View
15
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
gizi buruk
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A
BLOK 24
Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
Anggota Kelompok :
Teguh Rahardian (04121001002)
Reska Afriyanti (04121001005)
Trie Vany Putri (04121001008)
Rolando Agustian Halim (04121001010)
Putri Talita (04121001014)
Balqis Wulandari (04121001015)
Ade Trianda Rizki (04121001034)
M. Ikhsan Nurmansyah (04121001035)
Libna Shabrina (04121001080)
Rebeka Anastasia M (04121001101)
Asnhy Anggun D (04121001102)
Christian Sianipar (04121001103)
Namira Firdha K (04121001104)
Zahro Badria (04111001111)
Stevanus Eliansyah H (04111001113)
Tutor : dr. Selly, Sp.S
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-
Nyalah laporan tutorial skenario A blok 24 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar
tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok 10 tutorial,
dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi
revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Penyusun
Skenario A Blok 24 Tahun 2015
Willi, anak laki-laki usia 18 bulan, dibawa ibunya ke rumah sakit tipe D karena
bengkak seluruh tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,
kuning tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Willi sebelumnya juga pernah
menderita diare hampir setiap bulan. Willi lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan
dengan berat badan lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak
diukur. Willi sebelumnya sudah bisa berjalan tapi sejak sakit ini dia tidak bisa duduk dan
hanya terbaring saja.
Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI usia 0 hari sampai sekarang, sejak lahir sampai
usia 3 bulan susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok takar dicampur dengan
air panas sampai 60 ml. Sejak usia 6 bulan. Willi diberi bubur bayi beras merah merk P 3 kali
sehari @ 2 sendok makan (80 kalori).Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang
terdiri dari tepung beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara membuat
campuran susu formula sudah benar.
Willi sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B2x, dan polio 1x.
Willi dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang beca, ibu usia
32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun
dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen,
sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.
Pemeriksaan fisik: kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau merah
muda dengan tepi hitam di beberapa tempat terutama di daerah yang mendapat tekanan,
kesadaran kompos mentis, denyut nadi 140x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan
30x/menit, suhu 35,00C. Hasil pengukuran antropometri: berat badan 7000 gram, panjang
bada 74 cm, lingkar kepala 46 cm, wajah membulat, tidak ada dismorfik, pada mata terdapat
bercak seperti busa sabun, ada edema di seluruh tubuh, tidak ada iga gambang, perut
membuncit, lengan dan tungkai edema, dan terdapat “baggy pants”.
1. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Definisi
1. Rumah Sakit tipe D Rumah sakit yang hanya bersifat trasnsisi dengan
kemampuan hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini
menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
2. Bengkak seluruh tubuh Edema anasarka; pengumpulan cairan secara
abnormal di ruang interseluler tubuh.
3. Susu formula standar Susu sapi yang diformulasikan agar menyerupai
ASI.
4. BCG Bacille Calmete-Guerin; Imunisasi untuk mencegah
penyakit tuberculosis.
5. DPT Kombinasi vaksin yang digunakan sebagai
imunisasi terhadap batuk pertusis, toxoid diphteri
dan tetanus.
6. Dismorfik Kelainan bentuk muka.
7. Iga gambang Piano sign ; merupakan keadaan dimana tulang iga
menonjol atau jelas.
8. Baggy Pants Jaringan lemak subkutis yang sangat sedikit sampai
tidak ada atau otot paha yang mengendor.
2. Identifikasi Masalah
a. Willi, anak laki-laki usia 18 bulan
b. Bengkak seluruh tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @ 1-2
sendok makan, kuning tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.
c. Willi sebelumnya juga pernah menderita diare hampir setiap bulan
d. Willi lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan
lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur.
e. Willi sebelumnya sudah bisa berjalan tapi sejak sakit ini dia tidak bisa duduk
dan hanya terbaring saja.
f. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI usia 0 hari sampai sekarang, sejak lahir
sampai usia 3 bulan susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok
takar dicampur dengan air panas sampai 60 ml. Sejak usia 6 bulan. Willi diberi
bubur bayi beras merah merk P 3 kali sehari @ 2 sendok makan (80
kalori).Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri dari
tepung beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara
membuat campuran susu formula sudah benar.
g. Willi sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B2x, dan
polio 1x.
h. Willi dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang
beca, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3
orang (usia 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m,
ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak
sumur dengan MCK 6 meter.
i. Pemeriksaan fisik: kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam di beberapa tempat terutama di daerah yang
mendapat tekanan, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 140x/menit, isi dan
tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 35,00C, wajah membulat, tidak
ada dismorfik, pada mata terdapat bercak seperti busa sabun, ada edema di
seluruh tubuh, tidak ada iga gambang, perut membuncit, lengan dan tungkai
edema, dan terdapat “baggy pants”.
j. Hasil pengukuran antropometri: berat badan 7000 gram, panjang bada 74 cm,
lingkar kepala 46 cm
3. Analisis Masalah
a. Willi, anak laki-laki usia 18 bulan
i. Bagaimana hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus ?
1. Usia <5 tahun merupakan usia paling sering mengalami gizi
buruk dimana usia <5 tahun merupakan golden period
perkembangan. Puncak gizi buruk terjadi pada usia 1-2 tahun
2. Anak laki-laki lebih sering mengalami gizi buruk dibanding
perempuan
ii. Bagaimana tumbuh kembang ideal dari anak laki-laki usia 0 – 18
bulan?
b. Bengkak seluruh tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @ 1-2
sendok makan, kuning tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.
i. Apakah kemungkinan penyebab bengkak seluruh tubuh dan diare pada
Willi ?
Etiologi edema anasarka
1. Asupan natrium dan cairan tubuh yang berlebihan
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Peningkatan asupan cairan akibat
hiperglikemia,pengobatan,dorongan minum air tinggi,dan aktivitas
lainnya
4. Ketidakcukupan protein / defisit protein (hipoproteinemia) akibat
penurunan asupan atau peningkatan kehilangan,timbulnya defisit
protein ini sebagai efek dari disfungsi penyakit seperti berikut :
Penyakit gagal jantung (CHF)
Sirosis hepar kronik
Gagal ginjal (CRF )
Luka bakar
Syndrom nefrotik
Infus larutan garam melalui intravena secara cepat
Retensi natrium
Imobilitas dan aktivitas lainya
5. Kehilangan protein yang berat dalam urin atau fungsi ginjal yang
terganggu
Pada kasus, kemungkinan penyebab bengkak seluruh tubuh
adalah defisiensi protein/hipoproteinemia akibat rendahnya asupan
protein (KEP).
Etiologi diare :
Infeksi: virus (rotavirus, adenovirus, norwalk), bakteri (Shigella
sp., Salmonella sp., E. Coli, Vibrio sp.), parasit ( protozoa :
E.hystolytica, G.lamblia, Balantidium coli; cacing: Ascaris sp.,
Trichuris sp., Strongyloides sp.; jamur: Candida sp.), infeksi
ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih,
pneumonia). Terbanyak disebabkan rotavirus (20-40%)
Alergi makanan : alergi susu sapi, protein kedelai, alergi
multiple
Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, dan
protein
Keracunan makanan (misalnya makanan kaleng akibat
Botulinum sp.)
Lain-lain: obat-obatan (antibiotik atau obat lainnya), kelainan
anatomi
ii. Bagaimana mekanisme bengkak seluruh tubuh dan diare ?
Mekanisme Edema
Mekanisme Diare :
1. Susu formula tidak higienis → infeksi → merusak epitel usus →
enzim lactase dan protease menurun → KEP → atrofi mukosa
lambung dan vili usus → gastrin, HCL, pepsin, sekretin menurun →
malabsorpsi, maldingesti nutrient, sekresi dan motilitas menurun →
diare kronik
2. Bubur bayi beras merah → tidak memenuhi kebutuhan gizi salah
satunya protein → KEP → atrofi mukosa lambung dan vili usus →
gastrin, HCL, pepsin, sekretin menurun → malabsorpsi, maldingesti
nutrient, sekresi dan motilitas menurun → diare kronik
3. Kondisi sosial ekonomi yang rendah dan kurangnya pengetahuan si
ibu dalam pembuatan susu formula susu formula terlalu encer
bubur bayi beras merah juga kurang lengkap makro-mikro
nutriennya KEP pada anak.
4. Riwayat Makanan Diare KEP Diare Kronik
Mekanisme Enteropatogen
Melekat pada mukosa dan
memproduksi enterotoksin (diare
sekretori, tidak ada inflamasi pada
usus)
Enterotoxigenic E.coli
Vibrio Cholerae
Merusak brush border (menyebabkan
malabsoprsi karbohidrat)
Enteropathogenic E. Coli
Rotavirus
Menginvasi ke mukosa dan
berproliferasi dalam epithelium usus
Shigella
Enteroinvasive E.coli
Berproliferasi pada lamina propria
dan menginvasi lymphe mesenterika
Non-thypoid salmonella;
Campylobacter jejuni;
Yersinia enterocolitica
Gangguan pembaharuan epitehlium
usus halus
Rotavirus
Sumber : Understanding and Managing Acute Diarrhoea in Infants and
Young Children, Deputy Minister Health Anda Family Welfare India,
2011
iii. Bagaimana karakteristik feses normal anak usia 18 bulan ?
Pada anak usia 18 bulan, kategori BAB yang normal adalah : Pada bayi
yang sudah diperkenalkan makanan padat, fesesnya berwarna coklat
gelap, lebih padat seperti lelehan dark chocolate, dan lebih
berbau. Frekuensi BAB normal pada bayi yang mengonsumsi ASI
eksklusif yaitu 1-7x/hari sampai 1-2 hari sekali. Frekuensi BAB
normal pada bayi yang telah mengonsumsi MP-ASI yaitu 3-4x/hari
iv. Bagimana interpretasi klinis dari BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-
5x/hari @ 1-2 sendok makan, kuning tidak ada lendir dan tidak ada
darah, serta tidak ada muntah ?
Durasi 7 hari Diare Akut (<14 hari)
Frekuensi 4-5x / hari Diare (>3x/hari) tetapi
didapatkan riwayat diare
hampir setiap bulan dan
malnutrisi sehingga suspek
bukan diare akut namun diare
persisten
Jumlah 1-2 sendok makan 1 sendok makan = 15 ml
Jumlah diare 4 x 15 = 60 ml
5 x 30 = 150ml
Jadi jumlah rata-rata diare Willi per hari berkisar 60 –
150 ml
Morfologi Warna Kuning
Tidak ada lendir
Tidak ada darah
Normal
Bukan cholera
Bukan disentri
Penyerta Tidak ada muntah Bukan infeksi saluran cerna
bagian atas
v. Apa dampak diare dan edema anasarka secara umum terhadap status
nutrisi Willi ?
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagaikomplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak,
bradikardia, perubahan elektrokardiagram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktasi
6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama
atau kronik)
Edema biasanya akan lebih tampak pada jaringan lunak yang renggang
misalnya pada jaringan subcutis. Biasanya akan mengakibatkan
pembengkakan dan tekanan pada jaringan tersebut rendah, seperti pada
daerah sekitar mata dan alat kelamin luar. Kulit diatasnya biasanya
menjadi renggang. Bila diatas daerah tersebut ditekan, Maka cairan
akan terdorong dan pindah dari tempat tersebut dan meninggalkan
cekungan pada tempat tekanan tersebut disebut dengan (pitting
edema).
vi. Apa dampak kehilangan cairan ?
Jumlah cairan tubuh pada saat baru lahir sekitar 75% BB
sedangkan pada anak2 sekitar 60% BB
Cairan tubuh dibagi menjadi dua : Extraselluler dan Intraseluler
Diare mengakibatkan kehilangan cairan ekstraseluler (darah,
cairan interstitial dan sekresi) sehingga rehidrasi membutuhkan
cairan yang menyerupainya yaitu tinggi sodium rendah
potassium
Ginjal berfungsi untuk meregulasi kandungan elektrolit cairan
ekstraseluler dengan cara filtrasi, konsentrasi, dilusi dan
reabsorpsi. Pada anak ginjal belum berkembang seperti dewasa
Banyak jumlah cairan dan nutrisi larut air yang terbuang akibat
diare kekurangan volume cairan ekstraseluler
hiponatremia natrium sebagai determinan osmotik utama
osmolaritas ekstraseluler menurun perpindahan cairan
ekstraseluler ke intraseluler lebih banyak lagi cairan
ekstraseluler yang berkurang
Turgor dan elastisitas kulit dipengaruhi oleh cairan dan lemak
kulit, kehilangan cairan mengakibatkan penurunan turgor dan
elastisitas kulit sehingga tampak mengkerut seperti orang tua.
Darah termasuk komponen ekstraseluler sehingga volume
darah ikut menurun lemahnya nadi, hipotensi, ekstremitas
pucat
Akibat penurunan tekanan hidrostatis pada glomerulus ginjal
mengakibatkan penurunan jumlah dan frekuensi urine. Hal
ini disebabkan ginjal tidak dapat berkompensasi akibat belum
matangnya fungsi ginjal. Urine merupakan indikator untuk
derajat keparahan penyakit
Feces mengandung banyak potassium penurunan kadar
potassium distensi abdomen, hipotoni otot, pada EKG
ditemukan depresi ST dan gelombang T yang datar
Sekresi usus bersifat basa dan diare mengakibatkan kehilangan
sejumlah bikarbonat acidemia pernafasan menjadi
dalam dan cepat ( Pernapasan Kussmaul)
vii. Bagaimana cara menghitung jumlah kehilangan cairan dari frekuensi
diare ?
Pada kasus ini kita hanya dapat memperkirakan jumlah kebutuhan
cairan bayi melalui berat badan yaitu dari :
100ml untuk 10 kg BB pertama
Maka pada kasus dengan berat 7kg dapat disimpulkan bahwa Willi
membutuhkan sekitar 700 ml / hari
Untuk menghitung jumlah kehilangan cairan kita memerlukan data
intake dan output yang lebih lengkap. Oleh karena itu pada kasus ini
kita dapat memperkirakan jumlah kehilangan cairan melalui tanda dan
gejala klinis
Klasifikasi Tanda dan Gejala
Dehidrasi berat
(kehilangan cairan >10% BB)
Dua atau lebih tanda berikut:
Kondisi umum lemah, letargis/tidak sadar
Ubun-ubun besar, mata sangat cekung
Malas minum / tidak dapat minum
Cubitan perut kembali sangat lambat (≥
2detik)
Dehidrasi Ringan Sedang
(kehilangan cairan 5-10%
BB)
Dua atau lebih tanda berikut:
Rewel, gelisah, cengeng
Ubun-ubun besar, mata sedikit cekung
Tampak kehausan, minum lahap
Cubitan perut kembali lambat
Tanpa Dehidrasi
(kehilangan cairan <5% BB)
Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dua
kriteria di atas
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, Willi mengalami diare tanpa
dehidrasi yang berarti kehilangan cairan <5% BB
c. Willi sebelumnya juga pernah menderita diare hampir setiap bulan.
i. Mengapa kejadian diare pada Willi selalu berulang ?
Kejadian diare berulang pada Willi diakibatkan etiologi yang tidak
ditangani berupa tidak layaknya rumah huni mereka sehingga sangat
memungkinkan terkena infeksi ulang serta malnutrisi yang tidak
teratasi.
ii. Bagaimana tatalaksana diare pada balita gizi buruk ?
Jangangunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi
beratdengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat
dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-
selingdengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam
selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume
fesesyang keluar dan apakah anak muntah.
Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan
mempunyaikadar natrium tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang
lebih tepat adalah ReSoMal (lihat resep di bawah).
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam sesuai tabel 27
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia< 1 th:
50-100ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap
buang air besar.
RESEP RESOMAL
ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per
liter.
Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal
dapatdibuat larutan sebagai berikut:
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu,
makadapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral
tersebut.Dapatpula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3
ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.
Jika ada, tambahkan juga selenium (0.01 g natrium selenat,
NaSeO4.10H20)dan iodium (0.005 g kalium iodida) per 1000 ml.
Larutkan bahan ini dalam air matang yang sudah didinginkan.
Simpan larutan dalam botol steril dan taruh di dalam lemari es
untukmenghambat kerusakan. Buang jika berubah seperti
berkabut. Buatlahlarutan baru setiap bulan.
Tambahkan 20 ml larutan mineral-mix pada setiap pembuatan
1000 mlF-75/F-100 Jika tidak mungkin untuk menyiapkan larutan
mineral-mixdan juga tidak tersedia larutan siap pakai, beri K, Mg
dan Zn secaraterpisah. Buat larutan KCl 10% (100 g dalam 1 liter
air) dan larutan1.5% seng asetat (15 g dalam 1 liter air).
Untuk pembuatan ReSoMal, gunakan 45 ml larutan KCl 10%
sebagaipengganti 40 ml larutan mineral-mix, sedangkan untuk
pembuatan F-75dan F-100 gunakan 22.5 ml larutan KCl 10%
sebagai pengganti 20 mllarutan mineral-mix.
Berikan larutan Zn-asetat 1.5% secara oral dengan dosis 1
ml/kgBB/hari.
Beri MgSO4 50% IM, 1x/hari dengan dosis 0.3 ml/kgBB/hari,
maksimum2 ml.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap
setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam
berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat
berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
frekuensi napas
frekuensi nadi
frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan
mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan
fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda
membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak
memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi,
sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas
meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan
pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang
setelah 1 jam.
Pencegahan
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan
pada anak dengan gizi baik (lihat Rencana Terapi A), kecuali
penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar.
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
Pemberian F-75 sesegera mungkin
Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar
cair.
d. Willi lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan
lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur.
i. Bagaimana interpretasi riwayat kelahiran Willi ?
1. Willi lahir normal artinya secara pervaginam, spontan tanpa
bantuan alat atau intervensi lain, dan cukup bulan atau aterm.
Aterm disini menunjukkan bahwa bayi berpeluang bisa
mencapai potensi pertumbuhan maksimal yang memang harus
dijalaninya selama 37-40 minggu kehidupan intrauterin.
2. Berdasarkan berat badan lahir, bayi pada kasus termasuk dalam
Berat Badan Lahir Rendah, dengan pengklasifikasian sebagai
berikut :
# < 2500 g : Low birthweight (LBW)
# < 1500 g : Very low birthweight (VLBW)
# < 1000 g : Extremely low birthweight (ELBW)
3. Berdasarkan rules of thumbs pertumbuhan pediatric dan kurva
WHO dituliskan bahwa panjang badan rerata pada saat lahir
berkisar 50 cm. Namun panjang badan bayi aterm menurut
obstetric berkisar antara 46-50 cm. Jadi panjang badan lahir
WILLI masih tergolong normal. Panjang badan rata-rata bayi
baru lahir di Indonesia adalah 48 cm sedangkan di negara maju
adalah 50 cm.
4. Jika dilakukan pengukuran lingkar kepala seharusnya dalam
rentang normal didapatkan lingkar kepala lahir 33-35,6 cm.
ii. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keadaan sekarang ?
BBLR cenderung komplikasi seperti imunitas rendah Faktor resiko
diare
.
e. Willi sebelumnya sudah bisa berjalan tapi sejak sakit ini dia tidak bisa duduk
dan hanya terbaring saja.
i. Apa penyebab regresi perkembangan yang dialami Willi dan apakah
kondisi ini reversible ?
Imobilisasi adalah suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring
selama 3 hari atau lebih dengan gerak anatomi tubuh menghilang
akibat perubahan fungsi fisiologi. Penyebabnya yaitu:
1. Rasa Nyeri
Tulang : Osteoporosis, Osteomalacia, Paget’s disease,
Metastase Ca
Sendi : Ostoartritis, Artritis reumatoid, Gout
Otot : Polimialgia
2. Rasa Lemah
Malnutrisi, gangguan elektrolit, anemia, miopati
tidak digunakannya otot, gangguan neurologis
3. Kekakuan Otot
Osteoartritis, Parkinson, Artritis reumatoid, gout.
4. Ketidakseimbangan
Kelemahan , faktor neurologis ( Stroke, kehilangan refleks
tubuh, diabetes mellitus, malnutrisi & gangguan vestibulo
serebral )
Hipertensi ortostatik
Obat-obatan ( diuretika, antihipertensi, neuroleptika, dan
antidepresan )
Gangguan kognitif berat ( dimensia)
Pada kasus, imobilisasi yang terjadi akibat atrofi otot disebabkan
oleh kurang gizi yang berlangsung lama. Kurangnya nutrisi
mengakibatkan gangguan pada massa otot (atrofi) sehingga tidak
mampu menggerakkan tulang untuk berdiri, jalan bahkan untuk duduk.
Terjadi degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu
dan Mg seperti gangguan neurotransmitter.
ii. Apabila reversible, bagaimana tindakan yang dapat diambil agar Willi
mencapai tahapan tumbuh kembang seharusnya ?
Kondisi ini reversible apabila :
Terapi nutrisi buruk pada Willi berjalan lancar
Stimulasi terus dilakukan pada Willi, stimulasi diulangi pada
tahap dimana baru bisa berbaring dan belajar untuk duduk
iii. Sejauh mana kemunduran yang dialami Willi ?
Tahapan yang dilakukakn willi yaitu sama dengan anak dibawah 6
bulan, dimana belum bisa duduk dan hanya terbaring saja.
f. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI usia 0 hari sampai sekarang, sejak lahir
sampai usia 3 bulan susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok
takar dicampur dengan air panas sampai 60 ml. Sejak usia 6 bulan, Willi diberi
bubur bayi beras merah merk P 3 kali sehari @ 2 sendok makan (80 kalori).
Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri dari tepung
beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara membuat
campuran susu formula sudah benar.
i. Bagaimana asuhan nutrisi pediatri yang benar dari anak 0 – 18 bulan ?
1. Bayi Usia 0 – 6 bulan
a. Asupan nutrisi utama adalah ASI eksklusif
b. ASI diberikan sedini mungkin melalui Inisiasi
Menyusui Dini (IMD)
c. Edukasi orang tua sehingga ASI diberikan kapanpun
saat bayi merasa lapar
d. Apabila tidak dapat diberi ASI, pilihan utama adalah
susu formula yang dibuat dari susu sapi yang telah di
fortifikasi zat besi
e. Kebutuhan cairan bayi usia 0 – 6 bulan adalah 100
mL/KgBB/hari
f. ASI dan formula terdiri atas 90 % air
2. Bayi Usia 6 – 9 bulan
a. Diberikan MPASI atau makanan pendamping ASI
(makanan difortifikasi dengan besi serta susu sapi).
Apabila ingin mengenalkan makanan baru sebaiknya
diberikan jarak 2 hari
b. Pemberian makanan tambahan dalam porsi kecil (1-3
sendok makan) dengan frekuensi 2-3 kali sehari.
c. Kebutuhan kalori dari MPASI pada usia ini sekitar 200
kkal/hari. Frekuensi pemberian 2-3 kali/hari, dengan
selingan kudapan 1-2 kali/hari
3. Bayi Usia 9 – 12 bulan
a. Antara usia 9 – 11 bulan, frekuensi pemberian makanan
tambahan ditingkatkan sampai 3-4 kali sehari
b. Pengasuh memberi motivasi untuk makan dengan
mandiri dan memberikan makanan tekstur yang lebih
keras (makin menyerupai makanan keluarga)
c. Pada usia 12 bulan, apabila susu sapi adalah sumber
utama, berikan 500 mL dengan makanan lain sumber
vitamin D
d. Apabila bayi sudah disapih sebelum usia 12 bulan,
pemberian susu sapi segar (whole milk) tidak
diperbolehkan dan dianjurkan susu formula dari susu
sapi yang telah difortifikasi dengan zat besi
e. Pada usia ini, anak dapat menggunakan rahang dan
lidah untuk menggigit dan menghancurkan berbagai
tekstur makanan, mencoba menggunakan sendok, serta
anak mencoba makan dengan mandiri dengan sendok
atau tangan
f. Kalori dari MPASI sekitar 300 Kkal/hari. Frekuensi
makanan di luar ASI dianjurkan 3-4 kali/hari, dengan 1-
2 selingan kudapan. Volume yang dapat ditoleransi
anak setiap kali makan adalah sekitar 125 cc.
4. Bayi Usia 12 – 24 bulan
a. ASI masih diperbolehkan. Apabila tidak disusui, whole
milk (3,25% lemak) dapat diberikan
b. Pemberian makanan dilakukan dengan frekuensi 3 kali
makanan pokok porsi kecil dan 2-3 kudapan tiap hari.
c. Pada usia 15 bulan anak dapat makan mandiri dengan
sendok dan jenis makanan yang dimakan adalah
makanan keluarga
d. Pada usia 18 – 24 bulan, anak dapat mengonsumsi
sebagian besar jenis makanan pada makanan keluarga,
nafsu makan yang berfluktuasi adalah hal yang umum
ditemui, terutama sekitar tumbuhnya gigi baru, dan
menolak makanan yang tidak disenangi
e. Jumlah kalori dari MPASI dianjurkan sekitar 550
Kkal/hari. Frekuensi makan MPASI dianjurkan 3-4x
/hari, dengan 1-2 selingan kudapan. Anak dapat
mengkonsumsi volume makanan 180-250 cc
ii. Apakah ibu ini benar atau salah dalam hal pemberian nutrisi bayi ?
1. Pemberian asi dari usia 0 sampai sekarang : Benar. Karena ASI
dapat diberikan dari anak usia 0 sampai dengan 2 tahun
2. Pemberian susu formula pada usia 3 bulan : Salah. Pada anak
usia 0-6 bulan idealnya diberikan ASI eksklusif, karena dengan
ASI saja seluruh kebutuhan nutrisi bayi sudah tercukupi.
Pemberian susu formula secara premature menyebabkan bayi
menjadi rentan terinfeksi oleh mikroorganisme patogen, lebih
sering mengalami alergi, cenderung sering mengalami diare
kronis.
3. Pembuatan susu formula dengan 1 sendok takar dicampur 60
ml air. Salah. Tiap merk mungkin memiliki cara penyajian susu
yang berbeda-beda, namun secara garis besar 1 sendok takar
susu seharusnya dicampur dengan 30 ml air. Pencampuran yang
salah akan menyebabkan air susu hipoosmolar dan
menyebabkan malnutrisi.
4. Sejak usia 6 bulan, diberikan bubur bayi beras merah 3 kali
sehari @2 sendok makan. Pada usia 6 bulan, pemberian MPASI
berupa bubur bayi dengan frekuensi 2-3 kali sehari, dengan
porsi 2-3 sendok makan, diselingi dengan 2 kali snack, dan
ASI. Pemberian MP-ASI ini benar sampai anak berusia 12
bulan, karena setelah anak berusia 12 bulan harus diberikan
makanan keluarga. Jumlah pemberian juga salah. Makanan
keluarga pada anak usia 12-23 bulan harus diberikan dengan
takaran ¾ sampai dengan 1 mangkok
5. Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri
dari tepung beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu : Salah,
karena bubur saring terlalu banyak campurannya sehingga bayi
bingung
6. Setelah dijumlahkan kalori yang diberikan ibu tidak mencukupi
kebutuhan kalori harian Willi
iii. Bagaimana dampak pemberian susu formula terlalu dini pada bayi ?
Dampak Jangka Pendek:
a. Menurukan frekuensi dan intensitas isap. Sampai usia 6 bulan,
aktivitas mulut bayiadalah mengisap. Nah, ketika kita memaksa
mulutnya untuk mengunyah, alhasil frekuensi dan intensitas
mengisap menurun, bahkan hilang.
b. Memicu diare. Perut bayi di bawah usia 6 bulan sebenarnya baru
bisa mencerna ASI. Ketika diberi MPASI, maka sel-sel usus
kewalahan untuk mengolah zat-zat makanan, sehingga bereaksi
seperti menimbulkan gangguan diare.
c. Menimbulkan defluk atau kolik usus. Kram usus yang ditandai
dengan bayimenangis sambil menarik kakinya ke arah perut,
terjadi akibat usus yang belum matang dipaksa mencerna MPASI.
d. Bayi kehilangan nutrisi dari ASI, karena kekenyangan makan
MPASI. Padahal, nutrisi dari MPASI tidak dapat
diterima bayi 100% akibat tubuhnya belum bisa mencerna
MPASI dengan sempurna. Hanya ASI yang bisa dicerna sempurna
sehingga memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Konsumsi MPASI
yang mengenyangkan, tentu membuat bayi enggan minum ASI.
Akibatnya, kebutuhan nutrisi seimbang, justeru tidak terpenuhi.
e. Penyakit anemia zat besi. Pengenalan makanan seperti sereal,
buah-buahan atau sayuran yang terlalu dini, dapat memengaruhi
penyerapan zat besi dari ASI sehingga
menyebabkan bayi kekurangan zat besi.
Dampak Jangka Panjang:
a. Obesitas, terjadi akibat bayi menerima tambahan kalori ekstra dari
MPASI. Padahal, jumlah kalori makanan padat dan susu formula
melebihi jumlah kalori yang ia butuhkan. Hanya ASI yang dapat
memenuhi kebutuhan kalori bayi secara lengkap dan seimbang.
Pemberian MPASI secara dini juga mengajarkan pola makan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Konsekuensi pada usia-usia
selanjutnya adalah terjadi kelebihan berat badan atau kebiasaan
makan terlalu banyak.
b. Hipertensi, disebabkan asupan garam natrium dari MPASI yang
sangat tinggi, yaitu lebih dari 15 mg/100 m.
c. Arteriosklerosis, yaitu bentuk gangguan yang terjadi pada
pembuluh darah arteri, sebagai akibat dari konsumsi kolesterol
serta lemak berlebihan, dari MPASI.
d. Alergi makanan. Belum matangnya sistem kekebalan usus bayi,
menyebabkan risiko reaksi alergi lebih kerap terjadi.
iv. Bagaimana cara membuat campuran susu formula dan bubur saring
yang baik untuk buah hati ?
Takaran susu harus diperhatikan tidak boleh melebihi seperti yang
dianjurkan, jangan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kelebihan atau
kekurangan dalam memberi takaran susu formula dapat berakibat
timbulnya risiko kurang gizi atau kerusakan ginjal.
Perlu diingat bahwa susu yang paling baik bagi bayi tetaplah Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan. Namun dalam kondisi
dimana ibu tidak dapat menyusui bayinya (atas indikasi dokter), dapat
dilakukan langkah-langkah untuk dapat membuat susu yang bersih dan
steril demi mencegah terjadinya infeksi.
Langkah-langkah tersebut tertuang dalam 12 langkah menurut WHO
dan FAO (2006) sebagai berikut:
1. Bersihkan alas tempat membuat susu hingga bersih
2. Cucilah tangan dengan air yang mengalir dan sabun, lalu keringkan
dengan handuk bersih
3. Panaskan air hingga suhunya mencapai 1000C. Apabila
menggunakan kettel otomatis, tunggu hingga kettel mati dengan
sendirinya. Apabila menggunakan panci, pastikan air dimasak sampai
mendidih
4. Bacalah dengan seksama ukuran pembuatan susu pada kaleng susu
formula.
5. Setelah air mendidih, tuangkan air pada botol susu yang telah
dicuci bersih dan disterilkan. Tunggu kurang lebih 15 menit agar suhu
air mencapai lebih dari 700C sebelum memasukkan susu. Suhu harus
diturunkan agar protein dalam susu tidak rusak. Namun jangan sampai
di bawah 700C agar bakteri Enterobacter sakazakii dapat mati.
6. Masukkan susu sesuai dengan takaran.
7. Tutup botol susu, lalu kocok perlahan agar susu dan air tercampur
dengan baik.
8. Turunkan suhu susu sebelum diberikan ke bayi dengan cara
melewatkan botol pada air yang mengalir melalui kran. Suhu juga
dapat diturunkan dengan merendam botol dalam air baskom.
9. Keringkan bagian luar botol.
10. Teteskan pada punggung tangan untuk mengecek suhunya kembali
sebelum diberikan pada bayi.
11. Beri minum bayi.
12. Buang susu apabila tidak terminum hingga kurun waktu 2 jam.
Selain itu, masih terdapat beberapa langkah tambahan yang dapat
dilakukan untuk menambah keamanan penggunaan susu formula,
yaitu:
1. Tidak menggunakan produk susu bubuk yang kemasannya telah
terbuka cukup lama, atau dalam kemasan yang sudah tidak baik atau
bocor.
2. Menyimpan susu bubuk yang telah terbuka kemasannya dalam
lemari pendingin bersuhu dibawah 5°C untuk mencegah pertumbuhan
mikroba, termasuk E. sakazakii.
Waspada terhadap gejala demam dan diare yang merupakan indikasi
infeksi, apapun mikroorganismenya, bukan hanya E. sakazakii.
v. Bagaimana komposisi susu formula standard ?
Komposisi formula standar :
Harus bebas gluten
Setiap 100 ml produk harus mengandung energi tidak kurang
dari 60 kkal dan tidak lebih dari 70 kkal
Mengandung protein, lipid (asam linoleat dan asam alfa-
linolenat), karbohidrat, vitamin (A, D3, E, K, tiamin, riboflavin,
niasin, B6, B12, asam pantotenat, asam folat, vitamin C dan
biotin), mineral dan trace element (besi, kalsium, fosfor,
magnesium, natrium, klorida, kalium, mangan, yodium,
selenium, tembaga dan seng)
Kolin, myoinositol dan L-karnitin
g. Willi sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan
polio 1x.
i. Bagaimana jadwal imunisasi sampai anak usia 18 bulan ?
Hep B seharusnya 3x
BCG benar
DPT harusnya bulan 18 imunisasi ke empat
Polio seharusnya sudah 5x
h. Willi dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang
beca, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3
orang (usia 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m,
ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak
sumur dengan MCK 6 meter.
i. Bagaimana hubungan social-ekonomi keluarga dengan status gizi
Willi?
Sosial ekonomi: pekerjaan Ayah sebagai tukang becak,
pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga; Rumah masih menyewa,
ukuran 3m x 7m; Jumlah saudara 3 orang, berusia 7 tahun, 5 tahun, dan
3 tahun
Riwayat sosio ekonomi berhubungan dengan asupan makanan
yang dapat diberikan pada Wili, baik dari segi kandungan nutrisi,
jumlah dan cara pemberian/pembuatannya. Faktor sosial, rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi bagi
pertumbuhan anak. Faktor ekonomi yaitu kemiskinan yang bisa dilihat
dari pekerjaan dan rumah yang masih mengontrak. Pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak.
Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling
mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi yang menjadi penghambat
asupan nutrisi yang adekuat bagi bayi yang berdampak pada kualitas
ASI yang dihasilkan ibu dan makanan pendamping ASI yang bergizi.
Selain itu dengan lingkungan rumah yang sempit biasanya disertai
dengan higienitas yang buruk. Sehingga kebersihan makanan juga bisa
diragukan dimana makanan yang terkontaminasi bisa menimbulkan
diare pada Wili.
Riwayat jumlah anak yang banyak dengan usia yang masih
kecil-kecil juga menyebabkan ibu menjadi kesulitan untuk mengurus
anaknya. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan sosial
ekonomi sedang akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang untuk anak. Apalagi jika jarak usia antar anak sangat
dekat. Pada keluarga dengan sosial ekonomi kurang, selain
berkurangnya kasih saying dan perhatian, kebutuhan primer anak
seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi.
Sehingga peluang anak menjadi terlantar dan tidak terurus menjadi
lebih besar.
Lingkungan tempat tinggal (disertai syarat lingkungan tempat
tinggal yang baik dan dihubungkan dengan kasus): Rumah ukuran 3m
x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur
gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.
Dilihat dari keadaan tersebut, kondisi tempat tinggal kurang
memadai. Lantai semen cenderung berdebu, sumber air yang cukup
jauh dengan MCK.
ii. Bagaimana kriteria rumah sehat yang layak huni ?
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan
perumahan.meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu:
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding,
lantai, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan
pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih,
pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat
pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela
ruangan dirumah, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat
sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat
adalah:
Langit-langit. Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik
adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap,
harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.
Dinding. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding
sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus
dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi
oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga
dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak
berlumut.
Lantai. Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin,
stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan.Menurut
Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab
bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi
dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,
keramik.Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya
lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.
Pembagian ruangan/ tata ruang. Setiap rumah harus mempunyai
bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat
pembagian ruangan yang baik adalah:
Ruang untuk istirahat/tidur. Adanya pemisah yang baik antara
ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak,
terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang
cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan
tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya untuk melakukan kegiatan.
Ruang dapur. Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri,
karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak
negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki
ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan
keluar.
Kamar mandi dan jamban keluarga. Setiap kamar mandi dan
jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk
berhubungan dengan udara luar.
Ventilasi. Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam
suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah
maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk
menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat,
diantaranya:
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai
ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat
dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi
10% kali luas lantai ruangan.
Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.
Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan
menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua
dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.
Pencahayaan.Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam
rumah merupakan kebutuhan manusia.Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan.Yang perlu
diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
Pencahayaan Alamiah. Penerangan alami diperoleh dengan
masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela,
celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain
untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban
ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan
membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar, 1996).
Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam
yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas
membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila
membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang
terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
Pencahayaan Buatan. Penerangan dengan menggunakan
sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak tanah, listrik dan
sebagainya.
Luas Bangunan Rumah. Luas bangunan rumah sehat harus cukup
untuk penghuni di dalamnya, artinya luas bangunan harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuninyaakan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan
memenuhi syarat jika ≥ 8 m2/ orang.
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan
yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
Sarana Air Bersih. Air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Di
Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI
No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).Dikatakan air bersih
jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain:
o Syarat fisik. Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih
dengan suhu di bawah suhu udara sehingga
menimbulkan rasa nyaman.
o Syarat kimia. Air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat kimia, terutama yang berbahaya bagi
kesehatan,
o Syarat bakteriologis. Air tidak boleh mengandung suatu
mikroorganisme.Misal sebagai petunjuk bahwa air telah
dicemari oleh feses manusia adalah adanya E. coli
karena bakteri ini selalu terdapat dalam feses manusia
baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih
sukar dimatikan dengan pemanasan air
Jamban (sarana pembuangan kotoran). Pembuangan kotoran
yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau
sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan
tinja, prinsipnya yaitu:
o Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
o Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan/ air
tanah.
o Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
o Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
o Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
o Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan
atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).Menurut Azwar (1996), air
limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat
dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin kompleks
pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah
air tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil
perbuatan manusia.Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah
yang lazim dikenal adalah:
Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan
dapur.
Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam
renang.
Limbah industri.
Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat
aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat lagi.Entjang
(2000), berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia maka perlu pengaturan pembuangan, seperti tempat sampah
yaitu penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan
untuk dibuang. Syarat tempat sampah:
Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan
Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik seranga atau
binatang lainnya.
i. Pemeriksaan fisik: kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam di beberapa tempat terutama di daerah yang
mendapat tekanan, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 140x/menit, isi dan
tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 35,00C, wajah membulat, tidak
ada dismorfik, pada mata terdapat bercak seperti busa sabun, ada edema di
seluruh tubuh, tidak ada iga gambang, perut membuncit, lengan dan tungkai
edema, dan terdapat “baggy pants”.
i. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik
? (Tabel dan Gambar )
Hasil Pemeriksaan
Fisik
Nilai Normal Interpretasi dan Mekanisme
Kelihatan gemuk BB dan TB ideal Abnormal, pada kasusnya, bayi terlihat
gemuk kemungkinan disebebakan oleh
edema seluruh tubuh (edema +++)
Kulit: Mengkilat,
bercak-bercak putih
atau merah dengan
tepi hitam di
beberapa tempat
terutama di daerah
yang mendapat
tekanan
Crazy Pavements Dermatosis
Merupakan manifestasi dari kwashiorkor
terjadi karena defisiensi protein.
Kesadaran kompos
mentis
Kompos mentis Normal
Denyut nadi 110-150x/menit Denyut nadi: Normal
140x/menit Isi dan tegangan nadi: Normal
Belum terjadi tanda-tanda syok karena
dehidrasi
Isi dan tegangan nadi
cukup
Cukup
Pernapasan
30x/menit
30-60 x/menit
24-46 x/menit
Normal
Suhu 35oC 36,5-37,2 oC Hipotermi
Wajah membulat Bisa terjadi karena kelainan otot wajah. Tapi pada kasus ini
lebih disebabkan karena edema yaitu penimbunan cairan
tubuh di bawah kulit yang disebabkan oleh kekurangan
asupan protein.
Dismorfik tidak ada Normal. Menyingkirkan kemungkinan penyebab
keterlambatan perkembangan oleh kelainan endokrin, atau
Sindrom Down, Marfan, Turner, dll.
Mata: terdapat
bercak seperti busa
sabun
Bercak ni merupakan penumpukan keratin dan sel epitel
yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia,
sehingga dipakai sebagai criteria penentuan prevalensi
kurang vitamin A dalam masyarakat.
Edema di seluruh
tubuh
Edema +++. Karena penimbunan cairan tubuh di bawah kulit
yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein.
Iga gambang Normal (DD: gizi buruk tanpa edema)
Perut membucit Edema (lihat edema)
Lengan dan tungkai
edema
(lihat edema)
Baggy pants (+) Abnormal
Gizi yang kurang jaringan lemak sedikit sampai tidak ada
otot paha mengendor (Baggy pants (+))
j. Hasil pengukuran antropometri: berat badan 7000 gram, panjang bada 74 cm,
lingkar kepala 46 cm
i. Bagaimana interpretasi hasil pengukuran antropometri ?
Hasil Pemeriksaan
Antropometri
Nilai Normal Interpretasi dan Mekanisme
Berat Badan: 7000 gram 7600-11600 gram
(9400 gram)
BB/U: gizi buruk (< -3 SD)
PB/U: normal (≥ -2 SD)
Lingkar kepala: normalPanjang Badan: 74 cm 70-79 cm (74,5 cm)
Lingkar Kepala: 46 cm 43,4-47,9 cm (45,8
cm)
ii. Bagaimana cara mengukur status gizi berdasarkan hasil pengukuran
antropometri ?
BB/ U = - 4.02 SD (Severely Underweight)
PB/U = -3,34 ( Severely stunted)
BB/TB = - 3,56 (Severely wasted)
BB ideal sesuai PB : 9 kg
Status gizi Willi : Gizi Kurang
4. Hipotesis
Willi, anak laki-laki usia 18 bulan menderita gizi buruk dengan edema suspek diare
kronis dan kesalahan asuhan nutrisi.
5. Learning Issue dan Sintesis
a. TUMBUH KEMBANG ANAK HINGGA 18 BULAN
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)
dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya.
a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.
Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari
orang tuanya.
2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu
berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai
dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh
kembangnya.
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu
masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal yang
berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai
lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau
zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia
embrio.
b) Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu
sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ
ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik
dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat
digolongkan menjadi :
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa
berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan
fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal); b.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya
anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya
Berikut ini adalah tabel tumbuh kembang anak menurut Depkes :
1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ
tubuh sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ
tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal diperlukan
pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi.
Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan
yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada
awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum
sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut
berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang
anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak
untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh.
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam
kandungan ibu sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-
kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini maka anak tersebut
sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun
anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya
tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya.
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan
yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut
pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti
yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau
saat pengukuran Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature
dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah
panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran linier yang
rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan
energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang
paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
b. Pertumbuhan Massa Jaringan
bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh
ukuran massa tubuh adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan
tebal lemak bawah kulit, apabila ukuran ini rendah atau kecil,
menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan
yang sering digunakan adalah berat badan.
Tahap pertumbuhan anak
Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap,
2004):
1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian
mengurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun.
2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil
balik.
3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).
4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai
suatu waktu (kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun
pertama panjang badan bayi bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju
25 cm), sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm
(75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan pertambahan panjang
badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004).
2. Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-
sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya.
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini
tidak bersifat kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu
adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik
maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai
manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia
terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar
dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada
individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik
dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa
akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan
Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) –
Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th)
yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan
kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta
diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara
pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan
umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal.
Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara
spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).
a. Jenis – jenis Perkembangan
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang.
Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang
badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena
bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ
tubuh lainnya.
2) Perkembangan Motorik Kasar
a) Perkembangan Motorik Kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat
lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya.
b) Perkembangan Motorik Halus
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak –
anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat
informal dalam bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Disamping
itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan
olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
c) Tahap Perkembangan Motorik
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya :
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa
langkah
• berjalan cepat
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• merangkak di tangga
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• menarik dan mendorong benda-
benda berat
• melempar bola
• mengambil benda kecil dengan ibu
jari atau telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara
bersamaan
• menyusun menara dari balok
• memindahkan air dari gelas ke gelas
lain
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menyalakan TV dan bermain remote
• belajar mengupas pisang
d) Fungsi Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi
perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai
berikut
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki
keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang
independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal
Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis,
dan barisberbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak
normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan).
5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan
selfconcept atau kepribadian anak.
e) Uji Perkembangan Motorik
Berikut adalah beberapa tes perkembangan motorik yang sering
digunakan dalam menilai perkembangan anak, yaitu :
1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale, berfungsi menaksir
kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan untuk anak
umur neonatus
2. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale, berfungsi menaksir stadium sensorimotor
menurut Piaget, yang digunakan pada anak umur 0-2 tahun.
3. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale, berfungsi terutama
menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama dengan beberapa
perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4 minggu-3,5/6
tahun.
4. Bayley Infant Scale of Development, berfungsi menaksir perkembangan
motorik dan sosial, digunakan pada usia 8 minggu – 2,5 tahun.
5. The Denver Developmental Screening Test, berfungsi menaksir
perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar
pada usia 1 bulan – 6 tahun.
6. Yale Revised Development Test, berfungsi menaksir perkembangan
motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku sosial dan bahasa,
diguanakn pada usia 4 minggu – 6 tahun
7. Geometric Forms Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik
halus dan intelektual.
8. Motor Milestone Development
Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang
digunakan Depkes dan dokter anak. Kurva perkembangan anaknya
hanya mencantumkan satu titik kemampuan gerak anak yang
merupakan hasil perhitungan modus sejumlah anak pada umur
tertentu pada studi perkembangan anak di luar negeri. Secara
alamiah setiap anak dalam perkembangannya memiliki variasi
kemampuan gerak (motorik milestone) pada umur yang dicapai.
Pusat Penelitian dan pengembangan Gizi dan. Makanan Bogor
pada pertengahan tahun 2003; telah me1akukan penelitian studi
motorik· milestone untuk pembuatan KMS perkembangan anak.
Penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban karena menurut
kronologis kemampuan motorik milestone serta variasinya menurut
umur anak, sehingga mendapatkan suatu kurva perlcembangan anak
yang sesuai dan relevan dengan program nasional gizi dan kesehatan.
Hasil penelitiannya menghasilkan sutau Irurva perkembangan
anak yang merupakan cikal bakal untuk kurva perkembangan anak.
Kurva perkembangan anak yang terbentuk ini merupakan gambaran
dari perkembangan anak sehat Indonesia, Berikut ini, antropometri
yang digunakan untuk mengukur motorik bayi dengan mengggunakan
Milestone Perkembangan Motori :
Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang
dikembangkan oleh Depkes.
Gambar 1 : Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik
3) Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya,
daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada
periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih
konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat,
sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah
dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational
Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek
peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari
pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya
b. Ciri – Ciri Perkembangan
Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan
memiliki ciri-ciri sehingga dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut,
sebagai berikut :
1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan, Perkembangan
adalah proses yang kontinue dari konsepsi sampai maturasi.
Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan setelah
kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat
dengan mudah diamati.
2) Dalam priode tertentu ada masa percepatan dan ada masa
perlambatan. Terdapat 3 (tiga) periode pertumbuhan cepat adalah
pada masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas.
3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi
kecepatannya berbeda.
4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi system saraf pusat. Bayi
akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya.
5) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
3. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsusmsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi
kurang dan gizi lebih. Dr. Minarto mengatakan bahwa, selain gizi
kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi
yang perlu perhatian lebih
Keadaan gizi seseorang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian
gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi,
mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang
sangat membutuhkan bantuan gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu
penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi 4 penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik
b. EVALUASI TUMBUH KEMBANG ANAK
Indikator penilaian tumbuh kembang :
Penilaian pertumbuhan : Fisik, Gizi dan Maturitas, sedangkan untuk penilaian
perkembangan menggunakan milestone.
Untuk indikator pertumbuhan fisik :
• Bayi : * BB, PB, O kepala
* Penutupan ubun-ubun, gigi geligi
• Anak : * BB, TB, O kepala
* Panjang segmen tubuh, ekstremitas, rentang tangan, tinggi
duduk
• Remaja : * BB, TB,
* Lap. kulit, lemak otot, O lengan atas,
* Sex Maturity Rating (SMR)
Penilaian berat badan :
Alat yang digunakan yaitu timbangan bayi, dacin, timbangan
berdiri.Jarum penunjuk selalu pada angka 0. Hasil akan lebih tepat
menggunakan timbangan elektronik, tetapi baterai harus diganti berkala. Bayi
ditimbang dengan kondisi telanjang, sedangkan anak-anak menggunakan baju
dalam.
Penilaian tinggi badan :
Untuk bayi s/d usia 2 tahun, yang diukur adalah panjang badan
menggunakan alat infantometer dan posisi anak berbaring. Sedangkan untuk
anak usia lebih dari 2 tahun, yang diukur adalah tinggi badan menggunakan
alat stadiometer dan posisi anak berdiri.
Pengukuran Lingkar Kepala :
Alat yang digunakan adalah pita metal yg fleksibel dengan mengukur
lingkaran oksipitofrontal, dari oksiput melingkar kearah supraorbita &
glabela. Pengukuran Lingkar Kepala ini terutama penting untuk bayi sampai
anak usia 3 tahun.
Pengukuran tebal lipatan kulit :
Alat yang digunakan adalah kaliper lipatan kulit Harpenden, diukur didaerah
triceps, subskapular atau krista iliaka.Kulit dicubit sampai terpisah dari otot
dasarnya.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas :
Alat yang digunakan adalah pita skala Shakir yang dilingkarkan pada
pertengahan lengan atas, lalu dilihat pada pita ukur.
Pertumbuhan Gigi :
• 6 – 8 bl : gigi I
• 2 th : gigi susu lengkap (20 buah)
• 6 th : gigi permanen I (24 buah)
• 12 th : gigi permanen II (28 buah)
• 18-20 th : gigi permanen III (32 buah)
Pengukuran Status Gizi :
Seperti di analisis masalah
Indikator Perkembangan :
• Neurodevelopment : motorik kasar, motorik halus, penglihatan,
pendengaran
• Komunikasi / bahasa
• Kognisi
• Psikososial : sosial, emosi, perilaku
1. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
• Bisa dilakukan di sarana Pel. Kes. Dasar
• Yang dinilai : sosialisasi kemandirian,
gerak kasar & halus,
bahasa,
• Untuk anak 3 bulan – 6 tahun, yaitu saat berumur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72
bulan.
Cara menggunakan KPSP : Bila anak berusia di antaranya,
maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari
usia anak.
• Kuesioner berisi 9 – 10 pertanyaan untuk orang
tua/pengasuh
• Jawaban Ya / Tidak
KPSP untuk anak 18 bulan :
Interpretasi :
Bila jawaban Ya:
• 9 – 10 : Perkembangan Sesuai (S)
• 7 – 8 : Perkembangan Meragukan (M)
• < 6 : Perkembangan ada Penyimpangan (P)
Tindakan :
• Perkembangan Sesuai (S)
Tindakan : Stimulasi diteruskan, Lakukan
KPSP 3 bulan kemudian (sesuai jadwal)
• Perkembangan Meragukan (M)
Tindakan : Stimulasi tugas yang belum bisa
dilakukan, evaluasi ulang 2 minggu
kemudian
• Perkembangan ada Penyimpangan (P)
Tindakan : Intervensi Rujuk, dengan
menuliskan jumlah dan jenis keterlambatan
perkembangan
2. Deteksi Dini Gangguan Perilaku
Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas / guru / kader
(tidak rutin)
a. Dengan kuesioner daftar tilik untuk autisme (Checklist for
autism in toddlers / CHAT) bagi anak umur 18 bulan s/d 3
tahun.
• Deteksi dini autis pada umur 18-36 bulan.
• Bila ada keluhan / kecurigaan dari orang tua/ pengasuh /
petugas karena ada 1 (satu) atau lebih
• Keterlambatan bicara.
• Gangguan komunikasi/ interaksi sosial.
• Perilaku yang berulang-ulang.
• Tanyakan dan amati perilaku anak
9 pertanyaan untuk ibu/pengasuh (A): ya/ tidak
5 perintah bagi anak (B) : ya / tidak
Ringkasan isi pertanyaan CHAT yaitu :
A. Pertanyaan pada orangtua / pengasuh
1. Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang
2. Tertarik memperhatikan anak lain
3. Suka memanjat tangga
4. Suka main ciluk-ba, petak umpet
5. Bermain pura-pura membuat minuman
6. Meminta dengan menunjuk
7. Menunjuk benda
8. Bermain dengan benda kecil
9. Memberikan benda utk menunjukkan
sesuatu
B. Pengamatan perilaku anak
• Anak memandang mata pemeriksa
• Anak melihat ke benda yang ditunjuk
• Bermain pura-pura membuat minum
• Menunjuk benda yang disebut
• Menumpuk kubus
Interpretasi (penafsiran) CHAT
• Risiko tinggi menderita Autis : tidak A5, A7, B2-4
rujuk
• Risiko rendah menderita Autis : tidak A7, B4
• Kemungkinan ggn perkembangan lain : tidak 3 atau lebih
A1-4, A6, A8-9, B1, B5
b. Dengan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi
anak 3 - 6 tahun.
Bila ada kecurigaan orangtua / petugas (tidak rutin) anak umur
3- 6 tahun . Terdapat 12 pertanyaan untuk deteksi dini
masalah mental - emosional, tiap 6 bulan. Tanyakan pada
orangtua / pengasuh. Catat jawaban “Ya”atau “Tidak”.
Hitung jumlah jawaban “Ya”.
Ringkasan isi kuesioner KMME yaitu :
1. Sering terlihat marah
2. Menghindar dari teman-teman
3. Perilaku merusak dan menentang lingkungan
4. Takut atau kecemasan berlebihan
5. Konsentrasi buruk / sulit
6. Kebingungan
7. Perubahan pola tidur
8. Perubahan pola makan
9. Sakit kepala, sakit perut, keluhan fisik
10. Putus asa
11. Kemunduran perilaku
12. Perbuatan yang diulang-ulang
Interpretasi (penafsiran) KMME
Jawaban Ya > 1 : kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional.
Intervensi (tindakan):
1. Bila ditemukan 1atau lebih masalah mental emosional :
• Lakukan konseling pada orang tua menggunakan Buku
Pedoman Pola Asuh yang mendukung perkembangan
anak.
• Evaluasi setelah 3 bulan,
• bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang
ada fasilitas tumbuh kembang anak / kesehatan jiwa.
2. Bila ditemukan 2 atau lebih masalah mental emosional,
rujuk anak ke Rumah Sakit.
Dalam surat rujukan harus dituliskan jumlah dan masalah
mental emosional yang ditemukan.
c. Dengan kuesioner Abreviated Conner Rating Scale untuk
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) bagi
anak umur 3 tahun ke atas.
Dilakukan bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas /
guru / kader (tidak rutin) umur > 3 thn. Terdiri dari 10
pertanyaan yang isinya menjawab terjadi di mana saja,
kapan saja
Nilai : 0 (tidak pernah); 1 (kadang-kadang); 2 (sering); 3
(selalu)
Ringkasan isi kuesioner GPPH :
1. Tidak kenal lelah, aktifitas berlebihan
2. Mudah gembira, impulsif
3. Mengganggu anak lain
4. Gagal selesaikan kegiatan, perhatian singkat
5. Gerakkan anggota badan / kepala terus menerus
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Permintaan harus segera dipenuhi, mudah frustasi
8. Mudah menangis
9. Suasana hati mudah berubah, cepat dan drastis
10. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak
terduga
Interpretasi (penafsiran)
Nilai > 13 kemungkinan GPPH
Intervensi :
Nilai > 13 rujuk RS, tuliskan kelainan yang ada
< 13 tetapi ragu, periksa ulang 1 bulan lagi
3. Tes Denver
Untuk skrining, bukan diagnostik
Yang dinilai : sektor personal sosial
sektor motorik halus
sektor bahasa
sektor motorik kasar
Untuk anak 0 – 6 tahun
4. Skala Baylay
Untuk anak 0 – 30 bulan
Tes diagnostik, untuk kemampuan intelektual & motorik
Ada 3 bagian :
a. Skala perkembangan mental
b. Skala perkembangan motorik
c. Rekaman perilaku
5. Tes Melani Comparetti
Untuk anak 0 – 2 tahun
Menilai perkembangan motorik
6. Tes Vojta
Untuk diagnostik dini ggn motorik serebral
Untuk anak 0 - 1 tahun
7. Pendengaran
BBL, memberi respons terhadap suara
Tahun I, menentukan lokasi suara
Dampak gangguan pendengaran : gangguan bicara, belajar,
perilaku
Harus dilakukan pada setiap anak gangguan bicara
8. Penglihatan
BBL, visus 6/200, dapat mengikuti secara horizontal, gerakan mata
tidak terarah, seperti juling
6 minggu, kedua mata bergerak bersama-sama, tidak juling
3 tahun = visus orang dewasa
9. Penilaian Psikologi
Bila ada gangguan perilaku & kesukaran belajar
Penilaian : * Analisa perilaku
* IQ (Inteligence Quotient)
* EQ (Emotional Quotient)
* SQ (Social Quotient)
10. Usia Mental
Dinilai dari perilaku dan reaksi thd stimuli
Diukur dengan Development quotient (DQ) & Intelegence quotient
(IQ)
IQ : Usia mental x 100%
Usia kronologis
IQ
• > 130 Sangat superior Kreatif
• 120-129 Superior Profesional
• 110-119 Diatas rata-rata Kompeten (PT)
• 90-110 Rata-rata Rata2 SLTA
• 80-89 Dibawah Rata2 Kerja disupervisi
• 70-79 RM perbatasan Independen
• 52-69 RM ringan Mampu didik
• 36-51 RM sedang Mampu latih
• 20-35 RM berat Hiegen dasar
• < 20 RM sangat berat Tergantung seumur hidup
c. ASUHAN NUTRISI PEDIATRI HINGGA 18 BULAN
Jenis makanan bayi umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap :
a. Makanan bayi umur 0 – 6 bulan
b. Makanan bayi umur 6 – 9 bulan
c. Makanan anak umur 9 – 12 bulan
d. Makanan anak umur 12 – 24 bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan
bayi/anak perlu penanganan secara khusus.
MAKANAN BAYI UMUR 0 – 6 BULAN
1. Pemberian kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat
kekebalan yang tinggi.
2. Pemberian ASI saja/ ASI Eksklusif
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada
30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan
terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan
menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
MAKANAN BAYI UMUR 6 BULAN
1. Pemberian ASI diteruskan
2. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pengganti ASI atau MP-ASI
berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh
MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah air
atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali
salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit
mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk
beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang
lainnya.
3. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI
dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan
sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan
dot berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi mencret itu dapat
mengakibatkan infeksi telinga.
4. Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak baduta sambil
tiduran dapat menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk
keruang tengah.
5. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, namun jangan dipaksa. Kalau
bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi
sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut.
MAKANAN BAYI UMUR 6 – 9 BULAN
1. Pemberian ASI pada bayi tetap dilanjutkan
2. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu,
bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari.
3. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi dapat ditambah
sedikit demi sedikit sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak
kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi,
disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vit A dan zat
gizi lain yang larut dalam lemak.
4. Setiap kali makan, berikanlah makanan pengganti ASI bayi dengan takaran
paling sedikit sebagai berikut :
- Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan
- Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan
- Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan
- Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan
“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”
MAKANAN BAYI UMUR 9 – 12 BULAN
1. Pada umur 10 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk
dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun
mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
2. Pemberian makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan
selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
3. Anak bayi perlu dikenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.
Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran
secara bergantian. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan
berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.
MAKANAN ANAK UMUR 12 – 24 BULAN
1. Pemberian ASI dilanjutkan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah
berkurang, tetapi masih merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
2. Pemberian makanan pengganti ASI atau makanan keluarga sekurang-
kurangnya 3 kali sehari dengan porsi setengah makanan orang dewasa setiap
kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3. Jenis variasi makanan diperhatikan dengan Padanan Bahan Makanan.
Contoh nasi dapat diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam
diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan:
daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo,
bubur sumsum, biskuit, dll.
4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara mendadak.
Lakukan dengan cara mengurangi frekuensi pemberian ASI pada anak sedikit
demi sedikit.
d. GIZI BURUK
Definisi
Gizi buruk termasuk kedalam salah satu kelainan yang diesbut malnutrisi
energi protein (MEP), dimana status nutrisinya di bawah rata-rata. Prevalensi
tertinggi terjadi pada anak usia <5tahun, serta pada ibu hamil dan menyusui.
Etiologi
Secara umum, gizi buruk disebabkan oleh asupan makanan yang kurang atau
anak sering sakit, , atau terkena infeksi seperti diare. Asupan makanan yang
kurang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tidak tersedianya nutrisi yang
adekuat, anak tidak atau salah mendapatkan gizi seimbang , pola makan yang
salah. Penyakit infeksi dengan gizi buruk akan saling berkaitan, karena anak
yang sering sakit akan mengurangi status nutrisi anak tersebut, dan apabila
nutrisi nya menjadi buruk maka si anak juga akan mudah terserang infeksi.
Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari
tubuh.
Penegakkan diagnosis
Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak
kurus, atau berat badannya kurang.Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak
mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak
pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
- Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
- Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan
muntah dan diare (encer/darah/lendir)
- Kapan terakhir berkemih
- Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
Untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:
- Syok/renjatan
- Letargis
- Muntah dan atau diare atau dehidrasi
Anamnesis lanjutan, Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gizi
buruk
- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
- Riwayat pemberian ASI
- Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari
terakhir
- Hilangnya nafsu makan
- Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
- Batuk kronik
- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
- Berat badan lahir
- Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
- Riwayat imunisasi
- Apakah ditimbang setiap bulan
- Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
- Diketahui atau tersangka infeksi HIV
Pemeriksaan Fisik
Untuk mengetahui adanya kegawatdaruratan medis:
- Gangguan sirkulasi/syok
- Gangguan kesadaran
- Dehidrasi
- Hipoglikemi
- Hipotermi
Pemeriksaan Lanjutan:
- Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua
punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-
PB.
- Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati
menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
- Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat,
nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.
- Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5°
C).
- Frekuensi dan tipe pernapasan:
pneumonia atau gagal jantung
- Sangat pucat
- Pembesaran hati dan ikterus
- Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites,
atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal
splash).
Kriteria Gizi buruk (tanpa komplikasi) :
BB/TB : < -3SD atau
Terlihat sangat kurus atau
Adanya edema atau
LILA <11.5 untuk anak 6-59 bulan
Gizi buruk dengan komplikasi adalah gizi buruk dengan kriteria di atas,
dengan modifikasi sebagai berikut :
1. Adanya edema berat (anasarka/derajat 3)
2. Adanya LILA<11.5 dan Edema derajat 1 atau 2
3. Adanya LILA <11.5 ATAU edema derajat 1 dan 2 disertai dengan satu
dari komplikasi berikut :
Anoreksia
Pneumonia berat
Anemia berat
Dehidrasi berat
Demam sangat tinggi
Penurunan kesadaran
Hipotermia (Suhu aksiler <36)
Hipoglikemia (Kadar glukosa darah <54 mg/dl)
Derajat pitting edema :
Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik / Kedua
punggung kaki
Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik / Tungkai
dan lengan bawah
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik / Seluruh
tubuh (wajah dan perut)
Penentuan diagnosis menjadi penting karena akan menjadi acuan bagi
penentuan rencana tatalaksana selanjutnya. Jika gizi buruk tanpa komplikasi,
maka diberikan rencana terapi rawat jalan. Sedangkan untuk gizi buruk
dengan komplikasi, diberikan rencana terapi rawat inap. Setelah ditentukan
diagnosis, maka ditegakkan pula diagnosis gizi buruk tersebut masuk ke dalam
kondisi berapa :
Pasien ini termasuk kondisi III yaitu terdapat muntah/diare/dehidrasi tanpa
renjatan, atau penurunan kesadaran. Maka untuk tatalaksana akan diberikan
rencana terapi kondisi III. Selain kondisi gizi buruk, maka perlu ditegakkan
kondisi yang diderita saat ini adalah Marasmus/Kwarsiorkor/Marasmus
Kwarsiorkor.
Kondisi Kwarsiorkor dapat ditegakkan dengan beberapa manifestasi klinis
berikut :
Perubahan status mental : apatis dan rewel
Rambut tipis, kemerahan seperti warna jagung, mudah dicabut tanpa
sakit dan rontok
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata sayu, pembesaran hati
Otot hipotrofi
Crazy Pavement Dermatosis
Sering disertai diare persisten dan penyakit kronis lainnya
Kondisi Marasmus dapat ditegakkan dengan beberapa manifestasi berikut :
Tampak sangat kurus hingga seperti tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak ada (baggy
pants)
Perut cekung
Adanya iga gambang, dan disertai penyakit kronis berulang
Rencana terapi secara umum menjadi 4 fase :
Fase stabilisasi. Pada fase ini akan diberikan makanan F-75 dengan
asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1.5 g/kgBB/hari.
ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI
Fase transisi diberikan F-75 yang diganti menjadi F-100 dengan
asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/hari dengan protein 2-3 g/kgBB/hari
Fase rehabilitasi diberikan F-100 ditambah dengan makanan bayi/anak
dengan asupan 150-200 KKal/kgBB/hari dengan protein 4-6
g/kgBB/hari
Fase tindak lanjut. Anak harus melakukan kontrol pada bulan I satu
kali/minggu, bulan II satu kali/2 minggu, selanjutnya sebulan sekali
mulai bulan ketiga sampai bulan keenam. Tumbuh kembang terus
dipantau sampai anak usia 5 tahun
Setelah dievaluasi, jika anak mentoleransi fase stabilisasi dengan baik, segera
dilanjutkan ke fase transisi, yaitu pemberian makanan untuk tumbuh kejar
Detail pemberian makanan :
Pada saat masuk, segera hitung jumlah kalori yang dibutuhkan pasien
(80*7 : 560 kkal), dan kebutuhan cairan harian (100*7 : 700 cc/hari)
Selama 2 jam pertama, diberikan Resomal dengan dosis : 5*7 : 35 ml
dalam satu kali pemberian setiap 30 menit, maka akan diberikan 35*4 :
140 cc Resomal
Cara pembuatan resomal :
10 g gula pasir + 1 sachet oralit + mineral mix 8 ml (1 sachet
mineral mix dilaurtkan dalam 20 ml air atau 2 sendok makan
air matang) ditambah air 400 cc
10 jam berikutnya, akan diberikan selang seling resomal dan F-75.
Resomal diberikan dengan dosis yang sama, dan F-75 diberikan
dengan volume 60 ml sekali pemberian.
Bila sudah membaik, dan porsi F-75 dalam 2 jam dapat dihabiskan,
segera berikan F-75 tiap 3 jam dengan volume 90 cc, dan tiap 4 jam
dengan volume 115 cc
Selama memberikan makanan, terus pantau berat badan anak, karena
kemungkinan akan terjadi penurunan berat badan (pada anak edem)
atau peningkatan berat badan yang akan mempengaruhi jumlah
pemberian F75
Bila F75 dengan dosis tiap 4 jam dihabiskan, berikan F100 dengan
dosis yang sama, dalam kasus ini berikan F100 115 cc tiap 4 jam
selama 2 hari
Pada hari ke-3 setelah dimulainya fase transisi, berikan F100 sesuai
umur pada tabel, yaitu dimulai dengan F100 sebanyak 175 cc setiap 4
jam. Lalu ditambah 10-15 ml tiap pemberian makan atau tiap hari
sampai mencapai nilai maksimal di 255 cc
Teruskan fase transisi biasanya sampai 14 hari, lalu diberikan makanan
fase rehabilitasi. Makanan yang diberikan adalah F100 dengan dosis
maksimum 255 cc ditambah makanan anak dan buah
Fase rehabilitasi (minggu 2-6) diberikan F100 3x per hari, ASI
diberikan bebas ditambah makanan anak 3x1 porsi, dan buah 1-2 x 1
buah
Teruskan pemberian makanan fase rehabilitasi ini hingga kriteria gizi
buruk sembuh (di atas Z score -2) tercapai
Kriteria sembuh :
Bila BB/TB atau BB/PB >-2SD dan tidak ada gejala klinis, serta
memenuhi kriteria pulang sebagai berikut :
a. Edema suah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
b. BB/PB atau BB/TB > -3SD
c. Komplikasi sudah teratasi
d. Ibu telah mendapat konseling gizi
e. Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut
f. Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat
dihabiskan
Pembagian tatalaksana menurut langkah:
a. Atasi hipoglikemia (lihat di atas). Kadar gula darah cenderung
stabil dalam 3 menit, dan segera pantau kembali gula darah
setelah 2 jam terapi dimulai
b. Atasi hipotermia. Pemanasan suhu tubuh anak dengan
hipotermia adalah menggunakan cara “kangguru”, yaitu dengan
mengadakan kontak langsung kulit ibu dan anak, dan anak
digendong serta diselimuti di seluruh tubuhnya. Atau bisa juga
menggunakan lampu dengan jarak 50 cm dari anak. Suhu tubuh
harus dimonitor setiap 30 menit, dan hentaikan pemanasan bila
suhu mencapai 37 C
c. Atasi dehidrasi (lihat di atas). Diberikan cairan resomal.
Komposisi resomal :
d. Memperbaiki keseimbangan elektrolit (lihat di atas).
Keseimbangan elektrolit terganggu saat gizi buruk, di mana
terjadi hipernatremia intrasel akibat kerusakan pompa Na-K.
Defisiensi K dan Mg membutuhkan waktu paling tidak 2
minggu untuk terkoreksi.
e. Mengobati infeksi.
Pada pasien dengan komplikasi, diberikan
Gentamisin IV atau IM (7.5 mg/kgBB) satu hari sekali
ditambah
Ampisilin IV atau IM (50 mg/kg) setiap 6 jam selama 2
hari
Ikuti dengan Amoksisilin oral (15 mg/kg) setiap 8 jam
selama 5 hari
Bila dalam 48 jam tidak ada perbaikan, berikan
tambahan antibiotic Kloramfenikol IV atau IM (25
mg/kg) setiap 8 jam selama 5 hari
f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
Khusus pada hari pertama berikan vitamin A per oral
dan asam folat 5 mg oral
Diberikan vitamin C dosis 100 mg/hari atau 2 tablet
sampai rehabilitasi selesai
Diberikan vitamin B kompleks 1 tablet per hari sampai
rehabilitasi selesai
Pemberian besi dimulai pada hari ke-14. Dapat
diberikan Tablet Besi/Folat (60 mg besi elemental dan
0.25 mg asam folat) dengan dosis 1 x sehari ½ tablet
untuk anak usia 1-5 tahun. Atau dapat diberikan sirup
besi (setiap 5 ml mengandung 30 mg besi elemental)
dengan dosis 1 x sehari 1 sendok the untuk anak usia 1-
5 tahun
Mineral mix (dicampur dalam resomal / F75 atau F100)
g. Memberikan makan untuk stabilisasi, transisi
Kalori diberikan 80-100 kkal/kgbb/hari
Cairan diberikan 100 cc/kgBB/hari karena anak
mengalami edema berat
Monitor dan catat jumlah yang diberikan, jumlah yang
tersisa, frekuensi BAB dan muntah, berat badan harian
h. Pemberian makanan untuk tumbuh kejar
Fase rehabilitasi biasanya berlangsung setelah 1 minggu
perawatan
Pada proses ini F75 akan diganti dengan F100 dalam
jumlah yang sama selama 48 jam
Kemudian volume ditambah bertahap sebanyak 10-15
per kali / per hari jika sulit, hingga mencapai 150
kkal/kgBB/hari (volume minimum pada pemberian
F100
Energi 100-150 kkal/kgBB
Setelah fase transisi, masuk ke rehabilitasi dengan
jumlah kalori 150-200 kkal/kg/hari. Pada tahapan ini,
lanjutkan menambah volume pemberian F-100 hingga
ada anak tidak mampu menghabiskan porsinya
(biasanya pada makanan mencapai 30 ml/kgBB/makan)
Monitor BB setiap pagi sebelum makan. Tiap minggu
hitung dan catat pertambahan BB dalam satuan
gram/kgBB/hari
Bila kenaikan berat badan :
Buruk (<5 g/kgBB/hari) : perlu dievaluasi
kembali secara menyeluruh
Sedang (5-10 g/kgBB/hari) : Lanjutkan
tatalaksana
Baik (>10 kgBB/hari) : lanjutkan tatalaksana
i. Memberikan stimulasi tumbuh kembang
j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah
Berikan contoh dan tips pada orang tua untuk membuat
makanan dengan kandungan energi dan gizi yang padat
Berikan terapi bermain terstruktur
Kontrol teratur
Pemberian vitamin A dosis tinggi tiap 6 bulan
Pemberian imunisasi dasar/booster
Pada kasus ini ditemukan adanya bercak bitot yang merupakan tanda penyulit
pada mata akibat kekurangan vitamin A, karena itu, menurut buku tatalaksana
gizi buruk depkes anak ini perlu diberikan vitamin A dengan aturan sebagai
berikut :
Kapsul diberikan pada hari ke-1, 2, dan 15
Untuk anak usia 1-5 tahun, diberikan 1 kapsul merah dengan dosis
200.000 SI
Pada kasus ini juga ditemukan dermatosis / Crazy Pavement Dermatosis
dengan klinis kulit mengalami hipo dan hiperpigmentasi. Maka dilakukan
tatalaksana :
Kompres pada bagian yang terkena dengan larutan KMnO4 1/10.000
selama 10 menit
Beri salep/krim Zn dengan minyak kastor
Umumnya diberikan suplementasi Zn (karena disebabkan defisiensi
Zn) yang sudah ada dalam mineral mix
Upaya Preventif Gizi Buruk
Mendata semua keluarga yang memiliki ibu hamil, bayi dan anak
balita.
Melakukan penyuluhan kepada keluarga tersebut mengenai pentingnya
makanan bergizi
Melakukan penyuluhan kepada keluarga tersebut untuk rutin
memeriksakan diri ke bidan dan memeriksakan bayi dan anak balita ke
posyandu
Melakukan Penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dasar
Upaya Promotif Pencegahan Gizi Buruk
Memberitahukan masyarakat mengenai gejala dan tanda malnutrisi
Memberitahukan kepada masyarakat untuk bergerak aktif untuk segera
memberitahukan kader/bidan desa setempat jika ada keluarga yang
memiliki kemungkinan malnutrisi agar dapat diperiksakan ke
pelayanan kesehatan dan mendapatkan penanganan selanjutnya
Komplikasi
anoreksia, anemia, dehidrasi berat, demam tinggi, Pneumonia, penurunan
kesadaran.
Prognosis
Dubia ad bonam jika ditatalaksana dengan benar
SKDI
4A
6. Kerangka Konsep
Willi, bayi laki-laki, 18 bulan
7. Kesimpulan
Willi, anak laki-laki usia 18 bulan menderita marasmus-kwarshiorkor et causa diare
kronis dan kesalahan asuhan nutrisi.
Atrofi/kerusakan
Mukosa intestinal
Pendidikan + Sosek Ortu Rendah
Asupan Nutrisi Buruk
Sanitasi & Higiene Buruk
8. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. 2008. Gizi Buruk dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Anak di RS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Juffrie, M. 2004. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada penyakit
Saluran Cerna. Sari Pediatri Vol 6 No 1 Juni 2004.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Gizi Buruk Anak.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi.
Purnamasari, H. 2011. Pengaruh Suplementasi Seng Dan Probiotik Pasca Perawatan
Diare Akut Cair Anak Terhadap Kejadian Diare Berulang.
http://eprints.undip.ac.id/29133/7/Bab_6.pdf (diunduh pada 24 Maret 2015)
Scheinfeld, Noah S. 2014. Article Protein-Energy Malnutrition. (Online dalam
emedicine.medscape.com) updated 30 Mei 2014. Diakses tanggal 24 Maret
2015.
Sitompul, Ratna. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak ed.2. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.Jakarta:FKUI
Tanto, Chris., dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-4. Jakarta : Media
Aesculapius
Tebuteru, Edi S. dkk. 2001. Pola Defekasi Pada Anak.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/3-3-4.pdf (diunduh pada 24 Maret 2015)
Wahidayat, Iskandar. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 1. Jakarta: Percetakan
Infomedika.
Yudianita Kesuma. 2015. Evaluasi Tumbuh Kembang. Presentasi diajarkan dalam
Integrated Teaching Blok 24 Pendidikan Dokter Kelas Reguler FK Unsri
Angkatan 2012 tanggal 20 Maret 2015.
Recommended