View
1.601
Download
12
Category
Preview:
DESCRIPTION
Alhamdulillah... Akhirnya Skripsiku selsai juga :)
Citation preview
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECEMASAN PASIEN TERAPI HBO DI LAKESLA
Drs. Med. R. RIJADI SASTROPANOELAR, Phys.
KOMPLEK RSAL Dr. RAMELAN
SURABAYA
Oleh :
MUHAMMAD ANANGGADIPA
NIM: 081.0062
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2012
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECEMASAN PASIEN TERAPI HBO DI LAKESLA
Drs. Med. R. RIJADI SASTROPANOELAR, Phys.
KOMPLEK RSAL Dr. RAMELAN
SURABAYA
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep.)
Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Oleh :
MUHAMMAD ANANGGADIPA
NIM: 081.0062
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2012
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUHAMMAD ANANGGADIPA
NIM : 081.0062
Tanggal lahir : 20 MARET 1989
Institusi : STIKES HANG TUAH SURABAYA
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KECEMASAN PASIEN TERAPI HBO DI LAKESLA Drs. Med. R. RIJADI
SASTROPANOELAR, Phys. KOMPLEK RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA.” Adalah
bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan tidak
benar, kami bersedia mendapat sanksi.
Surabaya, 26 Juni 2012
Yang Menyatakan,
Muhammad Ananggadipa
NIM. 081.0062
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:
Nama : MUHAMMAD ANANGGADIPA
NIM. : 081.0062
Program Studi : S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECEMASAN PASIEN TERAPI HBO DI LAKESLA
Drs. Med. R. RIJADI SASTROPANOELAR, Phys.
KOMPLEK RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA.
Serta perbaikan – perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa
Skripsi ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh:
SARJANA KEPERAWATAN (S. Kep.)
Surabaya, 26 Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes. Lela Nurlela, SKp.
Nip. 03.007 Nip. 03.021
Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya.
Tanggal : 26 Juni 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dari:
Nama : Muhammad Ananggadipa
NIM : 081.0062
Program Studi : S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECEMASAN PASIEN TERAPI HBO DI LAKESLA Drs. Med. R.
RIJADI SASTROPANOELAR, Phys. KOMPLEK RSAL Dr.
RAMELAN SURABAYA.
Telah dipertahankan dihadapan dewan Skripsi di STIKES Hang Tuah Surabaya. Dan dinyatakan
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar “SARJANA
KEPERAWATAN” pada Prodi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Tanda Tangan
Penguji I : Dini Mei Widayanti, M.Kep., Ns.
NIP: 03.011
Penguji II : Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes.
NIP: 03.007
Penguji III : Lela Nurlela, SKp.
NIP: 03.021
Mengetahui:
STIKES HANGTUAH SURABAYA
KA PRODI S1 KEPERAWATAN
SETIADI, M.Kep., Ns.
NIP. 03.001
Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya.
Tanggal : 26 Juni 2012
CURICULUM VITAE
Nama : Muhammad Ananggadipa.
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 20 Maret 1989.
Alamat : Jl. Sarutama No. 2, Rumdis TNI-AL Ujung, Surabaya.
Riwayat Pendidikan :
1. TK Hang Tuah IX, Surabaya. Tahun 1993- 1995.
2. SD Hang Tuah III, Surabaya. Tahun 1995- 2001.
3. SLTP Negeri 27, Surabaya. Tahun 2001- 2004.
4. SMA Hang Tuah I, Surabaya. Tahun 2004- 2007.
5. Informatika UNESA (Diploma 1). Tahun 2007-2008.
Jalan di depanku
tidak akan
membuatku jatuh,
bila aku membangun
keberanian & yakin
segalanya akan baik-
baik saja.
ketidak sempurnaan dan kegagalan ku sama banyaknya dengan berkat Tuhan yang diberikan dalam bentuk sukses dan
kemampuan, dan keduanya kupersembahkan dikaki Nya melalui perantara kaki kedua orang tua ku...
Dengan rasa syukur yang mendalam,
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Mama & Papa (Emi Lena Y. & Mayor Kit Darwin, SH.)
Adik, sanak saudara, hingga kerabatku (yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu).
“REKAN2” STIKES HANG TUAH Surabaya angkatan 2008 yang telah banyak memberiku inspirasi. TERIMA KASIH..
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, atas
limpahan karunia dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi dengan judul
“Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO Di LAKESLA Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya“ dengan tepat
waktu.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program
Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya. Skripsi ini disusun
dengan memanfaatkan berbagai literatur serta mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak, penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan
literatur, sehingga skripsi ini dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika maupun
isinya jauh dari sempurna.
Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan rasa terima
kasih, rasa hormat, dan penghargaan kepada:
1. Kolonel Laut (purn.) dr. Moch. Djumhana, Sp. M. selaku Ketua STIKES Hang Tuah
Surabaya, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada peneliti untuk menjadi
mahasiswa S-1 Keperawatan.
2. Kolonel Laut (K/W) Wiwiek Liestyaningrum, M. Kep. Selaku PUKET I STIKES Hang
Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti
pendidikan.
3. Kolonel dr. Suwarno, Sp. PD. selaku Kepala LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Surabaya, atas perizinannya kepada peneliti melakukan
pengambilan data dan penelitian.
4. Bapak Setiadi, M.Kep., Ns. selaku Kepala Program Studi Pendidikan S-1 Keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk mengiktui dan
menyelesaikan Program Pendidikan S-1 Keperawatan.
5. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I yang penuh kesabaran dan
perhatian memberikan pengarahan dan dorongan moril dalam penyusunan penelitian ini.
6. Ibu Lela Nurlela, SKp. selaku pembimbing II yang penuh kesabaran dan perhatian
memberikan pengarahan dan dorongan moril dalam penyusunan penelitian ini.
7. Letkol dr. Djatiwidodo, M.Kes. selaku pembimbing lahan yang telah memberi dukungan
kepada peneliti sehingga tersusunnya Skripsi ini dari awal hingga akhir.
8. Seluruh dosen, staff, dan karyawan STIKES Hang Tuah Surabaya yang telah banyak
membantu kelancaran proses belajar – mengajar selama masa perkuliahan untuk
menempuh studi dan telah membimbing penulis selama penulis menuntut ilmu di
Program Studi S-1 Keperawatan di STIKES Hang Tuah Surabaya.
9. Para Staff, dokter, maupun perawat/ tender di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Surabaya. Yang banyak mendukung penulis dalam melancarkan
proses penelitian.
10. Pasien terapi HBO selaku responden penelitian yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
11. Rekan-rekan sealmamater ku, Herman Pratikta, Yelison, dan pihak yang telah membantu
kelancaran dalam penyusunan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan rahmat dari
Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya peneliti berharap bahwa Skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin Yaa Robbal Alamin.
Surabaya, 26 Juni 2012
( Muhammad Ananggadipa )
NIM: 081.0062
Judul: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO Di
LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
ABSTRAK
Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai
oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan yang tidak jelas
penyebabnya. Pada kenyataanya masih ditemukan kecemasan pada pasien Terapi HBO. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien terapi
HBO.
Desain penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Populasi yang digunakan yaitu semua pasien yang menjalani terapi HBO di LAKESLA dalam
kurun waktu terhitung mulai tanggal 28 sampai dengan 29 mei 2012, sedangkan sampel yang
diambil menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling sebanyak
32 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan alat ukur skala
HARS. Setelah data ditabulasi, kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square
dengan ρ < 0,05.
Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil usia ρ= 0,048, hasil jenis kelamin ρ= 0,095, hasil
pengalaman pasien ρ= 0,007, hasil kondisi medis ρ= 0,021, hasil pendidikan ρ= 0,087, dan hasil
akses informasi ρ= 0,044. Uji Chi Square menunjukkan bahwa ρ= 0,001 < 0,05, H0 ditolak yang
berarti terdapat hubungan antara faktor usia, faktor jenis kelamin, faktor pengalaman pasien,
faktor kondisi medis, faktor pendidikan, dan faktor akses informasi dengan kecemasan pada
pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Komplek RSAL Dr.
Ramelan, Surabaya.
Melihat hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kecemasan dengan
faktor usia, ada hubungan kecemasan dengan faktor jenis kelamin, ada hubungan kecemasan
dengan faktor pengalaman pasien, ada hubungan kecemasan dengan faktor kondisi medis, ada
hubungan kecemasan dengan faktor pendidikan, dan ada hubungan kecemasan dengan faktor
akses informasi.
Kata kunci : kecemasan dan terapi HBO.
Title: Factors Associated With Patient Anxiety Therapy HBO On LAKESLA Drs. Med. R.
Rijadi Sastropanoelar, Phys. Dr RSAL complex. Ramelan Surabaya.
ABSTRACT
Anxiety is an unpleasant emotional state characterized by feelings of fear and physical
symptoms of a stressful and undesirable is not clear why. In fact still be found anxiety in patients
with HBO therapy. The purpose of this study to determine the factors associated with patient
anxiety HBO therapy.
The design of this study is the correlation by using cross sectional approach. Population
used is all patients who underwent HBO therapy in LAKESLA starting within 28 to 29 May
2012, whereas samples taken using probability sampling techniques with simple random
sampling of 32 respondents. Retrieval of data using a questionnaire to gauge the scale using
HARS. Once the data is tabulated, and analyzed using Chi Square test statistic with ρ <0.05.
Based on statistical test results obtained ρ = 0.048 age, the sex of ρ = 0.095, the results
of patient experience ρ = 0.007, the results of a medical condition ρ = 0.021, ρ = 0.087
educational outcomes, and the access to information ρ = 0.044. Chi Square test showed that ρ =
0.001 <0.05, H0 is rejected which means there is a relationship between age, gender factors,
patient experience factors, medical condition factors, educational factors, and information access
factor of anxiety in patients with HBO therapy in LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Dr. Ramelan RSAL complex, Surabaya.
See the results of this study can be concluded that there is a concern with the age factor,
there is a concern with the sex factor, no association of anxiety with the patient's experience
factor, there is a concern by a factor of medical conditions, there is a concern with the
educational factor, and no association with anxiety information access factor.
Key words: anxiety and HBO therapy.
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LUAR ............................................................................................... i
COVER DALAM ........................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
CURICULUM VITAE................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI.................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH .................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1.4.1 Teoritis .................................................................................. 5
1.4.2 Praktik ................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kecemasan.............................................................. 7
2.1.1 Definisi Cemas ...................................................................... 7
2.1.2 Kecemasan Menurut Teori Sigmund Freud .......................... 9
2.1.3 Kategori Kecemasan Menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV .............. 11
2.1.4 Tipe Kepribadian Pencemas ................................................. 15
2.1.5 Gejala Klinis Cemas ............................................................. 16
2.1.6 Tingkat Kecemasan ............................................................... 16
2.1.7 Alat Ukur Kecemasan ........................................................... 18
2.1.8 Mekanisme Pertahanan Terhadap Kecemasan ...................... 22
2.2 Konsep RUBT ................................................................................ 27
2.2.1 Pengenalan Ruang Udara Bertekanan Tinggi ....................... 27
2.2.2 Large Multi Compartment Recompression Chamber ........... 28
2.2.3 Komponen RUBT ................................................................. 29
2.2.4 Alat Pendukung RUBT ......................................................... 31
2.2.5 Penggunaan RUBT ............................................................... 32
2.2.6 Pengawakan RUBT ............................................................... 33
2.2.7 Pengamanan RUBT .............................................................. 33
2.2.8 Pemeliharaan RUBT ............................................................. 34
2.3 Konsep Terapi HBO ...................................................................... 34
2.3.1 Definisi .................................................................................. 34
2.3.2 Sejarah Ringkas Terapi HBO................................................ 35
2.3.3 Dasar – Dasar Terapi HBO ................................................... 36
2.3.4 Terapi HBO Dalam Klinik .................................................... 41
2.3.5 Pengaruh HBO Terhadap Obat – Obatan.............................. 41
2.3.6 Pengaruh HBO Terhadap Sel Jaringan Tubuh ...................... 48
2.3.7 Proses Penyembuhan Luka Dengan Terapi HBO ................. 49
2.3.8 Pelaksanaan Terapi HBO ...................................................... 53
2.3.9 Dasar Pemikiran (Rationale) Umum Terapi HBO................ 54
2.3.10 Indikasi Pengguna Terapi HBO .......................................... 54
2.3.11 Kontra Indikasi Pengguna Terapi HBO .............................. 56
2.3.12 Penjelasan Bergambar Terapi HBO .................................... 61
2.3.13 Penutup Ringkasan Terapi HBO ......................................... 65
2.4 Faktor – Faktor Kecemasan Pada Pasien Terapi HBO .................. 66
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 68
3.2 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 69
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 70
4.2 Kerangka Penelitian .......................................................................... 71
4.3 Waktu Dan Tempat Penelitian .......................................................... 72
4.4 Sampling Desain ............................................................................... 72
4.4.1 Populasi .................................................................................... 72
4.4.2 Sampel...................................................................................... 72
4.4.3 Sampling .................................................................................. 73
4.4.4 Besar Sampel ........................................................................... 74
4.5 Identifikasi Variabel.......................................................................... 74
4.5.1 Variabel Independen (Variabel Bebas) .................................... 75
4.5.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)..................................... 75
4.6 Definisi Operasional ......................................................................... 75
4.7 Pengumpulan Dan Analisa Data ....................................................... 79
4.7.1 Pengumpulan Data ................................................................... 79
4.7.2 Teknik Analisa Data ................................................................ 80
4.8 Etika Penelitian ................................................................................. 82
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 84
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................... 85
5.1.2 Sistem Penjadwalan ................................................................ 86
5.1.3 Data Umum ............................................................................. 87
5.1.4 Data Khusus ............................................................................ 92
5.2 Pembahasan ....................................................................................... 99
5.2.1 Faktor Usia Yang Berhubungan Dengan Kecemasan
Pasien Terapi HBO ................................................................. 99
5.2.2 Faktor Jenis Kelamin Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Pasien Terapi HBO .............................................. 100
5.2.3 Faktor Pengalaman Pasien Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Pasien Terapi HBO .............................................. 101
5.2.4 Faktor Kondisi Medis Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Pasien Terapi HBO ............................................. 102
5.2.5 Faktor Tingkat Pendidikan Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Terapi HBO ......................................................... 103
5.2.6 Faktor Akses Informasi Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Pasien Terapi HBO .............................................. 104
5.3 Keterbatasan ...................................................................................... 105
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 106
6.2 Saran .................................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rentang respon kecemasan (Sulistiyawati... [et al.] 2005) ........................................ 19
Tabel 2.2 Alat ukur HRS-A ....................................................................................................... 20
Tabel 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med.
Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya .................................................................................................................... 68
Tabel 4.1 Definisi operasional faktor – faktor yang mempengaruhi
kecemasan pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R.
Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya .................................................................................................................... 75
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia pada terapi HBO di LAKESLA
Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya tanggal 28 dan
29 Mei 2012 ............................................................................................................... 87
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada terapi HBO di
LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
tanggal 28 dan 29 Mei 2012 ...................................................................................... 87
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman pasien pada terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
tanggal 28 dan 29 Mei 2012 ...................................................................................... 88
Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan kondisi medis pada terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
tanggal 28 dan 29 Mei 2012 ...................................................................................... 89
Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
tanggal 28 dan 29 Mei 2012 ...................................................................................... 90
Tabel 5.6 Karakteristik responden berdasarkan akses informasi pada terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
tanggal 28 dan 29 Mei 2012 ...................................................................................... 91
Tabel 5.7 Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan pada terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
tanggal 28 dan 29 Mei 2012 ...................................................................................... 92
Tabel 5.8 Hubungan usia dengan kecemasan pada pasien terapi HBO di LAKESLA
Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya. ............................................... 93
Tabel 5.9 Hubungan jenis kelamin dengan kecemasan pada pasien terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya. ........................ 94
Tabel 5.10 Hubungan pengalaman dengan kecemasan pada pasien terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya. ................... 95
Tabel 5.11 Hubungan kondisi medis dengan kecemasan pada pasien terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya. ..................... 96
Tabel 5.12 Hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan pada pasien terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya. ..................... 97
Tabel 5.13 Hubungan akses informasi dengan kecemasan pada pasien terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya. ..................... 98
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Lokasi Terapi HBO di Seluruh Indonesia ............................................................ 41
Gambar 2.2 Ruangan chamber HBO ............................................................................................ 61
Gambar 2.3 Operator/ tender luar chamber HBO .................................................................. 61
Gambar 2.4 Suasana dalam ruangan chamber HBO bersama tender dalam ................................... 61
Gambar 2.5 Terapi HBO sebagai sarana kebugaran .............................................................. 62
Gambar 2.6 Multi place chamber .......................................................................................... 62
Gambar 2.7 Mono place chamber ......................................................................................... 62
Gambar 2.8 Proses pemindahan pasien dari mono ke multi place chamber .......................... 63
Gambar 2.9 Portable high or low pressure one-man chamber .................................................. 63
Gambar 2.10 Posisi pasien palam portable high or low pressure one-man ........................... 63
Gambar 2.11 Chamber binatang, biasa di pergunakan untuk penelitian
atau uji coba..................................................................................................... 64
Gambar 2.12 Ambulance Hiperbarik .................................................................................... 64
Gambar 2.13 Ruang Kompressor dan Oksigen Liquid .......................................................... 64
Gambar 2.14 Jalur Sistematis RUBT HBO ........................................................................... 65
Gambar 4.1 Kerangka penelitian Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO di LAKESLA
Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek
RSAL Dr. Ramelan Surabaya ................................................................................ 71
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Permohonan Ijin Pengambilan Data ............................................................................. 100
Lampiran 2 Surat Pernyataan Observasi .......................................................................................... 101
Lampiran 3 Surat Balasan Ka. LAKESLA ...................................................................................... 102
Lampiran 4 Informed Consent (Lembar Persetujuan) ..................................................................... 103
Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden ......................................................................... 104
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Data Demografi ............................................................................. 105
Lampiran 7 Lembar Kuesioner Tingkat Kecemasan (SKALA HARS) .......................................... 108
Lampiran 8 Tabulasi Data ................................................................................................................ 113
Lampiran 9 Crosstabs ....................................................................................................................... 116
Lampiran 10 Dokumentasi Gambar Penelitian ................................................................................ 122
SINGKATAN DAN ISTILAH
Absorbent : Penyerap
AL : Angkatan Laut
Anxiety : Kecemasan
ATA : Atmosfer Absolute
ATM : Atmosfer
Claustrophobia : Ketakutan pada ruangan tertutup
CO2 : Carbon Dioksida
DNA : deoxyribo nucleic acid
dr. : Dokter
Drs. : Dokterandus
feet : Kaki
HB : Hemoglobin
HBO : Hiperbarik Oksigen
i.m. : Intra Muscullar
i.v. : Intra Vena
Koping : Teknik relaksasi
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
LAKESLA : Lembaga Kesehatan Kelautan TNI-AL
m : Meter
mg : Mili Gram
mmHg : Satuan tekanan yang ditinjau dari kenaikan kolom air raksa
O2 : Oksigen
Oedema : Pembengkakan
Phobia : Ketakutan
RNA : ribonucleic acid
RSAL : Rumah Sakit Angkatan Laut
RUBT : Ruang Udara Bertekanan Tinggi
SOP : Standart Operasional Prosedur
Tender : Perawat/ Pendamping terapi oksigen hiperbarik chamber
TNI : Tentara Nasional Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecemasan (anxiety) adalah suatu perasaan resah tidak menentu atau rasa takut disertai
respon otonomik yang pada banyak kasus, sumbernya tidak spesifik atau tidak di ketahui. Suatu
perasaan takut karena antisipasi terhadap bahaya. Suatu sinyal gangguan yang menandakan akan
terjadinya bahaya dan memungkinkan individu untuk menghadapi ancaman dari bahaya tersebut
(Taylor, 2011).
Melalui wawancara peneliti terhadap pasien yang akan melaksanakan terapi di Chamber
HBO milik LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Komplek Rumah Sakit TNI
Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Tentang kecemasan pasien pada bulan Februari tahun
2012 lalu, di temukan 8 pasien dari 10 pasien yang melaksanakan pre terapi HBO merasa bosan,
takut, dan cemas. Sedangkan, 2 pasien selebihnya mengatakan tidak cemas dan tidak takut.
Dikarenakan pasien tersebut ialah pasien terapi lanjutan dari terapi HBO yang sebelumnya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan penelitian sebelumnya didapatkan data, pada klien yang
melakukan terapi HBO di LAKESLA pada bulan November 2009 diperoleh hasil dari 30 klien
yang diwawancara 17 klien (56,67%) mengalami kecemasan ringan selama berada di chamber, 9
klien (30%) mengalami kecemasan sedang, dan 4 klien (13,33%) mengalami kecemasan berat
(Kertapati, 2010). Secara signifikan kecemasan mempengaruhi 5-7% populasi umum dan 25%
atau lebih pada populasi klien dalam bidang medis, pada waktu yang tidak di tentukan (Ibrahim,
2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dapat berasal dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain berupa usia, jenis kelamin, dan pengalaman pasien
menjalani terapi. Sedangkan faktor eksternal berupa ancaman tarhadap integritas biologis
lingkungan dan ancaman terhadap konsep diri (Stuart dan Sundeen, 1998). Begitu juga dengan
terapi HBO, individu yang akan menjalani terapi penyembuhan penyakit menggunakan oxygen
hyperbaric chamber / Hiperbarik Oksigen (HBO) mungkin ketakutan terhadap ruangan tertutup
(claustrophobia) yang berada dalam chamber dan cemas tentang kemungkinan persepsi-persepsi
awal dalam menjalani proses terapi. Adapun faktor – faktor kecemasan yang mempengaruhi
kualitas pemberian terapi HBO pada pasien, di harapkan faktor – faktor kecemasan tidak
mengganggu konsentrasi pasien dalam menjalani teknik valsava yang sempurna. Yang mana jika
konsentrasi valsava pasien terganggu oleh kecemasan, dampaknya akan kembali pada pasien itu
sendiri. Seperti gendang telinga terasa sakit, telinga terasa berdengung, hingga mengganggu
jalannya proses terapi.
Perawat profesional sebagai tenaga kesehatan yang dalam tugas pokoknya adalah
memenuhi kebutuhan dasar klien harus mampu merespon dan bersikap secara profesional dalam
mengendalikan kebutuhan emosi pasien. Karena perawat merupakan tenaga profesional terbesar
dalam struktur ketenagaan rumah sakit yang akan ikut mewarnai mutu pelayanan kesehatan
(Gillies, 1995). Individu mungkin dapat mengidentifikasi situasi (misalnya: operasi, kanker,
maupun terapi HBO), tetapi pada kenyataannya ancaman terhadap diri yang berkaitan dengan
khawatir dan keprihatinan ada dalam situasi tersebut. Situasi tersebut adalah sumber dari
ancaman, tetapi bukan ancaman itu sendiri. Sebaliknya, ketakutan (phobia) adalah perasaan
khawatir terhadap ancaman atau bahaya spesifik sehingga pola keamanan seseorang
menyadarkan yang lain (misalnya: ketinggian, ruangan tertutup chamber HBO, hewan buas).
Sebagai perawat profesional ketika menjumpai pasien cemas, harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang benar tentang mekanisme koping untuk mencoba mengatasi dan mengurangi
kecemasan pasien dengan mengajarkan teknik relaksasi dengan cara duduk atau berbaring,
lakukan teknik tarik pernafasan dalam dan mengeluarkan secara perlahan, usahakan pasien
menemukan kenyamanan selama 30 menit. Adapun cara selain teknik relaksasi yang diberikan
pada pasien cemas yaitu pemberian obat – obat farmakologi seperti Benzodiazepine, Valium
maupun Xanax (alprazolam). Pemberian obat – obatan tersebut tidak lepas dari aspek legal dan
etik keperawatan, sebagaimana peran perawat berkolaborasi dengan dokter maupun ahli farmasi.
Sesuai dengan uraian diatas, masalah tersebut diangkat karena penulis merasa perlu untuk
melakukan sebuah penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien
terapi HBO milik LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Komplek Rumah Sakit
TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa saja kah faktor – faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien terapi HBO di
LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
kecemasan pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di
komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan usia dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs. Med. R.
Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
2. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
3. Mengetahui hubungan pengalaman dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
4. Mengetahui hubungan kondisi medis dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
5. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla
Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
6. Mengetahui hubungan akses informasi dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1. Sebagai informasi ilmiah, kepentingan pengembangan program, maupun kepentingan ilmu
pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien terapi HBO
di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
2. Sebagai bahan masukkan di HBO milik LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
Komplek Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya, terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien terapi chamber oksigen hiperbaik.
3. Sebagai landasan dasar dalam membuat daftar tilik SOP (Standart Operasional Prosedur)
bagi pasien sebelum mengikuti terapi chamber oksigen hiperbarik.
1.4.2 Praktik
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini sebagai pengembangan ilmu pengetahuan serta merupakan
pengalaman berharga dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan pasien dalam mengikuti terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
2. Bagi para pasien dengan gangguan kecemasan
Memberikan informasi koping pada pasien tentang penyebab terjadinya kecemasan yang
dirasakan dalam menjalani terapi HBO.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai masukan dalam rangka pengembangan ilmu dan sebagai bahan referensi yang
berguna bagi institusi pendidikan, dosen, dan mahasiswa khususnya dalam kajian masalah lebih
lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien dalam mengiktui terapi
HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
4. Bagi LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Surabaya
Sebagai bahan masukan kepada instansi terkait dalam pengambilan keputusan/ kebijakan
guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien dalam hal efisiensi koping
kecemasan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang mendasari penelitian, meliputi :
1). Konsep kecemasan, 2). Konsep RUBT, 3). Konsep terapi HBO, 4). Faktor – faktor
kecemasan pada pasien terapi HBO.
2.1 Konsep Kecemasan
2.1.1 Definisi Cemas
Cemas/ anxiety adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai
oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan. Gejala tersebut
merupakan respons terhadap stress yang normal dan sesuai, tetapi menjadi patologis bila tidak
sesuai dengan tingkat keparahan stress, berlanjut setelah stressor menghilang, atau terjadi tanpa
adanya stressor eksternal. Gangguan neurotik dengan cemas sebagai gejala yang menonjol sering
ditemukan: survey di Inggris yang menemukan bahwa 16% populasi menderita beberapa bentuk
cemas yang patologis.
Gangguan cemas harus dibedakan dengan reaksi terhadap stress, yang gambaran
utamanya berupa cemas. Hal ini meliputi reaksi stress akut – respons cepat (dalam menit atau
jam) terhadap kejadian dalam hidup yang berat, yang menyebabkan cemas dengan gangguan
otonom dan disorientasi – dan reaksi penyesuaian – respons yang lebih lambat terhadap kejadian
– kejadian hidup (seperti kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau perceraian) yang beberapa
hari atau minggu kemudian menjadi gejala cemas, mudah marah, dan depresi (tanpa gejala
biologis). Gangguan – gangguan tersebut biasanya bersifat sembuh sendiri dan dapat diobati
dengan meyakinkan pasien, ventilasi, dan pemecahan masalah. Reaksi stress yang lebih khas,
gangguan stress pasca trauma, akan diulas selanjutnya.
Hingga saat ini, tindakan tersering terhadap gambaran cemas adalah dengan meresepkan
benzodiasepine. Hal ini telah banyak menimbulkan kritik sehingga obat alternatif lain di uji,
termasuk hampir semua obat antidepresan dan terapi psikologis yang tersedia, khususnya terapi
kognitif perilaku. Untuk sebagian besar dokter umum, keterbatasan sumber daya sering
menyebabkan obat tersebut masih menjadi terapi utama (Davies, 2009).
Sedangkan cemas menurut Townsend (2004), kecemasan adalah suatu perasaan takut, ke
khawatir an yang seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari
rasa takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan adanya fakta-
fakta atau keadaan yang benar-benar membahayakan, sedangkan kecemasan timbul karena
respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan, atau bisa juga dikatakan sebagai
hasil dari rekaan - rekaan pikiran sendiri (praduga subyektif), dan juga suatu prasangka pribadi
yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan.
2.1.2 Kecemasan Menurut Teori Sigmund Freud
Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
1. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety)
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
2. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)
3. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
2.1.3 Kategori Kecemasan Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM) IV:
1. Gangguan cemas menyeluruh
Gangguan ini mengenai 2-5% populasi umum, dengan angka kejadian pada perempuan
sedikit lebih tinggi, tetapi diperkirakan mencapai hampir 30% konsultasi “psikiatrik” di praktek
umum. Onset gangguan ini biasanya pada awal masa dewasa dan perjalanannya mungkin kronik,
dengan prognosis yang lebih buruk jika terjadi pada perempuan. Beberapa predisposisi genetik
telah ditemukan, trauma pada masa kanak – kanak seperti perpisahan yang menimbulkan
kerentanan, dan dapat dicetuskan atau diperberat dengan kejadian hidup yang berat (Davies,
2009).
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
2. Agorafobia (dengan atau tanpa gangguan panik)
Agorafobia cenderung dimulai pada usia antara 15 dan 35 tahun dan dua kali lebih sering
pada perempuan daripada laki-laki. Pasien mengalami serangan cemas akut ketika mereka
berada, di suatu tempat yang sulit untuk menemukan jalan keluar atau tidak tersedianya
pertolongan. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk berada di tempat lain, dan cemas yang
dialaminya dapat disertai gangguan panik denga gejala autonom. Situasi – situasi yang
merangsang cemas dihindari, dan hanya dengan memikirkan akan mengalami situasi tersebut
dapat menimbulkan cemas antisipasi (Davies, 2009).
3. Fobia sosial
Fobia sosial merupakan ketakutan yang menetap untuk tampil pada situasi sosial,
terutama jika terdapat orang yang asing atau jika pasien takut malu. Pasien takut bahwa orang
lain mengira ia bodoh, lemah, atau gila, dan paparan tehadap situasi yang ditakuti dapat segera
menimbulkan serangan cemas. Pasien mengetahui bahwa kekuatannya berlebihan, tetapi cemas
dan perilaku menghindarinya dapat benar – benar mengganggu rutinitas sehari – hari, pekerjaan,
atau kehidupan sosial pasien. Gejala tersering adalah wajah bersemu merah, dan pasien mungkin
menghindari makan, minum, atau menulis di depan publik.
Ada beberapa predisposisi genetik, onset dapat timbul setelah pengalaman yang
menimbulkan stress atau memalukan atau dapat pula timbul perlahan – lahan, dan gangguan ini
biasanya memiliki perjalanan yang kronik. Gejala sering dimulai pada masa remaja atau bahkan
masa kanak – kanak dan dapat berkaitan dengan prestasi akademik atau sosial yang buruk.
Insidens fobia sosial sekitar 2%, tetapi prevalensi seumur hidupnya berkisar antara 3% sampai
13%. Pada beberapa studi komunitas, fobia sosial lebih sering pada perempuan daripada laki –
laki, tetapi jenis kelamin terpresentasi dalam jumlah yang sama dalam sampel penelitian
(Davies, 2009).
4. Gangguan panik
Panik dapat terjadi sebagai bagian dari beberapa kondisi. Namun, gangguan panik
ditandai dengan serangan cemas berat yang tidak diperkirakan dengan gejala autonom yang jelas
yang tidak berkaitan dengan situasi tertentu. Gambaran umumnya adalah sesak napas, ketakutan
akan lampu mati atau menjadi gila, dan keinginan segera untuk melarikan diri tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya.
Prevalensi gangguan panik per tahunnya adalah 1-2%, dengan prevalensi seumur hidup
1.5-3.5%. Onset tersering adalah pada usia remaja atau pada orang yang berusia pada
pertengahan 30 tahun, sedangkan onset setelah usia 45 tahun jarang. Perjalanan penyakit
bervariasi, kadang – kadang kronik tetapi keparahannya naik turun atau terkadang dapat
episodik. Terdapat bukti mengenai transmisi genetik, orang kekerabatan tingkat pertama dengan
pasien beresiko empat hingga tujuh kali lebih besar daripada populasi umum (Davies, 2009).
5. Gangguan stress pasca – trauma
Cemas dan gejala lainnya dapat terjadi setelah trauma yang berat seperti penganiayaan
atau kecelakaan yang serius. Meskipun diagnosis formal membutuhkan adanya stress yang
sangat berat, gambaran serupa sering terlihat pada stress yang lebih ringan. Hubungan antara
stressor dan faktor – faktor yang mempengaruhi kerentanan, seperti kepribadian, masih belum
jelas. Terdapat komorbiditas yang bermakna dengan depresi dan bunuh diri, status cemas, dan
sondrom psikomatik lain (Davies, 2009).
6. Gangguan obsesif – kompulsif
Obsesi adalah suatu bentuk kecemasan yang didominasi oleh pikiran yang terpaku
(persistence) dan berulang kali muncul (recurrent). Sedangkan kompulsi adalah perbuatan yang
dilakukan berulang – ulang sebagai konsekuensi dari pikiran yang bercorak obsesi tadi.
Seseorang yang menderita gangguan obsesif – kompulsif tadi akan terganggu dalam fungsi atau
peran sosialnya.
Sebagai contoh yang sederhana misalnya orang yang mencuci tangannya berkali – kali,
meskipun sebenarnya ia sadar bahwa mencuci tangan pertama kali itu sudah bersih dan tidak
perlu diulang kembali. Namun, ia tidak mampu menguasai pikiran obsesif yang menyatakan
bahwa tangannya belum bersih, dan karenanya untuk menghilangkan rasa cemasnya itu ia
mengulang kembali mencuci tangannya. Demikianlah hal tersebut selalu terjadi berulang kali
sehingga menimbulkan penderitaan bagi dirinya. Dalam bahasa awam gangguan ini seringkali
disebut sebagai penyakit was – was (Hawari, 2008).
2.1.4 Tipe Kepribadian Pencemas
Menurut Hawari (2008) seorang akan menderita gangguan cemas manakala yang
bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang –
orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan
kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain:
1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang.
2. Memandang masa depan dengan rasa was – was.
3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung).
4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain.
5. Tidak mudah mengalah, suka “ngotot”
6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang, bila duduk gelisah.
7. Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan – keluhan somatik), khawatir berlebihan
terhadap penyakit.
8. Mudah tersinggung, suka membesar – besarkan masalah yang kecil (dramatisasi).
9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.
10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang – ulang.
11. Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris.
Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal –hal yang
sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan –keluhan fisik (somatik) dan juga
tumpang tindih dengan ciri – ciri kepribadian depresif, atau dengan kata lain batasannya
seringkali tidak jelas.
2.1.5 Gejala Klinis Cemas
Keluhan – keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami kecemasan
antara lain sebagai berikut:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi pada daya ingat.
6. Keluhan – keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar – debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. (Hawari, 2008)
2.1.6 Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau (1997, dalam Sulistiyawati, 2005) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, panik.
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari – hari. Individu masih
waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu
untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas. Contohnya:
a) Seorang yang menghadapi ujian akhir
b) Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan
c) Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
d) Individu yang tiba – tiba di kejar anjing menggonggong
2. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan
lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya:
a) Pasangan suami – istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko
tinggi
b) Keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan)
c) Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan
3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil
(spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal – hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan
untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/ arahan untuk mengurangi
terfokus pada area lain. Contoh:
a) Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana alam
b) Individu dalam penyandraan
4. Kecemasan berat sekali (panik)
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi
peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi
secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya:
a) Individu dengan kepribadian pecah/ depersonalisasi
2.1.7 Alat Ukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang,
berat, atau berat sekali/ panik , Hawari (2008) mengatakan, bahwa menggunakan alat ukur
(instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur
ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala –
gejala yang lebih spesifik. Masing – masing gejala diberi penilaian angka (score) antara 0 – 4,
yang artinya adalah:
Nilai 0 = tidak ada keluhan (tidak ada gejala sama sekali)
1 = gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 = gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 = gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
4 = gejala berat sekali (semua gejala ada)
Tabel 2.1 Rentang respon kecemasan (Sulistiyawati... [et al.] 2005)
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Tidak ada gejala gejala ringan gejala sedang gejala berat gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah
dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing –masing nilai angka
(score) dari 14 kelompok gejala tersebut di jumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total Nilai (score): kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
Adapun hal – hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Alat ukur HRS-A
Gejala Kecemasan Nilai Angka (score)
01. Perasaan cemas/ anxiety
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
0 1 2 3 4
02. Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Tidak bisa istirahat tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
0 1 2 3 4
03. Ketakutan
Pada gelap
Pada orang asing
Ditinggal sendiri
Takut ruangan tertutup/ sempit
Takut pada binatang besar/ buas
0 1 2 3 4
Takut kerumunan/ keramaian
orang banyak
04. Gangguan tidur
Sukar masuk tidur
Terbangun malam hari
Tidur tidak nyenyak
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi – mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
0 1 2 3 4
05. Gangguan kecerdasan
Sukar konsentrasi
Daya ingat menurun
Daya ingat buruk
0 1 2 3 4
06. Perasaan depresi (murung)
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada
hobi
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah – ubah
sepanjang hari
0 1 2 3 4
07. Gejala somatik/ fisik (otot)
Sakit dan nyeri di otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
0 1 2 3 4
08. Gejala somatik/ fisik (sensorik)
Tinitus (telinga berdenging)
Penglihatan kabur
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan ditusuk - tusuk
0 1 2 3 4
09. Gejala kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah)
Takikardia (denyut jantung cepat)
Berdebar – debar
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu/ lemas seperti mau
pingsan
Detak jantung menghilang
0 1 2 3 4
(berhenti sekejap)
10. Gejala respiratori (pernafasan)
Rasa tertekan atau sempit di dada
Rasa tercekik
Sering menarik nafas
Nafas pendek/ sesak
0 1 2 3 4
11. Gejala gastrointestinal
(pencernaan)
Sulit menelan
Perut sembelit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah makan
Perasaan terbakar di perut
Rasa penuh atau kembung
Mual
Muntah
Buang air besar lembek
Sukar buang air besar (konstipasi)
Kehilangan berat badan
0 1 2 3 4
12. Gejala urogenital (perkemihan dan
kelamin)
Sering kali buang air kecil
Tidak dapat menahan air seni
Tidak datang bulan (tidak haid)
Darah haid berlebihan
Darah haid amat sedikit
Masa haid berkepanjangan
Masa haid amat pendek
Haid beberapa kali dalam sebulan
Menjadi dingin (frigid)
Ejakulasi dini
Ereksi lemah
Ereksi hilang
Impotensi
0 1 2 3 4
13. gejala autonom
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu – bulu/ bulu kuduk berdiri
0 1 2 3 4
14. Tingkah laku (sikap) saat
wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Muka tegang
Otot tegang/ mengeras
Nafas pendek dan cepat
Muka merah
0 1 2 3 4
Jumlah Nilai Angka (total score) =
Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksud untuk menegakkan diagnosa
kecemasan. Diagnosa kecemasan ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater).
Sedangkan, untuk mengukur derajat berat ringannya kecemasan itu digunakan alat ukur HRS-A.
2.1.8 Mekanisme Pertahanan Terhadap Kecemasan
a. Represi
b. Reaksi Formasi
c. Proyeksi
d. Regresi
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
e. Rasionalisasi
f. Pemindahan
g. Sublimasi
h. Isolasi
i. Undoing
2.2 Konsep RUBT
2.2.1 Pengenalan Ruang Udara Bertekanan Tinggi
Ruang Udara Bertekanan Tinggi, disingkat RUBT. Diperkenalkan sejak tahun 1662 oleh
dr. Henshaw dari Inggris dan mulai dipakai untuk kepentingan medis, RUBT merupakan suatu
tabung yang dari plat baja atau alumunium alloy dan dibuat sedemikian rupa sehingga mampu
diisi udara tekan mulai dari 1 ATA sampai beberapa ATA, tergantung jenis dan penggunaannya.
Saat ini RUBT merupakan alat pendukung untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
tekanan lebih dari 1 ATA. Bentuk RUBT disesuaikan kegunaannya (LAKESLA, 2009). Jenis-
jenis RUBT antara lain :
1. Large multi compartment chamber
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
2. Large multi compartmens for treatment
3. Portable high or low pressure one-man chamber
2.2.2 Large Multi Compartmen Recompression Chamber
RUBT ini terdiri dari 2 atau lebih ruangan yang saling berhubungan yang disebut lock.
Tekanan dalam ruangan-ruangan tersbut dapat diatur sesuai keperluan. Pada umumnya, RUBT
ini terdiri dari ruangan dalam (inner lock), termasuk di dalamnya medical lock, dan ruangan luar
(out lock). Medical lock berfungsi untuk memasukkan obat-obatan / makanan maupun
perlengkapan ke dalam inner lock. Untuk kenyamanan, ukurannya dibuat sedemikian rupa
sehingga penderita di dalam chamber dapat berdiri dan bertegak agak bebas.
Diameter RUBT kurang lebih 2 m dan panjangnya sekitar 3 m. untuk observasi seluruh
ruangan di dalam RUBT, pada dinding di buat jendela yang ditutup kaca kedap udara. Diameter
jendela kurang lebih 15-30 cm. seluruh interior berwarna cerah dan memenuhi persyaratan antara
lain :
1. Mudah dibersihkan
2. Tidak memantulkan cahaya
3. Tahan api, tidak mudah terbakar
4. Dapat meredam suara
5. Kemampuan listrik statis kecil
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
6. Tidak bersifat toksik
2.2.3 Komponen RUBT
2.2.4 Alat Pendukung RUBT
2.2.5 Penggunaan RUBT
2.2.6 Pengawakan RUBT
2.2.7 Pengamanan RUBT
2.2.8 Pemeliharaan RUBT
2.3 Konsep Terapi HBO
2.3.1 Definisi
1. Kesehatan hiperbarik, adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan
yang timbul akibat pemberian tekanan lebih dari 1 Atmosfer (Atm) terhadap tubuh dan
aplikasinya untuk pengobatan.
2. Terapi hiperbarik oksigen adalah pemberian oksigen tekanan tinggi untuk pengobatan yang
dilaksanakan dalam RUBT.
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
3. Tekanan 1 Atmosfer adalah tekanan udara yang dialami oleh semua benda, termasuk
manusia, di atas permukaan laut, bersifat tetap dari semua jurusan dan berada dalam
keseimbangan (LAKESLA, 2009).
2.3.2 Sejarah Ringkas Terapi HBO
Dimulai oleh Dr. Henshaw dari Inggris yang membangun RUBT pada tahun 1662
untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Penggunaan udara bertekanan. tinggi dan terapi
hiperbarik oksigen dalam klinik terus berkembang, meskipun mengalami pasang surut.
Sampai kemudian pada tahun 1921 Dr. J. Cunningham mulai mengemukakan teori dasar
tentang penggunaan hiperbarik oksigen untuk mengobati keadaan hipoksia. Namun usahanya
mengalami kegagalan karena dasar untuk terapi hiperbarik oksigen ini nampaknya terlalu
dicari-cari. Harus diakui bahwa selama kurang lebih 270 tahun kesehatan hiperbarik
mengalami pasang surut yang disebabkan belum ada teori fisologi yang tepat untuk
penggunaannya dalam terapi, termasuk penelitian pada binatang percobaan dan penelitian
klinis.
Tahun 1930an penelitian-penelitian tentang penggunaan hiperbarik oksigen mulai
dilaksanakan dengan lebih terarah dan mendalam. Sampai kemudian sekitar tahun 1960an
Dr. Borrema memaparkan hasil penelitiannya tentang penggunaan hiperbarik oksigen yang
larut secara fisik di dalam cairan darah, sehingga dapat memberi hidup pada keadaan tanpa Hb
yang disebut life without blood. Hasil penelitiannya tentang pengobatan gas gangren
dengan hiperbarik oksigen membuat ia dikenal sebagai Bapak RUBT. Sejak saat itu terapi
hiperbarik oksigen berkembang pesat dan terus berlanjut sampai saat ini .
2.3.3 Dasar-Dasar Terapi HBO
Timbulnya organisme yang kebal terhadap antibiotik menyebabkan makin
bertambahnya keinginan untuk mendapatkan vaksin antibiotika baru maupun cara-cara yang
dapat meninggikan kemampuan zat antimikroba. Tujuan dari terapi adalah merusak jasad
renik tanpa merugikan tuan rumah (host). Oleh karena itu tujuan pemakaian HBO adalah
untuk mencapai tingkat tekanan parsial oksigen dalam jaringan yang dapat merusak jasad
renik, bukan malah membantu pertumbuhannya, tanpa adanya efek negatif terhadap tuan rumah.
Sebagai zat antimikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya oksigen menghambat
bakteri gram positif maupun gram negatif dengan kekuatan yang sama. Jadi dengan
demikian oksigen dapat dianggap obat antimikroba yang berspektrum luas. Terhadap kuman
anaerob hiperbarik oksigen bersifat bakterisid sedangkan terhadap kuman aerob bersifat
bakteriostatik. Konsep tentang anaerobiosis sedang diteliti kembali karena pada kenyataannya
banyak kuman anaerob yang menunjukkan adanya toleransi terhadap oksigen bahkan
membutuhkan oksigen (LAKESLA, 2009).
1. Infeksi anaerob
a. Chlostridium penyebab gas gangrene
Kasus-kasus gas gangren paling banyak disebabkan oleh Chlostridium welchii
(perfringens): Perkembangbiakannya terjadi dalam jaringan yang hipoksia. Selama di dalam
tubuh mengeluarkan eksotoksin terutama alfatoksin yang merusak jaringan otot dan
menyebabkan hemolisis di dalam luka. Hiperbarik oksigen tidak dapat membunuh
Chlostridium tersebut tetapi dapat menghentikan produksi alfatoksin bahkan
menginaktifkannya, dengan demikian memberi kesempatan kepada leukosit untuk
membunuh kuman tersebut dan jika digabung dengan cara pengobatan lain dapat
memberikan hasil yang baik.
b. Chlostridium tetani
Kuman ini termasuk golongan anaerob, hiperbarik oksigen menghalangi produksi
toksin tetanus bahkan bersifat bakterisidal.
A. A. Loedin sekitar tahun 1960an mengadakan penelitian pengobatan tetanus
dengan hiperbarik oksigen dimana didapatkan hasil yang cukup memuaskan. Tetapi
pada penelitian yang dilakukan oleh S. F. Gottlieb tahun 1971 dikatakan bahwa
hiperbarik oksigen tidak mempunyai efek menguntungkan secara nyata terhadap
perjalanan klinis tetanus.
c. Non-spore forming anaerobes (NSA)
NSA dapat ditemukan pada semua jenis infeksi yang mengenai organ atau
jaringan. Organisme ini mungkin dapat dicegah perkembangbiakannya dengan
pemberian hiperbarik oksigen yang tepat, baik waktu maupun tekanannya, namun
hasil penetitian yang ada masih sangat sedikit.
Jenis bakteri ini dapat diinaktifkan dengan cepat pada pemberian oksigen
dengan tekanan 3 ATA selama 2 jam setiap hari.
Berdasarkan kenyataan bahwa perkembang biakannya dapat dihalangi oleh
hiperbarik oksigen, maka diduga bahwa infeksi yang disebabkan Actinomycetes
dapat diobati dengan hiperbarik oksigen.
d. Flora usus
Organisme yang paling banyak terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah
adalah kuman anaerob karena itu diduga bahwa hiperbarik oksigen dapat
mengganggu flora usus. Penelitian dalam bidang ini baru sampai pada tahap
percobaan binatang yang hasilnya menyokong teori tersebut.
e. Flora mulut
Flora mulut terus mengalami perubahan mulai saat kelahiran sampai dewasa.
Diantara flora mulut ini ditemukan kuman anaerob dalam jumlah besar, yang
diperkirakan ikut terganggu dengan pemberian oksigen hiperbarik. Namun belum
cukup diadakan penelitian dalam bidang ini.
2. Infeksi aerob
a. Mycobacterium leprae
Penelitian A. A. Rosasco dkk. terhadap penderita morbus hansen jenis
lepromatosa dengan menggunakan hiperbarik oksigen pada tekanan 3 ATA selama 60 menit, 2
kali/hari selama 3 hari berturut-turut, menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Otto Maulana dkk. pada tahun 1982 mengadakan penelitian pengobatan
morbus hansen dengan HBO di Jakarta, mendapatkan hasil cukup baik, tetapi perlu
penelitian lebih lanjut.
b. Mycobacterium tuberculose
Penelitian yang dikerjakan sekitar tahun 1960 menyimpulkan bahwa hiperbarik
oksigen mencegah pertumbuhan Mycobacterium tuberculose dan jenis Mycobacterium
lainnya. la bekerja secara sinergis dengan INH, Streptomisin dan PAS. Penelitian
selanjutnya memperkuat hasil penelitian ini khususnya efek sinergis dengan INH, bahkan
terhadap kuman-kuman yang resisten diperoleh hasil yang cukup baik.
c. Mycobacterium ulserans
Pada beberapa percobaan ditemukan bahwa pemberian oksigen hiperbarik meskipun
tidak dapat menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium ulserans, namun
dapat menunda timbulnya gejala dan menurunkan jumlah kematian.
d. Pneumococcus
Sampai saat ini masih diragukan apakah oksigen bermanfaat dalam pengobatan
infeksi Pneumococcus, karena hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata
tidak sama, ada yang positif ada pula yang negatif.
e. Staphylococcus
Penelitian yang diadakan baik invitro maupun invivo menyimpulkan bahwa
hiperbarik oksigen mempunyai efek bakteriostatik dan bukan bakteriosidal terhadap
Staphylococcus.
f. Eshericia, Proteus, Pseudomonas dan Salmonella Penelitian sekitar
tahun 1970 menyimpulkan bahwa hasil penggunaan hiperbarik oksigen masih belum
menyakinkan.
g. Fungi, protozoa, alga dan virus
Pada penelitian-penelitian ditemukan bahwa hiperbarik oksigen mempunyai
efek mencegah pertumbuhan fungi, alga dan protozoa, namun efek HBO terhadap
virus hasilnya masih saling bertentangan. Ada yang dihambat, ada pula yang
dirangsang sehingga disimpulkan infeksi virus termasuk salah satu kontraindikasi
relatif pengobatan HBO. Masih belum diketahui apakah hiperbarik oksigen
mempunyai efek langsung terhadap organisme tersebut atau efek gangguan terhadap
mekanisme kekebalannya.
2.3.4 Terapi HBO Dalam Klinik
Kesehatan hiperbarik, khususnya terapi hiperbarik oksigen, di negara-negara maju
telah berkembang dengan pesat. Terapi ini telah dipakai untuk menanggulangi bermacam
penyakit, baik penyakit akibat penyelaman maupun penyakit bukan penyelaman. Di Indonesia,
kesehatan hiperbarik telah mulai dikembangkan oleh kesehatan TNI AL pada tahun 1960 dan
terus berkembang sampai saat ini. Kesehatan TNI AL mempunyai ruang udara
bertekanan tinggi (RUBT) di 4 lokasi, yaitu Tanjung Pinang, Jakarta, Surabaya dan Ambon.
Gambar 2.1 Peta Lokasi Terapi HBO di Seluruh Indonesia
2.3.5 Pengaruh HBO terhadap Obat-Obatan
2.3.6 Pengaruh HBO terhadap Sel Jaringan Tubuh
2.3.7 Proses Penyembuhan Luka dengan Terapi HBO
2.3.8 Pelaksanaan Terapi HBO
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
2.3.9 Dasar Pemikiran (Rationale) Umum Terapi HBO
Pengobatan hiperbarik oksigen secara umum didasarkan pada pemikiran-pemikiran / alasan-
alasan sebagai berikut :
1. Pemakaian tekanan akan memperkecil volume gelembung gas dan penggunaan hiperbarik
oksigen juga akan mempercepat resolusi gelembung gas.
2. Daerah-daerah atau tempat-tempat yang iskemik atau hipoksik akan menerima oksigen
secara maksimal.
3. Di daerah yang iskemik, hiperbarik oksigen mendorong / merangsang pembentukan
pembuluh darah kapiler baru.
4. Penekanan pertumbuhan kuman-kuman baik gram positif maupun gram negatif dengan
pemberian HBO.
5. Hiperbarik oksigen mendorong pembentukan fibroblas dan meningkatkan efek fagositosis
(bakterisidal) dari leukosit.
2.3.10 Indikasi Pengguna Terapi HBO
Kelainan atau penyakit yang merupakan indikasi terapi HBO diklasifikasikan
menurut kategorisasi yang dibuat oleh The Committee of Hyperbaric Oxygenation of the
Undersea and Hyperbaric Medical Society yang telah mengalami revisi pada tahun 1986
dan 1988.
Dalam revisi ini UHMS tidak lagi memasukkan golongan penyakit untuk
penelitian, namun hanya memakai ACCEPTED CATEGORIZATION saja. Adapun penyakit-
penyakit yang termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut :
1. Aktinomikosis
2. Emboli udara/ gas
3. Anemia karena kehilangan banyak darah
4. Insufisiensi arteri perifer akut
5. Infeksi bakteri
6. Keracunan karbonmonoksida
7. Crush injury and reimplanted appendages
8. Keracunan sianida
9. Penyakit dekompresi
10. Gas gangrene
11. Cangkokan kulit (skin graft)
12. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob
13. Osteoradinekrosis
14. Radionekrosis jaringan lunak
15. Sistitis akibat radiasi
16. Ekstrasi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi
17. Kanidiobolus koronotus
18. Mukomikosis
19. Osteomielitis
20. Ujung amputasi yang tidak sembuh
21. Ulkus diabetic
22. Ulkus stasis refraktori
23. Tromboangitis obliterans
24. Luka tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama
25. Inhalasi asap
26. Luka bakar
27. Ulkus yang terkait dengan vaskulitis
2.3.11 Kontra Indikasi Pengguna Terapi HBO
1. Kontraindikasi absolute
a. Kontraindikasi absolut adalah pneumothorak yang belum dirawat, kecuali bila sebelum
pemberian hiperbarik oksigen dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi
pneumotorak tersebut.
b. Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati atau
keganasan metastatik akan menjadi lebih buruk pada pemakaian hiperbarik oksigen
untuk pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada keadaan-keadaan
luar biasa. Namun penelitian-penelitian yang dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan
bahwa sel-sel ganas tidak tumbuh lebih cepat dalam suasana hiperbarik oksigen.
Penderita keganasan yang diobati dengan hiperbarik oksigen biasanya secara bersama-
sama juga menerima terapi radiasi atau kemoterapi.
c. Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang tinggi
berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus, sehingga pada bayi prematur
secara teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun penelitian yang kemudian
dikerjakan menunjukkan, bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi.
2. Kontraindikasi relative
Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian tetapi bukan merupakan
kontraindikasi absolut pemakaian hiperbarik oksigen adalah sebagai berikut :
a. Infeksi saluran napas bagian atas
Menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi. Dapat ditolong dengan
menggunakan dekongestan dan miringotomi bilateral.
b. Sinusitis kronis
Menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekuatisasi. Untuk pemakaian hiperbarik
oksigen pada penderita ini dapat diberikan dekongestan dan miringotomi bilateral.
c. Penyakit kejang
Menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen. Namun bilamana
diperlukan penderita dapat diberi anti konvulsan sebelumnya.
d. Emfisema yang disertai retensi CO2
Ada kemungkinan bahwa penambahan oksigen lebih dari normal akan menyebabkan
penderita secara spontan berhenti bernafas akibat hilangnya rangsangan hipoksik. Pada
penderita-penderita dengan penyakit paru disertai retensi CO2, terapi hiperbarik oksigen
dapat dikerjakan bila penderita diintubasi dan memakai ventilator.
e. Panas tinggi yang tidak terkontrol
Merupakan predisposisi terjadinya konvulsi oksigen. Kemungkinan ini dapat
diperkecil dengan pemberian aspirin dan selimut hipotermia. Juga sebagai pencegahan dapat
diberikan anti konvulsan.
f. Riwayat pneumothorak spontan.
Penderita yang mengalami pnemothorak spontan dalam RUBT kamar tunggal akan
menimbulkan masalah tetapi. di dalam RUBT kamar ganda dapat dilakukan pertolongan-
pertolongan yang memadai. Sebab itu bagi penderita yang mempunyai riwayat
pneumothorak spontan, harus dilakukan persiapan-persiapan untuk dapat mengatasi terjadinya
hal tersebut.
g. Riwayat operasi dada
Menyebabkan terjadinya luka dengan air trapping yang timbul saat dekompresi. Setiap
operasi dada harus diteliti kasus demi kasus untuk menentukan langkah-langkah yang harus
diambil. Tetapi jelas proses dekompresi harus dilakukan sangat lambat.
h. Riwayat operasi telinga
Operasi pada telinga dengan penempatan kawat atau topangan plastik di dalam
telinga setelah stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi pemakaian hiperbarik oksigen
sebab perubahan tekanan dapat menggangu implan tersebut. Konsultasi dengan seorang ahli
THT perlu dilakukan.
i. Kerusakan paru asimotomatik yang ditemukan pada penerangan atau pemotretan dengan
sinar X
Memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu
dekompresi antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.
j. Infeksi virus
Pada percobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus menjadi lebih hebat bila
binatang tersebut diberi hiperbarik oksigen. Dengan alasan ini dianjurkan agar penderita
yang terkena salesma (common cold) menunda pengobatan dengan hiperbarik oksigen sampai
gejala akut menghilang apabila tidak memerlukan pengobatan segera dengan hiperbarik
oksigen.
k. Spherositosis congenital
Pada keadaan ini butir-butir darah merah sangat fragil dan pemberian hiperbarik
oksigen dapat diikuti dengan hemolisis yang berat. Bila memang pengobatan hiperbarik
oksigen mutlak diperlukan keadaan ini tidak boleh jadi penghalang sehingga harus
dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.
I. Riwayat neuritis optik.
Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik, terjadinya kebutaan dihubungkan
dengan terapi hiperbarik oksigen. Namun kasus yang terjadi sangat sedikit. Tetapi jika ada
penderita dengan riwayat neuritis optik diperkirakan mengalami ganguan penglihatan yang
berhubungan dengan retina, bagaimanapun kecilnya pemberian hiperbarik oksigen harus segera
dihentikan dan perlu konsultasi dengan ahli mata.
2.3.12 Penjelasan Bergambar Terapi HBO
Gambar 2.2 Ruangan chamber HBO
Gambar 2.3 Operator/ tender luar chamber HBO
Gambar 2.4 Suasana dalam ruangan chamber HBO bersama tender dalam
Gambar 2.5 Terapi HBO sebagai sarana kebugaran
Gambar 2.6 Multi place chamber
Gambar 2.7 Mono place chamber
Gambar 2.8 Proses pemindahan pasien dari mono ke multi place chamber
Gambar 2.9 Portable high or low pressure one-man chamber
Gambar 2.10 Posisi pasien palam portable high or low pressure one-man
Gambar 2.11 Chamber binatang, biasa di pergunakan untuk penelitian atau uji coba
Gambar 2.12 Ambulance Hiperbarik
Gambar 2.13 Ruang kompresor dan oksigen liquid
Gambar 2.14 Jalur sistematis RUBT HBO
2.3.13 Penutup Ringkasan Terapi HBO
Terapi hiperbarik oksigen (HBO) telah berkembang dengan pesat baik di negara-
negara maju, maupun di negara-negara berkembang dan telah dipakai sebagai
pengobatan utama maupun pengobatan tambahan pada berbagai jenis penyakit. Disamping
bermanfaat, terapi HBO juga memerlukan kewaspadaan, mengingat adanya bahaya keracunan
oksigen. Oleh karena itu penggunaan HBO harus dilakukan dengan hati-hati, dengan
menggunakan prosedur dan dosis yang tepat.
Penelitian dalam bidang HBO masih terus berlanjut sampai sekarang sehingga di
masa mendatang jumlah penyakit yang dapat diobati dengan HBO makin bertambah
dengan makin jelasnaya efek HBO terhadap tubuh.
2.4 Faktor – Faktor Kecemasan pada Pasien Terapi HBO
Faktor – faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien terapi HBO terbagi
menjadi dua kategori yaitu faktor kecemasan yang timbul dari dalam diri seseorang (intrinsik)
dan faktor yang timbul dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Adapun penjelasan tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang yaitu :
a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain:
b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain:
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan:
: Diteliti : Berhubungan
: Tidak diteliti : Berpengaruh
Tabel 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kecemasan Pasien Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Pasien dengan Indikasi Pengguna Terapi HBO
RUBT/ Chamber Terapi HBO
Pasien Terapi HBO
Cemas
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO
Usia
Jenis
Kelamin
Pengalaman
Pasien
Kondisi
Medis
Tingkat
Pendidikan
Akses
Informasi
Cemas
Ringan
Cemas
Sedang
Cemas
Berat Panik
3.2 Hipotesis Penelitian
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat suatu yang
masuk akal, memahami peraturan, dan memprediksi keadaan di masa yang akan datang
(Nursalam, 2008). Pada bab ini akan diuraikan tentang metode yang akan digunakan dalam
penelitian meliputi: desain penelitian, kerangka kerja, waktu dan tempat penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, pengumpulan data, etika
penelitian, dan keterbatasan.
4.1 Desain penelitian
Pada penelitian ini menggunakan desain observasional dengan jenis cross-sectional.
Artinya, peneliti ingin mempelajari hubungan antara faktor kecemasan dan tingkat kecemasan
pada pasien terapi HBO milik LAKESLA Drs. Med. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Peneliti pada
saat itu menilai atau menanyakan faktor – faktor kecemasan pada pasien terapi HBO (sebagai
variabel independen) kemudian menilai tentang kecemasan pasien pada saat itu juga, misalnya
dengan menggunakan instrumen kecemasan dari Hamilton Anxiety Rating Scale (Sastroasmoro,
1995).
4.2 Kerangka Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka penelitian Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan
Pasien Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di
komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Populasi Pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
Sejumlah 35 pasien dengan umur sekitar 20 tahun sampai dengan lansia
Sampel
Pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Sejumlah 32
pasien dengan umur sekitar 20 tahun sampai dengan lansia yang memenuhi kriteria inklusi
Teknik Smpling
Probability sampling:
simple random sampling
Pengumpulan Data
Menggunakan kuesioner dan observasi dokumentasi
Faktor – faktor kecemasan
pasien terapi HBO:
Lembar kuesioner
Pengukuran tingkat
kecemasan menggunakan:
skala HRS - A
Sampel
Pasien terapi HBO di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Sejumlah 32 pasien
dengan umur sekitar 20 tahun sampai dengan lansia yang memenuhi kriteria inklusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Pemilihan “HBO LAKESLA
Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.” Dikarenakan banyak memenuhi syarat untuk judul
penelitian faktor – faktor kecemasan pasien terapi HBO dan belum pernah dilakukan penelitian
sebelumnya.
4.4 Sampling Desain
4.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R.
Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya sejumlah 35 pasien
dengan umur sekitar 20 tahun sampai dengan lansia.
4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh karakteristik tersebut
(Sugiyono, 1998). Sampel pada penelitian ini adalah pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med.
R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya sejumlah 32 pasien
dengan umur sekitar 20 tahun sampai dengan lansia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk
diteliti (Setiadi, 2004). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien dengan indikasi pengguna terapi HBO.
2) Pasien bersedia untuk diteliti.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak
layak untuk diteliti (Setiadi, 2004). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Bukan pasien dengan indikasi pengguna terapi HBO.
2) Pasien dengan diagnosa penyakit authis.
3) Pasien pengguna terapi HBO sebagai sarana kecantikan dan kebugaran.
4) Pasien tidak bersedia untuk diteliti.
4.4.3 Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu bahwa setiap
subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel.
Dengan jenis pendekatan simple random sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel secara acak sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2008).
4.4.4 Besar Sampel
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
4.5 Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
4.5.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor – faktor yang mempengaruhi
kecemasan pasien terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di
komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
4.5.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat kecemasan pasien terapi HBO
dengan kecemasan di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar , Phys. Di komplek RSAL
Dr. Ramelan Surabaya.
4.6 Definisi Operasional
4.7 Pengumpulan dan Analisa Data
4.7.1 Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
2. Prosedur Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan ijin dari institusi pendidikan Ketua STIKES Hang Tuah Surabaya
dan Kepala LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr.
Ramelan Surabaya. Peneliti mengadakan pendekatan kepada responden untuk mendapatkan
persetujuan, pendekatan dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang tujuan dan
manfaat dari penelitian untuk menghindari kesalahpahaman. Kemudian peneliti melakukan
pengambilan data menggunakan instrumen penelitian skala HARS dengan cara observasi kepada
pasien terapi HBO dengan kecemasan di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
Di komplek RSAL Dr. Ramelan, Surabaya.
4.7.2 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data meliputi:
1. Penilaian observasional
2. Pengolahan data
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
3. Analisa Statistik
Teknik analisa data dilakukan dengan uji statistik dengan analisa univariate dan analisa
bivariate. Analisa univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, sedangkan
analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling berhubungan atau
berkorelasi.
a. Analisa univariate
b. Analisa bivariate
4.8 Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan penelitian (Informed Consent)
2.Tanpa nama (Anonimity)
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan deskripsi mengenai hasil penelitian dan pembahasan sesuai
dengan tujuan penelitian. Penyajian data terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, data
umum (karakteristik responden), dan data khusus (variabel penelitian). Gambaran umum lokasi
penelitian menampilkan deskripsi mengenai “Chamber HBO” milik LAKESLA Drs. Med. R.
Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di kawasan komplek Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya sebagai lokasi pengambilan data. Dengan jumlah responden sebanyak 32 orang
responden yang dilakukan pada tanggal 28 dan 29 Mei 2012. Penyajian data dibagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum menampilkan karakteristik
responden yang meliputi: usia, jenis kelamin, pengalaman pasien menjalani terapi HBO, kondisi
medis, pendidikan, akses informasi terapi HBO, jenis tindakan dan lingkungan HBO yang di
rasakan responden. Data khusus menampilkan gambaran umum tentang tingkat kecemasan
pasien yang mengikuti terapi HBO beserta hubungan antara faktor-faktor kecemasan. Hasil
penelitian yang didapatkan kemudian dibahas dengan mengacu pada tujuan dan landasan teori
pada bab 2.
5.1 Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 28 dan 29 Mei 2012 di Chamber HBO milik
LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
1. Visi:
2. Misi:
3. Tujuan:
5.1.2 Sistem Penjadwalan
5.1.3 Data Umum
1. Karakteristik responden berdasarkan usia
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
3. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman pasien
4. Karakteristik responden berdasarkan kondisi medis
5. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
6. Karakteristik responden berdasarkan akses informasi
5.1.4 Data Khusus
1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan.
2. Hubungan usia dengan kecemasan
3. Hubungan jenis kelamin dengan kecemasan
4. Hubungan pengalaman pasien dengan kecemasan
5. Hubungan kondisi medis dengan kecemasan
6. Hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan
7. Hubungan akses informasi dengan kecemasan
5.2 Pembahasan
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan pasien terapi HBO. Sesuai tujuan penelitian, maka akan dibahas hal-hal sebagai
berikut:
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
5.2.1 Faktor Usia Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO
5.2.2 Faktor Jenis Kelamin Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO
5.2.3 Faktor Pengalaman Pasien Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi
HBO
5.2.4 Faktor Kondisi Medis Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO
5.2.5 Faktor Tingkat Pendidikan Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi
HBO
5.2.6 Faktor Akses Informasi Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi
HBO
5.3 Keterbatasan
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan penelitian
untuk menjawab pertanyaan penelitian, sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ada hubungan usia dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
2. Ada hubungan jenis kelamin dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs. Med.
R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
3. Ada hubungan pengalaman dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs. Med.
R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
4. Ada hubungan kondisi medis dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs. Med.
R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
5. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
6. Ada hubungan akses informasi dengan kecemasan pasien terapi HBO di Lakesla Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
6.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan diperolah suatu kesimpulan, maka peneliti ingin
memberikan saran :
1. Perawat/ tender HBO
Perlunya meningkatkan kembali sumber daya manusia dalam hal peningkatan
pengetahuan masyarakat dengan jalan mengadakan seminar kesehatan terapi HBO,
khususnya dalam pengembangan dan meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan serta
mutu pelayanan kesehatan.
2. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dengan desain, instrumen, dan variabel yang lebih respresentif.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Permohonan Ijin Pengambilan Data
Lampiran 2
Surat Pernyataan Observasi
Lampiran 3
Surat Balasan Ka. LAKESLA
Lampiran 4
INFORMED CONCENT
(LEMBAR PERSETUJUAN)
Kepada Yth.
Calon responden penelitian
Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr.
Ramelan Surabaya.
Saya adalah mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya akan
mengadakan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kecemasan Pasien Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di
komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya”.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti dan membawa
dampak positif dalam meningkatkan mutu dan pelayanan pusat terapi HBO di LAKESLA Drs.
Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Saya
mengharapkan tanggapan atau jawaban yang anda berikan sesuai dengan yang terjadi pada
saudara sendiri tanpa ada pengaruh atau paksaan dari orang lain.
Dalam penelitian ini partisipasi saudara bersifat bebas artinya saudara ikut atau tidak ikut
tidak ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi responden silahkan untuk menanda
tangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Informasi atau keterangan yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya dan akan
digunakan untuk kepentingan ini saja. Apabila penelitian ini telah selesai, pernyataan saudara
akan kami hanguskan.
Hormat Saya,
Muhammad Ananggadipa
NIM. 081.0062
Lampiran 5
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai
responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi S-1 Keperawtan STIKES Hang Tuah
Surabaya atas nama:
Nama : Muhammad Ananggadipa
NIM : 081.0062
Yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pasien Terapi
HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek RSAL Dr. Ramelan
Surabaya”.
Tanda tangan saya menunjukkan bahwa:
1. Saya telah diberi informasi atau penjelasan tentang penelitian ini dan informasi peran saya.
2. Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini dijamin kerahasiaanya. Semua berkas
yang mencantumkan identitas dan jawaban yang saya berikan hanya diperlukan untuk
pengolahan data.
3. Saya mengerti bahwa penelitian ini akan mendorong pengembangan tentang “Kecemasan
Pasien Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys. Di komplek
RSAL Dr. Ramelan Surabaya”.
Oleh karena itu saya secara sukarela menyatakan ikut berperan serta dalam penelitian ini.
Tanggal
No.
Responden
Tanda Tangan
(tanpa nama)
Lampiran 6
LEMBAR KUESIONER DATA DEMOGRAFI
LEMBAR KUESIONER
Nomor Kode Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk pengisian
Lembar diisi oleh responden.
Untuk pertanyaan pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberi tanda checklist ( √ ).
Sedangkan untuk pertanyaan essay jawaban jawaban ditulis di tempat yang disediakan.
Kotak (kode) di sebelah kanan tidak perlu diisi (tetap dikosongkan).
Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti.
Mohon diteliti ulang, agar jangan sampai ada pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
Lampiran 7
LEMBAR KUESIONER TINGKAT KECEMASAN
(SKALA HARS)
Petunjuk pengisian
Lembar diisi oleh responden.
Pilihlah jawaban yang sesuai, dengan memberi tanda checklist ( √ ).
Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti.
Mohon diteliti ulang, agar jangan sampai ada pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.
“MAAF”
SEBAGIAN NASKAH TIDAK DI PUBLIKASIKAN
Lampiran 8
Tabulasi Data
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Kecemasan Pasien Terapi HBO di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi
Sastropanoelar, Phys. Di Komplek RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
DATA UMUM DATA KHUSUS
DATA DEMOGRAFI SKALA HARS
Usia Jenis
kelamin Pengalaman pasien
menjalani terapi HBO Kondisi medis Pendidikan
Akses informasi terapi HBO
Skors Cemas
Kategori Cemas
2 1 1 1 6 1 22 3
2 1 1 2 4 1 22 3
2 1 1 1 3 1 22 3
2 1 1 2 4 1 30 4
2 1 1 2 5 1 33 4
2 1 1 1 4 4 23 3
2 2 1 1 4 1 21 3
3 2 1 1 3 1 31 4
1 1 1 3 4 4 18 2
2 1 2 4 4 1 31 4
2 1 1 6 3 1 32 4
1 1 1 4 7 1 20 2
2 1 1 2 4 1 19 2
1 1 2 2 4 1 22 3
2 1 2 1 6 1 18 2
2 2 2 1 4 1 23 3
2 1 2 2 2 1 11 1
2 2 2 1 4 1 17 2
2 1 2 1 6 1 17 2
1 1 2 2 4 1 33 1
2 1 1 1 1 1 17 2
2 1 1 1 5 1 22 3
2 1 2 4 4 1 17 2
2 1 1 3 3 1 23 3
2 2 1 1 2 1 16 2
1 1 2 1 4 1 17 2
2 1 2 3 1 1 12 1
2 1 1 1 4 1 17 2
2 2 1 1 3 1 16 2
2 1 1 3 4 1 22 3
2 1 1 1 5 1 10 1
2 2 1 1 4 1 22 3
Keterangan Data
Usia:
1. 20-40 Tahun
2. 41-60 Tahun
3. Lebih dari 60 Tahun
Jenis Kelamin:
1. Pria
2. Wanita
Pengalaman Pasien Menjalani Terapi HBO:
1. Belum pernah
2. Sudah pernah
Kondisi Medis:
1. Infeksi bakteri
2. Stroke
3. Diabetes melitus/ gas gangrene
4. Syaraf
5. Luka bakar
6. Lain2(Gout)
Pendidikan:
1. Tidak sekolah
2. SD/ sederajat
3. SLTP/ sederajat
4. SMA/ sederajat
5. D III
6. S1
7. Pasca Sarjana
Akses Informasi:
1. Tenaga kesehatan (Dokter, Nurse,
Apoteker)
2. Saudara
3. Tetangga
4. Orang lain
Skala Kecemasan (HARS):
1. Tidak ada kecemasan
2. Kecemasan ringan
3. Kecemasan sedang
4. Kecemasan berat
5. Panik
Lampiran 9
Crosstabs
KategoriCemas * Usia
KategoriCemas * JenisKelamin
KategoriCemas * PengalamanTerapi
KategoriCemas * KondisiMedis
KategoriCemas * Pendidikan
KategoriCemas * AksesInformasi
Lampiran 10
Dokumentasi Gambar Penelitian
Publikasi Skripsi ini sengaja sebagian
tidak di tampilkan untuk melindungi hak
cipta dari pembajakan maupun
plagiatisme
Recommended