View
39
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
FKH
Citation preview
EFEKTIVITAS SUSU EKSTRAK BUAH NAGA ( Hylocereus undatus) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN
PERFORMANCE URIN PADATIKUS PUTIH ( Rattus novergicus ) PASCA INDUKSI ALOKSAN
SKRIPSI
OLEH
ALFONSIUS ALBINUS MEHAN
NPM.11820016
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2015
i
EFEKTIVITAS SUSU EKSTRAK BUAH NAGA ( Hylocereus undatus) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN
PERFORMANCE URIN PADATIKUS PUTIH ( Rattus novergicus ) PASCA INDUKSI ALOKSAN
Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Oleh:
ALFONSIUS ALBINUS MEHANNPM. 11820016
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA 2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS SUSU EKSTRAK BUAH NAGA
( Hylocereus undatus) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN PERFORMANCE URIN PADATIKUS PUTIH ( Rattus
novergicus ) PASCA INDUKSI ALOKSAN
Oleh: ALFONSIUS ALBINUS MEHAN
NPM. 11820016
Skripsi ini telah memenuhi syarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya dan telah disetujui oleh Komisi Pembimbingyang tertera di bawah ini.
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Prof.Dr.H.Soehartojo H.M.Sc.,drh Miranti Candrarisna,drh.,M.Si
Mengetahui,Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
H. Agus Sjafarjanto, drh., M.Kes.Tanggal : 07 Agustus 2015
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan, bahwa :
Nama : ALFONSIUS ALBINUS MEHANNPM : 11820016
Telah melakukan perbaikan terhadap naskah skripsi yang berjudul : EFEKTIVITAS SUSU EKSTRAK BUAH NAGA (Hylocereus Undatus) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN PERFORMANCE URIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) PASCA INDUKSI ALOKSAN. sebagaimana yang disarankan oleh tim penguji pada tanggal 07 Agustus 2015.
Tim Penguji
Ketua,
Prof.Dr.H.Soehartojo H.M.Sc.,drh
Anggota,
Miranti Candrarisna,drh.,M.Si Moch.Juddy Widjaja,drh.,M.Pd
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya:
Nama : ALFONSIUS ALBINUS MEHAN
NPM : 11820016
Fakultas / Jurusan : Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya karya ilmiah saya yang berjudul : EFEKTIVITAS SUSU EKSTRAK BUAH NAGA (Hylocereus Undatus) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN PERFORMANCE URIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) PASCA INDUKSI ALOKSANBeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya hak untuk menyimpan, mengalikan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasihkannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perluuntuk meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Surabaya. Pada tanggal : 07 Agustus 2015.Yang menyatakan,
( Alfonsius A.Mehan )
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan
kekuasaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Susu Ekstrak Buah Naga (Hylocereus Undatus) Terhadap Glukosa
Darah Dan Performance Urin Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus) Pasca Induksi
Aloksan’’.
Maksud dan tujuan penulisan ini adalah memenihi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Terseleseikan dan terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih dengan tulus dan hormat kepada:
1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Prof. H. Sri Harmadji.,dr. Sp.
THT-KL (K), yang ttelah memberikan ijin dan menerima saya sebagai
mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya,
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, H. Agus
Sjafarjanto, drh., M.Kes. yang telah membantu dalam proses kelancaran
pelaksanaan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya,
3. Freshinta Jellia Wibisono, drh., M.Vet selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya,
4. Prof.Dr.H.Soehartojo H.M.Sc.,drh selaku Pembimbing Utama yang telah
membimbing, memberikan petunjuk dan saran-saran, serta melakukan
perbaikan atas skripsi ini hingga selesei, dengan penuh perhatian dan
kesabaran.
5. Miranti Candrarisna,drh.,M. Pd., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing, mengarahkan, memberi saran, member dorongan semangat dan
mengoreksi skripsi ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan.
vi
6. Moch.Juddy Widjaja,drh.,M. Pd., selaku penguji yang telah meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan kritik serta saran demi
menyempurnakan skripsi,
7. Paulus Robertus dan Maria Sukartiam, selaku Orang tua penulis yang terus
memberikan dorongan, doa, kasih sayang dan motivasi kepada penulis,
8. Kakak Netus, Kakak Yanti, Kakak Oli, Kakak Lina, Kakak Yuven, Kakak
Renol adik Lia wati, sahabat El, Roy, Eko, Thibor, Kandi, Bobby, Ennel,
Vian, Nurul, Epang,Dhede, Oris, Aris yang senantiasa memberikan
dukungan tenaga serta semangat bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
rahmat serta karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dengan tulus iklas dalam menyelesaikan pendidikan ini. Amin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi masyarakat dan semua pihak yang membaca. Amin.
Surabaya, 07 Agustus 2015
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAM………………………………………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENG………………………………… iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………... iv
ABSTRAK ………………………………………………………… v
ABSTRACT ……………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ……………………………………………......... xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… xiii
I PENDAHULUAN ………..………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………… 3
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………… 4
1.4 Hipotesis ……………………………………………. 4
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………. 5
II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 6
2.1 Buah Naga …………………………………………… 6
2.1.2 Klasifikasi Buah …………………………… 6
2.1.3 Morfologi ………………………………… 7
2.1.3.1 Akar …………………………….. 8
2.1.3.2 Batang Dan Cabang ……………….. 8
2.1.3.3 Bunga ……………………………. 8
2.1.3.4 Buah ……………………………… 9
2.1.3.5 Biji……………………………… 10
2.14 Manfaat Buah Naga ………………………… 10
2.2.Diabetes Mellitus ……………………………………… 11
viii
2.2.1 Penyebab Diabetes ………………………… 12
2.2.2 Gejala Klinis ……………………………… 12
2.2.3 Faktor Faktor Mempengaruhi Diabetes …… 13
2.3.4 Diagnosis Dan Prognosa …………………… 14
2.3 Susu Sapi ……………………………………………… 14
2.4 Aloksan ……………………………………………… 14
2.5 Tikus Putih …………………………………………… 15
2.5.1 Makanan ……………………………………` 17
2.5.2 Kandang …………………………………… 17
2.5.3 Habitat ……………………………………… 17
2.6 Urin Tikus …………………………………………. 18
2.6.1 Pembentukan Urin ………………………….. 18
2.6.2 Warna Urin …………………………………. 18
III MATERI DAN METODE …………………………………………19
3.1 Lokasi Dan Wartu Penelitian ………………………… 19
3.2 Materi Penelitian …………………………………… 19
3.2.1 Alat Dan Bahan ………………………………19
3.2.2 Subjeck Penelitian ……………………………19
3.2.3 Sampel Penelitian ………………………… 20
3.3 Metode Penelitian ………………………………….. 20
3.3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian …………… 20
3.3.2 Variabel Penelitian ………….. ………………20
3.3.3 Definisi Operasional ………………………… 21
3..3.4 Teknik Pembuatan Ekstrak Buah Naga………21
3.3.4.1 Ekstrak Bauh Naga ……………….. 21
3.3.4.2 Maserasi Bergerak ……………….. 21
3.3.4.3Pembuatan Susu Ekstrak Buah Naga..22
3.3.5 Persiapan Tikus …………………………………… 22
3.3.6 Perlakuan …………………………………………… 23
3.3.7 Diagram Alur Penelitian …………………………… 24
ix
3.3.8 Analisa Data ……………………………………… 25
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………… 26
4.1 HASIL PENELITIAN …………………………….. 26
4.2 PEMBAHASAN …………………………………… 34
V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 46
5.1 KESIMPULAN ……………………………………. 46
5.2 SARAN …………………………………………….. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
4.1 Hasil rerata Glukosa Darah Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus)…. 26
4.2 Hasil Rerata Bau dan Warna Urin Pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus)….,………………………………………………… 26
4.3 Hasil Rerata Konsistensi dan Kekeruhan Urin Pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus )………………………….……………………… 27.
4.4 Hasil Rerata Pengeluaran Urin Pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus )…………………………………………………… 27
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
4.1 Grafik rerata skoring penurunan glukosa darah pada tikus putih
( rattus novergicus ) ……… …………………………… 59
4.2 Grafik rerata scoring bau dan warna urin pada tikus putih
( rattus novergicus )…………………………………………………. 59
4.3 Grafik rerata scoring konsistensi dan kekeruhan urin pada tikus putih
( rattus novergicus )……………………………………………… 60
4.4 Grafik rerata scoring pengeluaran urin pada tikus putih
( rattus novergicus )………………………………………………… 60
xii
I.PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
Negara Indonesia adalah negara plasma nuftah ke 3 di dunia, yaitru negara
yang memiliki kekayaan lebih dari 1000 jenis tanaman yang dapat dijadikan
tanaman obat( herbal medicinal) ke- 3 di dunia setelah Negara Brasil dan Cina.
Herbal medicine adalah jenis pengobatan dengan harga yang relatif lebih murah,
mudah di dapatkan, dan aman jika digunakan (Aronson, 2009). Buah naga
merupakan salah satu herbal medisinal khas Negara Indonesia yang banyak
ditanam di wilayah negara Indoonesia khususnya di daerah Sumatra dan Jawa
Barat. (Kristanto, 2005, Lazuardi.,2012)
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang
tumbuh di Indonesia. Buah naga (Hylocereus undatus) sangat bermanfaat di
bidang kesehatan, yaitu untuk mencegah kanker usus, diabetes dan menurunkan
kolesterol (Jaafaret.al., 2009). Selain itu, buah naga merah memiliki banyak
manfaat untuk membantu mengatasi dan membantu menyembuhkan berbagai
penyakit. Bagian-bagian buah naga yang terdiri dari daging buah, kulit buah dan
daun buah naga juga memiliki banyak manfaat. Dalam setiap bagian dari buah
naga memiliki kandungan vitamin dan zat aktif senyawa obat yang sangat
bermanfaat untuk di pergunakan dalam treatment penyembuhan berbagai
penyakit (Kristanto, 2005).
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang
penduduk dunia terutama penduduk di Indonesia. Diabetes mellitus merupakan
1
salah satu penyakit metebolisme yang mempunyai gejala klinis yang khas, yaitu
Hyperglycemia. Hyperglycemia terjadi akibat dari kelainan sekresi insulin,kerja
insulin atau keduanya (Purnamasari, 2009). Hyperglycemia pada diabetes yang
berkepanjangan akan mengakibatkan disfungsi dan kegagalan kerja dari berbagai
macam organ terutama mata, ginjal, saraf dan jaringan darah. Selain itu diabetes
merupakan kondisi pada tubuh yang dapat dengan cepat menggunakan energi dari
makanan yang telah dimakan. Pada saat ini belum banyak ditemukan pengobatan
yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Adewale et.al., 2007).
Prevalensi jumlah penderita diabetes mellitus pada manusia setiap tahun
semakin meningkat.Sedangkan prevalensi jumlah penderita diabetes mellitus pada
hewan sebesar (shaw et al, 2009).
Pada umumnya hewan yang rentan terhadap penyakit diabetes adalah
anjing umur 6-9 bulan, kucing, dan tikus putih. Pada anjing, mengalami
gangguan pada sekresi hormon insulin sehingga menyebabkan kadar glukosa
darah tinggi di dalam darah anjing tersebut. Kasus pada anjing ras jenis Golden
Retriever di Amerika serikat. Anjing ini mengalami kelebihan berat badan pada
usia tua dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagi dan astenia (kurang energi).
Kasus serupa pernah di laporkan pada anjing ras jenis St. Bernard di Cleveland
Ohio (El-Soudet. al.,2007; Murray et. al., 2003).
Di Amerika, kejadian diabetes mellitus pada anjing dan kucing bervariasi
pada anjing mulai dari rasio satu di banding dua ratus dan pada kucing satu di
banding delapan ratus. Sedangkan di Indonesia kejadian penyakit diabetes
mellitus pada hewan belum mendapat banyak perhatian. Hal ini di dukung dengan
2
minimnya sumber data mengenai kejadian penyakit ini dan kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya kesehatan hewan (Wardhana, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
aktifitas susu ekstrak buah naga untuk menurunkan gula darah (glukosa darah)
sebagai upaya pencegahan maupun pengobatan terhadap penyakit Diabetes
Mellitus. Adapun hewan coba yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tikus
putih. Tikus putih adalah salah satu hewan coba yang sering di gunakan di dalam
laboratorium untuk pengujian suatu obat. Selain itu, tikus putih merupakan
golongan mamalia yang memiliki kelengkapan organ,kebutuhan nutrisi,sistem
reproduksi, pernapasan, peredaran darah yang hampir mirip dengan manusia,
sehingga sensitivitas terhadap suatu obat mirip dengan manusia (Lazuardi, 2012).
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah :
1. Bagaimanakah efektivitas susu ekstrak buah naga (Hylocereus
undatus) terhadap kadar gula darah (glukosa darah) pada tikus putih
Rattus norvergicus) pasca induksi Aloksan?
2. Bagaimanakah efektivitas susu ekstrak buah naga (Hylocereus
undatus) terhadap performance urine pada tikus putih (Rattus
norvergicus) pasca induksi Aloksan?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektifitas dosis susu ekstrak buah naga yang
efektif digunakan untuk menurunkan kadar gula darah (glukosa
darah) pada tikus putih (Rattus norvergicus) pasca induksi
Aloksan.
2. Untuk mengetahui efektifitas dosis susu ekstrak buah naga yang
efektif digunakan untuk mengetahui perubahan warna, bau,
kekeruhan, konsistensi dan pengeluaran urin(urinasi) pada tikus
putih (Rattus norvergicus) pasca induksi Aloksan.
3. Untuk mengetahui potensi terapi herbal untuk glukosa darah pada
tikus putih (rattus novergicus)
1.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah
1. Pemberian susu ekstrak buah naga efektif menurunkan kadar gula
darah (glukosa darah) pada tikus putih (Rattus norvergicus) pasca
induksi Aloksan.
2. Pemberian susu ekstrak buah naga efektif merubah warna, bau,
kekeruhan, konsistensi dan pengeluaran urin(urinasi) pada tikus
putih (Rattus norvergicus) pasca induksi Aloksan.
4
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberkan informasi bahwa ekstrak buah naga merupakan
salah satu bahan herbal untuk menurunkan kadar gula darah (anti
diabetes).
2. Memberikan informasi tentang hasil pemberian ekstrak buah naga
sebagai penurun glukosa darah (anti diabetes) aman,murah dan mudah
didapat.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Naga (Hylocereus undatus)
2.1.1 Definisi
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan salah satu jenis tanaman yang
dapat tumbuh baik di Negara Indonesia. Setiap 100 gram buah naga mengandung
82,5-83,0 g air, 0,21-0,61 g lemak, 0,15-0,22 g protein, 0,7-0,9 g serat, 0,005-0,01
mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium, 30,2-31,6 mg posfor, 0,55-0,65 mg besi dan
vitamin B1, B2 serta C (Media Indonesia, 2007). Buah ini berkhasiat sebagai
penyeimbang kadar gula dalam darah, pelindung kesehatan mulut, penurun
kolesterol, pencegah pendarahan dan kanker usus serta memperlancar buang air
besar (Kristanto, 2005; Chevny, 2005). Selain itu buah naga (Hylocereus undatus)
merupakan salah satu herbal medicine yang banyak mengandung senyawa kimia
aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang memiliki efektifitas
kerja setara dengan antibiotika. Senyawa kimia aktif di dalam buah naga tersebut
adalah tannin, fenol, flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid (Siswandono, 2014)
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Kristanto (2009), klasifikasi atau taksonomi buah
naga adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Agiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
6
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamily : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Species : - Hylocereus undatus (daging putih)
- Hylocereus polyrhizus (daging merah)
- Hylocereus costaricensis (daging merah super)
- Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)
Gambar 2.1 Buah Naga (Kristanto, 2009)
2.1.3 Morfologi Buah Naga
Tanaman ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah
dan Amerika Selatan bagian utara. Buahnya sudah lama
dimanfaatkan sebagai konsumsi segar yang sehat. Jenis
dari tanaman ini merupakan tanaman memanjat. Secara
morfologi, tanaman ini termasuk dalam tanaman yang
tidak lengkap karena tidak memiliki daun dan hanya
memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji
(Kristanto, 2009).
7
2.1.3.1 Akar
Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal
batang di dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang
berfungsi sebagai alat pelekat sehingga tumbuhan dapat
melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang
penyangga. Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara atau
akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup
tanpa tanah atau hidup sebagai epifit (Winarsih, 2007).
Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam akar adalah
flavonoid dan antosianin (Siswandono, 2014).
2.1.3.2 Batang dan Cabang
Batang tanaman buah naga mengandung air dalam
bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa.
Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu. Batang tersebut
berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga.
Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam
proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya
berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung kambium
yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman (Kristanto,
8
2009). Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam
batang adalah flavonoid dan fenol (Siswandono, 2014).
2.1.3.3 Bunga
Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti
terompet, mahkota bunga bagian luar berwarna krem dan
mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih
sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga
berwarna krem bercampur putih.Bunga memiliki sejumlah
benang sari (sel kelamin jantan) yang berwarna kuning.
Bunga buah naga tergolong bunga hermaprodit, yaitu
dalam satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin jantan)
dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh
di sepanjang batang di bagian punggung sirip yang berduri
dan pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah
banyak dan tangkai bunga yang sangat pendek (Cahyono,
2009). . Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam
bunga adalah flavonoid, tanin dan venol (Siswandono,
2014).
2.1.3.4 Buah
Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan
berair. Bentuk buah bulat agak memanjang atua bulat
9
agak lonjong. Kulit buah ada yang berwarna merah
menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari
jenisnya. Kulit buah agak tebal, yaitu sekitar 3 mm – 4 mm.
Di sekujur kulitnya dihiasi dengan jumbai-jumbai
menyerupai sisik-sisik ular naga. Oleh karena itu, buahnya
disebut buah naga. Berat buah beragam berkisar antara 80
– 500 gram, tergantung dari jenisnya. Daging buah
berserat sangat halus dan di dalam daging buah
bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan
berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna
merah, putih, dan hitam, tergantung dari jenisnya. Daging
buah bertekstur lunak dan rasanya manis sedikit masam
(Cahyono, 2009). Kandungan bahan aktif yang terdapat di
dalam buah adalah flavonoid, vitamin dan mineral
(Siswandono, 2014).
2.1.3.5 Biji
Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam
daging buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah
naga dapat langsung dimakan tanpa mengganggu
kesehatan. Biji buah naga dapat dikecambahkan untuk
dijadikan bibit (Winarsih, 2007). Kandungan bahan aktif
10
yang terdapat di dalam biji adalah flavonoid, alkaloid,
tripenoid dan steroid (Siswandono, 2014).
Dalam 100 g buah naga merah, kandungan airnya cukup tinggi
yaitu 82,5-83 g, serat 0,7-0,9 g, betakaroten 0,005-0,012 g, kalsium 6,3-8,8
mg, zat besi 0,55-0,65 mg, fosfor 30,2-36,1 mg, protein 0,16-0,23 g, lemak
0,21-0,61 g, beragam vitamin seperti B1 sebanyak 0,28-0,30 mg, vitamin
B2 0,043-0,045 mg, vitamin C 8-9 mg dan kandungan niasin sebanyak
1,297-1,300 mg. Sedangkan dalam 100 g buah naga putih mengandung air
89,4 g, serat 0,3 g, kalsium 6 mg, zat besi 0,4 mg, fosfor 19 mg, protein
0,5 g, lemak 0,1 g, niasin 0,2 mg dan vitamin C 25 mg (Gunasena dan
Pushpakumara, 2006).
2.1.4 Manfaat buah naga
Buah naga merah sebagai salah satu buah yang memiliki banyak manfaat
untuk membantu mengatasi dan membantu menyembuhkan berbagai penyakit.
Mulai dari batang buah naga, daging buah naga, sampai dengan kulit buah naga
juga memiliki banyak kandungan vitamin dan zat yang sangat bermanfaat.
Beberapa manfaat dari buah naga, yaitu kandungan vitamin yang
kompleks di dalam daging buah naga merah, dapat dipergunakan untuk terapi
penyembuhan kanker. Kandungan vitamin C yang tinggi di dalam buah naga
merah dapat membantu menjaga kesehatan kulit, bahkan buah dan kulit buahnya
dapat juga digunakan sebagai bahan lulur. Rasa manis yang terdapat pada buah
naga merah bukan berasal dari glukosa, tetapi asli berasal dari daging buahnya.
11
Kandungan zat antioksidan yang berasal dari vitamin-vitamin yang terdapat .di
dalam daging buah naga dapat dipergunakan untuk menjaga kesehatan dan
stamina tubuh melawan agen penyebab infeksi penyakit. Kalsium organik yang
terdapat di dalam daging buah naga merah dapat digunakan untuk mencegah
penyakit osteoporosis atau pengapuran tulang. Kandungan vitamin B3 yang
terdapat di dalam daging buah naga berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol
dan untuk menyembuhkan penyakit batuk dan asma hingga dapat mengatasi
tekanan darah tinggi. Beta karoten yang terkandung dalam buah naga bermanfaat
untuk menjaga kesehatan mata. Kandungan vitamin C, B1, B2, dan B3 yang
terkandung dalam buah naga dapat menjaga kesehatan jantung (Zain, 2006).
2.2 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metebolisme
yang mempunyai gejala klinis yang khas, yaitu Hyperglycemia.
Hyperglycemia terjadi akibat dari kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya (Purnamasari, 2009).
Prevalensi DM di dunia diperkirakan sebesar 0,19%. Penyakit DM
sering ditemukan pada orang dewasa dengan usia < 20 tahun dan 8,6%
pada orang dewasa dengan usia > 20 tahun. Pada orang usia > 65 tahun
prevalensi diabetes melitus sebesar 20,1%. Di tahun 2004 sekitar 3,4 juta
orang meninggal akibat dari tingginya kadar gula darah pada orang yang
menderita DM. Kematian akibat penyakit DM lebih dari 80% tersebut
terjadi di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah (Arrazi,
12
2014). Pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus (DM) di Negara
Indonesia diperkirakan mencapai 21,3 juta orang. (Panggabean, 2012). Di
Amerika, kejadian diabetes mellitus pada anjing dan kucing bervariasi
pada anjing mulai dari rasio satu dibanding dua ratus dan pada kucing satu
dibanding delapan ratus. Sedangkan di Indonesia kejadian penyakit
diabetes mellitus pada hewan belum mendapat banyak perhatian. Hal ini
didukung dengan minimnya sumber data mengenai kejadian penyakit ini
dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan hewan
(Wardhana, 2010).
2.2.1 Penyebab Diabetes Mellitus
Penyebab diabetes mellitus adalah kekurangan hormon insulin
yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan
mensintesis lemak. Diabetes mellitus telah menjadi penyebab kematian
terbesar keempat didunia dan jumlah kasus Diabetes mellitus dari tahun ke
tahun makin bertambah (Saputro, dkk., 2012).
2.2.2 Gejala Klinis Diabetes Mellitus
Secara klinik diabetes mellitus adalah sindrom yang merupakan
gabungan kumpulan gejala-gejala klinik yang meliputi aspek metabolik
dan vascular. Gejala klinik yang ditemukan pada penyakit Diabetes
Mellitus adalah hiperglikemi puasa dan post prandial, arterosklerotik dan
penyakit vasculer mikroangiopati, serta hampir seluruh organ tubuh akan
13
mengalami perubahan akibat terkena dampak patogenitas penyakit tersebut
(Waspadji, 2002).
Terdapat 2 gejala klinis yang terjadi pada anjing yang mengalami
Diabetes Mellitus yaitu :
1. Mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi air minum dan sering
mengalami buang air kecil. Selera makannya baik namun mengalami
penurunan berat badan.
2. Terjadi peningkatan dalam gula darah (hiperglikemia) dan gula dalam urin
(glukosuria). Pada anjing normal, kadar gula darahnya adalah 80-120.
Gejala klinis Diabetes Mellitus pada kucing adalah muntah, diare,
kehilangan nafsu makan, kesulitan pernafasan, kelemahan dan sulit buang
air kecil (Anonim, 2010).
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus
Pada manusia beberapa faktor yang mempengaruhi Diabetes
Mellitus antara lain faktor keturunan, kegemukan, faktor usia di atas 40
tahun, faktor ketegangan mental, faktor infeksi, faktor obat-obatan
tertentu, faktor kehamilan, faktor pecandu alkohol / alkoholisme.
Sedangkan pada hewan faktor yang mempengaruhi Diabetes Mellitus
adalah karena hewan mengalami kekurangan insulin. Kadar gula dalam
darah naik, sedangkan sel – sel tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa.
Dalam keadaan ini glukosa akan dibuang melalui ginjal (kencing manis).
14
Jika ini berlangsung lama, hewan akan menjadi lemah dan menimbulkan
kematian karena kekurangan zat – zat makanan (Wardhana, 2010).
2.2.4 Diagnosis dan Prognosa Diabetes Mellitus
Diagnosis DM harus berdasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Dalam menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus harus
memperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood),
vena ataupun kapiler tetap dapat digunakan dengan memperhatikan angka-
angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO,
sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler (Gustaviani,
2007). Prognosa dari Diabetes Mellitus dapat meningkatkan produksi sel
beta pankreas untuk menghasilkan hormon insulin secara alami dalam
tubuh.
2.3 Susu sapi
Susu sapi juga juga merupakan salah satu bahan yang baik
digunakan sebagai suplemen diet yang sangat diperlukan oleh penderita
diabetes mellitus oleh karna susu sapi tidak terlalu banyak mengandung
karbohidrat tetapi mampu menghasilkan energi yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh penderita diabetes.
15
2.4 Aloksan
Aloksan merupakan senyawa diabetagonik yang bersifat sitotoksik
tarhadap sel islet pankreas melalui pembentukan radikal bebas dan stress
oksidatif (Nugroho, 2006) dengan rumus kimianya adalah C4H2N2O4.
Pemberian obat Aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan
kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemia) pada binatang cobaan
(Albet ,2013).
Indikasi dari obat Aloksan adalah untuk menginduksi hewan
percobaan seperti mencit, tikus putih, ataupun kelinci untuk merusak
jaringan pankreas sehingga hormon insulin mengalami penurunan atau
tidak terproduksi dan terjadi peningkatan kadar glukosa darah sehingga
menyebabkan Diabetes Mellitus (Yuriska, 2009).
Dosis aloksan yang sering digunakan secara intravena untuk
menginduksi diabetes pada tikus adalah dosis 65 mg/kg BB/hari. Jika
aloksan diberikan secara intraperitonial atau subkutan maka dosis yang
diberikan 120 - 150 mg/kg BB/hari selama 3-4 hari (Katsumata, et.al.,
1992 dalam Yana, dkk., 2014).
2.5 Tikus Putih (Rattus norvergitus)
Menurut Lazuardi (2012), klasifikasi tikus putih (Rattus
norvegicus) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
16
Subfilum : Vertebrata (Craniata)
Class : Mamalia
Subkelas : Theria
Infrakelas : Eutharia
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Superfamili : Muroidea
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus nrvergicus
Gambar 2.2 Tikus putih (Rattus novergicus) (Lazuardi, 2012).
Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan
dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh
obat-obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam
mempelajari tingkah laku. Tikus putih (Rattus norvegicus) berasal dari
Asia Tengah dan penggunaannya telah menyebar luas di seluruh dunia
17
(Lazuardi, 2012). Tikus memiliki beberapa sifat yang menguntungkan
sebagai hewan uji penelitian diantaranya perkembangbiakan cepat
mempunyai ukuran yang besar dari mencit,mudah dipelihara dalam jumlah
yang banyak Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino,
kepala kecil dan ekor lebih panjang di bandingkan
badannya,pertumbuhannya cepat,temperameternya baik,kemampuan
laktasi tinggi dan tahan terhadap arsenic tiroksid (Akbar, 2013).
2.5.1 Makanan
Pakan tikus berupa pellet komersial tikus atau pakan kelinci. Tikus
diberikan diet yang bergizi lengkap dan tidak memerlukan suplemen.
Makanan asupan sekitar 15g/100gBB/hari (Anonim, 2010).
2.5.2 Kandang
Kandang tikus berbentuk kotak, berbahan tembus pandang, semisal
plastic, logam, kaca atau fiber. Temperatur normal tikus sebesar 18 sampai
26°C (64 sampai 80°F), sehingga tikus butuh ruangan cukup luas, minimal
3x panjang tubuhnya. Kandang dilengkapi tempat makan dan minum.
Botol minum vertical lebih bagus karena tidak bocor karena dilapisi karet
anti bocor. Bahannya kuat, tidak mudah pecah atau tergores. Kandang
perlu dilengkapi tempat minum “sistem jilat” (Hubrecht dan Kirkwood,
2010).
2.5.3 Habitat
18
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti
menempati adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Habitat
tikus umumnya di permukaan tanah, persawahan, padang rumput,
perkebunan dan semak belukar. Daerah penyebarannya di kawasan Asia,
meliputi Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Filipina, dan termasuk Papua Nugini (Anita, 2003).
2.6 Urin tikus
2.6.1 Pembentukan Urin
Pembentukan urin dimulai dengan mengalirnya darah ke glomerulus yang
bekerja sebagai saringan halus, kemudian hasil filtrasi berupa sejumlah besar
cairan yang melewati glomerulus (ultrafiltrat) akan ditampung di kapsula
Bowman, yang komposisinya serupa dengan cairan plasma kecuali jika tidak
ditemukan zat-zat yang mempunyai berat molekul (BM) lebih besar dari 68.000
seperti sel darah merah dan protein plasma. Ultrafiltrat akan diteruskan dari
kapsula Bowman ke tubulus. Di sepanjang tubulus beberapa zat direabsorbsi
kembali secara selektif dari tubulus dan kembali ke dalam darah, sedang yang lain
disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus. Zat-zat yang tidak berguna
seperti ureum tidak diserap kembali, sehingga urin yang terbentuk dan semua zat
di dalam urin akan menggambarkan penjumlahan dari 3 proses dasar ginjal, yaitu
filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus (Bistani, 2006).
19
2.6.2 Warna Urin
Warna urin terutama disebabkan oleh pigmen yang terlarut di
dalamnya dan zat warna normal urin sendiri berasal dari metabolisme
endogen yang berasal dari pemecahan zat warna empedu. Dapat dikatakan
secara umum bahwa warna urin tergantung kadar zat yang terlarut di
dalamnya. Warna normal urin biasanya berkisar antara kuning muda dan
kuning tua (Suratman, dkk., 2003).
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba dan
Laboratorium Farmakologi & farmasi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya pada bulan Mei 2015.
3.2 Materi Penelitian
3.2.1 Alat Dan Bahan.
3.2.1.1 Alat
Pada penelitian ini, alat yang digunakan adalah
kandang tikus, timbangan electrical scale untuk ketelitian,
spuit 1 cc insulin, kertas saring & kertas puyer, sonde, gluko meter
untuk mengukur gula darah tikus.
3.2.1.2 Bahan
Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah
tikus putih jantan dari galur Wistar, makanan tikus, alcohol
70%, ethanol absolut, formalin, buah naga, susu skim dan
obat Aloksan
3.2.2 Subyek Penelitian
Subjek penilitian adalah tikus putih(Rattus novergicus). 16 ekor tikus putih
berjenis kelamin jantan umur 3 bulan dengan berat badan 150-300 g yang
diperoleh dengan cara pemberian di Pasar Bratang Surabaya. Tikus dalam
19
keadaan sehat atau normal, ditandai dengan gerakan-gerakan tikus, seperti makan,
minum, tidak terdapat luka atau cacat tubuh.
3.2.3 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan adalah darah yang berasal dari hewan
percobaan (tikus)untuk melihat kadar glukosa darahnya. Pengambilan darah
dilakukan melalui vena pada bagian ekornya sebanyak 1-2 tetes. Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan gluko meter yang akan dilakukan pada hari ke
3,5,7,9,dan 11 untuk melihat mengetahui terjadinya penurunan glukosa darah
(Gustaviani, 2007).
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan/Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental.Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan teknik pengambilan
sambel secara random atau acak dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan untuk masing-
masing perlakuan.
3.3.2 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dari 3 buah variabel, yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kendali.
1. Variable bebas adalah susu ekstrak buah naga
2. Variabel terikat adalah kadar glukosa darah.
3. Variabel kendali adalah cara pemberian obat,berat badan,jenis
kelamin, dan jenis tikus,tipe diabetes mellitus.
20
3.3.3 Definisi Operasional
a. Hewan Sehat adalah kondisi hewan sesuai hasil pemeriksaan yang
diperbandingkan dengan kriteria normal tanpa disertai gejala klinis dari
suatu penyakityang terdapat di dalam tubuh hewan. Pemeriksaan hewan di
bidang ilmu diagnosa klinik kedokteran hewan yang disertai hasil
pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, dan auskultasi (Widiyono,
2004).
b. Tingkat Kesembuhan Penyakit. Penurun kadar gula darah (glukosa darah)
yang akan dilihat menggunakan gluko meter.
c. Kriteria penilaian penurunan kadar glukosa darah di dalam darah
a. > 200 Kadar glukosa darah tinggi disebut Hiperglikemi.
b. 150-200 Kadar glukosa darah batas normal.
c. < 150 Kadar glukosa darah rendah disebut hipoglikimi.
(Gustaviani, 2007).
3.3.4 Teknik Pembuatan Ekstrak Buah Naga
3.3.4.1 Ekstrak Buah Naga
3.3.4.2 Maserasi Bergerak
Ekstrak buah naga dibuat dengan cara maserasi,sebanyak 50 gram
buah naga segar dihancurkan dengan menggunakan mortal, kemudian
ditambahkan pelarut etanol absolut. Dimasukan ke dalam wadah, ditutup
21
dan dibiarkan selama dua hari terlindung dari cahaya sambil diaduk,
disaring sehingga didapat maserat. Ampas dimaserasi dengan etanol
absolut menggunakan prosedur yang sama, maserasi dilakukan sampai
diperoleh maserat yang jernih. Semua maserat etanol digabungkan dan
diuapkan dengan menggunakan alat penguap vakum putar pada
temperature + 400oC sampai diperoleh ekstrak etanol kental kemudian
dikeringkan menggunakan freeze dryer maka akan diperoleh ekstrak
buah naga (Maksum, 2008).
3.3.4.3 Prosedur Pembuatan Susu Ekstrak Buah Naga
Susu sapi skim sebanyak 100mg dicampurkan dengan ekstrak
buah naga yang sudah benar-benar dikeringkan (vacum dried) dengan
sesuai dosis 10 mg, 20 mg, 30 mg kemudian diaduk sampai rata. Setelah
susu sapi dan ekstrak buah naga tercampur, maka dilarutkan ke dalam
100 ml air dan diberikan pada tikus menggunakan sonde sesuai waktu
pemberian dan berat badan.
3.3.5 Persiapan Tikus
Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rarrus novergicus) jantan galur
wistar dengan berat badan 150-300 gram.Tikus yang digunakan sebanyak 16 ekor
pengambilan secara acak yang diperoleh dari Pasar Beratang Surabaya.Kemudian
dilakukan adaptasi selama 1 minggu di Laboratorium Hewan Coba Fakultas
Kedokteran Hewan Universitan Wijaya Kusuma Surabaya
22
3.3.6 Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 16 ekor tikus yang dibagi secara acak menjadi
4 kelompok perlakuan dengan 4 ulangan.
P0 : Sebagai kelompok kontrol.
P1 : Perlakuan dengan pemberian susu ekstrak buah naga dosis 10% BB
P2 : Perlakuan dengan pemberian susu ekstrak buah naga dosis 20% BB
P3 : Perlakuan dengan pemberian susu ekstrak buah naga dosis 30% BB
Sebelum di berikan perlakua tikus putih (Rattus novergicus)
diadaptasikan selama 1 minggu. Tikus putih (Rattus novergicus) diinduksi dengan
Aloksan.Setelah 3 hari pemberian aloksan di lakukan pemeriksaan darah dengan
cara pengambilan darah dari vena ekor (vena coccy gialis) sebanyak 1-2 tetes
pada hari ke 3,5,7,9 dan 11 pemeriksaan darah menggunakan Gliko meter untuk
mengetahui perubahan kadar glukosa darah.
23
3.3.7 Diagram Alur Penelitian
Diinduksi aloksan
PO
(Kontrol)
Tanpa perlakuan
P1
Diberi susu ekstrak
buah naga 10%
(dosis 10mg/kg BB
& 100ml susu cair )
P2
Diberi susu ekstrak
buah naga 20%
(dosis 20mg/kg BB
& 100ml susu cair)
P3
Diberi susu ekstrak
buah naga 30%
(dosis 30mg/kg BB
& 100ml susu cair)
Hasil pengamatan cara pemberian yang efektif untuk
menurunkan kadar glukosa darah/gula darah dan performace
urin pada tikus putih (Rattus norvergitus).
Di amati hari
3,5,7,9,11
Tikus putih jantan 16 ekor
Adaptasi 1 minggu
24
3.3.8 Analisa Data
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui dosis yang efektif
terhadap respon kesembuhan penyakit Diabetes Mellitus menggunakan uji
Analysis Of Varian (ANOVA) One Way pada derajat kepercayaan 0,01 . Data
pemeriksaan hasil performace urin dengan parameter bau, warna,konsistensi,
kekeruhan dan pengeluaran urin di sajikan dalam bentuk indicator nilai scoring
yang kemudian dianalisis menggunakan uji Analysis Of Varian (ANOVA) two
ways pada derajat kepercayaan 0,01. Seluruh data hasil pemeriksaan glukosa
darah dan performance urin yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan
menggunakan computer program SPSS versi 21 (Kuntoro, 2012).
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Rata-rata hasil penelitian mengenai kadar gula darah, bau dan warna urin,
konsistensi dan kekeruhan urin serta pengeluaran urin disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.1. Hasil Rerata Glukosa darah Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus)
Hari ke Kontrol
PO
Eks.buah naga
10mg/BBP1
Eks.buah naga 20mg/kg BB
P2
Eks.buah naga 30mg/kgBB
P33 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,0005 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,25 ± 0,500 1,50 ± 0,5777 1,50 ± 0,577 1,75 ± 0,500 2,00 ± 0,000 2,25 ± 0,5009 1,75 ± 0,500 3,00 ± 0,000 3,25 ± 0,500 3,00 ± 0,00011 2,00 ± 0,000 3,00 ± 0,000 3,25 ± 0,500 4,00 ± 0,000
Tabel 4.2 Hasil Rerata bau dan Warna Urin Pada Tikus Putih (Rattus
Novergicus)
Hari ke Kontrol
PO
Eks.buah naga
10mg/BBP1
Eks.buah naga 20mg/kg BB
P2
Eks.buah naga 30mg/kgBB
P33 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,0005 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,75 ± 0,5007 1,50 ± 0,577 1,75 ± 0,500 2,00 ± 0,000 2,25 ± 0,5009 1,75 ± 0,500 3,25 ± 0,500 3,25 ± 0,500 3,25 ± 0,50011 1,50 ± 0,577 3,25 ± 0,500 3,50 ± 0,577 4,00 ± 0,000
26
Tabel 4.3 Hasil Rerata Konsistensi dan Kekeruhan Urin Pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus)
Hari ke Kontrol
PO
Eks.buah naga
10mg/BBP1
Eks.buah naga 20mg/kg BB
P2
Eks.buah naga 30mg/kgBB
P33 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,005 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,25 ± 0,500 1,50 ± 0,5777 1,25 ± 0,500 1,50 ± 0,577 1,50 ± 0,577 2,25 ± 0,5009 1,50 ± 0,577 3,50 ± 0,577 3,75 ± 0,500 4,00 ± 0,00011 1,50 ± 0,577 3,50 ± 0,577 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000
Tabel 4.4 Hasil Rerata Pengeluaran Urin Pada Tikus Putih
(Rattus Novergicus)
Hari ke Kontrol
PO
Eks.buah naga
10mg/BBP1
Eks.buah naga 20mg/kg BB
P2
Eks.buah naga 30mg/kgBB
P33 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,005 100 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,25 ± 0,500 2,00 ± 0,8167 1,75 ± 0,97 2,00 ± 0,816 250 ± 0,577 3,00 ± 0,8169 2,25 ± 0,957 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,00011 2,24 ± 0,500 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan
pemberian susu ekstrak buah naga ( Hylocereus undatus ) dengan dosis
10mg/kgBB, 20mg/kgBB,30mg/kgBB terhadap kadar glukosa darah dan
performance urin pada tikus putih (Rattus novergicus ) ,di tunjukan dalam scoring
. Beberapa parameter performa urin meliputi bau, warna,konsistensi, kekeruhan,
pengeluaran urin yang dapat dilihat dilampiran. Adapun hasil rerata scoring nilai
kadar glukosa darah, bau, warna, konsisitas, kekeruhan, pengeluaran urin
27
PENGAMATAN MAKROSKOPIS TERHADAP KADAR GLUKOSA
DARAH DAN URINASI PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus)
Hari ke-3
Hasil skoring kadar glukosa darah
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1111
1111
Mean 1,00 1,00 1,00 1,00Mean ± SD 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000
Hasil skoring bau dan warna urin
Ulangan kontrol Eks .Buah naga
10mg/kgBB
Eks .Buah naga
20mg/kgBB
Eks .Buah naga
30mg/kgBB1234
1111
1111
1111
1111
Mean 1,00 1,00 1,00 1,00Mean ± SD 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000
Hasil skoring konsistensi dan kekeruhan urin
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1111
1111
Mean 1,00 1,00 1,00 1,00Mean ± SD 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00
28
Hasil skoring pengeluaran urin
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1111
1111
Mean 1,00 1,00 1,00 1,00Mean ± SD 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00
Hari ke-5
Hasil skoring kadar glukosa darah
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1211
2211
Mean 1,00 1,00 1,25 1,50Mean ± SD 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,25 ± 0,500 1,50 ± 0,577
Hasil skoring baud an warna urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1111
1221
Mean 1,00 1,00 1,00 1,75Mean ± SD 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,75 ± 0,500
29
Hasil skoring konsistensi dan kekeruhan urin
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1111
1211
Mean 1,00 1,00 1,00 1,25Mean ± SD 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,00 ± 0,00 1,25 ± 0,500
Hasil skoring pengeluaran urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1111
1111
1211
2321
mean 1,00 1,00 1,25 2,00Mean ± SD 100 ± 0,000 1,00 ± 0,000 1,25 ± 0,500 2,00 ± 0,816
Hari ke-7
Hasil skoring kadar glukosa darah
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2211
2212
2222
3222
Mean 1,50 1,75 2,00 2,25Mean ± SD 1,50 ± 0,577 1,75 ± 0,500 2,00 ± 0,000 2,25 ± 0,500
30
Hasil skoring baud an warna urin
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1211
2212
2222
3222
Mean 1,25 1,75 2,00 2,25Mean ± SD 1,25 ± 0,500 1,75 ± 0,500 2,00 ± 0,000 2,25 ± 0,500
Hasil skoring konsistensi dan kekeruhan urin
Ulangan kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1211
2112
2211
3222
Mean 1,25 1,50 1,50 2,25Mean ± SD 1,25 ± 0,500 1,50 ± 0,577 1,50 ± 0,577 2,25 ± 0,500
Hasil skoring pengeluaran urin
Ulangan kontrol Buah naga10mg/kgBB
Buah naga20mg/kgBB
Buah naga30mg/kgBB
1234
2311
2213
3322
4332
Mean 1,75 2,00 2,50 3,00Mean ± SD 1,75 ± 0,97 2,00 ± 0,816 250 ± 0,577 3,00 ± 0,816
31
Hari ke-9
Hasil skoring kadar glukosa darah
Ulangan Control Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2122
3333
3343
3333
Mean 1,75 3,00 3,25 3,00Mean ± SD 1,75 ± 0,500 3,00 ± 0,000 3,25 ± 0,500 3,00 ± 0,000
Hasil skoring baud an warna urin
Ulangan Control Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2122
3334
3343
3343
Mean 1,75 3,25 3,25 3,25Mean ± SD 1,75 ± 0,500 3,25 ± 0,500 3,25 ± 0,500 3,25 ± 0,500
Hasil skoring konsistensi urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
1122
3344
4443
4444
Mean 1,50 3,50 3,75 4,00Mean ± SD 1,50 ± 0,577 3,50 ± 0,577 3,75 ± 0,500 4,00 ± 0,000
32
Hasil skoring pengeluaran urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2133
4444
4444
4444
Mean 2,25 4,00 4,00 4,00Mean ± SD 2,25 ± 0,957 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000
Hari ke-11
Hasil skoring kadar glukosa darah
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2222
3333
4333
4444
Mean 2,00 3,00 3,25 4,00Mean ± SD 2,00 ± 0,000 3,00 ± 0,000 3,25 ± 0,500 4,00 ± 0,000
Hasil skoring baud an warna urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2211
4333
4434
4444
Mean 1,50 3,25 3,50 4,00Mean ± SD 1,50± 0,577 3,25 ± 0,500 3,50 ± 0,577 4,00 ± 0,000
33
Hasil skoring konsistensi dan kekeruhan urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
2211
4433
4444
4444
Mean 1,50 3,50 4,00 4,00Mean ± SD 1,50 ± 0,577 3,50 ± 0,577 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000
Hasil skoring pengeluaran urin
Ulangan Kontrol Eks.Buah naga10mg/kgBB
Eks.Buah naga20mg/kgBB
Eks.Buah naga30mg/kgBB
1234
3222
4444
4444
4444
mean 2,25 4,00 4,00 4,00Mean ± SD 2,25 ± 0,500 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000 4,00 ± 0,000
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan table 4,5,6,7,8 dan 9 hasl pengamatan makroskopis pada hari
ke 3 menunjukan kadar glukosa darah PO (1,00 ± 0,000) , P1 (1,00 ± 0,000), P2
(1,00 ± 0,000) dan P3 (1,00 ± 0,000).Perubahan bau urin menunjukan PO (1,00
± 0,000) , P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan P3 (1,00 ± 0,000).Warna
urin menunjukan PO (1,00 ± 0,000) , P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan
P3 (1,00 ± 0,000). Konsistensi urin menunjukan PO (1,00 ± 0,000) , P1 (1,00 ±
0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan P3 (1,00 ± 0,000). Kekeruhan PO (1,00 ± 0,000) ,
P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan P3 (1,00 ± 0,000). Pengeluaran urin
menunjukan PO (1,00 ± 0,000) , P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan P3
(1,00 ± 0,000).
34
Data pemeriksaan hari ke 5 menunjukan kadar glukosa darah PO (1,00 ±
0,000) , P1 (1,00 ± 0,000), P2 ( 1,25 ± 0,500 ) dan P3 ( 1,50 ± 0,577 ).Perubahan
bau urin menunjukan PO (1,00 ± 0,000) , P1 ( 1,00 ± 0,000 ) , P2 ( 1,00 ±
0,000 ) dan P3 ( 1,75 ± 0,500 ).Warna urin menunjukan PO ( 1,00 ± 0,000 ) , P1
(1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan P3 ( 1,75 ± 0,500 ). Konsistensi urin
menunjukan PO (1,00 ± 0,000) , P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000 ) dan P3
(1,25 ± 0,500). Kekeruhan PO (1,00 ± 0,000) , P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ±
0,000) dan P3 (1,25 ± 0,500). Pengeluaran urin menunjukan PO ( 1,00 ± 0,000 ) ,
P1 ( 1,00 ± 0,000 ) , P2 ( 1,25 ± 0,500 ) dan P3 (2,00 ± 0,816).
Data pemeriksaan hari ke 7 menunjukan kadar glukosa darah PO ( 1,50 ±
0,577 ) , P1 ( 1,75 ± 0,500 ), P2 ( 2,00 ± 0,000 ) dan P3 ( 2,25 ± 0,500 ).Perubahan
bau urin menunjukan PO ( 1,50 ± 0,577 ) , P1 ( 1,75 ± 0,500 ) , P2 ( 2,00 ± 0,000 )
dan P3 ( 2,25 ± 0,500 ).Warna urin menunjukan PO ( 1,50 ± 0,577 ) , P1 ( 1,75 ±
0,500 ) , P2 ( 2,00 ± 0,000 ) dan P3 ( 2,25 ± 0,500 ). Kekeruhan PO (1,25 ±
0,500) , P1 (1,00 ± 0,000) , P2 (1,00 ± 0,000) dan P3 (1,00 ± 0,000).
Konsistensi urin menunjukan PO ( 1,25 ± 0,500 ) , P1 ( 1,50 ± 0,577 ) , P2 ( 1,50
± 0,577 ) dan P3 ( 2,25 ± 0,500 ). Pengeluaran urin menunjukan PO (1,75 ± 0,97)
, P1 (2,00 ± 0,816) , P2 ( 250 ± 0,577 ) dan P3 (2,00 ± 0,816).
Data pemeriksaan hari ke 9 menunjukan kadar glukosa darah PO (1,75 ±
0,500) , P1 (3,00 ± 0,000), P2 (3,25 ± 0,500) dan P3 (3,00 ± 0,000 ).Perubahan
bau urin menunjukan PO (1,75 ± 0,500) , P1 (3,25 ± 0,500 ) , P2 (3,25 ± 0,500)
dan P3 (3,25 ± 0,500).Warna urin menunjukan PO (1,75 ± 0,500) , P1 (3,25 ±
0,500) , P2 (3,25 ± 0,500) dan P3 ( 3,25 ± 0,500 ). Konsistensi urin menunjukan
35
PO (1,50 ± 0,577) , P1 (3,50 ± 0,577) , P2 3,75 ± 0,500) dan P3 (4,00 ± 0,000).
Kekeruhan PO (1,50 ± 0,577) , P1 (3,50 ± 0,577) , P2 (3,75 ± 0,500) dan P3 (4,00
± 0,000). Pengeluaran urin menunjukan PO (2,25 ± 0,957 ) , P1 (4,00 ± 0,000) ,
P2 (4,00 ± 0,000) dan P3 (4,00 ± 0,000).
Data pemeriksaan hari ke 11 menunjukan kadar glukosa darah PO (2,00 ±
0,000) , P1 (3,00 ± 0,000), P2 (3,25 ± 0,500) dan P3 (3,25 ± 0,500).Perubahan bau
urin menunjukan PO (1,50 ± 0,577),P1 (3,25 ± 0,500) , P2 (3,50 ± 0,577) dan P3
(4,00 ± 0,000).Warna urin menunjukan PO (1,50± 0,577) , P1 ( 3,25 ± 0,500 ) , P2
( 3,50 ± 0,577 ) dan P3 (4,00 ± 0,000). Konsistensi urin menunjukan PO (1,50 ±
0,577) , P1 (3,50 ± 0,577) , P2 (4,00 ± 0,000) dan P3 (4,00 ± 0,000). Kekeruhan
PO (1,50 ± 0,577) , P1 (3,50 ± 0,577) , P2 (4,00 ± 0,000) dan P3 (4,00 ± 0,000).
Pengeluaran urin menunjukan PO (2,24 ± 0,500) , P1 (4,00 ± 0,000) , P2 (4,00 ±
0,000) dan P3 (4,00 ± 0,000).
Adapun gambaran perubahan performance urin pada hari ke 11 dapat dilihat
pada
gambar 4.1
36
Keterangan gambar
P0:Tanpa di beri perlakuan (kontrol)
P1:Pemberian dosis susu ekstrak buah naga 10mg/kgBB
P2: Pemberian dosis susu ekstrak buah naga 20mg/kgBB
P3: Pemberian dosis susu ekstrak buah naga 30mg/kgBB
Berdasarkan data pemeriksaan pemberian pengobatan dengan susu ekstrak
buah naga sangat efektif menurunkan kadar gula darah dan dapat merubah
performance urin menjadi lebih baik .Adapun semakin besar dosis ekstrak buah
naga yang diberikan maka semakin besar pula kandungan bahan aktif yang berupa
alkaloid, tannin, fenol dan steroid yang terhadap di dalam buah naga tersebut.
Adapun fungsi alkaloid mampu menghambat proses oksidasi dan reduksi dalam
metabolisme karbohidrat.
a. Alkaloid ini mampu merombak dan memecah gula-gula dalam proses
metabolism tersebut sehingga tidak terjadi penimbunan gula-gula
(glukosa, fruktosa, manosa )
b. Flafonoid berfungsi memaktifasi ensim matrix metali proteinase yang
mampu memecah proses sintesis asam lemak jenuh jadi tak jenuh yang
dapat mempengaruhi sintesis hormon insulin sehingga insulinnya di
harapkan dapat bekerja secara normal seperti kondisi normal
c. Fenol atau tannin berfungsi untuk mampu mempercepat hidrosilasi dan
reduksi asam karbosilat dalam metabolism karbohidrat sehingga proses
metabolism karbohidrat lebih cepat yang pada akhirnya mempercepat
proses prombakan gula-gula yang mengakibatkan penimbunan gula darah
37
tersebut merupakan pemicu utama terjadinya diabetes mellitus tipe 1. Oleh
karna itu dengan adanya fenol yang berasal dari tanaman menyebabkan
metabolism karbohidrat dapat di percepat dan tidak terjadi penumpukan
sehingga diabetes mellitus tipe 1 dapat di cegah.
d. Steroid merupakan bagian tanaman mengontrol hormone pertumbuhan
yang berperan mempengaruhi kebutuhan karbohidrat yang di perlukan di
dalam tubuh suatu individu, oleh karena itu hormone pertumbuhan di
control atau di atur oleh steroid yang berasal dari tanaman maka
pertumbahan juga yang meningkatkan terkontrol dalam kebutuhannya
terdapat karbohidrat menjadi tidak berlebihan yang menimbulkan
peningkatan kadar gula di dalam tubuh.
Jika dengan dosis susu ekstrak buah naga yang semakin besar di berikan
maka menyebabkan penurunan kadar gula darah yang ditandai dengan
perubahan performance urin berupa warna kuning pucat, bau tidak
menyengat, berbuih, volume urin jarang, konstitensi urin ecer. Hal ini di
sebabkan karna sudah tidak terdapat penimbunan gula di dalam tubuh
sehingga performance urin tampak normal.
Selanjutnya data pemeriksaan dianalisa menggunakan soft ware komputer
program SPSS, yaitu dengan uji ANOVA (two ways ANOVA) dan taraf
signifikasi 0.01 dengan parameter kadar glukosa darah,bau urin, warna urun,
konsistensi, kekeruhan, pengeluaran urin pada tikus putih (rattus novergicus).
Analisis yang pertama adalah kadar glukosa darah. Hasil uji levene’s test
0,000 menunjukkan nilai p-value = 0,000 (f 9.158 ), berarti penelitian berasal dari
38
sample yang homogen (memenuhi asumsi homogenitas). Berdasarkan hasil uji
ANOVA (two ways ANOVA), pada variabel hari pengamatan diperoleh nilai
Fhitung = 124.212 dan p = 0,000 (p < 0,01), pada variabel perlakuan diperoleh nilai
Fhitung = 27.538 dan p = 0,000 (p < 0,01). Harga F tabel dengan taraf signifikansi 0,01
dengan df pembilang = 19 dan df penyebut = 60 adalah 1,58 Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Fhitung > Ftabel, sehingga H0 ditolak, berarti ada perbedaan yang sangat
signifikan pada kadar glukosa darah berdasarkan perlakuan perbedaan dosis pada
tikus putih (Rattus norvegicus) dan hari pengamatan (hari ke-3, hari ke-5, hari ke-
7, hari ke-9, dan hari ke-11). Nilai R Squered sebesar 0,887 berarti bahwa
variabilitas perlakuan pada tikus putih (Rattus norvegicus) dan hari pengamatan
menjelaskan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar
88,7%. Selanjutnya, untuk melihat hubungan antar perlakuan terhadap tehadap
kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus), maka dianalisa
menggunakan Post Hoc Tests metode Turkey HSD menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus)
yang diobati menggunakan susu ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan
dosis 20 mg/kg berat badan, dan 30 mg/kg berat badan tampak pada hari ke-5.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol yang tidak diobati
dan kelompok yang diobati menggunakan susu ekstrak buah naga(Hylocereus
undatus) dengan dosis 10 mg/kg berat badan ( p = 0,000).Pada pengamatan hari
ke 11 juga menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan dosis 30 mg/kg berat
badan ( p = 0,000), tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang
tidak diobati dengan menggunakan ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dan
39
kelompok yang diobati dengan ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan
dosis 10 mg/kg berat.
Hasil analisis Post Hoc Tests metode LSD menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak diobati, kelompok yang
diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan 30mg/kgBB pada hari ke- 9
dan hari ke- 11. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak
diobati, kelompok yang diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan
30mg/kgBB pada hari ke- 3, ke-5 dan hari ke- 7.
Analisa yang kedua dan ketiga adalah bau dan warna urin menunjukan
hasil uji levene’s test 0,000 menunjukkan nilai p-value = 0,000 (f 6.053 ), berarti
penelitian berasal dari sample yang homogen (memenuhi asumsi homogenitas).
Berdasarkan hasil uji ANOVA (two ways ANOVA), pada variabel hari
pengamatan diperoleh nilai Fhitung = 98.443 dan p = 0,000 (p < 0,01), pada
variabel perlakuan diperoleh nilai Fhitung = 32.771 dan p = 0,000 (p < 0,01). Harga
Ftabel dengan taraf signifikansi 0,01 dengan df pembilang = 19 dan df penyebut =
60 adalah 1,58 Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel, sehingga H0 ditolak,
berarti ada perbedaan yang sangat signifikan pada bau dan warna urin berdasarkan
perlakuan perbedaan dosis pada tikus putih (Rattus norvegicus) dan hari
pengamatan (hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7, hari ke-9, dan hari ke-11). Nilai R
Squered sebesar 0,873 berarti bahwa variabilitas perlakuan pada tikus putih
(Rattus norvegicus) dan hari pengamatan menjelaskan baud an warna urin pada
tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar 87,3%. Selanjutnya, untuk melihat
hubungan antar perlakuan terhadap baud an warna urin pada tikus putih (Rattus
40
norvegicus), maka dianalisa menggunakan Post Hoc Tests metode Turkey HSD
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan baud an warna urin tikus
putih (Rattus norvegicus) yang diobati menggunakan susu ekstrak buah
naga(Hylocereus undatus) dengan dosis 20 mg/kg berat badan, dan 30 mg/kg
berat badan tampak pada hari ke-9. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kelompok kontrol yang tidak diobati dan kelompok yang diobati menggunakan
susu ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan dosis 10 mg/kg berat badan
(p = 0,000). Pada pengamatan hari ke 11 juga menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan dosis 30 mg/kg berat badan ( p = 0,000), tidak ada perbedaan
yang signifikan pada kelompok yang tidak diobati dengan menggunakan ekstrak
buah naga(Hylocereus undatus) dan kelompok yang diobati dengan ekstrak buah
naga(Hylocereus undatus) dengan dosis 10 mg/kg berat.
Hasil analisis Post Hoc Tests metode LSD menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak diobati, kelompok yang
diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan 30mg/kgBB pada hari ke- 9
dan hari ke- 11. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak
diobati, kelompok yang diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan
30mg/kgBB pada hari ke- 3, ke-5 dan hari ke- 7.
Analisa yang keempat dan kelima adalah bau dan warna urin menunjukan
hasil uji levene’s test 0,000 menunjukkan nilai p-value = 0,000 (f 17.684 ), berarti
penelitian berasal dari sample yang homogen (memenuhi asumsi homogenitas).
Berdasarkan hasil uji ANOVA (two ways ANOVA), pada variabel hari
pengamatan diperoleh nilai Fhitung = 133.042 dan p = 0,000 (p < 0,01), pada
41
variabel perlakuan diperoleh nilai Fhitung = 39.222 dan p = 0,000 (p < 0,01). Harga
Ftabel dengan taraf signifikansi 0,01 dengan df pembilang = 19 dan df penyebut =
60 adalah 1,58 Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel, sehingga H0 ditolak,
berarti ada perbedaan yang sangat signifikan pada konsistensi dan kekeruhan
berdasarkan perlakuan perbedaan dosis pada tikus putih (Rattus norvegicus) dan
hari pengamatan (hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7, hari ke-9, dan hari ke-11). Nilai
R Squered sebesar 0,904 berarti bahwa variabilitas perlakuan pada tikus putih
(Rattus norvegicus) dan hari pengamatan menjelaskan konsistensi dan kekeruhan
urin pada tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar 90,4%. Selanjutnya, untuk
melihat hubungan antar perlakuan terhadap konsistensi dan kekeruhan urin pada
tikus putih (Rattus norvegicus), maka dianalisa menggunakan Post Hoc Tests
metode Turkey HSD menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan bau dan
warna urin tikus putih (Rattus norvegicus) yang diobati menggunakan susu
ekstrak buah naga (Hylocereus undatus) dengan dosis 20 mg/kg berat badan, dan
30 mg/kg berat badan tampak pada hari ke-9. Tidak ada perbedaan yang
signifikan pada kelompok kontrol yang tidak diobati dan kelompok yang diobati
menggunakan susu ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan dosis 10
mg/kg berat badan (p = 0,000). Pada pengamatan hari ke 11 juga menunjukkan
perbedaan yang signifikan dengan dosis 30 mg/kg berat badan ( p = 0,000), tidak
ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang tidak diobati dengan
menggunakan ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dan kelompok yang
diobati dengan ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan dosis 10 mg/kg
berat.
42
Hasil analisis Post Hoc Tests metode LSD menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak diobati, kelompok yang
diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan 30mg/kgBB pada hari ke- 9
dan hari ke- 11. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak
diobati, kelompok yang diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan
30mg/kgBB pada hari ke- 3, ke-5 dan hari ke- 7.
Analisa yang ke enam adalah pengeluaran urin menunjukan hasil uji
levene’s test 0,000 menunjukkan nilai p-value = 0,000 (f 4.340 ), berarti penelitian
berasal dari sample yang homogen (memenuhi asumsi homogenitas). Berdasarkan
hasil uji ANOVA (two ways ANOVA), pada variabel hari pengamatan diperoleh
nilai Fhitung = 100.125dan p = 0,000 (p < 0,01), pada variabel perlakuan diperoleh
nilai Fhitung = 21.000 dan p = 0,000 (p < 0,01). Harga F tabel dengan taraf signifikansi
0,01 dengan df pembilang = 19 dan df penyebut = 60 adalah 1,58 Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel, sehingga H0 ditolak, berarti ada perbedaan
yang sangat signifikan pada pengeluaran urin berdasarkan perlakuan perbedaan
dosis pada tikus putih (Rattus norvegicus) dan hari pengamatan (hari ke-3, hari
ke-5, hari ke-7, hari ke-9, dan hari ke-11). Nilai R Squered sebesar 0,861 berarti
bahwa variabilitas perlakuan pada tikus putih (Rattus norvegicus) dan hari
pengamatan menjelaskan pengeluaran urin pada tikus putih (Rattus norvegicus)
sebesar 86,1%. Selanjutnya, untuk melihat hubungan antar perlakuan terhadap
pengeluaran urin pada tikus putih (Rattus norvegicus), maka dianalisa
menggunakan Post Hoc Tests metode Turkey HSD menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan baud an warna urin tikus putih (Rattus norvegicus)
43
yang diobati menggunakan susu ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan
dosis 20 mg/kg berat badan, dan 30 mg/kg berat badan tampak pada hari ke-9.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol yang tidak diobati
dan kelompok yang diobati menggunakan susu ekstrak buah naga(Hylocereus
undatus) dengan dosis 10 mg/kg berat badan (p = 0,000). Pada pengamatan hari
ke 11 juga menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan dosis 30 mg/kg berat
badan ( p = 0,000), tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang
tidak diobati dengan menggunakan ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dan
kelompok yang diobati dengan ekstrak buah naga(Hylocereus undatus) dengan
dosis 10 mg/kg berat.
Hasil analisis Post Hoc Tests metode LSD menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak diobati, kelompok yang
diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan 30mg/kgBB pada hari ke- 9
dan hari ke- 11. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang tidak
diobati, kelompok yang diobati dengan dosis 10mg/kgBB, 20mg/kgBB dan
30mg/kgBB pada hari ke- 3, ke-5 dan hari ke- 7.
Berdasarkan hasil analisis statistic denagn Anova data pemeriksaan kadar
glukosa darah dan performance urin yang meliputi bau, warna
kekeruhan,konsistensi dan pengeluaran urin menunjukan penurunana kadar
glukosa darah dan perubahan pada performance urin menjadi lebih baik. Hal ini
berarti bahwa ekstrak buah naga yang diberikan dengan dosis yang semakin tinggi
sangat efektif digunakan untuk terapi pengobatan diabetes tipe 1. Oleh karena
kandungan bahan aktif yang terdapat didalam ekstrak buah naga mampu bekerja
44
secara maksimal mempengaruhi hormol insulin yang berperan dalam mengatur
kadar glukosa dalam darah. Selain itu beberapa kandungan bahan aktif berupa
alkaloid dan fenol mampu bekerja secara efektif langsung mempengaruhi proses
metabolism karbohidrat didalam tubuh tikus putih (Siswandono 2014, Vermmis
and Nicolson 2014).
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian susu ekstrak buah
naga mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar gula darah dan
perubahan performans urin tikus putih. Semakin tinggi dosis terapi susu
ekstrak buah naga berpengaruh padasemakin cepatnya penurunan kadar
gula darah(glukosa darah). Penurunan kadar gula darah yang peling cepat
terdapat pada kelompok tikus putih dengan pemberian susu ekstrak buah
naga sebesar 30 mg/kgbb.
Semakin tinggi dosis susu ekstrak buah naga mempunyai pengeruh
pada membaiknya performan urin tikus putih. Perubahan performan tikus
putih di niali dari keadaan organoleptik/makroskopis urin. Perubahan yang
terjadi antara lain adalahwarna kuning muda, bau tidak menyengat,
konsistensi urin encer, urin tidak keruh dan tidak berbuih, serta
pengeluaran urin jarang.
5.2 Saran
Saran penelitian ini adalah :
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pemberian susu ekstrak buah naga
pada hewan lain.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pemberian susu ekstrak buah naga
terhadap penurunan kadar hormone insulin dan glucagon pasca induksi
aloksan.
46
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pemberian susu ekstrak buah naga
untuk kasus penyakit diabetes tipe 2.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adewale S. O., Ayeni R. O., Ajala O. A. dan Adeniran T., 2007. A New
Generalized Mathematical Model for study Diabetes Mellitus.
Akbar, B., 2013. Tikus. http:// portal.kopertis3.or.id/.../1/jurnal%20buku%201. pdf
[28 Maret 2015]
Albet, Romando, 2013. Pengaruh Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Terhadap
Tikus Wisar. http://topskripsiku.blogspot.com/ [27 maret 2015]
Anonim, 2010. Diabetes Pada Anjing. http://indodiabetes.com/diabetes-pada-
anjing.html. [28 Maret 2015]
Anita, CH. 2003. Tikus Sawah & Cara Pengendaliannya. Available at
http://www.leisa.info/index.php?
url=getblob.php&o_id=67233&a_id=211&a_seq=0 [29 Maret 2015]
Arrazi, A., 2014. Bab I. Pendahuluan : 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40423/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=4D20AE1DA3C548363D7C55D29D99D908?
sequence=5 [25 Maret 2015]
Aronson, J. K., 2009. Meyler’s Side Effects of Herbal Medicines. Elsevier :
United Kingdom.
Bistani, D. Angelia, 2006. Efek Diuretik Kopi Susu Pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus)Dengan Variasi Jenis Susu. [Skripsi]. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
47
Cahyono, B., 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta :
Pustaka Mina.
Chevny, A. A., 2005. Bisnis Buah Naga Kian Merekah. Bisnis Indonesia. Terbit
tanggal 08-02-2005.
El-Soud, N. H. A., Khalil M. Y., Husein J. S., Oraby F. S. H. and Farrag A. R. H.,
2007. Antidiabetic Gffeets of Fenugreek Alkaliod Extract in
Streptozotocin Induced Hypoglicemic Rats. J. of App.
Gunasena, dan Pushpakumara, (2006). Dragon Fruit (Hylocereus undatus Haw.
Britton and Rose). Halaman 118. http://www.worldagroforestry.org. [18
Maret 2015]
Gustaviani, R., 2007 : Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Buku Ilmu
Penyakit Dalam In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed IV, Jilid III.
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 1857-1859.
Hubrecht, R. and Kirkwood J., 2010. The UFAW Handbook on The Care and
Management of Laboratory and Other Research Animals. 8thEd. UFAW :
UK.
Inzucchi S. E., 2005. The Diabetes Mellitus Manual. Ellenberg and Rifkin’s,
United States
Kristanto, Daniel., 2009. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di Kebun.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Kuntoro, 2012. Metode Statistik. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Edisi Revisi ke-2. Surabaya : PT Pusaka Melati.
48
Lazuardi, Mochamad, 2012. Managemet Hewan Coba Tikus [3 September 2012]
Maksum, U. (2008). Uji Efek Anti Diabetes Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan
(Thitonia difersifolia (hemsley) A. Gay) Terhadap Tikus yang Diinduksi
Streptozotocin. [Skripsi] Fakultas Farmasi USU. Medan.
Media Indonesia, 2007. Buah Naga Olahan Dikembangkan di Bali.
http://www.mediaindonesiaoonline.com [25 januari 2015]
Murray, K. R., Granner D. K., Mayes P. A. and Rodwell V. W., 2003. Biokimia
Harper. EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Nugroho, A. E., 2006. Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi Dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik, Biodiversitas. Vol. 7 No. 4 : 378-382.
Panggabean, L. O., 2012. Bab I. Pendahuluan : 1.1 Latar Belakang. [Skripsi].
Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Purnamasari D., 2009. Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:
Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
Saparingga, R., 2014. Buku Acara Simposium Nasional Peluang Dan Tantangan
Obat Tradisional Dalam Pelayanan Kesehatan Formal. Tim
Farmakologi dan Terapi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Saputro, B. Cahyo, Rosa Delima dan Joko Purwadi, 2012. Sistem Diagnosa
Penyakit Diabetes Melitus Menggunakan Metode Ceertanty Factor.
http://www.academia.edu/4233136/Sistem_Diagnosa_Penyakit_Diabetes
49
_Mellitus_Menggunakan_Metode_Ceertainty_Factor_Budi_Cahyo_Saput
ro_1 [25 Maret 2015]
Shaw J. E., Sicree R. A., Zimmet P. Z., 2010. Global Estimates of The Prevalence
of Diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Research And Clinical Practice.
87 : 4-14. [28 Maret 2015]
Sidartawan, S., 2001. Pengalaman Klinis Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe 2
(Volume 51). Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia.
Siswandono, 2014, Hubungan Struktur, Kelarutan dan Aktivitas Biologis Obat.
http://ff.unair.ac.id/emodule/kimiafarmasi/Kelarutan.pdf [10 Februari
2015]
Suratman, Shanti Listyawati, dan Sutarno, 2003. Sifat Fisik Dan Kandungan Nacl
Urin Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan Setelah Pemberian
Ekstrak Rimpang Alangalang (Imperata cylindrica L.) Secara Oral. Uns
Surakarta. Biofarmasi 1 (1): 7-12.
Suyono, 2009. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, dalam
Sidartawan, S, Pradana, S., & Imam, S, Penatalaksaanaan Diabetes
Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Tandra, H., (2008), Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes,
Penerbit Gramedia, Jakarta.
Vermerris and Nicholson, 2006. Phenolic Compound Biochemistry. Published by
Springer, P.O .Box 17, 3300 AA Dordrecht, The Netherlands.
www.springer.com. A C.I.P. Catalogue record for this book is available from
the Library of Congress.
Wardhana, A., 2010. Pemberian Jintan Hitam (Nigella Sativa) sebagai Tindakan
Prefentif Meningkatnya Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus
50
Norvegicus) yang Diinjeksi Aloksan. Artikel Ilmiah. FKH Universitas
Airlangga : Surabaya.
Waspadji, S., 2002. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. FKUI. Jakarta.
Widiyono I., 2004. Buku Ajar Diagnosa Klinik. Fakultas Kedokteran Hewan
Penerbit Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Winarsih., 2007. Hasilkan Buah Berkwalitas Baik. Trubus Mei 2007.
Yana, E., Kurniawaty E. dan Soleha T., 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Etanol Biji Jengkol (Pithecelobium Lobatum Benth.) terhadap Kadar
LDL Darah Tikus Putih (Ratus norvegicus) Jantan Galur Sprague dawley
yang Dinduksi Aloksan. Faculty of Medicine University Lampung. 57 –
66.
Yuriska, F. dan Anindhita, 2009. Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah
Tikus Wistar. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.
Zain, Z., 2006. Buah Naga Merah Banyak Khasiat. [21 Maret 2015]
51
Lampiran 1. Data Mentah Hasil Penelitian
Tabel Data pemeriksaan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
novergicus)
PO P1 P2 P3
Tanpa perlakuan
5/7/15 Hari ke 3
Pre Post
5/7/15 hari ke 3
Pre Post
5/7/17 hari ke 3
Pre Post
Pemberian aloksan
9510510197
90 100 99 90103 114 92 98
98 11299 10696 9987 92
93 10290 9885 9194 101
Terapi pengobatan
Hari ke 5
11911710198
1011119896
96889290
83728390
52
Terapi pengobatan
Hari ke 7
85759098
80839274
77788183
67777180
Terapi pengobatan
Hari ke 9
82957978
60645554
57594560
56555059
Terapi pengobatan
Hari ke 11
72808786
50556261
46545655
45474649
Lampiran 2. Skoring Organoleptik urin
Indikator atau keadaan masing-masing uji Mikroskopis /Organoleptis urin
yang hasil perlakuan P1,P2,P3
BAU
No Indikator/ keadaan Skor1 Tidak menyengat 42 Agak menyengan 33 Menyengat 24 Sangat menyengat 1
Rata-rata
WARNANo Indikator/ keadaan Skor1 Kuning muda 42 Agak kuning 33 Kuning 24 Kuning tua 1
Rata-rata
KONSISTENSI
53
No Indikator/ keadaan Skor1 Encer 42 Sedikit encer 33 Kental 24 Sangat kental 1
Rata-rata
KEKERUHANNo Indikator/ keadaan Skor1 Tidak keruh dan tidak berbuih 42 Agak keruh dan sedikit berbuih 33 Keruh dan berbuih 24 Sangat keruh dan sangat berbuih 1
Rata-rata
PENGELUARAN URINNo Indikator/ keadaan Skor1 Jarang 42 Agak sering 33 Sering 24 Sangat sering 1
Rata-rata
54
OnewayDescriptives
N Mean Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum M
a
x
i
m
u
m
Lower Bound
Upper Bound
HARI 3
P kontrol 4 99.50 4.435 2.217 92.44 106.56 95
1
0
5
P1 4 100.50 9.983 4.992 84.61 116.39 90
1
1
4P2 4 102.25 8.655 4.32
888.48 116.02 92 1
1
2
55
P3 4 98.00 4.967 2.483 90.10 105.90 91
1
0
2
Total 16 100.06 6.807 1.702 96.44 103.69 90
1
1
4
HARI 5
P kontrol 4 108.75 10.782 5.391 91.59 125.91 98
1
1
9
P1 4 101.50 6.658 3.329 90.91 112.09 96
1
1
1
P2 4 91.50 3.416 1.708 86.06 96.94 88
9
6
P3 4 82.00 7.439 3.719 70.16 93.84 72
9
0
Total 16 95.94 12.434 3.108 89.31 102.56 72
1
1
9
HARI 7
P kontrol 4 87.00 9.626 4.813 71.68 102.32 75
9
8
P1 4 82.25 7.500 3.750 70.32 94.18 74
9
2
P2 4 79.75 2.754 1.377 75.37 84.13 77
8
3
P3 4 73.75 5.852 2.926 64.44 83.06 67
8
0
Total 16 80.69 7.905 1.976 76.47 84.90 67
9
8
HARI 9
P kontrol 4 83.50 7.853 3.926 71.00 96.00 78
9
5
P1 4 58.25 4.646 2.323 50.86 65.64 54
6
4
P2 4 55.25 6.946 3.473 44.20 66.30 45
6
0
P3 4 55.00 3.742 1.871 49.05 60.95 50
5
9
Total 16 63.00 13.426 3.357 55.85 70.15 45
9
5
56
HARI 11
P kontrol 4 81.25 6.898 3.449 70.27 92.23 72
8
7
P1 4 57.00 5.598 2.799 48.09 65.91 50
6
2
P2 4 52.75 4.573 2.287 45.47 60.03 46
5
6
P3 4 46.75 1.708 .854 44.03 49.47 454
9
Total 16 59.44 14.278 3.570 51.83 67.05 45
8
7
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
HARI 3 .870 3 12 .483
HARI 5 3.042 3 12 .070
HARI 7 1.188 3 12 .356
HARI 9 .858 3 12 .489
HARI 11 2.235 3 12 .137
ANOVA
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
HARI 3
Between Groups 38.188 3 12.729 .233 .872
Within Groups 656.750 12 54.729
Total 694.938 15
HARI 5
Between Groups 1636.188 3 545.396 9.586 .002
Within Groups 682.750 12 56.896
Total 2318.938 15
HARI 7 Between Groups 365.188 3 121.729 2.553 .104
57
Within Groups 572.250 12 47.688
Total 937.438 15
HARI 9
Between Groups 2267.500 3 755.833 20.779 .000
Within Groups 436.500 12 36.375
Total 2704.000 15
HARI 11
Between Groups 2749.688 3 916.563 35.681 .000
Within Groups 308.250 12 25.688
Total 3057.938 15
Post Hoc TestsMultiple Comparisons
Tukey HSD
Depende
nt
Variable
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper
Bound
HARI 3
P kontrol
P1 -1.000 5.231 .997 -16.53 14.53
P2 -2.750 5.231 .951 -18.28 12.78
P3 1.500 5.231 .991 -14.03 17.03
P1 P kontrol 1.000 5.231 .997 -14.53 16.53
P2 -1.750 5.231 .986 -17.28 13.78
58
P3 2.500 5.231 .963 -13.03 18.03
P2
P kontrol 2.750 5.231 .951 -12.78 18.28
P1 1.750 5.231 .986 -13.78 17.28
P3 4.250 5.231 .847 -11.28 19.78
P3
P kontrol -1.500 5.231 .991 -17.03 14.03
P1 -2.500 5.231 .963 -18.03 13.03
P2 -4.250 5.231 .847 -19.78 11.28
HARI 5
P kontrol
P1 7.250 5.334 .546 -8.59 23.09
P2 17.250* 5.334 .032 1.41 33.09
P3 26.750* 5.334 .001 10.91 42.59
P1
P kontrol -7.250 5.334 .546 -23.09 8.59
P2 10.000 5.334 .288 -5.84 25.84
P3 19.500* 5.334 .015 3.66 35.34
P2
P kontrol -17.250* 5.334 .032 -33.09 -1.41
P1 -10.000 5.334 .288 -25.84 5.84
P3 9.500 5.334 .328 -6.34 25.34
P3
P kontrol -26.750* 5.334 .001 -42.59 -10.91
P1 -19.500* 5.334 .015 -35.34 -3.66
P2 -9.500 5.334 .328 -25.34 6.34
HARI 7
P kontrol
P1 4.750 4.883 .767 -9.75 19.25
P2 7.250 4.883 .475 -7.25 21.75
P3 13.250 4.883 .077 -1.25 27.75
P1
P kontrol -4.750 4.883 .767 -19.25 9.75
P2 2.500 4.883 .955 -12.00 17.00
P3 8.500 4.883 .346 -6.00 23.00
P2
P kontrol -7.250 4.883 .475 -21.75 7.25
P1 -2.500 4.883 .955 -17.00 12.00
P3 6.000 4.883 .622 -8.50 20.50
P3 P kontrol -13.250 4.883 .077 -27.75 1.25
P1 -8.500 4.883 .346 -23.00 6.00
59
P2 -6.000 4.883 .622 -20.50 8.50
HARI 9
P kontrol
P1 25.250* 4.265 .000 12.59 37.91
P2 28.250* 4.265 .000 15.59 40.91
P3 28.500* 4.265 .000 15.84 41.16
P1
P kontrol -25.250* 4.265 .000 -37.91 -12.59
P2 3.000 4.265 .894 -9.66 15.66
P3 3.250 4.265 .870 -9.41 15.91
P2
P kontrol -28.250* 4.265 .000 -40.91 -15.59
P1 -3.000 4.265 .894 -15.66 9.66
P3 .250 4.265 1.000 -12.41 12.91
P3
P kontrol -28.500* 4.265 .000 -41.16 -15.84
P1 -3.250 4.265 .870 -15.91 9.41
P2 -.250 4.265 1.000 -12.91 12.41
HARI 11
P kontrol
P1 24.250* 3.584 .000 13.61 34.89
P2 28.500* 3.584 .000 17.86 39.14
P3 34.500* 3.584 .000 23.86 45.14
P1
P kontrol -24.250* 3.584 .000 -34.89 -13.61
P2 4.250 3.584 .647 -6.39 14.89
P3 10.250 3.584 .060 -.39 20.89
P2
P kontrol -28.500* 3.584 .000 -39.14 -17.86
P1 -4.250 3.584 .647 -14.89 6.39
P3 6.000 3.584 .378 -4.64 16.64
P3
P kontrol -34.500* 3.584 .000 -45.14 -23.86
P1 -10.250 3.584 .060 -20.89 .39
P2 -6.000 3.584 .378 -16.64 4.64
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
60
Skoring
Hari N Subset
1 2 3
Tukey HSDa,b
3 16 1.00
5 16 1.19
7 16 1.88
9 16 2.75
11 16 3.06
Sig. .496 1.000 .068
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .108.a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000.b. Alpha = .01.
NPar TestsDescriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
bau dan warna urin 16 1.00 .000 1 1
konsistensi dan kekeruhan urin 16 1.00 .000 1 1
pengeluaran urin 16 1.00 .000 1 1
HARI 3 16 1.50 1.155 0 3
Kruskal-Wallis TestRanks
HARI 3 N Mean Rank
bau dan warna urin
P kontrol 4 8.50
P1 4 8.50
P2 4 8.50
P3 4 8.50
Total 16
konsistensi dan kekeruhan urin P kontrol 4 8.50
P1 4 8.50
P2 4 8.50
61
P3 4 8.50
Total 16
pengeluaran urin
P kontrol 4 8.50
P1 4 8.50
P2 4 8.50
P3 4 8.50
Total 16
Test Statisticsa,b
bau dan warna urin konsistensi dan
kekeruhan urin
pengeluaran urin
Chi-Square .000 .000 .000
df 3 3 3
Asymp. Sig. 1.000 1.000 1.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: HARI 3
NPar TestsDescriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
bau dan warna urin 16 1.19 .403 1 2
konsistensi dan kekeruhan urin 16 1.06 .250 1 2
pengeluaran urin 16 1.25 .577 1 3
hari 5 16 1.50 1.155 0 3
Kruskal-Wallis TestRanks
62
hari 5 N Mean Rank
bau dan warna urin
P kontrol 4 7.00
P1 4 7.00
P2 4 7.00
P3 4 13.00
Total 16
konsistensi dan kekeruhan urin
P kontrol 4 8.00
P1 4 8.00
P2 4 8.00
P3 4 10.00
Total 16
pengeluaran urin
P kontrol 4 7.00
P1 4 7.00
P2 4 7.00
P3 4 13.00
Total 16
Test Statisticsa,b
bau dan warna urin konsistensi dan
kekeruhan urin
pengeluaran urin
Chi-Square 10.385 3.000 10.286
df 3 3 3
Asymp. Sig. .016 .392 .016
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: hari 5
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
bau dan warna urin 16 1.81 .544 1 3
konsistensi dan kekeruhan urin 16 1.63 .619 1 3
pengeluaran urin 16 2.31 .873 1 4
hari 7 16 1.50 1.155 0 3
Kruskal-Wallis Test
63
Ranks
hari 7 N Mean Rank
bau dan warna urin
P kontrol 4 4.38
P1 4 8.13
P2 4 10.00
P3 4 11.50
Total 16
konsistensi dan kekeruhan urin
P kontrol 4 5.88
P1 4 7.75
P2 4 7.75
P3 4 12.63
Total 16
pengeluaran urin
P kontrol 4 5.75
P1 4 6.88
P2 4 9.50
P3 4 11.88
Total 16
Test Statisticsa,b
bau dan warna urin konsistensi dan
kekeruhan urin
pengeluaran urin
Chi-Square 7.575 5.563 4.474
df 3 3 3
Asymp. Sig. .056 .135 .215
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: hari 7
NPar TestsDescriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Minimum Maximum
bau dan warna urin 16 2.69 .793 1 4
konsistensi dan kekeruhan urin 16 3.19 1.109 1 4
pengeluaran urin 16 3.56 .892 1 4
HARI 9 16 1.50 1.155 0 3
Kruskal-Wallis TestRanks
64
HARI 9 N Mean Rank
bau dan warna urin
P kontrol 4 2.50
P1 4 10.00
P2 4 11.50
P3 4 10.00
Total 16
konsistensi dan kekeruhan urin
P kontrol 4 2.50
P1 4 9.00
P2 4 10.50
P3 4 12.00
Total 16
pengeluaran urin
P kontrol 4 2.50
P1 4 10.50
P2 4 10.50
P3 4 10.50
Total 16
Test Statisticsa,b
bau dan warna urin konsistensi dan
kekeruhan urin
pengeluaran urin
Chi-Square 12.969 11.372 14.656
df 3 3 3
Asymp. Sig. .005 .010 .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: HARI 9
NPar TestsDescriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
bau dan warna urin 16 3.13 1.088 1 4
konsistensi dan kekeruhan urin 16 3.25 1.125 1 4
pengeluaran urin 16 3.56 .814 2 4
HARI 11 16 1.50 1.155 0 3
Kruskal-Wallis TestRanks
65
HARI 11 N Mean Rank
bau dan warna urin
P kontrol 4 2.50
P1 4 8.00
P2 4 11.00
P3 4 12.50
Total 16
konsistensi dan kekeruhan urin
P kontrol 4 2.50
P1 4 8.50
P2 4 11.50
P3 4 11.50
Total 16
pengeluaran urin
P kontrol 4 2.50
P1 4 10.50
P2 4 10.50
P3 4 10.50
Total 16
Test Statisticsa,b
bau dan warna urin konsistensi dan
kekeruhan urin
pengeluaran urin
Chi-Square 12.021 12.656 14.769
df 3 3 3
Asymp. Sig. .007 .005 .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: HARI 11
66
67
Grafik Kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
Grafik Baud an warna urin pada tikus putih (Rattus
novergicus)
novergicus)
Grafik konsistensi dan kekeruhan urin pada tikus putih (Rattus
novergicus) Grafik pengeluaran urin pada tikus putih (Rattus novergicus)
68
Recommended