View
342
Download
10
Category
Preview:
Citation preview
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
1/93
RESUME BLOK 15
SKENARIO 1
Oleh :
Kelompok B
1. Garinda Chaesaria P. H. 1120101010052. Fajar Kurniawan 1120101010083. Renno Dhany Saputra 1120101010234. Billy Jordan Wrahatnala 1120101010265. Ardiansyah Putra P. 1120101010306. Nuriayu Primita Sani 1120101010327. Meita Astuti 1120101010388. Fajrina Muflihah Ahmad 1120101010549. Siti Fatimah 11201010105710.M. Izat Fuadi 11201010105911.Cynthia Damayanti 11201010106212.Hilwa Alfi Fauziyah 11201010106313.Zhara Vida Zhubika 11201010106514.
Dian Muflikhy Putri 112010101076
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
2/93
Skenario 2
Ny.Zulaikha, 65 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan
mata nyeri dan pandangan kabur. Kelopak mata bengkak dan kemerahan sejak 6
hari yang lalu. Ia juga merasakan nyeri di sekitar bola mata, cekot-cekot, seperti
melihat pelangi.
Pada pemeriksaan mata kanan didapkan visus 2/60, TIO mata kanan 45
mmHg, pupil middilatasi.
Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan visus 6/30 , TIO 19 mmHg,
didapatkan siliar injeksi dan defek berupa ulkus di region inferior kornea, padapemeriksaan pupil didapatkan pupil miosis dengan sinekia posterior. Penderita
sudah berobat ke puskesmas tetapi belum ada perbaikan. Riwayat DM positif
sudah 5 tahun ini, berobat ke dokter tidak teratur.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
3/93
MIND MAP
MATA TENANG, VISUS MENURUN
I. KELAINAN REFRAKSI DAN AKOMODASIa. HIPERTROPIA
b. MYOPIAc. ASTIGMATd. PRESBIOPIAe. HEMIANOPIAf. DIPLOPIAg. AMBLIOPIAh. SKOTOMAi. ANISOMETRIA
j. SUPRESI
II. MATA TENANG, VISUS MENURUN PERLAHANa. KATARAK
b. GLAUKOMA KRONIKc. RETINOPATI
i. RETINOPATI DIABETIKii. RETINOPATI HIPERTENSI
d. DEGENERASI MAKULA SENILIS
III. MATA TENANG VISUS MENURUN MENDADAKa. NEURITIS OPTIK
b. ABLASI RETINAc. OKLUSI PEMBULUH DARAH SENTRAL RETINA
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
4/93
HIPERMETROPI
A. PENGERTIAN
Rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah,
tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita
rabun dekat hanya dapat melihat benda pada jarak yang jauh.
Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu
pipih atau tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang
dibentuk lensa mata jatuh di belakang retina. Rabun dekat dapat tolong
menggunakan kaca mata lensa cembung, yang berfungsi untuk mengumpulkan
sinar sebelum masuk mata, sehingga terbentuk bayangan yang tepat jatuh di
retina.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut :
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek
Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio
retina(lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat
dibiaskan).
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus
humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada
komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan
pada komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita DiabetesMelitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah normal.
3. Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat
Kelengkungan kornea ataupun lensa berkkurang sehingga bayangan difokuskn di
belakang retina.
4. Perubahan posisi lensa
Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
5/93
C. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara
obyektif klien susah melihat jarak dekat atau penglihatan klien akan rabun dan
tidak jelas. Sakit kepala frontal. Semakin memburuk pada waktu mulai timbul
gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan mata dekat.
1. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)
Terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
2. Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari
ketegangan.
3. Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh
kabur.
4. Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan
kelelahan, atau penerangan yang kurang.
5. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat
dekat jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah
siang hari dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
6. Eyestrain
7. Sensitive terhadap cahaya
8. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram
intermiten
D. PATOFISIOLOGI
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea
dan lensa yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar
sejajar yang dating dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang
retina.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
6/93
E. DIAGNOSA
Kelainan refraksi hipermetropi dapat di periksa dengan melakukan pemeriksaan
Okuler
a. Visual Acuity.
Mempergunakan beberapa alat untuk mengetahui kemampuan membaca
pasien hipermetropi dalam jarak dekat. Seperti Jaeger Notation, Snellen metric
distance dan Lebehnson.
b. Refraksi.
Retinoskopi merupakan prosedur yang digunakan secara luas untuk menilai
hipermetropia secara objektif. Prosedur yang dilakukan meliputi static
retinoscopy, subjective refraction dan autorefraction.
c. Pergerakan Okuler, Pandangan Binokuler dan Akomodasi.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
7/93
Pemeriksaan ini diperlukan karena gangguan pada fungsi visual diatas dapat
menyebabkan terganggunya visus dan performa visual yang menurun.
d. Assesmen kesehatan okuler dan Skreening Kesehatan sistemik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa hipermetropia dapat
berupa respon pupil, uji konfrontasi lapangan pandang, uji penglihatan warna,
pengukuran tekanan intraokuler dan pemeriksaan posterior bola mata dan adnexa.
e. Kesehatan segmen anterior
Pada pasien dengan daya akomodasi yang masih sangat kuat atau pada anak-
anak, sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan pemberian siklopegik atau
melumpuhkan otot akomodasi.
F. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis Banding hipermetropi adalah Presbiopi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hipermetropi
adalah ophtalmoscope.
H. PROGNOSIS
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,
pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi
diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka
prognosisnya lebih baik.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia
atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi.
Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akanmempersempit sudut bilik mata.
J. KLASIFIKASI
1. Hipermetropia manifest
Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri
atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
8/93
Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat
dilihat dengan koreksi kacamata yang maksimal.
2. Hipermetropia Absolut
Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten
yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang
tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia
absolut, sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia absolut
adalah hipermetropia manifes.
3. Hipermetropia Fakultatif
Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan akomodasi
ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia
fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila diberikan kaca mata
positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan
mendapatkan istrahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga
akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
4. Hipermetropia Laten
Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan obat yang
melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia
laten hanya dapat diukur bila siklopegia. Makin muda makin besar komponen
hipermetropi laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan
akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dankemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari
diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien masih muda
dan daya akomodasinya masih kuat.
5. Hipermetropia Total
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
9/93
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.
Selain klasifikasi diatas ada juga yang membagi hipermetropia secara klinis
menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Simple Hipermetropia, diakibatkan variasi biologis normal seperti etiologi axial
atau refraksi.
2. Patological Hipermetropia, diakibatkan anatomi okuler yang berbeda yang
disebabkan
3. Fungsional Hipermetropia, merupakan akibat dari paralisis akomodasi.
Klasifikasi berdasar berat ringan gangguan
1. Hipermetropia ringan: gangguan refraksi dibawah +2D
2. Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D
3. Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D
K. PENATALAKSANAAN
1. Koreksi Optikal
Hipermetropia dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks) atau
dengan lensakontak. Pada anak kecil dengan kelainan berderajat rendah yang
tidak menunjukan gejala sakit kepala dan keluhan lainnya, tidak perlu diberi
kacamata. Hanya orang-orang yang derajat hipermetropianya berat dengan atau
tanpa disertai mata juling dianjurkan menggunakan kacamata. Pada anak-anak
dengan mata juling ke dalam (crossed eye) yang disertai hipermetropia,
diharuskan memakai kacamata berlensa positif. Karena kacamata berlensa plus iniamat bermanfaat untuk menurunkan rangsangan pada otot-otot yang menarik
bolamata juling ke dalam.
Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada
total fakultatif dan absolute hyperopia yang diberikan kepada pasien dengan tidak
ada ketidak seimbangan otot ekstraokular. Jika ada akomodatif esotrophia
(convergence), koreksi penuh harus diberikan. Pada exophoria, hyperopianya
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
10/93
harus dikoreksi dengan 1-2D. Jika keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya 1
D atau kurang, koreksi diberikan apabila pasien memiliki gejala-gejala.
2. Terapi Penglihatan.
Terapi ini efektif pada pengobatan gangguan akomodasi dan disfungsi
binokuler akibat dari hipermetropia. Respon akomodasi habitual pasien dengan
hipermetropia tidak akan memberi respon terhadap koreksi dengan lensa,
sehingga membutuhkan terapi penglihatan untuk mengurangi gangguan
akomodasi tersebut.
3. Terapi Medis.
Agen Antikolinesterase seperti diisophropylfluorophospate(DFP) dan
echothiopate iodide (Phospholine Iodide,PI) telah digunakan pada pasien dengan
akomodasi eksotropia dan hipermetropia untuk mengurangi rasio konvergensi
akomodasi dan akomodasi(AC/A).
3. Merubah Kebiasaan Pasien.
Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam
aktivitas, menjaga kualitas kebersihan mata dan apabila pasien adalah pengguna
komputer sebaiknya menggunakan komputer dengan kondisi ergonomis.
5. Bedah Refraksi.
Terapi pembedahan refraksi saat ini sedang dalam perkembangan Terapi
pembedahan yang mungkin dilakukan adalah HOLIUM:YAG laser thermal
keratoplasty, Automated Lamellar Keratoplasty, Spiral Hexagonal Keratotomy,
Excimer Laser dan ekstraksi lensa diganti dengan Intra Oculer Lens. Akan tetapi
pembedahan masih jarang digunakan sebagai terapi terhadap hipermetropia.
L. PENCEGAHAN
1. duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
2. Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau
setelah membaca.
3. Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
4. Gunakan penerangan yang cukup
5. Jangan membaca dengan posisi tidur
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
11/93
.
MIOPIA
Definisi
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan
sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang
datang dibiaskan di depan retina atau bintik kuning, dimana sistem akomodasi
berkurang. Pasien dengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dekat,
sedangkan kabur bila melihat jauh atau rabun jauh. Derajat miopia dapat
dikategorikan, yaitu :
Miopia ringan (0,253,00D) Miopia sedang (3,006,00D) Miopia berat / tinggi (>6,00D) 3
Epidemiologi
Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh
yang menyebabkan kebutaan, serta tampak memiliki predileksi tinggi pada
keturunan Cina, Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat
pada perempuan dibanding laki-laki. Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari
kelainan ini.2
Menurut National Eye Institute Study, miopia merupakan penyebabkelima tersering yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kutujuh
yang tersering kebutaan di Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan
penyebab kebutaan tersering .2
Etiologi
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
12/93
Miopia tinggi dapat diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun
autosomal resesif. Penurunan secara sex linked sangat jarang terjadi, biasanya
terjadi pada miopia yang berhubungan dengan penyakit mata lain atau penyakit
sistemik. Pada ras oriental, kebanyakan miopia tinggi diturunkan secara autosomal
resesif.1,2,3,5
2.4 Patogenesis
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih
belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi
penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma.
Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di
dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata
dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini
merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme
patogenesis terhadap elongasi berlebihan pada miopia.1,2,3
Menurut tahanan sklera
Mesadermal
Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat
mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikanhal ini, dimana pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari perkembangan
ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular.
Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir yang
berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital
ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari bundle serat
kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada
lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
13/93
zona ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan area crosectional yang
kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini
ditekan sampai 7,5 g/mm2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas
terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang
anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih
diperluas. Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera
posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan
Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan
dengan miopia.1
EktodermalMesodermal
Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia adalah hasil ketidak
harmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang
berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun
sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada
umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan
miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh
epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen
abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang
mungkin menimbulkan defek ektodermal mesodermal umum pada segmen
posterior terutama zona oraequatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah
tertentu dari pole posterior mata, dimana dapat dilihat pada miopia patologik (tipe
stafiloma posterior).
1
Meningkatnya suatu kekuatan yang luas
Tekanan intraokular basal
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
14/93
Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada
glaucoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada
peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.1
Susunan peningkatan tekanan
Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap
induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress.
Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10
mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada
valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60 mmHg.Juga pada
penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70 mmHg -110 mmHg.
Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang sangat sering diantara
mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular.1
Jenis-Jenis Miopia
Miopia Axial
Dalam hal ini, terjadinya miopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter
Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power
normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
Miopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya miopia diakibatkan oleh perubahan darikelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang
terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.
Perubahan Index Refraksi
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
15/93
Perubahan indeks refraksi atau miopia refraktif, bertambahnya indeks bias
media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga
pembiasan lebih kuat.
Perubahan Posisi Lensa
Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaukoma
berhubungan dengan terjadinya miopia.
Gejala Klinik
Gejala umum miopia antara lain:
o Mata kabur bila melihat jauho Sering sakit kepalao Menyipitkan mata bila melihat jauh (squinting / narrowing lids)o Lebih menyukai pekerjaan yang membutuhkan penglihatan
dekat dibanding pekerjaan yang memerlukan penglihatan jauh
Pada mata didapatkan:
o Kamera Okuli Anterior lebih dalamo Pupil biasanya lebih besaro Sklera tipiso Vitreus lebih cairo Fundus tigroido
Miopi crescent pada pemeriksaan funduskopi
Diagnosis
Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita miopia antara lain
adalah :
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
16/93
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu
objek dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan
tulis, tetapi dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).
Kelelahan mata
Sakit kepala
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara
umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari
o Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) danjarak dekat (Jaeger).
o Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaiankaca mata.
o Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikankemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.
o Uji gerakan otot-otot matao Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retinao Mengukur tekanan cairan di dalam matao Pemeriksaan retina
Gejala-gejala miopia juga terdiri dari gejala subjektif dan objektif.
Gejala subjektif :
o Kabur bila melihat jauho Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekato
Mata cepat lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuaidengan akomodasi)
o Astenovergens
Gejala objektif :
o Miopia simplekso Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam da pupil yang
relatif lebar. Biasanya ditemukan bola mata yang agak menonjol.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
17/93
o Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal, ataudapat diserta kresen miopia (miopic cresent) yang ringan di sekitar papil
saraf optik.
o Miopia patologiko Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simplekso Gambaran yang ditemukan pada semen posterior berupa kelainan-kelainan
pada :
o Badan kaca, dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan ataudegenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasio badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.
Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, cresent miopia, papil terlihat
labih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Cresent miopia dapat ke
seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang
atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
Makula berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
Retina bagian perifer berupa degenerasi kista retina bagian perifer.
2.8 Terapi
Koreksi terhadap miopia dapat dilakukan diantaranya dengan :
KacamataKacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki
refraksi.
Lensa kontakLensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak
keras yang terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan lensa
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
18/93
kontak lunak terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogen. Lensa kontak keras
secara spesifik diindikasikan untuk koreksi astigmatisma ireguler, sedangkan
lensa kontak lunak digunakan untuk mengobati gangguan permukaan kornea.
Salah satu indikasi penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi miopia
tinggi, dimana lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik dari kacamata.
Namun komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan iritasi
kornea, pembentukan pembuluh darah kornea atau melengkungkan permukaan
kornea. Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan berkala pada pemakai lensa
kontak.
Bedah keratoretraktifBedah keratoretraktifmencakup serangkaian metode untuk mengubah
kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratotomy
radial, keratomileusis, keratofakia, epikeratofakia.
Lensa intraoculerPenanaman lensa intraokuler merupakan metode pilihan untk koreksi
kesalahan refraksi pada afakia.
Ekstraksi lensa jernihEkstraksi lensa bening telah banyak dicobakan oleh ahli bedah di dunia
pada pasien dengan miopia berat karena resiko tindakan yang minimal.
Intervensi Pencegahan Miopi
Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah
hingga menengah, tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia
tinggi. Faktor resiko terjadinya hal tersebut antara lain faktor etnik, refraksi
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
19/93
orangtua, dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak tersebut, intervensi harus
diperhitungkan.
Pengontrolan miopia antara lain dengan:
o Zat SikloplegikBerdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan
cyclopentolate mengurangi tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun
demikian, hal ini tidak sebanding dengan ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko
yang berkaitan dengan sikloplegia kronis. Selain itu, penambahan lensa plus
ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat dekat karena inaktivasi
otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka panjang tidak
lebih dari 1-2 D.
o Lensa plus untuk melihat dekatEfektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-
anak masih kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi progresi
miopia yang bermakna namun ada juga penelitian yang menemukan bahwa
pemakaian lensa bifokus dapat mengontrol miopia. Ukuran adisi dekat yang
efektif masih diperdebatkan.
o Lensa Kontak RigidLensa kontak Rigid gas-permeable (RGP) dilaporkan efektif
memperlambat tingkat progresi miopia pada anak-anak. Pengontrolan miopia
diyakini disebabkan karena perataan kornea. Selama 3 tahun pemberian lensakontak, ruang vitreus masih lanjut memanjang, hingga kontrol miopia dengan
RGP tidak mengurangi resiko berkembangnya sekuele miopia segmen posterior.
Bila pemakaian lensa kontak dihentikan muncul efek rebound seperti curamnya
kembali korenea (resteepening of the cornea)
Orthokeratology adalah fitting terprogram dengan sejumlah seri lensa
kontak selama periode beberapa minggu hingga beberapa bulan, guna meratakan
kornea dan mengurangi miopia. Kebanyakan pengurangan ini terjadi dalam 4-6
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
20/93
bulan. Namun, perubahan kelainan refraksi menuju keadaan awal terjadi bila
pasien berhenti memakai lensa kontak. Mekanisme pasti pemakaian RGP untuk
tujuan ini masih belum jelas.
o Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif,istirahatlah tiap 30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan
memandang ke luar jendela.
o Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.o Pencahayaan yang cukup untuk membaca.o Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6
kaki dari televisi.
o Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedahsklera, obat penurun tekanan bola mata, teknik relaksasi mata,
akupunktur. Namun, efektivitasnya belum teruji dalam
penelitian.
Komplikasi
Komplikasi miopia adalah :
o Abalasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D (- 4,75) D sekitar 1/6662.
Sedangkan pada (- 5)D (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari
(-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan factor resiko padamiopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.
o Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan
2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-
lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
21/93
berhubungan denga hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal,
penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut,
dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina.
Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan
kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.
o Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang
berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan kurangnya lapangan pandang. Miop vaskular koroid/degenerasi
makular miopic juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan
ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral
retina.
o GlaukomaResiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan
ikat penyambung pada trabekula.
oKatarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang
dengan miopia onset katarak muncul lebih cepat.
Prognosis
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
22/93
Diagnosis awal pada penderita miopia adalah sangat penting karena
seorang anak yang sudah positif miopia tidak mungkin dapat melihat dengan baik
dalam jarak jauh.
ASTIGMATISME
Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan
garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi
lebih dari satu titik.3
Etiologi
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4
1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar
adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter antero-posterior bola mata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta
akibat pembedahan kornea.
2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakinbertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami
kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.
3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty4. Trauma pada kornea5. Tumor
Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai
berikut:
1. Astigmatisme Reguler
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
23/93
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya
dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada
salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris
yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya
jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme
regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Astigmatisme With the RuleBila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the RuleBila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang vertikal.
2. Astigmatisme IrregulerDimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme
dibagi sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias
terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau
Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
24/93
Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks
2. Astigmatisme Hiperopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina.
Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
3. Astigmatisme Miopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
25/93
Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus
4. Astigmatisme Hiperopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A
berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.
Gambar 6.Astigmatisme Hiperopia Kompositus
5. Astigmatisme MixtusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
26/93
Gambar 7.Astigmatisme Mixtus
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus RendahAstigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya
astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan
tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat
perlu diberikan.
2. Astigmatismus SedangAstigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus TinggiAstigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
Tanda Dan Gejala
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi
menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunyakeluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
tinggi.2. Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
27/93
4. Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaanmendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismusrendah, biasa ditandai dengan gejala
gejala sebagai berikut :
5. Sakit kepala pada bagian frontal.6. Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek-ucek mata.
Diagnosis
1. Pemeriksaan pin holeUji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada
media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman
penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien
tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.5
2. Uji refraksia. Subjektif
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarakpemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu
dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi
dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam
penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
28/93
sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan
lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20
maka pasien menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut
diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin pasien
mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji
pengaburan (fogging technique).5,6
b. Objektif Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor,
cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya
diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang
harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu
beberapa detik.
KeratometriAdalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan
sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.
c. Uji pengaburanSetelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam
penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya denganmenambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi
juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas
terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus
padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder
ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa
silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat
vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
29/93
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder
ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat
kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai
pasien melihat jelas.7
Gambar 8. Kipas Astigmat.
d. KeratoskopKeratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan
astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea
pasien. Pada astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval.
Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk
sempurna.7,8
e. Javal ophtalmometerBoleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea,
diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8
Terapi
1.Koreksi lensaAstigmatismusdapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.
Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismusakan dapat
membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.
2. Orthokeratology
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
30/93
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar
dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai
dengan standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan
dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan
kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan
memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan
terisi oleh film air mata.
3. Bedah refraksiMethode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9
a. Radial keratotomy (RK)Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.
Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata.
Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan
kedalaman dari insisi.
b. Photorefractive keratectomy (PRK)Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser
pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa
terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan
akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang
menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi.
PRESBIOPIA
Definisi :
Gangguan akomodasi pada usia lanjut
Etiologi :
- Kelemahan otot akomodasi- Lensa mata tidak kenyal / berkurang elastisitasnyasklerosis lensa
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
31/93
Gejala :
- Pasien setelah membaca merasa mata lelah, berair dan sering terasa pedasPatofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karenaadanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul
sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa
menjadi lebih keras (sklerosis)dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Klasifikasi
a. Presbiopi Insipien tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca
mata baca
b. Presbiopi FungsionalAmplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan
didapatkan kelainan ketika diperiksa
c. Presbiopi Absolut Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional,
dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
d. Presbiopi Prematur Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan
biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan
e. Presbiopi NokturnalKesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap
disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
Diagnosis Presbiopi
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. VisusPemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan menggunakan
Snellen Chart
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
32/93
b. RefraksiPeriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta
untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa
dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.
c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,
amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa
penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia.
e. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan
warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan
segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan
dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media
dan posterior
Penatalaksanaan Presbiopi
1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk
mengkompensasi
ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai
usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan
pada kartu Jaeger 20/30
3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak
melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca
terletak pada titik fokus lensa
USIA
(TAHUN)
KEKUATAN LENSA POSITIF YANG
DIPERLUKAN
40 + 1.00 D
45 + 1.50 D
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
33/93
50 + 2.00 D
55 + 2.50 D
60 + 3.00 D
4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain
yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:
a. Bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
b. Trifokal untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
c. Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawah
adalah untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya
d. Monovision kontak lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan
lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan
umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk
mengambil foto
e. Monovision modifiedlensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensa
kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk
melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
5. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan
keratektomi fotorefraktif
GANGGUAN LAPANG PANDANG
Beberapa dasar jalur penglihatan dan lapang pandang mata seperti:
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
34/93
1. Retina bagian nasal dari macula diproyeksikan ke arah temporal lapangpandang.
2. Serabut saraf bagian nasal retina menyilang chiasma optic3. Serabut saraf bagian temporal retina berjalan tidak menyilang chiasma optic4. Lapang pandang normal pada satu mata terletak 90 temporal, 60 medial,
60atas, 75bawah.
Pengujian lapang pandang
Uji konfrontasi
Tes konfrontasi
Tes konfrontasi menggunakan jari sebagai obyek yang harus dilihat di
dalam batas medan penglihatan. Pemeriksa berdiri berhadapan dengan
pasien yang duduk di atas tempat tidur periksa. Jarak antara mata
pasien dengan pemeriksa harus sejauh 30-40 cm. Untuk pemeriksaan
medan penglihatan mata kanan pasien, mata kiri pasien dan mata
kanan pemeriksa harus ditutup. Begitu juga sebaliknya untuk
pemeriksaan medan penglihatan mata kiri pasien. Dengan dua jarinya
yang digoyang-goyangkan tangan pemeriksa memasuki penglihatan
ini, jari-jari pemeriksa harus tetap berada di bidang yang sama
jauhnya antara mata pasien dengan mata pemeriksa. Pasien harus
memberitahukan terlihatnya jari itu dengan kata ia. Medan
penglihatan pemeriksa digunakan sebagai patokan medan penglihatan
yang normal. Maka dari itu, baik pasien maupun pemeriksa harus
dapat melihat jari-jari yang bergerak itu pada jarak yang sama.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
35/93
Apabila medan penglihatan pasien normal, dengan metode ini
diperoleh medan penglihatan secara kasar. Lesi-lesi yang besar dapat
diungkapkan dengan metode konfrontasi ini, tetapi lesi yang kecil
akan luput dari diagnosa.
Uji Perimeter atau kampimeter
Perimeter
Dengan kampimeter dan perimeter dapat diperoleh hasil yang
terperinci.Perimeterialah alat diagnostic yang berbentuk lengkungan
seperti gambar di atas. Kampimeteradalah papan tulis hitam dimana
tergambar bundaran dengan garis-garis radial berikut dengan bintik
buta.
Dengan perimeter didapat hasil yang lebih akurat oleh karena
lengkungan perimeter sesuai dengan lengkungan retina. Perimeter
dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan dagu, sehingga pasien
dapat menjalani tes dengan posisi kepala yang tepat tanpa letih. Tes
dengan perimeter dilakukan secara monocular. Dengan kepala yang
terfiksasi dengan dagunya diletakkan pada tempat, salah satu matanya
pada titik fiksasi di pusat perimeter itu. Obyek yang harus dilihat oleh
pasien dapat berwarna, berukuran kecil atau besar tergantung dari sifat
informasi yang hendak diungkapkan oleh tes perimeter ini. Obyek
tersebut dimasukkan di dalam batas medan penglihatan menurut setiap
meridian. Dengan memutar lengkungan perimeter itu setiap meridian
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
36/93
dapat diadakan. Batas medan penglihatan itu ialah titik fiksasi dimana
obyek tes masih dapat terlihat. Tes dengan kampimeter adalah serupa
dengan tes perimeter, hanya obyek tesnya digerakkan pada bidang
datar.
A. HEMIANOPSIADefinisi
Hemianopsia adalah sebuah gangguan dengan karakteristik berkurangnya
setengah lapangan pandang pada mata bisa hanya terkena pada satu mata atau
kedua-duanya.
Deskripsi
Hemianopsia mencegah seseorang untuk melihat obyek dengan setengah lapangan
pandang pada mata tertentu. Sebagai akibatnya, seseorang yang terkena
hemianopsia tidak akan dapat melihat obyek yang berada pada lapangan pandang
yang terkena.
Macam-macam
Hemianopsia bitemporalHilangnya setengah lapangan pandang temporal kedua mata.Merupakan
tanda khusus kelainan chiasma optic.
Hemianopsia binasalDefek lapangan pandang setengah nasal dapat terjadi akibat tekanan
bagian temporal chiasma optic kedua mata atau atrofi papil saraf optic
sekunder akibat tekanan intracranial yang meninggi.
Hemianopsia heteronymHemianopsia bersilang yang dapat binasal atau bitemporal
Hemianopsia homonymHilangnya lapang pandang pada sisi yang sama pada kedua mata yang
dapat terlihat pada lesi temporal.
Hemianopia altitudinal
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
37/93
Hilangnya lapang pandang sebagian atas atau bawah.
Penyebab dan Gejala
Kondisi atau jejas yang mengenai nervus opticus dapat menyebabkan
hemianopsia.Bisa juga merupakan salah satu gejala pada stroke, aneurisma otak,
oklusi dari arteri optikus, tumor otak, atau trauma pada kepala.Selain itu,
seseorang yang menderita migraine juga mungkin mengalami hemianopsia selama
episode migraine atau pada fase prodromal dari sakit kepala.Hemianopsia tipe ini
merupakan resolusi dari sakit kepala.Transient hemianopsia dapat merupakan
akibat peninggian tekanan darah secara tiba-tiba atau setelah terjadi kejang. Yang
lebih jarang lagi infeksi dapat menyebabkan hemianopsia seperti encephalitis,
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
38/93
abses otak, progressive multifocal leukoencephalopathy , and Creutzfeldt-Jakob
disease .
Gejala dari hemianopsia adalah kesulitan untuk melihat obyek pada lapanganpandang yang terkena bisa salah satu mata atau kedua-duanya, yang
bermanifestasi dengan kesulitan membaca, berjalan melewati area yang ramai,
menabrak benda atau terkejut dengan barang atau orang yang berada di lapangan
pandang yang terkena.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan tes-tes guna melihat area buta pada
setengah lapangan padang pada satu mata atau kedua-duanya. Pemeriksaan yang
lebih jauh lagi mungkin diperlukan untuk penyakit penyerta yang menyebabkan
hemianopsia. CT scan dan MRI berguna untuk melihat ada tidaknya stroke,
anuerisma atau pun brain tumor
Penatalaksaan
Penatalaksanaan salah satunya dengan terapi konservatif yang berguna untuk
mengatasi gejala-gejalanya. Sebagai contoh merubah tehnik membaca (melihat
pada bagian terakhir dari kata daripada melihat permulaan kata terlebih dahulu)
diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan dan menikmati membaca.Special
scanning tehnik mungkin bisa dipikirkan, dengan menggunakan sebuah mesin
yang bernama Dynavision yang akan menolong penderita menggerakkan kepala
dengan cara-cara tertentu untuk mengamati lingkungan dan mengkompensasi
hilangnya lapangan pandang.
Bisa dengan pemberian kacamata dengan lensa gabung dapat memperluas area
lapangan pandang.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
39/93
B. DIPLOPIA
Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan penglihatan yang mana
obyek terlihat dobel atau ganda. Diplopia berasal dari bahasa Yunani, diplo =
dobel atau ganda, opia = penglihatan.
Klasifikasi
Diplopia binokular yaitu penglihatan ganda terjadi apabila si pasien melihatdengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Kondisi ini
disebabkan antara lain oleh gangguan pergerakan otot bola mata sehingga
sudut kedua mata tidak sinkron (tahap awal seseorang yang akan menjadi
juling atau strabismus). Penyebab lainnya adalah kerusakan saraf yang
melayani otot otot bola mata. Kerusakan saraf ini disebabkan oleh stroke,
cidera kepala, tumor otak dan infeksi otak. Diplopia binokular juga bisa terjadi
pada pasien diabetes, miastenia gravis, penyakit graves, trauma atau cidera
pada otot mata dan kerusakan pada tulang penyangga bola mata.
Diplopia monokular yaitu diplopia yang hanya terjadi pada satu mata.Penglihatan ganda muncul saat salah satu mata ditutup. Gangguan ini dapat
terjadi pada pasien dengan astigmatisma, gangguan lengkung kornea,
pterigium, katarak, dislokasi lensa mata, gangguan produksi air mata dan
beberapa gangguan pada retina.Karena bukan merupakan penyakit secara
khusus atau dengan kata lain diplopia merupakan gejala yang bisa terjadi pada
beberapa penyakit yang saya sebutkan diatas maka pengobatan diplopia
terggantung dari penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya diplopia.
Macam-macam bentuk diplopia:
Diplopia homonymKeadaan pada mata dengan juling ke dalam, dimana bayangan pada mata
juling terletak di bagian luar sisi yang sama pada benda aslinya
Diplopia heteronym
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
40/93
Keadaan pada mata dengan juling ke luar, dimana benda yang dilihatmata kanan terletak di sebelah kiri sedang benda yang dilihat oleh mata
kiri seakan-akan terletak di sebelah kanan.
Diplopia monocularDiplopia bila melihat benda dengan satu mata.
UJI DIPLOPIA
Pasien memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan filter
hijau pada mata kiri.
Pasien diminta melihat satu sumber cahaya dan menyatakan letak lampu
merah dan hijau yang terlihat.
Normal lampu terlihat satu.
Diplopia heteronym letak bayangan lampu merah di sebelah kiri bayangan
biru.
Diplopia homonym letak lampu merah di sebelah kanan lampu hijau.
C. AMBLIOPIA
Definisi
Adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapaioptimal sesuai dengan usianya walaupun sudah dikoreksi kelainanrefraksinya. Pada ambliopia yang terjadi adalah penurunan ketajaman
penglihatan unilateral atau bilateral karena kehilangan pengenalan bentuk,
interaksi binocular abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan
kausa organicpada pemeriksaan fisik mata.
Ambliopia dapat tanpa kelainan organic dan dapat juga dengan kelainan organic
yang tidak sebanding dengan visus yang ada.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
41/93
Bila ditemukan pada anak di bawah usia 6 tahun, maka masih dapat dilakukan
latihan untuk perbaikan penglihatannya.
Etiologi
Kurangnya rangsang untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Kausa ekstraneural yang menyebabkan turunnya tajam penglihatan (ex:
katarak, astigmatism, strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi)
mekanismenya adalah memicu penurunan fungsi visual pada orang yang
sensitif.
Anisometropia, juling, oklusi, katarak, dan kekeruhan media penglihatanlainnya.
Secara umum terdapat 2 faktor yang menjadi penyebab terjadinya ambliopia,
yaitu:
1. Supresi merupakan proses kortikal yang mengakibatkanterdapatnya skotoma absolute pada penglihatan binocular (untuk
mencegah terjadinya diplopia pada mata yang juling), atau sebagaihambatan binocular (monocular kortikal inhibisi) pada bayangan
retina yang kabur.
Supresi tidak berkaitan dengan perkembangan penglihatan.
2. Nirpakai (non use) akibat tidak dipergunakannya elemen visualretino kortikal pada saat kritis perkembangannya terutama pada
usia sebelum 9 tahun.
Manifestasi klinis
Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, yaitu:
Berkurangnya penglihatan 1 mata Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding. Hilangnya sensitivitas kontras
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
42/93
Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik Adanya anisokoria Tidak mempengaruhi penglihatan warna Biasanya daya akomodasi menurun ERG dan EEG normal tidak terdapat kelainan organic maupun korteks
serebri.
Pemeriksaan Ambliopia
Pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi
sampai usia 9 tahun mengetahui kelainan secara dini mencegah
keterlambatan perawatan.
Pemeriksaan kedudukan mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.
Uji yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan ambliopia adalah:
1. Uji Crowding PhenomaDengan membaca huruf pada kartu Snellen yang dibuka satu persatu huruf atau
dengan kata lain diisolasi, kemudian dilanjutkan dengan membaca sebaris huruf
yang sama.
Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf yang diisolasi ke huruf dalam
satu barisfenomena crowding ambliopia +.
2. Uji Densiti Filter NetralPrinsipnya, mata yang ambliopia secara fisiologik barada dalam keadaan
beradaptasi gelap, sehingga jika pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatan
dengan intensitas sinar yang diturunkan (memakai filter densiti netral) maka tidak
akan terjadi penurunan tajam penglihatan.
Hasil:
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
43/93
Ambliopia fungsional paling banyak tajam penglihatan akanberkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali.
Ambliopia organic tajam penglihatan akan sangat menurun denganpemakaian filter tersebut.
3. Uji Worths Four DotUji untuk melihat penglihatan binocular, adanya fusi, korespondensi retina
abnormal, supresi pada satu mata, dan juling.
Penderita dipakaikan kacamata dengan filter merah di mata kanan dan filter biru
di mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, dan
1 putih.
Visuskop
Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat
ditentukan bentuk fiksasi monookular pada ambliopia.
Penanganan Ambliopia
a. Ambliopia adalah kelainan yang reversible dan akibatnya tergantung darisaat mulai dan lama berlangsungnya. Saat rentan adalah bayi umur 6 bulan
dan ambliopia tidak akan terjadi setelah usia > 5 tahun.
b. Ambliopia jika diketahui sejak dini akan dapat dicegah agar menjadi tidakpermanen. Perbaikan adalah dengan melakukan latihan penglihatan
(idealnya jika usia masih di bawah 6 tahun) dan dapat dilakukan bila
penglihatan masih dalam perkembangannya.
c. Pengobatan dapat dengan:d. Imunosupresi aktif untuk menyingkirkan faktor ambliopiagenik.e. Oklusi mata yang sehatf. Penalisasi dekat mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan lensa
+ 2,5 D, sedangkan mata yang baik diberi atropine
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
44/93
g. Penalisasi jauh mata ambliopia dipaksa melihat jauh dengan memberiatropine pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,5 D
h. Latihan ortoptik bila julingi. Pencegahan pada usia< 5 tahun periksa tajam penglihatan terutama bila
ada tanda-tanda juling.
Jenis- jenis Ambliopia
Ambliopia fungsionalDapat terjadi congenital atau didapat dan terjadi pada satu mata dengan
tajam penglihatan yang kurang tanpa kelainan organic, yang tidak dapat
diperbaiki dengan kacamata.Sering pada anak-anak.
Pengobatan: oklusi mata (komplit, inkomplit, konstan, maupun intermiten),
penalisasi (jauh, dekat, atau keduanya), dan pleoptik.
Ambliopia strabismikAmbliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam
atau esotropia yang paling sering) pada anak sebelum penglihatan
tetap.Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah
gangguan penglihatan.Kelainan ini disebut ambliopia strabismik dimana
kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya 1 mata yang diarahkan
pada benda yang dilihat.
Pengobatan: menutup total mata yang sehat.
Ambliopia refraktifMerupakan ambliopia yang terjadi pada mata dengan kelainan refraksi
yang tidak dikoreksi atau terdapatnya kelainan refraksi antara kedua
mata.Penglihatan dapat membaik setelah beberapa bulan memakai kaca
mata koreksi.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
45/93
Pengobatan: menutup mata yang sehat setelah mata yang ambliopia
mendapatkan kacamata yang sesuai.
Ambliopia anisometropikTerjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda
jauh, beda refraksi yang besar antara kedua mata tersebut menyebabkan
terbetuknya bayangan kabur pada satu mata.
Pengobatan: memberikan kaca mata hasil pemeriksaan secara objektif disertai
penutupan mata yang sehat.
Ambliopia ametropikAmbliopia ametropik, menurunnya tajam penglihatan mata dengan
kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya hipermetropi atau
astigmatism).
Pengobatan: dengan menggunakan kaca mata hasil pemeriksaan refraksisecara objektif.
Ambliopia eksanopsiaAmbliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan
penglihatan bayi. Ambliopia eksanopsia disebabkan oleh supresi atau
suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat.
Menurunnya penglihatan pada suatu mata akibat hilangnya kemampuan
bentuk setelah fiksasi sentral.
Dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun
kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat diatasi.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
46/93
Pengobatan: menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit
dibersihkan kekeruhan media penglihatannya.
Ambliopia hysteriaAmbliopia yang terjadi akibat adanya hysteria yang dapat mengenai
satu mata maupun kedua mata (lebih sering).
Pada pemeriksaan didapat lapang pandang yang menciut konsentris &
terdapat gambaran spiral selama dilakukan pemeriksaan lapang pandang.
Ambliopia organicAmbliopia dengan kelainan organic yang dapat menerangkan sebab
tajam penglihatan berkurang (tidak memenuhi criteria ambliopia secara
murni).Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea congenital dan bersifat tidak
reversible.
D. SKOTOMA
Skotoma adalah suatu kelaiana dimana terdapat daerah penglihatan buram atau
hilang dalam lapang pandang , dikelilingi daerah penglihatan yang lebih jernih
atau normal.
Klasifikasi:
Terdapat 2 jenis skotoma, yaitu:
1. Skotoma SentralisEtiologi:
terdapat 2 penyebab tersering skotoma sentralis, yaitu :
Degenerasi makula atrofi.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
47/93
Eksudatif (hemoragik) yang terkait usia.Penyebab lain dari skotoma sentralis adalah cedera makula, degenerasi makula
miopik, penyakit saraf optikus dan gangguan makula kongenital.
Gejala Klinis:
Manifestasi klinis dari skotoma sentralis adalah terkait pada stadium perjalan
penyakitnya, dimana:
Stadium awal1. Pasien dengan skotoma sentralis sering mengeluh penglihatan
sentral kabur dan terdistorsi,tetapi penglihatan perifer jelas kecuali
apabila juga terjadi katarak.
2. Mengalami kesulitan membaca serta mengenali wajah3. Persepsi kontras biasanya tidak terganggu
Stadium DisiformisTanda khusus dari stadium ini adalah terdapatnya skotoma padat
Stadium LanjutWalaupun telah terdapat gejala-gejala diatas, namun pada stadium
lanjut ini penderita masih mempunyai kemampuan untuk bepergian
relatif normal
Pemeriksaan Penunjang:
Untuk memeriksa fungsi penglihatan, dilakukan pemeriksaan ketajaman
penglihatan dengan kartu Snellen, Amsler grid dan sensitivitas kontras
bilapada pemeriksaan terdapat penurunan kontras perlu pembesaran yang lebih
kuat daripada yang diperkirakan dari pemeriksaan ketajaman penglihatan
dengan kartu Snellen.
Terapi:
Menggunakan posisi kepala yang eksentris tujuannya menempatkanbayangan di daerah retina yang sehat.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
48/93
Mengguanakan lensa pembesar.
2. Skotoma PeriferWalaupun penglihatan sentral penting untuk ketelitian, lapang pandang perifer
juga penting untuk menentukan lokasi diri dalam ruangan, untuk berpegian
secara aman, dan untuk kewaspadaan dari gangguan yang berasal dari arah
perifer.
Etiologi:
Penyebab skotoma perifer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan
lapang pandang perifer,yaitu :
Galukoma stadium akhir (khas) Retinitis pigmentosa Penyakit retina perifer lainnya Penyakit vascular serebral
Gejala Klinis:
Terjadi penurunan lapang pandang perifer, namun pada penyakitretinitis pigmentosa tahap lanjut pasien masih mampu membaca huruf
berukuran kecil tetapi memerlukan bantuan untuk berjalan-jalan.
Fotofobia
Terapi:
Fotofobia gunakan lensa kuning gading menahan sinar ultravioletdan sinar tampak yang kurang dari 527 nm.
Jika terjadi penurunan persepsi kontras akibat katarak maka kombinasi ujisensitivitas kontras dan kilau dapat menunjukan saat yang tepat untuk
bedah katarak.
Penggunaan kaca pembesar dan closed circuit television bila lapanganpandang sentral kurang dari 7 derajat. Penggunaannya mudah diatur
sendiri oleh pasien.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
49/93
Penanaman lensa intraokular di kamera anterior untuk pasien yangmenjalani ekstraksi katarak penting untuk mempertahankan ukuran
bayangan normal.
F. ANISOMETROPIA
BATASAN
Merupakan kelainan dimana kekuatan refraksi ke dua mata berbeda, dapat saja
satu mata myopia dan mata yang lainnya hipermetropia. Pada bayi, anisometropia
dapat mengakibatkan ambliopia (berkurangnya penglihatan pada satu mata). Pada
keadaan yang berat otak tidak dapat melihat besarnya benda yang berbeda. Pada
tahap lanjut, mata akan lebih senang menggunakan satu mata untuk melihat dan
melakukan supresi pada mata yang lain.
Anisometropia, mata mempunyai kelainan refraksi yang tidak samapada mata kanan, kiri
Anisometropia akan mengakibatkan perbedaan tajam penglihatananiseikonia dan aniseiforia
Setiap anisometropia berbeda 1 dioptri akan mengakibatkanperbedaan ukuran besar bayangan benda 1 %
Bila terdapat Anisometropia 2,5 3 dioptri maka akan dirasakanterjadi perbedaan besar bayangan 5%, yang mengakibatkan :
o Terganggunya fusio Dapat terjadi supresi penglihatan pada satu matao Sehingga mata tersebut dapat menjadi ambliopia
Gejala
Diplopia dan astenopia Ambliopia karena supresi mata dengan penglihatan kurang
Penyulit
Ambliopia refraktif
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
50/93
E. SUPRESI
Supresi adalah di bawah kondisi binokular, bayangan yang terlihat di matayang lain tidak dipersepsikan. Supresi mengambil bentuk suatu skotoma
dimata yang berdeviasi hanya dibawah kondisi penglihatan binokular.
Skotoma supresi pada esotropia biasanya terbentuk hampit elips, berjalan
di retina dari tempat sebelum temporal fovea ke titik di retina perifer di
mana benda yang bersangkutan untuk mata yang lain dicitrakan. Pada
daerah supresi cenderung berukuran lebih besar dan meluas dari fovea ke
separuh temporal retina. Apabila supresi berpindah ke mata yang lain,
skotoma supresi juga berpindah ke mata yang baru berdeviasi. Apabila
tidak terdapat stabismus, bayangan yang kabur pada salah satu mata juga
dapat menimbulkan supresi.
1. PENGERTIAN
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsullensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkK)
2. ETIOLOGI
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada
usia 60 tahun keatas.
2. TraumaCedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras,
tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
51/93
dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak
traumatik.
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )4. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )5. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal
seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan
penyakit keturunan ( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa
disebabkan oleh :
- Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar
gula yang meningkat).
Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :
- Penyakit metabolik yang diturunkan
- Riwayat katarak dalam keluarga
- Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
o
Faktor keturunan.o Cacat bawaan sejak lahir.o Masalah kesehatan, misalnya diabetes.o Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.o gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)o gangguan pertumbuhan,o Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang
cukup lama.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
52/93
o Rokok dan Alkoholo Operasi mata sebelumnya.
2. TANDA DAN GEJALAGejala umum gangguan katarak meliputi :
o Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.o Peka terhadap sinar atau cahaya.o Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).o Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.o Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gangguan penglihatan bisa berupa :
- Kesulitan melihat pada malam hari- Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
- Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
Gejala lainya adalah :
- Sering berganti kaca mata
- Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan
tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
3. PATOFISOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak
seperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus
multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
53/93
Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM,
namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika
orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
4. PENATALAKSANAAN
Operasi katarak dilakukan jika penglihatan sudah mengganggu pasien,tidak harus menunggu sampai katarak matang. Katarak tidak dapat diatasi
dengan laser, akan tetapi harus dengan pembedahan untuk mengeluarkan
lensa yang keruh tersebut, kemudian diganti dengan lensa tanam buatan.
Operasi katarak dapat dilakukan dengan mikroskop dan mesin
fakoemulsifikasi,yang memafaatkan getaran ultrasonik untuk
menghancurkan katarak. Tindakan laser dapat digunakan setelah operasi
katarak, apabila kapsul lensa mengalami kekeruhan. Untuk
penatalaksanaan katarak kongenital sempurna dengan ekstraksi lensa yang
dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya ambliiopia.
Pembedahan ini dilakukan pada bayi berusia 3 minggu, agar periode kritis
perkembangan visual terlampaui. Penatalaksanaan katarak traumatik yang
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
54/93
mengakibatkan rusaknya serabt lensa dan berakibatt bengkaka dapat
diindikasikan ekstraksi katarak. Katarak yang disebbkan oleh diabetes
melitus harus melakukan pengobatan diabetes secara teratur karena dapat
memperbaiki metabolisme lensa dan bisa mencegah perkembangan
katarak diabetes. Tetapi jika sudah menggau pengelihatan dilakukan
tindakan pembedahan.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatanakut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas
hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus,
seperti diabetes dan glaukoma.Pembedahan katarak terdiri dari
pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1) Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan yang biasa digunakan untuk
mengangkat lensa:
- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan
kapsulnya.
- Pembedahan intrakapsuler : pengangkatan lensa beserta kapsulnya.-
Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2) Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
55/93
intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul
lensa di dalam mata.Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan
mempercepat penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan
di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera,
penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang
terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
Adapaun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :
1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan
diperbolehkan :
- Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama- Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
- Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau
pancuran
- Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan
sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari;
mengenakan kacamata pada siang hari
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang
tidak dioperasi, dan tidak boleh telengkup
4. Aktivitas dengan duduk
5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
- Tidur pada sisi yang sakit
- Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
- Mengejan saat defekasi
- Memakai sabun mendekati mata
- Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
- Berhubungan seks
- Mengendarai kendaraan
- Batuk, bersin, dan muntah
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
56/93
- Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan
punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.
5. JENIS-JENIS KATARAK1) Katarak perkembangan (
developmental ) dan degenerative.
2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
Trauma bisa dalam bentuk tumpul ataupun tajam. Jika lensa robek cairan
mata dapat masuk kedalam lensa sehingga dapat mengakibatkan bengkak
disertai kekeruhan serabut-serabut lensa.
3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yangakan menimbulkan katarak komplikata.
4) Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah
usia 40 tahun
c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata
masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak
teratur.penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa
sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada
saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan
kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
57/93
beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :
1) Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
2) Warna terlihat pudar.
3) Sulit melihat saat malam hari.
4) Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini
terjadi saat katarak bertambah luas.
d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah
merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada
struktur mata yang lainya.
6. PEMERIKSAAN MEDIS
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah
sebagai berikut :
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (1225 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8 )EKG, kolesterol serum, lipid
9) Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10) Keratometri.
11) Pemeriksaan lampu slit.
12) A-scan ultrasound (echography).
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
58/93
13) Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
14) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
7. FARMAKOLOGI KATARAK
Obatobatkatarakberupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan
hanya menghambat proses bertambah matangnya katarak, tetapi tidak
dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Pencegahan hdiharap kan
mengonsumsi buah vit C, A dan E.
8. DIET KATARAKDiit katarak tidak perlu adanya diit khusus bisa diberikan tinggi protein
dan tinggi karbohidrat. Dan perlu diperhatikan juga untuk klien yang
terjadi katarak akibat dari diabetes melitus, untuk klien ini memerlukan
diit tersendiri terkait dengan diabetes melitus. Dan untuk tambahan
diberikan vitamin seperti vitamin A, C dan E.
GLAUKOMA KRONIS
Definisi
Penyakit mata dengan gejala penngkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, myopia tinggi dan progresif, dan lain-lain.
Manifestasi klinis
Penyakit ini berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola
mata seperti normal dan sebagian besar tidak mempunyai keluhan pada stadium
http://obatpropolis.com/katarak-kabut-pada-mata/http://obatpropolis.com/katarak-kabut-pada-mata/7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
59/93
dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena
pandangan lebih gelap, lebih kabur, lapang pandang menjadi sempit, hingga
kebutaan permanen.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi den tonmetri menunjukksn
peningkatan. Nilai dianggap muncurigakan bila berkisar antara 21-25 mmHg dan
dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan
dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada
pupi. Pmeriksaanlapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit,
depresi bagian nasal, tangga Ronne atau skotoma busur.
Penatalaksanaan
Diberikan beta bloker seperti epinefrin, pilokarpin, dan asetazolamid.
Timolol 0,250,5 % tetes tiap 12 jam kecuali pada pasien dengan gagal jantung
atau penyakit saluran pernafasan. Betaksolol 0,250,5 % dengan atau tanpa
epinefrin 0,51 % dapat digunakan sebagai pengganti. Piloksrpin 1-4% diberikan3-4 kali sehari
Pasien diminta datang secara teratur enam bulan sekali agar dapat dinilai
perkembangannya. Yang dinilai adalah tekanan tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila penyempitan lapang pandang tidak bertambah, pengobatan
dianggap telah sesuai dan diteruskan. Bila lapang pandang semakin memburuk,
meskipun hasil pengukuran tekanan berada dalam batas normal, terapi harus
ditingkatkan.
Bila kepatuhan pasien rendah, dapat dilakukan operasi atau laser sesuai
penyebabnya, misalnya iridektomi, trabekuloplastis dengan fotokolagulasi laser,
iridektomi, filtrasi dan lain-lain
Pencegahan
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
60/93
Pasien berusia 40 tahun harus diperikasa secara teratur tekanan bola matanya agar
bisa dideteksi dini dan diobati bila terjadi peningkatan
RETINOPATI DIABETIK
A. BATASANRetinopati diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa
mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan mikro vaskular pada retina
dengan gejala penurunan atau perubahan penglihatan secara perlahan.
B. GEJALAa. Pandangan kabur
b. Floaters (benda yang melayang-layang pada penglihatan)
C. TANDADengan pemeriksaan funduskopi didapatkan :
Mikroaneurisma
Edema makula
Perdarahan retina
Neovaskularisasi
Proliferasi jaringan fibrosis retina
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
61/93
SKE
MA
PAT
OFIS
IOLO
GI
RETI
NOP
ATI
DIAB
ETIK
D. PATOFISIOLOGIBeberapa studi menyatakan bahwa hiperglikemi kronis merupakan penyebab
utama kerusakan multipel organ. Komplikasi hiperglikemia kronis pada retina
akan menyebabkan perfusi yang kurang adekuat akibat kerusakan jaringan
pembuluh darah organ, termasuk kerusakan pada retina itu sendiri.
Terdapat 4
7/22/2019 Skenario 2 KEL B 15
62/93
proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga
berhubungan dengan timbulnya retinopati diabetik, antara lain:
1) Akumulasi SorbitolProduksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari aktivasi jalur
poliol terjadi karena peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase yang terdapat
pada jaringan saraf, retina, lensa, glomerulus, dan dinding pembuluh darah akibat
hiperglikemi kronis. Sorbitol merupakan suatu senyawa gula dan alkohol yang
tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah
yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat akumulasi sorbitol yang
bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat proses osmotik.
Selain itu, sorbitol juga meningkatkan rasio NADH/NAD+sehingga menurunkan
uptake mioinositol. Mioinositol berfungsi sebagai prekursor sintesis
fosfatidilinositol untuk modulasi enzim Na-K-ATPase yang mengatur konduksi
syaraf.Secara singkat, akumulasi sorbitol dapat menyebabkan gangguan konduksi
saraf.
Percobaan pada binatang menunjukkan inhibitor enzim aldose reduktase(sorbinil)
yang bekerja menghambat pembentukan sorbitol, dapat mengurangi atau
memperlambat terjadinya retinopatik diabetik. Namun uji klinik pada manusia
belum menunjukkan perlambatan dari progresifisitas retinopati.
2) Pembentukan protein kinase C (PKC)
Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel vaskularmeningkat akibat peningkatan sintesis de novodari diasilgliserol, yang merupakan
suatu regulator PKC dari glukosa. PKC diketahui memiliki pengaruh terhadap
agregasi trombosit, permeabilitas vaskular, sintesis growth factor dan
vasokonstriksi. Peningkatan PKC secara relevan meningkatkan komplikasi
diabetika, dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah vaskular retina.
Peningkatan permeabilitas vaskular akan menyebabkan
Recommended