View
31
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
ser
Citation preview
SURAT KEPUTUSAN DIREKSIRUMAH SAKIT PETUKANGAN
NO : 034.01/SK-RSP/IX/2015
TENTANG
KEBIJAKAN MANAJEMEN KESEHATAN KARYAWANDI RUMAH SAKIT PETUKANGAN
Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Petukangan, maka diperlukan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit.
b. Bahwa agar pengelolaan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit Petukangan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Direktur Rumah Sakit Petukangan sebagai landasan bagi penyelenggaraan Manajemen Kesehatan Karyawan di Rumah Sakit Petukangan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan
Mengingat :
1. Undang-undang Repubplik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit.
4. Keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan Nomor 010.01 Tahun 2015 Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Petukangan.
Menetapkan
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG PEMBERLAKUKAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KESEHATAN KARYAWAN RUMAH SAKIT PETUKANGAN
Kedua : Memberlakukan Kebijakan Manajemen Kesehatan Karyawan Rumah Sakit Petukangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Dengan dikeluarkannya peraturan Direktur Rumah Sakit Petukangan, maka apabila terdapat peraturan yang bertentangan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Petukangan ini maka peraturan-peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku.
Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan atau kekeliruan dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit Petukangan ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana semestinya.
Ditetapkan : Di JakartaPada Tanggal : 1 September 2015 RUMAH SAKIT PETUKANGAN
dr. Hendrivand, SpOGDirektur RS Petukangan
LAMPIRANPERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGANNOMOR : 016.01/SK-RSP/IX/2015TANGGAL : 1 SEPTEMBER 2015TENTANG : KEBIJAKAN PEDOMAN KESEHATAN KARYAWAN
I. PENDAHULUAN
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.
Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah sakit meliputi :
1. Monitoring dan support kesehatan petugas.2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .4. Menyediakan antivirus profilaksis.5. Mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut.6. Terapi dan follow up. 7. Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena
infeksi.8. Upayakan support psikososial.
II. TUJUAN
1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.3. Mencegah KLB.
Unsur yang dibutuhkan
1. Petugas yang berdedikasi.2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.3. Koordinasi yang baik antar unit.4. Penanganan pasca pajanan infeksius.5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :
1. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
2. Manajemen pasca pajanan.a. Tes pada pasien sebagai sumber pajanan.b. Tes HBS Ag dan Anti HBS petugas.c. Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam
III. EVALUASI
1. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.2. Status imunisasi .3. Riwayat kesehtan yang lalu.4. Terapi saat ini.5. Pemeriksaan fisik.6. Pemerisaan lab dan radiologi.7. Edukasi :
SPO PPI Kewaspdaan isolasi Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi : Informasi resiko ekspos. Alur manajemen dan tindak lanjut. Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :
1. Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.
2. Virus HIV.
Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya.
3. Virus Hepatitis B.
Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg.
Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :
Penyakit Masa inkubasi
Menular selama/ virus shedding
Cara transmisi Kewaspadaan yang perlu dijalankan
Masa petugas diliburkan/ tindakan
Tindakan
Abses Selama luka mengeluarkan cairan tubuh
Kontak Kontak konserfatif
Acinetobacter baumanii
Luka bakar yang di hydroterapi
Flora N kulit manusia, mukus menbran dan tanah. Bertahan di tempat lembab dan kering sampai berbulan, menular melalui peralatan rawat respirasi, tangan petugas, humidifier, stetoscop, termometer, matras, bantal, prmk TT, mop, gorden, tempat mandi luka terbuka
Standar dan kontak
Adenovirus type 1-7
6-9 hari Sekret saluran nafas
Droplet, kontak
Konserfatif
Aspergilosis
Infeksi jar luas dengan cairan berlebihan
Inhalasi stadium airbone, conidia
Kontak dan airbone
Candidiasis
Standar, kontak
Chlamidia C trachomatis
Standar, kontak, termasuk seksual
Congenital rubella
Sampai umur 1 tahun
Kontak dengan bahan nasofaring dan urin
Standar, kontak
Restriksi 7 hari
Conjungtivitis
5- 12 hari
14 hari stl onset
Kontak dengan tangan, alat
Kontak standar
Sampai mata tidak kluar
Pengobatan
*adenovirus type 8
terkontaminasi kotoran
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl bercak timbul mel nasofaring
Droplet yang besar (kontak dekat) & udara
Transmisi udara
Restriksi 7 hari setelah bercak merah timbul (yg imun) 5hr stl ekspos- 21 hr stl ekspos
Pengobatan simtomatik
Campilobacter
Standar
Closrtidium difficile
kontak
Cytomegalo virus
Tidak diketahui
Tahan di lingkungan dlm wkt pendek
Kontak dg sekresi &eksresi : saliva dan urin
Standar hand hygiene
Tidak perlu
Difteria Sekresi dr mulut mengandung c difteriae
Droplet, kontak
Sampai terapi antibiotika telah lengkap dan sampai 2 kultur berjarak 24 jam dinyatakan negatif, perlu imunisasi tiap 10 tahun
Pengobatan simtomatik dan virus.Minum eritromicin 3x 1 tb sampai 7 hari
Gastroenteritis*salmonella*shingella*yenterocolitica
Kontak px, konsumsi makanan/ air terkontaminasi
Standar atau kontak
Tidak mengolah makanan sp 2x jarak 24jam kultur feses negatif
Glardia lambilia
Feses Kontak
Hepatitis A
15- 50 hari
2 minggu, kadang2 sp 6 bulan (prematur)
Fekal oral melalui feses
Standar Libur di area perawatan/ pengolahanmakanan,i minggu setelah sakit kuning imunisasi paksa ekspos
Vaksinasi hepatitis a
Hepatitis B,D
B:6-24mgg
Akut atau kronik dg
Perkutaneus mukosa, kulit yg
Standar Tidak perlu dibatasi smp
-segera periksa HbsAg atau
D: 3-7 mgg
HbsAg positif
tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain
HbeAg negatif. HbeAg,tidak perlu divaksin bila petugas telah mengandung Anti HBs ≥ 10 mliu/ml
Hepatitis C,F,G
Perkutaneus mukosa kulit yg tdk utuh kontak gdn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain
Standar Restriksi sampai kondisi membaik/ sampai HceAg negatif
Herpes simplex
2-14 hr Asiptomatik dpt mengeluarkan virus
Kontak dgn ludah karier mengandung virus langsung/ lwt sekresi luka aberasi/ cairan vesikel
Standar, kontak tangan
Retriksi tidak perlu, tp dibatasi kontak dgn px
HIV Perkutaneus mukosa, kulit yg tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan yubuh yg lain
Standar Kurang dari 4 jam paska pajanan
-diberikan arv,azt dan 3 tc.-dilakukan pemeriksaan HIVserologi dan menitor setelah 3 bln,9bln,11 bln
Helicobacter pylori
Standar
MDRO (MRSA, VRE, VISA, ESBL, Srep pneumonia
Kontak luka Kontak
Influensa 1-5hr Infeksius pd 3hr pertama sakit.Virus dpt dikeluarkan sblm gejala timbul smp 7hr stlh
Airbone, kontak langsung/ droplet dgn sekresi saluran napas
kontak Vaksinasi pd petugas yg rentan. Amantadin untuk kontak dgn influensa A
dimulai sakit, lebih panjang pd anak dan orang
Hemophilus InfluenzaeDewasaAnak
Standar droplet
Human Metapneumo virus (HMPV)
Batuk non produktif, kongesti nasal whezing, bronkhiolitis, pneumonia pada anak + 11,5 tahun
Droplet sekret respirasi
Kontak Droplet
Novirus 12-48 jam
Diare, KLB Makanan, air terkontamibasi feses
Kontak, makanan, air
N meningitis
2-10 hr Kontak dgn sekret saluran napas
Trasmisi mel droplet
Libur spm 24jam stlh terapi paska ekspos. Rifampin2x600mg, 2hr; ciprofloxacin1x500mg atau ceftriaxon250mg IM
-perlu profilaksis dgn Rif2x600 mg selama 2 hari ,dan dosis tunggal cipro1x1,atau ceftriaxone 250 mg IM
Parotitis, Mumps
16-18hr (12-25hr)
Community acquired, virus berada dlm saliva 6-7hr sbl parotitis sp 9hr stl onset Px immunokompromls
Kontak dengan droplet atau langsung dgn sekret sal napas, yi saliva, hidung dan mulut
Trasmisi droplet
Vaksinasi efektif, MMR Restriksi sp 9hr stlh onset parotitis. Petugas renyan : 12hr paska ekspos pertama sp 25 hr stlh ekspos terakhir
Parvovirus/B19
6-10hr Menular sblm bercak merah sp 7hr stlh
Kontak dgn droplet besar, muntahan
Transmisi drolpet
Tidak perlu restriksi
onsetPertusis 7-10 hr F catarrhal
sangat menular
Kontak dgn sekresi sal napas, droplet besar kontak dekat
Transmisi droplet sp 5 hr menerima antibiotik
Vaksin direkomen umur 11-64 th petugas dgn pertusis: restriksi fase catarrhal sp mg 3 stl onst / 5 hr stlh tx antibiotik kontak saja tidak perlu retriksi
Pollomyelitis
Nonparalitik: 3-6hr; paralitik 7-12hr
Sal napas 1mgg stlh gejala muncul, dlm feses bbrp mgg-bulan stlh gejala muncul
Kontak cairan sal napas, benda terkontaminasi fese
Transmisi kontak
Imunisasi direkomendasikan
Rubella 12-23hr, bintik merah timbul 14-16hr stlh ekspos
Sangat menular saat bintik merah keluar, virus lepas 1mgg sblm smp 5-7hr stl onset, congenital rubella bisa melepas virus berbulan-bertahun2
Kontak dgn droplet nasofaring px
Transmisi droplet dan kontak dgn cairan sal napas
5hr stlh bintik keluar : petugas rentan 7hr stl ekspos pertama sp 21hr stl ekspos terakhir
RSV (infeksi virus respiratorik)
2-8hr (tersering 4-6hr)
Orang sakit dapat mengeluarkan virus selama 3-8hr. Tp pd bisa anak 3-4mgg
Tangan terkontaminasi saat merawat pasien atau menyentuh benda mati, transmisi RSV bila menyentuh mata atau hidung
Transmisi kontak erat dhn droplrt atau aerosol partikel kecil
Batasi kontak dgn pasien rawat dan lingkungan bila ada KLB RSV Restriksi sampai gejala akut hilang
MRSA Kontak dengan petugas, mungkn
Strandar transmisi kontak, dapat
Retriksi perawatan pasien dan pengolahan
karier nares anterior, tangan, axilla, perineum, nasofaring, orofaring
airbone makanan bila petugas dengan lesi kulit basah tidak perlu retriksi bila kolonisasi
Streptococ A
Kontak sisi terinfeksi & mensekresi
Kulit, faring rektum, vagina
Standar berdasar transmisi
Retriksi perawatan pasien & pengolahan makanan sp 24 jam stl mendapat antibiotik Tidak perlu retriksi petugas dg kolonisasi
Salmonella, Shingella
Orang- orang lewat fekal oral air/ makanan terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung dg lesi primer atau sekunder sypilis
Kontak
Tuberkolosis
Sp 1 bl minum OAT
Inhalasi droplet nuklei
Airbone, kontak (mengeluarkan c tubuh infeksius)
Sampai terbukti non infeksius
-petugas yg terexpose perlu tes mantoux bila indurasinya> 10 mm perlu profilaksis INH sesuai rekomendasi lokal
Varicella Sp lesi kering & berkusta
Airbone, kontak, standar
8 hari pasca kontak sp 21 hari paska kontak, beri imuno globulin IV paska kontak, imunisasi petugas paska pajanan dalam 4 hari
Vaksinasi varicella
Vibrio Kontak feces
kolera
Zoster*lokal
Tutupi lesi, jangan kontak dg pasien rawat
Retriksi sampai lesi mengering dan mengelupas
* menyeluruh atau orang immuno kompromais
Jangan kontak dg pasien
Retriksi sampai semua lesi kering dan mengelupas
* paska pajanan (person yang rentan)
Jangan kontak dg pasien rawat
Dari hr ke 10 paska pajanan pertama sp hari ke 21 atau hr 28 bila di beri lagi atau sampailesi kering dan mengelupas
A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan
B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas
Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahuiTidak divaccin HIBG 1x dan
diberikan vaksin HBBeri vaksinHB Bila sumber merupakan
resiko tinggi,dapat diperlakukan sebagai sumber HbsAg
Pernah diberi vaksin tapi tidak diketahui serokonversinya
Tes untuk HBs:1.jika titernya cukup tidak perlu perlu terapi.2.jika tidak cukup titernya beri boosster HB dalam waktu 7 hari.
Tidak ada pengobatan
Tidak ada pengobatan
Diketahui non serokonversinya
HBIG 1x(dalam waktu 72 jam)+ 1x dosis vaksin HB(dalam waktu 7 hari)
Tidak ada pengobatan
Jika sumbermerupakan resiko tinggi dapat diperlakukan sebagai sumber HbsAg (+)
Tidak diketahui serokonversinya
Tes untuk HBs :1.jika (-) obat seperti non serokonversi.2.jika titer tidak cukup HBIG 1x + booster vaksin HB dan ulangi pemeriksaan setelah 4 minggu.3.Jika titer cukup,tidak perlu diobati
Tidak ada pengobatan
Tes untuk anti HBs :1.jika (-) ,obati seperti non serokonversi.2.jika titer tidak cukup booster vaksin HB.3.jika tter cukup tidak perlu diobati.
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml
C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :
Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber negatif HIV
Sumber tidak diketahui
HIV(-) Rujuk ke dokter internis aagar mendapatkan nasehat.Setelah kejadian diketahui dari pasien HIV (+) staf harus dirujuk kefasilitas post exposur propilaksis(PEP) dalam waktu 2 jam setelah pajanan.Tes ulang saat itu 6 minggu,3,6dan 12 bulan .
Saran :Lakukan pencegahan penularan .
Tunda proses
Tidak ada pengobatan
Konsultasi dengan spesilais mikrobiologi /internist mungkin diobati seperti pasien HIV (+),jika resiko tinggi.
HIV (+)
kehamilan selama 3 bulan.
Jangan memberikan donor darah .
Suntikan zidovudine selama 4 minggu (250 mg 3x/hari) atau 150 mg 2x/hari(untuk tablet)
Tidak perlu pemberian pengobatan propilaksis
Tidak perlu diobati
D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis COrang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber
HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Hepatitis C negatif Berikan nasehat untuk melakukan pemeriksaan 0,3,6,12 bln pemeriksaan HVC dengan PCR dan diperiksa LVT untuk mengetahui status infeksinya
Sarankan untuk meminalkan penularan
Tidak perlu diobati
Tidak perlu diobati konsul dokter internist jika perlu.
Tidak ada chemopropilaksis tersdia ,rujuk pada dokter penyakit menular
E. Petunjuk penggunaan ARV
1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion dari
pasien dengan positif HIV.3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.
F . Status HIV pasien.
Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Resiko tinggi
Rejimen
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP -Mukosa/kulit tidak utuh
Pertimbangkan rejimen 2 obat
Berikan rejimen 2 obat
Berikan rejimen 2 obat
AZT 300mg/12 jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari
- Tusukan benda tajam solid
- Tusukan benda tajam berongga
Berikan rejimen 2 obat.
Berikan rejimen 2 obat
Berikan rejimen 2 obat.
Berikan rejimen 3 obat
Berikan rejimen 3 obat
Berikan rejimen 3 obat
AZT 300mg/12 jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari,Lop/r 400/100mg/12 jam x28 hari.
PENCATATAN DAN PELAPORAN TERTUSUK JARUM
No. Dokumen
SPO/PPI/051
No. Revisi
0
Halaman
1 /3
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( SPO )
Tanggal Terbit
01 September 2015
Ditetapkan,
Direktur RS Petukangan
dr. Hendrivand SpOG
PENGERTIAN
Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam adalah salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau, skalpel, gunting, atau benang kawat.
TUJUANMelindungi petugas kesehatan, mahasiswa, petugas kebersihan, pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV
KEBIJAKAN
1. Undang-undang Repubplik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit.
PROSEDUR Prosedur penatalaksanaan tertusuk jarum bekas pakai dan benda tajam:
1. Pertolongan Pertama
a. Jangan panik.b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air mengalir2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa3) Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata
2. Penanganan Lanjutan :a. Bila terjadi di luar jam kerja segera ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
untuk penatalaksanaan selanjutnya b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam
dengan membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja3. Laporan dan Pendokumentasian:
a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit)
b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam ( pasien dengan riwayat sakit apa )
c. Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis B, apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang hamil/menyusui
d. Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar diperiksa status HIV, HBV, HCV
e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat dilakukan konseling
Recommended