View
18
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS PENERIMAAN LAYANAN GO-FOOD PADA APLIKASI
GO-JEK BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Disusun Oleh :
FAHREZA FADILLA
11140930000084
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
ii
HALAMAN JUDUL
ANALISIS PENERIMAAN LAYANAN GO-FOOD PADA
APLIKASI GO-JEK BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
FAHREZA FADILLA
11140930000084
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1439 H
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta,
Fahreza Fadilla
11140930000084
vi
ABSTRAK
Fahreza Fadilla–11140930000084, Analisis Penerimaan Layanan Go-Food pada
Aplikasi Go-Jek berdasarkan Perspektif Hukum Islam dibawah bimbingan Rinda
Hesti Kusumaningtyas, MMSI dan Drs. Abdul Wadud, MA.
Go-Jek hadir dengan berbagai macam layanan, salah satunya adalah layanan Go-Food, namun banyak juga yang mempertanyakan mengenai hukum layanan
tersebut. Tujuan penelitian ini mengetahui akad apa saja yang terjadi, perspektif Islam terhadap layanan tersebut dan poin yang didapatkan oleh driver Go-Jek.
Model penelitian ini menggunakan TAM dengan tambahan variabel trust. Selanjutnya proses analisis data menggunakan Microsoft Excel 2013 dan pendekatan PLS-SEM menggunakan SmartPLS 3.2.8. Hasil penelitian menunjukan
ditolaknya 3 dari 5 hipotesis, yaitu PEOU PU, PEOU BIU, dan T BIU. Terdapat beberapa macam akad yang terjadi pada penelitian ini, yaitu akad ijarah,
wakalah, wakalah bil ujrah, murabahah, qardh, salam, dan kafalah. Manfaat dari penelitian ini memberikan wawasan masyarakat mengenai hukum layanan Go-Food berdasarkan perspektif Islam dan juga menjadi evaluasi proses bisnis pihak
Go-Jek kedepannya agar lebih baik lagi.
Kata kunci: TAM, Trust, Go-Jek, Go-Food, SmartPLS, Perspektif Hukum Islam.
V Bab + xvii Halaman + 239 Halaman + 20 Gambar + 9 Tabel + Daftar Pustaka +
Lampiran
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta
salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat
manusia menuju kehidupan dan peradaban, serta para keluarga, serta para sahabat
Nabi.
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Hal ini semata-mata karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimilik i
peneliti. Namun demikian peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana (S-1) dalam bidang Sistem Informasi dari
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang
berjudul “Analisis Layanan Go-Food Pada Aplikasi Go-Jek Berdasarkan Perspektif
Hukum Islam”, akhirnya dapat dislesaikan sesuai yang diharapkan. Selama
penyusunan skripsi ini tentunya terdapat banyak kesulitan dan hambatan yang
dihadapi, baik dalam pengumpulan data dan lain sebagainya. Namun berkat
bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi. Kebahagiaan yang tak
ternilai secara pribadi dapat dipersembahkan kepada kedua orang tua, seluruh
keluarga, dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini.
Sebagai bentuk penghargaan, izinkan peneliti menuangkan dalam bentuk ucapan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A’ang Subiyakto, Ph.D selaku Ketua Program Studi Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nida'ul Hasanati, S.T.,MMSI selaku Sekretaris Prodi Sistem Informas i
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
viii
4. Ibu Rinda Hesti Kusumaningtyas, MMSI., sebagai Dosen Pembimbing I
dan sebagai Dosen Pembimbing II Bapak Drs. Abdul Wadud, MA yang
tidak pernah lelah dan bosan untuk membimbing, memotivasi, dan
mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen-dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan
ilmunya selama penulis menuntut ilmu di UIN Jakarta.
6. Orangtua yang selalu menyayangi, mendidik, memberikan motivas i,
nasihat, doa dan dukungan serta bantuan baik moril maupun materil
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dan doa agar peneliti dapat
menjadi kebanggan orang tua.
7. Shifa Nur’aini Khairi yang selalu membantu penulis dalam menyelesa ikan
tugas akhir ini.
8. Keluarga besar Dapur Seni yang selalu memberikan dukungan semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Terima kasih untuk Aini, Nizar, Hanoy, Ule, Bang Wibi yang telah
meberikan semangat kepada penulis.
10. Terima kasih untuk Lala, Syarah, Dini, Intan, Iin, Tanzil, Dede, Faiz, Topik,
Kukuh, Aziz, dan Bilal yang sudah membantu penulis dalam menyelesa ikan
skripsi ini.
Atas segala bantuan dari semua pihak, penulis berterima kasih dan berdoa
kepada Allah SWT semoga apa yang telah diberikan dijadikan amal
kebaikan dan bermanfaat, serta mendapatkan balasan yang setimpal di
akhirat kelak, dan mudah mudahan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta,
Fahreza Fadilla
NIM: 11140930000084
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................14
1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................14
1.4 Model Penelitian..................................................................................14
1.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................15
1.6 Batasan Masalah ..................................................................................15
1.7 Tujuan Penelitian .................................................................................16
1.8 Manfaat Penelitian ...............................................................................16
1.9 Metodologi Penelitian .........................................................................17
1.9.1 Metode Pengumpulan Data .........................................................17
1.9.2 Metode Evaluasi Sistem..............................................................17
1.10 Sistematika Penulisan ..........................................................................18
BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................................19
2.1 Analisis ................................................................................................19
2.2 Layanan ...............................................................................................19
x
2.2.1 Layanan Antar.............................................................................20
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Layanan Antar ...................20
2.3 Aplikasi................................................................................................23
2.4 Harga ...................................................................................................23
2.4.1 Pengertian Harga.........................................................................23
2.4.2 Harga Dalam Pandangan Islam...................................................24
2.4.3 Perbedaan Harga Dalam Go-Food ..............................................27
2.5 Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli ...............................................28
2.5.1 Jual Beli Menurut Islam ..............................................................28
2.5.2 Dasar Hukum Jual Beli Menurut Islam ......................................28
2.5.3 Syarat-Syarat Jual Beli Dalam Islam ..........................................29
2.5.4 Jual Beli Menurut Undang-Undang ............................................31
2.6 Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli On-Line ................................31
2.6.1 Pengertian Jual Beli On-Line ......................................................31
2.6.2 Dasar Hukum Jual Beli On-Line .................................................32
2.6.3 Unsur Jual Beli............................................................................33
2.7 Akad Dalam Hukum Islam ..................................................................35
2.7.1 Konsep Akad...............................................................................35
2.7.2 Dasar Hukum Akad.....................................................................36
2.7.3 Keabsahan Akad .........................................................................37
2.7.4 Asas-Asas Akad ..........................................................................39
2.7.5 Jenis-Jenis Akad..........................................................................41
2.8 Akad Wakalah ......................................................................................43
2.8.1 Landasan Hukum Wakalah: .........................................................43
2.8.2 Rukun dan Syarat Wakalah:.........................................................46
xi
2.8.3 Jenis-Jenis Wakalah .....................................................................48
2.8.4 Ilustrasi Akad Wakalah ................................................................48
2.9 Akad Kafalah ........................................................................................50
2.9.1 Landasan Hukum Kafalah: ..........................................................51
2.9.2 Rukun dan Syarat Kafalah: ..........................................................52
2.9.3 Jenis-Jenis Kafalah.......................................................................54
2.9.4 Ilustrasi Akad Kafalah .................................................................56
2.10 Akad Ijarah ...........................................................................................57
2.10.1 Landasan Hukum Ijarah: ............................................................58
2.10.2 Rukun dan Syarat Ijarah: ...........................................................58
2.10.3 Jenis-Jenis Ijarah ........................................................................59
2.10.4 Ilustrasi Akad Ijarah...................................................................60
2.11 Akad Qardh ...........................................................................................60
2.11.1 Landasan Hukum Qardh: ...........................................................60
2.11.2 Rukun dan Syarat Qardh: ...........................................................61
2.11.3 Ilustrasi Akad Qardh ..................................................................62
2.12 Akad Murabahah ...................................................................................63
2.12.1 Landasan Hukum Murabahah: ...................................................63
2.12.2 Rukun dan Syarat Murabahah:...................................................64
2.12.3 Jenis-Jenis Murabahah ...............................................................65
2.12.4 Ilustrasi Akad Murabahah ..........................................................66
2.13 Akad Salam ...........................................................................................67
2.13.1 Landasan Hukum Salam: ...........................................................67
2.13.2 Rukun dan Syarat Salam: ...........................................................68
2.13.3 Ilustrasi Akad Salam ..................................................................69
xii
2.14 Akad Wakalah bil Ujrah ........................................................................69
2.14.1 Landasan Hukum Wakalah bil Ujrah:........................................70
2.14.2 Rukun dan Syarat Wakalah bil Ujrah: .......................................71
2.14.3 Ilustrasi Akad Wakalah bil Ujrah ..............................................71
2.15 Konsep Dasar Kuantitatif ......................................................................72
2.15.1 Pengertian Kuantitatif ................................................................72
2.15.2 Perbandingan Kuantitatif dan Kualitatif ....................................72
2.16 Skala Likert ...........................................................................................80
2.17 Populasi dan Teknik Sampling ..............................................................81
2.18 Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................................83
2.18.1 Uji Validitas ...............................................................................83
2.18.2 Uji Reabilitas .............................................................................84
2.19 Definisi Operasional dan Konseptual ....................................................86
2.19.1 Perceived Usefulness .................................................................86
2.19.2 Perceived Ease of Use................................................................86
2.19.3 Behaviour Intention to Use ........................................................87
2.19.4 Actual System Use ......................................................................88
2.19.5 Trust ...........................................................................................88
2.20 PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation Modelling) .......89
2.21 Smart-PLS .............................................................................................92
2.22 TAM (Technology Acceptance Model) .................................................93
2.23 Microsoft Excel......................................................................................96
2.24 Hola Fake GPS ......................................................................................96
2.25 Food Hunter ..........................................................................................97
2.26 Driver GPS ............................................................................................97
xiii
2.27 Penelitian Terdahulu..............................................................................97
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................111
3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................111
3.2 Perosedur Penelitian ..........................................................................111
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................112
3.4 Metode Pengumpulan Data ...............................................................117
3.4.1 Kuesioner ..................................................................................117
3.4.2 Wawancara................................................................................118
3.4.3 Browsing Internet......................................................................119
3.5 Instrument Penelitian .........................................................................119
3.5.1 Instrument Penelitian Pengguna Layanan Go-Food .................119
3.5.2 Instrument Penelitian Driver Go-Food .....................................124
3.5.3 Instrument Penelitian Merchant (Mitra) Go-Food....................127
3.6 Pengumpulan dan Pemrosesan Data..................................................131
3.7 Analisis Data dan Interpretasi Hasilnya ............................................131
BAB 4 HASIL ANALISA ..................................................................................133
4.1 Deskripsi Umum Perusahaan Go-Jek ................................................133
4.1.1 Tiga Pilar Go-Jek .....................................................................134
4.1.2 Visi dan Misi Go-Jek ................................................................134
4.2 Deskripsi Singkat Go-Food ...............................................................135
4.3 Hasil Analisis.....................................................................................136
4.3.1 Hasil Analisis Demografi..........................................................136
4.3.2 Hasil Analisis Pengukuran Model ............................................143
xiv
4.3.3 Hasil Analisis Struktur Model ..................................................162
4.4 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis .............................................178
4.4.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisi Data Demografis ..........178
4.4.2 Interpretasi dan Diskusi Hasil Pengukuran Model....................181
4.4.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Struktural Model.......................181
4.5 Implikasi Hasil Penelitian..................................................................191
4.5.1 Implikasi Hasil Penelitian Pengguna Layanan Go-Food ..........191
4.5.2 Implikasi Hasil Penelitian Driver Layanan Go-Food ...............192
4.5.3 Implikasi Hasil Penelitian Merchant (Mitra) Layanan Go-Food....
193
4.6 Keterbatasan Penelitian .....................................................................193
4.7 Pembahasan Layanan Go-Food menurut Perspektif Hukum Islam ..195
BAB 5 KESIMPULAN.......................................................................................206
5.1 Kesimpulan ........................................................................................206
5.2 Saran ..................................................................................................208
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................209
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perbedaan aksioma kuantitatif dan kualitatif ........................................72
Tabel 2. 2 Perbedaan karakteristik metode kuantitatif dan kualitatif .....................73
Tabel 2. 3 Perbedaan kualitatif dan kuantitatif dilihat dari proses penelitian ........79
Tabel 2. 4 Norma Reliabilitas ................................................................................85
Tabel 2. 5 Studi Literatur .......................................................................................98
Tabel 3. 1 Daftar Mitra Go-Food Jakarta Timur ..................................................113
Tabel 3. 2 Daftar Driver Go-Food Jakarta Timur ................................................113
Tabel 3. 3 Skala Likert .........................................................................................118
Tabel 3. 4 Instrument Penelitian Pengguna Layanan Go-Food ...........................119
Tabel 3. 5 Instrument Penelitian Driver Go-Food................................................124
Tabel 3. 6 Instrument Penelitian Merchant (Mitra) Go-Food ..............................127
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Pengukuran Model Pengguna Layanan Go-Food........147
Tabel 4. 2 Discriminant Validity Pengguna Layanan Go-Food...........................149
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Pengukuran Model Driver Layanan Go-Food .............153
Tabel 4. 4 Discriminant Validity Driver Layanan Go-Food ................................155
Tabel 4. 5 Hasil Analisis Pengukuran Model Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
..............................................................................................................................159
Tabel 4. 6 Discriminant Validity Merchant (Mitra) Layanan Go-Food...............161
Tabel 4. 7 Hasil Analisa Struktur Model Pengguna Layanan Go-Food...............166
Tabel 4. 8 Hasil Analisa Struktur Model Driver Layanan Go-Food ....................171
xvi
Tabel 4. 9 Hasil Analisa Struktur Model Merchant (Mitra) Layanan Go-Food ..176
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian..........................................................................112
Gambar 4. 1 Tiga Pilar Go-Jek.............................................................................134
Gambar 4. 2 Diagram Jenis Kelamin ...................................................................137
Gambar 4. 3 Diagram Pekerjaan Pengguna Layanan Go-Food ...........................137
Gambar 4. 4 Diagram Pendidikan Terakhir .........................................................138
Gambar 4. 5 Diagram Penggunaan Layanan Go-Food ........................................139
Gambar 4. 6 Diagram Umur.................................................................................139
Gambar 4. 7 Diagram Pekerjaan ..........................................................................140
Gambar 4. 8 Diagram Pendidikan Terakhir .........................................................141
Gambar 4. 9 Diagram Jumlah Pengambilan Order Go-Food dalam sehari .........141
Gambar 4. 10 Diagram Bidang Usaha .................................................................142
Gambar 4. 11 Diagram Jumlah Order Go-Food dalam sehari .............................143
Gambar 4. 12 Hasil Analisis Pengguna Layanan Go-Food dengan Smart PLS ..150
Gambar 4. 13 Hasil Analisis Driver Layanan Go-Food dengan Smart PLS........156
Gambar 4. 14 Hasil Analisis Merhant (Mitra) Layanan Go-Food dengan Smart
PLS .......................................................................................................................162
Gambar 4. 15 Path Coefficient Pengguna Layanan Go-Food ..............................163
Gambar 4. 16 Path Coefficient Analisis Struktur Model Driver Layanan Go-Food
..............................................................................................................................168
Gambar 4. 17 Path Coefficient Merchant (Mitra) Layanan Go-Food..................173
Gambar 4. 18 Skema Layanan Go-Food Peneliti.................................................195
xviii
Gambar 4. 19 Skema Wakalah bil Ujrah Transfer Uang/Kliring.........................204
Gambar 4. 20 Poin dan Bonus Driver Go-Food Jabodetabek ..............................205
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi pada zaman sekarang ini, tidak dapat di pungkiri semakin maju
dan berkembang dengan cepat dan pesat, belum selesai dengan teknologi yang
baru, hadir lagi teknologi yang baru dan lebih baik lagi dari teknologi-tekno logi
sebelumnya. Perkembangan teknologi yang begitu pesat ini mendorong untuk
semua perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang teknologi khususnya,
untuk berlomba-lomba menciptakan sebuah penemuan-penemuan baru atau
inovasi terbaru untuk tetap dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain,
agar dapat menjadi pilihan pertama para customer atau client.
Berdasarkan riset We Are Social dan Hootsuite 2017, pengguna internet
di Indonesia tumbuh 51 persen dalam kurun waktu satu tahun. Angka ini
merupakan yang terbesar di dunia, bahkan jauh melebihi pertumbuhan rata-rata
global yang hanya 10 persen. Tingginya pertumbuhan internet tersebut
merupakan potensi yang baik untuk kemajuan ekonomi digital Indonesia
(wearesocial.com).
Gambar 1. 1 Pengguna Internet di Indonesia
Sumber : Data Survei APJII Tahun 2017 (www.apjii.or.id)
2
Gambar 1. 2 Perangkat Yang Dipakai Untuk Mengakses Internet
Sumber : Data Survei APJII Tahun 2017 (www.apjii.or.id)
Berdasarkan gambar 1.1 di atas, survei yang dilakukan oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa penggunaan
internet di Indonesia tahun demi tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut
dikarenakan adanya pengaruh dari perubahan globalisasi dunia. Pada tahun 2012
terdapat 63 juta pengguna internet aktif di Indonesia. Kemudian pada tahun 2013
naik menjadi 82 juta pengguna. Hingga tahun 2017 pengguna internet di Indonesia
mengalami peningkatan yang sangat tinggi mencapai 143,26 juta pengguna.
Dari gambar 1.2 di atas dapat dijelaskan bahwa persentase penggunaan
internet di Indonesia pada tahun 2017 yang menggunakan perangkat komputer
untuk mengakses internet sebesar 4,49%. Kemudian yang menggunakan
perangkat mobile untuk mengakses internet sebesar 44,16%. Bisa diliha t
perbandingannya ternyata mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan mobile
sebagai perangkat untuk mengakses internet. Hal ini juga dapat diasumsikan
bahwa hampir semua transaksi bisnis dapat dilakukan secara online.
Kemudian sesuai dengan perkembangan zaman saat ini yang serba
menggunakan perangkat mobile, kini kita dapat mengetahui segala bentuk
informasi yang terbaru dengan mengakses melalui telepon genggam pintar
(smartphone) kita dalam hitungan detik saja. Para pelaku dunia usahapun
memanfaatkan kemajuan ini dengan mengkoneksikan bidang usaha yang mereka
jalani pada jaringan internet melalui aplikasi khusus yang dapat diakses oleh
pengguna smartphone dengan cara mengunduhnya pada layanan yang ada.
3
Perusahaan di bidang transportasi yang memanfaatkan kemajuan teknologi ini
adalah Go-Jek (Yusufin, 2018).
Berdasarkan keterangan dari konsultan data dan digital analiytics ilmuOne
terhadap pengguna aplikasi di perangkat android, pada bulan Desember 2017 Go-
Jek memiliki 9,7 juta pengguna, sementara itu Grab memiliki 9,6 juta pengguna
(tekno.liputan6.com). Survei terpisah yang dilakukan oleh ecommerceIQ,
lembaga riset pasar Asia Tenggara yang mengkhususkan diri pada e-commerce,
menunjukan bahwa Go-Jek merupakan angkutan online yang paling banyak
digunakan di Indonesia dengan persentase sebesar 56%. Kemudian di posisi
kedua adalah Grab dengan angka 33% dan 11% sisanya menggunakan angkutan
online lainnya (thejakartapost.com).
Gambar 1. 3 Transprotasi Online Yang Digunakan oleh Masyarakat Indonesia
Sumber : Data Survei Daily Social Tahun 2017 (www.dailysocial.id)
Berdasarkan pada gambar 1.3 di atas, survei yang dilakukan oleh Daily
Social Tahun 2017 menyebutkan bahwa sebanyak 85,22% responden
menggunakan Go-Jek. Selanjutnya persentase responden yang menggunakan
Grab hanya 66,24%. Kemudian di posisi ketiga ditempati oleh Uber sebanyak
50,06%. Ketiga aplikasi tersebut merupakan aplikasi terbanyak yang digunakan
oleh masyarakat di Indonesia. Dari data di atas dapat dilihat pula bahwa aplikasi
Go-Jek merupakan aplikasi transportasi online terbanyak yang digunakan oleh
masyarakat Indonesia.
4
Gambar 1. 4 Aplikasi Mobile Yang Digunakan Untuk Memesan Makanan
Sumber : Data Survei Daily Social Tahun 2017 (www.dailysocial.id)
Saat ini, perusahaan transportasi online tersebut tidak hanya menyediakan
jasa layanan transportasi semata, tapi juga menawarkan jasa lainnya seperti jasa
pengiriman paket dan jasa pengiriman makanan. Go-Jek telah beroperasi di 50
kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta, serta
pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang. (Go-Jek, 2017)
Salah satu fitur layanan yang tersedia pada aplikasi Go-Jek adalah Go-
Food, yaitu layanan pesan antar (delivery) yang diberikan perusahan Go-Jek untuk
membelikan dan mengantarkan pesanan makanan kepada penggunanya. Di
Jakarta Timur, pengguna Go-Food juga sangat tinggi, hal ini pun didukung dengan
jumlah Sekolah Dasar (645), Sekolah Menengah Pertama (278), Sekolah
Menengah Atas (128), Sekolah Menengah Kejuruan (194) (Sumber: Suku Dinas
Pendidikan Wilayah I dan II kota Administrasi Jakarta Timur) dan Perguruan
Tinggi (98) (Bibliotika, 2016) yang ada di Jakarta Timur. Beberapa alasan dari
mereka yang enggan untuk datang untuk makan langsung ke tempat makan atau
food court adalah karena lebih hemat, hemat waktu dan energi, mencegah
pemborosan hal-hal lain, suasana kebersamaan lebih terasa dan tentunya lebih
praktis. (Tiffany, 2016)
5
Berdasarkan survei pada gambar 1.4 yang dilakukan oleh dailysocial.id
pada tahun 2017 di atas menunjukan bahwa sebanyak 57,16% masyarakat pernah
menggunakaan mobile aplikasi untuk memesan makanan. Terlihat layanan Go-
Food paling diminati oleh masyarakat dengan presentase 81,26%.
Layanan Go-Food dipercaya menjadi solusi untuk mengatasi hal-hal
tersebut, karena dengan menggunakan Go-Food kita hanya tinggal memesan
melalui aplikasi Go-Jek dan menunggu orderan kita diantar oleh driver Go-Jek.
Layanan Go-Food melibatkan 4 (empat) pihak, yaitu Go-Jek, Pengguna
(Customer), restoran (merchant), dan driver Go-Jek.
Gambar 1. 5 Skema/Alur Go-Food
Sumber: Adhit-Malang
Dalam proses diatas, terdapat 4 aktor dalam skema layanan Go-Food,
mulai dari perusahaan Go-Jek, Pembeli/Konsumen, Driver Gojek, dan Merchant
(Mitra) layanan Go-Food. Dimana alurnya dimulai dari merchant (mitra) layanan
Go-Food yang mendaftarkan usahanya ke pihak Go-Jek dan nanti untuk setiap
transaksi pihak Go-Jek akan mengambil 20% dari harga yang dijual oleh pihak
merchant (mitra). Kemudian pembeli/konsumen akan membuka aplikasi Go-Jek
dan memesan makanan/minuman dan selanjutnya akan diterima oleh pihak Go-
Jek. Selanjutnya pihak Go-Jek akan meminta driver Go-Jek untuk membelikan
6
makanan/minuman sesuai pesanan pembeli/konsumen. Kemudian driver Go-Jek
pergi ke merchant (mitra) Go-Food untuk membelikan makanan/pesanan
pembeli/konsumen sekaligus menalangi terlebih dahulu dengan menggunakan
uang driver Go-Jek. Setelah itu driver akan mengantarkan makanan kepada
pembeli/konsumen dan mendapatkan 2 poin setelah selesai mengantarkan
pesanan.
Terkait dengan hal tersebut, terdapat perbedaan pandangan dalam
perspektif Hukum Islam mengenai halal atau haramnya menggunakan layanan
tersebut, terutama dalam kasus titip beli yang menggunakan jasa Go-Food
terdapat dua akad yang terjadi dalam transaksi tersebut yaitu akad wakalah dan
akad qardh. Akad wakalah terjadi pada saat go-jek meminta pengemudi untuk
mewakili membelikan makanan konsumen ke merchant (mitra). Sedangkan akad
qardh (hutang) terjadi ketika pengemudi menalangi pembayaran pesanan dari
pelanggan yang kemudian diganti oleh pelanggan pada saat pengemud i
mengantarkan pesanan tersebut, maka pengemudi berlaku sebagai pemberi
pinjaman dan pelanggan sebagai peminjam (Wahyudi, 2018).
Pada dasarnya hukum akad qardh adalah mubah (boleh) selagi tidak ada
riba pertambahan untuk pemberi pinjaman/utang, dalam hal ini terdapat larangan
Nabi Sallallahu alaihi Wa sallam menggabungkan akad pinjaman dengan akad
jual beli bahwa "tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual beli"
(HR.Abu Daud. Menurut Al-Albani Derajat Hadis Ini Hasan Shahih) (Tarmizi,
2017).
Menurut KH. M. Shidiq Aljawi, Setelah mendalami fakta hukumnya
(manath), menurutnya layanan tersebut secara syariah hukumnya haram. Alasan
keharamannya, karena pada layanan tersebut terjadi multi-akad (al ‘uquud al
murakkabah) yang menurut pendapat yang beliau anggap rajih (kuat), hukumnya
haram. Pada kasus ini, multi-akad yang terjadi adalah gabungan akad qardh
(talangan) dan ijarah (jasa antar makanan). Gabungan akadnya bisa bertambah,
jika perusahaan ojek mengenakan biaya jasa perantara jual-beli, misalkan 15%
dari total belanja, yang disebut samsarah dalam fiqih Islam. Dengan demikan,
gabungan akadnya menjadi 3 (tiga) akad, yaitu akad qardh (talangan), akad ijarah
7
(jasa antar makanan), dan akad perantara (samsarah). Padahal syariah Islam telah
melarang multi-akad berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud RA yang berkata,”Nabi
SAW telah melarang dua kesepakatan dalam satu kesepakatan (shafqataini fii
shafqatin wahidah).” (HR Ahmad, Al Musnad, 1/398).
Menurut Imam Taqiyuddin An Nabhani hadits ini telah melarang adanya
dua akad dalam satu akad (wujuudu ‘aqdaini fii ‘aqdin wahidin), misalnya
menggabungkan dua akad jual-beli menjadi satu akad, atau menggabungkan akad
jual-beli dengan akad ijarah menjadi satu akad. (Taqiyuddin An Nabhani, Al
Syakhshiyah Al Islamiyah, 2/305).
Larangan multi-akad dalam hadits di atas dapat diterapkan pada jasa
delivery makanan via gojek. Karena akad yang terjadi antara pengguna dengan
pihak ojek bukan akad tunggal, yaitu akad jasa antar (ijarah), melainkan mult i-
akad, yaitu gabungan akad qardh (talangan) dan akad ijarah (jasa antar makanan);
atau gabungan tiga akad, yaitu akad qardh (talangan), akad ijarah(jasa antar
makanan), dan akad perantara jual-beli (samsarah) (Sitimariam, 2019).
Menurut Ustadz Ammi Nur Baits, dalam transaksi Go-Food memang
terjadi dua akad bahkan lebih (multi akad), yaitu akad jual beli jasa (wakalah) dan
akad hutang piutang (qardh) (Syahid, 2018).
Menurut Yusufin, 2018, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dalam
layanan Go-Food terdapat dua akad yang terjadi dalam transaksi tersebut yaitu
akad ijarah dan akad qardh. Akad ijarah (sewa) terjadi pada saat pelanggan
meminta pengemudi untuk mengantarkan makanan pesanannya ke tempatnya,
lalu kemudian pelanggan membayar ongkos kirim kepada pengemudi tersebut.
Pelanggan, di sini berlaku sebagai penyewa jasa, sedangkan pengemudi sebagai
penyedia jasa, dan ongkos kirim yang dibayarkan sebagai upahnya. Sedangkan
akad qardh (hutang) terjadi ketika pengemudi menalangi pembayaran pesanan
dari pelanggan yang kemudian diganti oleh pelanggan pada saat pengemud i
mengantarkan pesanan tersebut, maka pengemudi berlaku sebagai pemberi
pinjaman dan pelanggan sebagai peminjam.
Bergantung pada uraian di atas maka diketahui bahwa dalam fitur layanan
Go-Food, terdapat multi akad yang terjadi.Terkait dengan hal tersebut, terdapat
8
perbedaan pandangan dalam perspektif Hukum Islam mengenai halal atau
haramnya menggunakan layanan tersebut.
Tidak hanya itu, driver yang sudah mengantarkan pesanan makanan
kepada pengguna akan mendapatkan poin dari Go-Jek, besarnya poin yang di
dapat oleh driver tersebut tergantung dari jarak, total belanja pengguna, dan jam
operasional. Poin tersebut nantinya langsung masuk ke dalam deposit gojek
driver, kemudian withdraw ke dalam ATM masing-masing driver, kemudian
driver dapat mengambil dalam bentuk uang. Hal ini yang juga mendapatkan
sorotan, terdapat beberapa pandangan dalam hukum Islam terhadap hal tersebut.
(Knowledge, 2018)
Penelitian mengenai Go-Food masih terbilang sedikit, seperti Yusufin
(2018) di Lampung dengan hasil penelitian bahwa perspektif hukum Islam yang
menghalalkan transaksi jual beli melalui jasa Go-Food didasarkan adanya dasar
hukum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang memperbolehkan mewakilkan
pembelian (wakalah bil ujrah) dan memandang pemanfaatan jasa pengemudi Go-
Jek sebagai ijarah yang dibayar atas dasar keikhlasan. Perspektif hukum Islam
yang mengharamkan transaksi jual beli melalui jasa Go-Food didasarkan adanya
dasar hukum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang mengharamkan riba dan
memandang bahwa terjadi penggabungan akad (al ‘uquud al murakkabah) yang
hukumnya adalah haram.
Kemudian ada Yunus dkk (2018) di Bandung, dengan hasil penelit ian
bahwa dijumpai bahwa akad sewa menyewa terjadi antara perusahaan go-jek
dengan penyedia layanan/pengemudi ojek, antara perusahaan go-jek dengan
penjual yang terdaftar dalam layanan go-food, dan antara perusahan go-jek
dengan pengguna layanan. Akad jual beli terjadi antara pengguna layanan go-food
dengan penjual makanan, dan antara penyedia layanan/pengemudi ojek dengan
penjual yang terdaftar dalam layanan go-food. Sedangkan akad wakalah terjadi
antara pengguna layanan go-food dengan penyedia layanan/pengemudi ojek.
Adapun transaksi-transaksi yang dilakukan tersebut dapat diketahui telah sesuai
dengan rukun dan syaratnya.
9
Penelitian ini mengadopsi model penerimaan teknologi dari technology
acceptance model atau TAM. Analisa TAM dipilih karena telah digunakan selama
lebih dari 25 tahun, dan model ini digunakan terutama untuk menganalisa faktor
adopsi teknologi (Nysveen, 2005). TAM dikembangkan dari theory of reasoned
action (TRA) (Fishbein dan Ajzen, 1975). Teori TAM mengemukakan bahwa niat
menggunakan teknologi ditentukan oleh dua kepercayaan: persepsi kegunaan dan
persepsi kemudahan pemakaian (kedua persepsi untuk seterusnya disebut use dan
ease). (Davis, 1989)
Disebutkan oleh Fishbein dan Ajzen, 1975, TRA mengasumsikan bahwa
perilaku didasarkan oleh niat individu untuk terlibat dalam tindakan tertentu. Niat
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sikap individu terhadap hasil tindakan dan
pendapat lingkungan sosial individu tersebut (Hamzah, 2009).
Technology acceptance model (TAM) diperkenalkan oleh Davis (1986),
TAM adalah suatu metode yang konkrit untuk memproyeksikan tingkat
penerimaan model teknologi, dalam TAM mengenal dua faktor utama yaitu
perceive ease of use dan perceice usefulness yang mempengaruhi behavioral
intention to use. TAM dengan kostruksi tiga komponen disebut model
introduction, model ini berfungsi sebagai metode analisis untuk mengetahui
diterima atau ditolaknya suatu teknologi yang telah dirancang, berdasarkan alasan
atau persepsi kemudahan dan manfaat penggunaan teknologi.
Wiyono, Ancok dan Hartono (2008) mengemukakan beberapa kelebihan
TAM sebagai berikut: (1) TAM merupakan model perilaku yang bermanfaat
untuk menjawab kegagalan penerapan sistem TI karena tidak adanya minat para
pengguna untuk menggunakannya; (2) TAM dibangun dengan dasar teori yang
kuat; (3) TAM telah diuji dengan banyak penelitian dan sebagian besar hasilnya
mendukung bahwa TAM merupakan model yang baik; dan (4) TAM merupakan
model parsimoni yaitu model sederhana dan valid.
Penggunaan sistem (actual system usage) adalah kondisi nyata dari
penggunaan suatu sistem teknologi yang dapat diukur berdasarkan intensitas
penggunaan dan durasi waktu penggunaan (Davis, 1989). Sehingga apabila
pengguna menggunakan layanan Go-Food secara intensif maka dapat dikatakan
10
para pengguna sangat terbantu dengan adanya layanan Go-Food pada aplikasi Go-
Jek dengan baik. Tingkat penerimaan Go-Food oleh penggunanya dapat dilihat
dari beberapa faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan layanan Go-
Food adalah persepsi manfaat, persepsi kemudahan, minat menggunakan dan
penggunaan sesungguhnya. Faktor-faktor tersebut diuji berdasarkan model
konstruksi Technology Acceptance Model (TAM).
Perceived usefulness (persepsi manfaat) merupakan faktor penentu dasar
penerimaan pengguna teknologi. Persepsi manfaat yaitu sejauh mana seseorang
percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan membantu meningka tkan
kinerjanya (Davis, 1989). Sehingga manfaat Go-Food dapat diartikan sebagai
dampak positif yang diterima pengguna selama menggunakan Go-Food.
Keuntungan Go-Food bagi pelanggan yaitu mereka tidak perlu datang ke
merchant (retoran/mitra Go-Food), cukup menunggu saja hingga makanan atau
minuman yang di pesan sampai. Sedangkan keuntungan bagi pengemudi Go-Jek
yaitu berupa poin yang di dapat dari mengantarkan makanan/minuman yang di
pesan oleh pelanggan dan tidak ada pemotongan penghasilan jika pengemudi Go-
Jek menerima pembayaran dengan Go-Pay (Jumanto, 2017).
Persepsi kemudahan atau Perceived Ease of Use didasarkan pada sejauh
mana pengguna yakin bahwa suatu sistem yang digunakan akan mudah digunakan
dan bebas akan usaha (Davis, 1989). Sehingga pengguna berharap selama
menggunakan Go-Food dapat mengurangi usaha, waktu, dan tenaga mereka
selama menggunakannya.
Penelitian akan menggunakan responden pengguna layanan Go-Food usia
19-34 tahun, karena menurut APJII pada tahun 2017, menunjukkan bahwa
pengguna internet paling banyak adalah pada usia produktif, yakni usia 19-34
tahun dengan presentase sebesar 49,52%.
11
Kemudian selain responden pengguna layanan Go-Food usia 19-34 tahun,
disini juga peneliti akan menggunakan responden dari Driver Go-Jek dan mitra
(merchant) Go-Food itu sendiri yang ada di wilayah Jakarta Timur. Pada
penelitian ini, karena adanya perbedaan selisih harga makanan atau minuman
yang terjadi pada layanan go-food, maka penulis menambahkan variabel
kepercayaan (trust), dimana variabel tersebut merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi minat untuk penggunaan layanan Go-Food.
Ba dan Pavlou (2002) dalam Farizi (2014) mendefinisikan kepercayaan
sebagai suatu penilaian hubungan dengan orang lain yang melakukan transaksi
tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh
ketidakpastian. Butler (1991) dalam Widiastuti (2010) menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor kondisi yang dapat menyebabkan kepercayaan itu timbul
diantaranya, keleluasaan, ketersediaan, kompetensi, konsistensi, pelaku adil,
integritas, loyalitas, keterbukaan, kepercayaan secara keseluruhan, janji akan
pemenuhan kebutuhan, dan penerimaan.
Dalam konteks teknologi informasi, konsep kepercayaan dalam penelit ian
ini adalah kepercayaan pengguna terhadap transaksi perbedaan harga pada
layanan Go-Food dalam segi pandangan hukum perspektif Islam. Menurut
Koufaris dan Hampton-Sosa (2002), indikator- indikator trust meliputi:
trustworthy, keep the best interest, keep the promises and commitment, believe the
information provided dan genuinely concerned. Pada akhirnya, kepercayaan ini
Gambar 1. 6 Pengguna Internet Berdasarkan Kelompok Usia
Sumber: APJII 2017
12
juga dapat mendorong sikap dan perilaku pengguna untuk menerima dan
menggunakan layanan yang ada pada teknologi informasi tersebut.
Adapun peneliti sebelumnya yang menunjukkan bahwa kepercayaan
berpengaruh terhadap sikap penggunaan atau penerimaan teknologi tersebut. Tjini
(2013) melakukan tentang penelitian pengaruh kepercayaan, persepsi kegunaan,
persepsi kemudahan, dan persepsi kenyamanan terhadap minat penggunaan
internet banking. Penelitian tersebut mengambil sampel penelitian pada
mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univers ita s
Brawijaya, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan mempengaruhi
sikap pengguna teknologi informasi tersebut.
Rahmawaty (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh kepercayaan
terhadap penggunaan ATM pada Bank Syari’ah Mandiri Kudus. Penelitian
tersebut mengambil sampel penelitian sebanyak 170 nasabah pengguna Bank
Syari’ah Mandiri, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan langsung
mempengaruhi perilaku pengguna untuk menggunakan ATM.
Adzima dan Ariyanti (2018) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi minat menggunakan aplikasi mobile banking pada nasabah
bank BRI Purwakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trust (T) mempunya i
pengaruh yang signifikan terhadap Intention to Use (IU).
Wingdes (2016) melakukan penelitian tentang penerimaan teknologi web
check-in pada pengguna transportasi udara di kalimantan barat. Hasil penelit ian
menunjukkan bahwa Trust signifikan mempengaruhi secara langsung intention to
use dan secara tidak langsung melalui risk.
Mutiaharaja (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh kepercayaan,
pengalaman, manfaat dan resiko terhadap minat pembeli untuk menggunakan
sistem E-Commerce pada mahasiswa program studi akuntansi, fakultas ekonomi
dan bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Trust berpengaruh terhadap minat pembeli menggunakan sistem E-
Commerce.
Juhri dan Dewi (2017) melakukan penelitian tentang kepercayaan dan
penerimaan layanan mobile money T-Cash di Bandung dengan pendekatan
13
Technology Acceptance Model (TAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Trust berpengaruh secara signifikan terhadap minat perilaku untuk menggunakan
(Behavioural Intention to Use) layanan mobile money T-Cash di Bandung.
Besarnya pengaruh Trust terhadap Behavioural Intention to Use secara parsial
sebesar 15,4%.
Penelitian Farizi (2014) mengkombinasikan model TAM dengan resiko
dan truts, hasil penelitian Farizi menunjukkan bahwa konstruk persepsi kegunaan,
persepsi resiko, dan kepercayaan berpengaruh terhadap minat untuk
menggunakan layanan internet banking. sebaliknya, konstruk persepsi
kemudahan tidak berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan layanan
internet banking.
Tirtana dan Sari (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh persepsi
kebermanfaatan, persepsi kemudahan dan kepercayaan terhadap penggunaan
mobile banking. Penelitiannya menunjukkan persepsi kebermanfaatan, persepsi
kemudahan dan kepercayaan berpengaruh positif terhadap penggunaan mobile
banking.
Kim et al (2007) juga melakukan penelitian tentang pengaruh kepercayaan
terhadap sikap penggunanya. Penelitian tersebut meneliti tentang faktor yang
mempengaruhi individu dalam melakukan pembelian online. Penelitian tersebut
memiliki subyek penelitian pada mahasiswa sarjana sebagai responden dan hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan berpengaruh positif
terhadap penggunaan suatu teknologi informasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik ingin meneliti bagaimana penerimaan konsumen terhadap perbedaan
harga yang ada pada layanan Go-Food berdasarkan Hukum Islam. Oleh karena itu
penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul “Analisis Penerimaan
Layanan Go-Food pada Aplikasi Go-Jek Berdasarkan Perspektif Hukum
Islam”.
14
1.2 Identifikasi Masalah
1. Terdapat multi akad yang terjadi dalam transaksi layanan Go-Food.
2. Terjadinya celah riba yang didapatkan oleh driver Go-Food berupa poin
yang didapatkan dari pihak Go-Jek.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah dalam penelitian ini, yaitu :
a. Akad apa saja yang terjadi dalam transaksi jual beli dalam layanan Go-
Food dengan tunai dan non-tunai?
b. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap transaksi jual beli dalam
layanan Go-Food?
c. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap poin driver go-food dari
pembayaran tunai dan non-tunai yang bisa ditukar menjadi uang?
d. Bagaimana penerimaan pada masing-masing variable TAM pada Go-
Food terhadap ketiga user?
1.4 Model Penelitian
Gambar 1. 7 Model Penelitian
15
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan).
2. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
3. Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
4. Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
5. Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya).
1.6 Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka ruang lingkup masalah
dibatasi pada:
a. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada driver Go-Jek, merchant (mitra
go-food) pada wilayah Jakarta Timur.
b. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada pengguna layanan Go-Food usia
19-34 tahun di wilayah Jakarta Timur.
c. Model yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah model
Technology Acceptance Model (Davis et al 1989 dan Venkatesh et al
2003).
d. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik
pengambilan sampel yaitu purposive sampling.
e. Tool yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah
SmartPLS.
16
f. Penelitian ini membahas akad-akad yang terjadi pada Go-Food dan poin
yang didapat driver dari pembayaran tunai dan non-tunai.
g. Tool yang digunakan untuk mengetahui jumlah merchant (mitra) yang
ada di Jakarta Timur adalah Hola Fake GPS dan Food Hunter.
h. Tool untuk mengetahui perbedaan harga pada makanan yang ada pada
Go-Food adalah aplikasi Go-Jek.
1.7 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui akad apa saja yang terjadi dalam transaksi jual beli dalam
layanan Go-Food.
b. Mengetahui, memahami, dan menganalisis perspektif hukum Islam
terhadap transaksi jual beli dalam layanan Go-Food.
c. Mengetahui, memahami, dan menganalisis perspektif hukum Islam
terhadap poin driver go-food yang bisa ditukar menjadi uang.
d. Untuk mengetahui penerimaan pada masing-masing variable TAM pada
Go-Food terhadap ketiga user.
1.8 Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
1. Penerapan materi-materi terkait yang diperoleh selama perkuliahan.
2. Pemenuhan salah satu syarat kelulusan strata satu (S1) Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Belajar untuk menganalisis dan mengidentifikasi masalah yang terjadi
pada proses bisnis yang sedang berjalan.
b. Bagi Universitas
1. Sebagai alternatif untuk penelitian selanjutnya atau berbagai pihak
dalam menganalisa kepuasan pengguna sistem.
17
2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu- ilmu
yang bersifat teori dan sebagai evaluasi terhadap materi yang telah
diberikan.
c. Bagi Perusahaan
1. Membantu mengevaluasi proses bisnis yang sudah berjalan untuk
lebih baik ke depannya.
2. Sebagai bahan masukan bagi Go-Jek khususnya pada layanan Go-
Food dalam menjaga kualitas pelayanannya.
1.9 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pengumpulan data dan metode evaluasi sistem.
1.9.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan
wawancara. Yaitu dengan mengumpulkan kemudian mengkaji
literatur-literatur yang terkait dengan penulisan ini serta melakukan
wawancara dengan responden. Data yang telah didapat kemudian
dianalisis dan diambil kesimpulannya.
1.9.2 Metode Evaluasi Sistem
Pada metode evaluasi sistem, penulis menggunakan metode
Technology Acceptance Model (TAM) (Davis et al 1989 dan
Venkatesh et al 2003) dengan penambahan variabel Trust
(Kepercayaan) pada penelitian ini. Dengan menggunakan model ini
dapat mengevaluasi penerimaan perbedaan harga makanan pada
layanan Go-Food menurut perspektif hukum Islam.
18
1.10 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dan penyusunan penelitian ini dengan urutan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan secara singkat mengenai latar
belakang masalah, hipotesis dan model penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelit ian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang
berhubungan dengan materi yang penulis buat serta teori-
teori yang relevan dengan permasalah dan pustaka dari
penelitian yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang medote-metode yang digunakan
penulis dalam melakukan pengumpulan data, metode
evaluasi sistem dan kerangka penelitian
BAB IV HASIL ANALISIS
Pada bab ini memaparkan analisis data dan hasilnya,
interprestasi, dan diskusi hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan dari yang telah
diuraikan oleh bab-bab sebelumnya serta beberapa saran
untuk kajian selanjutnya.
19
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian analis is
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb)
(KBBI, 2008: 58).
Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty (2002;52) mengatakan bahwa
analisis adalah sebagai “Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.”
Analisis menurut pemikiran Wiradi (2006) adalah “aktifitas yang memuat
sejumlah kegiatan seperti mengurai , membedakan, memilah sesuatu untuk di
golongkan dan di kelompokan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari
kaitanya dan di tafsirkan maknanya” .
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan
berfikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen
sehingga dapat diketahui ciri atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu
sama lain serta fungsi masing-masing bagian dari keseluruhan.
2.2 Layanan
Pelayanan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk kegiata atau aktifitas
yang diberikan oleh satu pihak atau lebih kepada pihak lain yang memilik i
hubungan dengan tujuan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pihak kedua
yang bersangkutan atas barang dan jasa yang diberikan.
Menurut Sutedja (2007:5), “Pelayanan atau servis dapat diartikan sebagai
sebuah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada
pihak lain”. Menurut Kotler dalam Laksana (2008:120), “Pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
20
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah
tindakan atau kegiatan yang diberikan atau diatawarkan perusahaan kepada
konsumen sesuai dengan apa yang diharapkannya.
2.2.1 Layanan Antar
Pengertian Layanan antar (Home delivery service) menurut beberapa
ahli yaitu :
1. “Home-delivery services where meals are delivered at home of
the person who orders the meals.” Sudhir Andrews (2009)
2. “Where prepared food is brought to the customer’s home” Kaye
Chon dan Thomas A. Maier (2010)
3. “Delivery service relies heavily on telephone orders, with an
increasing number of restaurants accepting delivery order via the
internet.” Regina S. Barbaran dan Joseph F. Durocher (2010)
Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa pengertian layanan antar adalah suatu aktivitas dan pemberian jasa
dimana customers memesan produk yang disediakan produsen dan biasanya
menggunakan media komunikasi melalui telepon atau internet lalu produk
yang dipesan akan diantarkan sampai ke tempat tujuan customers tanpa
customers perlu untuk datang dan bertemu langsung dengan
penjual/produsen.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Layanan Antar
Dibawah ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi akan
kesuksesan maupun kegagalan suatu layanan antar (Delivery Service)
menurut Henriette Bjerreskov Dinitzen (2010) adalah :
21
1. Delivery time
Waktu pengiriman dari titik dimana pelanggan memesan produk
sampai ke titik dimana produk tersebut tiba di pelanggan.
Estimasi tiba kedatangan biasanya menjadi patokan para
pelanggan untuk mengetahui apakah layanan antar tersebut baik
atau tidak.
2. Delivery Flexibility
Adalah penilaian sejauh mana pelanggan dapat memiliki pesanan
nya secara fleksibel (waktu dan produk merupakan kunci utama).
Saat dimana pelanggan membutuhkan produk dan produsen
mampu memberikan sesuai dengan tempat dan waktu yang secara
acak. Maka layanan antar tersebut dapat dikatakan fleksibilitas.
3. Delivery accuracy
Adalah penilaian dimana perusahaan dapat menjamin produk
yang dikirim tepat dengan waktu yang dijanjikan dan tidak ada
kekurangan maupun kesalahan items/produk yang dipesan. Hal
ini dapat dilihat dari banyak atau sedikit nya pelanggan
mengembalikan pesanan mereka sehingga perusahaan harus
mengirimkan kembali produk sesuai yang dipesan.
4. Stock service
Penilaian dimana stock akan produk suatu perusahaan harus
sesuai dengan orderan yang masuk dari pelanggan. Apabila stock
perusahaan tidak sesuai maka hal ini dapat menjadi suatu pemicu
22
kegagalan layanan antar (home delivery service). Pelanggan tidak
akan puas apabila pesanan sudah dilakukan tetapi produk yang
diharapkan tidak di antar / stock telah habis.
5. After-Sales Service
Kemampuan dimana suatu perusahaan dapat tetap
mempertahankan para pelanggan setelah melakukan penjualan.
Menciptakan strategi strategi yang menarik bagi pelanggan dan
terus mempertahankan standard kualitas pelayanan yang baik
kepada pelanggan sebagai salah satunya. Sehingga pelanggan
dapat menjadi pelanggan yang loyal terhadap perusahaan.
6. Order Management
Faktor ini menjelaskan bagaimana perusahaan menangani
informasi tentang pesanan pelanggan, apakah pelanggan
diinformasikan secara teratur dan sesuai mengenai status
pemesanan, kemungkinan penundaan atau perubahan pesanan
dan berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk
merespon masalah yang timbul dari pelanggan ataupun
perusahaan.
7. Marketing and communication
Menjelaskan bagaimana informasi yang diberikan oleh
perusahaan terhadap pelanggan tentang produk yang dijual
apakah sudah jelas dan dapat dimengerti oleh pelanggan.
Bagaimana sebuah komunikasi dengan pelanggan merupakan
23
suatu hubungan yang sangat penting dalam sebuah layanan antar.
Lalu untuk marketing, penilaian apakah pemasaran yang
dilakukan sudah berjalan dengan baik dan dapat meningka tkan
profit untuk perusahaan.
8. E- Information
Merupakan fleksibilitas akan pemesanan atau informasi melalui
media online. Info akan produk, cara pemesanan, kualitas produk
dan status pembayaran dan status pemesanan. Data akan
informasi pelanggan merupakan hal yang penting dalam aspek
keamanan sehingga data tersebut harus dijamin dan dijaga sebaik
mungkin sebagai aset perusahaan.
2.3 Aplikasi
Menurut (Romdoni, 2010) Aplikasi adalah program yang digunakan orang
untuk melakukan sesuatu pada sistem komputer Mobile dapat diartikan sebagai
perpindahan yang mudah dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya telepon
mobile berarti bahwa terminal telepon yang dapat berpindah dengan mudah dari
satu tempat ke tempat lain tanpa terjadi pemutusan atau terputusnya komunikas i.
Sistem Aplikasi mobile merupakan aplikasi yang dapat digunakan walaupun
pengguna berpindah dengan mudah dari satu tempat ketempat lain lain tanpa
terjadi pemutusan atau terputusnya komunikasi. Aplikasi ini dapat diakses melalui
perangkat nirkabel seperti telepon seluler dan tab.
2.4 Harga
2.4.1 Pengertian Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2012:314), yang dimaksud harga
adalah sejumlah uang yang dibebankan oleh konsumen untuk memperoleh
24
sebuah produk atau jasa, jumlah dari nilai yang pelanggan tukar untuk
memperoleh keuntungan dari memiliki atau menggunakan produk maupun
jasa.
Menurut Tjiptono (2014:193), harga dapat diartikan sebagai jumlah
uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung
utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
jasa.
Menurut Gitosudarmo dalam Sunyoto (2014:131), harga adalah
sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah produk
tertentu atau kombinasi antara barang dan jasa.
Dari beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga
adalah nilai dari suatu produk dalam bentuk uang yang harus dikeluark an
konsumen guna mengkonsumsi produk tersebut, sedangkan dari produsen
atau pedagang harga dapat menghasilkan pendapatan.
2.4.2 Harga Dalam Pandangan Islam
Konsep harga menurut Ibnu Taimiyah, harga yang adil pada
hakikatnya telah ada digunakan sejak awal kehadiran agama Islam Al-
Quran sendiri sangat menekan keadilan dalam setiap aspek kehidupan umat
manusia. Oleh karena itu adalah hal wajar jika keahlian juga diwujudkan
dalam aktivitas pasar khususnya harga, dengan ini Rasulullah
menggolongkan riba sebagai penjualan yang terlalu mahal yang melebihi
kepercayaan konsumen. Dijelaskan dalam firman Allah dalam surat
Albaqarah:278 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman (Al-Baqarah: 278).
Istilah harga yang adil telah disebutkan dalam beberapa hadist Nabi
dalam konteks kompensasi seorang majikan membebaskan budaknya dalam
hal ini budak tersebut menjadi manusia merdeka dan pemiliknya
memperoleh kompensasi yang adil (qimqh al-adl) istilah yang sama juga
telah pernah digunakan sahabat Nabi yakni Umar Ibn Khatab. Ketika
25
menetapkan nilai baru untuk diyat, setelah daya beli dirham mengalami
penurunan mengakibatkan kenaikan harga-harga.
Para Fuqaha telah menyusun berbagai aturan transaksi bisnis juga
menggunakan konsep harga didalam kasus penjualan barang-barang cacat.
Para Fuqaha berfikir bahwa harga yang adil adalah harga yang dibayar
untuk objek serupa, oleh karena itu mereka mengenalnya dengan harga
setara. Ibnu Taimiyah merupakan orang pertama kali menaruh perhatian
terhadap permasalahan harga adil. Ia sering mengggunakan dua istilah ini
yaitu kompensasi yang setara dari harga yang setara.
Ibnu Taimiyah juga membedakan dua jenis harga yakni harga yang
tidak ada dan dilarang dan harga ada dan disukai. Ibnu Taimiyah
menganggap harga yang setara adalah harga yang adil,ia juga menjelaskan
bahwa harga yang setara adalah harga yang dibentuk oleh kekuatan pasar
yang berjalan secara bebas yakni pertemuan antar permintaan dan
penawaran ia menggambarkan harga pasar sebagai berikut. (Karim, 2003:
130)
Harga dalam pandangan Islam pertama kali terlihat dalam hadist
yang menceritakan bahwa ada sahabat yang mengusulkan kepada Nabi
untuk menetapkan harga dipasar Rasulullah menolak tawaran itu dan
mengatakan bahwa harga dipasar tidak boleh ditetapkan karena Allah- lah
yang menentukannya, sungguh menakjubkan teori Nabi tentang harga dan
pasar. Kekaguman ini karena ucapan Nabi SAW itu mengandung pengertian
bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Menurut pakar Ekonomi Kontemporer teori inilah yang diadopsi
oleh bapak Ekonomi Barat Adam Smith dengan nama teorinya invis ib le
hands, menurut teori ini pasar-pasar akan diatur oleh tangan-tangan yang
tidak kelihatan, oleh karena itu harga disebut berdasarkan dengan teori
permintaan dan penawaran.
Harga juga dipengaruhi oleh tingkat-tingkat kepercayaan terhadap
orang- orang yang terlibat dalam transaksi. Bila seorang yang terpercaya
dan dianggap mampu dalam membayar kredit, maka penjual akan senang
26
melakukan transaksi dengan orang tersebut. Tapi bila kredibilitas (kekuatan
untuk menimbulkan kepercayaan) seseorang dalam masalah kredit telah
diragukan, maka penjual akan ragu untuk melakukan transaksi dengan
orang tersebut. Tetapi bila kredibilitas seseorang dalam masalah kredit telah
daragukan, maka penjual akan ragu untuk melakukan transaksi dengan
orang tersebut dan cenderung memasang harga tinggi.
Pada masa Khulafah Rasyidin para Khalifah pernah melakukan
investasi pasar baik pada sisi penawaran maupun permintaan. Intervensi ini
dilakukan para Khalifah dari sisi permintaan adalah mengatur jumlah
barang yang ditawarkan seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar Ibn al-
Khatab ketika mengimpor gandum dari Mesir untuk mengendalikan harga
gandum di Madinah. Sedangkan intervensi disisi permintaan dilakukan
dengan menanam sikap sederhana dan menjauhkan dari sifat konsumarisme.
Investasi pasar juga dilakukan dengan pengawasan pasar (hisbah). Dalam
pengawasan pasar Rasulullah menunjuk Said Ibn Zaid Ibn Al-Ash sebagai
kepala pusat pasar di Mekah. (Sudarsono, 2004: 32)
Akmad Mujahidin mengatakan bahwa pada masa kepemimpinan
Rasul dimana Rasul tidak mau menetapkan harga. Hal demikian
menunjukan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar
yang alamiah hal ini dilakukan ketika pasar dalam keadaan normal akan
tetapi apabila tidak dalam keadaan sehat yakni terjadi kedzaliman seperti
adanya kasus penimbunan, riba dan penipuan, maka pemerintah hendaknya
dapat bertindak untuk menentukan harga pada tingkat yang adil sehingga
dari penetapan harga tersebut tidak adanya pihak yang dirugikan. Dengan
demikian pemerintah hanya memiliki wewenang untuk menentukan harga
apabila terjadi praktek kedzaliman pada pasar, namun dalam kondisi normal
harga diserahkan pada kesepakatan antara pembeli dan penjual. (Mujahid in,
2007:172)
Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi:
“penetapan harga mempunyai dua bentuk: ada yang boleh dan ada yang
27
haram, yang haram adalah Tas’ir, sedangkan yang boleh adalah yang adil”.
(Al-Qardawi, 1997:257)
Sedangkan menurut Al-Ghazali mengenai harga menunjukan
kepada kurva penawaran yang positif ketika menyatakan jika petani tidak
mendapatkan pembeli bagi harga-harga produknya ia akan menjual pada
harga yang rendah, ketika harga makanan yang tinggi harga tersebut harus
didorong kebawah dengan menurunkan permintaan yang berarti menggeser
kurva permintaan kekiri. (Zuhri, 1992:56)
2.4.3 Perbedaan Harga Dalam Go-Food
Perbedaan harga atau selisih harga yang terjadi pada layanan Go-
Food adalah karena Go-Jek mengambil keuntungan dari 2 pihak, yaitu dari
customer sendiri dan juga pihak resto (merchant).
Jika customer belanja tanpa Go-Pay, pihak customer akan di
kenakan biaya kirim sebesar 3.000-4.000/KM jika membayar dengan cash
tunai atau tanpa GO-PAY. Kemudian, pihak resto (merchant) mendapatkan
charge 20% dari total omzet belanja per-menu yang dipesan customer.
Jika customer belanja dengan Go-Pay, pihak customer mendapatkan
gratis biaya kirim jika belanja menggunakan Go-Pay. Namun pihak resto
(merchant) tetap mendapatkan charge 20% per-total omzet pembelian per-
menu, seperti biaya kirim yang di tanggung oleh pihak resto (merchant).
Jadi itu sebabnya kenapa walaupun ada tercantum "free delivery
with Go-Pay" pada layanan Go-Food, harga makanan tetap lebih mahal
bahkan kadang jauh dari harga asli di restonya sendiri. Karena pihak resto
selalu senantiasa dikenakan charge 20% dari total pembelian setiap
menunya, baik menggunakan Go-Pay atau tidak, pihak resto tetep terkena
tagihan akhir bulanan 20%. (Stev098, 2017)
28
2.5 Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli
2.5.1 Jual Beli Menurut Islam
Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang mempunyai nilai secara
suka rela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
telah dibenarkan syara’ dan disepakati. (Suhendi, 2005:67-68)
Beberapa pengertian jual beli, adalah sebagai berikut: (Az-Zuha ili,
2011:25-26)
a. Menurut Hanafi, jual beli adalah tukar menukar barang atau harta dengan
barang atau harta milik orang lain yang dilakukan dengan cara tertentu.
Atau tukar menukar barang yang bernilai dengan semacamnya dengan
cara yang sah yakni ijab qabul.
b. Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan member kepemilikan.
c. Menurut Ibnu Qudamah, jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan memberikan kepemilikan dan menerima hak
milik.
2.5.2 Dasar Hukum Jual Beli Menurut Islam
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat
manusia mempunyai landasan yang kuat dalam Al Qur’an (Ghazali,
2010:68), di antaranya sebagai berikut: Surat al-Baqarah ayat 275: “…
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Ayat ini merujuk
pada kehalalan jual beli dan keharaman riba. Ayat ini menolak argumen
kaum musyrikin yang menentang disyariatkannya jual beli dalam Al
Qur’an. Kaum musyrikin tidak mengakui konsep jual beli yang telah
disyariatkan dalam Al Qur’an, dan menggapnya identik dan sama dengan
sistem ribawi, dalam ayat ini Allah mempertegas legalitas dan keabsahan
jual beli secara umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi.
29
Surat an-Nisa’ ayat 29: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu”. Ayat ini merujuk pada perniagaan atau transaksi-transaksi dalam
muamalah yang dilakukan secara batil. Ayat ini mengindikasikan bahwa
Allah SWT melarang kaum muslimin untuk memakan harta orang lain
secara batil. Secara batil dalam konteks ini memiliki arti yang sangat luas,
di antaranya melakukan transaksi ekonomi yang bertentangan dengan
syara’, seperti halnya melakukan transaksi berbasis riba (bunga), transaksi
yang bersifat spekulatif (maisir, judi), ataupun transaksi yang mengandung
unsur gharar (adanya uncertainty/risiko dalam transaksi) serta hal-hal lain
yang bisa dipersamakan dengan itu.
2.5.3 Syarat-Syarat Jual Beli Dalam Islam
Menurut ulama mazhab Hanafi, orang yang berakad, barang yang
dibeli, dan nilai tukar barang termasuk dalam syarat jual beli, bukan rukun.
Syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan jumhur
ulama adalah adanya orang-orang yang berakad, adanya benda yang
diperjual belikan dan adanya keikhlasan kedua belah pihak. (Misbahuddin.
2012:119)
Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan akad
jual beli harus memenuhi syarat berikut: (Ghazali, 2010:70-71)
1) Berakal. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal
hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah mumayyiz, menurut
mazhab Hanafi, apabila akad yang dilakukannya membawa keuntungan
bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya
sah. Sebaliknya apabila akad itu membawa kerugian bagi dirinya, seperti
meminjamkan hartanya kepada orang lain, mewakafkan, atau
menghibahkannya, maka tindakan hukumnya tidak dibenarkan menurut
hukum Islam. Transaksi yang dilakukan anak kecil yang mumayyiz yang
mengandung manfaat dan mudarat sekaligus, seperti jual beli, sewa-
30
menyewa, dan perserikatan dagang, dipandang sah, menurut hukum
dengan ketentuan bila walinya mengizinkan setelah dipertimbangkan
dengan sematang-matangnya. Jumhur ulama berpendirian bahwa orang
yang melakukan akad jual beli itu harus telah akil baligh dan berakal.
Apabila orang yang berakad mumayyiz, maka jual belinya tidak sah,
sekalipun mendapat izin dari walinya.
2) Orang yang melakukan akad itu, adalah orang yang berbeda. Artinya,
seseorang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan penjual dalam
waktu yang bersamaan.
Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat terlihat pada saat akad
berlangsung. Ijab dan kabul harus diungkapkan secara jelas dalam transaksi
yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli dan sewa-
menyewa, dan akad nikah. Terhadap transaksi yang sifatnya mengikat salah
satu pihak, seperti wasiat, hibah, dan wakaf, tidak perlu kabul, karena akad
seperti ini cukup dengan ijab saja. Bahkan menurut Ibnu Taimiyah dan
ulama yang lainnya, ijab pun tidak diperlukan dalam masalah wakaf.
Apabila ijab dan kabul telah diucapkan dalam akad jual beli, maka
pemilikan barang dan uang telah berpindah tangan menjadi milik pembeli
dan nilai tukar atau uang berpindah tangan menjadi milik penjual. (Dahlan,
2011:129)
Ulama fikih mengemukakan bahwa syarat ijab dan kabul sebagai
berikut: (Ibid: 130)
a. Orang yang mengucapkannya telah akil baligh dan berakal atau telah
berakal;
b. Kabul sesuai ijab. Misalnya, penjual mengatakan: Saya jual tas ini
seharga sepuluh ribu, lalu pembeli menjawab: Saya beli dengan harga
sepuluh ribu;
c. Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis. Maksudnya, kedua belah
pihak yang melakukan akad jual beli hadir dan membicarakan masalah
yang sama.
31
2.5.4 Jual Beli Menurut Undang-Undang
Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan. Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian jual beli
adalah perjanjian dengan mana penjual memindahkan atau setuju
memindahkan hak milik atas barang kepada pembeli sebagai imbalan
sejumlah uang yang disebut harga. (Muhammad, 2010:243)
Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya
undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan
pengaturan secara khusus terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian
bernama dapat diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun
Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
2.6 Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli On-Line
2.6.1 Pengertian Jual Beli On-Line
Kata Online terdiri dari dua kata, yaitu On (Inggris) yang berarti
hidup atau di dalam, dan Line (Inggris) yang berarti garis, lintasan, saluran
atau jaringan. Secara bahasa online bisa diartikan “di dalam jaringan” atau
dalam koneksi. Online adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan internet,
dalam keadaan online, konsumen dapat melakukan kegiatan secara aktif
sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu arah seperti
membaca berita dan artikel dalam website maupun komunikasi dua arah
seperti chatting dan saling berkirim email. Online bisa diartikan sebagai
keadaan di mana sedang menggunakan jaringan, satu perangkat dengan
perangkat lainnya saling terhubung dan berkomunikasi. (Utomo, 2013:4)
Berdasarkan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa jual beli
online adalah persetujuan saling mengikat melalui internet antara penjual
sebagai pihak yang menjual barang dan pembeli sebagai pihak yang
membayar harga barang yang dijual. Jual beli secara online menerapkan
32
sistem jual beli di internet. Tidak ada kontak secara langsung antara penjual
dan pembeli. Jual beli dilakukan melalui suatu jaringan yang terkoneksi
dengan menggunakan handphone, komputer, tablet, dan lain-lain.
2.6.2 Dasar Hukum Jual Beli On-Line
Selain dalam hukum Islam, dasar hukum transaksi elektronik juga
diatur dalam hukum positif, yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Menurut Pasal 1
Angka (2) UU ITE, pengertian transaksi elektronik adalah perbuatan hukum
yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,
dan/atau media elekronik lainnya. (Republik Indonesia, Undang-Undang RI
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab I,
Pasal 1, Angka 2.)
Pasal 3 UU ITE mengatur: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum,
manfaat, kehatihatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau
netral teknologi. (Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal 3.)
Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informas i
elektronik, yaitu: (Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal 4.)
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
dengan tujuan untuk:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia.
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun
privat sesuai dengan Pasal 17 Ayat (1) UU ITE. (Republik Indonesia,
Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Bab V, Pasal 17.)
33
2.6.3 Unsur Jual Beli
Terdapat dua unsur penting dalam jual beli, yaitu:
a. Barang/benda yang diperjualbelikan
Bahwa yang harus diserahkan dalam persetujuan jual beli adalah
barang berwujud benda/zaak. Barang adalah segala sesuatu yang dapat
dijadikan objek harta benda atau harta kekayaan. Menurut ketentuan
Pasal 1332 KUH Perdata, hanya barang-barang yang biasa diperniagakan
saja yang boleh dijadikan objek persetujuan. KUH Perdata mengenal tiga
macam barang dalam
Pasal 503-Pasal 505 KUH Perdata yaitu:
1) Ada barang yang bertubuh dan ada barang yang tak bertubuh.
2) Ada barang yang bergerak dan ada barang yang tak bergerak.
3) Ada barang yang bergerak yang dapat dihabiskan, dan ada yang tidak
dapat dihabiskan; yang dapat dihabiskan adalah barang-barang yang
habis karena dipakai.
Menurut hukum perdata Islam (muamalah), agar jual beli sah dan
halal, maka transaksi yang berlangsung haruslah memenuhi rukun dan
syarat jual beli. Rukun adalah sesuatu yang harus ada didalam transaksi,
sedangkan syarat adalah sesuatu yang harus terpenuhi dalam rukun
tersebut. Adapun rukun dan syarat jual beli menurut islam adalah adalah
sebagai berikut: (Ghazali, 2010:57)
1) Adanya pihak penjual dan pembeli, dengan syarat yaitu berakal,
transaksi terjadi atas kemauan sendiri tanpa adanya paksaan, dan telah
baligh.
2) Adanya barang yang diperjual belikan, dengan syarat yaitu barangnya
bersih atau suci (bukan barang haram) dan milik penuh si penjual atau
dikuasakan kepadanya.
3) Adanya akad jual beli, dengan syarat yaitu akad dilaksanakan secara
ikhlas antara penjual dan pembeli
34
b. Harga
Harga berarti suatu jumlah yang harus dibayarkan dalam bentuk
uang. Pembayaran harga dalam bentuk uang lah yang dikategorikan jual
beli. Harga ditetapkan para pihak. Pembayaran harga yang telah
disepakati merupakan kewajiban utama dari pihak pembeli dalam suatu
perjanjian jual beli. Pembayaran dapat dilakukan dengan memakai
metode pembayaran berikut:
1) Jual Beli Tunai Seketika
Metode jual beli di mana pembayaran tunai seketika ini
merupakan bentuk yang sangat klasik, tetapi sangat lazim dilakukan
dalam melakukan jual beli, dalam hal ini harga rumah diserahkan
semuanya, sekaligus pada saat diserahkannya rumah sebagai objek
jual beli kepada pembeli.
2) Jual Beli dengan Cicilan/Kredit
Metode jual beli di mana pembayaran dengan cicilan ini
dimaksudkan bahwa pembayaran yang dilakukan dalam beberapa
termin, sementara penyerahan rumah kepada pembeli dilakukan
sekaligus di muka, meski pun pada saat itu pembayaran belum
semuanya dilunasi. Dalam hal ini, menurut hukum, jual beli dan
peralihan hak sudah sempurna terjadi, sementara cicilan yang belum
dibayar menjadi hutang piutang.
3) Jual Beli dengan Pemesanan/Indent
Merupakan metode jual beli perumahan di mana dalam
melakukan transaksi jual beli setelah indent atau pemesanan
(pengikatan pendahuluan) dilakukan, maka kedua belah pihak akan
membuat suatu perjanjian pengikatan jual beli yang berisi mengena i
hak-hak dan kewajiban keduanya yang dituangkan dalam akta
pengikatan jual beli.
35
2.7 Akad Dalam Hukum Islam
2.7.1 Konsep Akad
Istilah yang berkaitan dengan perjanjian dalam Al Qur’an
setidaknya dikenal ada dua macam, yaitu kata akad (al-„aqdu) dan kata
„ahd (al-„ahdu). Al Qur’an memakai kata pertama dalmam arti perikatan
atau perjanjian, sedangkan kata yang kedua dalam Al Qur’an berarti masa,
pesan, penyempurnaan, dan janji atas perjanjian. (Zaman, 2016:247)
Akad menurut bahasa adalah mengikat atau mengumpulkan dua
ujung sesuatu, menurut Taufiq dalam Wahbah Al-Zuhaili, ada dua definis i
akad menurut syariah, yaitu akad adalah perikatan antara dua ucapan yang
mempunyai akibat hukum. Definisi lainnya, akad adalah apa yang menjadi
ketetapan seseorang untuk mengerjakannya yang timbul hanya dari satu
kehendak atau dua kehendak (Musjtari, 2012:40). Ahmad Azhar Basyir
memberikan definisi bahwa akad adalah suatu perikatan antara ijab dan
kabul dengan cara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan adanya akibat
hukum pada objeknya. Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi
perjanjian yang diinginkan, sedangkan kabul adalah pernyataan pihak kedua
untuk menerimanya. (Basyir, 2000:65)
Pengertian akad juga dapat ditemukan dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah. Pada ketentuan Pasal 1 Ayat (4) dikemukakan bahwa,
“akad adalah kesepakatan tertulis antara bank dengan nasabah dan/atau
pihak lain yang memuat hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak
sesuai dengan prinsip syariah. (Musjtari, 2012:43)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akad adalah perjanjian
yang menimbulkan kewajiban berprestasi pada salah satu pihak dan hak
bagi pihak lain atas prestasi tersebut secara timbal balik.
36
2.7.2 Dasar Hukum Akad
Pengaturan tentang akad ini termuat dalam Pasal 20 Ayat (1)
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Buku II tentang Akad, yang
menyebutkan bahwa “akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan
perbuatan hukum tertentu.”
Dasar hukum akad dalam Al Qur’an adalah Al-Ma’idah ayat 1 yang
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu
(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.”
Maksud ayat di atas adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT harus memenuhi akad-akad yang telah Allah tentukan
seperti dalam jual beli harus terpenuhi dulu akad-akadnya. Allah sudah
menetapkan hukum-hukum Allah atau ketetapan yang telah Allah
perintahkan kepada umatnya. Akad-akad itu merupakan perjanjian
mencakup janji prasetia kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh
manusia dalam pergaulan seseorang kepada sesamanya. Dalam suatu hadits
terdapat Al-hadits tentang kebatalan suatu akad, yang artinya: “Segala
bentuk persyaratan yang tidak ada dalam Kitab Allah (Hukum Allah) adalah
batal, sekalipun sejuta syarat.” (HR Bukhori)
Maksud dari hadits di atas bahwa harus sama ridho dan ada pilihan,
maksudnya akad yang di adakan oleh para pihak haruslah di dasarkan
kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing pihak ridho
atau rela akan isi akad tersebut, atau dengan perkataan lain harus merupakan
kehendak bebas masing-masing pihak. Dalam hal ini berarti tidak boleh ada
paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.
37
2.7.3 Keabsahan Akad
Sahnya suatu akad dalam ajaran Islam harus memenuhi rukun dan
syarat dari suatu akad. Rukun akad adalah unsur yang harus ada dan
merupakan esensi dalam setiap akad. Jika ada satu dari rukun akad yang
tidak ada, secara syariah akad dipandang tidak pernah ada. Sedangkan
syarat adalah sifat yang harus ada pada setiap rukun, tetapi bukan
merupakan esensi akad. (Hasanudin. 2006:150)
Rukun akad yang utama adalah ijab kabul. Syarat yang harus ada
dalam rukun bisa menyangkut subjek dan objek dari suatu perjanjian.
Jumhur ulama mengatakan bahwa ijab dan kabul merupakan salah satu dari
unsur penting dalam suatu akad, di samping unsur-unsur lain yang juga
termasuk rukun akad. Unsur-unsur terdiri dari: (Musjtari, 2012:46)
a. Shighat (ijab dan kabul)
Ijab dan kabul dapat diwujudkan dengan ucapan lisan maupun
tertulis, sedangkan isyarat dapat dilakukan sebagai shighat hanya oleh
mereka yang tidak dapat berbicara ataupun menulis. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar ijab dan kabul mempunyai akibat hukum:
1) Ijab dan kabul harus dinyatakan oleh orang yang sekurang-kurangnya
telah mencapai umur tamyiz yang menyadari dan mengetahui isi
perkataan yang diucapkan hingga ucapannya itu benar-benar
menyatakan keinginan hatinya, dengan kata lain dilakukan oleh orang
yang cakap melakukan tindakan hukum.
2) Ijab dan kabul harus tertuju pada suatu objek yang merupakan objek
perjanjian.
3) Ijab dan kabul harus berhubungan langsung dalam suatu majelis
apabila dua belah pihak sama-sama hadir. Satu majelis akad adalah
kondisi di mana kedua belah pihak yang berakad terfokus
perhatiannya untuk melakukan akad.
b. Pelaku akad
Menurut mazhab Syafi’I dan Hambali pelaku akad disyaratkan
harus orang mukalaf (aqil baligh), sedangkan mazhab Hanafi dan Maliki
38
hanya mensyaratkan tamyiz (minimal berusia tujuh tahun). Syarat lain
yang harus dipenuhi adalah memiliki kewenangan (hak) terhadap objek
akad, baik kewenangan asli maupun kewenangan sebagai wakil atau
wali.
c. Sesuatu yang menjadi objek akad
Objek akad harus memiliki 4 syarat, yaitu:
1) Harus sudah ada secara konkret ketika akad dilangsungkan, atau
diperkirakan akan ada pada masa yang akan datang dalam akad
tertentu seperti dalam akad murabahah, salam, istishna, ijarah, dan
mudharabah;
2) Harus merupakan sesuatu yang menurut hukum Islam dapat dijadikan
objek akad, yaitu harta yang dimiliki serta dapat dimanfaatkan;
3) Harus dapat diserahkan ketika terjadi akad, namun tidak berarti harus
dapat diserahkan seketika.
4) Harus jelas (dapat ditentukan, diketahui) oleh kedua belah pihak.
Ketidakjelasan objek akad selain dilarang oleh Islam juga dapat
menimbulkan sengketa di kemudian hari.
d. Maudhu’ al-‘aqd (tujuan akad)
Maudhu’ al-‘aqd adalah tujuan utama untuk apa akad itu
dilaksanakan. Menurut ulama fikih, tujuan dari suatu akad harus sejalan
dengan kehendak syara’, sehingga apabila tujuannya bertentangan
dengan syara’ maka berakibat pada ketidakabsahan dari akad yang dibuat
dan karena itu tidak menimbulkan akibat hukum.
Mengenai syarat sahnya suatu akad secara umum adalah berikut:
(Pasaribu, 2004:2)
a. tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati adanya;
b. harus sama ridho dan ada pilihan; dan
c. harus jelas dan gamblang.
39
2.7.4 Asas-Asas Akad
Asas-asas pelaksanaan akad dalam hukum Islam adalah sebagai
berikut: (Djamil, 2001:248)
a. Al Hurriyah (kebebasan)
Asas ini merupakan prinsip dasar dalam hukum perjanjian
Islam, dalam artian para pihak bebas dalam membuat suatu
perjanjian atau akad. Bebas dalam menentukan objek akad dan
bebas menentukan dengan siapa ia akan membuat perjanjian,
serta bebas menentukan bagaimana cara menentukan
penyelesaian sengketa jika terjadi di kemudian hari. Asas
kebebasan berkontrak dalam Islam dibatasi oleh ketentuan
syariah Islam. Akad dibuat tidak boleh ada unsur paksaan dan
penipuan. Dasar hukum mengenai asas ini tertuang dalam Al
Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 256, yang artinya sebagai berikut:
“Tidak ada pakasaan untuk (memasuki) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat,....”
Adanya kata-kata tidak ada paksaan ini, berarti Islam
menghendaki dalam hal perbuatan apapun harus didasari oleh
kebebasan untuk bertindak, sepanjang itu benar dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai syariah.
b. Al musawah (persamaan atau kesetaraan)
Asas ini mengandung pengertian bahwa para pihak
mempunyai kedudukan yang sama, sehingga dalam menentukan
term and condition dari suatu akad setiap pihak mempunya i
kesetaraan atau kedudukan yang seimbang. Dasar hukum
mengenai asas persamaan ini tertuang di dalam ketentuan Al
Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya sebagai berikut:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
40
di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka menunjukan
bahwa semua orang mempunyai kedudukan yang sama di depan
hukum, sedangkan yang membedakan kedudukan antara orang
yang satu dengan orang yang lain disisi Allah SWT adalah tingkat
ketakwaannya.
c. Al ‘adlu (keadilan)
Pelaksanaan asas ini dalam suatu akad menurut para pihak
untuk melakukan yang benar dalam pengungkapan kehendak dan
keadaan, dan memenuhi semua kewajibannya. Akad harus
senantiasa mendatangkan keuntungan yang adil dan seimbang,
serta tidak boleh mendatangkan kerugian salah satu pihak.
d. Al ridho (kerelaan)
Asas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang
dilakukan harus atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak,
tidak boleh ada unsur paksaan, tekanan, dan penipuan. Dasar
hukum adanya asas kerelaan dalam pembuataan akad terdapat
dalam Al Qur’an Surat An Nisa ayat 29 yang artinya sebagai
berikut: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Kata “suka sama suka” menunjukkan bahwa dalam hal
membuat akad, khususnya di lapangan perniagaan harus
senantiasa didasarkan pada asas kerelaan atau kesepakatan para
pihak secara bebas.
e. Ash shidiq (kebenaran atau kejujuran)
Agama Islam melarang manusia melakukan kebohongan
dan penipuan, karena dengan adanya kebohongan dan penipuan
41
sangat berpengaruh pada keabsahan akad. Akad yang didalamnya
mengandung kebohongan memberikan hak pada pihak lain untuk
menghentikan proses pelaksanaan akad tersebut.
f. Al kitabah (tertulis)
Setiap akad hendaknya dibuat secara tertulis, karena
dalam kepentingan pembuktian jika di kemudian hari terjadi
sengketa. Surat Al Baqarah Ayat 282-283 mengisyaratkan agar
akad yang dilakukan berada dalam kebaikan bagi semua pihak,
bahkan dalam pembuatan akad hendaknya juga disertai dengan
adanya saksi-saksi (syahadah), rahn (gadai untuk kasus tertentu)
dan prinsip tanggung jawab individu.
2.7.5 Jenis-Jenis Akad
Secara umum di dalam ekonomi syariah ada dua jenis akad sebagai berikut:
1) Tabarru’,
adalah akad-akad yang digunakan untuk transaksi non
komersial, bertujuan untuk kebaikan atau tolong-menolong, dan
tidak diperkenankan mengambil keuntungan atas transaksi yang
terjadi. Namun demikian dalam akad tabarru’ masih
diperbolehkan adanya pembebanan sejumlah uang sebagai biaya
atas terjadinya transaksi.
Bentuk-bentuk Akad Tabarru’:
a. Wadi’ah (Penitipan Barang)
b. Wakalah (Pemberian Kuasa)
c. Wakaf
d. Hibah
e. Wasiat
f. Qardh (Pinjam-Meminjam)
g. Hawalah (Penanggungan Oleh Pihak Ketiga)
h. Kafalah (Perjanjian Penanggungan Hutang)
42
2) Tijarah, adalah akad-akad yang digunakan untuk transaksi
komersial/bisnis, karenanya dalam akad tijarah para pihak yang
bertransaksi dapat menyepakati adanya pengambilan
keuntungan, termasuk konsekuensi yang harus ditanggung
apabila transaski yang terjadi tidak menghasilkan keuntungan.
(Kasmir. 2013:13)
Bentuk-bentuk Akad Tijarah:
a. Natural Uncertanty Contracts (NUC)
Dalam Natural Uncertainty Contract, pihak-pihak yang
bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real asset
maupun financial asset) menjadi satu kesatuan dan kemudian
menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan
keuntungan. Disini keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama-sama. Akad tijarah yang masuk dalam kategori NUC
ini umumnya terbagi lagi menjadi 5 (lima) jenis, yaitu
musyarakah, mudharabah, muzara’ah, musaqah, dan
mukharabah.
b. Natural Certanty Contracts (NCC)
Dalam Natural Certainty Contract, kedua belah
pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, sehingga
objek pertukarannya pun (baik barang maupun jasa)
jumlahnya, mutunya, harganya, dan waktu penyerahannya
harus ditetapkan di awal akad dengan pasti. Return dari
kontrak-kontrak ini dapat ditetapkan secara pasti di awal
akad. Akad tijarah yang masuk dalam kategori NCC ini
umumnya terbagi ke dalam 6 (enam) jenis, yaitu Al-Bai’, Al-
Murabahah, As- Salam, Al-Istishna’, Ijarah, dan Ijarah
Muntahiya Bit-Tamlik (IMBT), Sharf.
43
2.8 Akad Wakalah
Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan
wakil (Kashiko, 2000). Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh) dan
pemeliharaan (al-Hifdh) (Sabiq, 2008). Menurut kalangan syafi‟iyah arti wakalah
adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-
wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan
(an-naqbalu anniyabah) dan dapat di lakukan oleh pemberi kuasa, dengan
ketentuan pekerjaan tersebut di laksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup
(Karim, 2002). Wakalah dalam arti harfiah adalah menjaga, menahan atau
penerapan keahlian atau perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata Tawkeel
diturunkan yang berarti menunjuk seseorang untuk mengambil alih atas suatu hal
juga untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain (Ayub, 2009). Akad
Wakalah adalah akad yang memberikan kuasa kepada pihak lain untuk
melakukan suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi
melakukan kegiatan tersebut (Aziz Dahlan, 1996). Akad wakalah pada hakikatya
adalah akad yang digunakan oleh seseorang apabila dia membutuhkan orang lain
atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri dan meminta
orang lain untuk melaksanakannya.
2.8.1 Landasan Hukum Wakalah: a. Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya Wakalah adalah firma n
Allah SWT yang berkenaan dengan kisah Ash-habul Kahfi.
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di
antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”.
mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah
hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah
seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini, dan hendaklah Dia lihat manakah makanan
44
yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu
untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (QS Al-
Kahfi: 19)
Dalam QS Al-Kahfi: 19 ini sudah terdapat pendelegas ian
wewenang dalam “maka suruhlah salah seorang di antara kamu
untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini”
Kemudian surat An-Nissa ayat 35:
“Maka kirimkanlah seorang utusan dari keluarga laki-laki dan
bahkan keluarga wanita.”
QS. Yusuf : 55
”Berkatalah Yusuf,” Jadikanlah Aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga
lagi berpengetahuan.” (QS Yusuf : 55)
Ayat-ayat tersebut menyimpulkan bahwa dalam hal
muamalah dapat dilakukan perwakilan dalam bertransaksi, ada
solusi yang bisa diambil manakala manusia mengalami kondisi
tertentu yang mengakibatkan ketidak sanggupan melakukan
segala sesuatu secara mandiri, baik melaui perintah maupun
kesadaran pribadi dalam rangka tolong menolong, dengan
demikian seseorang dapat mengakses atau melakukan transaki
melaui jalan Wakalah. (Nuhyatia, 2013)
b. Al-Hadits
Terdapat beberapa hadist yang dianggap relevan dengan
hukum Wakalah:
“Bahwasanya Rasululloh SAW mewakilkan kepada Abu Rafi‟
dan seorang Anshar untuk mewakilinya untuk mengawinkan
(qabul perkawinan Nabi dengan) dengan Maimunah binti al-
Harits.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa”)
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW untuk menagih
hutang kepada beliau dengan cara kasar, sehingga para sahabat
45
berniat untuk ‘menanganinya’. Beliau bersabda, “Biarkan ia,
sebab pemilik hak berhak untuk berbicara;” lalu sabdanya,
“Berikanlah (bayarkanlah) kepada orang ini unta umur setahun
seperti untanya (yang dihutang itu)”. Mereka menjawab, “Kami
tidak mendapatkannya kecuali yang lebih tua.” Rasulullah
kemudian bersabda: “Berikanlah kepada-nya. Sesungguhnya
orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling
baik di dalam membayar.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
c. Ijma’
Para ulama sepakat Wakalah diperbolehkan. Bahkan
mereka cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal
tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong-menolong atas dasar
kebaikan dan taqwa.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya.” QS Al-Maa-idah (5:2).
d. Fatwa DSN MUI
Landasan hukum pemberlakuan Wakalah dalam akad di
Perbankan Syariah adalah sebagai berikut :
Fatwa DSN-MUI No: 10/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 13
April 2000 tentang Wakalah.
Fatwa DSN-MUI No: 34/DSN-MUI/IX/2002, tanggal 14
September 2002 tentang Letter of Credit (L/C) Impor Syariah.
Fatwa DSN-MUI No: 35/DSN-MUI/IX/2002, tanggal 14
September 2002 tentang Letter of Credit (L/C) Ekspor
Syariah.
Fatwa No : NO: 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah
Bil Ujrah Pada Asuransi Dan Reasuransi Syariah
46
2.8.2 Rukun dan Syarat Wakalah:
Sebagaimana tercantum dalam Fatwa DSN-MUI No: 10/DSN-
MUI/IV/2000, tanggal 13 April 2000 tentang Wakalah. Landasan hukum
yang disyariatkan dalam akad Wakalah adalah sebagai berikut:
1. Rukun Wakalah:
a. Orang yang memberi kuasa (al-Muwakkil).
b. Orang yang diberi kuasa (al-Wakil).
c. Perkara/hal yang dikuasakan (al-Taukil).
d. Pernyataan Kesepakatan (Ijab dan Qabul).
2. Syarat Wakalah (al-Qalyishy, 2008):
a. Orang yang memberikan kuasa (al-Muwakkil) disyaratkan
cakap bertindak hukum, yaitu telah baligh dan berakal sehat,
baik laki-laki maupun perempuan, boleh dalam keadaan tidak
ada di tempat (gaib) maupun berada di tempat, serta dalam
keadaan sakit ataupun sehat. Orang yang menerima kuasa (al-
Wakil), disyaratkan:
Cakap bertindak hukum untuk dirinya dan orang lain,
memiliki pengetahuan yang memadai tentang masalah yang
diwakilkan kepadanya, serta amanah dan mampu
mengerjakan pekerjaan yang dimandatkan kepadanya.
Ditunjuk secara langsung oleh orang yang mewakilkan dan
penunjukkan harus tegas sehingga benar-benar tertuju
kepada wakil yang dimaksud.Tidak menggunakan kuasa
yang diberikan kepadanya untuk kepentingan dirinya atau
di luar yang disetujui oleh pemberi kuasa.
Apabila orang yang menerima kuasa melakukan kesalahan
tanpa sepengetahuan yang memberi kuasa sehingga
menimbulkan kerugian, maka kerugian yang timbul
menjadi tanggungannya.
47
b. Perkara yang Diwakilkan/Obyek Wakalah, Sesuatu yang dapat
dijadikan obyek akad atau suatu pekerjaan yang dapat
dikerjakan orang lain, perkara-perkara yang mubah dan
dibenarkan oleh syara’, memiliki identitas yang jelas, dan
milik sah dari al Muwakkil, misalnya: jual-beli, sewa-
menyewa, pemindahan hutang, tanggungan, kerjasama usaha,
penukaran mata uang, pemberian gaji, akad bagi hasil, talak,
nikah, perdamaian dan sebagainya.
c. Pernyataan Kesepakatan (Ijab-Qabul,Kesepakatan kedua
belah pihak baik lisan maupun tulisan dengan keikhlasan
memberi dan menerima baik fisik maupun manfaat dari hal
yang ditransaksikan.
d. Pembatalan Wakalah dan Berakhirnya Wakalah:
Apabila Pemberi kuasa berhalangan tetap, Dalam hal
pemberi kuasa berhalangan tetap (wafat), maka pemberian
kuasa tersebut batal, sebagaimana halnya batal dengan
adanya pembebasan atau pengunduran diri pemberi kuasa,
kecuali diperjanjikan lain.
Perselisihan antara pemberi kuasa dengan yang diberi
kuasa, apabila terjadi perselisihan antara orang yang diberi
kuasa dengan orang yang memberi kuasa, khususnya
kehilangan barang yang dikuasakan, maka yang dijadikan
pegangan adalah perkataan orang yang menerima kuasa
disertai dengan saksi. Apabila sengketa disebabkan
pembayaran, maka yang dipegang adalah perkataan
penerima kuasa dengan bukti-buktinya. Jika penerima
kuasa melakukan suatu perbuatan yang dianggap salah,
sedangkan ia beranggapan bahwa pemberi kuasa
menyuruhnya demikian, maka yang dijadikan pegangan
adalah perkataan penerima kuasa selama penerima kuasa
adalah orang yang terpercaya untuk melakukan perbuatan.
48
e. Berakhirnya Wakalah:
Matinya salah seorang dari shahibul akad (orang-orang
yang berakad), atau hilangnya cakap hukum.
Dihentikannya aktivitas/pekerjaan dimaksud oleh kedua
belah pihak.
Pembatalan akad oleh pemberi kuasa terhadap penerima
kuasa, yang diketahui oleh penerima kuasa.
Penerima kuasa mengundurkan diri dengan sepengetahuan
pemberi kuasa.
Gugurnya hak pemilikan atas barang bagi pemberi kuasa.
2.8.3 Jenis-Jenis Wakalah
Wakalah dapat dibedakan menjadi: al-wakalah al-ammah dan
alwakalah al-khosshoh, al-wakalah al-muqoyyadoh dan al-wakalah
mutlaqoh. (Ayub, 2009)
a. Al-wakalah al-khosshoh, adalah prosesi pendelegas ian
wewenang untuk menggantikan sebuah posisi pekerjaan yang
bersifat spesifik. Dan spesifikasinyapun telah jalas.
b. Al-wakalah al’ammah, adalah prosesi pendelegasian wewenang
bersifat umum, tanpa adanya spesifikasi.
c. Al-wakalah al-muqoyyadoh dan. Adalah akad dimana wewenang
dan tindakan si wakil dibatasi dengan syarat-syarat tertentu.
d. Al-wakalah mutlaqoh adalah akad wakalah dimana wewenang
dan wakil tidak dibatasi dengan syarat atau kaidah tertentu,
misalnya jualah mobil ini, tanpa menyebutkan harga yang
diinginkan.
2.8.4 Ilustrasi Akad Wakalah
Praktek perbankan syariah, transaksi wakalah ibarat pisau dapur.
Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa
49
pentingnya. Ini karena transaksi wakalah sering hanya menjadi transaksi
pendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Lihat saja transaksi
pembiayaan murabahah, salam, istishna, seluruhnya memerlukan transaksi
wakalah untuk alasan kemudahan. Tanpa transaksi wakalah niscaya bank
syariah akan sangat kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena harus
membeli sendiri barang yang dibutuhkan debitur. (Ulva, 2017)
Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan transfer uang.
(Antonio, 2001)
Atas dasar prinsip wakalah, bank membuka L/C atas permintaan
nasabah dengan meminta nasabah untuk menyetorkan dana yang cukup
(100%) dari besarnya L/C yang dibuka. Setoran dana tersebut disimpan oleh
bank dengan prinsip wadiah dan bank memungut ujrah (fee atau komisi)
sebagai kontraprestasi. (Anshori, 2009) Ketetapan jasa tentang ujr (fee atau
komisi) dikenakan biaya pada nasabah untuk local Rp 2.000,- dan untuk
intercity Rp 10.000,- dan biaya tersebut dikenakan pada awal penyerahan
kliring. (Zulkifli, 2005)
Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai wakil
dari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu
(taukil). Dalam hal ini, bank akan mendapatkan upah atau biaya administra s i
atas jasa tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi wakil untuk
melakukan pembayaran tagihan listrik atau telepon kepada perusahaan
listrik atau telepon. Contoh lain adalah bank mewakili sekolah atau
univeritas sebagai penerima biaya SPP dari para pelajar untuk biaya studi.
(Mardani, 2012)
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa
harus cakap hukum. Khususnya pada pembukaan letter of credit, apabila
dana nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian L/C dapat dilakukan
dengan pembiayaan murabbahah, salam, ijarah, mudharabah, atau
musyarakah. Tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai
50
kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang dilakukan harus
mengatasnamakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas
pelaksanaan tugasnya tersebut, bank mendapat pengganti biaya berdasarkan
kesepakatan bersama. Pemberian kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan
dan disetujui bersama antara nasabah dengan bank. (Antonio, 2001)
Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank
kecuali kegagalan karena force majeure menjadi tanggung jawab nasabah.
Apabila bank yang ditunjuk lebih dari satu, maka masing-masing bank tidak
boleh bertindak sendiri-sendiri tanpa musyawarah dengan bank yang lain,
kecuali dengan seizin nasabah. (Sudarsono, 2013) Atas pelaksanaannya
tersebut, bank mengenakan biaya administrasi kepada nasabah berdasarkan
kebijakan bank. (Ghufron, 2005)
2.9 Akad Kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga yang memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggung
jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin (Djuwaini, 2008).
Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan), hamalah
(beban), dan za’amah (tanggungan). Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud
dengan al-kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafil menjadi beban
ashil dalam tuntutan dengan benda (materi) yang sama baik utang barang maupun
pekerjaan. Menurut Iman Taqiyyudin yang dimaksud dengan kafalah adalah
mengumpulkan satu beban dengan beban lain. Menurut Hasbi Ash Shidiqi al-
kafalah ialah menggabungkan dzimah kepada dzimah lain dalam penagihan.
(Suhendi, 2002)
Menurut syariah, kafalah adalah suatu tindak penggabungan tanggungan
orang yang menanggung dengan tanggungan penanggung utama terkait tuntutan
yang berhubungan dengan jiwa, hutang, barang, atau pekerjaan. Kafalah
51
terlaksana dengan adanya penanggung, penanggung utama, pihak yang
ditanggung haknya, dan tanggungan. Penanggung atau disebut kafil adalah orang
yang berkomitmen untuk melaksanakan tanggungan. (Sabiq, 2009)
2.9.1 Landasan Hukum Kafalah: a. Al-Qur’an
Kafalah disyaratkan oleh Allah SWT terbukti dengan
firman-Nya:
“Ya’qub berkata: “aku sekali-kali tidak akan melepaskannya
(pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan
kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti
akan membawanya kepadaku kembali.”(QS. Yusuf : 66)
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:
“Dan barang siapa yang dapat mengembalikannya piala raja,
maka ia akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta,
dan aku yang menjamin terhadapnya.” (QS. Yusuf: 72)
b. Al-Hadits
Terdapat beberapa hadist yang dianggap relevan dengan
hukum Wakalah:
“Bahwa Nabi SAW tidak mau shalat mayit pada mayit yang
masih punya hutag, maka berkata Abu Qatadah: “shalat lah
atasnya ya Rasulullah, sayalah yang menanggung hutangnya,
kemudian Nabi menyalatinya.” (HR. Bukhari) (Al-Bukhar i,
2011)
“Dari Jabir r.a. beliau berkata: “seorang lelaki diantara kami
meninggal dunia, lalu setelah kami memandikannya,
mewangikannya, dan mengkafaninya, kemudian kami
membawanya kepada Rasulullah SAW, lalu kami berkata:
“Engkau shalati dia. Lalu setelah dia melangkah beberapa
langkah, kemudian beliau bertanya: “apakah dia mempunya i
hutang?” kami menjawab: “dua dinar” lalu beliau pergi. Setelah
hutangnya ditanggung oleh Abu Qatadah, lalu kami mendatangi
52
beliau lagi. Lalu Abu Qatadah berkata: “hutangnya dua dinar itu
menjadi tanggungan saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda:
“wajib bagi kamu hutangnya itu dan orang mati itu sudah bebas
dari utang dua dinar itu”. Kata Abu Qatadah: “ya” lalu beliau
shalati dia. Diriwyatkan oleh Muhammad Abu Daud dan An
Nasa’i dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim”.
2.9.2 Rukun dan Syarat Kafalah:
Rukun al-kafalah terdiri atas kafil (penjamin/penanggung), makful
‘anhu (tertanggung), makful lahu ( penerima hak tanggungan), makful bih
(obyek tanggungan), dan sighat ‘aqd ( pernyataan ‘ijab dan qabul). (Zuhayli,
2010)
a. Kafil Ulama fiqh mensyaratkan seorang kafil harus cakap
melakukan tindakan hukum ( ahliyah al-‘aqd) yaitu baligh,
berakal sehat dan mampu melaksanakan tatanan agama dalam
pengelolaan harta, karena kafalah merupakan sebuah tindakan
yang berkenaan dengan harta. Sehingga akad kafalah tidak boleh
dilakukan oleh anak kecil, orang-orang safih ataupun orang yang
terhalang untuk melakukan transaksi (mahjur ‘alaih). Karena
bersifat charity, akad kafalah harus dilakukan oleh seorang kafil
dengan penuh kebebasan, tanpa adanya paksaan. Kafil memilik i
kebebasan penuh untuk menjalankan pertanggungan.
b. Makful ‘anhu (tertanggung) Dia adalah orang yang berhutang,
syarat utama yang harus melekat pada diri makful ‘anhu adalah
kemampuannya menerima obyek pertanggungan, baik dilakukan
oleh diri pribadinya atau orang lain yang mewakilinya dan
dikenal baik oleh pihak kafil. Dalam masalah tanggungan tidak
disyaratkan meminta izin dari pihak tertanggung, karena
melunasi hutang pihak lain tanpa izinya dapat dibenarkan, bahkan
kesediaan melunasi pihak lain merupakan tindakan mulia.Alasan
lainnya, ulama telah sepakat bahwa menanggung beban utang
53
mayat adaalah sah. Maka adanya tanggungan tidak harus
diketahui oleh tertanggung.
c. Makful lahu (penerima tanggungan) Makful lahu (penerima
tanggungan) disyaratkan baligh, berakal dan dikenali oleh kafil
guna memastikan bahwa pertanggungan yang menjadi bebannya
mudah untuk dipenuhi. Demikian pula makful lahu sebagai orang
yang memiliki piutang harus mengenal penjamin (kafil), karena
karakter manusia dalam pembayaran hutang ditinjau dari segi
mudah dan sulitnya penagihan hutang bermacammacam.
d. Makful bih (obyek pertanggungan/kekayaan atau piutang yang
menjadi jaminan). Obyek pertanggungan disyaratkan, pertama:
Merupakan tanggungan bagi makful ‘anhu, berupa hak yang
sudah pasti mengikat pada saat akad berlangsung, sehingga
penanggungan perkara yang belum wajib hukumnya tidak sah,
misalnya menjamin harga atas transaksi barang sebelum serah
terima. Kedua: Obyek pertanggungan berupa hak milik yang telah
mengikat atau paling tidak statusnya akan mengikat. Misalnya
penanggungan harga pembelian barang dalam masa khiyar adalah
sah karena harga tersebut akan mengikat. Ketiga : Obyek
tanggungan harus diketahui jelas baik jenis, kadar, sifat dan
bentuknya. Tidak boleh menanggung obyek pertanggungan yang
tidak jelas (majhul). Namun demikian sebagian ulama fiqh
membolehkan menanggung obyek yang bersifat majhul. Hal ini
disandarkan pada hadis Rasulullah, “ barang siapa dari orang-
orang mukmin yang meninggalkan tanggunganhutang, maka
pembayarannya menjadi tanggunganku”. Berdasarkan hadis ini,
nilai obyek pertanggungan yang dijamin Rasulullah bersifa t
majhul, dengan demikian diperbolehkan. e. Sighat ‘aqd Sighat
kafalah bisa diekspresikan dengan ungkapan yang menyatakan
adanya kesanggupan untuk menanggung sesuatu, sebuah
kesanggupan untuk menunaikan kewajiban. Seperti ungkapan
54
“aku akan menjadi penjaminmu” atau “ saya akan menjadi
penjamin atas kewajibanmu terhadap seseorang” atau ungkapan
lain yang sejenis. Ulama tidak mensyaratkan kalimat verbal yang
harus diucapkan dalam akad kafalah, semuanya dikembalikan
kepada adat kebiasaan. Intinya, ungkapan tersebut menyatakan
kesanggupan untuk menjamin sebuah kewajiban. (Djuwaini,
2008)
2.9.3 Jenis-Jenis Kafalah
Secara garis besar, akad kafalah dapat dibedakan menjadi dua :
kafalah bil mal dan kafalah bin-nafs.
a. Kafalah bil mal merupakan jaminan pembayaran barang atau
pelunasan hutang atau kafalah yang berupa kewajiban yang harus
dipenuhi oleh kafil dengan pemenuhan berupa harta. Akad
kafalah bil mal akan berakhir ketika obyek pertanggungan
(makful bihu) sudah terbayarkan kepada penerima tanggungan
(makful lahu), baik oleh tertanggung (makful ‘anhu) ataupun oleh
pihak penanggung (kafil). Pihak penerima tanggungan melakukan
hibah atas obyek pertanggungan, baik kepada pihak tertanggung
ataupun kepada kafil. Atau juga adanya pembebasan tanggungan
atau hal lain yang disamakan dengan hal itu, dari pihak penerima
tanggungan (makful lahu). Kafalah bil mal dibedakan menjadi
tiga macam:
1) Kafalah bi al-dayn yaitu kewajiban membayar hutang yang
menjadi tanggung jawab orang lain. Hutang yang menjadi
obyek kafalah disyaratkan : Pertama, Hutang telah pasti pada
waktu jaminan tersebut diberikan apabila hutang itu belum
pasti, maka kafalah-nya dianggap tidak sah. Kedua, Hutang
diketahui oleh kafil.
2) Kafalah bi ‘ain aw bi at-taslim (Kafalah atas suatu barang
maupun penyerahannya), yaitu kewajiban kafil untuk
55
menyerahkan benda-benda tertentu yang berada di tangan
orang lain. Seperti menyerahkan barang yang telah dijual
kepada seseorang yang pada saat jual beli terjadi ternyata
barang tersebut berada di tangan ghăsib.
3) Kafalah bi al-aib, maksudnya adalah kafalah atas barang yang
telah terjual (dibeli seseorang) atas bahaya atau resiko cacat
yang mungkin terjadi atas barang tersebut, karena waktu yang
terlalu lama atau karena suatu hal lainnya, maka ia (pembawa
barang) sebagai jaminan untuk hak pembeli pada penjual,
seperti jika terbukti barang yang dijual adalah milik orang lain
atau barang tersebut adalah barang gadai. (Nawawi, 2010)
b. Kafalah bin-nafs, merupakan akad pemberian jaminan atas diri
(personal guarantee). Yaitu kewajiban kafil untuk menghadirkan
seseorang ke hadapan orang yang mempunyai hak (makful lahu).
Sebagai contoh dalam praktik perbankan, seorang nasabah
mendapat pembiayaan dengan jaminan reputasi dan nama baik
seseorang atau tokoh masyarakat. Walaupun secara fisik pihak
bank tidak memegang jaminan, tetapi bank berharap tokoh
tersebut dapat mengusahakan pembayaran ketika nasabah
mengalami kesulitan. Menurut sebagian ulama fiqh kafalah bin-
nafs adalah kesediaan menghadirkan tertanggung (makful ‘anhu)
kehadapan pihak penerima tanggungan (makful lahu) untuk suatu
tujuan dengan seizin tertanggung (Zuhayli, 2010). Kafalah ini
dibolehkan jika pertanggungan tersebut menyangkut persoalan
hak manusia sebab kafalah ini hanya menyangkut badan dan
bukan menyangkut harta. Kafalah jiwa ini sudah berlaku sejak
permulaan Islam dan selanjutnya menjadi ijma para ulama. Akad
kafalah bin-nafs akan berakhir ketika obyek jaminan (makful
bihi) telah menyerahkan diri dan hadir di hadapan makful lahu,
dan menyelesaikan akad pertanggungan. Demikian juga apabila
kafil (penjamin/penanggung) mendapatkan pembebasan dari
56
makful lahu, maka akad kafalah berakhir atau ketika makful ‘anhu
meninggal dunia.
2.9.4 Ilustrasi Akad Kafalah
Kafalah dapat dilaksanakan dalam tiga bentuk, yaitu (Mugiyati,
2014):
a. Dengan cara tanjĩz (kafālah al-munjazah). Yaitu kafālah yang
cara penjaminannya dilakukan seketika dan tanpa dikaitkan
dengan sesuatu yang lain. Seperti seseorang mengatakan, “saya
tanggung dan saya jamin si Fulan sekarang”. Kafalah dengan cara
tanjiz ini sudah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan
semenjak itu kāfil mengikatkan diri kepada hutang tersebut baik
dalam penyelesaiannya, penundaan pembayarannya maupun
pembayaran cicilannya.
b. Dengan cara ta’liq (kafālah al-muallaqah), yaitu kafalah yang
pelaksanaan jaminannya dilakukan oleh seseorang terhadap
orang lain yang disyaratkan atau digantungkan kepada suatu hal
tertentu, seperti : “Jika engkau member kepercayaan kepada si A
untuk memimpin usaha itu maka aku menjamin untuknya”.
c. Dengan cara tauqĩt (kafalah al-muallaqat), yaitu kafalah yang
pelaksanaannya jaminannya dibayar dengan dikaitkan pada
waktu tertentu. Seperti pernyataan seseorang : “jika ditagih pada
bulan Ramadlan, maka aku yang akan menanggung
pembayarannya”. Apabila akad telah berlangsung maka makfūl
lahu boleh menagih kepada kāfil atau kepada makfūl ‘anh pada
waktu yang telah ditentukan.
57
2.10 Akad Ijarah
Al-Ijarat (ijarah) berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya
ialah al-‘iwadh yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah
(Suhendi, 2005). Ijarah dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “leasing”. Ijarah
(leasing) didefinisikan sebagai “a lease contract as well as a hire contract, (Al-
Harran, 1996). Al-ijarah (ijarah) yang disebut juga lease contract dan hire contract.
ia berasal dari bahasa Arab al-ajr dan merupakan turunan dari kata kerja ajara,
serta termasuk mashdar al-simȃ’i. Secara bahasa ia berarti al-tsawȃb (ganjaran),
al-jazȃ’ al-hasan (balasan atas kebaikan), al-jazȃ’ ‘alȃ al-‘amal (balasan atas
perbuatan), dan al-‘iwadh (pergantian), (Hakim, 2011).
Secara istilah, Ijarah adalah upah sewa (ujrah) yang diberikan kepada
seseorang yang telah mengerjakan suatu pekerjaan sebagai balasan atau imbalan
atas pekerjaannya (Mardani, 2012). Adapun pengertian ijarah menurut pendapat
beberapa ulama, sebagai berikut: (1) menurut Hanafiyah ijarah ialah akad untuk
membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang
disewa dengan imbalan; (2) menurut Malikiyah ijarah ialah nama akad-akad untuk
kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian dapat dipindahkan; (3)
menurut Syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah ijarah ialah akad atas manfaat
yang diketahui dan disengaja untuk memberi dan membolehkan dengan imbalan
yang diketahui ketika itu; (4) menurut Muhammad Al-Syarbini al-Khatib ijarah
ialah pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat; (5) menurut
Sayyid Sabiq ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian; (6) menurut Hasbi Ash-Shiddiqie ijarah ialah akad yang objeknya
adalah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan
imbalan, sama dengan menjual manfaat (Suhendi, 2005).
Dalam fatwa DSN-MUI Ijarah didefinisikan akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Ijarah adalah akad dalam sewa-menyewa antara pihak penyewa dan pihak yang
menyewa melalui pembayaran sewa/upah, dengan catatan apa bila objek
58
transaksinya adalah barang, maka barang tersebut tidak ikut berpindah
kepemilikan kepada pihak yang menyewa.
2.10.1 Landasan Hukum Ijarah:
a. Al-Qur’an
Ijarah disyaratkan oleh Allah SWT terbukti dengan firman-Nya:
QS Al-Baqarah ayat 233: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-
anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
b. Al-Hadits
Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah bersabda:
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya
kepada tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan dalam hadits lain Nabi Saw. juga bersabda: “Berikanlah oleh
mu upah kepada seorang pekerja sebelum keringatnya
kering”(HR. Ibnu Majjah).
2.10.2 Rukun dan Syarat Ijarah:
Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah
(Ascarya, 2007):
59
1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang
menyewa aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik
yang menyewakan aset.
2. Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga
sewa).
3. Sighat yaitu ijab dan qabul.
Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-
ketentuan hukum Islam, sebagai berikut:
1. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan
tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua
belah pihak.
2. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang
bertanggung jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut
harus dapat memberi manfaat kepada penyewa.
3. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti.
4. memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak
dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
2.10.3 Jenis-Jenis Ijarah
Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al-Manfa’ah).
Hal ini berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan
jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.
Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja
disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah (Ascarya, 2011).
Misalnya, sewa menyewa rumah, kendaraan, pakaian dll. Dalam
hal ini mu’jir mempunyai benda-benda tertentu dan musta’ji
butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara keduanya, di
mana mu’jir mendapatkan imbalan tertentu dari musta’jir dan
musta’jir mendapatkan manfaat dari benda tersebut (Afandi,
2009).
60
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (AlIjarah ala Al-„Amal) Hal ini
berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan
hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang
lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan
leasing (sewa) di bisnis konvensional (Ascarya, 2007).
2.10.4 Ilustrasi Akad Ijarah
Dalam pembiayaan rumah sakit atau pembiayaan persalinan anggota
biasanya mengajukan pembiayaan kesehatan seperti rawat inap dan
persalinan, lalu anggota mengisi formulir pengajuan pembiayaan yang telah
disediakan LKS yang selanjutnya anggota menyerahkan berkas dokumen
sebagai persyaratan yang telah ditetapkan oleh LKS, setelah itu jika LKS
menyetujui, maka LKS memberikan dana yang diajukan oleh anggota
tersebut untuk dibayarkan kepada rumah sakit (Solihah, 2014).
2.11 Akad Qardh
Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata qarada yang sinonimnya qatha’a
yang berarti memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang
memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima
utang (muqtaridh). (Muslich, 2010)
Menurut Syafi’i Antonio, qardh adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharap imbalan. (Antonio, 2001)
Menurut Bank Indonesia, qardh adalah akad pinjaman dari bank (muqridh)
kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang
sama sesuai pinjaman.
2.11.1 Landasan Hukum Qardh:
a. Al-Qur’an
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah
61
akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”(Q.S.Al-
Baqarah: 245) (Sudarsono, 2003)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah:2) (Sudarsono,
2003)
c. Al-Hadits
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah bersabda,”aku melihat
pada waktu malam di-isra’kan, pada pintu surga tertulis: sedekah
dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku
bertanya, Wahai Jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah?
Ia menjawab, karena peminta-minta sesuatu dan ia punya,
sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena
keperluan.” (HR. Ibnu Majjah). (Sudarsono, 2003)
2.11.2 Rukun dan Syarat Qardh:
Rukun dari akad qardh:
1. Pelaku yang terdiri dari pemberi (muqridh) dan penerima
pinjaman (muqtaridh).
2. Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan.
3. Ijab kabul atau serah terima
Ketentuan syariah qardh:
1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad
a. Jelas nilai pinjamanya dan waktu pelunasanya.
b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu
yang telah disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada
62
penambahan atas pokok pinjamanya. Namun peminjam
diperbolehkan memberikan sumbangan secara sukarela.
c. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan
maka waktu peminjaman dapat diperpanjang atau
menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibanya. Namun
jika peminjam lalai maka dapat dikenakan denda.
d. Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela
diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal
atau tertulis. (Nurhayati dan Wasilah, 2014)
2.11.3 Ilustrasi Akad Qardh
Pada skema pembiayaan Al-Qardh di atas, dijelaskan bahwa pihak
pertama dalam hal ini bank memberikan modal usaha kepada pihak kedua
dalam hal ini nasabah untuk kemudian memanfaatkan modal tersebut
dengan sebaik mungkin. Pihak bank kemudian mengawasi bagaimana
pengelolaan modal usaha tersebut yang nanti jika mendapatkan keuntungan
pihak bank dan nasabah kemudian membagi hasil sesuai dengan
kesepakatan. Pada akhirnya pihak bank akan mendapatkan modalnya
kembali dan nasabah akan mendapatkan keuntungannya. (Fatwa dan Muin,
2015)
Gambar 2. 1 Skema Pembiayaan Al-Qardh
63
2.12 Akad Murabahah
Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar
saling suka rela. Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang
dapat di benarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan
barang, barang dengan barang yang biasa dikenal dengan sebutan barter dan uang
dengan uang missal pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing
(Nurhayati dan Wasilah, 2012).
Secara bahasa murabahah di ambil dari kata rabihayarbahu-ribahan-
warabahan-warabahan yang berarti beruntung atau memberikan keuntungan.
Sedangkan kata ribh itu sendiri suatu kelebihan yang diperoleh dari produksi atau
modal (profit). Murabahah berasal dari kata mashdar yang berarti keuntungan,
laba, atau faedah (Janwari, 2015).
Secara istilah dalam fikih islam murabahah adalah suatu bentuk jual beli
tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang
dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan
tingkat keuntungan yang diinginkan (Ascarya, 2008).
2.12.1 Landasan Hukum Murabahah:
a. Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
64
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal
di dalamnya” (Suwiknyo, 2010).
b. Al-Hadits
Riwayat Ibnu Majah, dari Suhaib Al-Rumi r.a, Rasulullah SAW
bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan,
pertama menjual dengan tempo pembayaran (murabahah), kedua
muqaradhah (mudharabah), dan ketiga mencampurkan tepung
dengan gandum untuk kepentingan rumah bukan untuk
diperjualbelikan.” (HR. Ibnu Majah) (Sumitro, 1996)
2.12.2 Rukun dan Syarat Murabahah:
Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain
(Muhammad, 2009):
a. Penjual (Ba’i) Adalah pihak bank atau BMT yang membiaya i
pembelian barang yang diperlukan oleh nasabah pemohon
pembiayaan dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan.
b. Pembeli (Musytari) Pembeli dalam pembiayaan murabahah
adalah nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan ke
bank atau BMT.
c. Objek jual beli (Mabi’) yang sering dilakukan dalam permohonan
pembiayaan murabahah oleh sebagian besar nasabah adalah
terhadap barang-barang yang bersifat konsumtif untuk
pemenuhan kebutuhan produksi.
d. Harga (Tsaman) Harga dalam pembiayaan murabahah
dianalogikan dengan pricing atau plafond pembiayaan.
e. Ijab qobul. Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga
Keuangan Syariah (BMT), dimana segala operasionalnya
mengacu pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga
memilki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad biasanya
memuat tentang spesifikasi barang yang diinginkan nasabah,
kesediaan pihak bank syariah atau BMT dalam pengadaan
65
barang, juga pihak bank syariah atau BMT harus memberitahukan
harga pokok pembelian dan jumlah keuntungan yang ditawarkan
kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian penentuan lama
angsuran apabila terdapat kesepakatan murabahah.
Selain ada rukun dalam pembiayaan murabahah, juga terdapat
syarat-syarat yang sekiranya menjadi pedoman dalam pembiayaan sekaligus
sebagai identitas suatu produk dalam bank syariah atau BMT dengan
perbankan konvensional. Syarat dari jual beli murabahah tersebut antara
lain:
a. Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli
(Ridwan, 2007). Hal ini adalah logis, karena harga yang akan
dibayar pembeli kedua atau nasabah didasarkan pada modal si
pembeli awal / Bank atau BMT.
b. Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Akad harus bebas dari riba.
b. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
c. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.
2.12.3 Jenis-Jenis Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Murabahah tanpa pesanan, yaitu apabila ada yang memesan atau
tidak, ada yang beli atau tidak, lembaga keuangan syariah
menyediakan dagangannya. Akan tetapi, penyediaan barang
tersebut tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada
tidaknya pesanan atau pembeli (Djuwaini, 2008).
b. Murabahah berdasarkan pesanan, yaitu lembaga keuangan
syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli
apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan
barang baru dilakukan jika ada pesanan. Akan tetapi, pengadaan
66
barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan
atau pembelian barang tersebut
2.12.4 Ilustrasi Akad Murabahah
Murabahah dalam perbankan syariah didefinisikan sebagai jasa
pembiayaan dengan mengambil bentuk transaski jual beli barang antara
bank dengan nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian
murabahah, bank membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan
oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan
kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu
mark-up atau margin keuntungan (Sjahdeini, 1999).
Penerapan murabahah dalam bank dimana bank membeli dahulu
barang yang akan dibeli oleh nasabah setelah ada perjanjian sebelumnya.
Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual ke nasabah dengan
harga perolehan ditambah margin keuntungan sesuai kesepakatan.
Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa
angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah
membayar secara tangguh.
Selanjutnya ada penerapan murabahah dimana perpindahan
kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran
dilakukan bank langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku
pembeli akhir menerima barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian
murabahah dengan bank. Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash),
atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada
umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini lebih dekat
dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal. Dalam beberapa
kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa mereka tidak berhutang
kepada bank, tapi kepada pihak ketiga yang mengirimkan barang (Rianto,
2012).
67
2.13 Akad Salam
Secara etimologi salam berasal dari kata salama atau shalaf yang berarti
pendahuluan (Sjahdeini, 2014). Sedangkan secara terminologis muamalah salam
adalah penjualan suatu barang yang masih ditangguhkan atau barang yang
diperjual belikan belum ada sedangkan pembayarannya dilakukan di awal (Ismail,
2011). Jual beli salam merupakan prinsip jual beli suatu barang antara penjual
(muslam illaihi) dengan pembeli (muslam) sebesar harga pokok ditambah dengan
keuntungan. Barang yang diperjual belikan belum ada akan tetapi sifatnya sudah
disebutkan dan pembayaran dilakukan secara tunai di awal kesepakatan (Zulkifl i,
2003). Salam berarti pembelian barang yang penyerahannya diakhir dan
pembayaran dilakukan diawal (Antonio, 2001).
2.13.1 Landasan Hukum Salam:
a. Al-Qur’an
Landasan hukum dalam bertransaksi menggunakan akad salam
terdapat dalam al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 282:
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakkan (apa yang akan dituli itu), dan hendaklah ia
bertawakal kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun dari pada hutangnya. Jika yang berutang itu orang
yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak ada
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang
68
lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi
itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil ; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu pembayarannya. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah
itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka
tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli ; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan
pada dirimu. Dan bertawakalah kepada Allah ; Allah
mengajarimu ; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
2.13.2 Rukun dan Syarat Salam:
Dalam praktik bai’ Salam harus memenuhi rukun dan syarat.
Adapun rukun bai’ Salam adalah sebagai berikut:
a. Muslam (pembeli atau pemesan)
b. Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
c. Muslam fih (barang yang dipesan atau yang akan diserahkan)
d. Ra’s al-mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)
e. Sighat (ijab dan qabul atau ucapan serah terima) (Nor, 2008).
Sedangkan syarat bai’ Salam adalah sebagai berikut (Saprida, 2016):
a. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad. Berarti pembayaran
dilakukan terlebih dahulu.
b. Barangnya menjadi hutang bagi si penjual.
c. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Berarti
pada waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada. Oleh
sebab itu memesan buah-buahan yang waktunya ditentukan
bukan pada musimnya tidak sah.
69
d. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran,
timbangan, ukuran ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara
menjual barang semacam itu.
e. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifat itu
berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat
berbeda. Sifat-sifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada
keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan antara kedua
belah pihak (si penjual dan si pembeli). Begitu juga macamnya,
harus juga disebutkan.
f. Disebutkan tempat menerimanya, kalau tempat akad tidak layak
buat menerima barang tersebut. Akad salam harus terus, berarti
tidak ada khiyar syarat.
2.13.3 Ilustrasi Akad Salam
Contoh ilustrasi akad salam adalah jual beli buah mangga 100kg,
kita memesan buah kepada penjual untuk acara seminggu ke depan. Maka
dalam hal ini, saat pembeli dan penjual deal untuk jual beli buah mangga
100kg. Pada saat itu pembeli harus menyerahkan uangnya langsung/tuna i
kepada penjual. Baik secara cash atau transfer. Dan penjual wajib
menyerahkan barang pada waktu yang disepakati. Yaitu minggu depan.
Baik buah dari kebonnya sendiri atau dia harus membeli dulu buahnya dari
pedagang buah yang lain. (Isnawati, 2018).
2.14 Akad Wakalah bil Ujrah
Wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan
asuransi untuk mengelola dana peserta atau melakukan kegiatan lain dengan
imbalan pemberian fee (ujrah). Akad wakalah bersifat amanah (yad dhamanah),
sehingga perusahaan asuransi sebagai wakil tidak menanggung resiko terhadap
kerugian investasi dengan mengurangi fee yang diterimanya kecuali karena
kecerobohan atau wanprestasi. Namun perusahaan asuransi tidak berhak untuk
mendapatkan keuntungan dari hasil investasi tersebut (Bayinah and dkk, 2017).
70
Dalam wakalah bil ujrah, pihak pertama sebenarnya memiliki kemampuan
dalam mengerjakan sesuatu oleh dirinya sendiri tetapi karena sebab tertentu ia
tidak sempat mengerjakannya, dan oleh karenanya dia mendelegasikan pekerjaan
tersebut kepada orang lain dengan menyertakan imbalan atau upah. Terdapat
proses saling membantu dan kerjasama antar pihak yang terkait yaitu pihak
penerima pelimpahan wewenang memperoleh imbalan dan pemberi wewenang
terbantu sebagian pekerjaannya (Hakim, 2011).
2.14.1 Landasan Hukum Wakalah bil Ujrah:
a. Al-Qur’an (Fatwa DSN-MUI NO: 1l3/DSN-MUI/IX/2017)
Surat Yusuf ayat 55
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengaleman”.
Surat An-Nisa ayat 58
“SesungguhnyaAllah menuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan
hukum di antara menusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lasgi Maha
Melihat."
b. Al-Hadits (Fatwa DSN-MUI NO: 1l3/DSN-MUI/IX/2017)
Hadis Nabi riwayat al-Bukhari dari 'Urwah:
"Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan
menceritakan kepada kami, Syabib bin Gharqadah menceritakan
kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk bercerita
tentang 'Urwah, bahwa Nabi SAW memberikan uang satu dinar
kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu
dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia
jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu
dinar dan satu ekor kambing. Nabi SAW mendoakannya dengan
71
keberkatan dalam jual belinya. Seandainya 'Urwah membeli debu
tanah pun, ia pasti beruntung. "
2.14.2 Rukun dan Syarat Wakalah bil Ujrah:
Adapun untuk rukun untuk wakalah bil ujrah itu sendiri tidak
berbeda dengan rukun dari wakalah, yaitu: wakil, muwakkil, muwakkal fih,
dan shighat ijab qabul. Yang membedakannya adalah adanya ujrah pada
akad wakalah bil ujrah.
Adapun syarat dari wakalah bil ujrah dimuat dalam peraturan Fatwa
DSN-MUI NO: 1l3/DSN-MUI/IX/2017.
2.14.3 Ilustrasi Akad Wakalah bil Ujrah
Dalam akad wakalah bil ujrah di bank syariah contoh penerapannya
terdapat dalam produk jasa transfer bank syariah. Jasa transfer merupakan
proses transfer atau kiriman uang ataupun pemindahan sejumlah uang/dana
dari satu unit kerja bank (bisa berupa Kantor Pusat, Cabang Pembantu) ke
unit kerja bank lainnya. Yang dalam proses ini jasa transfer yang diterapkan
adalah suatu rekening yang dimiliki nasabah yang memberikan amanat
kepada bank syariah tersebut untuk mengirim atau mentransfer sejumlah
rekening kepada orang lain yang menggunakan jasa bank syariah, dari
proses transfer atau pengiriman tersebut pihak bank meminta upah atau
imbalan kepada nasabah sebagai balas jasa transfer tersebut.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses jasa transfer:
1) Nasabah pengirim (remitter) adalah pihak yang memberikan
amanat kepada bank untuk mengirim uang.
2) Bank penerus transfer (remitter bank) yakni bank yang menerima
perintah pengiriman yang dari nasabah.
3) Bank pembayar/penerima transfer (beneficiary bank) yaitu bank
yang melakukan pembayaran kepada pihak penerima (Kozuma,
2017).
72
diklasifikasi,
teramati,
holistik,
hasil
dan
2.15 Konsep Dasar Kuantitatif
2.15.1 Pengertian Kuantitatif Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang didalam usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan
kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek
pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik.
Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono,
2003).
Data kuantitatif, adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan
teknik perhitungan statistic (Siregar, 2013).
2.15.2 Perbandingan Kuantitatif dan Kualitatif
Dalam melakukan penelitian dibutuhkan pemahaman mengena i
metode penelitian agar penelitian dapat dicapai dengan baik. Berikut
merupakan perbandingan metode kuantitaf dan kualitatif menurut Sugiyono
(2008):
1. Perbedaan Aksioma Kuantitatif dan Kualitatif
Tabel 2. 1 Perbedaan aksioma kuantitatif dan kualitatif
Aksioma Dasar Kuantitatif Kualitatif
Sifat realitas Dapat
konkrit,
terukur.
Ganda,
dinamis,
konstruksi
pemahaman.
73
dengan Hubungan peneliti dengan
Independen, supaya Interaktif
yang diteliti terbangun obyektivitas. sumber data agar
memperoleh makna.
Hubungan variabel Sebab-akibat (kausal). Timbal balik/interaktif.
Kemungkinan generalisasi
Cenderung membuat
Generalisasi
Transferability (hanya
mungkin dalam ikatan
konteks dan waktu).
Peranan nilai Cenderung bebas nilai. Terikat nilai-nilai yang
dibawa peneliti dan
sumber data.
2. Perbedaan karakteristik metode kuantitatif dan kualitatif
Tabel 2. 2 Perbedaan karakteristik metode kuantitatif dan kualitatif
74
No. Karateristik Kuantitatif Kualitatif
1 Desain a.
b.
c.
a.
b.
c.
2 Tujuan Menunjukkan hubungan
antar
variabel.
Menguji teori.
Menemukan pola
hubungan yang
bersifat interaktif.
Menemukan teori.
c. c.
d.
3 Teknik
Pengumpulan
Data
a.
b.
a.
b.
c.
d.
Spesifik, jelas, rinci.
Ditentukan secara
mantap sejak awal.
Menjadi pegangan
langkah demi langkah.
Umum
Fleksibel
Berkembang dan
muncul dalam proses
penelitian.
a.
b.
a.
b.
Mencari generalisasi
yang mempunyai nilai
prediktif.
Menggambarkan
realitas yang
kompleks.
Memperoleh
pemahaman makna.
dan
Kuesioner.
Observasi
wawancara
terstruktur.
Participant
observation.
In depth interview.
Dokumentasi.
Triangulasi.
75
4 Instrumen
Penelitian
a.
b.
Peneliti sebagai instrumen (human
instrument).
Buku catatan, tape
recorder, kamera,
handycam, dll. 5 Data Kuantitatif.
Hasil pengukuran
variabel yang
dioperasikan dengan
menggunakan
instrumen.
Deskriptif kualitatif.
Dokumen pribadi,
catatan lapangan,
ucapan dan tindakan
partisipan, dokumen,
dll.
6 Sampel a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
Test, angket,
wawancara
terstruktur.
Instrumen yang telah
terstandar.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
Besar.
Representatif.
Sedapat mungkin
random.
Ditentukan sejak awal.
Kecil.
Tidak representatif
Purposive, snowball.
Berkembang selama
penelitian.
76
7 Analisis Setelah
selesaipengumpulan
data.
Deduktif.
Menggunakan statistik
untuk
menguji hipotesis.
a.
b.
c.
8
Hubungan
dengan
Responden
Dibuat berjarak,
bahkan sering tanpa
kontak supaya
obyektif.
Kedudukan peneliti
lebih tinggi dari
responden.
Jangka pendek sampai hipotesis
dibuktikan.
Empati, akrab, supaya
memperoleh
pemahaman yang
mendalam.
Kedudukan sama
bahkan sebagai guru,
konsultan.
Jangka lama, sampai datanya jenuh dan
dapat ditemukan
hipotesis atau teori.
a.
b.
c.
Terus menerus sejak
awal penelitian sampai
akhir penelitian.
Induktif.
Mencari pola, model,
tema, teori.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
dapat
77
9
Usulan Desain
a. Luas dan rinci.
b. Literatur yang
berhubungan dengan
masalah, dan variabel
yang diteliti.
c. Prosedur yang spesifik
dan rinci langkah-
langkahnya.
d. Masalah dirumuskan
dengan spesifik dan
jelas.
e. Hipotesis dirumuskan
dengan jelas.
f. Ditulis secara rinci dan
jelas sebelum terjun ke
lapangan.
Singkat, umum dan
bersifat sementara.
Literatur yang
digunakan bersifat
sementara, tidak
menjadi pegangan
utama.
Prosedur bersifat
umum.
Masalah bersifat
sementara dan akan
ditemukan setelah
studi pendahuluan.
Tidak dirumuskan
hipotesis karena justru
akan menemukan
hipotesis.
Fokus penelitian
ditetapkan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
78
setelah
diperoleh data awal dari lapangan.
79
10 Kapan Penelitian
Diangap Selesai
Setelah semua kegiatan
yang direncanakan dapat
diselesaikan
Setelah tidak ada data
yang dianggap baru.
11 Kepercayaan
terhadap Hasil
Penelitian
Pengujian validitas dan
reabilitas instrumen.
Pengujian kredibilitas,
dependabilitas, proses
dan hasil penelitian
3. Perbedaan kualitatif dan kuantitatif dilihat dari proses penelitian.
Tabel 2. 3 Perbedaan kualitatif dan kuantitatif dilihat dari proses penelitian
Kuantitatif Kualitatif
Sirkuler, prosesnya adalah:
a. Tahap orientasi/deskripsi (apa
yang dilihat, didengar, dirasakan,
dan ditanyakan).
b. Tahap reduksi/fokus (mereduksi
informasi yang diperoleh pada
tahap pertama).
c. Tahap seleksi (menguraikan fokus
yang telah ditetapkan menjadi
lebih rinci).
Linear, langkah-langkahnya jelas,
yaitu:
a. Rumusan masalah.
b. Berteori.
c. Berhipotesis.
d. Mengumpukan data.
e. Analisis data.
f. Kesimpulan dan saran.
80
2.16 Skala Likert
Skala Likert adalah salah satu skala pengukuran sikap yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tertentu terhadap suatu gejala atau fenomena pendidikan (Djaali, 2008). Nama
skala ini diambil dari nama Rensis Likert, pendidik dan ahli psikolog Amerika
Serikat. Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur
sikap masyarakat sejak tahun 1932.
Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan
dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam
riset beberapa survei. Skala ini mempunyai empat atau lebih butir pertanyaan
yang dikombinasikan sehingga membentuk suatu skor/nilaiyang
merepresentasikan sifat individu, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku
(Syofian et al., 2015).
Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengena i
fenomena sosial (Sugiyono, 2013).
Sewaktu menanggapi pertanyaan atau pernyataan dalam skala
likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu
pertanyaan atau pernyataan dengan memilih salah satu dari pilian yang
tersedia. Biasanya disediakan 5 pilihan skala dengan format, seperti : [1] sangat
setuju, [2] setuju, [3] netral, [4] tidak setuju, dan [5] sangat tidak setuju (Syofian
et al., 2015).
Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh diatas, kadang digunakan
juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan
bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah
pilihan tersebut sangat mirip (Dawes, 2008). Skala Likert merupakan metode
skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap
suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner
skala likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan
"netral" tak tersedia.
81
2.17 Populasi dan Teknik Sampling
Populasi berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda
yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diteliti. Misalnya jika seorang
eksekutif puncak sebuah bank ingin mengetahui strategi-strategi pemasaran yang
dilakukan semua bank di Jakarta maka semua bank yang ada di Jakarta merupakan
populasi. Dengan kata lain, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Guritno et al.
2011).
Sampel merupakan suatu bagian populasi. Dengan mengambil sampel,
peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi.
Penarikan sampel merupakan proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi.
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Terdapat dua metode dasar
penarikan sampel yaitu (Guritno et al.2011):
a. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Beberapa metode penarikan sampel probabilitas
adalah sebagai berikut.
1. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling dikatakan simple (sederhana)
karena pengambilan sampel populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
2. Stratified Random Sampling
Stratified Random Sampling merupakan suatu prosedur
penarikan sampel berstrata, yaitu suatu subsampel acak sederhana
ditarik dari setiap strata yang kurang lebih sama dalam beberapa
karakteristik.
82
3. Cluster Sampling
Cluster Sampling merupakan suatu prosedur penarikan sampel
probabilitas yang memilih subpopulasi yang disebut cluster.
Kemudian, setiap elemen didalam kelompok (cluster tersebut) dipilih
sebagai anggota sampel.
b. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling merupakan suatu prosedur penarikan
sampel bersifat subyektif. Dalam hal ini, probabilitas pemilihan elemen-
elemen populasi tidak dapat ditentukan. Hal ini disebabkan setiap elemen
populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Beberapa teknik pengambilan sampel nonprobabilitas sebagai berikut.
1. Convenience Sampling
Convenience Sampling adalah teknik penarikan sampel
berdasarkan kemudahan. Prosedurnya adalah semata-mata langsung
menghubungi unit-unit penarikan sampel yang mudah dijumpa i
seperti mahasiswa-mahasiswa dalam satu kelas, jamaah tempat
ibadah, pengunjung toko dan lain-lain. Seringkali teknik pengambilan
sampel ini dilakukan untuk menguji kuesioner atau penelit ian
eksplorasi.
2. Quota Sampling
Quota Sampling adalah penarikan sampel berdasarkan quota.
Prinsipnya adalah karakteristik tertentu yang relevan menjelaskan
dimensi populasi. Peneliti harus mengetahui distribusi populasi.
3. Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah penarikan sampel berdasarkan
pertimbangan atau kriteria tertentu.
4. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah metode penarikan sampel dengan
responden yang berhasil diperoleh diminta untuk menunjukan
responden lainnya secara berantai.
83
2.18 Uji Validitas dan Reabilitas
2.18.1 Uji Validitas
Menurut Azwar (2003), validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya.
Uji validitas dengan mengukur korelasi antara variabel dengan total
skor variabel. Cara mengukur validitas konstruk salah satunya yaitu dengan
mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi “product moment”
(Singarimbun, dkk 1989), yakni:
Keterangan:
r : Korelasi product moment
n : Jumlah responden
X : Skor pertanyaan (jawaban responden)
Y : Skor total seluruh pertanyaan
XY : Skor pertanyaan dikali skor total
Kriteria validasi suatu pertanyaan dapat ditentukan jika:
• r hitung > r table, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid.
• r hitung < r table, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan tidak
valid.
Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunya i
validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah
(Azwar, 2003). Suatu item skala dikatakan valid apabila korelasi Pearson
yang didapatkan ≥ 0,3 (Hasan, 2002).
84
2.18.2 Uji Reabilitas
Reliabilitas diartikan sebagai stabilitas bilamana tes itu diujikan dan
hasilnya diadakan analisis reliabilitas dengan menggunakan kriteria interna l
dalam tes tersebut. Cara untuk mengetahui koefisien reliabilitas ini adalah
dengan beberapa rumus yang seluruhnya cukup menggunakan satu tes
dengan sekali uji. Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes menggunakan
teknik Alpha Cronbach (Suherman, 2003). Tahapan perhitungan uji
reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu:
a. Membuat tabel penolong.
b. Menghitung nilai varian setiap butir pertanyaan.
c. Menghitung total nilai varian.
Menjumlahkan seluruh hasil yang didapat dari perhitungan nilai
varian setiap butir pertanyaan.
d. Menghitung nilai varian total.
e. Menghitung nilai reliabilitas instrumen.
Keterangan:
𝑛 : Jumlah sampel
𝑋𝑖 : Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑ 𝑋 : Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
𝜎𝑡2 : Varian total
∑ 𝜎 𝑏2 : Jumlah varian butir
85
𝑘 : Jumlah butir pertanyaan
𝑟 : Koefisien reliabilitas instrument
Menurut Azwar (2003), reliabilitas merupakan penerjemahan dari
kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability, atau dengan kata
lain reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah (Azwar, 2003).
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil
ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam
aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekatiangka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka
0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2000).
Adapun norma reliabilitas yang dijelaskan oleh Guilford di
antaranya:
Tabel 2. 4 Norma Reliabilitas
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel > 0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel < 0,2
86
2.19 Definisi Operasional dan Konseptual
2.19.1 Perceived Usefulness
Perceived Usefulness didefinisikan sebagai tingkat dimana
pengguna percaya bahwa menggunakan teknologi baru akan
mengingkatkan performa kinerja pengguna (Davis, 1989).
Hal serupa juga diungkapkan Shun Wang et al. (2003) bahwa
persepsi kemanfaatan merupakan definisi dimana seseorang percaya dengan
menggunakan suatu sistem dapat meningkatkan kinerja mereka.
Jogianto (2008:114) mendefinisikan kegunaan persepsian
(perceived usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya
bahwa menggunakan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerjanya dalam
bekeria.
Persepsi manfaat berkaitan dengan produktifitas dan efektifitas
sistem dari kegunaan atau manfaat yang dirasakan secara menyeluruh guna
meningkatkan kinerja pengguna sistem tersebut (Irmadhani dan Nugroho,
2011) dalam (Sulastini dan Warmika, 2013).
Persepsi kegunaan adalah sejauh mana individu percaya bahwa
dengan menggunakan teknologi dapat membantu meningkatkan kinerja
tugasnya (Gardner & Amoroso, 2004).
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Perceived
Usefulness adalah dimana seseorang atau individu menggunakan suatu
sistem, dan mereka terbantu dengan itu, karena dapat meningkatkan
performa kinerja mereka dengan baik.
2.19.2 Perceived Ease of Use
Perceived Ease of Use yang didefinisikan sebagai tingkat dimana
pengguna percaya bahwa menggunakan teknologi baru akan bebas dari
resiko atau kesulitan (Davis, 1989).
Definisi tersebut juga didukung oleh Wibowo (2006) yang
menyatakan bahwa persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah
87
teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya
bahwa teknologi tersebut dapat dengan mudah dipahami dan digunakan.
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use)
didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
suatu teknologi akan bebas dari usaha (Jogiyanto, 2008:115).
Persepsi kemudahan memberikan indikasi bahwa suatu sistem
dirancang bukan untuk menyulitkan pemakainya, tetapi justru
mempermudah seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan kata
lain, seseorang yang menggunakan sistem akan bekerja lebih mudah
dibandingkan dengan seseorang yang tidak menggunakan sistem atau
bekerja manual (Hadi dan Novi, 2015).
Persepsi kemudahan penggunaan, didefinisikan sebagai suatu
tingkat kepercayaan individu bahwa dengan menggunakan teknologi akan
membawa mereka terbebas dari usaha secara fisik dan mental (Gardner &
Amoroso, 2004).
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Perceived Ease
of Use adalah dimana seseorang atau individu mengerjakan atau
menyelesaikan pekerjaan mereka dengan mudah karena terbantu dengan
teknologi yang mudah dipahami dan digunakan.
2.19.3 Behaviour Intention to Use
Behavioral Intention adalah kecenderungan perilaku untuk tetap
menggunakan suatu teknologi. Beberapa indikator behavioral Intention
adalah intend to use in the future, use on a reguler basis dan recommend
others to use (Reid dan Levy, 2008)
Minat merupakan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan
suatu teknologi (Wibowo, 2008). Minat merupakan salah satu aspek psikis
manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang
memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung untuk memberikan
perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut
(Kusumah, 2009).
88
Arief Hermawan (2008) dalam Suseno (2009) mendefinis ikan
bahwa minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral intention to use)
sebagai minat (keinginan) seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Fishbein and Ajzen, (1975) dalam Chauhan (2015) mendefinis ikan
Behavioural Intention to Use sebagai tingkat seberapa kuat keinginan atau
dorongan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Behaviour
Intention to Use adalah dimana minat atau keinginan seseorang atau
individu untuk menggunakan suatu sistem atau teknologi.
2.19.4 Actual System Use
Dalam Davis (1989), actual system use didefinisikan sebagai bentuk
respon psikomotor eksternal yang diukur oleh seseorang dengan
penggunaan nyata. Actual system use dikonsepkan dalam bentuk
pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi
(Wibowo, 2006).
Actual use adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dimensi yang
dikonsepkan dalam actual use adalah user satisfaction dan system usage,
yang meliputi frekwensi dan durasi waktu penggunaan sistem (Malhotra dan
Galletta, 1999)
Individu akan puas menggunakan sistem jika meyakini bahwa
sistem tersebut mudah digunakan dan dapat meningkatkan produktifitasnya,
yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan (Tangke, 2004).
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Actual System
Use adalah kepuasan seseorang yang menggunakan suatu sistem yang dapat
meningkatkan produktifitasnya diukur dengan durasi sebenarnya dari
penggunaan sistem tersebut .
2.19.5 Trust
Das dan Teng (1998) dalam (Hapsara, 2016) menyebutkan bahwa
kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang percaya
89
menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain
yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah ubah dan beresiko.
Secara umum, kepercayaan adalah harapan bahwa orang lain
memutuskan untuk dipercaya tidak akan berperilaku opertunis dengan
mengambil keuntungan dari sebuah situasi (Shen, 2016).
Menurut Ba dan Pavlou (2002) mendefinisikan kepercayaan sebagai
penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan
transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang
penuh ketidakpastian.
Kepercayaan digambarkan sebagai suatu tindakan kognit if
(misalnya, bentuk pendapat atau prediksi bahwa sesuatu akan terjadi atau
orang akan berperilaku dalam cara tertentu), afektif (misalnya masalah
perasaan) atau konatif (misalnya masalah pilihan atau keinginan) ( Nazar
dan Syahran, 2008).
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Trust adalah
ketika seseorang menilai sikap orang lain dan menaruh harapan kepada
orang yang dia percayai.
2.20 PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation
Modelling)
Partial Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh Herman
Wold (1975). Dalam Yamin dan Kurniawan (2011) disebutkan bahwa PLS juga
dapat digunakan untuk tujuan konfirmasi (seperti pengujian hipotesis) dan tujuan
eksplorasi. Meskipun PLS lebih diutamakan sebagai eksplorasi daripada
konfirmasi, PLS juga dapat menduga apakah terdapat atau tidak terdapat
hubungan dan kemudian proposisi untuk pengujian. Tujuan utamanya adalah
menjelaskan hubungan antarkonstrak dan menekankan pengertian tentang nilai
hubungan tersebut. Dalam hal ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah
adanya teori yang memberikan asumsi untuk menggambarkan model, pemilihan
variabel, pendekatan analisis, dan interpretasi hasil.
90
Kepopuleran penggunaan PLS-SEM diantara para peneliti dan praktisi
adalah karena empat alasan. Pertama, algoritma PLS tidak terbatas hanya untuk
hubungan antara indikator dengan konstrak latennya yang bersifat reflektif saja
tetapi algoritma PLS juga dipakai untuk hubungan yang bersifat formatif. Kedua,
PLS dapat digunakan untuk menaksir model path dengan sample size yang kecil.
Ketiga, PLS-SEM dapat digunakan untuk model yang sangat kompleks (terdiri
atas banyak variabel laten dan manifes) tanpa mengalami masalah dalam estimasi
data. Keempat, PLS dapat digunakan ketika distribusi data sangat miring (skew)
(Yamin & Kurniawan, 2011).
Evaluasi model dalam PLS meliputi dua tahap yaitu evalusi outer model
atau pengukuran model dan evaluasi terhadap inner model atau struktural model
(Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013)
:
1) Evaluasi Pengukuran Model
Evaluasi terhadap pengukuran model meliputi pemeriksaan
individual item reliability, internal consistency atau construct reliability,
average variance extracted, dan discriminant validity. Ketiga
pengukuran pertama dikelompokkan dalam convergent validity.
Convergent validity mengukur besarnya korelasi antara konstrak dengan
variabel laten.
Dalam evaluasi convergent validity dari pemeriksaan individual
item reliability, dapat dilihat dari nilai standardized loading factor.
Standardized loading factor menggambarkan besarnya korelasi antara
setiap item pengukuran (indikator) dengan konstraknya. Nilai loading
factor diatas 0,7 dapat dikatakan ideal, artinya bahwa indikator tersebut
dikatakan valid sebagai indikator yang mengukur konstrak.
Selanjutnya melihat internal consistency reliability dari nilai
composite reliability. Composite reliability lebih baik dalam mengukur
internal consistency dibandingkan cronbach’s alpha dalam model SEM
dikarenakan composite reliability tidak mengasumsikan kesamaan boot
dari setiap indikator. Cronbach’s alpha cenderung menaksir lebih rendah
91
construct reliability dibandingkan composite reliability. Nilai batas 0,7
ke atas berarti dapat diterima dan diatas 0,8 dan 0,9 berarti sangat
memuaskan.
Ukuran lain dari convergent validity adalah nilai average
variance extracted (AVE). Nilai ini menggambarkan besaran varian atau
keragaman variabel manifes yang dapat dikandung oleh konstrak laten.
Nilai AVE minimal 0,5 menunjukan ukuran convergent validity yang
baik. Artinya, variabel laten dapat menjelaskan rata-rata lebih dari
setengah variance dari indikator-indikatornya.
Discriminant validity dievaluasi melalui cross loading, kemudian
membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar konstrak.
Ukuran cross loading adalah membandingkan korelasi indikator dengan
konstraknya dan konstrak blok lainnya. Bila korelasi antara indikator
dengan konstraknya lebih tinggi dari korelasi dengan konstrak blok
lainnya, hal ini menunjukan konstrak tersebut memprediksi ukuran pada
blok mereka dengan lebih baik dari blok lainnya. Ukuran discriminant
validity lainnya adalah bahwa nilai akar AVE harus lebih tinggi daripada
korelasi antara konstrak dengan konstrak lainnya atau nilai AVE lebih
tinggi dari kuadrat korelasi antara konstrak.
2) Evaluasi Struktural Model
Ada beberapa tahap untuk mengevaluasi struktural model.
Pertama adalah melihat signifikansi hubungan antara konstrak. Hal ini
dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient) yang menggambarkan
kekuatan hubungan antara konstrak. Path coefficient (β) diuji dengan
nilai ambang batas diatas 0,1 untuk menyatakan bahwa jalur (path) yang
dimaksud mempunyai pengaruh di dalam model.
Kedua, mengevaluasi nilai (coefficient of determination) untuk
menjelaskan varian dari tiap target endogenous variabel dengan standar
pengukuran sekitar 0,67 sebagai kuat, sekitar 0,33 moderat, dan 0,19 atau
dibawahnya menunjukan tingkat varian yang lemah.
92
Ketiga, melihat nilai t-test dengan metode bootstrapping
menggunakan uji two-tailed dengan tingkat signifikansi 5% untuk
menguji hipotesis-hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian akan
diterima jika memiliki t-test lebih besar dari 1,96.
Keempat, pengujian 𝑓2 (effect size) untuk memprediksi pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam struktur model dengan
nilai ambang batas sekitar 0,02 untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk
menengah, dan 0,35 untuk pengaruh besar. 𝑓2 dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Kelima, menguji 𝑄2 (predictive relevance) dengan metode
blindfolding untuk memberikan bukti bahwa variabel tertentu yang
digunakan dalam model mempunyai keterkaitan prediktif (predictive
relevance) dengan variabel lainnya dalam model dengan ambang batas
pengukuran diatas nol.
Keenam, melakukan pengujian 𝑞2 (Relative Impact) masih
dengan metode blindfolding untuk mengukur relatif pengaruh sebuah
keterkaitan prediktif sebuah variabel tertentu dengan variabel lainnya
dengan nilai ambang batas sekitar 0,02 untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk
pengaruh menengah/sedang, dan 0,35 untuk pengaruh besar. Rumus
yang digunakan untuk perhitungan 𝑞2 adalah sebagai berikut :
2.21 Smart-PLS
Smart PLS atau Smart Partial Least Square adalah software statistik yang
sama tujuannya dengan Lisrel dan AMOS yaitu untuk menguji hubungan antara
93
variabel, baik sesama variabel latent maupun dengan variabel indikator, atau
manifest.
Penggunaan Smart PLS sangat dianjutkan ketika kita mememilik i
keterbatasan jumlah sampel sementara model yang dibangung kompleks. hal ini
tidak dapat dilakukan ketika kita menggunakan kedua software di atas. merek a
membutuhkan kecukupan sampel.
Kelebihan lainnya dari Smart PLS adalah kemampuannya mengolah data
baik untuk model SEM formatif ataupun reflektif. model SEM formatif memilik i
ciri-ciri diantaranya adalah variabel latent atau konstruk dibangun oleh variabel
indikator dimana panah mengarah dari variabel konstruk ke variabel indikator.
Model SEM reflektif adalah model SEM dimana variabel konstruk merupakan
refleksi dari variabel indikator, sehingga panahnya mengarah dari variabel
indikator ke variabel latent. Secara statistik, konsekuensinya adalah tidak akan
ada nilai error pada variabel indikator. (Huang, 2018)
2.22 TAM (Technology Acceptance Model)
Technology Acceptance Model (TAM) adalah model yang diperkenalkan
oleh Fred Davis pada tahun 1986 dengan disertasinya yang berjudul “A
Technology Acceptance Model for Empirically Testing New End-User
Information System: Theory and Results”. Disertasi ini selanjutnya
dipublikasikan dalam karya ilmiah yang berjudul “Perceived Usefullness,
Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology” pada
tahun 1989. Popularitas model Davis ini terlihat dengan banyaknya penulis yang
mengutip karyanya. Menurut laporan Social Science Citation Index (SSCI)
sampai dengan tahun 2000 model ini telah dirujuk oleh 424 penelitian dan sampai
dengan tahun 2003 telah dirujuk oleh 698 penelitian (Wiyono, Ancok dan
Hartono, 2008: 3).
Dalam memformulasikan TAM, Davis menggunakan TRA sebagai grand
teorinya, namun tidak mengakomodasi semua komponen teori TRA. Davis hanya
memanfaatkan komponen ’attitude’ saja, sedangkan ‘normative believe’ dan
94
‘subjective norms’ tidak digunakannya (Malhotra dan Galletta, 1999: 1). Secara
skematik teori TAM digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 2 Metode TAM
(Source: Davis, 1989 dalam Malhotra dan Galletta, 1999)
Model Davis ini berasumsi bahwa seseorang mengadopsi suatu teknolog i
pada umumnya ditentukan oleh proses kognitif dan bertujuan untuk
memaksimalkan kegunaan teknologi itu sendiri. Dengan kata lain, kunci utama
penerimaan teknologi informasi oleh penggunanya adalah evaluasi kegunaan
teknologi tersebut. Selanjutnya Davis merumuskan 2 (dua) variabel utama dalam
TAM, yaitu persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan. Kedua
variabel ini dapat menjelaskan aspek perilaku pengguna (Park, 2007: 2). Dengan
demikian, model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan
menentukan sikapnya dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih
jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh
persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan. Di samping itu,
Davis juga memberikan kerangka dasar untuk menelusur pengaruh faktor
eksternal terhadap kedua variabel tersebut.
Davis mendefinisikan persepsi manfaat sebagai “The degree to which a
person believe that using a particular system would enhance his or her job
performance” yaitu suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan
suatu teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kerja orang tersebut
(Malhotra, 1999: 5; Hernandez dan Mazzon, 2007: 75). Konsep ini
menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan
produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, pentingnya suatu tugas dan overall
usefulness (Handayani, 2007: 5). Oleh karena itu, menurut Sun dan Zhang (2006:
95
644), dimensi manfaat dapat berupa: makes job easier, usefull, increase
productivity, enhance effectiveness, dan improve job performance.
Dengan definisi dan indikator- indikator di atas dapat diartikan bahwa
kemanfaatan dari penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja
dan prestasi orang yang menggunakannya. Kemanfaatan dalam teknologi
informasi merupakan manfaat yang diperoleh atau diharapkan oleh para pengguna
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Karenanya, tingkat kemanfaatan
teknologi informasi mempengaruhi sikap para pengguna dalam mengadopsi
teknologi tersebut.
Sementara persepsi kemudahan penggunaan didefinsikan sebagai “The
degree to which a person believe that using a particular system would be free of
effort” yaitu suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi informas i
dapat dengan mudah dipahami (Malhotra, 1999: 5; Hernandez dan Mazzon, 2007:
75; Ayyagari, 2006: 198). Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan
teknologi informasi dan kemudahan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai
dengan keinginan pengguna (Handayani, 2007: 5). Beberapa indikator persepsi
kemudahan penggunaan, antara lain meliputi: ease to learn, easy to use, clear and
understandable dan become skillful (Sun dan Zhang, 2006: 644). Dengan
demikian, bila jasa yang diberikan teknologi dipersepsikan mudah digunakan oleh
para pengguna, maka akan mendorong para pengguna untuk menerima dan atau
menggunakan teknologi tersebut.
Variabel lain yang terdapat model TAM adalah attitude toward use,
behavioral intention dan actual use. Attitude toward use adalah sikap terhadap
penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak
bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Heidjen,
Verhagen dan Creemers, 2003: 48). Behavioral Intention adalah kecenderungan
perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Beberapa indikator behavioral
Intention adalah intend to use in the future, use on a reguler basis dan recommend
others to use (Reid dan Levy, 2008: 18). Sedangkan actual use adalah kondisi
nyata penggunaan sistem. Dimensi yang dikonsepkan dalam actual use adalah
96
user satisfaction dan system usage, yang meliputi frekuensi dan durasi waktu
penggunaan sistem (Malhotra dan Galletta, 1999: 12).
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa model TAM merupakan salah
satu model yang paling populer dan banyak digunakan dalam penelitian TI.
Menurut Wiyono, Ancok dan Hartono (2008: 2), model TPB dan TAM sama-
sama menjelaskan minat perilaku dengan baik, tetapi TAM menjelaskan sikap
(attitude) lebih baik dari TPB dan TAM dapat dikembangkan dengan variabel-
variabel eksternal lainnya. Nasution (2004: 3) menemukan bahwa model TAM
lebih sederhana, mudah digunakan dan lebih baik untuk menjelaskan penerimaan
teknologi.
2.23 Microsoft Excel
Microsoft excel dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai keperluan
administrasi, dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Berikut ini adalah
pengertian Microsoft Excel menurut para ahli:
Menurut Susandra (2010:1), “Microsoft Excel merupakan program
aplikasi spreasheet (lembar kerja elektronik). Fungsi dari Microwsoft Excel
adalah untuk melakukan operasi perhitungan serta dapat mempresentasikan data
ke dalam bentuk tabel.”
Menurut Musyafa (2014:1), “Microsoft Excel 2007 adalah sebuah
program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh
Microsoft Corporation untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS.”
Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang berupa pengolah
angka.
2.24 Hola Fake GPS
Aplikasi Hola merupakan aplikasi dapat membuat teman-teman kita
berpikir kita sedang berlibur impian di suatu tempat, padahal sebenarnya kita ada
di rumah. Hola Fake GPS memalsukan (mengubah) lokasi GPS Anda saat ini.
97
Cara menggunakannya adalah pastikan menonaktifkan pemosisian
lokasi/lokasi seluler dengan akurasi tinggi di bawah pengaturan lokasi android dan
biarkan GPS saja atau perangkat saja, Pilih lokasi yang diminta pada peta atau
gunakan bilah pencarian untuk mencari alamat tertentu, lalu klik tombol OK. Dan
lokasi yang anda inginkan baru saja diubah.
(https://play.google.com/store/apps/details?id=org.hola.gpslocation).
2.25 Food Hunter
Food Hunter adalah aplikasi ingin mencari tempat makan, resto, atau kafe
di sekitar kita yang mendukung layanan antar ojek online atau cari resto di daerah
tertentu.
Cara menggunakannya adalah cukup klik di peta area yang ingin kita cari,
nanti akan langsung muncul daftar resto dan cafe lengkap dengan alamat, nomor
telpon, dan menu yang bisa memesan.
Klik nama resto untuk meng-copy, lalu tempel di aplikasi ojek online
kesayangan Anda. Saat ini baru tersedia untuk kota-kota besar di Indonesia
(https://play.google.com/store/apps/details?id=com.deuxvelva.foodhunter).
2.26 Driver GPS
Aplikasi Driver GPS adalah aplikasi untuk memalsukan lokasi terkini kita
dan bisa juga untuk cek lokasi driver ojek online dan makanan.
(https://play.google.com/store/apps/details?id=com.diwa.sogps)
2.27 Penelitian Terdahulu
Pada Tabel 2.5 merupakan referensi penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan model dan indikator se r ta sebagai acuan penelit i
dalam melakukan penelitian ini.
98
Tabel 2. 5 Studi Literatur
No. Nama Judul Hasil
1. Anita Rahmawaty (2010)
Pengaruh Trust dalam
Penggunan Automated
Teller Machine
berdasarkan Technology
Acceptance Model
(Studi Terhadap Nasabah
Bank Syari’ah Mandiri
Kudus)
Perceived usefulness,
perceived ease of use dan
trust terbukti
memberikan pengaruh
signifikan terhadap sikap
dalam menggunakan
ATM. Sedangkan trust
merupakan variabel yang
dominan mempengaruhi
sikap dalam
menggunakan ATM;
trust (kepercayaan) dan
sikap terbukti
memberikan pengaruh
signifikan terhadap
minat perilaku
penggunaan ATM.
Dengan demikian, trust
mampu mempengaruhi
perilaku penggunaan
ATM, baik secara
langsung maupun tidak
langsung melalui
variabel mediasi yaitu
attitude (sikap).
2. Sartika Sari Ayu
Tjini dan Zaki
Pengaruh Kepercayaan,
Persepsi Kegunaan,
Dalam Technology
Acceptance Model
99
Baridwan (2013) Persepsi Kemudahan,
dan Persepsi
Kenyamanan Terhadap
Minat Penggunaan
Sistem Internet Banking
(TAM), minat
(Intention) dipengaruhi
oleh sikap (Attitude).
Minat (Intention) adalah
perasaan yang
menyatakan bahwa satu
aktivitas pekerjaan atau
objek itu berharga atau
berarti bagi seorang
individu. Sikap
(Attitude) adalah
kecenderungan yang
dipelajari untuk
merespons secara positif
atau negatif sebuah
obyek, situasi, atau orang
tertentu. Kedua, Hasil
pada penelit ian
menyimpulkan
mendukung model
Technology Acceptance
Model (TAM) yang
menunjukkan bahwa
minat (Intention)
dipengaruhi oleh sikap
(Attitude) dan sikap
(Attitude) ditentukan
oleh kepercayaan (Trust)
dan persepsi
kenyamanan (Perceived
Enjoyment).
100
Kepercayaan adalah
keyakinan suatu individu
terhadap pihak yang lain
dalam melakukan
hubungan transaksi
berdasarkan suatu
keyakinan bahwa orang
yang dipercayainya
tersebut akan memenuhi
segala kewajibannya
secara baik sesuai
dengan apa yang
diharapkan.
Kenyamanan merupakan
suatu kondisi perasaan,
dari paling nyaman
sampai paling tidak
nyaman, yang dipersepsi
secara respondensif oleh
individu, dimana
nyaman bagi individu
tertentu belum tentu
dirasakan nyaman bagi
individu lainnya. Ketiga,
Konstruk persepsi
kegunaan (Perceived
Usefulness), persepsi
kemudahan penggunaan
(Perceived Ease Of Use)
dalam studi ini tidak
didukung.
101
3. Fauzan Adzima
dan Maya
Ariyanti (2018)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Minat Menggunakan
Aplikai Mobile Banking
pada Nasabah Bank BRI
Purwakarta
Hasil penelit ian
menunjukkan bahwa
tanggapan responden
mengenai kepercayaan
(Trust) M-banking
dianggap sedang,
persepsi penerimaan
nilai (Perceived Value)
M-banking dianggap
baik, persepsi
penerimaan kemudahan
(Perceived Ease of Use)
M-banking dianggap
baik, persepsi pengaruh
sosial (Social Influence)
M-banking dianggap
baik dan niat untuk
menggunakan (Intention
to Use) Mbanking
dianggap tinggi. Trust
(T) mempunya i
pengaruh yang
signifikan terhadap
Intention to Use (IU),
Perceived Value (PV)
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
Intention to Use (IU),
Perceived Ease of Use
(PEOU) mempunya i
102
pengaruh yang
signifikan terhadap
Perceived Value (PV),
Perceived Ease of Use
(PEOU) mempunya i
pengaruh yang
signifikan terhadap
Intention to Use (IU),
Social Influence (SI)
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
Intention to Use (IU).
4. Irawan Wingdes
(2016)
Penerimaan Teknologi
Web Check-In pada
Pengguna Transportasi
Udara di Kalimantan
Barat
Hasil menunjukkan
bahwa model fit dengan
chi2 yang tidak
signifikan dan indikator
goodness of fit yang
baik. Persepsi kegunaan
(nilai korelasi 0,41), dan
persepsi resiko (0,37)
adalah variabel yang
paling mempengaruhi
niat untuk menggunakan
web check-in, setelah itu
diikuti oleh variabel
kemudahan pemakaian
(0,33) dan kepercayaan
(0,32). Kontribusi
penelitian bagi maskapai
penyedia layanan adalah
103
komunikasi merupakan
kunci utama untuk
meningkatkan
penerimaan teknologi
web check-in.
5. Lia Resti Putri
Mutiaraharja
(2016)
Pengaruh Kepercayaan,
Pengalaman, Manfaat
dan Resiko terhadap
Minat Pembeli untuk
Menggunakan Sistem E-
Commerce (Studi
Empiris Pada Mahasiswa
Program Studi Akuntans i
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Univers itas
Muhammadiyah
Surakarta )
Kepercayaan
berpengaruh terhadap
minat pembeli
menggunakan sistem e-
commerce, sehingga H1
diterima, Pengalaman
berpengaruh terhadap
minat pembeli
menggunakan sistem e-
commerce sehingga H2
diterima, Manfaat
berpengaruh terhadap
minat pembeli
menggunakan sistem e-
commerce sehingga H3
diterima, dan Resiko
berpengaruh terhadap
minat pembeli
menggunakan sistem e-
commerce sehingga H4
diterima.
6. Kurniatul Juhri
dan Citra Kusuma
Dewi (2017)
Kepercayaan dan
Penerimaan Layanan
Mobile Money T-Cash
Hasil penelit ian
menunjukan bahwa
Trust dan Perceived Ease
104
di Bandung dengan
Pendekatan Technology
Acceptance Model
(TAM)
Of Use berpengaruh
signifikan terhadap
Atitude Toward Using T-
Cash di Bandung.
Variabel Perceived
Usefulness tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Atitude Toward
Using T-Cash di
Bandung. Terdapat
pengaruh yang
signifikan antara Trust
dan Attitude Toward
Using terhadap
Behavioural Intention to
Use, namun tidak
terdapat pengaruh yang
signifikan antara
variabel Perceived
Usefulness dan
Perceived Ease Of Use
terhadap Behavioura l
Intention to Use.
7. Hadyan Farizi
dan Syaefullah,
MM., Ak (2014)
Pengaruh Persepsi
Kegunaan, Persepsi
Kemudahan, Persepsi
Risiko Dan Kepercayaan
Terhadap Minat
Menggunakan Internet
Banking
Hasil analisis untuk
model ini menunjukkan
bahwa konstruk persepsi
kegunaan, persepsi
risiko, dan kepercayaan
berpengaruh terhadap
minat untuk
105
menggunakan layanan
internet banking.
Sebaliknya, konstruk
persepsi kemudahan
tidak berpengaruh
terhadap minat untuk
menggunakan layanan
internet banking. Hal ini
berarti bahwa minat
untuk menggunakan
layanan internet banking
dipengaruhi oleh
persepsi kegunaan,
persepsi risiko, dan
kepercayaan. Implikas i
dari penelitian ini
relevan bagi pihak
manajemen bank dan
analis internet banking
agar memperhatikan
persepsi kegunaan,
persepsi risiko, dan
kepercayaan dalam
menerapkan dan
mengembangkan
layanan internet banking
pada sistem
perbankannya.
8. Irwan Tirtana dan
Shinta Permata
Analisis Pengaruh
Persepsi
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
106
Sari (2014) Kebermanfaatan,
Persepsi Kemudahan
Dan Kepercayaan
Terhadap Penggunaan
Mobile Banking
persepsi kegunaan,
persepsi kemudahan
penggunaan dan
kepercayaan cenderung
berpengaruh pada
penggunaan mobile
banking.
9. Annisa Adelia
Yusufin (2018)
Transaksi Jual Beli
Melalui Jasa Go Food
Dalam Perspektif
Hukum Islam
Hasil penelitian ini
menunjukkan: Perspektif
hukum Islam yang
menghalalkan transaksi
jual beli melalui jasa
GoFood didasarkan
adanya dasar hukum
dalam Al Qur’an dan Al
Hadits yang
memperbolehkan
mewakilkan pembelian
(wakalah bil ujrah) dan
memandang
pemanfaatan jasa
pengemudi Go-Jek
sebagai ijarah yang
dibayar atas dasar
keikhlasan. Perspektif
hukum Islam yang
mengharamkan transaksi
jual beli melalui jasa Go-
Food didasarkan adanya
dasar hukum dalam Al
107
Qur’an dan Al Hadits
yang mengharamkan
riba dan memandang
bahwa terjadi
penggabungan akad (al
‘uquud al murakkabah)
yang hukumnya adalah
haram.
10. Muhammad
Yunus, Fahmi
Fatwa Rosyadi
Satria Hamdani,
Gusti Khairina
Shofia
Tinjauan Fikih
Muamalah Terhadap
Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online Pada
Aplikasi Go-Food
Hasil dari penelitian ini,
akad sewa menyewa
terjadi antara perusahaan
go-jek dengan penyedia
layanan / pengemud i
ojek, antara perusahaan
go-jek dengan penjual
yang terdaftar dalam
layanan go-food, dan
antara perusahan go-jek
dengan pengguna
layanan. Akad jual beli
terjadi antara pengguna
layanan go-food dengan
penjual makanan, dan
antara penyedia layanan /
pengemudi ojek dengan
penjual yang terdaftar
dalam layanan go-food.
Sedangkan akad wakalah
terjadi antara pengguna
layanan go-food dengan
108
penyedia layanan /
pengemudi ojek. Adapun
transaksi-transaksi yang
dilakukan tersebut dapat
diketahui telah sesuai
dengan rukun dan
syaratnya.
11. Deni Purnama Penerapan Akad
Wakalah Bil Ujrah
Dalam Industri Asuransi
Dan Lembaga Keuangan
Syariah Lainnya
Dalam praktiknya,
penerapan akad wakalah
bil ujrah di perusahaan
asuransi di mana dana
premi yang masuk dalam
asuransi syariah masih
merupakan dana peserta
setelah dikurangi fee
perusahaan atas jasa
pengelolaan. Ketika
terjadi klaim, perusahaan
tidak mengeluarkan dana
untuk klaim tersebut dari
kas perusahaan, tetapi
dari diambil dari dana
tabungan peserta
(tabarru‟), sedangkan
untuk penerapan di
lembaga-lembaga
keuangan lainnya dapat
diaplikasikan pada
transaksi transfer,
kliring, dan RTGS,
109
Letter of Credit (L/C)
Impor Syariah, Letter of
Credit (L/C) Ekspor
Syariah, Investasi
Reksadana Syariah,
Pembiayaan Rekening
Koran Syariah, Sukuk
Wakalah, Wakalah bil
Istimar.
12. Fera Eka Putri
(2018)
Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Mekanisme
Penetapan Ujrah Pada
Produk Investasi
Takafulink Alia (Studi
Kasus Pada Pt.Asuransi
Takaful Keluarga Banda
Aceh)
Hasil penelit ian
menunjukkan bahwa
penerapan akad wakalah
bil ujrah pada produk
investasi Takafulink Alia
dilakukan secara jujur
dan transparan.
Mekanisme penetapan
ujrah pada produk
investasi Takafulink Alia
ditetapkan di awal
perjanjian yaitu sebesar
2.50% dari kontrubusi
investasi peserta.
Persentase ujrah produk
investasi Takafulink Alia
ditetapkan lebih besar
dikarenakan
pengelolaan alia
dilakukan secara lebih
intensif oleh takaful.
110
Ketentuan hukum Islam
terhadap mekanisme
penetapan ujrah pada
produk investas i
Takafulink Alia yaitu
sesuai dan tidak
bertentangan dengan
ketentuan hukum Islam
dan Fatwa DSN-MUI
No:52/DSN-
MUI/III/2006.
111
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran
(mixed methods). Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan
menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelit ian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010), penelit ian
campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara
penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono
(2011) menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah
suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara
metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama -
sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliable dan obyektif.
Secara umum, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, seperti ditunjukan oleh prosedur penelitian. Contohnya teknik
pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan instrumen kuesioner, analis is
data dilaksanakan secara statistik dengan perangkat lunak komputer terkait dan
seterusnya. Dan juga peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
menampilkan analisa deskriptif dari pendapat ulama mengenai layanan Go-Food
berdasarkan perspektif Hukum Islam.
3.2 Perosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam sembilan tahap yang secara prosedural
diperlihatkan pada Gambar 3.1, meliputi: kajian pustaka, pengembangan model,
perancangan penelitian, pembuatan instrumen, pengumpulan data, analisis data,
interpretasi, dan pembuatan laporan.
112
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penelit i
untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Ruslan, 2003:127).
Populasi dalam penelitian ini adalah para driver Go-Jek berjumlah 400.000
(Sekar, 2018), Mitra Go-Food berjumlah 423 (sumber: fitur Near By pada Go-
Food), dan pengguna layanan Go-Food di wilayah Jakarta Timur usia 19-34 tahun
(APJII, 2017) berjumlah 784.430 jiwa (BPS Jakarta Timur, 2016)
.
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian
113
Tabel 3. 1 Daftar Mitra Go-Food Jakarta Timur
No Nama Kecamatan Jumlah Mitra Go-Food
1 Kecamatan Pulogadung 58
2 Kecamatan Duren Sawit 40
3 Kecamatan Matraman 53
4 Kecamatan Jatinegara 45
5 Kecamatan Kramatjati 48
6 Kecamatan Makasar 40
7 Kecamatan Pasar Rebo 33
8 Kecamatan Cakung 27
9 Kecamatan Cipayung 46
10 Kecamatan Ciracas 33
Jumlah 423
Sumber: Aplikasi Driver GPS
Daftar Driver Go-Food Jakarta Timur
Tabel 3. 2 Daftar Driver Go-Food Jakarta Timur
No Nama Kecamatan Nama Kelurahan Jumlah Driver
1 Kecamatan
Pulogadung
Kayu Putih 17
Jati 15
Rawamangun 21
Pisangan Timur 14
Cipinang 6
Jatinegara Kaum 14
Pulo Gadung 3
2 Kecamatan Duren
Sawit
Pondok Bambu 3
Duren Sawit 10
Pondok Kelapa 14
Pondok Kopi 15
Malaka Jaya 19
114
Malaka Sari 9
Klender 13
3 Kecamatan
Matraman
Pisangan Baru 10
Utan Kayu Selatan 14
Utan Kayu Utara 10
Kayu Manis 16
Pal Meriam 13
Kebon Manggis 13
4 Kecamatan
Jatinegara
Bali Mester 21
Kampung Melayu 12
Bidaracina 12
Cipinang Cempedak 10
Rawa Bunga 22
Cipinang Besar Utara 14
Cipinang Besar Selatan 15
Cipinang Muara 10
5 Kecamatan
Kramatjati
Kramatjati 9
Batu Ampar 15
Balekambang 5
Kampung Tengah 8
Dukuh 10
Cawang 15
Cililitan 17
6 Kecamatan Makasar Pinang Ranti 19
Makasar 11
Halim Perdanakusuma 6
Cipinang Melayu 8
Kebon Pala 6
7 Kecamatan Pasar
Rebo
Pekayon 11
Kampung Gedong 12
115
Cijantung 13
Kampung Baru 8
Kalisari 15
8 Kecamatan Cakung Cakung 4
Cakung Timur 20
Rawa Terate 4
Jatinegara 5
Penggilingan 11
Pulogebang 3
Ujung Menteng 5
9 Kecamatan Cipayung Lubang Buaya 11
Ceger 10
Cipayung 1
Munjul 4
Pondok Ranggon 1
Cilangkap 2
Setu 9
Bambu Apus 5
10 Kecamatan Ciracas Cibubur 15
Kelapa Dua Wetan 5
Ciracas 1
Susukan 6
Rambutan 4
Jumlah 679
Sumber: Aplikasi Food Hunter
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Teknik pengambilan sampel yaitu responden yang akan
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini mengacu pada jumlah
populasi yang telah ditentukan. Menurut Burhan Bungin (2010: 105) untuk
116
menentukan jumlah sampel dapat menggunakan rumus slovin yaitu sebagai
berikut:
Rumus slovin:
Dimana: n: Jumlah Sampel
N: Jumlah Populasi
e: Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Jadi, jumlah sampel driver Go-Jek dalam penelitian ini adalah:
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2
𝑛 =679
1 + 679 𝑥 0.12
𝑛 =679
1 + 679 𝑥 0.01
𝑛 =679
1 + 6,79
𝑛 =679
7,79
𝑛 = 87,16
𝑛 = 87
Jadi, jumlah sampel penelitian untuk driver Go-Jek dalam penelitian ini
adalah 87. Sedangkan, untuk jumlah sampel pengguna layanan Go-Food dalam
penelitian ini adalah:
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2
𝑛 =784430
1 + 784430 𝑥 0.12
𝑛 =784430
1 + 784430 𝑥 0.01
𝑛 =784430
1 + 7844,3
117
𝑛 =784430
7845,3
𝑛 = 99,98
𝑛 = 100
Jadi, jumlah sampel penelitian untuk pengguna layanan Go-Food dalam
penelitian ini adalah 100. Sedangkan, jumlah sampel untuk merchant (mitra Go-
Food) dalam penelitian ini adalah:
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2
𝑛 =423
1 + 423 𝑥 0.12
𝑛 =423
1 + 423 𝑥 0.01
𝑛 =423
1 + 4,23
𝑛 =423
5,23
𝑛 = 80,87
𝑛 = 81
Jadi, jumlah sampel penelitian untuk merchant (mitra Go-Food) dalam
penelitian ini adalah 81. Untuk batas toleransi kesalahan, peneiti memilih angka
10% karena untuk menghemat waktu dan biaya dalam penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab (Sugiyono, 2013:142). Peneliti mengumpulkan data dengan cara
memperoleh data melalui responden dengan menyebar beberapa
pernyataan tertulis kepada mahasiswa.
118
Skala yang sering dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah
skala ordinal atau sering disebut skala likert, yaitu skala yang berisi
lima tingkat preferensi jawaban (Ghozali, 2016:47).
Menurut Sugiyono (2013:132) skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Biasanya indikator-
indikator ini diamati dengan menggunakan kuesioner atau angket yang
bertujuan untuk mengetahui pendapat responden tentang suatu hal
(Ghozali, 2016:47).
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan pengukuran dengan
skala likert yang menggunakan 5 skala, yaitu:
Tabel 3. 3 Skala Likert
Sangat
Setuju
(SS)
Setuj
u
(S)
Netral
(N)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS) 5 4 3 2 1
Sumber : Ghozali (2016:47)
3.4.2 Wawancara
Metode ini dilakukan untuk membantu mencari informasi yang
berkaitan dengan layanan Go-Food. Dalam hal ini wawancara dilakukan
pada bulan September 2018 kepada Naufal Ahmad, Ahmad Fawazul Kahfi,
Egi Rahmansyah, Rizki Amadinda, Zulmi Afrizal, Affan Boge, Dika
Ramadan, dan Sendy Firmansyah selaku Driver Go-Jek. Dari hasil
wawancara tersebut, penulis mendapatkan informasi mengenai alur driver
Go-Jek ketika mendapatkan orderan Go-Food hingga maknan atau pesanan
sampai ke tangan customer. Selain itu juga di dapatkan informasi mengena i
119
poin yang di dapatkan oleh driver ketika selesai mengantarkan makanan
atau pesanan ke customer, hingga driver Go-Jek tersebut dapat mengambil
uang dari ATM hasil dari menjadi driver Go-Jek.
Kemudian wawancara juga dilakukan kepada beberapa merchant
atau mitra Go-Food mengenai alur atau skema dalam hal pembagian hasil
jualan antara mitra Go-Food dengan Go-Jek itu sendiri.
3.4.3 Browsing Internet
Internet digunakan untuk mengumpulkan data-data dan informas i-
informasi tambahan yang menjadi objek penelitian. Dalam pengumpulan
data pada penelitian ini digunakan data yang diperoleh dari website.
3.5 Instrument Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 lembar yaitu lembaran surat
pengantar dari peneliti sebagai permohonan untuk pengisiannya dan lembaran
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Secara khusus, peneliti menggunakan lima poin skala Likert (Guritno et
al., 2011; Croasmun & Ostrom, 2011) dari “sangat tidak setuju” (1) sampai
“sangat setuju” (5) untuk pengukuran dalam kuesioner tersebut. Sementara untuk
menjamin validitas dan reliabilitas alat ini, peneliti mengadopsi sejumlah item
indikator dari sejumlah penelitian terkait sebelumnya, antara lain Govender
(2014) dan Aditya et al. (2015).
3.5.1 Instrument Penelitian Pengguna Layanan Go-Food Tabel 3. 4 Instrument Penelitian Pengguna Layanan Go-Food
No. Variabel Item Kode Referensi
1. Perceived Ease of
Use (PEOU)
1. Fitur-fitur yang
ada dalam Go-
Food mudah
PEOU1 Aditya dkk (2015),
Govender (2014),
Setyaningsih (2018)
120
No. Variabel Item Kode Referensi
dipahami dan
digunakan
2. Mudah dalam
mencari
informasi
makanan atau
minuman pada
layanan Go-Food
PEOU2
3. Mudah dalam hal
pembayaran saat
transaksi
PEOU3
4. Mudah
menggunakan
Go-Food dimana
saja dan kapan
saja
PEOU4
5. Mudah
berkomunikasi
dengan driver
Go-Jek
PEOU5
6. Secara
keseluruhan
layanan Go-Food
mudah
digunakan dalam
hal pemenuhan
kebutuhan
konsumsi saya
PEOU6
121
No. Variabel Item Kode Referensi
2. Perceived
Usefullness (PU)
1. Layanan Go-
Food bermanfaat
buat saya
PU1 Aditya dkk (2015),
Davis (1989),
Setyaningsih (2018)
2. Fitur dalam Go-
Food lebih
mudah
dibandingkan
dengan aplikasi
layanan pesan
yang lain
PU2
3. Penggunaan
aplikasi Go-Food
meningkatkan
performa
aktivitas saya
PU3
4. Penggunaan
aplikasi benar-
benar bermanfaat
bagi kehidupan
dan aktivita s
sehari-hari
PU4
5. Go-Food sangat
menunjang
dalam hal
penyediaan
kebutuhan
konsumsi saya
PU5
3. Behavior Intention
to Use (BIU)
1. Saya berminat
menggunakan
BIU1 Reid dan Levy
(2008)
122
No. Variabel Item Kode Referensi
layanan Go-Food
secara rutin.
2. Saya akan
menyarankan
orang lain
menggunakan
Layanan Go-
Food.
BIU2
3. Saya berencana
untuk
menggunakan
layanan Go-Food
di waktu yang
akan dating
BIU3
4. Trust (T) 1. Saya percaya
menggunakan
layanan Go-Food
T1 Govender (2014),
Rofiq (2007)
2. Saya setuju dan
percaya terdapat
perbedaan selisih
harga pada Go-
Food
T2
3. Saya percaya
perbedaan harga
dalam layanan
Go-Food di
perbolehkan
dalam Hukum
Islam
T3
123
No. Variabel Item Kode Referensi
4. Saya yakin
transaksi pada
layanan Go-Food
dapat dipercaya.
T4
5. Go-Food jujur
pada penawaran
yang diberikan
T5
6. Go-Food
memberikan
tagihan yang
akurat dari
pemesanan yang
dilakukan
T6
5. Actual System
Use (ASU)
1. Saya
menggunakan
Aplikasi Go-
Food setiap hari
ASU1 Mohammadi (2015)
2. Saya mengakses
layanan Go-Food
minimal rata-rata
10 menit setiap
kali
mengaksesnya
ASU2
3. Setiap ingin
memesan makan
atau minum, saya
menyempatkan
untuk
ASU3
124
No. Variabel Item Kode Referensi
menggunakan
layanan Go-Food
4. Secara
keseluruhan,
saya puas dengan
layanan Go-Food
ASU4
3.5.2 Instrument Penelitian Driver Go-Food Tabel 3. 5 Instrument Penelitian Driver Go-Food
No. Variabel Item Kode Referensi
1. Perceived Ease
of Use (PEOU)
1. Fitur-fitur yang
ada dalam Go-
Food tidak asing
saat mencoba
pertama kali
PEOU1 Aditya dkk
(2015),
Govender
(2014)
2. Kemudahan
untuk mendaftar
Go-Jek
PEOU2
3. Mudah
mengambil
orderan dari
layanan Go-
Food dimana
saja dan kapan
saja
PEOU3
4. Mudah dalam
berkomunikasi
dengan
pelanggan
PEOU4
125
No. Variabel Item Kode Referensi
5. Secara
keseluruhan
layanan Go-
Food mudah
digunakan
PEOU5
2. Perceived
Usefullness (PU)
1. Tidak
menghabiskan
banyak biaya
dalam
menggunakan
layanan Go-
Food
PU1 Aditya dkk
(2015)
2. Layanan Go-
Food
bermanfaat buat
saya
PU2
3. Fitur dalam Go-
Food lebih
mudah
digunakan
dibandingkan
dengan aplikasi
layanan pesan
yang lain
PU3
4. Dengan menjadi
driver Go-Food
dapat
meningkatkan
pendapatan saya
PU4
126
No. Variabel Item Kode Referensi
3. Behavior
Intention to Use
(BIU)
1. Saya berminat
terus menjadi
driver layanan
Go-Food secara
rutin
BIU1 (Reid dan
Levy,2008)
2. Saya akan
menyarankan
orang lain untuk
menjadi driver
layanan Go-
Food
BIU2
4. Trust (T) 1. Saya tidak takut
penipuan terkait
perbedaan harga
pada Go-Food
T1 Govender
(2014),
Rofiq
(2007)
2. Saya percaya
bonus poin yang
didapat oleh
driver dalam
Go-Food itu di
perbolehkan
dalam Hukum
Islam
T2
3. Saya yakin
transaksi pada
layanan Go-
Food dapat
dipercaya.
T3
127
No. Variabel Item Kode Referensi
4. Saya percaya
menjadi driver
layanan Go-
Food
T4
5. Actual System
Use (ASU)
1. Saya akan sering
mengambil
orderan layanan
Go-Food.
ASU1 Mohammadi
(2015)
2. Saya akan terus
menggunakan
layanan Go-
Food secara
rutin.
ASU2
3. Secara
keseluruhan,
saya puas
menjadi driver
Go-Jek untuk
layanan Go-
Food
ASU3
3.5.3 Instrument Penelitian Merchant (Mitra) Go-Food Tabel 3. 6 Instrument Penelitian Merchant (Mitra) Go-Food
No. Variabel Item Kode Referensi
1. Perceived Ease
of Use (PEOU)
1. Kemudahan
untuk
mendaftar mitra
Go-Food
PEOU1 Aditya dkk
(2015),
Govender
(2014)
128
No. Variabel Item Kode Referensi
2. Mudah dalam
hal pembayaran
saat transaksi
PEOU2
3. Mudah dalam
berkomunikasi
dengan driver
Go-Jek
PEOU3
4. Secara
keseluruhan
layanan Go-
Food mudah
digunakan
PEOU4
2. Perceived
Usefullness (PU)
1. Tidak
menghabiskan
banyak biaya
dalam
operasional Go-
Food sehari-
hari
PU1 Aditya dkk
(2015)
2. Layanan Go-
Food
bermanfaat buat
usaha saya
PU2
3. Fitur dalam Go-
Food lebih
mudah
dibandingkan
dengan aplikasi
yang lain
PU3
129
No. Variabel Item Kode Referensi
4. Dengan
menjadi
merchant
(mitra) Go-
Food dapat
meningkatkan
pendapatan
saya
PU4
5. Penggunaan
aplikasi Go-
Food,
meningkatkan
performa
aktivitas usaha
saya
PU5
3. Behavior
Intention to Use
(BIU)
1. Saya berminat
menjadi mitra
Go-Food
selamanya
BIU1 (Reid dan
Levy,2008)
2. Saya akan
menyarankan
orang lain untuk
mendaftar
menjadi
merchant
(mitra) Go-
Food
BIU2
130
No. Variabel Item Kode Referensi
4. Trust (T) 1. Saya percaya
menggunakan
layanan Go-
Food
T1
Govender
(2014),
Rofiq (2007)
2. Saya percaya
perbedaan harga
dalam layanan
Go-Food di
perbolehkan
dalam Hukum
Islam
T2
3. Transaksi pada
layanan Go-
Food dapat
dipercaya.
T3
5. Actual System
Use (ASU)
1. Saya akan terus
menggunakan
dan menjadi
mitra Go-Food
ASU1 Mohammadi
(2015)
2. Saya akan terus
menggunakan
layanan Go-
Food secara
rutin
ASU2
3. Secara
keseluruhan,
saya puas
menjadi mitra
Go-Food
ASU3
131
3.6 Pengumpulan dan Pemrosesan Data
Pada proses pengumpulan data, peneliti menyebarkan kuesioner secara
langsung dan tidak langsung. Penyebaran secara langsung dilakukan oleh
peneliti untuk mencari responden yang tepat melalui tatap muka secara langsung.
Penyebaran tidak langsung dilakukan peneliti melalui media sosial (email dan
whatsapp) dengan bantuan fitur google forms untuk pengisiannya.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan dalam kurun waktu satu bulan yaitu
pada bulan November guna mencapai target jumlah sampel yang diinginkan.
Selanjutnya, semua kuesioner yang terkumpul akan disaring dan diklasifikasikan
menggunakan perangkat lunak pengolah angka MS. Excell 2010.
3.7 Analisis Data dan Interpretasi Hasilnya
Analisis data terbagi dua yaitu analisis demografis dan analisis statistic
inferensial. Pertama, peneliti melakukan analisis data demografis dengan
menggunakan perangkat lunak Ms. Excell 2010. Data responden dikelompokan
berdasarkan jenis kelamin, asal daerah, intensitas penggunaan sistem dalam
seminggu.
Kedua, setelah analisis demografis selesai dilakukan, peneliti melakukan
analisis statistik inferensial menggunakan SmartPLS versi 2.0. Ada dua analisis
yang harus dilakukan dalam tahap ini, yaitu analisis measurement model dan
structural model. Measurement model dilakukan untuk menguji reliabilitas dan
validitas outer model melalui indikator reliability, internal consistency
reliability, convergent validity, dan discriminant validity. Sedangkan pengujian
structural model dilakukan untuk menguji path ceofficient (β), coefficient of
determination (𝑅2), t-test melalui method bootstrapping, effect size (𝐹2),
predictive relevance (𝑄2 ), dan relative impact (𝑞2).
Setelah itu, untuk interpretasi hasil, peneliti mendiskusikan hasil analis is
demografi responden dengan kondisi lapangan yang berjalan dan juga
menterjemahkan hasil analisis model secara statistik kuantitatif dengan
membandingkan dan mempertimbangkan sejumlah literatur terkait sebelumnya.
132
Selanjutnya, hasil analisis dan interpretasi tersebut secara lengkap akan
dijelaskan pada Bab IV.
133
BAB 4
HASIL ANALISA
4.1 Deskripsi Umum Perusahaan Go-Jek
Bermula di tahun 2010 sebagai perusahaan transportasi roda dua melalui
panggilan telepon, GO-JEK kini telah tumbuh menjadi on-demand mobile
platform dan aplikasi terdepan yang menyediakan berbagai layanan lengkap
mulai dari transportasi, logistik, pembayaran, layan-antar makanan, dan berbagai
layanan on-demand lainnnya.
GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi berjiwa sosial yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal
di Indonesia. Kegiatan GO-JEK bertumpu pada 3 nilai pokok: kecepatan,
inovasi, dan dampak sosial.
Para driver GO-JEK mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat
semenjak bergabung sebagai mitra dengan mendapatkan akses ke lebih banyak
pelanggan melalui aplikasi kami. Mereka juga mendapatkan santunan kesehatan
dan kecelakaan, akses kepada lembaga keuangan dan asuransi, cicilan otomatis
yang terjangkau, serta berbagai fasilitas yang lain.
GO-JEK telah beroperasi di 50 kota di Indonesia, seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, Semarang,
Yogyakarta, Balikpapan, Malang, Solo, Manado, Samarinda, Batam, Sidoarjo,
Gresik, Pekanbaru, Jambi, Sukabumi, Bandar Lampung, Padang, Pontianak,
Banjarmasin, Mataram, Kediri, Probolinggo, Pekalongan, Karawang, Madiun,
Purwokerto, Cirebon, Serang, Jember, Magelang, Tasikmalaya, Belitung,
Banyuwangi, Salatiga, Garut, Bukittinggi, Pasuruan, Tegal,Sumedang, Banda
Aceh, Mojokerto, Cilacap, Purwakarta, Pematang Siantar, dan Madura serta
pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang. (Sumber: go-
jek.com/about/)
134
4.1.1 Tiga Pilar Go-Jek
Dalam menjalankan bisnisnya, Go-Jek memiliki tiga pilar yang
disebt dengan Tiga Pilar Go-Jek. Adapun tiga pilar Go-Jek tersebut adalah:
4.1.2 Visi dan Misi Go-Jek
Visi
Membantu memperbaiki struktur transportasi di Indonesia,
memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari seperti pengiriman dokumen, belanja harian
dengan menggunakan jasa kurir, serta turut mensejahterakan
kehidupan tukang ojek di Indonesia.
Misi
a. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola struktur
transportasi yang baik dengan menggunakan kemajuan teknologi.
b. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah
kepada pelanggan.
Gambar 4. 1 Tiga Pilar Go-Jek
135
c. Membuka lapangan kerja selebar-lebarnya bagi masyarakat
Indonesia.
d. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap
lingkungan dan sosial.
e. Menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak yang terkait
dengan usaha ojek online.
4.2 Deskripsi Singkat Go-Food
Go-Food merupakan sebuah fitur layanan food delivery layaknya delivery
order di sebuah rumah makan. Hanya dengan menggunakan smartphone dan
membuka fitur Go-Food di dalam aplikasi Go-Jek, konsumen bisa memesan
makanan dari restoran yang sudah bekerja sama dengan Go-Jek. Makanan akan
dipesan dan diantar langsung oleh Go-Jek. Singkatnya, layanan ini sangat mirip
dengan layanan delivery order dari sebuah restoran.
Bagi pengusaha kuliner, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), yang memiliki budget terbatas untuk mengembangkan layanan
delivery order, Go-Food bisa menjadi solusi alternatif yang sangat membantu.
Pengusaha UMKM bisa memiliki layanan deliver order tanpa harus menyiapkan
armada. Dengan begitu, pengusaha tidak perlu meng-hire atau menggaji SDM
untuk delivery. Lebih ekstrim lagi, pengusaha bahkan tidak perlu memiliki store
atau toko untuk berjualan. Go-Food juga memungkinkan pangsa pasar semakin
meluas.
Ke depannya, layanan semacam Go-Food akan semakin penting dalam era
digitalisasi, dimana masyarakat semakin menutut layanan yang praktis dan cepat.
Bahkan ada kecenderungan para pengusaha akan berlomba untuk bisa
bekerjasama dengan penyedia platform seperti Go-Jek untuk mendongkrak omset
bisnisnya. Saat ini, multiplier effect dari bisnis Go-Jek dirasa cukup besar untuk
pengembangan ekonomi kerakyatan. Karena itu, kebijakan pelarangan menjadi
kontradiktif dengan cita-cita penguatan ekonomi kerakyatan.
136
4.3 Hasil Analisis
4.3.1 Hasil Analisis Demografi
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis jawaban responden
terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner, khususnya pertanyaan pada
bagian profil responden dan pertanyaan tentang layanan Go-Food untuk
menghasilkan informasi demografis terkait karakteristik responden, dan
peranan layanan Go-Food itu sendiri. Data responden yang berhasil diperoleh
peneliti dalam kurun waktu 2 bulan (Desember 2018 sampai Februari 2019)
adalah sebanyak 268 data. Dimana data tersebut terdiri dari 100 data
pengguna layanan Go-Food, 87 data Driver Go-Jek, dan 81 data merchant
(mitra) Go-Food. Informasi demografis tersebut meliputi jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan terakhir, jumlah penggunaan layanan Go-Food untuk
pengguna layanan Go-Food. Kemudian untuk driver informasi demografis
meliputi umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan jumlah pengambilan order
Go-Food dalam sehari. Untuk merchant (mitra) informasi demografisnya
meliputi bidang usaha dan jumlah order Go-Food dalam sehari. Berikut
adalah hasil analisisnya:
4.3.1.1 Pengguna Layanan Go-Food
1. Jenis Kelamin
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil
data responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini,
sebagian besar didominasi oleh responden dengan jenis
kelamin perempuan, yaitu berjumlah 62 orang dan sisanya
adalah responden laki-laki, yaitu berjumlah 38 orang.
137
2. Pekerjaan
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil
data responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini,
sebagian besar didominasi oleh Mahasiwa/Pelajar, yaitu
berjumlah 67 orang, Karyawan Swasta 27 orang, Ibu
Rumah Tangga 2 orang, dan Guru, Jaga Toko, Freelance
serta Unemployee sisanya sebanyak 1 orang.
Laki -Laki
Perempuan
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Pekerjaan
Mahasiswa/Pelajar Karyawan Swasta
Guru Jaga Toko
Ibu Rumah Tangga Freelance
Gambar 4. 2 Diagram Jenis Kelamin
Gambar 4. 3 Diagram Pekerjaan Pengguna Layanan Go-Food
138
3. Pendidikan Terakhir
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil
data responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini,
sebagian besar didominasi oleh pengguna dengan
pendidikan terakhir SMA, yaitu berjumlah 76 orang, S1
berjumlah 15 orang, dan Diploma berjumlah 9 orang.
4. Jumlah penggunaan layanan Go-Food
Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil
data responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini,
untuk penggunaan layanan Go-Food sebagian besar
didominasi oleh pengguna dengan layanan Go-Food
untuk waktu yang jarang atau tidak tentu berjumlah 71
orang, seminggu sekali berjumlah 14 orang, sebulan sekali
berjumlah 9 orang, dan setiap hari berjumlah 6 orang.
Pendidikan Terakhir
SMA S1 Diploma
Gambar 4. 4 Diagram Pendidikan Terakhir
139
4.3.1.2 Driver Layanan Go-Food
1. Umur
Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
sebagian besar didominasi oleh responden driver dengan
umur 19-34 tahun berjumlah 50 orang, kemudian 35-54
tahun berjumlah 36 orang dan > 55 tahun 1 orang.
Penggunaan Layanan Go-Food
Jarang/Tidak Tentu Seminggu Sekali
Sebulan Sekali Setiap Hari
Umur
19-34 Tahun 35-54 Tahun > 55 Tahun
Gambar 4. 5 Diagram Penggunaan Layanan Go-Food
Gambar 4. 6 Diagram Umur
140
2. Pekerjaan
Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
driver dengan pekerjaan sebagai mahasiswa berjumlah 16
orang, kemudian sebagai karyawan berjumlah 17 orang
dan lainnya berjumlah 54 orang.
3. Pendidikan Terakhir
Gambar 4.8 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
driver di dominasi dengan latar belakang pendidikan SMA
dengan jumlah 84 orang, kemudian SMP 2 orang dan
diploma berjumlah 1 orang.
Pekerjaan
Mahasiswa Karyawan Lainnya
Gambar 4. 7 Diagram Pekerjaan
141
4. Jumlah pengambilan order Go-Food dalam sehari
Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
driver mengambil orderan Go-Food dalam sehari 1-3 kali
berjumlah 44 orang, 4-6 kali berjumlah 38 orang, dan 7-8
kali berjumlah 5 orang.
Pendidikan Terakhir
SMA SMP Diploma
Ambil Order Go-Food
1-3 kali 4-6 kali 7-8 kali
Gambar 4. 8 Diagram Pendidikan Terakhir
Gambar 4. 9 Diagram Jumlah Pengambilan Order Go-Food dalam sehari
142
4.3.1.3 Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
1. Bidang Usaha
Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa dari 81 hasil
data responden merchant (mitra) layanan Go-Food
penelitian ini, sebagian besar didominasi oleh responden
dengan bidang usaha makanan dengan jumlah 57
merchant (mitra), kemudian bidang usaha minuman
dengan jumlah 17 merchant (mitra), dan bidang usaha
makanan dan minuman dengan jumlah 7 merchant
(mitra).
Bidang Usaha
Makanan Minuman Makanan dan Minuman
Gambar 4. 10 Diagram Bidang Usaha
143
2. Jumlah order Go-Food dalam sehari
Gambar 4.11 memperlihatkan bahwa dari 81 hasil data
responden merchant (mitra) layanan Go-Food penelit ian
ini, sebagian besar didominasi oleh mereka yang
mendapatkan order dalam sehari 6-10 kali dengan jumlah
41 merchant (mitra), kemudian yang mendapatkan order
dalam sehari 1-5 kali dengan jumlah 37 merchant (mitra),
dan yang mendapatkan order dalam sehari 11-15 kali
dengan jumlah 3 merchant (mitra).
4.3.2 Hasil Analisis Pengukuran Model
Analisis pengukuran model (measurement model) dilakukan melalui
empat tahap pengujian seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa penelit i
sebelumnya, yaitu Subiyakto dan Sukmana, 2014 dan Subiyakto et al., 2015.
Empat pengujian itu adalah individual item reliability, internal consistency
reliability, average variance extracted, dan discriminant validity (Yamin &
Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle,
2015). Berikut ini adalah penjelasan tentang pelaksanaan dan hasil dari empat
pengujian tersebut.
Jumlah Order Per Hari
1-5 kali 6-10 kali 11-15 kali
Gambar 4. 11 Diagram Jumlah Order Go-Food dalam sehari
144
4.3.2.1 Hasil Analisis Pengukuran Model Pengguna
Layanan Go-Food
a. Individual Item Reliability
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai standardized
loading factor. Nilai tersebut menggambarkan besarnya
korelasi antara setiap item pengukuran (indikator) dengan
konstruknya. Nilai loading factor di atas 0,7 dapat
dikatakan ideal, artinya bahwa indikator tersebut dapat
dikatakan valid sebagai indikator yang mengukur
konstruk (Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Setelah
dilakukan pengujian, terdapat tiga indikator yaitu ASU4,
PEOU5 dan T1 yang nilainya berada dibawah 0,7. Akan
tetapi ketiga indikator ini tidak dihapus dikarenakan nila i
CR dari kedua variabel ini masih diatas 0,7 sehingga dua
indikator ini masih bisa digunakan (Subiyakto et al.,
2015). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
b. Internal Consistency
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai composite
reliability (CR)
dengan batas ambang di atas 0,7 (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Ringle, 2015). Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.1 bahwa nilai CR dari semua variabel diatas
0,7 sehingga memenuhi syarat untuk digunakan. Hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 4.1 yang menunjukan bahwa nila i
CR dari semua variabel penelitian ini di atas 0,7 sehingga
memenuhi syarat untuk digunakan.
c. Average Variance Extracted
Pengujian convergent validity selanjutnya dilakukan
dengan melihat nilai average variance extracted (AVE).
145
Nilai ini menggambarkan besaran varian atau keragaman
variabel manifest (indikator) yang dapat dikandung oleh
variabel laten (konstruk). Nilai AVE minimal 0,5
menunjukan ukuran convergent validity yang baik (Yamin
& Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013;
Wong, 2013; Ringle, 2015). Artinya, variabel laten
(konstruk) dapat menjelaskan rata-rata lebih dari setengah
varian dari indikator- indikatornya. Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.1 yang menunjukan bahwa nilai AVE dari
semua variabel penelitian ini di atas 0,5 sehingga
memenuhi syarat untuk digunakan.
d. Discrimant Validity
Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap pemeriksaan
cross loading, yaitu cross loading antar indikator dan
cross loading Fornell-Lacker’s (Subiyakto et al., 2015).
Pemeriksaan cross loading tiap indikator dilakukan
dengan membandingkan korelasi indikator dengan
konstruknya dan konstruk blok lainnya. Bila korelasi
antara indikator dengan konstruknya lebih tinggi dari
korelasi dengan konstruk blok lainnya, hal ini
menunjukkan konstruk tersebut memprediksi ukuran pada
blok mereka lebih baik dari blok lainnya (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Cross
loading Fornell-Lacker’s dilakukan dengan melihat nila i
akar AVE yang harus lebih tinggi dari pada korelasi antara
konstrak dengan konstrak lainnya (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Pada
Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 menunjukan bahwa nilai cross
loading indikator dengan konstrak dari semua variabel
lebih tinggi dari korelasi dengan konstrak blok lain, dan
146
nilai akar AVE lebih tinggi dari pada korelasi antara
konstrak dengan konstrak lainnya.
Secara ringkas, analisis pengukuran model di atas
menunjukan bahwa model penelitian yang diajukan sudah
memiliki karakteristik yang baik secara statistik. Tabel
4.1, Tabel 4.2, dan Gambar 4.7 memaparkan hasil
pengujian pengukuran model ini. Selanjutnya dapat
diartikan bahwa model tersebut memenuhi syarat untuk
dilanjutkan ke tahap pengujian struktur model (Hair et al.,
2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013).
147
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Pengukuran Model Pengguna Layanan Go-Food
VAR IND OL
CL
AVE CR PEOU PU BIU T ASU
PEOU
PEOU1 0.827 0.827 0.510 0.261 0.367 0.280
0.581
0.892
PEOU2 0.748 0.748 0.338 0.226 0.422 0.332
PEOU3 0.761 0.761 0.410 0.204 0.347 0.235
PEOU4 0.759 0.759 0.414 0.216 0.351 0.201
PEOU5 0.656 0.656 0.362 0.209 0.281 0.287
PEOU6 0.812 0.812 0.554 0.386 0.408 0.390
PU
PU1 0.712 0.507 0.712 0.427 0.303 0.498
0.589
0.877
PU2 0.707 0.505 0.707 0.530 0.517 0.491
PU3 0.776 0.341 0.776 0.466 0.361 0.520
PU4 0.790 0.436 0.790 0.480 0.420 0.450
PU5 0.845 0.413 0.845 0.577 0.456 0.555
BIU
BIU1 0.848 0.282 0.591 0.848 0.485 0.603
0.743
0.896
BIU2 0.878 0.218 0.509 0.878 0.549 0.572
BIU3 0.858 0.382 0.584 0.858 0.501 0.552
T
T1 0.695 0.559 0.608 0.527 0.695 0.594
0.543
0.877
T2 0.715 0.252 0.425 0.505 0.715 0.414
T3 0.746 0.190 0.328 0.362 0.746 0.393
T4 0.815 0.403 0.398 0.459 0.815 0.444
T5 0.717 0.341 0.351 0.336 0.717 0.383
T6 0.728 0.282 0.166 0.344 0.728 0.308
ASU
ASU1 0.837 0.289 0.593 0.594 0.429 0.837
0.625
0.868
ASU2 0.853 0.250 0.496 0.573 0.471 0.853
ASU3 0.801 0.169 0.460 0.477 0.324 0.801
148
Keterangan:
VAR : Variabel
IND : Indikator
OL : Outer Loadings
CL : Cross Loading
AVE : Average Variance Extracted
CR : Composite Reliability
R2 : Coefficient of Determination
Q2 : Predictive Relevance
Pada Tabel 4.1 dipaparkan hasil beberapa tahap
pengukuran model, yaitu pengujian individual item
reliability, internal consistency, average variance
extracted, dan discriminant validity melalui cross loading.
Untuk tahap individual item reliability dilihat melalui nila i
outer loading (OL) yang ada pada tabel. Nilainya
menunjukkan bahwa terdapat 3 indikator yaitu PEOU5,
T1 dan ASU4 yang nilainya berada dibawah 0,7. Akan
tetapi ketiga indikator ini tidak dihapus dikarenakan nilai CR
dari kedua variabel ini masih diatas 0,7 sehingga 3 indikator
ini masih bisa digunakan. Lalu, untuk tahap interna l
consistency dilihat melalui nilai composite reliability (CR)
yang ada pada tabel. Nilainya menunjukkan bahwa CR
dari setiap variabel sudah diatas 0,7. Selanjutnya, untuk
tahap average variance extracted dilihat melalui nila i
average variance extracted (AVE) yang ada pada tabel.
Nilainya menunjukkan bahwa AVE dari setiap indikator
ASU4 0.656 0.530 0.525 0.452 0.677 0.656
149
sudah diatas 0,5. Terakhir, untuk tahap discriminant validity
melalui cross loading dapat dilihat dari perbandingan
korelasi antar indikator dengan variabel dan variabel blok
lainnya.
Nilainya sudah menunjukkan bahwa korelasi antar
indikator dengan variabelnya lebih tinggi dibanding korelasi
antar indikator dengan variabel pada blok lainnya. Sehingga
dapat disimpulkan dari semua tahap pengujian, indikator
pada penelitian ini sudah memenuhi syarat untuk digunakan.
Tabel 4. 2 Discriminant Validity Pengguna Layanan Go-Food
Pada tabel 4.2 ditunjukan nilai discriminant validity
melalui pemeriksaan cross loading Fonell Lacker’s. Tabel ini
memaparkan bahwa akar AVE (nilai yang paling atas dalam
tabel) sudah lebih tinggi dibandingkan dengan coefisien antar
variabel (nilai yang ada dibawahnya). Sehingga dapat
isimpulkan bahwa indikator yang digunakan dalam
penelitian ini telah memenuhi kriteria validitas diskriman.
ASU BIU PEOU PU T
ASU 0.791
BIU 0.669 0.862
PEOU 0.382 0.340 0.762
PU 0.657 0.652 0.580 0.768
T 0.592 0.594 0.476 0.543 0.737
150
Dalam Gambar 4.12 dijelaskan hasil pengujian individual
item reliability. Gambar ini menunjukkan bahwa terdapat 3
indikator dibawah 0.7, yaitu PEOU1, T1, dan ASU4. Akan tetapi
indikator tersebut tidak dihapus dikarenakan nilai CR dari ketiga
indikator tersebut diatas rata-rata. Dengan begitu dapat dinyatakan
bahwa indikator dalam penelitian sudah valid untuk digunakan.
4.3.2.2 Hasil Analisis Pengukuran Model Driver
Layanan Go-Food
a. Individual Item Reliability
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai standardized
loading factor. Nilai tersebut menggambarkan besarnya
korelasi antara setiap item pengukuran (indikator) dengan
konstruknya. Nilai loading factor di atas 0,7 dapat
dikatakan ideal, artinya bahwa indikator tersebut dapat
Gambar 4. 12 Hasil Analisis Pengguna Layanan Go-Food dengan Smart PLS
151
dikatakan valid sebagai indikator yang mengukur
konstruk (Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Setelah
dilakukan pengujian, terdapat sebelas indikator yaitu
ASU3, BIU2, PEOU1, PEOU3, PEOU4, PEOU5, PU1,
PU3, T2, T3 dan T4 yang nilainya berada dibawah 0,7.
Akan tetapi dari sebelas indikator ini yang tidak dihapus
hanya ASU3, BIU2, PEOU4, PU1, dan T2 saja,
dikarenakan nilai CR dari ASU dan BIU variabel ini
masih diatas 0,7 sehingga indikator ini masih bisa
digunakan (Subiyakto et al., 2015). Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.3.
b. Internal Consistency
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai composite
reliability (CR)
dengan batas ambang di atas 0,7 (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Ringle, 2015). Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.3 bahwa nilai CR dari semua variabel diatas
0,7, sehingga seluruh variable memenuhi syarat untuk
digunakan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 yang
menunjukan bahwa nilai CR dari semua variabel
penelitian ini di atas 0,7.
c. Average Variance Extracted
Pengujian convergent validity selanjutnya dilakukan
dengan melihat nilai average variance extracted (AVE).
Nilai ini menggambarkan besaran varian atau keragaman
variabel manifest (indikator) yang dapat dikandung oleh
variabel laten (konstruk). Nilai AVE minimal 0,5
menunjukan ukuran convergent validity yang baik (Yamin
& Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013;
Wong, 2013; Ringle, 2015). Artinya, variabel laten
152
(konstruk) dapat menjelaskan rata-rata lebih dari setengah
varian dari indikator- indikatornya. Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.3 yang menunjukan bahwa nilai AVE dari
semua variabel penelitian ini di atas 0,5, sehingga variabel
terebut memenuhi syarat untuk digunakan.
d. Discrimant Validity
Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap pemeriksaan
cross loading, yaitu cross loading antar indikator dan
cross loading Fornell-Lacker’s (Subiyakto et al., 2015).
Pemeriksaan cross loading tiap indikator dilakukan
dengan membandingkan korelasi indikator dengan
konstruknya dan konstruk blok lainnya. Bila korelasi
antara indikator dengan konstruknya lebih tinggi dari
korelasi dengan konstruk blok lainnya, hal ini
menunjukkan konstruk tersebut memprediksi ukuran pada
blok mereka lebih baik dari blok lainnya (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Cross
loading Fornell-Lacker’s dilakukan dengan melihat nila i
akar AVE yang harus lebih tinggi dari pada korelasi antara
konstrak dengan konstrak lainnya (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Pada
Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai cross
loading indikator dengan konstrak dari semua variabel
lebih tinggi dari korelasi dengan konstrak blok lain, dan
nilai akar AVE lebih tinggi dari pada korelasi antara
konstrak dengan konstrak lainnya.
Secara ringkas, analisis pengukuran model di atas
menunjukan bahwa model penelitian yang diajukan sudah
memiliki karakteristik yang baik secara statistik. Tabel
4.3, Tabel 4.4, dan Gambar 4.13 memaparkan hasil
pengujian pengukuran model ini. Selanjutnya dapat
153
diartikan bahwa model tersebut memenuhi syarat untuk
dilanjutkan ke tahap pengujian struktur model (Hair et al.,
2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013).
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Pengukuran Model Driver Layanan Go-Food
VAR IND OL
CL
AVE CR
PEOU PU BIU T ASU
PEOU
PEOU1
0.601 0.732
PEOU2 0.977 0.977 0.478 0.384 0.027 0.267
PEOU3
PEOU4 0.319 0.498 0.069 0.150 -0.087
-0.003
PEOU5
PU
PU1 0.619 0.045 0.619 0.162 0.219 0.300 0.634
0.836
PU2 0.881 0.492 0.881 0.396 0.157 0.351
PU3
PU4 0.856 0.349 0.862 0.513 0.315 0.216
BIU
BIU1 0.961 0.431 0.549 0.961 0.248 0.584 0.626
0.759 BIU2 0.574 0.032 0.087 0.574 0.276 0.235
T
T1 0.838 0.072 0.416 0.256 0.838 0.030 0.574
0.727 T2 0.667 -0.089 -0.066 0.187 0.667 0.119
T3
T4
ASU
ASU1 0.840 0.151 0.220 0.521 0.052 0.840 0.527
0.764
ASU2 0.770 0.317 0.266 0.446 0.115 0.770
ASU3 0.532 -0.027 0.342 0.194 -0.002
0.532
154
Keterangan:
VAR : Variabel
IND : Indikator
OL : Outer Loadings
CL : Cross Loading
AVE : Average Variance Extracted
CR : Composite Reliability
R2 : Coefficient of Determination
Q2 : Predictive Relevance
Pada Tabel 4.3 dipaparkan hasil beberapa tahap
pengukuran model, yaitu pengujian individual item
reliability, internal consistency, average variance
extracted, dan discriminant validity melalui cross loading.
Untuk tahap individual item reliability dilihat melalui
nilai outer loading (OL) yang ada pada tabel. Nilainya
menunjukkan bahwa terdapat 11 indikator yaitu ASU3,
BIU2, PEOU1, PEOU3, PEOU4, PEOU5, PU1, PU3, T2,
T3 dan T4 yang nilainya berada dibawah 0,7. Akan tetapi
dari sebelas indikator ini yang tidak dihapus hanya
PEOU4, PU1, BIU2, T2 dan ASU3 saja, dikarenakan nila i
CR dari ASU dan BIU variabel ini masih diatas 0,7
sehingga indikator ini masih bisa digunakan. Lalu, untuk
tahap internal consistency dilihat melalui nilai composite
reliability (CR) yang ada pada tabel. Nilainya
menunjukkan bahwa CR dari setiap variabel diatas 0,7
sehingga memenuhi syarat untuk digunakan. Selanjutnya,
untuk tahap average variance extracted dilihat melalui
155
nilai average variance extracted (AVE) yang ada pada
tabel. Nilainya menunjukkan bahwa bahwa nilai AVE
dari semua variabel penelitian di atas 0,5 sehingga seluruh
variabel terebut memenuhi syarat untuk digunakan.
Terakhir, untuk tahap discriminant validity melalui cross
loading dapat dilihat dari perbandingan korelasi antar
indikator dengan variabel dan variabel blok lainnya.
Nilainya sudah menunjukkan bahwa korelasi antar
indikator dengan variabelnya lebih tinggi dibanding
korelasi antar indikator dengan variabel pada blok
lainnya. Sehingga dapat disimpulkan dari semua tahap
pengujian, indikator pada penelitian ini sudah memenuhi
syarat untuk digunakan.
Tabel 4. 4 Discriminant Validity Driver Layanan Go-Food
Pada tabel 4.4 ditunjukan nilai discriminant validity
melalui pemeriksaan cross loading Fonell Lacker’s. Tabel
ini memaparkan bahwa akar AVE (nilai yang paling atas
dalam tabel) sudah lebih tinggi dibandingkan dengan
coefisien antar variabel (nilai yang ada dibawahnya) kecuali
PEOU. Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria
validitas diskriman.
ASU BIU PEOU PU T
ASU 0.726
BIU 0.574 0.791
PEOU 0.243 0.383 0.775
PU 0.339 0.501 0.451 0.796
T 0.088 0.296 0.006 0.277 0.758
156
Gambar 4. 13 Hasil Analisis Driver Layanan Go-Food dengan Smart PLS
Dalam Gambar 4.13 dijelaskan hasil pengujian
individual item reliability. Gambar ini menunjukkan bahwa
terdapat 3 indikator dibawah 0.7, yaitu PEOU4, P U1 ,
BIU2 , T2, dan ASU3. Akan tetapi indikator tersebut
tidak dihapus dikarenakan nilai CR dari kelima indikator
tersebut diatas rata-rata. Dengan begitu dapat dinyatakan
bahwa indikator dalam penelitian sudah valid untuk
digunakan.
157
4.3.2.3 Hasil Analisis Pengukuran Model Merchant
(Mitra) Layanan Go-Food a. Individual Item Reliability
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai standardized
loading factor. Nilai tersebut menggambarkan besarnya
korelasi antara setiap item pengukuran (indikator) dengan
konstruknya. Nilai loading factor di atas 0,7 dapat
dikatakan ideal, artinya bahwa indikator tersebut dapat
dikatakan valid sebagai indikator yang mengukur
konstruk (Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Setelah
dilakukan pengujian, terdapat enam indikator yaitu ASU3,
BIU1, PEOU1, PEOU3, PU3, dan T1 yang nilainya
berada dibawah 0,7. Akan tetapi keenam indikator ini
hanya dihapus 3 indikator, yaitu PEOU1, PEOU3, dan PU
3 dikarenakan nilai CR dari variabel tersebut ini dibawah
0,7 sehingga indikator PEOU1, PEOU3, dan PU3 tidak
bisa digunakan (Subiyakto et al., 2015). Hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
b. Internal Consistency
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai composite
reliability (CR)
dengan batas ambang di atas 0,7 (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Ringle, 2015). Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.5 bahwa nilai CR dari semua variabel diatas
0,7, sehingga memenuhi syarat untuk digunakan.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 yang menunjukan
bahwa nilai CR dari semua variabel penelitian ini di atas
0,7 sehingga memenuhi syarat untuk digunakan.
158
c. Average Variance Extracted
Pengujian convergent validity selanjutnya dilakukan
dengan melihat nilai average variance extracted (AVE).
Nilai ini menggambarkan besaran varian atau keragaman
variabel manifest (indikator) yang dapat dikandung oleh
variabel laten (konstruk). Nilai AVE minimal 0,5
menunjukan ukuran convergent validity yang baik (Yamin
& Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013;
Wong, 2013; Ringle, 2015). Artinya, variabel laten
(konstruk) dapat menjelaskan rata-rata lebih dari setengah
varian dari indikator- indikatornya. Hasilnya dapat diliha t
pada Tabel 4.5 yang menunjukan bahwa nilai AVE dari
semua variabel penelitian ini di atas 0,5, sehingga seluruh
variable memenuhi syarat untuk digunakan.
d. Discrimant Validity
Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap pemeriksaan
cross loading, yaitu cross loading antar indikator dan
cross loading Fornell-Lacker’s (Subiyakto et al., 2015).
Pemeriksaan cross loading tiap indikator dilakukan
dengan membandingkan korelasi indikator dengan
konstruknya dan konstruk blok lainnya. Bila korelasi
antara indikator dengan konstruknya lebih tinggi dari
korelasi dengan konstruk blok lainnya, hal ini
menunjukkan konstruk tersebut memprediksi ukuran pada
blok mereka lebih baik dari blok lainnya (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Cross
loading Fornell-Lacker’s dilakukan dengan melihat nila i
akar AVE yang harus lebih tinggi dari pada korelasi antara
konstrak dengan konstrak lainnya (Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013; Ringle, 2015). Pada
Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai cross
159
loading indikator dengan konstrak dari semua variabel
lebih tinggi dari korelasi dengan konstrak blok lain, dan
nilai akar AVE lebih tinggi dari pada korelasi antara
konstrak dengan konstrak lainnya.
Secara ringkas, analisis pengukuran model di atas
menunjukan bahwa model penelitian yang diajukan sudah
memiliki karakteristik yang baik secara statistik. Tabel
4.5, Tabel 4.6, dan Gambar 4.14 memaparkan hasil
pengujian pengukuran model ini. Selanjutnya dapat
diartikan bahwa model tersebut memenuhi syarat untuk
dilanjutkan ke tahap pengujian struktur model (Hair et al.,
2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013).
Tabel 4. 5 Hasil Analisis Pengukuran Model Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
VAR IND OL
CL
AVE CR
PEOU PU BIU T ASU
PEOU
PEOU1
0.693 0.817
PEOU2 0.916 0.916 0.383 0.053
0.081 0.184
PEOU3
PEOU4 0.739 0.739 0.209 0.112
0.203 0.282
PU
PU1 0.709 0.359 0.709 0.119 0.100 0.373
0.643
0.877
PU2 0.879 0.306 0.879 0.304 0.199 0.517
PU3
PU4 0.790 0.112 0.725 0.233 0.146 0.321
PU5 0.845 0.360 0.878 0.387 0.331 0.520
BIU
BIU1 0.693 0.126 0.222 0.693 0.201 0.453 0.556
0.713 BIU2 0.795 0.015 0.285 0.795 0.247 0.514
T
T1 0.635 -0.067 0.143 0.231 0.635 0.194
0.553
0.786
T2 0.798 0.148 0.156 0.199 0.798 0.259
T3 0.786 0.251 0.273 0.236 0.786 0.277
ASU1 0.783 0.118 0.390 0.546 0.236 0.783
160
ASU
ASU2 0.763 0.255 0.388 0.497 0.271 0.763 0.535
0.774
ASU3 0.640 0.216 0.479 0.357 0.217 0.640
Keterangan:
VAR : Variabel
IND : Indikator
OL : Outer Loadings
CL : Cross Loading
AVE : Average Variance Extracted
CR : Composite Reliability
R2 : Coefficient of Determination
Q2 : Predictive Relevance
Pada Tabel 4.5 dipaparkan hasil beberapa tahap
pengukuran model, yaitu pengujian individual item
reliability, internal consistency, average variance
extracted, dan discriminant validity melalui cross loading.
Untuk tahap individual item reliability dilihat melalui nila i
outer loading (OL) yang ada pada tabel. Nilainya
menunjukkan bahwa terdapat 3 indikator yaitu BIU1, T1
dan ASU3 yang nilainya berada dibawah 0,7. Akan tetapi
ketiga indikator ini tidak dihapus dikarenakan nilai CR dari
kedua variabel ini masih diatas 0,7 sehingga 3 indikator ini
masih bisa digunakan. Lalu, untuk tahap interna l
consistency dilihat melalui nilai composite reliability (CR)
yang ada pada tabel. Nilainya menunjukkan bahwa CR
dari setiap variabel sudah diatas 0,7. Selanjutnya, untuk
tahap average variance extracted dilihat melalui nila i
161
average variance extracted (AVE) yang ada pada tabel.
Nilainya menunjukkan bahwa AVE dari setiap indikator
sudah diatas 0,5. Terakhir, untuk tahap discriminant validity
melalui cross loading dapat dilihat dari perbandingan
korelasi antar indikator dengan variabel dan variabel blok
lainnya. Nilainya sudah menunjukkan bahwa korelasi antar
indikator dengan variabelnya lebih tinggi dibanding korelasi
antar indikator dengan variabel pada blok lainnya. Sehingga
dapat disimpulkan dari semua tahap pengujian, indikator
pada penelitian ini sudah memenuhi syarat untuk digunakan.
Tabel 4. 6 Discriminant Validity Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
Pada tabel 4.6 ditunjukan nilai discriminant valid ity
melalui pemeriksaan cross loading Fonell Lacker’s. Tabel
ini memaparkan bahwa akar AVE (nilai yang paling atas
dalam tabel) sudah lebih tinggi dibandingkan dengan
coefisien antar variabel (nilai yang ada dibawahnya).
Sehingga dapat isimpulkan bahwa indikator yang digunakan
dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria validita s
diskriman.
ASU BIU PEOU PU T
ASU 0.731
BIU 0.650 0.745
PEOU 0.260 0.088 0.832
PU 0.557 0.342 0.374 0.802
T 0.329 0.302 0.149 0.262 0.744
162
Gambar 4. 14 Hasil Analisis Merhant (Mitra) Layanan Go-Food dengan Smart PLS
Dalam Gambar 4.14 dijelaskan hasil pengujian
individual item reliability. Gambar ini menunjukkan bahwa
terdapat 3 indikator dibawah 0.7, yaitu BIU1, T1, dan
ASU3. Akan tetapi indikator tersebut tidak dihapus
dikarenakan nilai CR dari ketiga indikator tersebut diatas
rata-rata. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa indikator
dalam penelitian sudah valid untuk digunakan.
4.3.3 Hasil Analisis Struktur Model
Analisis struktur model dilakukan melalui enam tahapan pengujian,
yaitu pengujian path coefficient (β), coefficient of determination (𝑅2), t-test
menggunakan metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive relevance
(𝑄2 ), dan relative impact (𝑞2) (Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012;
Afthanorhan, 2013; Wong, 2013).
4.3.3.1 Hasil Analisis Struktur Model Pengguna
Layanan Go-Food
a. Path Coefficient
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai ambang
batas di atas 0,1. Artinya menyatakan bahwa jalur (path)
yang dimaksud mempunyai pengaruh dalam model (Hair
163
et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013, Ringle,
2015). Hasilnya dari 5 jalur, 1 diantaranya, yaitu :
PEOU→BIU menunjukkan pengaruh yang tidak
signifikan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan
Gambar 4.15.
Gambar 4. 15 Path Coefficient Pengguna Layanan Go-Food
b. Coefficient of Determination (R
Pengujian ini dilakukan untuk menjelaskan varian dari
tiap target endogenous variabel (variabel yang dianggap
dipengaruhi oleh variabel lain dalam model) dengan
standar pengukuran sekitar 0,670 sebagai kuat, sekitar
0,333 moderat, dan 0,190 atau di bawahnya menunjukan
tingkat varian yang lemah (Hair et al., 2012; Afthanorhan,
2013; Wong, 2013, Ringle, 2015). Gambar 4.15 dan tabel
4.7 menunjukan bahwa 𝑅2dari yang terkuat tidak ada,
kemudian varian moderat untuk 𝑅2 adalah semua
variabel. Sedangkan varian kecil untuk 𝑅2 tidak ada.
164
c. T-test
Pengujian ini dilakukan dengan metode bootstrapping,
menggunakan uji two-tailed dengan tingkat signifikans i
10% untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian.
Hipotesis tersebut akan diterima jika memiliki t-test
lebih besar dari 1,65 (Hair et al, 2017). Tabel 4.7 dan
Gambar 4.9 menunjukan bahwa ada 4 dari 5
hipotesis diterima, yaitu : BIU→ASU, PEOU→PU,
PU→BIU, d a n T→BIU.
d. Effect Size (𝒇𝟐)
Pengujian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam
struktur model dengan nilai ambang batas sekitar 0,02
untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk menengah, dan 0,35
untuk pengaruh besar (Hair et al., 2012; Wong,
2013). f2 dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Hasilnya, Tabel 4.7 Menunjukkan pengujian 𝑓2 terhadap
5 jalur. 1 jalur diantaranya memiliki pengaruh besar
yaitu SEQ→US. Kemudian 3 jalur memiliki pengaruh
menengah yaitu: , SEQ→U, US→NB, dan U→US.
Sisanya memiliki pengaruh yang kecil.
e. Predictive Rrelevance (𝑸𝟐)
Pengujian ini dilakukan dengan metode blindfolding
untuk memberikan bukti bahwa variabel tertentu yang
165
digunakan dalam model mempunyai keterkaitan prediktif
(predictive relevance) dengan variabel lainnya dalam
model dengan ambang batas pengukuran di atas nol (Hair
et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013). Pada
penelitian ini terdapat 3 variabel yang memiliki nila i
diatas 0, yaitu : ASU, BIU, dan PU.
f. Relative Impact (𝒒𝟐)
Pengujian ini dilakukan dengan metode blindfolding
untuk mengukur relatif pengaruh dari sebuah
keterkaitan prediktif suatu variabel tertentu dengan
variabel lainnya dengan nilai ambang batas sekitar 0,02
untuk pengaruh kecil, 0, 15 untuk pengaruh menengah,
dan 0,35 untuk pengaruh besar (Hair et al., 2012). Rumus
yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.3 menunjukan hasil bahwa dari 5 jalur, semuanya
memiliki pengaruh yang kecil.
166
Tabel 4. 7 Hasil Analisa Struktur Model Pengguna Layanan Go-Food
Hipotesis
β t-test
f2 q2 Analyses
No Jalur R2-in R
2-ex ∑ f
2 Q2-in Q
2-ex ∑ q
2 β t-test R2 f2 Q2 q2
H1 BIU→ASU
0.669 12.540 0,447 0 0.809 0,112 0 0.126 Sign Diterima M B Predictive Relevance K
H2 PEOU→BIU
-0.148 1.377 0,520 0,507 0.029 0,118 0,103 0.017 InSign Ditolak M K Predictive Relevance K
H3 PEOU→PU
0.580 7.565 0,337 0 0.507 0,006 0 0.006 Sign Diterima M B Predictive Relevance K
H4 PU→BIU
0.535 4.557 0,520 0,358 0.341 0,118 0,067 0.058 Sign Diterima M B Predictive Relevance K
H5 T→BIU
0.374 3.877 0,520 0,429 0.194 0,118 0,107 0.012 Sign Diterima M M Predictive Relevance K
167
Dalam Tabel 4.7 dipaparkan hasil ke enam tahap struktural model,
yaitu pengujian pengujian path coefficient (β), coefficient of determination
(𝑅2), t-test menggunakan metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive
relevance (𝑄2 ), dan relative impact (𝑞2).
Pertama, untuk hasil tahap path coefficient (β) diketahui bahwa
dari 5 jalur, 1 diantaranya yaitu PEOU→BIU menunjukkan pengaruh yang
tidak signifikan, karena nilai path coefficient dari jalur tersebut berada
dibawah ambang batas.
Lalu, untuk hasil tahap t-test diketahui 4 dari 5 hipotesis diterima,
yaitu : BIU→ASU, PEOU→PU, PU→BIU, dan T→BIU. Sisanya ditolak,
hal ini dikarenakan nilai t-test dari hipotesis tersebut berada dibawah nilai
ambang batas.
Hasil tahap coefficient of determination (𝑅2) menunjukkan bahwa
seluruh (5) jalur yang memiliki nilai menengah.
Selanjutnya, hasil tahap effect size (𝑓2) terhadap ke-5 jalur, 3
jalur memiliki pengaruh besar yaitu: BIU→ASU, PEOU→PU, dan
PU→BIU, 1 jalur memliki pengaruh menengah yaitu: T→BIU, d a n
sisanya memiliki pengaruh yang kecil yaitu: PEOU→BIU.
Lalu, untuk hasil tahap predictive relevance (𝑄2 ) menyebutkan
bahwa semua variabel dalam penelitian ini sudah memiliki keterkaitan yang
prediktif.
Terakhir, untuk hasil tahap relative impact (𝑞2) menyebutkan
bahwa seluruh jalur memiliki pengaruh yang kecil.
168
4.3.3.2 Hasil Analisis Struktur Model Driver Layanan
Go-Food
a. Path Coefficient
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai ambang
batas di atas 0,1. Artinya menyatakan bahwa jalur (path)
yang dimaksud mempunyai pengaruh dalam model (Hair
et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013, Ringle,
2015). Hasilnya dari 5 jalur, semuanya menunjukkan
pengaruh yang signifikan seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 4.8 dan Gambar 4.8.
Gambar 4. 16 Path Coefficient Analisis Struktur Model Driver Layanan Go-Food
b. Coefficient of Determination (R
Pengujian ini dilakukan untuk menjelaskan varian dari
tiap target endogenous variabel (variabel yang dianggap
dipengaruhi oleh variabel lain dalam model) dengan
standar pengukuran sekitar 0,670 sebagai kuat, sekitar
0,333 moderat, dan 0,190 atau di bawahnya menunjukan
tingkat varian yang lemah (Hair et al., 2012; Afthanorhan,
2013; Wong, 2013, Ringle, 2015). Gambar 4.16 dan tabel
169
4.8 menunjukan bahwa 𝑅2dari yang terkuat tidak ada,
kemudian varian moderat untuk 𝑅2 adalah semua
variabel. Sedangkan varian kecil untuk 𝑅2 tidak ada.
c. T-test
Pengujian ini dilakukan dengan metode bootstrapping,
menggunakan uji two-tailed dengan tingkat signifikans i
10% untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian.
Hipotesis tersebut akan diterima jika memiliki t-test
lebih besar dari 1,65 (Hair et al, 2017). Tabel 4.8 dan
Gambar 4.16 menunjukan bahwa ada 2 dari 5
hipotesis diterima, yaitu : BIU→ASU dan PU→BIU,
sementara untuk sisanya di tolak.
d. Effect Size (𝒇𝟐)
Pengujian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam
struktur model dengan nilai ambang batas sekitar 0,02
untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk menengah, dan 0,35
untuk pengaruh besar (Hair et al., 2012; Wong,
2013). f2 dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Hasilnya, Tabel 4.8 Menunjukkan pengujian 𝑓2 terhadap
5 jalur. 1 jalur diantaranya memiliki pengaruh besar
yaitu BIU→ASU. Kemudian 1 jalur memilik i
pengaruh menengah yaitu: PEOU→PU. Sisanya
memiliki pengaruh yang kecil.
170
e. Predictive Rrelevance (𝑸𝟐)
Pengujian ini dilakukan dengan metode blindfolding
untuk memberikan bukti bahwa variabel tertentu yang
digunakan dalam model mempunyai keterkaitan prediktif
(predictive relevance) dengan variabel lainnya dalam
model dengan ambang batas pengukuran di atas nol (Hair
et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013). Pada
penelitian ini terdapat 3 variabel yang memiliki nila i
diatas 0, yaitu : ASU, BIU, dan PU.
f. Relative Impact (𝒒𝟐)
Pengujian ini dilakukan dengan metode blindfolding
untuk mengukur relatif pengaruh dari sebuah
keterkaitan prediktif suatu variabel tertentu dengan
variabel lainnya dengan nilai ambang batas sekitar 0,02
untuk pengaruh kecil, 0, 15 untuk pengaruh menengah,
dan 0,35 untuk pengaruh besar (Hair et al., 2012). Rumus
yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.8 menunjukan hasil bahwa dari 5 jalur, 3 memilik i
pengaruh menengah yaitu: BIU→ASU, PEOU→P U,
dan PU→BIU. 2 lainnya memiliki pengaruh yang kecil.
171
Tabel 4. 8 Hasil Analisa Struktur Model Driver Layanan Go-Food
Hipotesis
β t-test f2 q2 Analyses
No Jalur R2-
in R
2-
ex ∑ f
2 Q2-in Q
2-ex ∑ q
2 β t-test R2 f2 Q2 q2
H1 BIU→ASU 0.574 6.427 0,330 0 0.493 0,257 0 0,346 Sign Diterima M B Predictive Relevance M
H2 PEOU→BIU 0.227 1.558 0,318 0,272 0.059 0,353 0,349 0.006 Sign Ditolak M K Predictive Relevance K
H3 PEOU→PU 0.451 1.339 0,203 0 0.255 0,175 0 0.212 Sign Ditolak M M Predictive Relevance M
H4 PU→BIU 0.343 1.758 0,318 0,225 0.124 0,353 0,243 0.170 Sign Diterima M K Predictive Relevance M
H5 T→BIU 0.200 1.371 0,318 0,295 0.053 0,353 0,288 0.100 Sign Ditolak M K Predictive Relevance K
172
Dalam Tabel 4.8 dipaparkan hasil ke enam tahap struktural model,
yaitu pengujian pengujian path coefficient (β), coefficient of determination
(𝑅2), t-test menggunakan metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive
relevance (𝑄2 ), dan relative impact (𝑞2).
Pertama, untuk hasil tahap path coefficient (β) diketahui bahwa
dari 5 jalur, semuanya menunjukkan pengaruh yang signifikan, karena
nilai path coefficient dari jalur tersebut berada diatas ambang batas.
Lalu, untuk hasil tahap t-test diketahui 2 dari 5 hipotesis diterima,
yaitu : BIU→ASU dan PU→BIU. Sisanya ditolak, hal ini dikarenakan
nilai t-test dari hipotesis tersebut berada dibawah nilai ambang batas.
Hasil tahap coefficient of determination (𝑅2) menunjukkan bahwa
seluruh (5) jalur yang memiliki nilai menengah.
Selanjutnya, hasil tahap effect size (𝑓2) terhadap ke-5 jalur, 1
jalur memiliki pengaruh besar yaitu: BIU→ASU, 1 jalur memliki pengaruh
menengah yaitu: PEOU→PU, d a n sisanya memiliki pengaruh yang
kecil.
Lalu, untuk hasil tahap predictive relevance (𝑄2 ) menyebutkan
bahwa semua variabel dalam penelitian ini sudah memiliki keterkaitan yang
prediktif.
Terakhir, untuk hasil tahap relative impact (𝑞2) menyebutkan
bahwa 3 dari 5 jalur memiliki pengaruh menengah yaitu: BIU→ASU,
PEOU→PU dan PU→BIU. Sementara untuk 2 jalur lainnya memilik i
pengaruh kecil.
173
4.3.3.3 Hasil Analisis Struktur Model Merchant (Mitra)
Layanan Go-Food
a. Path Coefficient
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai ambang
batas di atas 0,1. Artinya menyatakan bahwa jalur (path)
yang dimaksud mempunyai pengaruh dalam model (Hair
et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013, Ringle,
2015). Hasilnya dari 5 jalur, hanya 1 jalur yaitu
PEOU→BIU yang menunjukkan pengaruh tidak
signifikan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan
Gambar 4.17.
Gambar 4. 17 Path Coefficient Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
b. Coefficient of Determination (R
Pengujian ini dilakukan untuk menjelaskan varian dari
tiap target endogenous variabel (variabel yang dianggap
dipengaruhi oleh variabel lain dalam model) dengan
standar pengukuran sekitar 0,670 sebagai kuat, sekitar
0,333 moderat, dan 0,190 atau di bawahnya menunjukan
tingkat varian yang lemah (Hair et al., 2012; Afthanorhan,
2013; Wong, 2013, Ringle, 2015). Gambar 4.17 dan tabel
174
4.9 menunjukan bahwa 𝑅2dari yang terkuat tidak ada,
kemudian varian moderat untuk 𝑅2 adalah jalur
BIU→ASU dan yang lainnya adalah varian kecil.
c. T-test
Pengujian ini dilakukan dengan metode bootstrapping,
menggunakan uji two-tailed dengan tingkat signifikans i
10% untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian.
Hipotesis tersebut akan diterima jika memiliki t-test
lebih besar dari 1,65 (Hair et al, 2017). Tabel 4.9 dan
Gambar 4.17 menunjukan bahwa ada 4 dari 5
hipotesis diterima, yaitu : BIU→ASU, PEOU→PU,
PU→BIU, d a n T→BIU.
d. Effect Size (𝒇𝟐)
Pengujian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam
struktur model dengan nilai ambang batas sekitar 0,02
untuk pengaruh kecil, 0,15 untuk menengah, dan 0,35
untuk pengaruh besar (Hair et al., 2012; Wong,
2013). f2 dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Hasilnya, Tabel 4.9 Menunjukkan pengujian 𝑓2 terhadap
5 jalur. 1 jalur diantaranya memiliki pengaruh besar
yaitu BIU→ASU. Kemudian 1 jalur memilik i
pengaruh menengah yaitu: PEOU→PU. Sisanya
memiliki pengaruh yang kecil.
175
e. Predictive Rrelevance (𝑸𝟐)
Pengujian ini dilakukan dengan metode blindfolding
untuk memberikan bukti bahwa variabel tertentu yang
digunakan dalam model mempunyai keterkaitan prediktif
(predictive relevance) dengan variabel lainnya dalam
model dengan ambang batas pengukuran di atas nol (Hair
et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013). Pada
penelitian ini terdapat 3 variabel yang memiliki nila i
diatas 0, yaitu : PU, BIU, dan ASU.
f. Relative Impact (𝒒𝟐)
Pengujian ini dilakukan dengan metode blindfolding
untuk mengukur relatif pengaruh dari sebuah
keterkaitan prediktif suatu variabel tertentu dengan
variabel lainnya dengan nilai ambang batas sekitar 0,02
untuk pengaruh kecil, 0, 15 untuk pengaruh menengah,
dan 0,35 untuk pengaruh besar (Hair et al., 2012). Rumus
yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.9 menunjukan hasil bahwa dari 5 jalur, 1 memilik i
pengaruh menengah yaitu: BIU→ASU. Sementara untuk
jalur yang lainnya memiliki pengaruh kecil.
176
Tabel 4. 9 Hasil Analisa Struktur Model Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
Hipotesis
β t-test f2 q2 Analyses
No Jalur R2-
in R
2-
ex
∑ f2 Q
2-in Q
2-ex ∑ q
2 β t-test R2 f2 Q2 q2
H1 BIU→ASU 0.650 10.723 0,422 0 0.730 0,185 0 0,227 Sign Diterima M B Predictive Relevance M
H2 PEOU→BIU -0.060 0.482 0,169 0,173 -0.005 0,039 0,057 -0.019 InSign Ditolak K K Predictive Relevance K
H3 PEOU→PU 0.374 2.794 0,140 0 0.163 0,070 0 0.075 Sign Diterima K M Predictive Relevance K
H4 PU→BIU 0.304 2.489 0,169 0,093 0.091 0,039 0,005 0.035 Sign Diterima K K Predictive Relevance K
H5 T→BIU 0.231 1.880 0,169 0,119 0.060 0,039 0,040 -0.001 Sign Diterima K K Predictive Relevance K
177
Dalam Tabel 4.9 dipaparkan hasil ke enam tahap struktural model,
yaitu pengujian pengujian path coefficient (β), coefficient of determination
(𝑅2), t-test menggunakan metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive
relevance (𝑄2 ), dan relative impact (𝑞2).
Pertama, untuk hasil tahap path coefficient (β) diketahui bahwa
dari 5 jalur, 1 diantaranya yaitu PEOU→BIU menunjukkan pengaruh yang
tidak signifikan, karena nilai path coefficient dari jalur tersebut berada
dibawah ambang batas.
Lalu, untuk hasil tahap t-test diketahui 4 dari 5 hipotesis diterima,
yaitu : BIU→ASU, PEOU→PU, PU→BIU, dan T→BIU. Sisanya ditolak,
hal ini dikarenakan nilai t-test dari hipotesis tersebut berada dibawah nilai
ambang batas.
Hasil tahap coefficient of determination (𝑅2) menunjukkan bahwa 1
dari 5 jalur memiliki nilai menengah, yaitu: BIU→ASU, sementara untuk
sisanya memiliki pengaruh kecil.
Selanjutnya, hasil tahap effect size (𝑓2) terhadap ke-5 jalur, 1
jalur memiliki pengaruh besar yaitu: BIU→ASU, 1 jalur memliki pengaruh
menengah yaitu: PEOU→PU, d a n sisanya memiliki pengaruh yang
kecil yaitu: PEOU→BIU, PU→BIU, dan T→BIU.
Lalu, untuk hasil tahap predictive relevance (𝑄2 ) menyebutkan
bahwa semua variabel dalam penelitian ini sudah memiliki keterkaitan yang
prediktif.
Terakhir, untuk hasil tahap relative impact (𝑞2) menyebutkan
bahwa 1 dari 5 jalur memiliki pengaruh menengah, yaitu: BIU→ASU.
Sementara yang lainnya memiliki pengaruh yang kecil.
178
4.4 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis
Pada sub bab ini akan memaparkan mengenai interpretasi dan diskusi
hasil analisi data demografis, interpretasi dan diskusi hasil pengukuran model,
dan interpretasi dan diskusi hasil struktural model.
4.4.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisi Data Demografis
4.4.1.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisi Data
Demografis Pengguna Layanan Go-Food
Berdasarkan hasil analisis informasi demografis profil
responden, peneliti melakukan interpretasi dan mendiskusikan hasil
analisisnya yaitu sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil data
responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini, sebagian
besar didominasi oleh responden dengan jenis kelamin
perempuan, yaitu berjumlah 62 orang (62%) dan sisanya adalah
responden laki-laki, yaitu berjumlah 38 orang (38%).
b. Pekerjaan
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil data
responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini, sebagian
besar didominasi oleh Mahasiwa/Pelajar, yaitu berjumlah 67
orang (67%), Karyawan Swasta 27 orang (27%), Ibu Rumah
Tangga 2 orang (2%), dan Guru, Jaga Toko, Freelance serta
Unemployee sisanya sebanyak 1 orang (1%).
179
c. Pendidikan Terakhir
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil data
responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini, sebagian
besar didominasi oleh pengguna dengan pendidikan terakhir
SMA, yaitu berjumlah 76 orang (76%), S1 berjumlah 15 orang
(15%), dan Diploma berjumlah 9 orang (9%).
d. Jumlah Pengguna Layanan Go-Food
Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa dari 100 hasil data
responden pengguna layanan Go-Food penelitian ini, untuk
penggunaan layanan Go-Food sebagian besar didominasi oleh
pengguna dengan layanan Go-Food untuk waktu yang jarang atau
tidak tentu berjumlah 71 orang (71%), seminggu sekali berjumlah
14 orang (14%), sebulan sekali berjumlah 9 orang (9%), dan
setiap hari berjumlah 6 orang (6%).
4.4.1.2 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisi Data
Demografis Driver Layanan Go-Food
a. Umur
Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
sebagian besar didominasi oleh responden driver dengan
umur 19-34 tahun berjumlah 50 orang (57, 5%), kemudian
35-54 tahun berjumlah 36 orang (41,4%) dan > 55 tahun
1 orang (1,15%).
b. Pekerjaan
Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
driver dengan pekerjaan sebagai mahasiswa berjumlah 16
orang (18,4%), kemudian sebagai karyawan berjumlah 17
orang (19,5%) dan lainnya berjumlah 54 orang (62,1%).
180
c. Pendidikan Terakhir
Gambar 4.8 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
driver di dominasi dengan latar belakang pendidikan SMA
dengan jumlah 84 orang (96,5%), kemudian SMP 2 orang
(2,3%) dan diploma berjumlah 1 orang (1,15%).
d. Jumlah pengambilan order Go-Food dalam sehari
Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa dari 87 hasil
data responden driver layanan Go-Food penelitian ini,
driver mengambil orderan Go-Food dalam sehari 1-3 kali
berjumlah 44 orang (50,6%), 4-6 kali berjumlah 38 orang
(43,7%), dan 7-8 kali berjumlah 5 orang (5,7%).
4.4.1.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisi Data
Demografis Merchant (Mitra) Layanan
Go-Food a. Bidang Usaha
Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa dari 81 hasil
data responden merchant (mitra) layanan Go-Food
penelitian ini, sebagian besar didominasi oleh responden
dengan bidang usaha makanan dengan jumlah 57
merchant (mitra) (70,4%), kemudian bidang usaha
minuman dengan jumlah 17 merchant (mitra) (21%), dan
bidang usaha makanan dan minuman dengan jumlah 7
merchant (mitra) (8,6%).
b. Jumlah order Go-Food dalam sehari
Gambar 4.11 memperlihatkan bahwa dari 81 hasil
data responden merchant (mitra) layanan Go-Food
penelitian ini, sebagian besar didominasi oleh mereka
yang mendapatkan order dalam sehari 6-10 kali dengan
jumlah 41 merchant (mitra) (50,6%), kemudian yang
mendapatkan order dalam sehari 1-5 kali dengan jumlah
181
37 merchant (mitra) (45,7%), dan yang mendapatkan
order dalam sehari 11-15 kali dengan jumlah 3 merchant
(mitra) (3,7%).
4.4.2 Interpretasi dan Diskusi Hasil Pengukuran Model Berdasarkan hasil analisis model pengukuran hasil akhir dari
analisis telah menunjukan bahwa tidak ada variabel yang dihapus sehingga
pengukuran model dari model penelitian ini telah memenuhi syarat dan
memiliki karakteristik yang baik sehingga layak untuk dilanjutkan ketahap
analisis struktur model untuk menguji inner model dari model penelitian ini
(Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013; Wong, 2013).
Akan tetapi, perlu adanya peninjauan kembali dan
pengembangan instrumen penelitian, baik melalui masukan/saran dari para
ahli seperti dosen-dosen, peneliti sebelumnya, atau yang lainnya agar
diperoleh model penelitian yang lebih tepat dipenelitian selanjutnya,
agar semua hasil nilai memenuhi persyaratan. Terkait dengan hal ini,
meskipun pembuatan instrumen dan pemilihan responden dalam penelit ian
ini telah dilakukan dengan sebaik mungkin, hal-hal di luar rencana dan
kendali tidak dapat dihindari khususnya saat pelaksanaan penelitian di
lapangan.
4.4.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Struktural Model
4.4.3.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Struktural Model
Pengguna Layanan Go-Food
Bagian ini akan memaparkan interpretasi dan diskusi
berdasarkan hasil dari enam tahap analisis struktur model yaitu path
coefficient (β), coefficient of determination (𝑅2), t-test menggunakan
metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive relevance (𝑄2 ), dan
relative impact (𝑞2). Berikut adalah pemaparan yang dilakukan
dengan mengikuti pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hipotesis-
182
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya :
H1: Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis satu (H1) diterima. Selain itu H1 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur PEOU→PU juga memiliki pengaruh
yang besar berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
kecil berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Teo et al. (2008); Park
(2009); Yusof et al. (2009); Lin dan Chang (2011), dan Abramson
(2015) yang menemukan bahwa Persepsi kemudahan berpengaruh
terhadap persepsi manfaat.
H2: Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis dua (H2) ditolak. Selain tidak memi l i k i
pengaruh dalam mode l , jalur PEOU→BIU juga memilik i
pengaruh yang kecil berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kazi (2013), Alam
et al. (2009) dan Amin (2007). Kazi (2013) meneliti tentang pengaruh
faktor-faktor pada niat untuk mengadopsi layanan internet banking di
mahasiswa di Pakistan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
persepsi kemudahan tidak signifikan berpengaruh terhadap minat
untuk mengadopsi internet banking di kalangan mahasiswa. Alam et
al (2009) menguji hubungan antara adopsi internet banking dengan
enam faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu kesadaran, kemudahan
penggunaan, keamanan, biaya, keengganan untuk berubah, dan
aksesibilitas. Penelitian dilakukan di negara Malaysia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kemudahan penggunaan
183
tidak signifikan dalam menentukan atau mempengaruhi adopsi
internet banking. Amin (2007) melakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor penentu yang mempengaruhi penerimaan
internet banking di Bank Syariah. Faktor-faktor tersebut yaitu persepsi
kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi kredibilitas, jumlah
informasi, persepsi kenyamanan, dan norma sosial. Hasil penelit ian
ini menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak
berkorelasi positif dengan penerimaan internet banking di bank
syariah yang diteliti.
H3: Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruh i
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis tiga (H3) diterima. Selain itu H3 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur PU→BIU juga memiliki pengaruh
yang besar berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
kecil berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Safeena et al. (2009), Al-Somali et al. (2008), dan
Maharsi dan Mulyadi (2007). Safeena et al.(2009) meneliti tentang
persepektif pelanggan pada e-bisnis dengan studi kasus internet banking.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari persepsi
kegunaan, persepsi kemudahan, kesadaran dan persepsi risiko terhadap
penerimaan internet banking oleh konsumen. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat
dalam mengadopsi atau menggunakan online banking. Al-Somali et al.
(2008) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
online banking di Saudi Arabia. Dalam penelitian ini menggunakan
beberapa variabel, salah satunya yaitu persepsi kegunaan. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa persepsi kegunaan memiliki pengaruh
yang signifikan dengan minat menggunakan atau pun mengadopsi online
banking. Maharsi dan Mulyadi (2007) meneliti tentang Faktor-faktor
184
yang mempengaruhi minat nasabah menggunakan internet banking.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat menggunakan internet banking oleh penggunanya
dan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen bank untuk
mengevaluasi penggunaan internet banking. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi minat menggunakan
internet banking salah satunya yaitu persepsi manfaat (persepsi
kegunaan).
H4: Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis empat (H4) diterima. Selain itu H4 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur T→BIU juga memiliki pengaruh
menengah berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
kecil berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Saibaba dan Naryana (2013) dan Rogers (2010).
Saibaba dan Naryana (2013) meneliti tentang penentu penerimaan
internet banking di India. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-
faktor yang menentukan minat pelanggan untuk menggunakan layanan
internet banking di India. Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan
kepercayaan berpengaruh positif terhadap perilaku minat menggunakan
internet banking, di dukung. Ini berarti bahwa kepercayaan secara
signifikan mempengaruhi minat untuk menggunakan internet banking.
Rogers (2010) meneliti tentang sikap konsumen, kepercayaan, persepsi
risiko dan adopsi internet banking di Uganda. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan dan adopsi
internet banking.
H5: Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya).
185
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis lima (H5) diterima. Selain itu H5 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur BIU→ASU juga memiliki pengaruh
yang besar berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
kecil berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Dewi (2010) dan Akbar (2013) bahwa minat perilaku untuk
mengggunakan (behavioral intention use) yang dapat meningkatkan
kondisi nyataa penggunaan sistim (actual system usage).
4.4.3.2 Interpretasi dan Diskusi Hasil Struktural Model
Driver Layanan Go-Food
Bagian ini akan memaparkan interpretasi dan diskusi
berdasarkan hasil dari enam tahap analisis struktur model yaitu path
coefficient (β), coefficient of determination (𝑅2), t-test menggunakan
metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive relevance (𝑄2 ), dan
relative impact (𝑞2). Berikut adalah pemaparan yang dilakukan
dengan mengikuti pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hipotesis-
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya :
H1: Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis satu (H1) ditolak. Walaupun H1 memilik i
pengaruh dalam model, jalur PEOU→PU juga memiliki pengaruh
menengah berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini berbeda
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Teo et al. (2008);
Park (2009); Yusof et al. (2009); Lin dan Chang (2011), dan
Abramson (2015) yang menemukan bahwa Persepsi kemudahan
berpengaruh terhadap persepsi manfaat.
186
H2: Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis dua (H2) ditolak. Walaupun memilik i penga r u h
dalam mode l , jalur PEOU→BIU juga memiliki pengaruh yang
kecil berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Adzima dan Ariyanti (2018),
hasil penelitian ini menyatakan bahwa Perceived Ease of Use
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Intention to Use (IU).
H3: Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruh i
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis tiga (H3) diterima. Selain itu H3 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur PU→BIU juga memiliki pengaruh
yang kecil berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
menengah berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumo (2010) dan
Rahmawaty (2010).
H4: Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis empat (H4) ditolak. Walaupun H4 memilik i
pengaruh dalam model, jalur T→BIU juga memiliki pengaruh yang
kecil berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Saibaba dan Naryana (2013) dan Rogers
(2010). Saibaba dan Naryana (2013) meneliti tentang penentu
penerimaan internet banking di India. Penelitian ini bertujuan untuk
187
menguji faktor-faktor yang menentukan minat pelanggan untuk
menggunakan layanan internet banking di India. Hasil pengujian
hipotesis yang menyatakan kepercayaan berpengaruh positif terhadap
perilaku minat menggunakan internet banking, di dukung. Ini berarti
bahwa kepercayaan secara signifikan mempengaruhi minat untuk
menggunakan internet banking. Rogers (2010) meneliti tentang sikap
konsumen, kepercayaan, persepsi risiko dan adopsi internet banking di
Uganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara kepercayaan dan adopsi internet banking.
H5: Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis lima (H5) diterima. Selain itu H5 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur BIU→ASU juga memiliki pengaruh
yang besar berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
menengah berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Dewi (2010) dan Akbar (2013) bahwa minat perilaku
untuk mengggunakan (behavioral intention use) yang dapat
meningkatkan kondisi nyataa penggunaan sistim (actual system usage).
4.4.3.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Struktural Model
Merchant (Mitra) Layanan Go-Food
Bagian ini akan memaparkan interpretasi dan diskusi
berdasarkan hasil dari enam tahap analisis struktur model yaitu path
coefficient (β), coefficient of determination (𝑅2), t-test menggunakan
metode bootstrapping, effect size (𝑓2), predictive relevance (𝑄2 ), dan
relative impact (𝑞2). Berikut adalah pemaparan yang dilakukan
dengan mengikuti pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hipotesis-
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya :
188
H1: Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis satu (H1) diterima. Selain itu H1 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur PEOU→PU juga memiliki pengaruh
yang besar berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
kecil berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan Teo et al. (2008); Park (2009);
Yusof et al. (2009); Lin dan Chang (2011), dan Abramson (2015) yang
menemukan bahwa Persepsi kemudahan berpengaruh terhadap
persepsi manfaat.
H2: Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis dua (H2) ditolak. Selain tidak memi l i k i
pengaruh dalam mode l , jalur PEOU→BIU juga memilik i
pengaruh yang kecil berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kazi (2013), Alam
et al. (2009) dan Amin (2007). Kazi (2013) meneliti tentang pengaruh
faktor-faktor pada niat untuk mengadopsi layanan internet banking di
mahasiswa di Pakistan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
persepsi kemudahan tidak signifikan berpengaruh terhadap minat
untuk mengadopsi internet banking di kalangan mahasiswa. Alam et
al.(2009) menguji hubungan antara adopsi internet banking dengan
enam faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu kesadaran, kemudahan
penggunaan, keamanan, biaya, keengganan untuk berubah, dan
aksesibilitas. Penelitian dilakukan di negara Malaysia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kemudahan penggunaan
tidak signifikan dalam menentukan atau mempengaruhi adopsi
189
internet banking . Amin (2007) melakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor penentu yang mempengaruhi penerimaan
internet banking di Bank Syariah. Faktor-faktor tersebut yaitu persepsi
kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi kredibilitas, jumlah
informasi, persepsi kenyamanan, dan norma sosial. Hasil penelit ian
ini menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak
berkorelasi positif dengan penerimaan internet banking di bank
syariah yang diteliti.
H3: Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruh i
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis tiga (H3) diterima. Selain itu H3 memilik i
pengaruh dalam model, na m u n jalur PU→BIU memiliki pengaruh
yang kecil berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Safeena et al. (2009), Al-Somali
et al. (2008), dan Maharsi dan Mulyadi (2007). Safeena et al.(2009)
meneliti tentang persepektif pelanggan pada e-bisnis dengan studi kasus
internet banking. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dari persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, kesadaran dan persepsi
risiko terhadap penerimaan internet banking oleh konsumen. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh
terhadap minat dalam mengadopsi atau menggunakan online banking.
Al-Somali et al. (2008) meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan online banking di Saudi Arabia. Dalam
penelitian ini menggunakan beberapa variabel, salah satunya yaitu
persepsi kegunaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa persepsi
kegunaan memiliki pengaruh yang signifikan dengan minat
menggunakan atau pun mengadopsi online banking. Maharsi dan
Mulyadi (2007) meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
minat nasabah menggunakan internet banking. Penelitian ini bertujuan
190
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat
menggunakan internet banking oleh penggunanya dan dapat menjadi
masukan bagi pihak manajemen bank untuk mengevaluasi penggunaan
internet banking. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi minat menggunakan internet banking salah satunya yaitu
persepsi manfaat (persepsi kegunaan).
H4: Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis empat (H4) diterima. Selain itu H4 memilik i
pengaruh dalam model, na mu n jalur T→BIU memiliki pengaruh
yang kec i l berdasarkan perhitungan 𝑓2 dan 𝑞2. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Saibaba dan Naryana (2013) dan
Rogers (2010). Saibaba dan Naryana (2013) meneliti tentang penentu
penerimaan internet banking di India. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji faktor-faktor yang menentukan minat pelanggan untuk
menggunakan layanan internet banking di India. Hasil pengujian
hipotesis yang menyatakan kepercayaan berpengaruh positif terhadap
perilaku minat menggunakan internet banking, di dukung. Ini berarti
bahwa kepercayaan secara signifikan mempengaruhi minat untuk
menggunakan internet banking. Rogers (2010) meneliti tentang sikap
konsumen, kepercayaan, persepsi risiko dan adopsi internet banking di
Uganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara kepercayaan dan adopsi internet banking.
H5: Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya).
Hasil pengujian t-test pada analisis model struktural menunjukkan
bahwa hipotesis lima (H5) diterima. Selain itu H5 memilik i
pengaruh dalam model, Jalur BIU→ASU juga memiliki pengaruh
191
yang besar berdasarkan perhitungan 𝑓2, namun memiliki pengaruh
menengah berdasarkan perhitungan 𝑞2. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Dewi (2010) dan Akbar (2013) bahwa minat perilaku
untuk mengggunakan (behavioral intention use) yang dapat
meningkatkan kondisi nyataa penggunaan sistim (actual system usage).
4.5 Implikasi Hasil Penelitian
4.5.1 Implikasi Hasil Penelitian Pengguna Layanan Go-Food
Penelitian ini telah berhasil melakukan analisa terhadap layanan
Go-Food pada Aplikasi Go-Jek menurut perspektif hukum Islam kepada 100
responden. Hasilnya adalah sebanyak 46% pengguna layanan Go-Food
setuju dan percaya terdapat perbedaan selisih harga pada layanan go-food.
Kemudian sebanyak 43% pengguna layanan Go-Food yang masih ragu untuk
percaya pada perbedaan selisih harga pada layanan go-food itu di perbolehkan
dalam hukum Islam.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
l a y a n a n G o - F o o d p a d a A p l i k a s i G o - J e k dapa t
dilihat dari 4 hipotesa yang diterima, antara lain :
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) mempengaruhi
Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan)
Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi Behavioral
Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang Sebenarnya).
192
Disisi lain terdapat 1 hipotesa yang ditolak, antara lain :
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) tidak
mempengaruhi Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
4.5.2 Implikasi Hasil Penelitian Driver Layanan Go-Food
Penelitian ini telah berhasil melakukan analisa terhadap layanan
Go-Food pada Aplikasi Go-Jek menurut perspektif hukum Islam kepada 87
responden. Hasilnya adalah sebanyak 49,4% driver layanan Go-Food setuju
dan percaya bonus poin yang di dapat oleh driver dalam layanan Go-Food itu
di perbolehkan dalam Islam. Kemudian sebanyak 48,3% driver layanan Go-
Food yang masih ragu terhadap bonus poin yang di dapat oleh driver dalam
layanan Go-Food itu di perbolehkan dalam Islam.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
l a y a n a n G o - F o o d p a d a A p l i k a s i G o - J e k dapa t
dilihat dari 2 hipotesa yang diterima, antara lain :
Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi Behavioral
Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang Sebenarnya).
Disisi lain terdapat 3 hipotesa yang ditolak, antara lain :
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) tidak
mempengaruhi Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) tidak
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan).
Trust (Kepercayaan) tidak mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
193
4.5.3 Implikasi Hasil Penelitian Merchant (Mitra) Layanan
Go-Food
Penelitian ini telah berhasil melakukan analisa terhadap layanan
Go-Food pada Aplikasi Go-Jek menurut perspektif hukum Islam kepada 81
responden. Hasilnya adalah sebanyak 53,1% mitra layanan Go-Food setuju
dan percaya menggunakan layanan Go-Food. Kemudian sebanyak 75,3%
mitra layanan Go-Food percaya perbedaan harga dalam layanan go-food di
perbolehkan dalam islam.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
l a y a n a n G o - F o o d p a d a A p l i k a s i G o - J e k dapa t
dilihat dari 4 hipotesa yang diterima, antara lain :
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) mempengaruhi
Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan).
Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi Behavioral
Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk Mengguakan).
Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang Sebenarnya).
Disisi lain terdapat 1 hipotesa yang ditolak, antara lain :
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) tidak
mempengaruhi Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk
Mengguakan).
4.6 Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian untuk pelanggan dan merchant (mitra)
terdapat 1 dari 5 hipotesa yang ditolak, yaitu : PEOU→BIU. Hasil pengujian t-
test hipotesa tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Ditolaknya
hipotesis tersebut menunjukan perbedaan hasil dengan peneliti sejenis
194
sebelumnya. Sedangkan untuk driver terdapat 3 dari 5 hipotesa yang ditolak,
yaitu: PEOU→BIU, PEOU→PU, dan T→BIU. Peneliti berpendapat bahwa
perbedaan ini adalah hal yang wajar, mengingat adanya perbedaan objek, sampel,
instrumen penelitian, keterbatasan akses dengan responden dan beberapa kendala
lainnya saat pelaksanaan penelitian juga menjadi faktor yang dapat memengaruhi
hasil penelitian.
Selain itu, peneliti beranggapan bahwa ditolaknya hipotesis tersebut
disebabkan penggunaan item pertanyaan/indikator yang kurang tepat dalam
kuesioner. Maka dari itu diperlukan peninjauan dan penambahan indikator serta
variabel kembali untuk peneliti selanjutnya (khususnya yang tertarik dengan
penelitian sejenis). Disamping itu peneliti beranggapan faktor lain ditolaknya
hipotesis tersebut dikarenakan hampir setengah kuesioner diperoleh secara
online, kemungkinan hal ini menyebabkan penafsiran yang bias bagi responden
saat pengisian kuesioner karena tidak ada pendampingan secara langsung.
Disisi lain penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang
mengakitbatkan hasil pada penelitian menjadi kurang optimal. Keterbatasan
tersebut antara lain: penelitian ini hanya menggunakan pendekatan kuantitat if
yang menghasilkan temuan berupa angka statistik kemudian diintepretas ikan
berupa kata-kata yang merupakan asumsi-asumsi atau anggapan justifikas i
terhadap apa yang terjadi, maka temuan/hasil dari penelitian ini dinilai kurang
mendalam untuk menemukan masalah apa yang terjadi sebenarnya. Selain itu
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang menyebabkan
penelitian ini tidak dapat men- generalisasi dikarenakan jumlah sampel yang
ada belum mewakili kelompok pengguna sistem lainnya.
195
4.7 Pembahasan Layanan Go-Food menurut Perspektif Hukum
Islam
Gambar 4. 18 Skema Layanan Go-Food Peneliti
Pada skema layanan go-food ini, setidaknya dijumpai beberapa pihak,
di antaranya perusahaan Go-Jek, kemudian customer atau pengguna aplikasi
go-jek, pengemudi ojek, dan merchant (mitra). Dalam proses bisnisnya,
ketika seseorang ingin memesan makanan dengan menggunakan layanan go-
food pada aplikasi go-jek, maka setidaknya terdapat beberapa macam akad,
di antaranya:
1. Akad Ijarah, antara perusahaan go-jek dengan merchant (mitra) yang
terdaftar dalam layanan go-food, dimana setelah terdaftar menjadi
merchant (mitra) layanan Go-Food, maka pihak Go-Jek akan mengambil
manfaat (sevice fee) atas merchant (mitra) yang sudah mendaftarkan usaha
mereka untuk masuk atau ada di aplikasi go-jek pada layanan go-food
sebesar 20% untuk setiap transaksi yang terjadi pada merchant (mitra) go-
jek (wawancara langung dengan beberapa merchant (mitra) go-food).
Menurut Fatwa DSN-MUI No: 112/DSN-MUI/IX/2017 tentang
Akad Ijarah, bahwa proses sewa-menyewa antara merchant (mitra)
196
terhadap Go-Jek, di perbolehkan dalam Islam karena sudah ada
kesepakatan di awal bahwa pihak Go-Jek akan mengambil manfaat sebesar
20% setiap transaksi kepada merchant (mitra) yang terdaftar menjadi mitra
Go-Food.
Kemudian dalam kasus aplikasi Go-Food ini, Go-Jek akan
mendapatkan manfaat sebesar 20% dari hasil penjualan merchant melalui
skema Go-Food untuk setiap transaksi yang terjadi pada merchant (mitra).
Terkait pembahasan 20% ini merupakan service fee atau ghulul, terdapat
pembahasan yang menarik dari hadits Ibnu Lutbiyah di dalam Shahih
Bukhari di dalam sub bab orang yang tidak boleh menerima hadiah dengan
sebab, beliau membawakan hadist berikut (Wahyudi, 2018):
“Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad, telah
mengkhabarkan kepada kami Sufyan dari Az-Zuhri, dari ‘Urwah bin Az-
Zubair dari bapakku, Humaid As Sa’idiy, semoga Allah Ta’ala
meridhainya, dia berkata: ‘Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengutus
seorang lelaki dari suku Azd yang dikenal dengan ‘Ibnu Lutbiyyah’ untuk
mengambil zakat, maka ketika datang, dia berkata: ‘Ini untukmu (Nabi)
dan ini hadiah untukku’. Maka beliau bersabda: ’Maka mengapa dia tidak
duduk saja di rumah bapaknya atau di rumah ibunya kemudian dia meliha t
apakah diberi hadiah atau tidak? Dan demi jiwaku yang ada ditangan-Nya,
tidaklah mengambil salah satu dari kalian sesuatu, kecuali dia datang
dengannya (barang yang dia ambil) di hari kiamat yang dia memikulnya
di atas pundaknya, jika itu unta maka (akan) bersuara, atau sapi maka
(akan) melenguh, atau kambing maka (akan) mengembik kemudian beliau
mengangkat tangannya hingga kami melihat ketiaknya Ya Allah bukankah
aku telah menyampaikan, Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan’,
tiga kali.”
Hadist ini menjelaskan bahwa hadiah yang diterima oleh seorang
wakil tidaklah halal bagi dirinya kecuali mendapat izin dari pemberi
kerjanya (muwakkil), karena hadiah ini didapatkan oleh wakil karena
sebab wakalah yang diberikan oleh muwakkil. Sehingga, dalam kasus Go-
197
Food, 20% (yang dikatakan sebagai service fee) ini hakekatnya adalah
milik dari konsumen (sebagai muwakkil), bukan milik dari Go-Jek. Karena
20% ini hanya dibayarkan oleh merchant (mitra) kepada Go-Jek hanya
ketika terjadi jual beli dengan menggunakan aplikasi Go-Food, yakni
ketika konsumen memberikan wakalah kepada Go-Jek. Dan sebaliknya,
ketika Go-Jek tidak pernah diberikan mandat/wakalah oleh konsumen,
merchant tidak pernah membayarkan 20% ini kepada Go-Jek. (Wahyudi,
2018)
2. Akad Wakalah dan Kafalah, dalam hal ini, wakalah yang terjadi antara
pengguna layanan/pembeli dengan pihak Go-Jek, di mana dalam hal ini,
ketika Go-Jek menerima pesanan dari pengguna/konsumen, Go-Jek
membelikan makanan/minuman yang dipesan oleh konsumen, Go-Jek
membeli ke merchant melalui mitra driver yang dimilikinya bukan atas
nama dirinya (Go-Jek) namun atas nama konsumen. Sehingga, disini
timbul juga adanya kafalah (jaminan) berupa memberikan informas i
pribadinya kepada pihak Go-Jek sebagai salah satu syarat menggunakan
aplikasi Go-Jek seperti nama, email, nomor telepon dan menambahkan
alamat pengguna saat akan menggunakan layanan Go-Food.
Menurut Fatwa DSN-MUI No: 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Wakalah, bahwa proses antara pengguna/pembeli dengan go-jek dalam hal
pembelian makanan yang di wakili oleh pengemudi ojek, di perbolehkan
dalam Islam selama tidak melanggar rukun dan syarat dari Wakalah itu
sendiri.
3. Akad Wakalah dan Kafalah antara Go-Jek dengan driver, hal ini terjadi
ketika pesanan Go-Food masuk ke aplikasi Go-Jek, Go-Jek mewakilkan
pembelian makanan/minuman ke merchant (mitra) kepada Driver, namun
dalam kasus ini Go-Jek tidak memberikan uang kepada Driver sebagai
talangan (untuk konsumen) untuk membeli makanan/minuman ke
merchant, dan meminta Driver untuk menalangi terlebih dahulu pembelian
makanan/minuman ke merchant, untuk kemudian ditagihkan ke
198
konsumen. Dalam proses ini, Driver menalangi Go-Jek dalam rangka
komitmen Go-Jek untuk menalangi konsumen. (wahyudi, 2018)
Sedangkan untuk kafalah Go-Jek ke Driver timbul dimana seluruh
biaya dan resiko yang terjadi selama proses pembelian ini menjadi
tanggung jawab dari konsumen, dan konsumen/pengguna akan membayar
makanan atau mengganti uang talangan yang dimiliki oleh driver dan Go-
Jek sebagai wakil dari konsumen tidak memiliki tanggung jawab selama
dia tidak lalai atau melampaui batas. (Wahyudi, 2019)
4. Akad Qardh/Salam, berdasarkan skema proses Go-Food diatas, Akad
Qardh atau Akad Salam terjadi dimana pada saat proses pembayaran
pengguna/konsumen kepada driver. Karena pada saat pembayaran.
Pengguna/konsumen bisa memilih dua jenis pembayaran kepada driver,
yaitu tunai ataupun non-tunai, dimana tunai itu sendiri
pengguna/konsumen membayar kepada driver ketika driver telah sampai
dan memberikan makanan/minuman pesanan kepada pengguna/konsumen
sesuai pesanan. Ketika pengguna/konsumen memilih pembayaran secara
tunai, maka akad yang terjadi adalah akad Qardh, dimana driver akan
menalangi terlebih dahulu dalam pembelian makanan/minuman ke
merchant (mitra), ketika pesanan sampai kepada konsumen/pengguna,
barulah uang yang ditalangi oleh driver akan diganti oleh
pengguna/konsumen sesuai dengan jumlah yang tertera pada aplikasi Go-
Jek pada saat menggunakan layanan Go-Food. Sedangkan ketika
pengguna/konsumen memilih pembayaran secara non-tunai, maka akad
yang terjadi adalah akad Salam, dimana pengguna/konsumen membayar
terlebih dahulu total pembelian makanan/minuman sesuai pada aplikasi
Go-Jek pada layanan Go-Food dengan menggunakan Go-Pay kepada
driver. Setelah itu pengguna/konsumen tinggal menunggu sampai pesanan
mereka tiba tanpa harus mengeluarkan uang secara tunai.
5. Akad Qardh, Berdasarkan paparan skema pada gambar diatas, skema Akad
Go-Food, selain akad wakalah, juga muncul akad talangan pada pesan beli.
Dalam proses bisnis Go-Food, driver benar-benar memberikan dana
199
talangan, berupa membayar terlebih dahulu harga makanan/minuman dari
merchant (mitra), setelah makanan/minuman sampai ke customer, barulah
uang driver diganti oleh customer sesuai dengan jumlah yang harus
dibayar pada aplikasi (bisa dengan tunai ataupun non tunai) berdasarkan
poin 4.
Menurut Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi
Syari’ah.com), jika dikaji lebih jauh, akad pertama pada transaksi Go-
Food adalah akad Wakalah, yaitu konsumen ingin mendapat layanan
pembelian makanan. Dan pihak Driver ingin mendapat upah dari jasa
membelikan makanan. Sedangkan akad Qardh (hutang piutang)
merupakan akad yang timbul dikarenakan akad yang pertama. Antara
Konsumen dan Driver pada awalnya tidak bertujuan melakukan akad
Qardh (hutang piutang). Dengan demikian, transaksi Go-Food
diperbolehkan. Kemudian beliau berpendapat, meskipun akan qardh
terjadi, namun pada dasarnya konsumen tidak berniat untuk berhutang,
karena konsumen sudah siap dan sanggup untuk membayar, begitu juga
driver tidak berniat memberikan pinjaman, karena mengandung resiko.
Transaksi Go-food terjadi karena konsumen dan driver tidak mau repot,
khususnya driver, karena repot harus mendatangi konsumen yang mungk in
tempatnya berjauhan dengan driver untuk mengambil uang belanja, yang
harus mendatangi konsumen dua kali, yaitu mengambil uang dan
mengantarkan pesanan konsumen. Dengan adanya layanan Go-food, baik
konsumen dan driver sama-sama mendapat kemudahan.
Menurut Fatwa DSN-MUI No: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-
Qardh, bahwa proses penalangan dalam pembelian makanan/minuman
yang dilakukan oleh driver di perbolehkan dalam Islam selama tidak
melanggar rukun dan syarat dari Al-Qardh itu sendiri.
Dr. Nazih Hammad dalam buku Al-’uqûd al-Murakkabah fî al-Fiqh
al-Islâmy, 2005), hlm. 7 mendefinisikan hybrid contract sebagai berikut,
“Kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu akad yang
mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa menyewa,
200
hibah, wakalah, qardh, muzara’ah, sharaf (penukaran mata uang), syirkah,
mudharabah … dst. sehingga semua akibat hukum akad-akad yang
terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya
dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan,
sebagaimana akibat hukum dari satu akad.”
6. Ujrah, hal ini terjadi ketika merchant (mitra) menerima transaksi
pembelian makanan/minuman dari pihak driver Go-Jek berdasarkan
pesanan pengguna/konsumen. Apabila transaksi sudah selesai, maka untuk
setiap transaksi, pihak Go-Jek akan mengambil service fee sebesar 20%
dari pihak merchant (mitra) sebagai bentuk Ujrah dari akad Ijarah yang
timbul pada poin 1 (pertama).
7. Akad Murabahah, hal ini terjadi antara pihak merchant (mitra) yang
melakukan kegiatan jual beli kepada pihak driver Go-Jek, pihak Go-Jek
datang ke tempat merchant (mitra) dengan pesanan berdasarkan
pengguna/konsumen, kemudian pihak merchant (mitra) menyiapkan
makanan/minuman yang sesuai dengan pesanan.
8. Akad Qardh/Akad Salam yang terjadi antara pihak driver Go-Jek dengan
pihak pengguna/konsumen, dimana ini merupakan bentuk lanjutan dari
poin 4 (empat) ketika driver mengirimkan pesanan makanan/minuman
kepada pengguna/konsumen.
Menurut Imam Wahyudi, SE, MM, dalam transaksi Go-food, selain
akad wakalah juga ada lain yaitu akad talangan (Qardh), baik permintaan
talangan dari pihak konsumen kepada Go-Jek yang kemudian pihak Go-
Jek mengalihkan atau mengamanatkan kepada pihak driver. Dalam
transaksi ini, pihak driver memberikan dana talangan, dengan
membayarkan terlebih dahulu makanan atau sejenisnya yang merupakan
pesanan konsumen kepada pihak merchant (rumah makan/restaurant),
maka dana talangan ini adalah hutang dari pihak Go-Jek terhadap driver.
Secara otomatis pihak Go-Jek memiliki kewajiban membayar kembali
dana talangan ini kepada driver. Maka transaksi yang seperti ini tidak
201
boleh ada manfaat lebih yang diterima oleh pihak driver dari pihak Go-
Jek. Hal ini merujuk pada kaidah fiqh :
“Setiap hutang-piutang yang mendatangkan padanya manfaat
(keuntungan), maka itu adalah riba“.
Menurut KH. M. Shiddiq Al-Jawid, beliau berpendapat bahwa
dengan memperhatikan alur dan proses transaksi Go-Food, yang
menunjukkan transaksi multi akad, yaitu akad Qardh (talangan/pinjaman)
dan akad Ijarah (jasa) maka hukum transaksi Go-Food adalah haram.
Fatwa ini merujuk kepada Hadits Nabi Muhammad SAW :
“Dari Abdurrahman dari Abdullah bin Mas’ud dari ayahnya ia berkata,
“Rasulullah SAW melarang dua akad dalam satu transaksi.” (HR. Ahmad)
(Ahmad, 1990).
Kemudian ada hadits dari Hakim bin Hizam RA, dia berkata:
”Nabi SAW telah melarangku dari empat macam jual beli, yaitu (1)
menggabungkan salaf (jual beli salam/pesan) dan jual beli, (2) dua syarat
dalam satu jual beli, (3) menjual apa yang tidak ada di sisimu, (4)
mengambil laba dari apa yang kamu tak menjamin [kerugiannya]” (HR
Thabrani).
Jumhur ulama melarang praktik multi akad ini, yakni terjadinya
penghimpunan akad jual beli (mu’âwadhah) dengan pinjaman (qardh)
apabila dipersyaratkan. Jika transaksi multi akad ini terjadi secara tidak
disengaja diperbolehkan karena tidak adanya rencana untuk melakukan
qardh yang mengandung ribâ (Najamuddin, 2013).
Selanjutnya ada hadits dari Abu Hurairah r.a ia berkata:
“Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang melakukan dua jual beli dalam
satu kali transaksi maka pilihan baginya nilai yang paling sedikit atau
riba.” (HR. Abu Daud)
Meskipun beberapa ulama memperbolehkan transaksi multi akad (al
‘uquud al murakkabah) yang mana salah satu hadits Nabi Muhammad
SAW yang menjadi penyebab ikhtilaf adalah penafsiran tentang Ba’iatain
fi Bai’ah, namun bagi kami (KH. M. Shiddiq Al-Jawi) penafsiran yang
202
kemudian membolehkan multi akad harus dibatasi, dan tidak semua mult i
akad diperbolehkan.
Menurut Muhammad Syamsudin (Nadhdatul Ulama dalam Nu
Online), dalam akad Qardh yang terjadi, hal tersebut diperbolehkan karena
konsumen telah berjanji untuk membelinya, disebut dengan akad bay’ bil
wa’di lis syira’, yaitu akad jual beli yang disertai janji untuk membeli.
Menurut Muhammad Abdul Wahab, LC Setelah melihat layanan
Go-Food dan hukum tentang multi akad seperti yang telah dijelaskan di
atas, dapat disimpulkan bahwa transaksi pemesanan makanan dengan Go-
Food sama sekali tidak termasuk ke dalam kategori multi akad yang
diharamkan. Dengan demikian transaksi Go-Food hukumnya boleh dan
tidak melanggar ketentuan syariah. Ditambah lagi, transaksi jual-beli
secara online belakangan ini menjadi kebutuhan, khususnya bagi
masyarakat perkotaan yang biasanya memiliki tingkat kesibukan yang
tinggi, sehingga dengan adanya fitur jual beli atau jasa antar online seperti
Go-Food, bisa membantu dan memudahkan mereka agar tidak perlu repot-
repot mencari barang atau makanan yang ingin dibeli keluar rumah atau
kantor yang mana akan menghabiskan waktu dan tenaga ekstra menginga t
kondisi jalanan di perkotaan yang biasanya macet (Wahab, 2017).
Mayoritas ulama Hanafiyah, sebagian pendapat ulama Malikiyah,
ulama Syafi‟iyah, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum multi akad
(hybrid contract) adalah sah dan diperbolehkan menurut syariat Islam.
Ulama yang membolehkan beralasan bahwa hukum asal dari akad adalah
boleh dan sah, tidak diharamkan dan dibatalkan selama tidak ada dalil
hukum yang mengharamkan atau membatalkannya. Kecuali
menggabungkan dua akad yang menimbulkan riba atau menyerupai riba,
seperti menggabungkan qard dengan akad yang lain, karena adanya
larangan hadis menggabungkan jual beli dan qard. Demikian pula
menggabungkan jual beli cicilan dan jual beli tunai (cash) dalam satu
transaksi (Abdulahanaa, 2014).
203
9. Wakalah bil Ujrah, apabila transaksi berjalan dengan lancar, maka driver
Go-jek akan mendapatkan ujrah (upah) setelah mewakili (wakalah) Go-
Jek dalam hal pembelian makanan/minuman sesuai pesanan
konsumen/pengguna berupa 2 poin dari perusahaan Go-jek yang dapat
dikonversi menjadi uang (wawancara dengan driver Go-Jek). Sedangkan
pihak Go-Jek akan mendapat service fee sebesar 20% dari nilai penjualan
melalui aplikasi Go-Food dari pihak merchant berdasarkan poin 6 (enam).
(Syahid, 2018)
Jadi, poin yang didapat oleh driver ini bukan bentuk riba, melainkan
ujrah dari pihak Go-Jek terhadap driver karena sudah mau mewakili pihak
Go-Jek ke konsumen/pengguna dalam pembelian makanan/minuman.
Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa aqad wakalah bil ujrah dibolehkan
untuk diawalkan karena mengandung maksud yang baik, yaitu yang
bersifat tolong-menolong, dan juga merupakan salah satu bentuk transaksi
dalam rangka tolong menolong antar individu dalam bermuamalah dan
hal-hal kebaikan lainnya. (Masruni, 2011)
Dalam hal perwakilan terhadap masalah jual beli, ulama sepakat untuk
membolehkannya, dengan syarat tidak terdapat unsur penipuan (gharar)
dalam perwakilan tersebut. Para ulama juga menyatakan bahwa akad
wakalah bil ujrah boleh ditentukan waktunya sesuai dengan keperluan
orang yang diwakilkan. Disamping itu, mereka juga sepakat menyatakan
bahwa wakil boleh diberi imbalan/gaji dan boleh juga tidak diberi, seperti
yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap Ibnu Lutbiyah ketika Rasulullah
SAW mengutusnya untuk memungut zakat ke suatu daerah (H.R. al-
Bukhari dan Muslim). Adapun penerima wakalah berhak untuk menuntut
upah atas kerja yang dibebankan oleh pemberi wakalah. (Putri, 2018)
Menurut Abdullah Al-Jirani, Bentuk transaksi seperti ini (GO
FOOD) menurut fiqh Islam hukumnya boleh. Karena yang menjadi inti
transaksi antara pelanggan dan driver adalah akad jual beli jasa. Dan ini
masuk akad jual beli wakalah bil ujrah (mewakilkan atau menyuruh orang
lain untuk melakukan suatu perkara dengan upah tertentu). Akad seperti
204
ini merupakan perkara yang dibolehkan dalam Islam (Lihat Fatwa DSN
MUI no : 10/DSN-MUI/IV/2000). Menurut beliau, ini pendalilan yang
tidak pada tempatnya. Karena larangan dalam hadits di atas berlaku jika
yang menjadi inti akad adalah hutang piutang, sedangkan jual beli hanya
menjadi efek samping saja. Dimana dalam hal ini, penjual
“mempersyaratkan” jual beli karena adanya hutang. Sehingga penjual bisa
menaikan harga barang yang dijualnya kepada pembeli karena pembeli
berhutang kepadanya sebagai upah/ganti dari hutang dan laba (Al-Jirani,
2019).
Gambar 4. 19 Skema Wakalah bil Ujrah Transfer Uang/Kliring
Gambar diatas merupakan contoh skema akad wakalah bil ujrah
pada proses transfer uang atau kliring, dimana prosesnya diawali dengan
adanya permintaan nasabah sebagai al-muwakkil terhadap bank sebagai
al-wakil untuk melakukan perintah/permintaan kepada bank untuk
mentransfer sejumlah uang kepada rekening orang lain, kemudian bank
mendebet rekening nasabah (jika transfer dari rekening ke rekening), dan
proses yang terakhir yaitu dimana bank mengkreditkan sejumlah dana
205
kepada kepada rekening tujuan. Bank pun berhak mengambil ujrah atas
jasa transfer yang dilakukan (Ascarya, 2008).
Poin ini nantinya dapat ditukarkan oleh Driver ke Go-Jek menjadi
uang sesuai capaian poinnya. Informasi detail mengenai kebijakan poin ini
dapat dilihat pada: https://driver.go-jek.com/hc/id/articles/235509188-
Perhitungan-Poin-dan-Bonus-Driver-GO-JEK-Jabodetabek.
Gambar 4. 20 Poin dan Bonus Driver Go-Food Jabodetabek
206
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1 . Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan untuk pengguna
layanan Go-Food, antara lain:
a. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) dengan
nilai sebesar 7.565
b. Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk Mengguakan)
dengan nilai 4.557
c. Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk mengguakan) dengan nilai 3.877
d. Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya) dengan nilai 12.540
2 . Selanjutnya, faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan untuk driver
layanan Go-Food, antara lain:
a. Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk mengguakan)
dengan nilai 1.758
b. Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya) dengan nilai 6.427
3 . Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan untuk
merchant (mitra) layanan Go-Food, antara lain:
a. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
mempengaruhi Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) dengan
nilai 2.794
b. Perceived Usefulness (Persepsi Kemanfaatan) mempengaruhi
207
Behavioral Intention to Use (Sikap/Perilaku untuk mengguakan)
dengan nilai 2.489
c. Trust (Kepercayaan) mempengaruhi Behavioral Intention to Use
(Sikap/Perilaku untuk mengguakan) dengan nilai 1.880
d. Behavioral Intention Use (Sikap/Perilaku untuk mengguakan)
mempengaruhi Actual System Use (Penggunaan Sistem yang
Sebenarnya) dengan nilai 10.723.
Hipotesa-hipotesa yang di terima di atas adalah hipotesa yang dimana
nilai dari t-test dari setiap hipotesa diatas ambang batas, yaitu 1,65 (batas
eror toleransi 10%).
4. Kemudian, dalam prosesnya terdapat beberapa macam akad yang terjadi
pada skema layanan go-food dalam aplikasi go-jek, yaitu:
a. Akad Ijarah
b. Akad Wakalah
c. Akad Wakalah bil Ujrah
d. Akad Kafalah
e. Akad Qardh
f. Akad Salam
g. Akad Murabahah
Dalam proses skema Go-Food, juga terjadi multi-akad dalam satu
tranaksi, dimana proses yang terjadi antara Go-Jek dengan Driver ketika
Driver mewakili Go-Jek atas nama pengguna/konsumen, kemudian
driver menalangi terlebih dahulu pihak Go-Jek atas nama konsumen,
kemudian pihak driver baru diganti uangnya oleh pengguna/konsumen.
Dalam hal ini tidak boleh dilakukan 2 akad dalam 1 transaksi, sesuai
dengan Hadits Nabi yang telah diriwayatkan oleh Ahmad: “Dari
Abdurrahman dari Abdullah bin Mas’ud dari ayahnya ia berkata,
“Rasulullah SAW melarang dua akad dalam satu transaksi”. Dan juga
berdasarkan hadits dari Hakim bin Hizam RA, dia berkata: ”Nabi SAW
telah melarangku dari empat macam jual beli, yaitu (1) menggabungkan
salaf (jual beli salam/pesan) dan jual beli, (2) dua syarat dalam satu jual
208
beli, (3) menjual apa yang tidak ada di sisimu, (4) mengambil laba dari
apa yang kamu tak menjamin [kerugiannya]” (HR Thabrani).Had its
tersebut yang mendukung bahwa dalam proses driver mewakiklkan
konsumen (wakalah) sekaligus menalangi konsumen/pengguna (qardh)
itu dilarang atau tidak diperbolahkan dalam Islam.
Kemudian terkait riba yang terjadi pada poin yang didapatkan
oleh driver setelah menyelesaikan antar makanan/minuman sesuai
pesanan pengguna/konsumen, itu merupakan bentuk dari akad wakalah
bil ujrah.
Adapun akad wakalah bil ujrah itu terjadi ketika driver mewakili
pihak Go-Jek untuk membelikan pesanan konsumen/pengguna,
kemudian pihak Go-Jek memberikan upah (ujrah) berupa poin kepada
driver, karena telah membantu pihak Go-Jek dalam memenuhi keinginan
pengguna/konsumen.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti merekomendasikan saran
untuk penelitian selanjutnya :
1. Meninjau serta menambah indikator dan variabel yang akan digunakan
2. Melakukan penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden
3. Menggunakan penggabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
4. Memperluas ruang lingkup penelitian
5. Bagi pihak Go-Jek, agar menghilangkan multi-akad yang terjadi. Di
antara cara/solusi yang dimungkinkan adalah dengan melakukan
pembayaran secara non-tunai pada layanan Go-Food dengan menggunakan
Go-Pay. Jadi, pengguna/konsumen hanya dapat menikmati layanan Go-
Food dengan pembayaran menggunakan Go-Pay saja, atau
6. Pengguna/konsumen melakukan jual beli dengan merchant (mitra) dan
mentransfer harganya ke merchant (mitra) tersebut, lalu pihak driver Go-
jek mengambil dan mengantarkan kepada pengguna/konsumen.
209
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya
Bakti. Bandung
Abdulkadir, Muhammad. 2010. Hukum Perjanjian. Alumni. Bandung, hal. 243
Abu Sulaiman, Abdul Wahab Ibrahim. 2006. Banking Cards Syariah Kartu
Kredit dan Debit dalam Perspestif Fiqih. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
hal. 164
Adrianto Sugiarto Wiyono, Djamaludin Ancok dan Jogiyanto Hartono. Aspek
Psikologis. p. 2
Adzima, Fauzan dan Ariyanti, Maya. 2018. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Minat Menggunakan Aplikasi Mobile Banking pada Nasabah
Bank BRI Purwakarta. e-Proceeding of Management : Vol.5, No.2 Agustus
2018. Page 1584. Jurusan Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan
Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom
Afthanorhan, Wan Mohamad Asyraf Bin Wan. A Comparison Of Partial Least
Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) and Covariance Based
Structural Equation Modeling (CB-SEM) for Confirmatory Factor Analysis.
International Journal of Engineering Science and Innovative Technology 2,
no. 5 (2013): 198-205
Ahmad, Imam bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal. 1990. al-Qahirah:dar al-
hadis
Al-Jirani, Abdullah. 2019. Hukum Go-Food. http://abuanas-
aljirani.blogspot.com/2019/01/hukum-go-food.html. (diakses tanggal 7
Agustus 2019, 09:50)
Al-Qalyishy, Ali Ahmad. 2008. fikih al-muamalat al maliyah fi syariah al
islamiyah, juz II hlm. 119-128 dapat dilihat di Ridwan Nurdin, Disertasi
formalisasi fikih dalam transaksi modern (kajian konsepsi fiqh pada sistem
perbankan syariah di Indonesia), sps UIN syarif hidayatullah, hlm.230
Al-Qardhawi, Yusuf. 1997. Norma Dan Etika Ekonomi Islam, cet. ke 1 Jakarta:
Gema Insani Press
210
Amstrong, Gary & Philip, Kotler. 2012 Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid I, Alih
Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan. Jakarta: Penerbit
Prenhalindo
Andrews, Sudhir. 2009. Hotel Front Office: A Training Manual (second edition).
West Patel Nagar, New Delhi: Tata McGraw-Hill
Anshori, Abdul Ghofur . 2010. Filsafat Hukum Kewarisan. Ctk. Ke-2. UII Press.
Yogyakarta
Anshori, Abdul Ghofur. 2009. Perbankan syariah di indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, h.167
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema
Insani Press. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Indonesia, 2008,
h. 81-82
Ayub, Muhammad. 2007. Understanding Islamic Finance, London: Jhon Wiley &
sons
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, hlm. 529-530
Ayyagari, Ramakrishna. 2006. Examination of Hedonism in TAM Research.
Proceedings of Southern Association for Information Systems Conference
Aziz Dahlan, Abdul. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 6, Jakarta: Ichtiar
Baru
Aziz, Faishal bin Abdul. 1993. Terjemahan Nailul Author (terjemahan oleh A.
Qadir Hassan dkk) jilid 4. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Azwar, Saifuddin. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Al-Zuhaili, Wahbah. 1989. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Juz IV. Suriyah:
Darul Fikr, hal. 344
Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Terj. Abdul Hayyie al-
Kattani, dkk. Cet 1. Jakarta: Gema Insani
211
A.Mas’adi, Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, cet ke-1, hal.191
Banti, Citra Aditya. 2001. hlm. 248
Baraban, Regina S. 2010. Joseph F. Durocher, “Successful Restoran Design”, John
Wiley & Sons, Inc., New Jersey
Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam).
Yogyakarta. UII Press, hal. 65
Belena, Widiastuti. 2010. Studi Tentang Intensitas Penggunaan Elektronik Banking
oleh Nasabah Kantor Cabang Utama Semarang Tidak Disebarluaskan,
UNDIP. ISSN: 2354-5771 Wiradi. 2006. Analisis Sosial. Bandung: Yayasan
AKATIGA
Bibliotika. 2016. Daftar Perguruan Tinggi di Jakarta Timur.
https://www.bibliotika.com/2016/11/daftar-perguruan-tinggi-di-jakarta-
timur-page-2.html (diakses 4 September 2018, 13:25)
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. Jakarta.
Butler, J.K. Jr.. 1991. Toward Understansing and Measuring Condition of Trust :
Evaluation of Condition of Trust Invebtory. Journal of Management. Vol. 17.
No. 3. 643-663
Chon, Kaye (Kye-Sung) and Maier, Thomas A. 2010. Welcome to Hospitality: an
Introduction. New York: Delmar Cengage Learning
Dahlan, Abdul Azis. 2011. Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid III. Jakarta: Pustaka
Pelajar
Davis, F. D., 1989. Perceived usefulness, perceived ease of use, and user
acceptance of information technology, MIS Quaterly, No 3, Vol 13, Hal. 319-
340
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) p.
58
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Djamil, Fathurahman. Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum
Perikatan. Bandung
212
Djuwaini, Dimyaudin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, hlm.247
Draper, N. Dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Edisi Kedua.
Terjemahan Oleh Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Fajar, Laksana. 2008. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Farizi, Hadyan., dan Syaefullah. 2014. Pengaruh persepsi Kegunaan, Persepsi
Kemudahan, Persepsi Resiko Dan Kepercayaan Terhadap Minat
Menggunakan Internet Banking. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Fishbein, M. dan Ajzen, I., 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An
introduction to Theory and Research, Addison-Wesley Reading
Gefen, D., Karahana, E., & Straub, D. W. 2003. Trust and TAM in Online Shopping:
An Integrated Model, MIS Quarterly, Vol.27 No.1, pp 51-90
Ghazali, Abdul Rahman. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Prenada Media Group
Ghazali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 21. edisi VIII Semarang, Badang Penerbit Universitas Diponorogo
Ghufron, Sofyan. 2005. Konsep dan Implementasi Bank Syariah. Jakarta: Renaisa
Go-Jek. 2017. Tentang Go-Jek. https://www.go-jek.com/about/ (diakses 4
September 2018, 09:18)
Gujarati, N.D. 2003. Basic Econometrics. 4th ed. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc
Guritno, S., Sudaryono, & Rahardja, U. 2011. Theory and Application of IT
Research: Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Edisi 1. Andi.
Yogyakarta
Hair, J. F., Sarstedt, M., Ringle, C. M., & Mena, J. A. 2012. An assessment of the
use of partial least squares structural equation modeling in marketing
research. Journal of the academy of marketing science, 40(3), 414-433. DOI
10.1007/s11747-011-0261-6
Hair, J.F., Hult, G.T.M., Ringle, C.M., & Sarstedt, M. 2017. A Primer on Partial
Least Suares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) (2nd Edition)
213
Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Erlangga,
hal.116-117
Halim, Abdul. 2005. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press, hal.
8
Hamzah, Ardi. 2009. Pengaruh Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha, Faktor
Sosial sesuaian Tugas dan Kondiisi yang Memfasilitasi Pemakai Terhadap
Minat Pemanfaatan Sistem Informasi (Studi Empiris pada Pemerintahan
Kabupaten di Pulau Madura), Simposium Nasional Teknologi Informas i,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Handayani, Rini. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)”, dalam
Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas, Makassar, 26-28 Juli 2007
Hanggono, dkk. 2015. Analisis Atas Praktek TAM (Technology Acceptance Model)
dalam Mendukung Bisnis Online dengan Memanfaatkan Jejaring Sosial
Instagram. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 26 No. 1 September2015.
Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya, Malang
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya.
Bogor: Ghalia Indonesia
Hasanudin. 2006. Bentuk-Bentuk Perikatan (Akad) dalam Ekonomi Syariah,
Jakarta, Pusdiklat Mahkamah Agung RI, hal. 150
Heijden, Van der; Verhagen, Tibert dan Creemers, Marcel. 2003. Understanding
Online Purchase Intentions: Contributions From Technology and Trust
Perspectives. European Journal of Information Systems
Hernandez, Jose Mauro C. dan Mazzon, Jose Afonso. 2007. Adoption of Internet
Banking: Proposition and Implementation of An Integrated Methodology
Approach. International Journal of Bank Marketing, Vol. 25, No. 2
Huang, Ayat Hidayat. 2018. Olah data SEM dengan LISREL, AMOS atau SMART
PLS?. http://www.en.globalstatistik.com/jasa-olah-data-sem-dengan-amos-
lisrel-atau-pls/ (diakses 13 September 2018, 19:00)
214
Hulwati. 2009. Ekonomi Islam Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan Obligasi
Syari’ah di Pasar Modal Indonesia dan Malaysia, Jakarta: Ciputat Press
Group, hal. 76
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta : Kencana
Isnawati. 2018. Perbedaan Jual Beli Salam dan Ishtishna.
https://www.rumahfiqih.com/fikrah-549-perbedaan-jual-beli-salam-dan-
ishtishna.html (diakses tanggal 19 Mei 2019, 12:30)
Janwari, Yadi. 2015. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, h. 14
Juhri, Kurniatul dan Dewi, Citra Kusuma. 2017. Kepercayaan dan Penerimaan
Layanan Mobile Money T-Cash di Bandung dengan pendekatan Technology
Acceptance Model (TAM). Jurnal Pro Bisnis Vol. 10 No. 1 Februari 2017.
ISSN : 1979 – 9258 e-ISSN : 2442 – 4536. Fakultas Komunikasi dan Bisnis.
Universitas Telkom
Jumanto. 2017. 3 Keuntungan Go Pay Bagi Driver Gojek (Go Ride maupun Go
Car). http://www.jumanto.com/2017/11/keuntungan-go-pay-bagi-driver-
gojek.html (diakses 17 December 2018, 18:45)
Karim, Adiwarman Azwar. 2003. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer.
Jakarta: Gema Insani, hal. 130
Karim, Helmi. 2002. fiqh muamalah. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. cet. 3, hlm.
20
Kashiko, Tim. 2000. Kamus Arab-Indonesia, hlm. 693
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Rajawali, hal. 13
Kim, D. J., Ferrin, D. L., dan Rao, H. R., 2007. A trust-based consumer decision
Making model in electronic commerce: The role of trust, perceived risk, and
their antecedents, Proceedings of Ninth Americas Conference on Information
Systems, h. 157-167.
Knowledge. 2018. Perhitungan Poin dan Bonus Driver GO-JEK Jabodetabek,
https://driver.go-jek.com/s/article/Perhitungan-Poin-dan-Bonus-Driver-GO-
JEK-Jabodetabek-1536836221025 (diakses tanggal 19 September 2018,
11:41)
215
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran edisi ke VIII
jilid 8. Jakarta: Penerbit Erlangga
Koufaris, Marios; Hampton-Sosa, William. 2002. Customer Trust Online:
Examining The Role of The Experience with The Website. CIS Working Paper
Series
Kozuma, Teddy. 2017. Akad Wakalah Bil Ujrah Dan Akad Murabahah Bil
Wakalah Di Bank Syariah. https://kumparan.com/teddy-kozuma/akad-
wakalah-bil-ujrah-dan-akad-murabahah-bil-wakalah-di-bank-syariah
(diakses tanggal 19 Mei 2019, 01:25)
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neeter. 2004. Applied Linear Regression
Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc
Malhotra, Yogesh dan Galletta, Dennis F. 1999. Extending The Technology
Acceptance Model to Account for Social Influence: Theoretical Bases and
Validation. Proceeding of the 32nd Hawaii International Conference on
System Sciences
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana, Ed. 1,
Cet. 1, hal. 318
Mardani. 2014. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, hal.
142
Masruni. 2011. Pengelolaan Investasi Dana Peserta Asuransi Jiwa Syari’ah pada
PT Asuransi Allianz Life Indonesia Cabang Banda Aceh (Suatu penelit ian
tentang akad Wakalah bil Ujrah pada produk allisya protection). Fakultas
Syari’ah, hlm. 37.
Misbahuddin. 2012. E-Commerce dan Hukum Islam, Alauddin University Press,
Makassar
Muhammad. 2009. Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan
teknis pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah).
Yogyakarta : UII Press, h. 58
Mujahidin, Ahmad. 2007. Ekonomi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Pers
Musjtari, Dewi Nurul. 2012. Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan
Syariah. Yogjakarta: Palama Publishing, hlm. 40
216
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: AMZAH, hal. 273-274
Musyafa, Agaya Ilham., dkk. 2014. Dari Masa Ke Masa Aplikasi Pengolah Angka.
(https://www.academia.edu/9530670/Aplikasi_Pengolah_Angka. diakses
tanggal 14 Juni 2019).
Mutiaharaja, Lia Resti Putri. 2016. Pengaruh Kepercayaan, Pengalaman, Manfaat
dan Resiko Terhadap Minat Pembeli untuk Menggunakan Sistem E-
Commerce (Studi Empiris Pada Mahasiswa Program Studi Akuntans i
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Naf’an. 2014. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu,
cet ke-1, hal.96
Nasution, Fahmi Natigor. 2004. Penggunaan Teknologi Informasi Berdasarkan
Aspek Keperilakuan (Behavioral Aspect). USU Digital Library
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nuhyatia, Indah. 2013. Penerapan Dan Aplikasi Akad Wakalah Pada Produk Jasa
Bank Syariah. Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2
Nor, Dumairi. 2008. Ekonomi Versi Salaf, Cet. II. Pasuruan: Pustaka Sidogiri
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 2 revisi.
Jakarta: Salemba Empat, h. 168
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat, hal. 228
Nurhayati, Sri & Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat, hal. 261
Nysveen, H., Pedersen. P., Thorbjornsen, H. 2005. Explaining intention to use
mobile chat services: moderating effects of gender. Journal of Consumer
Marketing, No. 5, Vol. 22, Hal. 247-256
Pasaribu, Chairuman. 2004. Hukum Perjanjian dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
hlm. 2
Prastowo, Dwi dan Julianti, Rifka. 2002. Analisis Laporan Keuangan (Konsep dan
Aplikasi), Edisi Revisi, Yogyakarta : YPKN
217
Rianto, M. Nur. 2012. Dasar Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta,
h 56
Ridwan, Muhamad. 2007. Konstruksi Bank Syariah di Indonesia. Yogyakarta :
Pustaka SM, h. 79
Suwiknyo, Dwi. 2010. Komplikasi Tafsir Ayat-ayat ekonomi islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, hal. 127
Park, Sung-Hee. 2007. Role of Personal Values in Acceptance of Information
Technology. Doctoral Dissertation, University of South Carolina. 2007
Pavlou, P.A. 2003 . Consumer Acceptance of Electronic Commerce : Integrating
Trust and Risk with the Thecnology Acceptance Model. International journal
of electronic commerce
Putri, Fera Eka. 2018. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Penetapan
Ujrah Pada Produk Investasi Takafulink Alia (Studi Kasus pada PT.Asurans i
Takaful Keluarga Banda Aceh). Fakultas Syariah Dan Hukum. Universita s
Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Purnamasari, Irma Devita . 2011. Akad Syariah. Bandung: Kaifa, hal 146-148
Rachmatunnisa. 2016. Pilih Ojek Online Mana? Go-Jek atau Grab?
https://inet.detik.com/compare-it/d-3384308/pilih-ojek-online-mana-go-jek-
atau-grab (diakses tanggal 21 November 2018, 11:30)
Rahmawaty, Anita. 2007. Model perilaku penerimaan internet banking di Bank
Syariah : Peran motivasi spiritual. Jurnal
Rahmawaty, Anita. 2010. Pengaruh Trust dalam penggunaan Automated Teller
Machine berdasarkan Technology Acceptance Model (Studi pada Nasabah
Bank Syariah Mandiri Kudus ). Jurnal Penelitian Islam, STAIN. Kudus
Reid, Michael dan Yair Levy. 2008. Integrating Trust and Computer Self
Efficiacy with TAM : An Empirical Assesment of Customers Acceptance of
Banking Information Systems (BIS) in Jamaica. Journal of Internet Banking
and Commerce.December 2008. Vol. 12 No. 3
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informas i
dan Transaksi Elektronik, Bab I, Pasal 1, Angka 2
218
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informas i
dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal 3
Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informas i
dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal 4
Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informas i
dan Transaksi Elektronik, Bab V, Pasal 17
Rofiq, Ainur. 2007. Pengaruh Dimensi Kepercayaan (Trust) Terhadap Partisipasi
Pelanggan E-Commerce (Studi pada pelanggan E-Commerce di Indonesia).
Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang.
Romdoni, A. 2010. Aplikasi Mobile SMS Gateway Over GPRS untuk Mengakses
Sistem Informasi. Universitas Ahmad Dahlan.
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarata : PT. Raja
Grafindo Persada
Saprida. 2016. Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli. Mizan; Jurnal Ilmu Syariah,
FAI Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Vol. 4 No. 1 (2016), pp. 121-
130. Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah .Indo Global Mandiri
Palembang
Sabiq, Sayyid. 1984. Fiqih Sunnah 14, Bandung: PT Alma’arif, hal. 230
Sabiq, Sayyid. 2008. Fiqhus Sunnah dalam Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank
Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani, hlm. 120-121
Sabiq, Sayyid. 2009. Fiqh Sunnah, Juz. 4, Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, hal 311
Sekar, Ulfa. 2018. Ternyata Segini Penghasilan Gojek di Jakarta Sebulan.
https://www.moneysmart.id/ternyata-segini-penghasilan-gojek-di-jakarta-
dalam-sebulan/ (diakses 27 November 2018, 12:50)
Sjahdeini, Sutan Remy. 1999. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, h. 64
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta
Sitimariam. 2019. Hukum Transaksi Go-Food. (https://projectdps.com/hukum-
transaksi-go-food/, diakses tanggal 6 Agustus 2019, 18:01)
219
Steve, 089. GO-FOOD Harga Makanan Lebih Mahal Daripada Harga Asli.
https://www.kaskus.co.id/thread/590ead28d9d77079288b457c/go-food-
harga-makanan-lebih-mahal-daripada-harga-asli%20penjelasan/ (diakses 11
September 2018, 16:00)
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,
Hal. 81-82
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi. Ekonisia: Yogyakarta
Sudarsono, Heri. 2013. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: EKONISIA, h. 85
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 189
Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 67-68
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer .
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumitro, Warkum. 1996. Asas-asas perbankan islam dan lembaga-lembaga terkait,
Jakarta: RajaGrafindo, h.37
Sun, Heshan and Ping Zhang. 2006. Causal Relationship Between Perceived
Enjoyment and Perceived Ease of Use: An Alternatif Approach. Journal of
the Association for Information Systems 7(9), pp 618-645. 2006
Sunyoto, Danang. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.
Cetakan ke-2. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service)
Susandra. 2010. Modul Panduan Microsoft Excel.
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&ved=0CCoQFjAC&url=http%3A%2F%2Fmsherawati.staff.gunadarma.a
c.id%2FDownloads%2Ffiles%2F30794%2FPanduan_Excel_2007.pdf&ei
=Gs2VeKvJdiRuASmroDwAw&usg=AFQjCNGXhgeYy9JJ8wrWosPYw
7IopjfUAQ&sig2=ZBjYoT2Bp0kS6foSA4Cm6w&bvm=bv.91071109,d.c
2E, diakses tanggal 14 Juni 2019).
220
Sutedja, Wira. 2007. Panduan Layanan Konsumen. Jakarta: PT. Grasindo, Anggota
IKAPI
Suwiknyo, Dwi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syafi’I, Rachmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia, hal. 121-122
Syafi’i, Rahmat. 2006. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, hal 54
Syarifudin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh,Jakarta, Prenada Media
Tarmizi, Erwandi. 2017. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: Berkat
Mulia Insani, hlm. 268.
Theo Yudhistiro. 2018. Tinjauan Yuridis Perjanjian Pengangkutn Makanan Melalui
Layanan Go-Food dalam hal Terjadi Selisih Harga dari yang disepakati pada
Aplikasi Go-Jek
Tiffany. 2016. Oh Jadi Ini 5 Alasan Lebih Pilih Delivery Makanan Dibanding
Makan Di Tempat, https://www.moneysmart.id/oh-jadi-5-alasan- lebih-pil ih-
delivery-makanan-dibanding-makan-tempat/ (diakses 8 September 2018,
15:00)
Tirtana, Irwan dan Sari, Shinta Permata. 2014. Analisis pengaruh persepsi
kebermanfaatan, persepsi kemudahan dan kepercayaan terhadap penggunaan
mobile banking. Jurnal. Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah,
Surakarta
Tjini, Sartika S.A., dan Baridwan Zaki. 2013. Pengaruh kepercayaan, Persepsi
Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Persepsi Kenyamanan Terhadap Minat
Penggunaan Sistem Internet Banking. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Tjiptono, Fandy. 2014, Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian, Andi
Offset, Yogyakarta
Ulva, Maria. 2017. Implementasi Akad Wakalah Dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Jurusan Perbankan Syariah (S1) Fakultas Syariah Dan Ekonomi
Islam Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro
Utomo, Priyo. 2013. Raja Bisnis Online, MediaKom, Yogyakarta, hal. 4
221
Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis, G.B., dan Davis, F.D., 2003. User Acceptance
of Information Technology: Toward a Unified View. MIS Quarterly, Vol. 27,
No. 3, pp. 425-478/ September 2003
Wahab, Muhammad Abdul. 2017. Benarkah Go-Food Haram?.
https://www.rumahfiqih.com/fikrah-518-benarkah-go-food-haram.html,
(diakses tanggal 6 Agustus 2019, 06:41)
Wahyudi, Imam. 2018. Go-Food Dalam Tinjauan Syariat Islam.
https://sekolahmuamalah.com/go-food-dalam-tinjauan-syariat- islam-
lanjutan/, (diakses tanggal 1 September 2018, 14:35)
Wingdes, Irawan. 2016. Penerimaan Teknologi Web Check-in pada Pengguna
Transportasi Udara di Kalimantan Barat. Citec Journal, Vol. 3, No. 1,
November 2015 – Januari 2016. STMIK Pontianak
Wiyono, Adrianto Sugiarto, Ancok, Djamaludin, dan Hartono, Jogiyanto. 2008.
Aspek Psikologis pada Implementasi Sistem Teknologi Informas i.
Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Indonesia, 21-23 Mei 2008
Wong, K. K. K. 2013. Partial least squares structural equation modeling (PLS-
SEM) techniques using SmartPLS. Marketing Bulletin, 24(1), 1-32
Yamin, S. & Kurniawan, H. 2011. Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan
Partial Least Square Path Modeling : Aplikasi dengan software XLSTAT,
SmartPLS, dan Visual PLS. Edisi 1. Salemba Infotek. Jakarta
Yunus, Muhammad. Rosyadi, Fahmi Fatwa. Hamdani, Satria. Shofia, Gusti
Khairina. 2018. Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online pada Aplikasi Go-Food. Amwaluna, Vol. 2 No.1, Hal 145-
158
Yusufin, Annisa Adelia. 2018. Transaksi Jual Beli Melalui Jasa Go Food Dalam
Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Jurusan Hukum Keperdataan. Fakultas
Hukum. Universitas Lampung
Zaman, Mariam Darus Badrul (et.al.). 2016. Kompilasi Hukum Perikatan, Jakarta:
Citra Aditya Bakti, hal. 247
222
Zuhri, Mohammad. 1992. Tarjamah dan sunan at-tirmidzi. Bandung: CV. Asy
Syifa'
Zulkifli, Sunarto. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta :
Zikrul Hakim
Zulkifli, Suharto. 2005. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta:
Zikrul Hakim, h. 119
http://wearesocial.com/special-reports/digital-southeast-asia-2017 (diakses 27
September 2018, 14:00)
http://www.thejakartapost.com/life/2018/02/20/indonesias-most-popular-ride-
hailing-app-survey.html (diakses 27 September 2018, 14:00)
http://www.tekno.liputan6.com/read/3289198/go-jek-grab-dan-uber-orang-
indonesia-paling-sering-pakai-apa (diakses 27 September 2018, 14:00)
https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-survei- layanan-on-demand-di-
indonesia-2017 (diakses 27 November 2018, 16:00)
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/23/usia-produktif-
mendominasi-pengguna- internet (diakses 27 November 2018, 15:00)
https://jaktimkota.bps.go.id/dynamictable/2018/01/16/34/penduduk-menurut-
kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-jiwa-2015-2016.html (diakses 27
November 2018, 16:00)
https://play.google.com/store/apps/details?id=org.hola.gpslocation (diakses 1 Juli
2019, 18:00)
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.deuxvelva.foodhunter (diakses
1 Juli 2019, 18:00)
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.diwa.sogps (diakses 1 Juli
2019, 18:00)
223
LAMPIRAN
KUESIONER dan DATA RESPONDEN
224
KUESIONER PENELITIAN DRIVER
A. Profil Responden No..........(disisi peneliti)
Jawablah dengan mengisi data diri atau memberikan tanda ( √ ) pada salah satu jawaban yang tersedia.
1. Nama : ......................................
2. Alamat : ......................................
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Usia :
13-18 tahun 19-34 tahun 35-54tahun > 55 tahun
4. Status Pekerjaan :
PNS Karyawan Swasta Ibu Rumah tangga
Mahasiswa /Pelajar lainnya……………
5. Pendidikan Terakhir :
SMA/Sederajat Diploma S1 S2 S3
7. Seberapa sering Anda mendapatkan order Go-Food dalam sehari?
1-3 kali 4-6 kali 7-8 kali 8-10 kali > 10 kali
225
B. Variabel Pertanyaan
Dalam pengisian kuisioner berikut peneliti menggunakan skala likert dari 1-5
Jawaban Singkatan Nilai
(Pernyataan Positif)
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
TT Tidak Tahu 3
S Setuju 4
SS Sangat Setuju 5
Jawablah dengan memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang tersedia.
No Pertanyaan STS TS TT S SS
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
Secara umum, Bagaimana kemudahaan dalam penggunaan aplikasi Go-Food
Fitur-fitur yang ada dalam Go-Food tidak asing saat mencoba pertama kali
Kemudahan untuk mendaftar Go-Jek
Mudah mengambil orderan dari layanan Go-Food dimana saja dan kapan saja
Mudah dalam berkomunikasi dengan pelanggan
Secara keseluruhan layanan Go-Food mudah digunakan
Perceived Usefullness (Persepsi Manfaat)
Secara umum, Bagaimana persepsi manfaat dalam penggunaan aplikasi Go-Food
Tidak menghabiskan banyak biaya dalam menggunakan layanan Go-Food
Layanan Go-Food bermanfaat buat saya
Fitur dalam Go-Food lebih mudah dibandingkan dengan aplikasi layanan pesan yang lain
Dengan menjadi driver Go-Food dapat meningkatkan pendapatan saya
Behavior Intention to Use (Minat untuk menggunakan)
Secara umum, Bagaimana minat untuk menggunakan dalam penggunaan aplikasi Go-Food
Saya berminat terus menjadi driver layanan Go-Food secara rutin.
Saya akan menyarankan orang lain untuk menjadi driver layanan Go-Food.
Trust (Kepercayaan)
Secara umum, Bagaimana kepercayaan mempengaruhi penggunaan aplikasi Go-Food Saya tidak takut penipuan terkait perbedaan harga
pada Go-Food
Saya percaya bonus point yang di dapat oleh driver dalam Go-Food itu di perbolehkan dalam Hukum Islam
226
Saya yakin transaksi pada layanan Go-Food dapat dipercaya.
Saya percaya menjadi driver layanan Go-Food
Actual System Use (Penggunaan Sebenarnya)
Secara umum, Bagaimana penggunaan aplikasi mempengaruhi Go-Food
Saya akan sering mengambil orderan layanan Go-Food..
Saya akan terus menggunakan layanan Go-Food secara rutin.
Secara keseluruhan saya puas menjadi Driver Go-Jek untuk layanan Go-Food
227
KUESIONER PENELITIAN MITRA GO-FOOD
A. Profil Responden No..........(disisi peneliti)
Jawablah dengan mengisi data diri atau memberikan tanda ( √ ) pada salah satu jawaban yang tersedia.
1. Nama Usaha : ......................................
2. Alamat Usaha : ......................................
3. Bidang Usaha
Makanan Minuman Lainnya:
4. Seberapa sering usaha Anda mendapat order dari Aplikasi Go-Food dalam sehari?
1-5 kali 6-10 kali 11-15 kali >15 kali
228
B. Variabel Pertanyaan
Dalam pengisian kuisioner berikut peneliti menggunakan skala likert dari 1-5
Jawaban Singkatan Nilai
(Pernyataan Positif)
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
TT Tidak Tahu 3
S Setuju 4
SS Sangat Setuju 5
Jawablah dengan memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang tersedia.
No Pertanyaan STS TS TT S SS
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
Secara umum, Bagaimana kemudahaan dalam penggunaan aplikasi Go-Food
Kemudahan untuk mendaftar mitra Go-Food
Mudah dalam hal pembayaran saat transaksi
Mudah dalam berkomunikasi dengan driver Go-Jek
Secara keseluruhan layanan Go-Food mudah digunakan
Perceived Usefullness (Persepsi Manfaat)
Secara umum, Bagaimana persepsi manfaat dalam penggunaan layanan Go-Food
Tidak menghabiskan banyak biaya dalam operasional Go-Food sehari-hari
Layanan Go-Food bermanfaat buat usaha saya
Fitur dalam Go-Food lebih mudah dibandingkan dengan aplikasi yang lain
Dengan menjadi merchant (mitra) Go-Food dapat meningkatkan pendapatan saya
Penggunaan aplikasi Go-Food, meningkatkan performa aktivitas usaha saya
Behavior Intention to Use (Minat untuk menggunakan)
Secara umum, Bagaimana minat perilaku Mitra Go-Food dalam penggunaan layanan Go-Food
Saya akan menyarankan orang lain untuk mendaftar menjadi merchant (mitra) Go-Food.
Saya berminat menjadi mitra Go-Food selamanya
Trust (Kepercayaan)
Secara umum, Bagaimana kepercayaan mempengaruhi Mitra Go-Food untuk tetap menjadi Mitra dalam layanan Go-Food
Saya percaya perbedaan harga dalam layanan Go-Food di perbolehkan dalam Hukum Islam
Transaksi pada layanan Go-Food dapat dipercaya.
229
Saya percaya menggunakan layanan Go-Food.
Actual System Use (Penggunaan Sebenarnya)
Secara umum, Bagaimana penggunaan aplikasi mempengaruhi Go-Food
Saya akan terus menggunakan layanan Go-Food secara rutin.
Saya akan terus menggunakan dan menjadi Mitra Go-Food
Secara keseluruhan, saya puas menjadi Mitra Go-Food
230
KUESIONER PENELITIAN PENGGUNA LAYANAN GO-FOOD
A. Profil Responden No..........(disisi peneliti)
Jawablah dengan mengisi data diri atau memberikan tanda ( √ ) pada salah satu jawaban yang tersedia.
1. Nama : ......................................
2. No. HP : ......................................
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Usia :
13-18 tahun 19-34 tahun 35-54tahun > 55 tahun
4. Status Pekerjaan :
PNS Karyawan Swasta Ibu Rumah tangga
Mahasiswa /Pelajar Dosen /Peneliti lainnya……………
5. Pendidikan :
SMA/Sederajat Diploma S1 S2 S3
7. Seberapa sering Anda menggunakan Aplikasi Go-Food?
Setiap hari Seminggu sekali Sebulan sekali Jarang
231
B. Variabel ertanyaan
Dalam pengisian kuisioner berikut peneliti menggunakan skala likert dari 1-5
Jawaban Singkatan Nilai
(Pernyataan Positif)
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
TT Tidak Tahu 3
S Setuju 4
SS Sangat Setuju 5
Jawablah dengan memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang tersedia.
No Pertanyaan STS TS TT S SS
Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan)
Secara umum, Bagaimana kemudahaan dalam penggunaan aplikasi Go-Food dalam memesan makanan atau minuman
Fitur-fitur yang ada dalam Go-Food mudah dipahami dan digunakan
Mudah dalam mencari informasi makanan atau minuman pada layanan Go-Food
Mudah dalam hal pembayaran saat transaksi
Mudah menggunakan Go-Food dimana saja dan kapan saja
Mudah berinteraksi dengan driver Go-Jek
Secara keseluruhan layanan Go-Food mudah digunakan dalam hal pemenuhan kebutuhan konsumsi
Perceived Usefullness (Persepsi Manfaat)
Secara umum, Bagaimana persepsi manfaat dalam penggunaan aplikasi Go-Food
Layanan Go-Food bermanfaat buat saya
Fitur dalam Go-Food lebih mudah dibandingkan dengan aplikasi layanan pesan yang lain
Penggunaan aplikasi Go-Food, meningkatkan performa aktivitas saya
Penggunaan aplikasi benar-benar bermanfaat bagi kehidupan dan aktivitas sehari-hari
Go-Food sangat menunjang dalam hal penyedian kebutuhan konsumsi saya
Behavior Intention to Use (Minat untuk menggunakan)
Secara umum, Bagaimana minat untuk menggunakan dalam penggunaan aplikasi Go-Food
Saya berminat menggunakan layanan Go-Food secara rutin.
Saya akan menyarankan orang lain menggunakan Layanan Go-Food.
Saya berenana untuk menggunakan layanan Go-Food di waktu yang akan dating
Trust (Kepercayaan)
Secara umum, Bagaimana kepercayaan mempengaruhi penggunaan aplikasi Go-Food
232
Saya percaya menggunakan layanan Go-Food
Saya setuju dan percaya terdapat perbedaan selisih harga pada Go-Food
Saya percaya perbedaan selisih harga dalam layanan Go-Food di perbolehkan dalam Hukum Islam
Saya yakin transaksi pada layanan Go-Food dapat dipercaya.
Go-Food jujur pada penawaran yang diberikan
Go-Food memberikan tagihan yang akurat dari pemesanan yang dilakukan
Actual System Use (Penggunaan Sebenarnya)
Secara umum, Bagaimana penggunaan aplikasi mempengaruhi Go-Food
Saya menggunakan Aplikasi Go-Food setiap hari
Saya mengakses layanan Go-Food minimal rata-rata 10 menit setiap kali mengaksesnya
Setiap memesan makan atau minum, saya menyempatkan untuk menggunakan layanan Go-Food
Seara keseluruhan saya puas dengan layanan Go-Food
233
Data Responden Driver
PEOU PU BIU T ASU
4 3 4 4 5 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 3 3 5
3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 5
3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 3 4 3 4 5
4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 3 3 4
4 4 4 4 5 4 4 3 5 3 4 4 4 3 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 3 4 4
4 4 3 5 4 1 2 4 4 2 3 4 4 4 4 1 2 2
4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 3 5 3 5 5 5
3 5 3 5 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4
4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4
3 3 4 4 5 3 4 3 4 3 3 5 4 3 5 3 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 2 5
4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 2 4 3 5 3 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 5 4 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4
4 4 4 5 4 3 5 4 4 2 3 3 3 4 5 2 2 4
4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 2 5 4 2 3 4
3 5 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 4
4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 5 4 3 3 3 5
4 4 5 4 4 3 4 3 4 3 5 4 3 3 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 3 3 2 5
4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 5 3 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 3 2 4
5 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4
4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 5 4 3 3 4
3 3 4 4 4 5 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 2 4
3 4 3 5 4 4 4 5 4 3 4 3 3 5 3 3 2 4
4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4
3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 4
4 4 5 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 3 3 4
3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 5 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 3 2 4
4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4
4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 3 4 3 3 5 4 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4
4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4
4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4
3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4
4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4
234
3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 5 3 2 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4
3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4
3 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4
4 4 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 3 4 4 3 2 4
3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4
4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 4 4 4 4 5 3 3 4
3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 5 3 3 3 4
4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 5 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4
2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4
4 4 3 5 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4
3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 3 4
2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 5
3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4
4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 5 5 3 3 4
3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4
3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 5 5 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 5 3 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4
5 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 5 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4
3 4 5 4 5 3 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 4 3 4
4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 5 3 3 4
3 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4
4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 3 2 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4
4 4 5 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4
3 5 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4
4 2 3 4 4 1 1 4 1 1 4 2 4 3 4 3 2 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4
4 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 4 5 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 5
235
4 4 3 4 4 4 4 2 4 2 3 4 4 3 5 3 4 4
Data Responden Mitra Go-Food
PEOU PU BIU T ASU
4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4
4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4
4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 5
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4
4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
5 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4
4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5
2 4 3 4 3 4 3 5 4 4 2 3 4 4 3 4 4
2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4
4 5 4 4 4 5 2 4 5 4 3 4 4 4 3 3 4
3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4
4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 3 3 5 5 4 4 4
3 5 3 5 4 5 2 4 4 4 2 2 4 5 2 4 4
3 4 3 4 2 3 2 3 3 4 3 4 5 5 2 4 4
5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4
3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 2 4
3 4 4 4 2 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4
5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 5 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4
4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4
4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5 4 5 4
4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4
4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
236
3 4 5 4 5 5 3 5 4 3 3 3 2 3 3 3 4
3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 3 2 4 3 3 4
4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4
4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4
4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 3 4 3 1 4
4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4
4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4
4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 5 4 2 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4
4 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 5 4 4 3 3 2
4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5
4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 3 4 4 5 4 3 4
4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4
4 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5
4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4
4 4 3 4 4 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 2 4 4 5 3 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5
4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 3 4 4
237
Data Responden Pengguna Layanan Go-Food
PEOU PU BIU T ASU
4 4 4 4 5 2 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 5 5 4 4 1 3 2 4
5 5 5 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4
4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 5
5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 3 3 5 5 3 1 5 3 3 4 1 1 5
5 3 5 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 1 2 4
4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 1 3 3 3
3 4 5 4 4 3 5 2 2 2 3 1 4 3 4 3 4 4 4 5 1 2 4 5
5 5 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4
4 4 5 5 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 3 4
5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 5 3 3 3 3 3 3 3 4
4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3
3 4 5 5 3 4 2 4 2 3 2 4 4 3 4 4 3 5 5 5 1 2 2 4
5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3
5 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3
5 5 5 5 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3
3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 3 3 3 2 2 2 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 5 4 3 3 3 4 2 3 3 4
4 5 4 4 3 4 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 1 1 4
4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5
5 5 5 5 4 4 5 4 2 4 3 3 3 3 5 4 5 5 4 5 2 3 2 5
5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 5
4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3
3 3 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3
4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4
5 4 3 5 4 5 4 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 5 3 4 1 1 2 4
5 3 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 2 4
4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3
3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 3 4 3 3 4 4 4 5
5 5 5 5 5 5 2 4 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4
4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5
4 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2 3
4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 3 2 1 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4
5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 5
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 2 4 4 4
238
4 4 4 2 3 2 3 3 2 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 2 3 4
4 4 4 4 5 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 2 3
4 5 5 5 3 4 4 5 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 1 1 2 4
5 4 5 3 3 5 5 3 4 4 5 3 4 4 4 5 3 3 2 4 2 3 3 3
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4
5 5 5 5 4 4 3 3 2 4 3 1 1 1 4 4 4 4 5 4 1 2 1 5
3 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 4
4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
5 4 5 5 4 4 5 4 3 3 3 3 3 5 5 2 2 4 4 4 3 2 5 5
3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 1 1 2 2
4 4 5 5 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 2 2 4
5 5 5 5 4 5 4 5 3 3 4 4 5 5 5 5 3 4 4 5 3 4 3 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 3 5 5 5 5 3 3 3 5
5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 5 5 5 5 3 3 4 3 4 5 5 3 3 5 4 3 4 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 4
4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 2 2 3
5 4 5 4 4 5 5 4 3 4 5 1 3 5 5 5 3 4 4 4 2 1 1 5
5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3 5
5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 2 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 1 1 4
4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4
4 5 5 5 3 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 4 3 5 5 3 3 4 5 5
4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 1 1 4
4 4 4 4 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 4 4
4 4 5 5 4 4 4 5 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 4 3 5 5 3 3 4 5 5
5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 2 2 3 4
4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 4 4 2 2 2 3
5 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 2 4 5 5 3 3 4 3 5 1 3 2 4
4 5 4 4 4 3 5 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 5
4 4 4 3 4 5 3 3 4 4 3 3 4 4 4 5 3 4 4 5 4 3 3 5
4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 4 2 2 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 2 3 5
5 4 4 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 4 4 3 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5
5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 1 1 2 5
239
4 4 5 4 5 5 5 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 2 4 4
4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 4
5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 4
5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3
4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4
4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 2 3 3 4
5 5 5 5 5 5 5 3 2 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 2 4 5
4 4 5 5 3 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 5 2 1 2 4
4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 4 2 3 4 4
5 4 4 4 5 5 5 3 4 5 3 3 4 4 4 4 3 3 5 4 3 3 3 4
5 5 5 5 3 5 5 3 4 3 3 1 3 3 4 2 1 2 2 3 1 3 3 4
5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 5
Recommended