View
111
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN KASUS
Skizofrenia Paranoid
Pembimbing:
Dr. Rahmatsjah Said, Sp.KJ
Disusun Oleh:
Wildan Saputra ( 030.04.229)
Novianti Anggi ( 030.05.158)
Aditya Prabawa ( 030.06.012 )
Deasyka Yastani ( 030.06.057)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 9 April 2012 s/d 12 Mei 2012
Jakarta
0
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
No.Rekam Medik : 057583
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 22 November 1982
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Bojong Depok Baru RT 1 RW 6 No16 Desa
Bojong Gede
Diantar oleh : Ayah dan tetangga
Tanggal Masuk RSMM : IGD tanggal 24 April 2012 jam 20.00 WIB
R. Kresna tanggal 24 April 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis di IGD Psikiatri, RS. Marzoeki Mahdi pada tanggal 24
April 2012 pada pukul 20.15 WIB dengan ayah dan tetangga pasien.
Autoanamnesis di Ruang Kresna, RS. Marzoeki Mahdi pada tanggal 25
April 2012 pada pukul 08.50 WIB.
A. Keluhan Utama
Pasien marah-marah dan mengancam akan membunuh ibunya 1 jam
SMRS.
Keluhan Tambahan
Menyerang ibu pasien, bicara dan tertawa sendiri, keluyuran, sulit tidur
sejak dua hari, mudah tersinggung, dan merusak alat-alat rumah tangga.
1
B. Riwayat gangguan sekarang
1 minggu SMRS, pasien sering marah-marah, mudah tersinggung dan
merusak alat-alat rumah tangga seperti piring dan gelas. Pasien juga mengancam
dan membentak ibunya. Menurut ayahnya, pasien sering keluyuran di lingkungan
sekitar rumah dan mengganggu para tetangga.
5 hari SMRS pasien mengaku mendengar bisikan – bisikan yang
berkomentar tentang perilaku dirinya. Bisikan sering terdengar terutama pada
malam hari ketika pasien sendiri, bisikan seperti suara pria dan wanita, dan
jumlahnya banyak, isinya hanya membicarakan tentang diri pasien. Setiap
mendengar bisikan tersebut pasien menjadi marah dan kesal, pasien berusaha
tidak menanggapi bisikan tersebut dengan mengatakan “pergi kau, palsu kau”.
Sambil menutup kedua telinga dengan kedua tangannya. Tidak ada bisikan yang
bersifat memerintah dan menyuruh pasien. Selain itu pasien mengaku sering
mencium bau – bau yang tidak enak, tapi pasien tidak dapat mendeskripsikan bau
tersebut. Pasien tidak pernah melihat benda – benda dan penampakan yang aneh.
Tidak pernah merasa dirinya ataupun lingkungannya berubah.
2 hari SMRS pasien tidak mau makan hanya ingin merokok dan meminum
kopi. Pasien memaksa ibunya untuk membuat kopi dan membeli rokok namun ibu
pasien menolak, sehingga pasien mengamuk dan memukul ibunya. Pasien
mengatakan bahwa dirinya adalah bos besar yang dikelilingi banyak wanita
cantik. Pasien merasa diikuti oleh orang – orang kemanapun dia pergi, dan pasien
merasa isi pikirannya disiarkan di radio dan dapat didengar oleh orang lain.
Satu jam SMRS pasien marah – marah, menyerang ibunya dan
mengancam ingin membunuh ibunya. Sehingga pasien oleh ayah dan tetangganya
dibawa ke IGD RSMM untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
Menurut keluarga, pasien tidak pernah memiliki riwayat terbentur di
daerah kepala, tidak dalam keadaan mabuk, tidak ada riwayat kejang, demam
tinggi ataupun penyakit lainnya. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 6
SD dan merokok sampai sekarang rata-rata satu sampai dua bungkus perhari.
Ayah pasien mengatakan bahwa ibu pasien selingkuh dengan pria lain sehingga
rumah tangga keluarga berantakan. Pasien pernah mendapatkan perawatan 4 kali
2
di RSMM sejak tahun 2010 kemudian pasien rawat jalan ke poliklinik. Pasien
telah mengalami putus obat selama 2 minggu.
C. Riwayat Ganguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pertama kali mengalami gangguan kejiwaan pada pertengahan
tahun 2010 dan dibawa ke RSMM dan dirawat di bangsal Kresna, Gatot kaca
dan Antareja karena pasien mengamuk dirumah, merusak alat-alat rumah
tangga, memukul tetangga dan bicara sendiri. Selain itu pasien mengaku
mendengar bisikan-bisikan yang membicarakan dirinya. Pada awal bulan
Februari – Mei 2011 pasien kembali dirawat di bangsal Gatotkaca karena putus
obat. Lalu November – Januari 2012 pasien dirawat di bangsal Yudistira.
Kemudian pasien kembali dirawat pada bulan Februari – Maret 2012 di bangsal
Bratasena.
2. Riwayat Gangguan Medis Lainnya
Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala, kejang, demam tinggi
diabetes melitus, asma, penyakit jantung dan penyakit paru. Tidak pernah
mendapatkan tindakan operasi tertentu. Pasien tidak pernah dirawat selain
karena gangguan jiwanya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien menyatakan sering mengkonsumsi alkohol sejak kelas 2 SLTP dan
shabu – shabu 2 tahun yang lalu bersama teman-temannya selama 6 bulan.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Selama kehamilan
ibu pasien tidak pernah menderita sakit yang menyebabkannya dirawat maupun
operasi. Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan di dekat rumah.
Sejak lahir pasien diberikan ASI sampai dengan usia 8 bulan.
3
2. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Riwayat tumbuh kembang pasien saat masa kanak awal dalam keadaan
normal sesuai dengan tumbuh kembang anak seusianya.
3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien menjalani pendidikan sekolah dasar sampai selesai dengan baik. Ia
tidak pernah tinggal kelas. Prestasinya di sekolah kurang baik. Pergaulannya
baik dan memiliki cukup banyak teman.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Menurut keluarga, pasien dikenal sebagai pribadi yang ceria, mudah
bergaul, memiliki banyak teman. Hubungan dengan ibu tidak baik, keluarga
berantakan. Menyelesaikan masa pendidikan SMA dengan prestasi rata-rata.
5. Masa-masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan sampai kelas 3 SMP. Pasien tidak
melanjutkan sekolahnya karena mulai malas untuk berangkat ke sekolah.
Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja setelah putus sekolah.
Riwayat Pernikahan/Berpacaran/Berpasangan/Psikoseksual
Pasien sudah mulai pacaran sejak kelas 2 SMP. Pasien tidak memiliki
masalah dalam berpacaran.
Riwayat Agama
Pasien merupakan pemeluk agama Islam. Pasien tidak patuh dalam
melaksanakan ibadah. Tidak ada pendidikan agama khusus yang pernah
dikecap oleh pasien.
4
Aktivitas Sosial
Pasien jarang bergaul dengan tetangga, dan tidak pernah ikut menghadiri
kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien pernah digerebek oleh polisi saat sedang menggunakan shabu –
shabu oleh teman – temannya namun pasien berhasil melarikan diri.
E. Situasi kehidupan sekarang
Pasien adalah anak ke-1 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal dirumah orang
tuanya bersama adik-adiknya. Pasien tidak diperhatikan oleh keluarganya. Pasien
tidak diingatkan untuk meminum obat dan kontrol ke dokter.
F. Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami riwayat gangguan jiwa
selain pasien.
Gambar 1.2 Genogram Keluarga
5
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupan
Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit (pasien suka marah-marah). Ia
mengatakan bahwa dirinya sering marah-marah sehingga dibawa ke UGD.
H. Impian, Fantasi, dan Nilai-Nilai
Menurut keluarga, pasien akhir-akhir ini selalu mengatakan ingin punya
uang banyak dan keluarga yang harmonis.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Dilakukan pada tanggal 25 April 2012 di ruang PHCU Kresna RSMM pada
pukul 09.00 WIB.
A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran : compos mentis
2. Penampilan Umum
Pasien seorang laki-laki berumur 30 tahun, tampak sesuai dengan
usianya, badan tampak kurus, rambut pendek dan berwana hitam,
kulit sawo matang menggunakan baju kaos warna putih, celana
pendek warna hitam dan menggunakan sandal.
Kebersihan dan kerapihan diri kurang.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara pasien berjalan dan mengobrol dengan
temannya sesama pasien.
Selama wawancara pasien tenang, kontak mata baik dan selalu
meminta pulang.
Setelah wawancara, pasien berkumpul lagi dengan temannya.
4. Pembicaraan
Pasien menjawab semua pertanyaan dengan spontan, lancar, ide
cerita cukup banyak, intonasi cukup baik ,volume suara terdengar
cukup keras dan artikulasi baik.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien menunjukkan sikap yang kooperatif.
6
B. Alam Perasaan
Afek : Menyempit
Mood : Euthym
Keserasian : Tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan.
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Gangguan Persepsi :
Halusinasi auditorik 3rd order
Pasien mengaku pernah mendengar bisikan-bisikan kepada dirinya,
terakhir terdengar satu hari yang lalu. Bisikan sering terdengar
pada malam hari ketika pasien sendiri, bisikan seperti suara pria
dan wanita, jumlahnya banyak, isinya hanya membicarakan
tentang diri dan perilaku pasien.
Halusinasi olfaktorik
Pasien mengaku sering mencium bau yang tidak enak, tapi tidak
dapat mendeskripsikan bau tersebut.
Ilusi, depersonalisasi, derealisasi tidak ada.
D. Pikiran
1. Arus pikir
Produktivitas : Cukup, pasien bicara dan menjawab pertanyaan
yang ditanya dan bercerita.
Kontinuitas Pikiran : Baik
Hendaya Berbahasa : Tidak ada
Pasien tidak menggunakan bahasa yang tidak
dimengerti / kata-kata baru yang hanya pasien
mengerti (neologisme), pasien mengunakan bahasa
secara lazim sesuai dengan tata bahasa.
7
2. Isi pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham :
Kebesaran, pasien mengatakan bahwa dirinya bos besar yang
dikelilingi oleh banyak wanita cantik
Kejar, pasien merasa diikuti oleh orang-orang kemanapun dia
pergi.
Siar pikir, pasien mengatakan bahwa isi pikirannya di siarkan di
radio dan dapat di dengar oleh orang lain.
E. Kesadaran dan Kognitif
1. Taraf kesadaran : Compos mentis
2. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui hari, bulan, dan tahun pemeriksaan.
Tempat : Baik, pasien mengetahui tempat pemeriksaan di RSMM.
Orang : Baik, pasien mengenali pemeriksa dan perawat ruangan.
3. Daya Ingat
Segera : Baik, pasien dapat mengingat 3 kata yang
disebutkan pemeriksa ( meja, kursi dan sepatu )
Jangka pendek : Baik, pasien dapat menceritakan kegiatan pada
hari pemeriksaan secara kronologis
Jangka menengah : Baik, pasien dapat menceritakan gejala-gejala yang
dirasakan beberapa minggu terakhir.
Jangka panjang : Baik, pasien masih ingat tempat pasien bersekolah
dahulu
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik,pasien mampu menjawab soal
pengurangan secara berurutan (100-7=93 dan seterusnya).
5. Kemampuan membaca dan menulis : Baik, pasien dapat menuliskan
namanya serta membaca kembali tulisannya.
6. Pikiran abstrak : Baik, pasien dapat menyebutkan persamaan dan
perbedaan antara bola dan jeruk
8
7. Kemampuan visuospasial : Baik, pasien dapat menirukan gambar dua
buah lingkaran yang saling tumpang tindih.
8. Intelegensi dan Kemampuan informasi :
Pendidikan : sesuai tingkat SMP
Pengetahuan : Baik ( mengetahui nama-nama Presiden Indonesia
saat ini dan sebelumnya)
Kecerdasan : Rata-rata ( Tidak mendapat ranking di kelas, tapi
tidak pernah tinggal kelas)
9. Kemampuan menolong diri : Baik, pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari sendiri.
F. Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan tidak gelisah.
G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya nilai sosial : Baik, menurut pasien, marah dan mencederai
keluarga adalah perbuatan yang salah.
2. Uji daya nilai : Baik, saat menemukan dompet yang terjatuh, pasien
akan mengembalikannya kepada pemiliknya
3. Penilaian realita : Terdapat gangguan penilaian realita yang ditandai
dengan adanya halusinasi auditorik, olfaktori dan waham.
4. Tilikan : Derajat 1, pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.
H. Taraf dapat dipercaya
Pasien dapat dipercaya.
9
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus (Pemeriksaan tanggal 25 April 2012)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi napas : 20x/menit
Frekuensi nadi : 84 x/menit, teratur, kuat
Suhu : Afebris
Status gizi : Kesan gizi kurang
TB 160 cm BB 47 kg IMT = 18, 2 kg/m2
Kulit : Sawo matang, kesan normal
Kepala : Tidak ada deformitas
Rambut : Pendek, hitam
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Simetris, vesikuler, rh-/-, wh-/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
B. Status Neurologis
1. GCS : 15 (E4,V5,M6)
2. Kaku kuduk : (-)
3. Pupil : Bulat, isokhor, reflex cahaya
langsung-tak langsung +/+
4. Kesan parase nervus kranialis : (-)
5. Motorik : Kekuatan dan tonus baik, rigiditas
(-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, gangguan keseimbangan dan
koordinasi (-)
6. Sensorik : Gangguan sensibilitas (-)
7. Reflex fisiologis : Normal
8. Gejala ekstrapiramidal : (-)
9. Gaya berjalan dan postur tubuh: Normal
10
10. Stabilitas postur tubuh : Normal
11. Tremor di kedua tangan : (-)
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien, laki-laki, 30 tahun, datang dibawa oleh keluarga karena marah-
marah dan mengancam akan membunuh ibunya. Saat diwawancarai, 1 minggu
yang lalu, pasien marah-marah, merusak alat rumah tangga dan sangat membenci
ibunya sehingga membentak dan mencederai ibunya. Sejak 5 hari yang lalu,
pasien mulai mendengar suara-suara yang membicarakan dirinya dan sering
mencium bau tidak enak. Dua hari yang lalu, pasien merasa bahwa ada orang-
orang yang mengikutinya kemanapun dia pergi. Selain itu merasa sebagai bos
besar yang dikelilingi wanita cantik. Menurut keluarga pasien, gejala mulai
timbul sejak dua tahun yang lalu, ketika ibu pasien diketahui selingkuh dengan
pria lain dan rumah tangga berantakan.
Pasien pernah di rawat sebanyak empat kali di RSMM sejak pertengahan
tahun 2010 dan kontrol ke poliklinik. Terakhir pasien dirawat kembali di
Bratasena pada bulan Februari 2012-Maret 2012 karena mengamuk dan
mendengar bisikan. Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tidak rutin minum
obat dan sudah putus sejak 3 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat merokok,
minum alkohol dan penggunaan shabu-shabu dua tahun yang lalu. Tidak ada
riwayat penyakit medis umum.
Pasien adalah anak ke- 1 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal dirumah orang
tuanya bersama dua adiknya. Pasien tidak diperhatikan oleh keluarganya. Pasien
tidak dipantau untuk meminum obat dan kontrol ke dokter.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan pasien tampak
sesuai usia, badan tampak kurus, rambut pendek dan berwarna hitam, kulit sawo
matang, perawatan diri kurang baik. Perilaku dan aktivitas motorik pasien
sebelum wawancara tampak tenang. Selama wawancara pasien tenang dan selalu
meminta pulang. Pasien berbicara spontan, ide cerita cukup, intonasi cukup baik,
volume suara cukup keras. Pasien bersikap kooperatif. Mood Euthym dengan afek
menyempit, tidak serasi antara emosi dan pembicaraan. Gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik, olfaktori ,waham kebesaran, kejar, dan siar pikir.
11
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna
dan khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi)
dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.
1. Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera
kepala, riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang
dapat secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak.
Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi medis umum
yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan
yang bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu,
gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis, pasien pernah mengkonsumsi alkohol dan
menggunakan obat-obatan terlarang, terakhir digunakan 3 tahun yang lalu.
Oleh karena itu, gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif ( F10-19) dapat disingkirkan.
Semenjak dua tahun yang lalu pasien mengalami gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik, dan olfaktori serta waham kebesaran,
waham kejar, dan siar pikir. Kemudian diberikan pengobatan, gejala
tersebut menghilang. Namun karena pasien tidak kontrol, maka gejala
psikotik sering kambuh. Timbul gejala berupa bicara sendiri, marah-
marah, mudah tersinggung, dan keluyuran. Kemudian gejala-gejala
psikotik menjadi lebih nyata seiring perjalanan penyakit dan mengganggu
fungsi sosial. Berdasarkan penemuan tersebut maka pasien memenuhi
kriteria untuk skizofrenia paranoid (F.20.0 Skizofrenia Paranoid) menurut
DSM IV dan PPDGJ III
Menurut DSM IV, kriteria diagnosis skizofrenia adalah :
A. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing
ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan
(atau kurang jika diobati dengan berhasil) waham, halusinasi, bicara
12
terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas,
gejala negative
B. Sosial / Pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan , satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, disfungsi
hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas dibawah
tingkat yang dicapai sebelum onset.
C. Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6
bulan, termaksud sekurangnya satu bulan gejala.
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood.
E. Penyingkiran zat/ kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan
oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif jika terdapat
riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif
lainnya.
Untuk tipe paranoid, harus terdapat preokupasi dengan
sekurangnya satu waham atau halusinasi yang berulang. Selain itu gejala
perilaku kacau, bicara kacau, afek datar ( tipe disorganisasi ) dan
perilaku katatonik ( tipe katatonik) tidak menonjol.
Pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM
IV TR karena terdapat gejala berupa waham dan halusinasi yang
menonjol sejak dua tahun ( > 6 bulan ) dan menimbulkan suatu hendaya
sosial dan pekerjaan.
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid :
- Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia secara umum ( a-h )
- Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberiperintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
13
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang
paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
Pasien ini juga memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia
paranoid menurut PPDGJ III karena telah memenuhi kriteria umum
diagnostik skizofrenia ( siar pikir, halusinasi dan waham ) yang
timbul sejak 2 tahun ( > 1 bulan ) dan menimbulkan suatu hendaya
sosial dan pekerjaan. Pasien memenuhi kriteria diagnostik
tambahan berupa halusinasi auditorik dan olfaktori serta waham
kejar dan waham kebesaran.
2. Diagnosis Aksis II
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, tidak didapatkan
gangguan kepribadian yang khas. Ciri kepribadian pasien ceria, mudah
bergaul, dan memiliki banyak teman.
3. Diagnosis aksis III
Tidak ada diagnosis.
4. Diagnosis aksis IV
Pasien pernah mengalami masalah dalam keluarga yaitu ibu pasien
selingkuh dengan pria lain sehingga keluarga menjadi tidak harmonis.
5. Diagnosis Aksis V
Berdasarkan skala Global Assesment of Functioning (GAF) . Skala
GAF pada saat pemeriksaan (current) didapatkan nilai 70 (gejala ringan
dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
Highest Level Past Year (HLPY) 75 (gejala sementara dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan , dan sekolah).
14
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : (F.20.0) Skizofrenia Paranoid
Aksis II : (Z 03.2) Tidak ada diagnosis aksis II, ciri kepribadian
pasien ceria, mudah bergaul, dan memiliki banyak teman
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF current = 70, HLPY = 75
VIII. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologis : Tidak ditemukan kelainan.
b. Psikologi : Waham kebesaran, kejar, dan siar pikir.
Halusinasi auditorik, olfaktori
c. Lingkungan dan sosial ekonomi : hendaya dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.
IX. RENCANA TERAPI
1.Psikofarmaka
Haloperidol : 3 x 5 mg p.o.
CPZ : 3 x 100 mg p.o.
THP : 3 x 2 mg p.o.
Risperidone : 1 x 2 mg p.o.
2. Psikoterapi :
Psikoterapi suportif dilakukan bersamaan dengan pemberian
psikofarmaka
Pasien diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengungkapkan isi hatinya atau permasalahan yang sedang
dihadapinya, sehingga pasien lebih merasa tenang.
Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan
jangan bosan untuk minum obat karena obat yang diberikan
15
merupakan pengontrol agar menghindari timbulnya gejala dan
bisa mengurangi gejala yang dirasakan pasien.
Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali
melakukan aktivitas seperti sebelum sakit kalau gejala yang
dirasakan pasien bisa terkontrol.
Sosioterapi
Mengajak anggota keluarga untuk mengerti keadaan pasien dan
ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaan pasien.
Memberikan perhatian dari seluruh pihak keluarga kepada
pasien.
Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang
diderita pasien, gejala-gejala, dampak-dampak faktor-faktor
penyebab, cara pengobatan, prognosis dan kekambuhan kepada
keluarga.
Menjelaskan bahwa pengobatan akan berlangsung lama,
adanya efek samping obat dan pengaturan dosis obat hanya
boleh diatur oleh dokter kepada keluarga.
Menganjurkan pasien untuk lebih mendalami agama sesuai
dengan kepercayaannya.
Mengikutsertakan paseien dalam kegiatan RSMM agar dapat
berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan
dan pendidikannya
Memberikan informasi pentingnya aktivitas daily living dalam
kehidupannya sehari-hari karena bisa mengalihkan perhatian
pasien kepada hal – hal yang positif.
Meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat bagi pasien.
16
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
Faktor yang mendukung prognosis membaik :
1. Tidak ada faktor herediter.
2. Stresor penyebab gangguan jelas
3. Kondisi pasien masih baik dan kemampuan merawat diri sendiri masih
baik.
Faktor yang memperburuk prognosis :
1. Dukungan keluarga kurang baik
2. Pemantauan minum obat kurang sehingga sering putus obat
3. Pasien tidak pernah bekerja sebelumnya.
17
LAMPIRAN
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
18
19
Recommended