View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI
PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM RANGKA
MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1
BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh :
HERU YUSGIANTO
K6408034
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Heru Yusgianto
NIM : K6408034
Jurusan/Progam Studi : PIPS/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ STRATEGI PENINGKATAN
WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU
PERJUANGAN DALAM RANGKA MENANAMKAN SIKAP
NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI ” ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 30 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Heru Yusgianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI
PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM RANGKA
MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1
BOYOLALI
Oleh :
HERU YUSGIANTO
K6408034
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Progam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Dr. Sri Haryati, M.Pd
NIP. 19520526 198003 2 001
Pembimbing II
Dr. Winarno, S.Pd, M.Si
NIP. 19710813 199702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Triyanto, S.H, M.Hum
Sekretaris : Moh. Muchtarom, S.Ag, M.Si
Angoota 1 : Dr. Sri Haryati, M.Pd
Anggota 2 : Dr. Winarno, S.Pd, M.Si
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang berilmu beberapa derajat. (Q.S Al-Mujadalah: 11)
Orang yang tidak mencoba, maka dia akan mendapatkan satu pilihan yaitu gagal
Tetapi Orang yang berani mencoba, maka dia akan mendapatkan dua pilihan yaitu
berhasil atau gagal. (Anonim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu. Doamu yang tiada
terputus, harapan muliamu, kerja keras
tiada henti, pengorbanan tak terbatas dan
kasih sayang yang tidak terbatas pula.
Takkan ada hasil yang lebih indah dariku
untuk membalas cinta dan kasih sayang
yang telah kalian berikan.
2. Mbah Ranti dan Mbah Ngampo. Terima
kasih telah menjadi inspirasi untuk
berbuat yang terbaik meskipun di waktu
sempit. Keikhlasanmu terhadap orang
tuaku, menyadarkan bahwa hidup akan
berarti jika dapat memberi arti orang lain.
3. Dek Zazan Nurmalasari, Pungki Wiji
Lestari, Alfriansyah Putra Pamungkas dan
dek Dita Nur Hayati . Terima kasih atas
doa, cinta, harapan dan dukungannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Heru Yusgianto. STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN
MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM
RANGKA MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA
NEGERI 1 BOYOLALI. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia dalam meningkatkan wawasan kebangsaan pada Siswa
SMA Negeri 1 Boyolali dan untuk mengetahui pengaruh pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia terhadap sikap nasionalisme pada Siswa SMA Negeri 1
Boyolali.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk
penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan terdiri atas: informan, laporan
observasi serta dokumen. Teknik sampling yang digunakan sampel bertujuan
(purposive sampling). Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dokumentasi. Validitas data dengan menggunakan trianggulasi data atau sumber.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (interactive
of analysis), yakni terdiri dari empat komponen utama yaitu pengumpulan data,
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu,
Kamis dan Sabtu pada jam ke-0 sampai dengan jam ke-1 atau pukul 06:30 - 07:00
sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, kecuali pada hari Jum’at, ada test atau
acara penting yang lain. Lagu-lagu perjuangan yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali
yang sering diputar antara lain: Indonesia Raya, Syukur, Satu Nusa Satu Bangsa,
Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, Halo-Halo Bandung, Maju tak Gentar, dan
Berkibarlah Benderaku. Adapun wujud sikap yang menunjukan bahwa siswa SMA
Negeri 1 Boyolali telah tertanam karakter semangat kebangsaan antara lain: 1)
Mengikuti upacara bendera tiap hari Senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap
memperingati hari besar nasional; 2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar; 3) Belajar dengan sungguh-sungguh; 4) Berargumentasi atau
berpendapat tentang kondisi bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, birokrasi,
politik dan bidang lainnya; 5) Aktif dalam organisasi; 6) Menjadi anggota paskibra
dan menjadi petugas upacara bendera; 7) Bangga akan keanekaragaman bangsa
Indonesia; 8) Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu
perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah.
Simpulan penelitian ini adalah pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia
dapat meningkatkan wawasan kebangsaan siswa, sehingga dapat menumbuhkan
sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Heru Yusgianto. THE STRATEGY OF IMPROVING NATIONALITY
CONCEPT THROUGH PLAYING EPIC SONGS IN THE ATTEMPT OF
IMPLANTING NATIONALISM ATTITUDE IN THE STUDENTS OF SMA
NEGERI 1 BOYOLALI. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of
Surakarta Sebelas Maret University, July 2012.
The objective of research is to find out the process of playing Indonesian
epic songs in improving the nationality concept in the students of SMA Negeri 1
Boyolali and to find out the effect of Indonesian epic song playing on the
nationalism attitude of the SMA Negeri 1 Boyolali students.
This study employed a qualitative approach with descriptive research
form. The data source used consisted of: informant, observation report as well as
document. The sampling technique used was purposive sampling. Techniques of
collecting data used were observation, interview, documentation. The data
validation was done using data or source triangulation. Technique of analyzing
data used was an interactive model of analysis consisting of four main
components: data collection, data reduction, data display, and conclusion
drawing.
The result of research showed that the Indonesian epic song playing was
done in SMA Negeri 1 Boyolali on Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and
Saturday on the 0-hour to 1-hour or at 06.30 – 07.00 before the teaching-learning
activity began, except on Friday or when there was a test or another important
event. The epic songs frequently played in SMA Negeri 1 Boyolali were: Indonesia
Raya, Syukur, Satu Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, Halo-
Halo Bandung, Maju tak Gentar, dan Berkibarlah Benderaku. The manifestation
of attitude indicated that the nationality spirit characters had been implanted
within the students of SMA Negeri 1 Boyolali including: 1) Attending flag
ceremony every Monday, every 17th
day per month and every national holiday
celebration; 2) Using good and correct Indonesian;3) Studying sincerely; 4)
expressing argument or opinion about the condition of Indonesian nation, from
economic, bureaucracy, political and other fields; 5) to be active in organization;
6) Joining the member of paskibra (flag waving team) and flag ceremony team; 7)
Be proud of Indonesian diversity; 8) Singing Indonesian anthem, Indonesia Raya,
Indonesian epic songs and local songs.
The conclusion of research was that Indonesian epic song playing could
improve the students’ nationality concept, thereby growing the nationalism
attitude within the students of SMA Negeri 1 Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji bagi Allah SWT, yang memberi ilmu, inspirasi
dan kemuliaan. Atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ `STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN
MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM
RANGKA MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA
NEGERI 1 BOYOLALI ’’.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Progam Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan
penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan
persetujuan, pengarahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Dr. Winarno, S.Pd, M.Si. selaku Pembimbing II yang tiada henti-hentinya
memberikan dorongan, motivasi, bimbingan teknis dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Agung Wardoyo selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali yang
telah memberikan ijin dan kesempatan penulis untuk mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
6. Jumadi S.Pd selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan SMA Negeri 1
Boyolali yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
7. Semua guru SMA Negeri 1 Boyolali yang telah memberikan pengarahan,
petunjuk, informasi, dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian.
8. Semua siswa SMA Negeri 1 Boyolali yang telah menjadi motivasi dalam
pembuatan skripsi ini.
9. Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, serta
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha mencurahkan segala
daya dan kemampuan seoptimal mungkin dengan harapan skripsi ini dapat
memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun
mengingat keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
ada kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
HALAMAN MOTTO..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................
B. Perumusan Masalah................................................................
C. Tujuan Penelitian....................................................................
D. Manfaat Penelitian..................................................................
1
7
7
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 9
1. Strategi Peningkatan Wawasan Kebangsaan..................... 9
a. Strategi........................................................................ 9
b. Wawasan Kebangsaan................................................. 10
2. Sikap Nasionalisme........................................................... 15
a. Sikap............................................................................ 15
b. Nasionalisme .............................................................. 16
c. Upaya Meningkatkan Nasionalisme............................ 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Metode Internalisasi Sikap Nasionalisme......................... 23
4. Lagu-lagu Perjuangan Indonesia....................................... 28
5. Hubungan Lagu-lagu Perjuangan dan Sikap
Nasionalisme dengan Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn).................................................................................
32
B. Kerangka Berfikir.................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................
B. Metode Dan Jenis Penelitian...................................................
C. Sumber Data............................................................................
D. Teknik Sampling.....................................................................
E. Pengumpulan Data..................................................................
F. Uji Validitas Data...................................................................
G. Analisis Data...........................................................................
H. Prosedur Penelitian.................................................................
41
42
43
44
46
48
49
52
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 54
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Boyolali......................
a. Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Boyolali................
1) Kepala Sekolah.....................................................
2) Perkembangan SMA Negeri 1 Boyolali...............
3) Profil SMA Negeri 1 Boyolali..............................
4) Denah Gedung SMA Negeri 1 Boyolali...............
5) Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Boyolali........
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Boyolali..........
c. Fungsi dan Tugas Sekolah serta Pengelola Sekolah...
54
54
56
56
56
58
58
59
60
B. Deskripsi Hasil Penelitian....................................................... 66
1. Proses Pemutaran Lagu-Lagu Perjuangan Indonesia
dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Siswa
SMA Negeri 1 Boyolali....................................................
a. Latar belakang Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Indonesia.....................................................................
b. Tujuan Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan
Indonesia.....................................................................
c. Pelaksanaan Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan
Indonesia.....................................................................
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1
Boyolali.............................................................................
a. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan
Indonesia.....................................................................
b. Wujud Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1
Boyolali.......................................................................
66
69
71
72
73
77
C. Temuan Studi..........................................................................
1. Proses Pemutaran Lagu-Lagu Perjuangan Indonesia
dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Siswa
SMA Negeri 1 Boyolali....................................................
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1
Boyolali.............................................................................
3. Hubungan Proses Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan
Indonesia dengan Pendidikan Kewarganegaraan.............
83
84
85
87
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN....................................................................... 91
B. IMPLIKASI............................................................................ 92
C. SARAN................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 97
LAMPIRAN.................................................................................................... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar:
1. Skema Hubungan antar Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dengan
Pendidikan Kewarganegaraan..................................................................
38
2. Skema Kerangka Berpikir........................................................................ 40
3. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model).............................. 51
4. Skema Prosedur Penelitian...................................................................... 53
5. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Boyolali........................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Informan................................................................... 101
Lampiran 2. Pedoman Wawancara..................................................................... 104
Lampiran 3. Petikan Hasil Wawancara............................................................... 107
Lampiran 4. Daftar Koleksi Lagu-lagu Perjuangan Indonesia........................... 135
Lampiran 5. Denah Gedung SMA Negeri 1 Boyolali......................................... 138
Lampiran 6. Daftar Guru SMA Negeri 1 Boyolali............................................. 139
Lampiran 7. Foto Kegiatan Siswa....................................................................... 140
Lampiran 8. Lembar Observasi........................................................................... 143
Lampiran 9. Triangulasi Data............................................................................. 145
Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan FKIP
UNS...............................................................................................
148
Lampiran 11. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan
Skripsi............................................................................................
149
Lampiran 12. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada Rektor
UNS...............................................................................................
150
Lampiran 13. Surat Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian dari Rektor
UNS...............................................................................................
151
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research Kepada Kepala SMA Negeri 1
Boyolali..........................................................................................
152
Lampiran 15. Surat Tidak Keberatan Pelaksanaan Kegiatan Survey/Penelitian
dari KESBANGPOLINMAS Kabupaten Boyolali........................
153
Lampiran 16. Surat Pemberian Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olah Raga Kabupaten Boyolali..............................................
154
Lampiran 17. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri
1 Boyolali.......................................................................................
155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan informasi dan era globalisasi yang mulai merebak di
Indonesia menjadi perhatian serius bagi generasi muda. Hal ini disebabkan
dukungan alat komunikasi yang semakin canggih dan mudahnya akses
transportasi yang semakin berkembang, dirasakan membuat jarak antara negara
satu dengan negara-negara yang lain hampir tidak ada. sehingga perubahan
kebudayaan karena mudahnya akulturasi budaya sangat sulit untuk dihindari.
Kemudahan akulturasi budaya ini disebabkan oleh perkembangan media
massa, baik surat kabar, internet, televisi, radio dan sebagainya yang semakin
merubah gaya tiap individu dan pola hidup masyarakat Indonesia. Sehingga
apabila hal ini terabaikan maka bukan tidak mungkin jati diri dari bangsa ini akan
menghilang.
Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil Militer (1999: 25) menyatakan
bahwa “Kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, transportasi dan
berkembangnya turisme telah membuka peluang masuknya nilai-nilai baru ke
Indonesia baik yang bermanfaat maupun tidak sesuai dengan budaya Indonesia”.
Dahulu rakyat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, kejujuran,
kepedulian dan keberanian tapi sekarang yang terjadi adalah dekadensi moral
(penurunan moral/tatakrama). Dalam masyarakat sekarang muncul suatu
pemahaman bahwa nasionalisme tidak diperlukan, yang diperlukan di era
keterbukaan ini adalah keberanian untuk menghadapi persaingan dengan
siapapun. Sehingga masyarakat lebih cenderung tidak menjunjung nilai kejujuran,
kepedulian dan nasionalisme, akibatnya korupsi berkembang luas di negara
Indonesia ini.
Di jaman penjajahan, sikap nasionalisme memiliki peran penting dari
terbentuknya negara Indonesia sampai mempertahankan keutuhan negara
Indonesia. Seperti peristiwa sumpah pemuda 28 Oktober 1928, Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pertempuran Surabaya 10 November 1945,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946 dan peristiwa penting lainnya.
Semua peristiwa tersebut terjadi karena jiwa nasionalisme yang sangat kuat dari
rakyat Indonesia yang ingin mendirikan negara Indonesia seutuhnya dari adanya
jaman kolonialisme yang menyengsarakan rakyat.
Sekarang yang terjadi di Indonesia adalah penurunan kadar nasionalisme.
Hal ini dapat di lihat dari banyaknya konflik yang terjadi di masyarakat karena
masalah SARA (suku, ras, agama dan antar golongan). Seperti Gerakan Aceh
Merdeka (GAM), konflik di Papua, di Maluku, Teror bom dan konflik horisontal
lainya. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongan mereka
sendiri sehingga tidak mengakui bahwa sesungguhnya semua perbedaan yang ada
adalah modal untuk bersatu dalam mewujudkan identitas nasional yang kuat.
Tomy Su menyatakan bahwa “Kurangnya patriotisme dan nasionalisme
di antara rakyat Indonesia termasuk pemimpinnya bukannya meningkat semakin
tahun semangat patriotisme tersebut malah semakin menipis” (Susilo, 2006: 123).
Hal ini terlihat dari semakin banyaknya kasus korupsi dan kurangnya minat
terhadap produk dalam negeri.
Ada beberapa jalan untuk meningkatkan kadar dari nasionalisme salah
satunya adalah dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan lagu-lagu
perjuangan Indonesia. Seperti yang diungkapkan M. Hutauruk (1984: XVII)
bahwa “Jalan yang ditempuh untuk menanamkan sikap nasionalisme adalah
dengan menetapkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan”. Sementara itu
Taufik Abdullah (2001: 48) menyatakan bahwa “Masa depan nasionalisme hanya
bisa dilakukan kalau pemahaman historis telah dilakukan”.
Atas dasar itulah maka dapat di simpulkan bahwa terbentuknya negara
Indonesia diperoleh; karena adanya perasaan ingin bersatu dan sikap nasionalisme
yang kuat. Perasaan ingin bersatu dan sikap nasionalisme tersebut tumbuh dan
tertanam salah satunya karena adanya peran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada
saat itu.
Lagu perjuangan merupakan lagu yang diciptakan untuk memberikan
motivasi, semangat juang, patriotisme, nasionalisme dan rasa cinta tanah air
kepada orang yang menyanyikan dan mendengarnya. Lagu-lagu perjuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Indonesia biasanya memiliki lirik yang berkaitan dengan suatu peristiwa penting
kenegaraan misalnya lagu Hari Merdeka yang tercipta dari peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, lagu Halo-Halo Bandung yang tercipta karena adanya
peristiwa Bandung Lautan Api. Lirik lagu-lagu perjuangan Indonesia juga terdiri
dari rangkaian kata yang bermakna cinta tanah air dan bangga terhadap bangsa
sendiri misalnya Indonesia Raya, Indonesia Pusaka, Syukur, Berkibarlah
Benderaku, Garuda Pancasila, Satu Nusa Satu Bangsa. Selain itu lagu-lagu
perjuangan Indonesia juga mengandung pesan rela berkorban, persembahan
kepada negara tercinta dan pihak yang berjasa terbentuknya NKRI misalnya lagu
Bagimu Negeri, Himne Guru, Kebyar-kebyar, Maju Tak Gentar, Mengheningkan
Cipta, Tanah Airku dan masih beberapa lagu-lagu perjuangan yang liriknya
mengandung pesan yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme.
Jakob Sumardjo (2003: 207) mengatakan bahwa “Kompas masa depan
adalah masa lalu, anda punya sejarah maka anda mempunyai bekal dan modal
untuk menempuh masa depan”.
Lagu-lagu perjuangan merupakan salah satu bagian dari sejarah
terbentuknya negara Indonesia yang dijadikan pemicu semangat kebangsaan
dalam memepertahankan keutuhan negara Indonesia. Jadi sudah seharusnya para
generasi muda menjadikan lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut sebagai modal
dalam mempertahankan dan memajukan negara Indonesia.
Di era sekarang yang di penuhi teknologi dan informasi sebagai muatan
utamanya adalah hiburan pertelevisian. Sekurang-kurangnya sepuluh stasiun
televisi swasta nasional format progamnya sangat mirip jika tidak mau dikatakan
sama. Tayangan utamanya meliputi rumor selebritis, berita kriminal dengan
format sensasional, dan juga progam-progam hiburan musik apakah itu dangdut,
rock, musik pop, country dan juga musik korea yang selalu dapat dinikmati secara
bervariasi di hampir semua stasiun televisi.
Sebuah penelitian di Kolombia menyatakan bahwa “Setidaknya ada tiga
gambaran kekuatan pengaruh media citra (televisi) bagi anak-anak dalam kaitanya
dengan nasionalisme”.(Fred Wibowo, 2007:170)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tiga gambaran kekuatan pengaruh media citra (televisi) bagi anak-anak tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. 57% anak memandang Amerika Serikat sebagai negara yang paling
penting dan hanya 25% yang menganggap negerinya penting
2. 40% menyesal bahwa mereka dilahirkan di Kolombia dan bukan Amerika
Serikat. Hal ini dikarenakan banyak film dan musik Amerika Serikat yang
diputar di televisi Kolombia. Sehingga cinta, dan barangkali pengetahuan
mereka mengenai tanah airnya sendiri kurang, dibandingkan pengetahuan
mereka mengenai Amerika Serikat.
3. 80% dari anak umur 5-6 tahun lebih suka menjadi salah seorang tokoh
ditelevisi daripada jadi diri mereka sendiri.
Hasil penelitian tersebut, setidaknya dapat dijadikan acuan bahwa dunia
pertelevisian mengancam nasionalisme masyarakat di Indonesia. Dalam bidang
musik misalnya, Progam-progam hiburan musik membuat budaya lagu
mengalami perkembangan yang sangat berarti yang memunculkan budaya lagu
populer, sehingga hal ini berdampak pada terkikisnya lagu-lagu perjuangan
Indonesia di tengah ramainya industri musik tanah air. Lagu populer adalah jenis
lagu yang mudah diterima oleh semua kuping orang yang ada di seluruh dunia.
Ada beberapa jenis lagu populer yaitu Pop, Jazz, Rock, Reggae, dance, disco dan
sekarang jenis lagu yang paling berkembang di Indonesia adalah Korean Style
yang ditandai makin maraknya boyband dan girlband di Indonesia.
Lagu-lagu populer berdampak buruk bagi lagu-lagu perjuangan Indonesia
dikarenakan semakin mengikisnya pemahaman dan penghafalan lagu-lagu
perjuangan Indonesia di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan lagu populer
lebih sering di putar di televisi, radio dan pertunjukan musik lainnya sedangkan
lagu perjuangan biasanya hanya dinyanyikan di hari tertentu saja untuk
memperingati hari-hari penting kenegaraan.
Lagu populer memiliki dampak yang kurang baik pada generasi muda
dalam hubungannya dengan nasionalisme. Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa lagu-lagu perjuangan Indonesia memiliki pesan moral dan nilai luhur
sedangkan lagu populer kebanyakan mengandung lirik yang mengarah pada hal-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
hal percintaan, kesedihan, kekecewaan, kritikan kepada pemerintah, keputus
asaan, romantisan, kesedihan yang semuanya lebih menekankan kepada
kepentingan batin individu. Kita sering melihat di televisi acara hiburan musik
pagi penontonnya relatif remaja yang bisa dikatakan mereka masih duduk di
bangku sekolah. Para remaja tersebut lebih memilih nonton hiburan musik
populer daripada harus mengikuti kegiatan belajar mengajar. Bagaiamana bangsa
ini bisa maju apabila generasi muda mentalnya hanya hiburan saja, dan tidak
memiliki suatu sikap nasionalisme yang akan membuat generasi muda lebih
memilih belajar daripada menonton acara musik lagu populer pagi.
Lagu-lagu perjuangan Indonesia merupakan modal bagi para generasi
muda untuk mempertahankan dan memajukan negara Indonesia. Tetapi banyak
dari rakyat Indonesia, terutama generasi muda yang sekarang tidak hafal bahkan
tidak tahu lagu-lagu perjuangan Indonesia. Generasi muda sekarang lebih tertarik
dengan lagu populer yang sering diputar di radio, televisi dan internet. Sehingga
sangat wajar apabila sekarang bangsa Indonesia krisis nasionalisme, karena lagu-
lagu perjuangan Indonesia yang menjadi akses untuk menanamkan sikap
nasionalisme tersebut diletakan di belakang lagu populer jaman sekarang.
Melihat kondisi di atas, maka diperlukan suatu gagasan yang dapat
mengurangi dampak dari adanya perkembangan dunia hiburan yang dapat
menggeser nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu
penanaman sikap dan jati diri bangsa Indonesia agar ketahanan nasional dapat
tercapai yang salah satunya dengan penanaman sikap nasionalisme pada generasi
muda.
Wujud penanaman sikap nasionalisme salah satunya dengan
memaksimalkan peran pendidikan formal. Di lingkungan sekolah dapat
diwujudkan dengan mengadakan upacara bendera secara rutin dan upacara
memperingati hari-hari besar kenegaraan seperti hari pahlawan dan hari
kemerdekaan. Selain itu penanaman nasionalisme di lingkungan sekolah juga
dapat dilakukan dengan memutar, mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu
perjuangan Indonesia di tengah kegiatan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Berdasarkan pengamatan observasi ketika melaksanakan Progam
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Boyolali, ditemukan fenomena
menarik yaitu adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada jam ke-0
sampai jam ke-1 melalui audio sistem sebelum jam pelajaran berlangsung.
Menurut Bapak Suranto selaku kepala sekolah RSMABI SMA Negeri I
ketika mengadakan rapat kecil dengan mahasiswa PPL yang juga di hadiri
koordinator dosen pembimbing PPL yaitu Bapak Mohammad Gamal Rindardjono
menyatakan bahwa Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1
Boyolali yang di terapkan pada jam ke-0 sampai jam ke-1 bertujuan agar yang
siswa dengar pertama kali ketika baru tiba di lingkungan sekolah adalah lagu-lagu
perjuangan Indonesia yang diharapkan mampu memberikan motivasi tersendiri
pada siswa yang mendengarkan. Selain itu, kegiatan ini diterapkan oleh pihak
sekolah dalam rangka mendukung pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa yang salah satu muatanya adalah semangat kebangsaan.
Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan RSMABI
SMA Negeri I Boyolali menyatakan bahwa kegiatan tersebut diterapkan oleh
pihak sekolah dengan tujuan menumbuhkan sikap patriotisme dan nasionalisme
pada siswa. Langkah ini diambil mengingat para siswa sekarang lebih berminat
pada trend-trend modern yang berkembang di masyarakat. Salah satunya dapat
dilihat dari kegiatan siswa yang menyalahgunakan fasilitas kelas yaitu speaker
aktif yang seharusnya hanya digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan
belajar mengajar tetapi digunakan untuk memutar lagu-lagu mancanegara yang
beraliran Pop, Rock dan Disco atau remix ketika jam istirahat. Apabila hal ini
terus diabaikan maka akan berpotensi untuk menurunkan minat siswa terhadap
budaya dan karakter bangsa sendiri. Melihat kondisi ini, pihak sekolah
menerapkan kegiatan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia karena kalau
hanya menunggu kesadaran siswa untuk memutar lagu-lagu perjuangan Indonesia
prosentase sangat kecil, terlebih lagi media jarang sekali memutarkan lagu-lagu
tersebut baik di televisi maupun di radio. Atas berbagai dasar inilah pihak sekolah
menerapkan kegiatan tersebut agar para siswa tidak melupakan salah satu modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
utama dalam mempertahankan dan memajukan bangsa Indonesia yaitu lagu-lagu
perjuangan Indonesia yang mampu menumbuhkan sikap nasionalisme.
Peneliti juga menemukan fakta menarik ketika melaksanakan Progam
Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu tidak jarang para siswa ikut bernyanyi ketika
mendengar lagu-lagu perjuangan Indonesia, baik yang diputar pada saat jam ke- 0
sampai jam ke- 1 selain pada saat upacara bendera. Selain itu, siswa juga dituntut
untuk menyanyikan lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam kegiatan memperingati
hari ulang tahun SMA Negeri 1 Boyolali. Melihat berbagai fenomena ini peneliti
tertarik untuk lebih mendalaminya dengan melakukan penelitian dengan judul
“Strategi Peningkatan Wawasan Kebangsaan Melalui Pemutaran Lagu-Lagu
Perjuangan dalam Rangka Menanamkan Sikap Nasionalisme pada Siswa
SMA Negeri 1 Boyolali”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam
meningkatkan wawasan kebangsaan pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali?
2. Bagaimana pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap
sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
1. Untuk mengetahui proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam
meningkatkan wawasan kebangsaan pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia
terhadap sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya bidang studi yang sesuai dengan penelitian ini.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang
ingin mengkaji lebih dalam lagi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Diharapkan dapat memberikan masukan agar dapat meningkatkan profesional
sebagai guru, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
b. Bagi siswa
Agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya melestarikan lagu-
lagu perjuangan Indonesia dalam menanamkan jiwa nasionalisme.
c. Bagi penulis
Digunakan sebagai penelitian untuk mengembangkan pengetahuan tentang
penanaman karakter kewarganegaraan (civic dispositions).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
C. Tinjauan Pustaka
1. Strategi Peningkatan Wawasan Kebangsaan
a. Strategi
Strategi berasal dari bahasa yunani strategos yang diartikan sebagai the
art of the general. Pengertian tersebut dimaksudkan sebagai seni kejenderalan
atau kepanglimaan yang biasanya digunakan dalam peperangan, sehingga
strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan.
Sedangkan dalam dunia kemiliteran strategi berarti cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Strategi berbeda dengan taktik,
jika strategi adalah ilmu peperangan maka taktik adalah ilmu pertempuran.
Liddle Hart berpendapat bahwa “Strategi adalah seni untuk
mendistribusikan dan menggunakan sarana-sarana militer untuk mencapai
tujuan politik” (Kansil dan Crhistine, 2003: 146).
Dalam abad modern sekarang ini, arti strategi telah meluas
pengertiannya tidak hanya dalam ruang lingkup kemiliteran. Pengertian strategi
tidak hanya konsep kepanglimaan di masa perang, tetapi telah berkembang dan
menjadi tanggungjawab seorang pemimpin. Pengertian strategi yang awalnya
digunakan dalam bidang militer, sekarang telah berkembang menurut
pengertian zaman dan konteks yang mengikutinya.
J.R. David menyatakan bahwa “Strategi adalah rencana, metode dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu” (W. Gulo, 2002: 3).
Berkaitan dengan itu, New Vebster Dictionary berpendapat bahwa
“Strategi adalah cara-cara dalam melaksanakan proyek, melaksanakan suatu
cara dalam mencapai suatu tujuan yang sering disebut dengan rencana”
(Soemarsono, 2007: 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sedangkan menurut Mudiyo (2005: 162) “Strategi pada dasarnya
merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan yang disusun dan disiapkan
dalam suatu rangkaian pertahanan”.
Dengan demikian, strategi pada dasarnya dapat diartikan cara-cara yang
dilaksanakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya dan merupakan suatu seni dan ilmu yang dapat mengembangkan
kekuatan yang ada (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam).
b. Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan secara etimologis berasal dari kata wawasan dan
kebangsaan. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan atau penglihatan inderawi. Kemudian muncul kata mawas
yang berarti melihat, meninjau atau memandang.
Menurut Winarno (2008: 143) “Wawasan artinya pandangan, tinjauan,
penglihatan, tanggap inderawi”.
Kebangsaan berasal dari kata bangsa atau nation. Kata bangsa sering
digunakan mengawali dari terbentuknya suatu negara, misalnya negara
Indonesia yang di awali oleh terbentuknya bangsa Indonesia. Bangsa dapat
diartikan kesatuan dari orang-orang yang sama, hidup bersama atau bersamaan
asal keturunan, bahasa, adat istiadat dan sejarahnya yang di bawah
pemerintahan itu sendiri.
Ernest Renan mengemukakan bahwa “Bangsa terbentuk karena adanya
keinginan untuk hidup bersama (hasrat untuk bersatu) dengan perasaan
kestiakawanan yang agung” (Budiyanto, 2004: 4).
Berkaitan dengan pengertian kebangsaan, Badri Yatim (1999: 57)
menyatakan bahwa “Kebangsaan secara politik diartikan sebagai masyarakat
dalam suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan
negaranya sebagai suatu kekuasaan yang tertinggi ke luar dan ke dalam”.
Sejalan dengan pengertian di atas, dinyatakan bahwa “Negara
kebangsaan adalah suatu komunitas politik yang dirancang, dibangun dan
beroperasi berdasar wawasan kebangsaan” (Moerdiono, 1995: 39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Soemarno Soedarsono (2008: 21) “Wawasan Kebangsaan
adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus
mencerminkan rasa dan semangat kebangsaan (karakter bangsa) dan mampu
mempertahankan jati dirinya sebagai bangsa, yaitu Pancasila”.
Dalam proses pembentukan wawasan kebangsaan Moerdiono (1995: 41)
menyatakan bahwa:
Wawasan kebangsaan tumbuh dan berkembang melalui proses
komunikasi antara unsur-unsur bangsa, yang bukan saja akan
menimbulkan rasa saling percaya mempercayai, tetapi juga akan
memungkinkan dirumuskannya sasaran masa depan yang cara-cara
untuk mencapainya.
Dengan demikian, proses kristalisasi wawasan kebangsaan yang
tumbuh di berbagai kalangan dan golongan serta individu telah berjalan secara
alami dan spontan, maka wawasan kebangsaan mampu menjadi penggerak
lahirnya suatu negara, yaitu kesatuan. Rasa ingin bersatu itu muncul karena
perasaan yang sama antar individu yang merasa sependeritaan, senasib dan
sepenanggungan.
Menurut Moerdiono (1995:40) “Tanpa adanya terlebih dahulu wawasan
kebangsaan adalah mustahil tumbuh suatu negara kebangsaan”.
Di Indonesia, konsep wawasan kebangsaan sendiri sangat identik
dengan wawasan nusantara. Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil militer
Lembaga Ketahanan Nasional Departemen Pertahanan Keamanan RI (1999: 7)
menyatakan bahwa: “Wawasan nusantara tidak lain adalah wawasan
kebangsaan, sekaligus sebagai wawasan nasional yang dimiliki bangsa
Indonesia yang telah menegara sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945”.
Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil militer Lembaga ketahanan
nasional departemen pertahanan keamanan RI (1999: 5) menyatakan bahwa:
Wawasan nusantara adalah sebagai wawasan nasional Indonesia telah
mengungkapkan: pandangan hidup bangsa Indonesia, manifestasi diri
terhadap lingkungannya dan eksintesinya sebagai bangsa, serta
wawasan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang telah menegara
dan berdaulat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sementara itu Adi Sunardiman, dkk (1982: 9) menyatakan bahwa:
Wawasan Nusantara adalah pola pikir, pola sikap dan pola tindak
untuk mencapai persatuan, kesatuan dan perpaduan dari pada kehidupan
nasional dalam pemekaran dan pembangunan bangsa, serta tanggung
jawab dalam pemanfaatan lingkungan hidup wilayah nasionalnya
dengan tetap memelihara keseimbangan lingkungan tersebut.
Perbedaan wawasan nusantara dengan wawasan kebangsaan adalah
wawasan nusantara lebih mengacu pada pemahaman dan pemaknaan
sedangkan wawasan kebangsaan lebih berciri universal.
Wawasan kebangsaan merupakan kondisi penentu suatu negara
kebangsaan. Tanpa landasan wawasan kebangsaan yang kuat suatu bangsa
akan hilang kepribadiannya dan mudah terintervensi oleh pihak luar. Lebih
jelasnya lagi, Winarno (2008: 165) mengemukakan “Wawasan kebangsaan
yang dijadikan wawasan nasional merupakan wawasan yang digunakan dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional”.
Tujuan nasional dari bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi, kemerdekaan dan keadilan sosial.
Wawasan kebangsaan tidak hanya mengacu pada perasaan ingin bersatu
saja tetapi juga perilaku yang bertanggung jawab dengan lingkungan hidup
nasionalnya. Pemanfaatan sumber daya alam harus dikelola untuk
kesejahteraan rakyatnya dengan tetap mempertahankan dan memelihara
keasrian lingkungan tersebut agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Wawasan kebangsaan Indonesia atau wawasan nusantara pada era
sekarang dihadapkan berbagai dampak dari globalisasi. Tim Penyusun Buku
Hubungan Sipil militer Lembaga ketahanan nasional departemen pertahanan
keamanan RI (1999: 24) menyatakan bahwa “Proses globalisasi yang akan
terus berlangsung secara intens mengandung ketidakpastian yang tinggi, serta
persaingan kepentingan antar bangsa yang makin kuat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sehingga untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang madani
dan berwawasan kebangsaan yang memiliki identitas nasional, beradab,
bermoral, beretika, mandiri, rasional dan profesional serta berperan aktif untuk
berpartisipasi dalam aspek kehidupan nasional, maka wawasan kebangsaan
harus mampu mencakupi seluruh lini kehidupan masyarakat yaitu politik,
sosial budaya, ekonomi dan pertahanan.
Wawasan kebangsaan dalam konteks wawasan nusantara dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai
GBHN. Secara berurutan ketentuan tersebut antara lain: Tap MPR No IV 1973,
Tap MPR No IV 1978,Tap MPR No II 1983,Tap MPR No II 1988,Tap MPR
No II 1993 dan Tap MPR No II 1999.
Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional hakikat Wawasan
Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mencakup :
a) Perwujudan Kepulaunan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, dalam
arti:
1) Bahwa Kebulatan Wilayah Nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu Kesatuan Wilayah, wadah ruang hidup dan kesatuan
matra seluruh Bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
2) Bahwa Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara
dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai Agama
dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan
satu Kesatuan Bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
3) Bahwa secara psikologis, Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, se-Bangsa dan se-Tanah Air, serta mempunyai satu
tekad dalam mencapai cita-cita Bangsa.
4) Bahwa Pancasila adalah satu-satunya Falsafah serta Ideologi Bangsa
dan Negara, yang melandasi, membimbing dan mengarahkan Bangsa
menuju tujuannya.
5) Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu Kesatuan Hukum
dalam arti bahwa hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi
kepada Kepentingan Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Sosial dan
Budaya, dalam arti :.
1) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, Peri- kehidupan Bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan Bangsa.
2) Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu; sedangkan
corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya
Bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya
Bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh Bangsa.
c) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi, dalam
arti :
1) Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif
adalah modal dan milik bersama Bangsa, dan bahwa keperluan hidup
sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah Tanah Air
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah-
daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.
d) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan pertahanan dan
Keamanan, dalam arti :
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh Bangsa dan Negara.
2) Bahwa tiap-tiap Warga Negara mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dalam rangka pembelaan Negara dan Bangsa.
Berkaitan dengan ancaman wawasan kebangsaan Indonesia dalam
bidang sosial budaya, sekarang ini dihadapkan masalah yang cukup serius
dalam konteks kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dalam hal ini adalah
keterbukaan informasi yang begitu maju, mulai dari internet, radio, dan televisi
yang membuat corak dari kebudayaan Indonesia di jejali berbagai gaya budaya
dari negara lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada diri masyarakat
Indonesia yang berpotensi lebih mencintai budaya asing dari pada budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
nasional, dalam hal ini jiwa nasionalismenya menyusut bahkan dalam jangka
panjang dapat menghilang, terutama pada remaja atau generasi muda.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang makin sulit
dibendung, maka diperlukan pengawasan terhadap para generasi muda guna
menjaga hal-hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Untuk itu perlukan
pemahaman wawasan kebangsaan melalui media elektronik seperti televisi,
radio dan internet.
Dengan demikian paham kebangsaan tidak hanya ditujukan kepada
perjuangan untuk persatuan dan kesatuan sehingga melahirkan bangsa saja,
melainkan nilai-nilai kebangsaan dapat diimplementasikan dalam ruang
lingkup yang lebih sederhana yang bertujuan untuk memajukan bangsa. Dalam
masyarakat majemuk seperti Indonesia sudah seharusnya memiliki wawasan
kebangsaan yang kokoh dalam konteks moderninasi manjadi kekuatan yang
akulturatif yaitu mampu membuka diri terhadap budaya luar, menerima secara
selektif, dan mengintregasikan ke dalam kebudayaan nasional untuk
memperkuat jati diri bangsa dan identitas nasional.
Dari uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa dalam pengertian
wawasan kebangsaan berarti memiliki makna wawasan siswa terhadap nilai-
nilai kebangsaan yang mencakup : (1) Persatuan Indonesia yang meliputi; (a)
Menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi; (b) Rela
berkorban demi kepentingan negara Indonesia; (c) Cinta tanah air dan bangsa;
(d) Bangga sebagai bangsa Indonesia. (2) Kesadaran nasional meliputi; (a)
Sifat untuk membangun masa depan secara bersama; (b) Pandangan hidup
bangsa. (3) Jati diri bangsa Indonesia meliputi; (a) Memilih dan mengolah
unsur-unsur budaya asing;(b) Melestarikan dan menumbuhkan budaya daerah.
2. Sikap Nasionalisme
a. Sikap
Secord dan Backman menyatakan bahwa “Sikap adalah keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.
(Saifudin Azwar, 1995: 5)
Sedangkan menurut Sarlito W.S (2010: 201) “Sikap (atitude) adalah
istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa
saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu” .
Terkait dengan itu, Ma’rat (1984: 9) mengemukakan bahwa “Sikap
merupakan produk dari sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan
rangsang yang diterimanya”.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah
perasaan dan keyakinan yang melekat pada suatu objek mempunyai
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu dengan cara tertentu
pula yang disertai dengan pengamatan, emosi, motivasi dan karakterisasi pada
suatu objek tertentu.
Berkaitan dengan komponen sikap, Moris C. G dan Albert A. Maiso
(2003: 504) menyatakan bahwa:
An attitudes has three major components : evaluative beliefs about
object, feelings about the object, and behavior tendencies toward the
object. beliefs include facts, opinions, and our general knowledge,.
feeling encompass love, hate, like dislike and similar sentiment.
behavior tendencies refer to our inclinations to act in certain ways
towards the object to approach it, avoid it, and so on.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa sebuah sikap memiliki tiga
komponen utama yaitu: keyakinan evaluatif tentang objek, perasaan tentang
objek, dan kecenderungan perilaku terhadap obyek. keyakinan termasuk fakta,
opini, dan pengetahuan umum kita, perasaan mencakup cinta, benci, seperti
tidak suka dan sentimen serupa. kecenderungan perilaku merujuk pada
kecenderungan kita untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek yang
mendekatinya, menghindarinya, dan sebagainya. Sementara itu, Menurut Inge
Hutagalung (2007: 53) “Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif
(keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), konatif (perilaku)”.
Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Komponen Kognitif
Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini
dan apa yang yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu
antara lain fakta, pengetahuan dan keyakinan orang. Ma’rat (1984:13)
menyatakan bahwa “Komponen kognisi berhubungan dengan beliefs, ide
dan konsep”.
Misalnya: jumlah kepala nuklir pada setiap rudal dengan beberapa
keyakinan tentang beberapa negara yang memilikinya, daya hancurnya,
jarak meluncurnya dan lainnya.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang
terhadap objek, terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang atau tidak
senang ditentukan oleh “keyakinan” seseorang terhadap objek sikap.
Menurut Ma’rat (1984: 13) “Komponen afeksi menyangkut kehidupan
emosional seseorang”.
Misalnya: kekhawatiran atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh
nuklir pasa kehidupan manusia.
3) Komponen Konasi
Komponen konasi merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Menurut Ma’rat (1984:
13) “Komponen konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku”.
Misalnya: kecenderungan mahasiswa untuk bertindak terhadap senjata
nuklir dengan menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk
menentang penyebaran rudal berkepala nuklir, menentang orang yang
mendukung penggunaan nuklir, dan lainnya.
Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan mengetahui
kognisi dan perasaan seseoarang terhadap objek tertentu, maka akan dapat
diketahui pula bagaimana kecenderungan perilakunya.
b. Nasionalisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris yaitu nation, national,
nationalis yang dalam Bahasa Indonesia menerjemahkan kata nasionalisme
berarti rasa kebangsaan.
Heriyanto dan Jumanta Hamdayana (2010: 39) menyatakan bahwa
“Paham nasionalisme atau paham kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan
di mana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara
bangsa atas nama sebuah bangsa”.
Sedangkan menurut Sartono Kartodirjo “Nasionalisme pada dasarnya
merupakan prinsip-prinsip untuk mewujudkan dan mempertahankan persatuan,
kebebasan, kesamaan, individualitas dan prestasi sebagai bangsa” (Sutarjo
Adisusilo 1996: 1).
Demikian pula dengan Taufik Abdullah (2001: 47) menyatakan bahwa
“Nasionalisme adalah sebuah cita-cita yang ingin memberi batas antara kita
sebangsa dengan mereka dari bangsa lain, antar negara kita dan negara
mereka”.
L. Stodard menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah suatu keadaan
jiwa dan suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan
sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan” (Badri Yatim, 1999:59).
Berkaitan dengan definisi nasionalisme dinyatakan bahwa:
Dalam situasi perjuangan merebut kemerdekaan, dibutuhkan suatu
konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan terhadap penentuan
nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas nama
bangsa, dasar pembenaran tersebut selanjutnya mengkristal dalam konsep
paham ideologi kebangsaan yang disebut dengan nasionalisme. (Tim ICCE
UIN Jakarta, 2002: 24)
Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan
nasionalisme merupakan suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan seseorang
terhadap negara dan bangsanya sehingga menimbulkan suatu kesetiaan secara
total yang diwujudkan dengan suatu pengabdian yang berguna bagi negara dan
bangsanya.
Berkaitan dengan terbentuknya nasionalisme Kohl, Philip L. dan Clare
Fawcett (1995: 10) menyatakan bahwa : “There are connection between
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
archaeology, nationalism, and then contruction of national identities has
continued unabated in the twentieth century”. Menurut pendapat tersebut
dijelaskan bahwa terdapat hubungan erat antara arkeologi atau sejarah dengan
nasionalisme, dan kemudian membangun suatu identitas nasional yang hal
tersebut terus berlanjut pada abad kedua puluh.
Sementara itu Hans Kohn mengatakan bahwa “Dalam konteks sejarah
bangsa bukan bangsa yang melahirkan nasionalisme tetapi sebaliknya”(Taufik
Abdullah, 2001: 51). Hal ini dipertegas oleh Hobsbawn (1992: 9) menyatakan
bahwa “Nasionalisme hadir sebelum bangsa, bangsa tidak menciptakan negara
dan nasionalisme tetapi justru sebaliknya”.
Demikian pula Sultan Hamengku Buwono X (2007: 85)
mengemukakan bahwa “Nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau
rasa seperasaan, sepenanggungan, seperantauan dan senasib serta memuat
faktor historis yang cenderung membangun untuk menumbuhkan perasaan
bersatu dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu”.
Dengan demikian konsep nasionalisme tidak lepas dari faktor historis
yang menimbulkan perasaan-perasaan yang sama untuk bersatu.
Soekarno menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah rasa ingin bersatu,
persatuan perangai dan nasib serta persatuan antara orang dan tempat” (Badri
Yatim, 1999: 60). Soekarno membagi nasionalisme menjadi 2 yaitu
nasionalisme barat dan nasionalisme timur.
1) Nasionalisme Barat
Nasionalisme barat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Nasionalisme barat mengandung prinsip demokrasi yang berawal dari
revolusi perancis. Tetapi demokrasi yang dijalankan hanyalah
demokrasi politik bukan ekonomi.
b) Perkembangan nasionalisme yang dijiwai oleh kapitalisme telah
melahirkan imperialisme, suatu stelsel yang mencelakakan manusia.
c) Lahirnya nasionalisme yang di dasarkan atas asas kekuatan dan self
interest memunculkan nasionalisme sempit atau rasa cinta tanah air
yang mengejapkan mata, ekstrem dan berakibat lebih lanjut pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
munculnya konflik, permusuhan dan pertikaian antara nasionalisme-
nasionalisme.
d) Fasisme yang lahir di barat, yang biasa disebut dengan nasionalisme
sosiolisme sebagai salah satu bentuk jawaban terhadap perkembangan
nasionalisme barat yang dijiwai oleh kapitalisme dan demokrasi
parlementer.
Dengan gambaran nasionalisme barat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa nasionalisme barat mengandung individualisme, liberalisme dan
melahirkan kapitalisme dan imperialisme.
2) Nasionalisme timur
Nasionalisme timur memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Nasionalisme yang menerima rasa hidupnya sebagai wahyu, dan
menjalankan rasa hidupnya itu sebagai bakti.
b) Nasionalisme yang didalam kebenarannya dan kekuasaannya memberi
tempat cinta pada lain-lain bangsa sebagai lebar dan luasnya udara,
yang memberi tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya
segala hal yang hidup.
c) Nasionalisme yang membuat kita menjadi “perkakas tuhan” dan
membuat kita hidup dalam roh dengan nasionalisme.
d) Nasionalisme yang sama dengan “rasa kemanusiaan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan nasionalisme timur adalah
nasionalisme yang berasaskan pada kebaktian, cinta terhadap bangsa, nilai
ketuhanan dan rasa kemanusiaan yang semuanya menjadi satu. Sebagai bagian
dari dunia timur, Indonesia menganut paham nasionalisme timur dan menolak
prinsip-prinsip yang terkandung didalam nasionalisme barat.
Berdasarkan pengertian di atas maka nasionalisme bangsa Indonesia
dapat dikategorikan ke dalam Nasionalisme timur, yaitu nasionalisme yang
berasaskan pada kebaktian, cinta terhadap bangsa, nilai ketuhanan dan rasa
kemanusiaan yang semuanya menjadi satu sebagaimana yang tertuang dalam
nilai-nilai Pancasila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Nasionalisme Indonesia juga seperti nasionalisme Norwegia yaitu
nasionalisme yang diciptakan (invented). Norwegia memisahkan diri dari
kerajaan Denmark didahului dengan penciptaan budaya dan bahasa Norwegia
yang berbeda dengan Denmark dan merdeka pada tahun 1905. Hal ini
digunakan untuk mempertegas identitas mereka melawan penggunaan bahasa
Denmark di kota Norwegia.
Demikian pula dengan Indonesia, Menurut Sultan Hamengku Buwono
X (2007: 85) “Para pendiri bangsa Indonesia (founding fathers), melalui Budi
Utomo dan kemudian Sumpah Pemuda, telah menciptakan nasionalisme
Indonesia yang lintas etnis, dengan simbol bendera merah putih dan Bahasa
Indonesia”. Sehingga sekarang ini, nasionalisme rakyat Indonesia sebenarnya
dapat di bentuk dan dikembangkan lewat penanaman jati diri bangsa Indonesia
yaitu Pancasila. Penanaman jati diri bisa menggunakan lagu, komik, artikel,
tayangan televisi, film dan media masa lainnya.
Ada delapan unsur penting nasionalisme yaitu:
a. Kesetiaan multak, kesetiaan tertinggi individu itu adalah masa depan
bangsa
b. Kesadaran akan suatu panggilan
c. Keyakinan akan suatu tugas dan tujuan yang harus dikejar
d. Harapan akan suatu tugas dan tujuan yang harus dikejar
e. Hak hidup, hak merdeka dan hak atas harta benda yang berhasil
dikumpulkan dengan jalan yang halal
f. Kepribadian kolektif yang mengandung perasaan mesra sekeluarga,
nasib serta tanggung jawab yang sama, persaudaraan dan kesetiaan
diantara manusia itu
g. Jiwa rakyat (Volksgeiist) yang dapat diselami dalam tradisi, bahasa,
cerita dan nyanyian rakyat
h. Toleransi yang sebesar-besarnya terhadap satu sama lain. (M.Hutauruk,
1984: XVIII)
Di era reformasi dan otonomi sekarang ini makna nasionalisme justru
terasa kabur untuk tidak mengatakan sama sekali tidak mengerti. Menurut
Sultan Hamengku Buwono X (2007: 89) “Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan musuh bersama bangsa ini dan masih sangat garang mencengkeram
kita yaitu KKN, kebodohan dan kemiskinan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berdasarkan penjelasan tersebut, sudah seharusnya kita jadikan kondisi
ini untuk membentuk perasaan yang senasib yaitu nasib yang menderita.
Sehingga kita dapat menanamkan sikap nasionalisme untuk memerangi musuh-
musuh tersebut dari bangsa ini karena adanya dorongan untuk keluar dari
situasi yang buruk ini.
c. Upaya Meningkatkan Nasionalisme
Dalam upaya membentuk atau menanamkan nasionalisme, M. Hutauruk
(1984: XVII-XIX) menyatakan bahwa “Ada tujuh hal yang perlu ditempuh
agar nasionalisme semakin kuat”.
Jalan yang ditempuh dalam membentuk nasionalisme tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Makna dan arti nasionalisme dipublikasikan seluas-luasnya
2) Menghafalkan dan menyanyikan lagu kebangsaan
3) Menentukan warna bendera nasional
4) Organisasi pemuda
5) Organisasi olahraga
6) Mendirikan partai politik
7) Proses demokrasi, pemberontakan, mengucilkan, perubahan besar-
besaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sikap
nasionalisme adalah keyakinan, kesetiaan untuk berbakti pada bangsa dan
Negara serta senantiasa berusaha untuk memajukan bangsa yang berlandaskan
jatidiri dan identitas nasional yang kuat agar keutuhan negara tetap terjaga.
Untuk melihat perkembangan nasionalisme pada generasi muda di
Indonesia, Said Hamid Hasan dkk (2010: 34-40) mengemukakan bahwa
“Terdapat sembilan Indikator di jenjang sekolah dalam keterkaitan nilai
semangat kebangsaan atau nasionalisme”.
Indikator-indikator tersebut antara lain:
1) Menghadiri upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi
kemerdekaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik ketika berbicara dengan
teman sekelas yang berbeda suku
3) Menghafalkan dan suka menyanyikan lagu Indonesia raya, lagu-lagu
wajib dan lagu-lagu perjuangan
4) Merasa bangga terhadap keragaman bahasa di Indonesia
5) Berpartisipasi dalam peringatan hari pahlawan dan proklamasi
kemerdekaan
6) Mencintai keragaman upacara adat di nusantara
7) Beragumentasi dan bersikap apabila bangsa Indonesia memperoleh
ancaman dari bangsa lain
8) Memberikan penjelasan terhadap sikap dan tindakan yang akan
dilakukan terhadap perokonomian negara Indonesia
9) Beragumentasi dan bersikap apabila terjadi pertentangan antara bangsa
Indonesia dengan bangsa lain.
3. Metode Internalisasi Sikap Nasionalisme
Metode diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan internaslisasi
merupakan penanaman nilai. Sehingga metode internalisasi merupakan suatu
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk menanamkan nilai positif kepada
seseorang.
Dalam kaitannya dengan metode internalisasi, menurut Ahmad Tafsir
(2010: 229-233) “Terdapat beberapa macam metode internalisasi yairu
peneladanan, pembiasaan dan teknik-teknik lain”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebgai berikut :
a. Peneladanan
Peneladanan merupakan hal utama yang dilakukan dalam pendidikan
karakter. Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter,
satuan pendidikan formal dan nonformal harus dikondisikan sebagai
pendukung utama kegiatan tersebut. satuan pendidikan formal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
nonformal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-
nilai karakter yang ingin dikembangkan. Misalnya toilet yang selalu
bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan,
satuan pendidikan formal dan nonformal terlihat rapi, dan alat belajar
ditempatkan teratur.
Peneledanan sangat efektif untuk internalisasi dikarenakan siswa
secara psikologis senang meniru, kedua karena sanksi-sanksi sosial,
yaitu seseorang akan merasa bersalah bila ia tidak meniru orang-orang
di sekitarnya.
b. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
terus menerus dan merupakan aktivitas yang secara sadar dari sendiri
karena sudah terbiasa mengerjakan meskipun pada awalnya ada
dorongan intervensi sanksi atau hukuman. Contoh kegiatan ini adalah
upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan
(kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah
bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama
Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam
bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.
c. Teknik-teknik lain
Masih banyak metode internalisasi lainnya, bahkan akan berkembang
secara tidak terbatas oleh guru-guru yang kreatif.
Sementara itu Munjin (2008: 7-8) menyatakan bahwa “Terdapat lima
metode internalisasi yaitu metode demokrasi, pencarian bersama, metode
keteladanan, metode live in, metode penjernihan nilai”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut :
a. Metode Demokrasi
Metode ini menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nila-
nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai
tersebut dengan melibatkan pendampingan dari pihak guru. Anak
diberi kesempatan untuk memberikan tangapan, pendapat, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penilaian terhadap nilai yang ditemukan. Tahap demi tahap anak
diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap
hidupnya. Metode ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain,
sportivitas, kerendahan hati, dan toleransi.
b. Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pencarian nilai bersama-sama antaranak didik
dan guru dengan cara mendiskuisikan soal-soal yang aktual di
masyarakat. Dengan metode ini diharapkan bisa menumbuhkan cara
berpikir logis, analistis, sistematis, dan argumentatif untuk dapat
mengambil nilai hidup yang diolah bersama. Melalui metode ini pula
anak diajak untuk mencari dan menemukan tema yang sedang
berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan
permasalahan, mengkritisi, dan mengolahnya, anak diharapkan dapat
mengambil nilai yang baik, dan kemudian dapat menerapkan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Anak juga diajak untuk kritis analitis mengolah
sebab-akibat dari permasalahan yang muncul tersebut, dan tidak boleh
terburu-buru mengambil kesimpulan. Di samping itu, anak juga diajak
untuk melihat realita sehingga segalanya tidak harus dihukumi hitam-
putih.
c. Metode Keteladanan
Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dengan orangtua akan ditiru
oleh anak-anak. Apa yang dikatakan oleh orangtua akan terekam dan
kemudian dimunculkan kembali oleh anak. Proses pembentukan
pekerti anak dimulai dengan melihat orang yang diteladani. Oleh
karenanya, guru yang dalam bahasa Jawa bermakna digugu lan ditiru
harus bertutur kata dan berperilaku yang terpuji sebab ia menjadi
tokoh idola bagi anak didiknya. Keselarasan antara kata dan perbuatan
guru sangat berarti bagi seorang anak. Untuk itu, guru dituntut
ketulusan, keteguhan, dan konsisten dalam hidup.
d. Metode Live in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Metode ini digunakan untuk memberikan pengalaman hidup kepada
anak bersama orang lain langsung dalam situasi yang berbeda sama
sekali dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung
ini anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara
berpikir, tantangan, dan permasalahan tentang nilai-nilai hidupnya.
Sebagai contoh, anak diajak mengunjungi panti asuhan anak-anak
cacat. Anak diajak terlibat mengerjakan tugas sederhana dan tidak
membahayakan kedua belah pihak. Dengan cara ini, anak dibimbing
untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dan sempurna, baik
secara fisik, kemampuan mapun ekonomi, sekaligus juga dibimbing
untuk merefleksikan pengalaman itu baik secara rasional, intelektual,
maupun dari segi batin dan ruhaninya.
e. Metode Penjernihan Nilai
Latar belakang sosial, ekonomi, dan politik dapat mempengaruhi
terhadap persepsi dan pemahaman terhadap nilai-nilai hidup.
Perbedaan ini terkadang dapat membingungkan anak, dan bila
perbedaan itu tidak terungkap serta tidak mendapat pendampingan
maka anak akan mengalami pembelokan nilai. Oleh karena itu,
diperlukan proses penjernihan nilai dengan dialog efektif dalam
bentuk sharing maupun diskusi yang mendalam dan intensif. Anak
diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada dalam
masyarakat dan bersikap baik terhadap situasi tersebut. Penjernihan
nilai ini pada tahap anak sangat penting sebab apa bila bias tentang
tata nilai sikap hidup ini dibiarkan dan kemudian dicontoh oleh anak
maka yang terjadi adalah kekacauan pandangan dalam hidupnya.
Sementara itu, Muhammad Nuh (2010: 26-27) menyatakaan bahwa
“Terdapat dua metode internalisasi atau pembudayaan dan pemberdayaan
karakter siswa yaitu habituasi dan intervensi”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut:
a. Habituasi atau pembiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dalam kegiatan kokurikuler (kegiatan belajar di luar kelas yang terkait
langsung pada materi suatu materi pembelajaran) atau kegiatan ekstra
kurikuler (kegiatan satuan pendidikan formal dan nonformal yang
bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu materi
pembelajaran, seperti kegiatan Dokter Kecil, Palang Merah Remaja,
Pecinta Alam, liga pendidikan Indonesia, dan kegiatan
kompetisi/festival, lokakarya, dan seni) perlu dikembangkan proses
pembiasaan dan penguatan dalam rangka pengembangan karakter.
b. Intervensi
Dalam lingkungan satuan pendidikan formal dan nonformal
dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosiokultural satuan pendidikan
formal dan nonformal memungkinkan para peserta didik bersama
dengan warga satuan pendidikan formal dan nonformal lainnya terbiasa
membangun kegiatan keseharian yang mencerminkan perwujudan
karakter yang dituju.
Dengan demikian terdapat berbagai metode internalisasi nilai yang
dapat dilaksanakan dalam membentuk karakter siswa. Metode internalisasi itu
sendiri memiliki karakteristik sendiri-sendiri, sehingga dalam pelaksanaannya
diperlukan suatu pertimbangan apakah metode tersebut sesuai dengan nilai
yang akan diinternalisasikan kepada siswa secara efektif.
Berdasarkan berbagai metode internalisasi di atas maka proses
internalisasi nilai wawasan kebangsaan agar menumbuhkan sikap nasionalisme
akan lebih efektif apabila menggunakan tiga metode, yaitu metode pembiasaan,
intervensi dan keteladanan.
Metode pembiasaan, siswa dibiasakan melakukan kegiatan yang
mencerminkan sikap nasioanlisme seperti mendengarkan lagu-lagu perjuangan
Indonesia, melaksanakan upacara bendera, mengikuti kegiatan peringatan hari
besar nasional dan kegiatan lainnya yang dapat menanamkan karakter
semangat kebangsaan pada siswa. Tentu saja metode pembiasaan ini perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
didukung oleh metode internalisasi lainnya yaitu metode internalisasi
intervensi dan keteladanan.
Dalam kaitannya metode intervensi, pihak sekolah dituntut untuk
kreatif dalam mempengaruhi dan memotivasi siswa untuk bertindak sesuai
dengan karaketr yang akan dituju. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan
suatu progam atau kegiatan yang mewajibkan siswa untuk mengikutinya. Akan
tetapi progam tersebut hanya digunakn untuk mengawali proses pembiasaan
dari siswa saja, dan tidak bersifat tetap. Misalnya: siswa yang tidak mengikuti
upacara dapat hukuman, hal ini memang perlu dilakukan tapi tidak harus
dilakukan terus menerus. Kegiatan ini hanya dilakukan untuk mengawali
proses pembiasaan kepada siswa saja.
Internalisasi nilai pada siswa akan lebih kuat apabila didukung dengan
adanya keteladanan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan orangtua
akan ditiru oleh anak-anak. Apa yang dikatakan oleh orangtua akan terekam
dan kemudian dimunculkan kembali oleh anak. Proses pembentukan pekerti
anak dimulai dengan melihat orang yang diteladani. Maka dari itulah metode
keteladanan merupakan metode yang paling efektif dalam internalisasi nilai
karena merupakan metode yang paling utama dalam proses penanaman
karakter yang akan dituju.
4. Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Lagu sudah digunakan sebagai alat persatuan sejak jaman pendudukan
kolonialisme. Lagu-lagu bertemakan nasionalisme dan patriotisme dipakai
sebagai pemompa semangat untuk mengusir para penjajah dari bumi Indonesia.
Pada kongres pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 bukan hanya dicanangkan
sebuah pernyataan nasional yang dikenal dengan Sumpah Pemuda, namun
dikumandangkan pula lagu “Indonesia Raya” lewat gesekan biola sang
penciptanya, Wage Rudolf Soepratman. Lagu yang kemudian menjadi lagu
kebangsaan Indonesia saat ini menjadi salah satu pembakar semangat
nasionalisme para pemuda dan seluruh rakyat Indonesia untuk bebas dari derita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
penjajahan. Walaupun sempat dilarang karena tercium oleh Belanda, namun
lagu tersebut terus hidup di hati para pejuang kemerdekaan bangsa.
Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945, pada saat proklamasi
kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, lagu yang berjudul Hari Merdeka
(17 Agustus Tahun 1945) turut mengiringi Sang Saka Merah Putih mencapai
puncak tiangnya. Lagu yang diciptakan oleh H. Mutahar ini, diciptakan khusus
untuk memperingati hari paling besar bagi bangsa Indonesia. Lagu tersebut
semakin menambah rasa cinta tanah air rakyat Indonesia pada saat itu.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 36B dinyatakan bahwa “Lagu
Kebangsaan ialah Indonesia Raya”. Hal ini ditegaskan lagi dalam Undang-
undang no 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa dan lambamg negara serta
lagu kebangsaan pada pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Lagu
Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman”.
Namun demikian juga terdapat lagu-lagu yang mengandung nilai
semangat kebangsaan lainnya selain lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Berkaitan dengan hal itu, DS. Soewito (2007: 9-87) menyatakan bahwa
“Terdapat 55 lagu-lagu wajib dan perjuangan yang dimiliki bangsa Indonesia
yang mengandung nilai semangat kebangsaan yang dapat dipelajari oleh anak
didik, guru dan seluruh rakyat Indonesia”. Lagu-lagu tersebut antara lain :
1) Indonesia Raya
2) Indonesia Tetap Merdeka
3) Indonesia Tumpah Darahku
4) Indonesia Pusaka
5) Indonesia Bersatulah
6) Indonesia Kumara
7) Merdeka
8) Indonesia Subur
9) Ibu Kita Kartini
10) Bagimu Negeri
11) Berkibarlah Benderaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
12) Bhineka Tunggal Ika
13) Bangun Pemuda Pemudi
14) Bendera Kita
15) Bersatu Padu
16) Bambu Runcing
17) Bersatulah
18) Pahlawan Mulia
19) Pahlawan Muda
20) Pahlawan Perkasa
21) Para Pahlawan
22) Pemuda Pancasila
23) Pelajar Membangun
24) Syukur
25) Satu Nusa Satu Bangsa
26) Sumpah Setia
27) Sumpah Kita
28) Selamat Datang Pahlawan Muda
29) Suburlah Tanah Airku
30) Hallo-hallo Bandung
31) Hymne Pon
32) Hymne Kemerdekaan
33) Hymne Guru (Pahlawan tanpa tanda jasa)
34) Hymne Pancasila
35) Hari Merdeka
36) Merah Putih
37) Maju tak Gentar
38) Mengheningkan Cipta
39) Mari Membangun
40) Tanah Air
41) Tanah AAirku
42) Teguh Kukuh Berlapis Baja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
43) Garuda Pancasila
44) Gugur Bunga
45) Di Timur Matahari
46) Dari Sabang sampai Merauke
47) Dwi Warna
48) Repelita
49) Rayuan Pulau Kelapa
50) Andika Bhayangkari
51) Bangun Nusa Bangsa
52) Untukmu Indonesia
53) Pelajar membangun
54) Mars Angkatan Muda
55) Keluarga Berencana
Lagu-lagu di atas merupakan lagu-lagu perjuangan yang dapat dijadikan
modal para generasi bangsa dalam membentuk sikap nasionalisme. Akan tetapi
dengan lagu yang jumlahnya 55, kemumgkinan untuk menghafalkan semuanya
prosentasenya kecil. Untuk itu dari ke-55 lagu perjuangan Indonesia tersebut
diambil beberapa lagu saja yang dijadikan lagu wajib, yang artinya terdapat
beberapa lagu yang seharusnya dihafalkan dan dinyanyikan oleh rakyat
Indonesia agar rasa semangat kebangsaan muncul pada diri mereka.
Menurut W.S Simanjuntak (2007: 9-23) “Terdapat 14 belas lagu wajib
nasional yang dapat dihafalkan dan dinyanyikan oleh rakyat Indonesia untuk
meningkatkan rasa semangat kebangsaan dalam diri mereka”.
Lagu-lagu tersebut antara lain :
1) Indonesia Raya
2) Satu Nusa Satu Bangsa
3) Bagimu Negeri
4) Garuda Pancasila
5) Merah Putih
6) Hari Merdeka
7) Maju tak Gentar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
8) Indonesia Tumpah Darahku
9) Indonesia tetap Merdeka
10) Berkibarlah Benderaku
11) Indonesia Tanah Pusaka
12) Dari Sabang sampai Merauke
13) Syukur
14) Rayuan Pulau Kelapa
Bukan hanya di Indonesia lagu menjadi alat perubahan. Di berbagai
belahan dunia, banyak negara yang menjadikan lagu sebagai alat perubahan.
Lagu menjadi senjata pembebasan bagi kaum buruh kulit hitam di Jamaika.
Lagu juga menjadi alat untuk mewujudkan pluralisme di Amerika Serikat. Dan
masih banyak lagi cerita revolusi dari berbagai negara dengan lagu sebagai
salah satu senjatanya.
Dengan melihat kejadian dan sejarah dari terbentuknya bangsa Indonesia,
bisa ditarik sebuah simpulan bahwa betapa lagu membawa sesuatu yang sangat
besar bagi perubahan. Lagu dapat mensugesti orang atau kelompok dari
keterpurukan untuk kemudian bangkit dan melawan. Lagu membawa pesan-
pesan positif seperti pembebasan atau kemerdekaan serta pluralisme.
5. Hubungan Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dan Sikap Nasionalisme
dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn
Pendidikan kewarganegaraan merupakan terjemahan dari dari istilah
Civic Education (CE). Menurut Isin dan Turner “Civic secara etimologis
berasal dari bahasa latin yaitu kata civis, civicus atau civitas meaning a member
of an ancient city-state, preeminently the roman republic, but civitas was a
latin rendering of the greek term polites, a member of a greek polis” (Winarno
dan Wijianto, 2010: 2). Civic diartikan sebagai anggota atau warga dari suatu
republik si zaman romawi, sedangkan zaman yunani athena diistilahkan
polities yaitu anggota dari polis (negara kota).
Cholisin menyatakan bahwa:
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang fokus
materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya
itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ketentuan pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara. (Winarno dan Wijianto, 2010: 4)
Numan Sumantri (1976: 29) mengemukakan bahwa “Pelaksanaan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia yaitu dengan menanamkan
konsep-konsep dan sistim nilai yang sudah dianggap baik sebagai titik tolak
untuk menumbuhkan warga negara yang baik”
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang ditujukan kepada
warga negara agar memiliki sikap positif yang berguna bagi bangsa dan
bernegara. Untuk itulah pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa
komponen didalamnya dalam kaitannya dengan pengembangan karakter pada
warga negara.
Branson menyatakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan
mengembangkan 3 komponen pokok sebagai komponen peserta didik agar
memiliki civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic values/
dispositions (nilai/atau karakter kewarganegaraan) dan civic skill (ketrampilan
kewarganegraan)”. (Winarno dan Wijianto, 2010:50)
Tiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Civics knowledge berkenaan apa-apa yang perlu diketahui dan dipahami
secara layak oleh warga negara.
2) Civics values/dipositions berkenaan dengan sifat san karakter yang baik
dari seorang warga negara baik secara pribadi maupun publik.
3) Civics skill berkenaan dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh
warga negara bagi kelangsungan bangsa dan bernegara. Civics skill
meliputi ketrampilan intelektual dan ketrampilan partisipasi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat terlihat jelas hubungan
antara lagu-lagu perjuangan dan sikap nasionalisme dengan pendidikan
kewarganegaraan. Salah satu komponen dari pendidikan kewarganegaraann
adalah civics knowledge yang berintikan apa-apa yang perlu diketahui dan
dipahami secara benar oleh warga negara. Maka lagu-lagu perjuangan
Indonesia adalah salah satu hal yang harus diketahui dan dipahami oleh warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
negara, karena lagu-lagu perjuangan merupakan hasil dari sejarah bangsa
Indonesia yang menumbuhkan sikap nasionalisme pada diri rakyat Indonesia
dalam mencapai kemerdekaan .
Selanjutnya sikap nasionalisme atau semangat kebangsaaan termasuk
dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti yang telah dijelaskan
diatas bahwa tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk
karakter positif yang berguna bagi bangsa dan negara, untuk itulah terdapat
komponen civics dispositions. Kemudian Branson menyatakan bahwa:
Civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat
yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional,
yang secara singkat karakter publik dan privat dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1) Menjadi anggota masyarakat yang independen.
2) Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi
dan politik.
3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan
bijaksana.
5) Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat.
(Riarien, 2011, http:// riarien.files.wordpress.com/2011/07/civics-
education.doc)
Berkaitan dengan itu, Cholisin (2012: 9-10) menyatakan bahwa
“Terdapat beberapa ciri-ciri watak/karakter privat (pribadi) dan karakter publik
(kemasyarakatan) yang utama”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri)
Yaitu kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang berlaku dan
bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang timbul dari perbuatannya
serta menerima kewajiban moral dan legal dalam masyarakat demokratis.
2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi
dan politik. Yang termasuk karakter ini, antara lain :
a) Mengurus diri sendiri
b) Memberi nafkah /menopang keluarga
c) Merawat, mengurus dan mendidik anak
d) Mengikuti informasi tentang isu-isu publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
e) Memberikan suara (voting)
f) Membayar pajak
g) Menjadi saksi di pengadilan
h) Meberikan pelayanan kepada masyarakat
i) Melakukan tugas kepemimpinan sesuai dengan bakat dan
kemampuang sendiri/masing-masing.
3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu
Yang termasuk karakter ini, antara lain. :
a) Mendengarkan pendapat orang lain
b) Berperilaku santun (bersikap sopan)
c) Menghargai hak dan kepentingan sesama warganegara
d) mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap menghargai hak
minoritas untuk berbeda pendapat.
4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan
efektif
Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas sebelum
memberikan suara (voting) atau berpartisipasi dalam debat publik,
keterlibatan dalam diskusi yang santun dan serius, dan memegang kendali
kepemimpinan yang sesuai. Juga menghendaki kemampuan membuat
evaluasi kapan saatnya kepentingan pribadi sebagai warga negara
dikesampingkan demi kepentingan umum dan kapan seseorang karena
kewajibannya atau prinsip-prinsip konstitusional untuk menolak tuntutan-
tuntutan kewarganegaraan tertentu. Sifat – sifat warganegara yang dapat
menunjang karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan
(publik) diantaranya:
a) Keberadaban (civility)
Yang termasuk sifat ini antara lain :
(1) Menghormati orang lain
(2) Menghormati pendapat orang lain meskipun tidak sepaham;
(3) Mendengarkan pandangan orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(4) Menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang- wenang,
emosional dan tidakmasuk akal
b) Menghormati hak – hak orang lain
yang termasuk sifat ini antara lain :
(1) Menghormati hak orang lain bahwa mereka memiliki suara yang
sama dalam pemerintahan dan sama di mata hukum
(2) Menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan
gagasan yang bermacam dan bekerjasama dalam suatu asosiasi
untuk memajukan pandanganpandangan mereka.
c) Menghormati hukum
Yang termasuk sifat ini antara lain:
(1) Berkemauan mematuhi hukum, bahkan ketika ia tidak
menyepakatinya
(2) Berkemauan melakukan tindakan dengan cara-cara damai dan legal
untuk mengubah hukum yang tidak arif dan adil
d) Jujur
Jujur yaitu berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan
kebenaran.
e) Berpikiran terbuka
Berpikiran terbuka yaitu mempertimbangkan pandangan orang lain.
f) Berpikir kritis
Berpikir kritis yaitu kehendak hati untuk mempertanyakan
keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi termasuk posisi dirinya.
g) Bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi
Yaitu kesediaan untuk membuat kesepakatan dengan orang lain
meskipun terdapat perbedaan yang sangat tajam/mendalam, sejauh hal
itu dinilai rasional dan adanya pembenaran secara moral untuk
melakukannya.
h) Ulet / tidak mudah putus asa
Yaitu kemauan untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih suatu
tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
i) Berpikiran kewarganegaraan
Yaitu memiliki perhatian dan kepedulian terhadap urusan – urusan
publik/kemasyarakatan.
j) Keharuan/memiliki perasaan kasihan
Yaitu mempunyai kepedulian agar orang lain hidupnya lebih baik,
khususnya terhadap mereka yang tidak beruntung
k) Patriotisme dan Rasa kebangsaan (nasionalisme)
Yaitu memiliki loyalitas terhadap nilai – nilai demokrasi
konstitusional bangsanya.
l) Keteguhan hati
Kuat untuk tetap pada pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya
m) Toleran terhadap ketidak pastian
Yaitu kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang muncul,
karena ketidak cukupan pengetahuan atau pemahaman tentang isu-isu
yang komplek atau tentang ketegangan antara nilai-nilai fondamental
dengan prinsip-prinsip.
5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat.
Karakter ini mengarahkan warganegara agar bekerja dengan cara-cara
damai dan legal dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap
tidak adil dan bijaksana. Yang termasuk dalam karakter ini, antara lain :
a) Sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik
b) Melakukan penelaahan terhadap nilai-nilai dan prinsip - prinsip
konstitusional
c) Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga
publik dalam penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional
dan mengambil langkahlangkah yang diperlukan apabila terdapat
kekurangannya.
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam komponen civic dispositions
terdapat salah satu karakter publik dan privat yaitu berupa Berpartisipasi dalam
urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif yang salah satu
cirinya adalah rasa kebangsaan (nasionalisme). Nasionalisme atau rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kebangsaan merupakan salah satu sikap atau karakter positif yang berguna bagi
bangsa dan negara sehingga harus ditanamkan pada diri peserta didik lewat
pendidikan kewarganegaraan yang memiliki tujuan membentuk karakter positif
pada diri warga negara.
Hal tersebut dipertegas Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tercantum
dalam BAB II kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berbunyi
“Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan
untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia”.
Dalam kaitannya lagu-lagu perjuangan Indonesia dan sikap
nasionalisme dengan pendidikan kewarganegaraan maka dapat disimpulkan
bahwa lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah sesuatu yang harus diketahui dan
dipahami oleh warga negara (civics knowledge) agar tumbuh sikap
nasionalisme atau semangat kebangsaan pada diri warganegara (civics
dispositions) sehingga berguna bagi bangsa dan negara.
Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Pendidikan Kewarganegraan Tujuan
Civics Knowledge
Wawasan kebangsaan
Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Civics dispositions : Berpartisipasi
dalam urusan-urusan
kewarganegaraan secara bijaksana
dan efektif
Karakter positif
Warga Negara
Permendiknas No 22 tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Gambar 1. Skema hubungan antar lagu-lagu perjuangan Indonesia
dengan Pendidikan Kewarganegaraan
Sikap nasionalisme atau Semangat
Kebangsaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
D. Kerangka Berpikir
Suatu Negara dapat terbentuk karena adanya beberapa syarat, yaitu
wilayah, pemerintahan, warga negara dan pengakuan dari negara lain. Maka untuk
menciptakan suatu tatanan negara yang maju diperlukan dua hal, yaitu
membentuk pemerintahan yang baik (good governance) dan membentuk suatu
tatanan masyarakat madani yang berdaya mampu dan berwawasan kebangsaan.
Suatu pemerintahan baik akan menumbuhkan kembali nasionalisme yang
sedang melemah agar tidak hilang. Adapun upaya yang harus di lakukan oleh
pemerintah adalah dengan memperbaiki sistem politik, sistem ekonomi, sistem
sosial budaya, sistem hukum nasional serta sistem hankam.
Sistem sosial budaya yang baik maka akan dapat mewujudkan manusia
dan masyarakat yang beriman, bertakwa, nasionalis serta lebih beradab, bebas dari
tekanan dan ketakutan. Dengan demikian yang diperlukan adalah menciptakan
suatu warga negara yang memiliki nasionalisme yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan hubungan harmonis antarsuku, agama, ras dan antar golongan,
tidak hanya sekedar hidup berdampingan secara damai melainkan dapat hidup
bersama dengan saling memahami serta mendukung keberadaan satu terhadap
yang lain. Wawasan kebangsaan dapat diberikan kepada siswa melalui pemutaran
lagu-lagu perjuangan Indonesia dengan tujuan menanamkan sikap nasionalisme.
Dengan adanya upaya penanaman sikap nasionalisme, setidaknya dapat
mengurangi dampak dari globalisasi yang perlahan mengikis karakter bangsa
Indonesia. Setelah siswa memiliki sikap nasionalisme, maka siswa secara
bertahap dapat mewujudkannya dalam bentuk perilaku yang nyata baik di
lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka berpikir yang peneliti
kembangkan adalah bagaimana membentuk masyarakat yang berwawasan
kebangsaan sehingga memiliki sikap nasionalisme untuk memajukan negaranya.
Wawasan kebangsaan dibentuk melalui lagu-lagu perjuangan dengan tujuan
menanamkan sikap nasionalisme pada diri warga negaranya. Sehingga dalam
mewujudkan tatanan negara yang maju ada keterkaitan antara strategi peningkatan
wawasan kebangsaan dan sikap nasionalisme warga negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Skema kerangka berpikir
Wawasan kebangsaan
Pemutaran lagu-lagu perjuangan
Menumbuhkan sikap nasionalisme
Di wujudkan dalam perilaku
Sekolah Keluarga
Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian, dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di SMA
Negeri 1 Boyolali yang beralamat Jl. Kates no.8, Pulisen, Boyolali, Jawa Tengah.
Peneliti mengambil tempat penelitian pada sekolah tersebut dengan alasan :
1) Dari sekian banyak SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Boyolali, hanya
SMA Negeri 1 Boyolali tersebut yang menanamkan sikap nasionalisme
kepada siswanya melalui pemutaran lagu-lagu perjuanganIndonesia.
2) Di SMA Negeri 1 Boyolali telah memasukkan pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam proses pendidikan.
3) SMA Negeri 1 Boyolali merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) sehingga kualitas dari para siswanya berkompeten untuk
dijadikan objek penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan tujuh bulan yang akan dimulai pada bulan
Januari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Kegiatan tersebut dapat
digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
N
o Kegiatan
Tahun 2012
J
an
F
eb
M
ar
A
pr
M
ei
J
un
J
ul
1
. Pengajuan Judul
2
. Penyusunan Proposal
3
. Ijin Penelitian
4
. Pengumpulan Data
5
. Pengolahan data
6 Validasi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Metode dan Jenis Penelitian
1. Metode Penelitian
Sugiyono (2010 : 15 ) menyatakan bahwa :
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang menghasilkan
karya ilmiah dengan menggunakan atau meneliti data-data diskriptif berupa data-
data tertulis/lisan atau perilaku orang yang dapat diamati.
Terkait dengan itu, Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J.
Moleong (1995: 3) mendefinisikan, “Metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller yang di kutip Lexy J. Moleong
(1995: 3) mendefinisikan, “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”.
Penelitian ini bertujuan menganilisis proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan untuk memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap
proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali..
Sehingga metode penelitian ini adalah metode kualitatif.
2. Jenis Penelitian
Setelah menentukan pendekatan penelitian, maka selanjutnya akan
ditentukan tentang jenis penelitian yang dalam hal ini sangat penting untuk
dilakukan agar masalah yang diteliti dapat diungkap dan dipecahkan dengan
sistematis.
.
7
. Analisis Data
8
. Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang menggambarkan
suatu strategi dalam meningkatkan wawasan kebangsaan yang dilakukan dengan
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia. Penelitian ini juga akan
mendiskripsikan bagaiamana proses pemutaran lagu-lagu perjuangan tersebut
dalam menumbuhkan dan menanamkan sikap nasionalisme pada siswa SMA
Negeri 1 Boyolali.
C. Sumber Data
H.B. Sutopo (2002 : 50) menyatakan bahwa “Sumber data dalam
penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktifitas, tempat atau
lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”.
Sumber-sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
data yang berupa informan, hasil observasi dan dokumen atau arsip.
1. Informan
H.B. Sutopo (2002 : 50) mengatakan bahwa “Sumber data yang berupa
manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut informan”. Informan
sebagai sumber informasi bisa memberikan informasi mengenai sesuatu yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Berkaitan dengan itu di nyatakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif,
posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai
individu yang memiliki informasinya” (H.B. Sutopo, 2002: 50). Oleh karena itu
didalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami
posisi dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi
yang disebut data primer atau sering disebut sebagai informan kunci (key
informan).
Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
a. Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan RSMABI
SMA Negeri I Boyolali
b. Perwakilan guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali
c. Perwakilan siswa siswi SMA Negeri 1 Boyolali
Selanjutnya nama-nama informan dapat dilihat di lampiran 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa adalah deskripsi tentang suatu fenomena yang
meliputi dimana dan kapan suatu fenomena itu terjadi.
Tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Boyolali, karena di
sekolah tersebut terjadi fenomena pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia yang
dilaksanakan pada jam ke- 0 sampai jam ke- 1 sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulai.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010: 329), “Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu”. Jadi dokumen merupakan bahan tertulis yang berhubungan
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi yang di
simpan atau didokumentasikan seperti dokumen, data soft file, data otentik, foto
dan arsip lainnya yang berkaitan dengan wujud nasionalisme siswa dan pemutaran
lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali yang dapat digunakan
sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh dalam kegiatan wawancara dan
observasi.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia yang berwujud:
1) VCD
2) Kaset Pita
3) MP3 (soft file)
b. Foto yang menggambarkan kegiatan pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia
c. Foto kegiatan siswa.
D. Teknik Sampling
Sampel dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting dalam
memperoleh data dan bahan pengolahan data. Menurut Sugiyono ( 2010 : 217 )
“Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel”. Dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan
pertimbangan sesuatu hal.
Menurut Lexy J. Moleong (1995: 165-166) Sampel bertujuan (purposive
sampling) dapat ditandai dengan beberapa ciri-ciri, yakni “Rancangan sampel
yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari
sampel, pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rancangan sampel yang muncul
Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan
Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila
pemilihan satuan sampel dilakukan, jika satuan sebelumnya sudah dijaring
dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas
informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat
dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan informasi yang ditemui.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel
Pada mulanya setiap sampel sama kegunaannya, namun sesudah semakin
banyak informasi yang masuk dan semakin mengembangkan hipotesis kerja,
ternyata bahwa sampel semakin dipilih atas dasar fokus penelitiannya.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan
Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh
pertimbangan informasi yang diperlukan. Jadi, kuncinya disini ialah jika
sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah
harus dihentikan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini cenderung memilih
informasi dari orang-orang yang dijadikan informan kunci (key informan) yang
dapat dipercaya.
Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah
a. Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan RSMABI
SMA Negeri I Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dalam kaitannya dengan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia,
wakil kepala sekolah urusan kesiswaan merupakan pihak yang memiliki
tugas dan yang bertanggung jawab dalam proses pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia.
b. Perwakilan guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali
Dari seluruh guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali diambil
beberapa guru saja sebagai sampel dengan pertimbangan guru tersebut
memiliki kriteria dalam memberikan informasi, sehingga dapat mewakili
dari semua guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali.
c. Perwakilan siswa siswi SMA Negeri 1 Boyolali
Dari seluruh siswa SMA Negeri 1 Boyolali diambil beberapa siswa saja
sebagai sampel dengan pertimbangan siswa yang diambil bisa mewakili
seluruh populasi siswa yang akan diteliti dalam memberikan informasi.
E. Pengumpulan Data
Sugiyono (2010: 308) mengatakan “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data”.
Teknik pengumpulan data ini sebagai cara operasional yang ditempuh
oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Berhasil tidaknya suatu
penelitian dapat bergantung pada data yang diperoleh. Oleh karena itu sangat
perlu diperhatikan teknik pengumpulan data yang dipergunakan sebagai alat
pengambil data.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Wawancara
Sugiyono ( 2010 : 317) mengatakan bahwa “Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam”.
Menurut Esterberg ada beberapa macam wawancara yaitu :
a. Wawancara terstruktur (Structured interview)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh
b. Wawancara semi terstruktur (Semistructure interview)
Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya.
c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara yag bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2010 : 32)
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara semi terstruktur.
Artinya dalam wawancara ini menggunakan pedoman wawancara tetapi ada
umpan balik dari responden yang dirasa perlu ditanyakan peneliti, sehingga
peneliti bisa menanyakan kepada informan walaupun didalam pedoman
wawancara tidak ada pertanyaannya. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
terhadap beberapa siswa dan guru SMA Negeri 1 Boyolali.
Pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran 2, Serta petikan hasil
wawancara dapat dilihat di lampiran 3.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut pendapat H.B.
Sutopo (2002 : 64) “Teknik observasi digunakan untuk menggali data yang
berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekanan gambar”.
Sedangkan Nasution mengatakan bahwa “ Observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan” (Sugiyono, 2010 : 310).
Sanafah Faisal menyatakan bahwa “Ada 3 macam observasi yaitu
observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-
terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi
yang tak berstruktur (unstructured observation)” (Sugiyono, 2010 : 310).
Penelitian ini menggunakan teknik observasi terus terang dan tersamar
(overt observation and covert observation) yaitu peneliti dalam pengumpulan
data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang masih
dirahasiakan. Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengamati dan
mencatat kegiatan-kegiatan yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali baik kegiatan
belajar mengajar maupun kegiatan pendukung lainnya. Selain itu peneliti juga
mengambil foto kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar, upacara dan
kegiatan lainya dalam lingkungan sekolah yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
3. Analisis Dokumen
Menurut Lexy J. Moleong (1995: 161) “Dokumen ialah setiap bahan
tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik”.
Sementara itu Sugiyono (2010: 329) menyatakan bahwa: “Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan
seperti dokumen, data soft file, data otentik, foto dan arsip lainnya yang dapat
digunakan sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh dalam kegiatan
wawancara dan observasi.
Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia yang berwujud:
1) VCD
2) Kaset Pita
3) MP3 (soft file)
b. Foto yang menggambarkan kegiatan dalam pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia
c. Foto kegiatan siswa.
Daftar koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat dilihat di lampiran 4.
F. Uji validitas Data
Sugiyono (2010: 363) mengartikan “Validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan
oleh peneliti”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berkaitan dengan itu, dinyatakan bahwa “Uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck”. (Sugiyono, 2010: 368)
Sugiyono (2010 : 373-374) membagi jenis triangulasi menjadi 3 yaitu :
“Triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu”.
Hal tersebut dapat dijelaskansebagai berikut:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi ini untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi ini untuk menguji kredibilitas data dengan sumber dan
teknik sama tetapi dalam waktu yang berbeda”.
Untuk penelitian ini menggunakan triangulasi sumber untuk memastikan
kevaliditasan data maka peneliti mengecek data dari sumber satu dengan sumber
yang lain. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih trianggulasi data atau
sumber adalah untuk menutup kemungkinan adanya kekurangan data dari salah
satu sumber sehingga dapat dilengkapi dengan data dari sumber yang lain.
Peneliti memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk
menggali data yang sejenis. Sumber data yang dimaksud meliputi informan,
tempat dan peristiwa, serta dokumen.
G.Analisis Data
Dalam penelitian ini direncanakan menggunakan analisis data model
interkatif.
Miles dan Huberman mengemukakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Analisis data model interaktif adalah suatu analisis data yang terdiri empat
tahapan yang harus dilakukan, tahapan pertama adalah tahap pengumpulan
data, tahapan kedua adalah reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap
display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan.
(Haris Herdiansyah, 2010: 164)
Dari pengertian tersebut dapat diperoleh langkah-langkah analisis data
interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan
kesimpulan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang digunakan untuk
memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan
melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang
diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga
diperlukan analisis agar data menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi dari data mentah. Sugiyono ( 2010: 338 )
menjelaskan bahwa “ Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya”. Di penelitian ini mereduksi data berasal dari data-data
wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah dikumpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Sajian Data
Sajian data merupakan kumpulan dari beberapa informasi yang
memungkinkan menjadi kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan.
Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau skema, jaringan kerja
kegiatan dan tabel. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah
pemahaman informasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir
pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa
pengulangan dengan melihat dan mengecek kembali data mentah agar
kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan,
dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil
salah satu komponen saja. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari suatu
proses penelitian yang tidak dapat terpisahkan dari proses sebelumnya, karena
merupakan satu kesatuan.
Pada waktu pengumpulan data dibuat reduksi dan sajian data yang
kemudian menyusun rumusan pengertiannya secara singkat berupa pokok-pokok
temuan yang penting dan diikuti penyusunan sajian data agar menjadi lebih jelas
dipahami. Pada waktu pengumpulan data sudah terakhir, maka usaha yang
dilakukan adalah menarik simpulan dan verifikasi. Bila simpulan dirasa kurang
mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka
peneliti dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah
terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman
data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
Gambar 3. Komponen dalam analisis data (interactive model)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Tahap ini terbagi menjadi dua kegiatan meliputi :
a. Menyususun proposal penelitian, pengembangan pedoman
pengumpulan data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian
b. Mengurus perijinan penelitian
2. Pengumpulan Data
Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi :
a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi,
wawancara semi struktur, dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah
terkumpul
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan
Pengumpulan
Data
Verifikasi/penga
mbilan
kesimpulan
Reduksi
Data
Sajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3. Analisis Data
Tahap ini terbagi menjadi empat kegiatan meliputi :
a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross
check kan dengan temuan dilapangan
c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan
proses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan
orang yang dianggap lebih ahli
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian
4. Penyusunan Laporan Penelitian
Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi :
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan; dengan melakukan pengecekan ulang laporan yang
telah tersusun jika terdapat kekeliruan atau kesalahan untuk kemudian
dilakukan perbaikan laporan penelitian.
c. Penyusunan laporan akhir.
Untuk lebih jelasnya, prosedur penelitian ini dapat dibuat dalam sebuah bagan
sebagai berikut:
Penyusunan Proposal dan Ijin
Penelitian Pengumpulan Data
Analisis Data awal
Analisis Data Akhir
Penyusunan Laporan
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Boyolali
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Boyolali
Pada tahun 1958 di Kabupaten Boyolali telah terdapat dua buah sekolah
setingkat SLTP berstatus “ Negeri ” tetapi belum ada satupun sekolahan untuk
melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi bagi siswa-siswi lulusan kedua
sekolah tersebut. Dengan demikian para lulusan harus memilih antara putus
sekolah atau melanjutkan sekolah ke kota-kota lain, seperti Surakarta, Salatiga,
Jogjakarta dll. Realita inilah yang menjadi benih perhatian Kepala Daerah
Boyolali saat itu yakni Bapak M.S. Handjojo yang selanjutnya turut andil
memprakarsai dan mempersiapkan berdirinya sebuah sekolah setingkat SMA di
Boyolali.
Mengalirnya dukungan atas prakarsa Bapak M.S. Handjojo tersebut turut
memperlancar proses yang dicanangkan dan akhirnya diawali dengan
pembentukan sebuah panitia pendiri SMA Negeri 1 Boyolali dengan salah
seorang anggotanya ialah Bapak I.S. Siswosoebroto yang kala itu menjabat
sebagai Kepala SMP Negeri 1 Boyolali. Panitia ini bertugas mempersiapkan
persyaratan dan pelaksanaan pendaftaran calon siswa, sementara Bapak M.S.
Handjojo mengusahakan fasilitas gedung yang hendak digunakan kegiatan
belajar mengajar sementara.
Setelah selesainya pendaftaran calon siswa dan persiapan-persiapan lainnya,
barulah Bapak I.S. Siswosoebroto mengajukan persetujuan ke Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan Propinsi Jawa Tengah di Semarang. Berkat keuletan
beliau, persetujuan segera turun dengan SK Nomor 26/S.K/B.III yang berisi
persetujuan secara resmi dari Menteri Pendidikan untuk dibukanya sebuah SMU
di Boyolali yang dikenal dengan nama SMA Negeri ABC Boyolali terhitung
semenjak tanggal 1 Agustus 1958.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Untuk sementara waktu kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri ABC
yang baru tersebut diselenggarakan disebuah gedung di Jl. Merbabu No. 2
Boyolali. Gedung tersebut adalah bekas rumah dinas pejabat kontrolir yang
tidak terbakar habis sebagai akibat sistem bumi hangus pada saat terjadi Agresi
Militer Belanda II. Pada saat awal kemerdekaan gedung tersebut semula
disediakan untuk menampung para pengungsi dari lereng gunung Merapi,
apabila sewaktu-waktu gunung Merapi meletus. Hingga saat ini gedung tersebut
masih berdiri meskipun telah direnovasi dan digunakan sebagai kantor BP7 dan
BPD Jateng. Dan sekarang menjadi wisma Pemda Boyolali, SMA Negeri ABC
juga pernah menempati gedung di jalan Merapi yang sekarang digunakan
sebagai Kantor Bank Guna Daya.
Setelah mendapat SK dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
Propinsi Jawa Tengah, SMA Negeri ABC segera memulai kegiatannya,
tepatnya pada tanggal 21 Agustus 1958 dan diresmikan pada tanggal 22
September 1958 oleh Bapak Ali Marsaban, seorang putera daerah yang menjabat
sebagai Inspektur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan di Jakarta dan Boyolali.
SMA Negeri ABC Boyolali memulai kegiatan belajar mengajar dengan
siswa yang terbagi dalam tiga kelas, yang mana masing-masing satu kelas untuk
kelas A, kelas B dan kelas C. Para siswa tampak sangat gagah dengan
berseragam sekolah di bawah kepemimpinan Bapak R. Soebadar (alm), selaku
kepala Sekolah yang berasal dari SMA Negeri 1 Surakarta. Sejak saat itulah
SMA Negeri ABC Boyolali terus berperan aktif sebagai sebuah institusi
pendidikan guna mencetak generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur,
berakhlak mulia ,dan berpengetahuan luas yang handal dan kompetitif.
Selama kurun waktu 53 tahun SMA Negeri 1 Boyolali dalam proses
perkembangannya mengalami tiga kali perubahan nama, yaitu pada saat
berdirinya bernama SMA ABC Boyolali, pada tahun 1962 menjadi SMA Negeri
Boyolali, pada tahun 1993 menjadi SMA Negeri 1 Boyolali, dan pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
1996 menjadi SMU Negeri 1 Boyolali sampai tahun 2004, dan kembali lagi
menjadi SMA Negeri 1 Boyolali sampai tahun 2012 ini.
1) Kepala Sekolah
Dari awal berdirinya sampai Tahun 2012 SMA Negeri 1 Boyolali telah
mengalami pergantian duabelas orang Kepala Sekolah, yaitu Bp. R. Soebadar
(alm), Bp. Soewito, BA (alm), Bp. Soepono, BA (alm), Bp. Engan Hermanto
(alm), Bp. Soedarno, BA, Bp. Soelaiman HS (Alm), dan Ibu Sri Muryati, S.Pd.,
Bp. Basoeki, S.Pd, Bp. Drs. Marsum M. Dahlan, dan Bp.Drs. Sumarno,M.Pd.,
Bp.Drs. Hardiman, MH, Bp. Drs. Suranto, M.Pd serta Bp.Drs Agung Wardoyo.
Beliaulah yang secara gigih memperjuangkan aspirasi warga Boyolali untuk
memiliki SMA Bertaraf Internasional. Kepala Sekolah tersebut telah berhasil
memberi warna sekolah yang dipimpin sehingga selalu tampil di jajaran paling
depan dalam pendidikan. Masing-masing memiliki ciri khas yang patut diteladani
oleh guru dan siswa SMA N 1 Boyolali, yaitu tidak pernah berhenti untuk belajar,
jujur, sabar, disiplin yang tinggi, selalu berhasil dalam diplomasi dan giat
membangun dan yang menjabat Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali saat ini
adalah serta Bp.Drs Agung Wardoyo.
2) Perkembangan SMAN 1 Boyolali
Perkembangan SMAN 1 Boyolali yang begitu pesat mengantarkan SMA ini
menjadi salah satu sekolah yang berstatus Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (
RSKM ) yang mana tidak semua sekolah bisa mendapatkan status ini. Status ini
didapat ketika lembaga ini dinahkodai oleh Bp. Drs. Sumarno, M.Pd. Belum
genap 1 Tahun Drs. Sumarno, M.Pd memimpin sekolah ini, yang berarti juga
Program RSKM belum sampai final, beliau beralih tugas ke Pendidikan
Menengah Umum (Dikmenum), dan estafet kepemimpinan oleh Pemerintah
Daerah dipercayakan pada Drs. Hardiman, MH. Berkat kerja keras kepala sekolah
yang didukung oleh semua pihak, baik guru, karyawan, Komite Sekolah, orang
tua/wali murid, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah, maka impian dan
aspirasi warga Boyolali yang menginginkan adanya SMA Bertaraf Internasional
telah terkabulkan. Dengan demikan para orang tua yang semula anaknya belajar di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
SMPN 1 dan SMPN 2 Boyolali yang telah lebih dulu melaksanakan program
RSBI akan berkelanjutan tanpa harus melanjutkan keluar daerah seperti Surakarta,
Salatiga dan lain-lain. Walaupun begitu bukan berarti R-SMA-BI SMA Negeri 1
Boyolali hanya diperuntukkan secara eksklusif bagi lulusan SMP RSBI. Siswa
lulusan dari SMP/MTs manapun terbuka lebar untuk belajar di SMAN 1 Boyolali
sepanjang lolos/memenuhi syarat setelah mengikuti serangkaian tes masuk sesuai
standar RSMABI. Dengan prestasi sekolah seperti inilah, SMAN 1 Boyolali
mendapatkan kado yang sangat dapat dibanggakan.
Pada Hari Ulang Tahun SMA Negeri 1 Boyolali yang ke 51 ini dimeriahkan
dengan pemecahan rekor MURI berupa Replika Lele Terbesar dengan
menempelkan lele sebanyak 8 kuintal oleh 51 siswa dalam waktu 51 menit, dan
pada hari ulang tahun ini dihadiri oleh Mantan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
yang saat ini Menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Indonesia
Bersatu, beliau bernama Ir. DJoko Kirmanto, Dipl.HE.
Santernya kabar yang beredar di sebagian masyarakat, bahwa untuk masuk di
SMAN 1 Boyolali pada Tahun Pelajaran 2009/2010 para orang tua siswa harus
membayar kurang lebih Rp. 10.000.000,00 sangat terasa pada saat musim
pendaftaran merupakan berita yang sungguh jauh dari kenyataan. Yang
sebenarnya terjadi penarikan dana pengembangan berlangsung sangat
kekeluargaan dan demokratis dengan meminta persetujuan calon orang tua/wali.
Angkanya pun hanya kurang lebih 20% dari kabar yang beredar (sekitar dua
jutaan). Begitupun kabar bahwa setiap peserta didik baru diwajibkan memiliki
laptop, apalagi pengadaannya dikelola oleh sekolah sama sekali tidak benar.
Sesuai pesan yang diberikan Dirjen ketika memberikan sosialisasi, bahwa
RSMABI tidak boleh menjadi sekolah yang eksklusif yang hanya bisa dimasuki
oleh anak-anak dari keluarga berada.
3) Profil Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Boyolali
NSS : 301030905001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Alamat Sekolah : Jl. Kates no.8 Boyolali
Desa : Pulisen
Kecamatan : Boyolali Kota
Kabupaten : Boyolali
Provinsi : Jawa Tengah
Website : www.sman1-boyolali.com
E-mail : sma1_rsbi@yahoo.co.id
Nomor Telepon : (0276) 321059
Badan penyelenggara : Mendikbud RI
Status sekolah/ jenjang akreditasi : SMA Negeri
Surat Direktur Jendral Pendidikan : No.26/S.K/B.III
Tahun Berdiri : 1958
SK pertama Depdikbud RI : 21 Agustus 1958.
Nama Kepala Sekolah : Drs. Agung Wardoyo
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Boyolali terletak di Jalan Kates No.8
Boyolali. Hingga saat ini Sekolah ini merupakan satu – satunya Rintisan Sekolah
Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) yang berada di kabupaten
Boyolali. Untuk program RSMABI tersebut sekolah telah melalui tahun ke
duanya. Jadi telah ada 3 tingkatan kelas dengan standar internasional, yaitu kelas
X sebanyak 9 (X1 s.d. X9), kelas XI sebanyak 8 (XI IPA1 s.d. XI IPA 6 serta XI
IPS 1 s.d. XI IPS 2) dan XII IPA1 s.d. XII IPA6 serta XII IPS1 s.d XII IPS 2 .
Dengan ditunjang tenaga pendidik 30 % berjenjang pendidikan S2. Selain itu
juga terdapat pemberdayaan tenaga kependidikan untuk menguasai dan
membiasakan berbahasa Inggris terutama sebagai pengantar dalam kegiatan
belajar mengajar (Bilingual) serta Bintek Mata Pelajaran.
4) Denah Gedung SMA Negeri 1 Boyolali
Denah dari gedung SMA Negeri 1 Boyolali dapat dilihat di lampiran 5.
5) Struktur Organisasi SMA N 1 Boyolali
Sekolah merupakan salah satu instansi formal. Sebagai suatu instansi formal
maka sekolah perlu dibentuklah suatu struktur organisasi yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menunjukkan kedudukan, tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab tiap
anggota organisasi. Berikut ini adalah struktur organisasi SMA N 1 Boyolali :
Gambar 5. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Boyolali
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Boyolali
Setiap sekolah pasti memiliki visi, misi dan tujuan tertentu yang akan
menjadi patokan seluruh elemen pembelajaran dalam bertindak, sehingga
dapat terus meningkatkan mutu sekolah dari waktu ke waktu. Adapun visi
dan misi SMA Negeri 1 Boyolali, sebagai berikut:
1) Visi
Terwujudnya sekolah yang berkualitas dan berprestasi dengan kompetensi
bertaraf internasional berdasarkan iman dan takwa.
2) Misi
Untuk mewujudkan visi di atas maka SMA Negeri 1 Boyolali mempunyai
misi, sebagai berikut:
a) Mewujudkan percapaian sekolah yang berkualitas dan berprestasi sesuai
dengan standar nasional pendidikan
b) Mewujudkan sekolah berkualitas internasional melalui pembelajaran dan
bimbingan yang efektif, kreatif, inovatif dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat serta perguruan tinggi
Kepala Sekolah (Drs. Agung Wardoyo)
Komite sekolah (Suharkim S.Pd)
Kepala Tata Usaha (Tri Nasi)
Wk.Ur.Kurikulum
Dra. Sukamti M.Pd
Wk. Ur. Sarpas
Drs. Badrun
Wk. Ur. Kesiswaan
Jumadi S.Pd
Wk. Ur.Humas
Drs. Munjari
Koordinator BP
Guru
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c) Mewujudkan prestasi sekolah di bidang akademik maupun non
akademik bertaraf internasional
d) Mewujudkan sekolah yang memiliki kompetensi akademik dalam bidang
ICT dan dapat bersaing secara internasional
e) Mewujudkan sekolah sebagai insan yang memiliki keimanan dan
ketakwaan yang tangguh di era globalisasi
f) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan
internasional.
c. Fungsi dan Tugas Sekolah serta Pengelola Sekolah
1) Fungsi Dan Tugas Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai unit
pelaksana teknis pendidikan formal, secara garis besar mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
a) Melaksanakan pendidikan formal selama jangka waktu tertentu sesuai
dengan jenis, jenjang dan sifat sekolah tersebut.
b) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
c) Melaksanakan urusan Tata Usaha dan urusan rumah tangga sekolah.
d) Membina kerjasama dengan orang tua masyarakat dan dunia usaha.
e) Membina organisasi siswa intra sekolah (OSIS).
f) Bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
Nasional.
2) Fungsi Dan Tugas Pengelola Sekolah
a) Kepala Sekolah
Dalam melaksanakan peran / fungsinya kepala sekolah melaksanakan
tugas yang banyak dan kompleks yaitu:
(1) Dalam perannya sebagai pendidik, kepala sekolah bertugas
membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti
perkembangan IPTEK dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(2) Dalam perannya sebagai manager, kepala sekolah bertugas menyusun
program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakkan staf,
mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan.
(3) Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas mengelola
administrasi, kegiatan belajar mengajar dan bimbingan konseling,
kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, persuratan,
dan urusan rumah tangga sekolah.
(4) Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas menyusun program
supervise pendidikan, memanfaatkan hasil supervise.
(5) Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertugas menyusun dan
mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil
keputusan, melakukan komunikasi.
(6) Sebagai pembaharu, kepala sekolah bertugas mencari dan melakukan
pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru, staf dan orang
tua untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap
pembaharuan yang ditawarkan.
(7) Sebagai pembangkit minat (motivator), kepala sekolah bertugas
menkondisikan lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip
penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik.
b) Wakil Kepala Sekolah
Pada dasarnya tugas dan tanggung jawab wakil kepala sekolah adalah
hampir sama dengan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah tidak dapat hadir
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka kewajibannya
dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah.
(1) Koordinator Wakasek
(a) Mewakili tugas kepala sekolah secara langsung.
(b) Mengkoordinasi tugas wakasek yang lain.
(2) Wakasek Kesiswaan
(a) Menyusun program pembinaan kesiswaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(b) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan
siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah
serta pemilihan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
(c) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.
(d) Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala
dan insidental.
(e) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan,
ketertiban, kerindangan, keindahan, kekeluargaan.
(f) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa
penerima beasiswa.
(g) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam
kegiatan di luar sekolah.
(h) Mengatur mutasi siswa.
(i) Menyusun program kegiatan ekstra kurikuler.
(j) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.
(3) Wakasek Kurikulum
(a) Menyusun program pengajaran.
(b) Menyusun Pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
(c) Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan umum serta ujian
akhir.
(d) Menerapkan kriteria persyaratan naik atau tidak naik dan kriteria
kelulusan.
(e) Mengatur jadwal penerimaan buku Laporan Penilaian Hasil Belajar
dan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).
(f) Mengkoordinasi dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.
(g) Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran.
(h) Membina kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
(i) Membina kegiatan sanggar Pusat Kegiatan Guru (PKG) atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau media.
(j) Melaksanakan pemilihan guru teladan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(k) Membina kegiatan lomba-lomba bidang akademis seperti Lomba
Penelitian Imiah Remaja (LPIR), Lomba Karya Ilmiah Remaja
(LKIR), Olimpiade Sain Nasional (OSN), Test of English as a
Foreign Language (TOEFL), mengarang dan lain-lain.
(4) Wakasek Humas
(a) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang
tua atau wali murid.
(b) Membina hubungan antara sekolah dengan komite sekolah.
(c) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan
lembaga pemerintah dan lembaga sosial lainnya.
(d) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara
berkala.
(5) Wakasek Sarana dan Prasarana
(a) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah.
(b) Merencanakan Rencana Anggaran Pemasukan dan Belanja Sekolah
(RAPBS).
(c) Mengkoordinasi pendayagunaan sarana dan prasarana.
(d) Pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran.
(e) Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara
berkala.
c) Karyawan / Tata Usaha Sekolah
Kepala unit tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan
ketatausahaan sekolah, meliputi :
(1) Menyusun program tata usaha sekolah.
(2) Mengelola keuangan sekolah.
(3) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa.
(4) Membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha.
(5) Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
(6) Menyusun dan penyajian data atau statistic sekolah.
(7) Mengkoordinasi dan melaksanakan keamanan, kebersihan, ketertiban,
kerindangan, keindahan, kekeluargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(8) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan
secara berkala
d) Sie Perpustakaan
(1) Merencanakan pengadaan buku atau bahan pustaka atau media
elektronika.
(2) Mengurus layanan perpustakaan.
(3) Memelihara dan perbaikan buku-buku atau bahan pustaka atau media
elektronika.
(4) Menyimpan buku-buku perpustakaan atau media elektronika.
(5) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.
e) Sie Bimbingan dan Penyuluhan
(1) Menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling.
(2) Melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
(3) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar.
(4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa agar dalam
memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan
pekerjaan yang sesuai.
(5) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.
(6) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling.
(7) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.
(8) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan
konseling.
(9) Mengikuti kegiatan musyawarah guru pembimbing.
(10) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
f) Wali Kelas
Wali kelas sekaligus sebagai pembantu pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan (BP) bertanggung jawab atas pengelolaan kelas baik teknik
administrasi maupun segi edukatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(1) Pengelolaan kelas.
(2) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi:
(a) Denah tempat duduk siswa.
(b) Papan absen siswa.
(c) Daftar pelajaran kelas.
(d) Daftar piket kelas.
(e) Buku absensi siswa.
(f) Buku kegiatan pembelajaran atau buku kelas.
(g) Tata tertib kelas.
(3) Penyusunan atau pembuatan statistik bulanan siswa.
(4) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.
(5) Pembuatan catatan khusus tentang siswa.
(6) Pencatatan mutasi siswa.
(7) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar.
(8) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.
g) Guru Bidang Studi
(1) Membuat perangkat program kerja.
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
(3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar.
(4) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian.
(5) Menyusun dan melaksakan program perbaikan dan pengayaan.
(6) Mengisi daftar nilai siswa.
(7) Melaksanakan kegiatan pengimbasan pengetahuan kepada guru lain
dalam kegiatan PBM.
(8) Membuat alat pelajaran atau alat peraga.
(9) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum.
(10) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.
(11) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni.
(12) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
(13) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum.
h) Guru Jaga/Piket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Bertanggung jawab atas terselengaranya tata tertib pelajaran sehari-hari
dengan melaksanakan langkah-langkah :
(1) Siaga di sekolah sebelum pelajaran dimulai sampai pelajaran berakhir
(2) Mengisi dan atau menertibkan jam kosong dengan catatan tidak
diperkenankan mengajukan jam pelajaran
(3) Menyelenggarakan presensi guru
(4) Membantu Kepala Sekolah dalam menghadapi problematika sekolah
antara lain perkelahian, ancaman, siswa bolos, dll
Daftar guru SMA N 1 Boyolali disajikan dalam Lampiran 6.
B. Diskripsi Hasil Penelitian
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Strategi peningkatan
wawasan kebangsaan melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam
menanamkan sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Untuk
mempermudah pengkajian permasalahan maka penulis memilih data yang benar-
benar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data-data
tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang ditentukan.
1. Proses Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam Meningkatkan
Wawasan Kebangsaan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
a. Latar Belakang Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Perkembangan informasi dan era globalisasi yang mulai merebak di
kalangan remaja sekarang ini menjadi perhatian serius bagi generasi muda. Hal
ini disebabkan dukungan alat komunikasi yang semakin canggih dan
mudahnya akses transportasi yang semakin berkembang dirasakan membuat
jarak antara negara satu dengan negara-negara yang lain hampir tidak ada,
sehingga perubahan kebudayaan karena mudahnya akulturasi budaya sangat
sulit untuk dihindari.
Akulturasi budaya itu sendiri seperti dua mata pisau yang memiliki sisi
negatif dan sisi positif. Apabila akulturasi memiliki sisi positif, maka akan
memberikan keuntungan bagi bangsa dan negara. Tetapi sebaliknya apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
akulturasi budaya itu yang menonjol adalah sisi negatif maka akan merugikan
bangsa itu sendiri. Salah satu dampak dari akulurasi budaya yang menjadi
masalah adalah minatnya para masyarakat terhadap budaya musik populer
seperti jazz, rock, reggae, disco dan pop yang berakibat menurunnya minat
masyarakat terutama para remaja terhadap lagu-lagu perjuangan Indonesia.
Berikut ini hasil wawancara tentang latar belakang pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia dengan Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah
urusan kesiswaan, yaitu sebagai berikut :
Pada dasarnya hal yang melatar belakangi pihak sekolah memutarkan
lagu-lagu perjuangan Indonesia, yang pertama tentunya untuk
menumbuhkembangkan karakter kebangsaan pada anak dan rasa cinta
tanah air, yang kedua itu karena dirasa mulai lunturnya penghafalan
lagu-lagu perjuangan pada anak, selanjutnya yang ketiga adalah
kurangnya minat siswa pada lagu-lagu perjuangan Indonesia, dan yang
terakhir kenyataan siswa lebih sering memutar lagu-lagu modern, pop,
rock, underground dan dangdut. (wawancara: Rabu, 16 Mei 2012)
Sementara itu bapak Panut selaku guru mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan mengatakan bahwa :
Adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1
Boyolali dikarenakan sekolah merasa prihatin untuk anak-anak jaman
sekarang nilai nasionalismenya menurun tidak seperti di tahun 1990-an.
Hal ini mungkin dikarenakan perkembangan Iptek yang terlalu
mempengaruhi pola hidup anak-anak jaman sekarang. Atas dasar itulah
sehingga sekolah dirasakan perlu membangkitkan rasa nasionalisme
melalui lagu-lagu perjuangan Indonesia. (wawancara: Senin, 21 Mei
2012)
Hal serupa disampaikan oleh bapak Setyo Budi yang juga merupakan
guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menyatakan
bahwa: “Siswa sekarang lebih minat pada lagu-lagu Pop, Rock, Underground
dan yang lainnya sehingga mereka tidak hafal dengan lagu-lagu perjuangan
karena tidak memilki minat” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Menurut bapak
Setyo Budi “Dikarenakan sekarang para remaja kurang minat dengan lagu-lagu
perjuangan maka wajar apabila rasa semangat kebangsaan mereka luntur, maka
dari itulah sekolah memutarkan lagu-lagu agar timbul minat siswa tehadap
lagu-lagu perjuangan”. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang
melatarbelakangi adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA
Negeri 1 Boyolali adalah sekolah merasa perlu membangkitkan sikap
nasionalisme siswa, karena siswa sekarang kurang minat dengan lagu-lagu
perjuangan Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dari para siswa, kebanyakan
menganggap bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dikarenakan
kurangnya minat siswa terhadap lagu-lagu perjuangan Indonesia.
Salah satunya adalah Ranu Wibisono siswa kelas X5 yang menyatakan
bahwa “Melihat anak muda sekarang kurang menyukai lagu-lagu perjuangan,
mereka lebih suka lagu-lagu yang cinta-cintaan yang intinya luapan
perasaan”(wawancara: 19 Mei 2012). Hal tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara bersama bagas Kuncoro Aji siswa kelas X5 yang menyatakan
bahwa “Anak jaman sekarang itu kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan.
Minatnya dengan musik jaman sekarang seperti Underground, girlband,
cerybell, smash , metal”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara
dengan Wakhid Nur Rohman siswa kelas XI IPA 1, Anzhila Rahma Arifana
siswa Kelas XI IPA 5 dan Bayu Eka Yudha Siswa kelas XII IPA 6.
Wakhid Nur Rohman menyatakan bahwa “Di jaman sekarang itu para
generasi muda lebih menyukai lagu-lagu rock, kadang budaya Indonesia atau
lagu Indonesia ditinggalkan, jadi pihak sekolah ingin para siswanya tahu
budaya Indonesia dan rasa nasionalismenya itu bangkit kembali” (wawancara:
Sabtu, 19 Mei 2012). Kemudian menurut Anzhila Rahma Arifana “Jaman
sekarang kan anak-anak kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia,
tetapi lebih minat terhadap Boyband, Girlband dan musik jaman sekarang
lainnya” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Hal tersebut dipertegas oleh Bayu
Eka Yudha yang menyatakan bahwa “Alasan sekolah memutarkan lagu-lagu
perjuangan Indonesia karena karena anak remaja jaman sekarang kurang minat
dan lupa dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia”. (wawancara: Senin, 21 Mei
2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dengan demikian, kurang minatnya anak muda terhadap lagu
perjuangan Indonesia sendiri disebabkan dua faktor yaitu: pertama, anak muda
sekarang lebih suka lagu yang bertema percintaaan yang intinya luapan
perasaan bukan bertema perjuangan dan yang kedua anak muda sekarang tidak
suka sesuatu yang monoton tetapi lebih menyukai hal yang baru seperti variasi
aliran musik seperti pop, jazz, rock dan lain sebagainya.
Berdasarkan berbagai pendapat siswa di atas dapat disimpulkan bahwa
yang melatarbelakangi adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di
karenakan siswa sekarang kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan
Indonesia sehingga perlu dikenalkan dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia.
b. Tujuan Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Selain hal yang melatarbelakangi adanya pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali, tentu saja ada tujuan yang
hendak dicapai atau diinginkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan kegiatan
wawancara yang telah dilakukan dengan guru kebanyakan tujuan diadakannya
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah menumbuhkan sikap
nasionalisme pada siswa.
Dalam kaitannya dengan tujuan adanya pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali bapak Jumadi mengemukakan
bahwa “Tujuan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan di SMA Negeri 1
Boyolali ini adalah untuk menumbuhkembangkan rasa kebangsaan pada siswa,
agar siswa lebih semangat”. (wawancara: Rabu, 16 Mei 2012)
Kemudian bapak Panut menyatakan bahwa “Tujuan utamanya adalah
membangkitkan rasa nasionalisme siswa” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012).
Sedangkan menurut bapak Ragil yang merupakan guru mata pelajaran Biologi
“Tujuannya adalah agar para siswa itu mengerti dan tahu isi dari lagu-lagu
perjuangan Indonesia agar kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012).
Sementara itu bapak Setyo Budi menyatakan bahwa “Tujuannya secara
umum adalah menumbuhkan rasa semangat kebangsaan pada siswa yang mulai
luntur, sehingga dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mengingatkan siswa pada perjuangan para pahlawan yang terdahulu”
(wawancara: 21 Mei 2012). Kemudian bapak Ragil menyatakan bahwa
“Tujuan lainnya adalah agar siswa itu teringat para pahlawan dan mencontoh
pahlawan yang terdahulu yang dengan semangat memperjuangkan bangsa
Indonesia”. (wawancara: 21 Mei 2012).
Berdasarkan pendapat guru di atas disimpulkan bahwa tujuan pihak
sekolah dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA
Negeri 1 Boyolali adalah Untuk lebih mengenalkan siswa kepada lagu-lagu
perjuangan Indonesia sehingga siswa tahu liriknya, kemudian memahami dan
menghayati lirik dari lagu-lagu Perjuangan tersebut agar tumbuh rasa
kebangsaan atau sikap nasionalisme.
Demikian pula dengan hasil kegiatan wawancara kepada siswa dalam
kaitannya dengan tujuan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di
SMA negeri 1 Boyolali kebanyakan menganggap tujuan utamanya agar para
siswa memiliki sikap nasionalisme yang kuat.
Bagas Kuncoro Aji menyatakan bahwa “Tujuannya yaitu untuk
menumbuhkan rasa kebangsaan dan supaya teman-teman lebih suka dengan
lagu-lagu perjuangan, bukan hanya menyukai lagu-lagu jaman sekarang yang
hanya mementingkan seni dan cenderung melupakan para pahlawannya”
(wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Demikian pula menurut Fita Nafisa yang
merupakan siswa kelas XI IPA 3 “Intinya bertujuan menumbuhkan rasa
nasionalisme dan mengenalkan ini lho lagu-lagu perjuangan Indonesia.
(wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012).
Demikian pula Nurul Fadhilah siswa kelas XI IPA 3 menyatakan bahwa
“Untuk menumbuhkan sikap nasionalisme dan mengingat serta mencontoh
perjuangan para pahlawan yang telah berjuang” (wawancara: Sabtu, 19 Mei
2012). Sedangkan menurut Rizka Yusrina siswa kelas XI IPS 2 “untuk
menanamkan nilai nasionalisme pada siswanya. Selain itu sekolah ini kan
menyiapkan generasi masa depan, sehingga sekolah menyiapkan generasi yang
akan datang yang memiliki sikap nasionalisme”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei
2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan pendapat siswa di atas kesimpulan yang diambil tidak jauh
berbeda dengan pendapat guru, bahwa tujuan dari pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali adalah untuk lebih
mengenalkan siswa kepada lagu-lagu perjuangan Indonesia agar siswa hafal
dan menyanyikannya sehingga dapat tertanam rasa kebangsaan pada siswa
yang merupakan generasi penerus.
c. Pelaksanaan Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Di SMA
Negeri 1 Boyolali
Pemutaran lagu-lagu perjuangan di SMA Negeri 1 Boyolali
dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu pada jam ke-0
sampai dengan jam ke-1 yaitu jam 06:30 – 07:00 sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai. Sedangkan di hari Jum’at tidak ada pemutaran lagu-lagu
perjuangan karena diganti dengan pemutaran lagu-lagu yang bernuansa rohani.
Bapak Jumadi menyatakan bahwa “Pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia setiap hari dari jam 06:30 - 07:00 WIB sebelum pelajaran dimulai,
kecuali ada test, acara penting dan hari jum’at. Karena pada hari jum’at yang
diputar adalah lagu-lagu rohani” (wawancara: 16 Mei 2012). Demikian pula
menurut bapak Ragil “Pemutaran dilakukan sebelum kegitan belajar mengajar
dimulai, yaitu dari jam ke-0 sampai jam ke-1, biasanya mulai pukul 06:30
WIB”.(wawancara: 21 Mei 2012)
Demikian pula dengan hasil wawancara terhadap siswa berkaitan
dengan pelaksanaan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia, menurut
Wakhid Nur Rohman “Setiap hari jam 06:30-07:00 (bel masuk), selain hari
Jum’at karena hari Jum’at itu identik suasana rohani” (wawancara: 19 Mei
2012). Sedangkan menurut Bayu Eka Yudha “Setiap hari jam 06:30-07:00
ketika siswa tiba di sekolah”.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia oleh pihak sekolah yang
pelaksanaannya berpusat di ruang wakasek, dilaksanakan setiap hari dari jam
ke-0 sampai dengan jam ke-1 atau sekitar jam 06:30 - 07:00 WIB sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
pelajaran di mulai, kecuali ada test, acara penting dan hari Jum’at. Karena
pada hari Jum’at yang diputar adalah lagu-lagu rohani dan dilakukan terus
menerus sehingga menjadi rutinitas dalam lingkungan SMANegeri 1 Boyolali.
Berdasarkan dokumen yang didapat, terdapat koleksi lagu-lagu
perjuangan Indonesia yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Boyolali berupa VCD,
kaset pita dan soft file. Dan dari sekian banyak koleksi lagu-lagu perjuangan
yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali yang sering diputar antara lain: Indonesia
raya, syukur, satu nusa satu bangsa, bagimu negeri, garuda Pancasila, halo-halo
bandung, maju tak gentar, berkibarlah benderaku, dan berkibarlah benderaku.
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap
Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, yaitu
pendidikan tidak hanya membentuk insan siswa yang cerdas, namun juga
berkepribadian dan berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur
bangsa serta agama. Untuk mewujudkan hal tersebut maka siswa sebagai
penerus bangsa harus berperilaku baik dan berdasarkan pada nilai-nilai
kebangsaan.
Generasi muda adalah harapan suatu bangsa. Suatu bangsa akan
menjadi lebih besar di mata dunia jika generasi muda sebagai generasi penerus
memiliki kecerdasan yang mumpuni yang mampu memberikan kreasi dan
inovasi yang dapat memajukan bangsanya. Akan tetapi akan menjadi percuma
jika kecerdasan generasi penerus itu tidak diimbangi dengan sikap
nasionalisme yang kuat terhadap bangsanya, bukannya berinisiatif untuk
memajukan bangsanya akan tetapi yang terjadi adalah generasi penerus
tersebut meyerang dan memberontak terhadap negaranya, baik dengan teror
maupun menjadi tenaga ahli bagi negara lain.
Nasionalisme merupakan suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan
seseorang terhadap negara dan bangsanya sehingga menimbulkan suatu
kesetiaan secara total yang diwujudkan dengan suatu pengabdian yang berguna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
bagi negara dan bangsanya. Sehingga apabila siswa telah memiliki sikap
nasionalisme sejak awal maka siswa akan beranggapan bahwa belajar bukanlah
kepentingan individu saja, akan tetapi dapat dikatakan sebagai suatu
pengabdian terhadap bangsanya. Hal tersebut dikarenakan siswa sebagai
generasi penerus adalah cerminan masa depan bangsa Indonesia, apabila rajin
belajar maka bangsa Indonesia ke depannya diisi oleh sumber daya manusia
yang cerdas dan maju. Sehingga bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan
menjadi negara maju.
Setiap sekolah pastinya ingin memiliki dan menghasilkan siswa yang
cerdas, berkepribadian baik dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat. Begitu
juga dengan SMA Negeri 1 Boyolali yang merupakan rintisan sekolah bertaraf
internasional. Meskipun bertaraf internasional, bukan berarti segala sesuatu
yang diberikan kepada siswanya harus serba internasional tetapi juga harus
memperhatikan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Sehingga dengan begitu
sekolah dapat menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi internasional dan
berkepribadian yang mengusung nilai luhur bangsa Indonesia dan yang
terpenting adalah mempunyai sikap nasionalisme yang kuat.
Melihat kondisi siswa yang semakin menipis sikap nasionalismenya.
pihak sekolah merasa prihatin dan berkeinginan untuk membangkitkan kembali
semangat kebangsaan siswa agar lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar di SMA Negeri 1 Boyolali. Adapun strategi yang digunakan
oleh pihak sekolah dalam membangkitkan nasionalisme para siswanya adalah
dengan memutarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia setiap hari sebelum jam
pelajaran dimulai.
a. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Dalam upaya membangkitkan nasionalisme pada diri siswa, sekolah
memutarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia setiap pagi sebelum jam
kegiatan belajar mengajar dimulai. Hal ini diharapkan mampu memberikan
suatu motivasi kepada siswa agar terpengaruh dan memiliki semangat
kebangsaan yang kuat dalam diri mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang pengaruh pemutaran
lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA
Negeri 1 Boyolali dengan bapak Jumadi yang menyatakan bahwa :
Adapun pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap
Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali pengaruhnya ke diri
siswa tentunya siswa akan terbiasa mendengar lagu-lagu perjuangan
Indonesia dan secara tidak langsung memahami dan menghafal lagu-
lagu tersebut, kemudian memahami maknanya sehingga rasa
nasionalisme dapat tertanam lewat itu. Kami yakin karena orang bisa
berubah sikap ketika telah memahami sesuatu, menghargai diawali
dengan mendengarnya kemudian dihafalkan, dinyanyikan, menghayati
dan selanjutnya dilakukan atau diwujudkan dengan perbuatan.
(wawancara: Rabu, 16 Mei 2012)
Sementara itu bapak Panut menyatakan bahwa:
Dengan siswa terbiasa mendengar dan tahu liriknya, kemudian
memahami isinya maka perilaku siswa dapat berubah menjadi lebih
baik, nasionalis dan berbakti pada negeri. Misalnya: Cinta sesama, hal
ini terlihat ketika siswa dan siswi SMA Negeri 1 Boyolali membuat
posko bencana sendiri tanpa perintah dari pihak guru ketika ada
bencana erupsi merapi kemarin. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012)
Berkaitan dengan keyakinan bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia berpengaruh terhadap nasionalisme siswa. Bapak Panut
menyatakan bahwa “Saya yakin, dengan siswa terbiasa mendengar, kemudian
tahu dan hafal liriknya pasti siswa akan memahami dan menghayati lirik
tersebut. Sehingga bukan tidak mungkin siswa akan lebih bersikap
nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari” (wawancara: Senin, 21 Mei
2012). Demikian pula menurut bapak Setyo Budi “Saya yakin dengan siswa
terbiasa mendengarkan, siswa akan tahu dan hafal liriknya kemudian
menyanyikan, memahami dan menghayati pesan yang terkandung di
dalamnya sehingga siswa bisa tahu mana yang harus diperbuat bagi
negaranya”. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah memiliki
keyakinan bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat
mempengaruhi sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali karena
apabila siswa terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
siswa akan tahu dan hafal liriknya. Setelah siswa tahu dan hafal kemudian
siswa akan menyanyikannya dan secara tidak langsung siswa akan dapat
memahami dan menghayati pesan yang disampaikan lagu-lagu perjuangan
tersebut sehingga siswa akan mengerti apa yang harus dilakukan bagi bangsa
dan negarannya.
Sementara itu, hasil wawancara tentang pengaruh pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1
Boyolali dengan siswa kebanyakan siswa menjawab lebih terbiasa mendengar
dan tahu liriknya. Selain itu siswa juga termotivasi untuk lebih bersikap
nasionalis.
Bagas Kuncoro Aji menyatakan bahwa “Adapun pengaruhnya yang
pertama, saya lebih ada greget (semangat) belajar pas lagi KBM, terus saya
juga merasa bangga dengan Indonesia, selain itu saya juga terbiasa
mendengarkan lagu-lagu tersebut dan terkadang ikut menyanyi ketika
mendengarnya secara tidak sadar” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012).
Demikian pula menurut Nurul Fadhilah “Kita menjadi lebih semangat
belajar, karena kita teringat perjuangan para pahlawan kita, selain itu kita juga
terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan yang jarang didengar oleh anak
jaman sekarang. Apalagi anak sekarang lebih suka dangdutan, boyband,
girlband”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
Lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat menjadi salah satu hal yang
dapat dijadikan alat oleh para masyarakat Indonesia agar merasa bangga
sebagai bangsa Indonesia di tengah banyaknya kasus korupsi dan bobroknya
birokrasi di negara ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa mengenai pengaruh
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia, Anzhila Arifana menyatakan
bahwa:
Pertama saya lebih terbiasa mendengar lagu-lagu Perjuangan
Indonesia sehingga saya juga menjadi ikut menyanyikan lagu-lagu
perjuangan Indonesia. Selain itu sebenarnya saya bangga terhadap
bangsa Indonesia jika mendengar lirik lagu-lagu perjuangan
Indonesia tetapi jika melihat sekarang yang banyak korupsi, saya
kecewa. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Demikian pula dengan Fita Nafisa yang menyatakan bahwa :
Pertama saya lebih terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan
Indonesia dan sedikit banyak memberikan saya motivasi untuk cinta
terhadap negeri sendiri. Apabila melihat dari lagu-lagu perjuangan,
saya bangga dengan Indonesia, tetapi kalau melihat Indonesia yang
sekarang agak kecewa. Karena dengan lagu-lagu perjuangan kita
dapat mengingat jasa para pahlawan yang terdahulu. (wawancara:
Sabtu, 19 Mei 2012)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh awal dari adanya
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali adalah
siswa lebih terbiasa mendengarkan lagu-lagu Perjuangan Indonesia dan
merasa lebih bangga dengan bangsa Indonesia. Akan tetapi hal tersebut, ada
yang mendasari atau yang membuat yakin siswa dengan adanya pemutaran
lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat menumbuhkan sikap nasionalisme pada
diri mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa ada beberapa hal yang
membuat siswa yakin bahwa dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia dapat mempengaruhi sikap nasionalisme pada diri mereka. Bagas
Adi Kuncoro menyatakan bahwa “Saya pribadi yakin, karena saya terbiasa
mendengar dan tahu maknanya. Misalnya Garuda Pancasila yang membuat
saya tahu kalau Pancasila adalah pribadi bangsa” (wawancara: Sabtu, 19 Mei
2012). Demikian pula menurut Ranu Wibisono “Saya yakin, jadi terbiasa
dengarkan lagu dan dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan saya
lebih tahu maknanya dan ingat perjuangan para pahlawan yang dahulu
berjuang”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
Sementara itu Wakhid Nur Rohman menyatakan bahwa:
Saya yakin, kita lihat saja dari liriknya terus kita resapi maknanya kan
sudah terlihat jelas. Kelihatan kalau kita tahu maknanya, kita akan lebih
bersyukur sama Allah SWT tentang bagaimana perjuangan para
pahlawan kita. Sehingga dapat berpikir bagaimana cara melanjutkan,
melestarikan dan memajukan bangsa Indonesia. (wawancara: Sabtu, 19
Mei 2012)
Demikian pula dengan Rizka Yusrina yang menyatakan bahwa “Kalau
diri saya yakin, karena dari lagu Perjuangan Indonesia itu lebih mendorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
kita untuk mengingat bahwa negara kita ini harus dimajukan” (wawancara:
Sabtu, 19 Mei 2012). Sementara itu menurut Anzhila Rahma Arifana “Saya
yakin, karena dari lagu perjuangan Indonesia saya bisa merasa bangga
menjadi bangsa Indonesia dengan mengingat jasa para pahlawan”.
(wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yakin bahwa dengan
adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat mempengaruhi sikap
nasionalisme pada diri mereka dikarenakan : 1) Siswa lebih terbiasa
mendengar kemudian tahu liriknya; 2) Siswa menjadi hafal kemudian
menyanyikannya sehingga mereka dapat memahami dan menghayati lirik
lagu perjuangan Indonesia; 3) Dengan adanya pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia siswa menjadi teringat perjuangan para pahlawan yang
terdahulu sehingga termotivasi untuk memajukan bangsa dan negara ini; 4)
Siswa menjadi lebih bangga terhadap bangsa Indonesia karena teringat
perjuangan para pahlawan yang terdahulu.
b. Wujud Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input,
proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan
aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan
output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan
proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi serta memiliki
kepribadian atau watak yang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, SMA Negeri 1 Boyolali
merupakan lembaga pendidikan yang memiliki input bagus sejak awal. Hal
ini dikarenakan SMA Negeri 1 Boyolali adalah sekolah menengah negeri
favorit yang menerapkan ujian masuk yang sangat ketat. Sehingga semua
siswa yang terpilih menjadi peserta didik di SMA Negeri 1 Boyolali
merupakan siswa yang memiliki kemampuan lebih dikarenakan merupakan
siswa-siswa hasil dari seleksi yang begitu ketat dan selektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dengan bermodalkan input yang dari awal sudah berkompeten,
setidaknya SMA Negeri 1 Boyolali telah memiliki modal awal yang dapat
dijadikan dasar untuk menjadikan siswa yang sudah berkompeten tersebut
menjadi lebih berkompeten dan berkemampuan yang mumpuni di bidang
akademik maupun non akademik. Untuk itu diperlukan suatu proses
pengajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tahapan perkembangan
peserta didik.
Dalam proses pengajaran, SMA Negeri 1 Boyolali tidak sepenuhnya
hanya bertujuan prestasi akademik tetapi juga non akademik. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya variasi ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1
Boyolali, sehingga siswa memiliki kebebasan memilih sesuai dengan minat
dan bakat yang mereka miliki. Ekstrakurikuler tersebut antara lain: Pasukan
Pengibar Bendera (PASKIBRA), Pramuka, Perintis Rasa Sayang Pada Alam
(PERSADA), IT, sepakbola, basket dan tapak suci. (foto ekstrakurikuler
dapat dilihat di lampiran 7)
SMA Negeri 1 Boyolali dalam proses pengajarannya juga berupaya
menanamkan karakter semangat kebangsaan dalam diri siswanya lewat
upacara bendera tiap hari senin, tiap tanggal 17 dan tiap peringatan hari-hari
besar nasional. Selain itu penanaman sikap nasionalisme juga dilakukan
dengan pemutaran lagu-lagu perjuangan setiap hari ketika siswa tiba di
sekolah sampai dengan jam pelajaran dimulai.
Proses penanaman karakter semangat kebangsaan di SMA Negeri 1
Boyolali tersebut telah berjalan secara sistematis dan terus menerus. Sehingga
yang perlu dilakukan adalah melihat output dari proses penanaman karakter
semangat kebangsaan tersebut. Wujud dari output tentu saja adalah sikap
nasionalisme yang telah diperlihatkan oleh para siswanya.
Adapun wujud sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali
antara lain :
1) Mengikuti upacara bendera tiap hari Senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan
tiap memperingati hari besar nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berkaitan dengan wujud sikap nasionalisme siswa bapak Jumadi
menyatakan bahwa:
Wujudnya secara sederhana adalah mengikuti upacara bendera, lebih
menghargai pemutaran lagu-lagu perjuangan, hal ini terbukti ketika
murid datang kesekolah dan langsung memutar lagu pop, dangdut, rock
atau lagu favorit lainnya maka mereka akan berhenti memutar lagu
tersebut ketika pihak sekolah memutar lagu-lagu perjuangan.
(wawancara: Rabu, 16 Mei 2012)
Sementara itu bapak Ragil menyatakan bahwa:
Wujudnya adalah tak jarang siswa itu ikut bernyanyi ketika ada
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di pagi hari itu, 95%-98%
siswa sini itu mengikuti upacara bendera, adapun yang 2% atau 5%
tidak mengikuti upacara karena sakit atau ada halangan yang benar-
benar tidak bisa mengikuti upacara”. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012)
Berdasarkan wawancara hasil dengan guru dapat disimpulkan bahwa
wujud sikap nasionalisme siswa secara sederhana adalah dengan mengikuti
upacara bendera.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa juga didapatkan hasil
bahwa wujud sederhana sikap nasionalisme yang mereka adalah mengikuti
upacara bendera. Salah satunya adalah Wakhid Nur Rohman yang
menyatakan Bahwa : “Wujud nasionalisme yang saya lakukan adalah Saya
tiap hari senin juga upacara bendera dan insyaallah khidmat” (wawancara:
Sabtu, 19 Mei 2012). Sedangkan menurut Bagas Kuncoro Aji “Saya sering
mengikuti upacara bendera, saya juga bangga dan menggunakan bahasa
Indonesia dalam berkomunikasi” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012).
Demikian pula Nurul Fadhilah yang menyatakan bahwa “Mengikuti upacara
bendera hari senin dan tiap tanggal 17, Mengikuti pelajaran PPKN untuk
megetahui bagaimana menjadi warga negara yang baik” (wawancara: Sabtu,
19 Mei 2012).
Sementara itu hal serupa juga diungkapkan oleh Setyo Triyanto siswa
kelas XI IPA 5 yang menyatakan bahwa “Wujudnya adalah saya
menggunakan bahasa Indonesia ketika ada orang baru dikenal dan mengikuti
upacara bendera”. (wawancara: Rabu, 21 Mei 2012)
Hal tersebut diatas juga didukung hasil pengamatan atau observasi yang
telah dilakukan bahwa para siswa dan guru melaksanakan kegiatan upacara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
bendera setiap hari senin, tiap tanggal 17 dan apabila memperingati hari besar
nasional secara rutin dan tertib. (Lembar observasi dapat dilihat pada
lampiran 8)
2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
Dalam berkomunikasi, para siswa SMA Negeri 1 Boyolali lebih
dominan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam kaitannya wujud sikap
nasionalisme siswa yang menggunaikan bahasa Indonesia yang baik, Bapak
Ragil menyatakan bahwa “Siswa juga menggunakan bahasa Indonesia yang
baik ketika melakukan komunikasi dengan guru” (wawancara: Senin, 21 Mei
2012). Sedangkan menurut bapak Setyo Budi “yang sederhana yang saya
lihat ya mengikuti upacara bendera, bangga menjadi bangsa Indonesia dan
juga menggunakan bahasa Indonesia yang baik” (wawancara: Senin, 21 Mei
2012).
Berkaitan dengan hal tersebut, dari pihak siswa yaitu Bagas Kuncoro
Aji menyatakan bahwa “Saya sering menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Sementara itu hal serupa
juga diungkapkan oleh Setyo Triyanto siswa kelas XI IPA 5 yang
menyatakan bahwa “Wujudnya adalah saya menggunakan bahasa Indonesia
ketika ada orang baru dikenal”. (wawancara: Rabu, 21 Mei 2012)
Berdasarkan hasil pengamatan dalam hal berkomunikasi, para siswa
SMA Negeri 1 Boyolali lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia
denagn abik, terlebih lagi apabila berkomunikasi dengan guru dan orang yang
lebih tua. Akan tetapi apabila berkomunikasi dengan teman sejawat, ada
sebagian siswa yang menggunakan bahasa Indonesia dan juga ada yang
menggunakan bahasa Indonesia, tergantung dengan lawan bicaranya apakah
bisa menggunakan bahasa jawa atau masih baru dikenal.
3) Belajar dengan sungguh-sungguh
Siswa SMA Negeri 1 Boyolali lebih merasa termotivasi untuk belajar
sungguh-sungguh karena lagu-lagu perjuangan Indonesia mengingatkan pada
perjuangan pahlawan terdahulu. Ranu Wibisono mengemukakan bahwa :
“Belajar dengan sungguh-sungguh, ini termasuk nasionalisme karena jika
tidak belajar dengan sungguh maka kita akan bodoh. Nah, kalau kita bodoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
maka kita akan mudah dijajah oleh bangsa lain”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei
2012)
Sementara itu, Wakhid Nur Rohman yang menyatakan Bahwa :
“Kadang, saya kalau ada ulangan dan sempet dengar lagu-lagu perjuangan,
saya merasa lebih semangat belajar. Selain itu saya juga lebih bersyukur,
dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan saya dapat ingat kembali
perjuangan para pahlawan kita terdahulu dan saya juga merasa bangga
sebagai bangsa Indonesia.daripada berjuang dengan pedang akan lebih baik
berjuang dengan otak (kecerdasan).” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
Berkaitan itu, menurut Nurul Fadhilah “Dengan adanya pemutaran
lagu-lagu perjuangan, saya menjadi lebih semangat belajar, karena kita
teringat perjuangan para pahlawan kita” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012).
4) Berargumentasi atau berpendapat dengan kondisi bangsa Indonesia, baik dari
segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya
Dalam kegiatan belajar mengajar terutama pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), siswa mampu beragumentasi
tentang kondisi bangsa yang dialami bangsa Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut bapak Setyo Budi menyatakan bahwa
“Ketika Pelajaran saya yaitu PPKn siswa mampu berargumen tentang kondisi
dari bangsa ini, baik dari segi ekonomi, birokrasi dan masalah yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia ini” (Wawancara: Senin, 21 Mei 2012).
Selain itu, kepedulian siswa terhadap kondisi perkembangan bangsa
Indonesia juga terlihat ketika peneliti melaksanakan Progam Pengalaman
Lapangan (PPL) tak jarang siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
kondisi bangsa Indonesia saat itu, meskipun hal tersebut tidak termasuk
dalam materi yang sedang diajarkan.
5) Aktif dalam organisasi
Organisasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu organisasi intern SMA
Negeri 1 Boyolali seperti OSIS, MPK, IT, Paskibra dan organisasi intern
lainnya. Mengikuti dan aktif dalam organisasi juga merupakan salah satu
wujud sikap nasionalisme, Riska Yusrina yang menyatakan bahwa “Selain
upacara bendera dan berbahasa Indonesia yang baik saya juga ikut Organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK)” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012).
MPK merupakan suatu organisasi intern SMA Negeri 1 Boyolali yang
bertugas menampung aspirasi siswa di bawah pengawasan Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS) dan memiliki tugas untuk berusaha untuk
merealisasikan aspirasi-apirasi tersebut. Sedangkan menurut Bayu Eka Yudha
“Selain saya mengikuti upacara bendera, menggunakan bahasa Indonesia
lebih sering, saya juga menjadi anggota ektrakurikuler Pasukan Pengibar
Bendera (PASKIBRA) dan menjadi petugas upacara bendera”. (wawancara:
Sabtu, 19 Mei 2012)
6) Menjadi anggota paskibra dan menjadi petugas upacara bendera
Siswa SMA Negeri 1 Boyolali merasa bangga menjadi anggota paskibra
dan merasa senang apabila diamanahi sebagai petugas upacara. Hal tersebut
terlihat hasil dari pengamatan observasi bahwa adanya kegiatan
ekstrakurikuler PAKIBRA dan eksistensinya dalam mengikuti berbagai
lomba pengibaran bendera masih berjalan.
7) Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti juga menemukan fenomena
yang mengindikasikan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali sudah memiliki
sikap nasionalisme atau semangat kebangsaan yaitu ketika melaksanakan
Progam Pengalaman Lapangan (PPL) bersamaan dengan perayaan HUT
SMA Negeri 1 Boyolali yang ke-53 pada tanggal 22 September 2012. Dalam
kegiatan tersebut setiap kelas diwajibkan menampilkan kreasi pada pensi
yang diadakan. Dalam pentas seni tersebut ternyata beberapa kelas
menampilkan keanekaragaman tarian tradisional dari bangsa Indonesia yang
diiringi dengan regu paduan suara yang juga menyanyikan lagu-lagu daerah
yang sangat harmonis mengiringi gerakan para penari yang sedang tampil.
Perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali tanggal 22 September 2012
yang siswanya menampilkan tarian tradisional atau tarian daerah merupakan
salah satu wujud sikap nasionalisme siswa yang bangga dengan
keanekaragaman adat, seni dan budaya bangsa Indonesia. Sehingga mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
menampilkannya dalam pentas seni agar siswa lain lebih mengenal dan
bangga terhadap keanekaragaman tarian bangsa Indonesia.
8) Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan
Indonesia dan lagu-lagu daerah.
Selain tarian daerah, dalam Perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali
terdapat penampilan yang menunjukan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali
memilki sikap nasionalisme yaitu saat penampilan dari regu paduan suara.
Regu paduan suara membuka perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali dengan
lagu Indonesia Raya, yang kemudian dilanjutkan dengan lagu-lagu
perjuangan Indonesia seperti Garuda Pancasila, Hymne Guru, Syukur,
Bagimu Negeri dan lagu perjuangan lainnya yang dapat mempengaruhi
penonton untuk ikut bernyanyi. Setelah lagu-lagu Perjuangan Indonesia
selesai dinyanyikan, regu paduan suara kemudian menyanyikan lagu-lagu
daerah yang mengiringi para penari tarian daerah yang tengah tampil.
Sehingga sangat wajar apabila rasa bangga akan keanekaragaman bangsa
Indonesia dapat terasa melalui penampilan tersebut.
Penampilan regu paduan suara tersebut dapat menjadi suatu bukti bahwa
siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah memiliki sikap nasionalisme. Meskipun
acara tersebut berupa perayaan yang juga diisi dengan band-band musik
modern, akan tetapi mereka tidak melupakan persembahan terhadap bangsa
Indonesia yaitu dengan menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya,
lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah.
C. Temuan Studi
Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil
dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya
dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa temuan studi,
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
1. Proses Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam Meningkatkan
Wawasan Kebangsaan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia merupakan suatu strategi dalam
meningkatkan wawasan kebangsaan siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Pemutaran
lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut merupakan salah satu cara pengajaran
agar dapat meningkatkan wawasan kebangsaan siswa yaitu mencakupi persatuan
Indonesia, kesadaran nasional dan jati diri bangsa Indonesia.
Hal tersebut relevan dengan teori strategi yang disampaikan oleh J.R. David.
Ia mengatakan bahwa “Strategi adalah rencana, metode dan perangkat kegiatan
yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu” (W. Gulo, 2002:
3). Dengan demikian, strategi pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada
dasarnya merupakan cara yang dilaksanakan SMA Negeri 1 Boyolali dalam
mencapai suatu tujuan, yaitu agar meningkatkan wawasan kebangsaan siswa
sehingga dapat tertanam sikap nasionalisme dalam diri mereka.
Hasil penelitian yang ditemukan ialah kondisi kesadaran siswa agar
memiliki wawasan kebangsaan telah mulai muncul atau meningkat, hal ini
didasarkan pada indikator adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia
dapat membuat siswa lebih semangat belajar karena teringat perjuangan para
pahlawan yang terdahulu. Hal ini membuktikan bahwa pesan yang terkandung
dalam lagu-lagu perjuangan bangsa Indonesia yang diputar di pagi hari dapat
terinternalisasi ke dalam diri siswa. Sehingga siswa lebih merasa perlu menjaga
persatuan Indonesia dan memiliki kesadaran nasional yang tinggi sehingga jati
diri bangsa Indonesia dapat terjaga.
Hal tersebut relevan dengan teori wawasan kebangsaan Menurut Soemarno
Soedarsono (2008: 21) “Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang kita
terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus mencerminkan rasa dan
semangat kebangsaan (karakter bangsa) dan mampu mempertahankan jati
dirinya sebagai bangsa, yaitu Pancasila”.
Jadi sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai tugas mendidik dan
membentuk karakter peserta didik, SMA Negeri 1 Boyolali memutarkan lagu-
lagu perjuangan Indonesia kepada siswanya agar tidak melupakan jati dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan, memiliki semangat
kebangsaan dan berkepribadian Pancasila.
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap
Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
Sikap merupakan salah satu perasaan dan keyakinan yang melekat pada diri
sesorang yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang terhadap suatu objek
yang dilakukan dengan cara tertentu yang disertai dengan pengamatan, emosi,
motivasi dan karakterisasi. SMA Negeri 1 Boyolali menanamkan sikap
nasionalisme terhadap siswanya melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan agar
siswanya tahu dan hafal lirik dari lagu tersebut, yang kemudian dihayati dan
diyakini nilai-nilai semangat kebangsaan yang terkandung didalamnya sehingga
secara sadar siswa akan mengimplementasikan keyakinan tersebut dalam wujud
tingkah laku yang berdasarkan nilai-nilai semangat kebangsaan.
Hal tersebut sesuai dengan teori sikap yang dikemukakan oleh Secord dan
Backman. Mereka menyatakan bahwa “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam
hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya” (Saifudin Azwar,
1995: 5). Berdasarkan teori ini maka apabila dikaitkan dengan hasil penelitian di
atas maka dapat jelaskan bahwa pengetahuan dan penghafalan siswa terhadap
lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah pengetahuan atau pemikiran (kognisi),
kemudian lagu dan lirik tersebut dihayati dan diyakini merupakan perasaan
(afektif) sedangkan wujud keyakinan yang berupa tingkah laku yang
berdasarkan nilai-nilai semangat kebangsaan merupakan predisposisi tindakan
(konasi).
Dalam kaitannya implementasi dari sikap nasionalisme siswa, hasil
penelitian menunjukan setidaknya terdapat delapan wujud sikap nasionalisme
siswa yaitu:
1) Mengikuti upacara bendera tiap hari senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan
tiap memperingati hari besar nasional
2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3) Belajar dengan sungguh-sungguh
4) Berargumentasi atau berpendapat dengan kondisi bangsa Indonesia, baik
dari segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya
5) Aktif dalam organisasi
6) Menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) dan menjadi
petugas upacara bendera
7) Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia
8) Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan
Indonesia dan lagu-lagu daerah.
Hal tersebut relevan dengan indikator semangat kebangsaan atau
nasionalisme yang disampaikan oleh Said Hamid Hasan dkk. Mereka
menyatakan bahwa “Terdapat sembilan Indikator di jenjang sekolah dalam
Keterkaitan nilai semangat kebangsaan atau nasionalisme”. (Said Hamid Hasan
dkk, 2010: 34-40)
Indikator-indikator tersebut antara lain:
10) Menghadiri upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan
11) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik ketika berbicara dengan teman
sekelas yang berbeda suku
12) Menghafalkan dan suka menyanyikan lagu Indonesia raya, lagu-lagu wajib
dan lagu-lagu perjuangan
13) Merasa bangga terhadap keragaman bahasa di Indonesia
14) Berpartisipasi dalam peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan
15) Mencintai keragaman upacara adat di nusantara
16) Berargumentasi dan bersikap apabila bangsa Indonesia memperoleh
ancaman dari bangsa lain
17) Memberikan penjelasan terhadap sikap dan tindakan yang akan dilakukan
terhadap perekonomian negara Indonesia
18) Berargumentasi dan bersikap apabila terjadi pertentangan antara bangsa
Indonesia dengan bangsa lain.
Dikarenakan jalan yang ditempuh oleh pihak sekolah dalam menanamkan
sikap nasionalisme melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
siswanya hafal dan menyanyikannya, maka hal tersebut hampir serupa dengan
yang dikatakan oleh M. Huaturuk (1984: XVII-XIX) yang menyatakan bahwa
“Salah satu jalan yang ditempuh dalam membentuk nasionalisme adalah dengan
menghafalkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan peningkatan
wawasan kebangsaan kepada siswa dalam rangka membentuk karakter semangat
kebangsaan (civic disposition), selain faktor materi pada mata pelajaran tertentu,
tetapi juga faktor adanya rangkaian kegiatan yang dilakukan sekolah yang salah
satunya adalah pemutaran lagu-lagu Perjuangan Indonesia yang juga sangat
berpengaruh.
3. Hubungan Proses Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dengan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Berdasarkan hasil penelitian, proses pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali mampu memotivasi siswa untuk lebih
semangat belajar dan memiliki semangat kebangsaan yang kuat.
Pengertian semangat kebangsaan atau nasionalisme, merupakan
perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan
semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman
terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. Dari semangat
kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela
berkorban, dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Rasa kesetiakawanan
sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa. Semangat rela
berkorban adalah kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang besar atau
demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia untuk merdeka.
Bagi bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya, selain memiliki
semangat rela berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik yang
tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang, manakala orang
tersebut tahu untuk apa mereka berkorban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Paham kebangsaan merupakan pemahaman rakyat terhadap bangsa dan
negara Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Uraian tentang paham kebangsaan Indonesia sebagai berikut:
Pertama, Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa pada 17 Agustus 1945,
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia lahirlah
sebuah bangsa yaitu Bangsa Indonesia, yang terdiri atas bermacam-macam
suku, budaya, etnis, dan agama.
Kedua, bagaimana mewujudkan masa depan bangsa, Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa perjuangan bangsa
Indonesia telah mengantarkan rakyat Indonesia menuju suatu negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Uraian tersebut adalah tujuan
akhir bangsa Indonesia yaitu mewujudkan sebuah masyarakat yang adil dan
makmur.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa semangat kebangsaan
atau nasionalisme merupakan salah satu karakter positif yang harus dimiliki
oleh rakyat Indonesia, sehingga perlu ditanamkan dan dibentuk dengan cara-
cara tertentu yang salah satunya adalah melalui pemutaran lagu-lagu
perjuanagan Indonesia.
Hal tersebut relevan dengan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan
yaitu membentuk karakter positif (civics dispositions) yang berguna bagi
bangsa dan negara. Semangat kebangsaan atau nasionalisme merupakan
karakter positif yang berguna bagi bangsa dan negara, sehingga penanamannya
menjadi tujuan yang harus dicapai oleh Pendidikan Kewarganegaraan baik
terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau di luar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kemudian Branson menyatakan bahwa :
Civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat
yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi
konstitusional, deskripsi dari karakter publik maupun privat salah
satunya adalah berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan
secara efektif dan bijaksana. (Riarien, 2011, http://
riarien.files.wordpress.com/2011/07/civics-education.doc)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berkaitan dengan karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan
kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana. Cholisin (2012: 9-10)
menyatakan bahwa :
Terdapat 13 ciri-ciri sikap yang termasuk dalam karakter berpartisipasi
dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana
yaitu keberadaban (civility), menghormati hak – hak orang lain,
menghormati hukum, jujur, berpikiran terbuka, berpikir kritis, bersedia
melakukan negoisasi dan berkompromi, ulet / tidak mudah putus asa,
berpikiran kewarganegaraan, keharuan/memiliki perasaan kasihan,
patriotisme dan rasa kebangsaan (nasionalisme), keteguhan hati serta
toleran terhadap ketidak pastian.
Dalam kaitannya tujuan pendidikan kewarganegaraan yang dikhususkan
di Indonesia sendiri, semangat kebangsaan merupakan salah satu nilai positif
yang harus ditanamkan pada diri peserta didik, hal ini didasarkan pada Hal
tersebut dipertegas Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tercantum dalam BAB II
kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berbunyi:
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik
akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia. Kesadaran dan wawasan yang dimaksud adalah termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian
lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku
anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Berdasarkan penjelasan di atas tujuan umum Pendidikan
Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik yang salah satu
karakternya adalah semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan dapat ditumbuh
kembangkan dalam pendidikan formal (sekolah) yang salah satunya dapat
ditumbuh kembangkan melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia.
Dengan demikian, proses pemutaran lagu-lagu perjuangan secara tidak
langsung mampu meningkatkan wawasan kebangsaan siswa sehingga dapat
membentuk karakter semangat kebangsaan yang merupakan salah satu karakter
yang menjadi tujuan dari pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis
yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna
menjawab perumusan masalah. Adapun kesimpulannya sebagai berikut:
1. Proses Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia oleh pihak sekolah yang
pelaksanaannya berpusat di ruang wakasek, dilaksanakan setiap hari dari jam ke-0
sampai dengan jam ke-1 atau sekitar jam 06:30 - 07:00 WIB sebelum pelajaran di
mulai, kecuali ada test, acara penting dan hari Jum’at. Karena pada hari Jum’at
yang diputar adalah lagu-lagu rohani dan dilakukan terus menerus sehingga
menjadi rutinitas dalam lingkungan SMANegeri 1 Boyolali.
Berdasarkan dokumen yang didapat, terdapat koleksi lagu-lagu perjuangan
Indonesia yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Boyolali berupa VCD, kaset pita dan
soft file. Dan dari sekian banyak koleksi lagu-lagu perjuangan yang ada di SMA
Negeri 1 Boyolali yang sering diputar antara lain: Indonesia Raya, Syukur, Satu
Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, Halo-Halo Bandung, Maju
tak Gentar, dan Berkibarlah Benderaku.
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap
Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat mempengaruhi sikap
nasionalisme pada diri mereka dikarenakan : a. Siswa lebih terbiasa mendengar
kemudian tahu liriknya; b. Siswa menjadi hafal kemudian menyanyikannya
sehingga mereka dapat memahami dan menghayati lirik lagu perjuangan
Indonesia; c. Dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia siswa
menjadi teringat perjuangan para pahlawan yang terdahulu sehingga termotivasi
untuk memajukan bangsa dan negara ini; d. Siswa menjadi lebih bangga terhadap
bangsa Indonesia karena teringat perjuangan para pahlawan yang terdahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pengaruh-pengaruh tersebut kemudian diwujudkan dengan berbagai sikap
yang mengindikasikan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah tertanam
karakter semangat kebangsaan. Indikatornya adalah: a. Mengikuti upacara bendera
tiap hari Senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap memperingati hari besar
nasional; b. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; c. Belajar
dengan sungguh-sungguh; d. Berargumentasi atau berpendapat tentang kondisi
bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya; e.
Aktif dalam organisasi; f. Menjadi anggota paskibra dan menjadi petugas upacara
bendera; g. Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia; h. Menyanyikan lagu
kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu
daerah.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas,
ditambah dengan berbagai fenomena yang dibahas dalam penelitian ini tentang
Strategi peningkatan wawasan kebangsaan melalui pemutaran lagu-lagu
perjuangan Indonesia dalam rangka menanamkan sikap nasionalisme pada siswa
SMA Negeri 1 Boyolali. Maka implikasi yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
1. Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada jam ke-0 sampai dengan jam
ke-1 atau sekitar jam 06:30 – 07:00 WIB merupakan upaya yang dilakukan
SMA Negeri 1 Boyolali. Proses tersebut dilaksanakan pada waktu yang tepat
yaitu ketika siswa baru tiba di sekolah, sehingga yang didengar siswa pertama
kali di lingkungan sekolah adalah lagu-lagu perjuangan bukan suara gaduh
yang tidak bermanfaat. Akan tetapi, meskipun proses ini juga memiliki
kelemahan yaitu tidak semua siswa SMA Negeri 1 Boyolali dapat
mendengarkan lagu-lagu yang diputar secara efektif. Hal ini disebabkan proses
pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut terpusat dari satu ruangan
yaitu ruang Wakasek, hal ini menyebabkan area pendengaran algu tersebut
menjadi kurang luas yaitu hanya sekitar area parkir, hall, kelas XI dan XII
sedangkan hal tersebut kuarang efektif terhadap area kelas X yang relatif jauh
jaraknya dari ruang wakasek. Maka dari itu pihak sekolah perlu megupayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
agar pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut dapat didengar secara
efektif dan jelas oleh semua siswa SMA Negeri 1 Boyolali.
2. Pengaruh dari pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap sikap
nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali siswa adalah perubahan sikap dan
perilaku yang mulai menunjukan bahwa sikap nasionalisme siswa SMA Negeri
1 Boyolali telah muncul. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa
mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia sehingga siswa menjadi hafal
dan tahu liriknya. Setelah siswa hafal dan tahu liriknya kemudian siswa
menyanyikan dan menghayati lagu tersebut. Sehingga apabila siswa telah
mampu memahami isi lagu tersebut maka siswa akan dapat menghayati dan
memiliki kesadaran apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
demi kemajuan bangsa Indonesia ini. Akan tetapi ada beberapa kekurangan
yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah tentang 2 indikator wujud sikap
nasionalisme yang dilakukan oleh siswa, antara lain :
a. Mengikuti upacara bendera tiap hari senin, tiap tanggal 17 per bulannya
dan tiap memperingati hari besar nasional
Dalam pelaksanaannya siswa mengikuti upacara bendera denagn tertib
dan disiplin. Akan tetapi belum tentu semua siswa yang mengikuti
upacara bendera tersebut melaksanakannya dengan kesadaran yang
berasal dari dalam dirinya, tetapi terdapat sebagian dari mereka
melaksanakannya karena faktor absensi ataupun hukuman. Maka dari
itu sekolah perlu mencari cara agar siswa melaksanakan upacara
bendera tersebut dengan dorongan dari dalam diri sendiri, nukan dari
faktor eksternal.
b. Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu
perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah.
Pengaruh dari pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap
sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali siswa adalah
perubahan sikap dan perilaku yang mulai menunjukan bahwa sikap
nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah muncul. Hal ini
disebabkan karena siswa terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Indonesia sehingga siswa menjadi hafal dan tahu liriknya. Setelah siswa
hafal dan tahu liriknya kemudian siswa menyanyikan dan menghayati
lagu tersebut. Sehingga apabila siswa telah mampu memahami isi lagu
tersebut maka siswa akan dapat menghayati dan memiliki kesadaran
apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan demi
kemajuan bangsa Indonesia ini. Akan tetapi kesadaran siswa untuk
memutar lagu-lagu perjuangan dengar inisiatif sendiri relatif kurang, hal
ini terbukti dengan masih adanya siswa yang memutar lagu-lagu
modern ketika jam istirahat. Maka dari itu diperlukan suatu cara agar
siswa lebih mudah dan berinisiatif untuk memutar lagu-lagu perjuangan
Indonesia dengan sendirinya sehingga tidak hanya pihak sekolah saja
yang memutarkan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, adapun saran
yang diberikan, sebagai berikut:
1. Proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dilakukan pada jam ke-0
sampai dengan jam ke-1, maka peneliti dapat menilai bahwa waktu
pelaksanaan tersebut adalah waktu yang tepat untuk memutarkan lagu-lagu
perjuangan karena siswa baru tiba di sekolah dan disuguhi dengan sesuatu yang
dapat memberikan semangat belajar. Akan tetapi peneliti juga menyarankan
bahwa pelaksanaan tersebut dilakukan tidak di area tertentu saja yaitu ruang
wakasek. Hal tersebut memiliki kelemahan bahwa jarak maksimum siswa
dapat mendengar lagu yang diputar hanya di sekitar area wakasek saja yaitu
area parkir, kelas XI dan kelas XII. Sedangkan hal tersebut kurang efektif
terhadap area kelas X yang relatif jauh dari pusat pemutaran lagu-lagu
perjuangan. Maka dari itu akan lebih bagus dan efektif jika pemutaran lagu-
lagu perjuangan Indonesia diputar kan melalui perangkat suara paralel yang
telah terpasang di tiap kelas.
2. Pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap siswa SMA
Negeri 1 Boyolali yang telah dirasa menunjukan adanya kesadaran pada diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa untuk bersikap nasionalisme. Akan tetapi tentu saja ada beberapa siswa
yang belum sepenuhnya mampu memahami dan menghayati isi dari lagu-lagu
perjuangan Indonesia yang diputarkan oleh pihak sekolah sehingga siswa
tersebut belum begitu mengerti apa yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan berdasarkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu,
peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
a) Bagi Siswa SMA Negeri 1 Boyolali
Hendaknya kebiasaan positif mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia
yang diputarkan oleh pihak sekolah dihafalkan dan dihayati sehingga
mengerti pesan yang disampaikan oleh lagu-lagu tersebut yang memiliki
nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, karena remaja jaman sekarang relatif
memiliki handphone yang canggih, minimal bisa memutarkan musik yang
dapat didengarkan dimana saja. Penggunaan handphone akan lebih bagus
apabila siswa memiliki beberapa lagu-lagu perjuangan didalam folder
handphone mereka. Sehingga mereka tidak hanya mendengarkan lagu-lagu
perjuangan Indonesia di sekolah saja tetapi juga bisa memutar lagu-lagu
perjuangan Indonesia tersebut melalui handphone mereka.
b) Bagi guru SMA Negeri 1 Boyolali
1) Dalam menanamkan sikap nasionalisme pada siswa, guru merupakan
salah satu komponen yang penting. Semua guru, khususnya guru mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan hendaknya
mengembangkan nilai-nilai kebangsaan seperti kepedulian, persatuan,
keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain
bersama dengan berdasarkan kepribadian bangsa yaitu Pancasila.
2) Guru hendaknya berkomitmen untuk mengembangkan karakter siswa
berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud, serta menerapkannya dalam
bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga perilaku positif tersebut dapat ditiru oleh siswa. Dalam hal ini
guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi siswa.
c) Bagi Pihak SMA Negeri 1 Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1) Sekolah hendaknya membuat dua model upacara bendera. Model yang
pertama adalah model upacara yang menggunakan absensi yang
dilaksanak pada minggu pertama dan ketiga tiap bulannya. Model kedua
adalah model upacara tanpa absensi dan sanksi yan dilaksanakan pada
minggu kedua dan keempat tiap bulannya. Model upacara yang pertama
dimaksudkan agar menumbuhkan kesadaran siswa sebagai awal untuk
membentuk kebiasaan dalam mengikuti upacara bendera. Model yang
kedua dimaksudkan untuk mengamati apakah kesadaran siswa untuk
melaksanakan upacara bendera dengan dorongan dari dalam diri sendiri
belum tampak, sudah mulai tampak, atau bahkan sudah menjadi
kebiasaan.
2) Sekolah hendaknya meneruskan pemutaran lagu-lagu perjuangan
Indonesia dan hendaknya sekoalh membentuk petugas khusus yang
memutar lagu-lagu perjuangan Indonesia, akan tetapi petugas tersebut
bukan dari pihak guru melainkan pihak siswa. Sehingga siswa akan lebih
terlihat aktif dalam proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di
SMA Negeri 1 Boyolali.
3) Sekolah hendaknya membuat suatu kegiatan tentang pengembangan
sikap nasionalisme, misalnya kegiatan lomba tarian daerah dan lomba
paduan suara ketika memperingati hari ulang tahun kemerdekaan
Indonesia. Selain itu sekolah hendaknya membiasakan siswa untuk
berbicara dengan guru memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar
atau dengan bahasa Jawa yang halus dan semestinya.
Recommended