View
22
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
STRATEGI PENGEMBANGAN
MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik
Yang dibina oleh Bapak Nurjati Widodo, S. AP, M.AP
Disusun Oleh:
1) Ricke Silva Lorenza (145030100111034)
2) Devi Sheila Ismaya (145030100111046)
3) Tasyakurnia Laili Putri (145030101111051)
4) Anastasia Jumriati B. (145030101111057)
5) Yualita Windy Lestari (145030101111048)
Kelas E
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi
telah memaksa dunia khususnya kepada negara-negara maupun masyarakat di
dalamnya untuk ikut serta terlibat dalam partisipasi berkembangnya aspek-aspek di
seluruh kehidupan manusia. Ruang lingkup, dan batasan-batasan antar negara di dunia
ini semakin sempit bahkan tidak ada batasan. Globalisasi telah mendunia, memaksa
dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan secara mengglobal. Dengan berjalan dan
berkembangnya dinamika-dinamika kehidupan secara mengglobal menyebabkan
banyak sekali dampak yang melingkupinya. Baik dampak positif maupun negative,
baik dalam skala kecil maupun besar. Proses-proses akulturasi memaksa kita agar
memfilterisasi segala sesuatu agar tidak terjadi mengilangnya jati diri (Asimilasi).
Sejalan dengan mengglobalnya dinamika perkembangan kehidupan
masyarakat, timbulya hasrat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Terpenuhinya seluruh kebutuhan baik premier, sekunder, maupun tersier
tidak lepas dari ikut serta peran Pemerintah di dalamnya karena sebagai pemegang
kendali dalam scope negara. Dampak mengglobalnya Globalisasi di Negara
Berkembang khususnya di Indonesia, membuka cakrawala akan dahsyatnya pengaruh
yang dirasakan baik dari sisi ideology, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dan
lain-lain. Kita sekarang hidup dalam dunia tanpa batas, dimana negara-bangsa telah
menjadi rekaan dan dimana para politikus telah kehilangan semua kekuatan efektif
mereka, ( menurut Harper Collins dalam Anthony Giddens,1995 ).
Informasi publik merupakan hak dasar yang mesti dipenuhi oleh lembaga
publik untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Informasi ini ketika dikemas
sedemikian rupa akan dapat mendukung berkembangnya partisipasi publik dan
hubungan yang ideal antara masyarakat dengan aparatur pemerintah. Akan tetapi,
faktanya kemampuan sebagian masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi
tidak sama baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, bukan saja terhadap media yang
berbasis teknologi komunikasi dan informasi, tetapi juga media konvensional yang
telah berkembang sebelumnya. Kesenjangan informasi terjadi antara masyarakat baik
dari latar belakang pendidikan, faktor ekonomis dengan faktor lingkungan geografis
tempat tinggal.
Kehadiran Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik ini pun dikhawatirkan dapat menimbulkan “kepanikan” di kalangan birokrasi,
karena bisa jadi masyarakat berbondong-bondong menyerbu instansi pemerintah dan
meminta informasi apa saja yang mereka inginkan. Apa saja. Bisa saja nanti ada yang
meminta penjelasan secara teknis maupun non-teknis tentang penanganan bencana
lumpur di Sidoarjo, atau permintaan literatur yang sebenarnya sangat lama, misalnya
berapa lokasi pekuburan Belanda di Indonesia.
Sistem informasi dapat membantu segala jenis informasi konsumsi publik
dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta kapabilitas pelayanan publik dalam
bentuk informasi publik elektronik kepada masyarakat. Tidak hanya itu dengan
adanya sistem informasi, dapat dijadikan sebagai bahan yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan organisasi publik atau pemerintah dilingkungan global yang
dinamis saat ini. Strategi pemerintah merupakan bagian penting untuk mencapai
tujuan perusahaan dan menjadi pedoman dalam penyusunan strategi lainnya.
Pengembangan sistem informasi (SI) Pemerintah yang didukung oleh penggunaan
teknologi informasi (TI) dapat menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kinerja
pemerintah dalam komunikasi dan informasi serta pelayananan informasi kepada
masyarakat.
Pengembangan Sistem Infomasi berkaitan dengan perkembangan teknologi.
Dalam hal ini, bagaimana sistem informasi (SI) dapat memanfaatkan teknologi-
teknologi yang semakin berkembang ini agar lebih efisien dan efektif dalam
pemanfaatannya. Penggabungan teknologi dengan sistem informasi terutama dalam
informasi publik menggunakan metode sehingga terciptalah sistem informasi yang
berbasis teknologi informasi. Dalam pengembangan sistem informasi berbasis
teknologi memerlukan langkah-langkah yang harus ditempuh dengan menyesuaikan
dengan kebutuhan informasi dan teknologi komunikasi serta pengguanaan internet.
Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan sistem dan metoda pelayanan
informasi publik yang efisien, dan efektif dengan bobot materi informasi yang
terpercaya. Semua hal tersebut hendaknya dilakukan oleh instansi/lembaga penyedia
informasi publik secara sinergi; hal ini sangat penting untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap instansi/lembaga penyedia informasi publik baik di
pusat maupun daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep strategi pengembangan manajemen sistem informasi
publik ?
1.2.2 Bagaimana pendekatan pengembangan manajemen sistem informasi publik ?
1.2.3 Bagaimana metodologi pengembangan sistem dan perangkat ?
1.2.4 Bagaimana langkah-langkah pengembangan manajemen sistem informasi
publik ?
1.2.5 Apa Studi kasus pengembangan manajemen sistem informasi publik ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis konsep strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pendekatan strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis metodologi strategi pengembangan
manajemen sistem informasi publik.
1.3.4 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis langkah-langkah strategi
pengembangan manajemen sistem informasi publik.
1.3.5 Untuk memberikan contoh studi kasus pengembangan manajemen sistem
informasi publik .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem informasi menurut Loudon (dalam Husein dan Wibowo,
2000:89) didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah
faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi adopsi dan desain sistem. Beberapa
faktor lingkungan eksternal adalah peningkatan biaya tenaga kerja atau sumber daya
lain, persaingan dari perusahaan lain dan perubahan regulasi pemerintah (UU).
Sedangkan faktor internal adalah faktor institusional organisasi yang mempengaruhi
proses adopsi dan desain sistem informasi. Faktor ini mencakup value (tata nilai),
norma, dan hal-hal penting yang dapat membentuk strategi penting dalam organisasi.
Sumber: Loudon (dalam Husein dan Wibowo, 2000)
Glueek, dkk, dalam LAN-RI (2008) mengemukakan ada empat strategi utama,
yaitu langkah yang dilakukan setelah menganalisa proses kondisi lingkungan internal
dan eksternal adalah menetapkan strategi yang sesuai, antara lain:
1. Stability Strategy
Industri yang menggunakan strategi stabilitas dapat melanjutkan strategi yang
sebelumnya dapat dikerjakan. Keputusan strategi utama difokuskan pada
penambahan perbaikan terhadap pelaksanaan fungsinya, alasannya karena
industri atau perusahaan telah berhasil dalam taraf kedewasaan, lingkungan
relative stabil, tidak terlalu berisiko.
2. Retrenchment Strategy
Strategi penciutan pada umumnya digunakan untuk mengurangi produk pasar,
alasannya karena industri atau perusahaan tidak berjalan dengan baik,
lingkungan semakin mengancam, mendapat tekanan dari konsumen sehingga
peluang tidak dimanfaatkan dengan baik.
3. Growth Strategy
Strategi pertumbuhan banyak dipertimbangkan untuk dapat diterapkan pada
industry dengan petimbangan bahwa keberhasilan industry adalah industry
yang selalu terus berkembang. Strategi pertumbuhan melalui ekspansi dengan
memperluas daerah pemasaran dan penjualan produk atau dapr berupa
diversifikasi produk.
4. Combination Strategy
Strategi ini tepat digunakan bila industry banyak menghadapi perubahan
lingkungan dengan kecepatan yang tidak sama, tidak mempunyai potensi
masa depan yang sama serta mempunyai arus kas negative.
Untuk pengembangan agropolitan di suatu Kabupaten, startegi pertumbuhan
(growth strategy) merupakan alternatif strstegi yang patut dipertimbangkan mengingat
pembangunan di bidang pertanian terus berkembang dan pemerintah daerah selalu
berusaha mencari solusi dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi untuk
meningkatkan produktifitas, pengolahan hasil yang berkualitas, pemasaran dan
penganekaragaman produk guna meningkatkan daya saing.
Menurut Earl (1989), strategi pengembangan sistem informasi meliputi tiga
pilar utama, yaitu Information System Strategy (ISS), Information Technology
Strategy (ITS), dan Information Management Strategy (IMS).
Sumber: Earl, Michael J. (1989).
ISS, ITS, dan IMS mempunyai fokus yang berbeda namun memiliki
keterkaitan yang sangat erat sehingga perubahan pada salah satu strategi akan sangat
mempengaruhi strategi yang lain. ISS menekankan pada hubungan antara informasi
dan kebutuhan bisnis organisasi. ITS fokus pada teknologi yang harus dimiliki dan
dikembangkan organisasi. IMS berorientasi pada teknik manajemen yang akan
dipergunakan organisasi.
ISS berkaitan dengan bagaimana mendefinisikan kebutuhan informasi yang
mendukung kebutuhan organisasi secara umum, untuk menjamin terjadinya “the flow
of information” yang efektif dan berkualitas. Setiap organisasi memiliki kebutuhan
informasi yang unik. Keunikan tersebut antara lain terlihat dari (1) jenis dan
karakteristik informasi, (2) relevansi informasi yang dihasilkan, (3) kecepatan alir
informasi dari satu bagian ke bagian lain dalam organisasi, (4) keakuratan informasi,
(5) target nilai ekonomis informasi yang diperoleh, (6) batasan biaya yang harus
dikeluarkan dalam pengolahan informasi, dan (7) struktur para pengguna informasi.
Berdasarkan faktor-faktor keunikan tersebut sistem informasi yang dikembangkan
oleh rumah sakit misalnya akan berbeda dengan sistem informasi yang dikembangkan
oleh bank. Bahkan sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit A akan
berbeda dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit B.
Komponen utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah sistem
informasi yang efektif dan efisien adalah teknologi informasi. Teknologi informasi
merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil perkembangan ilmu komputer
dan telekomunikasi. Oleh karena itu menurut Jogiyanto (2005:52) ITS berkaitan
dengan strategi memilih teknologi sistem komputer (hardware dan software), dan
teknologi sistem telekomunikasi yang akan digunakan organisasi. Pada kenyataannya,
saat ini terdapat beragam tipe produk yang berkaitan dengan teknologi informasi.
Fenomena yang terlihat sehubungan dengan hal ini adalah berlombanya beribu-ribu
perusahaan untuk menciptakan produk-produk yang dapat dijadikan standar
internasional pada kelasnya masing-masing.
Berdasarkan kenyataan ini sudah terlihat, bahwa perusahaan memerlukan
strategi khusus paling tidak dalam memilih teknologi mana saja yang akan dibeli dan
dimanfaatkan agar dapat dikembangkan sistem informasi yang dibutuhkan. Alasan
lain diperlukannya ITS adalah karena adanya suatu resiko tertentu yang akan menjadi
tanggungan perusahaan sehubungan dengan pemilihan suatu teknologi tertentu.
Menurut Indrajit (1999) ITS diperlukan karena alasan berikut.
1. Perkembangan teknologi informasi sedemikian cepatnya (tumbuh secara
eksponensial) sehingga usia suatu produk tertentu sangat pendek karena
tergantikan dengan versi yang baru yang lebih baik;
2. Untuk satu jenis kelas produk, terdapat beribu-ribu vendor yang menjualnya
dengan kelebihan dan kekurangan kualitas produk dan pelayanan yang
dimiliki;
3. Sistem teknologi informasi terdiri dari ratusan komponen berbeda yang disatu
sisi saling independen, sementara di sisi lain memiliki ketergantungan yang
sangat tinggi;
4. Perusahaan dapat melihat infrastruktur teknologi informasi ini dari berbagai
sudut pendekatan, seperti teknologi informasi sebagai cost center, profit
center, investment center, atau service center yang masing-masing memiliki
cara penanganan yang berbeda;
5. Teknologi informasi yang dibangun harus secara signifikan menjawab
kebutuhan akan informasi yang telah didefinisikan pada ISS dengan catatan
tetap mempertimbangkan keterbatasan perusahaan (misalnya biaya investasi
dan kemampuan sumber daya manusia).
IMS berkaitan dengan strategi menentukan orang atau unit organisasi yang
akan menangani sistem informasi dalam organisasi. IMS menjabarkan strategi
organisasi agar target pembentukan sebuah sistem informasi yang handal dengan
menggunakan teknologi informasi yang ada dapat diterapkan secara operasional baik
untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, sejalan dengan
tumbuhnya organisasi di masa mendatang. Tekanan strategi di sini tidak hanya pada
siapa yang akan bertanggung jawab terhadap implementasi sistem informasi, tetapi
lebih jauh lagi pada bagaimana sistem yang telah dibangun dapat dipelihara dan
dikembangkan di kemudian hari. Prinsip-prinsip pengembangan sistem, adalah :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar, maka setiap
investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :
- Semua alternatif yang ada harus diinvestigasikan
- Investasi yang terbaik harus bernilai
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses
pengembangan sistem
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut
6. Jangan takut membatalkan proyek
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
2.2 Pendekatan Strategi Pengembangan Sistem
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu
1. Pendekatan Klasik (classical approach)
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan
Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle. Permasalahan-permasalahan yang
dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit.
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di
dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses
pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk
dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan
terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data (data
flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan (decision
table). diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart) dan lain
sebagainya yang memungkinkan pengembangan perangkat lunak lebih
terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut.
b. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal.
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan
karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan
kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan
teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang
didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi
tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas,
sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
c. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan
kesalahankesalahan sistem akan menjadi lebih besar.
d. Keberhasilan sistem kurang terjamin.
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang
sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem
terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital
untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan
Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba menyediakan
kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
2. Pendekatan terstruktur (Structured Approach)
Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknik-
teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari
sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya
didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi pengembangan
sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan baik dalam buku-
buku, maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan pengembang sistem.
Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik untuk
mengembangkan sistem yang terstruktur.
Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep
yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk
alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang banyak digunakan
di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam
mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang
memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahan-
permasalahan yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil
dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan
pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya sesuai
dengan anggaran biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya
akan lebih baik (bebas kesalahan). Keuntungan pendekatan terstruktur :
Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).
Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).
Standarisasi (standardization).
Orientasi ke masa datang (future orientation).
Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry).
3. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari
perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level
atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut.
Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari bawah ke atas
bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data
analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah terlebih
dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.
4. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari
level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai
dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah
selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan
informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke
pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedur-
prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri
pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap
analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang
menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah
didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
5. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu
tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak memperhatikan
sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau
aplikasi itu saja).
6. Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak
menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu
mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
7. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-
aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode
berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.
2.3 Metodologi Strategi Pengembangan Sistem
Metodologi pengembangan sistem berarti metode-metode, prosedur-prosedur,
konsep konsep pekerjaan, aturan-aturan untuk mengembangkan suatu sistem
informasi. Berikut beberapa metode pengembangan sistem:
1) Metode System Development Life Cycle (SDLC)
Model SDLC atau Sekuensial Linier sering disebut juga Model Air
Terjun. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat
lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan
sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan
Model ini disusun bertingkat, setiap tahap dalam model ini dilakukan
berurutan, satu sebelum yang lainnya. Model ini biasanya digunakan untuk
membuat sebuah software dalam skala besar dan yang akan dipakai dalam
waktu yang lama. Sangat cocok untuk pengembangan sistem yang besar.
Dalam tahapan ini dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan
pandangan sistem informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pemakai informasi. Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan
berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan prioritas tertinggi akan dipilih untuk
pengembangan. Penyediaan sumber daya baru dan penyediaan dana untuk
pengembangan sistem. Rencana kerja yang matang juga disusun untuk
menjalankan tahapan-tahapan lainnya.
a. Fase Perencanaan Sistem:
Mendefinisikan Masalah
Mengkonfirmasikan kelayakan proyek
Membuat jadwal proyek
Menentukan staff yang terlibat dalam proyek
Memulai proses pengembangan proyek
Hasil dari tahapan ini adalah : Langkah-langkah detail rencana kerja
dan penugasan untuk anggota tim.
b. Fase Analisis Sistem:
Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen
dan hubungan timbal-balik yang terkait dalam pengembangan
system: definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan
kendala-kendala system, ditambah identifikasi biaya,
keuntungan dan estimasi jadwal untuk solusi yang berpotensi.
Fase analisis sistem adalah fase profesional sistem melakukan
kegiatan analisis sistem.
Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk
membentuk suatu tim proyek sistem dan memulai fase analisis
sistem.
Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas
tentang alasan untuk mengembangkan suatu sistem baru.
Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini.
Profesional sistem mewawancarai calon pemakai dan bekerja
dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari
penyelesaian masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin
tidak diketahui secara penuh pada fase ini, jadi asumsi kritis
dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup
pengembangan sistem.
Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem
disiapkan. Laporan ini berisi penemuan-penemuan dan
rekomendasi. Bila laporan ini disetujui,tim proyek sistem siap
untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila
laporan tidak disetujui, tim proyek sistem harus menjalankan
analisis tambahan sampai semua peserta setuju.
Secara singkat tahapan fase analisis adalah:
Mengumpulkan informasi
Mendefinisikan kebutuhan - kebutuhan sistem
Membangun prototipe yang sesuai atau memenuhi kebutuhan
sistem
Menentukan prioritas kebutuhan sistem
Membuat prototipe atas prioritas dan melakukan evaluasi
terhadap alternatif yang dipilih
Mereview rekomendasi terhadap pihak manajemen
c. Fase Perancangan (Design)
1) Perancangan Sistem Secara Umum
Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual
untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan
kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual
memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan
terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses
dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang
akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-
masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem
membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila
sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas
atau pada tampilan komputer.
Akhir fase perancangan sistem secara umum
menyediakan point utama untuk keputusan investasi. Oleh
sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai
kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan
proyek system dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam
laporan evaluasi dan seleksi sistem.
Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang
dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti
dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang.
Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan,
dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan
akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan
dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal
untuk perancangan detailnya.
2) Perancangan Sistem Secara Detail
Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan
secara detail. Perencanaan output (layout) dirancang untuk
semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang
dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan
didokumentasikan.
Berdasarkan perancangan output dan input, proses-
proses dirancang untuk mengubah input menjadi output.
Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau
batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah
data menjadi informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing
pemakai dan pesonel operasi agar dapat bekerja dengan sistem
yang sedang dikembangkan. Database dirancang untuk
menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang
dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam
ancaman dan error ditentukan.
Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara
detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu
dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing
rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan.
Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang
lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem;
instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi
lainnya.
d. Fase Implementasi
Sistem siap untuk dibuat dan diinstalasi. Sejumlah tugas harus
dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru.
Laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu:
1. Rencana implementasi dalam bentuk Gantt Chart atau Program and
Evaluation Review Technique (PERT) Chart.
2. Penjadwalan proyek dan teknik manajemen. Bagian kedua adalah
laporan yang menerangkan tugas penting untuk melaksanakan
implementasi sistem, seperti : Pengembangan perangkat lunak,
Persiapan lokasi peletakkan sistem, Instalasi peralatan yang digunakan,
dan Pengujian Sistem.
e. Fase Support
o Memelihara Sistem
o Memperbaiki Sistem
o Mendukung Pengguna
Kelebihan dan Kekurangan pada pendekatan Metode System
Development Life Cycle (SDLC) atau waterfall atau ari terjun yaitu:
Kelebihan
o Mudah diaplikasikan
o Memberikan template tentang metode analisis, desain,
pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan
Kekurangan
Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai
akhir proyrk dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari
awal akan menjadi masalah besar karenaharus mengulang dari
awal.
Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu
karena anggota tim proyek harus menunggu tim lain untuk
melengkapi tugas karena memiliki ketergantungan hal ini
menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.
Persyaratan sistem "terkunci " setelah ditentukan (tidak dapat
berubah).
Keterlibatan pengguna terbatas (hanya dalam fase analisa
kebutuhan sistem).
Terlalu banyak fokus pada fase SDLC yang dapat merugikan
praktek-praktek pengembangan sistem informasi.
2) Wibowo (2000:145), Jogiyanto (2005:479), McLeod (2004:133), dan Susanto
(2003:313) menyebutkan metode-metode alternatif meliputi (1) Paket
(package), (2) Prototipe (prototyping), (3) Pengembangan oleh pemakai akhir
(end-user development atau end-user computing), (4) Outsourcing.
I. Paket (Package)
Pengembangan sistem dilakukan dengan membeli paket yang sudah
tersedia. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih paket
adalah spesifikasi paket yang dibutuhkan, ketersediaan paket, dan hasil
evaluasi kemampuan paket.
II. Prototipe (Prototyping)
Merupakan pengembangan sistem secara bertahap, yaitu dengan
mengembangkan prototipe sederhana dulu dan ditingkatkan dari waktu
ke waktu sampai sistem selesai dikembangkan.
III. End User Computing
Pengembangan sistem oleh pemakai sistem dan digunakan oleh
pemakai sistem itu sendiri.
IV. Outsourcing
Pengembangan sistem dengan bantuan pihak ke tiga dan sekaligus
dioperasikan oleh pihak ketiga. Pemakai sistem dapat menggunakan
sistem dengan menerima informasi secara periodik oleh pihak ketiga
atau dapat menggunakan terminal yang dihubungkan ke tempat pihak
ketiga yang mengoperasikan sistem.
Metode Pengembangan
Sistem
Pengembang Pengguna
SDLC Analis sistem Departemen sistem
informasi
Paket Pihak ketiga Departemen sistem
informasi
Prototyping Analis sistem Pemakai sistem
End User Computing Pemakai sistem Pemakai sistem
Outsourcing Pihak ketiga Pihak ketiga
2.4 Langkah-langkah Strategi Pengembangan Sistem
Bila dalam operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul
permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan
sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan
proses ini kembali ke proses yang pertama. Siklus ini disebut dengan Siklus Hidup
suatu Sistem. Siklus Hidup Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai
serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem
informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Siklus
hidup pengembangan sistem informasi saat ini terbagi atas enam fase, yaitu:
a) Perencanaan sistem
Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang
melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan.
Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus mendapatkan
perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan proyek-proyek besar
lainnya, seperti perencanaan pengadaan perangkat jaringan teknologi
informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15 tingkat.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan
sistem informasi direncanakan secara matang, mencakup:
Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas.
Unit organisasi, kegiatan ataun sistem yang mana yang akan
dilibatkan dalam pengembangan ini? unit mana yang tidak
dilibatkan? Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya
sumber daya yang diperlukan.
Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial.
Perencanaan akan menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi
suatu kesalahan, sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak
awal.
Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas
terpisah dan harus berjalan secara bersamaan/paralel yang
diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur
dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan
untuk efisiensi.
Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja
harus dipertegas sejak awal.
b) Analisis sistem
Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau
manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari
karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah
ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang
paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi
manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau
memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan
implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama
dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang
penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan rencana penelitian sistem
b. Mengorganisasikan tim proyek
c. Mendefinisikan kebutuhan informasi
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
e. Menyiapkan usulan rancangan sistem
f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-
masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan
dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario
pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta
potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
c) Perancangan sistem secara umum / konseptual
Tahap setelah analisis dari Siklus Hidup Pengembangan Sistem, di
dalamnya terdapat pendefinisian dari kebutuhan kebutuhan fungsional,
Persiapan untuk rancang bangun implementasi, Menggambarkan
bagaimana suatu sistem dibentuk yang dapat berupa penggambaran,
perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen
yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi, termasuk
mengkonfirmasikan.
Dalam Fase ini :
Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk
pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan
pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan
manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok
untuk kebutuhan mereka.
Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan
mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan
dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing
laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa
form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai
dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan
komputer.
Jadi, perancangan sistem secara umum berarti untuk menerangkan
secara luas bagaimana setiap komponen perancangan sistem tentang
output, input, proses, kendali, database dan teknologi akan dirancang.
Perancangan sistem ini juga menerangkan data yang akan dimasukkan,
dihitung atau disimpan. Perancang sistem memilih struktur file dan alat
penyimpanan seperti disket, pita magnetik, disk magnetik atau bahkan
filefile dokumen. Prosedur-prosedur yang ditulis menjelaskan bagaimana
data diproses untuk menghasilkan output.
d) Evaluasi dan seleksi sistem
Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama
untuk keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi
sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan
proyek sistem dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi
dan seleksi sistem.
Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada
fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka
semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti
dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk
pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan
dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk
perancangan detailnya.
e) Perancangan sistem secara detail
Fase perancangan sistem secara detail menyediakan spesifikasi untuk
perancangan secara konseptual. Pada fase ini semua komponen dirancang
dan dijelaskan secara detail. Selama tahap analisis, sistem analis terus
bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam
titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:
Menetapkan rencana penelitian sistem
Mengorganisasikan tim proyek
Mendefinisikan kebutuhan informasi
Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
Menyiapkan usulan rancangan sistem
Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan
system
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-
masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan
dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario
pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta
potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.
f) Pengembangan Perangkat Lunak dan Implementasi sistem
Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk
pertarna kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi.
Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru didesain.
Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi
b. Mengumumkan rencana implementasi
c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak
d. Menyiapkan database
e. Menyiapkan fasilitas fisik
f. Memberikan pelatihan dan workshop
g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)
h. Penggunaan sistem baru
Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak
yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk
mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk
menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan.
Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima
sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.
g) Pemeliharaan / Perawatan Sistem
Sebuah sistem yang sudah berjalan perlulah sebuah pemeliharaan agar
tetap berjalan sesuai fungsinya serta bisa untu dikembangkan menjadi
lebih baik.
2.5 Studi Kasus Strategi Pengembangan Sistem
Smart City merupakan suatu konsep pengembangan dan pengelolaan kota
dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk memonitor
dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif
dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung
pembangunan yang berkelanjutan.
Konsep Smart City ini dimaksudkan untuk mempermudah segala urusan
dengan dukungan konektivitas tinggi dari pemanfaatan Teknologi Informasi (TI).
Dengan kata lain Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas atau pintar yang
membantu masyarakat kota mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan
memberikan informasi yang tepat guna kepada masyarakat atau lembaga dalam
melakukan aktivitas secara real time.
Bandung Smart City adalah sebuah konsep kota yang memiliki koneksi
terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi
dalam pengelolaan kota. Segala permasalahan kota mulai dari kemacetan,
penumpukan sampah, jalan rusak, keadaan kontur tanah suatu daerah, dan lainnya
dapat secara real time diketahui dan dicari solusi terbaiknya dengan cepat. Konsep ini
pertama kali diterapkan di “Kota Kembang” yang dipimpin oleh Ridwan Kamil
Sebagai Walikota Bandung.
Smart city di Kota Bandung bertujuan untuk mengontrol birokrasi di internal
dengan menggunakan sebuah sistem. Selain itu, samrat city pun dilakukan untuk
observasi data internet CCTV dan data-data lain, berkomunikasi dengan warga, serta
mengubah kultur laporan dari sebelumnya tekstual menjadi laporan visual. Konsep
smart city yang di tawarkan oleh Bandung antara lain: citizen complaint online, Rapor
camat/lurah oleh warga (SIP), monitoring program kerja Pemkot (Silakip), Perizinan
Online (Hay.U), komunikasi aktif warga melalui akun Twitter tiap Dinas dan lain-
lain.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu membangun enam unsur dimensi dari
Smart City yaitu:
1. Ekonomi Pintar (Smart Economi)
Smart Economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika
semakin banyak inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan menambah
peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
2. Lingkungan Pintar (Smart Environment)
Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan
infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan
kuantitas air bersih, pengembangan system transportasi, pengembangan
perumahan dan permukiman, dan peningkatan konsistensi pengendalian
pembangunan infrastruktur.
3. Mobilitas Pintar (Smart Mobility)
Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,
keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun
tidak,bagi masyarakat dan public. Menurut undang-undang tentang penataan
ruang, mensyaratkan 30 % lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang
terbuka hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih tertata
merupakan contoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
4. Masyarakat Pintar (Smart People)
Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic
capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital).
Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya.
5. Kehidupan Pintar (Smart Living)
Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur
(budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha
memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung
maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas
pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang
berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
6. Pemerintah Pintar (Smart Governance)
Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good
Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan
akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip
“desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung
jawab, dan berdaya saing”.
Penerapan Konsep Smart City di Kota Bandung
1. Telah Terdapat 5000 Wifi Disetiap Ruang Public. Pengadaan Layanan Akses
Internet Di Ruang Terbuka Publik.
Ruang terbuka publik di Bandung semakin banyak sesuai dengan proker
walikota Bandung. Fasilitas internet gratis di ruang terbuka publik akan menarik
minat masyarakat kota untuk berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu ruang terbuka
publik tersebut adalah hadirnya taman di setiap sudut kota.
Dengan demikian, fungsi taman sebagai ruang publik pun akan kembali
dengan sendirinya. Fasilitas serupa juga dibangun di tempat-tempat ibadah, seperti
masjid, gereja dan lainnya. Cara seperti ini akan memudahkan masyarakat dalam
mengakses internet meski sedang beribadah. Selain akses penyediaan akses internet di
ruang publik,
2. Aplikasi Panic Button
Cara kerja panic button ini, setelah diunduh dan di install di smartphone,
pengguna perlu terlebih dahulu mengisi data pribadi yang akurat disertakan dengan
nomor telepon orang terdekat yang bisa dihubungi. Dimana pengguna akan teregister
dengan nomor handphone dan dapat melaporkan apapun. Misalnya ada begal, dia
tinggal pencet tombol, lalu nanti pesan itu sampai di command center.
Setelah data dan aplikasi terpasang, pemohon bantuan harus memencet 3 kali
tombol panik di layar smartphone. Pemohon bantuan akan langsung terlacak di
Bandung Command Centre. Lalu polisi di command center akan segera mengirimkan
petugas ke lokasi. Kurang dari 3 menit, petugas akan langsung datang.
Selain memencet tombol „SOS‟ sebanyak 3 kali dari layar ponsel, ke depan PT
Telkom Indonesia juga menyediakan tombol khusus yang berfungsi sama. Tombol
tersebut cukup dipasang di lubang audio. Tombol tambahan ini rencananya bakal
dilempar ke pasaran dengan harga jual sekitar Rp 50.000. Panic button ini kerjasama
dengan kepolisian, lebih fokus kepada keamanan. Sebelumnya data handphone
diregistrasi terlebih dahulu.
3. Kartu Bandung Pass atau Smart Card. Untuk meningkatkan pelayanan kepada warga,
pemerintah Kota Bandung akan meluncurkan Bandung Pass atau Smart Card. Kartu
multifungsi tersebut di antaranya bisa digunakan warga dalam bidang pendidikan,
kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya.
Sistem diciptakan untuk mempercepat proses pelayanan Pemkot Bandung
kepada masyarakat. Kartu ini sangat multifungsi karena bisa digunakan untuk semua
kebutuhan warga seperti pendidikan dan kesehatan. Salah satunya bisa digunakan
masyarakat untuk membayar tarif trasportasi seperti angkot, bus, dan lainnya. Smart
Card didukung oleh lima bank lainnya, yakni Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Mega,
Bank BCA, dan Bank BRI. Tahap awal peluncuran Bandung Smart Card ini adalah
pengganti alat beberapa jenis pembayaran.
Salah seorang warga saat menunjukan Bandung Smart Card. Kartu tersebut
diluncurkan sebagai upaya Pemkot Bandung mengurangi aktivitas transaksi tunai di
masyarakat. Bandung Smart Card merupakan salah satu dukungan kepada Kota
Bandung untuk bisa menjadi kota pintar (smart city). Bandung Smart Card baru bisa
melayani pembayaran pada electronic gate Trans Metro Bandung, mesin parkir
elektronik, vending machine, dan pembayaran di Alfamart.
4. Sistem penilaian camat secara online, Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung
memulai inisiatif open government yang dapat diisi sendiri oleh warga kota.
5. Sistem pelaporan masalah warga melalui SMS dan aplikasi mobile LAPOR, yang
difasilitasi oleh UKP4 (unit kerja di bawah Presiden RI).
6. Sistem pengelolaan dana bantuan sosial (bansos) online yang lebih transparan; siapa
saja yang mengajukan, siapa saja penerimanya, dan untuk apa dana digunakan.
7. Aplikasi banjir yang dapat memberikan informasi secara realtime, sehingga petugas di
lapangan dapat bekerja tanpa harus menunggu laporan dari masyarakat. Aplikasi
banjir ini terintegrasi dengan laporan cuaca. Debit air hujan dapat diukur di suatu titik.
Tinggal dipantau kalau sensor salurannya merah, berarti ada yang tersumbat.
8. Pelayanan public lewat jaringan sosial media seperti twitter
9. Setiap dinas memiliki data digital
10. Smart goverment dengan mengupgread sistem di pemerintahan dari paper ke
paperless dengan sistem informasi yang user friendly
11. Bandung akan punya kota pintar yang akan dinamai Bandung Technopolis seluas
400 hektar. Kota pintar di Gede Bage itu nantinya akan menjadi prototype penerapan
smart city di Indonesia
Semua aplikasi tersebut dapat terus dipantau melalui ruangan Command
Center yang tengah disiapkan oleh Pemkot Bandung. Di ruangan tersebut, akan siaga
tim stakeholder terkait.
D. Bandung Command Center, Langkah Menuju Smart City
Bandung Command Center yang saat ini dimiliki oleh kota Bandung juga merupakan
kolaborasi dari berbagai pihak. Bandung Command Center merupakan hasil kolaborasi antara
pemerintah kota Bandung dengan IBM dan Lembaga Afiliasi Penelitian Industri (LAPI)
ITB.
Saat ini, Bandung Command Center berfungsi sebagai pusat terkumpulnya data-data
terkait dengan kebutuhanBandung Smart City. Mulai dari SKPD, data dari masyarakat,
sampai data dari internal ke luar, akan dipusatkan di sini. Aplikasi Panic Button Bandung
juga terhubung langsung dengan Bandung Command Center.
Sebagai salah satu penunjang misi menuju kota pintar (smart city) Pusat kendali Bandung
Command Centre menjadi unsur utama. Di instalasi canggih ini, terdapat dua software dan
aplikasi unggulan yakni Media Social Mapping dan Panic Button.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjelaskan, Media Social Mapping merupakan
software canggih yang dihibahkan oleh pemerintah Norwegia sebagai uji coba. Piranti lunak
ini mampu menangkap segala macam percakapan warga di media sosial facebook dan twitter
yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik ataupun keluhan-keluhan warga terkait
dengan infrastruktur.
Mesin ini bisa mengatract percakapan warga. Dihitung per wilayah per isu masalah. Jika
menklik isu macet akan muncul isu macet di kecamatan mana saja. Setelah keluhan-keluhan
warga terpetakan sesuai wilayah, Ridwan Kamil bisa langsung mengambil keputusan.
Pengalokasian bantuan sumber daya tidak dipukul rata, tapi dijabarkan oleh mapping tadi
sesuai pemetaan masalah. Pemkot Bandung mengolah data dan mengambil keputusan
manajemen yang akurat. Tanpa Social Media Mapping ini kita hanya mengira-ngira atau
menunggu warga complain.
E. Tujuan Penerapan Konsep Smart City di Kota Bandung
Tujuan penerapan Bandung Smart City ini adalah sebagai solusi dari berbagai
permasalahan kemacetan, fasilitas umum yang rusak, penumpukan sampah, mengetahui
kondisi tanah yang layak dijadikan lahan pertanian atau lahan mendirikan bangunan.Dalam
pertemuan acara Indosat ICT Conference 2.0 "smart ICT for Your Business Succes" yang
dihadiri oleh Walikota Bandung di Hotel ritz Carlton Pacific Place Jakarta. Ridwan Kamil
menjelaskan penerapan sistem Smart City bertujuan agar masyarakat bisa saling terhubung,
sedangkan dalam pemerintah memiliki kemampuan untuk IT.
Sejumlah Langkah dilakukan oleh Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung, untuk
mewujudkan Smart City telah berjalan baik, yang bertujuan untuk meramaikan tempat publik
seperti taman dan tempat ibadah. Penerapan system Smart City di kota Bandung sudah
sewajarnya dilaksanakan, agar Kota Bandung bisa menjadi kota yang dikenal di ASEAN
bahkan Internasional sebagai kota berlabel Smart city dan bisa menjadi langkah awal bahwa
indonesia akan menjadi negara maju.
Untuk menjadikan Bandung sebagai kota berlabel Smart city ini memang perlu
membutuhkan waktu dan biaya dalam pengembangannya. oleh karena itu, pemerintah Kota
Bandung bekerjasama dengan PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk yang telah
melakukan penandatanganan kerjasama antara Walikota Bandung, general Manager telkom
wilayah Jabar, Binuru, dan Direktur IT solution Startegic Portopolio Telkom, Indra Utoyo.
F. Manfaat Smart City
· Smart City membuat kota lebih efisien dan layak huni
· Dengan digulirkannya Smart City, maka diharapkan Kota Bandung bisa memiliki daya
saing tinggi. Sehingga secara otomatis, para investor akan berdatangan untuk
menanamkan modalnya di Kota Bandung.
· Konsep smart city membuat layanan e-government dapat lebih cepat implikasinya
kepada masyarakat. Dengan begitu bisa meningkatkan produktivitas daerah atau daya
saing ekonomi
· Smart city meningkatkan pelayanan kesehatan dan kesejahteran masyarakat
· Masyarakat bisa saling terhubung sedangkan dalam pemerintah memiliki kemampuan
untuk IT
· Semua perizinan akan dengan cepat dilayani seperti pajak, pendidikan dan kesehatan
G. Kelebihan dan Kekurangan Bandung Smart City
Penerapan konsep Bandung Smart City ini memiliki kelebihan yaitu, diantaranya
adalah segala permasalahan kota mulai dari kemacetan, penumpukan sampah, jalan rusak,
keadaan kontur tanah suatu daerah, dan lainnya dapat secara real time diketahui dan dicari
solusi terbaiknya dengan cepat, masyarakatnya bisa saling terhubung, serta pemerintah
dapat memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur kehidupan warganya
dengan bantuan Informasi dan Teknologi.
Bandung yang sejak awal memiliki potensi perekonomian di bidang jasa dan
merupakan pusat bakat dibidang kreatif serta IT (informasi Teknologi) diharapkan
(dengan keberadaan Sistem Smart City ) dapat mempunyai kawasan internet yang stabil di
pemerintah kota, sambungan internet yang murah di kawasan strategis, serta
meningkatnya komunikasi paperless.
Namun penerapan konsep Bandung Smart City juga memiliki beberapa
kekurangan yang diharapkan nantinya dapat diatasi agar pengembangan konsep Bandung
Smart City dapat berjalan dengan optimal, kekurangan tersebut diantaranya yaitu seperti
pada aplikasi mobile Panic Button dalam pelaksanaannya belum ada yang benar-benar
nyata, kebanyakan hanya ingin mecoba-coba saja, dan petugas yang merespons panggilan
pannic button ini juga tidak beroperasi 24 jam.
Berdasarkan hasil penelitian manajemen untuk taman, mayoritas taman di Kota
Bandung memiliki konsep yang baik tetapi belum dirawat dan dikelola secara sustainable
alias berkelanjutan. Saat ini pembenahan infrastruktur Kota Bandung masih belum
dikelola secara maksimal. Oleh karena itu perlu penanganan lebih lanjut dalam
pelaksanaannya.
H. Kesimpulan dan Pendapat Saya Mengenai Konsep Bandung Smart City
Dengan menerapkan konsep Bandung Smart City, pemerintah kota dapat
mengawasi jalannya pekerjaan dan program pemerintah dengan mudah, karena semua
saling terhubung. Diharapkan pula dapat meminimalisiasi keterlambatan informasi serta
dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi suatu program pemerintah.
Karena konsep Bandung Smart City merupakan sebuah konsep kota yang memiliki
koneksi terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan
efisiensi dalam pengelolaan kota. Dengan adanya konsep Bandung Smart City ini
diharapkan segala permasalahan kota Bandung mulai dari kemacetan, penumpukan
sampah, jalan rusak, dan lainnya dapat secara real time diketahui dan dicari solusi
terbaiknya dengan cepat.
Oleh karena itu pemerintah Kota Bandung diharapkan bisa mengembangkan dan
lebih mengoptimalkan sistem maupun aplikasi dari konsep Bandung Smart City yang
nantinya akan menunjang kemudahan bagi warga Kota Bandung. Selain itu agar harapan
warga kota Bandung menjadi sebuah kota pintar dapat terlaksana dengan cepat. Oleh
karena itu masyarakat dan pemerintah kota harus saling bekerjasama agar Bandung Smart
City ini dapat terwujud dengan efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan
waga kota Bandung
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan untuk mensinkronkan perencanaan strategi dengan pengembangan
sistem infoemasi sudah semakin mendesak. Organisasi tidak bisa lagi berbangga
memiliki beberapa sistem aplikasi yang mempermudah operasional, tetapi juga sudah
harus mulai memikirkan bagaimana semua sistem aplikasi yang ada.
Perencanaan strategi nasional untuk organisasi harus diteliti ulang secara
menyeluruh karena hal ini merupakan kunci yang akan menjadi titik tolak dari
perencanaan strategis sistem informasi. Hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan
karena eksekutif belum memiki permainan perencanaan yang telah terdokumentasi
secara menyeluruh.
Metodologi perencanaan strategis organisasi sangat besar peranannya dalam
hal ini. Dengan melakukan wawancara, kajian, dan menyusun faktor-faktor strategis
dalam beberapa dokumen planning, maka akan tercipta sebuh ide untuk
menghubungkan semua faktor-faktor strategis tersebut secara logis dan sistematis.
Siklus Hidup Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian
aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup
pengembangan sistem informasi saat ini terbagi atas enam fase, yaitu : Perencanaan
sistem, Analisis sistem, Perancangan sistem secara umum/konseptual, Evaluasi dan
seleksi sistem, Perancangan sistem secara detail, Pengembangan Perangkat Lunak dan
Implementasi sistem, dan Pemeliharaan/Perawatan Sistem.
Pemerintah menerbitkan Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Strategi
Pengembangan E-Government. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-government tidak bisa dipungkiri
adalah angin bagus bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di
pemerintahan. Dalam lampiran Inpres E-goverment, dipaparkan enam strategi yang
disusun pemerintah dalam mencapai tujuan strategis e-government.
Dengan menerapkan konsep Bandung Smart City, pemerintah kota dapat
mengawasi jalannya pekerjaan dan program pemerintah dengan mudah, karena semua
saling terhubung. Diharapkan pula dapat meminimalisiasi keterlambatan informasi
serta dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi suatu program pemerintah. Karena
konsep Bandung Smart City merupakan sebuah konsep kota yang memiliki koneksi
terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi
dalam pengelolaan kota.
Oleh karena itu pemerintah Kota Bandung diharapkan bisa mengembangkan
dan lebih mengoptimalkan sistem maupun aplikasi dari konsep Bandung Smart
City yang nantinya akan menunjang kemudahan bagi warga Kota Bandung. Selain itu
agar harapan warga kota Bandung menjadi sebuah kota pintar dapat terlaksana dengan
cepat. Oleh karena itu masyarakat dan pemerintah kota harus saling bekerjasama
agar Bandung Smart City ini dapat terwujud dengan efektif dan efisien sesuai dengan
apa yang diharapkan waga kota Bandung.
3.2 Saran
Setelah pembahasan diatas, kami mempunyai beberapa saran untuk:
Masyarakat : Untuk masyarakat sebaiknya menggunakan teknologi
digunakan dengan benar. Misalnya untuk mencari informasi mengenai
kinerja pemerintah daerah masing-masing maupun pemerintah pusat. Selain
itu, pemanfaatan teknologi untuk menambah wawasan dengan
berkembangnya informasi-informasi yang didapat melalui teknologi yang
ada.
Pemerintah : Untuk pemerintah sebaiknya terus mengemangkan layanan
publik dengan berbagai model dan type sesuai dengan kondisi daerah
masing-masing. Sehingga informasi yang berasal dari pemerintah akan
sampai ke masyarakat dan sebaliknya pemerintah dapat mengetahui
informasi apa saja yang sedang berkembang dikalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Konsep Strategi Pengembangan. Melalui
http://2frameit.blogspot.com/2012/03/konsep-strategi-pengembangan.html. Diakses
[21/11/2016].
Iiriadi, Fajar. 2011. Pendekatan Pengembangan Sistem.
Usniatun, Siti. 2012. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Untuk Mendorong
Peningkatan Keunggulan Bersaing Pada Perusahaan Dan Organisasi Modern.
Zakiyudin, Ais. 2012. Sistem Infomasi Stategis.
http://windagunawan96.blogspot.co.id/2016/06/konsep-bandung-smart-city-a.html
https://id.techinasia.com/bandung-smart-city
http://trisatya.blog.widyatama.ac.id/2016/03/13/smart-city/
http://www.infokomputer.com/2015/08/fitur/bandung-smart-city-ridwan-kamil-menuju-
bandung-juara/
https://www.scribd.com/doc/266647236/Rangkuman-Masalah-Smart-City-di-Bandung
http://regional.kompas.com/read/2015/12/14/15131941/Bandung.Smart.Card.Bisa.Dipakai.un
tuk.Belanja.dan.Bayar.Parkir
http://jurnalmedia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3709:smart-city-
jadikan-bandung-bota-digital&catid=424:advertorial&Itemid=552
Recommended