View
255
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH AMILUM JAGUNG (Zea mays. L) TERPREGELATINASISUKSINAT SEBAGAI MATRIKS TERHADAP PELEPASAN TEOFILIN
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
Skripsi
Disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelarSarjana Farmasi
Oleh :Widya Aprilani
0704015247
Program Studi Farmasi
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA2012
“Kenalilah Allah saat anda senang,
Niscahaya Allah akan mengenali anda saat susah”
Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yangEngkau karuniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku tetap
mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhoi dan masukkanlah daku dengan limpahrahmatMu dalam kumpulan hamba-hambaMu yang soleh.
(Al-Naml [27] : 19)
“Sukses adalah sebuah perjalanan bagaimana aku untuk meraihnya.
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab (Al Qur'an) danmelaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rejeki yang Kami anugerahkan
kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkanperdagangan yang tidak akan rugi.
(QS.35:29)
AYAH & BUNDAKU
Ayah ...Engkau adalah matahari yang menghangatkan hatiku
Bunda ...Engkau adalah rembulan yang menari dalam dadaku
Ayah dan Bunda..Kucintai kau berdua seperti aku mencintai surga-Nya
Dan…Aku pun berdoa untuk kalian, orang tua ku yang amat aku sayangi….
Ya Allah,,Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,Izinkanlah mereka memberi syafa’at untukku.Tetapi jika sebaliknya, maka izinkanlah akumemberi syafa’at untuk mereka,sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mudi tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Kurnia Maha Agung,serta anugerah yang tak berakhirdan Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.
Untuk Ayah dan Bunda….Semoga Allah selalu mencium ayah dan bunda…..
…..dalam taman-Nya yang terindah nanti
** Terima kasih Ayah, Bunda dan adik-adik ku..Serta M. Kiekie Firmansyah yang selalu mendampingiku..
Atas semua motivasi serta doa kalian adalah mutiara yang sangat berharga.Ku persembahkan karya ini padamu untuk bukti cinta dan baktiku padamu.
Hanya Allah Jualah yang dapat membalas segala pengorbananmu.Semoga Allah mempersatukan kita sebagai keluarga di Al-jannah-Nya, seperti di dunia. **
“Amien Allhumma Amien”
By : aprilaniwidya@gmail.com (hp: 08990085704)
ABSTRAK
WIDYA APRILANI : PENGARUH AMILUM JAGUNG (Zea mays.L)TERPREGELATINASI SUKSINAT SEBAGAIMATRIKS TERHADAP PELEPASAN TABLETLEPAS LAMBAT TEOFILIN DENGAN METODEGRANULASI BASAH
Amilum jagung terpregelatinasi suksinat merupakan hasil modifikasi amilumsecara fisika dan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam sediaantablet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh amilum jagungterpregelatinasi suksinat sebagai matriks terhadap laju disolusi dalam sediaan lepaslambat.
Penelitian diawali dengan memodifikasi amilum jagung dengan carapregelatinasi dan suksinilasi. Selanjutnya dijadikan bahan matriks pada tablet lepaslambat teofilin yang dibuat dengan metode granulasi basah. Matriks pada F1, F2, danF3 yaitu amilum jagung, amilum jagung terpregelatinasi, dan amilum jagungterpregelatinasi suksinat. Tablet lepas lambat dilakukan uji disolusi yangmenggunakan alat disolusi tipe 2 (metode dayung) dengan suhu 37º ± 0,5º C dankecepatan 50 rpm dalam medium HCl pH 1,2 pada jam ke 1 dan dalam medium daparfosfat pH 7,5 pada jam ke 2, 4, 6 dan 8.
Data hasil uji laju disolusi F1 (amilum jagung), F2 (amilum jagungterpregelatinasi), dan F3 (amilum jagung terpregelatinasi suksinat) dianalisa secarastatistik dengan menggunakan Uji ANAVA satu arah dan dilanjutkan dengan UjiTukey HSD. Hasil ANAVA satu arah menunjukkan bahwa dari ketiga formulasediaan tablet lepas lambat teofilin menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Darihasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa amilum jagung dan amilum jagungterpregelatinasi dapat menurunkan laju disolusi pada sedian tablet lepas lambat,sedangkan amilum jagung terpregelatinasi suksinat tidak dapat menurunkan lajudisolusi sediaan tablet lepas lambat teofilin.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telahmemberikan rahmat dan hidayah Nya serta kemurahan nya untuk selalu memberikankesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian dan penulisanskripsi ini, dengan judul PENGARUH AMILUM JAGUNG (Zea mays. L)TERPREGELATINASI SUKSINAT SEBAGAI MATRIKS TERHADAPPELEPASAN TEOFILIN DENGAN METODE GRANULASI BASAH
Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak hal yang telah dihadapi penulis,baik saat penelitian maupun saat penulisan skripsi.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan doa dari kedua orang tua,keluarga dan sahabat-sahabatku serta rekan-rekan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasihkepada:
1. Bapak Drs. Endang Abutarya, M.Pd., selaku dekan FMIPA UHAMKA.2. Bapak Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., Apt., Selaku Wakil Dekan I FMIPA
UHAMKA dan pembimbing I yang telah banyak membantu penulis selamapenulisan skripsi
3. Bapak Drs. Budi Arman, M. Kes., Apt., selaku Wakil Dekan II FMIPAUHAMKA.
4. Bapak Drs. Priyanto, M.Biomed., Apt selaku Wakil Dekan III FMIPAUHAMKA dan penasehat akademik yang telah memberikan semangat.
5. Bapak Hadi Sunaryo, M.Si., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi FMIPAUHAMKA.
6. Ibu Ari Widayanti, M.Farm., Apt., selaku pembimbing II yang telahmemberikan bimbingan dan arahan selama penelitian .
7. Ibu Dra. Sutyasningsih, Apt selaku dosen pembimbing akademik yang selalumembimbing dan membantu selama proses perkuliahan.
8. Seluruh dosen FMIPA UHAMKA yang telah memberikan segenap ilmupengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
9. Pimpinan dan seluruh staf kesekretariatan FMIPA UHAMKA yang telahmembantu segala administrasi yang berkaitan dengan skripsi ini, serta seluruhstaf fakultas farmasi yang telah membantu dalam penelitian.
10. Seluruh staf Laboratorium Teknologi Farmasi POLTEKKES Jakarta II,khususnya kepada Ibu Yusmaniar, Ibu Gloria, dan Bapak Fajri serta BapakNurwanto selaku laboran Laboratorium FATETA IPB yang telah banyakmembantu penulis dalam proses penelitian.
11. Kepada kedua orang tuaku dan adik-adikku (Arie dan Dhea) yang sangat akucintai, Papah dan Mamah yang telah memberikan segalanya baik doa, morilmaupun materi dan tak akan pernah bisa aku membalas semua cinta, kasihsayang dan kebaikannya, serta Muhammad Kiekie Firmansyah yang selalumendampingiku telah memberikan dukungan, doa, serta bantuannya selamapelaksanaan tugas akhir ini, terima kasih atas semuanya.
12. Rekan seperjuangan sekaligus sahabat baikku Citra Purnama Sari yang akusayangin yang telah memberikanku semangat, doa, moril dan bantuanilmunya selama penelitian, terima kasih atas kebaikanmu.
iv
13. Sahabat-sahabat warung babeh, Emak dan Babeh, Guntara, team "Formulasi",teman-teman angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat penulissebutkan satu persatu terima kasih atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalampenulisan skripsi ini untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yangmembangun untuk penulisan yang akan datang.
Jakarta, Januari 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iiABSTRAK ..................................................................................................... iiiKATA PENGANTAR ................................................................................... ivDAFTAR ISI .................................................................................................. viDAFTAR TABEL ......................................................................................... viiiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ixDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xBAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1B. Identifikasi Masalah ................................................................ 3C. Pembatasan Masalah ............................................................... 3D. Perumusan Masalah ................................................................ 4E. Tujuan Penelitian .................................................................... 4F. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II KERANGKA TEORI ................................................................. 5A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5
1. Amilum jagung ................................................................. 52. Amilum ............................................................................. 63. Modifikasi amilum ........................................................... 74. Pregelatinasi ..................................................................... 115. Amilum terpregelatinasi ................................................... 126. Suksinilasi ........................................................................ 137. Teofilin ............................................................................. 148. Sediaan lepas lambat ........................................................ 169. Metode pembuatan tablet ................................................. 2010. Evaluasi ............................................................................. 2511. Disolusi ............................................................................. 30
B. Kerangka Berfikir .................................................................... 36C. Hipotesis .................................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 38A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38
1. Tempat penelitian ............................................................... 382. Waktu penelitian ................................................................. 38
B. Metode Penelitian .................................................................... 381. Alat dan bahan penelitian ................................................... 382. Pola penelitian .................................................................... 393. Prosedur penelitian ............................................................. 404. Analisa data ........................................................................ 51
Halaman
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 52A. Hasil Penelitian ....................................................................... 52
1. Hasil evaluasi amilum jagung, amilum jagungterpregelatinasi, amilum jagung terpregelatinasi suksinatsecara kualitatif ................................................................ 53
2. Hasil evaluasi bahan baku................................................. 543. Panjang gelombang maksimum teofilin............................ 544. Kurva kalibrasi teofilin...................................................... 555. Hasil evaluasi massa cetak............................................... 556. Hasil evaluasi tablet......................................................... 567. Uji disolusi....................................................................... 578. Analisa statistik................................................................ 59
B. Pembahasan ............................................................................ 60BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 67
A. Kesimpulan ............................................................................. 67B. Saran ....................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68LAMPIRAN .................................................................................................. 71
vii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kandungan amilosa dan amilopektin dari berbagai jenisamilum .............................................. .................................. 5
Tabel II. Komposisi bahan baku berbagai amilum............................. 6Tabel III. Penyimpangan Bobot Tablet................................................ 30Tabel IV. Kriteria penerimaan disolusi tablet teofilin sustained release
.............................................. ............................................... 35Tabel V. Formula Tablet Teofilin....................................................... 46Tabel VI. Hasil Evaluasi Amilum........................................................ 52Tabel VII. Hasil uji karakter amilum jagung terpregelatinasi dan amilum
jagung terpregelatinasi suksinat........................................... 53Tabel VIII. Hasil evaluasi bahan baku ................................................... 54Tabel IX. Hasil evaluasi granul............................................................ 56Tabel X. Hasil evaluasi tablet teofilin ................................................ 57Tabel XI. Data hasil disolusi F1, F2 dan F3 sediaan lepas lambat
teofilin ................................................................................. 58Tabel XII. Data persamaan kurva kalibrasi teofilin dalam larutan HCl
pH 1,2 ................................................................................ 75Tabel XIII. Data persamaan kurva kalibrasi teofilin dalam larutan dapar
fosfat pH 7,5 .............................................. ......................... 76Tabel XIV. Hasil uji waktu alir .............................................................. 77Tabel XV. Hasil uji sudut diam ............................................................ 77Tabel XVI. Hasil uji kerapatan bulk ...................................................... 77Tabel XVII. Hasil uji kompresibilitas ..................................................... 78Tabel XVIII. Hasil uji ukuran partikel ..................................................... 78Tabel XIX. Hasil uji kekerasan tablet .................................................... 79Tabel XX. Hasil uji kerapuhan tablet ................................................... 79Tabel XXI. Hasil uji keseragaman ukuran ............................................. 80Tabel XXII. Hasil uji keseragaman bobot................................................ 81Tabel XXIII. Hasil uji penetapan kadar..................................................... 81
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur kimia amilosa ........................................................ 7Gambar 2. Struktur kimia amilopektin .................................................. 7Gambar 3. Suksinilasi pati jagung terpregelatinasi ............................... 14Gambar 4. Tahapan proses disolusi sediaan padat ............................... 32Gambar 5. Bentuk partikel amilum jagung ................ .......................... 52Gambar 6. Bentuk partikel amilum jagung terpregelatinasi ................ 53Gambar 7. Bentuk partikel amilum jagung terpregelatinasi suksinat
............................... .............................................................. 53Gambar 8. Grafik Distribusi Ukuran Granul............................... .......... 56Gambar 9. Kurva profil disolusi sediaan lepas lambat teofilin dengan
medium HCl pH 1,2 (jam ke 1) dan dapar fosfat pH 7,5 (jamke 2-8) ................................................................................. 59
Gambar 10. Kurva spektrum teofilin dalam larutan HCl pH 1,2 ........... 74Gambar 11. Kurva spektrum teofilin dalam larutan dapar pH 7,5 .......... 74Gambar 12. Kurva kalibrasi teofilin dalam larutan HCl pH 1,2 dengan
konsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/ml.............................................. ............................................... 75
Gambar 13. Kurva kalibrasi teofilin dalam larutan dapar fosfat pH 7,5dengan konsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/ml ...................... 76
Gambar 14. Gambar amilum jagung ...................................................... 82Gambar 15. Gambar Amilum Jagung Terpregelatinasi ........................... 82Gambar 16. Gambar Amilum Jagung Terpregelatinasi Suksinat ............ 82Gambar 17. Tablet lepas lambat teofilin ................................................ 83Gambar 18. Mesin cetak tablet .............................................................. 84Gambar 19. Double drum dryer .............................................................. 84Gambar 20. Amylograph ......................................................................... 84Gambar 21. Dissolution tester ................................................................ 84Gambar 22. Spektrofotometer UV-VIS .................................................. 85Gambar 23. Pengayak bertingkat ............................................................ 85Gambar 24. Friability tester ................................................................... 85Gambar 25. Hardness tester ................................................................... 85
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat analisa ................................................................. 71Lampiran 2. Kurva spektrum dan kurva kalibrasi teofilin dalam larutan
HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5 .................................... 74Lampiran 3. Data hasil evaluasi massa cetak .......................................... 77Lampiran 4. Data hasil evaluasi tablet .................................................... 79Lampiran 5. Amilum jagung, amilum jagung terpregelatinasi, amilum
jagung terpregelatinasi suksinat........................................... 82Lampiran 6. Tablet lepas lambat teofilin ................................................ 83Lampiran 7. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ........................ 84Lampiran 8. Hasil uji analisa statistika ................. .................................. 86
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pengunaan obat-obatan sangat beragam, baik secara pemberian
maupun bentuk sediaannya. Pemberian obat melalui oral adalah salah satu yang
paling utama untuk memperoleh efek sistemik dan paling disenangi. Bentuk sediaan
padat seperti tablet lebih sering digunakan dari pada bentuk sediaan lainnya.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi.(1) Tujuan dasar dari desain bentuk sediaan farmasi adalah untuk
mengoptimalkan penyampaian obat sehingga mencapai suatu ukuran terkontrol dari
efek terapi dalam menghadapi fluktuasi yang tidak tentu dalam lingkungan in vivo
dimana pelepasan obat berlangsung.(2) Karena fluktuasi yang tinggi dalam konsentrasi
obat dapat menghasilkan efek samping yang tidak diinginkan pada penderita jika
kadar obat terlalu tinggi, sedangkan kadar obat yang terlalu rendah, efek terapi yang
diinginkan tidak tercapai. Oleh karena itulah akhir-akhir ini banyak dikembangkan
bentuk sediaan dengan pelepasan terkendali, salah satu diantaranya adalah bentuk
sediaan lepas lambat. Proses pembuatan tablet lepas lambat dengan sistem matriks.(3)
Amilum yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai matriks dalam
industri farmasi diantaranya amilum jagung, yang mempunyai kadar amilosa 28% dan
amilopektin 72% (4). Pati jagung mengembang pada suhu pregelatinasi 62°C-70°C.
Amilum memiliki daya kembang dan daya rekat kecil serta alirannya yang buruk.
Sedangkan amilum terpregelatinasi alirannya lebih baik dari amilum yang tidak
dimodifikasi dan memperlihatkan kompresibilitas yang tinggi. Tetapi amilum
1
terpregelatinasi dapat mengalami retrogradasi.(5,6) Oleh karena itu, dibuatlah amilum
jagung terpregelatinasi suksinat sebagai matriks.
Pati terpregelatinasi suksinat merupakan hasil modifikasi pati secara fisika
dan kimia. Dalam proses pembuatannya,pati dikeringkan dengan cepat pada suhu
yang tinggi menggunakan double drum drier. Hasilnya pati terpregelatinasi yang
kemudian direaksikan dengan suksinat anhidrid. Prinsip reaksinya adalah esterifikasi
melalui penggunaan gugus hidroksil pati dengan suksinat anhidrid. Modifikasi pati ini
cenderung untuk mengembang dalam air dingin dan memilki suhu gelatinasi yang
lebih rendah.(7)
Zat aktif yang digunakan adalah teofilin. Teofilin adalah alkaloida golongan
xantin yang secara alami terdapat dalam daun teh (Camelia sinensis (L) Kuantze),
yang secara luas untuk terapi asma baik untuk pencegahan maupun untuk pengobatan.
Senyawa derivat dari xantin mempunyai efek mengiritasi setempat, serta memiliki
absorpsi dan eliminasi yang cepat yaitu dengan t ½ absorpsi 0,27 ±0,07 jam dan t½
eliminasi 6,19 ± 0,031 jam sehingga teofilin harus diberikan untuk mencapai efek
terapi yang diinginkan. Hal ini dapat memberikan resorpsi konstan dan kadar dalam
darah yang lebih teratur serta mengurangi kepatuhan pasien dalam terapi untuk pasien
penyakit kronis seperti asma, maka dibuatlah teofilin dalam bentuk sediaan lepas
lambat. Teofilin memiliki indeks terapi yang sangat sempit yaitu 10-20 µg/ml
darah.(8)
Metode pembuatan tablet yang digunakan adalah granulasi basah. Granulasi
basah adalah proses pencampuran zat aktif dan eksipien dengan menambahkan cairan
2
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi.(2)
Disolusi adalah kecepatan melarutnya zat aktif persatuan waktu dari profil
disolusi dapat diketahui jumlah bahan aktif yang terlarut dalam media cair yang
diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu dan pada suhu tertentu.
Dengan latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian terhadap
pengaruh amilum jagung terpregelatinasi suksinat sebagai matriks terhadap pelepasan
teofilin dengan metode granulasi basah.
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah amilum jagung terpregelatinasi suksinat dapat digunakan sebagai
bahan pembuat matriks tablet lepas lambat teofilin ?
2. Apakah penggunaan amilum jagung terpregelatinasi suksinat sebagai
matriks dengan metode granulasi basah dapat mempengaruhi evaluasi sifat
fisik dan kimia tablet lepas lambat teofilin?
3. Apakah pengaruh amilum jagung terpregelatinasi suksinat sebagai matriks
dengan metode granulasi basah akan mempengaruhi profil disolusi tablet
lepas lambat?
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh amilum jagung
terpregelatinasi suksinat sebagai matriks terhadap pelepasan teofilin dengan metode
granulasi basah.
3
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : “ Apakah penggunaan amilum jagung terpregelatinasi suksinat sebagai
matriks akan menurunkan laju disolusi teofilin dalam sediaan lepas lambat ? ”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh amilum jagung
terpregelatinasi suksinat sebagai matriks terhadap pelepasan teofilin dengan metode
granulasi basah.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang
penggunaan amilum jagung sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sediaan tablet
lepas lambat.
4
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Amilum Jagung
Amilum jagung adalah pati yang diperoleh dari biji Zea mays L (Familia
Poaceae).(1) Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan
gulanya 2,6-12,0%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan
komponen pati, sedangkan komponen lainnya adalah pentosan, serat kasar,
dekstrin, sukrosa dan gula pereduksi. Pati jagung mempunyai granul berbentuk
oval yang cukup besar (15-20 μm), yang tidak larut dalam air dingin, tetapi dapat
menyerap air dan membengkak. Pati jagung yang mengandung amilosa sekitar
28% dan amilopektin sekitar 72%, dari masa pati, memiliki suhu gelatinasi 62-
70°C, dan suhu puncak granula pecah pati jagung adalah 95°C. (9)
Tabel I. Kandungan amilosa dan amilopektin dari berbagai jenis amilum(4)
Jenis Amilum Amilosa (%) Amilopektin (%)
JagungKentangGandumTapiokaSorgumBerasSagu
28212817281727
72797283728373
5
Tabel II. Kandungan bahan dari berbagai amilum (4)
No. Nama SumberJumlah Kandungan (%)
Amilum Air Protein Lemak Serat1 Jagung 60 16 9 4 2
2 Potato 18 78 2 0,1 0,7
3 Gandum 64 14 13 2 3
4 Tapioka 26 66 1 0.3 1
5 Sorgum 63 16 9 3 2
2. Amilum
Amilum merupakan penyusun karbohidrat yang paling utama dan dapat
digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sediaan farmasi yang
meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Amilum merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α- glikosidik.
Berbagai macam amilum tidak sama sifatnya tergantung dari panjang rantai C-
nya serta struktur rantai molekulnya. Rumus umum amilum adalah (C6H12O15)n
yang terdiri dari dua gugus molekul yaitu bagian yang larut air (amilosa) dan
bagian yang tidak larut air (amilopektin).(5) Amilopektin merupakan penyusunan
utama dari kebanyakan amilum, kadar amilosa dalam amilum berkisar 15%-30%,
sedangkan amilopektin 70%-85%.(4)
Amilosa merupakan polimer rantai lurus dengan ikatan α-1,4-D-glukosa.
Molekul amilosa mengandung sampai 6000 unit glukosa.(4) Amilosa bersifat
sangat hidrofilik karena banyak mengandung gugus hidroksil. Molekul amilosa
cenderung membentuk susunan paralel melalui ikatan hidrogen.(10)
6
Gambar 1. Struktur Kimia Amilosa(11)
Amilopektin merupakan polimer rantai bercabang dengan ikatan α-1,4 dan
1,6-glikosida dan mengandung 10-60 unit glukosa. Amilopektin sukar larut dalam
air, mudah mengembang dan membentuk koloid dalam air. Pati yang sudah
terpregelatinasi hampir terdiri dari 100% amilopektin.(4)
Gambar 2. Strukur Kimia Amilopektin(11)
3. Modifikasi Amilum
Setiap jenis pati dapat dimodifikasi dengan berbagai cara untuk
menghasilkan suatu bahan dengan sifat fungsional yang diinginkan. produk pati
termodifikasi umumnya pengembangan produk pangan olahan ataupun produk
farmasi.
7
Modifikasi amilum digunakan dalam meningkatkan kekentalan dalam
keadaan panas yang rendah dan daya lekatnya tinggi, membentuk gel yang jernih
dalam penyimpanan yang lama. Amilum termodifikasi berfungsi sebagai bahan
pengisi, pengental, pengemulsi, pengikat tablet kempa langsung maupun
granulasi dan sebagai pemantap bahan makanan. Modifikasi pati dapat dilakukan
dengan mengubah struktur kimia pati baik secara fisika, kimia atau enzimatis. (12)
Modifikasi amilum dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Modifikasi Fisika(13)
Meliputi penggilingan, solvent, treatment, dan pregelatinasi. Pada
umumnya dengan melakukan modifikasi, maka amilum dapat meningkatkan
kemampuan terdispersi di dalam air dingin. Biasanya modifikasi dapat
digunakan untuk makanan instant, gelling agent, pengental, bahan perekat dalam
formulasi.
Proses penggilingan yaitu mengahancurkan kristal granul dan memberikan
batasan saat granul mengembang dalam air dingin. Solvent treatment
(pencampuran air dan alkohol) dapat membengkakkan sebagian granul. Setelah
dikeringkan, bahan tersebut dapat menyerap kembali dengan menghasilkan
viskositas yang tinggi dalam air dingin. Sedangkan pregelatinasi adalah proses
dengan pemasakan pati, yaitu dengan penambahan air dan pengeringan atau
pemanasan, akibatnya sebagian atau seluruh granul pati yang ada terpecah
sehingga melepaskan amilosa dan amilopektin.(12)
8
b. Modifikasi Kimia (2)
Meliputi reaksi hidrolisa asam, oksidasi, substitusi, dan ikatan silang.
1) Hidrolisa asam
Sewaktu suhu dinaikkan, suspensi amilum terhidrolisis dengan
penambahan asam mineral encer. proses hidrolisis dihentikan setelah dicapai
kekentalan yang diinginkan. pada proses hidrolisis asam ini terjadi pemecahan
ikatan α-D-glukosa dari molekul amilum dan terjadi pelemahan struktur granul
amilum sehingga dapat mengubah kekentalannya. Amilum yang dimodifikasi
dengan meotde ini memiliki kekentalan dalam keadaan panas yang rendah dan
daya lekatnya yang tinggi.
2) Oksidasi
Proses oksidasi adalah proses memasukkan gugus karboksil dan atau gugus
karbonil ke dalam rantai lurus maupun rantai bercabang dari molekul amilum,
sehingga membuka struktur cincin glukosa dan menekuknya melalui
pengguntingan rantai molekul. Proses ini tergantung kepada kondisi reaksi
seperti suhu dan pH. Penggunaan natrium hipoklorit dapat menekan jumlah
bakteri selama proses produksi dan menyebabkan amilum menjadi putih.
3) Substitusi
Modifikasi amilum dengan metode ini menyebabkan sifat kepolarannya
berubah dan kejernihan pastanya meningkat. Yang terpenting adalah peningkatan
kestabilan terhadap pembekuan. Pati ini dibuat dari pati dalam bentuk granula
dan subsitusi tingkat rendah akan menginterupsi secara linier, mencegah
retrogradasi, meningkatkan kapasitas mengikat air, menurunkan suhu gelatinasi
9
dan mengubah kejernihan pasta. Terdapat dua kelompok dalam pati tersubstitusi,
yang didasarkan pada senyawa yang mensubstitusinya yaitu pati ester (pati
phospat, dan pati suksinat) dan pati ether yang meliputi carboxy methyl starch
dan hydroxyl propyl starch.
Pati asetat merupakan hasil asetilasi pati dimana granul pati diesterkan
dengan group asetat dengan mensubstitusikan gugus hidroksil pati. Proses
asetilasi dapat meningkatkan kestabilan pasta dan kejernihan. Pati asetat
diaplikasikan pada produk-produk beku seperti es krim dan cheese cake.
Pati phospat memiliki dua kelompok, yaitu pati yang tersubstitusi dan pati
yang mengalami cross linked starch. Dalam kelompok pati tersubstitusi, pati
phospat memiliki fungsi yang sama dengan pati asetat, dimana berfungsi untuk
menstabilkan viskositas.
Pati suksinat merupakan hasil modifikasi pati dengan metode suksinilasi
yang proses suksinilasi pati dengan asam suksinat atau alkenil suksinat. Pati
suksinat dapat meningkatkan hidrofobik pati serta dapat membantu pembentukan
emulsi (alkenyl suksinat) dan dapat pula meningkatkan hidrofil pati yang
berfunsi sebagai bahan tambahan produk farmasi (asam suksinat).
4) Ikatan silang
Amilopektin memiliki rantai bercabang, maka gugus-gugus hidroksilnya
lebih sukar untuk berikatan. Oleh karena itu, amilopektin mudah mengalami
gelatinasi namun kekentalannya tidak stabil. Granul yang telah mengembang
mudah pecah akibat pemanasan yang lama. Hal tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan pereaksi bersifat polifungsional.
10
4. Pregelatinasi (5,14)
Granula pati tidak larut dalam air dingin, tetapi akan mengembang jika
suspensinya dalam air dipanaskan. Air yang terserap tersebut hanya mencapai
kadar 30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi dalam air pada suhu
antara 55°-65°C merupakan pembengkakkan yang sesungguhnya, dan setelah
pembengkakkan ini granula pati dapat kembali pada kondisi semula (reversible).
Tetapi apabila pemanasan dilanjutkan, granula pati dapat dibuat membengkak
luar biasa dan bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula (irrversible).
Proses di atas disebut dengan gelatinasi. Suhu pada saat granula pati pecah
disebut suhu gelatinasi yang dapat dilakukan dengan penambahan panas.(5)
Pengembangan granula pati ini disebabkan karena molekul air berpenetrasi
masuk ke dalam granula dan terperangkap dalam susunan molekul amilosa dan
amilopektin. Dalam proses gelatinasi ini, air dan suhu merupakan faktor
terpenting.
Suatu proses berubahnya struktur amilum baik secara kimiawi ataupun
fisika dengan memanaskan suspensi amilum dalam air sampai suhu tertentu.
Akibat pengaruh suhu, granula amilum yang dalam keadaan dingin larut dalam
air, akan dapat menyerap molekul-molekul air, proses ini disebut proses
hidratasi. Pada saati proses hidratasi berlangsung maka granul amilum akan
mengembang. pada saat pengembangan dilakukan pemutusan dengan cara
dikeringkan maka proses ini disebut pregelatinasi.
11
5. Amilum terpregelatinasi
Amilum terpregelatinasi adalah amilum yang telah dimodifikasi secara
fisika dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan sediaan farmasi. Pati yang
tidak dimodifikasi memiliki kelemahan, yaitu sifat kompresibilitas dan sifat alir
yang kurang baik serta memiliki daya kembang dan daya rekat yang kecil.
Sedangkan amilum terpregelatinasi alirannya lebih baik dari amilum yang tidak
dimodifikasi dan memperlihatkan kompresibilats yang tinggi, karena granul-
granul yang terkumpul mengalami deformasi plastik. Maka dibuatlah amilum
terpregelatinasi. (6)
Amilum pregelatinasi dibuat dengan 2 metode : (12)
1) Amilum pregelatinasi seluruh (lengkap)
Dengan cara membuat pasta amilum pada suhu 62-75 °C, yang berisi 42%
dari berat amilum yang telah dikeringkan. Bahan-bahan tambahan kimia dapat
dimasukkan ke dalam pasta sebagai penolong untuk proses gelatinasi dan
surfaktan dapat ditambahkan untuk mengatur pengeringan atau mengurangi
kelengketan selama pengeringan. Pasta dikeringkan dengan cara percikan,
gulungan, menekan atau dengan double drum dryer. Bahan-bahan yang
dikeringkan pada proses terakhir untuk menghasilkan ukuran partikel yang
diinginkan.
12
2)Amilum pregelatinasi sebagian
Dibuat suspense amilum yang belum digelatinasi kemungkinan disebarkan
pada drum yang panas, dilakukan ketika gelatinasi sebagian dan dilangsungkan
dengan pengeringan.
6. Suksinilasi (15)
Pati suksinat merupakan suatu modifikasi pati secara kimia yang
menggunakan suksinat anhidrid sebagai pereaksi utama. Dalam prosesini terjadi
penggantian gugus hidroksil pati dengan suksinat anhidrid. Reaksi ini dapat
terjadi didalam media air dengan dikatalis oleh natrium hidroksida atau natrium
karbonat. Suksinat anhidrid akan bereaksi dengan pati dan akan membentuk
molekul ester parsial. Pati suksinat dikaraterisasikan dengan kemampuannya
yang mudah mengembang dalam air dingin dan memiliki suhu gelatinasiyang
lebih rendah (7).
Pati trepregelatinasi suksinat merupakan hasil modifikasi pati secara
fisika dan kimia. Dalam hal ini, pati akan mengalami pregelatinasi sebagian lalu
direaksikan dengan suksinat anhidrid. Suksinilasi merupakan proses esterifikasi
yang dilakukan dalam suasana basa (pH 8-10). Kondisi pH ini harus tetap terjaga
karena terjadi pelepasan H+ dari suksinat anhidrid sehingga suasana menjadi
asam. Control pH dilakukan dengan penambahan NaOH 0,8 N. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu sekitar 6-12 jam kemudian suspense pati
dinetralkan kembali dengan penambahan asam lemah. Reaksi antara pati dan
suksinat anhidrid dapat dilihat pada Gambar 3.
13
Gambar 3. Suksinilasi pati jagung terpregelatinasi. (16)
Pragelatinasi pati jagung suksinat memiliki sifat yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pati jagung yang tidak mengalami modifikasi maupun pati
jagung terpragelatinasi. Kelebihan ini diantaranya adalah memiliki suhu
gelatinasi yang rendah, kekuatan pengental yang tinggi, kekentalan stabil pada
suhu rendah, jernih jika dimasak dan sifat pembentuk film yamg baik.(18)
7. Teofilin
Teofilin adalah alkaloid golongan xantin yang secara alami terdapat pada
daun teh (Camelia sinensis (L) Kuantze), mengandung gugus metal dengan nama
kimia 1,3-dimetilxantin, dengan rumus molekul C7H8N4O2.H2O, bobot molekul
198,19. Pemerian teofilin yaitu berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa
pahit, stabil di udara. Kelarutan dalam etanol 1:120, mudah larut dalam air panas,
dalam air 1:180 (sukar larut), dan larut dalam asam encer.(8, 17)
Di Indonesia, teofilin tersedia berbagai bentuk sediaa untuk penggunaan
oral, tablet teofilin 150 mg, tablet salut selaput lepas lambat berisi teofilin 125
mg, 250 mg dan 300 mg.(8)
Teofillin memiliki sejumlah khasiat antara lain berdaya spasmolitis
terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung dan
14
mendilatasinya. Luas terapetisnya sempit, artinya dosis efektifnya terletak
berdekatan dengan dosis toksisnya. Untuk efek optimal diperlukan kadar dalam
darah dari 10-15 µg/ml, sedangkan 20 µg/ml sudah terjadi efek toksis.(17)
Senyawa derivat dari xantin ini mempunyai efek mengiritasi setempat, serta
memiliki absorpsi dan eliminasi yang cepat yaitu dengan t ½ absorpsi 0,27 ±0,07
jam dan t½ eliminasi 6,19 ± 0,031 jam sehingga teofilin harus diberikan untuk
mencapai efek terapi yang diinginkan. Hal ini dapat memberikan resorpsi
konstan dan kadar dalam darah yang lebih teratur serta mengurangi kepatuhan
pasien dalam terapi untuk pasien penyakit kronis seperti asma, maka dibuatlah
teofilin dalam bentuk sediaan lepas lambat. Selain itu, respon individual yang
juga cukup bervariasi menyebabkan teofilin perlu diawasi penggunaannya dalam
Therapeutic Drug Monitoring.(8)
Distribusinya ke seluruh tubuh, volume distribusi teofilin adalah 600
ml/kg. Eliminasi melalui metabolisme dalam hati. Sebagian besar disekresikan
pada orang dewasa 8-9 jam dan untuk anak muda kira-kira 3,5 jam dalam urin
dalam bentuk metil urat dan metil xantin, kurang dari 20% dalam urin bentuk
utuh. Waktu eliminasi berkisar antara 20-36 jam.(8)
15
8. Sediaan Lepas Lambat
Sedian lepas lambat adalah bentuk sediaan yang dirancang untuk
memberikan suatu dosis zat aktif sebagai terapi awal dan diikuti oleh pelepasan
zat aktif yang lebih lambat dan konstan. kecepatan dosis [emeliharaan didesain
sedemikiam rupa agar jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasi
diganti secara kosntan. Dengan demikian sediaan lepas lambat, konsentrasi zat
aktif dalam plasma dipertahankan selalu konstan dengan fluktuasi minimal. (19)
a. Keuntungaan sediaan lepas lambat antara lain sebagai berikut : (2, 3, 20)
1) Mengurangi frekuensi obat sehingga menjamin kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat
2) Memperpanjang aktivitas zat aktif sepanjang malam sehingga penderita
dapat tidur tanpa terganggu sampai pagi
3) Memperkecil perluasan dan intensitas efek samping yang disebabkan oleh
kelebihan kadar zat aktif dalam plasma darah yang dapat diakibatkan oleh
pemakaian berulang sediaan tidak lepas lambat
b. Kekurangan sediaan lepas lambat antara lain sebagai berikut : (2, 3, 20)
1) Bentuk sediaan lepas lambat harganya relatif lebih mahal karena dalam
pengembangan formulasi membutuhkan biaya yang banyak
2) Kemungkinan zat aktif gagal dilepas pada kondisi yang tepat, sehingga
terjadi kelebihan dosis dan dapat menimbulkan toksis
3) Kesulitan pengeluaran obat dengan cepat bila terjadi toksisitas atau alergi
4) Tidak semua obat dapat diformulasi dalam bentuk sediaan lepas lambat
16
c. Persyaratan zat aktif yang dapat dibuat sediaan lepas lambat
Zat aktif yang sesuai dibuat sediaan lepas lambat harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :(2, 3, 20)
1) Kelarutan dalam air tidak boleh terlalu besar dan tidak boleh sangat tidak
larut. Zat aktif yang mempunyai kelarutan sangat besar dalam air tidak
dikehendaki dalam sediaan lepas lambat karena sulit memformulasikan
dengan sistem matriks, yaitu segera bocor dari sediaannya.
2) Mempunyai waktu paruh hayati tidak terlalu pendek (≤ 1 jam) dan tidak
terlalu panjang (4-6 jam), karena zat aktif dengan t½ yang singkat dan
mempunyai dosis lazim yang tinggi ternyata sulit untuk dibuat sediaan
dengan pelepasan terkendali. Hal ini disebabkan dosis zat aktif pada
sediaan dengan pelepasan terkendali umumnya 2-3 lebih tinggi dari dosis
lazim.
3) Zat aktif tidak boleh terurai dalam saluran cerna dan diserap dalam daerah
yang cukup luas. Daerah penyerapan yang terbatas dapat menyebabkan
diperolehnya ketersediaanhayati yang tidak memadai
4) Ukuran dosis lazim untuk oral tidak lebih dari 500 mg karena biasanya
dosis sediaan lepas lambat oral lebih besar dari sediaan konvensional.
17
d. Sediaan lepas lambat dengam metode matriks
Matriks adalah suaru bahan pembawa inert yang didalamnya obat
tersuspensi, terdispersi secara merata. Umumnya, obat berada dalam persen
yang lebih kecil dari matriks sehingga matriks dapat memberikan
perlindungan yang lebih besar terhadap air dan obat akan berdifusi keluar
secara lambat.(3)
Dikenal ada tiga macam bentuk matriks penghalang yang dapat
digunakan untuk memformulasikan tablet dengan matriks :(2, 3, 21)
1) Golongan matriks dari bahan yang tidak larut
Golongan ini dirancang utuh dan tidak pecah dalam saluran pencernaan.
Zat aktif dibuat tablet dengan berbagai cara, salah satunya zat aktif
dicampur dengan satu atau lebih bahan tambahan dengan tidak larut
dalam saluran cerna, misalnya polietilen, polivinil klorida dan etil
selulosa kemudian digranul.
2) Golongan matriks dari bahan yang tidak larut dalam air tetapi terkikis
oleh medium elusi. Golongan berupa lilin, lemak, asam stearat, polietilen
glikol. Pelepasan obat proses difusi, erosi dan lepasnya lebih cepat
dibandingkan polimer tidak larut.
3) Golongan pembentuk matriks hidrofilik yang tidak dapat dicerna dan
dapat membentuk gel didalam saluran pencernaan. Contoh bahan ini
adalah metilselulosa, karboksimetil selulosa, hidroksimetil selulosa.
18
e. Matriks Hidrofilik
Matriks hidrofilik merupakan golongan matriks yang pelepasan obat
dikendalikan oleh penetrasi air melalui lapisan suatu gel yang terbentuk karena
hidrasi polimer dan difusi obat melalui matriks yang terhidrasi.(2)
Jika obat dicampurkan dengan bahan matriks hidrofil yang tidak tercerna,
(dalam konsentrasi tinggi, > 25%) dan dicetak menjadi tablet, maka mekanisme
pelepasan zat aktif dari matriks hidrofilik yaitu permukaan luar dari tablet yang
berisi zat aktif akan melarut dengan cepat karena penetrasi air atau cairan
pencernaan. Akan tetapi pada saat yang bersamaan, terjadi hidratasi pada batas
permukaan tablet dan mulai membentuk lapisan yang menyerupai gel.
Terbentuknya lapisan ini akan memungkinkan bertambahnya air yang dapat
menembus bagian dalam tablet, sehingga terbentuk lapisan gel yang kental dan
segera mencegah kontak obat yang terjerat dengan cairan pelarutnya. Hal ini akan
terjadi pelambatan pelepasan obat melalui difusi dan pelarutan melalui erosi
terjadi dengan kecepatan yang lambat.(22)
Bahan matriks yang digunakan antara lain HPMC (hidroksipropil metil
selulosa), carboksimetilselulosa dan natrium carboksimetilselulosa. Jika polimer
hidrofilik digunakan sebagai pengikat tablet dan tablet dimasukan dalam media
disolusi, suatu lapisan berbentuk gel akan terbentuk pada permukaan tablet,
lapisan ini disebut lapisan pseudogel.(2)
19
Rancangan suatu sediaan obat tidak lepas dari masalah pengujian untuk
mengetahui layak tidaknya sediaan tersebut dibuat. Salah satu yang dilakukan untuk
bentuk sediaan padat adalah uji disolusi in vitro. uji ini mengukur laju dan jumlah
pelarutan obat dalam suatu medium berair dengan adanya satu atau lebih bahan yang
terkandung dalam produk obat.(3)
9. Metode Pembuatan Tablet (2, 19, 21)
Pemilihan metoda untuk pembuatan tablet biasanya disesuaikan dengan
karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet (Apakah zat tersebut tahan terhadap
panas atau lembab, kestabilan, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya).
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi dan
kempa langsung.
a. Metode Kempa Langsung (Direct Compression)
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktris dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.
Ada beberapa zat berbentuk Kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk
langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).
20
Keuntungan metode kempa langsung, yaitu :
1) Cocok untuk zat aktif berdosis kecil yang memiliki daya alir,
kompresibilitasnya baik, serta yang tidak tahan panas dan lembab.
2) Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
3) Lebih singkat prosesnya
4) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,
tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,
sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung, yaitu :
1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi
dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat
menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif dalam tablet
2) Zat aktif dengan dosis yang lebih besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses
pengempaan, sehingga pengisi yang dibutuhkan akan makin banyak dan
mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti
senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning
3) Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat
mudah mengalir, kompresibilitas baik, kohesifitas dan adhesifitas yang baik
21
b. Granulasi
Granulasi adalah pembentukan partikel - partikel besar dengan mekanisme
pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan
ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat
permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih
homogen dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun
fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat alirandan kompressibilitas dari
massa cetak tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam
yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi
debu, dan memperbaiki penampakan tablet. Untuk beberapa zat aktif tertentu,
proses granulasi dapat dilewati jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung
dikempa. Metode ini disebut kempa langsung. Metode ini mengurangi lamanya
proses pembuatan tablet melalui proses granulasi, tapi sering timbul beberapa
kendala yang disebabkan sifat zat aktif itu snediri atau eksipien.
Macam-macam granulasi ada dua macam, yaitu :
1) Granulasi Basah (Wet Granulation)
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi
massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan
tertentu, lalu digranulasi. Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang sukar
larut dalam air atau pelarut yang digunakan tahan terhadap pemanasan dan
kelembaban. Umumnya digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena
mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang jelek. Oleh karena itu, pada
22
metode ini diperlukan zat, pengikat, penghancur, pengisi, lubrikan dan eksipien
lain.
Keuntungan metode granulasi basah, yaitu :
a) Dapat meningkatkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk dengan
penambahan pengikat
b) Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan
sulit dikompresi.
c) Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut
dandosis kecil.
d) Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam
cairanpengikat.
e) Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari
serbuk).
f) Mampu mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
g) Dapat memperbaiki kecepatan disolusi zat aktif yang sukar larut serta
dapatmenghasilkan kecepatan pelepasan yang termodifikasi dengan pemilihan
bahanpengikat dan bahan pembawa yang cocok.
23
Kerugian metode granulasi basah, yaitu:
a) Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu
yang banyak.
b) Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit
proseslainnya.
c) Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih besar.
d) Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab.
2) Granulasi Kering (Dry Granulation)
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat
granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat.
Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, serta
tidak tahan air atau pelarut yang digunakan.
Keuntungan metode granulasi kering, yaitu :
a) Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan
akanproses validasi.
b) Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat.
c) Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama pengerjaannya.
d) Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas
dan lembab.
24
Kerugian metode granulasi kering, yaitu :
a) Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.
b) Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen.
c) Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut.
d) Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat
e) Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai
10. Evaluasi
a. Evaluasi amilum jagung
Evaluasi ini meliputi uji kualitatif dan kuantitatif terhadap amilum yang
akan dipakai. Evaluasi amilum meliputi :
1) Uji Kualitatif
Uji kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi suatu sampel atau bahan.
Identifikasi amilum dilakukan dengan membuat suspensi larutan amilum dan
reaksi perubahan warna setelah meneteskan larutan iodium pada saat pemanasan
dan pendinginan(1).
2) Uji susut pengeringan
Uji susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui banyaknya senyawa
yang menguap pada saat proses pengeringan. Tidak lebih dari 15,0% setelah
dikeringkan pada suhu 100-105C menggunakan 1 gram amilum(1).
25
3) Uji kadar abu
Uji kadar abu dilakukan untuk mengetahui adanya pengotor pada suatu
bahan atau sampel. Tidak lebih dari 0,6% dengan penetapan menggunakan 1
gram sampel.(1)
b. Evaluasi massa granul
1) Uji waktu alir(2)
Sejumlah 100 g granul ditimbang, masukkan ke dalam corong, kemudian
catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut, untuk
100 g granul yang diperlukan waktu maksimal 10 detik, apabila lebih akan
mengalami kesulitan pada waktu penabletan. Mudah tidaknya granul atau serbuk
mengalir dipengaruhi oleh bentuk, luas permukaan, kerapatan dan kelembaban
granul. Ketidakseragaman dan semakin kecilnya ukuran granul akan menaikkan
daya kohesi sehingga granul menggumpal dan tidak mudah mengalir.
2) Sudut diam(2)
Sudut diam dilakukan untuk menentukan sifat aliran granul, yang
dihasilkan jika suatu serbuk mengalir bebas dari corong ke alas dasar. Serbuk
tersebut akan membentuk kerucut, yang kemudian sudut kemiringannya diukur.
Semakin datar kerucut yang terbentuk artinya sudut kemiringannya semakin
kecil maka semakin baik sifat alir serbuk tersebut. Pengujian sudut diam
dilakukan dengan cara sejumlah granul dimasukkan dalam corong pada alat
granul flow tester massa yang jatuh akan membentuk kerucut lalu diukur tinggi
(h) dan jari-jari kerucut (r).
26
Sudut diam dapat dihitung dengan rumus:
tan α = α = cotan .............................................................. (1)
Keterangan :
α
h
r
=
=
=
Sudut diam
Tinggi tumpukan granul
Jari-jari alas tumpukan granul
Apabila sudut baring lebih kecil atau sama dengan 30 menunjukkan granul
dapat mengalir bebas, serta bila lebih kecil atau dengan 40 menunjukkan daya
alir yang kurang baik.
3) Kompresibilitas(2)
Pengetapan yaitu penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan. Semakin kecil indeks pengetapan maka semakin baik sifat alirnya.
Alat yang digunakan adalah tapped density tester.
Dari proses ini juga dapat dihitung harga kerapatan bulk-nya dengan
rumus:
ρb = dan ρn = ............................................................................ (2)
Keterangan :
M
Vb
Ρb
Vn
Ρn
=
=
=
=
=
Massa partikel
Volume akhir pengetapan
Kerapatan bulk setelah ditap
Volume awal
Kerapatan awal
27
Persamaan diatas diperoleh persen kompresibilitas (C) dengan rumus:
C = . x 100% ............................................................................ (3)
Keterangan :
C
ρn
ρb
=
=
=
Kompresibilitas
Kerapatan bulk sebelum ditap
Kerapatan bulk setelah ditap
4) Kerapuhan granul(1)
Kerapuhan granul merupakan parameter yang menunjukkan kekuatan
granul terhadap pengaruh goncangan atau perlakuan lain pada saat mengalami
proses penabletan. Pemeriksaan kerapuhan granul dilakukan dengan pengayakan.
Persyaratan kerapuhan granul kurang dari 20%.
5) Uji ukuran partikel
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran ukuran granul yang
diperoleh. Untuk mengetahui penyebaran ukuran granul diperoleh persen granul
yang tertinggal, dihitung menggunakan rumus berikut :
% granul = . x 100% ......................... (4)
Untuk mengetahui ukuran granul dapat dihitung dengan rumus :
Ukuran granul = . x 100% ................(5)
28
c. Evaluasi tablet
1) Organoleptis(2)
Penampilan umum suatu tablet sangat penting bagi penerimaan konsumen.
Penampilan umum tablet meliputi ukuran, bentuk, warna, ada atau tidaknya bau
dan rasa, bentuk permukaan, konsistensi, cacat fisik dan tanda-tanda pengenal
2) Keseragaman ukuran
Keseragaman ukuran tablet ditentukan dengan mengukur diameter dan
tebal tablet. Pada pengukuran diameter tablet, jumlah tablet yang diuji tidak
ditentukan karena punch dan die yang digunakan sama, jadi diasumsikan semua
tablet memiliki diameter yang sama.(2) Alat yang digunakan adalah jangka
sorong. Persyaratan diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan
tidak kurang dari 4/3 tebal tablet(1).
3) Kekerasan dan kerapuhan(1, 21)
Tablet harus mempunyai kekerasan tertentu dan tahan dari keregasan agar
dapat tahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan, dan pengangkutan. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih
dan pecah-pecah akan menimbulkan variasi berat dan keseragaman tablet
menyebabkan tidak dapat diterima oleh konsumen(2). Umumnya semakin besar
tekanan, maka semakin keras tablet yang dihasilkan.
Kerapuhan dapat dihitung dengan cara:
F = X 100% ....................................................................... (6)
29
Keterangan :
FW
Wo
=
=
=
Kerapuhan (%)
Bobot setelah diputar dalam friability tester dan
dibebasdebukan
Bobot mula-mula setelah dibebasdebukan
4) Keseragaman bobot(23)
Keseragaman bobot tablet harus memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari 5%, dan tidak satu tablet pun yang bobot rata-
ratanya menyimpang dari 10%.
Tabel III. Penyimpangan Bobot Tablet(23)
Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam %
A BKurang dari 25 mg 15 % 30 %26-150 mg 10 % 20 %151-300 mg 7,5 % 15 %> 300 mg 5% 10%
11. Disolusi
Obat-obat yang penggunaannya melalui oral, sebelum obat diabsorpsi
melalui dinding usus, obat larut dalam cairan pencernaan. Proses melarutnya
obat dalam media pelarut untuk membentuk suatu larutan disebut disolusi.
Singkatnya adalah proses melarutnya suatu zat padat.(24, 25)
Sedangkan laju disolusi adalah kecepatan melarutnya suatu obat dari
bentuk sediaannya setelah kontak dengan medium tertentu sebagai fungsi
waktu.(25) Laju disolusi bahan obat dapat mempengaruhi kecepatan dan jumlah
30
bahan obat yang diabsorpsi. Untuk bahan obat yang mudah larut dalam air,
diabsorpsi. Untuk bahan obat yang mudah larut dalam air, disolusi cenderung lebih
cepat dan sebagai tahap penentu laju adalah absorpsi melalui membran
pencernaan. Sebaliknya, untuk bahan obat yang sukar larut dalam air atau
disintegrasi dari sediaan.(25,26)
Noyes dan Whitney menggambarkan bahwa tahap disolusi meliputi proses
pelarutan bahan obat dari partikel padat yang diikuti dengan terbentuknya larutan
jenuh di sekeliling partikel padat. Larutan jenuh tersebut merupakan bagian yang
tetap (stagnant layer). Obat berdifusi menuju pelarut dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Kadar obat pada tempat yang jauh dari
permukaan partikel semakin kecil sehingga mencapai suatu tempat dimana kadar
obat menjadi konstan. Laju disolusi dapat digambarkan dengan persamaan Noyes
dan Whitney seperti pada rumus (7)(19) :
dC / dt = DS / Vh ( Cs – C ) ................................................................................. (7)
Keterangan :
dCDSCsChV
=======
Laju disolusiKoefisienn difusi dari zat terlarut dalam larutanLuas permukaan zat padat yang menyentuh larutanKonsentrasi larutan jenuh dari senyawaZat terlarut pada waktu tTebal lapisan difusiVolume larutan
Dari persamaan di atas tampak bahwa laju disolusi dipengaruhi oleh luas
permukaan zat padat, koefisien difusi, tebal lapisan difusi, volume media disolusi
dan gradien konsentrasi.
31
Laju disolusi tablet lepas lambat yang ideal adalah apabila periode awal
pelepasan bahan obat berlangsung cepat, agar kadar efektif bahan obat dalam
darah segera tercapai. Selanjutnya pelepasan bahan obat konstan (mengikuti orde
nol) hingga periode waktu tertentu kadar obat dalam darah dapat dipertahankan
pada kadar efektif. Proses laju disolusi tablet obat sediaan padat seperti
digambarkan pada gambar 4.
Tablet disintegrasi granul deagregasi partikel halus
disolusi disolusi disolusi
zat aktif dalam larutan
Gambar 4. Tahapan Proses Disolusi Sediaan Padat(19)
Dari skema tersebut terlihat bahwa tahapan disolusi merupakan tahapan
penentu sebelum zat aktif berada didalam tubuh untuk zat aktif yang larut dalam
air, disolusi cenderung lebih cepat dan sebagian tahap penentu laju absorbsi
melalui membran pencernaan. Sebaliknya untuk obat yang sukar larut dalam air,
laju disolusi ditentukan oleh disintegran sediaan dan disolusi zat aktif. Disolusi
dari bahan aktif yang terkandung dalam sediaan padat terjadi tidak hanya partikel
halus, tetapi juga pada tingkat sebelumnya. Disolusi menunjukkan akhir dari
proses pelepasan bahan aktif, dilanjutkan dengan absorbsi.
Efektivitas dari suatu tablet dalam melepaskan zat aktif untuk absorbsi
sistemik agaknya bergantung pada laju disolusi disintegrasi dari bentuk sediaan
Tablet K granul partikel halus
zat aktif dalam larutan
pada tempat absorpsi
32
dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih penting
adalah laju disolusi dari tablet tersebut.
Kondisi pengujian akan mempengaruhi laju disolusi obat secara in vitro.
Kondisi ini meliputi pengaruh agitasi. Ukuran dan bentuk wadah, temperatur
media disolusi, pH dan kondisi sink yang harus dipertahankan.(19)
Proses pelarutan dapat dipengaruhi beberapa faktor :(19)
1) Sifat fisikokimia obat
Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi
kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta partikel.
Dengan memperkecil ukuran partikel dan memperluas permukaan maka laju
pelarutan semakin cepat. Derajat kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi
laju pelarutan yang lebih cepat daripada obat dalam bentuk kristal.
2) Faktor lingkungan
Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga dapat mempengaruhi
laju pelarutan obat. Sebagai contoh, bahan pelicin tablet seperti magnesium
stearat dapat menolak air yang bila digunakan dalam jumlah besar akan
menurunkan kelarutan.
3) Faktor pengerjaan
a) Ukuran dan bentuk wadah dapat mempengaruhi laju dan tingkat pelarutan,
misalnya obat-obat yang sangat tidak larut dalam air mungkin perlu
menggunakan wadah yang kapasitasnya sangat besar.
b) Jumlah pengadukan dan kecepatan pengadukan harus dikendalikan,
semakin cepat pengadukan laju pelarutannya semakin cepat pula.
33
c) Suhu dan sifat media larutan harus dikendalikan. Media pelarutan
hendaknya jenuh dengan obat.
Macam – macam alat disolusi menurut Farmakope Indonesia edisi IV,
yaitu(1) :
1) Alat 1 (Metode Rotating Basket)
Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan lain yang inert, sebuah motor, sebuah batang logam yang digerakkan
motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu
tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan
suhu dalam wadah pada 37 ± 0,50 C.
Selama pengujian berlangsung harus dijaga agar gerakan air dalam tangas
air halus dan tetap. Jarak antara bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm
± 2mm selama pengujian berlangsung.
2) Alat 2 (Metode Paddle)
Sama seperti alat 1,bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri
dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi seahan aktif
yang terlarut setelah 30 menit atau 45 menit.
Demikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari
sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.
Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata.
Selama pengujian berlangsung harus dijaga gerakan air dalam tangas
halus dan tetap . jarak antara bagian wadah dan keranjang 25 mm ± 2 mm selama
pengujian berlangsung.
34
a. Kriteria penerimaan (27)
Untuk kriteria penerimaan tablet teofilin sustained release yang diberikan
setiap 8 jam, merujuk pada USP NF 24, kriteria sebagai berikut :
Medium : Larutan HCl pH 1,2 dan Dapar fosfat pH 7,5
Alat 2 : 50 rpm
waktu : jam ke 1, 2, 4, 6, 8
Tabel IV. Kriteria penerimaan disolusi tablet teofilin sustained release(27)
Waktu (Jam) % terdisolusi12468
Antara 3% - 15%Antara 20% - 40%Antara 50% - 75%Antara 65% - 100%
Tidak kurang dari 85%
35
B. Kerangka Berfikir
Studi disolusi in vitro berguna untuk memantau stabilitas produk obat dan
memberikan prediksi yang berharga bagi keberadaan obat dalam tubuh, karena itu uji
disolusi menjadi suatu bagian dari prosedur pengendalian kualitas baku produk obat.
Profil disolusi yang baik dari suatu obat dapat dilihat dari salah satu faktor,
yaitu formulasi bentuk sediaan farmasi dengan pemilihan jenis bahan tambahan dan
jumlah bahan tambahan yang digunakan. Dalam formulasi sediaan tablet lepas lambat
metode pembuatan yang paling mudah dan menghasilkan profil disolusi mendekati
orde nol adalah sistem matriks. Jumlah dan jenis matriks sangat mempengaruhi profil
disolusi (2, 19)
Matriks yang akan digunakan dalam sediaan lepas lambat teofilin adalah
amilum jagung terpregelatinasi suksinat yang memiliki sifat hidrofilik, karena
dicirikan oleh kecenderungannya membengkak dalam air dingin. Mekanisme
pelepasan zat aktif dari matriks hidrofilik yaitu permukaan luar dari tablet yang berisi
zat aktif bila kontak dengan air maka akan membentuk lapisan yang menyerupai
barier gel yang kental dan memberikan suatu hambatan pada pelepasan obat sehingga
obat didalammnya akan terlepas secara perlahan dalam waktu yang beberapa jam
sampai semua obat tererosi dan berdifusi ke dalam cairan usus. Lapisan yang
berbentuk gel pada permukaan tablet disebut pseudogel.
Pati jagung terpregelatinasi suksinat memiliki sifat yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pati jagung yang tidak mengalami modifikasi maupun pati
jagung terpregelatinasi. Pati suksinat dikarekterisasikan dengan kemamapuannya
yang mudah mengembang dalam air dingin dan memiliki suhu gelatinasi yang lebih
36
rendah.(7) Kelebihan lain diantaranya adalah memiliki viskositasnya yang tinggi,
kekuatana pengental yang lebih baik, kekentalan stabil pada suhu rendah, jernih jika
dimasak dan sifat pembentuk film yang baik serta mencegah retrogradasi (18). Maka
dalam penelitian ini, amilum jagung terpregelatinasi sukisinat dapat diharapkan
menjadi matriks dengan membentuk gel yang kuat dan mudah mengembang sehingga
dapat menurunkan kecepatan disolusi pada sediaan lepas lambat sesuai waktu yang
ditentukan.
C. Hipotesis
Amilum jagung terpregelatinasi suksinat sebagai matriks dapat menurunkan laju
disolusi teofilin dalam sediaan tablet lepas lambat.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi FMIPA
UHAMKA Jakarta , Laboratorium Industri Farmasi POLTEKKES Jakarta II dan
Laboratorium Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012.
B. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : mesin kempa
tablet, double drum dryer, disc mill, spektrofotometer UV-VIS, hardness tester,
friability tester, disintegration tester, dissolution tester, granul flow tester,
timbangan analitik, oven, pengayak granul bertingkat, pengayak, jangka sorong,
eksikator, tanur, volumenometer, botol timbang, krusibel, mikroskop,
thermometer dan alat-alat gelas.
38
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, amilum jagung,
amilum jagung terpregelatinasi , amilum jagung terpregelatinasi suksinat,
teofilin, larutan iodium, HCl pH 1,2, dapar fosfat pH 7,5, anhidrida suksinat 4%,
natrium sulfat anhidrat, laktosa dan aquadest.
2. Pola Penelitian
a. Identifikasi amilum jagung
b. Evaluasi amilum jagung
c. Pembuatan amilum jagung pregelatinasi dan amilum jagung
terpregelatinasi suksinat
d. Evaluasi amilum jagung pregelatinasi dan amilum jagung terpregelatinasi
suksinat
e. Pembuatan medium disolusi larutan HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5
f. Pembuatan larutan baku Teofilin dalam larutan HCl pH 1,2 dan dapar
fosfat pH 7,5
g. Penentuan panjang gelombang maksimum Teofilin dalam larutan HCl pH
1,2 dan dapar fosfat pH 7,5
h. Pembuatan kurva kalibrasi Teofiln dalam larutan HCl pH 1,2 dan dapar
fosfat pH 7,5
i. Pembuatan formula tablet dengan metode granulasi basah
j. Evaluasi granul
k. Pengempaan tablet
39
l. Evaluasi tablet
m. Penetapan kadar dalam larutan HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5
n. Uji disolusi
3. Prosedur Penelitian
a. Identifikasi amilum jagung(1)
Dicampurkan 1 gram amilum jagung dalam 50 ml air dan dipanaskan
sampai mendidih selama 1 menit, dinginkan. Tambahkan preaksi iodium
0,005 M ke dalam larutan yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali
pada pendinginan
b. Evaluasi amilum jagung
1) Uji Fisik(1)
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual selanjutnya diuji
dengan penambahan iodium dengan cara memasukkan amilum ke dalam
tabung reaksi lalu tambahkan aquadest, aduk dan panaskan hingga larut.
Tambahkan setetes iodium 0,005 M ke dalam tabung reaksi dan amati
warnanya pada keadaan dingin dan panas.
2) Uji Susut Pengeringan(1)
Dikeringkan botol timbang kosong dalam oven pada suhu 100oC
selama 30 menit kemudian timbang bobotnya. Timbang amilum sebanyak 1
g, masukkan ke dalam botol timbang yang telah ditara. Masukkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 1 jam, angkat dan dinginkan botol timbang
dalam eksikator selama 10 menit kemudian timbang bobotnya. Oven
kembali selama 30 menit, angkat dan dinginkan dalam eksikator lalu
40
timbang bobotnya, ulangi perlakuan ini sampai bobotnya konstan.
Kelembaban yang baik tidak lebih dari 15%.
3) Uji kadar abu(1)
Ditimbang 1 g amilum dalam krusibel yang sebelumnya telah
dipijarkan, didinginkan dan ditara. Amilum dipanaskan dalam tanur sampai
mengarang sempurna lalu dinginkan dalam eksikator. Apabila abu masih
banyak tambahkan H2SO4 setelah itu pijarkan kembali sampai diperoleh
bobot tetap.
4) Bentuk Partikel
Disiapkan amilum kering, diletakkan pada permukaan gelas objek
diteteskan dengan aquadest, setelah itu ditutup dengan kaca penutup lalu
preparat diletakkan di bawah mikroskop yang dilengkapi dengan penerang
dan kamera. Hasil dicetak di atas slide film berwarna.
c. Pembuatan amilum jagung teregelatinasi dan amilum jagung
terpregelatinasi suksinat
1) Amilum jagung pregelatinasi
Sejumlah amilum jagung ditambahkan air (1:1) diaduk sampai
terbentuk pasta dengan pemanasan dibawah suhu gelatinasi 62-70°C.
Kemudian dikeringkan dengan cara penggilasan dengan double drum dryer
pada suhu 80°C ± 5°C. Lapisan tipis yang diperoleh ditampung lalu
dihaluskan menjadi serbuk dengan alat disc mill. Hasilnya diayak dengan
pengayak no 100.
41
2) Pembuatan amilum jagung terpregelatinasi suksinat
Disuspensikan pati jagung terpregelatinasi dengan air sampai
membentuk massa suspensi yang mudah diaduk. Tambahkan larutan
natrium sulfat anhidrat 5% (dihitung berdasarkan berat kering pati).
Teteskan larutan natrium hidroksida 0,8 N sampai pH 8-9 sambil diaduk.
Masukkan anhidrida suksinat 4% (dihitung berdasarkan berat kering pati)
ke dalam suspensi sedikit demi sedikit . Kondisi harus tetap dijaga pada pH
8-9 dengan penambahan natrium hidroksida 0,8 N sambil terus diaduk.
Setelah penambahan anhidrida suksinat, pengadukan terus dilakukan
selama 3-4 jam (suspensi didiamkan 1 malam). Bila reaksi telah selesai
(tidak ada penurunan pH signifikan), netralkan suspensi dengan
penambahan asam klorida encer sampai pH 6,5-7. Suspensi dikeringkan
dengan double drum drier dan haluskan. Serbuk hasil penggilingan diayak
dengan pengayak mesh 100.
d. Evaluasi amilum buah jagung pregelatinasi dan suksinilasi (1)
1) Bentuk partikel
Disiapkan amilum yang telah dimodifikasi, diletakkan pada
permukaan gelas objek diteteskan dengan aquadest, setelah itu ditutup
dengan kaca penutup lalu preparat diletakkan di bawah mikroskop dengan
perbesaran 200 kali yang dilengkapi dengan penerang dan kamera. Hasil
dicetak di atas slide film berwarna.
42
2) Uji Susut Pengeringan
Dikeringkan botol timbang kosong dalam oven pada suhu 100oC
selama 30 menit kemudian timbang bobotnya. Timbang amilum sebanyak 2
g, masukkan ke dalam botol timbang yang telah ditara. Masukkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 1 jam, angkat dan dinginkan bersama botol
timbang dalam eksikator selama 10 menit selanjutnya timbang bobotnya.
Oven kembali selama 30 menit, angkat dan dinginkan dalam eksikator lalu
timbang bobotnya, ulangi perlakuan ini sampai bobotnya konstan.
Kelembaban yang baik tidak lebih dari 15%.
3) Uji Kadar Abu
Ditimbang 2 g amilum dalam krusibel yang sebelumnya telah
dipijarkan, didinginkan dan ditara. Amilum dipanaskan dalam tanur sampai
mengarang sempurna lalu dinginkan dalam eksikator. Apabila abu masih
banyak tambahkan H2SO4 setelah itu pijarkan kembali sampaii diperoleh
bobot tetap.
4) Derajat keasaman
Amilum yang telah dimodifikasi ditimbang seberat 1 gram dan
ditambahkan 20 ml air dikocok sampai homogen, kemudian tambahkan 50
ml air lalu dikocok kembali dan biarkan selama 1 jam. Endapan dibiarkan
mengendap dan jangan disaring, lalu ukur pH dengan alat pH meter.
43
e.Pembuatan larutan NaOH 0,2 N
Ditimbang NaOH sebanyak 8 g, masukkan dalam labu ukur 1000 ml
yang berisi aquadest ± 500 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
f. Pembuatan medium disolusi HCl pH 1,2 (23)
Ditimbang seksama HCl P sebanyak 3,6 g, masukkan dalam labu ukur
1000 ml yang berisi aquadest ± 500 ml, tambahkan aquadest sampai batas.
g. Pembuatan medium disolusi dapar fosfat pH 7,5(1)
Dilarutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam 250 ml air lalu
tambahkan 190 ml NaOH 0,2 N dan 400 ml air, diatur pH hingga 7,5 ± 0,1
dengan NaOH 0,2 N encerkan dengan air sampai 1000 ml.
h. Pembuatan larutan baku Teofilin
1) Pembuatan larutan baku teofillin dengan larutan HCl pH 1,2
Dilakukan dengan menimbang seksama 100 mg Teofillin BPFI,
dilarutkan dalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan larutan HCl pH 1,2
sampai tanda batas. Diperoleh baku induk dengan konsentrasi 1000 μg/ml.
2) Pembuatan larutan baku teofillin dengan larutan dapar fosfat pH
7,5
Dilakukan dengan menimbang seksama 100 mg Teofillin BPFI,
dilarutkan dalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan dalam larutan dapar
fosfat pH 7,5 sampai tanda batas. Diperoleh baku induk dengan konsentrasi
1000 μg/ml.
44
i. Penentuan panjang gelombang maksimum Teofilin dalam
medium larutan HCl pH 1,2 dan dalam medium dapar fosfat pH 7,5
Panjang gelombang maksiumum teofillin dalam larutan HCl pH 1,2
dan dalam larutan dapar fosfat pH 7,5 ditentukan dengan mengamati nilai
serapan larutan baku pada kadar 8 μg/ml dalam larutan HCl pH 1,2 dan 8 μg/ml
dalam larutan dapar fosfat pH 7,5. Larutan tersebut diukur serapannya pada
panjang gelombang 200-400 nm dengan menggunakan spektrofotometri UV-
VIS.
j. Pembuatan kurva kalibrasi Teofilin dalam larutan HCl pH 1,2
dan dalam larutan dapar fosfat pH 7,5
Kurva kalibrasi teofillin dibuat dalam larutan baku induk HCl pH 1,2
dan dapar fosfat pH 7,5 dengan menggunakan kadar 4 μg/ml, 6 μg/ml, 8 μg/ml,
10 μg/ml dan 12 μg/ml pada panjang gelombang maksimum. Persamaan garis
regresi linier kurva kalibrasi diperoleh dari plot antara nilai serapan dan kadar
larutan baku.
k. Pembuatan granul dengan metode granulasi basah
Sebelum dilakukan pencetakan tablet terlebih dahulu dilakukan
pembuatan granul Teofilin, formula yang digunakan tercantum pada tabel V.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah metode granulasi basah,
dengan bobot tablet 700 mg, dengan kandungan teofilin 250 mg dan dibuat
sebanyak 200 tablet.
45
Tabel V. Formula Tablet Teofilin
Bahan F 1 F 2 F 3 Fungsi
Teofilin 250 mg 250 mg 250 mg Zat AktifAmilum Jagung 250 mg - - Pengikat
Pregelatinasi AmilumBuah Jagung
- 250 mg -Pengikat
Suksinilasi PregelatinasiAmilum Buah Jagung
- - 250 mgPengikat
Laktosa 200 mg 200 mg 200 mg Pengisi
Proses pembuatan granul , sebagai berikut :
1. Semua bahan ditimbang dengan seksama
2. Campur teofilin, amilum jagung dan laktosa ke dalam mortir kemudian di
gerus hingga halus dan homogen (massa 1).
3. Buat mucilago dari amilum jagung dengan penambahan aquadest sedikit demi
sedikit diatas penangas, lalu masukkan kedalam massa 1 dan aduk sampai
dapat terbentuk “banana breaking”
4. Massa lembab diayak dengan pengayak no 12.
5. Massa granul diletakkan di atas loyang yang beralaskan alumunium foil,
timbang bobot granul basah. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan
suhu 50° C selama 10 jam.
6. Setelah kering granul diayak dengan pengayak no 18.
7. Ditimbang bobot granul kering dan hitung susut pengeringannya. Setelah itu
massa siap dicetak menjadi tablet.
46
8. Untuk formula kedua dan ketiga caranya hampir sama dengan formula
pertama hanya diganti pengikatnya dan pembuatan mucilago formula kedua
dan ketiga tidak diatas penangas.
l. Evaluasi granul
1) Uji waktu alir(2)
Sejumlah 100 g granul ditimbang, masukkan ke dalam corong,
kemudian catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui corong
tersebut, untuk 100 g granul yang diperlukan waktu maksimal 10 detik,
apabila lebih akan mengalami kesulitan pada waktu penabletan. Mudah
tidaknya granul atau serbuk mengalir dipengaruhi oleh bentuk, luas
permukaan, kerapatan dan kelembaban granul. Ketidakseragaman dan
semakin kecilnya ukuran granul akan menaikkan daya kohesi sehingga
granul menggumpal dan tidak mudah mengalir.
2) Sudut diam(2)
Sejumlah 100 g granul ditimbang, masukkan ke dalam corong yang
telah ditutup. Granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar
kemudian granul tersebut akan membentuk suatu kerucut dan sudut
kemiringan yang akan terbentuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 30o menunjukkan granul dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih
besar atau sama dengan 40o maka granul mempunyai aliran yang kurang
baik.
47
3) Pengetapan(2)
Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml, diukur sampai tinggi
100 ml, kemudian granul dihentakkan (tapped) dan digetarkan (vibrating)
dengan alat volumenometer, lalu catat penurunan volume granul, indeks
pengetapan granul kurang dari 20% mempunyai sifat alir yang baik.
4) Kompresibilitas(2)
Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml, diukur sampai tinggi
100 ml, kemudian granul dihentakkan (tapped) dan digetarkan (vibrating)
dengan alat volumenometer, lalu catat penurunan volume granul, indeks
pengetapan granul kurang dari 20% mempunyai sifat alir yang baik.
5) Uji distribusi partikel
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran ukuran granul
yang diperoleh. Sebanyak 100 gram granul dimasukkan dalam ayakan
bertingkat dengan nomor ayakan 20, 30, 40, 45, 60 dan penampung (pan),
digoyangkan secara mekanik selama 25 menit dengan frekuensi 30 Hz,
kemudian bobot granul yang tertinggal pada masing-masing ayakan
ditimbang. Buat grafik antara presentase bobot tertinggal dengan nomor
ayakan, maka akan diperoleh kurva distribusi normal.
m. Pengempaan tablet
Granul yang telah dievaluasi, dimasukkan dalam mesin cetak tablet double
punch untuk dikempa menjadi tablet dengan bobot tablet 700 mg. Tablet
tersebut kemudian dievaluasi.
48
n. Evaluasi Tablet
1) Organoleptis
Pengamatan dilakukan secara visual fisik dari tablet, tekstur,
permukaan, rasa, bau dan warna tablet.
2) Uji keseragaman ukuran(1)
Meliputi ketebalan dan diameter tablet. Diambil 10 tablet kemudian
diukur ketebalannya dengan menggunakan volumenometer dan diameter
menggunakan jangka sorong. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (3>D>1 1/3).
3) Uji kekerasan tablet(21)
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan meletakan satu tablet pada posisi
tegak lurus pada alat hardness tester. Kemudian nyalakan alat dan baca
skala pada alat, yang menunjukan kekerasan tablet dalam satuan kg/cm2.
Kekerasan tablet yang baik adalah antara 4-8 kg/cm2.
4) Uji kerapuhan tablet(1)
Ditimbang 20 tablet yang sudah dibebas debukan, kemudian dimasukan
ke dalam friability tester, diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
Tablet dibebas debukan kembali dari fines yang menempel dan dihitung
persen kehilangan bobotnya. Kerapuhan atau keregasan yang diterima
adalah 0,5% sampai dengan 1%.
5) Uji keragaman bobot(23)
Ditimbang seksama 20 tablet satu per satu dan hitung bobot rata-rata..
Keseragaman bobot tablet harus memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu
49
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5% dan tidak satu tablet pun yang
bobot rata-ratanya menyimpang dari 10%.
6) Uji disolusi(26)
Uji pelepasan obat dilakukan dengan alat disolusi model USP dengan
metode dayung yang diputar dengan kecepatan 50 rpm pada suhu 37 ±
0,5°C dan dimasukkan 6 tablet masing-masing chamber yang diisi medium
disolusi:
1. Isi masing-masing chamber dengan medium HCl pH 1,2 sebanyak 900
ml. Pada menit ke 60, ambil sampel sebanyak 10 ml. Lalu pipet 3 ml
sampel dan masukan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan
medium HCl pH 1,2 hingga tanda batas, kocok. Kemudian sampel
ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang maksimum 271 nm. Tiap formula dibuat replica
sebanyak 3 kali.
2. Ganti isi chamber dengan medium dapar fosfat pH 7,5. Pada waktu
menit ke 120, 240, 360 dan 480 ambil sampel sebanyak 10 ml, tiap
kali diambil volume disolusi diganti medium disolusi sebanyak yang
diambil dengan suhu yang sama. Lalu pipet 3 ml sampel dan
masukan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan medium dapar
fosfat pH 7,5 hingga tanda batas, kocok. Kemudian sampel
ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri pada panjang
50
gelombang maksimum 271 nm. Tiap formula dibuat replica
sebanyak 3 kali.
4. Analisa Data
Data dari beberapa formula percobaan diuji laju disolusi secara
statistik dengan uji analisis varian satu arah (one way ANOVA), kemudian
dilanjutkan uji Tukey HSD dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk
mengetahui formula yang mempunyai perbedaan bermakna.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil evaluasi amilum jagung, pregelatinasi amilum jagung dan amilum
jagung terpregelatinasi suksinat secara kualitatif
Evaluasi amilum secara kualitatif dapat meliputi beberapa uji yaitu uji
organoleptis, uji iodium, susut pengeringan, dan kadar abu. Data hasil evaluasi
amilum dapat dilihat pada tabel VI dan gambar bentuk partikel amilum jagung
pada gambar 5. Sedangkan hasil evaluasi amilum jagung terpregelatinasi dan
amilum terpregelatinasi suksinat pada tabel VII dan gambar partikelnya pada
gambar 6 dan 7.
Tabel VI. Hasil Evaluasi Amilum
No Jenis Uji Hasil Standar
1 OrganoleptisSerbuk halus, berwarna putih,tidak berbau, dan tidak berasa
-
2 Reaksi Iodium Positif berwarna biru Biru
3Susut Pengeringan
(%)8,96% ± 0,1735 ≤ 15%
4 Kadar abu (%) 0,33 % ± 0,1808 ≤ 0,6%
Gambar 5. Bentuk partikel amilum jagung
52
Tabel VII. Hasil uji karakter amilum jagung terpregelatinasi dan amilum
jagung terpregelatinasi suksinat
Evaluasi yangditentukan
Hasil
Amilum jagungterpregelatinasi
Amilum jagung
terpregelatinasi suksinat
OrganoleptisSerbuk agak kasar, berwarna
putih kecoklatan, tidakberbau dan tidak berasa
Serbuk agak kasar,berwarna putih kecoklatan,
tidak berbau dan tidakberasa
Susut pengeringan(%)
9,29 ± 0,0416 8,02 ± 0,2958
pH 6,39 6,64Kadar abu (%) 0,43 ± 0,1627 0,51 ± 0,2517
Gambar 6. Bentuk partikel amilum jagung terpregelatinasi
Gambar 7. Bentuk partikel amilum jagung terpregelatinasi suksinat
53
2. Hasil Evaluasi Bahan Baku
Evaluasi dilakukan terhadap bahan baku aktif yaitu teofilin.
Tabel VIII. Hasil evaluasi bahan baku teofilin.
Jenis Evaluasi Hasil1. Teofilin
a. Pemerian
b. Kelarutan
c. Spektrumserapan UV
Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau,rasa pahit, higroskopisSukar larut, lebih mudah larut dalam air panas, ,agak sukar larut dalam etanol, kloroform daneter.271,2 nm (HCl pH 1,2) dan 272 nm (daparfosfat pH 7,5)
3. Panjang Gelombang Maksimum Teofilin
Pada literatur di USP-24/NF 19, panjang gelombang maksimum
teofilin dengan menggunakan medium disolusi diperoleh sampai 271 nm.(25) Pada
penelitian ini, penentuan panjang gelombang maksimum teofilin ditentukan pada
panjang gelombang 200-400 nm dalam medium larutan HCl pH 1,2 dan dalam
larutan dapar fosfat pH 7,5 yang menggunakan spektrofotometer UV-VIS, yaitu
diperoleh panjang gelombang maksimum 271,8 nm dalam medium larutan HCl
pH 1,2 dan 272 nm dalam dapar fosfat pH 7,5. Panjang gelombang ini digunakan
untuk membuat kurva kalibrasi. Kurva spektrum teofilin dalam larutan HCl pH
1,2 dan kurva spektrum teofilin dalam larutan dapar fosfat pH 7,5 dapat dilihat
pada lampiran 2.
54
4. Kurva Kalibrasi Teofilin
Pada pembuatan kurva kalibrasi ditentukan dari panjang gelombang
maksimum teofilin yang telah didapat dalam medium HCl pH 1,2 dan dalam
medium dapar fosfat pH 7,5 dengan persamaan Lambert Beer, A= a.b.c (A =
serapan, a = daya serap, b = tebal kuvet, c = konsentrasi), dengan kisaran 0,2-
0,8. Sehingga pada penelitian ini didapat konsentrasi terendah dan tertinggi,
yaitu pada konsentrasi 4 µg/ml, 6 µg/ml, 8 µg/ml, 10 µg/ml, dan 12 µg/ml.
Sehingga didapat persamaan regresi dalam medium HCl pH 1,2 y = 0,0532 .
x + 0,0076 dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9999 dan dalam medium
dapar fosfat y = 0,05275 . x + 0,0436 dengan nilai koefisien korelasi (r) =
0,9997. Kurva kalibrasi digunakan sebagai kurva standar untuk penetapan
kadar teofilin. Kurva kalibrasi teofilin dalam larutan HCl pH 1,2 dan kurva
kalibrasi teofilin dalam larutan dapar fosfat pH 7,5 dapat dilihat pada
lampiran 2.
5. Hasil massa cetak
Tujuan dilakukannya evaluasi massa cetak adalah untuk mengetahui
kualitas serbuk pada masing-masing formula dalam kaitannya dengan
persyaratan serbuk yang baik dan tablet yang memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia. Hasil distribusi ukuran granul dapat dilihat pada
gambar 8 dan hasil evaluasi granul pada tabel IX.
55
Gambar 8. Grafik Distribusi Ukuran Granul
Tabel IX. Hasil evaluasi granul
ParameterFormula
I II IIIWaktu alir (g/det) 11,67 ± 1,1547 10,67 ± 0,5774 8,00 ± 0
Sudut diam (o) 28,4067 ± 0,3911 27,4154 ± 0,8012 24,6490 ± 0,0892Kerapatan Bulk
(g/ml)0,4265 ± 0,3911 0,5672 ± 0,0025 0,5462±0,0215
Kompresibilitas (%) 12,3267 ± 0,5831 8,4553 ± 0,4455 6,4393 ± 2,0958Distribusi Uk.Partikel (µm)
1347,5146 1324,2940 1642,3879
6. Hasil evaluasi tablet
Evaluasi ini meliputi bentuk fisik, warna, bau, rasa dan tekstur
permukaan tablet. Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa sifat organoleptis
tablet F1 sampai dengan F 3 adalah sama yaitu, bentuk bulat dengan kedua
permukaan rata, tidak berbau dan berasa pahit. Data evaluasi tablet dapat
dilihat pada tabel X.
56
Tabel X. Hasil evaluasi tablet teofilin
No Jenis Evaluasi F1 F2 F3
1
Sifat Organoleptisa. Bentuk fisik Bulat pipih Bulat pipih Bulat pipihb. Warna Putih Putih kecoklatan Putih kecoklatanc. Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbaud. Rasa Pahit Pahit Pahite.Tekstur permukaan Licin Agak licin Agak licin
2 Bobot tablet (mg) 703 ± 3,1 702,3 ± 2,1 702,5 ± 2,33 Diameter (mm) 13,101 ± 0,0194 13,099 ± 0,0190 13,099 ± 0,00714 Ketebalan (mm) 4,518 ± 0,0063 4,518 ± 0,0067 4,517 ± 0,00715 Kekerasan 7,020 ± 0,4061 7,019 ± 0,4061 6,985 ± 0,36286 Kerapuhan (%) 0,70 ± 0,1274 0,63 ± 0,0719 0,85 ± 0,2759
7Penetapan Kadar (%)
AsamBasa
100,7099,35
101,25101,44
102,46100,80
7. Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui profil pelepasan teofilin dari
tablet lepas lambat teofilin. Pada uji disolusi digunakan medium larutan HCl
pH 1,2 dan larutan dapar fosfat pH 7,5 sesuai dengan yang dipersyaratkan
oleh USP-24/NF-19.(25) Hasil disolusi tablet teofilin lepas lambat dari F1
sampai F3 menunjukkan bahwa matriks yang digunakan dari masing-masing
formula tidak memenuhi kriteria penerimaan tablet lepas lambat, kecuali F3
pada jam ke 4 (75,8326 %) dan jam ke 6 (85,3675) dapat dilihat pada tabel
11. Sedangkan kurva profil disolusi dapat dilihat pada gambar 9 yang
menunjukkan F3 mempunyai kadar pelepasan obat yang paling besar dari
ketiga formula tersebut.
57
Tabel XI. Data hasil disolusi F1, F2 dan F3 sediaan lepas lambat teofilin
Waktu(menit)
ReplikaF1 F2 F3 Kriteria
Penerimaan TabletLepas Lambat% Terdisolusi
60
1 28,7272 24,858 59,9947
3% - 15%2 27,9945 24,7207 59,5077
3 28,5206 24,6833 59,7696
Rata-rata 28,4141 24,754 59,7573
120
1 30,9343 27,7298 68,5931
20% - 40%2 30,2664 27,4809 68,9268
3 30,8752 27,6151 69,6165
Rata-rata 30,6920 27,6086 69,0454
240
1 36,3285 33,9319 75,5484
50% - 75%2 36,2828 33,6606 76,1819
3 35,9143 33,8913 75,7677
Rata-rata 36,1752 33,8279 75,8326
360
1 43,9698 40,5714 85,0793
65% - 100%2 43,8988 40,2215 85,5581
3 43,6297 40,4361 85,4651
Rata-rata 43,8328 40,4096 85,3675
480
1 54,6066 51,8811 96,6102
Tidak kurang dari85%
2 54,5800 51,4173 97,2396
3 55,2752 51,251 97,3171
Rata-rata 54,8206 51,5164 97,0556
58
Gambar 9. Kurva profil disolusi sediaan lepas lambat teofilin dengan mediumHCl pH 1,2 (jam ke 1) dan dapar fosfat pH 7,5 (jam ke 2-8)
8. Analisa Statistik
Hasil perhitungan statistik dilakukan terhadap perbandingan waktu
dan persen terdisolusi terhadap ketiga formula. data diuji secara statistik
dengan analisa varian satu arah (One Way ANOVA). Hasil uji menunjukkan
adanya perbedaan bermakna antar formula, analisa dilanjutkan dengan tukey
HSD dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05) untuk melihat formula mana
saja yang berbeda secara bermakna. Hasil statistik selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 8.
59
B. Pembahasan
Penelitian ini diawali dengan menguji amilum jagung secara kualitatif yang
meliputi uji organoleptis, susut pengeringan, dan kadar abu. Hasil uji organoleptis
menunjukkan bahwa amilum buah jagung berupa serbuk halus, berwarna putih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Bentuk amilumnya bulat kecil dan agak lonjong, dapat
dilihat pada gambar 5. Kemudian amilum jagung direaksikan dengan larutan
imodium 0,005 M, terjadi reaksi warna biru dan hilang jika dipanaskan. Dari hasil
reaksi ini, maka dapat disimpulkan bahwa serbuk putih tersebut adalah amilum.
Selanjutnya amilum jagung diuji susut pengeringan dan kadar abu untuk
mengetahui kandungan air dan logam dari amilum tersebut. Farmakope Indonesia
edisi IV memberi batasan susut pengeringan dalam amilum tidak boleh lebih dari
15% dan batas kadar abu tidak boleh lebih dari 0,6%. Dari uji ini disimpulkan kedua
uji amilum telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV.
Amilum jagung yang telah dievaluasi, maka dilakukan pembuatan
pregelatinasi amilum jagung. Dalam proses pembuatannya dibutuhkan air dalam
jumlah yang cukup sampai campuran amilum dan air dapat diaduk, kemudian
suspensi pati dipanaskan pada suhu gelatinasinya yaitu 62-70°C. Setelah itu
pengeringan dilakukan dengan double drum drier pada suhu 80°C, yang akan
menghasilkan granul yang terpregelatinasi sebagian dan tidak terjadi reaksi browning
yang menyebabkan pati berwarna coklat, dengan demikian dapat diperoleh pati yang
berwarna putih.
60
Amilum jagung yang telah melalui proses pregelatinasi, dilakukan pengujian
secara kualitatif yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 7. Ciri terbentuknya
pregelatinasi amilum jagung dapat dilihat dari bentuk partikelnya, yaitu dengan
hilangnya sifat birefringence (gambar 6). Hilangnya sifat birefringence bersamaan
dengan pecahnya granula pati saat proses pengeringan dengan alat drum dryer. Dari
gambar tersebut masih terlihat adanya granula yang masih utuh, hal itu menunjukkan
pregelatinasi yang terjadi tidak menyeluruh (gelatinisasi sebagian).
Tahap pembuatan selanjutnya adalah pembuatan amilum jagung
terpregelatinasi yang dimodifikasi secara kimia, yaitu melalui proses suksinilasi. Pada
awal reaksi, suspensi pati ditambahkan larutan Na2SO4 5% (b/v). Adanya air dalam
jumlah yang cukup besar, dapat menghalangi reaksi antara pati dengan suksinat
anhidrid, maka diperlukan senyawa untuk menyerap air agar reaksi dapat berlangsung
sempurna. Penambahan selanjutnya dengan larutan NaOH untuk menjaga suasana
tetap basa (pH 8-9) sehingga dapat menghambat laju hidrolisis suksinat dan pati. Pada
proses ini, pengadukan terus menerus perlu dilakukan untuk membantu kelarutan
suksinat anhidrid dan menghomogenkan suspensi. Lalu suspensi didiamkan selama
satu malam agar reaksi berlangsung sempurna dan reaksi dinyatakan selesai bila tidak
ada penurunan pH yang signifikan. Lalu netralkan dengan penambahan asam klorida
encer sampai pH 6,5-7 dan keringkan dengan menggunakan double drum drier pada
suhu 80°C. Kemudian amilum jagung terpregelatinasi suksinat diuji secara kualitatif,
hasil evaluasi dapat dilihat pada tabel VII.
61
Langkah penelitian selanjutnya adalah percobaan spektrometrik untuk
menentukan panjang gelombang maksimum teofilin dan membuat kurva kalibrasi
dalam medium HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa teofiln mempunyai satu puncak panjang gelombang maksimum pada
konsentrasi 8 µg/ml 271,8 nm dengan nilai serapan 0,4332 dalam medium HCl pH
1,2 dan pada konsentrasi 8 µg/ml 272 nm dengan nilai serapan 0,4276 dalam medim
dapar fosfat pH 7,5. Kurva kalibrasi teofilin dibuat dalam konsentrasi 4, 6, 8, 10, 12
µg/ml. Konsentrasi tersebut diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan
persamaan Lambert – Beer, A = a.b.c ( A = Serapan, a = daya serap, b = tebal kuvet,
c = konsentrasi ) dengan kisaran serapan antara 0,2 – 0,8.
Dari kurva kalibrasi diperoleh suatu persamaan kurva kalibrasi, yaitu dalam
medium HCl pH 1,2 y = 0,0532 . x + 0,0076 dengan nilai koefisien korelasi (r) =
0,9999 dan dalam medium dapar fosfat pH 7,5 y = 0,05275 . x + 0,0436 dengan nilai
koefisien korelasi (r) = 0,9997. Persamaan tersebut merupakan persamaan garis linier
dan memenuhi hukum Lambert-Beer, sehingga dapat digunakan untuk menetapkan
kadar teofilin dalam perhitungan persentase zat yang terdisolusi.
Teofilin merupakan zat yang mudah larut dalam medium asam dan basa
untuk dapat menahan pelepasan dari matriks hidrofilik dibutuhkan jenis polimer yang
mudah terhidratasi dan membentuk gel yang cepat pada saat kontak dengan cairan.
Oleh karena itu dipilih amilum jagung yang termodifikasi secara fisika dan kimia
sebagai matriks dalam sediaan tablet teofilin lepas lambat dengan metode granulasi
basah.
62
Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Dalam pembuatan tablet dengan metide
granulasi basah yang utama adalah pencampuran fase dalam tablet dengan cairan
pengikat hingga terbentuk massa yang dapat dikepal, selanjutnya diayak dan
dikeringkan hingga didapatkan granul yang kering. Metode granulasi basah dipakai
untuk zat aktif yang tahan panas dan tahan lembab. Proses granulasi bertujuan untuk
meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuk serbuk menjadi granul.
Granul yang dihasilkan kemudian dievaluasi dan data hasil evaluasi granul
dapat dilihat pada tabel IX. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa waktu alir yang
paling baik dimiliki oleh F3 (8 detik), karena menurut Parot waktu alir yang baik
tidak boleh lebih dari 10 detik. Disimpulkan ini terjadi karena amilum jagung
terpregelatinasi suksinat memiliki kadar air yang cukup kecil sehingga kohesi partikel
menjadi lebih kecil. Pada uji sudut diam, dari semua formula dinyatakan memiliki
daya alir yang baik karena sudut diam yang diperoleh kurang dari 30°, sehingga
granul pada F3 memiliki sudut diam dan daya alir yang paling baik dibandingkan F1
dan F 2.
Kompresibilitas adalah tahap yang penting dalam proses pembuatan tablet.
Makin kecil presentase kompresibiltas, maka semakin mudah serbuk dikompresikan
menjadi tablet. Dari data hasil evaluasi kompresibiltas dapat dilihat pada lampiran 3.
Serbuk F3 mempunyai persen kompresibilitas yang baik yaitu 6,4393 ± 2,0958
dibanding F1 dan F2.
63
Setelah serbuk diuji, kemudian serbuk dicetak menjadi tablet. Setelah itu
tablet dievaluasi, data hasil evaluasi tablet dapat dilihat pada tabel X. Pada uji
organoleptis, hasil yang paling baik adalah pada F1, karena mempunyai warna tablet
yang lebih putih dan permukaan yang licin dibandingkan dengan F2 dan F3.
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas
keregasannya agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan dan pendistribusian, serta berpengaruh terhadap kerapuhan.
Hasil dari uji kekerasan tablet pada F1 sampai F3 yaitu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan yaitu 4-8 kg.
Uji kerapuhan dilakukan untuk mengetahui kerapuhan tablet terhadap
gesekan dan guncangan. Untuk persen kerapuhan tablet tidak boleh lebih dari 1%.
Hasil dari uji kerapuhan semua formula memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1%,
tetapi dari 3 formula tersebut yang memiliki nilai kerapuhan yang paling besar adalah
F3 yaitu dengan nilai 0,85 ± 0,2759.
Kadar teofilin dalam tablet lepas lambat yang menunjukkan kandungan
bahan aktif memenuhi persyaratan yaitu persen kadar antara 97% - 102%. Hasil
evaluasi yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 4 dan hanya F3 pada medium
HCl pH 1,2 yang melebihi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV, yaitu 102,46%.
Tahapan pengujian selanjutnya adalah uji disolusi. Untuk mengetahui
banyaknnya teofilin yang lepas dari matriks dalam medium dilakukan uji disolusi.
Data hasil disolusi tablet lepas lambat teofilin disajikan dalam tabel XI, yang
menyatakan bahwa pada F2 (amilum jagung terpregelatinasi) menunjukakkan kadar
yang paling kecil dibanding kan F1 (amilum jagung), sedangkan pada F3 (amilum
64
jagung terpregelatinasi suksinat) menunjukkan kadar yang paling besar dari ketiga
formula tersebut.
Data disolusi juga menunjukkan bahwa pada F3 kadar teofilin yang
terdisolusi pada menit ke 60, 120, 240, 360, dan 480 menunjukkan kenaikkan yang
signifikan sedangkan pada F1 dan F2 pada menit ke 60, 120, 240, 360 dan 480
menunjukkan perbedaan pada kenaikkannya.
Penjelasan hubungan antara penggunaan amilum jagung pada F1, amilum
jagung terpregelatinasi pada F2 dan amilum jagung terpregelatinasi suksinat pada F3
dengan penurunan disolusi teofilin adalah bahwa hal ini karena perbedaan yang
dilihat pada bentuk amilum yang digunakan. Dengan menggunakan konsentrasi yang
sama pada tiap bentuk modifikasi amilum sebagai matriks, menunjukkan bahwa
pada F1 dan F2 dapat disimpulkan penggunaan amilum jagung dan amilum jagung
terpregelatinasi dapat menurunkan laju pelepasan teofilin sampai jam ke-8 . Hal ini
menyatakan bahwa matriks yang menggunakan konsentrasi 1:1 terhadap zat aktif,
dapat digunakan sebagai matriks, karena jam pertama F1 (28,4141%) dan F2
(24,7540%) yang perbedaannya tidak terlalu jauh dari % terdisolusi menurut USP.
Sedangkan pada F3 disimpulkan bahwa amilum jagung terpregelatinasi suksinat tidak
dapat digunakan sebagai matriks dalam sediaan lepas lambat, karena pelepasan obat
pada jam pertama F3 menunjukkan pelepasan teofilin yang sangat besar, yaitu
59,7573% yang perbedaannya terlalu jauh dari persyaratan USP 24. Sehingga
penggunanaan amilum jagung terpregelatinasi suksinat sebagai matriks tunggal tidak
dapat menahan pelepasan obat selama 8 jam. Hal itu mungkin disebabkan oleh
lapisan gel yang terbentuk oleh amilum jagung terpregelatinasi suksinat kurang kuat
65
sehingga erosi lebih cepat terjadi dan menghasilkan kecepatan pelepasan obat yang
tinggi. Erosi pada amilum jagung terpregelatinasi suksinat terjadi karena pati akan
mengalami hidrolisis dalam suasana asam. Sehingga dari ketiga formula tersebut
tidak memenuhi persyaratan USP-24/NF19.
Hasil analisa secara statistik terhadap nilai laju disolusi pada tiap formula
menggunakan ANAVA satu arah menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antar
formula. Adanya perbedaan yang bermakna berarti memang ada pengaruh perbedaan
penggunaan amilum sebagai matriks terhadap disolusi tablet lepas lambat.
Untuk mengetahui formula mana saja yang berbeda secara bermakna,
dilakukan uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference) dengan taraf
kepercayaan 95% atau signifikasi (α = 0,05). Hasil uji menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang bermakna antara F1 dengan F3 dan F2 dengan F3, sedangkan antara
F1 dengan F2 tidak ada perbedaan yang bermakna (probabilitas > 0,05).
Berdasarkan hasil pengamatan tablet uji secara keseluruhan maka dari ketiga
formula menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan bentuk amilum yang
termodifikasi dapat menurunkan kadar teofilin yang terdisolusi, tapi tidak untuk F3.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa amilum jagung
terpregelatinasi suksinat sebagai matriks tidak dapat menurunkan laju disolusi
tablet lepas lambat teofilin dengan metode granulasi basah.
B. Saran
Diharapkan penelitian selanjutnya dilakukan penentuan konsentrasi
pengikat, penghancur yang baik dalam sediaan tablet dan melihat kemampuannya
sebagai gelling agent dalam sediaan gel serta melihat kemampuannya dalam
sedian bentuk lainnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. FarmakopeIndonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal : 4-6,108,1083-1087, 1084, 1210, 1000
2. Lachman, L. Lieberman, H.A. dan Kanig JL. 1994. Teori Dan Praktek FarmasiIndustri Jilid 2 Edisi Ketiga. Terjemahan : Suyatmi. UniversitasIndonesia Press: Jakarta . Hal 893-939, 690, 313, 645, 56-98
3. Shargel, L, Andrew, B.C. and Yu. 1988. Biofarmasetika dan FarmakokinetikaTerapan, Terjemahan : Fasich, Siti Syamsiah. Airlangga UniversityPress. Surabaya. Hal : 445-479
4. Swinkels, JJM. 1985. Source of Starch Its Chemistry and Physics. Dalam VanBeynum, GMA dan Roels, JA. Starch Conversion Technology. NewYork and Basel, Marcel Dekker. Hal: 15-46
5. Winarno . F.G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta. Hal : 27-30
6. Swarbrick, J., Boylan, J.C. 1996. Encyclopedia of Pharmaceutical TechnologyVolume 4. Marcel Dekker Inc. New York. Hal: 55-69
7. Trubiano, Paulo C. 1989. Succinate and Substitued Succinate Derivates ofStarch. Dalam : Wurzburg OB. Modified Starches: Properties and Uses.CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida. Hal: 132-147
8. Ganiswara, S.G, Sofiabudy, R, Suyatna, F.D, Purwantiastuti, Nafrialdi. 1995.Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta.Hal: 226-231
9. Richana, N., Suarni. 2005. Teknologi Pengolahan Jagung.http://www.pustakalitbangdeptan.go.id/bppi/lengkap/bpp120249.pdf 6Januari 2012 pukul 11.33 WIB
10. Haryadi. 1995. Kimia dan Teknologi Pati. Teknologi Pertanian UGM.Yogyakarta. Hal : 11-20
11. Riawan, S. 1997. Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal : 272
68
12. Wade, A., Weller, P.J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient 2nd
Edition. American Pharmaceutical Assosiation and PharmaceuticalSociety of Great Britain. Washington and London. Hal : 84, 289-297
13. Beynum, V.G. Roels, J.A. 1985. Starch Conversion Technology. MarcelDekker, Inc. New York. Hal : 30-44
14. Rudnic, E.M, and Kottke, M.K. 1996. Tablet Dosage Forms. Dalam G.S.Banker and C.T. Rhodes (eds), Modern Pharmaceutics, 3rd Edition Vol 2.Marcel Dekker Inc. New York-Basel-Hongkong. Hal 222-223
15. Jarowenko W.1989. Acetylated Starch and Miscellaneous Organic Esters.Dalam: Wurzburg OB. Modified Starches: Properties and Uses. CRCPress, Inc., Boca Raton, Florida. Hal: 57-72
16. Ruttenberg MW, Solarek D. 1989. Strach and Miscellaneous Organic Esters.Dalam: Wurzburg OB. Modified Starches: Properties and Uses. CRCPress, Inc., Florida. Hal: 10-13
17. Tjay, T. H., Rahardja. K., 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan danEfek-efek Sampingnya. Gramedia. Jakarta. Hal: 651-652
18. Wurzburg OB. 1989. Introduction of Modified Starch. Dalam: Wurzburg OB.Modified Starches: Properties and Uses. CRC Press Inc, Florida. Hal: 10-13
19. Siregar, C. J. P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-dasarPraktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 423-503, 54-121
20. Aiache, J. M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi edisi II. Terjemahan W Soeratri.Airlangga University Press, Surabaya. Hal 328-367
21. Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.Terjemahan: Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Prees: Jakarta.Hal :287-298, 259-272
22. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan: SoendaniNoerono. Gajah Mada Iniversity Press. Yogaykarta. Hal: 262, 165-226,591
23. Direktorat Jenderal Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. FarmakopeIndonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal : 6-7, 744
24. Robinson, J.R. 1987. Controlled Drug Delivery 2nd Edition. Marcel DekkerInc. New York and Basel. Hal : 376-377, 405-417
69
25. Banakar, U.V. 1992. Pharmaceutical Dissolution Testing. Marcel Dekker Inc.New York. Hal : 1, 15-16
26. Abdau, H.M. 1989. Dissolution Bioavailability and Bioequivalence. MarchPublishing company Pennsylvania. Hal : 215-220
27. Anonim. 2000. USP 24/NF 19 (U.S. Pharmacopeia and National Formulary)Vol 3. The United States Pharmacopeial Convention Inc. TwinbrookPark Away, Rockville. Hal 1630`
70
Lampiran 1. Sertifikat Analisa
1. Sertifikat Analisa Teofilin
71
Lampiran 1. (Lanjutan)
2. Sertifikat Analisa Teofilin BPFI
72
Lampiran 1. (Lanjutan)
3. Sertifikat Analisa Laktosa
73
Lampiran 2. Kurva Spektrum Dan Kurva Kalibrasi Teofilin Dalam Larutan
HCl pH 1,2 dan Dapar Fosfat pH 7,5
1. Kurva Spektrum Teofilin
a. Kurva Spektrum Teofilin Dalam Larutan HCl pH 1,2
Gambar 10. Kurva spektrum teofilin dalam larutan HCl pH 1,2
b. Kurva Spektrum Teofilin Dalam Dapar Fosfat pH 7,5
Gambar 11. Kurva spektrum teofilin dalam larutan Dapar Fosfat pH 7,5
74
2. Kurva Kalibrasi Teofilin
a. Kurva Kalibrasi Teofilin Dalam Larutan HCl pH 1,2
Gambar 12. Kurva kalibrasi teofilin dalam larutan HCl pH 1,2 dengankonsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/ml
b. Data Kurva Kalibrasi Teofilin Dalam Larutan HCl pH 1,2
Tabel XII. Persamaan kurva kalibrasi teofilin dalam larutan HCl pH 1,2No Konsentrasi (µg/ml) Serapan (abs) Persamaan regresi1 4 0,221
y = 0,0532 . x + 0,0076r = 0,9999
2 6 0,326
3 8 0,432
4 10 0,542
5 12 0,645
75
c. Kurva Kalibrasi Teofilin Dalam Larutan Dapar Fosfat pH 7,5
Gambar 13. Kurva kalibrasi teofilin dalam larutan dapar fosfat pH 7,5 dengankonsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/ml
d. Data Kurva Kalibrasi Teofilin Dalam Larutan Dapar Fosfat pH 7,5
Tabel XIII. Persamaan kurva kalibrasi teofilin dalam larutan dapar fosfat pH 7,5No Konsentrasi (µg/ml) Serapan (abs) Persamaan regresi
1 4 0,258
y = 0,05275 . x + 0,0436r = 0,9997
2 6 0,354
3 8 0,466
4 10 0,575
5 12 0,675
76
Lampiran 3. Data Hasil Evaluasi Massa Cetak
Tabel XIV. Hasil Uji Waktu Alir
Perlakuan ke-Waktu Alir (detik)
F1 F2 F3
1 11,00 11,00 8,002 11,00 11,00 8,003 13,00 10,00 8,00
Rata - rata 11,67 10,67 8,00SD 1,1547 0,5774 0,0000
SBR (%) 9,90 5,41 0,00
Tabel XV. Hasil Uji Sudut Diam
Perlakuan ke-Sudut Diam (αo)
F1 F2 F3
1 28,4400 26,5650 24,72322 28,7800 27,5250 24,55003 28,0000 28,1562 24,6738
Rata - rata 28,4067 27,4154 24,6490SD 0,3911 0,8012 0,0892
SBR (%) 1,3767 2,9226 5,2594
Tabel XVI. Hasil Uji Kerapatan bulk
Perlakuan ke-F1 F2 F3
KerapatanBulk
KerapatanBulk
KerapatanBulk
1 0,4243 0,5700 0,54242 0,4259 0,5653 0,52133 0,4292 0,5662 0,5642
Rata - rata 0,4265 0,5672 0,5426SD 0,0025 0,0025 0,0215
SBR (%) 0,5859 0,4398 3,9558
77
Tabel XVII. Hasil Uji Kompresibilitas
Perlakuan ke-F1 F2 F3
Kompresibilitas(%)
Kompresibilitas(%)
Kompresibilitas(%)
1 11,9900 7,9746 8,84212 11,9900 8,5370 4,98853 13,0000 8,8543 5,4874
Rata - rata 12,3267 8,4553 6,4393SD 0,5831 0,4455 2,0958
SBR (%) 4,7306 5,2687 32,5462
Tabel XVIII. Hasil Uji Ukuran Partikel
NomorAyakan
F1 F2 F3
GranulTertinggal
(%)
UkuranPartikel
(μm)
GranulTertinggal
(%)
UkuranPartikel
(μm)
GranulTertinggal
(%)
UkuranPartikel
(μm)20 52,59 52,3410 63,55 63,2496 83,82 83,526230 11,00 10,9480 5,36 5,3310 7,74 7,707240 1,19 1,9087 0,95 0,9431 2,02 1,997345 1,60 1,5892 0,41 0,4064 1,83 1,820760 0,57 0,5632 2,59 2,5750 2,39 2,37520 33,06 0,0000 27,15 0,0000 2,21 0,0000
100,00 1347,5146 100,00 1324,2940 100,00 1643,3879
78
Lampiran 4. Data Hasil Evaluasi Tablet
Tabel XIX. Hasil Uji Kekerasan Tablet
Tablet
Kekerasan (kg/cm2)
F1 F2 F3
1 7,46 6,72 6,83
2 7,64 6,80 7,13
3 6,89 6,92 7,29
4 7,23 7,35 6,55
5 6,78 6,78 6,87
6 6,64 6,77 7,26
7 7,32 6,96 7,34
8 6,28 7,22 7,49
9 6,95 7,35 6,56
10 7,00 7,09 6,53
Rata - rata 7,02 7,00 6,99
SD 0,41 0,24 0,36
SBR (%) 5,79 3,47 5,19
Tabel XX. Hasil Uji Kerapuhan Tablet
Perlakuan ke-Kerapuhan (%)
F1 F2 F3
1 0,64 0,71 1,162 0,85 0,60 0,653 0,62 0,58 0,73
Rata - rata 0,70 0,63 0,85SD 0,13 0,07 0,28
SBR (%) 18,12 11,40 32,58
79
Tabel XXI. Hasil Uji Keseragaman Ukuran
Tablet F 1 F 2 F 3Diameter Ketebalan Diameter Ketebalan Diameter Ketebalan
1 13,101 4,517 13,101 4,514 13,101 4,5132 13,109 4,511 13,101 4,517 13,102 4,5263 13,110 4,527 13,104 4,521 13,103 4,5124 13,108 4,510 13,102 4,528 13,101 4,5235 13,103 4,506 13,105 4,512 13,109 4,5216 13,103 4,521 13,020 4,523 13,101 4,5117 13,107 4,514 13,107 4,516 13,102 4,5278 13,103 4,517 13,101 4,517 13,107 4,5069 13,107 4,521 13,100 4,511 13,101 4,52110 13,102 4,528 13,109 4,527 13,102 4,51211 13,116 4,513 13,110 4,521 13,103 4,52312 13,101 4,526 13,108 4,528 13,107 4,51313 13,109 4,512 13,103 4,513 13,103 4,52614 13,101 4,523 13,101 4,521 13,109 4,51215 13,020 4,516 13,104 4,528 13,101 4,52716 13,107 4,523 13,102 4,511 13,020 4,51017 13,101 4,521 13,103 4,527 13,107 4,50618 13,100 4,527 13,107 4,506 13,101 4,52119 13,102 4,521 13,103 4,521 13,102 4,523
20 13,101 4,518 13,107 4,514 13,107 4,521
Rata - rata 13,101 4,519 13,100 4,519 13,099 4,518SD 0,019 0,006 0,019 0,007 0,019 0,007
SBR (%) 0,148 0,139 0,145 0,148 0,144 0,157
80
Tabel XXII. Hasil Uji Keseragaman Bobot
No. Bobot Tablet (mg)F1 F2 F3
1 701,0 700,0 700,02 701,0 704,0 701,03 700,0 706,0 705,04 704,0 702,0 707,05 701,0 700,0 703,06 700,0 700,0 702,07 703,0 701,0 701,08 705,0 703,0 700,09 710,0 703,0 704,010 705,0 704,0 702,0
Rata - rata 703,0 702,3 702,5SD 3,1 2,1 2,3
SBR (%) 0,4 0,3 0,3
Tabel XXIII. Hasil Uji Penetapan Kadar
Medium Perlakuan ke-Kadar (%)
F1 F2 F3
HCl pH 1,2
1 100,45 102,14 100,832 99,89 100,26 100,263 101,77 101,36 106,28
Rata - rata 100,70 101,25 102,46SD 0,97 0,94 3,32
SBR (%) 0,96 0,93 3,24
Dapar Fosfat pH 7,4
1 98,27 100,93 101,502 99,41 101,50 100,553 100,36 101,88 100,36
Rata - rata 99,35 101,44 100,80SD 1,05 0,48 0,61
SBR (%) 1,05 0,47 0,61
81
Lampiran 5. Amilum Jagung, Amilum Jagung Terpregelatinasi, Amilum JagungTerpregelatinasi Suksinat
Gambar 14. Amilum Jagung
Gambar 15. Amilum Jagung Terpregelatinasi
Gambar 16. Amilum jagung terpregelatinasi suksinat
82
Lampiran 6. Tablet Lepas Lambat Teofilin
Gambar 17. Tablet lepas lambat teofilin
F 1
F 2
F 3
83
Lampiran 7. Alat-alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
Gambar 18. Mesin cetak tablet Gambar 19.Double drum dryer
Gambar 20. Amylograph Gambar 21. Dissolution tester
84
Gambar 22. Spektrofotometer UV-VIS Gambar 23. Pengayak bertingkat
Gambar 24. Friability tester Gambar 25. Hardness tester
Lampiran 7. (Lanjutan)
85
Lampiran 8. Hasil uji analisa statistika
Descriptives
Conc
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
1 9 37,641842 16,6637508 5,5545836 24,832950 50,450735 24,6833 59,9947
2 9 42,448683 19,9948538 6,6649513 27,079278 57,818088 27,4809 69,6165
4 9 48,611932 20,4419081 6,8139694 32,898891 64,324974 33,6606 76,1819
6 9 56,536670 21,6746228 7,2248743 39,876080 73,197260 40,2215 85,5581
8 9 67,797591 21,9924822 7,3308274 50,892673 84,702509 51,2510 97,3171
Total 45 50,607344 22,1124398 3,2963279 43,964031 57,250656 24,6833 97,3171
1. Uji Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak
Hipotesa : Ho = data terdistribusi normal
H1 = data tidak terdistribusi normal
Ketentuan : Sig > 0,05 = data terdistribusi normal
Sig < 0,05 = data tidak terdistribusi normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
conc
N 45
Normal Parametersa,b Mean 50,607344
Std. Deviation 22,1124398
Most Extreme Differences Absolute ,151
Positive ,151
Negative -,121
Kolmogorov-Smirnov Z 1,015
Asymp. Sig. (2-tailed) ,254
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Kesimpulan : nilai Sig = 0,254 > 0,05 Ho diterima berarti data disolusi
terdistribusi normal
86
2. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah data mempunyai varian yang sama atau
tidak
Hipotesa : Ho = data mempunyai varian yang sama
H1 = data mempunyai varian yang berbeda
Ketentuan : Sig > 0,05 = data mempunyai varian yang sama
Sig < 0,05 = data mempunyai varian yang berbeda
Kesimpulan : nilai Sig = 0,607 > 0,05 Ho diterima berarti data disolusi mempunyai
varian yang sama (homogen)
3. Uji Analisis Varian
Tujuan : untuk mengetahui apakah data mempunyai perbedaan yang bermakna
atau tidak
Hipotesa : Ho = tidak ada perbedaan yang bermakna antar formula
H1 = ada perbedaan yang bermakna antar formula
Ketentuan : Sig > 0,05 / nilai F < F table Ho diterima. Maka tidak ada
perbedaan yang bermakna antar formula
Sig < 0,05 / nilai F > F table Ho ditolak. Maka ada perbedaan
yang bermakna antar formula
Test of Homogeneity of VariancesconcLevene Statistic df1 df2 Sig.
,684 4 40 ,607
87
ANOVAConc
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
BetweenGroups
5123,800 4 1280,950 3,126 ,025
Within Groups 16390,439 40 409,761Total 21514,240 44
Kesimpulan : nilai Sig = 0,025 < 0,05 berarti Ho ditolak. Maka ada perbedaan yang
bermakna antar formula.
4. Uji perbandingan berganda (Tukey)
Tujuan : untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna tiap
formula
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
conc
Tukey HSD
(I)
formula
(J)
formulaMean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
dimension2
1dimension3
2 3,1636487 4,0916076 ,721 -6,776886 13,104184
3 -38,6247425* 4,0916076 ,000 -48,565278 -28,684207
2dimension3
1 -3,1636487 4,0916076 ,721 -13,104184 6,776886
3 -41,7883911* 4,0916076 ,000 -51,728926 -31,847856
3dimension3
1 38,6247425* 4,0916076 ,000 28,684207 48,565278
2 41,7883911* 4,0916076 ,000 31,847856 51,728926
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan : ada perbedaan yang bermakna antara F1 dengan F3 dan F2
dengan F3, sedangkan antara F1 dengan F2 tidak ada perbedaan yang bermakna
(probabilitas > 0,05).
88
Recommended