View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
NILAI
DALAM PERKUL
(Studi kasus di Jurus
Diajukan un
guna
FA
INSTITUT AGA
ILAI COOPERATIVE LEARNING
KULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA
Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarb
Walisongo Semarang)
SKRIPSI
kan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
una Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh:
HANIK FITRIYAH
NIM: 083711009
FAKULTAS TARBIYAH
AGAMA ISLAM NEGERI WALISO
SEMARANG
2012
IMIA DASAR
Tarbiyah IAIN
ALISONGO
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Hanik Fitriyah
NIM : 083711009
Jurusan/Program studi : Tadris Kimia/S1
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri,
kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 20 Juni 2012
Saya yang menyatakan,
HANIK FITRIYAH
NIM: 083711009
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahw
skripsi dengan:
Judul : NILAI COO
PRAKTIKUM
Fakultas Tarb
Nama : HANIK FITRIY
NIM : 083711009
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa nask
Tarbiyah IAIN Walisongo untu
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Semarang, 30 April 201
iyah
bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan da
COOPERATIVE LEARNING DALAM P
IKUM KIMIA DASAR (Studi kasus di Jurusa
s Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang)
FITRIYAH
a naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan
o untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.
ril 2012
han dan koreksi naskah
M PERKULIAHAN
urusan Tadris Kimia
jukan kepada Fakultas
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahw
skripsi dengan:
Judul : NILAI COO
PRAKTIKUM
Fakultas Tarb
Nama : HANIK FITRIY
NIM : 083711009
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa nask
Tarbiyah IAIN Walisongo untu
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Semarang, 30 April 201
iyah
bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan da
COOPERATIVE LEARNING DALAM P
IKUM KIMIA DASAR (Studi kasus di Jurusa
s Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang)
FITRIYAH
a naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan
o untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.
ril 2012
han dan koreksi naskah
M PERKULIAHAN
urusan Tadris Kimia
jukan kepada Fakultas
ABSTRAK
Judul : Nilai Cooperative Learning dalam Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar
(Studi kasus di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang)
Penulis : Hanik Fitriah
NIM : 083711009
Skripsi ini membahas nilai Cooperative Learning dalam Perkuliahan Praktikum
Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Kajiannya dilatarbelakangi oleh perkuliahan praktikum yang lebih dikenal dengan
pembelajaran secara berkelompok atau Cooperative Learning, akan tetapi dalam
pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan prinsip dasar kooperatif. Studi ini
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimanakah pelaksanaan Perkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang? (2) Apa sajakah nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di
laboratorium Kimia Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Pelaksanaan praktikum di laboratorium tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk
mendapatkan gambaran pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar dan nilai
Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan
Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Datanya diperoleh dengan cara
observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi data. Semua data di analisis dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Desain pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia
Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terbagi menjadi
enam fase yaitu: menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mahasiswa, menyajikan
informasi, mengorganisir mahasiswa ke dalam tim-tim belajar, membantu kerja tim dan
belajar, mengevaluasi, dan memberikan pengakuan atau penghargaan dan hukuman. Dari
keenam fase tersebut sebenarnya masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan
praktikum Kimia Dasar untuk menjadi lebih ideal. Tetapi paling tidak secara prinsip
perkuliahan, manual atau prosedur perkuliahan sudah berjalan sebagaimana mestinya. (2)
Nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di
Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang adalah sebagai berikut:
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi
antar anggota, dan pemrosesan kelompok. Dalam pelaksanaan perkuliahan Kimia Dasar kelima
nilai tersebut secara prinsip sebenarnya sudah berlangsung secara penuh. Hanya saja, mengenai aspek
nilai pemrosesan kelompok masih terlihat belum bisa dipraksiskan sebagaimana mestinya dalam
perkuliahan.
PERSEMBAHAN
Untaian kata takkan mampu melukiskan kebahagiaan atas segala rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya, sehingga tersusun sebuah karya sederhana ini. Dengan segala kerendahan
hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk ayahanda Suhardi, Ibunda Masriyah, Adik
tercinta Muhammad Ali Musyafa’, simbah dan seluruh keluarga tersayang.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang
telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna
dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam
memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang
sangat besar artinya bagi penulis, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui
pembahasan skripsi ini;
2. Ratih Rizki Nirwana, S.Si, M.Pd dan Dr. Widodo Supriyono, M.A, selaku pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
3. Atik Rahmawati, M.Si, selaku kepala prodi Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang telah memberikan izin tempat penelitian dalam skripsi ini;
4. Ervin Trisuryandari, M.Si, selaku dosen praktikum Kimia Dasar IAIN Walisongo
Semarang yang telah berkolaborasi dengan peneliti dan membantu kelancaran penelitian
ini;
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;
6. Ayahanda Suhardi, ibunda Masriyah, adik tercinta Muhammad Ali Musyafa’, dan
simbah yang telah mencurahkan kasih sayangnya, perhatian dan dengan penuh
kesabaran, serta rangkaian doa tulusnya yang tiada henti demi suksesnya studi penulis;
7. Hasan Ubaidillah, S.Pd.I, yang selalu setia mendampingi dan senantiasa memberikan
motivasi, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
8. Keluarga besar bapak Dr. K. H. Imam Taufiq, M.Ag, yang merupakan keluarga kedua
bagi penulis di Semarang, yang telah mengajarkan pengalaman hidup dan ilmu yang
sangat berarti bagi penulis;
9. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Darut-Tauhid, Roudhotul Muttaqin dan Darul
Falah Be-Songo Semarang, yang telah memberikan ilmu, nasihat, dan semangat;
10. Kakak-kakak di Racana Walisongo IAIN Walisongo, kawan-kawan di LPM Edukasi,
kawan-kawan KMJS, sahabat-sahabat PMII dan kawan-kawan Tadris Kimia angkatan
2008, terima kasih atas semangat dan kebersamaan yang penuh arti;
11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan,
baik secara moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya uraian terima
kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka
dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga skripsi yang
berjudul “NILAI COOPERATIVE LEARNING DALAM PERKULIAHAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR (Studi kasus di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang)” ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini
belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.
Semarang, 4 Juni 2012
Hanik Fitriyah
NIM. 083711009
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... .... i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... .... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ .... iii
NOTA PEMBIMBING .............................................................. .... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................. ............... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................... .... vi
KATA PENGANTAR .................................................................... .... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. .... viii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah .................................................... 1
B. Fokus Permasalahan .............................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian pustaka ................................................................ ..... 6
B. Kerangka teoretik ......................................................... ..... 8
1. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar ....................................... 8
a. Praktikum .......................................................................... 8
b. Perkuliahan Praktikum ...................................................... 9
c. Perkuliahan praktikum Kimia Dasar ................................ 19
2. Nilai Cooperative Learning ......................................... ..... 22
a. Nilai .................................................................................. 22
b. Cooperative Learning ....................................................... 23
c. Nilai Cooperative Learning .............................................. 26
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................ ..... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 32
C. Sumber Penelitian........................................................... ..... 32
D. Fokus Penelitian................................................. ................ 33
E. Metode Pengumpulan Data.............................................. 33
F. Teknik Analisis Data....................................................... ..... 37
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang ................................ 40
a. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan
Mahasiswa .................................................................. .. 41
b. Menyajikan Informasi ..................................................... .. 43
c. Mengorganisir Mahasiswa ke dalam Tim-tim Belajar ... ...... 45
d. Membantu Kerja Tim dan Belajar ..................................... .. 46
e. Mengevaluasi .............................................................. .. 47
f. Memberikan Pengakuan atau Penghargaan dan Hukuman .. .. 51
B. Nilai-nilai Cooperative Learning dalam Perkuliahan Praktikum
Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah .............. 54
IAIN Walisongo Semarang
a. Saling Ketergantungan Positif .................................................... 55
b. Tanggung Jawab Perseorangan .................................................. 58
c. Interaksi Promotif ....................................................................... 62
d. Komunikasi Antar Anggota ........................................................ 65
e. Pemrosesan Kelompok ............................................................... 66
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................... 70
B. Saran ........................................................................... ........ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pendidikan di kampus, pembelajaran merupakan aktifitas yang
paling utama. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara mahasiswa
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik.1
Sedangkan dalam terminologi belajar secara praktis adalah proses
perubahan tingkah laku. Maka, pengertian ini membedakan secara tegas
antara proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.
Keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan kepada tingkat
perbedaan cara berfikir, merasa dan berbuat, antara sebelum dan sesudah
memperoleh pengalaman-pengalaman belajar. Dari perubahan dimaksud
diperoleh perubahan yang secara langsung dapat dilihat menurut mata lahiriah
dan sebagian yang lain hanya dapat dilihat dari aspek gejalanya. Hal yang
demikian ini berarti bahwa di dalam setiap proses itu sendiri mempunyai dua
dimensi penting yang harus diperhatikan, yaitu; lahiriah dan bathiniah. Dua
dimensi tersebut secara konseptual memberikan implikasi serius dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Dalam proses pembelajaran atau perkuliahan (dalam bahasa
kampusnya), mahasiswa sering kali diperkenalkan dengan suatu konsep
bahwa keberhasilan lebih merujuk pada ranah kompetisi (competition)
daripada kooperasi (Cooperative). Sikap ekslusif dalam pembelajaran antar
mahasiswa bahkan menjadi budaya belajar di kelas, mereka beranggapan
dengan kemampuan yang lebih dibandingkan teman-temannya akan berakibat
pada kesempatan mendapat perhatian lebih oleh dosen. Belum lagi
1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karekteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 100.
2
penghormatan oleh teman-temannya akan diterima di manapun dia berada.
Hal inilah yang kemudian mendasari sebagian mahasiswa yang merasa puas
saat dia belajar sendiri. Mereka tidak berfikir saat ini, ia dan kawan-kawannya
berada dalam satu kapal dengan tujuan yang sama. Sangat naif ketika ada
salah satu dari mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
dan membutuhkan penjelasan akan tetapi tidak ada kepedulian antar sesama
mahasiswa, oleh karena itu dibutuhkan adanya kesepahaman antara
mahasiswa satu dengan yang lainnya agar dapat saling melengkapi untuk
mencapai tujuan bersama.
Kurt Lewin sering mengatakan, “Saya selalu mendapati diri saya tidak
mampu berpikir sebagai satu pribadi tunggal.”2 Pembelajaran adalah sebuah
proses personal dan sosial yang akan membawa hasil jika setiap individu
saling bekerja sama untuk membangun pemahaman dan pengetahuan
bersama. Struktur-struktur kompetitif dan individualistis, yang mengisolasi
mahasiswa dari mahasiswa lainnya, cenderung menghalangi pencapaian. Oleh
sebab itu ketika dosen ingin memaksimalkan pembelajaran, meningkatkan
retensi mereka dan mendorong penggunaan strategi-strategi penalaran dengan
tingkat yang lebih tinggi, maka sebaiknya mereka didorong untuk
menggunakan kooperatif daripada kompetitif atau indifidualistik.
Bagaimana para mahasiswa dapat saling membantu dalam belajar dan
saling mendorong satu sama lain untuk meraih sukses secara akademis. Untuk
mencapai hasil maksimal dalam pendidikan, saat ini telah muncul beragam
pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang kini banyak mendapat respon
adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).
Dalam pembelajaran kooperatif, para mahasiswa akan duduk bersama
dan diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi social dengan
teman-temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara dosen
menjadi motivator dan fasilitator aktivitas mahasiswa. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh dosen, di mana dosen
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-
2 David W. Johnson, dkk, Colaborative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 35.
3
bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu mahasiswa
menyelesaikan masalah yang dimaksud. 3
Pembelajaran kooperatif tentu saja bukan hal baru. Para dosen sudah
menggunakannya dalam bentuk kelompok dalam pembelajaran praktek
laboratorium. Pada Pembelajaran kooperatif masing-masing tim saling
bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap satu timnya mampu membuat
diri mereka belajar sama baiknya.
Salah satu implementasi Cooperative Learning adalah dalam
perkuliahan Praktikum Kimia Dasar yang telah diterapkan pada Jurusan
Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Karena pada
dasarnya dalam pelaksanaan pembelajaran praktikum mengutamakan aspek
kebersamaan dan kerja sama dalam memahami bahan dan materi yang
diujikan.
Dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar mahasiswa didorong untuk
mengembangkan pengalaman yang telah dimiliki yaitu teori-teori yang
didapat pada perkuliahan Kimia Dasar 1 dan Kimia Dasar 2 dengan
pengalaman baru yang dihadapi, sehingga mahasiswa dapat menemukan
jawaban-jawaban atas problem yang telah dihadapi. Selain itu mahasiswa
berusaha belajar dalam memecahkan problem secara bersama-sama dengan
kelompok dalam mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengelola
informasi sehingga membentuk semacam kerangka yang akan mendapatkan
elaborasi dan penguatan pada materi yang sudah didapatkan. Dengan hal
tersebut mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas
sebuah kajian. Akan tetapi dalam prakteknya kadang tidak diterapkan
pembelajaran yang sesuai dengan model yang sebenarnya sehingga hasil yang
didapatkan juga tidak maksimal bagi mahasiswa.
3 Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 54-55.
4
Mengingat pentingnya sebuah proses pembelajaran sebagai langkah
untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa, maka kelemahan-kelemahan
dalam proses pembelajaran harus diperbaiki. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan penelitian dengan judul “NILAI COOPERATIVE LEARNING
DALAM PERKULIAHAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (STUDI KASUS
DI JURUSAN TADRIS KIMIA FAKULTAS TARBIYAH IAIN
WALISONGO SEMARANG)”.
B. FOKUS PERMASLAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang peniliti paparkan di atas,
maka peneliti memfokuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di
Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang?
2. Apa sajakah nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan pada rumusan permasalahan di atas, maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan penelitian
a. Mengetahui secara mendetail tentang pelaksanaan perkuliahan
praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang.
b. Mengetahui nilai-nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan
perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN walisongo Semarang yang meliputi unsur saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi
promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok.
5
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan memiliki kontribusi
dalam menggali pola pembelajaran, menggali sikap kerja sama siswa
dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran bahwa
tidak hanya aspek kognitif mahasiswa saja yang harus diperhatikan,
tetapi aspek afektif khususnya sikap kerja sama juga merupakan hal
yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan memiliki kegunaan
bagi praktisi pada perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan
Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk
dijadikan acuan bagi pengembangan dalam lembaga dalam rangka
menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar yang lebih efektif.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN PUSTAKA
Berbicara mengenai Cooperative Learning banyak penelitian yang
membahas mengenai hal tersebut. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya yang membahas topik tersebut atara lain :
1. Skripsi Nur Aini (3104069) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul, “Penerapan
Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achivement Devision)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik pada Pokok
Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII A MTS Tarbiyatul Ulum Wedung
Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan
bahwa aktifitas dosen dan aktifitas peserta didik pada tiap-tiap siklus
mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan model pembelajaran STAD
ketuntasan belajar klasikal sebesar 20,0%, setelah dilaksanakan model
pembelajaran ini pada siklus I mencapai 46,67%, pada siklus II mencapai
37,33% dan pada siklus III mencapai 93,33%. Hal ini membuktikan bahwa
dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Tipe Student Team
Achievment Division (STAD) di MTS Tarbiyatul Ulum Wedung Demak
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.1
2. Skripsi M Tabroni (3104145) Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul, “Efektivitas Model
Pembelajarn Cooperative Learning Tipe Jigsaw II Terhadap hasil belajar
Biologi Materi Pokok Sistem Respirasi pada Peserta Didik Kelas XI MAN
Pemalang”.
1 Nur Aini, “Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achivement
Devision) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik pada Pokok Bahasan
Aritmatika Sosial Kelas VII A MTS Tarbiyatul Ulum Wedung Demak Tahun Pelajaran
2008/2009”, Skripsi (Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 2009).
7
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan
bahwa adanya perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan
dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe jigsaw II dengan
peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Hal tersebut juga ditunjukkan dari rata-rata kedua kelas, dimana rata-rata
kelas eksperimen x = 87,02 dan rata-rata kelas kontrol x = 81,8. Dengan
demikian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw II lebih efektif
untuk meningkatkan hasil belajar biologi materi pokok sistem respirasi
pada peserta didik kelas XI MAN Pemalang.2
3. Skripsi Siti Mursidah (4301403070) Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang
yang berjudul, “Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui
Cooperative Learning Kombinasi Student team Achievement Division
(STAD) dan Team Games Tournament (TGT) Terintegrasi Ketrampilan
Generik”
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan
bahwa rata-rata hasil belajar mahasiswa pada siklus I untuk aspek kognitif
71.13 dengan ketuntasan klasikal 72,9%, sedangkan untuk aspek
psikomotorik rata-rata kelas sebesar 66,14 dengan ketuntasan 62,16%.
Pada siklus II rata-rata hasil belajar untuk aspek kognitif 81.54 dengan
ketuntasan klasikal 91,9%, sedangkan untuk aspek psikomotorik diperoleh
rata-rata kelas sebesar 77,25 dengan ketuntasan 89,19%. Berdasarkan hasil
penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar kimia pokok materi hidrokarbon melalui model pembelajaran
kooperatif kombinasi STAD dan TGT terintegrasi ketrampilan generik.
Saran yang terkait dengan hasil penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperati kombinasi STAD dan TGT terintegrasi ketrampilan generik
2 M Tabroni, “Efektivitas Model Pembelajarn Cooperative Learning Tipe Jigsaw II
Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Respirasi pada Peserta Didik Kelas XI MAN
Pemalang”, Skripsi (Semarang: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2009).
8
dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran kimia di sekolah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.3
Sebagai hal pembeda dari penelitian-penelitian yang sudah ada bahwa
dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti desain pelaksanaan perkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang termasuk mengenai aspek nilai Cooperative Learning.
Artinya dalam penelitian ini akan lebih banyak mengkaji bagaimana
dialektika praktikum pada level perguruan tinggi, dan itu belum dibahas
dalam penelitian terdahulu.
B. KERANGKA TEORETIK
1. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar
a. Praktikum
Dalam dunia pendidikan disadari perlunya menghubungkan
antara teori dan praktek. Prinsip-prinsip akan di kaji dalam praktek.
Apa yang terdapat dalam pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya
dalam teori, dalam prinsip-prinsip. Hubungan antara teori dan praktek
sebaiknya bersifat berlapis-lapis yang integratif, di mana teori dan
praktek secara bergantian dan bertahap saling isi mengisi, saling
mencari dasar, dan saling mengkaji. Atas dasar itu maka dalam sebuah
pembelajaran membutuhkan sebuah aktivitas praktik langsung, paling
tidak melalui ruang praktikum pendidikan.
Praktikum adalah subsistem dari perkuliahan yang merupakan
kegiatan terstruktur dan terjadwal yang memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori atau agar
mahasiswa menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan
3 Siti Mursidah, “Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Cooperative Learning
Kombinasi Student team Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT)
Terintegrasi Ketrampilan Generik”, Skripsi (Semarang: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, 2007).
9
suatu pengetahuan atau suatu mata kuliah.4 Jadi dalam praktikum
mahasiswa berlatih dalam hal keterampilan melakukan praktek,
demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
b. Perkuliahan Praktikum
Pelaksanaan perkuliahan tidak dapat dipisahkan dari pola dasar
pembelajaran mahasiswa. Dengan melaksanakan perkuliahan,
mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan
mahasiswa dapat memperbaiki mutu hidup menjadi lebih baik. Pada
prinsipnya, perkuliahan adalah suatu proses penambahan informasi dan
fakta-faktanya, yang mengendap menjadi pengetahuan. Segala sesuatu
yang dipelajari adalah menghubungkan antara pengalaman-pengalaman
individu dengan pengetahuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Perkuliahan merupakan aktivitas yang dilakukan setiap
mahasiswa, dalam perkuliahan maka tidak akan lepas dari yang
namanya belajar. Belajar merupakan aktivitas yang menghasilkan suatu
perubahan secara konstan, relatif dan fungsional. Karena belajar
merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap5.
Aktivitas dimaksud, menurut Winkel merupakan aktivitas jasmani dan
ruhani atau aktivitas lahir dan batin. Sedangkan Dimyati 6 dalam
bukunya Psikologi Pendidikan, menjelaskan bahwa esensi belajar
adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri seseorang karena
pengalaman. Pengertian kedua menitik beratkan adanya dua faktor
penting, yaitu perubahan dan pengalaman. Atau dalam bahasa
Whiterington perubahan perilaku karena pengalaman yang terjadi baik
4 www.unri.ac.id/2010/01/arti-dan-tujuan-praktikum.html. diunduh pada tanggal 24 Juni
2012. 5 WS. Winkel SJ. M.Sc., Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1999), hlm. 53.
6 Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Terapan), (Yogyakarta:
BPFP, 1990), hlm.121.
10
pada hewan maupun manusia.7 Pengertian ini lebih dekat dengan
penjelasan Reber, yang menjelaskan bahwa belajar adalah ….” A
relatively permanent change in respons potentiality which occurs as
aresult of reinforced practice”. Jadi belajar adalah “terjadinya
perubahan kemampuan bereaksi dan relatif secara menetap sebagai
hasil latihan yang diperkuat”. Sedangkan dalam versi yang lain Reber
melihat perilaku belajar lebih cenderung kognitivist, dan ini tidak
banyak direspon oleh para ahli psikologi.
Chaplin,8 dalam Dictionary of Psychology, menjelaskan
pengertian belajar. “….acquisition of anyrelatively permanent change in
behavior as a result of practice and experience”. Intinya, pertama
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan pengertian yang
kedua adalah “….process of acquiring responses as a result of special
practice”. Dari teks tersebut dapat dipahami bahwa belajar adalah
“proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan
khusus”. yang akan berujung kepada kesimpulan bahwa belajar itu
dihasilkan oleh dua pandangan psikologi, yaitu kognitif dan
behavioristik.
Hal ini juga ditekankan oleh Charles E. Skinner yang
menyimpulkan bahwa “……Learning is a process of progressive
behavior adaptation”. Dari teks tersebut dapat dipahami bahwa belajar
adalah “proses adaptasi untuk memperbaiki tingkah laku”. Sedangkan
Wittig dalam “Psychology Of Learning” yang dikutip oleh Muhibbin
Syah, 9 juga menjelaskan bahwa belajar adalah “ …any relatively
permanent change in an organis’s behavioral repertoire thatoccurs as
a result of experience”. Dari teks Wittig tersebut terdapat hal penting
yang perlu dicatat ialah “tidak adanya penekanan terhadap perubahan
7 Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 42-43.
8 Chaplin, JP. Dictionary Of Psychology, (New York: Dell Publishing Co., Inc.), hlm. 790.
9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm.
90.
11
yang bersifat lahiriah semata, akan tetapi lebih kepada seluruh aspek
perubahan yang menyangkut psiko-fisik organisme”. Pemahaman
Wittig tersebut sangat mungkin didasarkan kepada keyakinannya bahwa
tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator terhadap
adanya perilaku belajar, karena perilaku tersebut tidak dapat diobservasi
secara langsung. Akan tetapi Skinner sebagai salah satu tokoh
behavioristik lebih menitik beratkan pada perubahan tingkah laku
lahiriah.
Sedangkan belajar dalam penjelasan Henry Clay Lindren10
“…….a process of adding information and facts to the store of
knowledge one already possesses”. This theory ignores the fact that
everything learned is learned in relation to the individual’s previous
experience and thet knowledge does not and cannot exist as something
separate”
Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat
adanya latihan khusus. yang akan berujung kepada kesimpulan bahwa
belajar itu dihasilkan oleh dua pandangan psikologi, yaitu kognitif dan
behavioristik. Hal ini juga ditekankan oleh Charles E. Skinner yang
menyimpulkan bahwa “……Learning is a process of progressive
behavior adaptation”. Dari teks tersebut dapat dipahami bahwa belajar
adalah “proses adaptasi untuk memperbaiki tingkah laku”. Sedangkan
Wittig dalam Psychology Of Learning yang dikutip oleh Muhibbin
Syah, 11 juga menjelaskan bahwa belajar adalah “ …any relatively
permanent change in an organis’s behavioral repertoire thatoccurs as
a result of experience”. Dari teks Wittig tersebut terdapat hal penting
yang perlu dicatat ialah “tidak adanya penekanan terhadap perubahan
yang bersifat lahiriah semata, akan tetapi lebih kepada seluruh aspek
perubahan yang menyangkut psiko-fisik organisme”. Pemahaman
Wittig tersebut sangat mungkin didasarkan kepada keyakinannya bahwa
10 Hanry Clay Lindren, Psychology In The Classroom, (New York: John Wiley & Sons,
1960), hlm. 195.
11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, hlm. 89-90.
12
tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator terhadap
adanya perilaku belajar, karena perilaku tersebut tidak dapat diobservasi
secara langsung. Akan tetapi Skinner sebagai salah satu tokoh
behavioristik lebih menitik beratkan pada perubahan tingkah laku
lahiriah.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah “suatu proses penambahan informasi dan fakta-faktanya,
yang mengendap menjadi pengetahuan. Segala sesuatu yang dipelajari
adalah menghubungkan antara pengalaman-pengalaman individu
dengan pengetahuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan”. Jadi belajar
bukan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk materi pelajaran yang terkadang masih sangat
verbal, sebagai latihan belaka, seperti latihan membaca dan menulis.
Pemahaman yang demikian itu, akan membuat seseorang merasa
cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan
keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengertian mengenai
arti, hakekat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Para ahli psikologi pendidikan yang tergolong cognitivist12
bersepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan
itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan. Memori, yang biasanya
kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental
yang menangkap informasi dari stimulasi. Ia merupakan storage
sistem13 yaitu sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang
terdapat di dalam otak manusia. Penjelasan tersebut ditegaskan juga
12 Istilah kognitif berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian
yang luasnya adalah cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
Pada perkembangan selanjutnya istilah kognitif ini menjadi populer sebagai suatu wilayah
psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, mengolah informasi, berfikir dan keyakinan. Sehingga
dalam konteks perkembangan anak aspek kognitif akan banyak mengkaji seputar perkembangan
pemahaman anak atas sebuah obyek atau ilmu yang mereka terima baik dari subyek aktif maupun
pasif. Pada masa perkembangan kognitif anak-anak selalu melewati tahapan-tahapan dengan
urutan yang tidak pernah berubah, Lihat William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan
Aplikasi, Terj. Yudi Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 171. 13 WS. Winkel SJ. M.Sc., Psikologi Pengajaran, hlm. 104-105.
13
oleh Bruno, bahwa memori adalah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan
pengetahuan.
Sedangkan Proses pembelajaran adalah sebuah interaksi
edukatif, yang mana dalam sebuah interaksi tentunya harus
memperhatikan proses penting yang akan menjadikan sebuah interaksi
dalam proses pembelajaran menjadi ideal. Proses tersebut adalah
Pertama, proses Interaksi (mahasiswa berinteraksi secara aktif dengan
dosen, rekan mahasiswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb).
Kedua, proses Komunikasi (mahasiswa mengkomunikasikan
pengalaman belajar mereka dengan dosen dan rekan mahasiswa lain
melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses
Refleksi, (mahasiswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa
yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
Keempat, proses Eksplorasi (mahasiswa mengalami langsung dengan
melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan,
penyelidikan dan atau wawancara).14
Dengan memperhatikan beberapa proses tersebut, mahasiswa
sebagai peserta didik telah dijadikan sebagai subjek dalam proses
perkuliahan, dengan kata lain mahasiswa adalah sebuah unsur pokok
dan sentral, bukan unsur pendukung dan tambahan. Dan dosen sebagai
pengajar tidak sepenuhnya mendominasi kegiatan pembelajaran,
melainkan membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta
memberikan motivasi dan bimbingan agar mahasiswa dapat
mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui kegiatan belajar.
Untuk itu mekanisme belajar yang cenderung rumit tersebut
jangan kemudian diartikan dan diimplementasikan secara kaku,
terutama ketika itu berkait dengan pembelajaran untuk anak usia dini.
Karena pada dasarnya pembelajaran yang baik itu adalah pembelajaran
yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan peserta didik. Nah karena
14 Ihsan, Psikologi Belajar Al-Ghazali, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm.76.
14
mahasiswa merupakan manusia dewasa yang dikaruniai kekuatan pikir
dan kesadaran sosial yang sama baiknya, maka alangkah baiknya jika
perkuliahan yang mereka jalani didesain sebagai media pencerdasan diri
sekaligus sebagai media pemantik munculnya ghiroh bekerja sama
dalam belajar, sebagai medium pelatihan kekuatan bekerja sama di
kalangan masyarakat nantinya.
Ketika perkuliahan diejawantahkan dalam bentuk praktikum,
maka cara belajar yang paling tepat adalah melalui kelompok. Dengan
belajar kelompok mahasiswa belajar bekerja sama, bertanggung jawab
dan sangat mendukung untuk mengembangkan keterampilan dalam
memecahkan masalah secara sistematik. Bekerja sama merupakan
perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama sehingga tampak
kebersamaan dan kekompakan dalam mencapai tujuan bersama.
Sikap bekerja sama dapat dikembangkan melalui kerja
kelompok. Menurut Lungren berada dalam kelompok berarti mahasiswa
melakukan kerja sama selama kegiatan berlangsung.15 Jumlah
mahasiswa yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus
dibatasi agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama
secara efektif, karena apabila kelompok makin besar maka dapat
mengakibatkan makin kurang efektif kerja sama antara para
anggotanya. Lie berpendapat bahwa kelebihan dari jumlah anggota
kelompok yang hanya tiga sampai empat orang yaitu memberikan
kesempatan anggota kelompok, memudahkan interaksi dengan anggota
lainnya, lebih banyak memunculkan ide, serta lebih banyak tugas yang
dapat dilakukan oleh tiap anggota kelompok.16
15 Nurhayati, “Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi
Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri”, skripsi (Bandung: Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, 2009), hlm. 13. 16 Nurhayati, “Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi
Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri”, hlm. 14.
15
Menurut Dimyati dan Mujiono kerja sama secara umum dapat
menjadikan mahasiswa:17
1) Merasa sadar diri sebagai anggota kelompok
2) Merasa sadar diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok
3) Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung
4) Memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan
mahasiswa lainnya
5) Memiliki tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab
kelompok.
Sintak model perkuliahan yang melalui kelompok terdiri dari
enam fase.18
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan mahasiswa
Perilaku dosen menjelaskan tujuan
perkuliahan dan mempersiapkan
mahasiswa siap belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada mahasiswa secara verbal
Fase 3
Mengorganisir mahasiswa ke
dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada
mahasiswa tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Fase 4
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
mahasiswa mengerjakan tugasnya
Fase 5
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan mahasiswa
mengenai berbagai materi
perkuliahan atau kelompok-
17 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
166. 18 Siti Mursidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Cooperative Learning
Kombinasi Student Team Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT)
Terintegrasi keterampilan Generik, hlm. 13-14.
16
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6
Memberikan pengakuan atau
penghargaan dan hukuman
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok dan
hukuman bagi mahasiswsa yang
tidak mengikuti prosedur dalam
perkuliahan.
Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud perkuliahan kooperatif. Hal
ini penting untuk dilakukan karena mahasiswa harus memahami dengan
jelas prosedur dan aturan dalam perkuliahan. Fase kedua, dosen
menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi
perkuliahan dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di selaraskan
dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam
merestrukturisasikan tugasnya. Dosen harus menjelaskan bahwa
mahasiswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian
tugas kelompok harus merupakan tugas kelompok. Tiap anggota
kelompok memiliki pertanggung jawaban untuk mendukung
tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan
sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas
kelompok kepada individu lainnya. Fase keempat, dosen perlu
mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang
dikerjakan mahasiswa dan waktu yang di alokasikan. Pada fase ini
bantuan yang diberikan dosen dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa mahasiswa mengulangi hal yang sudah di
tunjukkannnya. Fase kelima, dosen melakukan evaluasi dengan
menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan
perkuliahan. Fase keenam, dosen mempersiapkan struktur reward yang
akan diberikan kepada mahasiswa. Fariasi struktur reward bersifat
17
individualistis, kompetitif dan kooperatif. Struktur reward terjadi
apabila sebuah reward dapat di capai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika mahasiswa
di akui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang
lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun
anggota tim-timnya saling bersaing. Selain itu dosen harus memberikan
hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur dalam
praktikum hal ini dilakukan untuk menimbulkan efek jera terhadap
mahasiswa.19
Dalam pembelajaran kelompok yang sifatnya bekerja sama
seperti halnya Praktikum sangat menunjang keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Menurut Utomo praktikum merupakan bagian dari
pengajaran yang mempunyai tujuan agar mahasiswa mendapat
kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas
persoalan yang dihadapinya sekaligus membuktikan kebenaran dari
teori yang sedang dipelajarinya.20 Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa praktikum dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami
keabstrakan konsep-konsep kimia, meningkatkan keterampilan proses
berpikir dan meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa.
Fungsi dari praktikum merupakan penunjang kegiatan proses
belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang
prinsip-prinsip yang dikembangkan. Proses perkuliahan praktikum
sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai
berikut:
Ketrampilan kognitif yang tinggi: 21
1) Berlatih agar dapat memahami teori
2) Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintegrasikan
19 Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 65-66. 20 Nurhayati, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi
Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri, hlm. 3. 21 Harsono, ed., Pembelajaran di Laboratorium, (Yogyakarta: UGM, 2005), hlm. 6.
18
3) Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata
Ketrampilan afektif:
1) Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri
2) Belajar bekerja sama
3) Belajar mengomunikasikan informasi mengenai bidangnya
4) Belajar menghargai bidangnya
Ketrampilan psikomotorik:
1) Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan
2) Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu
Metode praktikum sangat tepat diterapkan dalam perkuliahan
kimia, sebab pada umumnya ilmu kimia mempunyai keabstrakan
konsep yang cukup tinggi. Dengan metode praktikum diharapkan
konsep-konsep yang abstrak akan lebih mudah dipahami oleh
mahasiswa.
Dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum seorang dosen dapat
berperan sebagai: 22
1) Pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok; dosen
memberi informasi tentang tujuan belajar, tata kerja, kriteria
keberhasilan belajar, dan evaluasi
2) Setelah kelompok memahami tugasnya, maka kelompok
melaksanakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing,
dan pengendali ketertiban kerja
3) Pada akhir perkuliahan, tiap kelompok melaporkan hasil kerja
4) Guru melakukan evaluasi tentang proses kerja kelompok sebagai
satuan hasil kerja, perilaku, dan tata kerja, dan membandingkan
dengan kelompok lain.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan dosen pada pembelajaran
praktikum, yaitu:23
1) Menentukan tujuan praktikum
22 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 168.
23 Nurhayati, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi
Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri, skripsi, hlm. 19.
19
2) Menyiapkan prosedur praktikum
3) Menyiapkan lembar pengamatan
4) Menyiapkan alat dan bahan
5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum
Sedangkan persiapan dan kegiatan yang perlu dan harus
dilakukan mahasiswa:24
1) Mempelajari tujuan dan prosedur percobaan
2) Menggunakan alat dan bahan dalam percobaan
3) Mengamati percobaan
4) Mengambil, menyajikan, dan menganalisis data
5) Menyimpulkan hasil percobaan
6) Mengkomunikasikan hasil percobaan
c. Perkuliahan praktikum Kimia Dasar
Pada perkuliahan praktikum Kimia Dasar mahasiswa diberi
tugas untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan
yang dihadapi sekaligus membuktikan kebenaran dari teori Kimia
Dasar. Sehingga dengan demikian mahasiswa mampu meningkatkan
keterampilan proses berpikir dan meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa
dalam materi Kimia Dasar, karena dalam kenyataannya pengalaman
mahasiswa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya
dan dengan pengalaman seorang mahasiswa tumbuh dan berkembang
menuju ke arah kematangan.
Dan pada saat yang bersamaan mahasiswa memberikan dasar
yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab
itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi
penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan
dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan
teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan
24 Nurhayati, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif dalam Materi
Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green Chemistri, hlm. 20.
20
“Experienteial Learning Cycle” (Proses Belajar Berdasarkan
pengalaman).
Mahasiswa atau bisa dikatakan sebagai seorang pembelajar
dewasa memiliki beberapa karakteristik, yaitu:25
1) Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-
beda
2) Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
3) Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik
bagi dia dan menjadi kebutuhannya
4) Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau
disalahkan
5) Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap
pemahamannya
6) Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang
baik, adil dan masuk akal
7) Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur
hidupnya, oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak
mungkin
8) Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
Dalam dunia belajar pada dasarnya orang dewasa mempunyai
kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada
pemecahan permasalahan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan belajar
bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk
menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian,
terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang
dewasa.26 Jadi dalam hal ini seorang mahasiswa belajar lebih bersifat
untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera.
Untuk itu dalam materi perkuliahan praktikum Kimia Dasar lebih
25 “Andragogi (sebuah konsep Teoritik)”, http://dschandradewi.blogspot.com/2011/01/
metode-andragogi-dan-pedagogi.html, hal. 5, diunduh pada tanggal 24 Juni 2012. 26 “Strategi Pembelajar Orang Dewasa”, http://Andragogi blogspot.com /2011/01/.html,
hlm. 4, diunduh pada tanggal 24 Juni 2012.
21
bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-
hari.
Standar Kompetensi matakuliah praktikum Kimia Dasar pada
Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN, yaitu: mahasiswa
memiliki keterampilan melakukan eksperimen pemisahan dan
pemurnian, menentukan kalor reaksi berbagai macam reaksi,
menentukan laju reaksi, analisis volumetri (titrasi), mengidentifikasi
gugus-gugus fungsi serta uji sifat-sifat karbohidrat.27
Adapun materi yang dipraktekan dalam praktikum Kimia Dasar
pada Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN, sebagai berikut: 28
1) Teknik laboratorium
Percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Memegang, membuka, dan menutup botol reagen
b) Pembuatan dan pengenalan gas
c) Pengenceran
d) Pemisahan sederhana: dekantasi, filtrasi, kromatografi kertas
2) Pembuatan reagen kimia
a) Pembuatan reagen dari bahan kristal (zat padat)
b) Pembuatan reagen dari bahan larutan (zat cair)
3) Pemisahan, pemurnian, dan perubahan zat
a) Pemisahan dan pemurnian
b) Perubahan zat
4) Kinetika kimia
a) Mengenal jenis-jenis reaksi
b) Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl
5) Analisis volumetri: reaksi asam-basa
a) Pembuatan larutan standar primer asam oksalat 0,1 N
b) Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat
27 Abdul Wahid dkk, Deskripsi Mata Kuliah Kurikulum 2010 Program Studi Tadris Kimia,
(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010), hlm. 32. 28 Ratih Rizqi Nirwana dan Atik Rahmawati, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, (Semarang:
Laboratorium Pendidikan Kimia, 2012), hlm. 3.
22
c) Studi kasus: penetapan kadar asam asetat (asam cuka)
6) Pengenalan gugus fungsi
a) Reaksi senyawa alkohol
b) Reaksi senyawa aldehid dan keton
c) Reaksi esterifikasi
7) Senyawa bio-organik: karbohidrat.
a) Uji kelarutan
b) Tes umum karbohidrat: uji molisch
c) Tes karbohidrat pereduksi
d) Hidrolisa asam dan enzimatis
8) Tes seliwanorff
2. Nilai Cooperative Learning
a. Nilai
Menurut Driyarkara, nilai merupakan hakikat suatu hal, yang
menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia. Sedangkan menurut
Fraenkel nilai adalah ide atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa
yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang,
biasanya mengacu kepada estetika, etika pola perilaku dan logika benar
salah.29 Dari berbagai pendapat mengenai pengertian dari nilai tersebut,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang
berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Jadi, sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga bagi kehidupan
manusia.
Selain itu, nilai memiliki dua klasifikasi, yaitu nilai obyektif dan
nilai subyektif. Permana, nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai
yang bersifat intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa
secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat
kebenaran, keindahan, dan keadilan. Kedua, nilai subyektif yaitu nilai
29 Sofyan Sauri, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560
4201983011- SOFYAN_SAURI/makalah2/NILAI.pdf, diunduh pada tanggal 28 Juni 2012.
23
yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu,
tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.30
Dalam konteks penelitian ini, nilai menjadi sebuah konsep ideal
yang menjadi pemandu dalam pelaksanaan pembelajaran, yang dalam
hal ini adalah sebuah perkuliahan praktikum untuk mahasiswa. Sebagai
sebuah pemandu, maka nilai yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah nilai yang juga menjadi sebuah parameter kesuksesan sebuah
perkuliahan, ketika nantinya ada sebuah nilai yang belum terpenuhi
dalam pelaksanaan perkuliahan, maka perkuliahan tersebut akan
menjadi kurang maksimal dalam pelaksanaan dan perolehan hasilnya.
b. Cooperative Learning
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari
kata ‘kooperatif’ yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Slavin dalam bukunya Cooperative Learning
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran di mana para mahasiswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran.31
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
di upayakan untuk dapat meningkatkan peran serta mahasiswa,
memfasilitasi mahasiswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
kepada para mahasiswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama
meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
30 http://www. sekolahdasar.net /2011/10/pengertian- nilai-dan-moral-dalam -pkn. html,
diunduh pada tanggal 28 Juni 2012. 31 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Teori, Riset dan Praktik), (Bandung: Nusa
Media, 2010), hlm. 4.
24
struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang
bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata ‘kooperatif’ yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Slavin (1995) mengemukakan. “Incooperative learning methods,
students work together in four member teams to master material
initially presented by teacher”. Dari uraian tersebut dikemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di
mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang mahasiswa lebih
bergairah dalam melaksanakan aktivitas belajarnya.32
Menurut pendapat yang lain, Davidson menjelaskan bahwa
Kooperatif berarti “to work or together or jointly and strive to produce
an effect“ yang artinya “bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu
pengaruh tertentu”, istilah kooperatif juga dapat ditafsirkan baik secara
sosial, ekonomi, maupun secara biologis.33 Misalnya makna secara
sosial adalah aktivitas yang dikerjakan secara bersama-sama demi
memperoleh suatu manfaat yang juga dapat dirasakan secara bersama-
sama. Kooperatif secara ekonomi adalah usaha bersama-sama untuk
meningkatkan hasil produksi, pembelian, dan distribusi. Sedangkan
makna kooperatif secara biologis berarti perilaku yang sadar maupun
yang tidak sadar dimiliki oleh setiap organisme yang hidup bersama-
sama untuk survive di dunia ini.
Abdurrahman dan Bintoro memberi batasan model pembelajaran
kooperatif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antar sesama mahasiswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat
32 Isjoni, Pembelajaran Cooperative ; Meningktakan Kecerdasan Komunikasi antar
Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 22. 33 Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 30.
25
nyata.34 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta mahasiswa,
memfasilitasi mahasiswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
kepada para mahasiswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama
meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang
bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Kumpulan
disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur,
Groupness. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan
individu yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-
verrbal, emosional dan sebagainya. Tujuan dalam kelompok dapat
bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrinsik adalah tujuan yang di
dasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok menjadi senang. Tujuan
ekstrinsik adalah tujuan yang di dasarkan pada alasan bahwa untuk
mencapai sesuatu tidak dapat di capai secara sendiri, melainkan harus
dikerjakan secara bersama-sama. Struktur kelompok menunjukkan
bahwa dalam kelompok ada peran. Peran dari tiap-tiap anggota
kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran
masing-masing anggota kelompok akan bergantung pada posisi maupun
kemampuan individu masing-masing. Setiap anggota kelompok
berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang
mengatur perilaku anggota kelompok. Groupness menunjukkan bahwa
kelompok merupakan suatu kesatuan. Kelompok bukanlah semata-mata
34 Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2003), hlm. 60.
26
kumpulan orang yang saling berdekatan. Kelompok adalah kesatuan
yang bulat di antara anggotanya.35
c. Nilai Cooperative Learning
Roger dan David Johson mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu :
1) Saling ketergantungan positif
Saling ketergantungan positif yaitu hubungan timbal balik
yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di
antara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Dalam pembelajaran
kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama,
mempelajari materi yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
memastikan bahwa semua anggota kelompok secara individu benar-
benar mempelajari materi yang ditugaskan tersebut.36
Cara membangun saling ketergantungan positif adalah
sebagai berikut:37
a) Menumbuhkan perasaan mahasiswa bahwa dirinya terintegrasi
dalam kelompok, pencapaian terjadi jika semua kelompok
mencapai tujuan
b) Mengusahakan agar semua kelompok mendapatkan penghargaan
yang sama jika kelompok mereka berhasil
c) Mengatur sedemikian rupa sehingga mahasiswa dalam kelompok
hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok
d) Mahasiswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan
saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok
35 Agus Supriyono. Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM , hlm. 57-58.
36 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning, (Strategi Pembelajaran untuk Sukses
Bersama), (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 46. 37 Agus Supriyono. Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM , hlm. 59.
27
2) Tanggung jawab perseorangan
Tanggung jawab perseorangan yaitu adanya tanggung jawab
pribadi mengenai materi pelajaran dalam kelompok membuat
mahasiswa termotivasi untuk membantu temannya. Tanggung jawab
perseorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang
diperkuat oleh kegiatan belajar bersama, artinya: setelah mengikuti
kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
Cara menumbuhkannya yaitu:38
a) Kelompok belajar jangan terlalu besar
b) Melakukan assesmen (penilaian) terhadap setiap mahasiswa
c) Memberi tugas kepada mahasiswa yang dipilih secara randon
untuk mempresentasikan di kelas
d) Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi (jumlah)
individu dalam membantu kelompok
e) Menugasi mahasiswa untuk berperan sebagai pengawas atau
pemeriksa dalam kelompoknya
f) Menugasi mahasiswa untuk menugasi temannya
3) Interaksi promotif
Interaksi promotif yaitu interaksi yang langsung terjadi antar
mahasiswa tanpa adanya perantara. Kegiatan interaksi ini
memberikan sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil
pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran
dari satu kepala saja.
Interdependensi (kerja sama) akan menghasilkan interaksi
promotif (bersifat meningkatkan) ketika masing-masing individu
saling mendukung dan saling memfasilitasi usaha satu sama lain.
Interdependensi positif (persaingan) biasanya akan menghasilkan
interaksi yang sifatnya oposisional (menentang) di mana masing-
38 David W. Johnson dkk., Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses
Bersama), hlm. 53.
28
masing individu saling menjatuhkan dan mematahkan usaha satu
sama lain untuk mencapai sesuatu. Dalam ketiadaan interdependensi
(usaha individualistik) maka tidak ada interaksi karena setiap
individu bekerja secara sendiri-sendiri.39
Ciri-ciri interaksi promotif yaitu:40
a) Saling membantu secara efektif dan efisien
b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
d) Saling mengingatkan
e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi
f) Saling percaya
g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
4) Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para mahasiswa dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Tidak setiap
mahasiswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka.
Untuk mengoordinasikan kegiatan mahasiswa dalam
pencapaian tujuan, mahasiswa harus:41
a) Saling mengenal dan mempercayai
b) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c) Saling menerima dan saling mendukung
d) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun).
39 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses
Bersama), hlm. 23-24. 40 Agus Supriyono. Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM , hlm. 60.
41 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses
Bersama), hlm. 54.
29
5) Pemrosesan kelompok
Pemrosesan mengandung arti menilai, melalui pemrosesan
kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan atau tahapan kegiatan
kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan
kelompok adalah meningkatkan afektifitas anggota dalam
memberikan kontribusi terhadap kegiatan perkuliahan untuk
mencapai tujuan kelompok.42
Seorang dosen perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam bergantung tingkat
pendidikan mahasiswa.
Pada dasarnya Cooperative Learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum Ibrahim, et al, yaitu: .43
a) Hasil belajar akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai
mahasiswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Cooperative Learning memberi peluang bagi mahasiswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan
saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama
lain.
42 David W. Johnson dkk, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran untuk Sukses
Bersama), hlm. 56. 43 Isjoni, Pembelajaran Cooperative Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta
Didik, hlm. 39-41.
30
c) Pengembangan keterampilan sosial
Mengajarkan kepada mahasiswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial
penting dimiliki mahasiswa, sebab saat ini banyak anak muda
masih kurang dalam keterampilan sosial.
Kesemua aspek tersebut diupayakan harus ada dalam
perkuliahan praktikum Kimia Dasar, agar apa yang dicapai dari
praktikum sesuai yang diharapkan bersama. Betapa pentingnya nilai
sebuah pembelajaran kooperatif karena pada pembelajaran tersebut
mahasiswa dapat mengembangkan hubungan antara mahasiswa dari
latar belakang etnik yang berbeda. Selain hal itu mahasiswa juga dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa para mahasiswa perlu belajar untuk
berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta
mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Jadi
pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk
mencapai tujuan belajar praktikum, khususnya pada praktikum Kimia
Dasar yang pada dasarnya pembelajarannya secara berkelompok.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat
memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan
pemecahan permasalahan.1 Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan
rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan, atau
sesuatu untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
ilmu pengetahuan. Jadi, metode penelitian adalah serangkaian metode yang
saling melengkapi yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan.2
Penyusunan karya ilmiah (skripsi) ini tidak lepas dari penggunaan
metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian dapat terlaksana
dengan baik. Sebuah penelitian dapat mencapai hasil yang maksimal, jika
seorang peneliti paham dan mengerti betul metode apa yang akan digunakan
dalam penelitian tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif, artinya data yang dianalisis tidak untuk menerima atau
menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi
dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak harus berbentuk angka-angka
atau koefisien antar variabel. Penelitian ini berusaha untuk melaporkan
keadaan objek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, yaitu
menggambarkan atau mendeskripsikan secara langsung. Dalam konteks
penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian ini untuk
memotret secara komprehensif mengenai pelaksanaan perkuliahan
1 Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 1. 2 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 4.
32
praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
dan dengan mencoba mengulik beberapa nilai Cooperative learning yang
terkandung dalam perkuliahan praktikum kimia dasar tersebut. Dengan
mendapatkan potret lapangan yang seutuhnya peneliti berharap akan
ditemukan pola yang lebih baik dalam pelaksanaan perkuliahan
praktikum Kimia Dasar.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat
a. Nama lembaga Laboratorium Tadris Kimia fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
b. Alamat lembaga: Jl. Prof. Dr. Hamka (kampus II) Ngaliyan
Semarang.
2. Waktu
Dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 24 April – 22 Mei
tahun 2012.
C. SUMBER PENELITIAN
Data utama dalam penelitian ini diambil berasal dari:
1. Sumber data Field-Work
Sumber data Field-Work adalah informasi dari beberapa
responden, informan, peristiwa, situasi-kondisi dan fakta yang
didapat dari objek penelitian di lapangan.3
2. Sumber bibliografi dan dokumentasi
Sumber bibliografi dan dokumentasi adalah data yang berasal
dari bahan-bahan kepustakaan baik berupa ensiklopedi, buku-buku,
artikel-artikel karya ilmiyah yang di muat media massa seperti
majalah, surat kabar, jurnal ilmiyah dan laporan hasil penelitian.4
Sumber data pustaka dan dokumentasi ini akan digunakan sebagai
3 Abdul Jalil, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Cipta Press, 2003), hlm. 55.
4 Abdul Jalil, Metodologi Penelitian Sosial, hlm. 56.
33
titik tolak dalam memahami dan menganalisis fenomena pelaksanaan
perkuliahan yang bernilai Cooperative Learning praktikum Kimia
Dasar Jurusan di Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang tahun akademik 2012.
D. FOKUS PENELITIAN
Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa penelitian ini
dilaksanakan di Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Kimia IAIN
Walisongo Semarang.
Adapun fokus penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris
Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN, yang meliputi: fase satu;
menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mahasiswa, fase dua
menyajikan informasi, fase tiga; mengorganisir mahasiswa ke dalam
tim-tim belajar, fase empat; membantu kerja tim dan belajar, fase
lima; mengevaluasi, Fase enam; memberikan pengakuan atau
penghargaan dan hukuman.
2. Nilai-nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan
praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah
IAIN, adalah sebagai berikut: saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar
anggota, dan pemrosesan kelompok.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Sehubungan dengan penelitian lapangan terhadap studi kasus,
maka untuk mendapatkan data-data yang dimaksudkan, perlu dilakukan
dengan proses terjun langsung di lokasi penelitian yakni melalui
observasi, interview, dokumentasi, maupun dengan pencatatan lapangan.
Sedangkan untuk memperkuat teori-teori yang dipakai, maka peneliti
melengkapi dengan penelitian kepustakaan (library research).
34
Beberapa metode yang digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan data di antaranya:
1. Observasi
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau
mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan
berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas
perubahan tersebut.
Sanafiah Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi 3
yaitu: observasi berpartisipasi (participant observation), observasi
yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan
covert observation), dan observasi yang tak berstruktur
(unstructured observation).5
Agar memungkinkan pengumpulan data melalui pengamatan
berperan dengan baik, maka peneliti melakukan pengamatan secara
langsung dan mendalam. Karena dengan pengamatan seperti ini,
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi lengkap
sesuai dengan setting yang dikehendaki. Bahkan peneliti tidak
sekedar memperoleh data tentang visual perception saja, tetapi juga
akan diperoleh data dari pendengaran dan perasaan secara terpadu.
Pengamatan berperan serta pada dasarnya adalah mengadakan
pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada
interaksi sosial, kedisiplinan, kinerja dan lain-lain.6 Teknik ini lazim
digunakan oleh para antropolog, karena para peneliti aktif
berinteraksi sosial dalam memburu data. Oleh karenanya metode ini
menjadi salah satu metode penting dalam penelitian kualitatif
disamping wawancara. Karena dengan teknik ini meniscayakan
peneliti selalu terlibat secara aktif dan intensif. Derajat keterlibatan
dalam observasi ini adalah pada taraf (complete participant), akan
5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 145. 6Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
174.
35
tetapi peneliti tetap dapat diketahui oleh subjek penelitian tertentu.
Dengan cara ini, menurut Patton hal-hal yang bersifat rahasia pun
dapat diperoleh.
Peneliti dalam hal ini menggunakan observasi terus terang
dan tersamar, di mana peneliti akan mengamati dan mengetahui
secara langsung dan mendetail tentang pelaksanaan perkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang.
Peneliti juga mengobservasi nilai-nilai Cooperative Learning
dalam pola pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di
Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
yang meliputi unsur saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan
pemrosesan kelompok.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Ciri utama dari
interview adalah adanya kontak langsung dengan cara tatap muka
antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi
(interviewee).7 Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif,
setiap interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan
interviewee.8
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa untuk
memperoleh data dari sumbernya secara langsung, maka dalam
penelitian seyogyanya dilakukan dengan teknik wawancara.
Pertimbangan digunakannya teknik ini untuk mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
7 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 72.
8 Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 165.
36
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur peneliti
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar
sesuai dengan fokus atau masalah penelitian.
Tujuan digunakan teknik ini adalah untuk menemukan
informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara
jenis ini menekankan pada kekecualian, penyimpangan, penafsiran
yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, dan
pandangan para ahli. Wawancara terstruktur dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang persepsi dan aspirasi para pihak
terkait dengan implementasi substantif tersebut.
Pihak-pihak yang terkait di antaranya: dosen yang mengajar
Praktikum Kimia Dasar, asisten laboratorium, dan mahasiswa
praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa lampau. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang.9 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Schatzman dan Strauss menegaskan bahwa dokumen historis
merupakan bahan penting dalam penelitian kualitatif. Menurut
mereka, sebagai bagian dari metode lapangan, peneliti dapat
menelaah dokumen historis dan sumber-sumber sekunder lainnya
untuk menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut.10
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan
Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo Semarang. Data
9 Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 26.
10 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 195-196.
37
dapat berupa foto, tulisan, check list maupun dokumen-dokumen
yang penting lainnya, yang mana data tersebut dapat memperkuat
proses penerapan penelitian.
4. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.11
Triangulasi Pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti
akan melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara.
Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cek
dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa
penelitian untuk mengetahui nilai Cooperative Learning pada
pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris
Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo Semarang.
Setelah keempat metode tersebut di atas terlaksana, maka data-
data yang dibutuhkan akan terkumpul. Dan datanya digunakan untuk
mengorganisasi dan mensistematisasi data agar siap dijadikan bahan
analisis.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat
penting karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya
terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir
dalam penelitian.
Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hlm. 330.
38
temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut,
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).12
Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam hal ini peneliti
menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut
Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.13
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.14
Namun dalam penelitian ini, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Penelitian ini juga bersifat deskriptif, yang mana penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bekerja dengan cara berusaha menggambarkan
dan menginterpretasi objek apa adanya atau dapat dikatakan sesuai dengan
fakta.15
Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan
dan menginterpretasikan niali-nilai Cooperative Learning pada pelaksanaan
perkuliahan Praktikum Kimia Dasar Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
Dalam analisis ini peneliti mengarahkan pada pelaksanaan perkuliahan
praktikum Kimia Dasar dan nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan
perkuliahan Praktikum Kimia Dasar Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang guna mendapatkan hasil penelitian yang sangat
maksimal untuk dikembangkan.
12 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
hlm. 104. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
hlm. 89. 15 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hlm. 157.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan penulis sajikan tentang hasil penelitian yang penulis
lakukan sebelumnya. Pembahasan yang akan penulis sajikan dalam bagian ini
akan mengacu pada dua rumusan permasalahan yang sudah penulis rumuskan
di bagaian awal, yaitu: Pertama, Bagaimanakah pelaksanaan perkuliahan
praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang? Dan Kedua Apa sajakah nilai Cooperative Learning
dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di jurusan Tadris
Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang?
Agar kredibilitas dan kebenaran data terjamin, maka peneliti berusaha
sedapat mungkin secara detail mengamati langsung secara seksama dan
menulisnya secara teliti serta menganalisis dan menafsirkan untuk
mengetahui apa maknanya. Hasil penelitian dan pembahasan yang akan
dikemukakan adalah mengenai nilai Cooperative Learning dalam
pelaksanaan perkulihan praktikum Kimia Dasar di jurusan Tadris Kimia
Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Data di peroleh secara langsung oleh peneliti dengan mengamati
langsung data tentang perkuliahan praktikum Kimia Dasar dan nilai
Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia
Dasar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang diperoleh dengan
melakukan proses terjun langsung di lokasi penelitian yakni melalui
observasi, interview, dokumentasi, maupun dengan pencatatan lapangan.
Sedangkan untuk memperkuat teori-teori yang dipakai, maka peneliti
melengkapi dengan penelitian kepustakaan (library research).
Dari kegiatan observasi, interview, dokumentasi, dan pencatatan
lapangan diperoleh data tentang perkuliahan praktikum Kimia Dasar dan nilai
Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan Praktikum Kimia
Dasar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
40
Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek pokok. Pertama,
mengenai pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris
Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Kedua, nilai-nilai
Cooperative Learning dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia
Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi
promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok.
A. Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Perkuliahan praktikum Kimia Dasar merupakan salah satu mata
kuliah utama dalam kurikulum Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi dari
praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk
menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip
yang dikembangkan. Sehingga dengan adanya praktikum mahasiswa
menjadi mampu menemukan teori-teori Kimia Dasar yang sebelumnya
telah dikuliahkan dalam bentuk teoritis di ruang perkuliahan.
Sebagaimana perkuliahan praktikum lainnya, Proses perkuliahan
praktikum Kimia Dasar yang ada di Jurusan Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang menggunakan berbagai pendekatan
serta metode dalam pelaksanaannya, karena pola perkuliahannya yang
berkelompok dan tidak individual sebagaimana pola perkuliahan non
praktikum, maka layak untuk diamati kira-kira interaksi apa saja yang
berlangsung dalam kelompok tersebut, apakah mahasiswa yang ada
dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama dan dapat menyelesaikan
tugas perkuliahan sesuai yang harapkan? Untuk itu penulis mengkaji pola
pendekatan Cooperative learning pada perkuliahan yang berlangsung
dalam praktikum Kimia Dasar secara komprehensif.
41
Selanjutnya dibawah ini penulis akan menyajikan deskripsi
perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Yang mana data yang tersaji di
bawah ini penulis dapat dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
yang penulis dapatkan selama melaksanakan penelitian lapangan.
Sejauh yang penulis amati dalam proses perkuliahan praktikum
Kimia Dasar, pola praktikum yang biasanya dilaksanakan dalam
perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang berlangsung secara bertahap, adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Mahasiswa.
a. Menyampaikan Tujuan
Sebagaimana biasanya, sebuah perkuliahan pasti
memiliki perencanaan yang detail untuk mengarah pada
indikator yang akan dicapai selama perkuliahan, itu juga yang
ada dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Dalam kerangka
idealnya, pada permulaan perkuliahan dosen harus
menyampaikan segala hal berkait dengan perkuliahan praktikum
Kimia Dasar yaitu termasuk menyampaikan tujuan perkuliahan
kepada mahasiswa. Karena dengan penyampaian tujuan tersebut,
apa yang nantinya ingin dicapai dalam perkuliahan dapat
diketahui bersama oleh dosen dan mahasiswa, sehingga
diharapkan antara dosen dan mahasiswa dapat merealisasikan itu
secara bersama-sama dalam perkuliahan.
Sesuai yang penulis dapat dari penjelasan Ervin
Trisuryandari, M.Si, beliau menyebutkan bahwa secara prinsip
tujuan perkuliahan tersebut sudah diketahui mahasiswa, karena
dipermulaan perkuliahan dosen memberikan buku petunjuk
praktikum sebagai acuan keberlangsungan perkuliahan Kimia
Dasar. Walaupun tujuan tersebut tidak disampaikannya secara
langsung di depan kelas.
42
“Di awal perkuliahan saya tidak secara khusus
menyampaikan tujuan perkuliahan ini pada mahasiswa,
tetapi para mahasiswa secara prinsipnya sudah
mengetahui tentang tujuan dari praktikum karena
mahasiswa sudah belajar pada saat pembuatan jurnal,
sehingga sebenarnya yang berlangsung dalam
perkuliahan ini adalah tidak lanjut dari pembuatan jurnal
tersebut.”1
Dari kutipan tersebut terlihat betul, bahwa sebenarnya
sudah terjadi integrasi pemahaman dalam desain besar
perkuliahan, sehingga pengetahuan mahasiswa akan sebuah
tujuan perkuliahan sudah berlangsung integratif dari mata kuliah
yang ada pada waktu sebelumnya.
b. Mempersiapkan Mahasiswa
Fase penyiapan mahasiswa menjadi sangat penting,
karena untuk dapat memaksimalkan pemahaman mahasiswa
akan materi yang akan dipraktikumkan harus melalui sebuah
pembelajaran dan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kesiapan mahasiswa. Karena kesesuaian tersebutlah yang akan
membuat mahasiswa menjadi nyaman dalam mengikuti proses
perkuliahan. Selain kesesuaian, sebelum mahasiswa menjalani
proses praktikum, kondisi (situasi) pembelajaran harus di
orkestrasikan agar pikiran mahasiswa sudah “ON” ketika mulai
masuk dalam perkuliahan. Ketika mahasiswa sudah mulai
merasa siap nyaman maka efek perkuliahan akan lebih mudah
diterima, dan daya ketersimpanannya pada memori mahasiswa
akan berlangsung dalam waktu yang panjang.
Bagaimana dengan fase penyiapan mahasiswa dalam
praktikum ini? Pada fase persiapan mahasiswa dalam
pelaksanaan praktikum, dosen mempersiapkan mahasiswa agar
mahasiswa lebih siap untuk belajar. Dari apa yang penulis lihat
1 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8
Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
43
di ruang praktikum Tadris Kimia, dosen menyiapkan mahasiswa
dengan cara menyampaikan berbagai peralatan yang akan
digunakan, menjelaskan bahan yang akan digunakan dan
menjelaskan mekanisme atau cara kerja yang masih kurang
dipahami mahasiswa pada persiapan proses praktikum. Tetapi
walaupun begitu masih ada sebagian mahasiswa yang bingung,
karena ada manual kerja yang belum tertulis jelas dalam buku
petunjuk praktikum, mengenai hal tersebut ada salah satu
mahasiswa Rifdotul Yusro yang menuturkan:
“Dalam persiapan praktikum kadang kami masih
bingung tentang bagaimana cara kerja praktikum ini,
karena kadang masih ada prosedur praktikum yang
belum termaktub secara utuh dalam buku panduan,
sehingga kesiapan kami sebenarnya bergantung pada
penjelaskan dosen dan keaktifan kami sendiri.”2
Dari apa yang terungkap tersebut, maka sebaiknya untuk
mempersiapkan mahasiswa dosen harus mengklarifikasi maksud
perkuliahan praktikum Kimia Dasar secara komprehensif, hal ini
penting untuk dilakukan karena mahasiswa harus memahami
dengan jelas prosedur dan aturan dalam perkuliahan. Tatapi
sesuai penjelasan dari mahasiswa tersebut, ketika di lapangan
hal ini kadang kurang begitu diperhatikan oleh dosen. Jadi selain
bertumpu pada dosen, maka keaktifan mahasiswa juga harus
disorot untuk mengungkap hal-hal yang kiranya belum
sepenuhnya dimengerti oleh mahasiswa.
2. Menyajikan Informasi
Walaupun ini adalah perkuliahan praktikum, tetapi yang
namanya perkuliahan tetaplah membutuhkan penyajian informasi
yang seutuh-utuhnya agar dimengerti oleh mahasiswa. Kemudian
dari apa yang penulis temukan di lapangan, ketika di dalam ruangan
2 Wawancara dengan Rifdotul Yusro (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei
2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
44
praktikum tempat pelaksanaan praktikum Kimia Dasar, dalam fase
ini kerja dosen dalam mempresentasikan informasi kepada
mahasiswa kurang begitu mendalam, dosen hanya menyampaikan
secara global bahkan kadang tidak ada penyampaian informasi
tentang materi kepada mahasiswa padahal dalam menyampaikan
informasi ini sangat penting bagi mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan praktikum, karena bagaimanapun informasi ini
merupakan isi akademik yang dapat membantu mahasiswa untuk
memahami materi secara mendalam.
Ketika dikonfirmasi kepada dosen yang mengajar, beliau
merinci jawaban sebagai berikut:
“Sebenarnya apa yang kami sajikan di ruangan praktikum
adalah sebagai sebuah strategi perkuliahan, untuk memancing
rasa ingin tahu mahasiswa akan hal yang bagi mereka dirasa
masih kurang dipahami. Hanya saja memang selama ini
kebanyakan mahasiswa diam dan tidak banyak yang aktif
untuk bertanya atau mengeksplorasi data secara mandiri. Jadi
mungkin pada pertemuan selanjutnya akan saya intensifkan
dalam menjelaskan dan semoga juga diikuti dengan keaktifan
dari mahasiswa.”3
Apa yang disampaikan oleh dosen yang bersangkutan secara
ide ada benarnya, karena sebenarnya dalam kerangka perkuliahan
praktikum harus ada interaksi saling aktif antara kedua belah pihak,
yaitu dosen dan mahasiswa. Namun ada baiknya dari sisi dosen juga
harus berfikir untuk menjemput bola dengan menjelaskan secara
mendetail sajian informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk
mengantisipasi bagian mahasiswa yang belum paham tetapi tidak
berani bertanya langsung.
3 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8
Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
45
3. Mengorganisir Mahasiswa ke dalam Tim-tim Belajar
Basis dari perkuliahan praktikum adalah bagaimana membuat
kelas itu menjadi kelompok-kelompok kecil, yang dalam setiap
kelompok ada interaksi antara anggota kelompok untuk mengkaji
hal-hal atau pembahasan yang pada saat itu dipraktikan, sehingga
kemudian ada semacam pemahaman bersama atas materi kemudian
disajikan secara bersama di kelas. Itu artinya dibutuhkan sebuah
organisasi yang kuat dan rapi mulai dari dosen sampai pada
mahasiswa yang mengikuti praktikum. Mengorganisir mahasiswa ke
dalam tim-tim belajar sebenarnya juga merupakan salah satu strategi
belajar aktif untuk menghidupkan kerja sama antar mahasiswa
sekaligus ikut mengaktifkan mahasiswa yang pendiam, agar ikut
aktif dalam tim belajar tersebut.
Dalam konteks ini, dosen yang mengampu di praktikum
Kimia Dasar harus memberikan penjelasan kepada mahasiswa
tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien. Karena selain menguntungkan
untuk melatih kerja sama mahasiswa, namun dengan pembentukan
tim belajar yang tidak terorganisir dengan baik juga potensial
menimbulkan kekacauan dalam tim belajar.
Untuk itu, untuk mengeliminasi potensi kekacauan yang
mungkin terjadi pada fase ini, dibutuhkan sebuah mekanisme
organisasi tim belajar untuk mengatur transisi perkuliahan dari dan
ke kelompok-kelompok belajar harus di selaraskan dengan cermat.
Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam merestrukturisasikan
tugas kelompok dan tugas individu dalam masing-masing tim
belajarnya. Dosen harus menjelaskan bahwa mahasiswa harus saling
bekerja sama dengan baik di dalam mekanisme kerja kelompok.
Tetapi dalam praktikknya belum bisa berjalan seperti demikian,
sehingga proses praktikum kurang begitu dipahami oleh mahasiswa.
Seperti halnya yang pernah dipaparkan oleh kelompok 6. Dan di
46
awal perkuliahan praktikum pada kelompok ini mengatakan bahwa
waktu yang diperlukan dalam praktikum membutuhkan waktu yang
cukup lama karena tidak ada pembagian tugas di dalam
melaksanakan proses praktikum. Hal ini terjadi karena dosen tidak
memberikan arahan mengenai pembelajaran kooperatif yang
sebenarnya sehingga menghambat proses berjalannya praktikum.
Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tugas
kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki pertanggung jawaban
untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini
terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya
menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya. Dari
hasil pengamatan dan data yang telah didapat tidak ada mahasiswa
yang menggantungkan tugasnya kepada mahasiswa lain karena
jumlah kelompok hanya 3 orang dan ada yang 2 orang, sehingga
masing-masing dari anggota kelompok mempunyai rasa tanggung
jawab.
4. Membantu Kerja Tim dan Belajar
Pada fase keempat, dosen perlu mendampingi tim-tim belajar,
mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa dan waktu
yang di alokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan dosen dapat
berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa mahasiswa
mengulangi hal yang sudah di tunjukkannnya. Dalam praktiknya
pendampingan mahasiswa dilakukan oleh dosen dan asisten
laboratorium yaitu oleh Trima Ningsih, Anugroho, Nurhidayati, dan
Fitri Dwi Anggraini. Karena praktikum Kimia Dasar ini dilakukan
pada dua gelombang yaitu pada hari selasa yaitu pukul 08.35 WIB
sampai 10.10 WIB dan 13.00 WIB sampai 14.00 WIB, maka
pembagian asisten laboratorium terbentuk menjadi dua.
47
Pada perkuliahan praktikum ini yang yang lebih intens dalam
pendampingan praktikum adalah asisten laboratorium. Dari
pengamatan yang telah di dapat pengamatan ini kurang begitu efektif
karena dari jumlah praktikan yang begitu banyak dan hanya di
dampingi oleh dua asisten sehingga pendampingan tersebut kurang
begitu efektif.
“Bagi saya peribadi yang baru mengikuti praktikum seperti
ini, mekanisme bantuan dan pendampingan dalam kelompok
yang telah dilakukan oleh dosen dan asisten laboratorium
belum berlangsung maksimal. Karena selama ini yang
banyak mendampingi justru para asisten laboratorium yang
mungkin belum sepenuhnya ahli pada bidang ini. Kami
sendiri sebenarnya berharap dosen dapat melakukan
pendampingan kelompok secara utuh, agar tujuan praktikum
dapat tercapai selain itu ketika kami membutuhkan
penjelasan dari beliaunya juga dapat cepat direspon dengan
baik.”4
Dari argumentasi yang disampaikan oleh mahasiswa tersebut,
memunculkan sebuah kesimpulan tentang masih belum maksimalnya
pendampingan kelompok selama praktikum. Ada baiknya sedari
awal sebelum dilakukan perkuliahan baik dosen maupun mahasiswa
harus membuat kesepakatan bersama soal pendampingan kelompok,
sehingga nantinya model pendampingan yang diharapkan mahasiswa
dapat difasilitasi dengan baik oleh dosen maupun oleh asisten
laboratorium yang sudah ditentukan sebelumnya.
5. Mengevaluasi
Evaluasi (evaluation) bahasa Inggris dapat diartikan sebagai
kegiatan menentukan nilai. Dalam kamus besar bahasa indonesia,
kata evaluasi berarti penilaian. Evaluasi/penilaian adalah suatu
analisa yang sistematis untuk melihat efektifitas program yang
diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap mahasiswa.
Terkait dalam program pendidikan, mendiknas menyebutkan bahwa
4 Wawancara dengan Ita Rokhmatina, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa 15 Mei
2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
48
evaluasi diartikan sebagai suatu proses penggambaran, pencarian,
dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambilan
keputusan. Secara sederhana dapat diartikan bahwa evaluasi program
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengetahui
sejauh mana keberhasilan.
Pada fase kelima, dosen melakukan evaluasi berupa review
materi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan
tujuan perkuliahan. Seperti yang pernah penulis rasakan dulu ketika
mengikuti perkuliahan praktikum Kimia Dasar, mekanisme evaluasi
perkuliahan ini belum sepenuhnya efektif karena masih banyak hal
yang belum terwadahi secara penuh, sehingga ketika banyak
kekurangan seolah terbiarkan begitu saja. Karena sebenarnya
evaluasi yang berupa review materi akan lebih baik kalau dilakukan
setelah praktikum selesai. Tetapi pada praktiknya belum bisa
dilakukan karena terkendala oleh waktu. Review materi hanya
dilakukan oleh dosen pada perkuliahan terakhir sebelum pelaksanaan
ujian semester. Ini artinya model review materi seperti ini kurang
begitu efektif karena tanggang waktu terlalu lama sehingga
memungkinkan hilangnya ingatan mahasiswa.
Menurut penjelasan dari Ervin Trisuryandari, M.Si, yaitu
dosen praktikum Kimia Dasar beliau menjelaskan, bahwa
sebenarnya unsur waktu menjadi salah satu problem pelaksanaan
review itu sendiri.
“Kami sadar betul bahwa seharusnya evaluasi yang berupa
review praktikum itu dilakukan setelah selesai pertemuan,
karena memang dengan cara seperti itu segala hasil dapat
segera didapat, kekurangan yang ada dalam pelaksanaan
praktikum juga dapat segera diketahui dan sebisa mungkin
segera diperbaiki. Namun karena penghitungan waktu yang
bagi kami sangat terbatas untuk dapat melakukan semuanya
itu, maka akhirnya kami selaku dosen hanya bisa melakukan
review materi secara menyeluruh pada pertemuan terakhir
49
perkuliahan praktikum Kimia Dasar, sehingga hasilnyapun
kurang maksimal.”5
Selain penjelasan tersebut di atas, dalam praktiknya
kemudian evaluasi dilakukan dengan mewajibkan mahasiswa untuk
membuat laporan praktikum. Hanya masalahnya, sejauh ini laporan
praktikum yang dibuat oleh mahasiswa juga belum sepenuhnya ideal
seperti yang diharapkan. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
dosen, bahwa hasil yang di dapat dari pembuatan laporan praktikum
belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena dalam
pembahasannya mahasiswa belum bisa menjelaskan teori atau hasil
percobaan tersebut. Ini dikarenakan kurangnya pemahaman yang
mendalam mengenai materi yang akan dipraktikkan dan copy-paste
hasil laporan dari mahasiswa lain.6
Untuk itu memang sudah seharusnya review materi dilakukan
secara menyeluruh, baik itu dilakukan setiap pertemuan praktikum
maupun setelah semua praktikum selesai. Kemudian mengenai
pembuatan laporan praktikum sebenarnya secara ide itu merupakan
sebuah hal yang bagus untuk menguji keseriusan dan kepahaman
mahasiswa atas materi praktikum yang telah dilaksanakan. Soal
apakah kemudian nanti dalam praktiknya banyak yang plagiat
ataukah tidak itu semua kembali pada integritas mahasiswa, hanya
untuk membuat jera mungkin perlu ada peringatan dan hukuman
bagi yang menjiplak karya temannya sendiri.
Kemudian dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar, dosen
mengadakan pre-test dengan materi yang akan dipraktikumkan,
kegiatan ini dilakukan seminggu sebelum praktikum Kimia Dasar.
Apa yang dilakukan oleh dosen tersebut adalah perwujudan hal yang
bagus untuk dilakukan karena dengan kegiatan tersebut seorang
5 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8
Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah. 6 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8
Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
50
dosen dapat mengukur pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
akan dipraktikumkan. Kemudian sesuai yang dilihat di lapangan
ketika pre-test berlangsung dosen mengatur tempat duduk, hal yang
dilakukan oleh dosen tersebut sangat baik karena hal yang demikian
mencontek dengan teman yang lain.
Salah satu bagian dari aktifitas perkuliahan yang lazimnya
ada dalam proses perkuliahan praktikum yang berbasis kelompok,
adalah adanya aktifitas presentasi hasil praktikum oleh kelompok
sebagaimana hasil praktikum yang dijalani kelompok bersangkutan,
sebagai bagian evaluasi unjuk kerja kelompok di hadapan kelas dan
dosen pengampu. Hanya saja sejauh pengamatan penulis, aktifitas
tersebut belum bisa berjalan, sehingga efektifitas praktikum dalam
ruang lingkup pencapaian hasil praktikum belum berjalan secara
komprehensif. Kurangnya efektifitas perkuliahan ini dapat dilihat
dari kurangnya evaluasi dari teman sejawat perkuliahan atas hasil
kelompok lainnya, karena memang tanpa presentasi bergantian di
depan kelas, yang terjadi adalah hasil yang didapat satu kelompok
tidak akan diketahui kelompok lainnya. Sehingga tidak akan ada
penguatan antar kelompok melalui diskusi bersama dalam
perkuliahan sebagai penguatan hasil praktikum.
Dalam praktikum Kimia Dasar evaluasi materi keseluruhan
dilakukan pada ahir perkuliahan yaitu pada ujian semester. Sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh dosen praktikum Kimia Dasar,
bahwa dalam hal evaluasi materi keseluruhan mahasiswa dituntun
untuk bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh dosen. Evaluasi
materi keseluruhan memang harus dilakukan oleh dosen karena
keberhasilan dalam evaluasi ini dapat dijadikan sebagai parameter
pemahaman mahasiswa terhadap penyerapan materi yang sudah
dipraktikkan oleh mahasiswa.
51
6. Memberikan pengakuan atau penghargaan dan hukuman
a. Memberikan pengakuan atau penghargaan
Pada dasarnya dalam semua aktifitas itu harus ada
penghargaan bagi individu-individu yang sudah berhasil
mengerjakan tugasnya dengan baik. Bahwa konsep penghargaan
oleh Edward L. Throndike dimasukan menjadi sebuah bangunan
teori belajar koneksionisme, dengan menjadikan penghargaan
atau hadiah itu sebagai salah satu alat untuk menstimulasi
individu-individu agar selalu berbuat yang terbaik dan berhasil
dalam usahanya.
Tentunya penghargaan juga harus ada dalam proses
belajar dan pembelajaran, atau dalam hal ini adalah proses
praktikum Kimia Dasar. Karena penghargaan itu sendiri
memang memuat stimulasi yang positif untuk merangsang
semua mahasiswa agar menjalankan praktikum secara sebaik-
baiknya.
Pada fase keenam, dosen mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok yaitu
dengan mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan
kepada mahasiswa. Variasi struktur reward bersifat
individualistis, kompetitif dan kooperatif. Struktur reward
terjadi apabila sebuah reward dapat di capai tanpa tergantung
pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif
adalah jika mahasiswa diakui usaha individualnya berdasarkan
perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif
diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling
bersaing. Tetapi dalam praktiknya tidak ada pemberian reward,
sehingga perkuliahan terkesan monoton, dosen hanya
memberikan tambahan nilai bagi mahasiswa yang benar-benar
serius dalam melaksanakan semua proses perkuliahan sebagai
bentuk penghargaan terhadap mahasiswa.
52
Ketika ditanya mengenai bahasan tersebut, ada seorang
mahasiswa yang menuturkan bahwa sebenarnya akan lebih
menarik kalau seumpama ada penghargaan dalam proses
praktikum
“Bagi saya sendiri seumpama penghargaan itu benar-
benar ada dalam proses praktikum ini, maka sebenarnya
itu bisa menjadi penyemangat tersendiri bagi mahasiswa,
walaupun itu bukan satu-satunya tujuan kami mengikuti
perkuliahan praktikum ini. Karena siapapun pasti akan
merasa senang dan puas ketika apa yang telah dia
kerjakan dihargai orang lain apalagi kalau yang
memberikan pengakuan tersebut adalah dosen kita
sendiri, pasti kami akan lebih bersemangat lagi.”7
b. Hukuman
Selain itu hukuman bagi mahasiswa yang tidak
mengikuti prosedur dalam praktikum menjadi hal yang penting,
hal ini dilakukan untuk menimbulkan efek jera terhadap
mahasiswa. Dalam prakteknya mahasiswa yang tidak mengikuti
dari peraturan yang sudah ditetapkan oleh dosen dan mahasiswa
maka akan diberi hukuman. Sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Rifdhotul Yusro mahasiswa praktikum Kimia Dasar
“Ketika dalam perkuliahan kemudian ada mahasiswa
yang terlambat biasanya tidak diperbolehkan mengikuti
perkuliahan. Hal itu sudah menjadi kontrak belajar pada
awal perkuliahan, dan ketika terlambat mengumpulkan
laporan maka nilai dalam pembuatan laporan dikurangi,
hal demikian untuk menimbulkan efek jera terhadap
mahasiswa.”8
7 Wawancara dengan Yuni ma’rifah, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei
2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah. 8 Wawancara dengan Rifdhotul Yusro, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa 15 Mei
2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
53
Apa yang disampaikan oleh mahasiswa yang
bersangkutan secara ide ada benarnya, yaitu untuk menimbulkan
efek jera terhadap mahasiswa karena sebenarnya hal demikian
menjadi perilaku yang penting untuk mewujudkan tujuan
perkuliahan.
Dari kesemua fase yang yang telah dijelaskan di atas, sebenarnya
masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan praktikum
Kimia Dasar untuk menjadi lebih ideal. Tetapi paling tidak secara prinsip
perkuliahan, manual atau prosedur perkuliahan sudah berjalan
sebagaimana mestinya, walaupun di sana-sini masih banyak hal yang
harus diperbaiki. Dari sekian masukan yang diberikan oleh mahasiswa
mengenai berlangsungnya perkuliahan praktikum Kimia Dasar di
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terlihat betul, terutama
sejauh yang penulis alami dan saksikan dilapangan, bahwa faktor
kesiapan dan kemauan mahasiswa masih banyak yang belum sepenuhnya
difasilitasi oleh penyelenggara praktikum. Sehingga masih banyak
mahasiswa yang sampai selesai mengikuti praktikum tetapi masih
bingung dengan materi yang dipraktekan. Jadi mengenai permasalahan
tersebut penting kiranya dari pihak dosen mengevaluasi proses
perkuliahan secara menyeluruh sehingga bisa menguraikan dan
mendapatkan solusi atas permasalahan tersebut.
Namun di sisi lain, yang perlu menjadi catatan adalah mengenai
pola pembelajaran yang menggunakan tim belajar, yang melatih
mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok, berlatih mengorganisasi diri,
tetaplah harus diapresiasi dengan baik, karena bagaimanapun prinsip
dasar praktikum sebenarnya adalah tentang kerja kelompok dan secara
prinsipnya itu sudah terpenuhi. Kemudian bagaimana korelasi
perkuliahan praktikum dengan nilai-nilai Cooperative learning, apakah
nilai-nilai Cooperative learning sudah bersenyawa dengan perkuliahan
54
praktikum Kimia Dasar di fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang?
Jawabannya akan penulis bahas pada pembahasan selanjutnya.
B. Nilai-nilai Cooperative Learning dalam Pelaksanaan Perkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa
pembelajaran kooperatif lebih dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi yang perlu diingat, sebenarnya belajar kooperatif
lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam
belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka
dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota
kelompok. Ketika prinsip dasar pembelajaran kooperatif atau
Cooperative Learning diinternalkan dalam pelaksanaan praktikum Kimia
Dasar, maka struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif bagi
mahasiswa, akan menjadi nilai lebih bagi pelaksanaan praktikum Kimia
Dasar. Karena di dalam Cooperative Learning terdapat nilai-nilai
pembangun pembelajaran untuk menuju terciptanya keberhasilan
bersama dalam kelompok belajar dalam melaksanakan praktikum.
Itu artinya, memang ada prinsip dasar yang berkaitan antara
prinsip pelaksanan praktikum dengan pola kelompoknya (sebagaimana
yang terungkap pada bagian sebelumnya) dengan prinsip Cooperative
Learning, yaitu adanya spirit kooperatif dalam melaksanakan
pembelajaran dalam pola kelompok belajar. Kemudian, setelah pada
bagian sebelumnya penulis deskripsikan sekaligus mencoba menganalisa
temuan-temuan yang ada kaitannya dengan perkuliahan praktikum Kimia
Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, pada bagian ini
penulis akan melanjutkan pembahasan mengenai nilai-nilai Cooperative
Learning dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di
55
Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
nilai-nilai tersebut diantaranya:
1. Saling Ketergantungan Positif
Dalam permainan sepak bola, pemain gelandang (pemain
tengah) yang memberi umpan bola dan pemain yang menerima bola
merupakan contoh kegiatan saling ketergantungan positif.
Keberhasilan yang satu tergantung pada keberhasilan yang lainnya.
Keberhasilan bersama tergantung pada masing-masing dari
kelompok untuk bermain secara kompeten.
Sebagaimana diketahui pada pembahasan sebelumnya, bahwa
basis perkuliahan yang menggunakan pendekatan Cooperative
Learning adalah menjadikan proses perkuliahannya dalam bentuk
kelompok atau tim belajar, yang dalam kelompok tersebut otomatis
terdiri beberapa mahasiswa. Dengan pola seperti itu, maka satu hal
yang terjadi adalah akan munculnya saling ketergantungan dan
membutuhkan antara sesama anggota kelompok secara positif.
Perspektif positif di sini adalah menjadikan ketergantungan
sebagai ruh untuk menciptakan pola kerja di kelompok agar lebih
kuat, karena dengan merasa diharapkan keberhasilannya oleh teman
sekelompoknya, maka seseorang dalam kelompok tersebut juga akan
melaksanakan tugasnya secara maksimal, agar hasil kerja kelompok
juga akan menjadi maksimal seperti yang diharapkan.
Ketergantungan positif akan muncul apabila para mahasiswa
memandang bahwa mereka saling terhubung dengan teman
sekelompoknya dalam suatu cara yang membuat tidak mungkin bagi
siapapun untuk berhasil kecuali bila seluruh anggota kelompok
berhasil (demikian juga sebaliknya) dan bahwa mereka harus
mengoordinasikan usaha mereka bersama teman sekelompok mereka
untuk menyelesaikan sebuah tugas.
56
Dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar di jurusan Tadris
Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, pola
perkuliahannya juga didesain dengan kelompok, setiap kelompok
dalam kelas memiliki tanggung jawab dalam proses pelaksanaan
praktikum untuk mempelajari bahan yang ditugaskan kepada
kelompok tersebut.
Sebagai bagian awal dari praktikum Kimia Dasar, dosen
mengadakan pre-test untuk mengetahui seberapa besar pemahaman
materi yang akan di praktikkan. Menurut Ervin Trisuryandari, M.Si,
dosen praktikum Kimia Dasar, pre-test selain sebagai bagian
permulaan menuju praktikum yang sebenarnya, bagian ini juga
menjadi fase untuk mengetahui sejauh mana kesiapan mahasiswa
sebelum melakukan perkuliahan.
“Sebenarnya saya melaksanakan pre-test sebelum
pelaksanaan praktikum Kimia Dasar adalah sebagai upaya
untuk mengukur kesiapan mahasiswa, lebih dari itu, dari
kegiatan tersebut saya juga akan dapat mengukur tanggung
jawab individu dalam mempelajari bahan yang ditugaskan
tersebut. Karena jangan sampai ada anggota kelompok yang
semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab akan tugas
yang diberikan kepadanya. Karena ketika itu terjadi justru
akan merusak dinamika tim dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan pada tim atau kelompok tersebut.”9
Penjelasan yang tertangkap dari uraian tersebut, sebenarnya
upaya untuk meningkatkan tangung jawab mahasiswa dalam
memahami materi yang akan dipraktikan. Tetapi belum tertangkap
betul apakah metode yang digunakan tersebut dapat berjalan secara
efektif dan sesuai yang diharapkan baik oleh dosen maupun oleh
mahasiswa.
Kemudian bagaimana cara menciptakan ketergantungan
positif di antara mahasiswa? Sejauh pengamatan penulis, ada
beberapa strategi yang biasanya digunakan seorang dosen dalam
9 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 8
Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
57
membangun saling ketergantungan positif adalah menumbuhkan
perasaan mahasiswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,
pencapaian terjadi jika semua kelompok mencapai tujuan. Hal
tersebut bisa dilihat dalam proses pelaksanaan, masing-masing
kelompok membagi tugas dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah selesai praktikum. Selain hal tersebut untuk memastikan
bahwa para mahasiswa meyakini hal ini dan peduli terhadap
seberapa besar masing-masing dari mereka belajar, dosen praktikum
Kimia Dasar menyusun sebuah kelompok atau tujuan bersama yang
jelas seperti “pelajari materi yang diberikan dan pastikan bahwa
semua anggota kelompokmu mempelajarinya”. Tujuan kelompok
harus selalu menjadi bagian dari perkuliahan.
Selain itu mengusahakan agar semua kelompok mendapatkan
penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai
tujuannya adalah hal yang penting untuk dilakukan. (misalnya, jika
semua anggota kelompok behasil dalam pelaksanaan praktikum 90
persen benar, maka masing-masing akan mendapatkan 5 poin nilai
sebai bonus). hal tersebut untuk memotivasi mahasiswa untuk
mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya dan hal
demikian juga dapat meningkatkan kualitas kerjasama. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya tidak dilakukan hal yang demikian.
Dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar dosen
memberikan tugas untuk satu kelompok untuk diselesaikan bersama
anggota kelompok. Selain itu dosen membagi materi praktikum. Jadi
setiap satu pertemuan ada dua materi yang harus diselesaikan, seperti
halnya ketika kelompok pertama menyelesaikan praktikum pertama
maka kelompok yang ke dua melaksanakan praktikum yang ke dua,
begitu sebaliknya. Dalam hal ini masing-masing anggota kelompok
mengatur sedemikian rupa membagi tugas dalam melaksanakan
praktikum, sehingga hal tersebut dapat memperlancar jalannya
praktikum.
58
Selain hal demikian dalam praktikum Kimia Dasar
mahasiswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung
dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat
dengan mahasiswa dalam kelompok. Seperti yang penulis lihat pada
kelompok dua dalam melakukan praktikum pada percobaan tujuh
mengenai tes umum karbohidrat: uji Molisch. Anggota ini satu sama
lain saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi,
dan saling terikat yaitu pada saat persiapan praktikum. Ada praktikan
yang menyiapkan peralatan karena terkadang alat yang dipersiapkan
asisten kurang, kemudian ada yang memberi label pada tabung
reaksi yang akan dipraktikumkan dan ada yang menulis draf hasil
yang pada ahir praktikum dijadikan sebagai laporan sementara.
Bagi penulis, strategi dan dinamika tim yang dijalankan
untuk memunculkan ketergantukan positif antara anggota kelompok
sebenarnya sudah baik, tetapi dinamika yang sepenuhnya diserahkan
kepada kelompok juga memerlukan pendampingan dan pengawasan
yang intens, karena itu menjadi bagian antisipatif untuk
mengeliminir timbulnya masalah-masalah kelompok yang potensial
terjadi.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Setelah menciptakan nilai ketergantungan positif dalam
kelompok kerja praktikum, ada nilai lain yang akan semakin
menguatkan upaya penciptaan keseriusan mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum Kimia Dasar, yaitu nilai tanggung jawab
perseorangan dalam kerja kelompok. Sebenarnya secara substantif
nilai tanggung jawab ini menjadi nafas dasar untuk terciptanya nilai
ketergantungan positif dalam kelompok. Nilai tanggung jawab
perseorangan akan tercipta ketika kinerja dari setiap mahasiswa
secara individual dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada
individu tersebut dan kelompoknya.
59
Untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa bertanggung
jawab atas bagian tugas kelompok secara adil, dosen menilai
seberapa besar usaha dari masing-masing anggota kelompok telah
berkontribusi, memberikan umpan balik kepada kelompok dan
mahasiswa secara individual, membantu kelompok untuk
menghindari usaha yang berlebihan, dan memastikan bahwa setiap
anggotanya bertanggung jawab terhadap hasil akhir. Setelah
berpartisipasi dalam sebuah pelajaran kooperatif, setiap anggota
kelompok seharusnya menjadi tersiapkan dengan lebih baik untuk
menyelesaikan tugas yang serupa secara individual.
Dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar masing-masing
mahasiswa bertanggung jawab mengenai materi yang ditugaskan
dalam kelompok. Tanggung jawab tersebut menjadi modal dasar
apakah mahasiswa akan menjadi anggota kelompok yang baik,
sehingga bisa membantu secara penuh dalam kelompok ataukah
tidak. Dengan digariskannya nilai tanggung jawab dalam
pelaksanaan praktikum, maka sebenarnya nilai itu juga membuat
mahasiswa semakin termotifasi untuk membantu temannya. Ini
sebagaimana yang diutarakan salah seorang mahasiswa Rifdhotul
Yusro, dia menyebutkan:
“Penekanan nilai tanggung jawab mahasiswa dalam
praktikum kimia sebenarnya adalah sebuah kewajiban, yang
setiap dari kami (mahasiswa) harus memiliki nilai itu untuk
menciptakan praktikum yang maksimal. Karena saya juga
akan merasa jengkel kalau saya serius dan bertanggung
jawab, tetapi ada salah satu teman saya semaunya sendiri dan
tidak bertanggungjawab. Karena itu pasti akan merusak
suasana kelompok kami. Jadi saya sangat mengharapkan
kepada semua teman saya untuk bertanggungjawab dalam
melaksanakan kerja kelompok dalam praktikum.”10
10 Wawancara dengan Rifdotul Yusro, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei
2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
60
Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk
memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-banar, dalam
kenyataannya, mendapatkan manfaat dari belajar secara kooperatif
dan setelah mengikuti kelompok belajar bersama anggota kelompok
dapat menyelesaikan tugas yang sama. Karena dalam praktiknya
setelah selesai praktikum masing-masing kelompok membuat
laporan sementara sehingga hasil yang didapat adalah dari hasil
percobaan bersama dan untuk di analisis bersama. Karena pada
dasarnya pola perkuliahan kelas kooperatif adalah bahwa mahasiswa
belajar bersama-sama dan kemudian mengerjakan sendiri. Mereka
menguasai skil dan pengetahuan, mempelajari prosedur dan strategi
di dalam sebuah kelompok kooperatif terlebih dahulu. Kemudian
mereka mengaplikasikan pengetahuan atau penggunaan skil, strategi,
atau prosedur tersebut sendirian untuk menunjukkan penguasaan
personal mereka terhadap meterinya. Pola ini memastikan tanggung
jawab individual dan memberi kesempatan bagi setiap mahasiswa
untuk menerima manfaat sebagai hasil dari bekerja sama dalam satu
kelompok.
Salah satu cara yang relevan untuk menciptakan tangung
jawab perseorang dalam kelompok adalah dengan membuat
kelompok yang simpel dan jangan terlalu besar. Dalam praktikum
Kimia Dasar jumlah anggota kelompok adalah dua orang dan ada
juga yang tiga orang. Sehingga harapannya dengan kelompok kecil
tersebut akan membuat semua anggota kelompok akan lebih
bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
Selain itu, dalam praktikum Kimia Dasar, dosen juga
melakukan assesmen (penilaian) terhadap setiap mahasiswa, dalam
praktikum dosen melakukan penilaian terhadap mahasiswa dari
mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah selesai praktikum.
Mengenai penilaiannya ada beberapa hal yang menjadi parameter
penciptaan nilai tangung jawab perseorangan, adapun panduan
61
penilaiannya adalah sebagai berikut; Pertama, Memberi tugas
kepada mahasiswa yang dipilih secara random untuk
mempresentasikan di kelas. Hal ini penting dilakukan oleh dosen
karena dengan seperti itu akan kelihatan siapa saja mahasiswa yang
siap dan bertanggung jawab, sehingga ketika dia tiba-tiba disuruh
maju juga sudah siap untuk mempresentasikan apa yang menjadi
hasil praktikum dari kelompoknya. Juga bisa mengetahui mahasiswa
yang tidak bertangungjawab karena pasti dia tidak siap ketika
disuruh maju presetasi. Akan tetapi hal demikian belum bisa
dilaksanakan dalam praktikum Kimia Dasar, menurut Ervin
Trisuryandari, M.Si, hal demikian terjadi karena terkendala oleh
waktu.11
Kedua, Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi
(jumlah) individu dalam membantu kelompok. Hal ini bisa dilihat
oleh dosen dan asisten dosen pada saat pendampingan praktikum,
akan tetapi sejauh ini belum ada dari anggota kelompok yang tidak
bertanggung jawab, karena dalam praktikum dosen sudah mendesain
kelas dengan bentuk kelompok yang minimalis yaitu dua dan ada
yang tiga orang, sehingga masing-masing orang merasa bertanggung
jawab akan tugas yang diberikan oleh kelompok. pencatatan
frekuensi ini penting dilakukan oleh seorang dosen untuk
mengevaluasi siapa-siapa saja yang belum cukup bertanggung jawab
dalam melaksanakan kerja kelompoknya. Ketika setelah didata dan
didapati ada mahasiswa yang asal dalam membantu kelompok, maka
mahasiswa tersebut dapat segera diingatkan oleh dosen.
Ketiga, Menugasi mahasiswa untuk berperan sebagai
pengawas atau pemeriksa dalam kelompoknya. Kelompok memang
membutuhkan pengawas dari tim sendiri mengingat dosen dan
pendamping praktikum pasti kurang mencukupi untuk mengawasi
11 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si, (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa,
8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
62
secara menyeluruh pada semua kelompok. Tugas pokok pengawas
dari dalam tidak lain adalah untuk mendeteksi hal-hal yang tidak
diinginkan dalam sebuah kelompok. Hasilnya akan bisa menjadi
sebagai panduan tambahan bagi dosen dalam mengevaluasi
mahasiswa dalam sebuah kelompok. Akan tetapi asisten
laboratorium (Fitria Dwi Anggraini) menuturkan bahwa dalam
praktiknya belum bisa dilaksanakan hal yang demikian karena
mengingat dari jumlah praktikan dimasing-masing kelompok yang
sedikit. Sehingga pengawasan hanya dapat dilakukan oleh dosen dan
asisten laboratorium Kimia sehingga pendampingannya kurang
begitu maksimal.12
Keempat, Menugasi mahasiswa untuk menugasi temannya.
Dalam istilah mudahnya adalah menunjuk salah satu mahasiswa
menjadi koordinator kelompok, yang akan menjadi pusat instruksi
dalam kelompok. Fungsi dasar adanya koordinator dalam kelompok
adalah biar kerja kelompok menjadi fokus sekaligus melatih
tanggungjawab mahasiswa sebagai seorang pemimpin kelompok
dalam praktikum. Akan tetapi dalam praktikum Kimia Dasar belum
bisa dilaksanakan hal yang demikian.
3. Interaksi Promotif
Ketika sebuah pembelajaran atau perkuliahan dibentuk secara
kelompok, maka salah satu hal yang akan menjadi perhatian adalah
soal bagaimana interaksi yang terjadi dalam kelompok kerja tersebut.
Interaksi menjadi penting, karena tanpa interaksi dalam sebuah
kelompok maka yang terjadi adalah sekumpulan mahasiswa yang
kerja individual tetapi dalam satu kelompok, dan itu pasti tidak akan
efektif dalam menciptakan kerja kelompok dalam praktikum.
Sejauh pengamatan penulis, dalam pelaksanaan praktikum
Kimia Dasar semua anggota kelompok berinteraksi secara promotif
12 Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini, (Asisten Laboratorium Praktikum Kimia
Dasar), Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
63
yaitu saling memfasilitasi satu sama lain. Hal demikian ini memang
sangat membantu keberlangsungan praktikum karena dengan
berinteraksi dapat memberikan sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada
hasil pemikiran dari satu kepala saja. Selain itu interaksi promotif
dapat memberi pengaruh paling basar pada usaha-usaha untuk
mencapai hubungan yang penuh kepedulian dan komitmen, dan
penyesuaian psikologis serta kompetensi sosial.13
Menurut penjelasan dari Asisten laboratorium yang
notabenenya memang yang intens mendampingi praktikum, dalam
pelaksanaan praktikum Kimia Dasar, mahasiswa dalam kelompok
saling membantu secara efektif dan efisien.
“Saya sangat apresiatif sekali dengan cara mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum Kimia Dasar. Interaksi antar
mahasiswa berlangsung secara efektif, seperti ketika ada
kesulitan mahasiswa memberi informasi dan sarana yang
diperlukan dan memproses informasi bersama secara lebih
efektif dan efisien, saling mengingatkan dan Saling
membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan
terhadap masalah yang dihadapi saling percaya saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.”14
Ilustrasi dari ungkapan asisten laboratorium tersebut
menunjukan bahwa dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia
Dasar ada sebuah interaksi promotif antara satu mahasiswa dengan
lainnya untuk menciptakan kerja kelompok yang efektif.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur apakah nilai interaksi promotif sudah berlangsung secara
baik ataukah belum dalam sebuah kelompok kerja praktikum seperti
ketika mempraktikan materi Karbohidrat. Sejauh pengamatan yang
penulis lakukan, indikatornya pada individu adalah sebagai berikut:
13 Observasi dilakukan pada Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
14 Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini (Asisten Laboratorium Praktikum Kimia
Dasar), Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
64
a. Saling membantu secara efektif dan efisien, ini dapat dilihat dari
dinamika kelompok, apakah antar mahasiswa semuanya dapat
bekerja bareng sesuai job atau tugasnya masing-masing ataukah
tidak.
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, interaksi
ini akan berjalan secara alamiah, karena tim yang baik pasti
akan saling mengerti apa yang menjadi kebutuhan kawan dalam
kelompoknya, hanya dengan isyarat atau komunikasi simpel.
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien,
ini dapat dilihat dari cara anggota kelompok melakukan diskusi
membahas hal-hal yang menjadi tugas kelompok. Kelompok
yang baik akan menciptakan sebuah diskusi yang fokus pada
materi yang dikaji, sehingga akan lebih cepat terselesaikan.
Seperti ketika berdiskusi tentang uji kelarutan, maka mahasiswa
melakukan diskusi untuk mengidentifikasi sekaligus
mengkomparasi kelarutan yang ada dalam tabung reaksi.
d. Saling mengingatkan, indikator ini menjadi penting karena
kadang anggota kelompok melakukan prosedur praktikum.
Maka tugas pokok teman lain dalam satu kelompok adalah
dengan cara segera memperingatkannya, itu perlu dilakukan
agar kerja kelompok menjadi lebih efektif
e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi. Bagian ini merupakan penyempurnaan
dari bagian sebelumnya, dengan tujuan untuk menghasilkan
rumusan kelompok yang lebih maksimal, karena ini akan
membantu anggota kelompok ketika merumuskan hasil
praktikum dalam laporan praktikum tentang Karbohidrat.
f. Saling percaya karena mayoritas adalah satu angkatan/satu kelas,
sikap ini adalah mutlak ada dalam sebuah kelompok agar kerja
65
kelompok dapat berjalan tanpa kesenjangan antara anggota
kelompok satu dengan lainnya.
g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama.
Keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok adalah mutlak
dan tidak bisa ditawar. Dan motifasi untuk terciptanya itu harus
dilakukan semua anggota kelompok pada anggota kelompok
lainnya supaya keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok
kerja praktikum dapat benar-benar terwujud di akhir
praktikum.15
4. Komunikasi Antar Anggota
Selain interaksi promotif, nilai lain yang juga penting dalam
sebuah kelompok adalah komunikasi antar anggota atau
keterampilan sosial. Nilai ini selain menjadi nilai penting dalam
sebuah kelompok, nilai ini juga akan menjadi parameter apakah
mahasiswa akan menjadi sosok yang trampil membangun
komunikasi dalam sebuah kelompok ataukah tidak. Ketika tidak, itu
pasti akan menjadi problem tersendiri bagi mahasiswa tersebut.
Dalam praktikum Kimia Dasar sebenarnya sudah terjadi
komunikasi antar satu anggota dengan lainnya. Ini seolah sudah
menjadi kesadaran bersama di antara mahasiswa bahwa salah satu
faktor penting dalam keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Karena
dengan cara itu, semua anggota akan saling mengerti apa sebenarnya
yang diharapkan masing-masing anggota, dan itu akan menjadi
modal yang baik bagi terciptanya keberhasilan bersama dalam
kelompok. Ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang
mahasiswa Mardiyatun Nur
15 Observasi Dilakukan pada Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas
Tarbiyah.
66
“Menurut saya komunikasi dalam tim itu wajib, karena
komunikasi merupakan inti dari sebuah kerja kelompok.
Kalau dalam kelompok tidak ada komunikasi dan semuanya
diam, maka pasti tugas yang diberikan pada kelompok
tersebut tidak akan terselesaikan dengan baik. Untungnya
selama ini saya tergabung dalam kelompok yang enak dalam
berkomunikasi, jadi segala tugas dapat kami selesaikan
dengan baik.”16
Nilai komunikasi ini menghendaki agar para mahasiswa
dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Karena
memang perlu disadari kadang ada salah satu dari mahasiswa yang
ada dalam kelompok yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik.
Dan dengan menjadikan komunikasi menjadi prasarat mutlak dalam
kerja kelompok, sedikit banyak itu akan menjadi motivasi tersendiri
bagi mahasiswa yang masih ada masalah adalah menjalin
komunikasi dalam kelompok.
Untungnya, dalam praktikum Kimia Dasar di Tadris Kimia
selama ini hampir semua mahasiswa saling mengenal dan
mempercayai. Saling mengenal terjadi karena mayoritas adalah satu
kelas dalam perkuliahan. Sejauh pengamatan penulis, mereka juga
saling mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak
ambisius, saling menerima dan saling mendukung, mampu
menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun).
5. Pemrosesan Kelompok
Komponen esensial pembelajaran kooperatif yang ke lima
adalah pemrosesan kelompok. Kerja kelompok yang efektif
dipengaruhi oleh apakah setiap kelompok merenungkan, memproses,
atau tidak mengenai seberapa baik mereka telah berfungsi.
Pemrosesan kelompok atau evaluasi dari proses kelompok
merupakan nilai Cooperative Learning yang harus ada dalam
perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Karena bagaimanapun, sebuah
16 Wawancara dengan Mardiyatun, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15 Mei
2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
67
perkuliahan akan diketahui baik ataukah tidak dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan, yang dalam hal ini adalah mengevaluasi
proses yang terjadi dalam perkuliahan praktikum Kimia Dasar.
Dari hal tersebut agar dapat memastikan bahwa terjadi
pemrosesan kelompok, dosen harus mengalokasikan waktu secara
khusus pada setiap akhir praktikum untuk kelompok kooperatif
memproses seberapa efektifkah setiap anggotanya telah bekerja
sama. Pemrosesan semacam ini akan memungkinkan kelompok-
kelompok praktikum fokus pada pemeliharaan hubungan kerja yang
baik di antara anggota kelompoknya, memfasilitasi skil-skil
pembelajaran kooperatif, memastikan bahwa para anggotanya
menerima umpan balik atas partisipasi mereka, memastikan bahwa
mahasiswa memikirkan metakognitif dan juga kerja kognitif mereka,
dan memberikan sebuah cara untuk merayakan keberhasilan
kelompok dan menguatkan sikap-sikap positif anggota kelompok.
Selain itu, dosen hendaknya secara periodik melakukan
pemrosesan seluruh kelas. Ketika kelompok pembelajaran kooperatif
digunakan di dalam kelas, maka dosen harus mengobservasi
kelompok-kelompok tersebut, menganalisis masalah yang dialami
ketika bekerja sama, dan memberikan umpan balik kepada setiap
kelompok. Dosen harus berpindah-pindah dari satu kelompok ke
kelompok lainnya secara sistematik. Hal demikian dilakukan oleh
dosen praktikum Kimia Dasar dengan menggunakan sebuah lembar
observasi formal, untuk mengumpulkan data secara spesifik dari
setiap kelompok.
Dalam pelaksanaannya selama ini, evaluasi proses kelompok
dilakukan oleh dosen pengampu yaitu melalui penilaian terhadap
proses kerja oleh masing-masing kelompok. Sesuai dengan yang
dituturkan oleh Ervin Trisuryandari, M.Si, dosen praktikum Kimia
Dasar
68
“Selama ini saya melaksanakan penilaian proses kelompok
dengan menggunakan lembar observasi penilaian. Hal ini
memeng berbeda dengan praktikum yang sebelumnya karena
saya ingin penilain terhadap mahasiswa tidak terpaku kepada
pembuatan laporan dan tes ahir smester saja akan tetapi kerja
mahasiswa juga. Hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih
serius dalam melaksanakan praktikum. Tetapi selama ini
penilai tersebut hanya saya lakukan sendiri sehingga hasilnya
kurang begitu maksimal.”17
Desain evaluasi proses praktikum yang hanya dilakukan
seorang dosen secara prinsipnya kurang begitu efektif karena
banyaknya praktikan, sehingga pengamatan yang dilakukan tidak
bisa maksimal.
Kemudian pada akhir periode kelas, dosen dapat mengadakan
sebuah sesi pemrosesan seluruh kelas dengan membagi hasil
observasi kepada seluruh kelas. Apabila setiap kelompok memiliki
pengamatan pengamatan dari teman mereka sendiri, maka hasil
pengamatan mereka bisa diikut sertakan untuk mendapatkan data
kelas yang menyeluruh. Mengenai hal tesebut asisten laboratorium
(yang dulu juga pernah menjadi mahasiswa praktikum Kimia Dasar)
menceritakan kalau selama ini agenda seperti itu belum pernah
dilakukan, sehingga mahasiswa juga hanya menerima nilai jadi tanpa
mengetahui kekurangan yang mereka punyai.18
Sebuah aspek penting dari pemrosesan kelompok adalah akan
menghadirkan perasaan berhasil, dihargai, dan dihormati dapat
membangun komitmen untuk belajar, antusiasme terhadap bekerja
sama dalam kelompok kooperatif, dan rasa kemampuan diri dalam
hal penguasaaan mata kuliah dan bekerja sama secara kooperatif
dengan teman sekelas.
17 Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar), Selasa,
8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah. 18 Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini (Asisten laboratorium Praktikum Kimia Dasar),
Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
69
Paket lima nilai Cooperative Learning yang penulis bahas secara
mendetail pada pembahasan sebelumnya, sebenarnya merupakan sebuah
indikator dan panduan dasar bagi pelaku pembelajaran ketika mereka
ingin menciptakan sebuah perkuliahan yang berbasis Cooperative
Learning di dalam kelasnya. Sebagai sebuah nilai pembelajaran, maka
kelima nilai tersebut bisa menjadi sebuah indikator pencapaian yang
memandu dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus evaluasi
perkuliahan tersebut, agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Khusus dalam pelaksanaan praktikum Kimia Dasar di fakultas
Tarbiyah, kelima nilai Cooperative Learning tersebut secara prinsip
sebenarnya sudah berlangsung secara penuh dalam praktikum, tentunya
sesuai dengan kadar kualitas masing-masing. Hanya saja, penulis melihat
ada permasalahan yang sangat penting dalam pelaksanaannya yaitu
mengenai praktis aspek nilai pemrosesan kelompok. Bagi penulis, dalam
nilai pemrosesan kelompok masih terlihat belum bisa dipraksiskan
sebagaimana mestinya dalam perkuliahan, dengan masih adanya
permasalahan praktikum yang belum tuntas dan melegakan bagi
praktikan. Padahal sebenarnya kemunculan semua nilai Cooperative
Learning dapat dilihat dari hasil identifikasi pelaksanaan nilai
pemrosesan kelompok tersebut.
Untuk itu ada baiknya baik dosen, asisten laboratorium maupun
praktikan sendiri dapat melakukan evaluasi sebagai basis dari
pemrosesan kelompok tersebut secara terstruktur baik dan sesuai
kebutuhan dasar praktikan. Karena dengan adanya sinergitas dan
perhatian dari semua elemen dalam melaksanakan menciptakan
pemrosesan kelompok dalam praktikum Kimia Dasar dapat menjadi
starting point untuk membenahi problem yang ada sekaligus
memaksimalkan proses internalisasi nilai Cooperative Learning dalam
pelaksanaan praktikum Kimia Dasar di Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang.
70
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian berjudul:
“Nilai Cooperative Learning Dalam Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar
(Studi Kasus di Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang)”, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan perkuliahan praktikum Kimia Dasar di Jurusan
Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, dosen
pengampu mata kuliah mendesain perkuliahan menjadi enam fase
pembelajaran, yaitu: menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
mahasiswa, menyajikan informasi, mengorganisir mahasiswa ke dalam
tim-tim belajar, membantu kerja tim dan belajar, mengevaluasi,
memberikan pengakuan atau penghargaan dan hukuman kepada
mahasiswa. Dari kesemua fase yang yang telah dijelaskan di atas,
sebenarnya masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam pelaksanaan
praktikum Kimia Dasar untuk menjadi lebih ideal. Tetapi paling tidak
secara prinsip perkuliahan, manual atau prosedur perkuliahan sudah
berjalan sebagaimana mestinya, walaupun di sana-sini masih banyak hal
yang harus diperbaiki.
b. Adapun nilai Cooperative Learning dalam pelaksanaan sperkuliahan
Praktikum Kimia Dasar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
adalah sebagai berikut: nilai saling ketergantungan positif, nilai tanggung
jawab perseorangan, nilai interaksi promotif, nilai komunikasi antar
anggota, dan nilai pemrosesan kelompok. kelima nilai Cooperative
Learning tersebut secara prinsip sebenarnya sudah berlangsung secara
penuh dalam praktikum, tentunya sesuai dengan kadar kualitas masing-
masing. Hanya saja, penulis melihat ada permasalahan yang sangat
penting dalam pelaksanaannya yaitu mengenai praktis aspek nilai
pemrosesan kelompok. Bagi penulis, dalam nilai pemrosesan kelompok
71
masih terlihat belum bisa dipraksiskan sebagaimana mestinya dalam
perkuliahan, dengan masih adanya permasalahan praktikum yang belum
tuntas dan melegakan bagi praktikan. Padahal sebenarnya kemunculan
semua nilai Cooperative Learning dapat dilihat dari hasil identifikasi
pelaksanaan nilai pemrosesan kelompok tersebut.
B. Saran
Dari beberapa temuan yang penulis munculkan dalam simpulan, maka
ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan di sini:
1. Dari rangkaian penelitian yang penulis lakukan selama ini, bagi penulis
peran dosen pengampu mata kuliah praktikum Kimia Dasar harus
menambah perhatiannya kepada mahasiswa praktikum Kimia Dasar.
Karena selama kini mahasiswa masih merasa apa yang disajikan dosen
pengampu belum sepenuhnya maksimal dalam mengakomodir kebutuhan
mahasiswa.
2. Selain peran dosen, salah satu hal yang harus ditingkatkan adalah
mengenai pendampingan kelompok belajar praktikum. Selama ini
pendampingan kelompok belajar dalam praktikum belum maksimal,
karena pendampingan yang ada sekarang belum cukup representatif
untuk mendampingi secara intens di masing-masing kelompok belajar.
Jadi ketika satu kelompok menghadapi masalah tidak dapat segera
tertangani karena harus bergiliran untuk didampingi.
3. Salah satu yang menjadi perhatian penulis dalam hasil riset ini adalah
mengenai mekanisme evaluasi. Sejauh ini evaluasi yang berupa review
materi belum berjalan maksimal karena hanya dilaksanakan pada bagian
akhir perkuliahan praktikum Kimia Dasar. Sehingga banyak
permasalahan yang muncul di setiap sesi praktikum tidak segera
tertangani dan tidak segera terselesaikan. Itu artinya memang dibutuhkan
redesign evaluasi proses, dengan membuat review materi di setiap sesi
praktikum, agar hasilnya menjadi lebih efektif dan capaiannya akan lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur, 2009, “Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams
Achivement Devision) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Peserta Didik pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII A MTS
Tarbiyatul Ulum Wedung Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi,
Semarang : Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
“Andragogi, 2012, (sebuah konsep Teoritik)”, http://dschandradewi.
blogspot.com/2011/01/metode-andragogi-dan-pedagogi.html.
E. Slavin, Robert, 2010, Cooperative Learning, (Teori, Riset dan Praktik),
Bandung: Nusa Media.
Hadi, Sutrisno, 1989, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.
Harsono, ed., 2005 Pembelajaran di Laboratorium, Yogyakarta: UGM.
http://www. sekolahdasar.net /2011/10/pengertian- nilai-dan-moral-dalam -pkn.
html.
Huda, Miftahul, 2011, Cooperative Learning, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ihsan, 2005, Psikologi Belajar Al-Ghazali, Yogyakarta: Teras.
Isjoni, 2011, Pembelajaran Cooperative ; Meningktakan Kecerdasan Komunikasi
antar peserta didik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalil, Abdul, 2003, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Cipta Press.
Johnson, W David dkk, 2010, Coolaborative Learning (Strategi Pembelajaran
untuk Sukses Bersama), Bandung: Nusa Media.
JP, Chaplin, Dictionary Of Psychology, New York: Dell Publishing Co., Inc.
Lindren, Clay, Hanry, 1960, Psychology In The Classroom, New York: John
Wiley & Sons.
Margono S, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud, Dimyati, 1990, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Terapan),
Yogyakarta: BPFP.
Moleong, Lexy J., 2001, Metode penelitian kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mudjiono dan Dimyati, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Muhadjir, Noeng, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Mulyana, Deddy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E., 2008, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,Karekteristik dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mursidah, Siti, 2007, “Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Cooperative
Learning Kombinasi Student team Achievement Division (STAD) dan
Team Games Tournament (TGT) Terintegrasi Ketrampilan Generik”,
Skripsi, Semarang: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Nirwana, Risqi, Ratih, dan Rahmawati, Atik, 2012, Petunjuk Praktikum Kimia
Dasar, Semarang: Laboratorium Pendidikan Kimia.
Nurhadi, dkk., 2003, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalan KBK,
Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhayati, 2009, Sikap Kerjasama Mahasiswa pada Pembelajaran Kooperatif
dalam Materi Pengolahan Air Melalui Metoda Praktikum Berbasis Green
Chemistri, skripsi Sarjana Pendidikan Kimia pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Observasi dilakukan pada Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas
Tarbiyah.
Sauri, Sofyan, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB
/195604 201983011- SOFYAN_SAURI/makalah2/NILAI.pdf.
“Strategi Pembelajar Orang Dewasa”, 2012, http://Andragogi blogspot.com
/2011/01/.html.
SJ., WS. Winkel, 1999, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.
Subagyo, Joko, 2004, Metode Penelitian, (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta.
Sukardi, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya),,
Jakarta: Bumi Aksara.
Supriyono, Agus, 2010, Cooperative Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tabroni, M., 2009, “Efektivitas Model Pembelajarn Cooperative Learning Tipe
Jigsaw II Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Respirasi
pada Peserta Didik Kelas XI MAN Pemalang”, Skripsi, Semarang :
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Wahid, Abdul dkk, 2010, Deskripsi mata kuliah kurikulum 2010 program studi
tadris kimia, Semarang: Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo.
Wawancara dengan Ervin Trisuryandari, M.Si. (Dosen Praktikum Kimia Dasar),
Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
Wawancara dengan Rifdotul Yusro (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa,
15 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
Wawancara dengan Ita Rokhmatina, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa
15 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
Wawancara dengan Yuni ma’rifah, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa,
15 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
Wawancara dengan Fitria Dwi Anggraini, (Asisten Laboratorium Praktikum
Kimia Dasar), Selasa, 8 Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas
Tarbiyah.
Wawancara dengan Mardiyatun, (Mahasiswa Praktikum Kimia Dasar), Selasa, 15
Mei 2012, di Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah.
Whiterington, 1982, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01/DW/2012 Dokumen Wawancara
Lampiran 02/DF/2012 Dokumen Foto
Lampiran 03/LO/2012 Lembar Observasi
Lampiran 04/LIS/2012 Lembar isi skripsi
Kode: 01/DW/2012
INSTRUMEN
I. Instrumen untuk dosen praktikum Kimia Dasar
A. Pembelajaran Cooperative terdiri dari 6 fase, yaitu:
1. Fase 1
a. Apakah dosen memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang
tujuan perkuliahan yang akan dipraktekkan?
Di awal perkuliahan saya tidak secara khusus menyampaikan
tujuan perkuliahan ini pada mahasiswa, tetapi para mahasiswa
secara prinsipnya sudah mengetahui tentang tujuan dari praktikum
karena mahasiswa sudah belajar pada saat pembuatan jurnal,
sehingga sebenarnya yang berlangsung dalam perkuliahan ini
adalah tidak lanjut dari pembuatan jurnal tersebut.
Dan di permulaan perkuliahan saya memberikan buku petunjuk
praktikum sebagai acuan keberlangsungan perkuliahan Kimia
Dasar.
b. Apakah dosen membuat manual belajar tentang apa saja yang harus
dipersiapkan mahasiswa sebelum praktikum dimulai?
Saya menyiapkan mahasiswa dengan menyampaikan berbagai
peralatan yang akan digunakan, menjelaskan bahan yang akan
digunakan dan menjelaskan mekanisme atau cara kerja yang
masih kurang dipahami mahasiswa pada persiapan proses
praktikum. Tetapi walaupun begitu masih ada sebagian mahasiswa
yang bingung, karena ada manual kerja yang belum tertulis jelas
dalam buku petunjuk praktikum.
Kode: 01/DW/2012
2. Fase 2
a. Apakah dosen memberikan kisi-kisi tentang materi kepada
mahasiswa sebelum melaksanakan praktikum supaya mahasiswa
mengerti materi yang akan dipraktekkan?
Sebelum melaksanakan praktikum Kimia, sebenarnya apa yang
kami sajikan di ruangan praktikum adalah sebagai sebuah strategi
perkuliahan, untuk memancing rasa ingin tahu mahasiswa akan
hal yang bagi mereka dirasa masih kurang dipahami. Hanya saja
memang selama ini kebanyakan mahasiswa diam dan tidak banyak
yang aktif untuk bertanya atau mengeksplorasi data secara
mandiri. Jadi mungkin pada pertemuan selanjutnya akan saya
intensifkan dalam menjelaskan dan semoga juga diikuti dengan
keaktifan dari mahasiswa.
3. Fase 3
a. Apakah dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan
praktikum?
Saya mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan
perkuliahan. Di sini saya tidak memberikan arahan mengenai
pembelajaran kooperatif yang sebenarnya, di awal perkuliahan
saya hanya memberikan arahan mengenai prosedur praktikum
saja.
4. Fase 4
a. Apakah dosen mendampingi masing-masing kelompok dalam
pelaksanaan praktikum?
Dalam pelaksanaan praktikum saya ikut mendampingi tetapi tidak
begitu inten. Untuk pendampingan lebih memang dari asisten
karena terkadang saya harus mengoreksi jurnal yang dibuat
mahasiswa yang pada akhir praktikum harus dikembalikan sebagai
bahan pembuatan laporan.
Kode: 01/DW/2012
5. Fase 5
a. Apakah dosen menyiapkan model evalusinya?
Saya sadar betul bahwa seharusnya evaluasi yang berupa review
praktikum itu dilakukan setelah selesai pertemuan, karena memang
dengan cara seperti itu segala hasil dapat segera didapat,
kekurangan yang ada dalam pelaksanaan praktikum juga dapat
segera diketahui dan sebisa mungkin segera diperbaiki. Namun
karena penghitungan waktu yang bagi kami sangat terbatas untuk
dapat melakukan semuanya itu, maka akhirnya kami selaku dosen
hanya bisa melakukan review materi secara menyeluruh pada
pertemuan terakhir perkuliahan praktikum Kimia Dasar, sehingga
hasilnyapun kurang maksimal. Selain itu evaluasi dilakukan
dengan mewajibkan mahasiswa untuk membuat laporan praktikum.
Hanya masalahnya, sejauh ini laporan praktikum yang dibuat oleh
mahasiswa juga belum sepenuhnya ideal seperti yang diharapkan.
Karena dalam pembahasannya mahasiswa belum bisa menjelaskan
teori atau hasil percobaan tersebut. Ini dikarenakan kurangnya
pemahaman yang mendalam mengenai materi yang akan
dipraktekkan dan copy-paste hasil laporan dari mahasiswa lain.
Selain itu kami juga melakukan pre-test untuk mengukur seberapa
besar terhadap pemahaman materi yang akan dipraktikumkan.
Dan Evaluasi materi keseluruhan dilakukan pada akhir
perkuliahan pada ujian semester, dalam hal ini mahasiswa harus
bisa mengerjakan soal yang telah diberikan.
6. Fase 6
a. Apakah dosen menyediakan reward atau hadiah sebagai
penyemangat mahasiswa terhadap prestasi yang didapat?
Memang hal yang demikian sangat baik apabila
dilakukan sebagai penyemangat mahasiswa. Akan tetapi tidak
anggaran untuk hal tersebut. Saya hanya memberikan tambahan
nilai bagi mahasiswa yang benar-benar serius dalam
Kode: 01/DW/2012
melaksanakan semua proses perkuliahan sebagai bentuk
penghargaan terhadap mahasiswa.
b. Apakah ada hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti
prosedur dalam praktikum?
Pada awal perkuliahan saya dan mahasiswa membuat kontrak
kontrak belajar, dan yang di sepakati adalah ketika terlambat
mengumpulkan laporan maka nilai dalam pembuatan laporan
dikurangi, hal demikian untuk menimbulkan efek jera terhadap
mahasiswa, dan ketika ada mahasiswa yang terlambat maka tidak
diperbolehkan mengikuti perkuliahan.
Kode: 01/DW/2012
B. Nilai Cooperative Learning pada saat persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar
1. Saling ketergantungan positif
a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah masing-
masing mahasiswa mempelajari bahan yang ditugaskan kepada
kelompok?
upaya untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa dalam
memahami materi yang akan di praktekan. Yaitu saya
melaksanakan pre-test sebelum pelaksanaan praktikum Kimia
Dasar ini sebagai upaya untuk mengukur kesiapan mahasiswa,
lebih dari itu, dari kegiatan tersebut saya juga akan dapat
mengukur tanggung jawab individu dalam mempelajari bahan
yang ditugaskan tersebut. Karena jangan sampai ada anggota
kelompok yang semaunya sendiri dan tidak bertanggung jawab
akan tugas yang diberikan kepadanya. Karena ketika itu terjadi
justru akan merusak dinamika tim dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan pada tim atau kelompok tersebut.
b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah semua
anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang
ditugaskan?
Yang saya lakukan untuk memastikan dalam mempelajari bahan
yang ditugaskan adalah dengan mendampingi ketika proses
praktikum berlangsung.
c. Bagaimanakah cara dosen membuat setiap mahasiswa menyadari
bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan pencapaian terjadi,
jika semua kelompok mencapai tujuan/berhasil?
Cara yang saya lakukan untuk menyadarkan mahasiswa dalam
kelompok adalah dengan menginstruksikan kepada mahasiswa
untuk melakukan praktikum dengan penuh keseriusan dan
kesemangatan. Agar tujuan kelompok bisa tercapai.
Kode: 01/DW/2012
d. Apakah dosen memberikan apresiasi penghargaan yang sama
kepada semua kelompok jika kelompok mereka berhasil?
Hal demikian tidak saya lakukan.
e. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk bisa mengatur
sedemikian rupa sehingga mahasiswa dalam kelompok hanya
mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok dari mulai
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Saya membuat manual praktikum, saya membagi materi praktikum.
Jadi setiap satu pertemuan ada dua materi yang harus
diselesaikan, seperti halnya ketika kelompok pertama
menyelesaikan praktikum pertama maka kelompok yang ke dua
melaksanakan praktikum yang ke dua, begitu sebaliknya.
Kemudian dalam pelaksanaan praktikum dari mulai persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum masing-masing anggota
membagi tugas untuk mempermudah pelaksanaan.
f. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk menjaga
sinergitas setiap mahasiswa dalam kelompok dengan ditugasi peran
yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling
melengkapi, dan saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok
dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia
Dasar?
Untuk penugasan peran yang saling mendukung dan saling
berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan
mahasiswa lain dalam kelompok dilakukan oleh masing-masing
kelompok itu sendiri.
Kode: 01/DW/2012
2. Tanggung jawab perseorangan
a. Apakah yang dosen lakukan untuk mengetahui apakah anggota
kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama setelah mengikuti
kelompok belajar bersama?
Untuk mengetahui apakah anggota kelompok dapat menyelesaikan
tugas yang sama setelah mengikuti kelompok belajar bersama
yaitu bisa dilihat dalam kesamaan hasil laporan praktikum dan
bisa dilihat dari pemahaman materi setelah pelaksanaan
praktikum.
b. Apakah dosen mengatur detail mengenai berapa jumlah anggota
dari masing-masing kelompok?
Jumlah dari anggota kelompok saya bagi pada awal petemuan.
Dan hal ini di atur secara terbuka tidak ada unsur pilih kasih
karena pada pembagiannya dengan cara berhitung, tidak secara
tertutup tetapi terbuka. Dan jumlah dari masing-masing anggota
ada yag dua orang dan ada yang tiga orang.
c. Apakah dosen menyiapkan instrumen untuk penilaian proses
terhadap setiap mahasiswa?
Saya menyiapkan instrumen penilai proses terhadap setiap
mahasiswa. Hal ini memang berbeda dari praktikum sebelumnya,
karena saya menginginkan penilaian tidak hanya di tentukan pada
ujian akhir akan tetapi proses juga berperan.
d. Apakah dosen membuat manual praktikum yang mengatur apakah
setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara random
untuk mempresentasikan di kelas?
Hal yang demikian tidak saya lakukan, pada hasil akhir
mahasiswa hanya mengumpulkan laporan sementara ini sebagai
bukti kalau kelompok tersebut telah menyelesaikan praktikum.
Kode: 01/DW/2012
e. Bagaimana cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum?
Yang saya lakukan untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum adalah dengan melihat secara langsung proses
praktikum. Hal ini tidak sekedar mendampingi akan tetapi
sekaligus memberi arahan kepada mahasiswa.
f. Apakah dosen menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu
kelompok untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau
pemeriksa dalam kelompoknya?
Saya tidak menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu kelompok
untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa
dalam kelompoknya. Untuk hal yang demikian saya serajkan
sepenuhnya kepada masing-msing kelompok.
g. Apakah dosen menentukan salah seorang mahasiswa yang
menugasi dalam setiap kelompoknya?
Hal yang demikian tidak saya lakukan.
3. Interaksi promotif
a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan bahwa setiap anggota
kelompok saling membantu secara efektif dan efisien dalam
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok saling
membantu secara efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan
dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap
kelompok.
Kode: 01/DW/2012
b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
memberi informasi dan sarana yang diperlukan dalam persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan
terhadap setiap kelompok.
c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia
Dasar?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok memproses
informasi bersama secara lebih efektif dan efisien dalam
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah
praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.
e. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling membantu dalam merumuskan dan
mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi
serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang
dihadapi pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum
yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.
Kode: 01/DW/2012
f. Bagaimanakah cara dosen untuk membangun rasa saling percaya
antara setiap anggota kelompok?
Untuk membangun rasa saling percaya antara setiap anggota
kelompok adalah dengan cara memahami/mengenal orang
tersebut. Dalam prakteknya setiap mahasiswa sudah saling
mengenal karena mayoritas adalah satu angkatan/satu kelas.
g. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan
berama?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
4. Komunikasi antar anggota
a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling mengenal dan mempercayai?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
mengenal dan mempercayai yaitu dengan pendampingan terhadap
setiap kelompok.
b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling menerima dan saling mendukung?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
menerima dan saling mendukung yaitu dengan pendampingan
terhadap setiap kelompok.
d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
(membangun)?
Kode: 01/DW/2012
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu
menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun) yaitu
dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.
5. Pemrosesan kelompok
a. Bagaimanakah cara dosen memproses kelompok?
Selama ini saya melaksanakan penilaian proses kelompok dengan
menggunakan lembar observasi penilaian. Hal ini memang
berbeda dengan praktikum yang sebelumnya karena saya ingin
penilaian terhadap mahasiswa tidak terpaku kepada pembuatan
laporan dan tes akhir semester saja akan tetapi kerja mahasiswa
juga. Hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih serius dalam
melaksanakan praktikum. Tetapi selama ini penilai tersebut hanya
saya lakukan sendiri sehingga hasilnya kurang begitu maksimal.
Kode: 01/DW/2012
INSTRUMEN
I. Instrumenuntuk asisten dosen praktikum Kimia Dasar
A. Pembelajaran Cooperative terdiri dari 6 fase, yaitu:
1. Fase 1
a. Apakah dosen memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang
tujuan perkuliahan yang akan dipraktekkan?
Di awal perkuliahan dosen tidak secara khusus menyampaikan tujuan
perkuliahan ini pada mahasiswa, tetapi para mahasiswa secara
prinsipnya sudah mengetahui tentang tujuan dari praktikum karena
mahasiswa sudah belajar pada saat pembuatan jurnal, sehingga
sebenarnya yang berlangsung dalam perkuliahan ini adalah tindak
lanjut dari pembuatan jurnal tersebut. Dan di permulaan perkuliahan
dosen memberikan buku petunjuk praktikum sebagai acuan
keberlangsungan perkuliahan Kimia Dasar.
b. Apakah dosen membuat manual belajar tentang apa saja yang harus
dipersiapkan mahasiswa sebelum praktikum dimulai?
Dosen menyiapkan mahasiswa dengan menyampaikan berbagai
peralatan yang akan digunakan, menjelaskan bahan yang akan
digunakan dan menjelaskan mekanisme atau cara kerja yang masih
kurang dipahami mahasiswa pada persiapan proses praktikum. Tetapi
walaupun begitu masih ada sebagian mahasiswa yang bingung,
karena ada manual kerja yang belum tertulis jelas dalam buku
petunjuk praktikum.
2. Fase 2
a. Apakah dosen memberikan kisi-kisi tentang materi kepada mahasiswa
sebelum melaksanakan praktikum supaya mahasiswa mengerti materi
yang akan di praktekan?
Dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan.
Di sini dosen tidak memberikan arahan mengenai pembelajaran
Kode: 01/DW/2012
kooperatif yang Sebenarnya apa yang dosen sajikan di ruangan
praktikum adalah sebagai sebuah strategi perkuliahan, untuk
memancing rasa ingin tahu mahasiswa akan hal yang bagi mereka
dirasa masih kurang dipahami. Hanya saja memang selama ini
kebanyakan mahasiswa diam dan tidak banyak yang aktif untuk
bertanya atau mengeksplorasi data secara mandiri. Jadi mungkin
pada pertemuan selanjutnya dosen akan intensifkan dalam
menjelaskan dan semoga juga diikuti dengan keaktifan dari
mahasiswa. Sebelum melaksanakan praktikum dosen memberikan
tambahan materi yang belum ada dalam buku petunjuk praktikum
Kimia Dasar. Mengenai cara kerja dalam pelaksanaan praktikum
tidak disampaikan karena sudah tercantum dalam buku petunjuk
praktikum sehingga dosen hanya bertanya mengenai hal-hal yang
kiranya belum dipahami oleh mahasiswa.
3. Fase 3
a. Apakah dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan
praktikum?
Dosen mengelompokkan mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan
pada awal perkuliahan. Di sini dosen tidak memberikan arahan
mengenai pembelajaran kooperatif yang sebenarnya, di awal
perkuliahan dosen hanya memberikan arahan mengenai prosedur
praktikum saja. Untuk pendampingan lebih memang dari asisten
karena terkadang dosen harus mengoreksi jurnal yang dibuat
mahasiswa yang pada akhir praktikum harus dikembalikan sebagai
bahan pembuatan laporan.
4. Fase 4
a. Apakah dosen mendampingi masing-masing kelompok dalam
pelaksanaan praktikum?
Dalam pelaksanaan praktikum dosen ikut mendampingi tetapi tidak
begitu inten. Untuk pendampingan lebih memang dari asisten karena
terkadang dosen harus mengoreksi jurnal yang dibuat mahasiswa
Kode: 01/DW/2012
yang pada akhir praktikum harus dikembalikan sebagai bahan
pembuatan laporan.
1) Fase 5
a. Apakah dosen menyiapkan model evalusinya?
Tentunya dosen menyiapkan model evaluasi praktikum karena itu
bagian dari parameter pencapaian mahasiswa. Model evaluasinya
yaitu ada review materi, pre-test, pembuatan laporan dan ujian
semester.
A. Fase 6
a. Apakah dosen menyediakan reward atau hadiah sebagai penyemangat
mahasiswa terhadap prestasi yang didapat?
Sejauh yang saya tahu belum ada reward khusus dari dosen untuk
mahasiswa.
b. Apakah ada hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur
dalam praktikum?
Mungkin bahasanya bukan hukuman, tetapi lebih tepatnya adalah
mengingatkan agar mahasiswa menjadi lebih baik.
Kode: 01/DW/2012
B. Nilai Cooperative Learning pada saat persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar
1. Saling ketergantungan positif
a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah masing-masing
mahasiswa mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok?
Upaya untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa dalam
memahami materi yang akan di praktekkan. Yaitu dosen
melaksanakan pre-test sebelum pelaksanaan praktikum Kimia Dasar
ini sebagai upaya untuk mengukur kesiapan mahasiswa, lebih dari itu,
dari kegiatan tersebut dosen juga akan dapat mengukur tanggung
jawab individu dalam mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Karena jangan sampai ada anggota kelompok yang semaunya sendiri
dan tidak bertanggung jawab akan tugas yang diberikan kepadanya.
Karena ketika itu terjadi justru akan merusak dinamika tim dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan pada tim atau kelompok tersebut
b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah semua anggota
kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan?
Yang dosen lakukan untuk memastikan dalam mempelajari bahan
yang ditugaskan adalah dengan mendampingi ketika proses praktikum
berlangsung.
c. Bagaimanakah cara dosen membuat setiap mahasiswa menyadari
bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan pencapaian terjadi,
jika semua kelompok mencapai tujuan/berhasil?
Cara yang dosen lakukan untuk menyadarkan mahasiswa dalam
kelompok adalah dengan menginstruksikan kepada mahasiswa untuk
melakukan praktikum dengan penuh keseriusan dan kesemangatan,
agar tujuan kelompok bisa tercapai.
d. Apakah dosen memberikan apresiasi penghargaan yang sama kepada
semua kelompok jika kelompok mereka berhasil?
Hal demikian tidak lakukan oleh dosen.
Kode: 01/DW/2012
e. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk bisa mengatur
sedemikian rupa sehingga mahasiswa dalam kelompok hanya
mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok dari mulai
persiapan, pelaksanaan dan setelah Praktikum Kimia Dasar?
Dosen membuat manual praktikum, dosen membagi materi praktikum.
Jadi setiap satu pertemuan ada dua materi yang harus diselesaikan,
seperti halnya ketika kelompok pertama menyelesaikan praktikum
pertama maka kelompok yang ke dua melaksanakan praktikum yang
ke dua, begitu sebaliknya. Kemudian dalam pelaksanaan praktikum
dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum masing-
masing anggota membagi tugas untuk mempermudah pelaksanaan.
f. Apakah dosen membuat manual praktikum untuk menjaga sinergitas
setiap mahasiswa dalam kelompok dengan ditugasi peran yang saling
mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling
terikat dengan mahasiswa dalam kelompok dari mulai persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk penugasan peran yang saling mendukung dan saling
berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan
mahasiswa lain dalam kelompok dilakukan oleh masing-masing
kelompok itu sendiri.
2. Tanggung jawab perseorangan
a. Apakah yang dosen lakukan untuk mengetahui apakah anggota
kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama setelah mengikuti
kelompok belajar bersama?
Untuk mengetahui apakah anggota kelompok dapat menyelesaikan
tugas yang sama setelah mengikuti kelompok belajar bersama yaitu
bisa dilihat dalam kesamaan hasil laporan praktikum dan bisa dilihat
dari pemahaman materi setelah pelaksanaan praktikum.
Kode: 01/DW/2012
b. Apakah dosen mengatur detail mengenai berapa jumlah anggota dari
masing-masing kelompok?
Jumlah dari anggota kelompok saya bagi pada awal pertemuan. Dan
hal ini di atur secara terbuka tidak ada unsur pilih kasih karena pada
pembagiannya dengan cara berhitung, tidak secara tertutup tetapi
terbuka. Dan jumlah dari masing-masing anggota ada yang dua
orang dan ada yang tiga orang.
c. Apakah dosen menyiapkan instrumen untuk penilaian proses terhadap
setiap mahasiswa?
Saya menyiapkan instrumen penilai proses terhadap setiap
mahasiswa. Hal ini memang berbeda dari praktikum sebelumnya,
karena saya menginginkan penilaian tidak hanya di tentukan pada
ujian akhir akan tetapi proses juga berperan.
d. Apakah dosen membuat manual praktikum yang mengatur apakah
setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara random
untuk mempresentasikan di kelas?
Hal yang demikian tidak saya lakukan, pada hasil ahir mahasiswa
hanya mengumpulkan laporan sementara ini sebagai bukti kalau
kelompok tersebut telah menyelesaikan praktikum.
e. Bagaimana cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum?
Yang saya lakukan untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling membantu dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum adalah dengan melihat secara langsung proses
praktikum. Hal ini tidak sekedar mendampingi akan tetapi sekaligus
memberi arahan kepada mahasiswa.
Kode: 01/DW/2012
f. Apakah dosen menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu kelompok
untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa
dalam kelompoknya?
Saya tidak menunjuk salah satu mahasiswa dalam suatu kelompok
untuk ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa
dalam kelompoknya. Untuk hal yang demikian dosen menyerahkan
sepenuhnya kepada masing-masing kelompok.
g. Apakah dosen menentukan salah seorang mahasiswa yang menugasi
dalam setiap kelompoknya?
Hal yang demikian tidak dilakukan oleh dosen.
3. Interaksi promotif
a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan bahwa setiap anggota
kelompok saling membantu secara efektif dan efisien dalam persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok saling membantu
secara efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah
praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.
b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling memberi
informasi dan sarana yang diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan
dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan terhadap setiap
kelompok.
c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia
Dasar?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok memproses
informasi bersama secara lebih efektif dan efisien dalam persiapan,
Kode: 01/DW/2012
pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan pendampingan
terhadap setiap kelompok.
d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
mengingatkan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum
yaitu dengan pendampingan terhadap setiap kelompok.
e. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah
praktikum Kimia Dasar?
untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling membantu
dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi
pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
f. Bagaimanakah cara dosen untuk membangun rasa saling percaya
antara setiap anggota kelompok?
Untuk membangun rasa saling percaya antara setiap anggota
kelompok adalah dengan cara memahami/mengenal orang tersebut.
Dalam prakteknya setiap mahasiswa sudah saling mengenal karena
mayoritas adalah satu angkatan/satu kelas.
g. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan berama yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
Kode: 01/DW/2012
4. Komunikasi antar anggota
a. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling mengenal dan mempercayai?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling mengenal
dan mempercayai yaitu dengan pendampingan terhadap setiap
kelompok.
b. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
c. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok saling menerima dan saling mendukung?
untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok saling menerima
dan saling mendukung yaitu dengan pendampingan terhadap setiap
kelompok.
d. Bagaimanakah cara dosen untuk memastikan apakah setiap anggota
kelompok mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
(membangun)?
Untuk memastikan apakah setiap anggota kelompok mampu
menyelesaikan konflik secara konstruktif (membangun) yaitu dengan
pendampingan terhadap setiap kelompok.
5. Pemrosesan kelompok
a. Bagaimanakah cara dosen memproses kelompok?
Selama ini dosen melaksanakan penilaian proses kelompok dengan
menggunakan lembar observasi penilaian. Selama ini pada akhir
periode kelas, dosen tidak mengadakan sebuah sesi pemrosesan
seluruh kelas dengan membagi hasil observasi kepada seluruh kelas.
Sehingga mahasiswa juga hanya menerima nilai jadi tanpa
mengetahui kekurangan yang mereka punyai.
Kode: 01/DW/2012
INSTRUMEN
I. Instrumen untuk mahasiswa praktikum Kimia Dasar
A. Pembelajaran Cooperative terdiri dari 6 fase, yaitu:
1. Fase 1
a. Apakah mahasiswa paham dengan tujuan perkuliahan yang akan di
praktekkan?
Paham karena mahasiswa sudah mempelajari ketika dalam
pembuatan laporan sementara.
b. Apakah yang harus dipersiapkan sebelum praktikum dimulai?
Dalam persiapan praktikum terkadang mahasiswa bingung tentang
bagaimana cara kerja praktikum, karena kadang masih ada prosedur
praktikum yang belum termaktub secara utuh dalam buku panduan,
sehingga kesiapan mahasiswa sebenarnya bergantung pada
penjelasan dosen dan keaktifan mahasiswa sendiri. Selain hal itu
pada awal persiapan mahasiswa mengumpulkan jurnal, membuat draf
laporan sementara, mempersiapkan peralatan yang belum
dipersiapkan oleh asisten laboratorium dan memakai jas praktikum.
2. Fase 2
a. Apakah mahasiswa paham dengan materi yang akan di praktekkan?
Rata-rata dari mahasiswa kurang memahami materi yang akan
dipraktikumkan karena mahasiswa kurang begitu aktif dalam mencari
atau memahami materi yang akan di praktekkan.
3. Fase 3
a. Apakah mahasiswa belajar dalam sebuah bentuk kelompok?
Mahasiswa belajar dalam bentuk kelompok, kelompok yang terbentuk
berjumlah 3 orang dan ada juga yang berjumlah 2 orang.
Kode: 01/DW/2012
4. Fase 4
a. Bagaimanakah pendampingan dosen dalam pelaksanaan praktikum?
Bagi mahasiswa yang baru mengikuti praktikum mekanisme bantuan
dan pendampingan dalam kelompok yang telah dilakukan oleh dosen
dan asisten laboratorium belum berlangsung maksimal. Karena
selama ini yang banyak mendampingi justru para asisten
laboratorium yang mungkin belum sepenuhnya ahli pada bidang ini.
Kami sendiri sebenarnya berharap dosen dapat melakukan
pendampingan kelompok secara utuh, agar tujuan praktikum dapat
tercapai selain itu ketika kami membutuhkan penjelasan dari
beliaunya juga dapat cepat direspon dengan baik.
5. Fase 5
a. Bagaimanakah model evalusinya?
Model Evaluasi dilakukan dengan mewajibkan mahasiswa untuk
membuat laporan praktikum dan sesuai dengan apa yang dikatakan
dosen matakuliah praktikum Kimia Dasar bahwa review materi
dilakukan di akhir perkuliahan. Kemudian seminggu sebelum
praktikum di adakan pre-test oleh dosen. Dan Evaluasi materi
keseluruhan dilakukan pada ahir perkuliahan pada ujian semester.
6. Fase 6
a. Apakah ada reward atau hadiah sebagai penyemangat mahasiswa
terhadap prestasi yang didapat?
Dosen tidak memberikan reward terhadap keberhasilan mahasiswa.
Bagi mahasiswa sendiri seumpama penghargaan itu benar-benar ada
dalam proses praktikum ini, maka sebenarnya itu bisa menjadi
penyemangat tersendiri bagi mahasiswa, walaupun itu bukan satu-
satunya tujuan kami mengikuti perkuliahan praktikum ini. Karena
siapapun pasti akan merasa senang dan puas ketika apa yang telah
dia kerjakan dihargai orang lain apalagi kalau yang memberikan
Kode: 01/DW/2012
pengakuan tersebut adalah dosen kita sendiri, pasti kami akan lebih
bersemangat lagi.
b. Apakah ada hukuman bagi mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur
dalam praktikum?
Ketika dalam perkuliahan kemudian ada mahasiswa yang terlambat
biasanya tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan. Hal itu sudah
menjadi kontrak belajar pada awal perkuliahan, dan ketika terlambat
mengumpulkan laporan maka nilai dalam pembuatan laporan
dikurangi, hal demikian untuk menimbulkan efek jera terhadap
mahasiswa.
Kode: 01/DW/2012
B. Nilai Cooperative Learning pada saat persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar
1. Saling ketergantungan positif
a. Apakah masing-masing mahasiswa mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok?
Jadi setiap kelompok dalam kelas memiliki tanggung jawab dalam
proses pelaksanaan praktikum untuk mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok tersebut.
b. Apakah semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan
yang ditugaskan?
Kalau dalam prakteknya setiap individu mempelajari bahan yang di
tugaskan.
c. Apakah setiap mahasiswa menyadari bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok dan pencapaian terjadi, jika semua kelompok mencapai
tujuan/berhasil?
Setiap mahasiswa menyadari bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok hal ini bisa dilihat dari keseriusan mahasiswa dalam
menyelesaikan tugasnya. Karena pada prinsipnya ketercapaian
terjadi jika semua kelompok mencapai tujuan
d. Apakah semua kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika
kelompok mereka berhasil?
Penghargaan dari dosen tidak ada
e. Apakah setiap kelompok mengatur sedemikian rupa sehingga
mahasiswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari
keseluruhan tugas kelompok dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar?
Dalam pelaksanaan praktikum dari mulai persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum masing-masing anggota membagi tugas untuk
mempermudah pelaksanaan.
Kode: 01/DW/2012
f. Apakah setiap mahasiswa dalam kelompok ditugasi dengan tugas atau
peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling
melengkapi, dan saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok
dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia
Dasar?
Dalam pelaksanaan praktikum masing-masing anggota mengatur
sedemikian rupa membagi tugas dalam melaksanakan praktikum,
sehingga hal tersebut dapat memperlancar jalannya praktikum.
2. Tanggung jawab perseorangan
a. Setelah mengikuti kelompok belajar bersama, apakah anggota
kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama?
Setelah mengikuti kelompok belajar bersama setiap anggota dapat
menyelesaikan tugas yang sama ini terjadi karena setelah selesai
praktikum masing-masing anggota kelompok mengumpulkan tugas
yang diberikan untuk dirangkum dan dikumpulkan kepada dosen
untuk dijadikan laporan sementara sehingga masing-masing individu
dalam kelompok dapat menyelesaikan tugas yang sama.
b. Adakah berapa jumlah anggota dari masing-masing kelompok?
Ada yang berjumlah 2 dan ada yang berjumlah 3.
c. Apakah ada penilaian proses terhadap setiap mahasiswa?
Ada yang dilakukan oleh dosen sendiri.
d. Apakah setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara
random untuk mempresentasikan di kelas?
Tidak ada
e. Apakah setiap anggota kelompok saling membantu dari mulai
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum?
Dalam pelaksanaannya mahasiswa saling membantu dari mulai
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum karena kami sadar
praktikum adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab
individu.
Kode: 01/DW/2012
f. Apakah ada mahasiswa yang ditugasi untuk berperan sebagai
pengawas atau pemeriksa dalam kelompoknya?
Hal demikian tidak ada akan tetapi untuk pencatatan hasil ada karena
hal tersebut digunakan sebagai laporan sementara untuk dikumpulkan
kepada dosen.
g. Adakah mahasiswa yang menugasi dalam setiap kelompoknya?
Ada yaitu menugasi dalam hal persiapan peralatan dan bahan, ketika
proses praktikum dan setelah selesai praktikum mulai mencuci alat
mengembalikan bahan sampai pada pembuatan laporan sementara.
3. Interaksi promotif
a. Apakah setiap anggota kelompok saling membantu secara efektif dan
efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia
Dasar?
Dalam prakteknya setiap anggota kelompok saling membantu secara
efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah
praktikum.
b. Apakah setiap anggota kelompok saling memberi informasi dan
sarana yang diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah
praktikum Kimia Dasar?
Dalam prakteknya setiap anggota kelompok saling memberi informasi
dan sarana yang diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum. Jadi ketika ada dari mahasiswa yang tidak paham
dari materi yang akan dipraktekkan maka mahasiswa yang lain
membantu untuk memahamkan mahasiswa tersebut.
c. Apakah setiap anggota kelompok memproses informasi bersama
secara lebih efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan
setelah praktikum Kimia Dasar?
Pada prakteknya setiap anggota kelompok memproses informasi
bersama secara lebih efektif dan efisien dalam persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum
Kode: 01/DW/2012
d. Apakah setiap anggota kelompok saling mengingatkan dalam
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Pada prakteknya setiap anggota kelompok saling mengingatkan
dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum.
e. Apakah setiap anggota kelompok saling membantu dalam
merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan
kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar?
Pada prakteknya anggota kelompok saling membantu dalam
merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan
kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum.
f. Apakah setiap anggota kelompok saling percaya?
Pada prakteknya setiap anggota kelompok saling percaya karena
kalau tidak adanya unsur sebuah kepercayaan maka proses praktikum
tidak akan bisa berjalan secara maksimal.
g. Apakah setiap anggota kelompok saling memotivasi untuk
memperoleh keberhasilan berama?
Pada prakteknya anggota kelompok saling memotivasi untuk
memperoleh keberhasilan berama.
4. Komunikasi antar anggota
a. Apakah setiap anggota kelompok saling mengenal dan mempercayai?
Setiap anggota kelompok saling mengenal dan mempercayai karena
mayoritas adalah satu kelas/satu angkatan.
b. Apakah setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi secara akurat
dan tidak ambisius?
Dalam prakteknya setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi
secara akurat dan tidak ambisius.
Kode: 01/DW/2012
c. Apakah setiap anggota kelompok saling menerima dan saling
mendukung?
Dalam prakteknya setiap anggota kelompok saling menerima dan
saling mendukung.
d. Apakah setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan konflik
secara konstruktif (membangun)?
Dalam prakteknya setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan
konflik secara konstruktif (membangun).
5. Pemrosesan kelompok
a. Bagaimanakah evaluasi dari proses kelompoknya?
Di akhir perkuliahan dosen tidak mengadakan evaluasi proses
kelompok.
Kode: 02/DF/2012
Figure 1 contoh ketergantungan positif
Figure 2 contoh tanggung jawab perseorangan
Figure 3 praktik interaksi promotif
Kode: 02/DF/2012
Figure 4 contoh komunikasi antar anggota
Figure 5 kegiatan pri-test
Figure 6 Proses wawancara peneliti dengan dosen
Kode: 03/LO/2012
LEMBAR OBSERVASI
Observasi dilakukan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 8 Mei 2012 dan 15 Mei 2012
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Pukul : 08.35 WIB sampai 10.10 WIB dan 13.00 WIB sampai 14.00 WIB
No Fokus Sub fokus Komponen Kelompok ke
1 2 3 4 5 6
1 Bagaimanakah
perkuliahan
praktikum
Kimia Dasar di
Jurusan Tadris
Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN
Walisongo
Semarang?
Menyampaikan
tujuan dan
mempersiapkan
mahasiswa
1) Dosen memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang tujuan
perkuliahan yang akan di praktekkan
2) Mahasiswa paham dengan tujuan perkuliahan yang akan di praktekkan
3) Dosen membuat manual belajar tentang apa saja yang harus
dipersiapkan mahasiswa sebelum praktikum dimulai
4) Yang dipersiapkan sebelum praktikum dimulai
0
3
3
3
0
3
3
3
0
3
3
3
0
3
3
3
0
3
3
3
0
3
3
3
Menyajikan
informasi
1) Dosen memberikan kisi-kisi tentang materi kepada mahasiswa
sebelum melaksanakan praktikum supaya mahasiswa mengerti materi
yang akan dipraktikan
1
1
1
1
1
1
Kode: 03/LO/2012
2) Mahasiswa paham dengan materi yang akan di praktekkan 3 1 1 1 3 1
Mengorganisir
mahasiswa ke dalam
tim-tim belajar
1) Dosen mengelompokan mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum
2) Mahasiswa belajar dalam sebuah bentuk kelompok
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Membantu kerja tim
dan belajar
1) Dosen membantu tim-tim belajar selama proses perkuliahan
2) Mahasiswa membantu tim-tim belajar selama mengerjakan tugasnya
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Mengevaluasi 1) Dosen menyiapkan model evalusinya 2
2
2
2
2
2
Memberikan
pengakuan atau
penghargaan
1) Dosen menyediakan reward atau hadiah sebagai penyemangat
mahasiswa terhadap prestasi yang didapat
0 0 0 0 0 0
2
Apa sajakah
nilai
Cooperative
Learning dalam
pelaksanaan
perkuliahan
Praktikum
a. Saling
ketergantungan
positif
1) Masing-masing mahasiswa mempelajari bahan yang ditugaskan
kepada kelompok
2) Mahasiswa menyadari bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan
pencapaian terjadi, jika semua kelompok mencapai tujuan/berhasil
3) Semua kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok
mereka berhasil
4) Setiap kelompok mengatur sedemikian rupa sehingga mahasiswa
2
2
0
2
2
2
0
2
2
2
0
2
2
2
0
2
2
2
0
2
2
2
0
2
Kode: 03/LO/2012
Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN
Walisongo
Semarang?
dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas
kelompok dari mulai persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum
Kimia Dasar
5) Setiap mahasiswa dalam kelompok ditugasi dengan tugas atau peran
yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi,
dan saling terikat dengan mahasiswa dalam kelompok dari mulai
persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum Kimia Dasar
2
2
2
2
2
2
b. Tanggung jawab
perseorangan
1) Setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok dapat
menyelesaikan tugas yang sama
2) Jumlah anggota dari masing-masing kelompok
3) Penilaian proses terhadap setiap mahasiswa
4) Setiap anggota kelompok diberi tugas yang dipilih secara random
untuk mempresentasikan dikelas
5) Setiap anggota kelompok saling membantu dari mulai persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum
6) Mahasiswa ditugasi untuk berperan sebagai pengawas atau pemeriksa
dalam kelompoknya
7) Mahasiswa yang menugasi dalam setiap kelompoknya (koordinator
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
0
2
0
0
Kode: 03/LO/2012
kelompok)
c. Interaksi promotif 1) Setiap anggota kelompok saling membantu secara efektif dan efisien
dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum
2) Setiap anggota kelompok saling memberi informasi dan sarana yang
diperlukan dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum
3) Setiap anggota kelompok memproses informasi bersama secara lebih
efektif dan efisien dalam persiapan, pelaksanaan dan setelah praktikum
4) Setiap anggota kelompok saling mengingatkan dalam persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum
5) Setiap anggota kelompok saling membantu dalam merumuskan dan
mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi pada saat persiapan,
pelaksanaan dan setelah praktikum
6) Setiap anggota kelompok saling percaya
7) Setiap anggota kelompok saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilan berama
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
d. Komunikasi antar
anggota
1) Setiap anggota kelompok saling mengenal dan mempercayai
2) Setiap anggota kelompok mampu berkomunikasi secara akurat dan
tidak ambisius
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Kode: 03/LO/2012
3) Setiap anggota kelompok saling menerima dan saling mendukung
4) Setiap anggota kelompok mampu menyelesaikan konflik secara
konstruktif (membangun)
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
e. Pemrosesan
kelompok
1) Proses evaluasinya 2 2 2 2 2 2
Keterangan : Tidak ada : 0
Kurang : 1
Ada : 2
Paham : 3
Kode: 04/LIS/2012
No Data
Fokus Sub Fokus Komponen Sumber Data Metode
1 Bagaimanakah
pelaksanaan
perkuliahan
praktikum Kimia
Dasar di Jurusan
Tadris Kimia
Fakultas
Tarbiyah IAIN
Walisongo
Semarang?
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan mahasiswa
Perilaku dosen menjelaskan tujuan
perkuliahan dan mempersiapkan mahasiswa
siap belajar
Dosen
mahasiswa
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Menyajikan informasi Dosen mempresentasikan informasi kepada
mahasiswa secara verbal.
Dosen
Mahasiswa
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Mengorganisir mahasiswa
ke dalam tim-tim belajar
Dosen memberikan penjelasan kepada
mahasiswa tentang tata cara pembentukan
tim belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien
Dosen
Mahasiswa
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Membantu kerja tim dan
belajar
Dosen membantu tim-tim belajar selama
mahasiswa mengerjakan tugasnya
Dosen
Mahasiswa
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Mengevaluasi Dosen menguji pengetahuan mahasiswa
mengenai berbagai materi perkuliahan atau
kelompok-kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Dosen Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Memberikan pengakuan
atau penghargaan dan
Dosen mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha, prestasi individu maupun kelompok
Dosen Observasi
Wawancara
Kode: 04/LIS/2012
hukuman dan memberikan hukuman bagi mahasiswa
yang tidak mengikuti aturan perkuliahan.
2 Apa sajakah nilai
cooperative
learning dalam
pelaksanaan
perkuliahan
Praktikum Kimia
Fakultas
Tarbiyah IAIN
Walisongo
Semarang?
a. Saling ketergantungan
positif
Cara membangun saling ketergantungan
positif adalah sebagai berikut:
1) Menumbuhkan perasaan mahasiswa
bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok, pencapaian terjadi jika
semua kelompok mencapai tujuan
2) Mengusahakan agar semua kelompok
mendapatkan penghargaan yang sama
jika kelompok mereka berhasil
3) Mengatur sedemikian rupa sehingga
mahasiswa dalam kelompok hanya
mendapatkan sebagian dari
keseluruhan tugas kelompok
4) Mahasiswa ditugasi dengan tugas atau
peran yang saling mendukung dan
saling berhubungan, saling melengkapi,
dan saling terikat dengan mahasiswa
dalam kelompok
Mahasiswa
Dosen
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
b. Tanggung jawab Cara menumbuhkannya diantaranya: Mahasiswa Observasi
Kode: 04/LIS/2012
perseorangan 1) Kelompok belajar jangan terlalu besar
2) Melakukan assesmen (penilaian)
terhadap setiap mahasiswa
3) Memberi tugas kepada mahasiswa yang
dipilih secara randon untuk
mempresentasikan dikelas
4) Mengamati setiap kelompok dan
mencatat frekuensi (jumlah) individu
dalam membantu kelompok
5) Menugasi mahasiswa untuk berperan
sebagai pengawas atau pemeriksa
dalam kelompoknya
6) Menugasi mahasiswa untuk menugasi
temannya
Dosen Wawancara
Dokumentasi
c. Interaksi promotif Ciri-ciri interaksi promotif yaitu:
1) Saling membantu secara efektif dan
efisien
2) Saling memberi informasi dan sarana
yang diperlukan
3) Memproses informasi bersama secara
lebih efektif dan efisien
4) Saling mengingatkan
Mahasiswa
Dosen
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Kode: 04/LIS/2012
5) Saling membantu dalam merumuskan
dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan
terhadap masalah yang dihadapi
6) Saling percaya
7) Saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilan berama
d. Komunikasi antar
anggota
Untuk mengoordinasikan kegiatan
mahasiswa dalam pencapaian tujuan,
mahasiswa harus:
1) Saling mengenal dan mempercayai
2) Mampu berkomunikasi secara akurat
dan tidak ambisius
3) Saling menerima dan saling
mendukung
4) Mampu menyelesaikan konflik secara
konstruktif (membangun)
Mahasiswa
Dosen
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
e. Pemrosesan kelompok 1) Bentuk proses evaluasi Mahasiswa
Dosen
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295
Fax. 7615387 Semarang 50185
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, dosen pembimbing lapangan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa :
Nama : Hanik Fitriyatun
Nomor Induk Mahasiswa : 083711009
Program/ semester/ tahun : S1/ VIII / 2012
Jurusan : Tadris Kimia
Bahwa yang bersangkutan benar-benar sudah mengikuti Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di desa Werdoyo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
Surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk
persayaratan mengajukan pendaftaran ujian munaqosah.
Kemudian kepada pihak-pihak yang berkepentingan harap menjadi maklum
adanya.
Semarang, 18 Juni 2012
Dosen Pembimbing Lapangan
Nadiatus Salama, M,Si
NIP. 19780611 200801 2016
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295
Fax. 7615387 Semarang 50185
SURAT KETERANGAN
Bahwa mahasiswa yang tercantum di bawah ini:
Nama : Hanik Fitriyatun
NIM : 083711009
Wali Studi : Atik Rahmawati, M.Si
Benar-benar telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan dinyatakan:
LULUS
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk mendaftar ujian munaqosah.
Semarang, 18 Juni 2012
Dosen Pembimbing Lapangan Ketua LPM,
Nadiatus Salama, M,Si Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag NIP. 19780611 200801 2016 NIP. 19700215 199703 1 003
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Hanik Fitriyah
2. Tempat & Tgl. Lahir : Jepara & 16 Oktober 1989
3. NIM : 083711009
4. Alamat Rumah : Pancur RT 13 RW 03 Mayong Jepara
HP : 085226665524
E-mail : hany.libra@yahoo.co.id
B. Riwayat pendidikan
1. Pendidikan Formal :
a. MI Miftahul Ulum Jepara
b. MTs Hasan Kafrawi Jepara
c. MA A-Ma’arif Jepara
d. IAIN Walisongo Semarang
2. Pendidikan Non-Formal :
a. TPQ Banin Banat Nahdlotul Ulama’
b. Pondok Pesantren Darut Tauhid Jepara
c. Pondok Pesantren Roudhotul Muttaqin
d. Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang
Semarang, 30 Juni 2012
Hanik Fitriyah
NIM: 083711009
Recommended