View
231
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
IMPRESSION MANAGEMENT PROFESI DRAG QUEEN
DI MOONLIGHT DISCOTHEQUE
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat
Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
NUR AENI
NIM 6662111871
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2018
ii
iii
iv
v
TERIMAKASIH
ATAS PERTOLONGANMU YAA ALLAH
TERIMAKASIH ATAS IZIN MENYANDANG GELAR SARJANANYA
“hari ini adalah hasil dari
usaha-usaha dan doa-doa
di hari kemarin”
SKRIPSI INI KUPERRSEMBAHKAN UNTUK MAMA, PAPA,
YAYANG, SUAMIKU, NOL SEMBILAN, MAK-MAK JULID,
BURICAK BURINONG, TERIMAKASIH UNTUK SEGALA
DUKUNGAN DAN KASIH SAYANGNYA
vi
ABSTRAK
Nur Aeni, NIM 6662111871. Skripsi. Impression Management Profesi
Dragqueen di Moonlight Discotheque. Pembimbing I Prof. Dr. H. A.
Sihabudin, M.Si dan Pembimbing II Uliviana Restu, S.Sos, M.I.Kom
Dragqueen adalah sebuah istilah untuk sebuah pertunjukan dimana seorang laki-
laki berpenampilan seperti seorang perempuan lalu menirukan sosok penyanyi
terkenal dan dipentaskan secara lipsync. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Impression Management Profesi Dragqueen di Moonlight
Discotheque. Dimana pelakonnya memerankan dua sisi kehidupan. Fokus
wawancara pada penelitian ini yaitu pengelolaan kesan panggung depan (front
stage) dan panggung belakang (back stage) dari seseorang yang berprofesi
sebagai dragqueen di Moonlight Discotheque. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan studi dramaturgi. Pemilihan informan menggunakan
teknik purposive sampling, informan penelitian ini berjumlah tiga orang.
Perolehan data diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi, penulusuran
data online dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa panggung
depan dan panggung belakang seorang dragqueen berbeda-beda. Ada yang
menutupi identitasnya dan ada yang membuka identitasnya pada saat dipanggung
depan. Ada yang berperilaku layaknya laki-laki normal pada umumnya dan ada
yang memakai topeng agar dapat diterima dipanggung belakangnya.
Kata Kunci : Dragqueen, Dramaturgi, Pengelolaan Kesan.
vii
ABSTRACT
Nur Aeni, NIM 6662111871. Thesis. The Impression Management of
Dragqueen Profession in Moonlight Discotheque Area. Preceptor I: Prof. Dr.
H. A. Sihabudin, M.Si and Preceptor II: Uliviana Restu, S.Sos, M.I.Kom
Dragqueen is the definition of a showing where a man who has apperance looks
like a woman afterwards they are acting like famous singer and doing the lipsync
performances. This research aim to knowing The Impression Management of
Dragqueen Profession in Moonlight Discotheque Area. Where the actress figures
two sides of life. On interview focus of this research is manage the impression of
front stage and back stage from someone who as a dragqueen in Moonlight
Discotheque. This research use purposive sampling technique for the election of
three informants. The acquisition of this research data derived from observation,
documentation, surfing the online or website, studies library. The final result of
this research showed that the front stage dan back stage of this dragqueen is
different each other. Some dragqueen prefered to cover their identity when they
are performing. In the other side, there are some dragqueen who act like their
normal life be a real man, it purposed to accepted by their back stage area.
Keywords: Dragqueen, Dramaturgi, Manage The Impression.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, ridho dan pertolongannya yang tidak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Impression Managemen Profesi
Dragqueen di Moonlight Discotheque”. Tak lupa shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk meraih kesarjanaan strata
satu (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten.
Dalam penyusunannya, penulis banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun
berkat pertolongan Allah, niat, usaha serta doa-doa dari orang tersayang akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segala kemampuan, penulis
menyadari segala keterbatasan dalam melaksanakan penyusunan, skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Namun demikian penulis berusaha menyajikannya
dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya atas segala doa, dukungan, motivasi, bimbingan dan bantuan
yang tak terhingga dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Pimpinan Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos,. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ix
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih.,M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Burhanudin, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Bapak Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si selaku Dosen Pembimbing I,
terimakasih atas waktu, kesempatan, kesabaran, bimbingan dan arahannya
yang sangat berarti bagi penulis
7. Ibu Uliviana Restu, S.Sos, M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing II,
terimakasih atas waktu, kesempatan, kesabaran, bimbingan dan arahannya
yang sangat berarti bagi penulis
8. Bapak Yoki Yusanto, S.Sos, M.Ikom selaku Dosen Penguji I Sidang
Skripsi
9. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.Ikom selaku Dosen Penguji II Sidang
Skripsi
10. Seluruh Dosen Fisip Untirta yang telah memberikan ilmu dan
pengalamannya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat
menjadi ilmu yang bermanfaat.
11. Seluruh staff karyawan FISIP Untirta yang melayani kepentingan penulis
dalam berbagai hal untuk memperlancar jalannya perkuliahan dan
penyusunan skripsi.
12. Almarhumah Mamah tersayang Iis Haerani yang selalu memberikan doa
tanpa henti, dukungan dan kasih sayang yang membuat penulis selalu
yakin dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
13. Papahku Asep Soleh terimakasih atas segala doa, dukungan dan pelajaran
tentang kehidupannya.
14. Almarhumah Mama dan Almarhum Abah mertuaku terimakasih atas kasih
sayangnya selama ini
15. Adikku Ria Kuraesin terimakasih atas segala dukungan, doa serta kasih
sayangnya.
16. Suamiku Khimatullah terimakasih selalu menemani hari-hariku
mengerjakan skripsi ini, terimakasih untuk segala dukungan, doa dan
bantuannya.
17. Sahabat-sahabat yang tak henti memberi dukungan yakni Fajariah
Oktawiani, M. Hafidz Hermawan, Tb. Faudzul adzim, Ridwan, Toni
Fransiska terimakasih selalu menjadi penyemangat, penghibur dan
pendengar setia selama ini.
18. Teman seperjuangan Febri Nurunnisa, Triana. Anindita PS, Siti Roifatul
Roihah, Friska Riama WT, Fahmi Ilhamullah, Teguh Nugraha, Alzasya
Asdrie Rivaldie, serta teman-teman seperjuangan lainnya.
19. Teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Untirta terimakasih
untuk hari-hari penuh kenangannya.
20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
baik itu berupa saran, do'a, maupun dukungan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Tak ada balasan yang lebih baik kecuali datang dari Allah SWT, Dengan ketulusan
dan kerendahan hati, penulis doakan semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
pengorbanannya. Semoga apa yang telah penulis lakukan dapat bermanfaat bagi semua,
xi
khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan. Masukan dan saran sangat
penulis harapkan demi kemajuan penulis di masa mendatang.
Serang, 2018
Nur Aeni
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ..... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 7
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
1.5 Manfaat Teoritis ....................................................................... 8
1.6 Manfaat Praktis ......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan konsep ......................................................................... 10
2.1.1 Komunikasi ..................................................................... 10
xiii
2.1.2 Proses Komunikasi ......................................................... 11
2.1.3 Tujuan Komunikasi ........................................................ 13
2.1.4 Fungsi Komunikasi ......................................................... 14
2.2 Tinjauan Teoritis ...................................................................... 15
2.2.1 Interaksi Simbolik Sebagai Pencetus Teori Dramaturgi.. 15
2.2.2 Dramaturgi ...................................................................... 18
2.2.3 Dragqueen ....................................................................... 20
2.2.4 Moonlight Discotheque .................................................. 21
2.2.5 Presentasi Diri ................................................................ 23
2.2.6 Wilayah Pertunjukan ...................................................... 24
2.3 Kerangka Berfikir ..................................................................... 27
2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian ............................................................... 32
3.2 Paradigma Penelitian ................................................................ 33
3.3 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................. 34
3.4 Lokasi Penelitian ...................................................................... 35
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................. 35
3.5.1 Sumber Data ................................................................... 35
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 36
3.6 Informan Penelitian .................................................................. 37
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................ 39
xiv
3.8 Uji Validitas Data ..................................................................... 41
3.9 Jadwal Penelitian ...................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ....................................................... 43
4.2 Deskriptif Data ......................................................................... 45
4.3 Profil Informan ......................................................................... 47
4.3.1 Profil Informan Kunci ........................................................... 47
4.3.2 Profil Informan Pendukung .......................................... ......... 48
4.4 Pembahasan .............................................................................. 50
4.4.1 Panggung Depan Profesi Dragqueeen ................................... 52
4.4.2 Panggung Belakang Profesi Dragqueen ................................ 57
4.4.3 Aktifitas Diluar Profesi Dragqueen ....................................... 62
4.4.5 Dramaturgi Dragqueen .......................................................... 63
4.4.6 Kesan yang berhasil dibangun oleh seorang drag queen. ..... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 67
5.2 Saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
LAMPIRAN .................................................................................................... 71
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ....................................................................... 25
Gambar 3.2 Miles dan Huberman komonen-komponen analisis data ............. 41
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 30
Tabel 3.1 Informan Kunci ............................................................................... 38
Tabel 3.2 Informan Penukung ......................................................................... 39
Tabel 3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................. 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan seni
budayanya. Dalam kehidupan manusia, seni adalah media ekspresi yang salah
satu jenisnya adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan adalah karya seni
yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu.
(Wilson,1991) dalam The Theater Experience menyebutkan bahwa seni
pertunjukan memberikan pengalaman dan emosi bukan dalam sebuah objek
melainkan dalam peristiwa yang bergerak seiring berjalannya waktu.
Penyampaian dalam seni pertunjukan harus di dukung oleh suasana
ruang yang sesuai, sehingga maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat
diterima dan penontonpun ikut masuk kedalam dunia yang diciptakan tersebut.
Misalnya pertunjukan komedi, akan tidak lucu jika dekorasinya suram, gelap
ataupun sebaliknnya. Dalam seni pertujukan tentu terdapat sutradara yang
mengatur jalannya sebuah pentas, begitu juga dengan panggung kehidupan
yang kita jalani sehari-hari. Mari kita sedikit bernostalgia dengan salah satu
lirik lagu lawas yang diciptakan oleh Taufik Ismail dan Ian Antono.
Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah mahabrata atau tragedi dari yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
(Dinyanyikan oleh : Ahmad Albar)
2
Lagu dengan lirik sederhana namun kaya akan makna ini merupakan
gambaran dari kehidupan manusia. Ada yang berperan wajar seperti layaknya
manusia pada umumnya, adapula yang perannya berpura-pura untuk menjadi
apa yang diinginkan.
Berbicara mengenai sandiwara atau panggung pertunjukan, tentu tidak
akan jauh dengan dunia pertelevisian. Pada tahun 2010, pertelevisian di
Indonesia ramai dengan ajang pencarian bakatnya. Secara tidak langsung, hal
ini menghidupkan beberapa profesi yang belum banyak diketahui oleh
masyarakat. Indonesia‟s Got Talent (IGT) menjadi salah satu ajang pencarian
bakat bergengsi, yang berhasil memperkenalkan “Drag queen” kepada
masyarakat Indonesia pada musim keduanya pada ditahun 2014. Bakat yang
di pentaskan oleh Richard Affandi dan Dark Angels ini, mendapatkan respon
positif dari para juri kala itu, karena penampilannya cukup menghibur.
Drag Queen adalah sebuah istilah dalam dunia performing act/show.
Drag queen artinya laki-laki yang memerankan karakter wanita dalam sebuah
pertunjukkan. Profesi drag queen sebenarnya sudah dikenal sejak abad ke-19
hingga abad ke-20 sebagai peniru sosok wanita (chauncey 1994: schacht,
dalam Saphiro). Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang
profesi ini, karena kelompok ini sedikit tertutup dari pihak luar. Beberapa
peneliti bahkan mengkonsepkan drag queen sebagai lelaki gagal yang
mengasosiasikan mereka sebagai kaum homoseksual (Newton 1979:
Tawksbury dalam Berkowitz).
3
Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengenal lebih jauh
tentang profesi drag queen, dimana seorang pria bisa mempunyai dua peran
berbeda dalam hidupnya. Yang pertama sebagai laki-laki normal pada
umumnya, yang kedua sebagai wanita karena profesinya. Di Indonesia sangat
jarang sekali yang berprofesi sebagai drag queen, profesi ini hanya tersebar di
kota-kota besar yang mempunyai cerita dikehidupan malamnya.
Jakarta, Ibukota Indonesia yang menjadi pusat perhatian karena gaya
hidup hedonis yang menjadi sorotan bagi masyarakat Indonesia. Bahkan di
beberapa kalangan, gaya hidup masyarakat Jakarta menjadi acuan dalam
menjalani kehidupan. Di kota yang padat akan lalu lintas ini tak pernah sepi
dari segala aktifitas penduduknya. Tak heran jika banyak tempat wisata, mall,
diskotik yang berdiri di tengah ramainya kota ini. Di Jakarta, bukan hanya
siang hari segala aktifitas dilakukan. Ketika malam tiba pun kota ini akan
semakin ramai dengan segala hiburan dunia malamnya. Pada saat malam hari
lah para drag queen melangsungkan aksinya. Moonlight discotheque menjadi
salah satu tempat yang menyajikan pertunjukan drag queen didalamnya.
Banyak yang menganggap bahwa drag queen sama seperti pengamen
yang berpenampilan perempuan yang mengamen di pinggir jalan. Namun
pada kenyataannya tentu berbeda. Pengamen yang berdandan seperti wanita
lalu mengamen di pinggir jalan berdandan seperti itu untuk mencari rezeki
yang salah satu caranya adalah dengan mengamen. Sedangkan drag queen
berpenampilan seperti itu untuk melakukan pertunjukan di club-club malam
4
seperti di Moonlight Discotheque atau menjadi bintang tamu di sebuah acara
dimana segala sesuatunya sudah dipersiapkan dengan matang.
Persiapan yang dilakukan oleh seorang drag quuen tentu tidak asal-
asalan, karena sebagai seorang penghibur lypsync yang menirukan sosok
penyanyi, tentu harus mempunyai konsep disetiap penampilannya. Seperti
tema yang akan ditampilkannya, make-up nya bagaimana, menirukan sosok
penyanyi siapa, apa saja aksesoris yang digunakan, body language-nya seperti
apa, tarikan nafasnya bagaimana, dan lain sebagainya. Tentu hal ini membuat
para drag queen harus memperlajari segalanya sebelum pertunjukan dimulai,
agar pada saat pertunjukan nanti dapat berhasil menirukan sosok tersebut.
Tidak sedikit para profesi drag queen yang mencoba untuk
menampilkan aksinya secara live (tidak lypsync). Tentu saja hal ini
membutuhkan keahlian yang cukup dengan cara latihan yang sangat ekstra,
karena untuk pertunjukan secara live para drag queen harus menirukan suara
wanita, bagaimanapun juga para drag queen ini adalah seorang laki-laki. Di
luar dari pada itu, para drag queen yang mempunyai bakat alami akan sangat
mudah untuk menirukan suara wanita, sehingga ia bebas memilih ingin tampil
live atau lipsync. Namun di Indonesia sedikit sekali yang bisa menampilkan
aksinya secara live.
Setiap manusia mempunyai alasan sendiri, mengapa mereka memilih
atau melakukaan sesuatu. Sama halnya seperti menjadi seorang drag queen.
Ada yang menjadikan drag queen sebagai lahan untuk mencari nafkah dan ada
juga yang menjadikan profesi ini sebagai hobi atau kesenangan semata.
5
Seperti yang sudah diketahui, profesi ini lebih banyak dipandang sebelah mata
oleh masyarakat. Tentu saja hal ini membuat para pelakonnya harus siap untuk
menerima segala kritikan pedas dari masyarakat. Maka tak jarang, beberapa
diantara mereka harus sembunyi-sembunyi melakukan aksinya agar tetap
diterima dimasyarakat.
Profesi drag queen mengingatkan pada teori dramaturgi yang
dicetuskan oleh Erving Goffman salah satu pakar sosiologi yang terkenal pada
abad ke-20. Menurut Goffman, wilayah depan ibarat panggung sandiwara
bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedangkan
wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage)
atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri, atau
berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan. 1
Erving Goffman menyatakan bahwa kehidupan sosial seseorang
merupakan serangkaian penampilan dramatik seperti halnya orang orang yang
melakukan pertunjukan di panggung teater, dimana seseorang berusaha
membentuk kesan yang mereka inginkan untuk dilihat orang lain.
Hal senada juga dikemukakan oleh Mulyana bahwa Goffman
mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin
menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Ia menyebut
upaya itu sebagai “pengelolaan kesan” (impression management), yaitu
1 Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif.PT Roemaja Rosdakarya, Bandung. hlm
114
6
teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu
dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.2
Pengelolaan kesan (Impression Management) ditemukan dan
dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah
dipaparkan dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in
Everyday Life”. Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan
sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan
mengontrol persepsi orang lain dengan cepat, dengan mengungkapkan aspek
yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim. 3
Presentasi Diri ini dilakukan ketika seseorang berinteraksi dengan
orang lain dan mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain
terhadapnya, melalui sebuah pertunjukan diri yang mengalami setting di
hadapan khalayak. Dalam sebuah pertunjukan ini kebanyakan menggunakan
atribut, busana, make-up, pernak-pernik, dan alat dramatik lainnya.4
Goffman menyebut pertunjukan (performance) merupakan
aktivitas untuk mempengaruhi orang lain. Sebuah pertunjukan yang
ditampilkan seseorang berdasarkan atas perhitungan untuk memperoleh
respon dari orang lain. Penampilan serta perilaku seseorang dalam sebuah
interaksi merupakan suatu proses interpretif, yang dimana tujuannya agar
2 Ibid. Hlm 112
3 Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif.PT Roemaja Rosdakarya, Bandung. Hlm
112 4 Ibid. Hlm 110
7
terbentuknya sebuah persepsi yang merupakan hasil dari suatu interpretasi
yang dilakukan orang lain.5
Goffman memandang ini dengan perspektif Dramaturgi. Berdasarkan
hasrat dasar manusia, secara ilmiah manusia memiliki kekuatan yang dapat
menguasai sikap dan tindakannya. Manusia mempunyai kebutuhan untuk
berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia menempuh jalan bertemu
dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan memproyeksikan
diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas
pentas secara khayali.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan di
atas, maka peneliti menentukan judul penelitian yaitu “Impression
Management Profesi Drag Queen di Moonlight Discotheque”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
sekiranya perlu dilakukan penelitian lebih dalam tentang penelitian ini, maka
dari itu peneliti merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Panggung Depan
dan Panggung Belakang Pelaku Drag Queen di Moonlight Discotheque
sebagai upaya pengelolaan kesan (Impression Management)”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka identifikasi masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
5 Ibid. Hlm 110
8
1. Bagaimana Panggung Depan Pelaku Drag Queen di Moonlight
Discotheque sebagai upaya pengelolaan kesan (Impression Management)?
2. Bagaimana Panggung Belakang pelaku Drag Queen di Moonlight
Dischoteque sebagai upaya pengelolaan kesan? (Impression
Management)?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah untuk,
1. Mengetahui Panggung Depan Pelaku Drag Queen di Moonlight
Discotheque sebagai upaya pengelolaan kesan (Impression Management)
2. Mengetahui Panggung Belakang Pelaku Drag Queen di Moonlight
Discotheque sebagai upaya pengelolaan kesan (Impression Management)
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik dalam hal
teoritis maupun praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memperkaya khasanah serta
menambah wawasan bagi pembaca, terutama dalam Prodi Ilmu Komunikasi
khususnya konsentrasi humas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana panggung depan dan panggung belakang seseorang yang berprofesi
sebagai Drag Queen (Dramaturgi).
9
1.5.2 Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini memiliki kegunaan untuk segala pihak.
Manfaat praktis yang telah peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk peneliti diharapkan dapan menambah wawasan serta membantu
menjelaskan profesi Drag queen yang dipaparkan melalui kajian
teoritis. Diharapkan pula dapat lebih tajam melihat situasi apapun yang
terjadi di sekeliling.
b. Untuk akademisi penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
mahasiswa program Studi Ilmu Komunikasi terutama konsentrasi
humas untuk dijadikan referensi bagi yang mengusung tema sejenis.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Konsep
2.1.1 Komunikasi
Kata Komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal
dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication,
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common).
Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut
sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata
Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.6
Carl L. Hovland mendefinisikan komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang
lain (komunikate). Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi adalah
proses di mana suatu ide dilahirkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.7
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society, cara yang baik menjelaskan komunikasi ialah
6 Sudikin Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
Cendikia. Hal. 62. 7 Deddy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya. Hal.
62
10
11
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
1. Siapa yang mengatakan (Komunikator)
2. Kepada siapa disampaikan (Komunikan)
3. Apa yang dikatakan (Pesan)
4. Media apa yang digunakan (Media)
5. Akibata apa yang terjadi (Efek)
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2000). Jadi dalam berkomunikasi bukan
sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau
sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh
komunikator, akan tetapi hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang
disampaikannya bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan
pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk
mencapai tujuan komunikasi yang efektif.
2.1.2 Proses Komunikasi
Menurut Onong Uchayana Effendy proses komunikasi terbagi menjadi
dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder sebagai berikut :8
8 Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi Dan Praktek.PT Remaja Rosdakarya, 2001, hal
12
12
1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sabagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, isyarat, gambar,warna, dan lain sebagainya yang secara
langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan
dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu
“menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah
berbentuk informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret
maupun yang abstrak; bukan hanya tentang hal atau peristiwa yang
terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan
masa yang akan datang.
2. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi. Pada umumnya apabila kita
berbicara dikalangan masyarakat, yang dinamakan media komunikasi itu
adalah media kedua sebagaimana diterangkan diatas. Jarang sekali orang
13
menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh
bahasa sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) yakni pikiran atau
perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message) yang tidak daat
dipisahkan.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari
komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah
mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta
semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan
adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut.
Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:9
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
b. Mengubah Opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus
mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya,
jangan mereka inginkan arah kebarat tapi kita memberikan jalur
ketimur.
9 Effendi, onong 1994.Ilmu komunikasi: Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung.
hlm. 55
14
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan
sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang
dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun
yang penting harus di ingat adalah bagaimana cara yang terbaik
melakukannya.
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pejabat atau
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima)
atau bawahan dengan sebaik baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat
mengikuti apa yang kita maksudkan. Jadi secara singkat dapat
dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian,
dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang sama adalah agar
semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh
komunikan
2.1.4 Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Onong Uchjana Effendy
ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:10
1. Menginformasikan (to inform)
Menginformasikan yaitu memberikan informasi kepada masyarakat,
memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi,
10
Effendi, onong 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti,Bandung,
hal. 55
15
ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang
disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educate)
Mendidik yaitu komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan
komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada
orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu
pengetahuan
3. Menghibur (to entertain)
Adalah komunikasi selain berguna, untuk menyampaikan komunikasi,
pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan
hiburan atau menghibur orang lain. Penyanyi dangdut merupakan salah
satu penghibur. Dalam hasil pengamatan penulis para penyanyi
dangdut dapat menghibur orang banyak dan menghibur diri sendiri
apabila sedang merasa sedih.
4. Mempengaruhi (to influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setup individu yang berkomunikasi,
tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan
lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.2 Tinjuan Teoritis
2.2.1 Interaksi Simbolik Sebagai Pencetus Teori Dramaturgi
Perspektif dramaturgi dari Erving Goffman, sebenarnya merupakan
salah satu model pendekatan interaksi simbolik selain teori penjulukan
16
dan etnometodologi.11
Pengertian Interaksionisme Simbolik adalah Teori yang
menyatakan bahwa orang-orang memberikan makna terhadap simbol-simbol,
dan pemaknaan tersebut berfungsi untuk mengontrol mereka.12
Interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakekat manusia yang
adalah mahluk relasional. Setiap individu pasti terlibat relasi dengan
sesamanya. Tidaklah mengherankan apabila kemudian teori interaksi simbolik
segera mengedepan apabila dibandingkan dengan teori lainnya. Alasannya
ialah diri manusia muncul dalam dan melalui interaksi dengan yang diluar
dirinya. Interaksi itu sendiri membutuhkan simbol-simbol tertentu. Simbol itu
biasanya disepakati dalam skala kecil maupun skala besar.
Goffman begitu terilhami oleh teori interaksi simbolik dari Mead.
Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku
manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Bahkan menurut Mead:
“sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang
lain dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba memahami apa yang
diharapkan orang itu”.
Menurut Littlejohn, interaksi simbolik mengandung inti dasar premis
tentang komunikasi dan masyarakat (core of common premises about
communicationand society) perspektif interaksi simbolik memandang bahwa
individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku
11
Deddy Mulyana dan Solatun,Metode Penelitian Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya,
2007.Hal 37 12
Baran, J. Stenley & Davis, K. Dennis, Teori Komunikasi Massa, Edisi 5. Dasar,
Perg.olakan, dan Masa Depan, 2010, Jakarta : Salemba Humanika, hal. 374
17
yang rumit dan sulit diramalkan.13
Goffman sering dianggap sebagai salah satu
penafsir „teori diri‟ dari Mead dengan menekankan sifat simbolik dari
manusia. Goffman menganggap individu (bukan struktur yang lebih besar)
sebagai satuan analisis. Untuk menjelaskan tindakan manusia, Goffman
memakai analogi drama dan teater. Hal itulah yang menjadikannya
sebagai seorang dramaturgis.
Perspektif interaksionisme simbolik memulainya dengan konsep diri (self),
diri dalam hubungannya dengan orang lain dan diri sendiri dan orang lain itu
dalam konteks yang lebih luas. Dalam konteks sosial inilah nantinya akan
dapat dipahami beragam macam anggapan dari masyarakat. Interaksi simbolik
ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dalam
membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), mengenai diri
(self), dan hubungan di tengah interaksi sosial (society), dan tujuan bertujuan
akhir untuk memediasi, serta menginterprestasi makna individu tersebut
menetap. Seperti yang di catat oleh Douglas (1970) makna itu berasal dari
interaksi, dan tidak ada cara lain untuk memberi makna, selain dengan
membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.14
Definisi singkat dari ke tiga dasar dari interaksi simbolik, antara lain :
1. Pikiran (mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembanggkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain,
13
Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories Of Human Communication. 5th Edition. Belmont
California: wadsworth, publishing Company, hlm. 159
14
Elvinaro Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Bandung : Simbosa
Rekatama Media, hlm. 136
18
2. Diri (self) adalah kemampuan untuk mereflesikan diri tiap individu dari
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, teori interaksionisme
simbolis adalah salah satu cabang teori sosiologi yang mengemukakan
tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan
3. Masyarakat (society) adalah jejaring hubungan sosial yang di ciptakan, di
bangun, dan di kontruksikan oleh tiap individu di tengah masyarakat, dan
tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif
dan sukarela yang pada akhirnya mengantar manusia dalam proses
pengambilan peran di tengah masyarakatnya. (Mead.1934).15
2.2.2 Dramaturgi
Istilah dramaturgi dipopulerkan oleh Erving Goffman, salah
seorang sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya
yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan
pada tahun 1959, Goffman memperkenalkan konsep dramaturgi yang
bersifat penampilan teateris. Yakni memusatkan perhatian atas
kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip
dengan pertunjukan drama di panggung. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa Goffman melihat banyak kesamaan antara pementasan teater dan
berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan
sehari-hari.16
15
West Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Buku 1 edis ke-3 Terjemahan Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba
Humanika, hlm. 96 16
George Ritzer & Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Hal.93
19
Goffman cenderung melihat pada interaksi tatap muka atau kehadiran
bersama (Co-presence). Interaksi tatap muka dibatasinya sebagai “individu-
individu yang saling mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain
ketika masing-masing berhadapa secara fisik.17
Biasanya terdapat suatu arena
kegiatan yang terdiri dari serangkaian tindakan individu itu. Dalam suatu
situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai suatu
penampilan (performance), pertunjukan adalah aktivitas untuk mempengaruhi
orang lain.
Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan
penafsiran “konsep-diri”, di mana Goffman menggambarkan pengertian diri
yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep-diri seorang
individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk
masyarakat berdasarkan basis jangka panjang). Sedangkan menurut Goffman,
konsep-diri lebih bersifat temporer, dalam arti bahwa diri bersifat jangka
pendek, bermain peran, karena selalu dituntut oleh peran-peran sosial
yang berlainan, contohnya pada saat seseorang yang berprofesi sebagai
dragqueen berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, mereka tidak hanya
berinterkasi dengan lingkungan keluarganya saja, akan tetapi dengan
lingkungan sosial lainnya dengan situasi dan identitas sosial yang mungkin
berbeda sehingga memungkinkan untuk memainkan peran-peran sosial yang
berlainan. Berkaitan dengan interaksi, definisi situasi bagi konsep-diri
individu tertentu dinamakan Goffman sebagai presentasi diri.
17
Erving Goffman, The Presentation of Sel f in Everyday Life, Garden City, N.Y.,
Doubledy Anchor, 1959, halaman 15
20
2.2.3 Dragqueen
Drag Queen adalah sebuah istilah dalam dunia performing act/show. Drag
queen artinya laki-laki yang memerankan karakter wanita dalam sebuah
pertunjukkan. Profesi drag queen sebenarnya sudah dikenal sejak abad ke-19
hingga abad ke-20 sebagai peniru sosok wanita (chauncey 1994: schacht,
dalam Saphiro). Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang
profesi ini, karena kelompok ini sedikit tertutup dari pihak luar. Beberapa
peneliti bahkan mengkonsepkan drag queen sebagai lelaki gagal yang
mengasosiasikan mereka sebagai kaum homoseksual (Newton 1979:
Tawksbury dalam Berkowitz).
Drag queen adalah seorang laki-laki yang berpenampilan seperti
perempuan lalu menirukan sosok penyanyi terkenal dan dipentaskan secara
lipsing. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengenal lebih jauh
tentang profesi drag queen, dimana seorang pria bisa mempunyai dua peran
berbeda dalam hidupnya. Yang pertama sebagai laki-laki normal pada
umumnya, yang kedua sebagai wanita karena profesinya. Di Indonesia sangat
jarang sekali yang berprofesi sebagai drag queen, profesi ini hanya tersebar di
kota-kota besar yang mempunyai cerita dikehidupan malamnya.
Persiapan yang dilakukan oleh seorang drag queen tentu tidak asal-asalan,
karena sebagai seorang penghibur lypsync yang menirukan sosok penyanyi,
tentu harus mempunyai konsep disetiap penampilannya. Seperti tema yang
akan ditampilkannya, make-up nya bagaimana, menirukan sosok penyanyi
siapa, apa saja aksesoris yang digunakan, body language-nya seperti apa,
21
tarikan nafasnya bagaimana, dan lain sebagainya. Tentu hal ini membuat para
drag queen harus memperlajari segalanya sebelum pertunjukan dimulai, agar
pada saat pertunjukan nanti dapat berhasil menirukan sosok tersebut.
Tidak sedikit para profesi drag queen yang mencoba untuk
menampilkan aksinya secara live (tidak lipsync). Tentu saja hal ini
membutuhkan keahlian yang cukup dengan cara latihan yang sangat ekstra,
karena untuk pertunjukan secara live para drag queen harus menirukan suara
wanita, bagaimanapun juga para drag queen ini adalah seorang laki-laki. Di
luar dari pada itu, para drag queen yang mempunyai bakat alami akan sangat
mudah untuk menirukan suara wanita, sehingga ia bebas memilih ingin tampil
live atau lipsync. Namun di Indonesia sedikit sekali yang bisa menampilkan
aksinya secara live.
2.2.4 Moonlight Discotheque
Diskotik menjadi salah satu lokasi pembaratan masyarakat lokal yang
diawali dengan proses perkenalan kata-kata atau ucapan bahasa asing, serta
musik dan lagu-lagu Barat. Adapun diskotik (discotheque - dalam bahasa
Perancis) sebenarnya berasal dari kata disco (disko), yang berarti gedung
tempat menyimpan koleksi piringan hitam; lembaga yang menyimpan koleksi
piringan hitam untuk tujuan ilmiah; suatu tempat atau gedung yang dipakai
untuk mendengarkan musik disko yang diiringi tarian atau dansa oleh para
pengunjungnya. Sedangkan musik disko berasal dari irama Soul, serta
perpaduan antara irama Romawi, Rhythm and Blues, yang kemudian dalam
22
perkembangannya, disko berubah menjadi musik bergaya meriah, yang
merangsang penggemarnya untuk melakukan gerakan-gerakan tari tertentu dan
ajojing (dansa) adalah istilah baru lagi untuk gengsot atau istilah kunonya
melantai.
Makna diskotik sebenarnya lebih luas dari hanya sekedar musik dan
berdansa. Diskotik tidak hanya sebagai gedung untuk berdansa, tetapi juga
ruang sosial yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi catharsis, menempatkan
diskotik sebagai ruang pembebasan atau pelepasan ketegangan dan kecemasan
dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan ke luar kejadian-kejadian
traumatis di masa lalu yang semula dilakukan dengan cara menekankan
emosiemosi ke dalam “ketidaksadaran”. Sementara itu, fungsi ekspresi diri
bermakna bahwa diskotik merupakan sarana dari para pengunjungnya untuk
bebas mengungkapkan perasaan.
Selain itu, diskotik juga berfungsi sebagai sarana mengidentifikasi diri
dengan cara mencari jati diri dengan mencari pergaulan baru di dalam diskotik.
Akhirnya, fungsi yang terakhir adalah asosiasi. Dalam fungsi ini, setiap
pengunjung datang ke diskotik untuk bergaul dan memperluas pertemanan
dengan berinteraksi dengan tamu-tamu lain yang datang ke diskotik. Penulis
memilih salah satu diskotik di Jakarta yaitu Moonlight Discotheque yang
berada di sekitar Hayam Wuruk. Moonlight menjadi salah satu diskotik yang
menyediakan tempat untuk pertunjukan dragqueen. jadwal pertunjukan
rutinnya yaitu hari rabu malam kamis, namun tidak menutup kemungkinan
dimalam-malam lain juga menampilkan pertunjukan dragqueen.
23
2.2.5 Presentasi Diri
Menurut Goffman, presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan
identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi
ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang
ada. Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk
menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata
perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia
inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang
hendak digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang
ditampilkan secara menyeluruh.18
Manusia adalah aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik
personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.
Dalam mencapai tujuannya tersebut, manusia akan mengembangkan perilaku-
perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama,
seorang aktor dalam drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan
pertunjukan. Kemudian ketika perangkat simbol dan pemaknaaan identitas
yang hendak disampaikan itu telah siap, maka individu tersebut akan
melakukan suatu gambaran-diri yang akan diterima oleh orang lain. Upaya itu
disebut Goffman sebagai “pengelolaan kesan” (impression management), yaitu
18
Dedy Mulyana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Hal. 112
24
teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu
dalam situasi-situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.19
Goffman menyatakan bahwa hidup adalah teater, individunya sebagai
aktor dan masyarakat adalah penontonnya. Jadi kehidupan dapat juga
diartikan sebagai panggung pertunjukkan, ketika individu dihadapkan pada
panggung, ia akan menggunakan simbol-simbol yang relevan untuk
memperkuat identitas karakternya, namun ketika individu tersebut telah
habis masa pementasannya, maka di belakang panggung akan terlihat
tampilan seutuhnya dari individu tersebut.
2.2.6 Wilyah Pertunjukan
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi
sosial yang mirip dengan pertunjukkan diatas panggung yang menampilkan
peran-peran yang dimainkan para aktor.20
Menurut Goffman, kehidupan
sosial itu dapat dibagi menjadi dua yaitu panggung depan (front stage) dan
panggung belakang (back stage). Goffman melihat ada perbedaan akting yang
besar saat aktor berada di atas panggung depan (front stage) dan
panggung belakang (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di
panggung depan adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita
sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha
memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan
19
Dedy Mulyana, M.A. Ph.D. (2003). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. PT. Remaja
Rosdakarya : Bandung. Hal. 115. 20
Dedy Mulyana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya. Hal. 114.
25
dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang
bertujuan membuat drama yang berhasil. Sedangkan di panggung belakang
adalah keadaan di mana kita berada di belakang panggung dengan kondisi
tidak ada penonton, sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa
memperdulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.
1. Panggung Depan (Front Stage)
Panggung depan merupakan suatu panggung yang terdiri dari
bagian pertunjukkan (appearance) atas penampilan dan gaya (manner).
Di panggung inilah aktor akan membangun dan menunjukkan sosok
ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam interaksi sosialnya.
Pengelolaan kesan yang ditampilkan merupakan gambaran aktor
mengenai konsep ideal dirinya yang sekiranya bisa diterima
penonton. Aktor akan menyembunyikan hal-hal tertentu dalam
pertunjukkan mereka.21
Goffman membagi panggung depan ini menjadi dua bagian yaitu
front pribadi dan setting yakni situasi fisik yang harus ada ketika aktor
harus melakukan pertunjukkan. Tanpa setting, aktor biasanya tidak dapat
melakukan pertunjukkan.22
Seperti seorang drag queen yang memerlukan
panggung atau tempat untuk pentas. Wilayah pribadi terdiri dari alat-
alat yang dapat dianggap khalayak sebagai perlengkapan aktor yang
21
Sudikin Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
Cendikia. Hal. 49-51. 22
Dedy Mulyana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.Hal. 114.
26
dibawa ke dalam setting. Seperti pakaian, make up dan aksesoris
lainnya.
2. Panggung Belakang (Back Stage)
Merupakan panggung penampilan individu di mana ia
dapat menyesuaikan diri dengan situasi penontonnya. Di panggung
inilah segala persiapan aktor disesuaikan dengan apa yang akan
dihadapi di lapangan, untuk menutupi identitas aslinya. panggung ini
disebut juga panggung pribadi, yang tidak boleh diketahui oleh
orang lain. Dalam arena ini individu memiliki peran yang berbeda
dari front stage, ada alasan-alasan tertentu di mana individu
menutupi atau tidak menonjolkan peran yang sama dengan
panggung depan. Di panggung inilah individu akan tampil “seutuhnya”
dalam arti identitas aslinya. Aktor boleh bertindak dengan cara yang
berbeda dibandingkan ketika berada di hadapan penonton, jauh dari
peran publik. Di sini bisa terlihat perbandingan antara penampilan
“palsu” dengan keseluruhan kenyataan diri seorang aktor.
Panggung belakang biasanya berbatasan dengan panggung
depan, tetapi tersembunyi dari pandangan khalayak. Ini dimaksudkan
untuk melindungi rahasia pertunjukkan, dan oleh karena itu,
khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki panggung belakang,
kecuali dalam keadaan darurat. Suatu pertunjukkan akan sulit
dilakukan bila aktor membiarkan khalayak berada di panggung
belakang.23
23
Dedy Mulyana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.Hal. 114.
27
2.3 Kerangka Berfikir
Penulis ingin mencoba menjelaskan tentang pengelolaan kesan profesi Drag
queen dilihat dari panggung depan dan panggung belakangnya dan dikaji melalui
konsep dramaturgi. Goffman menjelaskan realitas sosial tentang kehidupan
sesungguhnya bagaikan panggung sandiwara yang terbagi dua wilayah panggung
depan dan panggung belakang dan pengelolaan kesan yang dijelaskan Erving
Goffman menyimpulkan bahwasanya individu sebagai aktor dalam realita yang
dihadapinya.
Dalam kerangka berfikir ini yang menjadi penelitian adalah diri seseorang
yang berprofesi sebagai dragqueen sebagai aktor panggung. Bagaimana aktor ini
membangun komunikasi terhadap penonton tetapi bersikap seperti bukan diri
yang sesungguhnya. Realita yang berlangsung dalam panggung tersebut menuntut
aktor bersikap profesional sampai pertunjukan usai nantinya. Sikap yang
ditunjukan oleh aktor menutupi sikap yang sesungguhnya, yang bebas dilakukan
pada panggung belakang. Namun terkadang panggung depan dan panggung
belakang sulit untuk dibedakan. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui
bagaimana perbedaan antara kedua ruang, yakni panggung depan dan panggung
belakang sehingga seorang aktor nyaman menjadi seorang drag queen. Dengan
begitu fokus pertanyaan dapat dijawab, mengenai bagaimana seorang drag queen
memaknai panggung dilingkungannya.
Kerangka yang ditampilkan yaitu dari tahap awal objek penelitian yaitu
seseorang yang berprofesi sebagai drag queen diteliti menggunakan konsep
dramaturgi yaitu panggung depan dan panggung belakang. Bagaimana seorang
28
drag queen memaknai panggung depan ketika diatas panggung dan panggung
belakang ketika diluar panggung, kemudian kerangka berfikir ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Kerangka Berfikir
Impression Management Profesi Dragqueen di Moonlight Discotheque
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
DRAG QUEEN
Pengelolaan Kesan
Impression Management Profesi Drag Queen
di Moonlight Discotheque
Penerapan Teori Dramaturgi
Panggung Depan Panggung Belakakang
29
2.4 Penelitian Terdahulu
Sebagai referensi tambahan dalam penyusunan sebuah penelitian yang
juga dapat digunakan sebagai pembanding antara penelitian terbaru yang
dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu, peneliti
mencari beberapa penelitian yang dirasa memiliki beberapa kesamaan.
Penelitian tersebut diperoleh dari berbagai universitas, diantaranya adalah :
1. Skripsi yang disusun oleh Elfrida Grace Manullang dengan judul ”Ayam
Kampus Kota Medan Dengan Analisis Teori Dramaturgi (Studi kasus pada
mahasiswi ayam kampus di Kota Medan)” disusun pada tahun 2008.
Skripsi yang disusun oleh salah satu mahasiswi Universitas Sumatera Itara
ini menggunakan metode kualitatif, dengan hasil penelitiannya adalah 11
ayam kampus dari 5 perguruan tinggi, menunjukan bahwa mahasiswi yang
menjadi ayam kampus mempunyai faktor-faktor yang berbeda-beda.
Tampak dari faktor yang ada, beberapa diantara hasil penelitian ialah
banyak kepada faktor ekonomi, faktor kecewa terhadap laki-laki, faktor
kepuasan diri terhadap hubungan seksual dan faktor gaya hidup.
2. Skripsi yang disusun oleh Angga Sumantono dengan judul “Perilaku
Komunikasi Pengguna Ganja (Studi Dramaturgi perilaku komunikasi
pengguna ganja dalam kehidupannya di Kota Bandung)” disusun pada
tahun 2013. Skripsi yang disusun oleh salah satu mahasiswa Universitas
Komputer Indonesia ini menggunakan metode kualitatif dengan hasil
penelitiannya adalah hampir semua pengguna ganja memerankan
30
panggung depan sesuai dengan peran mereka dimasyarakat. Pada
panggung belakang, pengguna ganja memainkan sebuah peran yang utuh,
sehingga perilaku pada saat di panggung depan ataupun panggung
belakang sangat berbeda.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No ITEM
Peneliti
Terdahulu
Elfrida Grace
Manullang
Peneliti
Terdahulu
Angga
Sumantono
Peneliti
NurAeni
1 Judul Ayam Kampus
Kota Medan
Dengan Analisis
Teori Dramaturgi
(Studi kasus pada
mahasiswi ayam
kampus di Kota
Medan)
Perilaku
Komunikasi
Pengguna Ganja
(Studi
Dramaturgi
perilaku
komunikasi
pengguna ganja
dalam
kehidupannya di
Kota Bandung)
Impression
Management
Profesi Dragqueen
di Moonlight
Discotheque
2 Tahun 2008 2013 2018
3 Teori Teori Dramaturgi Teori
dramaturgi
Teori Dramaturgi
4 Metode
Penelitian
Kualitatif Kualitatif Kualitatif Deskriptif
5 Hasil
Penelitian
Dari hasil
penelitian
terhadap 11 ayam
kampus dari 5
perguruan tinggi,
menunjukan
bahwa mahasiswi
yang menjadi
ayam kampus
mempunyai
faktor-faktor yang
Dari hasil
penelitian
hampir semua
pengguna ganja
memerankan
panggung depan
sesuai dengan
peran mereka
dimasyarakat.
Pada panggung
belakang,
Dari hasil penelitian
setiap drag queen
memaknai
panggung depan
dan panggung
belakangnya
berbeda-beda. Ada
yang menjadikan
panggung depan
saat sedang
pertunjukan dan ada
31
No ITEM
Peneliti
Terdahulu
Elfrida Grace
Manullang
Peneliti
Terdahulu
Angga
Sumantono
Peneliti
NurAeni
berbeda-beda.
Faktor-faktor
tersebut antara
lain: permasalahn
ekonomi, faktor
kecewa terhadap
laki-laki, faktor
kepuasan diri
terhadap
hubungan seksual
dan faktor gaya
hidup.
pengguna ganja
memainkan
sebuah peran
yang utuh,
sehingga
perilaku pada
saat di
panggung depan
ataupun
panggung
belakang sangat
berbeda.
yang penjadikan
panggung depan
saat dilingkungan
keluarga dan
dilingkungan kerja.
Begitupun
dipanggung
belakang, ada yang
menjadikan
panggung belakang
saat sedang berada
dilingkungan rumah
dan keluarga
adapula yang
menjadikan
panggung belakang
saat sedang
pertunjukan drag
queen.
6 Persamaan Penelitian ini
menggunakan
Teori Dramaturgi
Penelitian ini
menggunakan
Teori
dramaturgi
Peneliti
menggunakan teori
Dramaturgi
7 Perbedaan Mengetahui
penyebab seorang
mahasiswi
menjadi ayam
kampus
fokus
penelitiannya
lebih kepada
perilaku
pengguna ganja
pada proses
kehidupannya di
Kota Bandung
Mendeskripsikan
panggung depan
dan panggung
belakang seorang
Drag Queen di
Moonlight
Discotheque
sebagai upaya
pengelolaan kesan
(Impression
Management)
menggunakan teori
Dramaturgi
8 Sumber Universitas
Sumatera Utara
Universitas
Komputer
Indonesia
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi
adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.24
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif dengan pendekatan
studi dramaturgi. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang
menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.25
Secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksud untuk membuat panca indra (deskripsi). Menggambarkan mengenai
situasi-situasi atau kejadian-kejadian sebagaimana adanya pada saat
penelitian dilakukan yang diakumulasikan data kasar dalam cara deskriptif
semata-mata tidak untuk mencari atau mendapatkan makna dan implikasi dan
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.26
Dalam buku Metode penelitian untuk Public Relation Goffman
mengungkapkan dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan
manusia. Gofftman menyebut ada dua peran dalam teori ini, yaitu bagian
24
Dedy Mulyanana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya. Hal 115. 25
Lexy J. Moleong. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Hal. 3. 26
Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: Bumi Aksara.
Hal. 26.
32
33
depan (front) dan bagian belakang (back). Front mencakup, setting,
personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk
mengekpresikan diri). Sedangkan bagian belakang adalah self, yaitu
semua bagian yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan akting
atau penampilan diri yang ada pada front.
3.2 Paradigma Penelitian
Dedi Mulyana (2003) mendefinisikan paradigma adalah suatu cara
pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kontruktivis karena sesuai
dengan sifat dan karakter permasalahan data yang diangkat dalam penelitian
ini. Paradigma konstruktivistis menempatkan ilmu komunikasi sebagai
analisis sistematis terhadap socially meaningful action atau pengamatan
langsung yang dilakukan secara alamiah. Paradigma ini bersifat ilmiah,
yakni menempatkan peneliti pada posisi objek yang ditelitinya atau dengan
kata lain peneliti berusaha memahami cara berfikir objek yang
ditelitinya.27
Penulis menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui
bagaimanakah pengelolaan kesan profesi Drag queen di Moonlight
Dischoteque. Dengan paradigma konstruktivis ini penulis bisa mendapatkan
informasi yang lebih mendalam dari individu yang diteliti.
27
Dedy N. Hidayat. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.
Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. Hal. 3
34
3.3 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian
Penentuan fokus penelitian menjadi hal yang penting bagi penelitian
kualitatif, dimulai dengan penemuan masalah yang kemudian dianalisis oleh
teori yang ada didalam Ilmu Komunikasi. Dalam penelitian ini, penulis akan
membatasi kajian yang diteliti sehingga nantinya tidak akan ada
kesalahpahaman. Selain itu, penulis juga ingin memudah para pembaca dalam
memahami penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pertama, penulis ingin mengetahui bagaimana panggung depan seseorang
yang berprofesi sebagai drag queen di Moonlight Discotheque. Seperti
yang sudah diketahui, bahwa panggung depan adalah tempat dimana
pelaku dragqueen melangsungkan aksinya diatas panggung dan ditonton
oleh khalayak.
2. Kedua, penulis ingin mengetahui bagaimana panggung belakang
seseorang yang berprofesi sebagai drag queen di Moonlight Discotheque.
Panggung belakang memang sangat bertolak belakang dengan panggung
depan, karena dipanggung ini para pelaku drag queen menjalani
kehidupan yang sebenar-benarnya.
3. Ketiga, penulis ingin mengetahui bagaimana pengelolaan kesan
panggung depan dan panggung belakang seseorang yang berprofesi
sebagai drag queen di Moonlight Discotheque.
35
3.4 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian disalah satu discotheque yang berada di
Jakarta yaitu Moonlight Discotheque yang bertempat di Jl. Hayam Wuruk
Taman Sari No.120, RT.3/RW.6, Maphar, Tamansari, Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11180
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Sumber Data
1. Data Primer (Primary Data)
Data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui
media perantara). Data primer berupa opini subjek (orang)
secara individual atau personal, hasil observasi terhadap suatu
benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data primer
bisa didapatkan dari kegiatan wawancara dan observasi
yang sudah dipaparkan pada baris sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada bisa dimiliki
peneliti dari catatan penelitian sebelumnya, bukti yang
dikumpulkan dari beberapa pra-observasi. Pada penelitian ini
peneliti memiliki cara dengan membaca artikel tulisan yang
memuat tentang subjek penelitian, mengetahui dari catatan
serta bukti teman-teman yang memahami dan sesuai dengan
36
penelitian. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Bentuk data yang sudah ada dalam
pengambilan data dengan cara sekunder yaitu studi
kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data melalui teks
yang tertulis maupun soft-copy edition (buku,ebook atau artikel
dalam majalah, surat kabar, jurnal serta media lainnya). Dalam
hal ini peneliti memperoleh beberapa informasi atau data yang
diperoleh dari buku, literatur lain dari internet dan artikel
yang bisa di akses.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap
penelitian. Karna tanpa pengumpulan data, penelitian tidak akan sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Bukan hanya pengetahuan saja yang harus
dimiliki dalam melakukan penelitian, informasi dalam bentuk data juga harus
dimiliki untuk dianalisis nantinya. Adapun teknik pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara tidak
terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
37
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.28
Selain
wawancara tidak terstruktur, peneliti juga melakukan wawancara
secara terstruktur yaitu dengan menyusun dan mempersiapkan
pertanyaan sebagai pedoman wawancara. Wawancara merupakan
suatu teknik pengumpulan data dalam metode survey melalui data
pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden atau
subjek.29
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa
dengan penyaksian langsung, dan biasanya peneliti dapat sebagai
partisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu
objek peristiwa yang sedang ditelitinya.
3.6 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah sampel. Sampel pada
penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,
partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.30
Informan penelitian
merupakan subjek yang memahami informasi sebagai pelaku ataupun orang
lain yang mengetahui tentang penelitian yang dilakukan.31
28
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif dan R&D,Alfabeta, Bandung 2012, Hlm.233 29
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2006, Hlm.221 30
() Lexy J. Moleong. 2003. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya. Hal. 216 31
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
danIlmu Sosialnya. Jakarta : Kencana.
38
Penulis menggunakan teknik Sampling Purposive (Purposive
Sampling). Menurut Krisyanto teknik ini mencakup orang orang yang
diseleksi berdasarkan kriteria kriteria tertentu yang dibuat periset
berdasarkan tujuan riset. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
informan seorang laki laki yang mempunyai 2 profesi, dimana salah satu
profesinya adalah seorang drag queen. Penyeleksian ini ditujuan sebagai
bahan untuk mengetahui, memahami dan mengamati hal yang diteliti
sehingga mengetahui panggung depan, panggung belakang dan pengelolaan
kesan seseorang yang berprofesi sebagai drag queen.
Pada penelitian ini penulis menggunakan informan penelitian atau
narasumber untuk mendapatkan data. Penulis membagi informan
menjadi dua, informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci
dalam penelitian ini adalah seorang Drag queen yang sering melakukan
pertunjukan di Moonlight Discotheque yang dipilih berdasarkan perbedaan
latar belakang pendidikan, usia dan pekerjaan informan tersebut. Sedangkan
informan pendukung merupakan teman dekat informan kunci atau seseorang
yang ikut terlibat atau sering menyaksikan saat sedang pertunjukan. Data
informan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Informan Kunci
NO Nama Pekerjaan Umur Keterangan
1. Anggita Zepora
(nama samaran)
Penjaga loket
tiket PT. KAI
26
Tahun
Drag queen
2. Aditya Caesar
Hermawan
Make Up
Artist
24
Tahun
Drag queen
39
3. Iin Kirana
(nama samaran)
Make Up LC 22
Tahun
Dragqueen
Tabel 3.2
Informan Pendukung
No Nama Keterangan
1. Kak Dita Manager Drag queen
di Moonlight Discotheque
2. Baim Sahabat Anggita
3. Iqlima Sahabat Aditya
4. Riko Sahabat Iin
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Milles
& Hiberman. Menurut model ini aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas dan digunakan untuk data selama dilapangan.32
Dalam
penelitian ini, teknik analisis data yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan kedalam
setiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang
32
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung; Alfabeta, 2009, hal. 72
40
yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Adapun data yang direduksi antara lain seluruh data mengenai
permasalahan penelitian dan kemudian dilakukan penggolongan ke
dalam beberapa bagian. Kemudian dari masing-masing bagian
tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan sistematisasinya. Adapun
perolehan data mengenai hal-hal yang tidak relevan dengan
penelitian, sebaiknya tidak dimasukkan dalam penyajian hasil,
namun tetap disimpan untuk masa yang akan datang jika diperlukan.
2. Pengumpulan Data
Data yang dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-
narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna
sesuai dengan masalah penelitian.
3. Penyajian Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam
bentuk teks naratif. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart),
dan lain sejenisnya.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap
terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum jelas kemudian
41
akan meningkat menjadi lebih rinci dan kokoh (Glaser dan Strauss
dalam Moleong, 1992 : 19). Kesimpulan–kesimpulan ini nantinya
diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menguji
kebenarannya, kekokohan, kecocokannya, yang merupakan
validitasnya.
Miles dan Huberman menggambarkan keterkaitan komponen-
komponen analisis data pada gambar berikut :
Gambar 3.2
Miles dan Huberman komonen-komponen analisis data
3.8 Uji Validitas Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode triangulasi.
Triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi sumber, yaitu
menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data yang telah
Pengumpulan Data
kesimpulan
Penyajian data Reduksi Data
42
diperoleh melalui beberapa sumber.33
Peneliti akan mewawancarai
berbagai sumber yang berbeda berdasarkan informan peneliti. Alasan
peneliti menggunakan triangulasi sumber karena semakin banyak
narasumber, maka data yang dikumpulkan akan semakin banyak sehingga
akan memudahkan peneliti untuk membandingkan dan menganalisi data
tersebut.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan jadwal yang penulis susun
sebagai berikut :
Tabel 3.9
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Pra-Riset dan
Penyusunan Bab 1-3 2 Revisi bab 1-3 3 Sidang outline 4 Penyusunan Bab 4-5 5 Sidang skripsi
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Alfabeta
Bandung,2009
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian kali ini berfokus pada seseorang yang
berprofesi sebagai drag queen di Moonlight Discotheque, sekaligus berkamuflase
dalam dua sisi kehidupan yang berbeda. Profesi Dragqueen masih jarang
diketahui masyarakat karena keberadaannya masih menjadi pro-kontra, namun
sebenarnya untuk menjadi seorang dragqueen tidaklah mudah karena ada berbagai
macam persiapan yang harus dilakukan, seperti mempersiapkan lagu yang ingin
dipentaskan, menghafalkan lirik sekaligus mengerti arti dari lirik tersebut,
mencari kostum dan atribut yang sesuai dengan artis yang ingin ditirunya dan
masih banyak lagi. Maka dari itu, untuk memperoleh data yang aktual, penulis
terjun langsung ke lapangan.
Drag Queen adalah sebuah istilah dalam dunia performing act/show. Drag
queen artinya laki-laki yang memerankan karakter wanita dalam sebuah
pertunjukkan. Profesi drag queen sebenarnya sudah dikenal sejak abad ke-19
hingga abad ke-20 sebagai peniru sosok wanita (chauncey 1994: schacht, dalam
Saphiro). Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang profesi ini,
karena kelompok ini sedikit tertutup dari pihak luar. Beberapa peneliti bahkan
mengkonsepkan drag queen sebagai lelaki gagal yang mengasosiasikan mereka
sebagai kaum homoseksual (Newton 1979: Tawksbury dalam Berkowitz).
44
Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengenal lebih jauh
tentang profesi drag queen, dimana seorang pria bisa mempunyai dua peran
berbeda dalam hidupnya. Yang pertama sebagai laki-laki normal pada umumnya,
yang kedua sebagai wanita karena profesinya. Di Indonesia sangat jarang sekali
yang berprofesi sebagai drag queen, profesi ini hanya tersebar di kota-kota besar
yang mempunyai cerita dikehidupan malamnya.
Menjadi seseorang yang berprofesi sebagai dragqueen ternyata tidak
segampang yang dibayangkan, karena banyak persiapan yag harus dilakukan,
mulai dari persiapan, show sampai setelahnya. Jika seorang dragqueen ingin
melaksanakan pertunjukan, ia harus memilih akan menirukan sosok penyanyi
siapa, lalu menghafalkan dan mengerti arti dari lirik yang akan dibawakan, setelah
itu seorang drag queen harus mempelajari bagaimana body language dan tarikan
nafasnya. Jika tahapan itu selesai barulah para drag queen mencari busana yang
hampir mirip dengan yang dipakai oleh penyanyi tersebut dan mempersiapkan
rambut palsu, sepatu, make up serta pernak pernik lainnya.
Penelitian ini menggunakan konsep dramaturgi yang dicetuskan oleh
Erving Goffman. Penulis ingin memperoleh pengelolaan kesan yang dibentuk
oleh seorang drag queen dipanggung depan dan panggung belakang dengan cara
turut serta dalam sebagian kegiatan Informan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu kehidupan dramaturgi. Penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau perilaku yang
diamatinya. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh penulis adalah membuat
45
daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang
dilakukan sendiri oleh penulis.
4.2 Deskriptif Data
Pada pembahasan ini peneliti akan memaparkan mengenai berbagai hal
yang terjadi dilapangan berdasarkan dengan hasil sebenarnya yang ditemui dan
dirasakan oleh peneliti saat berada dilapangan. Berbagai data yang peneliti
peroleh dilapangan berkaitan dengan realita dramaturgi profesi drag queen,
disusun dan dialokasikan sebagai suatu hasil dari penelitian dengan
mengkombinasikan berbagai temuan tersebut dengan data-data tambahan lainnya.
Pemaparan proses penelitian ini dirasakan penting sebagai jawaban yang
ingin disampaikan peneliti dalam upaya menentukan arah penelitian dengan
memberikan berbagai temuan dilapangan. Setelah melakukan pencarian key
informan, akhirnya peneliti mendapatkan dan memutuskan untuk melakukan
penelitian pada seseorang yang berprofesi sebagai drag queen yang sesuai dengan
kriteria penelitian. Penelitian melakukan pendekatan terlebih dahulu pada key
informan. Selain itu, peneliti melakukan wawancara secara langsung pada key
informan untuk melengkapi data penelitian. Wawancara dilakukan dengan
bertemu langsung dengan key informan di Moonlight discotheque.
Sebelum melakukan wawancara mendalam, peneliti terlebih dahulu dan
melakukan pendekatan kepada key informan melalui media sosial seperti
whatsapp dan instagram. Untuk informan tambahan peneliti mewawancarai
46
orang-orang terdekat dengan key informan yang bertemu hampir setiap hari
seperti teman dekatnya.
Penulis mengambil tempat penelitian di Moonlight Discotheque, karna
ditempat ini menjadi salah satu wadah untuk pertunjukan dragqueen. Pertunjukan
diadakan rutin setiap hari rabu malam kamis, dihari pertunjukan ini para
dragqueen baik yang tergabung dalam IPOOS (Ikatan Persaudaraan Orang-Orang
Sehati) maupun tidak bebas mengekspresikan diri dipanggung pertunjukan.
Terkadang banyak para dragqueen yang telah memiliki karya seperti mempunyai
lagu sendiri ikut mempromosikan karyanya dengan tampil dalam pertunjukan
tersebut.
Penulis menemukan temuan ketika sedang melakukan wawancara di
Moonlight Doscotheque, yaitu management IPOOS yang diketuai oleh Dita atau
biasa disapa Kak Dita. IPOOS adalah salah satu management yang mewadahi para
drag queen untuk pertunjukan. IPOOS (ikatan persaudaraan orang-orang sehati)
terbentuk sejak tahun 1992. Anggota IPOOS jika di jumlahkan dari angkatan
pertama akan melebihi 100 orang, namun sekarang hanya puluhan saja, karena
banyak anggota yang telah sukses terlebih dahulu dan meninggalkan management
ini. Sejak pertama kali terbentuk IPOOS, pertunjukan utamanya adalah di
Moonlight Discotheque. Semua informan yang penulis teliti merupakan anggota
dari IPOOS namun berbeda angkatan.
47
4.3 Profil Informan
4.3.1 Profil Informan Kunci
Berikut adalah informan-informan penelitian yang di wawancarai oleh
penulis guna mendapatkan data untuk dianalisis mengenai pengelolaan kesan
Dramaturgi profesi dragqueen di Moonlight Discotheque.
1. Nama : Anggita Zepora (nama samaran)
Umur : 26 tahun
Status : Single
Pekerjaan : Karyawan PT.KAI
Anggita Zepora adalah nama panggung dari salah satu informan
kunci. Anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir di Bekasi 30
September 1992. Pekerjaan sehari-harinya adalah seorang karyawan di
PT.KAI namun Anggita memiliki pekerjaan sampingan yang 3 tahun
ini ia tekuni yaitu menjadi seorang Dragqueen. Berawal dari menjadi
seorang lipsinger cowok, lalu mengikuti beberapa perlombaan lipsing
sampai akhirnya menjadi drag queen.
2. Nama : Aditya Caesar Himawan
Nama Panggung : Evelyn CH grande
Status : Single
Pekerjaan : Make Up Artist
Evelyn CH Hermawan anak ketiga dari 4 bersaudara ini merupakan
salah satu Informan yang menjadikan drag queen sebagai passionnya.
48
Pria yang lahir tahun 1993 ini mengawali karirnya dari anggota dancer
lalu menjadi seorang Make Up Artist hingga akhirnya menekuni profesi
Dragqueen dari 7 tahun lalu sampai sekarang. CH begitu memegang erat
pesan dari almarhum ayahnya yaitu “lakukan selagi itu tidak merugikan
orang lain”
3. Nama : Iin Kirana (nama samaran)
Status : Single
Pekerjaan : Make Up LC
Iin kirana, seorang pria kelahiran subang yang menetap dijakarta
ini merupakan salah seorang drag queen yang bisa terbilang muda.
Umurnya sekarang masih 22 tahun, anak terakhir dari 5 bersaudara ini
menjadi drag queen sekitar satu sampai dua tahun yang lalu. Tidak ada
keterpaksaan menjadi seorang dragqueen, namun ia harus menutupinya
dari keluarga.
4.3.2 Profil Informan Pendukung
1. Nama : Dita
Umur : 43 Tahun
Status : Single
Sejak tahun 1992 bergabung dalam IPOOS (ikatan
Persaudaraan Orang-Orang Sehati), kak Dita selaku ketua
management ini mengaku sudah ada 100 lebih anggota yang
bergabung dalam management ini, namun banyak yang sudah
49
sukses dan meninggalkan mangementnya. Kini anggotanya hanya
berjumlah puluhan orang saja.
2. Nama : Baim (Sahabat Anggita)
Umur : 25 tahun
Status : Single
Sahabat Anggita yang bernama Baim ini adalah teman
sekantornya di PT.KAI. Ia mulai mengetahui bahwa anggita adalah
seorang drag queen sejak setahun lalu. Saat itu sedang bermain di
kosan Anggita dan diajak untuk melihat pertunjukan drag queen di
Moonlight Discotheque.
3. Nama : Iqlima (Sahabat Aditya)
Umur : 28 tahun
Status : Menikah
Sahabat Aditya yang menjadi informan dalam penulisan ini
sama-sama berkecimpung didunia make up. Ia sudah mengetahui
sejak lama bahwa Aditya adalah seorang dragqueen.
4. Nama : Riko (Sahabat Iin)
Umur : 20 tahun
Status : Single
Riko menjadi salah satu sahabat Iin yang terpilih menjadi
informan pendukung dalam penelitian kali ini. Riko mengenal Iin
sejak masih dibangku sekolah, ia mengetahui bahwa Iin dalam
setahun belakangan ini berkecimpung didunia drag queen.
50
4.4 Pembahasan
Peneliti akan memaparkan mengenai berbagai hal yang terjadi saat
melakukan observasi berdasarkan dengan hasil yang sebenar-benarnya yang
ditemui, dilihat, didengar dan dirasakan peneliti yang berkaitan dengan judul
penelitian yaitu Impression Management Profesi drag queen di Moonlight
Discotheque yang disusun sebagai suatu hasil penelitian dengan
mengkombinasikan berbagai temuan dilapangan. Setelah melakukan pencarian
key informan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh penulis, akhirnya penulis
melakukan penelitian dengan seseorang yang berprofesi sebagai drag queen,
tetapi profesi dragqueen tidak dijadikan pekerjaan utamanya melainkan pekerjaan
sampingannya. Sehingga ada panggung depan dan panggung belakang yang bisa
penulis bahas. Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan informan, karna
penulis sejak SMA sudah berkecimpung dalam dunia dancer yang salah satu
anggota dancernya ada yang menjadi seorang dragqueen di Bali. Namun, karena
keterbatasan jarak dan waktu peneliti akhirnya memutuskan untuk meneliti drag
queen di Jakarta dengan bantuan temen dancer yang menjadi dragqueen di Bali.
Pendekatan yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara komunikasi
melalui media sosial seperti instagram dan whatsApp. Penulis melakukan
wawancara secara langsung dengan key informan dan dengan informan
pendukung. Wawancara dilakukan menggunakan alat bantu Handphone dan
kamera untuk membantu peneliti mengolah data. Wawancara dengan key
informan dilakukan ditempat informan yang berprofesi sebagai drag queen
melakukan pertunjukan yaitu di Moonlight Discotheque.
51
Penelitian ini membahas tentang pengelolaan kesan profesi drag queen
yang dianalisis oleh teori dramaturgi yang dicetuskan oleh Erving Goffman. Teori
ini menggambarkan bahwa kehidupan seperti drama, ada panggung depan dan
panggung belakang. Teori ini menggambarkan proses pengelolaan kesan yang
dilakukan seorang drag queen untuk menumbuhkan kesan tertentu didepan orang
lain. dalam teori dramaturgi terdapat pembagian wilayah yaitu panggung depan
dan panggung belakang. Peneliti akan membahas bagaimana pengelolaan kesan
yang dilakukan oleh seorang drag queen dipanggung depan dan dipanggung
belakang serta mengetahui bagian kehidupan mana yang dijadikan drag queen
sebagai panggung sandiwara dan kehidupan aslinya.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana panggung
depan, panggung belakang dan pengelolaan kesan yang dibentuk oleh profesi
Dragqueen di Moonlight Discotheque. Penelitian ini menggunakan konsep
dramaturgi dan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara
mendalam dan observasi. Wawancara mendalam dengan informan dilakukan
sebagai bentuk pencarian data atau informasi yang diperlukan. Pada penelitian
kualitatif ini menggunakan purposive sample. Teknik ini mencakup orang-orang
yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan
tujuan riset. Pada wawancara mendalam, peneliti menyiapkan sejumlah
pertanyaan. Merekam jawaban atau informasi yang didapakatkan dari informan
dan menulis hal-hal penting. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban dari
narasumber dapat dilihat di lembar lampiran. Hasil wawancara langsung yang
peneliti lakukan dengan informan merupakan data primer dan sumber pokok
52
dalam penelitian, sedangkan hasil observasi selama peneliti pelakukan penelitian
merupakan data sekunder. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung kepada informan dan hasil observasi dikategorisasikan sesuai dengan
identifikasi masalah.
Panggung depan, panggung belakang dan pengelolan kesan dijabarkan
secara jelas dan terbuka sehingga dengan demikian dapat disimpulkan hasil dari
penelitian ini. Setelah pengumpulan dan proses penyusunan data yang diperlukan,
penelitian menguraikan hasIl penelitian mengenai bagaimana panggung depan dan
panggung belakang profesi dragqueen ketika ia sedang pertunjukan maupun di
lingkungan hidupnya
4.4.1 Panggung Depan Profesi Dragqueen
Dalam penelitian ini, panggung depan adalah bagian dari pertunjukan
dimana setiap individu akan tampil dengan konsep diri yang sebelumnya telah
dipikirkan dan dirancang dipanggung belakang. Dipanggung inilah para
pelakonnya akan memakai segala macam atribut untuk pertunjukan
dipanggung depannya. Pengelolaan kesan yang ditampilkan merupakan
gambaran pelakon mengenai konsep dirinya yang sekiranya bisa diterima
dengan penonton. Seperti halnya seseorang yang berprofesi sebagai drag
queen, mereka memiliki panggung depan yang berbeda-beda.
Ketiga informan yang berprofesi sebagai drag queen memaknai
panggung depan dengan berbeda-beda. Berbeda disini dimaksudkan ada yang
menjadikan panggung depan adalah saat pertunjukan drag queen, ada juga
53
yang menjadikan panggung depan adalah kehidupan aslinya dilingkungan
keluarga dan lingkungan kerja agar dapat diterima di masyarakat. Seperti salah
satu informan yang bernama Evelyn, baginya panggung depan adalah
kehidupan saat berada dilingkungan keluarga dimana menjadi drag queen
bukan sesuatu hal yang harus ditutup-tutupi atau disembunyikan.
Engga, aku orangnya gak mau nutupin jati diri aku siapa atau gimana,
aku gak pernah malu nunjukin diri aku siapa (Informan 2, wawancara hal 86)
Informan 2 tidak menutupi identitasnya saat sengang menjadi seorang
drag queen, namun penampilannya tetap berubah menjadi sosok perempuan
yang memakai segala perlengkapan pentasnya. Namun ini berbeda dengan key
informan pertama dan ketiga, mereka tidak sependapat dengan key informan
kedua yang tidak menutupi jati dirinya saat sedang pertunjukan sebagai drag
queen.
Sebenernya saat diatas panggung aku nutupin identitas karna malu, takut ada
tamu yang kenal sama aku. Tapi lama kelamaan sebenernya identitas aku
bocor juga sih diatas panggung karna kan suka di godain sama MC nya. Tapi
yaa gitu paling yang tau cuma temen temenku sesama dragqueen aja, yang
lagi main disana. (Informan 1, wawancara hal 82)
Informan 1 tentu harus menutupi identitasnya saat sedang pertunjukan
drag queen atau sedang berada dipanggung depan, karna keluarga dari
informan 1 belum mengetahui bahwa informan 1 adalah seorang drag queen.
Sama halnya seperti informan 3 yang menyatakan seperti berikut
Aku pasti menutupi identitas diri aku yang sebenarnya, aku gak mau penonton
tau identitas aku yang sebenarnya. (Informan 3, wawancara hal 88)
54
Informan 3 jelas menutup identitasnya saat sedang pertunjukan karna ia
sendiri tidak ingin diketahui para penonton bahwa dirinya adalah seorang
dragqueen. pada saat wawancara terlihat sekali bahwa informan 3 ini malu
malu untuk bercerita mengenai dirinya kepada penulis, bisa jadi karena jam
terbangnya yang masih sedikit.
Pada saat dipanggung depan inilah para drag queen memanipulasi
penampilannya, dengan kostum dan segala perlengkapannya. Kondisi akting
di panggung depan adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita
sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha
memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan
dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang
bertujuan membuat drama yang berhasil.
Ada banyak sekali persiapan yang harus dilakukan oleh seorang
dragqueen, dari mulai mencari penyanyi yang sesuai dengan postur tubuh,
mencari lagu, gerakan, kostum, atribut dan lain hal. Tentu hal ini akan menjadi
sedikit hambatan bagi drag queen yang sebenarnya adalah seorang laki-laki.
Karna harus mempersiapkan itu semua, bahkan untuk segala persiapannya pun
modal sendiri tanpa di sponsori.
Paling persiapan sebelum tampilnya yaaa, kaya harus ngapalin lagu, nyari
kostum, perlengkapannya apa aja, koreonya. Kalo udah diatas panggung mah
ngalir aja. Karna kan tau sendiri kita kalo mau manggung pasti ada
konsepnya, kaya misalnya aku mau niruin Krisdayanti, itu dari ujung rambut
sampe ujung kaki setidaknya harus mirip mirip dikitlaah hehehe gimana
tatanan rambutnya, bajunya modelnya gimana, make upnya gimana, terus cara
dia bernyannyi gimana. Latiannya juga gak lama sebenernya cuma 1-2 hari
55
aja kalo cuma buat show biasa, kecuali buat lomba baru tuh latiannya harus
bener-bener sampe seminggu. (Informan 1, wawancara hal 83)
Pernyataan ini pun disepakati oleh kedua informan lainnya. Berikut
penuturannya.
Hambatan kesulitan awalnya emang ada, awalnya kan aku nari aja yang cuma
ngpalin koreo, sekarang aku lipsing juga jadi kan ngapalinnya harus dua, yaa
koreo yaa lagu yaa kostum yaa ini itu dan itu aku anggap sebagai sebuah
tantangan harus biasa keduanya. (Informan 2, wawancara hal 86)
Apalagi untuk pemula yang masih belajar, biaya untuk membeli
perlengkapan dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak sesuai dengan
penghasilannya saat sedang pentas.
Aku ada kesulitan sih, di persiapan aja karna kan harus modal sendiri kan
(Informan 3, wawancara hal 88)
Hidup adalah pilihan, setiap orang bebas untuk memilih ingin menjadi
apa dan bagaimana. Dalam hal ini para dragqueen yang memilih pekerjaan
sampingannya adalah sebagai dragqueen tentu mempunyai proses yang
berbeda-beda.
Berawal dari ikutan lomba lipsinger cowo, terus suka ikutan lomba-lomba
lipsing gitu kan, kalo lagi manggung suka bawain lagu-lagu dangdut dan
emang kebanyakan cewe kan kalo didunia lipsing itu, terus aku nyoba deh
untuk jadi lipsinger lagu cewe, pasti harus berpenampilan seperti perempuan
kan eh sampe sekarang keterusan. (informan 1, wawancara hal 82)
Informan 1 mengawali proses menjadi seorang drag queen dengan
mengikuti lomba-lomba lipsing, memang terlihat saat penulis mewaancarai
informan 1, ia senang bernyanyi dan banyak hafal lagu-lagu baik pop maupun
dangdut. Informan 1 inipun saat sedang melihat rekannya yang sesama drag
queen sedang show, ia ikut memeriahkan pertunjukannya dengan
56
memvideokan sambil bernyanyi-nyanyi. Jika informan 1 mengawali prosesnya
dari seorang lipsinger, maka informan 2 mengawali prosesnya sebagai berikut
Aku basic nya seorang dancer, dari kecil sampe sekolah aku suka dunia tari,
dunia nyanyi segala macem, tapi pas aku nyoba didunia dragqueen ini aku
nemuin Passion aku. Aku ngerasa nyaman didunia dragqueen ini, daripada
cuma nari nari kan ngapalin koreo mulu, nyobalah didragqueen. Awalnya
sekali dua kali, terus ngerasa lebih seru yaa, gak cuma gerakan aja ada
ngapalin lagu dan segala macem. Walaupun pas awal-awal aku jadi
dragqueen bayarannya masih kecil kan tapi aku coba tekunin, aku cari
karakter aku sendiri yang aku mampu yang aku banget allhamdulillah
penghasilan aku sekarang lumayan daripada dunia dancer yaa hahaha aku
sekarang sekali perform yang durasinya paling 5 menit bisa menghasilkan
300-500 ribu (Informan 2, wawancara hal 85)
Dancer menjadi batu loncatan untuk menjadi seorang drag queen,
informan 2 memang sejak sekolah sudah menjadi anggota dancer, bahkan
sejak masih kecil ia sudah senang bernyanyi sambil menari. Tak heran jika
melihat perform informan 2 ini sangat memukau karena tingkat kepercayaan
dirinya yang luar biasa. Jam terbang menjadi seorang drag queen rupanya
mempengaruhi performnya diatas panggung. Kurang lebih 7 tahun menjadi
seorang drag queen, informan 2 ini sudah mengisi hiburan dimana-mana salah
satunya mengisi hiburan di PRJ 2018. Saat sedang di wawancarai dengan
penulis, keramahtamahan sangat terasa, jawaban yang tegas, percaya diri,
membuktikan bahwa memang ia tak pernah malu mengakui siapa jati dirinya.
Namun hal ini berbanding terbalik ketika penulis mewawancarai informan
ketiga
Berawal dari coba coba aja, terus keterusan ampe sekarang (informan 3,
wawancara hal 88)
Jawabannya sangat singkat, raut mukanya malu malu sambil menutupi
matanya dengan rambut palsunya. Terlihat gemetaran saat ditanya oleh penulis,
57
jawabannya pun lemah lembut dan sedikit terbata-bata. Mungkin faktor jam
terbang yang baru menginjak satu tahun yang membuatnya belum percaya diri.
Ditambah lagi dengan menutupi identitasnya ketika sedang menjadi drag
queen.
Ketiga informan ini memiliki jawaban yang berbeda-beda saat
diwawancara oleh penulis. Prosesnya berbeda, tahun bergabung dengan
management IPOOS juga berbeda, latar belakang kehidupannya juga berbeda,
ada yang menutupi jati dirinya saat sedang pertunjukan karna tidak ingin ada
yang mengetahui identitasnya dan ada juga yang menunjukan siapa dirinya saat
sedang pentas karena ia tidak ingin menyembunyikan identitasnya. Yang
menyamakan hanya hambatan atau kesulitan saat sedang persiapan untuk
show, karna harus mempersiapkan lagu, kostum, atribut, perlengkapan dr ujung
rambut hingga ujung kaki, menghafalkan lirik, mengerti arti lirik, mempelajari
tarikan nafasnya bahkan kostum yang dikenakan saat pentaspun harus modal
sendiri.
4.4.2 Panggung Belakang Dragqueen
Di panggung inilah individu akan tampil “seutuhnya” dalam arti identitas
aslinya. Aktor boleh bertindak dengan cara yang berbeda dibandingkan
ketika berada di hadapan penonton, jauh dari peran publik. Di sini bisa
terlihat perbandingan antara penampilan “palsu” dengan keseluruhan
kenyataan diri seorang aktor. Panggung belakang biasanya berbatasan
dengan panggung depan, tetapi tersembunyi dari pandangan khalayak. Ini
58
dimaksudkan untuk melindungi rahasia pertunjukkan, dan oleh karena itu,
khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki panggung belakang, kecuali
dalam keadaan darurat. Suatu pertunjukkan akan sulit dilakukan bila aktor
membiarkan khalayak berada di panggung belakang.
Panggung belakang seseorang yang berprofesi sebagai drag queen yang
penulis teliti memiliki hasil yang berbeda-beda, ada yang panggung
belakangnya saat sedang di lingkungan keluarga atau dilingkungan kerja dan
ada pula yang menjadi panggung belakang yaitu saat sedang pertunjukan
menjadi drag queen. informan 2 yang menjadi satu-satunya informan yang
menjadikan pertunjukan drag queen adalah panggung belakangnya.
Perilaku aku dirumah sewajarnya aku laki laki, walaupun keluarga aku udah
tau kalo aku dragqueen. Awalnya aku minta ijin dulu “mah pah aku mau jadi
dragqueen” aku jelasin ke mereka dragqueen itu apa, sempet gak direstuin
tapi aku tunjukin ini ada penghasilannya gak cuma 100 atau 200ribu, makanya
lambat laun mengerti. Sampe akhirnya ada pesen sebelum papah meninggal
kaya gini “lakukan yang terbaik buat kamu, lakukan apa yang kamu mau
selagi itu bisa membuat kamu bahagia dan jangan pernah denger omongan
orang tentang kamu seperti apa yang penting kamu bekerja halal dan tidak
mangkal dipinggir jalan”. (informan 2, wawancara hal 86)
Informan 2 menganggap bahwa profesi drag queen adalah passionnya
yang tidak harus ditutup-tutupi. Ungkapan ini diperkuat dengan pesan dari
almarhum ayahnya yang memang mendukung keputusannya. Makanya hingga
saat ini informan 2 dalam setiap harinya lebih sering mengenakan pakaian
wanita atau kostum untuk pentas, karna jam terbang sudah tinggi yang
mengharuskan informan 2 pergi kesana kemari untuk mengisi acara. Berbeda
59
dengan informan 1 yang memang dipanggung belakang inilah ia bebas
melepaskan segala perlengkapan pertunjukan dan menjadi dirinya sendiri.
aku gak gimana gimana, layaknya laki-laki biasa aja. Jalan dan cara ngomong
aku juga biasa aja. Laki-laki gitu.(informan 1, wawancara hal 83)
Informan 1 saat sedang didalam lingkungan rumahnya berperilaku sepeti
lelaki normal pada umumnya. Tidak ada make up, kostum, rambut paslu dan
sepatu heels. Ia menjadi dirinya sendiri, berperilaku wajar, berpakaian laki-
laki, cara bicaranya pun seperti laki-laki pada umumnya. Penulis sempat
beberapa kali bertemu ketika sedang berada dipanggung belakang, mugkin jika
yag baru bertemu sekali tidak akan mengira bahwa informan 1 ini memiliki
pekerjaan sampingan yaitu menjadi seorang drag queen. cara berbicara dan
perilakunya laki-laki banget. Tidak hanya didalam lingkungan rumah, pada
saat dilingkungan kantorpun perilakunya seperti laki-laki pada umumnya,
berikut penuturannya.
Aku gak pernah nunjukin kalo aku seorang dragqueen, aku mah biasa aja kalo
lagi kerja yaa. Tapi manager aku tau kalo aku tuh drag queen, tapi selagi aku
dikantor gak gimana gimana yaa gapapa. Malahan ya temen temen lingkungan
kerja aku pada gak tau, tapi manager aku malahan yang duluan tau hahaha
ada sih yang tau paling 5 orang doang, itu genk aku. Pasti aku cerita kan ke
mereka. (informan 1, wawancara hal 84)
Karena dikantor sudah disediakan seragam, tentu tidak mungkin jika
informan 1 ini akan datang ke kantor memakai atribut saat menjadi drag queen.
informan 1 ini bekerja di PT.KAI di bagian loket, hari kerjanya sudah dijadwal
sehingga jika ingin pentas menjadi dragqueen ia harus menyesuaikan jadwal
kerjanya. Seperti yang diketahui bahwa dragqueen adalah pekerjaan sampingan
dan pekerjaan utamanya adalah serang karyawan. Perilaku dikantor yang biasa-
60
biasa saja seperti lelaki normal ini pun diperkuat oleh informan pendukung
yang merupakat sahabat dekatnya yaitu Baim. Berikut pernyataannya
Kalo dilingkungan kerja mah biasa aja kaya laki-laki. Cuma kan emang
bokong dia kalo jalan suka gutak-gitek bikin gempa bumi hahaha pakaiannya
juga kan dapet seragam dari kantor, kalo lagi ngomong juga biasa aja.
Pokonya beda, saya aja kaget. (Informan pendukung 2, sahabat Anggita,
wawancara hal 94)
Pernyataan yang dibuat oleh informan pendukung ini menguatkan
bahwa perilaku informan pertama memang seperti lelaki normal pada
umumnya. Bagian badan (bokong) memang tidak bisa dirubah, namun itu
terkadang menjadi lelucon untuk candaan dikantor. Informan 1 memaknai
pnggung belakang sama seperti informan 3, panggung belakang adalah wilayah
dimana ia bisa menjadi lelaki seutuhnya.
Aku seperti manusia biasa, seperti laki laki biasa (informan 3,
wawancara hal 88)
Jawaban yang singkat tanpa basa basi sepertinya sudah menjadi
karakter yang kuat dalam diri informan kedua ini, perilaku saat berada
dilingkungan keluarga yang tanpa dibuat-buat semakin menunjukan bahwa
informan 3 ini memang pendiam dan malu-malu. Tidak hanya dilingkungan
keluarga, dilingkungan kerja pun informan 3 ini berperilaku seperti lelalki
normal pada umumnya, tidak menggunakan make up dan atribut saat seperti
ingin pentas. Jeans dan kaos sepertinya menjadi pakaian favoritenya saat
sedang melakukan pekerjaannya menjadi Make Up LC. Hal ini pun diperkuat
oleh pernyataan dari salah satu sahabatnya, berikut penuturannya
61
Kalo Iin lagi kerja gua gak pernah ikut, dia kan make up in orang kadang
tempatnya jauh-jauh paling kalo lagi main ditempat dia pas dia lagi make up
in orang baru gua liat. yaa setau gua mah itu anak kalo lagi diluar ya kaya
laki-laki aja cuma agak centil dikit kalo sama yang udah tau dia gimana.
(Informan pendukung, sahabat Iin, wawancara hal 95)
Sahabat informan 3 ini memang sudah mengetahui bahwa informan 3 ini
adalah seorang drag queen, tidak sering namun pernah beberapa kali melihat
perilakunya saat sedang make up in LC. Agak sedikit centil kalau sedang
bersama orang-orang yang mengtahui ia adalah seorang drag queen. namun
jika sedang bersama keluarga atau orang yang baru dikenalnya akan menjadi
pribadi yang pendiam dan malu-malu.
Berbeda dengan informan 1 dan informan 3, informan 2 memaknai
panggung belakang adalah saat ia sedang menajadi drag queen dengan segala
perlengkapannya. Baginya profesi drag queen adalah passionnya. Memang
pekerjaan utamanya adalah seorang Make Up Artist. Ini terlihat saat penulis
sedang mewawancara Informan 1 saaat itu ia sedang memakai makeup dan
segala atribut untuk pertunjukan. Penulis sempat bertanya “yang makeupin
siapa ka ?” dan dijawab oleh Informan 2 “aku sendiri hehehe”. Make upnya
memang sangat terlihat profesional dengan alis simetris dan rapih sekali.
Engga, aku orangnya gak mau nutupin jati diri aku siapa atau gimana,
aku gak pernah malu nunjukin diri aku siapa (informan 2, wawancara hal 77)
Terbukti saat sedang make up in cliennya, informan 2 tidak pernah lupa
untuk mempromosikan bahwa dirinya adalah seorang drag queen, baginya ini
adalah salah satu ajang promosi yang bisa mendatangkan rezeki.
62
4.4.3 Aktifitas diluar profesi Dragqueen
Dalam penelitian ini, penulis mencari informan yang tidak menjadikan
dragqueen sebagai mata pencaharian pertamanya, tetapi sebagai pekerjaan
sampingan. Adapun aktifitas atau pekerjaan diluar profesi drag queen, berikut
penuturan dari informan 1
“aku kerja di PT.KAI dibagian loket, jadi aku kalo mau perform
dragqueen harus menyesuaikan jadwal kerja aku” (informan 1, wawancara
spontan)
Dari hasil pengamatan, informan 1 ini hanya menjadikan drag queen
sebagai pekerjaan sampingan, karna pekerjaan utamanya adalah seorang
karyawan dimana sudah ada jadwal kerja yang telah disediakan. Berbeda
dengan informan kedua, pekerjaan utamanya adalah seorang Make Up Artist.
Berikut pengakuannya
“pekerjaan aku Make Up Artist, biasanya aku kalo make up sekalian
promoin kalo aku dragqueen, siapa tau kan aku bisa dipanggil buat jadi
hiburan di acara Wedding, Birthday party, gathering dll”(Informan 2,
wawancara spontan)
Dari pemaparan diatas informan 2 ini pekerjaan utamanya adalah seorang
Make Up Artist dan menggunakan kesempatan itu untuk mempromosikan
pekerjaan sampingannya yaitu menjadi seorang drag queen. Pada tahun 2018
ini informan kedua sempat tampil di PRJ (Pekan Raya Jakarta), profesionalitas
terlihat dari dalam dirinya, karna ketekunannya untuk mengulik drag queen
seperti mecari karakter yang pas untuk dirinya. Jam terbang yang cukup tinggi,
membuat informan 2 ini show diberbagai tempat, misalnya pesta, gathering,
ulang tahun, pernikahan, atau sekedar menjadi bintang tamu diacara-acara
63
teretentu. Tak jauh dengan informan 2, informan 3 juga sama sama menjadi
seorang Make Up, namun kak Iin menjadi Make Up LC (pemandu lagu di
karaoke) berikut hasil wawancaranya
“aku sehari-hari pekerjaannya sebagai make up LC hehe” (nforman 3,
wawancara spontan)
Dari hasil wawancara bersama informan 3, pekerjaan utamanya adalah
seorang make Up LC (Pemandu Lagu), namun disini penulis melihat informan
3 seperti malu-malu untuk mengungkapkan pekerjaan utamanya yaitu seorang
Make Up pemandu lagu. Namun tidak hanya saat wawancara saja informan 3
malu-malu untuk menjawab, ketika sedang perform pun masih malu-malu
sambil memainkan rambutnya, mungkin karna jam terbang yang masih sedikit.
4.4.5 Dramaturgi Dragqueen
Hasil penelitian yang sudah penulis uraikan diatas mengenai Impression
Management profesi drag queen di Moonlight Discotheque membuktikan
bahwa memang setiap orang yang berprofesi menjadi seorang drag queen
mempunyai panggung depan dan panggung belakang. Setelah mewawancarai,
mengobservasi, dan mendekatkan diri dengan ketiga informan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap dragqueen memaknai panggung depan dan panggung
belakang berbeda-beda. Ada yang menjadikan panggung depan saat sedang
pertunjukan, adapula yang menjadikan panggung depan saat sedang berada
dilingkungan keluarga atau lingkungan kerja. Ada yang menjadikan panggung
belakang saat sedang berada dalam lingkngan masyarakat ataupun lingkungan
64
kerja dan adapula yang menjadikan panggung belakang saat sedang
pertunjukan karna itu adalah passionnya.
Seorang drag queen yang bisa juga disebut pekerja seni yang menghibur
tentu harus dapat membaca situasi panggung dan penonton, karena itu akan
menjadi pondasi awal untuk keberlangsungan pementasan. Terlepas dari
banyaknya permasalah pribadi atau ekonomi, seorang drag queen yang pentas
harus tampil total baik dari segi penampilan, penghafalan lagu, koreo dan lain-
lain. Profesionalitas harus diutamakan, karena sebagai pekerja seni yang
menghibur harus dapat menjiwai setiap karakter yang diperankan.
Pengelolaan kesan seorang drag queen meliputi, make up, pakaian,
aksesoris, body language, sepatu dan perilaku saat sedang menjalankan
profesinya. Seperti yang diketahui bahwa drag queen adalah seorang laki-laki
yang menirukan penyanyi wanita dan dipentaskan secara lipsync. Hal ini yang
membuat para dragqueen harus pintar memaknai pengelolaan kesan agar setiap
karakter atau pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
penonton. Selain itu pengelolaan kesan dipanggung belakang juga meliputi
pakaian, aksesoris dan lain sebagainya, ini diperlukan untuk menunjang saat
sedang mengolah pesan yang ingin disampaikan.
Bahasa yang dipergunakan saat sedang menjadi dragqueen tentu berbeda
dengan bahasa sehari-harinnya. Ada istlah seperti “Cong, apose, indang,
gedong dst) ketika sedang mengobrol dengan sesama drag queen. tapi hal ini
tidak ditunjukan saat sedang berada di lingkungan keluarga atau dilingkungan
65
rumah. Mempunyai dua sisi kehidupan terlihat gampang-gampang susah,
seorang dragqueen harus bisa memposisikan dirinya sedang berada dimana dan
berhadapan dengan siapa, tadi disinilah letak keunikannya, dimana seorang
laki-laki dalam kehidupnnya memiliki 2 peran yang bertolak belakang dalam
menjalani hidup.
4.4.6 Kesan yang berhasil di bangun oleh seorang drag queen
Pemaknaan panggung depan dan panggung belakang seorang dragqueen
di Moonlight discotheque berbeda-beda, tentu saja hal ini juga membuat kesan
yang dibangun oleh para dragqueen berbeda. Informan 1 dan informan 3
dipanggung depannya membangun kesan yang telah dipersiapkan, seperti saat
sedang pertunjukkan informan 1 dan informan 3 menutup identitas dirinya, tetapi
memunculkan identitas baru saat sedang menirukan sosok penyanyi terkenal.
Namun ketika berada dipanggung belakang kesan yang berhasil dibangun adalah
seorang laki-laki pada umumnya yang tidak menggunakkan atribut makeup, dress,
dsb. Ketika dipanggung belakang informan 1 dan informan 3 tidak menutupi
identitasnya, sehingga mereka dapat melakukan aktifitas tanpa perlu menutupinya
dan bisa menjadi diri mereka yang seutuhnya. Hal ini berbanding terbalik dengan
informan 2, ketika sedang berada dipanggung depan kesan yang berhasil dibangun
adalah sebagai lelaki normal pada umumnya, karena pemaknaan panggung depan
informan 2 adalah saat berada dilingkungan keluarga dan lingkungan kerja yang
mengharuskan informan 2 berpenampilan seperti lelaki normal pada umumnya.
Lain halnya ketika berada dipanggung belakang, informan 2 berhasil membangun
kesan bahwa menjadi seorang dragqueen adalah passion yang berhasil ia tekuni.
66
Tidak ada yang ia tutupi ketika pertunjukkan, bahkan identitas dirinyapun dengan
percaya diri ia sebutkan. Informan 2 percaya bahwa segala sesuatu yang dilakukan
dengan tulus dan kerja keras akan mendapatkan hasil yang baik. Pembentukan
kesan profesionalitas yang informan 2 bentuk sangat terlihat ketika peneliti
sedang mewawancarai informan 2 di Moonlight Discotheque. Sangat percaya diri
menjawab segala pertanyaan dan memang ada penekaan saat sedang
membicarakan identitas bahwa informan tidak pernah malu mengakui siapa
dirinya yang sebenarnya.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka, peneliti dapat
mengemukakan kesan yang berhasil di bangun oleh para drag queen di panggung
depan dan di panggung belakangnya berbeda-beda.
1. Kesan yang di bangun di panggung depan
Pemaknaan panggung depan bagi setiap informan berbeda-
beda. Informan 1 dan informan 3 memaknai panggung depan sebagai
tempat untuk pertunjukan dimana menggunakan segala atribut yang
telah disiapkan. Dipanggung ini informan 1 dan informan 3
menyembunyikan identitasnya karena pada saat pertunjukan informan
1 dan informan 3 sedang berpenampilan seperti perempuan. Berbeda
dengan informan 2 yang memaknai panggung depan adalah
kehidupannya saat sedang berada didalam lingkungan keluarga dan
dilingkungan kerja. Dipanggung depan ini informan 2 memakai
pakaian laki-laki normal pada umumnya. Tidak ada make up dan
atribut lainnya dalam pemaknaan panggung depan bagi informan 2.
2. Kesan yang di bagun di panggung belakang
Pemaknaan panggung belkang bagi setiap informan pun berbeda-
beda. Informan 1 dan informan 3 memaknai panggung belakang
sebgai tempat dimana ia bisa menjadi lelaki seutuhnya, tak ada
68
yang ditutup-tutupi dalam panggung belakang dan tak ada make up
atau atribut lainnya pada panggung ini. Di panggung ini informan 1
dan informan 3 dapat menjalani aktifitas sehari-hari tanpa harus
menutupi identitas, tanpa harus mengenakan topeng dan tanpa
harus bersembunyi-sembunyi. Namun hal ini sangat bertolak
belakang dengan informan 2 yang menjadikan panggung
belakangnya justru saat menjadi seorang dragqueen lengkap
dengan segala atributnya. Bagi informan 2 menjadi seseorang yang
berprofesi sebagai dragqueen adalah passionnya, sehingga tidak
ada yang harus ditutup-tutupi karena ia melakukannya dengan
setulus hati.
5.2 Saran
Dari pembahasan secara menyeluruh terhadap impression management
profesi dragqueen di Moonlight Discotheque, maka penulis bermaksud
memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak yang berkaitan dengan peneliti ini. Adapun saran-saran
yang peneliti berikan setelah permasalahan ini adalah:
1. Saran Teoritis
Dalam penelitian yang penulis buat ini, belum dapat membahas
secara mendalam terkait dengan bahasan tentang perilaku di masyarakat
seseorang yang berprofesi sebagai dragqueen di Monlight Discotheque,
maka dari itu untuk penelitian berikutnya agar dapat melengkapi
69
kekurangan dalam penelitian ini, sehingga bisa lebih detail lagi dalam
pembahasannya.
2. Saran Praktis
Dalam menjalankan profesinya seorang dragqueen memberikan
suguhan pertunjukan seni yang lebih dapat diterima oleh masyarakat
sehingga pekerjaan sebagai dragqueen bisa memiliki nilai untuk
dipandang sebagai salah satu bentuk hiburan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Baran, J. Stenley & Davis, K. Dennis, Teori Komunikasi Massa, Edisi 5. Dasar,
Perg.olakan, dan Masa Depan, 2010, Jakarta : Salemba Humanika
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik danIlmu Sosialnya. Jakarta : Kencana.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif.PT Roemaja Rosdakarya,
Bandung.
Deddy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda
Karya.
Deddy Mulyana dan Solatun,2007. Metode Penelitian Komunikasi: PT. Remaja
Rosdakarya
Effendi, onong 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya
Bakti,Bandung
Elvinaro Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Bandung : Simbosa
Rekatama Media
Erving Goffman, The Presentation of Sel f in Everyday Life, Garden City, N.Y.
,Doubledy Anchor, 1959
George Ritzer & Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana
Lexy J. Moleong. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories Of Human Communication. 5th Edition.
Belmont California: wadsworth, publishing Company
Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: Bumi
Aksara
Onong Uchjana Effendy, 2001.Ilmu Komunikasi Dan Praktek.PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:
Raja GrafindoPersada, 2006
Sudikin Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya:
Insan Cendikia.
West Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Dan Aplikasi. Buku 1 edis ke-3 Terjemahan Maria Natalia Damayanti Maer.
Jakarta: Salemba Humanika
71
LAMPIRAN 1 PEDOMAN OBSERVASI
72
Pedoman Observasi
No Kegiatan Tempat
1. Peneliti mengamati panggung depan informan 1 ketika
sedang show
Moonlight
Discotheque
2. Peneliti mengamati panggung depan informan 2 ketika
sedang berada dilingkungan keluarga
Apartmen
3. Peneliti mengamati panggung depan informan 2 ketika
sedang berada dilingkungan kerja
Apartmen
4. Peneliti mengamati panggung depan informan 3 ketika
sedang show
Moonlight
Discotheque
5. Peneliti mengamati panggung belakang informan 1
ketika sedang berada di lingkungan keluarga
Rumah Susun
6. Peneliti mengamati panggung belakang informan 2
ketika sedang show
Moonlight
Discotheque
7. Peneliti mengamati panggung belakang informan 3
ketika sedang dilingkungan keluarga
Kosan
8. Peneliti mengamati panggung belakang informan 1
ketika sedang dilingkungan kerja
PT.KAI
9. Peneliti mengamati panggung belakang informan 3
ketika sedang dilingkungan kerja
Kosan
10. Peneliti mengamati kesan apa yang dibangun oleh ketiga
informan ketika berada di panggung depan dan panggung
belakang
Keseluruhan
73
LAMPIRAN 2 HASIL OBSERVASI
74
No Unit Analisis Pertunjukan
Dragqueen
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Kerja
1. Cara Berbicara Ketika sedang
menjadi seorang
dragqueen,
ketiga informan
cara
berbicaranya
seperti halnya
seorang
perempuan yang
lemah lembut
dan kemayu.
Ketiga
informan ini
jika berada
dilingkungan
keluarga
berbicara
seperti lelaki
normal pada
umumnya.
Dengan suara
ngebas yang
tegas.
Ketika
dilingkungan
kerja, para
informan cara
berbicaranya
seperti laki-laki
pada umumnya.
Tidak dibuat-
buat.
Bahasa yang
digunakan
Bahasa yang
digunakan untuk
berkomunikasi
dengan sesama
dragqueen
menggunakan
bahasa “cong,
apose, gedong,
rumpita, jengong
Bahasa
Indonesia pada
umumnya.
Informan 1
menggunakan
bahasa
Indonesia,
karena ditempat
ia bekerja tidak
diperbolehkan
menggunakan
bahasa yang
75
dll” aneh-aneh.
Sedangkan
informan 2 dan
3 terkadang
terselip bahasa
“cong, apose
dsb” mengingat
pekerjaan
utamanya
adalah seorang
make up yang
tidak ada
aturan.
Cara berjalan Ketiga informan
ketika sedang
menjadi seorang
dragqueen, cara
berjalannya
berlenggak-
lenggok seperti
seorang
perempuan atau
selayaknya
Jalannya biasa
saja seperti
laki-laki pada
umumnya dan
tidak dibuat-
buat.
Jalannya biasa
saja seperti laki-
laki pada
umumnya dan
tidak dibuat-
buat.
76
model
Bahasa Tubuh Saat sedang
diwawancara
oleh penulis
ketika sedang
menjadi
dragqueen, para
informan
biasanya sambil
memainkan
rambutnya,
ketika duduk
menyilangkan
kakinya, saat
berdiri berpose
dengan tangan
berada di
pinggang
Saat berada
dilingkungan
keluarga
bahasa tubuh
mereka
layaknya lelaki
normal pada
umumnya,
tidak
menceriminkan
seorang
perempuan.
Informan satu
tentu harus
bersikap seperti
laki-laki pada
umumnya yang
tidak gemulai,
tetapi tidak
dengan
informan 2 dan
3 yang
terkadang
ketika sendang
make-up
kelingkingnya
masih lentik.
Suara Menggunakan
suara perut agar
terdengar lebih
merdu dan halus
seperti
Suara laki-laki
atau suara
aslinya
Suara laki-laki
atau suara
aslinya
77
perempuan
Pakaian Menggunakan
segala atribut
yang telah
dikonsepkan.
Dari rambut
palsu, dress,
sepatu hak,
kalung, anting,
dan
perlengkapan
lainnya
Berpakaian
kaos dan
celana jeans.
Kadang celana
jeans pendek
selutut dan
kadang jeans
panjang
Informan 1
menggunakanan
seragam yang
telah disediakan
oleh kantor.
Informan 2 dan
informan 3
menggunakan
baju sehari-hari
seperti kaos dan
celana tanpa
ada tuntutan
seragam.
Make up Full make up
dari foundation,
bedak, alis,
blush on, lipstick
hingga softlens
Tidak
menggunakan
make up sama
sekali
Informan 1 jika
sedang berada
dilingkungan
kerja dituntut
harus selalu
rapih, hal yang
sering ia
gunakan adalah
gel untuk
78
merapihkan
rambut.
Sedangkan
informan 2 dan
informan 3
tidak
menggunakan
make up
Aksesoris Banyak
aksesoris yang
digunakan untuk
melengkapi
pertunjukannya
seperti anting,
kalung dsb
Kacamata dan
topi yang
biasanya
digunakan oleh
ketiga
informan
Informan 1
tidak
menggunakan
aksesoris jika
berada
dilingkungan
kerja. Informan
2 dan 3
mengggunakan
topi dan kaca
mata untuk
mendukung
penampilannya
saat bekerja.
79
LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA KEY INFORMAN
80
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Impression Management profesi Dragqueen di Moonligh
Discotheque
Fokus Wawancara : Front stage (Panggung Depan) & Back stage (Panggung
Belakang)
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Front Stage (Panggung Depan)
1. Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai Dragqueen?
2. Apa yang melatarbelakangi anda menjadi seorang Dragqueen?
3. Bagaimana proses anda menjadi seorag Dragqueen?
4. Adakah yang disembunyikan ketika anda sedang berada diatas panggung?
5. Adakah kesulitan atau hambatan yang dialami saat berada diatas
panggung?
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Back Stage (Panggung Belakang)
1. Bagaimana perilaku anda ketika berada didalam rumah?
2. Karakter seperti apa yang anda tunjukan ketika berada dilingkungan
rumah?
3. Apakah keluarga anda mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
4. Bagaimana perilaku anda ketika berada dilingkungan kerja?
5. Karakter seperti apa yang anda bangun dilingkungan pekerjaan?
6. Apakah lingkungan kantor mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
81
LAMPIRAN 4 HASIL WAWANCARA KEY INFORMAN
82
Anggita
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Front Stage (Panggung Depan)
1. Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai Dragqueen?
- Kurang lebih dua sampai tiga tahunan
2. Apa yang melatarbelakangi anda menjadi seorang Dragqueen?
- aku tuh iseng coba-coba ikutan, awalnya ikutan lomba-lomba lipsing
cowo, lomba bintang dangdut, eh wakti itu aku bawain lagu Lesty-
kejora terus aku dapet juara akhirnya aku keterusan deh.
3. Bagaimana proses anda menjadi seorag Dragqueen?
- Berawal dari ikutan lomba lipsinger cowo, terus suka ikutan lomba-
lomba lipsing gitu kan, kalo lagi manggung suka bawain lagu-lagu
dangdut dan emang kebanyakan cewe kan kalo didunia lipsing itu,
terus aku nyoba deh untuk jadi lipsinger lagu cewe, pasti harus
berpenampilan seperti perempuan kan eh sampe sekarang keterusan.
4. Adakah yang disembunyikan ketika anda sedang berada diatas panggung?
- Sebenernya saat diatas panggung aku nutupin identitas karna malu,
takut ada tamu yang kenal sama aku. Tapi lama kelamaan sebenernya
identitas aku bocor juga sih diatas panggung karna kan suka di godain
sama MC nya. Tapi yaa gitu paling yang tau cuma temen temenku
sesama dragqueen aja, yang lagi main disana.
5. Adakah kesulitan atau hambatan yang dialami saat berada diatas
panggung?
83
- Paling persiapan sebelum tampilnya yaaa, kaya harus ngapalin lagu,
nyari kostum, perlengkapannya apa aja, koreonya. Kalo udah diatas
panggung mah ngalir aja. Karna kan tau sendiri kita kalo mau
manggung pasti ada konsepnya, kaya misalnya aku mau niruin
Krisdayanti, itu dari ujung rambut sampe ujung kaki setidaknya harus
mirip mirip dikitlaah hehehe gimana tatanan rambutnya, bajunya
modelnya gimana, make upnya gimana, terus cara dia bernyannyi
gimana. Latiannya juga gak lama sebenernya cuma 1-2 hari aja kalo
cuma buat show biasa, kecuali buat lomba baru tuh latiannya harus
bener-bener sampe seminggu.
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Back Stage (Panggung Belakang)
1. Bagaimana perilaku anda ketika berada didalam rumah?
- aku gak gimana gimana, layaknya laki-laki biasa aja. Jalan dan cara
ngomong aku juga biasa aja. Laki-laki gitu.
2. Karakter seperti apa yang anda tunjukan ketika berada dilingkungan
rumah?
- Pokonya nih yaa aku kalo dirumah kaya laki-laki normal pada
umumnya hahaha
3. Apakah keluarga anda mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
- Engga, keluarga aku gak tau. Dan aku pun gak mau keluarga aku tau.
Aku benar benar menjaga jgn sampe keluarga aku ada yang tau.
Walaupun sebenernya ada satu keluarga aku yang tau, itu om aku. Dia
84
pernah ngeliat aku pas aku lagi show dimoonlight eh ternyata dia lagi
nemenin temennya yang show disini juga. Aku sih Cuma bisa senyum-
senyum aja karna keluarga aku kan sebenernya gak ada yang suka
main ke diskotik, Cuma aku dan om aku aja. Jadi Cuma cukup tau aja
gitu.
4. Bagaimana perilaku anda ketika berada dilingkungan kerja?
- Aku gak pernah nunjukin kalo aku seorang dragqueen, aku mah biasa
aja kalo lagi kerja yaa. Tapi manager aku tau kalo aku tuh drag queen,
tapi selagi aku dikantor gak gimana gimana yaa gapapa. Malahan ya
temen temen lingkungan kerja aku pada gak tau, tapi manager aku
malahan yang duluan tau hahaha ada sih yang tau paling 5 orang
doang, itu genk aku. Pasti aku cerita kan ke mereka.
5. Karakter seperti apa yang anda bangun dilingkungan pekerjaan?
- Gak ada karakter gimana gimana, kaya agung seorang laki laki biasa
aja gitu. Gak ada yang dibuat-buat.
6. Apakah lingkungan kantor mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
- Cuma geng aku yang tau ada 5 orang dan Manager aku hehehe yang
lain gak tau dan jangan sampai tau kali yaaaa hahaha
85
Evelyn CH Grande
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Front Stage (Panggung Depan)
1. Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai Dragqueen?
- Aku jadi dragqueen dari tahun 2011, sekarang udah 2018 yaa jadi
sudah sekitar 7 tahunan hehe
2. Apa yang melatarbelakangi anda menjadi seorang Dragqueen?
- Aku basic nya seorang dancer, dari kecil sampe sekolah aku suka
dunia tari, dunia nyanyi segala macem, tapi pas aku nyoba didunia
dragqueen ini aku nemuin Passion aku. Aku ngerasa nyaman didunia
dragqueen ini, daripada cuma nari nari kan ngapalin koreo mulu,
nyobalah didragqueen. Awalnya sekali dua kali, terus ngerasa lebih
seru yaa, gak cuma gerakan aja ada ngapalin lagu dan segala macem.
Walaupun pas awal-awal aku jadi dragqueen bayarannya masih kecil
kan tapi aku coba tekunin, aku cari karakter aku sendiri yang aku
mampu yang aku banget allhamdulillah penghasilan aku sekarang
lumayan daripada dunia dancer yaa hahaha aku sekarang sekali
perform yang durasinya paling 5 menit bisa menghasilkan 300-500
ribu.
3. Bagaimana proses anda menjadi seorag Dragqueen?
- Dari dunia dancer aku jadi tau kalo ada profesi yang namanya
dragqueen. sebenernya awalnya nyoba-nyoba aja, sekali dua kali.
Terus ngerasa lebih ada tantangan, soalnya kalo dragqueen gak kaya
dancer yang cuma ngapalin gerakan, ada banyak persiapan yang harus
86
dilakuin, kaya latian koreo, ngapalin lagu, mengartikan lirik lagu,
mempelajari tarikan nafasnya, nyari kostum, nyari assesories, pokonya
banyak dan itu buat aku adalah tantangan. Gimana enggak coba ? kalo
setiap tampil kan harus menirukan sosok penyanyi terkenal, kalo
semingu tapi setiap malam tampil ? berarti seminggu niruin 7 penyanyi
berbeda. Hahaha tapi menurut aku seru banget, itu tantangan banget
buat aku, aku belajar terus, menggali terus kemampuan aku, aku
mencari terus sososk penyanyi siapa yang pas sama aku, akhirnya aku
nemuin kalo dragqueen itu passion aku.
4. Adakah yang disembunyikan ketika anda sedang berada diatas panggung?
- Engga, aku orangnya gak mau nutupin jati diri aku siapa atau gimana,
aku gak pernah malu nunjukin diri aku siapa.
5. Adakah kesulitan atau hambatan yang dialami saat berada diatas
panggung?
- Hambatan kesulitan awalnya emang ada, awalnya kan aku nari aja
yang cuma ngpalin koreo, sekarang aku lipsing juga jadi kan
ngapalinnya harus dua, yaa koreo yaa lagu yaa kostum yaa ini itu dan
itu aku anggap sebagai sebuah tantangan harus biasa keduanya.
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Back Stage (Panggung Belakang)
1. Bagaimana perilaku anda ketika berada didalam rumah?
- Perilaku aku dirumah sewajarnya aku laki laki, walaupun keluarga aku
udah tau kalo aku dragqueen. Awalnya aku minta ijin dulu “mah pah
aku mau jadi dragqueen” aku jelasin ke mereka dragqueen itu apa,
87
sempet gak direstuin tapi aku tunjukin ini ada penghasilannya gak
cuma 100 atau 200ribu, makanya lambat laun mengerti. Sampe
akhirnya ada pesen sebelum papah meninggal kaya gini “lakukan yang
terbaik buat kamu, lakukan apa yang kamu mau selagi itu bisa
membuat kamu bahagia dan jangan pernah denger omongan orang
tntang kamu seperti apa yang penting kamu bekerja halal dan tidak
mangkal dipinggir jalan”.
2. Karakter seperti apa yang anda tunjukan ketika berada dilingkungan
rumah?
- Aku seperti laki laki aja biasa aja, pakaianpun pakaian laki laki kalo
dirumah
3. Apakah keluarga anda mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
- Awalnya keluarga aku gak tau, tapi aku akhirnya tau karna aku minta
ijin ke mamah sama papah. Aku ngomong jujur sama mereka.
4. Bagaimana perilaku anda ketika berada dilingkungan kerja?
- Aku mah biasa aja, namanya juga tukang rias kan, tapi kadang kalo
lagi ada yang pengen liat aku make up yaa aku tunjukin sekalian aku
promosiin kalo aku tuh dragqueen sambil becanda bisa lah aku
diundang gituu
5. Karakter seperti apa yang anda bangun dilingkungan pekerjaan?
- Gak ada karakter gimana gimana aku biasa aja
88
6. Apakah lingkungan kantor mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
- Tau kan aku suka promosiin siapa tau dapt job kan hahahaha
Iin Kirana
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Front Stage (Panggung Depan)
1. Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai Dragqueen?
- Aku baru satu atau dua tahun. Belum lama
2. Apa yang melatarbelakangi anda menjadi seorang Dragqueen?
- Mungkin karna kerjaan aku di make up, terus aku coba-coba.
3. Bagaimana proses anda menjadi seorag Dragqueen?
- Berawal dari coba coba aja, terus keterusan ampe sekarang
4. Adakah yang disembunyikan ketika anda sedang berada diatas panggung?
- Aku pasti menutupi identitas diri aku yang sebenarnya, aku gak mau
penonton tau identitas aku yang sebenarnya.
5. Adakah kesulitan atau hambatan yang dialami saat berada diatas panggung?
- Aku ada kesulitan sih, di persiapan aja karna kan harus modal sendiri
kan
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Back Stage (Panggung Belakang)
1. Bagaimana perilaku anda ketika berada didalam rumah?
- Aku seperti manusia biasa, seperti laki laki biasa.
2. Karakter seperti apa yang anda tunjukan ketika berada dilingkungan rumah?
89
- Pokonya aku kaya laki laki aja gitu
3. Apakah keluarga anda mengetahui tentang profesi anda sebagai dragqueen?
- Engga, mereka pasti malu kalo tau. Pakaian dan bahasa yang aku pake
juga biasa aja. Gak kaya disini, panggilannya “cong” atau pake bahasa
aneh aneh kan.
4. Bagaimana perilaku anda ketika berada dilingkungan kerja?
- Karna aku make up in LC kan jadi biasa aja kaya tukang make up gt
gak ada perilaku gimana gimana
5. Karakter seperti apa yang anda bangun dilingkungan pekerjaan?
- Gak ada karakter gimana gimana aku biasa aja
6. Apakah lingkungan kantor mengetahui tentang profesi anda sebagai
dragqueen?
- Aku kan freelance gitu, jadi paling beberapa doang yang tau dan temen
aku yang tau aku dragqueen mereka seneng dan dukung aku.
90
LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN PENDUKUNG
91
Pedoman Wawancara Informan Pendukung
Judul Skripsi : Impression Management profesi Dragqueen di Moonlight
Discotheque
1. Sejak kapan mengetahui bahwa informan kunci adalah seorang
dragqueen?
2. Bagaimana perilakunya saat sedang berada dilingkungan kerja?
3. Bagaimana pendapat anda tentang dragqueen?
92
LAMPIRAN 6 HASIL WAWANCARA INFORMAN PENDUKUNG
93
Kak Dita Selaku Ketua Management IPOOS
1. Sejak kapan mengetahui bahwa informan kunci adalah seorang
dragqueen?
- Aku menjadi seorang dragqueen dari taun 1992, aku tau dari awal
banget perjalanan Anggita, Evelyn dan Iin ini. Yang pertama gabung
itu evelyn, udah jago dia dipake dimana-mana karna jam terbang juga
udah 7 tahunan didunia dragqueen, jadi udah dapet penguasaan
panggungnya. Yang kedua Anggita baru dua tahunan gitu, dia
shownya harus nyesuain jadwal kerjanya, dia kan emang karyawan di
PT.KAI yaa, darg queen engga dijadiin pekerjaan utamanya. Yang
terakhir si Iin dia masih pemalu, baru taun kemaren gabung.
2. Bagaimana perilakunya saat sedang berada dilingkungan kerja?
- Kalo si Anggita pasti laki banget dia kalo ditempat kerja hahaha
kalo orang-orang kantor tau dia dragqueen kayanya bisa dipecat dr
kerjaannya. Beda nih sama evelyn sama Iin mereka didunia make up
yaa, se laki-laki nya tukang make up pasti lentik kelingkingnya
hahahahaha
3. Bagaimana pendapat anda tentang dragqueen?
- Bagi aku dragqueen itu sebuah hiburan, sebenernya kita dandan,
niruin penyanyi terkenal buat menghibur para penonton. Apalagi
jaman dalu awal tahun 2000an peminatnya banyak banget, cuma
sekarang udah berkurang ada yang udah sukses, ada yang udah berenti
dan ada yang udah meninggal
94
Baim (sahabat Anggita)
1. Sejak kapan mengetahui bahwa informan kunci adalah seorang
dragqueen?
- Saya tau pas tahun lalu, waktu itu lagi main dikosan Anggita terus
ditunjukin foto fotonya kalo dia dragqueen suka pentas, terus saya
diajakin kesana buat liat dia show.
2. Bagaimana perilakunya saat sedang berada dilingkungan kerja?
- Kalo dilingkungan kerja mah biasa aja kaya laki-laki. Cuma kan
emang bokong dia kalo jalan suka gutak-gitek bikin gempa bumi
hahaha pakaiannya juga kan dapet seragam dari kantor, kalo lagi
ngomong juga biasa aja. Pokonya beda, saya aja kaget.
3. Bagaimana pendapat anda tentang dragqueen?
- Gimana yaa, saya sih sebenernya kurang setuju, buat apasih kaya gitu.
Udah pernah dinasehatin juga sama saya, tapi yaudah hidup-hidup dia
yang penting saya udah nasehatin dan saya engga kaya gitu.
Putri (Sahabat Evelyn)
1. Sejak kapan mengetahui bahwa informan kunci adalah seorang
dragqueen?
- Udah dari lama banget, temenan dari pas dancer dulu.
2. Bagaimana perilakunya saat sedang berada dilingkungan kerja?
95
- si CH mah blak-blakan gak ada yang ditutup-tutupin dia. Kadang
sambil make up in orang sambil latian atau sambil promoin siapa tau
dapet job hahaha
3. Bagaimana pendapat anda tentang dragqueen?
- Pekerja seni kali ya, tapi tergantung juga sih ada yang bilang
dragqueen sama kaya banci-banci pinggir jalan, tapi sebenerya engga
mangkal kalo dragqueen, dandanan begitu buat pentas dipanggung.
Riko (Sahabat Iin)
1. Sejak kapan mengetahui bahwa informan kunci adalah seorang dragqueen?
- Si Iin baru cerita beberapa bulan lalu ke gua. Tapi emang setau gua dia
gak ngasih tau ini kekeluarganya karna takut malu. Kayanya temen-
temennya yang tau juga cuma beberapa doang deh
2. Bagaimana perilakunya saat sedang berada dilingkungan kerja?
- Kalo Iin lagi kerja gua gak pernah ikut, dia kan make up in orang
kadang tempatnya jauh-jauh paling kalo lagi main ditempat dia pas dia
lagi make up orang baru gua liat yaa setau gua mah itu anak kalo lagi
diluar ya kaya laki-laki aja cuma agak centil dikit kalo sama yang udah
tau dia gimana.
3. Bagaimana pendapat anda tentang dragqueen?
- Kaya bencong hahaha tapi agak kelas aja karena dapet duit banyak
terus aksinya diatas panggung.
96
LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI
97
Dokumentasi
1. Nama : Anggita Zepora (nama samaran)
Umur : 26 tahun
Status : Single
Pekerjaan : Karyawan PT.KAI
(penulis berfoto dengan informan 1)
98
(Informan 1 setelah selesai makeup)
99
100
(Informan 1 sedang bersiap untuk pementasan menirukan Lesty)
2. Nama : Aditya Caesar Himawan
Nama Panggung : Evelyn CH grande
Status : Single
Pekerjaan : Make Up Artist
(
I
n
f
o
r
m
a
n
2
s
a
a
t
t
i
d
a
k
m
e
n
g
g
unakan makeup)
101
(Informan 2 sedang bersiap untuk pementasan menirukan Celine Dion)
102
(peneliti berfoto dengan informan 2)
103
3. Nama : Iin Kirana (nama samaran)
Status : Single
Pekerjaan : Make Up LC
104
(Informan 2 saat tidak menggunakan makeup)
105
(informan 3 telah siap untuk pertunjukan sedang menirukan Rossa)
(penulis sedang berfoto dengan informan 3)
106
(Moonlight Discotheque)
107
108
109
110
RIWAYAT HIDUP
DATA
DIRI
Nama Lengkap Nur Aeni
Nama Panggilan Hanie
Umur 24 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat/TanggalLahir Serang, 30 Mei 1994
Status Pernikahan Menikah
Alamat Kav. Citra Pelamunan Indah Jl. Yudhistira 3 Rt.05/01
Kec. Kramatwatu Serang-Banten
Email Nuraeni64@gmail.com
Motto Tersenyumlah, karena senyum adalah sedekah paling murah
RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN 1 Kramatwatu 1999
SMPN 1 Kramatwatu 2005
SMAN 3 Kota Serang 2008
111
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
2011
RIWAYAT ORGANISASI
Pramuka 2008
Paskibra 2009
PPI (Purna Paskibraka Indonesia) 2011
PENGALAMAN KERJA
Tour Leader Travel 2012 – sekarang
MC Event 2016 – sekarang
PRESTASI
Juara 3 Lomba Dancer Event Pond‟s Se-Jabodetabek tingkat SMA
(group)
2010
Recommended