.9 % .
Beetles 88.3 % .
Thrips 0.2 % .
Birds 0.4 % .
Bats 0.07 % .Buchmann & Nabhan, 1996 dalam Harrison, 2010
Fauna Hutan mendeteksi buah/bunga
Bervariasi antar famili hewan, diantaranya :
Penyerbukan berdasar Polinator
Penyerbukan berdasar Polinator
Budidaya Buah Durian
Penyerbukan Buah Durian
Dua faktor yang paling mempengaruhi yaitu pollinator
(Yumoto. 2000 dan Bumrungsri et al. 2009) dan waktu
penyerbukannya (Honso et al. 2004).
Waktu efektif penyerbukan bunga durian berlangsung dalam
periode antara 6 jam sebelum hingga 12 jam setelah mekar
dikenal dengan Efective Pollination Period (EPP).
EPP dipengaruhi oleh tiga parameter reproduksi pohon, yaitu
tingkat penerimaan putik, pergerakan buluh serbuk sari, dan
umur bakal buah (ovule).
Pollinator : Kelelawar buah/Eonycteris spelacea (Bumrungsri et
al. 2009), Burung pemakan serangga /nectariniidae dan
lebah madu raksasa (Yumoto. 2000).
Penyerbukan Buah Durian
Tiap varietas durian memiliki karakter bunga dan serbuk sari
berbeda, yang menyebabkan variasi pada jenis pollinator dan
tingkat keberhasilan penyerbukan.
Kelelawar merupakan agen penyerbuk paling efektif,
kedatangannya bersifat sporadis yg tertarik pada tumbuhan
durian yg berbunga secara serentak (Bumrungsri et al. 2008).
Jenis-jenis durian yang penyerbukannya dibantu burung
(ornithophily) memiliki karakter warna yang menarik, aroma tidak
terlalu kuat, dasar bunga dalam, dan waktu mekar di siang hari.
Penyerbukan bunga durian oleh serangga adalah bunga yang
berwarna kekrem-kreman/cenderung putih, aroma yang kuat,
dan bidang bunga yang lebar atau dasar bunga yang dangkal.
(Yumoto. 2000).
Sumber: Yumoto. 2000
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
Caisin merupakan tanaman sayuran penting di Indonesia danAsia. Daun bertangkai, bentuk oval, warna hijau mengkilap.
Penelitian dilakukan di pinggir hutan & jauh dari hutan
Serangga penyerbuk pertanaman caisin didominasi olehHymenoptera (10 spesies). Serangga penyerbuk dari ordoDiptera (2 spesies), Coleoptera (1 spesies), dan Lepidoptera (6
spesies) ditemukan dengan kelimpahan rendah.
Lebah Apis cerana, Ceratina sp., dan A. dorsata (Apidae: Hymenoptera) memiliki kelimpahan tinggi, masing-masing43.11, 36.98, dan 8.36%, spesies lainnya dengan kelimpahankurang dari 3%.
Sumber: Tri Atmowidi, 2008
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
Sumber: Tri Atmowidi, 2008
Sumber: Tri Atmowidi, 2008
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
Keanekaragaman pollinator serangga ditemukan tinggi dipagi hari (pukul 08.30-10.30), yang berkaitan dengantingginya sumberdaya (bunga, serbuksari, & nektar).
Faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban udara, danintensitas cahaya berpengaruh terhadap keaneka-ragamanserangga penyerbuk.
Pada pertanaman caisin dipinggir HUTAN, dimana seranggaberperan dlm penyerbukan, terjadi peningkatan jumlah biji per polong, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan perkecambahan biji.
Kelimpahan individu serangga penyerbuk berpengaruh positifterhadap jumlah biji yang dihasilkan
(sumber: Tri Atmowidi, 2008)
Budidaya Sayuran Brassica rapa (caisin)
Budidaya Kelapa Sawit
(Oil Palm)
Foto: Kurniatun Hairiah
Elaeidobius kamerunicus
Kelapa sawit native dari Afrika Barat tanam di Asia untuk memenuhi
kebutuhan……TETAPI…produksi rendah!
Manual pollination .. tidak efisien dan terlalu mahal
Dikembang biakkan pollinator native dari kamerun
Budidaya Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit selama ini dikenal bertentangandengan biodiversitas lingkungan terutama bila dibandingkandengan bentuk hutan sebelumnya.
Namun dengan menambah biodiversitas di lapisanunderstory perkebunan kelapa sawit, memberikan kontribusiuntuk memelihara beberapa keanekaragaman hayati(Aratrakorn et al 2006.)
Manipulasi eksperimental dari pengembangan lapisanunderstory menunjukkan mempunyai manfaat yang signifikanbagi burung mirip perkebunan lainnya (karet, kopi & kakao)
Emergent adalah lapisan hutan di atas 40
meter yang terdiri dari pohon raksasa.
Contohnya adalah pohon Redwood. Pohon ini
dapat mencapai tinggi hingga 120 meter.
Namun hanya sedikit pohon Emergent.
Kanopi adalah lapisan hutan yang terletak di
ketinggian 40 meter ke bawah. Contoh
tumbuhan di sini adalah Durian. Di sini banyak
terdapat hewan seperti Monyet dan
sebagainya. Lapisan ini adalah lapisan yang
paling banyak mendapat cahaya.
Understorey adalah bagian yang meliputi
tumbuhan rambat, pakis, dan sebagainya.
Contohnya adalah Sirih, Paku, dan
sebagainya. Di sini banyak terdapat kadal
dan ular.
Dasar hutan adalah lapisan meliputi rumput
dan semak. Dasar hutan hanya mendapat 1-
2% cahaya mata hari. Di sini banyak
terdapat hewan pemburu, rumput, dll
Budidaya Kelapa Sawit
Understory bisa menyediakan sumber makanan, tempatberlindung dan berkembang biak bagi burung dan spesies lain sehingga keanekaragaman hayati terjadi
Kelimpahan Burung dan musuh alami dapat digunakan untukmengurangi kelimpahan serangga herbivora, sehingga burungpemakan serangga dapat memberikan kontribusi terhadappengendalian hama alami, memperkuat pembenaran untukmelestarikan keanekaragaman hayati dalam lanskap pertanian(Koh 2008b).
Selanjutnya, perkebunan kelapa sawit dengan peningkatanunderstory bahkan dapat berfungsi sebagai koridor antaraekosistem alam
(Na´jera & Simonetti, 2010)
Biodiversitas pada kebun kelapa sawit
ditingkatkan dengan pengelolaan vegetasi di
antara / di bawah kelapa sawit (understorey),
jumlah burung pemakan serangga lebih banyak
daripada di lahan kelapasawit yang di
sekelilingnya dibersihkan dari tb2-an (Without
understorey)
Budidaya Kopi Multistrata
Hutan
Burung cabai
(Dicaeum
chysorrheum)
Cabai jawa
(Dicaeum
trochileum)
Pentis pelangi
(Prionochilus
percussus)Burung cabai
(Prionochilus
maculatus)Sikatan
ninon
(Eumyias
indigo)
Takur tutut
(Megalaima
rafflesii)
Cica kopi
melayu
(Pomatorhinus
montanus)
Rangkong
(Buceros
bicornis)
Cica daun
sayap biru
(Chloropsis
conchinchin
ensis)
Punai
gading
(Treron
verans)
Delimukan
(Chalcophap
s indica)
Kadalan
birah
(Phaenic
ophaeus
curvirostri
s)
Sempur hujan
darat
(Eurylaimus
ochromalus)
Burung api
(Ceyx
erithacus)
Kehicap
ranting
(Hypothymis
azurea)
Burung madu
(Aethopyga
temminckii)
Burung tikus
(Rhinomyias
olivacea)
Sriguntin
g
(Dicrurus
sp.)
Caladi ulam
(Dendrocop
us macei)
Peladuk
(Malalcoci
ncla sp.)
Burung madu
belukar
(Anthreptes
singalensis)
Peladuk
(Trichastoma
bicolor)
Rangkong
(Aceros
undulatus)
Kutilang
jenggot
(Alophoixu
s bres)
(Aloph
oixus
ochrac
eus)
Burung
madu
(Anthreptes
simplex)
(Calyptome
na viridis)
(Ixos
malacc
ensis)
(Hypsi
petes
flavala
)(Phaenic
ophaeus
diardi)
Pelatuk
(Picus
canus)
Peladuk
(Stachyris
nigriceps)
Peladuk
(Stachyris
striolata)
Murai
(Trichixos
yrrhopygus)
Kirik-
kirik
(Merop
s sp.)
Burung madu rimba
(Hypogramma
hypogrammicum)
Kepodang
kuduk hitam
(Oriolus
chinensis)
Kepodang
ungu kecil
(Coracina
fimbriata)
Sikatan hijau
laut
(Eumyias
thalassina)
Burung hantu
(Bubo
sumatrensis
Pelatuk
merah
(Picus
miniaceus)
Caladi
tikus
(Sasia
abnormis)
Jingjing
bukit
(Hemipus
picatus)
Perenjak
sayap garis)
(Prinia
familiaris)
Sepah hutan
(Pericrotus
flammeus)
Kedasih
hitam
(Surniculus
lugubris)
Burung madu
(Anthreptes simplex)
Kopi campuran
Puyuh batu
(Coturnix
chinensis)
Perenjak
gunung
(Prinia
atrogularis)
Perenjak
rawa
(Prinia
flaviventris
)Kutilang
(Pycnonotus
aurigaster)
Layang-
layang
rumah
(Delichon
dasypus)
Perenjak
belalang
lurik
(Locustella
lanceolata)
Kekep babi
(Artamus
leucorynchus)
Alang-alang: Imperata grassland
Budidaya Kopi
Praktek budidaya kopi multistrata memiliki fungsi lindung bagi daerah aliran sungai & secara finansial berkelanjutan (Sumberjaya, Lampung, Budidarsono & Wijaya, 2003).
Vandermeer (2002) menyatakan bahwa biodiversitaskopi multistrata dapat menyerupai hutan alami untukbeberapa famili terutama burung.
Perkebunan kopi multistrata juga dapat menunjangpengurangan erosi kawasan (Perfecto et al., 1996; Moguel
and Toledo, 1999), dan penyerapan (sequestrasi) karbon(Fournier, 1995; Miirquez-Barrientos, 1997; DeJong et al., 1995, 1997)
(Budidarsono & Wijaya, 2003)
Budidaya Kopi
Biodiversitas burung tinggi karena pertanian kopi
multistrata mampu berfungsi sebagai habitat seperti
hutan alami. Makanan burung adalah hama tanaman
kopi sehingga burung berfungsi sebagai pengendali
hama tanaman alami.
Vandermeer (2002) juga menyatakan bahwa perkebun
an kopi di Meksiko mampu berfungsi sebagai tempat
singgah bagi burung migrasi dengan densitas melebihi
hutan alami.
Ngadirejo, Poncokusumo,
Kelimpahan biodiversitas
invertebrata mendukung
secara langsung pengurangan
populasi hama
Kelimpahan biodiversitas
tumbuh-tumbuhan mendukung
secara langsung kelimpahan
biodiversitas invertebrata
Kelimpahan
hama lebih
rendah pada
lahan pertanian
yang
biodiversitasnya
lebih tinggi
Rerata populasi predator
(Metioche vittaticollis,
Anaxipha longipennis dan
Paederus spp.) lebih tinggi
di pertanaman padi yang
tidak disiang bersih
gulmanya (Monochoria
vaginalis, Limnocharis,
Fimbristylis, Cyperus iria)
dibandingkan pada
pertanaman padi
konvensional
rainy season 2004-2005
0
1
2
3
4
5
2WAT 4WAT 6WAT 8WAT 10WAT 12WAT 14WAT 16WAT
(Weeks After Planting)
Num
ber
of M
etioche p
er
10
hills
selectiv e
weedingweed strip
f armer
dry season 2005
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
2WAT 4WAT 6WAT 8WAT 10WAT 12WAT 14WAT 16WAT
(Weeks After Transplanting)
Num
ber
Metioche p
er
10
hills
selectiv e
weedingweed strip
f armer
dry season 2005
0
5
10
15
20
25
30
2WAT 4WAT 6WAT 8WAT 10WAT 12WAT 14WAT 16WAT
(Weeks After Transplanting)
Num
ber
of P
aederu
s s
pp.
selectiv e weeding
weed strip
f armer
dry season 2005
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
2WAT 4WAT 6WAT 8WAT 10WAT 12WAT 14WAT 16WAT
(Weeks After Transplanting)
Nu
mb
er
of
An
axip
ha
pe
r 1
0
hill
s
selectiv e
weedingweed strip
f armer
Fungsi Tumbuhan Liar Bagi Kehidupan Heksapoda
Predator dan Parasitoid
Inang alternatif bagi mangsa atau inang
Sumber pakan tambahan: nektar dan polen
Tempat berlindung (shelter)
Tempat bertelur (oviposisi)
“GULMA” sebagai SHELTER
Rice seedling
Rice
P.conjugatum
P.repens
M.vaginalis
L.flava
L.chinensis
F.miliaris
E.tenella
E.indica
E. colonum
D. ciliaris
Cynodon sp.
C.rotundus
C.iria
C.dactylon
20
10
0
Plants
No. Eggs
Jumlah telur Metioche vittaticollis(predator) yang diletakkan masing-masing pada bibit padi, padi umur 1 bulan setelah transplanting dan 14 species gulma pada uji pilih peletakan telur secara bebas
Beberapa predator membutuhkan tempat spesifik untukberkembang biak
Telur yang
disisipkan pada
batang tumbuhan
Source: http://benton-franklin.wsu.edu/agriculture/Farmscaping.html
FARMSCAPING
FARMSCAPING
"Farmscaping" adalah suatu pendekatan
holistik pengendalian hama dan penyakit
tanaman pada suatu lahan pertanian yang
fokus pada peningkatan biodiversitas untuk
mempertahankan populasi serangga
berguna, burung, kelelawar, dan kehidupan
liar lainnya sebagai bagian dari progam
pengelolaan ekologi hama dan penyakit
tanaman
FARMSCAPING
Farmscaping perlu memperlakukan
“beneficial wildlife” sebagai "minature
livestock" yang perlu dipelihara seperti
memelihara ternak sapi, kambing, ayam dan
lain-lain.
Farmscaper perlu belajar dan mengamati
jenis tumbuhan yang sesuai untuk tanaman
pinggir, cover crop, “flower beds” yang
berhubungan “beneficial wildlife”.
Keuntungan Farmscaping
Farmscaping menurunkan kebutuhan pestisida,
menurunkan biaya dan mengurangi paparan bahan
kimia pada petani dan konsumen.
Farmscaping sederhana dan murah untuk
diimplementasikan.
Farmscaping menambah keindahan lansekap.
Farmscaping juga dapat menambah pendapatan
sampingan untuk petani, seperti ternak lebah, bunga
potong dan fish farming.
Kekurangan Farmscaping
Farmscaping memerlukan pengamatan dan
manajemen lebih dibandingkan cara konvensional
untuk mendapatkan keuntungan maksimum.
Karena farmscaping lebih tergantung pada siklus
alami, sehingga keefektifannya tidak akan sama dari
musim ke musim
Kurniatun Hairiah
Pentingnya diversitas tanaman bagi kehidupan
biota
Crop diversity & its rotation,
Organic Resource Quality
Soil Tillage, fertilization
Sustainable Agro-ecosystems
CLIMATE MANAGEMENT
Soil Fauna Soil Structure
Water cycleC and N cycle
N Use Efficiency Water Use Efficiency
C sequestration
Drivers
Factors
Processes
Services
(Brussard et al.,
2006)
Su
pp
lyE
ficie
ncy U
se
No Fungsi Biologi Grup fungsional
1 Siklus hara, mineralisasi/
immobilisasi
Mikro & makro organisma tanah
• Fiksasi N
• Serapan P
Pemfiksasi N ~ bebas, simbiosis
dengan akar legume
2 Dekomposisi Mikroorganisma
3 Bioturbasi Akar tanaman, Ecosystem engineer
• Agregasi tanah Akar, mikoriza, meso & makro- fauna
tanah
• Redistribusi BO Akar, mikoriza, makrofauna tanah
4 Pengendali hama Predator, parasit, pathogen
Fungsi Biota Utama
Nematoda
MIKROPREDATOR
Bacterivores Fungifores Plant parasities
omnivores predatorsIIII
N-fixersMycorrhiza
MIKROSYMBION
Inang spesifik
IIIketersediaan hara
III
BacteriaProtistsFungi
“Dekomposer” sbg.
BIOMASA MIKROBIAIVIV
Cacing tnh*“Ecosystem Engineers”
* Dekomposers
* Macropredators
MAKROFAUNA
EpigeicAnecicEndogeic
I
Rayap
(Big
ne
l e
t a
l., 2
00
0)
Pencampuran Tanah Secara Biologi
(bioturbasi)
Rayap
Semut
Cacing tanahAKAR
Penggali Tanah
CONTOH KASUSDari Sumberjaya, Lampung Barat
Fungsi Biodiversitas Tanah (Dewi et al, 2005)
Earthworms sampling
SOIL MONOLITH
No Species Func Orig HA HT AF KM TP HR AL
1. Megascolecidae sp./Morphospesies 1
End N
2. Metaphire javanica grup/Morphospesies 2
Epi N
3. Metaphire 1/Perionyx excavatus
Epi N
4. Metaphire 2/Amynthas gracilis
Epi N
5. Ocnerodriidae: Malabariinae sp. /Morphospesies 3
End E
6. Nematogenia panamaensis/Morphospesies 4
End E
7. Ocnerodrilus occidentalis/ M4
End E
8. Dichogaster saliens/Morphospesies 5
End E
9. Gordiudrilus elegan/ Dichogaster bolaui
End E
10. Pontoscolex corethrurus /aff. Pontoscolex corethrurus 1
End E
Jumlah 3 5 6 6 3 4 1
Earthworm DIVERSITY (Taxonomi, Functional Group)
4 species
disappeared
Common Species
Tolerable
Macropore = 0.78 Roots – 15.6 B/Pnon-Pontoscolex +
5.02 Litter thickness (R2 = 0.98**)
Managing Crop Diversity is the key factor
for maintaining Soil macropore
Stepwise regression analysis
Variable T-value
P-value
Y R2
Roots DW 9.37 0.001** PV = 4.79 + 0.74 Root Dw 0.85** Litter
thickness 6.10 0.004**
PV = - 0.40 + 10.1 Litter thickness
0.58*
Ratio B:Pnon
Pontoscolex -3.27 0.031*
PV = 9.65 + 34.5 B/P non
Pontoscolex 0.47*
Impact of forest conversion to agricultural land on Nematoda
diversity (BGBD-UNILA, Lampung)
(Gede Swibawa,
2007)
Effect cropping pattern in coffee based agroforestry system on
abudance of parasite nematode (Radopholus)
Cropping pattern
Population
(idividu per
300 cc soil)
Monoculture 97.47 b
Coffee + banana 328.39 a
Coffee+ Gliricidia 95.02 b
Coffee + Gliricidia +
Avocado 88.47 b
Coffee + Gliricidia +
Avocado +
Mahogany 136.92 b
Probability 0.0005
(Swibawa et al, 2008)
Litter thickness and population density of nematode in various land
use systems
(Gede Swibawa,
2009)
Kesimpulan
BioDiversitas tanaman pertanian perlu
dipertahankan, untuk:
Diversitas Jenis masukan BO
Iklim mikro
Mempertahankan BIOTA yang menguntungkan dan
menekan Biota yang merugikan
Recommended