View
143
Download
31
Category
Preview:
DESCRIPTION
tugas koass stase industi
Citation preview
STATUS
KEDOKTERAN INDUSTRI
Disusun oleh :
Keke Tri Febrianti (2011.1040.1011.047)
Ach. Nur Hidayat (2011.1040.1011.049)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
1
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)
A. Identitas
1. Nama Perusahaan : Kerupuk bawang
2. Alamat : Desa Bondo Rt 25 Rw08 Kec.Wates Kab.Kediri
3. Jenis usaha : Industri Pembuatan Krupuk Bawang
4. Jumlah tenaga kerja : 10 orang
B. Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Proses Industri/Proses Kerja
No. Unit kerja Bahan bakuAlat dan cara
kerja
Bahan
berbahaya
Keterangan
(batasan unit
kerja)
1. Pengolahan
Bahan Baku
Mentah
-Tepung tapioka
-Bawang putih
-Garam
-Minyak ikan
-Vetsin
Mesin
pengaduk
Vetsin Pengolahan
Bahan Baku
Mentah
2. Pembentukan
dan
Pengukusan
-adonan
kerupuk
mentah
Mesin press
Wadah kukus
Pengukus
- Pembentukan dan
Pengukusan
3. Pengeringan
dan
Pengemasan
-Adonan
kerupuk yang
telah dikukus
Wadah
penjemuran
Karung goni
- Pengeringan dan
Pengemasan
Lingkungan Kerja
2
No. Unit kerja Lingk.
fisik
Lingk.
Kimia
Lingk.
Biologi
Lingk.
sosekbud
Lingk.
Ergonomi
Ket
1. Pengolahan
Bahan Baku
Mentah
Tata ruang
yang belum
tersusun
rapi dan
kurang
memadai.
Pengolahan
bahan baku
dicampurkan
dengan
pewarna
makanan.
Sisa air dari
pencucian
dan
pengolahan
bahan baku
dibuang di
tanah
belakang
pabrik.
Ling. yang
padat
penduduk
sehingga
dapat
memberikan
luang usaha
untuk
tetangga
Proses
pengadukan
bahan baku
dilakukan
dengan
posisi berdiri
dan jonkok.
-
2. Pembentukan
dan
Pengukusan
-Tata ruang
yang belum
tersusun
rapi dan
kurang
memadai.
-Disekitar
pengukusan
terdapat
tumpukan
wadah
penjemuran
kerupuk
bahan dari
kayu
Proses
pengukusan
dilakukian
dengan
menggunakan
kayu bakar
-Semua alat
pengaduk
bahan dan
alat
pembentukan
kerupuk
menggunakan
bahan bakar
solar.
-alat
pengukusan
berdekatan
dengan
rumah
penduduk.
Sisa air dari
pencucian
pembentukan
dan
pengukusan
dibersihkan
di sumur dan
dibuang di
tanah
belakang
pabrik.
Ling. yang
padat
penduduk
sehingga
dapat
memberikan
luang usaha
untuk
tetangga
Proses
pembentukan
dilakukan
dengan
posisi duduk
dan
dilakukan
dengan cepat
dan proses
pengukusan
dilakukan
dengan
posisi berdiri
dan jonkok.
3
3. Pengeringan
dan
Pengemasan
-Tata ruang
yang belum
tersusun
rapi dan
kurang
memadai.
- Kerupuk
yang rusak
digunakan
oleh
masyarakat
untuk
makanan
ayam.
Ling. yang
padat
penduduk
sehingga
dapat
memberikan
luang usaha
untuk
tetangga
Proses
pengeringan
dilakukan
dengan
posisi berdiri
dan jonkok
Proses
pengemasan
dilakukan
dengan
posisi duduk
dan jongkok.
Karyawan
No. Unit kerja Populasi Lama
kerja
Resiko
kesehatan
Status
Kesehatan
Keterangan
L P
1. Ny. SK P 30 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel Sindrome,
luka iris) Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis.
PPOK karena
asap dari proes
pengolahan
tepung tapioka
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
2. Ny. NG P 40 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
4
Tunnel Sindrome,
luka iris), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis.
PPOK karena
asap dari proes
pengolahan
tepung tapioka
ada keluhan
3. Ny. FT P 32 th .Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel Sindrome,
luka iris), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis.
PPOK karena
asap dari proes
pengolahan
tepung tapioka
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
4. Ny. ST P 38th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel Sindrome,
Luka iris), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis,
PPOK karena
asap dari proes
pengolahan
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
5
tepung tapioka.
5. Tn. PJ L 28 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel Sindrome,
luka bakar). Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis
dan mengangkat
bahan. PPOK
karna asap dari
proes
pengukusan.
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
6. Tn TR L 39 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel Sindrome,
Luka bakar), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis
dan mengangkat
bahan. PPOK
karna asap dari
proes
pengukusan.
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
7. Tn. SB L 41 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel Sindrome,
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
6
luka bakar), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis
dan mengangkat
bahan..
ada keluhan
8. Tn. AM L 34 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel
Sindrome), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis
dan mengangkat
bahan..
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
9. Tn. SD L 25 th Kecelakaan kerja
berupa cedera
pada pergelangan
tangan (Carpal
Tunnel
Sindrome), Low
Back Pain karena
posisi duduk yang
tidak ergonomis
dan mengangkat
bahan..Back Pain
karena posisi
duduk yang tidak
ergonomis dan
mengangkat
bahan..
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
7
10. Tn. JN L 21 th Low Back Pain
karena posisi
duduk yang tidak
ergonomis dan
mengangkat
bahan..Back Pain
karena posisi
duduk yang tidak
ergonomis dan
mengangkat
bahan..
Normal Tidak
memeriksaan
kesehatan secara
rutin bila tidak
ada keluhan
4. Sistem Manajemen
Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3
No. Komponen Problem K3 Kebijakan Manajemen1. Proses Industri/Kerja Tidak memakai masker
Tidak memakai sarung tangan
Proses produksi menggunakan mesin Press, pembentukan dan pengadukan terkena mesin
Menyediakan masker dan sarung tangan untuk karyawan.
2. Lingkungan Kerja Pembuangan sisa pengolahan bahan baku dan air sisa pengukusan dilakukan di tanah lapang belakang pabrik.
Menyediakan tempat atau lahan sendiri untuk sisa bahan industri
3. Karyawan PPOK, carpal tunnel syndrome, luka bakar, LBP
Biaya berobat akibat kecelakan kerja ditanggung pemilik usaha
Penyediaan masker
Regulasi/Undang-Undang
Beberapa peraturan yang mengatur pengelolaan Home Industri Kerupuk :
8
1. Keputusan Kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor: HK.00.05.5.1639 Tentang Pedoman Cara Produksi Pangan
Yang Baik Untuk Industri Rumah (CPPB-IRT).
2. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan republik Indonesia Tahun
2003 Nomor: HK. 00.05.5.1641Tentang Pedoman Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga (IRT).
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan.
4. Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor: HK.03.1.23.04.12.2206 tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik
untuk Industri Rumah Tangga.
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN KERJA)
PPOK o PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible, termasuk diantaranya adalah emfisema yang dari segi anatomis dikarakteristikan adanya kerusan dan pelebaran alveoli paru, kemudian bronchitis kronik yang didefinisikan adanya kondisi batuk kronis dan dahak.PPOK hanya muncul bila terjadi obstruksi kronik pada aliran udara (Fauci et al, 2008).
o Peningkatan obstruksi aliran udara diakibatkan oleh paparan debu/asap di tempat kerja dan disebabkan juga oleh asap rokok yang menurunkan fungsi paru Fauci et al, 2008).
Luka Bakar o Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang dihasilkan oleh kontak secara langsung dengan api, cairan panas, gas, dan permukaan benda panas dan bisa disebabkan oleh bahan kimia, listrik maupun radiasi. Apabila kulit terbakar tubuh akan mengkompensasi dengan kehilangan panas dan kehlangan cairan dan sensasi (Klingensmith et al, 2008).
Luka trauma tajam
o
Carpal Tunnel Syndrome
o CTS merupakan salah satu gangguan pada tangan karenaterjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan
9
terhadap nervus medianus dipergelangan tangan (Sidharta, 2006).
Low back pain(LBP)
o Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor. Nyeri punggung(LBP) pada individuyang bekerjaadalah keluhanumumyang biasa terjadi. LBPadalah keluhandi mana-mana, denganprevalensitinggi terutamadi kalangan masyarakatdengan masa kerja tahunan. Bagisebagian besar pekerja, penyebabspesifik darinyeri punggangtidak dapat diidentifikasidengan pasti. Perkembangannyeri punggungdi tempat kerjamungkin hanyamencerminkansebagian besarwaktu istirahatdihabiskan di tempat kerja (Krawciw, Atlas, 2013).
o Sebuah penelitianmenunjukkan bahwa OLBP(Occupational Low Back Pain)dipengaruhiolehinteraksi yang rumit antaramedis, fisik,perilaku kesehatan, ergonomis, psikososialindividu,tempat kerja, dan lingkungan psikososial di tempat kerja (Feuerstein et al, 2001).
III. PEMBAHASAN
Produksi kerupuk tulan gurami merupakan salah satu bagian dari industri rumah
tangga yang bergerak di bidang produksi pangan. Menurut pedoman produksi pangan
yang baik untuk industri rumah tangga yang di keluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), Industri Rumah Tangga (disingkat IRT) adalah perusahaan pangan
yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan
manual hingga semi otomatis. Sedangkan produksi pangan adalah kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas
kembali dan atau mengubah bentuk pangan (SK BPOM, 2003).
Bahan – bahan yang digunakan dalam proses produksi kerupuk tulang gurami berupa
bahan pangan yang beredar bebas dipasaran. Bahan – bahannya berupa tulang ikan
gurami dan sedikit daging-daging yang menempel di duri sebagai bahan utama, tepung
tapioka, bawang putih, vetsin, garam dan gula pasir. Bahan – bahan seperti tulang ikan
gurami, tepung tapioka, bawang putih, garam dan gula pasir merupakan bahan yang aman
untuk dikonsumsi karena tidak mengandung bahan – bahan yang dapat membahayakan
kesehatan atau keselamatan manusia misalnya bahan yang dapat menimbulkan penyakit
atau keracunan. Sedangkan pemakaian campuran vetsin yang merupakan Monosodium
Glutamat (MSG) dalam pembuatan kerupuk ikan ini menurut Komite Ahli Gabungan
WHO menyimpulkan penggunaan MSG adalah aman dan batas konsumsi hariannya tidak
10
perlu ditetapkan, dan status MSG sebagai bahan tambahan pangan yang umumnya diakui
aman (Generally Recognized as Safe) yang ditetapkan sejak tahun 1958.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja (Dainur, 2010). Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut
segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek
penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan
teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah
tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap
tenaga kerja, dan masyarakat pada umumnya. Kecelakaan, adalah kejadian yang tak
terduga dan tak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
terdapat unsure kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan
oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari
yang paling ringan sampai kepada yang paling berat dan tidak diinginkan (Desmayasari,
2011).
Proses pembuatan kerupuk bawang milik bapak Toni, ini memang masih
dikerjakan secara manual dan mesin, namun tidak menutup kemungkinan dalam proses
pengerjaannya juga dapat menimbulkan adanya masalah kesehatan bagi para pekerjanya.
Risiko kecelakaan kerja pada pekerja di bidang pengolahan bahan mentah adalah risiko
teriris pisau, karena dalam mengupas bawang putih alat yang dipakai adalah pisau.
Pekerja setiap harinya menyiapkan tepung tapioca sebanyak 3 kwintal dengan
dicampurkan dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari bawang putih,minyak
ikan,garam,terasi putih, dan pewarna makanan. Hal ini dapat mengakibatkan konsentrasi
pakerja berkurang dan dapat terluka oleh pisau yang dipakai. Gangguan kesehatan lain
yang dapat timbul pada proses produksi kerupuk bawang ini antara lain adalah nyeri
pada kedua pergelangan tangan dikarenakan proses pengolahan adonan kerupuk yang
menggunakan kedua tangan untuk menguleni adonan terus menerus selama ± 30 menit
hingga adonan memiliki kekenyalan yang tepat. Proses pengulenan inilah yang menjadi
faktor utama munculnya keluhan nyeri pada kedua pergelangan tangan atau carpal tunnel
syndrome.
Selain itu, penyakit lain yang terkait dengan pekerjaan di industri kerupuk ini
adalah nyeri punggung (low back pain). Kemungkinan timbulnya penyakit ini
11
dikarenakan dari salah satu cara kerja pekerja yang kurang memenuhi ergonomi. Yaitu
banyak pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan cara jongkok atau duduk di lantai.
Kebiasaan kerja seperti ini tidak sesuai dengan posisi ergonomi yang ideal sehingga
tumpuan beban pekerjaan menjadi lebih berat pada daerah pinggang (Setyaningsih,
2002).
Pihak pak Toni belum mengupayakan tindakan pencegahan gangguan kesehatan
dan keselamatan kerja dalam industrinya, antara lain yaitu : pengadaan kursi dan meja
yang sesuai ergonomis,Selain itu untuk masalah ruangan, sebaiknya pihak pak Toni
menyediakan ventilasi ruang produksi sehingga pekerja dapat bekerja lebih nyaman dan
suasana kerja lebih sehat dan proses produksi juga lebih produktif.
IV. INTERVENSI (menggunakan 5 langkah penatalaksanaan gangguan
kesehatan akibat kerja)
Oleh karena adanya resiko dan bahaya kesehatan yang dapat timbul dalam proses
produksi di usaha ini, maka sebaiknya perlu dilakukan tindakan pencegahan. Antara lain
meliputi langkah – langkah sebagai berikut :
LANGKAH I
P ENANGGULANGAN PERMASALAHAN ERGONOMI
Dari lingkup pekerjaan, di masing – masing unit kerja terdapat permasalahan
sehingga mengganggu kesehatan karyawan, diantaranya. Dibagian pengolahan bahan
mentah dan pengukusan karena serbuk tepung tapioka dan asap dari pembakaran kayu
serta para karyawan tidak menggunakan masker sebagai alat pelindung resiko
PPOK. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu menyarankan para pekerja untuk
memakai masker tentunya dengan kebijaksanaan dari pemilik usaha untuk
menyediakan masker sebagai alat pelindung
Selain PPOK, gangguan yang dapat terjadi adalah luka akibat benda tajam dan
luka bakar. Luka benda tajam dan luka bakar dapat diantisipasi dengan menggunakan
sarung tangan safety, dan hendaknya saat bekerja karyawan dalam kondisi tidak
ngantuk dan tetap siaga.
Masalah utama pada proses produksi kerupuk bawang ini adalah keluhan
kesehatan yang diakibatkan posisi saat bekerja yang tidak ergonomis. Pekerja lebih
banyak jongkok atau duduk di lantai saat mengerjakan proses produksi. Jika pekerja
merasa ada keluhan nyeri punggung sebaiknya segera merubah posisi, misalnya dari
12
duduk ke berdiri, dan hindari posisi statis dalam waktu yang lama. Dan apabila
keluhan pekerja terjadi terus menerus, sebaiknya segera ke dokter untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Selain itu, sebaiknya pihak pak toni menyediakan meja dan kursi yang sesuai
dengan prinsip ergonomi agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan mngurangi
keluhan nyeri pinggang dan nyeri pergelangan tangan.
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap
awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas masalah ; masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih
dahulu. Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus
diusulkan. Pada pengenalan/ rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya
berinteraksi dalam penerapan ergonomic dengan fokus utama pada sumber daya
manusia (humancentered design)
o Ergonomi:
- Ergonomi merupakan studi ilmiah mengenai hubungan antara orang dengan
lingkungan kerja yaitu keseluruhan alat, perkakas, dan bahan yang dihadapi, metode
dalam bekerja. Tujuan akhir dari ergonomi ini adalah meningkatkan produktivitas,
keselamatan, kenyamanan, dan kualitas hidup. Chavalitsakulchai dan Shahnavaz (1993)
mengemukakan bahwa ergonomi dapat menurunkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (Setiawan, 2010).
- Dalam hal ini permasalaha yang terkait ergonomi adalah pada unit kerja
adalah posisi bekerja yang berdiri statis dan membungkuk. Gangguan yang seringkali
muncul terkait posisi bekerja ini adalah LBP. Kerja dengan posisi berdiri lebih
melelahkan daripada posisi duduk dan energy yang dikeluarkan lebih banyak 10 – 15%
dibandingkan posisi duduk. Untuk posisi duduk – berdiri mempunyai keuntungan
secara biomekanis dimana tekanan pada tulnag belakang dan pinggang 30% lebih
rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus – menerus (Samara,
2004).
- Hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko LBP adalah dengan
mengubah posisi kerja berdiri statis dengan posisi duduk – berdiri yaitu dengan
menyediakan tempat duduk yang sesuai dengan prinsip ergonomi. Tempat duduk yang
sesuai adalah: Alas dan sandaran yang ideal membentuk sudut 1000 – 1100. Tinggi alas
13
harus sedemikian rupa sehingga orang dapat duduk dengan fleksi sempurna baik pada
sendi lutut dan panggul, sedangkan kaki tepat mendatar di ataslantai. Ketika duduk,
lutut ditekukkan pada sudut yang benar. Lutut tetap dijaga setinggi atau sedikit lebih
tinggi dari pinggul (penyangga kaki dapat digunakan bila perlu). Tungkai sebaiknya
tidak menyilang. Kaki dijaga tetap rata dengan lantai. Hindari duduk dengan posisi
yang sama lebih dari 30 menit. Dalam pekerjaan, ketinggian kursi dan tempat kerja
diatur sehingga dapat duduk dekat ke pekerjaan. Siku dan lengan diistirahatkan pada
kursiserta bahu dijaga agar tetap rileks. Bila berdiri dengan posisi duduk, bagiandepan
dari kursi digerakkan. Berdiri denganmeluruskan kedua tungkai.
Hindarimembungkukkan badan ke depan dengan pinggang (Samara, 2004).
- Ergonomi pekerja informal
1. Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga
didapatkan tenaga kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang
memungkinkan mereka hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
3. Lingkungan tempat kerja
Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan
sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.Dapat menimbulkan rasa
aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
4. Pembebanan kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai
dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja,
memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
14
5. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan
luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah
dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
Sebaiknya dalam bekerja dapat menerapkan prinsip ergonomi. Prinsip
ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Dalam
prinsip tersebut, terdapat 12 prinsip diantaranya adalah sebagai berikut: (Macleod,
1999).
1. Bekerja pada postur normal
2. Mengurangi kerja yang berlebihan
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
4. Bekerja pada ketinggian yang sesuai dengan dimensi tubuh
5. Mengurangi gerakan yang berlebihan
6. Minimalisasi kelelahan dan beban statis
7. Minimalisasikan penekanan pada titik tertentu
8. Sediakan ruang yang cukup agar tetap dalam jangkauan
9. Melakukan gerakan, olah raga dan peregangan saat bekerja.
10. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
11. Membuat display dan control yang mudah dimengerti oleh pekerja
12. Meningkatkan organisasi kerja.
Kecelakaan kerja yang dapat terjadi dalam proses produksi seperti terluka
karena terkena pisau dan luka bakar saat proses pengukusan kerupuk sebenarnya
dapat diantisipasi. Karyawan yang bertugas mengupas bawang putih sebaiknya lebih
berhati – hati dalam memegang pisau dan selalu menyediakan serbet agar menjaga
tangan tetap kesat dan tidak licin. Pihak pak Toni hendaknya menyediakan sarung
tangan yang aman untuk dipakai karyawan yang bertugas proses pengukusan kerupuk,
sehingga kemungkina terjadi luka bakar dapat dihindari.
LANGKAH II
Produksi kerupuk bawang milik pak Toni ini hanya memiliki 10 orang
karyawan dan semuanya memiliki ketrampilan yang sama. Pada proses produksi,
seluruh karyawannya dapat mengerjakan pekerjaan di setiap bidang produksi. Oleh
karena itu, sebaiknya bapak Toni memiliki kebijakan memindahkan bagian kerja pada
15
karyawannya secara berkala setiap 2 bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi pekerjaan yang sifatnya statis, sehingga diharapkan dapat terjadi
perubahan posisi kerja yang menguntungkan bagi status kesehatan karyawannya.
Penambahan jumlah karyawan dapat pula menjadi bahan pertimbangan,
disamping untuk meningkatkan hasil produksi, penambahan jumlah karyawan juga
dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja karena banyaknya pekerjaan hanya
dikerjakan oleh sedikit pekerja.
LANGKAH III
Perlu adanya pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala untuk setiap
karyawan agar meeminimalisir gangguan kesehatan yang mungkin timbul. Selain itu
pemeriksaan kesehatan secara berkala juga diharapkan dapat mendeteksi keluhan dan
gangguan kesehatan pada karyawan sejak dini. Oleh karena itu, pihak bapak Toni
dapat melakukan kerjasama dengan salah satu sarana kesehatan terutama puskesmas
atau rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari rumah.
Perlunya diadakan penyuluhan tentang keselamatan kerja, seperti penyuluhan
tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), jenis kecelakaan kerja
yang dapat terjadi, serta pertolongan pertama pada penanganan luka bakar. Dalam hal
ini, dapat bekerja sama dengan dokter keluarga setempat.
LANGKAH IV
Mensosialisasikan mengenai undang-undang yang mengatur perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, lalu mewajibkan setiap pekerja untuk menaati
peraturan tersebut dalam bentuk perjanjian yang mengikat , dan bila tetap tidak
mematuhi, maka pihak perusahaan dapat memberikan sangsi atau mengabaikan
memberikan fasilitas kesehatan bila terjadi gangguan atau masalah kesehatan pada
pekerja tersebut yang berhubungan dengan pekerjaan. Dan bila terjadi suatu masalah
kesehatan dalam kerja, pihak perusahaan harus memastikan apakah masalah tersebut
akibat pekerjaan yang bersangkutan atau tidak.
LANGKAH V
- Penanganan masalah kesehatan kerja dilakukan melalui upaya pelaksanaan yang
berdasarkan perundangan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan
tujuan melindungi karyawan agar sehat dan sejahtera. Hal ini mengacu pada UU no. 14
16
tahun 1969, tentang ketentuan pokok Tenaga Kerja, UU no.1 tahun 1972 tentang
keselamatan Kerja yang menyatakan Keselamatan Kerja, UU no 23 tahun1992 tentang
kesehatan, UU no. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, UU no. 4 tahun 1982
tentang ketentuan – ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. UU no. 1 tahun 1970
tentang keselatan Kerja. Keputusan preiden no.22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja
Sehingga penanganan masalah kesehatan kerja dapat diseleseikan secara
holistik dan intergratif agar tidak memunculkan masalah baru baik yang berkaitan
dengan kesehatan secara langsung ataupun secara tidak langsung.
II. STATUS INDIVIDUA. Identitas
1. Nama : Tn TR2. Umur : 39 tahun3. Jenis kelamin : laki-laki4. Alamat : Jl. Tlogo RT 5 RW 2 Kec.Kanigoro Kab.Blitar 5. Status marital : menikah6. Agama : Islam7. Tempat kerja : Pabrik kerupuk bawang bapak Toni8. Jabatan/status sosial ekonomi: 9. Riwayat kerja:
17
B. Status Kesehatan Pekerja Dan Keluarga Status Umum
1. Pekerja:a) BB/TB: 55 kg/ 160 cmb) Rasio IMT: 18,3c) Riwayat keselamatan dan kesehatan (K3):d) Riwayat alergi: tidak adae) Kebiasaan: merokok, minum kopi, jamu, alkohol dll:
Merokok 1 hari 1 pak rokokKebiasaan minum kopi sehari 2 kali (pagi dan sore)Jamu : minum jamu pegal linu sehari 1 kaliAlkohol (-)
2. Keluarga:a) Jumlah keluarga/sosiogram/keluarga inti/extended
ANGGOTA KELUARGA
NoNama (Inisial)
Sex Usia PekerjaanHubungan Keluarga
Status Perkawinan
Keterangan Domisili SerumahYa Tdk
1 Tn.TR ♂ 39th Buruh pabrik Ayah Kawin √
2 Ny.RB ♀ 36th IRT Ibu Kawin √
3 An.Y ♀ 14th Pelajar Anak IBelum Kawin
√
4 An.P ♂ 10th Pelajar Anak IIBelum Kawin
√
b) Status kesehatan pekerja dan anggota keluarga saat iniSTATUS MEDIS
NoIdentitas (Inisial)
Status Medis (Status Present)
1 Tn.TR Keluhan (-)T: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, t: 36,0◦CKepala: A/I/C/D : -/-/-/-Thorax : Thoraxs : vesikuler, Rh -/-, wz -/-Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
18
No. Tempat kerja Jabatan Periode/lama kerja1 Pabrik kerupuk
bawangBuruh pabrik 5 tahun
Abd : flat, supel, nyeri tekan (-), Meteorismus (-), BU (+) normal,Ext: akral hangat (+), edema (-)
2
Ny.RB
Keluhan (-)T: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, t: 36,3◦CKepala: A/I/C/D : -/-/-/-Thorax : Thoraxs : vesikuler, Rh -/-, wz -/-Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)Abd : flat, supel, nyeri tekan (-), Meteorismus (-), BU (+) normal,Ext: akral hangat (+), edema (-)
3
An.Y
Keluhan (-)T: 110/70 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 20 x/menit, t: 35,8◦CKepala: A/I/C/D : -/-/-/-Thorax : Thoraxs : vesikuler, Rh -/-, wz -/-Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)Abd : flat, supel, nyeri tekan (-), Meteorismus (-), BU (+) normal,Ext: akral hangat (+), edema (-)
4
An.P
Keluhan (-)N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, t: 35,8◦CKepala: A/I/C/D : -/-/-/-Thorax : Thoraxs : vesikuler, Rh -/-, wz -/-Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)Abd : flat, supel, nyeri tekan (-), Meteorismus (-), BU (+) normal,Ext: akral hangat (+), edema (-)
Status Present1. Anamnesa:
a. Keluhan: keluhan saat ini tidak ada
b. Riwayat keluhan:
1 bulan yang lalu pak TR pernah mengalami kecelakaan kerja luka
bakar. Pada saat proses pengukusan bahan mentah kerupuk bawang dengan
tidak menggunakan pelindung tangan, tangan bapak TR tersentuh alat
pengukusan. Dan pak TR juga pernah tersiram air sisa pengukusan yang
menyebabkan tangan kanan pak TR mengalami luka bakar.
c. Riwayat pengobatan: formal/informal
Riwayat pengobatan formal di Puskesmas dan mendapat perawatan luka dan
pengobatan
BB/TB: 55 kg/160cm
BMI : BB/TB (m2) : 18,3
d. Riwayat keselamatan dan kesehatan (K3)
19
Riwayat keselamatan : pak TR pernah kecelakaan akibat kerja yaitu luka bakar
saat proses pengukusan krupuk akibat kelalaian saat bekerja tidak
menggunakan pelindung tangan
Riwayat kesehatan : pak TR tidak pernah sakit akibat kerja,
Riwayat alergi: pak TR tidak memunyai riwayat alergi
e. Kebiasaan: merokok, minum kopi, jamu, alkohol dll.
Pak TR mempunyai kebiasaan merokok satu hari habis 1 pak rokok
Dan mempunyai kebiasaan minum kopi sehari 2 kali (pagi dan sore)
Pak TR memiliki kebiasaan minum jamu pegal linu sehari 1 kali dan tidak
pernah minum alkohol
f. Kontrasepsi: -
g. Riwayat kerja dan faktor resiko kerja:
Bekerja 5 tahun sebagai buruh pabrik kerupuk bawang
2. Pemeriksaan fisik: vital sign:TD : 120/80 mmHgN : 76 x/menitRR : 22 x/menitt : 35,9◦CPhysics diagnostic:KU : cukupKepala : A/I/C/D : -/-/-/- pembesaran GKB (-), Thoraks : pulmo : vesikuler, rh -/-, wz -/-
Cor : SiS2 tunggal, murmur (-), gallop (-)Abdomen : I : flat
P : supel, nyeri tekan (-), hepar/lien : ttb, tumor (-)P : meteorismus (-)
A : BU (+) normalExtremitas : akral hangat (+), edema (-)
3. Pem. Penunjang:Laboratorium:X-ray/USG/CT scan/MRI:
Tidak pernah dilakukan4. Diagnosis:
a. Umum status biomedis: Tidak didapat kelainan saat ini. status faktor resiko:
Fisik: Lingkungan kerja yang panas dan terpapar debu Biologi: Paparan bakteri, virus, jamur, dan parasit dari air
limbah. Kimia: Paparan chlorine dan kaporit yang sering digunakan. Ergonomi: cara kerja yang sering berada pada ketinggian dan
sering dengan posisi yang membungkuk. status upaya kesehatan yg sudah dilakukan:
20
Pemeriksaan kesehatan rutin 1 bulan sekali. Penggunaan alat pelindung medis yang tepat
b. Diagnosis kerja/intervensi kesehatan
Diagnosis Status present Intervensi kesehatan* Keterangan*Biomedis (-) Pemeriksaan kesehatan rutin
1 bulan sekaliFaktor resiko
Fisik: Lingkungan kerja yang panas dan terpapar debu
Biologi: Paparan bakteri, dari air limbah sisa pengukusan
Kimia: paparan asap yang dihasilkan oleh kayu bakar.
Ergonomi: sering dengan posisi yang membungkuk. Dan jongkok
Memberikan penyuluhan terhadap faktor resiko. Penggunaan alat pelindung medis yang tepat.
Upaya Pemeriksaan kesehatan rutin 1 bulan sekali.
Penggunaan alat pelindung medis yang tepat.
Saran untuk mentaati serta melaksanakan proses kerja sesuai prosedur yang ditetapkan.
LAMPIRAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Desmayasari,Andi Citra. 2011. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (online) Dikutip dari
http://ajago.blogspot.com/2007/12/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di.html
Fauci et al, 2008, Back and Neck Pain: Harrisons’s Principle of Internal Medicine, ed.17,
United States, McGraw-Hill, chapter 16;254
22
Feuersteinet al, 2001, Working With Low Back Pain: Workplace and Individual Psychosocial
Determinants of Limited Duty and Lost Time, American Journal of Industry Medicine,
40:627-638
Hartiyah, 2008, SKRIPSI HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI
PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR, Program Studi DD IV
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
http://etd.eprints.ums.ac.id/1859/1/J110040012.pdf
Klingensmith et al, 2008, Burns: The Washington Manual of Surgery, ed.5, Missouri,
Lippincott Williams & Wilkins, chapter 6;24
Krawciw, Atlas, 2013, Occupational low back pain: Evaluation
http://www.uptodate.com/contents/occupational-low-back-pain-evaluation
Kusumaratna. 2001. Occupational health profile of informal crispy (krupuk) and cow skin
crackers in South Jakarta. Diakses 10 November 2013. (http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2011/02/Vol.20_no.2_2.pdf).
Occupational Safety and Health administration (OSHA), 2009, Protecting Workersfrom Heat
Stress http://www.osha.gov/Publications/osha3154.pdf
Occupational Safety and Health administration (OSHA), 2004, diakses 10 November 2013.
(http://www.osha.gov/fedreg_osha_pdf/FED2004915.pdf)
Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor: HK.03.1.23.04.12.2206 tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk
Industri Rumah Tangga.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan..
Ross, Scott K. 2010. Carpal Tunnel Syndrome. Diagnosis and Treatment Guideline. Salem,
Oregon.
Samara, 2004, Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri Pinggang Bawah, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti,Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol.23 No.2
Savigny P, et al. 2009. Low back pain: early management of persistent non-specific low back
pain. Full guideline. Hyde Park, London.
Setiawan, 2010, Kedokteran Industri (Tinjauan Kesehatan dari Sudut Pandang Industri), Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Kedokteran Keluarga dan Industri
Workplace Safety and Health Division, 2007, Guideline For Thermal Stress, diakses 6 februari 2013,
23
http://www.safemanitoba.com/sites/default/files/uploads/guidelines/thermalstress.pdf.
24
Recommended